skripsi bru edit tgl 209

66
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Artritis Reumatoid (AR) adalah penyakit autoimun kronik yang tersebar luas di seluruh dunia dan penyebabnya tidak diketahui. Penyakit ini mengenai lebih banyak wanita dari pada pria dan penduduk di kota lebih banyak dari pada penduduk di desa. Prevalensi Artritis Reumatoid adalah sekitar 1% populasi (berkisar antara 0,3 sampai 2,1%). Artritis Reumatoid lebih sering dijumpai pada wanita, dengan perbandingan wanita dan pria sebesar 3:1. Serangan pertama terjadi pada dewasa muda, tetapi dapat mulai pada usia kapan saja (Ekbom dkk, 1993; Robbins dkk, 1995). Secara spesifik, penyakit ini ditandai oleh adanya sinovitis proliferative yang nonsupuratif, yang pada saatnya akan mengakibatkan kerusakan tulang rawan sendi dan kelumpuhan yang progresif (Robbins dkk, 1995). Walaupun faktor penyebab maupun patogenesis AR yang sebenarnya hingga kini belum diketahui dengan 1

Transcript of skripsi bru edit tgl 209

Page 1: skripsi bru edit tgl 209

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Artritis Reumatoid (AR) adalah penyakit autoimun kronik yang tersebar

luas di seluruh dunia dan penyebabnya tidak diketahui. Penyakit ini mengenai

lebih banyak wanita dari pada pria dan penduduk di kota lebih banyak dari pada

penduduk di desa. Prevalensi Artritis Reumatoid adalah sekitar 1% populasi

(berkisar antara 0,3 sampai 2,1%). Artritis Reumatoid lebih sering dijumpai pada

wanita, dengan perbandingan wanita dan pria sebesar 3:1. Serangan pertama

terjadi pada dewasa muda, tetapi dapat mulai pada usia kapan saja (Ekbom dkk,

1993; Robbins dkk, 1995).

Secara spesifik, penyakit ini ditandai oleh adanya sinovitis proliferative

yang nonsupuratif, yang pada saatnya akan mengakibatkan kerusakan tulang

rawan sendi dan kelumpuhan yang progresif (Robbins dkk, 1995).

Walaupun faktor penyebab maupun patogenesis AR yang sebenarnya

hingga kini belum diketahui dengan pasti, namun aspek patogenesis yang telah

lama dikaitkan berperan dalam timbulnya penyakit ini adalah mekanisme

imunologis yang menimbulkan keradangan sendi, faktor genetik, faktor

lingkungan dan kemungkinan adanya peranan infeksi (Robbins dkk, 1995).

Pada suatu penelitian bahwa pasien AR mempunyai risiko terjadinya

keganasan, namun kepastian untuk mencapai suatu keganasan masih perlu diteliti

lagi. Dan tipe dari keganasan yang muncul dilaporkan bahwa banyak pada tipe

1

Page 2: skripsi bru edit tgl 209

keganasan sel darah (lymphoma, multiple myeloma, dan leukemia) (Ekbom, dkk,

1993).

Keganasan yang dimaksud suatu tumor ganas atau kanker dianggap

sebagai pertumbuhan sel yang tidak terkendali, karena itu secara patologik tumor

ganas disebut penyakit sel. Tetapi juga disadari bahwa pertumbuhan sel secara

tidak terkendali menyebabkan sel-sel tersebut membentuk masa yang kemudian

menginfiltrasi organ dan mengganggu fungsinya, karena itu kanker dapat

dianggap sebagai penyakit organ. Di lain pihak, kanker juga disebut penyakit

sitemik karena respon tubuh terhadap pertumbuhan kanker berperan dalam

menimbulkan gejala klinik, misalnya sekresi berbagai substansi yang berpengaruh

pada homeostasis atau metabolisme pasien seperti berbagai jenis hormon, sitokin,

faktor pertumbuhan, faktor koagulasi dan lain-lain (Kresno, 2003).

Saat ini juga diketahui bahwa kelainan (mutasi) pada onkogen dan atau

anti-onkogen tertentu merupakan efektor dari berbagai perubahan morfologik

maupun sifak biologic kanker, sehingga kanker disebut juga penyakit gen.

Berdasarkan berbagai faktor dan dasar teori yang ada tersebut, kemungkinan suatu

arthritis reumatoid mempunyai suatu risiko keganasan bisa saja terjadi. Apalagi

kaitan antara faktor keganasan dan perjalanan penyakit dari artritis reumatoid

yang merupakan penyakit autoimun, peristiwa imunologis yang erat hubungannya

dengan perubahan-perubahan sel terjadi secara terus menerus, saling

berkesinambungan. Inilah yang menjadi dasar para peneliti untuk mengarah ke

suatu penelitian yang lebih dalam lagi (Kresno, 2003).

Allah SWT memberikan rahmat berupa kesehatan kepada seorang muslim

yang harus dijaga dan dipelihara dengan baik. Menurut Islam dimensi kesehatan

2

Page 3: skripsi bru edit tgl 209

bukan hanya merupakan tiga hal fisik, mental dan sosial yang sehat saja tetapi

harus ditambah satu hal lagi yaitu kesehatan spiritual atau iman. Dengan kata lain

manusia baru dapat dikatakan sehat apabila dokter menemukan kesehatan fisik,

mental, sosial dan spiritual (Uddin dkk, 2002).

Penyakit Artritis Reumatoid hingga saat ini masih dianggap sebagai

penyakit yang belum dapat disembuhkan secara tuntas, tetapi dalam ajaran Islam,

dinyatakan bahwa suatu penyakit yang diturunkan oleh Allah SWT, maka Allah

SWT akan menurunkan obatnya dan disuruh berobat. Ketentuan ini juga berlaku

pada penderita AR, sehingga pada kasus AR, penderita diharuskan memeriksakan

dirinya ke dokter agar dapat mencegah dari risiko terjadinya keganasan (Al-

Ju’aisin, 2001).

Penderita AR lebih sering diderita oleh wanita daripada pria. Hal ini

merupakan suatu takdir yang diciptakan membawa sifat tertentu, maka itu menjadi

ujian dari Allah baginya (Zuhroni, 2008).

Dari uraian di atas penulis tertarik untuk mengangkat masalah tersebut

dalam penulisan skripsi berjudul “Artritis Reumatoid dan risiko terjadinya

keganasan ditinjau dari segi Kedokteran dan Islam”.

1.2. PERMASALAHAN

1. Bagaimana perubahan-perubahan keganasan yang terjadi pada penderita

artritis reumatoid?

2. Keganasan apa saja yang dapat menyebabkan artritis reumatoid?

3. Bagaimana artritis reumatoid dan risiko terjadinya keganasan menurut

Islam?

3

Page 4: skripsi bru edit tgl 209

1.3. TUJUAN

1. TUJUAN UMUM

Penulis ingin mengetahui artritis reumatoid dan risiko terjadinya

keganasan, ditinjau dari ilmu kedokteran dan agama Islam.

2. TUJUAN KHUSUS

Mendapatkan informasi tentang :

a. Perubahan-perubahan keganasan yang terjadi pada penderita arthritis

rheumatoid.

b. Keganasan yang dapat menyebabkan artritis reumatoid.

c. Pandangan Islam mengenai artritis reumatoid dan risiko terjadinya

keganasan.

1.4. MANFAAT

1. Manfaat pribadi: untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis

mengenai Artritis Reumatoid dan risiko terjadinya keganasan terutama

ditinjau dari sudut ilmu kedokteran dan agama Islam, dan menambah

pengalaman dalam membuat karya ilmiah yang baik dan benar.

2. Manfaat bagi Universitas YARSI: diharapkan skripsi ini sebagai masukan

bagi seluruh civitas akademika Universitas YARSI terutama mengenai Artritis

Reumatoid dan risiko terjadinya keganasan ditinjau dari ilmu kedokteran dan

agama Islam.

4

Page 5: skripsi bru edit tgl 209

3. Manfaat bagi masyarakat: diharapkan dengan adanya skripsi ini

masyarakat luas akan lebih memahami tentang Artritis Reumatoid dan risiko

terjadinya keganasan terutama ditinjau dari ilmu kedokteran dan agama Islam.

5

Page 6: skripsi bru edit tgl 209

BAB II

ARTRITIS REUMATOID DAN RISIKO KEGANASAN

2.1. ARTRITIS REUMATOID

Artritis Reumatoid (AR) adalah penyakit sistemik, radang kronis, terutama

merusak sendi tulang dan kadang-kadang juga merusak banyak jaringan dan

organ-organ lainnya diseluruh tubuh. Lebih spesifik lagi, penyakit ini ditandai

oleh adanya sinovitis proliferatif non supuratif, yang pada saatnya akan

mengakibatkan kerusakan tulang rawan sendi dan kelumpuhan progresif (Robbins

dkk, 1997).

Gejala dari AR yaitu berupa demam, nafsu makan menurun, berat badan

menurun, lemah dan kurang darah. Namun kadang kala penderita tidak merasakan

gejalanya, pada stadium lanjut akan membuat penderita tidak dapat melakukan

aktivitas sehari-hari dan kualitas hidupnya menurun. Penyakit ini banyak

mengenai sendi-sendi, jari, pergelangan tangan, bahu, lutut dan kaki (American

college rheumatology, 1996; Robbins dkk, 1997).

Berdasarkan studi, AR lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan pria

dengan rasio kejadian 3 : 1. Serangan pertamanya terjadi pada orang dewasa

muda, tetapi dapat mulai pada usia kapan saja (American college rheumatology,

1996; Robbins dkk, 1997).

Etiologi

Artritis reumatoid disebabkan oleh keradangan yang berkepanjangan

diakibatkan oleh proses imunologis yang terjadi pada sendi. Seperti halnya pada

6

Page 7: skripsi bru edit tgl 209

hampir penyakit autoimun, pencetus yang memulai reaksi imun tidak diketahui.

Infeksi yang beraneka macam seperti EBV telah diduga, tetapi bukti-buktinya

belum lengkap. Faktor genetik seperti produk kompleks histokompatibilitas utama

kelas II (HLA-DR) dan beberapa faktor lingkungan telah lama diduga berperanan

dalam timbulnya penyakit ini (Robbins dkk, 1997; Daud, 2006).

Bukti terkuat yang menunjukan bahwa AR memiliki predisposisi genetik

diketahui dari terdapatnya hubungan antara produk kompleks histokompatibilitas

utama kelas II (MCHC Class II determinants), khususnya HLA-DR4 dengan AR

seropositif. Data dari penelitian menunjukan bahwa pasien yang mengemban

HLA-DR4 memiliki risiko relatif 4:1 untuk menderita penyakit ini (Daud, 2006).

Berbagai observasi telah menimbulkan dugaan bahwa hormon sex

merupakan salah satu faktor predisposisi penyakit ini. Sebagai contoh, prevalensi

AR diketahui 3 kali lebih banyak diderita kaum wanita dibandingkan dari kaum

pria. Rasio ini dapat mencapai 5:1 pada wanita dalam usia subur (Daud, 2006).

Dugaan faktor infeksi sebagai penyebab AR juga timbul karena umumnya

onset penyakit ini terjadi secara mendadak dan timbul dengan disertai oleh

gambaran inflamasi yang mencolok. Pada percobaan binatang telah terbukti

bahwa virus HTLV-1 dapat menimbulkan gejala artritis pada tikus. Pada manusia,

gejala artritis dapat pula dijumpai pada pasien hepatitis virus B atau demam

reumatik. Akhir-akhir ini virus Epstein-Barr (EB) telah banyak menarik perhatian

para ahli. Pada pasien yang mengalami infeksi virus EB, seringkali dijumpai

artralgia, walaupun jarang dijumpai gejala artritis yang jelas. Akan tetapi karena

pada beberapa penelitian dijumpai titer antibodi terhadap virus EB yang lebih

tinggi secara bermakna dibandingkan dari kelompok kontrol dan secara in vitro

7

Page 8: skripsi bru edit tgl 209

dan telah terbukti bahwa transformasi limfosit terjadi lebih cepat setelah

dilakukan pemaparan terhadap virus EB, timbul dugaan kuat bahwa virus EB

merupakan salah satu faktor penyebab AR, walaupun virus EB bukan penyebab

langsung dari timbulnya AR (Harris, 1997; Wood, 2004; Daud, 2006).

CYTOKINE PATHWAYS AND JOINT INFLAMMATION IN RHEUMATOID ARTHRITISERNEST H.S. CHOY, M.D., AND GABRIEL S. PANAYI, M.D., SC.D. N Engl J Med, Vol. 344, No. 12· March 22, 2001

Gambar 1. Alur cytokine

8

Page 9: skripsi bru edit tgl 209

Patogenesis

Patogenesis AR dimulai dengan terdapatnya suatu antigen yang berada

pada membran sinovial. Pada membran sinovial ini, antigen tersebut akan di

proses oleh antigen presenting cells (APC) yang terdiri dari berbagai jenis sel

seperti sel sinoviocite A, sel dendritik atau makrofag dan semuanya mengekspresi

determinan HLA-DR pada membran selnya. Antigen yang akan diproses oleh

APC selanjutnya dilekatkan pada CD4+, suatu subset sel T sehingga terjadi

aktivasi sel tersebut. Proses aktivasi CD4+ dibantu oleh interleukin-1 (IL-1) yang

disekresi oleh monosit atau makrofag. Selain IL-2, CD4+, yang telah teraktivasi

juga mensekresi berbagai limfokin lain seperti A-interferon, tumor nekrosis

factors β (TNF-β), IL-3, IL-4 serta beberapa mediator lain yang bekerja

merangsang makrofag untuk meningkatkan aktivasi fagositosisnya dan

merangsang terjadinya proliferasi serta aktivasi sel B untuk memproduksi antibodi

(gambar 1). Setelah berikatan dengan antigen yang sesuai, antibodi yang

dihasilkan akan membentuk kompleks imun yang berdifusi secara bebas ke dalam

ruang sendi (Ernest dkk, 2001; Scott dkk, 2006).

Pengendapan kompleks imun pada membran sinovial akan menyebabkan

aktivasi sistem komplemen dan membebaskan komplemen C5a. Komplemen ini

merupakan faktor kemotaktik yang selain meningkatkan permeabilitas vaskular

juga menarik lebih banyak sel PMN yang menfagositir kompleks imun tersebut

sehingga mengakibatkan degranulasi mast cells dan pembebasan radikal oksigen,

leukotriene, enzim lisosomal, prostaglandin dan collagenase yang semuanya

bertanggung jawab atas terjadinya inflamasi atau kerusakan jaringan seperti erosi

rawan sendi dan tulang. Radikal oksigen dapat menyebabkan terjadinya

9

Page 10: skripsi bru edit tgl 209

penurunan viskositas cairan sendi serta juga merusak jaringan kolagen dan

proteoglikan rawan sendi (Harris, 1997; Ernest, 2001).

CYTOKINE PATHWAYS AND JOINT INFLAMMATION IN RHEUMATOID ARTHRITISERNEST H.S. CHOY, M.D., AND GABRIEL S. PANAYI, M.D., SC.D. N Engl J Med, Vol. 344, No. 12· March 22, 2001

Gambar 2. Patogenesis artritis reumatoid

10

Page 11: skripsi bru edit tgl 209

Pengendapan kompleks imun juga menyebabkan masuknya sel T ke dalam

membran sinovial dan akan merangsang terbentuknya pannus yang merupakan

elemen yang paling bersifat destruktif pada patogenesis AR. Pannus merupakan

jaringan granulasi yang terdiri dari makrofag yang teraktivasi, sel fibroblas yang

berproliferasi dan jaringan mikrovaskular. Pannus dapat menginvasi jaringan

kolagen dan proteoglikan rawan sendi serta tulang sehingga dapat menghancurkan

struktur persendian (Robbins dkk, 1997).

Rantai peristiwa imunologis ini umumnya akan terhenti bila antigen

penyebab dapat dihilangkan dari lingkungan tersebut. Akan tetapi pada AR,

antigen atau komponennya umumnya akan menetap pada struktur persendian

sehingga proses destruksi sendi akan berlangsung terus. Berlangsung terusnya

destruksi persendian AR kemungkinan akan disebabkan karena terbentuknya

faktor reumatoid. Faktor reumatoid adalah suatu autoantibodi terhadap epitop

fraksi Fc IgG yang dijumpai pada 70 sampai 90 % pasien AR (Daud, 2006)

Gejala klinis

Gejala klinis utama AR adalah poliartritis yang mengakibatkan kerusakan

rawan sendi dan tulang di sekitarnya. Kerusakan ini terutama mengenai sendi

perifer tangan dan kaki yang umumnya bersifat simetris. Pada kasus AR yang

jelas, diagnosis tidak begitu sulit untuk ditegakkan. Akan tetapi pada masa

permulaan penyakit, seringkali gejala AR tidak bermanifestasi jelas, sehingga

kadang-kadang timbul kesulitan dalam menegakkan diagnosis. Menegakkan

diagnosis pada AR tidak perlu terlalu cepat dilakukan, lebih baik menunda

11

Page 12: skripsi bru edit tgl 209

diagnosis AR selama beberapa bulan dari pada gagal mendiagnosis jenis artritis

lain yang seringkali memberikan gejala serupa (Harris dkk, 1998).

Kriteria Diagnosis Artritis Reumatoid

Kriteria diagnostik AR disusun pertama kalinya oleh suatu komite dari

American Rheumatism Association (ARA) pada tahun 1956. Karena kriteria

tersebut dianggap tidak spesifik dan terlalu rumit untuk digunakan dalam klinik,

komite tersebut melakukan peninjauan kembali terhadap kriteria klasifikasi AR

tersebut pada tahun 1958. Kemudian tahun 1987 ARA berhasil melakukan revisi

susunan kriteria klasifikasi AR dalam format tradisional yang baru. Susunan

kriteria tersebut adalah sebagai berikut (Harris, 1997; Daud, 2006)

- Kaku pagi hari

Kekakuan pada pagi hari pada persendian dan sekitarnya, sekurangnya

selama 1 jam sebelum perbaikan maksimal.

- Artritis pada 3 daerah persendian atau lebih

Pembengkakan jaringan lunak atau persendian atau lebih efusi (bukan

pertumbuhan tulang) pada sekurang kurangnya 3 sendi secara bersamaan

yang diobservasi oleh seorang dokter.

- Artritis pada persendian tangan

Sekurang-kurangnya terjadi pembengkakan satu persendeian tangan seperti

yang tertera diatas

- Artritis simetris

Keterlibatan sendi yang sama

- Nodul reumatoid

12

Page 13: skripsi bru edit tgl 209

Nodul subkutan pada penonjolan tulang atau permukaan ekstensor atau

daerah juksta artikuler

- Faktor reumatoid serum positif

Terdapatnya titer abnormal faktor reumatoid serum yang diperiksa dengan

cara yang memberikan hasil positif kurang 5% kelompok kontrol yang

diperiksa

- Perubahan gambaran radiologis

Perubahan gambaran radiologis yang radiologis khas bagi artritis reumatoid

pada pemeriksaan sinar-x tangan posterior atau pergelangan tangan yang

harus menunjukkan adanya erosi atau dekalsifikasi tulang yang beralokasi

pada sendi atau daerah yang berdekatan dengan sendi.

2.2. Perubahan-perubahan Keganasan yang terjadi pada pasien Artritis

Reumatoid

Dalam literatur kedokteran adakalanya digunakan istilah ’neoplasma’

yang pada dasarnya memiliki makna sama dengan ’tumor’. Keganasan dan ’tumor

ganas’ tidak banyak berbeda. Istilah keganasan merujuk kepada segala penyakit

yang ditandai hiperplasia sel ganas, termasuk berbagai tumor ganas dan leukemia.

Sesungguhnya, leukemia harus dipandang sebagai sejenis tumor ganas sehingga

keganasan dapat dianggap sinonim dari tumor ganas. Istilah kanker juga

menunjukan semua tumor ganas, yang sering digunakan masyarakat awam

(Zhongzhen, 2006) .

Dalam 30 tahun terakhir ini, pemahaman kita terhadap kanker mengalami

terobosan besar. Dipahami bahwa kanker disebabkan oleh perubahan bertahap

13

Page 14: skripsi bru edit tgl 209

pada replikasi, reparasi, apoptosis sel yang melibatkan banyak kelompok gen dan

banyak tahapan, sehingga sel normal secara bertahap berubah menjadi sel ganas

yang mengalami replikasi tak terkendalikan. Pada waktu bersamaan atau sesudah

itu, mekanisme imun tubuh dan pembentukan pembuluh darah baru juga

mengalami kelainan, akhirnya mempengaruhi fungsi organ vital dan membawa

maut. Oleh karena itu, timbulnya kanker merupakan suatu proses yang

multigenetik, multifaktor, multifase. Meneliti faktor risiko timbulnya kanker

bertujuan mengurangi atau melenyapkan pengaruh negatif faktor risiko tersebut

pada manusia, mengembangkan pengaruh positif dari faktor protektif, mencegah

timbulnya tumor ganas (Huang , 2006).

Pada umumnya dianggap kanker itu mulai tumbuh dari satu sel kanker

pada satu tempat dalam organ tubuh. Jarang yang mulai dari beberapa sel dalam

suatu organ (multicentris) atau beberapa organ (multilokuler), baik dalam kurun

waktu yang bersamaan atau berbeda. Kanker yang timbul multicentris atau

multilokuler itu umumnya terdapat pada penderita yang mempunyai defek genetik

atau yang mengidap immunodefisiensi. Sel kanker timbul dari sel normal tubuh

kita sendiri yang mengalami transformasi menjadi ganas, karena adanya mutasi

spontan atau induksi karsinogen. Dari adanya kontak dengan karsinogen sampai

timbulnya sel kanker memerlukan waktu induksi yang cukup lama. Diperkirakan

waktu induksi itu dapat sampai 15-30 tahun (Sukardja, 2000).

Perubahan-perubahan keganasan pada pasien AR mempunyai jangka

waktu yang bervariasi setiap keganasan yang muncul. Pada beberapa studi di

Eropa, bahwa pasien-pasien AR yang di pantau menunjukan kanker jenis

14

Page 15: skripsi bru edit tgl 209

limfohematopoietik dan kanker paru mengalami peningkatan kejadian dengan

jangka waktu yang pendek kurang lebih sekitar 3 tahun (Mellemkjaer, 1996).

Di salah satu penelitian juga dijelaskan bahwa adanya kewaspadaan pada

pasien AR dengan peningkatan kanker kulit, digestiv bagian atas, melanoma dan

leukimia. Karena pada penelitian tersebut adanya perubahan peningkatan angka

kejadian pada pasien AR (Hemminki, 2008).

Perubahan yang terjadi banyak disebabkan oleh berbagai faktor, salah

satunya perkembangan sel-sel limfoid yang tidak terkendalikan dapat

mengakibatkan transformasi sel dan kelainan limfoproliferatif yang tergolong

keganasan, misalnya leukimia, limfoma, dan diskrasia sel plasma. Selain itu

dalam keganasan yang terjadi, hospes berperanan penting. Peranan ini mencakup

hereditas, imunitas, usia, jenis kelamin, pola diet, dan lain-lain. Dan setiap

individu memiliki basis molekuler tertentu (Kresno, 2003)

Hereditas dan tumor

Data dari studi epidemiologi tumor, statistik klinis tumor menunjukan

terjadinya tumor dan faktor hereditas seseorang memiliki hubungan tertentu.

Mekanisme pasti hereditas dan timbulnya tumor hingga kini belum jelas. Pada AR

yang berkaitan dengan hereditas, hereditas hanyalah suatu kecenderungan, yaitu

karena hereditas memiliki perubahan DNA atau kromosom, terjadi peningkatan

kepekaan terhadap virus, karsinogen dan faktor karsinogen fisika juga

berpengaruh pada reparasi normal molekul DNA, ditambah respon imunitas

tertentu maka mengarah ke timbulnya tumor (Jianchuan, 2006)

15

Page 16: skripsi bru edit tgl 209

Imunitas dan tumor

Perubahan imunitas dalam tubuh manusia dapat dihubungkan dengan

kemunculan tumor. Ini dijelaskan dari teori surveilans imunitas. Yaitu konsep

yang menyatakan bahwa sistem imun mempunyai peran mencegah dan membatasi

pertumbuhan tumor. Bila konsep ini benar, maka sel-sel efektor seperti limfosit B,

T-helper, T-sitotoksik dan sel NK harus mampu mengenal antigen tumor dan

memperantarai atau menyebabkan kematian sel-sel tumor. Dan pada fase dini

dapat mempengaruhi timbul dan berkembangnya sel tumor. Namun ketika fungsi

imun tubuh rendah atau terhambat, insiden tumor meningkat (Kresno, 2003;

Jianchuan, 2006).

Selain itu, sel tumor memiliki kemampuan menghindari surveilans

imunitas, dengan terganggunya daya surveilans imunitas, sel tumor dapat

berproliferasi dengan cepat dalam tubuh, hingga timbul tumor (Jianchuan, 2006)

Usia dan tumor

Tumor dan usia berkaitan erat, dalam penelitian penyakit AR dengan

risiko keganasan. Usia diperhitungkan setiap penelitian yang dilakukan. Pada

umumnya dengan pertambahan usia, insiden kanker juga meningkat, penyebabnya

mungkin, zat iritan karsinogenik menimbulkan rudapaksa, transformasi,

perubahan ganas dan timbulnya tumor memerlukan proses yang relatif panjang;

imunitas pada usia lanjut menurun, daya surveilans imunitas terhadap sel mutan

melemah sehingga insiden kanker meningkat (Jianchuan, 2006).

16

Page 17: skripsi bru edit tgl 209

Infeksi dan tumor

Pada AR infeksi yang selalu dikaitkan dengan penyebabnya adalah infeksi

virus Epstein-Barr (EB). Virus ini ditemukan pertama kali dalam biakan sel

limfoma Burkitt, belakangan diketahui virus tersebut berkaitan dengan kanker

nasofaring. Ini adalah virus pertama yang jelas terbukti berkaitan etiologi dengan

tumor pada manusia. Virus EB berkaitan dengan banyak jenis tumor pada

manusia, seperti limfoma Burkitt, penyakit Hodgkin, limfoma non Hodgkin, Ca

paru, Ca mamae, Ca kolon dan lain-lain (Jianchuan, 2006).

2.3. Jenis keganasan pada pasien Artritis Reumatoid

Dari beberapa studi penelitian, ada beberapa jenis tumor yang merupakan

faktor risiko dari Artritis reumatoid. Yaitu limfoma maligna, mieloma multiple,

leukimia, dan lain-lain (Mellemkjaer, 1996; Askling, 2005)

Limfoma maligna

Limfoma maligna adalah tumor ganas primer dari kelenjar limfe dan

jaringan limfatik di organ lainnya. Ia merupakan salah satu keganasan sistem

hematopoietik, terbagi menjadi dua golongan besar yaitu limfoma Hodgkin (HL)

dan limfoma non-Hodgkin (NHL). Belakangan ini insiden limfoma meningkat

relatif cepat. Sekitar 90% HL timbul dari kelenjar limfe, hanya 10% timbul dari

jaringan limfatik di luar kelenjar limfe. Sedangkan NHL 60% timbul dari kelenjar

limfe, 40% dari jaringan limfatik di luar kelenjar limfe (Ekstrom, 2003; Wenqi,

2006).

17

Page 18: skripsi bru edit tgl 209

Penyebab tumor ini ada hubungan atau kaitannya antara HL dan infeksi

virus EB. Dalam suatu penelitian bahwa gen dari virus DNA, virus EB telah

ditemukan terdapat dalam genom sel limfoma Burkitt. Defek imunitas dan

regulasi menurun imunitas berkaitan dengan timbulnya NHL, termasuk penyakit

autoimun(sindrom Sjorgen, penyakit artritis reumatoid, SLE) (Ekstrom, 2003;

Wenqi, 2006).

Manifestasi klinis limfoma malignum bervariasi, karena jaringanlimfatik

tersebar luas dalam tubuh, jaringan limfatik di bagian manapun dapat menjadi lesi

primer atau dalam perjalanan penyakit mengalami invasi, kelainan dibagian tubuh

berbeda dapat menunjukan manifestasi berbeda. Bahkan jika tumor dengan

stadium lanjut dapat menginvasi jaringan di luar limfatik, maka gejalanya pun

lebih rumit lagi. Gejala paling sering sekitar 60% biasanya adanya limfadenopati,

berupa pembesaran kelenjar limfe superfisial. Diantaranya bagian leher 60-80%,

aksila 6-20%, inguinal 6-12%, mandibula, retroaurikular dan lain-lain relatif

sedikit. Gejala berikutnya adanya splenomegali, hepatomegali, paralisis neural.

Adapun gejala sistemik berupa demam, keringat malam-sangat menonjol,

penurunan berat badan-dalam setahun pertama BB turun 10% tanpa kausa

spesifik. Perubahan hematologik sering terdapat anemia normositik normokrom,

leukositosis. Apusan sumsum tulang pada HL sering menunjukan hiperproliferasi

granulosit disertai peningkatan histiosit dan sel plasma. Sehingga menyerupai

gambaran ’sumsum tulang infeksius’ (Wenqi, 2006).

18

Page 19: skripsi bru edit tgl 209

Leukemia

Leukimia adalah sejenis penyakit kloning maligna dari sel stem

hemopoietik. Karena replikasi sel leukemik tak terkendali, diferensia terganggu,

apoptosis terhambat, dan lain-lain. Sehingga berhenti pada berbagai sel lekemik di

sumsum tulang dan jaringan hemopoietik lain bereplikasi dan terakumulasi dalam

jumlah besar serta menginvasi organ dan jaringan lainnya, membuat hemopoiesis

normal terhambat, fungsi organ dan jaringan yang terkena terganggu (Wenqi,

2006).

Penyebab leukemia manusia belum jelas seluruhnya. Virus HTLV-1

menyebabkan leukemia sel T. Faktor genetik, pada kembar monozigot, jika salah

satu menderita leukimia maka insiden pada kembaranya 20%. Mekanisme

terjadinya leukimia rumit. Secara umum, timbulnya leukimia setidaknya melalui

proses dua tahap: berbagai faktor menyebabkan mutasi menentukan pada stu

proto-onkogen sel, menyebabkan produksi kloning sel hemopoietik abnormal.

Peubahan genetik lebih lanjut mungkin menyakut nonaktifnya satu atau lebih

supresor onkogen dan aktivasi onkogen, hingga timbul leukemia (Wenqi, 2006).

Manifestasi klinis dibagi dua tahap: manifestasi inhibisi terhadap fungsi

hemopoiesis normal sumsum tulang, terdapat anemia, demam, perdarahan.

Manifestasi infiltrasi proliferatif sel leukimia, terdapat limfadenopati,

hepatosplenomegali, nyeri hebat tulang (Wenqi, 2006).

Mieloma multiple

Mieloma multiple juga disebut meiloma sel plasma adalah penyakit

proliferasi ganas sel plasma monoklonal yang menghasilkan imunoglobulin.

19

Page 20: skripsi bru edit tgl 209

Karakteristiknya adalah proliferasi berlebihan dalam susunan tulang, matriks

tulang terdestruksi dan produksi imunoglobulin abnormal dalam jumlah besar, dan

melalui berbagai mekanisme menimbulkan gejala dan tanda klinis. Setelah

sumsum tulang digantikan oleh sel plasma ganas, sel normal sumsum tulang

terdepresi, sel hemopoietik normal terdestruksi, akhirnya sumsum tulang

mengalami kegagalan total, destruksi matriks tulang menimbulkan osteosklerosis,

lesi osteolitik, fraktur patologis dan nyeri tulang. Mieloma multipel muncul

tersamar secara klinis, bersifat progresif, prognosis biasanya tidak baik (Wenqi,

2006).

Mieloma multipel umumnya terjadi pada lansia, puncak insiden usia 60-80

tahun. Pria lebih tinggi dari wanita. Etiologi penyakit ini belum jelas. Beberapa

riset menemukan insidennya mungkin berkaitan dengan suseptibiltas genetik,

radiasi, infeksi kronik, dan granulasi kronik antigen (Wenqi, 2006).

Manifestasi kinis mieloma multipel umumnya tersamar. Sering ditemukan

dengan 3 aspek yaitu pertama, manifestasi akibat invasi masif sel plasma ganas ke

sumsum tulang, gejala utamanya nyeri tulang. Kedua, manifestasi akibat globulin

abnormal (komponen M) dalam darah dan jaringan meningkat. Ketiga,

menurunnya imunitas tubuh (Wenqi, 2006).

Beberapa jenis keganasan yang disebut diatas merupakan jenis keganasan

yang dalam beberapa penelitian mempunyai hubungan terhadap pasien-pasien

artritis reumatoid.

2.4. Imunologi dan keganasan

Penyakit AR merupakan penyakit autoimun yaitu penyakit yang

berhubungan dengan respon imun, maka sama halnya dengan keganasan yang

20

Page 21: skripsi bru edit tgl 209

terjadi pada awal timbulnya sel kanker, sistem imun tubuh dapat mengenali sel

’asing’ itu dan melalui sel aktif imunitas (sel T, sel NK dan makrofag) dan

imunitas humoral spesifik mengindentifikasi sel kanker, pada fase dini membasmi

sel abnormal itu, mempengaruhi timbul dan berkembangnya sel tumor. Namun

ketika fungsi imun tubuh rendah atau terhambat, insiden tumor meningkat

(Kresno, 2003; Garna, 2006).

Dengan demikian pada penderita AR yang sistem imunnya tidak

terkendali akibat sel-sel sistem imun kehilangan atau ketidakmampuan untuk

memberikan respon terhadap antigen tubuh sendiri, sehingga respon imun

membentuk antibodi terhadap jaringan tubuh sendiri (autoantibodi). Dan

adakalanya respon imun menjadi lemah. Dapat menimbulkan imunotoleransi pada

sel tumor yang kemungkinan penderita AR secara genetik mempunya risiko

keganasan, memacu pertumbuhan tumor (Kresno, 2003; Garna, 2006).

Dari uraian diatas, penjelasan mengenai artritis reumatoid dan risiko

terjadinya keganasan ada hubungan bermakna yang dikaitkan pada beberapa

penelitian yang ada.

21

Page 22: skripsi bru edit tgl 209

BAB III

ARTRITIS REUMATOID DAN RISIKO TERJADINYA KEGANASAN

DITINJAU DARI AGAMA ISLAM

3.1 Tubuh yang sehat dalam pandangan Islam

Manusia sebagai hamba Allah SWT diwajibkan untuk beribadah

kepadaNya sebaik mungkin dan semaksimal mungkin. Sebagai salah satu

makhluk ciptaan Allah SWT, tugas manusia sebagai khalifah di bumi adalah

beribadah kepadaNya. Ibadah dapat dijadikan sebagai media menjalin hubungan

baik dengan Allah (Hablumminallah) dan hubungan baik dengan sesama manusia

(Habluminannas) (Zuhroni dkk, 2003). Kewajiban manusia untuk beribadah

tertera pada ayat :

Artinya : “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku” (Q.S Adz Dzariyat (51) : 56)

Untuk dapat menjalankan ibadah sebaik mungkin, setiap manusia

memerlukan kesehatan yang baik. Berbagai upaya yang mesti dilakukan agar tetap

sehat menurut para pakar kesehatan, antara lain, dengan mengkonsumsi gizi yang

cukup, olahraga cukup, jiwa tenang, serta menjauhkan diri dari pengaruh yang

dapat menjadikan terjangkit penyakit. Hal-hal tersebut semuanya ada dalam ajaran

Islam, bersumber dari hadits-hadits shahih maupun ayat Al Qur’an (Zuhroni dkk,

2003).

Dengan merujuk konsep sehat yang dewasa ini dipahami, menurut WHO,

sehat adalah suatu keadaan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang baik, tidak hanya

22

Page 23: skripsi bru edit tgl 209

tidak berpenyakit atau cacat. Dadang Hawari melaporkan, bahwa sejak tahun

1984 WHO telah menyempurnakan definisi di atas dengan menambahkan satu

unsur lagi, yaitu sehat spiritual / agama sehingga menjadi sehat bio-psiko-sosio-

spiritual. Maka yang dinamakan sehat bila seseorang memiliki tubuh jasmani

yang tidak berpenyakit, mental yang baik, dan spiritual atau iman yang baik dan

benar (Zuhroni dkk, 2003).

Kesehatan merupakan suatu nikmat Allah SWT yang sangat berharga yang

tidak tara nilainya dan tiada seorang pun menginginkan dirinya dalam keadaan

sakit/menderita sakit. Namun pada kenyataan, banyak orang yang melalaikan

nikmat tersebut, tidak mengisinya dengan hal-hal yang bermanfaat (Al-Jauziyah,

2008). Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW

نع�م�ت�انم�غ�ب�و�ن�في�هم�اك�ثي�ر�م�ن�الن���اسالص��ح��ة�﴿رواهالبخاريو�ال�ف�ر�اغ� ﴾

Artinya : Dua nikmat. Banyak di antara orang yang tidak menghargainya, yaitu nikmat kesehatan dan waktu lowong” (HR Imam Al Bukhari dari Ibnu Abbas).

Sebagaimana diketahui, prinsip manusia dalam kesehatan adalah

mengupayakan secara teratur dan optimal agar orang menjadi kuat dan sehat. Hal

ini sejalan dengan pernyataan Nabi :

اهللا� ق�ال�ر�س�و�ل�ا׃ق�ال�ةريرع�ن�ا�بىه ىل ع�ل�ي�ه� ص

اهللا�׃و�س�ل��م� ا�ىل اهللا� � الم�ؤ�من�ال�ق�وي� ا�ن ا ح ب� ر�و خ ي�

من�ا�ؤ�منالض��عي�فااااا مل�Artinya : Dari Abu Hurairah ra, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda :

“Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai Allah daripada yang lemah” (HR Muslim).

23

Page 24: skripsi bru edit tgl 209

Dari segi kesehatan nutrisi, umat Islam diminta mengkonsumsi makanan

dan minuman yang halalan thayyiban (halal dan baik). Menurut syariat Islam,

kehalalan suatu makanan atau minuman ditentukan oleh 4 hal, yaitu dan segi zat,

sifat, cara perolehan dan akibat yang ditimbulkan jika mengkonsumsinya.

Sebagian ulama menyatakan : Tiga yang pertama termasuk kategori halal, dan

yang terakhir dikategorikan thayyib. Halal, berdasarkan ketentuan syar’i. Menurut

Quraish Shihab, makanan thayyib adalah makanan baik dan bergizi. Makanan

thayyib ini juga bisa dilihat dari segi kebersihan, rasa dan cara menyajikannya.

Menurut para ahli gizi, pada umumnya jenis makanan dan minuman halal menurut

Islam termasuk pula yang bersifat baik menurut pertimbangan ilmiah (Zuhroni,

dkk, 2003). Sebagaimana Allah SWT berfirman :

Artinya : “Wahai umat manusia ! makanlah apa yang ada dibumi ini yang halal dan baik dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan, karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu” (HR Baqarah (2) ; 168).

Artinya : “Dan makanlah makanan yang halal lagi baik daripada yang Allah telah rezkikan kepadamu……” (QS Al Maidah (5) ; 88).

3.2 Rheumatoid Arthritis dalam pandangan Islam

Rheumatoid Arthritis (RA) merupakan radang yang umumnya menyerang

pada sendi tangan dan kaki, yang semakin lama semakin bertambah berat

24

Page 25: skripsi bru edit tgl 209

sakitnya. Gejala seperti tangan terasa kaku pada pagi hari, nyeri sendi, bengkak,

kemerahan dan terasa hangat (Bensen, 1998; Daud, 2006).

AR dapat berasal dari faktor genetik atau faktor lingkungan tertentu yang

dapat menyebabkan gangguan autoimun. Selain faktor infeksi bakteri, akhir-akhir

ini virus Epstein Barr (EBV) telah banyak menarik perhatian para ahli. Pada

pasien yang mengalami infeksi EBV, seringkali dijumpai gejala artralgia. Dengan

memperhatikan faktor-faktor penyebabnya maka dapat dirumuskan AR

merupakan penyakit jasmani (Harris, 1997; Daud, 2006).

Dari beberapa penelitian, disimpulkan bahwa walaupun EBV bukan

merupakan penyebab langsung timbulnya AR, kemungkinan EBV menyebabkan

terjadinya perubahan respon imun terhadap antigen eksogen atau endogen lain

belum dapat disingkirkan (Robbins dkk, 1995; Daud, 2006).

Dengan adanya penelitian-penelitian tersebut, dapat dikembangkan banyak

ilmu pengetahuan yang belum terkuak secara luas, sehingga lebih memicu

manusia untuk mengadakan usaha lebih lanjut agar AR yang merupakan salah

satu penyakit autoimun dapat disembuhkan secara sempurna sehingga penyakit ini

tidak menimbulkan progresif yang terlalu lama muncul kecacatan, penderita dapat

beraktifitas dan tidak menghalangi kewajibannya untuk beribadah kepada Allah

SWT.

Dalam Islam, perkembangan ilmu pengetahuan telah banyak membantu

peningkatan kualitas dan kesejahteraan kehidupan umat manusia di dunia. Bagi

umat Islam, kesadaran akan Iman dan Taqwa (Imtaq) dan ilmu pengetahuan

berkaitan dengan keyakinan terhadap Al Qur’an yang diwahyukan dan

25

Page 26: skripsi bru edit tgl 209

pemahaman mengenai kehidupan dan alam semesta yang diciptakan (Al Zindani,

1999).

Ayat Al Qur’an pertama yang diturunkan kepada Rasulullah SAW,

menunjuk kepada keutamaan ilmu pengetahuan, yaitu dengan memerintahkan

membaca, sebagai kunci ilmu pengetahuan dan menyebut qalam, alat transportasi

ilmu pengetahuan Allah SWT berfirman :

Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang Mengajar (manusia) dengan perantara kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. (QS Al Alaq (96) : 1-3).

Surat yang pertama kali Allah SWT turunkan dalam Al Qur’an adalah

surat Al Alaq. Di dalamnya Allah SWT menyebutkan nikmat-Nya dengan

mengajarkan manusia apa yang tidak diketahui. Hal ini menunjukkan akan

kemuliaan belajar dan ilmu pengetahuan (Qardhawi, 1998).

Iqra’ merupakan perintah yang ditujukan kepada Nabi, walaupun beliau

seorang ummi (yang tidak panda membaca dan menulis). Iqra’ terambil dari akar

kata yang berarti “menghimpun”, sehingga tidak selalu harus diartikan “membaca

teks tertulis dengan aksara tertentu” (Qardhawi, 1998).

Dari “menghimpun” lahir aneka ragam makna, seperti menyampaikan,

menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu dan membaca, baik

tertulis maupun tidak. Iqra’ berarti bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilah ciri-

ciri sesuatu, bacalah alam, bacalah tanda-tanda zaman, sejarah, diri sendiri, yang

26

Page 27: skripsi bru edit tgl 209

tertulis dan tidak tertulis. Alhasil objek perintah iqra’ mencakup segala sesuatu

yang dapat dijangkaunya. Demikian terpadu dalam perintah ini dengan segala

macam cara yang dapat ditempuh manusia untuk meningkatkan kemampuannya

(Qardhawi, 1998).

Perintah membaca merupakan suatu yang paling berharga yang pernah dan

dapat diserukan pada umat manusia. Membaca dalam aneka maknanya adalah

syarat pertama dan utama pengembangan ilmu dan teknologi, serta syarat utama

membangun peradaban (Shihab, 1999).

Dengan membaca, menusia mendapat banyak ilmu pengetahuan,

membuka peluang untuk pengembangan pengetahuan lebih luas lagi

dikembangkan, sehingga penanganan pun lebih baik serta dapat mengurangi

angka kematian dan kesakitan.

Menjaga agar tetap sehat dan tidak terkena penyakit adalah lebih baik

daripada mengobati. Pencegahan AR dapat dilakukan sedini mungkin, yaitu sejak

masa pertumbuhan atau dewasa muda, dengan mengkonsumsi makanan dengan

nilai gizi yang sesuai, berolahraga yang teratur, istirahat yang cukup dan mengatur

pola hidup yang baik. Menjaga kesehatan sewaktu sehat lebih baik daripada

minum obat saat sakit. Hal tersebut sesuai dengan kaidah ushuliyyat menyatakan :

صح��ة�ا�ال�ب�د�انم�ق�د��م�ع�ل�ىصح��ةا�ال�د�ب�ان

Artinya : “Kesehatan badan didahulukan atas kesehatan agama”

Juga dinyatakan :

ا�لر��ف�عاق�و�ى�من�الر��ف�ع

Artinya : “Menolak lebih mudah daripada menghilangkan”

27

Page 28: skripsi bru edit tgl 209

Setiap orang dapat saja terkena penyakit AR tanpa disadari. Bukan hanya

pada AR, tapi juga penyakit lainnya, datang begitu saja tanpa diketahui

penyebabnya. Begitu pula dengan terjadinya keganasan pada AR, dapat terjadi

tanpa disadari. Dikarenakan mekanisme pasti timbulnya keganasan pada pasien

AR belum diketahui dengan jelas, berdasarkan beberapa penelitian bahwa para

peneliti masih menjadikan suatu kemungkinan dari faktor genetik dan infeksi

(Kresno, 2003; Jianchuan, 2006). Jika hal ini terjadi, menurut Islam hal tersebut

merupakan sebuah ujian (Al-Ju’aisin, 2001).

Pada hakikatnya, semua penyakit termasuk AR adalah ujian yang

mendatangkan pahala jika disikapi dengan ikhlas dan berserah diri pada Allah

disertai dengan ikhtiar yaitu berupa pengobatan yang islami. Di dalam al Qur’an

telah disebutkan :

………

Artinya : “Kami (Allah) akan menguji kalian dengan kebutuhan dan kebaikan sebagai cobaan. Kepada Kami jua kalian akan kembali (QS Anbiya (21) : 35).

Karena penyakit itu adalah ujian dari Allah SWT , maka ujian itu juga

merupakan sunnatullah yang mengandung rahmat dan hikmah. Semua penyakit,

baik fisik maupun psikis pada dasarnya sama saja. Semua apabila diterima dengan

ikhlas akan melenyapkan dosa dan menghapus kesalahan. Sebagaimana sabda

Nabi Muhammad SAW :

28

Page 29: skripsi bru edit tgl 209

ر اهللا� � ك ف�إ�ال ل�م س� ا�لم� ي�ب� ت�ص� ب ة� ي� ص� م� ن� ام� �به�اع�ن�ه�ح�ت��ى م

﴿رواهابخارىال�ش��و�ك�ةي�ش�اك�ه�ا ﴾

Artinya : “Setiap kali orang Islam mendaat malapetaka, Allah mengampuni dosanya karena malapetaka itu, bahkan yang disebabkan oleh terlena dari (HR Al Bukhari)

Seseorang yang menderita sakit wajib baginya untuk memeriksakan diri

dan berobat kepada ahlinya, salah satunya adalah berobat pada dokter yang

mengerti tentang penyakit, sebagaimana firman Allah SWT :

Artinya : “Bertanyalah kepada orang yang ahli jika kamu tidak mengetahui” (QS An Nahl (16) : 43).

Dalam berbagai riwayat menunjukkan bahwa Nabi pernah berobat untuk

dirinya sendiri, serta pernah menyuruh keluarga dan sahabatnya agar berobat

ketika sakit (Zuhroni, 2007). Sebagaimana dalam salah satu hadits :

ىل�م�ي�ن�زل��د�اء@إال��و�ض�ع�ل�ه ت�ع�ال� ت�د�او�و�اف�إن��ا

رواةابنماجة﴿د�و�اء@غ�ي�ر�د�اءEو�احدEو�ه�و�ال�ه�ر�م� ﴾

Artinya : “Berobatlah kamu sekalian (bila sakit) karena sesungguhnya Allah Ta’ala mendatangkan suatu penyakit kecuali mendatangkan pula obatnya, kecuali satu penyakit yaitu penyakit tua (pikun)”. (HR Ahmad)

Juga dalam hadits lain dikatakan :

29

Page 30: skripsi bru edit tgl 209

اهللا� �ل�م�ي�ن�زل�د�اء@اال�ا�ن�ز�ل�ه�شف�اء@ف�ت�د�او�و�ا ا�ن �

ائىوااكم﴿ رواهالنس ﴾

Artinya : Sesungguhnya Allah tidak akan menurunkan penyakit, melainkan dia telah menurunkan penyembuhnya, maka berobatlah kamu (HR An Nasai dan Al Hakim)

Dari hadits diatas, jelaslah umat Islam harus berupaya dan bahkan wajib

mencari pengobatan bila tertimpa penyakit. Pada kasus AR, terutama bila sudah

terjadi keganasan, penderita harus sering memeriksakan dirinya ke dokter agar

penyakit dalam keadaan terkontrol, sehingga risiko keganasan tidak bertambah

buruk dan jika terjadi kecacatan anggota gerak tubuh dapat dihindari. Selain itu

penderita harus tetap tawakal kepada Allah, berdoa memohon kesembuhan dan

dijauhkan dari segala keburukan.

Walaupun obat-obatan pada penderita AR tidak berasal dari unsur-unsur

yang diharamkan, seperti obat golongan anti inflamsi non steroid (OAINS).

Namun penderita AR agar tetap tidak berobat dengan yang haram. Hal ini

dijelaskan dalam hadits Rasulullah SAW :

ن�ز�ل�الد��واء�و�الد���و��اء�و�ج�ع�ل�لك�ل�د�اء@ف�ت�اااااان�ا�أ� هللا

د�ا

*ارحو�اباودت�تالاووو ﴿م ﴾

Artinya : “Sesungguhnya Allah menurunkan penyakit dan obatnya, dan diadakanNya bagi tiap-tiap penyakit obatnya, maka berobatlah kamu, namun janganlah berobat dengan yang haram (HR Abu Dawud).

30

Page 31: skripsi bru edit tgl 209

Salah satu hal yang harus diperhatikan dan disadari penderita AR dalam

hal ikhtiar bahwa pengobatan dan penyembuhan dari Allah SWT, meyakini

bahwanya semua penyakit kesembuhannya hanya dari Allah setelah ikhtiar dari

dokter yang mahir (Al-Ju’aisin, 2001).

Allah SWT berfirman :

Artinya : “Apabila aku sakit, maka Allah juga penyembuhnya (QS. As Syu’ara (26) ; 80)

Pengobatan hanyalah wasilah (perantara), penggunaan obat ataupun

metode pengobatan lainnya hanyalah suatu wasilah dimana yang menyembuhkan

penyakit seseorang hanya Allah SWT. Hal tersebut berarti bahwa tanpa suatu

pemberian obat pada penderita AR, penderita bisa sembuh jika Allah

menghendakinya. Walaupun demikian, sebagai umat Islam tetap dianjurkan untuk

berusaha semaksimal mungkin antara lain dengan berobat secara Islami, tidak

lupa untuk ikhlas serta berserah diri pada-Nya. Allah berfirman :

Artinya : “Jika Allah menimpakan suatu kesusahan kepadamu, maka tidak seorangpun yang dapat melenyapkan kecuali Dia. Jika Allah menghendaki kesentosaan bagimu, tidak ada seorangpun yang mampu menolak karuniaNya” (QS Yunus (10) ; 107).

31

Page 32: skripsi bru edit tgl 209

Disamping ikhtiar disertai keyakinan penderita AR harus tetap berdo’a

untuk kesembuhannya. Jika ternyata Allah SWT berkehendak lain (tidak sembuh),

penderita AR tidak boleh putus asa, kadang kala Allah SWT memberikan suatu

penyakit sebagai ujian dan jembatan bagi seorang hamba untuk mendekatkan diri

kepadaNya. Bagi seorang muslim, yang paling utama dalam hidup ini adalah

mendapatkan ridha Allah, sehingga itu tidak perlu menjadi masalah. Di dalam

hadits Rasulullah SAW berikut ditegaskan bahwa yang dinilai dari seorang adalah

hati dan amalnya. (Razak, 1980).

اهللا � ا�ن ر�ا�ىل ي ن�ظ� وال�ك�ن� ال�ك�م� و ا م� و ر�ك�م� و ص� ر�ا�ىل ظ� �ال ي ن�

ا م ع� ا و م� ك� ب� و� ل� ﴿رواهمسلمق� ل�ك�م� ﴾

Artinya : “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada Rupamu dan kekayaanmu tetapi Allah akan menilai gerak hatimu dan amal perbuatanmu” (HR Muslim).

Oleh karena itu, pada setiap orang menderita suatu penyakit, AR atau

tidak, sudah terkena kanker atau belum, yang paling penting sebagai hamba Allah

hendaknya dapat menerimanya serta bersabar atas sakit yang diberikan karena

akan dapat menggugurkan kesalahan dan dosa-dosanya dengan disertai ikhtiar

untuk sembuh. Dan sebagai insan kedokteran harus selalu berusaha untuk mencari

pengobatan yang tepat, misalnya dengan melakukan penelitian terhadap obat-obat

ataupun upaya lainnya untuk meningkatkan taraf hidup penderita.

3.3 Artritis Reumatoid dan risiko terjadinya Keganasan menurut Islam

32

Page 33: skripsi bru edit tgl 209

Keganasan disini adalah suatu tumor ganas atau kanker yang dianggap

sebagai pertumbuhan sel tidak terkendali, karena itu secara patologik tumor ganas

disebut penyakit sel. Pertumbuhan sel secara tidak terkendali menyebabkan sel-sel

tersebut membentuk masa yang kemudian menginfiltrasi organ dan mengganggu

fungsinya, karena itu kanker dapat dianggap sebagai penyakit organ. Di lain

pihak, kanker juga disebut penyakit sistemik karena respon tubuh terhadap

pertumbuhan kanker berperan dalam menimbulkan gejala klinik, misalnya sekresi

berbagai substansi yang berpengaruh pada homeostasis atau metabolisme pasien

seperti berbagai jenis hormon, sitokin, faktor pertumbuhan, faktor koagulasi dan

lain-lain (Kresno, 2003).

Pemahaman terhadap kanker mengalami terobosan besar. Dipahami bahwa

kanker disebabkan oleh perubahan bertahap pada replikasi, reparasi, apoptosis sel

yang melibatkan banyak kelompok gen dan banyak tahapan, sehingga sel normal

secara bertahap berubah menjadi sel ganas yang mengalami replikasi tak

terkendalikan (Huang, 2006).

Perubahan itu secara bersamaan sejalan dengan respon imun yaitu

mekanisme imun tubuh dan pembentukan pembuluh darah baru yang juga

mengalami kelainan, akhirnya mempengaruhi fungsi organ vital dan membawa

maut. Oleh karena itu, timbulnya kanker merupakan suatu proses yang

multigenetik, multifaktor, multifase. Meneliti faktor risiko timbulnya kanker

bertujuan mengurangi atau melenyapkan pengaruh negatif faktor risiko tersebut

pada manusia, mengembangkan pengaruh positif dari faktor protektif, dan

mencegah timbulnya tumor ganas (Huang, 2006).

33

Page 34: skripsi bru edit tgl 209

Pada suatu penelitian diketahui bahwa pasien AR mempunyai risiko pada

terjadinya keganasan, namun kepastian untuk mencapai suatu keganasan masih

perlu diteliti lagi. Dan tipe dari keganasan yang muncul, dilaporkan bahwa banyak

pada tipe keganasan sel darah (lymphoma, multiple myeloma, dan leukemia)

(Ekbom, dkk, 1993).

Islam mendorong manusia untuk mencari ilmu dan kemajuan dalam

penemuan-penemuan, dan menjanjikan ganjaran yang besar dan upaya-upaya ini

dianggap bagian dari pengabdian kepada Allah SWT. Pernyataan ini memberikan

dasar bagi peneliti dan kemajuan ilmiah. Disamping itu, Islam menentukan

pendekatan yang positif dan terbuka ke arah ilmu pengetahuan, tidak peduli

sumbernya, apakah dari seorang muslim atau non Islam (Al Zindani, 1999).

Dorongan ke arah penelitian ilmiah maupun sikap baru (inovasi),

menyebabkan terbentuknya peradaban Islam yang sangat tinggi dalam waktu yang

sangat singkat di bidang ilmu pengetahuan (Al Zindani, 1999).

Allah SWT menekankan dalam Al Qur’an bahwa penemuan-penemuan

manusia dan perkembangan ilmu pengetahuan merupakan upaya yang mulia.

Hasil-hasil penelitian memberikan bukti kebenaran Al Qur’an (Al-Zindani, 1999).

Sebagaimana dinyatakan dalam firman-Nya :

Artinya : “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) kami segenap ufuk pada dan pada diri mereka sendiri,

34

Page 35: skripsi bru edit tgl 209

sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur’an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?” (QS Fushshilat (41) ; 53).

Artinya : “Dan katakanlah : segala puji bagi Allah, Dia yang memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kebesaranNya, maka akan mengetahuinya. Dan Tuhanmu tiada lalai dari apa yang kamu kerjakan” (QS An Naml (27) ; 93).

Al Qur’an memuji ahli ilmu pengetahuan dan menyebut dengan alladziina

utul-‘ilma, dan Allah SWT menisbatkan kepada mereka beberapa keutamaan

pemikiran, keimanan serta akhlak (Qardhawi, 1998).

Ilmu juga didefinisikan sebagai pemikiran atau kajian untuk mendapatkan

suatu manfaat. Allah memerintahkan supaya menuntut ilmu atau mencari ilmu

untuk kesenangan hidup dunia dan akhir. Ini menunjukkan bahwa ilmu

merupakan alat yang mampu membuat manusia hidup bahagia dan sejahtera di

dunia dan di akibat (Qardhawi, 1998).

Dengan demikian, ilmu pengetahuan telah membawa manfaat bagi

masyarakat dalam hal ini dikaji oleh para peneliti dan dokter lebih dalam

mengenai AR dan risiko terjadinya keganasan. Penelitian ini sangat penting,

karena dengan hasil tersebut, pencegahan perburukan gejala pada penderita dapat

diminimalkan. Hal demikian, dapat membawa kebaikan dan kesejahteraan bagi

umat manusia dalam memerangi penyakit, khususnya penyakit yang disebabkan

oleh autoimun seperti AR.

35

Page 36: skripsi bru edit tgl 209

Berdasarkan angka kejadian wanita lebih sering terkena AR, penyebab

belum diketahui dengan jelas, diduga faktor hormon sex berpengaruh besar tapi

hal tersebut masih dalam penelitian. Dalam hal ini bukan berarti pria tidak

beresiko terkena AR, hanya saja kemungkinannya lebih kecil dibanding wanita

(Daud, 2006). Jika seseorang telah ditakdirkan diciptakan membawa sifat tertentu,

maka itu menjadi ujian baginya, termasuk resiko wanita untuk terkena AR lebih

besar dibanding pria (Zuhroni, 2008). Sebagaimana dinyatakan dengan firman

Allah.

Artinya : Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (Qs Al Baqarah (2):155)

.

Dan dijelaskan dalam hadits :

بيه�ر�ي�ر�ة�ع�نالن��بي�بيس�عدEال�خ�د�ري�و�ع�ن�أ�

ع�ن�أ�

ص�ل�ىا�ع�ل�ي�هو�س�ل��مق�ال�م�اي�صي�ب�ال�م�س�لم�من�ن�ص�باااااا هللا�ذ�و�ال�غ�م�ح�س�الش��و�ك�ةي�ش�اك�ه�ا

و�ال�و�ص�ب�و�ال�ه�م�و�ال�ح�ز�نو�ال�أ�

ر اهللا� �هبه�ا إ�ال�ك ف ا ي ا خ ط ن� م�حمد﴿ ا مذىو ر ت ل ا مو مسل ىو ر خا ب ل ا ه ا و ﴾ر

Artinya : Dari Abi Sai’id al-Khudri dan dari Abi Hurairat, dari Nabi saw, beliau

berkata ; semua musibah, kesempitan, kegundah-gulanaan, atau kesedihan

hingga duri yang menusuk seorang muslim, maka maka Allah akan menghapus

kesalahannya,.’’ ( HR. al-Bukhari, Muslim, al – Turmudzi, dan Ahmad)

36

Page 37: skripsi bru edit tgl 209

Berdasar ayat dan hadits di atas, penderita AR diharuskan bersabar dalam

menghadapi ujian yang diberikan Allah, karena Allah akan menghapus dosa dan

kesalahannya.

Berdasarakan angka kejadian, wanita mempunyai resiko tiga kali lebih

besar terkena AR. Dalam hal ini, wanita berupaya terhindar dari penyakit tersebut,

cara yang dapat dilakukan wanita untuk terhindar dari AR, tapi bukan berarti

menghalalkan semua cara. Diantara upaya yang dilakukan adalah dengan

melakukan operasi ganti kelamin menjadi pria, ini merupakan cara yang

diharamkan. berdasarkan firman Allah SWT :

Artinya : “Dan aku benar-benar akan menyelesaikan mereka dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka merubahnya”.”Barang siapa yang menjadi syaitan menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata (QS An Nisaa (4) : 119).

Berdasarkan ayat diatas, mengubah jenis kelamin wanita menjadi pria,

atau sebaliknya, hukumnya haram, termasuk tindakan mengubah ciptaan Allah,

hal ini bertentangan pula dengan jiwa syara’. Oleh karena itu, hendaknya sebagai

seorang muslim wajib untuk mensyukuri ciptaan Allah, termasuk diciptakan

menjadi wanita. Dalam keterkaitannya dengan AR, yang seharusnya dapat

dilakukan wanita dengan berkonsultasi ke dokter. Upaya yang dilakukan antara

37

Page 38: skripsi bru edit tgl 209

lain dengan makan makanan bergizi, olahraga teratur, istirahat yang cukup serta

didukung dengan jiwa yang tenang. Dan tetap tawakal kepada Allah swt,

menjalankan perintahNya, berdoa memohon kesembuhan.

Secara singkat dapat disimpulkan bahwa Artritis Reumatoid dan risiko

terjadinya keganasan harus dicermati lebih lanjut, karena dapat memperburuk

keadaan penderita. Dengan terjadinya keganasan, maka sistem pertahanan tubuh

akan terus turun, angka kesakitan penderita AR bertambah besar, kualitas

beribadah pun jadi berkurang karena salah satu predileksi AR yang paling sering

adalah pada sendi lutut dan pergelangan tangan, sendi terasa kaku pada pagi hari,

nyeri, bengkak dan kemerahan. Seiring waktu berjalan penderita akan terabatas

dalam beraktivitas dan kualitas hidup menurun. Oleh karena itu, sebagai dokter

muslim, sebaiknya berusaha agar risiko keganasan dapat dicegah, dengan terus

berusaha mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang terbaru atau pun

dengan melakukan penelitian langsung sehingga hasil penelitian tersebut dapat

digunakan untuk perbaikan kondisi penderita AR.

38

Page 39: skripsi bru edit tgl 209

BAB IV

KAITAN PANDANGAN KEDOKTERAN DAN ISLAM MENGENAI

ARTRITIS REUMATOID DAN RISIKO TERJADINYA KEGANASAN

Berdasarkan uraian di atas, Kedokteran dan Islam sependapat dalam hal

sebagai berikut :

1. Adanya risiko keganasan yang terjadi pada penderita Artritis Reumatoid,

menimbulkan suatu perubahan. Perubahan yang terjadi banyak disebabkan

oleh berbagai faktor yaitu genetik, infeksi salah satunya perkembangan

sel-sel limfoid yang tidak terkendalikan dapat mengakibatkan transformasi

sel dan kelainan limfoproliferatif yang tergolong keganasan, misalnya

leukimia, limfoma, dan diskrasia sel plasma. Selain itu dalam keganasan

yang terjadi, hospes berperanan penting. Peranan ini mencakup hereditas,

imunitas, usia, jenis kelamin, pola diet, dan lain-lain. Dan setiap individu

memiliki basis molekuler tertentu.

2. Islam sangat menganjurkan umatnya untuk terus mencari inovasi baru

dalam bidang kesehatan, penelitian dan pengobatan. Anjuran tersebut

dalam keterangan Al Qur’an dan hadits Nabi dinyatakan suatu yang

bernilai dalam tuntunan spiritual syar’i. Penelitian pada penderita Artritis

Reumatoid didapatkan adanya keganasan pada penderita tersebut,

merupakan suatu hasil kemajuan dalam ilmu pengetahuan di bidang

kesehatan. Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian seperti adanya

peningkatan limfoma, leukemia dan mieloma mutipel pada penderita

39

Page 40: skripsi bru edit tgl 209

Artritis Reumatoid yang sudah menderita bertahun-tahun, maka penderita

AR diharuskan terus berikhtiar untuk menjaga kondisi tubuh dan

mengikuti anjuran dokter agar terhindar dari risiko kronis serta tetap

ikhlash menerima ujian, menjalankan perintah Allah SWT, dan

mensyukuri nikmat.

40

Page 41: skripsi bru edit tgl 209

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Penderita Artritis Reumatoid yang di pantau selama beberapa tahun dalam

beberapa penelitian ditemukan perubahan-perubahan yang menjadi Risiko

keganasan. Perubahan itu terkait dengan beberapa faktor yaitu faktor

genetik, infeksi, imunologi, usia. Faktor-faktor yang berpengaruh ini

menjadi dasar para peneliti untuk melihat sampai sejauh mana peran

selanjutnya sampai ke arah suatu keganasan. Tetapi faktor imunologi

sangat berperan dalam pengaruh perubahan pada penderita AR menuju

keganasan.

2. Keganasan yang terjadi pada penderita Artritis Reumatoid meningkat pada

beberapa keganasan. Seperti Limfoma, leukemia, mieloma multipel. Hasil

ini ditemukan berdasarkan statistik beberapa penelitian terhadap penderita

artritis reumatoid.

3. Adanya penelitian terhadap Artritis Reumatoid dan risiko terjadinya

keganasan dalam pandangan Islam merupakan suatu penerapan ilmu

pengetahuan yang bermanfaat dan memberikan peluang untuk melakukan

penelitian lebih lanjut lagi, sehingga angka kesakitan penderita berkurang,

terjadinya keterbatasan gerak dan kecacatan dapat dihindari. Dengan

demikian, penderita tetap dapat menjalankan tugasnya sebagai Khalifah di

41

Page 42: skripsi bru edit tgl 209

bumi dengan sebaik mungkin, tetap beraktifitas dan beribadah hanya

kepada Allah SWT.

5.2. Saran-saran

1. Untuk Masyarakat

Sudah saatnya menjalani pola hidup sehat yang diajarkan agama Islam.

Hal ini tidak saja membawa manfaat bagi diri pribadi melainkan

memberikan kebaikan bagi masyarakat sekitar. Dengan hidup sehat, umat

Islam dapat membangun sumber daya manusia yang berkualitas yang

berguna bagi kepentingan agama, negara dan bangsa

2. Untuk Kalangan medis

Dengan kemajuan ilmu kedokteran terbaru, dan sejak diketahui adanya

risiko keganasan pada penderita Artritis Reumatoid. Maka untuk para

kalangan medis lebih waspada terhadap penderita AR yang sudah lama

menderita dan untuk lebih teliti dalam memeriksa penderita AR yang

berisiko terjadi keganasan.

3. Untuk Alim Ulama

Tambahan ilmu pengetahuan ini diharapkan menjadi suatu informasi yang

bermanfaat terhadap para ulama sendiri dan dalam dakwah yang ditujukan

ke masyarakat khususnya penderita AR agar tetap bersabar menerima

ujian dan selalu berikhtiar untuk berobat serta tetap tawakal kepada Allah

SWT.

4. Rumah Sakit atau Klinik

42

Page 43: skripsi bru edit tgl 209

Diharapkan dapat menangani AR secara holistik, yaitu tidak hanya

mengobati penyakitnya saja namun juga diharapkan dapat meningkatkan

kepatuhan dan rasa percaya diri, karena AR dapat menimbulkan risiko

keganasan.

5. Pemerintah

Penulis berharap agar pemerintah memberikan perhatian yang cukup

kepada para penderita AR berupa penerangan tentang pencegahan dan

pengobatan serta kemudahan dalam berobat. Serta memberi ruang dan

dukungan bagi riset-riset ilmiah khususnya dalam bidang kedokteran.

43