Skrip Si
-
Upload
prisca-rani -
Category
Documents
-
view
18 -
download
4
description
Transcript of Skrip Si
ANALISIS PENGARUH STRUKTUR GOVERNANCE DAN INTERNAL
CONTROL TERHADAP FEE AUDIT EKSTERNAL
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2009-2011)
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
DEVIANA DEWI PRASTUTI
NIM: 109082000148
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M
ii
ANALISIS PENGARUH STRUKTUR GOVERNANCE DAN INTERNAL CONTROL
TERHADAP FEE AUDIT EKSTERNAL
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Go Public yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia 2009-2011)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh:
Deviana Dewi Prastuti
NIM: 109082000148
Dibawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni Rahmawati SE., MM
NIP. 19690203 200112 1 003 NIP. 19770814 420064 2 003
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Kamis, 20 Juni 2013 telah dilaksanakan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Deviana Dewi Prastuti
2. NIM : 109082000148
3. Jurusan : Akuntansi/Audit
4. Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Struktur Governance dan Internal
Control Terhadap Fee Audit Eksternal (Studi Empiris Pada perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indoensia Tahun 2009-2011).
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 20 Juni 2013
1. Yulianti, SE.,M.Si ( )
NIP. 19820120 200912 2 004 Ketua
2. Dr. Rini, M.Si.,Ak. ( )
NIP. 19760315 200501 2 002 Sekretaris
3. Hepi Prayudiawan, SE.,MM.,Ak ( )
NIP. 19720516 200901 1 006 Penguji Ahli
4. Prof. Dr. Ahmad Rodoni ( )
NIP. 19690203 200112 1 003 Pembimbing I
5. Rahmawati, SE., MM. ( )
NIP. 19770814 200604 2 003 Pembimbing II
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Deviana Dewi Prastuti
No. Induk Mahasiswa : 109082000148
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penelitian skripsi ini saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanppa izin pemilik karya
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas
karya ini
Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan melalui
pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan
bukti bahwa saya telah melanggar peryataan diatas, maka saya siap untuk dikenai
sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 10 Mei 2013
Deviana Dewi Prastuti
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap : Deviana Dewi Prastuti
2. Tempat Tanggal Lahir : Klaten, 14 Desember 1990
3. Alamat : JL. Pondok Pinang V RT.012/002 No.164
Kebayoran Lama Jakarta Selatan
4. Telepon : 089630953294
5. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. TK ISLAM FITRIA Jakarta Tahun 1996-1997
2. SD Negeri 03 PAGI Jakarta Tahun 1997-2003
3. SMP Negeri 87 Jakarta Tahun2003-2006
4. SMK Negeri 6 Jakarta Tahun 2006-2009
5. Strata 1 (S1) Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ekonomi
dan Bisnis (FEB) Jurusan Akuntansi Tahun 2009-2013
III. PENDIDIKAN NON FORMAL
1. Lembaga Pendidikan Bahasa Inggris International English Center (IEC),
2001-2003
vii
IV. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Anggota PASKIBRA SMP Negeri 87, periode 2003-2004
2. Anggota Saman UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, periode 2010-2011
3. Anggota BEM Jurusan Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
periode 2010-2011
V. SEMINAR DAN WORKSHOP
1. Talkshow oleh BEMJ Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
“Pemberantasan Korupsi bersama KPK”, 9 September 2009.
2. Diskusi Publik oleh BEMJ Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
“Kosmetik yang Aman untuk Kecantikan yang Alami”, 5 Desember
2009.
3. Diskusi Publik oleh BEMJ Manajemen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
“Kemana Arah Isu Kasus Century: Polemik dan Perang Persepsi”, 23
Desember 2009.
4. Seminar Nasional oleh Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, “Peran Asuransi Dalam Era Globalisasi”, 20 Mei
2010.
VI. KEPANITIAAN
1. Company Visit oleh BEMJ Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sebagai divisis kesekretariatan, “Visit to Bursa Efek Indonesia and
Museum Bank Indonesia”, 28 Desember 2010.
2. Accounting Fair 2011 oleh BEMJ Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta sebagai divisi acara, 4-8 April 2011.
3. Workshop Audit Perpajakan dan Pelatihan Accurate 2011 oleh BEMJ
Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai divisi acara,
“Enhance your ability and understand in presenting and detecting the
fraudulent tax and upgrade your skill”, 24 dan 26 Mei 2011.
viii
VII. PENGALAMAN KERJA
1. Praktek Kerja Lapangan (PKL) SMK Negeri 6 Jakarta di PT. Telkomsel
Area Jabodetabek dan Jabar Bulan Januari-Februari 2008.
2. Kuliah Kerja Sosial Bebas Terkendali (KKS-BT) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta di Baitul Maal Wattamwin (BMT) Mirla Syariah,
Jakarta Timur Bulan Juli-Agustus 2012
.
VIII. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Suparno
2. Tempat Tanggal Lahir :Klaten, 20 Januari 1961
3. Ibu : Indiarti
4. Tempat Tanggal Lahir : Klaten, 9 November 1968
5. Alamat : JL. Pondok Pinang V RT.012/002 No.164
Kebayoran Lama Jakarta Selatan
6. Anak Ke dari : 1 dari 3 bersaudara
ix
ABSTRACT
Analysis of Influence Structure Governance and Internal Control to
The External Audit Fee
The research purposes to analyze the influence of structure governance
(board commissioner and audit committee) and internal control to the external
audit fee. This research used secondary data from annual reports and financial
reports of manufacturing industry which listed in Indonesian Stock Exchange
(IDX) during 2009-2011 period. This study used purposive sampling method and
used multiple linear regression as the analysis instrument. Before being
conducted the regression test, it is examined by using the classical assumption
tests.
The research indicates that the independent commissioner and the size of
the board commissioner influences significantly on the external audit fees.
Internal control influences significantly on the external audit fees. The
independence of the audit committee, the size of the audit committee and the
meeting intensity of the audit committee don’t influence significantly the external
audit fees.
Keywords : fee audit, structure governance,internal control, board commissioner,
audit committee
x
ABSTRAK
Analisis Pengaruh Struktur Governancedan Internal Control terhadap
Fee Audit Eksternal
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh struktur governance
(dewan komisaris dan komite audit) dan internal control terhadap fee audit
eksternal. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari laporan
tahunan dan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama periode 2009-2011. Penelitian ini menggunakan metode
purposive sampling dan menggunakan alat analisis regresi linear berganda.
Sebelum dilakukan uji regresi, data terlebih dahulu diuji menggunakan uji asumsi
klasik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa independensi dewan komisaris,
ukuran dewan komisaris dan ukuran perusahaan mempunyai pengaruh signifikan
terhadap fee audit eksternal. Internal control mempunyai pengaruh signifikan
terhadap fee audit eksternal. Sedangkan, independensi komite audit, ukuran
komite audit dan intensitas pertemuan komite audit tidak signifikan terhadap fee
audit eksternal.
Kata kunci : fee audit, struktur governance, internal control, dewan komisaris,
komite audit
xi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
Rahmat dan Karunia yang telah diberikan Nya. Berkat limpahan serta rahmat dan
karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis
Pengaruh Struktur Governence dan Internal Control terhadap Fee Audit
Eksternal” berjalan dengan baik.
Adapun tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat
untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa segala kerja
keras demi terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari dukungan, dorongan
serta bantuan berbagai pihak baik moril maupun materil. Oleh karena itu dalam
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-
dalamnya kepada:
1. Orang Tuaku tercinta Bapak Suparno dan Mama Indiarti yang telah
memberikan kasih sayang, semangat dan doa yang tak pernah putus serta
telah rela berkorban segalanya dalam memberikan arahan, nasihat dan
kebebasan dalam menentukan jalan hidup.
2. Adikku tercinta Firman Yulianto, Indah Febrianti serta keluargaku yang telah
menyemangati dan memberikan banyak inspirasi serta do’a terbaiknya
kepada penulis dan menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang
telah bersedia meluangkan waktu ditengah kesibukkannya untuk memberikan
bimbingan, arahan, dan memberikan banyak masukan mengenai
perkembangan skripsi ini. Terima kasih atas semua saran yang Bapak berikan
selama proses penulisan skripsi sampai terlaksananya sidang skripsi.
5. Ibu Rahmawati, SE, MM selaku Pembimbing II dan Ketua Jurusan Akuntansi
Fakultas Eonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
xii
bersedia meluangkan waktu, memberikan bimbingan dalam penulisan skripsi
ini. Terima kasih atas segala bimbingan dan konsultasi yang telah diberikan
selama ini.
6. Ibu Yessi Fitri, SE, Ak,M.Si selaku SekretarisJurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Seluruh dosen dan karyawan yang telah memberikan ilmu, bantuan, perhatian
dan pelayanan yang telah diberikan selama ini.
8. Sahabat-sahabatku tercinta Laila Arvida, Yunila Nurdiani, Ningga
Anindiarina, Asri, dan Isnaini Putri yang selalu bersama saat suka dan duka.
Terima kasih atas dukungan dan kasih sayang yang diberikan kepada penulis.
9. Sahabatku tercinta Fadlun Usman Alhabsyi dan juniorku Dwi Mutia yang
sudah memberikan dukungan, semangat dan kasih sayang kepada penulis.
10. Terima kasih kepada sahabat-sahabatku Rico Hidayatullah, Aziz Afwan dan
Candra Purbyantoro, terima kasih atas dukungan dan doa yang tercurahkan
kepada penulis.
11. Terima kasih kepada teman-teman kelas Akuntansi D angkatan 2009 yang
telah membantu penulis dari semester satu sampai saat ini telah
menyelesaikan skripsi.
12. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan
kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Jakarta, 19 April 2013
Deviana Dewi Prastuti
xiii
DAFTAR ISI
COVER .......................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ........................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ......................... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .......................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................. v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................... vi
ABSTRACT .................................................................................................. ix
ABSTRAK .................................................................................................... x
KATA PENGANTAR ................................................................................. xi
DAFTAR ISI .............................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL .................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xix
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Perumusan Masalah .............................................................. 12
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ............................ 12
1. Tujuan Penelitian ............................................................. 12
2. Manfaat Penelitian ........................................................... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 15
A. Tinjauan Literatur ................................................................. 15
1. Teori Keagenan (Agency Theory) .................................... 15
2. Corporate Governance .................................................... 16
a. Definisi Corporate Governance.................................. 16
b. Prinsip-Prinsip Corporate Governance ...................... 18
c. Manfaat Corporate Governance ................................. 19
d. Struktur Governance ................................................... 20
1) Dewan Komisaris ................................................... 21
2) Komisaris Independen ............................................ 24
xiv
3) Komite Audit .......................................................... 26
3. Internal Control ............................................................... 31
4. Internal Audit ................................................................... 34
a. Definisi Internal Audit ................................................ 34
b. Peran Audit Internal .................................................... 35
c. Tugas dan Fungsi Internal Audit ................................. 36
5. Fee Audit ......................................................................... 37
6. Auditor Eksternal ............................................................. 41
B. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis ......... 41
1. Independensi komisaris dengan fee audit eksternal ......... 42
2. Ukuran dewan komisaris dengan fee audit eksternal ....... 43
3. Independensi komite audit dengan fee audit eksternal .... 44
4. Ukuran komite audit dengan fee audit eksternal .............. 44
5. Intensitas pertemuan komite audit dengan fee audit
eksternal ............................................................................. 45
6. Keberadaan fungsi internal audit dengan fee audit
eksternal ........................................................................... 46
C. Hasil Penelitian Sebelumnya ................................................ 47
D. Kerangka Pemikiran ............................................................. 52
E. Hipotesis ............................................................................... 54
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................ 56
A. Ruang Lingkup Penelitian .................................................... 56
B. Metode Penentuan Sampel ................................................... 56
C. Metode Pengumpulan Data .................................................. 57
1. Penelitian Pustaka (Library Research) ............................ 57
2. Penelitian Lapangan (Field Research) ............................. 57
D. Metode Analisis Data ........................................................... 58
1. Statistik Deskriptif ........................................................... 58
2. Uji Asumsi Klasik ............................................................ 58
a. Uji Multikolonierista ................................................... 58
b. Uji Autokorelasi .......................................................... 60
xv
c. Uji Heteroskedastisitas ............................................... 60
d. Uji Normalitas ............................................................. 61
3. Uji Hipotesis .................................................................... 61
4. Uji Statsistik ..................................................................... 62
a. Koefisien Determinasi (R2) ......................................... 62
b. Uji Statistik F .............................................................. 63
c. Uji Statistik t ............................................................... 63
5. Operasionalisasi Variabel Penelitian ............................... 64
a. Variabel Dependen ...................................................... 64
b. Variabel independen ................................................... 65
c. Variabel Kontrol ......................................................... 67
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................... 70
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ......................... 70
1. Deskripsi Objek Penelitian .............................................. 70
2. Deskripsi Smpel Penelitian .............................................. 71
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian ........................................ 73
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ........................................... 74
2. Hasil Pengujian Asumsi Klasik ....................................... 76
a. Hasil Uji Multikolonieritas ......................................... 76
b. Hasil Uji Autokorelasi ................................................ 78
c. Hasil Uji Heteroskedastisitas ...................................... 79
d. Hasil Uji Normalitas ................................................... 80
3. Hasil Pengujian Hipotesis ................................................ 82
a. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ......................... 82
b. Hasil Uji Statistik F ..................................................... 83
c. Hasil Uji Statistik t ...................................................... 84
BAB V PENUTUP ................................................................................. 97
A. Kesimpulan ........................................................................... 97
B. Implikasi ............................................................................... 99
C. Keterbatasan ....................................................................... 101
D. Saran ................................................................................... 101
xvi
Daftar Pustaka ............................................................................................ 103
Lampiran-Lampiran ................................................................................... 107
xvii
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ...................................................... 48
3.1 Operasionalisasi Variabel dan Pengukuran ....................................... 68
4.1 Metode Pengambilan Sampel Penelitian ........................................... 71
4.2 Sampel Penelitian .............................................................................. 72
4.3 Statistik Deskriptif ............................................................................ 74
4.4 Uji Multikolonieritas ......................................................................... 77
4.5 Uji Autokorelasi ................................................................................ 78
4.6 Uji Normalitas (One-Sample Kolmograv Ssmirvon Test) ................. 81
4.7 Uji Koefisien Determinasi (R2) ......................................................... 82
4.8 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ...................................................... 83
4.9 Uji Statistik t ..................................................................................... 84
xviii
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Penelitian ......................................................................... 52
4.1 Uji Heteroskedastisitas ..................................................................... 79
4.2 Uji Nomalitas Grafik P-Plot ............................................................. 80
xix
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1. Data Sampel .................................................................................... 107
2. Hasil Output SPSS ........................................................................... 114
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perekonomian masyarakat saat ini sudah mengalami perkembangan yang
cukup besar, komunikasi data keuangan seperti laporan keuangan dan data
ekonomi lainnya sangat diperlukan oleh organisasi badan usaha. Salah satu
tujuan organisasi badan usaha untuk memperoleh profitabilitas yang tinggi
guna bertahan hidup dan berkembang secara berkelanjutan. Maka diperlukan
tata kelola perusahaan dan pola kepemilikan yang lebih dikenal dengan
corporate governance.
Pentingnya pengungkapan corporate governance bagi perusahaan secara
efisien dan efektif guna mencapai tujuan perusahaan. Pengungkapan
corporate governance yang akurat, tepat waktu, dan transparan dapat
menambah nilai bagi para stakeholders. Jika tidak ada pengungkapan yang
memadai, para stakeholders tidak dapat menyakini bahwa kegiatan
pengelolaan perusahaan oleh manajemen dilakukan dengan cara yang
bijaksana dan hati-hati untuk kepentingan mereka (Hikmahdkk, 2011:2).
Financial Statement atau Laporan Keuangan adalah cerminan dan
kondisi perusahaan karena memuat informasi mengenai laporan kinerja
manajemen, laporan arus kas, dan laporan posisi keuangan. Laporan
keuangan juga menunjukkan kinerja dari manajemen dan merupakan sumber
dalam mengevaluasi kinerja manajemen. Dengan adanya penilaian kinerja
2
manajemen tersebut mendorong timbulnya perilaku menyimpang dari pihak
manajemen (Wibowo, dkk, 2013:2).
Salah satu bentuk perilaku menyimpang dari pihak manajemen adalah
manajemen laba. Manajemen laba merupakan tindakan manajemen untuk
memiliki kebijakan akuntansi dari suatu standar tertentu dengan tujuan untuk
memaksimalkan kesejahteraan atau nilai perusahaan. Tindakan manajemen
laba telah menimbulkan beberapa kasus skandal pelaporan akuntansi dalan
dunia bisnis, antara lain Enron, Merck, World Com dan mayoritas perusahaan
lain di Amerika Serikat. Selain itu, di Indonesia juga terjadi hal serupa,
seperti PT. Lippo Tbk dan PT. Kimia Farma Tbk juga melibatkan pelaporan
keuangan (financial reporting) yang berawal dari terdeteksi adanya
manipulasi (Boediono, 2005:172).
Salah satu kasus audit umum yang dialami oleh PT. Sinar Jaya. Kasus
berwala KAP Jojon & Priyadi mendapatkan penawaran untuk melaksanakan
audit PT. Sinar Jaya. KAP Jojon & Priyadi menunjuk salah seorang
direkturnya, Irwan K., SE, Ak CPA untuk bertanggungjawab atas audit PT.
Sinar Jaya. KAP Jojon & Priyadi mendapatkan referensi dari KAP Bambang
& Basuki untuk mengaudit PT. Sinar Jaya. Oleh karena itu, KAP Bambang &
Basuki mendapatkan sejumlah fee dari PT. Sinar Jaya & KAP jojon &
Priyadi. Selain fee referral dari KAP Jojon & Priyadi, ternyata KAP Bambang
& Basuki juga memperoleh fee dari PT. Sinar Jaya. Fee jenis ini tidak
terdapat dalam aturan etika kompartemen Akuntan Publik No. 503.
3
Dari contoh kasus di atas maka dapat ditarik pertanyaan bagaimana peran
dari keefektifan corporate governance dan internal control sebagai variabel
dalam hal memonitoring manajemen perusahaan. Selain itu, laporan
keuangan juga perlu diaudit oleh auditor eksternal untuk meningkatkan
kepercayaan bagi lingkungan perusahaan. Dalam prosestersebut maka
perusahaan perlu mengeluarkan biaya audit yang disebut fee audit. Peran
corporate governance dan internal control sebagai salah satu bentuk
keandalan pelaporan keuangan perusahaan tentunya juga akan mempengaruhi
besar kecilnya fee audit yang dibayarkan (Wibowo, dkk, 2013:2).
Kasus manipulasi akuntansi tersebut melibatkan banyak pihak dan
berdampak cukup luas. Keterlibatan CEO, komisaris, komite audit, internal
auditor, internal controlsampai kepada eksternal auditor membuktikan bahwa
kecurangan banyak dilakukan oleh orang-orang dalam. Selain dari pihak
perusahaan, eksternal auditor juga harus bertanggung jawab terhadap
merebaknya kasus-kasus manipulasi akuntansi seperti ini (Hardiningsih,
2010:62).
Akuntan publik adalah profesi yang memberikan jasa audit atas laporan
keuangan klien untuk memberikan jaminan kepada pemakai laporan
keuangan bahwa laporan keuangan tersebut telah disusun sesuai dengan
standar akuntansi keuangan. Akuntan publik dalam memberikan opininya
atas laporan keuangan yang telah diaudit, harus mempertanggungjawabkan
semua perikatan audit yang telah dilakukan (Herawaty, 2011:7).Akuntan
publik merupakan jasa profesional, oleh sebab itu merupakan kewajiban
4
perusahaan untuk memberikan fee kepada akuntan publik yang melakukan
jasa audit (auditor eksternal) terhadap laporan keuangannya. Bagi akuntan
publik, fee adalah sumber pendapatan bagi mereka.
Dalam Kode Etik Akuntan Publik tahun 2008 disebutkan bahwa seorang
akuntan publik berhak menerima honorarium untuk kemahiran pengetahuan
yang ia berikan kepada pekerjaan profesional. Dalam menetapkan honorarium
yang wajar, maka tanggung jawab yang terlibat, sifat, batasan dan pentingnya
pekerjaan yang ia lakukan patut diperhitungkan. Namun ia dilarang untuk
menerima keuntungan lain selain pembayaran honorarium yang patut
diterima. Jumlah honorarium merupakan fee audit yang diterima auditor
eksternal dari perusahaan..
Ada empat mekanisme corporate governance yang sering dipakai dalam
berbagai penelitian mengenai corporate governance yang bertujuan untuk
mengurangi konflik keagenan, yaitu komisaris independen, komite audit,
kepemilikan institusional, dan kepemilikan manajerial. Komposisi dewan
komisaris merupakan salah satu karakteristik dewan yang berhubungan
dengan kandungan informasi laba. Melalui perannya dalam menjalankan
fungsi pengawasan, komposisi dewan dapat mempengaruhi pihak manajemen
dalam menyusun laporan keuangan sehingga dapat diperoleh suatu laporan
laba yang berkualitas (Boediono, 2005:175).
Pelaksanaan corporate governance diharapkan dapat meningkatkan
kualitas laporan keuangan yang akhirnya dapat meningkatkan daya informasi
akuntansi. Kualitas laporan keuangan dapat diukur dari reaksi pasar atas
5
pengumuman laporan keuangan. Daya informasi ini diduga dipengaruhi oleh
faktor pemegangsaham dan struktur corporate governance dalam hal ini
komposisi dewan komisaris dan komite audit (Wawo, 2010:2).
Karakteristik dewan komisaris yaitu, independensi dewan komisaris dan
ukuran dewan komisaris turut berperan penting dalam penerapan good
corporate governance. Adanya komisaris independen mampu memberikan
pengawasan dan keandalan dalam proses laporan keuangan. Maka hal
tersebut dapat mengurangi penilaian resiko auditor dan upaya audit yang
kurang dibutuhkan sehingga menyebabkan audit fee yang lebih rendah
(Yatimet, al., 2006:18). Ukuran dewan komisaris dan intensitas pertemuan
dewan komisaris juga turut berperan penting dalam penerapan good
corporate governance.
Berdasarkan penelitian Yatimet. al., (2006:9) menunjukkan bahwa
semakin besar ukuran dewan komisaris maka semakin besar pula
kemungkinan adanya kecurangan dalam penyajian laporan keuangan.
Sebaliknya semakin tinggi intensitas pertemuan dewan komisaris diharapkan
dapat memberikan kontribusi dalam efektivitas fungsi pengawasan terhadap
proses pelaporan keuangan. Dilihat dari perspektif auditor, dewan komisaris
yang independen, memiliki anggota lebih sedikit dan sering mengadakan
pertemuan diharapkan dapat mengurangi penilaian auditor terhadap risiko
pengendalian serta luasnya prosedur audit sehingga dapat mengurangi fee
audit.
6
Dewan komisaris juga harus mendelegasikan beberapa tugasnya kepada
komite-komite. Komite-komite yang pada umumnya dibentuk adalah Komite
Kompensasi/Remunerasi untuk badan eksekutif dalam perusahaan, Komite
Nominasi, dan Komite Audit. Berdasarkan surat keputusan Ketua BAPEPAM
KEP41/PM/2003, SK Dir. BEJ Nomor 315/BEJ/06-2000, Keputusan Menteri
BUMN Nomor 117/Tahun 2000, dan Undang-undang BUMN Nomor
19/2003, pembentukan komite audit merupakan suatu keharusan.
Komite audit adalah suatu badan yang dibentuk didalam perusahaan klien
yang bertugas untuk memelihara independensi akuntan pemeriksa terhadap
manajemen (Susiana dan Herawaty, 2007:8). Komite audit mempunyai peran
yang sangat penting dan strategis dalam hal memelihara kredibilitas proses
penyusunan laporan keuangan seperti halnya menjaga terciptanya sistem
pengawasan perusahaan yang memadai serta dilaksanakannya good corporate
governance.
Karakteristik komite audit yaitu, independensi komite audit, ukuran
komite audit dan intensitas pertemuan komite audit. Independensi komite
audit mengakibatkan pengawasan komite audit lebih efektif dari proses
pelaporan keuangan, sehingga mengurangi kejadian masalah pelaporan
keuangan. Independensi komite audit mampu melindungi keandalan
akuntansi dan memperkuat pengendalian internal yang mengarah pada
penurunan tingkat resiko yang melekat dan karenanya fee audit eksternal
lebih rendah (Yatim et. al., 2006:11). Selain itu, ukuran komite audit dan
intensitas pertemuan komite audit juga berperan dalam proses pelaporan
7
keuangan dan penerapan good corporate governance yang dapat
mempengaruhi besar dan kecilnya fee audit eksternal.
Dari sisi permintaan, kehadiran komite audit memiliki hubungan yang
positif dengan fee audit karena komite audit memastikan bahwa lama proses
audit tidak akan dikurangi sampai pada tingkat kualitas audit yang
diinginkan. Dari sisi penawaran, keterlibatan komite audit dalam memperkuat
pengendalian internal yang menuntun auditor eksternal mengurangi penilaian
dari risiko pengendalian, menghasilkan uji substantif yang lebih sedikit, dan
fee audit yang lebih rendah (Cadburry Committee, 1992 dalam
GoodwinStewart dan Kent, 2006:6).
Banyak sekali faktor-faktor yang dapat mempengaruhi besarnya fee
audit. Selain struktur governance, pengendalian internal dalam perusahaan
juga penting dalam menentukan besarnya fee audit. Pengendalian internal dan
corporate governance adalah dua hal yang berbeda tetapi keduanya
mempunyai hubungan yang berkaitan dalam upaya mewujudkan good
corporate governance. Selain itu pihak yang terlibat pun berbeda apabila
pengendalian intern lebih berfokus pada tugas dari auditor intern, sedangkan
penerapan good corporate governance lebih ke strategi yaitu tugas komite
audit, tetapi kedua pihak tersebut harus saling bekerjasama (Puji Astuti,
2010:5). Internal control menjadi salah satu fokus utama dalam perusahaan
dan seringkali menjadi faktor penentu dalam pengambilan keputusan.
Dalam pelaksanaannya, pengendalian internal dapat dilakukan tidak
hanya oleh anggota perusahaan dan tim komite audit saja, tetapi dapat pula
8
dilakukan oleh suatu divisi audit internal. Pihak manajemen dapat
membentuk suatu divisi audit internal yang diberikan wewenang untuk
melakukan pengawasan dan penilaian terhadap pengendalian perusahaan.
Internal audit bertugas menjamin agar pengendalian internal dalam
perusahaan dapat diterapkan, kemudian internal auditor bertanggungjawab
menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada pihak manajemen
perusahaan (Puji Astuti, 2010:6).
Internal audit sangat diperlukan bagi organisasi yang membutuhkan
informasi dari pihak yang independen mengenai berbagai aktivitas organisasi
guna pengambilan keputusan yang lebih obyektif dan accountable. Internal
audit mempertanggungjawabkan tugasnya kepada pihak manajemen
perusahaan, sedangkan struktur perusahaan di Indonesia dengan komposisi
komisaris dan pemegang saham, maka terdapat peran yang menghubungkan
kepentingan para komisaris dan pemegang saham dengan kondisi perusahan,
yaitu peran dari komite audit, karena komite audit ini
mempertanggungjawabkan tugas dan tanggung jawabnya kepeda pemegang
saham dan komisaris (Puji Astuti, 2010:8).
Hayet. al., (2008:10) terdapat dua pandangan terhadap hubungan antara
pengendalian internal, corporate governance serta audit eksternal yang pada
akhirnya akan berpengaruh terhadap fee audit. Pandangan pertama adalah apa
yang disebut sebagai kontrol pengganti (substitution control view) yang
menyatakan bahwa hubungan antara audit eksternal dan sumber-sumber
pengendalian atau control yang ada saling menggantikan. Dalam control
9
pengganti (substitution control view) penambahan dalam suatu pengendalian
akan mengurangi fungsi pengendalian yang lain, sehingga akan
mengakibatkan hubungan yang negatif antara pengendalian, corporate
governance dan audit eksternal.
Pandangan kedua adalah apa yang disebut kontrol tambahan
(complementary control view) yang menyatakan hubungan antara
pengendalian atau control, corporate governance dan auditing saling
melengkapi dan bukan saling menggantikan serta penambahan terhadap suatu
kompenen pengendalian akan menguatkan kompenen pengendalian yang lain.
Dalam pandangan ini dewan komisaris dengan kewajiban yang dimiliki akan
mengakibatkan permintaan terhadap fee audit eksternal bertambah dengan
tujuan agar reputasi mereka tetap terjaga yang akan berkonsekuensi pada
penambahan fee audit.
Dalam berbagai penelitian sebelumnya seperti yang dilakukan oleh
Hamid dan Abdullah (2012) dengan judul “Influence of Corporate
Governance on Audit and Non-Audit Fees: Malaysian Evidence”. Hasil
penelitian menemukan bahwa fee audit berhubungan positif signifikan dengan
ukuran dewan. Namun, tidak berpengaruh signifikan terkait dengan variabel
lain untuk perusahaan pemerintahan GLCs. Sehubungan dengan perusahaan
non pemerintah NGLCs menunjukkan bahwa independensi dewan
berhubungan positifsignifikan terhadap fee audit. Sedangkan variabel lain
yang ada berpngaruh negatif signifikan terhadap fee audit.
10
Penelitian yang dilakukan oleh Yatimet.al.,(2006)berjudul“Governance
Structures, Ethnicity and Audit Fees ofMalaysian Listed Firms” menguji
pengaruh antara fee audit eksternal, dewan komisaris serta karakteristik
komite audit. Hasil penelitian menemukan bahwa terdapat pengaruh
signifikan antara fee audit dan independensi dewan komisaris, komite audit
dan frekuensi pertemuan komite audit. Hasil penelitian ini juga menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh negatif antara fee audit dan perusahaan yang
dimiliki oleh pribumi (bumiputera).
Sedangkan penelitian Goodwin-Stewart dan Kent (2006) menemukan
bahwa terdapat hubungan di antara internal audit dan audit fee. Lalu
penelitian tersebut diperluas oleh Singh dan Newby (2009) yang berjudul
“Internal audit and audit fees: further evidence” dengan menggunakan data
tahun 2005 yang terkumpul dari laporan tahunan. Dua penelitian tersebut
menemukan secara konsisten menemukan bahwa keberadaan fungsi internal
audit secara berpengaruh signifikan berkaitan dengan audit fee suatu
perusahaan.
Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan populasi perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009-2011.
Peneliti memilih perusahaan manufaktur karena perusahaan manufaktur
merupakan industri dengan jumlah terbesar dalam Bursa Efek Indonesia dan
memiliki berbagai jenis industri sehingga dianggap dapat mewakili kondisi
keseluruhan perusahaan di Indonesia. Data yang digunakan peneliti berasal
dari laporan tahunan dan laporan keuangan perusahaan manufaktur.
11
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang sudah ada
dengan menerapkannya pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Dengan adanya tata kelola perusahaan yang baik (good
corporate governance), maka diharapkan nilai perusahaan akan dinilai baik
oleh lingkungan perusahaan. Dengan demikian maka eksternal auditor dapat
menaksir pengendalian lingkungan sangat kuat, sehingga waktu audit lebih
sedikit dan berakibat pada rendahnya fee audit eksternal.
Penelitian ini penting bagi mereka yang mengelola perusahaan dan bagi
Kantor Akuntan Publik mengingat banyaknya perusahaan yang runtuh
sehubungan dengan masalah kualitas laporan keuangan dan praktek audit
yang tidak sesuai dengan standar yang berlaku umum. Penelitian ini
memeriksa pengaruh antara struktur governance yang berupa dewan
komisaris dan komite audit, dan internal controlterhadap fee audit eksternal
dengan ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol.
Penelitian ini dilakukan untuk menguji konsistensi dan dirancang untuk
memperoleh bukti empiris tentang “Analisis Pengaruh Struktur
Governance dan Internal Control terhadap Fee Audit Eksternal
(StudiEmpirisPada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2009-2011)".
12
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan pada bagian
sebelumnya, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini
sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh independensi dewan komisaris, ukuran dewan
komisaris, independensi komite audit, ukuran komite audit, intensitas
pertemuan komite audit dan keberadaan fungsi audit internal terhadap
fee audit eksternal?
2. Variabel independen manakah yang paling dominan mempengaruhi fee
audit eksternal?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan rumusan permasalahan, maka
penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk:
a. Menganalisis pengaruh independensi dewan komisaris, ukuran
dewan komisaris, independensi komite audit, ukuran komite audit,
intensitas pertemuan komite audit dan keberadaan fungsi audit
internal terhadap fee audit eksternal.
b. Menganalisis variabel independen yang paling dominan
mempengaruhi fee audit eksternal.
13
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran
sebagai berikut:
a. Bagi Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini berguna untuk memberikan wawasan dalam ilmu
pengetahuan khususnya pengetahuan dalam bidang ekonomi yaitu
mengenai pengaruh struktur governance daninternal controlterhadap
fee audit eksternal. Penelitian ini juga bermanfaat sebagai bahan
referensi penelitian sebelumnya dan pembanding untuk menambah
ilmu pengetahuan.
b. Bagi Perusahaan
Penelitian ini juga diharapkan mampu untuk memberikan tambahan
informasi bagi perusahaan mengenai pentingnya penerapan struktur
tata kelola perusahaan (corporate governance)dan internal control
dalam menentukan besarnya feeaudit eksternal.
c. Bagi Kantor Akuntan Publik (KAP)
Penelitian ini dapat memberikan tambahan pengetahuan dan
informasi mengenai besar atau kecilnya fee audit yang diterima
auditor eksternal. Sebagai suatu tinjauan yang diharapkan dapat
bermanfaat dalam rangka menyediakan informasi yang berkualitas
bagi para pemakai laporan keuangan.
14
d. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat memberikan tambahan pengetahuan, informasi
terkait dengan struktur governance dan internal control terhadap fee
audit eksternal. Bagi peneliti berikutnya, sebagai bahan referensi
tambahan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai struktur
governance dan internal control terhadap fee audit eksternal.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan (agency theory) merupakan basis teori yang
mendasari praktik bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Teori
Agensi ini pertama kali dicetuskan oleh Jensen dan Meckling pada tahun
1976. Jensen dan Meckling (1976:17) menyatakan bahwa hubungan
keagenan adalah sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan investor
(principal). Konflik kepentingan antara pemilik dan agen terjadi karena
kemungkinan agen tidak selalu berbuat sesuai dengan kepentingan
principal, sehingga memicu biaya keagenan (agency cost).
Teori keagenan mengasumsikan bahwa masing-masing individu
cenderung untuk mementingkan diri sendiri. Manajer sebuah perusahaan
mungkin memiliki tujuan-tujuan pribadi yang bersaing dengan tujuan
untuk memaksimalkan kekayaan pemilik pemegang saham. Hak yang
dimiliki manajer untuk mengelola aset perusahaan, menimbulkan adanya
konflik kepentingan antara dua kelompok (Hikmah dkk., 2011:5).
Perbedaan kepentingan antara principal (pemegang saham) dan
agen (manajer) dapat menimbulkan suatu informasi asymetri (kesejangan
informasi). Masing-masing pihak berusaha memperbesar keuntungan bagi
diri sendiri. Manajer dalam hal ini dapat melakukan tindakan kecurangan
16
(fraud) untuk memanipulasi laba, agar kompensasi ekonomi yang
diberikan oleh principal semakin besar. Tindakan – tindakan seperti
memanipulasi laba inilah yang menjadi pentingnya adanya pengendalian
internal dan struktur tata kelola perusahaan (governance structure)
(Wibowo, dkk, 2013:3).
2. Corporate Governance
a. Definisi Corporate Governance
United National Development Program (UNDP), mendefinisikan
governance sebagai “the exercise of political, economic, and
administrative authority to manage a national’s affair at all levels”.
Sedangkan World Bank lebih menekankan pada cara pemerintah
mengelola sumber daya sosial dan ekonomi untuk kepentingan
pembangunan masyarakat. (Organisation for Economic Co-operation
and Development (OECD) mendefinisikan corporate governance
sebagai suatu sistem dimana sebuah perusahaan atau entitas bisnis
diarahkan dan diawasi (Hikmah dkk., 2011:6).
Pengertian Corporate Governance (Keputusan Menteri Badan
Usaha Milik Negara, Nomor : KEP-117/M-MBU/2002), adalah suatu
proses dan struktur yang digunakan oleh organisasi BUMN untuk
meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna
mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan
tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan
peraturan perundangan dan nilai-nilai etika. Berdasarkan definisi
17
tersebut, dapat disimpulkan bahwa corporate governance merupakan
suatu sistem yang diterapkan oleh perusahaan untuk mengatur dan
mengelola perusahaan secara efektif.
Corporate governance merupakan konsep yang didasarkan pada
teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk
memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan
menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Corporate
governance berkaitan dengan bagaimana para investor yakin bahwa
manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakin bahwa
manajer tidak akan mencuri/menggelapkan atau menginvestasikan ke
dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan
dana/kapital yang telah ditanamkan oleh investor, dan berkaitan
dengan bagaimana para investor mengontrol para manajer (Ujiyantho
dan Pramuka, 2007:6).
Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) juga
menjelaskan, bahwa tujuan dari corporate governance adalah untuk
menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan
(stakeholders). Secara lebih rinci, terminologi corporate governance
dapat dipergunakan untuk menjelaskan peranan dan perilaku dari
dewan direksi, dewan komisaris, pengurus perusahaan, dan para
pemegang saham.
18
b. Prinsip-prinsip Corporate Governance
Penerapan good corporate governance baik di suatu negara
ataupun di perusahaan memerlukan suatu identifikasi prinsip-prinsip
dari konsep good corporate governance itu sendiri. Konsep good
corporate governance merupakan konsep yang bersifat general dan
universal, namun untuk pelaksanaannya harus disesuaikan dengan
kondisi masing-masing negara atau perusahaan yang bersangkutan.
(Organization for economic Co-operation and Development
(OECD) menguraikan empat prinsip dalam corporate governance,
yaitu:
1) Fairness (keadilan)
Fairness adalah perlakuan yang adil dengan menjamin
perlindungan hak-hak para pemegang saham termasuk hak-hak
pemegang saham minoritas dan para pemegang saham asing, serta
menjamin terlaksananya komitmen dengan para investor. Selain itu
prinsip fairness berguna untuk membuat seluruh asset perusahaan
dikelola secara baik dan hati-hati sehingga terdapat perlindungan
terhadap kepentingan pemegang saham serta fair (jujur dan adil).
2) Transparency (transparan)
Transparency yaitu dalam mengemukakan informasi harus terbuka,
tepat waktu, jelas, dan dapat dibandingkan yang menyangkut
keadaan keuangan, pengelolaan perusahaan, dan kepemilikan
perusahaan. Prinsip transparency berguna untuk membantu
19
stakeholder dalam menilai risiko yang mungkin terjadi dalam
melakukan transaksi dengan perusahaan serta meminimalisir
adanya kepentingan yang sama pada berbagai pihak dalam
manajemen.
3) Accountability (Akuntanbilitas)
Pelaksanaan dan pertanggungjawaban rapat umum pemegang
saham, komisaris atau dewan pengawas dan direksi serta pemilik
modal sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif
dan efisien. Beberapa bentuk implementasi dari prinsip
accountability adalah adanya praktek audit internal yang efektif
serta kejelasan fungsi, hak, dan kewajiban, wewenang, dan
tanggung jawab dalam anggaran dasar perusahaan dan Statement of
Corporate Intent (target pencapaian perusahaan di masa depan).
4) Responsibilty (Pertanggungjawaban)
Responsibilty memastikan bahwa peraturan serta ketentuan yang
berlaku sebagai cerminan dipatuhinya nilai-nilai sosial yang sesuai.
Penerapan prinsip ini diharapkan membuat perusahaan menyadari
bahwa dalam kegiatan operasionalnya seringkali menghasilkan
eksternalitas (dampak luar kegiatan perusahaan) negative yang
harus ditanggung masyarakat.
c. Manfaat Corporate Governance
Penerapan tata kelola perusahaan yang baik dalam suatu
perusahaan akan memberikan keuntungan atau manfaat yang dapat
20
dirasakan perusahaan secara langsung maupun tidak langsung.
Manfaat yang diperoleh dari mekanisme corporate governance adalah
sebagai berikut:
1) Mengurangi agency cost, yang merupakan biaya yang harus
ditanggung pemegang saham karena penyalahgunaan wewenang
sebagai akibat pendelegasian wewenang kepada pihak
manajemen.
2) Mengurangi biaya modal (cost of capital) sebagai dampak dari
menurunnya tingkat bunga atas dana dan sumber daya yang
dipinjam oleh perusahaan seiring dengan turunnya tingkat risiko
perusahaan.
3) Menciptakan dukungan para stakeholders dalam lingkungan
perusahaan tersebut terhadap keberadaan dan berbagai strategi dan
kebijakan yang ditempuh perusahaan.
d. Struktur Governance
Struktur governance adalah suatu kerangka di dalam organisasi
mengenai bagaimana prinsip governance bisa dibagi, dijalankan, serta
dikendalikan. Struktur governance didesain sedemikian rupa agar
mampu mendukung berjalannya aktivitas organisasi perusahaan secara
bertanggung jawab dan terkendali. Struktur dari corporate governance
menjelaskan distribusi hak-hak dan tanggung jawab dari masing-
masing pihak yang terlibat dalam sebuah bisnis, yaitu antara lain
dewan komisaris dan direksi, manajer, pemegang saham, serta pihak-
21
pihak lain yang terkait sebagai stakeholders. Struktur dari corporate
governance juga menjelaskan bagaimana aturan dan prosedur dalam
pengambilan dan pemutusan kebijakan sehingga dengan melakukan
itu semua maka tujuan perusahaan dan pemantauan kinerjanya dapat
dipertanggungjawabkan dan dilakukan dengan baik (Hikmah dkk.,
2011:6).
Pada penelitian ini struktur governance yang akan digunakan
adalah:
1) Dewan Komisaris
Dewan komisaris adalah organ perusahaan yang bertugas dan
bertanggungjawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan
dan memberikan nasihat kepada direksi serta memastikan bahwa
perusahaan melaksanakan good corporate governance. Dewan
komisaris tidak boleh turut serta dalam mengambil keputusan
operasional. Kedudukan masing-masing anggota dewan komisaris
termasuk komisaris utama adalah setara. Tugas komisaris utama
sebagai primus inter pares adalah mengkoordinasikan kegiatan
dewan komisaris (KNKG, 2006:13).
Berdasarkan Pedoman Good Corporate Governance (GCG)
Indonesia tahun 2006 dewan komisaris memiliki fungsi
pengawasan yang antara lain, pertama dewan komisaris tidak boleh
turut serta dalam mengambil keputusan operasional. Kedua anggota
dewan komisaris baik secara bersama-sama dan atau sendiri-sendiri
22
berhak mempunyai akses dan memperoleh informasi tentang
perusahaan secara tepat waktu dan lengkap. Ketiga menyampaikan
laporan pertanggungjawaban pengawasan atas pengelolaan
perusahaan oleh direksi (Wawo, 2010:3).
Menurut Forum For Corporate Governance In Indonesia
(FCGI, 2001:5) tugas-tugas utama dewan komisaris meliputi:
(a) Menilai dan mengarahkan strategi perusahaan, garis-garis
besar rencana kerja, kebijakan pengendalian risiko, anggaran
tahunan dan rencana usaha; menetapkan sasaran kerja;
mengawasi pelaksanaan dan kinerja perusahaan; serta
memonitor penggunaan modal perusahaan investasi dan
penjualan aset;
(b) Menilai sistem penetapan penggajian pejabat pada posisi kunci
dan penggajian anggota dewan direksi, serta menjamin suatu
proses pencalonan anggota dewan direksi yang transparan dan
adil;
(c) Memonitor dan mengatasi masalah benturan kepentingan pada
tingkat manajemen, anggota dewan direksi dan anggota dewan
komisaris, termasuk penyalahgunaan aset perusahaan dan
memanipulasi transaksi perusahaan;
(d) Memonitor pelaksanaan governance dan mengadakan
perubahan di mana perlu;
23
(e) Memantau proses keterbukaan dan efektifitas komunikasi
dalam perusahaan.
Berkaitan dengan komposisi dewan komisaris dalam suatu
perusahaan, Sudana dan Arlindania (2011:41) menyatakan bahwa
semakin besar jumlah anggota komisaris, maka akan semakin
mudah untuk mengendalikan CEO dan monitoring yang dilakukan
akan semakin efektif. Jumlah anggota komisaris yang tepat juga
bergantung pada sektor industri perusahaan tersebut, karena akan
turut menentukan jenis kompetensi yang sebaiknya dimiliki oleh
dewan komisaris secara keseluruhan. Ukuran dewan komisaris
yang besar akan dapat membuat proses mencari kesepakatan dan
proses membuat keputusan menjadi sulit, membutuhkan waktu
yang lama dan bertele-tele. Keterbatasan ini perlu diperhatikan
dalam menentukan jumlah dewan komisaris
Dewan komisaris harus mendelegasikan beberapa tugas
mereka kepada komite-komite. Adanya komite-komite ini
merupakan suatu sistem yang bermanfaat untuk dapat
melaksanakan pekerjaan dewan komisaris secara lebih rinci.
Komite-komite yang pada umumnya dibentuk adalah komite
kompensasi/remunerasi untuk badan eksekutif dalam perusahaan,
komite nominasi, dan komite audit. Berdasarkan praktek yang
umum berlaku di dunia internasional disarankan bahwa anggota
komite-komite tersebut diisi oleh anggota komisaris independen.
24
2) Komisaris Independen
Komisaris independen merupakan sebuah badan dalam
perusahaan yang biasanya beranggotakan dewan komisaris yang
independen yang berasal dari luar perusahaan yang berfungsi untuk
menilai kinerja perusahaan secara luas dan keseluruhan. Komisaris
independen bertujuan untuk menyeimbangkan dalam pengambilan
keputusan khususnya dalam rangka perlindungan terhadap
pemegang saham minoritas dan pihak – pihak lain yang terikat
(Susiana dan Herawaty, 2007:9).
Definisi komisaris independen menurut ketentuan Bapepam
No. Kep-29/PM/2004, adalah anggota komisaris yang berasal dari
luar emiten atau perusahaan publik, tidak mempunyai saham, baik
langsung maupun tidak langsung pada emiten atau perusahaan
publik, tidak mempunyai afiliasi dengan emiten atau perusahaan
publik, komisaris, direksi atau pemegang saham utama emiten atau
perusahaan publik serta tidak memiliki hubungan usaha, baik
langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan kegiatan
usaha emiten atau perusahaan publik.
Keberadaan komisaris independen telah diatur Bursa Efek
Jakarta melalui peraturan BEJ tanggal 1 Juli 2000. Dikemukakan
bahwa perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia harus
mempunyai komisaris independen yang secara proporsional sama
dengan jumlah saham yang dimiliki pemegang saham yang
25
minoritas (bukan controlling shareholders). Dalam peraturan ini,
persyaratan jumlah minimal komisaris independen adalah 30% dari
seluruh anggota dewan komisaris.
Beberapa kriteria tentang komisaris independen menurut
Forum For Corporate Governance di Indonesia (2000:8) adalah
sebagai berikut:
(a) Komisaris independen bukan merupakan anggota manajemen.
(b) Komisaris independen bukan merupakan pemegang saham
mayoritas, atau seorang pejabat dari atau dengan ara lain yang
berhubungan secara langsung atau tidak langsung dengan
pemegang saham mayoritas perusahaan.
(c) Komisaris indepnden dalam kurun waktu tiga tahun terakhir
tidak dipekerjakan dalam kapasitasnya sebgaia eksekutif olehg
perusahaan atau perusahaan lainnya dalam satu kelompok
usaha dan tidak pula dipekerjakan dalam kapasitasnya sebagai
komisaris setelah tidak lagi menempati posisi seperti ini.
(d) Komisaris independen bukan merupakan penasehat profesional
perusahaan atau perusahaan lainnya yang satu kelompok
dengan perusahaan tersebut.
(e) Komisaris independen bukan merupakan seorang pemasok
atau pelanggan yang signifikan dan berpengaruh dari
perusahaan lainnya yang atau kelompok, atau dengan cara lain
26
berhubungan secara langsung atau tidak langsung dengan
pemasok atau pelanggan tersebut.
(f) Komisaris independen tidak memiliki kontrak kontraktual
dengan perusahaan atau perusahaan lainnya yang satu
kelompok selain sebagai komisaris perusahaan tersebut.
(g) Komisaris independen harus bebas dari kepentingan dan
urusan bisnis apapun atau hubungan yang dapat atau secara
wajar dapat dianggap sebagai campur tangan secara material
dengan kemampuannya sebagai seorang komisaris untuk
bertindak demi kepentingan yang menguntungkan perusahaan.
Keberadaan komisaris independensi dimaksudkan untuk
menciptakan iklim yang lebih obyektif, independen, menjaga
keterbukaan serta mampu memberikan keseimbangan antara
kepentingan pemegang saham mayoritas dan perlindungan terhadap
kepentingan pemegang saham minoritas (Sudana dan Arlindiani,
2011:42).
3) Komite Audit
Berdasarkan Surat Edaran Bursa Efek Indonesia No: SE
008/BEI/12-2001 tanggal 7 Desember 2001, BEI mewajibkan
perusahaan publik untuk memiliki komite audit. Selanjutnya,
peraturan tersebut mengatur keanggotaan komite audit, yang
antara lain adalah:
27
(a) Jumlah anggota komite audit sekurang-kurangnya 3 (tiga)
orang, termasuk ketua komite audit;
(b) Anggota komite audit yang berasal dari komisaris hanya
sebanyak 1 (satu) orang. Anggota komite audit yang berasal
dari komisaris tersebut harus seorang diantaranya merupakan
komisaris independen perusahaan tercatat yang sekaligus
merangkap sebagai ketua komite audit;
(c) Anggota lainnya dari komite audit adalah berasal dari pihak
eksternal yang independen;
(d) Salah satu anggotanya paling tidak memiliki keahlian
akuntansi dan atau keuangan.
Sesuai dengan Kep. 29/PM/2004, komite audit adalah komite
yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas
pengawasan pengelolaan perusahaan. Keberadaan komite audit
sangat penting bagi pengelolaan perusahaan. Komite audit
merupakan komponen baru dalam sistem pengendalian perusahaan.
Selain itu komite audit dianggap sebagai penghubung antara
pemegang saham dan dewan komisaris dengan pihak manajemen
dalam menangani masalah pengendalian (Nasution dan Setiawan,
2007:7).
The Institute of Internal Auditors (IIA) merekomdasikan
bahwa setiap perusahaan publik harus memiliki komite audit yang
diatur sebagai komite tetap. IIA juga menganjurkan dibentuknya
28
komite audit di dalam organisasi lainnya, termasuk lembaga-
lembaga non-profit dan pemerintahan.
Komite audit agar beranggotakan komisaris independen, dan
terlepas dari kegiatan manajemen sehari-hari dan mempunyai
tanggung jawab utama untuk membantu dewan komisaris dalam
menjalankan tanggung jawabnya terutama dengan masalah yang
berhubungan dengan kebijakan akuntansi perusahaan, pengawasan
internal, dan sistem pelaporan keuangan (FCGI, 2000:11)..
Independensi berbicara tentang suatu keleluasaan untuk
menilai sesuatu tanpa adanya benturan kepentingan yang dapat
mempengaruhi hasil penilaian. Peraturan Bapepam mewajibkan
perusahaan publik untuk membentuk suatu komite audit yang
beranggotakan paling sedikit tiga orang dan diketuai oleh komisaris
independen, dengan pihak lain yang berasal dari luar perusahaan
(eksternal). Komposisi pembentukan tersebut diatur demikian agar
terbentuk suatu sifat independensi yang sangat berpengaruh
terhadap kinerja komite audit. Adanya anggota komite audit yang
pernah menjabat, atau mungkin sedang aktif sebagai bagian dari
manajemen perusahaan, sangat mempengaruhi independensi dari
komite audit tersebut (Wardhani dan Joseph, 2010:6).
Susiana dan Herawaty (2007:8) komite audit berfungsi untuk
memberikan pandangan mengenai masalah-masalah yang
29
berhubungan dengan kebijakan keuangan, akuntansi dan
pengendalian intern. Tujuan pembentukan komite audit adalah:
(a) Memastikan laporan keuangan yang dikeluarkan tidak
menyesatkan dan sesuai dengan praktik akuntansi yang berlaku
umum;
(b) Memastikan bahwa internal kontrolnya memadai;
(c) Menindaklanjuti terhadap dugaan adanya penyimpangan yang
meterial di bidang keuangan dan implikasi hukumnya;
(d) Merekomendasikan seleksi auditor eksternal.
Menurut FCGI (2001:12), pada umumnya Komite Audit
mempunyai tanggung jawab pada tiga bidang, yaitu:
(a) Laporan keuangan (Financial Reporting)
Tanggung jawab untuk memastikan bahwa laporan keuangan
yang dibuat oleh manajemen telah memberikan gambaran yang
sebenarnya tentang kondisi keuangan hasil usahanya, serta
rencana dan komitmen jangka panjang perusahaan.
(b) Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance)
Tanggung jawab untuk memastikan bahwa perusahaan telah
dijalankan sesuai undang-undang dan peraturan yang berlaku,
etika bisnis serta melaksanakan pengawasan secara efektif
terhadap benturan kepentingan dan kecurangan yang dilakukan
oleh karyawan perusahaan.
(c) Pengawasan Perusahaan (Corporate Control)
30
Tanggung jawab dalam pemahaman tentang masalah serta hal-
hal yang berpotensi mengandung risiko dan sistem
pengendalian intern serta memonitor proses pengawasan yang
dilakukan oleh auditor eksternal.
Forum Corporate Governance Indonesia menjelaskan kriteria dan
catatan lainnya tentang komite audit, yaitu:
a) Paling sedikit satu anggota komite audit harus mempunyai
pengetahuan yang memadai tentang keuangan dan akuntansi.
b) Ketua komite audit harus hadir pada RUPS untuk menjawab
pertanyaan para pemegang saham.
c) Komite audit harus mengundang eksekutif yang menurut
mereka tepat (terutama pejabat di bidnag keuangan) untuk
hadir pada rapat-rapat komite, akan tetapi apabila dipandang
perlu dapat mengadakan rapat tanpa kehadiran seorangpun
eksekutif perusahaan. Di luar itu Direktur Keuangan dan
Kepala Satuan Kerja Audit Intern dan, seorang wakil dari
auditor eksternal harus hadir sebagai peserta pada rapat-rapat
komite audit.
d) Sekretaris perusahaan harus bertindak sebagai sekretaris
komite audit.
e) Wewenang komite audit harus meliputi:
1) Menyelidiki semua aktivitas dalam batas ruang lingkup
tugasnya.
31
2) Mencari informasi yang relevan dari setiap karyawan.
3) Mengusahakan saran hukum dan saran profesional lainnya
yang independen apabila dipandang perlu.
4) Mengundang kehadiran pihak luar dengan pengalaman
yang sesuai apabila dianggap perlu.
Dewan komisaris dan komite audit, sebagai struktur corporate
governance, mempunyai peran yang sangat penting dan strategis
dalam hal memelihara kredibilitas proses penyusunan laporan
keuangan seperti halnya menjaga terciptanya sistem pengawasan
perusahaan yang memadai serta dilaksanakannya good corporate
governance. Berjalannya fungsi dewan komisaris dan komite audit
secara efektif, maka kontrol terhadap perusahaan akan lebih baik
sehingga konflik keagenan yang terjadi antara pemegang saham
mayoritas dan management dengan pemegang saham minoritas dapat
diminimalisasi (Wawo, 2010:3).
3. Internal Control
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Standar Profesional
Akuntan Publik (2001:319), pengendalian internal adalah suatu proses
yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel lain
entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai. Pengertian
struktur pengendalian internal adalah kebijakan dan prosedur yang
ditetapkan untuk memperoleh keyakinan yang memadai bahwa tujuan
suatu usaha yang spesifik akan dicapai.
32
Pengendalian internal menurut The Committee of Sponsoring
Organization of The Treadway Commission (COSO) mendefinisikan
pengendalian internal sebagai suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan
komisaris, manajemen, dan personel satuan usaha lainnya yang dirancang
untuk mendapatkan keyakinan memadai tentang pencapaian tujuan dalam
hal-hal berikut ini:
a. Keandalan pelaporan keuangan
b. Kesesuaian dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku
c. Efektivitas dan efisiensi operasi
Berkenaan dengan komponen atau unsur pokok pengendalian
internal, laporan COSO mengidentifikasikan bahwa internal control
mempunyai 5 (lima) komponen yaitu :
a. Lingkungan pengendalian
Komponen ini meliputi sikap manajemen di semua tingkatan
terhadap operasi secara umum dan konsep kontrol secara khusus.
Hal ini mencakup: etika, kompetensi, serta integritas dan
kepentingan terhadap kesejahteraan organisasi. Juga tercakup
struktur organisasi serta kebijakan dan filosofi manajemen.
b. Penafsiran resiko
Komponen ini telah menjadi bagian dari aktivitas audit internal yang
terus berkembang. Penentuan risiko mencakup penentuan risiko di
semua aspek organisasi dan penentuan kekuatan organisasi melalui
evaluasi risiko. COSO juga menambahkan pertimbangan tujuan di
33
semua bidang operasi untuk memastikan bahwa semua bagian
organisasi bekerja secara harmonis
c. Sistem informasi dan komunikasi akuntansi
Komponen ini merupakan bagian penting dari proses manajemen.
Manajemen tidak dapat berfungsi tanpa informasi. Komunikasi
informasi tentang operasi kontrol internal memberikan substansi
yang dapat digunakan manajemen untuk mengevaluasi efektivitas
kontrol dan untuk mengelola operasinya.
d. Aktivitas pengendalian
Komponen ini mencakup aktivitas-aktivitas yang dulunya dikaitkan
dengan konsep kontrol internal. Aktivitas-aktivitas ini meliputi
persetujuan, tanggung jawab dan kewenangan, pemisahan tugas,
pendokumentasian, rekonsiliasi, karyawan yang kompeten dan jujur,
pemeriksaan internal dan audit internal. Aktivitas-aktivitas ini harus
dievaluasi risikonya untuk organisasi secara keseluruhan.
e. Pemantauan
Pengawasan merupakan evaluasi rasional yang dinamis atas
informasi yang diberikan pada komunikasi informasi untuk tujuan
manajemen kontrol.
Pengendalian internal yang terdapat dalam perusahaan tidak hanya
mencakup kegiatan akuntansi dan keuangan saja tetapi meliputi segala
aspek kegiatan perusahaan. Pengendalian internal dapat digunakan untuk:
a. Menjaga keamanan harta milik perusahaan;
34
b. Memberikan keyakinan bahwa laporan-laporan yang disampaikan
kepada pimpinan adalah benar;
c. Meningkatkan efisiensi usaha;
d. Memastikan bahwa kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan oleh
pimpinan telah dijalankan dengan baik.
Pengendalian internal merupakan suatu proses yang dijalankan oleh
dewan komisaris yang ditujukan untuk memberikan keyakinan yang
memadai tentang pencapaian tujuan pengendalian operasional yang
efektif dan efisien, keandalan laporan keuangan, dan kepatuhan terhadap
hukum dan peraturan yang berlaku.
4. Internal Audit
a. Definisi Internal Audit
Definisis internal audit menurut Sawyer (2005:10) adalah sebuah
penilaian yang sistematis dan obyektif yang dilakukan auditor internal
terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda dalam organisasi
untuk menentukan apakah (i) informasi keuangan dan operasi telah
akurat dan dapat diandalkan; (2) risiko yang dihadapi perusahaan telah
diidentifikasi san diminimalisasi; (3) peraturan eksternal serta
kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima telah diikuti; (4)
kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi; (5) sumber daya
telah digunakan secara efisien dan ekonomis; dan (6) tujuan
organisasi telah dicapai secara efektif semua dilakukan dengan tujuan
35
untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota
organisasi dalam menjalankan tanggung jawabnya secara efektif.
Audit internal merupakan bagian dari kegiatan suatu perusahaan
yang integral dan berfungsi berdasarkan kebijakan yang telah
ditetapkan. Peran yang sangat besar dalam perusahaan akan memberi
kontribusi bagi pihak manajemen dan auditor ekstern. Kegiatan audit
internal meliputi pengujian dan penilaian efektivitas dan kecukupan
sistem pengendalian internal yang ada dalam perusahaan. Tanpa
fungsi audit internal, dewan direksi, manajemen puncak lainnya, dan
auditor ekstern tidak memilki sumber informasi internal yang dapat
diandalkan mengenai kinerja perusahaan.
b. Peran Audit Internal
Menurut Tugiman (2006:17), berikut ini adalah aktivitas
pemeriksaan internal dan beberapa peran dari audit internal dalam
perusahaan diantaranya:
1) Compliance
Aktivitas ini untuk menilai sejauh mana tingkat kepatuhan para
pegawai terhadap kebijaksanaan, prosedur, peraturan-peraturan,
praktek usaha yang lazim, serta undang-undang dan peraturan
pemerintah yang mempunyai aturan.
2) Verifikasi
Aktivitas ini difokuskan kepada penelitian, keandalan berbagai
data manajemen dan evaluasi apakah data tersebut relevan serta
36
memenuhi kebutuhan manajemen yang meliputi laporan
keuangan dan kekayaan fisik serta hasil operasi perusahaan.
3) Evaluasi
Aktivitas ini menilai bentuk pengendalian internal yang
ditetapkan perusahaan dan meliputi penilaian terhadap
pengendalian akuntansi dan operasi, juga menilai hasil-hasil
pelaksanaan dan petugas pelaksananya.
4) Merekomendasi
Aktivitas merupakan suatu rangkaian tindakan kepada pihak
manajemen.
c. Tugas dan Fungsi Internal Audit
Fungsi internal audit merupakan kegiatan penilaian yang bebas,
yang terdapat dalam organisasi, yang dilakukan dengan cara
memeriksa akuntansi, keuangan, dan kegiatan lain, untuk memberikan
jasa bagi manajemen dalam melaksanakan tanggung jawab mereka
(Mulyadi, 2002:211).
Fathurrachman (2008:3), tujuan perusahaan dapat tercapai dengan
melakukan kegiatan pelaksanaan internal audit yang meliputi:
1) Perencanaan pemeriksaan (program audit), internal audit harus
membuat perencanaan untuk setiap penugasan pemeriksaan yang
dilakukannya.
2) Pengujian dan pengevaluasian informasi (pelaksanaan audit),
internal audit harus mengumpulkan, menganalisis,
37
menginterprestasikan, dan membuktikan kebenaran informasi yang
mendukung hasil pemeriksaan.
3) Penyampaian hasil pemeriksaan (laporan audit), internal audit
harus membuat laporan atas hasil pemeriksaan yang disampaikan
pada pejabat yang tepat.
4) Kegiatan tindak lanjut, internal audit harus memonitor apakah atas
temuan dan rekomendasi yang diperoleh telah dilakukan tindak
lanjut yang tepat.
Manajemen harus merancang sistem pengendalian intern yang
efektif, ini dimaksudkan agar manajemen dapat mengurangi biaya
audit, jika auditor menilai sistem pengendalian baik atau sempurna
dan penetapan risiko pengendalian rendah. Karena dengan keadaan
tersebut para auditor akan mempersempit scope pemeriksaannya pada
waktu melakukan substantive test.
Ruang lingkup internal audit menilai keefektifan sistem internal
control serta pengevaluasian terhadap kelengkapan dan keefektifan
sistem internal control yang dimiliki organisasi, serta kualitas
pelaksanaan tanggung jawab yang diberikan (Asikin, 2006:795).
5. Fee Audit
Iskak (1999) dalam Suharli dan Nurlaelah (2008:137)
mendefinisikan audit fee adalah honorarium yang dibebankan oleh
akuntan publik kepada perusahaan auditee atas jasa audit yang dilakukan
38
akuntan publik terhadap laporan keuangan. Penetapan biaya audit yang
dilakukan oleh KAP berdasarkan perhitungan dari biaya pokok
pemeriksaan yang terdiri dari biaya langsung dan tidak langsung. Biaya
langsung terdiri dari biaya tenaga yaitu manager, supervisor, auditor
junior dan auditor senior. Sedangkan biaya tidak langsung seperti biaya
percetakan, biaya penyusunan komputer, gedung dan asuransi. Setelah
dilakukan perhitungan biaya pokok pemeriksaan maka akan dilakukan
tawar menawar antar klien yang bersangkutan dengan kantor akuntan
publik.
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) menerbitkan Surat
Keputusan No. KEP.024/IAPI/VII/2008 pada tanggal 2 Juli 2008 tentang
Kebijakan Penentuan Fee Audit. Dalam bagian Lampiran 1 dijelaskan
bahwa pandauan ini dikeluarkan sebagai panduan bagi seluruh Anggota
Institut Akuntan Publik Indonesia yang menjalankan praktik sebagai
akuntan publik dalam menetapkan besaran imbalan yang wajar atas jasa
profesional yang diberikannya.
Dijelaskan dalam Surat Keputusan mengenai penetapan fee audit,
yang harus dipertimbangkan oleh akuntan publik adalah:
a. Kebutuhan klien;
b. Tugas dan tanggungjawab menurut hukum.
c. Independensi.
d. Tingkat keahlian dan tanggungjawab yang melekat pad apekerjaan
yang dilakukan, serta tingkat kompleksitas pekerjaan.
39
e. Banyaknya waktu yang diperlukan dan secara efektif digunakan oleh
akuntan publik dan sifatnya menyelesaikan pekerjaan.
f. Basis penetapan fee yang disepakati.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya audit
fee yaitu:
a. Besar kecilnya auditee
Masalah besar kecilnya audit fee menjadi krusial jika ketika kita
banyak melihat yayasan ataupun organisasi nirlaba yang
memerlukan jasa audit namun kondisi keuangannya minim.
b. Lokasi Kantor Akuntan Publik (KAP)
Biaya overhead Kantor Akuntan Publik di daerah secara umum lebih
kecil dibandingkan dengan biaya overhead di ibukota.
c. Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP)
Ketika dikaitkan dengan besar kecilnya kantor, kantor yang
berdomisili di kota besar akan memiliki standar gaji yang jauh
berbeda jika dibandingkan dengan KAP yang terletak di kota
pinggiran.
Faktor-faktor diatas sangat berpengaruh terhadap penentuan audit fee
yang dibebankan KAP kepada kliennya. Faktor lain seperti berapa target
profit yang akan didapatkan pemilik jelas sangat besar pengaruhnya juga.
Professional fee terbagi atas dua yaitu: (1) besaran fee dan (2) fee
kontinjen (Halim, 2008:36). Penjelasannya adalah sebagai berikut:
40
a. Besaran fee
Audit fee adalah biaya yang harus ditanggung klien karena telah
mendapatkan jasa audit dari sebuah KAP. Audit fee merupakan hal
yang tidak kalah pentingnya di dalam penerimaan penugasan.
Besarnya fee dapat bervariasi tergantung antara lain risiko
penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang
diperlukan, struktur biaya KAP yang bersangkutan dan
pertimbangan profesional lainnya. Anggota KAP tidak
diperkenankan mendapatkan klien dengan cara menawarkan fee
yang dapat merusak citra profesi.
b. Fee kontijen
Fee kontijen adalah fee yang ditetapkan untuk pelaksanaan
suatu jasa profesional tanpa adanya fee yang akan dibebankan,
kecuali ada temuan atau hasil tertentu dimana jumlah fee tergantung
pada temuan atau hasil tertentu tersebut. Fee dianggap tidak
kontinjen jika ditetapkan oleh pengadilan atau badan pengatur atau
dalam hal perpajakan, jika dasar penetapan adalah hasil
penyelesaian hukum atau temuan badan pengatur. Anggota KAP
tidak diperkenankan untuk menetapkan fee kontijen apabila
penetapan tersebut dapat mengurangi independensi.
41
6. Auditor Eksternal
Auditor eksternal adalah profesi audit yang melakukan audit atas
laporan keuangan dari perusahaan, pemerintah, individu atau organisasi
lainnya sesuai dengan standar audit yang berlaku umum. Selain standar
audit, akuntan publik atau auditor independen dalam menjalankan
tugasnya harus memegang prinsip-prinsip profesi baik dengan sesama
anggota maupun dengan masyarakat umum. Prinsip-prinsip ini
mengatur tentang tanggung jawab profesi, kepentingan publik,
integritas, objektivitas, kompetensi dan kehati-hatian profesional,
kerahasiaan, perilaku profesional, dan standar teknis (Rapina, dkk.,
2010:2).
Profesi akuntan publik bertanggung jawab untuk menaikkan tingkat
keandalan laporan keuangan perusahaan-perusahaan. Peran utama
eksternal auditor adalah untuk memberikan pendapat apakah laporan
keuangan bebas dari salah saji material. Secara normal, eksternal auditor
mereview prosedur pengendalian teknologi informasi saat menilai
pengendalian internal keseluruhan (Mulyadi, 2002:12).
B. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis
Hubungan atau keterikatan antara variabel independen dan variabel
dependen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
42
1. Pengaruh independensi dewan komisaris terhadap fee audit
eksternal.
Komisaris independen merupakan sebuah badan dalam perusahaan
yang biasanya beranggotakan dewan komisaris yang independen yang
berasal dari luar perusahaan yang berfungsi untuk menilai kinerja
perusahaan secara luas dan keseluruhan. Komisaris independen bertujuan
untuk menyeimbangkan dalam pengambilan keputusan khususnya dalam
rangka perlindungan terhadap pemegang saham minoritas dan pihak-
pihak lain yang terkait (Susiana dan Herawaty, 2007:9).
Penelitian Yin dan Hung (2011) menemukan adanya pengaruh
negatif signifikan antara dewan independen dan fee audit eksternal. Ini
menunjukkan bahwa perusahaan audit lebih mungkin menganggap
perusahaan yang memiliki proporsi independen lebih tinggi memiliki
transparansi yang lebih tinggi dan dengan demikian risiko keuangan lebih
rendah, sehingga mengurangi fee audit bagi perusahaan Hong Kong yang
terdaftar.
Sebaliknya, penelitian Yatim et. al., (2006) menemukan adanya
pengaruh positif signifikan antara fee audit dan independensi dewan
komisaris. Hasil serupa dapat ditemukan dalam penelitian Hamid dan
Abdullah (2012). Yatim et, al., (2006) menyimpulkan bahwa dengan
proporsi komisaris independen yang lebih tinggi, maka berpengaruh
terhadap fee audit yang lebih tinggi karena komisaris independen
mengambil peran aktif dalam memantau perusahaan dan meminta
43
kualitas yang lebih tinggi dari jasa audit untuk menjaga objektivitas dan
reliabilitas dari laporan keuangan.
Oleh karena itu, diharapkan bahwa proporsi komisaris independen
yang tinggi akan menghasilkan fee audit yang lebih tinggi.
H1: Independensi dewan komisaris berpengaruh positif terhadap fee audit
eksternal.
2. Pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap fee audit eksternal.
Penelitian Hamid dan Abdullah (2012) menemukan adanya
pengaruh positif signifikan antara ukuran dewan terhadap fee audit
eksternal untuk perusahaan pemerintahan GLCs.
Beasley (1996) dalam Yatim et. al., (2006) berpendapat bahwa
ukuran dewan secara signifikan mempengaruhi kemungkinan adanya
kecurangan dalam laporan keuangan. Ukuran dewan mungkin
mempengaruhi proses pelaporan keuangan sehingga akan
mempengaruhi proses audit. Ukuran dewan yang lebih besar dianggap
kurang efektif dalam memantau pelaporan keuangan yang menyebabkan
penilaian audit lebih diperlukan sehingga waktu audit yang dibutuhkan
lebih lama yang berakibat pada tingginya fee audit eksternal.
H2: Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap fee audit
eksternal.
3. Pengaruh independensi komite audit terhadap fee audit eksternal.
Penelitian Lifschutz et. al., (2011) menemukan adanya pengaruh
negatif antara independensi komite audit terhadap fee audit. Hasil
44
tersebut bertentangan dengan penelitian Abbot et al., (2003) dan Dillan
(2007), penelitian ini menguji hubungan antara karakteristik komite
audit dengan fee audit. Hasil penelitian mereka menemukan adanya
pengaruh positif signifikan antara independensi komite audit (komite
audit yang berasal dari luar perusahaan) terhadap fee audit eksternal.
Selama meninjau program audit dan hasilnya, independen komite
audit dapat menuntut memperluas ruang lingkup audit dalam rangka
menghindari salah saji keuangan dan mempertahankan reputasi modal.
Komite audit juga dapat menuntut tambahan prosedur audit di luar
rencana audit awal untuk daerah yang mengungkapkan lebih besar
jumlah pertentangan, ketidakpastian dan risiko. Hal ini menunjukkan
bahwa independensi komite audit menuntut tingkat yang lebih besar dari
kepastian audit dan berpotensi memberikan dukungan kuat bagi auditor
selama lingkup negosiasi dengan manajemen. Hal ini pada akhirnya
dapat mengakibatkan fee audit yang lebih tinggi (Abbot et. al., 2003).
H3: Independensi komite audit berpengaruh positif terhadap fee audit
eksternal.
4. Pengaruh ukuran komite audit terhadap fee audit eksternal.
Braoitta (2000) dalam Yatim et, al., (2006) menyatakan bahwa
rekomendasi jumlah komite audit konsisten dengan keinginan untuk
meningkatkan status organisasi komite audit. Sesuai dengan
rekomendasi dari The Blue Ribbon Company (1999), bahwa komite
audit yang lebih independen, memiliki anggota lebih banyak, dan sering
45
mengadakan rapat diharapkan akan meningkatkan pengawasan komite
audit terhadap proses pelaporan keuangan. Berdasarkan rekomendasi
dari The Blue Ribbon Company tersebut penelitian ini berpendapat
bahwa ukuran komite audit yang lebih besar akan meningkatkan
kualitas laporan keuangan yang berakibat pada rendahnya fee audit
eksternal. Hal ini dikarenakan jumlah komite audit konsisten dengan
keinginan untuk meningkatkan status organisasi komite audit.
H4: Ukuran komite audit berpengaruh negatif terhadap fee audit
eksternal.
5. Pengaruh intensitas pertemuan komite audit terhadap fee audit
eksternal.
Penelitian Yatim et. al., (2006) menemukan bahwa frekuensi
pertemuan komite audit berpengaruh positif signfikan terhadap fee audit
eksternal. Hasil ini konsisten dengan pendekatan permintaan jasa audit
dalam keahlian dan komite audit yang rajin mungkin untuk mencari
kualitas audit yang tinggi dari auditor eksternal, sehingga tingginya fee
audit.
Sedangkan menurut Abbot et, al., (2003) menemukan bahwa
perusahaan dengan komite audit yang memenuhi setidaknya empat kali
setiap tahunnya cenderung sudah menyajikan kembali laporan keuangan
yang telah diaudit oleh mereka. Konsisten dengan pendekatan berbasis
risiko atas jasa audit bahwa komite audit yang lebih sering bertemu
46
diharapkan akan mengurangi masalah pelaporan keuangan yang
mengarah kepada fee audit eksternal yang lebih rendah.
Secara keseluruhan, struktur komite audit yang sesuai dengan
rekomendasi The Blue Ribbon Committee (1999) akan memperkuat
efektivitas komite audit dalam fungsi pengawasan. Hal ini akan
mengurangi pengujian substantif yang mengarah kepada fee audit
eksternal yang lebih rendah.
H5: Intensitas pertemuan komite audit berpengaruh negatif terhadap fee
audit eksternal.
6. Pengaruh keberadaan fungsi audit internal terhadap fee audit
eksternal.
Keberadaan fungsi audit internal merupakan bagian penting dari
pengendalian internal perusahaan. Perusahaan dengan pengendalian
internal yang lebih baik dalam bentuk keberadaan fungsi internal audit
dan manajemen resiko akan mengurangi monitoring eksternal dari
auditor yang akan berpengaruh terhadap penentuan besarnya fee audit
(Yatim et. al., 2006).
Penelitian Felix et. al., (2001) menemukan hubungan negatif antara
fee audit dan kontribusi internal audit terhadap fee audit eksternal.
Perusahaan yang memiliki fungsi internal audit akan rela mengeluarkan
fee audit yang lebih besar demi menjaga integritas serta kualitas laporan
keuangan.
47
Namun, hasil tersebut bertentangan dengan penelitian Sigh dan
Newby (2009) dan Hay et. al., (2008) yang menemukan bahwa langkah-
langkah audit internal, tata kelola perusahaan, dan konsentrasi
kepemilikan semua berhubungan positif dengan fee audit, sesuai dengan
penjelasan bahwa kontrol saling melengkapi. Penelitian Goodwin
Stewart dan Kent (2006) menguatkan pandangan ini dengan
menemukan adanya pengaruh positif antara keberadaan fungsi internal
audit dan peningkatan permintaan terhadap fee audit eksternal yang
menyebabkan peningkatan terhadap audit fee.
Apabila suatu perusahaan memiliki fungsi internal audit dalam
mekanisme operasionalnya, maka perusahaan tersebut akan rela
mengeluarkan audit fee lebih besar demi kualitas laporan keuangan
yang dipercaya.
H6: Keberadaan fungsi audit internal berpengaruh positif terhadap fee
audit eksternal.
C. Hasil Penelitian Sebelumnya
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yatim et. al., (2006) yang
berjudul “Governance Structures, Ethnicity and Audit Fees of Malaysian
Listed Firms” menguji pengaruh antara fee audit eksternal, dewan komisaris
serta karakteristik komite audit. Dengan sampel 736 perusahaan yang
terdaftar di Bursa Malaysia pada tahun 2003, peneliti menemukan bahwa
terdapat pengaruh positif signifikan antara fee audit dan independensi dewan
48
komisaris, komite audit dan frekuensi pertemuan komite audit. Hasil
penelitian ini juga menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif antara fee
audit dan perusahaan yang dimiliki oleh pribumi (bumiputera).
Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelitian-penelitian terdahulu
mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam tabel
2.1.
Tabel 2.1
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
No Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Variabel
Penelitian Hasil Penelitian
1. Abbott,
Parker,
Peters dan
Raghunand
an (2003)
“The
Association
between
Audit
Committee
Characterist
ics and
Audit Fees”
Variabel
dependen:
Audit fee
Variabel
independen:
ACInd,
ACExpertise,
ACMeet.
Independesi dan
keahlian komite
audit
berpengaruh
positif
signifikan.
Frekuensi
pertemuan
komite audit
tidak terkait
dengan fee audit
yang lebih
tinggi.
2 Goodwin-
Stewart
dan Kent
(2006)
“The
Relation
Between
External
Audit Fees,
Audit
Committee
Characterist
ics and
Internal
Audit”.
Variabel
dependen:
Audit fee
Variabel
independen:
boardindep,
boardmeetings,
auditcommittee
Acindependenc
e, Acexpertise,
ACMeetings
dan internal
audit
Keberadaan
komite audit,
pertemuan
komite audit dan
peningkatan
fungsi internal
audit
berhubungan
positif dengan
kenaikan fee
audit.
Bersambung halaman selanjutnya
49
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Variabel
Penelitian Hasil Penelitian
3 Chau Mat Lo
Dillian
(2007)
“How a
Company’s
level of
Corporate
Governance
affects
external
Audit Fees?”
Variabel
dependen:
Audit Fee
Variabel
independen:
Bin, BMeet,
BSize, ACIn,
ACEx, ACMeet
dan ACSize
Karakteristik
dewan komisaris
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap fee
audit.
Independen,
frekuensi dan
ukuran komite
audit
berpengaruh
positif signifikan
terhadap fee
audit.
4 David Hay,
W. Robert
Knechel dan
Helen Ling
(2008)
“Evidence on
the Impact of
Internal
Control and
Corporate
Governance
on Audit
Fees”
Variabel
dependen:
Audit Fees
Variabel
independen:
INAudit, Com,
Out, dan Majsh.
Menemukan
bahwa langkah-
langkah internal
audit, corporate
governance, dan
konsentrasi
kepemilikan
berpengaruh
positif terhadap
fee audit.
5 Suharli dan
Nurlaelah,
(2008)
“Konsentrasi
Auditor dan
Penetapan
Fee Audit:
Investigasi
Pada
BUMN”
Variabel
dependen:
Audit Fee
Variabel
independen:
Rasio
Konsentrasi,.
Menunjukkan
bahwa
rasio konsentrasi
dan ukuran
auditee
perusahaan
berpengaruh
signifikan
terhadap audit
fee.
Bersambung pada halaman selanjutnya
50
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Variabel
Penelitian Hasil Penelitian
Kantor
Akuntan
Publik, Ukuran
Perusahaan dan
Anak
Perusahaan
Ukuran KAP dan
jumlah anak
perusahaan tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap fee
audit.
6 Harjinder
Singh and
Rick Newby
(2009)
“Internal
audit and
audit fees:
further
evidence”
Variabel
dependen:
Audit Fee
Variabel
independen:
Mining,
Pernexbd,
Bodmeet,
Peracind,
Acmeet,
Peracfex, IA
Menemukan
bahwa ada
hubungan yang
positif signifikan
antara internal
audit terhadap
fee audit.
7 Netty
Herawaty
(2011)
“Pengaruh
Pengendalian
Intern dan
Lamanya
Waktu Audit
Terhadap Fee
Audit”.
Variabel
dependen:
Audit Fee
Variabel
independen:
Pengendalian
Internal dan
Lamanya
Waktu Audit
Memperlihatkan
secara simultan
pengendalian
intern dan
lamanya waktu
audit memiliki
pengaruh
terhadap fee audit
dan secara parsial
pengendalian
intern dan
lamanya waktu
audit memiliki
pengaruh positif
terhadap fee audit
8 Hamid dan
Abdullah
(2012)
“Influence of
Corporate
Governance
on Audit and
Variabel
dependen:
Audit Fee dan
Bob-audit fee
Ukuran dewan
komisaris
berpengaruh
positif signifikan
Bersambung pada halaman selanjutnya
51
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Variabel
Penelitian Hasil Penelitian
Non-Audit
Fees:
Malaysian
Evidence”
Variabel
independen:
Board
independence,
board size, Duality
Role,
Audit Committee
Independence
terhadap fee
audit dalam
GLCs,
sedangkan
independensi
dewan komisaris
berpengaruh
positif signifikan
terhadap fee
audit dalam
NGLCs. Audit
tenur tidak
signifikan
terhadap fee
audit dalam
GLCs dan
NGLCs.
9 Reza
Wibowo
dan Abdul
Rohman
(2013)
Pengaruh
Governance
Structure dan
Fungsi
Internal
Control
terhadap Fee
Audit
Eksternal
pada
Perusahaan
Publik di
Indonesia.
Variabel
dependen:
Fee Audit
Eksternal
Variabel
independen:
BoardIndependenc
e, BoardSize,
BoardMeet, KK,
CRT,
ACIndependence,
ACSize, ACMeet,
IA.
Ukuran dewan
komisaris,
intenssitas
pertemuan
komisaris,
ukuran komite
audit,
keberadaan
konsentrasi
kepemilikan
berpengaruh
signifikan,
sedangkan
independensi
komisaris,
independensi
komite audit,
intensitas
pertemuan
komite audit dan
fungsi audit
internal tidak
berpengaruh
Sumber : Data yang diolah
52
D. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang
sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternative dari
serangkaian masalah yang ditetapkan. Penelitian ini akan menganalisis
pengaruh struktur governance dan internal control terhadap fee audit yang di
bayarkan terhadap auditor eksternal. Struktur governance dalam penelitian ini
mencakup dewan komisaris dan komite audit. Selain menggunakan variabel
dependen dan variabel independen juga digunakan variabel kontrol sebagai
pengontrol variabel independen untuk dapat menjelaskan keberadaan variabel
dependen.
Berdasarkan judul yang diangkat, peneliti mengkaji independensi dewan
komisaris (X1), ukuran dewan komisaris (X2), independensi komite audit
(X3), ukuran komite audit (X4), intensitas pertemuan komite audit (X5),
keberadaan fungsi internal audit (X6) terhadap fee audit eksternal (Y) dengan
ukuran perusahaan (X7) sebagai variabel kontrol.
Gambar 2.1
Kerangka Penelitian
Bersambung pada halaman selanjutnya.
Adanya Skandal Akuntansi dan
Permasalahan
53
Gambar 2.1 (Lanjutan)
Bersambung pada halaman selanjutnya
Variabel Independen Variabel Dependen
Variabel Kontrol
Independensi dewan
komisaris (X1)
Sumber: Dillian (2007)
Jumlah dewan
komisaris (X2)
Sumber: Dillian (2007)
Independensi komite
audit (X3)
Sumber: Yatim et, al.,
(2006)
Jumlah komite audit
(X4)
Sumber: Dililan (2007)
Intensitas pertemuan
komite audit (X5)
Sumber: Dillian (2007)
Fee Audit Eksternal
(Y)
Sumber: Dillian
(2007)
Internal Audit(X6)
Sumber: Hay et. al.,
(2008)
Ukuran Perusahaan
(X7)
Sumber: Dillian
(2007)
54
Gambar 2.1 (Lanjutan)
E. Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan sementaraatas suatu hubungan, sebab
akibat dari kinerja variabel yang perlu dibuktikan kebenarannya. Dalam
penelitian ini diperoleh hipotesis sebagai berikut:
1. H1 = Independensi dewan komisaris berpengaruh positif terhadap fee
audit eksternal.
2. H2 = Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap fee audit
eksternal.
Metode Analisis:
Regresi Berganda
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan, dan Saran
Metode
Deskriptif
Uji Asumsi
Klasik
Uji
Statistik
Uji
Hipotesis
55
3. H3 = Independensi komite audit berpengaruh positif terhadap fee audit
eksternal.
4. H4 = Ukuran komite audit berpengaruh negatif terhadap fee audit
eksternal.
5. H5 = Intensitas pertemuan komite audit berpengaruh negatif terhadap fee
audit eksternal.
6. H6= Keberadaan fungsi audit internal berpengaruh positif terhadap fee
audit eksternal.
56
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel
independen yaitu struktur governance (independensi dewan komisaris,
ukuran dewan komisaris, independensi komite audit, ukuran komite audit,
intensitas pertemuan komite audit), internal control terhadap variabel
dependen yaitu fee audit eksternal. Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada tahun 2009 sampai dengan 2011.
B. Metode Penentuan Sample
Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2009
sampai dengan 2011. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan metode pemilihan sampel bertujuan (purposive
sampling) dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representative
sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Adapun kriteria pemilihan sampel
pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan telah listing di BEI sejak tanggal 01 Januari 2009 sampai 31
Desember 2011 dan tidak delisting selama periode penelitian.
57
2. Perusahaan menyertakan laporan tahunan beserta laporan keuangan
yang telah diaudit oleh auditor independen.
3. Laporan keuangan yang telah diaudit menggunakan mata uang rupiah.
4. Mencantumkan professional fee dan jumlah rapat komite audit dalam
Catatan atas Laporan Keuangan.
C. Metode Pengumpulan data
Sumber data penelitian merupakan salah stau faktor penting yang
menjadi pertimbangan dalam penentuan metode pengumpulan data. Dalam
memperoleh data-data pada penelitian ini, peneliti menggunakan dua cara
yaitu penelitian pustaka dan penelitian lapangan.
1. Penelitian Pustaka (Library Research)
Peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang sedang
diteliti melalui buku, jurnal, skripsi, majalah, tesis, internet, dan
perangkat lain yang berkaitan dengan judul penelitian.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Seluruh data bersumber dari laporan tahunan dan laporan keuangan
auditan perusahaan dalam Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009
sampai dengan 2011 yang telah dipublikasikan secara lengkap. Data
dikumpulkan dengan mempelajari data-data yang diperoleh dari sumber
data sekunder, kemudian dilanjutkan dengan pencatatan dan
penghitungan. Data-data tersebut diperoleh dari Pojok Bursa UIN
58
jakarta, website Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id, dan berbagai
macam literatur yang ada.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini adalah analisis regresi
berganda yang perhitungannya dilakukan dengan menggunakan program
SPSS 19. Analisis ini menggunakan teknik statistik deksriptif, uji asumsi
klasik, uji hipotesis dan uji statistik. Adapun metode yang digunakan peneliti
yaitu:
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif didasarkan dengan memberikan gambaran atau
deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar
deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, dan range. Hal ini perlu
dilakukan untuk melihat gambaran keseluruhan dari sampel yang berhasil
dikumpulkan dan memenuhi syarat untuk dijadikan sampel penelitian
(Imam Ghozali, 2011:19).
2. Uji Asumsi Klasik
Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data sekunder ini, maka
peneliti melakukan uji multikolonieritas, uji autokorelasi, uji
heteroskedastisitas dan uji normalitas.
a. Uji Multikolonieritas
Pengujian multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.
59
Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem
multikolinieritas (multiko). Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi di antara variabel independen (Imam Ghozali,
2011:105).
Deteksi ada atau tidaknya problem multikoloneritas, maka dapat
dilakukan dengan melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation
Factor (VIF) serta besaran korelasi antar variabel independen.
1) Besarnya korelasi antar variabel independen.
Pedoman suatu model regresi bebas multikoloneritas , memiliki
kriteria sebagai berikut:
a) Koefisien korelasi antara variabel-variabel independen harus
lemah, tidak lebih dari 90 persen atau dibawah 0,90
b) Jika korelasi kuat antara variabel-variabel independen dengan
variabel-variabel independen (umumnya diatas 0,90), maka hal
ini menunjukkan terjadinya multikoloneritas yang serius (Imam
Ghozali, 2011:105).
Selain itu, untuk menguji ada tidaknya multikolinearitas dapat
dilihat dari nilai VIF (Variance Inflation Factor). Pedoman
pengambilan keputusan:
a) Jika VIF > 10, maka variabel tersebut memiliki problem
multikolinearitas,
b) Jika VIF < 10, maka variabel tersebut tidak memiliki problem
multikolineritas.
60
b. Uji Autokorelasi
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier
ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t-1
(sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem
autokorelasi (Imam Ghozali, 2011:110). Uji autokorelasi dilakukan
dengan Run test untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi
yang tinggi.
c. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual dari satu
pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika varian dari residual dari satu
pengamatan ke pangamatan lainnya tetap, maka disebut
homokedastisitas, dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model
regresi yang baik bersifat homokedastisitas dan tidak
heteroskedastisitas (Imam Ghozali, 2011:139).
Heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan melihat ada atau
tidaknya pola tertentu pada grafik, dimana sumbu X adalah Y yang
telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y
sesungguhnya) yang telah distudentized. Jika pola tertentu, seperti
titik-titik (poin-poin) yang ada membentuk suatu pola tertentu yang
teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka telah
terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-
61
titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak
terjadi heteroskedastisitas.
d. Uji Normalitas
Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi antara variabel dependen dengan variabel independen
mempunyai distribusi normal atau tidak. Proses uji normalitas data
dilakukan dengan uji statistik Kolmogorov-Smirnov (K-S) dan
memperhatikan penyebaran data (titik) pada normal p-plot of
regression standardized residual dari variabel dependen, dimana :
1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti
garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas.
3. Uji Hipotesis
Karena variabel independen yang digunakan dalam penelitian lebih
dari satu maka pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan
analisis Regresi Berganda (Multiple Regression). Model regresi berganda
bertujuan untuk memprediksi besar variabel dependendengan
menggunakan data variabel independen yang sudah diketahui besarnya.
Analisis ini digunakan untuk menentukan hubungan antara fee audit
dengan variabel-variabel independen.
62
Persamaan regresinya adalah sebagai berikut :
Keterangan:
Y = logaritma natural dari fee audit (lnfees)
a = konstanta
X1 = prosentase total komisaris independen terhadap total dewan
komisaris (boardind)
X2 = jumlah anggota dewan komisaris (boardsize)
X3 = prosentase total komite audit diluar komisaris independen
terhadap total komite audit (acind)
X4 = jumlah anggota komite audit per tahun buku (acsize)
X5 = jumlah intensitas pertemuan komite audit (acmeet)
X6 = keberadaan fungsi internal audit (ia)
X7 = logaritma natural dari total aset perusahaan (lnassets)
e = standard error of estimation
4. Uji Statistik
a. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai
adjusted R2
adalah antara 0 (nol) dan 1 (satu). Nilai adjusted R² yang
kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang
Y = a + b1 (X1) + b2 (X2) + b3 (X3) + b4 (X4) + b5 (X5) + b6
(X6) + b7 (X7) + e
63
mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen.
b. Uji statistik F
Uji statistik F ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bersama-
sama atau secara simultan variabel independen terhadap variabel
dependen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan tingkat
signifikansi 0,05. Penolakan atau penerimaan hipotesis dilakukan
dengan kriteria sebagai berikut:
1) Jika nilai signifikansi kurang dari atau sama dengan 0,05 maka
hipotesis diterima yang berarti secara bersama-sama variabel
boardind, boardsize, acind, acsize, acmeet, ia dan lnassets
berpengaruh terhadap fee audit.
2) Jika nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka hipotesis ditolak yang
berarti secara bersama-sama variabel boardind, boardsize, acind,
acsize, acmeet,ia dan lnassets berpengaruh terhadap fee audit.
c. Uji Statistik t
Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi
variabel dependen dan digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
pengaruh masing-masing variabel independen secara individual
terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi 0,05
(Imam Ghozali, 2011:98).
64
Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
1) Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak atau Ha
diterima, ini berarti menyatakan bahwa variabel independen atau
bebas mempunyai pengaruh secara individual terhadap variabel
dependen atau terikat.
2) Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima atau
Ha ditolak, ini berarti menyatakan bahwa variabel independen atau
bebas tidak mempunyai pengaruh secara individual terhadap variabel
dependen atau terikat.
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel
yang digunakan berikut dengan operasional dan cara pengukurannya.
1. Variabel Dependen
Penelitian ini menggunakan variabel dependen yaitu fee audit
eksternal. Data tentang fee audit akan diwakili oleh akun professional fees
atau honorarium tenaga ahli yang diperoleh dengan melihat laporan
keuangan tahunan perusahaan pada komponen beban administrasi dan
umum yang tertuang pada catatan atas laporan keuangan. Selanjutnya
variabel akan diukur dengan menggunakan logaritma natural dari
professional fees. Variabel akan disimbolkan dengan lnfees di dalam
persamaan.
65
2. Variabel Independen
Adalah tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel
lain, terdiri dari:
a. Dewan Komisaris
Komisaris independen dipandang dapat melakukan pengawasan
secara signifikan terhadap kegiatan dan pengendalian dalam
perusahaan sehingga memerlukan informasi yang independen yang
berasal dari auditor eksternal (Hay et. al., 2008). Dewan komisaris
ditugaskan dan diberi tanggung jawab atas pengawasan kualitas
informasi yang terkandung dalam laporan keuangan, sehingga
memerlukan informasi yang independen yang berasal dari auditor
eksternal. Komisaris independen diukur melalui prosentase total
komisaris independen terhadap total dewan komisaris, jumlah anggota
diukur melalui jumlah total dewan komisaris yang ada pada
perusahaan selama periode akuntansi (Dillian, 2007). Untuk
selanjutnya komisaris independen akan dilambangkan dengan
boardind, jumlah anggota dilambangkan dengan boardsize.
b. Komite Audit
Komite audit bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan
terhadap pelaporan keuangan dan pengendalian internal perusahaan
serta sebagai penengah antara auditor internal dan eksternal (Hay et.
al., 2008). Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan
komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan
66
dan keberadaan komite audit sangat penting bagi pengelolaan
perusahaan. Kemudian komite audit yang independen diukur melalui
prosentase total komite audit diluar komisaris independen terhadap
total komite audit di dalam perusahaan dan dilambangkan dengan
acind (Yatim et, al., 2006). Jumlah anggota diukur melalui jumlah
total komite audit yang ada pada perusahaan dan dilambangkan dengan
acsize, dan jumlah rapat diukur melalui jumlah total rapat yang
dilakukan komite audit selama periode akuntansi dan dilambangkan
dengan acmeet (Dillian, 2007).
c. Internal Control
Pengendalian internal dapat dilakukan tidak hanya oleh anggota
perusahaan dan tim komite audit, tetapi dapat dilakukan oleh divisi
audit internal. Nurika Restuningdiah (2010:359), keberadaan internal
audit diharapkan dapat memfasilitasi keefektifan fungsi komite audit,
sesuai dengan tujuan fungsi audit adalah pemantauan terhadap
pelaporan keuangan yang merupakan tanggungjawab dari komite
audit. Felix et, al., (2001) berpendapat bahwa keberadaan fungsi
internal audit dalam perusahaan dipandang dapat membantu auditor
eksternal dalam pelaksanaan tugas audit. Variabel internal audit
menggunakan variabel dummy, yaitu angka 1 untuk mengindikasikan
adanya keberadaan fungsi internal audit yang tercantum dalam laporan
tahunana serta angka 0 untuk mengindikasikan tidak adanya fungsi
67
internal audit (Hay et, al., 2008). Variabel disimbolkan dengan
lambang ia dalam persamaan.
3. Variabel Kontrol
Penelitian ini menggunakan variabel kontrol sebagai pengontrol
variabel independen untuk dapat menjelaskan keberadaan variabel
dependen, serta untuk mengembangkan baseline model atau model dasar
bagi fee audit sebagaimana digunakan dalam penelitian-penelitian
sebelumnya. Dasar keputusan pemakaian variabel kontrol adalah untuk
menghindari adanya unsur bias hasil penelitian. Sehingga hasil penelitian
dengan menggunakan variabel kontrol akan meminimalisasi bisa
dibandingkan dengan penelitian tanpa menggunakan variabel kontrol.
Variabel kontrol yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran
perusahaan. Salah satu tolak ukur yang menunjukkan besar kecilnya
perusahaan adalah total aset perusahaan. Perusahaan yang memilki total
aset besar menunjukkan arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap
memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu relatif lama, selain itu
juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih
mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total aset yang
kecil.
Variabel indikator untuk mewakili faktor ukuran perusahaan adalah
total aset yang dimilki oleh perusahaan. Variabel ini akan diukur dengan
menggunkan logaritma natural dari total aset perusahaan (Dillian, 2007).
68
Selanjutnya variabel ini akan dilambangkan dengan lnassets didalam
persamaan.
Tabel 3.1
Operasional Variabel dan Pengukuran
No Variabel Jenis
Variabel
Indikator
1 Fee Audit
(Dillian, 2007)
Dependen Logaritma natural (ln) atas
professional fees
2 Independensi
Dewan
Komisaris
(Dillian, 2007)
Independen Prosentase komisaris
independen terhadap
dewan komisaris
3 Ukuran
Dewan
Komisaris
(Dillian, 2007)
Independen Jumlah anggota dewan
komisaris
4 Independensi
komite audit
(Yatim et. al.,
2006)
Independen Prosentase total komite
audit diluar komisaris
independen terhadap total
komite audit
5 Ukuran
Komite Audit
(Dillian, 2007)
Independen Jumlah anggota seluruh
komite audit
7 Intensitas
Pertemuan
Komite Audit
(Dillian, 2007)
Independen Jumlah pertemuan komite
audit selama laporan
keuangan
8 Internal
Control
(Hay et. al.,
2008)
Independen Variabel dummy, jika
mengindikasikan adanya
keberadaan fungsi internal
audit maka diberi nilai 1
dan jika tidak
mengindikasikan diberi
nilai 0
Sumber : Data diolah, 2011
69
Tabel 3.1 Lanjutan
Operasional Variabel dan Pengukuran
No Variabel Jenis
Variabel
Indikator
9 Ukuran
Perusahaan
(Dillian),
2007)
Kontrol Logaritma natural (ln) atas
total aset perusahaan.
70
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Deskripsi Objek Penelitian
Pada bab ini menjelaskan secara singkat mengenai objek penelitian
anatara lain populasi dan sampel yang digunakan. Populasi dari
penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) mulai tahun 2009-2011. Perusahaan manufaktur tersebut
telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebelum 1 Januari 2009 dan
selama periode penelitian tersebut tidak keluar dari Bursa Efek Indonesia
atau mengalami delisting. Industri manufaktur dipilih karena memiliki
jumlah perusahaan yang listing paling banyak dibandingkan dengan
industri lain.
Menurut data, terdapat 131 perusahaan yang terbagi ke dalam 19
sektor. Sampel yang digunakan adalah perusahaan yang mencantumkan
annual report selama 3 tahun berturut-turut pada tahun 2009-2011.
Metode pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling
yang dilakukan dengan memilih sampel sesuai kriteria. Jumlah sampel
dalam penelitian yang diperoleh sebanyak 31 perusahaan, sehingga
observasi secara keseluruhan sejak tahun 2009-2011 diperoleh sebanyak
93 perusahan sampel.
71
Tabel 4.1 di bawah ini menyajikan tahapan seleksi sampel
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.
Tabel 4.1
Metode Pengambilan Sampel Penelitian
No Keterangan Jumlah
1 Jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI selama periode 2009-2011 131
2 Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan
tahunan selama tahun 2009-2011 (58)
3 Data laporan tahunan tidak lengkap (40)
4 Perusahan yang menggunakan mata uang selain
rupiah (2)
5 Data laporan tahunan perusahaan yang dapat
dianalisis 31
6 Jumlah perusahaan yang terpilih menjadi sampel
selama periode 2009-2011 93
Sumber data: diolah, 2011
Jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) selama periode 2009-2011 berjumlah 131 perusahaan.
Dari 131 perusahaan manufaktur tersebut terdapat 58 perusahaan yang
tidak menerbitkan annual report., 40 perusahaan yang memiliki data
laporan tahunan yang tidak lengkap dan 2 perusahan yang menggunakan
mata uang selain rupiah. Sehingga perusahaan manufaktur yang dijadikan
sampel adalah sebanyak 31 perusahan. Sedangkan total pengamatan yang
dijadikan sampel peneltian adalah sebanyak 93 perusahaan.
2. Deskripsi Sampel Penelitian
Dalam penelitian ini sampel dipilih dengan metode purposive
sampling dengan menggunakan kriteria-kriteria yang telah ditentukan.
72
Sampel dipilih bagi perusahaan yang menyajikan data yang dibutuhkan
dalam penelitian ini, seperti besarnya professional fees, komisaris
independen, ukuran dewan komisaris, independen dalam komite audit,
ukuran komite audit, intensitas pertemuan komite audit, internal control
dan ukuran perusahaan. Ringkasan sampel penelitian disajikan dalam
Tabel 4.2.
Tabel 4.2
Sampel Penelitian
No Kode Perusahaan
1 ADMG Polychem Indonesia Tbk
2 ALKA Alaskasa Industrindo Tbk
3 ARNA Arwana Citramulia Tbk
4 ASII Astra International Tbk
5 AUTO Astra Otoparts Tbk
6 BRAM Indo Kordsa Tbk
7 BTON Betonjaya Manunggal Tbk
8 CNTB Asuransi Harta Aman Pratama Tbk
9 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk
10 DLTA Delta Djakarta Tbk
11 ESTI Ever Shine Textile Industry Tbk
12 ETWA Eterindo Wahanatama Tbk
13 FASW Fajar Surya Wisesa Tbk
14 GJTL Gajah Tunggal Tbk
15 IKAI Intikeramik Alamasri Industri Tbk
16 INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk
17 IGAR Kageo Igar Jaya Tbk
18 JECC Jembo Cable Company Tbk
Bersambung pada halaman selanjutnya
73
Tabel 4.2 (Lanjutan)
No Kode Perusahaan
19 JPFA JAPFA Comfeed Indonesia Tbk
20 KBLM Kabelindo Murni Tbk
21 KLBF Kalbe Farma Tbk
22 LION Lion Metal Works Tbk
23 PRAS Prima Alloy Steel Tbk
24 SIPD Sierad Produce Tbk
25 SMCB Holcim Indonesia Tbk
26 SMGR Semen Gresik (Persero) Tbk
27 SMSM Selamat Sempurna Tbk
28 SPMA Suparma Tbk
29 SSTM Sunson Textile Manufacture Tbk
30 UNTX Unitex Tbk
31 VOKS Voksel Electric Tbk
Sumber data : diolah, 2011
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi
berganda. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh
mengenai pengaruh variabel independen (independensi dewan komisaris,
ukuran dewan komisaris, independensi dalam komite audit, ukuran komite
audit dan intensitas pertemuan komite audit) terhadap variabel dependen yaitu
fee audit dengan variabel kontrol ukuran perusahaan.
74
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif dengan membandingkan nilai minimum,
nilai maksimum dan rata-rata dari sampel. Analisis deskriptif dalam
Tabel 4.3 merupakan analisis deskriptif untuk variabel bebas fee audit
dan variabel terikat.
Tabel 4.3
Analisis Statistik Deskriptif Tahun 2009-2011
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
boardind 93 ,25000000 1,00000000 ,4306149112 ,15738089531
boardsize 93 2 11 4,68 2,158
Acind 93 ,00000000 ,80000000 ,6517921439 ,09268090076
acsize 93 2 5 3,09 ,434
acmeet 93 1 44 8,01 9,313
Ia 93 0 1 ,92 ,265
lnassets 93 24,968668 32,664860 28,02703008 1,659263779
lnfees 93 17,990143 27,894922 21,60695854 2,074360918
Valid N
(listwise)
93
Sumber data : Hasil output SPSS diolah, 2011
Tabel 4.3 menunjukkan statistik deskriptif masing-masing variabel
penelitian. Berdasarkan Tabel 4.3 hasil analisis dengan menggunakan
statistik deskriptif terhadap variabel independen boardind nilai minimum
0,25 dan nilai maksimum sebesar 1. Sementara nilai rata-rata (mean)
sebesar 0,430 dan standar deviasi (standard deviation) sebesar 0,157.
Nilai rata-rata (mean) yang lebih besar dibandingkan nilai standar deviasi
(standard deviation) menunjukkan bahwa data terdistribusi dengan baik.
Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap
variabel independen boardsize menunjukkan nilai minimum 2 dan nilai
75
maksimum sebesar 11. Sementara nilai rata-rata (mean) sebesar 4,68 dan
standar deviasi (standard deviation) sebesar 2,158. Nilai rata-rata (mean)
yang lebih besar dibandingkan nilai standar deviasi (standard deviation)
menunjukkan bahwa data terdistribusi dengan baik. Pada variabel
independen acind menunjukkan nilai minimum 0,0 dan nilai maksimum
sebesar 0,8. Sementara nilai rata-rata (mean) sebesar 0,651 dan standar
deviasi (standard deviation) sebesar 0,092. Nilai rata-rata (mean) yang
lebih besar dibandingkan nilai standar deviasi (standard deviation)
menunjukkan bahwa data terdistribusi dengan baik.
Pada variabel independen acsize menunjukkan nilai minimum
sebesar 2 dan nilai maksimum sebesar 5. Sementara nilai rata-rata (mean)
sebesar 3,09 dan standar deviasi (standard deviation) sebesar 0,434. Nilai
rata-rata (mean) yang lebih besar dibandingkan nilai standar deviasi
(standard deviation) menunjukkan bahwa data terdistribusi dengan baik.
Pada variabel independen acmeet menunjukkan nilai minimum sebesar 1
dan nilai maksimum 44. Sementara nilai rata-rata (mean) sebesar 8,01
dan standar deviasi (standard deviation) sebesar 9,313. Nilai rata-rata
(mean) yang lebih besar dibandingkan nilai standar deviasi (standard
deviation) menunjukkan bahwa data terdistribusi dengan kurang baik.
Pada variabel independen ia menunjukkan nilai minimum sebesar 0
dan nilai maksimum 1. Sementara nilai rata-rata (mean) sebesar 0,92 dan
standar deviasi (standard deviation) sebesar0,265. Nilai rata-rata (mean)
yang lebih besar dibandingkan nilai standar deviasi (standard deviation)
76
menunjukkan bahwa data terdistribusi dengan baik. Pada variabel kontrol
lnassets menunjukkan nilai minimum sebesar 24,968 dan nilai
maksimum 32,664. Sementara nilai rata-rata (mean) sebesar 28,027 dan
standar deviasi (standard deviation) sebesar 1,659. Nilai rata-rata (mean)
yang lebih besar dibandingkan nilai standar deviasi (standard deviation)
menunjukkan bahwa data terdistribusi dengan baik.
Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap
variabel dependen lnfees menunjukkan nilai minimal sebesar 17,990 dan
nilai maksimal 27,894. Sementara nilai rata-rata (mean) sebesar 21,606
dan standar deviasi (standard deviation) sebesar 2,074. Hal ini
menunjukkan bahwa kualitas data dari penelitian ini cukup baik, karena
nilai rata-rata (mean) lebih besar dari nilai standar deviasi yang
mengidentifikasikan bahwa standar erorr dari setiap variabel kecil.
2. Hasil Pengujian Asumsi Klasik
a. Hasil Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam
persamaan regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel
independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi
di antara variabel independen. Uji multikolonieritas dilakukan dengan
menggunakan uji nilai tolerance value atau Varlance Inflation Factor
(VIF). Batas dari nilai batas tolerance value adalah 0,01 dan VIF
adalah 10. Apakah tolreancevalue dibawah 0,01 atau nilai Varlance
77
Infation Factor (VIF) di atas 10 maka terjadi multikolonieritas
(Ghozali, 2011:105). Berikut tabel 4.4 yang menjelaskan hasil uji
multikolonieritas yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.4
Hasil Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -5,484 2,399
Boardind 1,544 ,654 ,117 ,787 1,271
Boardsize ,175 ,069 ,182 ,372 2,688
Acind -,798 1,057 -,036 ,868 1,151
Acsize ,206 ,266 ,043 ,625 1,599
Acmeet ,018 ,012 ,083 ,636 1,574
Ia -,885 ,373 -,113 ,850 1,176
Lnassets ,934 ,089 ,747 ,386 2,591
a. Dependent Variable: lnfees
Sumber data : Hasil output SPSS diolah, 2011
Dari Tabel 4.4 coefficients, hasil perhitungan nilai Tolerance
menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai
Tolerance kurang dari 0,10. Hasil Variance Inflation Factor (VIF)
juga menunjukkan hal yang sama bahwa tidak ada satu variabel
independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10.
Pada variabel boardind memiliki nilai tolerance sebesar 0,787 >
0,10 dan VIF sebesar 1,271 < 10. Variabel boardsize memiliki nilai
tolerance sebesar 0,372 > 0,10 dan VIF sebesar 2,688 < 10. Variabel
acind memiliki nilai tolerance sebesar 0,868 > 0,10 dan VIF sebesar
78
1,151 < 10. Variabel acsize memiliki nilai tolerance sebesar 0,625 >
0,10 dan VIF sebesar 1,599 < 10. Variabel acmeet memiliki nilai
tolerance sebesar 0,636 > 0,10 dan VIF sebesar 1,574 < 10. Variabel
ia memiliki nilai tolerance sebesar 0,850 > 0,10 dan VIF sebesar
1,176 < 10. Variabel lnasset memiliki nilai tolerance sebesar 0,386 >
0,10 dan VIF sebesar 2,591 < 10. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa tidak ada multikolonieritas antar variabel independen dalam
model regresi.
b. Hasil Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Uji
autokorelasi dilakukan dengan Runs Test untuk menguji apakah antar
residual terdapat korelasi yang tinggi (Ghozali, 2011:110).
Tabel 4.5
Hasil Uji Autokorelasi
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea -,00824
Cases < Test Value 46
Cases >= Test Value 47
Total Cases 93
Number of Runs 42
Z -1,146
Asymp. Sig. (2-tailed) ,252
a. Median
Sumber data : Hasil output diolah, 2011
79
Berdasarkan Uji Autokorelasi dapat dilihat pada Tabel 4.5
menunjukkan hasil bahwa nilai tes -0,00824 dengan probablitias
0,252. Karena nilai probabilitas lebih besar dari nilai signifikansi yang
telah ditetapkan sebesar 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada
model regresi tersebut tidak terjadi autokorelasi antar nilai residual.
c. Hasi Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah data
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model
regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas (Ghozali, 2011:138).
Gambar 4.1
Grafik Scatterplot
Sumber data : Hasil ouput SPSS diolah, 2011
80
Pada Gambar 4.1 dapat dilihat hasil uji heteroskedastisitas
menunjukkan bahwa model regresi tidak mengalami gangguan
heteroskedastisitas. Hal ini dapat terlihat dimana titik-titik tersebar
tanpa membentuk suatu pola tertentu dan tersebar baik dibawah atau
diatas angka 0 pada sumbu Y.
d. Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual distribusi normal.
Normalitas umunya diditeksi dengan melihat tabel histogram. Namun
demikian umumnya dideteksi dengan melihat tabel histogram bisa
menyesatkan, khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode
yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang
membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan
distribusi kumulatif dari distribusi normal.
Gambar 4.2
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Garfik P-Plot
Sumber data : Hasil output SPSS diolah, 2011
81
Berdasarkan Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa grafik normal
probability plot of regression standardized menunjukkan pola grafik
yang normal. Hal ini terlihat dari titik-titik yang menyear di sekitar
garis diagonal dan penyebarannya mengikuti garis diagonal. Maka
dapat disimpulkan bahwa model regresi layak dipakai karena
memenuhi asumsi normalitas. Untuk memperkuat pengujian
dilakukan pengujian normalitas dengan menggunakan uji One-Sample
Klomograv Smirnov.
Tabel 4.6
One-Sample Kolmograv Smirvon test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 93
Normal Parametersa,b
Mean ,0000000
Std. Deviation ,84142450
Most Extreme Differences Absolute ,074
Positive ,044
Negative -,074
Kolmogorov-Smirnov Z ,718
Asymp. Sig. (2-tailed) ,681
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber data : Hasil output SPSS diolah, 2011
Dari Tabel 4.6 menunjukkan bahwa besarnya nilai Kolmograv-
Smirnov Z adalah 0,718 dan variabel memiliki nilai probabilitas
0,681. Dasar pengambilan keputusan untuk pengujian One-Sample
Kolmograv-Smirnov adalah apabila nilai probabilitas untuk nilai
residual lebih besar dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
82
variabel dalam penelitian ini terdistribusi secara normal, mendukung
pengujian dengan menggunakan grafik plot.
3. Hasil Pengujian Hipotesis
Setelah dilakukan pengujian asumsi-asumsi klasik statistik dan telah
terbukti data terbebas dari asumsi-asumsi klasik tersebut maka data
dalam penelitian ini telah memenuhi syarat untuk melakukan uji statistik
untuk membuktikan kebenaran uji hipotesis.
a. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji koefisien determinasi digunakan untuk mengukur proporsi
variasi dalam variabel bebas yang dijelaskan oleh regresi. Hasil
koefisien determinasi dapat dilihat pada kolom Adjusted Rsquare,
yang ditampilkan pada tabel berikut:
Tabel 4.7
Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,914a ,835 ,822 ,875386019
a. Predictors: (Constant), lnassets, ia, acind, acmeet, boardind, acsize, boardsize
b. Dependent Variable: lnfees
Sumber data : Hasil output SPSS diolah, 2011
Berdasarkan Tabel 4.7 diatas, menunjukkan bahwa besarnya nilai
Adjusted RSquare adalah 0,822 atau 82,2 persen. Hal ini menunjukkan
bahwa 82,2 persen variabel fee audit dapat dijelaskan oleh variabel
dari ke tujuh variabel boardind, boardsize, acind, acsize, acmeet, ia,
83
lnassets. Sedangkan sisanya sebesar 17,8 persen dijelaskan oleh faktor
lain yang tidak disertakan dalam penelitian ini seperti, konsentrasi
kepemilikan, keahlian komite audit dan faktor lainnya.
b. Hasil Uji Statistik F
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama atau simultan terhadap variabel
dependen atau terikat. Pengujian dilakukan dengan menggunakan
tingkat signifikansi 0,05. Jika nilai signifikansi kurang dari atau sama
dengan 0,05 maka hipotesis diterima yang menyatakan bahwa variabel
independen signifikan terhadap variabel dependen. Sebaliknya, jika
nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka hipotesis ditolak yang
menyatakan bahwa variabel independen tidak signifikan terhadap
variabel dependen.
Tabel 4.8
Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
ANOVAb
Model
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 330,738 7 47,248 61,658 ,000a
Residual 65,136 85 ,766
Total 395,874 92
a. Predictors: (Constant), lnassets, ia, acind, acmeet, boardind, acsize, boardsize
b. Dependent Variable: lnfees
Sumber data : Hasil output SPSS diolah, 2011
Berdasarkan Uji – F diperoleh hasil bahwa nilai F hitung sebesar
61,658 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Karena tingkat
84
signifikansi lebih kecil (0,000 < 0,05).Hal ini berarti, dapat dikatakan
bahwa variabel independen yaitu boardind, boardsize, acind, acsize,
acmeet, ia dan lnassets sebagai variabel kontrol berpengaruh secara
bersama-sama atau secara simultan dalam mempengaruhi fee audit
eksternal.
c. Hasil Uji Statistik t
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh
satu variabel penjelas atau indepeden secara individual dalam
menerangkan variabel dependen. Untuk melihat ada tidaknya
pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap variabel
dependen dapat dilihat dengan membandingkan nilai probabilitas (p-
value) dari masing-masing variabel dengan tingkat signifikansi yang
digunakan sebesar 0,05..
Tabel 4.9
Hasil Uji Statistik t
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -5,484 2,399 -2,286 ,025
Boardind 1,544 ,654 ,117 2,362 ,020
Boardsize ,175 ,069 ,182 2,524 ,013
Acind -,798 1,057 -,036 -,755 ,452
Acsize ,206 ,266 ,043 ,773 ,442
Acmeet ,018 ,012 ,083 1,504 ,136
Ia -,885 ,373 -,113 -2,373 ,020
Lnassets ,934 ,089 ,747 10,544 ,000
Sumber data : Hasil output SPSS diolah, 2011
85
Berdasarkan hasil pengujian Tabel 4.9, uji statistik t dapat
disimpulkan bahwa terdapat empat variabel yang memiliki tingkat
sigifikansi dibawah 0,05. Variabel independen boardind dengan nilai
probabilitas signifikan sebesar 0,20. Variabel independen boarsize
dengan nilai probabilitas signifikan sebesar 0,013. Variabel
independen ia dengan nilai probabilitas signifikan sebesar 0,020.
Variabel kontrol lnassets dengan nilai probabilitas signifikan sebesar
0, 000.
Sedangkan, terdapat tiga variabel yang memiliki nilai signifikansi
diatas 0,05. Variabel independen acind dengan nilai probabilitas
signifikansi sebesar 0,452. Variabel independen acsize dengan nilai
probabilitas signifikan sebesar 0,442. Variabel independen acmeet
dengan nilai probabilitas signifikan sebesar 0,136. Sehingga dikatakan
bahwa ketiga variabel tersebut tidak mempunyai pengaruh terhadap
fee audit eksternal.
Berdasarkan Tabel 4.9, maka diperoleh persamaan regresi sebagai
berikut:
Keterangan :
Y = logaritma natural dari fee audit (lnfees)
a = konstanta
Y = -5,484 + 1,544X1 + 0,175X2 - 0,798X3 + 0,206X4 +
0,018X5 -0,885X6 + 0,934X7
86
X1 = prosentase total komisaris independen terhadap total
dewan komisaris (boardind)
X2 = jumlah anggota dewan komisaris (boardsize)
X3 = prosentase total komite audit diluar komisaris independen
terhadap total komite audit (acind)
X4 = jumlah anggota komite audit per tahun buku (acsize)
X5 = jumlah intensitas pertemuan komite audit (acmeet)
X6 = keberadaan fungsi internal audit (ia)
X7 = logaritma natural dari total aset perusahaan (lnassets)
Pada persamaan regresi diatas menunjukkan bahwa nilai
konstanta sebesar -5,484. Hal ini dapat diartikan bahwa variabel fee
audit eksternal tanpa dipengaruhi oleh variabel independen akan
bernilai -5,484.
Koefisien regresi boardind sebesar 1,544, menyatakan bahwa
setiap penambahan dewan komisaris yang lebih independen dalam
perusahaan, maka dapat meningkatkan jumlah fee audit eksternal yang
diterima auditor eksternal. Koefisien regresi boardsize sebesar 0,175,
menyatakan bahwa setiap penambahan anggota dewan komisaris
sehingga ukuran dewan menjadi lebih besar, maka dapat
meningkatkan fee audit eksternal yang diterima auditor eksternal.
Koefisien regresi ia sebesar -0,885, menyatakan bahwa setiap
penambahan internal audit dalam perusahaan, maka mengakibatkan
penurunan fee audit eksternal ketika audit eksternal bergantung pada
87
pekerjaan audit internal. Koefisien regresi lnassets sebesar 0,934,
menyatakan bahwa setiap penambahan aset yang dimilki perusahaan,
maka mengakibatkan fee audit eksternal yang lebih tinggi.
Berdasarkan koefisien beta regresi pada Tabel 4.9 dapat
disimpulkan bahwa variabel boardind memiliki pengaruh yang paling
besar dengan koefisien beta regresi sebesar 1,544, diikuti variabel
lnassets sebesar 0,934, variabel ia sebesar -0,885, dan variabel
boardsize dengan koefisien beta regresi sebesar 0,175.
Dari hasil Uji – t dapat dilakukan pembahasan hipotesis yang
diajukan sebagai berikut:
a. H1 = Independensi dewaan komisaris berpengaruh positif terhadap
fee audit eksternal.
Berdasarkan Uji – t diperoleh hasil bahwa variabel boardind
berpengaruh positif dengan koefisien regresi sebesar 1,544 dan
signifikan sebesar 0,020. Karena tingkat signifikansi lebih kecil
dari 0,05, maka secara parsial variabel boardind berpengaruh
positif signifikan terhadap fee audit. Dengan demikian dikatakan
bahwa hipotesis diterima.
Hasil penelitian tidak mendukung penelitian yang dilakukan
oleh Dillian (2007), yang menunjukkan bahwa komisaris
independen tidak berpengaruh signifikan terhadap fee audit
eksternal. Penelitian tersebut berhipotesis tingginya independensi
berhubungan dengan fee audit yang rendah. Namun, bertentangan
88
dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa independensi
dewan tidak berpengaruh signifikan terhadap fee audit eksternal.
Sedangkan, hasil penelitian menunjukkan bahwa independensi
komisaris berpengaruh positif signifikan terhadap fee audit. Hasil
ini mendukung penelitian sebelumnya yaitu Hamid dan Abdullah
(2012), Lifschutz et, al., (2010), Goodwin Stewart dan Kent (2006)
dan Yatim et, al., (2006). Penelitian tersebut membuktikan bahwa
dewan komisaris yang independen akan menuntut kualitas yang
lebih tinggi dari auditor eksternal, sehingga menyebabkan fee audit
yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dengan
struktur governance yang kuat cenderung mencari jasa audit
dengan kualitas yang lebih tinggi untuk melindungi nama baik
perusahaan dan melindungi kekayaan pemegang saham. Kualitas
audit yang tinggi menuntut fee audit yang lebih tinggi pula.
Hal tersebut sesuai dengan teori bahwa keberadaan komisaris
independensi dalam perusahaan dimaksudkan untuk menciptakan
iklim yang lebih obyektif, independen, menjaga keterbukaan serta
mampu memberikan keseimbangan antara kepentingan pemegang
saham mayoritas dan perlindungan terhadap kepentingan pemegang
saham minoritas.
89
b. Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap fee audit
eksternal.
Berdasarkan Uji – t diperoleh hasil bahwa boardsize
berpengaruh positif dengan koefisien regresi sebesar 0,175 dengan
tingkat signifikansi 0,013. Karena tingkat signifikansi lebih kecil
dari 0,05, maka secara parsial variabel boardsize berpengaruh
positif signifikan terhadap variabel fee audit. Dengan demikian
dikatakan bahwa hipotesis diterima.
Hasil penelitian tidak mendukung penelitian sebelumnya oleh
Yatim et, al., (2006) dan Dillian (2007). Hasil penelitian
menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh
signifikan terhadap fee audit eksternal. Hasil penelitian ini tidak
mendukung perspektif berbasis risiko dari jasa audit, yaitu tata
kelola perusahaan mengurangi fee audit eksternal. Hasil penelitian
konsisten dengan pendekatan permintaan jasa audit, dimana
perusahaan dengan tata kelola yang baik menuntut kualitas audit
yang lebih tinggi sehingga lebih tinggi fee audit eksternal.
Namun, hasil penelitian ini mendukung penelitian Hamid dan
Abdullah (2012) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan
positif signifikan antara ukuran dewan terhadap fee audit eksternal
untuk perusahaan pemerintahan GLCs. Beasley (1996) dalam
Hamid dan Abdullah (2012) menemukan bahwa dewan yang lebih
besar dianggap kurang efektif dalam memantau proses pelaporan
90
keuangan dan mengakibatkan auditor eksternal menilai lingkungan
pengendalian dalam perusahaan lemah, sehingga dikenakan fee
audit eksternal yang lebih tinggi.
Hal tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
jumlah anggota komisaris yang tepat bergantung pada sektor
industri perusahaan tersebut, karena akan turut menentukan jenis
kompetensi yang sebaiknya dimiliki oleh dewan komisaris secara
keseluruhan. Ukuran dewan komisaris yang besar akan dapat
membuat proses mencari kesepakatan dan proses membuat
keputusan menjadi sulit, membutuhkan waktu yang lama dan
bertele-tele. Keterbatasan ini perlu diperhatikan dalam menentukan
jumlah dewan komisaris.
c. Independensi komite audit berpengaruh positif terhadap fee audit
eksternal.
Berdasarkan Uji – t diperoleh hasil bahwa acind berpengaruh
negatif dengan koefisien regresi -0,798 dengan tingkat signifikansi
0,452. Karena tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05, maka
secara parsial variabel acind tidak berpengaruh signifikan. Dengan
demikian dikatakan bahwa hipotesis ditolak.
Dengan demikian, hasil tidak mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Abbot et, al.,(2003) dan Dillian (2007). Penelitian
mereka menemukan bahwa independensi komite audit berpengaruh
91
positif signifikan terhadap fee audit eksternal. Selama meninjau
program audit dan hasilnya, independen komite audit dapat
menuntut memperluas ruang lingkup audit dalam rangka untuk
menghindari kesalahan penyajian keuangan. Hal ini pada akhirnya
mengakibatkan fee audit yang lebih tinggi.
Namun, hasil penelitian mendukung penelitian Goodwin
Stewart dan Kent (2006), Singh-Newby (2010), dan Wibowo dan
Rohman (2013). Hasil penelitian mereka menemukan bahwa
independensi komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap
fee audit eksternal. Menurut Wibowo dan Rohman (2013) tidak
berpengaruh dikarenakan keseluruhan perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia menetapkan hanya satu dewan komisaris
independensi yang berada dalam komite audit dan menjabat
sebagai ketua komite audit. Hal ini disebabkan adanya surat edaran
dari Bursa Efek Indonesia perihal keanggotaan komite audit yang
mengatur bahwa anggota komite audit yang berasal dari komisaris
maksimum hanya satu orang dan harus merupakan komisaris
independen perusahaan, sehingga tidak terdapat variasi.
Hal tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
keberadaan komite audit dalam perusahaan telah diatur dalam
peraturan Bapepam mewajibkan perusahaan publik untuk
membentuk suatu komite audit yang beranggotakan paling sedikit
tiga orang dan diketuai oleh komisaris independen.
92
d. Ukuran komite audit berpengaruh negatif terhadap fee audit
eksternal.
Berdasarkan Uji – t diperoleh hasil bahwa variabel acsize
berpengaruh positif dengan koefisien regresi sebesar 0,206 dengan
signifikansi sebesar 0,442. Karena tingkat signifikansi lebih besar
dari 0,05, maka secara parsial variabel acsize berpengaruh positif
tidak signifikan. Dengan demikian dikatakan bahwa hipotesis
ditolak.
Sedangkan, hasil penelitian tidak mendukung penelitian Dillan
(2007) yang menemukan bahwa ukuran komite audit berpengaruh
positif signifikan terhadap fee audit eksternal. Selain itu, hasil
penelitian tidak konsisten dengan rekomendasi oleh Blue Ribbon
Committee (1999). Rekomendasi tersebut sehubungan dengan
ukuran komite audit, penelitian ini berpendapat bahwa komite audit
yang lebih besar cenderung untuk meningkatkan kualitas pelaporan
keuangan, sehingga fee audit eksternal lebih rendah.
Namun, hasil menunjukkan bahwa ukuran komite audit tidak
berpengaruh signifikan terhadap fee audit eksternal. Jumlah
anggota komite audit tidak berpengaruh signifikan dikarenakan
hampir keseluruhan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia telah mempunyai komite audit. Hal ini disebabkan
karena adanya regulasi yang dikeluarkan oleh BAPEPAM melalui
93
Surat Edaran BAPEPAM SE-03/PM/2000 tanggal 5 Mei 2000 serta
peraturan yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Jakarta melalui
peraturan KEP-339/BEJ/07-2001 yang mengharuskan perusahaan-
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta untuk memiliki
komite audit.
Menurut Hay et, al., (2008) sejak komite audit menjadi
persyaratan bagi perusahaan-perusahaan yang terdaftar di New
Zealand Stock Exchange, variabel penelitian komite audit tidak
berpengaruh signifikan terhadap fee audit eksternal. Hasil
penelitian ini mendukung penelitian Yatim et, al., (2006) yang
menunjukkan bahwa ukuran komite audit tidak berpengaruh
signifikan terhadap fee audit eksternal.
e. Intensitas pertemuan komite audit berpengaruh negatif terhadap fee
audit eksternal.
Berdasarkan Uji – t diperoleh hasil bahwa variabel acmeet
berpengaruh positif dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,018
dengan tingkat signifikansi 0,136. Karena tingkat signifikansi lebih
besar dari 0,05, maka variabel acmeet tidak berpengaruh signifikan
terhadap fee audit eksternal. Dengan demikian dikatakan bahwa
hipotesis ditolak.
Hasil penelitian tidak mendukung penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Yatim et, al., (2006), Goodwin Stewart dan Kent
94
(2006), Dillian (2007) dan Lifschutz et, al., (2010). Hasil penelitian
mereka menemukan bahwa frekuensi pertemuan komite audit
berpengaruh positif signifikan terhadap fee audit eksternal. Hal ini
konsisten dengan permintaan peningkatan kualitas audit oleh
komite audit, dimana perusahaan dengan struktur governance yang
baik memiliki permintaan kualitas audit yang lebih tinggi, sehingga
meningkatkan fee audit eksternal.
Sedangkan, hasil penelitian menunjukkan intensitas pertemuan
komite audit tidak berpengaruh terhadap fee audit eksternal
mendukung penelitian sebelumnya oleh Abbot et, al., (2003), dan
Wibowo dan Rohman (2013). Huang (2004) menyatakan bahwa
tidak ada pengaruh yang signifikan antara kualitas audit dengan
intensitas pertemuan komite audit mapun ukuran komite audit.
Kualitas audit hanya dipengaruhi oleh keahlian komite audit.
Dengan demikian maka intensitas pertemuan komite audit tidak
berpengaruh pula terhadap fee audit eksternal.
f. Keberadaan fungsi audit internal berpengaruh positif terhadap fee
audit eksternal.
Berdasarkan Uji – t diperoleh bahwa variabel ia berpengaruh
negatif dengan koefisien regresi sebesar -0,885 dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,020. Karena tingkat signifikansi lebih kecil
dari 0,05, maka variabel ia berpengaruh negatif signifikan terhadap
95
fee audit eksternal. Dengan demikian dikatakan bahwa hipotesis
ditolak.
Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Singh dan Newby (2010) dan Hay et, al.,
(2010). Hasil penelitian menemukan bahwa langkah-langkah audit
internal, tata kelola perusahaan dan konsentrasi kepemilikan semua
berpengaruh positif signifikan terhadap fee audit, sesuai dengan
penjelasan bahwa pengendalian internal saling melengkapi. Entitas
menganggap audit internal dan eksternal saling melengkapi sebagai
sebuah sarana untuk meningkatkan tingkat pengawasan.
Hasil tersebut berrtentangan dengan hasil penelitian ini, yang
menunjukkan adanya pengaruh negatif signifikan antara
keberadaan fungsi audit internal terhadap fee audit. Hasil penelitian
Felix et, al., (2001) menemukan hubungan negatif antara kontribusi
internal audit dan fee audit eksternal yang menunjukkan bahwa
audit internal dianggap sebagai pengganti untuk audit eksternal
dengan pengurangan fee audit ketika audit eksternal bergantung
pada pekerjaan audit internal. Penurunan fee mungkin karena
rendahnya penilaian risiko audit yang dihasilkan dari audit internal
sehingga auditor eksternal tidak memerlukan waktu yang cukup
lama untuk mengaudit yang berpengaruh terhadap berkurangnya
fee auditor eksteral.
96
Hal tersebut sesuai dengan teori bahwa manajemen harus
merancang pengendalian internal yang efektif, ini dimaksudkan
agar manajemen dapat mengurangi biaya audit. Jika auditor menilai
pengendalian baik atau sempurna dan penetapan risiko
pengendalian rendah, maka para auditor akan mempersempit scope
pemeriksaan audit pada waktu melakukan substantive test.
97
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh struktur governance
(jumlah komisaris independensi, ukuran dewan komisaris, independensi
komite audit, ukuran komite audit dan intensitas pertemuan komite audit) dan
internal control terhadap fee audit eksternal. Analisis dilakukan dengan
menggunakan analisis regresi berganda dengan program Stantistical Package
for Social Science (SPSS) Ver. 19. Data sampel perusahaan sebanyak 93
pengamatan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) selama tahun 2009-2011.
Hasil pengujian dan pembahasan pada bagian sebelumnya dapat
diringkas sebagai berikut:
1. Pengaruh independensi dewan komisaris, ukuran dewan komisaris,
independensi komite audit, ukuran komite audit, intensitas pertemuan
komite audit dan internal control terhadap fee audit eksternal, sebagai
berikut:
a. Berdasarkan hasil uji regresi berganda menunjukkan bahwa
independensi dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap fee
audit eksternal.. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Hamid dan Abdullah (2012), Lifschutz et. al., (2010),
Goodwin Stewart dan Kent (2006) dan Yatim et. al., (2006).
98
b. Berdasarkan hasil uji regresi berganda menunjukkan bahwa ukuran
dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap fee audit eksternal.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Hamid dan Abdullah (2012).
c. Berdasarkan hasil uji regresi berganda menunjukkan bahwa
independensi komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap fee
audit eksternal. Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Goodwin Stewart dan Kent (2006), Singh dan Newby
(2010), Abbot et. al., (2003) dan Dillan (2007).
d. Berdasarkan hasil uji regresi berganda menunjukkan bahwa ukuran
komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap fee audit
eksternal. Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Dillan (2007).
e. Berdasarkan hasil uji berganda menunjukkan bahwa intensitas
pertemuan komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap fee
audit eksternal. Penelitian ini tidak mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Yatim et. al., (2006), Goodwin Stewart dan Kent
(2006), Dillian (2007) dan Lifschutz et. al.,(2010).
f. Berdasarkan hasil uji regresi berganda menunjukkan bahwa
keberadaan fungsi audit internal berpengaruh signifikan terhadap fee
audit eksternal. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Hay et. al., (2008) dan Singh dan Newby (2010).
99
2. Berdasarkan hasil uji regresi berganda juga ditemukan bahwa variabel
independen yang paling dominan mempengaruhi terhadap fee audit
eksternal adalah variabel boardind (independensi komisaris), variabel
lnassets (ukuran perusahaan), variabel ia (keberadaan fungsi internal
audit) dan variabel boardsize (ukuran dewan komisaris). Hal tersebut
ditunjukkan oleh koefisien regresi beta dalam tabel uji statistik t.
B. Implikasi
Hasil penelitian memberikan implikasi terhadap berbagai pihak. Bagi
perusahaan, mengetahui adanya pengaruh yang signifikan antara
independensi dewan komisaris dan ukuran dewan komisaris terhadap fee
audit eksternal. Jika perusahaan memiliki proporsi independen dalam dewan
komisaris yang lebih tinggi akan menjadikan peranan dewan komisaris
semakin efketif dalam melakukan fungsi pengawasan terhadap pengelolaan
perusahaan, karena dianggap semakin independen. Oleh karena itu,
diharapkan bahwa proporsi independen dalam dewan yang lebih tinggi akan
menghasilkan fee audit yang lebih tinggi untuk menjaga objektivitas dan
reliabilitas dari laporan keuangan.
Jika perusahaan memiliki ukuran dewan komisaris yang lebih besar
dianggap kurang efektif dalam memantau pelaporan keuangan. Sehingga
penilaian audit lebih diperlukan dan waktu audit yang dibutuhkan lebih lama
yang berakibat fee audit yang tinggi. Perusahaan harus tetap menjaga tata
kelola perusahaan dengan baik secara efisien dan efektif guna mencapai
100
tujuan perusahaan dan diharapkan nilai perusahaan akan dinilai dengan baik
oleh investor.
Internal control yang diukur dengan keberadaan fungsi audit internal
menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap fee audit eksternal. Dalam
pelaksanaannya, internal control dapat dilakukan oleh pihak manajemen
perusahaan dengan membentuk suatu divisi audit internal untuk melakukan
pengawasan dan pengendalian perusahaan. Jika perusahaan membentuk
struktur pengendalian internal dalam divisi audit internal akan berguna untuk
melindungi harta milik kekayaan perusahaan, menilai kecermatan dan
keandalan data akuntansi, serta ditaatinya kebijaksanaan manajemen yang
telah dibuat.
Bagi Kantor Akuntan Publik (KAP), sebagai bahan evaluasi untuk
menjalankan pekerjaan audit dengan professional dan menjaga sikap
independensinya agar menghasilkan laporan audit yang berkualitas. Sikap
independensi seorang auditor eksternal dapat terpengaruh akibat fee audit
yang diterima dari perusahaan. Auditor eksternal dilarang untuk menerima
keuntungan lain selain pembayaran honorarium yang patut diterima. KAP
harus menyadari bahwa posisinya sebagai pihak ketiga yang menjembatani
dan dipercayakan oleh investor dan pihak lainnya untuk memberikan
keyakinan akan integritas laporan keuangan yang dihasilkan oleh manajemen.
101
C. Keterbatasan
Penelitian ini memiliki keterbatasan yang mungkin dapat melemahkan
hasil penelitian. Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Populasi penelitian hanya menggunakan perusahan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2009-2011.
2. Kesulitan dalam mengobservasi kualitas pengendlaian internal
perusahaan, maka penelitian ini menggunakan data keberadaan fungsi
audit internal untuk memberikan nilai pada variabel IA sebagai proksi
dari pengendalian internal.
3. Karena keterbatasan data tentang fee audit, maka dalam penelitian ini
diterapkan penggunaan data professional fees untuk memberikan nilai
pada variabel fee audit.
D. Saran
Penelitian ini dimasa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil
penelitian yang lebih berkualitas lagi dengan adanya beberapa masukan
mengenai beberapa hal diantaranya:
1. Penelitian lebih lanjut diharapkan dapat memperpanjang periode
penelitian misalnya selama jangka waktu 4 atau 5 tahun.
2. Mengembangkan instrumen pengukuran untuk menghitung kualitas
pengendalian internal perusahaan atas perusahaan – perusahaan publik di
Indonesia, misalnya jumlah anggota audit internal.
102
3. Pengukuran terhadap variabel fee audit pada penelitian mendatang
sebaiknya menggunaka perusahan-perusahaan yang mencantumkan data
tentang fee audit daripada data mengenai professional fees dalam laporan
keuangannya sehingga lebih menggambarkan fee audit.
103
DAFTAR PUSTAKA
Asikin, Bachtiar.“Pengaruh Sikap Profesionalisme Internal Auditor terhadap
Peranan Internal Auditor dalam Pengungkapan Temuan Audit”, Jurnal
Bisnis, Manajemen dan Ekonomi, Volume 7 Nomor 3 Februari 2008.
Astuti, Dewi Saptantinah Puji. “Peran Internal Audit dan Komite Audit dalam
Mewujudkan Good Corporate Governance”. Jurnal Akuntansi dan
Sistem Teknologi Informasi Vol.8. No. 1. April 2010.
Boediono, Gideon SB. “Kualitas Laba Studi Pengaruh Mekanisme Corporate
Governance dan Dampak Manajemen Laba Dengan Menggunakan
Analisis Jalur”, Solo, Simposium Nasional Akuntansi 15-16 September.
2005.
Boynton, William.C., Raymond N. Johnson, Walter G. Kell.
“Modern Auditing:Assurance Services and The Integrity of Financial
Reporting”, (terjemahan edisi ketujuh). Erlangga: Jakarta. 2001.
Cadburry Committee. “Report on the Financial Aspects of Corporate
Governance”,Gee and Company Limited, London, 1992.
Darmawati, Deni, Khomsiyah dan Rika Gelar Rahayu. “Hubungan Corporate
Governance dan Kinerja Perusahaan”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia 8
(Jan): 65-81, 2005.
Desender, KA, Crespi, R, Garcia-Cestona, MA dan Aguilera, RV.“Board
characteristics and audit fees: Why ownership structure matters?”,
Working paper, 2009.
Dillian, CML.“How a company’s level of corporate governance effects external
audit fees?”, Degree thesis, Hong Kong Baptist University, Hong Kong,
2007.
Fathurrachman, Tb. Aman.“Pengaruh Internal Audit terhadap Efektivitas
Pengendalian Intern Kas Pada Industri Tekstil Di Rancaekkek Kabupaten
Bandung”, Percikan Volume 91 Edisi Agustus 2008.
Felix, W. L. Jr, A.A. Gramling, dan M.J. Maletta. “The contribution of internal
audit as a determinant of external audit fees and factors influencing this
contribution”, Journal of Accounting Research 39, 513-534, 2001.
104
FCGI.“Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan
Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan)”, Jilid II, FCGI, Edisi
ke-2, 2001.
Goodwin-Stewart, J. and Kent, P. (n.d.).“The relation between external audit fees,
audit committee characteristics and internal audit”, Accounting and
Finance (in press).
Ghozali Imam.“Aplikasi Analisis Multivariate dengan program IBM SPSS 19”,
Edisi 5 Cetakan V, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang,
2011.
Gusnardi.“Analisis Faktor Audit Internal dan Pengaruhnya terhadap
Pelaksanaan Good Corporate Governance”, Ekuitas Vol. 12 No.3
September 2008: Hal. 353-372, 2008.
Halim Abdul. “Auditing Dasar-Dasa Audit Laporan Keuangan”, Edisi Keempat
Cetakan Pertama, Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu
Manajemen YKPN, Yogyakarta, 2008.
Hamid Masdiah Abdul, Abdullah Azizah.“Influence of Corporate Governance on
Audit and Non-Audit Fees: Malaysian Evidence”. Journal Business and
Policy Research Vol.7. No.3. September 2012 Special Issue. Pp. 140-158,
2012.
Hay, David., R. Knechel dan Helen Ling.“Evidence on the Impact of Internal
Control and Corporate Governance on Audit Fees”,InternationalJournal
of Auditing, No. 12, h. 9-24. 2008.
Herawaty, Netty. “Pengaruh Pengendalian Intern Dan Lamanya Waktu Audit
terhadap Fee Audit”, Jurnal Penelitian Universitas Jambi Sari Humaniora
Volume, 13 Nomor 1, Hal. 07-12 Januari-Juni 2011.
Hikmah, Chairina dan Rahmayanti.“Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas
Pengungkapan Corporate Governance dalam Laporan Tahunan
Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”, Banda
Aceh. Simposium Nasional Akuntansi XIV Aceh, 2011.
Http://apauditing.blogspot.com/2009/10/tugas-2-ump-2009.html, diakses 25 Juni
2013.
Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-103/MBU. 2002.
(http://www.bumn.go.id/wpcontent/fbumn/0000234ekepmen_Kep_103_ta
hun_2002.pdf), diakses 20 Juni 2012.
105
Kusumastuti, Sari., Supatmi, dan Sastra, Perdana.“Pengaruh Board Diversity
terhadap Nilai Perusahaan dalam Perspektif Corporate Governance”,
Jurnal Akuntansi Dan Keuangan Vol.9, No.2 November, 2007.
Lifschutz, Shilo., Jacobi, Arie., and Feldshtein, Shlomit.“Corporate Governance
Characteristics and External Audit Fees: A Study of Large Public
Companies In Israel”, International Journal of Business and Management
Vol. 5 No. 3. 2010.
Mulyadi, Puradiredja, Kanaka. Auditing, Jilid I, Edisi keenam, Salemba Empat:
Jakarta, 2002.
Nasution, Marihot., dan Setiawan, Doddy.“Pengaruh Corporate Governance
terhadap Manajemen Laba Di Industri Perbankan Indonesia”, Makassar.
Simposium Nasional Akuntansi 26-28 Juli, 2007.
Pratolo, Suryo.“Good Corporate Governance Dan Kinerja BUMN Di Indonesia
Aspek Audit Manajemen Dan Pengendalian Intern Sebagai Variabel
Eksogen Serta Tinjauannya Pada Jenis Perusahaan”, Makassar.
Simposium Nasional Akuntansi X 26-28 Juli. 2007.
Rapina, Saragi dan Carolina.“Pengaruh Independensi Eksternal Auditor terhadap
Kualitas Pelaksanaan Audit”, Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi No 2 Tahun
ke-1 Mei-Agustus 2010.
Restuningdiah, Nurika. Komisaris Independen, Komite Audit, Internal Audit dan
Risk Management Committee terhadap Manajemen Laba. Jurnak
Keuangand an Perbankan, Vol.15 No.3 September, hlm 351 – 362. 2010.
Singh, Harjinder and Newby, Rick.“Internal Audit and Audit Fees: Further
Evidence”, Managerial Auditing Journal Vol. 25 No. 4, 2010.
Suharli, Michell dan Nurlaelah.“Konsentrasi Auditor dan Penetapan Fee Audit:
Investigasi pada BUMN”, Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia Vo.
12 No. 2, 2008.
Susiana dan Herawaty, Arleen.“Analisis Pengaruh Independensi, Mekanisme
Corporate Governance, dan Kualitas Audit terhadap Integritas Laporan
Keuangan”, Makassar: Simposium Nasional Akuntansi X. 2007.
Tugiman, Hiro. “Standar Profesional Auddit Internal”, Penerbit Kanisius,
Yogyakarta. 2006.
Ujiyantho, Muh. Arief., dan Pramuka, Bambang Agus.“Mekanisme Corporate
Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan”, Makassar.
Simposium Nasional Akuntansi X 26-28 Juli. 2007.
106
Wardhani, Dr. Ratna., dan Joseph, Herunata.“Karakteristik Pribadi Komite Audit
Dan Praktik Manajemen Laba”, Simposium Nasional Akuntansi XIII
Purwokerto. 2010.
Wawo, Andi. “Pengaruh Corporate Governance dan Konsentrasi Kepemilikan
terhadap Daya Informasi Akuntansi”, Simposium Nasional Akuntansi
XIII Purwokerto. 2010.
Wei Huang, Hua, dan Thiruvadi, Sheela. “Audit Committee Characteristics and
Corporate Fraud”, International Journal of Public Information Systems.
2004.
Wibowo, Reza dan Rohman, Abdul. “Pengaruh Governance Structure dan
Fungsi Internal Control terhadap Fee Audit Eksternal pada Perusahaan
Publik Di Indonesia”, Vol. 2 No. 1. 2013.
Yatim, Puan., Pamela Kent dan Peter Clarkson.“Governance Structures,
Ethnicity, and Audit Fees of Malaysian Listed Firms”, 2006.
107
LAMPIRAN 1
DATA
SAMPEL
108
Daftar Nama Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Tahun 2009-2011
No Kode Perusahaan Tahun
2009 2010 2011
1 SMCB Holcim Indonesia Tbk
2 INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk
3 SMGR Semen Gresik (Persero) Tbk
4 ARNA Arwana Citramulia Tbk
5 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk
6 IKAI Intikeramik Alamasri Industri Tbk
7 KIAS Keramika Indonesia Assosiasi Tbk
8 MLIA Mulia Industrindo Tbk
9 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk
10 ALKA Alaskasa Industrindo Tbk
11 ALMI Alumindo Light Metal Industry Tbk
12 BTON Betonjaya Manunggal Tbk
13 CTBN Citra Tubindo Tbk
14 GDST Gunawan Dianjaya Steel Tbk
15 INAI Indal Aluminium Industry Tbk
16 ITMA Itamaraya Gold Industri Tbk
17 JKSW Jakarta Kyoei Steel Works Tbk
18 JPRS Jaya Pari Steel Tbk
19 KRAS Krakatau Steel Tbk
20 LION Lion Metal Works Tbk
21 LMSH Lionmesh Prima Tbk
22 MYRX Hanson International Tbk
23 NIKL Pelat Timah Nusantara Tbk
24 PICO Pelangi Indah Canindo Tbk
25 TBMS Tembaga Mulia Semanan Tbk
26 BUDI Budi Acid Jaya Tbk
27 BRPT Barito Pasific Tbk
28 DPNS Duta Pertiwi Nusantara Tbk
29 EKAD Ekadharma International Tbk
30 ETWA Eterindo Wahanatama Tbk
31 SRSN Indo Acidatama Tbk
32 INCI Intanwijaya Internasional Tbk
33 SOBI Sorini Agro Asia Corporindo Tbk
34 TPIA Chandra Asri Petrochemical
35 UNIC Unggul Indah Cahaya Tbk
36 AKKU Alam Karya Unggul Tbk
37 AKPI Argha Karya Prima Ind Tbk
38 APLI Asiaplast Industries Tbk
Lampiran Lampiran 1 Pada Halaman Berikutnya
109
Lampiran 1 (Lanjutan)
No Kode Perusahaan Tahun
2009 2010 2011
39 BRNA Berlina Tbk
40 FPNI Titan Kimia Nusantara Tbk
41 IPOL Indopoly Swakarsa Industry Tbk
42 IGAR Kageo Igar Jaya Tbk
43 SIAP Sekawan Intipratama Tbk
44 SIMA Siwani Makmur Tbk
45 TRST Trias Sentosa Tbk
46 YPAS Yanaprima Hastapersada Tbk
47 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk
48 JPFA JAPFA Comfeed Indonesia Tbk
49 MAIN Malindo Feedmill Tbk
50 SIPD Sierad Produce Tbk
51 SULI Sumalindo Lestari Jaya Tbk
52 TIRT Tirta Mahakam Resources Tbk
53 ALDO Alkindo Naratama Tbk
54 FASW Fajar Surya Wisesa Tbk
55 INKP Indah Kiat Pulp & Paper Tbk
56 KBRI Kertas Basuki Rachmat Ind Tbk
57 SPMA Suparma Tbk
58 SAIP Surabaya Agung Industry Pulp Tbk
59 TKIM Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk
60 INRU Toba Pulp Lestari Tbk
61 ASII Astra International Tbk
62 AUTO Astra Otoparts Tbk
63 GJTL Gajah Tunggal Tbk
64 GDYR Goodyear Indonesia Tbk
65 BRAM Indo Kordsa Tbk
66 IMAS Indomobil Sukses Internasional Tbk
67 INDS Indospring Tbk
68 LPIN Multi Prima Sejahtera Tbk
69 MASA Multistrada Arah Sarana Tbk
70 NIPS Nipress Tbk
71 PRAS Prima Alloy Steel Tbk
72 SMSM Selamat Sempurna Tbk
73 ADMG Polychem Indonesia Tbk
74 ARGO Argo Pantes Tbk
75 CNTX Centex (Preferred Stock) Tbk
Lanjutan Lampiran 1 Pada Halaman Berikutnya
110
Lampiran 1 (Lanjutan)
No Kode Perusahaan Tahun
2009 2010 2011
76 CNTB Asuransi Harta Aman Pratama Tbk
77 ERTX Eratex Djaja Tbk
78 ESTI Ever Shine Textile Industry Tbk
79 INDR Indorama Synthetics Tbk
80 KARW Karwell Indonesia Tbk
81 UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk
82 PBRX Pan Brothers Tex Tbk
90 BIMA Primarindo Asia Infrastructur Tbk
91 SIMM Surya Intrindo Makmur Tbk
92 KBLI KMI Wire and Cable Tbk
93 JECC Jembo Cable Company Tbk
94 KBLM Kabelindo Murni Tbk
95 SCCO
Supreme Cble Manufacturing and
Commerce Tbk
96 IKBI Sumi Indo Kabel Tbk
97 VOKS Voksel Electric Tbk
98 PTSN Sat Nusapersada Tbk
99 ADES Ades Waters Indonesia Tbk
100 CEKA Cahaya Kalbar Tbk
101 DAVO Davomas Abadi Tbk
102 DLTA Delta Djakarta Tbk
103 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
104 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
105 MYOR Mayora Indah Tbk
106 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk
107 PSDN Prasidha Aneka Niaga Tbk
108 ROTI Nippon Indosari Corporindo Tbk
109 SKLT Sekar Laut Tbk
110 STTP Siantar Top Tbk
111 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
112 ULTJ Ultra Jaya Milk Tbk
113 RMBA Bentoel International Investama Tbk
114 GGRM Gudang Garam Tbk
115 HMSP HM Sampoerna Tbk
Lanjutan Lampiran 1 Pada Halaman Berikutnya
111
Lampiran 1 (Lanjutan)
No Kode Perusahaan Tahun
2009 2010 2011
116 DVLA Darya-Varia Laboratoria Tbk
117 INAF Indofarma Tbk
118 KLBF Kalbe Farma Tbk
119 KAEF Kimia Farma Tbk
120 MERK Merck Tbk
121 PYFA Pyridam Farma Tbk
122 SCPI Schering Plough Indonesia Tbk
123 TSPC Tempo Scan Pacific Tbk
124 SQBB Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk
125 TCID Mandom Indonesia Tbk
126 MBTO Martina Berto Tbk
127 MRAT Mustika Ratu Tbk
128 UNVR Unilever Indonesia Tbk
129 KICI Kedaung Indah Can Tbk
130 KDSI Kedawung Setia Industrial Tbk
131 LMPI Langgeng Makmur Industri Tbk
Sumber: www.idx.co.id
112
Daftar Nama Sampel Penelitian
No Kode Nama Perusahaan
1 ADMG Polychem Indonesia Tbk
2 ALKA Alaskasa Industrindo Tbk
3 ARNA Arwana Citramulia Tbk
4 ASII Astra International Tbk
5 AUTO Astra Otoparts Tbk
6 BRAM Indo Kordsa Tbk
7 BTON Betonjaya Manunggal Tbk
8 CNTB Asuransi Harta Aman Pratama Tbk
9 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk
10 DLTA Delta Djakarta Tbk
11 ESTI Ever Shine Textile Industry Tbk
12 ETWA Eterindo Wahanatama Tbk
13 FASW Fajar Surya Wisesa Tbk
14 GJTL Gajah Tunggal Tbk
15 IKAI Intikeramik Alamasri Industri Tbk
16 INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk
17 IGAR Kageo Igar Jaya Tbk
18 JECC Jembo Cable Company Tbk
19 JPFA JAPFA Comfeed Indonesia Tbk
20 KBLM Kabelindo Murni Tbk
21 KLBF Kalbe Farma Tbk
22 LION Lion Metal Works Tbk
23 PRAS Prima Alloy Steel Tbk
24 SIPD Sierad Produce Tbk
25 SMCB Holcim Indonesia Tbk
26 SMGR Semen Gresik (Persero) Tbk
27 SMSM Selamat Sempurna Tbk
28 SPMA Suparma Tbk
29 SSTM Sunson Textile Manufacture Tbk
30 UNTX Unitex Tbk
31 VOKS Voksel Electric Tbk
Sumber data : diolah, 2011
113
Tahapan Seleksi Sampel dengan Kriteria
No Keterangan Jumlah
1 Jumlah perusahaan manufaktur yang listing di BEI
selama periode 2009-2011 131
2 Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan tahunan
selama tahun 2009-2011 (58)
3 Data laporan tahunan tidak lengkap (40)
4 Perusahan yang menggunakan mata uang selain
rupiah (2)
5 Perusahaan yang delisting selama periode 2009-2011 (0)
6 Data laporan tahunan perusahaan yang dapat
dianalisis 31
7 Jumlah perusahaan yang terpilih menjadi sampel
selama periode 2009-2011 93
114
LAMPIRAN II
HASIL
OUTPUT SPSS
115
HASIL STATISTIK DESKRIPTIF
Variables Entered/Removedb
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 lnassets, ia,
acind, acmeet,
boardind,
acsize,
boardsize
. Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: lnfees
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
boardind 93 ,25000000 1,00000000 ,4306149112 ,15738089531
boardsize 93 2 11 4,68 2,158
acind 93 ,00000000 ,80000000 ,6517921439 ,09268090076
acsize 93 2 5 3,09 ,434
acmeet 93 1 44 8,01 9,313
ia 93 0 1 ,92 ,265
lnassets 93 24,968668 32,664860 28,02703008 1,659263779
lnfees 93 17,990143 27,894922 21,60695854 2,074360918
Valid N (listwise) 93
116
HASIL UJI ASUMSI KLASIK
1. Hasil Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -5,484 2,399 -2,286 ,025
boardind 1,544 ,654 ,117 2,362 ,020 ,787 1,271
boardsize ,175 ,069 ,182 2,524 ,013 ,372 2,688
acind -,798 1,057 -,036 -,755 ,452 ,868 1,151
acsize ,206 ,266 ,043 ,773 ,442 ,625 1,599
acmeet ,018 ,012 ,083 1,504 ,136 ,636 1,574
Ia -,885 ,373 -,113 -2,373 ,020 ,850 1,176
lnassets ,934 ,089 ,747 10,544 ,000 ,386 2,591
a. Dependent Variable: lnfees
Collinearity Diagnosticsa
Mod
el
Dimensi
on
Eigenval
ue
Condition
Index
Variance Proportions
(Const
ant)
boardi
nd
boards
ize acind acsize acmeet Ia
lnasse
ts
1 1 7,143 1,000 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00
2 ,536 3,649 ,00 ,00 ,01 ,00 ,00 ,59 ,00 ,00
3 ,166 6,566 ,00 ,16 ,24 ,00 ,00 ,10 ,00 ,00
4 ,076 9,668 ,00 ,45 ,09 ,05 ,01 ,00 ,09 ,00
5 ,057 11,197 ,00 ,31 ,06 ,00 ,00 ,01 ,83 ,00
6 ,012 24,385 ,01 ,05 ,10 ,87 ,20 ,03 ,00 ,01
7 ,009 28,489 ,04 ,02 ,01 ,02 ,78 ,19 ,01 ,03
8 ,001 99,996 ,95 ,00 ,49 ,06 ,01 ,06 ,07 ,96
a. Dependent Variable: lnfees
117
2. Hasil Uji Autokorelasi
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea -,00824
Cases < Test Value 46
Cases >= Test Value 47
Total Cases 93
Number of Runs 42
Z -1,146
Asymp. Sig. (2-tailed) ,252
a. Median
3. Hasil Uji Heteroskedastisitas
118
4. Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 93
Normal Parametersa,b
Mean ,0000000
Std. Deviation ,84142450
Most Extreme Differences Absolute ,074
Positive ,044
Negative -,074
Kolmogorov-Smirnov Z ,718
Asymp. Sig. (2-tailed) ,681
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
119
HASIL UJI STATISTIK
1. Hasil Uji Koefisien Determinas (R2)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 ,914a ,835 ,822 ,875386019
a. Predictors: (Constant), lnassets, ia, acind, acmeet, boardind, acsize, boardsize
b. Dependent Variable: lnfees
2. Hasil Uji Statistik F (Simultan)
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 330,738 7 47,248 61,658 ,000a
Residual 65,136 85 ,766
Total 395,874 92
a. Predictors: (Constant), lnassets, ia, acind, acmeet, boardind, acsize, boardsize
b. Dependent Variable: lnfees
120
3. Hasil Uji Statistik t (Parsial)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -5,484 2,399 -2,286 ,025
boardind 1,544 ,654 ,117 2,362 ,020
boardsize ,175 ,069 ,182 2,524 ,013
acind -,798 1,057 -,036 -,755 ,452
acsize ,206 ,266 ,043 ,773 ,442
acmeet ,018 ,012 ,083 1,504 ,136
ia -,885 ,373 -,113 -2,373 ,020
lnassets ,934 ,089 ,747 10,544 ,000
a. Dependent Variable: lnfees
121
tahun kode boardind boardsize acind acsize acmeet ia lnassets lnfees
2009 ADMG 0,4 5 0,666666667 3 4 1 28,94471041 22,35401876
2009 ALKA 0,25 4 0,666666667 3 4 1 25,62621106 19,84412878
2009 ARNA 1 2 0,666666667 3 12 1 27,4358411 21,01814283
2009 ASII 0,5 10 0,75 4 7 1 32,11896061 26,34003693
2009 AUTO 0,333333333 9 0,666666667 3 8 1 29,16679936 24,68119867
2009 BRAM 0,285714286 7 0,666666667 3 5 1 27,93085229 21,83799193
2009 BTON 0,5 2 0,666666667 3 12 1 24,96866884 18,85900051
2009 CNTB 0,5 4 0,666666667 3 4 1 25,33610435 17,99014255
2009 CPIN 0,333333333 6 0,5 4 32 1 29,30800085 23,07549787
2009 DLTA 0,4 5 0,666666667 3 2 1 27,35714415 21,86614665
2009 ESTI 0,75 4 0,5 2 4 1 26,97489485 20,74800836
2009 ETWA 0,333333333 3 0,666666667 3 5 1 27,0070204 20,31636245
2009 FASW 0,333333333 3 0,666666667 3 12 1 28,93154921 21,68945987
2009 GJTL 0,428571429 7 0,666666667 3 4 1 29,81450122 22,52415021
2009 IGAR 0,333333333 3 0,666666667 3 4 0 26,48471547 19,96009574
2009 IKAI 0,5 2 0,666666667 3 4 1 27,36301489 20,24899713
2009 INTP 0,428571429 7 0,666666667 3 5 1 30,21699936 22,69812641
2009 JECC 0,666666667 3 0,666666667 3 43 1 27,09893915 20,67375096
2009 JPFA 0,333333333 3 0,666666667 3 8 0 29,43440229 24,14791929
2009 KBLM 0,5 4 0,666666667 3 4 1 26,59476618 19,75104416
2009 KLBF 0,333333333 6 0,666666667 3 4 1 29,50011913 23,9790696
2009 LION 0,333333333 3 0,666666667 3 2 0 26,32673567 19,40975343
2009 PRAS 0,333333333 3 0,666666667 3 4 1 26,76521991 19,12494769
122
tahun kode boardind boardsize acind acsize acmeet ia lnassets lnfees
2009 SIPD 0,4 5 0,666666667 3 6 1 28,12650677 21,65708347
2009 SMCB 0,428571429 7 0,666666667 3 5 1 29,61413979 23,79136528
2009 SMGR 0,5 6 0,6 5 20 1 30,19221792 25,01938902
2009 SSTM 0,333333333 6 0,666666667 3 4 1 27,50003664 18,53846378
2009 UNTX 0,5 2 0,666666667 3 7 1 25,69074964 20,18623515
2009 VOKS 0,5 4 0,666666667 3 4 1 27,84448411 21,14279845
2010 ADMG 0,285714286 7 0,666666667 3 4 1 28,95707041 23,07290244
2010 ALKA 0,25 4 0,666666667 3 4 1 25,79340266 19,91851872
2010 ARNA 1 3 0,666666667 3 12 1 27,49537788 22,82062124
2010 ASII 0,454545455 11 0,75 4 9 1 32,35714265 27,57233212
2010 AUTO 0,3 10 0,666666667 3 4 1 29,35125809 24,71568841
2010 BRAM 0,428571429 7 0,666666667 3 3 1 28,03162617 21,47519312
2010 BTON 0,5 2 0,666666667 3 11 1 25,2211182 18,94062695
2010 CNTB 0,5 4 0,666666667 3 4 1 25,56390123 18,44724478
2010 CPIN 0,666666667 3 0,8 5 44 1 29,50563104 23,33531896
2010 DLTA 0,4 5 0,666666667 3 1 1 27,28653407 22,00457656
2010 ESTI 0,666666667 3 0,666666667 3 4 1 27,0918868 20,72493901
2010 ETWA 0,333333333 3 0,666666667 3 4 1 27,00250061 20,69887235
2010 FASW 0,333333333 3 0,666666667 3 13 1 29,13399177 21,6004805
2010 GJTL 0,375 8 0,666666667 3 4 1 29,97008924 22,47887986
2010 IGAR 0,333333333 3 0,666666667 3 4 0 26,57395299 20,4497453
2010 IKAI 0,5 2 0,666666667 3 4 1 27,19063531 19,59683415
2010 INTP 0,285714286 7 0,666666667 3 4 1 30,36188546 23,13758317
123
tahun kode boardind boardsize acind acsize acmeet ia lnassets lnfees
2010 JECC 0,666666667 3 0,666666667 3 41 1 27,05476536 21,39061099
2010 JPFA 0,25 4 0,666666667 3 8 0 29,57403593 23,8971443
2010 KBLM 0,5 4 0,666666667 3 4 1 26,72268545 19,50267614
2010 KLBF 0,333333333 6 0,666666667 3 4 1 29,5815629 23,81765767
2010 SMCB 0,571428571 7 0,333333333 3 5 1 29,97640216 23,81052843
2010 SMGR 0,4 5 0,666666667 3 33 1 30,37591735 24,04020336
2010 SMSM 0,333333333 3 0,666666667 3 4 1 27,69596885 20,6067978
2010 SPMA 0,4 5 0,666666667 3 7 1 28,0298199 20,65638431
2010 SSTM 0,333333333 6 0,666666667 3 4 1 27,49458118 18,46469763
2010 UNTX 0,25 4 0,666666667 3 6 1 25,75958009 20,05512307
2010 VOKS 0,5 4 0,666666667 3 4 1 27,75011951 21,20504657
2011 ADMG 0,4 5 0,666666667 3 4 1 29,28871644 22,57432324
2011 ALKA 0,25 4 0,666666667 3 4 1 26,27809877 19,39304174
2011 ARNA 1 3 0,75 4 12 1 27,44650627 22,41558855
2011 ASII 0,454545455 11 0,666666667 3 8 1 32,66485848 27,89492266
2011 AUTO 0,3 10 0,666666667 3 4 1 29,57180773 24,60515948
2011 BRAM 0,428571429 7 0,5 2 4 1 28,13791044 22,18202248
2011 BTON 0,5 2 0,666666667 3 5 1 25,4999962 19,19371364
2011 CNTB 0,5 4 0,666666667 3 4 1 25,69980597 18,47800581
2011 CPIN 0,4 5 0,8 5 37 1 29,28929586 23,46384776
2011 DLTA 0,4 5 0,666666667 3 1 1 27,26885495 22,02627831
2011 ESTI 0,666666667 3 0,666666667 3 2 1 27,17992634 20,53796219
2011 ETWA 0,25 4 0,666666667 3 4 1 27,15412894 21,19242654
124
tahun kode boardind boardsize acind acsize acmeet ia lnassets lnfees
2011 FASW 0,333333333 3 0,666666667 3 14 1 29,22759539 22,47622876
2011 GJTL 0,375 8 0,666666667 3 4 1 30,07806519 22,07703701
2011 IKAI 0,5 2 0,666666667 3 4 1 27,03098167 20,12932016
2011 INTP 0,428571429 7 0,666666667 3 4 1 30,52976501 23,56823336
2011 JECC 0,666666667 3 0,666666667 3 38 1 27,16427288 22,235152
2011 JPFA 0,25 4 0,666666667 3 8 0 29,74322228 24,10075096
2011 KBLM 0,333333333 3 0,666666667 3 4 1 27,18934021 20,92430107
2011 KLBF 0,333333333 6 0,666666667 3 3 1 29,74420615 23,47220032
2011 LION 0,333333333 3 0,666666667 3 2 1 26,62539563 19,60014341
2011 PRAS 0,333333333 3 0,666666667 3 4 1 26,90102674 20,18654217
2011 SIPD 0,666666667 3 0,666666667 3 6 1 28,60240702 22,37694865
2011 SMCB 0,571428571 7 0 3 5 1 30,02440632 24,42582628
2011 SMGR 0,333333333 6 0,333333333 3 13 1 30,60968875 24,85323739
2011 SMSM 0,333333333 3 0,666666667 3 4 1 27,75928938 20,69018458
2011 SPMA 0,4 5 0,666666667 3 7 1 28,0704221 20,94233735
2011 SSTM 0,333333333 6 0,666666667 3 4 1 27,46076665 18,25226209
2011 UNTX 0,25 4 0,666666667 3 6 1 25,80243077 20,05851141
2011 VOKS 0,4 5 0,666666667 3 6 1 28,08403064 21,25638211