Skripsi Administrasi Bisnis
Transcript of Skripsi Administrasi Bisnis
BAB I
PROFIL PERUSAHAAN
1.1. Sejarah Singkat PT. Cahaya Sakti Furintraco (Olympic Group)
PT. Cahaya Sakti Furintraco didirikan oleh Au Bintoro di kota Bogor pada tahun 1983.
PT. Cahaya Sakti Furintraco bergerak dibidang furnitur dengan kegiatan meliputi
memproduksi dan memasarkan produk-produk meja belajar yang bersifat knock down
furniture. Olympic merupakan brand dari produk yang pertama kali dibuat oleh PT.
Cahaya Sakti Furintraco.
Untuk memperluas jaringan pada tahun 1986 didirikan PT. Cahaya Sakti Multi Intraco.
Perluasan dan distribusi tersebut juga disertai dengan perluasan kelompok dan tipe-tipe
produknya, mulai dari Bad Room Set ke Living Room Set, Children Set Kitchen Set, dan
Office Set, dengan tujuan mengakomodasi permintaan terhadap produk-produk knock
down untuk rumah tangga maupun perkantoran.
Saat ini brand Olympic sudah menjadi salah satu bagaian hidup dari konsumen
Indonesia. Hal ini terlihat dengan adanya lebih dari 50 cabang diseluruh Indonesia yang
mendistribusikan ke lebih dari 3,000 toko baik Tradisional Retail Outlet (TRO) maupun
Modern Retail Outlet (MRO), dan pendistribusian ke lebih 100 negara dipelosok dunia.
Mengetahui pentingnya pemenuhan dari pada permintaan konsumen, PT. Cahaya Sakti
Multi Intraco memasarkan dan mendistribusikan produk-produk sejenis dengan merek
atau brand yang berbeda, seperti: Solid Furnitur, Albatros, Procella, Olympia, Jaliteng,
Grafier, dan Audipro.
1.2. Profil Entrepreneur
Au Bintoro adalah seorang warga keturunan. Seperti warga keturunan pada umumnya
Au Bintoro mempunyai semangat wirausaha sejak muda. Au Bintoro pertama kali
terjun dalam bisnis yang bergerak dibidang pembuatan sound system lalu beralih ke
produksi knock down furnitur. Pada awalnya Au Bintoro menjalankan bisnis sendiri
(self employe). Au Bintoro merasa bahwa bisnis sound system yang ditekuninya sulit
berkembang menjadi perusahaan besar, oleh karena itu Au Bitoro beralih ke bisnis
Tahun Peristiwa
1969Tiga bersaudara Au Bintoro, Eddy Mulianto, Simbara Atongmemutuskan untuk pindah merantau dari Sumatera (P. Kijang) kePalembangn (Simbara Atong) dan Bogor (Au Bintoro dan EddyMulianto).
1975Au Bintoro dan Eddy Mulianto mendirikan CV. Cahaya SaktiElectronic, sebuah perusahaan yang bergerak dibidang pembuatan boxspeaker, yang langsung dipasarkan ke toko.
1975 Simbara Atong di Palembang mendirikan UD. Cahaya Murni yangberupa bengkel penghasil sofa.
1981 Hasil usaha tiga bersaudara digunakan untuk membeli tanah seluas3.000 m2 di Bogor.
1983Tiga bersaudara tadi mendirikan PT. Cahaya Sakti Furintraco,perusahaan yang bergerak dibidang pembuatan (pabrik) funitur paneldengan komposisi pembagian modal sama besar. Produk pertamaberupa meja belajar dengan brand Olympic.
1986Pendirian anak usaha dengan nama PT. Cahaya Sakti Multi Intracoyang khusus menangani pemasaran, perdagangan dan distribusi dariperusahaan induk (PT. Cahaya Sakti Furintraco).
1993Medirikan PT. Bogorindo Cemerlang dibawah bendera PT. CahayaSakti Furintraco untuk mengantisipasi pengembangan usaha dimasayan akan datang. Sekarang bergerak pada pembuatan furniturberdasarkan pesanan.
1993 PT. Cahaya Sakti Furintraco telah memiliki 40 unit kantor cabang yangmelayani 5.000 toko di Indonesia.
1997 Rencana go public Olympic tertunda karena krisis moneter yangmelanda Indonesia.
1998-2000
Restrukturisasi perusahaan yang sedang mengalami krisis. Menutupunit usaha perusahaan yang tidak mengasilkan keungtungan,melakukan downsizing, memperbaiki efisiensi di bidang manajemendan operasional. Pengangkatan Eddy Gunawan sebagai ChiefExecutive Officer (CEO) PT. Cahaya Sakti Furintraco.
2001 Pembentukkan tujuh pilar bisnis (SBU) dan mendirikan OlympicGroup sebagai holding.
2002-2004 Pendokumentasian Visi, Misi yang sejalan dengan cita-citaentrepreneur.
2004-2007 Sosialisasi visi, misi dan strategi perusahaan untuk menjadi perusahaanyang berkelas dunia.
knock down furnitur. Au Bintoro mengajak kakanya Eddy Muliyanto untuk bergabung
mengembangkan bisnisnya. Pada saat itu perusahaan masih berbadan usaha CV (CV.
Cahaya Sakti Elaktronik). Selanjutnya beberapa tahun kemudian adiknya Simbara
Atong bergambung dan jadilah tiga serangkai yang membangun bisnis keluarga dalam
bidang pembuatan kock down furnitur dengan nama PT. Cahaya Sakti Furintraco.
Tabel 1.1. Sejarah Perintisan, Pembentukan dan Pengembangan Olympic Group
1.3. Lingkup Bidang Usaha
Olympic Group (PT. Cahaya Sakti Furintraco) bergerak dibidang industri furnitur
dengan produknya yang berupa knock down furnitur. Untuk skala nasional Olympic
Group merupakan pemimpin pasar dan sebagai industri manufaktur terbesar dibidang
knock down furnitur. Karena kapasitas produksi sudah tidak mencukupi Olympic Group
melakukan outsourcing produksi pada sebagian produknya. Dalam perkembanganya
Olympic Group tidak hanya bergerak bidang pembuatan knock down furnitur. Melalui
divisi-divisi yang merupakan unit bisnis baru. Lingkup bidang usaha Olympic Group
berkembang melebar meliputi:
PT. CSI yang merupakan unit bisnis dalam bidang tradisional retail outlet,
bidang usahanya bergerak dalam bidang pemasaran produk furnitur secara
tradisional dengan daerah usaha Indonesia bagian timur.
PT. PBTL yang merupakan unit bisnis dalam bidang tradisional retail outlet,
bidang usahanya bergerak dalam bidang pemasaran produk furnitur secara
tradisional dengan daerah usaha Indonesia bagian barat.
PT. IGS yang merupakan unti bisnis dalam bidang modern retail outlet, bidang
usahanya bergerak dalam bidang pemasaran produk furnitur secara modern
dengan daerah usaha mencakup seluruh kawasan Indonesia.
PT. GMI merupakan unit bisnis dalam bidang penjualan produk langsung,
bidang usahanya meliputi pendirian toko furnitur yang dikelola sendiri dan
melakukan franchising.
PT. CSF merupakan unit bisnis dalam bidang pemasaran dan distribusi untuk
pasar internasional, bidang usahanya yaitu mencakup kegiatan pemasaran seperti
pengadaan pameran di luar negeri dan distribusi produk furnitur ke luar negeri
yang meliputi pengurusan administrasi ekspor.
PT. CSIS merupakan unit bisnis yang bergerak didalam bidang pengembangan
proyek properti, bidang usahanya meliputi pengerjaan properti.
PT. BC merupakan unit bisnis yang bergerak dibidang properti, bidang usahanya
meliputi pengembang sektor properti dengan lingkup pengembangan perushaan
dan perkantoran serta penanganan proyek dari tender pemerintah.
1.4. Visi, Misi, Strategi, dan Filosofi Organisasi Olympic Group
Visi, misi dan filosofi organisasi menggambarkan tujuan jangka panjang perusahaan
Visi, misi dan filosofi merupakan landasan atas implementasi strategi perusahaan untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan.
1.4.1. Visi
Visi Olympic Group adalah:
“Menjadi organisasi perusahaan furnitur yang komprehensif dan integratif serta
berkelas dunia.”
Esensi dari visi tersebut adalah bahwa Olympic Group memiliki komitmen menjadi satu
kesatuan perusahaan, yang terdiri dari berbagai pilar bisnis, yang menyeluruh dan
terpadu, serta memenuhi standar organisasi perusahaan internasional terutama dalam
kapasitas, budaya kerja, bisnis, sistem organisasi dan sumber daya manusia.
1.4.2. Misi
Misi Olympic Group adalah:
“Memberikan keunggulan kinerja dan keharmonisan kerjasama bagi relasi bisnis serta
keselamatan untuk semua pihak yang berkepentingan.”
Esensi dari misi tersebut adalah bahwa Olympic Group memiliki komitmen melakukan
mekanisme dan optimalisasi berbagai aspek dalam bisnis furnitur, untuk memberikan
keunggulan komparatif dan keharmonisan kerja sama bagi relasi bisnis, serta memberi
manfaat terbaik bagi semua pihak yang berkepentingan, meliputi: Shareholder,
Employee, Customer, Consumer, Retired Employee, Social and Environment, Business
Partner, Government and Nation.
1.4.3. Filosofi Organisasi
Filosofi organisasi dari Olympic Group adalah:
“Generasi yang terbaik, melakukan alih generasi dengan tata cara yang terbaik untuk
melahirkan gerenasi penerus yang terbaik.”
Filosofi tersebut mengandung makna sebagai berikut:
1. Generasi terbaik: Generasi terbaik hendaknya memiliki komitmen untuk
melakukan perbaikan secara berkesinambungan dan sistematis guna mencapai
keunggulan komparatif dalam berbagai aspek.
2. Melakukan alih generasi dengan tata cara terbaik: Setiap generasi hendaknya
memiliki komitmen untuk melakukan proses alih generasi melalui tata cara yang
tepat, berjalan mulus dan efektif.
3. Untuk melahirkan generasi penerus terbaik: Setiap generasi penerus hendaknya
memiliki komitmen untuk melakukan investasi diri agar memiliki nilai-nilai
kebijakan yang membanggakan.
1.5. Budaya Organisasi
Sebagai perusahaan bersekala nasional Olympic Group membangun budaya kerja secara
profesional. Budaya Olympic Group tercermin dari komitmennya sebagai perusahaan
dengan pangsa pasar terbesar untuk selalu memenuhi dan memuaskan konsumennya.
Komitmen Olympic Group fokus pada keunggulan sebagai berikut:
1. Inovatif dalam pengembangan produk.
2. Variatif dalam lini dan tipe produk.
3. Profesional dalam kebijakan harga.
4. Proaktif dalam pelayanan.
5. Solid dalam kerja sama kelompok.
6. Aspiratif dalam kompenasi.
7. Mutualistis dalam berafiliasi.
Melalui tujuh komitmen diatas Olympic Group berusaha untuk selalu menjadi yang
terbaik dan terbesar serta mampu berasing didalam era globalisasi.
1.6. Sasaran Perusahaan
Perusahaan harus mempunyai sasaran yang jelas baik sasaran jangka pendek maupun
sasaran jangka panjang. Sasaran perusahaan merupakan pencapaian perusahaan dimasa
yang akan datang yang sudah ditetapkan sebelumnya.
1.6.1. Sasaran Olympic Group
Olympic Group menyadari bahwa perusahaan sudah memasuki era global. Pada era
perdagangan bebas nantinya tentunya pintu perdagangan internasional dibuka lebar-
lebar sehingga persaingan semakin ketat dan terbuka bagi semua perusahaan untuk
masuk ke negara lain. Oleh karena itu, Olympic Group mempersiapkan hal-hal sebagai
berikut yang merupakan sasaran organisasi di masa yang akan datang.
Manjadikan Olympic Group sebagai perusahaan yang bertaraf internasional baik
dari segi pangsa pasar maupun maupun dalam hal tata kelola perusahaan.
Mempertahankan posisi Olympic Group sebagai pemimpin pasardi Indonesia.
Menjadikan Olympic Group sebagai perusahaan manufaktur dibidang furnitur
terbesar dan terluas di Indonesia.
1.7. Pribadi Entrepreneur
Seorang entrepreneur merupakan pribadi yang unik. Sebagai seorang entrepreneur Au
Bintoro mempunyai karakter yang unik juga. Karakter entrepreneur Au Bintoro sangat
terlihat dalam kehidupan sehari-hari.
1.7.1. Karakter Entrepreneur: Au Bintoro
Seperti pada umumnya seorang entrepreneur Au Bintoro adalah orang yang pandai
mengidentifikasi peluang dan mewujudkannya menjadi sebuah bisnis. Karakter yang
menonjol dari seorang Au Bintoro salah satunya yaitu pandai me-manage orang. Ini
terlihat dari loyalitas setiap karyawannya, terutama karyawan lama yang masuk pada
awal berdirinya perusahaan. Au bintoro juga tidak takut terhadap hal baru. Dari segi
pengembangan bisnis Au Bintoro sebenarnya banyak menemui hal-hal yang baru tetapi
dia mampu belajar dengan cepat. Au Bintoro merupakan seorang tidak takut untuk
mengambil dan tidak jarang mengalami kegagalan. Krisis ekonomi 1998 merupakan
kegagalan yang disikapi bijaksanan dengan dijadikan pelajaran berharga baginya.
1.7.2. Cita-cita Entrepreneur
Au Bintoro sebagai seorang entrepreneur yang mendirikan Olympic Group merasa
sudah saatnya beristirahat sehingga dia mengharapkan kepada generasi penerus untuk
mau dan mampu meneruskan mengembangkan perusahaan. Au Bintoro sebagai seorang
entrepreneur sekaligus seorang pendiri perusahaan mengharapkan generasi penerus
nantinya dapat mengelola dan mengembangkan perusahaan menjadi perusahaan yang
bertaraf internasional (World Class Company). Generasi penerus diharapkan menjadi
generasu yang membanggakan. Sebagai pendiri perusahaan Au Bintoro menginginkan
nilai-nilai yang ada pada dirinya sebagai seorang entrepreneur dijadikan landasan
Keterangan 2004 2005 2006 Jun-05 Jun-06 Jun-07
Penjualan Bersih 600,1 702,8 605,6 340 284,2 367,1
Laba Usaha 7,1 6,8 11,3 17,2 17 24,3
EBITDA 12,9 17,3 19,1 20,7 20,6 28,2
Laba Bersih Setelah Pajak* 7,1 6,7 10 16,3 11 20,3
Margin Laba Usaha 1,20% 1,40% 1,90% 5,10% 6,00% 6,60%
Margin EBITDA 2,10% 2,50% 3,20% 6,10% 7,30% 7,70%
Margin Laba Bersih Setelah Pajak* 1,20% 0,90% 0,00% 4,80% 3,90% 5,50%
Total Aktiva 191,3 254,3 236,2 256,5 266,1 323,1
Total Hutang (yang berbunga) 74,8 56,8 33,3 73,6 106,8
Total Equitas 96 102,6 102,8 112,3 113,6 123
ROA* 3,60% 3,00% 0,10% 4,20% 6,90%
ROE* 7,70% 6,70% 0,10% 9,70% 17,10%
EBITDA/Beban Bunga 27,9 5,5 1,7 21,4 3,5 6,2
Debt Services Ratio 54,9 0,4 0,4 1,1 0,5 0,4
Hutang/Equitas 0,7 0,6 0,3 0,6 0,9
Hutang/EBITDA 4,3 3 1,6 3,6 3,8
suksesi perusahaan atau sebagai pijakan atas pengembangan perusahaan dimasa yang
akan datang.
1.8. Sumber Daya Perusahaan
Secara umum sumber daya perusahaan merupakan sesuatu yang dimiliki perusahaan
sebagai modal dalam menjalankan dan mengembangkan perusahaan. Sumber daya
perusahaan terbagi menjadi dua yaitu sumber daya yang bersifat tangible dan sumber
daya yang bersifat intangible. Sebagai perusahaan bersekala nasional Olympic Group
mempunyai berbagai mcam sumber daya perusahaan.
1.8.1. Sumber Daya Finansial
Salah satu sumber daya perusahaan yang disajikan dengan nilai nominal adalah sumber
daya finansial. Sumber daya finansial yang dimiliki Olymipic Group dapat dilihat dari
laporan keuangan sebgai berikut:
Tabel 1.2. Laporan Keuangan Perusahaan untuk tahun 2004, 2005, dan 2006
* Untuk periode 30 juni 2005, 2006 dan 2007 perhitungan rasio menggunakan laba bersih sebelum pajak.(Dalam miliar rupiah)
Dari tabel 1.2. diketahui selama tahun 2004 sampai dengan tahun 2006 Olympic Group
mencatatkan laba bersih sebesar 7,1, 6,8, dan 10 miliar dengan margin laba usaha
sebesar 1,20%, 1,40%, dan 1,90%. Perkembangan perolehan laba yang berhasil diraih
oleh Olympic Group tidak terlepas dari penjualan bersih. Untuk memperjelas gambaran
perkembangan perusahaan dari sisi finansial, dapat digambarkan dengan grafik
perkembangan penjualan bersih, laba usaha, laba setelah pajak dan, marjin laba usaha.
Gambar 1.1. Grafik Perkembangan Finansial Perusahaan
Dari grafik diatas (Gambar 1.1.) terlihat bahwa adanya fluktuasi pada perkembangan
penjualan bersih. Fluktuasi terebut dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi yang
terjadi di Indonesia karena 80% pangsa pasar Olympic Group terdapat di Indonesia.
Sedangkan untuk selisih antara laba dengan biaya produksi setiap tahunnya juga
fluktuatif.
1.8.1.1. Aset Perusahaan
Sumber daya perusahaan lainnya yang disajikan secara nominal yaitu aset atau aktiva
persuahaan. Aktiva atau kekayaan perusahaan disini merupakan aset berujud yang dapat
diukur secara nominal. Aktiva perusahaan mencerminkan kekayaan yang dimiliki oleh
perusahaan. Kenaikan atau penurunan aktiva lancar dipengaruhi oleh kenaikan atau
penurunan ketersediaan kas, piutang, jatuh tempo utang, persediaan, peralatan dan
perlengkapan. Sedangkan kenaikan dan penurunan aktiva tidak lancar dipengaruhi oleh
depresiasi, nilai buku, dan pembelian aset baru perusahaan. Gambaran perkembangan
aktiva Olympic Group disajikan dalam bentuk tabel perkembangan aktiva berikut.
Gambar 1.2. Grafik Perkembangan Aktiva yang Dimiliki oleh Olympic Group
Gambar 1.2. menunjukan aktiva lancar yang dimiliki Olympic Group untuk tahun 2004,
2006, dan 2006 secara berurutan mencapai 155,7, 213,17, dan 198,8 miliar. Yang
termasuk aktiva lancar diantaranya kas, setara dengan kas, piutang, peralatan,
persediaan dan perlengkapan. Sedangkan aktiva tidak lancar untuk tahun 2004, 2005,
dan 2006 mencapai 35,6, 40,6 dan 37,4 miliar.
1.8.1.2. Kewajiban Perusahaan
Kewajiban perusahaan merupakan tanggungan perusahaan kepada pihak ke tiga atau
kreditur. Kewajiban perusahaan bersifat sebagai pengurang kekayaan perusahaan.
Kewajiban perusahaan digolongkan menjadi dua yaitu kewajiban jangka panjang dan
kewajiban jangka pendek. Yang termasuk kewajiban jangka panjang yaitu kewajiban
yang jatuh temponya lebih dari satu tahun. Sedangkan yang termasuk kewajiban jangka
panjang yaitu kewajiban yang jatuh temponya dibahwa satu tahun. Pada Olympic Group
kewajiban jangka panjang juga digolongkan kewajiban rutin yang harus dibayar per
bulan. Gambaran kewajiban Olympic Group disajikan dalam bentuk tabel dibawah ini.
Gambar 1.3. Grafik Perkembangan Kewajiban Perusahaan
Gambar 1.3. menunjukan untuk tahun 2004, 2005, dan 2006 kewajiban jangka panjang
yang menjadi tanggungan Olympic Group yaitu 95,3, 139,7, dan 130,5 miliar. Pada
tahun 2004 Olympic Group tidak mempunyai kewajiban jangka pendek, tahun 2005
kewajiban jangka pendek Olympic Group sebesar 11,9 miliar dan tahun 2006 sebesar 3
miliar.
1.8.2. Sumber Daya Manusia (SDM)
Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan perushaan dalam
mencapai tujuan-tujuannya. Sumber daya manusia yang dimiliki oleh Olympic Group
mencapai 4009 orang yang terdiri dari berbagai jenjang pendidikan dan jabatan. Untuk
mengetahui lebih dalam mengenai sumber daya manusia yang dimiliki oleh Olympic
Group maka karyawan-karyawan tadi dapat dikelompokan kedalam berbagai golongan.
1.8.2.1. Penggolongan SDM Berdasarkan Tipe Karyawan
Berdasarkan tipe karyawan sumber daya manusia Olympic Group digolongkan kedalam
enam kelompok yaitu karyawan tetap, kontrak, percobaan, harian lepas, borongan dan
tidak ada keterangan.
Gambar 1.4. Grafik Penggolongan SDM Berdasarkan Tipe Karyawan
Dari Gambar 1.4. terlihat bahwa persentase karyawan yang berstatus karyawan tetap
sebesar 40,38%, karyawan kontrak sebesar 12, 32%, karyawan dalam masa percobaan
(pelatihan) sebesar 0,05%, karyawan harian lepas sebesar 7,38%, karyawan borongan
sebesar 2,69% dan karyawan yang tidak mempunyai status sebesar 37,16% dari 4009
karyawan.
1.8.2.2. Penggolongan SDM Berdasarkan Jenjang Pendidikan
Selain berdasarkan tipe, SDM juga dapat digolongkan berdasarkan jenjang pendidikan.
Grafik dibawah ini menggambarkan presentase penggolongan karyawan Olyimpic
Group berdasarkan jenjang pendidikan.
Gambar 1.5. Grafik Penggolongan Karyawan Berdasarkan Jenjang Pendidikan
Dari gambar di atas (Gambar 1.5.) terlihat bahwa presentase karyawan dengan tingkat
pendidikan S-III tidak ada, S-II sebesar 0,32%, S-I sebesar 8,90%, D-I sampai dengan
D-III sebesar 5,61%, SLTA sebesar 58,41%, SLTP sebesar 13,19%, SD sebesar 8,10%
dan tidak ada setatus sebesar 4,76% dari 4009 karyawan.
1.8.2.3. Penggolongan SDM Berdasarkan Masa Kerja
Penggolongan SDM yang terakhir didasarkan atas masa kerja. Penggolongan
berdasarkan masa kerja penting karena secara langsung menggambarkan tingkat
kenyamanan dan kesejahteraan karyawan. Penggolongan masa kerja pada Olymipic
Group dapat dilihat dari grafik berikut.
Gambar 1.6. Grafik Penggolongan SDM Berdasarkan Masa Kerja
Gambar 1.6. menunjukkan bahwa persentase karyawan dengan masa kerja diatas 25
tahun sebesar 0,39%, 25 sampai 20 tahun sebesar 4%, 20 sampai 15 tahun sebesar 7%
15 sampai 10 tahun sebesar 24%, 10 sampai 5 tahun sebesar 29%, 5 sampai dengan 2
tahun sebesar 13% kurang dari 2 tahun sebesar 18%, dan tidak ada keterangan sebesar
5%. Masa kerja karyawan dihitung dari mulai perusahaan berbentuk CV yaitu tahun
1975.
1.8.3. Sumber Daya Teknologi
Dalam industri modern penggunaan teknologi merupakan salah satu cara untuk
menciptakan keunggulan kompetitif bagi perusahaan. Untuk mendukung efisiensi dan
efektifitas pada proses produksi Olympic Group sudah menerapkan sistem ERP. Selain
itu, dalam proses produksi Olympic Group menggunakan mesin khusus berteknologi
tinggi yang dipesan dari Jerman dan Taiwan. Untuk mendukung kegiatan distribusi
Olyimpic Group juga sudah menggunakan teknologi internet yang terintegrasi pada
seluruh daerah distribusi. Seiring dengan perkembangan organisasi Olympic Group juga
menggunakan media ekstranet untuk memudahkan komunikasi antar divisi atau
departemen. Jadi berdasarkan lingkup kerja penggunaan teknologi pada Olympic Group
dapat digolongkan menjadi tiga golongan kerja.
1. Penggunaan teknologi untuk mendukung efisiensi dan efektifitas proses
produksi.
2. Penggunaan teknologi untuk mendukung aktivitas distribusi.
3. Penggunaan teknologi untuk memudahkan interaksi individu didalam organisasi.
1.8.4. Sumber Daya Pelanggan
Sumber daya pelanggan disini dibagi menjadi dua yaitu konsumen yang berhasil
dikapitalisasi oleh perusahaan dan konsumen yang berpotensi untuk menjadi pelanggan
perusahaan dimasa yang akan datang. Konsumen yang berhasil dikapitalisasi oleh
Olympic Group atau pelanggan tetap terdiri dari pelanggan korporat dan pelanggan
retail.
1.8.5. Sumber Daya Organisasi
Sumber daya organisasi merupakan kekayaan aset intangible perusahaan yang tergolong
dalam aset intelektual. Yang dimaksud sumber daya organisasi adalah loyalitas anggota
organisasi dalam komitmennya untuk melaksanakan perintah dan mematuhi peraturan
organisasi. Dilihat dari masa kerja karyawan yang merupakan anggota organisasi bisnis
Olympic Group memiliki sumber daya organisasi berupa loyalitas anggota organisasi.
Hal ini tidak terlepas dari komitmen Au Bintoro dari awal pendirian perusahaan untuk
selalu mensejahterakan karyawan serta menganggap karyawan sebagai rekan kerja.
1.9. Strategi Perusahaan
Strategi merupakan tindakan antisipasi kejadian di masa yang akan datang yang
dipengaruhi oleh perubahan kondisi lingkungan internal maupun eksternal, menuntut
manajer untuk mengembangkan program-program yang mampu menerjemahkan
current issues dan mendukung rencana bisnis masa depan. Sebagai perusahaan besar
dan komplek Olympic Group menerapkan strategi bisnis berdasarkan fungsi-fungsi
organisasi atau biasa disebut strategi fungsional. Strategi tersebut sebagai alat untuk
mewujudkan tujuan Olympic Group dalam rangka menjadi perusahaan bertaraf
internasional. Implementasi dari fungsional stratgei Olympic Group meliputi bebagai
strategi sebagai berikut.
1.9.1. Strategi Organisasi
Sebagai implementasi strategi organisasi Olympic Group membentuk holding. Holding
berfungsi sebagai perusahaan induk yang mengarahkan pengembangan dan pengelolaan
perusahaan dengan mengeluarkan kebijakan.
Sumber: Dibuat oleh penulis
Gambar 1.7. Holding Organisasi dan Divisi (Pilar) Organisasi
Dalam struktur organisasi, Olympic Group diposisikan sebagai holding yang
membahwahi pilar bisnis (divisi). Pilar bisnis terdiri dari tujuh divisional yang
diantaranya yaitu PT. CSI, PT. BPTL, PT. IGS, PT. GMI, PT. CSF, PT. CSIS, dan PT.
BC semua pilar tersebut dibawah holding serta mempertanggungjawabkan kinerjanya
langsung kepada holding. Dalam konteks ini holding sebagai pembuat perencanaan dan
pengevaluasi kegiatan operasional. Untuk memperjelas gambaran stratgi organisasi
Olympic Group maka dibawah ini disajikan gambar struktur organisasi.
Sumber: Data perusahaan.
Gambar 1.8. Struktur Organisasi Olympic Group
1.9.1.1. Pengembangan Organisasi
Sebagai organisasi bisnis yang sudah besar dan menjadi komplek Olympic Group
mengembangkan organisasi yang disesuaikan dengan karakter industri serta kebutuhan
organisasi. Olympic Group mengembangkan organisasi dari dua sisi. Pengembangan
organisasi yang bersifat substansial yang meliputi pendelegasian tugas didalam
organisasi, kewenangan jabatan didalam organisasi, penyesuaian peraturan yang sesuai
dengan perkembangan organisasi, dan sangsi serta reward bagi setiap anggota
organisasi. Pengembangan organisasi lainnya yaitu pengembangan organisasi dari sisi
cakupan organisasi. Dari sisi cakupan organsasi Olympic Group mengembangkan
organisasi dari hilir sampai ke hulu. Hal ini dilakukan untuk mengontrol dan
menyelaraskan berbagai departemen dari unit bisnis didalam organisasi.
1.9.1.2. Organisasi Pembelajaran
Guna mengoptimalkan fungsi organisasi Olympic Group mengembangan organisasi
pembelajaran. Dalam rangka menerapkan organisasi pembelajaran Olympic Group
melakukan pemberdayaan dan sosialisasi pada setiap anggota organisasi. Media
pemberdayaan penerapan organisasi pembelajaran diantaranya melalui pelatihan.
Sedangkan untuk sosialisasi penerapan organisasi pembelajaran pada Olympic Group
menggunakan forum seminar mengenai organisasi pembelajaran.
1.9.2. Suksesi
Suksesi berkaitan dengan regenerasi atau pergantian kepemimpinan pada level
eksekutif. Penggantian kepemimpinan pada level eksekutif dapat dilakukan dengan
recruitment dari luar atau pengembangan kepemimpinanan dari dalam perusahaan.
Dalam perganitan kepemimpinana eksekutif Olympic Group ditempuh dengan
mengembangkan pemimpin dari dalam perusahaan. Implementasi pengembanganya
dengan pemberdayaan generasi penerus melalui penanaman nilai-nilai organisasi pada
generasi penerus supaya terjadi transer nilai antar generasi. Cara-cara Olympic Group
dalam menanamkan nilai pada generasi penerus diantaranya yaitu dengan mengadakan
seminar, pelatihan, pendampingan, serta sosialisasi pada seluruh anggota organisasi.
Sedangkan suksesi pada level manajer Olympic Group melakukan recruitment dari luar.
Recruitment dari luar perusahaan yaitu dengan membuka kesempatan berkarir bagi
orang luar dengan kriteria tertentu.
1.9.3. Strategi Bisnis
Olympic Group telah berhasil melewati masa krisis yang diakibatkan oleh krisis
moneter tahun 1998. Dan pada masa krisis Olympic Group melakukan downsizing serta
perampingan bisnis yang meliputi penutupan bisnis yang tidak sesuai dengan bisnis inti
perusahaan. Melalui berbagai tindakan penyelamatan perusahaan, Olympic Group
berhasil diselamatkan. Sebelumnya Olympic Group telah membangun perusahaan
secara vertikal maupun horisontal. Pengembangan perusahaan secara vertikal yang
dilakukan oleh Olympic Group terlihat pada luasnya fondasi jaringan distribusi.
Pengembangan perusahaan secara horisontal yaitu pengembangan perusahaan mulai
dari hulu ke hilir. Olympic Group menguasai jaringan pengadaan bahan baku sapai ke
pemasaran dan distribusi produk.
Kini Olympic Group berhasil bangkit dan berkembang. Setrategi bisnis Olympic Group
sekarang ini diantaranya yaitu melakukan perluasan pangsa pasar dalam negeri maupun
luar negeri. Peningkatan efisiensi dan efektifitas perusahaan, serta pengembangan
sumber daya manusia. Hal tersebut untuk mendukung kegiatan pemasaran dan distribusi
Olyimpic Group dan tampaknya kedua hal tersebutlah yang sekarang ditekankan.
Olympic Group juga mencoba memasuki bisnis baru yang terpisah dari core business
perusahaan ditandai dengan dibentuknya unit bisnis yang bergerak dibidang kontraktor.
1.9.4. Strategi Finansial
Dalam rangka mewujudkan perusahaan bertaraf internasional sekarang Olympic Group
sedang mengkaji dan mempersiapkan rencana go public. Dengan penawaran saham
perdana pada bursa efek (IPO) Olympic Group akan menjadi perusahaan umum yang
sahamnya dalam proporsi tertentu dapat dimiliki oleh masyarakat. Tujuan dari IPO
adalah untuk memperoleh dana segar dengan bunga murah. Hal ini dilakukan berkaitan
dengan rencana Olympic Group melakukan investasi ke industri lainnnya. Selain itu go
public juda dapat meningkatkan prestis karyawan dan diharapkan dapat meningkatkan
kinerja manajemen. Go public Olympic Group masih dalam tahap pengkajian dan
perencanaan. Namun demikian Olympic Group sudah melakukan sosialisasi terhadap
semua karyawannya berkaitan dengan rencana go public. Tidak hanya itu saja, Olympic
Group juga sudah mempersiapkan manajemen dalam rangak persiapan go public.
Olympic Group sudah mencanangkan bahwa tahun 2010 sudah go public. Untuk
menjaga stabilitas cahs flow perusahaan Olympic Group tidak melakukan pembiayaan
yang bersifat jangka pendek. Cadangan kas untuk kegiatan operasional merupakan
cadangan bersih sebelum dikurangi depresiasi dan utang jangka pendek. Dalam
pembiayaan investasi Olympic Group selalu mencari alternatif pembiayaan dengan
bunga rendah.
1.9.5. Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)
Program pemberdayaan karyawan dilakukan dengan melakukan pelatihan bagi setiap
karyawan mulai dari level supervisor sampai level eksekutif. Adapun tujuan program
pemberdayaan karyawan adalah untuk:
Tujuan umum seminar Olympic Group:
1. Menampung aspirasi mengenai pengembangan dan perkembangan operasional
perusahaan.
2. Menciptakan organisasi pembelajaran yang dinamis di dalam perusahaan.
3. Membangun kepemimpinan pada setiap manajer.
4. Pusat informasi dan sosialisasi atas kebijakan dan perkembangan perusahaan.
5. Menanamkan visi dan misi perusahaan pada setiap manajer.
6. Penetapan tujuan jangak panjang dan tujuan jangka pendek perusahaan.
7. Sebagai bibit pembentukan manajer masa depan.
Tujuan khusus seminar Olympic Group:
1. Membangun loyalitas dan profesionalisme manajer.
2. Membangun rasa kebersamaan dan rasa kepemilikan terhadap perusahaan pada
setiap manajer.
3. Sebagai empowerment dalam rangka peningkatan kinerja manajer.
4. Pengarahan program kepada manajer atas kebijakan manajemen perusahaan.
5. Membangun hubungan yang harmonis antara manajer dan eksekitif supaya tidak
terjadi kesenjangan manajemen.
6. Mengembangkan kemampuan manajerial kepada para manajer baik secara
praktis maupun secara teoritis.
7. Menciptakan sinergi atas berbagai macam fungsi manajemen di perusahaan.
1.10. Perkembangan Organisasi dan Isu Bisnis Perusahaan
Olympic Group merupakan perusahaan yang didirikan serta dikembangkan oleh seorang
entrepreneur (Au Bintoro). Ed Marram mengklasifikasikan lima fase perkembangan
perusahaan yang dibangun oleh entreperneur (2007: 535).
1. Wonder: entrepreneur berupaya untuk mempertahankan eksistensi perusahaan,
berusaha keras agar perusahaan tetap bertahaan dalam keadaan yang tidak pasti.
2. Blunder: perusahaan yang didirikan oleh entrepreneur mengalami pertumbuhan,
jika entrepreneur tidak bisa menyikapi pertumbuhan penjualan dan pendapatan
yang begitu cepat dalam fase ini entrepreneur akan mengalami kegagalan.
3. Thunder: pertumbuhan perusahaan terus meningkat dan entrepreneur mulai
membetuk tim manajemen.
4. Plunder: perusahaan mempunyai sumber daya keuangan berlebih taraf hidup
ekonomi entrepreneur meningkat seiring dengan meningkatnya perusahaan.
5. Asunder: pada fase ini perusahaan membutuhkan sesuatu yang baru yang dapat
membawa perusahaan ke fase blunder kembali.
Pada setiap tahapan fase di atas seorang entrepreneur menghadapi keadaan yang
berbeda-beda yang membutuhkan tindakan yang berbeda dari seorang entrepreneur.
Berkaitan dengan Olympic Group sendiri, tentunya Olympic Group sudah melewati fase
wonder. Fase blunder sudah dilalui Olympic Group ketika yang kala itu Olypic Group
Timmons A. Jeffry, Spinelli Stephen, 2007, New Venture Creation. Enrepreneurship for the 21st
masih berbadan hukum dengan nama CV. Cayaha Sakti Electronic menjadi PT. Cahaya
Sakti Furintraco. Fase thunder dan plunder juga sudah dilewati Olympic Group dengan
ditandai waktu pertama kali Olympic group membentuk divisi pemasaran dengan nama
PT. Cahay Sakti Multi Intraco yang secara otomatis sudah membentuk tim manajemen
perusahaan serta mengindikasikan Olympic Group mempunyai sumber daya keuangan
berlebih. Jadi berdasarkan pada fase pertumbuhan perusahaan hasil dentifikasi
menunjukan bahwa Olympic Group sekarang ini berada pada fase asunder. Situasi yang
dihadapi seorang entrepreneur pada fase asunder diantaranya entrepreneur dihadapkan
pada situasi alih generasi, entrepreneur harus menentukan siapa penerus bisnis yang
telah dirintisnya, mengubah cara pandang dan dihadapkan pada aktivitas yang berbeda,
keterlibatan entrepreneur dalam pengelolaan bisnis berkurang, entrepreneur harus
membangun landasan pengembangan perusahaan.1
Sumber: Timmons A. Jeffry, Spinelli Stephen, 2007, New Venture Creation. Enrepreneurship for the21st Century, New York: McGraw Hill. page535.
Gambar 1.9. Kurva Fase Pertumbuhan
Seperti yang telah diungkapkan di atas bahwa Au Bintoro sebagai pendiri meninginkan
kedepannya Olympic Group menjadi sebuah perusahaan bertaraf internasional. Namun
demikian Au Bintoro sekarang berada pada fase asunder yang membawa pada situasi
yang komplek. Sekaran ini, Au Bintoro merasa sudah saatnya untuk menyerahkan
1
Century, New York: McGraw Hill. page538.
pengelolaan perusahaan kepada generasi penerusnya, disamping itu dia menginginkan
nilai-nilai perusahaan yang dibangunnya menjadi landasan untuk pengembangan
perusahaan yang akan datang. Untuk pengembangan perusahaan Au Bintoro
menginginkan kedepannya Olympic Group menjadi persahaan bertaraf internasional
dari segi manajemen maupun lungkup pasar perusahaan. Bagaimanakah sebaiknya Au
Bintoro menyikapi hal tersebut di atas?
BAB II
EKSPLORASI ISU BISNIS
2.1. Kerangka Konseptual
Berawal dari sebuah usaha kecil menengah dibawah kepemimpinan Au Bintoro,
Olympic Group berkembang menjadi perusahaan besar berskala nasional. Perusahaan
adalah sebuah organisasi bisnis dengan tujuan utama mencari keuntungan. Perusahaan
merupakan sebuah organisasi bisnis sehingga ketika perusahaan berkembang menjadi
besar secara otomatis organisasi akan berkembang menjadi komplek. Cikal bakal
Olympic Group berasal dari usaha yang dijalankan sendiri oleh Au Bintoro (self
employee), seiring dengan peningkatan pangsa pasar dan laba perusahaan Olympic
Group berkembang menjadi sebuah CV dengan nama CV. Cahaya Sakti Electronic.
Kemudian, Au Bintoro berhasil mengembangkan perusahaan dan berdirilah PT. Cahaya
Sakti Furintraco. Au Bintoro sebagai pemilik Olympic Group menyadari bahwa
perusahaan harus dapat mengikuti tuntutan perkembangan zaman. Dalam era globalisasi
sekarang ini, dengan dibukanya perdagangan bebas maka persaingan pada setiap
industri menjadi semakin kompetitif. Hambatan masuknya suatu perusahaan korporasi
pada suatu industri di negara tertentu menjadi berkurang. Atas dasar pemahaman
keadaan yang terjadi Olympic Group bertekad untuk menjadi perusahaan yang bertaraf
internasional. Olympic Group akan terus melakukan perbaikan di segala bidang untuk
dapat meningkatkan daya saing perusahaan.
Sumber: Dibuat oleh penulisGambar 2.1. Perkembangan Organisasi Olympic Group
Dilihat dari sejarah perusahaan, Olympic Group merupakan sebuah perusahaan keluarga
yang dibangun oleh seorang entrepreneur.
Penelitian ini diawali dengan latar belakang masalah mengenai bagaimana Au Bintoro
seharusnya melakukan suksesi sebagai bagian dari strategi perusahaan untuk menjadi
perusahaan bertaraf internasional. Suksesi merupakan bagian dari kepemimpinan
Mudrajad Kuncoro PhD. Strategi: Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif. Penerbit Erlaingga,
stratejik. Kepemimpinan stratejik adalah kemampuan untuk mengantisipasi, memberi
inspirasi, mempertahankan fleksibilitas, dan memberdayakan orang lain untuk
menciptakan perubahan stratejik yang diinginkan.2 Kepemimpinan stratejik meliputi
kemampuan untuk mengantisipasi, memimpin, mempertahankan fleksibilitas dan
memberdayakan orang lain untuk menciptakan perubahan stratejik. Kepemimpinan
stratejik dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Baik langsung maupun
tidak langsung, hal ini akan mempengaruhi perusahaan sehingga dibutuhkan tindakan
stratejik untuk menyesuaikan keadaan tersebut. Untuk melancarkan suksesi yang sedang
dilakukan Olympic Group guna mewujudkan tujuan jangka panjangnya maka
diperlukan kepemimpinan stratejik yang akan digunakan sebagai bahasan dalam
penelitian ini. Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Sumber: Factor shaping the choice of company strategy: Thompson, Strickland, “Strategic Management:Concepts and Cases”. McGraw-Hill, New York, USA, 2001. Page 60.
Gambar 2.2. Kerangka Konseptual Penelitian
Gambar 2.2. menunjukan untuk mengevaluasi kepemimpinan yang terjadi di Olympic
Group dilakukan dengan mengeksplorasi keadaan internal dan ekstrenal perusahaan.
Eksplorasi dilakukan dengan berbagai metode yang diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengentahui perkembangan ekonomi, sosial, politik, regulasi dan
komunitas masyarakat pengambilan data dilakukan dengan metode studi
literatur melalui media internet.
2
Jakarta 2006. Page228.
2. Untuk mengetahui persaingan bisnis dan pergerakan industri pengambilan data
dilakukan dengan metode wawancara dan studi literatur.
3. Untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan perusahaan dalam kontek isu
kesejahteraan masyarakat pengambilan data dilakukan dengan studi literatur.
Data ini merupakan perkembangan isu lingkukngan yang berhubungan dengan
perusahaan.
4. Untuk mengetahui sumber daya , kekuatan, kelemahan, kompetensi dan daya
saing perusahaan pengambilan data dilakukan dengan metode wawancara dan
observasi lapangan.
5. Untuk mengetahui tujuan personal, filosofi bisnis, etika dan prnsip para petinggi
perusahaan pengambilan data dilakukan dengan metode wawancara.
6. Untuk mengetahui nilai kebersamaan dan budaya perusahaan pengambilan data
dilakukan dengan metode wawancara dan observasi lapangan.
7. Analisis eksternal perusahaan untuk mengetahui peluang dan ancaman
perusahaan dilakukan dengan five forcas porter analysis.
8. Analisis internal untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan perusahaan
dilakukan dengan analisis SWOT.
Evaluasi kepemimpinan dilakukan untuk mengidentifikasi karakteristik pemimpin
Olympic Group. Dari karakteristik pemimpin tersebut dihasilkan kriteria calon
pemimpin yang dibutuhkan Olympic Group. Setelah menentukan calon pengganti Au
Bintoro sebagai pemimpin Olympic Group dilakukan implementasi kepemimpinan
stratejik.
2.2. Analisis Situasi Bisnis
Analisis situasi bisnis bertujuan untuk mengetahui permasalahan utama sebenarnya
yang sedang dihadapi Olympic Group dalam kaitannya dengan isu bisnis.
2.2.1. Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Strategi Perusahaan
Faktor eksternal terdiri dari variabel-variabel di luar perusahaan baik yang bersifat
peluang atau ancaman yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh
terhadap kegiatan dan perencanaan perusahaan.3 Faktor eksternal merupakan
3Wheelen L. Thomas, Hunger J. David; “Strategic Management and Business Polecy”. Prentice Hall.Page11.
Propinsi 2000 2005 2010 2015 2020 2025
Pulau Sumatera 16492,05 991,004 42,752 45,234 54,78 58,408
Pulau Jawa 118,172 3372,624 101,905 3684,221 113,368 118,312
Bali 3,15 3,378 3,596 3,792 3,967 4,122
Nusa Tenggara 10,981 11,86 12,714 5048,486 14,291 14,987
Pulau Kalimantan 33,268 36,301 39,332 10112,23 45,178 4443,455
Pulau Sulawesi 2842,87 887,123 3559,566 954,278 980,312 998,256
Maluku 1,166 891,266 970,369 2,529 2,724 2,913
Papua 2,213 2,518 2,819 3,119 3,41 3,682
Indonesia 19503,87 6196,074 4733,053 19853,88 1218,03 5644,135
lingkungan diluar perusahaan yang meliputi pemerintah, pertumbuhan ekonomi,
perkembangan industri furnitur, tuntutan atau persepsi masyarakat mengenai
kesejahteraan sosial.
2.2.1.1. Lingkungan, Pemerintahan, dan Kondisi Ekonomi
Keberadaan perusahaan sebagai anggota komunitas suatu negara tidak terlepas dari
perkembangan pemerintahan negara tersebut. Keadaan pemerintahan Indonesia secara
tidak langsung akan berpengaruh terhadap Olympic Group. Perkembangan sosial politik
akan berdampak pada pengeluaran regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah. Keadaan
sosial yang berpengaruh terhadap Olympic Group diantaranya adalah adanya
pembalakan hutan dan penggundulan hutan. Kadaan tersebut menyebabkan pemerintah
mengeluarkan peraturan perundang-undangan No. 41 tahun 1999 dan peraturan menteri
kehutanan No. 5 tahun 2006.4 Selaku perusahaan yang bergerak dibidang furnitur yang
berbahan baku hardboard dan medium density fobreborad (MDF) yang berbahan dasar
kayu, tentunya peraturan tersebut secara tidak langsung akan mempengaruhi supply
bahan baku bagi Olympic Group.
2.2.1.2. Pertumbuhan Penduduk Indonesia
Pertumbuhan penduduk juga merupakan faktor yang mempengaruhi perencanaan
strategis manajemen Olympic Group. Keberadaan penduduk Indonesia dapat
diasumsikan sebagai konsumen potensial. Jumlah penduduk dapat digunakan sebagai
dasar target penjualan jangka panjang. Karena sebagian besar pangsa pasar Olympic
Group berasal dari Indonesia maka data perkembangan pertumbuhan penduduk
Indonesia menjadi sangat penting.
Tabel 2.1. Proyeksi Perkembangan Penduduk Tahun 2025
Sumber: http://www.datastatistik-indonesia.com/content/view/915/929/
4http://www.kompas.com/kompascetak/0701/13/Fokus/JenderalPunTaklukkepadaCukongKayu.mht
Keberadaan lingkungan sosial masyarakat yang mempengaruhi industri furnitur sebagai
bidang industri Olympic Group diantaranya yaitu tren kampanye hutan hijau
pemerintah, LSM, NGO, tren penggunaan produk furnitur yang ramah lingkungan
(dapat didaur ulang), praktis, dan murah, serta kedepannya masyarakat makin sadar
akan pentingnya pelestarian hutan. Berbagai tren tersebut berpengaruh langsung
terhadap perkembangan industri furnitur baik sekarang maupun di masa yang akan
datang. Bagi Olympic Group sendiri tren keadaan lingkungan akan berpengaruh
langsung terhadap penjualan produk.
2.2.1.3. Proyeksi Perkembangan Ekonomi Indonesia
Kondisi ekonomi secara langsung berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Kondisi
ekonomi atau suatu kejadian ekonomi akan menyebabkan dampak yang luas bagi
perkembangan perusahaan mulai dari perkembangan pasar, operasional perusahaan, dan
kebijakan sumber daya manusia. Indikator kejadian ekonomi yang berdampak
signifikan bagi perusahaan diantaranya yaitu inflasi, pertumbuhan ekonomi, serta aliran
modal asing. Tingkat inflasi secara langsung berpengaruh terhadap tingkat harga barang
yang pada akhirnya berpengaruh pada tingkat daya beli masyarakat terhadap suatu
barang. Jika inflasi tinggi maka harga barang berbagai komoditi disuatu negara akan
naik, sehingga daya beli masyarakat terhadap suatu barang akan menurun. Dan begitu
pula sebaliknya jika tingkat inflasi menurun maka harga barang akan menurun yang
menyebabkan daya beli masyarakat terhadap suatu barang naik. Sedangkan tingkat
pertumbuhan ekonomi berpengaruh pada tingkat pendapatan per kapita masyarakat
yang pada akhirnya meningkatkan daya beli masyarakat. Jika pertumbuhan ekonomi
suatu negara naik maka pendapatan per kapita masyarakat akan naik sehingga
menyebabkan peningkatan daya beli masyarakat. Kedua ini kator ekonomi ini akan
sangat berpengaruh terhadap target penjualan produk perusahaan. Aliran modal asing
melalui bank berpengaruh pada tingkat bunga kredit dan kemudahan untuk
mendapatkan kredit bagi perusahaan. Semakin banyak aliran modal asing yang masuk
melalui bank berdapak pada penurunan tingkat bunga pinjaman (pembiayaan) sehingga
perusahaan tidak kesulitan untuk melakukan pinjaman pembiayaan untuk keperluan
investasi.
Indikator Ekonomi 2006 2007 2008 2009 2010
Pertumbuhan PDB (%) 5,3 6 6,5 6,3 6,2
Inflasi (%) 13,2 7 4,6 4 3,6
Defisit Anggaran -1,1 -0,8 -0,7 -0,4 -0,3
Neraca Transaksi Berjalan 0,4 0,4 0,9 0,7 0,5
Tingkat Bunga Deposito 11,3 8,5 6 5,9 5,7
Kurs Rupiah Rp9.166 Rp9.116 Rp9.310 Rp9.528 Rp9.759
Perkembangan GDP Dunia Tingkat GDP
Dunia 4,7%
AS 2,5%
Jepang 1,9%
Euro 2,0%
EU 2,2%
OECD 2,6%
Negara-negara Berkembang 7,0%
Tabel 2.2. Proyeksi Indokator Ekonomi Indonesia 2010
Sumber:http://www.kadinindonesia.or.id/id/doc
Tabel 2.2. menunjukan proyeksi ekonomi Indonesia untuk tahun 2006 sampai dengan
tahun 2010 menunjukan meningkatan pertumbuhan ekonomi dan penurunan inflasi.
Bagi Olympic Group sendiri dengan tingkat pertumbuhan ekonomi dan penurunan
inflasi seperti yang terlihat pada tabel diatas merupakan berita bagus yang akan
berdampak baik pada perkembangan perusahaan.
2.2.1.4. Perkembangan Lingkungan Global
Dalam era globalisasi setiap perusahaan terpengaruh oleh perkembangan global. Karena
perkembangan ekonomi suatu negara atau kawasan akan berpengaruh terhadap
perkembangan ekonomi negara atau kawasan lainnya. Apalagi Olympic Group yang
tidak hanya melayani pasar nasional, tentunya keadaan perkembangan ekonomi dan
pertumbuhan penduduk dunia akan mempengaruhi Olympic Group di pasar
internasional. Oleh karena itu, mengetahui perkembangan dunia sangat penting
berkaitan dengan tujuan Olympic Group menjadi perusahaan bertaraf internasional.
Tabel 2.3. Proyeksi Pertumbuhan Gross Domistik Bruto
Sumber:http://www.kadinindonesia.or.id/id/doc
Perkembangan perekonomian dunia bisa dilihat dari gross domistik bruto (GDP). Gross
domistik bruto adalah peroduktifitas kotor yang dihasilkan oleh satu negara. GDP
mencerimnkan tingkat pertumbuhan ekonomi. Dari tabel 2.3. terlihat bahwa untuk tahun
2006 sampai tahun 2010 pertumbuhan ekonomi dunia akan meningkat 4,6% per tahun.
Sedangkan untuk GDP AS, Jepang, Eropa, Timur Tengah, Asia, dan negara-negara
berkembang pertumbuhannya yaitu 4.7%, 2.9%, 1.9%, 2.0%, 2.2%, 2.6%, 7.0%.
Sumber:http://www.kadinindonesia.or.id/id/doc
Gambar 2.3. Grafik Proyeksi Perkiraan Jumlah Penduduk Dunia
Peningkatan jumlah penduduk dunia merupakan hal positif bagi perusahaan. Bagi
Olympic Group peningkatan jumlah penduduk dunia berdampak pada peningkatan
kuota ekspor. Gabar 2.3. menunjukan bahwa jumlah penduduk dunia pada tahun 2010
diperkirakan akan mencapai 6.9 miliar. Untuk lebih jelasnya dibawah ini disajikan tabel
perkembangan penduduk dunia.
2.2.1.5. Kondisi dan Persaingan pada Industri Furnitur
Industri furnitur di Indonesia dapat digolongkan menjadi dua yaitu industri furnitur
konck down dengan bahan baku hardboard dan medium destiny fiberboard dan industri
furnitur klasik dengan bahan baku kayu mentah. Kedua jenis industri furnitur ini
berbahan baku kayu, perbedaanya untuk furnitur konck down lebih ramah lingkungan
karena bahan bakunya terbuat dari serpih kayu. Segmen pasar furnitur konck down yaitu
konsumen menengah bawah, sedangkan untuk furnitur klasik segmennya konsumen
high class. Karena kesulitan dalam pengadaan bahan baku perusahaan yang bergerak
pada industri furnitur klasik mulai melirik dan masuk pada industri furnitur konck down.
Furnitur klasik lebih melayani pasar luar negeri.
Selama ini Olympic Group adalah pemimpin pasar pada industri konck down furnitur.
Olympic Grup agresif dalam mengembangkan pasar baik dalam dan luar negeri. Untuk
pengembangan pasar dalam dan luar negeri Olympic Group mengandalkan perluasan
jaringan distribusi dan pemasaran. Disamping itu, Olympic juga melayani konsumen
berbagai kelas dari segmen bawah sampai segmen atas. Ini terlihat dengan banyaknya
merek dengan sepesifikasi tertentu untuk segmen yang berbeda.
2.2.1.6. Isu Kesejahteraan yang Berpengaruh terhadap Perusahaan
Isu kesejahteraan berdampak pada image perusahaan yang pada akhirnya
mempengaruhi penjualan produk perusahaan. Isu kesejahteraan yang mempengaruhi
kinerja perusahaan meliputi pelestarian lingkungan dan kesejahteraan karyawan. Isu
yang lingkungan yang mempengaruhi industri furnitur yaitu meliputi pelestarian
lingkungan, dimana bahan baku inudstri furnitur berasal dari kayu mentah. Sedangkan
untuk isu kesejahteraan tenaga kerja Olympic Group termasuk berhasil menjaga
hubungan baik dengan karyawannya.
2.3. Faktor Internal
Internal faktor adalah variabel-variabel yang menjadi keunggulan atau kelemahan atas
pencapaian tujuan perusahaan. Variabel yang berpengaruh terhadap pencapain tujuan
jangka panjang perusahaan terdiri dari dua macam yaitu variabel yang bersifat tangible
dan variabel yang bersifat intangible.5 Variabel yang bersifat tangible merupakan
variabel yang terlihat nyata dimana variable ini mudah dilihat dan diukur dalam skala
nominal. Variable intangible didalam perusahaan keberadaanya perlu dianalisis terlebih
dahulu. Pada Olympic Group variable tangible sudah dijabarkan pada bab 1. Identifikasi
variabel intangible dalam penelitian ini dilakukan dengan metode wawancara dan
observasi lapangan. Hasil analisis mengidentifikasi beberapa variabel intangible yang
dimiliki oleh Olympic Group diantaranya yaitu aset intelektual dalam bidang organisasi,
produk, teknologi, manajemen, pemasaran, dan distribusi. Variabel tersebut dapat
digolongkan kedalam tiga golongan yang diantaranya yaitu:
1. Keunggulan dan kelemahan variable intangible, kompetensi, serta daya saing
perusahaann.
2. Tujuan personal, filosofi bisnis, etika, dan prinsip para petinggi perusahaan.
3. Nilai-nilai kebersamaan dan budaya perusahaan.
5 Pearce, Robinson. “Formulation, Implementation, and Control of Competitive Strategy”. McGraw-Hill.Page150.
2.3.1. Keunggulan dan Kelemahan Variable Intangible, Kompetensi, serta Daya
Saing Perusahaan
Variabel intangible dapat dikatakan sebagai core competences perusahaan. Hasil
analisis lapangan mengidentifikasi beberapa keunggunal yang dimiliki oleh Oylmpic
Group.
Organisasi
Dalam lingkup organisasi, karyawan Olympic Group loyal terhadap perusahaan.
Orang-orang yang duduk pada level eksekutif mempunyai jiwa entrepreneur
yang sangat tinggi. Selain itu, image Olympic Group sebagai organisasi bisnis
menurut pandangan stakeholder mempunyai image sebagai perusahaan yang
penduli terhadap lingkungan dan karyawan.
Sebagai organisasi bisnis yang terdiri dari berbagai divisi kelemahan Olympic
Group yaitu belum terjadi sinergi yang menyeluruh. Ini terlihat dari pengkajian
ulang pembentukan divisi yang terdiri dari tujuh pilar.
Produk
Ketika berbicara produk maka tidak terlepas dari keberadaan brand. Olympic
Group dengan produk furnitur knock down mempunyai brand awareness sangat
baik di mata konsumen. Sebagai pelopor funitur dalam industri furnitur di
Indonesia brand Olympic bahkan sudah menjadi identitas perusahaan, dimana
ketika konsumen membeli produk furnitur apapun merek-nya konsmumen
tersebut mengacu pada nama Olympic. Harga produk Olympic Group
mencermikan economic of scale dimana harganya terjangkau oleh konsumen
dari kalangan manapun.
Namun demikian produk Olympic mudah ditiru oleh kompetitor. Menurut
ganeral manajer pemasaran Olympic Group di pasar banyak sekali produk
furnitur yang desainnya mirip dengan produk Olympic bukan hanya itu saja
setiap perusahaan mengelurakan produk baru beberapa bulan kemudian
bermunculan produk yang sama yang dikeluarkan oleh kompetitor.
Teknologi
Seperti yang sudah diutarakan pada bab I, dalam bidang teknologi Olympic
Group sudah menggunakan ERP dan mesin produksi modern sebagai penunjang
Variabel AsetIntangible
Keunggulan Perusahaan (AsetIntelektual)
Kelemahan
Organisasi Loyalitas karyaanBudaya EntrepreneurImage Perusahaan
Belum terjadi sinergi antarorganisasi
Produk Brand AwarenessBrand IdentityEconomic of Scale
Produk mudah ditiru olehkompetitor
proses produksi, serta sistem teknologi informasi untuk menunjang distribusi
dan komunikasi organisasi.
Olympic Group mempunyai departemen research and development (R&D)
tersendiri, namun demikian fungsinya belum maksimal. Departemen R&D
Olympic Group hanya sebatas meneliti ketahanan produk, mengembangkan
desain baru, serta menguji bahan baku produk. Untuk sekala nasional R&D
Olympic Group masih bagus tetapi untuk sekala internasional R&D Olympic
Group masih lemah dibanding kompetitor.
Sumber Daya Manusia
Olympic Group mempunyai karyawan yang berpengalaman dalam bidang
produksi furnitur. Hal ini terlihat dari tingkat masa kerja karyawan Olympic
Group. Pengalaman karyawan memudahkan dalam menjalankan perintah yang
diberikan oleh seorang manajer. Sedangkan tingkat keterampilan karyawan
Olympic Group terlihat performa kerja karyawan yang menurut manajer SDM
cukup tinggi.
Kelemahan SDM Olympic Group yaitu sebagai perusahaan yang sudah bertaraf
nasional dan akan memasuki internasional keterampilan karyawan Olympic
Group dalam bidang manajemen masih kurang. Rata-rata karyawan Olympic
mempunyai keterampilan kerja berdasarkan pengalaman, sedangkan
keterampilan untuk mengelola bidang kerja dan interaksi antar departemen
masih belum maksimal. Di level manajer kualitas SDM Olympic Group belum
memenuhi syarat perusahaan bertaraf internasional. Ini terlihat dari tingkat
pendidikan para manajer Olympic Group.
Tabel 2.4. Keunggulan dan Kelemahan yang Dimiliki Olympic Group
TeknologiERPSistem integrasi teknologiinformasiPenggunaan mesing moderen danberteknologi tinggi
Pengembangan R & D belummaksimal
Personal
(SDM)
Pengalaman kerja
Keterampilan kerja
Kualitas SDM pada levelmanajer masih kurang.Keterampilan manajemenmasih kurang
2.3.2. Tujuan Personal, Filosofi Bisnis, Etika, dan Prinsip para Petinggi
Perusahaan
Setiap orang didalam perusahaan mulai dari level eksekutif sampai level supervisior
mempunyai tujuan sendiri atas dedikasinya terhadap perusahaan. Tujuan, filosofi, etika,
dan prinsip setiap orang didalam perusahaan berpengaruh pada cara kerja dan performa
kerja orang tersebut. Dari hasil wawancara dan studi lapangan pada Olympic Group
mengidentifikasi adanya perbedaan tujuan di setiap level. Untuk level eksekutif
mempunyai motifasi kerja agar perusahaan dapat menjadi perusahaan bertaraf
internasional tidak hanya bergerak dibidang furnitur tetapi menjadi perusahaan
konglomrasi yang bergerak disegala bidang. Sedangkan untuk level manajer
menginginkan agar perusahaan cepat menjadi perusahaan publik karena adanya prestis
tersendiri bagi karyawannya. Untuk level supervisor mempunyai tujuan personal
terhadap perusahaan agar perusahaan besar, profesional dalam pengelolaan SDM,
jenjang jabatan sehingga kesejahteraan karyawan meningkat.
Au Bintoro sebagai pemilik perusahaan memiliki filosofi bisnis menjaga hubungan baik
dengan stakeholder meliputi pemegang saham, karyawan, lingkungan dan masyarakat.
Etika dalam berbisnis dalam diri Au Bintoro sebagai pemilik yang mengendalikan
penuh perusahaan bahwasanya perusahaan harus berkontribusi terhadap kesejahteraan
masyarakat. Etika bisnis direalisasikan melalui program corporate social and
responcibility (CSR) perusahaan yang diimplementasikan dalam berbagai kegiatan amal
tahunan. Berkenaan dengan peralihan generasi dimana akan terjadi transisi dalam
pengelolaan bisnis pada level eksekutif, para eksekutif Olympic Group mempunyai
prinsip bahwa alih generasi harus diselengarakan dengan baik untuk menghasilkan
generasi yang terbaik.
Thompson, Strickland; “Strategic Management: Concepts and Cases”. McGraw-Hill, page76.
2.4. Analisis Bisinis dan Organisasi Olympic Group
Analisis bisnis dan perusahaan sebagai dasar pemetaan untuk mengidentifikasi akar
masalah yang sedang dihadapi Olympic Group dan untuk menentukan strategi
perusahaan. Analisis ini meliputi analisis industri, keunggulan, kelemahan dan
ancaman, kesempatan (SWOT analisis), analisis pertumbuhan, dan analisis siklus
organisasi.
2.4.1. Analisis Industri Five Forces Porter’s
Analisis industri dalam penelitian ini menggunakan five forces porter analysis. Analisis
industri dilakukan untuk mengetahui prospek industri dan keadaan persaingan yang
dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah dan tren perkembangan ekonomi dan industri
nasionalmaupun global.6
Sumber: Modul Corporate and Business Strategy Gambar 2.4. Five Forces Porter Analysis
Kebijakan pemerintah dan PEST
Kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan industri furnitur yaitu kebijakan
perekonomian (sektor riil dan moneter), kebijakan linngkungan (undang-undang
perhutanan), kebijakan pasar bebas (AFTA). Impilkasi kebijakan pemerintah
berpengaruh pada keadaan politik, ekonomi, sosial, dan teknologi.
Keadaan politik: kedepan keadaan politik Indonesia akan semakin stabil.
6
Keadaan ekonomi: pemerintah menargetkan pertumumbuhan ekonomi
6,2, penurunan inflasi menjadi 3,6 kurs rupiah Rp. 97.596 per dolar.
Keadaan sosial: jumlah penduduk Indonesia mencapai 4.733.053 pada
tahun 2010, program pelestarian hutan pemerintah NGO dan LSM,
masyarakat sadar lingkungan.
Perkembangan teknologi: perkembangan teknologi pada industri furnitur
akan mengarah pada industri yang ramah lingkungan dengan bahan baku
yang dapat didaur luang.
Barganing power of buyer
Kebutuhan furnitur meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk.
Peningkatan taraf hidup akan meningkatkan daya beli konsumen atau
masyarakat. Oleh karena itu, disimpulkan bahwa kemampuan kosnumen
membeli berbagai produk furnitur meningkat dengan berbagai variasi produk
untuk segmen yang berbeda.
Ancaman produk substitusi
Ancaman produk subtitut dari produk furnitur klasik dan plastik. Dengan bahan
yang berbeda dan mempunyai fungsi yang sama furnitur yang terbuat dari
plastik lebih murah. Segmen furnitur plasik adalah perusahaan, dengan model
bisnis B2B (business to business). Sedangkan untuk furnitur klasik bermain di
segmen atas sebagaian besar mempunyai pangsa pasar di luar negeri.
Bargaining power of supplier
Permintaan bahan baku furnitur kedepannya akan meningkat sedangkan bahan
baku furnitur terus berkurang. Hal ini akan menyebabkan kenaikan bahan baku
furnitur. Saat ini Olympic Group sudah bekerja sama dengan supplier untuk
memenuhi bahan baku.
Ancaman pendatang baru
Sekarang ini IKEA sudah merambah Jakarta, patut diwaspadai karena
merupakan perusahaan internasional dengan modal dan jaringan distribusi yang
sangat kuat. Jika Indonesia menandatangani kesepakantan perdagangan bebas
(AFTA) akan memudahkan perusahaan furnitur luar negeri masuk Indonesia
dengan harga yang lebih murah.
Persaingan dengan kompetitor
Pada industri furnitur knock down konsumennya sangat sensitif terhadap harga
sehingga persaingan antar kompetitor yang terjadi selama ini adalah persaingan
harga. Olympic Group menjadi pemimpin pasar karena yang pertama masuk
pada industri ini dan langsung mengembangkan jaringan distribusi pemasaran.
Selain persaingan harga pada industri ini variasi dan inovasi produk juga sangta
penting inovasi akan menjadi keunggulan kompetitif bagi perusahaan.
2.4.2. Daur Hidup Industri Furnitur
Setelah masa krisis industri furnitur mengalami pertumbuhan kembali, produsen
furnitur selain Olympic Group yang dulunya vaccum sekarang beroperasi kembali.
Persaingan terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan produk. Karena
berbagai tekanan ekonomi industri panel furnitur yang baru tumbuh mengalami
penurunan kembali. Walaupun diperkirakan kebutuhan furnitur akan meningkat tetapi
pesaing akan bertambah terutama pesaing dari luar negeri. Bisa jadi pertambahan
pendatang baru akan lebih banyak dibandingkan dengan peningkatan persaingan.
Sedangkan penjualan Olympic Group sendiri pada tahun 2006 mengalami penurunan
dan menurut manajer keuangan Olympic Group besar kecilnya tingkat pendapatan
tergantung pada keadaan ekonomi dan usaha dalam bidang pemasaran. Lebih lanjut dia
mengatakan bahwa perkembangan industri furnitur pada masa yang akan datang akan
mengalami tekanan yang berasal dari perusahaan luar jika pemerintah tidak melindungi
industri furnitur dalam negeri. Sehingga jika digambarkan dengan daur hidup industri
maka industri furnitur di Indonesia berada pada fase maturity.
Wheelen L. Thomas, Hunger J. David; “Strategic Management and Business Polecy”. Pearson NewJersey, 2006, Prentice Hall. Page 119.
Grafik 2.5. Daur Hidup Industri Furnitur di Indonesia
2.4.3. Analisis SWOT
Srtength, Weakness, Opportunity, Threat (SWOT) analisis digunakan untuk
menganalisa apa yang menjadi keunggulan, kelemahan, peluang, dan ancaman
perusahaan dalam kondisi industri dan persaingan yang sudah dijelaskan seperti diatas.
Gambar 2.6. Analisis SWOT
Kekuatan (Strength)
Yang menjadi kekuatan Olympic Group dalam menghadapi persaingan dan
perkembangan industri diantaranya yaitu:
1. Jaringan distribusi dan pemasaran Olympic Group.
2. Loyalitas dan dedikasi karyawan Olympic Group tinggi.
3. Pengalaman karyawan Olympic Group dalam bidang kerja sebagai salah
satu modal produktifitas.
4. Brand Olympic sudah menjadi identitas perusahaan dan produk furnitur
knock down di Indonesia.
5. Dilihat dari laporan keuangan, Olympic Group mempunyai sumber dana
(free cash) cukup besar, selain itu bagi Olympic Group mencari sumber
dana investasi sekarang ini tidaklah sulit dengan performa perusahaan
yang konsisten.
6. Di Indonesia Olympic Group merupakan perusahaan yang paling
inovatif di industri furnitur knock down. Ini terlihat dari banyaknya
produk dengan spesifikasi khusus.
7. Olympic Group mempunyai teknologi informasi dan mesin produksi
yang canggih sebagai pendukung kegiatan bisnis.
8. Olympic Group menjalin kerja sama dengan supplier bahan baku di
China.
9. Efisiensi produksi Olympic Group sudah menjadi keunggulan kompetitif
sehingga dapat menjual produk dengan murah.
Kelemahan (Weakness)
Yang menjadi kelemahan Olympic Group dalam menyongsong persaingan dan
perkembangan industri diantaranya yaitu:
1. Inovasi produk Olympic Group mudah ditiru oleh kompetitor.
2. Keterampilan manajemen manajer Olympic Group kurang.
3. SDM dalam level majer keatas masih kurang, jika dilihat dari tingkat
pendidikan.
Peluang (Opportunity)
Yang menjadi peluang Olympic Group dalam menghadapi persaingan dan
perkembangan industri diantaranya yaitu:
1. Pasar furnitur di Timur Tengah merupakan pasar potensial bagi Olympic
Group.
2. Pasar furnitur knock down di Indonesia bagian timur belum
dikembangkan dan belum banyak kompetitor.
3. Keadaan ekonomi Indonesia semakin membaik dan jumlah penduduk
yang merupakan potential custromer bagi Olympic Group.
4. Tren produk furnitur yang ramah lingkungan.
Ancaman (Threat)
Yang menjadi ancaman Olympic Group dalam menghadapi persaingan dan
perkembangan industri diantaranya yaitu:
1. Perdagangan bebas (kesepakatan AFTA), jika Olympic Group tidak siap
akan menjadi ancaman serius karena setiap perusahaan furniter kelas
dunia dapat masuk ke Indonesia tanpa cukai.
2. IKEA meripakan perusahaan furnitur knock down kelas dunia asal
Swedia kekuatan utama terletak pada distribusi, pemasaran, dan
sokongan modal. Walaupun saat ini belum menunjukan ancaman, IKEA
merupakan ancaman serius Olympic Group dimasa yang akan datang,
3. Bahan dasar kayu untuk furnitur semakin berkurang dan permintaan akan
bahan baku terus bertambah.
4. Karena perubahan iklim akibat pemanasan global, sekarang pemerintah
berkomitmen untuk melestarikan hutan tropis yang ada di Inonesia.
2.4.4. Analisis Fase Pertumbuhan Perusahaan
Strategi perusahaan didasarkan pada penentuan fase perusahaan dilihat dari kekuatan
dan kelemahan internal serta lingkungan eksternal yang mendukung atau tidak
mendukung. Dari ke empat faktor tersebut terdapat delapan deskripsi perkembangan
bisnis perusahaan yang diantaranya yaitu:
I.
II.
III.
IV.
V.
VI.
VII.
Perusahaan dapat mengisi peluang pasar dari bidang usahanya yang sekarang
dengan memilih cara yang tercepat karena relatif tersedia kelebihan sumber daya
yang mampu menghambat atau mencegah jatuhnya peluang ketangan pesaing.
Kemampuan perusahaan lebih kecil dibandingkan potensi pasar/industri,
sehingga usaha pertumbuhan perusahaan dilakukan sebatas kemampuannya
tidak drastis secara bertahap.
Melakukan usaha perbaikan intern dan secara aktif mempertahankan segmen
pasar yang telah dikuasai dengan tetap mencoba mengimbangi manuver dari
pesaing.
Memusatkan usaha perbaikan intern dan membatasi diri untuk melayani segmen
pasar tertentu yang dipilih secara hati-hati.
Perusahaan harus memikirkan untuk mengurangi atau merubah jenis produk atau
pasar, mengurangi biaya, penjualan sebagian aset perusahaan.
Perusahaan harus mencari suatu segmen permintaan yang kecil dan khusus atau
unik sehingga kurang atau tidak ekonomis bagi perusahaan lain untuk
melayaninya.
Perusahaan perlu melakukan pemilihan yang selektif terhadap jenis usaha atau
memanfaatkan peluang pasar yang betul-betul terkait dengan kelebihan,
kemampuan atau produk yang dipunyai oleh intern perusahaan.
Wheelen L. Thomas, Hunger J. David; “Strategic Management and Business Polecy”. Prentice Hall,
Sumber: Modul Business Strategy
Gambar 2.7. Matriks Strategi Korporasi
Dari faktor internal Olympic Group mempunyai resource yang kuat untuk skala
nasional tetapi perkembangan lingkungan luar industri furnitur tidak mendukung.
Masalah serius berasal dari besarnya ancaman pendatang baru dan harga bahan baku
produksi yang semakin mahal pada industri furnitur. Sehingga prediksi perkembangan
ekonomi yang membaik dan peningkatan kebutuhan furnitur tidak berpengaruh besar.
Berdasarkan perkembangan di atas dengan menggunakan grand strategi matrik maka
strategi yang harus dilakukan oleh Olympic Group adalah diversification.
Untuk implementasi diversification strategi sendiri dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu concetric diversification dan conglomerate diversification. Concetric
diversification bisa dilakukan perusahaan dengan cara beralih ke bisnis yang sesuai
dengan bisnis inti perusahaan. Sedangkan conglomerate diversification yaitu jika
perusahaan beralih ke bisnis yang berbeda dari bisnis inti perusahaan.7
Sebagai pemimpin pasar Olympic Group lebih tepat menerapkan strategi concentric
diversification. Alasannya karena, Olympic Group merupakan pemimpin pasar pada
industri panel furnitur dan mempunyai sumber daya yang kuat yang dapat digunakan
7
New York, 2001. Page176.
untuk membangun bisnis baru yang masih ada kaitannya dengan industri furnitur.
Concentric differsivication juga bisa dilakukan dengan cara mengakuisisi perusahaan
lain. Rekomendasi dari penulis sebaiknya Olympic Group mengakuisisi perusahaan
yang bergerak difurnitur plastik atau bekerjasama dengan perusahaan pemasaran
furnitur luar negeri. Walaupun pasarnya masih kecil karena hanya sebatas korporat,
tetapi dengan mengakuisisi perusahaan yang bergerak di furnitur plastik akan
menambah daya saing bagi Olympic Group.
2.4.5. Siklus Organisasi pada Bisnis Keluarga (Olympic Group)
Olympic Group merupakan bisnis keluarga yang telah melalui berbagai fase. Fase
pertama dimulai ketika Au Bintoro selaku pendiri mendirikan Olympic Group beserta
dengan dua saudaranya. Fase kedua ketika generasi penerus mulai mempelajari bisnis
yang dibangun oleh pendiri. Fase ketiga generasi penerus terlibat dalam kegiatan bisnis
keluarga, terlibat dalam pengambilan keputusan bisnis dan berkontibusi terhadap
pengembangan SDM dan manajemen. Fase keempat pendiri menempati posisi dewan
direksi sedangkan pengelolaan bisnis diserahkan pada generasi penerus. Dengan melihat
kenyataan yang terjadi dilapangan, Olympic Group sebagai sebuah bisnis keluarga
berada di fase tiga (partnership between generation) karena generasi penerus sudah
terlibat dalam kegiatan bisnis yang duduk di level general manajer sedangkan pendiri
menempati posisi komisaris dan CEO PT. Cahaya Sakti Furintraco yang merupakan
SBU dari Olympic Group.
Sumber: Wheelen L. Thomas, Hunger J. David. “Strategic Management and Business Polecy”. PearsonPrentice Hall, New Jersye,2006. Page 333.
Gambar 2.8. Grafik Transfer of Power pada Bisnis Keluarga
Kinicki, Anggelo, Williams K. Brian, 2003, Management. New York: McGraw Hill, page151. Kinicki, Anggelo, Williams K. Brian, 2003, Management. New York: McGraw Hill, page 179.
2.4.6. Komitmen, Visi, Misi dan Filosofi
Untuk dapat mencapai tujuan menjadi perusahaan bertaraf internasional tidak terlepas
dari kompitmen para pemimpin Olympic Group dalam menjalankan perusahaan secara
profesional. Walaupun masih dalam lingkup bisnis keuarga jika perusahaan dijalankan
secara profesional bukan tidak mungkin Olympic Group dapat menjadi perusahaan
bertaraf internasional.
Kompitmen Olympic Group untuk mencapai tujuan tersebut tertuang dalam visi, misi
dan filosofi organisasi. Visi mewakili pertanyaan “apa tujuan kita?”, menggambarkan
tujuan jangka panjang organisasi. Misi mewakili pertanyaan “bagaimana
mewujudkannya?”, menggambarkan alasan dari tujuan jangka panjang organisasi.8
Sedangkan filosofi merupakan dasar pemikiran atas setiap tindakan yang berkaitan
dengan tujuan organisasi.
Sumber: Dibuat oleh penulisGambar 2.9. Visi, Misi dan Filosofi Organisasi Olympic Group
2.4.7. Keterkaitan antara Visi, Misi dan Filosofi Organisasi
Dari visi, misi dan filosofi yang merupakan tujuan organisasi yang sudah disepakati
bersama untuk memudahkan pencapaian tujuan diperlukan strategi. Strategi adalah
rencana tindakan secara menyeluruh sebagai panduan untuk mencapai tujuan
organisasi.9 Keterkaitan antara visi, misi dan filosofi membentuk sebuah strategi
sebagai panduan untuk mewujudkan tujuan jangka panjang Olympic Group. Bentuk
keterkaitan tersebut adalah sebagai berikut:
8
9
Visi-Misi. Visi Olympic Group menjadi perusahaan bertaraf internasional.
Sedangan misinya memberikan keharmonisan dan keunggulan kinerja yang
berguna bagi stakeholder. Makna keterkaitan antara visi dan misi tersebut yaitu
perusahaan harus terus maju dan berkembang, berkaitan dengan hal teknis
pengelolaan dan pengembangan bisnis perusahaan, sehingga untuk mewujudkan
visi dan misi tersebut diperlukan strategi koprorasi dan strategi bisnis.
Visi-Filosofi. Filosofi Olympic Group mengandung makna bahwa generasi
penerus merupakan kunci utama dalam mencapai apa yang menjadi visi
perusahaan. Keterkaitan atara visi dan filosofi tidak terlepas dari pengembangan
pemimpin yang kompeten yang dapat mewujudkan tujuan organisasi. Pemimpin
yang visioner yang mempunyai tujuan jangka panjag yang jelas. Untuk
mencapai tujua tersebut diperlukan kepemimpinan stratejik sebagai kerangka
panduan dasar tindakan pengembangan kepemiminan.
Filosofi-Misi. Keterkaitan Filosofi dengan Misi mengandung makna bahwa
generasi penerus yang kompeten adalah generasi penerus yang dapan
mengembangkan dan memajukan perusahaan dengan menjaga kerharmonisan
kerjasama sehingga memberikan kemaslahatan bagi stakeholder. Makna dari
filosofi dan misi berkaitan dengan bagaimana, kapan dan kepada siapa alih
kekuasaan diserahkan yang bisa disebut juga dengan succession planning.
Sumber: Dibuat oleh penulis
Gambar 2.10. Hubungan antara Visi, Misi dan Filosofi Organisasi Olympic Group
Mengingat Olympic Group adalah sebuah perusahaan keluarga keberhasilan dan
kelancaran suksesi bagi Olympic Group memegang peranan kunci atau sebagai tolak
ukur atas keberhasilan pencapaian tujuan jangka panjang organisasi. Saat ini
keberhasilan alih generasi merupakan hal pertama dan yang paling utama yang harus
dilakukan oleh Olympic Group.
2.5. Akar Masalah
Dari uraian dan analisis situasi bisnis diatas permasalahan utama pada Olympic Group
yaitu “Bagaimana alih generasi yang sedang dilakukan oleh Olympic Group bisa
berjalan sukses?”. Suksesi atau alih generasi pada Olympic Group berkaitan dengan
peralihan pengelolaan perusahaan dari pendiri kepada generasi penerus. Keberhasilan
suksesi tidak lepas dari peran pendiri, partisipasi generasi penerus, dan sistem bisnis
organisasi perusahaan yang dapat digambarkan sebagai berikut.
Sumber: Dibuat oleh penulisGambar 2.11. Hubungan Keterkaitan Tiga Faktor Kunci Suksesi
Father Action. Hubungan keterkaitan antara generasi pertama atau pendiri
dengan sistem bisnis dan organisasi perusahaan disini digambarkan dengan
istilah father action. Father action menunjukan kesiapan generasi pertama atau
pendiri untuk menyerahkan tata kelola perusahaan kepada generasi penerus.
Yang dimaksud kesiapan yaitu meliputi kepemimpinan, prosedur pengambilan
keputusan, dan kontribusi pendiri.
Son Participation. Pandangan dan partisipasi generasi penerus dalam
pengelolaan perusahaan yang akan dipegangnya. Pandangan mengenai tujuan,
cita-cita dan motivasi kerja pribadi generasi penerus mengenai perusahaan yang
akan dikelola. Sedangkan partisipasi berkaitan dengan sudah sejauh mana
generasi penerus berperan serta dalam pengelolaan perusahaan, apasaja yang
sudah dilakukan, dan apakah sudah mengambil keputusan-keputusan penting
yang berkaitan dengan arah perkembangan perusahaan.
Share value. Antara generasi pertama pendiri dengan generasi penerus terjalin
visi, misi dan pandangan pengenai perusahaan bersama. Share value dapat
dilakukan dengan menjalin komunikasi sehingga generasi pertama (pendiri)
mengetahui apa yang menjadi keinginan generasi penerus mengenai masa depan
perusahaan dan generasi penerus memahami apa yang menjadi cita-cita generasi
pertama (pendiri). Jika share value dilakukan dan disosialisasikan maka akan
dapat menghasilkan sinergi yang membentuk pandangan baru masa depan
perusahaan.
Dari hubungan keterkaitan tiga faktor utama kesuksesan suksesi diatas maka sebenarnya
yang menjadi akar masalah pada program keberhasilan suksesi yang sedang dilakukan
oleh Olympic Group dapat digambarkan dengan diagram ikan sebagai berikut:
Gambar 2.12. Diagram Isikhawa (Fishbone)
2.6. Alur Pembahasan Penelitian, Batasan Masalah dan Teknik Pengambilan Data
Dalam penelitian ini, alur penelitian digunakan sebagai panduan untuk memberikan
kemudahan bagi pembaca terhadap penelitian yang dilakukan.
2.6.1. Alur Penelitian
Topik penelitian ini membahas mengenai suksesi dan segala permasalahan yang
berkaitan dengan penyelenggaraan suksesi Olympic Group dengan menitik beratkan
pada masalah kepemimpinan stratejik. Sebagai salah satu perencanaan strategis
manajemen program penyelenggaraan suksesi secara tidak langsung dipengaruhi oleh
faktor internal dan eksternal perusahaan. Faktor internal dan eksternal digunakan untuk
mengidentifikasi perkembangan perusahaan. Dari identifikasi perkembangan
perusahaan dapat ditentukan langkah atau tindakan yang seharusnya diambil oleh
Olympic Group. Karena keberhasilan suksesi sangat ditentukan oleh penyelenggaraan
dan komitmen dari generasi pertama untuk melakukan suksesi maka dilakukan analisis
kepemimpinan stratejik untuk mengetahui apakah langkah-langkah yang diambil oleh
generasi pertama sudah sesuai dengan proses penyelenggaraan suksesi yang sedang
dilakukan.
VISI dan MISIPerusahaan
LingkunganEksternal
Analisis ModelKepemimpinan
AnalisisKepemimpinan
Stratejik
Analisis Internal
Analisis KriteriaKebutuhanPemimpin
IndentifikasiCalon Pemimpin
Evaluasi Penentuan CalonPemimpin
PenentuanPerencanaan
Program Suksesi
ImplementasiProgram Suksesi
Sumber: Dibuat oleh penulis
Gambar 2.13. Alur Pembahasan Penelitian
2.6.2. Batasan Penelitian
Penelitian ini memfokuskan pada penyelenggaraan suksesi yang merupakan salah satu
program perencanaan strategis perusahaan. Penelitian ini juga menitikberatkan
pembahasan mengenai kepemimpinan Au Bintoro sebagai generasi pertama dalam
konteks tata kelola dan pengembangan perusahaan serta peran serta dalam
penyelenggaraan suksesi. Adapun pembahasan mengenai generasi penerus
menitikberatkan pada keterkaitan hubungan suksesi dan tata kelola perusahaan di masa
yang akan datang.
2.6.3. Teknik Pengambilan Data Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Adapun metode pengambilan data pada
penelitian ini yaitu melipiti:
1. Wawancara,
2. Observasi lapangan, dan
3. Studi literatur
Pengambilan data dengan metode wawancara dilakukan pada key person yang
berhubungan dengan bahasan topik penelitian. Observasi lapangan dilakukan pada
lingkungan level manajemen dan direksi perusahaan. Sedangkan studi literatur melalui
internet untuk mencari data pendukung yang berhubungan dengan topik bahasan
penelitian.
BAB III
SOLUSI BISNIS
3.1. Alternatif Solusi Bisnis
Sebelum masuk pada alternatif solusi bisnis terlebih dahulu penulis menelusuri
pengertian suksesi dalam konteks organisasi untuk mencari faktor kunci dalam
penyelenggaraan suksesi yang sedang dilakukan Olympic Group.
Organisasi adalah kumpulan atau kelompok orang yang bekerja bersama untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama sebelumnya.10 Berdasarkan tujuannya
menurut Angelo Kinicki dan Brian K. Williams dalam buku “Management”
membedakan organisasi menjadi tiga yaitu (2003: 250):
1. Profit organization: sebuah organisasi bisnis yang tujuan utamanya mencari
laba.
2. Non-profit organization: organisasi yang tujuan utamanya melayani kepentingan
umum, seperti universitas, sekolah, dsb.
3. Mutual-benefit organization: organisasi swadaya yang tujuan utamanya
tergantung dari kepentingan kelompok pendirinya, seperti partai politik,
organisasi buruh, dsb.
Dalam konteks penelitian, Olympic Group merupakan organisasi bisnis yang bergerak
dibidang industri furnitur dengan tujuan utama memperoleh laba. Penjabaran pengertian
organisasi di atas untuk memahami esensi dari suksesi.
Scermerhorn, Hunt, Osborn. Organizational Behavior. Jhon Wiley & Son Inc, USA 2005. Pag 6. William J. Rothwell. Effective Succession Planning: Ensuring Leadership Continuity and Building
3.1.1. Pengertian Suksesi
Suksesi adalah sebuah proses alih tata kelola organisasi yang mempengaruhi kinerja
perusahaan dari generasi atas komunitas atau personal yang sekarang sedang
menjalankan tata kelola organisasi kepada generasi atas komunitas atau personal yang
berhak dan kompeten dalam mengelola dan mengembangkan organisasi kedepannya.11
Perencanaan suksesi adalah sebuah program perencanaan alih tata kelola organisasi
yang melibatkan tiga komponen utama didalam organisasi diantaranya yaitu
10
11
Talent from Within. AMACOM, 2005. Page 10.
Richard L. Daft. The Leadership Experience. Thomson, 2005. Page5. Kinicki, Williams, 2003, Management, New York: McGraw Hill. Page 11. Kinicki, Williams, 2003, Management, New York: McGraw Hill. Page252. Herbert G. Heneman, Timothy A. Judge. Staffing Organization. McGraw Hill, 2003. Page10.
kepemimpinan (leadership), manajemen (management) dan sistem organisasi (system
organization). Kepemimpinan adalah hubungan saling mempengaruhi antara pemimpin
dan pengikut bermaksud merubah suatu keadaan yang tercermin dari tarik menarik
kepentingan antara keduanya.12 Manajemen adalah alat pencapaian tujuan organisasi
supaya setiap anggota organisasi bekerjasama secara efektif dan efisien.13 Sedangkan
sistem organisasi adalah peraturan tertulis yang membentuk tatanan tata kelola
organisasi.
Hubungan ketiga komponen perusahaan didalam suksesi akan mempengaruhi model
kepemimpinan, struktur organisasi dan staffing yang akan menghasilkan pengembangan
karir bagi generasi penerus perusahaan.
Model kepemimpinan: Model kepemimpinan dalam perencanaan suksesi
didasarkan pada fase tahapan perkembangan perusahaan dan organization life
cycle yang menggambarkan situasi perkembangan lingkungan dari perusahaan.
Supaya perencanaan suksesi berjalan lancar model kepemimpinan dari
pemimpin (eksekutif) berusahaan harus disesuaikan dengan situasi organisasi
dan perkembangan perusahaan.
Structure organization: Struktur organisasi adalah struktur otoritas formal yang
menggambarkan posisi setiap anggota organisasi berdasarkan tugas dan
wewenang.14 Suksesi akan menyebabkan terjadinya perubahan didalam struktur
organisasi. Suksesi merupakan perencanaan alih tugas dan kewenangan
berdasarkan posisi didalam struktur organisasi.
Staffing: Staffing merupakan alat pendukung pengelolaan organisasi didalam
sistem organisasi supaya segala tindakan organisasi berjalan sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan.15 Staffing berakitan dengan penempantan orang-
orang didalam organisasi sebagai pendukung akivitas organisasi. Dalam konteks
suksesi, staffing merupakan penempatan orang-orang didalam organisasi sebagai
pendukung perencanaan suksesi.
Successor’s career: Successor career merupakan pembentukkan peta perjalanan
jenjang karir bagi generasi penerus dalam sistem orgaisasi, manajemen dan
12
13
14
15
kepemimpinan. Hal ini dilakukan supaya tidak menimbulkan konfik dalam
organisasi.
Hubungan kepemimpinan, manajemen dan sistem organisasi dalam suksesi organisasi
yang sudah dijelaskan diatas dapat digambarkan dengan konsep sebagai berikut.
Company in Succession
LeadershipKomitmen Au
Bintoro
LeadershipStyle
StructureOrganization
Sucessor’sCareer
ManagementStaffing
SystemOrganization
Sumber: Dibuat oleh penulisGambar 3.1. Hubungan Kepemimpinan, Manajemen, dan Sistem Organisasi
dalam Suksesi Organisasi
3.1.2. Hakikat Suksesi dan Kepemimpinan didalam Organisasi
Untuk memudahkan pemahaman hakikat suksesi Olympic Group, sebelumnya
dilakukan penelusuran suksesi di dalam perusahaan berdasarkan level meanajemen.
Kincki Williams dalam buku “Management” mengklasifikasikan Level manajemen
menjadi tiga kelompok sebagai berikut (2003: 16):
Top management: Bertugas membuat keputusan jangka panjang perusahaan
yang dituangkan kedalam bentuk kebijakan atau program perusahaan. Setiap
keputusan jangka panjang yang diambil oleh top management berpengaruh
terhadap perusahaan secara keseluruhan.
Middle management: Bertugas mengimplementasikan kebijakan atau rencana
program dari level top management. Kegiatan middle management meliputi
mengkoordinasikan program perencanaan perusahaan dan memastikan program
tersebut diimplementasikan oleh supervisor sesuai dengan program yang telah
ditetapkan.
Supervisor: Bertugas membuat keputusan operasi jangka pendek, melaksanakan
program perencanaan dari top management dan menjadikannya tugas sehari-
hari.
Setiap level manajemen membutuhkan keterampilan yang berbeda-beda berdasarkan
tugas utamanya. Menurut Kincki, Williams dalam bukunya yang berjudil
“Management” menyatakan setiap level manajemen mempunyai fungsi berbeda seperti
top management harus mempunyai kemapuan konseptual, middle management harus
mempunyai kemampuan human skills dan supervisor harus mempunayi kemampuan
teknis (2003: 22).
Kemampuan konseptual: Kemampuan konseptual terdiri dari berfikir analisis,
melihat organisasi secara keseluruhan dan memastikan organisasi bekerja sesuai
dengan tujuan organisasi. Kemampuan konseptual harus didukung dengan
kemampuan kepemimpinan bagi top management. Kemampuan memimpin pada
top management akan berpengaruh terhadap keberhasilan program perusahaan.
Human skills: Kemampuan untuk bekerjasama dengan orang lain didalam
organisasi dan memastikan setiap orang didalam organisasi bekerja dengan
benar sesuai dengan program perusahaan yang dibuat oleh top management.
Kemampuan human skills menekankan kemampuan berkomunikasi dengan
setiap anggota organisasi supaya pendelegasian tugas mudah dipahami oleh
pelaksana tugas.
Kemampuan teknis: Kemampuan keahlian atau keterampilan tertentu dalam
satu bidang kerja tertentu. Dalam bahasa sehari-hari disebut juga hard skill yang
menyangkut keterampilan, kemampuan dan kerja keras anggota organisasi
dalam bidang kerja yang yang lebih spesifik.
Dari setiap level manajemen suksesi diartikan berbeda-beda. Suksesi pada top
management dilakukan dalam rangka pergantian jabatan pada level eksekutif. Suksesi
pada top management akan berdampak luas pada organisasi jika generasi penerus
mempunyai pandangan yang berbeda mengenai tata kelola organisasi. Intensitas suksesi
pada level top management bisa dibilang jarang terjadi dan bersifat momental artinya
perusahaan tidak akan mengganti atau merombak susunan jabatan pada level eksekutif
jika perusahaan tidak mengalami krisis (dalam keadaan tidak biasa). Perusahaan sudah
menyiapkan generasi penerus (in side out) untuk mengisi kekosongan jabatan pada level
top management. Untuk perusahaan go pubilc penentuan pengangkatan eksekutif
perusahaan berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Pada level middle management dan supervisor suksesi sering disebut dengan
perencanaan jenjang karir. Suksesi pada level ini tidak berdampak luas terhadap
perusahaan dan dampaknya hanya sebatas pada departemen unit kerja tertentu dan tidak
lama. Suksesi ada level middle management merupakan proses kegiatan pergantian
posisi manajer. Sukses pada level supervisor merupakan proses kegiatan pergantian
posisi supervisor pada unit kerja tertentu, berhubungan dengan pengambilalihan tugas
yang bersifat teknis tertentu dari generasi sebelumnya ke generasi berikutnya. Suksesi
pada level middle management dan supervisor intensitasnya sering terjadi tergantung
pada lingkungan kerja, tergantung pada kenyamanan serta kebutuhan tenaga kerja pada
level ini. Pergantian posisi jabatan pada level ini sering kali perusahaan meng-hire
orang dari luar perusahaan untuk mengisi kekosongan alur kerja atau untuk peningkatan
kinerja perusahaan (out side in).
Sumber: Dibuat oleh penulis
Gambar 3.2. Hubungan Intensitas Suksesi dan Dampak Suksesi dalam OrganisasiBerdasarkan Level Manajemen
3.2. Suksesi Olympic Group
Suksesi yang terjadi di Olympic Group yaitu suksesi pada level top management. Au
Bintoro selaku pendiri Olympic Group akan segera meletakan jabatannya sebagai
Sigit Kurniawan. Para Agen Jadi Ujung Tombak. SWA, Januari, 2008.
presiden direktur Olympic Group yang akan digantikan oleh generasi penerus. Generasi
penerus Olympic Group tentunya dari orang yang mempunyai hubungan sedarah atau
kekerabatan dengan Au Bintoro selaku pendiri Olympic Group karena Olympic Group
merupakan perusahaan keluarga. Mengingat suksesi pada level top management
mempunyai dampak yang luas terhadap perusahaan dan menentukan masa depan
perusahaan maka suksesi pada Olympic Group harus dilaksanakan dengan seksama.
3.3. Solusi Suksesi Olympic Group
Seperti yang sudah dijelaskan di atas suksesi bahwa faktor kunci keberhasilan suksesi
perusahaan yaitu kepemimpinan, manajemen, dan sistem organisasi. Sedangkan untuk
suksesi pada level top management keberhasilannya lebih ditentukan oleh tindakan dan
komitmen dari pemimpin yang sedang memimpin. Maka tindakan yang harus dilakukan
untuk memastikan keberhasilan suksesi Olympic Group diantaranya yaitu:
Mengevaluasi sistem organisasi dan penerapan sistem organisasi yang
didasarkan pada perkembangan perusahaan.
Mengevaluasi kepemimpinan Au Bintoro berkaitan dengan perencanaan suksesi
yang telah menjadi komitmen yang didasarkan pada perkembangan organisasi.
Membuat konsep pengukuran kompetensi generasi penerus mengenai arah
perkembangan masa depan perusahaan untuk memastikan keberhasilan suksesi.
3.3.1. Evaluasi Organisasi Bisnis Olympic Group
Hasil analisis penentuan posisi perusahaan grand strategy matrix yang mendasarkan
pada keadaan internal dan kesternal persuahaan telah dijelaskan pada bab II. Untuk
menentukan arah pengembangan perusahaan pada bab II menunjukan Olympic Group
berada pada posisi diversification. Sedangkan analisis industri furnitur pada bab II
menunjukan bahwa industri furnitur di Indonesia berada pada tahap maturity, hasil
kedua analisis tersebut diperkuat dengan berita terbaru Olympic Group yang sekarang
sedang melakukan ekspansi pasar ke luar negeri melalui aliansi dengan perusahaan
pemasaran negara tujuan.16
Analisis yang dilakukan di atas untuk menentukan perkembangan Olympic Group pada
tahapan sikulus hidup organisasi (organization life cycle). Thimas L. Wheelen dalam
16
Function Stage I Stage II Stage III1. Sizing up:
Majorproblems
Survival andgrowth dealingwith sort-termoperatingproblems.
Growth rationalization,and expansion ofresources, providing ofadequate attention toproduct problems.
Trusteeship in managementand investment and control oflarge, increasing, anddiversified resources. Also,important to diagnose and takeaction on problems at divisionlevel.
2. Objectives Personal andsubjective.
Profits and meetingfunctionally orientedbudgets andperformance targets.
ROI profit earning per share.
buku “Strategy Management and Busniess Polecy” menjelaskan siklus hidup organisasi
kedalam lima tahapan sebagai berikut (2006: 225):
Stage I Stage II Stage III Stage IV Stage V
Dominant Issue
Popular Strategies
Brith
Concentrationin aniche
Growth
Horizontaland vertical
growth
Maturity
Concentric andconglomeratediversification
Decline
Profite strategifollowed by
retrenchment
Death
Liquidation orbankcorupcy
Likely Structure Entrepreneurdominant
Funtional Decentralizationmanagement into profite oremphasized invesment centers
Structuralsurgery
Dismemberment ofstructure
ENTREPRENEUR LEADER
Sumber: Wheelen L. Thomas, Hunger J. David; “Strategic Management and Business Polecy”. PrenticeHall,2006. Page222.
Gambar 3.3. Organization Life Cycle
Dari tahapan siklus hidup organisasi di atas hasil analisis industri yang menjadi
dominant issue dan analisis grand matrix strategy yang merupakan popular strategies
menunjukan Olympic Group berada pada tahap tiga dalam tahapan siklus hidup
organisasi (organization life cycle).
Setelah menentukan tahapan siklus hidup organisasi Olympic Group, selanjutnya
dilakukan analisis sistem orgnaisasi. Analisis sistem organisasi dilakukan untuk
mengetahui apakah sistem organisasi sudah sesuai dengan tahapan organisasi Olympic
Group. Analisis dilakukan dengan menggunakan stage of corporate development yang
memuat tindakan fungsional pada setiap tahapan perkembangan korporasi. Berikut ini
adalah tabel stage of corporate development.
Tabel 3.1. Stages of Corporate Development
3. Strategy Implicit andpersonal;exploitationimitationopportunities seenby ownermanager.
Functionally orientedmoves restricted to“one product” scope:exploitation of onebasic product or servicefield.
Growth and productdiversification; exploitation ofgeneral business opportunities.
4. Organization:Majorcharacteristicof structure
One unit, “oneman show”.
One unit, functionallyspecialized group.
Multi-unit general staff officeand decentralized operatingdivision.
(a) Measurement andcontrol
Personal,subjective controlbased on simpleaccounting systemand dailycommunicationand observation.
Control grows beyondone person; assessmentof functional operationsnecessary; structurecontrol system evolve.
Complex formal system gearedto comparative assessment ofperformance measures,indicating problems andopportunities and assessmentmanagement ability of divisionmanagers.
(b) Keysperformanceindicator
Personal criteria,relationship withowner, operatingefficiency, abilityto solve problems.
Functional and internalcriteria such as sales,performance comparedto budget, size ofempire, status in group,personal, relationships,etc.
More impersonal applicationof comparison such as profits,ROI, P/E ratio, sales, marketshare, productivity, productpemimpinship, personneldevelopment, employeeattitudes, public responsibility.
5. Reward-punishmentsystem
Informal,personal,objective; use tomaintain controland divide smallpool of resourcefor key performerto providepersonalincentives.
More structured;usually based to agreater extent onagreed policies asopposed to personalopinion andrelationships.
Allotment by “due process” ofwide variety of differentrewards and punishment on aformal and systematic basis.Company policies usuallyapply to many different classesof managers and workers withfew major expectations forindividual cases.
Sumber: Wheelen L. Thomas, Hunger J. David; “Strategic Management and Business Polecy”. PrenticeHall, page 220.
Evaluasi masalah utama obyektifitas dan strategi organisasi dikelompokkan menjadi
satu sedangkan evaluasi karakteristik organisasi dijadikan sub bab tersendiri karena erat
kaitannya dengan kepemimpinan Au Bintoro selaku pemilik Olympic Group. Berikut ini
adalah analisis sistem organisasi Olympic Group berdasarkan stage of corporate development.
1. Pertumbuhan organisasi
Masalah utama yang dihadapi Olympic Group dengan bertumbuh kembangnya
organisasi yaitu kepercayaan. Ini dirasakan Au Bintoro sebagai pemimpin ketika
dia menyatakan untuk meletakan jabatannya sebagai presiden direktur. Setiap
divisi pada Olympic Group berjalan secara sendiri-sendiri tidak mengikuti
program yang ditetapkan oleh Olympic Group sebagai holding. Berdasarkan
observasi lapangan ketidakpercayaan anggota organisasi pada level manajemen
Olympic Group lebih dikarenakan dualisme kepemimpinan. Dualisme
kepemimpinan ini terjadi saat Au Bintoro menyatakan akan meyerahkan tata
kelola perusahaan kepada generasi penerus tetapi masih tetap memegang kendali
penuh terhadap perusahaan yang disisi lain ada seorang CEO yang kompeten
yang berhasil mengangkat krisis Olympic Group sewaktu krisis moneter.
Masalah utama ini memperkuat pembuktian bahwa dalam fase tahapan
perkembangan korporasi Olympic Group berada pada stage III.
2. Tujuan jangka pendek perusahaan.
Sebagai perusahaan yang sudah memasuki tahap tiga dalam fase tahapan
perkembangan korporasi tujuan obyektif Olympic Group seharusnya
peningkatan laba per lembar saham perusahaan (EPS) dan return on investment
(ROI). Tujuan obyektif laba perlembar saham dan ROI memandang kinerja
perusahaan bukan hanya dari kinerja penjualan dan peningkatan laba perusahaan
tetapi sudah meliputi strategi finansial untuk meningkatkan laba perlembar
saham yang misalnya membeli saham kembali atau melakukan investasi
dibidang usaha tertentu supaya harga saham perusahan naik. Sistem organisasi
yang berupa pembentukan holding dan agenda perencanaan go public Olympic
Group sudah mengarah pada tujuan obyektif sebagai perusahaan yang berada di
tahap tiga pada tahapan perkembangan korporasi.
Tetapi, dalam kenyataanya berdasarkan hasil observasi Olympic Group masih
menekankan pada pencapaian laba yang disesuaikan dengan anggaran pada tiap-
tiap divisi dan kinerja target yang ditetapkan sebelumnya. Ini terlihat dari adanya
penyesuaian program anggaran dan evaluasi target pada tiap-tiap divisi yang
dilakukan oleh holding. Dan sementara itu holding tidak melakukan strategi
finansial untuk meningkatkan laba per lembar saham. Dalam organisasi Olympic
Group holding hanya sebatas father company yang menentukan kebijakan dan
mengevaluasi kinerja divisi berdasarkan anggaran tahunan. Hal ini
mengindikasikan tujuan obyektif Olympic Group merupakan tujuan obyektif
perusahaan untuk tahap dua sedangkan perkembangan korporasi sudah
memasuki pada tahap tiga.
3. Strategi
Sebagai perusahaan yang sudah memasuki tahap tiga dalam fase tahapan
perkembangan korporasi Olympic Group seharusnya melakukan strategi growth
and product divercification. Strategi growth and product divercification
diimplementasikan dengan menggali keinginan konsumen untuk
mengembangkan pasar baru melalui peluncuran produk baru yang berbeda dari
produk sebelumnya.
Pada kenyataannya Olympic Group hanya reaktif terhadap pasar. Dalam hal ini,
tindakan Olympic Group hanya sebatas memenuhi kebutuhan dan keinginan
pasar. Ini terlihat dari inovasi produk Olympic Group yang tidak jauh berbeda
dari produk sebelumnya sehingga mengakibatkan produk Olympic Group
mudah ditiru oleh kompetitor. Motto Olympic Group menjadi perusahaan yang
reaktif dan proaktif terhadap pasar belum terealisasi sepenuhnya.
3.3.2. Evaluasi Kepemimpinan Au Bintoro sebagai Pemimpin dan Pemilik Di
dalam Perencanaan Suksesi dan Organisasi.
Sosok Au Bintoro dengan Olympic Group tidak terpisahkan. Au Bintoro merupakan
figur dalam Olympic Group. Dia adalah seorang entrepreneur tangguh yang mendirikan
dan membesarkan Olympic Group. Keuletan dan tekad bulat Olympic Group untuk
bangkit dengan mengedepankan kepentingan karyawan pada saat krisis ekonomi
menempatkan Au Bintoro sebagai sosok teladan pada setiap karyawan. Sebagai seorang
entrepreneur Au Bintoro pandai mengatur dan mengelola karyawannya. Mengingat
peran Au Bintoro begitu sentral didalam Olympic Group, Au Bintoro memegang
peranan kunci atas masa depan perusahaan dan keberhasilan suksesi yang telah menjadi
komitmennya. Oleh karena itu, dilakukan evaluasi kepemimpinan Au Bintoro dalam
perencanaan suksesi yang telah menjadi salah satu program perusahaan.
3.3.2.1.Penelusuran Kepemimpinan Au Bintoro
Sebagai seorang entrepreneur model kepemimpinan entrepreneur Au Bintoro masih
terlihat sangat kental. Untuk memahami tata kelola manajemen yang selalu berkembang
seiring dengan perkembangan organisasi Au Bintoro dibantu oleh konsultan internal
perusahaan, chief executive officer (CEO) dan komisaris perusahaan yang merupakan
orang kepercayaan Au Bintoro. Orang kepercayaan Au Bintoro dinilai berdasarkan
intensitas diskusi mengenai perusahaan yang sering datang ke kantor. Didalam struktur
organisasi Au Bintoro menduduki posisi presiden direktur Olympic Group tetapi pada
kenyataannya dalam kegiatan sehari-hari Au Bintoro berperan ganda sebagai direktur
PT. Cahaya Sakti Furintraco yang merupakan salah satu divisi Olympic Group. Didalam
suksesi, Au Bintoro menginginkan nilai-nilai yang ada dalam dirinya sebagai pijakan
pengembangan organisasi kedepan. Hal itu direalisasikan dengan seminar
pengembangan manajemen sebagai agenda rutin yang termasuk kedalam program
suksesi Olympic Group. Sebagai salah satu program suksesi Au Bintoro memantapkan
dua anaknya di posisi general manager disalah satu divisi dan satunya memegang
direktur yayasan Olympic Group. Au Bintoro masih berperan serta penuh dalam
pengambilan keputusan organisasi. Eskom meeting merupakan rapat mingguan jajaran
middle management yang melaporkan perkembangan perusahaan dan pengambilan
keputusan dengan Au Bintoro sebagai pengambil keputusan (decision maker).
Kepemimpinan Au Bintoro didalam organisasi dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 3.4. Kepemimpinan Au Bintoro Di dalam Organisasi
3.3.2.2.Evaluasi Kepemimpinan Au Bintoro
Berdasarkan Hersy and Blancrad Model of Situation Leadership dan stage of corporate
development, sebagai perusahaan yang sudah masuk tahap tiga pada stage of corporate
development seharusnya struktur organisasi Olympic Group sudah multi-unit general
staff dan sistem operasinya sudah desentralisasi berdasarkan divisi. Tetapi pada
kenyataannya sistem organisasi tersebut belum berjalan sepenuhnya. Walaupun sistem
organisasi Olympic Group sudah multi-unit general staff tetapi berdasarkan observasi
lapangan langsung yang telah dijabarkan seperti di atas terlihat bahwa sistem operasinya
masih “one man show”. Ini mengindikasikan adanya kesenjangan antara model
kepemimpinan Au Bintoro dengan perkembangan organisasi sehingga sistem organisasi
tidak berjalan secara terdesentralisasi berdasarkan divisi.
Kepemimpinan “one man show” merupakan ciri khas kepemimpinan seorang
entrepreneur. Au Bintoro merupakan seorang entrepreneur sejati, namun demikian
sekarang ini sebagai seorang pemimpin organisasi bisnis yang sudah berkembang Au
Bintoro bukan hanya seorang entrepreneur tetapi dia harus bisa menjadi profesional
yang setidaknya dapat berjalan sesuai dengan perkembangan organisasi. Untuk
menentukan model kepemimpinan Au Bintoro digunakan model kepemimpinan
situasional. Hersy and Blanchard dalam buku “Organizational Behavior” membagi
model kepemimpinan sebagai berikut (2005: 650):
“Telling” style (S1) is best for low follower readiness (R1). Terlibat langsung
dalam memerintah, baik dilakukan ketika dalam keadaan dimana pengikut tidak
bisa dan tidak yakin dalam melakukan tugas.
“Selling” style (S2) is best for low to moderate follower readiness (R2).
Mengarahkan dan memberi dukungan pada orang yang tidak bisa melaksanakan
tugas tetapi yakin bahwa tugasnya dapat dikerjakan.
“Participating” style (S3) is best for moderate to high follower readiness (R3).
Mempunyai kemampuan tetapi enggan melaksanakan tugas, membutuhkan
perlakuan sportif untuk meningkatkan motivasinya, misalnya melibatkan dalam
pengambilan keputusan yang akan memunculkan hasrat untuk menunjukan
kemampuan terbaiknya.
Hig
h
Rel
atio
nsh
ip B
ehav
ior
Sum
ppor
tive
Beh
avio
rL
ow
Delegating style (S4) is best for high readiness (R4). Sedikit dalam memberikan
arahan tugas dan memberikan tanggung jawab sepenuhnya. Dilakukan ketika
pengikut mampu dan adanya kebutuhan bahwa tugas ini harus diselesaikan.
Sumber: Scermerhorn, Hunt, Osborn. Organizational Behavior. John Wiley & Son Inc, USA 2005. Page650.
Gambar 3.5. Hersy and Blanchard Model Situational Leadership
Para eksekutif dan manajer Olympic Group mempunyai pengalaman lebih dalam bidang
kerjanya masing-masing, ini terlihat dari masa kerja eksekutif dan manajer Olympic
Group yang cukup lama. Kebanyakan dari mereka masih ada hubungan saudara dengan
Au Bintoro dan walaupun tidak berasal dari keluarga besar mereka sudah menjadi
bagian dari Olympic Group. Dari jenjang pendidikan para manajer rata-rata
berpendidikan S1 dan untuk eksekutif rata-rata berpendidikan S2. Dari sisi kemampuan
untuk melaksanakan tugas para eksekutif dan manajer Olympic Group tidak diragukan
lagi kemampuannya. Apalagi setiap eksekutif dan manajer dibekali dengan kemampuan
manajemen sesuai dengan program pengembangan organisasi.
Dari tahap pengembangan korporasi dan model kepemimpinan situasional menunjukan
bahwa kepemimpinan Au Bintoro lebih tepat dilakukan dengan model participating. Au
Bintoro tidak harus terlibat langsung dalam pekerjaan yang bersifat operasional. Au
Bintoro cukup memberi pengarahan atas program perusahaan dan memotivasi para
manajer dan eksekutif dengan mengajaknya berdiskusi dalam pengambilan keputusan.
Au Bintoro tidak harus terlibat langsung pada proses perekrutan karyawan, pengawasan
produksi, dan penjualan. Sebagai pimpinan puncak Au Bintoro cukup memfokuskan
pada rancangan implementasi program pengembangan perusahaan supaya program
tersebut dapat dijalankan oleh setiap jajaran anggota organisasi didalam perusahaan.
Hal-hal yang berkaitan dengan masalah dan keputusan divisional diselesaikan pada
lingkup divisi terkecuali jika tidak dapat dipecahkan maka akan menjadi agenda
program holding dan membutuhkan Au Bintoro sebagai pimpinan puncak untuk
memutuskan permasalahan tersebut. Peran ganda Au Bintoro sebagai presiden direktur
yang merupakan jabatan formal dan direktur salah satu Divisi Olympic Group, PT.
Cahaya Sakti Furintraco yang merupakan jabatan tidak formal akan menimbulkan bias
keputusan yang diambil Au Bintoro didalam organisasi.
3.3.2.3.Kepemimpinan Au Bintoro dan Suksesi
Dari penelusuran suksesi peran pemimpin sangat menentukan keberhasilan program
suksesi perusahaan. Dalam lingkup organisasi seorang pemimpin mempunyai pengaruh
besar dalam penentuan masa depan organisasi. Dari pernyataan tersebut dapat
disimpulkan bahwa keberhasilan suksesi Olympic Group lebih besar ditentukan oleh
kemampuan Au Bintoro dalam mempimpin dan menjalankan organisasi supaya tidak
terjadi kesenjangan antara kepemimpinan dengan perkembangan organisasi sehingga
tercipta kemapanan sistem organsiasi. Dan dari hasil penelusuran di atas juga
mengidikasikan waktu suksesi yang paling tepat untuk melakukan alih kepemimpinan
pada Olympic Group ketika manajemen, sistem organisasi, dan kepemimpinan yang
membentuk organisasi bisnis mencapai kemapanan. Dalam hal ini yaitu segala sesuatu
yang berkaitan tugas dan wewenang dijalankan sesuai dengan prosedur yang
membentuk sistem didalam perusahaan.
3.4. Kriteria Pemimpin Masa Depan
Kriteria pemimpin yang dibutuhkan Olympic Group harus sesuai dengan tuntutan
internal perusahaan dan dapat menyesuaikan atau menangani perkembangan eksternal
Neal Thornberry. Lead Like an Entrepreneur. MacGraw Hall, 2006. Page49.
yang tidak dapat dikontrol oleh perusahaan. Berdasarkan faktor internal dan eksternal
perusahaan kriteria pemimpin masa depan Olympic Group hendaknya mempunyai
karakter sebagai berikut:
Toleransi terhadap ambiguitas
Kriteria ini merupakan karakter pemimpin yang mampu menangani chaos dalam
situasi yang tidak pasti.17 Tuntutan ini merupakan dampak dari faktor luar
dimana persaingan didalam industri furnitur semakin ketat. Peredaran produk
dengan berbagai brand dari kompetitor dipasar semakin banyak. Selain itu trend
prilakukonsumen dan peraturan pemerintah yang tidak bisa ditebak
menyebabkan ketidak pastian situasi dalam industri furnitur.
Komitmen terhadap perusahaan
Pemimpin masa depan Olympic Group merupakan pemimpin yang mempunyai
komitmen penuh terhadap perusahaan. Mendedikasikan segala kemampuan dan
waktunya untuk perusahaan. Mempunyai komitmen untuk mengembangkan
perusahaan guna mewujudkan azas manfaat yang tercantum pada visi Olympic
Group.
Keahlian interpersonal
Keahlian interpersonal merupakan karakter seorang pemimpin yang dapat
menjalin hubungan dengan lingkungan, kesetabilan emosi, mempunyai
pemikiran terbuka dan pandai me-manage bawahan. Untuk mewujudkan
menjadi perusahaan bertaraf internasional Olympic Group mengadakan berbagai
perubahan seperti pembentukan holding, merekru karyawan baru dibidang
manajemen, dan mengoptimalkan sistem informasi sebagai komunikasi antar
departemen. Karakter pemimpin tersebut dibutuhkan Olympic Group untuk
menjaga kesetabilan situasi perusahaan.
Mempunyai visi yang jelas
Karakter pemimpin Olympic Group hendaknya mempunyai visi yang jelas.
Mempunyai pandangan kedepan yang realistis dituangkan dalam bentuk
program perusahaan dan dapat diukur pencapiannya. Pemimpin Olympic Group
harus empunyai perencanaan program strategis untuk mewujudkan misi
Olympic Group.
17
Aspiratif dan percaya diri
Pemimpin Olympic Group hendaknya sanggup memberikan aspirasi kepada
bawahannya. Seorang pemimpin yang aspiratif dapat meingkatkan kepercayaan
bawahan. Dengan didukung rasa percaya diri dari seorang pemimpin aspiratif
dapat meningkatkan kinerja bawahan.
Pandai memanfaatkan peluang bisnis
Pemimpin Olympic Group hendaknya pandai melihat dan memanfaatkan
peluang bisnis. Kinerja perusahaan akan terus mengalami peningkatan jika
pemimpin Olympic Group pandai memanfaatkan peluang.
Gambar 3.6. Analisis Karakteristik Pemimpin yang Dibutuhkan Olympic Group
Kriteria karakter pemimpin yang ditunjukan pada gambar 3.6. dapat digunakan sebagai
dasar pemilihan pemimpin pengembangan kompetensi kepemimpinan Olympic Group.
Dengan demikian diharapkan calon pemimpin Olympic Group nantinya dapat menjadi
aspirasi organisasi memenuhi kebutuhan organsasi dan membawa kepada tujuan
organisasi.
3.5. Alternatif Calon Pengganti Au Bintoro
Selama ini untuk mensosialisasikan program suksesi Olympic Group melakukan
program seminar. Isi dari agenda seminar manajemen Olympic Group mencakup dua
tujuan utama yang diantaranya yaitu:
Menanamkan nilai-nilai Au Bintoro sebagai landasan pengembangan
perusahaan.
Mensosialisasikan bahwa nantinya Olympic Group akan dipimpin oleh
pemimpin baru.
Isu yang terjadi Au Bintoro akan menyerahkan kepemimpinan Olympic Group kepada
Eddy Gunawan. Eddy Gunawan dianggap sebagai kandidat paling kompeten untuk
menggantikan Au Bintoro. Tetapi dalam setiap seminar sosialisasi suksesi Eddy
Gunawan hanya sebagai audiance. Pada setiap agenda seminar manajemen untuk
membawakan materi seminar Au Bintoro sering berkolaborasi dengan anaknya yang
bernama Santo yang sekarang menduduki posisi general manager. Au Bintoro jarang
membawakan seminar manajemen dengan Eddy Gunawan. Sedangkan untuk
pertimbangan calon pengganti Au Bintoro terdapat dua alternatif pilihan, yaitu:
1. Eddy Gunawan sebagai pengganti Au Bintoro.
2. Putra atau putri Au Bintoro sebagai pengganti Au Bintoro.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa program suksesi Olympic Group belum
terencana dengan baik karena masih penimbulkan tumpang tindih kewenangan dan
adanya dilema pemilihan calon pengganti Au Bintoro.
3.6. Penilaian dan Penentuan Calon Penggati Au Bintoro
Supaya tidak menimbulkan dilema dalam mengambil keputusan memilih calon
pengganti Au Bintoro sebaiknya didasarkan pada pertimbangan profesionallitas.
3.6.1. Dasar Penilaian
Pertimbangan profesional merupakan faktor yang mempengaruhi pengambilan
keputusan penentuan calon pengganti Au Bintoro. Adapun faktor tersebut diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Sistem organisasi: Sistem organisasi menunjukan tingkat kemapanan organisasi
dimana prosedur, peraturan, dan kebiasaan organisasi sudah terbeutuk dengan
jelas dan baku yang pada akhirnya menjadi sebuah kebiasaan.
2. Tingkat kepercayaan manajemen: Tingkat kepercayaan manajemen menunjukan
seberapa besar tingkat kepercayaan manajemen terhadap calon pengganti Au
Bintoro.
3. Tingkat kompetensi: Tingkat kompetensi menggambarkan seberapa besar
tingkat kompetensi calon pengganti Au Bintoro. Tingkat kompetensi
berdasarkan pada kriteria kebutuhan calon pemimpin (toleransi terhadap
ambiguitas, komitmen terhadap perusahaan, interpersonal skill, aspiratif dan
percaya diri, mempunyai visi yang jelas, dan padai memanfaatkan peluang
bisnis).
4. Model kepemimpinan: Model kepemimpinan menjelaskan model kepemimpinan
dari calon pengganti Au Bintoro yang penilaiannya berdasarkan kesesuaian
tahapan perkembangan organisasi. Seperti yang sudah dijelaskan pada sub bab
3.3.2.2. model kepemimpinan yang sesuai dengan tahapan perkembangan
korporasi Olympic Group yaitu participating.
5. Tingkat kepercayaan keluarga: Menunjukan seberapa besar tingkat kepercayaan
keluarga terhadap calon pengganti. Walaupun terkesan tidak profesional namun
faktor ini penting. Untuk menjaga profesionalitas sebaiknya keluarga menilai
calon pemimpin secara obyektif berdasarkan kriteria karakter yang ditentukan.
GayaKpemimpinan
TingkatKepercayaanManajemen
TingkatKompetensi
KeputusanCalon
Pengganti
SistemOrganisasi
TingkatKepercayaan
Keluarga
Sumber: Dibuat oleh penulis.
Gambar 3.7. Pertimbangan Keputusan Penentuan Calon Pengganti
3.6.2. Tolak Ukur Penilaian
Selanjutnya kedua alternatif calon pengganti dievaluasi berdasarkan kelima
pertimbangan diatas. Karena Au Bintoro mempunyai tiga anak maka ketiganya
dijadikan alternatif calon pengganti. Tingkat pengukuran dapat ditentukan sebagai
berikut:
Tingkat Kompetensi
Pengukuran tingkat kompetensi dibagi menjadi tiga yang diantaranya yaitu:
Meyakinkan: Menunjukan calon pemimpin mempunyai tingkat
kompetensi sesuai dengan kriteria karakter pemimpin yang dibutuhkan
perusahaan.
Pembelajaran: Tingkat kompetensi calon pengganti dibawah standar
kompetensi yang didasarkan pada kriteria karakter pemimpin yang
dibutuhan perusahaan.
Diluar Kompetensi: Tingkat kompetensi calon pengganti tidak sesuai
dengan standar kriteria karakter pemimpin yang dibutuhkan perusahaan
atau calon pengganti tidak berminat menjadi calon pengganti.
Tingkat Kepercayaan Manajemen
Tolak ukur tingkat kepercayaan manajemen berdasarkan pada kepercayaan
jajaran manajemen terhadap kemampuan dan keahlian calon pengganti dan
hubungan antara calon pengganti dengan jajaran manajemen. Pengukuran
tingkat kepercayaan manajemen dibagi menjadi tiga yang diantaranya yaitu:
Didukung: Menunjukan calon pengganti didukung penuh oleh jajaran
manajemen karena kemampuan dan keahliannya sudah teruji serta dapat
menjalin hubungan baik dengan jajaran manajemen.
Diragukan: Menunjukan calon pengganti tidak didukung penuh oleh
jajaran manajemen karena kemampuan dan keahliannya dianggap belum
teruji namun mampu menjaga hubungan baik dengan jajaran manajer.
Tidak Didukung: Menunjukan calon pengganti tidak didukung sama
sekali oleh jajaran manajemen karena kemampuan dan keahliannya
belum teruji dan tidak mempunyai hubungan langsung dengan pihak
manajemen.
Tingkat Kepercayaan Keluarga
Tolak ukur tingkat kepercayaan keluarga berdasarkan pada kepercayaan
keluarga terhadap kompetensi calon pengganti dan hubungan antara calon
pengganti dengan keluarga. Tingkat pengukuran tingkat kepercayaan keluarga
dibagi menjadi tiga yang diantaranya yaitu:
Tinggi: Menunjukan calon pengganti dipercaya penuh oleh keluarga
karena kompetensinya dan hubungan baiknya dengan keluarga.
Rendah: Menunjukan calon pengganti tidak dipercaya penuh oleh
keluarga karena tingkat kompetensi atau tidak bisa menjalin hubungan
baik dengan keluarga.
Tidak Dipercaya: Menunjukan calon pengganti tidak dipercaya sama
sekali oleh keluarga.
Model kepemimpinan
Tolak ukur untuk model kepemimpinan berdasarkan pada kesesuaian model
kepemimpinan calon pengganti dengan model kepemimpinan yang dibutuhkan
oleh perusahaan. Tingkat pengukuran model kepemimpinan dibagi menjadi tiga
tingkatan yang diantaranya yaitu:
Sesuai: Menunjukan model kepmimpinan calon pengganti sesuai dengan
model kepemimpinan yang dibutuhkan perusahaan.
Pembelajaran: Menujukan calon penggati sedang pada tahap
pembelajaran kepemimpinan.
Tidak Sesuai: Menunjukan model kepemimpinan calon penggati tidak
sesuai dengan model kepemimpinan yang dibutuhkan perusahaan.
Sistem Organisasi
Tolak ukur calon pengganti pada sistem organisasi berdasarkan peran,
pengalaman, dan penyesuaian calon pengganti didalam sistem organisasi.
Tingkat pengukuran calon pengganti didalam sistem organisasi dibagi menjadi
tiga yang diantaranya yaitu:
Sangat Memungkinkan: Menunjukan peranan calon pengganti di dalam
organisasi sebagai pembangun sistem, sudah berpengalaman, dan dapat
menyesuaikan dengan jenjang sistem organisasi.
Memungkinkan: Menujukan peran calon pengganti di dalam organisasi
mempunyai peranan aktif, dalam pembangun sistem organisasi, dan
dapat menyesuaikan dengan jenjang sistem organisasi.
Belum Memadai: Menunjukan peran calon pengganti hanya sebagai
anggota didalam organisasi belum atau terlibat langsung dalam struktur
operasional organisasi perusahaan.
3.6.3. Evaluasi Calon Pengganti Au Bintoro
Evaluasi dilakukan berdasarkan observasi lapangan dan wawancara tidak langsung.
Observasi dan wawancara tidak langsung tingkat kompetensi, tingkat kepercayaan
manajemen, tingkat kepercayaan keluarga, model kepemimpinan, dan sistem organisasi
keempat calon pengganti Au Bintoro menghasilkan penilaian sebagai berikut:
Hasil evaluasi Eddy Gunawan sebagai calon pemimpin.
Berdasarkan pengalaman Eddy Gunawan sudah terbukti mempunyai kompetensi
sebagai calon pengganti Au Bintoro. Eddy Gunawan berperan besar dalam
pemulihan Olympic Group dari krisis tahun 1998 dan mengembangkan divisi
baru untuk meningatkan pertumbuhan perusahaan. Eddy Gunawan didukung
oleh jajaran manajemen karena kompetensinya dan hubungan baiknya dengan
jajaran manajemen. Ini terlihat ketika Eddy Gunawan merombak jajaran
manajemen untuk menanggulangi krisis. Sebagai seorang profesional,
kepemimpinan Eddy Gunawan lebih bergaya paticipating. Sebagai bukti ketika
membentukan divisi baru dimana Eddy Gunawan sebagai seorang pemimpin
cukup dengan mengkoordinasi bawahannya. Eddy Gunawan merupakan orang
yang membangun sistem organisasi Olympic Group. Salah satu buktinya adalah
pembentukan holding.
Hasil evaluasi anak pertama sebagai calon pemimpin.
Jika dipandang dari sudut kompetensi berdasarkan standar kriteria karakter
pemimpin yang dibutuhkan oleh Olympic Group anak pertama Au Bintoro
masih berada dibawah standar. Anak pertama terlibat dalam manajemen
Olympic Group baru sekitar enam tahun masih dalam tahap pembelajaran.
Sekarang menempati posisi general manager pada salah satu divisi. Belum
terlibat dalam pengambilan keputusan kebijakan arah perusahaan. Anak pertama
belum mempunyai kompetensi sebagai pemimpin dan masih pada tahap belajar.
Secara struktural anak pertama belum bisa menggatikan Au Bintoro karena
posisinya masih jauh dari level presiden direktur.
Hasil evaluasi anak kedua sebagai calon pemimpin.
Kompetensi anak kedua belum terlihat. Anak kedua masih dalam tahap belajar
memahami organisasi karena baru terlibat dalam bisnis keluarga sekitar empat
tahun. Tingkat kepercayaan manajemen belum tumbuh karena kompetensinya
belum terlihat namun demikian dia sudah bisa membangun hubungan dengan
jajaran manajemen. Belum berkontribusi penuh terhadap keputusan perusahaan.
Keluarga lebih percaya pada anak kedua bahwa nantinya dia dapat belajar
menangani dan menjadi pemimpin Olympic Group. Anak kedua sering
membawakan seminar manajemen bersama Au Bintoro. Kepemimpinan anak
kedua belum terlihat karena menduduki level general manager. Sering kali
terlibat langsung dalam aktivitas operasional untuk mempelajari proses bisnis.
Secara struktural anak pertama belum bisa menggatikan Au Bintoro karena
posisinya masih jauh dari level presiden direktur.
Hasil evaluasi anak ketiga sebagai calon pemimpin.
Anak ketiga sekarang ini bisa dibilang diluar kompetensi karena calon pengganti
belum berminat pada pengelolaan bisnis keluarga. Anak ketiga mempunyai
kegiatan bisnis sendiri. Jajaran manajemen mendukung anak ketiga karena
dianggap mempunyai kompetensi. Walaupun tidak terlibat langsung dalam
bisnis keluarga anak ketiga mempunyai hubungan baik dengan jajaran
manajemen. Karena kompetensinya tingkat kepercayaan keluarga pada anak
ketiga tinggi. Ini terlihat dari posisinya sebagai direktur yayasan Olympic Group
yang mempunyai otoritas penuh terhadap yayasan. Dalam setiap acara yayasan
anak ketiga selalu terlibat langsung dalam kegiatan dan mengembangkan ide
kreatif dengan bawahan. Karena anak ketiga diluar struktur operasional
organisasi maka anak ketiga dianggap belum memadai untuk langsung
menggantikan AU Bintoro.
SUKSESI TingkatKompetensi
TingkatKepercayaanManajemen
TingkatKepercayaan
Keluarga
ModelKepemimpinan
SistemOrganisasi
EddyGunawan
Meyakinkan Didukung Tinggi Sesuai SangatMemungkinkan
AnakPertama
Pembelajaran Diragukan Tinggi Pembelajaran Memungkinkan
AnakKedua
Pembelajaran Diragukan Tinggi Pembelajaran Memungkinkan
AnakKetiga
DiluarKompetensi
Didukung Tinggi Sesuai BelumMemadai
Tabel 3.2. Penilaian Calon Pengganti Au Bintoro
Sumber: Dibuat oleh penulis
3.6.4. Penentuan Calon Penggati Au Bintoro
Bedasarkan hasil evaluasi di atas yang paling kompeten untuk menggantikan Au
Bintoro sebagai presiden direktur Olympic Group adalah Eddy Gunawan. Berdasarkan
pengalaman dan keterlibatan bisnis putra-putri Au Bintoro masih dalam tahap belajar.
Sehingga supaya suksesi berjalan lancar tanpa mempengaruhi kinerja perusahaan
sebaiknya Eddy Gunawan diproyeksikan sebagai pengganti Au Bintoro yang kini
menjabat sebagai presiden direktur. Sedangkan putra-putri Au Bintoro diproyeksikan
sebagai penggati Eddy Gunawan pada suksesi berikutnya pada saat sistem organisasi
sudah mapan.
3.7. Langkah Stratejik Suksesi
Langkah stratejik suksesi merupakan tindakan yang sebaiknya dilakukan Olympic
Group untuk menyelenggarakan suksesi. Pertimbangan langkah stratejik berdasarkan
key success factor (KFS) dan penentuan calon penggati Au Bintoro. Setelah
menetapkan calon pengganti Au Bintoro stratejik suksesinya adalah sebagai berikut:
Pengembangan Generasi Penerus
Kegiatan pada share value meliputi penanaman nilai-nilai Au Bintoro dalam
organisasi, menyatukan pandangan dan tujuan perusahaan antara Au Bintoro
dengan calon pengganti, dan menentukan peran masing-masing dalam program
suksesi.
Go Public
Sebelum alih kekuasaan dilakukan sebaiknya Olympic Group go public terlebih
dahulu karena go public membutuhkan dukungan penuh Au Bintoro sebagai
pemilik. Adapun peran Au Bintoro dalam program go public adalah sebagai
pelopor dan mensosialisasikan go public yang akan dilakukan.
Suksesi I (Alih Kekuasaan)
Setelah perusahaan go public, sistem organisasi sudah tertata dan kinerja
manajemen berada pada keadaan stabil maka dapat dilakukan alih kekuasaan.
Alih kekuasaan ditandai dengan pengangkatan calon pengganti sebagai presiden
direktur.
Sumber: Dibuat oleh penulis.
Gambar 3.8 Langkah Stratejik Suksesi
Untuk agenda program suksesi sebagai implementasi langkah stratejik perusahaan yang
meliputi pengidentifikasian, pelatihan dan pengembangan, penempatan, alih kekuasaan
dan agenda program alih kekuasaan Au Bintoro akan dijelaskan lebih terperinci pada
bab IV.
BAB IV
RENCANA IMPLEMENTASI
4.1. Tahapan Implementasi
Sebelum masuk implementasi terlebih dahulu bab ini diawali dengan pembahasan
skenario suksesi. Penulis membuat skenario untuk menjelaskan situasi suksesi dan
konsekuensi dari alternatif pemilihan pengganti.
4.1.1. Skenario Suksesi
Seperti yang dijelaskan pada bab I isu bisnis yang terjadi di Olympic Group yaitu
keinginan Au Bintoro (mengudurkan diri sebagai presiden direktur) untuk melakukan
alih generasi (suksesi). Sedangkan untuk calon pengganti Au Bintoro, Olympic Group
mempunyai dua alternatif yang diantaranya yaitu Eddy Gunawan sebagai pengganti dan
putra atau putri Au Bintoro sendiri sebagai pengganti. Penelusuran bab II dan III
mengidentifikasi tren yang mempengaruhi suksesi, diantaranya yaitu:
1. Olympic Group merencanakan untuk menjadi perusahaan publik.
2. Berdasarkan keadaan internal dan situasi eksternal Olmpic Group membutuhkan
pemimpin yang mempunyai karakter toleransi terhadap ambiguitas, mempunyai
komitmen tinggi terhadap perusahaan, mempunyai interpersonal yang baik,
mempunyai visi yang jelas, dan pandai memanfaatkan peluang.
3. Putra putri Au Bintoro belum siap untuk menggantikan posisi dirinya sebagai
presiden direktur.
4. Eddy Gunawanyang berupakan CEO Olympic Group mempunyai kompetensi
untuk menggantikan Au Bintoro.
5. Kriteria pemimpin Olympic Group adalah pemimpin dengan model
participating.
Mengetahui konsekuensi atas alternatif pilihan yang akan diambil merupakan salah satu
kunci keberhasilan dari tujuan yang telah ditetapkan. Tren diatas dapat dibuat skenario
untuk mengetahui konsekuensi alternatif pilihan calon pengganti Au Bintoro. Pilihan
SKENARIOSUKSESI
OLYMPICGROUP
ALTERNATIF I ALTERNATIF II
Eddy Gunawan sebagai Pengganti Putra atau Putri Au Bintoro sebagai
Pengganti
Posisi, Tugas, dan
Kewajiban EdyyGunawan
Posisi: Presiden Direktur.
Tugas: Mengantarkan OlympicGroup menjadi perusahaanpublik dan menjadi perusahaanbertaraf internasional.Kewajiban: Mengidentifikasi(putra putri Au Bintoro),membangun, dan menyiapkansistem suksesi.
Posisi: Chief Executive Officer(CEO).Tugas: Penyelenggara suksesi,membangun sistem organisasi danmanajemen supaya tata kelolaperusahaan dijalankan secaraprofesional.Kewajiban: Membimbing, danmemandu putra putri Au Bintorosebagai pemimpin.
Posisi, Tugas, dan
Kewajiban Putraatau Putri AuBintoro
Posisi: General Manager(tetap).Tugas: Meningkatkan kinerjaperusahaan melalui peranfungsionalnya.Kewajiban: Mengembangkankompetnesi diri, belajar menjadipemimpin, dan mempelajaribisnis perusahaan.
Posisi: Presiden Direktur.Tugas: Mengantarkan OlympicGroup menjadi perusahaan publikdan menjadi perusahaan bertarafinternasional.Kewajiban: Mengidentifikasi,membangun, dan menyiapkansistem suksesi untuk generasipenerus.
alternatif calon pengganti Au Bintoro akan menimbulkan konsekuensi atas posisi, tugas,
dan kewajiban dari calon pengganti.
Posisi menunjukan konsekuensi atas jabatan yang akan ditempati oleh calon
pengganti Au Bintoro.
Tugas menunjukan konsekuensi atas jabatan yang diemban oleh calon pengganti
dalam megantarkan tujuan perusahaan.
Kewajiban menunjukan tugas calon pengganti jika sudah menjadi pengganti
untuk membangun generasi penerus selanjutnya.
Tabel dibawah ini merupakan skenario suksesi yang memuat konsekuensi dari alternatif
pemilihan calon pengganti.
Tabel 4.1. Skenario Suksesi Olympic Group
Sumber: Dibuat oleh penulis.
Tabel 4.1. menjabarkan konsekuensi atas alternatif. Berdasarkan evaluasi calon
pemimpin yang telah dilakukan pada bab III Olympic Group sebaiknya memilih
alternatif I. Konsekuensi atas alternatif I menunjukan bahwa jika Eddy Gunawan
menggantikan Au Bintoro maka kewajiban Eddy Gunawan adalah mengidentifikasi
calon generasi penerus yang berasal dari putra putri Au Bintoro, membangun dan
mengembangkan karakter calon pemimpin, dan menyiapkan sistem suksesi. Sedangkan
kewajiban putra putri Au Bintoro diantaranya yaitu mengembangkan kompetensi diri
dan meningkatkan kompetensi kepemimpinannya serta mempelajari kegiatan bisnis
perusahaan. Dari skenario suksesi terlihat bahwa siapapun yang menjadi pengganti Au
Bintoro sistem suksesi sebaiknya dibentuk terlebih dahulu. Adapun pengembangan
karakter dan durasi pengidentifikasian, pelatihan serta alih kekuasaan bergantung pada
kebutuhan karakter pemimpin dan kesiapan calon pemimpin.
4.1.2. Tahapan Implementasi
Seperti yang telah dijabarkan pada bab II, Olympic Group merupakan sebuah
perusahaan keluarga yang sedang dalam proses peralihan kepemimpinan dari pendiri ke
generasi kedua. Sebelum masuk pada perencanaan suksesi dilakukan pengidentifikasian
faktor kunci yang mempengaruhi suksesi. Menurut Leonhard Fopp dalam jurnal
“Planning The Entrepreneur Succession” menjelaskan tiga belas faktor yang
mempengaruhi suksesi, yang diantaranya adalah sebagai berikut:
Work-Life-Balance: pandangan etos kerja generasi penerus mengenai
pengelolaan perusahaan.
Future Scenario: pandangan generasi perusahaan mengenai skenario perusahaan
dimasa yang akan datang.
Life Concept: pandangan generasi penerus pengenai konsep hidup.
Focus and Priorities: pandangan generasi penerus mengenai apa yang menjadi
proritas dan fokus berkenaan dengan perusahaan.
Check of Personal Progress: melihat perkebangan karisi personal.
Audit Company: pemeriksaan perusahaan yang berkaitan dengan visi korporasi.
Analysis of Key Figures: menganalisis nilai-nilai pendiri yang dapat dijadikan
sebagai visi korporasi.
Corporate Vision: visi korporasi yang merupakan visi organisasi bisnis sebagai
dasar pengembangan organisasi.
Family Concept: penentuan konsep bisnis keluarga yang didasarkan pada visi
korprasi dan generasi penerus.
Business Concept: konsep bisnis yang disepakati bersama.
Corporate Governance: pengelolaan perusahaan yang transparan.
Management instrument: alat-alat manajemen untuk mencapai tujuan organisasi
bisnis.
Succession Planning: perencanaan suksesi yang didasarkan pada generasi
penerus, pendiri, dan konsep bisnis yang telah disepakati bersama.
Sumber:http://www.agilityconsulting.com/constant%20contact/StratAgilityInstitute/Mental%20Agility.pdf
Gambar 4.1. Planning The Entrepreneur Succession
Terlihat pada gambar 4.1. ketigabelas faktor diatas saling terkait antara satu dengan
lainnya. Faktor-faktor tersebut membentuk perencanaan suksesi. Planning the
entrepreneur succession diatas dapat dijadikan acuan perencanaan suksesi Olympic
Group. Perencanaan suksesi tidak terlepas dari tiga tiga aktor utama yaitu kesiapan
generasi penerus, pendiri dan perusahaan, serta sistem bisnis perusahaan. Gambar 4.1.
yang menunjukan planning the entrepreneur succession dapat dianalisis untuk
menentukan tahapan penyelenggaraan suksesi Olympic Group. Sebaiknya Olympic
Group mempersiapkan perencanaan suksesi berdasarkan ketiga faktor utama yang dapat
dijelaskan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
Tahap I. Pada tahap persiapan ini, nilai-nilai pendiri yang sudah terbentuk
menjadi budaya organisasi dibakukan ke dalam visi dan misi organisasi.
Penataan manajemen secara profesional dipersiapkan untuk mempermudah
jalannya alih generasi. Visi korporasi dan cita-cita pendiri harus selaras dengan
pandangan keluarga dan konsep bisnis perusahaan.
Tahap II. Pada tahap ini pendiri melakukan pelatihan kepemimpinan. Pelatihan
kepemimpinan yang dilakukan meliputi work-life-balance, pandangan masa
depan mengenai perusahaan, prinsip dan konsep hidup calon penerus,
pandangan mengenai apa yang menjadi minat atau fokus dan prioritas. Dasar
dari penilaian ini adalah kesesuaian pandangan calon generasi penerus dengan
visi korporasi dan pandangan keluarga disamping karakter pribadi calon penerus
itu sendiri.
Tahap III. Pada tahap ini, generasi penerus sudah memegang peranan di dalam
perusahaan, tetapi pengambilan keputusan yang penting mengenai perusahaan
masih dipegang oleh pendiri. Konsep bisnis yang mencakup pemegang saham
terbanyak, tujuan jangka panjang maupun tujuan jangka pendek organisasi
sudah ditetapkan. Pada tahap ini, tata kelola perusahaan harus dilakukan secara
transaparan. Corporate corporate governance dilakukan untuk menjaga
kepercayaan semua pihak (terutama pihak keluarga). Penentuan instrumen
manajemen sebagai alat sosialisasi atas peralihan tata kelola perusahaan sudah
dibentuk.
Tahap IV. Pada tahap ini dilakukan alih kepemimpinan dari pendiri kepada
generasi penerus. Sebelumnya alih kepemimpinan dilakukan dengan meminta
persetujuan keluarga selaku pemegang saham mayoritas. Instrumen manajemen
alih kekuasaan dan sosialisasi dilakukan untuk melancarkan alih generasi. Alih
kepemimpinan bisa berjalan lancar jika terdapat kesesuaian antara visi dan misi
organisasi, cita-cita entrepreneur serta pandangan generasi penerus mengenai
pengembangan perusahaan dimasa yang akan datang.
Sumber: Dimodifikasi oleh penulis dari http://www.agilityconsulting.com/content%20content/
Gambar 4.2. Tahapan Perencanaan Suksesi yang Dimodifikasi bagi OlympicGroup
Gambar 4.2. menunjukan tahapan perencanaan suksesi bagi Olympic Group yang dibuat
untuk mempermudah penyelenggaraan suksesi. Tahapan suksesi diatas dijadikan dasar
agenda program suksesi dan perencanaan suksesi Olympic Group untuk generasi
berikutnya.
4.2. Perencanaan Suksesi Olympic Group
Suksesi pada perusahaan keluarga merupakan hal yang rumit. Suksesi akan berjalan
lancar jika sistem organisasi di dalam perusahaan keluarga mapan. Selain itu, suksesi
pada bisnis keluarga juga perlu perencanaan tindakan yang sudah ditetapkan dan
menjadi agenda perusahaan. Berdasarkan tahapan suksesi pelaksanaan program suksesi
Olympic Group dapat dibuat sebagai berikut:
Tahap 1: Identifikasi kandidat
Pada tahap ini, Olympic Group mencari figur calon pemimpin dan menetapkan
kriteria kompetensi, yang diajukan oleh Au Bintoro dengan persetujuan
perwakilan dari keluarga, perusahaan. Proses perencanaan program meliputi:
o Penetapan kriteria kepemimpinan.
o Penetapan standar kepemimpinan
o Indetifikasi calon pemimpin
o Penilaian calon pemimpin
o Penetapan calon pemimpin
Tahap II: Pelatihan dan Pengembangan Kepemimpinan
Tahap pelatihan dan pengembangan kepemimpinan merupakan kegiatan yang
meliputi pengembangan potensi kepemimpinan, penanaman nilai-nilai, dan
pengembangan kompetensi calon pemimpin.
o Perencanaan program pelatihan dan pengembangan.
o Pelaksanaan program pelatihan dan pengembangan.
o Evaluasi program dan calon pemimpin.
o Penilaian calon pemimpin.
Tahap III: Penempatan
Setelah penilaian calon pemimpin pada tahap dua calon pemimpin ditempatkan
pada jabatan tertentu dalam jalur khusus jenjang karir. Pada tahap ini dilakukan
evaluasi kinerja calon pemimpin berdasarkan tugas. Proses perencanaan
program pada tahap ini meliputi:
o Penentuan jenjang karir.
o Penempatan.
o Evaluasi kinerja.
o Peningkatan program kepemimpinan.
o Persetujuan dan sosialisasi kepada keluarga dan perusahaan.
Tahap IV: Peralihan Kekuasaan.
Tahap ini merupakan tahap transisi penyerahan kekuasaan dari Au Bintoro
kepada calon penggantinya yang telah disetujui oleh pihak keluarga maupun
perusahaan. Proses dalam tahap ini meliputi:
o Perencanaan alih kekuasaan.
o Sosialisasi.
o Penentuan target dan program perusahaan.
o Persetujuan Au Bintoro.
o Pelaksanaan alih kekuasaan.
Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV
TAHAPANSUKSESI
PengidentifikasianPelatihan dan
Pengembangan Penempatan Peralihan KekuasaanKepemimpinan
PenetapanKriteria
Kepemimpinan
PenetapanStandar
Kepemimpinan
Identifikasi CalonPemimpin
PenilaianKelayakan Calon
Pemimpin
Penetapan CalonPemimpin
Perencanaan ProgramPelatihan &
Pengembangan
Pelaksanaan ProgramPelatihan &
Pengembangan
Evaluasi Hasil ProgramPelatihan &
Kepemimpinan
Penilaian CalonPemimpin
Persetujuan danSosialisasi kepada
Keluarga danPerusahaan
PenentuanJenjang Karir
Penempatan
Evaluasi Kinerja
PeningkatanProgram
Kepemimpinan
Persetujuan
Perencanaan AlihKekuasaan
Sosialisasi
Penentuan Targetdan ProgramPerusahaan
Persetujuan AuBintoro
Pelaksanaan
FamillyDiplomacy &Agreement
PerwakilanKeluarga
PerwakilanPerusahaan
PerwakilanKeluarga
PerwakilanPerusahaan
PerwakilanKeluarga
PerwakilanPerusahaan
PerwakilanKeluarga
PerwakilanAu Bintoro
PerwakilanPerusahaan
Sumber: Dibuat oleh penulis.
Gambar 4.3. Perencanaan Suksesi Olympic Group
Person inCharge
Job Description Action Steps Start-End
Mr. Au
Bintoro
Memastikan suksesi berjalan
lancar, dengan membentuktim suksesi.
Membentuk tim identifikasi bakat(Mr. A. Junaedi).
03/03/08
sampai23/05/08
Membentuk tim perwakilan perusahaan(Mr. Eddy Gunawan).Membetuk tim perwakilan keluarga(Mr. Wellih AB).Membentuk tim pelatihan dan pengembangankarir (Mr. Prasanto & Mr. A. Junaedi).
Membentuk tim sosialisasi(Mr. Prasanto dan Mr. Saeful).
Mr. A. Junaedi
Mencari figur calon
pemimpin dan menetapkankriteria kompetensi, yangdiajukan ke pada Au Bintoro,perwakilan keluarga, danperwakilan perusahaan.
Membentuk tim dari departemen SDM,Marketing, dan Operasi untuk mementukandan menetapkan kriteria karakter calonpemimpin.
26/05/08
sampai26/09/08Mengidentifikasi calon pemimpin dan
mengajukan pada Au Bintoro, perwakilanperusahaan dan perwakilan keluarga.
Pada Gambar 4.3 setiap tahapan harus disetujui oleh pihak keluarga dan perusahaan
melalui perwakilan masing-masing. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya
konflik kepentingan karena biasanya konflik kepentingan dalam keluarga akan
mempengaruhi perusahaan. Berikut adalah rencana tindakan suksesi yang sebaiknya
menjadi agenda program Olympic Group.
4.3. Agenda Pelaksanaan Program Suksesi Olympic Group
Untuk merealisasikan langkah stratejik yang sudah dijelaskan pada bab III maka dibuat
agenda program suksesi. Agenda program suksesi dibuat berdasarkan perencanaan
suksesi entrepreneur yang mengacu pada langkah strategik dan perencanaan program
suksesi. Agenda program suksesi merupakan penjadwalan program suksesi yang
memuat tujuan pelaksanaan, langkah-langkah pelaksanaan, orang yang melakukan
kegiatan, dan waktu pelaksanaan. Adapun agenda program suksesi Olympic Group
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2. Agenda Pelaksanaan Program Suksesi Olympic Group
Mr. Eddy
Gunawan
Membentuk sistem dan jalursuksesi, danmensosialisasikan kepadajajaran manajemen, denganmembentuk timsendri danbekerjasama denganPrasanto.
Membuat perencanaan jalur jenjang karir.26/05/08
sampai07/1108
Membuat prosedur dan peraturan tertulis.
Mensosialisasikan pada jajaran manajemen.
Mrs. Wellih
Au Bintoro
Membentuk tim atau menjadi
perwakilan atas keluarga
Menginformasikan suksesi pada keluarga. 29/09/08sampai
07/11/08
Menyetujui penetapan calon pemimpin yangdiajukan oleh A. Junaedi.Mensosialisasikan pada keluarga.
Mr.Prasanto &
Mr. A. Junaedi
Mengembangkan timpengembangan potensikepemimpinan calonpemimpin denganmengadakan pelatihan.
Membuat konsep pelatihan kepemimpinan.10/11/08sampai
24/04/09
Menentukan standar penilaian kepemimpinan.
Menentukan waktu pelatihan.
Mr. Prasanto
& Mr. Saeful
Mensosialisasikan suksesi
kepada seluruh anggotaorganisasi melalui seminar.
Penjadwalan sosialisasi pada setiap divisi.
27/04/09
sampai28/08/09
Mengadakan seminar yang bertujuan untukmensosialisasikan suksesi.
Menilai tingkat kepercayaan anggota padacalon pemimpin.
Memberikan feedback.Catatan: Penentuan waktu dari langkah aksi didasarkan atas perkiraan penulis.
Suksesi dapat berjalan sesuai yang diharapkan jika sebelumnya dipersiapkan dengan
baik. Untuk mempersiapkan suksesi dapat dengan membuat perencanaan program
suksesi. Perencanaan program tersebut sebagai acuan agenda program suksesi yang
kemudian dibuat sebagai jadwal rencana kegiatan harian sebagai berikut:
Tabel 4.3. Penjadwalan Kegiatan Program Suksesi
Catatan: Penentuan waktu dari langkah aksi didasarkan atas perkiraan penulis.
Tabel 4.2. menunjukan jadwal kegiatan harian mulai dari pembentukan tim sampai
dengan sosialisasi akhir terhadap seluruh anggota organisasi. Tentunya supaya tidak
mengganggu kegiatan kerja pelaksanaan suksesi Olympic Group dapat dipandu oleh
konsultan eksternal perusahaan.
Hakikat dari pelaksanaan suksesi Olympic Group adalah untuk melahirkan generasi
penerus yang kompeten yang diselenggarakan oleh generasi yang sedang mengelola
perusahaan. Akan lebih indah jika regenerasi dipelopori oleh pemimpin dan menjadi
kompitmen bersama untuk menciptakan profesionalitas kerja. Dan pada akhirnya
Olympic Group akan lebih mudah untuk mewujudkan cita-cita bersama untuk menjadi
perusahaan yang bertaraf internasional.
Daftar Pustaka
A.B. Susanto, Wijanarko, Patricia, Suwahjudi, 2007, The Jakarta Consulting Group on
Family Business, Jakarta, Jakarta Consulting Group.
Barrett, Deborah J, 2006, Leadership Communication, New York: McGraw Hill.
Daft L. Richard, 2005, The Leadership Experience, New York: Thomson.
Goldman, Dannie, 2000, Leadership That Gets Results, Boston: Harvard Business
Review.
Herbert G. Heneman, Timothy A. Judge, 2003, Staffing Organization, New York:
McGraw Hill.
Kinicki, Williams, 2003, Management, New York: McGraw Hill.
Kuncoro Mudrajad, 2006, Strategi. Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif, Jakarta:
Penerbit Erlaingga.
Kurniawan Sigit, Januari, 2008, Para Agen Jadi Ujung Tombak. SWA.
Modul Kuliah Corporate and Business Strategy
Parks, Sharon Delos, 2005, Leadership Can Be Taught. A Bold Approach for a Complex
World, Boston: Harvard Business School Press.
Pearce, Robinson, 2005, Formulation, Implementation, and Control of Competitive
Strategy, New York: McGraw-Hill.
Pierce, Jon L, 2006, Leaders and the Leadership Process. Readings, Self-Assessments &
Applications, New York: McGraw Hill.
Rothwell J. William, 2005, Effective Succession Planning. Ensuring Leadership
Continuity and Building Talent from Within, New York: AMACOM.
Scermerhorn, Hunt, Osborn, 2005, Organizational Behavior, USA: Jhon Wiley & Son
Inc.
Shermon, Ganesh, 2005, Competency based HRM. A Strategic resource for competency
mapping, assessment and development centres, New Dehli: Tata McGraw Hill.
Thornberry Neal, 2006, Lead Like an Entrepreneur, , New York: MacGraw Hall.
Thompson, Strickland, , 2001 Strategic Management. Concepts and Cases, New York:
McGraw-Hill.
Timmons A. Jeffry, Spinelli Stephen, 2007, New Venture Creation. Enrepreneurship
for the 21st Century, , New York: McGraw Hill.
Wheelen L. Thomas, Hunger J. David, 2006, Strategic Management and Business
Polecy, New Jersey: Prentice Hall.
Yukl, Gary, 2006, Leadership in organizations, New Jersey Perason Education/Prentice
Hall.
http://www.kompas.com/kompascetak/0701/13/Fokus/JenderalPunTaklukkepadaCukon
gKayu.mht
http://www.kadinindonesia.or.id/id/doc
Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Wawancara
Wawancara dengan Au Bintoro yang merupakan pendiri dan presiden direktur
Olympic Group. Pengajuan pertanyaan wawancara adalah sebagai berikut:
Bagaimana pertama kali membangun bisnis?
Apakah Olympic Group pernah mengalami krisis?
Apa tujuan Olympic dimasa mendatang?
Apa cita-cita Bapak sebagai pendiri Olympic?
Wawancara dilakukan pada tanggal 12 September, 18 September, 23 Oktober,
dan 1 5 Oktober dengan waktu wawancara 332 menit.
Wawancara dengan Bapak Prasanto yang menduduki posisi sebagai konsultan
internal Olympic Group. Pengajuan pertanyaan wawancara adalah sebagai
berikut:
Bagaimana karakter Au Bintoro?
Bagaimana Olympic Group menyikapi suksesi?
Apa yang dilakukan Olympic Group untuk melakukan suksesi?
Wawan cara dilakukan pada tanggal 14 September, 17 September, dan 20
September 2007, dengan waktu wawancara 198 menit.
Wawancara dengan Bapak A. Junaedi yang merupakan Chief Marketing Officer
Olympic Group. Pengajuan pertanyaan wawancara adalah sebagai berikut:
Strategi pemasaran apa yang dilakukan Olympic Group?
Bagaimana pengembangan sumber daya manusia di Olympic Group?
Bagaimana Bapak memandang Au Bintoro sebagai pemimpin?
Wawan cara dilakukan pada tanggal 14 September dan 16 September 2007,
dengan waktu wawancara 198 menit.
Wawancara dengan Ibu Mia Stenly yang merupakan sekertaris Au Bintoro.
Pertanyaan yang diajukan meliputi:
Au Bintoro mempunyai anak berapa?
Wawancara dilakukan pada tanggal 29 Oktober 2007 dengan waktu wawancara
23 menit.
Wawancara dengan Bapak Henrik yang merupakan staff pembantu Au Bintoro.
Pertanyaan wawancara meliputi:
Anak pertama Au Bintoro dimana?
Anak kedua Au Bintoro sekarang umur berapa?
Wawancara dilakukan pada tanggal 25 Oktober 2007 dengan waktu wawancara
sekitar 45 menit.
Wawancara dengan orang yang menduduki posisi sebagai general manager
keuangan. Pertanyaan wawancara meiputi:
Apakah Olympic Group akan melakukan go pubilc?
Apakah Olympic Group sudah siap go public?
Bagimana pandangan anda mengenai kepemimpinan Eddy Gunawan?
Wawancara dilakukan pada tanggal 26 Oktober 2007 dengan waktu wawancara
52 menit.
Lampiran 2. Transkrip Wawancara
Rangkuman jawaban pertanyaan wawancara dengan Au Bintoro:
Bagaimana pertama kali membangun bisnis?
Au Bintoro pertama kali terjun pada bisnis pembuatan box speaker. Bersama dengan
Eddy Muliyanto (saudara pertama) Au Bintoro mengawali bisnis dengan membangun
home industry dalam bidang pembuatan box speaker. Dalam usahanya Au Bintoro
mendirikan CV. Cahaya Sakti Multi Intraco tugasnya yaitu menangani produksi
sedangkan Eddy Muliyanto menangani pemasaran. Karena merasa industri pembuatan
box speaker susah untuk berkembang setelah empat tahun Au Bintoro memutuskan
untuk menggeluti bisnis pembuatan furnitur panel. Produk pertama yang berupa almari
belajar dengan nama Olympic mampu booming di pasaran. Setelah itu Au Bintoro
memutuskan mendirikan PT. Cahaya Sakti Furintraco dan membeli tanah seluas 3000
meter di Bogor. Au Bitoro mengajak adiknya Simbara Atong untuk ikut menangani
bisnis. Pada tahun 1986 Au Bitoro mendirikan SBU yang khusus menangani pemasaran
dan distribusi produk dengan nama PT. Cahaya Sakti Multi Intraco. Setelah itu bisnis
Au Bitoro terus mengalami pertumbuhan yang cukup pesat.
Apakah Olympic Group mengalami krisis?
Olympic Group tidak terlepas dari dampak krisis ekonomi 1998. Akibat krisis meoneter
prusahaan yang dipimpin oleh Au Bintoro ini hampir bangkrut. Walaupun struktur
utang Olympic Group sebagian besar tidak dalam bentuk dolar tetapi karena penurunan
penjualan menjadikan Olympic Group memutuskan untuk melakukan downzising. Pada
saat itu Au Bintoro bmempunyai komitmen kuat untuk memulihkan Olympic Group.
Hal pertama yang dipegang oleh Au Bintoro adalah mempertahankan karyawan yang
ada supaya pemecatan karyawan dapat ditekan. Au Bintoro mempercayakan kepada
Eddy Gunawan untuk memperbaiki organisasi bisnis yang meliputi efisiensi biaya
produksi dan efektifitas pembiayaan atau restrukturisasi utang. Hanya dalam waktu
empat tahun Olympic Group berhasil keluar dari krisis.
Apakah tujuan masa depan Olympic Group?
Sekarang ini Olympic Group sudah mengembangkan bisnis secara vertikal dan
horisontal. Olympic Group merupakan distribtor furnitur panel terbesar di Indonesia.
Untuk memenuhi bahan baku Olympic Group sudah menjalin kontrak kerjasama
pengadaan bahan baku dari dalam dan luar negeri. Olympic Group bertujuan untuk
menjadi perusahaan yang bertaraf internasional baik dari sisi manajemen maupun
ekspansi pasar. Pembentukan holding menggambarkan bahwa kedepan Olympic Group
tidak hanya begerak pada industri furnitur panel. Olympic Group kedepannya ingin
mengembangkan bisnis di bidang yang berbeda. Gagasan tersebut duwujudkan dengan
pembentukan bisnis uit baru yang secara akuntansi elum dimasukan kedalam holding.
Apa cita-cita Bapak sebagai pendiri Olympic Group?
Au Bintoro mengharapkan Olympic Group menjadi perusahaan furnitur terbesar di
Asia. Olympic Group diharapkan mampu bersaing di pasar internasional. Au Bintoro
menginginkan Olympic Group dikelola secara profesional. Mempunyai SDM yang
kompeten dan membanggakan untuk meneruskan pengelolaan perusahaan. Olympic
Group diharapkan mampu mensejahterakan karyawannya. Siapa pun yang mempimpin
Olympic Group Au Bintoro mengharapkan pemimpin yang mampu menjaga hubungan
baik dengan stakeholder, mensejahterakan karyawan, dan mengembangkan Olympic
Group menjadi perusahaan bertaraf internasional.
Rangkuman jawaban pertanyaan dengan Bapak Prasanto:
Bagaimana karakter Au Bintoro?
Au Bintoro merupakan seorang entrepreneur yang ulet. Au Bintoro pandai melihat dan
mewujudkan peluang bisnis. Keuletan dan kegigihan Au Bintoro terbukti pada saat dia
membangun perusahaan dan mehadapi krisis. Disamping itu Au Bintoro juga orang
yang peduli kepada setiap karyawannya, pandai mengatur orang dan selalu terlibat
langsung dengan hal-hal yang bersifat operasional. Jika terjadi masalah pada perusahaan
Au Bintoro sering terjul langsung ke lapangan untuk menyelesaikan masalah. Walaupun
kemampuan organisasi dan manajemen Au Bintoro kurang dia bersedia belajar untuk
menyesuakian perkembangan organisasi. Yang sangat terlihat dari diri Au Bintoro
sebagai seorang entrepreneur salah satunya yaitu risk taker.
Bagaimana Olympic Group menyikapi suksesi?
Suksesi Olympic Group merupakan kompitmen dari Au Bintoro sebagai pemilik dan
presiden direktur. Setelah membentuk holding pada tahun 2001 Au Bintoro merasa
bahwa sudah saatnya Olympic Group dikelola oleh generasi muda sebagai penerus.
Eddy Gunawan merupakan orang kepercayaan Au Bintoro yang sudah dianggap sebagai
bagian dari keluarga besar Olympic Group yang ditugaskan untuk membenahi sistem
perusahaan. suksesi dalam Olympic Group dalam rangka pergantian presiden direktur
yang sekarang di pegang oleh Au Bintoro. Sekarang Olypic Group sedang menyiapkan
suksesi, salah satu programnya sosialisasi yang dilakukan dengan seminar suksesi dan
trust management. Pelatihan manajemen rutin terus dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan manajerial karyawan. Au Bintoro sering membawakan seminar suksesi
berklaborasi dengan anak keduannya. Karena Olympic Group merupakan perusahaan
keluarga calon yang dipersiapkan untuk pengganti Au Bintoro adalah dari keluarga.
Apa yang dilakukan Olympic Group untuk melakukan suksesi?
Persiapan suksesi yang dilakukan Olympic Group lebih pada kepada mempersiapkan
sistem organisasi dan penataan manajemen yang profesional. Memperjelas prosedur dan
peraturan dalam struktur organisasi perusahaan yang tugasnya didelgasikan kepada
Eddy Gunawan. Sedangkan untuk pengembangan manajemen dilakukan pelatihan yang
pelaksanaan tugasnya didelegasikan kepada Prasanto. Olympic Group melkukan
sosialisasi suksesi dengan mengadakan seminar. Au Bintoro juga mempersiapkan putra
putrinya untuk berkontribisi dalam perusahaan. Putra putri Au Bintoro pertama kali
masuk pada aktivitas bisnis dengan menempati posisi sebagi manajer.
Rangkuman jawaban pertanyaan wawancara dengan Bapak A. Junaedi.
Strategi pemasaran apa yang dilakukan Olympic Group?
Olympic Group melakukan pengembangan pasar dengan memperkuat jaringan
distribusi dan pemasaran. Olympic Group mendirikan SBU sendiri untuk setiap segmen.
Pemasaran yang dilakukan Olympic Group meliputi tradisional tretail outlet, modern
retail outlet, dan SBU untuk menangani pasar luar negeri. Olympic Group sering ikut
serta dalam pameran furnitur baik didalam maupun di luar negeri. Olympic Group
merupakan market leader di Indonesia. Olympic Group sedang mengadakan akuisisi
sebuah pabrik furnitur yang sudah pailit untuk dibuat warehouse guna memenuhi
distribusi.
Bagaimana pengembangan sumber daya manusia Olympic Group?
Olympic Group melakukan pengembangan SDM dengan memberikan pelatihan intensif
bagi karyawan. Pengadaan pelatihan dilakukan oleh PT. Cahaya Sakti Multi Intraco
yang merupakan sebuah SBU yang menangani distribusi dan pemasaran. Olympic
Group melakukan pelatihan karyawan berdasarkan jadwal yang sudah ditentukan
sebelumnya. Olympic Group melakukan pelatihan terutama terhadap karyawan
marketing dan jajaran manajemen. Pengembangan SDM meliputi pengembangan
kemampuan manajemen, pemasaran, loyalitas, sosialisasi atas program perusahaan
seperti pencapaian target laba, dan kerjasama untuk meningkatkan sinergi.
Bagaimana Bapak memandang sosok Au Bintoro?
Au Bintoro merupakan sosok pemimpin yang tegas. Au Bintoro selalu meminta untuk
mengambil keputusan yang berhubungan dengan tata kelola dan masa depan
perusahaan. Au Bintoro sering terlibat langsung dengan aktivitas operasional
perusahaan. Sebagai presiden direktur memegang penuh atas kendali perusahaan. Au
Bintoro merupakan penentu atas kebijakan perusahaan seperti kebijakan pemecatan
karyawan pada saat krisis yang diusahakan jangan terlalu banyak. Au Bintoro juga
merupakan seorang pemimpin yang peduli terhadap karyawan. Orang-orang
kepercayaan Au Bintoro merupakan orang yang sudah lama bekerja lebih dari limabelas
tahun dengan Au Bintoro.
Rangkuman jawaban pertanyaan wawancara dengan Ibu Mia Stanley.
Au Bintoro mempunyai anak berapa?
Au Bintoro mempunyai dua putri dan satu putra. Putri pertama Au Bintoro
menyelesaikan kuliah di Singapura. Putri pertama sudah menikah dan mempunyai dua
satu. Anak kedua Au Bintoro adalah seorang laki-laki. Aktif dalam bisnis keluarga
sekitar enam tahun yang lalu. Putra Au Bintoro menyelesaikan pendidikan di Amerika.
Putra Au Bintoro masuk dalam bisnis keluarga sekitar empat tahun yang lalu ketika
pulang dari Amerika. Putri bungsu Au Bintoro menjadi Miss Indoensia 2005 dan runer
up Mis ASEAN 2007. Puri bungsu sudah menikah dengan pengusaha berdarh Philipina.
Aktif menjalankan kegiatan sosial dan mengsi acara di televisi.
Rangkuman jawaban pertanyaan wawancara dengan Bapak Henrik.
Anak pertama Au Bintoro dimana?
Anak pertama Au Bintoro menduduki posisi general manager di PT. PBTL yang
merupakan salah satu SBU Olympic Group. Bidan kerja anak pertama yaitu bagian
keuangan. Sebelumnya anak pertama menjadi manajer pemasaran di PT. PBTL. PT.
PBTL merupakan salah satu SBU Olympic Group yang penanganannya dipegang oleh
Eddy Gunawan.
Anak kedua Au Bintoro sekarang umur berapa?
Anak kedua Au Bintoro sekarang berumur sekitar tigapuluh tahunan. Putra Au Bntoro
sudah mempunyai satu anak laki-laki. Bekerja di Olympic Group dengan jabatan
sebagai general manager pada PT. PBTL. Bidang kerja anak kedua yaitu pada bagian
pemasaran. Sering membawakan seminar manajerial bersama dengan Au Bintoro.
Sering terihat bersama dengan Au Bintoro untuk mempelajari proses produksi dan
kriteria produk yang akan dipasarkan.
Rangkuman jawaban pertanyaan wawancara dengan general manager keuangan.
Apakah Olympic Group akan melakukan go public?
Rencana Olympic Group untuk menjadi perusahaan pubilk sudah semenjak tahun 1997
sebelum krisis moneter. Karena krisis moneter rencana tersebut ditunda. Baru pada
tahun 2001 setelah Olympic Group bangkit dari krisis rencana tersebut didiskusikan
kembali dengan pihak manajemen dan pemilik perusahaan. salah satu perisapan untuk
mewujudkan menjadi perusahaan publik Olympic Groupmembentuk holding sebagai
company father. Selain itu dalam bidang manajemen Olympic Group mengadakan
pelatihan manajerial terhadap seluruh manajer. Rencana go pubic tahun 2001 digagas
oleh Eddy Gunawan selaku CEO Olympic Group. Sekarang Olympic Group sedang
mempersiapkan sistem organisasi, kemampuan manajerial setiap karyawan, dan
konsistensi kinerja keuangan perusahaan sebelum menjadi perusahaan publik. Dilihat
dari kinerja perusahaan sebenarnya Olympic Group sudah siap untuk menjadi
perusahaan publik. Namun demikian sekarang Olympic Group sedang menghadapi
masalah dimana setiap SBU dalam bekerjasama tidak terjalin sinergi satu dengan
lainnya. Sehingga Olympic group sedang melakukan evaluasi dalam pembentuka SBU
(pilar) untuk memecahkan masalah tesebut. Untuk menjadi perusahaan publik Olympic
Group membutuhkan persetujuan dari Au Bintoro selaku pemilik. Bagi karyawan akan
menjadi kebanggaan tersendiri jika Olympic Group menjadi perusahaan publik.
Apakah Olypic Group sudah siap go public?
Dari sisi sumber daya keuangan dan kinerja penjualan Olympic Group sudah siap untuk
menjadi perusahaan publik. Sekarang Olympic Group tinggal menunggu persetujuan Au
Bintoro selaku pemilik. Ditargetkan dalam waktu empat sampai lima tahun ke depan
Olympic Group sudah harus menjadi perusahaan pubilk.
Bagaimana pandangan anda mengenai kepemimpinan Eddy Gunawan?
Eddy Gunawan merupakan sosok pemimpin yang profesional. Selain mempunyai
keahlian dalam mengembangkan organisasi Eddy Gunawan juga mempunyai insting
bisnis yang baik. Di Olympic Group Eddy Gunawan merupakan sosok figur kedua
setelah Au Bintoro. Jika Au Bintoro adalah figur entrepreneru dan finding father, Eddy
Gunawan meruakan figur profesionalitas karyawan Olympic Group. Dia mempunyai
dasar pengetahuan dan keahlian finansial dan pemasaran yang kuat. Eddy Gunawan
merupakan orang yang memprakarsai efisiensi bisnis dan pengembangan SBU baru.
Salah satu SBU yang didirikan atas prakarsa Eddy Gunawan yaitu PT. BPTL dan PT.
BC (Bogorindo Cemerlang).
Posisi Jabatan : Chief Executive Officer (CEO) Olympic Group.
Pendidikan Terakhir : Sarjana Strata 2
Posisi Keluarga : Mempunyai hubungan saudara dengan garis keturunan vertikal.
Karir : Menjadi bagian dari Olympic Group pada tahun 1987 dengan karirsebagai staff pemasaran. Pernah menjadi manajer operasional,manajer keuangan, dan pada tahun 1999 ditetapkan menjadi CEOOlympic Group.
Track Record : Dianggap sebagai salah satu orang yang menyelamatkan Olympic
Group dari krisis moneter 1998. Mengembangkan SBU baru yang
mendukung bisnis inti Olympic Group. Salah satu pemrakarsa
pembentukan holding. Mempunyai keahlian administratif dan
keuangan yang sangat baik.
Posisi Jabatan : General Manajer pada salah satu divisi (PBTL).
Pendidikan Terakhir : Master Degree di Singapura
Posisi Keluarga : Anak perempuan pertama yang menjadi panutan bagi adik-adiknya.
Karir : Terlibat langsung dengan Olympic Group sekitar enam tahun yanglalu. Mengawali karir sebagai manajer dalam bidang keuangan,pernah menduduki manajer pada bagian purchasing dan sekarangmenjadi general manager secara tidak langsung dibawah EddyGunawan.
Track Record : -
Posisi Jabatan : General Manajer pada salah satu divisi.
Pendidikan Terakhir : MBA di Amerika Serikat.
Posisi Keluarga : Anak laki-laki satu-satunya.
Karir : Terlibat langsung dengan Olympic Group sekitar empat tahun yanglalu. Mengawali karir sebagai manajer pemasaran, dirotasi kebagian produksi dibawah Au Bintoro. Sekarang memegang Posisisebagai GM dibawah Eddy Gunawan.
Track Record : -
Lampiran 3. Profil Calon Pengganti Au Bintoro
EDDY GUNAWAN
ANAK PERTAMA
ANAK KEDUA
ANAK KETIGA