SKILLS LAB - eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/8436/1/Hak Cipta Skillslab anamnesis ok.pdf ·...
Transcript of SKILLS LAB - eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/8436/1/Hak Cipta Skillslab anamnesis ok.pdf ·...
1
SKILLS LAB
ANAMNESIS, PEMERIKSAAN KLINIS
DAN REKAM MEDIK
Oleh :
Dr.drg. Maharani Laillyza Apriasari.,SpPM
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2019
2
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat-
Nya maka kami dapat menyelesaikan buku skill lab tentang ”Anamnesis,
pemeriksaan klinis dan rekam medik” ini.
Buku skill lab tentang ”Anamnesis, pemeriksaan klinis dan rekam medik”
ini bertujuan agar proses pembelajaran dalam sistem kurikulum berbasis
kompetensi dapat berjalan dengan baik dalam input, proses maupun dalam
evaluasinya. Dengan selesainya buku skill lab ini dapat memberikan panduan
baik pada institusi pendidikan kedokteran gigi, dosen yang berperan sebagai
pengajar, tutor dan instruktur, mahasiswa sebagai pengguna dan staf
administrasi akademik yang akan menyiapkan hal-hal yang diperlukan guna
kelancaran kegiatan belajar mengajar.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak bisa
disebutkan satu-persatu, sehingga tersusun buku skill lab ini dengan baik. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada pihak Fakultas Kedokteran Gigi yang
telah memfasilitasi sehingga buku skill lab ini dapat diselesaikan.
Penyusun buku skill lab ini menyadari adanya keterbatasan akan literatur
dan sumber informasi terkait kajian dalam prosedur materi, untuk itu kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk kesempurnaan
buku ini. Semoga buku ini dapat dipergunakan dan bermanfaat bagi kita semua.
Trimakasih
1 Agustus 2019
PENYUSUN
3
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Tata Tertib Skillslab
Capaian Pembelajaran
Bab I Anamnesis dan Pemeriksaan Klinis
Bab II Pemeriksaan Klinis Ekstra Oral dan Intra Oral
Bab III Rekam Medik
Checklist
Referensi
4
TATA TERTIB SKILLSLAB
1. Setiap mahasiswa wajib menaati semua peraturan dan berlaku jujur dalam
kegiatan proses skillslab.
2. Setiap mahasiswa harus memakai jas skills lab/praktikum, nama dan sandal
selama skillslab berlangsung.
3. HandPhone harus dalam keadaan off atau silent selama mengikuti
skillslab.
4. Setiap mahasiswa wajib berpakaian rapi & sopan, tidak diperkenankan
memakai sepatu sandal dan baju kaos selama mengikuti skillslab.
5. Untuk mahasiswa putri tidak diperkenankan memakai celana jeans, celana
panjang, rok mini dan rambut harus diikat rapi jika tidak memakai jilbab.
6. Untuk mahasiswa putra tidak boleh memakai celana jeans, memakai
anting dan berambut gondrong.
7. Setiap mahasiswa yang terlambat masuk harus menghubungi instruktur
dahulu.
8. Mahasiswa yang terlambat hadir lebih dari 15 menit tanpa alasan yang sah
dianggap absen dan tidak diperbolehkan mengikuti skillslab pada hari
tersebut.
9. Setiap mahasiswa diwajibkan mempelajari buku petunjuk skills lab
terlebih dahulu sebelum melakukan tahapan pekerjaan.
10. Mahasiswa harus melapor kepada instruktur apabila ada alat skillslab yang
hilang atau rusak dan bersedia mengganti alat tersebut dengan yang
baru.
5
11. Mahasiswa tidak diperbolehkan meninggalkan ruangan skillslab tanpa
seijin instruktur.
12. Setiap mahasiswa wajib membawa serbet untuk alas kerja dan menjaga
kebersihan ruang skillslab.
13. Setiap mahasiswa wajib membersihkan dan mengembalikan alat skillslab
pada tempat yang disediakan.
14. Bila tidak dapat mengikuti salah satu topic skillslab, mahasiswa wajib
mengulang (waktu dan syarat akan ditentukan oleh koordinator skillslab).
6
CAPAIAN PEMBELAJARAN
1. Mahasiswa mampu melakukan dialog dengan pasien dalam kedudukan
setara.
2. Mahasiswa mampu memiliki sifat empati terhadap pasien akan keluhan
kesehatan gigi dan kelainan rongga mulut yang mereka kemukakan.
3. Mahasiswa mampu membedakan adanya keanekaragaman sosial, ekonomi,
budaya, agama, dan ras bedasarkan asal usul pasien untuk mendukung
diagnosis penyakit.
4. Mahasiswa mampu mengaplikasikan sikap saling menghargai dan saling
percaya melalui komunikasi yang efektif dan efisien dengan pasien.
5. Mahasiswa mampu melakukan anamnesis dengan baik dan benar
6. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan intra oral dengan baik dan benar
7. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan ekstra oral dengan baik dan
benar
8. Mahasiswa mampu mengelola rekam medik sebagai dokumen legal dengan
baik dan benar.
9. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan klinis untuk mengisi rekam
medik.
10. Mahasiswa mampu membedakan gambaran klinis sebagai manifestasi dari
variasi normal atau patologis.
11. Mahasiswa mampu mebedakan lesi terapi atau non terapi.
12. Mahasiswa mampu mengisi odontogram serta mengisi dengan benar.
13. Mahasiswa mampu mengisi rekam medik dengan baik, benar dan
komprehensif.
7
BAB I
ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN KLINIS
Suatu kelainan atau lesi dalam rongga mulut yang dimiliki oleh pasien yang
datang berobat ke kedokteran gigi dapat ditegakkan diagnosisnya untuk dapat
dibuat rencana perawatannya. Jenis kelainan yang dapat ditemukan di dalam
rongga mulut amat bervariasi. Kelainan tersebut dapat merupakan suatu kesalahan
perkembangan, infeksi mikroorganisme (bakteri, virus atau jamur), reaksi alergi,
autoimun, pre kanker mulut dan dapat juga merupakan sebuah manifestasi dari
suatu penyakit sistemik tertentu.
1.1. Anamnesis
Untuk menegakkan diagnosis suatu kelainan dalam rongga mulut perlu
keterlibatan berbagai ilmu di bidang kedokteran gigi sekaligus ilmu-ilmu di bidang
Kedokteran Umum, karena rongga mulut merupakan bagian dari tubuh manusia
secara keseluruhan. Sebelum kita sampai ke diagnosis, hal-hal yang perlu
diperhatikan antara lain adalah:
1. Tanda/ gejala penyakit termasuk riwayat terjadinya kelainan/penyakit
yang meliputi riwayat penyakit yang dikeluhkan penderita, riwayat
kesehatan umum penderita, riwayat pengobtan (modern, tradisional,
herbal) riwayat kesehatan gigi sebelumnya, riwayat penyakit yang diderita
oleh keluarga dan riwayat social penderita. Semua factor tersebut harus
secara baik dapat ditarik dari anamnesis (tanya jawab dokter gigi dengan
penderita) yang secara langsung maupun tidak langsung akan
8
mempengaruhi ketepatan diagnosis dari kelainan/lesi di dalam mulut
penderita.
2. Gambaran klinis kelainan, yang meliputi pemeriksaan ekstra maupun intra
oral.
3. Penentuan pemeriksaan penunjang untuk membantu menegakkan
diagnosis yang dapat berupa : pemeriksaan gigi (misalnya: bentuk,
vitalitas, rongten foto, dll) dan medis rutin (pemeriksaan darah,dll) serta
pemeriksaan tambahan seperti biopsi atau pemeriksaan penunjang lain
seperti pemeriksaan darah, swab jamur, atau bakteri.
Setelah prosedur tersebut dilakukan, diagnosis tetap dapat ditegakkan.
Selanjutnya disusun rencana perawatan bagi kelainan yang dimiliki oleh
penderita. Pada saat ini, pada penderita dapat diberikan mulai dari
instruksi/penerangan/ penyuluhan, obat-obatan sesuai dengan indikasinya
hingga termasuk kemungkinan untuk melakukan referral (rujukan), misalnya
melakukan rujukan pada ahli kejiwaan (Psikolog atau Psikiater untuk kasus-
kasus yang berhubungan dengan status keseimbangan mental/jiwa
penderita).
Keberhasilan penatalaksanaan kasus-kasus di bidang kedokteran gigi
sangat tergantung pada kemampuan dokter gigi untuk menghubungkan
antara faktor-faktor tersebut di atas, menyimpulkannya dan selanjutnya
menegakkan diagnosisnya dengan tepat. Ketidakberhasilan suatu perawatan
di bidang kedokteran gigi, salah satunya disebabkan oleh kesalahan dalam
menegakkan diagnosis. Hal ini terjadi akibat adanya ketidakmampuan dalam
mengembangkan anamnesis yang lengkap, dan ditambah lagi denagn
9
kemiripan gambaran klinis penyakit/lesi dalam mulut antara yang satu dengan
yang lain.
1.2. Prosedur Anamnesis
Tujuannya adalah mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya
mengenai keluhan penderita dan sekaligus membangun kepercayaan antara
dokter gigi dan penderita sehingga dokter giginya dapat mengetahui harapan
yang diinginkan oleh penderita.
Anamnesis meliputi :
a. Identitas Penderita : nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, alamta
dan nomor telepon yang dapat dihubungi.
b. Keluhan yang diderita saat ini, meliputi:
What – Apa yang dirasakan?
When – Kapan kelainan tersebut timbul?
Where – Dimana lokasi kelainan/lesi tersebut
(semakin membesar, semakin sakit, dll)
c. Riwayat kesehatan umum, meliputi: penyakit-penyakit yang pernah
diderita dan pengobatan yang pernah didapat, misalnya 3 tahun yang
lalu didiagnosis menderita diabetes mellitus dan hipertensi dan hingga
kini masih terus mengkonsumsi obat-obatan untuk menurunkan kadar
gula darahnya dan anti hipertensi.
d. Riwayat kesehatan gigi sebelumnya, meliputi: status kebersihan
gigi dan jaringan pendukung gigi, hal ini sekaligus melihat motivasi
penderita dalam melakukan perawatan kesehatan gigi dan mulutnya,
10
yang sedikit banyak akan mempengaruhi kepatuhan penderita dalam
hal pemakaian obat-obatan yang diberikan.
e. Riwayat keluarga. Hal ini terutama diperlukan pada kelainan/ lesi
dalam mulut yang berhubungan dengan faktor keturunan seperti
kanker, stomatitis aftosa rekuren, penyakit sistemik tertentu, dan lain-
lain.
f. Riwayat sosial. Hal ini berguna untuk dapat mengetahui profil
kehidupan penderita sehari-hari, seperti kebiasaan makan,
kebiasaan merokok , atau kebiasaan buruk lainnya yang mungkin
dapat mempunyai hubungan dengan terjadinya kelainan/lesi pada
penderita.
2. Pemeriksaan Klinis, dibagi menjadi dua:
a. Pemeriksaan ekstra oral: kepala, muka, leher, mata, bibir, kelenjar
liur, temporomandibular joint, otot-otot ekstra oral ini, yang perlu
diamati: apakah ada perubahan warna, tekstur, pembengkakan,
kelainan/lesi dan rasa sakit pada tempat-tempat tersebut.
b. Pemeriksaan intra oral meliputi: mukosa pipi, mukosaibir, lidah,
dasar mulut, punggung dan dasar lidah, palatum keras dan lunak,
fausea, kelenjar liur, aliran saliva, gingival, dan gigi-geligi. Dengan
cara mengistruksikan penderita untuk membuka mulut dan
melepaskan denture (bila ada), raba dengan cara palpasi dan
kemudian catat semua perubahan mukosamulut dalam hal : warna,
11
ukuran (adanya pembengkakan), tekstur, kekenyalan, dan adanya
lesi.
Deskripsi lesi perlu dijabarkan seperti:
b.1. Bentuk lesi:
b.1.1. Papula : lesi kecil yang menonjol dari daerah sekitarnya
b.1.2. Vesikel : lesi kecil (<5mm) menonjol dan berisi cairan
b.1.3. Erosi : hilangnya sebagian epital mukosa mulut tanpa
melibatkan jaringan penyambung
b.1.4. Ulkus : hilangnya sebagian epitel mukosa mulut hingga
mengenai jaringan yang
b.1.5. Plak : perubahan warna yang cukup luas disertai
penojolan dari daerah sekitarnya
b.1.6. Pustula : penonjolan berisi pus
b.1.7. Bulla : lesi kecil (<5mm) menonjol dan berisi cairan
b.1.8. Makula : perubahan warna dari sekitarnya dan rata
b.2. Warna lesi: merah, putih, campuran merah putih, kehitaman, dll.
b.3. Sifat fisik jaringan: utuh atau hilang
b.4. Sakit/tidak sakit
b.5. Kelenjar liur diperiksa dengan palpasi bimanual untuk
mengetahui ada tidaknya pembengkakan, atau batu kelenjar liur.
Aliran dan konsistensi saliva juga perlu diperiksa dengan cara
meletakkan kaca mulut ke mukosa bukal. Adanya gelembung-
gelembung udara pada permukaan kaca mulut dan jenis saliva
yang kental (sticky) menunjukan kurangnya aliran saliva.
12
b.6. Gingival: meliputi pembengkakan, perubahan warna konsistensi,
rasa sakit, lesi dan ada tidaknya perdarahan.
b.7. Gigi-geligi: meliputi ada tidaknya kegoyangan gigi (yang dapat
merupakan manifestasi penyakit sistemik tertentu), karies, gigi
abrasi karena pemakaian atau bruxism, cracked tooth, dll
c. Alat diagnostic
Sonde halfmoon / lurus
Kaca mulut (2 buah)
Pinset
Kasa
Kapas (cotton roll dan cotton pellet)
3. Pemeriksaan penunjang diagnosis
a. Pemeriksaan penunjang gigi rutin, seperti: rontgen foto
b. Pemeriksaan laboratorium: pemeriksaa darah (untuk kasus-kasus yang
dicurigai mempunyai latarbelakang penyakit sistemik)
c. Biopsi / Oral cytological smear / Toludine blue
d. Pemeriksaan swab jamur (mycological smear)
e. Pemeriksaan swab bakteri (bacteriological smear)
4. Rujukan, dilakukan pada kasus-kasus yang membutuhkan konfirmasi atau
penanganan penyakit tertentu yang diderita oleh pasien. Sebuah rujukan
harus meliputi: nama, alamat, nomer telepon dari dokter yang merujuk.
Selanjutnya dituliskan juga identitas lengkap pasien, tanggal merujuk pasien,
13
alas an merujuk pasien, termasuk riwayat, tanda dan gejala serta diagnosis
sementara dari kelainan/lesi yang dimiliki oleh penderita. Selain itu
dicantumkan juga riwayat kesehatan umum dan gigi, hasil pemeriksaan
penunjang yang telah dilakukan (seperti hasil pemeriksaan darah atau
histopatologi), urgensi rujukan serta permintaan opini atau penatalaksanaan
lanjutan dari pasien tersebut.
5. Penatalaksanaan perawatan. Setelah diagnosis ditegakkan, maka dokter
gigi selanjutnya menetapkan perawatan yang akan dilakukan, yaitu meliputi :
a. Perawatan yang bersifat simptomatik atau perawatan berdasarkan
gejala, di dalamnya termasuk pemberian obat-obatan untuk mengurangi
rasa sakit (pain control). Pengendalian infeski lokal, juga menghilangkan
iritasi, dll.
b. Perawatan yang bersifat Kuratif (mengobati sesuai dengan
penyebabnya), misalnya oral thrush (karena infeksi Candida albicans)
diberikan obat anti jamur, herpes labialis diberikan obat anti virus.
c. Perawatan yang bersifat Observatif (melakukan pengamatan pada
kelainan/lesi yang ada, seperti lesi-lesi dengan latar belakang kesalahan
perkembangan atau pre kanker)
d. Perawatan yang bersifat Suportif adalah perawatan penunjang yang
membantu meningkatkn daya tahan tubuh (seperti vitamin), diet lunak,
mengurangi makanan yang berbumbu dan obat-obatan yang mengandung
agen penutup (covering agent) untuk kasus ulserasi.
14
BAB II
PEMERIKSAAN KLINIS EKSTRA ORAL DAN INTRA ORAL
Dokter gigi perlu mengamati pasien pada saat pencatatan riwayat klinis
sehingga dengan cara ini kelainan-kelainan dapat dilihat dengan jelas. Pada
pemeriksaan klinis ini semua jaringan diperiksa dan diamati secara klinis dengan
cermat yang terbagi atas pemeriksaan ekstraoral dan intraoral. Dengan cara ini
kelainan dapat dilihat dengan jelas, misalnya : pembengkakan, kemerahan, dan rasa
sakit. Hal lain yang dapat dilihat adalah ekspresi rasa takut, kesakitan, dan
kekhawatiran.
2.1. PEMERIKSAAN EKSTRA ORAL
Kemampuan untuk melakukan suatu pemeriksaan fisik yang teliti dari
struktur superfisial kepala, leher dan rongga mulut sangatlah penting bagi semua
dokter gigi dan setiap praktisi yang terlibat dalam menegakkan diagnosis dan
melakukan perawatan pada gigi dan mulut. Selama pemeriksaan rutin kepala
leher, tidak dilakukan upaya untuk mengidentifikasikan setiap struktur, tetapi
kemampuan untuk mengenali semua struktur tersebut merupakan dasar untuk
melakukan pemeriksaan fisik dari daerah ini. Asimetri, pembengkakan,
perubahan warna, dan perubahan tekstur.
Pemeriksaan ekstra oral dimulai dari palpasis pada leher dengan
pemeriksaan limfadenopati. Tata caranya harus dijelaskan kepada pasien dan
dilakukan dari belakang dengan membuka sedikit kerah baju pasien. Semua
15
nodus submental, submandibular, aurikular posterior, dan servikal harus
dipalpasi bergantian. Vertebra servikalis harus dipalpasi dan gerak leher harus
diperiksa dalam gerakan lateral dan rotasi. Kelenjar saliva parotis harus dipalpasi
dan segala pembesaran atau pelunakan. Dalam pembesaran parotis yang
sebenarnya ada defleksi ke arah luar dari bagian bawah lobus telinga,
pendeteksi terbaik adalah melihat seluruh wajah. Kondile mandibula harus
dipalpasi dan pasien diminta untuk menggerakkan rahang dalam jangkauan
penuh, termasuk membuka mulut secara maksimal dan melakukan gerakan
lateral. Setiap pembatasan gerak atau nyeri harus dicatat. Otot-otot temporalis
dan maseter harus dipalpasi dengan rahang dalam keadaan tertutup dan
mengunyah. Ini untuk menentukan tempat yang terasa sakit.
A. Pemeriksaan wajah
a. Pucat, terlihat dari konjungtiva atau kulitnya pada pasien anemia
b. Rash (bercak-bercak merah), seperti butterfly patern pada pasien
Systemic Lupus Erythematous (SLE)
c. Kemerahan, terlihat pada pasien yang demam karena infeksi
B. Pemeriksaan mata
a. Exophthalmos (mata menonjol keluar), terutama pada pasien Graves
thyrotoxicosis.
b. Jaundice (kekuningan), tampak pada sklera mata pasien dengan
gangguan fungsi hati.
C. Pemeriksaan leher
Pada leher pasien tampang pembengkakan atau sinus, hal ini harus
dilakukan palpasi pada kelenjar limfe, saliva, dan thyroid untuk mendapatkan
pembengkakan atau rasa tidak nyaman (sakit). Pemeriksaan leher dapat
16
dilakukan didepan, untuk melihat adanya asimetri, pembengkakan, kemudian
dilanjutkan pemeriksaan dengan berdiri di belakang pasien untuk melakukan
palpasi pada kelenjar limfe.
Kelenjar limfe harus diperiksa. Secara sistemaris, tiap regio perlu untuk
diperiksa secara jelas dengan penekanan jari-jari, menggerakkan kelenjar
limfe secara memutar pada struktur :
a. Kelenjar limfe parotis dapat dipalpasi dengan kedua tangan
b. Kelenjar limfe superfisial leher diperiksa dengan jari-jari dengan palpasi
yang menekan otot sternomastoid
c. Kelenjar limfe submental diperiksa dengan mencondongkan kepala pasien
ke depan dengan palpasi memutar limfe pada bagian dalam dari
mandibula.
d. Kelenjar limfe submandibula diperiksa dengan mencondongkan kepala
pasien ke depan dengan palpasi memutar limfe node pada bagian dalam
dari mandibula.
e. Kelenjar limfe leher yang dapat dipalpasi pada anteror atau posterior dari
otot sternomastoid yang tampak menonjol. Kelenjar limfe jugulodigastric
dapat diperiksa khusus karena berhubungan dengan infeksi pada tonsil
dan keganasan rongga mulut.
f. Kelenjar limfe pada supraklavikula diperiksa pada posterior triangle leher
dibelakang sternomastoid.
Pemeriksaan ekstra oral dimulai dengan palpasi pada leher untuk
pemeriksaan limfadenopati, baik submental, submandibular, aurikular posterior
dan servikal harus dipalpasi bergantian. Vertebra servicalis harus dipalpasi dan
17
gerak leher harus diperiksa dalam gerakan lateral dan rotasi. Kelenjar saliva
parotis harus dipalpasi dan segala pembesaran atau pelunakan diperhatikan
serta melihat asimetri wajah. Kondile mandibula harus dipalpasi dan pasien
diminta untuk membuka menutup mulut serta gerakan lateral rahang. Setiap
pembatasan gerak atau nyeri harus dicatat. Otot-otot temporalis dan maseter
harus dipalpasi dengan rahang dalam keadaan tertutup. Melakukan tekanan
pada regio yang dikeluhkan pasien.
Gambar 1. Kelenjar limfe leher
Leher meliputi segitiga anterior, segitiga posterior, segitiga submaksilaris,
muskulus sternokleidomastoideus, kartilago tiroidea, dan krikoidea, trakea, sayap
dari tulang hyoid, kelenjar tiroid, nodus limfe serfikalis anterior dan posterior,
nodus limfe submandibular, insisura sternalis, dan klavikularis, vertebre servikalis
pertama, dan denyut nadi karotis
18
Metode memeriksa nodus limfe adalah dengan memulainya pada nodus
paling superior dan berjalan terus menyusuri ke bawah menuju ke klavikula.
Praktisi melakukan palpasi tepat di sebelah anterior dari tragus daun telinga
untuk menemukan nodus preaurikular kemudian menuju ke processus
mastoideus dan dasar tengkorak untuk nodus aurikular posterior dan oksipital.
Tepat di bawah bawah dagu terdapat nodus submental, lebih ke posterior
sepanjang mandibula terdapat nodus submandibular.
Gambar 2. Anatomi Kepala dan leher
19
A. Pemeriksaan Wajah
Gambar 3. Wajah dilihat simetris atau tidak (koleksi pribadi)
B. Pemeriksaan Kelenjar Parotis
Gambar 4. Kelenjar parotis
Warna normal atau kemerahan, teraba atau tidak, sakit atau tidak, konsistensi
lunak atau kenyal (koleksi pribadi)
20
C. Pemeriksaan Kelenjar Submentalis
Gambar 5. Kelenjar Submentalis
Warna normal atau kemerahan, teraba atau tidak, sakit atau tidak,
konsistensi lunak atau kenyal (koleksi pribadi)
D. Pemeriksaan Kelenjar Sublingualis
Gambar 6. Kelenjar Sublingualis
Warna normal atau kemerahan, teraba atau tidak, sakit atau tidak,
konsistensi lunak atau kenyal (koleksi pribadi)
21
E. Pemeriksaan Kelenjar Submandibularis
Gambar 7. Kelenjar Submandibularis
Warna normal atau kemerahan, teraba atau tidak, sakit atau tidak,
konsistensi lunak atau kenyal (koleksi pribadi)
F. Pemeriksaan Telinga dan Temperomandibular Joint
Gambar 8. Kedua jari telunjuk dimasukkan dalam telinga (koleksi pribadi)
22
Gambar 9. Pemeriksaan Temperomandibularjoint kondisi mulut terbuka
(koleksi pribadi)
Gambar 10. Pemeriksaan Temperomandibularjoint kondisi mulut tertutup
(koleksi pribadi)
23
G. Pemeriksaan Kelenjar Leher
Gambar 11. Pemeriksaan kelenjar leher bagian atas (koleksi pribadi)
Gambar 12. Pemeriksaan kelenjar leher bagian bawah (koleksi pribadi)
24
Gambar 13. Pemeriksaan kelenjar leher (koleksi pribadi)
25
2.2. PEMERIKSAAN INTRA ORAL
Pemeriksaan klinis sebaiknya dilakukan berurutan yaitu meliputi
permukaan sebelah dalam dari bibir, mukosa pipi, lipatan mukobukal maksila dan
mandibula, palatum, lidah, sublingual space, gingiva, dan geligi serta jaringan
pendukungnya. Berlanjut ke daerah tonsilar dan faringeal.
Dokter gigi harus menggunakan sarung tangan untuk melakukan
pemeriksaan intraoral. Bila pasien menggunakan gigi tiruannya maka harus
dilepas dab diperiksa apakah ada bagian yang rusak atau kotor. Pasien diminta
memasang gigi tiruannya untuk mengetahui ada tidaknya abnormalitas pada
mukosa.
Pemeriksaan intraoral yang sistematik harus dilakukan untuk memastikan
bahwa tidak ada daerah di mulut yang terlewati meliputi gigi-geligi dan mukosa
rongga mulut. Bagian dalam bibir, palatum keras dan lunak, mukosa bukal,
mukosa dasar mulut, dan tepi dorsal serta lateral lidah juga diperiksa.
Pemeriksaan gigi-geligi harus dicatat dan dievaluasi mengenai kondisi gigi
sehat, karies, tumpatan, gigi goyang, sisa akar, kelainan periodontal serta
dihubungkan dengan kondisi mukosa.
Selama pemeriksaan, jumlah dan kekentalan saliva dapat ditentukan.
Cara penilaian saliva yang sederhana adalah kaca mulut harus dengan mudah
diangkat dari jaringan, ketika ditempatkan pada mukosa bukal. Bila ada
xerostomia, kaca akan lengket pada mukosa. Orifice saluran kelenjar parotis dan
submandibularis harus diidentifikasi. Pada individu yang sehat, palpasi eksternal
yang lembut pada setiap kelenjar saliva mayor seharusnya menambah aliran
saliva yang serous. Palpasi bimanual pada kelenjar saliva submandibularis
dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pembengkakan atau nyeri.
26
Pemeriksaan intraoral meliputi :
a. Bibir meliputi permukaan kulit dan mukosa, vermillion border, komisura,
vestibulum oris, kelenjar saliva minor, frenulum labialis
b. Pipi meliputi muskulus bucinator, frenulum bukalis, linea alba, orifisium dan
papila dari duktus stenoni, kelenjar saliva minor, granula fordyce, vestibulum
bukalis, foramen mentalis
c. Lidah meliputi dorsum (dua pertiga anterior dan sepertiga posterior, papila)
d. Dasar mulut meliputi plika submandibularis, duktus submandibularis, dan
orifisium kelenjar submandibularis dan kelenjar sublingualis, vestibulum
lingualis, tuberkel genial, mylohyoid ridge, nervus lingualis)
e. Palatum meliputi palatum keras (durum) dan palatum lunak (mole), garis
refleksi, fovea pterigoidea, tuberositas maksilaris, kanalis palatina anterior
dan posterior, uvula
f. Gingiva meliputi marginal gingiva, attached gingiva, keratinized gingiva
(alveolar), sulkus gingiva, papila interdental.
g. Regio retromolar meliputi retromolar pad, ridge obliqua eksterna, arkus
palatoglossus,
h. Faring meliputi tonsil palatina, arkus palatofaringeal, kripta tonsilar, cincin
waldeyer, tonsila lingualis, adenoid.
i. Pemeriksaan gigi geligi berurutan dari regio rahang atas kanan, rahang atas
kiri, rahang bawah kiri, dan terakhir rahang bawah kanan.
27
BAB III
REKAM MEDIK
Rekam medik merupakan data tertulis pada kartu yang mengandung
informasi lengkap dan akurat tentang identitas pasien, diagnosis, perjalanan
penyakit, proses pengobatan, tindakan medis serta dokumentasi hasil pemeriksaan.
Ini merupakan alat bukti yang sah menurut hukum. Rekam medik gigi harus
dilakukan oleh dokter gigi pada masing-masing pasien. Apabila pasien
membutuhkan, mereka hanya diberi salinan, data asli harus disimpan dokter.
Tujuan pembuatan rekam medik gigi adalah :
1. Catatan mengenai keadaan gigi dan keluhan pasien saat datang
2. Dasar untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan pada kunjungan
berikutnya
3. Catatan mengenai keadaan umum pasien yang perlu diperhatikan dan
dipertimbangkan
4. Data resmi untuk pertanggungjawaban dokter gigi atas segala tindakan
perawatan dan pengobatan yang telah dilakukan
5. Gambaran mengenai kesehatan umum pasien secara keseluruhan
6. Sumber data untuk keperluan identifikasi jika diperlukan
28
Rekam Medik Kedokteran Gigi berisi tentang :
1. Identitas pasien
- Diisi satu kali pada saat pasien datang pertama kali.
- Data segera disesuaikan bila ada perubahan, misalnya : pindah alamat, dan
sebagainya.
2. Riwayat Medis
Ada dua alasan medis dalam pengambilan riwayat penyakit yang memadai
yaitu pertama, merupakan kesadaran akan adanya penyakit sistemik dan kedua
persiapan untuk segala kemungkinan keadaan darurat medis yang dapat timbul.
3. Riwayat Sosial
Dalam konteks riwayat sosial, pasien harus ditanya mengenai status
perkawinan, pekerjaan sekarang dan dulu, kebiasaan merokok, jumlah alkohol
yang diminum, penyalahgunaan obat-obatan dan perawatan sebelumnya yang
berhubungan dengan kegelisahan dan depresi.
4. Riwayat Dental
Riwayat dental harus mencakup perincian pola pertumbuhan gigi, tipe dan
umur gigi palsu serta kapan dipakainya. Hal ini sangat membantu dalam
29
memastikan apakah keluhan itu ada hubungannya dengan perawatan gigi
sebelumnya.
5. Pemeriksaan Klinis
Dokter gigi perlu mengamati pasien pada saat pencatatan riwayat klinis
sehingga dengan cara ini kelainan-kelainan dapat dilihat dengan jelas. Pada
pemeriksaan klinis ini semua jaringan diperiksa dengan cermat yang terbagi atas
pemeriksaan ekstraoral dan intraoral.
a. Pemeriksaan ekstra oral :
Agar lebih mudah membicarakan lokasi dari temuan klinis daerah leher, maka
leher dibagi dalam bentuk segitiga-segitiga yang dipisahkan oleh otot
sternokleidomastoid menjadi segitiga anterior dan posterior. Segitiga posterior
dibatasi oleh otot trapezius, klavikula, serta sternokleidomastoid. Segitiga anterior
dibatasi oleh m. sternohioid, digastrikus, dan sternokleidomastoid. Segitiga-
segitiga tersebut kemudian terbagi lagi menjadi segitiga-segitiga yang lebih kecil;
dalam segitiga posterior terdapat segitiga supraklavikular dan segitiga oksipital.
Segitiga anterior terbagi atas submandibula, karotid, dan segitiga muskular.
Pembagian kelompok kelenjar limfe leher bervariasi dan salah satu sistem
klasifikasi yang sering dipergunakan adalah menurut Sloan Kettering Memorial
Center Cancer.
Segitiga-segitiga di area leher meliputi :
I. Kelenjar di segitiga submental dan submandibula
II. Kelenjar-kelenjar yang terletak di 1/3 atas, termasuk kelenjar limfe jugular
superior, kelenjar digastrik dan kelenjar limfe servikal postero superior.
30
III. Kelenjar limfe jugularis antara bifurkasio karotis dan persilangan
m.omohioid dengan m. sternokleidomastoid dan batas posterior m.
sternokleidomastoid.
IV. Kelompok kelenjar daerah jugularis inferior dan supraklavikula
V. Kelenjar yang berada di segitiga posterior servikal.
Metode memeriksa nodus limfe adalah dengan memulainya pada nodus
paling superior dan berjalan terus menyusuri ke bawah menuju ke klavikula.
Praktisi melakukan palpasi tepat di sebelah anterior dari tragus daun telinga
untuk menemukan nodus preaurikular kemudian menuju ke processus
mastoideus dan dasar tengkorak untuk nodus aurikular posterior dan oksipital.
Tepat di bawah bawah dagu terdapat nodus submental, lebih ke posterior
sepanjang mandibula terdapat nodus submandibular.
Pemeriksaan kelenjar limfe leher dimulai dengan palpasi pada leher untuk
pemeriksaan limfadenopati, baik submental, submandibular, aurikular posterior
dan servikal harus dipalpasi bergantian. Vertebra servicalis harus dipalpasi dan
gerak leher harus diperiksa dalam gerakan lateral dan rotasi. Kelenjar saliva
parotis harus dipalpasi dan segala pembesaran atau pelunakan diperhatikan
serta melihat asimetri wajah. Kondile mandibula harus dipalpasi dan pasien
diminta untuk membuka menutup mulut serta gerakan lateral rahang. Setiap
pembatasan gerak atau nyeri harus dicatat. Otot-otot temporalis dan maseter
harus dipalpasi dengan rahang dalam keadaan tertutup. Melakukan tekanan
pada regio yang dikeluhkan pasien.
31
b. Pemeriksaan intra oral :
Pemeriksaan intra oral meliputi gigi-geligi dan mukosa rongga mulut. Bagian
dalam bibir, palatum keras dan lunak, mukosa bukal, dasar mulut, dan tepi
dorsal serta lateral dari lidah. Jumlah gigi yang ada harus dicatat seiring
dengan evaluasi singkat mengenai distribusi setiap karies atau restorasi dan
adanya kelainan periodontal, termasuk goyahnya gigi-gigi. Selama
pemeriksaan, jumlah dan kekentalan saliva dapat ditentukan. Cara penilaian
saliva yang sederhana adalah kaca mulut harus dengan mudah diangkat dari
jaringan, ketika ditempatkan pada mukosa bukal. Bila ada xerostomia, kaca
akan lengket pada mukosa.
32
II. ODONTOGRAM
A. Tujuan pembuatan odontogram adalah :
- Pencatatan data gigi dan mulut pasien pada saat kunjungan pertama sangat
penting sebagai pembuat rencana perawatan.
- Penting sebagai data untuk keperluan identifikasi bila sewaktu-waktu
diperlukan.
- Odontogram harus diletakkan di bagian awal dari rekam medik gigi, setelah
identitas pasien, dan data keadaan umum pasien.
B. Pembuatan odontogram harus diulang atau dilengkapi apabila :
- Setiap 1 tahun
- Setiap kedatangan atau kontrol
- Jika pasien akan pindah dokter gigi
- Jika sebelum 1 tahun sudah banyak perlakuan pada gigi permanen
III. DATA PERAWATAN DOKTER GIGI
Kolom pada data perawatan diisi sesuai dengan tanggal kunjungan pasien,
diagnosa gigi yang dirawat, tindakan yang dilakukan, konsul yang dilakukan
misalnya rontgen foto, dan di paraf oleh dokter gigi yang merawat.
33
REKAM MEDIK
RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT
GUSTI HASAN AMAN BANJARMASAIN
TANGGAL : ............ .
NO FILE : …………
I. DATA PRIBADI
1. Nama :
2. Tempat/Tgl. Lahir :
3. Jenis kelamin :
4. Status Kawin :
5. Suku Bangsa :
6. Pekerjaan :
7. Alamat Rumah :
8. Telepon Rumah :
9. Alamat Kantor :
10. Telepon Kantor :
11. Telepon genggam :
12. Konsul dari : Menderita:
34
II. RIWAYAT KASUS :
1. Keluhan Utama :
2. Riwayat Penyakit :
3. Riwayat Perawatan Gigi :
a. Gigi :
b. Jaringan lunak :
4. Riwayat Kesehatan :
a. Pernah ke dokter gigi : Belum/Pernah :…………………………..
b. Pernah dirawat di Rumah Sakit :
Tidak/Pernah………Tahun
c. Golongan Darah : ..…………………………………………
d. Tekanan Darah : ……./…….
e. Penyakit Jantung : …………..
f. Diabetes Mellitus : …………..
g. Kelainan Darah : …………..
h. Gangguan respiratory : ………….
i. Kelainan imunologi : ………….
j. Gangguan TMJ : ………….
k. Kelainan nutrisi : ………….
l. Kelainan kulit : ………….
m. Gangguan pencernaan : ………….
n. Hepatitis : ……………….
35
o. Asma : ..........................
p. Alergi terhadap obat-obatan : ………………….
q. Alergi terhadap makanan : …………………….
r. Obat yang sedang dijalani : ...................................
III. PEMERIKSAAN KLINIS
a. Ekstra Oral :
1. Wajah : Simetris/Asimetris
2. Pipi Kiri : ………………………….
Kanan : ………………………….
3. Bibir Atas : ………………………….
Bawah : …………………………..
4. Sudut Mulut : ………………………….
5. Kelenjar Submandibularis
Kiri : ……………………………
Kanan : ……………………………
6. Kelenjar Submentalis : ……………………………
7. Kelenjar Leher : ………………………………
8. Kelenjar Sublingualis :…………………………………
9. Kelenjar Parotis Kiri :…………………………………
Kanan :…………………………………
36
b. Intra Oral :
1. Oklusi :Normal/Gigitan Terbalik, Terbuka, Dalam,
Tonjol
2. Torus palatinus : Ada/Tidak Ada
3. Torus mandibularis : Tidak ada/sisi kiri/sisi kanan/kedua sisi
4. Palatum : Dalam/Sedang/Rendah
5. Diastema : Tidak Ada/Ada :…………………………………...
6. Gigi anomaly : Tidak Ada/Ada :…………………………………...
7. Lain-lain :……………………………………………………...
c. Data Jaringan Lunak Non Terapi :
1. Linea Alba Bukalis : Tidak Ada/Ada :…………………………………...
2. Fordyce Spot : Tidak Ada/Ada :…………………………………...
3. Geographic Tongue : Tidak Ada/Ada :…………………………………...
4. Fissured Tongue : Tidak Ada/Ada:……………………………………
5. Crenated Tongue : Tidak Ada/Ada:……………………………………
6. Hiperpigmentasi Gingiva : Tidak Ada/Ada:……………………………………
7. Nevus : Tidak Ada/Ada:……………………………………
8. Lain – lain :……………………………………………………….
37
KETERANGAN :
18 : ………………………… 28 :……………………..
17 : ………………………… 27 :……………………..
16 : ………………………… 26 :……………………..
15[55] : ………………………… 25[65] :…………………….
14[54] : ………………………… 24[64]:………………………
13[53] : ………………………… 23[63]:……………………..
12[42] : ………………………… 22[62]:………………………
11[51] : ………………………… 21[61]:……………………..
41[81] :....................................... 31[71] :............................................
42[82] :....................................... 32[72] :............................................
43[83] :....................................... 33[73] :............................................
38
44[84] :....................................... 34[74] :............................................
45[85] :....................................... 35[75] :............................................
46 :....................................... 36 :............................................
47 :....................................... 37 :............................................
48 :....................................... 38 :............................................
Lambang yang digunakan pada odontogram :
: KARIES
V : SISA AKAR
: ROTASI
A : ANOMALI
D : DIASTEMA
AT : ATRISI
: GIGI TIRUAN JEMBATAN
Y : MAHKOTA PASAK
PD : GIGI TIRUAN SEBAGIAN
FD : GIGI TIRUAN LENGKAP
PJ : PENYANGGA JEMBATAN
S : STAINING
: TUMPATAN LOGAM
: TUMPATAN KOMPOSIT
: INLAY LOGAM
: INLAY SINTESIS
: MAHKOTA LOGAM
39
: MAHKOTA SINTESIS
: KARANG GIGI
X : GIGI DICABUT/MISSING
PE : ERUPSI SEBAGIAN
UE : TIDAK ERUPSI
40
Tanggal Diagnosa Perawatan Operator Paraf Instruktur
Nama Penderita : ……………………………………………………………….... No. File : …………………………………………………………............ Instruktur : ...........................................................................................
41
Checklist
Rekam Medik
NAMA :
NIM :
0 = tidak dilakukan (total nilai / 22) x 100 %
1 = dilakukan tapi tidak sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna
No Aspek yang dinilai Nilai
0 1 2
1 Mengucapkan sapa dan salam
2 Menanyakan dan menuliskan data pribadi pasien dengan benar
3 Menanyakan dan menuliskan keluhan utama pasien dengan benar
4 Menanyakan dan menuliskan riwayat penyakit pasien dengan benar
5 Menanyakan dan menuliskan riwayat perawatan gigi dengan benar
6 Menanyakan dan menuliskan riwayat kesehatan dengan benar
7 Mengisi pemeriksaan ekstra oral dengan benar
8 Mengisi pemeriksaan intra oral dengan benar
9 Mengisi data jaringan lunak non terapi dengan benar
10 Membedakan elemen gigi RA/RB bagian Kanan/kiri pada odontogram dengan benar
11 Mengisi odontogram dengan benar
Keterangan : Score : 100 ( benar semua)
42
REFERENSI
1. Regezi, Joseph A, J.J Sciuba, R.C.K Jourdan, 2015. Oral Pathology : Clinical
Pathologic Correlations.4th Ed. Saunders, St Louis
2. Glick M, Chair WMF. Burket’s Oral Medicine. Ed 12th. People’s Medical
Publishing House, USA, 2015.