Skripsi Bab i - Vii (Agustina Rita Mariani)

117
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengetahuan dan sikap orangtua dalam memberikan pola asuh terhadap anaknya merupakan hal yang sangat penting karena anak-anak inilah yang nantinya merupakan calon-calon generasi muda. Pola asuh yang diberikan pada anak ini merupakan salah satu cara orangtua untuk menjalankan peranan yang penting bagi perkembangan anak selanjutnya, dengan memberikan bimbingan dan pengalaman serta memberikan pengawasan agar anak dapat menghadapi kehidupan yang akan datang dengan sukses sehingga anak akan belajar dan menyatakan dirinya sebagai manusia sosial dalam hubungan dan interaksi dengan kelompok (Iswantini, 2002 : 55). Pemberian pola asuh terhadap anak, orangtua harus memperhatikan tahap-tahap pencapaian tumbuh 1

Transcript of Skripsi Bab i - Vii (Agustina Rita Mariani)

76

BAB 1PENDAHULUAN

A. Latar Belakang MasalahPengetahuan dan sikap orangtua dalam memberikan pola asuh terhadap anaknya merupakan hal yang sangat penting karena anak-anak inilah yang nantinya merupakan calon-calon generasi muda. Pola asuh yang diberikan pada anak ini merupakan salah satu cara orangtua untuk menjalankan peranan yang penting bagi perkembangan anak selanjutnya, dengan memberikan bimbingan dan pengalaman serta memberikan pengawasan agar anak dapat menghadapi kehidupan yang akan datang dengan sukses sehingga anak akan belajar dan menyatakan dirinya sebagai manusia sosial dalam hubungan dan interaksi dengan kelompok (Iswantini, 2002 : 55). Pemberian pola asuh terhadap anak, orangtua harus memperhatikan tahap-tahap pencapaian tumbuh kembang anak agar pola asuh yang diberikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan yang sedang anak alami terutama pada anak usia sekolah yang dimulai sejak usia 6-12 tahun yang merupakan masa peralihan antara masa pra sekolah dan masa remaja (Wong et al, 2009; dalam Budiyanti, 2011). Pertumbuhan merupakan bertambah jumlah dan besarnya sel di seluruh tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur, sedangkan perkembangan merupakan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh kematangan dan belajar (Whalley dan Wong, 2000; dalam Aziz Alimul Hidayat, 2009 : 49). Untuk mencapai tumbuh kembang anak yang sehat dan bebas penyakit dalam hal ini penting bagi para orangtua untuk melatih dan membiasakan anak terutama dimulai dari lingkungan keluarga misalnya: memberikan gizi yang baik, olahraga, tidak menonton TV terlalu lama, mengurangi asupan lemak, mengurangi makanan panggang dan gorengan, membiasakan anak untuk sarapan pagi, menghidangkan sayuran yang kaya kalsium, memanfaatkan protein nabati, dan tidak mengonsumsi makanan bersodium (Gerard Masterson, 2006 : 76).Indonesia sedang dihadapkan dengan fenomena gizi lebih atau obesitas. Berbagai data yang ada menunjukkan kecendrungan prevalensi obesitas yang terus meningkat setiap tahunnya baik di negara maju maupun di negara berkembang khususnya obesitas yang terjadi pada anak usia sekolah (WHO, 2000; dalam Budiyanti, 2011). Prevalensi obesitas pada anak-anak usia 6-14 tahun mencapai 9,5% untuk pria, sedangkan perempuan mencapai 6,4%. Kondisi meningkat dari tahun 1990-an yang berkisar 4% (Kementrian Kesehatan, 2007; dalam Riskesdas, 2007). Secara Nasional masalah kegemukkan pada umur 6-12 tahun masih tinggi yaitu 9,2% atau masih di atas 5,0%. Prevalensi kegemukkan pada anak laki-laki umur 6-12 tahun lebih tinggi dari prevalensi pada anak perempuan yaitu berturut-turut sebesar 10,7% dan 7,7%. Berdasarkan tempat tinggal prevalensi kegemukkan lebih tinggi di perkotaan dibandingkan dengan prevalensi di pedesaan yaitu berturut-turut sebesar 10,4% dan 8,1% (Riskesdas, 2010)Obesitas adalah keadaan dimana terdapat penimbunan kelebihan lemak di dalam tubuh yang berlebihan pada seseorang (Wilkinson, 2008; dalam Soetjiningsih, 1995). Obesitas mulai menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia, bahkan WHO menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan suatu epidemi global, sehingga obesitas sudah merupakan suatu masalah kesehatan yang harus segera ditangani (WHO, 2000). Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Budiyanti, 2011) menunjukkan peningkatan angka prevalensi obesitas pada anak di Indonesia telah mencapai 11%. Tingginya prevalensi obesitas pada anak usia sekolah yang semakin meningkat dari tahun ke tahun di beberapa kota besar di Indonesia mempunyai dampak yang tidak baik terhadap kesehatan dan tumbuh kembang anak. Dalam penggunaan standar antropometri pada pengukuran berat badan, tinggi badan dan status gizi anak usia sekolah menggunakan Indeks Masa Tubuh menurut umur (WHO, 2005; dalam Budiyanti, 2011).Berdasarkan data yang diperoleh maka peneliti tertarik untuk mengetahui pola asuh orang tua dalam memberikan nutrisi dan memantau aktivitas sehari-hari khususnya pada anak usia sekolah yang berpengaruh terhadap proses tumbuh kembang dan kejadian obesitas pada anak usia sekolah. Dengan demikian peran orangtua untuk memahami permasalahan-permasalahan yang muncul pada anak usia sekolah dapat meminimalkan kemunculan dan dampak permasalahan yang terjadi serta mampu memberikan upaya bantuan yang tepat demi tercapainya kesehatan dan tumbuh kembang anak yang lebih baik.B. Rumusan MasalahBerdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahannya yaitu Hubungan pola asuh orang tua terhadap tumbuh kembang anak dan kejadian obesitas pada anak usia sekolah di Sekolah Dasar Swasta Bruder Melati Pontianak.C. Tujuan PenelitianTujuan yang dapat diharapkan dalam penelitian ini adalah:1. Tujuan UmumUntuk mengetahui apakah ada atau tidak hubungan pola asuh orang tua terhadap tumbuh kembang anak dan kejadian obesitas pada anak usia sekolah.2. Tujuan Khususa. Untuk mengetahui data frekuensi jumlah pola asuh orangtua, tumbuh kembang anak, obesitas anak, jumlah IMT ayah dan ibu, faktor penggunaan kalori yang kurang, gaya hidup, dan status ekonomi.b. Untuk menganalisis hubungan pola asuh orang tua terhadap tumbuh kembang anak usia sekolah.c. Untuk menganalisis hubungan pola asuh orang tua terhadap kejadian obesitas pada anak usia sekolah.d. Untuk menganalisis pengaruh hubungan faktor herediter, penggunaan kalori, gaya hidup dan status ekonomi terhadap kejadian obesitas pada anak usia sekolah.D. Manfaat Penelitian1. Manfaat untuk respondenMembantu responden untuk mengetahui ada atau tidak hubungan pola asuh orangtua terhadap tumbuh kembang dan kejadian obesitas pada anak usia sekolah, sehingga responden dapat mengurangi dan menghindari faktor terjadinya obesitas tersebut.2. Manfaat untuk orangtuaOrang tua dapat mengetahui pola asuh yang baik dan tepat untuk tumbuh kembang anak yang optimal sehingga dapat menghindari kejadian obesitas pada anak.3. Manfaat bagi Sekolah Dasar yang terkaitDapat dijadikan sumber pengetahuan tentang pola asuh orangtua terhadap tumbuh kembang anak dan kejadian obesitas pada anak usia sekolah sehingga sekolah dapat membuat program untuk mengurangi faktor yang menyebabkan obesitas pada anak usia sekolah. Misalnya dengan menambah jumlah jam olahraga di sekolah dan menyediakan kantin dengan menu yang sehat.4. Manfaat bagi Dinas KesehatanHasil penelitian dapat digunakan sebagai tolak ukur/ indikator keberhasilan pembangunan gizi dan dapat digunakan sebagai data awal untuk menentukan atau menyusun program terkait dengan pentingnya sosialisasi pengetahuan tentang pola asuh kepada orang tua terhadap tumbuh kembang dan kejadian obesitas pada anak.5. Manfaat untuk pelayanan keperawatanHasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada orangtua, keluarga, sekolah tentang pentingnya pemberian pola asuh orangtua yang tepat sehingga tercapainya tumbuh kembang yang optimal dan terhindar dari obesitas pada anak.6. Manfaat untuk perkembangan ilmu keperawatanHasil penelitian ini dapat digunakan oleh perawat anak untuk ikut berpartisipasi dalam upaya melakukan pencegahan terhadap kejadian obesitas pada anak dan dapat memberikan intervensi pada anak dengan obesitas, sehingga tercapailah tumbuh kembang anak yang optimal.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori1. Tinjauan umum tentang pola asuh orangtuaa. Pengertian pola asuhPola asuh menurut Dagun (Yuwanto, 2002 : 54) adalah cara atau teknik yang dipakai oleh orangtua di dalam mendidik dan membimbing anak-anaknya agar kelak menjadi orangtua yang berguna dan sesuai dengan yang diharapkan.Pola asuh menurut Suardiman (Iswantini, 2002 : 55) mengatakan pola asuh adalah suatu cara orangtua menjalankan peranan yang penting bagi perkembangan anak selanjutnya, dengan memberi bimbingan dan pengamalan serta memberikan pengawasan agar anak dapat menghadapi kehidupan yang akan datang dengan sukses, sebab di dalam keluarga yang merupakan kelompok sosial dalam kehidupan individu, anak akan belajar dan menyatakan dirinya sebagai manusia sosial dalam hubungan dan interaksi dengan kelompok.Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh orangtua adalah cara yang dipakai orangtua dalam mendidik dan memberi bimbingan dan pengalaman serta memberikan pengawasan kepada anak-anaknya agar kelak menjadi orang yang berguna, serta memenuhi kebutuhan fisik dan psikis yang akan menjadi faktor penentu bagi remaja dalam menginterpretasikan, menilai dan mendeskripsikan kemudian memberikan tanggapan dan menentukan sikap maupun berperilaku.b. Bentuk Pola Asuh Menurut Wong (2008 : 59), pola asuh terbagi menjadi 3 yaitu :1) Pola Asuh Otoriter atau DiktatorDimana orang tua mencoba untuk mengontrol perilaku dan sikap anak melalui perintah yang tidak boleh di bantah. Mereka menetapkan aturan dan regulasi atau standar perilaku yang dituntut untuk diikuti secara kaku dan tidak boleh dipertanyakan. Mereka menilai dan memberi penghargaan atau kepatuhan absolute, sikap mematuhi kata kata mereka, dan menghormati prinsip dan kepercayaan keluarga tanpa kegagalan. Mereka menghukum secara paksa setiap perilaku yang berlawan dengan standar orang tua. Otoritas orang tua dilakukan dengan penjelasan yang sedikit dan keterlibatan anak yang sedikit dalam mengambil keputusan. Hukuman tidak selalu berupa hukuman fisik tetapi mungkin berupa penarikan diri dari rasa cinta dan pengakuan. Latihan yang hati hati sering kali mengakibatkan perilaku menurut secara kaku pada anak, yang cenderung untuk menjadi sensitif, pemalu, menyadari diri sendiri, cepat lelah, dan tunduk. Mereka cenderung menjadi sopan, setia, jujur, dan dapat diandalkan tetapi mudah dikontrol. Perilaku perilaku ini lebih khas terlihat ketika penggunaan kekuasaan diktator orang tua disertai dengan supervise ketat dan tingkat kasih sayang yang masuk akal. Jika tidak, penggunaan kekuasaan diktator lebih cenderung untuk dihubungkan dengan perilaku menentang dan antisosial.2) Pola asuh permisif atau Laissez fairPola asuh permisif adalah pola asuh dimana orang tua memiliki sedikit kontrol atau tidak sama sekali atas tindakan anak anak mereka. Orang tua yang dimaksud baik ini kadang kadang bingung antara sikap permisif dan pemberian izin. Mereka menghindari untuk memaksa standar perilaku mereka dan mengizinkan anak mereka untuk mengatur aktivitas mereka sendiri sebanyak mungkin. Orang tua ini menganggap diri mereka sendiri sebagai sumber untuk anak, bukan merupakan model peran. Jika memang peraturan memang ada, orang tua menjelaskan alasan yang mendasarinya, mendukung pendapat anak, dan berkonsultasi dengan mereka dalam proses pembuatan keputusan. Mereka memberlakukan kebebasan dalam bertindak, disiplin yang inkonsisten, tidak menetapkan batasan batasan yang masuk akal, dan tidak mencegah anak yang merusak rutinitas di rumah. Orang tua jarang menghukum anak, karena sebagian besar perilaku dianggap dapat diterima. Anak anak dari orang tua yang submisif sering kali tidak mematuhi, tidak menghormati, tidak bertanggung jawab, dan secara umum tidak mematuhi kekuasaan.3) Pola asuh otoritatif atau demokratikPola asuh otoritatif adalah pola asuh orang tua mengkobinasikan praktik mengasuh anak dari dua gaya yang ekstrem. Mereka mengarahkan perilaku dan sikap anak dengan menekankan alasan peraturan dan secara negatif menguatkan penyimpangan. Mereka menghormati individualitas dari setiap anak dan mengizinkan mereka untuk menyuarakan keberatannya terhadap standar atau peraturan keluarga. Kontrol orang tua kuat dan konsisten tetapi disertai dengan dukungan, pengertian, dan keamanan. Kontrol difokuskan pada masalah, tidak pada penarikan rasa cinta atau takut pada hukuman. Orang tua ini membantu pengarahan diri pribadi, suatu kesadaran mengatur perilaku berdasarkan perasaan bersalah atau malu untuk melakukan hal yang salah, bukan karena takut tertangkap atau takut dihukum. Standar realitis orang tua dan harapan yang masuk akal menghasilkan anak dengan harga diri tinggi, dan sangat interaktif dengan anak lain.c. Dampak/ pengaruh pola asuh orangtua terhadap anak (Ary, 2009 : 62) 1) Pengaruh Pola Asuh DemokratisMenghasilkan karakteristik anak-anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman-temannya, mampu menghadapi stres, mempunyai minat terhadap hal-hal baru dan kooperatif terhadap orang lain.2) Pengaruh Pola Asuh OtoriterMenghasilkan karakteristik anak yang penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menetang, suka melanggar norma-norma, berkepribadian lemah, cemas dan terkesan menarik diri.3) Pengaruh Pola Asuh PermisifMenghasilkan karakteristik anak-anak yang impulsif, agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang matang secara sosial dan kurang percaya diri.d. Tujuan Pengasuhan Pada dasarnya tujuan utama pengasuhan orang tua adalah mempertahankan kehidupan fisik anak dan meningkatkan kesehatannya, memfasilitasi anak untuk mengembangkan kemampuan sejalan dengan tahapan perkembangannya dan mendorong peningkatan kemampuan berperilaku sesuai dengan nilai agama dan budaya yang diyakininya. Orang tua harus mempunyai rasa percaya diri yang besar dalam menjalankan peran pengasuhan ini, terutama dalam pemahaman tentang pertumbuhan dan perkembangan anak, pemenuhan kebutuhan makanan dan pemeliharaan kebersihan perseorangan, penggunanan alat permainan sebagai stimulus pertumbuhan dan perkembangan serta komunikasi efektif yang diperlukan dalam berinteraksi dengan anak dan anggota keluarga lainnya, untuk dapat menjalankan peran pengasuhan tersebut (Yupi Supartini, 2004).

e. Menurut Wrong (2011 : 68), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi peran pengasuhan adalah:1) Usia orang tua Tujuan undang-undang perkawinan salah satunya adalah memungkinkan pasangan untuk siap secara fisik maupun psikososial dalam mebentuk rumah tangga dan menjadi orang tua. Usia antara 17 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk laki-laki mempunyai alasan kuat dalam kaitannya dengan kesiapan menjadi orang tua. Walaupun demikian, rentang usia tertentu adalah baik untuk menjalankan peran pengasuhan. Apabila terlalu muda atau terlalu tua, mungkin tidak dapat menjalankan peran tersebut secara optimal karena diperlukan kekuatan fisik dan psikososial.2) Keterlibatan AyahPendekatan mutakhir yang digunakan dalam hubungan Ayah dan bayi baru lahir, sama pentingnya dengan hubungan antara Ibu dan bayi sehingga dalam proses persalinan, Ibu dianjurkan ditemani suami dan begitu bayi lahir, suami diperbolehkan untuk menggendongnya langsung setelah Ibunya mendekap dan menyusukkannya. Dengan demikian, kedekatan hubungan antara Ibu dan anak sama pentingnya dengan Ayah dan anak walaupun secara kodrati akan ada perbedaan, tetapi tidak mengurangi makna penting hubungan tersebut. Pada beberapa Ayah yang tidak dapat terlibat secara langsung pada saat bayi baru dilahirkan maka beberapa minggu kemudian dapat melibatkan dalam perawatan bayi, seperti mengganti popok, bermain, dan berinteraksi sebagai upaya untuk terlibat dalam perawatan anak.3) Pendidikan Orang tuaBagaimanapun pendidikan dan pengalaman orang tua dalam perawatan anak akan mempengaruhi kesiapan mereka menjalankan peran pengasuhan. Menurut Wong (dalam Yupi Supartini, 2004) mengemukakan beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menjadi lebih siap dalam menjalankan peran pengasuhan adalah dengan terlibat aktif dalam setiap upaya pendidikan anak, mengamati segala sesuatu dengan berorientasi pada masalah anak, menjaga kesehatan anak dengan secara reguler memeriksakan dan mencari pelayanan imunisasi, memberikan nutrisi yang adekuat, memperhatikan keamanan dan melaksanakan praktik pencegahan kecelakaan, selalu berupaya menyediakan waktu untuk anak, dan menilai perkembangan fungsi keluarga dalam perawatan anak.4) Pengalaman sebelumnya dalam mengasuh anakHasil riset menunjukkan bahwa orangtua yang telah mempunyai pengalaman sebelumnya dalam merawat anak akan lebih siap menjalankan peran pengasuhan dan lebih rileks. Selain itu, mereka akan lebih mampu mengamati tanda-tanda pertumbuhan dan perkembangan anak yang normal.5) Stress orang tuaStress yang dialami oleh Ayah dan Ibu atau keduanya akan mempengaruhi kemampuan orang tua dalam menjalankan peran pengasuhan, terutama dalam kaitannya dengan strategi koping yang dimiliki dalam mengahadapi permasalahan anak. Walaupun demikian, kondisi anak juga dapat menyebabkan stres pada orang tua, misalnya anak dengan temperamen yang sulit atau anak dengan masalah keterbelakangan mental.6) Hubungan suami istriHubungan yang kurang harmonis antara suami dan istri akan berdampak pada kemampuan mereka dalam menjalankan perannya sebagai orang tua dan merawat serta mengasuh anak dengan penuh rasa bahagia karena satu sama lain dapat memberi dukungan dan mengahadapi segala masalah dengan koping yang positif.2. Tinjauan umum tentang masalah Tumbuh Kembang anaka. Pengertian tumbuh kembangPertumbuhan merupakan bertambah jumlah dan besarnya sel di seluruh bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat ditukar, sedangkan perkembangan merupakan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh kematangan dan belajar (Whalley danWong, 2000; dalam Aziz Alimul Hidayat, 2009 : 49).Jenis pertumbuhan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pertumbuhan linear dan pertumbuhan massa jaringan. Pertumbuhan linear menggambarkan status gizi yang dihubungkan pada saat lampau. Bentuk dari ukuran linear adalah ukuran yang berhubungan dengan panjang, misal panjang badan, tinggi badan, lingkar badan, dan lingkar dada. Pertumbuhan massa jaringan menggambarkan status gizi yang dihubungkan pada saat sekarang. Bentuk dan ukuran massa jaringan adalah massa tubuh, misalnya berat badan, lingkar lengan atas (LILA), dan tebal lemak bawah kulit (Supariasa, 2001; dalam Chitra Septiarini, 2008 : 9).b. Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh dan berkembang digolongkan menjadi bagian (Soetjiningsih, 2002 : 71) :1) Kebutuhan fisik biomedis (ASUH):a) Pangan/ gizi merupakan terpentingb) Papan/ tempat tinggalc) Sandang/ pakaian yang memadai2) Kebutuhan emosi/ kasih sayang (ASIH): Syarat mutlak untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras baik fisik, mental, psikologi.3) Kebutuhan stimulasi mental (ASAH): Mengembangkan perkembangan moral etika, kepribadian, perilaku.c. Faktor pengaruh tumbuh kembang anak (A. Aziz Alimul Hidayat, 2009 : 59)1) Faktor herediterFaktor herediter merupakan faktor yang dapat diturunkan sebagai dasar dalam mencapai tumbuh kembang anak di samping faktor lain. Yang termasuk faktor herediter adalah bawaan, jenis kelamin, ras, suku bangsa. Faktor ini dapat ditentukan dengan intensitas dan kecepatan dalam pembelahan sel telur, tingkat sensitivitas sel jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas, dan berhentinya pertumbuhan tulang.Pada pertumbuhan dan perkembangan anak dengan jenis kelamin laki-laki setelah lahir akan cenderung lebih cepat atau tinggi pertumbuhan tinggi badan dan berat badan dibandingkan dengan anak perempuan dan akan bertahan sampai usia tertentu mengingat anak perempuan akan mengalami pubertas lebih dahulu dan kebanyakkan anak perempuan akan mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi dan besar ketika masa pubertas dan begitu juga sebaliknya di saat anak laki-laki mencapai pubertas maka laki-laki cenderung lebih besar.Kemudian pada ras atau suku bangsa juga memiliki peran dalam mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini dapat dilihat pada suku bangsa tertentu memiliki kecendrungan lebih besar atau tinggi seperti bangsa Asia cenderung lebih pendek dan kecil dibandingkan dengan bangsa Eropa atau lainnya.2) Faktor lingkunganFaktor lingkungan merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam menentukan tercapai dan tidaknya potensi yang sudah dimiliki. Yang termasuk faktor lingkungan ini dapat meliputi :a) Lingkungan PranatalMerupakan lingkungan dalam kandungan, mulai konsepsi sampai lahir yang meliputi gizi pada waktu ibu hamil, lingkungan mekanis seperti posisi janin dalam uterus, zat kimia atau toxin seperti penggunaan obat-obatan, alkohol atau kebiasaan merokok ibu hamil, hormonal seperti adanya hormon somatotropin, plasenta, tiroid, insulin dan lain-lain yang berpengaruh pada pertumbuhan janin. Hal ini dapat terlihat peran masing-masing hormon seperti growth hormon (somatotropin) yang disekresikan kelenjar hipofisis janin sekitar minggu kesembilan dan produksinya meningkat pada minggu keduapuluh, hormon plasenta yang berperan dalam fungsi nutrisi plasenta demikian juga pada hormon yang lain seperti hormon tiroid, insulin, dan lain-lain. Faktor lingkungan yang lain adalah radiasi yang dapat menyebabkan kerusakkan pada organ otak janin. Infeksi dalam kandungan juga akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bayi demikian juga stres yang dapat mempengaruhi kegagalan tumbuh kembang. Faktor imunitas akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin sebab dapat menyebabkan terjadinya abortus atau karena ikterus, selain itu juga kekurangan oksigen pada janin juga akan mempengaruhi gangguan dalam plasenta yang dapat menyebabkan bayi berat badan lahir rendah.

b) Lingkungan Postnatal(1) Budaya lingkunganBudaya lingkungan dalam hal ini adalah masyarakat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak dalam memahami atau mempersepsikan pola hidup sehat. Hal ini dapat terlihat apabila kehidupan atau berperilaku mengikuti budaya yang ada kemungkinan besar dapat menghambat dalam aspek pertumbuhan dan perkembangan. Sebagai contoh anak yang dalam usia tumbuh kembang membutuhkan makanan yang bergizi karena terdapat adat atau budaya tertentu terdapat makanan yang dilarang. Pada masa tertentu padahal makanan tersebut dibutuhkan untuk perbaikan gizi, maka tentu akan menganggu atau menghambat pada masa tumbuh kembang. Seperti halnya budaya kehidupan kota akan berbeda dengan kehidupan desa dalam pola kebiasaan sehingga kemungkinan besar dapat mempengaruhi tumbuh kembang.(2) Status sosial ekonomiStatus sosial ekonomi juga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Hal ini dapat terlihat anak dengan sosial ekonomi tinggi, tentunya pemenuhan kebutuhan gizi sangat cukup baik dibandingkan dengan anak dengan sosial ekonominya rendah. Demikian juga dengan status pendidikan keluarga, misalnya tingkat pendidikan rendah akan sulit untuk menerima arahan dalam pemenuhan gizi dan mereka sering tidak mau atau tidak meyakini pentingnya pemenuhan kebutuhan gizi atau pentingnya pelayanan kesehatan lain yang menunjang dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan anak.(3) NutrisiNutrisi adalah salah satu komponen yang penting dalam menunjang keberlangsungan proses pertumbuhan dan perkembangan yang menjadi kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang selama masa pertumbuhan, terdapat kebutuhan zat gizi yang diperlukan seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin, air. Kebutuhan ini sangat diperlukan pada masa-masa tersebut, apabila kebutuhan tersebut tidak atau kurang terpenuhi maka dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan.(4) Iklim/ cuacaIklim atau cuaca ini dapat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini dapat dilihat pada masa musim tertentu, kebutuhan gizi dapat mudah diperoleh. Demikian juga terdapat musim tertentu pula terkadang kesulitan mendapatkan makanan yang bergizi seperti saat musim kemarau penyediaan air bersih atau sumber makanan sangat kesulitan.

(5) Olahraga/ latihan fisik Olahraga atau latihan fisik dapat memacu perkembangan anak, karena dapat meningkatkan sirkulasi darah sehingga suplai oksigen ke seluruh tubuh dapat teratur. Selain itu latihan juga meningkatkan stimulasi perkembangan otot dan pertumbuhan sel. Demikian juga dalam aspek sosial, anak dapat mudah melakukan interaksi dengan temannya sesuai dengan jenis olahraganya.(6) Posisi anak dalam keluargaPosisi anak dalam keluarga dapat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini dapat dilihat pada anak pertama atau tunggal, dalam aspek perkembangan secara umum kemampuan intelektual lebih menonjol atau cepat berkembang karena sering berinteraksi dengan orang dewasa, akan tetapi dalam perkembangan motoriknya kadang-kadang terlambat karena tidak ada stimulasi yang biasanya dilakukan saudara kandungnya. Demikian juga pada anak kedua atau berada di tengah kecendrungan orang tua yang merasa biasa dalam merawat anak lebih percaya diri sehingga kemampuan untuk beradaptasi anak lebih cepat dan mudah, akan tetapi dalam perkembangan intelektual biasanya terkadang apabila dibanding dengan anak pertamanya, kecendrungan tersebut juga tergantung pada keluarga.(7) Status kesehatanStatus kesehatan anak dapat berpengaruh pada pencapaian pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini dapat terlihat apabila anak dengan kondisi sehat dan sejahtera maka percepatan untuk tumbuh kembang sangat mudah, akan tetapi apabila kondisi status kesehatan kurang maka akan terjadi perlambatan. Sebagai contoh, pada saat tertentu anak seharusnya mencapai puncak dalam pertumbuhan dan perkembangan, akan tetapi pada saat itu pula terjadi penyakit kronis yang ada pada diri anak, maka pencapaian kemampuan untuk maksimal dalam tumbuh kembang anak terhambat, karena anak memiliki masa kritis. Beberapa kondisi yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak misalnya adanya kelainan perkembangan fisik atau disebut cacat fisik (sumbing, juling, kaki bengkok, dan lain-lain). Adanya kelainan dalam perkembangan saraf seperti gangguan motorik, gangguan wicara, gangguan personal sosial, adanya kelainan perkembangan mental seperti retardasi mental, adanya kelainan perkembangan perilaku seperti hiperaktif, gangguan belajar, depresi, dan lain-lain.(8) Faktor hormonal Faktor hormonal yang berperan dalam tumbuh kembang anak antara lain: somatotropin (growth hormone) yang berperan dalam mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan dan menstimulasi terjadinya proliferasi sel kartilago dan sistem skeletal, hormon tiroid dengan menstimulasi metabolisme tubuh, sedangkan glukokortiroid yang mempunyai fungsi menstimulasi pertumbuhan sel interstisial dari testis untuk memproduki testoteron dan ovarium untuk memproduksi estrogen selanjutnya hormon tersebut akan menstimulasi perkembangan seks baik pada anak laki maupun perempuan yang sesuai dengan peran hormonnya (Wong, 1995; dalam A. Aziz Alimul Hidayat, 2004).d. Tahap Pencapaian Tumbuh Kembang Anak Masa Sekolah (A. Aziz Alimul Hidayat, 2009 :84) adalah:Pertumbuhan dan perkembangan pada masa sekolah akan mengalami proses percepatan pada umur 10-12 tahun, dimana penambahan berat badan per tahun akan dapat 2,5 kg dan ukuran panjang tinggi badan sampai 5cm per tahunnya. Pada usia sekolah ini secara umum aktivitas fisik pada anak semakin tinggi dan memperkuat kemampuan motoriknya. Pertumbuhan jaringan limfatik pada usia ini akan semakin besar bahkan melebihi jumlahnya orang dewasa. Kemampuan kemandirian anak akan semakin dirasakan dimana lingkungan di luar rumah dalam hal ini adalah sekolah cukup besar, sehingga beberapa masalah sudah mampu diatasi dengan sendirinya dan anak sudah mampu menunjukkan penyesuaian diri dengan lingkungan yang ada, rasa tanggung jawab dan percaya diri dalam tugas sudah mulai terwujud sehingga dalam menghadapi kegagalan maka anak sering kali dijumpai reaksi kemarahan atau kegelisahan, perkembangan kognitif, psikososial, interpesonal, psikoseksual, moral, dan spritual sudah mulai menunjukkan kematangan pada masa ini. Secara khusus sosial, belajar tentang nilai normal dan budaya dari lingkungan keluarganya dan mulai mencoba mengambil bagian dari kelompok untuk berperan, terjadi perkembangan secara khusus lagi, terjadi perkembangan konsep diri, keterapilan membaca, menulis serta berhitung, belajar menghargai di sekolah.Pada usia Sekolah, anak mengalami tahap perubahan perkembangan dari Preoperational ke Concrete Operation yang ditandai oleh kemampuan lebih fokus terhadap suatu hal, kemampuan untuk mengelompokkan dan menggeneralisasi sesuatu hal, dan penurunan sifat mau menang sendiri sehingga anak mulai dapat melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain. Pada tahap ini anak juga mulai mengembangkan kepribadiannya, meningkatkan kemandirian, dan belajar tentang perannya dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Hubungan dengan teman sebaya menjadi sangat penting dan mulai memisahkan diri dari keluarga. Mereka lebih senang untuk mengahabiskan waktu bersama dengan teman atau melakukan aktifitas lain yang disukainya, seperti menonton televisi atau bermain video games (Brown, 2005; dalam Chitra Septiarini, 2008).e. Cara deteksi tumbuh kembang anak (A. Aziz Alimul Hidayat, 2009 : 102) adalah:1) Penilaian pertumbuhan anakBeberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi tumbuh kembang anak, diantaranya:a) Pengukuran antropometrikPengukuran antropometrik ini dapat meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan (panjang badan), lingkar kepala dan lingkar lengan atas. Dalam pengukuran antropometrik.(1) Pengukuran berat badanPengukuran berat badan ini bagian dari antropometrik yang digunakan untuk menilai hasil peningkatan atau penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh misalnya tulang, otot, lemak, cairan tubuh sehingga akan dapat diketahui status keadaan gizi anak atau tumbuh kembang anak. Selain menilai status gizi dan tumbuh kembang anak keadaan berat badan dapat digunakan untuk dasar perhitungan dosis dan makanan yang diperlukan dalam tindakan pengobatan. Adapun cara menentukan berat badan dilakukan dengan melihat grafik.Penilaian berat badan berdasarkan umur WHO dengan baku NCHS dengan cara percentil dengan penilaian sebagai berikut: percentil ke-50-3 dikatakan normal dan kurang atau sama dengan tiga masuk kategori malnutrisi (abnormal).Pada penilaian berat badan berdasarkan tinggi badan menurut WHO dengan cara persentase dari median dengan penilaian sebagai berikut: antara 80-80% malnutrisi sedang dan kurang dari 80% adalah malnutrisi akut (wasting).Sedangkan menurut penilaian berat badan berdasarkan tinggi badan baku NCHS dengan cara percentil dengan penilaian sebagai berikut: percentil ke 75-25 dikatakan normal, percentil ke 10-5 dikatakan malnutrisi sedang dan kurang dari percentil kelima dikatakan malnutrisi berat.(2) Pengukuran tinggi badanPengukuran ini merupakan bagian dari pengukuran antropometik yang digunakan untuk menilai status perbaikan gizi, di samping faktor genetik. Pengukuran ini dapat dilakukan sangat mudah dalam menilai gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak .(3) Pengukuran lingkar kepalaPengukuran lingkar kepala ini dapat digunakan untuk menilai pertumbuhan otak, penilaian ini dapat dilihat apabila pertumbuhan otak kecil (mikrosefali) maka menunjukkan adanya retardasi mental, sebaliknya apabila otaknya besar (volume kepala meningkat) akibat penyumbatan pada aliran cairan cerebrospinalis. Penilaian ini dapat menggunakab kurva lingkar kepala.(4) Pengukuran lingkar lengan atasPenilaian ini digunakan untuk penilaian jaringan lemak dan otot akan tetapi penilaian ini tidak banyak berpengaruh pada keadaan jaringan tubuh apabila dibanding dengan berat badan. Penilaian ini juga dapat dipakai untuk menilai status gizi pada anak pra sekolah.b) Pemeriksaan fisikPenilaian terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak dapat ditentukan dengan melakukan pemeriksaan fisik, dengan melihat bentuk tubuh, perbandingan bagian tubuh dan anggota gerak lainnya, menentukan jaringan otot dengan memeriksa lengan atas, pantat dan paha, menentukan jaringan lemak dilakukan pada pemeriksaan triseps, menentukan pemeriksaan rambut dan gigi geligi.c) Pemeriksaan laboratoriumPemeriksaan ini dilakukan guna menilai keadaan pertumbuhan dan perkembangan dengan status keadaan penyakit, adapun pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut pemeriksaan kadar hemoglobin, pemeriksaan serum protein (albumin dan globulin), hormonal, dan lain-lain.d) Pemeriksaan radiologiPemeriksaan ini digunakan untuk menilai umur tumbuh kembang seperti umur tulang, apabila dicurigai adanya gangguan pertumbuhan.3. Tinjauan umum tentang kejadian obesitasa. Pengertian obesitasKata obesitas berasal dari bahasa latin yang mempunyai arti makan berlebihan. Obesitas atau gemuk didefenisikan sebagai suatu kelainan atau penyakit yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan (Kral, 2001; dalam Budiyanti, 2011). Obesitas adalah keadaan dimana terdapat penimbunan kelebihan lemak di dalam tubuh yang berlebihan pada seseorang (Wilkinson, 2008; dalam Soetjiningsih, 1995 : 37).b. Menurut Soetjiningsih (1995 : 41), penyebab obesitas adalah:1) Masukkan energi yang melebihi dari kebutuhan tubuh.2) Gangguan emosionalBiasanya pada anak yang lebih besar, dimana baginya makanan merupakan pengganti untuk mencapai kepuasan dalam memperoleh kasih sayang.3) Gaya hidup masa kiniKecendrungan anak-anak sekarang suka makanan fast food yang berkalori tinggi seperti hamburger, pizza, ayam goreng dengan kentang goreng, es krim, aneka macam mie, dll4) Penggunaan kalori yang kurangBerkurangnya pemakaian energi dapat terjadi pada anak yang kurang aktivitas fisiknya, seharian menonton TV, dan lain-lain. Lebih-lebih kalau nonton sambil tidak berhenti makan, maka kecendrungan menjadi obesitas akan lebih besar.5) Hormonal Kelenjar pituitari dan fungsi hipotalamus. Penyebab yang jarang dari obesitas adalah fungsi hipotalamus yang abnormal. Sehingga terjadi hiperfagia (nafsu makan yang berlebihan) karena gangguan pada pusat kenyang di otakUntuk terjadinya obesitas tidak hanya tergantung dari berbagai macam penyebab yang telah disebutkan di atas, tetapi dipengaruhi juga oleh faktor-faktor predisposisi lainnya, misalnya:1) Herediter (faktor keturunan)Kecendrungan menjadi gemuk pada keluarga tertentu. Kalau salah satu orangtua nya yang obesitas, maka anaknya mempunyai resiko 40% menjadi obesitas, sedangkan kalau kedua orangtuanya obesitas, maka resiko menjadi 80%.2) Suku/bangsaPada suku/bangsa tertentu kadang-kadang terlihat banyak anggotanya yang menderita obesitas3) Pandangan masyarakat yang salah, yaitu bayi yang sehat= bayi yang gemuk4) Anak cacat, anak aktivitasnya kurang karena problem fisik/ cara mengasuh5) Umur orang tua yang sudah lanjut baru punya anak, anak tunggal, anak mahal, anak dari orangtua tunggal, dan lain-lain6) Meningkatnya keadaan sosial ekonomi seseorang.Orangtua yang dulunya dari keluarga yang kurang mampu, maka mereka cenderung memberikan makanan sebanyak-banyaknya pada anak-anaknya. Atau keluarga yang migrasi dari negara berkembang ke negara yang maju/ kaya.4. Tinjauan umum tentang Anak Usia Sekolaha. Batasan Anak Usia SekolahAnak usia sekolah adalah tahap masa kanak-kanak pertengahan dari usia 6 sampai 12 tahun (Muscari, 2005; dalam Budiyanti, 2011). Anak usia sekolah adalah anak yang berusia 6-12 tahun dan merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa remaja, rentang kehidupan anak usia sekolah adalah dari usia 6-12 tahun yang dimulai ketika anak masuk sekolah dasar. Lingkungan mempunyai pengaruh yang besar terhadap perekembangan anak pada periode ini (Wong et al, 2009; dalam Budiyanti 2011).Anak usia sekolah merupakan periode tenang sebelum beralih pada masa remaja yang lebih keras, perubahan yang terjadi pada masa ini dapat dilihat pada ukuran dan keahlian selama umur 6-12 tahun. Pertumbuhan terhadap tinggi badan dan berat badan berlangsung perlahan dibandingkan dengan masa bayi dan remaja (Wong et al, 2009; dalam Budiyanti, 2011). Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa anak usia sekolah merupakan masa peralihan antara masa pra sekolah dan masa remaja yang dimulai sejak usia 6 tahun sampai 12 tahun, pada masa ini terjadi pertumbuhan yang sedikit lambat dibanding masa remaja serta lingkungan mempunyai pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan dan perkembangannya. Namun setelah masa usia sekolah berakhir berat badan wanita melebihi berat badan laki-laki sehingga membuat rasa ketidaknyamanan pada anak (Wong et al., 2009; dalam Budiyanti 2011).Menurut (Ball & Bindler, 2003; dalam Budiyanti, 2011), anak usia sekolah lebih tenang dibandingkan masa sebelumnya. Terjadi perubahan terhadap postur tubuh, lebih kurus dan ekstremitas lebih panjang membuat mereka lebih senang melakukan aktivitas fisik seperti jalan kaki, bersepeda, dan aktivitas lainnya yang mudah. Selain itu terjadi kematuran sistem seperti sistem gastrointestinal, meningkatnya kapasitas lambung. Kebutuhan kalori lebih rendah dibandingkan masa pra sekolah dan masa remaja.Kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah tidak harus lebih banyak, lebih sering atau lebih khusus, namun pada masa ini dibutuhkan asupan nutrisi yang baik dan benar sesuai dengan kebutuhan tubuh (Ball&Bindler, 2003; dalam Budiyanti, 2011).

b. Penilaian Status Gizi Anak Sekolah Dasar1) Penilaian status gizi secara Antropometri mengguakan indikator Indeks Massa Tubuh menurut Umur ( IMT/U) (WHO, 2005).Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menetapkan pelaksanaan perbaikan gizi adalah dengan menentukan atau melihat. Ukuran fisik sesorang sangat erat hubungannya dengan status gizi. Atas dasar itu, ukuran-ukuran yang baik dan dapat diandalkan bagi penentuan status gizi dengan melakukan pengukuran antropometri. Hal ini karena lebih mudah dilakukan dibandingkan cara penilaian status gizi lain, terutama untuk daerah pedesaan (Supariasa, 2001).Pengukuran status gizi pada anak sekolah dapat dilakukan dengan cara antropometri. Saat ini pengukuran antropometri (ukuran-ukuran tubuh) digunakan secara luas dalam penilaian status gizi, terutama jika terjadi ketidakseimbangan kronik antara intake energi dan protein. Pengukuran status gizi anak sekolah dapat dilakukan dengan indeks antropometri dan menggunakan Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U) anak sekolah.

Rumus IMT: Berat Badan (kg)Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)Tabel 2.1Penggunaan Standar Antropometri WHO 2005Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan IndeksIndeksKategori Status Gizi Ambang Batas( Z Score)

Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U)Anak Umur 5-18 tahunSangat Kurus< -3 SD

Kurus-3 SD sampai dengan < -2 SD

Normal-2 SD sampai dengan 1 SD

Gemuk>1 SD sampai dengan 2 SD

Obesitas>2 SD

B. Kerangka Teoritis

Tujuan PengasuhanJenis Pola Asuh:OtoriterDemokratisPermisif

Faktor-faktor :Usia orangtuaKeterlibatan AyahPendidikan OrtuPengalaman Stres OrtuHubungan suami istriPola Asuh Orangtua

Pengaruh Pola Asuh Orangtua

Obesitas Anak Usia SekolahTumbuh kembang anak

Usia Sekolah:BatasanPenilaian Status Gizi Anak Sekolah DasarPenyebab:Masukkan energi yang berlebihanGangguan emosionalGaya hidup masa kiniPenggunaan kalori kurangHormonalHerediter Suku/ bangsaPandangan masyarakat yang salahAnak cacat, Umur orangtua sudah lanjutMeningkatnya status ekonomiFaktor : HerediterLingkunganLingkungan

Kebutuhan Dasar Anak

Tahap Pencapaian Tumbang Anak Masa Sekolah

Cara Penilaian:AntropometrikP.FisikLaboratoriumP.Radiologis

Pencegahan

Bagan : 2.1 Kerangka TeoriSumber: A. Aziz Alimul Hidayat (2009), dr. Soetjningsih, Sp AK (1995), Yupi Supartini (2004), Gerard Masterson, Jr (2006).

Ket: : Berhubungan : Berpengaruh : Sebab akibat

D. Hipotesis PenelitiC. Keaslian Penelitian

Tabel 2.2: Keaslian PenelitianNoJudul PenelitianNama PenelitiTahun & Tempat PenelitiRancangan PenelitianSampelHasil Penelitian

1.Faktor resiko obesitas pada anak 5-15 tahun di IndonesiaRatu Ayu Dewi Sartika2011, di YogyakartaCross SectionalAnak usia 5-15 tahun dari 170.699 anak.Hasil analiss status gizi anak berdasarkan persentil IMT menunjukkan bahwa sebagian besar anak memilki status gizi kurang sebesar 42%, status gizi normal 35,8%, Overweight 13,9% dan obesitas 8,3%. Dari 170.699 anak dalam penelitian ini proporsi tertinggi terdapat pada responden usia 10tahun (52,4%), anak laki-laki (51,4%), tingkat pendidikan tamat SD (52,2%). Sebanyak 17,5% ayah responden mengalami obesitas (IMT 25,00 kg/m2) sedangkan obesitas Ibu sebesar 29,4%.

2.Analisis Faktor Penyebab Obesitas Pada Anak Usia SekolaBudiyanti2011, di SD 14 Al-Azhar Kota SemarangCross SectionalAnak usia 6 sampai 12 tahunTerdapat hubungan yang bermakna antara IMT Ayah (p= 0.000) dan IMT Ibu (p= 0,000), pola makan (p= 0,007), kurang aktivitas fisik (p= 0,000), tingkat sosial ekonomu keluarga (p= 0,005), dengan kejadian obesitas pada anak. Faktor yang paling dominan terhadap kejadian obesitas adalah faktor kurangnya aktivitas fisik.

Hubungan pola asuh orangtua dengan kemampuan motorik anak usia prasekolahNoviana Rahma Wulansari2009, di Desa Plangitan kecamatan Pati kabupaten pati.Deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectionalAnak prasekolah jumlah 42 anakDari 42 anak usia prasekolah yang diteliti 50,0% mendapatkan pola asuh demokratis dari orangtua mereka 31,0% lainnya mendapatkan pola asuh otoriter dan 19,0% mendapatkan pola asuh permisif

D. Hipotesis Penelitian1. Hipotesis Nol (H0)a. H01 : Tidak ada hubungan pola asuh orang tua terhadap kejadian obesitas anak2. Hipotesis Alternatif (Ha)a. Ha1: Ada hubungan pola asuh orangtua terhadap tumbuh kembang anakb. Ha2 : Ada hubungan faktor herediter terhadap kejadian obesitas anakc. Ha3 : Ada hubungan penggunaan kalori terhadap kejadian obesitas anakd. Ha4 : Ada hubungan gaya hidup terhadap kejadian obesitas anake. Ha5 : Ada hubungan status ekonomi terhadap kejadian obesitas anak

BAB IIIKERANGKA KONSEPTUAL METODOLOGI DAN OBYEK PENELITIAN

A. Kerangka KonsepKerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka konsep ini gunanya untuk menghubungkan atau menjelaskan secara panjang lebar tentang suatu topik yang akan dibahas. Kerangka ini didapatkan dari konsep atau teori yang dipakai sebagai landasan penelitian yang didapatkan di bab tinjauan pustaka atau kalau boleh dikatakan oleh penulis merupakan ringkasan dari tinjauan pustaka yang dihubungkan dengan garis sesuai variabel yang diteliti (Setiadi, 2013 : 63).Kerangka konsep penelitian ini dibuat berdasarkan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua terhadap tumbuh kembang anak dan kejadian obesitas pada anak usia sekolah.

Pola Asuh Orang Tua:OtoriterDemokratisPermisifVariabel Inpendent Variabel Dependen

Tumbuh Kembang Anak:Tahap pencapaian tumbang anak masa sekolah

Kejadian Obesitas Anak Usia Sekolah

Faktor Penyebab:HerediterPenggunaan kalori yang kurangGaya hidupMeningkatnya status ekonomi

Bagan : 3.1 Kerangka Konseptual

Ket: : Berhubungan : Berpengaruh : Sebab akibat :Tidak diteliti

B. Variabel PenelitianVariabel adalah karakteristik yang diamati mempunyai variasi nilai dan merupakan operasionalisasi dari suatu konsep agar dapat diteliti secara empiris atau ditentukan tingkatannya. Kegunaan dari variabel untuk mempersiapkan alat dan metode pengumpulan data, untuk mempersiapkan metode analisis/ pengolahan data untuk pengujian hipotesis (Setiadi, 2013 : 64).

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel independent (bebas) dan variabel depedent (terikat).1. Variabel Bebas (Independent)Variabel yang dimanipulasi oleh peneliti untuk menciptakan suatu dampak pada variabel terikat (Dependent variabel).Dalam penelitian ini, variabel independentnya adalah pola asuh orangtua.2. Variabel Terikat (Dependent)Variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel tergantung sering disebut sebagai variabel akibat, variabel output, variabel efek, variabel terpengaruh, variabel terikat atau variabel tergantung. Dalam penelitian ini, variabel dependentnya adalah tumbuh kembang anak dan kejadian obesitas pada anak usia sekolah.C. Defenisi OperasionalTabel 3.1Defenisi OperasionalNoVariabelDefinisi OperasionalCara UkurAlat UkurHasil UkurSkala

1Variabel bebas:

Pola Asuh OrangtuaCara yang dipakai orangtua dalam mendidik dan memberi bimbingan dan pengalaman serta memberikan pengawasan kepada anak-anaknya.WawancaraKuesioner sesuai dengan pertanyaanKategorik:1. Otoritatif2. Demokratis3. PermisifNominal

2Variabel terikat: Tumbuh kembang anak

Tahap pencapaian tumbang anak masa sekolahPertumbuhan dan perkembangan pada anak masa sekolah mengalami proses percepatan pada umur 10-12 tahun, dimana penambahan berat badan per tahun akan dapat 2,5 kg dan ukuran panjang tinggi badan sampai 5 cm per tahunnya.WawancaraKuesioner sesuai dengan pertanyaanKategorik:1. Sesuai2. Tidak sesuaiNominal

3Variabel terikat: Kejadian Obesitas

Kejadian obesitas pada anak usia sekolahBerat badan di atas ambang batas normal dengan melihat IMT/U yaitu > 2 SDWawancara,Pengukuran BB&TBKuesioner sesuai dengan pertanyaadan Pengukuran BB+TB1. Ringan2. Berat Ordinal

4Faktor penyebab:

Herediter

Kecendrungan menjadi gemuk pada anak dengan melihat rata-rata IMT ayah dan Ibu yaitu:Kurus: 17.00 18.5Normal : > 18.5 25.0gemuk : > 25.00Wawancara,Pengukuran BB&TB1. Kuesioner sesuai dengan pertanyaa2. Pengukuran BB+TBHasil IMT Orangtua:1. Tidak beresiko2. BeresikoOrdinal

Penggunaan kalori yang kurangBerkurangnya pemakaian energi dapat terjadi pada anak yang kurang aktivitas fisiknya, seharian menonton TV, dan lain-lain. Lebih-lebih kalau nonton sambil tidak berhenti makan, maka kecendrungan menjadi obesitas akan lebih besar.WawancaraKuesioner sesuai dengan pertanyaanKategorik:1. Kurang2. CukupNominal

Gaya HidupKecendrungan anak-anak sekarang suka makanan fast food yang berkalori tinggi seperti hamburger, pizza, ayam goreng dengan kentang goreng, es krim, aneka macam mie, dllWawancaraKuesioner dengan sesuai pertanyaanKategorik:1. Tidak Sehat2. SehatNominal

Meningkatnya status ekonomiOrangtua yang dulunya dari keluarga yang kurang mampu, maka mereka cenderung memberikan makanan sebanyak-banyaknya pada anak-anaknyaWawancara Kuesioner sesuai dengan pertanyaanKategorik:1. Menengah2. Menengah keatasNominal

BAB IVMETODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan PenelitianDesain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian yang mengacu pada jenis atau macam penelitian yang dipilih untuk mencapai tujuan penelitian, serta berperan sebagai alat dan pedoman untuk mencapai tujuan tersebut (Setiadi, 2013). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, desain yang digunakan pada penelitian ini adalah retrospektif observatif yaitu sebuah studi yang mencari mundur sampai waktu peristiwanya terjadi di masa lalu dengan pendekatan cross Sectional yaitu variabel sebab atau resiko dan akibat atau kasus yang terjadi pada objek penelitian diukur dan dikumpulkan secara simultan, sesaat atau satu kali saja dalam satu kali waktu (dalam waktu yang bersamaan), dan tidak ada follow up. Pada penelitian ini menggambarkan hubungan pola asuh orangtua terhadap tumbuh kembang anak dan kejadian obesitas pada anak usia sekolah di SDS Bruder Melati Pontianak.B. Tempat dan Lokasi PenelitianPenelitian ini dilakukan di SDS Bruder Melati Pontianak. Penelitian ini dilakukan kurang lebih selama satu bulan.

C. Populasi dan Sampel1. PopulasiPopulasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/ subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Setiadi, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah para orangtua yang memilki anak usia sekolah dengan obesitas di SDS Bruder Melati Pontianak, yaitu dari 474 murid yang mengikuti pengukuran berat badan dan tinggi badan terdapat 41 murid yang mempunyai obesitas.2. SampelSampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Setiadi, 2013). Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan probability sampling dengan teknik random sampling yaitu pengambilan sampel dilakukan secara acak. Teknik sampel acak ini ditujukan pada para orangtua yang memiliki anak usia sekolah dengan obesitas dari kelas I sampai kelas VI di SDS Bruder Melati Pontianak. Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh populasi yang memenuhi kriteria inklusi.a. Kriteria sampel1) Kriteria inklusi (kriteria yang layak diteliti)Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu populasi target dan terjangkau yang akan diteliti (Nursalam dan Pariani, 2001). Kriteri inklusi adalah sebagai berikut:a) Para orangtua yang memiliki anak usia sekolah (kelas I-VI).b) Para orangtua yang memiliki anak dengan obesitas.c) Para orangtua yang hadir saat pembagian kuesionerd) Para orangtua yang siap menjadi responden tanpa paksaan dengan menandatangani persetujuan menjadi responden.2) Kriteria eksklusi (kriteria yang tidak layak diteliti)Kriteria eksklusi adalah menghilangkan/ mengeluarkan subyek yang memenuhi kriteria inklusi dan studi karena berbagai sebab (Nursalam dan Pariani, 2001). Kriteria eksklusi sebagai berikut:a) Para orangtua yang memilki anak usia sekolah (kelas I-VI) yang tidak bersedia untuk menjadi subyek penelitian.b) Para orangtua yang tidak memilki anak dengan obesitasc) Para orangtua yang menolak saat pengisian kuesioner

Nn= 1+N (d)2

n= 41 1 + 41 (0,05)2n= 41 1 + 41 (0,0025)n= 41 1 + 0,1025n= 41 1,1025n= 37,18 sampel 37

Jadi, jumlah sampel minimal yang akan diteliti adalah 37 responden.Keterangan:N : Besar Populasi = 41 orangn : Besar sampeld : Tingkat kepercayaan yang diinginkan (5% = 0,05)D. Instrumen PenelitianInstrumen penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini berupa kuesioner dengan jumlah soal sebanyak 25 soal yang terdapat dalam 8 variabel. Soal mengenai pola asuh orangtua sebanyak 10 soal, tumbuh kembang anak sebanyak 7 soal dan kejadian obesitas sebanyak 8 soal.Tabel 4.1Kisi-kisi kuesionerKisi-kisiJumlah soal

Pola Asuh Orangtua:1. Otoritatif2. Demokratis3. Permisif10 soal:1. No. 1, 2, 32. No. 4, 5, 6, 73. No. 8, 9, 10

Tahap Pencapaian Tumbuh Kembang Anak Sekolah:4. No. 1 7

Kejadian Obesitas Anak:1. Penggunaan Kalori Yang Kurang2. Gay Hidup3. Meningkatnya status ekonomi1. No. 1, 2, 3, 42. No. 5, 63. No. 7, 8

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini disusun, digunakan dan ditentukan standarnya oleh peneliti. Kuesioner tersebut diharapkan mendapatkan data primer sebagai bahan informasi yang dapat mendukung penelitian. Kuesioner belum pernah diuji cobakan.1. Prosedur Pengumpulan DataPenelitian dilakukan kurang lebih sekitar 1 bulan dengan bentuk kegiatan sebagai berikut:a. Tahap persiapan:1) Persiapan kuesioner dan skala penilaian yang disusun oleh peneliti2) Pengurusan perizinan dan meminta kesediaan subyek penelitian atas partisipasi dalam penelitian yang dilakukan3) Pemilihan subyek penelitian sesuai dengan kriteria inklusi yang telah ditetapkanb. Pelaksanaan penelitianPenyebaran kuesioner kepada subyek penelitian dengan pemilihan secara random sampling yang dilakukan oleh peneliti sendiric. Penyelesaian penelitianPenyelesaian penelitian dilakukan dengan pengolahan dan analisa data yang telah didapatkan, selanjutnya dilakukan penyusunan dalam bentuk laporan skripsi.2. Uji Validitas dan ReliabilitasSebelum dilakukan penelitian, instrumen penelitian diuji coba terlebih dahulu. Uji coba kuesioner ini bertujuan untuk memperbaiki pertanyaan-pertanyaan yang sulit dijawab serta mengukur validitas dan reabilitas kuesioner tersebut dimasukkan kedalam program komputer (SPSS) untuk dilakukan uji validitas dan reabilitas.a. Validitas InstrumenValiditas menyatakan apa yang seharusnya diukur, dikatakan valid jika instrumen itu benar-benar dapat dijadikan alat untuk mengukur apa yang akan diukur (Setiadi, 2013). Jenis pertanyaan dalam kuesioner menggunakan skala likert (1,2,3,4), maka uji validas yang digunakan adalah korelasi pearson product moment (Aziz Alimul, 2011)Rumus Pearson Product Moment:

Keterangan:rxy = Koefisien korelasiXi = Jumlah skor itemYi = Jumlah skor total (item)n = Jumlah respondenKeputusan Uji:Bila r hitung lebih besar dari r tabel Ho ditolak, artinya variabel validBila r hitung lebih kecil dari r tabel Ho gagal ditolak, artinya variabel tidak validDengan membandingkan nilai t hitung dan nilai t tabel dapat menentukan valid dan tidak valid butir pertanyaan suatu variabel:Rumus nilai t hitung: dan nilai t tabel dirumuskan : Keterangan:t = nilai thitungr = Koefisien korelasi hasil rhitungn = Jumlah respondenb. Reliabilitas InstrumenAdanya suatu kesamaan hasil apabila pengukuran dilaksanakan oleh orang yang berbeda ataupun waktu yang berbeda (Setiadi, 2013). Jenis pertanyaan dalam kuesioner menggunakan skala likert (1,2,3,4). Maka uji tehnik yang digunakan adalah uji Cronbachs Alpha. k k 1 - pi.qi k 1 k 1 St2Keterangan:rii = koefisien reliabilitas tesk = cacah butirpiqi = varians skor butirpi = proporsi jawaban yang benar untuk butir nomor iqi = proporsi jawaban yang salah untuk butir nomor iSt2 = varain skor totalKeputusan Uji:Bila nilai Cronbahs Alpha > e konstanta (0,6), maka pertanyaan reliabelBila nilai Cronbahs Alpha < konstanta (0,6), maka pertanyaan tidak reliabel.E. Metode Pengumpulan DataPenelitian ini, metode yang digunakan adalah memberikan angket kepada responden. Adapun tahap-tahap yang dilakukan oleh peneliti adalah:1. Menyerahkan surat izin penelitian yang dikeluarkan oleh Institusi STIK Muhamaddyah Pontianak kepada Kepala Sekolah SDS Bruder Melati Pontianak.2. Mengadakan pendekatan dan memberikan penjelasan kepada calon responden dan yang bersangkutan mengenai maksud, tujuan serta prosedur penelitian yang akan dilaksanakan.3. Dijelaskan pula mengenai kerahasiaan data yang diberikan dengan maksud agar responden dapat memberikan data-data secara lengkap dan responden menjawab dengan sejujur-jujurnya.4. Calon responden yang telah ditentukan, dikumpulkan dalam ruangan diberikan penjelasan tentang tujuan, manfaat penelitian yang akan dilakukan.5. Bila calon responden setuju, diberi lembar persetujuan penelitian untuk ditanda tangani.6. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer untuk variabel dependent dan independent yaitu data yang diambil dari sumbernya langsung yang dirumuskan melalui angket yang dilakukan oleh peneliti dengan memberikan bimbingan dalam pengisian kuesioner pada responden. Kuesioner yang telah diisi secara lengkap oleh responden akan dikembalikan kepada peneliti disertai dengan lembar persetujuan responden yang telah ditandatangani.

F. Teknik Analisa Data1. Pengolahan Dataa. Editing/ memeriksaMemeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh para pengumpul data. Setelah data terkumpul diperiksa kelengkapannya, apakah setiap pertanyaan dijawab sesuai dengan petunjuk yang ada dalam kuesioner, menggunakan tanda (check list), dan kemudian dikumpulkan yang telah lolos seleksi untuk dilanjutkan pada tahap berikutnya. Sedangkan untuk kuesioner yang tidak lengkap dikembalikan kepada responden untuk diperbaiki lebih lanjut sebelum dilakukan tahap selanjutnya.b. Memberi tanda Kode/ CodingMengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para responden dalam bentuk angka/bilangan. Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan pengkodean atau coding, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.c. Scoring/ penetapan skorSetelah data terkumpul dan kelengkapannya diperiksa kemudian dilakukan tabulasi data dan diberi skor sesuai dengan kategori dari data serta jumlah item pertanyaan dari setiap variabel. Dalam penelitian ini diukur menggunakan kuesioner yang terdiri dari 25 pertanyaan. Untuk sesi pertama pertanyaan mengenai pola asuh orangtua 10 pertanyaan dengan kriteria nilai selalu (4), sering (3), kadang-kadang (2) dan tidak pernah (1). Sesi kedua dengan pertanyaan mengenai tumbuh kembang anak 7 pertanyaan dengan kriteria nilai selalu (4), sering (3), kadang-kadang (2) dan tidak pernah (1). Sesi ketiga dengan pertanyaan mengenai kejadian obesitas anak usia sekolah 8 pertanyaan dengan kriteria nilai selalu (4), sering (3), kadang-kadang (2) dan tidak pernah (1).d. ProcessingSetelah semua kuesioner terisi penuh dan benar, serta sudah melewati pengkodean, maka langkah selanjutnya adalah memproses data yang dilakukan dengan cara meng-entry data dari kuesioner ke paket program komputer yang sudah umum digunakan untuk entry data yaitu paket program SPSS untuk Window, sehingga dapat dianalisis.e. Cleaning/ pembersihan dataKegiatan pengecekkan kembali data yang sudah di-entry apakah ada kesalahn atau tidak. Kesalahan tersebut dimungkinkan terjadi pada saat kita meng-entry data ke komputer.2. Analisa dataa. Analisa UnivariatData yang diperoleh dari hasil pengumpulan dapat disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, ukuran tendensi sentral atau grafik. Dari hasil analisa univariat tersebut didapatkan distribusi frekuensi pola asuh orangtua, tumbuh kembang anak, kejadian obesitas pada anak usia sekolah, herediter, penggunaan kalori, gaya hidup dan status ekonomi.b. Analisa BivariatAnalisis untuk mengetahui hubungan antara variabel dependent terhadap variabel independent serta variabel perancu terhadap variabel independent, baik berupa komparatif, asosiatif maupun korelatif. Uji statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah uji chi square, untuk mengetahui suatu korelasi (hubungan) antar variabel. Dimana bila nilai P value (< 0.05) dinyatakan ada hubungan yang bermakna dan P value (> 0.05) dinyatakan tidak ada hubungan yang bermakna. Tujuan dari analisis ini adalah mengukur keeratan hubungan diantara hasil-hasil pengamatan dari populasi yang memiliki dua varian (bivariat).

G. Rencana KegiatanTabel 4.2: Rencana Kegiatan NoKegiatanBulan

SeptOktNopDesJanFeb

123412341234123412341234

1Pengajuan Judul

2Bimbingan Proposal

3Uji Etik

4Sidang Proposal

5Pengambilan data, analisa dataBimbingan

6Ujian Hasil

7Pengumpulan skripsi

H. Etika Penelitian1. Prinsip-prinsip petunjuk etika penelitiana. Prinsip manfaatPrinsip ini dapat ditegakkan dengan membebaskan, tidak memberikan atau menimbulkan kekerasan pada manusia, tidak menjadikan manusia untuk dieksploitasi. Penelitian yang dihasilkan dapat memberikan manfaat dan mempertimbangkan antara aspek resiko dengan aspek manfaat, bila penelitian yang dilakukan dapat mengalami dilema dalam etik.

b. Prinsip menghormati manusiaManusia memiliki hak dan merupakan makhluk yang mulia yang harus dihormati, karena manusia berhak untuk menentukan pilihan antara mau dan tidak untuk diikutsertakan menjadi subjek penelitian.c. Prinsip keadilanDilakukan untuk menjunjung tinggi keadilan manusia dengan menghargai hak atau memberikan pengobatan secara adil, hak menjaga privasi manusia, dan tidak berpihak dalam perlakuan terhadap manusia.2. Masalah etika penelitiana. Informed ConsentMerupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan, diberikan sebelum penelitian dilakukan untuk menjadi responden. Tujuannya agar subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan.b. Anonimity (tanpa nama)Masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.c. Confidentiality (kerahasiaan)Dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.BAB VHASIL PENELITIAN

A. Pelaksanaan Penelitian Hasil pengumpulan data yang telah dilaksanakan selama penelitian, akan dijelaskan pada bab ini. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Bruder Melati Pontianak, yang dilaksanakan pada tanggal 9 Desember 2013 23 Januari 2014. Pada penelitian ini di ambil sampel sebanyak 37 responden, kemudian disebarkan sebanyak 37 kuesioner. Dari 37 kuesioner yang disebarkan, semuanya terisi oleh responden. Penyajian data khusus meliputi variabel bebas yaitu pola asuh orangtua, sedangkan variabel terikatnya yaitu tumbuh kembang anak usia sekolah, kejadian obesitas anak usia sekolah dan variabel perancu nya yaitu herediter, penggunaan kalori, gaya hidup dan status ekonomi. Untuk mengetahui signifikansi atau hubungan antara variabel dilakukan uji statistik dengan bantuan komputer dengan tingkat kemaknaan p < 0,05, ketentuan terhadap penerimaan dan penolakan hipotesis apabila signifikansi p < 0,05, maka Ha gagal ditolak dan Ho ditolak, apabila p > 0,05 maka Ha ditolak dan Ho gagal ditolak. Hasil penelitian ini disajikan berupa data primer yang kemudian di analisis dalam dua tahap, yaitu analisis univariat yang mendeskripsikan variabel bebas, variabel terikat dan variabel perancu. Hasil penelitian bivariat yakni mendeskripsikan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat serta variabel perancu yang di analisa dengan menggunakan uji chi-square. Pada bagian berikut akan disampaikan hasil dan analisis data terhadap peneliti guna menjawab pertanyaan dalam masalah penelitian.B. Analisis Univariat Analisis univariat dalam penelitian ini meliputi data kategorik yaitu pola asuh orangtua, tumbuh kembang anak, penggunaan kalori, gaya hidup, status ekonomi serta data numerik nya yaitu hasil IMT orangtua dan IMT anak.1. Pola Asuh OrangtuaTabel 5.1Distribusi frekuensi pola asuh orangtua di Sekolah Dasar Swasta Bruder Melati PontianakJanuari 2014, ( n = 37)Pola Asuh Orangtua Jumlah Persentase (%)Otoritatif 17 45.9Demokratif 10 27.0Permisif10 27.0Total 37 100

Berdasarkan tabel 5.1 dijelaskan bahwa pola asuh orangtua otorittif sebanyak 17 orang (45.9%), pola asuh orangtua demokratif sebanyak 10 orang (27%) pola asuh orangtua permisif yaitu sebanyak 10 orang (27%).

2. Tumbuh Kembang Anak Tabel 5.2Distribusi frekuensi tumbuh kembang anak di Sekolah Dasar Swasta Bruder Melati PontianakJanuari 2014, ( n = 37)Tumbuh Kembang Anak Jumlah Persentase (%)Tidak Sesuai 20 54.1Sesuai 17 45.9Total 37 100

Berdasarkan tabel 5.2 dijelaskan bahwa tumbuh kembang anak yang tidak sesuai sebanyak 20 orang (54.1%) sedangkan tumbuh kembang anak yang sesuai sebanyak 17 orang (45.9%).3. Obesitas AnakTabel 5.3Distribusi frekuensi obesitas anak di Sekolah Dasar Swasta Bruder Melati PontianakJanuari 2014, ( n = 37)Obesitas Anak Jumlah Persentase (%)Obesitas Berat 1951.4Obesitas Ringan1848.6Total 37100

Berdasarkan tabel 5.3 dijelaskan bahwa obesitas berat pada anak sebanyak 19 orang (51.4%) sedangkan obesitas ringan pada anak sebanyak 18 orang (48.6%).

4. Hereditera. IMT IbuTabel 5.4Distribusi frekuensi IMT Ibu di Sekolah Dasar Swasta Bruder Melati PontianakJanuari 2014, ( n = 37)IMT OrangtuaJumlah Persentase (%)Kurus 25.4Normal 2362.2Gemuk 12 32.4Total 37100

Berdasarkan tabel 5.4 dijelaskan bahwa jumlah IMT Ibu yang kurus sebanyak 2 orang (5.4%), jumlah IMT Ibu yang normal sebnyak 23 orang (62.2%) sedangkan IMT Ibu yang gemuk sebanyak 12 orang (32.4%). b. IMT AyahTabel 5.5Distribusi frekuensi IMT Ayah di Sekolah Dasar Swasta Bruder Melati PontianakJanuari 2014, ( n = 37)IMT Orangtua Jumlah Persentase (%)Normal 1745.9Gemuk 2054.1Total 37100

Berdasarkan tabel 5.5 dijelaskan bahwa jumlah IMT Ayah yang normal sebanyak 17 orang (45.9) sedangkan jumlah IMT Ayah yang gemuk sebanyak 20 orang (54.1).

c. Jumlah IMT OrangtuaTabel 5.6Distribusi frekuensi IMT Orangtua di Sekolah Dasar Swasta Bruder Melati PontianakJanuari 2014, ( n = 37)IMT Orangtua Jumlah Persentase (%)Resiko 1540.5Tidak Beresiko 2259.5Total 37100

Berdasarkan tabel 5.6 dijelaskan bahwa jumlah IMT orangtua yang memiliki resiko obesitas sebanyak 15 orang (40.5%) sedangkan IMT orangtua yang tidak memilki resiko obesitas sebanyak 22 orang (59.5).5. Penggunaan KaloriTabel 5.7Distribusi frekuensi penggunaan kalori di Sekolah Dasar Swasta Bruder Melati PontianakJanuari 2014, ( n = 37)Penggunaan Kalori Jumlah Persentase (%)Cukup 1848.6Cukup 1951.4Total 37100

Berdasarkan Tabel 5.7 dijelaskan bahwa penggunaan kalori cukup pada anak sebanyak 18 orang (48.6%) sedangkan penggunaan kalori kurang pada anak sebanyak 19 orang (51.4%).

6. Gaya HidupTabel 5.8Distribusi frekuensi gaya hidup di Sekolah Dasar Swasta Bruder Melati PontianakJanuari 2014, ( n = 37)Gaya Hidup Jumlah Persentase (%)Sehat 1745.9TidakSehat 2054.1Total 37100

Berdasarkan Tabel 5.8 dijelaskan bahwa gaya hidup anak sehat sebanyak 17 orang (45.9%) sedangkan gaya hidup tidak sehat sebanyak 20 orang (54.1%).7. Status EkonomiTabel 5.9Distribusi frekuensi status ekonomi di Sekolah Dasar Swasta Bruder Melati PontianakJanuari 2014, ( n = 37)Status Ekonomi Jumlah Persentase (%)Menengah ke atas1848.6Menengah 1951.4Total 37100Berdasarkan tabel 5.9 dijelaskan bahwa status ekonomi orangtua menengah ke atas sebanyak 18 orang (48.6%) sedangkan status ekonomi menengah sebanyak 19 orang (51.4%).C. Analisis Bivariat Analisis bivariat yang dilakukan terhadap 1 variabel bebas, 2 variabel terikat serta 4 variabel perancu yang diduga berhubungan atau korelasi. Dalam penelitian ini, akan di uji hubungan pola asuh terhadap tumbuh kembang anak, pola asuh terhadap kejadian obesitas serta faktor perancu: herediter, penggunaan kalori, gaya hidup, status ekonomi terhadap obesitas dengan menggunakan uji chi_square.1. Hubungan pola asuh orang tua terhadap tumbuh kembang anakTabel 5.10Hubungan pola asuh orangtua terhadap tumbuh kembang anak di Sekolah Dasar Swasta Bruder Melati PontianakJanuari, 2014 (n= 37) Pola Asuh Orangtua Tumbang AnakTotalX2ORCIP.V

Sesuai%Tidak Sesuai%

Otoritatif423.51376.5179.6350.0770.016 0.3690.002

Demokratif & Permisif1680.0420.020

Total2054.11745.937

Bermakna pada = 0,05Tabel 5.10 menjelaskan hubungan pola asuh orangtua terhadap tumbuh kembang anak di SDS Bruder Melati Pontianak. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa orangtua yang memiliki pola asuh otoritatif dengan tumbuh kembang anak sesuai sebanyak 4 orang (23.5%) sedangkan pola asuh demokratif dan permisif dengan tumbuh kembang anak sesuai sebanyak 16 orang (80.0%). Analisis selanjutnya menunjukan bahwa nilai p value sebesar 0.002 (p < 0,05) artinya terdapat hubungan pola asuh orangtua terhadap tumbuh kembang anak di SDS Bruder Melati Pontianak. Analisis data lebih lanjut dketahui OR sebesar 0.077 artinya pola asuh orangtua dengan demokratis dan permisif berpeluang untuk memilki tumbuh kembang yang sesuai sebesar 0.077 kali dibanding dengan pola asuh otoritatif (CI : 0.016-0.0369).

2. Hubungan Pola Asuh Orangtua terhadap Kejadian ObesitasTabel 5.11Hubungan pola asuh orangtua terhadap kejadian obesitas di Sekolah Dasar Swasta Bruder Melati PontianakJanuari, 2014 (n= 37)Pola Asuh Orangtua Obesitas AnakTotalX2ORCIP.V

Berat%Ringan%

Otoritatif1058.8741.2170.2581.7460.472-6.4540.611

Demokratif & Permisif945.01155.020

Total1951.41848.637

Bermakna pada = 0,05 Tabel 5.11 menjelaskan hubungan pola asuh orangtua terhadap kejadian obesitas di SDS Bruder Melati Pontianak. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pola asuh orangtua otoritatif yang memiliki anak dengan obesitas berat sebanyak 10 orang (58.8%) , sedangkan pola asuh orangtua demokratif dan permisif yang memiliki anak dengan obesitas berat sebanyak 9 orang (45 %). Analisis selanjutnya menunjukan bahwa nilai p value sebesar 0.611 (p > 0.05) artinya tidak terdapat hubungan pola asuh orangtua terhadap kejadian obesitas anak di SDS Bruder Melati Pontianak. Analisis data lebih lanjut dketahui OR sebesar 1.746 artinya pola asuh orangtua dengan otoritatif berpeluang untuk memilki anak dengan obesitas berat sebesar 1.746 kali dibanding dengan pola asuh demokratif dan permisif (CI : 0.472 6.454 ).

3. Hubungan faktor herediter terhadap kejadian obesitas anakTabel 5.12Hubungan faktor herediter terhadap kejadian obesitas di Sekolah Dasar Swasta Bruder Melati PontianakJanuari, 2014 (n= 37)IMT Orangtua Obesitas AnakTotalX2ORCIP.V

Berat%Ringan%

Resiko1066.7533.3151.4502.8890.735-11.3600.012

Tidak Beresiko940.91359.122

Total1951.41848.637

Bermakna pada = 0,05 Tabel 5.12 menjelaskan hubungan faktor herediter terhadap kejadian obesitas di SDS Bruder Melati Pontianak. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa IMT orangtua yang beresiko memiliki anak dengan obesitas berat sebanyak 10 orang (66.7%) , sedangkan IMT orangtua yang tidak beresiko memiliki anak dengan obesitas berat sebanyak 9 orang (40.9%). Analisis selanjutnya menunjukan bahwa nilai p value sebesar 0.012 (p < 0,05) artinya terdapat hubungan faktor herediter terhadap kejadian obesitas pada anak di SDS Bruder Melati Pontianak. Analisis data lebih lanjut diketahui OR sebesar 2.889 artinya orangtua yang beresiko berpeluang untuk memilki anak dengan obesitas berat sebesar 2.889 kali dibanding dengan orangtua yang tidak beresiko (CI : 0.735 11.360 ).

4. Hubungan faktor penggunaan kalori terhadap kejadian obesitas anakTabel 5.13Hubungan faktor pengunaan kalori terhadap kejadian obesitas di Sekolah Dasar Swasta Bruder Melati PontianakJanuari, 2014 (n= 37)Penggunaan kalori Obesitas AnakTotalX2ORCIP.V

Berat%Ringan%

Cukup422.21477.8189.7430.0760.016-0.3650.002

Kurang 1578.9421.119

Total1951.41848.637

Bermakna pada = 0,05 Tabel 5.13 menjelaskan hubungan faktor penggunaan kalori terhadap kejadian obesitas di SDS Bruder Melati Pontianak. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa penggunaan kalori cukup memiliki anak dengan obesitas berat sebanyak 4 orang (22.2%) ,sedangkan penggunaan kalori kurang memiliki anak dengan obesitas berat sebanyak 15 orang (78.9%). Analisis selanjutnya menunjukan bahwa nilai p value sebesar 0.002 (p < 0,05) artinya terdapat hubungan pengunaan kalori terhadap kejadian obesitas pada anak di SDS Bruder Melati Pontianak. Analisis data lebih lanjut diketahui OR sebesar 0.076 artinya penggunaan kalori kurang berpeluang untuk memiliki anak dengan obesitas berat sebesar 0.076 kali dibanding dengan penggunaan kalori cukup (CI : 0.016 - 0.365).

5. Hubungan faktor gaya hidup terhadap kejadian obesitas anakTabel 5.14Hubungan faktor gaya hidup terhadap kejadian obesitas di Sekolah Dasar Swasta Bruder Melati PontianakJanuari, 2014 (n= 37)Gaya Hidup Obesitas AnakTotalX2ORCIP.V

Berat%Ringan%

Sehat317.61482.41711.9140.0540.010-0.2820.001

Tidak Sehat1680.0420.020

Total1951.41848.637

Bermakna pada = 0,05 Tabel 5.14 menjelaskan hubungan faktor gaya hidup terhadap kejadian obesitas di SDS Bruder Melati Pontianak. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa faktor gaya hidup yang sehat memiliki anak dengan obesitas berat sebanyak 3 orang (17.6%) , sedangkan penggunaan kalori yang tidak sehat memiliki anak dengan obesitas berat sebanyak 16 orang (80.0%). Analisis selanjutnya menunjukan bahwa nilai p value sebesar 0.001 (p < 0,05) artinya terdapat hubungan faktor gaya hidup terhadap kejadian obesitas pada anak di SDS Bruder Melati Pontianak. Analisis data lebih lanjut dketahui OR sebesar 0.054 artinya faktor gaya hidup tidak sehat berpeluang untuk memilki anak dengan obesitas berat sebesar 0.054 kali dibanding dengan gaya hidup sehat (CI : 0.010 0.282 ).

6. Hubungan faktor status ekonomi terhadap kejadian obesitas anakTabel 5.15Hubungan faktor status ekonomi terhadap kejadian obesitas di Sekolah Dasar Swasta Bruder Melati PontianakJanuari, 2014 (n= 37)Status Ekonomi Obesitas AnakTotalX2ORCIP.V

Berat%Ringan%

Menengah Keatas1372.2527.8184.5935.6331.3770-23.1670.032

Menengah631.61368.419

Total1951.41848.637

Bermakna pada = 0,05 Tabel 5.15 menjelaskan hubungan faktor status ekonomi terhadap kejadian obesitas di SDS Bruder Melati Pontianak. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa faktor status ekonomi menengah keatas memiliki anak dengan obesitas berat sebanyak 13 orang (72.2%), sedangkan status ekonomi menengah memiliki anak dengan obesitas berat sebanyak 6 orang (31.6%). Analisis selanjutnya menunjukan bahwa nilai p value sebesar 0.032 (p < 0,05) artinya terdapat hubungan faktor status ekonomi terhadap kejadian obesitas pada anak di SDS Bruder Melati Pontianak. Analisis data lebih lanjut dketahui OR sebesar 5.633 artinya faktor status ekonomi menengah ke atas berpeluang untuk terjadinya obesitas berat sebesar 5.663 kali dibanding dengan status ekonomi menengah (CI : 1.377-23.167 ).D. Keterbatasan PenelitianDari hasil penelitian ini masih terdapat keterbatasan penelitian yang ditemukan peneliti selama penelitian berlangsug, diantaranya adalah:1. Pengambilan responden penelitian dilakukan pada seluruh siswa kelas 1 sampai kelas 6, namun pada saat pengukuran berat badan dan tinggi badan, ada anak yang tidak hadir dikarenakan sakit dan ada kelas yang sedang melaksanakan ulangan sehingga tidak dapat melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan.2. Pengisian kuesioner untuk orangtua direncanakan dilakukan di Sekolah, tetapi pada pelaksanaan tidak dapat dilakukan karena kesulitan untuk mengumpulkan orangtua responden di Sekolah, sehingga kuesioner harus dibawa pulang oleh anak. Oleh karena itu, penghitungan IMT Ayah dan Ibu hanya berdasarkan data yang disampaikan oleh orangtua.

BAB VIPEMBAHASANA. PembahasanPada bagian pembahasan ini akan dijelaskan mengenai hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada tanggal 9 Desember 2013 23 Januari 2014 yaitu hubungan pola asuh orangtua terhadap tumbuh kembang anak dan kejadian obesitas di Sekolah Dasar Swasta Bruder Melati Pontianak dimana telah dianalisa sesuai dengan konsep teori yang telah dibahas.1. Hubungan Pola asuh orangtua terhadap tumbuh kembang anakPada penelitian ini menunjukkan adanya hubungan pola asuh orangtua terhadap tumbuh kembang anak. Jenis pola asuh orangtua yang baik dapat menghasilkan tumbuh kembang anak yang sesuai dengan umur anak, karena peranan orangtua sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak serta karakteristik sifat dan tingkah laku anak usia sekolah yang merupakan masa peralihan antara masa prasekolah dan masa remaja.Hal ini didukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yupi Supartini (2004) yang mengatakan bahwa pola asuh adalah suatu cara orangtua dalam memberikan pemahaman tentang pertumbuhan dan perkembangan anak, pemenuhan kebutuhan makanan dan pemeliharaan kebersihan perseorangan, penggunanan alat permainan sebagai stimulus pertumbuhan dan perkembangan serta komunikasi efektif yang diperlukan dalam berinteraksi dengan anak dan anggota keluarga lainnya, untuk dapat menjalankan peran pengasuhan tersebut2. Hubungan Pola asuh orangtua terhadap kejadian obesitas anakPada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan pola asuh orangtua terhadap kejadian obesitas anak. Obesitas pada anak terjadi karena adanya faktor-faktor pencetus yang mengakibatkan terjadinya penimbunan lemak yang berlebihan di dalam tubuh anak. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Soetjiningsih (1995) yang menyebutkan bahwa penyebab obesitas adalah masukkan energi yang melebihi dari kebutuhan tubuh, gangguan emosional, gaya hidup, penggunaan kalori kurang, hormonal dan adanya faktor predisposisi kejadian obesitas seperti: a) faktor herediter yang merupakan kecendrungan menjadi gemuk jika salah satu orangtuanya obesitas, maka anaknya mempunyai resiko 40% menjadi obesitas, jika kedua orangtuanya obesitas, maka resiko menjadi 80%. b) penggunaan kalori kurang yang merupakan berkurangnya pemakaian energi dapat terjadi pada anak yang kurang aktivitas fisiknya, seharian menonton TV, dan lain-lain. Lebih-lebih kalau nonton sambil tidak berhenti makan, maka kecendrungan menjadi obesitas akan lebih besar. c) Gaya hidup disini merupakan kecendrungan anak-anak sekarang suka makanan fast food yang berkalori tinggi seperti hamburger, pizza, ayam goreng dengan kentang goreng, es krim, aneka macam mie, dll. d) meningkatnya status ekonomi dalam hal ini orangtua yang dulunya dari keluarga yang mampu atau berkecukupan, maka mereka cenderung memberikan makanan sebanyak-banyaknya pada anak-anaknya dan cenderung menuruti setiap permintaan anak.3. Hubungan faktor herediter terhadap kejadian obesitas anakPada penelitian ini menunjukkan adanya hubungan herediter terhadap kejadian obesitas anak. Berdasarkan hasil Indeks Massa Tubuh (IMT) yang dilakukan peneliti kepada Ayah dan Ibu yang mempunyai anak dengan obesitas didapatkan hasil IMT (>25.00) yang salah satu ayah atau ibu nya mengalami kegemukkan bahkan kedua orangtua nya mengalami kegemukkan.Hasil penelitian ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Maddah dan Nikooyeh (2009) yang menyimpulkan bahwa kedua orangtua obesitas atau overweight berhubungan dengan kejadian obesitas pada anak-anak. Selain itu berdasarkan penelitian yang dilakuakn Rahmawati (2009) menyimpulkan bahwa anak yang terlahirdari keluarga yang obesitas merupakan pengaruh yang secara genetik untuk mempunyai berat badan obesitas.4. Hubungan faktor penggunaan kalori yang kurang terhadap kejadian obesitas anakPada penelitian ini menunjukkan adanya hubungan penggunaan kalori kurang terhadap kejadian obesitas anak. Penggunaan kalori kurang ini dipengaruhi oleh kebiasaan anak yang lebih lama menghabiskan waktu di rumah dengan menonton televisi, tidur bahkan di dukung lagi dengan perkembangan alat-alat teknologi yang modern seperti: Handphone yang berjenis smartphone, berbagai macam jenis gadget, video game, dan teknologi lainnya yang dilengkapi dengan aplikasi-aplikasi yang menarik.Hasil penelitian ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan olehHidayati (2009) yang berpendapat bahwa salah satu faktor penyebab obesitas adalah kurangnya aktivitas fisik seperti kurangnya melakukan olahraga secara teratur. Selain itu Maffeis (1998) tentang aktivitas fisik atau olahraga merupakan salah satu pilar penting untuk mencegah dan mengatasi obesitas pada anak, karena dengan beraktivitas akan meningkatkan kecepatan oksidasi lemak baik selama kegiatan berlangsung maupun selama istirahat.5. Hubungan faktor gaya hidup terhadap kejadian obesitas anakPada penelitian ini menunjukkan adanya hubungan gaya hidup terhadap kejadian obesitas anak. Gaya hidup anak yang gemar jajan jenis makanan siap saji (hambuger, sosis, pizza, mie instan) atau makanan berlemak dibandingkan mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan atau makanan yang mengandung serat dan mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak gula (coklat, ice cream, biskuit, roti) menjadi faktor terjadinya obesitas dan kebiasaan orangtua yang memberikan makanan yang digemari anak asalkan anak nya mau makan, sehingga orangtua tidak menghidangkan menu makanan yang bervariasi kepada anak.Hasil penelitian ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Almatsier (2003) tentang kebiasaan anak yang gemar terhadap makanan cepat saji (fast food) yang umumnya mengandung lemak dan minuman ringan (soft drink) yang mengandung gula yang tinggi juga merupakan penyebab obesitas pada anak. Syarif (2002) mengatakan bahwa obesitas pada anak antara lain berkaitan dengan kualitas makanan yang dikonsumsi, perubahan pola makan sehat menjadi makanan cepat saji yang mengandung kalori dan lemak yang tinggi. 6. Hubungan faktor meningkatnya status ekonomi terhadap kejadian obesitas anakPada penelitian ini menunjukkan adanya hubungan meningkatnya status ekonomi terhadap kejadian obesitas anak. Sebagian besar pekerjaan orangtua di SDS Bruder Melati bekerja sebagai wiraswasta dan pegawai swasta, dengan pendapatan yang tinggi ini lah membuat orangtua memanjakan anak dengan memberikan fasilitas yang diminta anak dan dengan kesibukkan oleh pekerjaan membuat orangtua memberikan makanan siap saji dan praktis pada anak.Hasil penelitian ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan olehPadmiari dan Hadi (2009) yang menjelaskan bahwa orangtua yang mempunyai pendapatan perbulan tinggi akan mempunyai daya beli yang tinggi pula, sehingga memberikan peluang yang lebih besar untuk memilih berbagai jenis makanan. Peningkatan pendapatan keluarga juga akan meningkatkan konsumsi makan, terutama makan yang enak dan mahal, seperti berbagai jenis fast food . Selain itu berdasarkan penelitian Heird (2002) di Indonesia terutama di kota-kota besar yang diyakini oleh golongan masyarakat tingakat menengah atas dengan adanya perubahan gaya hidup yang menjurus ke westernisasi dan sedentary berakibat pada pola makan tinggi kalori, tinggi lemak dan kolesterol, terutama terhadap penawaran makanan siap saji (fast food) yang berdampak meningkatkan resiko obesitas.

BAB VIIKESIMPULAN DAN SARAN

A. KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Sekolah Dasar Bruder Melati Pontianak yang dilakukan kepada para orangtua yang memilki anak dengan obesitas dan setelah dilakukan serangkaian analisis dan pembahasan, maka dapat dirumuskan beberapa kesimpulan yaitu adanya hubungan pola asuh orangtua terhadap tumbuh kembang anak, tidak ada hubungan pola asuh orangtua terhadap kejadian obesitas anak, ada hubungan faktor herediter terhadap kejadian obesitas anak, adanya hubungan penggunaan kalori kurang terhadap kejadian obesitas anak, adanya hubungan gaya hidup terhadap kejadian obesitas anak, adanya hubungan status ekonomi terhadap kejadian obesitas anak.B. SaranBerdasarkan kesimpulan yang diperoleh pada penelitian ini, dapat disampaikan beberapa saran:1. Bagi sarana pelayanan keperawatanPerlunya upaya nyata dari perawat dan tenaga kesehatan yang lain untuk melakukan tindakan pencegahan supaya angka kejadian obesitas pada anak usia sekolah tidak semakin meningkat dengan cara melakukan pendidikan kesehatan pada anak dan orangtua di sekolah-sekolah agar tercapai tumbuh kembang anak yang sesuai dengan umurnya.2. Bagi Institusi pendidikan sekolahPerlunya peran sekolah untuk mendukung pola hidup sehat tentang pentingnya pola makan yang sehat dengan gizi yang seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh pada anak usia sekolah dan melakukan aktivitas fisik yang sesuai dengan tingkat usia anak baik melalui poster-poster yang dipajang di papan pengumuman sekolah, maupun melalui anjuran-anjuran secara reguler di kelas-kelas.3. Bagi para orangtuaPerlunya sikap oarngtua dalam menjalankan peranan yang penting bagi perkembangan anak selanjutnya, dengan memberikan bimbingan dan pengalaman serta memberikan pengawasan agar anak dapat menghadapi kehidupan yang akan datang dengan sukses sehingga anak akan belajar dan menyatakan dirinya sebagai manusia sosial dalam hubungan dan interaksi dengan kelompoknya terutama pada anak usia sekolah yang merupakan masa peralihan dan orangtua juga dapat memberikan serta mengajarkan kepada anak tentang pola makan anak yang sehat dengan gizi yang seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh pada anak usia sekolah dan melakukan aktifitas fisik yang sesuai dengan tingkat usia anak sekolah.4. Bagi peneliti selanjutnyaUntuk peneliti selanjutnya pengukuran berat badan dan tinggi badan orangtua langsung dilakukan oleh peneliti. Dan perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang variabel-variabel lain tentang pola asuh orangtua.

1