Skrip Si

131
PENINGKATAN PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI METODE BERCERITA DI TAMAN KANAK-KANAK CITRA PIRANDU ANDURING KABUPATEN PADANG PARIAMAN SKRIPSI untuk memenuhi sebahagian persyaratan memperoleh gelar sarjana pendidikan Oleh: RAHMI DARWITA 57428/2010 JURUSAN PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2012

Transcript of Skrip Si

PENINGKATAN PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK

MELALUI METODE BERCERITA DI TAMAN KANAK-KANAK

CITRA PIRANDU ANDURING KABUPATEN

PADANG PARIAMAN

SKRIPSI

untuk memenuhi sebahagian persyaratan

memperoleh gelar sarjana pendidikan

Oleh:

RAHMI DARWITA 57428/2010

JURUSAN PENDIDIKAN GURU –PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2012

i

PERSETUJUAN PEMBIMBING

SKRIPSI

Judul : Peningkatan Perkembangan Sosial Emosional Anak melalui

Metode Bercerita di Taman Kanak-Kanak Citra Pirandu

Anduring Kabupaten Padang Pariaman

Nama : Rahmi Darwita

Nim : 2010/57428

Jurusan : SI PG-PAUD

Fakultas : Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang

Padang, Mei 2012

Disetujui oleh

Dosen Pembimbing I

Dr Hj Rakimahwati,M.Pd.

NIP.195803051980032003

Dosen Pembimbing II

Rismareni Pransiska, M.Pd.

NIP.198201282008122003

Diketahui oleh

Ketua Jurusan PG-PAUD

Dra. Hj. Yulsyofriend, M.Pd.

NIP. 19620730 198803 2 002

ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI

Dinyatakan lulus setelah dipertahankan di depan Tim Penguji

Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang

PENINGKATAN PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK

MELALUI METODE BERCERITA DI TAMAN KANAK-KANAK

CITRA PIRANDU ANDURING KABUPATEN

PADANG PARIAMAN

Nama : Rahmi Darwita

NIM : 2010/57428

Jurusan : Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Fakultas : Ilmu Pendidikan

Padang Mei 2012

Tim Penguji

Nama Tanda Tangan

1. Ketua : Dr.Hj.Rakimahwati, M.Pd 1. …………………..

2. Sektretaris : Rismareni Pransiska, M.Pd 2. …………………..

3. Anggota : Dra.Hj.Yulsyofriend, M.Pd 3. …………………..

4. Anggota : Dra.Dahliarti, M.Pd 4. …………………..

5. Anggota : Dra.Rivda Yetti, M.Pd 5. …………………..

iii

PERSEMBAHAN

Ya Allah berikanlah aku ilmu yang bermanfaat, agar selalu mensyukuri

nikmat-Mu

Ya Allah Engkau anugrahkan kepadaku dan kepada keluarga besarku

Untuk mengerjakan amanah dan amal sholeh yang engkau redhoi

Masukkanlah aku dengan Rahmat-Mu

Kedalam golongan hamba-hamba-Mu yang sholeh (QS.An-Nahl: 19)

Ya Allah kayakanlah aku dengan ilmu

Hiasilah diriku dengan sifat lemah lembut

Muliakanlah diriku dengan cahaya-Mu

Hari ini ujung pundakku telah ku lalui

Secercah rasa telah kuraih

Ini bukan akhir dari suatu perjalananku

Tapi awal perjuanganku

Terima kasih Ya Allah Engkau beri aku kesempatan

Untuk meraih hasrat hatiku walaupun penuh rintangan dan cobaan

Ku yakinkan hatiku, ku pasangkan niatku

Tuk menggapai beribu asa yang tersimpan di kalbu

Ya Allah berikanlah aku kesempatan ntuk membahagiakan

Keluaga besarku,suami dan anak-anakku tercinta

sebagai bukti pengabdiannku

Redhai dan berkhati langkahku ini Ya Allah

Ya Rabbal Alamin...............

iv

v

ABSTRAK

Rahmi Darwita. 2012.57428. Peningkatan Perkembangan Sosial Emosional

Anak melalui Metode Bercerita di TK Citra Pirandu Anduring Kayu Tanam

Kabupaten Padang Pariaman. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Padang.

Perkembangan sosial emosional adalah kemampuan anak untuk mampu

beradaptasi dengan lingkungannya dan mampu mengendalikan emosi secara

wajar.Perkembangan seperti menyesuaikan diri dengan teman, membentuk

konsep diri yang baik, mau bekerjasama, sabar dalam menyelesaikan tugas dan

memiliki emosi yang wajar masih belum berkembang baik pada diri anak di TK

Citra Pirandu Anduring Kayu Tanam. Untuk itu peneliti sebagai guru memberikan

stimulasi dengan berbagai metode dan teknik pembelajaran yang bervariasi dan

menyenangkan, sehingga perkembangan tersebut dapat berkembang dengan baik.

Metode bercerita adalah metode yang peneliti gunakan dalam penelitian tindakan

kelas ini, yang bertujuan agar perkembangan sosial emosional anak dapat

berkembang dengan baik.

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas dengan subjek

penelitian kelompok B1 Tk Citra Pirandu Anduring Kecamatan 2x11 kayu

Tanam tahun ajaran 2011/2012 sebanyak 15 orang, terdiri dari 9 anak laki-laki

dan 6 anak perempuan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik

observasi dan dokumentasi. Data yang diperoleh kemudian di analisis dengan

teknik kuantitatif, prosedur penelitian dimulai dari kondisi awal, siklus I dan

siklus II.

Pada kondisi awal sosial emosional anak masih rendah di lihat dari

perilaku anak sehari-hari dan dari cara bertanya jawab dengan anak, setelah

dilakukan penelitian dengan bercerita gambar seri dan buku cerita perkembangan

sosial emosional anak meningkat baik pada siklus I, dan meningkat lagi pada

siklus II dengan penambahan metode bercerita menggunakan boneka dan

bimbingan secara terus menerus melalui pembiasaan kepada anak.

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan

proposal ini dengan judul ”Peningkatan Perkembangan Sosial Emosional Anak

Melalui Metode Bercerita di Taman Kanak-Kanak Citra Pirandu Anduring

Kabupaten Padang Pariaman”. Proposal ini diajukan sebagai salah satu syarat

dalam penyusunan skripsi pada jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia

Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang.

Selama penyusunan proposal ini peneliti banyak mendapatkan dukungan

dari berbagai pihak, dan pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan

terimakasih kepada yang terhormat :

1. Ibu Dr.Hj.Rakimahwati,M.Pd. selaku pembimbing I, yang telah memberikan

bimbingan dan meluangkan waktu dengan penuh kesabaran bagi peneliti

untuk menyelesaikan proposal ini.

2. Ibu Rismareni Pransiska, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II, yang telah

memberikan bimbingan dan meluangkan waktu dengan penuh kesabaran bagi

peneliti untuk menyelesaikan proposal ini.

3. Ibu Dra. Hj. Yulsyofriend, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru

Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Padang.

4. Bapak Prof. Dr. Firman, M.S.Kons. selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Padang yang telah memberikan izin pelaksanaan untuk

menyelesaikan penelitian ini.

vii

5. Bapak-bapak dan ibu-ibu Dosen beserta Staf Tata Usaha Jurusan Pendidikan

Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang.

6. Kepada orang tua, saudara, suami tercinta dan kedua anak peneliti yang ikut

mendukung secara moril dan materil dalam penulisan skripsi ini.

7. Teman seangkatan yang bersama-sama, senasib dan seperjuangan dengan

peneliti.

8. Kepada Bapak UPTD Kecamatan 2X11 Kayutanam selaku Kepala TK Citra

Pirandu yang telah memberi izin peneliti untuk melakukan penelitian ini.

9. Kepada teman sekolaborasi (Armawati) dengan peneliti yang akan ikut

membantu lancarnya jalan penelitian ini.

Peneliti menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan.

Untuk itu dengan segala kerendahan hati peneliti mengharapkan kritik dan saran

dari pembaca untuk kesempurnaan proposal ini. Peneliti berharap semoga tulisan

ini bermanfaat bagi kita semua.

Padang, Mei 2012

Peneliti

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ....................................................... i

PENGESAHAN TIM PENGUJI ......................................................................... ii

PERSEMBAHAN ................................................................................................. iii

SURAT PERNYATAAN ..................................................................................... iv

ABSTRAK ............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ................................................................................................. x

DAFTAR GRAFIK .............................................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................................... 4

C. Pembatasan Masalah .............................................................................. 4

D. Rumusan Masalah .................................................................................. 5

E. Rancangan Pemecahan Masalah ............................................................ 5

F. Tujuan Penelitian ................................................................................... 5

G. Manfaat Penelitian ................................................................................. 6

H. Definisi Operasional............................................................................... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori ....................................................................................... 8

1. Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini ............................................... 8

2. Pengertian Anak Usia Dini ............................................................. 9

3. Kegiatan Pengembangan Melalui Pembentukan Perilaku ............ 13

4. Perkembangan Sosial .................................................................... 14

a. Pengertian ................................................................................ 14

b. Proses Perkembangan Sosial ................................................... 15

5. Perkembangan Emosi .................................................................... 17

a. Pengertian Emosi .................................................................... 17

b. Fungsi Emosi ............................................................................ 17

c. Jenis-Jenis Emosi .................................................................... 19

d. Tugas-Tugas Perkembangan Emosi ........................................ 21

6. Perkembangan Sosial-Emosional ................................................... 22

7. Bercerita ........................................................................................ 24

a. Pengertian Metode Bercerita .................................................... 24

b. Manfaat Metode Bercerita ....................................................... 26

c. Teknik-Teknik Bercerita .......................................................... 28

ix

B. Penelitian Yang Relevan ...................................................................... 30

C. Kerangka Konseptual ........................................................................... 31

D. Hipotesis Tindakan............................................................................... 32

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 33

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................. 34

C. Subjek Penelitian ................................................................................... 34

D. Prosedur Penelitian ................................................................................ 34

1. Kondisi Awal ................................................................................... 36

2. Siklus I ............................................................................................. 37

3. Siklus II ........................................................................................... 42

E. Instrumentasi ......................................................................................... 48

F. Analisis Data ......................................................................................... 50

G. Indikator Keberhasilan .......................................................................... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data ....................................................................................... 52

1. Kondisi Awal .................................................................................. 52

2. Deskripsi Siklus I ........................................................................... 54

3. Deskripsi Siklus II........................................................................... 71

B. Analisis Data ......................................................................................... 86

C. Pembahasan ........................................................................................... 95

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................ 98

B. Implikasi ................................................................................................ 98

C. Saran ...................................................................................................... 99

DAFTAR PUSTAKA

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Hasil Observasi Perkembangan Sosial Emosional Anak Pada Kondisi

Awal (Sebelum Tindakan) ...................................................................

52

Tabel 1.2 Hasil Observasi Perkembangan Sosial Emosional Anak Melalui

Metode Bercerita Pada Siklus I (Setelah Tindakan) Pertemuan

Pertama .................................................................................................

57

Tabel 1.3 Hasil Observasi Perkembangan Sosial Emosional Anak Melalui

Metode Bercerita Pada Siklus I (Setelah Tindakan) Pertemuan Kedua

61

Tabel 1.4 Hasil Observasi Perkembangan Sosial Emosional Anak Melalui

Metode Bercerita Pada Siklus I (Setelah Tindakan) Pertemuan Ketiga

65

Tabel 1.5 Rekapitulasi Hasil Observasi Perkembangan Sosial Emosional Anak

Melalui Metode Bercerita Pada Siklus I (Setelah Tindakan)

Pertemuan Satu,Dua,Tiga ....................................................................

68

Tabel 2.1 Hasil Observasi Perkembangan Sosial Emosional Anak Melalui

Metode Bercerita Pada Siklus II (Setelah Tindakan) Pertemuan

Pertama .................................................................................................

74

Tabel 2.2 Hasil Observasi Perkembangan Sosial Emosional Anak Melalui

Metode Bercerita Pada Siklus II (Setelah Tindakan) Pertemuan

Kedua ....................................................................................................

78

Tabel 2.3 Hasil Observasi Perkembangan Sosial Emosional Anak Melalui

Metode Bercerita Pada Siklus II (Setelah Tindakan) Pertemuan

Ketiga ...................................................................................................

82

Tabel 2.4 Rekapitulasi Hasil Observasi Perkembangan Sosial Emosional Anak

Melalui Metode Bercerita Pada Siklus II (Setelah Tindakan)

Pertemuan Pertama, Kedua, Ketiga ......................................................

84

Tabel 3.1 Persentase Perkembangan Sosial Emosional Anak dengan Metode

Bercerita ..............................................................................................

87

Tabel 3.2 Peningkatan Perkembangan Sosial Emosional Anak melalui Metode

Bercerita (Kategori Amat Baik)

88

Tabel 3.3 Peningkatan Perkembangan Sosial Emosional Anak melalui Metode

Bercerita (Kategori Baik)

90

Tabel 3.4 Peningkatan Perkembangan Sosial Emosional Anak melalui Metode

Bercerita (Kategori Cukup)

91

Tabel 3.5 Peningkatan Perkembangan Sosial Emosional Anak melalui Metode

Bercerita (Kategori Rendah)

93

xi

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 1.1 Hasil Observasi Perkembangan Sosial Emosional Anak Pada Kondisi

Awal (Sebelum Tindakan) ....................................................................

53

Grafik 1.2 Hasil Observasi Perkembangan Sosial Emosional Anak Melalui

Metode Bercerita Pada Siklus I (Setelah Tindakan) Pertemuan

Pertama .................................................................................................

58

Grafik 1.3 Hasil Observasi Perkembangan Sosial Emosional Anak Melalui

Metode Bercerita Pada Siklus I (Setelah Tindakan) Pertemuan Kedua

62

Grafik 1.4 Hasil Observasi Perkembangan Sosial Emosional Anak Melalui

Metode Bercerita Pada Siklus I (Setelah Tindakan) Pertemuan Ketiga

65

Grafik 1.5 Rekapitulasi Hasil Observasi Perkembangan Sosial Emosional Anak

Melalui Metode Bercerita Pada Siklus I (Setelah Tindakan)

Pertemuan Pertama, Kedua, Ketiga ......................................................

69

Grafik 2.1 Hasil Observasi Perkembangan Sosial Emosional Anak Melalui

Metode Bercerita Pada Siklus II (Setelah Tindakan) Pertemuan

Pertama .................................................................................................

75

Grafik 2.2 Hasil Observasi Perkembangan Sosial Emosional Anak Melalui

Metode Bercerita Pada Siklus II (Setelah Tindakan) Pertemuan

Kedua ....................................................................................................

79

Grafik 2.3 Hasil Observasi Perkembangan Sosial Emosional Anak Melalui

Metode Bercerita Pada Siklus I (Setelah Tindakan) Pertemuan Ketiga

82

Grafik 2.4 Rekapitulasi Hasil Observasi Perkembangan Sosial Emosional Anak

Melalui Metode Bercerita Pada Siklus II (Setelah Tindakan)

Pertemuan Pertama, Kedua, Ketiga ......................................................

85

Grafik 3.1 Persentase Perkembangan Sosial Emosional Anak dengan Metode

Bercerita ..............................................................................................

87

Grafik 3.2 Peningkatan Perkembangan Sosial Emosional Anak melalui Metode

Bercerita (Kategori Amat Baik)

89

Grafik 3.3 Peningkatan Perkembangan Sosial Emosional Anak melalui Metode

Bercerita (Kategori Baik)

90

Grafik 3.4 Peningkatan Perkembangan Sosial Emosional Anak melalui Metode

Bercerita (Kategori Cukup)

92

Grafik 3.5 Peningkatan Perkembangan Sosial Emosional Anak melalui Metode

Bercerita (Kategori Rendah)

93

Grafik 3.6 Persentase Perkembangan Sosial Emosional Anak dengan Metode

Bercerita ..............................................................................................

94

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Daftar Lampiran

1. Rencana Kegiatan Harian Siklus I Pertemuan Pertama ........................... 1

2. Rencana Kegiatan Harian Siklus I Pertemuan Kedua .............................. 2

3. Rencana Kegiatan Harian Siklus I Pertemuan Ketiga .............................. 3

4. Rencana Kegiatan Harian Siklus II Pertemuan Pertama .......................... 4

5. Rencana Kegiatan Harian Siklus II Pertemuan Kedua ............................. 5

6. Rencana Kegiatan Harian Siklus II Pertemuan Ketiga ............................ 6

7 Foto Observasi Kegiatan Berlangsung Pada Siklus I dan II .................. O 7-14

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan anak usia dini (PAUD) dalam Undang-Undang RI No. 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 28 butir 3 yang

berbunyi "Pendidikan anak usia dini pada jalur formal, berbentuk Taman

Kanak-kanak (TK) Raudhatul Atfhal (RA) atau bentuk lain yang sederajat.

Masa Usia Dini merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan

anak karena di masa ini akan dimulainya masa peka, yaitu masa terjadinya

pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespons stimulasi

yang diberikan oleh lingkungan. Untuk meningkatkan kemampuan yang ada

pada anak, dilakukan bentuk kegiatan bermain sambil belajar, belajar seraya

bermain. Dengan bermain, anak memiliki kesempatan untuk bereksplorasi,

menemukan, mengekpresikan perasaan, berekreasi dan belajar secara

menyenangkan. Selain dari itu, bermain membantu anak untuk mengenal diri,

orang lain dan mengenal lingkungan sekitar.

Anak usia dini membutuhkan lingkungan dan orang lain untuk

meningkatkan kemampuan atau potensi yang ada dalam dirinya. Oleh karena

itu, tanggung jawab seorang guru TK untuk mengetahui kelebihan dan

kekurangan yang ada pada anak. Pada dasarnya, anak berbeda satu dengan

lainnya karena anak memiliki sifat yang unik atau berbeda satu dengan yang

lainnya, walaupun kembar sekalipun pasti ada perbedaannya.

2

Untuk meningkatkan mutu pendidikan anak usia dini diperlukan

adanya guru yang profesional yang mampu melaksanakan tujuan

pembelajaran karena guru merupakan komponen utama yang menjadi

penggerak dari inovasi pendidikan. Sebagai seorang pendidik harus

memahami inti dari setiap pengetahuan yang akan diberikan pada anak, pada

usia dini sebagai seorang pendidik harus memberikan dasar-dasar ilmu

pengetahuan yang bermanfaat untuk perkembangan diri anak kelak, seorang

anak yang akan hidup di tengah-tengah masyarakat. Beberapa hal yang perlu

diperhatikan adalah anak mau bermain dengan temannya, mau berbagi

dengan teman, sabar menunggu giliran, dapat mengendalikan emosi secara

wajar, tidak berteriak dan suka menolong, kemampuan ini yang seharusnya

berkembang pada sosial emosional anak.

Perkembangan, seperti belajar menyesuaikan diri dengan teman,

membentuk konsep diri yang baik, pada masa ini seorang anak tidak saja

membutuhkan bimbingan dari orang tua tetapi juga guru, tokoh-tokoh

masyarakat lainnya dan teman. Upaya perkembangan ini harus dilakukan

melalui kegiatan bermain sambil belajar, belajar seraya bermain, dengan

bermain anak memiliki kesempatan untuk bereksplorasi menemukan,

mengekspresikan perasaan, berkreasi, belajar secara menyenangkan sehingga

pembelajaran menjadi bermakna bagi anak.

Anak sebelum masuk ke TK mempunyai latar belakang yang berbeda

dan pola lingkungan yang berbeda pula, sehingga beranekaragam pula

tingkah laku mereka sampai di TK, ada yang sudah langsung bisa bergaul,

3

ada yang masih takut ditinggal mamanya di TK dan ada pula tidak mau

menuruti aturan di sekolah. Untuk membentuk perilaku anak TK ke arah yang

lebih baik perlu kreativitas guru dalam mengembangkan teknik pembelajaran.

Aspek perkembangan sosial, emosional dan kemandirian

dimaksudkan sebagai wahana untuk membina anak agar dapat mengendalikan

emosinya secara wajar dan dapat berinteraksi dengan sesamanya maupun

dengan orang dewasa dengan baik, serta dapat menolong dirinya sendiri

dalam rangka kecakapan hidup.

Berdasarkan pengamatan peneliti, masih banyaknya murid TK Citra

Pirandu Anduring khususnya kelompok B2 yang masih belum mau bermain

bersama dengan temannya, tidak mau berbagi dengan teman, masih suka

berteriak dalam belajar dan belum sabar dalam melakukan tugas yang

diberikan, guru kurang mampu memperdengarkan cerita yang dapat

mempengaruhi perilaku anak dan situasi ruangan kelas yang masih monoton

pada satu posisi sehingga anak bosan dengan situasi yang itu-itu saja.

Dari fenomena di atas, peneliti tertarik untuk memberikan solusi guna

mengatasi permasalahan tersebut dengan merumuskan penelitian yang

berjudul : “Peningkatan Perkembangan Sosial Emosional Anak melalui

Metode Bercerita di Taman Kanak-Kanak Citra Pirandu”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti mengidentifikasi masalah

sebagai berikut :

1. Anak masih belum mau bermain bersama temannya (masih individual).

4

2. Anak masih suka bersuara keras di dalam kelas.

3. Anak masih belum sabar dalam mengerjakan tugas dan menunggu giliran.

4. Anak masih mudah tersinggung saat bermain dengan temannya.

5. Kurangnya sikap tolong-menolong sesama anak.

C. Pembatasan Masalah

Sesuai dengan identifikasi masalah, maka peneliti membatasi aspek

penelitian yaitu:

1. Anak masih belum mau bermain dan tolong menolong sesama temannya.

2. Anak masih belum sabar dalam menyelesaikan tugas yang diberikan.

3. Anak masih suka bersuara keras dalam kelas.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas,anak masih belum mau bermain

denga temannya, anak belum sabar dalam menyelesaikan tugasnya dan masih

bersuara keras dalam kelas. Rumusan dari permasalahan ini adalah:

“Bagaimanakah metode bercerita dapat meningkatkan perkembangan sosial

emosional anak di TK Citra Pirandu Kayu Tanam?”.

E. Rancangan Pemecahan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah terlihat

kurang terbimbing sosial emosional anak. Untuk pemecahan masalah

tersebut maka melalui metode bercerita dapat meningkatkan perkembangan

sosial emosional anak ke arah yang lebih baik di TK Citra Pirandu Anduring

Kayu Tanam Padang Pariaman.

5

Dalam cerita tersebut akan tergambar contoh sikap saling membantu,

sabar, mau bermain dengan teman dan mengendalikan emosi secara wajar.

Maka melalui metode cerita tersebut akan merespon perkembangan sosial

emosional anak ke arah yang lebih baik.

F. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan yang hendak dicapai

dalam penelitian tindakan kelas ini adalah :

1. Untuk meningkatkan perkembangan sosial emosional anak di TK Citra

Pirandu Anduring Kayu Tanam Kabupaten Padang Pariaman.

2. Melatih perilaku sopan dan tertib melalui pembiasaan.

3. Melatih anak hidup bersosial.

G. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari tujuan penelitian tindakan kelas ini

adalah :

1. Untuk anak didik

a. Menumbuh kembangkan perilaku dan sosial emosional anak dalam

kehidupannya.

b. Supaya anak terbiasa berperilaku baik dan bersosial sejak dini.

c. Meningkatkan imajinasi anak melalui cerita.

2. Untuk guru

a. Meningkatkan kreativitas guru dalam memvariasikan metode

pembelajaran.

6

b. Memberi masukan pada masyarakat untuk dapat mengembangkan

aspek perkembangan yang dimiliki anak dan dapat menjadikan

sumber daya manusia yang berkualitas.

c. Menambah wawasan dan pengetahuan untuk pendidikan anak usia

dini di masa yang akan datang.

H. Definisi Operasional

1. Sosial Emosional

Sosial Emosional adalah sikap perilaku yang mampu hidup

bersama-sama orang lain, tahu aturan bersama, tertib dalam berperilaku,

mampu mengendalikan emosi secara wajar sehingga tugas-tugas

perkembangannya dapat dijalaninya secara wajar dan sesuai dengan

norma-norma yang berlaku.

2. Metode bercerita

Metode bercerita adalah salah satu metode pembelajaran yang

digunakan di Taman Kanak-Kanak untuk merangsang perkembangan

perilaku anak, sosial emosional kemandirian dan merangsang

perkembangan daya pikir daya cipta dan pengetahuan anak terhadap

lingkungan sekitarnya.

3. Bercerita

Definisi bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan

tentang perbuatan atau sesuatu kejadian dan disampaikan secara lisan

dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang

7

lain. Isi cerita berupa pengajaran, ilmu yang dapat merangsang perubahan

perilaku, perubahan sosial emosional ke arah yang lebih baik.

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini

Anak usia dini menurut (NAEYC dalam Aisyah 2008:13) adalah

anak yang berada pada rentang usia 0-8 tahun, yang terangkup dalam

program pendidikan di Taman Pendidikan Anak, penitipan anak pada

keluarga, pendekatan prasekolah baik swasta ataupun Negara, dan SD.

Anak usia dini dipandang memiliki karakteristik yang berbeda

dengan anak usia diatasnya sehingga pendidikan untuk usia tersebut

dipandang perlu untuk dikhususkan. PAUD telah berkembang dengan

pesat dan mendapat perhatian yang luar biasa terutama di Negara-negara

maju karena mengembangkan sumberdaya manusia lebih mudah jika

dilakukan sejak usia dini. Anak-anak adalah generasi penerus bangsa,

merekalah yang kelak membangun bangsa Indonesia menjadi bangsa yang

maju, yang tidak ketinggalan dari bangsa-bangsa lain. Dengan kata lain,

masa depan berharga dan sekaligus merupakan infra struktur bagi

pendidikan selanjutnya.

Menurut Wiekart dalam (Masitoh 2005:13) Pembelajaran yang

berorientasi pada perkembangan mempunyai arti bahwa pendekatan yang

digunakan guru untuk melaksanakan kegiatan belajar dan mengajar adalah

dari segi anak itu sendiri bukan dari sisi pemikiran guru. Ini berarti, guru

TK harus memahami kebutuhan dan karakteristik perkembangan setiap

9

kelompok anak maupun sikap anak secara individu, tujuan-tujuan dan

kegiatan belajar, harus mengintegrasikan seluruh aspek perkembangan

serta menyediakan kemampuan yang tepat bagi anak agar dapat

mengeksplorasi lingkungan.

Setiap anak bersifat unik, anak terlahir dengan potensi yang

berbeda-beda, yang memiliki kelebihan, bakat dan minat sendiri. Adapun

beberapa kajian yang dapat dicermati tentang hakikat anak diantaranya

yang ditemukan oleh Brennder (dalam Masitoh 2008: 14) sebagai berikut :

a. Anak bersifat unik.

b. Anak mengekspresikan perilakunya secara relative spontan.

c. Anak bersifat aktif dan energik.

d. Anak itu egosentris.

e. Anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap

banyak hal.

f. Anak berjiwa petualang.

g. Anak umumnya kaya dengan fantasi.

Sebagai seorang guru pendidikan anak usia dini, kita haruslah

menyadari karakteristik dari anak yang kita bimbing. Bahwa mereka

berbeda satu dengan yang lainnya, maka haruslah diberikan pendekatan

yang sesuai dengan karakter mereka masing-masing. Jika guru sudah

mengerti dengan perbedaan anak didiknya akan terciptalah suasana

pembelajaran yang menyenangkan bagi anak dan anak akan berkembang

sesuai karakter mereka masing-masing.

2. Pengertian Anak Usia Dini

Anak usia dini menurut undang-undang Nomor 20 tahun 2003

tentang sistem pendidikan nasional ialah anak sejak lahir sampai usia

10

enam tahun. Pendidikan anak usia dini mengacu pada pendidikan yang

diberikan kepada anak usia 0-6 tahun atau sampai usia 8 tahun.

Sebenarnya sejak anak masih ada dalam kandungan pendidikan secara

tidak langsung sudah diberikan oleh ibunya antara lain berwujud

pembiasaan, kedisiplinan, kebersihan, keteraturan, kesehatan dan gizi,

ketenangan serta kesabaran. Kecerdasan intelektual anak sudah 80%

berkembang sampai usia 8 tahun.

Sementara itu National Association for the Education of Young

Children (NAEYC) membagi anak usia dini menjadi 0-3 tahun, 3-5 tahun,

dan 6-8 tahun. Dengan demikian pendidikan anak usia dini wajib

diperhatikan, bahkan dihimbau agar program wajib belajar dimulai sejak

usia Taman Kanak-Kanak.

Ketika mendefinisikan jenjang pendidikan (levels of education)

UNESCO dengan persetujuan negara-negara anggotanya menyebut

jenjang pendidikan sebagai International Standard Classification Of

Education (ISCED) dengan 7 klasifikasi perjenjangan mulai dari

prasekolah sampai dengan pendidikan tinggi. Jenjang prasekolah (level 0)

disebut juga sebagai pendidikan usia dini. Pendidikan prasekolah adalah

pendidikan bagi anak usia 3-5 tahun, beberapa negara memulai lebih awal

(2 tahun) dan beberapa negara lain mengakhiri lebih lambat (6 tahun).

Dinyatakan pula bahwa untuk beberapa negara pendididikan anak usia dini

termasuk pendidikan prasekolah maupun pendidikan dasar.

11

Masa-masa pada rentangan usia dini merupakan masa emas dimana

perkembangan fisik, motorik, intelektual, emosional, bahasa dan sosial

berlangsung dengan sangat cepat. Dari lahir sampai kurang lebih dari dua

tahun perkembangan anak sangat berkaitan dengan keadaan fisik dan

kesehatannya. Disini kebutuhan akan perlindungan orang dewasa untuk

memenuhi kebutuhan fisik dan kesehatannya lebih besar daripada masa-

masa sesudahnya, perkembangan kemampuannya terutama untuk

perkembangan motoriknya sangat pesat. Untuk anak usia 3-5 tahun

ditandai dengan usaha untuk mencapai kemandirian dan sosialisasi.

Tahap-tahap ini sangat penting bagi kehidupan selanjutnya. Pada masa

awal-awal kehidupan yang dimulai kira-kira usia 3 tahun anak mulai

mampu untuk menerima keterampilan dan pelajaran sebagai dasar-dasar

pembentukan pengetahuan dan proses berpikir. Pengembangan program

pembelajaran merupakan upaya mengoptimalkan perkembangan anak.

Program pembelajaran mencakup perencanaan, pendekatan, dan strategi

pembelajaran serta penilaian yang disusun secara sistematis. Oleh karena

itu, pengembangan program pembelajaran merupakan salah satu bagian

penting dalam proses pendidikan.

Menurut Soegeng (2005:1.9) Masa perkembangan dapat dibagi

menjadi tiga fase :

a. Fase I: 0-7 tahun yang disebut masa anak kecil, masa bermain. Usia

inilah yang paling tepat untuk membentuk kepribadian anak melalui

bermain, oleh karena itu guru harus mengembangkan permainan yang

12

mengandung norma, nilai, dan kaidah yang berguna bagi anak di

kemudian hari.

b. Fase II: 7-14 tahun yang disebut masa anak, masa belajar dan masa

sekolah rendah. Perkembangan anak pada masa ini perlu menekankan

pada kecerdasan intelektual disamping kecerdasan emosional yang

sudah ditanamkan sejak dini, Kedua kecerdasan ini semuanya penting

sekali untuk dikembangkan supaya menjadi manusia berkepribadian

yang utuh.

c. Fase III: 14-21 tahun yang disebut masa remaja atau masa pubertas.

Pada masa ini anak sudah mulai berpikir rasional dan berpikir abstrak.

Oleh karena itu pendidikan agama sudah dapat diberikan dengan baik,

kegagalan dalam pemantauan pengaruh negatif dari luar akan berakibat

fatal.

Menurut Maria Montesori dalam Santoso (2005:1.10): Masa

perkembangan dibagi menjadi 4:

a. Periode I: Usia 0-7 tahun. Disebut periode penangkapan dan

pengaturan dunia dengan alat indera.

b. Periode II: Usia 7-12 tahun. Disebut periode rencana abstrak.

c. Periode III: Usia 12-18 tahun. Disebut periode penemuan diri

kepekaan rasa sosial.

d. Periode IV: Usia 18 tahun keatas. Disebut periode perguruan

tinggi.

Dari uraian teori di atas, kita dapat mengetahui bahwa anak usia

dini itu adalah anak dari lahir sampai 8 tahun, pada masa itulah

perkembangan anak sangat berpengaruh besar pada otaknya, sampai 80%

perkembangan otak anak berkembang pada masa ini. Kita juga harus tahu

13

bahwa pada usia dini ini anak berkembang melalui bermain, dengan

bermain fungsi-fungsi alat inderanya akan berkembang. Untuk itulah

pembelajaran di TK haruslah dirancang dengan berbagai macam bentuk

permainan, agar alat-alat indera mereka berkembang dengan baik.

3. Kegiatan Pengembangan Melalui Pembentukan Perilaku

Bidang pembentukan perilaku merupakan kegiatan yang dilakukan

secara terus menerus dan ada dalam kehidupan sehari-hari anak, sehingga

menjadi kebiasaan yang baik. Bidang pengembangan ini meliputi lingkup

perkembangan sosial, emosional dan kemandirian.

Dari aspek perkembangan moral dan nilai-nilai agama, diharapkan

akan meningkatkan ketaqwaan anak terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan

membina sikap anak dalam meletakkan dasar agar anak menjadi warga

negara yang baik.

Aspek perkembangan sosial, emosional dan kemandirian

dimaksudkan sebagai wahana untuk membina anak agar dapat

mengendalikan emosinya secara wajar dan dapat berinteraksi dengan

sesamanya maupun dengan orang dewasa dengan baik, serta dapat

menolong dirinya sendiri dalam rangka kecakapan hidup.

Ruang lingkup sosial emosional dan kemandirian adalah :

a. Bersikap kooperatif dengan teman

b. Menunjukkan sikap toleran

c. Mengekspresikan emosi yang sesuai dengan kondisi yang ada (senang,

sedih, antusias, dsb)

14

d. Mengenal tata krama dan sopan santun sesuai dengan nilai sosial

budaya setempat

e. Memahami peraturan dan disiplin

f. Menunjukkan rasa empati

g. Memiliki sikap gigih (tidak mudah menyerah)

h. Bangga terhadap hasil karya sendiri

i. Menghargai keunggulan orang lain

Guru haruslah menyadari bahwa pembelajaran di TK bukan hanya

sekedar mengajarkan kemampuan dasar saja, namun perkembangan moral,

sosial, emosional anak sangat perlu dibimbing sejak dini agar mereka

dapat hidup layak di tengah-tengah masyarakat. Bagaimana anak dapat

bergaul baik dengan teman-temannya, mau saling berbagi, tolong-

menolong dan dapat mengendalikan emosinya secara wajar.

4. Perkembangan Sosial

a. Pengertian

Perkembangan sosial adalah perkembangan perilaku anak

dalam menyesuaikan diri dengan aturan-aturan masyarakat dimana

anak berada. Perkembangan sosial anak merupakan hasil belajar,

bukan hanya sekedar hasil dari kematangan. Perkembangan sosial anak

diperoleh anak melalui kematangan dan kesempatan belajar dari

berbagai respon terhadap dirinya. Ciri sosial pada masa ini adalah

mudah bersosialisasi dengan lingkungannya.

15

Masitoh (2005:2.13) mengemukakan bahwa mulai usia 2

sampai 6 tahun, anak belajar melakukan hubungan sosial dan bergaul

dengan orang-orang di luar lingkungan rumah, terutama dengan anak-

anak yang umurnya sebaya. Mereka belajar menyesuaikan diri dan

bekerjasama dalam kegiatan bermain. Studi lanjutan tentang kelompok

anak melaporkan bahwa sikap dan perilaku sosial yang terbentuk pada

usia dini biasanya menetap dan hanya mengalami perubahan sedikit.

b. Proses Perkembangan sosial

Perkembangan sosial meliputi dua aspek penting yaitu

kompetensi sosial dan tanggung jawab sosial (Koltesnik, dkk 1993).

Kompetensi sosial menggambarkan kemampuan anak untuk

beradaptasi dengan lingkungan sosialnya secara efektif. Misalnya

ketika temannya menginginkan mainan yang sedang ia gunakan ia mau

bergantian. Sedangkan tanggung jawab sosial antara lain ditunjukkan

oleh komitmen anak terhadap tugas-tugasnya, menghargai perbedaan

individual, memperhatikan lingkungannya dan mampu menjalankan

fungsinya sebagai warga negara yang baik. Misalnya anak mau untuk

menyelesaikan tugas menggambarnya. Tentu saja perkembangan sosial

tersebut berjalan secara bertahap.

Thibeut dan Kelley dalam Mohammad (2009:107):

Menerangkan bahwa interaksi sebagai peristiwa saling

mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih

hadir bersama mereka menciptakan suatu hasil satu sama

lain atau berkomunikasi satu sama lain. Jadi dalam setiap

interaksi, tindakan setiap orang bertujuan untuk

mempengaruhi orang lain.

16

Jenis-jenis interaksi adalah:

1) Interaksi verbal yaitu interaksi yang terjadi apabila dua orang atau

lebih melakukan kontak satu sama lain dengan menggunakan alat-

alat artikulasi atau pembicaraan, contoh: bercakap-cakap.

2) Interaksi fisik yaitu interaksi yang dilakukan dengan menggunakan

bahasa tubuh, contoh: ekspresi wajah, posisi tubuh, gerak-gerik

tubuh dan kontak mata.

3) Interaksi emosional yaitu interaksi yang dilakukan melalui curahan

perasaan, contoh: mengeluarkan air mata, sedih, haru atau bahkan

bahagia.

Pada umur lima empat sampai lima tahun anak senang bergaul

dalam kelompok kecil. Menurut Elida (2005:117) bahwa begitu

besarnya pengaruh teman sebaya, sehingga dapat mengubah kebiasaan

anak. Anak mulai melepaskan sifat egosentrisnya. Anak makin

menyadari bahwa anak lain berbeda dengan dirinya dalam berbagai

hal, seperti kemauan, keinginan dan kesenangan. Selain belajar

menghargai teman sebaya atau mengembangkan sifat-sifat sosial,

maka yang amat penting lagi adalah peniruan terhadap teman sebaya.

Taman kanak-kanak (TK) bertanggungjawab dalam pemberian

bimbingan pada anak agar dapat menyesuaikan diri dengan orang lain.

Oleh karena itu sekolah harus berusaha menciptakan interaksi yang

menyenangkan dan mendorong anak-anak mengekspresikan diri

sendiri dalam bentuk pikiran atau ide, ungkapan perasaan dan

17

keterampilan yang menarik sehingga ia disukai oleh teman-temannya.

Selama di TK anak memperoleh pengalaman baru, baik dari guru

maupun teman sebaya. Guru yang profesional selalu memperhatikan

reaksi-reaksi anak terhadap kegagalan, kontrol terhadap berbagai

keinginan dan sifat-sifat yang mendasar dalam berinteraksi dengan

orang lain, khususnya dengan teman sebaya.

5. Perkembangan Emosi

a. Pengertian emosi

Perkembangan emosi berhubungan dengan seluruh aspek

perkembangan anak. Pada tahap ini emosi anak usia dini lebih rinci

atau terdiferensi, anak cenderung mengekspresikan emosinya dengan

bebas dan terbuka. Sikap marah sering mereka perlihatkan dan sering

berebut perhatian guru. Menurut Erikson (dalam Masitoh 2005:10)

perkembangan pada masa 3-6 tahun berada pada tahap ”initiative

versus yuilt”, yaitu...”the child continious to be everfull, with canlead

to guilt feelings”. Pada masa ini anak menjadi lebih asertif dan mampu

berinisiatif, tetapi mungkin terlalu kuat sehingga timbul keinginan

menarik rencananya, hal ini menyebabkan anak merasa bersalah.

b. Fungsi emosi

1) Merupakan bentuk komunikasi sehingga anak dapat menyatakan

segala kebutuhan dan perasaan pada orang lain.

Contoh: anak merasakan sakit atau marah mengekspresikan

emosinya dengan menangis. Menangis merupakan bahasa verbal,

18

emosi tertawa terbahak-bahak dan memeluk ibunya dengan erat

adalah emosi yang bermuatan emosional.

2) Emosi berperan mempengaruhi kepribadian dan penyesuaian diri

anak dengan lingkungan sosial sebagai berikut:

a) Tingkah laku emosi anak yang tampil sumber penilaian

lingkungan sosial pada dirinya, contoh: jika seorang anak

sering mengekspresikan ketidaknyamanannya dengan

menangis, lingkungan sosial menilainya sebagai anak yang

cenggeng. Anak yang lain akan memperolok-olokan,

mengucilkan bisa menjadi over protektif akan mempengaruhi

kepribadian dan penilaian diri anak.

b) Emosi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan melalui

reaksi yang ditampilkan lingkungannya, contoh: tingkah laku

emosional yang dapat diterima lingkungannya. Jika anak

melemparkan mainannya saat marah, reaksi yang muncul dari

lingkungan kurang menyukai atau menolaknya ia akan

memperbaiki dirinya terhadap lingkungannya. Ekspresi emosi

yang diterima lingkungan adalah anak yang empati dan suka

berbagi mainan dengan temannya akan disukai oleh

lingkungannya ia menyukai reaksi lingkungan terhadapnya.

c) Tingkah laku yang ditampilkan berulang dapat menjadi

kebiasaan.Artinya seorang anak yang ramah suka menolong

merasa senang dengan prilakunya dan lingkungan akan

19

menyukainya sehingga menjadi kebiasaan.

d) Ketegangan emosi dapat menghambat dan mengganggu

aktivitas motorik dan mental anak.Seorang anak yang

mengalami stress atau takut mengalami suatu situasi, akan

menghambat aktivitas seorang anak, akan menolak bermain

finger painting mereka akan takut mengotori bajunya dan

dimarahi orang tuanya akhirnya aktivitas finger painting sangat

baik untuk melatih motorik dan indra perabaan.

c. Jenis-jenis Emosi

Menurut Elida (2005:120) jenis-jenis emosi menurut

perkembangan anak adalah:

1. Emosi Cinta

Emosi cinta diarahkan kepada orangtua yang berbeda jenis

kelamin. Keadaan ini disebut peristiwa percintaan dalam keluarga.

Anak laki-laki jatuh cinta kepada ibunya (kompleks oedipus) dan

anak perempuan mencintai ayahnya (kompleks elektra).

Untuk mengatasi tingkahlaku anak seperti ini orang tua

harus melakukan beberapa hal diantaranya; Orang tua yang

menjadi saingan hendaknya tetap memberikan perhatian dan kasih

sayang yang dalam terhadap anaknya. Antara orang tua hendaklah

saling menyayangi, saling menghormati dan saling menonjolkan

kebaikan pihak lain.

20

2. Emosi Takut

Pada masa prasekolah emosi anak yang paling menonjol

adalah emosi takut. Emosi takut muncul kerena diperolehnya

kesadaran tentang dirinya yang berbeda dengan orang lain, benda-

benda serta binatang disekitarnya. Anak menyadari ada orang lain

yang dapat menyakiti dirinya, benda-benda dan binatang yang

membahayakan.

Anak-anak cenderung takut pada objek yang ditakuti

ibunya. Orang tua atau guru tidak mengerti cara mendidik anak,

cenderung menakut-nakuti anak dengan maksud agar anak

menuruti perintah, namun akhirnya anak benar-benar takut

terhadap objek yang sebenarnya perlu dipelihara, seperti : kucing,

cacing, ulat dan sebagainya. Dari uraian diatas dapat dipahami

bahwa emosi takut, muncul karena pengalaman atau dipelajari.

Guru hendaklah menampakkan kasih sayang secara merata, tanpa

pilih kasih sehingga setiap anak merasa aman dan dilindungi.

3. Emosi Cemas

Konflik dalam diri anak merupakan sumber kecemasan

anak prasekolah. Banyak hal-hal yang tidak cocok dengan

kemauan anak yang menimbulkan kecemasan pada dirinya, seperti

aturan-aturan atau norma-norma dan berbagai keharusan lainnya

yang mengikat bagi anak.

21

Kecemasan dapat pula berasal dari hubungan antara anak

dengan orang tua atau guru yang kurang baik. Orang tua dan guru

yang menampakkan tingkah laku kasar seperti menghukum,

mengekang, mencaci, menghina, menuntut anak berbuat sesuatu

diluar kemampuannya dan ketidaktetapan kasih sayang, dapat

menjadi sumber kecemasan (Kessler,1966& Ruebush,1963).

d. Tugas-tugas Perkembangan Emosi

Tugas perkembangan emosional anak berusia 3-6 tahun

diungkapkan dalam buku kelas berpusat pada pada anak:

1) Anak berusia 3 tahun diharapkan dapat:

a) Berbagi mainan, bahan ajar, dan makanan.

b) Mengekpresikan sejumlah emosi melalui tindakan, kata-kata

dan ekspresi wajah.

2) Anak usia 3 tahun, 6 bulan diharapkan dapat:

a) Menunda atau menunggu keinginan selama 5 menit.

b) Menikmati kedekatan sementara dengan salah satuteman dekat.

3) Anak usia 4 tahun diharapkan dapat :

a) Menunjukkan kebanggaan terhadap keberhasilan.

b) Memecahkan masalah dengan teman melalui proses pergantian,

persuasi, dan negosiasi.

4) Anak usia 4 tahun, 6 bulan diharapkan dapat:

a) Menunjukan rasa percaya diri dalam mengerjakan tugas.

b) Menyatakan alasan untuk perasaan orang lain.

22

5) Anak usia 5 tahun diharapkan dapat:

a) Memuji, memberi semangat, atau menolong orang lain.

6) Anak usia 5 tahun, 6 bulan diharapkan dapat:

a) Mencari kemandirian lebih banyak.

b) Menyatakan perasaan positif mengenai keunikan dan

keterampilan.

c) Berteman secara mandiri.

Perkembangan emosional anak tiap usianya berbeda

emosi yang mereka tampilkan, sebagai orangtua dan guru

haruslah mengetahui bahwa anak usia ini dapat diharapkan

sudah mengerti tentang ini, maka perlulah dirangsang dengan

berbagai metode agar apa yang diharapkan berkembang pada

masa itu dapat mereka jalani dengan sebaik-baiknya.

6. Perkembangan Sosial-Emosional

Kompetensi sosial-emosional merupakan hal yang penting untuk

kesejahteraan dan keberhasilan anak, baik di sekolah maupun dalam

kehidupannya secara keseluruhan. Anak yang secara sosial dan emosional

siap untuk sekolah adalah anak yang percaya diri, ramah dan dapat

mengembangkan hubungan baik dengan temannya. Mereka mampu

berkonsentrasi dan bertahan pada tugas-tugas yang menantang, mereka

mampu mengkomunikasikan rasa frustasi, kemarahan dan kesenangannya

secara tepat serta mampu mendengarkan intruksi dan memberi perhatian

terhadap tugas. Anak yang berkembang dengan baik dalam aspek sosial-

23

emosionalnya akan memiliki kualitas diri yang positif.

Anak usia kanak-kanak awal menggambarkan dirinya dengan

karakteristik eksternal, yaitu meliputi tentang ciri-ciri fisiknya, hal yang

disukai, hal-hal yang dimiliki, hal-hal yang dilakukan sehari-hari dan

tentang keluarganya. Selain karakteristik eksternal, pemahaman

karakteristik psikologis juga sudah mulai dapat diamati: sikap emosi

mereka yang menunjukkan kesenangan, marah dan benci. Mereka juga

sudah mulai membuat deskripsi diri berdasarkan perbandingan dengan

orang lain.

Anak usia kanak-kanak awal umumnya cenderung menerima

penilaian orang dewasa yang sering kali memberi umpan balik yang

positif, tidak mengkritik, bahkan terkadang melebih-lebihkan

(Hidayani,dkk.2005), sehingga anak merasa jadi tidak punya kelemahan.

Terdapat perubahan dalam pemahaman diri anak antara usia lima

dan tujuh tahun, yang terjadi dalam dua tahap. Pada tahap pertama berupa

single representation (pernyataan yang dibuat anak merupakan dimensi

yang terpisah-pisah), tahap kedua disebut representational mapping

(hubungan logis yang dibuat antara bagian-bagian dari gambaran dirinya

masih diekspresikannya dalam cara yang sepenuhnya positif dan bersifat

hitam-putih).

Perkembangan sosial emosional anak pada masa kanak-kanak

sudah berbentuk konteks bermain dengan teman sebayanya (Parten dalam

Hidayani, 2005), mengidentifikasi enam kategori perilaku anak di masa

24

kanak-kanak yaitu: Unoccupied Behavior, Solitary Play, Unlooker

Behavior, Paralel Play, Associative Play, Cooperative Play. Lima dari

enam kategori ini terlihat dalam kegiatan bermain, salah satu bentuk

hubungan sosial emosional yang terbentuk pada masa kanak-kanak.

Persahabatan merupakan salah satu bentuk hubungan sosial-

emosional anak, pada masa ini anak menjadikan sahabat sebagai teman

bermain. Dalam bentuk bermainlah anak belajar mengendalikan

emosionalnya dan belajar menghadapi lingkungan sosial yang lebih luas.

7. Bercerita

a. Pengertian Metode Bercerita

Menurut Dhieni dkk (2007:6.6) bercerita adalah suatu kegiatan

yang dilakukan seseorang secara lisan kepada orang lain dengan alat

atau tanpa alat tentang apa yang harus disampaikan dalam bentuk

pesan, informasi atau hanya sebuah dongeng yang dikemas dalam

bentuk cerita yang dapat didengarkan dengan rasa menyenangkan, oleh

karena orang yang bercerita tersebut dapat menyampaikannya dengan

menarik.

Metode bercerita adalah merupakan salah satu strategi

pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar bagi anak

TK. Cerita yang dibawakan guru secara lisan harus menarik dan

mengundang perhatian anak dan tidak lepas dari tujuan pendidikan

anak TK (Moeslicatoen:2005).

25

Pencapaian tujuan pendidikan Taman Kanak-kanak dapat

ditempuh dengan strategi pembelajaran melalui bercerita. Masitoh dkk.

(2005:10.6) mengidentifikasi manfaat cerita bagi anak TK, yaitu

sebagai berikut.

1) Bagi anak TK mendengarkan cerita yang menarik dan dekat

denganlingkungannya merupakan kegiatan yang

mengasyikkan.

2) Guru dapat memanfaatkan kegiatan bercerita untuk

menanamkan nilai-nilai positif pada anak.

3) Kegiatan bercerita juga memberikan sejumlah pengetahuan

sosial, nilai-nilai moral dan keagamaan.

4) Pembelajaran dengan bercerita memberikan memberikan

pengalaman belajar untuk mendengarkan.

5) Dengan dengan mendengarkan cerita anak dimungkinkan

untuk mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, dan

psikomotorik.

6) Membantu anak untuk membangun bermacam-macam peran

yang mungkin dipilih anak, dan bermacam layanan jasa yang

ingin disumbangkan anak kepada masyarakat.

Strategi pembelajaran melalui bercerita terdiri dari 5 langkah.

Langkah-langkah dimaksud adalah sebagai berikut.

1) Menetapkan tujuan dan tema cerita.

2) Menetapkan bentuk bercerita yang dipilih, misalnya bercerita

dengan membaca langsung dari buku cerita, menggunakan gambar-

gambar, menggunakan papan flannel, dst.

3) Menetapkan bahan dan alat yang diperlukan dalam kegiatan

bercerita sesuai dengan bentuk bercerita yang dipilih.

4) Menetapkan rancangan langkah-langkah kegiatan bercerita, yang

terdiri dari:

a) menyampaikan tujuan dan tema cerita

26

b) mengatur tempat duduk

c) melaksanakan kegiatan pembukaan

d) mengembangkan cerita

e) menetapkan teknik bertutur

f) mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan isi cerita

Untuk mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran

dilaksanakan penilaian dengan cara mengajukan pertanyaan-

pertanyaan yang berhubungan dengan isi cerita untuk mengembangkan

pemahaman anak akan isi cerita yang telah didengarkan.

b. Manfaat Metode Bercerita

Menikmati sebuah cerita mulai tumbuh pada seorang anak

semenjak ia mengerti akan peristiwa yang terjadi disekitarnya dan

setelah memorinya mampu merekam beberapa kabar berita. Masa

tersebut terjadi pada usia 4-6 tahun, yang ditandai oleh berbagai

kemampuan sebagai berikut (Depdiknas, 2000:5):

1) Mampu menggunakan kata ganti saya dan berkomunikasi.

2) Memiliki berbagai perbendaharaan kata kerja, kata sifat, kata

keadaan, kata tanya dan kata sambung.

3) Menunjukkan pengertian dan pemahaman tentang sesuatu.

4) Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan dan tindakan

dengan menggunakan kalimat sederhana.

5) Mampu membaca dan mengungkapkan sesuatu melalui

gambar.

Perlu diingat bahwa Taman kanak-Kanak adalah lembaga

pendidikan pertama yang dimasuki oleh seorang anak, karena Taman

Kanak-Kanak tersebut merupakan dasar untuk melangkah lebih lanjut

pada pendidikan seterusnya. Seorang anak mempunyai potensi untuk

27

menyerap segala hal yang cepat sehingga lebih mudah membentuk dan

mengarahkan dirinya, hal tersebut sesuai dengan tujuan program

kegiatan belajar Taman Kanak-Kanak (Depdiknas, PKB TK GBPKB

TK, 1996:1) yaitu “untuk meletakkan dasar ke arah perkembangan

sikap, perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan dan daya cipta

yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan

lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan

selanjutnya.”

Tujuan bercerita bagi anak usia 4-6 tahun adalah agar anak

mampu mendengarkan, bertanya, menjawab pertanyaan dan dapat

menceritakan kembali isi cerita serta hikmah cerita itu dapat

dilaksanakan dan diceritakan pada orang lain.

Beberapa manfaat metode bercerita bagi anak TK diantaranya

adalah :

1) Melatih daya serap atau daya tangkap anak TK.

2) Melatih daya pikir anak TK.

3) Melatih daya konsentrasi anak TK.

4) Mengembangkan daya imajinasi anak.

5) Menciptakan situasi yang menggembirakan serta mengembangkan

suasana hubungan yang akrab sesuai dengan tahap

perkembangannya.

Isi cerita di tanam Kanak-kanak biasanya mengandung nilai-

nilai moral yang mengarah kepada pengembangan emosional, sosial

28

dan spiritual anak yang dikembangkan di Taman Kanak-Kanak dalam

program pembentukan perilaku. Namun isi cerita dapat pula berupa

pengetahuan umum bagi anak, misalnya tentang pertumbuhan tanaman

dan proses perkembangbiakan binatang maupun yang lainnya.

c. Teknik- teknik bercerita

Menurut Masitoh (2005:10.4) ada beberapa teknik yang bisa

digunakan guru dalam membacakan cerita yaitu:

1) Membaca langsung dari buku cerita

Teknik ini digunakan apabila guru memiliki buku cerita

yang sesuai dengan anak dengan memperhatikan intonasi suara dan

mimik wajah yang sesuai dengan isi cerita.

2) Bercerita dengan menggunakan ilustrasi gambar dari buku

Ilustrasi terhadap cerita yang terlalu panjang untuk

didengar anak maka haruslah guru dapat mengilustrasikan isi cerita

dengan gambar yang jelas dan warna yang menarik.

3) Menceritakan dongeng

Menceritakan dongeng kepada anak dapat membantu anak

mengenal budaya leluhurnya sekaligus dapat menyerap pesan-

pesan yang terdapat di dalamnya. Meski buku dongeng banyak

tersedia di pasaran, namun kreativitas guru tetap dituntut, terutama

berkaitan dengan pemilihan dongeng serta mengkreasi dongeng

sendiri.

29

4) Bercerita dengan menggunakan papan flannel

Teknik ini dapat digunakan untuk lebih menekankan urutan

cerita serta karakter tokoh cerita. Guru dapat membuat papan

flannel dengan melapisi seluas papan dengan kain flannel yang

berwarna netral.

5) Bercerita dengan menggunakan media boneka

Boneka yang digunakan akan mewakili tokoh yang akan

diceritakan, seperti anggota keluarga: ayah, ibu, adik, kakak,

kakek, nenek, dan lainnya. Tokoh-tokoh satwa: kancil, monyet,

kera, kancil dan lainnya. Buatlah boneka yang menunjukkan

pewatakan masing-masing tokoh: anak yang lembut, kancil yang

cerdik, kura-kura yang lamban dan sebagainya.

6) Dramatisasi suatu cerita

Bercerita dengan memainkan tokoh-tokoh dalam suatu

cerita yang disukai anak.Pemilihan cerita dapat disesuaikan dengan

tema yang dikembangkan atau sikap yang ingin ditanamkan pada

anak.

7) Bercerita sambil memainkan jari-jari tangan

Memungkinkan guru berkreasi dengan menggunakan jari

tangannya sendiri. Guru dapat menciptakan bermacam-macam

cerita dengan jari tangan sesuai dengan kreatifitas guru masing-

masing.

30

Peneliti pada kesempatan ini akan menggunakan beberapa

teknik bercerita di atas untuk merangsang perkembangan sosial

emosional anak di TK diantaranya adalah membaca langsung dari

buku cerita, bercerita dongeng, bercerita dengan boneka dan

bercerita dengan jari-jari tangan. Metode yang digunakan ini

diharapkan dapat merangsang perkembangan sosial emosional

anak agar lebih berkembang baik.

B. Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang

dilakukan oleh Marni, 2008 yang berjudul “Upaya Meningkatkan

Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini Melalui Gambar Seri di TK

Aisyiah Sanur” sebelum tindakan kemampuan anak dalam perkembangan

sosial emosional 26,3%, pada siklus satu menjadi 58% dan pada pada siklus

dua meningkat menjadi 87%. Penelitian yang dilakukan oleh Bayty Rahmah

2008/07832 dengan judul upaya mengembangkan emosional anak usia dini

melalui permainan memory game di TK Sari Bundo Duku Kecamatan Batang

Anai, pada kondisi awal kemampuan sosial emosional anak 25,25%, pada

siklus satu menjadi 56% dan pada siklus dua meningkat menjadi 84%.

Sedangkan penulis melakukan penelitian tentang “Peningkatan

Perkembangan Sosial Emosial Anak Melalui Metode Bercerita”.Antara tiga

penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan, adapun persamaannya

adalah sama-sama meningkatkan kemampuan sosial emosional anak,

sedangkan perbedaannya adalah pada penelitian yang pertama menggunakan

31

metode gambar seri. Pada penelitian yang kedua menggunakan permainan

memory game untuk mengembangkan emosional anak, sedangkan peneliti

menggunakan metode bercerita untuk meningkatkan kemampuan sosial

emosional anak ke arah yang lebih baik.

C. Kerangka Konseptual

Upaya yang akan dilakukan dalam meningkatkan perkembangan sosial

emosional anak adalah melalui metode bercerita di kelas B2Taman Kanak-

Kanak Citra Pirandu Anduring Kayu Tanam. Dalam pembelajaran, anak

menjadi subjek dan pelaku kegiatan belajar, dan kegiatan pembelajaran guru

hendaknya merencanakan pembelajaran yang membimbing anak untuk lebih

tertib dan disiplin dalam kegiatannya sehari-hari sehingga aktivitas yang

dilakukan anak menarik dan menyenangkan.

32

Perkembangan Sosial Anak Belum Berkembang

1. Bercerita dengan gambar

2. Bercerita dongeng

3. Bercerita dengan boneka

4. Bercerita dengan jari

Alat/ bahan

1. Gambar

2. Buku cerita

3. Boneka

Perkembangan Sosial Emosional Anak Meningkat

Bagan 1

Kerangka Konseptual

D. Hipotesis Tindakan

Melalui metode berceritadapat meningkatkan perkembangan sosial

emosional anak di TK Citra Pirandu Anduring Kayu Tanam.

33

BAB III

RANCANGAN PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian Tindakan Kelas (Classroom

Action Research) yang merupakan ragam penelitian pembelajaran yang

berkonteks kelas dan dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah-

masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru, memperbaiki mutu

pembelajaran dan mencobakan hal-hal baru di bidang pembelajaran demi

peningkatan mutu dan hasil pembelajaran.

Wardani (2007:1.3) mengatakan Penelitian Tindakan Kelas adalah :

penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui

refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru,

sehingga hasil belajar siswa meningkat.

Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya

sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya

sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa jadi meningkat. Penelitian

Tindakan Kelas yang dilakukan guru merupakan upaya perbaikan proses

belajar dan guru tersebut juga mengembangkan kemampuan profesionalnya

secara sistematis.

Penelitian ini dilaksanakan di TK Citra Pirandu Anduring Kayu

Tanam, karena peneliti adalah salah satu guru yang mengajar di sekolah

tersebut sehingga memudahkan peneliti dalam mengamati proses

pembelajaran. Peneliti dapat bertanggungjawab langsung dalam rangka

34

meningkatkan perkembangan sosial emosional anak melalui metode bercerita.

Model pengembangan ini bersifat inovatif, kolaboratif, reflektif dan siklus.

Dasar inovatif ditekankan pada penemuan strategi, teknik, sarana

pembelajaran. Kolaboratif ditekankan pada kerjasama antara guru dengan

guru, guru dengan siswa, siswa dengan siswa untuk bersama-sama

merencanakan dan melaksanakan peningkatan kualitas pembelajaran.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di TK Citra Pirandu Anduring Kecamatan

2X11 Kayutanamdengan jumlah muridnya 25 orang yang terdiri dari

Kelompok B1 sebanyak 15 orang anak dan B2 sebanyak 10 orang anak.

Penelitian ini dilakukan pada semester II (genap) tahun pelajaran

2011/2012. Pelaksanaan direncanakan memakan waktu 2 bulan, yaitu bulan

April – Mei 2012.

C. Subjek Penelitian

Yang menjadi subjek penelitian adalah murid kelompok BI TK Citra

Pirandu Anduring Kecamatan 2X11 Kayutanam dengan jumlah 15 orang

anak yang terdiri dari 9 orang anak laki-laki dan 6 orang anak perempuan.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian akan dilaksanakan secara bersiklus yaitu siklus

pertama dan kedua. Siklus kedua sangat ditentukan oleh hasil refleksi

pertama. Siklus pertama akan dilakukan selama tiga kali pertemuan dan

35

siklus kedua akan dilaksanakan tiga kali pertemuan juga. Setiap siklus terdiri

dari beberapa langkah penelitian.

Siklus merupakan ciri khas penelitian tindakan kelas. Model

penelitian dengan bagan berbeda, namun secara garis besar terdapat empat

tahap yang lazim dilalui yaitu :

1. Perencanaan

2. Pelaksanaan

3. Pengamatan

4. Perenungan/ Refleksi

Menurut Arikunto (2005: 16):

“Penelitian yang dilakukan ini terdiri dari beberapa siklus.

Penelitian pada tiap siklus harus berbeda dari siklus sebelumnya.

Sebaiknya siklus berikutnya didasarkan pada hasil siklus

sebelumnya. Siklus akan terus menerus dilanjutkan dengan siklus

berikutnya sampai masalah terpecahkan”.

Dalam penelitian ini peneliti langsung menjadi guru yang berwenang

memperbaiki proses pembelajaran. Prosedur penelitian ini dapat digambarkan

sebagai berikut:

36

Kondisi Awal

Perencanaan

Siklus 1

Pengamatan

Perencanaan

Siklus II

Pelaksanaan Refleksi

Pengamatan

Pelaksanaan Refleksi

Refleksi

Bagan 2

1. Kondisi Awal

Sebelum peneliti melakukan penelitian, terlebih dahulu

mengamati proses sosial emosional anak di TK Citra Pirandu Anduring

kelompok BII. Hasil pengamatan peneliti tersebut, akan dijadikan dasar

bagi peneliti untuk melakukan penelitian pada siklus I.

Peneliti akan menggunakan metode bercerita untuk merangsang

perkembangan sosial emosional anak agar dapat berkembang dengan

baik. Setiap pertemuan akan diberikan cerita yang berbeda dan

selanjutnya akan diberikan kegiatan yang dapat merangsang pengetahuan

37

anak tentang isi cerita tersebut dan melaksanakannya pada kehidupannya

sehari-hari.

2. Siklus I

Kegiatan Tindakan:

a. Perencanaan (Planning)

Pada perencanaan ini peneliti, sebagai berikut:

1) Menyusun perangkat pembelajaran.

Perangkat pembelajaran terdiri dari : Rencana Kegiatan

Mingguan (RKM), dan Rencana Kegiatan Harian (RKH), yang

bertema tentang mengenal tanah airku, bertujuan untuk memupuk

sosial emosional anak sejak dini, belajar mengenal isi alam semesta

dan bagaimana merawat dan mencintai alam ini. Perangkat

pembelajaran ini didasarkan pada Kurikulum Berbasis Kompetensi

(KBK).

2) Menyediakan alat dan bahan yang akan digunakan

3) Membuat lembaran observasi

4) Menetapkan indikator ketercapaian proses belajar

5) Membuat catatan anekdot

6) Membuat lembaran penelitian

Dengan adanya lembaran penelitian, perkembangan sosial

emosionalanak dapat diketahui.

7) Menyiapkan format evaluasi

38

b. Tahap Pelaksanaan

1) Pertemuan Pertama

Pelaksanaan tindakan terdiri dari 3 bagian utama yaitu:

kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

a) Kegiatan Awal

(1) Mengecek kehadiran anak didik dan mengkondisikan

tempat duduk anak

(2) Melakukan apersepsi yaitu memberikan kaitan pelajaran

yang kemarin dengan pelajaran yang akan diberikan.

(3) Menciptakan hal-hal yang menarik perhatian anak didik

dengan cara mengajukan hal-hal yang dapat menimbulkan

rasa ingin tahu anak sehingga anak termotivasi untuk

belajar.{bertanya jawab tentang kegiatan anak sebelum ke

sekolah tadi pagi} dilanjutkan dengan bernyanyi.

b) Kegiatan Inti

(1) Guru memperkenalkan alat yang digunakan untuk kegiatan

anak.

(2) Guru memperlihatkan gambar-gambar yang berisi cerita

yang bertema tentang kejujuran. (judul : Mawar yang

Sombong)

(3) Guru mulai bercerita dengan mimik dan intonasi yang

sesuai dengan isi cerita.

(4) Anak diberikan suatu kegiatan (melipat), pada saat proses

39

berlangsung guru memperhatikan dan merespon sikap

kerjasama anak sebagai aplikasi dari isi cerita guru tadi.

(5) Jika anak masih ada yang belum memahami makna cerita

guru tadi dan masih bekerja sendiri, belum mau berbagi,

maka guru membantu anak dengan merespon perilaku anak

dengan mengulang cerita tadi dan merespon dengan cerita-

cerita lainnya.

c) Penutup

(1) Tanya jawab atau menyimpulkan kegiatan

(2) Berdoa

(3) Nyanyi

(4) Pulang

2) Pertemuan Kedua

a) Kegiatan Awal

(1) Mengecek kehadiran anak didik dan mengkondisikan

tempat duduk anak

(2) Melakukan apersepsi yaitu memberikan kaitan pelajaran

yang kemarin dengan pelajaran yang akan diberikan.

(3) Menciptakan hal-hal yang menarik perhatian anak didik

dengan cara mengajukan hal-hal yang dapat menimbulkan

rasa ingin tahu anak sehingga anak termotivasi untuk

belajar.{bercakap-cakap tentang kegiatan anak di rumah

sepulang sekolah} dilanjutkan dengan bernyanyi.

40

(4) Menyanyikan lagu “Ambilkan Bu”

b) Kegiatan Inti

(1) Guru memulai memperdengarkan sebuah cerita tentang

kesabaran dengan judul “Akibat Tergesa-gesa”.

(2) Setelah selesai guru merespon anak dengan bertanya

tentang cerita guru tadi.

(3) Untuk membuktikan apakah cerita guru sudah dipahami

anak, guru memberikan kegiatan “mengisi pola”

(4) Saat proses berlangsung akan terlihat pemahaman anak

tentang cerita guru tadi, jika anak sudah sabar, tertib mulai

dari persiapan mengisi pola sampai selesai maka guru

memberikan pujian dan nilai baik kepada anak. Namun

bagi anak yang belum sabar dan masih emosional guru

mendekati secara individual dan membimbingnya sambil

bercerita.

c) Penutup

(1) Tanya jawab atau menyimpulkan kegiatan

(2) Berdoa

(3) Nyanyi

(4) Pulang

3) Pertemuan Ketiga

a) Kegiatan Awal

(1) Mengecek kehadiran anak didik dan mengkondisikan

41

tempat duduk anak.

(2) Melakukan apersepsi yaitu memberikan kaitan pelajaran

yang kemarin dengan pelajaran yang akan diberikan.

(3) Menciptakan hal-hal yang menarik perhatian anak didik

dengan cara mengajukan hal-hal yang dapat menimbulkan

rasa ingin tahu anak sehingga anak termotivasi untuk

belajar.{bermain lompat kartu sesuai gambar}

(4) Guru mulai bercerita dengan boneka tentang kebersamaan

dan tolong menolong (judul: Koi yang Pemaaf)

b) Kegiatan Inti

(1) Guru mulai dengan bernyanyi bersama dan

memberitahukan bahwa hari ini akan ada kegiatan finger

painting.

(2) Membagikan kertas kepada anak.

(3) Guru memperhatikan dan merespon anak agar

menyelesaikan sampai selesai, guru merespon sikap

kerjasama anak dalam menyelesaikan tugas dan merespon

anak agar mau saling memaafkan dan saling tolong

menolong.

c) Penutup

(1) Tanya jawab atau menyimpulkan kegiatan

(2) Berdoa

(3) Nyanyi

42

(4) Pulang

c. Pengamatan (Observation)

Pada observasi dilakukan pengamatan secara bersama saat

pelaksanaan berlangsung. Pengamatan yang dilakukan untuk

memupuk sosial emosional anak. Pengamatan merupakan serangkaian

kegiatan mendemonstrasikan dan mengamati contoh, mencatat apa

yang terjadi agar memperoleh data yang akurat selama penelitian

berlangsung.

d. Perenungan (Reflection)

Perenungan dilakukan di akhir siklus, dimana refleksi

merupakan, sebuah ruangan terdapat apa yang telah terjadi dalam

kegiatan dengan hasil yang akan dicapai. Dari hasil penemuannya ini

masih kurang maksimal dalam siklus I dan akan disusun suatu

tindakan ke siklus berikutnya agar terdapat peningkatan hasil belajar.

Dan jika hasil tersebut masih kurang dilakukan penelitian selanjutnya.

3. Siklus II

Dalam siklus II ini peneliti akan melakukan perbaikan kegiatan

pembelajaran berdasarkan hal-hal yang ditemukan pada siklus I.

Pelaksanaan Siklus II sama dengan pelaksanaan Siklus I.

Pelaksanaan pada siklus II juga akan dilakukan sebanyak 3 kali

pertemuan, masing-masing pertemuan akan diberikan cerita yang berbeda

dan selanjutnya anak dirangsang melakukan kegiatan yang

mengaplikasikan cerita tersebut dalam kegiatan tersebut.

43

Kegiatan Tindakan:

a. Perencanaan (Planning)

Pada perencanaan ini peneliti, sebagai berikut:

1) Menyusun perangkat pembelajaran

Perangkat pembelajaran terdiri dari : Rencana Kegiatan

Mingguan (RKM), dan Rencana Kegiatan Harian (RKH), yang

bertema tentang mengenal alam semesta, bertujuan untuk

memupuk sosial emosional anak sejak dini, belajar mengenal isi

alam semesta dan bagaimana merawat dan mencintai alam ini.

Perangkat pembelajaran ini didasarkan pada Kurikulum Berbasis

Kompetensi (KBK).

2) Menyediakan alat dan bahan yang akan digunakan

3) Membuat lembaran observasi

4) Menetapkan indikator ketercapaian proses belajar

5) Membuat catatan anekdot

6) Membuat lembaran penelitian

Dengan adanya lembaran penelitian, perkembangan sosial

emosional anak dapat diketahui.

7) Menyiapkan format evaluasi

b. Tahap Pelaksanaan

1) Pertemuan Pertama

Pelaksanaan tindakan terdiri dari 3 bagian utama yaitu:

kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

44

a) Kegiatan Awal

(1) Mengecek kehadiran anak didik dan mengkondisikan

tempat duduk anak

(2) Melakukan apersepsi yaitu memberikan kaitan pelajaran

yang kemarin dengan pelajaran yang akan diberikan.

(3) Menciptakan hal-hal yang menarik perhatian anak didik

dengan cara mengajukan hal-hal yang dapat menimbulkan

rasa ingin tahu anak sehingga anak termotivasi untuk

belajar.{bertanya jawab tentang kegiatan anak sebelum

kesekolah tadi pagi} dilanjutkan dengan bernyanyi.

b) Kegiatan Inti

(1) Guru memperkenalkan alat yang digunakan untuk kegiatan

anak.

(2) Guru memperlihatkan gambar-gambar yang berisi cerita

yang berarti.

(3) Anak mulai diberi kebebasan untuk menceritakan isi

gambar dengan bahasanya sendiri sementara guru tetap

merespon anak melalui pertanyaan yang merespon perilaku

anak.

(4) Anakdiajak untuk mengikuti situasi gambar yang sedang

mereka amati dan guru merespon anak untuk melakukan

hal yang sama.

(5) Anak direspon untuk mau berbagi dengan temannya pada

45

saat bermain balok.

c) Penutup

(1) Tanya jawab atau menyimpulkan kegiatan

(2) Berdoa

(3) Nyanyi

(4) Pulang

2) Pertemuan Kedua

a) Kegiatan Awal

(1) Mengecek kehadiran anak didik dan mengkondisikan

tempat duduk anak

(2) Melakukan apersepsi yaitu memberikan kaitan pelajaran

yang kemarin dengan pelajaran yang akan diberikan.

(3) Menciptakan hal-hal yang menarik perhatian anak didik

dengan cara mengajukan hal-hal yang dapat menimbulkan

rasa ingin tahu anak sehingga anak termotivasi untuk

belajar.{bercakap-cakap tentang kegiatan anak di rumah

sepulang sekolah} dilanjutkan dengan bernyanyi.

b) Kegiatan Inti

(1) Guru memulai memperdengarkan sebuah cerita tentang

emosi yang wajar.

(2) Setelah selesai guru merespon anak dengan bertanya

tentang cerita guru tadi.

(3) Untuk membuktikan apakah cerita guru sudah dipahami

46

anak, guru mengajak anak bermain terpimpin di halaman.

(4) Saat proses berlangsung akan terlihat pemahaman anak

tentang cerita guru tadi,jika anak sudah tertib saat bermain,

tolong-menolong dan tidak memiliki emosi yang tinggi

apabila tersinggung.

c) Penutup

(1) Tanya jawab atau menyimpulkan kegiatan

(2) Berdoa

(3) Nyanyi

(4) Pulang

3) Pertemuan Ketiga

a) Kegiatan Awal

(1) Mengecek kehadiran anak didik dan mengkondisikan

tempat duduk anak.

(2) Melakukan apersepsi yaitu memberikan kaitan pelajaran

yang kemarin dengan pelajaran yang akan diberikan.

(3) Menciptakan hal-hal yang menarik perhatian anak didik

dengan cara mengajukan hal-hal yang dapat menimbulkan

rasa ingin tahu anak sehingga anak termotivasi untuk

belajar.

b) Kegiatan Inti

(1) Guru mulai dengan bernyanyi bersama dan

memberitahukan bahwa hari ini akan jalan-jalan keliling

47

kampung.

(2) Sebelum jalan guru merespon anak agar menjaga ketertiban

selama perjalanan nanti.

(3) Selama perjalanan guru bercerita tentang senangnya

kebersamaan, sikap sabar dan mencintai lingkungan.

(4) Anak direspon untuk menceritakan apa yang mereka lihat

selama jalan-jalan dan indahnya kebersamaan.

c) Penutup

(1) Tanya jawab atau menyimpulkan kegiatan

(2) Berdoa

(3) Nyanyi

(4) Pulang

c. Pengamatan (Observation)

Pada observasi dilakukan pengamatan secara bersama saat

pelaksanaan berlangsung. Pengamatan yang dilakukan untuk

memupuk sosial emosional anak. Pengamatan merupakan serangkaian

kegiatan mendemonstrasikan dan mengamati contoh, mencatat apa

yang terjadi agar memperoleh data yang akurat selama penelitian

berlangsung.

d. Perenungan (Reflection)

Perenungan dilakukan di akhir siklus, dimana refleksi

merupakan, sebuah ruangan terdapat apa yang telah terjadi dalam

kegiatan dengan hasil yang akan dicapai.

48

E. Instrumentasi

1. Alat pengumpulan data

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Format observasi ialah format untuk menulis tentang kegiatan proses

belajar mengajar berlangsung.

Pengamatan Perkembangan Sosial Emosional Anak

Melalui Metode Bercerita

No Aspek Yang

Diamati

Nilai

Amat Baik Baik Cukup Rendah

Jml

Anak %

Jml

Anak %

Jml

Anak %

Jml

Anak %

1

Anak mau

bermain dan

berbagi dengan

temannya

2

Anak sabar

dalam

melakukan

tugasnya

3

Anak mampu

bekerjasama

dalam

kelompoknya

4

Anak tidak

bersuara keras

dalam belajar

5

Anak mampu

mengendalikan

emosi secara

wajar

b. Dokumentasi adalah alat untuk merekam hasil kegiatan proses belajar

mengajar (portofolio dan foto).

49

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama

dalam penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian adalah

mendapatkan data. Data merupakan unsur paling penting dalam sebuah

penelitian tanpa adanya data, penelitian tidak mungkin dilakukan.

Teknik pengumpulan data yakni membicarakan tentang bagaimana

cara peneliti mengumpulkan data. Dalam hal ini peneliti menggunakan

beberapa teknik dalam mengumpulkan data, diantaranya sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi yang peneliti lakukan adalah tentang kegiatan

selama proses belajar mengajar berlangsung, peneliti peroleh dengan

jalan mengamati langsung kegiatan anak selama peneliti menyajikan

pelajaran. Hal-hal yang peneliti amati adalah:

1) Kegiatan anak dalam mengikuti proses pembelajaran, misalnya

Tanya jawab, bercakap-cakap tentang cerita yang didengar anak

selama proses belajar.

2) Kesungguhan anak dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru,

misalnya emosi anak dalam melakukan kegiatan dan sikap

kerjasama anak dalam kelompok.

b. Dokumentasi

Selama proses pembelajaran peneliti merekam hasil kegiatan

anak melalui kamera dan mendokumentasikan semua hasil dalam

bentuk fortofolio.

50

F. Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan dengan teknik persentase, yaitu

membandingkan yang muncul dari keseluruhan anak yang hadir dikalikan

100%. Untuk melihat kecendrungan data, dan data ditampilkan dalam bentuk

tabel dan diolah secara deskriptif. Data yang diperoleh dari anak adalah:

1. Hasil pengamatan anak dari lembar observasi

Data yang diperoleh selama proses pembelajaran diolah dengan

teknik persentase yang dikemukan oleh Haryadi, (2009:24). Hasil

pengamatan dinilai untuk setiap pertemuan, berdasarkan jumlah persentase

anak yang terlihat dalam aktivitas pembelajaran dengan rumus :

P = N

Fx 100%

Keterangan :

P = Angka persentase

F = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya

N = Jumlah anak dalam satu kelas

Sedangkan untuk menentukan bahwa perkembangan anak

meningkat baik, interprestasi aktivitas anak adalah sebagai berikut (dalam

Hariyadi 2009:24).

Tabel Klasifikasi Persentasi

Klasifikasi Persentasi

Amat baik 76-100%

Baik 56-75%

Cukup 26-55%

Rendah 0-25%

51

G. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian meningkatkan perkembangan

sosial emosional anak adalah:

1. 75% perkembangan sosial anak meningkat baik.

2. 75% perkembangan emosional anak meningkat baik

52

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

1. Kondisi Awal

Pada kondisi awal sebelum penelitian dilakukan, perkembangan

sosial emosial anak kelompok B1 di TK Citra Pirandu Anduring masih

belum sesuai dengan indikator yang dimaksud (belum berkembang). Hal

ini terlihat dari setiap pembelajaran anak masih suka menyendiri, anak

masih suka bersuara keras dalam kelas dan masih banyak yang belum

sabar menunggu giliran sehingga kondisi pembelajaran kurang kondusif

dan tidak optimal. Untuk lebih jelasnya lihat Tabel 1.1.

Tabel 1.1

Hasil Observasi Perkembangan Sosial Emosional Anak

pada Kondisi Awal (Sebelum Tindakan)

No Aspek Yang Diamati

Nilai

Amat

Baik Baik Cukup Rendah

Jml

Anak %

Jml

Anak %

Jml

Anak %

Jml

Anak %

1 Anak mau bermain dan

berbagi dengan temannya - 0 2 13 4 27 9 60

2 Anak sabar dalam melakukan

tugasnya - 0 1 7 4 27 10 67

3 Anak mampu bekerjasama

dalam kelompoknya - 0 1 7 4 27 10 67

4 Anak tidak bersuara keras

dalam belajar - 0 1 7 3 20 11 73

5 Anak mampu mengendalikan

emosi secara wajar - 0 - 0 5 33 10 67

Nilai Rata-Rata 0 0,0 1 6,8 4 26,8 10 66,8

53

Grafik 1.1 : Hasil Observasi Perkembangan Sosial Emosional

Anak pada Kondisi Awal (Sebelum Tindakan)

Berdasarkan tabel 1 di atas, hasil observasi perkembangan sosial

emosional anak melalui metode bercerita pada kondisi awal (sebelum

tindakan) yaitu pada aspek perkembangan 1, anak mau bermain dan

berbagi dengan temannya, anak yang memiliki nilai baik 2 orang dengan

persentase 13%, anak yang nilai cukup 4 orang dengan persentase 27%

dan anak yang nilainya rendah 9 orang dengan persentase 60%.

Aspek perkembangan 2, anak sabar dalam melakukan tugasnya,

yang memiliki nilai baik 1 orang dengan persentase 7% , anak yang nilai

cukup 4 orang dengan persentase 27% dan anak yang nilainya rendah 10

orang dengan persentase 67%.

Aspek perkembangan 3, anak mampu bekerjasama dalam

kelompoknya, anak yang memiliki nilai baik 1 orang dengan persentase

0

10

20

30

40

50

60

70

80

1 2 3 4 5

Pe

rse

nta

se

Aspek

Amat Baik

Baik

Cukup

Rendah

54

7% , anak yang nilai cukup 4 orang dengan persentase 27% dan anak yang

nilainya rendah 10 orang dengan persentase 67%.

Aspek perkembangan 4, anak tidak bersuara keras dalam belajar,

yang memiliki nilai baik 1 orang dengan persentase 7% , anak yang nilai

cukup 3 orang dengan persentase 20% dan anak yang nilainya rendah 11

orang dengan persentase 73%.

Aspek perkembangan 5, anak mampu mengendalikan emosi secara

wajar, yang memiliki nilai cukup 5 orang dengan persentase 33% dan anak

yang nilainya rendah 10 orang dengan persentase 67%.

Hal ini menunjukkan bahwa pada umumnya perkembangan sosial

emosional anak melalui metode bercerita belum mencapai Kriteria

Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan yaitu 75%.

2. Deskripsi Siklus I

Siklus I dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan. Pertemuan

pertama dilaksanakan tanggal 4 April 2012, pertemuan kedua tanggal 12

April dan pertemuan ketiga tanggal 16 April 2012.

a. Perencanaan

Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk menentukan

kompetensi dasar dan indikator yang akan disampaikan kepada anak

dalam kegiatan pengembangan sosial emosional anak melalui metode

bercerita. Kompetensi dasarnya adalah anak mempu mengendalikan

emosi secara wajar dan anak mampu bergaul dengan teman sebaya dan

orang lain, indikatornya adalah anak mau bermain dengan temannya,

55

anak tidak bersuara dalam kelas, anak sabar mengerjakan tugas dan

sabar menunggu giliran. Mengingat bahwa perkembangan sosial

emosional anak di TK Citra Pirandu masih rendah, maka peneliti

melakukan perencanaan membuatkan Rencana Kegiatan Harian

(RKH) yang akan dilaksanakan komponen-komponen adalah

indikatornya, kegiatan pembelajaran, media/alat dan selanjutnya

menentukan metode yang digunakan dalam proses pembelajaran.

b. Tindakan

Peneliti melakukan proses pembelajaran peningkatan

perkembangan sosial emosional melalui bercerita. Sesuai dengan

Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang telah disusun.

1) Pertemuan Pertama Siklus I

Pertemuan pertama siklus I peningkatan perkembangan

sosial emosional anak melalui metode bercerita dilakukan pada

tanggal 04 April 2012.

Pelaksanaan tindakan terdiri dari 3 bagian utama yaitu:

kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

a) Kegiatan Awal

(1) Mengecek kehadiran anak didik dan mengkondisikan

tempat duduk anak

(2) Melakukan apersepsi yaitu memberikan kaitan pelajaran

yang kemarin dengan pelajaran yang akan diberikan.

(3) Menciptakan hal-hal yang menarik perhatian anak didik

56

dengan cara mengajukan hal-hal yang dapat menimbulkan

rasa ingin tahu anak sehingga anak termotivasi untuk

belajar. (bertanya jawab tentang kegiatan anak sebelum ke

sekolah tadi pagi) dilanjutkan dengan bernyanyi.

b) Kegiatan Inti

(1) Guru memperkenalkan alat yang digunakan untuk kegiatan

anak.

(2) Guru memperlihatkan gambar-gambar yang berisi cerita

yang bertema tentang kejujuran. (judul : Mawar yang

Sombong)

(3) Guru mulai bercerita dengan mimik dan intonasi yang

sesuai dengan isi cerita.

(4) Anak diberikan suatu kegiatan (melipat), pada saat proses

berlangsung guru memperhatikan dan merespon sikap

kerjasama anak sebagai aplikasi dari isi cerita guru tadi.

(5) Jika anak masih ada yang belum memahami makna cerita

guru tadi dan masih bekerja sendiri, belum mau berbagi,

maka guru membantu anak dengan merespon perilaku anak

dengan mengulang cerita tadi dan merespon dengan cerita-

cerita lainnya.

c) Penutup

(1) Tanya jawab atau menyimpulkan kegiatan

(2) Berdoa

57

(3) Nyanyi

(4) Pulang

Hasil observasi setiap aspek perkembangan sosial

emosional anak dalam proses pembelajaran melalui metode

bercerita selama siklus I pertemuan pertama terlihat peningkatan,

untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut ini:

Tabel 1.2

Hasil Observasi Perkembangan Sosial Emosional Anak Melalui

Metode Bercerita pada Siklus I (Sesudah Tindakan)

Pertemuan Pertama

No Aspek Yang Diamati

Nilai

Amat

Baik Baik Cukup Rendah

Jml

Anak %

Jml

Anak %

Jml

Anak %

Jml

Anak %

1

Anak mau bermain dan

berbagi dengan

temannya

- 0 3 20 4 27 8 53

2 Anak sabar dalam

melakukan tugasnya - 0 2 13 4 27 9 60

3

Anak mampu

bekerjasama dalam

kelompoknya

- 0 2 13 5 33 8 53

4 Anak tidak bersuara

keras dalam belajar - 0 2 13 4 27 9 60

5

Anak mampu

mengendalikan emosi

secara wajar

- 0 1 7 5 33 9 60

Nilai Rata-Rata 0,00 0,0 2,00 13,33 4,40 29,33 8,60 57,33

58

Grafik 1.2 : Hasil Observasi Perkembangan Sosial Emosional Anak

Melalui Metode Bercerita pada Siklus I (Setelah Tindakan)

Pertemuan Pertama

Aspek perkembangan 1, anak mau bermain dan berbagi

dengan temannya, anak yang memiliki nilai baik 3 orang dengan

persentase 20%, anak yang nilainya cukup 4 orang dengan

persentase 27%, anak yang nilainya rendah 8 orang dengan

persentase 53%.

Aspek perkembangan 2, anak sabar dalam melakukan

tugasnya, anak yang memiliki nilai baik 2 orang dengan persentase

13%, anak yang nilainya cukup 4 orang dengan persentase 27%,

anak yang nilainya rendah 9 orang dengan persentase 60%.

Aspek perkembangan 3, anak mampu bekerjasama dalam

kelompoknya, anak yang memiliki nilai baik 2 orang dengan

persentase 13%, anak yang nilainya cukup 4 orang dengan

0

10

20

30

40

50

60

1 2 3 4 5

Pe

rse

nta

se

Aspek

Amat Baik

Baik

Cukup

Rendah

59

persentase 27%, anak yang nilainya rendah 9 orang dengan

persentase 60%.

Aspek perkembangan 4, anak tidak bersuara keras dalam

belajar, anak yang memiliki nilai baik 2 orang dengan persentase

13%, anak yang nilainya cukup 4 orang dengan persentase 27%,

anak yang nilainya rendah 9 orang dengan persentase 60%.

Aspek perkembangan 5, anak mampu mengendalikan

emosi secara wajar, anak yang memiliki nilai baik 1 orang dengan

persentase 7%, anak yang nilainya cukup 5 orang dengan

persentase 33%, anak yang nilainya rendah 9 orang dengan

persentase 60%.

2) Pertemuan Kedua Siklus I

Pertemuan kedua siklus I peningkatan perkembangan sosial

emosional anak melalui metode bercerita dilakukan pada tanggal

12 April 2012.

Pelaksanaan tindakan terdiri dari 3 bagian utama yaitu:

kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

a) Kegiatan Awal

(1) Mengecek kehadiran anak didik dan mengkondisikan

tempat duduk anak

(2) Melakukan apersepsi yaitu memberikan kaitan pelajaran

yang kemarin dengan pelajaran yang akan diberikan.

(3) Menciptakan hal-hal yang menarik perhatian anak didik

60

dengan cara mengajukan hal-hal yang dapat menimbulkan

rasa ingin tahu anak sehingga anak termotivasi untuk

belajar .(bercakap-cakap tentang kegiatan anak di rumah

sepulang sekolah) dilanjutkan dengan bernyanyi.

(4) Menyanyikan lagu “Ambilkan Bu”

b) Kegiatan Inti

(1) Guru memulai memperdengarkan sebuah cerita tentang

kesabaran dengan judul “Akibat Tergesa-gesa”.

(2) Setelah selesai guru merespon anak dengan bertanya

tentang cerita guru tadi.

(3) Untuk membuktikan apakah cerita guru sudah dipahami

anak, guru memberikan kegiatan “mengisi pola”

(4) Saat proses berlangsung akan terlihat pemahaman anak

tentang cerita guru tadi,jika anak sudah sabar, tertib mulai

dari persiapan mengisi pola sampai selesai maka guru

memberikan pujian dan nilai baik kepada anak. Namun

bagi anak yang belum sabar dan masih emosional guru

mendekati secara individual dan membimbingnya sambil

bercerita.

c) Penutup

(1) Tanya jawab atau menyimpulkan kegiatan

(2) Berdoa

(3) Nyanyi

61

(4) Pulang

Hasil observasi setiap aspek perkembangan sosial

emosional anak dalam proses pembelajaran melalui metode

bercerita selama siklus I pertemuan kedua terlihat peningkatan,

untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.3 berikut ini.

Tabel 1.3

Hasil Observasi Perkembangan Sosial Emosional Anak Melalui

Metode Bercerita pada Siklus I (Sesudah Tindakan)

Pertemuan Kedua

No Aspek Yang Diamati

Nilai

Amat

Baik Baik Cukup Rendah

Jml

Anak %

Jml

Anak %

Jml

Anak %

Jml

Anak %

1

Anak mau bermain dan

berbagi dengan

temannya

- 0 5 33 4 27 6 40

2 Anak sabar dalam

melakukan tugasnya - 0 4 27 4 27 7 47

3

Anak mampu

bekerjasama dalam

kelompoknya

- 0 5 33 5 33 5 33

4 Anak tidak bersuara

keras dalam belajar - 0 3 20 4 27 8 53

5

Anak mampu

mengendalikan emosi

secara wajar

- 0 4 27 5 33 6 40

Nilai Rata-Rata 0,00 0,0 4.20 28.00 4.40 29,33 6.40 42.67

62

Grafik 1.3 : Hasil Observasi Perkembangan Sosial Emosional

Anak Melalui Metode Bercerita pada Siklus I (Setelah

Tindakan) Pertemuan Kedua

Aspek perkembangan 1, anak mau bermain dan berbagi

dengan temannya, anak yang memiliki nilai baik 5 orang dengan

persentase 33%, anak yang nilainya cukup 4 orang dengan

persentase 27%, anak yang nilainya rendah 6 orang dengan

persentase 40%.

Aspek perkembangan 2, anak sabar dalam melakukan

tugasnya, anak yang memiliki nilai baik 4 orang dengan persentase

27%, anak yang nilainya cukup 4 orang dengan persentase 27%,

anak yang nilainya rendah 7 orang dengan persentase 47%.

Aspek perkembangan 3, anak mampu bekerjasama dalam

kelompoknya, anak yang memiliki nilai baik 5 orang dengan

persentase 33%, anak yang nilainya cukup 5 orang dengan

0

10

20

30

40

50

60

1 2 3 4 5

Pe

rse

nta

se

Aspek

Amat Baik

Baik

Cukup

Rendah

63

persentase 33%, anak yang nilainya rendah 5 orang dengan

persentase 33%.

Aspek perkembangan 4, anak tidak bersuara keras dalam

belajar, anak yang memiliki nilai baik 3 orang dengan persentase

20%, anak yang nilainya cukup 4 orang dengan persentase 27%,

anak yang nilainya rendah 8 orang dengan persentase 53%.

Aspek perkembangan 5, anak mampu mengendalikan

emosi secara wajar, anak yang memiliki nilai baik 4 orang dengan

persentase 27%, anak yang nilainya cukup 5 orang dengan

persentase 33%, anak yang nilainya rendah 6 orang dengan

persentase 40%.

3) Pertemuan Ketiga Siklus I

Pertemuan ketiga siklus I peningkatan perkembangan sosial

emosional anak melalui metode bercerita dilakukan pada tanggal

16 April 2012.

Pelaksanaan tindakan terdiri dari 3 bagian utama yaitu:

kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

a) Kegiatan Awal

(1) Mengecek kehadiran anak didik dan mengkondisikan

tempat duduk anak.

(2) Melakukan apersepsi yaitu memberikan kaitan pelajaran

yang kemarin dengan pelajaran yang akan diberikan.

(3) Menciptakan hal-hal yang menarik perhatian anak didik

64

dengan cara mengajukan hal-hal yang dapat menimbulkan

rasa ingin tahu anak sehingga anak termotivasi untuk

belajar. (bermain lompat kartu sesuai gambar)

b) Kegiatan Inti

(1) Guru mulai bercerita dengan boneka tentang kebersamaan

dan tolong menolong (judul: Koi yang Pemaaf)

(2) Guru mulai dengan bernyanyi bersama dan

memberitahukan bahwa hari ini akan ada kegiatan finger

painting.

(3) Membagikan kertas kepada anak.

(4) Guru memperhatikan dan merespon anak agar

menyelesaikan sampai selesai, guru merespon sikap

kerjasama anak dalam menyelesikan tugas dan merespon

anak agar mau saling memaafkan dan saling tolong

menolong.

c) Penutup

(1) Tanya jawab atau menyimpulkan kegiatan

(2) Berdoa

(3) Nyanyi

(4) Pulang

Hasil observasi setiap aspek perkembangan sosial

emosional anak dalam proses pembelajaran melalui metode

65

bercerita selama siklus I pertemuan ketiga terlihat peningkatan,

untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.4 berikut ini.

Tabel 1.4

Hasil Observasi Perkembangan Sosial Emosional Anak Melalui

Metode Bercerita pada Siklus I (Sesudah Tindakan)

Pertemuan Ketiga

No Aspek Yang Diamati

Nilai

Amat Baik Baik Cukup Rendah

Jml

Anak %

Jml

Anak %

Jml

Anak %

Jml

Anak %

1

Anak mau bermain dan

berbagi dengan

temannya

1 7 7 47 4 27 3 20

2 Anak sabar dalam

melakukan tugasnya - 0 8 53 4 27 3 20

3

Anak mampu

bekerjasama dalam

kelompoknya

- 0 7 47 4 27 4 27

4 Anak tidak bersuara

keras dalam belajar - 0 4 27 4 27 7 47

5

Anak mampu

mengendalikan emosi

secara wajar

- 0 5 33 5 33 5 33

Nilai Rata-Rata 0,20 1,33 6,20 41,33 4,20 28,33 4,40 29,33

Grafik 1.4 : Hasil Observasi Perkembangan Sosial Emosional

Anak Melalui Metode Bercerita pada Siklus I (Setelah

Tindakan) Pertemuan Ketiga

0

10

20

30

40

50

60

1 2 3 4 5

Pe

rse

nta

se

Aspek

Amat Baik

Baik

Cukup

Rendah

66

Aspek perkembangan 1, anak mau bermain dan berbagi

dengan temannya, anak yang memperoleh nilai amat baik 1 orang

dengan persentase 7%, anak yang memiliki nilai baik 7 orang

dengan persentase 47%, anak yang nilainya cukup 4 orang dengan

persentase 27%, anak yang nilainya rendah 3 orang dengan

persentase 20%.

Aspek perkembangan 2, anak sabar dalam melakukan

tugasnya, anak yang memiliki nilai baik 8 orang dengan persentase

53%, anak yang nilainya cukup 4 orang dengan persentase 27%,

anak yang nilainya rendah 4 orang dengan persentase 27%.

Aspek perkembangan 3, anak mampu bekerjasama dalam

kelompoknya, anak yang memiliki nilai baik 7 orang dengan

persentase 47%, anak yang nilainya cukup 4 orang dengan

persentase 27%, anak yang nilainya rendah 4 orang dengan

persentase 27%.

Aspek perkembangan 4, anak tidak bersuara keras dalam

belajar, anak yang memiliki nilai baik 4 orang dengan persentase

27%, anak yang nilainya cukup 4 orang dengan persentase 27%,

anak yang nilainya rendah 4 orang dengan persentase 47%.

Aspek perkembangan 5, anak mampu mengendalikan

emosi secara wajar, anak yang memiliki nilai baik 5 orang dengan

persentase 33%, anak yang nilainya cukup 5 orang dengan

67

persentase 33%, anak yang nilainya rendah 5 orang dengan

persentase 33%.

Terlihat rata-rata persentase perkembangan sosial

emosiaonal anak yaitu persentase anak yang perkembangan sosial

emosionalnya amat baik berjumlah 1,33%, perkembangan sosial

emosionalnya baik berjumlah 41,33%, perkembangan sosial

emosionalnya cukup berjumlah 28%, dan perkembangan sosial

emosional yang rendah berjumlah 29,33%. Ini berarti secara umum

perkembangan sosial emosional belum mencapai Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM). Hal ini menunjukkan bahwa anak

yang berkembang sosial emosionalnya masih rendah dari rata-rata

persentase anak yang berkembang dan perlu bimbingan. Maka

untuk itu, peneliti mencoba untuk melakukan tindakan pada siklus

kedua.

Dibawah ini dapat dilihat Rekapitulasi hasil observasi

perkembangan sosial emosional anak melalui metode bercerita

pada siklus I (setelah tindakan) pertemuan satu, dua dan tiga.

68

Tabel 1.5

Rekapitulasi Hasil Observasi Perkembangan Sosial Emosional Anak

Melalui Metode Bercerita pada Siklus I (Setelah Tindakan)

Pertemuan Satu, Dua dan Tiga

No

Aspek

Yang

Diamati

Pertemuan I

Jumlah Anak = 15

Pertemuan II

Jumlah Anak = 15

Pertemuan III

Jumlah Anak = 15

Amat Baik Baik Cukup Rendah Amat Baik Baik Cukup Rendah Amat Baik Baik Cukup Rendah

Jml

Anak %

Jml

Anak %

Jml

Anak %

Jml

Anak %

Jml

Anak %

Jml

Anak %

Jml

Anak %

Jml

Anak %

Jml

Anak %

Jml

Anak %

Jml

Anak %

Jml

Anak %

1

Anak mau bermain

dan berbagi dengan

temannya

- 0 3 20 4 27 8 53 - 0 5 33 4 27 6 40 1 7 7 47 4 27 3 20

2 Anak sabar dalam

melakukan tugasnya - 0 2 13 4 27 9 60 - 0 4 27 4 27 7 47 0 0 8 53 4 27 3 20

3

Anak mampu

bekerjasama dalam

kelompoknya

- 0 2 13 5 33 8 53 - 0 5 33 5 33 5 33 0 0 7 47 4 27 4 27

4 Anak tidak bersuara

keras dalam belajar - 0 2 13 4 27 9 60 - 0 3 20 4 27 8 53 0 0 4 27 4 27 7 47

5

Anak mampu

mengendalikan emosi

secara wajar

- 0 1 7 5 33 9 60 - 0 4 27 5 33 6 40 0 0 5 33 5 33 5 33

Nilai Rata-Rata 0,00 0,00 2,00 13,33 4,40 29,33 8,60 57,33 0,00 0,00 4,20 28,00 4,40 29,33 6,40 42,67 0,20 1,33 6,20 41,33 4,20 28,00 4,40 20,33

P = N

Fx 100%

Keterangan :

P = Angka persentase

F = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya

N = Jumlah anak dalam satu kelas

69

Grafik 1.5 : Hasil Observasi Perkembangan Sosial Emosional

Anak Melalui Metode Bercerita pada Siklus I (Setelah

Tindakan) Pertemuan Satu, Dua dan Tiga.

c. Refleksi

Pelaksanaan pembelajaran pada Siklus I sudah sesuai dengan

rencana, berdasarkan hasil pengamatan dampak pembelajaran belum

cukup berhasil, hal ini terlihat jelas dari:

1) Perkembangan sosial emosional anak meningkat melalui metode

bercerita yaitu:

a) Anak mau bermain dan berbagi dengan temannya, anak yang

memperoleh nilai baik 13% meningkat menjadi 47% setelah

tindakan Siklus I.

b) Anak sabar dalam melakukan tugasnya, anak yang memperoleh

nilai baik pada kondisi awal sebelum tindakan 7% meningkat

menjadi 53% setelah tindakan Siklus I.

0

10

20

30

40

50

60

Aspek 1 Aspek 2 Aspek 3 Aspek 4 Aspek 5

Pe

rse

nta

se

Pertemuan 1

Pertemuan 2

Pertemuan 3

70

c) Anak mampu bekerjasama dalam kelompoknya, pada kondisi

awal sebelum tindakan 7% meningkat menjadi 47% setelah

tindakan Siklus I.

d) Anak tidak bersuara keras dalam belajar, kondisi awal sebelum

tindakan 7% meningkat menjadi 27% setelah tindakan Siklus I.

e) Anak mampu mengendalikan emosi secara wajar, setelah

dilakukan Siklus I diperoleh hasil persentasi rata-rata 33%.

2) Ditinjau dari aktivitas guru, pembelajaran pada siklus I sudah

berjalan dengan baik. Namun ada beberapa hal yang harus menjadi

perhatian guru yaitu:

3) Semua indikator yang dinilai pada Siklus I belum tercapai secara

maksimal.

4) Masih belum banyak cerita yang guru berikan untuk merangsang

perkembangan sosial emosional anak.

Untuk mengatasi hal tersebut di atas, peneliti melakukan hal-

hal sebagai berikut:

1) Membimbing dan memotivasi anak secara individu terutama bagi

anak yang masih kurang berkembang sosial emosionalnya pada

siklus II agar lebih meningkat.

2) Memberikan kesempatan dan mendampingi anak saat proses

belajar, lingkungan belajar yang aman sehingga merespon

berkembangnya sosial emosional anak.

71

3) Menambah materi cerita dengan menggunakan boneka dan

gambar-gambar yang lebih menarik perhatian anak.

4) Mengajak anak jalan-jalan keliling kampung dan guru merespon

perkembangan sosial emosional anak dengan bercerita.

5) Memberikan penguatan/pujian kepada anak yang sudah

berkembang baik sosial emosionalnya.

Pada tanggal 20 April 2012 dilakukan refleksi siklus I yang

dilakukan untuk dapat melihat perkembangan sosial emosional anak

melalui metode bercerita.

3. Deskripsi Siklus II

Dari hasil penelitian pada siklus I, ternyata masih belum mencapai

kriteria ketuntasan minimal (KKM), maka peneliti akan melaksanakan

penelitian pada Siklus II yang dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan.

Pertemuan pertama dilaksanakan tanggal 24 April 2012, pertemuan kedua

tanggal 26 April 2012 dan pertemuan ketiga tanggal 28 April 2012.

a. Perencanaan

Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk menentukan

kompetensi dasar dan indikator yang akan disampaikan kepada anak

dalam kegiatan pengembangan sosial emosional anak melalui metode

bercerita. Kompetensi dasarnya adalah anak mempu mengendalikan

emosi secara wajar dan anak mampu bergaul dengan teman sebaya dan

orang lain, indikatornya adalah anak mau bermain dengan temannya,

anak tidak bersuara dalam kelas, anak sabar mengerjakan tugas dan

72

sabar menunggu giliran. Mengingat bahwa perkembangan sosial

emosional anak di TK Citra Pirandu masih rendah, maka peneliti

melakukan perencanaan membuatkan Rencana Kegiatan Harian

(RKH) yang akan dilaksanakan komponen-komponen adalah

indikatornya, kegiatan pembelajaran, media/alat dan selanjutnya

menentukan metode yang digunakan dalam proses pembelajaran.

b. Tindakan

Peneliti melakukan proses pembelajaran peningkatan

perkembangan sosial emosional melalui bercerita. Sesuai dengan

Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang telah disusun.

Pertemuan pertama siklus II peningkatan perkembangan sosial

emosional anak melalui metode bercerita dilakukan pada tanggal

24 April 2012.

1) Pertemuan Pertama Siklus II

Pelaksanaan tindakan terdiri dari 3 bagian utama yaitu:

kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

a) Kegiatan Awal

(1) Mengecek kehadiran anak didik dan mengkondisikan

tempat duduk anak

(2) Melakukan apersepsi yaitu memberikan kaitan pelajaran

yang kemarin dengan pelajaran yang akan diberikan.

(3) Menciptakan hal-hal yang menarik perhatian anak didik

dengan cara mengajukan hal-hal yang dapat menimbulkan

73

rasa ingin tahu anak sehingga anak termotivasi untuk

belajar. (bertanya jawab tentang kegiatan anak sebelum ke

sekolah tadi pagi) dilanjutkan dengan bernyanyi.

b) Kegiatan Inti

(1) Guru memperkenalkan alat yang digunakan untuk kegiatan

anak.

(2) Guru memperlihatkan gambar-gambar yang berisi cerita

yang berarti.

(3) Anak mulai diberi kebebasan untuk menceritakan isi

gambar dengan bahasanya sendiri sementara guru tetap

merespon anak melalui pertanyaan yang merespon perilaku

anak.

(4) Anak diajak untuk mengikuti situasi gambar yang sedang

mereka amati dan guru merespon anak untuk melakukan

hal yang sama.

(5) Anak direspon untuk mau berbagi dengan temannya pada

saat bermain balok.

c) Penutup

(1) Tanya jawab atau menyimpulkan kegiatan

(2) Berdoa

(3) Nyanyi

(4) Pulang

74

Hasil observasi setiap aspek perkembangan sosial

emosional anak dalam proses pembelajaran melalui metode

bercerita selama siklus II pertemuan pertama terlihat peningkatan,

untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini:

Tabel 2.1

Hasil Observasi Perkembangan Sosial Emosional Anak Melalui

Metode Bercerita pada Siklus II (Sesudah Tindakan)

Pertemuan Pertama

No Aspek Yang Diamati

Nilai

Amat Baik Baik Cukup Rendah

Jml

Anak %

Jml

Anak %

Jml

Anak %

Jml

Anak %

1

Anak mau bermain dan

berbagi dengan

temannya

3 20 8 53 4 27 - 0

2 Anak sabar dalam

melakukan tugasnya 1 7 8 53 6 40 1 7

3

Anak mampu

bekerjasama dalam

kelompoknya

- 0 8 53 4 27 3 20

4 Anak tidak bersuara

keras dalam belajar 2 13 7 47 4 27 2 13

5

Anak mampu

mengendalikan emosi

secara wajar

- 0 7 47 7 47 1 7

Nilai Rata-Rata 1.20 8.00 7.60 50.67 5.00 33.33 1.40 9.33

75

Grafik 2.1 : Hasil Observasi Perkembangan Sosial Emosional

Anak Melalui Metode Bercerita pada Siklus II

(Setelah Tindakan) Pertemuan Pertama

Aspek perkembangan 1, anak mau bermain dan berbagi

dengan temannya, anak yang memiliki nilai amat baik 3 orang

dengan persentase 20%, anak yang nilainya baik 8 orang dengan

persentase 53%, anak yang nilainya cukup 4 orang dengan

persentase 27%.

Aspek perkembangan 2, anak sabar dalam melakukan

tugasnya, anak yang memiliki nilai amat baik 1 orang dengan

persentase 7%, anak yang nilainya baik 8 orang dengan persentase

53%, anak yang nilainya cukup 4 orang dengan persentase 27%.

Aspek perkembangan 3, anak mampu bekerjasama dalam

kelompoknya, anak yang memiliki nilai baik 8 orang dengan

persentase 53%, anak yang nilainya cukup 4 orang dengan

0

10

20

30

40

50

60

1 2 3 4 5

Pe

rse

nta

se

Aspek

Amat Baik

Baik

Cukup

Rendah

76

persentase 27%, anak yang nilainya rendah 3 orang dengan

persentase 20%.

Aspek perkembangan 4, anak tidak bersuara keras dalam

belajar, anak yang memiliki nilai amat baik 2 orang dengan

persentase 13%, anak yang nilainya baik 7 orang dengan

persentase 47%, anak yang nilainya cukup 4 orang dengan

persentase 27%, dan anak yang memperoleh nilai rendah 2 orang

dengan persentase 13%.

Aspek perkembangan 5, anak mampu mengendalikan

emosi secara wajar, anak yang memiliki nilai baik 7 orang dengan

persentase 47%, anak yang nilainya cukup 7 orang dengan

persentase 47%, anak yang nilainya rendah 1 orang dengan

persentase 7%.

2) Pertemuan kedua siklus II

Pertemuan kedua siklus II peningkatan perkembangan

sosial emosional anak melalui metode bercerita dilakukan pada

tanggal 26 April 2012.

Pelaksanaan tindakan terdiri dari 3 bagian utama yaitu:

kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

a) Kegiatan Awal

(1) Mengecek kehadiran anak didik dan mengkondisikan

tempat duduk anak

(2) Melakukan apersepsi yaitu memberikan kaitan pelajaran

77

yang kemarin dengan pelajaran yang akan diberikan.

(3) Menciptakan hal-hal yang menarik perhatian anak didik

dengan cara mengajukan hal-hal yang dapat menimbulkan

rasa ingin tahu anak sehingga anak termotivasi untuk

belajar. (bercakap-cakap tentang kegiatan anak di rumah

sepulang sekolah) dilanjutkan dengan bernyanyi.

b) Kegiatan Inti

(1) Guru memulai memperdengarkan sebuah cerita tentang

emosi yang wajar.

(2) Setelah selesai guru merespon anak dengan bertanya

tentang cerita guru tadi.

(3) Untuk membuktikan apakah cerita guru sudah dipahami

anak, guru mengajak anak bermain terpimpin di halaman.

(4) Saat proses berlangsung akan terlihat pemahaman anak

tentang cerita guru tadi,jika anak sudah tertib saat bermain,

tolong-menolong dan tidak memiliki emosi yang tinggi

apabila tersinggung.

c) Penutup

(1) Tanya jawab atau menyimpulkan kegiatan

(2) Berdoa

(3) Nyanyi

(4) Pulang

78

Hasil observasi setiap aspek perkembangan sosial

emosional anak dalam proses pembelajaran melalui metode

bercerita selama siklus II pertemuan kedua terlihat peningkatan,

untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut ini:

Tabel 2.2

Hasil Observasi Perkembangan Sosial Emosional Anak Melalui

Metode Bercerita pada Siklus II (Sesudah Tindakan)

Pertemuan kedua

No Aspek Yang Diamati

Nilai

Amat Baik Baik Cukup Rendah

Jml

Anak %

Jml

Anak %

Jml

Anak %

Jml

Anak %

1

Anak mau bermain dan

berbagi dengan

temannya

4 27 10 67 1 7 - 0

2 Anak sabar dalam

melakukan tugasnya 2 13 10 67 3 20 - 0

3

Anak mampu

bekerjasama dalam

kelompoknya

1 7 10 67 4 27 - 0

4 Anak tidak bersuara

keras dalam belajar 3 20 8 53 4 27 - 0

5

Anak mampu

mengendalikan emosi

secara wajar

1 7 8 53 6 40 - 0

Nilai Rata-Rata 2.20 14.67 9.20 61.33 3.60 5.00 0.00 0.00

79

Grafik 2.2 : Hasil Observasi Perkembangan Sosial Emosional

Anak Melalui Metode Bercerita pada Siklus II

(Setelah Tindakan) Pertemuan kedua

Aspek perkembangan 1, anak mau bermain dan berbagi

dengan temannya, anak yang memiliki nilai amat baik 4 orang

dengan persentase 27%, anak yang memperoleh nilai baik 10 orang

dengan persentase 67%, anak yang nilainya cukup 1 orang dengan

persentase 7%.

Aspek perkembangan 2, anak sabar dalam melakukan

tugasnya, anak yang memiliki nilai amat baik 2 orang dengan

persentase 13%, anak yang nilainya baik 10 orang dengan

persentase 67%, anak yang nilainya cukup 3 orang dengan

persentase 20%.

Aspek perkembangan 3, anak mampu bekerjasama dalam

kelompoknya, anak yang memiliki nilai amat baik 1 orang dengan

persentase 7%, anak yang nilainya baik 10 orang dengan

0

10

20

30

40

50

60

70

1 2 3 4 5

Pe

rse

nta

se

Aspek

Amat Baik

Baik

Cukup

Rendah

80

persentase 67%, anak yang nilainya cukup 4 orang dengan

persentase 27%.

Aspek perkembangan 4, anak tidak bersuara keras dalam

belajar, anak yang memiliki nilai amat baik 3 orang dengan

persentase 20%, anak yang nilainya baik 8 orang dengan

persentase 53%, anak yang nilainya cukup 4 orang dengan

persentase 27%.

Aspek perkembangan 5, anak mampu mengendalikan

emosi secara wajar, anak yang memiliki nilai amat baik 1 orang

dengan persentase 7%, anak yang nilainya baik 8 orang dengan

persentase 53%, anak yang nilainya cukup 6 orang dengan

persentase 40%.

3) Pertemuan Ketiga Siklus II

Pertemuan ketiga siklus II peningkatan perkembangan

sosial emosional anak melalui metode bercerita dilakukan pada

tanggal 28 April 2012.

Pelaksanaan tindakan terdiri dari 3 bagian utama yaitu:

kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

a) Kegiatan Awal

(1) Mengecek kehadiran anak didik dan mengkondisikan

tempat duduk anak.

(2) Melakukan apersepsi yaitu memberikan kaitan pelajaran

yang kemarin dengan pelajaran yang akan diberikan.

81

(3) Menciptakan hal-hal yang menarik perhatian anak didik

dengan cara mengajukan hal-hal yang dapat menimbulkan

rasa ingin tahu anak sehingga anak termotivasi untuk

belajar.

b) Kegiatan Inti

(1) Guru mulai dengan bernyanyi bersama dan

memberitahukan bahwa hari ini akan jalan-jalan keliling

kampung.

(2) Sebelum jalan guru merespon anak agar menjaga ketertiban

selama perjalanan nanti.

(3) Selama perjalanan guru bercerita tentang senangnya

kebersamaan,sikap sabar dan mencintai lingkungan.

(4) Anak di respon untuk menceritakan apa yang mereka lihat

selama jalan-jalan dan indahnya kebersamaan.

c) Penutup

(1) Tanya jawab atau menyimpulkan kegiatan

(2) Berdoa

(3) Nyanyi

(4) Pulang

Hasil observasi setiap aspek perkembangan sosial

emosional anak dalam proses pembelajaran melalui metode

bercerita selama siklus II pertemuan ketiga terlihat peningkatan,

untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut ini:

82

Tabel 2.3

Hasil Observasi Perkembangan Sosial Emosional Anak Melalui

Metode Bercerita pada Siklus II (Sesudah Tindakan)

Pertemuan ketiga

No Aspek Yang Diamati

Nilai

Amat Baik Baik Cukup Rendah

Jml

Anak %

Jml

Anak %

Jml

Anak %

Jml

Anak %

1

Anak mau bermain dan

berbagi dengan

temannya

5 33 10 67 - 0 - 0

2 Anak sabar dalam

melakukan tugasnya 3 20 12 80 - 0 - 0

3

Anak mampu

bekerjasama dalam

kelompoknya

2 13 10 67 3 20 - 0

4 Anak tidak bersuara

keras dalam belajar 4 27 9 60 2 13 - 0

5

Anak mampu

mengendalikan emosi

secara wajar

3 20 9 60 3 20 - 0

Nilai Rata-Rata 3.40 22.67 10.00 66.67 1.60 10.67 0.00 0.00

Grafik 2.3 : Hasil Observasi Perkembangan Sosial Emosional

Anak Melalui Metode Bercerita pada Siklus II

(Setelah Tindakan) Pertemuan Ketiga

0

10

20

30

40

50

60

70

80

1 2 3 4 5

Pe

rse

nta

se

Aspek

Amat Baik

Baik

Cukup

Rendah

83

Aspek perkembangan 1, anak mau bermain dan berbagi dengan

temannya, anak yang memiliki nilai amat baik 5 orang dengan

persentase 33%, anak yang memperoleh nilai baik 10 orang dengan

persentase 67%,

Aspek perkembangan 2, anak sabar dalam melakukan

tugasnya, anak yang memiliki nilai amat baik 3 orang dengan

persentase 20%, anak yang nilainya baik 12 orang dengan persentase

80%.

Aspek perkembangan 3, anak mampu bekerjasama dalam

kelompoknya, anak yang memiliki nilai amat baik 2 orang dengan

persentase 13%, anak yang nilainya baik 10 orang dengan persentase

67%, anak yang nilainya cukup 3 orang dengan persentase 20%.

Aspek perkembangan 4, anak tidak bersuara keras dalam

belajar, anak yang memiliki nilai amat baik 4 orang dengan persentase

27%, anak yang nilainya baik 9 orang dengan persentase 60%, anak

yang nilainya cukup 2 orang dengan persentase 13%.

Aspek perkembangan 5, anak mampu mengendalikan emosi

secara wajar, anak yang memiliki nilai amat baik 3 orang dengan

persentase 20%, anak yang nilainya baik 9 orang dengan persentase

60%, anak yang nilainya cukup 3 orang dengan persentase 20%.

Di bawah ini dapat dilihat rekapitulasi peningkatan

perkembangan sosial emosional anak melalui metode bercerita pada

siklus II (setelah tindakan) pertemuan satu, dua dan tiga.

84

Tabel 2.4

Rekapitulasi Hasil Observasi Perkembangan Sosial Emosional Anak

Melalui Metode Bercerita pada Siklus II (Setelah Tindakan)

Pertemuan Satu, Dua dan Tiga

No

Aspek

Yang

Diamati

Pertemuan I

Jumlah Anak = 15

Pertemuan II

Jumlah Anak = 15

Pertemuan III

Jumlah Anak = 15

Amat Baik Baik Cukup Rendah Amat Baik Baik Cukup Rendah Amat Baik Baik Cukup Rendah

Jml

Anak %

Jml

Anak %

Jml

Anak %

Jml

Anak %

Jml

Anak %

Jml

Anak %

Jml

Anak %

Jml

Anak %

Jml

Anak %

Jml

Anak %

Jml

Anak %

Jml

Anak %

1

Anak mau bermain dan

berbagi dengan

temannya

3 20 8 53 4 27 - 0 4 27 10 67 1 7 - 0 5 33 9 67 1 3 - 0

2 Anak sabar dalam

melakukan tugasnya 1 7 8 53 6 40 1 7 2 13 10 67 3 20 - 0 3 20 11 80 1 3 - 0

3

Anak mampu

bekerjasama dalam

kelompoknya

- 0 8 53 4 27 3 20 1 7 10 67 4 27 - 0 2 13 10 67 3 20 - 0

4 Anak tidak bersuara

keras dalam belajar 2 13 7 47 4 27 2 13 3 20 8 53 4 27 - 0 4 27 9 60 2 13 - 0

5

Anak mampu

mengendalikan emosi

secara wajar

- 0 7 47 7 47 1 7 1 7 8 53 6 40 - 0 3 20 9 60 3 20 - 0

Nilai Rata-Rata 1.20 8.00 7.60 50.67 5.00 33.33 1.40 9.33 2.20 14.67 9.20 61.33 3.60 5.00 0.00 0.00 3.40 22.67 10.00 66.67 1.60 10.67 0.00 0.00

P = N

Fx 100%

Keterangan :

P = Angka persentase

F = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya

N = Jumlah anak dalam satu kelas

85

Grafik 2.4 : Hasil Observasi Perkembangan Sosial Emosional

Anak Melalui Metode Bercerita pada Siklus II (Setelah

Tindakan) Pertemuan Satu, Dua dan Tiga.

c. Refleksi

Berdasarkan hasil belajar yang diperoleh pada siklus II,

perkembangan sosial emosional anak sudah meningkat sesuai dengan

kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan. Hal ini terlihat pada

persentase rata-rata pada pertemuan ketiga siklus II ini adalah 89,34%.

Hal ini menunjukkan bahwa metode bercerita dapat meningkatkan

perkembangan sosial emosial anak di Kelompok B1 TK Citra Pirandu

Anduring.

Berdasarkan analisis terhadap indikator yang telah diuraikan di

atas, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja dalam tindakan telah

dapat memenuhi pencapaian optimal yang telah ditetapkan, maka

penelitian ini sudah berhasil pada siklus II.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Aspek 1 Aspek 2 Aspek 3 Aspek 4 Aspek 5

Pe

rse

nta

se

Pertemuan 1

Pertemuan 2

Pertemuan 3

86

B. Analisis Data

Hasil penelitian peningkatan perkembangan sosial emosional anak

melalui metode bercerita di TK Citra Pirandu Anduring Kayutanam

diperlukan analisis data guna menjelaskan dan memperdalam kajian dalam

penelitian ini.

Kondisi awal kemampuan sosial emosional anak di TK Citra Pirandu

Anduring masih rendah, dimana sebahagian anak masih belum mau bermain

dan berbagi dengan temannya, anak belum sabar dalam melakukan tugasnya,

anak belum mampu bekerjasama dalam kelompoknya dan masih belum

mampu mengendalikan emosi secara wajar.

Setelah melihat kondisi awal tentang kemampuan sosial emosional

anak, maka peneliti melakukan tindakan dengan menggunakan metode

bercerita. Peneliti melakukan tindakan dengan dua siklus, pada siklus I

peneliti melakukan kegiatan bercerita dengan menggunakan gambar seri dan

buku cerita, pada pertemuan pertama bercerita dengan gambar seri dan pada

pertemuan kedua dan ketiga bercerita dengan buku gambar, setelah selesai

siklus I peneliti melanjutkan tindakan ke siklus II.

Untuk mencapai hasil yang optimal pada siklus II maka peneliti

melakukan kegiatan dengan metode bercerita menggunakan boneka dan

peneliti membimbing secara individual kemampuan sosial emosional anak

melalui pembiasaan.

Berdasarkan penelitian pada siklus I dan siklus II, metode bercerita

dapat meningkatkan perkembangan sosial emosional anak:

87

1. Kemampuan amat baik dan baik dalam mengikuti metode bercerita

dapat meningkatkan perkembangan sosial emosional anak dari

persentase 42,8% pada siklus I meningkat menjadi 89,34% pada

siklus II.

2. Ditinjau dari aktivitas guru, pembelajaran pada siklus II sudah berjalan

baik dan berhasil.

Tabel 3.1

Persentase Perkembangan Sosial Emosional Anak

Dengan Metode Bercerita

No Indikator Sebelum

Tindakan

Siklus I

(AB+B)

Siklus II

(AB+B) Keterangan

1 Anak mau bermain dan berbagi

dengan temannya - 54 100 Meningkat

2 Anak sabar dalam melakukan

tugasnya - 53 100 Meningkat

3 Anak mampu bekerjasama dalam

kelompoknya - 47 80 Meningkat

4 Anak tidak bersuara keras dalam

belajar - 27 87 Meningkat

5 Anak mampu mengendalikan

emosi secara wajar - 33 80 Meningkat

Nilai Rata-Rata - 42,8 89,4

Grafik 3.1 : Persentase Perkembangan Sosial Emosional Anak

dengan Metode Bercerita

0

10

20

30

40

50

60

1 2 3 4 5

Pe

rse

nta

se

Indikator

Sebelum Tindakan

Siklus I

Siklus II

88

Berdasarkan nilai rata-rata pada kondisi awal, siklus I dan siklus II

terjadi peningkatan pada perkembangan sosial emosional anak. Hasil

observasi perkembangan sosial emosional anak melalui metode bercerita

dapat dijelaskan pada tiap kategori, anak kategori amat baik (tabel 4.1),

kategori baik (tabel 4.2), kategori cukup (tabel 4.3), kategori kurang

(tabel 4.4).

Tabel 3.2

Peningkatan Perkembangan Sosial Emosional Anak Melalui Metode

Bercerita (Kategori Amat Baik)

No Aspek yang diamati Sebelum

Tindakan %

Siklus I

%

Siklus

II % Ket

1 Anak mau bermain dan

berbagi dengan temannya

0 7 33 Meningkat

2 Anak sabar dalam

melakukan tugasnya

0 0 20 Meningkat

3 Anak mampu bekerjasama

dalam kelompoknya

0 0 13 Meningkat

4 Anak tidak bersuara keras

dalam belajar

0 0 27 Meningkat

5 Anak mampu

mengendalikan emosi secara

wajar

0 0 20 Meningkat

Nilai rata-rata 0,0 0,0 22,67 Meningkat

89

Grafik 3.2 : Peningkatan Perkembangan Sosial Emosional Anak

Melalui Metode Bercerita (Kategori Amat Baik)

Berdasarkan tabel dan grafik di atas perkembangan sosial

emosional anak melalui metode bercerita dalam kategori amat baik pada

aspek anak mau bermain dan berbagi dengan temannya sebelum tindakan

0%, pada siklus I naik 7% dan pada siklus II naik 33%. Aspek Anak sabar

dalam melakukan tugasnya sebelum tindakan 0%, siklus I 0%, dan pada

siklus II menjadi 20%. Aspek anak mampu bekerjasama dalam

kelompoknya sebelum tindakan 0%, siklus I 0%, naik pada siklus II 13%.

Aspek anak tidak bersuara keras dalam belajar sebelum tindakan 0%,siklus

I 0%, Siklus II 27%. Aspek anak mampu mengendalikan emosi secara

wajar sebelum tindakan 0%, siklus I 0%, naik pada siklus II 20%.

0

5

10

15

20

25

30

35

1 2 3 4 5

Pe

rse

nta

se

Indikator

Sebelum Tindakan

Siklus I

Siklus II

90

Tabel 3.3

Peningkatan Perkembangan Sosial Emosional Anak Melalui Metode

Bercerita (Kategori Baik)

No Aspek yang diamati

Sebelum

tindakan

%

Siklus I

%

Siklus II

% Ket

1 Anak mau bermain dan

berbagi dengan temannya

13 47 67 Meningkat

2 Anak sabar dalam

melakukan tugasnya

7 53 80 Meningkat

3 Anak mampu bekerjasama

dalam kelompoknya

7 47 67 Meningkat

4 Anak tidak bersuara keras

dalam belajar

7 27 60 Meningkat

5 Anak mampu mengendalikan

emosi secara wajar

0 33 60 Meningkat

Nilai rata-rata 6.8 41.33 66.67 Meningkat

Grafik 3.3 : Peningkatan Perkembangan Sosial Emosional Anak

Melalui Metode Bercerita (Kategori Baik)

Berdasarkan tabel dan grafik di atas perkembangan sosial

emosional anak melalui metode bercerita dalam kategori baik pada

aspek 1, anak mau bermain dan berbagi dengan temannya sebelum

0

10

20

30

40

50

60

70

80

1 2 3 4 5

Pe

rse

nta

se

Indikator

Sebelum Tindakan

Siklus I

Siklus II

91

tindakan 13%, pada siklus I naik 47% dan pada siklus II naik 67%. Aspek

2, Anak sabar dalam melakukan tugasnya sebelum tindakan 7%, siklus I

naik 53%, dan pada siklus II menjadi 80%. Aspek 3, anak mampu

bekerjasama dalam kelompoknya sebelum tindakan 7%, siklus I naik 47%,

naik pada siklus II 67%. Aspek 4, anak tidak bersuara keras dalam belajar

sebelum tindakan 7%, siklus I 27%, Siklus II 60%. Aspek 5, anak mampu

mengendalikan emosi secara wajar sebelum tindakan 0%, siklus I 33%,

naik pada siklus II 60%.

Tabel 3.4

Peningkatan Perkembangan Sosial Emosional Anak Melalui Metode

Bercerita (Kategori Cukup)

No Aspek yang diamati

Sebelum

tindakan

%

Siklus I

%

Siklus II

% Ket

1 Anak mau bermain dan

berbagi dengan temannya

27 27 0 Menurun

2 Anak sabar dalam

melakukan tugasnya

27 27 0 Menurun

3 Anak mampu bekerjasama

dalam kelompoknya

27 27 20 Menurun

4 Anak tidak bersuara keras

dalam belajar

20 27 13 Menurun

5 Anak mampu mengendalikan

emosi secara wajar

33 33 20 Menurun

Nilai rata-rata 26.8 28.33 10.67 Menurun

92

Grafik 3.4 : Peningkatan Perkembangan Sosial Emosional Anak

Melalui Metode Bercerita (Kategori Cukup)

Berdasarkan tabel dan grafik di atas perkembangan sosial

emosional anak melalui metode bercerita dalam kategori cukup pada

aspek 1, anak mau bermain dan berbagi dengan temannya sebelum

tindakan 27%, pada siklus I 27% dan pada siklus II turun 0%. Aspek 2,

Anak sabar dalam melakukan tugasnya sebelum tindakan 27%, siklus I

27%, dan pada siklus II menjadi 0%. Aspek 3, anak mampu bekerjasama

dalam kelompoknya sebelum tindakan 27%, siklus I 27%, pada siklus II

20%. Aspek 4, anak tidak bersuara keras dalam belajar sebelum tindakan

20%, siklus I 27%, Siklus II 13%. Aspek 5, anak mampu mengendalikan

emosi secara wajar sebelum tindakan 33%, siklus I menjadi 33%, pada

siklus II menjadi 20%.

0

5

10

15

20

25

30

35

1 2 3 4 5

Pe

rse

nta

se

Indikator

Sebelum Tindakan

Siklus I

Siklus II

93

Tabel 3.5

Peningkatan Perkembangan Sosial Emosional Anak Melalui Metode

Bercerita (Kategori Rendah)

No Aspek yang diamati

Sebelum

tindakan

%

Siklus I

%

Siklus II

% Ket

1 Anak mau bermain dan

berbagi dengan temannya

60 20 0 Menurun

2 Anak sabar dalam

melakukan tugasnya

67 20 0 Menurun

3 Anak mampu bekerjasama

dalam kelompoknya

67 27 0 Menurun

4 Anak tidak bersuara keras

dalam belajar

73 47 0 Menurun

5 Anak mampu mengendalikan

emosi secara wajar

67 33 0 Menurun

Nilai rata-rata 66.8 29.33 0.00 Menurun

Grafik 3.5 : Peningkatan Perkembangan Sosial Emosional Anak

Melalui Metode Bercerita (Kategori Rendah)

Berdasarkan tabel dan grafik di atas perkembangan sosial

emosional anak melalui metode bercerita dalam kategori rendah pada

aspek 1, anak mau bermain dan berbagi dengan temannya sebelum

0

10

20

30

40

50

60

70

80

1 2 3 4 5

Pe

rse

nta

se

Indikator

Sebelum Tindakan

Siklus I

Siklus II

94

tindakan 60%, pada siklus I 20% dan pada siklus II turun 0%. Aspek 2,

Anak sabar dalam melakukan tugasnya sebelum tindakan 67%, siklus I

turun 20%, dan pada siklus II menjadi 0%. Aspek 3, anak mampu

bekerjasama dalam kelompoknya sebelum tindakan 67%, siklus I 27%,

pada siklus II turun 0%. Aspek 4, anak tidak bersuara keras dalam belajar

sebelum tindakan 73%, siklus I 47%, Siklus II 0%. Aspek 5, anak mampu

mengendalikan emosi secara wajar sebelum tindakan 67%, siklus I

menjadi 33%, pada siklus II turun menjadi 0%.

Grafik 3.6 : Peningkatan Perkembangan Sosial Emosional Anak

Melalui Metode Bercerita

Hasil observasi pada Siklus I dapat dilihat pada pertemuan ketiga

dengan nilai rata-rata 42,66%, terjadi peningkatan pada siklus II

pertemuan ketiga dengan nilai rata-rata 89,34%. Angka tersebut telah

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Siklus I

Siklus II

95

mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan telah mencapai angka

indikator yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu 75%.

C. Pembahasan

Pada bagian ini dikemukakan pembahasan mengenai hasil observasi

peningkatan perkembangan sosial emosional anak melalui metode bercerita di

TK Citra Pirandu Anduring Kayu Tanam. Berdasarkan kondisi awal sebagian

besar anak masih belum mau bermain dan berbagi dengan temannya, masih

belum sabar dalam menyelesaikan tugasnya.

Rendahnya perkembangan sosial emosional anak dapat dilihat pada

kondisi awal, rata-rata perkembangan anak yang amat baik sebanyak 0,0%,

rata-rata anak yang baik 6,8%, rata-rata anak yang cukup 26,8% dan rata-rata

anak yang rendah 66,8%.

Setelah dilakukan tindakan pada siklus I dan II terlihat peningkatan

yang sangat baik. Keberhasilan dalam peningkatan perkembangan sosial

emosional anak melalui metode bercerita secara ringkas dapat dijabarkan

sebagai berikut:

1. Ditinjau dari aktivitas guru, pembelajaran sudah mengalami peningkatan

yang baik pada sikius I dan siklus II

2. Perkembangan sosial emosional anak meningkat baik melalui metode

bercerita.

Perkembangan sosial emosional anak sangat perlu sekali berkembang

dalam diri anak, karena mengajarkan mereka mampu bergaul dengan orang

lain, melatih kesabaran mereka, apabila sosial emosional anak sudah

96

berkembang baik, maka pembelajaran yang lain yang guru berikan akan

mudah diterima anak.

Menurut Masitoh (2005:13) mengemukakan bahwa mulai usia 2

sampai 6 tahun anak belajar melakukan hubungan sosial dan bergaul dengan

orang di luar lingkungan rumah, terutama dengan anak-anak sebaya. Salah

satu metode yang tepat untuk merangsang perkembangan sosial emosional

anak adalah melalui metode bercerita.

Hal ini diperkuat lagi oleh teori Masitoh dkk (2005:10.6). Manfaat

cerita bagi anak antara lain:

1. Bagi anak TK mendengarkan cerita yang menarik dan dekat dengan

lingkungannya merupakan kegiatan yang mengasyikkan.

2. Guru dapat memanfaatkan kegiatan bercerita untuk menanamkan nilai-

nilai positif pada anak.

3. Kegiatan bercerita juga memberikan sejumlah pengetahuan sosial, nilai-

nilai moral agama.

4. Pembelajaran dengan bercerita memberikan pengalaman belajar yang

berarti pada anak.

5. Dengan bercerita akan mengembangkan kognitif, afektif dan psikomotorik

anak.

6. Membantu anak untuk membangun berbagai peran yang disukainya.

Berdasarkan teori di atas, dapat dilihat keberhasilan penelitian pada

siklus II yang dapat dilihat dari kategori amat baik memperoleh rata-rata

22,67%, kategori baik 66,67%, kategori cukup 10,67% dan kategori rendah

97

0,00%. Hal ini membuktikan bahwa terjadi peningkatan perkembangan sosial

emosional anak melalui metode bercerita.

98

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan

pada bab IV, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur formal, non

formal dan informal. Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) merupakan

salah satu bentuk pendidikan usia dini formal yang ditujukan bagi anak-

anak usia 4-6 tahun.

2. Anak usia dini membutuhkan lingkungan dan orang lain untuk

meningkatkan kemampuan dan potensi yang ada dalam dirinya. Oleh

karena itu tanggung jawab seorang guru TK untuk mengetahui kelebihan

dan kekurangan yang ada pada anak.

3. Perkembangan seperti menyesuaikan diri dengan lingkungan, bertanggung

jawab dan memiliki emosi yang wajar membutuhkan bimbingan dari

orang tua dan guru. Upaya dalam membimbing perkembangan ini harus

dilakukan dalam suasana yang menyenangkan anak.

4. Agar perkembangan sosial emosional anak dapat berkembang baik, maka

metode bercerita adalah salah satu metode bercerita adalah salah satu

metode yang tepat untuk membimbing perkembangan dan perilaku anak

agar lebih baik.

99

5. Pelaksanaan metode bercerita dapat meningkatkan perkembangan sosial

emosional anak ke arah yang lebih baik, terlihat dengan sikap anak yang

sudah sabar dalam menyelesaikan tugas, mau bermain dengan temannya

dan sudah mau bertanggungjawab serta memiliki emosi yang wajar, pada

siklus II meningkat mencapai 89,34%.

B. Implikasi

Metode Bercerita telah berhasil meningkatkan perkembangan sosial

emosional anak, sehingga telah terjadi peningkatan disetiap indikatornya

terutama pada indikator mau bermain dan berbagi dengan temannya. Hal ini

diperkuat dengan Teori B.F Skiner “Melalui bercerita anak dapat

mengembangkan pengetahuannya dan dapat mengamati dan mencontoh

perilaku-perilaku yang ditampilkan tokoh dalam cerita”.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diperoleh dalam penelitian ini,

diajukan saran-saran yang membangun demi kesempurnaan penelitian

tindakan kelas pada masa-masa yang akan datang:

1. Pihak sekolah sebaiknya menyediakan berbagai media yang dapat

merespon perkembangan sosial emosional anak.

2. Kepada guru TK diharapkan dapat menggunakan metode bercerita dalam

pembelajaran sebagai salah satu strategi untuk meningkatkan

perkembangan sosial emosional anak.

100

3. Guru harus memahami dan selalu merespon perilaku anak dengan cerita-

cerita yang bermakna agar perkembangan sosial emosional anak dapat

berkembang baik.

4. Hendaknya guru harus mampu menggunakan berbagai macam metode

dalam memberikan kegiatan pembelajaran, sehingga anak tidak akan

merasa bosan dan jenuh dalam belajar serta tujuan pembelajaran akan

tercapai secara optimal.

5. Agar pembelajaran lebih kondusif dan menarik minat anak, sebaiknya

guru harus kreatif dalam merancang kegiatan pembelajaran dengan

menggunakan metode dan media yang bervariasi, sehingga merangsang

anak senang untuk belajar, disamping itu guru juga harus mampu

menciptakan suasana belajar yang kondusif.

6. Bagi peneliti yang lain diharapkan dapat melakukan dan mengungkapkan

lebih jauh lagi tentang perkembangan sosial emosional anak dan dapat

menciptakan media dan metode pembelajaran yang baik.

7. Bagi pembaca diharapkan dapat menggunakan skripsi ini sebagai sumber

ilmu pengetahuan guna menambah wawasan.

101

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Siti dkk.2010.Perkembangan dan Konsep Dasar Pengambangan Anak

Usia Dini : Jakarta: Universitas Terbuka.

Asrori, Mohammad (2009). Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV Wacana

Prima.

Arikunto, Suharsimi (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara: Jakarta.

Depdiknas. (2005). Pedoman Pembelajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta:

Depdiknas.

Dhieni Nurbiana, dkk (2007).Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: 2007

Gunarti, Winda dkk, 2010. Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan

Dasar Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.

Hartuti. (2005). Konsep Dasar Anak Dini. Bandung: Gramedia.

Hidayani, Rini dkk.2007. Psykologi Perkembangan Anak. Jakarta: Universitas

Terbuka.

Kunandar. (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai

Pengembangan Profesi Guru. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Lawrence, Shapiro E. (2001). Mengajar Emosional Intelligence pada Anak.

Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Masitoh. (2005). Pendekatan Belajar Aktif di Taman Kanak – Kanak. Jakarta :

Depdiknas

Moeslicatoen. (2005). Pendekatan Belajar Aktif di Taman Kanak-kanak. Jakarta:

Depdiknas.

Masitoh, dkk(2005). Strategi Pembelajaran TK. Jakarta: Universitas Terbuka.

Prayitno, Elida ( ). Belajar Anak usia Dini dan Anak SD: Angkasa Raya.

Sujiono, Yuliani Nuraini.dkk.(2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.

Jakarta: PT Indeks.

Santoso, Soegeng (2005). Dasar-Dasar Pendidikan TK. Jakarta: Universitas

Terbuka.

LAMPIRAN 7

Gambar 1 : Guru Membacakan Buku Cerita yang Menceritakan Tentang

Kebersamaan (story reading)

LAMPIRAN 8

Gambar 2 : Anak diberikan kegiatan yang merangsang sikap kerjasama dan

saling berbagi dengan temannya.

LAMPIRAN 9

Gambar 3 : Guru merespon anak dengan cerita-cerita dalam buku cerita yang

merangsang emosinya, sabar dalam menyelesaikan tugas dan mau

saling berbagi

LAMPIRAN 10

Gambar 4 : Guru merangsang sikap kerjasama anak saat bermain balok dengan

bercerita.

LAMPIRAN 11

Gambar 5 : Guru merespon sikap sabar dan saling berbagi anak saat bekerja

dengan bercerita boneka.

LAMPIRAN 12

Gambar 6 : Guru bercerita dengan mimik dan ekspresi yang tepat yang

merangsang sikap sosial emosional anak.

LAMPIRAN 13

Gambar 6 : Guru mengamati anak bermain di halaman yang sudah

mencerminkan kebersamaan dan mau saling berbagi.

LAMPIRAN 14

Gambar 8 : Guru dan anak jalan keliling kampung dan menikmati indahnya

alam dan indahnya kebersamaan.