skripsi bru edit tgl 209
-
Upload
fino-peace -
Category
Documents
-
view
469 -
download
4
Transcript of skripsi bru edit tgl 209
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Artritis Reumatoid (AR) adalah penyakit autoimun kronik yang tersebar
luas di seluruh dunia dan penyebabnya tidak diketahui. Penyakit ini mengenai
lebih banyak wanita dari pada pria dan penduduk di kota lebih banyak dari pada
penduduk di desa. Prevalensi Artritis Reumatoid adalah sekitar 1% populasi
(berkisar antara 0,3 sampai 2,1%). Artritis Reumatoid lebih sering dijumpai pada
wanita, dengan perbandingan wanita dan pria sebesar 3:1. Serangan pertama
terjadi pada dewasa muda, tetapi dapat mulai pada usia kapan saja (Ekbom dkk,
1993; Robbins dkk, 1995).
Secara spesifik, penyakit ini ditandai oleh adanya sinovitis proliferative
yang nonsupuratif, yang pada saatnya akan mengakibatkan kerusakan tulang
rawan sendi dan kelumpuhan yang progresif (Robbins dkk, 1995).
Walaupun faktor penyebab maupun patogenesis AR yang sebenarnya
hingga kini belum diketahui dengan pasti, namun aspek patogenesis yang telah
lama dikaitkan berperan dalam timbulnya penyakit ini adalah mekanisme
imunologis yang menimbulkan keradangan sendi, faktor genetik, faktor
lingkungan dan kemungkinan adanya peranan infeksi (Robbins dkk, 1995).
Pada suatu penelitian bahwa pasien AR mempunyai risiko terjadinya
keganasan, namun kepastian untuk mencapai suatu keganasan masih perlu diteliti
lagi. Dan tipe dari keganasan yang muncul dilaporkan bahwa banyak pada tipe
1
keganasan sel darah (lymphoma, multiple myeloma, dan leukemia) (Ekbom, dkk,
1993).
Keganasan yang dimaksud suatu tumor ganas atau kanker dianggap
sebagai pertumbuhan sel yang tidak terkendali, karena itu secara patologik tumor
ganas disebut penyakit sel. Tetapi juga disadari bahwa pertumbuhan sel secara
tidak terkendali menyebabkan sel-sel tersebut membentuk masa yang kemudian
menginfiltrasi organ dan mengganggu fungsinya, karena itu kanker dapat
dianggap sebagai penyakit organ. Di lain pihak, kanker juga disebut penyakit
sitemik karena respon tubuh terhadap pertumbuhan kanker berperan dalam
menimbulkan gejala klinik, misalnya sekresi berbagai substansi yang berpengaruh
pada homeostasis atau metabolisme pasien seperti berbagai jenis hormon, sitokin,
faktor pertumbuhan, faktor koagulasi dan lain-lain (Kresno, 2003).
Saat ini juga diketahui bahwa kelainan (mutasi) pada onkogen dan atau
anti-onkogen tertentu merupakan efektor dari berbagai perubahan morfologik
maupun sifak biologic kanker, sehingga kanker disebut juga penyakit gen.
Berdasarkan berbagai faktor dan dasar teori yang ada tersebut, kemungkinan suatu
arthritis reumatoid mempunyai suatu risiko keganasan bisa saja terjadi. Apalagi
kaitan antara faktor keganasan dan perjalanan penyakit dari artritis reumatoid
yang merupakan penyakit autoimun, peristiwa imunologis yang erat hubungannya
dengan perubahan-perubahan sel terjadi secara terus menerus, saling
berkesinambungan. Inilah yang menjadi dasar para peneliti untuk mengarah ke
suatu penelitian yang lebih dalam lagi (Kresno, 2003).
Allah SWT memberikan rahmat berupa kesehatan kepada seorang muslim
yang harus dijaga dan dipelihara dengan baik. Menurut Islam dimensi kesehatan
2
bukan hanya merupakan tiga hal fisik, mental dan sosial yang sehat saja tetapi
harus ditambah satu hal lagi yaitu kesehatan spiritual atau iman. Dengan kata lain
manusia baru dapat dikatakan sehat apabila dokter menemukan kesehatan fisik,
mental, sosial dan spiritual (Uddin dkk, 2002).
Penyakit Artritis Reumatoid hingga saat ini masih dianggap sebagai
penyakit yang belum dapat disembuhkan secara tuntas, tetapi dalam ajaran Islam,
dinyatakan bahwa suatu penyakit yang diturunkan oleh Allah SWT, maka Allah
SWT akan menurunkan obatnya dan disuruh berobat. Ketentuan ini juga berlaku
pada penderita AR, sehingga pada kasus AR, penderita diharuskan memeriksakan
dirinya ke dokter agar dapat mencegah dari risiko terjadinya keganasan (Al-
Ju’aisin, 2001).
Penderita AR lebih sering diderita oleh wanita daripada pria. Hal ini
merupakan suatu takdir yang diciptakan membawa sifat tertentu, maka itu menjadi
ujian dari Allah baginya (Zuhroni, 2008).
Dari uraian di atas penulis tertarik untuk mengangkat masalah tersebut
dalam penulisan skripsi berjudul “Artritis Reumatoid dan risiko terjadinya
keganasan ditinjau dari segi Kedokteran dan Islam”.
1.2. PERMASALAHAN
1. Bagaimana perubahan-perubahan keganasan yang terjadi pada penderita
artritis reumatoid?
2. Keganasan apa saja yang dapat menyebabkan artritis reumatoid?
3. Bagaimana artritis reumatoid dan risiko terjadinya keganasan menurut
Islam?
3
1.3. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Penulis ingin mengetahui artritis reumatoid dan risiko terjadinya
keganasan, ditinjau dari ilmu kedokteran dan agama Islam.
2. TUJUAN KHUSUS
Mendapatkan informasi tentang :
a. Perubahan-perubahan keganasan yang terjadi pada penderita arthritis
rheumatoid.
b. Keganasan yang dapat menyebabkan artritis reumatoid.
c. Pandangan Islam mengenai artritis reumatoid dan risiko terjadinya
keganasan.
1.4. MANFAAT
1. Manfaat pribadi: untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis
mengenai Artritis Reumatoid dan risiko terjadinya keganasan terutama
ditinjau dari sudut ilmu kedokteran dan agama Islam, dan menambah
pengalaman dalam membuat karya ilmiah yang baik dan benar.
2. Manfaat bagi Universitas YARSI: diharapkan skripsi ini sebagai masukan
bagi seluruh civitas akademika Universitas YARSI terutama mengenai Artritis
Reumatoid dan risiko terjadinya keganasan ditinjau dari ilmu kedokteran dan
agama Islam.
4
3. Manfaat bagi masyarakat: diharapkan dengan adanya skripsi ini
masyarakat luas akan lebih memahami tentang Artritis Reumatoid dan risiko
terjadinya keganasan terutama ditinjau dari ilmu kedokteran dan agama Islam.
5
BAB II
ARTRITIS REUMATOID DAN RISIKO KEGANASAN
2.1. ARTRITIS REUMATOID
Artritis Reumatoid (AR) adalah penyakit sistemik, radang kronis, terutama
merusak sendi tulang dan kadang-kadang juga merusak banyak jaringan dan
organ-organ lainnya diseluruh tubuh. Lebih spesifik lagi, penyakit ini ditandai
oleh adanya sinovitis proliferatif non supuratif, yang pada saatnya akan
mengakibatkan kerusakan tulang rawan sendi dan kelumpuhan progresif (Robbins
dkk, 1997).
Gejala dari AR yaitu berupa demam, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, lemah dan kurang darah. Namun kadang kala penderita tidak merasakan
gejalanya, pada stadium lanjut akan membuat penderita tidak dapat melakukan
aktivitas sehari-hari dan kualitas hidupnya menurun. Penyakit ini banyak
mengenai sendi-sendi, jari, pergelangan tangan, bahu, lutut dan kaki (American
college rheumatology, 1996; Robbins dkk, 1997).
Berdasarkan studi, AR lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan pria
dengan rasio kejadian 3 : 1. Serangan pertamanya terjadi pada orang dewasa
muda, tetapi dapat mulai pada usia kapan saja (American college rheumatology,
1996; Robbins dkk, 1997).
Etiologi
Artritis reumatoid disebabkan oleh keradangan yang berkepanjangan
diakibatkan oleh proses imunologis yang terjadi pada sendi. Seperti halnya pada
6
hampir penyakit autoimun, pencetus yang memulai reaksi imun tidak diketahui.
Infeksi yang beraneka macam seperti EBV telah diduga, tetapi bukti-buktinya
belum lengkap. Faktor genetik seperti produk kompleks histokompatibilitas utama
kelas II (HLA-DR) dan beberapa faktor lingkungan telah lama diduga berperanan
dalam timbulnya penyakit ini (Robbins dkk, 1997; Daud, 2006).
Bukti terkuat yang menunjukan bahwa AR memiliki predisposisi genetik
diketahui dari terdapatnya hubungan antara produk kompleks histokompatibilitas
utama kelas II (MCHC Class II determinants), khususnya HLA-DR4 dengan AR
seropositif. Data dari penelitian menunjukan bahwa pasien yang mengemban
HLA-DR4 memiliki risiko relatif 4:1 untuk menderita penyakit ini (Daud, 2006).
Berbagai observasi telah menimbulkan dugaan bahwa hormon sex
merupakan salah satu faktor predisposisi penyakit ini. Sebagai contoh, prevalensi
AR diketahui 3 kali lebih banyak diderita kaum wanita dibandingkan dari kaum
pria. Rasio ini dapat mencapai 5:1 pada wanita dalam usia subur (Daud, 2006).
Dugaan faktor infeksi sebagai penyebab AR juga timbul karena umumnya
onset penyakit ini terjadi secara mendadak dan timbul dengan disertai oleh
gambaran inflamasi yang mencolok. Pada percobaan binatang telah terbukti
bahwa virus HTLV-1 dapat menimbulkan gejala artritis pada tikus. Pada manusia,
gejala artritis dapat pula dijumpai pada pasien hepatitis virus B atau demam
reumatik. Akhir-akhir ini virus Epstein-Barr (EB) telah banyak menarik perhatian
para ahli. Pada pasien yang mengalami infeksi virus EB, seringkali dijumpai
artralgia, walaupun jarang dijumpai gejala artritis yang jelas. Akan tetapi karena
pada beberapa penelitian dijumpai titer antibodi terhadap virus EB yang lebih
tinggi secara bermakna dibandingkan dari kelompok kontrol dan secara in vitro
7
dan telah terbukti bahwa transformasi limfosit terjadi lebih cepat setelah
dilakukan pemaparan terhadap virus EB, timbul dugaan kuat bahwa virus EB
merupakan salah satu faktor penyebab AR, walaupun virus EB bukan penyebab
langsung dari timbulnya AR (Harris, 1997; Wood, 2004; Daud, 2006).
CYTOKINE PATHWAYS AND JOINT INFLAMMATION IN RHEUMATOID ARTHRITISERNEST H.S. CHOY, M.D., AND GABRIEL S. PANAYI, M.D., SC.D. N Engl J Med, Vol. 344, No. 12· March 22, 2001
Gambar 1. Alur cytokine
8
Patogenesis
Patogenesis AR dimulai dengan terdapatnya suatu antigen yang berada
pada membran sinovial. Pada membran sinovial ini, antigen tersebut akan di
proses oleh antigen presenting cells (APC) yang terdiri dari berbagai jenis sel
seperti sel sinoviocite A, sel dendritik atau makrofag dan semuanya mengekspresi
determinan HLA-DR pada membran selnya. Antigen yang akan diproses oleh
APC selanjutnya dilekatkan pada CD4+, suatu subset sel T sehingga terjadi
aktivasi sel tersebut. Proses aktivasi CD4+ dibantu oleh interleukin-1 (IL-1) yang
disekresi oleh monosit atau makrofag. Selain IL-2, CD4+, yang telah teraktivasi
juga mensekresi berbagai limfokin lain seperti A-interferon, tumor nekrosis
factors β (TNF-β), IL-3, IL-4 serta beberapa mediator lain yang bekerja
merangsang makrofag untuk meningkatkan aktivasi fagositosisnya dan
merangsang terjadinya proliferasi serta aktivasi sel B untuk memproduksi antibodi
(gambar 1). Setelah berikatan dengan antigen yang sesuai, antibodi yang
dihasilkan akan membentuk kompleks imun yang berdifusi secara bebas ke dalam
ruang sendi (Ernest dkk, 2001; Scott dkk, 2006).
Pengendapan kompleks imun pada membran sinovial akan menyebabkan
aktivasi sistem komplemen dan membebaskan komplemen C5a. Komplemen ini
merupakan faktor kemotaktik yang selain meningkatkan permeabilitas vaskular
juga menarik lebih banyak sel PMN yang menfagositir kompleks imun tersebut
sehingga mengakibatkan degranulasi mast cells dan pembebasan radikal oksigen,
leukotriene, enzim lisosomal, prostaglandin dan collagenase yang semuanya
bertanggung jawab atas terjadinya inflamasi atau kerusakan jaringan seperti erosi
rawan sendi dan tulang. Radikal oksigen dapat menyebabkan terjadinya
9
penurunan viskositas cairan sendi serta juga merusak jaringan kolagen dan
proteoglikan rawan sendi (Harris, 1997; Ernest, 2001).
CYTOKINE PATHWAYS AND JOINT INFLAMMATION IN RHEUMATOID ARTHRITISERNEST H.S. CHOY, M.D., AND GABRIEL S. PANAYI, M.D., SC.D. N Engl J Med, Vol. 344, No. 12· March 22, 2001
Gambar 2. Patogenesis artritis reumatoid
10
Pengendapan kompleks imun juga menyebabkan masuknya sel T ke dalam
membran sinovial dan akan merangsang terbentuknya pannus yang merupakan
elemen yang paling bersifat destruktif pada patogenesis AR. Pannus merupakan
jaringan granulasi yang terdiri dari makrofag yang teraktivasi, sel fibroblas yang
berproliferasi dan jaringan mikrovaskular. Pannus dapat menginvasi jaringan
kolagen dan proteoglikan rawan sendi serta tulang sehingga dapat menghancurkan
struktur persendian (Robbins dkk, 1997).
Rantai peristiwa imunologis ini umumnya akan terhenti bila antigen
penyebab dapat dihilangkan dari lingkungan tersebut. Akan tetapi pada AR,
antigen atau komponennya umumnya akan menetap pada struktur persendian
sehingga proses destruksi sendi akan berlangsung terus. Berlangsung terusnya
destruksi persendian AR kemungkinan akan disebabkan karena terbentuknya
faktor reumatoid. Faktor reumatoid adalah suatu autoantibodi terhadap epitop
fraksi Fc IgG yang dijumpai pada 70 sampai 90 % pasien AR (Daud, 2006)
Gejala klinis
Gejala klinis utama AR adalah poliartritis yang mengakibatkan kerusakan
rawan sendi dan tulang di sekitarnya. Kerusakan ini terutama mengenai sendi
perifer tangan dan kaki yang umumnya bersifat simetris. Pada kasus AR yang
jelas, diagnosis tidak begitu sulit untuk ditegakkan. Akan tetapi pada masa
permulaan penyakit, seringkali gejala AR tidak bermanifestasi jelas, sehingga
kadang-kadang timbul kesulitan dalam menegakkan diagnosis. Menegakkan
diagnosis pada AR tidak perlu terlalu cepat dilakukan, lebih baik menunda
11
diagnosis AR selama beberapa bulan dari pada gagal mendiagnosis jenis artritis
lain yang seringkali memberikan gejala serupa (Harris dkk, 1998).
Kriteria Diagnosis Artritis Reumatoid
Kriteria diagnostik AR disusun pertama kalinya oleh suatu komite dari
American Rheumatism Association (ARA) pada tahun 1956. Karena kriteria
tersebut dianggap tidak spesifik dan terlalu rumit untuk digunakan dalam klinik,
komite tersebut melakukan peninjauan kembali terhadap kriteria klasifikasi AR
tersebut pada tahun 1958. Kemudian tahun 1987 ARA berhasil melakukan revisi
susunan kriteria klasifikasi AR dalam format tradisional yang baru. Susunan
kriteria tersebut adalah sebagai berikut (Harris, 1997; Daud, 2006)
- Kaku pagi hari
Kekakuan pada pagi hari pada persendian dan sekitarnya, sekurangnya
selama 1 jam sebelum perbaikan maksimal.
- Artritis pada 3 daerah persendian atau lebih
Pembengkakan jaringan lunak atau persendian atau lebih efusi (bukan
pertumbuhan tulang) pada sekurang kurangnya 3 sendi secara bersamaan
yang diobservasi oleh seorang dokter.
- Artritis pada persendian tangan
Sekurang-kurangnya terjadi pembengkakan satu persendeian tangan seperti
yang tertera diatas
- Artritis simetris
Keterlibatan sendi yang sama
- Nodul reumatoid
12
Nodul subkutan pada penonjolan tulang atau permukaan ekstensor atau
daerah juksta artikuler
- Faktor reumatoid serum positif
Terdapatnya titer abnormal faktor reumatoid serum yang diperiksa dengan
cara yang memberikan hasil positif kurang 5% kelompok kontrol yang
diperiksa
- Perubahan gambaran radiologis
Perubahan gambaran radiologis yang radiologis khas bagi artritis reumatoid
pada pemeriksaan sinar-x tangan posterior atau pergelangan tangan yang
harus menunjukkan adanya erosi atau dekalsifikasi tulang yang beralokasi
pada sendi atau daerah yang berdekatan dengan sendi.
2.2. Perubahan-perubahan Keganasan yang terjadi pada pasien Artritis
Reumatoid
Dalam literatur kedokteran adakalanya digunakan istilah ’neoplasma’
yang pada dasarnya memiliki makna sama dengan ’tumor’. Keganasan dan ’tumor
ganas’ tidak banyak berbeda. Istilah keganasan merujuk kepada segala penyakit
yang ditandai hiperplasia sel ganas, termasuk berbagai tumor ganas dan leukemia.
Sesungguhnya, leukemia harus dipandang sebagai sejenis tumor ganas sehingga
keganasan dapat dianggap sinonim dari tumor ganas. Istilah kanker juga
menunjukan semua tumor ganas, yang sering digunakan masyarakat awam
(Zhongzhen, 2006) .
Dalam 30 tahun terakhir ini, pemahaman kita terhadap kanker mengalami
terobosan besar. Dipahami bahwa kanker disebabkan oleh perubahan bertahap
13
pada replikasi, reparasi, apoptosis sel yang melibatkan banyak kelompok gen dan
banyak tahapan, sehingga sel normal secara bertahap berubah menjadi sel ganas
yang mengalami replikasi tak terkendalikan. Pada waktu bersamaan atau sesudah
itu, mekanisme imun tubuh dan pembentukan pembuluh darah baru juga
mengalami kelainan, akhirnya mempengaruhi fungsi organ vital dan membawa
maut. Oleh karena itu, timbulnya kanker merupakan suatu proses yang
multigenetik, multifaktor, multifase. Meneliti faktor risiko timbulnya kanker
bertujuan mengurangi atau melenyapkan pengaruh negatif faktor risiko tersebut
pada manusia, mengembangkan pengaruh positif dari faktor protektif, mencegah
timbulnya tumor ganas (Huang , 2006).
Pada umumnya dianggap kanker itu mulai tumbuh dari satu sel kanker
pada satu tempat dalam organ tubuh. Jarang yang mulai dari beberapa sel dalam
suatu organ (multicentris) atau beberapa organ (multilokuler), baik dalam kurun
waktu yang bersamaan atau berbeda. Kanker yang timbul multicentris atau
multilokuler itu umumnya terdapat pada penderita yang mempunyai defek genetik
atau yang mengidap immunodefisiensi. Sel kanker timbul dari sel normal tubuh
kita sendiri yang mengalami transformasi menjadi ganas, karena adanya mutasi
spontan atau induksi karsinogen. Dari adanya kontak dengan karsinogen sampai
timbulnya sel kanker memerlukan waktu induksi yang cukup lama. Diperkirakan
waktu induksi itu dapat sampai 15-30 tahun (Sukardja, 2000).
Perubahan-perubahan keganasan pada pasien AR mempunyai jangka
waktu yang bervariasi setiap keganasan yang muncul. Pada beberapa studi di
Eropa, bahwa pasien-pasien AR yang di pantau menunjukan kanker jenis
14
limfohematopoietik dan kanker paru mengalami peningkatan kejadian dengan
jangka waktu yang pendek kurang lebih sekitar 3 tahun (Mellemkjaer, 1996).
Di salah satu penelitian juga dijelaskan bahwa adanya kewaspadaan pada
pasien AR dengan peningkatan kanker kulit, digestiv bagian atas, melanoma dan
leukimia. Karena pada penelitian tersebut adanya perubahan peningkatan angka
kejadian pada pasien AR (Hemminki, 2008).
Perubahan yang terjadi banyak disebabkan oleh berbagai faktor, salah
satunya perkembangan sel-sel limfoid yang tidak terkendalikan dapat
mengakibatkan transformasi sel dan kelainan limfoproliferatif yang tergolong
keganasan, misalnya leukimia, limfoma, dan diskrasia sel plasma. Selain itu
dalam keganasan yang terjadi, hospes berperanan penting. Peranan ini mencakup
hereditas, imunitas, usia, jenis kelamin, pola diet, dan lain-lain. Dan setiap
individu memiliki basis molekuler tertentu (Kresno, 2003)
Hereditas dan tumor
Data dari studi epidemiologi tumor, statistik klinis tumor menunjukan
terjadinya tumor dan faktor hereditas seseorang memiliki hubungan tertentu.
Mekanisme pasti hereditas dan timbulnya tumor hingga kini belum jelas. Pada AR
yang berkaitan dengan hereditas, hereditas hanyalah suatu kecenderungan, yaitu
karena hereditas memiliki perubahan DNA atau kromosom, terjadi peningkatan
kepekaan terhadap virus, karsinogen dan faktor karsinogen fisika juga
berpengaruh pada reparasi normal molekul DNA, ditambah respon imunitas
tertentu maka mengarah ke timbulnya tumor (Jianchuan, 2006)
15
Imunitas dan tumor
Perubahan imunitas dalam tubuh manusia dapat dihubungkan dengan
kemunculan tumor. Ini dijelaskan dari teori surveilans imunitas. Yaitu konsep
yang menyatakan bahwa sistem imun mempunyai peran mencegah dan membatasi
pertumbuhan tumor. Bila konsep ini benar, maka sel-sel efektor seperti limfosit B,
T-helper, T-sitotoksik dan sel NK harus mampu mengenal antigen tumor dan
memperantarai atau menyebabkan kematian sel-sel tumor. Dan pada fase dini
dapat mempengaruhi timbul dan berkembangnya sel tumor. Namun ketika fungsi
imun tubuh rendah atau terhambat, insiden tumor meningkat (Kresno, 2003;
Jianchuan, 2006).
Selain itu, sel tumor memiliki kemampuan menghindari surveilans
imunitas, dengan terganggunya daya surveilans imunitas, sel tumor dapat
berproliferasi dengan cepat dalam tubuh, hingga timbul tumor (Jianchuan, 2006)
Usia dan tumor
Tumor dan usia berkaitan erat, dalam penelitian penyakit AR dengan
risiko keganasan. Usia diperhitungkan setiap penelitian yang dilakukan. Pada
umumnya dengan pertambahan usia, insiden kanker juga meningkat, penyebabnya
mungkin, zat iritan karsinogenik menimbulkan rudapaksa, transformasi,
perubahan ganas dan timbulnya tumor memerlukan proses yang relatif panjang;
imunitas pada usia lanjut menurun, daya surveilans imunitas terhadap sel mutan
melemah sehingga insiden kanker meningkat (Jianchuan, 2006).
16
Infeksi dan tumor
Pada AR infeksi yang selalu dikaitkan dengan penyebabnya adalah infeksi
virus Epstein-Barr (EB). Virus ini ditemukan pertama kali dalam biakan sel
limfoma Burkitt, belakangan diketahui virus tersebut berkaitan dengan kanker
nasofaring. Ini adalah virus pertama yang jelas terbukti berkaitan etiologi dengan
tumor pada manusia. Virus EB berkaitan dengan banyak jenis tumor pada
manusia, seperti limfoma Burkitt, penyakit Hodgkin, limfoma non Hodgkin, Ca
paru, Ca mamae, Ca kolon dan lain-lain (Jianchuan, 2006).
2.3. Jenis keganasan pada pasien Artritis Reumatoid
Dari beberapa studi penelitian, ada beberapa jenis tumor yang merupakan
faktor risiko dari Artritis reumatoid. Yaitu limfoma maligna, mieloma multiple,
leukimia, dan lain-lain (Mellemkjaer, 1996; Askling, 2005)
Limfoma maligna
Limfoma maligna adalah tumor ganas primer dari kelenjar limfe dan
jaringan limfatik di organ lainnya. Ia merupakan salah satu keganasan sistem
hematopoietik, terbagi menjadi dua golongan besar yaitu limfoma Hodgkin (HL)
dan limfoma non-Hodgkin (NHL). Belakangan ini insiden limfoma meningkat
relatif cepat. Sekitar 90% HL timbul dari kelenjar limfe, hanya 10% timbul dari
jaringan limfatik di luar kelenjar limfe. Sedangkan NHL 60% timbul dari kelenjar
limfe, 40% dari jaringan limfatik di luar kelenjar limfe (Ekstrom, 2003; Wenqi,
2006).
17
Penyebab tumor ini ada hubungan atau kaitannya antara HL dan infeksi
virus EB. Dalam suatu penelitian bahwa gen dari virus DNA, virus EB telah
ditemukan terdapat dalam genom sel limfoma Burkitt. Defek imunitas dan
regulasi menurun imunitas berkaitan dengan timbulnya NHL, termasuk penyakit
autoimun(sindrom Sjorgen, penyakit artritis reumatoid, SLE) (Ekstrom, 2003;
Wenqi, 2006).
Manifestasi klinis limfoma malignum bervariasi, karena jaringanlimfatik
tersebar luas dalam tubuh, jaringan limfatik di bagian manapun dapat menjadi lesi
primer atau dalam perjalanan penyakit mengalami invasi, kelainan dibagian tubuh
berbeda dapat menunjukan manifestasi berbeda. Bahkan jika tumor dengan
stadium lanjut dapat menginvasi jaringan di luar limfatik, maka gejalanya pun
lebih rumit lagi. Gejala paling sering sekitar 60% biasanya adanya limfadenopati,
berupa pembesaran kelenjar limfe superfisial. Diantaranya bagian leher 60-80%,
aksila 6-20%, inguinal 6-12%, mandibula, retroaurikular dan lain-lain relatif
sedikit. Gejala berikutnya adanya splenomegali, hepatomegali, paralisis neural.
Adapun gejala sistemik berupa demam, keringat malam-sangat menonjol,
penurunan berat badan-dalam setahun pertama BB turun 10% tanpa kausa
spesifik. Perubahan hematologik sering terdapat anemia normositik normokrom,
leukositosis. Apusan sumsum tulang pada HL sering menunjukan hiperproliferasi
granulosit disertai peningkatan histiosit dan sel plasma. Sehingga menyerupai
gambaran ’sumsum tulang infeksius’ (Wenqi, 2006).
18
Leukemia
Leukimia adalah sejenis penyakit kloning maligna dari sel stem
hemopoietik. Karena replikasi sel leukemik tak terkendali, diferensia terganggu,
apoptosis terhambat, dan lain-lain. Sehingga berhenti pada berbagai sel lekemik di
sumsum tulang dan jaringan hemopoietik lain bereplikasi dan terakumulasi dalam
jumlah besar serta menginvasi organ dan jaringan lainnya, membuat hemopoiesis
normal terhambat, fungsi organ dan jaringan yang terkena terganggu (Wenqi,
2006).
Penyebab leukemia manusia belum jelas seluruhnya. Virus HTLV-1
menyebabkan leukemia sel T. Faktor genetik, pada kembar monozigot, jika salah
satu menderita leukimia maka insiden pada kembaranya 20%. Mekanisme
terjadinya leukimia rumit. Secara umum, timbulnya leukimia setidaknya melalui
proses dua tahap: berbagai faktor menyebabkan mutasi menentukan pada stu
proto-onkogen sel, menyebabkan produksi kloning sel hemopoietik abnormal.
Peubahan genetik lebih lanjut mungkin menyakut nonaktifnya satu atau lebih
supresor onkogen dan aktivasi onkogen, hingga timbul leukemia (Wenqi, 2006).
Manifestasi klinis dibagi dua tahap: manifestasi inhibisi terhadap fungsi
hemopoiesis normal sumsum tulang, terdapat anemia, demam, perdarahan.
Manifestasi infiltrasi proliferatif sel leukimia, terdapat limfadenopati,
hepatosplenomegali, nyeri hebat tulang (Wenqi, 2006).
Mieloma multiple
Mieloma multiple juga disebut meiloma sel plasma adalah penyakit
proliferasi ganas sel plasma monoklonal yang menghasilkan imunoglobulin.
19
Karakteristiknya adalah proliferasi berlebihan dalam susunan tulang, matriks
tulang terdestruksi dan produksi imunoglobulin abnormal dalam jumlah besar, dan
melalui berbagai mekanisme menimbulkan gejala dan tanda klinis. Setelah
sumsum tulang digantikan oleh sel plasma ganas, sel normal sumsum tulang
terdepresi, sel hemopoietik normal terdestruksi, akhirnya sumsum tulang
mengalami kegagalan total, destruksi matriks tulang menimbulkan osteosklerosis,
lesi osteolitik, fraktur patologis dan nyeri tulang. Mieloma multipel muncul
tersamar secara klinis, bersifat progresif, prognosis biasanya tidak baik (Wenqi,
2006).
Mieloma multipel umumnya terjadi pada lansia, puncak insiden usia 60-80
tahun. Pria lebih tinggi dari wanita. Etiologi penyakit ini belum jelas. Beberapa
riset menemukan insidennya mungkin berkaitan dengan suseptibiltas genetik,
radiasi, infeksi kronik, dan granulasi kronik antigen (Wenqi, 2006).
Manifestasi kinis mieloma multipel umumnya tersamar. Sering ditemukan
dengan 3 aspek yaitu pertama, manifestasi akibat invasi masif sel plasma ganas ke
sumsum tulang, gejala utamanya nyeri tulang. Kedua, manifestasi akibat globulin
abnormal (komponen M) dalam darah dan jaringan meningkat. Ketiga,
menurunnya imunitas tubuh (Wenqi, 2006).
Beberapa jenis keganasan yang disebut diatas merupakan jenis keganasan
yang dalam beberapa penelitian mempunyai hubungan terhadap pasien-pasien
artritis reumatoid.
2.4. Imunologi dan keganasan
Penyakit AR merupakan penyakit autoimun yaitu penyakit yang
berhubungan dengan respon imun, maka sama halnya dengan keganasan yang
20
terjadi pada awal timbulnya sel kanker, sistem imun tubuh dapat mengenali sel
’asing’ itu dan melalui sel aktif imunitas (sel T, sel NK dan makrofag) dan
imunitas humoral spesifik mengindentifikasi sel kanker, pada fase dini membasmi
sel abnormal itu, mempengaruhi timbul dan berkembangnya sel tumor. Namun
ketika fungsi imun tubuh rendah atau terhambat, insiden tumor meningkat
(Kresno, 2003; Garna, 2006).
Dengan demikian pada penderita AR yang sistem imunnya tidak
terkendali akibat sel-sel sistem imun kehilangan atau ketidakmampuan untuk
memberikan respon terhadap antigen tubuh sendiri, sehingga respon imun
membentuk antibodi terhadap jaringan tubuh sendiri (autoantibodi). Dan
adakalanya respon imun menjadi lemah. Dapat menimbulkan imunotoleransi pada
sel tumor yang kemungkinan penderita AR secara genetik mempunya risiko
keganasan, memacu pertumbuhan tumor (Kresno, 2003; Garna, 2006).
Dari uraian diatas, penjelasan mengenai artritis reumatoid dan risiko
terjadinya keganasan ada hubungan bermakna yang dikaitkan pada beberapa
penelitian yang ada.
21
BAB III
ARTRITIS REUMATOID DAN RISIKO TERJADINYA KEGANASAN
DITINJAU DARI AGAMA ISLAM
3.1 Tubuh yang sehat dalam pandangan Islam
Manusia sebagai hamba Allah SWT diwajibkan untuk beribadah
kepadaNya sebaik mungkin dan semaksimal mungkin. Sebagai salah satu
makhluk ciptaan Allah SWT, tugas manusia sebagai khalifah di bumi adalah
beribadah kepadaNya. Ibadah dapat dijadikan sebagai media menjalin hubungan
baik dengan Allah (Hablumminallah) dan hubungan baik dengan sesama manusia
(Habluminannas) (Zuhroni dkk, 2003). Kewajiban manusia untuk beribadah
tertera pada ayat :
Artinya : “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku” (Q.S Adz Dzariyat (51) : 56)
Untuk dapat menjalankan ibadah sebaik mungkin, setiap manusia
memerlukan kesehatan yang baik. Berbagai upaya yang mesti dilakukan agar tetap
sehat menurut para pakar kesehatan, antara lain, dengan mengkonsumsi gizi yang
cukup, olahraga cukup, jiwa tenang, serta menjauhkan diri dari pengaruh yang
dapat menjadikan terjangkit penyakit. Hal-hal tersebut semuanya ada dalam ajaran
Islam, bersumber dari hadits-hadits shahih maupun ayat Al Qur’an (Zuhroni dkk,
2003).
Dengan merujuk konsep sehat yang dewasa ini dipahami, menurut WHO,
sehat adalah suatu keadaan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang baik, tidak hanya
22
tidak berpenyakit atau cacat. Dadang Hawari melaporkan, bahwa sejak tahun
1984 WHO telah menyempurnakan definisi di atas dengan menambahkan satu
unsur lagi, yaitu sehat spiritual / agama sehingga menjadi sehat bio-psiko-sosio-
spiritual. Maka yang dinamakan sehat bila seseorang memiliki tubuh jasmani
yang tidak berpenyakit, mental yang baik, dan spiritual atau iman yang baik dan
benar (Zuhroni dkk, 2003).
Kesehatan merupakan suatu nikmat Allah SWT yang sangat berharga yang
tidak tara nilainya dan tiada seorang pun menginginkan dirinya dalam keadaan
sakit/menderita sakit. Namun pada kenyataan, banyak orang yang melalaikan
nikmat tersebut, tidak mengisinya dengan hal-hal yang bermanfaat (Al-Jauziyah,
2008). Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW
نع�م�ت�انم�غ�ب�و�ن�في�هم�اك�ثي�ر�م�ن�الن���اسالص��ح��ة�﴿رواهالبخاريو�ال�ف�ر�اغ� ﴾
Artinya : Dua nikmat. Banyak di antara orang yang tidak menghargainya, yaitu nikmat kesehatan dan waktu lowong” (HR Imam Al Bukhari dari Ibnu Abbas).
Sebagaimana diketahui, prinsip manusia dalam kesehatan adalah
mengupayakan secara teratur dan optimal agar orang menjadi kuat dan sehat. Hal
ini sejalan dengan pernyataan Nabi :
اهللا� ق�ال�ر�س�و�ل�ا׃ق�ال�ةريرع�ن�ا�بىه ىل ع�ل�ي�ه� ص
اهللا�׃و�س�ل��م� ا�ىل اهللا� � الم�ؤ�من�ال�ق�وي� ا�ن ا ح ب� ر�و خ ي�
من�ا�ؤ�منالض��عي�فااااا مل�Artinya : Dari Abu Hurairah ra, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda :
“Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai Allah daripada yang lemah” (HR Muslim).
23
Dari segi kesehatan nutrisi, umat Islam diminta mengkonsumsi makanan
dan minuman yang halalan thayyiban (halal dan baik). Menurut syariat Islam,
kehalalan suatu makanan atau minuman ditentukan oleh 4 hal, yaitu dan segi zat,
sifat, cara perolehan dan akibat yang ditimbulkan jika mengkonsumsinya.
Sebagian ulama menyatakan : Tiga yang pertama termasuk kategori halal, dan
yang terakhir dikategorikan thayyib. Halal, berdasarkan ketentuan syar’i. Menurut
Quraish Shihab, makanan thayyib adalah makanan baik dan bergizi. Makanan
thayyib ini juga bisa dilihat dari segi kebersihan, rasa dan cara menyajikannya.
Menurut para ahli gizi, pada umumnya jenis makanan dan minuman halal menurut
Islam termasuk pula yang bersifat baik menurut pertimbangan ilmiah (Zuhroni,
dkk, 2003). Sebagaimana Allah SWT berfirman :
Artinya : “Wahai umat manusia ! makanlah apa yang ada dibumi ini yang halal dan baik dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan, karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu” (HR Baqarah (2) ; 168).
Artinya : “Dan makanlah makanan yang halal lagi baik daripada yang Allah telah rezkikan kepadamu……” (QS Al Maidah (5) ; 88).
3.2 Rheumatoid Arthritis dalam pandangan Islam
Rheumatoid Arthritis (RA) merupakan radang yang umumnya menyerang
pada sendi tangan dan kaki, yang semakin lama semakin bertambah berat
24
sakitnya. Gejala seperti tangan terasa kaku pada pagi hari, nyeri sendi, bengkak,
kemerahan dan terasa hangat (Bensen, 1998; Daud, 2006).
AR dapat berasal dari faktor genetik atau faktor lingkungan tertentu yang
dapat menyebabkan gangguan autoimun. Selain faktor infeksi bakteri, akhir-akhir
ini virus Epstein Barr (EBV) telah banyak menarik perhatian para ahli. Pada
pasien yang mengalami infeksi EBV, seringkali dijumpai gejala artralgia. Dengan
memperhatikan faktor-faktor penyebabnya maka dapat dirumuskan AR
merupakan penyakit jasmani (Harris, 1997; Daud, 2006).
Dari beberapa penelitian, disimpulkan bahwa walaupun EBV bukan
merupakan penyebab langsung timbulnya AR, kemungkinan EBV menyebabkan
terjadinya perubahan respon imun terhadap antigen eksogen atau endogen lain
belum dapat disingkirkan (Robbins dkk, 1995; Daud, 2006).
Dengan adanya penelitian-penelitian tersebut, dapat dikembangkan banyak
ilmu pengetahuan yang belum terkuak secara luas, sehingga lebih memicu
manusia untuk mengadakan usaha lebih lanjut agar AR yang merupakan salah
satu penyakit autoimun dapat disembuhkan secara sempurna sehingga penyakit ini
tidak menimbulkan progresif yang terlalu lama muncul kecacatan, penderita dapat
beraktifitas dan tidak menghalangi kewajibannya untuk beribadah kepada Allah
SWT.
Dalam Islam, perkembangan ilmu pengetahuan telah banyak membantu
peningkatan kualitas dan kesejahteraan kehidupan umat manusia di dunia. Bagi
umat Islam, kesadaran akan Iman dan Taqwa (Imtaq) dan ilmu pengetahuan
berkaitan dengan keyakinan terhadap Al Qur’an yang diwahyukan dan
25
pemahaman mengenai kehidupan dan alam semesta yang diciptakan (Al Zindani,
1999).
Ayat Al Qur’an pertama yang diturunkan kepada Rasulullah SAW,
menunjuk kepada keutamaan ilmu pengetahuan, yaitu dengan memerintahkan
membaca, sebagai kunci ilmu pengetahuan dan menyebut qalam, alat transportasi
ilmu pengetahuan Allah SWT berfirman :
Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang Mengajar (manusia) dengan perantara kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. (QS Al Alaq (96) : 1-3).
Surat yang pertama kali Allah SWT turunkan dalam Al Qur’an adalah
surat Al Alaq. Di dalamnya Allah SWT menyebutkan nikmat-Nya dengan
mengajarkan manusia apa yang tidak diketahui. Hal ini menunjukkan akan
kemuliaan belajar dan ilmu pengetahuan (Qardhawi, 1998).
Iqra’ merupakan perintah yang ditujukan kepada Nabi, walaupun beliau
seorang ummi (yang tidak panda membaca dan menulis). Iqra’ terambil dari akar
kata yang berarti “menghimpun”, sehingga tidak selalu harus diartikan “membaca
teks tertulis dengan aksara tertentu” (Qardhawi, 1998).
Dari “menghimpun” lahir aneka ragam makna, seperti menyampaikan,
menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu dan membaca, baik
tertulis maupun tidak. Iqra’ berarti bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilah ciri-
ciri sesuatu, bacalah alam, bacalah tanda-tanda zaman, sejarah, diri sendiri, yang
26
tertulis dan tidak tertulis. Alhasil objek perintah iqra’ mencakup segala sesuatu
yang dapat dijangkaunya. Demikian terpadu dalam perintah ini dengan segala
macam cara yang dapat ditempuh manusia untuk meningkatkan kemampuannya
(Qardhawi, 1998).
Perintah membaca merupakan suatu yang paling berharga yang pernah dan
dapat diserukan pada umat manusia. Membaca dalam aneka maknanya adalah
syarat pertama dan utama pengembangan ilmu dan teknologi, serta syarat utama
membangun peradaban (Shihab, 1999).
Dengan membaca, menusia mendapat banyak ilmu pengetahuan,
membuka peluang untuk pengembangan pengetahuan lebih luas lagi
dikembangkan, sehingga penanganan pun lebih baik serta dapat mengurangi
angka kematian dan kesakitan.
Menjaga agar tetap sehat dan tidak terkena penyakit adalah lebih baik
daripada mengobati. Pencegahan AR dapat dilakukan sedini mungkin, yaitu sejak
masa pertumbuhan atau dewasa muda, dengan mengkonsumsi makanan dengan
nilai gizi yang sesuai, berolahraga yang teratur, istirahat yang cukup dan mengatur
pola hidup yang baik. Menjaga kesehatan sewaktu sehat lebih baik daripada
minum obat saat sakit. Hal tersebut sesuai dengan kaidah ushuliyyat menyatakan :
صح��ة�ا�ال�ب�د�انم�ق�د��م�ع�ل�ىصح��ةا�ال�د�ب�ان
Artinya : “Kesehatan badan didahulukan atas kesehatan agama”
Juga dinyatakan :
ا�لر��ف�عاق�و�ى�من�الر��ف�ع
Artinya : “Menolak lebih mudah daripada menghilangkan”
27
Setiap orang dapat saja terkena penyakit AR tanpa disadari. Bukan hanya
pada AR, tapi juga penyakit lainnya, datang begitu saja tanpa diketahui
penyebabnya. Begitu pula dengan terjadinya keganasan pada AR, dapat terjadi
tanpa disadari. Dikarenakan mekanisme pasti timbulnya keganasan pada pasien
AR belum diketahui dengan jelas, berdasarkan beberapa penelitian bahwa para
peneliti masih menjadikan suatu kemungkinan dari faktor genetik dan infeksi
(Kresno, 2003; Jianchuan, 2006). Jika hal ini terjadi, menurut Islam hal tersebut
merupakan sebuah ujian (Al-Ju’aisin, 2001).
Pada hakikatnya, semua penyakit termasuk AR adalah ujian yang
mendatangkan pahala jika disikapi dengan ikhlas dan berserah diri pada Allah
disertai dengan ikhtiar yaitu berupa pengobatan yang islami. Di dalam al Qur’an
telah disebutkan :
………
Artinya : “Kami (Allah) akan menguji kalian dengan kebutuhan dan kebaikan sebagai cobaan. Kepada Kami jua kalian akan kembali (QS Anbiya (21) : 35).
Karena penyakit itu adalah ujian dari Allah SWT , maka ujian itu juga
merupakan sunnatullah yang mengandung rahmat dan hikmah. Semua penyakit,
baik fisik maupun psikis pada dasarnya sama saja. Semua apabila diterima dengan
ikhlas akan melenyapkan dosa dan menghapus kesalahan. Sebagaimana sabda
Nabi Muhammad SAW :
28
ر اهللا� � ك ف�إ�ال ل�م س� ا�لم� ي�ب� ت�ص� ب ة� ي� ص� م� ن� ام� �به�اع�ن�ه�ح�ت��ى م
﴿رواهابخارىال�ش��و�ك�ةي�ش�اك�ه�ا ﴾
Artinya : “Setiap kali orang Islam mendaat malapetaka, Allah mengampuni dosanya karena malapetaka itu, bahkan yang disebabkan oleh terlena dari (HR Al Bukhari)
Seseorang yang menderita sakit wajib baginya untuk memeriksakan diri
dan berobat kepada ahlinya, salah satunya adalah berobat pada dokter yang
mengerti tentang penyakit, sebagaimana firman Allah SWT :
Artinya : “Bertanyalah kepada orang yang ahli jika kamu tidak mengetahui” (QS An Nahl (16) : 43).
Dalam berbagai riwayat menunjukkan bahwa Nabi pernah berobat untuk
dirinya sendiri, serta pernah menyuruh keluarga dan sahabatnya agar berobat
ketika sakit (Zuhroni, 2007). Sebagaimana dalam salah satu hadits :
ىل�م�ي�ن�زل��د�اء@إال��و�ض�ع�ل�ه ت�ع�ال� ت�د�او�و�اف�إن��ا
رواةابنماجة﴿د�و�اء@غ�ي�ر�د�اءEو�احدEو�ه�و�ال�ه�ر�م� ﴾
Artinya : “Berobatlah kamu sekalian (bila sakit) karena sesungguhnya Allah Ta’ala mendatangkan suatu penyakit kecuali mendatangkan pula obatnya, kecuali satu penyakit yaitu penyakit tua (pikun)”. (HR Ahmad)
Juga dalam hadits lain dikatakan :
29
اهللا� �ل�م�ي�ن�زل�د�اء@اال�ا�ن�ز�ل�ه�شف�اء@ف�ت�د�او�و�ا ا�ن �
ائىوااكم﴿ رواهالنس ﴾
Artinya : Sesungguhnya Allah tidak akan menurunkan penyakit, melainkan dia telah menurunkan penyembuhnya, maka berobatlah kamu (HR An Nasai dan Al Hakim)
Dari hadits diatas, jelaslah umat Islam harus berupaya dan bahkan wajib
mencari pengobatan bila tertimpa penyakit. Pada kasus AR, terutama bila sudah
terjadi keganasan, penderita harus sering memeriksakan dirinya ke dokter agar
penyakit dalam keadaan terkontrol, sehingga risiko keganasan tidak bertambah
buruk dan jika terjadi kecacatan anggota gerak tubuh dapat dihindari. Selain itu
penderita harus tetap tawakal kepada Allah, berdoa memohon kesembuhan dan
dijauhkan dari segala keburukan.
Walaupun obat-obatan pada penderita AR tidak berasal dari unsur-unsur
yang diharamkan, seperti obat golongan anti inflamsi non steroid (OAINS).
Namun penderita AR agar tetap tidak berobat dengan yang haram. Hal ini
dijelaskan dalam hadits Rasulullah SAW :
ن�ز�ل�الد��واء�و�الد���و��اء�و�ج�ع�ل�لك�ل�د�اء@ف�ت�اااااان�ا�أ� هللا
د�ا
*ارحو�اباودت�تالاووو ﴿م ﴾
Artinya : “Sesungguhnya Allah menurunkan penyakit dan obatnya, dan diadakanNya bagi tiap-tiap penyakit obatnya, maka berobatlah kamu, namun janganlah berobat dengan yang haram (HR Abu Dawud).
30
Salah satu hal yang harus diperhatikan dan disadari penderita AR dalam
hal ikhtiar bahwa pengobatan dan penyembuhan dari Allah SWT, meyakini
bahwanya semua penyakit kesembuhannya hanya dari Allah setelah ikhtiar dari
dokter yang mahir (Al-Ju’aisin, 2001).
Allah SWT berfirman :
Artinya : “Apabila aku sakit, maka Allah juga penyembuhnya (QS. As Syu’ara (26) ; 80)
Pengobatan hanyalah wasilah (perantara), penggunaan obat ataupun
metode pengobatan lainnya hanyalah suatu wasilah dimana yang menyembuhkan
penyakit seseorang hanya Allah SWT. Hal tersebut berarti bahwa tanpa suatu
pemberian obat pada penderita AR, penderita bisa sembuh jika Allah
menghendakinya. Walaupun demikian, sebagai umat Islam tetap dianjurkan untuk
berusaha semaksimal mungkin antara lain dengan berobat secara Islami, tidak
lupa untuk ikhlas serta berserah diri pada-Nya. Allah berfirman :
Artinya : “Jika Allah menimpakan suatu kesusahan kepadamu, maka tidak seorangpun yang dapat melenyapkan kecuali Dia. Jika Allah menghendaki kesentosaan bagimu, tidak ada seorangpun yang mampu menolak karuniaNya” (QS Yunus (10) ; 107).
31
Disamping ikhtiar disertai keyakinan penderita AR harus tetap berdo’a
untuk kesembuhannya. Jika ternyata Allah SWT berkehendak lain (tidak sembuh),
penderita AR tidak boleh putus asa, kadang kala Allah SWT memberikan suatu
penyakit sebagai ujian dan jembatan bagi seorang hamba untuk mendekatkan diri
kepadaNya. Bagi seorang muslim, yang paling utama dalam hidup ini adalah
mendapatkan ridha Allah, sehingga itu tidak perlu menjadi masalah. Di dalam
hadits Rasulullah SAW berikut ditegaskan bahwa yang dinilai dari seorang adalah
hati dan amalnya. (Razak, 1980).
اهللا � ا�ن ر�ا�ىل ي ن�ظ� وال�ك�ن� ال�ك�م� و ا م� و ر�ك�م� و ص� ر�ا�ىل ظ� �ال ي ن�
ا م ع� ا و م� ك� ب� و� ل� ﴿رواهمسلمق� ل�ك�م� ﴾
Artinya : “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada Rupamu dan kekayaanmu tetapi Allah akan menilai gerak hatimu dan amal perbuatanmu” (HR Muslim).
Oleh karena itu, pada setiap orang menderita suatu penyakit, AR atau
tidak, sudah terkena kanker atau belum, yang paling penting sebagai hamba Allah
hendaknya dapat menerimanya serta bersabar atas sakit yang diberikan karena
akan dapat menggugurkan kesalahan dan dosa-dosanya dengan disertai ikhtiar
untuk sembuh. Dan sebagai insan kedokteran harus selalu berusaha untuk mencari
pengobatan yang tepat, misalnya dengan melakukan penelitian terhadap obat-obat
ataupun upaya lainnya untuk meningkatkan taraf hidup penderita.
3.3 Artritis Reumatoid dan risiko terjadinya Keganasan menurut Islam
32
Keganasan disini adalah suatu tumor ganas atau kanker yang dianggap
sebagai pertumbuhan sel tidak terkendali, karena itu secara patologik tumor ganas
disebut penyakit sel. Pertumbuhan sel secara tidak terkendali menyebabkan sel-sel
tersebut membentuk masa yang kemudian menginfiltrasi organ dan mengganggu
fungsinya, karena itu kanker dapat dianggap sebagai penyakit organ. Di lain
pihak, kanker juga disebut penyakit sistemik karena respon tubuh terhadap
pertumbuhan kanker berperan dalam menimbulkan gejala klinik, misalnya sekresi
berbagai substansi yang berpengaruh pada homeostasis atau metabolisme pasien
seperti berbagai jenis hormon, sitokin, faktor pertumbuhan, faktor koagulasi dan
lain-lain (Kresno, 2003).
Pemahaman terhadap kanker mengalami terobosan besar. Dipahami bahwa
kanker disebabkan oleh perubahan bertahap pada replikasi, reparasi, apoptosis sel
yang melibatkan banyak kelompok gen dan banyak tahapan, sehingga sel normal
secara bertahap berubah menjadi sel ganas yang mengalami replikasi tak
terkendalikan (Huang, 2006).
Perubahan itu secara bersamaan sejalan dengan respon imun yaitu
mekanisme imun tubuh dan pembentukan pembuluh darah baru yang juga
mengalami kelainan, akhirnya mempengaruhi fungsi organ vital dan membawa
maut. Oleh karena itu, timbulnya kanker merupakan suatu proses yang
multigenetik, multifaktor, multifase. Meneliti faktor risiko timbulnya kanker
bertujuan mengurangi atau melenyapkan pengaruh negatif faktor risiko tersebut
pada manusia, mengembangkan pengaruh positif dari faktor protektif, dan
mencegah timbulnya tumor ganas (Huang, 2006).
33
Pada suatu penelitian diketahui bahwa pasien AR mempunyai risiko pada
terjadinya keganasan, namun kepastian untuk mencapai suatu keganasan masih
perlu diteliti lagi. Dan tipe dari keganasan yang muncul, dilaporkan bahwa banyak
pada tipe keganasan sel darah (lymphoma, multiple myeloma, dan leukemia)
(Ekbom, dkk, 1993).
Islam mendorong manusia untuk mencari ilmu dan kemajuan dalam
penemuan-penemuan, dan menjanjikan ganjaran yang besar dan upaya-upaya ini
dianggap bagian dari pengabdian kepada Allah SWT. Pernyataan ini memberikan
dasar bagi peneliti dan kemajuan ilmiah. Disamping itu, Islam menentukan
pendekatan yang positif dan terbuka ke arah ilmu pengetahuan, tidak peduli
sumbernya, apakah dari seorang muslim atau non Islam (Al Zindani, 1999).
Dorongan ke arah penelitian ilmiah maupun sikap baru (inovasi),
menyebabkan terbentuknya peradaban Islam yang sangat tinggi dalam waktu yang
sangat singkat di bidang ilmu pengetahuan (Al Zindani, 1999).
Allah SWT menekankan dalam Al Qur’an bahwa penemuan-penemuan
manusia dan perkembangan ilmu pengetahuan merupakan upaya yang mulia.
Hasil-hasil penelitian memberikan bukti kebenaran Al Qur’an (Al-Zindani, 1999).
Sebagaimana dinyatakan dalam firman-Nya :
Artinya : “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) kami segenap ufuk pada dan pada diri mereka sendiri,
34
sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur’an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?” (QS Fushshilat (41) ; 53).
Artinya : “Dan katakanlah : segala puji bagi Allah, Dia yang memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kebesaranNya, maka akan mengetahuinya. Dan Tuhanmu tiada lalai dari apa yang kamu kerjakan” (QS An Naml (27) ; 93).
Al Qur’an memuji ahli ilmu pengetahuan dan menyebut dengan alladziina
utul-‘ilma, dan Allah SWT menisbatkan kepada mereka beberapa keutamaan
pemikiran, keimanan serta akhlak (Qardhawi, 1998).
Ilmu juga didefinisikan sebagai pemikiran atau kajian untuk mendapatkan
suatu manfaat. Allah memerintahkan supaya menuntut ilmu atau mencari ilmu
untuk kesenangan hidup dunia dan akhir. Ini menunjukkan bahwa ilmu
merupakan alat yang mampu membuat manusia hidup bahagia dan sejahtera di
dunia dan di akibat (Qardhawi, 1998).
Dengan demikian, ilmu pengetahuan telah membawa manfaat bagi
masyarakat dalam hal ini dikaji oleh para peneliti dan dokter lebih dalam
mengenai AR dan risiko terjadinya keganasan. Penelitian ini sangat penting,
karena dengan hasil tersebut, pencegahan perburukan gejala pada penderita dapat
diminimalkan. Hal demikian, dapat membawa kebaikan dan kesejahteraan bagi
umat manusia dalam memerangi penyakit, khususnya penyakit yang disebabkan
oleh autoimun seperti AR.
35
Berdasarkan angka kejadian wanita lebih sering terkena AR, penyebab
belum diketahui dengan jelas, diduga faktor hormon sex berpengaruh besar tapi
hal tersebut masih dalam penelitian. Dalam hal ini bukan berarti pria tidak
beresiko terkena AR, hanya saja kemungkinannya lebih kecil dibanding wanita
(Daud, 2006). Jika seseorang telah ditakdirkan diciptakan membawa sifat tertentu,
maka itu menjadi ujian baginya, termasuk resiko wanita untuk terkena AR lebih
besar dibanding pria (Zuhroni, 2008). Sebagaimana dinyatakan dengan firman
Allah.
Artinya : Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (Qs Al Baqarah (2):155)
.
Dan dijelaskan dalam hadits :
بيه�ر�ي�ر�ة�ع�نالن��بي�بيس�عدEال�خ�د�ري�و�ع�ن�أ�
ع�ن�أ�
ص�ل�ىا�ع�ل�ي�هو�س�ل��مق�ال�م�اي�صي�ب�ال�م�س�لم�من�ن�ص�باااااا هللا�ذ�و�ال�غ�م�ح�س�الش��و�ك�ةي�ش�اك�ه�ا
و�ال�و�ص�ب�و�ال�ه�م�و�ال�ح�ز�نو�ال�أ�
ر اهللا� �هبه�ا إ�ال�ك ف ا ي ا خ ط ن� م�حمد﴿ ا مذىو ر ت ل ا مو مسل ىو ر خا ب ل ا ه ا و ﴾ر
Artinya : Dari Abi Sai’id al-Khudri dan dari Abi Hurairat, dari Nabi saw, beliau
berkata ; semua musibah, kesempitan, kegundah-gulanaan, atau kesedihan
hingga duri yang menusuk seorang muslim, maka maka Allah akan menghapus
kesalahannya,.’’ ( HR. al-Bukhari, Muslim, al – Turmudzi, dan Ahmad)
36
Berdasar ayat dan hadits di atas, penderita AR diharuskan bersabar dalam
menghadapi ujian yang diberikan Allah, karena Allah akan menghapus dosa dan
kesalahannya.
Berdasarakan angka kejadian, wanita mempunyai resiko tiga kali lebih
besar terkena AR. Dalam hal ini, wanita berupaya terhindar dari penyakit tersebut,
cara yang dapat dilakukan wanita untuk terhindar dari AR, tapi bukan berarti
menghalalkan semua cara. Diantara upaya yang dilakukan adalah dengan
melakukan operasi ganti kelamin menjadi pria, ini merupakan cara yang
diharamkan. berdasarkan firman Allah SWT :
Artinya : “Dan aku benar-benar akan menyelesaikan mereka dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka merubahnya”.”Barang siapa yang menjadi syaitan menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata (QS An Nisaa (4) : 119).
Berdasarkan ayat diatas, mengubah jenis kelamin wanita menjadi pria,
atau sebaliknya, hukumnya haram, termasuk tindakan mengubah ciptaan Allah,
hal ini bertentangan pula dengan jiwa syara’. Oleh karena itu, hendaknya sebagai
seorang muslim wajib untuk mensyukuri ciptaan Allah, termasuk diciptakan
menjadi wanita. Dalam keterkaitannya dengan AR, yang seharusnya dapat
dilakukan wanita dengan berkonsultasi ke dokter. Upaya yang dilakukan antara
37
lain dengan makan makanan bergizi, olahraga teratur, istirahat yang cukup serta
didukung dengan jiwa yang tenang. Dan tetap tawakal kepada Allah swt,
menjalankan perintahNya, berdoa memohon kesembuhan.
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa Artritis Reumatoid dan risiko
terjadinya keganasan harus dicermati lebih lanjut, karena dapat memperburuk
keadaan penderita. Dengan terjadinya keganasan, maka sistem pertahanan tubuh
akan terus turun, angka kesakitan penderita AR bertambah besar, kualitas
beribadah pun jadi berkurang karena salah satu predileksi AR yang paling sering
adalah pada sendi lutut dan pergelangan tangan, sendi terasa kaku pada pagi hari,
nyeri, bengkak dan kemerahan. Seiring waktu berjalan penderita akan terabatas
dalam beraktivitas dan kualitas hidup menurun. Oleh karena itu, sebagai dokter
muslim, sebaiknya berusaha agar risiko keganasan dapat dicegah, dengan terus
berusaha mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang terbaru atau pun
dengan melakukan penelitian langsung sehingga hasil penelitian tersebut dapat
digunakan untuk perbaikan kondisi penderita AR.
38
BAB IV
KAITAN PANDANGAN KEDOKTERAN DAN ISLAM MENGENAI
ARTRITIS REUMATOID DAN RISIKO TERJADINYA KEGANASAN
Berdasarkan uraian di atas, Kedokteran dan Islam sependapat dalam hal
sebagai berikut :
1. Adanya risiko keganasan yang terjadi pada penderita Artritis Reumatoid,
menimbulkan suatu perubahan. Perubahan yang terjadi banyak disebabkan
oleh berbagai faktor yaitu genetik, infeksi salah satunya perkembangan
sel-sel limfoid yang tidak terkendalikan dapat mengakibatkan transformasi
sel dan kelainan limfoproliferatif yang tergolong keganasan, misalnya
leukimia, limfoma, dan diskrasia sel plasma. Selain itu dalam keganasan
yang terjadi, hospes berperanan penting. Peranan ini mencakup hereditas,
imunitas, usia, jenis kelamin, pola diet, dan lain-lain. Dan setiap individu
memiliki basis molekuler tertentu.
2. Islam sangat menganjurkan umatnya untuk terus mencari inovasi baru
dalam bidang kesehatan, penelitian dan pengobatan. Anjuran tersebut
dalam keterangan Al Qur’an dan hadits Nabi dinyatakan suatu yang
bernilai dalam tuntunan spiritual syar’i. Penelitian pada penderita Artritis
Reumatoid didapatkan adanya keganasan pada penderita tersebut,
merupakan suatu hasil kemajuan dalam ilmu pengetahuan di bidang
kesehatan. Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian seperti adanya
peningkatan limfoma, leukemia dan mieloma mutipel pada penderita
39
Artritis Reumatoid yang sudah menderita bertahun-tahun, maka penderita
AR diharuskan terus berikhtiar untuk menjaga kondisi tubuh dan
mengikuti anjuran dokter agar terhindar dari risiko kronis serta tetap
ikhlash menerima ujian, menjalankan perintah Allah SWT, dan
mensyukuri nikmat.
40
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Penderita Artritis Reumatoid yang di pantau selama beberapa tahun dalam
beberapa penelitian ditemukan perubahan-perubahan yang menjadi Risiko
keganasan. Perubahan itu terkait dengan beberapa faktor yaitu faktor
genetik, infeksi, imunologi, usia. Faktor-faktor yang berpengaruh ini
menjadi dasar para peneliti untuk melihat sampai sejauh mana peran
selanjutnya sampai ke arah suatu keganasan. Tetapi faktor imunologi
sangat berperan dalam pengaruh perubahan pada penderita AR menuju
keganasan.
2. Keganasan yang terjadi pada penderita Artritis Reumatoid meningkat pada
beberapa keganasan. Seperti Limfoma, leukemia, mieloma multipel. Hasil
ini ditemukan berdasarkan statistik beberapa penelitian terhadap penderita
artritis reumatoid.
3. Adanya penelitian terhadap Artritis Reumatoid dan risiko terjadinya
keganasan dalam pandangan Islam merupakan suatu penerapan ilmu
pengetahuan yang bermanfaat dan memberikan peluang untuk melakukan
penelitian lebih lanjut lagi, sehingga angka kesakitan penderita berkurang,
terjadinya keterbatasan gerak dan kecacatan dapat dihindari. Dengan
demikian, penderita tetap dapat menjalankan tugasnya sebagai Khalifah di
41
bumi dengan sebaik mungkin, tetap beraktifitas dan beribadah hanya
kepada Allah SWT.
5.2. Saran-saran
1. Untuk Masyarakat
Sudah saatnya menjalani pola hidup sehat yang diajarkan agama Islam.
Hal ini tidak saja membawa manfaat bagi diri pribadi melainkan
memberikan kebaikan bagi masyarakat sekitar. Dengan hidup sehat, umat
Islam dapat membangun sumber daya manusia yang berkualitas yang
berguna bagi kepentingan agama, negara dan bangsa
2. Untuk Kalangan medis
Dengan kemajuan ilmu kedokteran terbaru, dan sejak diketahui adanya
risiko keganasan pada penderita Artritis Reumatoid. Maka untuk para
kalangan medis lebih waspada terhadap penderita AR yang sudah lama
menderita dan untuk lebih teliti dalam memeriksa penderita AR yang
berisiko terjadi keganasan.
3. Untuk Alim Ulama
Tambahan ilmu pengetahuan ini diharapkan menjadi suatu informasi yang
bermanfaat terhadap para ulama sendiri dan dalam dakwah yang ditujukan
ke masyarakat khususnya penderita AR agar tetap bersabar menerima
ujian dan selalu berikhtiar untuk berobat serta tetap tawakal kepada Allah
SWT.
4. Rumah Sakit atau Klinik
42
Diharapkan dapat menangani AR secara holistik, yaitu tidak hanya
mengobati penyakitnya saja namun juga diharapkan dapat meningkatkan
kepatuhan dan rasa percaya diri, karena AR dapat menimbulkan risiko
keganasan.
5. Pemerintah
Penulis berharap agar pemerintah memberikan perhatian yang cukup
kepada para penderita AR berupa penerangan tentang pencegahan dan
pengobatan serta kemudahan dalam berobat. Serta memberi ruang dan
dukungan bagi riset-riset ilmiah khususnya dalam bidang kedokteran.
43