SKRIPSI · 2018. 10. 1. · Unsur geometri utama ini sering disebut geometri abstrak atau disebut...

62
KAJIAN TIPOLOGI RUMAH ADAT TANAH LUWU LANGKANAE DI KOTA PALOPO SULAWESI SELATAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana (S.1) pada Program Studi Pendidikan Seni Rupa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar Oleh : IHRAMUDDIN 10541 0101 09 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN 2016

Transcript of SKRIPSI · 2018. 10. 1. · Unsur geometri utama ini sering disebut geometri abstrak atau disebut...

  • KAJIAN TIPOLOGI RUMAH ADAT TANAH LUWU

    LANGKANAE DI KOTA PALOPO SULAWESI SELATAN

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar

    Sarjana (S.1) pada Program Studi Pendidikan Seni Rupa Fakultas

    Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah

    Makassar

    Oleh :

    IHRAMUDDIN

    10541 0101 09

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    2016

  • KAJIAN TIPOLOGI RUMAH ADAT TANAH LUWU

    LANGKANAE DI KOTA PALOPO SULAWESI SELATAN

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar

    Sarjana (S.1) pada Program Studi Pendidikan Seni Rupa Fakultas

    Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah

    Makassar

    Oleh :

    IHRAMUDDIN

    10541 0101 09

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    2016

  • FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS

    MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    SURAT PERNYATAAN

    Saya yang bertandatangan di bawahini:

    Nama : IHRAMUDDIN

    Stambuk : 10541101 09

    Jurusan : Pendidikan Seni Rupa

    JudulSkripsi : Kajian Tipologi Rumah Adat Tanah Luwu

    Langkanae di Kota Palopo Sulawesi Selatan

    Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim

    penguji adalah hasil karya saya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau

    dibuatkan oleh siapapun.

    Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia

    menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

    Makassar, Agustus 2016

    Yang Membuat Pernyataan

    Ihramuddin

    Nim: 10541 105 09

  • FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS

    MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    SURAT PERJANJIAN

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

    Nama : IHRAMUDDIN

    Stambuk : 10541101 09

    Jurusan : Pendidikan Seni Rupa

    JudulSkripsi : Kajian Tipologi Rumah Adat Tanah Luwu

    Langkanae di Kota Palopo Sulawesi Selatan

    Dengan ini menyatakan Perjanjian sebagai berikut:

    1. Mulai dari penyusunan proposal penelitian sampai selesainya skripsi

    ini. Saya yang menyusunnya sendiri (tidak dibuat oleh siapapun).

    2. Dalam penyusunan skripsi ini, saya selalu melakukan konsultasi dengan

    pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.

    3. Saya tidak melakukan penjiplakan (plagiat) dalam penyusunan skripsi

    ini.

    4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti yang tertera pada butir 1, 2,

    dan 3, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang

    berlaku.

    Demikian surat perjanjian ini saya buat dengan sebenarnya dan penuh kesadaran.

    Makassar, Agustus 2016

    Yang Membuat Pernyataan

    Ihramuddin

    Nim: 10541 101 09

  • FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS

    MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    PERSETUJUAN PEMBIMBING

    JudulSkripsi : Kajian Tipologi Rumah Adat Tanah Luwu Langkanae

    di Kota Palopo Sulawesi Selatan

    Mahasiswa yang bersangkutan :

    Nama Mahasiswa : IHRAMUDDIN

    NIM : 10541 101 09

    Jurusan : Pendidikan Seni Rupa

    Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

    Setelah diperiksa dan diteliti secara seksama, maka skripsi ini sudah layak

    memenuhi persyaratan untuk diajukan dalam ujian skripsi.

    Makassar, Agustus 2016

    Disetujui Oleh

    Pembimbing I Pembimbing II

    Andi Baetal Mukaddas, S.Pd.,M.Sn Muh. Faisal, S. Pd., M.Pd

    NBM: 431 879 NBM: 1190443

    Diketahui :

    Dekan FKIP Ketua Prodi

    UNISMUH Makassar Pendidikan Seni Rupa

    Dr. Andi Sukri Syamsuri, M. Hum. Andi Baetal Mukaddas, S.Pd.,M.Sn.

    NBM.858 610 NBM.431 879

  • KATA PENGANTAR

    Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karenah

    berkat rahmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan Skripsi

    ini. Suka cita mewarnai proses dalam menjalani penulisan skripsi ini. Walaupun

    demikian, sebuah kata yang mampu membuat bertahan yakni semangat sehingga

    segala tantangan mampu ditaklukan sampai akhir penyelesaian penulisan skripsi

    ini, sebagai salah satu syarat guna mengikuti ujian skripsi pada Program Studi

    Pendidikan Seni Rupa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

    Muhammadiyah Makassar dengan judul “Kajian Tipologi Rumah Adat Tanah

    Luwu Langkanae di Kota Palopo Sulawesi Selatan”.

    Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menemui berbagai hambatan dan

    masalah, namun berkat ketabahan dan ketekunan yang ada pada penulis hambatan

    dan masalah itu dapat diatasi dan terwujudlah skripsi ini. Penulis menyadari

    sepenuhnya bahwa apa yang diuraikan dan dikemukakan dalam skripsi ini sangat

    terbatas akibat pada kemampuan dan pengetahuan penulis. Dengan demikian,

    skripsi ini tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, penulis senantiasa

    mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari berbagai pihak

    demi kesempurnaan skripsi ini.

    Dengan penuh kerendahan hati tak lupa penulis menyampaikan terima

    kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

    1. Bapak Dr. H. Rahman Rahim. SE.,MM Selaku Rektor Universitas

    Muhammadiyah Makassar.

  • 2. Bapak Dr. Andi Syukri Syamsuri, M. Hum. Selaku Dekan Fakultas

    Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

    3. Bapak A. Baetal Mukaddas, S. Pd, M. Sn. Selaku Ketua Jurusan

    Pendidikan Seni Rupa Universitas Muhammadiyah Makassar

    4. Bapak Muhammad Thahir, S.Pd. Selaku Sekertaris Jurusan Pendidikan

    Seni Rupa Universitas Muhammdiyah Makassar.

    5. Bapak Drs. Sumardi PS. M. Pd Selaku pembimbing I.

    6. Bapak Muh.Faisal, S. Pd, M. Pd. Selaku Pembimbing II.

    7. Kedua orang tua yang dengan tulus dan penuh kasih sayang mendukung

    langkah kemajuan ananda.

    8. Segenap rekan-rekan mahasiswa Seni Rupa yang telah mendukung

    kelancaran dan penyelesaian proposal ini.

    Penulis menyadari bahwa sebagai hamba Allah SWT, tidak akan terlepas

    dari segala kekhilafan dan keterbatasan. Terima kasih atas segala kritikan

    pembaca, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca. Penulis berharap semoga

    segala aktifitas senantiasa bernilai ibadah di sisi Allah SWT.

    Billahi Fisabilil Haq Fastabiqul Khaerat

    Assalamu Alikum Warahmatullahi Wabarakatuh

    Makassar, Agustus 2016

    penulis

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN SAMPUL

    PERSETUJUAN PEMBIMBING

    KARTU KONTROL PEMBIMBING I

    KARTU KONTROL PEMBIMBING II

    PERMOHONAN JUDUL SKRIPSI

    KATA PENGANTAR

    DAFTAR ISI

    I PENDAHULUAN .................................................................................1

    A. Latar Belakang ................................................................................1

    B. Rumusan Masalah ............................................................................2

    C. Tujuan Penelitian..............................................................................3

    D. Manfaat Hasil Penelitian ..................................................................3

    II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR .............................5

    A. Kajian Pustaka .................................................................................5

    B. Kerangka Pikir .................................................................................23

    III METODE PENELITIAN ...................................................................25

    A. Jenis dan Lokasi Penelitian ..............................................................25

    B. Variabel dan Desain Penelitian ........................................................26

    C. Definisi Operasional Variabel ..........................................................27

    D. Objek Penelitian ...............................................................................28

  • E. TeknikPengumpulan Data ................................................................28

    F. Teknik Analisis Data .......................................................................29

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil penelitian .......................................................................................31

    B. Pembahasan ............................................................................................34

    BAB V KESIMULAN

    A. Kesimpulan ............................................................................................41

    B. Saran .......................................................................................................42

    DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………43

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Rumah adat toraja 20

    Gambar 2. Rumah adat karampuang 21

    Gambar 3. Rumah adat saoraja la pinceng 22

    Gambar 4. Denah lokasi penelitian 25

    Gambar 5. Rumah adat langkanae 35

    Gambar 6. Rumah adat langkanae 37

    Gambar 7. Rumah adat langkanae 39

  • DAFTAR SKEMA

    Skema 1. Kerangka pikir 24

    Skema 2.desain penelitian 27

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Dalam pembangunan nasional di bidang kebudayaan, pemerintah

    mengamanatkan agar kebudayaan bangsa terus dibina dan dikembangkan untuk

    meningkatkan harkat dan martabat manusia, jatidiri dan kepribadian bangsa,

    mempertebal harga diri dan kebanggaan nasional serta memperkokoh semangat

    persatuan dan kesatuan bangsa sebagai pencerminan pembangunan yang

    berbudaya. Untuk mencapai sasaran tersebut, berbagai upaya telah dilakukan oleh

    pemerintah dalam rangka penyebarluasan informasi kebudayaan Indonesia

    melalui berbagai kegiatan. Aktualisasi dan usaha-usaha pemerintah dalam rangka

    penyebarluasan informasi kebudayaan Indonesia dapat dilihat dari berbagai segi.

    Diantaranya adalah kegiatan dokumentasi dan inventarisasi hasil-hasil

    kebudayaan dan kesenian daerah melalui penulisan atau penerbitan buku dan

    album seni budaya, melalui penelitian, penulisan artikel pada jurnal, dan

    sebagainya.

    Karya seni sebagai ekspresi perasaan, ungkapan pengalaman emosional

    yang mengandung makna simbolik tidak untuk dimengerti, melainkan untuk

    diresapi. Di dalam menilai suatu karya seni tidak dikenal istilah mengerti atau

    tidak mengerti tetapi yang muncul adalah kadar apresiasi yang lentur, dialog

    berjalan dengan lemah atau intensif. Dari sini yang dihasilkan adalah pengetahuan

    keindahan (insight estetis).

    1

  • Ragam hias hadir ditengah-tengah kehidupan masyarakat sebagai media

    ungkapan perasaan yang diwujudkan dalam bentuk visual, yang proses

    penciptaannya tidak lepas dari pengaruh lingkungan. Ragam hias untuk satu

    benda pada dasarnya merupakan sebuah pendandanan (Make Up) yang diterapkan

    sebagai untuk mempercantik atau mengagumkan suatu karya yang mengandung

    makna tertentu dan mewakili karakter setiap lingkungan masyarakat.

    Ragam hias merupakan karya seni yang di wujudkan secara visual dalam

    bentuk rupa yang bertujuan untuk memperindah atau mempercantik benda. Secara

    fisik ragam hias dikenakan pada benda-benda yang dihias agar memiliki nilai

    estetis yang tinggi. Di samping itu dapat pula mempunyai nilai simbolik atau

    makna tertentu (A.Kahar Wahid, 1989:8)

    Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka penulis berkeinginan

    untuk meneliti “kajian tipologi rumah adat tanah luwu langkanae di kota

    palopo Sulawesi Selatan”. Penelitian ini dilaksanakan dengan maksud untuk

    menghimpun hasil kajian ragam hias rumah adat bugis di Pancana Kabupaten

    Barru sekaligus mempublikasikan pada masyarakat tentunya bahwa rumah adat

    bugis di Pancana memiliki ragam hias pada bagian-bagian tertentu.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang dikemukakan tersebut,

    dapat diuraiakan beberapa permasalahan sebagai berikut :

    1. Bagaimanakah bentuk rumah adat tanah luwu langkanae di kota

    palopo?

  • 2. Bagaimana ciri khas rumah adat tanah luwu langkanae di kota palopo?

    3. Apa fungsi dan makna ragam hias yang ada di rumah adat tanah luwu

    langkanae di kota palopo?

    C. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka penelitian ini

    bertujuan memperoleh data akurat, jelas dan benar atas masalah yang dirumuskan,

    Secara terperinci tujuan penelitian ini adalah:

    1. Untuk mendeskripsikan bentuk rumah adat tanah luwu langkanae di

    kota palopo.

    2. Untuk mendeskripsikan ciri khas rumah adat tanah luwu langkanae di

    kota palopo.

    3. Untuk mendeskripsikan fungsi dan makna rumah adat tanah luwu

    langkanae di kota palopo.

    D. Manfaat Hasil Penelitian

    Jika tujuan penelitian ini dapat dicapai, maka hasil penelitian ini

    diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut :

    1. Meningkatkan kesadaran masyarakat dan apresiasi budaya

    masyarakat, khususnya bagi generasi muda agar semakin cinta dengan

    budaya bangsa.

    2. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah ilmu di bidang

    seni khususnya seni rupa, terkait dengan rumah adat yang ada di

    nusantara

  • 3. Dijadikan referensi budaya, khususnya pada pemerhati rumah adat

    guna melestarikan budaya bangsa.

    4. Sebagai bahan referensi bagi Mahasiswa Program Studi Pendidikan

    Seni Rupa pada Fakultas Keguruan dan dan Ilmu Pendidikan,

    Universitas Muhammadiyah Makassar.

  • BAB II

    KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

    A. Kajian Pustaka

    1. Pengertian Tipologi

    Tipologi adalah kajian tentang tipe. Tipe berasal dari kata Typos (bahasa

    Yunani), yang bermakna impresi, gambaran (imej), atau figur dari sesuatu

    Secara umum, tipe sering digunakan untuk menjelaskan bentuk

    keseluruhan, struktur, atau karakter dari suatu bentuk atau objek tertentu3.

    Bila ditinjau dari objek bangunan, tipologi terbagi atas tiga hal pokok,

    yaitu site (tapak) bangunan, form(bentuk) bangunan, dan organisasi

    bagian-bagian bangunan tersebut. ( Rossi. 1982).

    Sementara itu, untuk kepentingan praktis penelitian ini, pengertian tipologi

    dikaitkan langsung dengan objek arsitektural, karena pada dasarnya

    arsitektur adalah aktifitas yang menghasilkan objek tertentu. Dengan

    demikian, tipologi adalah kajian yang berusaha menelusuri asal-usul atau

    awal mula terbentuknya objek-objek arsitektural. Untuk itu, ada tiga tahap

    yang harus ditempuh. Pertama, menentu-kan bentuk-bentuk dasar (formal

    structure) yang ada dala m tiap objek arsitektural. Kedua, menentukan

    sifat-sifat dasar (properties) yang dimiliki oleh setiap objek, berdasarkan

    bentuk dasar yang ada padanya.Ketiga, mempelajari proses perkembangan

    bentuk dasar tersebut sampai pada perwujudannya saat ini. (Budi A.

    Sukada. 1997).

    5

  • Bentuk dasar, adalah unsur-unsur geometri utama seperti segitiga, segi

    empat, lingkaran, dan ellips, serta berbagai variasi yang terkait dengannya.

    Unsur geometri utama ini sering disebut geometri abstrak atau disebut juga

    deeper geometry. Disebut abstrak, karena unsur ini seringkali dijumpai

    dalam keadaan tidak terwujud secara nyata tetapi hanya teridentifikasikan

    saja akibat sejumlah variasi atau kombinasi unsur geometri. Sebuah atap

    kubah misalnya, bisa dianggap terdiri dari beberapa unsur setengah

    lingkaran yang disatukan. Sifat dasar, adalah gambaran (feature)yang

    membentuk orientasi, kesan, atau ungkapan tertentu. Misalnya kesan

    memusat, memencar, simetris, statis, dina mis, dan sebagainya. Beberapa

    sifat dasar ini sudah menjadi milik beberapa bentuk dasar dengan

    sendirinya (inheren). Misalnya, sebuah lingkaran memiliki sifat dasar

    memusat, sedangkan sebuah segi empat emiliki sifat dasar statis.

    Sebaliknya, jika beberapa bentuk dasar yang berlainan digabungkan, maka

    akan membentuk sifat-sifat dasar yang baru dan berbeda. Asal usul

    arsitektur dan proses perkembangan-nya sampai saat ini, sering dilihat

    dalam dua kaca mata pandangan yang berbeda. Pertama, objek arsitektural

    dianggap sebagai sesuatu yang unik dan orisinal, karena merupakan

    ekspresi yang dipikirkan oleh pembuatnya. Dengan demikian seharusnya

    tidak mungkin ada dua objek arsitektural yang persis sama, sekalipun

    dibuat oleh orang yang sama. Pandangan kedua, mengatakan sebaliknya,

    bahwa objek-objek arsitektural dapat memiliki nilai yang sama dengan

    objek lain yang dihasilkan dari sebuah aktivitas yang bersifat repetitif

  • (berulang kali) dan bahkan sengaja dibuat agar untuk seterusnya dapat

    diulangi lagi

    2. Sejarah Arsitektur

    Arsitektur lahir dari dinamika antara kebutuhan (kebutuhan kondisi

    lingkungan yang kondusif, keamanan, dsb), dan cara (bahan bangunan

    yang tersedia dan teknologi konstruksi). Arsitektur prasejarah dan primitif

    merupakan tahap awal dinamika ini. Kemudian manusia menjadi lebih

    maju dan pengetahuan mulai terbentuk melalui tradisi lisan dan praktik-

    praktik, arsitektur berkembang menjadi ketrampilan. Pada tahap ini lah

    terdapat proses uji coba, improvisasi, atau peniruan sehingga menjadi hasil

    yang sukses. Seorang arsitek saat itu bukanlah seorang figur penting, ia

    semata-mata melanjutkan tradisi. Arsitektur Vernakular lahir dari

    pendekatan yang demikian dan hingga kini masih dilakukan di banyak

    bagian dunia.

    Permukiman manusia pada masa lalu pada dasarnya bersifat rural.

    Kemudian timbullah surplus produksi, sehingga masyarakat rural

    berkembang menjadi masyarakat urban. Kompleksitas bangunan dan

    tipologinya pun meningkat. Teknologi pembangunan fasilitas umum

    seperti jalan dan jembatan pun berkembang. Tipologi bangunan baru

    seperti sekolah, rumah sakit, dan sarana rekreasi pun bermunculan.

    Arsitektur Religius tetap menjadi bagian penting di dalam masyarakat.

    Gaya-gaya arsitektur berkembang, dan karya tulis mengenai arsitektur

    mulai bermunculan. Karya-karya tulis tersebut menjadi kumpulan aturan

    https://id.wikipedia.org/wiki/Bahan_bangunanhttps://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Teknologi_konstruksi&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ketrampilan&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/wiki/Arsitektur_Vernakularhttps://id.wikipedia.org/wiki/Ruralhttps://id.wikipedia.org/wiki/Urbanhttps://id.wikipedia.org/wiki/Bangunanhttps://id.wikipedia.org/wiki/Bangunan

  • (kanon) untuk diikuti khususnya dalam pembangunan arsitektur religius.

    Contoh kanon ini antara lain adalah karya-karya tulis oleh Vitruvius, atau

    Vaastu Shastra dari India purba. Di periode Klasik dan Abad Pertengahan

    Eropa, bangunan bukanlah hasil karya arsitek-arsitek individual, tetapi

    asosiasi profesi (guild) dibentuk oleh para artisan / ahli keterampilan

    bangunan untuk mengorganisasi proyek.

    Pada masa Pencerahan, humaniora dan penekanan terhadap individual

    menjadi lebih penting daripada agama, dan menjadi awal yang baru dalam

    arsitektur. Pembangunan ditugaskan kepada arsitek-arsitek individual -

    Michaelangelo, Brunelleschi, Leonardo da Vinci - dan kultus individu pun

    dimulai. Namun pada saat itu, tidak ada pembagian tugas yang jelas antara

    seniman, arsitek, maupun insinyur atau bidang-bidang kerja lain yang

    berhubungan. Pada tahap ini, seorang seniman pun dapat merancang

    jembatan karena penghitungan struktur di dalamnya masih bersifat umum.

    Bersamaan dengan penggabungan pengetahuan dari berbagai bidang ilmu

    (misalnya engineering), dan munculnya bahan-bahan bangunan baru serta

    teknologi, seorang arsitek menggeser fokusnya dari aspek teknis bangunan

    menuju ke estetika. Kemudian bermunculanlah "arsitek priyayi" yang

    biasanya berurusan dengan bouwheer (klien)kaya dan berkonsentrasi pada

    unsur visual dalam bentuk yang merujuk pada contoh-contoh historis.

    Pada abad ke-19, École des Beaux-Arts di Prancis melatih calon-calon

    arsitek menciptakan sketsa-sketsa dan gambar cantik tanpa menekankan

    konteksnya. Sementara itu, Revolusi Industri membuka pintu untuk

    https://id.wikipedia.org/wiki/Kanonhttps://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Vaastu_Shastra&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/wiki/Indiahttps://id.wikipedia.org/wiki/Klasikhttps://id.wikipedia.org/wiki/Abad_Pertengahanhttps://id.wikipedia.org/wiki/Eropahttps://id.wikipedia.org/wiki/Bangunanhttps://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Guild&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/wiki/Bangunanhttps://id.wikipedia.org/wiki/Pencerahanhttps://id.wikipedia.org/wiki/Michaelangelohttps://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Brunelleschi&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/wiki/Leonardo_da_Vincihttps://id.wikipedia.org/wiki/Senimanhttps://id.wikipedia.org/wiki/Arsitekhttps://id.wikipedia.org/wiki/Insinyurhttps://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Engineering&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/wiki/Bangunanhttps://id.wikipedia.org/wiki/Bangunanhttps://id.wikipedia.org/wiki/Estetikahttps://id.wikipedia.org/w/index.php?title=%C3%89cole_des_Beaux-Arts&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/wiki/Revolusi_Industri

  • konsumsi umum, sehingga estetika menjadi ukuran yang dapat dicapai

    bahkan oleh kelas menengah. Dulunya produk-produk berornamen estetis

    terbatas dalam lingkup keterampilan yang mahal, menjadi terjangkau

    melalui produksi massal. Produk-produk sedemikian tidaklah memiliki

    keindahan dan kejujuran dalam ekspresi dari sebuah proses produksi.

    Ketidakpuasan terhadap situasi sedemikian pada awal abad ke-20

    melahirkan pemikiran-pemikiran yang mendasari Arsitektur Modern,

    antara lain, Deutscher Werkbund (dibentuk 1907) yang memproduksi

    obyek-obyek buatan mesin dengan kualitas yang lebih baik merupakan

    titik lahirnya profesi dalam bidang desain industri. Setelah itu, sekolah

    Bauhaus (dibentuk di Jerman tahun 1919) menolak masa lalu sejarah dan

    memilih melihat arsitektur sebagai sintesa seni, ketrampilan, dan

    teknologi. Ketika Arsitektur Modern mulai dipraktikkan, ia adalah sebuah

    pergerakan garda depan dengan dasar moral, filosofis, dan estetis.

    Kebenaran dicari dengan menolak sejarah dan menoleh kepada fungsi

    yang melahirkan bentuk. Arsitek lantas menjadi figur penting dan dijuluki

    sebagai "master". Kemudian arsitektur modern masuk ke dalam lingkup

    produksi masal karena kesederhanaannya dan faktor ekonomi. Namun,

    masyarakat umum merasakan adanya penurunan mutu dalam arsitektur

    modern pada tahun 1960-an, antara lain karena kekurangan makna,

    kemandulan, keburukan, keseragaman, serta dampak-dampak

    psikologisnya. Sebagian arsitek menjawabnya melalui Arsitektur Post-

    Modern dengan usaha membentuk arsitektur yang lebih dapat diterima

    https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Arsitektur_Modern&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Deutscher_Werkbund&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/wiki/Desain_industrihttps://id.wikipedia.org/wiki/Bauhaushttps://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Garda_depan&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/wiki/1960-anhttps://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Arsitektur_Post-Modern&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Arsitektur_Post-Modern&action=edit&redlink=1

  • umum pada tingkat visual, meski dengan mengorbankan kedalamannya.

    Robert Venturi berpendapat bahwa "gubuk berhias / decorated shed"

    (bangunan biasa yang interior-nya dirancang secara fungsional sementara

    eksterior-nya diberi hiasan) adalah lebih baik daripada sebuah "bebek /

    duck" (bangunan di mana baik bentuk dan fungsinya menjadi satu).

    Pendapat Venturi ini menjadi dasar pendekatan Arsitektur Post-Modern.

    Sebagian arsitek lain (dan juga non-arsitek) menjawab dengan

    menunjukkan apa yang mereka pikir sebagai akar masalahnya. Mereka

    merasa bahwa arsitektur bukanlah perburuan filosofis atau estetis pribadi

    oleh perorangan, melainkan arsitektur haruslah mempertimbangkan

    kebutuhan manusia sehari-hari dan menggunakan teknologi untuk

    mencapai lingkungan yang dapat ditempati. Design Methodology

    Movement yang melibatkan orang-orang seperti Chris Jones atau

    Christopher Alexander mulai mencari proses yang lebih inklusif dalam

    perancangan, untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Peneilitian

    mendalam dalam berbagai bidang seperti perilaku, lingkungan, dan

    humaniora dilakukan untuk menjadi dasar proses perancangan.

    Bersamaan dengan meningkatnya kompleksitas bangunan,arsitektur

    menjadi lebih multi-disiplin daripada sebelumnya. Arsitektur sekarang ini

    membutuhkan sekumpulan profesional dalam pengerjaannya. Inilah

    keadaan profesi arsitek sekarang ini. Namun, arsitek individu masih

    disukai dan dicari dalam perancangan bangunan yang bermakna simbol

    budaya. Contohnya, sebuah museum senirupa menjadi lahan

    https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Robert_Venturi&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/wiki/Bangunanhttps://id.wikipedia.org/wiki/Bangunanhttps://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Design_Methodology_Movement&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Design_Methodology_Movement&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Chris_Jones&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Christopher_Alexander&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/wiki/Bangunanhttps://id.wikipedia.org/wiki/Bangunan

  • eksperimentasi gaya dekonstruktivis sekarang ini, namun esok hari

    mungkin sesuatu yang lain. (https://id.wikipedia.org/wiki/Arsitektur)

    Saat orang berpikir tentang arsitektur klasik, umumnya mereka berpikir

    sebuah bangunan yang terbuat dari kayu, batu, dll. Dalam beberapa kasus

    hal tersebut benar, namun arsitektur klasik juga banyak memiliki napas

    modern dan desain gedung yang rumit. Misalnya, atap, tiang, bahkan

    struktur batu atau marmer dibuat dengan detail sempurna.

    Langgam Arsitektur Klasik muncul bersamaan dengan dimulainya

    peradaban tulisan secara formal. Belum ditemukan secara spesifik kapan

    era ini dimulai maupun berakhir. Namun, jenis langgam ini banyak

    dijumpai di benua Eropa. Dalama beberapa alasan, jenis arsitektur ini

    dibangun dengan tiga tujuan: sebagai tempat berlindung (fungsi rumah

    tinggal, sebagai wadah penyembahan Tuhan (fungsi rumah peribadatan)

    dan tempat berkumpul (balai kota, dsb). Untuk alasan kedua dan ketiga

    inilah bangunan ini dibuat sedetail mungkin dan seindah mungkin dengan

    memberi ornamen-ornamen hiasan yang rumit.

    Seiring waktu berlalu, bangunan menjadi lebih rumit dan lebih rinci.

    Beberapa peradaban yang tumbuh dari batu dan lumpur turut memperkaya

    ragam bentuk Arsitektur Klasik, misalnya candi dan kuburan orang-orang

    Mesir. (Adam, Robert, Classical Architecture: A Comprehensive

    Handbook to the Tradition of Classical Style, New York, Harry N.

    Abrams, Inc., 1990)

    https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Dekonstruktivis&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/wiki/Arsitekturhttps://id.wikipedia.org/wiki/Arsitektur

  • 3. Jenis-jenis Langgam Arsitektur

    a. Langgam Klasik

    Langgam Arsitektur klasik adalah gaya bangunan dan teknik

    mendesain yang mengacu pada zaman klasik Yunani atau Romawi,

    seperti yang digunakan di Yunani kuno pada periode Helenistik dan

    Kekaisaran Romawi. Dalam sejarah arsitektur, Arsitektur Klasik ini

    juga nantinya terdiri dari gaya yang lebih modern dari turunan gaya

    yang berasal dari Yunani. Saat orang berpikir tentang arsitektur klasik,

    umumnya mereka berpikir sebuah bangunan yang terbuat dari kayu,

    batu, dll. Dalam beberapa kasus hal tersebut benar, namun arsitektur

    klasik juga banyak memiliki nafas modern dan desain gedung yang

    rumit. Misalnya, atap, tiang, bahkan struktur batu atau marmer dibuat

    dengan detail sempurna. Langgam Arsitektur Klasik muncul

    bersamaan dengan dimulainya peradaban tulisan secara formal. Belum

    ditemukan secara spesifik kapan era ini dimulai maupun berakhir.

    Namun, jenis langgam ini banyak dijumpai di benua Eropa. Dalam

    beberapa alasan, jenis arsitektur dan dibangun dengan tiga tujuan:

    sebagai tempat berlindung (fungsi rumah tinggal, sebagai wadah

    penyembahan Tuhan (fungsi rumah peribadatan) dan tempat

    berkumpul (balai kota, dsb). Untuk alasan kedua dan ketiga inilah

    bangunan ini dibuat sedetail mungkin dan seindah mungkin dengan

    memberi ornamen-ornamen hiasan yang rumit. Bentuk-bentuk

    arsitektur klasik masih eksis hingga saat ini dan diadopsi dalam

    http://deasy86.blogdetik.com/index.php/2011/02/langgam-arsitektur/%5Chttp://deasy86.blogdetik.com/index.php/2011/02/langgam-arsitektur/%5Chttp://deasy86.blogdetik.com/index.php/2011/02/langgam-arsitektur/%5Chttp://deasy86.blogdetik.com/index.php/2011/02/langgam-arsitektur/%5Chttp://deasy86.blogdetik.com/index.php/2011/02/langgam-arsitektur/%5C

  • bangunan-bangunan modern. Pilar-pilar besar, bentuk lengkung di atas

    pintu, atap kubah, dsb adalah sebagian ciri Arsitektur Klasik.

    Ornamen-ornamen ukiran yang rumit dan detail juga kerap menghiasi

    gedung-gedung yang dibangun di masa sekarang.

    b. Langgam Arsitektur Modern (Cubism, de stijl, Bauhauss, dan

    International Style).

    Arsitektur modern merupakan Internasional Style yang menganut

    Form Follows Function (bentuk mengikuti fungsi). Bentukan platonic

    solid yang serba kotak, tak berdekorasi, perulangan yang monoton,

    merupakan ciri arsitektur modern. Arsitektur modern mempunyai

    pandangan bahwa arsitektur adalah olah pikir dan bukan olah rasa

    (tahun 1750), dan permainan ruang dan bukan bentuk.

    Ciri ciri dari arsitektur modern adalah : Satu gaya Internasional atau

    tanpa gaya (seragam) Merupakan suatu arsitektur yang dapat

    menembus budaya dan geografis.Berupa khayalan, idealis Bentuk

    tertentu, fungsional Bentuk mengikuti fungsi, sehingga bentuk menjadi

    monoton karena tidak diolah. Semakin sederhana merupakan suatu

    nilai tambah terhadap arsitektur tersebut. Ornamen adalah suatu

    kejahatan sehingga perlu ditolak. Penambahan ornamen dianggap

    suatu hal yang tidak efisien. Karena dianggap tidak memiliki fungsi,

    hal ini disebabkan karena dibutuhkan kecepatan dalam membangun

    setelah berakhirnya perang dunia II. Singular (tunggal) Arsitektur

  • modern tidak memiliki suatu ciri individu dari arsitek, sehingga tidak

    dapat dibedakan antara arsitek yang satu dengan yang lainnya

    (seragam). Nihilism Penekanan perancangan pada space, maka desain

    menjadi polos, simple, bidang-bidang kaca lebar. Tidak ada apaapanya

    kecuali geometri dan bahan.

    c. Langgam Post Modern

    Ciri ciri umum Arsitektur post modern : Untuk lebih memperjelas

    pengertian arsitektur post modern, Charles Jencks memberikan daftar

    ciriciri sebagai berikut :

    1. Ideological

    Suatu konsep bersistem yang menjadi asas pendapat untuk

    memberikan arah dan tujuan. Jadi dalam pembahasan Arsitektur

    post modern, ideological adalah konsep yang memberikan arah

    agar pemahaman arsitektur post modern bisa lebih terarah dan

    sistematis.

    2. Stylitic (ragam)

    Gaya adalah suatu ragam (cara, rupa, bentuk, dan sebagainya) yang

    khusus. Pengertian gaya gaya dalam arsitektur post modern adalah

    suatu pemahaman bentuk, cara, rupa dan sebagainya yang khusus

    mengenai arsitektur post modern:

  • 3. Design Ideas (Ide-Ide Desain)

    Ide-ide desain adalah suatu gagasan perancangan. Pengertian ide-

    ide desain dalam Arsitektur Post Modern yaitu suatu gagasan

    perancangan yang mendasari Arsitektur Post Modern. Contextual

    Urbanism and Rehabilitation Kebutuhan akan suatu fasilitas yang

    berkaitan dengan suatu lingkungan urban.

    d. Langgam Purna Modern

    Purna Modern merupakan pengindonesiaan dari sebutan post-modern

    versi Charles Jencks. Ditandai dengan munculnya ornamen, dekorasi

    dan unsur-unsur kuno (dari Pra Modern) tetapi dengan melakukan

    transformasi atas yang kuno. Menyertakan warna dan tekstur menjadi

    eleman arsitektur yang penting yang ikut diproses dengan bentuk dan

    ruang. Tokohnya antara lain Robert Venturi, Michael Graves, Terry

    Farrell. Langgam Arsitektur purna modern ini yang lebih di tonjolkan

    dalam fungsinya adalah fungsifungsi metaforit (simbolik) dan

    historical. Arsitektur purna modern dimana bentuk-bentuk tersebut

    menempati posisi yang lebih dominan dari pada ruang. Arsitektur

    purna modern memiliki kepedulian yang besar kepada masa silam

    (The Past).

  • e. Dekonstruksi

    Arsitektur Dekonstruksi tidak mengikatkan diri ke dalam salah satu

    dimensi Waktu (Timelessness). Pandangan seperti ini mengakibatkan

    timbulnya pandangan terhadap Dekonstruksi yang berbunyi Ini

    merupakan kesombongan dekonstruksi. Dekonstruksi tidak ada yang

    dominan, tidak ada yang tidak dominan, bentuk dan ruang memiliki

    kekuatan yang sama. Dekonstruksi yang dikomunikasikan adalah :

    a. unsur-unsur yang paling mendasar, esensial, substansial yang

    dimiliki oleh arsitektur.

    b. Kemampuan maksimal untuk berarsitektur dari elemen-elemen

    yang essensial maupun substansial.

    c. Dekonstruksi menunjuk pada kejujuran yang sejujur-jujurnya.

    (https://sarisanisah.wordpress.com/2014/01/10/jenis-jenis-langgam-arsitektur/)

    4. Rumah Adat

    Rumah Adat merupakan Bangunan rumah yang mencirikan atau

    khas bangunan suatu daerah di Indonesia yang melambangkan kebudayaan

    dan ciri khas masyarakat setempat. Indonesia dikenal sebagai negara yang

    memiliki keragaman dan kekayaan budaya, beraneka ragam bahasa dan

    suku dari sabang sampai Merauke sehingga Indonesia memiliki banyak

    koleksi rumah adat.

  • Hingga saat ini masih banyak suku atau daerah-daerah di Indonesia

    yang masih mempertahankan rumah adat sebagai usaha untuk memelihara

    nilai – nilai budaya yang kian tergeser oleh budaya modernisasi. Biasanya

    rumah adat tertentu dijadikan sebagai aula (tempat pertemuan), musium

    atau dibiarkan begitu saja sebagai obyek wisata.

    Bentuk dan arsitektur rumah-rumah adat di indonesia masing-

    masing daerah memiliki bentuk dan arsitektur berbeda sesuai dengan

    nuansa adat setempat. Rumah adat pada umumnya dihiasi ukiran-ukiran

    indah, pada jaman dulu, rumah adat yang tampak paling indah biasa

    dimiliki para keluarga kerajaan atau ketua adat setempat menggunakan

    kayu-kayu pilihan dan pengerjaannya dilakukan secara tradisional

    melibatkan tenaga ahli dibidangnya, Banyak rumah-rumah adat yang saat

    ini masih berdiri kokoh dan sengaja dipertahankan dan dilestarikan

    sebagai simbol budaya Indonesia.

    5. Macam – Macam Rumah Adat di Indonesia

    1. Rumah Adat

    Rumah Adat merupakan Bangunan rumah yang mencirikan atau khas

    bangunan suatu daerah di Indonesia yang melambangkan kebudayaan dan ciri

    khas masyarakat setempat. Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki

    keragaman dan kekayaan budaya, beraneka ragam bahasa dan suku dari sabang

    sampai Merauke sehingga Indonesia memiliki banyak koleksi rumah adat.

    Hingga saat ini masih banyak suku atau daerah-daerah di Indonesia yang

    masih mempertahankan rumah adat sebagai usaha untuk memelihara nilai – nilai

  • budaya yang kian tergeser oleh budaya modernisasi. Biasanya rumah adat tertentu

    dijadikan sebagai aula (tempat pertemuan), musium atau dibiarkan begitu saja

    sebagai obyek wisata.

    Bentuk dan arsitektur rumah-rumah adat di indonesia masing-masing

    daerah memiliki bentuk dan arsitektur berbeda sesuai dengan nuansa adat

    setempat. Rumah adat pada umumnya dihiasi ukiran-ukiran indah, pada jaman

    dulu, rumah adat yang tampak paling indah biasa dimiliki para keluarga kerajaan

    atau ketua adat setempat menggunakan kayu-kayu pilihan dan pengerjaannya

    dilakukan secara tradisional melibatkan tenaga ahli dibidangnya, Banyak rumah-

    rumah adat yang saat ini masih berdiri kokoh dan sengaja dipertahankan dan

    dilestarikan sebagai simbol budaya Indonesia.

    2. Rumah Adat Sulawesi Selatan

    a. Tongkonan

    Rumah asli Toraja disebut Tongkonan, berasal dari kata „tongkon„ yang

    berarti „duduk bersama-sama‟. Tongkonan selalu dibuat menghadap kearah utara,

    yang dianggap sebagai sumber kehidupan. Berdasarkan penelitian arkeologis,

    orang Toraja berasal dari Yunan, Teluk Tongkin, Cina. Pendatang dari Cina ini

    kemudian berakulturasi dengan penduduk asli Sulawesi Selatan. Tongkonan

    berupa rumah panggung dari kayu, dimana kolong di bawah rumah biasanya

    dipakai sebagai kandang kerbau. Atap tongkonan berbentuk perahu, yang

    melambangkan asal-usul orang Toraja yang tiba di Sulawesi dengan naik perahu

    dari Cina. Di bagian depan rumah, di bawah atap yang menjulang tinggi, dipasang

    tanduk-tanduk kerbau. Jumlah tanduk kerbau ini melambangkan jumlah upacara

  • penguburan yang pernah dilakukan oleh keluarga pemilik tongkonan. Di sisi kiri

    rumah (menghadap ke arah barat) dipasang rahang kerbau yang pernah di

    sembelih, sedangkan di sisi kanan (menghadap ke arah timur) dipasang rahang

    babi.

    Di depan tongkonan terdapat lumbung padi, yang disebut „alang„. Tiang-

    tiang lumbung padi ini dibuat dari batang pohon palem („bangah„) yang licin,

    sehingga tikus tidak dapat naik ke dalam lumbung. Di bagian depan lumbung

    terdapat berbagai ukiran, antara lain bergambar ayam dan matahari, yang

    merupakan simbol untuk menyelesaikan perkara. Dalam paham orang Toraja,

    tongkonan dianggap sebagai „ibu„, sedangkan alang adalah sebagai „bapak„.

    Tongkonan berfungsi untuk rumah tinggal, kegiatan sosial, upacara adat, serta

    membina kekerabatan.

    Bagian dalam rumah dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian utara,

    tengah,dan selatan. Ruangan di bagian utara disebut „tangalok„, berfungsi sebagai

    ruang tamu, tempat anak-anak tidur, juga tempat meletakkan sesaji. Ruangan

    bagian tengah disebut „Sali„, berfungsi sebagai ruang makan, pertemuan keluarga,

    tempat meletakkan orang mati, juga dapur. Adapun ruangan sebelah selatan

    disebut „sumbung„, merupakan ruangan untuk kepala keluarga. Ruangan sebelah

    selatan ini juga dianggap sebagai sebagai sumber penyakit.

    Mayat orang mati tidak langsung dikuburkan, tetapi disimpan di

    tongkonan. Sebelum dilakukan upacara penguburan mayat tersebut dianggap

    sebagai „orang sakit„. Supaya tidak busuk, mayat dibalsem dengan ramuan

    tradisional semacam formalin, yang terbuat dari daun sirih dan getah pisang. Jika

  • akan dilakukan upacara penguburan, mayat terlebih dulu disimpan di lumbung

    padi selama 3 hari. Peti mati tradisional Toraja disebut „erong„, berbentuk babi

    untuk perempuan dan kerbau untuk laki-laki. Untuk bangsawan, erong dibuat

    berbentuk rumah adat.

    Gambar 1 : Rumah Adat Toraja

    (Sumber ;http://rumahadattradisionalindonesia.

    blogspot.com/2016/02)

    b. Rumah Adat Karampuang

    Bangunan ini merupakan rumah purba yang konon merupakan tempat

    bertemunya raja-raja dari Suku Makassar (Karaeng) dan raja-raja dari Suku Bugis

    (Puang), sehingga akhirnya disebut Karaengpuang atau Karampuang, berada di

    Kecamatan Bulupoddo, berjarak 30 km tepatnya di Desa Tompobulu, dan dapat

    ditempuh selama 1 jam dengan menggunakan mobil atau sepeda motor. Rumah

    purba Karampuang mengikuti model rumah adat Bugis Makassar. Keunikan dari

    Rumah ini antara lain : Tiangnya terbuat dari kayu bitti, antara pasak dengan tiang

    tidak dipaku, lantai terbuat dari bambu yang hanya diikat dengan rotan pada

    pasak, serta tangganya berada di bawah kolong rumah bagian tengah, sehingga

    http://2.bp.blogspot.com/-Gmsiya_9OBA/URW32jWVf1I/AAAAAAAAABg/uiwfZux8xSM/s1600/tongkonan.jpg

  • pintu rumah dibuka dari bawah, dan dapur berada di bagian depan setelah pintu

    dibuka. Setiap tahun (pada bulan nopember) diadakan upacara adat Mappogau

    Sihanua yang dilaksanakan oleh pemimpin adat, dengan menggelar berbagai

    atraksi. Lain lagi dengan atraksi Maddui yang digelar jika ada tiang/ kayu dari

    rumah adat yang rusak dan harus diganti olch kayu yang baru denganjenis sama

    yang harus dicari dan ditarik dari dalam hutan selama satu hari menuju kerumah

    adat.

    Kegiatan ini dipimpin oleh pemimpin adat dan dilakukan dengan prosesi

    adat, serta melibatkan masyarakat di kawasan rumah adat. Selain atraksi ini, jenis

    seni dan budaya tradisional di Kabupaten Sinjai yaitu tarian tradisional Pasere

    Pitupitu, tari Massellung Tana, Tari Maddongi, dan tari Marumatang.

    Gambar 2 : Rumah Adat Karampuang

    (Sumber; http://rumahadatsulawesiselatan.

    blogspot.com/2016/02)

    http://3.bp.blogspot.com/-lHNeklYyTwU/T60bYrrKmWI/AAAAAAAAADw/2ujCotAxMBI/s280/karampuang3.jpg

  • c. Saoraja La Pinceng

    Saoraja La Pinceng merupakan salah satu rumah atau istana peninggalan

    peninggalan kerajaan Balusu, Kabupaten Barru. Istana ini menjadi salah satu saksi

    kerajaan Balusu melawan penjajahan Belanda.

    Ukuran Ale Bola atau bangunan rumah induk berukuran kurang lebih

    23,50 x 11 meter. Jumlah tiang Soraja La Pinceng sebanyak 35 buah dengan

    panjang sekitar 6,50 meter, dan lebar sekitar 5,50 meter. Selain itu juga terdapat

    sembilan buah tiang dengan ukuran 3 x 3 meter. Bangunan rumah dapur memiliki

    panjang sekitar 11 meter dan lebar sekitar 8 meter, dengan jumlah tiang 20 buah

    (5 x 4), ditambah dua buah tiang antara Ale Bola dengan rumah dapur yang

    berfungsi sebagai penyambung dan tempat penyanggah tangga belakang.

    Selain itu, di dalam lokasi Soraja La Pinceng terdapat pula beberapa

    bangunan antara lain, rumah jaga dengan ukuran sekitar 7,50 x 4 meter, bangunan

    panggung pementasan dengan ukuran sekitar 9,50 x 5 meter. Juga terdapat

    bangunan kamar mandi dan sumur dengan ukuran sekitar 8,50 x 6,20 meter. Luas

    lokasi secara keseluruhan sekitar 4.000 meter persegi.

    Gambar 3 : Rumah Adat Saoraja La Pinceng

    (Sumber; http://rumahadattradisionalindonesia.

    blogspot.com/2016/02)

  • d. Bola Soba atau Soraja (Rumah Raja Bugis Bone)

    Bola Soba atau Soraja (Rumah Raja Bugis) adalah rumah tinggal

    Panglima Perang Kerajaan Bone dimasa pemerintahan Raja Bone XXXII tahun

    1895-1905, yaitu “Andi Abdul Hamid Baso Pagilingi Petta Ponggawae” salah

    seorang putra Raja Bone XXXI (Lapawawoi Karaeng Sigeri). Namun setelah

    Bone di bawah kekuasaan Belanda, rumah ini dijadikan sebagai penginapan para

    tamu dari kalangan penguasa ketika itu. Sehingga seterusnya menjadi lazim

    dengan sebutan “Bola Soba”. Lokasi Bola Soba ini, terletak di pusat kota

    Watampone

    B. Kerangka Pikir

    Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa ragam hias dapat ditemui

    diseluruh penjuru nusantara, dan memiliki ciri-ciri dan kekhasan yang berbeda –

    beda. Ragam hias yang dibuat tidak hanya untuk keindahan, tetapi mengandung

    makna–makna yang menjadi acuan kebudayaan setempat. Ragam hias merupakan

    simbol yang memiliki arti tertentu, dan tidak hanya untuk keindahan atau hiasan

    belaka, tetapi juga untuk kebutuhan lain yang berhubungan dengan seni,

    diantaranya sebagai perwakilan rasa cinta kepada alam sekitar.

    Dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan ragam hias tidak hanya

    sebagai hiasan saja tetapi mengandung makna simbolik tertentu, namun disetiap

    daerah mungkin memiliki arti yang berbeda – beda mengenai arti dari ragam hias

    tersebut, hal ini disebabkan karena perbedaan kejiwaan, kepercayaan, maka dari

  • itu tidak menutup kemungkinan ada yang sama dan ada yang tidak dalam cara

    memandang sebagai hiasan atau makna simboliknya.

    Berdasarkan uraian dan tinjauan pustaka, maka dibuat skema yang

    dijadikan sebagai kerangka pikir.

    Skema 1 : Kerangka Pikir

    Rumah Adat Luwu

    di Palopo

    Ragam Hias Rumah Adat

    Luwu di Kota Palopo

    Bentuk dan jenis

    Rumah Adat Luwu

    di Kota Palopo

    Ciri khas Rumah Adat

    Luwu di Kota Palopo

    Fungsi dan makna

    Rumah Adat Luwu di

    Kota Palopo

    Hasil Penelitian

  • BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis dan Lokasi Penelitian

    1. Jenis Penelitian

    Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif, yang artinya

    metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme yang hiasanya

    digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti

    berperan sebagai instrumen kunci. (Sugiyono, 2008 : 15). Dalam arti lain yakni

    bagaimana cara memberikan pemaparan suatu objek berdasarkan kenyataan yang

    ada mengenai ragam hias rumah adat bugis di Pancana Kabupaten Barru.

    2. Lokasi Penelitian

    Penelitian ini terletak daerah pantai di Desa Pancana yang jaraknya kurang

    lebih 2 km dari jalan poros Makassar-Pare-pare Provinsi Sulawesi Selatan, sekitar

    100 km dari Kota Makassar. Denah lokasi penelitian dapat dilihat sebagai berikut:

    Gambar 4 : Denah Lokasi Penelitian

    25

  • B. Variabel dan Desain Penelitian

    1. Variabel Penelitian

    Menurut (Setyosari, 2010 : 108) Variabel adalah segala sesuatu yang

    menjadi objek pengamatan dalam penelitian. Melihat judul tersebut maka variabel

    penelitian ini adalah “kajian tipologi rumah adat langkanae tanah luwu di kota

    palopo Sulawesi selatan”. Adapun keadaan variabel-variabel sebagai berikut :

    1. Bentuk dan jenis rumah adat Luwu di Kota Palopo

    2. Ciri khas rumah adat Luwu di Kota Palopo

    3. Fungsi dan makna rumah adat Luwu di kota palopo

    Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data tentang bentuk rumah

    adat di kota palopo, Ciri khas rumah adat di kota palopo, fungsi dan makna rumah

    adat di kota palopo.

    2. Desain Penelitian

    Seperti yang kita ketahui bahwa fungsi dari desain penelitian adalah untuk

    mengatur setting penelitian dan sebagai kerangka acuan dalam penelitian. Maka

    dari itu untuk membuat penelitian ini menjadi mudah dan baik haruslah memiliki

    desain penelitian yang baik pula.

    Adapun bentuk desain penelitian ini digambarkan dalam skema seperti di

    bawah ini :

  • Skema 2 : Desain Penelitian.

    C. Defenisi Operasional Variabel

    Sesuai dengan judul proposal ini yaitu kajian tipologi rumah adat

    langkanae tanah luwu di kota palopo Sulawesi selatan. Maka dari itu untuk

    memperjelas arti dari variabel – variabel yang ada, maka pendefenisian dari

    maksud variabel sangat penting, variabel tersebut sebagai berikut :

    1. Bentuk rumah adat

    Variabel ini dapat didefinisikan tentang bagaimana bentuk rumah adat

    luwu di Kota Palopo.

    Bentuk Rumah

    Adat Luwu di Kota

    Palopo

    Ciri khas Rumah Adat

    Luwu di Kota Palopo

    Fungsi dan makna

    Rumah Adat Luwu di

    Kota Palopo

    Penyajian Data

    Analisis Data

    Kesimpulan

    Pengumpulan Data

  • 2. Ciri khas

    Variabel ini dapat didefinisikan tentang bagaimana ciri khas rumah

    adat tanah luwu di Kota Palopo.

    3. Fungsi dan makna

    Variabel ini dapat didefinisikan tentang bagaimana fungsi dan makna

    rumah adat luwu di Kota Palopo.

    D. Objek Penelitian

    Objek penelitian merupakan sasaran atau permasalahan yang akan diteliti.

    Objek dari penelitian ini adalah bentuk,fungsi,dan makna rumah adat luwu di

    Kota Palopo.

    E. Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data menyangkut cara yang dilakukan dalam

    mengumpulkan informasi dalam kaitannya dengan penelitian. Teknik yang

    digunakan dalam mengumpulkan data adalah teknik observasi, wawancara dan

    dokumentasi. Penjelasan ketiga teknik ini diuraikan sebagai berikut:

    1. Teknik observasi

    Teknik ini digunakan dengan cara mendatangi objek yang akan diteliti dan

    mengamati secara langsung objek yang akan diteliti tersebut, guna mendapatkan

    data yang akurat dan pasti.

    2. Teknik wawancara

    Dalam teknik ini penulis akan mengadakan dialog langsung dengan

    narasumber mengenai objek yang akan diteliti, dengan mengajukan beberapa

  • pertanyaan yang akan dijawab langsung oleh narasumber mengenai objek yang

    diteliti, dimana penulis akan memberikan pertanyaan yang berhubngan dengan

    variabel penelitian dan hal–hal lain yang dianggap penting oleh penulis.

    3. Dokumentasi

    Teknik dokumentasi dapat pula dikatakan sebagai “pemberian atau

    pengumpulan bukti-bukti dan keterangan seperti gambar-gambar dan sebagainya”.

    (Tim penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990 : 211). Teknik ini dilakukan

    untuk memperkuat data-data sebelumnya, teknik dokumentasi dibutuhkan sebagai

    alat pengumpul data yang bersifat dokumenter. Sumber informasi dari

    dokumenter pada dasarnya segala bentuk sumber informasi yang berhubungan

    dengan dokumentasi baik resmi maupun tidak, baik diterbitkan maupun tidak.

    Teknik ini digunakan untuk memperoleh data dan dokumen atau catatan

    dengan menggunakan kamera foto untuk pengambilan gambar yang dapat

    dilakukan sewaktu-waktu.

    F. Teknik Analisis Data

    Berdasarkan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

    mengenai ragam hias rumah adat bugis Pancana di Kabupaten Barru yaitu:

    1. Data hasil observasi, Interview/wawancara dan dokumentasi

    dikumpulkan dan diperiksa kembali.

    2. Menganalisis permasalahan yang ada serta menyusun kembali untuk

    dikaji lebih lanjut.

  • 3. Mengadakan kategorisasi data dan membuat kriterianya baik data

    yang diperoleh melalui observasi, wawancara, maupun hasil

    dokumentasi.

    4. Teknik analisis data adalah non statistik atau analisis kualitatif karena

    data yang terkumpul merupakan data kualitatif.

    5. Memaparkan kajian tersebut kedalam uraian secara deskripsi.

  • BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Penelitian

    Dalam bab ini dibahas secara rinci hasil penelitian sesuai dengan

    permasalahan yang dikemukakan sebelumnya. Pokok permasalahan yang

    dikemukakan adalah bagaimana Kajian Tipologi Rumah Adat Tanah Luwu

    Langkanae di Kota Palopo Sulawesi Selatan.

    Palopo, merupakan kota yang memiliki keragaman budaya dan tradisi

    yang selalu menarik untuk diperhatikan. Tidak hanya itu, kota yang terletak di

    ujung utara Propinsi Sulawesi Selatan itu, berjarak 362 km dari Makassar, juga

    memiliki sejumlah lokasi wisata budaya dan alam yang potensial untuk

    dikembangkan. Kota Palopo juga tergolong kota yang bersih. buktinya, Kota

    Palopo sudah beberapa kali mengantongi penghargaan bergengsi di Bidang

    Kebersihan. diantaranya, Piala Adipura, dan masih banyak lagi. Kota yang

    berjuluk Kota IDAMAN (Indah, Damai, Aman) dikelilingi gunung-gunung yang

    sangat indah bila dipandang.

    Tanah Luwu sudah berawal jauh sebelum masa pemerintahan Hindia

    Belanda bermula. Sebelumnya Luwu telah menjadi sebuah kerajaan yang wilayah

    kerajaan Luwu meliputi mulai dari Selatan, Pitumpanua ke utara Poso, dan dari

    Tenggara Kolaka (Mengkongga) ke Barat Tana Toraja. Hal sejarah Luwu ini

    dikenal pula dengan nama Tanah Luwu yang dihubungkan dengan nama La

    Galigo dan Sawerigading.

    31

    https://id.wikipedia.org/wiki/Luwuhttps://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaanhttps://id.wikipedia.org/wiki/Sawerigading

  • Penelitian ini tidak menggunakan data kuantitatif melainkan menggunakan

    data kualitatif. Data yang telah diolah dan dianalisa, disajikan dalam bentuk

    deskriptif, sesuai dengan indikator dalam variabel, penulis memperoleh data

    sebagai berikut:

    1. Bentuk Rumah Adat Tanah Luwu Langkonae di Kota Palopo

    Saya rasa sangat jauh berbeda arsitektur bangunannya dengan yang

    ada sekarang. Dalam gambar yang terdapat pada lembaran ilagaligo saya

    berasumsi, tentu ada alasan2 atau maksud daripada leluhur kita mengenai

    bentuk bangunannya, sebab konon, Istana Awal Kerajaan Luwu, adalah istana

    yang diberikan Patotoe (sebagai penguasa Langit) kepada anaknya, yaitu

    Batara Guru pada saat dia turun ke dunia tengah untuk memimpin dunia

    tengah, naumun oleh Pa Totoe ini dilihatnya Batara Guru belum mempunyai

    Istana, maka pa totoe memberi ia sebuah istana lengkap beserta isi dan

    bahkan pegawai istana yang akan mengurus istana tersebut.

    Karena itu penulis berpendapat bahwa, bentuk bangunan yang

    dulunya menjadi pusat kerajaan Luwu ini, tidaklah menyerupai rumah

    tradisional salah satu suku yang ada di wilayah kerajaan Luwu.

    Rumah Adat Langkanae ini adalah istana kediaman Raja Luwu,

    namun sangat di sayangkan karena rumah adat Luwu ini dibongkar karena

    belanda tidak ingin adanya jejak sejarah tentang kerajaan Luwu. Rumah adat

    Luwu atau disebut Rumah Adat Langkanae ini terbuat dari bahan utama kayu

    yang di mana rumah adat ini memiliki 88 tiang. Meski Rumah Adat

    Luwu pernah dihancurkan oleh Belanda, namun kita masi dapat melihat

    http://www.rumahperumahan.com/2016/07/desain-bentuk-rumah-adat-luwu-dan.htmlhttp://www.rumahperumahan.com/2016/07/desain-bentuk-rumah-adat-luwu-dan.html

  • replika dari rumah adat Luwu di Museum Lagaligo Benteng Rotterdam, kota

    Makassar.

    2. Ciri Khas Rumah Adat Tanah Luwu Langkonae Di Kota Palopo

    Rumah adat Luwu juga hampir sama dengan rumah adat Makassar di

    mana status sosialnya bisa kita lihat dengan banyaknya tingkatan pada rumah

    tersebut, biasaya rumah adat Luwu terdiri dari 3-5 bubungan yang

    menandakan status social sang pemiliki rumah. Rumah adat luwu langkanae

    yaitu mudah dikenali karna ciri dan arsitekturnya tidak terlalu rumit tetapi

    memiliki khas disetiap sisinya, serta memiliki tiang 88, di samping itu juga

    rumah adat ini memiliki kamar yang berbeda ukuranya.

    Rumah adat langkanae ini juga merupakan tempat dimana

    berkumpulnya para petua adat dalam rangka membicarakan hal-hal penting.

    Rumah adat ini tidak serta merta kita dapat masuk kerumah tersebut,

    dikarenakan rumah ini sangat di perhatikan dan di lestarikan oleh masyarakat

    setempat.

    3. Fungsi Dan Makna Rumah Adat Tanah Luwu Langkonae Di Kota

    Palopo

    Bagi sebagian besar orang mungkin artikel berikut kurang menarik

    dan tidak banyak penyukanya. Tapi menurut penulis sendiri sebenarnya

    informasi seputar Fungsi Rumah Adat Langkanae sangatlah penting untuk

    diketahui sebab hal tersebut merupakan bagian dari kebudayaan kita yang

    patut untuk tetap dilestarikan keberadaannya hingga nanti. Ya paling tidak

    http://www.rumahperumahan.com/

  • kita mengetahui sekilas informasinya untuk kemudian dilestarikan kepada

    anak cucu penerus bangsa berikutnya. Pasti semoga artikel penulis sekarang

    gak kalah bermanfaat bagi kita semua layaknya.

    Rumah adat yang terdapat di Sulawesi Selatan terdiri dari beberapa

    jenis, diantaranya adalah Tongkonan (Tana Toraja), Bola Soba (Bugis Bone)

    dan Balla Lompoa (Makassar Gowa). Tongkonan: Konon kata tongkonan

    berasal dari tongkon, yang berarti duduk. Dahulu rumah ini merupakan pusat

    pemerintahan, kekuasaan adat, dan perkembangan kehidupan sosial budaya

    masyarakat Toraja. Rumah ini tidak bisa dimiliki oleh perseorangan

    melainkan turun temurun oleh keluarga atau marga suku Tana Toraja.

    Dengan sifatnya yang demikian, tongkonan mempunyai beberapa

    fungsi. Antara lain sebagai pusat budaya, pusat pembinaan keluarga serta

    pembinaan peraturan keluarga dan kegotong royongan, pusat dinamisator,

    motivator, dan stabilator social.

    B. Pembahasan

    1. Bentuk Rumah Adat Tanah Luwu Langkonae di Kota Palopo

    Rumah Adat Langkanae ini adalah istana kediaman Raja Luwu,

    namun sangat di sayangkan karena rumah adat Luwu ini dibongkar karena

    belanda tidak ingin adanya jejak sejarah tentang kerajaan Luwu. Rumah

    adat Luwu atau disebut Rumah Adat Langkanae ini terbuat dari bahan

    utama kayu yang di mana rumah adat ini memiliki 88

    tiang. Meski Rumah Adat Luwu pernah dihancurkan oleh Belanda,

    http://www.rumahperumahan.com/2016/07/desain-bentuk-rumah-adat-luwu-dan.html

  • namun kita masi dapat melihat replika dari rumah adat Luwu di Museum

    Lagaligo Benteng Rotterdam, kota Makassar.

    Jika di perhatikan bentuk arsitektur bangunan istananya justru agak

    lebih mirip dengan gambar yang terdapat pada lembaran kitab Lagaligo

    diatas. ini kemudian kembali menimbulkan tanda tanya, semakin

    meragukanlah status bangunan yang di bangun oleh Pemerintah, yang

    berdampingan dengan istana yang dibangun oleh belanda di pusat kota

    palopo itu.

    Gambar 5. Rumah Adat Langkanae

    Dokumentasi Ihramuddin. 20 Juni 2016

    Bentuk bangunan ini adalah istana yang ada di Nusantara, dan semua

    mengakui bahwa asal-usulnya dari Tana Luwu, ini adalah istana-istananya, bukan

    rumah biasa buat mereka. Bentuknya hampir mirip yaitu berbentuk persegi empat.

    Desain bentuk jendela dan pintu pada rumah adat Luwu ini hampir sama

    panjangnya. Hal ini dikarenakan untuk memaksimalkan penghawaan alami disaat

    siang hari, sehingga ukuran jendela dibuat sebesar pintu. Yang membedakan

    https://1.bp.blogspot.com/-Dort1l83D3w/Vto_YChLMMI/AAAAAAAAAXA/vmQk11Pjpsc/s1600/DSC06856.JPG

  • antara rumah adat Luwu dengan rumah adat lainnya di Indonesia ialah ukiran dan

    pahatan dari ornament rumah adatnya. Ornament pada Rumah adat Luwu ini

    memiliki ciri tersendiri yang di sebut bunga Prengreng yang memiliki filosofi

    hidup menjalar sulur yang berarti hidupnya tidak putus-putus. Ornament ini

    biasanya terdapat pada induk tangga, papan jendela, dan Anjong (tutup

    bangunan).

    2. Ciri Khas Rumah Adat Tanah Luwu Langkonae Di Kota Palopo

    Replika Istana LangkanaE' ini atau sering juga disebut rumah adat

    LangkanaE', merupakan saksi kejayaan dari Kerajaan Luwu pada masa lalu.

    Terdapat beberapa bangunan gedung bersejarah yang memiliki histori di

    sekelilingnya. Sebut saja, museum Batara Guru yang juga disebut museum

    Lagaligo dan monumen Toddopuli Temmallara, simbol perjuangan rakyat

    Luwu melawan penjajah. Bila kita mencoba untuk masuk kedalam Istana

    LangkanaE tersebut, para pengunjung lebih dulu harus melepas alas kaki.

    Bangunan Istana yang dibangun pada tahun 1920 ini, masih tetap kokoh

    yang dibangun dari kayu tanpa adanya material besi sebagai penopang. Di

    dalamnya terdapat ruangan besar yang kira-kira bisa menampung ribuan

    orang. Ruangan tersebut kerap dijadikan sebagai tempat Tudang Sipulung

    untuk membicarakan masalah kerjaan dan rakyat. Di tengah-tengah

    bangunan ada 2 kamar luas yang diyakini sebagai tempat istirahat dari datu

    dan raja. Sedangkan di belakang bangunan ada 2 kamar yang ukurannya

    kecil.

    http://www.rumahperumahan.com/search/label/rumahadatid

  • Gambar 6. Rumah Adat Langkanae

    Dokumentasi Ihramuddin. 20 Juni 2016

    Rumah adat Luwu juga hampir sama dengan rumah adat Makassar di

    mana status sosialnya bisa kita lihat dengan banyaknya tingkatan pada rumah

    tersebut, biasaya rumah adat Luwu terdiri dari 3-5 bubungan yang

    menandakan status social sang pemiliki rumah. Rumah adat luwu langkanae

    yaitu mudah dikenali karna ciri dan arsitekturnya tidak terlalu rumit tetapi

    memiliki khas disetiap sisinya, serta memiliki tiang 88, di samping itu juga

    rumah adat ini memiliki kamar yang berbeda ukuranya.

    Rumah adat langkanae ini juga merupakan tempat dimana

    berkumpulnya para petua adat dalam rangka membicarakan hal-hal penting.

    Rumah adat ini tidak serta merta kita dapat masuk kerumah tersebut,

    dikarenakan rumah ini sangat di perhatikan dan di lestarikan oleh masyarakat

    setempat.

    http://www.rumahperumahan.com/https://2.bp.blogspot.com/-9IfnC-Z5U9w/Vto7mdkTYdI/AAAAAAAAAWU/zMkmNXyYXtI/s1600/Rumah-Adat-Sao-Mario.jpeg

  • 3. Fungsi Dan Makna Rumah Adat Tanah Luwu Langkonae Di Kota

    Palopo

    Rumah adat yang terdapat di Sulawesi Selatan terdiri dari beberapa

    jenis, diantaranya adalah Tongkonan (Tana Toraja), Bola Soba (Bugis Bone)

    dan Balla Lompoa (Makassar Gowa). Tongkonan: Konon kata tongkonan

    berasal dari tongkon, yang berarti duduk. Dahulu rumah ini merupakan pusat

    pemerintahan, kekuasaan adat, dan perkembangan kehidupan sosial budaya

    masyarakat Toraja. Rumah ini tidak bisa dimiliki oleh perseorangan

    melainkan turun temurun oleh keluarga atau marga suku Tana Toraja.

    Dengan sifatnya yang demikian, tongkonan mempunyai beberapa

    fungsi. Antara lain sebagai pusat budaya, pusat pembinaan keluarga serta

    pembinaan peraturan keluarga dan kegotong royongan, pusat dinamisator,

    motivator, dan stabilator sosial.

    Tongkonan mempunyai fungsi sosial dan budaya yang bertingkat-

    tingkat di masyarakat. Dikenal beberapa jenis, antara lain tongkonan layuk

    atau tongkonan pesio'aluk, yaitu tempat menyusun aturan-aturan sosial

    keagamaan.

    Fungsi rumah langkanae yang juga penting adalah sebagai iringan

    adat, seperti menetapkan adat atau tempat melaksanakan acara seremonial

    adat seperti kematian, kelahiran, perkawinan, mengadakan acara kebesaran

    adat, tempat mufakat dan lain-lain. Perbandingan ruang tempat tidur dengan

    ruang umum adalah sepertiga untuk tempat tidur dan dua pertiga untuk

  • kepentingan umum. Pemberian ini memberi makna bahwa kepentingan

    umum lebih diutamakan daripada kepentingan pribadi.

    Gambar 7. Rumah Adat Langkanae

    Dokumentasi Ihramuddin. 20 Juni 2016

    Rumah merupakan sebuah bangunan, tempat manusia tinggal dan

    melangsungkan kehidupannya. Disamping itu rumah juga merupakan tempat

    berlangsungnya proses sosialisasi pada saat seorang individu diperkenalkan

    kepada norma dan adat kebiasaan yang berlaku di dalam suatu masyarakat.Jadi

    setiap perumahan memiliki sistem nilai yang berlaku bagi warganya.Sistem nilai

    tersebut berbeda antara satu perumahan dengan perumahan yang lain, tergantung

    pada daerah ataupun keadaan masyarakat setempat. (Sarwono dalam Budihardjo,

    1998 : 148).

    Rumah berfungsi sebagai wadah untuk lembaga terkecil masyarakat

    manusia,yang sekaligus dapat dipandang sebagai “shelter” bagi tumbuhnya rasa

    aman atau terlindung. Rumah juga berfungsi sebagai wadah bagi berlangsungnya

    segala aktivitas manusia yang bersifat intern dan pribadi. Jadi, rumah tidak

    https://3.bp.blogspot.com/-1ofmfSdyOwE/Vto7nGHFRPI/AAAAAAAAAWU/c4EsBQ46q2I/s1600/kerajaan+wajo.jpg

  • semata-mata merupakan tempat bernaung untuk melindungi diri dari segala

    bahaya, gangguan dan pengaruh fisik belakang melainkan juga merupakan tempat

    bernaung untuk melindungi diri dari segala bahaya, gangguan, dan pengaruh fisik

    belaka, melainkan juga merupakan tempat tinggal, tempat berisitirahat setelah

    menjalani perjuangan hidup sehari-hari. (Ridho, 2001 : 18)

  • BAB V

    PENUTUP

    A. KESIMPULAN

    Istana Luwu berlokasi di tengah Kota Palopo, Pusat Kerajaan Luwu

    (sekarang salah satu kota kelas menengah di Provinsi Sulawesi Selatan).

    Dibangun oleh Pemerintah Kolonial Belanda sekitar tahun 1920-an di atas tanah

    bekas "Saoraja" (Istana sebelumnya terbuat dari kayu, konon bertiang 88 buah)

    yang diratakan dengan tanah oleh Pemerintah Belanda.

    Di Istana Luwu terdapat dua bangungan, yaitu Langkanae dan Salassae.

    Langkanae adalah sebutan kata lain dari istana. Langkanae ini dijadikan cagar

    budaya buatan Belanda untuk menggantikan Langkane yang dulu. Belanda

    membangunnya untuk kedatuan ketika Langkanae terbakar. sedangkan Salassae

    adalah tempat pertemuan atau perjamuan para tamu-tamu istana.

    Di dalam Istana Kedatuan Luwu terdapat berbagai benda pusaka. Di

    antaranya, terpajang dalam lemari kaca, sertifikat Pahlawan Nasional RI bagi

    (almarhum) Andi Jemma ditandatangani Presiden Megawati Soekarnoputri pada

    2004.

    Peninggalan yang ada di Istana Luwu tidak berupa Mahkota, tetapi

    berbentuk Besi Pakka dan Bunga Waru, yang hanya dipakai oleh datu, yang

    merupakan simbol Dewata Matenruliwawo. Di Istana Luwu juga terdapat

    Songko‟ Pameri.

    41

    http://id.wikipedia.org/wiki/Palopohttp://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Selatanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Hindia-Belandahttp://id.wikipedia.org/wiki/1920-an

  • B. SARAN

    Laporan penelitian ini masih jauh dari kata sederhana, jadi kami sebagai

    penulis, memohon saran dari para kawan-kawan untuk menyempurnakan laporan

    penelitian ini.

    Rumah adat di Indonesia sangat beranekaragam dengan ciri khas dan

    keunikan masing-masing, hal tersebut merupakan kekayaan negeri ini yang tak

    ternilai. Walaupun tiap daerah memiliki perbedaan termasuk rumah adatnya, kita

    tetap Indonesia yang berjiwa “Bhinneka Tunggal Ika”.

  • DAFTAR PUSTA

    Abdul Kahar Wahid, 1988. Ragam Hias Sulawesi Selatan dan Pengembangannya.

    Disampaikan dalam Ceramah Pembukaan Pameran Khusus Ragam Hias

    Tradisional Sulawesi Selatan di Museum Negeri La Galigo.

    Abdul Kadir dan Gustami SP,1980:77. Ragam hias Animal yang dibuat dengan

    media kayu dari Jepara. Jawa Tengah

    Gareng, Yosef. 1983. Pengetahuan Ragam Hias Minangkabau, Jakarta:

    Depatemen Pendidikan dan Kebudayaan.

    Muchtar, dan Syahriah MY. 1991. Seni Ragam Hias Kain Tenun Sulawesi

    Selatan, Ujung Pandang : Museum Negeri Propinsi Sulawesi Selatan.

    Poerwadarminta, W.J.S. 1982. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Suntingan pusat

    Pembinaan dan Pengembangan bahasa, Jakarta: Balai Pustaka

    Rasjoyo, Pendidikan Seni Rupa, Erlangga, Jakarta, 1997

    Setyosari, Punaji, 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan.

    Jakarta

    Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Pendekatan Kuantitatif, Kualitati

    (Bandung : Alfabeta, 2008). Cet.IV : 15.

    Sulastianto, DKK, Harry. 2006. Seni Budaya Kelas XII.Grafindo

    Tim Penyusun Kamus Indonesia (Depdikbud), 1989/1990, Kamus Besar Bahasa

    Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka

    Toekio M, Soegeng. 1987. Mengenal Ragam Hias Indonesia. Bandung : Penerbit

    Angkasa

    Wikipedia ,2011.Ragam hias indonesia. http://id.wikipedia.org/wiki/Ragam_hias

    Wikipedia bahasa Indonesia (2012), ensiklopedia bebas online

    http://id.wikipedia.org/wiki/Teknik

    43

    http://id.wikipedia.org/wiki/Ragam_hiashttp://id.wikipedia.org/wiki/Teknik

  • Wojowasito S.1999. “Kamus Bahasa Indonesia(Edisi Revisi). C.V. Pengarang.

    Malang

    Yosef DT. GarangTamsil Muhammad, (1998: 19)

    Yuku.2012”Kamus Besar Bahasa Indonesia Android”. Suntingan KBBI Online

    Departemen Pendidikan Nasional.

    http://rumahadattradisionalindonesia.blogspot.com/2013/02)

    http://rumahadattradisionalindonesia.blogspot.com/2013/02

  • LAMPIRAN

  • LEMBAR OBSERVASI TENTANG RUMAH ADAT TANAH LUWU

    LANGKANAE KABUPATEN PALOPO

    Penerapan metode observasi dilakukan dengan cara mengamati secara

    langsung tentang Kajian Tipologi Rumah Adat Tanah Luwu Langkanae Di Kota

    Palopo Sulawesi Selatan. Pedoman observasi ini bertujuan untuk memperoleh

    gambaran yang jelas mengenai Kajian Tipologi Rumah Adat Tanah Luwu

    Langkanae Di Kota Palopo Sulawesi Selatan. Untuk maksud tersebut penulis

    membuat pedoman observasi guna mendapatkan informasi yang akurat.

    a. Bagaimanakah bentuk rumah adat tanah luwu langkanae di kota palopo.

    b. Bagaimana ciri khas rumah adat tanah luwu langkanae di kota palopo.

    c. Bagaimana fungsi dan makna ragam hias rumah adat tanah luwu

    langkanae di kota palopo.

  • FORMAT WAWANCARA RUMAH ADAT TANAH LUWU

    LANGKANAE KABUPATEN PALOPO

    Format wawancara ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas

    mengenai Kajian Tipologi Rumah Adat Tanah Luwu Langkanae Di Kota Palopo

    Sulawesi Selatan. Untuk maksud tersebut penulis membuat pedoman wawancara

    guna mendapatkan informasi yang akurat mengenai Kajian Tipologi Rumah Adat

    Tanah Luwu Langkanae Di Kota Palopo Sulawesi Selatan., sebagai berikut:

    1. Bagaimanakah bentuk rumah adat tanah luwu langkanae di kota palopo?

    Jawab:………………………………………………………………………

    ………………………………………………………………………………

    ………………………………………………………………………………

    ………………………………………………………………………………

    ………………………………………………………………………………

    2. Bagaimana ciri khas rumah adat tanah luwu langkanae di kota palopo?

    Jawab:………………………………………………………………………

    ………………………………………………………………………………

    ………………………………………………………………………………

    ………………………………………………………………………………

    3. Bagaimana fungsi dan makna ragam hias rumah adat tanah luwu langkanae

    di kota palopo?

    Jawab:………………………………………………………………………

    ………………………………………………………………………………

    ………………………………………………………………………………

    ………………………………………………………………………………

    ………………………………………………………………………………

  • RIWAYAT HIDUP PENULIS

    Ihramuddin, lahir di Bantaeng Kecamatan Bantaeng

    Kabupaten Bantaeng Propinsi Sul-Sel pada tanggal 11 Juni

    1990, putra kelima dari 5 bersaudara dari pasangan Alimuddin

    dan Nurlaelah.

    Penulis menghabiskan masa kecil di kampung halaman sendiri dan pertama kali

    mengikuti pendidikan formal pada tahun 1997 di Sekolah Dasar (SD) Pitulua

    tamat pada tahun 2003, kemudian melanjutnya pendidikan di SLTP 1 Tsnawiyah

    dan tamat pada tahun 2006. Dan pada tahun yang sama penulis melanjutnya

    pendidikan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Lasusua dan tamat pada

    tahun 2009. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan ke Universitas

    Muhammadiyah Makassar (UMM) dan diterima di Program Studi Pendidkan Seni

    Rupa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP).