Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan...

download Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29315/1/FAIQOTUL... · Ali Mustafa Yaqub, MA,. dan . ... kelas PAI-C dan Fiqih-C.

If you can't read please download the document

Transcript of Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan...

  • i

    UPAYA GURU PAI DALAM MENGEMBANGKAN

    KREATIVITAS SISWA PADA MATA PELAJARAN

    PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS VIII

    SMP NUSANTARA PLUS CIPUTAT

    Skripsi

    Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

    Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam

    (S.Pd.I)

    Oleh

    FAIQOTUL HIKMAH

    NIM: 109011000086

    JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

    SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2015 M / 1436 H

  • ii

    UPAYA GURU PAI DALAM MENGEMBANGKAN

    KREATIVITAS SISWA PADA MATA PELAJARAN

    PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS VIII

    SMP NUSANTARA PLUS CIPUTAT

    Skripsi

    Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

    Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam

    (S.Pd.I)

    Oleh:

    FAIQOTUL HIKMAH

    NIM: 109011000086

    Dosen Pembimbing:

    JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

    SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2015 M / 1436 H

  • iii

    LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH

    Yang bertanda tangan di bawah ini:

    Nama : Faiqotul Hikmah

    Nim : 109011000086

    Jurusan : Pendidikan Agama Islam

    Angkatan Tahun : 2009/2010

    Alamat :Desa Bulungan Rt 06 Rw 03 Kec. Tayu Kab. Pati,

    Jawa Tengah, 59155

    MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

    Bahwa skripsi yang berjudul Upaya Guru PAI Dalam Mengembangkan

    Kreativitas Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VIII

    SMP Nusantara Plus Ciputat adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan

    dosen:

    Nama : Yudhi Munadi, M.Ag

    NIP : 19701203 199803 1 003

    Dosen Jurusan : Pendidikan Agama Islam

    Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap

    menerima segala konsekuensi apabila pernyataan skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

    Jakarta, 28 Maret 2015

    Menyatakan,

    FAIQOTUL HIKMAH

  • iv

    LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

    Skripsi berjudul Upaya Guru PAI dalam Mengembangkan Kreativitas Siswa

    pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VIII SMP Nusantara Plus

    Ciputat disusun oleh Faiqotul Hikmah, NIM. 109011000086 Program Studi

    Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam

    Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah

    sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai

    ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

    Jakarta, 28 Maret 2015

    Yang Mengesahkan,

    Pembimbing

  • v

    LEMBAR PENGESAHAN

    Skripsi berjudul Upaya Guru PAI dalam Mengembangkan Kreativitas Siswa

    pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VIII SMP Nusantara Plus

    Ciputat disusun oleh Faiqotul Hikmah, Nomor Induk Mahasiswa 109011000086,

    Jurusan Pendidikan Agama Islam, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

    Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian

    Munasaqah pada tanggal 07 April 2015 di hadapan dewan penguji. Karena itu,

    penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I) dalam bidang

    Pendidikan Agama Islam.

  • vi

    ABSTRAK

    Faiqotul Hikmah (NIM: 109011000086). Upaya Guru PAI dalam

    Mengembangkan Kreativitas Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama

    Islam Kelas VIII SMP Nusantara Plus Ciputat.

    Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Pembimbing: Yudhi Munadi, M.Ag.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana upaya Guru PAI dalam

    mengembangkan kreativitas siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan

    apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam mengembangkan kreativitas siswa.

    Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari 2015 sampai bulan Maret 2015 di

    SMP Nusantara Plus.

    Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif, dengan teknik

    pengumpulan data melalui observasi langsung pada proses pembelajaran PAI,

    wawancara dengan Guru PAI, Kepala Sekolah dan beberapa siswa-siswi serta

    dokumentasi-dokumentasi. Adapun untuk menulis data digunakan metode deskriptif

    kualitatif, yakni uraiannya dijelaskan pada kejadian-kejadian yang tampak.

    Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa guru membuat rencana

    pembelajaran berupa silabus, RPP dan menggunakan metode, strategi serta media

    yang relevan guna mengembangkan kreativitas siswa pada mata pelajaran PAI.

    Kreativitas siswa dapat berkembang dalam pembelajaran PAI dengan cara

    menggunakan metode, strategi serta media yang relevan dengan materi yang

    diajarkan.

    Kata Kunci : Upaya Guru PAI dan Pengembangan Kreativitas Siswa

  • vii

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah segala puji hanya bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam yang

    menggenggam setiap kejadian, penyempurna setiap kebahagiaan, tempatku bersandar

    dan bersyukur atas seluruh nikmat tanpa batas. Shalawat dan Salam senantiasa

    menyelimuti baginda Nabi Muhammad SAW tercinta beserta keluarga, sahabat, dan

    pengikut sampai akhir zaman.

    Selama penulisan skripsi yang berjudul Upaya Guru PAI dalam

    Mengembangkan Kreativitas Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam

    Kelas VIII SMP Nusantara Plus Ciputat, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak

    sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun berkat kerja keras, doa dan

    kesungguhan hati serta dukungan dari berbagai pihak untuk menyelesaikan skripsi

    ini, semua dapat teratasi. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

    1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    3. Dr.H. Abdul Majid Khon, M.Ag., Ketua jurusan Pendidikan Agama Islam

    Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    4. Marhamah, Lc, MA., Sekretaris jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu

    Tarbiyah dan keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    5. Yudhi Munadi, M.Ag., Pembimbing skripsi yang penuh keikhlasan dalam

    membagi waktu, tenaga dan pikiran beliau dalam upaya memberikan bimbingan,

    petunjuk, serta mengarahkan penulis dalam proses mengerjakan skripsi ini

    dengan sebaik-baiknya.

  • ix

    6. Cecep Setiawan, MA., Kepala sekolah SMP Nusantara Plus yang telah

    memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah yang

    beliau pimpin.

    7. Seluruh dewan guru SMP Nusantara Plus khususnya guru Pendidikan Agama

    Islam Asep Edy Sudrajat, S.Pd, Drs. Syaefudin, dan Amir Hamzah, SHI yang

    telah besedia meluangkan waktunya untuk diwawancarai penulis.

    8. Siswa-siswi kelas VIII SMP Nusantara Plus yang telah bersedia sebagai subyek

    dalam Penelitian.

    9. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Tarbiyah

    dan Keguruan yang telah memberikan fasilitas berupa kemudahan dalam

    meminjam buku.

    10. Kedua orang tua tercinta H. Chozin Husain dan Hj. Mugiati Daiman, yang selalu

    penulis banggakan yang telah memberikan dukungan secara moril dan materiil,

    yang selalu mencurahkan cinta dan kasih sayang serta memberikan semangat

    yang bertubi-tubi. Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan cinta yang

    mereka berikan kepada penulis.

    11. Pengasuh Pesantren Darus-sunnah Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA,. dan

    Hj. Ulfah Uswatun Hasanah yang selalu memberikan dorongan, motivasi dan doa

    kepada penulis.

    12. Keluarga besarku Sri Wahyuni dan Nur Rofiq, Anis Rasyidah dan Abdul

    Khaliq, Rifan Zainuddin dan Nuriyatul Khamsah, Zainal Muttaqin dan Alvi

    Alvavi Maknuna, Nur Istiqomah dan Abdul Kholiq, yang telah banyak

    memberikan dorongan, kasih sayang, semangat dan bantuan baik secara moril

    maupun materiil demi lancarnya penyusunan skripsi ini.

    13. Keponakan-keponakan tersayang Evi Mauidlatus Salihah, Muhammad Agus

    Jauhari, Nurul Jauzak, Muhammad Kafa Billah, Muhammad Arjun Naja, Atika

    Ajibah dan Uzma.

    14. Sahabat-sahabat seperjuangan jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2009,

    kelas PAI-C dan Fiqih-C. Terimakasih atas kebersamaannya, dukungan, bantuan

  • x

    dan motivasi. Tiada hal yang terindah kecuali mengenang masa kita berjuang

    bersama di kampus tercinta.

    15. Sahabat-sahabat seperjuangan di Pesantren Ilmu Hadits Darus Sunnah khususnya

    angkatan ke-12 (AntaBena). Terimakasih atas kebersamaannya, dukungan,

    bantuan dan motivasi.

    16. Sahabat-sahabat terbaikku Reni Kurniawati, Nurul Hasanah dan Izza Farhatin

    Ilmi. Terimakasih atas doa, dukungan, bantuan yang selama ini yang kalian

    berikan.

    17. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan

    bantuan yang sangat bermanfaat bagi penulis demi terselesaikannya skripsi ini.

    Tiada ucapan yang dapat penulis haturkan kecuali Jazakumullah Ahsanal

    Jazaa semoga amal baiknya diterima oleh Allah SWT.

    Penulis mengharapkan masukan berupa saran dan kritik yang konstruktif dari

    pembaca demi memperbaiki karya tulis ini, semoga dapat membawa manfaat bagi

    para pengkaji/pembaca dan bagi penulis sendiri. Amin Ya Robbal Alamin.

    Jakarta, 28 Maret 2015

    Penulis

  • xi

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ................................................................................ i

    HALAMAN SAMPUL ............................................................................. ii

    LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH .................................... iii

    LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ....................................... iv

    LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ................................................. v

    ABSTRAK ...................................................................................................... vi

    KATA PENGANTAR .................................................................................... viii

    DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1

    B. Identifikasi Masalah ..................................................................... 6

    C. Pembatasan Masalah .................................................................... 6

    D. Perumusan Masalah ..................................................................... 7

    E. Tujuan Penelitian .......................................................................... 7

    F. Manfaat Penelitian ......................................................................... 7

    BAB II KAJIAN TEORI

    A. Guru Agama Islam ....................................................................... 9

    1. Pengertian Guru Agama Agama Islam ............................... 9

    a. Pengertian Guru Agama Agama Islam ........................... 9

    b. Persyaratan Guru Agama Agama Islam .......................... 10

    c. Tugas Guru Agama Agama Islam .................................. 12

    d. Fungsi Guru Agama Agama Islam ................................. 16

    e. Peranan Guru Agama Agama Islam ............................... 17

    f. Kode Etik Guru Agama Agama Islam ............................ 17

  • xii

    2. Kreativitas Belajar .................................................................. 19

    a. Definisi Kreativitas Belajar .............................................. 19

    b. Ciri-ciri Kreativitas Belajar .............................................. 21

    c. Indikator Kreativitas Belajar ............................................. 22

    d. Fase Berkreativitas Belajar .............................................. 22

    e. Faktor Pendukung dan Penghambat Kreativitas .............. 25

    3. Pengertian Pendidikan Agama Islam di SMP ............................. 28

    a. Tujuan Pendidikan Agama islam di SMP ................................ 28

    b. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam di SMP .... 28

    4. Penelitian Yang Relevan ....................................................... 29

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Tempat dan Waktu ...................................................................... 31

    B. Metode Penelitian ........................................................................ 32

    C. Sumber Data ................................................................................ 34

    D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ............................. 35

    E. Pengecekan Keabsahan Data ...................................................... 37

    F. Teknik Analisis Data............................................................ 39

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Umum SMP Nusantara Plus ...................................... 40

    1. Sejarah Singkat SMP Nusantara Plus ................................... 40

    2. Visi, Misi, Kurikulum dan Alokasi Jam Belajar ................... 41

    3. Sarana dan Prasarana ............................................................ 42

    5. Data Guru SMP dan Siswa SMP Nusantara Plus ................. 44

    B. Deskripsi Data ............................................................................ 48

    1. Data dan Sumber Data ......................................................... 48

    C. Pembahasan Hasil Penelitian ...................................................... 49

    1. Upaya Guru PAI Dalam Mengembangkan Kreativitas Siswa 50

    a. Perencanaan ...................................................................... 50

  • xiii

    b. Pelaksanaan ........................................................................ 51

    d. Evaluasi ................................................................... 58

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan ................................................................................. 59

    B. Saran ............................................................................................ 60

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 61

    LAMPIRAN .................................................................................................... 64

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi

    perkembangan dan perwujudan diri individu terutama bagi pembangunan bangsa

    dan Negara. Saat ini, perkembangan ilmu pengetahuan, seni dan teknologi telah

    berkembang demikian pesatnya. Seluruh umat manusia di belahan bumi manapun,

    termasuk masyarakat Indonesia sedikit banyaknya telah menikmati buah karya

    ilmu pengetahuan dan teknologi .1

    Perkembangan teknologi dan informasi pada saat ini tidak dipungkiri

    merupakan buah dari berpikir manusia. Manusia yang diberi akal, budi, dan karsa

    menciptakan perubahan-perubahan terhadap pengetahuan yang ada dan

    mengimplementasikannya untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.

    Namun kenyataannya tidak semua orang memanfaatkan atau menggunakan

    bahkan tidak mengetahui kemampuan berpikir kreatif yang dimiliki. Jadi hanya

    orang-orang tertentu yang memiliki kemampuan berpikir kreatif dan professional

    yang dapat mengembangkan proses pemikiran kreatifnya untuk menghasilkan

    1 Yeni Rachmawati, Srategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak, (Jakarta: Kencana

    Prenada Media Group, 2010), Cet. I, h. 2.

  • 2

    sesuatu yang bermanfaat bagi orang banyak seperti perkembangan teknologi dan

    informasi yang dapat memecahkan permasalahan yang ada. Hal ini sesuai firman

    Allah dalam surah ar-Rad ayat 11:

    Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga

    mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (Q.S. Ar Rad: 11)

    Jadi kemampuan berpikir kreatif manusia juga didorong keinginan untuk

    hidup yang lebih baik dan sejahtera di tengah kondisi lingkungan yang semakin

    terbatas. Sumber daya alam yang semakin berkurang, jumlah penduduk yang

    semakin bertambah dan kompleksitas masalah sosial merupakan tantangan untuk

    lebih kreatif menyiasatinya.

    Pada dasarnya ilmu pengetahuan, seni dan teknologi akan terus

    berkembang sejalan dengan perkembangan manusia itu sendiri. Manusialah yang

    membuat majunya sebuah peradaban. Dengan potensi yang diberikan Tuhan,

    manusia terus mengembangkan diri dan membangun peradabannya. Melalui ilmu

    pengetahuan manusia dapat memperbaiki kekurangannya dan menciptakan hal-hal

    yang baru yang berdaya guna dalam kehidupan masyarakat. Tanpa dibarengi

    dengan rasa keingintahuan yang tinggi, keinginan utuk selalu maju dan

    meningkatkan diri, jiwa pencari pengetahuan yang besar serta ide original yang

    tiba-tiba muncul yang semata-mata pemberian dari Tuhan, manusia tidak akan

    mencapai perkembangan sepesat ini. 2

    Dalam proses hidup, manusia selalu berpikir dan senantiasa belajar pada

    berbagai hal meski sekecil apapun. Dari proses berpikir dan belajar tersebut,

    manusia berusaha memunculkan sesuatu yang baru. Sesuatu yang muncul dalam

    pikiran itu dapat berupa konsep, ide, maupun kreativitas. Oleh karena itu, di

    2 Ibid., h. 4.

  • 3

    dalam pikiran manusia, terdapat proses menerima pesan atau memori, kemudian

    proses pengolahan yang nantinya mampu menghasilkan berbagai konsep maupun

    gagasan cemerlang.

    Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau

    tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni

    mengalami. Hasil belajar bukan suatu pengusasaan hasil latihan melainkan

    pengubahan kelakuan. Dalam belajar, yang terpenting adalah proses bukan hasil

    yang diperolehnya. Artinya belajar harus diperoleh dengan usaha sendiri, adapun

    orang lain hanya sebagai perantara atau penunjang dalam kegiatan belajar agar

    belajar itu mendapatkan hasil baik.3

    Belajar dan mengajar merupakan dua aktivitas yang berlangsung secara

    bersamaan dan memiliki fokus yang dipahami bersama. Sebagai suatu aktivitas

    yang terencana, belajar memiliki tujuan yang bersifat permanen, yakni terjadinya

    perubahan pada anak didik. Ciri-ciri perubahan dalam pengertian belajar meliputi:

    1. Perubahan intensional dalam arti perubahan yang terjadi karena intensitas

    pengalaman, praktik, atau latihan yang dilakukan secara sengaja atau dengan

    kata lain perubahan yang terjadi dalam perkembangan kepribadian seseorang

    bukan terjadi secara kebetulan, tetapi merupakan hasil belajar.

    2. Perubahan yang terjadi bersifat kontinyu dan fungsional, yaitu suatu proses

    yang selalu berkembang sesuai pembelajaran yang didapat.

    3. Perubahan belajar menuju arah positif, dalam arti sesuai dengan yang

    diharapkan (normatif) atau kriteria keberhasilan (criteria of succes) baik

    dipandang dari segi siswa, guru, maupun lingkungan sosial.

    4. Perubahan yang efektif, dalam arti membawa pengaruh makna tertentu bagi

    siswa setidaknya sampai batas waktu tertentu, baik demi alasan

    3 Oemar Hamlik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Askara, 2001), Cet. I, h.

    27.

  • 4

    penyesuaian diri maupun dalam rangka mempertahankan kelangsungan

    hidupnya.4

    Perubahan perilaku pada siswa dalam konteks pengajaran jelas merupakan

    produk dan usaha guru melalui kegiatan mengajar. Hal ini dapat dipahami karena

    mengajar merupakan suatu aktivitas khusus yang dilakukan guru untuk menolong

    dan membimbing anak didik memperoleh perubahan dan pengembangan skill

    (keterampilan), attitude (sikap), appreciation (penghargaan) dan knowledge

    (pengetahuan).

    Sebagaimana dalam pasal Bab II pasal 3 UU Rl no. 20 Tahun 2003 tentang

    sistem pendidikan nasional dijelaskan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah

    mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan

    bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

    kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

    jawab.5

    Pendidikan mempunyai peranan penting dalam menentukan perkembangan

    dan pembangunan bangsa dan negara. Kemajuan suatu bangsa bergantung pada

    bagaimana bangsa tersebut mengenali, menghargai dan memanfaatkan sumber

    daya manusia dalam hal ini berkaitan erat dengan kualitas pendidikan yang

    diberikan kepada masyarakat terutama peserta didik. Pendidikan merupakan

    suatu upaya untuk mencerdaskan bangsa dan merupakan kegiatan belajar yang

    berlangsung secara terus menerus. Dalam arti sederhana pendidikan sering

    diartikan sebagai usaha manusia membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-

    nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya.6

    4 Akyas Azhari, Psikologi Umum dan Perkembangan, (Bandung: Teraju, 2004), Cet. I, h.

    123. 5 Alisuf Subri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), Cet. I, h.

    94-95.

    6 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada: 2008, h.1.

  • 5

    Kita mengetahui bahwa pendidikan merupakan suatu kegiatan yang

    universal dalam kehidupan manusia. Dimanapun di dunia ini terdapat masyarakat,

    dan di sana pula terdapat pendidikan. Meskipun pendidikan merupakan suatu

    gejala yang umum dalam setiap kehidupan masyarakat, namun perbedan filsafat

    dan pandangan hidup yang dianut oleh masing-masing bangsa atau masyarakat

    menyebabkan adanya perbedaan penyelenggaraan termasuk perbedaan sistem

    pendidikan tersebut.7

    Pendidikan islam bertujuan untuk membentuk kepribadian

    sebagai khalifah Allah swt atau sekurang-kurangnya mempersiapkan ke jalan

    yang mengacu kepada tujuan akhir. Tujuan utama khalifah Allah adalah beriman

    kepada Allah dan tunduk serta patuh secara total kepadanya.8

    Kreativitas dan bakat pada diri anak perlu dipupuk dan dikembangkan.

    Karena dengan kreativitas dan bakat yang dimilikinya itu mereka dapat menjadi

    pribadi-pribadi yang kreatif. Sebagai pribadi yang kreatif ,kelak mereka bukan

    saja dapat meningkatkan kualitas pribadinya,tetapi juga dapat meningkatkan

    kualitas kehidupan bangsa dan negara.

    Sistem pendidikan perlu disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan

    disegala bidang, yang memerlukan jenis-jenis keahlian dan keterampilan serta

    dapat meningkatkan kreativitas, produktivitas, mutu, dan efisiensi kerja.

    Perilaku kreatif adalah hasil pemikiran kreatif. Karena itu sistem

    pendidikan hendaknya dapat merangsang pemikiran, sikap, dan perilaku kreatif

    produktif, di samping pemikiran logis dan penalaran. Namun dalam kenyataannya

    masih sedikit sekolah yang menyelenggarakan upaya pengembangan kreativitas

    dan bakat anak.

    7 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung : Rosdakarya,

    2007), h. 35. 8 Abdurrahman Saleh Abdullah, Educational Theory: Quranic Outlook, (Mekkah: Umm

    al-Qura University, 1982), h. 119.

  • 6

    Dari latar belakang tersebut peneliti mengadakan penelitian tentang

    pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VIII SMP Nusantara Plus dengan

    judul Upaya Guru PAI dalam Mengembangkan Kreativitas Siswa pada

    Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VIII SMP Nusantara Plus

    Ciputat.

    B. Identifikasi Masalah

    Adapun identifikasi masalah adalah:

    1. Seorang guru harus paham tentang upaya dalam mengembangkan

    kreativitas siswa

    2. Guru belum dapat mengembangkan keterampilannya dalam proses belajar

    mengajar

    C. Pembatasan Masalah

    Masalah dalam penelitian perlu dibatasi dengan jelas sehingga dapat

    mengarahkan perhatian secara seksama pada masalah tersebut. Agar dapat dikaji

    dan dijawab secara mendalam, maka dalam penelitian ini peneliti membatasai

    masalah pada: Upaya Guru PAI dalam mengembangkan kreativtas siswa pada

    mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VIII SMP Nusantara Plus.

    D. Perumusan Masalah

    Dari masalah-masalah yang telah dibatasi pada penjabaran di atas maka

    dapat dirumuskan masalah yang akan diteliti adalah Bagaimana upaya guru

    dalam mengembangkan kreativitas siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama

    Islam di sekolah?

  • 7

    E. Tujuan Penelitian

    Untuk mengetahui upaya guru dalam mengembangkan kreativitas siswa

    dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

    F. Manfaat Penelitian

    Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai penelitian ini sangat diharapkan

    dapat berguna bagi berbagai pihak yang berkaitan, adapun manfaat yang

    diharapkan diantaranya adalah:

    1. Ditinjau dari segi teoritis

    Secara umum penelitian ini memberikan manfaat dalam dunia pendidikan

    dalam meningkatkan sumber daya manusia, kepribadian serta dapat

    menciptakan suasana pembelajaran yang berbeda dan menyenangkan,

    sehingga siswa dapat dengan mudah menangkap pelajaran didapatnya dan

    motivasi yang baik dalam mengikuti pembelajaran PAI.

    2. Ditinjau dari segi praktis

    Manfaat secara praktis dari penelitian ini adalah sebagai masukan:

    a. Bagi penulis

    Penulis memperoleh pengalaman secara langsung dalam upaya

    menggembangkan kreativitas siswa pada mata pelajaran Pendidikan

    Agama Islam.

    b. Bagi guru

    Guru memperoleh alternatif dan variasi metode pembelajaran baru yang

    bisa diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar terutama pada

    pembelajaran Pendidikan Agama Islam, guna untuk meningkatkan

    kreativitas, motivasi, kualitas dan kuantitas siswa.

    c. Bagi siswa

    Siswa memperoleh suasana baru dalam mengikuti kegiatan belajar

    mengajar di kelas, sehingga siswa lebih giat dan semangat dalam

    memahami materi yang mereka pelajari.

    d. Bagi sekolah

  • 8

    Bagi sekolah dapat menjadi bahan pertimbangan dan acuan dalam

    menerapkan metode yang dapat menggembangkan kreativitas siswa dalam

    kegiatan belajar mengajar di kelas terutama pada pembelajaran Pendidikan

    Agama Islam.

  • 9

    BAB II

    KAJIAN TEORI

    A. Kajian Teori

    1. Guru Agama Islam

    a. Pengertian Guru Agama Islam

    Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang

    memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan

    masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat

    tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bias juga di masjid,

    di surau/musala, di rumah dan sebagainya.1

    Guru memang menempati kedudukan yang terhormat di masyarakat.

    Kewibawaanlah yang menyebabkan guru dihormati, sehingga masyarakat

    tidak meragukan figur guru. Masyarakat yakin bahwa gurulah yang dapat

    mendidik anak didik mereka agar menjadi orang yang berkepribadian mulia.

    Dengan kepercayaan yang diberikan masyarakat, maka di pundak

    guru diberikan tugas dan tanggung jawab yang berat. Tapi lebih berat lagi

    mengemban tanggung jawab. Sebab tanggung jawab guru tidak hanya sebatas

    1 Syaiful bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam interaksi Edukatif, (Jakarta: PT

    Rineka Cipta, 2010), Cet. III, h.31.

  • 10

    dinding sekolah, tetapi juga di luar sekolah. Pembinaan yang harus guru

    berikan pun tidak hanya secara kelompok (klasikal), tetapi juga secara

    individual. Hal ini mau tidak mau menuntut guru agar selalu memperhatikan

    sikap, tingkah laku, dan perbuatan anak didiknya, tidak hanya di lingkungan

    sekolah tetapi di luar sekolah sekalipun.

    Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa guru adalah semua orang

    yang berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan membina

    anak didik, baik secara individual maupun klasikal, di sekolah maupun di luar

    sekolah.

    Guru adalah profesi yang memiliki kedudukan yang terhormat di

    hadapan masyarakat yang memberikan ilmu pengetahuan, baik ilmu dunia

    maupun ilmu akhirat bagi peserta didik di masa yang akan datang, sehingga

    betapa mulianya kedudukan para guru dalam islam yang tercermin dari

    firman Allah SWT dalam surat Al Mujadalah ayat 11:

    Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-

    orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha

    mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS. Al Mujadilah: 11).

    Profesi sebagai guru merupakan pekerjaan yang sangat mulia dalam

    pandangan Islam. Hal ini wajar mengingat guru merupakan orang yang

    bertanggung jawab terhadap masa depan peserta didik.

    b. Persyaratan Guru Agama Islam

    Dengan kemuliaannya, guru rela megabdikan diri di desa terpencil

    sekalipun. Dengan segala kekurangan yang ada guru berusaha membimbing

  • 11

    dan membina anak didik agar menjadi manusia yang berguna bagi nusa dan

    bangsanya di kemudian hari.

    Menjadi guru berdasarkan tuntutan hati nurani tidaklah semua orang

    dapat melakukannya, karena orang harus merelakan sebagian dari seluruh

    hidup dan kehidupannya mengabdi kepada Negara dan bangsa guna

    mendidik anak didik menjadi manusia susila yang cakap, demokratis, dan

    bertanggung jawab atas pembangunan dirinya dan pembangunan bangsa dan

    Negara.

    Menjadi guru menurut Prof. Zakiah Daradjat tidak sembarangan,

    tetapi harus memenuhi beberapa persyaratan:

    1) Takwa kepada Allah SWT

    Guru, sesuai dengan tujuan ilmu Pendidikan Islam, tidak mungkin

    mendidik anak didik agar bertakwa kepada Allah, jika ia sendiri tidak

    bertakwa kepada-Nya. Sebab ia adalah teladan bagi anak didiknya,

    sebagaimana Rasulullah saw. menjadi teladan bagi umatnya. Sejauhmana

    seorang guru mampu memberi teladan yang baik kepada semua anak

    didiknya, sejauh itu pulalah ia diperkirakan akan berhasil mendidik mereka

    agar menjadi generasi penerus bangsa yang baik dan mulia.2

    2) Berilmu

    Ijazah bukan semata-mata secarik kertas, tetapi suatu bukti, bahwa

    pemiliknya telah mempunyai ilmu pengetahuan dan kesanggupan tertentu

    yang diperlukannya untuk suatu jabatan.

    Guru pun harus mempunyai ijazah agar ia diperbolehkan mengajar.

    Kecuali dalam keadaan darurat, misalnya jumlah anak didik meningkat,

    sedang jumlah guru jauh dari mencukupi, maka terpaksa menyimpang untuk

    sementara, yakni menerima guru yang belum berijazah. Tetapi dalam

    keadaan normal ada patokan bahwa makin tinggi pendidikan guru makin

    baik pendidikan dan pada gilirannya makin tinggi pula derajat masyarakat.

    2 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), h. 41.

  • 12

    3) Sehat Jasmani

    Kesehatan jasmani kerapkali dijadikan salah satu syarat bagi mereka

    yang melamar untuk menjadi guru. Guru yang mengidap penyakit menular,

    umpamanya sangat membahayakan kesehatan anak-anak. Di samping itu,

    guru yang berpenyakit tidak akan bergairah mengajar. Kita kenal ucapan

    mens sana in corpore sano, yang artinya dalam tubuh yang sehat

    terkandung jiwa yang sehat. Walaupun pepatah itu tidak benar secara

    keseluruhan, akan tetapi kesehatan badan sangat mempengaruhi semangat

    kerja. Guru yang sakit-sakitan kerapkali terpaksa absen dan tentunya

    merugikan anak didik.

    4) Berkelakuan Baik

    Budi pekerti guru penting dalam pendidikan watak anak didik. Guru

    harus menjadi teladan, karena anak-anak bersifat suka meniru. Di antara

    tujuan pendidikan yaitu membentuk akhlak yang mulia pada diri pribadi

    anak didik dan ini hanya mungkin bisa dilakukan jika pribadi guru

    berakhlak mulia pula. Guru yang tidak berakhlak mulia tidak mungkin

    dipercaya untuk mendidik. Yang dimaksud dengan akhlak mulia dalam ilmu

    pendidikan Islam adalah akhlak yang sesuai dengan ajaran Islam, seperti

    dicontohkan oleh pendidik utama, Nabi Muhammad saw. Diantara akhlak

    mulia guru tersebut adalah mencintai jabatannya sebagai guru, bersikap adil

    terhadap semua anak didiknya, berlaku sabar dan tenang, berwibawa,

    gembira, bersifat manusiawi, bekerjasama dengan guru-guru lain,

    bekerjasama dengan masyarakat.3

    Di Indonesia untuk menjadi guru diatur dengan beberapa

    persyaratan, yakni berijazah, professional, sehat jasmani dan rohani, takwa

    kepada Tuhan Yang Maha Esa dan kepribadian yang luhur, bertanggung

    jawab, dan berjiwa nasional.

    3 Ibid.

  • 13

    c. Tugas guru Agama Islam

    Guru akan menunaikan tugasnya dengan baik atau dapat bertindak

    sebagai tenaga pengajar yang efektif, jika padanya terdapat berbagai

    kompetensi keguruan, dan melaksanakan fungsinya sebagai guru.

    1. Kompetensi Guru

    Pada mulanya kompetensi ini diperoleh dari preservice training

    yang kemudian dikembangkan dalam pekerjaan professional guru dan

    dibina melalui in service training. Pada dasarnya guru harus memiliki tiga

    kompetensi, yaitu: kepribadian, kompetensi penguasaan atas bahan, dan

    kompetensi dalam cara-cara mengajar.

    a. Kompetensi Kepribadian

    Setiap guru memiliki kepribadiaannya sendiri-sendiri yang unik.

    Tidak ada guru yang sama, walaupun mereka sama-sama memiliki pribadi

    keguruan. Jadi pribadi keguruan itu pin unik pula, dan perlu

    diperkembangkan secara terus menerus agar guru itu terampil dalam:

    1) Mengenal dan mengakui harkat dan potensi dari setiap individu atau

    murid yang diajarkannya.

    2) Membina suatu suasana sosial yang meliputi interaksi belajar-mengajar

    sehingga amat bersifat menunjang secara moral (batiniah) terhadap

    murid bagi terciptanya kesepahaman dan kesamaan arah dalam pikiran

    serta perbuatan murid dan guru.

    3) Membina suatu perasaan saling menghormati, saling bertanggung

    jawab dan saling mempercayai antara guru dan murid.4

    b. Kompetensi penguasaan atau bahan pengajaran

    Penguasaan yang mengarah kepada spesialisasi (takhasus) atas ilmu

    atau kecakapan/ pengetahuan yang diajarkan.

    4 Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara,

    2001), Cet. II, h.263.

  • 14

    Penguasaan yang meliputi bahan bidang studi sesuai dengan

    kurikulum dan bahan pendalaman aplikasi bidang studi. Kesemuanya ini

    amat perlu dibina karena selalu dibutuhkannya dalam:

    1) Menguraikan ilmu pengetahuan atau kecakapan dan apa-apa yang harus

    diajarkannya ke dalam bentuk komponen-komponen dan informasi-

    informasi yang sebenarnya dalam bidang ilmu atau kecakapan yang

    bersangkutan.

    2) Menyusun komponen-komponen atau informasi-informasi itu

    sedemikian rupa baiknya sehingga akan memudahkan murid untuk

    mempelajari pelajaran yang diterimanya.

    c. Kompetensi dalam cara-cara mengajar

    Kompetensi dalam cara-cara mengajar atau keterampilan mengajar

    sesuatu bahan pengajaran sangat diperlukan guru. Khususnya keterampilan

    dalam:

    1) Merencanakan atau menyusun setiap progam satuan pelajaran,

    demikian pula merencanakan atau menyusun keseluruhan kegiatan

    untuk satu satuan waktu (catur wulan/semester atau tahun ajaran)

    2) Mempergunakan dan mengembangkan media pendidikan (alat bantu

    atau alat peraga) bagi murid dalam proses belajar yang diperlukannya.

    3) Mengembangkan dan mempergunakan semua metode-metode mengajar

    sehingga terjadilah kombinasi-kombinasi dan variasinya yang efektif.

    Ketiga aspek kompetensi tersebut di atas harus berkembang secara

    selaras dan tumbuh terbina dalam kepribadian guru. Dengan demikian itu

    dapat diharapkan dari padanya untuk mengerahkan segala kemampuan dan

    keterampilannya dalam mengajar secara professional dan efektif.5

    Menurut Rostiyah yang dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah, bahwa

    guru dalam mendidik anak didik bertugas untuk:

    a) Menyerahkan kebudayaan kepada anak didik berupa kepandaian,

    kecakapan, dan pengalaman-pengalaman.

    5 Ibid., h. 264.

  • 15

    b) Membentuk kepribadian anak yang harmonis, sesuai cita-cita dan

    dasar Negara kita Pancasila.

    c) Menyiapkan anak menjadi warga Negara yang baik sesuai Undang-

    Undang Pendidikan yang merupakan Keputusan MPR No. II Tahun

    1983.

    d) Sebagai perantara dalam belajar.

    Di dalam proses belajar guru hanya sebagai perantara/medium, anak

    harus berusaha sendiri mendapatkan suatu pengertian, sehingga timbul

    perubahan dalam pengetahuan, tingkah laku, dan sikap.

    e) Guru adalah sebagai pembimbing, untuk membawa anak didik ke arah

    kedewasaan, pendidik tidak maha kuasa, tidak dapat membentuk anak

    menurut sekehendaknya.

    f) Guru sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat.

    Anak nantinya akan hidup dan bekerja, serta mengabdikan diri dalam

    masyarakat, dengan demikian anak harus dilatih dan dibiasakan di

    sekolah di bawah pengawasan guru.

    g) Sebagai penegak disiplin, guru menjadi contoh dalam segala hal, tata

    tertib bisa berjalan bila guru dapat menjalani lebih dahulu.

    h) Guru sebagai administrator dan manajer.

    Di samping mendidik, seorang guru harus dapat mengerjakan urusan

    tata usaha seperti membuat buku kas, daftar induk, raport, daftar gaji

    dan sebagainya, serta dapat mengkoordinasi segala pekerjaan di

    sekolah secara demokratis, sehingga suasana pekerjaan penuh dengan

    rasa kekeluargaan.

    i) Pekerjaan guru sebagai suatu profesi.

    Orang yang menjadi guru karena terpaksa tidak dapat bekerja dengan

    baik, maka harus menyadari benar-benar pekerjaannya sebagai suatu

    profesi.

    j) Guru sebagai perencana kurikulum

  • 16

    Guru menghadapi anak-anak setiap hari, gurulah yang paling tahu

    kebutuhan anak-anak dan masyarakat sekitar, maka dalam penyusunan

    kurikulum, kebutuhan ini tidak boleh ditinggalkan.

    k) Guru sebagai pemimpin (guidance worker)

    Guru mempunyai kesempatan dan tanggung jawab dalam banyak

    situasi untuk membimbing anak kearah pemecahan soal, membetuk

    keputusan, dan menghadapkan anak-anak pada problem.

    l) Guru sebagai sponsor dalam kegiatan anak-anak.

    Guru harus turut aktif dalam segala aktifitas anak, misalnya dalam

    ekstrakulikuler membentuk kelompok belajar dan sebagainya.6

    Dengan meneliti poin-poin tersebut, tahulah bahwa tugas guru tidak

    ringan. Profesi guru harus berdasarkan panggilan jiwa, sehingga dapat

    menunaikan tugas dengan baik, dan ikhlas. Guru harus mendapatkan haknya

    secara proporsional dengan gaji yang patut diperjuangkan melebihi profesi-

    profesi lainnya, sehingga keinginan peningkatan kompetensi guru dan

    kualitas belajar anak didik bukan hanya sebuah slogan di atas kertas.

    d. Fungsi Guru Agama Islam

    Pekerjaan jabatan guru agama sangatlah luas, yaitu untuk membina

    seuruh kemampuan-kemampuan dan sikap-sikap yang baik dari murid

    sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini berarti bahwa, perkembangan sikap dan

    kepribadian tidak terbatas pelaksanaannya melalui pembinaan di dalam

    kelas saja. Dengan kata lain, tugas guru atau fungsi guru dalam membina

    murid tidak terbatas pada interaksi belajar-mengajar saja.

    Fungsi sentral guru adalah mendidik (fungsi educational). Fungsi

    sentral ini berjalan sejajar dengan atau dalam melakukan kegiatan mengajar

    6 Djamarah,op. cit., h.39.

  • 17

    (fungsi intruksional) dan kegiatan bimbingan, bahkan setiap tingkah lakunya

    dalam berhadapan dengan murid (interaksi edukatif) senantiasa terkandung

    fungsi mendidik.

    Mengingat lingkup pekerjaan guru seperti yang dilukiskan di atas,

    maka fungsi atau tugas guru itu meliputi, pertama, tugas pengajaran atau

    guru sebagai pengajaran, kedua, tugas bimbingan dan penyuluhan atau guru

    sebagai pembimbing dan pemberi bimbingan, dan ketiga, tugas administrasi

    atau guru sebagai pemimpin (manajer kelas). 7

    Ketiga tugas itu dilaksanakan sejalan secara seimbang dan serasi.

    Tidak boleh ada satu pun yang terabaikan, karena semuanya fungsional dan

    saling kait-berkaitan dalam menuju keberhasilan pendidikan sebagai suatu

    keseluruhan yang tidak terpisahkan.

    e. Peranan Guru Agama Islam

    Banyak peranan yang diperlukan dari guru sebagai pendidik, atau

    siapa saja yang telah menerjunkan diri sebagai guru. Semua peranan yang

    diharapkan dari guru seperti diuraikan di bawah ini:

    1) Korektor

    2) Inspirator

    3) Informator

    4) Organisator

    5) Motivator

    6) Inisiator

    7) Fasilitator

    8) Pembimbing

    9) Demonstrator

    10) Pengelola kelas

    11) Mediator

    12) Supervisor

    7 Daradjat, op. cit., h. 265.

  • 18

    13) Evaluator. 8

    f. Kode Etik Guru Agama Islam

    Kalau istilah kode etik itu dikaji, maka terdiri dari dua kata, yakni

    kode dan etik. Perkataan etik berasal dari bahasa Yunani, ethos

    yang berarti watak, adab atau cara hidup. Dapat diartikan bahwa etik itu

    menunjukkan cara berbuat yang menjadi adat, karena persetujuan dari

    kelompok manusia. Dan etik biasanya dipakai untuk pengkajian sistem

    nilai-nilai yang disebut kode, sehingga terjelmalah apa yang disebut

    kode etik. Atau secara harfiah kode etik berarti sumber etik. Etika

    artinya tata susila (etika) atau hal-hal yang berhubungan dengan kesusilaan

    dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Jadi, kode etik guru diartikan sebagai

    aturan tata susila keguruan.

    Berbicara mengenai Kode Etik Guru Indonesia berarti kita

    membicarakan guru di Negara kita. Berikut akan dikemukakan kode etik

    guru Indonesia sebagai hasil rumusan kongres PGRI XIII pada tanggal 21-

    25 November 1973 di Jakarta, terdiri dari Sembilan item, yaitu:

    1) Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk

    manusia pembangunan yang ber-pancasila.

    2) Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum

    sesuai kebutuhan anak didik masing-masing.

    3) Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh informasi

    tentang anak didik, tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk

    penyalahgunaan.

    4) Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara

    hubungan dengan orang tua anak didik sebaik-baiknya bagi kepentingan

    anak didik.

    5) Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar

    sekolahnya maupun masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan

    pendidikan

    8 Djamarah,op. cit., h. 48.

  • 19

    6) Guru sendiri atau bersama-sama berusaha mengembangkan dan

    meningkatkan mutu profesinya.

    7) Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru, baik

    berdasarkan lingkunan kerja maupun dalam hubungan keseluruhan.

    8) Guru secara hukum bersama-sama memelihara, membina, dan

    meningkatkan mutu organisasi guru professional sebagai sarana

    pengabdiannya.

    9) Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan

    pemerintah dalam bidang pendidikan.9

    Kode etik guru merupakan suatu yang harus dilaksanakan sebagai

    barometer dari semua sikap dan perbuatan guru dalam berbagai segi

    kehidupan, baik dalam keluarga, sekolah maupun masyarakat.

    2. Kreativitas Belajar

    a. Definisi Kreativitas Belajar

    Menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia Kreativitas dapat diartikan

    sebagai daya cipta atau kemampuan untuk menciptakan sesuatu. 10

    . Berikut ini

    akan dikemukakan beberapa definisi kreativitas, sebagai berikut:

    Kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan atau menghasilkan

    sesuatu yang baru. Hasil karya atau ide-ide baru itu sebelumnya tidak dikenal oleh

    pembuatnya maupun orang lain. Kemampuan ini merupakan aktivitas imajinatif

    yang hasilnya merupakan pembentukan kombinasi dari informasi yang diperoleh

    dari pengalaman-pengalaman sebelumnya menjadi hal yang baru, berarti dan

    bermanfaat.11

    Menurut James J. Gallagher yang dikutip oleh Yeni Rachmawati dan Euis

    Kurniawati mengatakan bahwa Creativity is a mental process by wich an

    9 Djamarah,op. cit., h. 50.

    10 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa,

    2008), h. 835. 11

    Fuad Nashori & Rachmy Diana Mucharam, Mengembangkan Kreativitas dalam

    Perspektif Psikologi Islam, (Jogjakarta: Menara Kudus, 2002), Cet. I, h. 33.

  • 20

    individual creates new ideas or products, or recombines existing ideas and

    products, in fashion that is novel to im or her (kreativitas merupakan suatu

    proses mental yang dilakukan individu berupa gagasan atau produk baru, atau

    mengombinasikan antara keduanya yang pada akhirnya akan melekat pada

    dirinya).12

    Lebih lanjut Supriadi mengutarakan sebgaimana dikutip oleh Yeni

    Rachmawati dan Euis Kurniawati bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang

    untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata

    yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada. Selanjutnya ia menambahkan

    bahwa kreativitas merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang yang

    mengimplikasikan terjadinya eskalasi dalam kemampuan berpikir, ditandai oleh

    suksesi, diskontinuitas, diferensiasi, dan integrasi antara setiap tahap

    perkembangan.13

    Menurut Abdul Rahman Shaleh kreativitas adalah suatu kemampuan

    untuk memecahkan persoalan yang memungkinkan orang tersebut memecahkan

    ide yang asli atau menghasilakan suatu yang adaptis (fungsi kegunaan) yang

    secara penuh berkembang. Kreativitas dan kecerdasan seseorang tergantung pada

    kemampuan mental yang berbeda-beda. 14

    Menurut J.P. Guilford yang dikutip oleh Abdul Rahman Shaleh disebut

    berfikir divergen, yaitu aktivitas mental yang asli, murni dan baru, yang berbeda

    dari pola piker sehari-hari dan menghasilkan lebih dari satu pemecahan

    persoalan.15

    Menurut Utami Munandar kreativitas adalah kemampuan untuk membuat

    kombinasi baru berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada. 16

    Kreativitas ini hanyalah suatu kemampuan yang tersusun dan tidak

    sederhana, serta terdiri dari faktor-faktor yang dapat menambah kemampuan

    untuk berkreasi. Seperti, kemampuan untuk memperbarui kembali dan

    12

    Yeni Rachmawati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia Taman Kanak-

    kanak, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), Cet. III, h. 13. 13

    Ibid. 14

    Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta:

    Kencana Prenada Media Group, 2004), Cet.III, h.271. 15

    Ibid. 16

    Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah Petunjuk Bagi

    para Guru dan Orang Tua, (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 1999), Cet.III, h.47.

  • 21

    menciptakan hubungan yang baru atas sesuatu yang telah diketahui dan

    disepakati, kemampuan untuk cepat tanggap terhadap segala prinsip yang baru,

    kemampuan untuk bersikap fleksibel dan berekspresi secara bebas, dan

    kemampuan untuk tanggap terhadap permasalahan-permasalahan yang

    melingkupi seseorang. 17

    Berdasarkan beberapa definisi kreativitas yang dikemukakan di atas, maka

    kreativitas bisa diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk melihat bermacam-

    macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah dengan melahirkan

    sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam karya

    baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada sehingga lebih efisien,

    efektif dan produktif.

    b. Ciri-ciri Kreativitas Belajar

    Adapun ciri-ciri dari kreativitas enurut Fuad Nashori dan Rachmy Diana

    Mucharam itu adalah :

    1) Kelancaran berfikir (fluency of thinking), yaitu kemampuan untuk

    menghasilkan banyak ide yang keluar dari pemikiran seseorang secara

    cepat.

    2) Keluwesan ((flesibility), yaitu kemampuan untuk memproduksi sejumlah

    ide, jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi, dapat

    melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari

    alternatif atau arah yang berbeda-beda, dan mampu menggunakan

    bermacam-macam pendekatan atau cara pemikiran.

    3) Elaborasi (elaboration), yaitu kemampuan dalam mengembangkan

    gagasan dan menambahkan atau memperinci detil-detil dari suatu objek,

    gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

    4) Keaslian (originality), yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan

    unik (unusual) atau kemampuan untuk mencetuskan gagasan asli.18

    17

    Amal Abdussalam Al-Khalili, Mengembangkan Kreativitas Anak, (Jakarta: Pustaka Al-

    Kautsar, 2005), h.30-31. 18

    Nashori, op. Cit. h. 43-44.

  • 22

    Sedangkan menurut Munandar, ciri kreativitas meliputi aptitude dan

    nonaptitude.

    c. Indikator Kreativitas Belajar

    1) Memiliki rasa ingin tahu yang besar.

    2) Sering mengajukan pertanyaan yang berbobot.

    3) Memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah.

    4) Mampu menyatakan pendapat secara spontan dan tidak malu-malu.

    5) Mempunyai/menghargai rasa keindahan.

    6) Mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak

    mudah terpengaruh orang lain.

    7) Memiliki rasa humor tinggi.

    8) Mempunyai daya imajinasi yang kuat.

    9) Mampu mengajukan pemikiran, gagasan pemecahan masalah yang

    berbeda dari orang lain (orisinil)

    10) Dapat bekerja sendiri.

    11) Senang mencoba hal-hal baru.

    12) Mampu mengembangkan atau merinci suatu gagasan (kemampuan

    elaborasi). 19

    d. Fase Kreativitas dalam Belajar

    Wallas yang dikutip oleh Nana Syaodih Sukmadinata dalam Buku

    Landasan Psikologi Proses Pendidikan, mengemukakan ada empat tahap

    perbuatan atau kegiatan kreatif:

    1) Tahap persiapan atau preparation, merupakan tahap awal berisi kegiatan

    pengenalan masalah, pengumpulan data informasi yang relevan, melihat

    hubungan antara hipotesis dengan kaidah-kaidah yang ada, tetapi belum

    sampai menemukan sesuatu, baru menjajaki kemungkinan-kemungkinan.

    19

    Hamzah B. Uno, Mengelola Kecerdasan Dalam Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi

    Aksara, 2009), Cet.I, h.21.

  • 23

    2) Tahap pematangan atau incubation, merupakan tahap menjelaskan,

    membatasi, membandingkan masalah. Dengan proses inkubasi atau

    pematangan ini diharapkan ada pemisahan mana hal-hal yang benar-benar

    penting dan mana yang tidak, mana yang relevan dan mana yang tidak.

    3) Tahap pemahaman atau illumination, merupakan tahap mencari dan

    menemukan kunci pemecahan, menghimpun informasi dari luar untuk

    dianalisis dan disintesisikan, kemudian merumuskan beberapa keputusan.

    4) Tahap pengetesan atau verification, merupakan tahap mentes dan

    membuktikan hipotesis, apakah keputusan yang diambil itu tepat atau tidak. 20

    Pengembangan kreativitas dapat dilakukan melalui proses belajar

    diskaveri/inkuiri dan belajar bermakna, dan tidak dapat dilakukan hanya dengan

    kegiatan belajar bersifat ekspositori. Karena inti dari kreativitas adalah

    pengembangan kemampuan berpikir divergen dan bukan berpikir konvergen.

    Berpikir devergen adalah proses berpikir melihat suatu masalah dari berbagai

    sudut pandangan atau menguraikan sesuatu masalah atas beberapa kemungkinan

    pemecahan. Untuk mengembangkan kemampuan demikian guru perlu

    mencipatakan situasi belajar-mengajar yang banyak memberi kesempatan kepada

    siswa untuk memecahkan masalah, melakukan beberapa percobaan,

    mengembangkan gagasan atau konsep-konsep siswa sendiri. Situasi demikian

    menuntut pula sikap yang telah demokratis, terbuka, bersahabat, percaya kepada

    siswa.

    Kreativitas itu penting dalam pendidikan karena mengemukakan empat

    alasan yaitu:

    Pertama, karena dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya, dan

    perwujudan diri termasuk salah satu kebutuhan pokok dalam hidup manusia.

    Seorang ahli, Maslow (1968), yang menyelidiki sistem kebutuhan manusia

    menekankan bahwa kreativitas merupakan manifestasi dari individu yang

    berfungsi sepenuhnya dalam perwujudan dirinya. Orang yang sehat mental, yang

    20

    Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT

    Remaja Rosdakarya, 2007), Cet.III, h.105.

  • 24

    bebas dari hambatan-hambatan, dapat mewujudkan diri sepenuhnya. Hal ini

    berarti ia berhasil mengembangkan dan menggunakan semua bakat dan

    kemampuannya dan dengan demikian memperkaya hidupnya.

    Kedua, kreativtas atau berpikir kreatif, sebagai kemampuan untuk melihat

    bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah.

    Ketiga, bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat, tetapi juga

    memberikan kepuasan kepada individu.

    Keempat, kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan

    kualitas hidupnya. 21

    Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa apabila seseorang

    ingin membangun kreativitas harus memperhatikan kesehatan jasmani dan rohani.

    Jika jasmani seseorang itu sehat ia dapat mewujudkan ide atau gagasan yang

    dihasilkan.

    Dalam upaya mengembangkan kreativitas dan menjaga usaha agar

    pengembangan itu berjalan lancar. Maka, perlu diperhatikan komponen-

    komponen untuk membangun kreativitas dan cara mengembangkan kreativitas.

    1) Komponen-Komponen Membangun Kreativitas

    a) Kreativitas memerlukan kesehatan jasmani dan rohani.

    b) Kreativitas memerlukan pertumbuhan pribadi yang seimbang antara

    jasmani dan rohani.

    c) Kreativitas memerlukan kemerdekaan berpikir dan bekerja.

    d) Keadaan atau trauma batin akan tercermin dari penampilan dan tutur kata

    yang diucapakan seseorang.

    2) Cara-cara Mengembangkan Kreativitas

    a) Kreativitas memerlukan informasi pengetahuan sebagai bahan untuk

    berpikir.

    b) Produktifitas yang diperoleh dengan menggarap kreativitas tidak

    langsung membawa atau menghasilkan produk akhir, justru dapat

    menghasilkan atau mencetuskan ide dan resep untuk bekerja.22

    21

    Munandar., op. cit. h. 46 22

    Samuel MP, Mari Mempertinggi Kreativitas, (Jakarta: PT Gunung Agung), h.161.

  • 25

    e. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan Kreativitas.

    Beberapa penelitian menunjukkan bahwa seorang anak yang mendapat

    rangsangan (dengan melihat, menengar, dan bergerak) akan lebih berpeluang lebih

    cerdas dibanding dengan sebaliknya. Salah satu bentuk rangsangan yang sangat

    penting adalah kasih saying (touch). Dengan kasih sayang anak akan memiliki

    kemampuan untuk menyatukan berbagai pengalaman emosional dan mengolahnya

    dengan baik. Kreativitas sangat terkait dengan kebebasan pribadi. Hal itu artinya,

    seorang anak harus memiliki rasa aman dan kepercayaan diri yang tinggi, sebelum

    berkreasi. Sedangkan pondasi untuk membangun rasa aman dan kepercayaan

    dirinya adalah dengan kasih sayang. 23

    Empat hal yang dapat diperhitungkan dalam pengembangan kreativitas

    yaitu:

    Pertama, memberikan rangsangan mental baik pada aspek kognitif

    maupun kepribadiannya serta suasana psikologis (Psychological Athmospere).

    Kedua, menciptakan lingkungan kondusif yang akan memudahkan anak

    untuk mengakses apapun yang dilihatnya, dipegang, didengar, dan dimainkan

    untuk pengembangan kreativitasnya. Perangsangan mental dan lingkungan

    kondusif dapat berjalan beriringan seperti halnya kerja simulant otak kiri dan

    kanan.

    Ketiga, peran serta guru dalam mengembangkan kreativitas, artinya ketika

    kita ingin anak menjadi kreatif, maka akan dibutuhkan juga guru yang kreatif pula

    dan mampu memberikan stimulasi yang tepat pada anak.

    Keempat, peran serta orang tua dalam mengembangkan kreativitas anak.

    23

    Rachmawati, op. cit. h.27.

  • 26

    1) Rangsangan Mental

    Suatu karya kreatif dapat muncul jika anak mendapatkan rangsangan

    mental yang mendukung. Pada aspek kognitif anak distimulasi agar mampu

    memberikan berbagai alternative pada setiap stimulan yang muncul. Pada aspek

    kepribadian anak distimulasi untuk mengembangkan berbagai macam potensi

    pribadi kreatif seperti percaya diri, keberanian, ketahanan diri, dan lain

    sebagainya. Pada aspek suasana psikologis (psychological athmosphere)

    distimulasi agar anak memiliki rasa aman, kasih sayang dan penerimaan.

    Menerima anak dengan segala kekurangan dan kelebihannya akan membuat anak

    berani mencoba, berinisiatif, dan berbuat sesuatu secara spontan. Sikap ini sangat

    diperlukan dalam pengembangan kreativitas.

    2) Iklim dan Kondisi Lingkungan

    Kondisi lingkungan di sekitar anak sangat berpengaruh besar dalam

    menumbuh kembangkan kreativitas. Lingkungan yang sempit, pengap dan

    menjemukan akan terasa muram, tidak bersemangat dan mengumpulkan ide

    cemerlang. Kreativitas dengan sendirinya akan mati dan tidak berkembang dengan

    kondisi lingkungan yang tidak mendukung.

    3) Peran Guru

    Guru adalah tokoh bermakna dalam kehidupan anak. Guru memegang

    peranan lebih dari sekedar pengajar, melainkan pendidik dalam arti yang

    sesungguhnya. Kepada guru siswa melakukan proses identifikasi peluang untuk

    munculnya siswa yang kreatif akan lebih besar dari guru yang kreatif pula. Guru

    yang kreatif adalah guru yang secara kreatif mampu menggunakan berbagai

    pendekatan dalam proses kegiatan belajar dan membimbing siswanya. Ia juga

    figur yang senang melakukan kreatif dalam hidupnya. 24

    24

    Rachmawati, op. cit., h. 30.

  • 27

    4) Peran Orang Tua

    Sangatlah penting bahwa orang tua atau pendidik menyadari ciri-ciri anak

    didik mana yang perlu dipupuk untuk menumbuhkan pribadi-pribadi yang kreatif.

    Biasanya pendidik atau orang tua kurang menyadari dampak dari sikap mereka

    terhadap perkembangan kepribadian anak. Beberapa contoh sikap pendidik yang

    kurang menunjang kreativitas anak adalah:

    a) Sikap terlalu khawatir atau takut-takut, sehingga anak terlalu dibatasi dalam

    kegiatan-kegiatannya.

    b) Sikap terlalu mengawasi anak.

    c) Sikap yang menekankan kepada kebersihan dan keteraturan yang berlebihan.

    d) Sikap menuntut kepatuhan mutlak dari anak tanpa memandang perlu

    mempertimbangkan alasan-alasan anak.

    e) Sikap yang menganggap berkhayal itu tidak baik, tidak berguna karena hanya

    membuang-buang waktu.

    f) Sikap mengkritik perilaku atau pekerjaan anak.

    g) Sikap yang jarang memberi pujian atau penghargaan terhadap usaha atau

    karya anak.25

    Oleh sebab itu banyak sekali hal-hal yang harus diketahui oleh seorang

    pendidik baik orang tua maupun para guru di sekolah untuk mengembangkan

    kreativitas seorang anak. Sehingga tidak adanya pola pikir yang monoton, tidak

    berkembang untuk berpikir maju atau tidak dapat memunculkan suatu ide baru.

    Oleh karena itu harus lebih cermat bagi para guru dan orang tua dalam memahami

    karakteristik seorang anak.

    25

    Monty P. Satiadarma dan Fidelis E. Waruru, Mendidik Kecerdasan, (Jakarta: Pustaka

    Populer Obor, 2003), h.116.

  • 28

    3. Pengertian Pendidikan Agama Islam

    Menurut Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 3 Tahun

    2012 Tentang Pendidikan Agama Islam mengatakan bahwa: Pendidikan Agama

    Islam adalah Pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat

    menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan tentang ajaran

    agama Islam dan atau menjadi ahli ilmu agama Islam dalam mengamalkan ajaran

    agama Islam.26

    a. Tujuan dan Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

    1) Tujuan

    Pendidikan Agama Islam di SMP bertujuan untuk:

    a) Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan

    pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan,

    serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi

    manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya

    kepada Allah SWT.

    b) Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak

    mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas,

    produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi, menjaga

    keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya

    agama dalam komunitas sekolah.27

    26

    Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2012 Tentang Pendidikan

    Agama Islam, h. 2.

    27 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 22 Tahun 2006,

    Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, h. 2, (http://bsnp-

    indonesia.org/id/?page_id=63/).

    http://bsnp-indonesia.org/id/?page_id=63/http://bsnp-indonesia.org/id/?page_id=63/

  • 29

    2) Ruang Lingkup

    Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi aspek-aspek sebagai

    berikut.

    a) Al-Quran dan Hadits

    b) Aqidah

    c) Akhlak

    d) Fiqih

    e) Tarikh dan Kebudayaan Islam

    Pendidikan Agama Islam menekankan keseimbangan, keselarasan, dan

    keserasian antara hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia

    dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan diri sendiri, dan hubungan

    manusia dengan alam sekitarnya.28

    4. Penelitian yang Relevan

    Penelitian ini dilatar belakangi oleh penelitian-penelitian yang telah

    dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Berikut ini beberapa penelitian yang

    relevan dengan penelitian yang dilakukan:

    a. Penelitian yang dilakukan oleh Sumitri Jurusan Kependidikan Islam dan

    Supervisi Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam

    Negeri Syarif Hidayatullah yang berjudul Supervisi Kurikulum Dalam

    Peningkatan Kreativitas Belajar Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri

    2 Ciputat, menunjukkan bahwa usaha Kepala Sekolah untuk meningkatkan

    kreativitas belajar siswa dengan melaksanakan supervisi terhadap kurilkulum.

    Supervisi kurikulum yang dilaksanakan Kepala Sekolah menunjukkan pada

    kategori baik dan tingkat kreativitas siswa SMA Negeri 2 Ciputat

    menunjukkan kategori cukup.29

    b. Penelitian yang dilakukan oleh Kristianah Mahasiswi Jurusan Pendidikan

    Agama Islam Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang yang

    28

    Ibid. 29

    Sumber diambil dari Perpustakaan Utama Uin Syarif Hidayatullah Jakarta.

  • 30

    berjudul Upaya Guru Dalam Pengembangan Kreativitas Siswa Pada Proses

    Pembelajaran di MINU Malang, menunjukkan bahwa kondisi objektif

    Madrasah dapat ikut berperan serta dalam pengembangan kreativitas siswa. 30

    c. Penelitian yang dilakukan oleh Nyai Srimulyati Mahasiswi Jurusan

    Kependidikan Islam Progam Studi PGMI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

    Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah yang berjudul Upaya

    Peningkatan Daya Kreativitas Siswa Melalui Metode Pemberian Tugas Pada

    Mata Pelajaran IPS di Madrasah Ibtidaiyah Al-Mubarok Joglo Jakarta Barat,

    menunjukkan bahwa terdapat rata-rata tes hasil belajar siswa pada siklus 1

    sebesar 61.5, sedangkan pada siklus 2 sebesar 71.5. rata-rata presentase

    aktivitas siswa pada siklus 1 adalah 55%, sedangkan pada siklus 2 adalah

    80%.

    30

    http://lib.uin-malang.ac.id/?mod=th_detail&id=00140056, diakses pada 25-03-2015,

    Pukul 08.30 Wib.

    http://lib.uin-malang.ac.id/?mod=th_detail&id=00140056

  • 31

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Tempat dan Waktu Penelitian

    1. Tempat Penelitian

    Lokasi penelitian ini adalah di SMP Nusantara Plus Jl. Tarumanegara

    Dalan No.1 Pisangan Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan Provinsi

    Banten. Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada semester 2 tahun pelajaran

    2014-2015 dan waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari 2015 - Maret

    2015.

    2. Waktu Penelitian

    NO

    KEGIATAN

    BULAN

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

    1. Penyerahan

    skripsi

    -

    -

    2. Menyerahkan bab

    I, II, III

    -

    -

    3. Revisi bab I, II,

    III

    -

    4. Pengajuan surat

    izin penelitian ke

    sekolah

    -

    5. Melakukan

    Penelitian di

    - -

  • 32

    sekolah

    6. Pengolahan data

    dan penyusunan

    skripsi

    -

    -

    B. Metode Penelitian

    Di dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian dengan

    pendekatan kualitatif, dan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    metode deskriptif. Yaitu penelitian yang bermaksud menggambarkan tentang

    suatu variabel, gejala, atau keadaan apa adanya, dan tidak dimaksudkan untuk

    menguji hipotesis tertentu.1

    Menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Lexy J moleong

    menyatakan bahwa metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

    menghasilkan data-data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

    orang-orang dan perilaku yang diamati.2

    Kemudian lebih lanjut Moleong menyatakan bahwa penelitian kualitatif

    berakar pada akar alamiah sebagai keutuhan. Mengandalkan manusia sebagai alat

    penelitian, memanfaatkan metode kualitatif, mengadakan analisis data secara

    induktif, mengarahkan sasaran penelitiannya pada usaha menemukan teori dari

    dasar, bersifat deskriptif.3

    Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian ini digunakan metode

    deskriptif, yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah

    yang ada berdasarkan data-data. Disamping itu juga menyajikan data,

    menganalisis dan menginterprestasi, serta bersifat koperatif dan korelatif.4

    Menurut E. Kristi Poerwandari menyatakan bahwa dalam kualitatif

    sampel tidak diambil secara acak tetapi justru dipilih mengikuti kriteria tertentu.5

    1 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h.234.

    2 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

    2004, h. 4. 3 Moleong, op. cit., h.27.

    4 Cholid Narkubo, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002, h. 44.

    5 E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif dan Penelitian Psikologi, (Jakarta: LP3ES,

    1998), Cet.III, h.102.

  • 33

    Dalam penelitian ini penulis ingin mendapatkan informasi atau gambaran terkait

    guru PAI dan upayanya dalam mengembangkan kreativitas siswa.

    Adapun penulisan skripsi ini penulis mengacu kepada buku pedoman

    penulisan karya ilmiah yang diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

    Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun

    2014.

    1. Tahap Pra Lapangan

    Tahapan-tahapan yang peneliti lakukan sebelum memasuki tahap lapangan

    adalah:

    a. Menyusun rencana penelitian

    Rencana penelitian disusun berdasarkan BAB 1 yang telah ditulis yaitu

    Upaya Guru PAI dalam Mengembangkan Kreativitas Siswa Kelas VIII

    SMP Nusantara Plus Ciputat. Adapun fokus penelitiannya yaitu ingin

    mengetahui upaya yang dilakukan guru dalam mengembangkan

    kreativitas siswanya dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

    b. Memilih lapangan penelitian

    Lokasi yang penulis pilih adalah SMP Nusantara Plus Ciputat, karena

    lokasinya mudah terjangkau .

    c. Mengurus perizinan

    Sebelum peneliti melakukan penelitian di SMP Nusantara Plus

    Ciputat, terlebih dahulu meminta izin surat observasi dan penelitian di

    Akademik lantai 2 yang mana setelah itu ditanda tangani oleh Ketua

    jurusan, kemudian memberikan surat permohonan izin untuk

    melakukan penelitian di SMP Nusantara Plus Ciputat dan diserahkan

    kepada Kepala Sekolah.

    2. Tahap Lapangan

    Tahapan-tahapan yang peneliti lakukan pada saat memasuki tahap lapangan

    adalah:

    a. Memahami latar penelitian dan persiapan diri

  • 34

    Peneliti memulai dengan mengamati situasi dan kondisi seputar SMP

    Nusantara Plus Ciputat dan menyesuaikan diri dengan berperilaku sesuai

    dengan norma-norma, nilai-nilai, kebiasaan dan adat istiadat serta

    prosedur melakukan penelitian di SMP Nusantara Plus Ciputat.

    b. Memasuki lapangan

    Ketika peneliti berada di lapangan, peneliti berupaya menjalin keakraban

    dan sikap saling percaya kepada warga SMP Nusantara Plus agar tidak

    ada informasi yang disembunyikan lagi apabila tersebut dapat tercipta,

    maka diharapkan informasi yang diperoleh akurat.

    c. Mengumpulkan data

    d. Peneliti terlebih dahulu mencari tahu informasi seputar pembelajaran PAI

    di kelas VIII SMP Nusantara Plus Ciputat. Peneliti mengumpulkan data

    dengan menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi

    dengan alat bantu handphone untuk mengambil rekaman suara saat

    wawancara dan gambar kegiatan.

    C. Sumber Data

    Perlu diingat bahwa dalam penelitian, pemilihan sampel bukan saja

    diterapkan pada manusia sebagai responden, melainkan juga pada latar (setting),

    kejadian dan proses. 6

    Dalam penelitian kualitatif, jenis sampling yang digunakan adalah

    purposeful sampling atau criterion-based selection yakni jurus agar manusia,

    latar, dan kejadian tertentu (unik, khusus, tersendiri, aneh, nyleneh) betul-betul

    diupayakan terpilih (tersertakan) untuk memberikan informasi penting yang tidak

    mungkin diperoleh dengan melalui jurus lain.7

    Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah:

    1. Guru PAI untuk mendapatkan data dan informasi mengenai proses

    pembelajaran di kelas dalam upaya pengembangan kreativitas siswa pada

    mata pelajaran PAI.

    6 A. Chaedar Alwasilah, Pokoknya Kualitatif Dasar-Dasar Merancang dan Melakukan

    Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya, 2011), Cet. XI, h.102. 7 Alwasilah, op. cit. , h. 103.

  • 35

    2. Kepala Sekolah untuk mendapatkan data dan informasi mengenai keadaan

    Guru PAI dan mengenai sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah dalam

    upaya pengembangan kreativitas siswa.

    3. Siswa siswi SMP Nusantara Plus untuk mendapatkan data dan informasi

    mengenai bagaimana cara mengajar guru di kelas.

    D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

    1. Observasi (Pengamatan)

    Pengamatan adalah alat pengumpulan data yang dilakukan cara mengamati

    dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yan diselidiki. Pengamatan akan

    menjadi alat pengumpulan data yang baik apabila:

    a. Mengabdi kepada tujuan penelitian

    b. Direncanakan secara sistematik

    c. Dicatat dan dihubungkan dengan proposisi-proposisi yang umum.

    d. Dapat dicek validitas, reliabilitas dan ketelitiannya.

    Petunjuk untuk mengadakan pengamatan yang baik agar memperoleh data

    yang representif :

    a. Memiliki pengetahuan apa yang akan diobservasi ini dimaksudkan untuk

    menentukan terlebih dahulu apa-apa yang harus diobservasi.

    b. Menyelidiki tujuan penelitian (baik umum maupun khusus). Kejelasan tujuan

    penelitian akan menuntun mempermudah apa yang harus diobservasi.

    c. Menentukan cara untuk mencatat hasil observasi penelitian harus memilih

    cara mana yang dipandang paling efektif dan efisien., apakah Anecdotal, chek

    list, rating scale atau yang lain.

    d. Membatasi macam tingkat kategori secara tegas.

    e. Berlaku sangat cermat dan sangat kritis. Penelitian tidak boleh gegabah,

    tergesa-gesa atau serampangan agar apa yang dicatat dalam observasi adalah

    benar-benar data yang dibutuhkan.8

    8 Narkubo, op. cit., h. 71.

  • 36

    Aktivitas yang dilakukan adalah peneliti mengamati komponen-komponen

    sekolah terlebih dahulu baik gedung, tenaga pendidik, peserta didik, fasilitas-

    fasilitas dan hal-hal lain yang terkait dengan penelitian. Kemudian peneliti

    membuat catatan dan mencari informasi kepada warga sekolah yang akan

    ditindaklanjuti saat penelitian berlangsung.

    2. Wawancara

    Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu

    dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewancara (interviewer) yang mengajukan

    pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas

    pertanyaan itu.9

    Hubungan antara peneliti dengan pemberi informasi (responden) bukan

    hubungan antara atasan dengan bawahan atau hubungan antara para ahli dengan

    sebaliknya, melainkan peneliti dating adalah meminta dengan memohon

    kesediaannya dalam memberikan informasi.

    Melalui wawancara peneliti bisa mendapatkan informasi yang mendalam

    (indepth information) karena beberapa hal, antara lain:

    a. Peneliti dapat menjelaskan atau mem-parafrase pertanyaan yang tidak

    dimengerti responden.

    b. Peneliti dapat mengajukan pertanyaan susulan (follow-up questions).

    c. Responden cenderung menjawab apabila diberi pertanyaan.

    d. Responden dapat menceritakan sesuatu yang terjadi di masa silam dan masa

    mendatang.10

    Hasil wawancara segera harus dicatat setelah selesai melakukan

    wawancara agar tidak lupa bahkan hilang. Karena wawancara dilakukan secara

    terbuka dan tidak berstruktur, maka peneliti perlu membuat rangkuman yang lebih

    sistematis terhadap hasil wawancara. Dari berbagai sumber data, perlu dicatat

    mana data yang dianggap penting, data yang sama dikelompokkan. Hubungan

    9 Moleong, op. cit. h. 186.

    10 Alwasilah, op. cit. h. 110.

  • 37

    satu data dengan data yang lain perlu dikonstruksikan, sehingga menghasilkan

    pola dan makna tertentu. Data yang masih diragukan perlu ditanyakan kembali

    kepada sumber data lama atau yang baru agar memperoleh ketuntasan dan

    kepastian.

    3. Analisis Dokumen

    Metode dokumentasi yaitu suatu metode penelitian yang mencari data

    mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, notulen rapat

    dan sebagainya.

    Dalam literatur paradigma kualitatif ada dibedakan istiah documents dari

    records (bukti catatan). Records segala catatan tertulis yang disiapkan seseorang

    atau lembaga untuk pembuktian sebuah peristiwa atau menyajikan perhitungan,

    sedangkan dokumen adalah barang yang tertulis atau terfilmkan selain records

    yang tidak disiapkan khusus atas permintaan peneliti. 11

    E. Pengecekan Keabsahan Data

    Kredibilitas merupakan kriteria untuk memenuhi nilai kebenaran dari data

    dan informasi yang dikumpulkan. 12

    Dalam hal ini ada beberapa cara yang dilakukan, diantaranya adalah:

    1. Ketekunan Pengamatan

    Teknik ini digunakan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam

    situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari, dan

    kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.13

    Dalam hal ini, peneliti berusaha mempelajari dan menelaah setiap data

    yang diperoleh secara rinci dan teliti, sehingga bisa focus pada suatu titik

    permasalahan.

    11

    Alwasilah, op. cit. h. 111. 12

    Nasution, Metodologi Penelitian Naturalistic Kualitatif, (Bandung: Trsito, 1988),

    h.126. 13

    Moleong, op. cit., h. 177.

  • 38

    2. Perpanjangan Keikutsertaan

    Perpanjangan keikutsertaan adalah lamanya keikutsertaan peneliti pada

    latar penelitian, dengan perpanjangan pengamatan ini diharapkan agar hubunan

    peneliti dengan narasumber akrab, tidak ada jarak lagi, terbuka dan saling

    mempercayai sehingga tidak ada lagi informasi yang disembunyikan.14

    Dalam rangka memperoleh hubungan keakraban ini, peneliti ikut serta

    dalam berbagai kegiatan yang terkait dengan penelitian ini. Keikutsertaan peneliti

    terhadap pengamatan ini mulai dari tanggal 13 Februari 2015 sampai dengan 14

    Maret 2015.

    3. Triangulasi

    Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan

    sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai

    pembanding terhadap data itu.

    Dalam bahasa sehari-hari triangulasi dikenal dengan istilah cek dan ricek

    yaitu pengecekan data menggunakan beragam sumber, tehnik dan waktu.

    Beragam sumber maksudnya digunakan lebih dari satu sumber untuk memastikan

    apakah datanya benar atau tidak. Beragam tehnik berarti penggunaan berbagai

    cara secara berdampingan untuk memastikan apakah datanya memang benar. Cara

    yang digunakan adalah wawancara, pengamatan, dan analisis dokumen. 15

    4. Pemeriksaan Sejawat

    Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil

    yang dipeoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat. Dalam

    hal ini peneliti melakukan diskusi dengan Sofi Rofiqoh, Reni Anggraeni, dan

    Khalida Zia Razak.

    14

    Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kualitatif, (Bandung: Alfabeta,

    1998), h. 369.

    15 Nusa putera, Penelitaian Kualitatif: Proses dan Aplikasi, (Jakarta: PT. Indeks Permata

    Puri Media, 2011), h.189.

  • 39

    F. Teknik Analisis data

    Analisis data merupakan mencari dan menata secara sistematis catatan

    hasil observasi, wawancara dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti

    tentang permasalahan yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan.

    Dalam menganalisa data, peneliti menggunakan teknik deskriptif analitik,

    yaitu data yang diperoleh tidak dianalisa menggunakan rumusan statistika, namun

    data tersebut dideskripsikan sehingga memberikan kejelasan sesuai kenyataan

    realita yang ada di lapangan. Hasil analisa berupa pemaparan gambaran mengenai

    situasi yang diteliti dalam bentuk uraian naratif. Uraian pemaparan harus

    sistematik dan menyeluruh sebagai satu kesatuan dalam konteks lingkungannya

    juga sistematik dalam penggunaannya sehingga urutan pemaparannya logis dan

    mudah diikuti maknanya.

    Adapun langkah-langkah analisis yang peneliti lakkukan adalah:

    1. Reduksi Data (Data Reduction)

    Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

    memfokukan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang

    membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang direduksi akan

    memberikan gambaran yang cukup jelas.

    2. Kategorisasi / pengkodingan

    Koding dimaksudkan utuk dapat mengorganisasi dan mensistematisasi

    data secara lengkap dan mendetail sehingga data dapat memunculkan gambaran

    tentang topik yang dipelajari. Dengan demikian pada gilirannya peneliti akan

    menemukan makna dari data yang dikumpulkannya.16

    Peneliti melakukan teknik analisis data dengan langkah-langkah sebagai

    berikut. Pertama, data pendukung dan data utama ditranskipkan. Kemudian,

    transkip yang diperoleh dari hasil wawancara diseleksi dan diserahkan

    menggunakan kategorisasi dan pengkodingan agar mempermudah proses

    pengklasifikasian. Selanjutnya hasil kategorisasi tadi dideskripsikan dan dianalisa

    dan memperoleh jawaban dari pertanyaan penelitian.

    16

    Poerwandari, op. cit., h. 89.

  • 40

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Umum SMP Nusantara Plus

    1. Sejarah Singkat SMP Nusantara Plus

    Yayasan Aldiana Nusantara atau yang lebih sering dikenal YAN adalah

    sebuah yayasan yang di dalamnya didirikan sekolah-sekolah tempat proses belajar

    mengajar. YAN terletak di Jl. Tarumanegara Dalan No.1 Pisangan Kecamatan

    Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten. Luas areal tanah SMP

    Nusantara Plus 5.000 m, dengan status kepemilikan hak milik. Awalnya YAN

    hanya mendirikan SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) yaitu pada tahun 2002.

    Melihat banyaknya minat siswa yang bersekolah di SMK dan banyak

    mengeluarkan lulusan yang baik dan berkompeten, maka direktur YAN bapak

    Alimuddin Al-Murtala tertarik untuk mendirikan SMP Nusantara. Setelah

    mendiskusikan dengan semua pengurus yayasan dan para guru, akhirnya

    didirikanlah SMP Nusantara. Alasan didirikannya SMP ini adalah agar

    mempermudah siswa/i untuk masuk ke SMK Nusantara, selain itu juga bapak Ali

    memanfaatkan peluang yang ada dengan melihat banyakanya minat orang tua

    untuk menyekolahkan anaknya ke Nusantara.

    SMP Nusantara secara resmi beroprasi sejak tahun 2006, dengan kepala

    sekolah bapak Alimuddin Al-Murtala yaitu direktur YAN sendiri. Angkatan

    pertama ada 212 siswa yang masuk yang terdiri dari 5 lokal kelas. Kemudian pada

    tahun kedua (2007) SMP Nusantara mulai menerima sedikit siswa yakni 160

  • 41

    siswa yang terdiri dari 4 lokal kelas. Dikarenakan banyak lokal yang dipakai SMK

    sehingga jika ditambah SMP maka tidak mencukupi untuk 5 kelas, sampai

    sekarang hanya 4 kelas dari masing-masing angkatan.

    Adapun kebijakan dan strategi SMP Nusantara Plus yaitu selain

    mengintegrasikan ilmu exact dan ilmu agama juga mampu menawarkan program

    kelas khusus bagi siswa yang berminat dalam kedua bidang tersebut. Bagi mereka

    yang mau mendalami ilmu agama SMP Nusantara Plus menyediakan waktu

    khusus begitu juga kelas exact.

    2. Visi, Misi, Kurikulum dan Alokasi Jam Belajar

    Visi dari SMP Nusantara Plus adalah menciptakan lulusan yang santun

    dalam berbahasa, ramah dalam bergaul, maju dalam IPTEK dan berakhlak mulia.

    Misi SMP Nusantara Plus adalah sebagai berikut:

    a. Mengintegrasikan ilmu exact dan ilmu agama yang bermoral dan religius.

    b. Melaksanakan pendidikan dan pengajaran yang bersifat teoritis dan praktis

    dalam kerangka profesionalitas.

    c. Mengedepankan pendidikan agama dalam menciptakan lulusan yang

    berakhlak mulia.

    d. Mendidik lulusan yang berpengalaman dan dapat dipertanggung jawabkan

    guna kepentingan universal.

    e. Setiap alumni dibekali sikap mental dan mampu bersaing dalam memasuki

    dunia pendidikan yang unggul.

    Kurikulum yang dipakai SMP Nusntara Plus yaitu dengan memadukan

    Kurikulum Depdiknas dan Kurikulum Depag, serta muatan lokal yang ditekankan

    pada basic science, bahasa dan akhlakul karimah, menyatu menjadi kurikulum

    SMP Nusantara Plus yang berbasis kompetensi dan melaksanakan kegiatan

    pembelajaran yang teoritis dan praktis. Hal yang unik dan berbeda dari sekolah

    lain adalah SMP Nusantara Plus untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam

  • 42

    (PAI) memacu pada kurikulum Depag yaitu ada mata pelajaran Fiqih, Akidah

    Akhlak, Sejarah Kebudayaan Islam dan Al-Quran Hadits.

    Sedangkan untuk alokasi jam belajar di SMP Nusantara Plus dibagi

    menjadi dua waktu yakni ada jam pagi dan jam siang. Jam pagi untuk kelas VIII

    dan IX, sedangkan jam siang untuk kelas VII. Alokasi waktu untuk pelajaran

    agama kelas siang (kelas VII) dengan alokasi waktu 1 jam pelajaran hanya 30

    menit, sedangkan untuk kelas pagi 1 jam pelajaran 35 menit.

    3. Sarana dan Prasarana

    Sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar, SMP Nusantara Plus

    memiliki sarana dan prasarana:

    Sarana dan Prasarana SMP Nusantara Plus

    No. Jenis Ruangan /

    Bangunan Jml.

    Ukuran

    P x L

    Kondisi Ruangan Ket.

    B CB TB

    A. RUANG BELAJAR

    1 Ruang Te