Skripsi (2)
-
Upload
yelius-jeye-wardane -
Category
Documents
-
view
108 -
download
4
Transcript of Skripsi (2)
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap kemajuan
suatu bangsa. Melalui pendidikan bangsa Indonesia bisa membebaskan diri dari
kebodohan, kelatarbelakangan dan dapat mengembangkan sumber daya manusia
sehingga dapat memiliki rasa percaya diri untuk bersanding dan bersaing dengan
bangsa-bangsa lain di dunia. Pendidikan yang dikembangkan adalah pendidikan
yang dapat mengembangkan potensi masyarakat, mampu menumbuhkan kemauan
serta membangkitkan motivasi generasi bangsa untuk menggali berbagai potensi,
dan mengembangkannya secara optimal bagi kepentingan pembangunan
masyarakat secara utuh dan menyeluruh.
Dunia pendidikan saat ini memusatkan mutu pendidikan pada peningkatan
kegiatan belajar mengajar (KBM) yang di dalamnya terdapat guru dan peserta
didik sebagai unsur manusia yang mempunyai kemampuan, keterampilan,
motivasi, dan lain sebagainya yang berbeda antara yang satu dengan yang lain.
Adanya perbedaan tersebut menjadikan pembelajaran sebagai proses pendidikan
memerlukan siasat, pendekatan, metode, dan teknik yang bermacam-macam
sehingga peserta didik dapat menguasai materi dengan baik dan mendalam.
Seiring dengan perkembangan zaman, khususnya dalam dunia pendidikan
praktek-praktek pembelajaran perlu diperbarui. Upaya tersebut terletak pada
tanggung jawab guru, bagaimana pembelajaran yang disampaikan dapat dipahami
oleh anak didik secara benar. Salah satunya sistem pengajaran yang memberi
kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan siswa-siswa dalam
tugas-tugas yang berstruktur disebut sebagai sistem ”Pembelajaran Kooperatif”.
Dalam sistem ini, guru bertindak sebagai fasilatator. Untuk lebih menyiapkan
anak didik dengan keterampilan-keterampilan baru untuk bisa ikut berpartisipasi
dalam dunia yang berubah dan berkembang pesat.
Menurut Isjoni (2009:14) Pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut.
Salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Kebanyakan pengajar enggan menerapkan sistem kerjasama di dalam
kelas karena beberapa alasan, yaitu siswa yang kurang pandai merasa minder
ditempatkan dalam satu kelompok dengan siswa yang lebih pandai. Sedangkan
siswa yang lebih pandai merasa temannya yang kurang pandai hanya menumpang
pada hasil jerih payahnya, sehingga guru khawatir akan terjadi kekacauan di kelas
dan siswa tidak belajar jika mereka ditempatkan dalam kelompok.
Slavin (2005:5) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki
kelebihan yang sangat besar untuk mengembangkan hubungan antara siswa dari
latar belakang etnik yang berbeda dan antara siswa-siswa pendidikan khusus
terbelakang secara akademik dengan teman sekelas mereka.
Salah satu bentuk pembelajaran kooperatif yang dapat dipilih adalah Team
Assisted Individualization (TAI). Dalam model pembelajaran Team
Assisted Individualization (TAI), siswa ditempatkan dalam kelompok-
8
kelompok kecil (4 sampai 5 siswa) yang heterogen untuk
menyelesaikan tugas kelompok yang sudah disiapkan oleh guru,
selanjutnya diikuti dengan pemberian bantuan secara individu
bagi siswa yang memerlukan.
Hasil penelitian Retna (2007) menunjukkan bahwa
pembelajaran kooperatif tipe TAI lebih efektif dari pada
pembelajaran langsung pada siswa kelas VII SMP Negeri 11
Semarang. Penelitian oleh Bukaningrum (2007) dengan pembelajaran
kooperatif tipe TAI juga menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa kelas IX
BSMP Negeri 1 Adiwerna kabupaten Tegal. Dengan demikian pembelajaran tipe
Team Assisted Individualization (TAI) dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan guru bidang studi fisika
kelas VIII SMP Negeri 7 Lubuklinggau, sebagian siswanya masih kurang
memahami pelajaran fisika. Hal ini ditunjukkan bahwa siswa masih terlihat pasif
dalam belajar dan strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru masih
menggunakan pembelajaran konvensional, sehingga hasil belajar siswa pada
pelajaran fisika masih rendah dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang
ditetapkan sekolah yaitu 6,0. Oleh karena itu untuk membuat siswa aktif dalam
kegiatan pembelajaran dan juga mampu meningkatkan pemahaman siswa, maka
salah satu cara untuk mengatasinya adalah menggunakan pembelajaran kooperatif
tipe Team Assisted Individualization (TAI) sehingga kemampuan siswa dalam
menerapkan konsep fisika diharapkan dapat meningkat.
9
Oleh sebab itu, mengingat pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI) belum diterapkan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 7
Lubuklinggau dan berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan
suatu penelitian yang berjudul : Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Team
Assisted Individualization (TAI) terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa pada Materi
Energi dan Usaha Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Lubuklinggau
Tahun Pelajaran 2010/2011.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang penelitian ini, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah ”Adakah pengaruh pembelajaran kooperatif tipe Team
Assisted Individualization (TAI) terhadap hasil belajar fisika siswa pada materi
energi dan usaha kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Lubuklinggau
tahun pelajaran 2010/2011?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pembelajaran
kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) terhadap hasil belajar fisika
siswa pada materi energi dan usaha kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri
7 Lubuklinggau tahun pelajaran 2010/2011.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
10
1. Bagi sekolah, sebagai sumbangan pemikiran untuk meningkatkan kualitas
pendidikan khususnya fisika.
2. Bagi guru, sebagai bahan masukan dan alternatif dalam pemilihan model
pembelajaran.
3. Bagi peserta didik, membantu siswa dalam meningkatkan kegiatan belajar,
mengoptimalkan kemampuan berfikir, tanggung jawab, dan keaktifan siswa
dalam kegiatan pembelajaran.
4. Bagi peneliti, mendapatkan pengalaman langsung dalam pelaksanaan
pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dan
mengetahui bagaimana keberhasilannya dalam mengembangkan kemampuan
peserta didik.
E. Penjelasan Istilah
Menghindari salah penafsiran dari istilah-istilah yang digunakan dalam
penelitian ini, maka perlu dijelaskan beberapa istilah berikut :
a. Pengaruh yang dimaksud adalah akibat yang ditimbulkan atau yang akan
terjadi setelah diberikan perlakuan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI).
b. Pembelajaran kooperatif berasal dari kata ”kooperatif” yang artinya
mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu
sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim (Isjoni, 2009:22).
c. Team Assisted Individualization (TAI) termasuk dalam pembelajaran
kooperatif. Dalam pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI), siswa
11
ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil (4 sampai 5 siswa) yang
heterogen untuk menyelesaikan tugas kelompok yang sudah disiapkan oleh
guru, selanjutnya diikuti dengan pemberian bantuan secara individu bagi siswa
yang memerlukan (Kusumaningrum, 2007:18).
12
BAB IIKAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoretik
1. Belajar dan Hasil Belajar
Menurut Winkel (dalam Wati, 2009:8) menyimpulkan belajar adalah
sebagai berikut.
Sebagai proses perubahan dari belum mampu menjadi ke arah sudah mampu yang perubahan dari proses itu terjadi dalam jangkauan waktu yang tertentu. Perubahan yang terjadi harus secara relatif yang bersifat mantap dan tidak hanya terjadi perilaku yang saat ini nampak dan tidak hanya saat ini diperhatikan adalah perubahan-perubahan tersebut terjadi karena suatu perjalanan.
Menurut Gagne (dalam Suprijono, 2009:2) Belajar adalah perubahan
disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan
disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang
secara alamiah.
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dikatakan belajar adalah proses
perubahan tingkah laku dari yang tidak tahu menjadi tahu sebagai hasil dari
pengalaman.
Suprijono (2009:5) mengatakan bahwa hasil belajar adalah pola-pola
perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan
keterampilan. Sedangkan menurut Prayitno (dalam Wati, 2009:8) Hasil belajar
sesuatu yang diperoleh, dikuasai atau merupakan hasil dari adanya proses belajar.
13
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
suatu yang diperoleh individu atau kelompok setelah melakukan kegiatan belajar.
Hasil belajar yang dimaksud pada penelitian ini adalah hasil yang diperoleh siswa
setelah melakukan kegiatan belajar fisika dengan menggunakan metode kooperatif
tipe TAI.
2. Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin (dalam Isjoni, 2009:15) Pembelajaran Kooperatif adalah
suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-
kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur
kelompok heterogen.
Menurut Lie (dalam Isjoni, 2009:23) Pembelajaran Kooperatif adalah
sebagai berikut.
Sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Lebih jauh dikatakan, pembelajaran kooperatif hanya berjalan kalau sudah terbentuk suatu kelompok atau suatu tim yang didalamnya siswa bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan.
Berdasarkan pendapat tersebut pembelajaran kooperatif adalah suatu
bentuk kelompok belajar kecil yang dapat melatih siswa dalam memecahkan
masalah mengenai soal-soal dan tugas-tugas yang dihadapinya karena siswa dapat
saling tolong-menolong dan bekerjasama dalam kelompoknya.
Menurut Nur (dalam Wati, 2009:11) Ciri-ciri pembelajaran kooperatif
yaitu sebagai berikut :
1. Siswa bekerja dalam kelompok secara cooperative untuk menuntaskan
materi belajarnya
14
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan
rendah
3. Bila mana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, bangsa, suku, dan
jenis kelamin yang berbeda-beda
4. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu
Pembelajaran kooperatif mengandung beberapa kelebihan, menurut
Jarolimek dan Parker (dalam Isjoni, 2009:36) antara lain :
a. Saling ketergantungan yang positif
b. Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu
c. Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas
d. Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan
e. Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru
f. Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang
menyenangkan
Tujuan pembelajaran kooperatif menurut Isjoni (2009:39) dapat dilihat
dari beberapa aspek berikut :
a. Hasil belajar akademik
Dalam pembelajaran kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan
sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting
lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu
siswa memahami konsep-konsep sulit.
b. Penerimaan terhadap perbedaan individu
15
Penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras,
kelas sosial, kemampuan dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif
memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk
bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur
penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.
c. Pengembangan keterampilan sosial
Mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi.
3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI)
Pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) mengelompokkan
siswa menjadi kelompok kecil, siswa yang mengalami kesulitan memahami
materi secara individual dapat dipecahkan bersama-sama dalam kelompok karena
keberhasilan dari tiap individu ditentukan oleh keberhasilan kelompok.
Menurut Tiliyani (2007:8) Team Assisted Individualization (TAI) adalah
sebagai berikut.
Model pembelajaran TAI termasuk dalam pembelajaran Kooperatif. Dalam pembelajaran TAI siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil (4 sampai 5 siswa) yang heterogen untuk menyelesaikan tugas kelompok yag sudah disiapkan oleh guru, selanjutnya diikuti dengan pemberian bantuan secara individu bagi siswa yang memerlukannya. Dengan pembelajaran kelompok, diharapkan para siswa dapat meningkatkan pikiran kritisnya, kreatif dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi. Sebelum dibentuk kelompok, siswa diajarkan bagaimana bekerja sama dalam satu kelompok. Siswa diajari menjadi pendengar yang baik, dapat memberikan penjelasan kepada teman sekelompok, berdiskusi, mendorong teman lain untuk bekerja sama, menghargai pendapat teman lain, dan sebagainya.
Menurut Suyitno (dalam Kusumaningrum, 2007:19) Model
pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) memiliki delapan
16
komponen. Kedelapan komponen tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Teams, yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri
dari 4 sampai 5 siswa
2. Placement test, yakni pemberian pretest kepada siswa atau
melihat rata-rata nilai harian siswa agar guru mengetahui
kelemahan siswa pada bidang tertentu
3. Student creative, melaksanakan tugas dalam suatu kelompok
dengan menciptakan situasi dimana keberhasilan individu
ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya
4. Team Study, yaitu tahapan tindakan belajar yang harus
dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberikan bantuan
secara individual kepada siswa yang membutuhkannya
5. Team Scores and Team Recognition, yaitu pemberian skor
terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria
penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara
cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil
dalam menyelesaikan tugas
6. Teaching Group, yakni pemberian materi secara singkat dari
guru menjelang pemberian tugas kelompok
7. Facts Test, yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta
yang diperoleh siswa
17
8. Whole-Class Units, yaitu pemberian materi oleh guru kembali
di akhir waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan
masalah
Dengan mengadopsi pembelajaran TAI untuk mengajarkan
suatu mata pelajaran, maka seorang guru mata pelajaran dapat
menempuh tahapan pembelajaran sebagai berikut:
1. Guru menentukan suatu pokok bahasan yang akan disajikan
kepada para siswanya dengan mengadopsi pembelajaran
Team Assisted Individualization
2. Guru menjelaskan kepada seluruh siswa tentang akan
diterapkannya model pembelajaran Team Assisted
Individualization.
3. Guru menyiapkan materi bahan ajar dan soal-soal yang harus
dikerjakan kelompok
4. Guru memberikan pretest kepada siswa tentang materi yang
akan diajarkan (mengadopsi komponen Placement test).
Pretest bisa digantikan dengan nilai rata-rata ulangan harian
siswa
5. Guru membentuk kelompok-kelompok kecil dengan anggota
4-5 siswa pada setiap kelompoknya. Kelompok dibuat
heterogen tingkat kepandainnya (mengadopsi komponen
teams)
18
6. Guru menjelaskan materi baru secara singkat (mengadopsi
komponen teaching group)
7. Guru menugasi kelompok dengan bahan yang sudah
disiapkan. Melalui kerja kelompok, siswa mengisi isian soal-
soal (mengadopsi komponen student creative)
8. Ketua kelompok, melaporkan keberhasilan kelompoknya atau
melaporkan kepada guru tentang hambatan yang dialami
anggota kelompoknya. Jika diperlukan, guru dapat
memberikan bantuan secara individual (mengadopsi
komponen Team Study)
9. Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap
anggota telah memahami materi ajar yang diberikan guru,
dan siap untuk diberi ulangan oleh guru (mengadopsi
komponen Facts Test). Setelah diberi ulangan, guru harus
mengumumkan hasilnya dan menetapkan kelompok terbaik
sampai kelompok yang kurang berhasil (mengadopsi
komponen Team Scores and Team Recognition)
10 Menjelang akhir waktu, guru kembali memberikan materi
dengan menekankan strategi pemecahan masalah
(mengadopsi komponen whole-class units)
4. Materi Ajar (Energi dan Usaha)
a. Energi
1) Pengertian Energi
19
Pengertian energi dapat kita lihat pada kehidupan sehari-hari, seperti pada
malam hari bumi menjadi gelap, dan hanya dengan cahaya lampu saja, kegelapan
malam dapat berubah menjadi terang. Dengan demikian cahaya lampu
mempunyai kemampuan untuk membuat terang. Demikian pula dengan tenaga
gerak. Seorang dapat melakukan kerja seperti berlari, mamindahkan buku,
mencangkul, dan sebagainya, maka tenaga gerak juga merupakan bentuk energi.
Lampu dapat menyala karena mendapat energi dari minyak tanah atau
listrik, begitu juga orang dapat berlari, memindahkan buku, mencangkul dan
sebagainya karena mendapat energi dari makanan yang dimakannya. Lampu
menyala dan orang bekerja dikatakan melakukan usaha. Setiap benda yang
melakukan usaha memerlukan energi.
Menurut Giancoli (2001:203) Energi adalah kemampuan untuk
melakukan kerja. Dalam satuan SI, kerja dan energi diukur dalam joule (1 J = 1
N.m).
2) Energi Potensial
Energi potensial adalah energi yang dimiliki suatu benda karena benda itu
berada pada kedudukan tertentu (Purwono, 2000:149). Contoh benda berada di
atas meja, batu pada ketinggian tertentu, pegas yang ditarik, dan sebagainya.
Sebuah benda yang berada pada ketinggian tertentu dari tanah mempunyai energi
potensial gravitasi , karena benda pada ketinggian h meter dari tanah mendapat
20
pengaruh percepatan gravitasi. Contoh energi potensial dapat dilihat pada gambar
2.1 di bawah ini.
m.g
h
Gambar 2.1. Benda berada pada ketinggian h (Sumber: Purwono, 2000:149)
Besar energi potensial gravitasi dipengaruhi oleh massa benda, ketinggian
benda dan percepatan gravitasi. Maka dapat dituliskan persamaan sebagai berikut.
(Giancoli, 2001:203) atau
(Sumijadi, 1995:72)
dengan : EP = energi potensial gravitasi (J)
m = masa benda (kg)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
y dan h = ketinggian (m)
3) Energi Kinetik
Sebuah benda yang sedang bergerak memiliki kemampuan untuk
melakukan kerja dan dengan demikian dapat dikatakan mempunyai energi. Energi
gerak disebut energi kinetik, dari kata Yunani kinetikos, yang berarti ”gerak”
(Giancoli, 2001:179).
21
Khalim et al. (2004:134) mengatakan bahwa energi kinetik adalah sebagai
berikut.
Energi yang dimiliki oleh benda-benda yang sedang bergerak. Besarnya energi kinetik benda bergantung pada kecepatan dan massa benda itu sendiri. Semakin besar massanya, semakin besar energi kinetiknya, dan semakin besar kecepatnnya semakin besar pula energi kinetiknya. Sebaliknya, jika massa atau kecepatan semakin kecil, energi kinetiknya juga makin kecil.
Hubungan antara energi kinetik, massa benda, dan kecepatan secara
matematis dirumuskan sebagai berikut.
(Giancoli, 2001:203)
dengan : EK = energi kinetik (J)
m = massa benda (kg)
v = kecepatan (m/s)
4) Energi Mekanik
Energi mekanik adalah energi yang terdiri atas energi kinetik dan energi
potensial (Sumijadi, 1995:73). Dirumuskan sebagai berikut.
Em = EP + EK (Sumijadi, 1995:73)
dengan : Em = energi mekanik
EP = energi potensial
EK = energi kinetik
Perhatikan contoh energi mekanis (Sumijadi, 1995:74) di bawah ini!
a) Buah kelapa yang masih menempel pada tangkai. Energi yang dimiliki
hanyalah energi potensial saja. Energi kinetiknya nol (0), karena buah kelapa
belum mempunyai kecepatan.
22
Maka Em = Ep
b) Setelah tangkai putus, buah kelapa jatuh dengan bergerak lebih cepat, tetapi
ketinggiannya semakin rendah. Keadaan ini menyebabkan energi kinetiknya
semakin bsar sedangkan energi potensialnya semakin kecil.
Maka Em = Ep + EK
c) Sesaat buah kelapa akan jatuh di permukaan tanah, maka gerak kelapa
mencapai maksimum, sedangkan ketinggian kelapa nol (0). Keadaan ini
menyebabkan buah kelapa hanya memiliki energi kinetik saja, sedangkan
energi potensialnya nol (0).
Maka Em = EK
b. Usaha
Apabila Amir berusaha memindahkan meja dengan cara mendorongnya,
sehingga meja tersebut berpindah tempat. Hal ini bearti Amir telah megeluarkan
gaya untuk dikerjakan pada meja. Karena gaya Amir cukup besar maka meja
dapat berpindah. Jadi pada meja telah bekerja gaya dan terjadi perpindahan. Hal
ini dikatakan Amir telah melakukan usaha.
Giancoli (2001:173) menyimpulkan sebagai berikut.
Kata kerja memiliki berbagai arti pada bahasa sehari-hari. Tetapi dalam fisika, kerja diberi arti yang spesifik untuk mendeskripsikan apa yang dihasilkan oleh gaya ketika ia bekerja pada benda sementara benda tersebut bergerak dalam jarak tertentu. Lebih spesifik, kerja yang dilakukan pada sebuah benda oleh gaya yang konstan (konstan dalam hal besar dan arah) didefinisikan sebagai hasil kali besar perpindahan dengan komponen gaya yang sejajar dengan perpindahan.
Secara matematis dapat dirumuskan :
(Sumijadi, 1995:79)
23
dengan : W = usaha (J)
F = gaya (N)
s = perpindahan (m)
Kerja dilakukan pada benda oleh gaya ketika benda tersebut bergerak
melalui jarak, d. Jika arah gaya konstan F membuat sudut dengan arah gerak,
kerja yang dilakukan oleh gaya ini adalah
(Giancoli, 2001:203)
B. Hipotesis Penelitian
Arikunto (2006:71) mengatakan bahwa hipotesis adalah sebagai suatu
jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai
terbukti melalui data yang terkumpul. Hipotesis penelitian ini adalah “Ada
pengaruh pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI)
terhadap hasil belajar fisika siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 7
Lubuklinggau tahun pelajaran 2010/2011”.
BAB IIIMETODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen
sungguhan (true experimental research). Menurut Narbuko dan Achmadi
(2008:51) penelitian eksperimen sungguhan bertujuan untuk menyelidiki
kemungkinan saling hubungan sebab akibat dengan cara mengenakan kepada satu
24
atau lebih kelompok eksperimen, satu atau lebih kondisi perlakukan dari
membandingkan hasilnya dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak
dikenai kondisi perlakuan.
Dengan model penelitian ini peneliti mengambil dua kelas untuk diteliti,
yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen diberikan
pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI), sedangkan
kelas kontrol tidak menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI). Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah control-group pretest-posttest. Menurut Arikunto (2009:210) dapat
digambarkan sebagai berikut.
Tabel 3.1Desain Penelitian
Group Pretest Treatment PosttestE O1 X O2
P O1 O2
Keterangan :
E : Kelas eksperimen
P : Kelas Pembanding (Kelas kontrol)
X1 : Pembelajaran yang dilakukan dengan memberikan pembelajaran
kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI)
O1 : Pemberian Pretest
O2 : Pemberian Posttest
B. Populasi Dan Sampel
25
1. Populasi Penelitian
Arikunto (2006:130) mengatakan bahwa populasi adalah keseluruhan
subjek penelitian. Dengan demikian yang menjadi populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 7
Lubuklinggau tahun pelajaran 2010/2011 yang terdiri dari enam kelas dan
berjumlah 240 orang. Secara rinci, populasi penelitian dapat dilihat pada tabel 3.2
di bawah ini:
Tabel. 3.2Populasi Penelitian
Kelas Laki-laki Perempuan JumlahVIII. 1 21 19 40VIII. 2 22 18 40VIII. 3 21 19 40VIII. 4 21 19 40VIII. 5 16 24 40VIII. 6 22 18 40
Jumlah 123 117 240Sumber : Staf TU dan Waka kesiswaan SMP N 7 Lubuklinggau Tahun Pelajaran
2010/2011
2. Sampel PenelitianSampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto
2006:131). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
random sampling yaitu sampel diambil secara acak dari enam kelas yang ada,
teknik ini digunakan karena setiap kelas dari seluruh populasi mempunyai
kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Dari pemilihan secara acak
kelas yang digunakan sebagai sampel yaitu kelas VIII. 2 sebagai kelas eksperimen
dan kelas VIII. 4 sebagai kelas kontrol.
C. Teknik Pengumpulan Data
26
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Tes
Dalam penelitian ini tes digunakan untuk melihat hasil belajar siswa. Hal
ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2006:223) yang menyatakan bahwa
instrumen yang berupa tes dapat digunakan untuk mengukur kemampuan dasar
dan pencapaian atau prestasi. Tes pada penelitian ini menggunakan tes tertulis
berbentuk uraian dengan skor sesuai dengan tingkat kesukarannya.
2. Observasi
Observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki (Narkubo
dan Achmadi 2008:70). Dalam penelitian ini observasi dilakukan untuk
mengetahui aktifitas siswa selama proses belajar mengajar berlangsung, baik yang
diajar menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization
(TAI) maupun yang diajar tanpa pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI).
D. Teknik Analisis Data
1. Analisis Data Hasil tes
Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini terhadap hasil
belajar adalah sebagai berikut:
a) Skor Rata-rata dan Simpangan Baku
27
Menentukan skor rata-rata dan simpangan baku pada tes awal dan tes
akhir, untuk data hasil belajar pada kelompok eksperimen maupun kelas kontrol.
Rumus yang digunakan adalah :
(Sudjana, 2005:70) dan (Sudjana, 2005:95)
Keterangan:
= skor rata-rata
= nilai tengah
= jumlah data
= banyak siswa
= varians
= simpangan baku
b) Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui kenormalan data. Hipotesis
yang diajukan adalah sebagai berikut:
H0 : populasi berdistribusi normal
H1 : populasi tidak berdistribusi normal
Untuk menguji kenormalan dari populasi digunakan uji Chi-Kuadrat
dengan rumus:
(Arikunto, 2009:312)
Keterangan:
= normalitas data (Chi Kuadrat)
28
= Frekuensi hasil pengamatan
= Frekuensi harapan
Jika x2hitung < x2
tabel, dengan dk = k-1, taraf signifikan 5% dan peluang (1- ),
maka dikatakan populasi berdistribusi normal (H0 diterima). Dalam hal lainnya
data tidak berdistribusi normal.
c) Uji Homogenitas
Uji homogenitas varians antara kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol dimaksudkan untuk mengetahui keadaan varians antara kedua kelompok,
sama atau beda.
Hipotesis yang akan diuji adalah:
Ho = Hipotesis pembanding, kedua varians sama atau homogen.
Ha = Hipotesis kerja, kedua varians tidak sama atau tidak homogen
Pengujian homogenitas ini mengujikan uji varians dua buah peubah. Uji
statistiknya menggunakan uji F, dengan rumus sebagai berikut:
(Sudjana, 2005:250)
Kriteria pengujiannya adalah tolak H0 jika dengan
didapat daftar distribusi F dengan peluang , sedangkan derajat
kebebasan dan masing-masing sesuai dengan dk pembilang dan penyebut
sedangkan taraf nyata.
d. Uji Kesamaan Dua Rata-rata
29
Uji kesamaan dua rata-rata ini digunakan untuk menguji kesamaan antara
dua rata-rata data, dalam hal ini antara data kelompok eksperimen dan data
kelompok kontrol.
1) Jika kedua data berdistribusi normal dan homogen, maka uji statistik yang
digunakan adalah uji-t dengan rumus:
dengan (Sudjana, 2005:239)
Keterangan:
= Perbedaan rata-rata kedua sampel
= nilai rata-rata kelompok eksperimen
= nilai rata-rata kelompok kontrol
= banyak sampel kelompok eksperimen
= banyak sampel kelompok kontrol
s = simpangan baku
= varians kelompok eksperimen
= varians kelompok kontrol
varians gabungan
Kriteria pengujian yang berlaku ialah terima H0 jika dan tolak H0
jika t mempunyai harga-harga lain. Derajat kebebasan untuk daftar distribusi t
ialah dengan peluang ( )
Dimana:
30
H0 : : Hipotesis pembanding, rata-rata skor kelas eksperimen kurang
dari atau sama dengan rata-rata skor kelas kontrol.
Ha : : Hipotesis kerja, rata-rata skor kelas eksperimen lebih besar
daripada rata-rata skor kelas kontrol.
2) Jika kedua data berdistribusi normal dan tidak homogen, maka dilanjutkan
dengan uji-t semu (t’) dengan rumus:
(Sudjana, 2005:241)
Keterangan:
= nilai rata-rata kelompok eksperimen
= nilai rata-rata kelompok kontrol
= banyak sampel kelompok eksperimen
= banyak sampel kelompok kontrol
= varians terbesar
= varians terkecil
Kriterianya adalah tolak H0 jika t’ ≥ dan terima H0 jika terjadi
sebaliknya. Dengan: , . Peluang
untuk penggunaan daftar disribusi t ialah ( ) sedangkan dk-nya masing-
masing ( ) dan ( ).
2. Analisis Data Hasil Observasi
31
Data aktifitas siswa dicatat dalam lembar observasi. Untuk setiap rencana
pengajaran dibuat kategori aktivitas yang dilakukan oleh seluruh siswa selama
kegiatan pembelajaran berlangsung, dari kategori tersebut dilihat seberapa banyak
siswa yang melakukan aktivitas sesuai dengan kategori. Jumlah siswa yang
melakukan aktivitas sesuai dengan kategori dicatat dan dihitung persentase
keaktifannya dengan cara:
Keterangan :
NA = nilai keaktifan
Setelah diperoleh data, maka diberikan kriteria sebagai berikut:
Tabel. 3.3Kriteria Tingkat Keaktifan
Nilai Kriteria Keaktifan80 – 10060 – 7940 – 5920 – 390 - 19
Sangat AktifAktif
Cukup AktifKurang Aktif
Sangat Kurang Aktif Arikunto (dalam Mulyana, 2004:20)
Lembar observasi terhadap keaktifan siswa selama pelaksanaan
pembelajaran berlangsung dapat dilihat pada tabel 3.4.
Tabel 3.4
Lembar Observasi Keaktifan Siswa
No Tahapan Pembelajaran Kategori1. Kegiatan Awal
(Diobservasi selama 5 menit)
Memperhatikan penjelasan guru Terjadi interaksi antara guru dan
siswa2. Kegiatan Inti
(Diobservasi selama 30 menit)
Memperhatikan penjelasan guru Terjadi interaksi antara guru dan siswa Menulis
32
No Tahapan Pembelajaran Kategori Mengerjakan soal-soal Interaksi antara siswa, guru dan siswa Kemampuan menjawab soal dengan
baik3. Kegiatan Akhir
(Diobservasi selama 5 menit)
Menyimpulkan materi yang telah dipelajari pada pertemuan ini
E. Uji Coba Instrumen Penelitian
Instrumen yang akan diujikan adalah intrumen tes hasil belajar siswa.
Instrumen ini terdiri dari 10 soal. Uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui
kualitas instrumen yang meliputi validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat
kesukaran.
1. Validitas
Arikunto (2006:168) mengatakan bahwa validitas adalah suatu ukuran
yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.
Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya,
instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.
Uji validitas dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product
moment dengan angka kasar yang dikemukakan oleh Pearson, yaitu:
(Arikunto, 2006:170)
Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
N = Jumlah siswa yang diujicobakan
X = Skor tiap item
33
Y = Skor total
∑XY = Jumlah perkalian X dan Y
Klasifikasi untuk menginterprestasikan besarnya koefisien korelasi
menurut Guilford J.P (dalam Sukasno, 2006:49) dibagi kedalam kategori-kategori
sebagai berikut :
rxy 0,00 tidak valid
0,00 < rxy 0,20 validitas sangat rendah
0,20 < rxy 0,40 validitas rendah dan (kurang)
0,40 < rxy 0,60 validitas sedang (cukup)
0,60 < rxy 0,80 validitas tinggi (baik)
0,80 < rxy 1,00 validitas sangat tinggi (sangat baik)
Untuk mendapatkan kesignifikanan validitas instrumen, maka diperlukan
uji statitik t dengan rumus :
(Sudjana, 2005:380)
Keterangan :
n = Banyak data
r = Korelasi
t = Distribusi student
Untuk taraf signifikan ( = 0,05), maka hipotesis diterima jika
dengan dk = (n - 2). Dalam hal lainnya hipotesis ditolak,
dengan kata lain soal tersebut dikatakan valid.
34
Hasil perhitungan analisis validitas butir soal dapat dilihat pada tabel 3.5.
Tabel. 3.5Hasil Analisis Validitas
No Soal Nilai rxy t(hitung) t(tabel) Keterangan1 0,11 0,61 2,04 Tidak Valid 2 0,36 2,12 2,04 Valid / rendah3 0,61 4,23 2,04 Valid / tinggi4 0,27 1,54 2,04 Tidak Valid 5 0,65 4,69 2,04 Valid / tinggi6 0,63 4,43 2,04 Valid / tinggi7 0,72 5,72 2,04 Valid / tinggi8 -0,04 -0,02 2,04 Tidak Valid9 0,63 4,43 2,04 Valid / tinggi10 0,62 4,35 2,04 Valid / tinggi
Sumber : Berdasarkan Hasil Uji Coba Instrumen Siswa Kelas IX.6 SMP N 7 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2010/2011
Analisis validitas hasil uji coba pada tabel 3.5 soal uji coba yang
diberikan sebanyak 10 butir, yang termasuk kategori :
1) tidak valid adalah soal nomor 1, 4 dan 8
2) valid rendah adalah soal nomor 2
3) valid tinggi adalah soal nomor 3, 5, 6, 7, 9 dan 10.
Jadi dari analisis validitas hasil uji coba, yang termasuk kategori valid
adalah soal nomor 2, 3, 5, 6, 7, 9 dan 10. Maka soal yang digunakan sebanyak
enam soal yang tergolong valid tinggi yaitu soal nomor 3, 5, 6, 7, 9 dan 10.
Perhitungan analisis validitas butir soal uji coba tes selengkapnya dapat dilihat
pada lampiran B.
2. Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrumen tersebut sudah baik (Arikunto:2006:178).
35
Rumus yang digunakan untuk mencari koefisien bentuk uraian dikenal
dengan rumus Alpha yang dirumuskan sebagai berikut ;
(Arikunto, 2006:196)
Keterangan:
r11 = reabilitas instrumen
k = banyaknya butir soal
= jumlah varians skor setiap butir soal
= varians total
Klasifikasi untuk menginterprestasikan reliabilitas suatu tes menurut
Guilford. J.P (dalam Sukasno, 2006:61) adalah sebagai berikut:
r11 0,20 reliabilitas sangat rendah
0,20 < r11 0,40 reliabilitas rendah
0,40 < r11 0,60 reliabilitas sedang
0,60 < r11 0,80 reliabilitas tinggi
0,80 < r11 1,00 reliabilitas sangat tinggi
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh , ini berarti soal uji
coba tersebut mempunyai derajat reliabilitas sedang, sehingga dapat dipercaya
sebagai alat ukur.
Perhitungan analisis reliabilitas butir soal uji coba tes selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran B.
3. Tingkat Kesukaran
36
Arikunto (dalam Kusumaningrum, 2007:48) Menarik simpulan sebagai
berikut.
Ditunjau dari segi kesukaran, soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha penyelesaiannya. Soal yang terlalu sulit akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencobanya lagi karena di luar jangkauan kemampuannnya.
Rumus yang digunakan untuk menghitung tingkat kesukaran setiap butir
soal adalah sebagai berikut :
Suherman dan Sukjaya (dalam Sukasno, 2006:78)
Keterangan :
TK = tingkat kesukaran
JSA = jumlah skor kelompok atas
JSB = jumlah skor kelompok bawah
SIA = jumlah skor ideal kelompok atas
SIB = jumlah skor ideal kelompok bawah
Kriteria tingkat kesukaran (Mendikbud, 1989:51) sebagai berikut :
0,24 = soal sukar
0,25 - 0,75 = soal sedang
0,76 = soal mudah
Dari hasil perhitungan, dapat dikemukakan rekapitulasi hasil analisis
tingkat kesukaran pada tabel 3.6.
Tabel 3.6Hasil Tingkat Kesukaran
37
Nomor soal
Jumlah skor Kelompok
atas
Jumlah skorKelompok
Bawah
Jumlah SkorIdeal
KelompokAtas/Bawah
Tingkat Kesukaran
(TK)Ket.
1 48 42 54 0,83 Mudah2 63 48 81 0,68 Sedang3 73 42 90 0,64 Sedang4 61 49 90 0,61 Sedang5 82 33 90 0,64 Sedang6 70 10 90 0,44 Sedang7 81 23 90 0,58 Sedang8 66 73 80 0,77 Mudah9 119 66 135 0,68 Sedang10 81 41 90 0,68 Sedang
Sumber : Berdasarkan hasil uji coba instrumen siswa kelas IX.6 SMP N 7 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2010/2011
Dari analisis tingkat kesukaran hasil uji coba pada tabel 3.6 dari 10 butir
soal yang termasuk dalam kategori:
1) Mudah adalah soal nomor 1 dan 8.
2) Sedang adalah soal nomor 2, 3, 4, 5, 6, 7, 9 dan 10.
3) Sukar, tidak terdapat soal dalam kriteria sukar.
Perhitungan analisis tingkat kesukaran butir soal uji coba tes selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran B.
4. Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan soal untuk membedakan antara siswa
yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah
(Kusumaningrum, 2007:50).
Suherman dan Sukjaya (dalam Sukasno, 2006:77) menarik simpulan
sebagai berikut.
Kelompok subjek dibagi dalam dua kelompok. Kelompok subjek disebut kecil jika jumlah subjeknya kurang dari atau sama dengan 30 . Untuk kelompok subjek dengan disebut kelompok besar. Untuk
38
kelompok subjek besar,maka untuk keperluan perhitungan daya pembeda butir soal tersebut, diambil 27 % siswa kelompok atas dan 27 % siswa kelompok bawah, sehingga jumlah sampel yang diambil sebanyak 54 % dari populasi. Proses penentuan kelompok atas dan kelompok bawah tersebut ialah dengan cara mengurutkan skor total setiap subjek dari skor tertinggi ke skor terendah.
Dalam penelitian ini jumlah siswa yang melakukan uji coba tes adalah 32
siswa, maka disebut sebagai kelompok besar, sehingga untuk keperluan
perhitungan daya pembeda diambil 27 % siswa kelompok atas dari 32 siswa dan
27 % siswa kelompok bawah dari 32 siswa.
Rumus yang digunakan untuk menghitung daya pembeda setiap butir soal
adalah sebagai berikut :
Suherman dan Sukjaya (dalam Sukasno, 2006:76)
Keterangan :
DP = Indeks daya pembeda
JSA = jumlah skor kelompok atas
JSB = jumlah skor kelompok bawah
SIA = jumlah skor ideal salah satu kelompok (kelompok atas atau bawah)
Kriteria indeks daya pembeda yang digunakan menurut Guilfort.J.P
(dalam Sukasno, 2006:77) adalah sebagai berikut :
DP = 0,00 Sangat Jelek
0,00 < DP 0,20 Jelek
0,20 < DP 0,40 Cukup
0,40 < DP 0,70 Baik
0,70 < DP 1,00 Sangat Baik
39
Tabel 3.7Hasil Analisis Daya Pembeda
Nomor soal
Jumlah skor Kelompok
atas
Jumlahskor
KelompokBawah
Jumlah SkorIdeal
KelompokAtas/Bawah
Daya Pembeda
(DP)Ket.
1 48 42 54 0,11 Jelek2 63 48 81 0,18 Jelek3 73 42 90 0,34 Cukup4 61 49 90 0,13 Jelek5 82 33 90 0,54 Baik6 70 10 90 0,67 Baik7 81 23 90 0,64 Baik8 66 73 80 -0,08 Sangat Jelek9 119 66 135 0,39 Cukup10 81 41 90 0,44 Baik
Sumber : Berdasarkan Hasil Uji Coba Instrumen Siswa Kelas IX.6 SMP N 7 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2010/2011
Analisis daya pembeda hasil uji coba pada tabel 3.7 dari 10 butir soal,
yang termasuk kategori:
1) sangat jelek adalah soal nomor 8.
2) jelek adalah soal nomor 1, 2 dan 4.
3) cukup adalah soal nomor 3 dan 9.
4) baik adalah soal nomor 5, 6, 7, dan 10.
Perhitungan analisis daya pembeda butir soal uji coba tes selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran B.
Tabel 3.8Rekapitulasi Hasil Uji Coba
NoSoal
Validitas TingkatKesukaran
Daya Pembeda
Ket
1 0,11 Valid/sangat rendah 0,83 Mudah 0,11 Jelek Soal tidak dapat
digunakan2 0,36 Valid/rendah 0,68 Sedang 0,18 Jelek Soal tidak
40
NoSoal
Validitas TingkatKesukaran
Daya Pembeda
Ket
dapat digunakan
3 0,61 Valid/tinggi 0,64 Sedang 0,34 Cukup Soal dapat digunakan
4 0,27 Valid/rendah 0,61 Sedang 0,13 Jelek Soal tidak dapat
digunakan5 0,65 Valid/tinggi 0,64 Sedang 0,54 Baik Soal dapat
digunakan6 0,63 Valid/tinggi 0,44 Sedang 0,67 Baik Soal dapat
digunakan7 0,72 Valid/tinggi 0,58 Sedang 0,64 Baik Soal dapat
digunakan8 -0,44 Tidak valid 0,77 Mudah -0,08 Sangat
JelekSoal tidak
dapat digunakan
9 0,63 Valid/tinggi 0,68 Sedang 0,39 Cukup Soal dapat digunakan
10 0,62 Valid/tinggi 0,68 Sedang 0,44 Baik Soal dapat digunakan
Sumber : Berdasarkan Hasil Uji Coba Instrumen Siswa Kelas IX.6 SMP N 7 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2010/2011
Berdasarkan rekapitulasi pada tabel 3.8 maka item-item soal yang akan
digunakan untuk tes adalah item soal yang termasuk kategori valid tinggi yaitu
soal nomor 3, 5, 6, 7, 9 dan 10, yang berjumlah 6 soal sedangkan yang lainnya
tidak digunakan.
F. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 7 Lubuklinggau kelas VIII
berjumlah 6 kelas pada semester pertama tahun pelajaran 2010/2011.
Pelaksanaannya dilakukan secara langsung oleh peneliti dan sesuai dengan jadwal
yang berlaku di sekolah. Model pembelajaran yang digunakan adalah model
41
pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) pada materi
energi dan usaha.
Pelaksanaan penelitian dimulai dengan pemberian tes awal, melaksanakan
pembelajaran dan tes akhir. Tes awal digunakan untuk mengetahui kemampuan
awal siswa sebelum proses pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI) dilaksanakan sedangkan tes akhir untuk mengetahui
kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI). Penelitian ini dilakukan dari tanggal 19 Juli 2010 sampai
tanggal 02 Agustus 2010.
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di dua kelas sampel yaitu kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Pada kelas eksperimen yaitu kelas VIII.2, proses pembelajarannya
42
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI)
sedangkan pada kelas kontrol yaitu kelas VIII.4 proses pembelajarannya tanpa
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization
(TAI). Pada pelaksanaan pembelajaran peneliti bertindak sebagai pengajar.
Pada pelaksanaan tes awal kelas eksperimen diikuti oleh semua siswa dan
kelas kontrol juga diikuti semua siswa. Data hasil tes akhir diperoleh setelah
kedua kelas mendapat perlakuan yang berbeda dalam pembelajaran fisika pada
materi energi dan usaha. Data tersebut digunakan untuk menentukan perbedaan
hasil belajar antara kedua kelas. Sebelum dilaksanakan pembelajaran dan tes akhir
terlebih dahulu dilaksanakan pretest, kemudian melaksanakan kegiatan
pembelajaran dan dilanjutkan dengan pemberian posttest.
1. Deskripsi dan Analisis Data Kemampuan Awal Siswa
Kemampuan awal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengetahuan
awal yang dimiliki siswa sebelum diberi pembelajaran energi dan usaha.
kemampuan awal diperoleh melalui pretest baik itu kelas eksperimen maupun
kelas kontrol. Kemampuan awal yang dimaksud merupakan kemampuan siswa
sebelum guru memberikan pembelajaran kepada siswa baik itu pembelajaran
kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) maupun tanpa pembelajaran
kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI).
Tes awal (pretest) ini dilakukan pada pertemuan pertama yang diikuti oleh
40 siswa pada kelas eksperimen dan 40 siswa pada kelas kontrol. Skor hasil tes
awal diambil sebagai data penelitian yang akan dianalisis untuk mengetahui
keadaan awal sampel apakah berasal dari keadaan yang sepadan atau sama. Skor
43
tes awal siswa tersebut dapat dilihat dalam lampiran C. Pada tahap ini analisis
yang dilakukan sebagai berikut.
a. Rata-rata ( ) dan simpangan baku ( ) skor tes awal
Hasil perhitungan Rata-rata ( ) dan simpangan baku ( ) skor tes awal
kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut :
Tabel 4.1Rata-rata ( ) dan Simpangan Baku ( ) Hasil Tes Awal (Pretest)
Kelas Rata-rata ( ) Simpangan baku ( )Eksperimen 17,30 5,29
Kontrol 16,80 4,47
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa rata-rata skor kemampuan awal
kelas eksperimen sebesar 17,30 dan kelas kontrol sebesar 16,80. Sedangkan
simpangan baku kelas eksperimen 5,29 dan simpangan baku kelas kontrol 4,47.
Hal ini berarti kemampuan awal antara kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak
terdapat perbedaan yang begitu besar. Perhitungan selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran C.
b. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah data hasil
tes siswa berdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan ketentuan
perhitungan statistik mengenai uji normalitas data dengan taraf kepercayaan
, jika < maka data berdistribusi normal. Hasil uji
normalitas tes awal untuk kedua kelompok dapat dilihat pada tabel 4.2.
44
Tabel 4.2Hasil Uji Normalitas Skor Tes Awal
Kelas dk Kesimpulan
EksperimenKontrol
3,31194,2357
55
11,111,1
NormalNormal
Dari tabel 4.2 menunjukkan nilai data tes awal untuk kelas
eksperimen dan kelas kontrol lebih kecil dari pada . Berdasarkan ketentuan
pengujian normalitas dengan menggunakan uji kecocokan (Chi-kuadrat) dapat
disimpulkan bahwa masing-masing kelas untuk data tes awal pada kedua
kelompok berdistribusi normal pada taraf kepercayaan , karena <
. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C.
c. Uji Homogenitas
Uji homogenitas ini bertujuan untuk melihat apakah data pada kedua kelas
sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak. Berdasarkan ketentuan
perhitungan statistik (Lampiran C) tentang uji homogenitas varians dengan taraf
kepercayaan , jika < maka varians dua kelompok data
adalah homogen. Hasil uji homogenitas varians tes awal untuk kelas eksperimen
dan kelas kontrol dengan taraf kepercayaan dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3Hasil Uji Homogenitas Skor Tes Awal
Tes dk KesimpulanTes awal 1,40 40;38 1,71 Homogen
45
Pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa varians kedua kelompok data (kelas
eksperimen dan kelas kontrol) pada tes awal adalah homogen, karena <
. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C.
d. Uji Kesamaan Dua Rata-rata
Berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas, maka kedua kelompok
data tes awal adalah normal dan homogen. Dengan demikian uji kesamaan dua
rata-rata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk data tes awal dapat
menggunakan uji-t. Hipotesis statistik yang diuji dalam perhitungan uji-t untuk tes
awal adalah:
H0 = Hipotesis pembanding, rata-rata skor kelas eksperimen kurang dari atau
sama dengan rata-rata skor kelas kontrol.
Ha = Hipotesis kerja, rata-rata skor kelas eksperimen lebih besar dari rata-rata
skor kelas kontrol.
Hasil uji-t untuk tes awal dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-rata Skor Tes Awal
Tes dk KesimpulanTes awal 0,46 60 1,67 thitung < ttabel
Ho diterima
Pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa hasil analisis uji-t mengenai
kemampuan awal siswa (Lampiran C) menunjukkan bahwa , maka
Ho diterima dan Ha ditolak, berarti rata-rata skor kelas eksperimen dan kelas
kontrol adalah sama. Dengan kata lain bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol
46
mempunyai kemampuan awal yang sama dengan taraf kepercayaan ,
karena yaitu = 0,46 dan = = 1,67.
Berdasarkan analisis ini, maka dapat dikatakan bahwa kedua kelompok
sampel dalam keadaan sepadan (berangkat dari kondisi awal yang sama). Karena
kedua kelas sama-sama belum melaksanakan pembelajaran, sehingga pada tahap
selanjutnya dapat dilaksanakan pembelajaran pada masing-masing kelas, dimana
dikelas eksperimen diberi pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI) dan pada kelas kontrol diberikan pembelajaran tanpa
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization
(TAI).
2. Deskripsi dan Analisis Data Kemampuan Akhir Siswa
Kemampuan akhir siswa dalam penguasaan materi enegi dan usaha
merupakan hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.
Kemampuan akhir siswa diperoleh melalui tes akhir. Pelaksanaan tes akhir
dimaksudkan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti proses
pembelajaran. Tes akhir digunakan untuk mengetahui pengaruh penggunaan
pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI). Skor hasil tes
akhir dapat dilihat pada lampiran C. Pada tahap ini analisis yang dilakukan
sebagai berikut.
a. Rata-rata ( ) dan simpangan baku ( ) skor tes akhir
Hasil perhitungan rata-rata ( ) dan simpangan baku ( ) skor tes
akhir kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 4.5 sebagai
berikut:
47
Tabel 4.5Rata-rata ( ) dan Simpangan Baku ( ) Hasil Tes Akhir (Postest)
Kelas Rata-Rata ( ) Simpangan BakuEksperimen 46,30 11,10
Kontrol 39,25 9,13
Berdasarkan tabel 4.5 dibandingkan dengan kemampuan awal siswa (tabel
4.1), terdapat peningkatan hasil belajar pada kemampuan akhir siswa setelah
diberikan pembelajaran. Kelas eksperimen memperoleh rata-rata skor sebesar
46,30 dibandingkan dengan skor tes awal, maka ada peningkatan sebesar 29,00.
Untuk kelas kontrol memperoleh rata-rata skor sebesar 39,25 berarti terjadi
peningkatan rata-rata skor sebesar 22,45. Peningkatan kelas eksperimen lebih
besar dari peningkatan kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan
skor tes kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan skor tes
kelas kontrol. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran C.
b. Uji Normalitas
Berdasarkan ketentuan perhitungan statistik (Lampiran C) mengenai uji
normalitas data dengan taraf kepercayaan , jika < maka
data berdistribusi normal. Hasil uji normalitas tes akhir untuk kedua kelompok
dapat dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6Hasil Uji Normalitas Skor Tes Akhir
48
Kelas dk Kesimpulan
EksperimenKontrol
2,84869,2355
55
11,111,1
NormalNormal
Dari tabel 4.6 menunjukkan nilai data tes akhir untuk kelas
eksperimen dan kelas kontrol lebih kecil daripada . Berdasarkan ketentuan
pengujian normalitas dengan menggunakan uji kecocokan (Chi-kuadrat) dapat
disimpulkan bahwa masing-masing kelas untuk data tes akhir pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal pada taraf kepercayaan
, karena < . Perhitungan selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran C.
c. Uji Homogenitas
Berdasarkan ketentuan perhitungan statistik (Lampiran C) tentang uji
homogenitas varians dengan taraf kepercayaan , jika < maka
varians dua kelompok data adalah homogen. Hasil uji homogenitas varians tes
akhir untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan taraf kepercayaan
dapat dilihat pada tabel 4.7.
Tabel 4.7Hasil Uji Homogenitas Skor Tes Akhir
Tes dk KesimpulanTes akhir 1,48 40;38 1,71 Homogen
Pada tabel 4.7 menunjukkan bahwa varians kedua kelompok data kelas
( eksperimen dan kontrol ) pada tes akhir adalah homogen, karena < .
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C.
d. Uji Kesamaan Dua Rata-rata
49
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa data hasil belajar fisika siswa kelas
VIII.2 sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII.4 sebagai kelas kontrol
berdistribusi normal dan homogen. Dengan demikian uji kesamaan dua rata-rata
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk data tes akhir dapat
menggunakan uji-t.
Hipotesis statistik yang diuji dalam perhitungan uji-t untuk tes akhir adalah:
H0 : : Hipotesis pembanding, rata-rata skor kelas eksperimen kurang
dari atau sama dengan rata-rata skor kelas kontrol.
Ha : : Hipotesis kerja, rata-rata skor kelas eksperimen lebih besar
daripada rata-rata skor kelas kontrol.
Hasil uji-t untuk tes akhir dapat dilihat pada tabel 4.8.
Tabel 4.8Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-rata Skor Tes Akhir
Tes dk KesimpulanTes akhir 3,16 60 1,67 thitung > ttabel
Ho ditolak
Pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa hasil analisis uji-t mengenai kemampuan
akhir siswa (Lampiran C) menunjukkan bahwa thitung > ttabel (3,16 > 1,67) maka Ho
ditolak dan Ha diterima, hal ini berarti rata-rata skor kelas eksperimen secara
signifikan lebih besar daripada rata-rata skor kelas kontrol.
3. Deskripsi dan Analisis Data Hasil Observasi
Observasi dilakukan untuk melihat aktifitas siswa selama proses belajar
mengajar berlangsung dengan materi energi dan usaha pada kelas eksperimen
dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
50
Individualization (TAI) dan pada kelas kontrol yang tanpa menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI). Data hasil
observasi hanya digunakan sebagai data pelengkap dan untuk memperkuat hasil
penelitian. Observasi ini dilakukan sebanyak 3 kali oleh peneliti di kelas
eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan lembar observasi yang terdiri
dari 9 kategori.
Data hasil aktifitas siswa selama pembelajaran berlangsung terdapat pada
lampiran C dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.9 dan 4.10.
Tabel 4.9Hasil Observasi Aktifitas Siswa Kelas Eksperimen
Pertemuan IPersentase aktifitas siswa
Rata-rata = 60,76 (Aktif)
57,83 %
Pertemuan IIPersentase aktifitas siswa
60,56 %
Pertemuan IIIPersentase aktifitas siswa
63,89 %
Tabel 4.10Hasil Observasi Aktifitas Siswa Kontrol
Pertemuan IPersentase aktifitas siswa
Rata-rata = 41,10 (Cukup Aktif)
34,72 %
Pertemuan IIPersentase aktifitas siswa
41,01 %
Pertemuan IIIPersentase aktifitas siswa
47,58 %
Dari tabel 4.9 dan 4.10 terlihat bahwa rata-rata keaktifan siswa kelas
eksperimen lebih besar daripada siswa kelas kontrol. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa penggunaan metode kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI) dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa lebih baik
51
dibandingkan tanpa menggunakan pembelajaran kooperatif Team Assisted
Individualization (TAI).
B. Pembahasan
Pada kelas eksperimen terlebih dahulu peneliti mensosialisasikan
pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI), siswa dibagi
dalam kelompok belajar yang beranggotakan 4 orang dan terbentuk sebanyak 10
kelompok sesuai dengan nilai pretest mereka, selanjutnya peneliti menjelaskan
materi pelajaran secara singkat. Kemudian peneliti memberikan tugas berupa soal-
soal yang harus dikerjakan oleh kelompok, setiap kelompok mengerjakan tugas
yang diberikan dan menyatukan pendapatnya untuk mencari jawaban yang paling
tepat dan meyakinkan, penelitipun memberikan bantuan seperlunya secara
individual bagi siswa yang kurang memahami materi. Setelah siswa dianggap
sudah mampu mengerjakan soal-soal tersebut, maka peneliti memberikan tes
(quiz) dan menetapkan kelompok terbaik sampai kelompok yang kurang baik,
selanjutnya menjelang akhir waktu peneliti menjelaskan kembali soal-soal yang
dianggap sulit oleh siswa khususnya soal-soal hitungan. Selama proses
pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) peneliti
dibantu oleh teman sejawat untuk mengamati keaktifan siswa, dengan
menggunakan lembar observasi siswa.
Pada pertemuan pertama kelas eksperimen materi yang disampaikan yaitu
tentang bentuk-bentuk energi, perubahan bentuk energi serta energi potensial
benda. Disini guru memberikan soal untuk setiap kelompok sebanyak empat butir
52
soal dimana jumlah siswa dalam setiap kelompok empat orang, mereka harus
mengerjakan masing-masing satu soal, dalam tahap ini kelompok pertama sampai
kelompok sepuluh mengalami hambatan khususnya soal-soal hitungan pada soal
nomor tiga dan nomor empat, sehingga mereka memerlukan bantuan kepada
peneliti yang bertindak sebagai pengajar (guru), disini guru memberikan bantuan
seperlunya secara individual pada setiap kelompok yang membutuhkan, dengan
demikian hambatan yang mereka alami dapat teratasi.
Pada pertemuan kedua kelas eksperimen materi yang disampaikan yaitu
energi kinetik dan energi mekanik. Pada saat guru memberikan tugas kelompok,
beberapa kelompok mengalami hambatan pada soal hitungan yang memerlukan
pembalikan rumus, yaitu pada soal nomor tiga, kelompok-kelompok yang
mengalami hambatan yaitu kelompok tiga, lima, tujuh, delapan, sembilan dan
sepuluh, sedangkan pada soal nomor empat semua kelompok mengalami
hambatan. Kelompok tersebut meminta bantuan kepada guru, gurupun
memberikan bantuan secara individual kepada kelompok yang membutuhkan.
Pada pertemuan ketiga kelas eksperimen materi yang disampaikan yaitu
materi usaha. Pada saat guru memberikan tugas kelompok hanya 5 kelompok
yang mengalami hambatan pada soal nomor empat, hal ini dikarenakan kelompok
tersebut masih belum memahami maksud soal tersebut. Sehingga mereka meminta
bantuan kepada guru, gurupun memberikan bantuan secara individual kepada
kelompok yang membutuhkan, sehingga mereka dapat memahami soal tersebut.
Pada kelas kontrol pembelajaran yang dilakukan adalah dengan metode
ceramah, tanya jawab dan penugasan. Dalam proses pembelajaran ini guru
53
menjelaskan materi secara urut dan kadang-kadang memberi waktu peserta didik
untuk bertanya dan mencatat. Selanjutnya, guru memberikan beberapa contoh
soal, dan guru membahas soal yang diberikan dengan meminta beberapa peserta
didik untuk untuk mengerjakan di papan tulis. Guru memberikan kesempatan
bertanya kepada peserta didik yang belum paham. Selanjutnya guru memberikan
latihan soal kepada siswa. Pada akhir waktu guru membantu peserta didik untuk
menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
Pada proses pembelajaran ini pada awalnya membuat peserta didik
menjadi lebih tenang, Peserta didik duduk dan memperhatikan guru menerangkan
materi pelajaran. Hal semacam ini menjadikan guru sulit memahami pemahaman
peserta didik, karena peserta didik yang belum paham tidak mau bertanya.
Permasalahan lain yang dihadapi oleh peserta didik adalah tentang kemampuan
peserta didik dalam memahami dan memecahkan masalah. Karena pembelajaran
tidak menggunakan kelompok maka masalah yang diberikan harus diselesaikan
sendiri tanpa bantuan satu team, peserta didikpun tidak berani dan malu untuk
meminta bantuan kepada guru. Oleh karena itu pemahaman peserta didik dalam
memahami arti atau maksud soal yang diberikan oleh guru dan kecepatan
berhitung agak lambat. Selama proses pembelajaran di kelas kontrol berlangsung
peneliti dibantu oleh teman sejawat untuk mengamati keaktifan siswa, dengan
menggunakan lembar observasi siswa.
Berdasarkan analisis data awal diperoleh bahwa data
berdistribusi normal, Fhitung < Ftabel maka dapat dikatakan bahwa
kedua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok
54
kontrol berangkat dari keadaan yang sama atau homogen.
Kemudian kedua kelompok diberi perlakuan yang berbeda, yaitu
kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan penggunaan
pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI)
kelompok kontrol diberi perlakuan tanpa menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI).
Setelah diberi perlakuan yang berbeda, untuk kelas eksperimen diberi
pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) sedangkan
untuk kelas kontrol tanpa menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Team
Assisted Individualization (TAI). Kemudian kelas diberikan tes akhir maka terjadi
peningkatan hasil belajar. Kelas eksperimen memperoleh rata-rata skor sebesar
46,30 dibandingkan dengan skor tes awal, maka ada peningkatan sebesar 29,00.
Untuk kelas kontrol memperoleh rata-rata skor sebesar 39,25 berarti terjadi
peningkatan rata-rata skor sebesar 22,45. Peningkatan kelas eksperimen lebih
besar dari peningkatan kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan
skor tes kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan skor tes
kelas kontrol. Hasil dari tes hasil belajar kedua kelompok dilakukan
uji normalitas, uji kesamaan dua varians, dan uji hipotesis. Dari
uji normalitas dan uji kesamaan dua varian menunjukkan
bahwa kedua kelompok berdistribusi normal dan homogen.
Berdasarkan uji kesamaan dua rata-rata diperoleh data
mengenai kemampuan akhir siswa bahwa kemampuan siswa kelas eksperimen
dan kelas kontrol berbeda secara signifikan pada taraf kepercayaan
55
karena yaitu = 3,16 dan = 1,67. Hasil ini menunjukkan
bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, berarti rata-rata skor kelas eksperimen secara
signifikan lebih besar daripada rata-rata skor kelas kontrol. Dengan kata lain ada
pengaruh pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI)
terhadap hasil belajar fisika siswa pada materi energi dan usaha kelas VIII
Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Lubuklinggau tahun pelajaran 2010/2011.
Berdasarkan analisis hasil penelitian, kita ketahui bahwa hasil belajar kelas
eksperimen lebih baik dari hasil belajar kelas kontrol. Hal ini disebabkan beberapa
hal yang mempengaruhinya, antara lain:
1. Dalam metode pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization
(TAI), interaksi siswa dengan siswa lebih besar dibandingkan interaksi siswa
dengan guru. Hal ini menyebabkan siswa lebih banyak belajar antara sesama
siswa daripada belajar dari guru, sehingga siswa yang merasa minder bila
harus bertanya menjadi berani bertanya karena yang dihadapi teman
sebayanya. Dengan demikian siswa akan termotivasi dan menjadi lebih paham
terhadap suatu materi. Sedangkan pada pembelajaran tanpa menggunakan
Team Assisted Individualization (TAI) pembelajaran berpusat pada guru
sehingga interaksi siswa dengan guru lebih besar dibandingkan interaksi siswa
dengan siswa padahal siswa yang belum jelas kadang tidak berani atau malu
untuk bertanya pada guru.
2. Dalam pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI)
pada penelitian ini guru memberikan tugas kelompok berupa soal-soal yang
terdiri dari 4 soal untuk setiap kelompok, sedangkan dalam setiap kelompok
56
berganggotakan 4 orang, jadi setiap siswa dalam kelompok harus mengerjakan
1 soal, dalam hal ini mereka bertanggung jawab untuk mengerjakan soal yang
menjadi tugas mereka, bagi yang belum memahami dapat bertanya kepada
teman satu kelompoknya, jika masih belum paham dapat meminta bantuan
guru dan guru secara individual membantu mereka. Sehingga cara ini
menjamin keterlibatan total semua siswa dan upaya yang sangat baik untuk
meningkatkan tanggung jawab individual dalam kelompok. Dengan adanya
keterlibatan total semua siswa tentunya akan berdampak positif terhadap
motivasi belajar siswa. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe Team
Assisted Individualization (TAI) guru hanya berfungsi sebagai fasilitator yaitu
memberikan pengarahan seperlunya kepada siswa, keaktifan siswa lebih
ditekankan. Sehingga siswa tertantang untuk menemukan sendiri konsep-
konsep yang sulit. Sedangkan pada kelas kontrol pembelajaran berpusat pada
guru, siswa cenderung pasif dan kurang terlibat dalam pembelajaran.
3. Dalam pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI)
siswa tidak cepat bosan karena siswa dapat saling berdiskusi dalam
kelompoknya sehingga proses pembelajaran tidak monoton. Sedangkan dalam
pembelajaran tanpa menggunakan tipe Team Assisted Individualization (TAI)
siswa lebih banyak duduk dan memperhatikan guru menerangkan materi
pelajaran. Hal ini menyebabkan siswa mengalami kejenuhan yang berakibat
kurangnya minat belajar.
Berdasarkan analisis data hasil observasi pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol mengenai aktivitas siswa, terlihat hasil perhitungan persentase rata-rata
57
aktifitas siswa pada kelas eksperimen secara keseluruhan sebesar 60,76 %
termasuk kriteria aktif sedangkan pada kelas kontrol sebesar 41,10 % termasuk
kriteria cukup aktif. Dari hasil observasi dapat dilihat bahwa pembelajaran
kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dapat meningkatkan
aktifitas belajar siswa lebih baik dibandingkan tanpa menggunakan pembelajaran
kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI). Hal ini disebabkan pada
pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) tahapan
pembelajaran yang diterapkan menuntut peserta didik untuk selalu melakukan
kegiatan, berinteraksi satu sama lain dan mengembangkan kemampuan
komunikasi dan kemampuan pemecahan masalah.
BAB VSIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan penulis,
diperoleh rata-rata skor tes akhir kelas eksperimen sebesar 46,30 dan kelas kontrol
58
sebesar 39,25 dan hasil uji hipótesis diperoleh yaitu = 3,16 dan
= 1,67 dengan demikian rata-rata hasil belajar fisika siswa yang
menggunanakan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization
(TAI) secara signifikan lebih baik daripada hasil belajar fisika siswa yang tanpa
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization
(TAI). Maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari
penggunaan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI)
terhadap hasil belajar fisika siswa pada materi energi dan usaha kelas VIII
Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Lubuklinggau tahun pelajaran 2010/2011.
B. Saran
1. Guru diharapkan agar dapat menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Team
Assisted Individualization (TAI) pada pelajaran fisika sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa..
2. Sekolah hendaknya mendukung terlaksananya kegiatan yang menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI).
3. Perlu diadakan penelitian lanjutan sebagai pengembangan dari penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Sukarsimi. 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Debdikbud. 1989. Kurikulum SMP, Petunjuk Pelaksanaan Penilaian. Jakarta : Debdikbud
59
Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika. Jakarta: Erlangga.
Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Khalim, Abdul ; Hari subagya; Agus Taranggono. 2004. Sains Fisika. Bumi Aksara
Kusumaningrum, Retna. 2007. Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assited Individualization) Melalui Pemanfaatan LKS (Lembar Kerja Siswa) terhadap Hasil Belajar Matematika Sub Pokok Bahasan Jajargenjang dan Belahketupat pada Siswa Kelas VII SMPN II Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007. [Online] http://www.digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH12e3/...dir/doc.pdf. [14 Januari 2010].
Mulyana, Derty. 2004. Pengaruh Penerapan Teori Belajar Burner dalam Pembelajaran Fisika pada Pokok Bahasan Tekanan terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas 1 SLTP Negeri 1 Indralaya. Skripsi tdak diterbitkan. Palembang: Jurusan MIPA FKIP Universitas Sriwijaya.
Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. 2008. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Purwono, Indro. 2000. Fisika Pendidikan Dasar 9 Tahun. Surakarta: Pabelan.
Sumijadi. 1995. IPA Fisika.Surakarta: Tiga Serangkai.
Slavin, Robert E. 2005. Cooperatif Learning. Bandung: Nusa Media.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sukasno. 2006. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Buku tidak diterbitkan. Lubuklinggau : STKIP-PGRI Lubuklinggau.
Suprijono, Agus. (2009). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tiliyani, Bukaningrum. 2007. Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Team Assited Individualization (TAI) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IX BSMP Negeri 1 Adiwerna Kabupaten Tegal dalam Pokok Bahasan Pangkat Tak Sebenarnya. [Online] http://www.digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH014e/...dir/doc.pdf. [14 Januari 2010].
Wati, Ernie Fitri. 2009. Penerapan Pendekatan CooperativeLearning Tpe Jigsaw dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas X SMA Negeri 5
60
Lubuklinggau. Skripsi tidak diterbitkan. Lubuklinggau: Jurusan MIPA STKIP PGRI Lubuklinggau.
61