Skrip Si

111
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa adalah alat komunikasi prima untuk menyampaikan maksud seseorang kepada orang lain. Dalam berkomunikasi pula dihindari kesalahpahaman. Kesalahpahaman itu mungkin terjadi karena kesalahan penggunaan bahasa. Karena itu seogianya bahasa yang dipergunakan adalah bahasa yang komunikatif. Bermacam – macam bentuk komunikasi yang dapat dipergunakan menyampaikan maksud atau ide. Salah satu diantaranya adalah melalui karya sastra. Karya sastra pada dasarnya adalah cara pengarang menyampaikan ide atau maksud kepada para pembaca. Karya sastra merupakan ekspresi jiwa manusia. Sebuah karya sastra menunjukkan segi – segi kehidupan manusia. Kehadiran sastra di tengah kehidupan manusia

description

Bahasa Indonesia

Transcript of Skrip Si

Page 1: Skrip Si

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Bahasa adalah alat komunikasi prima untuk menyampaikan maksud

seseorang kepada orang lain. Dalam berkomunikasi pula dihindari kesalahpahaman.

Kesalahpahaman itu mungkin terjadi karena kesalahan penggunaan bahasa. Karena

itu seogianya bahasa yang dipergunakan adalah bahasa yang komunikatif.

Bermacam – macam bentuk komunikasi yang dapat dipergunakan

menyampaikan maksud atau ide. Salah satu diantaranya adalah melalui karya sastra.

Karya sastra pada dasarnya adalah cara pengarang menyampaikan ide atau maksud

kepada para pembaca.

Karya sastra merupakan ekspresi jiwa manusia. Sebuah karya sastra

menunjukkan segi – segi kehidupan manusia. Kehadiran sastra di tengah kehidupan

manusia tidak dapat dipungkiri, bahwa kehadiran tersebut menggambarkan realitas

sosial budaya yang terjadi di tengah – tengah kehidupan manusia. Melalui sastra ini

segala pencerminan kehidupan di masyarakat dapat mereka ungkapkan dengan

sejelas – jelasnya.

Sastra menampilkan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri adalah

kenyataan sosial (Domono, 1978 : 157). Dalam pengertian ini, kehidupan mencakup

hubungan antar masyarakat, antara masyarakat dengan seseorang, termasuk penyair,

Page 2: Skrip Si

antar manusia, dan antar peristiwa yang terjadi di dalam batin seseorang.

Bagaimanapun peristiwa – peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang yang menjadi

subjek matter karya sastra, adalah refleksi hubungan seseorang dengan orang lain

atau beragam masyarakat. Karya sastra juga dikatakan bermutu dan mengungkapkan

masalah hidup dan kehidupan manusia serta mampu menyuguhkan nilai – nilai

kehidupan yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.

Karya sastra ada beberapa jenis, yakni : novel, puisi, drama dan cerpen.

Novel adalah cerita karangan prosa yang melukiskan perbuatan – perbuatan

pelakunya menurut watak dan isi jiwa masing – masing (Sudjiman, 1984 : 38). Puisi

adalah upaya abadi untuk mengekespresikan jiwa sesuatu, untuk menggerakkan tubuh

yang kasar dan mencari kehidupan dan alasan yang menyebabkannya ada karena

bukannya irama melainkan argumen yang membuat irama yang menjelmakan suatu

puisi (Ralph Waldo Emerson dalam Tarigan , 1935 : 35). Drama adalah suatu

karangan dalam prosa atau puisi yang menyajikan dalam dialog atau pantomim suatu

cerita yang mengandung konflik atau kontras seseorang tokoh; terutama sekali suatu

cerita yang diperuntukkan buat dipentaskan di atas panggung. (Barnhart dalam

Tarigan, 1960 : 365). Cerpen adalah salah satu karya sastra yang paling banyak

digemari dalam dunia kesusasteraan Indonesia sesudah Perang Dunia II. Menurut

Ellery Seqguick mengatakan bahwa, “Cerpen adalah penyajian suatu keadaan

tersendiri atau suatu kelompok keadaan yang memberikan kesan yang tunggal pada

jiwa pembaca. (Natosusanto dalam Tarigan, 1957 : 29).

Page 3: Skrip Si

Rosidi (1984 : 176) mengemukakan bahwa, “Dalam beberapa bagian saja

dari cerpen dikembangkan jadi wacana oleh pengarangnya, sehingga menjadi hasil

karya sastra yang dapat diabadikan dan dinikmati secara berulang – ulang oleh

pembacanya.”

Dari pendapat para ahli di atas diambil satu kesimpulan bahwa cerpen

adalah cerita yang pendek yang melukiskan suatu kejadian, peristiwa dalam jangka

waktu berapa saat.

Unsur – unsur pembangun cerpen yakni :

1. Memiliki adegan, tokoh dan gerak

2. Mengandung interpretasi pengarang tentang konsepsinya mengenai kehidupan,

baik secara langsung maupun tidak langsung.

3. Menimbulkan perasaan pada pembaca bahwa jalan ceritalah yang pertama – tama

menarik perasaan dan baru kemudian menarik pikiran.

4. Mempunyai satu efek atau kesan yang menarik dan memberikan impresi tunggal.

5. Mengandung detail – detail dan insiden – insiden yang dipilih dengan sengaja,

dan yang bisa menimbulkan pertanyaan – pertanyaan dalam pikiran pembaca

(Brook et Al dalam Tarigan, 1952 : 28 – 30).

Dalam beberapa bagian saja dari satu jiwa seseorang bisa menikmati sebuah

cerpen (Rusyana, 1982 : 11). LAG Strong dalam Tarigan (1984 : 176) menyatakan

bahwa, “Singkat dan lengkap aliran brevity with complement adalah pokok – pokok

cerita pendek.”

Page 4: Skrip Si

Suatu cerita pendek haruslah mempunyai unsur – unsur utama yakni :

memiliki adegan tokoh dan gerak menimbulkan satu efek dalam pikiran pembaca,

menimbulkan perasaan tertarik mempunyai insiden yang menguasai jalan cerita,

mempunyai seorang pelaku utama, tergantung pada situasi memberikan inspirasi

tunggal, satu kebulatan efek batu, satu emosi (Broks Et Al dalam Tarigan (1980 : 20

– 30).

Dari pendapat para ahli di atas dapat diambil satu kesimpulan bahwa cerpen

adalah cerita yang pendek yang melukiskan suatu kejadian, peristiwa dalam jangka

waktu beberapa saat.

Dari uraian di atas, maka peneliti ingin menganalisis cerpen “Putri Bunga

Karang” karya Zuber Usman ditinjau dari segi tema, alur, penokohan dan nilai

didaktis.

1.2 Ruang Lingkup Masalah

Dalam satu penelitian perlu diteliti dalam ruang lingkup masalah perlu

dibahas agar fokus penelitian dapat terarah. Berdasarkan latar belakang masalah

diatas yang menjadi ruang lingkup masalah penelitian ini adalah Analisis Cerpen

“Putri Bunga Karang” Karya Zuber Usman ditinjau dari segi tema, alur, penokohan

dan nilai didaktis.

Page 5: Skrip Si

1.3 Rumusan Masalah

Langkah – langkah yang sangat penting dan harus dirumuskan dalam tulisan

ilmiah adalah rumusan masalah yang bertujuan agar peneliti dapat mengarahkan

pembahasan terhadap masalah yang dirumuskan.

Oleh karena itu, peneliti harus merumuskan masalah sesuai dengan judul

penelitian ini, kemudian merumuskannya dalam bentuk pertanyaan, sebagai berikut :

1) Apakah tema Cerpen “Putri Bunga Karang” karya Zuber Usman ?

2) Bagaimana alur cerita Cerpen “Putri Bunga Karang” karya Zuber Usman ?

3) Bagaimana penokohan dalam cerita Cerpen “Putri Bunga Karang” karya Zuber

Usman ?

4) Apa saja nilai – nilai didaktis yang terdapat dalam Cerpen “Putri Bunga Karang”

karya Zuber Usman ?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan merupakan titik akhir dan memberi arah terhadap suatu kegiatan

penulis. Ketajaman seseorang dalam merumuskan penelitian sangat mempengaruhi

keberhasilan penelitian yang dilakukan.

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apakah yang menjadi tema dalam Cerpen “Putri Bunga

Karang” karya Zuber Usman.

2. Untuk mengetahui bagaimanakah alur dalam Cerpen “Putri Bunga Karang”

karya Zuber Usman.

Page 6: Skrip Si

3. Untuk mendeskripsikan perwatakan setiap tokoh cerita dalam Cerpen “Putri

Bunga Karang” karya Zuber Usman.

4. Untuk mendeskripsikan nilai – nilai didaktis dalam Cerpen “Putri Bunga

Karang” karya Zuber Usman.

1.5 Manfaat Penelitian

Pada dasarnya penelitian yang dilakukan ada manfaat, baik secara langsung

maupun tidak langsung terutama bagi penulis dan bagi pembacanya. Setelah

melakukan penelitian, seorang peneliti harus mengetahui dan memahami manfaat

penelitian yang dilakukan. Dengan kata lain manfaat penelitian merupakan hasil yang

dapat diaplikasikan dalam kehidupan masyarakat, khususnya dalam dunia

pendidikan.

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Secara praktis, sebagai bahan masukan bagi pembaca karya sastra.

2) Sebagai bahan informasi bagi penelitian yang memiliki kesamaan atau kemiripan

dengan penelitian ini.

3) Untuk mengembangkan teori yang digunakan dalam kajian Analisis.

1.6 Anggapan Dasar

Winarno dalam Arikunto (1993 : 60) menyatakan bahwa, “Anggapan dasar

adalah sebuah titik tolak pemikiran yang sebenarnya, selanjutnya setiap peneliti dapat

Page 7: Skrip Si

merumuskan anggapan dasar yang berbeda. Seorang penyelidik mungkin melakukan

suatu anggapan dasar yang berbeda dan mungkin diterima sebagai kebenaran.”

Sehubungan dengan pengertian di atas, maka yang menjadi anggapan dasar

dalam penelitian ini adalah bahwa Cerpen “Putri Bunga Karang” karya Zuber Usman

telah mengandung tema, alur, penokohan dan nilai – nilai didaktis.

1.7 Definisi Istilah

Ada beberapa istilah yang dipergunakan dalam penelitian ini. Istilah ini

perlu diartikan dengan jelas, sehingga tidak menimbulkan salah pengertian maupun

munculnya makna ganda. Untuk membantu pemahaman istilah dalam penelitian ini,

maka peneliti akan menjelaskan batasan setiap istilah yang peneliti gunakan, yakni

sebagai berikut :

1. “Analisis adalah penyelidikan suatu peristiwa atau karangan, perbuatan dan

sebagainya untuk mengetahui apa sebabnya dan bagaimana perkaranya.”

(Poerwadarminta, 1995 : 37).

2. Cerpen adalah suatu teks pribadi, sebuah catatan peristiwa yang dapat

menimbulkan perubahan dalam sikap penulis dan tujuan penulis tersebut (Rchard

Summer dalam Tarigan, 1989 : 35).

3. Tema adalah inti atau ide dasar sebuah cerita. (Kosasih, 2003 : 251).

4. Alur adalah dasar bergeraknya cerita, alur bukanlah jalan cerita, tetapi alur

adalah penyebab kejadian. (Sumardjo, 1979 : 9).

Page 8: Skrip Si

5. Penokohan adalah salah satu unsur intrinsik karya sastra yang berfungsi untuk

memberikan gambaran karakter tokoh yang terdapat dalam sebuah cerita.

6. Didaktis adalah suatu istilah yang berasal dari bahasa Yunani : didascein yang

berarti “saya mengajar” atau mengajar atau ilmu yang mempelajari dan memberi

syarat – syarat umum yang diperlukan untuk memberikan pelajaran dengan baik

kepada murid atau orang lain. Jadi, didaktis memberikan petunjuk – petunjuk

umum untuk segala pengajaran dalam mata pelajaran apapun (Ny. Roesyah,

1986 : 1).

Page 9: Skrip Si

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Apresiasi Sastra

Istilah apresiasi berasal dari bahasa Latin “apreciatio” yang berarti

“mengindahkan atau menghargai”. Kata apresiasi juga dapat diartikan sebagai usaha

memahami dan menilai karya sastra.

Menurut Samad (1997 : 54) dalam Maglufti (http://longjournall.wordpress.

com/2008/05/08) menulis resensi – 2 cerpen menyatakan “Apresiasi memiliki

pengertian memahami, menikmati, menghargai dan menilai.”

Pengertian apresiasi dapat disimpulkan yaitu sebagai usaha memahami dan

menilai karya sastra yang memiliki pengertian memahami, menikmati, menghargai

dan menilai.

Selanjutnya kata “sastra” berasal dari bahasa Sansekerta “castera” yang

berarti tulisan, karangan atau alkitab. Mendapat kombinasi imbuhan (awalan) yang

mengandung arti segala hasil karya sastra.

Dalam lembaran komunikasi bahasa dan sastra Indonesia (http:agsuyoto.

files.wordpress.com/2008/03/pengantar_kesustraan/doc) menyatakan sastra adalah

ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pikiran, perasaan, ide, semangat,

keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkret yang membangkitkan pesona

dengan alat bahasa.

Page 10: Skrip Si

Jadi sastra dapat disimpulkan suatu tulisan, karangan mendapat kombinasi

imbuhan (awalan) yang mengandung arti segala hasil karya sastra dan ungkapan

pribadi manusia yang berupa pengalaman, pikiran, perasaan, ide, semangat,

keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkret yang membangkitkan pesona

dengan alat bahasa.

Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa apresiasi sastra

adalah usaha untuk memahami atau menilai suatu karya seni sastra secara jelas, sadar

dan kritis sehingga tumbuh penghargaan pembaca terhadap kualitas karya sastra yang

sesuai dengan norma – norma seni, keindahan dan kesempurnaan.

2.2 Pengertian Cerpen

Natosusanto dalam Tarigan (1984 : 176) menyatakan bahwa, “Cerpen

adalah penyajian suatu keadaan tersendiri atau suatu kelompok keadaan yang

memberikan kesan yang tunggal pada jiwa pembaca.”

Ajip Rosidi dalam Tarigan (1984:176) menyatakan bahwa sebuah cerpen

adalah lengkap, bulat dan singkat. Sebuah bagian dari cerpen mesti terikat pada suatu

kesatuan jiwa , pendek, padat dan lengkap.

C. Hanry S. Carby mengemukakan bahwa cerpen adalah kesan yang satu

dari suatu peristiwa dalam kehidupan (Zulfahnur, 1996/ 1997 : 62).

Ahmad (1974 : 99) meyatakan bahwa cerpen adalah suatu cerita melukiskan

suatu kejadian, suatu peristiwa dalam jangkau waktu beberapa saat saja.

Page 11: Skrip Si

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan cerpen

adalah penyajian suatu keadaan tersendiri atau kelompok keadaan yang memberikan

kesan yang tunggal pada jiwa pembaca dan cerita yang melukiskan suatu kejadian,

suatu peristiwa dalam jangka waktu beberapa saat saja.

Prinsip - prinsip cerpen menurut Natawidjaya (1977:31) di bawah ini,

yakni :

“1. Sekelumit kehidupan sehari-sehari. 2. Tokoh orang biasa. 3. Tanpa periode awal/ akhir. 4. Tidak mempunyai periode perubahan nasib. 5. Materi cerita pendek dengan narasi yang utuh.”

2.3 Struktur Cerpen

Sebagaimana halnya karya sastra lainya, sebuah cerpen memiliki unsur.

Unsur pembentuk yang mempunyai keterkaitan satu dengan yang lainya dalam

memberikan makna menyeluruh terhadap cerpen tersebut.

Unsur - unsur cerpen yang di maksud adalah

2.3.1 Tema

Tema merupakan pokok pembicaraan yang mendasari cerita. Dalam sebuah

cerita, walaupun misalnya pengarang tidak menjelaskan apa tema ceritanya secara

eksplisit (jelas), hal itu harus dapat dirasakan dan disimpulkan oleh para pembaca

setelah selesai membaca keseluruhan secara cermat. Sehingga pembaca dapat

merumuskan apa makna dari tema yang tersirat dalam cerpen yang dibaca.

Page 12: Skrip Si

Brooks dan Warren dalam Tarigan (1984 : 125) menyatakan, “Tema

adalah dasar makna suatu cerita atau novel.” Sedangkan Brooks, Purser dan

Warren menyatakan bahwa, “Tema adalah pandangan hidup atau rangkaian

nilai – nilai tertentu yang membentuk atau membangun dasar atau gagasan utama

dari suatu karya sastra.”

Selanjutnya Nurgianto (2002 : 70) dalam Mahir Berbahasa Indonesia

menyatakan, “Tema adalah dasar cerita atau gagasan umum sebuah karya prosa”.

Gagasan dasar umum, tentunya telah ditetapkan sebelumnya oleh

pengarang untuk mengembangkan cerita. Oleh sebab itu, ceritanya tentunya akan

mengikuti gagasan dasar umum yang telah ditetapkan sebelumnya atau dengan

kata lain ceritanya tentunya akan mengikuti tema. Tema bersifat menjiwai

keseluruhan cerita dan mempunyai kesimpulan yang umum. Oleh karena itu,

untuk menemukan tema sebuah karya fiksi harus disimpulkan dari seluruh cerita

tidak hanya berdasarkan bagian – bagian tertentu dari cerita.

Tema sebuah karya sastra selalu berkaitan dengan makna (pengalaman

hidup). Seorang pengarang mencoba menawarkan makna tertentu kehidupan.

Kemudian mengajak pembaca untuk melihat, merasakan dan menghayati makna

(pengalaman) kehidupan tersebut dengan cara memandang permasalahan tersebut

sebagaimana pengarang mengarangnya.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tema adalah pokok

pikiran atau dasar cerita yang disampaikan pengarang melalui hasil karyanya

yang menawarkan makna (pengalaman) serta menjiwai seluruh isi cerita.

Page 13: Skrip Si

2.3.2 Alur

Alur (plot) merupakan sebagai unsur intristik dari suatu karya satra.

Sumardjo (1979:9) mendefenisikan alur adalah dasar bergeraknya cerita. Alur

bukanlah jalan cerita, tetapi alur adalah penyebab kejadian.

Rani dalam Sumardjo (1979 : 9) menguraikan alur terbagi atas lima bagian

yakni:

1. Pengenalan situasi cerita (exposition)

Perkenalan pada tokoh, menata adegan dan hubungan antar tokoh.

2. Pengungkapan peristiwa (complication)

Peristiwa awal yang menimbulkan berbagai masalah, pertentangan dan

kesukaran bagi para tokoh nya.

3. Menuju pada adanya konflik (using action)

Peningkatan perhatian kegembiraan, kehebohan atau pun keterlibatan

berbagai situasi yang menyebabkan bertambahnya kesukaran tokoh.

4. Puncak konflik ( turning point)

Bagian ini disebut klimaks. Inilah bagian cerita yang paling besar dan

mendebarkan. Pada bagian ini pula di tentukan perubahan nasib beberapa

tokohnya. Misalnya : apakah ia berhasil mengatasi masalahnya atau gagal

5. Penyelesaian (ending)

Penjelasan tentang nasib - nasib yang dialami tokohnya setelah mengalami

peristiwa puncak itu.

Menurut Brooks At Al dalam Tarigan, (1985 : 37) yang dimaksud alur atau

plot adalah struktur gerak yang terdapat dalam fiksi atau drama.

Page 14: Skrip Si

2.3.3 Penokohan/ Perwatakan

Watak setiap manusia dalam kenyataannya selalu berbeda, demikian juga

perwatakan dalam cerpen diciptakan berbeda walau kadang ditemukan

persamaan. Oleh sebab itu, pengarang pun menokohkan setiap tokohnya agar

ide – ide dapat disampaikan dengan baik. Tokoh utama (individu rekaan) yang

mengalami peristiwa – peristiwa atau perlakuan dalam cerita. Ia adalah boneka

di tangan penulis. Di tangan penulislah seorang tokoh diciptakan menurut selera

dan caranya.

Berdasarkan fungsi tokoh cerita, tokoh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu

tokoh yang paling penting dalam sebuah cerita dan juga tokoh yang paling

banyak mengalami peristiwa. Tokoh sentral meliputi (1) Tokoh protagonis.

Tokoh protagonis adalah tokoh yang mendukung cerita yang memerankan yang

bersifat positif atau menyampaikan nilai – nilai yang baik. (2) Tokoh antagonis.

Tokoh antagonis adalah tokoh penentang cerita yang memerankan yang bersifat

jahat (negatif) dan tokoh bawahan adalah tokoh – tokoh yang memegang peran

tambahan atau pelengkap (Mahir Berbahasa Indonesia, 2006 : 71).

Penokohan atau perwatakan adalah cara menggambarkan tokoh untuk

memperoleh pengertian yang jelas, maka di bawah ini penulis mengutip

beberapa pendapat mengenai penokohan.

Menurut Alwi Hasan, dkk{2003:1203}, “Penokohan adalah penciptaan citra

tokoh dalam karya sastra.”

Page 15: Skrip Si

Menurut Jones melalui Nurgiyantoro {2002:165}menyatakan, “Penokohan

adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang di tampilkan

dalam sebuah cerita. Penokohan arti yang lebih luas dari tokoh karena

penokohan merupakan pelukisan bagaimana perwatakan tokoh-tokohnya dan

memberikan gambaran yang jelas pada pembacanya.”

Sudjiman dalam Mutiara {1998:8} menyatakan, “Penokohan adalah

penyajian watak tokoh dan penciptaan cerita tokoh oleh pengarangnya.”

Lubis dalam Tarigan {1984:133-134} menyatakan ada beberapa cara yang

dapat dipergunakan oleh pengarang untuk melukiskan rupa, watak atau pribadi

para tokoh tersebut, adalah:

“1. Physical description{melukiskan bentuk lahir dari pelakon}.2. Portrayol of thought stream or concious thought {melukiskan jalan

pikiran pelakon atau apa yang terlintas dalam pikirannya}.3. Reaction to event {melukiskan bagaimna reaksi pelakon terhadap

kejadian – kejadian).4. Direct author analysis (pengarang dengan langsung menganalisis watak

pelakon).5. Discussion of environment (pengarang melukiskan keadaan sekitar

pelakon).6. Reaction of others about/ to character (pengarang melukiskan

bagaimana pandangan – pandangan pelakon lain dalam suatu cerita terhadap pelakon utama itu).

7. Conservation of other about character (pelakon – pelakon lainnya dalam suatu bicara memperbincangkan keadaan pelakon utama, dengan demikian secara tidak langsung pembaca dapat kesan tentang segala sesuatu yang mengenai pelakon utama itu)”.

Page 16: Skrip Si

Ada beberapa metode penyajian watak tokoh, yaitu :

a. Metode analisis/ langsung, yaitu penyajian watak tokoh dengan cara

memaparkan watak tokoh secara langsung.

b. Metode dramatik/ tidak langsung, yaitu penyajian watak tokoh melalui

pemikiran, percakapan dan lakuan tokoh yang disajikan pengarang. Bahkan

dapat pula dari penampilan fisiknya serta dari gambaran lingkungan atau

tempat tokoh.

c. Metode kontekstual, yaitu penyajian watak tokoh melalui gaya bahasa yang

dipakai.

Menurut Jakob Sumardjo dalam Agustinus (http://www.agsuyoto.files.

wordpress.com/208/03/pengantar_kesusastraan.doc) ada lima cara

menyajikan watak tokoh, yaitu :

“ 1) Melalui apa yang dibuatnya, tindakan – tindakannya, terutama bagaimana ia bersikap dalam situasi kritis.

2) Melalui gambaran fisik tokoh.3) Melalui ucapan – ucapannya. Dari ucapan kita dapat mengetahui apakah

tokoh tersebut orangtua, orang berpendidikan, wanita atau pria, kasar atau halus.

4) Melalui pikiran – pikirannya.5) Melalui penerangan langsung”.

Dari uraian di atas, maka penggambaran dalam melukiskan watak tokoh

sangat penting diketahui. Karena dengan penggambaran penokohan, pembaca

dapat mengetahui karakter tokoh yang dikisahkan dalam peristiwa yang terjadi

di cerpen yang telah disusun oleh pengarang.

Page 17: Skrip Si

Berdasarkan pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa

perwatakan/ penokohan adalah pelukisan gambaran tokoh dalam berbagai

peristiwa untuk menyampaikan ide cerita tersebut.

2.3.4 Nilai - nilai Didaktis

Didaktis adalah suatu istilah yang berasal dari Yunani “Didascein” yang

berarti saya mengajar atau ilmu yang mempelajari dan memberi syarat - syarat

umum yang diperlukan untuk memberikan pelajaran yang baik kepada murid atau

orang lain.

Pengarang atau penulis bercorak “Didaktik” mempergunakan kesusasteraan

itu sebagai alat untuk menyalurkan ajaran - ajaran yang berupa tuntunan tentang

dosa dan pahala, tentang suruhan atau larangan yang Mahakuasa tentang

perbuatan yang tercela dan yang terpuji baik yang mengenai susila maupun yang

berbaur agama .

Sebagaimana yang dikatakan Supardjo dalam Nasution ( 1972:25) yang

menyatakan bahwa “Apabila seorang pengarang dalam karangannya dengan

sengaja menguraikan pendapatnya serta perasaannya, supaya pembaca dapat

menarik pelajaran dari uraian tersebut, maka karangan tersebut bersifat

“Didaktik”. Melalui bacaan, pengarangnya hendak mengemukakan ajaran - ajaran

yang berupa tuntunan tentang buruk dan baik, tentang dosa dan pahala, tentang

suruhan dan larangan Yang Maha Kuasa, tentang perbuatan yang tercela dan yang

terpuji .

Page 18: Skrip Si

Sabaruddin (1974:108) menyatakan bahwa, yang menjadi dasar aliran

didaktik adalah agama, kesusilaan atau perhambaan kepada Tuhan dan

pengabdian kepada Kesucian batin dan moral.

Jadi berdasarkan pernyataan diatas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa

didaktik memberikan petunjuk - petunjuk umum untuk mengajar dalam mata

pelajaran apapun yang ditinjau dari segi Agama, Moral, Sosial dan Budaya.

Melalui hal diatas, penulis mengambil suatu kesimpulan bahwa kehadiran

sastra bukan hanya sebagai wahana hiburan tetapi juga berfungsi untuk

meningkatkan harkat dan martabat manusia sebagai makhluk berbudaya, berfikir,

dan berke-Tuhan-an. Karena dalam suatu karya sastra terdapat pengajaran

mengenai moral. Dimana menurut Semi (1993:72) metode pendekatan moral

adalah sebagai berikut :

1. Didalam menghadapi karya sastra yang paling pokok dan yang harus

diperhatikan adalah isinya yang terdiri dari pemikiran, falsafah, dan nilai -

nilai. Disamping itu diperhatikan pula tujuan dan pesan - pesan penulis.

2. Aspek didaktis mendapat kajian secara kritis. Hal ini dapat dilihat melalui

kajian perwatakan peran tokoh - tokoh cerita.

3. Pembahasan aspek moral hendaknya dibedakan dengan pembahasan moral

yang berada dalam buku teks sekolah. Bagaimana pun masalah moral ini

menjadi titik perhatian umum namun aspek kesusastraannya jangan terlalu

dikorbankan. Karya sastra yang dihadapi harus dianggap sebagai sastra.

Page 19: Skrip Si

Berdasarkan pendapat diatas, didaktik berguna untuk memberi petunjuk -

petunjuk pengajaran nilai kebaikan yang ada dalam karya sastra sehingga

menimbulkan pengajaran yang baik bagi pembaca karya tersebut.

2.4 Cerpen “Putri Bunga Karang” Sebagai salah satu karya sastra

Ilmu sastra mencakup beberapa bidang. Dalam ilmu sastra mencakup teori

sastra, sejarah sastra dan kritik sastra. Teori sastra ialah bagian ilmu sastra yang

membicarakan pengertian - pengertian dasar tentang sastra dan perkembangan serta

kerangka pemikiran pakar tentang apa yang mereka namakan sastra.

Sejarah satra ialah bagian - bagian ilmu sastra yang memperlihatkan

perkembangan karya sastra, tokoh - tokoh dan ciri - ciri dari masing - masing tahap

perkembangan tersebut sedangkan kritik sastra adalah bagian ilmu sastra yang

membicarakan tentang pemahaman, penghayatan, penafsiran dan penilaian terhadap

karya sastra.

Ketiga bagian karya sastra tersebut saling berkaitan, teori sastra tidak dapat

dilepaskan dari sejarah dan kritik sastra. Keterkaitan itu menyebabkan masing-masing

saling ketergantungan dengan yang lain. Sebuah karya sastra tidak akan dapat

dipahami, dihayati dan ditafsirkan serta dinilai dengan sempurna tanpa bantuan ketiga

bidang ilmu sastra. Teori tidak akan sempurna tanpa bantuan sejarah dan juga kritik

sastra sepanjang zaman. Sejarah sastra tidak jelas, sehingga kritik sastra tidak akan

mencapai sasaran jadi teori dan sejarah sastra tidak dijadikan landasan berpijak.

Page 20: Skrip Si

Sabaruddin (1984:9) menyatakan bahwa sastra berasal dari bahasa Latin

maksudnya bahwa awalnya berasal dari kata ‘schriftun’ yang berarti kumpulan karya

sastra yang mencakup semua bidang. Jadi Badadu (1981:22) menyatakan bahwa kata-

kata itu secara luas dapat diartikan sebagai suatu tulisan maupun bacaan yang baik

dan mempunyai bentuk bahasa yang indah sekaligus mempunyai isi yang baik.

Sebelum pandai menulis dan membaca manusia telah pandai bersastra,

melahirkan perasaan atau pikirannya dengan bahasa yang indah secara lisan. Jadi

dapatlah dinyatakan bahwa menciptakan atau melahirkan sastra itu, maka kesastraan

itu dapat dikenal dalam dua jenis yaitu : sastra lisan dan sastra tulisan.

Sabaruddin Ahmad, (1984:10) menyatakan bahwa “Baik sastra lisan

maupun sastra tulisan sudah pasti bahasalah alatnya yang terutama, itulah sebabnya ia

di sebut juga “seni bahasa” sehingga, bahasalah alat utama untuk menciptakan

kesusastraan.”

Oleh karena itu, bahasa tulis sebagai titik tolak yang meyakinkan karena

tulisan indah membatasi bahwa sastra hanya yang tertulis. Padahal sastra yang tertulis

adalah sastra lisan jadi dari segi kesusteraan lebih mementingkan cara

pengekspresian suatu keadaan daripada keadaan itu sendiri, oleh sebab itu dapat

dinyatakan bahwa kesusastraan merupakan bahasa yang mengacu kepada dirinya

sendiri. Akan tetapi dari segi lain kesusastraan yang tidak mengandung isi, sering

dianggap sebagai karya satra yang tidak bernilai sehingga, sampai sekarang belum

ada seorang pun yang mampu membuat defenisi sastra yang final dalam arti selalu di

pertanyakan kebenarannya atau bahkan disanggah. Sudah banyak pakar yang

Page 21: Skrip Si

mencoba membuat defenisi sastra, akan tetapi semua defenisi itu memperlihatkan

kelemahan sehingga ada saja yang membantah dan mempertanyakan ketepatannya.

Selanjutnya menurut Teew (1984 : 21 - 22) menyatakan bahwa ”Sebabnya

karena defenisi – defenisi yang ada, hanya menekankan satu atau beberapa aspek

karya sastra saja, atau hanya berlaku untuk karya sastra tertentu atau malah yang

sebaiknya terjadinya batasan, ternyata terlalu luas dan longgar sehingga dilingkupi

hal – hal yang jelas bukanlah sastra.”

Sebagaimana juga Teew (1984 : 3) menyatakan bahwa “Karya sastra

merupakan realisasi sistem sastra, dan didalamnya ciri - ciri itu harus ditekankan pada

karya satra, itu juga mempunyai dua bagian yaitu:

1. Sastra merupakan cerita yang berhubungan dengan bagian - bagian yang lain,

bersifat tertutup tetapi mempunyai kebulatan makna yang satu. Dengan kata

lain, sastra itu merupakan karya yang koheren.

2. Dalam menampilkan kelengkapan karya dari satu pihak terikat pada konfensi,

tetapi dipihak lain ada kelonggaran dan kebebasan untuk mempermainkan

konfensi itu.

Kemudian Guntur ( 1985:65) Menyatakan bahwa karya sastra itu ada lima

bagian yaitu :

1. Sastra merupakan sebuah ciptaan yang dilakukan untuk menghasilkan kreasi

sang seniman untuk melanjutkan proses penciptaan alam .

2. Sastra mengungkapkan yang tidak bisa di katakan.

3. Sastra menyatakan atau menyajikan hal - hal yang bertentangan

Page 22: Skrip Si

4. Sastra selalu relatif dalam segi waktu

5. Sastra selalu berada pada tegangan antara normal sastra dan normal sosial budaya

Berdasarkan hal - hal diatas maka dapat di perhatikan bahwa Cerpen “Putri

Bunga Karang” karya Zuber Usman juga memiliki ciri - ciri yang sudah di utarakan

diatas. Oleh sebab itu dalam memahami sastra kususnya tentang Cerpen “Putri Bunga

Karang” adalah merupakan salah satu karya sastra yang dikategorikan sebagai hasil

karya sastra yang perlu mendapat perhatian oleh masyarakat khususnya dalam

membuat karya ilmiah.

2.5 Sinopsis Cerpen “Putri Bunga Karang” Karya “Zuber Usman”

Malim, mendengar derum ombak memecah mengempar ke pantai, setiap

malam suara di pantai sebagai suara orang menangis, meratap, melunglung dalam

kesunyian. Jantungnya berdebar – debar mendengar deburan ombak memecah tengah

malam.

Pada malam itu Malim tidak dapat tidur perasaan resah dan badan gelisah,

begitu juga dengan neneknya. Malim dan keduanya tidak dapat tidur karena bunyi

hempasan derum ombak seperti orang menangis, meratap, melunglung. Pada saat itu

Pak Saerah pergi ke Pauh menengok anaknya sakit.

Malam itu Malim resah karena udara sangat panas, dan neneknya

memperhatikan sikap Malim dan bertanya apakah malam itu perasaanmu tidak enak?

Page 23: Skrip Si

Dan malim menjawab, malam ini pikiran dan ingatanku jauh mengerawang kemana –

mana, melalui jalan yang tiada berujung dan tiada berpangkal.

Malim dengan neneknya mendengar ombak meraung – raung, Putri Bunga

Karang berseru – seru memanggil kekasihnya. Banyak perempuan yang berurai air

mata teringat akan suami atau kepada anaknya yang jauh di negeri orang. Anak

muda – mudi bujang atau gadis atau janda yang baru diceraikan suaminya.

Bila kedengaran bunyi ombak menghiba – hiba, mengeluh, mengeram semacam itu,

dikatakan orang Putri Bunga Karang sedang merindukan kekasihnya.

Nenek Malim melanjutkan kisah cerita tentang Putri Bunga Karang.

“Dahulu dalam peralatan setiap pernnah mendengar orang bermalam, menyaksikan

kisah Putri Bunga Karang atau Putri Bunga Melur Si Bungsu, dia adalah putri bungsu

dari enam bersaudara dan ibunya bernama Putri Tunggal Nan Jombang yang

memerintah selingkungan Batang Muara. Putrinya yang tertua namanya Putri Nila

Kesuma, yang kedua Putri Embun Pagi, Putri Bunga Pandan, Putri Pati Santan, Putri

Nayang Mengurai dan yang keenam Putri Bunga Melur atau yang sering disebut Putri

Bunga Karang.

Putri Tunggal Nan Jombang yaitu ibunya Putri Bunga Karang sangar besar

kuasanya dan raja yang memerintah Pulau Perca sebelah Selatan dan Putri Tunggal

ini tidak memiliki saudara laki – laki atau perempuan maka putri ialah yang

memegang kekuasaan dan penerus ayahnya Raja Mambang Sane. Putri Tunggal ini

seorang raja perempuan yang amat cerdik lagi bijaksana dan berani. Namun ada

sedikit angkuh dan sombong.

Page 24: Skrip Si

Sudah berapa anak raja datang meminang anaknya, tetapi pinangan mereka

ditolak belaka. Putri Tunggal ini tidak mau bermantukan anak – anak raja yang

berada di Pulau Perca. Untuk menolak pinangan raja – raja, Putri Tunggal Nan

Jombang meminta suatu permintaan yang bukan – bukan, atau rasanya tidak mungkin

diadakan orang. Putri Tunggal meminta dibuatkan istana di awang – awang yang

dikelilingi kebun bunga – bungaan aneka warna atau membuat sebuah mahligai kaca

di tengah laut tepat, ia dan putrinya bermain – main.

Dengan cara itulah Putri Tunggal untuk menolak pinangan para raja – raja yang ada

di Pulau Perca.

Putri Tunggal Nan Jombang mengharapkan untuk dijodohkannya oada anak

raja Cina atau raja Campa untuk putri pertamanya. Putri kedua raja Parsi, ketiga raja

Ruhum, keempat anak raja Turki dan kelima anak raja Malaka. Kelima putra – putra

raja itulah yang diharapkannya menjadi menantunya. Selain Bunga Melur atau Putri

Bunga Karang yang belum tampak olehnya siapa yang akan menjadi jodohnya.

Tetapi tanoa setahu Putri Tunggal, Putri yang keenam ini sudah mempunyai

kekasih, tempat hati masing – masing dan putri keenamnya ini berjanji tidak akan

menikah kalau tidak dengan kekasihnya mereka masing – masing.

Pada suatu hari pecahlah kabar ke seluruh negeri, Putri Tunggal telah

mengirim utusan kepada masing – masing raja yang dikehendakinya untuk meminang

putrinya yang kelima, dengan bingkisan dan alat kebesaran raja – raja.

Anak – anak raja itu datang dengan alat kebesarannya dan segala kemewahan yang

mereka miliki, lupalah janji putri yang kelima ini dan sumpah mereka, apabila

Page 25: Skrip Si

mereka tidak setia pada kekasih mereka masing – masing, maka mereka hilang ke

dalam lautan daripada dikawinkan dengan anak – anak raja yang tidak dikenal.

Ternyata putri yang lima ini lupa janji dan sumpah mereka, dan Putri Bunga

Melur atau Putri Bunga Karang menagih janji itu terhadap kakaknya yang kelima.

Namun kakanya yang kelima itu tertawa terbahak – bahak, menghina dan mengejek

kepada adiknya Putri Bunga Melur, sambil tengah berpantun dan tersenyum :

“Dari tikuke kurantaji,

Anak payang membeli limas

Biarlah aku mungkir janji,

Karena loyang ganti emas

Putri Bunga Melur pergi meninggalkan kakaknya yang kelima tanpa

sepengetahuan mereka, dan kakaknya mencari Putri Bunga Melur kemana – mana

tapi tak kunjung dapat. Akhirnya seluruh istana menjadi gempar dan mencari sampai

ke tempat – tempat yang belum pernah dimasuki orang.

Putri Bunga Melur meninggalkan istana kerajaan ibunya dan pergi dengan

kekasihnya seorang nakhoda muda. Kepergian Putri Bunga Melur ini dilihat oleh

seorang nelayan tua namanya Pak Tage. Pak Tage memberitahukan kejadian itu

kepada Putri Tunggal Nan Jombang yaitu Ibunda Putri Bunga Melur, mendengar

cerita Pak Tage itu, Ibunya Putri Tunggal sangat marah besar dan tidak malu dilihat

para tamu – tamunya.

Dengan amarah yang besar, ibunya atau Putri Tunggal menyumpah Putri

Bunga Melur dengan sumpahan : anak kualat, anak celaka… anak yang tidak tahu

Page 26: Skrip Si

merasa pedih sakit, anak yang tak tahu membalas guna… membuat malu kepada

orang banyak. Atas kesusahanku mengandung dan melahirkan, ia masuk ke Kuala

atau ke sungai, tersekatlah tubuhnya dirangkungan buaya dan kalau berlayar di

lautan, terhempas atau tertumbuk sampannya ke batu karang.

Dengan kekuasaan dan takdir Yang Maha Kuasa, ketika itu juga

berdentumlah petas keramat kuat bunyinya hendak memecah langit dan bumi, dan

anginpun bertiup sekeras – kerasnya.

Bunga Melurpun kena sumpah oleh ibunya dan tidak bertemu dengan kekasihnya.

Dan Bunga Melur sebagai orang mengeluh, mengerang… merintih, menangis

tersera – sera sebagai tangis dan keluh seorang perempuan yang memilukan hati.

Begitu pula dengan kelima kakaknya yang sudah ditunangkan, disaat

mereka hendak berlayar, setelah perkawinan mereka sudah berlangsung, mereka

keluar dari Kuala Batang Muara, ketika itu juga guruhpun berdentum dan gelombang

dari tengah laut amat besar dan keras dan perahu – perahu dan anak – anak raja itu

terbanting ke arah Selatan. Dan kelima perahu itu pecah dan tenggelam dan satupun

tidak ada tersisa, semuanya mati. Diteluk itu riuh tangis dan ratapan. Kegembiraan

kakak – kakaknya serta dengan suaminya, sekarang berganti dengan kesedihan.

Sampai seratus hari lamanya orang mencari kelima mayat putri tiada

ditemukan. Mereka telah dimakan sumpah masing – masing, ditelan lautan samudera

raja.

Di Pulau Pagau inilah pulau sebuah karang yang sangat ditakuti dan

dihormati orang laut. Karena menurut cerita orang tunggal itu didiami oleh seorang

Page 27: Skrip Si

dewi laut sakti dan amat cantik rupanya, menggilakan karang siapa yang menantang

wajahnya. Dewi itu selalu bersedih hati dan bermuram durja, dialah yang dipanggil

orang Putri Bunga Karang.

Dalam turun naik riak bergulung dan dalam kegelisahan ombak memecah,

disitulah terletak ruang putri itu, yang senantiasa mengeluh telah bersatu menjadi

sebagian jiwa samudera yang luas.

Barangsiapa yang pernah merasai perasaan rindu, dendam, cinta berakhir,

niscaya bunyi deruh dan deruh ombak, baginya mempunyai suatu makna yang baik

sehingga ia takkan dapat menidurkan matanya. Malam itu, karena bunyi itu terasa

bergetar dan berdebur… menghempas dan mengeram dalam jantung dan jiwanya

sendiri.

Panji Pustaka Thn. XXI 1 No 4, 15 Februari 1944.

2.6 Riwayat Hidup Pengarang

Zuber Usman dilahirkan di Padang pada tahun 1916. setanat dari Adabiah,

ia melanjutkan studinya ke Thawalib School di Padang Panjang dan kemudian

Islamic College di Padang (1937). Pada tahun 1983, ia pindah ke Jakarta dan menjadi

guru bahasa Melayu di sekolah Muhammadiyah. Selain pendidikan formal, ia juga

pernah mengikuti kursus Middlebare Acte Bahasa Indonesia di Universiteit Van

Indonesia pada tahun 1949. pada tahun 1961, ia menyelesaikan pendidikannya pada

Fakultas Sastra Universitas Nasional, selain itu, ia juga meraih gelar Sarjana

Pendidikan Universitas Indonesia pada tahun 1962.

Page 28: Skrip Si

Karya – karyanya antara lain Sepanjang Jalan dengan beberapa cerita lain.

Kumpulan Cerpen (1953), Aneka Rasa (1952), Kesustraan Lama Indonesia (1954),

Hikayat Iskandar Zulkarnain (1956), Kesusteraan Baru Indonesia (1957), Kedudukan

Bahasa dan Sastra Indonesia (1960) dan Damar Wulan (1975).

Page 29: Skrip Si

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode penelitian

Metode penelitian memegang peranan penting didalam suatu penelitian

agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Metode merupakan cara kerja dalam

memahami objek yang menjadi sasaran atau metode dari berbagai metode yang

ada.sesuai dengan tujuan sifat objek sifat ilmu dan teori yang mendukung

nya .Koentjaraningrat (1977: 17) menyatakan bahwa “dalam penelitian objek yang

menentukan metode yang digunakan! Keraf ( 1981:7-8) juga menyatakan bahwa :

“sebab metode merupakan suatu cara untuk memahami objek suatu penelitian.

Sesuai dengan tujuan yang akan di capai maka metode yang di gunakan

didalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Hal ini sesui dengan

pendapat Ali ( 1986:12) yang menyatakan bahwa:

“Metode penelitian deskriptif yang digunakan untuk memecahkan dan

menjawab permasalahan yang dihadapi, ada suatu situasi sekarang yang dilakukan

dengan langkah-langkah pengumpulan data, membuat kesimpulan dan

laporan ,dengan tujuan utama, untuk membuat gambaran terhadap sesuatu keadaan

secara objektif dalam suatu deskriptif situasi.

Penulis berpedoman pada pendapat diatas, untuk meneliti penggunaan

Analisis cerpen “Putri Bunga Karang” Karya Zuber Usman, menggunakan metode

deskriptif..

Page 30: Skrip Si

Pelaksanaan metode ini meliputi analisis dan pada akhirnya menarik

kesimpulan bertolak dari uraian diatas, maka yang diperoleh peneliti akan dianalisis

dengan menggunakan data kualitatif.

Peneliti akan menggunakan analisis data dengan memberikan pemaparan

tema, alur, penokohan dan nilai didaktis dari cerpen yang berjudul “Putri Bunga

Karang” Karya Zuber Usman.

3.2 Pengumpulan data

Selain dari metode penelitian yang dikemukakan diatas metode yang di

pergunakan dalam pengumpulan data adalah metode penelitian kepustakaan (Library

reseach) . Hal ini dilakukan dengan mencatatat seluruh informasi yang ada hubungan

dengan masalah yang teliti di berbagai perpustakan

Dengan mengetahui informasi tersebut melalui buku diperpustakkan maka

secara otomatis hal ini akan membantu penulis untuk lebih mudah

mengidentifikasikan mendeskripsikan data-data yang berkaitan dengan masalah yang

dibahas untuk dianalisis selanjutnya.

3.3 Penganalisaan Data

Penganalisaan data betujuan untuk mengungkapkan proses pengorganisasian

dan pengurutan data dalam kategori satuan uraian, sehingga dapat ditemukan pokok

persoalan yang dipermasalahkan dan pada akhirnya dapat di tarik kesimpulan yang

Page 31: Skrip Si

dilengkapi dengan data-data pendukung, teknik ini dilaksanakan dengan langkah –

langkah yang sudah ditentukan peneliti, yaitu :

1. Membaca cerpen yang berjudul “Putri Bunga Karang” karya Zuber Usman.

2. Menemukan tema, alur, penokohan dan nilai didaktis yang terdapat dalam cerpen

“Putri Bunga Karang” karya Zuber Usman.

3. Mendeskripsikan tema, alur, penokohan dan nilai didaktis dalam cerpen “Putri

Bunga Karang” karya Zuber Usman.

4. Membuat kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.

3.4 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data – data dapat

diperoleh. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah cerpen yang berjudul

“Putri Bunga Karang” karya Zuber Usman. Cerpen ini menjadi sumber data dalam

penelitian karena :

1. Cerpen ini merupakan sastra yang banyak mengandung nilai – nilai mendidik.

2. Cerpen ini bermanfaat bagi sekolah dan masyarakat.

3. Cerpen ini membangun nilai positip bagi para pembaca.

4. Cerpen ini belum pernah dibahas dari segi tema, alur, penokohan dan nilai

didaktis.

Page 32: Skrip Si

BAB VI

PEMBAHASAN DAN PENELITIAN

4.1 Analisis Tema dalam Cerpen “Putri Bunga Karang” Karya Zuber Usman

Setelah membaca dan menganalisis cerpen ini secara cermat, peneliti

berkesimpulan bahwa cerpen ini mempunyai tema minor dan mayor, sebagai berikut :

a. Tema Secara Minor adalah tema dimana dalam hal ini peneliti mengambil dari

pembagian – pembagian peristiwa secara mendetail dengan kata lain harus

dirangkaikan apa yang menjadi tema dari setiap tahapan cerita (Tarigan, 1985 :

78).

b. Tema secara mayor adalah tema dimana keseluruhan cerita ataupun setiap

kejadian baik itu peristiwa yang menimbulkan konflik atau dengan kata lain

kesimpulan yang benar – benar menjadi tema dari tahapan peristiwa secara

keseluruhan (Tarigan, 1985 : 78).

Ad. I. Tema Minor

1. Malim dengan neneknya

Malim dengan neneknya gelisah dan resah oleh karena suara derum

ombak berguling memecah mengempas pantai terdengar suara

menangis, meratap melunglung di tengah malam.

Page 33: Skrip Si

Kalimat – kalimat pendukung menyatakan :

Dari kampungku kedengaran ombak berdebar sayup – sayup

bunyinya. Waktu malam sering aku terbangun dari tidurku, mendengar

derum ombak berguling, kemudian memecah mengempas ke pantai,

semakin larut malam, semakin mengigau bunyinya. Kadang – kadang

sebagai suara orang menangis, meratap, melunglung dalam kesunyian.

Jantung diapa yang tidak berdebar – debar deburan ombak memecah

tengah malam itu!

Pada malam yang hendak kuceritakan ini, mataku tidak hendak

tertidur. Aku membalik kekiri, kemudian berputar ke kanan. Perasaanku

resah dan badanku gelisah. Telah beberapa kali aku menukar dan

memperbaiki letak bantalku dan sudah beberapa kali aku mengalihkan

tikarku dari suatu sudut ke sudut yang lain, tetapi mataku tidak juga

hendak tertidur. (Halaman 1).

2. Putri Bunga Karang

Putri bunga karang berseru – seru memanggil kekasihnya, menangis

mengingatkan orang yang ditinggal kekasih atau janda yang ditinggal

suami karena cerai.

Page 34: Skrip Si

Kalimat – kalimat pendukung menyatakan :

Engkau dengarlah ombak meraung – raung…! Putri Bunga Karang

sedang berseru – seru memanggil kekasihnya! Ujar nenekku, ia meraba

kian kemari, agaknya mencari selepah, hendak merokok.

Malim! Dalam malam seperti ini, banyaklah orang yang terbangun

dan termenung di tempat tidurnya. Banyak perempuan yang berurai air

mata teringat akan suami atau gadis atau janda yang baru diceraikan

suaminya, niscaya tidak dapat menidurkan matanya. Mendengar bunyi

ombak mengeram semacam ini rasa akan luluh dan hangus jantung

hatinya dilamun atau dibiarkan api kerinduan.

Di kampung kami bila kedengaran bunyi ombak menghiba – hiba,

mengeluh, mengeram semacam itu, dikatakan orang Putri Bunga Karang

sedang merindukan kekasihnya. (Halaman 2).

3. Putri Tunggal Nan Jombang

Putri Tunggal Nan Jombang ibu dari Putri Bunga Karang yang

memegang kekuasaan kerajaan Batang Muara dan puteri raja yang amat

cerdik bijaksana dan berani namun memiliki sifat angkuh dan sombong.

Kalimat – kalimat pendukung menyatakan :

Adapun Putri Bunga Karang itu, yang sebenarnya ialah Putri

Bunga Melur atau disebut juga Putri Bunga Nan Bungsu. Ibunya

Page 35: Skrip Si

bernama Putri Tunggal Nan Jombang yang memerintah selingkungan

Batang Muara ini. Putri ini beranak enam. Anak perempuannya yang

tertua bernama Putri Nila Kesuma, Putri Embun Pagi, Putri Bunga

Pandan, Putri Pati Santan, Putri Mayang Mengurai dan yang bungsu

ialah Putri Bunga Melur atau disebut orang Putri Bunga Karang.

Adapun Putri Tunggal Nan Jombang itu amat besar kuasanya.

Tandingannya hanya raja yang memerintah di sebelah Selatan Pulau

Perca ini. Sesudah Raja Mambang Sane, bapak putri itu meninggal

dunia karena ia tidak mempunyai anak laki – laki dan tiada mempunyai

saudara yang baik, maka kerajaannya jatuh ke tangan Putri Tunggal.

Putri itu memanglah seorang raja perempuan yang amat cerdik lagi

bijaksana dan berani. Rakyat senang dan tentram di bawah

pemerintahannya, tetapi ada cacatnya celanya sedikit, sebagai setitik nila

dalam santan sebelanga, ia amat angkuh dan sombong. (Halaman 2 – 3).

4. Putri Tunggal Nan Jombang niat menginginkan untuk menjodohkan

putrinya yang keenam dengan anak – anak raja yang terbesar dan kaya.

Kalimat – kalimat pendukung menyatakan :

Sebagai putri raja ia telah berkunjung dan berkenalan dengan

beberapa raja yang besar. Dari waktu mudanya timbullah keinginannya

hendak menjadi seorang raja yang berkuasa kelak. Setelah ia menjadi

Page 36: Skrip Si

raja senantiasa ia berdaya upaya, mencari akal untuk menyampaikan

cita – citanya itu. Salah satu jalan yang tampak olehnya ialah

mengawinkan keenam putrinya itu dengan raja – raja atau anak - anak

raja dari negeri lain. Lima negara besar yang diharapkan untuk menjadi

jodoh anaknya. Pertama anak raja Cina atau anak raja Campa; kedua raja

Parsi; ketiga raja Rahum; keempat anak raja Turki dan kelima anak raja

Malaka. Kelima putera – putera raja itulah yang diharapkannya akan

menjadi menantunya kelak, sebab itu segala pinangan anak anak raja

lain ditolaknya dengan halus. Melainkan Bunga Melur yang belum

tampaknya olehnya siapa yang akan menjadi jodohnya. Acap kali

dikenang – kenangnya anak raja mana lagi patut dijemputnya. “Ah,

mudah” fikir Putri Tunggal, biarlah ia ku kawinkan dengan salah

seorang putra raja Jawa atau raja Bugis,” (halaman 3 – 4).

5. Keenam Putri Tunggal Nan Jombang telah memiliki kekasih tempat hati

masing – masing dan berjanji bersumpah akan setia pada kekasih

mereka dan menikah pada kekasih masing – masing.

Kalimat – kalimat pendukung menyatakan :

Tetapi dengan tiada setahunya, sesungguhnya keenam putri itu

telah mempunyai kekasih tempat hati masing – masing yakni si Bujang

Panjang Gombak, Nan Semok, Malim Panjang anak Tuanku Becut,

Page 37: Skrip Si

Makhudum Putih, Bujang Sampu – sampu Kudus dan Sultan Kinali alias

Nakhoda Muda yaitu tunangan Bunga Melur. Mereka telah berteguh –

teguhan janji tidak akan mau kawinkan kalau tiada dengan kekasih

mereka masing – masing. (Halaman 4).

6. Kakak Putri Bunga Karang yang kelima telah mengingkari janji sumpah

mereka untuk menikah pada kekasih mereka setelah melihat para anak –

anak raja yang kaya dan megah.

Kalimat – kalimat pendukung menyatakan :

“Kakakku sekalian! Bagaimanakah dengan janji kita? Kita telah

berjanji dan bersumpah akan setia menuruti kekasih kita biar sama –

sama hilang ke dalam lautan daripada dikawinkan dengan anak – anak

raja yang tidak kita kenal itu. Marilah kita bersama – sama berangkat

malam ini begitu janji kita!”.

“Mengapa kakak katakan edan! Bukankah kita sudah berjanji dan

bersumpah akan setia kepada tunangan kita masing – masing? Kakak

sendiri mengeluarkan sumpah biar sama – sama membuang diri ke laut

lepas, atau masing – masing menyingkir dari negeri ini dari pada

dikawinkan kepada orang yang tiada kita kenali dan tidak kita cintai!”

(halaman 6).

Page 38: Skrip Si

7. “Putri Bunga Karang meniggalkan istana kerajaan pergi dengan

kekasihnya, ibunya marah dan malu atas kepergiannya. Kemudian

menyumpahi anaknya menjadi batu karang.”

Kalimat – kalimat pendukung menyatakan :

Pak Tage memberitahukan bahwa ia ada melihat Putri Bunga Melur

keluar dari Kuala dengan sebuah lanyang kecil. Kepada nelayan itu ia

berkata bahwa ia akan pergi ke pulau pagi menuruti kekasihnya,

Nakhoda Muda.

Mendengar cerita anak nelayan itu, Putri Tunggal mendamik – damik

dada serta membantun – bantun rambut di kepalanya, amat marah benar

lakunya. Bukan main malunya, seakan – akan tiada terlihat olehnya lagi

muka tamu yang banyak itu. Terutama sangat benar malunya kepada

raja Bugis serta sekalian pengiringnya. Bunga Melur disumpahinya,

katanya “Anak kualat, anak celaka, anak yang tidak tahu merasa pedih

sakit, anak yang tak tahu berbalas guna…. Membuat malu kepada orang

banyak. Atas kesusahanku mengandung dan melahirkannya, ia masuk ke

kuala atau ke sungai, tersekatlah tubuhnya dirangkungan buaya dan

kalau ia di lautan, terhempas, atau tertumbuk sampannya ke batu

karang…” (halaman 8)

Page 39: Skrip Si

4.2 Analur dalam Cerpen “ Putri Bunga Karang “ Karya Zuber Usman.

Alur (Plot) merupakan sebagai unsur intrinsik dari suatu karya

sastra.Sumardjo (1979 : 9) mendefenisikan alur adalah dasar bergerak nya cerita. Alur

bukanlah jalur cerita, tetapi alur adalah penyebab kejadian.

Pengenalan situasi cerita (exposition), perkenalan pada tokoh, menata adegan

dan hubungan antar tokoh.

Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut :

“Dahulu dalam peralatan aku sudah pernah mendengar orang bermalam,

menyanyikan kisah putri itu, adapun nama Putri Bunga Karang itu, “yang sebenarnya

ialah Putri Bunga Karang Melur” atau disebut juga Putri Nan Bungsu. Ibunya

bernama Putri Tunggal Nan Jombang yang memerintah selingkuhan Batang Muara

ini putri ini beranak enam orang. Keenam anaknya perempuan belaka yang tertua

bernama Putri Nila Kusuma, Putri Embun pagi, Putri Bunga Pandang, Putri Pati

Santan, Putri Mayang Mengurai, dan yang bungsu sekali ialah Putri Bunga Melur

atau sering disebut orang Putri Nan Bungsu.” (halaman 2)

Pengungkapan peristiwa (Complitation) yaitu peristiwa awal yang

menimbulkan berbagai masalah, pertentangan dan kesukaran bagi para tokohnya.

Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut :

- “Setelah ia menjadi raja senantiasa ia berdaya upaya mencari akal untuk

menyampaikan cita - citanya itu. Salah satu jalan yang tampak olehnya ialah

mengawinkan keenam putrinya itu dengan raja - Raja atau anak raja dari Negeri

Page 40: Skrip Si

lain. Lima raja besar yang diharapkannya untuk menjadi jodoh anaknya”

(halaman 3)

- “Tetapi tiada dengan setahunya, sesungguhnya keenam putri itu sudah

mempunyai kekasih, tempat hati masing masing” (halaman 3)

- “Pada suatu kali pecahlah kabar di seluruh negeri , bahwa Putri Tunggal telah

mengirim utusan kepada masing - masing raja yang dikehendakinya itu, akan

meminang putranya cukup dengan bingkisan dan alat kebesaran raja - raja”

(halaman 4)

- “Kepada kakakku yang berlima katanya” Kakakku sekalian! Bagaimanakah janji

kita? Kita telah berjanji dan bersumpah akan setia menuruti kekasih kita sama -

sama hilang ke dalam lautan daripada dikawinkan dengan anak anak raja yang

tidak kita kenal itu. Marilah kita sama - sama berangkat malam ini begitu janji

kita.” (halaman 6)

- “Mereka menoleh sama - sama ketempat Bunga Melur duduk. Tetapi alangkah

tercengang mereka, ketika dilihatnya Bunga Melur tak ada lagi” (halaman 7)

- “Kepada pelayan itu ia berkata, bahwa ia akan pergi ke pulau pagi menuruti

kekasihnya, Nahkoda Muda” (halaman 8)

- “Bunga melur disumpahinya, katanya : Anak kualat, anak celaka, anak yang tak

tahu membalas jasa, membuat malu kepada orang banyak. Atas kesusahanku

mengandung dan melahirkannya ia masuk ke kuala atau kesungai, tersekatlah

tubuhnya dirangkungan buaya” (halaman 8)

Page 41: Skrip Si

4.3 Analisis Penokohan Cerpen “Putri Bunga Karang” Karya Zuber Usman

Setelah membaca cerpen “Putri Bunga Karang” karya Zuber Usman, penulis

dapat mengetahui tokoh - tokoh cerita dalam cerpen tersebut.tokoh dipakai pengarang

untuk menyampaikan ide atau gagasannya. Tokoh adalah pemeran utama (individual

rekaan) yang mengalami peristiwa – peristiwa atau perlakuan dalam cerita.

Disini peneliti mencoba menerapkan teori yang merupakan teori yang

dikemukakan Mochtar Lubis dalam menggambarkan penokohan para tokoh yang

terdapat dalam cerpen “Putri Bunga Karang” Karya Zuber Usman.

Dari segi physical description, cara ini dipergunakan pengarang dengan

melukiskan bentuk lahir dari para tokoh. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan

melalui tokoh Putri Bunga Melur atau Putri Bunga Karang dalam kutipan berikut :

“Menurut cerita orang, tunggul itu didiami oleh seorang dewi laut yang sakti dan amat cantik rupanya, menggilakan barang siapa yang menantang wajahnya, dewi itu selalu bersedih hati dan bermuram durja, dialah yang dipanggil orang Putri Bunga Karang.” (halaman 9 – 10).

Bila diperhatikan dari kutipan diatas, pengarang berusaha memberikan

gambaran dari tokoh Putri Bunga Melur yang memiliki kesaktian dan memiliki

kecantikan yang rupawan.

Dari segi [prtrayol of thought stream or of concious, cara ini dipergunakan

pengarang dalam melukiskan watak pelaku dengan jalan menerangkan apa yang

terlintas dalam pikiran pelaku atau bagaimana jalan pikiran pelaku. Hal ini dapat

diperhatikan melalui pikiran Putri Bunga Melur dalam kutipan berikut :

Page 42: Skrip Si

“Mengapa aku kakak katakan edan! Bukankah kita sudah berjanji dan bersumpah akan setia kepada tunangan kita masing – masing? Kaka sendiri mengeluarkan sumpah, biar sama – sama membuang diri ke laut lepas, atau masing – masing menyingkir dari negeri ini daripada dikawinkan kepada orang yang tiada kita kenali dan tidak kita cintai!”

Melalui kutipan diatas tergambar bahwa tokoh Putri Bunga Melur adalah

orang yang setia pada janji, setia pada orang yang dicintainya dan tidak mau ingkar

oleh sumpah yang sudah diucapkannya.

Selain dari sikap Putri Bunga Melur, sikap Putri Tunggal dapat diperhatikan

melalui kutipan berikut :

“Sebagai putri raja ia telah berkunjung dan berkenalan dengan beberapa raja yang besar – besar. Dari waktu mudanya, timbullah keinginannya hedak menjadi seorang raja yang berkuasa kelak. Setelah ia menjadi raja senantiasa ia berdaya upaya, mencari akal untuk menyampaikan cita – citanya. Salah satu jalan yang tampak olehnya ialah mengawinkan keenam putrinya dengan raja – raja atau anak – anak raja dari negeri lain.” (halaman 3).

Melalui kutipan diatas, bahwa tokoh Putri Tunggal Nan Jombang adalah

orang yang memiliki keinginan yang tinggi dan memiliki kekuasaan dan hasrat tujuan

ataupun cita – citanya harus tercapai.

Dari segi reaction to event, melalui cerita ini pengarang menceritakan

bagaimana reaksi pelaku terhadap pengarang, menceritakan bagaimana reaksi pelaku

terhadap kejadian. Untuk menyatakan hal ini dapat diperhatikan dari tokoh Putri

Bunga Melur sebagaimana terdapat dalam kutipan berikut :

“Kelima anak raja itu didudukkan oranglah, masing – masing dengan pasangannya, melainkan anak raja Bugis yang masih duduk sendirian, sebab Putri Bunga Melur tidak tentu kemana perginya. Putri tak dapat mengawinkan. Betapa malu dan marahnya ia seketika itu. Tiba – tiba

Page 43: Skrip Si

masuklah seorang nelayan, Pak Tage namanya. Pak Tage memberitakan bahwa ia ada melihat Putri Bunga Melur keluar dari Kuala dengan sebuah laxang kecil. Kepada nelayan itu ia berkata bahwa ia akan pergi ke pulau pagi menuruti kekasihnya, Nakhoda Muda.” (halaman 8)

Dari kutipan diatas tergambar bahwa tokoh Putri Bunga Melur memiliki

sifat tetap pada pendiriannya tidak mau dijodohkan oleh ibunya. Putri Bunga Melur

lebih baik meninggalkan istana kerajaan ibunya daripada dijodohkan dengan anak

raja pilihan ibunya sendiri.

Dari segi discussion of environment, melalui cara ini pengarang melukiskan

watak pelaku melalui penggambaran keadaan sekitar pelaku atau tokoh tersebut.

Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut :

“Diteluk itu riuh tangis dan ratap kegembiraan orang beberapa hari yang lalu, sekarang berganti dengan kesedihan. Lama orang berkabung di teluk itu. Meratapi dan menguburkan mayat mana yang dibawa orang ke tepi. Lebih delapan puluh hari orang ramai di tempat itu mengemasi dan mencari mayat sehingga tanak keliling itu habis merah belaka, bekas tanah penggalian pekuburan.” (halaman 9).

Dari kutipan diatas tergambar bahwa keadaan sekitar pelaku dalam suasana

yang sangat menyedihkan, dan berkabung meratapi dan menguburkan mayat – mayat

karena korban dari sumpahan dan kutukan Putri Tunggal Nan Jombang.

Hal ini menunjukkan bahwa keadaan sekitar tokoh Putri Bunga Melur dalam

keadaan gelisah, dan mengeluh. Di setiap ombak memecah turun naik bergulung telah

bersatu menjadi sebagian jiwa samudera yang luas, ditempat itulah terletak ruangan

Putri Karang itu.

Hal ini dapat dilihat melalui kutipan berikut :

Page 44: Skrip Si

“Dalam turun naik riak bergulung dan dalam kegelisahan ombak meemcah itu, disitulah terletak ruang putri itu yang senantiasa mengeluh telah bersatu menjadi sebagian jiwa samudra yang luas itu.” (halaman 10).

Hal ini menunjukkan bahwa keadaan sekitar pelaku adalah dalam keadaan

gelisah, mengeluh ketika ombak memecah turun naik bergulung di tempat ruangan

Putri Bunga Karang.

Dari segi conversation of other about characters, cara ini hampir sama

penggunaannya dengan keempat diatas, namun disini pelaku – pelaku lainnya dalam

suatu cerita memperbincangkan keadaan pelaku utama, dengan demikian secara tidak

langsung pembaca dapat kesan tentang segala sesuatu yang mengenai pelaku

utamanya.

Demikian ada empat cara yang penulis pergunakan dalam menganalisis

penokohan para tokoh yang ada dalam cerpen “Putri Bunga Karang” karya Zuber

Usman.

Adapun tokoh – tokoh yang terdapat dalam cerpen “Putri Bunga Karang”

karya Zuber Usman adalah tokoh utama (sentral) dan tokoh tambahan (bawahan).

Tokoh utama (sentral) sebagai berikut :

1. Putri Bunga Melur (Putri Bunga Karang)

2. Putri Tunggal Nan Jombang (Ibu Kandung Putri Bunga Karang)

Tokoh tambahan (bawahan :

3. Putri Nila Kesuma (Putri Tertua)

4. Putri Embun Pagi (Putri Anak Kedua)

Page 45: Skrip Si

5. Putri Bunga Pandan (Putri Anak Ketiga)

6. Putri Pati Santan (Putri Anak Keempat)

7. Putri Mayang Mengurai (Putri Anak Kelima)

8. Raja Mambang Sani (Bapak dari Putri Tunggal Nan Jombang)

9. Pak Tage (seorang nelayan)

Kosasih (2006 : 228) menyatakan, “Penokohan adalah cara pengarang

mengambilkan dan mengembangkan karakter tokoh – tokoh dalam cerita.” Watak

seorang tokoh dapat dilihat dari ucapan – ucapannya, usia, latar belakang sosial,

moral, suasana kejiwaan. Selain itu watak seorang tokoh juga dapat dilihat dari gerak

– gerik dan tingkah lakunya, cara jalan pikiran. Dengan demikian penokohan tokoh

utama (sentral) dalam cerpen “Putri Bunga Karang” karya Zuber Usman adalah

sebagai berikut :

1. Tokoh Putri Bunga Melur (Putri Bunga Karang)

Putri Bunga Melur adalah seorang anak putri keenam atau putri bungsu dari

raja bernama Putri Tunggal Nan Jombang.

Hal ini didukung oleh kutipan :

- “Adapun nama Putri “Bunga Karang” itu yang sebenarnya ialah Putri

Bunga Melur atau disebut juga Putri Nan Bungsu. Ibunya bernama Putri

Tunggal Nan Jombang yang memerintah selingkungan Batang Muara ini.”

(Halaman 2).

Page 46: Skrip Si

Putri Bunga Melur adalah seorang wanita yang setia pada kekasihnya dan

setia akan janji yang disumpahkan.

Hal ini didukung oleh kutipan :

- “Sampu – sampu Kudus dan Sultan Kinalis alias Nakhoda Muda yaitu

tunangan Bunga Melur. Mereka telah berteguh – teguhan janji tidak akan

mau dikawinkan kalau tiada dengan kekasih mereka masing – masing.”

Putri Bunga Karang seorang wanita yang nekad. Nekad meninggalkan istana

kerajaan ibunya dan kelima saudaranya. Oleh karena ikrar janjinya terhadap

kekasihnya tidak akan menikah dengan pria lain selain kekasihnya atau

tunangannya.

Hal ini didukung oleh kutipan :

- “Mereka – mereka bersama – sama ke tempat Bunga Melur duduk, tetapi

alangkah tercenganya mereka ketika dilihatnya Bunga Melur tidak ada

lagi.” (halaman 7).

- “Tiba – tiba masuklah seorang nelayan, Pak Tage namanya. Pak Tage

memberitakan bahwa ia ada melihat Putri Bunga Melur keluar dari Kuala

dengan sebuah Laxang kecil. Kepada nelayan itu ia berkata, bahwa ia akan

pergi ke pulau pagi menuruti kekasihnya, Nakhoda Muda.”

Putri Bunga Melur adalah seorang putri yang malang, nasibnya dia dikutuk

oleh ibu kandungnya sendiri karena tidak mau dijodohkan dengan pria lain

selain kekasih pujaannya. Dan Putri Melur dikutuk menjadi sebuah batu

karang.

Page 47: Skrip Si

Hal ini didukung oleh kutipan :

- “Bunga Melur disumpahinya, katanya “Anak kualat, anak celaka, anak

yang tidak tahu merasa pedih sakit, anak yang tak tahu berbalas guna….

Membuat malu kepada orang banyak. Atas kesusahanku mengandung dan

melahirkannya, ia masuk ke kuala atau ke sungai, tersekatlah tubuhnya

dirangkungan buaya dan kalau ia di lautan, terhempas, atau tertumbuk

sampannya ke batu karang…” (halaman 8)

2. Putri Tunggal Nan Jombang

Putri Tunggal Nan Jombang adalah seorang putri raja yang memiliki

kekuasaan yang memerintah selingkungan Batang Muara, dan Putri Tunggal

adalah anak raja satu – satunya yang tidak memiliki saudara satupun.

Hal ini didukung oleh :

- “Ibunya bernama Putri Tunggal Nan Jombang yang memerintah

selingkungan Batang Muara ini.” (halaman 2)

- “Adapun Putri Tunggal Nan Jombang itu amat besar kuasanya,

tandingannya hanya raja yang memerintah disebelah selatan Pulau Parca

ini. Sesudah Raja Mambang Sane, Bapa Putri itu meninggal dunia karena

ia tiada mempunyai anak laki – laki dan tiada mempunyai saudara yang

baik. Maka kerajaannya jatuh ke tangan Putri Tunggal.” (halaman 3)

Putri Tunggal Nan Jombang memiliki watak yang cerdik lagi bijaksana dan

pemberani. Namun sifatnya masih memiliki keangkuhan dan sombong.

Page 48: Skrip Si

Hal ini didukung oleh :

- “Putri Tunggal memanglah seorang raja perempuan yang amat cerdik lagi

bijaksana dan pemberani. Rakyat senang dan tentram di bawah

pemerintahannya, tetapi ada cacat celanya sedikit, sebagai setitik nila

dalam santan sebelanga, ia amat angkuh dan sombong.” (halaman 3)

Putri Tunggal Nan Jombang kehidupan di masa mudanya enak dan selalu

dibawa kemana – mana oleh bapaknya sewaktu masih hidup, dan memiliki

harta pewaris yang banyak.

Hal ini didukung oleh :

- “Waktu mudanya Putri Tunggal itu sudah berlayar kemana – mana

mengunjungi negeri yang jauh – jauh. Bapanya Raja Mambang Sani

banyak mempunyai kapal atau perahu di laut.”

3. Putri Bunga Pandan

Putri Bunga Pandan adalah seorang wanita yang tidak tetap pada pendirian

atau tidak menepati janji yang mereka sepakati. Wanita ini termasuk

matrerialistis dan memiliki sifat pencaci.

Hal ini didukung oleh :

- “Mendengar jawapan Bunga Melur itu, kelima kakak – kakaknya itu

semakin tertawa terkekeh – kekeh, menghina dan mengejek – ejek kepada

adiknya, kakanya yang tengah berpantun sambil tersenyum, ujarnya :

Dari tikuke kutantaji

Page 49: Skrip Si

Anak payang membeli emas

Biarlah aku mungkir janji,

Karena loyang ganti emas

Putri yang berempat itu bersorak – sorak dan tertawa mendengar pantun

Bunga Pandan serta mencubit dan mencaci tiada henti – hentinya.”

(halaman 6).

Demikian halnya dengan kakaknya yang empat yakni putri Nila Kesuma,

Putri Embun Pagi, Putri Pati Santan, Putri Mayang Mengurai. Mereka ini

adalah sama memiliki sifat yang ingkar, materialistis dan suka mengejek.

4. Pak Tage

Pak Tage adalah seorang nelayan yang melihat kepergiaannya Putri Bunga

Melur dan memberitahukan kejadian yang dilihatnya kepada Putri Tunggal

ibu kandung Putri Bunga Melur.

Hal ini didukung oleh :

- “Tiba – tiba masuklah seorang nelayan, Pak Tage namanya. Pak Tage

memberitakan bahwa ia ada melihat Putri Bunga Melur keluar dari Kuala

dengan sebuah lanyang kecil. Kepada nelayan itu ia berkata bahwa ia akan

pergi ke pulau pagi menuruti kekasihnya, Nakhoda Muda.” (halaman 6)

Page 50: Skrip Si

4.4 Analisis Nilai Didaktis dalam cerpen “Putri Bunga Karang” Karya Zuber

Usman

Pendapat Sabaruddin bahwa suatu gubahan berbentuk prosa maupun

berbentuk puisi yang cenderung kepada suatu maksud hendak mengajak pembacanya

agar menjadi manusia yang baik dan salah disebut didakrik (1974 : 108).

Pengarang maupun penulis gubahan didakris itu menggunakan penelitian itu untuk

meyakinkan ajaran – ajaran baik mengenai susila maupun yang berbaur agama.

1. Sebagai seorang ibu, jangan terlalu memaksakan kehendak dan keinginan sendiri

untuk mengatur kehidupan anak – anaknya untuk dijodohkan dengan pilihannya

akan mengakibatkan fatal dalam hidup anaknya, dan mengganggu moral anak,

dan bisa kehilangan anak sendiri dari kehidupannya.”

Kalimat – kalimat pendukung menyatakan :

- “Sebagai putri raja ia telah berkunjung dan berkenalan dengan beberapa raja

yang besar – besar. Dari waktu mudanya, timbullah keinginannya hedak

menjadi seorang raja yang berkuasa kelak. Setelah ia menjadi raja senantiasa

ia berdaya upaya, mencari akal untuk menyampaikan cita – citanya. Salah satu

jalan yang tampak olehnya ialah mengawinkan keenam putrinya dengan raja –

raja atau anak – anak raja dari negeri lain.” (halaman 3).

- Bahwa keenam putri itu sudah mempunyai tunangan dengan tiasa setahu

ibunya. Apabila didengar tunangan mereka itu puteri – puteri itu akan

dikawinkan dengan anak raja – raja, maka menghilanglah mereka itu

meninggalkan negeri, ada yang lari ke tanah Aceh, ada yang mudik ke

Page 51: Skrip Si

Kuantan atau pergi ke Palembang, menyembunyikan malu masing – masing.”

(halaman 5).

- Keenam putri itu telah bermufakat pula akan lari menuruti kekasih masing –

masing. Mereka telah berjanji dan bersumpah, biarlah mereka mati

menyeburkan diri ke dalam laut daripada dikawinkan dengan anak raja yang

tiada mereka kenal itu.” (Halaman 5).

2. Setiap orang diharapkan merendah hati tidak sombong atau angkuh, karena dia

akan mendapat ganjaran dalam hidupnya atau cobaan dari Tuhan.

Kalimat – kalimat pendukung menyatakan :

- “Putri Tunggal memanglah seorang raja perempuan yang amat cerdik

lagi bijaksana dan pemberani. Rakyat senang dan tentram di bawah

pemerintahannya, tetapi ada cacat celanya sedikit, sebagai setitik nila dalam

santan sebelanga, ia amat angkuh dan sombong.” (halaman 3)

- “Tetapi dengan tiada setahunya, sesungguhnya keenam putri itu sudah

mempunyai kekasih, tempat hati mereka masing – masing.” (halaman 4).

- “Mereka telah berteguh – teguhan janji tidak akan mau dikawinkan

kalau tiada dengan kekasih mereka masing – masing.” (halaman 5).

- “Mendengar cerita anak nelayan itu, Putri Tunggal mendamik – damik dada

serta mebantum – bantum rambut dikepalanya, amat marah benar lakunya

bukan main malunya, seakan – akan tiada terlihat olehnya lagi muka tmu yang

banyak itu. Terutama sangat benar malunya kepada raja Bugis serta sekalian

Page 52: Skrip Si

pengiringnya. Bunga Melur disumpahinya, katanya “Anak kualat, anak

celaka, anak yang tidak tahu merasa pedih sakit, anak yang tak tahu berbalas

guna…. Membuat malu kepada orang banyak. Atas kesusahanku mengandung

dan melahirkannya, ia masuk ke kuala atau ke sungai, tersekatlah tubuhnya

dirangkungan buaya dan kalau ia di lautan, terhempas, atau tertumbuk

sampannya ke batu karang…” (halaman 8)

- “Dengan kekuasaan dan takdir yang Maha Kuasa, ketika itu juga

berdentumlah petir teramat kuat bunyinya, sebagai hendak memecah langit

dan bumi.” (halaman 8).

3. Dalam setiap janji atau sumpah yang diucapkan harus ditepati bila mengingkari

maka akan membuat musibah dalam hidup kita.”

Kalimat – kalimat pendukung menyatakan :

- “Putri Bunga Melur berkata kepada kakanya yang berlima, katanya :

“Kakakku sekalian! Bagaimanakah janji kita? Kita telah berjanji dan

bersumpah akan setia menuruti kekasih kita, biar sama – sama hilang ke

dalam lautan daripada dikawinkan dengan anak – anak raja yang tiada kita

kenali itu. Marilah kita sama – sama berangkat malam ini, begitu janji kita!

Mendengar perkataan Bunga Melur itu, kelima kakaknya tertawa – tawa pula

seraya menjenguk kepada perahu anak – anak raja yang baru datang itu.

Mengapa aku kakak katakan edan! Bukankah kita sudah berjanji dan

bersumpah akan bersetia kepada tunangan kita masing – masing ? Kakak

Page 53: Skrip Si

sendiri mengeluarkan sumpah, biar sama – sama membuang diri daripada

dikawinkan kepada orang yang tiada kita kenali dan tiada kita cintai!”

(halaman 6).

- “Begitu pula kelima saudaranya, beberapa hari kemudian, sesuah

perkawinan itu berlangsung, mereka hendak berlayar, menurutkan suami

masing – masing akan menjelang mertua, tetapi baru saja perahu mereka

keluar dari Kuala Batang Muara, guruhpun berdentum pula seperti malam

perkawinan itu, maka datanglah gelombang dari tengah laut, amat besar dan

keras. Seakan – akan ada yang menolaknya dari tengah. Perahu anak – anak

raja itu terbanting arah ke Selatan dekat bukit si Kabau, kini bernama Teluk

Kabung. Kelima perahu itu pecah dan tenggelam.” (halaman 9).

Page 54: Skrip Si

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah memperhatikan mulai dari pendahuluan hingga pembahasan maka

penulis memberikan kesimpulan:

1. Cerpen “Putri Bunga Karang” Karya Zuber Usman.mengisahkan tentang

kesedihan seorang Putri Bungsu yang disebut namanya Putri Bunga Karang.yang

telah disumpah oleh ibu kandungnya Putri Tunggal Nan Jombang karena tidak

menuruti perintah ibunya untuk dijodohkan pada pilihan ibunya. Putri bungsu

meninggalkan istana kerajaan ibunya pergi bersama kekasih pujaannya, karena

Putri Bungsu setia pada janji yang mereka ucapkan bersama kakaknya yang

kelima.tidak akan meninggalkan para kekasih hati mereka masing - masing bila

mereka ingkar akan janji mereka berenam, maka mereka hilang kedalam lautan

daripada dikawinkan dengan anak - anak raja yang tidak dikenal. Maka sumpahan

dan kutukan terucap dari ibunya atas kesusahan mengandung, melahirkan, ia

masuk kekuala atau sungai, tubuhnya tersekat dirangkungan buaya dan bila

berlayar di lautan maka terhempaslah atau tertumbuk sampannya ke batu karang.

Akhirnya Putri Bunga Karang menjadi seorang dewi laut yang sakti dan cantik,

bila siapa yang pernah merasai rindu, dendam, cinta birahi niscaya bunyi deruh

dan deruh ombak baginya mempunyai suatu makna yang baik sehingga tidak

Page 55: Skrip Si

dapat menidurkan matanya. Oleh karna getaran dan deburan… menghempas dan

mengeram dalam jiwa sendiri.

2. Tema yang diangkat pada cerpen ”Putri bunga karang” Karya Zuber Usman

mengarah kepada kesetiaan terhadap kekasih dan tepat janji tidak mau menikah

dengan orang yang tidak dia cintai. Dalam cerpen ”Putri Bunga Karang” karya

Zuber Usman sebuah tema yang baik memiliki cinta yang abadi dan mengarah

kepada moral. Adapun tema minor keseluruhan adalah seorang Putri Bungsu atau

disebut panggilan Putri Bunga Karang memiliki jiwa baik dan tidak pandang harta

atau pun jabatan, setia pada janji yang diucapkan sekalipun mengorbankan nyawa

yaitu kutukan ibunya, demi mempertahankan cinta sejatinya dan kekasihnya.”

3. Perwatakan para tokoh dalam cerpen ”Putri bunga Karang” Karya Zuber Usman,

digambarkan pengarang melalui ciri - ciri dan karakternya yang berbeda, ini

terlihat dari karakter yang berbeda – beda dan menambah pemahaman pembaca

untuk mengetahui jalan cerita.

4. Nilai Didaktik yang disampaikan pengarang kepada pembaca adalah dimana

pengarang bercerita agar setiap perempuan tidak sombong atau materialistis

dalam janji yang diucapkan dan sumpah janganlah diingkari karena akan

membuat musibah bagi diri yang berjanji. Bagi seorang ibu bila memiliki anak

yang sudah dewasa, janganlah mamaksakan kehendak diri sendiri dalam memilih

pasangan hidup anaknya. Karena dalam sebuah perkawinan menuju rumah tangga

baru bukanlah permainan, bisa jadi membuat jiwa atau moral anak susah dan anak

tiada bahagia akhirnya karena secara paksaan anak tersebut akan sengsara dan

Page 56: Skrip Si

sikap seorang ibu harus melihat apa yang menjadi yang terbaik dalam hidup anak-

anaknya, dan diarahkan kepada jiwa moral yang tinggi.

5.2 SARAN

Karya sasta merupakan hasil cipta tentang gambaran-gambaran masyarakat

didalam kehidupan ini.hal ini dapat dipahami karena pengarang menyajikan peristiwa

yang terjadi didalam lingkungan hidup masyarakat sehingga dapat memberikan

penghayatan yang dalam terhadap apa yang ingin diketahui dalam karya sastra

sebagai berikut:

1. Penelitian terhadap karya sastra diharapkan dapat mengembangkan, melestarikan

dan mempertahankan budaya nasional.

2. Tema, alur, penokohan dan nilai didaktis dalam suatu karya sastra diharapkan

dilatih dan diajarkan kepada siswa/ siswi agar dapat dihubungkan dalam

kehidupan sehari - hari.

3. Hendaknya guru Bahasa Indonesia meningkatkan pemahaman dalam

mengaplikasi pelajaran pada siswa/siswi berdasarkan pengetahuan dibidang teori

satra, sejarah sastra dan kritik sastra dalam mengapresikan sastra.

4. Diharapkan kepada pembaca cerpen ”Putri Bunga Karang” Karya Zuber Usman

agar memiliki semangat nasionalisme yang kuat untuk memperoleh kebebasan,

usulan hanya dengan tulisan. karena melalui tulisanlah yang dapat mempengaruhi

orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Page 57: Skrip Si

Aminuddin. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Sinar Baru. Bandung. 1987.

Tarigan, Brook Et Al. Prinsip – prinsip Dasar Sastra. Angkasa. Bandung. 1985.

Tarigan, Rosidi. Prinsip – prinsip Dasar Sastra. Angkasa. Bandung. 1985.

Poerwadarminto, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

1995

Tarigan, Henry Guntur. Prinsip – prinsip Dasar Sastra. Angkasa. Bandung. 1985.

Keraf, Gorys. Komposisi. Nusa Indah. 1985.

Usman, Zuber. Putri Bunga Karang. Grasindo. Jakarta. 1975.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta.

Jakarta. 1993.

Wellek Rene & Warren Austin. Teori Kesusasteraan. PT. Gramedia. Jakarta. 1989.

Teew, A. Membaca dan Menilai Sastra. Gramedia. Jakarta. 1993.

Wijana, Sumardjo. Dasar – dasar Pragmatik. Penerbit Budi. Yogyakarta. 1996.

Guntur, Kosasih. Prinsip – Prinsip Dasar Sastra. Angkasa. Bandung. 1985.

Aminuddin, Ny. Roesyah. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Sinar Baru. Bandung.

1987.

Tarigan, Samad. Prinsip – prinsip Dasar Sastra. Angkasa. Bandung. 1985.

Tarigan, Zulfanur. Prinsip – prinsip Dasar Sastra. Angkasa. Bandung. 1985.

Badudu, Natawidjaya. Sari Keusasteraan Indonesia. Pustaka Prima. Bandung. 1993.

Teew A, Nurgianto. Membaca dan Menilai Sastra. Gramedia. Jakarta. 1993.

Aminuddin, Alwi Hasan, dkk. Pengantar Apresiasi Karya. Sinar Baru. Bandung.

1987.

Arifin, Sudjiman. Ilmu Komunikasi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2003.

Arikuto, Supardjo. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta.

Jakarta. 1993.

Aminuddin, Sabaruddin. Pengantar Apresiasi Sastra. Sinar Baru. Bandung. 1987.

Tarigan, Seni. Prinsip – prinsip Dasar Sastra. Angkasa. Bandung. 1985.

ANALISIS CERPEN “PUTRI BUNGA KARANG”

Page 58: Skrip Si

KARYA ZUBER USMAN DITINJAU DARI SEGI TEMA, ALUR,

PENOKOHAN DAN NILAI DIDAKTIS

PROPOSAL

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana PenddikanPada Jurusan PBS

Program Studi Pendidikan Bahasa Insonesia

Oleh :

Nama : NELLY FRIDA SIMANJUNTAK

NPM : 08110175

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Seni

Program Studi : Pendidikan Bahasa Indonesia

Jenjang : Strata Satu (S – 1)

Disetujui Oleh :

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dra. R. Nainggolan, M. Pd. Drs. S. Ginting, M. Pd.:

Ketua Jurusan PBS

Drs. S. Ginting, M. Pd.

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN

PEMATANGSIANTAR2010

Page 59: Skrip Si

ANALISIS CERPEN “PUTRI BUNGA KARANG”KARYA ZUBER USMAN DITINJAU DARI SEGI TEMA, ALUR,

PENOKOHAN DAN NILAI DIDAKTIS

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana PenddikanPada Jurusan PBS

Program Studi Pendidikan Bahasa Insonesia

Oleh :

Nama : NELLY FRIDA SIMANJUNTAK

NPM : 08110175

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Seni

Program Studi : Pendidikan Bahasa Indonesia

Jenjang : Strata Satu (S – 1)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN

PEMATANGSIANTAR2010

Page 60: Skrip Si

S K R I P S I

ANALISIS CERPEN “PUTRI BUNGA KARANG”KARYA ZUBER USMAN DITINJAU DARI SEGI TEMA, ALUR,

PENOKOHAN DAN NILAI DIDAKTIS

OLEH :

NAMA : NELLY FRIDA SIMANJUNTAK NPM : 08110175 JURUSAN : PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN BAHASA INDONESIAJENJANG : STRATA SATU (S – 1)TANGGAL UJIAN :

Dinyatakan telah memenuhi syarat dengan hasil dan dengan ini pula yang bersangkutan memperoleh gelar

SARJANA PENDIDIKAN

Pematangsiantar, September 2010

Panitia Ujian Akhir/ Meja Hijau

Penguji I Penguji II

Dekan FKIP UHN Pematangsiantar Ketua Jurusan PBS

Page 61: Skrip Si

Dr. Tagor Pangaribuan Drs. S. Ginting, M. Pd

Page 62: Skrip Si

ABSTRAK

Simanjuntak Nelly Frida. NPM 08110175. Analisis Cerpen “Putri Bunga Karang” Karya Zuber Usman ditinjau dari segi Tema, Alur, Penokohan dan Nilai Didaktis.

Karya sastra merupakan hasil cipta tentang gambaran – gambaran masyarakat di dalam kehidupan. Hal ini dapat dipahami karena pengarang menyajikan peristiwa – peristiwa yang terjadi di dalam lingkungan hidup masyarakat, sehingga dapat memberikan penghayatan yang dalam terhadap apa yang ingin diketahui.

Sehubungan dengan pernyataan diatas, maka penulis mencoba melakukan penilaian di bidang karya sastra. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan teknik pengumpulan data dengan menggunakan metode penelitian kepustakaan. Dalam cerpen yang mengandung rangkaian cerita kehidupan tentang tema, alur, penokohan dan nilai didaktis, maka penulis memilih cerpen “Putri Bunga Karang” karya Zuber Usman.

Melalui penganalisisan dengan cermat dan diinterpretasi unsur tema, alur, penokohan dan nilai didaktis yang terdapat dalam cerpen tersebut, hasilnya adalah sebagai berikut : betapa kuatnya pengaruh tulisan untuk mempengaruhi kehidupan masyarakat dalam menumbuhkan semangat nasionalisme agar memperoleh kebebasan.

Setelah diteliti lebih jauh, cerpen ini sangat menarik. Oleh karena itu, cerpen ini sangat penting baik dari segi isi maupun dari segi historisnya untuk perkembangan Indonesia.

Pematangsiantar, September 2010

Dekan PenulisFKIP Universitas HKBP Nommensen

Dr. Tagor Pangaribuan Nelly Frida SimanjuntakNPM. 08110175

Page 63: Skrip Si

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat

rahmat dan kasih karunianya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Penulis skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan di FKIP Universitas HKBP Nommensen. Meskipun penyusunan

ini telah seoptimal mungkin, namun penulis menyadari bahwa skripsi ini masih

memiliki kekurangan dan kelemahan, baik dalam sistematis penulisannya maupun

tutur bahasanya. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran dari

pembaca.

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Tagor Pangaribuan, selaku Dekan FKIP Universitas HKBP

Nommensen Pematangsiantar.

2. Bapak Drs. S. Ginting, M. Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa

damSastra Indonesia dan sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Pembantu.

3. Ibu Dra. R. Nainggolan, M. Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia, sekaligus sebagai dosen pembimbing utama yang

selalu meluangkan waktu untuk membimbing penulis dan memberi perhatian

secara khusus buat penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh Bapak/ Ibu dosen yang tercinta di FKIP Universitas HKBP

Nommensen serta seluruh staf pegawai dan karyawan akademik FKIP

Universitas HKBP Nommensen Pematangsiantar.

5. Kepala Perpustakaan FKIP Universitas HKBP Nommensen Pematangsiantar

yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis selama mengadakan

penelitian.

6. Ayahanda St. G. Simanjuntak dan Ibunda R. br. Sinaga yang terkasih yang telah

memberikan motivasi, doa serta dukungan dengan penuh perjuangan untuk

membiayai penulis dalam menyelesaikan perkuliahan.

7. Ito tercinta Pak Angel Simanjuntak, A. Md yang telah memberi dukungan doa

maupun materil dan semangat buat penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

8. Ito tercinta Pak Steven Simanjuntak juga memberi dukungan dan doa buat

penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Page 64: Skrip Si

9. Adik saya yang terkasih Emmilia Febriyanti Simanjuntak, Am. Keb. Yang telah

banyak membantu saya dalam hal doa dan materil serta memberi semangat buat

penulis, untuk menyelesaikan skripsi ini.

10. Adik Horas Rumay Johan Simanjuntak sebagai adik yang paling bungsu yang

memberi semangat, doa serta dukungan buat penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

11. Ito Frengki Simanjuntak, Ito Agus Simanjuntak yang memberi perhatian buat

penulis.

12. Buat teman Eda Mak Jeni br Simorangkir yang memberi semangat dan doa buat

penulis, dalam menyelesaikan skripsi ini.

13. Secara khusus buat anak – anak saya terkasih dan tercinta Citra Vincensius

Haloho, Florencia Nathingale br Haloho. Kharisma Novelita Lasmaria br

Haloho, yang memberi semangat buat mamaknya/ penulis dan doa untuk

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, (Semoga Tuhan Allah mendengar dan

mengabulkan doa anak – anakku, Amin).

14. Teman – temanku : Nelly Tumanggor, Kristina dan Sahat P.P. yang telah

memberi semangat dan dukungan buat penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Tuhan senantiasa melindungi dan memberikan berkat kepada kita semua,

semoga skripsi ini dapat berguna demi pengembangan dunia pendidikan di masa yang

akan datang.

Pematangsiantar, September 2010

Penulis

Nelly Frida Simanjuntak

Page 65: Skrip Si

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian ........................................................ 11.2 Ruang Lingkup Masalah .......................................................... 41.3 Rumusan Masalah .................................................................... 51.4 Tujuan Penelitian ..................................................................... 51.5 Manfaat Penelitian ................................................................... 61.6 Anggapan Dasar ....................................................................... 61.7 Definisi Istilah .......................................................................... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Apresiasi Sastra ................................................... 9 2.2 Pengertian Cerpen ................................................................. 10 2.3 Struktur Cerpen ..................................................................... 11 2.3.1 Tema .......................................................................... 11 2.3.2 Alur ............................................................................ 13 2.3.3 Penokohan ................................................................. 14 2.3.4 Nilai-nilai Didaktis .................................................... 17

2.4 Cerpen”Putri Bunga Karang” Karya Zuber Usman Sebagai Salah Satu Karya Sastra........................................... 19

2.5 Sinopsis Cerpen “Putri Bunga Karang” Karya Zuber Usman ................................................................................... 22

2.6 Riwayat Hidup Pengarang .................................................... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian ................................................................. 293.2 Pengumpulan Data ................................................................ 303.3 Penganalisaan Data ............................................................... 303.4 Sumber Data .......................................................................... 31

Page 66: Skrip Si

BAB IV PEMBAHASAN PENELITIAN

4.1 Analisis Tema Dalam Cerpen “Putri Bunga Karang” Karya Zuber Usman .............................................................. 32

4.2 Analisis Alur Dalam Cerpen “Putri Bunga Karang”Karya Zuber Usman .............................................................. 39

4.3 Analisis Penokohan Cerpen “Putri Bunga Karang”Karya Zuber Usman .............................................................. 41

4.4 Analisis Nilai Didaktis Dalam Cerpen “Putri Bunga Karang” Karya Zuber Usman ............................................... 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ........................................................................... 545.2 Saran ..................................................................................... 56

DAFTAR PUSTAKA

Page 67: Skrip Si

v

Page 68: Skrip Si

FKIP UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN

KARTU KEGIATAN BIMBINGAN PENULISAN SKRIPSI

Semester Ganjil / Genap *) T. A.

Nama Mahasiswa NELLY FRIDA SIMANJUNTAK Jurusan/ Program Studi PBS/

BAHASA INDONESIA

N P M 08110175 A l a m a t Jln. Bolakaki

No. 40

Judul Skripsi ANALISIS CERPEN “PUTRI BUNGA KARANG” KARYA ZUBER

USMAN DITINJAU DARI SEGI TEMA, ALUR, PENOKOHAN DAN NLAI

DIDAKTIS

Pembimbing Utama, Pembimbing Pembantu,

Dra. R.NAINGGOLAN, M. Pd. Drs. S.GINTING , M. Pd.

No Hari/ TanggalTempat

PertemuanTahap Kegiatan

Yang Dibicarakan

Paraf Pembimbing ParafMahasiswaUtama Pembantu

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Page 69: Skrip Si

10

Keterangan*) = Coret yang tidak perlu

Pematangsiantar,

Ketua Jurusan/ Prodi *)