Skrip Si
-
Upload
hafiz-qiqi -
Category
Documents
-
view
350 -
download
7
Transcript of Skrip Si
TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA TENTANG PENYAKIT RHEUMATOID
ARTHRITIS DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) BUDI MULIA 1
CIPAYUNG JAKARTA TAHUN 2009
Skripsi
Disusun untuk Melengkapi Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan
FAJRIYAH NUR AFRIYANTI
105104003453
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
1430 H / 2009 M
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini, mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta :
Nama : Fajriyah Nur Afriyanti
NIM : 105104003453
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Tahun akademik : 2005
Menyatakan bahwa skripsi yang saya buat denga judul ”TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA
TENTANG PANYAKIT RHEUMATOID ARTHRITIS DI PANTI SOSIAL TRESNA
WHERDA (PSTW) BUDI MULIA 1 CIPAYUNG 2009” adalah :
Dibuat dan diselesaikan oleh saya sendiri, berdasarkan data yang dipeoleh dari hasil penelitian
pada tanggal 3 sampai 5 September 2009. Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan
tindakan plagiat, maka saya akan menerima sangsi yang telah ditetapkan.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Jakarta, 7 Desember 2009
(Fajriyah Nur Afriyanti)
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul
TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA TENTANG PENYAKIT RHEUMATOID ARTHRITIS DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) BUDI MULIA 1 CIPAYUNG JAKARTA
TAHUN 2009
Telah dibuat dan diperiksa oleh pembimbing skripsi
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, Desember 2009
Pembimbing I
Ernawati, S.Kep, M.Kep.Sp.MB
NIP. 150368771
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta, 13 Desember 2009
Penguji I Penguji II
Ita Yuanita, S.Kp, M.Kep Rita Herawati, S.Kp, M.Kep
NIP.150408677 NIP.196309191986032001
Penguji III
Ns.Waras Budi Utomo, S.kep, MKM
NIP.19790520 200901 1 012
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Dekan Fakultas Kedoktean dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tien Gartinah, MN Prof.DR(hc).Dr.M.K.Tadjudin, Sp.AND
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Skripsi, Desember 2009
Fajriyah Nur Afriyanti, NIM : 105104003453
TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA TENTANG PENYAKIT RHEUMATOID ARTHRITIS DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) BUDI MULIA 1 CIPAYUNG JAKARTA TAHUN 2009.
xvii + 82 halaman, 14 tabel, 3 gambar, 5 lampiran
ABSTRAK
Populasi lanjut usia di Indonesia meningkat secara bermakna ditandai dengan meningkatnya usia harapan hidup lanjut usia (lansia). Lansia merupakan kelompok beresiko tinggi yang mengalami berbagai masalah kesehatan khususnya penyakit degeratif seperti Rheumatoid Arhritis. Gejala Rheumatoid Arhtritis seperti nyeri, kekakuan, dan inflamasi, oleh lansia dirasakan sebagai penyakit sederhana dan tidak menyebabkan ancaman jiwa. Bertambahnya jumlah penderita Rheumatologi Arthritis di Indonesia, justru kesadaran dan salah pengertian tentang penyakit ini cukup tinggi. Keadaan inilah menjelaskan bahwa kurangnya pengetahuan masyarakat Indonesia khususnya lansia untuk mengenal lebih dalam lagi mengenai penyakit Rheumatologi Arthritis.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengambarkan tingkat pengetahuan lansia tentang penyakit Rheumatoid Arthritis. Subjek penelitian ini adalah lansia yang berusia di atas 60 tahun yang ada di Panti Sosial Tresna Wherda (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan teknik purposive sampling. Teknik pengambilan sampel menggunakan rumus estimasi dengan total sampel 100 responden. Data diambil dengan cara memberikan kuesioner kepada sampel yang memenuhi kriteria. Data lalu dianalisis dengan menggunakan rumus proporsi.
Hasil dari penelitian ini adalah sebagian besar tingkat pengetahuan lansia tentang penyakit Rheumatoid Arhritis didapatkan dalam kategori tingkat pengetahuan kurang sebanyak 60%, cukup 33%, dan baik 7%. Tingkat pengetahuan lansia tentang penyakit Rheumatoid Arthritis di Panti Sosial Tresna Wherda (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung sebagian besar adalah kurang. Penelitian tentang tingkat pengetahuan lansia didapatkan hasil tingkat pengetahuan kurang, untuk itu diharapkan PSTW dapat memberikan informasi lebih lanjut mengenai Rheumatoid Arhtritis dalam meningkatkan status kesehatan. Kegiatan konseling dan penyuluhan kesehatan yang diberikan kepada lansia serta menambah sumber informasi yang dapat menigkatkan pengetahuan lansia.
Daftar Bacaan : 36 (1988-2009)
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
THE STUDY PROGRAME OF NURSING SCIENCES
Undergraduated Thesis, December 2009
Fajriyah Nur Afriyanti, NIM : 105104003453
ELDERLY KNOWLEDGE LEVEL OF DISEASES RHEUMATOID ARTHRITIS IN SOCIAL INSTITUTION TRESNA WERDHA BUDI MULIA 1 CIPAYUNG JAKARTA YEAR 2009
xvii + 22 pages,14 tables, 3 picture, 5 appendixes
ABSTRACT
Elderly population in Indonesia increased significantly marked by increasing life expectancy elderly. The elderly is a high-risk groups who have experiencing various health problems particular disease degeratif such as rheumatoid Arthritis. Symptoms of Rheumatoid Arthritis such as pain, stiffness, and inflammation, by elderly perceived as a simple disease and does not cause mental threat. Increasing number of patients with Arthritis Rheumatoid in Indonesia, precisely the awareness and misunderstandings of this disease remains enough. This situation explained that lack of knowledge of Indonesian society, especially elderly to know more deeply about the Arthritis Rheumatoid disease. The purpose of this research is to describe knowledge level of elderly about the disease Rheumatoid Arthritis. The subject of this research is elderly who age above of 60 years in Social Institution Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung. Types of research is Descriptive quantitative with purposive sampling techniques. Sampling technique using the formula estimation with a total sample of 100 respondents. Data taken by giving questionnaire to a sample that meet the criteria. Data then were analyzed using the formula proportions. The results of this research is most level of knowledge elderly about Arthritis Rheumatoid disease obtained in the category less of knowledge levels by 60%, sufficient 33%, and either 7%. The level of knowledge elderly about the Rheumatoid Arthritis disease in Social Institution Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung is most of the less.
Research on the knowledge level of elderly acquired results less level of knowledge, for the expected PSTW can provide further information of Rheumatoid Arthritis in increasing the health status. Counseling and health education given to the elderly and add sources of information that can boost knowledge of the elderly.
References : 36 (1988-2009)
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat,
taufiq, dan hidayat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam
senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, pembawa syari’ah-Nya yang universal
bagi semua manusia dalam setiap waktu dan tempat sampai akhir zaman. Atas nikmat-Nya dan
karunia-Nya Yang Maha Besar sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Tingkat Pengetahuan Lansia Tentang Penyakit Rheumatoid Arthritis di Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Mulia 1 Cipayung Tahun 2009.
Dalam penelitian skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang peneliti jumpai
namun syukur Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah-Nya, kesungguhan, kerja keras, dan
kerja cerdas disertai dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik langsung maupun tidak
langsung, segala kesulitan dapat diatasi dengan sebaik-baiknya yang pada akhirnya skripsi ini
dapat diselesaikan.
Oleh sebab itu, sudah sepantasnyalah pada kesempatan kali ini peneliti ingin
mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Prof. DR (hc). Dr. M.K. Tajudin, Sp.And dan Drs. H. Achmad Gholib, MA, selaku Dekan dan
Pembantu Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Tien Gartinah, MN dan Irma Nurbaeti, S.Kep, M.Kep Sp.Mat , selaku Ketua Program Studi
dan Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ernawati, S.Kep, M.Kep dan Sri Mulyani, S.Kep. MKM, selaku dosen pembimbing yang
telah meluangkan waktu, tenaga, dan fikiran selama membimbing peneliti.
4. Segenap Bapak dan Ibu Dosen atau Staf Pengajar, pada lingkungan Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuannya kepada peneliti selama
duduk pada bangku kuliah.
5. Segenap Jajaran Staf dan Karyawan Akademik dan Perpustakaan Fakultas yang telah banyak
membantu dalam pengadaan referensi-referensi sebagai bahan rujukan skripsi.
6. Hj. Etty Setiasih dan H. Achmad Shobirin, SH., selaku Kepala dan pembimbing peneliti di
PSTW Budi Mulia 1 Cipayung yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti dalam
mencari data-data sekaligus wawancara sebagai bahan rujukan skripsi.
7. Ucapan terimakasih peneliti haturkan secara khusus kepada yang tersayang Ayahanda
H.dr.Asnin Pulungan S.Ag dan yang tersayang Ibunda Hj.drs.Rosita Tabri S.Ag, yang selalu
senantiasa memberikan dukungan penuh baik berupa material maupun spiritual dan selalu
mengiringi dengan do’a tulus ikhlas di setiap langkahku, sehingga peneliti dapat
menyelesaikan pendidikan pada jenjang perguruan tinggi.
8. Saudara-saudaraku yang tersayang, Abangku Arief ”Ucox”, kakaku Wirdah, dan adikku
Royhan, serta kaka ipar Ka’Ratih, dengan keceriaan mereka memberikan perhatian, motivasi,
masukan, serta bantuan material sehingga segala keraguan dan kepenatan dalam mengerjakan
skripsi ini dapat terobati.
9. Teman-teman baikku (Hilya, Fauziah, Lita, Fina, Tuti, Sitmae, Herna, Neneng, Nae, harisna,
nunung, dan refi,) terimakasih atas motivasi dan bantuan serta jalinan persahabatan yang
indah tak terlupakan.
10. Teman-teman seperjuangan Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan ’05, dan adik-adik
kelas ”semua angkatan”. Terima kasih atas dukungan, semangat, kenangan, dan kebersamaan
yang indah selama ini.
11. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.
Semoga amal baik mereka dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang berlipat ganda.
Amin. Akhir kata, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga peneliti
dapat memperbaiki skripsi ini. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya
bagi peneliti dan umumnya bagi pembaca yang mempergunakannya terutama untuk proses
kemajuan pendidikan selanjutnya.
Jakarta, Desember 2009
Fajriyah Nur Afriyanti
DAFTAR ISI
i
ii
iii
iv
v
vi
ix
xiv
ABSTRAK ...................................................................................................................
ABSTRACT..................................................................................................................
LEMBAR PERNYATAAN.........................................................................................
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................
KATA PENGANTAR .................................................................................................
DAFTAR ISI ................................................................................................................
DAFTAR TABEL .......................................................................................................
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan masalah .............................................................................. 8
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 9
1. Tujuan umum ................................................................................. 9
2. Tujuan khusus ................................................................................ 9
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 10
1. Manfaat Teoritis ............................................................................. 10
2. Manfaat Praktis .............................................................................. 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 11
A. Pengetahuan ....................................................................................... 11
1. Pengertian ...................................................................................... 11
2. Tingkat pengetahuan ..................................................................... 12
3. Variabel-variabel yang mempengaruhi pengetahuan .................... 14
4. Pengukuran Pengatahuan .............................................................. 16
B. Lanjut Usia (Lansia) ........................................................................... 17
1. Pengertian ...................................................................................... 17
2. Batasan lanjut usia ......................................................................... 17
3. Perubahan yang terjadi pada Lansia .............................................. 18
C. Rheumatoid Arthritis (RA) ................................................................ 19
1. Pengertian ..................................................................................... 19
2. Epidemiologi ................................................................................ 20
3. Patofisiologi ................................................................................. 21
4. Penyebab ...................................................................................... 22
5. Manifestasi klinis ......................................................................... 23
6. Penatalaksanaan Rheumatoid Arthritis (RA) ............................... 28
a. Penatalaksanaan Farmakologi ................................................ 28
b. Penatalaksanaan Non Farmakologi ........................................ 30
1.) Terapi modalitas ............................................................... 30
2.) Terapi komplementer ........................................................ 34
D. Kerangka Teori ................................................................................... 36
E. Penelitian Terkait ................................................................................ 37
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL ........................ 38
A. Kerangka konsep ................................................................................ 38
B. Definisi Operasional .......................................................................... 40
C. Pertanyaan Peneliti ............................................................................. 43
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 44
A. Desain Penelitian ................................................................................ 44
B. Variabel Penelitian ............................................................................. 44
C. Sampling Desain ................................................................................ 44
1. Populasi penelitian ........................................................................ 44
2. Sampel penelitian .......................................................................... 45
a. Kriteria sampel ......................................................................... 45
b. Jumlah sampel .......................................................................... 45
c. Sampling penelitian .................................................................. 47
D. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................ 48
E. Etika Penelitian .................................................................................. 48
1. Prinsip Etik .................................................................................... 48
2. Informen Concent .......................................................................... 49
F. Pengumpulan Data ............................................................................. 50
G. Rencana Pengolahan Data .................................................................. 51
1. Metode dan instrumen .................................................................... 51
2. Teknik uji instrumen penelitian ..................................................... 52
3. Pengolahan data ............................................................................. 53
H. Analisis Data ...................................................................................... 54
BAB V HASIL PENELITIAN ............................................................................. 56
A. Gambaran Panti Sosial Tresna Wherda (PSTW) Budi Mulia 1
Cipayung ............................................................................................
56
B. Gambaran Populasi Sampel ............................................................... 58
C. Analisa Univariat ............................................................................... 58
1. Gambaran Tingkat Pengetahuan Lansia Tentang Penyakit
Rheumatoid Arthritis ....................................................................
58
2. Umur Lansia .................................................................................. 59
3. Jenis Kelamin Lansia .................................................................... 60
4. Riwayat Pendidikan Lansia ........................................................... 61
5. Riwayat Pekerjaan Lansia ............................................................. 63
6. Sumber Informasi Lansia .............................................................. 64
BAB VI PEMBAHASAN ...................................................................................... 66
A. Keterbatasan Penelitian ...................................................................... 66
B. Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Penyakit
Rheumatoid Arthritis ..........................................................................
66
C. Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Umur .................... 69
D. Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ....... 70
E. Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Riwayat
Pendidikan ..........................................................................................
71
F. Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Riwayat Pekerjaan. 73
G. Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Sumber Informasi.. 74
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 76
A. Kesimpulan
..................................................................................................
76
B. Saran ................................................................................................... 77
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman
Tabel 2.1 Kriteria Rheumatiod Arthritis (The American Rheumatism
Assiciation, 1987 Revised) …………………………………….
26
Tabel 3.1 Definisi Operasional ………………………………………….. 40
Tabel 4.1 Klasifikasi tingkat pengetahuan lansia tentang penyakit
Rheumatoid Athritis berdasarkan skor yang diperoleh ………..
55
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat
Pengetahuan Tentang Penyakit Rheumatoid Arthritis di PSTW
Budi Mulia 1 Cipayung ..............................................................
58
Tabel 5.2.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Variabel Umur
di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung ……………………………..
59
Tabel 5.2.2
Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang
Penyakit Rheumatoid Athritis dilihat dari Variabel Umur .........
60
Tabel 5.3.1
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di PSTW
Budi Mulia 1 Cipayung ..............................................................
60
Tabel 5.3.2
Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang
Penyakit Rheumatoid Arthritis dilihat dari Variabel Jenis
Kelamin ......................................................................................
61
Tabel 5.4.1
Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Pendidikan di
PSTW Budi Mulia 1 Cipayung ..................................................
61
Tabel 5.4.2
Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang
Penyakit Rheumatoid Athritis dilihat dari Variabel Riwayat
Pendidikan ..................................................................................
62
Tabel 5.5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Pekerjaan di
PSTW Budi Mulia 1 Cipayung ..................................................
63
Tabel 5.5.2
Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang
Penyakit Rheumatoid Athritis dilihat dari Variabel Riwayat
Pekerjaan ....................................................................................
63
Tabel 5.6.1
Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi di PSTW
Budi Mulia 1 Cipayung ..............................................................
64
Tabel 5.6.2
Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang
Penyakit Rheumatoid Arthritis dilihat dari Variabel Sumber
Informasi ....................................................................................
64
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Halaman
Gambar 2.1 Patofisiologi Rheumatoid Arthritis …………………………... 21
Gambar 2.2 Kerangka Teori ……………………………………………….. 36
Gambar 3.1 Kerangka Konsep …………………………………………….. 39
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan meningkat diberbagai bidang di Indonesia telah mewujudkan
peningkatan kualitas kesehatan penduduk. Salah satu outcome atau dampak dari keberhasilan
pembangunan nasional dibidang kesehatan dan kesejahteraan sosial yang telah dirasakan
antara lain adalah meningkatnya angka rata-rata Usia Harapan Hidup (UHH) penduduk.
Peningkatan rata-rata UHH tersebut mencerminkan bertambah panjangnya masa hidup
penduduk lanjut usia (BPS, 2004). BPS (2004), menyebutkan bahwa abad 21 bagi bangsa
Indonesia merupakan abad lanjut usia (Era of Population Ageing), karena pertumbuhan
penduduk lanjut usia (Lansia) Indonesia diperkirakan lebih cepat dibandingkan dengan
negara-negara lain. Diperkirakan tahun 2010 jumlah penduduk lansia di Indonesia sebesar 24
juta jiwa atau 9,77 % dari total jumlah penduduk. Menurut Depkes RI (2007), rata-rata usia
harapan hidup tertinggi adalah di Jepang yaitu 80,93 tahun (pria 77,63 tahun dan wanita 84,41
tahun), Amerika Serikat 77,14 tahun (pria 74,37 tahun dan wanita 80,05 tahun), sedangkan
penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2020 diperkirakan mencapai 11,34% atau tercatat
28,8 juta orang dari populasi. Dalam Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN), UHH Indonesia meningkat dari 66,2 tahun pada tahun 2004 menjadi 70,6 tahun
pada tahun 2009. Dengan meningkatnya UHH, maka populasi penduduk lansia mengalami
peningkatan bermakna (Depkes RI, 2007). Peningkatan proporsi jumlah lansia tersebut perlu
mendapatkan perhatian karena kelompok lansia merupakan kelompok beresiko tinggi yang
mengalami berbagai masalah kesehatan khususnya penyakit degeratif (Depkes RI, 2007).
Penduduk lansia pada umumnya banyak mengalami penurunan akibat proses alamiah
yaitu proses menua (Aging) dengan adanya penurunan kondisi fisik, psikologis, maupun sosial
yang saling beriteraksi (Nugroho, 2000). Permasalahan yang berkembang memiliki
keterkaitan dengan perubahan kondisi fisik yang menyertai lansia. Perubahan kondisi fisik
pada lansia diantaranya adalah menurunnya kemampuan muskuloskeletal kearah yang lebih
buruk. Penurunan fungsi muskuloskeletal menyebabkan terjadinya perubahan secara
degeneratif yang dirasakan dengan keluhan nyeri (Christensen, 2006), kekakuan, hilanganya
gerakan dan tanda-tanda inflamasi seperti nyeri tekan, disertai pula dengan pembengkakan
yang mengakibatkan terjadinya gangguan imobilitas. Dari hasil studi tentang kondisi sosial
ekonomi dan kesehatan lansia yang dilaksanakan Komnas Lansia tahun 2006, diketahui
bahwa penyakit terbanyak yang diderita lansia adalah penyakit sendi (52,3%), penyakit-
penyakit send ini merupakan penyebab utama disabilitas pada lansia (Pusat Komunikasi
Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan, 2008). Diperkirakan pada tahun 2025
lebih dari 35 % akan mengalami kelumpuhan akibat kerusakan tulang dan sendi
(Handono&Isbagyo, 2005).
Rheumatoid Arthritis (RA) merupakan penyakit inflamasi sistemik kronik yang
menyebabkan tulang sendi destruksi, deformitas, dan mengakibatkan ketidakmampuan
(Meiner&Luekenotte, 2006). Prevalensi penyakit muskuloskeletal pada lansia dengan
Rheumatoid Arhtritis mengalami peningkatan mencapai 335 juta jiwa di dunia. Rheumatoid
Arhtritis telah berkembang dan menyerang 2,5 juta warga Eropa, sekitar 75 % diantaranya
adalah wanita dan kemungkinan dapat mengurangi harapan hidup mereka hampir 10 tahun
(Breedveld, 2003) . Di Amerika Serikat, Penyakit ini menempati urutan pertama dimana
penduduk AS dengan Rheumatoid Arhtritis 12.1 % yang berusia 27-75 tahun memiliki
kecacatan pada lutut, panggul, dan tangan, sedangkan di Inggris sekitar 25 % populasi yang
berusia 55 tahun ke atas menderita Rheumatoid Arhtritis pada lutut.
Di Indonesia, data epidemiologi tentang penyakit RA masih sangat terbatas. Menurut
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Tahun 2004, penduduk dengan keluhan sendi
sebanyak 2 %. Hasil penelitian yang dilakukan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
(Balitbangkes) Depkes, dan Dinas Kesehatan DKI Jakarta selama 2006 (Yoga, 2006)
menunjukkan angka kejadian gangguan nyeri muskuloskeletal yang mengganggu aktifitas,
merupakan gangguan yang sering dialami dalam kehidupan sehari-hari sebagian besar
responden. Dari 1.645 responden laki-laki dan perempuan yang diteliti, peneliti menjelaskan
sebanyak 66,9 % di antaranya pernah mengalami nyeri sendi. Gangguan utamanya terjadi
pada populasi kelompok umur 45 tahun ke atas. Data terakhir dari Poliklinik Reumatologi
RSCM Jakarta menunjukkan, jumlah kunjungan penderita Reumatoid Artritis selama periode
Januari sampai Juni 2007 sebanyak 203 dari jumlah seluruh kunjungan sebanyak 1.346 pasien.
Perjalanan RA bervariasi, tergantung dari kepatuhan penderita untuk berobat dalam
jangka waktu yang lama. Sekitar 50-70 % penderita dengan RA akan mengalami remisi dalam
3 sampai 5 tahun dan selebihnya akan mengalami prognosis yang lebih buruk dan umumnya
akan mengalami kematian lebih cepat 10-15 tahun dari pada penderita tanpa RA
(Williams&Wilkins, 1997). Keadaan penderita akan lebih buruk apabila lebih dari 30 buah
sendi mengalami peradangan dan sebagian besar penderita akan mengalami RA sepanjang
hidupnya (Handono&Isbagyo, 2005). Dengan bertambahnya umur, penyakit ini meningkat
baik wanita maupun laki laki. Puncak kejadianya pada umur 20-45 tahun dan penyakit
Rheumatoid Arhtritis ini sering dijumpai pada usia di atas 60 tahun dan jarang dijumpai pada
usia di bawah 40 tahun (Indonesian Rheumatoid Assosiation (IRA), 2001). Prevalensi lebih
tinggi wanita dibandingkan dengan laki laki, lebih dari 75% penderita RA adalah wanita
(Siswono, 2006). Rheumatoid Arhtritis terungkap sebagai keluhan atau tanda dengan keluhan
utama sistem muskuloskeletal yaitu nyeri, kekakuan, dan spasme otot serta adanya tanda
utama yaitu pembengkakan sendi, kelemahan otot, dan gangguan gerak (Meiner&Luekenotte,
2006). Gejala Rheumatoid Arhtritis tersebut oleh masyarakat dirasakan sebagai penyakit
sederhana dan tidak menimbulkan kematian. Breedveld (2003), mengatakan separuh dari
2.800 orang dari 5 negara yang ditanya dalam survei yang dilakukan ”European Public
Opinion Survey” tidak berfikir bahwa penyakit Rheumatoid Arhtritis dengan sendi dapat
menganggu kemampuan mereka untuk bekerja, bahkan sekitar 55% tidak menyadari bahwa
hal itu dapat mengurangi usia harapan hidup. Jika tidak segera ditangani Rheumatoid Arhtritis
bisa membuat anggota tubuh berfungsi tidak normal, sendi akan menjadi kaku, sulit berjalan,
bahkan akan menimbulkan kecacatan seumur hidup, sehingga aktivitas sehari-hari lansia
menjadi terbatas. Selain menurunkan kualitas hidup, Rheumatoid Arhtritis juga meningkatkan
beban sosial ekonomi bagi para penderita dan tentunya akan menimbulkan masalah untuk
keluarga.
Proses menjadi tua berlangsung secara alamiah terus menerus dan berkesinambungan,
yang selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis, dan biokemis pada
jaringan tubuh dan akhirnya akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara
keseluruhan (Depkes RI, 2001). Ketidakmampuan yang dialami menimbulkan masalah baru
untuk keluarga seperti gangguan mobilitas, ketidakmampuan fisik, dan menurunya
kemampuan melakukan perawatan diri sehingga dibutuhkan tingkat kemandirian yang baik
untuk lansia (Handono&Isbagyo, 2005). Kemandirian untuk lansia dengan melakukan upaya
tindakan preventif dengan melakukan olahraga secara teratur, melakukan pengaturan pola diet
seimbang dengan mengurangi makanan yang mengandung tinggi purin dan tinggi protein.
Bila nyeri muncul dilakukan sebuah tindakan dengan menggunakan terapi modalitas
diantaranya melakukan kompres hangat (Brunner&Suddarth, 2002) dan bila ada kemerahan
dan bengkak menggunakan kompres dingin (Meiner&Luekenotte, 2006).
Pengetahuan merupakan kemampuan kognitif yang paling rendah namun sangat
penting karena dapat membentuk prilaku seseorang (Notoatmodjo, 2007). Bertambahnya
pengetahuan yang didapat oleh lansia dapat membantu menolong dirinya sendiri atau orang
lain dalam melakukan permasalahan yang ditimbulkan oleh penyakit Rheumatoid Arthritis
yang dideritanya. Setiap pengetahuan mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa,
bagaimana, dan untuk apa pengetahuan disusun. Pengetahuan merupakan fungsi dari sikap,
menurut fungsi ini manusia mempunyai dorongan dasar untuk ingin tahu, untuk mencapai
penalaran dan untuk mengorganisasikan pengalaman. Dengan makin berkembangnya
pengetahuan yang mempelajari mengenai lanjut usia (Ilmu Geriatri) melalui upaya preventif,
promotif, kuratif dan, rehabilitatif dengan sendirinya telah mengupayakan agar para lanjut usia
dapat menikmati masa tua yang bahagia dan berguna. Dengan demikian maka aspek-aspek
yang dapat dikembangkan adalah upaya pencegahan agar proses menua (degeneratif) dapat
diperlambat serta tanpa mengabaikan pengobatan (kuratif) dan perlu dipulihkan (rehabilitatif)
agar tetap mampu menjalankan kehidupan sehari-hari secara mandiri (Nugroho, 2000). Untuk
itu rencana hidup seharusnya sudah dirancang jauh sebelum memasuki masa lanjut usia,
paling tidak individu sudah mempunyai bayangan aktivitas apa yang akan dilakukan kelak
sesuai dengan kemampuan dan minatnya. Diharapkan para lanjut usia melakukan pola hidup
sehat dengan mengkonsumsi makanan bergizi seimbang, melakukan aktivitas fisik dan
olahraga secara benar dan teratur serta tidak merokok (Brunner&Suddarth, 2002).
Tidak dapat dipungkiri bahwa aktivitas masyarakat Indonesia yang kian padat dapat
menimbulkan berbagai ketidakmampuan yang diakibatkan oleh bermacam gangguan
khusunya pada penderita Rheumatologi Arthritis (Handono&Isbagyo, 2005). Tetapi seiring
dengan bertambahnya jumlah penderita Rheumatologi Arthritis di Indonesia, justru kesadaran
dan salah pengertian tentang penyakit ini masih tinggi. Banyaknya pandangan masyarakat
Indonesia yang menganggap sederhana penyakit ini karena sifatnya yang dianggap tidak
menimbulkan ancaman jiwa, padahal gejala yang ditimbulkan akibat penyakit ini justru
menjadi penghambat yang mengganggu bagi masyarakat untuk melakukan aktivitas mereka
sehari-hari. Di samping itu pula, di masyarakat sendiri masih menganggap dan mempercayai
terhadap mitos-mitos yang menyesatkan bila dikaji dari sisi medis dan dapat merugikan bagi
masyarakat khususnya penderita Rheumatologi Arthritis diantaranya sering mandi malam di
usia muda memicu rematik di usia tua, penyakit rematik adalah keturunan, dan sakit pada
tulang di malam hari adalah tanda gejala rematik. Asep (2008), menjelaskan bahwa kurangnya
pengetahuan masyarakat Indonesia untuk mengenal lebih dalam lagi mengenai penyakit
Rheumatologi Arthritis, siapa saja yang dapat terserang Rheumatologi Arthritis, dan
bagaimana cara penanganannya yang terbaik. Untuk itu kita perlu tahu sebenarnya sejauh
manakah tingkat pengetahuan lansia mengenai penyakit Rheumatoid Arthritis dalam
memenuhi aktivitas kehidupan sehari-hari.
Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung adalah salah satu sarana
pelayanan kesejahteraan sosial bagi para lanjut usia (jompo), khususnya bagi lanjut usia yang
tidak mampu atau kurang beruntung dengan sumber APBD Provinsi DKI Jakarta. Warga
Binaan Sosial (WBS) berjumlah 107 orang, diantaranya WBS laki-laki 30 orang dan WBS
perempuan 77 orang dengan fasilitas 11 wisma. Kondisi lansia yang ada di PSTW Budi Mulia
1 Cipayung bermacam-macam, ada yang tinggal atas keinginan sendiri, ada yang dibawa oleh
petugas, serta ada yang diantar oleh keluarga. Kondisi kesehatan lansia juga bermacam-
macam ada yang sehat, ada yang memiliki penyakit kronis, ada pula yang sudah mengalami
demensia sehingga untuk melakukan aktifitas sehari-hari sehingga memerlukan bantuan dari
petugas panti. Berdasarkan pengkajian dan wawancara yang dilakukan peneliti, bahwa belum
adanya penelitian sebelumnya yang dilakukan mengenai tingkat pengetahuan lanjut usia
tentang penyakit Rheumatoid Arhtritis di PSTW ini. Berdasarkan latar belakang di atas
peneliti tertarik untuk meneliti tentang ”Tingkat Pengetahuan Lansia Tentang Penyakit
Rheumatoid Arthritis di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung Tahun
2009”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan fenomena yang ada bahwa seiring dengan meningkatnya Usia Harapan Hidup
lansia di Indonesia, maka masalah bagi penderita Rheumatoid Arhtritis akan meningkat pula,
justru kesadaran dan salah pengertian tentang penyakit ini masih cukup tinggi. Serta didukung
dengan data bahwa lansia di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung belum dilakukan penelitian
tentang pengetahuan mengenai penyakit ini.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui ” sejauh mana tingkat
pengetahuan lansia tentang penyakit Rheumatoid Arthritis di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung
Tahun 2009” .
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai tingkat
pengetahuan lansia tentang penyakit Rheumatoid Arthritis.
2. Tujuan Khusus
a. Menggambarkan distribusi frekuensi tingkat pengetahuan lansia tentang penyakit
Rheumatoloid Arthritis.
b. Menggambarkan distribusi frekuensi umur lansia dengan penyakit Rheumatoid
Arthritis.
c. Menggambarkan distribusi frekuensi jenis kelamin lansia dengan penyakit
Rheumatoid Arthritis.
d. Menggambarkan distribusi frekuensi riwayat pendidikan lansia dengan penyakit
Rheumatoid Arthritis.
e. Menggambarkan distribusi frekuensi riwayat pekerjaan lansia dengan penyakit
Rheumatoloid Arthritis.
f. Menggambarkan distribusi frekuensi sumber informasi lansia dengan penyakit
Rheumatoloid Arthritis
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan dalam
pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan lanjut usia mengenai penyakit
Rheumatoid Arthritis.
2. Manfaat Praktis
a. Untuk PSTW Budi Mulia 1 Cipayung
Sebagai bahan informasi dan masukan data bagi PSTW untuk mengetahui sejauh
mana lanjut usia mengetahui tentang penyakit Rheumatoid Arthritis.
b. Untuk Institusi Pendidikan Keperawatan
Sebagai referensi untuk menambah wawasan yang berkaitan dengan mutu
pelayanan keperawatan dan upaya peningkatan mutu pelayanan keperawatan. Serta
memberikan masukan data untuk pengembangan ilmu, khususnya Keperawatan
Medikal Bedah dan Keperawatan Gerontik.
c. Untuk Peneliti Lain
Dapat memberikan pengalaman awal dan pengetahuan dalam melakukan penelitian
serta sebagai bahan dasar untuk penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera
manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan perabaan. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007)
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui atau kepandaian yang dimiliki
oleh seseorang yang diperoleh dari pengalaman, latihan, atau melalui proses belajar.
Dalam proses belajar seseorang hanya ditentukan memiliki kemampuan membaca,
menulis dan berhitung. Seseorang dituntut memiliki kemampuan memecahkan masalah,
mengambil keputusan, kemampuan beradaptasi, kreatif dan inovatif, dari kemampun-
kemampuan tersebut sangat diperlukan untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik.
Pengetahuan merupakan kemampuan kognitif yang paling rendah namun sangat penting
karena dapat membentuk prilaku seseorang (Bloom (1956), dikutip dari Potter&Perry
(1997) & Notoatmodjo (2007)).
2. Tingkat Pengetahuan
Ada 6 tingkatan pengetahuan menurut Bloom (1956) dalam Notoatmodjo (2007),
yang dicakup dalam domain kognitif, yaitu :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
terhadap sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu
tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,
menyatakan, dan sebagainya.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara
benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari.
c. Menerapkan (Application)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada kondisi yang sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan
sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau obyek ke
dalam komponen-komponen tetapi, masih di dalam satu struktur organisasi dan
masih ada kaitannya satu sama lainnya. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan,
mengelompokkan, dan sebagainya.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain, sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi
yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan,
menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah
ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu obyek atau materi. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada
suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada.
3. Variabel-variabel yang Mepengaruhi Pengetahuan
Menurut Hendra (2008) dalam Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
a. Umur
Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya,
sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Semakin tua umur
seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan
tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak
secepat seperti ketika berumur belasan tahun.
b. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin
mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka
seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain
maupun dari media massa.. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan
dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan
semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang
berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.
Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi
juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal.
c. Pekerjaan
Menurut Hurlock (1998) bahwa pekerjaan merupakan suatu kegiatan atau
aktivitas seseorang untuk memperoleh penghasilan guna kebutuhan hidupnya
sehari-hari. Lama bekerja merupakan pengalaman individu yang akan menentukan
pertumbuhan dalam pekerjaan.
d. Sumber Informasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal
dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga
menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan
tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan
masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk
media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai
pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam
penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula
pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya
informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi
terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.
4. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau
responden. Kedalaman pengatahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat
disesuaikan dengan tingkatan domain di atas (Notoatmodjo, 2007).
Adapun pertanyaan yang dapat dipergunakan untuk pengukuran pengetahuan
secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu pertanyaan subjektif
misalnya jenis pertanyaan essay dan pertanyaan objektif misalnya pertanyaan pilihan
ganda (multiple choices), betul-salah dan pertanyaan menjodohkan. Pertanyaan essay
disebut pertanyaan subjektif karena penilaian untuk pertanyaan ini melibatkan faktor
subjektif dari nilai, sehingga nilainya akan berbeda dari seorang penilai yang satu
dibandingkan dengan yang lain dan dari satu waktu ke waktu lainnya (Setiadi, 2007).
Pertanyaan pilihan ganda, betul-salah, menjodohkan disebut pertanyaan
objektif, karena pertanyaan-pertanyaan itu dapat dinilai secara pasti oleh penilainya
tanpa melibatkan faktor subjektifitas dari penilai. Pertanyaan objektif khususnya
pertanyaan pilihan ganda lebih disukai dalam pengukuran pengetahuan karena lebih
mudah disesuaikan dengan pengetahuan yang akan diukur dan penilaiannya akan lebih
cepat. Pertanyaan yang dapat dipergunakan untuk pengukuran pengetahuan secara
umum yaitu pertanyaan subjektif dari peneliti.
Proses seseorang menghadapi pengetahuan, menurut Notoatmodjo (2007)
bahwa sebelum orang menghadapi perilaku baru, di dalam diri seseorang terjadi proses
berurutan yakni : Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus. Interest (merasa tertarik) terhadap objek
atau stimulus tersebut bagi dirinya. Trail yaitu subjek mulai mencoba melakukan
sesuatu sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
B. Lanjut Usia (Lansia)
1. Pengertian
Seseorang dikatakan lansia ialah apabila berusia 60 tahun atau lebih, karena faktor-
faktor tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik secara jasmani, rohani
maupun sosial (Nugroho, 2000).
2. Batasan lanjut usia
Di bawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan usia. Mengenai
kapankah orang disebut lanjut usia, sulit untuk dijawab secara memuaskan. Menurut WHO
(1993) lansia meliputi, usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59
tahun, lansia (elderly) antara 60 dan 74 tahun, lansia tua (old) antara 75 dan 90, dan usia
sangat tua (very old) di atas 90 tahun. Sedangkan menurut UU No.13 Tahun 1998 tentang
kesejahteraan lansia pada BAB I pasal 1 ayat 2 yang berbunyi “Lanjut usia adalah
seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas”. Menurut Departemen
Kesehatan dijelaskan bahwa kelompok menjelang usia lanjut (45-54 th) sebagai masa
vibrilitas meliputi masa Senium (usia kurang dari 65 tahun), dan masa Presenium (usia 55-
64 tahun).
3. Perubahan yang terjadi pada lansia
Menurut Nugroho (2000), perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia
diantaranya adalah :
a. Perubahan fisik seperti perubahan sel, sistem pernafasan, sistem pendengaran, sistem
penglihatan, sistem kardiovaskuler, sistem respirasi, sistem pencernaan, sistem
endokrin, sistem integument, dan muskuloskeletal.
b. Perubahan mental dipengaruhi beberapa faktor berawal dari perubahan fisik, kesehatan
umum, tingkat pendidikan, keturunan (hereditas), dan lingkungan. Biasanya lansia
akan menunjukkan perubahan mental pada memori (kenangan) dimana kenangan
jangka panjang lebih dominan dibandingkan kenangan jangka pendek. Intelegensi
akan menurun dengan bertambahnya usia seseorang. Beberapa perubahan seperti
perkataan verbal, berkurangnya penampilan, persepsi dan keterampilan serta
perubahan daya imajinasi
c. Perubahan psikososial seperti pensiun maka lansia akan mengalami berbagai
kehilangan yaitu kehilangan finansial, kehilangan status, kehilangan teman atau relasi,
dan kehilangan pekerjaan , merasakan atau sadar akan kematian (sense of awareness of
mortality), kehilangan pasangan, berpisah dari anak dan cucu, perubahan dalam cara
hidup yaitu memasuki rumah perawatan, dan penyakit kronis dan ketidakmampuan.
Melihat proses penuaan dan perubahan yang terjadi pada lansia maka dapat
mempengaruhi pengetahuan dan memori lansia. Lansia akan mengalami perubahan
kognitif, afektif, dan psikomotor (Christensen, 2006). Perubahan kognitif yang terjadi
pada lansia dapat dilihat dari penurunan intelektual terutama pada tugas yang
membutuhkan kecepatan dan tugas yang memerlukan memori jangka pendek serta terjadi
perubahan pada daya fikir akibat dari penurunan sistem tubuh, perubahan emosi, dan
perubahan menilai sesuatu terhadap suatu objek tetentu merupakan penurunan fungsi
afektif. Sedangkan penurunan psikomotor dapat dilihat dari keterbatasan lansia
menganalisa informasi, mengambil keputusan, serta melakukan suatu tindakan (Nugroho,
2000).
C. Rheumatoid Arthritis (RA)
1. Pengertian
Rheumathoid Arthritis (RA) adalah penyakit inflamasi sistemik kronik yang
menyebabkan tulang sendi destruksi dan deformitas, serta mengakibatkan
ketidakmampuan (Meiner&Luekenotte, 2006). Rheumathoid Arthritis (RA) adalah suatu
penyakit autoimun dan inflamasi sistemik kronik terutama mengenai jaringan sinovium
sendi dengan manifestasi utama poliarthritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh
(Manjoer, 1999).
2. Epidemiologi
Dengan tingkat prevalensi 1 sampai 2 % di seluruh dunia, prevalensi meningkat
sampai hampir 5 % pada wanita di atas usia 50 tahun. Angka penderita Rheumatoid
Arthritis belum dapat dipastikan Pada tahun 2000 ditemukan kasus baru Rheumatoid
Arthritis yang merupakan 4,1 % dari seluruh kasus baru di Poliklinik Rheumatologi
RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta. Seiring dengan bertambahnya umur, penyakit ini
meningkat baik wanita maupun laki laki. Puncak kejadianya pada umur 20-45 tahun..
Prevalensi lebih tinggi wanita dibandingkan dengan laki laki, lebih dari 75 % penderita
RA adalah wanita dengan perbandingan 3:1 . Rheumatoid Faktor pada serum darah
ditemukan 85% pasien penderita RA (Indonesian Rheumatoid Assosiation (IRA), 2001).
Para ahli dari Universitas Alabama, AS, menarik kesimpulan terhadap penelitian
mereka bahwa wanita yang menderita Rheumatoid Arthritis mempunyai kemungkinan
60% lebih besar untuk meninggal lebih cepat dibanding wanita yang tidak menderita
penyakit tersebut. Hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa Rheumatoid Arthritis adalah
masalah kesehatan masyarakat terutama para lansia (lanjut usia). Dalam riset ini, para ahli
mengamati 31 ribu wanita berusia 55 tahun hingga 69 tahun. Pada tahun 1986 ketika
penelitian dimulai, tak satupun dari mereka yang menderita Rheumatoid Arthritis, tetapi
11 tahun kemudian (1997), 158 orang di antara mereka didiagnosa menderita Rheumatoid
Arthritis. Pada tahun 2000, 30 orang di antara penderita Rheumatoid Arthritis itu
meninggal dunia. Berdasarkan data di atas bisa diambil kesimpulan bahwa Rheumatoid
Arthritis akan menjadi penyakit yang banyak ditemui di masyarakat.
3. Patofisiologi
Pada Rheumathoid Arthritis (RA), reaksi autoimun terutama terjadi dalam jaringan
sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim
tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, poliferasi membran sinovial dan
akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan
menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan
menganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami
perubahan degeneratif dengan menghilangnya elastisitas otot dengan kekuatan kontraksi
otot (Brunner&Suddarth, 2002).
Gambar 2.1 Patofisiologi Rheumatoid Arhtritis
4. Penyebab
Penyebab Rheumatoid Arthritis sampai saat ini masih belum diketahui dengan
pasti. Penyebab Rheumatoid Arthritis ini masih terus diteliti di berbagai belahan dunia,
namun agen infeksi seperti virus, bakteri, dan jamur, sering dicurigai sebagai pencetusnya.
Sejumlah ilmuwan juga berpendapat, bahwa beberapa faktor resiko seperti faktor genetik
dan kondisi lingkungan pun ikut berperan dalam timbulnya RA, seperti
(Williams&Wilkins, 1997) :
a. Genetik
Terdapat hubungan antara HLA-DW 4 dengan RA seropositif yaitu penderita
mempunyai resiko 4 kali lebih banyak terserang penyakit ini.
b. Hormon Sex
Faktor keseimbangan hormonal diduga ikut berperan karena perempuan lebih
banyak menderita penyakit ini.
c. Infeksi
Dengan adanya infeksi timbul karena permulaan sakitnya terjadi secara mendadak
dan disertai tanda-tanda peradangan. Penyebab infeksi diduga oleh bakteri,
mikroplasma atau virus.
d. Heart Shock Protein (HSP)
HSP merupakan sekelompok protein berukuran sedang yang dibentuk oleh tubuh
sebagai respon terhadap stres.
e. Radikal Bebas
Radikal superoksida dan lipid peroksidase yang merangsang keluarnya
prostaglandin dan pembengkakan
Menurut Meiner&Lueckenotte (2006), penyebab RA belum diketahui dengan jelas,
namun teori yang paling banyak diterima menyebutkan bahwa RA merupakan penyakit
autoimun yang menyebabkan peradangan pada sendi dan jaringan penyambung. Insiden
meningkat dengan bertambahnya usia terutama pada wanita. Insiden puncak adalah antara
40-60 tahun dan penyakit ini menyerang orang diseluruh dunia dan berbagai suku bangsa
(Price&Wilson, 2005)
5. Manifestasi Klinis
Ada beberapa gambaran klinis yang lazim ditemukan pada penderita reumatoid
artritis. Gambaran klinis ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan oleh
karena penyakit ini memiliki gambaran klinis yang sangat bervariasi (Brunner&Suddarth,
2002).
a. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan menurun dan
demam. Terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya.
b. Poliartritis simetris terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi di tangan,
namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalangs distal. Hampir semua sendi
diartrodial dapat terserang.
c. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam dapat bersifat generalisasi terutama
menyerang sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi pada osteoartritis,
yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan selalu kurang dari 1 jam.
d. Artritis erosif merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik. Peradangan
sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi tulang dan ini dapat dilihat pada
radiogram.
e. Deformitas. kerusakan dari struktur-struktur penunjang sendi dengan perjalanan
penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, subluksasi sendi metakarpofalangeal,
deformitas boutonniere dan leher angsa adalah beberapa deformitas tangan yang sering
dijumpai pada penderita. Pada kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput metatarsal yang
timbul sekunder dari subluksasi metatarsal. Sendi-sendi besar juga dapat terserang dan
mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam melakukan gerak
ekstensi.
f. Nodula-nodula reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar
sepertiga orang dewasa penderita arthritis rheumatoid. Lokasi yang paling sering dari
deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku ) atau di sepanjang permukaan
ekstensor dari lengan, walaupun demikian nodula-nodula ini dapat juga timbul pada
tempat-tempat lainnya. Adanya nodula-nodula ini biasanya merupakan suatu petunjuk
suatu penyakit yang aktif dan lebih berat.
g. Manifestasi ekstra-artikular: artritis reumatoid juga dapat menyerang organ-organ lain
di luar sendi. Jantung (perikarditis), paru-paru (pleuritis), mata, dan pembuluh darah
dapat rusak.
Kelainan yang terjadi pada daerah artikule dibagi menjadi dalam 3 stadium, yaitu :
a. Stadium Sinovitis
Pada stadium ini terjadi perubahan diri pada jaringan sinovium (jaringan sendi tipis
yang berada di sendi). Sinovitis aktif mempunyai tanda-tanda hangat, pembengkakan
di sekitar sendi yang radang, nyeri saat istirahat maupun saat bergerak, bengkak, dan
kekakuan. Sendi-sendi yang terkena biasanya sendi-sendi superficial dimana kapsul
sendi mudah dilihat seperti, lutut, pergelangan tangan dan jari-jari.
b. Stadium Destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada
jaringan sekitar, ditandai adanya kontraksi tendon. Destruksi sendi yang progresif atau
sub luksasio (dislokasi parsial) terjadi ketika satu tulang bergeser terhadap lainnya dan
menghilangkan rongga sendi. Selain tanda dan gejala tesebut terjadi pula perubahan
bentuk pada tangan yaitu bentuk jari Swan-Neck.
c. Stadium Deformitas
Pada stadium ini, terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali deformitas
dan gangguan fungsi secara menetap. Perubahan pada sendi diawali sinovitis berlanjut
pada pembentukan pannus, ankilisis fibrosa dan terakhir ankilosis tilang. Deformitas
disebabkan oleh ketidaksejajaran sendi (misalignment) yang terjadi akibat
pembengkakan.
Menurut Arnett (1988), dalam “The American Rheumatism Association (1987)” ,
apabila menunjukkan 4 gejala dari 7 gejala yang ada minimal selama 6 minggu maka
seseorang bisa dikatakan menderita Rheumatoid Arthritis, yaitu :
Tabel 2.1 Kriteria untuk Artritis Reumatoid (The American Rheumatism
Association, 1987 Revised)
Kriteria Definisi
Kaku pagi hari (Morning
stiffness)
Kekakuan pada pagi hari pada persendian dan
disekitarnya, sekurangnya selama 1 jam
sebelum perbaikan maksimal
Artritis pada 3 daerah Pembengkakan jaringan lunak atau persendian
atau lebih efusi (bukan pertumbuhan tulang),
sekurang-kurangnya 3 sendi secara bersamaan
yang diobservasi oleh seorang dokter. Dalam
kriteria ini terdapat 14 persendian yang
memenuhi kriteria, yaitu : PIP, MCP,
pergelangan tangan, siku pergelangan kaki dan
MTP kiri dan kanan.
Artritis pada
persendian tangan
Sekurang-kurangnya terjadi pembengkakan
satu persendian tangan
Artritis simetris Keterlibatan sendi yang sama (seperti yang
tertera pada kriteria 2 pada kedua belah sisi,
keterlibatan PIP , MCP , atau MTP bilateral
dapat diterima walaupun tidak mutlak bersifat
simetris.
Nodul rheumatoid Nodul subkutan pada penonjolan tulang atau
permukaan ekstensor atau daerah juksta
artrikular yang diobservasi oleh seorang dokter.
Faktor rheumatoid serum Terdapatnya titer abnormal faktor reumatoid
serum yang diperiksa dengan cara yang
memberikan hasil positif kurang dari 5%
kelompok kontrol yang diperiksa.
Perubahan gambaran Perubahan gambaran radiologis yang radiologis
khas bagi reumotoid arthritis pada pemeriksaan
sinar X, tangan posteroanterior atau
pergelangan tangan yang harus menunjukkan
adanya erosi atau dekalsifikasi tulang yang
berlokalisasi pada sendi atau daerah yang
berdekatan dengan sendi (perubahan akibat
osteoartritis saja tidak memenuhi persyaratan).
* PIP : Proximal Interphalangeal, MCP : Metacarpophalangeal, MTP:
Metatarsophalangeal
6. Penatalaksanaan Rheumatoid Arhtritis (RA)
Rheumatoid Arhtritis (RA) saat ini belum ada obatnya, kecuali dibebabkan oleh
infeksi. Obat yang tersedia hanya mengatasi gejala penyakitnya. Tujuan pengobatan yang
dilakukan adalah untuk mengurangi nyeri, mengurangi terjadinya proses inflamasi pada
sendi, memelihara, dan memperbaiki fungsi sendi dan mencegah kerusakan tulang
(Brunner&Suddarth, 2002).
Mengingat keluhan utama penderita Rheumatoid Arhtritis adalah timbulnya rasa
nyeri, inflamasi, kekakuan, maka strategi penetalaksanaanya nyeri mencangkup
pendekatan farmakologi dan non farmakologi (Williams&Wilkins, 1997).
a. Penatalaksanaan Farmakologi
Mengkombinasikan beberapa tipe pengobatan dengan menghilangkan nyeri. Obat
anti infalamasi yang dipilih sebagai pilihan pertama adalah aspirin dan NSAIDs dan
pilihan ke dua adalah kombinasi terapi terutama Kortikosteroid (Bruke&Laramie,
2000). Pada beberapa kasus pengobatan bertujuan untuk memperlambat proses dan
mengubah perjalanan penyakit dan obat-obatan yang digunakan untuk mencegah
kerusakan lebih lanjut (Williams&Wilkins, 1997).
Pengobatan dengan Aspirin dan Asetaminofen diberikan untuk menghindari
terjadinya infalamasi pada sendi dan menggunakan obat NSAIDs untuk menekan
prostaglandin yang menyebabkan timbulnya peradangan dan efek samping obat ini
adalah iritasi pada lambung (Meiner&Leuckenotte, 2006). Penelitian yang dilakukan
oleh Gotzsche&Johansen (1998), penggunaan obat ini dapat menurunkan ambang
nyeri mencapai 0.25% sampai dengan 2.24%, tetapi obat ini mempunyai suatu efek
lebih besar dibanding anti inflamatori selama penggunaan jangka panjang.
Pemberian kortikosteroid digunakan untuk mengobati gejala Rheumatoid Arthritis
saja seperti nyeri pada sendi, kaku sendi pada pagi hari, lemas, dan tidak nafsu makan.
Cara kerja obat Kortokosteroid dengan menekan sistem kekebalan tubuh sehingga
reaksi radang pada penderita berkurang (Handono&Isbagyo, 2005). Efek samping
jangka pendek menggunakan Kortikosteroid adalah pembengkakan, emosi menjadi
labil, efek jangka panjang tulang menjadi keropos, tekanan darah menjadi tinggi,
kerusakan arteri pada pembuluh darah, infeksi, dan katarak. Penghentian pemberian
obat ini harus dilakukan secara bertahap dan tidak boleh secara mendadak
(Bruke&Laramie, 2000)
Bagi penderita RA erosif, persisten, bedah rekonstruksi merupakan indikasi jika
rasa nyeri tidak dapat diredakan dengan tindakan konservatif. Prosedur bedah
mencangkup tindakan Sinovektomi (eksisi membran sinovial), Tenorafi (penjahitan
tendon), Atrodesis (operasi untuk menyatukan sendi), dan Artroplasti (operasi untuk
memperbaiki sendi). Namun operasi tidak dilakukan pada saat penyakit masih berada
dalam stadium akut (Brunner&Suddarth, 2002).
b. Penatalaksanaan Non Farmakologi
Tindakan non farmakologi mencangkup intervensi perilaku-kognitif dan
penggunaan agen-agen fisik. Tujuannya adalah mengubah persepsi penderita tentang
penyakit, mengubah perilaku, dan memberikan rasa pengendalian yang lebih besar
(Perry&Potter, 2006). Menggunakan terapi modalitas maupun terapi komplementer
yang digunakan pada kasus dengan Rheumatoid Arhtritis pada lansia mencangkup :
1.) Terapi Modalitas
a) Diit makanan merupakan alternatif pengobatan non farmakologi untuk
penderita Rheumatoid Arhtritis (Burke&Laramie, 2000). Prinsip umum untuk
memperoleh diit seimbang bagi pederita dengan Rheumatoid Arhtritis adalah
penting di mana pengaturan diit seimbang pada penderita akan menurunkan
kadar asam urat dalam darah. Umumya penderita akan mudah menjadi terlalu
gemuk disebabkan oleh aktivitas penderita rendah. Bertambahnya berat badan
dapat menambah tekanan pada sendi panggul, lutut, dan sendi-sendi pada kaki
(Price&Wilson, 1995). Diit dan terapi yang berfungsi sebagai pengobatan
bagi penderita Rheumatoid Arhtritis seperti mengkonsumsi jus seledri dan daun
salada, kubis, bawang putih, bawang merah, dan wortel (Nainggolan, 2006).
Menurut Syamsul (2007) penderita dapat mengkonsumsi buah musiman yaitu
anggur, ceryy, sirsak, aprikort, dan buah tin serta sebaiknya hindari makanan
seperti lobak, buncis, kacang tanah, adas, dan tomat. Mengkonsumsi minyak
ikan yang mengandung Omega 3 seperti ikan salmon, tuna, sarden, dan
makarel akan mengurangi dan menghilangkan kekakuan pada sendi di pagi hari
dan pembengkakan. 1 gram minyak ikan yang dikonsumsi dapat menurunkan
pembengkakan dan nyeri pada sendi. Begitu pula dengan mengkonsumsi
multivitamin setiap hari yang mempunyai sifat anti inflamasi dan anti oksidan
sangat bermanfaat bagi penderita Rheumatoid Arhtritis (Eliopoulus, 2005).
Adapun makanan yang sebaiknya dihindari oleh penderita Rheumatoid
Arhtritis seperti minuman alkohol, bersoda dan kafein, tinggi protein, jeroan
(hati,ginjal), makanan laut, seafood, gorengan, emping, dan kuah daging atau
daging merah serta merokok. Akan tetapi makanan yang bersumber dari
hewani seperti, ikan tawar sangat penting dalam mencegah dan mengobati
Rheumatoid Arhtritis (Junaidi, 2002). Dalam mengkonsumsi makanan pada
lansia dengan Rheumatoid Arhtritis, jumlah proteinnya harus dibatasi sebesar
20-40 gram/hari (Eliopoulus, 2005).
b) Kompres panas dan dingin serta massase. Penelitian membuktikan bahwa
kompres panas sama efektifnya dalam mengurangi nyeri (Brunner&Suddarth.
2002). Pilihan terapi panas dan dingin bervariasi menurut kondisi penderita,
misalnya panas lembab menghilangkan kekakuan pada pagi hari, tetapi
kompres dingin mengurangi nyeri akut dan sendi yang mengalami peradangan
(Perry&Potter, 2006). Namun pada sebagian penderita, kompres hangat dapat
meningkatkan rasa nyeri, spasme otot, dan volume cairan sinovial. Jika proses
inflamsi bersifat akut, kompres dingin dapat di coba dalam bentuk kantung air
dingin atau kantung es (Doenges&Moorhouse, 2000). Massase dengan
menggunakan es dan kompres menggunakan kantung es sangat efektif
menghilangkan nyeri. Meletakkan es di atas kulit memberikan tekanan yang
kuat, diikuti dengan massase melingkar, tetap, dan perlahan. Lokasi
pengompresan yang paling efektif berada di dekat lokasi aktual nyeri, serta
memakan waktu 5 sampai 10 menit dalam mengkompres dingin (Perry&Potter,
2006).
c) Olah raga dan istirahat. Penderita Rheumatoid Arhtritis harus menyeimbangkan
kehidupannya dengan istirahat dan beraktivitas. Saat lansia merasa nyeri atau
pegal maka harus beristirahat (Brunner&Suddarth, 2002). Istirahat tidak boleh
berlebihan karena akan mengakibatkan kekakuan pada sendi. Latihan gerak
(Range of Motion) merupakan terapi latihan untuk memelihara atau
meningkatkan kekuatan otot (Brunner&Sudarth,2002). Otot yang kuat
membantu dan menjaga sendi yang terserang penyakit Rheumatoid Arhtritis
(Bruke&Laramie, 2000). Ketidakaktifan penderita dapat menimbulkan
dekondisioning oleh karena itu tindakan untuk membangun kertahankan fisik
harus dilaksanakan dengan latihan kondisioning seperti berjalan kaki, senam,
berenang atau bersepeda, dan berkebun dilakukan secara bertahap dan dengan
pemantauan (Brunner&Suddarth, 2002). Dengan berolahraga, penderita
Rheumatoid Arhtritis akan menurunkan nyeri sendi, mengurangi kekauan,
meningkatkan kelenturan otot, meningkatkan daya tahan tubuh, tidur menjadi
nyenyak, dan mengurangi kecemasan. Lansia melakukan olahraga dengan diit
secara seimbang berdasarkan penelitian Jong et al (2000), kepada 217 lansia
selama 17 minggu menemukan terjadi perbedaan antara lansia yang melakukan
olahraga dengan lansia yang tidak berolahraga dapat menurunkan berat badan
0.5 kg sampai dengan 1.2 kg dengan P Value = 0.02 dan dapat terhindar dari
kekauan dan nyeri pada sendi (Syamsul, 2007).
Adanya nyeri, pembatasan gerak, keletihan, maupun malaise dapat menggangu
istirahat oleh karena itu penderita sebaiknya menggunakan kasur atau matras
yang keras dengan meninggikannya sesuai kebutuhan, mengambil posisi yang
nyaman saat tidur atau duduk di kursi, gunakan bantal untuk menyokong sendi
yang sakit dalam mempertahankan posisi netral, ataupun memberikan massase
yang lembut (Doenges&Moorhouse, 2000). Mencegah ketidaknyamanan akibat
stress aktivitas atau stress akibat menanggung beban berat pada sendi,
penggunaan verban tekan, bidai, dan alat bantu mobilitas seperti tongkat, kruk,
dan tripod dapat membantu mengurangi rasa nyeri dengan membatasi gerakan
(Brunner&Suddarth, 2002).
d) Sinar Inframerah. Cara yang lebih modern untuk menhilangkan rasa saklit
akibat rematik adalah penyinaran menggunakan sinar inframerah. Meskipun
umumnya dilakukan di tempat-tempat fisioterapi, penyinaran tidak boleh
melampaui 15 menit dengan jarak lampu dan bagian tubuh yang disinari sekitar
1 meter. Harus diperhatikan juga agar kulit di tempat rasa sakit tadi tidak
sampai terbakar (Syamsul, 2007).
2.) Terapi Komplementer
a) Menggunakan obat-obatan dari herbal. Brithis Journal of Clinical
Pharmacology melaporkan hasil penelitian menyatakan bahwa 82 % lansia
dengan Rheumatoid Arhtritis mengalami perbedaan nyeri dan pembengkakan
dengan menggunakan obat-obatan dari herbal (Eliopoulus, 2005). Beberapa
jenis herbal yang bisa membuat mengurangi dan menghilangkan nyeri pada
Rheumatoid Arhtritis misalnya jahe dan kunyit, biji seledri, daun lidah buaya,
aroma terapi, rosemary, atau minyak juniper yang bisa menghilangkan bengkak
pada sendi (Syamsul, 2007).
b) Accupresure. merupakan latihan untuk mengurangi nyeri pada Rheumatoid
Arthritis. Accrupresure memberikan tekanan pada alur energi disepanjang jalur
tubuh. Tekanan yang diberikan pada alur energi yang terkongesti untuk
memberikan kondisi yang sehat pada penderita ketika titik tekanan di sentuh,
maka dirasakan sensasi ringan dengan denyutan di bawah jari-jari. Mula-mula
nadi dibeberapa titik akan terasa berbeda, tetapi karena terus-menerus dipegang
nadi akan menjadi seimbang, setelah titik tersebut seimbang dilanjutkan
dengan menggerakan nadi-nadi tersebut dengan lembut (Syamsul, 2007).
c) Relaxasi Progresive. Dapat diberikan dengan pergerakan yang dilakukan pada
keseluruhan otot, trauma otot extrim secara berurutan dengan gerakan
peregangan dan pelemasan. Realaxasi progresiv dilakukan secara berganitan.
Terapi ini memilki tujuan untuk mengurangi ketegangan pada otot khususnya
otot-otot extremitas atas, bawah, pernapasan, dan perut serta melancarkan
sistem pembuluh darah dan mengurangi kecemasan penderita (Syamsul, 2007).
D. Kerangka Teori
Kerangka teori penelitian ini dibuat berdasarkan tujuan penelitian yaitu mengidentifikasi
tingkat pengetahuan lansia tentang penyakit Rheumatoid Arthritis.
Gambar 2.2 Kerangka Teori
Teori Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2007)
E. Penelitian Terkait
Berdasarkan penelitain yang dilakukan oleh Syamsul Anwar (2007) yang berjudul
”Aplikasi Model Community as Partner dan Health Belief Model dalam Rangka Pelayanan
Asuhan Keperawatan pada Agregat Lansia dengan Rematik Artikuler di Kelurahan Depok
Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok’’, didapat bahwa meningkatnya kasus Rheumatiod
Arthritis pada lansia di kelurahan Depok berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang Rheumatiod Arthritis dan kurangnya partisipasi warga terhadap pencegahan
terjadinya Rheumatiod Arthritis. Hasil uji statsistik oleh Syamsul (2007) dengan menggunakan
uji t test one sampel didapatkan hasil variabel pengetahuan dengan mean sebelum 1.54, sesudah
2.67, dan standar deviasi sebelum 0.498, sesudah 0.637 dengan p valeu 0.000. Setelah dilakukan
Umur
Jenis kelamin
Riwayat pendidikan
Pengetahuan tentang penyakit RA pada lansia, meliputi :
1. Pengertian 2. Penyebab 3. Keluhan utama 4. Cara
penatalaksanaan
Tingkat pengetahuan :
1. Baik 2. Cukup 3. Kurang
pendidikan kesehatan selama 9 bulan, adanya peningkatan pengetahuan lansia terhadap
pencegahan terjadinya Rheumatiod Arthritis dari 40% menjadi 80% sehingga penyakit
Rheumatiod Arthritis mengalami penurunan dari 30% menjadi 20 %.
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangaka Konsep
Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan bagaimana
seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis beberapa faktor yang
dianggap penting untuk masalah. Kerangka konsep membahas tentang saling ketergantungan
antar variabel yang dianggap perlu untuk melengkapi dinamika situasi atau hal yang sedang
atau akan diteliti (Hidayat, 2008).
Kerangka konsep penelitian ini dibuat berdasarkan tujuan penelitian yaitu
mengidentifikasi tingkat pengetahuan lansia tentang penyakit Rheumathoid Arhtritis.
Berdasarkan landasan teori yang diuraikan pada tinjauan teoritis maka kerangka konsep dalam
penelitian ini dapat digambarkan pada gambar 3.1.
Indikator-indikator yang digunakan dari kerangka konsep tersebut untuk mengetahui
tingkat pengetahuan lansia tentang penyakit Rheumatoid Arthritis, yang meliputi pengertian,
penyebab, manifestasi klinis, dan cara penatalaksanaan (Notoatmodjo, 2007) dikelompokkan
menjadi kategori baik, cukup, dan kurang {Hendra (2008) dalam Arikunto (1998)}.
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Umur
Jenis kelamin
Riwayat pendidikan
Pengetahuan tentang penyakit RA pada lansia, meliputi :
5. Pengertian 6. Penyebab 7. Keluhan utama 8. Cara
penatalaksanaan
Tingkat pengetahuan :
4. Baik 5. Cukup 6. Kurang
C. Pertanyaan Peneliti
Berdasarkan kerangka konsep di atas maka yang menjadi pertanyaan penelitian adalah
bagaimanakah tingkat pengetahuan lansia tentang penyakit RA.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang telah
ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun peneliti pada seluruh proses
penelitian (Setiadi, 2007). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, desain yang
digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif yaitu penelitian untuk menggambarkan tingkat
pengetahuan lansia tentang penyakit Rheumatoid Arthritis (RA).
B. Variabel Penelitian
Variabel yang diteliti meliputi pengetahuan lansia tentang penyakit Rheumatoid Arthritis
seperti pengertian, penyebab, manifestasi klinik, dan cara penatalaksanaanya, serta data
demografi lansia seperti umur, jenis kelamin, riwayat pendidikan, pekerjaan, serta sumber
informasi.
C. Sampling Desain
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan di
teliti (Hidayat, 2008). Populasi yang ditentukan sebagai subjek penelitian adalah semua
lanjut usia yang menderita maupun yang tidak menderita dari penyakit Rheumatoid
Arthritis di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah subunit populasi survey itu sendiri yang oleh peneliti dipilih dengan
mewakili populasi target. Semakin besar sampel maka representative sampel tersebut
semakin mendekati jumlah populasi (Nursalam, 2003). Sampel pada penelitian ini adalah
lansia yang berada di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung.
a. Kriteria Sampel
Dalam pemilihan sampel, peneliti membuat kriteria bagi sampel yang di ambil.
Sampel yang diambil berdasarkan pada kriteria inklusi, yaitu karakteristik sampel yang
dapat dimasukkan atau layak untuk diteliti. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
1). Lansia yang tidak terganggu jiwanya
2). Lansia yang menderita maupun tidak menderita Rheumatoid Arthritis
2). Lansia yang berusia 60 tahun dan lebih dari 60 tahun
3). Lansia yang bersedia menjadi responden
4). Lansia yang dapat berkomunikasi dengan baik dan kooperatif
b. Jumlah Sampel
Pemilihan sampel pada penelitian ini berkaitan dengan penerapan distribusi
normal untuk variabel tunggal (Univariat). Dikemukakan bahwa ukuran besar sampel
diambil dengan menggunakan rumus Estimasi (Nursalam, 2003), yaitu :
n = Z21-α/2 x P x (1-P)
d2
Keterangan :
n : Besarnya sampel
Z21-α/2 : Harga normal baku sesuai dengan luas area di bawah
kurva baku besar (1-α/2) untuk α = 0.05 – nilai Z = 1.96
P :
:
Proporsi untuk sifat tertentu yang diperkirakan terjadi
pada populasi.
Penelitian Syamsul (2007) proporsi tingkat pengetahuan
sebesar 40% = 0.4
d :
:
Penyimpangan terhadap populasi atau derajat ketepatan
yang diinginkan.
Peneliti menggunakan presisi sebesar 10% = 0.1
n = Z21-α/2 x P x (1-P)
d2
n = (1,96)2 x 0.4x (1-0,4) / (0.1)2
n = 0.921984 / 0.01
n = 92.1984 = 92 sampel
Setelah dihitung, peneliti menggambil sampel sebanyak 92 lansia yang sesuai
dengan kriteria. Peneliti juga mengantisipasi apabila terjadi data yang mengurangi
kelengkapan dengan menambah jumlah sampel sebanyak 10 % dari jumlah responden
sebenarnya (Aziz, 2008), dengan perhitungan sebagai berikut:
10% x 92 = 9.2 = 9
Jadi dari 92 sampel + 9 sampel cadangan = 101 sampel
Pada pelaksanaanya, pengumpulan data melibatkan 101 lansia (92 lansia +
10%). Proses pengumpulan data dilakukan sendiri oleh peneliti, satu per satu lansia
dihampiri di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung agar proses pengumpulan data dapat
berjalan dengan lancar sesuai yang peneliti harapkan. Lansia mengerti judul dan tujuan
penelitian serta tidak ada data kuesioner yang kosong atau belum terisi.
F. Sampling Penelitian
Teknik sampling adalah teknik yang dipergunakan untuk mengambil sampel dari
populasi. Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi proporsi dari populasi untuk
dapat mewakili populasi (Setiadi, 2007).
Sampling yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan teknik total sampling
yaitu pengambilan sampel secara keseluruhan anggota dalam populasi.
G. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada tanggal 3 sampai 5 September 2009. Penelitian dilakukan di
PSTW Budi Mulia 1 Cipayung, alasan pemilihan lokasi penelitian ini karena, unit ini
merupakan tempat kehususan pelayanan bagi lanjut usia.
E. Etika Penelitian
Etika penelitian adalah sekumpulan nilai dan prinsip yang merupakan peraturan tidak
tertulis yang harus digunakan oleh peneliti. Tujuan etika penelitian tersebut adalah untuk
menjamin kerahasian identitas responden, melindungi dan menghormati hak-hak responden.
Prinsip utama etika dalam penelitian terdiri dari manfaat, memghormati hak manusia, dan
keadilan (Polit&Hungler, 2005).
1. Prinsip Etik
a. Self Determination. Responden diberi kebebasan untuk menentukan pilihan apakah
bersedia atau tidak untuk mengikuti kegiatan penelitian, setelah semua informasi yang
berkaitan dengan penelitian dijelaskan, dengan menandatangani informed consent yang
disediakan.
b. Anonymity. Selama kegiatan penelitian nama responden tidak dicantumkan dan
peneliti menggunakan nomor responden.
c. Confidentiality. Peneliti menjaga kerahasiaan identitas responden dan informasi yang
diberikannya. Semua catatan dan data responden sebagai dokumentasi penelitian.
d. Protection from Discomfort. Responden bebas dari rasa tidak nyaman. Sebelum
penelitian dilakukan responden diberi penjelasan tentang manfaat dan tujuan penelitan.
2. Informen Concent
Perlindungan hak-hak responden dijamin dan tercantum dalam lembar persetujuan.
Sebelum responden menyetujui berpartisipasi dalam penelitian, responden harus
memahami tentang penelitian yang akan dilakukan. Formulir persetujuan memuat 6
elemen penting, yaitu :
a. Subjek penelitian diberi penjelasan yang dapat dimengerti tentang tujuan dari
penelitian yang akan dilakukan. Dijelaskan prosedur dan teknik yang akan dilakukan
serta tujuan yang dicapai dalam penelitian.
b. Subjek penelitan diberi penjelasan mengenai resiko dan ketidaknyamanan potensial
yang mungkin akan dialami. Jika selama kegiatan penelitian responden merasa tidak
nyaman maka penelitian dihentikan.
c. Subjek diberi tahu mengenai manfaat yang akan didapatkan pada penelitian yang akan
dilakukan.
d. Peneliti bersedia menjawab semua pertanyaan dalam lembar pertanyaan
e. Subjek penelitian dapat mengundurkan diri kapan saja tanpa konsekuensi apapun.
f. Anonimitas dan kerahasiaan harus dipastiakan. Subjek penelitian harus yakin bahwa
semua hasil dan respon mereka dijaga kerahasiaanya dan hanya dipergunakan untuk
kepentingan penelitian.
F. Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses
pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam penelitian (Nursalam, 2003).
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh beberapa teman mahasiswa
peneliti yang sebelumya dilakukan diskusi untuk mempersamakan persepsi dari kuesioner
penelitian. Pengumpulan data dilakukan di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung dengan prosedur
sebagai berikut :
a. Setelah proposal mendapat persetujuan dari pembimbing akademik dilanjutkan dengan
membuat surat permohonan dari PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang ditujukkan
kepada Dinas Sosial DKI Jakarta.
b. Setelah mendapat persetujuan dari Dinas Sosial DKI Jakarta, peneliti meyerahkan surat
permohonan tersebut kepada ketua PSTW Budi Mulia 1 Cipayung. Setelah itu peneliti
melakukan penseleksian calon responden dengan teknik Total Sampling.
c. Peneliti mengidentifiaksi responden yang memenuhi kriteria inklusi penelitian.
d. Meminta calon responden yang terpilih agar bersedia menjadi responden setelah
mendapatkan penjelasan mengadakan pendekatan dan penjelasan tentang tujuan, manfaat,
dan prosedur penelitian serta hak dan kewajiban selama menjadi responden. Responden
yang bersedia selanjutnya diminta menandatangani lembar informed concent.
e. Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya bila ada yang belum jelas.
Responden yang kurang mampu dalam mengisi kuesioner sendiri, maka peneliti dan
teman peneliti membantu dalam mengisi kuesioner responden dengan membaca seluruh isi
kuesioner.
f. Setelah seluruh pertanyaan dalam kuesioner dijawab, maka peneliti mengumpulkan data
dan mengucapkan terimakasih kepada responden.
G. Rencana Pengolahan Data
1. Metode dan Instrumen
Pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah kuesioner atau angket yang
disesuaikan dengan tujuan penelitian dan mengacu pada kerangka konsep dan teori yang
telah dibuat. Pertanyaan disusun sesuai dengan tingkat pengetahuan responden tentang
penyakit RA dan tersusun secara terstruktur dengan jenis pertanyaan pilihan ganda, dan
dijawab oleh responden sesuai dengan petunjuk pengisian.
Pertanyaan terdiri dari dua bagian yaitu, bagian A berisi tentang data demografi
yang meliputi inisial nama, jenis kelamin, umur, riwayat pedidikan, riwayat pekerjaan, dan
sumber informasi . Bagian B berkaitan dengan tingkat pengetahuan lansia tentang
penyakit RA sebanyak 18 item. Penetapan nilai pengetahuan berdasarkan proses skoring.
Skoring adalah pemberian skor jawaban responden pada beberapa pernyataan
dalam kuesioner sehingga dapat digabungkan menjadi satu variabel. Pada kuesioner B
yang berisikan 18 item, untuk jawaban benar diberi nilai 1, sedangkan untuk jawaban
salah diberi nilai 0, dengan skor tertinggi adalah 18 dan skor terendah adalah 0.
Memperoleh data dalam penelitian, peneliti menggunakan kuesioner pada responden
terpilih sebanyak 101 responden. Kuesioner digunakan untuk mengetahui pengetahuan
responden tentang penyakit Rheumatoid Arhtritis yang terdiri dari pengertian, tanda dan
gejala, penyebab, dan cara penatalaksanaanya, setelah selesai diisi oleh responden,
kuesioner diserahkan kepada responden.
2. Teknik Uji Instrumen Penelitian
Uji kuesioner dilakukan untuk menguji kuesioner yang akan digunakan dalam
penelitian tingkat pengetahuan lansia tentang penyakit Rheumatoid Arhritis di PSTW Budi
Mulia 1 Cupayung. Pertanyaan dan pernyataan pada uji kuesioner ini diajukan kepada
lansia di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta pada tanggal 25 sampai dengan 26
Agustus 2009 dengan jumlah responden sebanyak 30 orang. Dari 20 pertanyaan yang
diajukan, kemudian dilakukan uji realibilitas didapatkan Alpha Cronbach sebesar 0.673.
Dari 20 pertanyaan terdapat 2 pertanyaan yang tidak valid, maka oleh peneliti 2
pertanyaan yang tidak valid tersebut dihilangkan sehingga didapatkan Alfa Cronbach
sebesar 0.701. Kuesioner yang digunakan sebagai hasil akhir dalam penelitian di PSTW
Budi Mulia 1 Cipayung mencantumkan 18 pertanyaan mengenai pengetahuan tentang
penyakit Rheumatoid Arthritis.
3. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan tahap sebagai berikut :
a. Editing
Dilakukan untuk memeriksa ulang kelengkapan jawaban pada setiap lembar
kuesoiner yang telah diisi oleh responden.
b. Coding
Coding adalah pemberian kode untuk setiap jawaban pada setiap pertanyaan
sesuai dengan petunjuk koding. Pengkodean merupakan kegiatan merubah data
berbentuk huruf menjadi data yang berbentuk bilangan. Setelah data kuesioner masuk
maka diberikan kode pada kolom di setiap item agar lebih memudahkan dalam
pengolahan data. Pemberian kode untuk proses perhitungan tingkat pengetahuan lansia
tentang penyakit Rheumatoid Arhtritis, peneliti memberikan kode angka dua (2) untuk
kategori tingkat pengetahuan baik, angka satu (1) untuk tingkat pengetahuan cukup,
dan angka nol (0) untuk tingkat pengetahuan kurang.
c. Scoring (Penetapan Skor)
Setelah data terkumpul dan kelengkapannya diperiksa kemudian dilakukan
tabulasi data dan diberi skor sesuai dengan kategori dari data serta jumlah item
pertanyaan dari setiap variabel.
d. Entri Data
Proses memasukan data, setelah pemberian kode dan skor lalu data dimasukkan
kedalam program komputer (Softwer Analisis) yang sesuai untuk kemudian diolah oleh
peneliti.
e. Cleaning Data
Kegiatan pengecekan kembali terhadap data yang telah dipindahkan ke dalam
tabel dan ditabulasi. Data diperiksa kembali untuk memastikan bahwa data bersih dari
kekeliruan.
H. Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dilakukan untuk memberikan
gambaran tentang variabel tingkat pengetahuan, jenis kelamin, umur, riwayat pendidikan,
riwayat pekerjaan, dan sumber informasi. Analisis data hasil penelitian dilakukan melalui dua
tahap yaitu pengolahan data dan analisa data dengan menggunakan komputer (Software
Analisis). Pada analisis ini data demografi dan tingkat pengetahuan lansia tentang penyakit
Rheumatoid Arthritis akan di deskriptifkan dalam bentuk distribusi frekuensi.
Peneliti akan mengolah data variabel tersebut menjadi bentuk proporsi (persentase)
dimana kriteria masing-masing dari jawaban yang di jumlahkan frekuensinya dibagi jumlah
responden dan dikali 100%. Hasil akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi,
dengan rumus (Nursalam, 2003) :
P = f X 100%
n
Keterangan : P = Proporsi / persentase (%)
F = Jumlah Frekuensi / banyaknya data
N = Jumlah responden
Tabel 4.1
Klasifikasi tingkat pengetahuan lansia tentang penyakit Rheumatoid Arthritis
berdasarkan skor yang diperoleh.
Nilai Tingkat Pengetahuan
76-100 % Baik
56-75 % Cukup
<55 % Kurang
Dari pengklasifikasian di atas, dapat diketahui bagaimana gambaran tingkat
pengetahuan lansia tentang penyakit Rheumatoid Arthritis dan akan disajikan dalam
bentuk tabel.
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung
Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung adalah salah satu Unit
Pelaksana Teknis Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Provinsi DKI Jakarta
yang berfungsi sebagai suatu tempat atau sarana pelayanan kesejahteraan sosial bagi para
lanjut usia (jompo). PSTW ini dibangun pada tahun 1968 bertempat di Jln.Raya Bina Marga
No.58 Cipayung Jakarta Timur.
Bulan September 2009, Warga Binaan Sosial (WBS) sebutan untuk lanjut usia di Panti
Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung berjumlah 107 WBS, dengan jumlah
WBS laki-laki 30 orang dan WBS perempuan 77 orang. Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW)
Budi Mulia 1 Cipayung memiliki lima (5) barak WBS, yang terdiri dari satu (1) barak lanjut
usia laki-laki dan empat (4) barak lanjut usia perempuan. PSTW Budi Mulia 1 Cipayung
memiliki fasilitas pelayanan seperti :
1. Sarana Fisik
a. Kantor e. Dapur Umum
b. Barak 5 buah f. Mushalla
c. Aula g. Sarana Olah Raga
d. Poliklinik h. Kendaraan Operasional
2. Program Kegiatan
a. Bimbingan Rohani Islam dan Kristen
b. Olah Raga : Senam Lansia
c. Bimbingan Keterampilan : Menjahit, menyulam, berternak, berkebun, membuat hiasan
dari kain perca, budidaya ikan, dan masak.
d. Kesenian : Panggung gembira
e. Rekreasi
f. Pelayanan Kesehatan
PSTW Budi Mulia 1 Cipayung memiliki tujuan, visi, dan misi, yaitu :
1. Tujuan
Terpenuhinya kebutuhan lanjut usia yang disantun seperti kebutuhan jasmani,
rohani, dan sosial dengan baik sehingga mereka dapat menikmati hari tuanya dengan
diliputi ketentraman lahir dan batin.
2. Visi
Penyandang masalah kesejahteraan sosial khususnya lanjut usia terlantar DKI
Jakarta terentas dalam kehidupan normatif.
3. Misi
a. Mencagah, mengurangi tumbuh kembang dan meluasnya masalah kesejahteraan sosial
khususnya lanjut usia terlantar.
b. Mengentaskan penyandang masalah ksejahteraan sosial lanjut usia terlantar dalam
kehidupan yang layak dan normatif.
c. Pembinaan peran serta sosial bagi masyarakat dalam melaksanakan UKS.
d. Meningkatkan fasilitas kesejahteraan sosial.
B. Gambaran Populasi Sampel
Peneliti mengambil populasi sampel dalam penelitian ini adalah kelompok lansia di
Panti Sosial Tresna Wherda (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung. Berdasarkan teknik Total
sampling dalam penelitian ini diambil sampel sebanyak 101 orang, namun terdapat satu (1)
sampel yang mengalami drop out karena tidak lengkapnya responden dalam pengisian
kuesioner penelitian. Sampel akhir yang digunakan dan lalu diolah datanya dalam penelitian
ini sebanyak 100 orang lansia.
C. Analisa Univariat
1. Gambaran Tingkat Pengetahuan Lansia Tentang Penyakit Rheumatoid Arthritis
(RA)
Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 100 responden dan mengenai
”Gambaran tingkat pengetahuan lansia tentang penyakit Rheumatoid Arthritis di PSTW
Budi Mulia 1 Cipayung”. Data ini disajikan dalam bentuk tabel distribusi dan hasilnya
dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
Tentang Penyakit Rheumatoid Arthritis di PSTW Budi Mulia 1
Cipayung
Dari tabel 5.1 di atas tingkat pengetahuan responden tentang penyakit Rheumatoid
Arthritis dapat dilihat jumlah responden dengan pengatahuan baik sebanyak 7 orang (7%),
cukup sebanyak 33 orang (33%), dan kurang sebanyak 60 orang (66%). Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar pengetahuan responden adalah kurang.
2. Umur Lansia
Tabel 5.2.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Variabel Umur di PSTW
Budi Mulia 1 Cipayung
No. Umur (Tahun) Jumlah Persentase
1 60-74 55 55
2 75-90 41 41
No. Pengetahuan Jumlah Persentase
1 Baik 7 7
2 Cukup 33 33
3 Kurang 60 60
Jumlah 100 100%
3 > 90 4 4
Jumlah 100 100%
Pada tabel 5.2 dapat dilihat distribusi responden berdasarkan umur didapatkan
bahwa sebagian besar umur antara 60-74 tahun (Lansia) yaitu sebanyak 55 orang (55%),
umur antara 75-90 tahun (Lansia Tua) sebanyak 41 orang (41%), dan umur lebih dari 90
tahun (Lansia Sangat Tua) sebanyak 4 orang (4%). Berarti bahwa sebagian besar umur
responden adalah antara 60 sampai 74 tahun.
Tabel 5.2.2
Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Penyakit
Rheumatoid Arthritis dilihat dari Variabel Umur.
Dari tabel 5.2.2 didapatkan bahwa pada semua kelompok umur memiliki tingkat
pengetahuan kurang tentang penyakit Rheumatoid Arhtritis yaitu, 60-74 tahun sebesar
52.73%, 75-90 tahun sebesar 68.29%, dan >90 tahun sebesar 75.4%.
Kategori Pengetahuan Baik Cukup Kurang
Jumlah No.
Umur (Tahun)
f % f % f % N % 1 60-74 5 9.09 21 38.18 29 52.73 55 100
2 75-90 2 4.88 11 26.83 28 68.29 41 100
3 > 90 - - 1 25 3 75.4 4 100
3. Jenis Kelamin Lansia
Tabel 5.3.1
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di PSTW Budi
Mulia 1 Cipayung
No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase
1 Perempuan 71 71
2 Laki-laki 29 29
Jumlah 100 100%
Pada tabel 5.3.1 di atas dilihat distribusi responden didapatkan bahwa sebagian
besar jenis kelamin adalah perempuan yaitu sebanyak 71 orang (71%), sedangkan laki-laki
sebanyak 29 orang (29%). Berarti hal ini menyatakan bahwa sebagian besar jenis kelamin
responden adalah perempuan.
Tabel 5.3.2
Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang
Penyakit Rheumatoid Arthritis dilihat dari Variabel Jenis Kelamin
Kategori Pengetahuan Baik Cukup Kurang
Jumlah No.
Jenis Kelamin
f % f % f % N % 1 Perempuan 4 5.63 20 28.17 47 66.2 71 100
2 Laki-laki 3 10.34 13 44.83 13 44.83 29 100
Dari tabel 5.3.2 didapatkan bahwa pada semua kelompok jenis kelamin memiliki
tingkat pengetahuan kurang tentang penyakit Rheomatoid Arthritis yaitu, perempuan
sebesar 66.2% dan laki-laki sebesar 44.83%.
4. Riwayat Pendidikan Lansia
Tabel 5.4.1
Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Pendidikan di PSTW
Budi Mulia 1 Cipayung
No. Riwayat Pendidikan Jumlah Persentase
1 Tidak Sekolah 34 34
2 SD 38 38
3 SMP 20 20
4 SMA 7 7
5 Perguruan Tinggi / D3 1 1
Jumlah 100 100%
Dari tabel 5.4.1 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dengan
riwayat pendidikan SD sebanyak 38 orang (38%), tidak sekolah sebanyak 34 orang (34%),
SMP sebanyak 20 orang (20%), SMA sebanyak 7 orang (7%), dan minoritas responden
berpendidikan PT/D3 sebanyak 1 orang (1%). Berarti hal ini menyatakan bahwa sebagian
besar riwayat pendidikan responden adalah SD.
Tabel 5.4.2
Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang
Penyakit Rheumatoid Arthritis dilihat dari Variabel Riwayat
Pendidikan
Kategori Pengetahuan Baik Cukup Kurang
Jumlah No.
Riwayat Pendidikan
f % f % f % N % 1 Tidak Sekolah 2 5.88 5 14.71 27 79.41 34 100
2 SD 1 2.63 11 28.95 26 68.42 38 100
3 SMP 2 10 12 60 6 30 20 100
4 SMA 1 14.29 5 71.43 1 14.29 7 100
5 PT/D3 1 100 - - - - 1 100
Dari hasil tabel 5.4.2 didapatkan bahwa semua kelompok riwayat pendidikan
dengan tingkat pengetahuan kurang tentang penyakit Rheumatoid Arthritis yaitu, tidak
sekolah (79.41%), SD (68.42%), SMP (30%), SMA (14.29%), dan PT/D3 (0%).
5. Riwayat Pekerjaan Lansia
Tabel 5.5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Pekerjaan di PSTW
Budi Mulia 1 Cipayung
No. Pekerjaan Jumlah Persentase
1 Tidak Bekerja 34 34
2 Bekerja 66 66
Jumlah 100 100 %
Dari tabel 5.5.1 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dengan
riwayat tidak bekerja sebanyak 34 orang (34%), sedangkan responden dengan riwayat
bekerja sebanyak 66 orang (66%),. Berarti hal ini menyatakan bahwa sebagian besar
riwayat pekerjaan responden adalah bekerja.
Tabel 5.5.2
Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Penyakit
Rheumatoid Arthritis dilihat dari Variabel Riwayat Pekerjaan
Kategori Pengetahuan Baik Cukup Kurang
Jumlah No.
Riwayat Pekerjaan
f % f % f % N %
1 Tidak Bekerja - - 6 17.65 28 82.35 34 100
2 Bekerja 7 10.61 27 40.91 32 48.48 66 100
Dari hasil tabel 5.5.2 didapatkan bahwa pada semua kelompok riwayat pekerjaan
memiliki tingkat pengetahuan kurang tentang penyakit Rheumatoid Arthritis yaitu, riwayat
tidak bekerja sebesar 82.35% dan riwayat bekerja sebesar 48.48%.
6. Sumber Informasi yang didapat Lansia
Tabel 5.6.1
Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi di PSTW Budi
Mulia 1 Cipayung
No. Sumber Informasi Jumlah Persentase
1 Tidak Mudah 81 81
2 Mudah 19 19
Jumlah 100 100%
Dari tabel 5.6.1 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
mendapatkan sumber informasi tidak mudah sebanyak 81 orang (81%), sementara
responden mudah mendapatkan sumber informasi sebanyak 19 orang (19%). Berarti hal
ini menyatakan bahwa sebagian besar sumber inforamsi responden adalah tidak mudah.
Tabel 5.6.2
Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Penyakit
Rheumatoid Arthritis dilihat dari Variabel Sumber Informasi
Kategori Pengetahuan Baik Cukup Kurang
Jumlah No.
Sumber Informasi
f % f % f % N % 1 Tidak
Mudah 3 3.7 22 27.16 56 69.14 81 100
2 Mudah 4 21.1 11 57.89 4 21.1 19 100
Dari hasil tabel 5.6.2 didapatkan bahwa pada semua kelompok sumber informasi
memiliki tingkat pengetahuan kurang tentang penyakit Rheumatoid Arthritis yaitu, sumber
informasi tidak mudah sebesar 69.14%, dan sumber informasi mudah sebesar 21.1%.
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan-keterbatasan yang dapat mempengaruhi hasil
penelitian. Keterbatasan-keterbatasan tersebut yaitu :
1. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif yang hanya menggambarkan
variabel yang diteliti, sehingga tidak bisa mencari penyebab suatu masalah secara
keseluruhan.
2. Alat pengambilan data dalam penelitian ini dalam bentuk kuesioner baku dengan jawaban
yang sudah tersedia sehingga permasalahan tidak menggali lebih dalam.
3. Adanya keterbatasan referensi atau penelitian terdahulu yang terkait tentang penelitian ini.
B. Distribusi tingkat pengetahuan responden tentang penyakit Rheumatoid Arthritis
Menurut Notoatmodjo (2003), bahwa pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan umumnya
datang dari penginderaan yang terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan dalam
menimbulkan rasa percaya diri maupun sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat
dikatakan bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang.
Dari hasil penelitian pada tabel 5.1 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden berpengetahuan kurang tentang penyakit Rheumatoid Arthritis sebanyak 60 orang
(60%), sedangkan responden berpengetahuan cukup sebanyak 33 orang (33%), sementara
berpengetahuan baik sebanyak 7 orang (7%). Dari hasil penelitian yang didapatkan bawah
sebagian besar pengetahuan responden tentang penyakit Rheumatoid Athritis adalah kurang.
Intelektual yang menurun di masa dewasa madya (usia 40 sampai dengan 60 tahun)
sampai saat ini merupakan suatu hal yang masih banyak diperdebatkan (Santrock, (2004)
dalam Juliani (2008). Menurut Nugroho (2000), umumya setelah seseorang memasuki tahap
lansia maka akan mengalami penurunan fungsi kognitif (proses belajar, persepsi, pemahaman,
pengertian, dan lain-lain) dan psikomotor (gerakan, tindakan, koordinasi). John Horn (1980)
dalam Julianti (2008), berpendapat bahwa beberapa kemampuan intelektual menurun,
sedangkan kemampuan lainnya tidak. Horn menyatakan bahwa kecerdasan yang mengkristal
(crystallized intelligence, yaitu sekumpulan informasi dan kemampuan-kemampuan verbal
yang dimiliki individu) meningkat, seiring dengan peningkatan usia, sedangkan kecerdasan
yang mengalir (fluid intelligence, yaitu kemampuan seseorang untuk berpikir abstrak)
menurun secara pasti sejak masa dewasa madya.
Schaie (1984) dalam Julianti (2008), dari hasil penelitianya bahwa tidak ditemukan
penurunan intelektual pada masa dewasa, setidaknya sampai usia 70 tahun. Pada tahun 1994,
Schaie kembali mengadakan penelitian dan menemukan bahwa penurunan di dalam
kemampuan-kemampuan mental rata-rata dimulai pada usia 74 tahun. Dari banyak penelitian
bahwa kecepatan memproses informasi mengalami penurunan pada masa dewasa akhir.
Penelitian lain membuktikan bahwa orang-orang dewasa lanjut kurang mampu mengeluarkan
kembali informasi yang telah disimpan dalam ingatannya.
Menurut Zainudin (2009), masih banyak masyarakat maupun lansia yang beranggapan
bahwa dirinya tidak mampu dalam mempelajari pengetahuan dan keterampilan baru, serta
menanggap dirinya jompo, rapuh, tidak perlu belajar dan berlatih, dan tidak perlu bekerja, hal
semacam inilah yang akan menimbulkan stress dan distress serta dispair (putus harapan) pada
lansia. Lansia di waktu muda sudah terkuras oleh tugas-tugas berat dan tingkat rendah
sehingga dalam masa lanjut usia tidak berdaya atau pasrah. Bagi lansia dorongan dan
keinginan mempelajari pengetahuan dan keterampilan baru merupakan suatu hal yang biasa,
baik dengan motivasi untuk meningkatkan mutu kehidupannya maupun mengisi waktu
luangnya agar lebih produktif dan berguna (Zainudin, 2009).
C. Distribusi pengetahuan responden berdasarkan umur
Dari hasil penelitian pada tabel 5.2.2 di atas bahwa responden pada umur antara 60
sampai 74 tahun sebagian besar tingkat pengetahuan tentang penyakit Rheumatoid Arthritis
adalah kurang sebanyak 29 orang (52.73%), sementara usia antara 75 sampai 90 tahun tingkat
pengetahuan responden yang kurang sebanyak 28 orang (68.29%), sedangkan usia di atas 90
tahun sebanyak 3 orang (75.4%).
Menurut BPS (2004), diperkirakan tahun 2010 jumlah lansia akan mencapai 24 juta
orang atau 9,77%, dan pada tahun 2020 jumlahnya akan mencapai 11,34% dari seluruh
penduduk Indonesia. Berdasarkan Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN), usia harapan hidup Indonesia meningkat dari 66,2 tahun pada tahun 2004 menjadi
70,6 tahun pada tahun 2009. Menurut Nugroho (2000), berbagai masalah fisik biologik,
psikologik dan sosial akan muncul pada usia lanjut sebagai akibat dari proses menua atau
penyakit degeneratif yang muncul bersamaan dengan menuanya seseorang.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden berumur antara 60 sampai 74 tahun sebanyak 29 orang (52.73%) mempunyai
pengetahuan tentang penyakit Rherumatoid Arthritis kurang. Menurut Hendra (2008), makin
tua umur seseorang makan proses-proses perkembangan mentalnya membaik serat
berpengaruh pada pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur menjelang lansia
kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang. Intelegensi lanjut
usia akan menurun sehingga menyebabkan kurangnya kemampuan dalam memahami suatu
pengetahuan umum serta informasi. Sejalan dengan hasil penelitian bahwa sebagian besar
tingkat pengetahuan lansia dalah kurang, dimana lansia menganggap bahwa penyakit
Rheumatoid Arhtritis ini merupakan hal yang wajar, karena sudah tua, dan berfikir jika
kebutuhan seperti makan dan istirahat terpenuhi maka lansia pasti sudah sehat. Lansia sudah
tidak perlu lagi mengikuti perkembangan pengetahuan dimana minat terhadap informasi dan
pengetahuan mengenai kesehatan ditahap lansia ini sudah berkurang, karena lanjut usia lebih
mementingkan dalam pemenuhan fisiologis (makan, istirahat) dibandingkan menghabiskan
dana untuk mencari sumber informasi tentang pengetahuan (Zainudin, 2009).
D. Distribusi pengetahuan responden berdasarkan jenis kelamin
Dari hasil penelitian pada tabel 5.3.2 di atas bahwa diketahui sebagian besar jenis
kelamin responden adalah perempuan sebanyak 47 orang (66.2%), sedangkan jenis kelamin
laki-laki sebanyak 13 orang (44.83%). Dengan demikian terlihat bahwa dari jumlah responden
dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan jenis kelamin laki-laki.
Banyaknya responden lansia yang berjenis kelamin perempuan, sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Anna&Woro (1999), melihat tingkat kesehatan dan kesejahteraan kian
membaik maka angka harapan hidup penduduk Indonesia kian meningkat pula, khususnya
perempuan di mana usia perempuan akan lebih panjang, sehingga rata-rata umur harapan
hidup perempuan umumnya lebih tinggi daripada laki-laki. Menurut Handono&Isbagyo
(2005), dengan bertambahnya umur penyakit akan meningkat baik perempuan maupun laki-
laki. Prevalensi perempuan lebih tinggi dari laki-laki lebih dari 75% penderita Rheumatoid
Arthritis adalah perempuan dengan perbandingan 3:1, hal ini membuktikan bahwa usia
harapan hidup (UHH) khususnya perempuan lebih tinggi.
E. Distribusi pengetahuan responden berdasarkan riwayat pendidikan
Dari hasil peneliti pada tabel 5.4.2 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar
tingkat pengetahuan tentang peyakit Rheumatoid Arhtritis responden adalah kurang dengan
riwayat pendidikan tidak sekolah sebanyak 27 orang (74.91%), sementara pendidikan SD
sebanyak 26 orang (68.42%), SMP sebanyak 6 orang (30%), SMA sebanyak 1 orang
(14.29%),sedangkan PT/D3 sebesar 0%.
Menurut Notoatmodjo (2007), bahwa semakin tinggi pendidikan yang merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih mudah menerima pengetahuan
baru dan semakin tinggi pengetahuan seseorang akan semakin baik pengetahuannya. Hurlock
(1998) mengatakan bahwa semakin tinggi pendidikan hidup menerima semakin berkualitas.
Menurut hasil penelitian Anna&Woro (1999), bahwa pendidikan yang didapat lanjut usia di
27 Proponsi di Indonesia masih rendah (74%) sehingga mempengaruhi tingkat pengetahuan
lanjut usia mengenai kesehatannya. Hasil survei yang dilaporkan oleh BPS (2004), bahwa
sebagian besar lansia (80%) memiliki status pendidikan rendah yaitu SD sampai dengan tidak
sekolah.
Dari hasil penelitian yang didapatkan bahwa sebagian besar responden dengan
berpendidikan tidak sekolah sebesar 79.41% dan SD sebesar 68.42% memiliki pengetahauan
kurang tentang penyakit Rheumatoid Arhtritis. Hendra (2008), mengatakan bahwa tingkat
pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami suatu
pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang
makin baik pengetahuannya dan makin mudah pula untuk menerima informasi. Seseorang
dengan pendidikan tinggi umumnya tanggap tentang keadaan sekitarnya, serta mempunyai
minat dan peduli tentang kesehatan dan tanggap dalam memecahkan masalah yang ada pada
dirinya serta adanya keinginan untuk menggali ilmu pengetahuan dari sumber-sumber lain.
Namun perlu ditekankan bahwa seseorang dengan berpendidikan rendah tidak berarti mutlak
memiliki pengetahuan rendah. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan
formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidiakan non formal. Lanjut usia dengan
pendidikan rendah tidak menutup kemungkinan mampunyai pemahaman, pengetahuan
ataupun wawasan baik bila lanjut usia banyak membaca sumber informasi (Azrul, 1999).
F. Distribusi pengetahuan responden berdasarkan riwayat pekerjaan
Dari hasil penelitian pada tabel 5.5.2 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar
tingkat pengetahaun tentang penyakit Rheumatoid Arhtiris responden adalah kurang dengan
riwayat tidak bekerja sebanyak 28 orang (82.35), sementara dengan riwayat bekerja sebanyak
32 orang (48.48%).
Menurut Hurlock (1998), bahwa pekerjaan merupakan suatu kegiatan atau aktivitas
seseorang untuk memperoleh penghasilan guna kebutuhan hidupnya sehari-hari. Lama bekerja
merupakan pengalaman individu yang akan menentukan pertumbuhan dalam pekerjaan.
Menurut hasil penelitian Anna&Woro (1999), bahwa lanjut usia dengan riwayat bekerja
sangat mempengaruhi pengetahuan, semakin baik pekerjaan seseorang, maka akan semakin
baik juga pengetahuan tentang kesehatannya.
Lanjut usia dengan riwayat bekerja akan berpengaruh terhadap proses masuknya
pengetahuan ke dalam individu yang berada pada lingkungan bekerja tersebut. Interaksi
timbal balik di lingkungan tempat bekerja lansia itu sendiri akan menimbulkan sikap sosial
dalam bergaul sehingga akan direspon sebagai pengetahuan oleh lansia, dan sebaliknya bagi
lansia yang tidak bekerja. Pengalaman dalam bekerja memberikan pengetahuan dan
keterampilan lansia serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan
kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar
secara ilmiah dan dari masalah nyata dalam bidang kerjanya (Hendra, 2008).
G. Distribusi pengetahuan responden berdasarkan sumber informasi
Dari hasil penelitian pada tabel 5.6.2 di atas dapat diketahui sebagian besar responden
mendapatkan sumber informasi dengan tidak mudah mempunyai pengetahuan tentang
penyakit Rheumatoid Arhtritis adalah kurang sebanyak 56 orang (69.14%), sementara
responden yang mendapatkan sumber informasi dengan mudah sebanyak 4 orang (22.1%).
Menurut Notoatmodjo (2007), bahwa sumber informasi yang diperoleh dari berbagai
sumber maka seseorang cenderung mempunyai pengetahuan yang lebih luas. Informasi akan
memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang, meskipun seseorang memiliki pendidikan
yang rendah tetapi jika mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media informasi (TV,
radio, majalah, penyuluhan, dan lain-lain) akan meningkatkan pengetahuan seseorang. Lansia
dalam mendapatkan sumber informasi tidak mudah sebagian besar memiliki pengetahuan
tentang penyakit Rheumatoid Arhtrits kurang. Menurut Hendra (2008), sebagai sarana
komunikasi berbagai media informasi mempunyai pengaruh besar tehadap pembentukan opini
dan kepercayaan seseorang terhadap kesehatan. Adanya informasi mengenai kesehatan lansia
memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan serta mengarahkan opini
lansia dalam menyikapi permasalahan kesehatnya.
Sumber informasi sangat mempengaruhi pengetahuan seseorang baik pemberi
informasi maupun penerima (lanjut usia), tetapi tergantung dari minat lansia untuk mencari
informasi dari berbagai sumber baik dari majalah atau buku kesehatan, leaflet, koran,
mengikuti perkumpulan atau penyuluhan tentang kesehatan (Azrul, 1999). Pemberi informasi
khususnya petugas kesehatan dalam menyampaikan informasi mengenai kesehatan akan
mempengaruhi pengetahuan dan perubahan yang diterima oleh lanjut usia apakah hal ini baik
atau buruk untuk dilakukan (Zainudin, 2009).
Lansia dalam kesempatan memperoleh informasi baru lebih terbuka lebar, karena
waktu senggang lansia relatif banyak. Umumnya pada masa ini lansia tidak dituntut untuk
bekerja keras seperti masa-masa sebelumnya. Dalam kehidupan lansia umumnya semakin
tertarik terhadap informasi-informasi baru, karena lansia cenderung tidak ingin ketinggalan
informasi dibandingkan orang-orang yang lebih muda. Lansia umumnya lebih sering
menonton televisi, mendengarkan radio, membaca koran, majalah ataupun bertanya kepada
sesama lansia atau orang yang lebih muda tentang hal-hal baru yang berkembang dalam
masyarakat. Bagi lansia adanya informasi baru berarti menstimulasi fungsi kognitif, fungsi
afektif dan fungsi psikomotorik yang membuat syaraf-syaraf otak lanjut usia tetap berfungsi
secara normal (Zainudin, 2009).
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Gambaran tingkat pengetahuan lanjut usia tentang penyakit Rheumatoid Arthritis dari 100
lanjut usia sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan kurang sebanyak 60 orang (60%).
2. Gambaran umur lanjut usia di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung sebagian besar tingkat
pengetahuan kurang tentang penyakit Rheumatoid Arthritis adalah berumur antara 60
sampai 74 tahun.
3. Gambaran jenis kelamin lanjut usia di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung sebagian besar
berjenis kelamin perempuan sebayak 71 orang, sementara jenis kelamin laki-laki sebanyak
29 orang.
4. Gambaran pendidikan lanjut usia di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung yang memiliki
pendidikan tidak sekolah lebih banyak dibandingkan dengan lanjut usia yang memiliki
pendidikan menengah dan tinggi.
5. Gambaran riwayat pekerjaan lanjut usia di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung dengan riwayat
bekerja lebih banyak dari riwayat lanjut usia tidak bekerja.
6. Gambaran sumber informasi yang didapatkan lanjut usia di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung
sebagian besar tidak mudah mendapatkan sumber informasi, dan sebagian kecil sumber
informasi yang didapat adalah mudah.
B Saran
1. Bagi PSTW Budi Mulia 1 Cipayung
a. Penelitian tentang tingkat pengetahuan lanjut usia didapatkan sebagian besar hasil
tingkat pengetahuan rendah, untuk itu diharapkan PSTW dapat memberikan informasi
lebih lanjut mengenai Rheumatoid Arthritis dalam meningkatkan status kesehatan
lansia.
b. Kegiatan konseling dan penyuluhan kesehatan yang diberikan kepada lansia mengenai
Rheumatoid Arthritis dengan membuat jadwal kegiatan sehingga lanjut usia
diharapkan lansia dapat lebih memahami penyakit ini dan dapat mengatasi
permasalahan yang ditimbulkan baik secara mandiri maupun dengan bantuan oran lain.
c. Petugas PSTW memberikan fasilitas berupa sumber informasi dan memotivasi lanjut
usia untuk melakukan upaya-upaya preventif dan rehabilitasi dalam mengurangi risiko
disabilitas fisik mengingat bahwa umur lanjut usia berpengaruh pada status kesehatan.
2. Bagi Peneliti selanjutnya
Dari hasil penelitian ini, diketahui bahwa pengetahuan lanjut usia tentang penyakit
Rheumatoid Arthritis sebagian besar masih kurang, oleh karena itu peneliti menyarankan
bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian kepada aspek yang lebih luas lagi,
mengembangkan variabel-variabel yang belum diteliti, dan metode yang lebih lengkap
untuk lebih menyempurnakan penelitian ini.
3. Bagi Instansi pendidikan keperawatan dan ilmu keperawatan
a. Meningkatkan peran instansi terkait serta perawat khususnya keperawatan medikal
bedah dan keperawatan gerontik dalam pelaksanaan promosi, preventif, dan
rehabilitasi khusunya lanjut usia terhadap Rheumatoid Arthritis.
b. Memberikan saran dan pertimbangan kepada instansi tertinggi dalam penyusunan
kebijakan upaya meningkatkan kesejahteraan lanjut usia.
c. Menambah bahan literatur mengenai gambaran prngetahuan lansia tentang penyakit
Rheumatoid Arthritis.
DAFTAR PUSTAKA
Ana M., Woro R.. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Lanjut Usia. Jurnal
Epidemiologi Indonesia.1999
Arnett FC, Edworthy SM, Bloch DA,. The American Rheumatism Association 1987, Revised
Criteria for the Classification of Rheumatoid of Rheumatoid Arthritis. 1988
Asep Chandra. 2008. Mitos dan Fakta Tentang Rematik . Diunduh dari http://www.kompas.com/.
Diaskes pada tanggal 5 Mei 2009.
Azrul Anwar. Pengantar Epidemiologi Edisi Revisi. Jakarta : Binarupa Aksara. 1999
Bredveeld. 2003. Masyarakat Tidak Sadari Ancaman Rematik Radang Sendi. Diunduh dari
http://www.sinarharapan.co.id/. Diaskes pada tanggal 2 Mei 2009.
Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volum 3. Jakarta : EGC.
2002
Burke and Laramie. Primary Care of The Older Adult A Multidisiplinary Approach. St. Louis :
Mosby Company. 2002
Christensen, Kockrow. Adult Health Nursing Fifth Edition. Philadelphia : Mosby Company. 2006
Doenges Marilynn E., Moorhouse Mary F. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC. 2000
Eliopoulus, Charlotte. Gerontological Nursing Sixth Edition. Philadelphia : Lippincott
Williams&Wilkins. 2005
Gotzsche Peter, Johansen H. Krogh. Meta-Analysis of Short Term Low Dose Prednisolone Versus
Placebo and Non-Steroid (Anti Inflamatory Drugs in Rheumatoid Arthritis). 1998
Handono dan Isbagyo, 2005. Pemilihan Terapi Rematik yang Efektif, Aman, dan Ekonomis.
Diunduh dari http://www.tempo.co.id/. Diaskes pada tanggal 1 Mei 2009.
Hendra. 2008. Pengetahuan. Di unduh dari http://ajangberkarya.wordpress.com/. Diaskes pada
tanggal 14 November 2009
Hidayat, Aziz. Riset keperawatan dan teknik penulisan ilmiah. Jakarta : Salemba medika. 2008
Hurlock. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga. 1998
Juliani. 2008. Fungsi Kognitif Masa Dewasa Lanjut. Diunduh dari http://bbawor.blogspot.com/.
Diaskes pada tanggal 14 November 2009
Junaidi. Iskandar. Rematik dan Asam Urat. Jakarta : Buana Ilmu Populer. 2002
Manjoer. Arip. Kapita Selekta Kedokteran. FKUI : Media Aesculapius. 1999
Meiner, Lueckenotte. Gerontologic Nursing Third Edition. Philadelphia : Mosby Company. 2006
Nainggolan. Terapi Jus dan Diet. Tanggerang : Argomedia. 2006
Notoatmodjo, Soekidjo. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. 2003
Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta. 2007
Nugroho, Wahjudi. Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta : EGC. 2000
Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika. 2003
Perry Anne G., Potter Patricia A. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan
Praktik Volum 2 Edisi 4. Jakarta : EGC. 2006
Polit, D.F., Hungler, B. P. Nursing Research : Principles and Methods. Philadelpia : Lippincott.
2005
Price S.A, Wilson L.M. Patofisiologi : Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC.
2005
Setiadi. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu. 2007
Siswono. 2006. Wanita Lebih Sering Menderita Reumatoid Artritis. Diunduh dari
http://www.suarapembaruan.com/. Diaskes pada tanggal 1 Mei 2009
Syamsul, Anwar. Aplikasi Model Comunity As Partner dan Health Belief Model dalam Rangka
Pelayanan Askep pada Agrerat Lansia dengan Rematik Artikuler di Kelurahan Depok
Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok. Tesis FIK UI. 2007
Williams and Wilkins. Arthritis and Allied Condition : Texbook of Rhemathology 13th Edition
Volume One. Pennsylvania : A Waverly Company. 1997
Yoga, 2007. Angka Kejadian Penyakit Perkotaan di Jakarta Masih Tinggi. Diunduh dari
http://www.pdpersi.co.id/. Diaskes pada tanggal 1 Mei 2009.
_______ . Pusat Data dan Informasi PERSI. Jakarta : Depkes RI. 2007
. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC. 2002
. Statistik Penduduk Lanjut Usia (Survei Sosial Ekonomi Nasional). Jakarta : BPS. 2004
Zainuddin, Kuntjoro. 2009. Memahami Mitos & Realita Tentang Lansia. Di unduh dari
http://www.e-psikologi.com. Diaskes pada tanggal 14 November 2009
Lampiran 1
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
PENJELASAN PENELITIAN
Judul penelitian : Tingkat Penegtahuan Lansia Tentang Penyakit Rheumatiod Arthritis di Panti
Sosial Tresna Werdha (PSTW) 01 Cipayung.
Peneliti : Fajriyah Nur Afriyanti (NIM : 105104003453 )
Nomor yang bisa Anda hubungi bila ada yang ingin ditanyakan : 08568076867 / 021-93836712
Saya Fajriyah N. A., mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Ciputat. Saya akan melakukan penelitian dengan judul di atas.
Saya melakukan penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan
lansia tentang penyakit Rheumatoid Arthritis (Rematik).
Kuesioner penelitian ini akan saya pergunakan untuh bahan dan data dalam pembahasan bagi
penelitian Skripsi S1 Saya pada Program studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan tahun 2009.
Peneliti menjamin bahwa penelitian ini tidak akan berdampak negatif atau merugikan bagi
siapapun. Bila selama berpartisipasi dalam penelitian ini Bapak/Ibu merasa tidak nyaman maka
Bapak/Ibu mempunyai hak untuk mengundurkan diri sewaktu-waktu.. Peneliti sangat menghargai
dan menjunjung tinggi hak responden dan menjamin kerahasian identitas dan data Bapak/Ibu
selegal mungkin, hanya peneliti yang dapat mengetahui kerahasiaan data yang diberikan.
Dengan penjelasan singkat ini peneliti sangat mengharapkan partisipasi Bapak/Ibu untuk berperan
dalam penelitian dengan mengisi kuesioner ini. Atas kesedian dan partisipasinya secara sukarela
dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun, peneliti ucapkan terima kasih.
Jakarta , September 2009
Fajriyah N. A.
Lampiran 2
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN
(INFORMED CONCENT)
Setelah Saya membaca penjelasan penelitian dan mendapat penjelasan terhadap pertanyaan yang
diajukan, Saya mengerti bahwa peneliti dapat menghargai dan menjunjung tinggi hak-hak Saya
sebagai responden.
Saya memahami bahwa keikutsertaan Saya dalam penelitian ini sangat besar manfaatnya bagi
peningkatan mutu pelayanan keperawatan pasien rematik. Persetujuan ini Saya tanda tangani
tanpa adanya paksaan dari pihak manapun, dan Saya menyatakan bersedia berpartisipasi dalam
penelitian ini.
Saya mengerti bahwa catatan tentang penelitian ini akan dirahasiakan selegal mungkin dan
kerahasian ini terjamin. Semua berkas yang mencantumkan identitas subjek penelitian hanya
digunakan untuk keperluan pengolahan data dan bila sudah tidak digunakan akan dimusnahkan.
Hanya peneliti yang mengetahui kerahasiaan data ini.
Jakarta, September 2009
Peneliti Responden
Fajriyah N. A. (..................................................)
Lampiran 3
LEMBAR KUESIONER A
DATA DEMOGRAFI
Tujuan Penelitian : Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan lansia tentang penyakit Rheumatoid Arthritis (Rematik).
Petunjuk Pengisian :
Bacalah pertanyaan di bawah ini dengan baik dan cermat. Jawablah pertanayaan pada kolom yang sedah disediakan. Berilah tanda silang (X ) pada jawaban yang benar untuk setiap jawaban. Jika Anda ingin memperbaiki jawaban, beri tanda (=) pada kolom jawaban yang salah
kemudian beri tanda silang (X ) pada kolom yang benar. Tanyakan lansung pada peneliti jika ada kesulitan menjawab pertanyaan. Mohon kuesioner ini dikembalikan kepada peneliti setelah jawaban terisi semua.
1. Nama Responden : Nomor :
2. Umur : ( tahun)
3. Jenis Kelamin : ( ) Perempuan ( ) Laki-laki
4. Pendidikan : ( ) Tidak Sekolah ( ) SMA / SMU terakhir ( ) SD ( ) Akademik / Perguruan Tinggi
( ) SMP / SLTP
5. Pekerjaan Terakhir : ( ) Tidak Bekerja ( ) Pegawai Swasta ( ) Buruh ( ) Pegawai Negeri
( ) Pedagang
6. Apakah sumber informasi yang Anda dapatkan untuk mengetahui penyakit yang Anda derita : ( ) Tidak mudah ( ) Mudah
Lampiran 4
LEMBAR KUESIONER B
PENGETAHUAN LANSIA TENTANG PENYAKIT RHEUMATOID ARHTRITIS (
REMATIK )
Tujuan Penelitian : Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan lansia tentang penyakit Rheumatoid Arthritis (Rematik).
Petunjuk Pengisian :
Pertanyaan berikut ini adalah mengenai pengetahuan Anda tentang Rheumatoid Arthritis (Rematik).
Beri tanda silang ( X ) pada setiap jawaban yang Anda anggap benar. Jika Anda ingin memperbaiki jawaban, beri tanda (=) pada jawaban yang salah kemudian
beri tanda silang ( X ) untuk jawaban yang benar. Tanyakan lansung pada peneliti jika ada kesulitan menjawab pertanyaan.
Pertanyaan
1. Penyakit Rheumatoid Arthritis ( Rematik ) merupakan .......... a. Penyakit peradangan kronik pada sendi dan tulang c. Tidak tahu b. Penyakit peradangan kronik pada jantung
2. Pernyataan YANG BENAR tentang Rematik di bawah ini .......... a. Penyakit yang biasa saja c. Tidak tahu b. Penyakit yang menimbulkan komplikasi
3. Menurut Anda di bawah ini faktor-faktor seseorang terkena Rematik .......... a. Bawaan/ saat dalam kandungan (Kongenital) c. Tidak tahu b. Infeksi (Bakteri, Virus)
4. Keluhan yang dirasakan bila terkena Rematik adalah .......... a. Sendi terasa nyeri, kaku dan bengkak c. Tidak tahu b. Pusing, mual, dan muntah
5. YANG BUKAN Tanda-tanda seseorang di katakan Rematik adalah ............ a. Sendi kaku di pagi hari c. Tidak tahu b. Demam di malam hari
6. Rematik dapat mengakibatkan ............ a. Tulang keropos c. Tidak tahu b. Diabates/ penyakit gula
7. Kekakuan sendi biasanya muncul saat ........ a. Pagi hari yang berlansung lebih dari 30 menit c. Tidak tahu b. Sore hari yang berlansung lebih dari 30 menit
8. Cara untuk mengurangi rasa nyeri pada Rematik dengan .......... a. Menggerakan sendi seperti biasa c. Tidak tahu b. Menggosok dan mengkompres dengan es
9. Cara untuk mengurangi bengkak dan kaku pada Rematik dengan .......... a. Istirahat c. Tidak tahu b. Beraktivitas atau Bekerja seperti biasa
10. Aktivitas yang masih dapat dilakukan secara bertahap setiap hari adalah ........ a. Senam lansia dan berkebun c. Tidak tahu b. Joging dan berlari
11. Waktu olahraga yang BAIK bagi penderita Rematik selama ............ a. 15 menit b. 30 menit c. Tidak tahu
12. Obat yang digunakan untuk Rematik adalah .......... a. Beli obat di warung atau toko obat c. Tidak tahu b. Obat dari dokter atau petugas kesehatan
13. Latihan yang TIDAK BAIK untuk dilakukan adalah ......... a. Latihan beban b. Latihan gerak c. Tidak tahu
14. Minuman di bawah ini yang sebaiknya DIHINDARI adalah .......... a. Minuman bersoda b. Minuman herbal c. Tidak tahu
15. Sumber makanan di bawah ini yang BAIK untuk dkonsumsi adalah .......... a. Jeroan (hati, ginjal) b. Ikan tuna c. Tidak tahu
16. Sumber makanan di bawah ini yang BAIK untuk dikonsumsi adalah ...... a. Seledri b. Buncis c. Tidak tahu
17. Sumber makanan di bawah ini yang sebaiknya DIHINDARI oleh penderita Rematik adalah .......... a. Wortel b. Tomat c. Tidak tahu
18. Sumber makanan di bawah ini yang sebaiknya DIHINDARI oleh penderita Rematik adalah .......... a. Bawang putih b. Kacang tanah c. Tidak tahu
Reliability
Case Processing Summary
N %
Valid 30 100.0
Excluded(a)
0 .0
Cases
Total 30 100.0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
.673 20
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if
Item Deleted
pengertian AR 10.47 9.016 .316 .657
pernytaan benar tntng RA 1
11.00 8.345 .390 .644
pernytaan benar tntng RA 2
11.23 9.702 -.062 .688
penybb RA 11.20 9.545 .000 .685
faktor2 terkena RA 11.23 9.013 .268 .660
keluhan dari RA 10.47 8.464 .637 .631
bukan tnd2 RA 10.80 8.510 .314 .653
akibat dr RA 10.77 8.806 .215 .666
kaku sendi muncul saat
10.97 8.309 .394 .643
cara mengurangi nyeri 10.80 9.131 .100 .681
cara mengurangi bengkak&kaku
10.43 9.082 .355 .656
aktvts yg msh dpt dilakukan
10.43 9.426 .127 .671
wktu olahraga yg baik 10.80 8.855 .193 .669
obat yg digunakan 10.43 9.013 .401 .653
latihan yg baik dilakukn
10.67 8.782 .250 .661
minuman yg hrs dihindari
10.73 8.685 .264 .660
smbr mknn yg baik 10.53 9.085 .201 .666
smbr mknn yg baik 11.13 8.947 .216 .665
smbr mknn yg dihindari
11.10 8.921 .210 .666
smbr mknn yg dihindari
10.77 8.254 .414 .640
Reliability
Case Processing Summary
N %
Valid 30 100.0
Excluded(a)
0 .0
Cases
Total 30 100.0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
.688 19
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if
Item Deleted
pengertian AR 10.33 8.989 .339 .672
pernytaan benar tntng RA 1
10.87 8.326 .401 .660
penybb RA 11.07 9.582 -.010 .701
faktor2 terkena RA 11.10 8.990 .286 .675
keluhan dari RA 10.33 8.506 .620 .650
bukan tnd2 RA 10.67 8.644 .271 .676
akibat dr RA 10.63 8.792 .224 .682
kaku sendi muncul saat
10.83 8.282 .409 .659
cara mengurangi nyeri 10.67 9.126 .106 .696
cara mengurangi bengkak&kaku
10.30 9.114 .342 .674
aktvts yg msh dpt dilakukan
10.30 9.459 .115 .688
wktu olahraga yg baik 10.67 8.851 .199 .685
obat yg digunakan 10.30 9.045 .389 .671
latihan yg baik dilakukn
10.53 8.809 .244 .679
minuman yg hrs dihindari
10.60 8.662 .277 .675
smbr mknn yg baik 10.40 9.007 .242 .679
smbr mknn yg baik 11.00 8.897 .242 .679
smbr mknn yg dihindari
10.97 8.930 .212 .682
smbr mknn yg dihindari
10.63 8.309 .399 .660
Reliability
Case Processing Summary
N %
Valid 30 100.0
Excluded(a)
0 .0
Cases
Total 30 100.0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
.701 18
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if
Item Deleted
pengertian AR 10.17 8.902 .322 .688
pernytaan benar tntng 10.70 8.217 .400 .675
RA 1
faktor2 terkena RA 10.93 8.892 .276 .690
keluhan dari RA 10.17 8.420 .604 .666
bukan tnd2 RA 10.50 8.466 .294 .688
akibat dr RA 10.47 8.602 .250 .694
kaku sendi muncul saat
10.67 8.230 .386 .677
cara mengurangi nyeri 10.50 9.017 .103 .711
cara mengurangi bengkak&kaku
10.13 9.016 .329 .689
aktvts yg msh dpt dilakukan
10.13 9.361 .101 .703
wktu olahraga yg baik 10.50 8.741 .197 .700
obat yg digunakan 10.13 8.947 .376 .686
latihan yg baik dilakukn
10.37 8.723 .233 .695
minuman yg hrs dihindari
10.43 8.461 .309 .686
smbr mknn yg baik 10.23 8.806 .281 .690
smbr mknn yg baik 10.83 8.764 .248 .693
smbr mknn yg dihindari
10.80 8.786 .222 .696
smbr mknn yg dihindari
10.47 8.189 .401 .675
Frequencies
Statistics
pngthuan
Valid 100 N
Missing
0
pngthuan
Frequenc
y Percent Valid
Percent Cumulative
Percent
0 1 1.0 1.0 1.0
1 1 1.0 1.0 2.0
2 3 3.0 3.0 5.0
3 5 5.0 5.0 10.0
4 10 10.0 10.0 20.0
5 4 4.0 4.0 24.0
6 6 6.0 6.0 30.0
7 7 7.0 7.0 37.0
8 13 13.0 13.0 50.0
9 10 10.0 10.0 60.0
10 12 12.0 12.0 72.0
11 8 8.0 8.0 80.0
Valid
12 6 6.0 6.0 86.0
13 7 7.0 7.0 93.0
14 5 5.0 5.0 98.0
15 2 2.0 2.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Frequencies
Statistics
tngkt
pngthuan pkrjn Jk pnddkn umur lansia infrmsi
Valid 100 100 100 100 100 100 N
Missing
0 0 0 0 0 0
Frequency Table
tngkt pngthuan
Frequenc
y Percent Valid
Percent Cumulative
Percent
Rndh 60 60.0 60.0 60.0
Sdng 33 33.0 33.0 93.0
Tnggi
7 7.0 7.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
Frequencies
Statistics
Pengertian
Valid 100 N
Missing
0
Pengertian
Frequenc
y Percent Valid
Percent Cumulative
Percent
0 16 16.0 16.0 16.0
1 71 71.0 71.0 87.0
2 13 13.0 13.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
Frequency Table
pngrtian RA
Frequenc
y Percent Valid
Percent Cumulative
Percent
salah 17 17.0 17.0 17.0
benar 83 83.0 83.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
tntng RA
Frequenc
y Percent Valid
Percent Cumulative
Percent
salah 86 86.0 86.0 86.0
benar 14 14.0 14.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
Frequencies
Statistics
Penyebab RA
Valid 100 N
Missing
0
faktor2 RA
Frequenc
y Percent Valid
Percent Cumulative
Percent
salah 84 84.0 84.0 84.0
benar 16 16.0 16.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
Frequencies
Statistics
Tanda dan Gejala RA
Valid 100 N
Missing
0
TndGjl
Frequenc
y Percent Valid
Percent Cumulative
Percent
0 7 7.0 7.0 7.0
1 27 27.0 27.0 34.0
2 34 34.0 34.0 68.0
3 30 30.0 30.0 98.0
4 2 2.0 2.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
Frequencies
Statistics
TndGjl
keluhan
RA bkn tnd2
RA akibat
RA
kaku sendi muncul
saat
N Valid 100 100 100 100
Missing
0 0 0 0
Frequency Table
keluhan RA
Frequenc
y Percent Valid
Percent Cumulative
Percent
salah 11 11.0 11.0 11.0
benar 89 89.0 89.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
bkn tnd2 RA
Frequenc
y Percent Valid
Percent Cumulative
Percent
salah 56 56.0 56.0 56.0
benar 44 44.0 44.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
akibat RA
Frequenc
y Percent Valid
Percent Cumulative
Percent
salah 62 62.0 62.0 62.0
benar 38 38.0 38.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
kaku sendi muncul saat
Frequenc
y Percent Valid
Percent Cumulative
Percent
salah 78 78.0 78.0 78.0
benar 22 22.0 22.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
Frequencies
Statistics
Penalataksanaan RA
Valid 100 N
Missing
0
Pntlksnan
Frequenc
y Percent Valid
Percent Cumulative
Percent
0 4 4.0 4.0 4.0
1 5 5.0 5.0 9.0
2 9 9.0 9.0 18.0
3 6 6.0 6.0 24.0
4 12 12.0 12.0 36.0
Valid
5 15 15.0 15.0 51.0
6 15 15.0 15.0 66.0
7 15 15.0 15.0 81.0
8 7 7.0 7.0 88.0
9 10 10.0 10.0 98.0
10 1 1.0 1.0 99.0
11 1 1.0 1.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Frequencies
Statistics
cr mengurangi nyeri
cr mengurangi
bengkak
aktivitas yg dpt
dilakukn
waktu olhrg
yg baik
obat
RA
latihn yg tdk baik
minumn yg
dihindari
smbr mknn yg baik
1
smbr mknn yg baik
2
smbr mknn
yg dihindari 1
smbr mknn
yg dihindari 2
N Valid 100 100 100 100
100
100 100 100 100 100 100
Missing
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Frequency Table
cr mengurangi nyeri
Frequenc
y Percent Valid
Percent Cumulative
Percent
salah 28 28.0 28.0 28.0Valid
benar 72 72.0 72.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
cr mengurangi bengkak
Frequenc
y Percent Valid
Percent Cumulative
Percent
salah 40 40.0 40.0 40.0
benar 60 60.0 60.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
aktivitas yg dpt dilakukn
Frequenc
y Percent Valid
Percent Cumulative
Percent
salah 40 40.0 40.0 40.0
benar 60 60.0 60.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
waktu olhrg yg baik
Frequenc
y Percent Valid
Percent Cumulative
Percent
salah 66 66.0 66.0 66.0
benar 34 34.0 34.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
obat RA
Frequenc
y Percent Valid
Percent Cumulative
Percent
salah 33 33.0 33.0 33.0
benar 67 67.0 67.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
latihn yg tdk baik
Frequenc
y Percent Valid
Percent Cumulative
Percent
salah 55 55.0 55.0 55.0
benar 45 45.0 45.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
minuman yg dihindari
Frequenc
y Percent Valid
Percent Cumulative
Percent
salah 69 69.0 69.0 69.0
benar 31 31.0 31.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
smbr mknn yg baik 1
Frequenc
y Percent Valid
Percent Cumulative
Percent
salah 30 30.0 30.0 30.0
benar 70 70.0 70.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
smbr mknn yg baik 2
Frequenc
y Percent Valid
Percent Cumulative
Percent
salah 69 69.0 69.0 69.0
benar 31 31.0 31.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
smbr mknn yg dihindari 1
Frequenc
y Percent Valid
Percent Cumulative
Percent
salah 79 79.0 79.0 79.0
benar 21 21.0 21.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
smbr mknn yg dihindari 2
Frequenc
y Percent Valid
Percent Cumulative
Percent
salah 65 65.0 65.0 65.0
benar 35 35.0 35.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
DATA DEMOGRAFI RESPONDEN
umur lansia
Frequenc
y Percent Valid
Percent Cumulative
Percent
60-74 55 55.0 55.0 55.0
75-90 41 41.0 41.0 96.0
>90 4 4.0 4.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
jk
Frequenc
y Percent Valid
Percent Cumulative
Percent
Perempuan
71 71.0 71.0 71.0
laki-laki 29 29.0 29.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
pnddkn
Frequenc
y Percent Valid
Percent Cumulative
Percent
tdk sekolah
34 34.0 34.0 34.0
SD 38 38.0 38.0 72.0
SMP 20 20.0 20.0 92.0
Valid
SMA 7 7.0 7.0 99.0
D3/PT 1 1.0 1.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
pkrjn
Frequenc
y Percent Valid
Percent Cumulative
Percent
tdk kerja
34 34.0 34.0 34.0
kerja 66 66.0 66.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0
infrmsi
Frequenc
y Percent Valid
Percent Cumulative
Percent
tdk mudah
81 81.0 81.0 81.0
mudah 19 19.0 19.0 100.0
Valid
Total 100 100.0 100.0