SKRIPSI

111
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan pestisida dalam pembangunan di berbagai sektor seperti pertanian, kesehatan masyarakat, perdagangan dan industri semakin meningkat. Pestisida terbukti mempunyai peranan yang penting dalam peningkatan kesejahteraan rakyat. Pada bidang pertanian termasuk pertanian rakyat maupun perkebunan yang dikelola secara profesional dalam skala besar menggunakan pestisida yang sebagian besar adalah golongan organofosfat. Demikian pula pada bidang kesehatan masyarakat pestisida yang digunakan sebagian besar adalah golongan organofosfat. Karena golongan ini lebih mudah terurai di alam. Penggunaan pestisida di bidang pertanian saat ini memegang peranan penting. Sebagian besar masih menggunakan pestisida karena

description

APD

Transcript of SKRIPSI

Page 1: SKRIPSI

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penggunaan pestisida dalam pembangunan di berbagai sektor

seperti pertanian, kesehatan masyarakat, perdagangan dan industri

semakin meningkat. Pestisida terbukti mempunyai peranan yang penting

dalam peningkatan kesejahteraan rakyat. Pada bidang pertanian

termasuk pertanian rakyat maupun perkebunan yang dikelola secara

profesional dalam skala besar menggunakan pestisida yang sebagian

besar adalah golongan organofosfat. Demikian pula pada bidang

kesehatan masyarakat pestisida yang digunakan sebagian besar adalah

golongan organofosfat. Karena golongan ini lebih mudah terurai di alam.

Penggunaan pestisida di bidang pertanian saat ini memegang peranan

penting. Sebagian besar masih menggunakan pestisida karena

kemampuannya untuk memberantas hama sangat efektif

(Handojo,2009:1).

Pestisida adalah bahan yang beracun dan berbahaya, yang bila tidak

dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak negatif yang tidak

diinginkan. Dampak negatif tesebut akan menimbulkan berbagai masalah

baik secara langsung ataupun tidak, akan berpengaruh terhadap

kesehatan dan kesejahteraan manusia seperti keracunan. Khususnya

Page 2: SKRIPSI

2

pada para petani yang sering/intensif menggunakan pestisida (Handojo,

2009:2).

Menurut perkiraan Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) dan

program lingkungan Persatuan Bangsa-Bangsa (UNEP). 1-5 juta kasus

kercunan pestisida terjadi pada pekerja yang bekerja disektor pertanian.

Sebagian besar kasus keracunan pestisida tersebut terjadi di negara

sedang berkembang, yang 20.000 kasus diantaranya berakibat fatal.

Jumlah keracunan yang sebenarnya yang terjadi diperkiran lebih tinggi

lagi mengingat angka angka tersebut didapat dari kasus yang dilaporkan

oleh korban sendiri, belum termasuk dari laporan instansi (Eas, 2005:1).

Angka kejadian keracunan pestisida di beberapa daerah di Indonesia

termasuk tinggi. Berdasarkan hasil pemantauan cholinisterate darah

terhadap 347 pekerja di bidang pertanian dan pembuatan pestisida di

jawa tengah, di temukan 23,64 % pekerja keracunan sedang dan 35,73

% keracunan berat. Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada

tahun 1989 melaporkan bahwa di Tawamangu, Kabupaten Karanganyer,

Jawa Tengah telah terjadi kasus keracunan pestisida sebesar 42,2 %

(Hanifa, 1997). Di Kabupaten Cianjur pada tahun 1995, di dapatkan

41,10 % petani mengalami keracunan dengan 31,5 % termasuk

keracunan ringan dan 9,60 % keracunan sedang (Budiono, 2005:2).

Page 3: SKRIPSI

3

Salah satu penyebab dari terjadinya keracunan akibat pestisida

adalah petani kurang memperhatikan penggunaan alat pelindung diri

(APD) dalam melakukan penyemprotan dengan menggunakan pestisida.

APD adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai

bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri

dan orang di sekelilingnya. Kewajiban itu sudah disepakati oleh

pemerintah melalui Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia

(Anonim, 2010:1).

Penggunaan alat pelindung diri dalam melakukan pekerjaan sangat

penting sekali agar terhindar dari kecelakaan kerja. Para petani dalam

melakukan penyemprotan hama harus menggunakan alat pelindung diri

agar terhindar dari paparan pestisida, ternyata kita di lapangan jarang

menggunakan alat pelindung diri pada waktu menyemprot. Berdasarkan

hal tersebut maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui

faktor-faktor apa yang berhubugnan dengan penggunaan alat pelindung

diri pada petani tersebut. Penelitian ini termasuk explanatory, dengan

menggunakan metode cross sectional. Populasi dalam penelitian ini

adalah 54 petani padi yang aktif dalam menyemprot hama di Desa

Doplang Kecamatan Jati Kabupaten Blora. Dari hasil penelitian

didapatkan bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan

penggunaan alat pelindung diri (0,001<0,05), ada hubungan antara

Page 4: SKRIPSI

4

tingkat pengetahuan dengan penggunaan alat pelindung diri

(0,007<0,05), ada hubungan antara ketersediaan sarana dengan

penggunaan alat pelindung diri (0,010<0,05), ada hubungan antara jenis

pestisida dengan penggunaan alat pelindung diri (0,024<0,05). Untuk

lebih meningkatkan kesadaran para petani tentang manfaat dan

pentingnya alat pelindung diri perlu dilakukan penyuluhan yang lebih

insentif (Endro, 2004:1).

Untuk menghindari adanya efek keracunan terhadap pestisida, petani

perlu memperhatikan perilaku penggunaan pestisida dan kepatuhan

menggunakan APD pada saat melakukan pencampuran dan

penyemprotan tanaman. APD terdiri dari pelindung kepala, pelindung

badan, pelindung tangan, pelindung kaki, serta memperhatikan arah

mata angin, dan ketentuan-ketentuan lain yang diisyaratkan oleh

Departemen Kesehatan tentang penggunaan pestisida (Suharso dalam

Wulandari,1999).

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari petugas penyuluh

pertanian pada wilayah kerja Kelurahan Teppo Kecamatan Patampanua

Kabupaten Pinrang masih banyak petani yang tidak menggunakan APD

pada saat melakukan pencampuran dan penyemprotan tanaman.

Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian

pada petani di Kelurahan Teppo Kecamatan Patampanua Kabupaten

Page 5: SKRIPSI

5

Pinrang untuk mengetahui sejauh mana kepatuhan, perilaku,

pengetahuan petani padi pada pengguna pestisida pada tahun 2010.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka dibuatlah rumusan masalah,

sebgai berikut :

1. Bagaimana hubungan karakteristik umur, jenis kelamin dan tingkat

pendidikan dengan penggunaan petani pengguna pestisida dalam

menggunakan alat pelindung diri di Kelurahan Teppo Kecamatan

Patampanua Kabupaten Pinrang?

2. Bagaimana hubungan pengetahuan dengan penggunaan petani

pengguna pestisida dalam menggunakan alat pelindung diri di

Kelurahan Teppo Kecmatan Patampanua Kabupaten Pinrang?

3. Bagaimana hubungan syarat APD dengan penggunaan petani

pengguna pestisida dalam menggunakan alat pelindung diri di

Kelurahan Teppo Kecmatan Patampanua Kabupaten Pinrang?

4. Bagaimana hubungan gangguan kesehatan dengan penggunaan

petani pengguna pestisida dalam menggunakan alat pelindung diri di

Kelurahan Teppo Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang?

Page 6: SKRIPSI

6

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan penggunaan

petani pengguna pestisida dalam menggunakan alat pelindung diri di

Kelurahan Teppo Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang.

2. Tujuan Khusus

b. Untuk mengetahui hubungan karakteristik umur, jenis kelamin, dan

tingkat pendidikan dengan penggunaan petani pengguna pestisida

dalam menggunakan alat pelindung diri di Kelurahan Teppo

Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang.

c. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan

penggunaan petani pengguna pestisida dalam menggunakan alat

pelindung diri di Kelurahan Teppo Kecamatan Patampanua

Kabupaten Pinrang.

d. Untuk mengetahui hubungan antara syarat APD dengan

penggunaan petani pengguna pestisida dalam menggunakan alat

pelindung diri di Kelurahan Teppo Kecamatan Patampanua

Kabupaten Pinrang.

e. Untuk mengetahui hubungan antara gangguan kesehatan dengan

penggunaan petani pengguna pestisida dalam menggunakan alat

Page 7: SKRIPSI

7

pelindung diri di Kelurahan Teppo Kecamatan Patampanua

Kabupaten Pinrang.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan bahan

informasi pembanding bagi peneliti selanjutnya.

b. Merupakan pengalaman berharga serta dapat menambah

wawasan dan pengetahuan peneliti tentang faktor yang

berhubungan dengan kepatuhan petani menggunakan alat

pelindung diri pada penggunaan pestisida.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan

sumbangan pemikiran kepada Dinas Kesehatan dan Dinas Pertanian

terkait.

Page 8: SKRIPSI

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Petani

Petani adalah seseorang yang bergerak di bidang bisnis pertanian

utamanya dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan

untuk menumbuhkan dan memelihara tanaman (seperti padi, bunga,

buah dan lain lain), dengan harapan untuk memperoleh hasil dari

tanaman tersebut untuk di gunakan sendiri ataupun menjualnya kepada

orang lain. Mereka juga dapat menyediakan bahan mentah bagi industri,

seperti serealia untuk minuman beralkohol, buah untuk jus, atau flax

untuk penenunan dan pembuatan pakaian (Anonim, 2010:1).

Sejarah pertanian telah mencatat bahwa pola pertanian masyarakat

petani awal adalah pertanian subsisten. Mereka menanam berbagai jenis

tanaman pangan sebatas untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-

hari. Mereka menanam berbagai jenis biji-bijian, antara lain padi,

gandum, dan jagung, ataupun tanaman sayur-sayuran. Dengan

demikian, bentuk pertanian yang ada sangat individual : kalau mau

dikatakan bersifat sosial, itu sangat sempit cakupannya, hanya dalam

keluarga. Pada abad-abad pertengahan, seni pertanian di dunia Barat

hanya terbatas di kebun-kebun biara. Jadi, pertanian merupakan bagian

yang tidak terpisahkan dari dinamika kehidupan membiara, yang mampu

Page 9: SKRIPSI

9

menghasilkan pangan, anggur, dan obat-obatan. Dalam pelembagaan

ada (estate) yang merupakan satuan dasar dari produksi pertanian yang

belum banyak terjalin interaksi dan komunikasi secara luas dalam

masyarakat (Sutomo, 2009:21).

B. Tinjauan Umum Tentang Pestisida

1. Pengertian Pestisida

a. Pestisida merupakan bahan racun maka penggunaan perlu kehati-

hatian, dengan memperhatikan keamanan operator, bahan yang

diberi pestisida dan lingkungan sekitar. Perhatikan petunjuk

pemakaian yang tercantum dalam label, dan peraturan-peraturan

yang berkaitan dengan penggunaan bahan racun, khusus pestisida

(Rudi, 2005:1).

b. The United States Enviromental Control Act mendefinisikan

pestisida sebagai berikut:

1. Pestisida merupakan semua zat atau campuran zat yang

khusus digunakan untuk mengandalikan, mencegah, atau

menangkis gangguan serangga, binatang pengerat nematoda,

gulma, virus, bakteri, serta jasad renik yang di anggap hama,

kecuali virus, bakteri atau jasad renik lain yang terdapat pada

hewan dan manusia.

Page 10: SKRIPSI

10

2. Pestida merupakan semua zat atau campuran zat yang

digunakan untuk mengatur pertumbuhan atau mengeringkan

tanaman.

c. Berdasarkan SK Menteri Pertanian RI Nomor. 434. 1/Kpts/TP.

270/7/2001, tentang syarat dan tata cara pendaftaran pestisida,

yang dimaksud dengan pestisida adalah semua zat kimia atau

bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk

beberapa tujuan berikut:

1. Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit-

penyakit yang merusak tanaman bagian-bagian tanaman atau

hasil pertanian.

2. Memberantas rerumputan.

3. Mematikan daun dan mencegah pertumubuhan yang tidak

diinginkan.

4. Mengatur atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan

piaraan dan ternak.

5. Memberantas atau mencegah hama-hama liar.

6. Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad

renik dalam rumah tangga, bangunan dan dalam alat-alat

pengangkutan.

Page 11: SKRIPSI

11

7. Mencegah atau memberantas binatang-binatang yang dapat

menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu

dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah atau air.

2. Petunjuk Penggunaan Pestisida

Untuk menghindari dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh

pestisida khususnya pada kesehatan petani dan kerusakan

lingkungan, maka hendaklah diperhatikan hal-hal yang diketahui

sebagai berikut :

a. Cara Penggunaan Pestisida

1. Proses sebelum mencampur pestisida.

Ketika petani mencampur pestisida hendaknya dilakukan di luar

rumah atau ditempat terbuka yang mempunyai cahaya dan

ventilasi serta memperhatikan label yang tertulis pada kaleng

pestisida.

2. Proses mencampur pestisida

Selama mencampur sebaiknya posisi badan menghadap

searah dengan angin dan dijaga agar campuran pestisida tidak

memercik mengenai anggota badan, jangan makan.

3. Proses penyemprotan pestisida

Kita harus meperhatikan :

a. Posisi penyemprotan sebaiknya searah dengan arah angin.

Page 12: SKRIPSI

12

b. Waktu yang paling baik untuk melakukan penyemprotan

yang dilakukan adalah pukul 06.00-11.00 atau sore hari

pukul 15.00-18.00. penyemprotan yang dilakukan terlalu

pagi atau telalu sore akan mengakibatkan pestisida yang

menempel pada bagian tanaman akan terlalu lama

mongering, hingga bisa mengakibatkan tanaman yang

diobati keracunan. Selain itu pada pagi hari biasanya daun-

daun masih berembun, sehingga pestisida yang

disemprotkan tidak bisa merata di seluruh permukaan daun.

Sedangkan penyemprotan yang dilakukan saat matahari

terik, dapat mengakibatkan pestisida tidak dapat

mengendap di atas permukaan tanaman. Jika cuaca buruk

atau akan hujan dan angin bertiup kencang, sebaiknya

penyempotan yang dilakukan saat matahari terik, dapat

mengakibatkan pestida tidak dapat mengendap di atas

permukaan tanaman. Jika cuaca buruk atau akan hujan dan

angin bertiup kencang, sebaiknya penyemprotan

diperhatikan dulu. Hal ini disebabkan disebabkan akan

banyak pestisida yang tidak jatuh pada permukaan sasaran

dan untuk menghindari bahaya keracunan karena

semprotan mengenai petani itu sendiri.

Page 13: SKRIPSI

13

b. Cara penyemprotan

1. Arah sempritan harus sama dengan arah angin.

2. Petani penyemprot berjalan searah dengan arah angin dan

diusahakan untuk tida melalui daerah yang telah disemprot.

3. Arah angin dan ketinggian harus sesuai dengan sasaran.

4. Semakin lama petani kontak dengan pestisida semakin besar

kemungkinan terpapar. Jadi sebaiknya waktu menyemprot

tidak boleh lebih dari lima jam per hari.

c. Frekuensi Penyemprotan

Semakin sering petani melakukan penyemprotan pestisida

Semakin besar kemungkinan terpapar penyemprotan pestisida

tidak boleh lebih dari 5 kali seminggu.

1. Proses sesudah penyemprotan pestisida

Sesudah melakukan penyemprotan hendaknya cepat

membersihkan badan yaitu mandi dengan memakai sabun.

2. Proses penimpanan pestisida

Menyimpan pestisida dengan cara yang baik dapat menolong

mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan dan

mencegah terjadinya kerusakan pada pestisida, serta

mencegah terjadinya keracunan pada manusia dan juga

hewan.

Page 14: SKRIPSI

14

Beberapa petunjuk penyimpanan pestisida yang perlu diketahui

yaitu:

1. Setiap barang yang akan dimasukkan dalam gudang pestisida

terlebih dahulu harus melalui pemeriksaan barang agar dapat

disimpan secara tepat dan aman.

2. Dilarang menyimpan bahan makanan tekstil atau pakaian dan

barang sejenis lainnya dalam satu ruangan dengan pestisida.

3. Setiap kemasan pstisida tidak boleh diletakkan langsung diatas

lantai

d. Cara Masuk Pestisida Kedalam Tubuh Manusia

Cara masuknya pestisida dan penyerapannya kedalam tubuh

melalui 3 cara yaitu :

1. Melalui mulut atau alat pencernaan dengan jalan termakan

atau terminum melalui mulut jarang terjadi, biasanya

disebabkan oleh tangan yang kotor atau tangan yang tercemar

oleh bahan–bahan yang beracun, dapat juga melalui makanan

yang tercemar oleh pestisida.

2. Melalui kulit dengan jalan kontak/bersentuhan atau tertumpah

di kulit.

3. Melalui alat pernafasan dengan jalan menghirup. Keracunan

melalui alat pernafasan paling banyak terjadi dan merupakan

Page 15: SKRIPSI

15

hal yang harus diperhatikan oleh setiap orang, karena

penghirupan pestisida melalui alat pernafasan dan sebagian

lainnya menembus jaringan paru-paru.

3. Bahaya Pestisida

Pestisida adalah bahan-bahan kimia yang tidak terlepas dari

penggunaannya untuk mengendalikan hama dan jasad pengganggu

lainnya. Pestisida tidak saja membawa dampak yang positif terhadap

peningkatan produk pertanian, tapi juga membawa dampak negatif

terhadap lingkungan di sekitarnya. Pengarahan dan penggunaan yang

lebih tepat kepada para penggunaan dalam hal pemberian dosis,

waktu aplikasi, cara kerja yang aman, akan mengurangi

ketidakefisienan penggunaan pestisida pada lingkungan dan

mengurangi sekecil mungkin pencemaran yang terjadi (Erlan, 2010).

Dalam penerapan di bidang pertanian, ternyata tidak semua

pestisida mengenai sasaran. Kurang lebih hanya 20 persen pestisida

mengenai sasaran sedangkan 80 persen lainnya jatuh ke tanah.

Akumulasi residu pestisida tersebut mengakibatkan pencemaran lahan

pertanian. Apabila masuk ke dalam rantai makanan, sifat beracun

bahan pestisida dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker,

mutasi, bayi lahir cacat, CAIDS (Chemically Acquired Deficiency

Syndrom) (Erlan 2010:1).

Page 16: SKRIPSI

16

Pada masa sekarang ini dan masa mendatang, orang lebih

menyukai produk pertanian yang alami dan bebas dari pengaruh

pestisida walaupun produk pertanian tersebut di dapat dengan harga

yang lebih mahal dari produk pertanian yang menggunakan pestisida

(Ton dalam Erlan 2010). Pestisida yang paling banyak menyebabkan

kerusakan lingkungan dan mengancam kesehatan manusia adalah

pestisida sintetik, yaitu golongan organoklorin. Tingkat kerusakan yang

disebabkan oleh senyawa organoklorin lebih tinggi dibandingkan

senyawa lain, karena senyawa ini peka terhadap sinar matahari dan

tidak mudah terurai (Erlan 2010:2).

Penyemprotan dan pengaplikasian dari bahan-bahan kimia

pertanian selalu berdampingan dengan masalah pencemaran

lingkungan sejak bahan-bahan kimia tersebut dipergunakan di

lingkungan. Sebagian besar bahan-bahan kimia pertanian yang

disemprotkan jatuh ke tanah dan didekomposisi oleh mikroorganisme.

Sebagian menguap dan menyebar di atmosfer dimana akan diuraikan

oleh sinar ultraviolet atau diserap hujan dan jatuh ke tanah

(Erlan,2010:2).

Pestisida bergerak dari lahan pertanaian menuju aliran sungai dan

danau yang dibawa oleh hujan atau penguapan, tertinggal atau larut

pada aliran permukaan, terdapat pada lapisan tanah dan larut

Page 17: SKRIPSI

17

bersama dengan aliran air tanah. Penumpahan yang tidak disengaja

atau membuang bahan-bahan kimia yang berlebihan pada permukaan

air akan meningkatkan konsentrasi pestisida di air. Kualitas air

dipengaruhi oleh pestisida berhubungan dengan keberadaan dan

tingkat keracunannya, dimana kemampuannya untuk diangkut adalah

fungsi dari kelarutannya dan kemampuan diserap oleh partikel-partikel

tanah.

Dari uraian diatas, kita dapat mengambil sebuah pelajaran

besar kita harus sadar terhadap lingkungan yaitu dengan

memperhatikan keseimbangan lingkungan, sebagaimana yang

dipaparkan dalam surah Al-Baqarah ayat: 205

Terjemahan:Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan.

Berdasarkan ayat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa

terjadinya kerusakan karena perbuatan manusia itu sendiri. Salah satu

contoh kerusakan adalah gangguan keseimbangan alam dan

munculnya masalah kesehatan yang baru dibidang pertanian. Hal ini

disebabkan oleh manusia itu sendiri yang tidak bertanggung jawab

dalam mengelola lingkungan. Perbuatan manusia yang tidak

Page 18: SKRIPSI

18

bertanggung jawab dalam mengelola lingkungan. Perbuatan manusia

yang tidak bertanggung jawab tersebut misalnya pemakaian pestisida

dan penggunaan dosis pestisida yang tidak sesuai prosedur berakibat

muncul masalah baru seperti keterpaparan pestisida sampai pada

kelumpuhan.

C. Tinjauan Umum Tentang Alat Pelindung Diri

Tenaga kerja yang melakukan pekerjaan disamping harus melakukan

prosedur kerja yang standard juga harus memakai alat pelindung diri. Ini

untuk menjaga supaya risiko bahaya yang mungkin terjadi dapat dihindari.

Alat pelindung diri adalah alat yang mempunyai kemampuan untuk

melindungi seseorang bekerja, yang berfungsi melindungi tenaga kerja

dari bahaya-bahaya di lingkungan kerja baik secara fisik maupun kimiawi.

Alat pelindung diri yang akan digunakan di tempat kerja harus

memperhatikan, yaitu:

a. Berat alat pelindung diri hendaknya seringan mungkin dan alat

tersebut tidak menyebabkan rasa tidak nyaman yang berlebihan.

b. Alat harus dapat dipakai secara fleksibel

c. Bentuknya harus cukup menarik

d. Alat pelindung diri harus tahan untuk pemakaian lama

e. Alat pelindung diri tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi

pemakaiannya

Page 19: SKRIPSI

19

f. Alat pelindung harus memenuhi setandar yang telah ada

g. Alat pelindung diri tidak membatasi gerak dan persepsi sensoris

pemakaiannya

h. Alat pelindung diri harus memberikan perlindungan yang adekuat

terhadap bahaya yang spesifik yang dihadapi oleh tenaga kerja

(Usman dalam wulandari, 2004).

Peralatan perlindungan diri meliputi semua peralatan atau pakaian

dan berbagai macam rupa yang dapat melindungi pemakainya terhadap

cedera atau lapisan kedua. Didalam beberapa pekerjaan yang khusus

seperti pekerjaan pertanian maka keselamatan kerja tidak memungkinkan

atau tidak dapat dilaksanakan maka perlindungan untuk pekerja pada

bidang tersebut dapat bergantung pada perlindungan diri (Soeharso,

1990).

Oleh karena itu, sangat diperlukan alat pelindung diri bagi pekerja

penyemprot pestisida. Adapun jenis-jenis alat pelindung diri sebagai

berikut :

1. Pakaian pelindung (Protektive Cloting)

Untuk melindungi badan dari pemaparan pestisida, kita harus

mempergunakan pakaian pelindung yang terdiri dari :

a. Baju lengan panjang

Page 20: SKRIPSI

20

Baju lengan panjang tidak boleh memiliki lipatan-lipatan terlalu

banyak, kalau perlu tidak usah diberi kantong baju atau lipatan

lengan, kerah leher harus diiikat menutup leher.

b. Celana panjang

Celana panjang tidak boleh ada lipatan, karena lipatan-lipatan itu

akan berfungsi sebagai tempat penyimpanan partikel-partikel

pestisida.

c. Pakaian terusan (Wepaak)

Merupakan pakaian kerja yang diinginkan karena bentuknya yang

dapat menutupi seluruh tubuh, praktis dan lebih khusus, lengan

bajunya harus lengan panjang.

1. Sarung tangan (Gloves)

Bila pekerja menangani pestisida yang mempunyai konsentrasi

tinggi (high concentrated) maka diperlukan sarung tangan

neoprene. Syarat-syarat sarung tangan yang digunakan bagi

pekerja penyemprot adalah :

a. Sarung tangan harus panjang sehingga menutupi bagian

pergelangan tangan.

b. Sarung tangan untuk menangani pestisida tidak boleh

terbuat dari kulit karena pestisida yang melekat akan sukar

dicuci.

Page 21: SKRIPSI

21

c. Sarung tangan harus dipakai menutup lengan baju bagian

bawah. Agar kemungkinan masuknya pestisida kedalam

tubuh melalui tangan dapat dicegah, atau kemungkinan

mengalirnya pestisida ke dalam sarung tangan dapat

dihindari.

2. Topi (Hat)

Untuk mencegah masuknya racun melalui kulit kepala, maka

diperlukan topi penutup kepala. Beberapa persyaratan topi yang perlu

diperlukan adalah :

a. Topi harus terbuat dari bahan yang kedap cairan (liquid proof) dan

tidak terbuat dari kain atau kulit.

b. Topi yang digunakan sedapat mungkin dapat melindungi bagian-

bagian kepala (tengkuk, mulut, mata, dan muka). Oleh karena itu

topi harus berpinggiran lebar.

c. Topi yang dipergunakan harus bersifat kedap air dan tidak terasa

bila dipakai dibawah terik matahari.

3. Sepatu boot (boots)

Page 22: SKRIPSI

22

Sepatu boot sangat penting bila pekerja dengan jenis pestisida

yang berbentuk debu (dust) atau menyemprot residual. Sepatu boot

dapat terbuat dari neoprene.

4. Pelindung muka (Google=fase shield)

Pelindung muka merupakan suatu pelindung yang terbuat dari

bahan transparan yang anti api tergantung pada ikatan kepala yang

dapat disesuaikan, juga dapat dengan mudah diturun naikkan di depan

muka. Alat tersebut ringan dan dapat dipakai untuk bekerja

penyemprotan pestisida.

Pelindung muka berguna untuk melindungi muka dari penetrasi

pestisida. Biasanya google ini terbuat dari bahan yang anti air,

sehingga muka tidak terkena partikel dan pestisida.

D. Tinjauan Umum Tentang Karakteristik

Menurut Boore (2008), karakteristik adalah ciri khas seseorang

dalam meyakini, bertindak ataupun merasakan. Berbagai teori pemikiran

dari karakteristik, tumbuh untuk menjelaskan berbagai kunci.

Dalam penelitian ini ada dua karakteristik yang digunakan yaitu umur,

jenis kelamin dan tingkat pendidikan petani.

1. Umur

Page 23: SKRIPSI

23

Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu

keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun

yang mati. Semisal, umur manusia dikatakan lima belas tahun diukur

sejak dia lahir hingga waktu umur itu dihitung.

2. Jenis Kelamin

Jenis kelamin adalah kelas atau kelompok yang terbentuk dalam

Suatu spesies sebagai sarana atau sebagai akibat digunakannya

proses reproduksi seksual untuk mempertahankan keberlangsungan

spesies itu. Jenis kelamin dikaitkan pula dengan aspek gender,

karena terjadi diferensiasi peran sosial yang dilekatkan pada masing-

masing jenis kelamin. Pada masyarakat yang mengenal "machoisme",

umpamanya, seorang laki-laki diharuskan berperan secara maskulin

("jantan" dalam bahasa sehari-hari) dan perempuan berperan secara

feminin.

3. Tingkat Pendidikan

Definisi pendidikan menurut para ahli, diantaranya adalah :

a. Menurut Juhn Dewey, pendidikan adalah suatu proses

pembaharuan makna pengalaman, hal ini mungkin akan terjadi di

dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang dewasa dengan

orang muda, mungkin pula terjadi secara sengaja dan

dilembagakan untuk untuk menghasilkan kesinambungan social.

Page 24: SKRIPSI

24

Proses ini melibatkan pengawasan dan perkembangan dari orang

yang belum dewasa dan kelompok dimana dia harus hidup.

b. Menurut H. Horne, pendidikan adalah proses yang terus menerus

(abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia

yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan

sadar kepada vtuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar

intelektual, emosional dan kemanusiaan dari manusia (A.Yunus,

1999).

c. Menurut Frederick J. Mc Donald, pendidkan adalah suatu proses

atau kegiatan yang diarahkan untuk merubah tabiat (behavior)

manusia. Yang dimaksud dengan behavior adalah setiap

tanggapan atau perbuatan seseorang, sesuatu yang dilakukan oleh

sesorang (A. Yunus, 1999).

d. Menurut M.J. Langeveld, pendidikan adalah setiap pergaulan yang

terjadi adalah setiap pergaulan yang terjadi antara orang dewasa

dengan anak-anak merupakan lapangan atau suatu keadaan

dimana pekerjaan mendidik itu berlangsung.

Hubungan tingkat pendidikan dengan penggunaan APD yaitu

tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap pengetahuan dan

sikap petani dalam penggunaan APD, semakin tinggi pendidikan

petani maka tingat pengetahuan dan sikap dalam penggunaan APD

Page 25: SKRIPSI

25

semakin tinggi pula, begitupun sebaliknya, jika pendidikannya rendah

maka tingkat pengetahuan dan sikap dalam penggunaan APD juga

masih rendah.

E. Tinjauan Umum tentang Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) adalah merupakan hasil “tahu” dan ini

terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Pengideraan terjadi melalui panca indera manusia, yakni penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh dari mata dan telinga (Notoatmojo, 1993).

Pengetahuan merupakan salah satu unsur yang diperlukan

seseorang individu agar ia berbuat sesuatu, adapun unsur-unsur tersebut

yaitu:

a. Pengetahuan, pengertian, dan pemahaman tentang apa yang akan

dilakukannya.

b. Keyakinan dan kepercayaan tentang manfaat dan kebenaran dari apa

yang akan dilakukannya.

c. Dorongan atau motivasi untuk berbuat yang dilandasi oleh

kebutuhan yang dirasakannya.

Soekidjo Notoatmodjo menggunakan model teori Bloon, dijelaskan

bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk

Page 26: SKRIPSI

26

terbentuknya tindakan seseorang (over behaviour). Pengetahuan yang

diucapkan didalam domain kognitif mempunyai 6 lingkungan yaitu:

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Kata kerja untuk mengukur bahwa tahu

tentang apa yang dipelajari antara lain dengan menyebutkan,

menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

b. Memahami

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan

menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang telah

paham terhadap objek oleh materi harus dapat menjelskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnay, misalnya

penggunaan hukum-hukum, rumus atau metode-metode yaitu:

1. Analisis (Analysis)

Analisis yaitu suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek kedalam komponen-komponen yang masih ada

Page 27: SKRIPSI

27

kaitannya antara satu sama lain. Misalnya mengelompokkan,

membedakan dan sebagainya.

2. Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya dapat menyusun,

dapat merencanakan, dapat menyesuaikan dan sebagainya,

terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

3. Evaluasi (Evaluation)

Dari uraian tersebut di atas dapat dilihat bahwa

pengetahuan itu memang suatu hal yang penting dalam

menunjukkan perilaku seseorang/individu.

Hubungan antara pengetahuan dengan alat pelindung diri

adalah jika pengetahuan petani tinggi dan petani bersikap

positip terhadap alat pelindung diri maka penerapan dalam

penggunaan alat pelindung diri akan maksimal yang pada

akhirnya petani akan terhindar dari resiko pemaparan pestisida

(Sudarta, 2009:1).

F. Tinjauan Umum Syarat Alat Pelindung Diri

Alat Pelindung Diri adalah alat-alat yang mampu memberikan

perlindungan terhadap bahaya-bahaya kecelakaan (Suma’mur, 1991:1).

Page 28: SKRIPSI

28

Alat Pelindung Diri harus mampu melindungi pemakainya dari bahaya-

bahaya kecelakaan yang mungkin ditimbulkan, oleh karena itu, APD

dipilih secara hati-hati agar dapat memenuhi beberapa ketentuan yang

diperlukan. Menurut ketentuan Balai Hiperkes, syarat-syarat Alat

Pelindung Diri adalah :

1. APD harus dapat memberikan perlindungan yang adekuat terhadap

bahaya yang spesifik atau bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja

2. Berat alat hendaknya seringan mungkin dan alat tersebut tidak

menyebabkan rasa ketidaknyamanan yang berlebihan

3. Alat harus dapat dipakai secara fleksibel

4. Bentuknya harus cukup menarik

5. Alat pelindung tahan untuk pemakaian yang lama

6. Alat tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakainya

yang dikarenakan bentuk dan bahayanya yang tidak tepat atau karena

salah dalam menggunakannya

7. Alat pelindung harus memenuhi standar yang telah ada

8. Alat tersebut tidak membatasi gerakan dan persepsi sensoris

pemakainya

9. Suku cadangnya harus mudah didapat guna mempermudah

pemeliharaannya

Page 29: SKRIPSI

29

Suma’mur (1994) menggolongkan alat pelindung diri menurut bagian

tubuh yang dilindunginya ke dalam 8 golongan yaitu :

1. Alat Pelindung Kepala

Tujuan dari penggunaan alat ini adalah melindungi kepala dari

bahaya terbentur dengan benda tajam atau keras yang menyebabkan

luka tergores, terpotong, tertusuk, terpukul oleh benda jatuh, melayang

dan meluncur, juga melindungi kepala dari panas radiasi, sengatan

arus listrik, api, percikan bahan-bahan kimia korosif dan mencegah

rambut rontok dengan bagian mesin yang berputar Jenisnya berupa

topi pengaman yang terbuat dari plastik, fiberglass, bakelite.

2. Alat Pelindung Mata

Masalah pencegahan yang paling sulit adalah kecelakaan pada

mata, oleh karena biasanya tenaga kerja menolak untuk memakai

pengaman yang dianggapnya mengganggu dan tidak enak dipakai.

Kaca mata pengaman diperlukan untuk melindungi mata dari

kemungkinan kontak dengan bahaya karena percikan atau kemasukan

debu, gas, uap, cairan korosif partikel melayang, atau kena radiasi

gelombang elektromagnetik.

3. Alat Pelindung Muka

Alat Pelindung Muka digunakan untuk mencegah terkenanya muka

oleh partikel-partikel yang dapat melukai muka seperti terkena

Page 30: SKRIPSI

30

percikan logam pada saat melakukan pengelasan. Alat pelindung

muka sekaligus pula dapat melindungi mata. Alat pelindung muka

yang biasa digunakan berupa tameng muka atau perisai muka seperti

goggles, helm pengelas dan topi penutup.

4. Alat Pelindung Telinga

Hilangnya pendengaran adalah kejadian umum di tempat kerja dan

sering dihiraukan karena gangguan suara tidak mengakibatkan luka.

Alat pelindung telinga bekerja sebagai penghalang antara bising dan

telinga dalam. Selain itu, alat ini melindungi pemakainya dari bahaya

percikan api atau logam panas misalnya pada saat pengelasan. Alat

pelindung telinga dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:

Sumbat telinga, Alat ini memberikan perlindungan yang paling

efektif karena langsung dimasukkan ke dalam telinga Tutup telinga.

Alat ini dipakai di luar telinga dan penutupnya terbuat dari sponge

untuk memberikan perlindungan yang baik

5. Alat Pelindung Pernafasan

Secara umum alat pelindung pernafasan dapat dibedakan menjadi 2

alat yaitu :Respirator, yang berfungsi membersihkan udara yang telah

terkontaminasi yang akan dihirup oleh pemakainya Breathing

Apparatus, yang mensuplay udara bersih atau oksigen kepada

pemakainya

Page 31: SKRIPSI

31

6. Alat Pelindung Tangan

Alat Pelindung Tangan merupakan alat yang paling banyak

digunakan karena kecelakaan pada tangan adalah yang paling banyak

dari seluruh kecelakaan yang terjadi di tempat kerja. Pekerja harus

memakai pelindung tangan ketika terdapat kemungkinan terjadinya

kecelakaan seperti luka tangan karena benda-benda keras, luka gores,

terkena bahan kimia berbahaya, luka sengatan dan lain-lainnya.

7. Alat pelindung Kaki

Sepatu keselamatan kerja dipakai untuk melindungi kaki dari

bahaya kejatuhan benda-benda berat, terinjak benda yang berputar

melalui kjaki, kepercikan larutan asam dan basa yang korosif atau

cairan panas, menginjak benda tajam. Sepatu pelindung dan boot

harus memiliki ujung sepatu yang terbuat dari baja dan solenya dapat

menahan kebocoran. Ketika bekerja di tempat yang mengandung aliran

listrik, maka harus digunakan sepatu tanpa logam yang dapat

menghantarkan aliran listrik. Jika bekerja di tempat biasa maka harus

vdigunakan sepatu yang tidak mudah tergelincir, sepatu yang terbuat

dari karet harus digunakan ketika bekerja dengan bahan kimia.

8. Pakaian pelindung

Pakaian pelindung dapat berbentuk APRON yang menutupi

sebagian dari tubuh yaitu mulai dari dada sampai lutut dan overalla

Page 32: SKRIPSI

32

yang menutup seluruh badan. Pakaian pelindung digunakan untuk

melindungi pemakainya dari percikan cairan, api, larutan bahan kimia

korosif dan oli, cuaca kerja (panas, dingin, dan kelembapan). APRON

dapat dibuat dari kain, kulit, plastik, karet, asbes atau kain yang dilapisi

aluminium. Perlu diingat bahwa APRON tidak boleh dipakai di tempat-

tempat kerja yang terdapat mesin berputar.

G. Tinjauan Umum Tentang Gangguan Kesehatan

Di seluruh dunia, para petani dan keluarganya yang memakai

pestisida atau tinggal dekat dengan orang lain yang memakai pestisida.

Kekuatiran mereka yang utama adalah bagaimana pestisida ini dapat

mempengaruhi kesehatan meraka. Bukan hanya para petani atau para

pekerja yang menyemprot pestisida saja yang perlu diperhatikan. Para

keluarga dan tetangga yang tinggal dekat mereka juga perlu diperhatikan.

Ibu-ibu hamil juga harus memperhatikan anak dalam kandungannya.

Ternak, ikan dan burung juga harus diperhatikan. Masyarakat dengan air

atau makanan yang dapat terkontaminasi pestisida harus diperhatikan.

Sering kali orang tidak menyadari bahwa mereka keracunan pestisida

karena gejala-gejalanya mirip dengan masalah kesehatan lainnya,

misalnya pusing dan kudis. Juga, karena kebanyakan gejala-gejala ini

tidak muncul dengan cepat, seperti gangguan sistem syaraf atau kanker,

Page 33: SKRIPSI

33

orang tidak menyadari bahwa penyakit mereka mungkin disebabkan oleh

pestisida. (Hasan, 2004:1)

Pestisida meracuni manusia melalui kulit. Hal ini dapat terjadi apabila

pestisida terkena pada pakaian atau langsung pada kulit. Ketika petani

memegang tanaman yang baru saja disemprot, ketika pestisida terkena

pada kulit atau pakaian, ketika petani mencampur pestisida tanpa sarung

tangan, atau ketika anggota keluarga mencuci pakaian yang telah

terkena pestisida. Untuk petani atau pekerja lapangan, cara keracunan

yang paling sering terjadi adalah melalui kulit. (Hasan, 2004:1).

Semua pestisida mempunyai bahaya potensial bagi kesehatan. Ada

dua tipe keracunan, yaitu keracunan langsung dan jangka panjang.

Keracunan akut terjadi bila efek-efek keracunan pestisida dirasakan

langsung pada saat itu. Keracunan kronis terjadi bila efek-efek keracunan

pada kesehatan membutuhkan waktu untuk muncul atau berkembang.

Efek-efek jangka panjang ini dapat muncul setelah berbulan-bulan atau

bahkan bertahun-tahun setelah terkena pestisida. Beberapa efek

kesehatan akut adalah:

1. Pusing

2. Sakit kepala

3. Mual

4. Kudis

Page 34: SKRIPSI

34

5. Muntah-muntah

6. Sakit dada

7. Kram

8. Sulit bernafas

9. Kabur

10.Diare

11.Keringat berlebihan

12.Kematian

Hubungan antara gangguan kesehatan dengan alat pelindung diri

yaitu pemakaian alat pelindung diri (APD) memegang peranan penting

dalam gangguan kesehatan. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan

ada hubungan antara pemakaian APD dengan kejadian keracunan atau

gangguan kesehatan yang dialami petani. Pada umumnya perilaku

petani menggunakan APD yang tidak lengkap. Pada umumnya mereka

hanya menggunakan rata-rata 3 APD yang berupa baju lengan panjang,

celana panjang dan topi (Afriyanto, 2009:1).

Page 35: SKRIPSI

35

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian

Beradasarkan dari tinjauan pustaka yang telah diutarakan dalam bab

sebelumnya, maka landasan teori dan asumsi tentang kerangka konsep

yang akan diteliti adalah bagaimana hubungan kepatuhan petani untuk

menggunakan alat pelindung diri dalam penggunaan pestisida. Dalam hal

ini petani masih belum memperhatikan pentingnya menggunakan alat

pelindung diri dalam penggunaan pestisida.

Dalam penelitian ini hubungan kepatuhan petani akan dilihat dari

variabel-variabel yang akan diteliti yaitu, pada variabel karakteristik yaitu

umur, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan yang dilihat adalah suatu

tindakan yang menjadi tolak ukur untuk mengetahui bagaimana

pemahaman petani sekilas dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi

tingkat pendidikan seseorang semakin tinggi pula tingkat pengetahuannya

termasuk dalam keputusan pada kepatuhan menggunakan alat pelindung

diri pada saat bekerja, variabel pengetahuan yang dilihat adalah adanya

pengetahuan petani menggunakan alat pelindung diri, sikap yang dilihat

adalah bagaimana penilaian petani terhadap kepatuhan menggunakan

alat pelindung diri, variabel tindakan yang dilihat bagaiman kepatuhan

petani menggunakan alat pelindung diri, dan untuk variabel gangguan

Page 36: SKRIPSI

36

kesehatan yang dilihat adalah gangguan kesehatan yang dirasakan atau

dampak kesehatan yang dirasakan oleh si petani yang menggunakan

pestisida tanpa alat pelindung diri.

B. Bagan Pola Pikir Variabel

Keterangan :

: Variabel Dependen

: Variabel Independen

Karaktersitik :1. Umur2. Jenis Kelamin3. Tingkat Pendidikan

Pengetahuan

Syarat APD

Gangguan Kesehatan

Menggunakan Alat Pelindung Diri

Page 37: SKRIPSI

37

C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Penggunaan Alat Pelindung Diri

Yang dimaksud penggunaan alat pelindung diri dalam penelitian ini

adalah bagaimana penggunaan petani menggunakan alat pelindung

diri berupa, pakaian pelindung, topi, sepatu boot, pelindung muka,

pada penggunaan pestisida.

Kriteria Objektif :

Patuh : Jika menggunakan semua dari alat pelindung diri

(pakaian pelindung, topi,sepatu boot dan pelindung

muka).

Tidak Patuh : Jika tidak menggunakan semua alat pelindung diri

diatas.

2. Karakteristik

1. Umur

Yang di maksud dengan umur dalam penelitian ini adalah umur

petani yang terhitung sejak lahir hingga ulang tahun terakhir.

2. Jenis Kelamin

Yang di maksud dengan jenis kelamin dalam penelitian ini adalah

jenis kelamin berdasarkan fisik (dari luar).

Page 38: SKRIPSI

38

3. Tingkat Pendidikan

Yang dimaksud tingkat pendidikan dalam penelitian ini adalah

jenjang pendidikan yang telah dilalui dan ditamatkan oleh petani

serta mendapatkan ijazah.

Kriteria Objektif :

Rendah : Jika pendidikan petani hanya sampai pada tingkat

SD sampai SMP

Tinggi : Jika pendidikan petani lebih tinggi dari tingkat SMP

sampai Perguruan Tinggi.

3. Pengetahuan

Yang dimaksud pengetahuan dalam penelitian ini adalah apa yang

diketahui petani tentang alat pelindung diri.

Kriteria Objektif :

Cukup : Apabila memperoleh skor nilai ≥ 62.5% dari total

pertanyaan pengetahuan petani tentang APD.

Kurang : Apabila memperoleh skor nilai < 62.5% dari total

pertanyaan pengetahuan petani tentang APD.

Cara Perhitungan Kriteria Objektif

Jumlah pertanyaan : 6

Range nilai jawaban : 1-4

Skor tertinggi : Jumlah pertanyaan x bobot tertinggi

Page 39: SKRIPSI

39

: 6x 4

: 24 (100%)

Skor terendah : Jumlah pertanyaan x bobot terendah

: 6 x 1

: 6 (25%)

Skor terendah diperoleh jika responden hanya mampu menjawab

(6/24x100% = 25%), 25% dari seluruh pertanyaan.

Skor antara : skor tertinggi – skor terendah

: 100% - 25%

: 75%

Kriteria objektif sebanyak 2 kategori (cukup dan kurang)

Interval : skor antara / kategori

:75/2

:37.5%

Skor standar : 100% - 37.5%

: 62.5%

Sehingga :

Dikatakan Cukup bila jawaban responden ≥ 62.5%

Dikatakan Kurang bila jawaban responden < 62.5%

Page 40: SKRIPSI

40

4. Syarat APD

Yang dimaksud syarat APD dalam penelitian ini adalah alat pelindung

diri yang di pakai oleh petani sudah sesuai dengan syarat APD yang

dikeluarkan oleh HIPERKES.

Kriteria Objektif :

Memenuhi syarat : Jika APD yang digunakan petani sesuai

dengan syarat dari Hiperkes

Tidak memenuhi syarat : Jika APD yang digunakan petani tidak

sesuai dengan syarat dari Hiperkes

5. Gangguan Kesehatan

Yang dimaksud dalam gangguan kesehatan dalam penelitian ini

adalah apakah petani pernah mengalami keterpaparan atau dampak

kesehatan akibat penggunaan pestisida dengan tidak menggunakan

alat pelindung diri.

Kriteria Objektif :

Pernah Mengalami : Jika petani pernah mengalami salah

satu gejala pusing, sakit kepala, mual,

kudis, muntah-muntah, sakit dada,

kram, sulit bernapas, kabur, diare, dan

keringat berlebihan.

Page 41: SKRIPSI

41

Tidak pernah : Jika petani tidak pernah mengalami

gejala-gejala diatas.

D. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis Nol (Ho) adalah sebagai berikut :

a. Tidak ada hubungan antara karakteristik umur, jenis kelamin, dan

tingkat pendidikan petani pengguna pestisida dengan penggunaan

alat pelindung diri di Kelurahan Teppo Kecamatan Patampanua

Kabupaten Pinrang Tahun 2010.

b. Tidak ada hubungan antara pengetahuan petani pengguna pestisida

dengan penggunaan alat pelindung diri di Kelurahan Teppo

Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang Tahun 2010.

c. Tidak ada hubungan antara syarat alat pelindung diri pengguna

pestisida dengan penggunaan alat pelindung diri di Kelurahan Teppo

Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang Tahun 2010.

d. Tidak ada hubungan antara gangguan kesehatan petani pengguna

pestisida dengan penggunaan alat pelindung diri di Kelurahan Teppo

Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang Tahun 2010.

2. Hipotesisi Alterrnatif (Ha) adalah sebagai berikut :

a. Ada hubungan antara karakteristik umur, jenis kelamin, dan tingkat

pendidikan petani dengan penggunaan alat pelindung diri pada saat

Page 42: SKRIPSI

42

menggunakan pestisida di Kelurahan Teppo Kecamatan

Patampanua Kabupaten Pinrang Tahun 2010.

b. Ada hubungan antara pengetahuan petani dengan penggunaan alat

pelindung diri pada saat menggunakan pestisida di Kelurahan

Teppo Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang Tahun 2010.

c. Ada hubungan antara sikap petani dengan penggunaan alat

pelindung diri pada saat menggunakan pestisida di Kelurahan

Teppo Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang Tahun 2010.

d. Ada hubungan antara gangguan kesehatan petani dengan

penggunaan alat pelindung diri pada saat menggunakan pestisida di

Kelurahan Teppo Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang

Tahun 2010.

Page 43: SKRIPSI

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah kuantitatif dengan metode penelitian survei analitik

dengan rancangan cross sectional study, yaitu untuk menilai hubungan

antara tingkat pendidikan, pengetahuan, sikap, dan gangguan kesehatan

dengan penggunaan alat pelindung diri dalam menggunakan pestisida di

Kelurahan Teppo Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang Tahun

2010.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kelurahan Teppo Kecamatan

Patampanua Kabupaten Pinrang Tahun 2010

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua petani yang ada di

Kelurahan Teppo Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang yang

berjumlah 721 orang.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah petani yang termasuk dalam

kelompok tani yang ada di Kelurahan Teppo Kecamatan patampanua

Page 44: SKRIPSI

44

Kabupaten Pinrang. Dan untuk menentukan besar sampel maka

digunakan rumus :

n=N

1+N (d ) ²

n= 7211+721 (0,05 ) ²

n=7211+1,80

n=257.5

n=258 sampel

Keterangan :

n = Besarnya sampel

N = Besarnya Populasi

d = Tingkat kemaknaan/ketepatan yang diinginkan (0,05)

3. Cara Pengambilan Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah dengan teknik “simple random

sampling” yaitu pengambilan sampel secara acak sederhana.

D. Pengumpulan Data

1. Data PrimerDiperoleh dengan cara melakukan wawancara langsung

dan menggunakan kuesioner yang telah disusun berdasarkan tujuan

penelitian.

Page 45: SKRIPSI

45

2. Data Sekunder

Diperoleh dari instansi yang terkait dengan penelitian ini, yaitu kantor

pertanian Patampanua Kabupaten Pinrang.

E. Pengolahan Data dan Penyajian Data

Pengolahan data dilakukan komputerisasi melalui program SPSS.

Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase

yang disertai dengan penjelasan.

F. Analisis dan Interpretasi Data

Data yang diperoleh dari hasil kuesioner kemudian diolah dengan

menggunakan program SPSS. Penyajian data disajikan dalam bentuk

tabel dan dilengkapi dengan narasi. Adapun uji statistik yang akan

digunakan meliputi :

1. Untuk mengetahui deskripsi dari semua variabel penelitian

(independent dan dependent) akan digunakan analisis univariat.

2. Untuk mengetahui hubungan pendidikan, pengetahuan, sikap,

tindakan, dan gangguan kesehatan pada pengguna alat pelindung

diri pada penggunaan pestisida akan digunakan analisis bivariat. Uji

statistik yang digunakan adalah uji chi square dengan tingkat

kemaknaan (α = 0,05) dan derajat kebebasan (df) = 1

Rumus :

Page 46: SKRIPSI

46

X 2=∑ (0−E )2

E

Keterangan :

X2 = Chi square

0 = Nilai yang diamati

E = Nilai yang diharapkan

3. Interpretasi Data

a. Bila p value < 0,05 maka Ho ditolak berarti terdapat hubungan

yang bermakna antara variabel yang diteliti.

b. Bila p value ≥ 0,05 maka Ho diterima berarti tidak ada hubungan

yang bermakna antara variabel yang diteliti.

Page 47: SKRIPSI

47

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi

1. Geografis dan Demografis

Teppo adalah nama Kelurahan di Kecamatan Patampanua

Kabupaten Pinrang dengan Luas Wilayah 1,112 Ha, dengan batas

wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Benteng

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Tonyamang

c. Sebelah Barat berbatasan dengan Pincara

d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Maccarina

Secara geografis wilayah Keluraha Teppo menurut

penggunaannya, pemukiman umum sebanyak ± 638 Ha,

perkantoran ± 2 Ha, sekolah 5 Ha, tempat peribadatan 3 Ha,

perkebunan 411 Ha, jalan 417 Ha, pertanian 592 Ha, lapangan

olah raga ± 1 Ha, keadaan kondisi geografis tinggi tempat dari

permukaan laut 0,5, keadaan suhu rata-rata 29 ºC, dengan jumlah

penduduk 17.225 jiwa, dengan persebaran rata-rata : laki-laki

sebanyak 15.215 jiwa dan perempuan 1.940 jiwa.

Page 48: SKRIPSI

48

2. Keadaan Sosial Masyarakat

a. Mata Pencaharian

Mata pencaharian masyarakat di Kelurahan Teppo pada

umumnya adalah petani yaitu sebanyak 721 orang, sisanya

perkebunan 25 orang, peternakan 5 orang,wiraswasta ± 12

orang, PNS ± 100 orang

b. Tingkat Pendidikan

Masyarakat di Kelurahan Teppo rata-rata memiliki tingkat

pendidikan tamat SD sebanyak 457 orang.

B. Hasil Penelitian

Pengumpulan data ini di lakukan di Kelurahan Teppo Kecamatan

Patampanua Kabupaten Pinrang, dari tanggal 16 April sampai 21 April

2010. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pemberian kuesioner

kepada responden, yang dalam penelitian ini adalah petani pengguna

pestisida dengan jumlah responden sebanyak 258 orang responden.

Adapun hasil penelitian yang diperoleh yaitu sebagai berikut:

1. Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Penelitian

Pada penelitian ini ada beberapa variabel yang digunakan,

yang terdiri dari variable dependen dan variabel independen.

Variabel dependen yaitu karakteristik responden, pengetahuan

Page 49: SKRIPSI

49

responden tentang APD, syarat APD dan gangguan kesehatan

yang timbul akibat tidak menggunakan APD; sedangkan variabel

independennya yaitu penggunaan APD.

a. Variabel Dependen

1. Karakteristik

a. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan

Umur

Tabel 5.1 pada halaman selanjutnya menunjukkan

bahwa distribusi responden berdasarkan kelompok umur

petani tertinggi berada pada umur 30-39 tahun yaitu

sebanyak 76 orang (29,5%), dan kelompok umur petani

terendah berada pada umur ≥ 60 tahun yaitu sebanyak 22

orang (8,5%).

Table 5.1Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan

Umur Di Kelurahan Teppo Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang Tahun 2010

Kelompok Umur

Jumlah (N) Persen (%)

20-29 41 15,9

30-39 76 29,5

40-49 62 24,0

50-59 57 22,1

≥ 60 22 8,5

Page 50: SKRIPSI

50

Jumlah 258 100 Sumber : Data Primer 2010

b. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan

Jenis Kelamin

Tabel 5.2Distribusi Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin di

Kelurahan Teppo Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang Tahun 2010

Jenis Kelamin

Jumlah (N) Persen (%)

Laki-Laki 256 99,2Perempuan 2 0,8

Jumlah 258 100 Sumber : Data Primer 2010

Table 5.2 menunjukkan bahwa distribusi responden

berdasarkan jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki yaitu

256 orang (99,2%), dan jenis kelamin paling sedikit adalah

perempuan yaitu 2 orang (0,8%).

c. Karakteritik Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tabel 5.3 Distribusi Karakteristik Berdasarkan

Tingkat Pendidikan di Kelurahan Teppo Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang Tahun 2010

Pendidikan Jumlah (N) Persen (%)TT.SD 45 17,4

Tamat SD 61 23,6Tamat SMP 87 33,7Tamat SMA 60 23,3Perguruan

Tinggi5 1,9

Jumlah 258 100 Sumber : Data Primer 2010

Page 51: SKRIPSI

51

Table 5.3 menunjukkan bahwa distribusi responden

berdasarkan tingkat pendidikan petani terbanyak adalah

tamat SMP yaitu 87 orang (33,7%) dan tingkat pendidikan

petani yang paling sedikit adalah perguruan tinggi yaitu 5

orang (1,9%).

2. Pengetahuan Petani

a. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan

Tentang Pengertian APD

Table 5.4Distribusi Pengetahuan Petani Pengguna Pestisida Berdasarkan Pengetahuan Tentang Pengertian

APD di Kelurahan Teppo Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang Tahun 2010

Pengertian APDJumlah

(N)Persen

(%)Alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang dalam bekerja

189 73,3

Alat yang mempunyai kemampuan untuk membantu seseorang dalam bekerja

37 14,3

Alat yang digunakan untuk menanam padi

17 6,6

Alat yang digunakan untuk memanen padi

155,8

Jumlah 258 100

Sumber : Data Primer 2010

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa distribusi responden

berdasarkan pengetahuan petani tentang pengertian

APD adalah, dari 258 responden terdapat 189 (73,3%)

Page 52: SKRIPSI

52

responden yang menjawab benar, dan terdapat 15

(5,85%) responden yang menjawab salah.

b. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan

Tentang Manfaat Penggunaan APD

Tabel 5.5Distribusi Pengetahuan Petani Pengguna Pestisida

Berdasarkan Manfaat Penggunaan APD di Kelurahan Teppo Kecamatan Patampanua

Kabupaten Pinrang Tahun 2010

Manfaat Penggunaan APDJumlah

(N)Persen

(%)Untuk melindungi tubuh dari pemaparan pestisida

107 41,5

Untuk terhindar dari penyakit yang mungkin terjadi

96 37,2

Untuk terhindar dari sinar matahari pada saat bekerja

37 14,3

Untuk terhindar dari serangan hewan buas

18 7

Jumlah 258 100 Sumber : Data Primer 2010

Tabel 5.5 menunjukkan bahwa distribusi responden

berdasarkan pengetahuan petani tentang manfaat

penggunaan APD adalah, dari 258 responden terdapat

107 (41,5 %) responden yang menjawab dengan benar,

dan terdapat 18 (7%) responden yang manjawab salah.

c. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan

Tentang Contoh APD

Tabel 5.6 pada halaman selanjutnya menunjukkan

bahwa distribusi responden berdasarkan pengetahuan

Page 53: SKRIPSI

53

petani tentang contoh APD adalah, dari 258 responden

terdapat 182 (70,5 %) responden yang menjawab

dengan benar, dan terdapat 2 (0,8%) responden yang

menjawab salah.

Tabel 5.6Distribusi Pengetahuan Petani Pengguna Pestisida

Berdasarkan Contoh Dari Alat Pelindung Diri Di Kelurahan Teppo Kecamatan Patampanua

Kabupaten Pinrang Tahun 2010

Contoh dari APDJumlah

(N)Persen

(%)Baju lengan panjang, celana panjang, pelindung muka, sarung tangan, dan sepatu boot.

182 70,5

Baju lengan panjang, celana panjang, masker, sarung tangan, dan baju lengan panjang.

74 28,7

Sarung, celana pendek, sandal jepit, dan sepatu.

0 0

Sapu tangan, tissue dan baju dalam.

2 0,8

Jumlah 258 100 Sumber : Data Primer 2010

d. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan

Tentang Syarat Sarung Tangan Yang Baik

Tabel 5.7 pada halaman selanjutnya menunjukkan

bahwa distribusi responden berdasarkan pengetahuan

petani tentang syarat sarung tangan yang baik

digunakan sebagai APD adalah, dari 258 responden

terdapat 219 (84,9%) responden yang menjawab dengan

Page 54: SKRIPSI

54

benar dan terdapat 3 (1,2%) responden yang menjawab

salah.

Table 5.7Distribusi Pengetahuan Pengetahuan Petani

Berdasarkan Syarat Sarung Tangan Yang Baik Di Kelurahan Teppo Kecamatan Patampanua

Kabupaten Pinrang Tahun 2010

Syarat APDJumlah

(N)Persen

%Sarung tangan harus panjang sehingga menutupi pergelangan tangan

219 84,9

Sarung tangan harus panjang sehingga menutupi pergelangan tangan hingga siku

34 13,2

Sarung tangan harus besar dan panjang

2 0,8

Sarung tangan harus besar dan pendek

3 1,2

Jumlah 258 100 Sumber : Data Primer 2010

e. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Syarat Pelindung Muka Yang Baik Digunakan Sebagai APD

Tabel 5.8Distribusi Pengetahuan Petani Pengguna

Pestisida Berdasarkan Syarat Pelindung Muka Yang Baik Di Kelurahan Teppo Kecamatan

Patampanua Kabupaten Pinrang Tahun 2010

Syarat Pelindung MukaJumlah (N)

Persen (%)

Transparan yang anti api 149 57,8Terbuat dari bahan plastic yang transparan

78 30,2

Terbuat darikain katun 28 10,9Terbuat dari kain sutra 3 1,2

Page 55: SKRIPSI

55

Jumlah 258 100 Sumber : Data Primer 2010

Tabel 5.8 menunjukkan bahwa distribusi responden

berdasarkan pengetahuan petani tentang syarat

pelindung muka yang baik digunakan sebagai APD

adalah, dari 258 terdapat 149 (57,8%) responden yang

menjawab dengan benar dan terdapat 3 (1,2%)

responden yang menjawab salah.

f. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Penyakit Yang Di Timbulkan Dari Penggunaan Pestisida Tanpa Menggunakan APD

Tabel 5.9Distribusi Pengetahuan Petani Pengguna Pestisida

Berdasarkan Penyakit Yang Mungkin Di Timbulkan Dari Penggunaan Pestisida Tanpa Menggunakan APD

Di Kelurahan Teppo Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang Tahun 2010

PenyakitJumlah

(N)Persen

%Pusing, sakit kepala, mual, kudis, dan sulit bernafas

190 73,6

Sakit kepala, batuk-batuk, flu, dan hipertensi

62 24

Hipertensi, diabetes, tipus, dan malaria

0 0

Malaria,filariasis, magg, dan kurang darah

6 2,3

Jumlah 258 100 Sumber : Data Primer 2010

Page 56: SKRIPSI

56

Tabel 5.9 menunjukkan bahwa distribusi responden

berdasarkan pengetahuan petani tentang penyakit yang

mungkin timbul dari penggunaan pestisida tanpa

menggunakan APD adalah, dari 258 responden terdapat

190 (73,6%) yang menjawab dengan benar, dan 6

(2,3%) yang menjawab salah.

3. Kesesuaian APD yang digunakan dengan Syarat APD

oleh HIPERKES

Tabel 5.10Distribusi Responden Berdasarkan Syarat APD Di

Kelurahan Teppo kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang Tahun 2010

Syarat APDYa Tidak Jumlah

N % N % N %

APD harus memberikan perlindungan yang adekuat

231 89,5 27 10,5 258 100

Berat alat seringan mungkin

243 94,2 15 5,8 258 100

Alat harus dapat dipakai secara fleksibel

168 65,1 90 34,9 258 100

Bentuknya harus cukup menarik

118 45,7 140 54,3 258 100

Alat tidak menumbulkan bahaya

228 88,4 30 11,6 258 100

Alat harus memenuhi standar yang telah ada

216 83,7 42 16,3 258 100

Page 57: SKRIPSI

57

Alat tidak membatasi gerakan

240 93,0 18 7,0 258 100

Suku cadang harus mudah di dapat

242 93,8 16 6,2 258 100

Sumber : Data Primer 2010

Tabel 5.10 menunjukkan bahwa distribusi responden

berdasarkan kesesuaian APD yang digunakan dengan syarat

APD oleh HIPERKES yang tertinggi adalah berat alat harus

seringan mungkin dengan jumlah jawaban responden yaitu

sebanyak 243 (94,2%), dan yang terendah adalah bentuk

APD harus cukup menarik dengan jumlah jawaban

responden yaitu sebanyak 118 (45,7%).

4. Gangguan Kesehatan

Tabel 5.11Distribusi Berdasarkan Gangguan Kesehatan Yang Pernah Dialami Petani Pengguna Pestisida Tanpa Menggunakan

APD Di Kelurahan Teppo Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang Tahun 2010

Gejala Gangguan Kesehatan

Ya Tidak Jumlah

N % N % N %

Pusing 214 82,9 44 17,1 258 100Sakit Kepala 196 76,0 62 24,0 258 100Mual 86 33,3 172 66,7 258 100Kudis 41 15,9 217 84,1 258 100Muntah-muntah 61 23,6 197 76,4 258 100Sakit dada 103 39,9 155 60,1 258 100Kram 114 44,2 144 55,8 258 100Sulit bernafas 134 51,9 124 48,1 258 100Kabur 71 27,5 187 72,5 258 100Diare 52 20,2 206 79,8 258 100Keringat berlebihan

174 67,4 84 32,6 258 100

Page 58: SKRIPSI

58

Sumber : Data Primer 2010

Tabel 5.11 menunjukkan bahwa distribusi responden

berdasarkan gangguan kesehatan yang pernah dialami oleh

petani karena tidak menggunakan APD, tertinggi adalah

pusing dengan jumlah responden sebanyak 214 (82,9%) dan

terendah adalah kudis dengan jumlah responden sebanyak

41 (15,9%)

b. Variabel Independen

Pada penelitian ini yang menjadi variable independen adalah

penggunaan APD, dan hasil penelitian yang diperoleh adalah

sebagai berikut:

Table 5.12Distribusi Berdasarkan Penggunaan APD Pada Petani

Pengguna Pestisida di Kelurahan Teppo Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang

Tahun 2010

Alat PelindungDiri

Ya Tidak Jumlah

N % N % N %Menggunakan Sarung Tangan

106 41,1 152 58,9 258 100

Menggunakan pakaian pelindung

203 78,7 55 21,3 258 100

Menggunakan topi

239 92,6 19 7,4 258 100

Menggunakan sepatu boot

119 46,1 139 53,9 258 100

Menggunakan pelindung

170 65,9 88 34,1 258 100

Page 59: SKRIPSI

59

muka Sumber : Data Primer 2010

Tabel 5.12 menunjukkan bahwa distribusi responden

berdasarkan penggunaan alat pelindung diri tertinggi yaitu pada

penggunaan topi yaitu sebanyak 239 orang (92,6%), dan paling

sedikit adalah yang menggunakan sarung tangan yaitu 106

orang (41,1%).

2. Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Antar Variabel Penelitian

a. Hubungan Antara Karakteristik Dengan Penggunaan APD

1. Hubungan Antara Karakteristik Umur Dengan Penggunaan APD

Tabel 5.13Hubungan Karakteristik Umur Dengan Penggunaan APD Pada Petani Pengguna Pestisida di Kelurahan Teppo

Kecamatan Patampanua Kabupaten PinrangTahun 2010

Kelompok Umur

Ya Tidak JumlahpValue

N % N % N %

20-2930-3940-4950-59≥ 60

10211033

24,427,616,15,3

13,6

3155525419

75,672,483,994,786,4

258258258258258

100100100100100

0,014

Sumber : Data Primer 2010

Tabel 5.13 bahwa distribusi responden berdasarkan

kelompok umur petani tertinggi berada pada umur 30-39

Page 60: SKRIPSI

60

tahun yaitu sebanyak 76 orang (29,5%), dan kelompok umur

petani terendah berada pada umur ≥ 60 tahun yaitu

sebanyak 22 orang (8,5%). Berdasarkan hasil uji statistik

diperoleh nilai probabilitas (p Value) = 0,014 < nilai alpha (α

= 0,05) sehingga Ho ditolak dengan interpretasi bahwa ada

hubungan yang bermakna antara karakteristik umur dengan

penggunaan APD.

2. Hubungan Antara Karakteristik Jenis Kelamin Dengan

Penggunaan APD

Tabel 5.14Hubungan Karakteristik Jenis Kelamin Dengan

Penggunaan APD Pada Petani Pengguna Pestisida di Kelurahan Teppo Kecamatan Patampanua

Kabupaten Pinrang Tahun 2010

Jenis Kelamin

Ya Tidak Jumlah pValue

N %N % N %

1,000Laki-Laki47

18,4 209 81,6 25

8

100

Perempuan 0 0 2 18,4 Sumber : Data Primer 2010

Table 5.14 menunjukkan bahwa distribusi responden

berdasarkan jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki yaitu

256 orang (99,2%), dan jenis kelamin paling sedikit adalah

Page 61: SKRIPSI

61

perempuan yaitu 2 orang (0,8%). Berdasarkan hasil uji

statistik diperoleh nilai probabilitas (p Value) = 1,000 > nilai

alpha (α = 0,05) sehingga Ho diterima dengan interpretasi

bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara

karakteristik jenis kelamin dengan penggunaan APD.

3. Hubungan Antara Karakteristik Pendidikan Dengan

Penggunaan APD

Tabel 5.15Hubungan Karakteristik Pendidikan

Dengan Penggunaan APD Pada Petani Pengguna Pestisida di Kelurahan Teppo Kecamatan Patampanua

Kabupaten Pinrang Tahun 2010

PendidikanYa Tidak Jumlah

pValueN % N % N %

Rendah 22 11,4 171 88,6

258100

0,000

Tinggi 25 38,5 40 61,5

Sumber : Data Primer 2010

Table 5.15 menunjukkan bahwa distribusi responden

berdasarkan tingkat pendidikan petani terbanyak adalah

tamat SMP yaitu 87 orang (33,7%) dan tingkat pendidikan

petani yang paling sedikit adalah perguruan tinggi yaitu 5

orang (1,9%). Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai

probabilitas (p Value) = 0,000 < nilai alpha (α = 0,05)

Page 62: SKRIPSI

62

sehingga Ho ditolak dengan interpretasi bahwa ada

hubungan yang bermakna antara karakteristik pendidikan

dengan penggunaan APD.

b. Hubungan Antara Pengetahuan Petani Dengan

Penggunaan APD

Tabel 5.16Hubungan Antara Pengetahuan Petani

Dengan Penggunaan APD Pada Petani Pengguna Pestisida di Kelurahan Teppo Kecamatan Patampanua

Kabupaten Pinrang Tahun 2010

Pengetahuan

Ya Tidak Jumlahp

ValueN % N % N %

Kurang 0 0 2 1,6 258 1001,000

Cukup 47 18,4 209 81,6 Sumber : Data Primer 2010

Table 5.16 menunjukkan bahwa distribusi responden

berdasarkan pengetahuan petani terbanyak adalah cukup yaitu

256 (99,2%) responden dan pengetahuan petani yang paling

sedikit adalah kurang yaitu 2 (0,8%) responden. Berdasarkan

hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitas (p Value) = 1,000 >

nilai alpha (α = 0,05) sehingga Ho diterima dengan interpretasi

bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara

pengetahuan dengan penggunaan APD.

Page 63: SKRIPSI

63

c. Hubungan Antara Syarat APD Dengan Penggunaan APD

Tabel 5.17 pada halaman selanjutnya menunjukkan bahwa

distribusi responden berdasarkan kesesuaian APD yang

digunakan petani dengan syarat APD yang dikeluarkan oleh

HIPERKES yaitu terdapat 72 (27,9%) responden yang

menggunakan APD sesuai dengan syarat, dan 186 (72,1%)

responden yang menggunakan APD tidak sesuai dengan

syarat. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitas

(p Value) = 0,000 < nilai alpha (α = 0,05) sehingga Ho ditolak

dengan interpretasi bahwa ada hubungan yang bermakna

antara syarat APD dengan penggunaan APD.

Tabel 5.17Hubungan Antara Syarat APD Dengan Penggunaan

APD Pada Petani Pengguna Pestisida di Kelurahan Teppo Kecamatan Patampanua

Kabupaten Pinrang Tahun 2010

Syarat APDYa Tidak Jumlah p

ValueN % N % N %

Tidak Memenuhi Syarat

21 11,3 165 88,7258 100 0,000

Memenuhi Syarat 26 36,1 46 63,9 Sumber : Data Primer 2010

d. Hubungan Antara Gangguan Kesehatan Dengan

Penggunaan APD

Page 64: SKRIPSI

64

Table 5.18 pada halaman selanjutnya menunjukkan bahwa

distribusi responden berdasarkan gangguan kesehatan yang

pernah dialami petani terbanyak adalah pernah mengalami

yaitu 251 (97,3%) responden dan yang paling sedikit adalah

tidak pernah mengalami 7 (2,7%) responden. Berdasarkan hasil

uji statistik diperoleh nilai probabilitas (p Value) = 0,356 < nilai

alpha (α = 0,05) sehingga Ho ditolak dengan interpretasi bahwa

ada hubungan yang bermakna antara gangguan kesehatan

dengan penggunaan APD.

Tabel 5.18Hubungan Antara Gangguan Kesehatan Yang Dialami

Petani Dengan Penggunaan APD Pada Petani Pengguna Pestisida di Kelurahan Teppo Kecamatan Patampanua

Kabupaten Pinrang Tahun 2010

Gangguan

Kesehatan

Ya Tidak Jumlah p

ValueN % N % N %

Pernah

Mengalami47 18,7 204 81,3

258 100 0,356Tidak Pernah

Mengalami0 0 7 100

Sumber : Data Primer 2010

C. Pembahasan

1. Karakteristik Responden

a. Umur

Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu

keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup

Page 65: SKRIPSI

65

maupun yang mati. Semisal, umur manusia dikatakan lima

belas tahun diukur sejak dia lahir hingga waktu umur itu

dihitung.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 258

responden yang ada kelompok umur responden tertinggi

berada pada kelompok umur 30-39 yaitu sebanyak 76 (29,5%)

dengan jumlah yang menggunakan APD adalah sebanyak 21

(27,6%) dan yang tidak menggunakan APD adalah sebanyak

55 (72,4%); sedangkan kelompok umur terendah adalah umur ≥

60 tahun yaitu sebanyak 22 (8,5%) dengan jumlah yang

menggunakan APD adalah sebanyak 3 (13,65%), dan yang

tidak menggunakan APD adalah sebanyak 19 (86,4%).

Berdasarkan hasil analisis chi-square menunjukkan bahwa

ada hubungan yang bermakna antara karakteristik umur

responden dengan penggunaan APD, dalam penelitian ini

menunjukkan bahwa kelompok umur terbanyak adalah pada

umur 30-39 tahun dan merupakan kelompok umur pekerja yang

masih muda, yang pada umumnya mempunyai fisik lebih kuat,

dinamis, dan kreatif, serta yang paling banyak menggunakan

APD, meskipun masih ada pada kelompok umur ini yang tidak

menggunakan APD . Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor

Page 66: SKRIPSI

66

lain misalnya faktor kemalasan atau masa bodoh; sedangkan

kelompok umur yang paling rendah adalah ≥ 60 tahun, yang

merupakan usia yang memasuki masa senja dan memiliki fisik

yang sudah tidak kuat untuk bekerja lagi, dan kurang

memperhatikan perkembangan teknologi dan cenderung kearah

yang lebih tardisional, sehingga merupakan kelompok umur

yang sangat sedikit menggunakan APD.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian dari

Meilani Astining Asih dengan judul Faktor-Faktor Yang

Berhubungan Dengan Alat Pelindung Diri Pada Tenaga Kerja

Bagian Produksi Divisi PM 6 PT. PURA BARUTAMA KUDUS

Tahun 2005, hasil penelitiannya menyatakan bahwa ada

hubungan antara karakteristik umur dengan penggunaan APD.

b. Jenis Kelamin

Jenis kelamin adalah kelas atau kelompok yang terbentuk

dalam Suatu spesies sebagai sarana atau sebagai akibat

digunakannya proses reproduksi seksual untuk

mempertahankan keberlangsungan spesies itu. Jenis kelamin

dikaitkan pula dengan aspek gender, karena terjadi diferensiasi

peran sosial yang dilekatkan pada masing-masing jenis

kelamin. Pada masyarakat yang mengenal "machoisme",

Page 67: SKRIPSI

67

umpamanya, seorang laki-laki diharuskan berperan secara

maskulin ("jantan" dalam bahasa sehari-hari) dan perempuan

berperan secara feminin.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan dari 258

responden yang ada terdapat 256 (99,2%) responden yang

berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah yang menggunakan

APD adalah 47 (18,4%) dan yang tidak menggunakan APD

adalah 209 (81,6%); sedangkan responden perempuan

sebanyak 2 (0,8%) responden dan keduanya tidak

menggunakan APD.

Berdasarkan hasil analisis chi-square menunjukkan bahwa

tidak ada hubungan yang berarti antara jenis kelamin dengan

penggunaan APD itu sendiri, sebab baik responden laki-laki

atau perempuan masih banyak yang tidak menggunakan APD.

Hasil penelitian ini

c. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna

pengalaman, hal ini mungkin akan terjadi di dalam pergaulan

biasa atau pergaulan orang dewasa dengan orang muda,

mungkin pula terjadi secara sengaja dan dilembagakan untuk

untuk menghasilkan kesinambungan sosial.

Page 68: SKRIPSI

68

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 258

responden terdapat 193 (74,8%) yang berpendidikan rendah

dengan jumlah yang menggunakan APD sebanyak 22 (11,45),

dan yang tidak menggunakan APD sebanyak 171 (88,6%);

sedangkan terdapat 65 (25,5%) yang berpendidikan tinggi

dengan jumlah yang menggunakan APD sebanyak 40 (61,55%)

dan yang tidak menggunakan sebanyak 25 (38,55%).

Berdasarkan hasil analisis chi-square menunjukkan bahwa

ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan

responden dengan penggunaan APD, hal ini menunjukkan

bahwa responden yang berpendidikan rendah lebih banyak

yang tidak menggunakan APD jika dibandingkan dengan

responden yang berpendidikan tinggi, meskipun masih ada

responden yang berpendidikan tinggi yang tidak menggunakan

APD hal ini dapat disebabkan oleh faktor lain misalnya faktor

kebiasaan dan kemalasan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Endro Hari

Yulianto yang berjudul Faktor Yang Berhubungan Dengan

Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Petani Dalam

Penyemprotan Hama, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

Page 69: SKRIPSI

69

ada hubungan antara tingkat pendidikan petani dengan

pengguanaan APD.

2. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

pengetahuan petani tentang pengertian APD, manfaat APD, contoh

APD, syarat APD, dan penyakit yang ditimbul jika melakukan

penyemprotan dengan pestisida tanpa menggunakan APD.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 258

responden yang ada, sebanyak 256 (99,2%) responden memiliki

pengetahuan cukup tentang APD, dengan jumlah responden yang

tidak menggunakan APD sebanyak 209 (81,6%) responden dan

yang menggunakan APD 47 (18,4%) responden; sedangkan

sebanyak 2 (0,8%) responden yang memiliki tingkat pengetahuan

kurang tentang APD, dan kedunya tidak patuh menggunakan APD.

Berdasarkan hasil analisis chi-square menunjukkan bahwa

tidak ada hubungan antara pengetahuan petani tentang APD

dengan penggunaan APD itu sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa

meskipun tingkat pengetahuan petani lebih dominan pada yang

Page 70: SKRIPSI

70

memiliki pengetahuan cukup, mereka tetap tidak menggunakan

menggunakan APD.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Meilani Astining Asih dengan judul Faktor-Faktor Yang

Berhubungan Dengan Alat Pelindung Diri Pada Tenaga Kerja

Bagian Produksi Divisi PM 6 PT. PURA BARUTAMA KUDUS

Tahun 2005. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa tidak ada

hubungan antara pengetahuan dengan pemakaian APD.

3. Syarat APD

Syarat APD menurut HIPERKES yang baik adalah APD harus

dapat memberikan perlindungan yang adekuat terhadap bahaya

spesifik atau bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja, berat alay

hendaknya seringahn mungkin dan alat tersebut tidak

menyebabkan rasa ketidaknyamanan yang berlebihan, alat harus

dapat dipakai secara fleksibel, bentuknya harus cukup menarik,

alat tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagai

pemakainya yang dikarenakan bentuk dan bahannya yang tidak

tepat atau karena salah dalam menggunakannya, alat pelindung

harus memenuhi standar yang telah ada, alat tersebut tidak

membatasi gerakan dan persepsi sensoris pemakainya, suku

Page 71: SKRIPSI

71

cadangnya harus muda didaptkan guna memepermudah

pemeliharaannya.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dari 258 jumlah

responden yang ada sebanyak 186 (72,1%) responden yang

penggunaan APD nya tidak memenuhi syarat, dengan jumlah yang

menggunakan APD adalah 21 (11,3%) dan yang tidak

menggunakan APD adalah 165 (88,7%); sedangkan yang

pengguaan APD nya memenuhi syarat adalah sebanyak 72

(27,9%) responden, dengan jumlah yang menggunakan APD

adalah 26 (36,1%) dan yang tidak menggunakan APD adalah 46

(63,9%) responden.

Berdasarkan hasil analisis chi-square menunjukkan bahwa

ada hubungan antara syarat APD dengan penggunaan APD, hal ini

menunjukkan bahwa masih banyak responden yang penggunaan

APD nya tidak memenuhi syarat tidak menggunakan APD, jika

dibandingkan dengan responden yang penggunaan APD nya

sesuai dengan syarat, begitupun dengan yang menggunakan APD,

lebih banyak yang menggunakan APD dari responden yang

penggunaan APD nya sesuai syarat jika dibandingkan dengan

responden yang penggunaan APD nya tidak memenuhi syarat.

Page 72: SKRIPSI

72

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Lambang Satria Himmawan yang bejudul Pengaruh

Pemakaian Alat Pelindung Diri Terhadap Kapasitas Fungsi Paru

Petani Sayuran Pengguna Pestisida Semprot yang menyatakan

bahwa ada hubungan antara syarat APD dengan penggunaan APD

itu sendiri.

4. Gangguan Kesehatan

Gangguan kesehatan adalah gangguan-gangguan yang terjdi

akibat terpapar suatu penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya

penurunan fungsi tubuh dan dapat menghambat produktifitas

seseorang.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa, dari 258

responden terdapat 251 (97,3%) responden yang pernah

mengalami gangguan kesehatan dengan jumlah yang

menggunakan APD tapi tetap mengalami gangguan kesehatan

adalah 47 (18,7%), dan yang tidak menggunakan APD dan

mengalami gangguan kesehatan adalah 204 (96,7%); sedangkan

terdapat 7 (2,7%) responden yang tidak pernah mengalami

gangguan kesehatan tetapi tidak menggunakan APD.

Page 73: SKRIPSI

73

Berdasarkan hasil analisis chi-square menunjukkan bahwa

tidak ada hubungan antara gangguan kesehatan dengan

penggunaan APD, sebab ada responden yang tetap mengalami

gangguan kesehatan meskipun responden tersebut menggunakan

APD, dan adapula reponden yang tidak pernah mengalami

gangguan kesehatan meskipun tidak menggunakan APD. Hal ini

dapat disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya yaitu

kekebalan tubuh yang memungkinkan sesorang tidak mudah

mengalami gangguan kesehatan.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Afriyanto dengan judul Keracunan Pestisida Pada

Petani Penyemprot Cabe Di Desa Candi Kelurahan Bangdang

Kabupaten Semarang, yang menyatakan bahwa ada hubungan

antara pemakaian APD dengan kejadian keracunan atau gangguan

kesehatan yang dialami petani.

Page 74: SKRIPSI

74

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang Hubungan Penggunaan Petani

Dalam Menggunakan Alat Pelindung Diri Pada Pengguna Pestisida Di

Kelurahan Teppo Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang Tahun

2010, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Untuk karakteristik umur hasil penelitian menunjukkan bahwa dari

258 responden yang ada kelompok umur responden tertinggi

berada pada kelompok umur 30-39 yaitu sebanyak 76 (29,5%)

dengan jumlah yang menggunakan APD adalah sebanyak 21

(27,6%) dan yang tidak menggunakan APD adalah sebanyak 55

(72,4%); sedangkan kelompok umur terendah adalah umur ≥ 60

tahun yaitu sebanyak 22 (8,5%) dengan jumlah yang menggunakan

Page 75: SKRIPSI

75

APD adalah sebanyak 3 (13,65%), dan yang tidak menggunakan

APD adalah sebanyak 19 (86,4%). Berdasarkan hasil analisis chi-

square menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara

karakteristik umur responden dengan penggunaan APD.

2. Untuk karakteristik jenis kelamin, hasil penelitian menunjukkan dari

258 responden yang ada terdapat 256 (99,2%) responden yang

berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah yang menggunakan APD

adalah 47 (18,4%) dan yang tidak menggunakan APD adalah 209

(81,6%); sedangkan responden perempuan sebanyak 2 (0,8%)

responden dan keduanya tidak menggunakan APD.

Berdasarkan hasil analisis chi-square menunjukkan bahwa tidak

ada hubungan yang berarti antara jenis kelamin dengan

penggunaan APD.

3. Untuk karakteristik pendidikan, hasil penelitian menunjukkan bahwa

dari 258 responden terdapat 193 (74,8%) yang berpendidikan

rendah dengan jumlah yang menggunakan APD sebanyak 22

(11,45), dan yang tidak menggunakan APD sebanyak 171 (88,6%);

sedangkan terdapat 65 (25,5%) yang berpendidikan tinggi dengan

jumlah yang menggunakan APD sebanyak 40 (61,55%) dan yang

tidak menggunakan sebanyak 25 (38,55%). Berdasarkan hasil

analisis chi-square menunjukkan bahwa ada hubungan yang

Page 76: SKRIPSI

76

bermakna antara tingkat pendidikan responden dengan

penggunaan APD.

4. Untuk variabel pengetahuan, hasil penelitian menunjukkan bahwa

dari 258 responden yang ada, sebanyak 256 (99,2%) responden

memiliki pengetahuan cukup tentang APD, dengan jumlah

responden yang tidak menggunakan APD sebanyak 209 (81,6%)

responden dan yang menggunakan APD 47 (18,4%) responden;

sedangkan sebanyak 2 (0,8%) responden yang memiliki tingkat

pengetahuan kurang tentang APD, dan kedunya tidak patuh

menggunakan APD. Berdasarkan hasil analisis chi-square

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan

petani tentang APD dengan penggunaan APD.

5. Untuk variabel syarat APD, hasil penelitian yang diperoleh, dari

258 jumlah responden yang ada sebanyak 186 (72,1%) responden

yang penggunaan APD nya tidak memenuhi syarat, dengan jumlah

yang menggunakan APD adalah 21 (11,3%) dan yang tidak

menggunakan APD adalah 165 (88,7%); sedangkan yang

pengguaan APD nya memenuhi syarat adalah sebanyak 72

(27,9%) responden, dengan jumlah yang menggunakan APD

adalah 26 (36,1%) dan yang tidak menggunakan APD adalah 46

(63,9%) responden. Berdasarkan hasil analisis chi-square

Page 77: SKRIPSI

77

menunjukkan bahwa ada hubungan antara syarat APD dengan

penggunaan APD.

6. Untuk variabel gangguan kesehatan hasil penelitian menunjukkan

bahwa, dari 258 responden terdapat 251 (97,3%) responden yang

pernah mengalami gangguan kesehatan dengan jumlah yang

menggunakan APD tapi tetap mengalami gangguan kesehatan

adalah 47 (18,7%), dan yang tidak menggunakan APD dan

mengalami gangguan kesehatan adalah 204 (96,7%); sedangkan

terdapat 7 (2,7%) responden yang tidak pernah mengalami

gangguan kesehatan tetapi tidak menggunakan APD.

Berdasarkan hasil analisis chi-square menunjukkan bahwa tidak

ada hubungan antara gangguan kesehatan dengan penggunaan

APD.

B. Saran

1. Disarankan bagi masyarakat khususnya para petani agar

memperahatikan penggunaan dari alat pelindung diri pada

pemakaian pestisida atau bahan kimia lainnya sehingga tidak

terjadi pemaparan terhadap petani itu sendiri.

2. Disarankan bagi Dinas Kesehatan/Puskesmas, agar meberikan

penyuluhan kepadapetani para petani akan bahaya pestisida dan

pentingnya menggunakan alt pelindung diri dengan APD yang baik

Page 78: SKRIPSI

78

(memenuhi syarat) untuk mencegah terjadinya gangguan

kesehatan akibat kerja, karena selama ini penyuluhan tentang

pestisida hanya dilakukan oleh PPL Pertanian, sehingga materi

tentang perlunya APD hanya sekilas dan materi bahaya pestisida

tidak luas.

3. Bagi Dinas Pertanian, agar memonitoring penggunaan pestisida

para petani karena penggunaan pestisida di kalangan petani tidak

lagi bersifat indikatif.