SKRIPSI KOMPRE 2

145
PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA KORUPSI DI KOTA MALANG (STUDI DI MALANG CORRUPTION WATCH) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Kesarjanaan Dalam Ilmu Hukum Oleh: ANGGA ARIO PRASETYO 1050100111112 KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS HUKUM

description

skripsi

Transcript of SKRIPSI KOMPRE 2

Page 1: SKRIPSI KOMPRE 2

PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA KORUPSI DI KOTA MALANG

(STUDI DI MALANG CORRUPTION WATCH)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Memperoleh

Gelar Kesarjanaan Dalam Ilmu Hukum

Oleh:

ANGGA ARIO PRASETYO

1050100111112

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS HUKUM

MALANG

2014

Page 2: SKRIPSI KOMPRE 2

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Semakin berkembangnya peradaban dunia menuju ke era modernisasi

membawa dampak besar terhadap kehidupan masyarakat. Begitupun dengan bentuk–

bentuk kejahatan yang senantiasa mengikuti alur perkembangan zaman.Korupsi

adalah salah satu jenis kejahatan yang berkembang dalam masyarakat yang sama

dengan jenis kejahatan lain, yang menjadi permasalahan utama adalah meningkatnya

korupsi seiring dengan kemajuan, kemakmuran, teknologi dan budaya masyarakat1

hal tersebut sudah menjadi permasalahan berbagai bangsa di dunia.

Korupsi merupakan gejala masyarakat yang dapat dijumpai disetiap bidang

kehidupan masyarakat baik dibidang ekonomi, hukum, sosial budaya maupun politik.

Fakta adanya sejarah membuktikan bahwa hampir setiap negara dihadapkan pada

masalah korupsi 2. Masalah korupsi sebenarnya bukanlah masalah baru di indonesia,

karena sudah ada sejak era tahun 1950-an. Bahkan berbagai kalangan menilai bahwa

korupsi telah menjadi bagian dari kehidupan, menjadi suatu sistem dan menyatu

dengan penyelenggaraan pemerintahan negara3.

1 Arifin Rada, Kecurangan Dalam Birokrasi Pemerintahan Pemicu Terjadinya Tindak Pidana Korupsi, Bayumedia, Malang, 2009. hlm 5.2 Evi hartanti, Tindak Pidana Korupsi, Sinar Gravika, Jakarta, 2005, hlm 24.3 Chaerudin, syaiful ahmad dinar, syarif fadillah, Strategi Pencegahan dan Penegakan Hukum Tindak Pidana Korupsi, Refika Aditama, Bandung, 2008, hlm 1.

1

Page 3: SKRIPSI KOMPRE 2

2

Permasalahan korupsi di indonesia sudah semakin banyak terjadi sehingga hal

ini dapat ditemui pada segala sektor pemerintahan mulai dari lembaga-lembaga tinggi

Negara baik legislatif, ekskutif maupun yudikatif hingga ke BUMN. Dan mulai dari

pejabat kecil hingga pejabat tinggi tersandung kasus korupsi.

Dari hasil survei yang dilakukan The Political and Economic Risk

Consultancy Ltd (PERC), Indonesia menempati peringkat pertama sebagai negara

terkorup se-Asia4. Hal ini mengindikasikan tidak optimalnya peraturan hukum yang

telah dibuat oleh pemerintah mengenai pemberantasan tindak pidana korupsi,

beberapa peraturan yang telah dibuat, yakni :

1. Undang-undang nomor 24 Tahun 1960 tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi.

2. Undang-undang nomor 3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi.

3. Undang-undang nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi.

4. Undang-undang nomor 20 Tahun 2001 tentang perubahan atas

Undang-undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Pemerintah dalam memaksimalkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001

tentang Pemberantasan Tindak Pidana korupsi sebagai upaya pencegahan dan

pemberantasan tindak pidana korupsi diwujudkan dalam bentuk menjalankan isi

4 Indonesia Coruption Watch, Indonesia Negara Paling Korup di Asia, http://www.antikorupsi.org/id/content/perc-indonesia-negara-paling-korup-di-asia (online) diakses 25 November 2013

Page 4: SKRIPSI KOMPRE 2

3

peraturan Undang-undang tersebut sebagai bentuk kontrol agar angka tindak pidana

korupsi dapat ditekan seminimal mungkin sehingga dapat mewujudkan negara yang

bersih dan bebas korupsi.

Dalam kaitanya dengan penegakan hukum terdapat tiga unsur elemen yang

tidak dapat dipisahkan dari penegakan hukum itu sendiri karena berkaitan erat dengan

adanya suatu sistem yang tidak dapat saling dipisahkan, diataranya adalah struktur,

substansi dan budaya. Di dalam penegakan hukum dalam tindak pidana korupsi

tentunya tidak dapat dilepaskan dati tiga hal tersebut.Salah satuelemen yang tidak

boleh dikesampingkan oleh pemerintah adalah budaya atau cultureyang dalam hal ini

adalah peran serta masyarakat dan lembaga swadaya masyarakat. Dalam usaha

pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi, masyarakat mempunyai hak

dan tanggung jawab untuk berperan serta dalam upaya pencegahan dan

pemberantasan tindak pidana korupsi5,

Sebagaimana dalam pasal 41 ayat (3) Undang-undang Nomor 31 tahun 1999

jo. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana

korupsi, yang menyatakan bahwa : “Masyarakat dapat berperan serta mempunyai

hak dan tanggung jawab dalam upaya pemberantasan tindak pidana korupsi”. Hal ini

terwujud melalui adanya peran serta masyarakat melalu Lembaga Swadaya

Masyarakat yang dibentuk oleh beberapa elemen masyarakat sebagaimana yang telah

diamanatkan dalam peraturan perundang-undangan.

5 Nyoman Serikat Putra Jaya, Tindak Pidana Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme Di Indonesia, Badan Penerbit Undip, Semarang, Hlm. 61.

Page 5: SKRIPSI KOMPRE 2

4

 Adapun mengenai tata cara pelaksanaan peran serta masyarakat dan lembaga

swadaya masyarakat dalam bentuk pelaporan dalam mencegah dan pemberantasan

tindak pidana korupsi diatur dalam Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 71

Tahun 2000 tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dan Pemberian

Penghargaan Dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang

menyatakan bahwa “setiap orang, organisasi masyarakat atau lembaga swadaya

masyarakat berhak mencari, memperoleh, dan memberikan informasi adanya dugaan

telah terjadi tindak pidana korupsi serta menyampaikan saran serta pendapat kepada

penegak hukum dan atau komisi mengenai tindak pidana korupsi”. Berkaitan dengan

hal tersebut masyarakat ataupun Lembaga Swadaya Masyarakat dapat memberikan

perananya terhadap pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi sesuai

dengan amanat peraturan tersebut.

Di Kota Malang tindak pidana korupsi merupakan suatu hal yang menjadi

perhatian utama baik dari masyarakat maupun lembaga swadaya masyarakat di Kota

Malang. Korupsi yang terjadi di kota malang sudah mencapai tahap yang sangat

mekhawatirkan sehingga perlu adanya kontrol baik dari masyarakat maupun lembaga

swadaya masyarakat sebagai salah satu unsur dalam penegakan hukum.Sebagai

perwujudan masyarakat yang demokrasi dalam kaitanya mewujudkan pemerintahan

yang bersih dari Korupsi Kolusi dan Nepotisme di Kota Malang, masyarakat telah

membentuk berbagai macam Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dimana

Lembaga Swadaya Masyarakat sebagai lembaga sosial yang independent yang juga

mempunyai peran dalam pemberantasan dan penanggulangan masalah korupsi.

Page 6: SKRIPSI KOMPRE 2

5

Namun dari sekian banyak Lembaga Swadaya Masyarakat yang ada di Kota

Malang, hanya sedikit yang memfokuskan dalam pengawasan dan pemantauan kasus

korupsi di Kota Malang. Salah satu kembaga swadaya masyarakat penggiat anti

korupsi di Kota Malang yang bergerak secara sistematis dan terorganisir adalah

Malang Corruption Watch (MCW)6 yang memang bergerak dalam pengawasan

tentang korupsi yang terjadi di Kota Malang dengan melakukan berbagai kegiatan

terkait masalah pengawasan, pemberantasan dan penanggulangan tindak pidana

korupsi.

Malang Corruption Watch yang digagas sebagai lembaga publik yang

independen dalam peranannya telah berpartisipasi dalam pengungkapan beberapa

kasus yang diantaranya adalah pengungkapan kasus DPRD Kota Malang periode

1999-2004 yang dilakukan oleh Dra Sri Rahayu senilai Rp 21 M di DPRD Kota

Malang. selain itu untuk saat ini Malang Corruption Watch juga sedang melakukan

analisa secara mendalam terhadap beberapa instansi yang diduga melakukan tindak

pidana korupsi, diantaranya adalah Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan

Pengawasan Bangunan (DPUPPB) yang bertanggung jawab atas mangkraknya

pembangunan jembatan Kedungkandang, dinas perhubungan (DISHUB) yang

tersangkut dugaan mark-up pengadaan paku jalan, dinas kesehatan yang diduga

6 Malang corruption watch adalah salah satu lembaga penggiat anti korupsi di kota Malang yang bergerak dalam masalah pengawasan, pemberantasan dan penanggulangn tindak pidana korupsi di wilayah Malang raya. Untuk selanjutnya penyebutan Malang Corruption Watch disebutkan penulis menjadi “MCW”

Page 7: SKRIPSI KOMPRE 2

6

melakukan praktek curang dengan tim apprasial untuk memark-up pengadaan lahan

RSUD serta Dinas Pendidikan yang menjual buku panduan kurikulum 20137.

Jika merujuk pada pandangan Karklins dimana “Anti-corruption work among

public administrator and high level official can help, but in the long run, the

mobilization of democratic forces from below and the forging of civil society is the

decisive way to contain corruption in democratic society8”, yang diterjemahkan

berarti Karya Anti-korupsi di kalangan administrator publik dan pejabat tingkat tinggi dapat

membantu, tetapi dalam jangka panjang, mobilisasi kekuatan demokrasi dari bawah dan

tempaan masyarakat sipil adalah cara menentukan mengandung korupsi dalam masyarakat

demokratis. Maka dapat disimpulkan bahwa berdasarkan pengalama menguatnya

partisipasi publik akan berdampak pada terjadinya transparansi dan akuntabilitas

pemerintahan.

Bentuk penanggulangan dan pemberantasan tindak pidana korupsi yang

dilakukan oleh Malang Corruption Watch telah dilakukan dengan berbagai macam

cara terkait masalah korupsi baik secara langsung maupun secara tidak langsung juga

dengan upaya preventif maupun represif yang telah dilakukan terdapat berbagai

macam hambatan dan kendala yang dihadapi malang curruption watch dalam

penanggulangan dan pemberantasan tindak pidana korupsi tersebut

7 Berdasarkan hasil pra-survey yang diperoleh penulis melalui wawancara dengan Akmal Adi Cahya, Ketua sekertariat Malang Coruption Watch (11 Maret 2014)8 Karklins, Rasma,Anti-Corruption Incentives and Constituencies in the Post-Communist Region, Paper for Workshop 1 : Creating a Trustworthy State, Collegium Budapest, Draft, September 2002, p.1

Page 8: SKRIPSI KOMPRE 2

7

Penaggulangan dan pemberantsan tindak pidana korupsi yang dilakukan

Malang Corruption Watch tentunya mengalami berbagai macam kendala dan

hambatan yang dialami akan tetapi malang corruption watch juga melakukan upaya

dan pengembangan terkait dengan masalah dan kendala yang dihadapi guna

memaksimalkan perananya sebagai salah satu elemen bagian dari penegakan hukum

terkait masalah penanggulangan dan pemberantasan tindak pidana korupsi khususnya

yang ada di kota Malang.

Berdasarkan dari hal tersebut menurut penulis merasa perlu menganggkat dan

tertarik untuk mengetahui secara lebih mendalam peranan Lembaga Swadaya

Masyarakat terhadap pemberantasan korupsi yang dilakukan oleh Malang Corruption

Watch melalui sebuah penelitian lebih lanjut berjudul “PERAN LEMBAGA

SWADAYA MASYARAKAT DALAM UPAYA PENAGGULANGAN TINDAK

PIDANA KORUPSI DIKOTA MALANG (Studi di Malang Corruption

Watch)”. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang sebelumya yang berada di

dalam tabel orisinalitas sebagai berikut ini

Page 9: SKRIPSI KOMPRE 2

8

Table 1.1.

Orisinalitas Penelitian

NoTahun

PenelitianNama Peneliti

dan asal instansiJudul Penelitian Rumusan Masalah Ket

1 2007 Riris Dwi Handayani, Fakultas Hukum Universitas Brawijaya

Realita Penerapan Pasal 41 dan Pasal 42 Undang-undang No 31 Tahun 1999 Jo Undang-undang No 20 Tahun 2001 Mengenai Peran Serta Masyarakat dalam Memberantas Tindak Pidana Korupsi (Studi di LSM “SOMASI” Blitar)

1. Bagaimana penerapan pasal 41 dan 42 Undang-undang No. 31 Jo Undang-undang No 20 Tahun 2001 oleh lembaga swadaya masyarakat SOMASI dalam melakukan peran sertanya memberantas tindak pidana korupsi?

2. Apa kendala-kendala yang dihadapi lembaga swadaya masyarakat SOMASI dalam peran setanya memberantas tindak pidana korupsi?

3. Bagaimana upaya penaggulangan yang dilakukan oleh lembaga swadaya masyarakat SOMASI dalam peran sertanya memberantas tindak pidana korupsi?

2 2008 Norman Rahmadani, Fakultas Hukum Universitas Brawijaya

Optimalisasi Kinerja Badan Pengawas Daerah (BAWASDA) dalam Mencegah dan Menanggulangi Tindak Pidana Korupsi ( Studi di Kantor Bawasda Kabupaten Pasuruan)

1. Bagaimana upaya badan pengawas daerah dalam mengoptimalkan perananya mencegah dan menaggulangi tindak pidana korupsi di Kabupaten Pasuruan?

2. Bagaimana pelaksaan BAWASDA dalam mengoptimalkan perananya untuk mencegah dana

Page 10: SKRIPSI KOMPRE 2

9

menanggulangi tindak pidana korupsi?

3. Apa kendala yang dihadapi oleh pihak Badan Pengawas Daerah Kabupaten Pasuruan dalam menangani korupsi?

3 2014 Angga Ario P, Fakultas Hukum Universitas Brawijaya

Peran Serta Lembaga Swadaya Masyarakat Dalam Penaggulangan Tindak Pidana Korupsi di Kota Malang (Studi di Malang Corruption Watch)

1. Bagaimana peran serta lembaga swadaya masyarakat “ Malang Corruption Watch” terhadap upaya pencegahan korupsi di Kota Malang?

2. Apa kendala lembaga swadaya masyarakat “Malang Corruption Watch” terhadap upaya pencegahan tindak pidana korupsi di Kota Malang ?

3. Bagaimana upaya lembaga swadaya masyarakat “Malang Corruption Watch” dalam mengatasi kendala pencegahan tindak pidana korupsi di Kota Malang ?

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah yang

akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana peran serta lembaga swadaya masyarakat “ Malang Corruption

Watch” terhadap upaya pencegahan korupsi di Kota Malang?

Page 11: SKRIPSI KOMPRE 2

10

2. Apa kendala lembaga swadaya masyarakat “Malang Corruption Watch”

terhadap upaya pencegahan tindak pidana korupsi di Kota Malang ?

3. Bagaimana upaya lembaga swadaya masyarakat “Malang Corruption Watch”

dalam mengatasi kendala pencegahan tindak pidana korupsi di Kota Malang ?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui peran serta lembaga swadaya masyarakat “ Malang

coruption watch” terdahadap upaya penanggulangantindak pidana korupsi di

Kota Malang.

2. Untuk mengetahui dan memahami kendala lembaga swadaya masyarakat

“malang coruption watch” terhadap upaya penanggulangan tindak pidana

korupsi di Kota Malang.

3. Untuk mengetahui upaya lembaga swadaya masyarakat “malang coruption

watch” dalam mengatasi kendala penaggulangan tindak pidana korupsi di

Kota Malang.

D. MANFAAT PENULISAN

Manfaat yang diharapkan dari penulisan ini baik secara teoritis maupun secara

praktis adalah:

1. Secara Teoritis

Secara teoritis penulisan skripsi ini dapat memberikan gambaran dan

wacana bagi perkembangan ilmu hukum yang berkaitan dengan peran

Page 12: SKRIPSI KOMPRE 2

11

lembaga swadaya masyarakat dalam penaggulangan tindak pidana korupsi

yang berada di Kota Malang.

2. Secara Praktis

Secara praktis manfaat penulisan karya ilmiah ini meliputi :

a. Bagi Pemerintah

Sebagai tambahan informasi dan saran, bahan rujukan baik

oleh pihak pemerintah daerah maupun pemerintah pusat serta aparat

penegakan hukum tentang pelaksanaan pengawasan penanggulangan

tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh lembaga swadaya

masyarakat sebagai bagian dari elemen-elemen penegakan hukum.

b. Bagi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat)

Sebagai bahan informasi dan wacana LSM (Lembaga Swadaya

Masyarakat) sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan dan rujukan

dalam melakukan upaya penanggulangan tindak pidana korupsi di

wilayah Kota Malang

c. Bagi Akademisi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh,

mengumpulkan data dan memberikan tambahan pengetahuan,

informasi, wacana dan kajian mengenai peran lembaga swadaya

masyarakat dalam penaggulangan tindak pidana korupsidi Kota

Malang

d. Bagi Masyarakat

Page 13: SKRIPSI KOMPRE 2

12

Sebagai tambahan infromasi, wacana dan pengetahuan bagi

msyarakat tentang peranan masyarakat dalam penanggulangan tindak

pidana korupsi melalui Lembaga Swadaya Masyarakat dalam

penanggulangan tindak pidana korupsi yang berada di Kota Malang.

.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk mempermudah memperoleh gambaran mengenai isi skripsi yang akan

ditulis, maka penulis akan mebagi secara sistematis dalam lima bab dengan perincian

sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis akan menguraikan secara keseluruhan penulisan skripsi

yang terdiri dari latar belakang permasalahan yang diangkat, rumusan masalah

yang akan diangkat, tujuan penelitiandan manfaat penelitian.

BAB II: KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai teori yang akan dijadikan pisau

analisis dan membahas hasil penelitian yang akan memberikan penjelasan

informatif memuat paparan tentang pengertian dari tindak pidana korupsi,

peran serta masyarakat, peran serta lembaga swadaya masyarakat,

penaggulangan korupsi.

BAB III : METODE PENELITIAN

Page 14: SKRIPSI KOMPRE 2

13

Dalam bab ini akan diuraikan tentang pendekatan, lokasi penelitian, jenis dan

sumber data, teknik pengumpulan data yang digunakan, populasi dan sampel,

teknik analisa data serta definisi oprasional.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai gambaran umum tentang hasil

penelitian mengenai peran serta, kendala serta upaya mengatasi kendala dari

lembaga swadaya masyarakat malang corruption watch dalam penaggulangan

tindak pidana korupsi di Kota Malang.

BAB V : PENUTUP

Dalam bab V ini merupakan bab penutup, yang berisikan kesimpulan dari

hasil pembahasan bab sebelumya dan saran-saran yang dapat diberikan dari

hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis.

Page 15: SKRIPSI KOMPRE 2

14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Umum Tentang Tindak Pidana Korupsi

1. Pengertian Tindak Pidana

Istilah tindak pidana berasal dari istilah yang dikenal dalam buku

pidana belanda yaitu strafbaar feit walaupun istilah ini terdapat dalam

WvS Belanda,dengan demikian juga terdapat dalam WvS Hindia Belanda

(Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) akan tetapi tidak ada penjelasan

resmi tentang apa yang dimaksud dengan strafbaar feit itu sendiri. 9 Pada

dasarnya terdapat dua unsur pembentuk kata dalam strafbaar feit dalam

tata bahasa belanda yaitu strafbaar dan feit, unsur kata feit dapat diartikan

sebagai sebagaian dari kenyataan sedangkan dalam kata strafbaar berarti

dapat dihukum secarah harfian perkataan strafbaar feit dapat diartikan

sebagai sebagaian dari kenyataan yang dapat dihukum.10

Strafbaar feit tidak hanya diistilahkan sebagai tindak pidana atau

sebagaian kenyataan yang dapat dihukum tetapi terdapat banyak

perumusan instilah dan penegertia lainya mengenai kata ini yang

diungkapkan oleh beberapa ahli hukum. Menurut Wiryono prodjodikoro

memberikan pengertian tindak pidana sebagai “pelanggaran norma –

norma dalam tiga bidang hukum lain, yaitu hukum perdata, hukum

9 Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana I, Jakarta, Raja Gravindo Persada, 2005, hlm.6710 Evi Hartati, Op.cit. hlm.5

Page 16: SKRIPSI KOMPRE 2

15

ketatanegaraan dan hukum tata usaha pemerintah, yang oleh pembentuk

undang-undang ditanggapi dengan suatu hukuman pidana.11 Bahwa sifat-

sifat yang ada dalam setiap tindak pidana adalah sifat melanggar hukum

sehingga dimungkinkan tiada pidana tanpa sifat melanggar hukum.

Secara umum untuk dapat dikatakan sebagai suatu perbuatan atau

tindakan pidana itu harus memenuhi beberapa unsur. Ada dua syarat yang

harus dipenuhi agar suatu perbuatan atau tindakan pidana yaitu syarat

formil dan syarat materiil. Syarat formil menyatakan bahwa suatu

tindakan atau pernuatan tersebut telah memenuhi rumusan undang-

undang. Syarat materiil menyatakan bahwa suatu tindakan atau perbuatan

itu harus melawan hukum.12 Dan beberapa pendapat ahli mengenai unsur-

unsur tindak pidana ini berbeda-beda namun pada hakikatnya terdapat

persamaan yakni tidak memisahkan antara unsur-unsur perbuatanya

dengan unsur mengenai dirinya.13

2. Pengertian Korupsi

Kata korupsi berasal dari bahasa latin corrupti atau corruptus yang

secara harfiah berarti kebususkan, kebejatan, tidak jujur, dapat disuap,

tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian, kata-kata yang menghina

11 Wirjono Pradjodikoro, Tindak Pidana Tertentu diIndonesia, Bandung, Refika Aditama, 2003. hlm.112 Masruchin Ruba’i, Asas-Asas Hukum Pidana, UM Pres, Malang, 2001, Hlm 2113 Ibid,, Hlm 81

Page 17: SKRIPSI KOMPRE 2

16

atau memfitnah sebagaimana dapat dibaca dalam The Lexion Webster

Dictionary.14

Selanjutnya disebutkan bahwa coruptio itu berasal dari kata asal

corrumpere, suatu kata dalam bahasa latin yang lebih tua. dari bahasa latin

itulah turun ke banyak bahasa Eropa seperti Inggris: Corruptio, Corrupt;

Perancis: Coruption; dan Belanda: Corruptie (Koruptie). Dapat dikatakan

bahwa dari bahasa belanda inilah turun ke bahsa Indonesia: Korupsi.15

Ditinjau dari sudut bahasa kata Korupsi berarti kemerosotan dari yang

semua baik, sehat dan benar menjadi penyelewengan, busuk. Kemudian

ati kata korupsi yang telah diterima dalam perbendaharaan kata bahasa

Indoensia itu, disimpulkan oleh Poerwodarminto dalam kamus bahasa

Indonesia bahwa kata korupsi untuk perbuatan yang busuk, seperti

penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan sebagainya.16

Di Malaysia terdapat juga peraturan anti korupsi akan tetapi di

Malaysia tidak digunakan kata “Korupsi” melainkan dipakai kata “resuah”

yang tentunya berasal dari bahasa Arab “Riswah” yang menurut kamus

Arab – Indonesia artinya sama dengan Korupsi17

14 Andi Hamzah, Korupsi di Indonesia Masalah dan Pemecahanya, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama 1984, hlm. 715 Andi Hamzah, Pemberantasan Korupsi Melalui Hukum Pidana Nasional dan Internasional, Jakarta, Rajagrafindo Persada, 2006, hlm. 416 W.J.S Poerwodiminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 197617 Andi Hamzah, Op.cit, hlm. 6

Page 18: SKRIPSI KOMPRE 2

17

Dari beberapa pakar pengertian Korupsi dapat diartikan sebagai

berikut:18

Pengertian korupsi menurut Gunar Myrdal adalah:

“ To include not only all forms of improper of selfish exercise of

power and influence attached to a public office or the special

position one occupies in the public life but also the activity of the

bribers”

“ korupsi tersebut meliputi kegiatan-kegiatan yang tidak patut yang

berkaitan dengan kekuasaan, aktivitas-aktivitas pemerintahan atau

usaha –usaha tertentu untuk memperoleh kedudukan secara tidak

patut serta kegiatan lainya seperti penyogokan”

Gurnar Myrdal tampaknya menggunakan istilah korupsi dalam

arti luas yang meliputi juga kolusi dan nepotisme, maka Helbert

Edelherz lebih suka menggunakan istilah white collat crime untuk

perbuatan pidana korupsi. Di dalam buku Helbert Edelherz berjudul

The Insvestigation of White Collar Crime, A Manual for Law

Enforcement Agecies, perbuatan pidana korupsi disebutkan sebagai

berikut:

18 Ermansjah Djaja, Mendisain Pengadilan Tindak Pidana Korupsi “Implikasi Putusan Mahkama Konstitusi Nomor 012-016-019/PPU-IV/2006, Jakarta, Sinar Grafika, 2010, hlm. 21-22

Page 19: SKRIPSI KOMPRE 2

18

“ White collar crime: an illegal act or service of illegal acts

commited by nonpysical means and by cocealment or guide, to

obtain obtain business or personal advantage”

“ kejahatan kerah putih: suatu perbuatan atau serentetan perbuatan

yang bersifat ilegal yang dilakukan secara fisik, tetapi dengan akal

bulus/terselubung untuk mendapatkan uang atau kekayaan serta

menghindari pembayaran/pengeluaran uang atau kekayaan atau

untuk mendapatkan bisnis/keuntungan pribadi”

Istilah korupsi dalam peraturan perundang-undangan di

Indonesia baru dikenal kali pertama dalam Peraturan Penguasa Perang

Kepala Staf Angkatan Darat tanggal 16 April 1958 No.

Prt/Peperpu/013/1958 (BN No.40 Tahun 1958) yang diberlakukan

pula bagi penduduk dalam wilayah kekuasaan angkatan laut. 19

Kemudian dimasukan juga dalam Undang-undang Nomor 24/prp/1960

tentang Pengusutan Penuntutan dan Pemeriksaan Tindak pidana

Korupsi, yang kemudian dicabut dan digantikan oleh Undang-undang

No. 3 Tahun 1971 Tentang Pemberantasan Tindak pidana Korupsi,

yang kemudian digantikan dengan Undang-undang Nomor 31 Tahun

1999 dan selanjutnya diubah dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun

2001.

19 Adami Chazawi, Hukum pidana Materiil dan Formil Korupsi di Indonesia, Banyumedia, 2005, hlm. 3

Page 20: SKRIPSI KOMPRE 2

19

3. Jenis dan Macam Tindak Pidana Korupsi

Di dalam bukunya Ermansjah Djaja membagi tipe-tipe tindak

pidana korupsi berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

sebagaiamana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2001 terbagi menjadi 7 (tujuh) jenis tipe atau kelompok20 :

(a) Tipe Tindak Pidana Korupsi “Murni Merugikan Keuangan

Negara”

Tindak pidana korupsi “murni merugikan keuangan

negara” adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh orang,

pegawai negeri sipil, dan penyelenggara negara yang secara

melawan hukum, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan

atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan

dengan melakukan perbuatan mmemperkaya diri sendiri atau

orang lain atau suatu koorporasi yang dapat merugikan

keuangan negara atau perekonomian negara.

(b) Tipe Tindak Pidana Korupsi “Suap”

Tindak pidana korupsi “suap” pada prinsipnya tidak

berakibat langsung pada kerugian keuangan negra ataupun

perekonomian negara, karena sejumlah uang ataupun benda

berharga yang diterima oleh pegawai negeri sipil atau

penyelenggara negara sebagai hasil dari perbuatan melawan

20 Ermansjah Djaja, Op.cit, hlm. 59

Page 21: SKRIPSI KOMPRE 2

20

hukum untuk memperkaya diri sendiri bukan berasal dari uang

ataupun aset negara tetapi melainkan dari uang atau aset orang

yang melakukan penyuapan dengan kesepakatan kedua belah

pihak .

(c) Tipe Tindak Pidana Korupsi “Pemerasan”

Berbeda dengan tipe tindak pidana korupsi lainya

dalam tindak pidana korupsi “pemerasan” yang berperan aktif

adalah pegawai negeri sipil atau penyelenggara negara yang

meminta bahkan cenderung melakukan pemerasan kepada

msyarakat yang memerlukan layanan maupun bantuan pegawai

negeri sipil atau penyelenggara negara tersebut, disebabkan

ketidak mampuan secara materiil masyarakat yang

memerlukan layanan atau bantuan pegawai negeri sipil atau

penyelenggara negara sehingga terjadi tindak pidana

“pemerasan”.

(d) Tipe Tindak Pidana Korupsi “Gratifikasi”

Berbeda dengan tipe tindak pidana korupsi lainya

dalam tindak pidana korupsi “gratifikasi” tidak terjadi

kesepakatan atau “deal” berapa besar nilai uang atau benda

berharga dan dimana uang atau benda berharga tersebut

dilakukan penyerahan serta siapa dan kapan uang atau benda

berharga tersebut diserahkana antara pemberi gratifikasi

dengan pegawai negeri atau penyelenggara negara yang

Page 22: SKRIPSI KOMPRE 2

21

menerima gratifikasi. Karena sifatnya gratifikasi adalah

pemberian dalam arti luas, dimana pegawai negeri sipil atau

penyelenggara negara bersifat pasif dan yang lebih aktif adalah

pemberi gratifikasi.

(e) Tipe Tindak Pidana Korupsi “Penyerobotan”

Dalam tindak pidana korupsi “penyerobotan” yang

berperan aktif adalah pegawai negeri sipil atau penyelenggara

negara yang pada waktu menjalankan tugas, telah

menggunakan tanah negara yang diatasnya terdaat hak pakai,

seolah-olah sesuai dengan peraturan perundang-undangan,

telah merugikan orang yang berhak, padahal diketahuinya

bahwa perbuatan tersebut bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan.

(f) Tipe Tindak Pidana Korupsi “Percobaan, Pembantuan dan

Permufakatan”

Tindak pidana korupsi “percobaan, pembantuan dan

permufakatan” dilakukan masih atau hanaya dalam tahap

percobaaan , pembantuan dan permufakatan untuk

melakukan tindak pidana korupsi, sehingga sangsi hukum

terhadap tindak pidana ini umumnya dikurangi 1/3 (satu

pertiga) dari ancaman pidananya, seperti dijelaskan dalam

penjelasan Pasal 15 Undang-Undang Nomor 31 Tahun

Page 23: SKRIPSI KOMPRE 2

22

1999 juncto Undang-Undang 20 Tahun 2000 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

(g) Tipe Tindak Pidana Korupsi “Lainnya”

Tindak pidana korupsi “lainnya” adalah peristiwa atau

perbuatan yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi,

yaitu perbuatan yang dengan sengaja mencegah,

merintangi, atau menggagalkan secara tidak langsung

penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang

pengadilan terhadap tersangka dan terdakwa ataupun saksi

dalam perkara pidana.

B. Kajian Umum Tentang Peran Serta Masyarakat Dalam Upaya

Pencegahan Tindak Pidana Korupsi

1. Pengertian Masyarakat

Definisi menganai masyarakat ini ada bermacam-macam tergantung

kepada sudut pandang masing masing sarjana sosial di dalam buku

Miriam Budiarjo disebutkan beberapa, antara lain:

1. Menurut Robert Maciver masyarakat adalah suatu sistem

hubungan-hubungan yag ditertibakan

2. Menurut Harold J.Laski masyarakat adalah sekelompok manusia

yang hidup dan berkerjasama untuk mencapai terkabulnya

keinginan-keinginan mreka bersama. Dari pendefinisian tersebut

Page 24: SKRIPSI KOMPRE 2

23

dapat disimpulkan bahwa masyarakat mecakup semua hubugan

dan kelompok dalam suatu wilayah21

2. Pengertian Lembaga Swadaya Masyarakat

Lembaga swadaya masyarakat adalah sebuah organisasi yang

didirikan oleh perorangan atau sekelompok orang yang secara suka

rela memberikan pelayanan kepada masyarakat umum tanpa bertujuan

memperoleh keuntungan dari kegiatanya. LSM yang dikenal saat ini,

sesungguhnya merupakan metamorfosis dari beberapa istilah yang

dikenal sebelumnya. Polpularitas penyebutan LSM bergantung pada

tekanan pemberian arti pada komunitas ini yang dikaitkan dengan

paradigma politik aktual. 22

Pengertian LSM (Lmbaga Swadaya Masyarakat) menurut

Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2000 pasal 2 ayat 1 adalah suatu

organisasi masyarakat yang berhak untuk memperoleh, mecari dan

memberikan informasi adanya dugaan telah terjadi tindak pidana

korupsi serta menyampaikan saran dan pendapat kepada penegak

hukum atau komisi mengenai perkara tindak pidana korupsi.

Lembaga Swadaya Masyarakat ( LSM ) dikenal pula dengan

sebutan organisasi Non-Pemerintah ( Non-Governmental Organization

). LSM merupakan organisasi yang dibentuk oleh kalangan masyarakat

21 Miriam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 201122 Wismulyani Endah, Lembaga Swadaya Masyarakat, Saka Mitra Kompetisi, Klaten, 2011, hlm. 10

Page 25: SKRIPSI KOMPRE 2

24

yang bersifat mandiri. Organisasi seperti ini tidak menggantungkan

diri pada pemerintah atau negara, terutama dalam dukungan dana dan

sarana prasarana, meskipun tidak dimungkinkan pemerintah tidak

jarang memberikan fasilitas penunjang dan penopang.

3. Peran Serta Masyarakat Dalam Pencegahan Tindak Pidana

Korupsi

Pengertian tentang peran serta masyarakat adalaha keikut

sertaan masyarakat dengan sadar dlaam suatu program atau kegiatan

pembangunan. Peran serta masyarakat dianggap sebagai tolak ukur

dalam menialai suatu kegiatan atau program dilaksanakan merupakan

upaya pemberdayaan masyarakat atau bukan. Jika masyarakat tidak

diberikann kesempatan untuk berperan serta atau berpartisipasi dalam

kegiatan pembagunan, maka kegiatan tersebut esensinya tidak

merupakan suatu upaya pemberdayaan masyarakat.23

Peran serta masyarakat berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku dalam pemberantasantindak pidana korupsi

berdasarkan ketentuan dalam Pasal 41 dan 42 Bab V tentang Peran

Serta Masyarakat dalam Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 :24

Pasal 41:

23 Komsis Pemberantasan Korupsi, Mengenali dan Memberantas Korupsi, KPK, Jakarta, 2006, hlm 31

24 Ermansjah Djaja, Loc.cit.

Page 26: SKRIPSI KOMPRE 2

25

“(1) Masyarakat dapat berperan serta membantu upaya

pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi.

(2) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) diwujudkan dalam bentuk:

a. Hak mencari memperoleh dan memberikan

informasi adanya dugaan telah terjadi tindak pidana

korupsi;

b. Hak untuk memperoleh pelayanan dalam mencari,

memperoleh, dan memberikan informasi adanya

dugaan telah terjadi tindak pidana korupsi kepada

penegak hukum yang menangani perkara tindak

pidana korupsi;

c. Hak menampilkan saran dan pendapat secara

bertanggung jawab kepada penegak hukum yang

menangani perkara tindak pidana korupsi;

d. Hak untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan

tentang laporannya yang diberikan kepada penegak

hukum dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh)

hari;

e. Hak untuk memperoleh perlindungan hukum dalam

hal;

Page 27: SKRIPSI KOMPRE 2

26

1) melaksanakan haknya sebgaimana dimaksud

dalam huruf a, b, dan c;

2) diminta hadir dalam proses penyelidikan,

penyidikan dan di sidang pengadilan sebagai

saksi pelapor, saksi, atau saksi ahli, sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku;

(3) Masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

mempunyai hak dan tanggung jawab dalam upaya

mecegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi

(4) Hak dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam

ayat (2) dan (3) dilaksanakan dengan berpegang teguh

pada asas-asas atau ketentuan yang diatur dalam

peraturan perundang-undangan yang berlaku dan

dengan menaati norma agama dan norma sosial lainya.

(5) Ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan peran serta

masyarakat dalam pencegahan dan pemberantasan

tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam

pasal ini, diatur lebih lanjut dengan Peraturan

Pemerintah”.

Pasal 41:

Page 28: SKRIPSI KOMPRE 2

27

“(1) Pemerintah memberikan penghargaan kepada anggota

masyarakat yang telah berjasa memebantu upaya

pencegahan, pemberantasan atau pengunggkapan tindak

pidana korupsi.

(2) Ketentuan mengenai penghargaan sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan

peraturan pemerintah”.

Di dalam aspek pokok rancangan undang-undang

perencanaan penganggaran ada salah satu aspek penting dalam

melibatkan peran serta masyarakat ataupun lembaga swadaya

masyaakat dalam proses perancanaan penganggaran negara

yaitu :

1. Masyarakat memberikan koreksi,penialian dan analisis

berdasarkan pada kondisi aktual permasalahan, dan

selanjutnya memberikan masukan efektif sesuai dengan

konteks dan kisaran pembiayaaan yang efesien dalam

pelaksanaan suatu kegiatan.

2. Keterlibatan masyarakat setidaknya juga akan mengurangi

peluang dan mempersempit ruang konspirasi antara aparat

birokrasi pemerintah dengan kalangan anggota legislatif

dalam perumusan penetapan anggaran.

Page 29: SKRIPSI KOMPRE 2

28

3. Keterlibatan tersebut merupakan bentuk pengawalan

terhadap berbagai hasil kesepakatan yang dicapai dalam

proses musrembang dengan arah dan kebijakan sesuai

dengan pembiayaan,anggaran dan program.25

4. Peran Serta Lembaga Swadaya Masyarakat Dalam Pencegahan

Tindak Pidana Korupsi

Fungsi dan tugas wewenang LSM (Lembaga Swadaya

Masyarakat) dalam Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2000 tetang

peran serta masyarakat dalam pemberantasan tindak pidana korupsi

disebutkan bahwa salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam

membantu memberantas tidak pidana korupsi yaitu dengan

membentuk LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat). Yang mempunyai

fungsi antara lain:

1. Melaksanakan kontrol sosial kepada aparat penegak hukum

dalam kinerjanya untuk memberantas tindak pidana

korupsi.

2. Sebagai tempat penampung aspirasi dari masyarakat.

3. Mencari informasi adanya dugaan telah terjadinya tindak

pidnaa korupsi.

4. Memberikan dan menginformasikan adanya dugaan teah

terjadi tindak pidana korupsi kepada aparat penegak

25 Surahmi dan Suhandi, Strategi dan Teknik Korupsi, Sinar Grafika, Jakarta, 2011, hlm.126

Page 30: SKRIPSI KOMPRE 2

29

hukum.

5. Menyampaikan saran atau pendapat, serta tanggung jawab

kepada penegak hukum.

Tugas dan wewenang LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat)

terdapat dua kategori yaitu secara umum dan khusus. Yang secra

umum adalah:

1. Bahwa LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat )

mempunyai tugas dan wewenang sebagai kontrol sosial

atau mengawasi terhaap kinerja aparat penegak hukum

dlam memberantas tinda pidna korupsi.

2. Mencari informasi adanya dugaan telah terjadinya tinda

pidana korupsi.

3. Memberikan informasi adnaya dugaan telah terjadinya

tindak pidna korupsi.

4. Menyampaikan saran dan pendapat kepada aparat

penegak hukum

5. Harus bertanggung jawab dalam mengumpulkan fakta

dan kejadian yang sebenarnya dengan menaati dan

menghormati aturan-aturan moral yang diakui umu

serta hukum dan peratura-perundang-undangan yang

berlaku.

Page 31: SKRIPSI KOMPRE 2

30

Sedangkan tugas dan wewenang LSM (Lembaga Swadya

Masyarakat) secara umum adalah:

1. Dengan mengadakan koordinasi serius dengan aparat

penegak hukum.

2. Dapat mengadakan ujuk rasa terhadap aparat penegak

hukum yang kurang tegas dalam kinerjanya

memberantas tindak pidana korupsi.

3. Melaporkan kendala-kendala kepada aparat penegak

hukum yang lebih tinggi dalam hierarkinya.

C. Kajian Umum Tentang Penaggulangan

1. Penaggulangan kejahatan

Penagulangan kejahatan adlaah mencakup kegiatan mencegah

sebelum terjadi dan memperbaiki pelaku yang dinyatakan bersalah dan

dihukum di penjara atau lembaga permasyarakatan.26 Akan tetapi menurut

pendapat pery bahwa efektifitas kejahatan hanya mungkin dapat dicapai

dengan adanya keikut sertaan msyarakat secara meluas meliputi

kesadaran dan ketertiban yang nyata.27

Dalam penaggulangan kejahatan ini, ada upaya yang dapat di

tempuh untuk menyelesaikannya, antara lain dengan menggunakan

motode preventif (pencegahan) ataupun metode represif ( penaggulangan

26 Soejono dirjosisworo, Ruang Lingkup Kriminilogi, Remaja Karya, Bandung, 1984, hlm 1927 Mohammad kemal dewmawan, Strategi Pencegahan Kejahatan, Citra Aditya Bhakti, Bandung, 1994, hlm 102

Page 32: SKRIPSI KOMPRE 2

31

atau ketika sudah terjadi), adapun penjelasan mengenai metode pereventif

dan represiv adalah :

1. Upaya preventif ( non penal)

Yaitu mencegah terjadinya kejahatan untuk pertama kalinya.

Upaya pencegahan yang dilakukan untuk mengurangi kejhatan di bagi

menjadi dua yaitu adalah:28

a. Moralistik

Dilakukan dengan cara membina mental spiritual yang bisa dilakukan

oleh para ulama dan lain-lain.

b. Abolisionalistik

Adalah dengan cara penaggulangan bersifat konsepsional yang harus

direncanakan dengan dasar peelitian kriminologi dan menggali sebab

musababnya dari berbagai faktor yang berhubungan.

2. Upara represif (penal)

Adalah suatau upaya atau cara penaggulangan berupa

penangganan kejahatan yang sudah terjadi. Penaganan dilakukan oleh

aparat penegak hukum yakni kepolisian, kejaksaan dan pengadilan.

Dalam rangka bekerjanya sistem peradilan pidana untuk menaggulangi

kejahatan, kepenjaraan ataupun lembaga permasyarakatan adalah sebagai

lembaga korreksi dalam penaggualangan kriminalitas.

28 Soejono dirjosisworo, Ruang Lingkup Kriminilogi, lo.cit, hlm 19-20.

Page 33: SKRIPSI KOMPRE 2

32

Selain dari upaya penaggulangan kejahatan yang sudah dibahas

diatas, terdapat penaggulangan kejahatan lainya yang sifatnya langsung

dan tak langsung, perbaikan lingkungan dan perilaku :29

a. Pencegahan yang bersifat langsung

adalah kegaiatan pencegahan yang dilakukan sebelum terjadinya

kejahatan dan dapat dirasakan dan diamati oleh yang bersangkutan, antara

lain :

1) Perbaikan lingkungan yang merupkan perbaikan stuktur sosial yang

mempengaruhi terjadinya kriminalitas;

2) Pencegahan hubugan-hubungan yang menyebabkan kriminalitas;

3) Penghapusan peraturan yang melarang suatu perbuatan

berbadasarkan beberapa bertimbangan.

b. Pencegahan yang bersifat tidak langsung

Adalah kegiatan pencegahan yang belum dan atau sesudah adanya

kriminalitas anatara lain meliputi:

1) Pembutan peraturan yang melarng dilakukanya suatau kriminalitas

yang didalamnya menggandung ancaman hukum;

2) Pendidikan dan pelatihan untuk memberikan kemampuan pada

seseorang untuk memenuhi kebutuan fisik, mental dan sosialnya;

3) Penimbulan kesan adanya pengawasan.

c. Pencegahan memalaui perbaikan lingkungan

29 Ninik Widiyanti, Yulius Waskita, Kejahatan Dalam Masyarakat dan Pencegahanya, Bina Aksara, Jakarta, 1987, hlm 156-157

Page 34: SKRIPSI KOMPRE 2

33

1) Perbaikan sistem pengawasan

2) Penghapusan kesempatan melakukan tindakan kriminal, misalnya

dengan pemberian kesempatan mencari penghasilan dan nafkah

secara wajar untuk dapat memenuhu kebutuhan hidup.

d. Pencegahan melalui perbaikan prilaku

1) Penghapusan imbalan yang menguntungkan dari prilaku kriminal

2) Pengikut sertaan penduduk atau masyarakat dalam pencegahan

kriminalitas.

Penggulangan kejahatan yang telah dijelaskan sebelumya diatas

telah menyebutkan bahwa kejahatan merupakan bagian dari masalah

sosial dari waktu ke waktu yang membutuhkan perhatian dan penaganan

secara serius. Penaggulangan kejahatan kejatahan konvesional

memnbutuhkan upaya yang lebih sedikit apabila dibandingkan dengan

kejahatan yang bersifat non konvensional, transnasioanl atau pun yang

sifatnya sistematis seperti white colar crimeyang memerupakan kejahatan

yang bersifat komplek. Adapun beberapa cara penaggulangan kejahatan

tersebut adalah:

a. Pemantapan aparatur

Pemantapan aparatur atau penyemopurnaan aparatur penegak hukum

seperti kepolisian, kejaksaan dan pengadilan serta aparatur lainya meliputi

pembenahaan organisasi yang selaras dengan perkembangan sosial,

pembinaan personil dan anggota ke arah yang lebih profesional,

Page 35: SKRIPSI KOMPRE 2

34

penyempurnaaan peralatan yang dibutuhkan dlaam penaggulangan

kejahatan sesuai dengan kemajuan zaman dan teknologi.

b. Pemantapan hukum dan perundang-undangan

Pemantapan ataupun penyempurnaaan peraturan perundang undangan

yang melandasi adanya suatu tindak pidana dan saat ini pembentukan

KHUP Nasiolan khususnmya dalam prtauran kejahatan non konvesional

termasuk didalamanya kejahatan korupsi, kolusi dan nepotisme.

c. Pemantapan mekanisme sistem peradilan pidana

Pemantapan dalam mekanisme peradilan dengan cara lebih efektif dan

efesien dalam penanganan suatu tindak pidanan terutama tindak pidanan

non konvesional serta mengembangkan profesionalitas yang tidak

menghilangkan asas kebenaran, rasa keadilan dan kepastian hukum.

d. Pemantapan mekanisme kordinatif

Kordinasi antara aparatur penegak hukum baik kejaksaan, kepolisian dan

pengadilan guna saling bekerja sama dalam penaggulangan kejahatan

terutama dama klejahatan non konvensional yang membutuhkan

perhatian dan penangganan yang lebih.

e. Partisipasi sosial masyarakat

Partisipasi masyarakat sangat diperlukan sebagai salah satu elemen

penaggulangan kejahatan yang tidak hanya menjadi tugas aparat penegak

hukum saja. Oleh karenanya partisipasi masyarakat dijamin olah undang-

undang.

Page 36: SKRIPSI KOMPRE 2

35

BAB III

METODE PENULISAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang di dasarkan

pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk

Page 37: SKRIPSI KOMPRE 2

36

mempelajari suatu atau beberapa gejala hukum tertentu.30 Adapun jenis penelitian

yang digunakan dalam penelitian ini adalah Yuridis Empiris, yaitu

mengidentifikasi dan menganalisis peran lembaga swadaya masyarakat malang

corruption watch dalam penaggulangan tindak pidana korupsi yang berada di

Kota Malang.

B. Pendekatan Penelitian

Sedangkan untuk pendekatan penelitian menggunakan pendekatan Yuridis

kriminologis, yang mempunyai tujuan untuk mengambil permasalahan apa

mengenai upaya peran serta, kendala dan upaya mengatasi kendala mengenai

peran serta Lembaga Swadaya Masyarakat terhadap upaya pencegahan dan

pemberantasan tindak pidana korupsi di Kota Malang.

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah LSM (Lemnbaga Swadaya Masyarakat) Malang

Coruption Watch yang berada di jalan Joyosukmo Metro 42 A Merjosari, Kota

Malang, Jawa Timur. Hal ini dikarenakan Malang Corruption Watch merupakan

lembaga swadaya masyarakat yang memfokuskan kegiatanya terkait masalah

korupsi di Kota Malang, karena banyaknya peran serta yang dilakukan Malang

Corruption Watch dalam membantu pengungkapan dan pengawasan tindak

pidana korupsi di Kota Malang, hal ini dapat membantu penulis dalam

pengumpulan data sehingga dirasa dapat membantu terselesaikannya penelitian

30 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta, 2012, hlm 43.

Page 38: SKRIPSI KOMPRE 2

37

ini. Serta dikarenakan lembaga swadaya masyrakat Malang Corruption Wach

merupakan lembaga swadaya masyarakat yang telah melakukan investigasi dan

monitoring terhadap 14 kasus tindak pidana korupsi maupun dugaan tindak

pidana korupsi, mulai tahun 2000 sampai tahun 2014 serta masih berjalan sampai

sekarang yang ada di Kota Malang. Diantaranya adalah dugaan tindak pidana

korupsi mark up pembangunan Universitas Islam Negeri yang sudah dilimpahkan

ke Kejaksaan Negeri Malang, kasus korupsi pengadaan buku yang diadakan oleh

dinas Pendidikan, serta penerimaan aduan dari masyarakat terkait pungutan liar

penerimaan peserta didik baru tahun ajaran 2014 di Kota Malang.

D. Lokasi Penelitian

Dalam penulisan ini, jenis dan sumber data yang digunakan adalah:

1. Data primer

Merupakan data yang diperoleh secara langsung dari hasil

wawancara dengan pihak LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat)

Malang Corruption Watch yang berperan serta dalam penanggulangan

tindak pidana korupsi di Kota Malang. Data primer yang digunakan

dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh langsung dari

responden melalui wawancara yakni pihak-pihak terkait dengan

kendala Malang Corruption Watchdalam pencegahan dan

pemberantasan tindak pidana korupsi. Adapun sumber data primer

penelitian ini mengacu pada hasil penelitian lapangan berupa

wawancara dengan narasumber.

Page 39: SKRIPSI KOMPRE 2

38

2. Data sekunder

Merupakan data yang dihimpun dan dikaji oleh penulis dalam

bentuk peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang Nomor

31 Tahun 1999 juncto Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang

pemberantasan tindak pidana korupsi serta PP No. 71 Tahun 2000

Tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dan

Pemberian Penghargaan dalam Pencegahan dan Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi, bahan kepustakaan berupa buku dan literatur

yang berkaitan dengan upaya dan kendala yang dialami malang

corruption watch dalam menaggulangi tindak pidana korupsi dan

segala sesuatu yang dapat membatu terselesaikannya karya ilmiah ini.

E. Populasi dan Sampel

a. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota lembaga swdaya

masyarakat malang corruption watch dalam perananya terhadap upaya

penaggulanagan tindak pidana korupsi di Kota Malang.

b. Sample dalam penelitian ini berdasarkan cara pengambilan responden

dilakukan dengan cara purposive sampling, yaitu dengan cara

pengambilan subyek yang didasarkan pada tujuan tertentu.

Dinataranya responden yang diperoleh dari Lembaga Swadaya

Masyarakat malang corruption watch adalah saudara Akmal Adi

Cahya selaku ketuan divisi kesekertariatan, Buyung Jaya Sutisna, Al

Page 40: SKRIPSI KOMPRE 2

39

Machi Akhmad selakua kepala divisi pengaduan dan pelayanan publik

dan Fatin anggota divisi pendidikanpublik dan kampaye MCW.

F. Teknik Perolehan Data

Data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data skunder,

pengumpulan data dilakukan dengan cara:

a. Teknik Pengumpulan Data Primer

Diperoleh dengan cara wawancara. Wawancara merupakan

proses tanya jawab secara lisan dimana dua orang atau lebih

berhadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain dan

mendengarkan dengan telinga sendiri suaranya. Dalam penelitian ini

digunakan wawancara yang dilakukan dengan cara mngajukan

pertanyaan-pertanyaan serta meminta keterangan-keterangan dan

penjelasan –penjelasan yang disertai dengan contoh-contoh yang nyata

secara lisan sehingga mendapatkan keterangan langsung dari

responden.

Wawancara dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan-

pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu dalam suatu daftar

sehingga dapat membantu kelancaran dalam memperoleh data bagi

penulis dalam penelitian ini mewawancarai langsung kepada pengurus

LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat).

b. Teknik Pengumpulan Data Skunder

Dalam pengumpulan data sekunder ini penulis menggunakan

penelusuran yang diperoleh dengan cara studi kepustakaan bahan-

Page 41: SKRIPSI KOMPRE 2

40

bahan literatur yaitu Undang-undang dan Peraturan-peraturan, serta

menggunakan data-data lain yang sesuai dengan permasalahan yang

dikaji.

G. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dan disususn secara sistematis untuk

mendapatkan gambaran umum yang jelas mengenai objek penelitian, disini

penulis menggunakan teknik diskriptif, dimana penulis memaparkan segala

inffromasi dan data yang diperoleh, baik data primer maupun data sekunder

dan meberikan gambaran secara jelas dan sistematis mengenai upaya dan

kendala LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) Malang Corruption Watch

dalam penanggulangan tindak pidana korupsi.

H. DEFINISI OPRASIONAL

1. Peran Serta adalah Upaya berperan aktif dalam suatu kegiatan.

2. Kendala adalah suatu halangan, rintangan, faktor atau keadaan yang

menghambat, membatasi, mencegah tercapainya suatu tujuan.

3. Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup bersama serta

mempunyai tujuan dan cita-cita yang sama dan bekerjasama untuk

tercapainya keinginan, tujuan dan cita-cita mereka secara bersama-sama

yang mencakup hubungan dan kelompok dalam suatu wilayah.

4. LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) menurut PP No 71 Tahun 2000

pasal 2 ayat 1 adalah suatu organisasi masyarakat yang berhak untuk

memperoleh, mecari dan memberikan informasi adanya dugaan telah

terjadi tindak pidana korupsi serta menyampaikan saran dan pendapat

Page 42: SKRIPSI KOMPRE 2

41

kepada penegak hukum atau komisi mengenai perkara tindak pidana

korupsi.

5. Korupsi adalah ketidak jujuran, kebohongan, keburukan yang dilakukan

oleh seseorang guna memperkaya atau mengutamakan kepentingan

dirinya sendiri atau kelompoknya dengan cara merugikan negara.

6. Pemberantasan tindak pidana korupsi adalah serangkaian tindakan atau

upaya untuk mencegah dan memberantas tindak pidana korupsi melalui

berbagai macam upaya koordinasi, monitoring, penyidikan, penuntutan

dan pemeriksaaan dalam sidang pengadilan dengan meibatkan seluruh

elemen termasuk peran serta masyarakat berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Peran Serta LSM Malang Corruption Watch dalam Penaggulangan

Korupsi di Kota Malang

1. Sejarah dan Gambaran Umum Mengenai LSM Malang Corruption

Page 43: SKRIPSI KOMPRE 2

42

Watch

Malang Coruuption Watch adalah salah satu organisasi non-

pemerintah atau non-government organization (NGO) yang bekerja di

dalam pencegahan dan pemberantasan korupsi.Gagasan mendirikan

Malang Corruption Watch (MCW), yang berawal dari komunitas diskusi

para aktifis yaitu aktivis mahasiswa, mantan aktivis mahasiswa dan

beberapa dosen yang concernpada pemantauan kebijakan publik,

pemantauan dan pemberantasan korupsi di Kota Malang.

Munculnya lembaga swadaya masyarakat ini diinspirasi oleh

keberadaan Indonesia Corruption Watch (ICW). Yang kemudian secara

formal MCW di deklarsikan pada tanggal 31 Mei 2000, setelah

mengalami proses diskusi iternal maupun eksternal hampir selama 7

bulan sejak November 1999. MCW didasari oleh suatu kenyataan

terjadinya praktik;praktik Korupsi Kolusi dan Nepotisme di Kota Malang

yang seiirng dengan adanya otonomi daerah.

Sedangkan agenda-agenda yang dilakukan oleh MCW adalah

kegiatan monitoring korupsi di Kota Malang yang diarahkan menjadi

gerakan moral dan gerakan sosial, bahkan dikemudian hari gerakan –

gerakan ini harus dilembagakan sebagai bagian dari bagian dari proses

demokratisasi sistem politik dan sistem ekonomi, sehingga nantinya

diharapkan lembaga MCW bisa mendorong terbentuknya sebuah

perangkat nilai dan norma sosial yan adil, beradab dan berdaulat.

MCW yang digagas sebagai lembaga publik yang bersekertariat di

Page 44: SKRIPSI KOMPRE 2

43

Wisma Kali Metro, JL. Joyosuko Metro 42 A Merjosari, Malang, Jawa

Timur. Semua aktifitass MCW dilakukan di tempat yang dinamakan

wisma kali metro terletak di bagian barat kota Malang.Dahulu

merupakan persawahan di daerah merjosari yang didirikan bangunan

seluas satu hektar yang merupakan tanah milik Lutfi J Kurniawan yang

seaatap dengan rumah pribadinya.

Siapapun boleh menjadi aktivis MCW selama mempunyai

kesamaan visi dan misi dalam anggota pemberantasan korupsi. Selain

itu, MCW adalah lembaga sosial yang independent non patisan dan

terbuka yang memfokuskan pada pemantauan atau pengawasan korupsi,

advokasi dan pemberdayaan serta melakukan pendidikan publik. Adapun

visi dan misi MCW yaitu :

Visi:

Terciptanya masyarakat madani yang humanis, beradab,

bermartabat dan berdaulat dengan mengupayakan terciptanya tatanan

birokrasi, politik ekonomi dan hukum yang bebas dari korupsi kolusi

dan nepotisme.

Misi:

Melakukan monitoring, investigasi dan advokasi kasus korupsi

serta melakukan pendidikan publik untuk membangun gerakan sosial

anti korupsi melalui pembentukan zona-zona anti korupsi.

Visi ini kemudian direalisasikan dalam program strategis tiga

tahunan yaitu (1) melakukan montoring, insvestigasi dan advokasi

Page 45: SKRIPSI KOMPRE 2

44

kasus-kasus korupsi di sektor pelayanan publik, hukum peradilandan

juga politik (2) melakukan pencegahan korupsi melalui pendidikan

publik dan penguatan jaringan untuk membentuk zon-zona anti-

korupsi di sektor pelayanan publik, hukum-peradilan dan politik (3)

membangun kemandirian lembaga dan menggalang dukungan

masyarakat melalui public fund raising.

Nilai Keja MCW

1. Menjunjung tinggi prinsip kemanusiaan;

2. Tidak boleh menerima sumbangan berbentuk apapun dan

kerjasam program dengan banyak obyek pantau;

3. Dalam melakukan tugas pemantauan harus minimal dilakukan

dengan dua orang atau lebih;

4. Menganut prinsip transparansi, akuntabilitas, partisipatif,

independent dan nonpartisan;

Program Kerja MCW

1. Melakukan monitoring, insvestigasi dan advokasi di bidang

pelayanan publik dasar, parlemen daerah dan monitoring

kinerja kejaksaan;

2. Melakukan penguatan jaringan untuk mebentuk zona-zona

antikorupsi dan pos pengaduan;

3. Melakukan pendidikan publik untuk membangun kesadaran

kritis rakyat guna melawan koruptor;

4. Melakukan public fund raising untuk membangun

Page 46: SKRIPSI KOMPRE 2

45

kemandirian lembaga.

Bagan I

STRUKTUR ORGANISASI MALANG CORRUPTION WATCH

Sumber: Data Hukum primer, diolah tahun 2014

Sesuai dengan program strateginsya, srtuktur badan pekerja

MCW dibagi ke dalam beberapa divisi guna memaksimalkan dan

mendukung terwujudnya program yang telah disusun untuk

pencegahan dan pemberantasan korupsi, berikut adalah divisi yang

ada dalam badan pekerja MCW yang dimana masing-masing divisi

Page 47: SKRIPSI KOMPRE 2

46

dikepalai oleh satu orang yang membawahi kelompok kerja relawan :

1. Korrdinator, yang mempunyai rencana kegiatan untuk

melakukan pengsolidasian dari kerjasama dengan OAK

Jatim yang dilakukan setiap enam bulan sekali serta

mempunyai bebrapa tugas yaitu;

a. Melakukan seluruh agrnda keputusan rapat badan

pekerja

b. Menyusun rencana strategis organisasi

c. Mengkoordininasikan agrnda kerja organisasi

d. Melakukan kerjasama dengan ornop/NGO

e. Menyusun langkah-langkah oprasiaonal organisasi

f. Bertanggungjawab secara internal dan eksternal

2. Wakil coordinator/kepala bidang advokasi

a. Membantu coordinator dalam melaksanakan

agenda kerja organisasi

b. Bertanggungjawab terhadap kerj-kerja advokasi

MCW yang ada di wilayah kerja MCW

c. Bertanggungjawab atas pengelolaan jaringan

d. Bertanggungjawab atas pelaksanaan program kerja

yang telah di tetapkan

e. Menyusun laporan triwulan (tiga bulan sekali)

f. Menyusun laporan akhir tahun

3. Wakil koordinator / kepala program

Page 48: SKRIPSI KOMPRE 2

47

a. Membantu coordinator melaksanakan kerja

organisasi

b. Secara khusus sebagai penanggung jawab jika ada

peneliti, peserta magang di MCW

c. Bertanggungjawab atas kerja divisi yang berada

dalam koordinasinya

d. Bertanggungjawab secara umum atas internal

lembaga

e. Secara khusus melakukan penjadwalan seluruh

program-program dan aktivitas rutin MCW

f. Memonitoring pengalokasian dana BOS, BPJS

(anggaran dan aspek pelayanan publik)

g. Menyusun laporan triwulan (setiap tiga bulan)

h. Meyusun laoran akhir tahun

4. Divisi monitoring korupsi politik

a. Melakukan pemantauan, investigasi dan advokasi

korupsi birokrasi dan penyelewengan kekuasaan

b. Melakukan pengawasan terhadap institusi-institusi

publik yang rawan korupsi ( kinerja eksekutif,

perlemen dan partai politik)

c. Melakukan maping politik dan modus-modusnya

d. Melakukan kampanye dan riset di sector korupsi

politik

Page 49: SKRIPSI KOMPRE 2

48

e. Menyusun laporan triwulan ( setiap tiga bulan)

f. Menyusun laporan akhir tahun

5. Divisi monitoring hukum dan peradilan

Divisi hukum dan peradilan yang melakukan

pengawasan terhadap kinerja lembaga penegak hukum

dalam mengusut kasus korupsi ( pengadilan, kejaksaan

dan kepolisisan) yang mempunyai rencana kegiatan untuk

menyusun modul serta tools untuk monitoring lembaga

peradilan, serta mempunyai beberapa tugas dan fungsi

yakni;

a. Melakukan pemantauan, investigasi dan advokasi

kasus korupsi di sektor kejaksaan dan peradilan.

b. Melakukan eksaminasi putusan-putusan lembaga

peradilan.

c. Melakukan Kampanye dan riset sektor hukum dan

peradilan

d. Menyusun laporan triwulanan terhadap

pelaksanaan Program

e. Menyusun laporan akhir tahun

6. Divisi pendidikan publik

Di dalam divisi ini mempunyai peranan untuk

memaksimalisasi pengelolaan dan pengawalan pengaduan

kasusu serta membangun sistem sms gateway anti korupsi

Page 50: SKRIPSI KOMPRE 2

49

dimana yang enjadi sasaranya adalah masyarakat secara

luas dan menyeluruh serta melakukan publikasi dan

membuat sekolah rakyat. Adapun tugas yang dilakukan di

dalam divisi ini adalah;

a. Mengelola kelompok warga dan Jaringan

b. Melakukan kerja-kerja pemberdayaan pada

kelompok warga

c. Melakukan kampanye terkait isu-isu anti korupsi

d. Media gathering (kegiatan ngopi bareng dengan

wartawan atau reporter/ media)

e. Mendirikan stand secara rutin di car free day atau

pasar minggu

f. Maksimalisasi pendistribusian dan pemanfaatan

alat-alat kampanye misal: papan madding dll

g. Mengadakan talkshow secara periodic

h. Membuat radio komunitas

i. Membangun dan menjalin kerja sama dengan

mahasiswa untuk melakukan kampanye

j. Menyusun Laporan triwulan

k. Menyusun Laporan Akhir tahun

7. Divisi pengaduan kasus

a. Mengelola (Menerima, Menganalisa, dan

Mendistribusikan) pengaduan dan laporan kasus

Page 51: SKRIPSI KOMPRE 2

50

yang ditujukan kepada MCW

b. Mendokumenasi dan mentabulasikan data

pengaduan dan laporan yang diterima MCW

c. Menyusun laporan triwulan

d. Menyusun Laporan akhir tahun

8. Divisi pengembangan relawan

a. Mengelola Training anti korupsi (per-semester)

b. Menyelenggaraan trining kelompok kerja

diklasifikasikan. Training dilakukan sesuai dengan

tema “kebutuhan MCW” (4 training dalam

setahun) sehingga melahirkan kelompok kerja

c. Melakukan pelatihan (sesuai minat, keahlian,

kebutuhan MCW dll.)

d. Pendelegasian SDM (pada berbagai

kegiatan/program diluar MCW)

e. Melakukan pertemuan secara periodic dengan para

dewan pengurus

f. Bertanggung jawab atas pengelolaan relawan

MCW (alumni training, badan pekerja)

g. Menyusun Laporan triwulan

h. Menyusun Laporan akhir tahun

9. Divisi informasi dan publikasi

a. Mengelola (mendokumentasikan, mengarsip,

Page 52: SKRIPSI KOMPRE 2

51

mempublikasikan) data dan informasi Lembaga

yang tidak terkecualikan

b. Mengelola media informasi lembaga

c. Mendokumentasikan segala bentuk kegiatan dan

aktifitas MCW

d. Menjalankan Fungsi PPID MCW

e. Menyusun Laporan Triwulan

f. Menyusun Laporan akhir tahun

10. Divisi riset

a. Melakukan riset-riset untuk mendukung kerja

MCW (riset korupsi, riset kerjasama--triwulanan)

b. Melakukan Media review

c. Melakukan pengkajian APBD (langsung maupun

tidak langsung)

d. Melakukan pengkajian terhadap hasil audit BPK

e. Masksimalisasi riset dan kajian tentang korupsi di

daerah

f. Melakukan kerja sama riset dengan beberapa pihak

(jaringan, akdemisi, LSM lain)

g. Membengun jaringan dengan para akademisi

sebagai tim ahli

h. Mempublikasikan hasil riset dan kajian

i. Mempublikasikan hasil riset triwulanan dan

Page 53: SKRIPSI KOMPRE 2

52

tahunan

j. Menyusun Laporan triwulan

k. Menyusun laporan akhir tahun

11. Sekertariat

Kesekertariatan berfungsi mengurus kepastian hukum di

dalam MCW ( menjadi lembaga berbadan hukum) dan

membuat perpuastakaan anti korupsi dengan komponen

reverensi serta mempunyai tugas untuk;

a. Mengelola sirkulasi surat masuk dan keluar

lembaga MCW

b. Mengelola Perpustakaan, arsip, dan peralatan

c. Mengelola administrasi Lembaga

d. Mengatur jadwal kegiatan bagi personalia badan

pekerja MCW, setelah ada disposisi dari

korodinator atau wakil coordinator melalui

koordinasi

e. Melakukan supervisi pengelolaan alumni pelatihan

f. Menyusun laporan triwulanan

g. Melakukan Laporan akhir tahun

12. Keuangan

a. Penanggungjawab seluruh keuangan MCW

b. Menyusun anggaran dana untuk keperluan agenda

kerja MCW

Page 54: SKRIPSI KOMPRE 2

53

c. Menyusun laporan triwulanan terhadap

pelaksanaan Program

d. Menyusun laporan akhir tahun

Untuk korninasi di tingkat top management, MCW dipimpin oleh

seorang kordinatir yang dibantu dua wakil kordinator bagian internal

yang bertanggungjawab untuk mendesain program bersama kepala

divisi dan memastikan lengkapnya laporan setiap kegiatan yang telah

dilaksanakan sesuai dengan program dan kinerja yang telah disusun

sebelumnya serta bertanggung jawab dalam perekruitmenan anggota

relawan dan melakukan kerjasama dengan pihak luar sedangkam

wakil kordinator eksternal bertanggung jawab untuk memastikan

semua program berjalan di lapangan dan bertanggun jawab

mengkoordiir setiap kegiatan advokasi.

Selain itu di dalam lembaga swadaya msyarakat MCW terdapat

beberapa strukural didalamnya yaitu:

1. Dewan etik/Pembina sebagai lembaga yang memberikn

penilaian kinerja pengurus;

2. Dewan pengurus yayasan sebagai penanggung jawab

oprasionalisasi MCW;

3. Dewan pengawas yang bertugas melakukan pemantauan

kinerja terhadap dewa pengurus dan badan pekerja ;

4. Badan pekerja sebagai program yayasan MCW

Page 55: SKRIPSI KOMPRE 2

54

MCW adalah lembaga sosial yang mefokuskan pada pemantauan

dan pengawasan korupsi, advokasi dan pemberdayaan serta

melakukan pendidikan publik mempunyai susunan program yang

dikerjakan yaitu:

1. Kampanye dan pedidikan publik;

a. Pendidikan kesadaran hak warga negara

b. Kampanye publik

c. Membangun forum-forum dialog

d. Pelatihan dan rekruitmen relawan pemantau korupsi

e. Mendorong adanya kelompok-kelompok penagih janji

f. Mendorong terbentuknya zona-zona anti korupsi di

dalam masyarakat

2. Advokasi;

a. Pendirian pos-pos pengaduan korupsi

b. Melakukan investigasi, monitoring dan laporan kasus

korupsi

c. Pengembangan jaringan kerja di kelompok nasyarakat

d. Pendampingan masyarakat korban kebijakan

3. Informasi, Dokumentasi dan Publikasi;

a. Pengkajian dan perumusan kerangka gerakan anti

korupsi

b. Melakukan riset pemetaan wilayah dan cakupan

pemantauan serta titik raawan KKN

Page 56: SKRIPSI KOMPRE 2

55

c. Pengkajian terhadap korupsi dan upaya mencari

solusinya

d. Publikasi hasil-hasil kinerja MCW

4. Fund raisin;

a. Pengalangan dana internal dan usaha-usaha mandiri

b. Peggalangan dana dari publik

c. Kerjasama dengan lembaga-lembaga yang mempunyai

visi dan misi yang sesuai dengan MCW

2. Realita Kasus tindak pidana Korupsi di Kota Malang

Permasalah tindak pidana korupsi di Indonesia bukanlah hal yang

baru saja terjadi, hal tersebut sudah banyak terjadi saat ini dan tentunya

sangat menghawatirkan dimana korupsi telah dapat ditemui di dalam

semua segi kehidupan masyarakat maupun pemerintahan baik itu di

dalam lembaga eksekutif, legislatif, maupun yudikatif. Kota Malang

sebagai kota yang dapat dikatakan sebagai kota yang mempunyai

perkembangan dan pembangunan yang sangat cepat seiring dengan

adanya pelaksanaan otonimi daerah. Praktek KKN secara menyeluruh

terjadi di segala sektor penyelenggaraan negara di daerah, parlemen

(DPRD) maupun lembaga judisial, yang dibarengi dengan tidak adanya

kemauan politik untuk memberantas KKN secara menyeluruh, yang

pada akhirnya proses pembangunan ekonomi sosial dan politik tidak

dapat dinikmati oleh rakyat secara adil khusunya bagi masyarakat di

Kota Malang.

Page 57: SKRIPSI KOMPRE 2

56

Malang Corruption Watch sebagai lembaga swadaya masyarakat

yang mempunyai peranan dalam penaggulangan dan pemberantassan

tindak pidana korupsi di Kota Malang tentunya mempunyai peranan di

dalamnya, salah satu upaya dan peranan yang dilakukan MCW adalah

monitoring, insvestigasi, pengawasan dan pemantauan terhadap praktek

korupsi maupun yang diduga melakukan praktek korupsi di segala sektor

yang melibatkan penjabat pemerintahan maupun pihak swasta. Berikut

adalah beberapa kasus praktek tindak pidana korupsi yang merupakan

hasil dari proses investigasi dan monitoring yang dilakukan oleh MCW:

Tabel 1

Tindak Pidana Korupsi yang Ditangani MCW dalam Kurun

Waktu Tiga Tahun Terakhir (2012-2014) di Wilayah Kota Malang:

No Aduan

Tgl penerimaan aduan

Jenis aduan

Pengadu

Perkembangan Kasus

keterangan

001/UPA/MCW/XII/2012

24 Desember 2011

Kasus Lingkungan, Penggunaan Hak atas air

Warga Bumiaji

Proses Litigasi di PN Kota Malang

Proses pendampingan oleh tim ADVOKAT

002/UPA/MCW/X/2012

2012 DUGAAN TINDAK PIDANA KORUPSI Mark Up

HMI UIN

Sudah dilimpahkan ke Kejaksaan Negeri Kota Malang

Proses Monitoring

003/UPA/MCW/V/2013

2013 DUGAAN TINDAK PIDANA KORUPSI Penggandaan Buku

Pak Joko VEDC

Pengumpulan alat bukti

Proses Investigasi

Page 58: SKRIPSI KOMPRE 2

57

004/UPA/MCW/IV/2014

26 April 2014

Dugaan Tindak Pidana Korupsi pengadaan alat-alat kesehatan RSJ

Anton Herwant

Kajian ________

005/UPA/MCW/IV/2014

April 2014

Sengketa Tanah Wakaf Kedungkandang Kota Malang

Pak Hendy

Proses Advokasi

Proses Advokasi

006/UPA/MCW/IV/2014

April 2014

Kasus Pembangunan RUSUNAWA Universitas Brawijaya

Lethisa & Bambang

Proses Advokasi

Perkara privat sudah ada putusan pengadilan negeri & Akan diadakan pembahasan ulang perihal gugatan class action

007/UPA/MCW/V/2014

31 Mei 2014

Sengketa Tanah Bengkok di Bumiaji Kota Batu

Darmadji

DITOLAK DITOLAK

008/UPA/MCW/V/2014

Mei 2014

Penyalahgunaan wewenang Perizinan tambang pasir besi

Mantan Perhutani Kab. Malang

Pengumpulan alat bukti

Proses Investigasi

009/UPA/

Mei 2014

Dugaan Tindak

Inisiatif Pengumpulan alat bukti

Proses Invesitga

Page 59: SKRIPSI KOMPRE 2

58

MCW/V/2014

pidana Korupsi Pembangunan Stadion

si

010/UPA/MCW/V/2014

17 Mei 2014

Kasus Buruh

Buruh Kota Batu

Tidak ada tindak lanjut

Tidak ada tindak lanjut

011/UPA/MCW/VI/2014

16 Juni 2014

Penipuan Koperasi unit simpan pinjam

Warga Sukun

Proses Advokasi

Proses Pengorganisasian

012/UPA/MCW/VIII/2014

14 Juni 2014

Kasus Korupsi SLG Kediri

Warga Kediri

____ ______

013/UPA/MCW/VIII/2014

14 Juni 2014

Kasus Korupsi Pengadaan lahan MAN 1 Gondang Legi

warga ________ _________

014/UPA/MCW/VIII/2014

14 Juni 2014

Kasus PHK Pekerja Pabrik Rokok

Pekerja Pabrik Rokok

________ _________

Sumber: Data skunder, diolah 2014

Di dalam tabel daftar kasus yang ditangani oleh LSM MCW diatas

terdapat 14 kasus yag ditangani selama tahun 2012 sampai dengan tahun

2014. Kasus-kasus yang telah masuk dalam MCW tentunya memerlukan

penanganan yang berbeda antara satu kasus dengan kasus lainya dan juga

mengalami perkembangan berbeda di tiap kasus.

Dalam kasus yang pertama mengenai kasus lingkungan dan

penggunaan hak atas air 001/UPA/MCW/XII/2011 (kasus Gemulo)

Page 60: SKRIPSI KOMPRE 2

59

yang ditangani oleh MCW dilakukan melalui jalur litigasi dan untuk saat

ini sedang menunggu putusan Pengadilan Negeri Kota Malang, dan

langkah selanjutnya yang dilakukan terhadap kasus yang ditanggani

Pengadilan Negerri Malang ini adalah dengan melakukan koordinasi

dengan tim hukum untuk merumuskan memori banding yang didampingi

oleh tim advokad dari MCW dan divisi montoring hukum dan peradilan.

Dalam kasus yang kedua mengenai kasus dugaan mark up lahan

perluasan UIN Malang 002/UPA/MCW/XII/2012 telah dilimpahkan ke

pihak Kejaksaan Negeri Malang. MCW juga melakukan proses

monitoring terhadap kasus ini yang dilakukan di lembaga peradilan

TIPIKOR Surabaya. Serta melakukan langkah-langkah monitoring

lainnya dengan cara mendorong pihak pelapor untuk melakukan audiensi

terkait status tersangka dan mengkaji kembali SOP permohonan berita

acara sidang di Pengadilan TIPIKOR. Kajian mengenai penggunaan

dana Islamic Development Bank (IDB) dilakukan oleh divisi korupsi

politik dan divisi riset LSM CW.

Dalam kasus yang ketiga mengenai kasus pengadaan buku

003/UPA/MCW/V/2013 untuk saat ini telah masuk dalam

proses insvestigasi dan pengumpulan alat bukti. Hasil

investigasi menemukan bahwa pengadaan buku yang

dilakukan haruslah sesuai dengan spesifikasi yang telah

ditentukan oleh KEMENDIKNAS akan tetapi dalam

Page 61: SKRIPSI KOMPRE 2

60

praktenya ditemukan beberapa buku yang tidak sesuai

dengan spesifikasi tersebut tetapi buku-buku itu

merupakan hasil penggadaan yang tidak sesuai dengan

kontrak kerjasama yang sebelumya telah disepakati.

Beberapa kasus yang ditangani oleh MCW tidak

semuanya mengalami kemudahan dalam penggumpulan

alat bukti dan juga saksi-saksi, pada kasus pengadaan

alat kesehatan 004/UPA/MCW/IV/2014 sebelum

melimpahkan kasus kepada aparat penegak hukum MCW

masih akan melakukan kajian kembali terkait data awal

yang telah dimiliki serta meminta informasi tambahan

dari pelapor dan pemohonan informasi pada KEMENKES

terkait penggadaan alat kesehatan RSJ.

MCW juga menangani beberapa aduan terkait

permasalahan dugaan pungli di dalam sektor pendidikan.

Berdasarkan riset MCW tahun 2011 tentang study

pemetaan modus, aktor dan potensi kerugian di Kota

Malang ditemukan praktek korupsi marak dilakukan di

sektor pendidikan. Di tahun 2010 korupsi terjadi

setidaknya 6 kasus korupsi akan tetapi pada tahun 2011

menjadi 31 kasus korupsi.31

31 Umarul faruk, DKK, Merebut Hak yang Terampas, Malang Corruption Watc, Malang, 2013, hlm. vii

Page 62: SKRIPSI KOMPRE 2

61

Berikut adalah kasus terbaru yang ditangani oleh MCW

mengenai hasil rekapitulasi data aduan penerimaan siswa

baru yan dilakukan oleh pihak sekolah kepada orang tua

siswa;

Tabel 2

Rekapitulasi Data Aduan Masyarakat Mengenai PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) Tahun Ajaran 2014

No. Aduan

Tgl Aduan

JENIS ADUAN

Pengadu / Pelapor

Modus Pungli

012/UPA/MCW/VII/2014

1 Juli 2014

Pungli biaya

Pendidikan

Rendra Kurniawan Sulistyo

Pungutan Infaq Pendidikan setiap bulan di SMP Ma’arif Janti

013/UPA/MCW/

VII/2014

1 Juli 2014

Pungli PPDB

Saniah Pungutan Sebesar 3,5 Juta untuk SPP dan Seragam di SMK 1 Kota Malang

014/UPA/MCW/

VII/2014

2 Juli 2014

Pungli biaya Pendidikan

Bu Piani (Kab. Malang)

Pungutan Sebesar Rp.255.000,- untuk Daftar Ulang dari kelas VIII ke kelas IX & Rp.165.000,- untuk daftar ulang bagi siswa kelas VII ke kelas VIII

015/UPA/MCW/VII/2014

2 Juli 2014

Pungli PPDB

Bu MuinahKab. Malang

Pungutan untuk Biaya Uang gedung di SD Kucur Dau Kab. Malang

016/UPA/MCW/VII/2014

2 Juli 2014

Pungli biaya Pendidikan

Suprati (Kab. Malang)

Pungutan sebesar Rp.165.000,- untuk Daftar Ulang di SMP NU Ngadi Langkung Kab. Malang

017/UPA/MCW/

2 Juli 2014

Pungli PPDB

ListriningsihPanggung Rejo Kab.

Pungutan untuk uang gedung & tarikan untuk

Page 63: SKRIPSI KOMPRE 2

62

VII/2014 Malang Pengambilan Raport siswa di SDN 3 Panggung Rejo Kab. Malang

018/UPA/MCW/VII/2014

2 Juli 2014

Pungli PPDB

__________ Pungutan di SDN Mojosari untuk Pembayaran Peralatan/Perlengkapan sekolah, Tabungan wajib untuk Sekolah sebesar Rp. 20.000,-

019/UPA/MCW/VII/2014

3 Juli 2014

Pungli PPDB

Ngatinah Pihak sekolah SMPN 2 Sukodadi menawarkan kursi bagi siswa yang mau membayar biaya uang gedung Rp.900.000,-, SPP Rp.40.000,-, & uang bangku min. Rp. 300.000,-. bagi siswa yang rendah nilainya

020/UPA/MCW/VII/2014

3 Juli 2014

Pungli PPDB

____________ SMPN 2 Wagir melakukan pungutan kepada siswanya berupa biaya SPP/infaq sebesar Rp.35.000,-. Bimbel Rp.40.000,- & Uang Gedung Rp. 800.000,-

021/UPA/MCW/VII/2014

5 Juli 2014

Pungli PPDB

Ibu Puji MTSN 2 kurangnya sosialisasi terkait ketentuan herregistrasi yang dilakukan sekolah

022/UPA/MCW/VII/2014

10 Juli 2014

Pungli biaya Pendidikan

Muklis Irawan

Pengambilan SKHU ditahan karena tunggakan uang sumbangan Rp.

Page 64: SKRIPSI KOMPRE 2

63

900.000,- minta foto copy SKHU tidak diberikan oleh pihak SMPN 2 Kepanjen

023/UPA/MCW/VII/2014

10 Juli 2014

Pungli Biaya Pendidikan

Ria Wahyu Indriyanti

Adanya pungutan berupa pembayaran untuk sumbangan Komite Rp. 400.000,-, Pembangunan Kamar Mandi Rp.1.000.000,-

024/UPA/MCW/VII/2014

10 Juli 2014

Pungli PPDB

Nur Kumalasari

SMKN 1 Pujon pada proses PPDB ada pungutan untuk uang seragam Rp.900.000,-& pungutan sebesar Rp.3jt lebih juga daftar ulang Rp120.000,- yang dilakukan oleh Kepala Sekolah (Pak Hari).

025/UPA/MCW/VII/2014

10 Juli 2014

Penyalahgunaan wewenang di sector Pendidikan Dasar

SDN 1 Tumpang melakukan kesewenang-wenangan dalam melakukan penerimaan PPDB, dengan menolak siswa yang mendaftar

026/UPA/MCW/VII/2014

10 Juli 2014

Pungli Pendidikan

Keluarga Bu Nunun

SMPN 2 Turen Memungut biaya daftar ulang sebesar Rp. 350.000,-

027/UPA/MCW/VII/2014

10 Juli 2014

Pungli PPDB

Warga Kota Batu

Pungutan PPDB di MAN Kota Batu

028/UPA/

10 Juli 2014

Pungli PPDB

Warga Kota Batu

Pungutan PPDB di SD senilai

Page 65: SKRIPSI KOMPRE 2

64

MCW/VII/2014

Rp.300.000,- untuk perlengkapan sekolah dan Seragam

Sumber: Data Hukum Skunder, diolah 2014

3. Peran Serta LSM Malang Corruption Watch dalam penaggulangan

dan Pemberantasan tindak pidana Korupsi

Sebagai lembaga swadaya masyarakat tentunya MCW mempunyai

peranan serta fungsi sebagai salah satu elemen penting di dalam

penegakan hukum serta pemeberantasan tindak pidana korupsi untuk

mencari dan memperoleh bukti yang mengarah pada praktek tindak

pidana korupsi juga menerima saran serta pendapat dari masyarakat yang

kemudian akan dilimpahkan kepada aparat penegak hukum baik olek

kepolisian maupun kejaksaan.

Peranan yang dilakukan oleh MCW sebagai lembaga swadaya

masyarakat Tidak hanya melakukan monitoring, insvestigasi dan

pengawasan terhadap praktek tindak pidana korupsi saja akan tetapi

sebagai lembaga swadaya masyarakat MCW melakukan beberapa

kegiatan yang berkaitan erat dengan penanggulangan dan pemberantasan

tindak pidana korupsi diantaranya adalah :32

a. Kampanye dan Pendidikan Publik bagi Masyarakat

Di dialam melakukan pencegahan dan pemberantasan tindak

pidana korupsi tentunya lembaga swadaya masyarakat MCW

32 Wawancara dengan Fatin, Anggota divisi pendidikan publik dan kampanye, diolah 2014

Page 66: SKRIPSI KOMPRE 2

65

melakukan berbagai macam upaya, salah satu upaya yang

dilakukan oleh MCW adalah dengan melakukan kampanye anti

korupsi kepada masyarakat guna menekan angka tindak pidana

korupsi. Selain itu pendidikan publik bagi masyarakat memberikn

pengetahuan, wawasan akan bahaya, dampak tindak pidana

korupsi yang akhirnya menciptakan masyarakat yang beradab,

berartabat dan berdaulat dengan mengupayaka terciptanya

masyarakat yang terbebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.

Bentuk peran serta masyarakat dalam pemberantasan tindak

pidana korupsi ada dalam pasal 41 ayat (1) dan (2). Dimana

masyarakat dapat berperan serta dalam upaya pencegahan dan

penaggulangan tindak pidana korupsi, dalam pasal ini pun

mengatur tentang ketentuan umum yang melegalkan atau

membolehkan masyarakat secara umum baik secara individu atau

perseorangan, LSM maupun organisasi masyarakat untuk

berperan aktif dalam pemberantsan korupsi.

b. Pencarian kasus melalui Pengkajian dan Penerimaan Aduan

Kasus Korupsi

Dalam penanggulangan dan pemberantasan korupsi selain

upaya preventif tentunya MCW juga melakukan berbagai macam

upaya guna menekan angka korupsi khususnya korupsi di Kota

Malang sendiri. selain Melakukan investigasi kepada kasus tindak

pidana korupsi yang telah masuk dalam daftar kasus yang

Page 67: SKRIPSI KOMPRE 2

66

ditangani, MCW juga melakukan berbagai macam upaya dalam

menemukan dugaan adanya praktek tindak pidana korupsi yaitu

dengan inisiatif melakukan kajian-kajian terhadap APBD

(anggaran pendapatan daerah) yaitu melakukan kajian terhadap

rekening pemerintah daerah yang terdapat kejanggalan, audit BPK

( badan pemeriksa keuangan) serta rencana kerja pemerintah

daerah.33

MCW selain melakukan upaya inisiatif kajian guna

menemukan adanya dugaan kasus tindak pidana korupsi juga

menerima pengaduan dari masyarakat.ini dimaksudkan agar

timbulnya peran serta masyarakat dalam penanggulangan dan

pemberantasan tindak pidana korupsi, serta MCW juga merasa

sangat terbatu dalam penemuan dugaan kasus tindak pidana

korupsi dalam wilayah Kota Malang yang wilayahnya dirasa

cukup luas sehingga tidak dimungkinkan untuk mendapatkan

pengawasan secara menyeluruh oleh anggota MCW. Setelah

menerima pelaporan dugaan tindak pidana korupsi MCW juga

melakukan kajian terhadap laporan dari masyarakat, serta

beberapa langkah dan tahapan dalam menerima pelaporan yaitu:

33 Hasil wawancara dengan AL machi akhmad, Anggota divisi monitoring pelayanan publik dan pengaduan publik MCW, diolah 2014

Page 68: SKRIPSI KOMPRE 2

67

Bagan 2

Alur Penanganan Aduan MCW

ADUAN DIVISI PENGADUANKONSULTASI/ KAJIAN AWAL DIVISI PENGADUAN & WAKIL KOORDINATOR EKSTERNAL

ADANYA INDIKASI PMH

TIDAK ADA INDIKASI PMH

DIVISI PENDIDIKAN PUBLIK Memberikan Informasi Terkait Aduan Berdasarkan Hasil Konsultasi dan mengajak pelapor untuk turut berpartisipasi

DISTRIBUSI KASUS BERDASARKAN TUPOKSI TIAP DIVISI

KASUS PENYALAHGUNAAN WEWENANG

KASUS PUBLIK

KASUS KORUPSI

DIVISI PELAYANAN PUBLIK

INVESTIGASI

DIVISI MONITORING HUKUM &PERADILANANALISIS/KAJIAN

JALUR NON LITIGASI

JALUR LITIGASI

KONSULTASI DENGAN JARINGAN ADVOKAT

MELALUI MEKANISME ALTERNATIVE DISPUTE

RESOLUSION

DIVISI KORUPSI POLITIK

KAJIAN/INVESTIGASI

KAJIAN MULTI DIVISI

PELAPORAN KE PENEGAK HUKUM

MONITORING

ALUR PENANGANAN ADUAN

Page 69: SKRIPSI KOMPRE 2

68

Sumber: data Sekunder, diolah 2014

Pengaduan yang telah diterima oleh MCW

selanjutnya ditangani oleh divisi pengaduan yang

betugas menerima segala macam aduan dari

warga terhadap dugaan kasus korupsi, dan

melakukan konsultasi kepada wakil koordinator

bidang eksternal juga turut serta mengkaji

dengan tenggang waktu 3(tiga) hari masa kerja.

Selanjutnya divisi pendidikan publik memberikan

informasi kepada pengadu atau pelapor hasil

kajian terhadap hasil laporan atau aduannya,

apakah kasus tersebut tidak ada indikasi tindak pidana

korupsi dan atau perbuatan melawan hukum atau

ditemukannya indikasi tindak pidana korupsi dan atau

perbuatan melawan hukum dan selanjutnya akan

didistribusikan berdasarkan jenis kasus hasil laporan atau

aduan. Setelah pendistribusian selanjutkan akan

dilakukan proses investigasi dan kajian lebih

lanjut untuk dilakukan pelaporan kasus kepada

aparat penegak hukum serta melakukan

monitoring kasus sampai selesainya kasus

tersebut.

c. Kerjasama MCW dengan Berbagai Instansi Terkait

Dalam penanggulangan dan pemberantasan tindak pidana

Page 70: SKRIPSI KOMPRE 2

69

korupsi tentunya MCW melakukan koordinasi dan kerjasama

dengan berbagai instansi dan pihak terkait sehingga

terciptanya keselarasan serta kemudahan dalam

penaggulangan dan pencegahan tidak pidana korupsi.Hal ini

dikarenakan korupsi merupakan suatu kejahatan yang bersifat

terorganisir dan sistematis, sehingga diperlukan kerjasama

berbagai macam pihak baik dari penegak hukum maupun

masyarakat yang saling bekerjasama untuk saling

berkoordinasi sehingga lebih mudah dalam penanggulangan

dan pemberantsan korupsi.

Adapun kerjasama yang dilakukan oleh MCW dalam

penanggulangan dan pemberantasan tindak pidana korupsi

oleh berbagai instansi dan berbagai macam pihak yaitu :

1. Kerjasama MCW dengan Kepolisian

2. Kerjasama MCW dengan Kejaksaan

3. Kerjasama MCW dengan Mahkama Agung

4. Kerjasama MCW dengan KPK

5. Kerjasama MCW dengan LSM lainnya

6. Kerjasama MCW dengan Masyarakat

7. Kerjasama MCW dengan pers dan media masa

d. Advokasi

Salah satu peranan lembaga swadaya masyarakat MCW

dalam melakukan pencegahan dan pemberantasan tindak

pidana korupsi adalah dengan melakukan pendampingan dan

Page 71: SKRIPSI KOMPRE 2

70

pembelaan kepada setiap masyarakat yang membutuhkan hal

tersebut.Kegiatan advokasi ini adalah bersifat stategis yang

diharapkan dapat mempengaruhi keputusan-keputusan

kebijakan yang dilahirkan oleh institusi publik (pemerintah)

maupun oleh pihak swasta.Kegiatan advokasi dapat

berlangsung sebagai kegiatan kapanye yang terencana

pelaksanaanya dalam waktu yang tidak terbatas.34

Kegiatan advokasi yang dilakukan oleh MCW merupakan

kegitan utama yang menjadi prioritas MCW selain kegiatan

lainya dalam menanggulangi dan memberantas tindak pidana

korupsi. Hal ini beerkaitan dengan pelayanan yang diberikan

oleh pihak MCW untuk menawarkan bantuan advokasi bagi

masyarakat ataupun pihak yang merasa dirugikan atas haknya.

Bagan 3

Komponen Dalam Advokasi yang Dilakukan oleh MCW

34 Lutfiana dwi mayasari, dkk., Panduan Advokasi Pelayanan Publik, Malang Corruption Wath, Malang, 2013, hlm 70

Komponen penting dalam proses advokasi

MENENTUKAN TUJUAN BERSAMA

STRATEGI :

- Rumusan masalah yang akan di advoksi- Rumusan rencana kerja yang jelas- Menentukan sasaran advokasi- Pengkonsolidasian secara rutin - Menentukan cara organisasi dan kepemimpinanya

MOBILISASI AKSI

-Menggerakan sessama korban kebijakan

-Melakukan kampanye kepada semua pihak yang terlibat

KOMUNIKASI DAN PENDIDIKAN

-Penyampaian dan pendekatan masalah publik

-Latiahan dan keterampilan serta membangun kekuatan bersama

Page 72: SKRIPSI KOMPRE 2

71

Sumber: Data Premier, diolah 2014

Langkah-langkah yang dilakukan oleh pihak MCW dalam

melakukan advokasi tentunya juga mempunyai prosedur dan

tata cara yang harus diambil dalam menyikapi suatu

permasalahan. Langkah yang dilakukan oleh pihak MCW

dalam melakukan advokasi adalah35 :

1. Merumuskan isu ataupun masalah yang menimbulkan

keetidakadilan

2. Merumuskan tujuan jangka panjang dan tujuan stategis;

yaitu membuat konsep yang ini dicapai dan menentukan

tujuan yang bersifat spesifik, relistis terukur dan terikat

oleh waktu

3. Menentukan sasaran advokasi;menentukan siapa saja yang

akan dipengaruhi, misalnya eksekutif (kepala dinas dan

walikota) atau DPRD (bisa fraksi-komisi) atau pimpinan

partai

4. Mengumpulkan data dan penelitian; mengumpulkan data

dan informasi, menganalisi data, atau melakukan

penetilitan lebih lanjut

35 Ibid hlm 71-73

KOMUNIKASI DAN PENDIDIKAN

-Penyampaian dan pendekatan masalah publik

-Latiahan dan keterampilan serta membangun kekuatan bersama

Page 73: SKRIPSI KOMPRE 2

72

5. Membangun dukungan; menjalin kerjasama bisa aliansi

atau koalisi atau forum bersama dengan kelompok

organisasi atau indivisdu untuk mendukung isu yang sama

6. Mengembangkan pesan; lebih kepada kegiatan kampanye

jadi pesan yang dimuat adalah pernyataan khusus yang

ditujukan pada sasaran advokasi tentang maksud dan

tujuan dan deskripsi masalah untuk diambil tindakan

7. Memilih saluran perjuangan; ini lebih pada pilihan untuk

menyampaikan pesan atau kampanye melalui media masa

ataukah pada forum-forum masyarakat

8. Menggalang dana ; meminta bantuan kepada siapapun

yang mempunyai tujuan sama. Akan tetapi proses

penggalangan danan ini dilakukan secara selektif, bantuan

dapat berupa materil maupun secara inmateril yang berupa

tenaga relawan, memberikan pinjaman tempat sampai

menyediakan cetak selembaran ataupun menyediakan

konsumsi.

9. Implementasi; implementasi ini lebih masuk pada agenda

advokasi teknis aksi.bagaimana menyusun agenda-agenda

advokasi sebagai pemberdayaan masyarakat, kegiatan ini

bisa dilihat sebagai proses transformasi pengetahuan

kepada publik untuk membangun partisipasi publik

10. Monitoring dan elvaluasi; kegiatan ini adalah untuk

mengukur sampai dimana kemajuan yang diperoleh yang

Page 74: SKRIPSI KOMPRE 2

73

mengarah pada tujuan strategis serta melakukan penilaian

sudah sampai dimana apakah tujuan strategisnya sudah

terrcapai.

B. Kendala yang dihadapi Malang Corruption Watch dalam

Penanggulangan Korupsi di Kota Malang

Praktek tindak pidana korupsi di Kota Malang merupakan

permasalahan yang mejadi pekerjaan rumah bagi aparat penegak hukum juga

pihak terkait termasuk didalamnya adalah masyarakat yang terwujud dalam

lembaga swadaya masyarakat sesuai dengan amanat pasal 41 dan 42 Undan-

undang No 31 tahun 1999 Jo Undang-undang No 20 tahun 2001 mengenai

peran serta masyarakat dalam memberantasan dan pencegahan tindak pidana

korupsi.

Korupsi merupakan kejahatan yang bersifat luas dan sistematis,

pencegahan dan pemberantasanya haruslah dilakukan secara bersama-sama

oleh organ anti korupsi secara intensif dan semaksimal mungkin. di dalam

upaya penanggulangan dan pemberantasan tindak pidana korupsi yang

dilakukan oleh lembaga swadaya masyarakat MCW tentunya banyak

menghadapi kendala dan hambatan yang di peroleh baik kendala internal

maupun kendala eksternal diantaranya adalah;

1. Kurangnya responsitas dari pihak terkait

Dalam menangani suatu kasus tindak pidana korupsi tentunya MCW

berkerjasama dengan berbagai instansi terkait dan juga lembaga

penegakan hukum yang ada di Kota Malang. akan tetapi instansi-

Page 75: SKRIPSI KOMPRE 2

74

instansi yang terkait masalah tindak pidana korupsi dan juga lembaga

serta aparatur penegak hukum dinilai lamban dalam penanganan kasus

tindak pidana korupsi.

Menurut penuturan dari divisi monitoring hukum dan peradilan LSM

MCW aparat penegak hukum seperti kepolisian dan kejaksaan apabila

telah menerima dan menangani suatu kasus tindak pidana korupsi tidak

secara langsung dan inisiatif melakukan penyikan dan penyelidikan

terhadap kasus yang talah dilimpahkan MCW kepada kejaksaan maupun

kepolisian untuk mengumpulkan bukti-bukti pendukung suatu kasus

tindak pidana korupsi.Aparat penegak hukum lebih banyak menangani

kasus yang telah disertai alat bukti dan saksi yang mendukung saja tanpa

mengkaji ulang apakah suatu kasus dugaan korupsi tersebut dapat di

proses lebih lanjut36

MCW sebagai lembaga swadaya masyarakat tentunya mempunyai

keterbatasan-keterbatasan dalam penanganan kasus tindak pidana

korupsi dikarenakan LSM sendiri tidak mempuyai kewenangan

penidikan dan penyelidikan seperti yang dimiliki oleh kepolisian dan

kejaksaan.Akan tetapi seringkali aparat penegak hukum baik kejaksaan

dan kepolisian dalam penerimaan atau pelimpahan suatu kasus menuntut

untuk adanya bukti-bukti yang dapat mengguatkan suatu kasus tersebut,

sehingga hal ini sangat menyulitkan pihak MCW dalam menyelesaikan

suatu kasus.

Dalam kasus pengembangan lahan RSUD Kota Malang misalnya,

36 Hasil wawancara dengan Al Machi Akhmad, Anggota divisi monitoring pelayanan publik dan pengaduan publik MCW, diolah 2014

Page 76: SKRIPSI KOMPRE 2

75

pelimpahan kasus hasil dari hasil investigasi yang dilakukan oleh MCW

tidak dilimpahkan kepada aparat penegak hukum yang ada di wilayah

kerja MCW akan tetapi kasus ini dilimpahkan langsung ke KPK

(Komisi Pemberantasan Korupsi). Alasan MCW langsung melimpahkan

kasus ini kepada KPK adalah adanya dugaan bahwa pihak terlapor di

duga bisa mengkondisikan atau melakukan permainan dengan aparat

penegak hukum sehingga kasus isi langsunh dilimpahkan kepada KPK.

Akan tetapi di KPK kasus ini tidak menjadi fokus utama dalam KPK

karena pada saaat ini yang menjadi fokus utama KPK adalah kasus-

kasus yang melibatakan pejabat publik, sedangkan kasus RSUD ini

belum menunjukan indikasi adanya keterlibatan pejabat publik.

Anggota DPRD kota malang sebagai pejabat publik juga tidak

mempuyai iktikat baik dalam pemberantasan tindak korupsi, kasus

korupsi macam jembatan kedungkandang, paku jalan dan RSUD Kota

Malang. Mereka tidak menunjukan funngsi pengawasanya dengan

membatu Kejari dan Kepolisian dalam mengusut tuntas kasus-kasus

tersebut. Fungsi pengawasan yang diamanatkan undang-undang pada

DPRD tidak berjalan dengan semestinya tidak ada inisiatif yang

dilakukan oleh pihak DPRD terkait masalah pemberantasan tindak

pidana korupsi di Kota Malang. Beberapa hal diatas yang saat ini mejadi

permasalahan dalam penaggulangan dan pemberantasan korupsi yang

dilakukan oleh MCW.

2. Pendanaan Lembaga Swadaya Masyarakat yang masih swadaya

MCW yang merupakan suatu lembaga penggiat anti korupsi yang

Page 77: SKRIPSI KOMPRE 2

76

bebentuk lembaga swadaya masyarakat, oleh karena bentuk

kelembagaanya yang swadaya tentunya di dalam pendanaan untuk

kegiatanya dalam penanggulangan dan pemberantasan juga masih

bersifat swadaya dan mandiri dimana tidak ada campur tangan ataupun

subsidi dari pemerintah untuk pelaksanaan program kerja dari MCW.

Dana yang diperoleh MCW berasal dari pendanaan yang berasal dari

dalam MCW sendiri yang telah mempunyai sebuah percetakan buku

yang cukup besar sehingga dirasa cukup untuk membiayai pelaksanaan

program-program kerja MCW. 37

Selain usaha yang dimiliki oleh MCW tersebut juga melakukan

penggalangan dana internal dan usaha mandiri, penggalangan dana dari

publik dan melakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga yang

mempunyai visi dan misi yang sesuai dengan MCW. Tidak semua

program kerja yang dilakukan oleh MCW membutukan dana yang besar

akan tetapi untuk pencapaian kerja secara maksimal dalam pengusutan

dan pengawasan kasus korupsi dirasa memerlukan dana yang sangat

memadai, mengingat keterbatasan ini dapat dinilai sebagai salah satu

penghambat dalam penanggulangan dan pemberantasan tindak pidana

korupsi di Kota Malang.

3. Tertutupnya akses informasi dan publikasi lembaga publik

Keterbukaan informasi publik merupakan bagian dari sistem

pemerintahan yang baik guna melakukan pengawasan terkait

transparansi birokrasi dan informasi dari instansi pemerintahan sesuai

dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik sehingga terciptanya

37 Hasil wawancara dengan Buyung JS, Kepala sekertariat MCW, diolah 2014

Page 78: SKRIPSI KOMPRE 2

77

masyarakat yang terbebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.Selain itu

masyarakat juga mempuyai hak untuk mengakses informasi dari

pemerintahan sesuai dengan amanat Undang-undang No 14 tahun 2008

tentang keterbukaan informasi publik.

Akses terhadap dokumen dan informasi publik yang baik itu disusun

oleh legeslatif mupun eksekutif secara bersama-sama merupakan

dokumen publik yang seharusnya secara mudah dapat diakses oleh

masyarakat umum, namun pada prakteknya pejabat ataupun aparatur

negara seringkali mempersulit bahkan menyembunyikan data-data

ataupun informasi yang berkaitan dengan kepentingan publik yang

seharusnya bisa dengan mudah diakses oleh masyarakat.

Selain hambatan dalam mengakses informasi dan dokumen publik

adanya manipulasi sejumlah data dalam dokumen publik yang

didalamnya merupakan data fiktif dan telah direkayasa seolah-oleh

benar dan valid juga sangat menghambat proses investigasi, penemuan

fakta-fakta juga pengumpulan bukti-bukti terkait dengan adanya dugaan

kasus tindak pidana korupsi di dalam suatu instansi pemerintahan yang

dilakukan oleh lembaga swadaya masyarakat MCW.

4. Ancaman dan Intimidasi dari Berbagai Macam Pihak yang Terlibat

dalam Kasus Korupsi

kegiatan penanggulangan dan pemberantasan tindak pidana korupsi

yang dilakukan oleh MCW tentuya melibatkan berbagai macam pihak

didalamnya, serta membutuhkan suatu perjuangan yang tidak mudah

karena banyaknya oknum-oknum dari pihak yang diduga terlibat kasus

Page 79: SKRIPSI KOMPRE 2

78

tindak pidana korupsi yang sedang diinvestigasi oleh MCW melakukan

ancamanan, teror dan intimidasi akan melakukan kekerasan baik secara

fisik maupun secara psikis apabila tidak mau menghentikan proses

ivestigasi terhadap kasus tersebut.

Dalam kasus dugaan korupsi tambang pasir besi yang sedang dalam

proses investigasi MCW yang melibatkan tangan kanan pengusaha

nasional TW, putra pejabat, juga pengusaha-pengusaha skala nasional,

MCW tidak berani untuk mempublikasi dan memblow up kasus dugaan

korupsi tambang pasir besi ini kepada publik. Hal ini karena

dikhawatirkan akan menimbulkan resiko yang besar yang berdampak

kepada MCW sehingga penanganan kasus ini langsung dilimpahkan

kepada Kejaksaan. Berbeda dengan kasus yang dirasa beresiko kecil

maka akan dilakukan publikasi guna membantu proses investigasi yang

dilakukan MCW.

Tindakan persuasif juga sering dilakukan oleh pihak pihak yang

merasa terancam kedudukanya apabila MCW melakukan proses

investigasi yang berkaitan dengan jabatan dan instansi pemerintahan

diduga didalamnya terdapat unsur-unsur sebagai tindak pidana korupsi.

Oleh karenanya tidak jarang pihak-pihak tersebut menjanjikan bahkan

memberikan uang kepada beberapa anggota MCW untuk menghentikan

proses investigasi dan pelaporan kepada aparat penegak hukum karena

berkaitan dengan jabatan orang-orang tertentu di dalam pemerintahan

yang merasa terancan apabila menemukan dugaan kasus tindak pidana

korupsi terhadap pejabat atau instansi tersebut.

Page 80: SKRIPSI KOMPRE 2

79

Salah satu anggota MCW pernah menggalami hal ini dimana modus

yang digunakan adalah beberapa oknum menjajikan untuk memberikan

supalai bukti-bukti data tambahan terkait dugaan kasus tindak pidana

korupsi yang sedang dalam proses investigasi yang dilakukan MCW ,

akan tetapi disaat sudah melakukan pertemua ternyata oknum tersebut

memberikan uang senilai 2 Milyar kepada salah satu anggota MCW

untuk tidak melakukan proses investigasi dan pelaporan kepda aparat

penegak hukum.

5. Keterbatasan kualitas dan kuantitas anggota MCW

MCW yang beranggotakan kaum intelektual yang berlatar belakang

dari dunia pendidikan baik dari kalangan mahasiswa, aktivis mahasiswa,

dosen, beberapa advokat dan mantan aktivis mahasiswa tentunya

memiliki kemampuan jika ditinjau dari segi intelektual. Namun dari

banyaknya anggota yang ada hanya sedikit yang memiliki kemampuan

dalam prakteknya secara professional dalam pencegahan dan

pemberantasan korupsi, misalnya dalam legal opinion, pengorganisasian

dan advokasi.

Jumlah anggota MCW apabila dilihat dari segi kuantitas dinilai sudah

cukup memadai dengan adanya banyak anggota dalam suatu divisi,

namun demikian tugas yang begitu banyak dan pemantauan,

pengawasan lembaga pemerintahan masih terbatas mengiggat

banyaknya lembaga publik yang terindikasi korupsi sangatlah

banyak.Selain itu pula wilayah kerja MCW yang mencakup seluruh

Malang Raya dirasa sangatlah luas dibandingkan dengan jumlah anggota

Page 81: SKRIPSI KOMPRE 2

80

dari MC. Oleh karenanya dirasa perlu peningkatan dari segi kualitas dan

kuantitas anggota MCW.

C. Upaya Malang Corruption Watch dalam Menghadapi Kendala Dalam

Pengangulangan Korupsi di Kota Malang

MCW sebagai lembaga swadaya masyarakat penggiat anti korupsi

yang bertujuan untuk pencegahan dan pemberantasan korupsi, dalam

menjalankan program-program kerjanya tentunya memiliki hambatan dan

kendala baik yang berupa kendala internal maupun kendala eksternal.

Namun demikian tentunya MCW sebagai lembaga yang mandiri,

semaksimal mungkin berupaya untuk mengatasi permasalahan atau

hambatan dengan berbagai macam upaya dan program kerja yang telah

disusun guna memaksimalkan fungsi MCW di dalam penanggualangan dan

pemberantasan tindak pidana korupsi. Upaya yang dilakukan oleh MCW

adalah dengan melakukan upaya prefentif dan represif. adapun beberapa

upaya yang dilakukan MCW adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan Masyarakat Anti Korupsi

a. Penyuluhan masyarakat anti korupsi

Pendidikan masyarakat anti korupsi dimaksukan agar

pencegahan secara prefentif, serta memberikan kesadaran,

pengetahuan dan juga peningkatan kemampuan baik secara

teoritis dan prakteknya dalam menangani permasalahan

korupsi yang ada di sekitar lingkungannya.38 Banyak

masyarakat yang takut dan merasa bingung harus dilaporkan

38 Wawancara dengan Fatin, Anggota divisi pendidikan publik dan kampaye, diolah 2014

Page 82: SKRIPSI KOMPRE 2

81

kemana dan prosedurnya seperti apa jika menemukan dugaan

kasus tindak pidana korupsi, oleh karena itu MCW merangkul

masyarakat dengan membuka posko pengaduan, diskusi grup

masyarakat, serta pembetukan kelompok penguatan jaringan

sehingga masyarakat sebagai bagian dari pengawasan publik

dapat menjalankan hak yang telah diberikan undang-undang

dalam perananya memberantas korupsi.

b. Kampanye media

Pendidikan anti korupsi yang dijalankan oleh MCW selain

memalui pertemuan-pertemuan yang selalu menjadi angenda

MCW juga melalui kampaye dengan media cetak maupun

media elektronik, pembagian buku-buku, pembuatan website

dan penyebaran poster serta pamflet yang memberikan

gambaran pengetahuan tentang korupsi dan penangananya

terutama di Kota Malang sehingga diharapkan masyarakat

ikut berperan aktif dalam penaggulangan tindak pidana

korupsi. Untuk pemberian informasi melalui buku-buku selain

untuk memberikan pengetahuan dana hasil penjualan buku

dari hasil percetakan milik MCW juga digunakan sebagai

dana untuk menjalankan semua program kerja MCW dalam

pemberantasan tindak pidana korupsi.

2. Meningkatkan Kualitas dan Keterampilan Anggota MCW

a. Mengadakan kapasity building

Untuk meningkatkan kemampuan serta pengalaman dari

Page 83: SKRIPSI KOMPRE 2

82

anggota internal badan pekerja, MCW juga melakukan

pelatihan terkait kajian, analisis, legal opinion,

pengorganisasian serta proses pendampingan atau yang biasa

dikenal dengan istilah advokasi. 39 setiap anggota MCW

dituntut untuk meningkatkan kemampuan dan udahanya

dalam insvestigasi dan melaporkan kasus dugaan tindak

pidana korupsi kepada aparat penegak hukum.

b. Melakukan pelatihan kerjasama

Pelatiah yang dilakuakan MCW dalam peranaanya

memberantas korupsi juga melibatkan beberapa kerjasama

dengan berbagai macam pihak, MCW juga sering melakukan

latihan bersama dengan ICW (Indonesia Corruption Watch)

dan lembaga bantuan hukum lainya untuk meningkatkan

kapasitas dan networking, hal ini dimaksudkan agar

terciptanya keselarasan dan peningkatan kerjasama untuk

melakukan pemantauan dan pengawasan sehingga akan

menimbulkan tekanan kepada aparatur penegak hukum dalam

pemberantsan tindak pidana korupsi.

3. Merangkul Media Masa sebagai media guna Membangun

Opini publik

Media masa sebagai bagian dari pada alat dan partner

39 Wawancara dengan Akmal Adi Cahya, Ketua divisi Monitoring Hukum dan Peradilan, diolah 2014

Page 84: SKRIPSI KOMPRE 2

83

untuk mengkampayekan kegiatan anti korupsi yang diusung oleh

MCW sangatlah berperan penting dalam penangulangan dan

pemberantasan tindak pidana korupsi. Selain berperan dalam

pendidikan dan pengetauan kepada masyarakat media juga

membantu dalam menyoroti kinerja aparatur penegak hukum

dalam menagani suatu kasus yang telah dilimpahkan oleh MCW.

Media juga berperan dalam penyebaran informasi

perkembangan kasus korupsi yang telah ditangani oleh MCW

sehingga masyarakat mampu memberikan pendapat dan opini

guna mengawal dan memonitoring penanganan kasus terseburt

yang dilakukan oleh aparat penegak hukum sehingga dalam

penangananya aparat penegak hukum lebih teliti dan

meningkatkan kinerjanya dalam menangani suatu kasus tindak

pidana korupsi.

4. Membagun Kerjasama dan dengan Aparatur Penegak

Hukum

Aparatur penegak hukum sebagai pelaksana penegakan

hukum yang telah diamanatkan undang – undang, juga sebagai

mitra dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih dan bebas

dari korupsi. Membangun kerjasama dengan aparat penegak

hukum juga terkait dengan kemudahan koordinasi dalam

memperoleh informasi terhadap proses hukum yang sedang

berlangsung sehingga dapat mempermudah pematauan kinerja

aparat penegak hukum dalam melaksanakan tugasnya. Selain itu

Page 85: SKRIPSI KOMPRE 2

84

pula MCW akan merasa mendapatkan partner dan perlindungan

dalam pemberantasan tindak pidana koruspi yang bnayk

melibatkan pejabat yang mempunyai kekuasaan. Beberapa

kerjasama yang dilakukan MCW dengan aparat penegak hukum

adalah :40

a. Kerjasama MCW dengan Kepolisian

Kerjasama yang dilakukan MCW dengan kepolisian

adalah kerjasama di bidang penyidikan khususnya yang

berada di wilayah Kota Malang, MCW memberikan

informasi kepada kepolisian terkait informasi atas dugaaan

kasus korupsi dan selanjutnya kepolisian akan

mengadakan penyidikan dan penyelidikan terkait laoran

tersebut.

b. Kerjasama MCW dengan Kejaksaan

Kerjasama yang dilakukan MCW dengan Kejasaan Negeri

Malang, Kepanjen dan Kota Batu, kerjasama di bidang

kewenangan penyidikan dan penututan khususnya di

kejaksaan atas informasi dan pelaporan kasus yang

dilaporkan oleh MCW.

c. Kerjasama MCW dengan KPK (Komisi Pemberantasan

Korupsi)

Kejasama yang dilakukan MCW tidak telepas dari KPK

adalah lembaga pemberantasan korupsi pusat yang

40 Wawancara dengan fatin, Anggota divisi pendidikan publik dan kampaye MCW, diolah 2014

Page 86: SKRIPSI KOMPRE 2

85

mempunyai kewenangan pemberantasan korupsi di seluruh

wilayah kedaulatan Indonesia sehingga MCW merupakan

LSM yang beroprasi didaerah Malang memberikan

informasi atas dugaan kasus korupsi yang terjadi di

wilayah kerja MCW.

5. Membangun Kerjasama dengan Jaringan Penggiat Anti

Korupsi Lainya

Korupsi yang merupakan kejahatan yang bersifat

sistematis tentunya membutuhkan penanganan dan perhatian yang

khusus. MCW sebagai lembaga pengiat anti korupsi tentunya juga

mengalami kendala-kendala dalam penanganan terhadap kasus

korupsi baik dalam upayanya melakukan investigasi ataupun

kajian-kajian terhadap kasus korupsi tersebut, umtuk itu MCW

tidak hanya sebatas mengandalkan kemapuan anggotanya saja

tetapai melakukan kerjsama dengan pihalk-pihak yang memiliki

visi dan misi yang sama dengan MCW dalam penangguklangan

dan pemberantasan korupsi.

Terdapat beberapa lembaga atau jaringan yang

bekerjasama dengan MCW guna meningkatkan kemampuan dan

daya dalam penanggulangan dan pemberantasan korupsi yaitu

dengan melakukan kerjasama dengan fakultas hukum seluruh

Jawa Timur, lembaga bantuan hukum, Praktisi hukum serta

akademisi untuk melakukan kajian dan analisis terkait kasus yang

dirasa kurang mampu untuk ditangani sendiri. Selain itu MCW

Page 87: SKRIPSI KOMPRE 2

86

juga melakukan kerjasama dengan ICW (Indonesia Corruption

Watch) untuk melakukan proses analisa lanjutan terhadap hasil

analisa awal yang telah dilakukan oleh MCW.41

6. Pengumpulan Informasi dan Dokumentasi Publik

Pengumpulan informasi dan dokumentasi publik yang

dilakukan oleh MCW digunakan untuk mecari bukti-bukti yang

berkaitan dengan dugaan kasus tindak pidana korupsi guna

membatu aparat penegak hukum dalam penaggulangan tindak

pidana korupsi, beberapa yang menjadi bagian dari pengumpulan

informasi dan dokumentasi publik guna mencari bukti yang

berkaitan dan dapat mendukung hal ini adalah:

a. Melakukan riset secara menyeluruh

Riset yang dilakukan oleh MCW adalah suatu kegiatan

mengamati dan mencari fakta-fakta yang terjadi di lapangan

untuk dilakukan pendokumentasian dan penganalisisan

terhadap suatu masalah atau kasus yang berkaitan dengan

pelayanan publik dan korupsi kolusi serta nepotisme.

Di dalam kegiatan riset yang dilakukan oleh MCW

kegiatanya meliputi beberapa bagian yang meliputi menginput

data yaitu mengisi tabel data kasus tindak pidana korupsi

ataupun daftar dugaan kasus tindak pidana korupsi baik itu

dari laporan masyrakat maupun pencarian melalui berita atau

isu di dalam internet.Selanjutnya data yang telah diperoleh

41 Wawancara Buyung Js, ketua Sekertariat MCW, diolah 2014

Page 88: SKRIPSI KOMPRE 2

87

dilakukan verifikasi dan pengecekan silang untuk memastikan

kebenaran dan ketepatan data yang telah diperoleh.

Setelah melakukan pengecekan terhadap data yang

diperoleh selanjutnya data akan dilakukan validasi untuk

memberikan tambahan dan mengkoreksi data yang telah

diperoleh dan pada tahapan akhir akan dilakukan publikasi

kepada publik melalui berbagai media terhadap hasil riset

yang telah di dapatkan.

Beberapa hasil riset yang dilakukan MCW diantaranya

adalah pada tahun 2011 tentang study pemetaan modus, aktor

dan potensi kerugian di Kota Malang, ditemukan praktek

korupsi marak terjadi di dalam sektor pendidikan. Di tahun

2010 kasus korupsi di sektor pendidikan terjadi setidaknya 6

kasus korupsi yang meningkat menjadi 31 kasus pada tahun

2011.

b. Kelompok kegiatan penguatan jaringan (Focus grup

discussion)

Kelompok kegiatan penguatan jaringan atau focus

grup discussion yang biasa disingkat FGD adalah sebuah

forum yang melakukan kegiatan diskusi. Di dalam kelompok

atau forum ini mempunyai tujuan untuk menggali data dari

peserta diskusi yang dianggap sebagai sumber data dan

merupakan salah satu sumber data dalam metode penelitian

kualitatif.Di dalam forum ini juga digunakan oleh MCW

Page 89: SKRIPSI KOMPRE 2

88

untuk membahas tema- tema dugaan kasus korupsi serta untuk

meminta saran dan pendapat kepada peserta forum diskusi ini

atas data yang telah diperoleh oleh MCW.

c. Membentuk kelompok kampanye publik

Di dalam kegiatan ini memberikan keleluasaan kepada

masyarakat untuk berani mengadukan permasalahan terkait

persoalan yang berkaitan dengan pelayanan publik42 maupun

yang berhubungan dengan penyelenggaraan pemerintahan

sehingga memberikan masukan data dan informasi kepada

MCW guna melakukan penkajian dan penanganan terhadap

permsalahan yang ada.

42 Pelayanan publik adalah semua kegiatan yang diselenggarakan oleh negara (pemerintah sebagai pemberi layanan) kepada masyarakat (yang dilayani) sebagai bentuk pemenuhan hak constitutional warga negara.

Page 90: SKRIPSI KOMPRE 2

89

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang ditulis pada bab sebelumnya, maka

dapat diambil kesimpulan dianataranya adalah :

1. Peran serta yang dilakukan oleh lembaga swadaya masyarakat

MCW adalah dengan penanganan 14 kasus selama kurun waktu

tiga tahun terakhir, penerimaan aduan dari masyarakat, melakukan

kampanye dan pendidikan publik bagi masyarakat, serta pencarian

kasus tindak pidana korupsi baik melalui inisiatif pengkajian dan

pelaporan yang diterima masyarakat.

2. Kendala internal yang dihadapi oleh lembaga sswadaya masyarakat

MCW adalah pendanaan lembaga swadaya masyarakat MCW yang

masih bersifat swadaya karena MCW merupakan lembaga yang

independent yang terlepas dari campur tangan pemerintah, serta

kerterbatasan kualitas dan kuantitas anggota MCW yang tidak

sebanding dengan besaranya wilayah yang ditangani. Kendala

eksternal yang di dadapi oleh MCW adalah kurangnya responsitas

pihak terkait penaggulangan dan pemberantasan tindak pidana

korupsi sehingga sering kali menghambat penanganan kasus,

tertutupnya akses informasi dan publikasi lembaga publik yang

menyulitkan MCW untuk proses infestigasi, dan juga adanya

Page 91: SKRIPSI KOMPRE 2

90

ancaman dan intimidasi dari berbagai macam pihak yang terlibat

dalam korupsi.

3. Upaya prefentif yang dilakukan MCW dalam penanggulangan

tindak pidana korpusi adalah dengan melakukan pendidikan anti

korupsi kepada masyarakat, meningkatkan kualitas dan

keterampilan anggota MCW, membangun kerjasama dengan

jaringan penggita anti korupsi lainya serta melakukan

pengumpulan infromasi dan dokumentasi publik. Upaya represif

yang dilakukan oleh MCW dalam penaggulangan tindak pidana

korupsi adalah denga melakukan investigasi kasus dugaan korupsi

serta membangun kerjasama dengan apatrat penegak hukum dan

merangkul media masa sebagai media untuk membagun opini

publik dalam penanganan suatu kasus.

B. Saran

1. Perlu banyak diadakan penyuluhan dan pendidikan publik bagi

masyarakat akan penanganan kasus tidak pidana korupsi serta

dibutuhkan sosialisasi Undang-undang No. 20 Tahun 2001 jo

Undang-undang No. 31 Tahun 1999 tentang pemeberantasan

tindak pidana korupsi, serta sosialisai Peraturan Pemerintah No. 71

Tahun 2000 tentang Tata cara pelaksanaan peran serta masyarakat

dan pemberian penghargaan dalam pencegahan dan pemberantasan

tindak pidana korupsi.

Page 92: SKRIPSI KOMPRE 2

91

2. Perlunya dukungan sarana prasarana yang mendukung MCW

dalam penaggulangan tindak pidana korupsi serta penambahan

anggota baik secara kualitas dan kuantitasnya

3. Perlu adanya kerjasama dan koordinassi antara lembaga swadaya

masyarakat dan aparatur penegakan hukum dalam penaggulangan

dan pencegahan tindak pidana korupsi.

DAFTAR PUSTAKA

Page 93: SKRIPSI KOMPRE 2

92

Buku:

Adami Chazawi, Hukum pidana Materiil dan Formil Korupsi di

Indonesia, Banyumedia, 2005

_____________, Pelajaran Hukum Pidana I, Jakarta, Raja Gravindo

Persada, 2005

Andi Hamzah, Korupsi di Indonesia Masalah dan Pemecahanya,

Jakarta, Gramedia Pustaka Utama 1984

____________, Pemberantasan Korupsi Melalui Hukum Pidana

Nasional dan Internasional, Jakarta, Rajagrafindo Persada, 2006

Arifin Rada, Kecurangan Dalam Birokrasi Pemerintahan Pemicu

Terjadinya TINDAK PIDANA KORUPSI, Bayumedia, Malang,

2009

Chaerudin, dkk,Strategi Pencegahan dan Penegakan Hukum Tindak

Pidana Korupsi, Refika Aditama, Bandung, 2008

Ermansjah Djaja, Mendisain Pengadilan Tindak Pidana Korupsi

“Implikasi Putusan Mahkama Konstitusi Nomor 012-016-

019/PPU-IV/2006, Jakarta, Sinar Grafika, 2010

Evi Hartanti, Tindak Pidana Korupsi, Sinar Gravika, Jakarta, 2005

Komsis Pemberantasan Korupsi, Mengenali dan Memberantas Korupsi,

KPK, Jakarta, 2006,

Masruchin Ruba’i, Asas-Asas Hukum Pidana, UM Pres, Malang, 2001

Ninik Widiyanti, Yulius Waskita, Kejahatan Dalam Masyarakat dan

Pencegahanya, Bina Aksara, Jakarta, 1987

Page 94: SKRIPSI KOMPRE 2

93

Nyoman Serikat Putra Jaya, Tindak Pidana Korupsi, Kolusi Dan

Nepotisme Di Indonesia, Badan Penerbit Undip, Semarang

Satjipto Raharjo, Penegakan Hukum Suatu Tinjuan Sosiologis, Genta

Publishing, Yogyakarta, 2001

Surahmi dan Suhandi, Strategi dan Teknik Korupsi, Sinar Grafika,

Jakarta, 2011

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Penerbit Universitas

Indonesia, Jakarta, 2012

Soejono Dirjosisworo, Ruang Lingkup Kriminilogi, Remaja Karya,

Bandung, 1984

W.J.S Poerwodiminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai

Pustaka, 1976

Wirjono Pradjodikoro, Tindak Pidana Tertentu diIndonesia, Bandung,

Refika Aditama

Wismulyani Endah, Lembaga Swadaya Masyarakat, Saka Mitra

Kompetisi, Klaten, 201

Udang-undang dan Peraturan lainya :

Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi, Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1999

Undang-undangNomor 20 Tahun 2001

tentangPerubahanAtasUndang-undangNomor 31 Tahun 1999

Page 95: SKRIPSI KOMPRE 2

94

TentangPemberantasanTindakPidanaKorupsi,

TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999

Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2000 tentang Tata Cara

Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dan Pemberian

Penghargaan Dalam Pencegahan dan Pemberantsan Tindak

Pidana Korupsi, Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia

Artikel:

Karklins, Rasma,Anti-Corruption Incentives and Constituencies in the

Post-Communist Region, Paper for Workshop 1 : Creating a

Trustworthy State, Collegium Budapest, Draft, September 2002

B. Semedi, Penegakan Hukum Yang Menjamin Kepastian Hukum

Abstrak, Pusdiklat Bea dan Cukai, (Tanpa Kota), Edisi

Desember 2013

TESIS :

Yadyn, Problematika Penegakan Hukum di Indonesia Menuju

Hukum Yang Responsif Berlandaskan Nilai-Nilai Pancasila,

Tesis Tidak Terbitkan, Makassar, Univeristas Hassanudin

Fakultas Hukum, (Tanpa Tahun)

Internet:

Page 96: SKRIPSI KOMPRE 2

95

Jimly Asshiddiqie, Penegakan Hukum, (Online)

http://www.jimly.com/makalah/namafile/56/Penegakan_Hukum.p

df diakses pada 2 Maret 2014.

Indonesia Coruption Watch, Indonesia Negara Paling Korup di Asia,

http://www.antikorupsi.org/id/content/perc-indonesia-negara-

paling-korup-di-asia (online) dikases 25 November 2013