skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini...

107
MAKNA SUMBANGAN PADA ACARA PERNIKAHAN MASA KINI (Studi Kasus di Desa Jati, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen) Skripsi oleh : HIMBASU MADOKO NIM. K8405001 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009

Transcript of skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini...

Page 1: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

MAKNA SUMBANGAN

PADA ACARA PERNIKAHAN MASA KINI

(Studi Kasus di Desa Jati, Kecamatan Sumberlawang,

Kabupaten Sragen)

Skripsi

oleh :

HIMBASU MADOKO NIM. K8405001

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2009

Page 2: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

MAKNA SUMBANGAN

PADA ACARA PERNIKAHAN MASA KINI

(Studi Kasus di Desa Jati, Kecamatan Sumberlawang,

Kabupaten Sragen)

oleh :

HIMBASU MADOKO NIM. K8405001

Skripsi

Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2009

Page 3: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini Telah Disetujui untuk Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Surakarta, Juli 2009

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I

Drs. Suparno, M.Si NIP. 19481210 197903 1 002

Pembimbing II

Siany Indria L.,S.Ant.,M.Hum NIP. 19800905 200501 2 002

Page 4: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi persyaratan mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : Jum’at

Tanggal : 17 Juli 2009

Tim Penguji Skripsi:

Nama Terang Tanda tangan

Ketua : Drs. H. MH. Sukarno, M.Pd ........................

Sekretaris : Dra. Hj. Siti Rochani .CH, M.Pd .......................

Anggota I : Drs. Suparno, M.Si ………………

Anggota II : Siany Indria. L, S.Ant., M.Hum ………………

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd

NIP. 19600727 198702 1 001

Page 5: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

ABSTRAK

Himbasu Madoko, MAKNA SUMBANGAN PADA ACARA PERNIKAHAN MASA KINI (Studi Kasus di Desa Jati, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen). Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2009.

Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui dan memahami mengapa sumbangan dalam acara perkawinan menjadi sesuatu yang penting di dalam kehidupan masyarakat, (2) Untuk mengetahui dan memahami bagaimana masyarakat memaknai sumbangan pada acara pernikahan dalam konteks masa kini.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif diskriptif. Sumber data dalam penelitian ini yaitu; (1) Informan atau narasumber, yaitu warga masyarakat dilokasi penelitian serta pihak-pihak yang sedang atau pernah mengadakan acara pernikahan, (2) Sumber data dari peristiwa atau aktivitas, yaitu ketika acara pernikahan dan sistem sumbangan ini dilaksanakan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik wawancara mendalam (in depth interviewing) dan observasi secara langsung. Teknik pengembangan validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah trianggulasi data (trianggulasi sumber), trianggulasi metode dan review informan. Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif yang meliputi empat komponen yaitu pengumpulan data, reduksi data (reduction), sajian data (display) dan penarikan kesimpulan serta verifikasinya.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Sumbangan pada acara pernikahan memiliki tiga arti penting dalam kehidupan masyarakat Desa Jati, Kecamatan Sumberlawang Sragen. Ketiga arti penting tersebut adalah, dapat mempengaruhi tingkah laku masyarakat dan melestarian pranata sosial yang telah ada dimasyarakat, dapat membantu pembiayaan pihak yang sedang menyelenggarakan hajat sehingga pelaksanaan acara pernikahan sesuai dengan adat istiadat setempat dapat tetap lestari, serta dapat membentuk, memperkuat dan mempertahankan integritas masyarakat. (2) Dalam konteks masa kini masyarakat Desa Jati sering hanya memaknai sistem sumbangan sebagai suatu kebiasaan masyarakat dan hanya melaksanakan sistem sumbangan dalam rangka untuk memenuhi hubungan timbal baliknya saja tanpa memahami tujuan/maksudnya. Hal ini berpotensi untuk menggeser arti penting sistem sumbangan, atau paling tidak akan mengurangi kadar arti penting dari sistem sumbangan yang telah ada.

Page 6: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

ABSTRACT

Himbasu Madoko, THE MEANING OF CONTRIBUTION IN THE PRESENT WEDDING CEREMONY EVENT (A Case Study in Village Jati, Sub district Sumberlawang, Regency Sragen). Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Surakarta Sebelas Maret University, 2009.

The objective of research is (1) to find out and to understand why the contribution in wedding ceremony event becomes something important in the society life, (2) to find out and to understand how the society means the contribution in wedding ceremony event in the present context.

This research used a descriptive qualitative method. The data source in this study includes: (1) informant or resource, that is, the residents of research location and the people who are conducting or has ever conducted the wedding ceremony event, (2) data source from the event or activity, that is, the wedding ceremony or the contribution system conducted. Techniques of collecting data employed in this study were in depth interview and direct observation. Technique of validating data used was data (source), method triangulations and informant review. Technique of analysing data used was an interactive analysis model encompassing four components: data collection, reduction, display and conclusion drawing as well as verification.

Based on the result of research, it can be concluded that: (1) the contribution in the wedding ceremony event has three important meaning in society’s life of Village Jati, Sub district Sumberlawang, Sragen. Those three meanings are: can affect the society’s behaviour and preserve the existing social order within the society, can support the fund spent by the one conducting the event so that the wedding ceremony organization is consistent with the local custom, as well as can establish, strengthen and maintain the society’s integrity. (2) In the present context, the society of Village Jati often means the contribution system only as one of society habits and conducts it only in the attempt of fulfilling the reciprocal relationship without understanding the objective/goal. This can potentially shift the importance of contribution system, or at least will reduce the importance of the existing contribution system.

Page 7: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

MOTTO

“Orang yang murah hati dan jujur mengalami masa terbaik dalam hidup

mereka dan tidak pernah dibebani oleh kesukaran-kesukaran. Tetapi orang yang

penakut selalu curiga dan gelisah terhadap segala sesuatu, dan seseorang yang kikir

selalu mengeluh atas hadiah-hadiah yang diberikannya kepada orang lain” ( Havamal

dalam Marcel Mauss. 1992: xvii).

“Saling memberi hadiahlah kalian, maka kalian akan saling mencintai” (Al-

Hadist)

Page 8: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan

Kepada:

� Bapak dan ibu tercinta

� Adikku

� Teman-teman Sos-Ant ’05

� Almamater

Page 9: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan untuk memenuhi

sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian

penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-

kesulitan yang timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya,

disampaikan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd, selaku Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta;

2. Bapak Drs. H. Syaiful Bachri, M. Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret

Surakarta;

3. Bapak Drs. H. MH Sukarno, M. Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Sosiologi-Antropologi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Universitas Sebelas Maret Surakarta;

4. Bapak Drs. Suparno, M.Si selaku Pembimbing I yang telah memberikan

pengarahan dan bimbingannya;

5. Ibu Siany Indria. L. S.Ant., M.Hum selaku Pembimbing II yang telah

memberikan pengarahan dan bimbingan demi penyempurnaan penulisan

skripsi;

6. Ibu Atik Catur Budiati, S. Sos, M.A selaku Pembimbing Akademik terima

kasih atas kesabaran dan petunjuk yang diberikan selama peneliti menempuh

studi di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta;

7. Segenap Bapak/Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi

yang telah memberikan ilmu kepada peneliti selama di bangku kuliah;

Page 10: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

8. Bapak kepala Desa Jati, Kecamatan Sumberlawang, Sragen atas izin yang

diberikan;

9. Para informan yang telah memberikan pengalaman hidup dan berbagai

informasi yang dibutuhkan peneliti;

10. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang

Maha Esa.

Walaupun disadari dalam skripsi ini masih ada kekurangan, namun

diharapkan skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Surakarta, 2009

Peneliti

Page 11: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................ i

HALAMAN PENGAJUAN ................................................................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................ iii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... iv

HALAMAN ABSTRAK ...................................................................... v

HALAMAN MOTTO ........................................................................... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................... viii

KATA PENGANTAR ........................................................................... ix

DAFTAR ISI .......................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ................................................................................. xiii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................. 5

C. Tujuan Penelitian .................................................................. 5

D. Manfaat Penelitian ................................................................ 5

BAB II LANDASAN TEORI................................................................ 7

A. Tinjauan Pustaka ................................................................... 7

1. Definisi dan Bentuk Sumbangan………………………. 7

2. Konsep Sumbangan dalam Fungsionalisme…………… 8

3. Resiprositas dalam Sistem Sumbangan………………... 15

4. Kekerasan Simbolik dalam Sistem Sumbangan……….. 20

B. Kerangka Berfikir.................................................................. 23

Page 12: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................ 25

A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 25

B. Bentuk dan Strategi Penelitian .............................................. 26

C. Sumber Data .......................................................................... 27

D. Teknik Cuplikan .................................................................... 28

E. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 29

F. Validitas Data ........................................................................ 31

G. Analisis Data ......................................................................... 32

H. Prosedur Penelitian................................................................ 33

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN ………………………... 35

A. Deskripsi Lokasi Penelitian................................................... 35

B. Temuan Hasil Penelitian yang Dihubungkan dengan

Kajian Teori .......................................................................... 38

1. Waktu Pelaksanaan Pernikahan di Desa Jati ..................... 38

2. Bentuk Sumbangan pada Acara Pernikahan di Desa Jati... 40

3. Arti Penting Sumbangan dalam Acara Pernikahan

bagi Kehidupan Masyarakat Desa Jati............................... 44

4. Pemaknaan Sumbangan pada Acara Pernikahan dalam

Konteks Masa Kini............................................................. 65

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN.............................. 81

A. Simpulan ............................................................................... 81

B. Implikasi ................................................................................ 83

C. Saran ...................................................................................... 84

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 86

LAMPIRAN

Page 13: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

Daftar Tabel

1. Tabel 1 Waktu dan Kegiatan Penelitian .............................................. 25

Page 14: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 2 Model Interaktif ................................................................. 33

Page 15: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupannya manusia tidak akan dapat lepas antara yang satu

dengan lainnya. Mereka saling berinteraksi untuk membangun pergaulan hidup

bersama karena itu terbentuklah masyarakat. Pertemuan antar manusia secara

badaniah saja tidak akan dapat menghasilkan pergaulan hidup. Pergaulan hidup

akan dapat tercapai jika mereka saling berkomunikasi, bekerja sama, bahkan saling

bersaing dan bertikai. Sehubungan dengan hal ini Kimball Young dan Raymond

dalam Soerjono Soekanto (2004:61) mengemukakan bahwa, ”interaksi sosial adalah

kunci dari semua kehidupan sosial, oleh karena tanpa interaksi sosial tidak akan

mungkin ada kehidupan bersama”.

Aktifitas saling tolong-menolong/kerja sama merupakan salah satu bentuk

interaksi sosial. Gillin dan Gillin dalam Soerjono Soekanto (2004:71)

menggolongkan aktifitas ini sebagai interaksi sosial yang mengarah pada bentuk

penyatuan (assosiasif). Perasaan saling membutuhkan yang tersalurkan melalui

interaksi sosial akan terwujud dalam aktivitas saling tolong-menolong. Bentuk

tolong-menolong antar sesama manusia dapat mempererat persaudaraan (hubungan

batin), yang akan membentuk perasaan bersatu dan bersolidaritas. Perasaan saling

membutuhkan ini menimbulkan sistem tukar menukar kewajiban untuk memberi

dan menerima bantuan kepada sesamanya. Masyarakat kemudian saling membantu

satu sama lain dalam berbagai hal.

Kegiatan saling tolong-menolong dalam masyarakat salah satunya dapat

dilihat dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan adat. Hampir masyarakat di seluruh

dunia memiliki adat tentang siklus lingkaran hidup (life cycle). Koentjaraningrat

(1992:92) menjelaskan, ”pesta dan upacara pada saat peralihan sepanjang life cycle

Page 16: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

itu memang universal, dan ada hampir dalam semua kebudayaan di seluruh dunia,

hanya saja tidak semua saat peralihan dianggap sama pentingnya dalam semua

kebudayaan”. Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang meliputi

kelahiran, perkembangan, dan kematian. Dalam hal ini mereka sangat

mengindahkan kegiatan saling tolong menolong terutama dalam pelaksanaan acara

adatnya.

Pertolongan/bantuan yang diberikan seseorang dalam kegiatan adat

bentuknya bermacam-macam. Bantuan tersebut dapat berupa tenaga, pikiran, benda

materi, biaya, dan sebagainya. Seseorang dalam kehidupan masyarakat dapat

memberikan salah satu bentuk pertolongan/bantuan saja seperti misalnya tenaga,

pikiran, benda materi, biaya, atau bantuan yang lainnya, namun seseorang juga

dapat memberikan berbagai bantuan dalam suatu acara. Seseorang mungkin dalam

suatu acara dapat memberikan bantuan tenaga dalam pelaksanaanya, disamping itu

juga sering memberikan bantuan biaya, pikiran benda materi, maupun bantuan-

bantuan yang lainnya.

Salah satu bentuk tolong menolong adalah sumbangan. Di dalam

masyarakat kita sumbangan memiliki dua arti. Pertama, sumbangan dalam arti

umum yang mencakup semua pertolongan baik yang berupa tenaga, pikiran, benda

materi, biaya, dan sebagainya. Kedua, sumbangan dalam arti yang lebih sempit,

yaitu sebagai istilah pertolongan (sokongan) yang berupa bantuan material (benda

ataupun biaya) untuk membantu seseorang yang sedang memiliki hajat. Arti

sumbangan yang kedua ini dalam bukunya Clifford Geertz (1983:88) dituliskan

dengan istilah “buwuh”. Sumbangan dalam arti “buwuh” inilah yang akan menjadi

fokus dalam pembahasan ini.

Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang dikenal

masyarakat Jawa, sumbangan biasanya diberikan pada saat adanya kelahiran,

sunatan, perkawinan, kematian ataupun aktifitas-aktifitas yang lainnya seperti

menjenguk orang yang sedang sakit, membangun rumah, perayaan ulang tahun, dan

Page 17: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

sebagainya. Sumbangan yang diberikan pada pesta perayaan perkawinan dan

sunatan merupakan sumbangan yang sedikit berbeda dibandingkan dengan

sumbangan pada kematian, kelahiran, dan aktifitas yang lainnya, karena diberikan

kepada seseorang/keluarga yang notabene adalah mereka yang mampu

menyelenggarakan pesta dan mengundang para tamu yang akan memberikan

sumbangan tersebut.

Dewasa ini sumbangan, sering dinilai secara sinis sebagai sumber

keuntungan dan banyak orang yang menyelenggarakan hajat hanya untuk

mengharapkan keuntungan dari sumbangan para tamu saja. Seperti kutipan dari

informan yang diteliti oleh Clifford Geertz dalam bukunya Abangan, Santri Priyayi

Dalam Masyarakat Jawa (1983:88), berikut ini :

... Ia mengatakan bahwa buwuh yang dahulu merupakan soal rukun, terutama

ketika buwuh itu tidak berupa uang tetapi berupa barang seperti barang

makanan dan sebagainya telah merosot menjadi pasal cari uang biasa di mata

seorang yang sedang gawe duwe. Kerap kali yang yang masuk lebih banyak

dari uang yang keluar, karena itu tuan rumah memperoleh laba, karena itu

jugalah sekarang ini orang suka menyelenggarakan pesta sekedar untuk

memperoleh keuntungan. Kata orang siallah kita kalau tidak punya anak untuk

disunatkan atau dikawinkan dengan suatu pesta, sebab ini berarti hilanglah

kesempatan untuk memperoleh keuntungan... .

Sudarmono dalam Opini; Nuansa Kondangan http://www.lampungspost.

com/cetak/berita.php?id=2007010900565359, Selasa 9 Januari 2007, menjelas-kan,

”jika saat ini makna kata hajatan sudah bias cukup luas. Bias tersebut kini mulai

Page 18: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

merasuk pada niatnya”. Kenyataannya pada umumnya masyarakat apabila

menerima undangan suatu acara pernikahan atau sunatan yang merupakan kabar

gembira dari saudara atau temannya justru sering menjadi bahan keluhan.

Masyarakat kini memandang jika menghadiri undangan suatu upacara

pernikahan/sunatan yang dipikirkan pertama kali adalah harus menyediakan

sejumlah uang yang dianggap pantas sebagai sumbangan. Pandangan ini telah

menggeser niat utama dalam menghadiri suatu undangan. Masyarakat seakan-akan

menjadi kurang ikhlas dengan keluhan-keluhan mereka.

Fenomena menyumbang/sumbangan telah menjadi budaya yang tidak sehat

lagi dalam kehidupan masyarakat. Sangat jarang sekali seseorang/keluarga yang

menyelenggarakan suatu pesta pernikahan ataupun khitanan tanpa mengharapkan

sumbangan dari para tamu undangannya, dan sangat banyak sekali masyarakat yang

kini menjadi sering mengeluh karena sumbangan ini. Di dalam surat undangan

suatu acara pesta perkawinan atau khitanan sering kita lihat tulisan yang pada

intinya menyatakan seseorang/keluarga yang menyelenggarakan pesta tanpa

mengurangi rasa hormat tidak menerima sumbangan yang berupa cinderamata atau

karangan bunga. Sangat jarang sekali bahkan hanya ada beberapa orang saja yang

berani menuliskan di dalam surat undangannya jika mereka (penyelenggara pesta)

tidak menerima sumbangan dalam bentuk apapun.

Sistem sumbangan pada khususnya dalam upacara khitanan dan

pernikahan, di dalamnya terdapat berbagai fenomena sosial. Sumbangan

memberikan banyak cerita dan interpretasi di baliknya, mulai dari sistem aturan

timbal balik yang mengikat, pergeseran makna dan tujuan dari sistem sumbangan,

konflik yang mungkin terdapat di dalamnya, beratnya biaya sosial, dan sebagainya,

meskipun secara tampilan luar teratur dan sudah menjadi kewajiban yang dilakukan

masyarakat. Berhubungan dengan hal ini, peneliti tertarik melakukan penelitian

tentang sistem sumbangan pada upacara perkawinan dan upacara khitanan, karena

sumbangan merupakan topik yang menarik untuk diteliti. Setidaknya terdapat dua

Page 19: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

arti penting dalam penelitian ini. Pertama, pengetahuan serta pemahaman akan arti

penting sistem sumbangan pada acara pernikahan dalam kehidupan masyarakat.

Kedua, penganalisaan berbagai fenomena yang terjadi pada masa kini terkait

dengan sistem sumbangan pada acara pernikahan, serta pengetahuan dan pemahan

akan makna sistem sumbangan ini dalam konteks masa kini. Untuk memperoleh

kajian yang lebih terfokus sehingga akan dapat memperoleh kajian yang sempit

serta mendalam cakupannya, penelitian ini akan difokuskan pada sumbangan

pernikahan. Maka penelitian ini akan diberi judul “Makna Sumbangan pada Acara

Pernikahan Masa Kini” (Studi Kasus di Desa Jati, Kecamatan Sumberlawang,

Kabupaten Sragen).

B. Rumusan Masalah

Masalah pokok yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:

a. Mengapa sumbangan dalam acara pernikahan menjadi sesuatu yang penting

di dalam kehidupan masyarakat?

b. Bagaimana masyarakat memaknai sumbangan pada acara pernikahan dalam

konteks masa kini?

C. Tujuan penelitian

Dari uraian latar belakang dan rumusan masalah di atas maka tujuan dari

penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui dan memahami mengapa sumbangan dalam acara

pernikahan menjadi sesuatu yang penting di dalam kehidupan masyarakat.

b. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana masyarakat memaknai

sumbangan pada acara pernikahan dalam konteks masa kini.

Page 20: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain:

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah pengetahuan yang lebih mendalam mengenai berbagai

hal yang berkaitan dengan sistem sumbangan pada acara pernikahan

masa kini.

b. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan sosiologi

dan antropologi pada khususnya, serta ilmu pengetahuan sosial pada

umumnya .

c. Dapat dijadikan sebagai penelitian awal yang mendasari penelitian

yang lebih luas cakupannya dan lebih mendalam kajiannya.

2. Manfaat Praktis

a. Dapat digunakan sebagai wacana reflektif bagi masyarakat dalam

kehidupan sosial.

b. Dapat digunakan sebagai masukan bagi masyarakat dalam rangka

untuk mewujudkan kehidupan yang lebih bijaksana.

Page 21: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Definisi dan Bentuk Sumbangan

Sumbangan berasal dari kata sumbang, dimana dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (1990) sumbang/menyumbang memiliki arti, “memberi sesuatu kepada

orang yang sedang pesta, dan sebagainya sebagai sokongan”, sedangkan sumbangan

sendiri artinya adalah “pemberian sebagai bantuan (pada pesta perkawinan, dsb)”.

Secara umum menyumbang termasuk aktivitas sosial manusia yang disebut gotong

royong. Koentjaraningrat (1992:171) menjelaskan menjelaskan konsep gotong

royong sebagai “rasa saling tolong menolong atau rasa saling bantu-membantu

dalam jiwa masyarakat”.

Koentjaraningrat (1983:59-60) membedakan kegiatan tolong-menolong

dalam masyarakat menjadi empat, yaitu 1) tolong menolong dalam produksi

pertanian, 2) aktivitas tolong menolong antar tetangga yang tinggal berdekatan,

untuk pekerjaan-pekerjaan kecil sekitar rumah dan pekarangan, 3) aktivitas tolong

menolong antara kaum kerabat (dan kadang-kadang beberapa tetangga yang paling

dekat) untuk menyelenggarakan pesta sunat, perkawinan atau upacara-upacara lain

sekitar titik peralihan pada lingkaran hidup individu, 4) aktivitas spontan tanpa

permintaan dan tanpa pamrih untuk membantu secara spontan pada waktu

seseorang penduduk Desa mengalami kematian atau bencana. Dalam hal ini,

menyumbang atau memberikan sumbangan merupakan tolong menolong pada

aktivitas ketiga yaitu, pada persiapan dan penyelenggaraan pesta atau upacara adat.

Novita Purnamasari (2005:55) dalam penelitian mandirinya telah

menganalisis bahwa sumbangan dapat dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu “1)

tenaga (rewang), 2) barang seperti kado, dan bukan kado (bahan hidangan ,

perlengkapan upacara perkawinan, bunga), serta 3) uang (buwuh)”. Berkaitan

Page 22: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

dengan buwuh ini Clifford Geertz (1983:87) secara lebih terperinci menjelaskan

bahwa,

buwuh adalah sejenis sumbangan yang khas dari para tamu kepada tuan rumah atas hidangan dan pelayanan yang telah mereka terima. Kebiasaan yang umum dalam memberikannya adalah dengan menempelkan pada telapak tangan secara diam-diam ketika bersalaman dengan tuan rumah untuk berpamitan, pada saat mana tuan rumah akan memberikan sebungkus jajan kepada istri tamunya sebagai lambang sumbangannya kepada sang tamu yang berupa hidangan dan hiburan pada malam pertemuan ini. Lagi-lagi sumbangan timbal balik terlibat dalam hal ini.

Ketiga bentuk sumbangan tersebut merupakan suatu pemberian. Pemberian dari

para tamu undangan untuk seseorang atau keluarga yang sedang merayakan acara

pernikahan. Dalam Kamus Inggris-Indonesia (1986:269), kado, hadiah, dan

pemberian memiliki istilah dalam bahasa inggris yang sama, yaitu ”gift” .

Menurut kebiasaan di beberapa daerah, misalnya di daerah Surakarta, yang

datang dan menyumbang ialah kaum ibu, kemudian pulangnya memperoleh angsul-

angsul atau bentelan.1 Di daerah Semarang, Purwodadi kaum laki-laki yang hadir.

Mereka juga menyumbang dengan istilah salam templek, yaitu pada waktu pulang

sambil bersalaman memberikan uang sumbangan (Anonim. 1982: 86).

Berdasarkan beberapa definisi tersebut di atas dapatlah disimpulkan bahwa

sumbangan adalah aktifitas sosial untuk membantu meringankan orang yang sedang

punya hajat, berkaitan dengan berbagai hajat termasuk acara pesta perkawinan

yang bentuknya dapat berupa tenaga, barang (kado atau bahan hidangan,

perlengkapan upacara pernikahan, dan sebagainya), serta uang.

2. Konsep Sumbangan dalam Fungsionalisme

Pelaksanaan sistem sumbangan terdiri dari hubungan timbal balik antara

pemberi dan penerima yang membentuk suatu sistem. Hubungan timbal balik antara

1 Angsul-angsul atau bentelan ialah makanan dan kue-kue yang dibawa pulang oleh para tamu putri dari yang empunya kerja sebagai balas jasa atas kehadirannya (Anonim. 1982: 98).

Page 23: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

pemberi dan penerima ini bersifat fungsional yang akan membentuk kehidupan

bermasyarakat. Seperti yang dikemukakan Aafke .E. Komter (2005: 195) yang

menjelaskan, ”the principle of reciprocity underlying gift exchange proved to be

fundament of human society” (prinsip dari hubungan timbal balik mendasari

pertukaran pemberian yang dibuktikan menjadi dasar masyarakat manusia).

Sumbangan yang merupakan suatu sistem salah satunya dapat dijelaskan melalui

teori fungsionalsme.

Aguste Comte dalam Soerjono Soekanto dan Ratih Lestarini (1988:20)

mencoba untuk merumuskan cara menganalisis masyarakat dengan menyajikan

metode penafsiran organis terhadap masyarakat. Bagi Comte masyarakat

dikonseptualisasikan sebagai suatu tipe organis dan harus ditelaah melalui prisma

konsepsi-konsepsi biologis mengenai struktur dan fungsi. Comte dalam Saifuddin

(2005:142) mengemukakan bahwasanya,

manusia secara intrinsik adalah makhluk sosial, dan hubungan-hubungan yang mereka bangun jauh dari kontrak-kontrak antara individu-individu yang bebas. Masyarakat memiliki organ-organ seperti halnya tubuh seekor binatang, dimana memiliki fungsi dari suatu bagian ditentukan oleh tempatnya dalam keseluruhan tubuh. Konsep individu adalah konstruksi sosial, yang berasal dari peranan yang dikenakan oleh masyarakat kepada tindakan individu. Cara berpikir ini dikenal sebagai ‘analogi organik’.

Comte juga sadar akan perbedaan antara organisme biologis dan

masyarakat. Organisme sosial atau masyarakat tidak berwujud fisik seperti halnya

organisme biologis, tetapi organisme sosial terdiri atas ikatan-ikatan batin. Sejalan

dengan Comte, Herbert Spencer juga memandang masyarakat seperti halnya suatu

organisme. Herbert Spencer dalam Soerjono Soekanto dan Ratih Lestarini

(1988:20-21) menyusun suatu sistematik mengenai cara-cara berpikir yang

menganggap masyarakat merupakan analogi suatu organisme, sebagai berikut:

1. both society and organisms can be distinguished from organic matter, for

both grow and develop (masyarakat dan organisme keduanya dapat

Page 24: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

dibedakan dari masalah organik, untuk tumbuh dan berkembang

keduannya).

2. in both society and organisms an increase in size means an increase in

complexity an differentiation (pada keduannya masyarakat dan organisme

peningkatan ukuran berarti peningkatan kompleksitas sebuah perbedaan).

3. in both, a progressive differentiation in structure is accompanied by a

differentiation in function (pada keduanya, sebuah perbedaan dalam

struktur progresif disertai oleh perbedaan dalam fungsi).

4. in both, parts of the shale are independent with a change in one part

affecting other parts (pada keduanya, bagian dari pecahan yang bebas

dengan suatu perubahan mempengaruhi bagian-bagian lainnya).

5. in both, each part of the whole is also a micro society or organisms in and

of itself (pada kedua, setiap bagian dari keseluruhan adalah juga suatu

masyarakat kecil atau organisme dalam dan dari keseluruhan itu sendiri).

6. and in both organisms and societies, the life of the whole can be destroyed

but the parts will live on for a while (dan pada kedua organisme dan

masyarakat, kehidupan seluruh dapat dimusnahkan tetapi bagian-

bangiannya akan hidup untuk sementara waktu).

Pemikiran Emile Durkheim dalam Soerjono Soekanto dan Ratih Lestarini

(1988:22-23), juga mencerminkan asumsi dalam organisme, sebagai berikut:

1) Masyarakat harus dipandang sebagai suatu kesatuan yang dapat dibedakan dari bagian-bagiannya, namun tidak dapat dipisah darinya. Dengan menganggap masyarakat sebagai suatu relatis, maka Durkheim memberikan prioritas dalam analisis menyeluruh.

2) Durkheim beranggapan bahwa bagian-bagian dari suatu sistem berfungsi untuk memenuhi kepentingan sistem secara menyeluruh.

3) Kepentingan-kepentigan fungsional dipergunakan dalam artian normal dan patologis. Dengan demikian suatu sistem sosial harus terpenuhi kebutuhannya untuk mencegah terjadinya keadaan abnormal.

Page 25: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

4) Dengan memandang sistem secara normal, patologi dan fungsional, maka ada taraf atau titik tertentu dimana harmoni tercapai, sehingga fungsionalisasi secara normal berproses disekitar titik tersebut.

Pemikiran tiga tokoh sosiologi awal abad 19 tentang fungsionalisme yaitu

Aguste Comte, Herbert Spencer, dan Emile Durkheim tersebut menghasilkan tiga

asumsi yang mengawali fungsionalisme sosiologis, seperti yang dijelaskan Soerjono

Soekanto dan Ratih Lestarini (1989:21), sebagai berikut:

1) Relitas sosial dianggap sebagai suatu sistem. 2) Proses-proses suatu sistem hanya dapat dimengerti dalam kerangka

hubungan timbal balik antara bagian-bagiannya. 3) Sebagai halnya dengan suatu organisme maka struktur suatu sistem

sifatnya terikat yang disertai adanya proses-proses untuk mempertahankan integritas dan batas-batasnya.

Berkaitan dengan sistem, Duncan Mitchell (1984:53) menerangkan jika

”setiap sistem mempunyai beberapa sifat yang sama, terutama bagian-bagiannya

yang begitu erat hubungannya satu sama lain dari segi struktur hingga perubahan

dalam satu bagian akan mengakibatkan perubahan di bagian yang lain”. Sementara

itu Dahrendorf dalam Kamanto Sunarto (2000:228) mengemukakan mengenai

pokok teori fungsionalisme sebagai berikut:

1). Setiap masyarakat merupakan suatu struktur unsur yang relatif gigih dan stabil.

2). Mempunyai struktur unsur yang terintegrasi dengan baik. 3). Setiap unsur dalam masyarakat mempunyai fungsi, memberikan

sumbangan pada terpeliharanya masyarakat sebagai suatu sistem. 4). Setiap struktur sosial yang berfungsi didasarkan pada konsensus mengenai

nilai dikalangan para anggotanya.

”Organisme Comte, Spencer dan Durkheim mempengaruhi fungsionalis-

fungsionalis antropologi yang pertama seperti Malinowski dan Radcliffe Brown,

yang kemudian membantu pembentukan perspektif fungsional” (Soerjono

Soekanto. 1986:17). Malinowski dalam Saifudin (2005: 167) berpandangan bahwa,

”segala sesuatu itu memiliki fungsi”. Merton dalam David Kaplan dan Albert A.

Page 26: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

Manners (2000:79), memperkenalkan, konsep fungsi yang dibedakan antara fungsi

manifes dan fungsi laten (fungsi tampak dan fungsi terselubung), dalam suatu

tindak atau unsur budaya. ”Fungsi manifes ialah konsekuensi obyektif yang

memberikan sumbangan pada penyesuaian atau adaptasi sistem yang dikehendaki

dan didasari oleh pertisipan sistem tersebut. Sebaliknya, fungsi laten adalah

konsekuensi objektif dari suatu ihwal budaya yang tidak dikehendaki maupun

disadari oleh warga masyarakat”.

Malinowski dalam Koenjtaranigrat (1987:167) membedakan antara fungsi

sosial dalam tiga tingkatan abstraksi, yaitu:

1) Fungsi sosial dari suatu adat , pranata sosial atau unsur kebudayaan pada tingkat abstraksi pertama mengenai pengaruh atau efeknya terhadap adat, tingkah laku manusia dan pranata sosial dalam masyarakat.

2) Fungsi sosial dari suatu adat, pranata sosial atau unsur kebudayaan pada tingkat abstraksi kedua mengenai pengaruh atau efeknya terhadap kebutuhan suatu adat.

3) Fungsi sosial dari suatu adat atau pranata sosial pada tingkat abstraksi ketiga mengenai pengaruh atau efeknya terhadap kebutuhan mutlak untuk berlangsungnya secara terintegrasi dari suatu sistem sosial yang tertentu.

Radcliffe Brown yang juga tokoh fungsionalisme dalam antropologi lebih

suka pada penggunaan strukturalisme dari pada fungsionalisme. Radcliffe Brown

dalam Soerjono Soekanto (1986: 11) mengakui bahwa, “ the concept of function

applied to human societies is based on an analogy between social life and organic

life… the first systematic formulation of the concept as applying to the strictly

scientific study of society was performed by Durkheim…”. Dari pernyataan di atas

dapat dipahami bahwa konsep fungsi diterapkan pada masyarakat manusia

didasarkan pada analogi antara kehidupan sosial dan kehidupan organik. Perumusan

konsep sistematis pertama seperti yang diterapkan untuk kajian ilmiah sosial yang

ketat telah dilakukan oleh Durkheim.

Struktur masyarakat adalah susunan yang bagian-bagiannya memberi

bentuk umpamanya bila berbicara tentang struktur suatu bangunan atau struktur

Page 27: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

suatu organisme. Radcliffe Brown dalam Duncan Mitchell (1984:51) menerangkan

bahwa “unsur-unsur struktur sosial ialah manusia, tetapi lebih tepat jika dianggap

sebagai kedudukan yang diduduki oleh orang-orang”. Brown dalam Soerjono

Soekanto dan Ratih Lestarini (1988:26) berpendapat bahwa analisis struktural

(=fungsional) haruslah bertitik tolak pada asumsi;

1) Suatu kondisi bagi ketahanan suatu masyarakat adalah adanya taraf integrasi minimal dari bagian-bagiannya.

2) Istilah fungsi mengacu pada proses-proses yang memelihara taraf integrasi atau solidaritas tersebut.

3) Dalam setiap masyarakat cirri-ciri struktural dapat diidentifikasikan manfaatnya bagi pemeliharaan solidaritas.

Berdasarkan pemikiran para fungsionalis di atas maka dapat disimpulkan

bahwa pertukaran sumbangan pada acara pernikahan sebagai suatu realitas sosial

juga dapat dipahami sebagai suatu sistem layaknya suatu organisme. Jika dilihat

secara lebih luas dalam cakupan masyarakat maka sistem sumbangan dalam acara

pernikahan ini dapat dikatakan sebagai suatu sub sistem diantara sistem-sistem yang

lainnya sebagai pembentuk adanya kehidupan bermasyarakat. Seperti yang telah

dikemukakan para tokoh fungsionalis di atas bahwa proses-proses suatu sistem

hanya dapat dimengerti dalam kerangka hubungan timbal balik antara bagian-

bagiannya, maka dalam sistem sumbangan juga berlaku seperti ini. Sistem

sumbangan hanya akan dapat berjalan apabila unsur-unsur di dalamnya berjalan

dalam hubungan timbal balik secara fungsional. Apabila salah satu unsur tidak

dapat berjalan sebagaimana mestinya maka sistem pertukaran dalam sumbangan ini

tentunya akan mengalami gangguan. Unsur-unsur tersebut diantaranya adalah

pemberi dan penerima yang saling melakukan pertukaran sumbangan yang saling

terkait diantara yang satu dengan yang lainnya secara luas. Sistem sumbangan ini

juga bersifat mengikat bagi masyarakat sehingga akan selalu mempertahankan

integritasnya sebagai suatu sistem. Menurut penjelasan Malinowski di atas, sistem

sumbangan yang juga merupakan suatu adat, pranata sosial atau unsur kebudayaan

Page 28: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

memiliki fungsi yaitu memberikan pengaruh atau efeknya terhadap adat, tingkah

laku manusia dan pranata sosial dalam masyarakat, pengaruh atau efeknya terhadap

kebutuhan suatu adat, dan pengaruh atau efeknya terhadap kebutuhan mutlak untuk

berlangsungnya secara terintegrasi dari suatu sistem sosial tertentu.

Novita Purnamasari (2000:91-99) dalam penelitian mandirinya

menjelaskan bahwa,

bagi masyarakat Yogyakarta yang memiliki mobilitas tinggi diadakannya suatu upacara perkawinan merupakan sarana untuk bertemu dengan saudara, tetangga dan teman. Sebagai suatu aktifitas sosial nyumbang mempertemukan anggota-anggota masyarakat. Sebagai orang jawa memenuhi undangan perkawinan dan memberikan sumbangan adalah salah satu kewajiban sosial.

Hal ini menunjukkan bahwa sistem sumbangan berfungsi untuk mempertemukan

anggota-anggota masyarakat, dimana setiap individu/keluarga merupakan bagian

dari sistem yang terjalin secara fungsional sehingga akan membentuk dan

memperkuat keberadaan masyarakat.

Pembahasan tentang masyarakat yang terintegrasi sebagai suatu sistem

secara fungsional dapat pula ditinjau dalam penelitian etnografi Malinowski tentang

sistem tukar menukar kalung kerang atau yang disebut sulava dan gelang-gelang

kerang yang disebut mwali di masyarakat kepulauan Trobriand. Kalung kerang

(sulava) beredar ke satu arah mengikuti arah jarum jam yang peredaranya meliputi

kepulauan Tobrian atau Boyowa, Kepulauan Amphlett, Kepulauan D’entrecasteaux

atau Dobu, pulau st. Aignau atau Misima, kepulauan Laughlan atau Nada dan

kepulauan Woodlark atau Murua, yang semuanya terletak di sebelah timur Papua

Nugini Tenggara. Sementara itu gelang-gelang kerang (mwali) beredar kearah yang

berlawanan. Sistem tukar menukar ini disebut dengan sistem Kula

(Koenjaraningrat. 1987:164-165). Dalam hal ini pada intinya Malinowski

bermaksud untuk menjelaskan bahwa melalui pertukaran yang disebut dengan

sistem kula dalam masyarakat Trobriand membentuk suatu sistem yang berjalan

secara fungsional. Pemberi dan penerima dalam pertukaran gelang-gelang kerang

Page 29: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

(mwali) dan kalung-kalung kerang (sulava) memiliki peran masing-masing yang

saling terikat secara fungsional sehingga membentuk serta memperkuat keberadaan

masyarakat kepulauan Trobiand.

3. Resiprositas dalam Sistem Sumbangan

Prinsip moral tentang resiprositas ada dalam kehidupan sosial. Gouldner

dalam James Scott (1981:255) mengemukakan prinsip tentang resiprositas dan

perimbangan pertukaran adalah prinsip yang didasarkan pada gagasan yang

sederhana saja yakni bahwa orang harus membantu mereka yang pernah

membantunya atau setidak-tidaknya jangan merugikannya. Lebih khusus lagi

prinsip itu mengandung arti bahwa suatu hadiah atau jasa yang diterima

menciptakan bagi si penerima suatu kewajiban timbal balik untuk membalas dengan

hadiah/jasa dengan nilai yang setiadak-tidaknya sebanding dikemudian hari.

Gouldner dalam Susana Narotzky dan Paz Moreno (2002:285) menjelaskan

tentang konsep resiprositas sebagai, “a mutually contingent exchange of benefits

between two or more units in his view, reciprocity constituted a general principle of

mutual dependence and recognition of a shared moral norm: You should give benefits

to those who give you benefits”. Pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa

resiprositas adalah suatu kesatuan hubungan pertukaran tibal balik yang bermanfaat

antara dua unit atau lebih. Resiprositas mendasari suatu prinsip umum saling

ketergantungan dan pengakuan suatu norma moral bersama: Anda harus memberikan

manfaat kepada mereka yang memberikan manfaat.

Menurut Durkheim, faham pertukaran yang sepadan ini merupakan suatu

prinsip moral umum yang terdapat pada semua kebudayaan. Di Asia Tenggara

prinsip resiprositas terdapat dalam banyak kegiatan. Bentuk-bentuk saling bantu-

membantu berupa gotong royong di Jawa merupakan contoh resiprositas yang

Page 30: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

sangat teratur. Resiprositas juga merupakan prinsip moral yang pokok yang

mendasari kegiatan sosial desa-desa di Muangthai, baik dilingkungan keluarga

maupun antar keluarga. Di Filipina, pola persekutuan diantara manusia yang satu

dengan manusia yang lain pada umumnya ditafsirkan sebagai resiprositas, bahwa

“setiap jasa yang diterima, diminta atau tidak, harus dibalas,” rasa malu (hiya) dan

rasa berhutang budi (utang na loob) merupakan daya penggerak resiprositas (Scott.

1981:255-256).

Terkait dengan sistem sumbangan dalam penelitian Novita Purnamasari

(2000:98-99) dijelaskan bahwa bagi pemangku hajat, sumbangan yang diterima

pada suatu hari nanti harus dikembalikan dengan mengidealkan bentuk dan jumlah

yang sepadan dengan yang diterimanya, sekurang-kurangnya sama dengan jumlah

yang diterimanya. Pengambalian sumbangan harus disesuaikan dengan

perkembangan nilai tukar uang, karena kesempatan untuk memberikan sumbangan

terutama pada kesempatan yang sama tidak terjadi pada tahun yang sama. Pada

masyarakat Jawa sumbangan dilihat sebagai bantuan penyelenggaraan upacara

perkawinan yang merupakan suatu balas jasa atas segala bentuk bantuan yang telah

diberikan pada masa sebelumnya. Oleh karena itu pendapatan dari sumbangan dapat

diperhitungkan dalam rencana pembiayaan upacara perkawinan. Meskipun

demikian, dalam masyarakat terdapat suatu pandangan bahwa sumbangan

dipandang sebagai tanda kasih yang harus diingat dengan baik agar suatu hari nanti

dapat terbalas dengan sepadan dan tidak memperhitungkannya dalam rencana

pembiayaan upacara perkawinan

Sistem hubungan timbal balik pemberian bukanlah sesuatu yang gratis

tanpa pengembalian, dan tanpa pamrih. Dalam teori, pemberian-pemberian hadiah

seperti itu sebenarnya dilakukan secara suka rela, tetapi dalam kenyataan

kesemuannya itu diberikan dan dibayar kembali dalam suatu kerangka kewajiban

yang harus dipenuhi oleh para pelakunya (Marcel Mauss. 1992:1). Marcel Mauss

(1992:2) dalam bukunya mengatakan,

Page 31: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

prestasi-prestasi yang dalam teori bersifat sukarela tanpa pakasaan, tanpa pamrih dan sopan, tetapi dalam kenyataannya bersifat mengharuskan atau mewajibkan dan bersikap pamrih. Bentuk yang biasanya digunakan ialah pemberian hadiah yang secara murah hati disajikan; tetapi kelakuan yang menyertai pemberian itu resmi dengan kepura-puraan dan penipuan sosial, sementara transaksi itu sendiri dilandasi oleh kewajiban dan kepentingan ekonomi diri sendiri dari para pelakunya.

Blau dalam Margaret .M. Poloma (1994:82) menjelaskan bahwa ”dalam menjawab

pertanyaan apakah yang menarik individu kedalam assosiasi? Jawaban Blau ialah

mereka tertarik pada pertukaran karena mengharapkan ganjaran yang intrinsik

maupun ekstrinsik”.

Novita Purnamasari (2000:91-92) dalam penelitian mandirinya

menjelaskan jika keaktifan seseorang dalam menyumbang dan memenuhi undangan

perkawinan menunjukkan sebagai orang yang gemati (penuh perhatian) dan

entengan (suka menolong), sebagai balasanya orang yang menyumbang tersebut

mudah mendapatkan balasan dan diperhatikan pula oleh lingkungan sosialnya

sehingga pada saat membutuhkan pertolongan akan segera mendapat bantuan bila

dibandingkan dengan mereka yang kurang aktif dalam aktifitas sosialnya.

Status, kedudukan, dan pangkat dalam sistem hubungan timbal balik yang

bersifat pamrih ini akan mempengaruhi jumlah banyak sedikitnya rekan dalam

melaksanakan hubungan pertukaran pemberian. Malinowski (1992:91)

menjelaskan, “the number of partner a man has varies with his rank and

importance…a man would naturally know to what number of partners he was

entitled by his rank and position” (jumlah rekan setiap orang berbeda-beda dengan

pangkat dan kepentingan mereka…setiap orang secara alamiah akan tahu berapa

jumlah rekan yang telah mereka dapat dengan pangkat dan posisi mereka).

Sistem hubungan timbal balik dalam pemberian ini telah menjadi suatu

pranata yang kuat, serta membentuk suatu prosedur yang rumit. Marcel Mauss

menyebutkan ada tiga macam kewajiban dalam pemberian, yaitu kewajiban

Page 32: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

memberi, kewajiban menerima, dan membayar kembali. Marcel Mauss (2005: 59)

mengatakan :

…Pada prinsipnya pemberian-pemberian selalu diterima dan selalu disukuri. Anda harus mengatakan rasa sukur anda atas makanan yang telah dipersiapkan untuk anda. Tetapi pada saat yang sama, anda menerima sebuah tantangan. Anda menerima pemberian “dari punggung”. Anda menerima makanan yang diberikan kepada anda karena anda bermaksud untuk menerima tantangan untuk membuktikan bahwa anda bukanlah seseorang yang tidak ada harganya... .

Dalam konteks sumbangan pada acara pernikahan, pernyataan tersebut dapat

dipahami bahwa para tamu undangan harus selalu bersyukur atas hidangan pesta

yang dipersiapkan untuk mereka. Akan tetapi hal ini sebenarnya merupakan suatu

tantangan bagi para tamu undangan untuk membalasnya yaitu dengan memberikan

sumbangan kepada pihak yang mengadakan hajat, serta mengadakan pesta pada saat

giliran mereka mempunyai hajat agar tidak dikatakan sebagai orang yang tidak

berharga atau orang yang rendah martabatnya. Kegagalan untuk memberi atau

menerima sama dengan kegagalan untuk membalas pemberian, yang sama artinya

dengan kehilangan rasa harga diri dan kehormatan, lebih lanjut Mauss (2005: 59-

60) mengemukakan bahwa ”orang yang tidak dapat membayar hutang atau

pothlach, kehilangan kedudukannya dalam jenjang sosial dan bahkan

kedudukannya sebagai orang bebas”. Marcel Mauss (1992: 16) juga mengatakan:

Kewajiban untuk memberi hadiah tidaklah kurang pentingnya. Jika kita memahami hal ini, maka kita seharusnya juga mengetahui mengapa manusia sampai melakukan tukar menukar benda satu dengan yang lainnya. Kita semata-mata akan menunjukkan sejumlah fakta. Menolak untuk memberi hadiah, atau lalai mengundang, adalah--sama dengan menolak untuk menerima--sama dengan membuat suatu pernyataan perang; ini sama dengan suatu penolakan terhadap saling berhubungan dan persahabatan. Sekali lagi, seseorang memberikan karena didorong untuk melakukan hal itu, karena si penerima mempunyai semacam hak pemilikan atas segala sesuatu yang menjadi milik si donor. Hal ini dinyatakan dan dibayangkan sebagai semacam ikatan sosial.

Page 33: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

Ikatan sosial yang dihasilkan dari sistem timbal balik dalam pemberian dan

penerimaan juga dijelaskan oleh Aafke .E. Komter (2005:116-117), yang

menjelaskan bahwa, ”social ties are created, sustained and strengthened by means

of gift. Acts of gift exchange are at the basis of human solidarity” , (hubungan sosial

diciptakan, ditopang dan diperkuat oleh pemberian. Aktifitas tukar menukar

pemberian adalah dasar dari solidaritas manusia). Labih lanjut Komter (2005: 195)

menjelaskan; “the principle of reciprocity underlying gift exchange proved to be the

fundament of human society. It contains to moral basis for the development of

social ties and solidarity because it’s implicit assumption is the recognition of the

other person as a potentially” (prinsip dari hubungan timbal balik mendasari

pertukaran pemberaian yang dibuktikan menjadi dasar masyarakat manusia. Ini

berisi dasar moral dari perkembangan ikatan sosial dan solidaritas karena ini adalah

asumsi yang harus dipatuhi dari pengkuan orang lain sebagai suatu penggabungan).

Tidak dapat dipungkiri jika dalam sistem sumbangan yang menjadi suatu

pranata yang kuat dan penuh makna ini, di dalamnya juga terdapat konflik. Konflik

terjadi karena ketidak konsisitenan dari pada pelaksanaan aturan timbal baliknya.

Aafke .E. Komter (2005:30-31) menjelaskan,

different between people’s attitudes to wards things may be the source of disagreeable misunderstandings and serious disputes. Conflicts may arise between people when things represent a different value to them or embody different sets of expectations and different course of action that need to be undertaken

Dari pernyataan di atas dapat dipahami jika perbedaan diantara orang terhadap

barang mungkin menjadi sumber dari ketidak setujuan salah paham dan perselisihan

yang serius. Konflik mungkin timbul diantara orang saat benda menunjukkan suatu

perbedaan nilai untuk mereka atau aturan yang menjadi perbedaan dari harapan dan

perbedaan jalan dari aktivitas yang dibutuhkan untuk dilakukan.

Katherine Jellison (2007:408) dalam menanggapi analisis Louise Pubrick

mengemukakan, “Purbrick demonstrates that the meaning of a wedding gift depends

Page 34: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

on who gives it, who receives it and the circumstances of its exchange, but she also

proves that the absence of a gift likewise communicates a message social

disapproval”, (Purbrick menunjukkan bahwa makna dari sebuah pernikahan hadiah

tergantung yang memberikan, yang menerimanya dan keadaan dari pertukaran, tetapi

dia juga membuktikan bahwa tidak adanya hadiah juga mengkomunikasikan pesan

penolakan sosial).

Margaret .M. Poloma (1994:69-70) dalam analisinya terhadap pemikiran

Homans menjelaskan bahwa “berbagai hubungan serta perjenjangan dalam

masyarakat harus sesuai dengan apa yang disebut Homans sebagai distribusi

keadilan (distributive justice)”. Ketika sedang berinteraksi orang mengharapkan

ganjaran mereka harus seimbang dengan biayanya. Bilamana ganjaran-ganjaran

tersebut kelak tidak sesuai lagi dengan distribusi keadilan itu, maka kita akan

berada dalam situasi ketidak adilan atau ketimpangan dalam distribusi ganjarang.

Kuatnya sistem pranata dari hubungan timbal balik pemberian dan

penerimaan serta sistem yang telah menjadi kebiasaan dalam kehidupan

masyarakat, menjadikan sistem ini akan terus berlangsung. Marcel Mauss (1992:

16-17) menjelaskan, ”dalam saling menerima dan memberi hadiah-hadiah yang

berlangsung tetap dan terus menerus, dan dapat kita namakan sebagai masalah

spiritual yang meliputi orang-orang, benda-benda, dan unsur-unsur ini beredar dan

beredar kembali diantara klen-klen dan individu-individu, pangkat-pangkat, jenis

kelamin dan generasi-generasi”. Lebih lanjut Marcel Mauss (1992:136)

mengemukakan bahwa,

banyak dari morlitas kita sehari-hari berkenaan dengan kewajiban spontanitas dalam pemberian hadiah. Pemberian hadiah merupakan suatu keuntungan bagi kita karena penerimaan dan pemberian belum sampai diganti menjadi pembelian dan penjualan. Benda-benda mempunyai nilai yang mencakup nilai emosi maupun nilai materi; sesungguhnya dalam beberapa kasus, nilai-nilai yang berlaku secara keseluruhannya bersifat emosional. Moralitas kita tidak semata-mata bersifat komersial. Kita masih mempunyai orang-orang dan kelas-kelas sosial yang tetap berpegang pada adat-istiadat masa lampau, dan

Page 35: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

kita menghormati mereka itu pada peristiwa-peristiwa tertentu dan pada waktu-waktu tertentu dalam setiap tahunnya.

4. Kekerasan Simbolik dalam Sistem Sumbangan

Smith dalam Saifuddin (2005:142) mencatat bahwa ”tukar menukar adalah

sifat alamiah manusia, karena tak seorang pun pernah menyaksikan dua ekor anjing

saling mempertukarkan tulang, namun manusialah makhluk yang saling bertukar

dengan aneka ragam cara”. Akan tetapi bagi mereka yang tidak memiliki modal

dalam pelaksanaan sistem pertukaran ini menimbulkan suatu konsekuensi

tersendiri. Kuatnya sistem hubungan timbal balik dalam kebiasaan sumbangan

menimbulkan komitmen bagi warga masyarakat untuk tetap melaksanakan dengan

berbagai cara. Koentjaraningrat (1992:172) mengemukakan bahwa, ”orang desa

menyumbang dan membantu sesamanya itu karena ia terpaksa atas jasa yang pernah

diberikan kepadanya dan ia menyumbang untuk mendapatkan pertolongannya lagi

dikemudian hari”. Marcel Mauss (2005:137) juga mendiskripsikan pengalamannya

tentang sebuah keluarga dalam masa kanak-kanaknya di Lorraine, yang terpaksa

harus hidup dalam keadaan serba kekurangan, masih berani menghadapi

kehancuran diri mereka sendiri demi kepentingan para tamunya pada hari-hari suci,

perkawinan, komuni pertama dan upacara penguburan.

Hal ini sering menjadi keadaan seperti apa yang disebutkan Bourdieu

sebagai kekerasan simbolis. Kekerasan simbolis menurut Bourdieu dalam Richard

Jenkins (2004:157) adalah ”pemaksaan sistem simbolisme dan makna (misalnya

kebudayaan) terhadap kelompok atau kelas sedemikian rupa sehingga hal ini

dialami sebagai sesuatu yang sah”. Atau dengan kata lain kekerasan simbolis adalah

kekerasan yang secara paksa mendapatkan kepatuhan yang tidak dirasakan sebagai

paksaan dengan bersandar pada harapan-harapan kolektif dari kepercayaan-

kepercayaan yang sudah tertanam secara sosial (Haryatmoko. 2003:38). Kekerasan

semacam ini oleh korbanya tidak dilihat atau tidak dirasakan sebagai kekerasan,

Page 36: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

tetapi sebagai sesuatu yang alamiah dan wajar. Bourdieu dalam Haryatmoko

(2003:18-19) menjelaskan bahwa,

pada dasarnya kekerasan simbolis berlangsung karena ketidak tahuan dari yang ditindas. Jadi, sebetulnya logika dominasi ini bisa berjalan karena prinsip simbolis yang diketahui dan diterima baik oleh yang menguasai maupun yang dikuasai. Prinsip simbolis itu berupa bahasa, gaya hidup, cara berpikir, cara bertindak dan kepemilikan yang khas pada kelompok tertentu atas dasar ciri kebutuhan.

Seperti halnya ilmu gaib, teori kekerasan simbolik berdasarkan pada teori

produksi kepercayaan, yang didapat dari proses sosialisasi yang diperlukan untuk

meproduksi pelaku-pelaku sosial yang dilengkapi dengan skema persepsi dan

apresiasi yang memungkinkan mereka mampu menerima perintah-perintah yang

diberikan dalam suatu situasi atau suatu wacana untuk mematuhinya. Kekerasan

simbolik bekerja dengan mekanisme meconnaissance –mekanisme penyembunyian

kekerasan yang dimiliki-menjadi sesuatu yang diterima sebagai “yang memang

seharusnya demikian”. “Yang memang seharusnya demikian” inilah yang oleh

Bourdieu disebut dengan doxa. Dunia sosial manusia penuh dengan doxa. Bourdieu

menjelaskan doxa adalah wacana yang kita terima begitu saja sebagai kebenaran

dan tidak pernah lagi kita pertanyakan sebab-sebabnya apalagi kebenarannya.

Keberadaan doxa hanya dapat diperoleh melalui proses inkalkulasi, atau proses

penanaman yang berlangsung terus menerus (Bourdieu dalam Suma Riella

Rusdiarti. 2003:38).

Pelaku sosial menerima kekerasan simbolik sebagai sesuatu yang wajar

karena kekerasan simbolik sudah dipahami dan sudah menjadi kebiasaan yang telah

dimiliki oleh pelaku sosial sejak lahir. Mekanisme kekerasan simbolik berjalan

dengan dua cara, yaitu eufemisasi dan sensorisasi. Eufemisasi biasanya membuat

kekerasan simbolik tidak tampak, bekerja secara halus, tidak dapat dikenali, dan

dipilah secara “tak sadar”. Bentuknya dapat berupa kepercayaan, kewajiban,

kesetiaan, sopan santun, pemberian, hutang, pahala, atau belas kasihan. Sementara,

Page 37: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

mekanisme sensorisasi menjadikan kekerasan simbolik tampak sebagai bentuk nilai

yang dianggap sebagai “moral kehormatan”, seperti kesantunan, kesucian,

kedermawanan, dan sebagainya yang biasanya dipertentangkan dengan “moral

rendah”, seperti kekerasan, kriminal, ketidakpantasan, asusila, kerakusan, dan

sebagainya (Bourdieu dalam Suma Riella Rusdiarti. 2003:38-39).

Adanya standarisasi berkaitan dengan jumlah sumbangan yang akan

diberikan dalam masyarakat juga sering menambah adanya kekerasan simbolik bagi

mereka yang kurang memiliki modal. Dalam penelitian Novita Purnamasari

(2000:94-95) dijelaskan bahwa sumbangan yang akan diberikan akan

dipertimbangkan secara rasional oleh masyarakat Yogyakarta. Pemberian

sumbangan uang akan disesuaikan dengan pesta perkawinan yang diadakan

pengundang, selain dengan melihat kedekatan hubungan, penyumbang akan

menghitung sendiri jumlah yang pantas diberikan pada pengundang berdasarkan

tempat dimana acara akan dilakukan. Seseorang akan menyumbang lebih jika

diundang di pesta perkawinan karena acara tersebut terkesan lebih mewah dan lebih

bergengsi, kemudian komponen pesta yang lain seperti tempat dan makanan yang

disuguhkan akan menjadi pertimbangan lain.

Masyarakat memiliki kekuasaan penuh dalam hal ini, Rousseau dalam

Saifudin (2005:141-142) menjelaskan bahwa,

masyarakat bukanlah sebagai gejala alam, melainkan penjumlahan kekuatan-kekuatan yang hanya dapat muncul apabila beberapa orang berhimpun bersama. Setiap orang harus menyerahkan diri, tunduk, tidak kepada kekuasaan seseorang melainkan kepada kolektivitas atau asosiasi dengan cara mematuhi arahan tertinggi dari kehendak umum.

Margaret Poloma (1994:89) mangemukakan bahwa, ”wewenang

berdasarkan atas norma-norma atau aturan-aturan bersama menggariskan perilaku

dalam suatu kolektifitas. Norma-norma itu memaksakan individu mematuhi aturan

dari mereka yang berkuasa. Norma-norma demikian diiternalisir oleh anggota

Page 38: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

kelompok dan dipaksakan kepada mereka”. Blau dalam Margaret Poloma (1994:89)

juga berpendapat bahwa,

ukuran-ukuran normatif yang mendasari wewenang yang terlembaga tidak lahir dalam proses interaksi sosial antara mereka yang berada di lapisan atas dan bawah dan diantara sesama mereka yang berada dilapisan bawah, tetapi dalam proses sosialisasi dimana setiap orang secara terpisah mengakui kebudayaan bersama.

Dengan kata lain, kita belajar menerima struktur wewenang sebab kita disosialisir

kedalam kebudayaan kita sendiri.

B. Kerangka Berpikir

Sumbangan dalam acara pernikahan memiliki arti penting dalam

kehidupan masyarakat. Pada dasarnya sistem sumbangan ini merupakan suatu

bentuk aktifitas tolong menolong dari masyarakat yang berupa bantuan baik berupa

benda maupun biaya (uang) untuk pihak yang sedang mengadakan suatu hajat.

Sesuai dengan teori fungsionalisme yang menganalogikan masyarakat layaknya

seperti organisme hidup dimana memiliki bagian-bagian yang terikat secara

fungsional untuk mencapai suatu tujuan bersama, sumbangan sebagai suatu sistem

juga dapat dianalogikan layaknya seperti itu. Dalam sumbangan terdiri dari

berbagai unsur seperti pemberi, penerima, benda yang diberikan atau diterima, dan

sebagainya sehingga membentuk suatu sistem yang sangat kuat dengan berbagai

konsekuensi kewajiban yang harus dilaksanakan. Sumbangan yang merupakan

suatu bentuk pemberian menjadi salah satu sistem yang dapat membentuk serta

memperkuat keberadaan masyarakat.

Sebagai suatu sistem yang sangat kuat yang menimbulkan tiga kewajiban

seperti yang dikemukakan Marcel Mauss yaitu kewajiban memberi, kewajiban

menerima dan kewajiban membayar kembali, kewajiban sumbangan dalam acara

pernikahan seperti halnya mata rantai yang saling menyambung dan tidak terputus.

Sistem sumbangan menjadi suatu adat kebiasaan serta kewajiban yang telah

Page 39: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

terinternalisasi oleh setiap warga masayarakat semenjak mereka masih kecil.

Akibatnya masyarakat yang merupakan unsur pelaku sistem tersebut menjadi

terikat dan tidak dapat keluar dari sistem. Hal ini menimbulkan konsekuensi

dimana mereka harus selalu melaksanakan sistem dengan berbagai cara dan upaya.

Bagi mereka yang tidak memiliki modal hal ini tentunya akan menimbulkan suatu

bentuk kekerasan simbolik dimana masyarakat memiliki kekuatan kekuasaan

penuh. Setiap individu sebagai warga masyarakat akan tunduk dan patuh terhadap

kekuasaan bersama dalam masyarakat sebagai kehendak umum. Kekerasan

simbolik yang dialami individu-individu yang tidak memiliki modal tidak dapat

terlihat secara jelas karena sistem sumbangan sudah membudaya dalam kehidupan

masyarakat dan juga menjadi kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat. Sebagai

akibatnya sistem ini akan bergeser atau berubah menjadi sistem lain yang berbeda

jenisnya atau terjadi pergeseran makna dan arti penting yang akan terjadi dalam

sistem sumbangan.

Page 40: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian tentang makna sumbangan dalam acara pernikahan masa kini ini

dilaksanakan di Kabupaten Sragen, yaitu di Desa Jati, Kecamatan Sumberlawang.

Pengambilan lokasi ini didasarkan pada masih terlaksananya sistem sumbangan

dengan lengkap, dimana sumbangan yang diberikan pada pihak yang sedang

mengadakan pesta pernikahan di daerah ini masih berbentuk barang (hasil bumi),

uang, kado (cindera mata) dan yang lainnya. Di Desa Jati, Kecamatan Sumberlawang,

Kabupaten Sragen sistem sumbangan juga masih terlaksana dengan baik. Sistem

sumbangan di daerah ini masih menjadi adat kebiasaan yang berjalan dengan kuat.

Selain itu, lokasi penelitian ini jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat domisili

peneliti sehingga dirasa akan lebih mudah dijangkau dan lebih cepat dalam proses

pengambilan datanya. Proses ricek data akan dapat dilakukan dengan mudah dan

cepat, sehingga validitas data bisa dicapai

Penelitian ini dilakukan dalam waktu delapan bulan, mulai dari bulan

November 2008 sampai dengan bulan Juli 2009. Adapun secara lebih terperinci

disajikan dalam tabel perincian waktu pelaksanaan penelitian sebagai berikut:

No

Kegiatan

Bulan Nov ‘08

Des ‘08

Jan ‘09

Feb ‘09

Mar ‘09

Apr ‘09

Mei ‘09

Jun ‘09

Jul ‘09

1. Penyusunan proposal

2. Desain Penelitian

3. Pengumpulan data dan analisis data

4. Penyusunan laporan

Page 41: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

Tabel 1: Perincian waktu pelaksanaan penelitian

B. Bentuk dan Strategi Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah penelitian kualitatif diskriptif, dimana dalam

penelitian kualitatif diskriptif akan mampu menangkap berbagai informasi kualitatif

dengan diskripsi yang teliti dan penuh nuansa. Dalam hal ini, peneliti akan

menangkap berbagai fenomena dan informasi yang berkaitan dengan objek penelitian

di lapangan, kemudian direkonstruksi secara tidak bebas nilai. Penelitian ini

menggunakan desain penelitian yang bersifat lentur dan terbuka, disesuaikan dengan

kondisi dan fakta yang ada di lapangan. Maka setiap saat data dapat berubah sesuai

dengan pengetahuan baru yang ditemukan. Berdasarkan lokasi atau tempat dimana

penelitian dilakukan, penelitian ini termasuk penelitian kancah (field research). Y.

Slamet (2006:9) menjelaskan, ”penelitian kancah (field research) adalah penelitian

yang dilakukan disuatu daerah geografis tertentu dimana peneliti terjun ke

masyarakat secara langsung melihat apa yang terjadi”. Peneliti berinteraksi dengan

informan-informan sampai data-data yang diperlukan betul-betul lengkap dan tepat,

serta peneliti benar-benar puas dalam mengambil informasi. Penelitian ini bersifat

penelitian dasar (basic research). Sedangkan strategi penelitian yang digunakan

yaitu studi kasus. Seperti yang dikemukakan Abdul Azis SR. dalam Burhan Bungin

(2003:23) dengan studi kasus akan dapat mengisaratkan beberapa keunggulan sebagai

berikut:

1. Studi kasus dapat memberikan informasi penting mengenai hubungan antar variabel serta proses-proses yang memerlukan penjelasan dan pemahaman yang lebih luas.

2. Studi kasus memberikan kesempatan untuk memperoleh wawasan mengenai konsep-konsep dasar perilaku manusia.

3. Studi kasus dapat menyajikan data-data dan temuan-temuan yang sangat berguna sebagai dasar untuk membangun latar permasalahan bagi perencanaan penelitian yang lebih besar dan mendalam dalam rangka pengembangan ilmu-ilmu sosial.

Page 42: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

Disamping tiga keunggulan di atas, studi kasus dapat memiliki keunggulan spesifik

lainnya, seperti yang dikemukakan Black dan Champion dalam Burhan Bungin

(2003:23), yakni:

1. Bersifat luwes berkenaan dengan metode pengumpulan data yang digunakan.

2. Keluwesan studi kasus menjangkau dimensi yang sesungguhnya dari topik yang diselidiki.

3. Dapat dilaksanakan secara praktis di dalam banyak lingkungan sosial. 4. Studi kasus menawarkan kesempatan menguji teori. 5. Studi kasus bisa sangat murah, tergantung pada jangkauan penyelidikan dan

tipe teknik pengumpulan data yang digunakan.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus

tunggal terpancang. HB. Sutopo (2002:112) menjelaskan, ”suatu penelitian disebut

sebagai bentuk studi kasus tunggal bilamana penelitian tersebut terarah pada satu

karakteristik”. Artinya penelitian tersebut hanya dilakukan pada satu sasaran (satu

lokasi atau satu subjek). Jumlah sasaran (lokasi studi) tidak menentukan suatu

penelitian berupa studi kasus tunggal ataupun ganda, meskipun penelitian dilakukan

di beberapa lokasi (beberapa kelompok atau sejumlah pribadi), kalau sasaran studi

tersebut memiliki karakteristik yang sama atau seragam maka penelitian tersebut

tetap merupakan studi kasus tunggal. Begitu juga dengan penelitian tentang Makna

Sumbangan pada Acara Pernikahan Masa Kini ini yang hanya dilakukan pada satu

sasaran, yaitu sistem sumbangan di Desa Jati, Kecamatan Sumberlawang, Sragen

yang memiliki suatu karakteristik. Penelitian ini juga termasuk penelitian terpancang

karena peneliti telah memilih dan menentukan masalah-masalah yang menjadi fokus

utamannya sebelum memasuki lapangan studinya.

C. Sumber Data

Data yang dikaji dan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kualitatif.

Ada dua sumber data penting yang akan dijadikan sasaran dalam pencarian informasi

dan yang akan dimanfaatkan dalam penelitian ini. Kedua sumber data tersebut ialah:

Page 43: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

a. Informan atau narasumber, yaitu warga masyarakat di lokasi penelitian

serta pihak-pihak yang sedang atau pernah mengadakan acara pernikahan.

b. Sumber data dari peristiwa atau aktivitas, yaitu ketika acara pernikahan

dan sistem sumbangan ini dilaksanakan.

D. Teknik Cuplikan (Sampling)

Teknik cuplikan (sampling) yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik

purposive sampling. H.B. Sutopo (2002:56) menjelaskan bahwa dalam teknik

purposive sampling peneliti memilih informan yang dianggap mengetahui informasi

dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data

yang mantab. Berkaitan dengan pemilihan informan yang baik, peneliti dalam hal ini

mempertimbangkan analisis Spradley (2007: 68-77) yang telah menganalisis lima

persyaratan minimal untuk memilih informan yang baik, yaitu:

1. Enkulturasi penuh (informan yang mengetahui budayanya dengan baik secara alami).

2. Keterlibatan langsung (keterlibatan secara langsung yang dialami oleh calon informan).

3. Suasana budaya yang tidak dikenal oleh peneliti (informan yang bukan daerah seasal dengan peneliti).

4. Waktu yang cukup (memilih informan yang tidak terlalu sibuk dan mudah diteliti).

5. Non-analitis (informan yang tidak menganalisis kebudayaannya sendiri dari perspektif orang luar, tetapi dari masyarakatnya sendiri).

Dalam penelitian ini, peneliti juga memilih informan kunci. Suwardi

Endraswara (2006:119) menyebutkan bahwa, ”informan kunci adalah seseorang yang

memiliki informasi relatif lengkap terhadap budaya yang diteliti”. Peneliti juga akan

mempertimbangkan tentang penentuan siapa yang akan menjadi informan kunci

seperti yang dikemukakan Suwardi Endraswara (2006:119) sebagai berikut:

1. Orang yang bersangkutan memiliki pengalaman pribadi sesuai dengan permasalahan yang diteliti;

2. Usia orang yang bersangkutan telah dewasa; 3. Orang yang bersangkutan sehat jasmani dan rohani; 4. Orang yang bersangkutan bersifat netral, tidak mempunyai kepentingan

pribadi untuk menjelekkan orang lain;

Page 44: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

5. Orang yang bersangkutan tokoh masyarakat; 6. Orang yang bersangkutan memiliki pengetahuan yang luas mengenai

permasalahan yang diteliti, dan lain-lain.

Informan dalam penelitian ini yaitu Warto (bukan nama sebenarnya) yang

merupakan mantan kepala Desa Jati yang telah menjabat selama 22 tahun 8 bulan,

Pardi (bukan nama sebenarnya) sekretaris Desa Jati, Yono (bukan nama sebenarnya)

salah satu bayan dukuh di Desa Jati, Brama (bukan nama sebenarnya) salah satu

pemuda warga Desa Jati yang juga merupakan seorang mahasiswa, Endang serta

Ratmi (bukan nama sebenarnya) yang juga warga Desa Jati. Informan-informan ini

dirasa sesuai dengan pertimbangan Spradley dan Endraswara di atas dalam

menentukan dan memilih informan penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

wawancara dan observasi.

a. Wawancara mendalam (in depth interviewing)

Dalam penelitian ini teknik wawancara yang digunakan adalah

teknik wawancara tidak terstruktur (wawancara mendalam / in-depth

interviewing). Wawancara dilakukan dengan pertanyaan yang bersifat

“open-ended” dan mengarah pada kedalaman informasi, serta dilakukan

dengan cara yang tidak secara formal terstruktur, guna menggali

pandangan subyek yang diteliti tentang banyak hal yang sangat

bermanfaat untuk menjadi dasar bagi penggalian informasi secara lebih

jauh dan mendalam. Seperti yang dikemukakan Suwardi Endraswara

(2006:151) tujuan wawancara antara lain adalah,

(a) Untuk menggali pemikiran konstruktif seseorang informan, yang menyangkut peristiwa, organisasi, perasaan, perhatian, dan sebagainya yang terkait dengan aktivitas budaya.

(b) Untuk merekonstruksi pemikiran ulang tentang hal ikhwal yang dialami informan masa lalu atau masa sebelumnya.

Page 45: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

(c) Untuk mengungkapkan proyeksi pemikiran informan tentang kemungkinan budaya miliknya dimasa mendatang.

Sesuai dengan fokus dalam penelitian ini, berbagai tujuan tersebut akan

diarahkan pada makna sumbangan pada acara pernikahan masa kini.

Dalam melakukan wawancara peneliti juga memperhatikan dan

menerapkan beberapa syarat-syarat kode etik penting dalam wawancara

yang dikemukakan Payne dalam Suwardi Endraswara (2006:152) sebagai

berikut:

1. Peneliti sebaiknya menghindari kata-kata yang mempunyai dua makna atau banyak arti;

2. Peneliti sebaiknya menghindari pertanyaan-pertanyaan panjang, yang sebenarnya mengandung banyak pertanyaan khusus. Pertanyaan panjang sebaiknya dipecah-pecah kedalam bagian-bagian dan ditanyakan secara bertahap;

3. Peneliti sebaiknya membuat pertanyaan sekongkret mungkin dengan penunjuk waktu dan lokasi yang kongkret;

4. Sebaiknya seorang peneliti mengajukan pertanyaan dalam rangka pengalaman kongkret dari si responden (baca: informan);

5. Peneliti sebaiknya menyebut semua alternatif yang dapat diberikan oleh responden (baca: informan) atas partanyaanya, atau sebaliknya jangan menyebut yang alternatif sama sekali;

6. Dalam wawancara mengenai pokok-pokok yang dapat membuat informan atau responden malu, canggung, atau kagok, maka peneliti sebaiknya mempergunakan istilah yang dapat menghaluskan konsep atau membuatnya netral (euphemisme);

7. Dalam wawancara mengenai pokok seperti sub 6, gaya pertanyaan sebaiknya dinetralkan dengan kata-kata yang seolah-olah mengalihkan kesalahanya kepada keadaan informan;

8. Dalam wawancara mengenai pokok seperti tersebut dalam bab 6, seseorang peneliti sebaiknya juga mempergunakan gaya bertanya yang tidak menyangkutkan informan atau responden dengan masalahnya;

9. Dalam wawancara mengenai pook-pokok seperti yang tersebut dalam sub 6 dan 7, maka peneliti sebaiknya mengajukan pertanyaan yang terpaksa dijawab secara positif atau kalau diingkari juga diingkari secara tegas;

10. Dalam wawancara dimana responden (baca: informan) harus menilai orang ketiga, sebaiknya peneliti menanyakan sifat positif maupun yang negatif dari orang ketiga itu.

Page 46: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

b. Observasi

Pengumpulan data dengan metode observasi dalam penelitian ini

dilakukan dengan pengamatan secara langsung (observasi secara

langsung) terhadap objek yang diamati. Peneliti menggunakan teknik

observasi non partisipan, dimana peneliti tidak berperan serta dan tidak

terlibat secara langsung dalam kegiatan yang dilakukan obyek penelitian.

Peneliti hanya mengamati tentang berbagai hal yang berkaitan dengan

bentuk sumbangan dan berbagai aktivitas bekenaan dengan pelaksanaan

sistem sumbangan yang ada pada acara pernikahan masa kini. Dalam

pengumpulan data dengan menggunakan observasi ini peneliti juga

menerapkan saran Suparlan dalam Suwardi Endraswara (2006:134)

tentang delapan hal yang harus diperhatikan peneliti saat melakukan

pengamatan, diantaranya yaitu; “(1) ruang dan waktu, (2) pelaku, (3)

kegiatan, (4) benda-banda atau alat-alat, (5) waktu, (6) peristiwa, (7)

tujuan, dan (8) perasaan”.

F. Validitas Data

Guna menjamin dan mengembangkan validitas data dalam penelitian ini

maka teknik pengembangan validitas data yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Trianggulasi Data (Trianggulasi Sumber)

Dalam hal ini data yang sejenis atau sama akan lebih mantap kebenaranya

bila digali dari beberapa sumber data yang berbeda. Data yang telah

diperoleh dari sumber yang satu, bisa teruji kebenarannya bila

dibandingkan dengan data sejenis yang diperoleh dari sumber lain yang

berbeda.

b. Trianggulasi Metode

Trianggulasi metode dilakukan dengan menggunakan metode atau teknik

pengumpulan data yang berbeda, untuk mendapatkan data yang sama atau

Page 47: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

sejenis. Adapun metode atau teknik pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu teknik wawancara mendalam (in-depth

interviewing) dan teknik observasi secara langsung.

c. Review Informan

Cara lain untuk menjamin dan mengembangkan validitas data yang juga

digunakan dalam penelitian ini adalah dengan review informan. Teknik ini

dilakukan dengan cara menginformasikan ulang data yang telah didapat

untuk memperoleh kebaikan, kelengkapan dan kebenaran data. Maka

dalam hal ini peneliti sebagai instrumen penelitian senantiasa melakukan

koreksi secara terus menerus mengenai hasil penelitiannya.

G. Analisis data

Miles dan Huberman dalam HB. Sutopo (2002:94) menyatakan bahwa

“terdapat dua model pokok dalam melaksanakan analisis di dalam penelitian

kualititatif, yaitu : 1) model analisis jalinan atau mengalir (flow model of analysis),

dan 2) model analisis interaktif”. Model analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah model analisis interaktif yang meliputi empat komponen yaitu

pengumpulan data, reduksi data (reduction), sajian data (display) dan penarikan

kesimpulan dan verifikasinya. Tiga komponen analisis (reduksi data, sajian data dan

verifikasi data), aktivitasnya dapat dilakukan dengan cara interaksi, baik antar

komponennya, maupun dengan proses pengumpulan data, dalam proses yang

berbentuk siklus. Adapun tahapannya adalah sebagai berikut :

i. Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data diperoleh dari berbagai sumber, antara lain dari

buku-buku yang relevan, informasi dari sumber, peristiwa, observasi

dilapangan, dan sebagainya. Sedangkan pengumpulan data melalui

teknik observasi secara langsung dan wawancara mendalam (in depth

interviewing).

ii. Reduksi Data (Reduction)

Page 48: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

Reduksi data ialah bagian dari proses analisis yang mempertegas,

memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak penting,

dan mengatur data sedemikian rupa sehingga simpulan penelitian dapat

dilakukan.

iii. Sajian Data (Display)

Sajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, diskripsi

dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan penelitian dapat

dilakukan. Sajian ini merupakan rakitan kalimat yang disusun secara logis

dan sistematis, sehingga bila dibaca, akan bisa mudah dipahami berbagai

hal yang terjadi dan memungkinkan peneliti untuk berbuat sesuatu pada

analisis ataupun tindakan lain berdasarkan pemahamannya tersebut.

Sajian data selain dalam bentuk narasi kalimat, juga dapat meliputi

berbagai jenis matriks, gambar/skema, jaringan kerja kaitan kegiatan, dan

juga tabel sebagai pendukung narasinya.

iv. Penarikan kesimpulan dan verifikasinya

Dari awal pengumpulan data, peneliti sudah harus memahami apa

arti dari berbagai hal yang ia temui dengan melakukan peraturan-

peraturan, pola-pola, pernyataan-pernyataan, konfigurasi yang mungkin,

arahan sebab akibat dan berbagai proporsi guna menarik kesimpulan

akhir. Kesimpulan akhir tidak akan terjadi sampai pada waktu proses

pengumpulan data berakhir. Kesimpulan tersebut harus diverifikasi agar

cukup mantap dan benar-benar dapat dipertanggungjawabkan. Adapun

interaksi diantara keempat komponen tersebut dapat digambarkan dalam

skema berikut :

Reduksi

data

Pengumpulan data

Penarikan simpulan / verifikasi

Sajian data

Page 49: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

Gambar 1: model analisis interaktif

H. Prosedur Penelitian

Kegiatan penelitian ini seluruhnya dapat dilihat dalam langkah-langkah

sebagai berikut:

1. Persiapan

a. Mengajukan judul penelitian kepada pembimbing

b. Mengumpulkan bahan/sumber, materi/referensi yang dibutuh- kan

dalam penelitian.

c. Menyusun proposal penelitian.

d. Menyiapkan instrument penelitian dan alat observasi.

2. Pengumpulan Data

a. Pengumpulan data yang dilakukan dengan metode wawancara

mendalam dan observasi langsung.

b. Melakukan review dan pembahasan beragam data yang telah

terkumpul dengan melaksanakan refleksinya.

c. Membuat field note.

d. Mengatur data dengan memperhatikan semua variable yang

tergambar dalam kerangka berfikir.

3. Analisis Data

a. Menentukan teknik analisis data yang tepat sesuai dengan proposal

penelitian.

Page 50: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

b. Melakukan analisis awal.

c. Mengembangkan sajian data dengan analisis lanjut kemudian

direcheck dengan temuan dilapangan.

d. Melakukan verivikasi, pengayaan dan pendalaman data.

e. Merumuskan simpulan akhir sebagai temuan penelitian.

4. Penyusunan Laporan Penelitian

a. Penyusunan laporan awal.

b. Review laporan yaitu mendiskusikan laporan yang telah disusun

dengan orang yang cukup memahami penelitian.

c. Melakukan perbaikan laporan.

d. Penyusunan laporan terakhir.

Page 51: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Diskripsi Lokasi Penelitian

Desa Jati termasuk dalam Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen,

Jawa Tengah. Luas Desa Jati adalah 420, 4760 Ha. Sebelah utara berbatasan dengan

Desa Cepoko, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Karang Tolun, sebelah barat

berbatasan dengan Desa Hadiluwih, dan sebelah timur berbatasan dengan Desa

Gading. Desa ini terbagi dalam 10 dusun/dukuh, 9 RW (rukun warga), dan 27 rukun

tangga (RT). Desa Jati terletak agak jauh dari pusat pemerintahan Kabupaten, yaitu

27 km ke arah barat. Sementara jarak dari pusat pemerintahan Kecamatan yaitu 3,5

km kearah utara dan dari pusat pemerintahan ibu kota propinsi berjarak 100 km.

Keadaan ini membuat suasana di Desa Jati relatif tenang, dan jauh dari kesibukan

kota (Data monografi Desa Jati, Kecamatan Sumberlawang, Sragen, tahun 2008).

Suasana pedesaan dengan lingkungan lahan pertanian masih mewarnai Desa

Jati. Lahan pertanian di Desa ini berupa sawah tadah hujan dengan dibantu pengairan

dari sumur yang dibuat di sekitar sawah dan tanah kering (ladang). Data monografi

Desa Jati tahun 2008 menunjukkan bahwa luas lahan pertanian di Desa ini adalah

251, 32 Ha (59,76% dari keseluruhan luas Desa Jati) dan untuk tanah kering

(pekarangan dan tegal/kebun) luasnya 169, 17 Ha (40,23% dari keseluruhan luas

Desa Jati) . Padi merupakan hasil pertanian terbesar dimana rata-rata hasil panennya

adalah 8 ton/Ha dengan dua kali panen dalam setiap tahun. Selain itu untuk hasil

sayuran adalah 2 ton/Ha, dan hasil buah-buahan sekitar 1 ton/Ha.

Keadaan penduduk Desa Jati bersifat heterogen. Jumlah penduduk di Desa

ini adalah 4.450 jiwa dengan perincian jumlah laki-laki 2.193 jiwa (49,28%) dan

perempuan 2.257 jiwa (50,72%). Mayoritas penduduk bekerja disektor agraris,

dengan jumlah 733 orang sebagai petani (16,48%), 1251 orang bekerja sebagai buruh

Page 52: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

tani (28,11%). Sementara itu 30 orang karyawan (0,67%), 78 orang wirasawasta

(1,75%), 78 orang bekerja di sektor pertukangan (1,75%), dan 8 orang pensiunan

(0,18%). Penduduk Desa Jati mayoritas memeluk agama Islam dengan jumlah 4097

orang (92,07%), 9 orang memeluk agama Kristen (0,20%), 5 orang memeluk agama

Katholik (0,11%), 284 orang memeluk agama Hindu (6,38%), dan 18 orang

mememluk agama Budha (0,40%) (Data Monografi Desa Jati, Kecamatan

Sumberlawang, Sragen, tahun 2008).

Tingkat pendidikan masyarakat Desa Jati dapat dikatakan masih rendah.

Data Statistik Kecamatan Sumberlawang, Sragen tahun 2007 menunjukkan,

masyarakat Desa Jati yang tidak atau belum sekolah sekitar 7 orang warga (0,16%),

belum tamat sekolah dasar (SD) berjumlah 538 warga (12,09%), tidak tamat SD

berjumlah 542 warga (12,18%), warga lulusan SD berjumlah 1.793 warga (40,29%),

warga lulusan SMTP (Sekolah Menegah Tingkat Pertama) yaitu berjumlah 593 warga

(13,33%), warga lulusan SMTA (Sekolah Menengah Tingkat Atas) yaitu berjumlah

261 warga (5,87%), dan warga yang lulus akademi/perguruan tinggi berjumlah 63

warga (1,42%).

Berbagai organisasi kemasyarakatan tumbuh subur di Desa Jati. Diantaranya

yaitu organisasi Majlis Taklim terdapat 6 kelompok organisasi dengan anggota

keseluruhan berjumlah 155 orang, majelis Hindu 1 kelompok dengan jumlah anggota

38 orang, remaja Masjid 10 kelompok dengan anggota 125 orang, remaja Hindu 1

kelompok dengan jumlah anggota 17 orang, pramuka Gudep terdapat 4 gudep, karang

taruna 10 dukuh dengan jumlah keseluruhan anggota 450 orang, organisasi kesenian

dengan jumlah anggota 40 orang untuk kesenian karawitan dan 55 orang untuk

kesenian rebana, kelompok PKK dengan jumlah anggota 450 orang, dasa wisma

dengan jumlah 101 anggota, dan dharma tirta dengan jumlah anggota 20 orang (Data

monografi Desa Jati, Kecamatan Sumberlawang, Sragen tahun 2008).

Selain berbagai organisasi kemasyarakatan, seperti yang dikemukakan oleh

para informan jika di Desa Jati berbagai tradisi kebudayaan Jawa juga masih lestari.

Masyarakat Desa Jati selalu berupaya untuk tetap melestarikan kebudayaan Jawa

Page 53: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

sebagai mana yang telah ditinggalkan masyarakat pendahulunya. Berbagai tradisi

Jawa masih tetap dilestarikan dan dilaksanakan tarmasuk yang menyangkut siklus

kehidupan manusia (kalahiran, proses perkembangan, dan kematian). Tradisi

kebudayaan Jawa dalam proses kelahiran yang masih lestari di Desa Jati seperti,

tingkeban2, sepasaran3, mitoni4, dan sebagainya. Tradisi kebudayaan Jawa dalam

proses perkembangan kehidupan misalnya khitanan/sunatan, pernikahan dengan

berbagai pernak-pernik upacara adatnya dan kebisaan-kebiasaan yang telah melekat

didalamnya, pembuatan rumah, dan sebagainya. Sedangkan kebudayaan Jawa terkait

dengan kematian yang masih lestari di Desa Jati misalnya, kondangan nelung ndino

(kirim doa bersama tiga hari setelah meninggalnya seseorang), mitung ndino (kirim

doa bersama tujuh hari setelah meninggalnya seseorang), matang puluh dino (kirim

doa bersama empat puluh hari setelah meninggalnya seseorang), nyatus (kirim doa

bersama seratus hari setelah meninggalnya seseorang), mendak pisan (kirim doa

bersama satu tahun setelah meninggalnya seseorang , mendak pindo (kirim doa

bersama dua tahun setelah meninggalnya seseorang), nyewu (kirim doa bersama

seribu hari setelah meninggalnya seseorang), dan sebagainya.

Kondisi daerah Desa Jati yang masih bersifat pedesaan, dengan penduduk

yang bersifat heterogen ini selaras dengan berbagai bentuk kerjasama, organisasi

kemasyarakatan, sikap saling tolong-menolong, kerukunan dalam kehidupan, saling

hormat menghormati, dan tenggang rasa yang masih tampak kuat keberadaannya.

Keadaan ini seperti apa yang dikemukakan oleh Soerjono Soekanto dalam Yayuk

Yuliati dan Mangku Poernomo (2003:32) sebagai community sentiment atau sentimen

kelompok. Soerjono Soekanto dalam Yayuk Yulianti dan Mangku Poernomo

(2003:32) membedakan tiga unsur dalam sentimen kelompok yakni, ”unsur

seperasaan, sepenanggungan dan saling memerlukan”. Seperasaan adalah sikap

individu yang saling menyelaraskan kepentingannya dalam kelompok sehingga 2 Tingkeban: upacara selamatan yang di selenggarakan bulan ketujuh masa kehamilan (Clifford

Geertz. 1989:48-57) 3 Sepasaran: upacara selamatan lima hari sesudah kelahiran (Clifford Geertz. 1989:60-63) 4 Mitoni: upacara selamatan tujuh bulan setelah kelahiran (Clifford Geertz. 1989:63-65)

Page 54: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

kepentingan kelompok merupakan manifestasi kepentingannya. Sepenanggungan

merupakan perasaan bahwa individu adalah anggota kelompok dimana ia mempunyai

tanggung jawab yang sama dalam kelompoknya. Sementara saling memerlukan

adalah kesadaran bahwa ia tergantung dan memerlukan kelompok itu dalam

menyokong kehidupannya. Kehidupan dalam kemasyarakatan seperti ini di Desa Jati

meliputi semua aktivitas kegiatan dalam semua aspek kehidupan, yaitu aktivitas

kebersamaan bermasyarakat yang saling merasakan, baik yang menyangkut

kesedihan maupun kebahagiaan, termasuk dalam aktifitas saling tukar menukar

pemberian sumbangan pada acara pernikahan.

B. Temuan Hasil Penelitian yang Dihubungkan dengan Kajian Teori

1. Waktu Pelaksanaan Pernikahan di Desa Jati

Pernikahan bagi masyarakat Indonesia selalu disertai dengan adanya upacara

yang dirayakan dengan perhelatan atau pesta. Dalam masyarakat, setiap keluarga

entah secara besar-besaran atau sederhana merencanakan persiapan perhelatan

pernikahan anak atau saudara mereka jauh-jauh hari sebelumnya. Khususnya

persiapan dalam pembiayaan acara pernikahan. Hal ini juga diketahui oleh para

tetangga atau masyarakat di sekitarnya. Masyarakat sekitar seringkali juga sudah

rasan-rasan (sedikit mengetahui) apabila salah seorang tetangganya hendak

melakukan perhelatan perkawinan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan maka dapat

diketahui bahwa pelaksanaan acara pernikahan di Desa Jati, Kecamatan

Sumberlawang, Sragen dalam setiap bulannya terdapat lebih dari satu kali, bahkan

dalam satu bulannya kadang-kadang sampai terdapat empat kali perhelatan acara

pernikahan. Masyarakat Desa Jati menyebutkan nama bulan dengan angka saja, dan

dari keterangan mereka dapat diketahui bahwa di Desa Jati acara pernikahan paling

ramai dilaksanakan pada bulan empat, lima dan enam penanggalan Masehi atau

dengan kata lain pada bulan April, Mei dan Juni. Tentu saja pemilihan bulan-bulan

yang banyak digunakan untuk mengadakan pernikahan ini bukanlah tanpa alasan.

Page 55: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

Masyarakat Desa Jati yang mayoritas bermata pencaharian sebagai petani turut

mempengaruhi pemilihan bulan dalam melakukan perhelatan pernikahan. Alasan

yang mendasarinya adalah karena persoalan waktu yang dianggap tepat, dimana pada

bulan-bulan tersebut mereka sedang menunggu panen. Saat menunggu panen adalah

saat para warga masyarakat Desa Jati yang mayoritas bekerja di sektor pertanian

sedang tidak memiliki banyak pekerjaan seperti halnya pada saat musim tandur

(tanam), atau musim panen, sehingga banyak waktu longgar untuk menyelenggarakan

kegiatan acara pernikahan.

Meskipun demikian, seperti halnya kebudayaan masyarakat Jawa pada

umumnya, masyarakat Desa Jati juga mengetahui dan memahami tentang berbagai

perhitungan waktu yang dianggap baik dan waktu yang dianggap jelek atau sering

disebut dengan petungan5. Pengetahuan masyarakat tentang waktu yang dianggap

baik atau jelek juga turut berpengaruh pada saat kapan mereka akan melangsungkan

pernikahan. Dalam kalender perhitungan bulan Jawa maka bulan Suro dan bulan Apit

adalah bulan yang tidak boleh digunakan untuk menyelenggarakan acara hajatan

pernikahan. Apabila dihitung dengan penanggalan Jawa bulan Apit adalah bulan

Dulkaidah atau sering disebut dengan bulan Sela, yaitu antara bulan Sawal dan bulan

Besar. Bulan dalam penanggalan Jawa tidak dapat selalu di samakan dengan

perhitungan bulan Masehi, misalnya bulan Suro yang merupakan bulan awal tahun

baru pada penaggalan Jawa tidak selalu terletak pada bulan Januari (bulan awal pada

tahun baru Masehi). Hal ini dikarenakan perhitungan antara bulan Jawa dengan bulan

Masehi berbeda. Penanggalan Jawa menggunakan tarikh peredaran bulan, sedangkan

bulan Masehi menggunakan tarikh matahari.

Ada beberapa alasan mengapa bulan Apit dan bulan Suro tidak boleh

digunakan untuk menyelenggarakan acara hajatan pernikahan. Warto (bukan nama

5 Pentungan: sistem numerologi orang Jawa. Pentungan merupakan cara untuk menghindarkan semacam disharmoni dengan tatanan umum alam yang hanya akan membawa ketidak untungan. Misalnya petungan dalam penetapan kecocokan jodoh, petungan untuk pindah tempat tinggal, bepergian, penentuan waktu pernikahan dan sebagainnya (Clifford Geertz. 1989:38-44).

Page 56: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

sebenarnya), salah satu informan secara terperinci penjelaskan dua alasan tersebut:

pertama, di daerah Surakarta dan Yogyakarta memiliki patokan bahwa bulan Apit dan

bulan Suro adalah bulan-bulan keramat. Menurut Warto, seperti yang dikemukakan

orang-orang/masyarakat pendahulunya bahwa pelaksanaan hajatan pernikahan pada

bulan Apit dan Suro hanya boleh dilakukan oleh orang-orang yang memiliki derajat

yang tinggi saja. Sementara masyarakat biasa dianggap tidak pantas untuk

menyelenggarakan hajatan pernikahan seperti yang dilakukan oleh orang yang

memiliki derajat tinggi pada trah (keturunan) mereka. Kedua, sesuai dengan

perhitungan Jawa memang ada bulan-bulan yang disingkiri, haram untuk

menyelenggarakan acara hajatan pernikahan. Jika hal ini dilanggar masyarakat

percaya bahwa akan ada bahaya yang datang, terutama bagi pihak yang

menyelenggarakan hajatan pernikahan tersebut. Kepercayaan ini tentu saja berkaitan

erat dengan budaya masyarakat Jawa yang masih sangat kental.

Selain bulan Apit dan Suro yang telah dijelaskan di atas maka terdapat satu

bulan lagi yang jarang digunakan untuk menyelenggarakan acara hajatan pernikahan,

yaitu bulan puasa atau bulan Ramadan sampai pada pelaksanaan perayaan hari raya

Idul Fitri. Hal ini terkait dengan pemfokusan masyarakat Desa Jati yang mayoritas

beragama Islam pada pelaksanaan ibadah puasa dan perayaan hari raya Idul Fitri.

Acara hajatan pernikahan sendiri syarat dengan pesta yang dilengkapi dengan

berbagai suguhan hidangan bagi para tamu undangan yang telah hadir, sehingga

bulan puasa atau bulan ramadhan sering dihindari bagi pelaksanaan acara hajatan

pernikahan di Desa Jati.

Masyarakat Desa Jati tentu saja memiliki alasan-alasan tersendiri tentang

persoalan penghitungan bulan, apakah boleh dan tidak boleh dilakukannya acara

pernikahan. Sehingga pelaksanaan sistem sumbangan di Desa Jati juga selalu

mengikuti waktu pelaksanaan hajatan pernikahan tersebut. Karena tentunya

pelaksanaan sistem sumbangan ini dilaksanakan sewaktu acara pesta hajatan

pernikahan dilaksanakan. Yaitu pada bulan-bulan selain bulan Suro, Apit

(Dulkaidah), bulan puasa (Ramadan), dan bulan Syawal (Idul Fitri).

Page 57: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

2. Bentuk Sumbangan Pada Acara Pernikahan di Desa Jati

Warto, Pardi, Yono, Brama, Endang dan Ratmi (bukan nama sebenarnya)

sebagai informan menjelaskan bahwa di Desa Jati, Kecamatan Sumberlawang,

Sragen, bentuk sumbangan yang diberikan para tamu undangan pada acara hajatan

pernikahan dapat berupa uang, barang hasil bumi ataupun berupa kado. Berkaitan

dengan bentuk sumbangan ini Yono salah satu informan menuturkan, “bentuk

sumbangan biasanya beras mas…..kalau uang itu untuk jagong di atau dari lain

Desa….kalau kado itu dari orang muda…..kalau orang tua gak kado-kadonan…..”.

(W/Yono/29/04/09)

Sumbangan pada acara pernikahan yang berupa barang hasil bumi adalah

salah satu bentuk sumbangan yang masih eksis di Desa Jati sampai saat ini. Seperti

yang dikemukakan oleh salah satu informan di atas, sumbangan yang berupa hasil

bumi tersebut adalah beras. Secara lebih rinci Ratmi (salah seorang informan)

menunjukkan jika sumbangan hasil bumi yang berupa beras ini mencakup dua jenis

yaitu beras biasa dan beras ketan. Setiap menghadiri acara hajatan pernikahan warga

masyarakat Desa Jati biasanya akan menyumbang dengan dua macam jenis beras ini.

Atau paling tidak dalam sekali menyumbang minimal membawa salah satu jenis

beras (beras biasa atau beras ketan) untuk diberikan kepada pihak yang mempunyai

hajat. Selain beras juga pisang, sayuran, cabai, bawang merah, bawang putih dan

ditambah dengan “tumpangan”. Tumpangan adalah istilah yang digunakan

masyarakat Desa Jati untuk menyebut beberapa makanan ataupun bahan makanan

yang digunakan sebagai pelengkap sumbangan dalam bentuk hasil bumi.

Beberapa makanan dan bahan makanan yang digunakan sebagai tumpangan

seperti, makanan khas Jawa (wajik, jadah, gletik, lemper, rangin, dan sebagainya)

minimal 1 ketel/ satu pres nampan, pisang 1 sisir, mie 1 pak/ plastik, gula 1 atau 2

kg, kue, teh 1 pak/ satu plastik, rokok 1 slop, rambak/kerupuk, dan sebagainya.

Sumbangan yang berupa hasil bumi ini rata-rata untuk beras biasa standarnya sekitar

3 beruk (penakar beras)/ 4 kg dan beras ketan juga 3 beruk/ 4 kg. Jumlah ini akan

Page 58: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

bertambah jika yang mengadakan hajatan atau yang akan disumbang masih

saudara/kerabat. Untuk kerabat/saudara jumlah sumbangan yang berupa beras biasa

maupun beras ketan tersebut semuanya akan menjadi 20 kg atau lebih. Adapun untuk

kerabat/saudara jumlah tumpangan biasanya disesuaikan sepantasnya, tentunya

dengan menyesuaikan sumbangan hasil bumi yang diberikan.

Hasil bumi terutama beras adalah hasil pertanian pokok di Desa Jati.

Masyarakat meskipun kadang-kadang memiliki sedikit uang, tetapi jika beras mereka

selalu menyimpannya. Beras kadang-kadang menjadi harta simpanan masyarakat

dimana saat mereka membutuhkan uang maka beras tersebut dapat dijual. Dengan

demikian beras masih tetap eksis dijadikan sebagai sumbangan karena setiap

masyarakat dirasa selalu memiliki simpanan beras. Hal ini terkait juga dengan

pekerjaan masyarakat Desa Jati yang mayoritas bekerja di sektor pertanian. Selain itu

beras merupakan makanan pokok bagi masyarakat Desa Jati dan beras juga

merupakan salah satu bahan makanan pokok yang akan disajikan pada acara

pernikahan. Dengan menyumbang beras beserta tumpangannya maka yang punya

hajat akan dapat langsung mengolahnya sebagai hidangan yang disajikan untuk para

tamu undangannya. Hal ini juga sejalan dengan Clifford Geertz (1989:88) dalam

penelitiannya di masyarakat Mojokuto, yang mengatakan bahwa setiap orang

menyumbang beras bukan berupa uang tunai, karena bahan makanan tersebut dapat

segera digunakan untuk slametan (upacara selamatan).

Di Desa Jati jenis sumbangan yang berupa hasil bumi ini lebih sering dibawa

tamu undangan perempuan, karena dirasa lebih pantas terkait yang dibawa adalah

barang-barang belanjaan untuk hidangan ataupun bahan hidangan yang akan disajikan

dalam pesta hajatan pernikahan. Masalah urusan barang-barang belanjaan selalu

diserahkan pada perempuan dan pihak laki-laki menganggap kurang pantas jika

mereka yang mengurusi serta membawanya sebagai sumbangan. Sehingga barang-

barang belanjaan, urusan masak-memasak, ataupun urusan dapur diidentikkan dengan

perempuan. Pembagian peran gender pun sangat terlihat dalam kegiatan ini.

Page 59: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

Jenis sumbangan yang kedua adalah berupa uang dan jenis ini juga masih

berlaku di Desa Jati. Rata-rata jumlah standar sumbangan yang berupa uang sekitar

Rp.15.000 sampai Rp. 25.000 untuk sekali menyumbang. Sama halnya dengan

sumbangan yang berupa hasil bumi, jika yang disumbang masih kerabat/saudara

maka jumlahnya akan disesuaikan besarannya. Menyumbang kerabat, saudara atau

keluarga tentu saja jumlahnya akan lebih besar dibandingkan dengan jumlah

sumbangan yang dikeluarkan untuk tetangga, teman atau masyarakat biasa. Uang

yang akan digunakan untuk menyumbang biasanya dimasukkan kedalam amplop,

seperti keterangan Brama, salah satu informan yang mengatakan, “biasanya amplop

yang digunakan untuk menyumbang itu amplop yang kecil putih itu…kalau gak ya

amplop yang sampingnya ada merah-merahnya itu…amplop untuk surat itu….”.

(W/Brama/22/04/09)

Mengamplopi uang yang akan dijadikan sumbangan dirasa lebih sopan bila

dibandingkan dengan memberi langsung tanpa amplop. Tamu undangan laki-laki

cenderung lebih memilih jenis sumbangan berupa uang, karena dinilai lebih pantas

dan praktis untuk dibawa. Selain itu, dengan alasan kepraktisan masyarakat Desa Jati

apabila menghadiri acara hajatan pernikahan di luar Desa sering menggunakan

sumbangan yang berupa uang. Begitu juga saat mereka menyelenggarakan hajatan

pernikahan, tamu dari luar daerah biasanya lebih sering memberikan sumbangan yang

berupa uang.

Dari hasil wawancara, para informan menyebutkan bahwa sumbangan dalam

jenis uang ini telah berjalan sejak dahulu, tetapi mereka tidak mengetahui kapan

sumbangan yang berupa uang seperti ini mulai diberlakukan. Mereka hanya

mangetahui jika sumbangan dalam bentuk uang ini berlaku bersamaan dengan

sumbangan yang berupa hasil bumi. Para informan mengetahui jika sumbangan yang

berupa uang seperti ini telah ada di Desa Jati sejak dahulu, dan sumbangan seperti ini

telah berjalan secara turun menurun dari generasi ke generasi.

Jenis sumbangan yang lain adalah berupa kado. Kado lebih sering diberikan

oleh tamu undangan yang masih muda usianya, khususnya adalah remaja perempuan,

Page 60: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

baik selaku teman sekolah, kenalan, teman kerja, teman organisasi, teman bermain

dan sebagainya. Sedangkan untuk anak muda laki-laki lebih cenderung menyumbang

dengan uang bukan dengan kado. Brama, salah satu informan yang juga masih

berusia muda mengemukakan alasan tentang kecenderungan anak muda laki-laki

untuk menyumbang berupa uang, ia mengemukakan, “Ya uang, karena kado kurang

praktis dan kalau bagi saya sendiri saya rasa gak pantes cah lanang gowo kado…”.

(W/Brama/04/09)

Kado bagi remaja laki-laki dirasa kurang praktis dan merepotkan. Mulai dari

pemilih barang yang akan digunakan untuk isi kado, cara pengemasan kado yang

membutuhkan kesabaran, keindahan dan kerajinan, sampai pada membawanya pun

dirasa oleh para remaja laki-laki terlalu ribet/merepotkan. Remaja laki-laki juga

merasa kurang pantas jika mereka membawa kado, mereka menilai bahwa remaja

perempuanlah yang lebih pantas, seperti yang dikemukakan Brama (salah satu

informan) di atas. Kebiasaan dan konstruksi sosial kembali mewarnai masalah pantas

dan tidaknya dalam memberikan sumbangan yang berupa kado.

Brama juga menjelaskan, di Desa Jati kado biasanya tidak diberikan secara

berkelompok. Satu kado tidak diberikan sebagai sumbangan pada acara pernikahan

atas nama banyak orang (kelompok), namun biasanya lebih bersifat individu. Setiap

tamu undangan yang menyumbang berupa kado akan membawa kadonya sendiri-

sendiri dan atas namanya sendiri. Dalam hal ini Brama mengemukakan, ”biasane yen

kado yo dewe-dewe…..yen kelompok biasane gak enek…aku durung pernah ngerti ki

sak wene neng kene...” (biasanya kalau kado ya sendiri-sendiri….kalau kelompok

biasanya tidak ada…saya belum pernah mengetahuinya selama di sini).

(W/Brama/22/ 05/09)

Barang yang digunakan untuk menyumbang dalam bentuk kado sendiri

bermacam-macam. Seperti yang dikemukakan oleh para informan misalnya album

foto, jam dinding, jam kecil, mangkok, pakaian bayi, alat-alat rumah tangga, kain,

bed cover (sprei), dan sebagainya. Untuk penentuan jenis barang yang akan diberikan

dalam sumbangan yang berupa kado ini biasanya relatif masing-masing orang

Page 61: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

berbeda-beda menurut selera. Selain itu penentuan jenis kado juga di dasarkan pada

hubungan pemberian yang pernah terjalin. Misalnya seseorang sewaktu ia

mengadakan hajatan acara pernikahan pernah disumbang dengan suatu barang dalam

bentuk kado, maka pada saat yang memberikan itu punya hajat secara gantian

seseorang (yang pernah diberi kado tersebut) akan mengembalikan pemberiannya

dengan menyumbang barang dalam bentuk kado yang sama atau paling tidak yang

senilai dengan yang pernah ia terima.

3. Arti Penting Sumbangan pada Acara Pernikahan

bagi Kehidupan Masyarakat Desa Jati

Bagi masyarakat Desa Jati sistem sumbangan yang telah berjalan sejak

dahulu ini merupakan suatu aktivitas kemasyarakatan yang dianggap penting, karena

merupakan salah satu adat kebiasaan masyarakat dalam berinteraksi dan menjalin

relasi antar individu dalam Desa tersebut. Hal ini menjadi kebiasaan yang rutin

dilakukan oleh masyarakat. Apabila sumbangan rutin dilaksanakan dan telah menjadi

kebiasaan tentunya di dalam sistem sumbangan juga terdapat berbagai hal—baik

yang disadari maupun tidak—yang diketahui dan dipahami oleh setiap masyarakat

sebagai upaya pelestariannya, termasuk di dalamnya adalah berbagai aturan

kewajiban timbal balik untuk saling membalas dari pemberian sumbangan.

Meskipun jumlah sumbangan yang diberikan bersifat relatif, atau dengan

istilah lain disesuaikan sepantasnya, namun demikian dalam sistem sumbangan yang

berjalan di Desa Jati tetap ada standar yang menyangkut jumlah nominal sumbangan

yang akan diberikan kepada orang yang punya hajat. Tidak ada kesepakatan ataupun

aturan secara tertulis dalam hal ini, tetapi yang ada hanyalah kebiasaan atau

kesepakatan umum yang dipahami bersama yang telah berlangsung dalam kehidupan

masyarakat. Pemahaman tentang “disesuaikan sepantasnya” menimbulkan standar

minimal jumlah nominal sumbangan yang pantas untuk diberikan. Masyarakat Desa

Jati selalu berusaha untuk menyumbang setidaknya pada batas minimal jumlah

sumbangan yang dianggap pantas. Paling tidak membalas sumbangan yang telah

Page 62: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

diterima dengan jumlah yang sama, sehingga tidak merugikan pihak lain. Hal ini

seperti yang dikemukakan Warto yang mengemukakan, ”Biasanya relative, o..nek

dhisik disumbang nek nggo tuku rokok oleh telung wadah yo tapi yen saiki ra oleh yo

mestine diimbangi….orang Jawa itu tidak bisa merugikan orang lain. Lah itulah

keluhuran orang Jawa, jadi timbal balik semacam ini perlu dilestarikan… ”.

(W/Warto/25/04/09)

Pemahaman masyarakat Desa Jati tentang perimbangan jumlah pemberian

sumbangan dalam hubungan timbal balik tersebut sejalan dengan apa yang

dikemukakan oleh Goulder dengan istilah resiprositas. Gouldner dalam James Scott

(1981:255) mengemukakan, prinsip tentang resiprositas dan perimbangan

pertukaran adalah prinsip yang didasarkan pada gagasan yang sederhana saja yakni

bahwa orang harus membantu mereka yang pernah membantunya atau setidak-

tidaknya jangan merugikannya. Lebih khusus lagi prinsip itu mengandung arti

bahwa suatu hadiah atau balas jasa yang diterima menciptakan bagi si penerima

suatu kewajiban timbal balik untuk membalas dengan hadiah/jasa dengan nilai yang

setiadak-tidaknya sebanding dikemudian hari.

Di Desa Jati juga terdapat pemahaman tentang pertimbangan jumlah

sumbangan yang pantas untuk diberikan. Pertimbangan tersebut yaitu pertama,

dengan melihat kemampuan orang yang menyumbang. Warga masyarakat

menyumbang sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing, dengan melihat

keadaan ekonomi yang mereka miliki. Kedua, dengan melihat kemampuan orang

yang disumbang. Jika orang yang disumbang kiranya akan keberatan untuk

membalas sumbangan yang diberikan dengan jumlah yang besar, maka dengan

pertimbangan itu si penyumbang cenderung akan menyumbang dengan jumlah yang

standar. Namun dalam hal ini seperti yang telah dikemukakan di depan, tetap ada

standar minimal yang dianggap pantas terkait besar kecilnya jumlah sumbangan

yang berlaku dalam masyarakat. Seperti yang dikemukakan Warto;

meskipun yang menyumbang itu orang kaya tetapi kalau yang disumbang sepertinya keberatan untuk mengembalikan apabila disumbang dengan jumlah

Page 63: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

yang besar ya….lebih baik di sumbang dengan jumlah yang standar saja…memang sebenarnya bertentangan dengan agama ya…karena kalau nyumbang itu kan sebenarnya harus ikhlas ya….tapi ini kok memiliki pamrih... . (W/Warto/25/04/09)

Dengan dua pertimbangan ini maka di Desa Jati status, kedudukan,

pangkat, ataupun kekayaan seseorang tidak mempengaruhi banyak sedikitnya

jumlah sumbangan yang akan diberikan. Begitu pula sebaliknya jika seseorang

yang memiliki status, kekayaan, pangkat ataupun kedudukan saat mengadakan

acara hajatan pernikahan belum tentu tamu undangan yang hadir akan memberikan

jumlah sumbangan yang lebih besar. Bahkan menurut Warto orang yang terkenal,

kaya, punya kedudukan tinggi di Desa Jati kadang-kadang malah rugi saat

menyelenggarakan hajatan pernikahan. Warto mengemukakan,

bahkan orang yang terkenal, kaya, punya kedudukan tinggi di Desa kadang-kadang malah rugi mas….ya kalo terkenal jumlah tamunya pasti juga banyak, kalau mau mengadakan pesta acara pernikahan yang biasa-biasa saja kan juga malu, mulai dari hiburan, dan segala sesuatunya pasti lebih dari biasa, sehingga kadang-kadang menjadi rugi. (W/Warto/25/04/09)

Sistem sumbangan yang berjalan di masyarakat Desa Jati pada khususnya

dan di masyarakat Jawa pada umumnya ini merupakan salah satu contoh yang dapat

menambah bukti pembenaran dari pernyataan Durkheim. Dimana Durkheim dalam

Scott (1981:255-256) menjelaskan bahwa faham pertukaran yang sepadan ini

merupakan suatu prinsip moral umum yang terdapat pada semua kebudayaan. Di

Asia Tenggara prinsip resiprositas terdapat dalam banyak kegiatan. Bentuk-bentuk

saling bantu-membantu berupa gotong royong di Jawa merupakan contoh

resiprositas yang sangat teratur. Resiprositas juga merupakan prinsip moral yang

pokok yang mendasari kegiatan sosial desa-desa di Muangthai, baik dilingkungan

keluarga maupun antar keluarga. Di Filipina, pola persekutuan diantara manusia

yang satu dengan manusia yang lain pada umumnya ditafsirkan sebagai

resiprositas, bahwa “setiap jasa yang diterima, diminta atau tidak, harus dibalas,”

rasa malu (hiya) dan rasa berhutang budi (utang na loob) merupakan daya

penggerak resiprositas.

Page 64: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

Pernyataan Warto di atas juga menunjukkan jika pengembalian sumbangan

yang pernah diberikan atau dengan kata lain saat membalas sumbangan harus

disesuaikan dengan perkembangan nilai tukar uang yang telah terjadi. Artinya

faktor fluktuasi uang juga turut menjadi hal yang diperhitungkan. Dalam

kesempatan lain Warto mengemukakan, “jika tahun ‘97 misalnya menyumbang Rp.

5000 maka kita gak mungkin untuk sekarang menyumbang Rp. 5000 karena harga

kebutuhan pokok juga naik semua…” (W/Warto/25/04/09). Begitu juga dengan

Ratmi yang mengemukakan, ”suk nggeh dibalekne Rp. 10.000 yen wis suwe banget

yo duwit Rp.10.000 kuwi entuk opo...., yo mesthi ditambahi lah dek...” (besok ya

dikembalikan Rp. 10.000 jika sudah lama sekali ya uang Rp. 10.000 itu dapat

apa......, ya pasti ditambahi lah dek...) (W/Ratmi/6/06/ 09).

Panyesuaian jumlah sumbangan yang akan diberikan dengan tingkat

perkembangan nilai tukar uang ini ternyata juga sama dengan yang terjadi di

masyarakat Yogyakarta, seperti apa yang ditunjukkan oleh Novita Purnamasari

dalam penelitian mandirinya. Novita Purnamasari (2000:98-99) menjelaskan jika,

pengembalian sumbangan di Yogyakarta harus disesuaikan dengan perkembangan

nilai tukar uang, karena kesempatan untuk mengembalikan sumbangan yang pernah

diterima, tidak selalu terjadi pada tahun yang sama.

Uang maupun barang yang akan dipergunakan untuk menyumbang selalu

dipersiapkan terlebih dahulu dengan teliti sebelum berangkat menghadiri acara

hajatan pernikahan. Brama salah satu informan mengemukakan tentang persiapan

saat akan menghadiri hajatan pernikahan dengan mengemukakan, ”Persiapan ya

janjian sama teman-teman untuk berangkat bersama, yang kedua ya…menyiapkan

uang untuk sumbangan…” (W/Brama/22/04/09). Sementara Ratmi mengemukakan,

”umpomo sesuk nyumbang sorene sampun digawe... sampun disiapne..”

(seumpama besok nyumbang sore harinya sudah di buat...sudah disiapkan)

(W/Ratmi/6/06/09).

Page 65: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

Begitu juga dengan Warto mengemukakan persiapannya saat akan

menghadiri acara hajatan pernikahan dengan mengemukakan,

biasanya jika kita among tamu malamnya sebelum hari “H” sumbangan berupa barang (hasil bumi) sudah diantarkan dahulu, kalo untuk menyumbang uang ya pas hari “H”-nya…..kalau untuk di luar lingkungan ya malamnya sudah dipersiapkan, sudah dimasukkan kedalam amplop. (W/Warto/25/04/09)

Persiapan sumbangan juga sampai pada merekatkan amplop dengan lem

setelah dimasukkannya uang kedalam amplop. Brama, Pardi, dan Ratmi

menjelaskan bahwa hal ini dilakukan supaya uang sumbangan aman, tidak jatuh

atau bahkan hilang. Sementara Warto mengemukakan diberi perekatnya amplop

bertujuan untuk menjaga kerahasiaan jumlah sumbangan agar tidak diketahui orang

lain. Hal ini merupakan privasi bagi penyumbang dengan tujuan agar yang tahu

jumlah nominal sumbangan yang diberikan hanyalah penyumbang dan yang

disumbang saja, meskipun sudah ada semacam kesepakatan umum yang saling

dipahami tentang standar minimal atau nilai kepantasan suatu sumbangan.

Setelah uang atau barang yang akan diberikan sebagai sumbangan pada

acara pernikahan dipersiapkan maka selanjutnya adalah melakukan aktivitas jagong

(menghadiri acara hajatan pernikahan), Di sinilah inti kegiatan sumbangan

dilakukan. Menurut penjelasan dari informan ada dua cara dalam memberikan

sumbangan yang berupa uang. Pertama, yaitu dengan memberikan secara langsung

kepada pihak yang dihajati (pengantin) atau orang tuannya dengan cara sambil

bersalaman saat akan pulang. Kedua, yaitu dengan memasukkan amplop

sumbangan pada kotak sumbangan yang telah disediakan—biasanya di depan meja

penerima tamu.

Apabila antara tamu undangan dengan pihak yang mengadakan hajatan

sudah kenal akrab, sumbangan yang diberikan secara langsung dengan cara sambil

bersalaman kadang-kadang secara basa-basi sering ditolak pihak yang mengadakan

hajatan pernikahan. Dalam hal ini Pardi menuturkan,

nggeh nek mboten enten kotak yen pun kenal akrab ngoten sing marengke ndadak nganggo di pekso-pekso….karo salaman…wis rasah……wis

Page 66: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

rasah….ngoteniku…. (ya kalau tidak memakai kotak kalau sudah kenal akrab yang memberikan harus dipaksa-paksa….sambil bersalaman….sudah tidak usah…sudah tidak usah….seperti itu…). (W/Pardi/28/04/09)

Namun jika dalam acara hajatan tersebut disediakan kotak sumbang, maka

pemberian sumbangan akan lebih leluasa. Orang hanya akan memasukkan amplop

saja dan bersalaman saat berpamitan dengan yang punya hajatan. Acara hajatan

pernikahan di Desa Jati tidak seluruhnya selalu menggunakan kotak sumbang.

Biasanya yang menyediakan kotak sumbang hanya pada acara-acara pernikahan

yang diselenggakan secara besar-besaran/mewah.

Selain ada sumbangan yang diberikan secara langsung, di Desa Jati juga

ada sumbangan yang sifatnya kolektif. Sumbangan yang sifatnya kolektif biasanya

dikumpulkan kepada suatu pengurus khusus pengumpul sumbangan yang telah

memiliki kepengurusan tersendiri dan bersifat tetap. Masing-masing dukuh di Desa

Jati sekarang sudah terdapat pengurus semacam ini. Dan ini berlaku untuk

kegiatan sumbang menyumbang antar dukuh dalam kawasan satu wilayah Desa.

Antara dukuh yang satu dengan dukuh yang lain di Desa Jati terdapat semacam

jalinan kerjasama dalam sumbangan kelompok. Akan tetapi tidak semua dukuh di

Desa Jati terikat jalinan semacam ini, hanya dukuh-dukuh yang terletak berdekatan

saja yang melakukan kesepakatan untuk menjalin hubungan sumbangan kelompok.

Misalnya di dukuh Brontok, Taryono mengurusi hubungan sumbangan dengan

dukuh Jati, Sarnoto mengurusi hubungan sumbangan dengan dukuh Bulan, Sular

mengurusi hubungan sumbangan dengan dukuh Sadean, dan Mulyono yang

mengurusi hubungan sumbangan kelompok dengan dukuh Sendang Rejo. Jenis

sumbangan yang digunakan secara kolektif ini adalah uang. Biasanya jumlah

nominal sumbangan yang dikumpulkan dipengurus sekitar Rp. 3.000 sampai

dengan Rp. 5.000 untuk setiap keluarga.

Seperti yang dikemukakan para informan, apabila di salah satu dukuh akan

ada pelaksanaan acara pernikahan, pada umumnya ada beberapa langkah dalam

mekanisme pelaksanaan sumbangan kelompok. Pertama, salah satu pengurus akan

Page 67: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

memberikan informasi ke dukuh lain (yang telah terikat dalam hubungan kerjasama

dalam sumbangan kolektif ini) jika di dukuhnya akan ada acara pernikahan lengkap

dengan nama pihak yang akan punya hajat pernikahan dan waktu pelaksanaannya.

Kedua, pengurus di dukuh yang di beri informasi tadi akan mengumumkan kepada

masyarakat di mushola setempat jika akan ada acara pernikahan di dukuh sebelah,

warga masyarakat kemudian dimohon untuk mengumpulkan sumbangan ke

pengurus. Pengumuman kepada warga ini biasanya dilakukan sekitar lima hari

sebelum acara pernikahan dilaksanakan. Ketiga, dalam jangka waktu lima hari

sebelum acara pernikahan berlangsung tersebut para warga masyarakat akan

menyetorkan uang sumbangan mereka kepada panitia dan kemudian panitia juga

akan mencatat nama dan jumlah sumbangan yang diberikan. Keempat, setelah

sumbangan terkumpul salah satu pengurus akan menyerahkannya kepada pihak di

lain dukuh yang sedang mengadakan acara hajatan, lengkap dengan nama yang

telah menyumbang dan jumlah sumbangannya. Penyetoran kepada pihak yang

sedang mengadakan acara pernikahan ini biasanya sewaktu acara hajatan

dilaksanakan, atau kalau tidak paling lama dalam waktu sekitar tiga hari setelah

acara hajatan pernikahan dilaksanakan. Meskipun warga telah memberikan

sumbangan uang lewat pengurus sumbangan kolektif, namun mereka tetap

berkewajiban untuk menyumbang baik dapat berupa kado ataupun hasil bumi.

Pemberian sumbangan yang berupa hasil bumi agak berbeda dengan

sumbangan yang berupa uang. Sumbangan yang berupa hasil bumi biasanya dibawa

oleh pihak tamu undangan perempuan. Dan ini hanya berlaku untuk satu Desa.

Sumbangan yang berupa hasil bumi biasanya dapat diberikan pada sore hari

sebelum keesokan harinya acara resepsi hajatan pernikahan dilaksanakan, sewaktu

ibu-ibu/tamu undangan perempuan yang jagong (menghadiri undangan resepsi

pernikahan) atau setelah acara resepsi dilaksanakan. Pemberiannya pun tidak

diberikan secara langsung dengan pihak yang punya hajat tetapi diberikan kepada

panitia penerima sumbang. Panitia ini dibentuk saat acara kumbokernan

dilaksanakan. Kumbokernan adalah musyawarah yang diselenggarakan oleh yang

Page 68: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

punya hajat dengan para tetangga serta pihak-pihak atau tokoh-tokoh yang dirasa

mampu untuk memikirkan berbagai masalah dan kebutuhan untuk penyelenggaraan

acara hajatan, termasuk pembentukan berbagai seksi beserta tugasnya, pembagian

undangan dan sebagainya.

Mekanisme cara memberikan sumbangan yang berupa hasil bumi lengkap

dengan tumpangannya ini memiliki keunikan tersendiri. Awalnya para tamu

undangan (secara lebih khusus tamu undangan perempuan) datang dengan

menggendong tenggok (semacam bakul yang terbuat dari anyaman bambu) yang

berisi beras lengkap dengan tumpangannya sebagai sumbangan yang akan diberikan

kepada yang punya hajat pernikahan. Setelah sampai di tempat yang punya hajat,

mereka akan dihadang oleh beberapa orang panitia dengan membawa secarik

kertas, alat tulis dan perekat (lem kertas). Kemudian tamu undangan tersebut oleh

panitia akan ditanya terkait dengan nama dan alamatnya, yang oleh panitia akan

ditulis pada secarik kertas yang dibawanya, diberi perekat dan kemudian ditempel

pada tenggok yang tamu undangan bawa. Setelah itu tenggok tersebut diserahkan

pada panitia, sementara tamu undangan masuk ketempat acara pesta pernikahan

untuk bertemu dengan yang punya hajat, menikmati hidangan, menyaksikan

upacara pernikahan, dan sebagainya.

Panitia khusus penerima sumbang kemudian akan membawa tenggok-

tenggok para tamu undangan itu kedalam (dapur), dan di dapur terdapat panitia

khusus lagi yang bertugas untuk mengeluarkan isi sumbangan dari dalam tenggok

serta mencatat sumbangan tersebut. Pencatatan sumbangan mencakup nama,

alamat, beras berapa kilo, dan barang. Yang dimaksud barang disini adalah macam-

macam tumpangan yang disumbangkan beserta jumlahnya. Kemudian setelah itu

tenggok-tenggok para tamu yang datang akan dikeluarkan dan ditaruh di sebelah

sisi rumah yang berbeda dengan sisi saat para tamu datang. Tetapi sebelumnya

tenggok-tenggok tersebut diisi dengan nasi, dan makanan-makanan kecil khas Jawa

seperti wajik, jadah, gletik, rangin, roti dan sebagainya.

Page 69: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

Pengembalian langsung dari sumbangan yang telah diberikan ini di sebut

dengan tonjokan. Istilah tonjokkan ini berbeda dengan istilah yang ada di

masyarakat Surakarta. Jika di masyarakat Surakarta tonjokkan adalah pemberian

berbagai makanan sebelum acara hajatan pernikahan sebagai simbol undangan bagi

masayarakat sekitar. Sedangkan di Desa Jati, Kecamatan Sumberlawang, Sragen

yang juga masih termasuk dalam karisidenan Surakarta, istilah tonjokkan ini di

gunakan untuk mengistilahkan pemberian kepada para tamu undangan setelah

mereka menghadiri acara pernikahan dan menyumbang. Jumlah tonjokan tentunya

tidak sebanding dengan jumlah sumbangan yang diberikan. Tonjokan yang

diberikan hanya terkesan sebagai pengisi tenggok yang kosong saat akan dibawa

pulang. Saat akan pulang para tamu perempuan tersebut akan menuju ke sisi rumah

yang berbeda dengan saat mereka datang dan mengambil tenggok-tenggok mereka,

digendong dan dibawa pulang kembali. Mekanisme cara memberikan sumbangan

yang berupa hasil bumi di Desa Jati tampak seperti ini dan hal ini akan lebih rumit

saat resepsi pernikahan berlangsung, karena jumlah tamu yang datang sangat

banyak sehingga panitia penerima sumbangan terlihat sangat sibuk dalam

melaksanakan tugasnya.

Berbeda dengan sumbangan dalam bentuk uang dan sumbangan dalam

bentuk hasil bumi, biasanya kado langsung diberikan kepada pihak yang dihajati.

Tamu undangan (khususnya remaja putri) yang datang dengan membawa sumbangan

berupa kado akan langsung memberikan kadonya kepada pihak yang dihajati

(pengantin) saat mereka datang dan bertemu dengan pihak yang dihajati (pengantin)

tersebut. Namun jika para tamu undangan datang saat acara resepsi dilaksanakan,

kado yang mereka bawa biasanya diletakkan atau diberikan kepada panitia penerima

sumbangan, karena pihak yang dihajati tentunya sedang melakukan prosesi upacara

adat pernikahan.

Untuk acara hajatan pernikahan, di Desa Jati memang masih dilaksanakan

secara meriah/besar-besaran. Yono salah satu informan mengemukakan jika hajatan

pernikahan itu tidak dapat dihindari oleh orang tua, dan itu sudah menjadi

Page 70: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

kewajiban setiap orang tua kepada anaknya. Begitu juga dengan Pardi seorang

informan berumur 58 tahun yang pernah menyelenggarakan hajatan pernikahan

untuk anak pertamanya, memberikan alasan tentang diselenggarakannya acara

hajatan pernikahan anaknya secara meriah/besar-besaran, dengan mengemukakan,

“netepi umumme lumrahe…….” (melaksanakan seperti pada umumnya).

(W/Pardi/28/04/09)

Melaksanakan seperti pada umumnya, demikian alasan Pardi menunjukkan

bagaimana seseorang tidak bisa mengelak dari tuntutan masyarakat tentang suatu

hal. Jika di suatu Desa ada kebiasaan untuk menggelar hajatan secara besar-besaran

maka tidak ada alasan bagi anggota masyarakatnya untuk tidak

menyelenggarakannya sesuai dengan kebiasaan tersebut, terlepas dari persoalan

mampu atau tidak mampu. Apabila seseorang tidak menyelenggarakan hajatan

secara besar-besaran maka akan timbul kecurigaan tertentu yang tertuang lewat

gosip atau rasan-rasan.

Kewajiban menyumbang dan mengembalikan sumbangan juga tidak selalu

seimbang diantara masyarakat. Meskipun masih dilaksanakan secara besar-besaran

tetapi pihak yang mengadakan acara hajatan pernikahan tidak selalu diuntungkan

dari perolehan hasil sumbangannya. Para informan mengemukakan jika hasil yang

diperoleh dari sumbangan biasanya seimbang dengan biaya yang dikeluarkan

bahkan kadang-kadang juga sering rugi. Pardi mengemukakan,

mboten mesti…kadang-kadang nggeh malah rugi, wong mantu paling mboten nggeh puluhan juta, sewo tep, tarub, dekor niku mawon pun sekitar gangsal jutananan…paling nggeh pok-pokan imbang mawon (tidak pasti….kadang-kadang ya malah rugi, kalau punya hajat pernikahan paling tidak ya puluhan juta, menyewa tep, tenda, dekorasi, itu saja sudah sekitar lima jutaan….paling ya seimbang saja). (W/Pardi/28/04/09)

Sejalan dengan Pardi, Warto yang juga pernah menyelenggarakan hajatan

pernikahan mengemukakan, “relative seimbang, maunya sih untung tapi imbang-

imbang saja, malahan kadang-kadang rugi…”. (W/Warto/25/04/09)

Page 71: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

Blau dalam Margaret M. Poloma (1994:82), dalam menjawab pertanyaan

apakah yang menarik individu kedalam assosiasi? Jawaban Blau ialah mereka

tertarik pada pertukaran karena mengharapkan ganjaran yang intrinsik maupun

ekstrinsik. Ganjaran ekstrinsik adalah ganjaran yang langsung dapat tampak atau

terlihat, sedangkan ganjaran intrinsik adalah ganjaran yang tidak langsung tampak.

Ganjaran yang ekstrinsik maupun instrinsik tersebut juga terdapat dalam sistem

pemberian sumbangan di Desa Jati. Ganjaran ekstrinsik dalam sistem sumbangan

misalnya sumbangan yang diperoleh dari para tamu undangan, kehadiran para tamu

undangan yang ikut memeriahkan acara hajatan pernikahan, ucapan selamat serta

doa dari para tamu undangan kepada yang dihajati, dan sebagainya. Sedangkan

ganjaran intrinsik yaitu terjalinnya ikatan kemasyarakatan, dapat terlaksanakannya

acara adat pernikahan, dan sebagainya.

Sumbangan dari para tamu undangan untuk pihak yang menyelenggarakan

hajatan pernikahan merupakan salah satu ganjaran ekstrinsik.

Sumbangan ini memang dirasa sangat penting oleh warga masyarakat. Seperti yang

dikemukakan Pardi dengan mengatakan;

mpun membudaya…yo nek duwe gawe nggeh ngoten niku pun kebiasaan…nggeh saling ngoten niku….kangge sing duwe gawe penting soale mbantu…...nggeh mengke gentosan saling membantu…(sudah membudaya…kalau punya hajat ya seperti itu sudah kebiasaan…ya saling seperti itu…..untuk yang punya hajat penting karena membantu……nanti gantian saling membantu…”). (W/Pardi/28/04/09)

Pardi dan Warto mengemukakan sewaktu mereka menyelenggarakan

hajatan mereka juga menerima sumbangan dari para tamu undangan. Sumbangan

yeng mereka terima juga lengkap, ada yang memberikan sumbangan berupa uang,

hasil bumi, ataupun kado. Warto menuturkan pengalamannya sewaktu mengadakan

hajatan pernikahan, dengan mengatakan,

ya menerima…..untuk tambah-tambah biaya keperluan, walaupun korban dulu nanti kan juga dapat dari sumbangan…komplit mas…ya uang, kado, barang hasil bumi, gula sampai kwinal-kwintalan, beras sampai satu truk, beras dulu saya jual….undangan sampai dua ribu orang. (W/Warto/25/04/09)

Page 72: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

Pardi juga menuturkan pengalamannya, dengan mengemukakan;

nembe ping pisan….cukupan namung tep-tepan biasa, tahun 2004….nggeh nampi komplit, arto, beras….komplit mas…..undangan ngantos 700 orang…(baru satu kali…..cukupan hanya memakai tep-tep biasa, tahun 2004…ya menerima komplit, uang, beras…komplit mas…..undangan sampai 700 orang). (W/Pardi/28/04/09)

Novita Purnamasari (2000:97) dalam penelitian mandirinya menyebutkan

jika pada masyarakat Jawa sumbangan dilihat sebagai bantuan penyelenggaraan

upacara perkawinan yang merupakan suatu balas jasa atas segala bentuk bantuan

yang telah diberikan pada masa sebelumnya. Oleh karena itu pendapatan dari

sumbangan dapat diperhitungkan dalam rencana pembiayaan upacara perkawinan.

Di masyarakat Desa Jati tidak semuanya seperti ini. Beberapa warga masyarakat

yang dijadikan sebagai infoman seperti Pardi dan Warto mengakui jika dahulu saat

menyelenggarakan hajatan pernikahan mereka tidak memperhitungkan sumbangan

secara rinci dalam anggaran perencanaan pembiayaan upacara pernikahan, karena

menurut mereka perolehan dari sumbangan tidak bisa diandalkan.

Seperti apa yang dikemukakan Marcell Mauss (1992:1), ”dalam teori

pemberian-pemberian hadiah seperti itu sebenarnya dilakukan secara suka rela,

tetapi dalam kenyataan kesemuannya itu diberikan dan dibayar kembali dalam suatu

kerangka kewajiban yang harus dipenuhi oleh para pelakunya”. Begitu juga dengan

sistem sumbangan di Desa Jati meskipun hal ini sering tidak disadari oleh

masyarakat pendukungnya. Tiga macam kewajiban dalam pemberian, yaitu

kewajiban memberi, kewajiban menerima, dan membayar kembali, seperti apa yang

telah disebutkan Marcel Mauss (1992: 56) berjalan sangat kuat di Desa Jati.

Seseorang akan tertib untuk datang pada acara pernikahan dan memberikan

sumbangan saat ada undangan baginya, begitu pula saat pada giliranya mereka

mempunyai hajat acara pernikahan maka ia juga mengadakan acara pesta

pernikahan yang meriah serta akan menerima sumbangan dari para tamu yang

diundang. Warto memberikan alasan tentang salah satu pernikahan anaknya yang

Page 73: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

diselengararan secara besar-besaran, dengan mengemukakan, “Ya berharap supaya

saudara-saudara bisa datang kesini…sakwene urep yo gentian lah”.

(W/Warto/25/04/09)

Gantian dalam hal ini dapat diartikan bahwa jika ada undangan Warto

selalu menyumbang, maka gantian saat dia mengadakan hajatan maka dia berhak

untuk mendapatkan sumbangan dari para tamunya. Kemudian saat tamunya

mengadakan hajatan pernikahan lagi maka ia juga akan berkewajiban untuk datang

dengan menyumbang lagi. Begitu seterusnya membentuk suatu pola jaringan yang

luas, rumit dan setiap masyarakat yang telah melaksanakan sistem sumbangan

semacam ini akan masuk dalam sistem jaringan masing-masing. Hal ini sejalan

dengan pemikiran kaum fungsionalis bahwa suatu hal (fenomena) bisa menjadi

dasar dari eksisnya suatu masyarakat. Dalam konteks Desa Jati maka sumbangan

adalah hal yang mengikatkan masyarakatnya ke dalam suatu kebersamaan dan

karenanya selalu dilestarikan.

Ada beberapa cara yang digunakan masyarakat Desa Jati untuk

mempermudah pencatatan sumbangan dalam memenuhi hubungan timbal balik.

Pertama, melalui penulisan identitas seseorang atau keluarga pada amplop yang

digunakan untuk menyumbang. Kegiatan seperti ini diakui oleh para informan

sebagai upaya untuk pencatatan dalam rangka mempermudah pelaksanaan

hubungan timbal balik, selain itu juga pernyataan identitas bagi tamu undangan

bahwa mereka telah hadir. Seperti yang dikemukakan Pardi sebagai berikut,

sing kagungan damel ben ngertos, bapak kae kok yo teko kene ….suk yen genti ewuh genti teko…nggeh dicateti ngoten niku…daftar.. (yang punya rumah agar tahu, bapak itu kok ya sampai sini…..besok kalau gentian punya hajat gentian datang…….ya dicatat seperti itu….daftar…). (W/Pardi/28/04/09)

Sementara Ratmi, mengemukakan, ”amplop ditulisi ben ngerti sing nyumbang

sopo-sopo... mengkeh yen mbelekne ben mboten bingung” (amplop ditulisi supaya

tahu yang menyumbang siapa saja....nanti kalau mengembalikan agar tidak

bingung) (W/Ratmi/6/06/09). Begitu juga dengan Yono yang mengatakan;

Page 74: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

itu sudah membudaya mas…dalam artian misalkan sebagai penunjuk kalau dia sudah datang….mungkin pas dia datang nggak ketemu langsung dengan tuan rumah yang punya hajat….ya paling utama nggo catetan gantianlah….kalau saya itu juga pernah…pas menghadiri gak ketemu dengan yang punya hajat mungkin sedang sibuk, sedang mandi, dan sebagainya. (W/Yono/29/04/09)

Penulisan identitas seperti ini juga berlaku untuk sumbangan berupa kado,

barang yang digunakan untuk kado biasanya dikemas dengan kertas khusus (kertas

kado) dan di dalamnya sering diberi pesan-pesan, ucapan selamat, dan identits dari

yang memberikan kado tersebut. Kedua, untuk sumbang yang berupa hasil bumi

biasanya pencatatan dilakukan oleh panitia khusus yang bertugas untuk menerima

dan mencatat sumbangan yang berupa hasil bumi ini. Sewaktu tamu undangan

datang menghadiri acara hajatan pernikahan, sumbangan berupa hasil bumi

biasanya diberikan kepada panitia penerima sumbangan kemudian oleh panitia

tersebut dicatat bahan makanan ataupun makanan apa saja yang diberikan untuk

menyumbang, jumlahnya berapa, serta nama penyumbang lengkap dengan

alamatnya.

Ketiga, dengan menyediakan buku tamu. Jika buku tamu disediakan

biasanya tamu undangan akan menulis identitas mereka yang meliputi nama,

alamat, tanda tangan, dengan tidak mencantumkan jumlah sumbangannya.

Keempat, yaitu dengan menyimpan kartu undangan yang pernah diterima. Biasanya

warga masyarakat akan menyimpan kartu undangan yang pernah diterimannya dan

membuat catatan dalam buku yang mereka buat berkaitan dengan kartu-kartu

undangan yang pernah diterimannya tersebut termasuk jumlah sumbangan yang

dikeluarkannya.

Selain dengan membuat catatan atas undangan yang pernah diterimannya,

ada juga yang hanya menyimpan undangan-undangan yang pernah diterimannya,

kemudian undangan-undangan itu hanya diberi catatan kecil terkait dengan jumlah

sumbangan yang pernah dikeluarkan/diberikan saat mereka menghadiri undangan

tersebut. Kelima, untuk sumbangan kelompok maka pihak yang menyelenggarakan

Page 75: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

acara hajatan pernikahan akan mengetahui siapa pihak-pihak yang telah

menyumbang secara kelompok dari catatan yang di berikan oleh pengurus

sumbangan kelompok tersebut. Cara-cara ini adalah upaya yang digunakan oleh

para warga untuk mempermudah palaksanaan hubungan timbal balik dan

resiprositas dalam memenuhi kewajiban moral yang ada dalam sistem sumbangan.

Penulisan nama si penyumbang tampaknya bukanlah hal yang sepele.

Setiap orang yang menyumbang di acara hajatan tidak akan lupa menorehkan

namanya pada amplop, kado atau meminta sumbangan yang dibawanya dicatat oleh

pihak yang sedang melakukan hajat. Resiprositas didasarkan pada hal tersebut

karena siapa-siapa saja yang telah menyumbang seolah merasa sedang menabung

(baik uang maupun barang) baginya kelak ketika dia juga mengadakan hajatan.

Sumbangan kemudian dimaknai sebagai suatu bekal bagi hajatan seseorang kelak.

Ketika seseorang sudah melakukan hajatan dan tiba giliran baginya untuk

menyumbang maka dia sebenarnya sedang melakukan kewajiban mengembalikan

kembali apa-apa yang pernah diberikan oleh orang lain saat dia mengadakan

hajatan dahulu. Dengan demikian orang selalu merasa wajib menyumbang dan

wajib mengembalikan sumbangan. Resiprositas itu berlaku namun diyakini sebagai

sesuatu yang sudah lumrah (umum) dan sebuah budaya masyarakat setempat.

Sehingga sumbangan pada acara pernikahan seperti ini mekanismenya

hampir sama dengan suatu pinjaman ataupun tabungan. Hal ini juga dapat

dianalogikan seperti halnya sebuah arisan. Jika seseorang/keluarga mengadakan

acara hajatan pernikahan terlebih dahulu maka sumbangan dapat dikatakan sebagai

pinjaman yang harus dikembalikan kepada para tamu undangannya. Jika

seseorang/keluarga belum pernah menyelenggarakan hajatan pernikahan tetapi

selalu mendapatkan undangan pernikahan maka sumbangan dapat dikatakan

sebagai sebuah tabungan yang kelak akan diterimanya. Dalam sistem sumbangan

analogi pinjaman dan tabungan semacam ini tidak ada putusnya. Hal ini sejalan

dengan penjelasan Marcel Mauss (1992:38) tentang pemberian yang

mengemukakan, ”pemberian tersebut pada saat yang sama merupakan harta

Page 76: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

kekayaan dan juga harta milik, sebuah janji atau sumpah, dan juga sebuah pinjaman

suatu barang jualan tetapi juga barang belian, suatu simpanan, sebuah mandat,

sebuah kepercayaan”.

Status, kedudukan, pangkat, ketenaran seseorang/keluarga dalam sistem

hubungan timbal balik ini akan mempengaruhi jumlah banyak sedikitnya rekan

dalam melaksanakan hubungan pertukaran sumbangan di Desa Jati. Warto yang

merupakan salah satu tokoh terpandang dalam masyarakat mengakui jika setiap

bulannya ia mendapatkan undangan pernikahan sekitar sepuluh undangan lebih,

karena kenalannya begitu luas. Dengan demikian maka saat Warto

menyelenggarakan hajatan pernikahan tamu yang diundang sekitar 2000 orang.

Warto mengakui jika yang punya hajat ini satu Desa ataupun tetangga Desa sekitar

pasti mengundangnya. Yono menambahkan dengan memberikan contoh perangkat

Desa. Perangkat Desa yang tentunya memiliki pangkat, kedudukan dan status

terpandang dalam masyarakat juga akan memiliki jumlah rekan pergaulan yang

lebih banyak dalam relasi keseharian yang secara otomatis akan berhubungan

dengan persoalan sumbangan. Menurut Yono hal ini sudah menjadi konsekuensi

dan harus disadari oleh mereka yang menjadi perangkat Desa. Fakta ini sejalan

dengan pendapat Malinowski (1992:91) yang menjelaskan, “the number of partner

a man has varies with his rank and importance…a man would naturally know to

what number of partners he was entitled by his rank and position” (jumlah rekan

setiap orang berbeda-beda dengan pangkat dan kepentingan mereka…setiap orang

secara alamiah akan tahu berapa jumlah rekan yang telah mereka dapat dengan

pangkat dan posisi mereka).

Selain itu ada beberapa hal lainnya yang juga akan menentukan banyak

sedikitnya jumlah rekan dalam pelaksanaan sumbangan. Beberapa informan

menuturkan sregep adalah salah satu faktor yang juga ikut menentukan banyak

sedikitnya jumlah rekan. Istilah sregep dalam hal ini dapat diartikan bahwa jika ada

tetangga yang punya hajatan sering membantu, tertib dalam menyumbang, dan

Page 77: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

selalu menghadiri undangan acara hajatan pernikahan. Selain itu, intensitas guyub

(interaksi sosial) dengan tetangga/masyarakat juga ikut menentukan banyak

sedikitnya rekan dalam kegiatan sumbangan. Seperti yang dikatakan Warto berikut

ini,

ya kembali pada sopo nandur bakal ngunduh, kalau nandurnya banyak ya tamunya banyak, kalau lokal jangkauannya ya tamunya lokal atau sedikit. Sing biasane sregep jagong yo pas mantu mesti akeh sing nyumbang. (W/Warto/25/04/09)

Senada dengan yang dikemukakan Warto maka Yono juga memberikan

tanggapan yang kurang lebih sama. Yono mengatakan,

yo dinilai dari sregepe…yo dinilai dari banyak intensitas keluarnya. Semakin banyak interaksi sosialnya ya semakin banyak rekan-rekannya. Orang kaya saja kalau intensitas bergaulnya cuma dengan tetangga-tetangga dekat ya tamunya cuma itu-itu saja….yo banyak contoh sudah menyatakan demikian. (W/Yono/29/04/09)

Sistem sumbangan semacam ini lebih dirasakan sebagai kewajiban timbal

balik yang begitu kuat sehingga menjadi pengikat sosial. Dalam menanggapi

tentang pentingnya sumbangan, Warto menuturkan jika sumbangan dalam acara

hajatan pernikahan memang penting, karena merupakan pengikat masyarakat.

Sejalan dengan hal ini Aafke .E. Komter (2005.116-117), dalam teorinya

menjelaskan bahwa, “social ties are created, sustained and strengthened by means

of gift. Acts of gift exchange are at the basis of human solidarity” , (hubungan sosial

diciptakan, ditopang dan diperkuat oleh pemberian. Aktifitas tukar menukar

pemberian adalah dasar dari solidaritas manusia). Lebih lanjut Komter (2005:195)

menjelaskan;

the principle of reciprocity underlying gift exchange proved to be the fundament of human society. It contains to moral basis for the development of social ties and solidarity because it’s implicit assumption is the recognition of the other person as a potentially (prinsip dari hubungan timbal balik mendasari pertukaran pemberian yang dibuktikan menjadi dasar masyarakat manusia. Ini berisi dasar moral dari perkembangan ikatan sosial dan

Page 78: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

solidaritas karena ini adalah asumsi yang harus dipatuhi dari pengkuan orang lain sebagai suatu penggabungan).

Berbagai makna yang tergali dari informan tentang sumbangan di Desa Jati

secara antropologis juga dapat dijelaskan melalui teori fungsionalisme. Teori

fungsionalisme memandang jika masyarakat memiliki organ-organ seperti halnya

tubuh seekor binatang, dimana memiliki fungsi dari suatu bagian ditentukan oleh

tempatnya dalam keseluruhan tubuh. Pemikiran tiga tokoh sosiologi awal abad 19

tentang fungsionalisme yaitu Aguste Comte, Herbert Spencer, dan Emile Durkheim

pada intinya telah menghasilkan tiga asumsi yang mengawali fungsionalisme

sosiologis, seperti yang dijelaskan Soerjono Soekanto dan Ratih Lestarini

(1989:21), sebagai berikut:

4) Relitas sosial dianggap sebagai suatu sistem. 5) Proses-proses suatu sistem hanya dapat dimengerti dalam kerangka

hubungan timbal balik antara bagian-bagiannya. 6) Sebagai halnya dengan suatu organisme maka struktur suatu sistem

sifatnya terikat yang disertai adanya proses-proses untuk mempertahankan integritas dan batas-batasnya.

Aktivitas sumbangan dalam acara pernikahan khususnya di Desa Jati,

Kecamatan Sumberlawang, Sragen sebagai suatu realitas sosial juga merupakan

suatu sistem yang akan membentuk serta memperkuat kehidupan bersama dalam

masyarakat. Apabila dilihat dalam lingkup yang lebih luas, sumbangan pada acara

pernikahan di Desa Jati ini juga dapat disebut sebagai sub sistem, karena merupakan

salah satu sistem dari sistem-sistem lainnya, misalnya sistem sumbangan untuk

orang meninggal, aktivitas tolong menolong dalam pertanian, aktivitas gotong

royong dalam membangun sarana umum, dan sebagainya.

Proses-proses suatu sistem hanya dapat dimengerti dalam kerangka

hubungan timbal balik antara bagian-bagiannya, maka dalam sistem sumbangan

pada acara pernikahan di Desa Jati juga berlaku seperti ini. Sistem sumbangan

dalam pernikahan di Desa Jati hanya akan dapat berjalan apabila unsur-unsur di

Page 79: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

dalamnya berjalan dalam hubungan timbal balik secara fungsional. Apabila salah

satu unsur tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya maka sistem pertukaran

dalam sumbangan ini tentunya akan mengalami gangguan. Seperti yang

dikemukakan Duncan Mitchell (1984:53) yang menerangkan bahwa ”setiap sistem

mempunyai beberapa sifat yang sama, terutama bagian-bagiannya yang begitu erat

hubungannya satu sama lain dari segi struktur hingga perubahan dalam satu bagian

akan mengakibatkan perubahan di bagian yang lain”. Unsur-unsur tersebut

diantaranya adalah pihak tamu undangan yang akan memberikan sumbangan dan

pihak yang punya hajat pernikahan sebagai penerima sumbangan yang saling

melakukan pertukaran sumbangan. Mereka terikat dalam suatu sistem yang

membuat masyarakat Desa Jati menjadi tetap eksis.

Struktur dalam sistem sumbangan pada acara pernikahan ini sifatnya

mengikat. Hal ini dapat dilihat dari kuatnya hubungan timbal balik yang ada dalam

sistem ini. Setiap warga masyarakat Desa Jati memiliki suatu kewajiban moral

untuk selalu membalas sumbangan yang telah diterimannya. Selain itu, warga

masyarakat Desa Jati juga selalu berupaya untuk mempertahankan integritas dari

sistem sumbangan pada acara pernikahan dengan tujuan secara lebih luas yaitu

untuk mempertahankan integritas masyarakat. Hal ini sejalan dengan Dahrendorf

dalam Kamanto Sunarto (2000:228) dalam teorinya yang mengemukakan tentang

pokok teori fungsionalisme dimana salah satunya disebutkan jika ”setiap

masyarakat merupakan suatu struktur unsur yang relatif gigih dan stabil”. Warto

salah satu informan mengemukakan,

karena ikatan rasa ketimuran, dengan adanya silaturohim lebih-lebih dibarengi hajatan, kan orang hajatan membutuhkan uang, untuk meringankan dan untuk mengikat tali persaudaraan itu ya dengan sumbangan itu tadi. Kita berharap supaya dapat meringankan beban disatu sisi kita dapat mengikat tali persaudaraan. Jadi dengan ikatan semacam ini hati kehati itu bisa mengikat. (W/Warto/25/04/09)

Page 80: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

Usaha untuk mempertahankan integritas sistem dalam sumbangan pada

acara pernikahan di Desa Jati dapat dilihat dari tidak dibesar-besarkannya konflik

yang terjadi dalam sistem sumbangan terkait dengan ketidak konsistennya

hubungan resiprositas dalam sistem sumbangan tersebut. Terkait dengan hal ini

Brama mengemukakan, “mungkin ini solidaritas, menjunjung tinggi kerukunan

yang masih kental, untuk hal-hal semacam itu ya masih maklum lah….mungkin pas

gak punya uang….”. (W/Brama/22/04/09)

Merton dalam David Kaplan dan Albert A. Manners (2000:79)

memperkenalkan konsep “fungsi” yang dibedakan antara fungsi manifes dan fungsi

laten (fungsi tampak dan fungsi terselubung), dalam suatu tindak atau unsur budaya.

Fungsi manifes dari adanya sistem sumbangan di Desa Jati yaitu untuk membantu

meringankan biaya pihak yang mengadakan hajatan pernikahan. Sementara itu

fungsi laten dari adanya sistem sumbangan pada acara pernikahan di Desa Jati yaitu

untuk membentuk serta memperkuat integritas masyarakat.

Seperti penjelasan Malinowski dalam Koentjaranigrat (1987:167) yang

membedakan fungsi sosial dalam tiga tingkatan abstraksi, yaitu:

4) Fungsi sosial dari suatu adat , pranata sosial atau unsur kebudayaan pada tingkat abstraksi pertama mengenai pengaruh atau efeknya terhadap adat, tingkah laku manusia dan pranata sosial dalam masyarakat.

5) Fungsi sosial dari suatu adat, pranata sosial atau unsur kebudayaan pada tingkat abstraksi kedua mengenai pengaruh atau efeknya terhadap kebutuhan suatu adat.

6) Fungsi sosial dari suatu adat atau pranata sosial pada tingkat abstraksi ketiga mengenai pengaruh atau efeknya terhadap kebutuhan mutlak untuk berlangsungnya secara terintegrasi dari suatu sistem sosial yang tertentu.

Sistem sumbangan pada acara hajatan pernikahan di Desa Jati juga

mencakup ketiga dari tingakatan abstraksi tersebut. Dari tingkatan abstraksi

pertama, sistem sumbangan memberikan pengaruh atau efeknya terhadap tingkah

laku masyarakat Desa Jati. Masyarakat Desa Jati akan selalu memenuhi kewajiban

moral dengan membalas pemberian sumbangan yang pernah diterimananya.

Page 81: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

Sehingga aktifitas timbal balik dalam memberikan dan menerima sumbangan akan

selalu diusahakan oleh masyarakat dengan berbagai cara. Dari tingkatan abstraksi

pertama ini juga dapat dianalisis jika sistem sumbangan pada acara pernikahan

menyingkapkan makna psikologis bagi para pelakunya. Hal ini sejalan dengan

pendapat Afke E. Komter (2005:43) yang mengemukakan,

the first psychological function of the gift is to create moral tie between giver and recipient. Gift make people fell morally bound to another because of mutual expectation and obligation to return the gift that arise as a consequence….a scond psychological function of gift giving relates to disclosure, affirmation, or denial of identities of giver as well as recipient.

Dari pernyataan Komter tersebut dapat dipahami bahwa fungsi psikologi

pertama dari pemberian adalah untuk menciptakan ikatan moral diantara pemberi

dan penerima. Pemberian membuat orang merasa terikat secara moral kepada yang

lain karena pengharapan timbal balik dan kewajiban untuk mengembalikan

pemberian yang timbul sebagai sebuah konsekuensi. Fungsi psikologis yang kedua

dari hubungan memberikan pemberian adalah untuk mengungkapkan, menyatakan,

atau penyangkalan identitas pemberi sebagaimana penerima.

Dari tingkatan abstraksi kedua, dengan kegiatan sumbangan pada acara

pernikahan di Desa Jati akan dapat membantu pembiayaan pihak yang sedang

mempunyai hajat pernikahan untuk menyelenggarakannya sesuai dengan adat yang

ada, sehingga kebiasaan sumbang-menyumbang serta adat pernikahan yang ada

akan tetap lestari. Dari tingkatan abstraksi ini sistem sumbangan menyingkapkan

makna ekonomi, terutama dalam pengadaan kebutuhan-kebutuhan dalam

pembiayaan acara adat pernikahan masyarakat setempat. Hal ini sejalan dengan

teori Malinowski dalam Marcel Mauss (1992:44) dalam pembahasanya tentang

sistem tukar menukar pemberian di kepulauan Trobrian, yang menjelaskan bahwa

sistem tukar menukar pemberian menghidupkan keseluruhan kehidupan ekonomi

dari orang-orang Trobiand.

Page 82: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

Dari tingkatan abstraksi yang ketiga, sumbangan pada acara pernikahan di

Desa Jati dapat menciptakan serta memperkuat sistem kemasyarakatan seperti yang

telah dikemukakan di atas. Tingkatan abstraksi ketiga sistem sumbangan pada acara

pernikahan ini menyingkapkan makna sosial bagi para pelakunya. Marcel Mauss

(1992:44) menjelaskan,

kehidupan sosial merupakan suatu keadaan tetap yang berlangsung terus-menerus dalam hal memberi dan menerima pemberian; pemberian disimpan dan dikembalikan, diterima dan dibayarkan kembali, baik berdasarkan kewajiban maupun kepentingan perorangan, dalam kebesaran penghormatan untuk membayar kembali dan pelayanan-pelayanan; atau sebagai tantangan atau jaminan-jaminan.

4. Pemaknaan Sumbangan pada Acara Pernikahan

dalam Konteks Masa Kini

Setiap warga masyarakat Desa Jati yang telah dewasa akan melaksanakan

kegiatan sistem sumbangan pada acara pernikahan. Karena merupakan suatu adat

kebiasaan yang telah berjalan sejak dahulu dan juga karena kuatnya hubungan

timbal balik dalam sistem sumbangan. Seperti yang telah dijelaskan di depan,

sistem sumbangan memiliki arti penting bagi kehidupan masyarakat Desa Jati.

Namun demikian, dalam konteks masa kini terdapat beberapa hal yang unik dari

sistem sumbangan di Desa Jati ini. Keadaan-keadaan pada sistem sumbangan di

masyarakat Desa Jati dalam konteks kekinian berpotensi untuk menggeser arti

penting sistem sumbangan, atau paling tidak akan mengurangi kadar arti penting

dari sistem sumbangan yang telah ada, meskipun sering tidak disadari dan dianggap

biasa oleh warga masyarakatnya.

Marcel Mauss (1992:2) dalam bukunya mengatakan, prestasi-prestasi yang

dalam teori bersifat sukarela tanpa pakasaan, tanpa pamrih dan sopan, tetapi dalam

kenyataannya bersifat mengharuskan atau mewajibkan dan bersikap pamrih. Bentuk

yang biasanya digunakan ialah pemberian hadiah yang secara murah hati disajikan;

tetapi kelakuan yang menyertai pemberian itu resmi dengan kepura-puraan dan

Page 83: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

penipuan sosial, sementara transaksi itu sendiri dilandasi oleh kewajiban dan

kepentingan ekonomi diri sendiri dari para pelakunya.

Sejalan dengan teori di atas, para informan mengakui jika di Desa Jati belum

pernah ada acara hajatan pernikahan yang diselenggarakan dengan tidak menerima

sumbangan. Semua warga masyarakat Desa Jati selalu menerima sumbangan jika

mengadakan acara hajatan pernikahan. Seperti yang dikemukakan Warto, “belum

pernah ada…..semua ngarep-arep (mengharap)…” (W/Warto/25/04/09). Pamrih

kiranya terlihat dalam hal ini. Saat seseorang datang untuk menyumbang

sebenarnya memiliki pamrih jika kelak dia berharap juga akan disumbang saat

mengadakan acara hajatan.

Dalam surat undangan yang diberikan kepada calon tamu undangan

sebenarnya tidak terdapat pernyataan secara langsung tentang permohonan untuk

menyumbang, yang ada hanya pernyataan untuk mengharap kehadiran tamu

undangan dengan do’a restu untuk anak mereka yang dihajati tersebut. Kalimat

permohonan kehadiran tamu dalam surat undangan tersebut biasanya sebagai

berikut; “merupakan suatu kehormatan dan kebahagiaan bagi kami apabila

bapak/ibu/saudara/i, berkenan hadir untuk memberikan do’a restu kepada putra

putri kami. Atas kehadiran dan do’a restu bapak/ibu/saudara/i kami mengucapkan

terimakasih”. Atau dalam undangan berbahasa Jawa sering di tulis sebagai berikut;

Nuwun, mbok bilih gusti Allah hangganjar wilujeng ing sedayanipun miwah dangan ing penggalih panjenengan sekalian kula suwun rawuh benjing ing; dinten….., tanggal……, jam….., wonten……. Sakperlu paring berkah pangestu dumateng anak kulo sumarambah ing sedayanipun. Kenyataannya setiap pihak yang menyelenggarakan hajatan pernikahan

selalu menerima sumbangan dan mangharap pemberian sumbangan dari para tamu

undangannya. Bahkan karena telah menjadi suatu kebiasaan yang selalu

dilaksanakan, sistem sumbangan telah menjadi suatu kewajiban dalam kehidupan

bermasyarakat yang mangikat masyarakat dengan sangat kuat. Tamu undangan

tidak akan mungkin berani untuk datang dalam acara pernikahan dengan hanya

Page 84: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

memberikan doa restu untuk pihak yang dihajati seperti yang tercantum dalam surat

undangan. Tamu undangan pasti akan selalu memberikan sumbangan untuk pihak

yang menyelenggarakan hajatan. Pertukaran sumbangan seperti ini terlihat penuh

dengan kebasa-basian, atau Marcel Mauss (1992:2) telah menyebutkannya dengan

istilah kepura-puraan.

Di Desa Jati terdapat undangan secara simbolik dalam bentuk pemberian

makanan sebelum acara hajatan pernikahan akan dilaksanakan. Undangan secara

simbolik tersebut di Desa Jati biasa disebut dengan istilah punjungan. Sebelum

acara hajatan akan dilaksanakan sebagai pengganti undangan maka berbagai

makanan seperti nasi, sayur sambal goreng, mi goreng, daging, telur rebus,

kerupuk, dan snack (makanan kecil) seperti roti serta berbagai makanan khas Jawa

diberikan kepada pihak-pihak dalam satu Desa yang dirasa masih saudara dekat,

sesepuh (tetua), seseorang yang terhormat, terpandang memiliki kedudukan baik

secara ekonomi maupun sosial.

Seperti undangan yang sering diberikan oleh warga Desa Jati untuk Warto,

dimana Warto juga termasuk salah satu warga Desa Jati yang memiliki kedudukan

sosial tinggi, sudah tidak lagi berupa kartu undangan, tetapi berupa punjungan.

Menurut Warto jika mengundang dengan punjungan ini justru rasa mengikat

batinnya lebih kuat sehingga selalu berusaha untuk menghadirinya. Punjungan ini

adalah suatu bentuk undangan simbolik dan suatu bentuk penghormatan khusus

bagi mereka yang dianggap istimewa. Di samping itu juga tersirat makna bahwa

mereka yang dianggap istimewa tersebut dirasa akan memberikan sumbangan yang

lebih saat menghadiri acara pernikahan, meskipun mereka yang dipunjung tersebut

tidak selalu memberikan sumbangan yang lebih saat menghadiri acara hajatan.

Secara tidak langsung punjungan sering dirasa sebagai media untuk meminta

sumbangan bagi mereka yang dianggap istimewa.

Pada saat ini pihak-pihak yang mengadakan acara hajatan pernikahan

kadang-kadang memaksakan diri mengundang orang-orang terkenal, pejabat dan

tokoh masyarakat yang sering kali tidak mengenalnya secara pribadi. Mereka

Page 85: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

melakukan hal tersebut dengan tujuan hanya untuk mengejar gengsi agar pesta

pernikahannya terkesan lebih meriah. Selain itu tamu-tamu tersebut dianggap

memiliki potensi untuk memberikan sumbangan dalam jumlah besar dibandingkan

dengan tamu biasa. Warto yang merupakan mantan kepala Desa Jati ketika

menjawab pertanyaan apakah pernah mendapatkan undangan dari pihak yang belum

dikenalnya? mengemukakan,

Banyak, tau lho dek aku jagong, tapi teko kono sing duwe gawe malah tekok, pake daleme pundi? Lho batinku tibake pake iki rung kenal to karo aku…, aneh to… Tapi tetep nyumbang lha karena sudah datang, (Banyak, pernah lo dek saya menghadiri acara pernikahan tetapi setelah sampai di sana yang mempunyai hajat malah bertanya, bapak rumahnya mana? Lho batin saya ternyata pake ini belum kenal to sama saya…, aneh to…tetapi tetap menyumbang lha karena sudah datang). (W/Warto/25/04/09)

Pengalaman Warto di atas juga sering dialami oleh masyarakat Desa Jati yang lain.

Namun masyarakat kini sudah mulai berpikir ulang untuk datang ke acara pernikahan

apabila mereka merasa tidak mengenal pihak yang mengundangnya, dan berpikir

apakah akan memberi keuntungan pada dirinya dikemudian hari. Jika dianggap tidak

menguntungkan, maka undangan tersebut akan dilewatkannya.

Kegiatan sumbangan semacam ini juga menyangkut tentang harga diri dan

martabat. Dalam tulisannya Marcel Mauss (2005:59) mengatakan bahwa:

…Pada prinsipnya pemberian-pemberian selalu diterima dan selalu disukuri. Anda harus mengatakan rasa sukur anda atas makanan yang telah dipersiapkan untuk anda. Tetapi pada saat yang sama, anda menerima sebuah tantangan. Anda menerima pemberian “dari punggung”. Anda menerima makanan yang diberikan kepada anda karena anda bermaksud untuk menerima tantangan untuk membuktikan bahwa anda bukanlah seseorang yang tidak ada harganya... .

Dalam konteks sumbangan pada acara pernikahan, pernyataan tersebut dapat

dipahami bahwa para tamu undangan harus selalu bersyukur atas hidangan pesta

yang dipersiapkan untuk mereka. Akan tetapi hal ini sebenarnya merupakan suatu

tantangan bagi para tamu undangan untuk membalasnya yaitu dengan memberikan

sumbangan kepada pihak yang mengadakan hajat, serta mengadakan pesta pada saat

Page 86: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

giliran mereka mempunyai hajat agar tidak dikatakan sebagai orang yang tidak

berharga atau orang yang rendah martabatnya. Pembuktian di lapangan yaitu di

Desa Jati juga tampak seperti dalam teori tersebut. Warto menanggapi tentang

pelaksanaan acara hajatan pernikahan anaknya dengan mengungkapkan;

ya berharap supaya saudara-saudara bisa datang kesini. Sakwene urip yo saling gentian lah…yang kedua, lantaran hajatan itu ya perlu dibesar-besarkan. Tapi dalam semacam ini terdapat kepuasan tersendiri. Saya dalam menyelenggarakan hajatan ini ya istilah orang Jawa ‘wani nggetih’, beda dengan hajatan ribut kok mlirit, cethil, pelit. Intinya kembali kepada nama baik. (W/Warto/25/04/09)

Tidak dapat dipungkiri meskipun telah menjadi suatu kebiasaan dalam

masyarakat yang begitu kuat, dalam sistem sumbangan yang menjadi suatu pranata

penuh makna ini di dalamnya juga terdapat konflik. Konflik terjadi karena tidak

konsistennya para pelaku dalam pelaksanaan aturan timbal balik sistem sumbangan.

Brama mejelaskan tentang kemungkinan konflik yang pernah terjadi di Desa Jati,

dengan mengatakan,

yang saya tahu, orang tua pernah cerita, kalo sebatas cuma ngomong-ngomong ya seperti dulu saya nyumbang sekian tetapi giliran saya punya hajat kok cuma disumbang sekian…..cuma seperti itu saja…kalau sampai dendam saya kira nggak ada……pernah siapa itu…dari lain Desa itu kalo nyumbang amplopnya sering kosong, ya dititeni itu…..tetapi dibiarkan saja… ya paling sebatas gunjingan. (W/Brama/22/04/09)

Ratmi menjelaskan secara lebih rinci dengan mengemukakan;

pernah....enten sing senenge nyumbang amplop kosong...nggeh dirasani...dititeni dibalekne...gentian pas duwe hajat yo dibalekne kosongan....ben kapok.., (pernah...ada yang sukanya menyumbang dengan ampop kosong...ya di gunjing dititeni dikembalikan....gantian saat punya hajat ya dikembalikan kosongan....biar kapok). (W/Ratmi/6/06/09)

Konflik juga tidak hanya menyangkut ketidak konsisitenan dalam jumlah nominal

sumbangan, tetapi juga adanya kegiatan sumbangan yang dirasa hanya untuk

mencari keuntungan. Seperti yang dikemukakan Warto sebagai berikut;

Page 87: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

ya ada tetapi tidak semuanya semacam itu, tapi ya ada sebagian kecil itung punya itung untuk mencari bathi (keuntungan), tetapi itu relatif kecil. Tapi terus terang…dalam hati kecil orang yang punya hajat itu seperti saya dulu, pasti ada niat bisnis (ingin untung), dengan perhitungan khusus, pengeluaran berapa, pemasukan, yang diundang, meskipun perhitungan ini sering meleset. (W/Warto/25/04/09)

Begitu juga dengan Brama yang menuturkan pengalamannya sebagai berikut;

ya cerita-cerita dari orang tua, ya agak nggak umum gitulah…misalnya terlalu sering mengadakan hajatan, atau setiap kali orang lain mengadakan acara ya terus ikut mengadakan acara sendiri…..padahal nggak begitu penting, hanya acara-acara kecil. Misalnya mbangun nikah (menikah lagi dengan istri yang sama setelah ada permasalahan tertentu)…. Tetangga saya itu mbangun nukah lagi, padahal tidak ada masalah apa-apa dalam rumah tangganya…..berbeda dengan yang sebelah itu, itu benar-benar mbangun nikah karena istrinya gila dan setelah sembuh mbangun nikah dan tidak menerima sumbang. Tetapi kalau yang satu ini gak ada masalah apa-apa kok mbangun nikah, dengan menerima sumbangan….ya penilaian umum ya untuk mencari keuntungan. (W/Brama/22/04/09)

Konflik yang pernah terjadi seperti yang dikemukakan Brama di atas ternyata juga

diketahui oleh warga dukuh lain. Endang menuturkan dalam menanggapi masalah

ini dengan mengatakan, “enten tiang dukuh sebelah niku….jane nggeh mung

mbangun nikah ngoten niku….” (ada orang dukuh sebelah itu…. sebenarnya ya

hanya mbangun nikah seperti itu). (W/Endang/16/05/09)

Konflik semacam ini di Desa Jati hanya relatif kecil. Masyarakat tidak

pernah membesar-besarkan adanya konflik dalam sumbangan semacam ini. Sanksi

bagi mereka yang tidak konsisiten dalam pelaksanaan pertukaran sumbangan hanya

berupa gunjingan dan hukuman berupa pengembalian yang sama dengan saat

seseorang yang tidak konsisten itu melaksanakan hubungan timbal balik dalam

sumbangan. Seseorang yang sering menyumbang dengan amplop kosong tanpa

uang maka saat ia mengadakan hajatan juga dibalas dengan pemberian sumbangan

dengan amplop kosong. Hal ini hanya sebagai pelajaran untuk warga masyarakat

yang tidak konsisten dengan hubungan timbal balik dalam sistem sumbangan agar

Page 88: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

mereka tidak mengulanginya lagi. Hanya beberapa orang saja yang pernah atau

sering tidak konsisten dalam pelaksanaan sumbangan. Warga masyarakat selalu

berupaya untuk berfikir positif dalam rangka untuk menekan terjadinya konflik,

seperti yang dikemukakan Warto saat menceritakan pengalamannya, dengan

mengatakan;

ya ada, amplop kosong juga ada. Mungkin yo pas ra duwe tenan gandeng sedulur yo wis teko, gak popo dari pihak penerima ya tidak apa-apa, mungkin yo pancen arep weroh sedulur, (ya ada, amplop kosong juga ada. Mungkin ya pas bena tidak punya berhubung saudara ya sudah datang, tidak apa-apa dari pihak penerima ya tidak apa-apa, mungkin ya memang mau menengok saudara). (W/Warto/25/04/09)

Sanksi bagi mereka yang tidak konsisten dalam pelaksanaan hubungan

timbal balik dalam sistem sumbangan ini sifatnya intrinsik yang tidak kelihatan,

kasat mata, tidak berupa sanksi yang diberikan secara langsung, namun

menyakitkan. Malinowski (1988:30) dalam tulisannya mengemukakan bahwa,

sebab yang sebenarnya mengapa kewajiban ekonomi itu biasanya ditaati dengan patuh ialah bahwa kegagalan mematuhinya menempatkan seseorang dalam posisi terkucil, sedang keengganan mematuhinya mendatangkan malu baginya. Sekiranya jika seseorang terus menerus tidak mentaati peraturan-peraturan hukum dalam tindak ekonominya, akan terbukti bahwa ia berada di luar tata sosial dan ekonomi masyarakatnya.

Sementara Marcel Mauss (1992:59) mengemukakan, ”kegagalan untuk memberi

atau menerima, sama dengan kegagalan untuk membalas pemberian, yang sama

artinya dengan kehilangan rasa harga diri dan kehormatannya”.

Kuatnya sistem hubungan timbal balik dalam kebiasaan sumbangan

menimbulkan komitmen bagi warga masyarakat untuk tetap melaksanakan dengan

berbagai cara. Tidak adanya anggaran khusus untuk kegiatan sumbang

menyumbang semacam ini juga diakui oleh para informan. Padahal jika sedang

musim hajatan pernikahan, warga masyarakat juga melaksanakan kegiatan

sumbangan menyumbang ini dengan intensitas yang cukup sering. Seperti Warto,

Pardi dan Yono yang mengaku jika setiap bulannya mereka mendapatkan undangan

Page 89: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

sekitar lebih dari 10 undangan. Sebenarnya anggaran seperti ini dapat dipersiapkan

dan diprediksikan oleh para warga karena seperti diketahui jika acara hajatan

pernikahan ramai pada bulan-bulan tertentu, namun pada faktanya warga

masyarakat tidak memiliki anggaran khusus untuk kegiatan kemasyarakatan

khususnya sumbangan seperti ini. Para informan dalam hal ini menjelaskan dengan

istilahnya sendiri-sendiri. Pardi mengemukakan,

mboten enten anggaran…..nggeh kadang-kadang nggeh ngoten ….undangan numpuk 4, 5 nggeh mumet. Yo wis ngko ra ketung adol dengkul…..golek potangan…nek pas mboten enten nggeh golek-golek teng sanak sedulur niku mangke nek panen disaur…, (tidak ada anggaran….ya kadang-kadang ya seperti itu…undangan terkumpul 4, 5 ya pusing. Ya sudah nanti ‘jual lutut’…….mencari pinjaman..kalau pas tidak punya ya cari-cari disaudara nanti kalau panen di lunasi…). (W/Pardi/28/04/09)

Begitu juga dengan Yono, dengan istilahnya sendiri Yono mengemukakan,

mboten enten mas…setiap bulan mboten enten anggaran khusus damel jagong yo nek pas ra nduwe yo klabruk-klabruk golek ngendi iki..., (tidak ada mas…setiap bulan tidak ada anggaran khusus untuk jagong/menghadiri acara hajatan pernikahan ya kalau sedang tidak punya ya klabruk-klabruk mencari dimana ini..). (W/Yono/29/04/09)

Sedangkan Warto mengemukakan, ”Anggaran khusus nggak ada, anggarannya

kayak-kiyuk, Cuma menyisihkan saja, kalau terpaksa nggak ada ya kiyak–kiyuk itu

tadi…kiyak sana…kiyuk sini….hutang-hutang…”. (W/Warto/25/04/09)

Bagi mereka yang tidak memiliki modal dalam pelaksanaan sistem

pertukaran ini menimbulkan suatu konsekuensi tersendiri. Salah satu modal yang

penting dalam sistem sumbangan adalah uang maupun barang yang akan digunakan

untuk menyumbang. Seperti yang para informan kemukakan jika yang ada dalam

hati kecil pertama saat mendapatkan undangan pernikahan adalah uang ataupun

beras. Konsekuensi tersebut seperti yang disebut Bourdieu sebagai kekerasan

simbolis. Kekerasan simbolis menurut Bourdieu dalam Richard Jenkins (2004:157)

adalah ”pemaksaan sistem simbolisme dan makna (misalnya kebudayaan) terhadap

Page 90: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

kelompok atau kelas sedemikian rupa sehingga hal ini dialami sebagai sesuatu yang

sah” . Atau dengan kata lain kekerasan simbolis adalah kekerasan yang secara

“paksa” mendapatkan kepatuhan yang tidak dirasakan sebagai paksaan dengan

bersandar pada harapan-harapan kolektif dari kepercayaan-kepercayaan yang sudah

tertanam secara sosial (Haryatmoko. 2003:38). Kekerasan semacam ini oleh

korbanya tidak dilihat atau tidak dirasakan sebagai kekerasan, tetapi sebagai sesuatu

yang alamiah dan wajar. Bourdieu dalam Haryatmoko (2003:18-19) menjelaskan

bahwa,

pada dasarnya kekerasan simbolis berlangsung karena ketidak tahuan dari yang ditindas. Jadi, sebetulnya logika dominasi ini bisa berjalan karena prinsip simbolis yang diketahui dan diterima baik oleh yang menguasai maupun yang dikuasai. Prinsip simbolis itu berupa bahasa, gaya hidup, cara berpikir, cara bertindak dan kepemilikan yang khas pada kelompok tertentu atas dasar ciri kebutuhan.

Kekerasan simbolis dalam hal sumbangan terwujud dalam bentuk

keharusan untuk menyumbang kepada pihak yang mempunyai hajat apabila

diundang, tanpa memperdulikan yang diundang sedang punya uang atau tidak.

Mendapatkan undangan sebanyak sepuluh buah dalam satu bulan tentu saja

memberatkan bagi sebagian besar orang namun meskipun hal itu dikeluhkan tetap

tidak akan bisa merubah keadaan. Artinya mereka tetap harus datang dan

menyumbang, bahkan kalau perlu sampai mencari pinjaman hanya untuk

menyumbang. Tidak datang dan tidak menyumbang adalah hal yang sangat

dihindari karena mereka tidak mau dicap tidak menuruti kaidah umum yang berlaku

di masyarakat setempat tentang sumbangan. Sumbangan menjadi sesuatu yang

memberatkan, namun dianggap wajar bagi masyarakat setempat.

Bentuk kekerasan simbolis dalam sistem sumbangan juga dapat dilihat

dimana pihak yang memiliki kedudukan serta jenjang status ekonomi yang tinggi

ternyata juga masih meminta sumbangan saat mereka mengadakan acara hajatan.

Tidak ada perasaan malu ataupun bersalah bagi mereka yang kaya meskipun ia

Page 91: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

harus menerima sumbangan dari para warga masyarakat lainnya yang status

ekonominya lebih rendah. Begitu juga dengan mereka yang kurang mampu, mereka

tetap menyumbang walaupun yang disumbang tersebut adalah orang kaya. Mereka

bersusah payah mengusahakan uang ataupun barang sumbangan dengan berbagai

cara untuk menyumbang bagi si kaya saat mengadakan acara hajatan pernikahan.

Bahkan seseorang yang punya kedudukan status sosial maupun ekonomi

yang tinggi di Desa Jati juga tetap menerima sumbangan dalam bentuk sumbangan

kolektif. Seperti yang telah dijelaskan di depan, dimana dalam sumbangan kolektif

ini pihak pengurus akan mengumumkan lewat mushola setempat bahwa seseorang

akan menyelenggarakan hajatan pernikahan dan para warga dimohon untuk segera

mengumpulkan sumbangan. Baik disadari ataupun tidak fenomena ini sangat ironis.

Kekerasan simbolik seperti ini bekerja dengan mekanisme meconnaissance

–mekanisme penyembunyian kekerasan yang dimiliki-menjadi sesuatu yang

diterima sebagai “yang memang seharusnya demikian”. “Yang memang seharusnya

demikian” inilah yang oleh Bourdieu disebut dengan doxa. Dunia sosial manusia

penuh dengan doxa. Bourdieu menjelaskan doxa adalah wacana yang kita terima

begitu saja sebagai kebenaran dan tidak pernah lagi kita pertanyakan sebab-

sebabnya apalagi kebenarannya. Keberadaan doxa hanya dapat diperoleh melalui

proses inkalkulasi, atau proses penanaman yang berlangsung terus menerus

(Bourdieu dalam Suma Riella Rusdiarti. 2003:38). Dalam sistem sumbangan pada

acara pernikahan memang selalu tertanam dalam warga masyarakat secara terus

menerus. Karena dihampir setiap bulannya selalu dilaksanakan acara hajatan

pernikahan dan disitu sistem sumbangan berlangsung.

Mekanisme kekerasan simbolik berjalan dengan dua cara, yaitu eufemisasi

dan sensorisasi. Eufemisasi biasanya membuat kekerasan simbolik tidak tampak,

bekerja secara halus, tidak dapat dikenali, dan dipilah secara “tak sadar”.

Bentuknya dapat berupa kepercayaan, kewajiban, kesetiaan, sopan santun,

pemberian, hutang, pahala, atau belas kasihan. Sementara, mekanisme sensorisasi

Page 92: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

menjadikan kekerasan simbolik tampak sebagai bentuk nilai yang dianggap sebagai

“moral kehormatan”, seperti kesantunan, kesucian, kedermawanan, dan sebagainya

yang biasanya dipertentangkan dengan “moral rendah”, seperti kekerasan, kriminal,

ketidakpantasan, asusila, kerakusan, dan sebagainya (Bourdieu dalam Suma Riella

Rusdiarti. 2003:38-39).

Seperti Yono dalam menanggapi masalah ketidak adanya anggaran untuk

sumbangan dan sampai hutang-hutang untuk melaksanakannya dengan mengatakan,

“gak masalah…yo orang hidup harus saling menyatu.” (W/Yono/20/04/09). Begitu

juga dengan Pardi yang mengemukakan, “mpun membudaya….yo nek duwe gawe

nggeh ngoten niku, pun kebiasaan…nggeh saling ngoteniku..” (sudah

membudaya…ya kalau punya hajat ya seperti itu sudah kebiasaan… ya saling

seperti itu…) (W/Pardi/28/04/09).

Pernyataan para informan di atas menunjukkan jika mereka menganggap

sistem sumbangan merupakan sesuatu yang wajar dan sebagai adat kebiasaan yang

memang seharusnya demikian adanya. Warga masyarakat menganggap hal ini

sebagai sesuatu yang wajar dan memang harus dilaksanakan seperti yang telah

berjalan. Meskipun ada warga masyarakat yang merasa berat tetapi juga ada

masyarakat yang tidak merasa berat dengan sistem sumbangan ini. Bagi mereka

yang kurang memiliki modal atau saat tidak memiliki modal tentunya akan merasa

berat. Seperti Pardi yang mengemukakan jika kadang ia merasa berat dengan sistem

sumbangan ini, Pardi mengatakan, “ nggeh pripun nggeh….nek rodo pas ra nduwe

nggeh berat….” (ya bagaimana ya…….kalau pas tidak punya uang ya berat)

(W/Pardi/28/04/09). Begitu juga dengan Brama yang mengemukakan, “ya selama

saya punya uang, pas ada dirumah itu ya senang-senang saja, saya datang”.

(W/Brama/22/04/09)

Sementara Warto tidak merasa berat dengan sistem sumbangan ini, Warto

mengatakan,

Page 93: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

bagi saya tidak karena saya yakin ibaratnya uang sumbangan itu ya seperti kuku ini, kuku iki umpomo diingu mundake yo ra sepiroho, tapi yen di potong go nyumbang mengko yo bakal tukul neh...(Bagi saya tidak karena saya yakin ibaratnya uang sumbangan itu ya seperti kuku ini, kuku ini seumpama dipelihara tambahnya ya tidak seberapa, tetapi kalau dipotong untuk menyumbang nanti juga akan tumbuh lagi). (W/Warto/25/04/09)

Meskipun ada warga yang tidak merasa berat akan tetapi para warga mengakui jika

mereka sering mengeluh saat mendapatkan undangan yang menumpuk. Perasaan

berat dan sering mengeluh saat mendapatkan undangan adalah efek dari kekerasan

simbolis bagi mereka yang tidak memiliki modal. Pardi menuturkan, “nggeh

ngeluh…..paling nggeh ngeluh ngoten niku tok…..” (ya ngeluh……paling ya

ngeluh seperti itu saja) (W/Pardi/28/04/09). Begitu juga dengan Warto yang

menuturkan, “Ngeluh ya, tapi cuma pelampiasan. Mau ngeluh, mau marah yang

mau dimarahi juga siapa” (W/Warto/25/04/09).

Yono menambahkan dengan mengemukakan jika ibu-ibu rumah tangga

pasti mengeluh karena mereka yang memegang uang dan mengatur kebutuhan.

Endang yang merupakan ibu-ibu rumah tangga menyatakan bahwa ia juga sering

mengeluh karena biaya sumbangan. Endang yang juga bekerja sebagai pedagang

menyatakan jika sedang ramai musim pernikahan dalam satu hari ia bisa

mendapatkan lima undangan acara pernikahan. Dalam hal ini ia mengemukakan,

ngeluh mas nek katah undangan nggeh ngeluh….biasane ngeluh kaleh pake….mosok karo tonggo…wah undangane teko neh.. ngoteniku (ngeluh mas kalau bayak undangan ya ngeluh…biasanya ngeluh sama bapak (suami)…..masak sama tetangga….wah undangannya datang lagi…seperti itu). (W/Endang/16/05/09)

Ratmi yang juga ibu rumah tangga menuturkan jika ia juga sering mengeluh. Ratmi

menuturkan,

nggeh ngrasakne dek...jagongan pirang-pirang....dobel-dobel...sok-sok yo sambat ’jagongan kok yo akeh men...’ la sok yo susah dek...rakenal barang yo ngundang ko barang teko yo lek nemoni ki koyo ra nggatekne....yen mboten kenal kadang-kadang nggeh mboten mangkat jagong (ya merasakan dek...jagongan banyak...dobel-dobel...kadang-kadang ya ngeluh ’jagongan kok banyak sekali...’ ya sering ya susah dek...tidak kenal juga mengundang

Page 94: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

nanti saat datang ya yang menerima tamu itu seperti tidak memperhatikan...jika tidak kenal kadang-kadang ya tidak datang jagong). (W/Ratmi/16/05/09)

Inilah salah satu keunikan dari sistem sumbangan pada acara pernikahan.

Tidak semua masyarakat merasa berat dengan adanya sistem sumbangan yang ada.

Mereka menganggap jika sistem sumbangan memang sudah demikian sejak mereka

lahir, dan ini merupakan suatu kebiasaan yang ada dalam kehidupan masyarakat,

namun mereka juga sering mengeluh jika mendapatkan undangan acara pernikahan

dimana mereka harus menyumbang saat menghadirinya. Dengan keluhan-keluhan

tersebut seakan-akan mereka kurang ikhlas dengan sumbangan yang akan

diberikan, padahal sumbangan yang merupakan suatu pemberian sebagai bantuan

seharusnya diberikan dengan ikhlas.

Pelaku sosial menerima kekerasan simbolik sebagai sesuatu yang wajar

karena kekerasan simbolik sudah dipahami dan sudah menjadi kebiasaan yang telah

dimiliki oleh pelaku sosial sejak lahir. Brama mengakui jika ia melaksanakan

sistem sumbangan ini sejak SMA (Sekolah Menegah Atas) sewaktu temannya

sudah ada yang menikah. Kalau untuk mengenal sumbangan sendiri Brama

mengemukakan jika ia telah mengenalnya sejak kecil. Terkait dengan hal ini, Yono

menambahkan dengan mengemukakan, “awit aku lahir wis enek sumbang

menyumbang, itu naluri ya….dadi awit cilik wis rasah di ajari wong tuo…wis

otomatis…”(sejak saya lahir sudah ada sumbang menytumbang, itu naluri ya…jadi

sejak kecil sudah tidak perlu diajari orang tua…sudah otomatis..)

(W/Yono/29/04/09). Begitu juga dengan pendapat Pardi, yang mengemukakan,

“awet cilik…nek melaksanakan nggeh sejak dewasa, nggeh budaya

masyarakat…ngoten niku pun otomatis..” (sejak kecil…kalau melaksanakan ya

sejak dewasa, ya budaya masyarakat..seperti itu sudah otomatis..)

(W/Pardi/28/04/09).

Page 95: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

Adanya standarisasi berkaitan dengan jumlah sumbangan yang akan

diberikan dalam masyarakat juga sering menambah adanya kekerasan simbolik bagi

mereka yang kurang memiliki modal. Seperti yang telah dikemukakan di depan

bahwa standarisasi minimal jumlah sumbangan pada acara pernikahan di Desa Jati

jelas ada. Dengan dasar “kepatutan/kepantasan” maka setiap warga masyarakat

akan selalu berusaha bagaimanapun caranya untuk dapat mencapai standar yang

telah ada dalam masyarakat.

Sistem hibungan timbal balik yang begitu kuat menimbulkan suatu

konsekuensi tersendiri apabila warga masyarakat tidak ikut melaksanakan sumbang

ini. Ada semacam rasa takut dan beban jika mereka tidak melaksanakan sistem

sumbangan. Pardi dalam hal ini mengemukakan,

yen mboten nyumbang nggeh mboten wani…..aluwung mboten dugi…nggeh paling ibukke ngoten; ‘ayo pak sing nyumbang salah siji wae..’ yen mboten nyumbang nggih aluwung mboten mangkat.., (kalau tidak nyumbang ya tidak berani…lebih baik tidak datang…ya paling ibu berkata; ‘ayo pak yang nyumbang salah satu saja..’ kalau tidak nyumbang lebih baik tidak datang….” (W/Pardi/28/04/09)

Brama dalam menaggapi masalah ini dengan mengemukakan; “keinginan untuk

tidak menyumbang ya tidak ada karena pekewuh..., apalagi kalau akrab ya paling

tidak nyumbanglah berapa….” (W/Brama/22/04/09). Sementara Ratmi

mengemukakan;

nggeh pekewuh yen arep ora nyumbang ki yo pekewuh ..mesti nyumbang…mesti nyumbang…nggeh mesti nyumbang….pekewuh…ra ketung salah siji…engko pake opo aku..mesti nyumbang (ya pekewuh kalau mau tidak nyumbang itu ya pekewuh….pasti menyumbang…pasti menyumbang…ya pasti menyumbang …Pekewuh ….meskipun salah satu…nanti bapak atau saya…mesti menyumbang) (W/Ratmi/6/06/09).

Begitu juga dengan Warto yang mengatakan;

dalam hati bersyukur, teman masih ingat, masalah datang tidaknya ya nanti lah….ya sehat bisa datang tapi kalau nggak ada uang padahal harus nyumbang ya lebih baik nggak datang…. karena rasa kemanusiaan yang

Page 96: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

masih kuat, sanajan ora nduwe yo direwangi utang-utang lah….nek tekate arep teko yo nyumbang, teko tok ora nyumbang yo rawani…(karena rasa kemanusiaan yang masih kuat, meskipun tidak punya ya pinjam-pinjam lah…kalau niatnya mau datang ya nyumbang, datang saja tidak nyumbang ya tidak berani) (W/Warto/25/04/09).

Masyarakat memiliki kekuasaan penuh dalam hal ini. Ketidak beranian

warga masyarakat untuk datang pada acara hajatan pernikahan tanpa dengan

memberikan sumbangan sebenarnya adalah ketidak beranian pada pihak yang

punya hajat, secara lebih luas adalah ketidak beranian pada masyarakat. Sejalan

dengan hal ini Warto mengemukakan, “kalau mau hadir ya raketung seberapa ya

harus memberi karena untuk menjaga aib. Yang tahu kan hanya kita, yang

menyumbang dengan orang yang disumbang” (W/Warto/25/04/09).

Hal ini sejalan dengan teori dari Rousseau dalam Saifudin (2005:141-142)

yang menjelaskan bahwa,

masyarakat bukanlah sebagai gejala alam, melainkan penjumlahan kekuatan-kekuatan yang hanya dapat muncul apabila beberapa orang berhimpun bersama. Setiap orang harus menyerahkan diri, tunduk, tidak kepada kekuasaan seseorang melainkan kepada kolektivitas atau asosiasi dengan cara mematuhi arahan tertinggi dari kehendak umum.

Margaret Poloma (1994:89) mangemukakan bahwa, ”wewenang berdasarkan atas

norma-norma atau aturan-aturan bersama menggariskan perilaku dalam suatu

kolektifitas. Norma-norma itu memaksakan individu mematuhi aturan dari mereka

yang berkuasa. Norma-norma demikian diinternalisir oleh anggota kelompok dan

dipaksakan kepada mereka”. Blau dalam Margaret Poloma (1994: 89) juga

berpendapat bahwa, ”ukuran-ukuran normatif yang mendasari wewenang yang

terlembaga tidak lahir dalam proses interaksi sosial antara mereka yang berada di

lapisan atas dan bawah dan diantara sesama mereka yang berada dilapisan bawah,

tetapi dalam proses sosialisasi dimana setiap orang secara terpisah mengakui

kebudayaan bersama”. Dengan kata lain, kita belajar menerima struktur wewenang

sebab kita disosialisir kedalam kebudayaan kita sendiri.

Page 97: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

Berbagai keadaan di atas sesuai dengan apa yang di jelaskan oleh Yayuk

Yuliati dan Mangku Poernomo (2003:52-53) dalam teorinya yang mengemukakan

bahwa,

kesejukan, ketenangan, kadamaian dan jaminan kebahagiaan merupakan pandangan umum dari kehidupan Desa. Tentu saja pandangan itu keliru apabila kita faham dan tahu betul apa sebenarnya yang melingkupi kehidupan Desa saat ini. Tidak hanya kekerasan hidup dalam mata pencaharian saja, namun juga kekerasan tekanan sosial selalu menghantui kehidupan masyarakat Desa. Beban sosial dan tuntutan lingkungan untuk dapat berpartisipasi aktif dalam dinamika kehidupan Desa, kerap menjadi tekanan bagi masyarakat apabila tidak dapat mencapainya.

Ketiadaan anggaran khusus untuk biaya kemasyarakatan seperti biaya

sumbangan, adanya keluhan saat mendapatkan undangan acara pernikahan, adanya

sebagian warga yang kadang-kadang sering merasa berat dengan biaya sumbangan,

ketakuatan yang berlebihan bagi warga masyarakat jika tidak dapat menyumbang

saat ada acara pernikahan sehingga mereka hanya memikirkan bagaimana caranya

agar dapat menyumbang tanpa memikirkan tujuan utama dari menyumbang, dan

adanya kekerasan simbolis dalam sistem sumbangan yang salah satunya terlihat

lewat warga masyarakat yang memiliki status sosial maupun ekonomi yang tinggi

tanpa adanya perasaan malu dan bersalah meminta serta menerima sumbangan dari

warga lain yang sering kedudukannya lebih rendah sehingga terkesan menimbulkan

potensi bagi pihak-pihak tertentu yang menjadikan sumbangan sebagai ladang

bisnis, kadang-kadang membuat makna sumbangan menjadi bergeser. Terutama

bagi warga masyarakat yang belum memahami serta belum sadar betul tentang

tujuan/maksud sumbangan pada acara pernikahan ini. Seperti halnya pernyataan

Endang yang ragu-ragu dalam menaggapi masalah arti penting sumbangan pada

acara pernikahan, dengan mengemukakan, “pentinge….jane nggeh mboten

penting…yo penting yo ora….” (pentingnya…sebetulnya ya tidak penting…ya

penting ya tidak) (W/Endang/16/05/09). Begitu juga dengan Brama yang

Page 98: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

mengemukakan, ”saya pribadi ya saya ngikut aja….tapi saya kasihkan entah itu

kembali atau tidak itu terserah nanti yang penting saya tumpangi dengan keikhlasan

saya…saya tetap menyesuaikan dengan masyarakat” (W/Brama/22/04/09).

Seperti inilah fakta yang ada di lapangan. Tidak semua warga Desa Jati

telah mengetahui dan sadar benar tentang maksud/tujuan sumbangan pada acara

pernikahan. Mereka hanya melaksanakannya sebagaimana yang telah menjadi

kebiasaan masyarakat. Selain itu mereka hanya berusaha untuk selalu memenuhi

hubungan timbal balik yang telah terjalin kuat, sehingga kadang-kadang mereka

tidak memahami benar tujuan dari dilaksanakannya sistem tersebut.

Page 99: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dipadukan dengan analisis data di atas,

maka dalam penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut;

1. Sumbangan pada acara pernikahan sebagai salah satu bentuk interaksi

sosial memiliki arti penting dalam kehidupan masyarakat Desa Jati,

Kecamatan Sumberlawang Sragen. Arti penting tersebut antara lain dapat

membina persatuan dan kesatuan untuk berkehidupan kebersamaan dan

kekeluargaan yang harmonis dan dinamis. Pelaksanan sistem sumbangan

di Desa Jati telah menjadi suatu kebiasaan masyarakat yang telah

membudaya sehingga tetap dilestarikan hingga kini. Terdapat tiga arti

penting dalam sistem sumbangan pada acara pernikahan ini bagi

kehidupan masyarakat Desa Jati. Ketiga arti penting tersebut yaitu;

a. Kegiatan sumbangan pada acara pernikahan memberikan pengaruh

atau efek terhadap tingkah laku masyarakat dan pranata yang ada di

Desa Jati. Masyarakat Desa Jati berkewajiban secara moral untuk

selalu membalas pemberian sumbangan yang pernah diterimanya.

Masyarakat juga akan menjadi rajin membantu sesamanya saat ada

acara hajatan pernikahan dilaksanakan maupun dalam kehidupan

sehari-hari, tertib dalam menyumbang, rajin menghadiri undangan

acara pernikahan, dan selalu meningkatkan interaksi sosial dengan

masyarakat sekitar dalam rangka untuk menjaga hubungan dalam

sistem sumbangan. Begitu pula dengan berbagai pranata yang ada di

Desa Jati, seperti tolong menolong, kerjasama, saling hormat

menghormati, dan sebagainya tetap terlaksana.

b. Kegiatan sumbangan pada acara pernikahan di Desa Jati akan dapat

membantu meringankan pembiayaan pihak yang sedang

Page 100: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

menyelenggarakan hajat pernikahan sesuai dengan adat yang ada,

sehingga pelaksanaan acara pernikahan yang sesuai dengan adat

istiadat Desa Jati dapat lestari.

c. Sumbangan pada acara pernikahan di Desa Jati dapat menciptakan

serta memperkuat kehidupan bersama dalam masyarakat. Sumbangan

pada acara pernikahan merupakan suatu sistem yang terdiri dari

beberapa unsur yang secara fungsional menjadi satu dalam rangka

untuk mencapai tujuan tertentu. Unsur-unsur tersebut adalah pihak

pemberi sumbangan dan penerima sumbangan yang saling memberi

dan menerima. Hubungan timbal balik unsur-unsur dalam sistem

sumbangan tersebut akan membetuk, mempertahankan dan

memperkuat integritas masyarakat.

2. Makna sistem sumbangan di Desa Jati dalam perkembangannya sedikit

demi sedikit telah mengalami pergeseran. Kadang-kadang Masyarakat

Desa Jati hanya memaknai sistem sumbangan sebagai suatu kebiasaan

masyarakat dan hanya melaksanakan sistem sumbangan dalam rangka

untuk memenuhi hubungan timbal baliknya saja. Keadaan ini

menimbulkan berbagai hal yang berpotensi untuk menggeser arti penting

sistem sumbangan, atau paling tidak akan mengurangi kadar arti penting

dari sistem sumbangan yang telah ada, meskipun sering tidak disadari

dan telah dianggap biasa oleh warga masyarakatnya. Beberapa hal yang

berpotensi untuk menggeser atau paling tidak mengurangi kadar arti

penting sumbangan tersebut seperti;

a. Adanya pamrih saat menyumbang.

b. Kekerasan simbolik yang sering terjadi bagi mereka yang tidak

memiliki modal (uang/barang untuk menyumbang).

c. Konflik yang terjadi menyangkut tidak konsistennya para pelaku

hubungan timbal balik sistem sumbangan.

Page 101: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

d. Adanya niat bisnis (hanya untuk mencari keuntungan) yang sering

melekat pada pihak yang mengadakan hajatan pernikahan.

e. Uang maupun barang yang menjadi perhatian pertama saat

mendapatkan undangan pernikahan.

f. Ketidak adanya anggaran dalam keuangan rumah tangga untuk biaya

sosial termasuk untuk sumbangan acara pernikahan sehingga kadang-

kadang jika sedang tidak memiliki uang atau barang sampai hutang-

hutang.

g. Merasa berat dengan biaya untuk sumbangan yang sering

menyelimuti warga masyarakat.

h. Mengeluh saat menerima undangan acara pernikahan, dan

i. Warga masyarakat yang kadang-kadang kurang memahami arti

penting sumbangan.

B. Implikasi

1. Implikasi secara teoritis

a. Menambah pengetahuan yang lebih mendalam tentang arti penting dan

pemaknaan masyarakat dalam konteks masa kini terkait dengan sistem

sumbangan pada acara pernikahan. Seperti yang telah dijelaskan di

atas, sistem sumbangan pada acara pernikahan memiliki tiga arti

penting bagi kehidupan masyarakat yaitu dapat mempengaruhi tingkah

laku masyarakat dan melestarikan pranata sosial yang telah ada di

masyarakat, dapat membantu pembiayaan pihak yang sedang

menyelenggarakan hajat sehingga pelaksanaan acara pernikahan sesuai

dengan adat istiadat setempat dapat tetap lestari, serta dapat

membentuk, memperkuat dan mempertahankan integritas masyarakat.

Sementara dalam konteks masa kini masyarakat sering hanya

memaknai sumbangan pada acara pernikahan sebagai suatu kebiasaan

Page 102: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

yang ada pada masyarakat dan melaksanakan hubungan sistem

sumbangan dalam rangka untuk memenuhi hubungan timbal baliknya

saja tanpa memahami tujuan/maksudnya.

b. Menguji kebenaran serta memantapkan keberadaan teori-teori

sosiologi dan antropologi terutama teori pertukaran serta memberikan

sumbangan dalam perkembangannya.

c. Dapat digunakan sebagai acuan bagi peneliti yang lain tentang

berbagai hal yng terkait dengan kemasyarakatan, teori pertukaran,

maupun berbagai hal dalam sistem sumbangan pada acara pernikahan.

2. Implikasi secara praktis

a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai wacana reflektif bagi

masyarakat dalam rangka untuk mewujudkan kehidupan yang lebih

bijaksana.

b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dalam

memecahkan berbagai permaslahan yang terkait dengan sistem

sumbangan pada acara pernikahan.

c. Merangsang masyarakat serta kalangan akademisi terutama yang

mengkaji masalah sosial untuk lebih kritis terhadap berbagai fenomena

sosial yang dianggap biasa oleh masyarakat namun sebenarnya

menyimpan berbagai permasalahan sosial yang memerlukan

pemecahannya.

C. Saran

Dari hasil temuan dan analisis data di atas, ada beberapa hal yang dapat

dijadikan sebagai masukan, antara lain:

1. Bagi masyarakat

a. Masyarakat hendaknya selalu menjaga kelestarian budaya sumbangan

khususnya pada acara pernikahan mengingat arti penting yang

terkandung didalamnya begitu berarti dalam kehidupan masyarakat.

Page 103: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

b. Keikhlasan dalam menyumbang hendaknya lebih diutamakan,

sebagaimana sumbangan sebagai suatu bentuk pemberian yang

merupakan bantuan bagi pihak yang menyelenggarakan hajat

pernikahan.

c. Hendaknya masyarakat membuatan anggaran khusus dalam keuangan

rumah tangganya masing-masing untuk pengeluaran biaya sosial

khususnya sumbangan pada acara pernikahan sehingga akan lebih

mempermudah masyarakat dalam pengaturan serta penyediaannya.

d. Masyarakat hendaknya lebih memahami tujuan/maksud dari

pelaksanaan sumbangan, sehingga tidak hanya melaksanakan

hubungan timbal baliknya saja tanpa mengetahui tujuan/ maksudnya.

e. Masyarakat hendaknya meningkatkan kesadaran dan rasa pengertian

terhadap mereka yang kurang memiliki modal sehingga akan dapat

menghilangkan kekerasan simbolik dalam pelaksanaan sistem

sumbangan.

f. Sanksi bagi pihak-pihak yang berpotensi mencari keuntungan lewat

sistem sumbangan (seperti gunjingan, pengucilan, dan sebagainya)

memang hendaknya dilaksanakan sebagai alat pengontrol masyarakat,

dalam rangka untuk menjaga integrasi masyarakat dan untuk menjaga

kemurnian arti penting sistem sumbangan.

2. Bagi kalangan akademisi

Terutama bagi kalangan akademisi yang mengkaji masalah sosial hendaknya

lebih kritis dan dapat membantu memecahkan masalah yang ada di masyarakat terkait

sistem sumbangan seperti ini serta fenomena-fenomena sosial yang lainnya dimana

hal-hal tersebut sering dianggap sebagai sesuatu yang telah biasa namun justru

didalamnya menyimpan berbagai fenomena serta permasalahan sosial.

Page 104: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1982. Sistem Gotong Royong dalam Masyarakat Desa Daerah Jawa Tengah. Semarang: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah Tahun 1979/1980.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Sragen. 2008. Kecamatan Sumberlawang dalam Angka Tahun 2007. Sragen: BPS.

Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman Filosofis dan metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Echols, John dan Hassan Shadily. 1986. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: PT

Gramedia. Endraswara, Suwardi. 2006. Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan: Ideologi,

Epistemologi, dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.

Geertz, Clifford. 1983. Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jawa.

. Haryatmoko. 2003. Menyingkap Kepalsuan Budaya Penguasa; Landasan Teoritis

Gerakan Sosial Menurut Pierre Bourdieu dalam BASIS No. 11-12 Tahun Ke-52. Yogyakarta: Kanisius.

Jellison, Katherine. 2007. Louise Pubrick, The Wedding Present: Domestic Life

Beyond Consumtion. USA: Ohio University. http://ant.sagepub.com. Tanggal Down load: 30 Oktober 2008.

Jenkins, Richard. 2004. Membaca Pikiran Pierre Bourdieu. Yogyakarta: Kreasi

Wacana. Kaplan, David dan Albert A. Manners. 2000. Teori Budaya. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Page 105: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

Koentjaraningrat.1983. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: PT Gramedia.

_________. 1987. Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta: Universitas Indonesia. _________. 1992. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Dian Rakyat. Komter, Aafke. E. 2005. Social Solidarity and the Gift. New York: Cambridge

University Press. Malinowski, Bronislaw. 1988. Tertib Hukum dalam Masyarakat Terasing. Jakarta:

Erlangga. _________. 1992. Argonaust of the Western Pacific. New York: E.P Dutton & Co.,

Inc. Mauss, Marcel. 1992. Pemberian: Bentuk dan Fungsi Pertukaran di Masyarakat

Kuno. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Mitchell, Duncan. 1984. Sosiologi: Suatu Analisa Sistem Sosial. IKAPI: Bina Aksara. Moreno, Paz dan Susana Narotzky. 2002. Reciprocty’s Dark Side: Negative

Reciprocity, Morality and Sosial Reproduction. http://ant.sagepub.com/ cgi/content/abstract/2/3/281. Tanggal Down Load: 30 Oktober 2008.

Poloma, Margaret. M. 1994. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada. Purnamasari, Novita. 2000. Upacara Tradisi Perkawinan Jawa dan Perubahan

Bentuk Sumbangan di Yogyakarta (Studi Kasus pada Upacara Perkawinan Keluarga Alm. Moelyono dan Keluarga Bambang Sutrisno). Yogyakarta: Fakultas Sastra UGM Yogyakarta.

Rusdiarti, Suma Riella. 2003. Bahsa Pertarungan Simbolik dan Kekuasaan dalam

BASIS No.11-12 Tahun Ke-52. Yogyakart: Kanisius. Saifuddin, Achmad Fedyani. 2005. Antropologi Kontemporer: Suatu Pengantar

Kritis Mengenai Paradigma. Jakarta: Kencana. Scott, James C. 1981. Moral Ekonomi Petani. Jakarta: LP3ES. Slamet, Y. 2006. Metode Penelitian Sosial. Surakarta: Sebelas Maret University

Press.

Page 106: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,

Soekanto, Soerjono dan Ratih Lestarini. 1988. Fungsionalism dan Teori Konflik

dalam Perkembangan Sosiologi. Jakarta: Sinar Grafika. Soekanto, Soerjono. 1986. Talcott Parson, Fungsionalisme Imperatif. Jakarta: CV.

Rajawali. _________. 2004. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Spradley, James P. 2006. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana. Sudarmono. Selasa, 9 Januari 2007. Opini: Nuansa Kondangan.

http://www.lampungpost.com/cetak/berita.php?id=2007010900565359. Tanggal Down Load: 7 Agustus 2008.

Suanarto, Kamanto. 2000. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia. Sutopo, H.B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret

University Press.

Tim Penyusun Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Yuliati, Yayuk dan Mangku Poernomo. 2003. Sosiologi Pedesaan.Yogyakarta:

Pustaka Utama.

Page 107: skipsi jd pdf - Digital Library UNS/Makna... · Masyarakat Jawa juga mengenal siklus kehidupan ini yang ... Berkaitan dengan upacara dalam siklus kehidupan yang ... sunatan, perkawinan,