Skrip Si

124
TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA TENTANG PENYAKIT RHEUMATOID ARTHRITIS DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) BUDI MULIA 1 CIPAYUNG JAKARTA TAHUN 2009 Skripsi Disusun untuk Melengkapi Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan FAJRIYAH NUR AFRIYANTI 105104003453 Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 1430 H / 2009 M

Transcript of Skrip Si

Page 1: Skrip Si

TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA TENTANG PENYAKIT RHEUMATOID

ARTHRITIS DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) BUDI MULIA 1

CIPAYUNG JAKARTA TAHUN 2009

Skripsi

Disusun untuk Melengkapi Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

FAJRIYAH NUR AFRIYANTI

105104003453

Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

1430 H / 2009 M

Page 2: Skrip Si

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta :

Nama : Fajriyah Nur Afriyanti

NIM : 105104003453

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Tahun akademik : 2005

Menyatakan bahwa skripsi yang saya buat denga judul ”TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA

TENTANG PANYAKIT RHEUMATOID ARTHRITIS DI PANTI SOSIAL TRESNA

WHERDA (PSTW) BUDI MULIA 1 CIPAYUNG 2009” adalah :

Dibuat dan diselesaikan oleh saya sendiri, berdasarkan data yang dipeoleh dari hasil penelitian

pada tanggal 3 sampai 5 September 2009. Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan

tindakan plagiat, maka saya akan menerima sangsi yang telah ditetapkan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Jakarta, 7 Desember 2009

(Fajriyah Nur Afriyanti)

Page 3: Skrip Si
Page 4: Skrip Si
Page 5: Skrip Si

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul

TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA TENTANG PENYAKIT RHEUMATOID ARTHRITIS DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) BUDI MULIA 1 CIPAYUNG JAKARTA

TAHUN 2009

Telah dibuat dan diperiksa oleh pembimbing skripsi

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, Desember 2009

Pembimbing I

Ernawati, S.Kep, M.Kep.Sp.MB

NIP. 150368771

Page 6: Skrip Si

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Jakarta, 13 Desember 2009

Penguji I Penguji II

Ita Yuanita, S.Kp, M.Kep Rita Herawati, S.Kp, M.Kep

NIP.150408677 NIP.196309191986032001

Penguji III

Ns.Waras Budi Utomo, S.kep, MKM

NIP.19790520 200901 1 012

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Dekan Fakultas Kedoktean dan Ilmu Kesehatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tien Gartinah, MN Prof.DR(hc).Dr.M.K.Tadjudin, Sp.AND

Page 7: Skrip Si

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Skripsi, Desember 2009

Fajriyah Nur Afriyanti, NIM : 105104003453

TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA TENTANG PENYAKIT RHEUMATOID ARTHRITIS DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) BUDI MULIA 1 CIPAYUNG JAKARTA TAHUN 2009.

xvii + 82 halaman, 14 tabel, 3 gambar, 5 lampiran

ABSTRAK

Populasi lanjut usia di Indonesia meningkat secara bermakna ditandai dengan meningkatnya usia harapan hidup lanjut usia (lansia). Lansia merupakan kelompok beresiko tinggi yang mengalami berbagai masalah kesehatan khususnya penyakit degeratif seperti Rheumatoid Arhritis. Gejala Rheumatoid Arhtritis seperti nyeri, kekakuan, dan inflamasi, oleh lansia dirasakan sebagai penyakit sederhana dan tidak menyebabkan ancaman jiwa. Bertambahnya jumlah penderita Rheumatologi Arthritis di Indonesia, justru kesadaran dan salah pengertian tentang penyakit ini cukup tinggi. Keadaan inilah menjelaskan bahwa kurangnya pengetahuan masyarakat Indonesia khususnya lansia untuk mengenal lebih dalam lagi mengenai penyakit Rheumatologi Arthritis.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengambarkan tingkat pengetahuan lansia tentang penyakit Rheumatoid Arthritis. Subjek penelitian ini adalah lansia yang berusia di atas 60 tahun yang ada di Panti Sosial Tresna Wherda (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan teknik purposive sampling. Teknik pengambilan sampel menggunakan rumus estimasi dengan total sampel 100 responden. Data diambil dengan cara memberikan kuesioner kepada sampel yang memenuhi kriteria. Data lalu dianalisis dengan menggunakan rumus proporsi.

Hasil dari penelitian ini adalah sebagian besar tingkat pengetahuan lansia tentang penyakit Rheumatoid Arhritis didapatkan dalam kategori tingkat pengetahuan kurang sebanyak 60%, cukup 33%, dan baik 7%. Tingkat pengetahuan lansia tentang penyakit Rheumatoid Arthritis di Panti Sosial Tresna Wherda (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung sebagian besar adalah kurang. Penelitian tentang tingkat pengetahuan lansia didapatkan hasil tingkat pengetahuan kurang, untuk itu diharapkan PSTW dapat memberikan informasi lebih lanjut mengenai Rheumatoid Arhtritis dalam meningkatkan status kesehatan. Kegiatan konseling dan penyuluhan kesehatan yang diberikan kepada lansia serta menambah sumber informasi yang dapat menigkatkan pengetahuan lansia.

Daftar Bacaan : 36 (1988-2009)

Page 8: Skrip Si

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

THE STUDY PROGRAME OF NURSING SCIENCES

Undergraduated Thesis, December 2009

Fajriyah Nur Afriyanti, NIM : 105104003453

ELDERLY KNOWLEDGE LEVEL OF DISEASES RHEUMATOID ARTHRITIS IN SOCIAL INSTITUTION TRESNA WERDHA BUDI MULIA 1 CIPAYUNG JAKARTA YEAR 2009

xvii + 22 pages,14 tables, 3 picture, 5 appendixes

ABSTRACT

Elderly population in Indonesia increased significantly marked by increasing life expectancy elderly. The elderly is a high-risk groups who have experiencing various health problems particular disease degeratif such as rheumatoid Arthritis. Symptoms of Rheumatoid Arthritis such as pain, stiffness, and inflammation, by elderly perceived as a simple disease and does not cause mental threat. Increasing number of patients with Arthritis Rheumatoid in Indonesia, precisely the awareness and misunderstandings of this disease remains enough. This situation explained that lack of knowledge of Indonesian society, especially elderly to know more deeply about the Arthritis Rheumatoid disease. The purpose of this research is to describe knowledge level of elderly about the disease Rheumatoid Arthritis. The subject of this research is elderly who age above of 60 years in Social Institution Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung. Types of research is Descriptive quantitative with purposive sampling techniques. Sampling technique using the formula estimation with a total sample of 100 respondents. Data taken by giving questionnaire to a sample that meet the criteria. Data then were analyzed using the formula proportions. The results of this research is most level of knowledge elderly about Arthritis Rheumatoid disease obtained in the category less of knowledge levels by 60%, sufficient 33%, and either 7%. The level of knowledge elderly about the Rheumatoid Arthritis disease in Social Institution Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung is most of the less.

Research on the knowledge level of elderly acquired results less level of knowledge, for the expected PSTW can provide further information of Rheumatoid Arthritis in increasing the health status. Counseling and health education given to the elderly and add sources of information that can boost knowledge of the elderly.

References : 36 (1988-2009)

Page 9: Skrip Si

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat,

taufiq, dan hidayat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam

senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, pembawa syari’ah-Nya yang universal

bagi semua manusia dalam setiap waktu dan tempat sampai akhir zaman. Atas nikmat-Nya dan

karunia-Nya Yang Maha Besar sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Tingkat Pengetahuan Lansia Tentang Penyakit Rheumatoid Arthritis di Panti Sosial Tresna

Werdha Budi Mulia 1 Cipayung Tahun 2009.

Dalam penelitian skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang peneliti jumpai

namun syukur Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah-Nya, kesungguhan, kerja keras, dan

kerja cerdas disertai dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik langsung maupun tidak

langsung, segala kesulitan dapat diatasi dengan sebaik-baiknya yang pada akhirnya skripsi ini

dapat diselesaikan.

Oleh sebab itu, sudah sepantasnyalah pada kesempatan kali ini peneliti ingin

mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Prof. DR (hc). Dr. M.K. Tajudin, Sp.And dan Drs. H. Achmad Gholib, MA, selaku Dekan dan

Pembantu Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Page 10: Skrip Si

2. Tien Gartinah, MN dan Irma Nurbaeti, S.Kep, M.Kep Sp.Mat , selaku Ketua Program Studi

dan Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ernawati, S.Kep, M.Kep dan Sri Mulyani, S.Kep. MKM, selaku dosen pembimbing yang

telah meluangkan waktu, tenaga, dan fikiran selama membimbing peneliti.

4. Segenap Bapak dan Ibu Dosen atau Staf Pengajar, pada lingkungan Program Studi Ilmu

Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuannya kepada peneliti selama

duduk pada bangku kuliah.

5. Segenap Jajaran Staf dan Karyawan Akademik dan Perpustakaan Fakultas yang telah banyak

membantu dalam pengadaan referensi-referensi sebagai bahan rujukan skripsi.

6. Hj. Etty Setiasih dan H. Achmad Shobirin, SH., selaku Kepala dan pembimbing peneliti di

PSTW Budi Mulia 1 Cipayung yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti dalam

mencari data-data sekaligus wawancara sebagai bahan rujukan skripsi.

7. Ucapan terimakasih peneliti haturkan secara khusus kepada yang tersayang Ayahanda

H.dr.Asnin Pulungan S.Ag dan yang tersayang Ibunda Hj.drs.Rosita Tabri S.Ag, yang selalu

senantiasa memberikan dukungan penuh baik berupa material maupun spiritual dan selalu

mengiringi dengan do’a tulus ikhlas di setiap langkahku, sehingga peneliti dapat

menyelesaikan pendidikan pada jenjang perguruan tinggi.

8. Saudara-saudaraku yang tersayang, Abangku Arief ”Ucox”, kakaku Wirdah, dan adikku

Royhan, serta kaka ipar Ka’Ratih, dengan keceriaan mereka memberikan perhatian, motivasi,

masukan, serta bantuan material sehingga segala keraguan dan kepenatan dalam mengerjakan

skripsi ini dapat terobati.

Page 11: Skrip Si

9. Teman-teman baikku (Hilya, Fauziah, Lita, Fina, Tuti, Sitmae, Herna, Neneng, Nae, harisna,

nunung, dan refi,) terimakasih atas motivasi dan bantuan serta jalinan persahabatan yang

indah tak terlupakan.

10. Teman-teman seperjuangan Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan ’05, dan adik-adik

kelas ”semua angkatan”. Terima kasih atas dukungan, semangat, kenangan, dan kebersamaan

yang indah selama ini.

11. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.

Semoga amal baik mereka dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang berlipat ganda.

Amin. Akhir kata, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga peneliti

dapat memperbaiki skripsi ini. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya

bagi peneliti dan umumnya bagi pembaca yang mempergunakannya terutama untuk proses

kemajuan pendidikan selanjutnya.

Jakarta, Desember 2009

Fajriyah Nur Afriyanti

Page 12: Skrip Si

DAFTAR ISI

i

ii

iii

iv

v

vi

ix

xiv

ABSTRAK ...................................................................................................................

ABSTRACT..................................................................................................................

LEMBAR PERNYATAAN.........................................................................................

LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................................

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................

KATA PENGANTAR .................................................................................................

DAFTAR ISI ................................................................................................................

DAFTAR TABEL .......................................................................................................

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................... 1

B. Rumusan masalah .............................................................................. 8

C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 9

1. Tujuan umum ................................................................................. 9

2. Tujuan khusus ................................................................................ 9

D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 10

1. Manfaat Teoritis ............................................................................. 10

2. Manfaat Praktis .............................................................................. 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 11

A. Pengetahuan ....................................................................................... 11

Page 13: Skrip Si

1. Pengertian ...................................................................................... 11

2. Tingkat pengetahuan ..................................................................... 12

3. Variabel-variabel yang mempengaruhi pengetahuan .................... 14

4. Pengukuran Pengatahuan .............................................................. 16

B. Lanjut Usia (Lansia) ........................................................................... 17

1. Pengertian ...................................................................................... 17

2. Batasan lanjut usia ......................................................................... 17

3. Perubahan yang terjadi pada Lansia .............................................. 18

C. Rheumatoid Arthritis (RA) ................................................................ 19

1. Pengertian ..................................................................................... 19

2. Epidemiologi ................................................................................ 20

3. Patofisiologi ................................................................................. 21

4. Penyebab ...................................................................................... 22

5. Manifestasi klinis ......................................................................... 23

6. Penatalaksanaan Rheumatoid Arthritis (RA) ............................... 28

a. Penatalaksanaan Farmakologi ................................................ 28

b. Penatalaksanaan Non Farmakologi ........................................ 30

1.) Terapi modalitas ............................................................... 30

Page 14: Skrip Si

2.) Terapi komplementer ........................................................ 34

D. Kerangka Teori ................................................................................... 36

E. Penelitian Terkait ................................................................................ 37

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL ........................ 38

A. Kerangka konsep ................................................................................ 38

B. Definisi Operasional .......................................................................... 40

C. Pertanyaan Peneliti ............................................................................. 43

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 44

A. Desain Penelitian ................................................................................ 44

B. Variabel Penelitian ............................................................................. 44

C. Sampling Desain ................................................................................ 44

1. Populasi penelitian ........................................................................ 44

2. Sampel penelitian .......................................................................... 45

a. Kriteria sampel ......................................................................... 45

b. Jumlah sampel .......................................................................... 45

c. Sampling penelitian .................................................................. 47

D. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................ 48

E. Etika Penelitian .................................................................................. 48

1. Prinsip Etik .................................................................................... 48

Page 15: Skrip Si

2. Informen Concent .......................................................................... 49

F. Pengumpulan Data ............................................................................. 50

G. Rencana Pengolahan Data .................................................................. 51

1. Metode dan instrumen .................................................................... 51

2. Teknik uji instrumen penelitian ..................................................... 52

3. Pengolahan data ............................................................................. 53

H. Analisis Data ...................................................................................... 54

BAB V HASIL PENELITIAN ............................................................................. 56

A. Gambaran Panti Sosial Tresna Wherda (PSTW) Budi Mulia 1

Cipayung ............................................................................................

56

B. Gambaran Populasi Sampel ............................................................... 58

C. Analisa Univariat ............................................................................... 58

1. Gambaran Tingkat Pengetahuan Lansia Tentang Penyakit

Rheumatoid Arthritis ....................................................................

58

2. Umur Lansia .................................................................................. 59

3. Jenis Kelamin Lansia .................................................................... 60

4. Riwayat Pendidikan Lansia ........................................................... 61

5. Riwayat Pekerjaan Lansia ............................................................. 63

6. Sumber Informasi Lansia .............................................................. 64

Page 16: Skrip Si

BAB VI PEMBAHASAN ...................................................................................... 66

A. Keterbatasan Penelitian ...................................................................... 66

B. Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Penyakit

Rheumatoid Arthritis ..........................................................................

66

C. Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Umur .................... 69

D. Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ....... 70

E. Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Riwayat

Pendidikan ..........................................................................................

71

F. Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Riwayat Pekerjaan. 73

G. Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Sumber Informasi.. 74

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 76

A. Kesimpulan

..................................................................................................

76

B. Saran ................................................................................................... 77

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 17: Skrip Si

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

Tabel 2.1 Kriteria Rheumatiod Arthritis (The American Rheumatism

Assiciation, 1987 Revised) …………………………………….

26

Tabel 3.1 Definisi Operasional ………………………………………….. 40

Tabel 4.1 Klasifikasi tingkat pengetahuan lansia tentang penyakit

Rheumatoid Athritis berdasarkan skor yang diperoleh ………..

55

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat

Pengetahuan Tentang Penyakit Rheumatoid Arthritis di PSTW

Budi Mulia 1 Cipayung ..............................................................

58

Tabel 5.2.1

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Variabel Umur

di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung ……………………………..

59

Tabel 5.2.2

Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang

Penyakit Rheumatoid Athritis dilihat dari Variabel Umur .........

60

Tabel 5.3.1

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di PSTW

Budi Mulia 1 Cipayung ..............................................................

60

Tabel 5.3.2

Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang

Penyakit Rheumatoid Arthritis dilihat dari Variabel Jenis

Kelamin ......................................................................................

61

Page 18: Skrip Si

Tabel 5.4.1

Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Pendidikan di

PSTW Budi Mulia 1 Cipayung ..................................................

61

Tabel 5.4.2

Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang

Penyakit Rheumatoid Athritis dilihat dari Variabel Riwayat

Pendidikan ..................................................................................

62

Tabel 5.5.1

Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Pekerjaan di

PSTW Budi Mulia 1 Cipayung ..................................................

63

Tabel 5.5.2

Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang

Penyakit Rheumatoid Athritis dilihat dari Variabel Riwayat

Pekerjaan ....................................................................................

63

Tabel 5.6.1

Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi di PSTW

Budi Mulia 1 Cipayung ..............................................................

64

Tabel 5.6.2

Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang

Penyakit Rheumatoid Arthritis dilihat dari Variabel Sumber

Informasi ....................................................................................

64

Page 19: Skrip Si

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Halaman

Gambar 2.1 Patofisiologi Rheumatoid Arthritis …………………………... 21

Gambar 2.2 Kerangka Teori ……………………………………………….. 36

Gambar 3.1 Kerangka Konsep …………………………………………….. 39

Page 20: Skrip Si

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan meningkat diberbagai bidang di Indonesia telah mewujudkan

peningkatan kualitas kesehatan penduduk. Salah satu outcome atau dampak dari keberhasilan

pembangunan nasional dibidang kesehatan dan kesejahteraan sosial yang telah dirasakan

antara lain adalah meningkatnya angka rata-rata Usia Harapan Hidup (UHH) penduduk.

Peningkatan rata-rata UHH tersebut mencerminkan bertambah panjangnya masa hidup

penduduk lanjut usia (BPS, 2004). BPS (2004), menyebutkan bahwa abad 21 bagi bangsa

Indonesia merupakan abad lanjut usia (Era of Population Ageing), karena pertumbuhan

penduduk lanjut usia (Lansia) Indonesia diperkirakan lebih cepat dibandingkan dengan

negara-negara lain. Diperkirakan tahun 2010 jumlah penduduk lansia di Indonesia sebesar 24

juta jiwa atau 9,77 % dari total jumlah penduduk. Menurut Depkes RI (2007), rata-rata usia

harapan hidup tertinggi adalah di Jepang yaitu 80,93 tahun (pria 77,63 tahun dan wanita 84,41

tahun), Amerika Serikat 77,14 tahun (pria 74,37 tahun dan wanita 80,05 tahun), sedangkan

penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2020 diperkirakan mencapai 11,34% atau tercatat

28,8 juta orang dari populasi. Dalam Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional

(RPJMN), UHH Indonesia meningkat dari 66,2 tahun pada tahun 2004 menjadi 70,6 tahun

pada tahun 2009. Dengan meningkatnya UHH, maka populasi penduduk lansia mengalami

peningkatan bermakna (Depkes RI, 2007). Peningkatan proporsi jumlah lansia tersebut perlu

Page 21: Skrip Si

mendapatkan perhatian karena kelompok lansia merupakan kelompok beresiko tinggi yang

mengalami berbagai masalah kesehatan khususnya penyakit degeratif (Depkes RI, 2007).

Penduduk lansia pada umumnya banyak mengalami penurunan akibat proses alamiah

yaitu proses menua (Aging) dengan adanya penurunan kondisi fisik, psikologis, maupun sosial

yang saling beriteraksi (Nugroho, 2000). Permasalahan yang berkembang memiliki

keterkaitan dengan perubahan kondisi fisik yang menyertai lansia. Perubahan kondisi fisik

pada lansia diantaranya adalah menurunnya kemampuan muskuloskeletal kearah yang lebih

buruk. Penurunan fungsi muskuloskeletal menyebabkan terjadinya perubahan secara

degeneratif yang dirasakan dengan keluhan nyeri (Christensen, 2006), kekakuan, hilanganya

gerakan dan tanda-tanda inflamasi seperti nyeri tekan, disertai pula dengan pembengkakan

yang mengakibatkan terjadinya gangguan imobilitas. Dari hasil studi tentang kondisi sosial

ekonomi dan kesehatan lansia yang dilaksanakan Komnas Lansia tahun 2006, diketahui

bahwa penyakit terbanyak yang diderita lansia adalah penyakit sendi (52,3%), penyakit-

penyakit send ini merupakan penyebab utama disabilitas pada lansia (Pusat Komunikasi

Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan, 2008). Diperkirakan pada tahun 2025

lebih dari 35 % akan mengalami kelumpuhan akibat kerusakan tulang dan sendi

(Handono&Isbagyo, 2005).

Rheumatoid Arthritis (RA) merupakan penyakit inflamasi sistemik kronik yang

menyebabkan tulang sendi destruksi, deformitas, dan mengakibatkan ketidakmampuan

(Meiner&Luekenotte, 2006). Prevalensi penyakit muskuloskeletal pada lansia dengan

Rheumatoid Arhtritis mengalami peningkatan mencapai 335 juta jiwa di dunia. Rheumatoid

Arhtritis telah berkembang dan menyerang 2,5 juta warga Eropa, sekitar 75 % diantaranya

Page 22: Skrip Si

adalah wanita dan kemungkinan dapat mengurangi harapan hidup mereka hampir 10 tahun

(Breedveld, 2003) . Di Amerika Serikat, Penyakit ini menempati urutan pertama dimana

penduduk AS dengan Rheumatoid Arhtritis 12.1 % yang berusia 27-75 tahun memiliki

kecacatan pada lutut, panggul, dan tangan, sedangkan di Inggris sekitar 25 % populasi yang

berusia 55 tahun ke atas menderita Rheumatoid Arhtritis pada lutut.

Di Indonesia, data epidemiologi tentang penyakit RA masih sangat terbatas. Menurut

Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Tahun 2004, penduduk dengan keluhan sendi

sebanyak 2 %. Hasil penelitian yang dilakukan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

(Balitbangkes) Depkes, dan Dinas Kesehatan DKI Jakarta selama 2006 (Yoga, 2006)

menunjukkan angka kejadian gangguan nyeri muskuloskeletal yang mengganggu aktifitas,

merupakan gangguan yang sering dialami dalam kehidupan sehari-hari sebagian besar

responden. Dari 1.645 responden laki-laki dan perempuan yang diteliti, peneliti menjelaskan

sebanyak 66,9 % di antaranya pernah mengalami nyeri sendi. Gangguan utamanya terjadi

pada populasi kelompok umur 45 tahun ke atas. Data terakhir dari Poliklinik Reumatologi

RSCM Jakarta menunjukkan, jumlah kunjungan penderita Reumatoid Artritis selama periode

Januari sampai Juni 2007 sebanyak 203 dari jumlah seluruh kunjungan sebanyak 1.346 pasien.

Perjalanan RA bervariasi, tergantung dari kepatuhan penderita untuk berobat dalam

jangka waktu yang lama. Sekitar 50-70 % penderita dengan RA akan mengalami remisi dalam

3 sampai 5 tahun dan selebihnya akan mengalami prognosis yang lebih buruk dan umumnya

akan mengalami kematian lebih cepat 10-15 tahun dari pada penderita tanpa RA

(Williams&Wilkins, 1997). Keadaan penderita akan lebih buruk apabila lebih dari 30 buah

Page 23: Skrip Si

sendi mengalami peradangan dan sebagian besar penderita akan mengalami RA sepanjang

hidupnya (Handono&Isbagyo, 2005). Dengan bertambahnya umur, penyakit ini meningkat

baik wanita maupun laki laki. Puncak kejadianya pada umur 20-45 tahun dan penyakit

Rheumatoid Arhtritis ini sering dijumpai pada usia di atas 60 tahun dan jarang dijumpai pada

usia di bawah 40 tahun (Indonesian Rheumatoid Assosiation (IRA), 2001). Prevalensi lebih

tinggi wanita dibandingkan dengan laki laki, lebih dari 75% penderita RA adalah wanita

(Siswono, 2006). Rheumatoid Arhtritis terungkap sebagai keluhan atau tanda dengan keluhan

utama sistem muskuloskeletal yaitu nyeri, kekakuan, dan spasme otot serta adanya tanda

utama yaitu pembengkakan sendi, kelemahan otot, dan gangguan gerak (Meiner&Luekenotte,

2006). Gejala Rheumatoid Arhtritis tersebut oleh masyarakat dirasakan sebagai penyakit

sederhana dan tidak menimbulkan kematian. Breedveld (2003), mengatakan separuh dari

2.800 orang dari 5 negara yang ditanya dalam survei yang dilakukan ”European Public

Opinion Survey” tidak berfikir bahwa penyakit Rheumatoid Arhtritis dengan sendi dapat

menganggu kemampuan mereka untuk bekerja, bahkan sekitar 55% tidak menyadari bahwa

hal itu dapat mengurangi usia harapan hidup. Jika tidak segera ditangani Rheumatoid Arhtritis

bisa membuat anggota tubuh berfungsi tidak normal, sendi akan menjadi kaku, sulit berjalan,

bahkan akan menimbulkan kecacatan seumur hidup, sehingga aktivitas sehari-hari lansia

menjadi terbatas. Selain menurunkan kualitas hidup, Rheumatoid Arhtritis juga meningkatkan

beban sosial ekonomi bagi para penderita dan tentunya akan menimbulkan masalah untuk

keluarga.

Proses menjadi tua berlangsung secara alamiah terus menerus dan berkesinambungan,

yang selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis, dan biokemis pada

Page 24: Skrip Si

jaringan tubuh dan akhirnya akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara

keseluruhan (Depkes RI, 2001). Ketidakmampuan yang dialami menimbulkan masalah baru

untuk keluarga seperti gangguan mobilitas, ketidakmampuan fisik, dan menurunya

kemampuan melakukan perawatan diri sehingga dibutuhkan tingkat kemandirian yang baik

untuk lansia (Handono&Isbagyo, 2005). Kemandirian untuk lansia dengan melakukan upaya

tindakan preventif dengan melakukan olahraga secara teratur, melakukan pengaturan pola diet

seimbang dengan mengurangi makanan yang mengandung tinggi purin dan tinggi protein.

Bila nyeri muncul dilakukan sebuah tindakan dengan menggunakan terapi modalitas

diantaranya melakukan kompres hangat (Brunner&Suddarth, 2002) dan bila ada kemerahan

dan bengkak menggunakan kompres dingin (Meiner&Luekenotte, 2006).

Pengetahuan merupakan kemampuan kognitif yang paling rendah namun sangat

penting karena dapat membentuk prilaku seseorang (Notoatmodjo, 2007). Bertambahnya

pengetahuan yang didapat oleh lansia dapat membantu menolong dirinya sendiri atau orang

lain dalam melakukan permasalahan yang ditimbulkan oleh penyakit Rheumatoid Arthritis

yang dideritanya. Setiap pengetahuan mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa,

bagaimana, dan untuk apa pengetahuan disusun. Pengetahuan merupakan fungsi dari sikap,

menurut fungsi ini manusia mempunyai dorongan dasar untuk ingin tahu, untuk mencapai

penalaran dan untuk mengorganisasikan pengalaman. Dengan makin berkembangnya

pengetahuan yang mempelajari mengenai lanjut usia (Ilmu Geriatri) melalui upaya preventif,

promotif, kuratif dan, rehabilitatif dengan sendirinya telah mengupayakan agar para lanjut usia

dapat menikmati masa tua yang bahagia dan berguna. Dengan demikian maka aspek-aspek

yang dapat dikembangkan adalah upaya pencegahan agar proses menua (degeneratif) dapat

Page 25: Skrip Si

diperlambat serta tanpa mengabaikan pengobatan (kuratif) dan perlu dipulihkan (rehabilitatif)

agar tetap mampu menjalankan kehidupan sehari-hari secara mandiri (Nugroho, 2000). Untuk

itu rencana hidup seharusnya sudah dirancang jauh sebelum memasuki masa lanjut usia,

paling tidak individu sudah mempunyai bayangan aktivitas apa yang akan dilakukan kelak

sesuai dengan kemampuan dan minatnya. Diharapkan para lanjut usia melakukan pola hidup

sehat dengan mengkonsumsi makanan bergizi seimbang, melakukan aktivitas fisik dan

olahraga secara benar dan teratur serta tidak merokok (Brunner&Suddarth, 2002).

Tidak dapat dipungkiri bahwa aktivitas masyarakat Indonesia yang kian padat dapat

menimbulkan berbagai ketidakmampuan yang diakibatkan oleh bermacam gangguan

khusunya pada penderita Rheumatologi Arthritis (Handono&Isbagyo, 2005). Tetapi seiring

dengan bertambahnya jumlah penderita Rheumatologi Arthritis di Indonesia, justru kesadaran

dan salah pengertian tentang penyakit ini masih tinggi. Banyaknya pandangan masyarakat

Indonesia yang menganggap sederhana penyakit ini karena sifatnya yang dianggap tidak

menimbulkan ancaman jiwa, padahal gejala yang ditimbulkan akibat penyakit ini justru

menjadi penghambat yang mengganggu bagi masyarakat untuk melakukan aktivitas mereka

sehari-hari. Di samping itu pula, di masyarakat sendiri masih menganggap dan mempercayai

terhadap mitos-mitos yang menyesatkan bila dikaji dari sisi medis dan dapat merugikan bagi

masyarakat khususnya penderita Rheumatologi Arthritis diantaranya sering mandi malam di

usia muda memicu rematik di usia tua, penyakit rematik adalah keturunan, dan sakit pada

tulang di malam hari adalah tanda gejala rematik. Asep (2008), menjelaskan bahwa kurangnya

pengetahuan masyarakat Indonesia untuk mengenal lebih dalam lagi mengenai penyakit

Rheumatologi Arthritis, siapa saja yang dapat terserang Rheumatologi Arthritis, dan

Page 26: Skrip Si

bagaimana cara penanganannya yang terbaik. Untuk itu kita perlu tahu sebenarnya sejauh

manakah tingkat pengetahuan lansia mengenai penyakit Rheumatoid Arthritis dalam

memenuhi aktivitas kehidupan sehari-hari.

Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung adalah salah satu sarana

pelayanan kesejahteraan sosial bagi para lanjut usia (jompo), khususnya bagi lanjut usia yang

tidak mampu atau kurang beruntung dengan sumber APBD Provinsi DKI Jakarta. Warga

Binaan Sosial (WBS) berjumlah 107 orang, diantaranya WBS laki-laki 30 orang dan WBS

perempuan 77 orang dengan fasilitas 11 wisma. Kondisi lansia yang ada di PSTW Budi Mulia

1 Cipayung bermacam-macam, ada yang tinggal atas keinginan sendiri, ada yang dibawa oleh

petugas, serta ada yang diantar oleh keluarga. Kondisi kesehatan lansia juga bermacam-

macam ada yang sehat, ada yang memiliki penyakit kronis, ada pula yang sudah mengalami

demensia sehingga untuk melakukan aktifitas sehari-hari sehingga memerlukan bantuan dari

petugas panti. Berdasarkan pengkajian dan wawancara yang dilakukan peneliti, bahwa belum

adanya penelitian sebelumnya yang dilakukan mengenai tingkat pengetahuan lanjut usia

tentang penyakit Rheumatoid Arhtritis di PSTW ini. Berdasarkan latar belakang di atas

peneliti tertarik untuk meneliti tentang ”Tingkat Pengetahuan Lansia Tentang Penyakit

Rheumatoid Arthritis di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung Tahun

2009”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan fenomena yang ada bahwa seiring dengan meningkatnya Usia Harapan Hidup

lansia di Indonesia, maka masalah bagi penderita Rheumatoid Arhtritis akan meningkat pula,

Page 27: Skrip Si

justru kesadaran dan salah pengertian tentang penyakit ini masih cukup tinggi. Serta didukung

dengan data bahwa lansia di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung belum dilakukan penelitian

tentang pengetahuan mengenai penyakit ini.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui ” sejauh mana tingkat

pengetahuan lansia tentang penyakit Rheumatoid Arthritis di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung

Tahun 2009” .

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai tingkat

pengetahuan lansia tentang penyakit Rheumatoid Arthritis.

2. Tujuan Khusus

a. Menggambarkan distribusi frekuensi tingkat pengetahuan lansia tentang penyakit

Rheumatoloid Arthritis.

b. Menggambarkan distribusi frekuensi umur lansia dengan penyakit Rheumatoid

Arthritis.

c. Menggambarkan distribusi frekuensi jenis kelamin lansia dengan penyakit

Rheumatoid Arthritis.

d. Menggambarkan distribusi frekuensi riwayat pendidikan lansia dengan penyakit

Rheumatoid Arthritis.

e. Menggambarkan distribusi frekuensi riwayat pekerjaan lansia dengan penyakit

Rheumatoloid Arthritis.

Page 28: Skrip Si

f. Menggambarkan distribusi frekuensi sumber informasi lansia dengan penyakit

Rheumatoloid Arthritis

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan dalam

pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan lanjut usia mengenai penyakit

Rheumatoid Arthritis.

2. Manfaat Praktis

a. Untuk PSTW Budi Mulia 1 Cipayung

Sebagai bahan informasi dan masukan data bagi PSTW untuk mengetahui sejauh

mana lanjut usia mengetahui tentang penyakit Rheumatoid Arthritis.

b. Untuk Institusi Pendidikan Keperawatan

Sebagai referensi untuk menambah wawasan yang berkaitan dengan mutu

pelayanan keperawatan dan upaya peningkatan mutu pelayanan keperawatan. Serta

memberikan masukan data untuk pengembangan ilmu, khususnya Keperawatan

Medikal Bedah dan Keperawatan Gerontik.

c. Untuk Peneliti Lain

Dapat memberikan pengalaman awal dan pengetahuan dalam melakukan penelitian

serta sebagai bahan dasar untuk penelitian selanjutnya.

Page 29: Skrip Si

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan

penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera

manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan perabaan. Sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007)

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui atau kepandaian yang dimiliki

oleh seseorang yang diperoleh dari pengalaman, latihan, atau melalui proses belajar.

Dalam proses belajar seseorang hanya ditentukan memiliki kemampuan membaca,

menulis dan berhitung. Seseorang dituntut memiliki kemampuan memecahkan masalah,

mengambil keputusan, kemampuan beradaptasi, kreatif dan inovatif, dari kemampun-

kemampuan tersebut sangat diperlukan untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik.

Pengetahuan merupakan kemampuan kognitif yang paling rendah namun sangat penting

karena dapat membentuk prilaku seseorang (Bloom (1956), dikutip dari Potter&Perry

(1997) & Notoatmodjo (2007)).

2. Tingkat Pengetahuan

Page 30: Skrip Si

Ada 6 tingkatan pengetahuan menurut Bloom (1956) dalam Notoatmodjo (2007),

yang dicakup dalam domain kognitif, yaitu :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)

terhadap sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu

tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,

menyatakan, dan sebagainya.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara

benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari.

c. Menerapkan (Application)

Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada kondisi yang sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan

sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau obyek ke

dalam komponen-komponen tetapi, masih di dalam satu struktur organisasi dan

masih ada kaitannya satu sama lainnya. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari

Page 31: Skrip Si

penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan,

mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain, sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi

yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan,

menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah

ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu obyek atau materi. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada

suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada.

3. Variabel-variabel yang Mepengaruhi Pengetahuan

Menurut Hendra (2008) dalam Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

a. Umur

Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin

bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya,

sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Semakin tua umur

Page 32: Skrip Si

seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan

tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak

secepat seperti ketika berumur belasan tahun.

b. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin

mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka

seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain

maupun dari media massa.. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan

dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan

semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang

berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.

Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi

juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal.

c. Pekerjaan

Menurut Hurlock (1998) bahwa pekerjaan merupakan suatu kegiatan atau

aktivitas seseorang untuk memperoleh penghasilan guna kebutuhan hidupnya

sehari-hari. Lama bekerja merupakan pengalaman individu yang akan menentukan

pertumbuhan dalam pekerjaan.

Page 33: Skrip Si

d. Sumber Informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal

dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga

menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan

tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan

masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk

media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai

pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam

penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula

pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya

informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi

terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.

4. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau

responden. Kedalaman pengatahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat

disesuaikan dengan tingkatan domain di atas (Notoatmodjo, 2007).

Adapun pertanyaan yang dapat dipergunakan untuk pengukuran pengetahuan

secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu pertanyaan subjektif

misalnya jenis pertanyaan essay dan pertanyaan objektif misalnya pertanyaan pilihan

ganda (multiple choices), betul-salah dan pertanyaan menjodohkan. Pertanyaan essay

disebut pertanyaan subjektif karena penilaian untuk pertanyaan ini melibatkan faktor

Page 34: Skrip Si

subjektif dari nilai, sehingga nilainya akan berbeda dari seorang penilai yang satu

dibandingkan dengan yang lain dan dari satu waktu ke waktu lainnya (Setiadi, 2007).

Pertanyaan pilihan ganda, betul-salah, menjodohkan disebut pertanyaan

objektif, karena pertanyaan-pertanyaan itu dapat dinilai secara pasti oleh penilainya

tanpa melibatkan faktor subjektifitas dari penilai. Pertanyaan objektif khususnya

pertanyaan pilihan ganda lebih disukai dalam pengukuran pengetahuan karena lebih

mudah disesuaikan dengan pengetahuan yang akan diukur dan penilaiannya akan lebih

cepat. Pertanyaan yang dapat dipergunakan untuk pengukuran pengetahuan secara

umum yaitu pertanyaan subjektif dari peneliti.

Proses seseorang menghadapi pengetahuan, menurut Notoatmodjo (2007)

bahwa sebelum orang menghadapi perilaku baru, di dalam diri seseorang terjadi proses

berurutan yakni : Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus. Interest (merasa tertarik) terhadap objek

atau stimulus tersebut bagi dirinya. Trail yaitu subjek mulai mencoba melakukan

sesuatu sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Page 35: Skrip Si

B. Lanjut Usia (Lansia)

1. Pengertian

Seseorang dikatakan lansia ialah apabila berusia 60 tahun atau lebih, karena faktor-

faktor tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik secara jasmani, rohani

maupun sosial (Nugroho, 2000).

2. Batasan lanjut usia

Di bawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan usia. Mengenai

kapankah orang disebut lanjut usia, sulit untuk dijawab secara memuaskan. Menurut WHO

(1993) lansia meliputi, usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59

tahun, lansia (elderly) antara 60 dan 74 tahun, lansia tua (old) antara 75 dan 90, dan usia

sangat tua (very old) di atas 90 tahun. Sedangkan menurut UU No.13 Tahun 1998 tentang

kesejahteraan lansia pada BAB I pasal 1 ayat 2 yang berbunyi “Lanjut usia adalah

seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas”. Menurut Departemen

Kesehatan dijelaskan bahwa kelompok menjelang usia lanjut (45-54 th) sebagai masa

vibrilitas meliputi masa Senium (usia kurang dari 65 tahun), dan masa Presenium (usia 55-

64 tahun).

3. Perubahan yang terjadi pada lansia

Menurut Nugroho (2000), perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia

diantaranya adalah :

Page 36: Skrip Si

a. Perubahan fisik seperti perubahan sel, sistem pernafasan, sistem pendengaran, sistem

penglihatan, sistem kardiovaskuler, sistem respirasi, sistem pencernaan, sistem

endokrin, sistem integument, dan muskuloskeletal.

b. Perubahan mental dipengaruhi beberapa faktor berawal dari perubahan fisik, kesehatan

umum, tingkat pendidikan, keturunan (hereditas), dan lingkungan. Biasanya lansia

akan menunjukkan perubahan mental pada memori (kenangan) dimana kenangan

jangka panjang lebih dominan dibandingkan kenangan jangka pendek. Intelegensi

akan menurun dengan bertambahnya usia seseorang. Beberapa perubahan seperti

perkataan verbal, berkurangnya penampilan, persepsi dan keterampilan serta

perubahan daya imajinasi

c. Perubahan psikososial seperti pensiun maka lansia akan mengalami berbagai

kehilangan yaitu kehilangan finansial, kehilangan status, kehilangan teman atau relasi,

dan kehilangan pekerjaan , merasakan atau sadar akan kematian (sense of awareness of

mortality), kehilangan pasangan, berpisah dari anak dan cucu, perubahan dalam cara

hidup yaitu memasuki rumah perawatan, dan penyakit kronis dan ketidakmampuan.

Melihat proses penuaan dan perubahan yang terjadi pada lansia maka dapat

mempengaruhi pengetahuan dan memori lansia. Lansia akan mengalami perubahan

kognitif, afektif, dan psikomotor (Christensen, 2006). Perubahan kognitif yang terjadi

pada lansia dapat dilihat dari penurunan intelektual terutama pada tugas yang

membutuhkan kecepatan dan tugas yang memerlukan memori jangka pendek serta terjadi

perubahan pada daya fikir akibat dari penurunan sistem tubuh, perubahan emosi, dan

Page 37: Skrip Si

perubahan menilai sesuatu terhadap suatu objek tetentu merupakan penurunan fungsi

afektif. Sedangkan penurunan psikomotor dapat dilihat dari keterbatasan lansia

menganalisa informasi, mengambil keputusan, serta melakukan suatu tindakan (Nugroho,

2000).

C. Rheumatoid Arthritis (RA)

1. Pengertian

Rheumathoid Arthritis (RA) adalah penyakit inflamasi sistemik kronik yang

menyebabkan tulang sendi destruksi dan deformitas, serta mengakibatkan

ketidakmampuan (Meiner&Luekenotte, 2006). Rheumathoid Arthritis (RA) adalah suatu

penyakit autoimun dan inflamasi sistemik kronik terutama mengenai jaringan sinovium

sendi dengan manifestasi utama poliarthritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh

(Manjoer, 1999).

2. Epidemiologi

Dengan tingkat prevalensi 1 sampai 2 % di seluruh dunia, prevalensi meningkat

sampai hampir 5 % pada wanita di atas usia 50 tahun. Angka penderita Rheumatoid

Arthritis belum dapat dipastikan Pada tahun 2000 ditemukan kasus baru Rheumatoid

Arthritis yang merupakan 4,1 % dari seluruh kasus baru di Poliklinik Rheumatologi

RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta. Seiring dengan bertambahnya umur, penyakit ini

meningkat baik wanita maupun laki laki. Puncak kejadianya pada umur 20-45 tahun..

Prevalensi lebih tinggi wanita dibandingkan dengan laki laki, lebih dari 75 % penderita

Page 38: Skrip Si

RA adalah wanita dengan perbandingan 3:1 . Rheumatoid Faktor pada serum darah

ditemukan 85% pasien penderita RA (Indonesian Rheumatoid Assosiation (IRA), 2001).

Para ahli dari Universitas Alabama, AS, menarik kesimpulan terhadap penelitian

mereka bahwa wanita yang menderita Rheumatoid Arthritis mempunyai kemungkinan

60% lebih besar untuk meninggal lebih cepat dibanding wanita yang tidak menderita

penyakit tersebut. Hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa Rheumatoid Arthritis adalah

masalah kesehatan masyarakat terutama para lansia (lanjut usia). Dalam riset ini, para ahli

mengamati 31 ribu wanita berusia 55 tahun hingga 69 tahun. Pada tahun 1986 ketika

penelitian dimulai, tak satupun dari mereka yang menderita Rheumatoid Arthritis, tetapi

11 tahun kemudian (1997), 158 orang di antara mereka didiagnosa menderita Rheumatoid

Arthritis. Pada tahun 2000, 30 orang di antara penderita Rheumatoid Arthritis itu

meninggal dunia. Berdasarkan data di atas bisa diambil kesimpulan bahwa Rheumatoid

Arthritis akan menjadi penyakit yang banyak ditemui di masyarakat.

3. Patofisiologi

Pada Rheumathoid Arthritis (RA), reaksi autoimun terutama terjadi dalam jaringan

sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim

tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, poliferasi membran sinovial dan

akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan

menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan

menganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami

perubahan degeneratif dengan menghilangnya elastisitas otot dengan kekuatan kontraksi

otot (Brunner&Suddarth, 2002).

Page 39: Skrip Si

Gambar 2.1 Patofisiologi Rheumatoid Arhtritis

4. Penyebab

Penyebab Rheumatoid Arthritis sampai saat ini masih belum diketahui dengan

pasti. Penyebab Rheumatoid Arthritis ini masih terus diteliti di berbagai belahan dunia,

namun agen infeksi seperti virus, bakteri, dan jamur, sering dicurigai sebagai pencetusnya.

Sejumlah ilmuwan juga berpendapat, bahwa beberapa faktor resiko seperti faktor genetik

dan kondisi lingkungan pun ikut berperan dalam timbulnya RA, seperti

(Williams&Wilkins, 1997) :

a. Genetik

Terdapat hubungan antara HLA-DW 4 dengan RA seropositif yaitu penderita

mempunyai resiko 4 kali lebih banyak terserang penyakit ini.

b. Hormon Sex

Page 40: Skrip Si

Faktor keseimbangan hormonal diduga ikut berperan karena perempuan lebih

banyak menderita penyakit ini.

c. Infeksi

Dengan adanya infeksi timbul karena permulaan sakitnya terjadi secara mendadak

dan disertai tanda-tanda peradangan. Penyebab infeksi diduga oleh bakteri,

mikroplasma atau virus.

d. Heart Shock Protein (HSP)

HSP merupakan sekelompok protein berukuran sedang yang dibentuk oleh tubuh

sebagai respon terhadap stres.

e. Radikal Bebas

Radikal superoksida dan lipid peroksidase yang merangsang keluarnya

prostaglandin dan pembengkakan

Menurut Meiner&Lueckenotte (2006), penyebab RA belum diketahui dengan jelas,

namun teori yang paling banyak diterima menyebutkan bahwa RA merupakan penyakit

autoimun yang menyebabkan peradangan pada sendi dan jaringan penyambung. Insiden

meningkat dengan bertambahnya usia terutama pada wanita. Insiden puncak adalah antara

40-60 tahun dan penyakit ini menyerang orang diseluruh dunia dan berbagai suku bangsa

(Price&Wilson, 2005)

Page 41: Skrip Si

5. Manifestasi Klinis

Ada beberapa gambaran klinis yang lazim ditemukan pada penderita reumatoid

artritis. Gambaran klinis ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan oleh

karena penyakit ini memiliki gambaran klinis yang sangat bervariasi (Brunner&Suddarth,

2002).

a. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan menurun dan

demam. Terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya.

b. Poliartritis simetris terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi di tangan,

namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalangs distal. Hampir semua sendi

diartrodial dapat terserang.

c. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam dapat bersifat generalisasi terutama

menyerang sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi pada osteoartritis,

yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan selalu kurang dari 1 jam.

d. Artritis erosif merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik. Peradangan

sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi tulang dan ini dapat dilihat pada

radiogram.

e. Deformitas. kerusakan dari struktur-struktur penunjang sendi dengan perjalanan

penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, subluksasi sendi metakarpofalangeal,

deformitas boutonniere dan leher angsa adalah beberapa deformitas tangan yang sering

dijumpai pada penderita. Pada kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput metatarsal yang

timbul sekunder dari subluksasi metatarsal. Sendi-sendi besar juga dapat terserang dan

Page 42: Skrip Si

mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam melakukan gerak

ekstensi.

f. Nodula-nodula reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar

sepertiga orang dewasa penderita arthritis rheumatoid. Lokasi yang paling sering dari

deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku ) atau di sepanjang permukaan

ekstensor dari lengan, walaupun demikian nodula-nodula ini dapat juga timbul pada

tempat-tempat lainnya. Adanya nodula-nodula ini biasanya merupakan suatu petunjuk

suatu penyakit yang aktif dan lebih berat.

g. Manifestasi ekstra-artikular: artritis reumatoid juga dapat menyerang organ-organ lain

di luar sendi. Jantung (perikarditis), paru-paru (pleuritis), mata, dan pembuluh darah

dapat rusak.

Kelainan yang terjadi pada daerah artikule dibagi menjadi dalam 3 stadium, yaitu :

a. Stadium Sinovitis

Pada stadium ini terjadi perubahan diri pada jaringan sinovium (jaringan sendi tipis

yang berada di sendi). Sinovitis aktif mempunyai tanda-tanda hangat, pembengkakan

di sekitar sendi yang radang, nyeri saat istirahat maupun saat bergerak, bengkak, dan

kekakuan. Sendi-sendi yang terkena biasanya sendi-sendi superficial dimana kapsul

sendi mudah dilihat seperti, lutut, pergelangan tangan dan jari-jari.

b. Stadium Destruksi

Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada

jaringan sekitar, ditandai adanya kontraksi tendon. Destruksi sendi yang progresif atau

Page 43: Skrip Si

sub luksasio (dislokasi parsial) terjadi ketika satu tulang bergeser terhadap lainnya dan

menghilangkan rongga sendi. Selain tanda dan gejala tesebut terjadi pula perubahan

bentuk pada tangan yaitu bentuk jari Swan-Neck.

c. Stadium Deformitas

Pada stadium ini, terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali deformitas

dan gangguan fungsi secara menetap. Perubahan pada sendi diawali sinovitis berlanjut

pada pembentukan pannus, ankilisis fibrosa dan terakhir ankilosis tilang. Deformitas

disebabkan oleh ketidaksejajaran sendi (misalignment) yang terjadi akibat

pembengkakan.

Menurut Arnett (1988), dalam “The American Rheumatism Association (1987)” ,

apabila menunjukkan 4 gejala dari 7 gejala yang ada minimal selama 6 minggu maka

seseorang bisa dikatakan menderita Rheumatoid Arthritis, yaitu :

Tabel 2.1 Kriteria untuk Artritis Reumatoid (The American Rheumatism

Association, 1987 Revised)

Kriteria Definisi

Kaku pagi hari (Morning

stiffness)

Kekakuan pada pagi hari pada persendian dan

disekitarnya, sekurangnya selama 1 jam

sebelum perbaikan maksimal

Page 44: Skrip Si

Artritis pada 3 daerah Pembengkakan jaringan lunak atau persendian

atau lebih efusi (bukan pertumbuhan tulang),

sekurang-kurangnya 3 sendi secara bersamaan

yang diobservasi oleh seorang dokter. Dalam

kriteria ini terdapat 14 persendian yang

memenuhi kriteria, yaitu : PIP, MCP,

pergelangan tangan, siku pergelangan kaki dan

MTP kiri dan kanan.

Artritis pada

persendian tangan

Sekurang-kurangnya terjadi pembengkakan

satu persendian tangan

Artritis simetris Keterlibatan sendi yang sama (seperti yang

tertera pada kriteria 2 pada kedua belah sisi,

keterlibatan PIP , MCP , atau MTP bilateral

dapat diterima walaupun tidak mutlak bersifat

simetris.

Nodul rheumatoid Nodul subkutan pada penonjolan tulang atau

permukaan ekstensor atau daerah juksta

artrikular yang diobservasi oleh seorang dokter.

Faktor rheumatoid serum Terdapatnya titer abnormal faktor reumatoid

serum yang diperiksa dengan cara yang

Page 45: Skrip Si

memberikan hasil positif kurang dari 5%

kelompok kontrol yang diperiksa.

Perubahan gambaran Perubahan gambaran radiologis yang radiologis

khas bagi reumotoid arthritis pada pemeriksaan

sinar X, tangan posteroanterior atau

pergelangan tangan yang harus menunjukkan

adanya erosi atau dekalsifikasi tulang yang

berlokalisasi pada sendi atau daerah yang

berdekatan dengan sendi (perubahan akibat

osteoartritis saja tidak memenuhi persyaratan).

* PIP : Proximal Interphalangeal, MCP : Metacarpophalangeal, MTP:

Metatarsophalangeal

6. Penatalaksanaan Rheumatoid Arhtritis (RA)

Rheumatoid Arhtritis (RA) saat ini belum ada obatnya, kecuali dibebabkan oleh

infeksi. Obat yang tersedia hanya mengatasi gejala penyakitnya. Tujuan pengobatan yang

dilakukan adalah untuk mengurangi nyeri, mengurangi terjadinya proses inflamasi pada

sendi, memelihara, dan memperbaiki fungsi sendi dan mencegah kerusakan tulang

(Brunner&Suddarth, 2002).

Page 46: Skrip Si

Mengingat keluhan utama penderita Rheumatoid Arhtritis adalah timbulnya rasa

nyeri, inflamasi, kekakuan, maka strategi penetalaksanaanya nyeri mencangkup

pendekatan farmakologi dan non farmakologi (Williams&Wilkins, 1997).

a. Penatalaksanaan Farmakologi

Mengkombinasikan beberapa tipe pengobatan dengan menghilangkan nyeri. Obat

anti infalamasi yang dipilih sebagai pilihan pertama adalah aspirin dan NSAIDs dan

pilihan ke dua adalah kombinasi terapi terutama Kortikosteroid (Bruke&Laramie,

2000). Pada beberapa kasus pengobatan bertujuan untuk memperlambat proses dan

mengubah perjalanan penyakit dan obat-obatan yang digunakan untuk mencegah

kerusakan lebih lanjut (Williams&Wilkins, 1997).

Pengobatan dengan Aspirin dan Asetaminofen diberikan untuk menghindari

terjadinya infalamasi pada sendi dan menggunakan obat NSAIDs untuk menekan

prostaglandin yang menyebabkan timbulnya peradangan dan efek samping obat ini

adalah iritasi pada lambung (Meiner&Leuckenotte, 2006). Penelitian yang dilakukan

oleh Gotzsche&Johansen (1998), penggunaan obat ini dapat menurunkan ambang

nyeri mencapai 0.25% sampai dengan 2.24%, tetapi obat ini mempunyai suatu efek

lebih besar dibanding anti inflamatori selama penggunaan jangka panjang.

Pemberian kortikosteroid digunakan untuk mengobati gejala Rheumatoid Arthritis

saja seperti nyeri pada sendi, kaku sendi pada pagi hari, lemas, dan tidak nafsu makan.

Cara kerja obat Kortokosteroid dengan menekan sistem kekebalan tubuh sehingga

reaksi radang pada penderita berkurang (Handono&Isbagyo, 2005). Efek samping

Page 47: Skrip Si

jangka pendek menggunakan Kortikosteroid adalah pembengkakan, emosi menjadi

labil, efek jangka panjang tulang menjadi keropos, tekanan darah menjadi tinggi,

kerusakan arteri pada pembuluh darah, infeksi, dan katarak. Penghentian pemberian

obat ini harus dilakukan secara bertahap dan tidak boleh secara mendadak

(Bruke&Laramie, 2000)

Bagi penderita RA erosif, persisten, bedah rekonstruksi merupakan indikasi jika

rasa nyeri tidak dapat diredakan dengan tindakan konservatif. Prosedur bedah

mencangkup tindakan Sinovektomi (eksisi membran sinovial), Tenorafi (penjahitan

tendon), Atrodesis (operasi untuk menyatukan sendi), dan Artroplasti (operasi untuk

memperbaiki sendi). Namun operasi tidak dilakukan pada saat penyakit masih berada

dalam stadium akut (Brunner&Suddarth, 2002).

b. Penatalaksanaan Non Farmakologi

Tindakan non farmakologi mencangkup intervensi perilaku-kognitif dan

penggunaan agen-agen fisik. Tujuannya adalah mengubah persepsi penderita tentang

penyakit, mengubah perilaku, dan memberikan rasa pengendalian yang lebih besar

(Perry&Potter, 2006). Menggunakan terapi modalitas maupun terapi komplementer

yang digunakan pada kasus dengan Rheumatoid Arhtritis pada lansia mencangkup :

1.) Terapi Modalitas

a) Diit makanan merupakan alternatif pengobatan non farmakologi untuk

penderita Rheumatoid Arhtritis (Burke&Laramie, 2000). Prinsip umum untuk

memperoleh diit seimbang bagi pederita dengan Rheumatoid Arhtritis adalah

Page 48: Skrip Si

penting di mana pengaturan diit seimbang pada penderita akan menurunkan

kadar asam urat dalam darah. Umumya penderita akan mudah menjadi terlalu

gemuk disebabkan oleh aktivitas penderita rendah. Bertambahnya berat badan

dapat menambah tekanan pada sendi panggul, lutut, dan sendi-sendi pada kaki

(Price&Wilson, 1995). Diit dan terapi yang berfungsi sebagai pengobatan

bagi penderita Rheumatoid Arhtritis seperti mengkonsumsi jus seledri dan daun

salada, kubis, bawang putih, bawang merah, dan wortel (Nainggolan, 2006).

Menurut Syamsul (2007) penderita dapat mengkonsumsi buah musiman yaitu

anggur, ceryy, sirsak, aprikort, dan buah tin serta sebaiknya hindari makanan

seperti lobak, buncis, kacang tanah, adas, dan tomat. Mengkonsumsi minyak

ikan yang mengandung Omega 3 seperti ikan salmon, tuna, sarden, dan

makarel akan mengurangi dan menghilangkan kekakuan pada sendi di pagi hari

dan pembengkakan. 1 gram minyak ikan yang dikonsumsi dapat menurunkan

pembengkakan dan nyeri pada sendi. Begitu pula dengan mengkonsumsi

multivitamin setiap hari yang mempunyai sifat anti inflamasi dan anti oksidan

sangat bermanfaat bagi penderita Rheumatoid Arhtritis (Eliopoulus, 2005).

Adapun makanan yang sebaiknya dihindari oleh penderita Rheumatoid

Arhtritis seperti minuman alkohol, bersoda dan kafein, tinggi protein, jeroan

(hati,ginjal), makanan laut, seafood, gorengan, emping, dan kuah daging atau

daging merah serta merokok. Akan tetapi makanan yang bersumber dari

hewani seperti, ikan tawar sangat penting dalam mencegah dan mengobati

Page 49: Skrip Si

Rheumatoid Arhtritis (Junaidi, 2002). Dalam mengkonsumsi makanan pada

lansia dengan Rheumatoid Arhtritis, jumlah proteinnya harus dibatasi sebesar

20-40 gram/hari (Eliopoulus, 2005).

b) Kompres panas dan dingin serta massase. Penelitian membuktikan bahwa

kompres panas sama efektifnya dalam mengurangi nyeri (Brunner&Suddarth.

2002). Pilihan terapi panas dan dingin bervariasi menurut kondisi penderita,

misalnya panas lembab menghilangkan kekakuan pada pagi hari, tetapi

kompres dingin mengurangi nyeri akut dan sendi yang mengalami peradangan

(Perry&Potter, 2006). Namun pada sebagian penderita, kompres hangat dapat

meningkatkan rasa nyeri, spasme otot, dan volume cairan sinovial. Jika proses

inflamsi bersifat akut, kompres dingin dapat di coba dalam bentuk kantung air

dingin atau kantung es (Doenges&Moorhouse, 2000). Massase dengan

menggunakan es dan kompres menggunakan kantung es sangat efektif

menghilangkan nyeri. Meletakkan es di atas kulit memberikan tekanan yang

kuat, diikuti dengan massase melingkar, tetap, dan perlahan. Lokasi

pengompresan yang paling efektif berada di dekat lokasi aktual nyeri, serta

memakan waktu 5 sampai 10 menit dalam mengkompres dingin (Perry&Potter,

2006).

c) Olah raga dan istirahat. Penderita Rheumatoid Arhtritis harus menyeimbangkan

kehidupannya dengan istirahat dan beraktivitas. Saat lansia merasa nyeri atau

pegal maka harus beristirahat (Brunner&Suddarth, 2002). Istirahat tidak boleh

Page 50: Skrip Si

berlebihan karena akan mengakibatkan kekakuan pada sendi. Latihan gerak

(Range of Motion) merupakan terapi latihan untuk memelihara atau

meningkatkan kekuatan otot (Brunner&Sudarth,2002). Otot yang kuat

membantu dan menjaga sendi yang terserang penyakit Rheumatoid Arhtritis

(Bruke&Laramie, 2000). Ketidakaktifan penderita dapat menimbulkan

dekondisioning oleh karena itu tindakan untuk membangun kertahankan fisik

harus dilaksanakan dengan latihan kondisioning seperti berjalan kaki, senam,

berenang atau bersepeda, dan berkebun dilakukan secara bertahap dan dengan

pemantauan (Brunner&Suddarth, 2002). Dengan berolahraga, penderita

Rheumatoid Arhtritis akan menurunkan nyeri sendi, mengurangi kekauan,

meningkatkan kelenturan otot, meningkatkan daya tahan tubuh, tidur menjadi

nyenyak, dan mengurangi kecemasan. Lansia melakukan olahraga dengan diit

secara seimbang berdasarkan penelitian Jong et al (2000), kepada 217 lansia

selama 17 minggu menemukan terjadi perbedaan antara lansia yang melakukan

olahraga dengan lansia yang tidak berolahraga dapat menurunkan berat badan

0.5 kg sampai dengan 1.2 kg dengan P Value = 0.02 dan dapat terhindar dari

kekauan dan nyeri pada sendi (Syamsul, 2007).

Adanya nyeri, pembatasan gerak, keletihan, maupun malaise dapat menggangu

istirahat oleh karena itu penderita sebaiknya menggunakan kasur atau matras

yang keras dengan meninggikannya sesuai kebutuhan, mengambil posisi yang

nyaman saat tidur atau duduk di kursi, gunakan bantal untuk menyokong sendi

Page 51: Skrip Si

yang sakit dalam mempertahankan posisi netral, ataupun memberikan massase

yang lembut (Doenges&Moorhouse, 2000). Mencegah ketidaknyamanan akibat

stress aktivitas atau stress akibat menanggung beban berat pada sendi,

penggunaan verban tekan, bidai, dan alat bantu mobilitas seperti tongkat, kruk,

dan tripod dapat membantu mengurangi rasa nyeri dengan membatasi gerakan

(Brunner&Suddarth, 2002).

d) Sinar Inframerah. Cara yang lebih modern untuk menhilangkan rasa saklit

akibat rematik adalah penyinaran menggunakan sinar inframerah. Meskipun

umumnya dilakukan di tempat-tempat fisioterapi, penyinaran tidak boleh

melampaui 15 menit dengan jarak lampu dan bagian tubuh yang disinari sekitar

1 meter. Harus diperhatikan juga agar kulit di tempat rasa sakit tadi tidak

sampai terbakar (Syamsul, 2007).

2.) Terapi Komplementer

a) Menggunakan obat-obatan dari herbal. Brithis Journal of Clinical

Pharmacology melaporkan hasil penelitian menyatakan bahwa 82 % lansia

dengan Rheumatoid Arhtritis mengalami perbedaan nyeri dan pembengkakan

dengan menggunakan obat-obatan dari herbal (Eliopoulus, 2005). Beberapa

jenis herbal yang bisa membuat mengurangi dan menghilangkan nyeri pada

Rheumatoid Arhtritis misalnya jahe dan kunyit, biji seledri, daun lidah buaya,

aroma terapi, rosemary, atau minyak juniper yang bisa menghilangkan bengkak

pada sendi (Syamsul, 2007).

Page 52: Skrip Si

b) Accupresure. merupakan latihan untuk mengurangi nyeri pada Rheumatoid

Arthritis. Accrupresure memberikan tekanan pada alur energi disepanjang jalur

tubuh. Tekanan yang diberikan pada alur energi yang terkongesti untuk

memberikan kondisi yang sehat pada penderita ketika titik tekanan di sentuh,

maka dirasakan sensasi ringan dengan denyutan di bawah jari-jari. Mula-mula

nadi dibeberapa titik akan terasa berbeda, tetapi karena terus-menerus dipegang

nadi akan menjadi seimbang, setelah titik tersebut seimbang dilanjutkan

dengan menggerakan nadi-nadi tersebut dengan lembut (Syamsul, 2007).

c) Relaxasi Progresive. Dapat diberikan dengan pergerakan yang dilakukan pada

keseluruhan otot, trauma otot extrim secara berurutan dengan gerakan

peregangan dan pelemasan. Realaxasi progresiv dilakukan secara berganitan.

Terapi ini memilki tujuan untuk mengurangi ketegangan pada otot khususnya

otot-otot extremitas atas, bawah, pernapasan, dan perut serta melancarkan

sistem pembuluh darah dan mengurangi kecemasan penderita (Syamsul, 2007).

D. Kerangka Teori

Kerangka teori penelitian ini dibuat berdasarkan tujuan penelitian yaitu mengidentifikasi

tingkat pengetahuan lansia tentang penyakit Rheumatoid Arthritis.

Page 53: Skrip Si

Gambar 2.2 Kerangka Teori

Teori Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2007)

E. Penelitian Terkait

Berdasarkan penelitain yang dilakukan oleh Syamsul Anwar (2007) yang berjudul

”Aplikasi Model Community as Partner dan Health Belief Model dalam Rangka Pelayanan

Asuhan Keperawatan pada Agregat Lansia dengan Rematik Artikuler di Kelurahan Depok

Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok’’, didapat bahwa meningkatnya kasus Rheumatiod

Arthritis pada lansia di kelurahan Depok berhubungan dengan kurangnya pengetahuan

masyarakat tentang Rheumatiod Arthritis dan kurangnya partisipasi warga terhadap pencegahan

terjadinya Rheumatiod Arthritis. Hasil uji statsistik oleh Syamsul (2007) dengan menggunakan

uji t test one sampel didapatkan hasil variabel pengetahuan dengan mean sebelum 1.54, sesudah

2.67, dan standar deviasi sebelum 0.498, sesudah 0.637 dengan p valeu 0.000. Setelah dilakukan

Umur

Jenis kelamin

Riwayat pendidikan

Pengetahuan tentang penyakit RA pada lansia, meliputi :

1. Pengertian 2. Penyebab 3. Keluhan utama 4. Cara

penatalaksanaan

Tingkat pengetahuan :

1. Baik 2. Cukup 3. Kurang

Page 54: Skrip Si

pendidikan kesehatan selama 9 bulan, adanya peningkatan pengetahuan lansia terhadap

pencegahan terjadinya Rheumatiod Arthritis dari 40% menjadi 80% sehingga penyakit

Rheumatiod Arthritis mengalami penurunan dari 30% menjadi 20 %.

Page 55: Skrip Si

BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangaka Konsep

Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan bagaimana

seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis beberapa faktor yang

dianggap penting untuk masalah. Kerangka konsep membahas tentang saling ketergantungan

antar variabel yang dianggap perlu untuk melengkapi dinamika situasi atau hal yang sedang

atau akan diteliti (Hidayat, 2008).

Kerangka konsep penelitian ini dibuat berdasarkan tujuan penelitian yaitu

mengidentifikasi tingkat pengetahuan lansia tentang penyakit Rheumathoid Arhtritis.

Berdasarkan landasan teori yang diuraikan pada tinjauan teoritis maka kerangka konsep dalam

penelitian ini dapat digambarkan pada gambar 3.1.

Indikator-indikator yang digunakan dari kerangka konsep tersebut untuk mengetahui

tingkat pengetahuan lansia tentang penyakit Rheumatoid Arthritis, yang meliputi pengertian,

penyebab, manifestasi klinis, dan cara penatalaksanaan (Notoatmodjo, 2007) dikelompokkan

menjadi kategori baik, cukup, dan kurang {Hendra (2008) dalam Arikunto (1998)}.

Page 56: Skrip Si

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Umur

Jenis kelamin

Riwayat pendidikan

Pengetahuan tentang penyakit RA pada lansia, meliputi :

5. Pengertian 6. Penyebab 7. Keluhan utama 8. Cara

penatalaksanaan

Tingkat pengetahuan :

4. Baik 5. Cukup 6. Kurang

Page 57: Skrip Si
Page 58: Skrip Si
Page 59: Skrip Si
Page 60: Skrip Si

C. Pertanyaan Peneliti

Berdasarkan kerangka konsep di atas maka yang menjadi pertanyaan penelitian adalah

bagaimanakah tingkat pengetahuan lansia tentang penyakit RA.

Page 61: Skrip Si

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang telah

ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun peneliti pada seluruh proses

penelitian (Setiadi, 2007). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, desain yang

digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif yaitu penelitian untuk menggambarkan tingkat

pengetahuan lansia tentang penyakit Rheumatoid Arthritis (RA).

B. Variabel Penelitian

Variabel yang diteliti meliputi pengetahuan lansia tentang penyakit Rheumatoid Arthritis

seperti pengertian, penyebab, manifestasi klinik, dan cara penatalaksanaanya, serta data

demografi lansia seperti umur, jenis kelamin, riwayat pendidikan, pekerjaan, serta sumber

informasi.

C. Sampling Desain

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan di

teliti (Hidayat, 2008). Populasi yang ditentukan sebagai subjek penelitian adalah semua

lanjut usia yang menderita maupun yang tidak menderita dari penyakit Rheumatoid

Arthritis di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung.

Page 62: Skrip Si

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah subunit populasi survey itu sendiri yang oleh peneliti dipilih dengan

mewakili populasi target. Semakin besar sampel maka representative sampel tersebut

semakin mendekati jumlah populasi (Nursalam, 2003). Sampel pada penelitian ini adalah

lansia yang berada di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung.

a. Kriteria Sampel

Dalam pemilihan sampel, peneliti membuat kriteria bagi sampel yang di ambil.

Sampel yang diambil berdasarkan pada kriteria inklusi, yaitu karakteristik sampel yang

dapat dimasukkan atau layak untuk diteliti. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

1). Lansia yang tidak terganggu jiwanya

2). Lansia yang menderita maupun tidak menderita Rheumatoid Arthritis

2). Lansia yang berusia 60 tahun dan lebih dari 60 tahun

3). Lansia yang bersedia menjadi responden

4). Lansia yang dapat berkomunikasi dengan baik dan kooperatif

b. Jumlah Sampel

Pemilihan sampel pada penelitian ini berkaitan dengan penerapan distribusi

normal untuk variabel tunggal (Univariat). Dikemukakan bahwa ukuran besar sampel

diambil dengan menggunakan rumus Estimasi (Nursalam, 2003), yaitu :

Page 63: Skrip Si

n = Z21-α/2 x P x (1-P)

d2

Keterangan :

n : Besarnya sampel

Z21-α/2 : Harga normal baku sesuai dengan luas area di bawah

kurva baku besar (1-α/2) untuk α = 0.05 – nilai Z = 1.96

P :

:

Proporsi untuk sifat tertentu yang diperkirakan terjadi

pada populasi.

Penelitian Syamsul (2007) proporsi tingkat pengetahuan

sebesar 40% = 0.4

d :

:

Penyimpangan terhadap populasi atau derajat ketepatan

yang diinginkan.

Peneliti menggunakan presisi sebesar 10% = 0.1

n = Z21-α/2 x P x (1-P)

d2

n = (1,96)2 x 0.4x (1-0,4) / (0.1)2

Page 64: Skrip Si

n = 0.921984 / 0.01

n = 92.1984 = 92 sampel

Setelah dihitung, peneliti menggambil sampel sebanyak 92 lansia yang sesuai

dengan kriteria. Peneliti juga mengantisipasi apabila terjadi data yang mengurangi

kelengkapan dengan menambah jumlah sampel sebanyak 10 % dari jumlah responden

sebenarnya (Aziz, 2008), dengan perhitungan sebagai berikut:

10% x 92 = 9.2 = 9

Jadi dari 92 sampel + 9 sampel cadangan = 101 sampel

Pada pelaksanaanya, pengumpulan data melibatkan 101 lansia (92 lansia +

10%). Proses pengumpulan data dilakukan sendiri oleh peneliti, satu per satu lansia

dihampiri di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung agar proses pengumpulan data dapat

berjalan dengan lancar sesuai yang peneliti harapkan. Lansia mengerti judul dan tujuan

penelitian serta tidak ada data kuesioner yang kosong atau belum terisi.

F. Sampling Penelitian

Teknik sampling adalah teknik yang dipergunakan untuk mengambil sampel dari

populasi. Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi proporsi dari populasi untuk

dapat mewakili populasi (Setiadi, 2007).

Sampling yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan teknik total sampling

yaitu pengambilan sampel secara keseluruhan anggota dalam populasi.

Page 65: Skrip Si

G. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada tanggal 3 sampai 5 September 2009. Penelitian dilakukan di

PSTW Budi Mulia 1 Cipayung, alasan pemilihan lokasi penelitian ini karena, unit ini

merupakan tempat kehususan pelayanan bagi lanjut usia.

E. Etika Penelitian

Etika penelitian adalah sekumpulan nilai dan prinsip yang merupakan peraturan tidak

tertulis yang harus digunakan oleh peneliti. Tujuan etika penelitian tersebut adalah untuk

menjamin kerahasian identitas responden, melindungi dan menghormati hak-hak responden.

Prinsip utama etika dalam penelitian terdiri dari manfaat, memghormati hak manusia, dan

keadilan (Polit&Hungler, 2005).

1. Prinsip Etik

a. Self Determination. Responden diberi kebebasan untuk menentukan pilihan apakah

bersedia atau tidak untuk mengikuti kegiatan penelitian, setelah semua informasi yang

berkaitan dengan penelitian dijelaskan, dengan menandatangani informed consent yang

disediakan.

b. Anonymity. Selama kegiatan penelitian nama responden tidak dicantumkan dan

peneliti menggunakan nomor responden.

c. Confidentiality. Peneliti menjaga kerahasiaan identitas responden dan informasi yang

diberikannya. Semua catatan dan data responden sebagai dokumentasi penelitian.

d. Protection from Discomfort. Responden bebas dari rasa tidak nyaman. Sebelum

penelitian dilakukan responden diberi penjelasan tentang manfaat dan tujuan penelitan.

2. Informen Concent

Page 66: Skrip Si

Perlindungan hak-hak responden dijamin dan tercantum dalam lembar persetujuan.

Sebelum responden menyetujui berpartisipasi dalam penelitian, responden harus

memahami tentang penelitian yang akan dilakukan. Formulir persetujuan memuat 6

elemen penting, yaitu :

a. Subjek penelitian diberi penjelasan yang dapat dimengerti tentang tujuan dari

penelitian yang akan dilakukan. Dijelaskan prosedur dan teknik yang akan dilakukan

serta tujuan yang dicapai dalam penelitian.

b. Subjek penelitan diberi penjelasan mengenai resiko dan ketidaknyamanan potensial

yang mungkin akan dialami. Jika selama kegiatan penelitian responden merasa tidak

nyaman maka penelitian dihentikan.

c. Subjek diberi tahu mengenai manfaat yang akan didapatkan pada penelitian yang akan

dilakukan.

d. Peneliti bersedia menjawab semua pertanyaan dalam lembar pertanyaan

e. Subjek penelitian dapat mengundurkan diri kapan saja tanpa konsekuensi apapun.

f. Anonimitas dan kerahasiaan harus dipastiakan. Subjek penelitian harus yakin bahwa

semua hasil dan respon mereka dijaga kerahasiaanya dan hanya dipergunakan untuk

kepentingan penelitian.

F. Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses

pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam penelitian (Nursalam, 2003).

Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh beberapa teman mahasiswa

Page 67: Skrip Si

peneliti yang sebelumya dilakukan diskusi untuk mempersamakan persepsi dari kuesioner

penelitian. Pengumpulan data dilakukan di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung dengan prosedur

sebagai berikut :

a. Setelah proposal mendapat persetujuan dari pembimbing akademik dilanjutkan dengan

membuat surat permohonan dari PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang ditujukkan

kepada Dinas Sosial DKI Jakarta.

b. Setelah mendapat persetujuan dari Dinas Sosial DKI Jakarta, peneliti meyerahkan surat

permohonan tersebut kepada ketua PSTW Budi Mulia 1 Cipayung. Setelah itu peneliti

melakukan penseleksian calon responden dengan teknik Total Sampling.

c. Peneliti mengidentifiaksi responden yang memenuhi kriteria inklusi penelitian.

d. Meminta calon responden yang terpilih agar bersedia menjadi responden setelah

mendapatkan penjelasan mengadakan pendekatan dan penjelasan tentang tujuan, manfaat,

dan prosedur penelitian serta hak dan kewajiban selama menjadi responden. Responden

yang bersedia selanjutnya diminta menandatangani lembar informed concent.

e. Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya bila ada yang belum jelas.

Responden yang kurang mampu dalam mengisi kuesioner sendiri, maka peneliti dan

teman peneliti membantu dalam mengisi kuesioner responden dengan membaca seluruh isi

kuesioner.

f. Setelah seluruh pertanyaan dalam kuesioner dijawab, maka peneliti mengumpulkan data

dan mengucapkan terimakasih kepada responden.

Page 68: Skrip Si

G. Rencana Pengolahan Data

1. Metode dan Instrumen

Pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah kuesioner atau angket yang

disesuaikan dengan tujuan penelitian dan mengacu pada kerangka konsep dan teori yang

telah dibuat. Pertanyaan disusun sesuai dengan tingkat pengetahuan responden tentang

penyakit RA dan tersusun secara terstruktur dengan jenis pertanyaan pilihan ganda, dan

dijawab oleh responden sesuai dengan petunjuk pengisian.

Pertanyaan terdiri dari dua bagian yaitu, bagian A berisi tentang data demografi

yang meliputi inisial nama, jenis kelamin, umur, riwayat pedidikan, riwayat pekerjaan, dan

sumber informasi . Bagian B berkaitan dengan tingkat pengetahuan lansia tentang

penyakit RA sebanyak 18 item. Penetapan nilai pengetahuan berdasarkan proses skoring.

Skoring adalah pemberian skor jawaban responden pada beberapa pernyataan

dalam kuesioner sehingga dapat digabungkan menjadi satu variabel. Pada kuesioner B

yang berisikan 18 item, untuk jawaban benar diberi nilai 1, sedangkan untuk jawaban

salah diberi nilai 0, dengan skor tertinggi adalah 18 dan skor terendah adalah 0.

Memperoleh data dalam penelitian, peneliti menggunakan kuesioner pada responden

terpilih sebanyak 101 responden. Kuesioner digunakan untuk mengetahui pengetahuan

responden tentang penyakit Rheumatoid Arhtritis yang terdiri dari pengertian, tanda dan

gejala, penyebab, dan cara penatalaksanaanya, setelah selesai diisi oleh responden,

kuesioner diserahkan kepada responden.

2. Teknik Uji Instrumen Penelitian

Page 69: Skrip Si

Uji kuesioner dilakukan untuk menguji kuesioner yang akan digunakan dalam

penelitian tingkat pengetahuan lansia tentang penyakit Rheumatoid Arhritis di PSTW Budi

Mulia 1 Cupayung. Pertanyaan dan pernyataan pada uji kuesioner ini diajukan kepada

lansia di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta pada tanggal 25 sampai dengan 26

Agustus 2009 dengan jumlah responden sebanyak 30 orang. Dari 20 pertanyaan yang

diajukan, kemudian dilakukan uji realibilitas didapatkan Alpha Cronbach sebesar 0.673.

Dari 20 pertanyaan terdapat 2 pertanyaan yang tidak valid, maka oleh peneliti 2

pertanyaan yang tidak valid tersebut dihilangkan sehingga didapatkan Alfa Cronbach

sebesar 0.701. Kuesioner yang digunakan sebagai hasil akhir dalam penelitian di PSTW

Budi Mulia 1 Cipayung mencantumkan 18 pertanyaan mengenai pengetahuan tentang

penyakit Rheumatoid Arthritis.

3. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan tahap sebagai berikut :

a. Editing

Dilakukan untuk memeriksa ulang kelengkapan jawaban pada setiap lembar

kuesoiner yang telah diisi oleh responden.

b. Coding

Coding adalah pemberian kode untuk setiap jawaban pada setiap pertanyaan

sesuai dengan petunjuk koding. Pengkodean merupakan kegiatan merubah data

berbentuk huruf menjadi data yang berbentuk bilangan. Setelah data kuesioner masuk

maka diberikan kode pada kolom di setiap item agar lebih memudahkan dalam

Page 70: Skrip Si

pengolahan data. Pemberian kode untuk proses perhitungan tingkat pengetahuan lansia

tentang penyakit Rheumatoid Arhtritis, peneliti memberikan kode angka dua (2) untuk

kategori tingkat pengetahuan baik, angka satu (1) untuk tingkat pengetahuan cukup,

dan angka nol (0) untuk tingkat pengetahuan kurang.

c. Scoring (Penetapan Skor)

Setelah data terkumpul dan kelengkapannya diperiksa kemudian dilakukan

tabulasi data dan diberi skor sesuai dengan kategori dari data serta jumlah item

pertanyaan dari setiap variabel.

d. Entri Data

Proses memasukan data, setelah pemberian kode dan skor lalu data dimasukkan

kedalam program komputer (Softwer Analisis) yang sesuai untuk kemudian diolah oleh

peneliti.

e. Cleaning Data

Kegiatan pengecekan kembali terhadap data yang telah dipindahkan ke dalam

tabel dan ditabulasi. Data diperiksa kembali untuk memastikan bahwa data bersih dari

kekeliruan.

H. Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dilakukan untuk memberikan

gambaran tentang variabel tingkat pengetahuan, jenis kelamin, umur, riwayat pendidikan,

riwayat pekerjaan, dan sumber informasi. Analisis data hasil penelitian dilakukan melalui dua

tahap yaitu pengolahan data dan analisa data dengan menggunakan komputer (Software

Page 71: Skrip Si

Analisis). Pada analisis ini data demografi dan tingkat pengetahuan lansia tentang penyakit

Rheumatoid Arthritis akan di deskriptifkan dalam bentuk distribusi frekuensi.

Peneliti akan mengolah data variabel tersebut menjadi bentuk proporsi (persentase)

dimana kriteria masing-masing dari jawaban yang di jumlahkan frekuensinya dibagi jumlah

responden dan dikali 100%. Hasil akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi,

dengan rumus (Nursalam, 2003) :

P = f X 100%

n

Keterangan : P = Proporsi / persentase (%)

F = Jumlah Frekuensi / banyaknya data

N = Jumlah responden

Page 72: Skrip Si

Tabel 4.1

Klasifikasi tingkat pengetahuan lansia tentang penyakit Rheumatoid Arthritis

berdasarkan skor yang diperoleh.

Nilai Tingkat Pengetahuan

76-100 % Baik

56-75 % Cukup

<55 % Kurang

Dari pengklasifikasian di atas, dapat diketahui bagaimana gambaran tingkat

pengetahuan lansia tentang penyakit Rheumatoid Arthritis dan akan disajikan dalam

bentuk tabel.

Page 73: Skrip Si

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung

Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung adalah salah satu Unit

Pelaksana Teknis Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Provinsi DKI Jakarta

yang berfungsi sebagai suatu tempat atau sarana pelayanan kesejahteraan sosial bagi para

lanjut usia (jompo). PSTW ini dibangun pada tahun 1968 bertempat di Jln.Raya Bina Marga

No.58 Cipayung Jakarta Timur.

Bulan September 2009, Warga Binaan Sosial (WBS) sebutan untuk lanjut usia di Panti

Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung berjumlah 107 WBS, dengan jumlah

WBS laki-laki 30 orang dan WBS perempuan 77 orang. Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW)

Budi Mulia 1 Cipayung memiliki lima (5) barak WBS, yang terdiri dari satu (1) barak lanjut

usia laki-laki dan empat (4) barak lanjut usia perempuan. PSTW Budi Mulia 1 Cipayung

memiliki fasilitas pelayanan seperti :

1. Sarana Fisik

a. Kantor e. Dapur Umum

b. Barak 5 buah f. Mushalla

c. Aula g. Sarana Olah Raga

d. Poliklinik h. Kendaraan Operasional

Page 74: Skrip Si

2. Program Kegiatan

a. Bimbingan Rohani Islam dan Kristen

b. Olah Raga : Senam Lansia

c. Bimbingan Keterampilan : Menjahit, menyulam, berternak, berkebun, membuat hiasan

dari kain perca, budidaya ikan, dan masak.

d. Kesenian : Panggung gembira

e. Rekreasi

f. Pelayanan Kesehatan

PSTW Budi Mulia 1 Cipayung memiliki tujuan, visi, dan misi, yaitu :

1. Tujuan

Terpenuhinya kebutuhan lanjut usia yang disantun seperti kebutuhan jasmani,

rohani, dan sosial dengan baik sehingga mereka dapat menikmati hari tuanya dengan

diliputi ketentraman lahir dan batin.

2. Visi

Penyandang masalah kesejahteraan sosial khususnya lanjut usia terlantar DKI

Jakarta terentas dalam kehidupan normatif.

3. Misi

a. Mencagah, mengurangi tumbuh kembang dan meluasnya masalah kesejahteraan sosial

khususnya lanjut usia terlantar.

b. Mengentaskan penyandang masalah ksejahteraan sosial lanjut usia terlantar dalam

kehidupan yang layak dan normatif.

Page 75: Skrip Si

c. Pembinaan peran serta sosial bagi masyarakat dalam melaksanakan UKS.

d. Meningkatkan fasilitas kesejahteraan sosial.

B. Gambaran Populasi Sampel

Peneliti mengambil populasi sampel dalam penelitian ini adalah kelompok lansia di

Panti Sosial Tresna Wherda (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung. Berdasarkan teknik Total

sampling dalam penelitian ini diambil sampel sebanyak 101 orang, namun terdapat satu (1)

sampel yang mengalami drop out karena tidak lengkapnya responden dalam pengisian

kuesioner penelitian. Sampel akhir yang digunakan dan lalu diolah datanya dalam penelitian

ini sebanyak 100 orang lansia.

C. Analisa Univariat

1. Gambaran Tingkat Pengetahuan Lansia Tentang Penyakit Rheumatoid Arthritis

(RA)

Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 100 responden dan mengenai

”Gambaran tingkat pengetahuan lansia tentang penyakit Rheumatoid Arthritis di PSTW

Budi Mulia 1 Cipayung”. Data ini disajikan dalam bentuk tabel distribusi dan hasilnya

dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

Tentang Penyakit Rheumatoid Arthritis di PSTW Budi Mulia 1

Cipayung

Page 76: Skrip Si

Dari tabel 5.1 di atas tingkat pengetahuan responden tentang penyakit Rheumatoid

Arthritis dapat dilihat jumlah responden dengan pengatahuan baik sebanyak 7 orang (7%),

cukup sebanyak 33 orang (33%), dan kurang sebanyak 60 orang (66%). Hal ini

menunjukkan bahwa sebagian besar pengetahuan responden adalah kurang.

2. Umur Lansia

Tabel 5.2.1

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Variabel Umur di PSTW

Budi Mulia 1 Cipayung

No. Umur (Tahun) Jumlah Persentase

1 60-74 55 55

2 75-90 41 41

No. Pengetahuan Jumlah Persentase

1 Baik 7 7

2 Cukup 33 33

3 Kurang 60 60

Jumlah 100 100%

Page 77: Skrip Si

3 > 90 4 4

Jumlah 100 100%

Pada tabel 5.2 dapat dilihat distribusi responden berdasarkan umur didapatkan

bahwa sebagian besar umur antara 60-74 tahun (Lansia) yaitu sebanyak 55 orang (55%),

umur antara 75-90 tahun (Lansia Tua) sebanyak 41 orang (41%), dan umur lebih dari 90

tahun (Lansia Sangat Tua) sebanyak 4 orang (4%). Berarti bahwa sebagian besar umur

responden adalah antara 60 sampai 74 tahun.

Tabel 5.2.2

Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Penyakit

Rheumatoid Arthritis dilihat dari Variabel Umur.

Dari tabel 5.2.2 didapatkan bahwa pada semua kelompok umur memiliki tingkat

pengetahuan kurang tentang penyakit Rheumatoid Arhtritis yaitu, 60-74 tahun sebesar

52.73%, 75-90 tahun sebesar 68.29%, dan >90 tahun sebesar 75.4%.

Kategori Pengetahuan Baik Cukup Kurang

Jumlah No.

Umur (Tahun)

f % f % f % N % 1 60-74 5 9.09 21 38.18 29 52.73 55 100

2 75-90 2 4.88 11 26.83 28 68.29 41 100

3 > 90 - - 1 25 3 75.4 4 100

Page 78: Skrip Si

3. Jenis Kelamin Lansia

Tabel 5.3.1

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di PSTW Budi

Mulia 1 Cipayung

No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase

1 Perempuan 71 71

2 Laki-laki 29 29

Jumlah 100 100%

Pada tabel 5.3.1 di atas dilihat distribusi responden didapatkan bahwa sebagian

besar jenis kelamin adalah perempuan yaitu sebanyak 71 orang (71%), sedangkan laki-laki

sebanyak 29 orang (29%). Berarti hal ini menyatakan bahwa sebagian besar jenis kelamin

responden adalah perempuan.

Tabel 5.3.2

Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang

Penyakit Rheumatoid Arthritis dilihat dari Variabel Jenis Kelamin

Kategori Pengetahuan Baik Cukup Kurang

Jumlah No.

Jenis Kelamin

f % f % f % N % 1 Perempuan 4 5.63 20 28.17 47 66.2 71 100

Page 79: Skrip Si

2 Laki-laki 3 10.34 13 44.83 13 44.83 29 100

Dari tabel 5.3.2 didapatkan bahwa pada semua kelompok jenis kelamin memiliki

tingkat pengetahuan kurang tentang penyakit Rheomatoid Arthritis yaitu, perempuan

sebesar 66.2% dan laki-laki sebesar 44.83%.

4. Riwayat Pendidikan Lansia

Tabel 5.4.1

Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Pendidikan di PSTW

Budi Mulia 1 Cipayung

No. Riwayat Pendidikan Jumlah Persentase

1 Tidak Sekolah 34 34

2 SD 38 38

3 SMP 20 20

4 SMA 7 7

5 Perguruan Tinggi / D3 1 1

Jumlah 100 100%

Dari tabel 5.4.1 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dengan

riwayat pendidikan SD sebanyak 38 orang (38%), tidak sekolah sebanyak 34 orang (34%),

SMP sebanyak 20 orang (20%), SMA sebanyak 7 orang (7%), dan minoritas responden

Page 80: Skrip Si

berpendidikan PT/D3 sebanyak 1 orang (1%). Berarti hal ini menyatakan bahwa sebagian

besar riwayat pendidikan responden adalah SD.

Tabel 5.4.2

Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang

Penyakit Rheumatoid Arthritis dilihat dari Variabel Riwayat

Pendidikan

Kategori Pengetahuan Baik Cukup Kurang

Jumlah No.

Riwayat Pendidikan

f % f % f % N % 1 Tidak Sekolah 2 5.88 5 14.71 27 79.41 34 100

2 SD 1 2.63 11 28.95 26 68.42 38 100

3 SMP 2 10 12 60 6 30 20 100

4 SMA 1 14.29 5 71.43 1 14.29 7 100

5 PT/D3 1 100 - - - - 1 100

Dari hasil tabel 5.4.2 didapatkan bahwa semua kelompok riwayat pendidikan

dengan tingkat pengetahuan kurang tentang penyakit Rheumatoid Arthritis yaitu, tidak

sekolah (79.41%), SD (68.42%), SMP (30%), SMA (14.29%), dan PT/D3 (0%).

Page 81: Skrip Si

5. Riwayat Pekerjaan Lansia

Tabel 5.5.1

Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Pekerjaan di PSTW

Budi Mulia 1 Cipayung

No. Pekerjaan Jumlah Persentase

1 Tidak Bekerja 34 34

2 Bekerja 66 66

Jumlah 100 100 %

Dari tabel 5.5.1 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dengan

riwayat tidak bekerja sebanyak 34 orang (34%), sedangkan responden dengan riwayat

bekerja sebanyak 66 orang (66%),. Berarti hal ini menyatakan bahwa sebagian besar

riwayat pekerjaan responden adalah bekerja.

Tabel 5.5.2

Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Penyakit

Rheumatoid Arthritis dilihat dari Variabel Riwayat Pekerjaan

Kategori Pengetahuan Baik Cukup Kurang

Jumlah No.

Riwayat Pekerjaan

f % f % f % N %

Page 82: Skrip Si

1 Tidak Bekerja - - 6 17.65 28 82.35 34 100

2 Bekerja 7 10.61 27 40.91 32 48.48 66 100

Dari hasil tabel 5.5.2 didapatkan bahwa pada semua kelompok riwayat pekerjaan

memiliki tingkat pengetahuan kurang tentang penyakit Rheumatoid Arthritis yaitu, riwayat

tidak bekerja sebesar 82.35% dan riwayat bekerja sebesar 48.48%.

6. Sumber Informasi yang didapat Lansia

Tabel 5.6.1

Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi di PSTW Budi

Mulia 1 Cipayung

No. Sumber Informasi Jumlah Persentase

1 Tidak Mudah 81 81

2 Mudah 19 19

Jumlah 100 100%

Dari tabel 5.6.1 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

mendapatkan sumber informasi tidak mudah sebanyak 81 orang (81%), sementara

responden mudah mendapatkan sumber informasi sebanyak 19 orang (19%). Berarti hal

ini menyatakan bahwa sebagian besar sumber inforamsi responden adalah tidak mudah.

Page 83: Skrip Si

Tabel 5.6.2

Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Penyakit

Rheumatoid Arthritis dilihat dari Variabel Sumber Informasi

Kategori Pengetahuan Baik Cukup Kurang

Jumlah No.

Sumber Informasi

f % f % f % N % 1 Tidak

Mudah 3 3.7 22 27.16 56 69.14 81 100

2 Mudah 4 21.1 11 57.89 4 21.1 19 100

Dari hasil tabel 5.6.2 didapatkan bahwa pada semua kelompok sumber informasi

memiliki tingkat pengetahuan kurang tentang penyakit Rheumatoid Arthritis yaitu, sumber

informasi tidak mudah sebesar 69.14%, dan sumber informasi mudah sebesar 21.1%.

Page 84: Skrip Si

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan-keterbatasan yang dapat mempengaruhi hasil

penelitian. Keterbatasan-keterbatasan tersebut yaitu :

1. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif yang hanya menggambarkan

variabel yang diteliti, sehingga tidak bisa mencari penyebab suatu masalah secara

keseluruhan.

2. Alat pengambilan data dalam penelitian ini dalam bentuk kuesioner baku dengan jawaban

yang sudah tersedia sehingga permasalahan tidak menggali lebih dalam.

3. Adanya keterbatasan referensi atau penelitian terdahulu yang terkait tentang penelitian ini.

B. Distribusi tingkat pengetahuan responden tentang penyakit Rheumatoid Arthritis

Menurut Notoatmodjo (2003), bahwa pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan umumnya

datang dari penginderaan yang terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan dalam

menimbulkan rasa percaya diri maupun sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat

dikatakan bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang.

Page 85: Skrip Si

Dari hasil penelitian pada tabel 5.1 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden berpengetahuan kurang tentang penyakit Rheumatoid Arthritis sebanyak 60 orang

(60%), sedangkan responden berpengetahuan cukup sebanyak 33 orang (33%), sementara

berpengetahuan baik sebanyak 7 orang (7%). Dari hasil penelitian yang didapatkan bawah

sebagian besar pengetahuan responden tentang penyakit Rheumatoid Athritis adalah kurang.

Intelektual yang menurun di masa dewasa madya (usia 40 sampai dengan 60 tahun)

sampai saat ini merupakan suatu hal yang masih banyak diperdebatkan (Santrock, (2004)

dalam Juliani (2008). Menurut Nugroho (2000), umumya setelah seseorang memasuki tahap

lansia maka akan mengalami penurunan fungsi kognitif (proses belajar, persepsi, pemahaman,

pengertian, dan lain-lain) dan psikomotor (gerakan, tindakan, koordinasi). John Horn (1980)

dalam Julianti (2008), berpendapat bahwa beberapa kemampuan intelektual menurun,

sedangkan kemampuan lainnya tidak. Horn menyatakan bahwa kecerdasan yang mengkristal

(crystallized intelligence, yaitu sekumpulan informasi dan kemampuan-kemampuan verbal

yang dimiliki individu) meningkat, seiring dengan peningkatan usia, sedangkan kecerdasan

yang mengalir (fluid intelligence, yaitu kemampuan seseorang untuk berpikir abstrak)

menurun secara pasti sejak masa dewasa madya.

Schaie (1984) dalam Julianti (2008), dari hasil penelitianya bahwa tidak ditemukan

penurunan intelektual pada masa dewasa, setidaknya sampai usia 70 tahun. Pada tahun 1994,

Schaie kembali mengadakan penelitian dan menemukan bahwa penurunan di dalam

kemampuan-kemampuan mental rata-rata dimulai pada usia 74 tahun. Dari banyak penelitian

bahwa kecepatan memproses informasi mengalami penurunan pada masa dewasa akhir.

Page 86: Skrip Si

Penelitian lain membuktikan bahwa orang-orang dewasa lanjut kurang mampu mengeluarkan

kembali informasi yang telah disimpan dalam ingatannya.

Menurut Zainudin (2009), masih banyak masyarakat maupun lansia yang beranggapan

bahwa dirinya tidak mampu dalam mempelajari pengetahuan dan keterampilan baru, serta

menanggap dirinya jompo, rapuh, tidak perlu belajar dan berlatih, dan tidak perlu bekerja, hal

semacam inilah yang akan menimbulkan stress dan distress serta dispair (putus harapan) pada

lansia. Lansia di waktu muda sudah terkuras oleh tugas-tugas berat dan tingkat rendah

sehingga dalam masa lanjut usia tidak berdaya atau pasrah. Bagi lansia dorongan dan

keinginan mempelajari pengetahuan dan keterampilan baru merupakan suatu hal yang biasa,

baik dengan motivasi untuk meningkatkan mutu kehidupannya maupun mengisi waktu

luangnya agar lebih produktif dan berguna (Zainudin, 2009).

C. Distribusi pengetahuan responden berdasarkan umur

Dari hasil penelitian pada tabel 5.2.2 di atas bahwa responden pada umur antara 60

sampai 74 tahun sebagian besar tingkat pengetahuan tentang penyakit Rheumatoid Arthritis

adalah kurang sebanyak 29 orang (52.73%), sementara usia antara 75 sampai 90 tahun tingkat

pengetahuan responden yang kurang sebanyak 28 orang (68.29%), sedangkan usia di atas 90

tahun sebanyak 3 orang (75.4%).

Menurut BPS (2004), diperkirakan tahun 2010 jumlah lansia akan mencapai 24 juta

orang atau 9,77%, dan pada tahun 2020 jumlahnya akan mencapai 11,34% dari seluruh

penduduk Indonesia. Berdasarkan Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional

(RPJMN), usia harapan hidup Indonesia meningkat dari 66,2 tahun pada tahun 2004 menjadi

Page 87: Skrip Si

70,6 tahun pada tahun 2009. Menurut Nugroho (2000), berbagai masalah fisik biologik,

psikologik dan sosial akan muncul pada usia lanjut sebagai akibat dari proses menua atau

penyakit degeneratif yang muncul bersamaan dengan menuanya seseorang.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden berumur antara 60 sampai 74 tahun sebanyak 29 orang (52.73%) mempunyai

pengetahuan tentang penyakit Rherumatoid Arthritis kurang. Menurut Hendra (2008), makin

tua umur seseorang makan proses-proses perkembangan mentalnya membaik serat

berpengaruh pada pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur menjelang lansia

kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang. Intelegensi lanjut

usia akan menurun sehingga menyebabkan kurangnya kemampuan dalam memahami suatu

pengetahuan umum serta informasi. Sejalan dengan hasil penelitian bahwa sebagian besar

tingkat pengetahuan lansia dalah kurang, dimana lansia menganggap bahwa penyakit

Rheumatoid Arhtritis ini merupakan hal yang wajar, karena sudah tua, dan berfikir jika

kebutuhan seperti makan dan istirahat terpenuhi maka lansia pasti sudah sehat. Lansia sudah

tidak perlu lagi mengikuti perkembangan pengetahuan dimana minat terhadap informasi dan

pengetahuan mengenai kesehatan ditahap lansia ini sudah berkurang, karena lanjut usia lebih

mementingkan dalam pemenuhan fisiologis (makan, istirahat) dibandingkan menghabiskan

dana untuk mencari sumber informasi tentang pengetahuan (Zainudin, 2009).

D. Distribusi pengetahuan responden berdasarkan jenis kelamin

Dari hasil penelitian pada tabel 5.3.2 di atas bahwa diketahui sebagian besar jenis

kelamin responden adalah perempuan sebanyak 47 orang (66.2%), sedangkan jenis kelamin

Page 88: Skrip Si

laki-laki sebanyak 13 orang (44.83%). Dengan demikian terlihat bahwa dari jumlah responden

dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan jenis kelamin laki-laki.

Banyaknya responden lansia yang berjenis kelamin perempuan, sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Anna&Woro (1999), melihat tingkat kesehatan dan kesejahteraan kian

membaik maka angka harapan hidup penduduk Indonesia kian meningkat pula, khususnya

perempuan di mana usia perempuan akan lebih panjang, sehingga rata-rata umur harapan

hidup perempuan umumnya lebih tinggi daripada laki-laki. Menurut Handono&Isbagyo

(2005), dengan bertambahnya umur penyakit akan meningkat baik perempuan maupun laki-

laki. Prevalensi perempuan lebih tinggi dari laki-laki lebih dari 75% penderita Rheumatoid

Arthritis adalah perempuan dengan perbandingan 3:1, hal ini membuktikan bahwa usia

harapan hidup (UHH) khususnya perempuan lebih tinggi.

E. Distribusi pengetahuan responden berdasarkan riwayat pendidikan

Dari hasil peneliti pada tabel 5.4.2 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar

tingkat pengetahuan tentang peyakit Rheumatoid Arhtritis responden adalah kurang dengan

riwayat pendidikan tidak sekolah sebanyak 27 orang (74.91%), sementara pendidikan SD

sebanyak 26 orang (68.42%), SMP sebanyak 6 orang (30%), SMA sebanyak 1 orang

(14.29%),sedangkan PT/D3 sebesar 0%.

Menurut Notoatmodjo (2007), bahwa semakin tinggi pendidikan yang merupakan salah

satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih mudah menerima pengetahuan

baru dan semakin tinggi pengetahuan seseorang akan semakin baik pengetahuannya. Hurlock

(1998) mengatakan bahwa semakin tinggi pendidikan hidup menerima semakin berkualitas.

Page 89: Skrip Si

Menurut hasil penelitian Anna&Woro (1999), bahwa pendidikan yang didapat lanjut usia di

27 Proponsi di Indonesia masih rendah (74%) sehingga mempengaruhi tingkat pengetahuan

lanjut usia mengenai kesehatannya. Hasil survei yang dilaporkan oleh BPS (2004), bahwa

sebagian besar lansia (80%) memiliki status pendidikan rendah yaitu SD sampai dengan tidak

sekolah.

Dari hasil penelitian yang didapatkan bahwa sebagian besar responden dengan

berpendidikan tidak sekolah sebesar 79.41% dan SD sebesar 68.42% memiliki pengetahauan

kurang tentang penyakit Rheumatoid Arhtritis. Hendra (2008), mengatakan bahwa tingkat

pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami suatu

pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang

makin baik pengetahuannya dan makin mudah pula untuk menerima informasi. Seseorang

dengan pendidikan tinggi umumnya tanggap tentang keadaan sekitarnya, serta mempunyai

minat dan peduli tentang kesehatan dan tanggap dalam memecahkan masalah yang ada pada

dirinya serta adanya keinginan untuk menggali ilmu pengetahuan dari sumber-sumber lain.

Namun perlu ditekankan bahwa seseorang dengan berpendidikan rendah tidak berarti mutlak

memiliki pengetahuan rendah. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan

formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidiakan non formal. Lanjut usia dengan

pendidikan rendah tidak menutup kemungkinan mampunyai pemahaman, pengetahuan

ataupun wawasan baik bila lanjut usia banyak membaca sumber informasi (Azrul, 1999).

F. Distribusi pengetahuan responden berdasarkan riwayat pekerjaan

Dari hasil penelitian pada tabel 5.5.2 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar

tingkat pengetahaun tentang penyakit Rheumatoid Arhtiris responden adalah kurang dengan

Page 90: Skrip Si

riwayat tidak bekerja sebanyak 28 orang (82.35), sementara dengan riwayat bekerja sebanyak

32 orang (48.48%).

Menurut Hurlock (1998), bahwa pekerjaan merupakan suatu kegiatan atau aktivitas

seseorang untuk memperoleh penghasilan guna kebutuhan hidupnya sehari-hari. Lama bekerja

merupakan pengalaman individu yang akan menentukan pertumbuhan dalam pekerjaan.

Menurut hasil penelitian Anna&Woro (1999), bahwa lanjut usia dengan riwayat bekerja

sangat mempengaruhi pengetahuan, semakin baik pekerjaan seseorang, maka akan semakin

baik juga pengetahuan tentang kesehatannya.

Lanjut usia dengan riwayat bekerja akan berpengaruh terhadap proses masuknya

pengetahuan ke dalam individu yang berada pada lingkungan bekerja tersebut. Interaksi

timbal balik di lingkungan tempat bekerja lansia itu sendiri akan menimbulkan sikap sosial

dalam bergaul sehingga akan direspon sebagai pengetahuan oleh lansia, dan sebaliknya bagi

lansia yang tidak bekerja. Pengalaman dalam bekerja memberikan pengetahuan dan

keterampilan lansia serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan

kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar

secara ilmiah dan dari masalah nyata dalam bidang kerjanya (Hendra, 2008).

G. Distribusi pengetahuan responden berdasarkan sumber informasi

Dari hasil penelitian pada tabel 5.6.2 di atas dapat diketahui sebagian besar responden

mendapatkan sumber informasi dengan tidak mudah mempunyai pengetahuan tentang

penyakit Rheumatoid Arhtritis adalah kurang sebanyak 56 orang (69.14%), sementara

responden yang mendapatkan sumber informasi dengan mudah sebanyak 4 orang (22.1%).

Page 91: Skrip Si

Menurut Notoatmodjo (2007), bahwa sumber informasi yang diperoleh dari berbagai

sumber maka seseorang cenderung mempunyai pengetahuan yang lebih luas. Informasi akan

memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang, meskipun seseorang memiliki pendidikan

yang rendah tetapi jika mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media informasi (TV,

radio, majalah, penyuluhan, dan lain-lain) akan meningkatkan pengetahuan seseorang. Lansia

dalam mendapatkan sumber informasi tidak mudah sebagian besar memiliki pengetahuan

tentang penyakit Rheumatoid Arhtrits kurang. Menurut Hendra (2008), sebagai sarana

komunikasi berbagai media informasi mempunyai pengaruh besar tehadap pembentukan opini

dan kepercayaan seseorang terhadap kesehatan. Adanya informasi mengenai kesehatan lansia

memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan serta mengarahkan opini

lansia dalam menyikapi permasalahan kesehatnya.

Sumber informasi sangat mempengaruhi pengetahuan seseorang baik pemberi

informasi maupun penerima (lanjut usia), tetapi tergantung dari minat lansia untuk mencari

informasi dari berbagai sumber baik dari majalah atau buku kesehatan, leaflet, koran,

mengikuti perkumpulan atau penyuluhan tentang kesehatan (Azrul, 1999). Pemberi informasi

khususnya petugas kesehatan dalam menyampaikan informasi mengenai kesehatan akan

mempengaruhi pengetahuan dan perubahan yang diterima oleh lanjut usia apakah hal ini baik

atau buruk untuk dilakukan (Zainudin, 2009).

Lansia dalam kesempatan memperoleh informasi baru lebih terbuka lebar, karena

waktu senggang lansia relatif banyak. Umumnya pada masa ini lansia tidak dituntut untuk

bekerja keras seperti masa-masa sebelumnya. Dalam kehidupan lansia umumnya semakin

tertarik terhadap informasi-informasi baru, karena lansia cenderung tidak ingin ketinggalan

Page 92: Skrip Si

informasi dibandingkan orang-orang yang lebih muda. Lansia umumnya lebih sering

menonton televisi, mendengarkan radio, membaca koran, majalah ataupun bertanya kepada

sesama lansia atau orang yang lebih muda tentang hal-hal baru yang berkembang dalam

masyarakat. Bagi lansia adanya informasi baru berarti menstimulasi fungsi kognitif, fungsi

afektif dan fungsi psikomotorik yang membuat syaraf-syaraf otak lanjut usia tetap berfungsi

secara normal (Zainudin, 2009).

Page 93: Skrip Si

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut :

1. Gambaran tingkat pengetahuan lanjut usia tentang penyakit Rheumatoid Arthritis dari 100

lanjut usia sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan kurang sebanyak 60 orang (60%).

2. Gambaran umur lanjut usia di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung sebagian besar tingkat

pengetahuan kurang tentang penyakit Rheumatoid Arthritis adalah berumur antara 60

sampai 74 tahun.

3. Gambaran jenis kelamin lanjut usia di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung sebagian besar

berjenis kelamin perempuan sebayak 71 orang, sementara jenis kelamin laki-laki sebanyak

29 orang.

4. Gambaran pendidikan lanjut usia di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung yang memiliki

pendidikan tidak sekolah lebih banyak dibandingkan dengan lanjut usia yang memiliki

pendidikan menengah dan tinggi.

5. Gambaran riwayat pekerjaan lanjut usia di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung dengan riwayat

bekerja lebih banyak dari riwayat lanjut usia tidak bekerja.

Page 94: Skrip Si

6. Gambaran sumber informasi yang didapatkan lanjut usia di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung

sebagian besar tidak mudah mendapatkan sumber informasi, dan sebagian kecil sumber

informasi yang didapat adalah mudah.

B Saran

1. Bagi PSTW Budi Mulia 1 Cipayung

a. Penelitian tentang tingkat pengetahuan lanjut usia didapatkan sebagian besar hasil

tingkat pengetahuan rendah, untuk itu diharapkan PSTW dapat memberikan informasi

lebih lanjut mengenai Rheumatoid Arthritis dalam meningkatkan status kesehatan

lansia.

b. Kegiatan konseling dan penyuluhan kesehatan yang diberikan kepada lansia mengenai

Rheumatoid Arthritis dengan membuat jadwal kegiatan sehingga lanjut usia

diharapkan lansia dapat lebih memahami penyakit ini dan dapat mengatasi

permasalahan yang ditimbulkan baik secara mandiri maupun dengan bantuan oran lain.

c. Petugas PSTW memberikan fasilitas berupa sumber informasi dan memotivasi lanjut

usia untuk melakukan upaya-upaya preventif dan rehabilitasi dalam mengurangi risiko

disabilitas fisik mengingat bahwa umur lanjut usia berpengaruh pada status kesehatan.

2. Bagi Peneliti selanjutnya

Dari hasil penelitian ini, diketahui bahwa pengetahuan lanjut usia tentang penyakit

Rheumatoid Arthritis sebagian besar masih kurang, oleh karena itu peneliti menyarankan

bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian kepada aspek yang lebih luas lagi,

mengembangkan variabel-variabel yang belum diteliti, dan metode yang lebih lengkap

untuk lebih menyempurnakan penelitian ini.

Page 95: Skrip Si

3. Bagi Instansi pendidikan keperawatan dan ilmu keperawatan

a. Meningkatkan peran instansi terkait serta perawat khususnya keperawatan medikal

bedah dan keperawatan gerontik dalam pelaksanaan promosi, preventif, dan

rehabilitasi khusunya lanjut usia terhadap Rheumatoid Arthritis.

b. Memberikan saran dan pertimbangan kepada instansi tertinggi dalam penyusunan

kebijakan upaya meningkatkan kesejahteraan lanjut usia.

c. Menambah bahan literatur mengenai gambaran prngetahuan lansia tentang penyakit

Rheumatoid Arthritis.

Page 96: Skrip Si

DAFTAR PUSTAKA

Ana M., Woro R.. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Lanjut Usia. Jurnal

Epidemiologi Indonesia.1999

Arnett FC, Edworthy SM, Bloch DA,. The American Rheumatism Association 1987, Revised

Criteria for the Classification of Rheumatoid of Rheumatoid Arthritis. 1988

Asep Chandra. 2008. Mitos dan Fakta Tentang Rematik . Diunduh dari http://www.kompas.com/.

Diaskes pada tanggal 5 Mei 2009.

Azrul Anwar. Pengantar Epidemiologi Edisi Revisi. Jakarta : Binarupa Aksara. 1999

Bredveeld. 2003. Masyarakat Tidak Sadari Ancaman Rematik Radang Sendi. Diunduh dari

http://www.sinarharapan.co.id/. Diaskes pada tanggal 2 Mei 2009.

Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volum 3. Jakarta : EGC.

2002

Burke and Laramie. Primary Care of The Older Adult A Multidisiplinary Approach. St. Louis :

Mosby Company. 2002

Christensen, Kockrow. Adult Health Nursing Fifth Edition. Philadelphia : Mosby Company. 2006

Doenges Marilynn E., Moorhouse Mary F. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk

Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC. 2000

Page 97: Skrip Si

Eliopoulus, Charlotte. Gerontological Nursing Sixth Edition. Philadelphia : Lippincott

Williams&Wilkins. 2005

Gotzsche Peter, Johansen H. Krogh. Meta-Analysis of Short Term Low Dose Prednisolone Versus

Placebo and Non-Steroid (Anti Inflamatory Drugs in Rheumatoid Arthritis). 1998

Handono dan Isbagyo, 2005. Pemilihan Terapi Rematik yang Efektif, Aman, dan Ekonomis.

Diunduh dari http://www.tempo.co.id/. Diaskes pada tanggal 1 Mei 2009.

Hendra. 2008. Pengetahuan. Di unduh dari http://ajangberkarya.wordpress.com/. Diaskes pada

tanggal 14 November 2009

Hidayat, Aziz. Riset keperawatan dan teknik penulisan ilmiah. Jakarta : Salemba medika. 2008

Hurlock. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga. 1998

Juliani. 2008. Fungsi Kognitif Masa Dewasa Lanjut. Diunduh dari http://bbawor.blogspot.com/.

Diaskes pada tanggal 14 November 2009

Junaidi. Iskandar. Rematik dan Asam Urat. Jakarta : Buana Ilmu Populer. 2002

Manjoer. Arip. Kapita Selekta Kedokteran. FKUI : Media Aesculapius. 1999

Meiner, Lueckenotte. Gerontologic Nursing Third Edition. Philadelphia : Mosby Company. 2006

Nainggolan. Terapi Jus dan Diet. Tanggerang : Argomedia. 2006

Notoatmodjo, Soekidjo. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. 2003

Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta. 2007

Page 98: Skrip Si

Nugroho, Wahjudi. Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta : EGC. 2000

Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba

Medika. 2003

Perry Anne G., Potter Patricia A. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan

Praktik Volum 2 Edisi 4. Jakarta : EGC. 2006

Polit, D.F., Hungler, B. P. Nursing Research : Principles and Methods. Philadelpia : Lippincott.

2005

Price S.A, Wilson L.M. Patofisiologi : Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC.

2005

Setiadi. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu. 2007

Siswono. 2006. Wanita Lebih Sering Menderita Reumatoid Artritis. Diunduh dari

http://www.suarapembaruan.com/. Diaskes pada tanggal 1 Mei 2009

Syamsul, Anwar. Aplikasi Model Comunity As Partner dan Health Belief Model dalam Rangka

Pelayanan Askep pada Agrerat Lansia dengan Rematik Artikuler di Kelurahan Depok

Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok. Tesis FIK UI. 2007

Williams and Wilkins. Arthritis and Allied Condition : Texbook of Rhemathology 13th Edition

Volume One. Pennsylvania : A Waverly Company. 1997

Yoga, 2007. Angka Kejadian Penyakit Perkotaan di Jakarta Masih Tinggi. Diunduh dari

http://www.pdpersi.co.id/. Diaskes pada tanggal 1 Mei 2009.

Page 99: Skrip Si

_______ . Pusat Data dan Informasi PERSI. Jakarta : Depkes RI. 2007

. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC. 2002

. Statistik Penduduk Lanjut Usia (Survei Sosial Ekonomi Nasional). Jakarta : BPS. 2004

Zainuddin, Kuntjoro. 2009. Memahami Mitos & Realita Tentang Lansia. Di unduh dari

http://www.e-psikologi.com. Diaskes pada tanggal 14 November 2009

Page 100: Skrip Si

Lampiran 1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

PENJELASAN PENELITIAN

Judul penelitian : Tingkat Penegtahuan Lansia Tentang Penyakit Rheumatiod Arthritis di Panti

Sosial Tresna Werdha (PSTW) 01 Cipayung.

Peneliti : Fajriyah Nur Afriyanti (NIM : 105104003453 )

Nomor yang bisa Anda hubungi bila ada yang ingin ditanyakan : 08568076867 / 021-93836712

Saya Fajriyah N. A., mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Ciputat. Saya akan melakukan penelitian dengan judul di atas.

Saya melakukan penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan

lansia tentang penyakit Rheumatoid Arthritis (Rematik).

Kuesioner penelitian ini akan saya pergunakan untuh bahan dan data dalam pembahasan bagi

penelitian Skripsi S1 Saya pada Program studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan tahun 2009.

Peneliti menjamin bahwa penelitian ini tidak akan berdampak negatif atau merugikan bagi

siapapun. Bila selama berpartisipasi dalam penelitian ini Bapak/Ibu merasa tidak nyaman maka

Bapak/Ibu mempunyai hak untuk mengundurkan diri sewaktu-waktu.. Peneliti sangat menghargai

dan menjunjung tinggi hak responden dan menjamin kerahasian identitas dan data Bapak/Ibu

selegal mungkin, hanya peneliti yang dapat mengetahui kerahasiaan data yang diberikan.

Dengan penjelasan singkat ini peneliti sangat mengharapkan partisipasi Bapak/Ibu untuk berperan

dalam penelitian dengan mengisi kuesioner ini. Atas kesedian dan partisipasinya secara sukarela

dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun, peneliti ucapkan terima kasih.

Jakarta , September 2009

Fajriyah N. A.

Page 101: Skrip Si

Lampiran 2

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

(INFORMED CONCENT)

Setelah Saya membaca penjelasan penelitian dan mendapat penjelasan terhadap pertanyaan yang

diajukan, Saya mengerti bahwa peneliti dapat menghargai dan menjunjung tinggi hak-hak Saya

sebagai responden.

Saya memahami bahwa keikutsertaan Saya dalam penelitian ini sangat besar manfaatnya bagi

peningkatan mutu pelayanan keperawatan pasien rematik. Persetujuan ini Saya tanda tangani

tanpa adanya paksaan dari pihak manapun, dan Saya menyatakan bersedia berpartisipasi dalam

penelitian ini.

Saya mengerti bahwa catatan tentang penelitian ini akan dirahasiakan selegal mungkin dan

kerahasian ini terjamin. Semua berkas yang mencantumkan identitas subjek penelitian hanya

digunakan untuk keperluan pengolahan data dan bila sudah tidak digunakan akan dimusnahkan.

Hanya peneliti yang mengetahui kerahasiaan data ini.

Jakarta, September 2009

Peneliti Responden

Fajriyah N. A. (..................................................)

Page 102: Skrip Si

Lampiran 3

LEMBAR KUESIONER A

DATA DEMOGRAFI

Tujuan Penelitian : Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan lansia tentang penyakit Rheumatoid Arthritis (Rematik).

Petunjuk Pengisian :

Bacalah pertanyaan di bawah ini dengan baik dan cermat. Jawablah pertanayaan pada kolom yang sedah disediakan. Berilah tanda silang (X ) pada jawaban yang benar untuk setiap jawaban. Jika Anda ingin memperbaiki jawaban, beri tanda (=) pada kolom jawaban yang salah

kemudian beri tanda silang (X ) pada kolom yang benar. Tanyakan lansung pada peneliti jika ada kesulitan menjawab pertanyaan. Mohon kuesioner ini dikembalikan kepada peneliti setelah jawaban terisi semua.

1. Nama Responden : Nomor :

2. Umur : ( tahun)

3. Jenis Kelamin : ( ) Perempuan ( ) Laki-laki

4. Pendidikan : ( ) Tidak Sekolah ( ) SMA / SMU terakhir ( ) SD ( ) Akademik / Perguruan Tinggi

( ) SMP / SLTP

5. Pekerjaan Terakhir : ( ) Tidak Bekerja ( ) Pegawai Swasta ( ) Buruh ( ) Pegawai Negeri

( ) Pedagang

6. Apakah sumber informasi yang Anda dapatkan untuk mengetahui penyakit yang Anda derita : ( ) Tidak mudah ( ) Mudah

Page 103: Skrip Si

Lampiran 4

LEMBAR KUESIONER B

PENGETAHUAN LANSIA TENTANG PENYAKIT RHEUMATOID ARHTRITIS (

REMATIK )

Tujuan Penelitian : Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan lansia tentang penyakit Rheumatoid Arthritis (Rematik).

Petunjuk Pengisian :

Pertanyaan berikut ini adalah mengenai pengetahuan Anda tentang Rheumatoid Arthritis (Rematik).

Beri tanda silang ( X ) pada setiap jawaban yang Anda anggap benar. Jika Anda ingin memperbaiki jawaban, beri tanda (=) pada jawaban yang salah kemudian

beri tanda silang ( X ) untuk jawaban yang benar. Tanyakan lansung pada peneliti jika ada kesulitan menjawab pertanyaan.

Pertanyaan

1. Penyakit Rheumatoid Arthritis ( Rematik ) merupakan .......... a. Penyakit peradangan kronik pada sendi dan tulang c. Tidak tahu b. Penyakit peradangan kronik pada jantung

2. Pernyataan YANG BENAR tentang Rematik di bawah ini .......... a. Penyakit yang biasa saja c. Tidak tahu b. Penyakit yang menimbulkan komplikasi

3. Menurut Anda di bawah ini faktor-faktor seseorang terkena Rematik .......... a. Bawaan/ saat dalam kandungan (Kongenital) c. Tidak tahu b. Infeksi (Bakteri, Virus)

4. Keluhan yang dirasakan bila terkena Rematik adalah .......... a. Sendi terasa nyeri, kaku dan bengkak c. Tidak tahu b. Pusing, mual, dan muntah

Page 104: Skrip Si

5. YANG BUKAN Tanda-tanda seseorang di katakan Rematik adalah ............ a. Sendi kaku di pagi hari c. Tidak tahu b. Demam di malam hari

6. Rematik dapat mengakibatkan ............ a. Tulang keropos c. Tidak tahu b. Diabates/ penyakit gula

7. Kekakuan sendi biasanya muncul saat ........ a. Pagi hari yang berlansung lebih dari 30 menit c. Tidak tahu b. Sore hari yang berlansung lebih dari 30 menit

8. Cara untuk mengurangi rasa nyeri pada Rematik dengan .......... a. Menggerakan sendi seperti biasa c. Tidak tahu b. Menggosok dan mengkompres dengan es

9. Cara untuk mengurangi bengkak dan kaku pada Rematik dengan .......... a. Istirahat c. Tidak tahu b. Beraktivitas atau Bekerja seperti biasa

10. Aktivitas yang masih dapat dilakukan secara bertahap setiap hari adalah ........ a. Senam lansia dan berkebun c. Tidak tahu b. Joging dan berlari

11. Waktu olahraga yang BAIK bagi penderita Rematik selama ............ a. 15 menit b. 30 menit c. Tidak tahu

12. Obat yang digunakan untuk Rematik adalah .......... a. Beli obat di warung atau toko obat c. Tidak tahu b. Obat dari dokter atau petugas kesehatan

13. Latihan yang TIDAK BAIK untuk dilakukan adalah ......... a. Latihan beban b. Latihan gerak c. Tidak tahu

14. Minuman di bawah ini yang sebaiknya DIHINDARI adalah .......... a. Minuman bersoda b. Minuman herbal c. Tidak tahu

Page 105: Skrip Si

15. Sumber makanan di bawah ini yang BAIK untuk dkonsumsi adalah .......... a. Jeroan (hati, ginjal) b. Ikan tuna c. Tidak tahu

16. Sumber makanan di bawah ini yang BAIK untuk dikonsumsi adalah ...... a. Seledri b. Buncis c. Tidak tahu

17. Sumber makanan di bawah ini yang sebaiknya DIHINDARI oleh penderita Rematik adalah .......... a. Wortel b. Tomat c. Tidak tahu

18. Sumber makanan di bawah ini yang sebaiknya DIHINDARI oleh penderita Rematik adalah .......... a. Bawang putih b. Kacang tanah c. Tidak tahu

Page 106: Skrip Si

Reliability

Case Processing Summary

N %

Valid 30 100.0

Excluded(a)

0 .0

Cases

Total 30 100.0

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items

.673 20

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if

Item Deleted

pengertian AR 10.47 9.016 .316 .657

pernytaan benar tntng RA 1

11.00 8.345 .390 .644

pernytaan benar tntng RA 2

11.23 9.702 -.062 .688

Page 107: Skrip Si

penybb RA 11.20 9.545 .000 .685

faktor2 terkena RA 11.23 9.013 .268 .660

keluhan dari RA 10.47 8.464 .637 .631

bukan tnd2 RA 10.80 8.510 .314 .653

akibat dr RA 10.77 8.806 .215 .666

kaku sendi muncul saat

10.97 8.309 .394 .643

cara mengurangi nyeri 10.80 9.131 .100 .681

cara mengurangi bengkak&kaku

10.43 9.082 .355 .656

aktvts yg msh dpt dilakukan

10.43 9.426 .127 .671

wktu olahraga yg baik 10.80 8.855 .193 .669

obat yg digunakan 10.43 9.013 .401 .653

latihan yg baik dilakukn

10.67 8.782 .250 .661

minuman yg hrs dihindari

10.73 8.685 .264 .660

smbr mknn yg baik 10.53 9.085 .201 .666

smbr mknn yg baik 11.13 8.947 .216 .665

smbr mknn yg dihindari

11.10 8.921 .210 .666

smbr mknn yg dihindari

10.77 8.254 .414 .640

Reliability

Page 108: Skrip Si

Case Processing Summary

N %

Valid 30 100.0

Excluded(a)

0 .0

Cases

Total 30 100.0

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items

.688 19

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if

Item Deleted

pengertian AR 10.33 8.989 .339 .672

pernytaan benar tntng RA 1

10.87 8.326 .401 .660

penybb RA 11.07 9.582 -.010 .701

Page 109: Skrip Si

faktor2 terkena RA 11.10 8.990 .286 .675

keluhan dari RA 10.33 8.506 .620 .650

bukan tnd2 RA 10.67 8.644 .271 .676

akibat dr RA 10.63 8.792 .224 .682

kaku sendi muncul saat

10.83 8.282 .409 .659

cara mengurangi nyeri 10.67 9.126 .106 .696

cara mengurangi bengkak&kaku

10.30 9.114 .342 .674

aktvts yg msh dpt dilakukan

10.30 9.459 .115 .688

wktu olahraga yg baik 10.67 8.851 .199 .685

obat yg digunakan 10.30 9.045 .389 .671

latihan yg baik dilakukn

10.53 8.809 .244 .679

minuman yg hrs dihindari

10.60 8.662 .277 .675

smbr mknn yg baik 10.40 9.007 .242 .679

smbr mknn yg baik 11.00 8.897 .242 .679

smbr mknn yg dihindari

10.97 8.930 .212 .682

smbr mknn yg dihindari

10.63 8.309 .399 .660

Page 110: Skrip Si

Reliability

Case Processing Summary

N %

Valid 30 100.0

Excluded(a)

0 .0

Cases

Total 30 100.0

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items

.701 18

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if

Item Deleted

pengertian AR 10.17 8.902 .322 .688

pernytaan benar tntng 10.70 8.217 .400 .675

Page 111: Skrip Si

RA 1

faktor2 terkena RA 10.93 8.892 .276 .690

keluhan dari RA 10.17 8.420 .604 .666

bukan tnd2 RA 10.50 8.466 .294 .688

akibat dr RA 10.47 8.602 .250 .694

kaku sendi muncul saat

10.67 8.230 .386 .677

cara mengurangi nyeri 10.50 9.017 .103 .711

cara mengurangi bengkak&kaku

10.13 9.016 .329 .689

aktvts yg msh dpt dilakukan

10.13 9.361 .101 .703

wktu olahraga yg baik 10.50 8.741 .197 .700

obat yg digunakan 10.13 8.947 .376 .686

latihan yg baik dilakukn

10.37 8.723 .233 .695

minuman yg hrs dihindari

10.43 8.461 .309 .686

smbr mknn yg baik 10.23 8.806 .281 .690

smbr mknn yg baik 10.83 8.764 .248 .693

smbr mknn yg dihindari

10.80 8.786 .222 .696

smbr mknn yg dihindari

10.47 8.189 .401 .675

Page 112: Skrip Si

Frequencies

Statistics

pngthuan

Valid 100 N

Missing

0

pngthuan

Frequenc

y Percent Valid

Percent Cumulative

Percent

0 1 1.0 1.0 1.0

1 1 1.0 1.0 2.0

2 3 3.0 3.0 5.0

3 5 5.0 5.0 10.0

4 10 10.0 10.0 20.0

5 4 4.0 4.0 24.0

6 6 6.0 6.0 30.0

7 7 7.0 7.0 37.0

8 13 13.0 13.0 50.0

9 10 10.0 10.0 60.0

10 12 12.0 12.0 72.0

11 8 8.0 8.0 80.0

Valid

12 6 6.0 6.0 86.0

Page 113: Skrip Si

13 7 7.0 7.0 93.0

14 5 5.0 5.0 98.0

15 2 2.0 2.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Frequencies

Statistics

tngkt

pngthuan pkrjn Jk pnddkn umur lansia infrmsi

Valid 100 100 100 100 100 100 N

Missing

0 0 0 0 0 0

Frequency Table

tngkt pngthuan

Frequenc

y Percent Valid

Percent Cumulative

Percent

Rndh 60 60.0 60.0 60.0

Sdng 33 33.0 33.0 93.0

Tnggi

7 7.0 7.0 100.0

Valid

Total 100 100.0 100.0

Page 114: Skrip Si

Frequencies

Statistics

Pengertian

Valid 100 N

Missing

0

Pengertian

Frequenc

y Percent Valid

Percent Cumulative

Percent

0 16 16.0 16.0 16.0

1 71 71.0 71.0 87.0

2 13 13.0 13.0 100.0

Valid

Total 100 100.0 100.0

Frequency Table

pngrtian RA

Frequenc

y Percent Valid

Percent Cumulative

Percent

salah 17 17.0 17.0 17.0

benar 83 83.0 83.0 100.0

Valid

Total 100 100.0 100.0

Page 115: Skrip Si

tntng RA

Frequenc

y Percent Valid

Percent Cumulative

Percent

salah 86 86.0 86.0 86.0

benar 14 14.0 14.0 100.0

Valid

Total 100 100.0 100.0

Frequencies

Statistics

Penyebab RA

Valid 100 N

Missing

0

faktor2 RA

Frequenc

y Percent Valid

Percent Cumulative

Percent

salah 84 84.0 84.0 84.0

benar 16 16.0 16.0 100.0

Valid

Total 100 100.0 100.0

Page 116: Skrip Si

Frequencies

Statistics

Tanda dan Gejala RA

Valid 100 N

Missing

0

TndGjl

Frequenc

y Percent Valid

Percent Cumulative

Percent

0 7 7.0 7.0 7.0

1 27 27.0 27.0 34.0

2 34 34.0 34.0 68.0

3 30 30.0 30.0 98.0

4 2 2.0 2.0 100.0

Valid

Total 100 100.0 100.0

Frequencies

Statistics

TndGjl

keluhan

RA bkn tnd2

RA akibat

RA

kaku sendi muncul

saat

N Valid 100 100 100 100

Page 117: Skrip Si

Missing

0 0 0 0

Frequency Table

keluhan RA

Frequenc

y Percent Valid

Percent Cumulative

Percent

salah 11 11.0 11.0 11.0

benar 89 89.0 89.0 100.0

Valid

Total 100 100.0 100.0

bkn tnd2 RA

Frequenc

y Percent Valid

Percent Cumulative

Percent

salah 56 56.0 56.0 56.0

benar 44 44.0 44.0 100.0

Valid

Total 100 100.0 100.0

akibat RA

Frequenc

y Percent Valid

Percent Cumulative

Percent

salah 62 62.0 62.0 62.0

benar 38 38.0 38.0 100.0

Valid

Total 100 100.0 100.0

Page 118: Skrip Si

kaku sendi muncul saat

Frequenc

y Percent Valid

Percent Cumulative

Percent

salah 78 78.0 78.0 78.0

benar 22 22.0 22.0 100.0

Valid

Total 100 100.0 100.0

Frequencies

Statistics

Penalataksanaan RA

Valid 100 N

Missing

0

Pntlksnan

Frequenc

y Percent Valid

Percent Cumulative

Percent

0 4 4.0 4.0 4.0

1 5 5.0 5.0 9.0

2 9 9.0 9.0 18.0

3 6 6.0 6.0 24.0

4 12 12.0 12.0 36.0

Valid

5 15 15.0 15.0 51.0

Page 119: Skrip Si

6 15 15.0 15.0 66.0

7 15 15.0 15.0 81.0

8 7 7.0 7.0 88.0

9 10 10.0 10.0 98.0

10 1 1.0 1.0 99.0

11 1 1.0 1.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Frequencies

Statistics

cr mengurangi nyeri

cr mengurangi

bengkak

aktivitas yg dpt

dilakukn

waktu olhrg

yg baik

obat

RA

latihn yg tdk baik

minumn yg

dihindari

smbr mknn yg baik

1

smbr mknn yg baik

2

smbr mknn

yg dihindari 1

smbr mknn

yg dihindari 2

N Valid 100 100 100 100

100

100 100 100 100 100 100

Missing

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Frequency Table

cr mengurangi nyeri

Frequenc

y Percent Valid

Percent Cumulative

Percent

salah 28 28.0 28.0 28.0Valid

benar 72 72.0 72.0 100.0

Page 120: Skrip Si

Total 100 100.0 100.0

cr mengurangi bengkak

Frequenc

y Percent Valid

Percent Cumulative

Percent

salah 40 40.0 40.0 40.0

benar 60 60.0 60.0 100.0

Valid

Total 100 100.0 100.0

aktivitas yg dpt dilakukn

Frequenc

y Percent Valid

Percent Cumulative

Percent

salah 40 40.0 40.0 40.0

benar 60 60.0 60.0 100.0

Valid

Total 100 100.0 100.0

waktu olhrg yg baik

Frequenc

y Percent Valid

Percent Cumulative

Percent

salah 66 66.0 66.0 66.0

benar 34 34.0 34.0 100.0

Valid

Total 100 100.0 100.0

Page 121: Skrip Si

obat RA

Frequenc

y Percent Valid

Percent Cumulative

Percent

salah 33 33.0 33.0 33.0

benar 67 67.0 67.0 100.0

Valid

Total 100 100.0 100.0

latihn yg tdk baik

Frequenc

y Percent Valid

Percent Cumulative

Percent

salah 55 55.0 55.0 55.0

benar 45 45.0 45.0 100.0

Valid

Total 100 100.0 100.0

minuman yg dihindari

Frequenc

y Percent Valid

Percent Cumulative

Percent

salah 69 69.0 69.0 69.0

benar 31 31.0 31.0 100.0

Valid

Total 100 100.0 100.0

smbr mknn yg baik 1

Frequenc

y Percent Valid

Percent Cumulative

Percent

Page 122: Skrip Si

salah 30 30.0 30.0 30.0

benar 70 70.0 70.0 100.0

Valid

Total 100 100.0 100.0

smbr mknn yg baik 2

Frequenc

y Percent Valid

Percent Cumulative

Percent

salah 69 69.0 69.0 69.0

benar 31 31.0 31.0 100.0

Valid

Total 100 100.0 100.0

smbr mknn yg dihindari 1

Frequenc

y Percent Valid

Percent Cumulative

Percent

salah 79 79.0 79.0 79.0

benar 21 21.0 21.0 100.0

Valid

Total 100 100.0 100.0

smbr mknn yg dihindari 2

Frequenc

y Percent Valid

Percent Cumulative

Percent

salah 65 65.0 65.0 65.0

benar 35 35.0 35.0 100.0

Valid

Total 100 100.0 100.0

Page 123: Skrip Si

DATA DEMOGRAFI RESPONDEN

umur lansia

Frequenc

y Percent Valid

Percent Cumulative

Percent

60-74 55 55.0 55.0 55.0

75-90 41 41.0 41.0 96.0

>90 4 4.0 4.0 100.0

Valid

Total 100 100.0 100.0

jk

Frequenc

y Percent Valid

Percent Cumulative

Percent

Perempuan

71 71.0 71.0 71.0

laki-laki 29 29.0 29.0 100.0

Valid

Total 100 100.0 100.0

pnddkn

Frequenc

y Percent Valid

Percent Cumulative

Percent

tdk sekolah

34 34.0 34.0 34.0

SD 38 38.0 38.0 72.0

SMP 20 20.0 20.0 92.0

Valid

SMA 7 7.0 7.0 99.0

Page 124: Skrip Si

D3/PT 1 1.0 1.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

pkrjn

Frequenc

y Percent Valid

Percent Cumulative

Percent

tdk kerja

34 34.0 34.0 34.0

kerja 66 66.0 66.0 100.0

Valid

Total 100 100.0 100.0

infrmsi

Frequenc

y Percent Valid

Percent Cumulative

Percent

tdk mudah

81 81.0 81.0 81.0

mudah 19 19.0 19.0 100.0

Valid

Total 100 100.0 100.0