Skor Apgar, Makrosomia

14
Skor Apgar Skor Apgar atau nilai Apgar (bahasa Inggris: Apgar score) adalah sebuah metode yang diperkenalkan pertama kali pada tahun 1952 oleh Dr. Virginia Apgar sebagai sebuah metode sederhana untuk secara cepat menilai kondisi kesehatan bayi baru lahir sesaat setelah kelahiran. Apgar yang berprofesi sebagai ahli anestesiologi mengembangkan metode skor ini untuk mengetahui dengan pasti bagaimana pengaruh anestesi obstetrik terhadap bayi. Skor Apgar dihitung dengan menilai kondisi bayi yang baru lahir menggunakan lima kriteria sederhana dengan skala nilai nol, satu, dan dua. Kelima nilai kriteria tersebut kemudian dijumlahkan untuk menghasilkan angka nol hingga 10. Kata "Apgar" belakangan dibuatkan jembatan keledai sebagai singkatan dari Appearance, Pulse, Grimace, Activity, Respiration (warna kulit, denyut jantung, respons refleks, tonus otot/keaktifan, dan pernapasan), untuk mempermudah menghafal. Lima kriteria Skor Apgar: Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2 Akronim Warna kulit seluruhny a biru warna kulit tubuh normal merah muda, tetapi tangan dan kaki kebiruan (akrosianosis ) warna kulit tubuh, tangan, dan kaki normal merah muda, tidak ada sianosis Appearanc e Denyut jantung tidak ada <100 kali/menit >100 kali/menit Pulse Respons ref leks tidak ada respons terhadap stimulasi meringis/ menangis lemah ketika distimulasi meringis/bersin/ batuk saat stimulasi saluran napas Grimace Tonus otot lemah/ tidak ada sedikit gerakan bergerak aktif Activity Pernapasan tidak ada lemah atau tidak teratur menangis kuat, pernapasan baik dan teratur Respiration Page | 1

description

Apgar score

Transcript of Skor Apgar, Makrosomia

Page 1: Skor Apgar, Makrosomia

Skor Apgar

Skor Apgar atau nilai Apgar (bahasa Inggris: Apgar score) adalah sebuah metode yang diperkenalkan pertama kali pada tahun 1952 oleh Dr. Virginia Apgar sebagai sebuah metode sederhana untuk secara cepat menilai kondisi kesehatan bayi baru lahir sesaat setelah kelahiran. Apgar yang berprofesi sebagai ahli anestesiologi mengembangkan metode skor ini untuk mengetahui dengan pasti bagaimana pengaruh anestesi obstetrik terhadap bayi.

Skor Apgar dihitung dengan menilai kondisi bayi yang baru lahir menggunakan lima kriteria sederhana dengan skala nilai nol, satu, dan dua. Kelima nilai kriteria tersebut kemudian dijumlahkan untuk menghasilkan angka nol hingga 10. Kata "Apgar" belakangan dibuatkan

jembatan keledai sebagai singkatan dari Appearance, Pulse, Grimace, Activity, Respiration (warna kulit, denyut jantung, respons refleks, tonus otot/keaktifan, dan pernapasan), untuk mempermudah menghafal.

Lima kriteria Skor Apgar:

Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2 Akronim

Warna kulitseluruhnya biru

warna kulit tubuh normal merah muda,tetapi tangan dan kaki kebiruan (akrosianosis)

warna kulit tubuh, tangan, dan kakinormal merah muda, tidak ada sianosis

Appearance

Denyut jantung tidak ada <100 kali/menit >100 kali/menit Pulse

Respons refleks

tidak ada respons terhadap stimulasi

meringis/menangis lemah ketika distimulasi

meringis/bersin/batuk saat stimulasi saluran napas

Grimace

Tonus ototlemah/tidak ada

sedikit gerakan bergerak aktif Activity

Pernapasan tidak adalemah atau tidak teratur

menangis kuat, pernapasan baik dan teratur

Respiration

Interpretasi skor

Tes ini umumnya dilakukan pada waktu satu dan lima menit setelah kelahiran, dan dapat diulangi jika skor masih rendah.

Jumlah skor Interpretasi Catatan7-10 Bayi normal

4-6 Agak rendahMemerlukan tindakan medis segera seperti penyedotan lendir yang menyumbat jalan napas, atau pemberian oksigen untuk membantu bernapas.

0-3 Sangat rendah Memerlukan tindakan medis yang lebih intensif

Page | 1

Page 2: Skor Apgar, Makrosomia

Jumlah skor rendah pada tes menit pertama dapat menunjukkan bahwa bayi yang baru lahir ini membutuhkan perhatian medis lebih lanjut tetapi belum tentu mengindikasikan akan terjadi masalah jangka panjang, khususnya jika terdapat peningkatan skor pada tes menit kelima. Jika skor Apgar tetap dibawah 3 dalam tes berikutnya (10, 15, atau 30 menit), maka ada risiko bahwa anak tersebut dapat mengalami kerusakan syaraf jangka panjang. Juga ada risiko kecil tapi signifikan akan kerusakan otak. Namun demikian, tujuan tes Apgar adalah untuk menentukan dengan cepat apakah bayi yang baru lahir tersebut membutuhkan penanganan medis segera, seperti penyedotan lendir yang menyumbat jalan napas dengan suction, atau pemberian oksigen untuk membantunya bernapas, biasanya jika tindakan ini berhasil, keadaan bayi akan membaik (KidsHealth, 2004); dan tidak didisain untuk memberikan prediksi jangka panjang akan kesehatan bayi tersebut.

Beberapa bayi yang lahir dengan masalah pada organ jantung dan paru-paru akan membutuhkan tindakan medis lanjutan, sedangkan yang lain hanya membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan luar. Kebanyakan bayi baru lahir dengan nilai Apgar pertama di bawah 7 akan baik-baik saja. Perlu diingat bahwa skor Apgar agak rendah (pada menit pertama) adalah normal pada beberapa bayi yang baru lahir, terutama yang lahir dari ibu hamil dengan resiko tinggi, melalui proses cesar, atau ibu yang memiliki komplikasi selama kehamilan maupun proses persalinan. Juga bisa terjadi pada bayi prematur, di mana kemampuan untuk mengerakan otot/alat gerak lebih rendah daripada bayi cukup bulan.

Sumber : What is the Apgar Score

http://kidshealth.org/PageManager.jsp?dn=KidsHealth&lic=1&ps=107&cat_id=20553&article_set=25452

1. KidsHealth (2004) : Apgar Score. www.kidshealth.org2. MedicinNet (2007) : Apgar Score. www.medicinenet.com3. Wikipedia (2007) : Apgar Score. http://en.wikipedia.org

Presentasi bokong sempurna (complete breech). Fetus berada dalam posisi duduk dalam jalan lahir tetapi bokong masih merupakan presenting part. Seluruh anggota gerak janin fleksi sempurna (tungkai dan lutut fleksi).

Presentasi bokong murni (frank breech). Bagian terbawah (presenting part) dari fetus adalah bokong, kedua tungkai dalam fleksi dan sejajar toraks (lutut ekstensi).

Presentasi kaki (footlink breech / incomplete breech). Salah satu atau kedua kaki lebih inferior dibandingkan dengan bokong dan akan menjadi bagian pertama yang lahir.

Page | 2

Page 3: Skor Apgar, Makrosomia

BAYI MAKROSOMIA

Bayi-bayi besar (Makrosomia) sering dilahirkan dari ibu multi paritas dan ibu diabetes melitus (Cunnighan, 1995 : 422). Semua neonatus dengan berat 4000 gram/ lebih biasanya dianggap sebagai bayi “Makrosomia”.Ada dua kelompok bayi yang disebut sebagai bayi berat lahir berlebih.1. Bayi yang dilahirkan dengan berat badan lebih dari 3900 gram. Kondisi ini dikenal dengan “Giant Baby” dan dapat terbawa sampai tumbuh dewasa.2. Bayi yang dilahirkan dengan berat badan normal sekitar 2500-3800 gram tapi pada masa pertumbuhannya naik cukup banyak. Bayi seperti ini diistilahkan dengan bayi dengan berat badan diatas rata-rata.

Ada beberapa hal yang menyebabkan janin kelebihan berat badan :1. Ibu menderita DMKadar gula darah ibu hamil penderita Diabetes Melitus tergolong tinggi. Kondisi inilah yang memberi peluang janin untuk tumbuh melebihi ukuran rata-rata. Jika fungsi plasenta dan tali pusar baik, maka si calon bayi dapat tumbuh makin subur.2. Ibu mempunyai riwayat melahirkan bayi besarIbu yang pada kehamilan pertama melahirkan Giant baby berpeluan besar melahirkan anak kedua dengan kondisi yang sama pada kehamilan berikutnya.3. Faktor genetikObesitas dan overweight yang dialami ayah-ibu dapat menurun pada bayi.4. Pengaruh kecukupan giziPorsi makanan yang dikonsumsi ibu hamil akan berpengaruh terhadapa bobot janin. Asupan gizi yang berlebih bisa mengakibatkan bayi lahir dengan berat diatas rata-rata.5. Bukan kehamilan pertamaAda kecenderungan berat badan lahir anak kedua dan seterusnya lebih besar daripada anak pertama.

Definisi- Makrosomia adalah merupakan gambaran yang khas untuk bayi ibu Diabetes Mellitus (BIDM) (Ilmu Kesehatan Anak, Ali Markum).- Marosomia yakni berat bayi lebih dari 4000 gram (Kpeerawatan Maternitas Edisi 4. Bobak Lowdermilk, Jensen).- Menurut Cunningham (1995 : 421) semua neonatus dengan berat badan 4000 gram atau lebih tanpa memandang umur kehamilan dianggap sebagai makrosomia.Kondisi bayi dengan berat lahir di atas rata-rata ini (Makrosomia) membutuhkan perawatan yang lebih/intensive dan harus selalu dipantau untuk menghindari risiko dikemudian hari.

Karakteristik Makrosomia- Mempunyai wajah berubi- Badan montok dan bengkak- Kulit kemerahan- Organ internal membesar (hepatosplenomegali, spenomegali, kardiomegali).- Lemak tubuh banyak- Plasenta dan tali pusat lebih besar dari rata-rata.

Page | 3

Page 4: Skor Apgar, Makrosomia

EtiologiMakrosomia ini disebabkan oleh terjadinya hiperglikemia pada janin (akibat hiperglikemia ibu) dan hiperinsulinisme janin yang menyebabkan :- Timbunan lemak subkutan janin dan glikogen hati bertambah- Pertambahan ukuran dan berat dari hamper seluruh organ, yang memperlihatkan hipertropf dan hyperplasia seluler- Hematopiesis ektramedularis khususnya dari hepar yang menyebabkan pertambahan berat badanUmumnya bayi dengan makrosomia ini dilahirkan oleh ibu diabetik kelas A, B dan C. Insulin dikatakan merupakan hormon pertumbuhan primer untuk perkembangan intra uterin.

Diabetes Maternal mengakibatkan peningkatan kadar asam-asam amino bus plasenta, pancreas janin berespon dengan memproduksi insulin untuk disesuaikan dengan sediaan bahan baker akselerasi sintesis protein yang diakibatkan bersama dengan penyimpanan glikogen dan lemak berlebih bertanggung jawab terhadap terjadinya makrosomia yang khas pada kehamilan diabetik.

KomplikasiMakrosomia berisiko mengalami hepoglikemia, hipokalsemia, hiperviskostas, dan hiperbilirubinemia.

1. HepoglikemiaIstilah hepoglikemia digunakan bila kadar gula darah bayi secara bermakna dibawah kadar rata-rata. Dikatakan hepoglikemia bila kadar glukosa darah kurang dari 30 mg/dl pada semua neonatus tanpa menilai masa gestasi atau ada tidaknya gejala hepoglikemia. Umumnya hepoglikemia terjadi pada neonatus umur 1 – 2 jam. Hal ini disebabkan oleh karena bayi tidak mendapatkan lagi glukosa dari ibu, sedangkan insulin plasma masih tinggi dengan kadar glukosa darah yang menurun.

2. HipokalsemiaBayi menderita hipokalsemia bika kadar kalsium dalam serum kurang dari 7 mg/dl (dengan/tanpa gejala), atau kadar kalsium 10 n kurang dari 3 mg/dl. Kejadiannya adalah kira-kira 50% pada BIDM beratnya hipokalsemia berhubungan dengan beratnya diabetes ibu dan berkurangnya fungs kelenar paranoid kadar kalsium terendah terjadi pada umur 24-72 jam.

3. Polestemia dan HiperviskositasPenyebab polestemia kurang jelas akan tetapi mungkin disebabkan oleh meningkatnya produksi sel darah merah yang sekunder disebabkan oleh hipoksia intra uterin kronik pada ibu dengan penyakit vaskuler dan oleh transfusi plasenta intra uterin akibat hipoksia akut pada persalinan atau kelahiran.

4. HiperbilirubinemiaDengan adanya polisetemia akan menyebabkan hiperviskositas darah dan akan merusak sirkulasi darah. Selain itu peningkatan sel darah yang akan dihemolisis ini meningkatkan beban hederobin potensial heperbilirubinemia.bayi makrosomia dapat menderita fraktur klavikula, laserasi limpa atau hati cedera flesus brakial, palsi fasial, cedera saraf frenik atau hemoragi subdural.

Page | 4

Page 5: Skor Apgar, Makrosomia

PenatalaksanaanTanpa memandang besarnya semua bayi dari ibu diabetes sejak semula harus mendapat pengamatan dan perawatan yang intensif, adar gula darah pada bayi harus ditentukan pada 1 jam post partum dan kemudian setiap 6 – 8 jam berikutnya, jika secara klinis baik dan kadar gula darahnya normal. Mula-mula diberikan makanan oral/sonde air glukosa 5% dilanjutkan dengan ASI.air susu formula yang dimulai pada umur 2 – 3 jam dan diteruskan dengan interval makanan oral. Pemberian makanan harus dihentikan dan glukosa di berikan dengan infus intravena perifer pada kecepatan 4 – 8 mg/kg BB/menit untuk mengatasi.

1. HipoglikemiaTujuan utama pengobatan hipoglikemia adalah agar kadar glukosa serum tetap normal pada kasus hipoglikemia tanpa gejala lakukan tindakan berikut : 25 mg/dl maka bayi diberi- Apabila kadar glukosa dengan dextrosix larutan glukosa sebanyak 6 mg/kg BB/menit dan kemudian diperiksa tiap 1 jam hingga normal dan stabil.- Bila doxtrosix menunjukkan hasil 25 – 46 mg/dl dan bayi tidak tampak sakit maka diberi minum glukosa 5% lalu diperiksa tiap jam hingga stabil. Pada kasus hipoglikemia dengan gejala diberikan larutan glukosa 10% sebanyak 2 – 4 ml/kg BB intra vena selama 2 – 3 menit hingga kadae glukosa stabil.

2. HipokalsemiaHipokalsemia dengan kejang harus diobati dengan larutan kalsium glukonat 10% sebanyak 0.2 – 0.5 ml/kg BB intravena yang harus diperhatikan selama pemberian adalah aritmia jantung, brakikardi dan ekstravasasi cairan dan alat infuse, kadar kalsium serum harus dipantau tiap jam.

3. HiperbilirubinemiaSejak bayi mulai kurang kadar bilirubin harys dipantau dengan teliti kalau perlu berikan terapi sinar/transfuse tukar darah.

4. Polisitemia Dicoba dengan penambahan pemberian minum sebanyak 20 – 40 ml/kg BB/ hari disamping itu dipantau Hb darah tiap 6 – 12 jam tanpa gejala, bila dengan gejala seperti gangguan nafas jantung atau kelainan neurologik harus dilakukan transfuse tukar parsial dengan plasma beku segar.

DAFTAR PUSTAKABobak, dkk. 2005. Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC

Markum, A.H. 1996. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : FAkultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku Acuan pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Page | 5

Page 6: Skor Apgar, Makrosomia

http://kesehatan.kompas.com/read/2009/09/24/12001018/giant.baby.mengapa.terjadi

"Giant Baby", Mengapa Terjadi?

Kamis, 24 September 2009 | 12:00 WIB

KOMPAS.com — Rekor bayi terberat baru saja dipecahkan oleh bayi yang lahir di Medan, Sumatera Utara, dengan bobot 8,7 kg yang lahir melalui bedah caesar. Sebelumnya, Agustus lalu, seorang warga Madura juga melahirkan bayi "raksasa" seberat 8 kg. Fenomena lahirnya bayi-bayi berukuran jumbo belakangan ini memang membuat banyak orang heran.

Bayi yang lahir dengan berat berlebih, atau disebut fetal macrosomia, tidak hanya berisiko terhadap kesehatan bayi tapi juga ibunya. Bayi yang lahir besar atau lebih dari 4 kg, biasanya harus dilahirkan secara caesar. Selain itu, bayi yang lahir besar juga pada umumnya memiliki nilai lebih rendah dibanding bayi yang berat badannya normal. Bayi berukuran jumbo ini juga lebih rentan mengalami obesitas di kemudian hari.

Sementara itu, risiko yang mungkin dihadapi oleh ibu bila melahirkan bayi besar adalah terjadinya kehilangan darah dalam jumlah banyak (postpartum hemorhage) saat persalinan.

Salah satu faktor yang menyebabkan bayi lahir besar adalah diabetes yang kerap menyerang ibu hamil. Bayi lahir besar terjadi akibat janin menerima pasokan gula berlebih dari ibunya yang diubah menjadi protein dan lemak sehingga membuatnya besar.

Karena itu, ibu hamil yang menderita diabetes wajib memantau ekstra kehamilannya. Selain pemeriksaan janin, fungsi plasenta dan air ketuban juga perlu dilakukan menjelang masa kelahiran untuk menilai kematangan paru-paru janin. Untuk menjaga agar berat badan bayi tetap normal, ibu hamil sebaiknya melakukan pengaturan pola makan sesuai kebutuhan kalori. Ngemil boleh saja dilakukan, tapi hindari camilan manis.

Selain itu, lakukan olahraga ringan untuk menurunkan kadar gula darah. Penelitian terbaru yang dilakukan oleh para ahli dari Norwegia menyebutkan, risiko bayi lahir dengan ukuran besar bisa berkurang hingga 28 persen bila di masa kehamilan ibu hamil tetap berolahraga secara teratur, terutama pada trisemester dua dan tiga.

"Wanita yang sedang hamil biasanya lebih peduli pada kesehatannya, misalnya saja berhenti minum kopi. Menambahkan kegiatan olahraga selama kehamilan akan menyempurnakan gaya hidup sehat itu," kata Dr Robert Welch, ketua bagian obstetri dan ginekologi di Providence Hospital, Southfield, Michigan, AS.

Dalam penelitian ini, para ahli dari Norwegia menganalisis data dari studi The Norwegian Mother and Child Cohort yang memiliki database informasi mencapai 37.000 ibu hamil dengan usia kehamilan maksimal 37 minggu.

Sebuah studi yang dilakukan para ahli dari Amerika Serikat sebelumnya juga menunjukkan, ibu hamil yang rutin berolahraga risiko untuk melahirkan bayi prematur juga lebih rendah.

Page | 6

Page 7: Skor Apgar, Makrosomia

http://ticaweds.multiply.com/journal/item/20

Bayi Besar

Bayi besar atau istilah latin dikenal makrosomia, atau Giant Baby (bayi raksasa), adalah bayi dengan berat badan di atas 4 kg. Kejadian sangat bervariasi antara 8 sampai 10 persen total kelahiran, tetapi kelahiran dengan berat sangat ekstrim seperti di atas 5,5 kg sangat langka.

Bayi besar akan meningkatkan risiko problema proses persalinan yaitu kemungkinan terjadi bahu bayi tersangkut dan, kalaupun bayi lahir, bayi akan lahir dengan gangguan nafas dan kadang kala bayi lahir dengan trauma tulang leher, bahu dan selubung sarafnya. Beruntung pada keadaan tertentu bayi bisa lewat panggul ibu dengan proses lama akan tetapi biasanya bayi tersebut berpotensi tidak sehat, sedangkan ibu yang melahirkan sering mengalami gangguan berjalan pasca melahirkan akibat peregangan maksimal struktur tulang panggul. Keluhan keluhan tersebut bisa sembuh kembali dengan perawatan yang baik.

Faktor penyebab terjadinya bayi besar bisa akibat faktor ibu dan bisa juga akibat faktor bayinya sendiri. Ibu yang menderita sakit gula (diabetes melitus), hal ini terjadi akibat terjadi gangguan penggunaan gula darah ibu hamil yang disebabkan tak berperannya fungsi hormon insulin, inilah yang membuat bayi menjadi tumbuh besar.

Pemeriksaan kadar gula darah sebaiknya dilakukan saat usia kehamilan 24-28 minggu, bila kadar gula darah tidak normal, nilai kadar gula harus diturunkan dalam batas aman atau normal dengan menggunakan suntikan hormon insulin, karena penggunaan obat penurun gula darah tablet tidak dibenarkan, sebab bisa membahayakan bayi.

Seorang ibu hamil gemuk (lebih dari 80 kg) berisiko 4 sampai 12 kali untuk melahirkan bayi besar. Bayi yang lahir besar juga dihubungkan dengan usia kehamilan yang lewat waktu taksirannya. Selain itu seorang Ibu dengan kehamilan lebih dari 2 juga berpotensi melahirkan bayi besar, karena umumnya berat seorang bayi yang akan lahir berikutnya bertambah sekitar 80 sampai 120 gr. Ibu hamil dengan usia lanjut dan pernah melahirkan bayi besar, berpeluang melahirkan bayi besar. Selain itu pengaruh postur ibu dan bapak yang besar juga mempengaruhi lahir bayi besar, pengaruhnya berhubungan dengan tinggi badan.

Pengaruh genetik atau kelainan kongenital (bawaan) juga berpengaruh untuk terjadi bayi besar. Bayi dengan Jenis kelamin laki-laki berpengaruh terjadi bayi besar, sekitar 150 lebih berat dari jenis perempuan, kejadian pada anak lelaki berkisar 60 sampai 65 persen.

Dengan periksa hamil teratur dapat ditekan risiko komplikasi bagi ibu yang sering terjadi akibat bayi besar, seperti tingginya angka operasi Caesar, perdarahan pascasalin, dan trauma jalan lahir. Periksa kehamilan di pos bidan desa atau puskesmas baik itu dilakukan oleh bidan maupun dokter umum akan menjadi tempat skrining awal.

Bila seorang ibu dengan penambahan berat badan diatas 12 kg, rata-rata penambahan berat badan ideal (7 sampai 12 kg), atau adanya tinggi fundus rahim diatas 40 cm sebaiknya kasus yang demikian segera dirujuk ke rumah sakit untuk konfirmasi pemeriksaan sonografi karena kelompok ibu dengan ukuran-ukuran tersebut berpotensi terjadi bayi besar.

Page | 7

Page 8: Skor Apgar, Makrosomia

Pencegahan terjadinya bayi besar bertujuan mencegah terjadi komplikasi yang tidak diinginkan bagi ibu dan janin dengan jalan melakukan diagnosa lebih awal adanya potensi terjadinya bayi besar. Pencegahan dilakukan dengan melakukan penimbangan berat badan ibu secara teratur, pengukuran tinggi fundus uteri dan pola makan yang benar. Peningkatan kalori yang dibutuhkan seorang ibu hamil berkisar 10 sampai 15 persen kebutuhan normal.

Untuk mencegah adanya bayi besar ibu hamil perlu melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur, 4 kali selama kehamilannya, sekali saat kehamilan trimester pertama dan kedua (tekanan darah, kenaikan berat badan dan proteinuri) dan 2 kali saat usia kehamilan trimester ketiga. Penting bagi seorang ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan sonografi (USG) selama kehamilan, minimal diperiksa sebanyak 2 kali, yakni saat usia kehamilan 12-15 minggu untuk melihat adanya kelainan bayi, dan 8 bulan untuk menentukan kesejahteraan janin, letak plasenta dan posisi/presentasi bayi sehingga bisa merencanakan tempat persalinan yang optimal. Pemeriksaan besar bayi dengan USG akan memberikan ketepatan sampai 90 persen, sedangkan dengan pemeriksaan fisik saja misal dengan berat badan ibu dan tinggi fundus uteri memberikan ketepatan sampai 50 persen.

“Gangguan regulasi glukosa pada ibu hamil terjadi pada 3-10% kehamilan. Hal ini bisa disebabkan karena perubahan gaya hidup, konsumsi makanan yang tidak sesuai dan kegemukan,’’ujar Dr Yuri Kamila Kurdi SpOG. Menurut Dokter Spesialis Obstetri & Ginekologi dari RSAB YK Madira Palembang, hamil dengan diabetes (gestational diabetes (GDM)) yaitu keadaan intoleransi glukosa yang dijumpai pertama kali saat hamil. Menurut American College of Obstetrics and Gynecology (ACOG) GDM terjadi 90% pada ibu hamil dengan diabetes. Sedangkan diabetes mellitus type II terdapat pada 8% kehamilan dan 1% merupakan diabetes yang sudah terjadi sebelum hamil (preexisting diabetes).

Diabetes sendiri terbagi bermacam-macam, yaitu diabetes type I, yaitu diabetes yang terjadi karena kerusakan sel pankreas sehingga terjadi defisiensi insulin. Hal ini bisa terjadi karena faktor imun atau idiopatik. Lalu, diabetes type II terjadi karena adanya resistensi insulin. Diabetes type lain bisa disebabkan adanya mutasi genetik, sindroma genetik (sindroma turner, sindroma down dansebagainya), gangguan endokrin, obat-obatan, dan infeksi.

Yuri menjelaskan, berbagai risiko dan komplikasi dapat terjadi pada ibu hamil dengan diabetes. Pada ibu, GDM dapat meningkatkan risiko terjadinya preeklampsia, hipertensi, seksio sesar dan risiko terjadinya diabetes type II di kemudian hari. ’’Pada janin atau bayi, GDM dapat meningkatkan terjadinya kematian janin dalam rahim, makrosomia (janin besar), trauma saat persalinan, nerve palsy, patah tulang janin, hiperbilirubinemia, polisitemia dan neonatal hipoglikemia.’’ungkapnya.

Makrosomia terjadi dikarenakan ibu dengan diabetes mengalami kekurangan insulin, sehingga kadar glukosa darah meningkat. Glukosa darah ini masuk ke sirkulasi darah janin sehingga meningkatkan produksi insulin janin, lalu glukosa dirubah menjadi lemak. Selain itu kadar glukosa yang tinggi pada janin juga menyebabkan aliran oksigenasi terganggu sehingga potensial menimbulkan gawat janin hingga kematian janin dalam rahim.

M.Andalas,dr.SpOGwaspada.co.id

Page | 8

Page 9: Skor Apgar, Makrosomia

Proporsi Panggul

Pada usia kehamilan 36 minggu, dokter akan melakukan pemeriksaan panggul. Sebenarnya, melalui mata telanjang calon ibu bisa mengetahui luas panggulnya. Kalau ibu bertubuh tinggi besar, bisa dipastikan ukuran panggulnya relatif luas. Sedangkan ibu yang tidak terlalu tinggi, hanya 150 cm atau malah kurang, kemungkinan besar ukuran panggulnya kecil dan sempit.

Indikasi yang mengharuskan pemeriksaan 1. Ada dugaan disproporsi atau ketidaksesuaian besar bayi dan ukuran panggul ibu.

Khususnya jika ukuran bayi besar, sedangkan panggul ibu sempit. Biasanya bayi berbobot 4 kg ke atas sulit dilahirkan secara normal. Selain kepala tidak bisa memasuki rongga panggul, ukuran bahu bayi yang juga lebar menghambat bayi turun ke panggul.

2. Kelainan panggul, karena trauma kecelakaan yang merusak bentuk panggul. Kondisi ini boleh jadi kurang ideal bagi ibu untuk melahirkan secara normal.

3. Ibu memiliki riwayat penyakit perusak panggul, seperti TBC tulang, rakhitis, atau polio. Bakteri TBC tulang mampu merusak bentuk panggul, menjadi bengkok ataupun tidak beraturan.

4. Kelainan letak bayi, misalnya posisi wajah bayi yang langsung menghadap jalan lahir. Posisi yang benar, adalah ubun-ubun bayilah yang menghadap jalan lahir.

Pemeriksaan Klinis1. Pemeriksaan dilakukan dengan jari pada usia kehamilan 36 minggu. Caranya, dokter akan

memasukkan dua jarinya (jari telunjuk dan tengah) ke jalan lahir hingga menyentuh bagian tulang belakang/promontorium.

2. Setelah itu, dokter akan menghitung jarak dari tulang kemaluan hingga promontorium untuk mengetahui ukuran pintu atas panggul dan pintu tengah panggul.

3. Jarak minimal antara tulang kemaluan dengan promontorium adalah 11 cm. Jika kurang maka dikategorikan sebagai panggul sempit. Namun, jika bayi yang akan lahir tidak terlalu besar, maka ibu berpanggul sempit dapat melahirkan secara normal.

Pemeriksaan RontgenDilakukan dengan cara memotret panggul ibu, menggunakan alat rontgen. Selama pemotretan ibu diminta duduk, persis seperti tindakan rontgen pada anggota tubuh lain, hanya saja intensitas cahaya yang digunakan lebih rendah. Hasil foto dianalisa untuk mengetahui ukuran panggul. Bahkan aneka kelainan letak bayi pun sebetulnya bisa terdeteksi dengan cara ini. Dibanding pengukuran secara klinis, pengukuran dengan alat rontgen menghasilkan data yang lebih terperinci mengenai diameter pintu panggul.

Peluang calon ibu agar bisa melahirkan normal berdasarkan bobot bayi: 1. Panggul sempit, panggul jenis ini hanya bisa mengeluarkan bayi berbobot 2,5 kg ke bawah.2. Panggul sedang, bisa mengeluarkan bayi berbobot 2,5 kg s/d 3,5 kg.3. Panggul luas, panggul jenis ini bisa mengeluarkan bayi berukuran besar 3,5 kg s/d 3,9 kg.Ukuran panggul rata-rata dan terkategori normal:

1. Pintu atas panggul (pelvic inlet) minimal memiliki diameter 22 cm. 2. Pintu tengah panggul (mid pelvic) diameter minimalnya adalah 20 cm. 3. Pintu bawah panggul, panjang diameter normalnya rata-rata minimal 16 cm.

Page | 9