Skripsi (2)

81
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa. Melalui pendidikan bangsa Indonesia bisa membebaskan diri dari kebodohan, kelatarbelakangan dan dapat mengembangkan sumber daya manusia sehingga dapat memiliki rasa percaya diri untuk bersanding dan bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Pendidikan yang dikembangkan adalah pendidikan yang dapat mengembangkan potensi masyarakat, mampu menumbuhkan kemauan serta membangkitkan motivasi generasi bangsa untuk menggali berbagai potensi, dan mengembangkannya secara optimal bagi kepentingan pembangunan masyarakat secara utuh dan menyeluruh. Dunia pendidikan saat ini memusatkan mutu pendidikan pada peningkatan kegiatan belajar mengajar (KBM) yang di dalamnya terdapat guru dan peserta didik sebagai unsur manusia yang mempunyai kemampuan,

Transcript of Skripsi (2)

Page 1: Skripsi (2)

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap kemajuan

suatu bangsa. Melalui pendidikan bangsa Indonesia bisa membebaskan diri dari

kebodohan, kelatarbelakangan dan dapat mengembangkan sumber daya manusia

sehingga dapat memiliki rasa percaya diri untuk bersanding dan bersaing dengan

bangsa-bangsa lain di dunia. Pendidikan yang dikembangkan adalah pendidikan

yang dapat mengembangkan potensi masyarakat, mampu menumbuhkan kemauan

serta membangkitkan motivasi generasi bangsa untuk menggali berbagai potensi,

dan mengembangkannya secara optimal bagi kepentingan pembangunan

masyarakat secara utuh dan menyeluruh.

Dunia pendidikan saat ini memusatkan mutu pendidikan pada peningkatan

kegiatan belajar mengajar (KBM) yang di dalamnya terdapat guru dan peserta

didik sebagai unsur manusia yang mempunyai kemampuan, keterampilan,

motivasi, dan lain sebagainya yang berbeda antara yang satu dengan yang lain.

Adanya perbedaan tersebut menjadikan pembelajaran sebagai proses pendidikan

memerlukan siasat, pendekatan, metode, dan teknik yang bermacam-macam

sehingga peserta didik dapat menguasai materi dengan baik dan mendalam.

Seiring dengan perkembangan zaman, khususnya dalam dunia pendidikan

praktek-praktek pembelajaran perlu diperbarui. Upaya tersebut terletak pada

tanggung jawab guru, bagaimana pembelajaran yang disampaikan dapat dipahami

oleh anak didik secara benar. Salah satunya sistem pengajaran yang memberi

Page 2: Skripsi (2)

kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan siswa-siswa dalam

tugas-tugas yang berstruktur disebut sebagai sistem ”Pembelajaran Kooperatif”.

Dalam sistem ini, guru bertindak sebagai fasilatator. Untuk lebih menyiapkan

anak didik dengan keterampilan-keterampilan baru untuk bisa ikut berpartisipasi

dalam dunia yang berubah dan berkembang pesat.

Menurut Isjoni (2009:14) Pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut.

Salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

Kebanyakan pengajar enggan menerapkan sistem kerjasama di dalam

kelas karena beberapa alasan, yaitu siswa yang kurang pandai merasa minder

ditempatkan dalam satu kelompok dengan siswa yang lebih pandai. Sedangkan

siswa yang lebih pandai merasa temannya yang kurang pandai hanya menumpang

pada hasil jerih payahnya, sehingga guru khawatir akan terjadi kekacauan di kelas

dan siswa tidak belajar jika mereka ditempatkan dalam kelompok.

Slavin (2005:5) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki

kelebihan yang sangat besar untuk mengembangkan hubungan antara siswa dari

latar belakang etnik yang berbeda dan antara siswa-siswa pendidikan khusus

terbelakang secara akademik dengan teman sekelas mereka.

Salah satu bentuk pembelajaran kooperatif yang dapat dipilih adalah Team

Assisted Individualization (TAI). Dalam model pembelajaran Team

Assisted Individualization (TAI), siswa ditempatkan dalam kelompok-

8

Page 3: Skripsi (2)

kelompok kecil (4 sampai 5 siswa) yang heterogen untuk

menyelesaikan tugas kelompok yang sudah disiapkan oleh guru,

selanjutnya diikuti dengan pemberian bantuan secara individu

bagi siswa yang memerlukan.

Hasil penelitian Retna (2007) menunjukkan bahwa

pembelajaran kooperatif tipe TAI lebih efektif dari pada

pembelajaran langsung pada siswa kelas VII SMP Negeri 11

Semarang. Penelitian oleh Bukaningrum (2007) dengan pembelajaran

kooperatif tipe TAI juga menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa kelas IX

BSMP Negeri 1 Adiwerna kabupaten Tegal. Dengan demikian pembelajaran tipe

Team Assisted Individualization (TAI) dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan guru bidang studi fisika

kelas VIII SMP Negeri 7 Lubuklinggau, sebagian siswanya masih kurang

memahami pelajaran fisika. Hal ini ditunjukkan bahwa siswa masih terlihat pasif

dalam belajar dan strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru masih

menggunakan pembelajaran konvensional, sehingga hasil belajar siswa pada

pelajaran fisika masih rendah dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang

ditetapkan sekolah yaitu 6,0. Oleh karena itu untuk membuat siswa aktif dalam

kegiatan pembelajaran dan juga mampu meningkatkan pemahaman siswa, maka

salah satu cara untuk mengatasinya adalah menggunakan pembelajaran kooperatif

tipe Team Assisted Individualization (TAI) sehingga kemampuan siswa dalam

menerapkan konsep fisika diharapkan dapat meningkat.

9

Page 4: Skripsi (2)

Oleh sebab itu, mengingat pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

Individualization (TAI) belum diterapkan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 7

Lubuklinggau dan berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan

suatu penelitian yang berjudul : Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Team

Assisted Individualization (TAI) terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa pada Materi

Energi dan Usaha Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Lubuklinggau

Tahun Pelajaran 2010/2011.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian ini, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah ”Adakah pengaruh pembelajaran kooperatif tipe Team

Assisted Individualization (TAI) terhadap hasil belajar fisika siswa pada materi

energi dan usaha kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Lubuklinggau

tahun pelajaran 2010/2011?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pembelajaran

kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) terhadap hasil belajar fisika

siswa pada materi energi dan usaha kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri

7 Lubuklinggau tahun pelajaran 2010/2011.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

10

Page 5: Skripsi (2)

1. Bagi sekolah, sebagai sumbangan pemikiran untuk meningkatkan kualitas

pendidikan khususnya fisika.

2. Bagi guru, sebagai bahan masukan dan alternatif dalam pemilihan model

pembelajaran.

3. Bagi peserta didik, membantu siswa dalam meningkatkan kegiatan belajar,

mengoptimalkan kemampuan berfikir, tanggung jawab, dan keaktifan siswa

dalam kegiatan pembelajaran.

4. Bagi peneliti, mendapatkan pengalaman langsung dalam pelaksanaan

pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dan

mengetahui bagaimana keberhasilannya dalam mengembangkan kemampuan

peserta didik.

E. Penjelasan Istilah

Menghindari salah penafsiran dari istilah-istilah yang digunakan dalam

penelitian ini, maka perlu dijelaskan beberapa istilah berikut :

a. Pengaruh yang dimaksud adalah akibat yang ditimbulkan atau yang akan

terjadi setelah diberikan perlakuan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

Individualization (TAI).

b. Pembelajaran kooperatif berasal dari kata ”kooperatif” yang artinya

mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu

sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim (Isjoni, 2009:22).

c. Team Assisted Individualization (TAI) termasuk dalam pembelajaran

kooperatif. Dalam pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI), siswa

11

Page 6: Skripsi (2)

ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil (4 sampai 5 siswa) yang

heterogen untuk menyelesaikan tugas kelompok yang sudah disiapkan oleh

guru, selanjutnya diikuti dengan pemberian bantuan secara individu bagi siswa

yang memerlukan (Kusumaningrum, 2007:18).

12

Page 7: Skripsi (2)

BAB IIKAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoretik

1. Belajar dan Hasil Belajar

Menurut Winkel (dalam Wati, 2009:8) menyimpulkan belajar adalah

sebagai berikut.

Sebagai proses perubahan dari belum mampu menjadi ke arah sudah mampu yang perubahan dari proses itu terjadi dalam jangkauan waktu yang tertentu. Perubahan yang terjadi harus secara relatif yang bersifat mantap dan tidak hanya terjadi perilaku yang saat ini nampak dan tidak hanya saat ini diperhatikan adalah perubahan-perubahan tersebut terjadi karena suatu perjalanan.

Menurut Gagne (dalam Suprijono, 2009:2) Belajar adalah perubahan

disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan

disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang

secara alamiah.

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dikatakan belajar adalah proses

perubahan tingkah laku dari yang tidak tahu menjadi tahu sebagai hasil dari

pengalaman.

Suprijono (2009:5) mengatakan bahwa hasil belajar adalah pola-pola

perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan

keterampilan. Sedangkan menurut Prayitno (dalam Wati, 2009:8) Hasil belajar

sesuatu yang diperoleh, dikuasai atau merupakan hasil dari adanya proses belajar.

13

Page 8: Skripsi (2)

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

suatu yang diperoleh individu atau kelompok setelah melakukan kegiatan belajar.

Hasil belajar yang dimaksud pada penelitian ini adalah hasil yang diperoleh siswa

setelah melakukan kegiatan belajar fisika dengan menggunakan metode kooperatif

tipe TAI.

2. Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin (dalam Isjoni, 2009:15) Pembelajaran Kooperatif adalah

suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-

kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur

kelompok heterogen.

Menurut Lie (dalam Isjoni, 2009:23) Pembelajaran Kooperatif adalah

sebagai berikut.

Sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Lebih jauh dikatakan, pembelajaran kooperatif hanya berjalan kalau sudah terbentuk suatu kelompok atau suatu tim yang didalamnya siswa bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan.

Berdasarkan pendapat tersebut pembelajaran kooperatif adalah suatu

bentuk kelompok belajar kecil yang dapat melatih siswa dalam memecahkan

masalah mengenai soal-soal dan tugas-tugas yang dihadapinya karena siswa dapat

saling tolong-menolong dan bekerjasama dalam kelompoknya.

Menurut Nur (dalam Wati, 2009:11) Ciri-ciri pembelajaran kooperatif

yaitu sebagai berikut :

1. Siswa bekerja dalam kelompok secara cooperative untuk menuntaskan

materi belajarnya

14

Page 9: Skripsi (2)

2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan

rendah

3. Bila mana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, bangsa, suku, dan

jenis kelamin yang berbeda-beda

4. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu

Pembelajaran kooperatif mengandung beberapa kelebihan, menurut

Jarolimek dan Parker (dalam Isjoni, 2009:36) antara lain :

a. Saling ketergantungan yang positif

b. Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu

c. Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas

d. Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan

e. Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru

f. Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang

menyenangkan

Tujuan pembelajaran kooperatif menurut Isjoni (2009:39) dapat dilihat

dari beberapa aspek berikut :

a. Hasil belajar akademik

Dalam pembelajaran kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan

sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting

lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu

siswa memahami konsep-konsep sulit.

b. Penerimaan terhadap perbedaan individu

15

Page 10: Skripsi (2)

Penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras,

kelas sosial, kemampuan dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif

memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk

bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur

penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.

c. Pengembangan keterampilan sosial

Mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi.

3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI)

Pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) mengelompokkan

siswa menjadi kelompok kecil, siswa yang mengalami kesulitan memahami

materi secara individual dapat dipecahkan bersama-sama dalam kelompok karena

keberhasilan dari tiap individu ditentukan oleh keberhasilan kelompok.

Menurut Tiliyani (2007:8) Team Assisted Individualization (TAI) adalah

sebagai berikut.

Model pembelajaran TAI termasuk dalam pembelajaran Kooperatif. Dalam pembelajaran TAI siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil (4 sampai 5 siswa) yang heterogen untuk menyelesaikan tugas kelompok yag sudah disiapkan oleh guru, selanjutnya diikuti dengan pemberian bantuan secara individu bagi siswa yang memerlukannya. Dengan pembelajaran kelompok, diharapkan para siswa dapat meningkatkan pikiran kritisnya, kreatif dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi. Sebelum dibentuk kelompok, siswa diajarkan bagaimana bekerja sama dalam satu kelompok. Siswa diajari menjadi pendengar yang baik, dapat memberikan penjelasan kepada teman sekelompok, berdiskusi, mendorong teman lain untuk bekerja sama, menghargai pendapat teman lain, dan sebagainya.

Menurut Suyitno (dalam Kusumaningrum, 2007:19) Model

pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) memiliki delapan

16

Page 11: Skripsi (2)

komponen. Kedelapan komponen tersebut adalah sebagai

berikut:

1. Teams, yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri

dari 4 sampai 5 siswa

2. Placement test, yakni pemberian pretest kepada siswa atau

melihat rata-rata nilai harian siswa agar guru mengetahui

kelemahan siswa pada bidang tertentu

3. Student creative, melaksanakan tugas dalam suatu kelompok

dengan menciptakan situasi dimana keberhasilan individu

ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya

4. Team Study, yaitu tahapan tindakan belajar yang harus

dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberikan bantuan

secara individual kepada siswa yang membutuhkannya

5. Team Scores and Team Recognition, yaitu pemberian skor

terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria

penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara

cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil

dalam menyelesaikan tugas

6. Teaching Group, yakni pemberian materi secara singkat dari

guru menjelang pemberian tugas kelompok

7. Facts Test, yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta

yang diperoleh siswa

17

Page 12: Skripsi (2)

8. Whole-Class Units, yaitu pemberian materi oleh guru kembali

di akhir waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan

masalah

Dengan mengadopsi pembelajaran TAI untuk mengajarkan

suatu mata pelajaran, maka seorang guru mata pelajaran dapat

menempuh tahapan pembelajaran sebagai berikut:

1. Guru menentukan suatu pokok bahasan yang akan disajikan

kepada para siswanya dengan mengadopsi pembelajaran

Team Assisted Individualization

2. Guru menjelaskan kepada seluruh siswa tentang akan

diterapkannya model pembelajaran Team Assisted

Individualization.

3. Guru menyiapkan materi bahan ajar dan soal-soal yang harus

dikerjakan kelompok

4. Guru memberikan pretest kepada siswa tentang materi yang

akan diajarkan (mengadopsi komponen Placement test).

Pretest bisa digantikan dengan nilai rata-rata ulangan harian

siswa

5. Guru membentuk kelompok-kelompok kecil dengan anggota

4-5 siswa pada setiap kelompoknya. Kelompok dibuat

heterogen tingkat kepandainnya (mengadopsi komponen

teams)

18

Page 13: Skripsi (2)

6. Guru menjelaskan materi baru secara singkat (mengadopsi

komponen teaching group)

7. Guru menugasi kelompok dengan bahan yang sudah

disiapkan. Melalui kerja kelompok, siswa mengisi isian soal-

soal (mengadopsi komponen student creative)

8. Ketua kelompok, melaporkan keberhasilan kelompoknya atau

melaporkan kepada guru tentang hambatan yang dialami

anggota kelompoknya. Jika diperlukan, guru dapat

memberikan bantuan secara individual (mengadopsi

komponen Team Study)

9. Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap

anggota telah memahami materi ajar yang diberikan guru,

dan siap untuk diberi ulangan oleh guru (mengadopsi

komponen Facts Test). Setelah diberi ulangan, guru harus

mengumumkan hasilnya dan menetapkan kelompok terbaik

sampai kelompok yang kurang berhasil (mengadopsi

komponen Team Scores and Team Recognition)

10 Menjelang akhir waktu, guru kembali memberikan materi

dengan menekankan strategi pemecahan masalah

(mengadopsi komponen whole-class units)

4. Materi Ajar (Energi dan Usaha)

a. Energi

1) Pengertian Energi

19

Page 14: Skripsi (2)

Pengertian energi dapat kita lihat pada kehidupan sehari-hari, seperti pada

malam hari bumi menjadi gelap, dan hanya dengan cahaya lampu saja, kegelapan

malam dapat berubah menjadi terang. Dengan demikian cahaya lampu

mempunyai kemampuan untuk membuat terang. Demikian pula dengan tenaga

gerak. Seorang dapat melakukan kerja seperti berlari, mamindahkan buku,

mencangkul, dan sebagainya, maka tenaga gerak juga merupakan bentuk energi.

Lampu dapat menyala karena mendapat energi dari minyak tanah atau

listrik, begitu juga orang dapat berlari, memindahkan buku, mencangkul dan

sebagainya karena mendapat energi dari makanan yang dimakannya. Lampu

menyala dan orang bekerja dikatakan melakukan usaha. Setiap benda yang

melakukan usaha memerlukan energi.

Menurut Giancoli (2001:203) Energi adalah kemampuan untuk

melakukan kerja. Dalam satuan SI, kerja dan energi diukur dalam joule (1 J = 1

N.m).

2) Energi Potensial

Energi potensial adalah energi yang dimiliki suatu benda karena benda itu

berada pada kedudukan tertentu (Purwono, 2000:149). Contoh benda berada di

atas meja, batu pada ketinggian tertentu, pegas yang ditarik, dan sebagainya.

Sebuah benda yang berada pada ketinggian tertentu dari tanah mempunyai energi

potensial gravitasi , karena benda pada ketinggian h meter dari tanah mendapat

20

Page 15: Skripsi (2)

pengaruh percepatan gravitasi. Contoh energi potensial dapat dilihat pada gambar

2.1 di bawah ini.

m.g

h

Gambar 2.1. Benda berada pada ketinggian h (Sumber: Purwono, 2000:149)

Besar energi potensial gravitasi dipengaruhi oleh massa benda, ketinggian

benda dan percepatan gravitasi. Maka dapat dituliskan persamaan sebagai berikut.

(Giancoli, 2001:203) atau

(Sumijadi, 1995:72)

dengan : EP = energi potensial gravitasi (J)

m = masa benda (kg)

g = percepatan gravitasi (m/s2)

y dan h = ketinggian (m)

3) Energi Kinetik

Sebuah benda yang sedang bergerak memiliki kemampuan untuk

melakukan kerja dan dengan demikian dapat dikatakan mempunyai energi. Energi

gerak disebut energi kinetik, dari kata Yunani kinetikos, yang berarti ”gerak”

(Giancoli, 2001:179).

21

Page 16: Skripsi (2)

Khalim et al. (2004:134) mengatakan bahwa energi kinetik adalah sebagai

berikut.

Energi yang dimiliki oleh benda-benda yang sedang bergerak. Besarnya energi kinetik benda bergantung pada kecepatan dan massa benda itu sendiri. Semakin besar massanya, semakin besar energi kinetiknya, dan semakin besar kecepatnnya semakin besar pula energi kinetiknya. Sebaliknya, jika massa atau kecepatan semakin kecil, energi kinetiknya juga makin kecil.

Hubungan antara energi kinetik, massa benda, dan kecepatan secara

matematis dirumuskan sebagai berikut.

(Giancoli, 2001:203)

dengan : EK = energi kinetik (J)

m = massa benda (kg)

v = kecepatan (m/s)

4) Energi Mekanik

Energi mekanik adalah energi yang terdiri atas energi kinetik dan energi

potensial (Sumijadi, 1995:73). Dirumuskan sebagai berikut.

Em = EP + EK (Sumijadi, 1995:73)

dengan : Em = energi mekanik

EP = energi potensial

EK = energi kinetik

Perhatikan contoh energi mekanis (Sumijadi, 1995:74) di bawah ini!

a) Buah kelapa yang masih menempel pada tangkai. Energi yang dimiliki

hanyalah energi potensial saja. Energi kinetiknya nol (0), karena buah kelapa

belum mempunyai kecepatan.

22

Page 17: Skripsi (2)

Maka Em = Ep

b) Setelah tangkai putus, buah kelapa jatuh dengan bergerak lebih cepat, tetapi

ketinggiannya semakin rendah. Keadaan ini menyebabkan energi kinetiknya

semakin bsar sedangkan energi potensialnya semakin kecil.

Maka Em = Ep + EK

c) Sesaat buah kelapa akan jatuh di permukaan tanah, maka gerak kelapa

mencapai maksimum, sedangkan ketinggian kelapa nol (0). Keadaan ini

menyebabkan buah kelapa hanya memiliki energi kinetik saja, sedangkan

energi potensialnya nol (0).

Maka Em = EK

b. Usaha

Apabila Amir berusaha memindahkan meja dengan cara mendorongnya,

sehingga meja tersebut berpindah tempat. Hal ini bearti Amir telah megeluarkan

gaya untuk dikerjakan pada meja. Karena gaya Amir cukup besar maka meja

dapat berpindah. Jadi pada meja telah bekerja gaya dan terjadi perpindahan. Hal

ini dikatakan Amir telah melakukan usaha.

Giancoli (2001:173) menyimpulkan sebagai berikut.

Kata kerja memiliki berbagai arti pada bahasa sehari-hari. Tetapi dalam fisika, kerja diberi arti yang spesifik untuk mendeskripsikan apa yang dihasilkan oleh gaya ketika ia bekerja pada benda sementara benda tersebut bergerak dalam jarak tertentu. Lebih spesifik, kerja yang dilakukan pada sebuah benda oleh gaya yang konstan (konstan dalam hal besar dan arah) didefinisikan sebagai hasil kali besar perpindahan dengan komponen gaya yang sejajar dengan perpindahan.

Secara matematis dapat dirumuskan :

(Sumijadi, 1995:79)

23

Page 18: Skripsi (2)

dengan : W = usaha (J)

F = gaya (N)

s = perpindahan (m)

Kerja dilakukan pada benda oleh gaya ketika benda tersebut bergerak

melalui jarak, d. Jika arah gaya konstan F membuat sudut dengan arah gerak,

kerja yang dilakukan oleh gaya ini adalah

(Giancoli, 2001:203)

B. Hipotesis Penelitian

Arikunto (2006:71) mengatakan bahwa hipotesis adalah sebagai suatu

jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai

terbukti melalui data yang terkumpul. Hipotesis penelitian ini adalah “Ada

pengaruh pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI)

terhadap hasil belajar fisika siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 7

Lubuklinggau tahun pelajaran 2010/2011”.

BAB IIIMETODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen

sungguhan (true experimental research). Menurut Narbuko dan Achmadi

(2008:51) penelitian eksperimen sungguhan bertujuan untuk menyelidiki

kemungkinan saling hubungan sebab akibat dengan cara mengenakan kepada satu

24

Page 19: Skripsi (2)

atau lebih kelompok eksperimen, satu atau lebih kondisi perlakukan dari

membandingkan hasilnya dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak

dikenai kondisi perlakuan.

Dengan model penelitian ini peneliti mengambil dua kelas untuk diteliti,

yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen diberikan

pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI), sedangkan

kelas kontrol tidak menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

Individualization (TAI). Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah control-group pretest-posttest. Menurut Arikunto (2009:210) dapat

digambarkan sebagai berikut.

Tabel 3.1Desain Penelitian

Group Pretest Treatment PosttestE O1 X O2

P O1 O2

Keterangan :

E : Kelas eksperimen

P : Kelas Pembanding (Kelas kontrol)

X1 : Pembelajaran yang dilakukan dengan memberikan pembelajaran

kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI)

O1 : Pemberian Pretest

O2 : Pemberian Posttest

B. Populasi Dan Sampel

25

Page 20: Skripsi (2)

1. Populasi Penelitian

Arikunto (2006:130) mengatakan bahwa populasi adalah keseluruhan

subjek penelitian. Dengan demikian yang menjadi populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 7

Lubuklinggau tahun pelajaran 2010/2011 yang terdiri dari enam kelas dan

berjumlah 240 orang. Secara rinci, populasi penelitian dapat dilihat pada tabel 3.2

di bawah ini:

Tabel. 3.2Populasi Penelitian

Kelas Laki-laki Perempuan JumlahVIII. 1 21 19 40VIII. 2 22 18 40VIII. 3 21 19 40VIII. 4 21 19 40VIII. 5 16 24 40VIII. 6 22 18 40

Jumlah 123 117 240Sumber : Staf TU dan Waka kesiswaan SMP N 7 Lubuklinggau Tahun Pelajaran

2010/2011

2. Sampel PenelitianSampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto

2006:131). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

random sampling yaitu sampel diambil secara acak dari enam kelas yang ada,

teknik ini digunakan karena setiap kelas dari seluruh populasi mempunyai

kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Dari pemilihan secara acak

kelas yang digunakan sebagai sampel yaitu kelas VIII. 2 sebagai kelas eksperimen

dan kelas VIII. 4 sebagai kelas kontrol.

C. Teknik Pengumpulan Data

26

Page 21: Skripsi (2)

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Tes

Dalam penelitian ini tes digunakan untuk melihat hasil belajar siswa. Hal

ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2006:223) yang menyatakan bahwa

instrumen yang berupa tes dapat digunakan untuk mengukur kemampuan dasar

dan pencapaian atau prestasi. Tes pada penelitian ini menggunakan tes tertulis

berbentuk uraian dengan skor sesuai dengan tingkat kesukarannya.

2. Observasi

Observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki (Narkubo

dan Achmadi 2008:70). Dalam penelitian ini observasi dilakukan untuk

mengetahui aktifitas siswa selama proses belajar mengajar berlangsung, baik yang

diajar menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization

(TAI) maupun yang diajar tanpa pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

Individualization (TAI).

D. Teknik Analisis Data

1. Analisis Data Hasil tes

Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini terhadap hasil

belajar adalah sebagai berikut:

a) Skor Rata-rata dan Simpangan Baku

27

Page 22: Skripsi (2)

Menentukan skor rata-rata dan simpangan baku pada tes awal dan tes

akhir, untuk data hasil belajar pada kelompok eksperimen maupun kelas kontrol.

Rumus yang digunakan adalah :

(Sudjana, 2005:70) dan (Sudjana, 2005:95)

Keterangan:

= skor rata-rata

= nilai tengah

= jumlah data

= banyak siswa

= varians

= simpangan baku

b) Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui kenormalan data. Hipotesis

yang diajukan adalah sebagai berikut:

H0 : populasi berdistribusi normal

H1 : populasi tidak berdistribusi normal

Untuk menguji kenormalan dari populasi digunakan uji Chi-Kuadrat

dengan rumus:

(Arikunto, 2009:312)

Keterangan:

= normalitas data (Chi Kuadrat)

28

Page 23: Skripsi (2)

= Frekuensi hasil pengamatan

= Frekuensi harapan

Jika x2hitung < x2

tabel, dengan dk = k-1, taraf signifikan 5% dan peluang (1- ),

maka dikatakan populasi berdistribusi normal (H0 diterima). Dalam hal lainnya

data tidak berdistribusi normal.

c) Uji Homogenitas

Uji homogenitas varians antara kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol dimaksudkan untuk mengetahui keadaan varians antara kedua kelompok,

sama atau beda.

Hipotesis yang akan diuji adalah:

Ho = Hipotesis pembanding, kedua varians sama atau homogen.

Ha = Hipotesis kerja, kedua varians tidak sama atau tidak homogen

Pengujian homogenitas ini mengujikan uji varians dua buah peubah. Uji

statistiknya menggunakan uji F, dengan rumus sebagai berikut:

(Sudjana, 2005:250)

Kriteria pengujiannya adalah tolak H0 jika dengan

didapat daftar distribusi F dengan peluang , sedangkan derajat

kebebasan dan masing-masing sesuai dengan dk pembilang dan penyebut

sedangkan taraf nyata.

d. Uji Kesamaan Dua Rata-rata

29

Page 24: Skripsi (2)

Uji kesamaan dua rata-rata ini digunakan untuk menguji kesamaan antara

dua rata-rata data, dalam hal ini antara data kelompok eksperimen dan data

kelompok kontrol.

1) Jika kedua data berdistribusi normal dan homogen, maka uji statistik yang

digunakan adalah uji-t dengan rumus:

dengan (Sudjana, 2005:239)

Keterangan:

= Perbedaan rata-rata kedua sampel

= nilai rata-rata kelompok eksperimen

= nilai rata-rata kelompok kontrol

= banyak sampel kelompok eksperimen

= banyak sampel kelompok kontrol

s = simpangan baku

= varians kelompok eksperimen

= varians kelompok kontrol

varians gabungan

Kriteria pengujian yang berlaku ialah terima H0 jika dan tolak H0

jika t mempunyai harga-harga lain. Derajat kebebasan untuk daftar distribusi t

ialah dengan peluang ( )

Dimana:

30

Page 25: Skripsi (2)

H0 : : Hipotesis pembanding, rata-rata skor kelas eksperimen kurang

dari atau sama dengan rata-rata skor kelas kontrol.

Ha : : Hipotesis kerja, rata-rata skor kelas eksperimen lebih besar

daripada rata-rata skor kelas kontrol.

2) Jika kedua data berdistribusi normal dan tidak homogen, maka dilanjutkan

dengan uji-t semu (t’) dengan rumus:

(Sudjana, 2005:241)

Keterangan:

= nilai rata-rata kelompok eksperimen

= nilai rata-rata kelompok kontrol

= banyak sampel kelompok eksperimen

= banyak sampel kelompok kontrol

= varians terbesar

= varians terkecil

Kriterianya adalah tolak H0 jika t’ ≥ dan terima H0 jika terjadi

sebaliknya. Dengan: , . Peluang

untuk penggunaan daftar disribusi t ialah ( ) sedangkan dk-nya masing-

masing ( ) dan ( ).

2. Analisis Data Hasil Observasi

31

Page 26: Skripsi (2)

Data aktifitas siswa dicatat dalam lembar observasi. Untuk setiap rencana

pengajaran dibuat kategori aktivitas yang dilakukan oleh seluruh siswa selama

kegiatan pembelajaran berlangsung, dari kategori tersebut dilihat seberapa banyak

siswa yang melakukan aktivitas sesuai dengan kategori. Jumlah siswa yang

melakukan aktivitas sesuai dengan kategori dicatat dan dihitung persentase

keaktifannya dengan cara:

Keterangan :

NA = nilai keaktifan

Setelah diperoleh data, maka diberikan kriteria sebagai berikut:

Tabel. 3.3Kriteria Tingkat Keaktifan

Nilai Kriteria Keaktifan80 – 10060 – 7940 – 5920 – 390 - 19

Sangat AktifAktif

Cukup AktifKurang Aktif

Sangat Kurang Aktif Arikunto (dalam Mulyana, 2004:20)

Lembar observasi terhadap keaktifan siswa selama pelaksanaan

pembelajaran berlangsung dapat dilihat pada tabel 3.4.

Tabel 3.4

Lembar Observasi Keaktifan Siswa

No Tahapan Pembelajaran Kategori1. Kegiatan Awal

(Diobservasi selama 5 menit)

Memperhatikan penjelasan guru Terjadi interaksi antara guru dan

siswa2. Kegiatan Inti

(Diobservasi selama 30 menit)

Memperhatikan penjelasan guru Terjadi interaksi antara guru dan siswa Menulis

32

Page 27: Skripsi (2)

No Tahapan Pembelajaran Kategori Mengerjakan soal-soal Interaksi antara siswa, guru dan siswa Kemampuan menjawab soal dengan

baik3. Kegiatan Akhir

(Diobservasi selama 5 menit)

Menyimpulkan materi yang telah dipelajari pada pertemuan ini

E. Uji Coba Instrumen Penelitian

Instrumen yang akan diujikan adalah intrumen tes hasil belajar siswa.

Instrumen ini terdiri dari 10 soal. Uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui

kualitas instrumen yang meliputi validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat

kesukaran.

1. Validitas

Arikunto (2006:168) mengatakan bahwa validitas adalah suatu ukuran

yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.

Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya,

instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.

Uji validitas dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product

moment dengan angka kasar yang dikemukakan oleh Pearson, yaitu:

(Arikunto, 2006:170)

Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

N = Jumlah siswa yang diujicobakan

X = Skor tiap item

33

Page 28: Skripsi (2)

Y = Skor total

∑XY = Jumlah perkalian X dan Y

Klasifikasi untuk menginterprestasikan besarnya koefisien korelasi

menurut Guilford J.P (dalam Sukasno, 2006:49) dibagi kedalam kategori-kategori

sebagai berikut :

rxy 0,00 tidak valid

0,00 < rxy 0,20 validitas sangat rendah

0,20 < rxy 0,40 validitas rendah dan (kurang)

0,40 < rxy 0,60 validitas sedang (cukup)

0,60 < rxy 0,80 validitas tinggi (baik)

0,80 < rxy 1,00 validitas sangat tinggi (sangat baik)

Untuk mendapatkan kesignifikanan validitas instrumen, maka diperlukan

uji statitik t dengan rumus :

(Sudjana, 2005:380)

Keterangan :

n = Banyak data

r = Korelasi

t = Distribusi student

Untuk taraf signifikan ( = 0,05), maka hipotesis diterima jika

dengan dk = (n - 2). Dalam hal lainnya hipotesis ditolak,

dengan kata lain soal tersebut dikatakan valid.

34

Page 29: Skripsi (2)

Hasil perhitungan analisis validitas butir soal dapat dilihat pada tabel 3.5.

Tabel. 3.5Hasil Analisis Validitas

No Soal Nilai rxy t(hitung) t(tabel) Keterangan1 0,11 0,61 2,04 Tidak Valid 2 0,36 2,12 2,04 Valid / rendah3 0,61 4,23 2,04 Valid / tinggi4 0,27 1,54 2,04 Tidak Valid 5 0,65 4,69 2,04 Valid / tinggi6 0,63 4,43 2,04 Valid / tinggi7 0,72 5,72 2,04 Valid / tinggi8 -0,04 -0,02 2,04 Tidak Valid9 0,63 4,43 2,04 Valid / tinggi10 0,62 4,35 2,04 Valid / tinggi

Sumber : Berdasarkan Hasil Uji Coba Instrumen Siswa Kelas IX.6 SMP N 7 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2010/2011

Analisis validitas hasil uji coba pada tabel 3.5 soal uji coba yang

diberikan sebanyak 10 butir, yang termasuk kategori :

1) tidak valid adalah soal nomor 1, 4 dan 8

2) valid rendah adalah soal nomor 2

3) valid tinggi adalah soal nomor 3, 5, 6, 7, 9 dan 10.

Jadi dari analisis validitas hasil uji coba, yang termasuk kategori valid

adalah soal nomor 2, 3, 5, 6, 7, 9 dan 10. Maka soal yang digunakan sebanyak

enam soal yang tergolong valid tinggi yaitu soal nomor 3, 5, 6, 7, 9 dan 10.

Perhitungan analisis validitas butir soal uji coba tes selengkapnya dapat dilihat

pada lampiran B.

2. Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen

cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena

instrumen tersebut sudah baik (Arikunto:2006:178).

35

Page 30: Skripsi (2)

Rumus yang digunakan untuk mencari koefisien bentuk uraian dikenal

dengan rumus Alpha yang dirumuskan sebagai berikut ;

(Arikunto, 2006:196)

Keterangan:

r11 = reabilitas instrumen

k = banyaknya butir soal

= jumlah varians skor setiap butir soal

= varians total

Klasifikasi untuk menginterprestasikan reliabilitas suatu tes menurut

Guilford. J.P (dalam Sukasno, 2006:61) adalah sebagai berikut:

r11 0,20 reliabilitas sangat rendah

0,20 < r11 0,40 reliabilitas rendah

0,40 < r11 0,60 reliabilitas sedang

0,60 < r11 0,80 reliabilitas tinggi

0,80 < r11 1,00 reliabilitas sangat tinggi

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh , ini berarti soal uji

coba tersebut mempunyai derajat reliabilitas sedang, sehingga dapat dipercaya

sebagai alat ukur.

Perhitungan analisis reliabilitas butir soal uji coba tes selengkapnya dapat

dilihat pada lampiran B.

3. Tingkat Kesukaran

36

Page 31: Skripsi (2)

Arikunto (dalam Kusumaningrum, 2007:48) Menarik simpulan sebagai

berikut.

Ditunjau dari segi kesukaran, soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha penyelesaiannya. Soal yang terlalu sulit akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencobanya lagi karena di luar jangkauan kemampuannnya.

Rumus yang digunakan untuk menghitung tingkat kesukaran setiap butir

soal adalah sebagai berikut :

Suherman dan Sukjaya (dalam Sukasno, 2006:78)

Keterangan :

TK = tingkat kesukaran

JSA = jumlah skor kelompok atas

JSB = jumlah skor kelompok bawah

SIA = jumlah skor ideal kelompok atas

SIB = jumlah skor ideal kelompok bawah

Kriteria tingkat kesukaran (Mendikbud, 1989:51) sebagai berikut :

0,24 = soal sukar

0,25 - 0,75 = soal sedang

0,76 = soal mudah

Dari hasil perhitungan, dapat dikemukakan rekapitulasi hasil analisis

tingkat kesukaran pada tabel 3.6.

Tabel 3.6Hasil Tingkat Kesukaran

37

Page 32: Skripsi (2)

Nomor soal

Jumlah skor Kelompok

atas

Jumlah skorKelompok

Bawah

Jumlah SkorIdeal

KelompokAtas/Bawah

Tingkat Kesukaran

(TK)Ket.

1 48 42 54 0,83 Mudah2 63 48 81 0,68 Sedang3 73 42 90 0,64 Sedang4 61 49 90 0,61 Sedang5 82 33 90 0,64 Sedang6 70 10 90 0,44 Sedang7 81 23 90 0,58 Sedang8 66 73 80 0,77 Mudah9 119 66 135 0,68 Sedang10 81 41 90 0,68 Sedang

Sumber : Berdasarkan hasil uji coba instrumen siswa kelas IX.6 SMP N 7 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2010/2011

Dari analisis tingkat kesukaran hasil uji coba pada tabel 3.6 dari 10 butir

soal yang termasuk dalam kategori:

1) Mudah adalah soal nomor 1 dan 8.

2) Sedang adalah soal nomor 2, 3, 4, 5, 6, 7, 9 dan 10.

3) Sukar, tidak terdapat soal dalam kriteria sukar.

Perhitungan analisis tingkat kesukaran butir soal uji coba tes selengkapnya

dapat dilihat pada lampiran B.

4. Daya Pembeda

Daya pembeda adalah kemampuan soal untuk membedakan antara siswa

yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah

(Kusumaningrum, 2007:50).

Suherman dan Sukjaya (dalam Sukasno, 2006:77) menarik simpulan

sebagai berikut.

Kelompok subjek dibagi dalam dua kelompok. Kelompok subjek disebut kecil jika jumlah subjeknya kurang dari atau sama dengan 30 . Untuk kelompok subjek dengan disebut kelompok besar. Untuk

38

Page 33: Skripsi (2)

kelompok subjek besar,maka untuk keperluan perhitungan daya pembeda butir soal tersebut, diambil 27 % siswa kelompok atas dan 27 % siswa kelompok bawah, sehingga jumlah sampel yang diambil sebanyak 54 % dari populasi. Proses penentuan kelompok atas dan kelompok bawah tersebut ialah dengan cara mengurutkan skor total setiap subjek dari skor tertinggi ke skor terendah.

Dalam penelitian ini jumlah siswa yang melakukan uji coba tes adalah 32

siswa, maka disebut sebagai kelompok besar, sehingga untuk keperluan

perhitungan daya pembeda diambil 27 % siswa kelompok atas dari 32 siswa dan

27 % siswa kelompok bawah dari 32 siswa.

Rumus yang digunakan untuk menghitung daya pembeda setiap butir soal

adalah sebagai berikut :

Suherman dan Sukjaya (dalam Sukasno, 2006:76)

Keterangan :

DP = Indeks daya pembeda

JSA = jumlah skor kelompok atas

JSB = jumlah skor kelompok bawah

SIA = jumlah skor ideal salah satu kelompok (kelompok atas atau bawah)

Kriteria indeks daya pembeda yang digunakan menurut Guilfort.J.P

(dalam Sukasno, 2006:77) adalah sebagai berikut :

DP = 0,00 Sangat Jelek

0,00 < DP 0,20 Jelek

0,20 < DP 0,40 Cukup

0,40 < DP 0,70 Baik

0,70 < DP 1,00 Sangat Baik

39

Page 34: Skripsi (2)

Tabel 3.7Hasil Analisis Daya Pembeda

Nomor soal

Jumlah skor Kelompok

atas

Jumlahskor

KelompokBawah

Jumlah SkorIdeal

KelompokAtas/Bawah

Daya Pembeda

(DP)Ket.

1 48 42 54 0,11 Jelek2 63 48 81 0,18 Jelek3 73 42 90 0,34 Cukup4 61 49 90 0,13 Jelek5 82 33 90 0,54 Baik6 70 10 90 0,67 Baik7 81 23 90 0,64 Baik8 66 73 80 -0,08 Sangat Jelek9 119 66 135 0,39 Cukup10 81 41 90 0,44 Baik

Sumber : Berdasarkan Hasil Uji Coba Instrumen Siswa Kelas IX.6 SMP N 7 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2010/2011

Analisis daya pembeda hasil uji coba pada tabel 3.7 dari 10 butir soal,

yang termasuk kategori:

1) sangat jelek adalah soal nomor 8.

2) jelek adalah soal nomor 1, 2 dan 4.

3) cukup adalah soal nomor 3 dan 9.

4) baik adalah soal nomor 5, 6, 7, dan 10.

Perhitungan analisis daya pembeda butir soal uji coba tes selengkapnya

dapat dilihat pada lampiran B.

Tabel 3.8Rekapitulasi Hasil Uji Coba

NoSoal

Validitas TingkatKesukaran

Daya Pembeda

Ket

1 0,11 Valid/sangat rendah 0,83 Mudah 0,11 Jelek Soal tidak dapat

digunakan2 0,36 Valid/rendah 0,68 Sedang 0,18 Jelek Soal tidak

40

Page 35: Skripsi (2)

NoSoal

Validitas TingkatKesukaran

Daya Pembeda

Ket

dapat digunakan

3 0,61 Valid/tinggi 0,64 Sedang 0,34 Cukup Soal dapat digunakan

4 0,27 Valid/rendah 0,61 Sedang 0,13 Jelek Soal tidak dapat

digunakan5 0,65 Valid/tinggi 0,64 Sedang 0,54 Baik Soal dapat

digunakan6 0,63 Valid/tinggi 0,44 Sedang 0,67 Baik Soal dapat

digunakan7 0,72 Valid/tinggi 0,58 Sedang 0,64 Baik Soal dapat

digunakan8 -0,44 Tidak valid 0,77 Mudah -0,08 Sangat

JelekSoal tidak

dapat digunakan

9 0,63 Valid/tinggi 0,68 Sedang 0,39 Cukup Soal dapat digunakan

10 0,62 Valid/tinggi 0,68 Sedang 0,44 Baik Soal dapat digunakan

Sumber : Berdasarkan Hasil Uji Coba Instrumen Siswa Kelas IX.6 SMP N 7 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2010/2011

Berdasarkan rekapitulasi pada tabel 3.8 maka item-item soal yang akan

digunakan untuk tes adalah item soal yang termasuk kategori valid tinggi yaitu

soal nomor 3, 5, 6, 7, 9 dan 10, yang berjumlah 6 soal sedangkan yang lainnya

tidak digunakan.

F. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 7 Lubuklinggau kelas VIII

berjumlah 6 kelas pada semester pertama tahun pelajaran 2010/2011.

Pelaksanaannya dilakukan secara langsung oleh peneliti dan sesuai dengan jadwal

yang berlaku di sekolah. Model pembelajaran yang digunakan adalah model

41

Page 36: Skripsi (2)

pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) pada materi

energi dan usaha.

Pelaksanaan penelitian dimulai dengan pemberian tes awal, melaksanakan

pembelajaran dan tes akhir. Tes awal digunakan untuk mengetahui kemampuan

awal siswa sebelum proses pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

Individualization (TAI) dilaksanakan sedangkan tes akhir untuk mengetahui

kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

Individualization (TAI). Penelitian ini dilakukan dari tanggal 19 Juli 2010 sampai

tanggal 02 Agustus 2010.

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di dua kelas sampel yaitu kelas eksperimen dan

kelas kontrol. Pada kelas eksperimen yaitu kelas VIII.2, proses pembelajarannya

42

Page 37: Skripsi (2)

menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI)

sedangkan pada kelas kontrol yaitu kelas VIII.4 proses pembelajarannya tanpa

menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization

(TAI). Pada pelaksanaan pembelajaran peneliti bertindak sebagai pengajar.

Pada pelaksanaan tes awal kelas eksperimen diikuti oleh semua siswa dan

kelas kontrol juga diikuti semua siswa. Data hasil tes akhir diperoleh setelah

kedua kelas mendapat perlakuan yang berbeda dalam pembelajaran fisika pada

materi energi dan usaha. Data tersebut digunakan untuk menentukan perbedaan

hasil belajar antara kedua kelas. Sebelum dilaksanakan pembelajaran dan tes akhir

terlebih dahulu dilaksanakan pretest, kemudian melaksanakan kegiatan

pembelajaran dan dilanjutkan dengan pemberian posttest.

1. Deskripsi dan Analisis Data Kemampuan Awal Siswa

Kemampuan awal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengetahuan

awal yang dimiliki siswa sebelum diberi pembelajaran energi dan usaha.

kemampuan awal diperoleh melalui pretest baik itu kelas eksperimen maupun

kelas kontrol. Kemampuan awal yang dimaksud merupakan kemampuan siswa

sebelum guru memberikan pembelajaran kepada siswa baik itu pembelajaran

kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) maupun tanpa pembelajaran

kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI).

Tes awal (pretest) ini dilakukan pada pertemuan pertama yang diikuti oleh

40 siswa pada kelas eksperimen dan 40 siswa pada kelas kontrol. Skor hasil tes

awal diambil sebagai data penelitian yang akan dianalisis untuk mengetahui

keadaan awal sampel apakah berasal dari keadaan yang sepadan atau sama. Skor

43

Page 38: Skripsi (2)

tes awal siswa tersebut dapat dilihat dalam lampiran C. Pada tahap ini analisis

yang dilakukan sebagai berikut.

a. Rata-rata ( ) dan simpangan baku ( ) skor tes awal

Hasil perhitungan Rata-rata ( ) dan simpangan baku ( ) skor tes awal

kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut :

Tabel 4.1Rata-rata ( ) dan Simpangan Baku ( ) Hasil Tes Awal (Pretest)

Kelas Rata-rata ( ) Simpangan baku ( )Eksperimen 17,30 5,29

Kontrol 16,80 4,47

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa rata-rata skor kemampuan awal

kelas eksperimen sebesar 17,30 dan kelas kontrol sebesar 16,80. Sedangkan

simpangan baku kelas eksperimen 5,29 dan simpangan baku kelas kontrol 4,47.

Hal ini berarti kemampuan awal antara kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak

terdapat perbedaan yang begitu besar. Perhitungan selengkapnya dapat

dilihat pada lampiran C.

b. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah data hasil

tes siswa berdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan ketentuan

perhitungan statistik mengenai uji normalitas data dengan taraf kepercayaan

, jika < maka data berdistribusi normal. Hasil uji

normalitas tes awal untuk kedua kelompok dapat dilihat pada tabel 4.2.

44

Page 39: Skripsi (2)

Tabel 4.2Hasil Uji Normalitas Skor Tes Awal

Kelas dk Kesimpulan

EksperimenKontrol

3,31194,2357

55

11,111,1

NormalNormal

Dari tabel 4.2 menunjukkan nilai data tes awal untuk kelas

eksperimen dan kelas kontrol lebih kecil dari pada . Berdasarkan ketentuan

pengujian normalitas dengan menggunakan uji kecocokan (Chi-kuadrat) dapat

disimpulkan bahwa masing-masing kelas untuk data tes awal pada kedua

kelompok berdistribusi normal pada taraf kepercayaan , karena <

. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C.

c. Uji Homogenitas

Uji homogenitas ini bertujuan untuk melihat apakah data pada kedua kelas

sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak. Berdasarkan ketentuan

perhitungan statistik (Lampiran C) tentang uji homogenitas varians dengan taraf

kepercayaan , jika < maka varians dua kelompok data

adalah homogen. Hasil uji homogenitas varians tes awal untuk kelas eksperimen

dan kelas kontrol dengan taraf kepercayaan dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3Hasil Uji Homogenitas Skor Tes Awal

Tes dk KesimpulanTes awal 1,40 40;38 1,71 Homogen

45

Page 40: Skripsi (2)

Pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa varians kedua kelompok data (kelas

eksperimen dan kelas kontrol) pada tes awal adalah homogen, karena <

. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C.

d. Uji Kesamaan Dua Rata-rata

Berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas, maka kedua kelompok

data tes awal adalah normal dan homogen. Dengan demikian uji kesamaan dua

rata-rata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk data tes awal dapat

menggunakan uji-t. Hipotesis statistik yang diuji dalam perhitungan uji-t untuk tes

awal adalah:

H0 = Hipotesis pembanding, rata-rata skor kelas eksperimen kurang dari atau

sama dengan rata-rata skor kelas kontrol.

Ha = Hipotesis kerja, rata-rata skor kelas eksperimen lebih besar dari rata-rata

skor kelas kontrol.

Hasil uji-t untuk tes awal dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-rata Skor Tes Awal

Tes dk KesimpulanTes awal 0,46 60 1,67 thitung < ttabel

Ho diterima

Pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa hasil analisis uji-t mengenai

kemampuan awal siswa (Lampiran C) menunjukkan bahwa , maka

Ho diterima dan Ha ditolak, berarti rata-rata skor kelas eksperimen dan kelas

kontrol adalah sama. Dengan kata lain bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol

46

Page 41: Skripsi (2)

mempunyai kemampuan awal yang sama dengan taraf kepercayaan ,

karena yaitu = 0,46 dan = = 1,67.

Berdasarkan analisis ini, maka dapat dikatakan bahwa kedua kelompok

sampel dalam keadaan sepadan (berangkat dari kondisi awal yang sama). Karena

kedua kelas sama-sama belum melaksanakan pembelajaran, sehingga pada tahap

selanjutnya dapat dilaksanakan pembelajaran pada masing-masing kelas, dimana

dikelas eksperimen diberi pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

Individualization (TAI) dan pada kelas kontrol diberikan pembelajaran tanpa

menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization

(TAI).

2. Deskripsi dan Analisis Data Kemampuan Akhir Siswa

Kemampuan akhir siswa dalam penguasaan materi enegi dan usaha

merupakan hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.

Kemampuan akhir siswa diperoleh melalui tes akhir. Pelaksanaan tes akhir

dimaksudkan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti proses

pembelajaran. Tes akhir digunakan untuk mengetahui pengaruh penggunaan

pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI). Skor hasil tes

akhir dapat dilihat pada lampiran C. Pada tahap ini analisis yang dilakukan

sebagai berikut.

a. Rata-rata ( ) dan simpangan baku ( ) skor tes akhir

Hasil perhitungan rata-rata ( ) dan simpangan baku ( ) skor tes

akhir kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 4.5 sebagai

berikut:

47

Page 42: Skripsi (2)

Tabel 4.5Rata-rata ( ) dan Simpangan Baku ( ) Hasil Tes Akhir (Postest)

Kelas Rata-Rata ( ) Simpangan BakuEksperimen 46,30 11,10

Kontrol 39,25 9,13

Berdasarkan tabel 4.5 dibandingkan dengan kemampuan awal siswa (tabel

4.1), terdapat peningkatan hasil belajar pada kemampuan akhir siswa setelah

diberikan pembelajaran. Kelas eksperimen memperoleh rata-rata skor sebesar

46,30 dibandingkan dengan skor tes awal, maka ada peningkatan sebesar 29,00.

Untuk kelas kontrol memperoleh rata-rata skor sebesar 39,25 berarti terjadi

peningkatan rata-rata skor sebesar 22,45. Peningkatan kelas eksperimen lebih

besar dari peningkatan kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan

skor tes kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan skor tes

kelas kontrol. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada

lampiran C.

b. Uji Normalitas

Berdasarkan ketentuan perhitungan statistik (Lampiran C) mengenai uji

normalitas data dengan taraf kepercayaan , jika < maka

data berdistribusi normal. Hasil uji normalitas tes akhir untuk kedua kelompok

dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6Hasil Uji Normalitas Skor Tes Akhir

48

Page 43: Skripsi (2)

Kelas dk Kesimpulan

EksperimenKontrol

2,84869,2355

55

11,111,1

NormalNormal

Dari tabel 4.6 menunjukkan nilai data tes akhir untuk kelas

eksperimen dan kelas kontrol lebih kecil daripada . Berdasarkan ketentuan

pengujian normalitas dengan menggunakan uji kecocokan (Chi-kuadrat) dapat

disimpulkan bahwa masing-masing kelas untuk data tes akhir pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal pada taraf kepercayaan

, karena < . Perhitungan selengkapnya dapat

dilihat pada lampiran C.

c. Uji Homogenitas

Berdasarkan ketentuan perhitungan statistik (Lampiran C) tentang uji

homogenitas varians dengan taraf kepercayaan , jika < maka

varians dua kelompok data adalah homogen. Hasil uji homogenitas varians tes

akhir untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan taraf kepercayaan

dapat dilihat pada tabel 4.7.

Tabel 4.7Hasil Uji Homogenitas Skor Tes Akhir

Tes dk KesimpulanTes akhir 1,48 40;38 1,71 Homogen

Pada tabel 4.7 menunjukkan bahwa varians kedua kelompok data kelas

( eksperimen dan kontrol ) pada tes akhir adalah homogen, karena < .

Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C.

d. Uji Kesamaan Dua Rata-rata

49

Page 44: Skripsi (2)

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa data hasil belajar fisika siswa kelas

VIII.2 sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII.4 sebagai kelas kontrol

berdistribusi normal dan homogen. Dengan demikian uji kesamaan dua rata-rata

antara kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk data tes akhir dapat

menggunakan uji-t.

Hipotesis statistik yang diuji dalam perhitungan uji-t untuk tes akhir adalah:

H0 : : Hipotesis pembanding, rata-rata skor kelas eksperimen kurang

dari atau sama dengan rata-rata skor kelas kontrol.

Ha : : Hipotesis kerja, rata-rata skor kelas eksperimen lebih besar

daripada rata-rata skor kelas kontrol.

Hasil uji-t untuk tes akhir dapat dilihat pada tabel 4.8.

Tabel 4.8Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-rata Skor Tes Akhir

Tes dk KesimpulanTes akhir 3,16 60 1,67 thitung > ttabel

Ho ditolak

Pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa hasil analisis uji-t mengenai kemampuan

akhir siswa (Lampiran C) menunjukkan bahwa thitung > ttabel (3,16 > 1,67) maka Ho

ditolak dan Ha diterima, hal ini berarti rata-rata skor kelas eksperimen secara

signifikan lebih besar daripada rata-rata skor kelas kontrol.

3. Deskripsi dan Analisis Data Hasil Observasi

Observasi dilakukan untuk melihat aktifitas siswa selama proses belajar

mengajar berlangsung dengan materi energi dan usaha pada kelas eksperimen

dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

50

Page 45: Skripsi (2)

Individualization (TAI) dan pada kelas kontrol yang tanpa menggunakan

pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI). Data hasil

observasi hanya digunakan sebagai data pelengkap dan untuk memperkuat hasil

penelitian. Observasi ini dilakukan sebanyak 3 kali oleh peneliti di kelas

eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan lembar observasi yang terdiri

dari 9 kategori.

Data hasil aktifitas siswa selama pembelajaran berlangsung terdapat pada

lampiran C dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.9 dan 4.10.

Tabel 4.9Hasil Observasi Aktifitas Siswa Kelas Eksperimen

Pertemuan IPersentase aktifitas siswa

Rata-rata = 60,76 (Aktif)

57,83 %

Pertemuan IIPersentase aktifitas siswa

60,56 %

Pertemuan IIIPersentase aktifitas siswa

63,89 %

Tabel 4.10Hasil Observasi Aktifitas Siswa Kontrol

Pertemuan IPersentase aktifitas siswa

Rata-rata = 41,10 (Cukup Aktif)

34,72 %

Pertemuan IIPersentase aktifitas siswa

41,01 %

Pertemuan IIIPersentase aktifitas siswa

47,58 %

Dari tabel 4.9 dan 4.10 terlihat bahwa rata-rata keaktifan siswa kelas

eksperimen lebih besar daripada siswa kelas kontrol. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa penggunaan metode kooperatif tipe Team Assisted

Individualization (TAI) dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa lebih baik

51

Page 46: Skripsi (2)

dibandingkan tanpa menggunakan pembelajaran kooperatif Team Assisted

Individualization (TAI).

B. Pembahasan

Pada kelas eksperimen terlebih dahulu peneliti mensosialisasikan

pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI), siswa dibagi

dalam kelompok belajar yang beranggotakan 4 orang dan terbentuk sebanyak 10

kelompok sesuai dengan nilai pretest mereka, selanjutnya peneliti menjelaskan

materi pelajaran secara singkat. Kemudian peneliti memberikan tugas berupa soal-

soal yang harus dikerjakan oleh kelompok, setiap kelompok mengerjakan tugas

yang diberikan dan menyatukan pendapatnya untuk mencari jawaban yang paling

tepat dan meyakinkan, penelitipun memberikan bantuan seperlunya secara

individual bagi siswa yang kurang memahami materi. Setelah siswa dianggap

sudah mampu mengerjakan soal-soal tersebut, maka peneliti memberikan tes

(quiz) dan menetapkan kelompok terbaik sampai kelompok yang kurang baik,

selanjutnya menjelang akhir waktu peneliti menjelaskan kembali soal-soal yang

dianggap sulit oleh siswa khususnya soal-soal hitungan. Selama proses

pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) peneliti

dibantu oleh teman sejawat untuk mengamati keaktifan siswa, dengan

menggunakan lembar observasi siswa.

Pada pertemuan pertama kelas eksperimen materi yang disampaikan yaitu

tentang bentuk-bentuk energi, perubahan bentuk energi serta energi potensial

benda. Disini guru memberikan soal untuk setiap kelompok sebanyak empat butir

52

Page 47: Skripsi (2)

soal dimana jumlah siswa dalam setiap kelompok empat orang, mereka harus

mengerjakan masing-masing satu soal, dalam tahap ini kelompok pertama sampai

kelompok sepuluh mengalami hambatan khususnya soal-soal hitungan pada soal

nomor tiga dan nomor empat, sehingga mereka memerlukan bantuan kepada

peneliti yang bertindak sebagai pengajar (guru), disini guru memberikan bantuan

seperlunya secara individual pada setiap kelompok yang membutuhkan, dengan

demikian hambatan yang mereka alami dapat teratasi.

Pada pertemuan kedua kelas eksperimen materi yang disampaikan yaitu

energi kinetik dan energi mekanik. Pada saat guru memberikan tugas kelompok,

beberapa kelompok mengalami hambatan pada soal hitungan yang memerlukan

pembalikan rumus, yaitu pada soal nomor tiga, kelompok-kelompok yang

mengalami hambatan yaitu kelompok tiga, lima, tujuh, delapan, sembilan dan

sepuluh, sedangkan pada soal nomor empat semua kelompok mengalami

hambatan. Kelompok tersebut meminta bantuan kepada guru, gurupun

memberikan bantuan secara individual kepada kelompok yang membutuhkan.

Pada pertemuan ketiga kelas eksperimen materi yang disampaikan yaitu

materi usaha. Pada saat guru memberikan tugas kelompok hanya 5 kelompok

yang mengalami hambatan pada soal nomor empat, hal ini dikarenakan kelompok

tersebut masih belum memahami maksud soal tersebut. Sehingga mereka meminta

bantuan kepada guru, gurupun memberikan bantuan secara individual kepada

kelompok yang membutuhkan, sehingga mereka dapat memahami soal tersebut.

Pada kelas kontrol pembelajaran yang dilakukan adalah dengan metode

ceramah, tanya jawab dan penugasan. Dalam proses pembelajaran ini guru

53

Page 48: Skripsi (2)

menjelaskan materi secara urut dan kadang-kadang memberi waktu peserta didik

untuk bertanya dan mencatat. Selanjutnya, guru memberikan beberapa contoh

soal, dan guru membahas soal yang diberikan dengan meminta beberapa peserta

didik untuk untuk mengerjakan di papan tulis. Guru memberikan kesempatan

bertanya kepada peserta didik yang belum paham. Selanjutnya guru memberikan

latihan soal kepada siswa. Pada akhir waktu guru membantu peserta didik untuk

menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

Pada proses pembelajaran ini pada awalnya membuat peserta didik

menjadi lebih tenang, Peserta didik duduk dan memperhatikan guru menerangkan

materi pelajaran. Hal semacam ini menjadikan guru sulit memahami pemahaman

peserta didik, karena peserta didik yang belum paham tidak mau bertanya.

Permasalahan lain yang dihadapi oleh peserta didik adalah tentang kemampuan

peserta didik dalam memahami dan memecahkan masalah. Karena pembelajaran

tidak menggunakan kelompok maka masalah yang diberikan harus diselesaikan

sendiri tanpa bantuan satu team, peserta didikpun tidak berani dan malu untuk

meminta bantuan kepada guru. Oleh karena itu pemahaman peserta didik dalam

memahami arti atau maksud soal yang diberikan oleh guru dan kecepatan

berhitung agak lambat. Selama proses pembelajaran di kelas kontrol berlangsung

peneliti dibantu oleh teman sejawat untuk mengamati keaktifan siswa, dengan

menggunakan lembar observasi siswa.

Berdasarkan analisis data awal diperoleh bahwa data

berdistribusi normal, Fhitung < Ftabel maka dapat dikatakan bahwa

kedua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok

54

Page 49: Skripsi (2)

kontrol berangkat dari keadaan yang sama atau homogen.

Kemudian kedua kelompok diberi perlakuan yang berbeda, yaitu

kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan penggunaan

pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI)

kelompok kontrol diberi perlakuan tanpa menggunakan

pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI).

Setelah diberi perlakuan yang berbeda, untuk kelas eksperimen diberi

pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) sedangkan

untuk kelas kontrol tanpa menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Team

Assisted Individualization (TAI). Kemudian kelas diberikan tes akhir maka terjadi

peningkatan hasil belajar. Kelas eksperimen memperoleh rata-rata skor sebesar

46,30 dibandingkan dengan skor tes awal, maka ada peningkatan sebesar 29,00.

Untuk kelas kontrol memperoleh rata-rata skor sebesar 39,25 berarti terjadi

peningkatan rata-rata skor sebesar 22,45. Peningkatan kelas eksperimen lebih

besar dari peningkatan kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan

skor tes kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan skor tes

kelas kontrol. Hasil dari tes hasil belajar kedua kelompok dilakukan

uji normalitas, uji kesamaan dua varians, dan uji hipotesis. Dari

uji normalitas dan uji kesamaan dua varian menunjukkan

bahwa kedua kelompok berdistribusi normal dan homogen.

Berdasarkan uji kesamaan dua rata-rata diperoleh data

mengenai kemampuan akhir siswa bahwa kemampuan siswa kelas eksperimen

dan kelas kontrol berbeda secara signifikan pada taraf kepercayaan

55

Page 50: Skripsi (2)

karena yaitu = 3,16 dan = 1,67. Hasil ini menunjukkan

bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, berarti rata-rata skor kelas eksperimen secara

signifikan lebih besar daripada rata-rata skor kelas kontrol. Dengan kata lain ada

pengaruh pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI)

terhadap hasil belajar fisika siswa pada materi energi dan usaha kelas VIII

Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Lubuklinggau tahun pelajaran 2010/2011.

Berdasarkan analisis hasil penelitian, kita ketahui bahwa hasil belajar kelas

eksperimen lebih baik dari hasil belajar kelas kontrol. Hal ini disebabkan beberapa

hal yang mempengaruhinya, antara lain:

1. Dalam metode pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization

(TAI), interaksi siswa dengan siswa lebih besar dibandingkan interaksi siswa

dengan guru. Hal ini menyebabkan siswa lebih banyak belajar antara sesama

siswa daripada belajar dari guru, sehingga siswa yang merasa minder bila

harus bertanya menjadi berani bertanya karena yang dihadapi teman

sebayanya. Dengan demikian siswa akan termotivasi dan menjadi lebih paham

terhadap suatu materi. Sedangkan pada pembelajaran tanpa menggunakan

Team Assisted Individualization (TAI) pembelajaran berpusat pada guru

sehingga interaksi siswa dengan guru lebih besar dibandingkan interaksi siswa

dengan siswa padahal siswa yang belum jelas kadang tidak berani atau malu

untuk bertanya pada guru.

2. Dalam pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI)

pada penelitian ini guru memberikan tugas kelompok berupa soal-soal yang

terdiri dari 4 soal untuk setiap kelompok, sedangkan dalam setiap kelompok

56

Page 51: Skripsi (2)

berganggotakan 4 orang, jadi setiap siswa dalam kelompok harus mengerjakan

1 soal, dalam hal ini mereka bertanggung jawab untuk mengerjakan soal yang

menjadi tugas mereka, bagi yang belum memahami dapat bertanya kepada

teman satu kelompoknya, jika masih belum paham dapat meminta bantuan

guru dan guru secara individual membantu mereka. Sehingga cara ini

menjamin keterlibatan total semua siswa dan upaya yang sangat baik untuk

meningkatkan tanggung jawab individual dalam kelompok. Dengan adanya

keterlibatan total semua siswa tentunya akan berdampak positif terhadap

motivasi belajar siswa. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe Team

Assisted Individualization (TAI) guru hanya berfungsi sebagai fasilitator yaitu

memberikan pengarahan seperlunya kepada siswa, keaktifan siswa lebih

ditekankan. Sehingga siswa tertantang untuk menemukan sendiri konsep-

konsep yang sulit. Sedangkan pada kelas kontrol pembelajaran berpusat pada

guru, siswa cenderung pasif dan kurang terlibat dalam pembelajaran.

3. Dalam pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI)

siswa tidak cepat bosan karena siswa dapat saling berdiskusi dalam

kelompoknya sehingga proses pembelajaran tidak monoton. Sedangkan dalam

pembelajaran tanpa menggunakan tipe Team Assisted Individualization (TAI)

siswa lebih banyak duduk dan memperhatikan guru menerangkan materi

pelajaran. Hal ini menyebabkan siswa mengalami kejenuhan yang berakibat

kurangnya minat belajar.

Berdasarkan analisis data hasil observasi pada kelas eksperimen dan kelas

kontrol mengenai aktivitas siswa, terlihat hasil perhitungan persentase rata-rata

57

Page 52: Skripsi (2)

aktifitas siswa pada kelas eksperimen secara keseluruhan sebesar 60,76 %

termasuk kriteria aktif sedangkan pada kelas kontrol sebesar 41,10 % termasuk

kriteria cukup aktif. Dari hasil observasi dapat dilihat bahwa pembelajaran

kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dapat meningkatkan

aktifitas belajar siswa lebih baik dibandingkan tanpa menggunakan pembelajaran

kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI). Hal ini disebabkan pada

pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) tahapan

pembelajaran yang diterapkan menuntut peserta didik untuk selalu melakukan

kegiatan, berinteraksi satu sama lain dan mengembangkan kemampuan

komunikasi dan kemampuan pemecahan masalah.

BAB VSIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan penulis,

diperoleh rata-rata skor tes akhir kelas eksperimen sebesar 46,30 dan kelas kontrol

58

Page 53: Skripsi (2)

sebesar 39,25 dan hasil uji hipótesis diperoleh yaitu = 3,16 dan

= 1,67 dengan demikian rata-rata hasil belajar fisika siswa yang

menggunanakan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization

(TAI) secara signifikan lebih baik daripada hasil belajar fisika siswa yang tanpa

menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization

(TAI). Maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari

penggunaan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI)

terhadap hasil belajar fisika siswa pada materi energi dan usaha kelas VIII

Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Lubuklinggau tahun pelajaran 2010/2011.

B. Saran

1. Guru diharapkan agar dapat menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Team

Assisted Individualization (TAI) pada pelajaran fisika sehingga dapat

meningkatkan hasil belajar siswa..

2. Sekolah hendaknya mendukung terlaksananya kegiatan yang menggunakan

pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI).

3. Perlu diadakan penelitian lanjutan sebagai pengembangan dari penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Sukarsimi. 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Debdikbud. 1989. Kurikulum SMP, Petunjuk Pelaksanaan Penilaian. Jakarta : Debdikbud

59

Page 54: Skripsi (2)

Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika. Jakarta: Erlangga.

Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Khalim, Abdul ; Hari subagya; Agus Taranggono. 2004. Sains Fisika. Bumi Aksara

Kusumaningrum, Retna. 2007. Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assited Individualization) Melalui Pemanfaatan LKS (Lembar Kerja Siswa) terhadap Hasil Belajar Matematika Sub Pokok Bahasan Jajargenjang dan Belahketupat pada Siswa Kelas VII SMPN II Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007. [Online] http://www.digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH12e3/...dir/doc.pdf. [14 Januari 2010].

Mulyana, Derty. 2004. Pengaruh Penerapan Teori Belajar Burner dalam Pembelajaran Fisika pada Pokok Bahasan Tekanan terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas 1 SLTP Negeri 1 Indralaya. Skripsi tdak diterbitkan. Palembang: Jurusan MIPA FKIP Universitas Sriwijaya.

Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. 2008. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Purwono, Indro. 2000. Fisika Pendidikan Dasar 9 Tahun. Surakarta: Pabelan.

Sumijadi. 1995. IPA Fisika.Surakarta: Tiga Serangkai.

Slavin, Robert E. 2005. Cooperatif Learning. Bandung: Nusa Media.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sukasno. 2006. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Buku tidak diterbitkan. Lubuklinggau : STKIP-PGRI Lubuklinggau.

Suprijono, Agus. (2009). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tiliyani, Bukaningrum. 2007. Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Team Assited Individualization (TAI) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IX BSMP Negeri 1 Adiwerna Kabupaten Tegal dalam Pokok Bahasan Pangkat Tak Sebenarnya. [Online] http://www.digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH014e/...dir/doc.pdf. [14 Januari 2010].

Wati, Ernie Fitri. 2009. Penerapan Pendekatan CooperativeLearning Tpe Jigsaw dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas X SMA Negeri 5

60

Page 55: Skripsi (2)

Lubuklinggau. Skripsi tidak diterbitkan. Lubuklinggau: Jurusan MIPA STKIP PGRI Lubuklinggau.

61