skripsi

84
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (Soetjipto dan Kosasi, 2009) Berhasilnya suatu tujuan pendidikan tergantung pada bagaimana proses belajar mengajar yang dialami oleh siswa. Seorang guru dituntut untuk teliti dalam memilih dan menerapkan metode mengajar yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Menciptakan kegiatan belajar mengajar yang mampu menciptakan hasil belajar yang efektif merupakan tugas dan kewajiban guru (Sagala, 2010).

description

skripsi pendidikaan kimia

Transcript of skripsi

Page 1: skripsi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan

mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman

dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,

memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,

kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab

kemasyarakatan dan kebangsaan (Soetjipto dan Kosasi, 2009)

Berhasilnya suatu tujuan pendidikan tergantung pada bagaimana

proses belajar mengajar yang dialami oleh siswa. Seorang guru dituntut untuk

teliti dalam memilih dan menerapkan metode mengajar yang sesuai dengan

tujuan yang ingin dicapai. Menciptakan kegiatan belajar mengajar yang

mampu menciptakan hasil belajar yang efektif merupakan tugas dan

kewajiban guru (Sagala, 2010).

Masalah yang timbul dalam proses belajar mengajar disebabkan

kurang hubungan komunikasi antara guru dan siswa serta siswa dengan siswa

yang lainnya sehingga proses interaksi menjadi vakum. Bila siswa

mendengarkan informasi dari guru, keterlibatan dalam proses belajar

mengajar boleh dikatakan tidak ada, kalaupun siswa terlibat maka

keterlibatan kurang sekali. Misalnya, siswa terlibat hanya sebatas menjawab

pertanyaan yang diajukan oleh guru (Slameto, 2010).

Page 2: skripsi

2

Hal tersebut terjadi pada siswa kelas X SMK PP Negeri Mataram

yang berdasarkan hasil observasi diperoleh beberapa permasalahan yaitu,

kegiatan belajar mengajar (KBM) masih bersifat konvensional dalam artian

masih terpaku pada satu metode pembelajaran saja, kurangnya motivasi

belajar siswa yang mengakibatkan siswa menjadi kurang serius dan main-

main dalam belajar, selain itu siswa jarang melakukan proses belajar

mengajar dengan metode yang lain yang menyebabkan hasil belajar siswa

rendah, ini terlihat pada rekapitulasi nilai belajar kimia, seperti yang terlihat

pada tabel di bawah ini.

Tabel 1.1: Data ketuntasan belajar kimia siswa kelas X SMK PP Negeri Mataram tahun pelajaran 2010/2011

KelasNilai Rata-

RataKKM Jml. Siswa

X. ATR 56.87

70

19X. AP 46./42 27X. PP 51.06 34X. TPH A 54.27 22X. TPH B 59.12 25

Jumlah 141

Tabel 1.2: Data ketuntasan belajar kimia siswa kelas X SMK PP Negeri Mataram tahun pelajaran 2011/20122

KelasNilai Rata-

RataKKM Jml. Siswa

X. ATR 52.47

70

17X. AP 60 24X. PP 63.20 28X. TPH 58.63 25

Jumlah 94Sumber : Daftar nilai dari guru kimia SMK PP Negeri Mataram (diolah).

Page 3: skripsi

3

Selain hasil belajar siswa yang masih rendah, ada juga kemampuan

berkomunikasi siswa yang masih rendah, bahkan siswa takut untuk bertanya

kepada guru mata pelajaran terkait dengan materi pelajaran kimia. Untuk

lebih meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan keberhasilan belajar

siswa diantaranya dapat dilakukan melalui upaya memperbaiki proses

pengajaran sehingga dalam perbaikan proses pengajaran ini peranan guru

sangat penting, selaku pengelola kegiatan siswa, guru juga diharapkan

membimbing dan membantu siswa.

Salah satu solusi yang diambil untuk meminimalisir permasalahan

tersebut maka diterapkan suatu model pembelajaran kooperatif. Dimana

model pembelajaran ini adalah suatu jenis khusus dari aktivitas kelompok

yang berusaha untuk memajukan pembelajaran dan keterampilan sosial

dengan kerjasama. Pada pembelajaran kooperatif ditekankan bahwa untuk

dapat menguasai struktur kognitif yang mendasari mata pelajaran tertentu,

maka siswa harus bekerja.

Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran

Think-Pair-Share dengan teknik Take and Give yang merupakan suatu model

mengajar yang diterapkan oleh guru agar pengajaran dapat berlangsung lebih

efektif dan efisien yang di dalamnya terdapat  langkah-langkah yang

dilakukan guru dalam proses pembelajaran  yang tersusun secara rapi dan

logis sehingga tujuan pembelajaran yang diterapkan dapat tercapai dan siswa

lebih inspiratif dan kreatif dalam belajar yang kemudian kemampuan

berkomunikasi dan hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan.

Page 4: skripsi

4

Melalui model pembelajaran Think-Pair-Share dengan teknik Take

and Give, diharapkan siswa dapat berperan aktif dan menghilangkan

kejenuhan pada saat mengikuti pengajaran serta berpikir secara mendalam

tentang apa yang telah dijelaskan atau dialami, sehingga siswa diharapkan

tertarik untuk mengulang pengajaran di rumah untuk mempersiapkan diri

mengikuti pelajaran di kelas pada pertemuan berikutnya. Atas dasar itulah

peneliti berminat untuk melakukan penelitian dengan judul ” Pengaruh

model pembelajaran Think Pair Share dengan teknik Take and Give terhadap

kemampuan berkomunikasi dan hasil belajar siswa kelas X materi ikatan

kimia di SMK PP Negeri Mataram tahun pelajaran 2011/2012”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan

permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah

1. Bagaimana pengaruh model pembelajaran Think Pair Share dengan

teknik Take and Give terhadap kemampuan berkomunikasi siswa kelas X

materi ikatan kimia di SMK PP Negeri Mataram tahun pelajaran

2011/2012 ?.

2. Bagaimana pengaruh model pembelajaran Think Pair Share dengan

teknik Take and Give terhadap hasil belajar siswa kelas X materi ikatan

kimia di SMK PP Negeri Mataram tahun pelajaran 2011/2012 ?.

Page 5: skripsi

5

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui adanya pengaruh model pembelajaran Think Pair

Share dengan teknik Take and Give terhadap kemampuan berkomunikasi

siswa kelas X materi ikatan kimia di SMK PP Negeri Mataram Tahun

Pelajaran 2011/2012.

2. Untuk mengetahui adanya pengaruh model pembelajaran Think Pair

Share dengan teknik Take and Give terhadap hasil belajar siswa kelas X

materi ikatan kimia di SMK PP Negeri Mataram Tahun Pelajaran

2011/2012.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi tentang

pengaruh model pembelajaran Think Pair Share dengan teknik Take and

Give terhadap kemampuan berkomunikasi dan prestasi belajar siswa Kelas

X materi Ikatan Kimia di SMK PP Negeri Mataram Tahun Pelajaran

2011/2012.

2. Secara Praktis

a. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk

memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, mengembangkan strategi

pembelajaran dan dapat menjadi alternatif dalam mengatasi masalah

Page 6: skripsi

6

pembelajaran terutama pembelajaran kimia kelas X SMK PP Negeri

Mataram.

b. Bagi Guru

Sebagai salah satu pedoman bagi guru dalam menerapkan model

pembelajaran Think Pair Share dengan teknik Take and Give sebagai

salah satu alternatif sehingga dapat membantu siswa dalam memahami

materi. Selain itu juga dijadikan sebagai salah satu metode atau model

pembelajaran yang akan dipakai untuk diberikan kepada siswa terkait

pembelajaran di kelas.

c. Bagi Siswa

Dapat membantu siswa memahami materi pelajaran yang

diberikan guru di dalam kelas sehingga hasil belajar siswa meningkat

dengan demikian siswa dapat mengenal jenis-jenis metode atau model

pembelajaran lebih banyak lagi.

d. Bagi Peneliti

Sebagai upaya untuk mempelajari model pembelajaran yang

dapat diterapkan pada proses belajar mengajar. Di sisi lain dapat

dijadikan sebagai modal awal untuk bagaimana dapat diaplikasikan

nanti pada saat menjadi guru yang sesungguhnya.

e. Bagi Peneliti Lain

Dengan hasil penelitian ini, diharapkan dapat merangsang

peneliti lainnya untuk dapat mengangkat masalah yang berkaitan

dengan penelitian ini sekaligus dapat dijadikan bahan kajian untuk

Page 7: skripsi

7

mengembangkan metode atau model pembelajaran baru dalam

pembelajaran.

E. Asumsi Penelitian

Asumsi atau disebut pula dengan anggapan dasar, yang pada

dasarnya suatu yang akan membimbing rangkaian pemikiran yang melandasi

pelaksanaan penelitian ini dan oleh Karenanya asumsi atau anggapan dasar

adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh

penyelidik.

Adapun asumsi yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Keberhasilan dalam penerapan model pembelajaran Think Pair Share

dengan teknik Take and Give sangat tergantung dari kemampuan masing-

masing guru.

b. Sampel dianggap homogen, sehingga perubahan kemampuan

berkomunikasi dan hasil belajar siswa sebagai akibat dari penerapan model

pembelajaran Think Pair Share dengan teknik Take and Give.

c. Penggunaan model pembelajaran Think Pair Share dengan teknik Take

and Give dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan hasil

belajar siswa.

Page 8: skripsi

8

F. Lingkup Penelitian

Untuk memperjelas arah penelitian ini, maka perlu dibatasi lingkup

penelitiannya.

Adapun lingkup penelitian dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Variabel Penelitian

a. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam

penelitian ini adalah kemampuan berkomunikasi dan prestasi belajar

siswa kelas X SMK PP Negeri Mataram pada materi ikatan kimia.

b. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab timbulnya variabel terikat. Variabel bebas dalam

penelitian ini adalah model pembelajaran Think Pair Share dengan

teknik Take and Give.

2. Subyek Penelitian

Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMK

PP Negeri Mataram Tahun Pelajaran 2011/2012.

3. Obyek Penelitian

Obyek dalam penelitian ini adalah pengaruh model pembelajaran

Think Pair Share dengan teknik Take and Give terhadap kemampuan

berkomunikasi dan hasil belajar siswa SMK PP Negeri Mataram.

Page 9: skripsi

9

4. Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di SMK PP Negeri Mataram Jalan

Tuan Guru Lopan No X Labuapi Lombok Barat.

G. Defenisi Operasional Judul

Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan menghindari

terjadinya kesalahpahaman dalam menafsirkan tentang istilah yang

terkandung di dalam judul penelitian ini, maka penulis perlu memberikan

penjelasan dari istilah-istilah tersebut.

Adapun istilah-istilah yang perlu penulis jelaskan dalam judul

penelitian ini adalah:

1. Think Pair Share dengan teknik Take and Give.

a. Think Pair Share

Think Pair Share atau berpikir berpasangan berbagi

merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk

mempengaruhi pola interaksi siswa. Model pembelajaran Think Pair

Share pertama kali dikembangkan oleh Frank Lyman dan koleganya

di Universitas Maryland (Komalasari, 2010).

b. Teknik Take and Give

Teknik ini dikembangkan untuk melatih peserta didik

memiliki kemampuan dan keterampilan bertanya dan menjawab

pertanyaan. Langkah pertama teknik ini adalah membagi dua

potongan kartu kepada peserta didik. Selanjutnya, mintalah kepada

Page 10: skripsi

10

peserta didik menuliskan dikartu itu 1 kartu menjawab dan 1 kartu

bertanya (Suprijono,2009).

Dari pendapat di atas maka, Model pembelajaran Think Pair Share

dengan teknik Take and Give adalah suatu model pembelajaran yang

dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa sehingga

menghendaki siswa bekerja saling membantu di dalam kelompok kecil

serta dapat meningkatkan efektifitas pembelajaran.

2. Kemampuan berkomunikasi

Kemampuan yaitu sesuatu hal yang bisa sedangkan komunikasi

(dari kata : “communis = common yaitu sama”) dapat diartikan sebagai

usaha atau proses untuk menyamakan isi (pesan) antara pemberi dan

penerima. Dengan demikian, komunikasi dalam pendidikan harus

berlangsung efektif dan efisien dan persyaratan untuk itu harus

diperhatikan dan bahkan harus dipenuhi secara optimal (Arifin, 2005).

Jadi, kemampuan berkomunikasi adalah kemampuan siswa dalam

menanggapi, menjawab dan bertanya selama kegiatan pembelajaran

berlangsung dengan menyampaikan pesan (isi) terkait materi

pembelajaran.

3. Hasil belajar siswa

Menurut Purwanto (2009) hasil belajar adalah perubahan yang

mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan perilakunya. Hasil

belajar siswa yang diharapkan di saat ini adalah kognitif (intelektual),

afektif (sikap atau tingkah laku) dan psikomotorik (keterampilan).

Page 11: skripsi

11

Jadi, hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil

belajar kimia pada materi ikatan kimia kelas X SMK PP Negeri Mataram

Tahun Pelajaran 2011/2012 yang diperoleh melalui model pembelajaran

Think Pair Share dengan teknik Take and Give.

4. Ikatan Kimia

Atom-atom yang terjalin secara terpadu dalam setiap senyawa

dalam suatu bentuk ikatan antar atom disebut ikatan kimia Ikatan kimia

terdiri dari dua sub pokok bahasan yaitu ikatan antar atom dan ikatan antar

molekul (Sitorus,2008).

Jadi, ikatan kimia adalah ikatan yang terjadi antara atom-atom

yang terjalin pada setiap senyawa dan saling tarik-menarik antar atom-

atom tersebut.

Page 12: skripsi

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Model Pembelajaran Think Pair Share Dengan Teknik Take and Give

a. Pengertian model pembelajaran model pembelajaran Think Pair Share

dengan teknik Take and Give.

1. Model pembelajaran Think Pair Share

Model pembelajaran Think Pair Share pertama kali

dikembangkan oleh Frank Lyman dan koleganya di Universitas

Maryland. Model pembelajaran ini merupakan suatu cara yang

efektif untuk membuat variasi suasana pola di kelas.

Dalam model pembelajaran Think Pair Share, semua

resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk

mengendalikan kelas secara keseluruhan dan prosedur yang

digunakan dalam model pembelajaran ini, dapat memberi siswa

lebih banyak waktu berpikir untuk merespon dan dapat

mengembangkan keterampilan berfikir dan menjawab dalam

komunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling

membantu dalam kelompok kecil (Komalasari, 2010).

Page 13: skripsi

13

Menurut Suprijono (2009), Secara umum langkah model

pembelajaran ini adalah sebagai berikut :

a. Thinking (berpikir)

Guru mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran

untuk dipikirkan oleh siswa dan meminta siswa untuk

memikirkan jawabanya.

b. Pairing (berpasangan)

Guru meminta siswa untuk berpasangan dan berdiskusi terkait

pertanyaan atau isu pada tahap awal serta mengharapkan dapat

memperdalam makna dari jawaban yang telah dipikirkannya

melalui intersubjektif dengan pasangannya.

c. Sharing (berbagi)

Hasil diskusi dari tiap-tiap pasangan akan dibicarakan dengan

pasangan seluruh kelas dan tahap ini dikenal dengan sharing.

2. Teknik Take and Give.

Teknik ini dikembangkan untuk melatih peserta didik

memiliki kemampuandan keterampilan bertanya dan menjawab

pertanyaan. Langkah model pembelajaran ini, menurut Suprijono

(2009) adalah sebagai berikut :

a. Langkah awal teknik ini adalah membagi dua potongan kartu

kepada peserta didik.

b. Selanjutnya, mintalah kepada peserta didik menuliskan di kartu

itu 1 kartu menjawab dan 1 kartu bertanya.

Page 14: skripsi

14

c. Mulailah pembelajaran dengan pertanyaan atau isu dan

mintalah kepada siswa memberi jawaban.

d. Setiap siswa yang hendak menjawab, diwajibkan menyerahkan

kartu yang bertuliskan kartu jawab kepada guru.

e. Pada tahap akhir, bersama siswa guru menyimpulkan hasil

pembelajaran tersebut.

b. Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran Think Pair Share

dengan teknik Take and Give.

1. Model pembelajaran Think Pair Share

Menurut Komalasari (2010), adapun kelebihan dari model

pembelajaran ini adalah :

a. Dapat disosialisasikan dan digunakan sebagai alternatif dalam

pembelajaran di sekolah,

b. Optimalisasi partisipasi siswa. Dengan metode klasikal yang

memungkinkan hanya satu siswa maju dan membagikan

hasilnya untuk seluruh kelas,

c. Memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak

kepada siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi

mereka kepada orang lain.

Sementara kelemahannya adalah:

a. Sangat memerlukan kemampuan dan ketrampilan guru, waktu

pembelajaran berlangsung guru melakukan intervensi secara

maksimal,

Page 15: skripsi

15

b. Menyusun bahan ajar setiap pertemuan dengan tingkat

kesulitan yang sesuai dengan taraf berfikir anak dan,

c. Mengubah kebiasaan siswa belajar dari yang dengan cara

mendengarkan ceramah diganti dengan belajar berfikir

memecahkan masalah secara kelompok, hal ini merupakan

kesulitan sendiri bagi siswa.

2. Teknik Take and Give

Menurut Silberman (2005), kelebihan dari pembelajaran

dengan teknik take and give adalah sebagai berikut :

a. Adanya interaksi di kelas. Interaksi antar siswa akan menambah

keakraban diantara mereka, melatih dalam kerjasama dan

kekompakan.

b. Menimbulkan inspirasi siswa bagaimana siswa berusaha agar

orang lain bisa memahami topik yang dijelaskannya.

c. Menumbuhkan kreatifitas siswa.

Semantara itu kelemahan dari teknik ini adalah:

a. Menimbulkan kegaduhan di kelas sehingga dapat mengganggu

proses belajar mengajar pada kelas sebelahnya.

b. Sulit diterapkan untuk siswa yang tidak bisa memahami materi

dengan cepat.

Page 16: skripsi

16

c. Langkah-langkah model pembelajaran Think Pair Share dengan teknik

Take and Give.

TAHAP LANGKAH-LANGKAH1. Berpikir (Thinking) a. Guru membagikan kepada siswa kartu yang

berisi sebuah topik yang juga sebagai kartu kontrol.

b. Siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk memikirkan topik yang telah diberikan.

2.Berpasangan (Pairing)

a. Guru menyuruh siswa untuk berpasangan dengan salah-satu temannya.

b. Siswa saling memberi dan menerima mengenai topik yang telah dipelajari dengan pasangannya.

c. Siswa berganti pasangan dengan teman yang lainnya dan saling memberi dan menerima mengenai topik yang telah dipelajari.

d. Siswa dapat berpasangan beberapa kali dengan temannya dan mencatat nama setiap pasangannya di dalam kartu kontrol.

e. Nama-nama siswa yan terdapat dalam satu kartu kontrol bergabung dalam satu kelompok.

3. Berbagi (Sharing) a. Guru menyuruh siswa untuk mengumpulkan kembali kartu yang telah dibagikan.

b. Guru mengambil sebuah kartu dan menyuruh siswa-siswa yang namanya terdapat di dalam kartu kontrol untuk membagikan informasi yang diperoleh mengenai topik di dalam kartu tersebut di depan kelas kepada teman-teman yang lainnya di dalam kelas.

c. Guru mengambil kartu yang lainnya sperti pada langkah b, sampai semua kartu dan semua siswa mendapat kesempatan untuk berbagi.

d. Guru bersama siswa mengambil kesimpulan dari materi yang telah dipelajari.

Page 17: skripsi

17

2. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar perubahan yang mengakibatkan manusia berubah

dalam sikap dan perilakunya (Purwanto, 2009). Menurut Sanjaya

(2006) hasil belajar yang diharapkan saat ini meliputi tiga aspek

kehidupan yaitu :

1. Aspek kognitif meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi,

analisis, sintesis, evaluasi.

2. Aspek afektif meliputi memberi respon, memberi nilai/menikmati

dan menerapkan atau mempraktekan.

3. Aspek psikomotorik. Pada aspek ini siswa dapat mempersepsikan,

membuat, menyesuaikan pola gerak dan penciptaan gerak-gerik

baru.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar

Proses pembelajaran dapat berjalan efektif bila seluruh

komponen yang berpengaruh dalam kegiatan pembelajaran saling

mendukung dalam rangka menciptakan tujuan pembelajaran. Menurut

Ruhimat, dkk (2011) faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan

hasil belajar adalah:

1. Faktor Internal

a. Kesiapan Belajar

Faktor kesiapan belajar baik secara fisik maupun psikologis,

sikap guru yang penuh perhatian dan mampu menciptakan

Page 18: skripsi

18

situasi kelas yang menyenangkan merupakan implikasi dari

faktor kesiapan.

b. Perhatian

Perhatian adalah pemusatan tenaga dan psikis pada suatu objek.

Perhatian ini timbul karena adanya sesuatu yang menarik

sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.

c. Intelegensi

Intelegensi kecakapan yang terdiri dari kecakapan untuk

menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru

dengan caa cepat, efektif, memanfaatkan konsep-konsep yang

abstrak, mengetahui relasinya dengan cepat.

d. Motivasi

Motivasi adalah hal-hal yang dapat mendorong siswa agar dapat

belajar dengan baik, untuk berfikir dan memusatkan perhatian,

serta merencanakan kegiatan yang menunjang belajar.

e. Sikap siswa

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi aktif berupa

kecenderungan utuk merespon dengan cara relative tetap

terhadap obyek orag, barang dan sebagainya.

f. Bakat siswa

Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang

untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.

Page 19: skripsi

19

2. Faktor Eksternal

a. Keluarga

Keluarga adalah tempat pembelajaran individu yang pertama.

Oleh karena itu baik dalam keadaan, suasana, hubungan antar

anggota keluarga serta perhatian orang tua sangat

mempengaruhi kemampuan siswa.

b. Sekolah

Sekolah merupakan tempat individu menerima pelajaran,

sehingga komponen-komponen dan unsur-unsur sekolah harus

meciptakan suasana yang mendukung proses pembelajaran.

c. Masyarakat

Masyarakat merupakan tempat bagi individu untuk menerapkan

pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.

3. Kemampuan Berkomunikasi

Kemampuan yaitu sesuatu hal yang bisa sedangkan komunikasi

(dari kata : “communis = common yaitu sama”) dapat diartikan sebagai

usaha atau proses untuk menyamakan isi (pesan) antara pemberi dan

penerima. Dengan demikian, komunikasi dalam pendidikan harus

berlangsung efektif dan efisien dan persyaratan untuk itu harus

diperhatikan dan bahkan harus dipenuhi secara optimal (Arifin, 2005).

Berkomunikasi adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi

artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta

Page 20: skripsi

20

menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Tujuan utama berbicara

adalah untuk berkomunikasi. Komunikasi dapat mempersatukan individu-

individu ke dalam kelompok-kelompok dengan jalan menyampaikan

konsep-konsep umum, menciptakan suatu kesatuan lambang-lambang

yang membedakannya dari kelompok-kelompopk lain, dan menetapkan

suatu tindakan tersebut, serta tidak akan dapat bertahan lama jika tidak

masyarakat-masyarakat bahasa.

4. Materi Ikatan Kimia

a. Analisis Materi Ikatan Kimia

Atom-atom yang terjalin secara terpadu dalam setiap senyawa

dalam suatu bentuk ikatan antar atom disebut ikatan kimia Ikatan

kimia terdiri dari dua sub pokok bahasan yaitu ikatan antar atom dan

ikatan antar molekul (Sitorus,2008).

Materi ikatan kimia dinilai cukup sulit bila diajarkan dengan

model pembelajaran konvensional, dengan demikian timbul keinginan

dari peneliti untuk melakukan pengajaran pada materi ini dengan

model pembelajaran Think Pair Share dengan teknik Take and Give.

Karena pada model pembelajaran ini, siswa dilatih untuk bekerja sama

dalam kelompok kecil selain itu siswa juga saling berbagi dengan

siswa lain terkait dengan materi yang sedang dipelajari yaitu materi

ikatan kimia.

Selain itu melalui model pembelajaran Think Pair Share

dengan teknik Take and Give, diharapkan siswa dapat berperan aktif

Page 21: skripsi

21

dan menghilangkan kejenuhan pada saat mengikuti pengajaran serta

berpikir secara mendalam tentang apa yang telah dijelaskan atau

dialami, sehingga siswa diharapkan tertarik untuk mengulang

pengajaran di rumah untuk mempersiapkan diri mengikuti pelajaran di

kelas pada pertemuan berikutnya. Dengan demikian tujuan

pembelajaran yang diharapkan dapat terwujud.

Di sisi lain, model pembelajaran ini mampu mendorong siswa

untuk lebih mengungkapkan hal-hal yang belum dipahami dari materi,

untuk ditanyakan pada guru dan kemudian akan menjadi bahan diskusi

sesama teman di dalam kelas, sehingga diharapkan bahwa model

pembelajaran ini akan mampu meningkatkan kemampuan

berkomunikasi dan hasil belajar siswa.

b. Rangkuman Materi Ikatan Kimia

Sifat-sifat suatu zat sebagian ditentukan oleh ikatan kimia antar

atom-atom pembentuknya. Suatu ikatan kimia adalah gaya tarik-

menarik yang kuat antar atom-atom tertentu didalam suatu zat.

Perubahan kimia atau reaksi kimia terjadi karena penggabungan atau

pemisahan atom-atom dengan cara tertentu sehingga terbentuk zat

yang lebih stabil. Hasil reaksi kimia tidak mempunyai bentuk

molekul tertentu atau dapat pula menghasilkan kristal dengan bentuk

tertentu yang akan menentukan sifat-sifat zat hasil tersebut. Perlu

diketahui bahwa tidak setiap jenis atom dapat bergabung dengan jenis

Page 22: skripsi

22

atom yang lain membentuk senyawa, serta jenis ikatan kimia yang

terjadi.

1. Kestabilan konfigurasi elektron dalam atom

Unsur gas mulia merupakan golongan unsur yang paling

stabil. Susunan elektron dalam atom akan stabil apabila kulit

terluar terisi elektron dengan jumlah 2 (aturan duplet) atau 8

(aturan oktet), seperti gas mulia. Susunan elektron yang paling

stabil dalam sistem periodik unsur adalah susunan elektron dari gas

mulia. Gas mulia mempunyai 8 elektron valensi, kecuali He yang

hanya 2 elektron valensi. Unsur gas mulia cenderung sukar

bereaksi dengan unsur lain atau bersifat inert.

Tabel 2.1. konfigurasi elektron unsur-unsur gas mulia

Periode Unsur Nomor atom K L M N O P

1

2

3

4

5

6

He

Ne

Ar

Kr

Xe

Rn

2

10

18

36

54

86

2

2

2

2

2

2

8

8

8

8

8

8

18

18

18

8

18

32

8

18 8

Ikatan kimia merupakan ikatan yang terbentuk antara atom

maupun antar molekul melalui mekanisme berikut:

a. Atom yang memberikan elektronnya, sedangkan atom yang

lain menerima elektron

Page 23: skripsi

23

b. Penggunaan pasangan elektron bersama. Pasangan elektron

dapat berasal dari salah satu atau kedua atom yang berikatan.

Ada dua aturan bagi atom-atom dalam berikatan agar

susunan elektronnya menjadi seperti gas mulia sebagai berikut:

a. Aturan oktet, yang berarti jumlah elektron terluarnya 8

b. Aturan duplet, yang berarti jumlah elektron terluarnya 2.

Dalam usaha menstabilkan dirinya inilah maka timbul

ikatan antar atom. Jenis ikatan antar atom ini adalah ikatan ion,

ikatan kovalen, dan ikatan logam (Utami, dkk, 2009).

ii. Ikatan ion

Ikatan ion adalah ikatan yang terjadi karena perpindahan

elektron dari satu atom ke atom lain atau akibat adanya atom yang

melepas elektron (logam) dengan atom yang menangkap elektron

(bukan logam). Ikatan ion hanya dapat terjadi jika unsur – unsur yang

direaksikan mempunyai perbedaan daya tarik elektron

(keelektronegaifan) yang cukup besar. Perbedaan daya tarik yang

cukup besar memungkinkan terjadinya serah terima elektron (Purba,

2007).

Ikatan ion kemungkinan besar dapat terjadi antara unsur yang

mempunyai potensial ionisasi kecil dengan unsur yang mempunyai

afinitas elektron besar. Unsur-unsur yang mempunyai potensial

ionisasi kecil merupakan unsur-unsur logam, sedangkan unsur-unsur

yang mempunyai afinitas elektron besar merupakan unsur-unsur non

Page 24: skripsi

24

logam. Dengan demikian, ikatan ion terjadi antara unsur logam dengan

unsur non logam (Utami, dkk, 2009)

Contoh:

a. Senyawa NaCl

11Na : 2 8 1

17Cl : 2 8 7

Untuk mencapai kestabilan, atom Na melepas sebuah elektron.

Na Na- + e-

(2 8 1) (2 8)

Dalam membentuk ikatan, atom Cl akan mengikat sebuah elektron

yang dilepaskan oleh atom Na tersebut sehingga menjadi,

Cl + e- Cl-

Setiap atom Na+ menarik sebuah ion Cl- membentuk senyawa

netral NaCl.

Na+ + Cl NaCl

b. Senyawa CaCl2

20Ca : 2 8 8 2

17Cl : 2 8 7

Untuk mencapai kestabilan, atom Ca akan melepaskan 2

elektronnya menjadi

Ca Ca2+ + 2e-

(2 8 8 2) (2 8 8)

Page 25: skripsi

RumusElektron

RumusStruktur

RumusMolekul

Hx + H . H H

x . H - H H2

25

Atom Cl Akan menerima 1 elektron

Cl + e- Cl-

Dalam membentuk ikatan, dua atom Cl masing-masing akan

mengikat sebuah elektron yang dilepas atom kalsium tersebut

menjadi CaCl2.

iii. Ikatan kovalen

Tidak semua unsur mampu melepas atau menerima elektron

untuk mencapai keadaan stabil. Unsur-unsur yang tidak melakukan

serah terima elektron akan melakukan penggunaan bersama elektron

valensinya dengan atom lain membentuk molekul unsur atau molekul

senyawa, sehingga keduanya akan mencapai konfigurasi oktet. Ikatan

yang terjadi karena pemakaian elektron bersama-sama oleh dua atom

bukan logam disebut ikatan kovalen (Sitorus dkk, 2008).

1. Ikatan kovalen tunggal

Ikatan kovalen tunggal adalah ikatan kovalen yang

terbentuk dengan penggunaan sepasang elektron bersama.

Contoh:

Ikatan kovalen dalam molekul H2

Elektron valensi H = 1, untuk memperoleh dua elektron (duplet)

pada kulit terluarnya dibutuhkan satu elektron.

Page 26: skripsi

O = O+..O: : ..

O::

..O :

:

..O: : O2

N ≡ N+:..N . N2:

..N . :: N ……

N

26

b. Ikatan kovalen rangkap dua dan rangkap tiga

Ikatan kovalen rangkap dua adalah ikatan kovalen yang

terbentuk dengan menggunakan dua pasang elektron dan ikatan

kovalen rangkap tiga adalah ikatan yang menggunakan tiga pasang

elektron.

Contoh:

1. Ikatan rangkap dua dalam O2

Atom oksigen dengan nomor atom 8 mempunyai

susunan elektron (2 6) untuk mencapai konfigurasi oktet harus

menerima dua elektron.

Pembentukan ikatan dalam molekul oksigen dapat

digambarkan sebagai berikut.

2. Ikatan kovalen rangkap tiga dalam N2

Nitrogen dengan nomor atom 7, konfigurasi

elektronnya (2 5) memerlukan tiga elektron untuk mencapai

kestabilan.

Pembentukan ikatannya sebagai berikut:

c. Ikatan kovalen koordinasi

Ikatan kovalen koordinasi adalah ikatan kovalensi antara

atom-atom, namun pasangan elektron yang dipakai bersama berasal

Page 27: skripsi

Di tulis. xH

:NH

x .

Hx . +

. x

F

B F

x .

F

x .x x

x x

x x

x x

x x

x x

x x

x x

x x

..H. xH

N

x .

Hx .

. x

F

B F

x .

F

x .x x

x x

x x

x x

x x

x x

x x

x x

x x

—H

H

N

F

B F

F

H

——

KovalenKoordinasiPasangan

Elektron

.

...

.... ..

27

dari salah satu atom. Ikatan kovalen koordinasi umumnya terjadi

pada molekul yang juga mempunyai ikatan.

Pembentukan ikatan koordinasi pada BF3NH3

d. Ikatan kovalen polar dan nonpolar

Ikatan kovalen polar dan nonpolar dapat dilihat pada

molekul H2 dan HCl. Molekul H2 terdiri dari dua atom dengan

keelektronegatifan yang sama, sedangkan molekul HCl terdiri dari

dua atom dengan keelektronegatifan yang berbeda.

Salah satu akibat dari kelektronegatifan ialah terjadinya

polarisasi pada ikatan kovalen.

Contoh ikatan kovalen polar dan non polar, pasangan elektron lebih

Dekat ke atom klorin

H Cl H H

Pada molekul HCl, pasangan elektron ikatan tertarik lebih

dekat keatom Cl, karena Cl mempunyai daya tarik elektron

(keelektronegatifan) yang lebih besar dari pada Hidrogen (H).

Akibatnya, pada HCl terjadi polarisasi, dimana atom Cl lebih

negatif dari pada atom H. Ikatan seperti ini disebut ikatan kovalen

Page 28: skripsi

.+ + +

++

+ + + +

.. . .. . . .

. ..

. .

Gerakan elektron valensi

Ion positif

Lautan elektron+ + + + +

28

polar. Sedangkan pada molekul H2, kedudukan pasangan elektron

ikatan sudah pasti simetris terhadap kedua atom H. Gaya tarik

elektron sama kuat sehingga ikatan yang terbentuk adalah ikatan

kovalen nonpolar, dalam molekul H2 tersebut, muatan negatif

(elektron) tersebar secara homogen (Purba, 2007).

5. Ikatan logam

Ikatan logam adalah ikatan antar atom dalam suatu unsur

logam dengan menggunakan intraksi antar elektron valensi. Unsur

logam mempunyai kecenderungan untuk menjadi ion positif karena

energi potensial ionisasi yang rendah dan mempunyai elektron valensi

sedikit. Ketika atom-atom logam yang bermuatan ini saling

berdekatan, kemudian elektron valensinya akan terdelokalisasi

membentuk lautan elektron disekitar ion-ion positif. Lautan elektron

ini akan bertindak sebagai perekat atom-atom logam. Hal ini berakibat

bahwa lautan elektron dalam atom-atom logam, bebas bergerak dari

atom yang satu ke atom yang lainnya untuk membentuk suatu ikatan

yang disebut dengan ikatan logam (Utami, dkk, 2009).

Contoh :

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Page 29: skripsi

29

Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yaitu sebagai berikut:

Penelitian yang dilakukan oleh Junedin (2010) menunjukkan bahwa

penerapan model pembelajaran Think Pair Share dapat meningkatkan prestasi

belajar siswa pada pembelajaran Fisika kelas VIII di SMPN 6 Kota Kupang

Tahun Pelajaran 2009/2010, hal ini disebabkan karena model pembelajaran

yang dipakai menuntut siswa untuk terlibat aktif dalam setiap tahapan yang

ada dalam pembelajaran koperatif. Setiap siswa diberi kesempatan untuk

berpikir secara individu dan memperoleh kesempatan yang sama dalam

memberikan ide atau gagasan hasil pemikirannya kepada teman-temannya,

mempelajari dan memahami konsep-konsep materi pelajaran, sehingga

diperoleh jawaban yang merupakan hasil dari kesepakatan bersama di dalam

kelompok.

Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Margowati (2009), pada

siswa kelas VII SMP Negeri 13 Surakarta. Hasil penelitian menunjukan

bahwa, pembelajaran menggunakan model Think Pair Share membuat peserta

didik dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang menyebabkan terjadinya

intraksi sehingga para peserta didik bersemangat terhadap tugasnya masing-

masing. Dalam melakukan intraksi peserta didik mampu menyelesaikan

kegiatannya dengan baik, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.

Penelitian yang lain juga dilakukan oleh Rahmawati (2008), hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa: (1) terdapat perbedaan hasil belajar

biologi antara siswa yang belajar menggunakan model TPS dan strategi

kelompok kerja pada konsep pencernaan, siswa kelas XI SMA

Muhammadiyah 1 Klaten Tahun Pelajaran 2007/2008, dan (2) berdasarkan

Page 30: skripsi

30

nilai rata-rata tes, maka model pembelajaran yang memberikan hasil belajar

lebih tinggi pada pembelajaran biologi kelas XI SMA Muhammadiyah I

Klaten tahun ajaran 2007/2008 adalah model pembelajaran TPS.

C. Kerangka Berpikir

Proses pembelajaran tidak terlepas dari suatu metode yang akan

diterapkan pada proses pembelajaran tersebut. Seorang guru merupakan

komponen yang sangat penting, sebab keberhasilan pelaksanaan proses

pendidikan sangat bergantung pada seorang guru, sehingga guru dituntut

harus memiliki kemampuan. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh

guru adalah bagaimana merancang suatu model pembelajaran yang sesuai

dengan tujuan atau kompetensi yang akan dicapai, karena kita yakin tidak

semua tujuan bisa dicapai oleh hanya satu model pembelajaran tertentu.

Hasil belajar siswa yang berbeda-beda harus dipahami oleh para

guru, sehingga model pembelajaran yang diterapkan akan sesuai atau cocok

dengan tujuan yang akan dicapai. Guru diharapkan mampu memilih cara

mengajar sehingga dapat mengaktifkan siswa.

Salah satu cara untuk mengaktifkan siswa dalam belajar adalah

model pembelajaran, karena di dalam model pembelajaran telah disusun

sedemikian agar siswa biasa belajar secara aktif dengan menggunakan

pemikirannya artinya mereka diajar tidak hanya menerima dari guru saja.

Siswa dapat aktif jika diberikan model pembelajaran yang tepat. Salah satu

alternatif model pembelajaran yang diharapkan dapat mengaktifkan siswa

adalah model pembelajaran Think Pair Share dengan teknik Take and Give

Page 31: skripsi

31

yaitu model pembelajaran yang memberi siswa kesempatan untuk bekerja

sendiri dan bekerja sama dengan orang lain.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2007)

Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah

1. Ada pengaruh model pembelajaran Think Pair Share dengan teknik Take

and Give terhadap kemampuan berkomunikasi siswa SMK PP Negeri

Mataram Tahun Pelajaran 2011/2012.

2. Ada pengaruh model pembelajaran Think Pair Share dengan teknik Take

and Give terhadap hasil belajar siswa SMK PP Negeri Mataram Tahun

Pelajaran 2011/2012.

BAB III

Page 32: skripsi

32

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental, peneliti sengaja

membangkitkan timbulnya sesuatu kejadian atau keadaan, kemudian diteliti

bagaimana akibatnya. Dengan kata lain eksperimental adalah suatu cara untuk

mencari hubungan sebab-akibat antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan

oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-

faktor lain yang mengganggu. Eksperimen dapat diartikan sebagai metode

penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu

terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2007).

Salah satu ciri penelitian eksperimen adalah menggunakan

kelompok kontrol sebagai garis dasar untuk dibandingkan dengan kelompok

eksperimen. Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan penerapan model

pembelajaran Think Pair Share dengan teknik Take and Give, sedangkan

untuk kelas kontrol diberi perlakuan berupa proses belajar kimia dengan

pendekatan konvensional saja.

Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti menerapkan sebuah

jenis penelitian yaitu Quasi Eksperimental dengan rancangan penelitian : non

equivalen control group design seperti yang tertera pada gambar 3.1 di bawah

ini: (Sugiyono, 2007).

Populasi terdiri dari

4 kelas (X-ATR, X-AP, X-TPH, X-PP)

Page 33: skripsi

33

Gambar 3.1 Bagan Rancangan Penelitian

B. Populasi Dan Sampel

Sampel

Kelas eksperimenKelas kontrol

Pembelajaran dengan model TPS dengan teknik take and give

Pembelajaran dengan metode konvensional

Posttest Posttest

Analisis Data

PretestPretest

Uji Normalitas Uji Homogenitas

Homogen (cluster random sampling)

Tidak homogen (purposive sampling)

Page 34: skripsi

34

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek yang

mempunyai kualitas dan karekteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono,

2007).

Berdasarkan pendapat ahli di atas, maka yang menjadi populasi

dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMK PP Negeri Mataram

Tahun Pelajaran 2011/2012 yang terdiri dari empat kelas dengan jumlah

siswa 94 orang.

Tabel 3.1. Populasi siswa kelas X SMK PP Negeri Mataram Tahun Pelajaran 2011/2012.

No Tingkat Kelas Ukuran Populasi Jumlah

1 Kelas X-ATR 17 17

2 Kelas X-AP 24 24

3 Kelas X-PP 28 28

4 Kelas X-TPH 25 25

TOTAL 94

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karekteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut, (Sugiyono, 2007). Adapun teknik pengambilan

sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik cluster random

sampling (jika sampel homogen) adalah proses pemilihan sampel untuk

menentukan kelompok-kelompok dalam suatu populasi tersebut dan

Page 35: skripsi

35

digunakan teknik purposive sampling (jika sampel tidak homogen) adalah

karena teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu.

Mengingat populasi yang berjumlah empat kelas maka untuk

mendapatkan sampel tersebut dilakukan dengan cara masing-masing kelas

yaitu kelas X-ATR, X-AP, X-PP dan X-TPH ditulis dalam potongan

kertas kecil-kecil kemudian digulung dan gulungan ini dimasukkan ke

dalam sebuah media yaitu gelas yang ditutup dan dilubangi kemudian

gelas tesebut dikocok sehingga ada dua gulungan yang keluar, kemudian

kedua gulungan kertas tersebut kembali dikocok sehingga kelas yang

keluar pertama kali yang ditetapkan sebagai kelas eksprimen dan diberi

simbol E dan kelas yang keluar kedua yang ditetapkan sebagai kelas

kontrol yang diberi simbol K.

C. Instrumen Penelitian

Instument penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh

peneliti dalam pengumpulan data agar pekerjaannya lebih muda dan hasilnya

lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih

mudah diolah (Arikunto, 2010).

Instrument yang digunakan dalam penelitaian ini adalah instrument :

1. Tes hasil belajar

Untuk mengetahui hasil belajar siswa dapat digunakan instrumen

berupa tes. Adapun tes hasil belajar siswa yang digunakan adalah tes

obyektif berupa pilihan ganda, ini dibuat untuk mengetahui sejauh mana

Page 36: skripsi

36

tingkat kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah diajarkan.

Jumlah soal yang dipakai sebanyak 30 soal.

2. Lembar observasi kemampuan berkomunikasi siswa

Lembar kemampuan berkomunikasi siswa ini terdiri dari beberapa

indikator kemampuan berkomunikasi lisan. Lembar observasi ini akan

diisi oleh observer atau guru bidang studi. Data ini digunakan untuk

menjaring kemampuan berkomunikasi siswa selama proses pembelajaran

menggunakan model pembelajaran Think Pair Share dengan teknik Take

and Give berlangsung.

Adapun indikator yang dinilai adalah sebagai berikut :

Indikator Deskriptor

1. Mengemukakan

pendapat

1. Berbeda pendapat

2. Setuju dengan pendapat orang lain

3. Tidak setuju dengan pendapat orang lain

2. Mengajukan

pertanyaan

1. Bertanya dengan bahasa yang benar dan

sopan

2. Sesuai dengan materi yang diajarkan

3. Bertanya dengan pertanyaan yang jelas

3. Menjawab pertanyaan 1. Bertanya dengan bahasa yang benar dan

sopan

2. Sesuai dengan materi yang diajarkan

3. Bertanya dengan pertanyaan yang jelas

4. Komunikasi yang

terjadi selama diskusi

1. Berbicara dengan guru

2. Berbicara dengan siswa lain.

Page 37: skripsi

37

D. Uji Coba Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, uji coba instrument penelitian mempunyai

kedudukan yang paling tinggi, karena data merupakan penggambaran variabel

yang diteliti dan berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis.

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto, 2010). Suatu

instrumen yang valid atau sahih jika mempunyai validitas tinggi,

sebaliknya instrument yang kurang valid berarti mempunyai validitas

rendah. Kesejajaran ini dapat diartikan dengan korelasi sehingga untuk

mengetahui validitas item digunakan rumus korelasi product moment

dengan angka kasar sebagai berikut :

rxy =

N (∑ xy )−(∑ x )(∑ y )

√( N∑ x2−(∑ x )2( N ∑ y2−(∑ y )2 )

keterangan :

rxy = validitas butir soal

N = jumlah Siswa

X = Skor butir soal

Y = skor total siswa

Dimana instrument dikatakan valid jika r hitung > r tabel dan instrumen

dikatakan tidak valid jika r hitung ≤ r tabel (Arikunto, 2010).

Page 38: skripsi

38

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu

instrument cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat

pengumpulan data karena instrument tersebut sudah baik. Reliable artinya

dapat dipercaya (Arikunto, 2010).

Adapun rumus yang dipakai untuk mencari reliabilitas tes dalam

penelitian ini menggunakan KR-20 dengan persamaan sebagai berikut :

r

11 = ( k

k−1 )(Vt−∑ pq

Vt )

keterangan :

r11 = reliabilitas soal keseluruhan

p = proporsi subyek yang menjawab benar item soal

q = proporsi subyek yang menjawab salah item soal

pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q

k = banyaknya item

Vt = deviasi total

p = banyaknya subjek yang skornya1

N

q = proporsi subjek yangmendapat skor 0

(q=1−p )

Page 39: skripsi

39

Kriteria reabilitas:

- Antara 0,80 sampai dengan 1,00 : sangat tinggi- Antara 0,60 sampai dengan 0,80 : tinggi - Antara 0,40 sampai dengan 0,60 : cukup- Antara 0,20 sampai dengan 0,40 : rendah- Antara 0,0 sampai dengan 0,20 : sangat rendah

3. Taraf Kesukaran (Diffculty Level) soal

Tingkat kesukaran (difficulty index) adalah kemampuan tes

tersebut dalam menjaring banyaknya subjek peserta tes yang dapat

mengerjakan dengan betul (Arikunto,2010). Tingkat kesukaran dinyatakan

dengan P dan dicari dengan rumus:

P = BJs

Keterangan :

P = Index Kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul

J = jumlah seluruh siswa peserta

Kriteria Kesukaran:

Harga P Keterangan

0,00 ─ 0,30 Soal sukar

0,30 ─ 0,70 Soal sedang

0,70 ─ 1,00 Soal mudah

4. Daya Pembeda (Discriminating Power) Suatu Soal

Daya beda (discriminating power) adalah kemampuan tes tersebut

dalam memisahkan antara subjek yang pandai dengan subjek yang kurang

Page 40: skripsi

40

pandai (Arikunto,2010). Oleh karena dasar pikiran dari daya pembeda

adalah anyanya kelompok pandai dengan kelompok kurang pandai maka

dalam mencari daya beda subjek peserta tes dipisahkan menjadi dua sama

besar berdasarkan atas skor total yang mereka peroleh. Apabila banyaknya

subjek peserta tidak genap sehingga tidak dapat dibagi dua sama banyak

maka sebelum dibagi dua harus disisihkan salah seorang (secara lotre),

kemudian dibagi dua. Rumus yang digunakan ntuk mengetahui daya

pembeda setiap butir tes adalah (Arikunto, 2010).

D = BAJA

− BBJB

Keterangan :

D = Daya beda butir soalJA = Jumlah Siswa kelompok atasJB = Jumlah siswa kelompok bawahBA = Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benarBB = Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benarPA = Proporsi teste (siswa) kelompok atas yang dapat menjawab dengan

butir soal yang bersangkutanPB = Proporsi testee (siswa) kelompok bawah yang dapat menjawab

dengan betul butyl soal yang bersangkutan

Untuk mengetahui butir soal yang mempunyai daya beda yang baik,

maka dapat digunakan kriteria sebagai berikut:

Besar Indeks Diskriminasi item(D)

Kriteria

Kurang dari 0,20 Butir Soal Jelek

0,21 ─ 0,40 Butir Soal Cukup

0,41 ─ 0,70 Butir soal Baik

0,71 ─ 1,00 Butir Soal Baik Sekali

Page 41: skripsi

41

Bertanda Negatif Butir soal sangat tidak baik

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data dalam

penelitian ini adalah berupa tes dan lembar observasi kemampuan

berkomunikasi. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat

lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan

intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau

kelompok (Arikunto, 2010). Tes dalam penelitian ini adalah mengunakan

tes obyektif yang diberikan kepada dua kelas yang menjadi sampel

penelitian sedangkan lembar observasi untuk menjaring kemampuan

berkomunikasi juga diberikan pada dua kelas sampel.

F. Teknik Analisis Data

1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas dilakukan untuk membuktikan bahwa populasi

dalam penelitian ini mengikuti model distribusi normal. Persamaan

statistik yang digunakan (Sugiyono, 2007) adalah :

x2=∑ ( fo−fh)2

fh

Di mana :

fo = frekuensi nyata

fh = frekuensi harapan

K = banyaknya kelas interval

x2 = chi-kuadrat.

Page 42: skripsi

42

2. Analisis Varians (Statistik F)

Data yang diperoleh terlebih dahulu dianalisis dengan uji F untuk

mengetahui kehomogenan varians. Pengujian homogenitas varians

digunakan uji F dengan rumus : (Sugiyono, 2007)

F =

var ians terbesarvar ians terkecil

Varians masing-masing kelas dicari dengan rumus :

(S2

) =

∑ ( X−X )2−

n−1

Keterangan :

F = Indeks homogenitas yang dicari

S2 = Varians

X = Nilai Siswa

X = Nilai Rata-Rata

n = jumlah sampel

kriteria pengujian : jika Fhitung < Ftabel = sampel homogen.

jika Fhitung ≥ Ftabel = sampel tidak homogen.

3. Uji Beda (Statistik t)

Page 43: skripsi

43

Setelah diketahui kedua samel homogen atau tidak kemudian

dilakukan analisis data dengan menggunakan rumus t-tes. Apabila varians

homogen rumus yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah rumus t-

tes polled varians yaitu : (Sugiyono, 2007)

t=X 1−

X2

√( n1−1 )S12+(n2−1)S

22

n1+n2−2 [ 1n1

+ 1n2 ]

Keterangan :

t = Nilai t yang dihitung

X¿

1 = Nilai rata-rata dari kelas eksperimen

X−

2 = Nilai rata-rata dari kelas kontrol

S12 = Varian kelas eksperimen

S22 = Varian kelas kontrol

n1 = Jumlah siswa kelas eksperimen

n2 = Jumlah siswa kelas kontrol

Untuk mengetahui t-tabel digunakan dk = n1 + n2 – 2

Apabila varians tidak homogen untuk menguji hipotesis digunakan

rumus t-tes separated varians yaitu :

Page 44: skripsi

44

t tes=X1−

X2

√ S12

n1

+S2

2

n

Keterangan:

t = Nilai t yang dihitung

X¿

1 = Nilai rata-rata dari kelas eksperimen

X−

2 = Nilai rata-rata dari kelas kontrol

S12 = Varian kelas eksperimen

S22 = Varian kelas kontrol

n1 = Jumlah siswa kelas eksperimen

n2 = Jumlah siswa kelas kontrol

Jika t-hitung ≤ t-tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak, sebaliknya jika t-

hitung > t-tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima.

a. Ha adalah “ ada pengaruh kemampuan berkomunikasi dan hasil belajar

siswa kelas X SMK PP Negeri Mataram Tahun Pelajaran 2011/2012

dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share dengan

teknik Take and Give dibandingkan siswa yang diajarkan dengan

menggunakan metode ceramah”.

b. Ho adalah “ tidak ada pengaruh kemampuan berkomunikasi dan hasil

belajar siswa kelas X SMK PP Negeri Mataram Tahun Pelajaran

2011/2012 dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair

Page 45: skripsi

45

Share dengan teknik Take and Give dibandingkan siswa yang

diajarkan dengan menggunakan metode ceramah”.

4. Lembar observasi untuk menilai kemampuan berkomunikasi

Perhitungan data observasi dilakukan dengan menjumlahkan dan

memberikan skor banyaknya kemunculan pada setiap aspek pada

kemampuan berkomunikasi yang dinilai. Kemampuan yang muncul diberi

skor sesuai yang tertera pada masing-masing kemampuan. Data tersebut

dapat dihitung dengan rumus (Subekti dan Firman 1986 dalam Aisiyah

(2010)) :

X= rR

x 100%

Keterangan :

X = Presentase kemunculan aspek kemampuan komunikasi

siswa selama pembelajaran.

r = Skor total indikator komunikaasi yang muncul.

R = Skor total indikator komunikasi yang diharapkan.

Setelah mengetahui presentase dari suatu data, kemudian hasilnya

ditafsir dalam bentuk kalimat yaitu :

0 % = Tidak pernah

1-30 % = Sangat kurang

31-49 % = Kurang

50 % = Cukup

51-80 % = Sering

81-99 % = Sangat sering

100 % = Selalu.

Page 46: skripsi

46

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Hasil Uji Instrumen

Data dalam penelitian ini berupa data hasil belajar. Data hasil

belajar ditunjukkan dengan nilai pretest dan post test pada materi ikatan

kimia. Pengambilan data untuk nilai pretest dan post test menggunakan

instrumen pengumpulan data yang berupa test objektif yang sudah

dianalisis validitas, reliabilitas, uji tingkat kesukaran butir soal dan uji

daya beda butir soal.

a. Validitas Instrumen Penelitian

Berdasarkan uji validitas soal dengan menggunakan rumus

product moment dari 30 soal diperoleh 20 soal yang valid dan 10 soal

yang tidak valid. Soal yang dikatakan valid jika r-hitung > r-tabel sedangkan

dikatakan tidak valid jika r-hitung ≤ r-tabel. Dalam tabel harga r product

Page 47: skripsi

47

moment pada taraf signifikan 5% dengan N=30 diperoleh r -tabel

sebesar 0.361.

b. Reliabilitas Instrumen Penelitian

Setelah dilakukan uji validitas selanjutnya dilakukan uji

reliabilitas. Berdasarkan hasil dari uji reliabilitas dengan menggunakan

rumus KR-20 terhadap 20 soal yang valid pada materi ikatan kimia

dan diperoleh harga r11 sebesar 0.91. Hal ini menunjukkan bahwa soal

tes pada materi ikatan kimia memiliki reliabilitas sangat tinggi karena

terletak pada kriteria reliabilitas instrumen antara 0.80 – 1.00.

c. Tingkat Kesukaran Butir Soal

Berdasarkan perhitungan harga tingkat kesukaran butir soal

sterlihat bahwa dari 20 soal materi ikatan kimia diperoleh 4 soal yang

tergolong mudah karena berada pada rentang 0.71 – 1.00 dan 16 soal

yang tergolong sedang karena berada pada rentang 0.30 – 0.70.

Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa ada 20 soal yang

baik karena soal dikatakan baik jika soal tersebut memiliki tingkat

kesukaran yang berada pada rentang 0.30 – 0.70 atau soal dengan

kriteria sedang. Akan tetapi soal yang mudah maupun sulit belum tentu

tidak bisa digunakan, karena soal yang mudah memberikan semangat

bagi siswa yang kurang pandai dan sebaliknya soal yang sulit

memberikan semangat bagi siswa yang pandai.

d. Daya Beda Butir Soal

Page 48: skripsi

48

Analisis instrumen selanjutnya adalah mencari daya beda item

soal antara kelompok siswa yang pandai (upper group) atau kelas atas

dan kelompok siswa yang kurang pandai (lower group) atau kelas

bawah.

Dari hasil tes pada materi ikatan kimia yang diberikan pada 30

siswa yang disusun berdasarkan nilai tertinggi hingga nilai terendah,

kemudian diambil 50% skor teratas sebagai kelompok atas dan 50%

skor terbawah sebagai kelompok bawah. Dari 20 soal diperoleh 1 soal

yang tergolong jelek karena berada pada rentang kurang dari 0.20, 8

soal yang tergolong cukup karena berada pada rentang 0.21 - 0.40,

dan 11 soal yang tergolong baik karena berada pada rentang 0.41 –

0.70.

2. Hasil Tes

a. Data ketuntasan belajar siswa

Data hasil penelitian berupa nilai yang diperoleh dari hasil test

soal pada siswa kelas X SMK PP Negeri Mataram Tahun Pelajaran

2011/2012 yang dilakukan pada dua kelas yaitu kelas eksperimen (X-

AP) dan kelas kontrol (X-PP), dimana kelas eksperimen diberi

perlakuan dengan menerapkan model pembelajaran Think Pair Share

dengan teknik Take and Give sedangkan pada kelas kontrol diberikan

metode ceramah yaitu metode yang biasa digunakan oleh guru mata

pelajaran di sekolah tersebut.

Page 49: skripsi

49

Tes dilaksanakan sebelum diberi perlakuan dengan menerapkan

model pembelajaran Think Pair Share dengan teknik Take and Give

(Pretest) dan sesudah diberi perlakuan dengan menerapkan model

pembelajaran Think Pair Share dengan teknik Take and Give (Post

Test). Data hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.1. Ringkasan data hasil belajar siswa.

Aspek yang dinilaiKelas Eksperimen Kelas Kontrol

Pretest Post Test Pretest Post Test

Jumlah Siswa (N) 18 18 26 25

KKM 70

Nilai Rata-Rata 72.22 85.83 65.38 76

Persentase Kelulusan 72.22% 88.89% 53.85% 76%

Jml. Siswa Tuntas 13 16 14 19

Jml. Siswa Tidak Tuntas 5 2 12 7

b. Uji Normalitas

Sebelum data diuji homogenitas, terlebih dahulu data diuji

normalitas, tujuannya agar mengetahui data tersebut terdistribusi

normal atau tidak. Dari uji normalitas diperoleh nilai pretest yaitu :

Dari perhitungan diperoleh X2 hitung = 10.66 sememtara harga X2 tabel=

28.86, pada taraf signifikan 5% dengan N=18. Karena X2 hitung < X2 tabel

Page 50: skripsi

50

maka dapat disimpulkan data untuk kelas eksperimen terdistribusi

secara normal. Sama halnya pada kelas kontrol, dari perhitungan

diperoleh X2 hitung = 18.13 sementara harga X2 tabel= 38.88, pada taraf

signifikan 5% dengan N=26. Karena X2 hitung X2 tabel maka dapat

disimpulkan data untuk kelas kotrol terdistribusi secara normal.

Begitu pula pada nilai post test, data terdistribusi secara normal

karena X2 hitung < X2 tabel maka dapat disimpulkan data untuk kelas

eksperimen dan kelas kontrol terdistribusi secara normal.

c. Hasil Uji Homogenitas

Sebelum analisis data dilakukan dengan menggunakan rumus

Statistik t (uji beda) untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang

telah dibuat sebelumnya, maka terlebih dahulu dilakukan uji

homogenitas varians.

1. Nilai Pretest

Varians untuk kelas eksperimen sebesar 109.47 sebagai varians

terbesar dan varians kelas kontrol sebesar 99.38 sebagai varians

terkecil, sehingga diperoleh F-hitung sebesar 1.10. Harga Ftabel

dengan dkpembilang yaitu 18-1 = 17 dan dkpenyebut yaitu 26-1 = 25

dengan taraf signifikan 5% tidak tercantum pada tabel distribusi

maka harus dicari dengan menggunakan rumus Interpolasi Linier

dan diperoleh nilai sebesar 2.53. Oleh karena Fhitung lebih kecil dari

Page 51: skripsi

51

Ftabel (1.10 < 2.53) berarti varians tersebut homogen, maka

digunakan rumus statistik t (uji beda) polled varians.

2. Nilai Post Test

Varians untuk kelas kontrol sebesar 97.45 sebagai varians terbesar

dan varians kelas eksperimen sebesar 83.08 sebagai varians

terkecil, sehingga diperoleh F-hitung sebesar 1.17. Harga Ftabel

dengan dkpembilang yaitu 18-1 = 17 dan dkpenyebut yaitu 25-1 = 24

dengan taraf signifikan 5% tidak tercantum pada tabel distribusi

maka harus dicari dengan menggunakan rumus Interpolasi Linier

dan diperoleh nilai sebesar 2.53. Oleh karena Fhitung lebih kecil dari

Ftabel (1.17 < 2.53) berarti varians tersebut homogen, maka

digunakan rumus statistik t (uji beda) polled varians.

3. Kemampuan berkomunikasi siswa

Dari data yang dianalisis maka dapat disimpulkan kemampuan

berkomunikasi siswa kelas eksperimen lebih baik karena berkisar dari

63%-90%, daripada kelas kontrol yang berkisar dari 54%-90%.

B. Pengujian Hipotesis

Dari hasil perhitungan statistik t (uji beda) polled varians diperoleh

untuk nilai Pretest thitung sebesar 2.20 dan harga t-tabel untuk taraf signifikan 5%

dengan derajat kebebasan (dk) n1 + n2 – 2 = 18 + 26 – 2 = 42, maka diperoleh

nilai sebesar 2.00. Sedangkan untuk nilai Post Test thitung sebesar 3.26 dan

harga t-tabel untuk taraf signifikan 5% dengan derajat kebebasan (dk) n1 + n2 – 2

= 18 + 25 – 2 = 41, karena dalam t-tabel tidak tercantum dk 41 dan di dalam t-

Page 52: skripsi

52

tabel dk tersebut berada antara dk = 40 dan dk = 60, maka t -tabel harus dicari

dengan menggunakan rumus Interpolasi Linier sehingga diperoleh hasil dari

perhitungan tersebut pada taraf signifikan 5% yaitu sebesar 2.00. Oleh

karena t-hitung lebih besar dari t-tabel (3.60 > 2.00), berarti ada perbedaan antara

kelas kontrol dan eksperimen. Nilai rata-rata pada kelas eksperimen yang

diterapkan dengan model pembelajaran Think Pair Share dengan teknik Take

and Give yaitu 85.83 dengan ketuntasan klasikal 88.89% dan nilai rata-rata

kelas kontrol yang diterapkan metode ceramah yaitu 76 dan dengan ketuntasan

klasikal 76%. Dilihat dari ketuntasan klasikal dan nilai rata-rata yang

diperoleh antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dikatakan bahwa

kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Think Pair Share dengan

teknik Take and Give lebih baik secara signifikan untuk meningkatkan hasil

belajar kimia pada materi ikatan kimia siswa kelas X SMK PP Negeri Mataran

Tahun Pelajaran 2011/2012.

C. Pembahasan

Dalam penelitian ini, terrdapat dua variabel yang akan diukur yaitu

hasil belajar dan kemampuan berkomunikasi siswa dari kedua kelas sampel.

Ada atau tidaknya perbedaan hasil belajar siswa dapat diketahui melalui hasil

staistik t (uji beda) baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Dari hasil

perhitungan statistik t (uji beda) diperoleh nilai pada kelas eksperimen sebesar

85.83 dengan persentase kelulusan sebesar 88.89%, ini lebih baik daripada

kelas kontrol dengan nilai sebesar 76 dengan persentase kelulusan sebesar

76%.

Page 53: skripsi

53

Ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Junedin (2010)

menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Think Pair Share dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa, hal ini disebabkan karena model

pembelajaran yang dipakai menuntut siswa untuk terlibat aktif dalam setiap

tahapan yang ada dalam pembelajaran koperatif. Setiap siswa diberi

kesempatan untuk berpikir secara individu dan memperoleh kesempatan yang

sama dalam memberikan ide atau gagasan hasil pemikirannya kepada teman-

temannya, mempelajari dan memahami konsep-konsep materi pelajaran,

sehingga diperoleh jawaban yang merupakan hasil dari kesepakatan bersama

di dalam kelompok.

Perbedaan perolehan hasil belajar ini, karena perbedaan model

pembelajaran yang diterapkan yang mana pada kelas eksperimen dengan

model pembelajaran Think Pair Share dengan teknik Take and Give. Pada

model pembelajaran ini, siswa ditutut utuk lebih aktif dan bekerja sama dalam

proses pembelajaran sehingga terjalin komunikasi dan hubungan sinergi antar

anggota kelompok. Di sisi lain model pembelajaran ini lebih menekankan

pada siswa untuk berkonsentrasi dan berpartisipasi nyata dengan pasangannya

masing-masing sedangkan pada kelas kontrol dengan metode ceramah, yang

lebih didominasi oleh guru, sehingga terindikasi siswa menjadi kurang aktif

dan banyak siswa menjadi malas.

Peningkatan hasil belajar siswa dari dua kelas sampel penelitian ini

disebabkan karena model pembelajaran yang digunakan pada kedua kelas ini

setiap siswa dituntut untuk terlibat aktif dalam setiap tahapan yang ada dalam

pembelajaran kooperatif. Setiap siswa diberi kesempatan untuk berpikir secara

Page 54: skripsi

54

individu dan memperoleh kesempatan yang sama dalam memberikan ide atau

gagasan hasil pemikirannya kepada teman-temannya, mempelajari dan

memahami konsep-konsep materi pelajaran, sehingga diperoleh jawaban yang

merupakan hasil dari kesepakatan bersama di dalam kelompok. Hal ini sesuai

dengan pendapat Agus Suprijono (2009) bahwa dalam pembelajaran

kooperatif siswa diberi kesempatan untuk saling membagikan ide-ide dan

mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Sehingga secara tidak

langsung menuntut siswa untuk mau dan mampu mengkonstruksikan

pengetahuan dan menyatukan pendapat dalam kelompok maupun individu.

Selain itu, guru hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk

berfikir agar dapat mengenal dan memahami apa yang sedang dipelajari.

Dalam pembelajaran Think Pair Share dengan teknik take and give

dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih banyak

berkomunikasi secara lisan menyampaikan hasil pemikirannya kepada teman-

temannya dan juga menerima atau mengambil informasi yang sebanyak-

banyaknya yang disampaikan oleh teman-temannya ketika berpasangan dan

berganti peran. Dengan adanya kartu soal, selain memudahkan dan

menghematkan waktu ketika guru mengajukan pertanyaan, juga berfungsi

sebagi kartu kontrol yang mana dapat memudahkan guru ketika melakukan

evaluasi atau pengecekkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari.

Evaluasi ini penting agar guru bisa mengetahui bahwa siswa telah memahami

materi dengan benar sebelum siswa terlibat di dalam diskusi kelas. Dalam

berpasangan siswa dapat mengulang menjelaskan suatu materi yang sama

Page 55: skripsi

55

untuk beberapa kali sehingga dapat memperkuat materi tersebut di dalam

memori ingatan jangka pendek siswa

Sedangkan untuk kemampuan berkomuikasi siswa, dari hasil analisis

data lembar observasi diperoleh kemampuan berkomunikasi siswa kelas

eksperimen lebih baik yakni berkisar dari 63%-90% sedangkan pada kelas

kontrol berkisar dari 54%-90%.

Perbedaan kemampuan berkomunikasi antara kedua kelas ini juga

dipengaruhi oleh bedanya model pembelajaran yang diterapkan. Model

pembelajaran Think Pair Share dengan teknik take and give dapat

memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih banyak berkomunikasi

secara lisan menyampaikan hasil pemikirannya kepada teman-temannya dan

juga menerima atau mengambil informasi yang sebanyak-banyaknya yang

disampaikan oleh teman-temannya ketika berpasangan dan berganti peran.

Maka secara keseluruhan bahwa perbedaan hasil belajar dan

kemampuan berkomunikasi siswa baik kelas eksperimen maupun kelas

kontrol pada penelitian ini adalah karena adanya pengaruh model

pembelajaran yang diterapkan, yaitu model pembelajarn Think Pair Share

dengan teknik Take and Give.

Page 56: skripsi

56

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan

bahwa, Model Pembelajaran Think Pair Share dengan Teknik Take and

Give memiliki pengaruh terhadap kemampuan berkomunikasi. Ini diketahui

dari hasil analisis data lembar observasi kemampuan berkomunikasi siswa

pada kelas kontrol (54%-90%) dan kelas eksperimen (63%-90%). Selain itu

juga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hal ini dapat diketahui dari

hasil statistik t (uji beda), bahwa pada kelas eksperimen sebesar 85.83

dengan persentase kelulusan sebesar 88.89% sedangkan pada kelas kontrol

sebesar 76 dengan persentase kelulusan sebesar 76%.

B. SARAN

Page 57: skripsi

57

Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan di atas dapat

dikemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. Model pembelajaran Think Pair Share dengan Teknik Take and Give

perlu disosialisasikan agar dapat digunakan sebagai alternatif yang

dipakai oleh guru untuk meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran

kimia pada materi Ikatan Kimia.

2. Model pembelajaran Think Pair Share dengan Teknik Take and Give

perlu terus diterapkan dan dikembangkan pada materi yang lain agar

siswa lebih mudah memahami materi.