SKENARIO2ku
-
Upload
mylacutezz -
Category
Documents
-
view
217 -
download
2
description
Transcript of SKENARIO2ku
![Page 1: SKENARIO2ku](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082610/563dba36550346aa9aa3a5b1/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
SKENARIO
SULIT KENCING
Seorang pria usia 55 tahun berobat ke dokter karena sulit kencing
1
![Page 2: SKENARIO2ku](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082610/563dba36550346aa9aa3a5b1/html5/thumbnails/2.jpg)
BAB II
KATA KUNCI
1. Pria 55 tahun
2. Sulit Kencing
2
![Page 3: SKENARIO2ku](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082610/563dba36550346aa9aa3a5b1/html5/thumbnails/3.jpg)
BAB III
MINIMAL PROBLEM
1. Apakah yang terjadi pada pria tersebut ?
2. Bagaimanakah cara penatalaksanaannya ?
3
![Page 4: SKENARIO2ku](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082610/563dba36550346aa9aa3a5b1/html5/thumbnails/4.jpg)
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Klarifikasi istilah
1. Pria 55 tahun
Seorang laki-laki yang berusia 55 tahun.
2. Sulit kencing
Sulit buang air kecil
4.2 Batasan Masalah
Permasalahan Difokuskan pada penyebab sulit kencing.
4.3 Anatomi dan Histologi Sistem Urogenitalia
1. Ginjal
Letak
Posterior dari cavum abdomen, lateral columna vertebralis; retroperitoneal
Ginjall kiri: setinggi VT. XI – VL. II
Ginjal kanan: VT. XII – VL. III
Ginjal kanan lebih rendah daripada ginjal kiri karena terdapat hepar di sebelah atas ginjal
kanan.
Bentuk
Berbentuk seperti kacang, ukuran 11,5x6x3,5 cm dengan berat 120-170 gram.
Bagian
- Fasies anterior
- Fasies posterior
- Pollus superior
- Pollus inferior
- Margo lateralis
- Margo medialis
4
![Page 5: SKENARIO2ku](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082610/563dba36550346aa9aa3a5b1/html5/thumbnails/5.jpg)
- Hilus renalis (berisi vasa renalis, pembuluh limfe, pelvis renalis, plexus nervosus)
2. Ureter
Merupakan organ berbentuk tabung kecil, berotot, membentang dari pelvis renalis
sampai vesica urinaria, panjang ± 20-30 cm. Letaknya retroperitoneal, turun ke bawah ventral
dari m. psoas major. Setelah masuk ke dalam cavum pelvis, ureter berjalan caudal pada
dinding lateral pelvis yang tertutup peritoneum. Ureter berfungsi sebagai saluran urine dari
ginjal ke vesica urinaria
Secara anatomis, ureter terbagi atas tiga bagian:
- 1/3 proksimal : dari pelvis sampai batas atas sacrum
- 1/3 medial : dari batas atas sampai batas bawah sacrum
- 1/3 distal : dari batas bawah sacrum sampai masuk ke vesica urinaria
3. Vesica Urinaria
Terletak dlm cavum pelvis subperitoneal, dorsal symphisis ossis pubis. Bentuk saat
kosong seperti limas sisi tiga dengan bagian:
Basis
Collum
Apex pertemuan facies inferolateralis dan superior di ventrocranial
Vesica urinaria memiliki 3 facies, antara lain:
Facies superior menghadap ventral bentuk segitiga
Facies dorsalis :
pada pria berhubungan dengan vesicula seminalis
pada wanita berhubungan dengan vagina, cervix uteri
2 Facies inferolateralis
5
![Page 6: SKENARIO2ku](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082610/563dba36550346aa9aa3a5b1/html5/thumbnails/6.jpg)
4. Uretra
Perbedaaan uretra masculine dan uretra feminine, yaitu
Uretra Masculina
Uretra masculina memiliki panjang ± 20 cm dan terbagi menjadi 3 bagian, yaitu:
1. Uretra pars prostatica
- Panjang ± 3 cm berasal dari collum vesicae
- Berjalan dari basis prostate sampai ke apex prostate, lalu berlanjut menjadi uretra
pars membranacea
- Merupakan bagian yang paling lebar dan berdiameter terbesar dari seluruh uretra
- Terdapat crista uretralis, merupakan peninggian posterior dinding longitudinal
- Setiap crista terdapat sinus prostaticus, merupakan tempat muara glandula prostat
- Pada puncak Krista terdapat cekungan disebut utriculus prostaticus, pada utriculus
terdapat muara ductus ejaculatorius
2. Uretra pars membranacea
- Panjang ± 1,3 cm, terletak di diafragma urogenitale
- Dikelilingi musculus sphincter uretra, origo di arcus pubicus, insersio uretra,
innervasi ramus perinelis nervus pudendus
- Kebawah uretra pars membranacea melanjutkan diri sebagai uretra pars spongiosa
- Bagian uretra yang paling pendek dan paling tidak dapat dilebarkan
3. Uretra pars spongiosa
Panjang ± 15,75 cm dibungkus bulbus dan corpus spongiosa penis
Uretra Femina
Uretra feminina memiliki panjang ± 3,8 cm terbentang dari collum vesica urinary
sampai ostium uretra externum bermuara vestibulum 2,5 cm distal dari clitoris. Juga ada
crista uretralis. Sphincter uretra externa lemah dan terdapat ductus glandula parauretralis
yang dapat dilebarkan dengan mudah.
6
![Page 7: SKENARIO2ku](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082610/563dba36550346aa9aa3a5b1/html5/thumbnails/7.jpg)
4.4 Gejala Klinis
Identitas Pasien :
Nama : Jack
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 55tahun
Alamat : Surabaya
Anamnesa
Keluhan utama : sulit kencing
Riwayat penyakit sekarang :
Sulit kencing sejak 2bulan yang lalu
Pasien tidak berobat karena tidak disertai rasa nyeri pada saat BAK
Riwayat penyakit dahulu : Dulu tidak ada keluhan
Riwayat keluarga : Ayah penderita hepertensi
Riwayat sosial : Pekerjaannya marketing
- Pemeriksaan fisik :
Keadaan umum :Tampak lemah,GCS 456
Vital Sign
Tensi : 120/80
Nadi : 80 kali/ menit
Suhu : 37ºC
Kepala/ leher
A/ I/ C/ D : -/ -/ -/ -
Pemeriksaan KGB : -/-
Thorak
Coi : S1S2 tunggal,murmur
Pulmo : gerak nafas simetris,suara nafas vesikuler,wheezing -/-,ronchi -/-
7
![Page 8: SKENARIO2ku](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082610/563dba36550346aa9aa3a5b1/html5/thumbnails/8.jpg)
Abdomen
Distended,meteorismus -,bising usus normal
Hepar/lien : tak teraba
Vesica urinaria : teraba pembesaran buli buli 2cm diatas simpisis
Akral : Hangat,odema –
- Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboraturium terutama dengan mencari prostat specific antigen dan
urinalisis. Pemeriksaan tambahan yang dapat dilakukan dokter spesialis urologi:
1. Uroflowmetry, dihitung volume BAK, pancaran maksimum (Q max), pancaran rata-
rata (Q ave), dan lama pancaran.
2. Post Voiding Residual urine, yaitu menentukan berapa sisa urin dalam kandung kemih
setelah mikturisi. Normalnya urin residu sekitar 0.09 sampai 2.24 mL. Cara
pengukuran PVR dapat invasive(kateter) atau non invasive(USG). Birch dkk. (1988)
melaporkan berdasarkan pengamatan 30 orang yang mengalami BPH, 66% dari
sampel memiliki tiga hasil PVRnya dalam sehari dengan variasi yang luas,
sedangkan 34 % sisanya tidak. Tetapi Jensen dkk(1988) melaporkan dalam
penelitiannya bahwa PVR merupakan tes yang paling akurat nomor dua dalam
memprediksi BPH. Semakin tinggi PVR diperkirakan BPH semakin besar2.
3. Urodynamic , dipertimbangkan usia muda (< 50 tahun), usia lanjut (> 80 tahun), PVR
> 300 ml, Q max > 15 ml/dt , kecurigaan kelainan neurologi pada buli. Tujuan
pemeriksaan urodinamik adalah mendeteksi adanya detrusor overactivity, menilai
kemampuan urethra selama fase pengisian, menentukan fungsi otot detrusor selama
fase pengosongan, menilai fungsi bladder outlet selama fase pengosongan, dan
mengukur sisa urin (residu urin)4.
4. Trans Rektal Uretrosistokopi(TRUS), yaitu memasukkan endoskopi ke prostat
melalui rectum. Tes ini direkomendasikan untuk pasien dengan riwayat hematuria,
striktur uretra, kanker kandung kemih, atau pasca operasi saluran kemih bawah.
5. Pencitraan dengan USG atau IVU
8
![Page 9: SKENARIO2ku](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082610/563dba36550346aa9aa3a5b1/html5/thumbnails/9.jpg)
BAB V
HIPOTESIS AWAL (DIFFERENTIAL DIAGNOSIS)
Differential diagnose (diagnose banding) dari sulit kencing, antara lain : OBSTRUKSI
9
![Page 10: SKENARIO2ku](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082610/563dba36550346aa9aa3a5b1/html5/thumbnails/10.jpg)
BAB VI
ANALISIS DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
Obstruksi saluran kemih
Obstruksi lintas air kemih menyebabkan gerak alir air kemih tertahan (retensi). Hal ini
dapat terjadi di sepanjang lintasan dari hulu pada piala sampai ke muara pada uretra.
Gangguan penyumbatan ini bisa disebabkan oleh kelainan mekanik di dalam liang, pada
dinding atau tindihan dari luar terhadap dinding lintasan atau disebabkan kelainan dinamik
(neuromuskuler) yang masing-masing bisa karena kelainan dibawa lahir atau didapat.
Selanjutnya penyumbatan ini bisa menyumbat sempurna (total) atau tidak sempurna (sub-
total) dengan masing-masing bisa tampil dengan mendadak, menahun atau berulang timbul.
Adanya rintangan penyumbatan lintas air kemih mengakibatan gerak alir tertahan sehingga
air kemih pada hulu sumbatan terbendung dan menumpuk seluruhnya pada penyumbatan
total. Pada penyumbatan sub-total melewatkan sebagian air kemih dan menahan sebagian lain
yang berangsur-angsur menumpuk. Tumpukan air kemih ini meregangkan lintasan pada hulu
obstruksi sehingga melebar. Bagian hulu saluran ini berusaha meningkatkan tenaga dorong
untuk mengungguli hambatan sumbatan dengan menambah kuat kontraksi jaringan otot
dinding saluran agar penyaluran air kemih dapat berlangsung sempuma seperti biasanya
(kompensasi). Bila keadaan ini berlangsung lama, tenaga dorong mengkompenser menjadi
lelah hingga tak berdaya lagi mendorong air kemih dengan sempurna seperti biasa
(dekompensasi). Selanjutnya pada perlangsungan obstrusi biasanya mengundang kehadiran
bakteri dan pembentukan batu yang menyebabkan sumbatan yang lebih memberatkan
keadaan. Rentetan kejadian makin ke hulu melibatkan ginjal sehingga terjadi gangguan faal
ginjal, hidronefrosis, pielonefritis atau pyonefrosis. Obstruksi yang lebih ke hulu dekat
kepada ginjal, harnbatan yang lebih sempurna dan berlangsung sudah lama melibatkan
kerusakan ginjal lebih cepat. Bagaimana meningkatkan kemampuan agar mengetahui dan
mengelola gejala, tanda dan sumbatan yang sedini mungkin sebagai daya-upaya membangun
diagnostik.
10
![Page 11: SKENARIO2ku](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082610/563dba36550346aa9aa3a5b1/html5/thumbnails/11.jpg)
Patofisiologi
Obstruksi pada saluran kemih menyebabkan gangguan gerak alir. Pada bagian hulu
saluran yang langsung berbatas dengan penyumbatan berusaha meningkatkan tenaga
pendorong untuk menyalurkan air kemih dengan memperkuat kontraksi otot dinding saluran
untuk melawan sumbatan. Semakin jauh ke hulu dari tempat penyumbatan semakin
berkurang pengaruh-pengaruh akibatnya, akan tetapi lama-kelamaan secara berangsur
melibatkan seluruh saluran kemih termasuk ginjal. Memperhatikan gerak alir air kemih yang
dimulai dari piala ginjal ke-ureter, kandung kemih dan uretra, maka dapatlah terjadi sebagai
berikut : obstruksi di uretra melibatkan kandung kemih, dan bila timbul gangguan kompetensi
katup ureter hingga menyebabkan berbalik alir (reflux) dari kandung kemih ke ureter
sehingga merusak ginjal. Kejadian yang timbul pada hulu saluran kemih akibat dari suatu
obstruksi, diturunkan sebagai berikut :
1. KULUP
Penyempitan liang kulup menyebabkan kulup mengembung sewaktu buang air kecil.
Bila keadaan ini berlarut-larut mengakibatkan radang balanopostitis atau batu di liang kulup
dengan sumbatannya.
2. URETRA
Penyempitan atau penyumbatan pada uretra menyebabkan bagian hulunya melebar
sehingga dinding uretra tersebut menjadi tipis, kadang menimbulkan divertikel dan bisa
pecah yang mengalirkan air kemih di sekitamya. Pipa semprot manipun bisa melebar. Pada
setempat bisa terjadi batu dan infeksi sebagai sumbatannya.
3. KANDUNG KEMIH
Penyumbatan atau penyempitan saluran kemih pada leher kandung kemih dan uretra
menyebabkan gangguan lintas pembuangan air kemih sehingga kandung kemih mengadakan
usaha dengan meningkatkan daya pompa ditunjang dengan pengerutan persambungan ureter-
kandung kemih untuk melebarkan leher kandung kemih. Dengan peningkatan daya pompa
11
![Page 12: SKENARIO2ku](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082610/563dba36550346aa9aa3a5b1/html5/thumbnails/12.jpg)
ini, maka tekanan hidrostatis di dalam kandung meningkat dari 20 - 40 cm air menjadi 50 -
100 cm air atau lebih. Keadaan ini biasanya terdapat pada penyempitan uretra pada anak laki-
laki pada pangkal dan pada anak perempuan pada ujung dan pada laki-laki tua oleh karena
pembesaran prostat atau pada sindroma prostatismus sans prostate. Pada waktu dini kandung
kemih masih dapat memenuhi faalnya dengan sempurna karena otot-detrusornya menjadi
hipertrofi dan jika berlarut-larut berlangsung ototnya menjadi tipis dan lemah hingga tak
dapat memenuhi faalnya lagi dengan sempurna. Keadaan berubah dari kompensasi menjadi
dekompensasi.
A. MASA KOMPENSASI
a. Kandung kemih seperti balok-balok (trabekulasi).
Sewaktu kandung kemih berisi penuh berkas otot detrusor menjulang ke permukaan
mukosa seperti balok, demikian juga halnya dengan segitiga kandung kemih, keadaan mana
menambah rintangan percikan ureter ke kandung kemih.
b. Sellula
Tekanan dalam kandung kemih yang tinggi sewaktu memompa mendorong mukosa di
antara tonjolan balok-balok berkas otot sehingga merupakan lekukan kantong-kantong kecil.
c. Divertikula
Bisa tekanan yang tinggi ini lebih mendorong mukosa sehingga menyembul keluar ke
permukaan sehagai kantong. Kantong ini tidak mengandung otot kuat untuk memompa
isinya, karena itu mudah terkena infeksi. Bila divertifikula mengenai persambungan ureter-
kandung kemih maka faal sebagai katub menjadi inkompeten dan bisa menyebabkan reflux.
d. Mukosa.
Bila terjadi infeksi yang akut terjadi hiperemi dan edema yang menyebabkan reflux.
Pada infeksi khronis mukosa menjadi tipis dan pucat.
Masa kompensasi ini dapat dibagi keadaannya dalam 2 tahap, yaitu :
12
![Page 13: SKENARIO2ku](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082610/563dba36550346aa9aa3a5b1/html5/thumbnails/13.jpg)
(a) Tahap berlebih peka
Pancaran dan besar aliran air kemih masih seperti biasanya karena daya pompa masih
sanggup mengatasi rintangan yang ada, hanya saja otot detrusor menjadi berlebih peka.
Dengan regangan yang sedikit saja pada waktu menampung air kemih dari ureter telah
merangsang untuk buang air kecil sedang bagi keadaan yang biasa masih dapat ditahan
karena kandung kemih masih bisa melembek dan menampung air kemih lebih banyak.
Dengan demikian gejala dini dari penyumbatan atau penyempitan pada leher kandung kemih
dan uretra ialah buang air kecil yang bolak-balik dan mendesak pada waktu siang ataupun
pada malam hari.
(b) Tahap kompensasi
Bila penyumbatan atau penyempitan berlarut-larut terus, maka disamping buang air
kecil yang bolak-balik dan mendesak, mengedan sejenak, memulai buang air kecil harus
menunggu sejenak sampai kuat kontraksi otot cukup kuat mengatasi rintangan. Pancaran dan
besar aliran air kemih semakin berkurang terlebih-lebih menjelang pengosongan kandung
kemih.
B. MASA DEKOMPENSASI
Pada rintangan yang meningkat atau berlarut-larut dan lagi diperberat oleh infeksi
bisa menimbulkan terjadinya air kemih sisa sampai 500 mililiter atau lebih. Hal ini
disebabkan oleh kontraksi otot detrusor yang jadi lebih singkat untuk memompakan air kemih
dengan sempurna sehingga bersisa (residu).
Masa dekompensasi berlangsung sebagai berikut :
(i) Dekompensasi akut
Dapat terjadi dengan mendadak otot detrusor tak kuasa lagi mengkompenser, karena
pengisian tiba-tiba yang banyak dari ureter ke dalam kandung kemih atau otot ini teregang
13
![Page 14: SKENARIO2ku](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082610/563dba36550346aa9aa3a5b1/html5/thumbnails/14.jpg)
sekali. Akibatnya, terganggu pengaliran kemih, secara mendadak terhenti sehingga kandung
kemih belum kosong sempurna dan meninggalkan air kemih sisa. Penghambatan aliran kemih
dalam keadaan ini terhalang total dan tiba-tiba.
(ii) Dekompensasi kronis
Pengosongan kandung kemih berangsur-angsur bertambah sulit dan akibatnya air
kemih bisa semakin bertambah banyak dan daya tampung menjadi berkurang. Hajat buang air
kecil semakin bertambah sering dan sesewaktu bisa terhalang total. Dengan kehilangan daya
pompa kandung kemih terjadilah kepenuhan (inkotinensia pardoksa).
4. URETER
Lintasan ureter yang miring melalui dinding kandung kemih untuk bermuara ke dalam
rongga kandung kemih, berperan seakan-akan katub yang melalukan kemih mengalir dari
ureter masuk ke dalam rongga kandung kemih, sebaliknya menghalangi pengaliran kembali
(melakukan efflux dan menghalangi reflux). Meskipun tekanan di dalam kandung kemih
tinggi sewaktu memompa, namun tidak disalurkan berbalik ke dalam ureter dan seterusnya ke
ginjal, hal ini disebabkan kompetensi persambungan ureter dengan kandung kemih.
Pada keadaan dekompensasi kandung kemih di mana dijumpai persambungan ureter dengan
kandung kemih menjadi inkompeten, tekanan ini disalurkan ke dalam ureter dan seterusnya
ke ginjal. Juga pada kandung kemih yang berbalok-balok, edema dan meradang dapat
mengakibatkan peran katup tak kompeten lagi. Rentetan akibat-akibat dari berbalik alir ini
terjadi dengan hal yang sama dijumpai seperti pada penyumbatan ureter. Pada hulu
penyumbatan atau penghalangan alir air kemih otot dinding ureter menjadi hipertrofis dalam
usaha meningkatkan gerak peristaltik mendorong air kemih. Berpapasan dengan sumbatan di
bagian hulu ureter melebar (dilatasi) karena aliran air kemih. Gerakan peristaltik yang
meninggi ini menyebabkan ureter bertambah panjang (elongasi) sampai berliku-liku. Lama-
kelamaan di sekitar ureter terbentuk jaringan ikat dan kerutan jaringan ini menyebabkan
angulasi yang menambah kesulitan pengaliran air kemih. Bila pengaliran air kemih ini
sedemikian terus berkelanjutan maka otot dinding ureter menjadi lemah dan terjadi
dekompensasi. Pelebaran ureter (ureteriksasi, hidro-ureter) kemudian melibatkan ginjal
(hidro-nefrosis) yang keseluruhannya menjadi hidro-ureteropiélo-nefrosis , yaitu suatu atrofi
14
![Page 15: SKENARIO2ku](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082610/563dba36550346aa9aa3a5b1/html5/thumbnails/15.jpg)
ginjal yang disebabkan oleh penyumbatan saluran yang tidak menyumbat sempurna (sub-
total), di mana sebagian air kemih masih lewat dan selainnya tertahan. Pada penyumbatan
yang sempurna (total) terjadi atrofi primer ginjal. Penyumbatan semakin ke hulu dengan
menyumbat hampir sempurna dan berlangsung lama, dengan cepat merusak ginjal.
15
![Page 16: SKENARIO2ku](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082610/563dba36550346aa9aa3a5b1/html5/thumbnails/16.jpg)
BAB VII
HIPOTESIS AKHIR (DIAGNOSIS)
Berdasarkan riwayat penyakit pemeriksaan fisik yang teliti maka dapat ditegakkan
diagnosa akhir yaitu : Benign Prostatic Hiperplasia (BPH).
16
![Page 17: SKENARIO2ku](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082610/563dba36550346aa9aa3a5b1/html5/thumbnails/17.jpg)
BAB VIII
MEKANISME DIAGNOSIS
17
Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang
DD Diagnosis : BPH
RPD dan RPK
Anamnesa
![Page 18: SKENARIO2ku](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082610/563dba36550346aa9aa3a5b1/html5/thumbnails/18.jpg)
BAB IX
STRATEGI MENYELESAIKAN MASALAH
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan BPH berupa : Watchful Waiting. Watchful waiting dilakukan pada penderita
dengan keluhan ringan. Tondakan yang dilakukan adalah observasi saja tanpa pengobatan.
Terapi medikamentosa pilihan terapi non bedah adalah pengobatan dengan obat
(medikamentosa). Terapi Bedah Konvensional Open Simple Prostatectomy Indikasi untuk
melakukan tindakan ini adalah bila ukuran prostat terlalu besar, diatas 100 gr, atau bila
disertai divertikulum atau batu buli-buli. Terapi Invasif Minimal Transurethral Resection of
the Prostate (TUR-P) menghilangkan bagian adenomatosadari prostat yang menimbulkan
obstruksi dengan menggunakan resektokop dan elektrokauter. Transurethral incision of the
prostate (TUIP) dilakukan terhadap penderita dengan gejala sedang sampai berat dan dengan
ukuran prostat kecil. Terapi laser tekniknya antara lain Transurethral laser induced
prostatectomy (TULIP) yang dilakukan dengan bantuan USG, visual coagulative necrosis,
visual laser ablation of theprostate (VILAP), dan interstitial laser therapy. Terapi alat
microwave hyperthermia memanaskan jaringan adenoma melalui alat yang dimasukkan
melalui urethra atau rectum sampai suhu 42-450C sehingga diharapkan terjadi koagulasi.
Trans urethra; needle ablation (TUNA) alat yang dimasukkan melalui urethra yang apabila
posisi sudah diatur, dapat mengeluarkan 2 jarum yang dapat menusuk adenoma dan
mengalirkan panas, sehingga terjadi koagulasi sepanjang jarum yang menancap di jaringan
prostat. High intensity focused ultrasound (HIFU) melalui probe yang ditempatkan direktum
yang memancarkan energy ultrasound dengan intensitas tinggi dan terfokus. Intrauretral stent
adalah alat yang secara endoskopik ditempaykan di fossa prostatika untuk mempertahankan
lumen uretra tetap terbuka. Transurethral balloon dilatation dilakukan dengan memasukkan
kateter yang dapat mendilatasi fossa prostatika dan leher kandung kemih.
18
![Page 19: SKENARIO2ku](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082610/563dba36550346aa9aa3a5b1/html5/thumbnails/19.jpg)
BAB X
PROGNOSIS DAN KOMPLIKASI
Prognosis
Prognosisi untuk BPH berubah-ubah dan tidak dapat diprediksi pada tiap individu walaupun
gejalanya cenderung meningkat. Namun, BPH yang tidak segera ditindak memiliki prognosis
yang buruk karena dapat berkembang menjadi kanker prostat. Menurut penelitian, kanker
prostat merupakan kanker pembunuh nomer 2 pada pria setelah kanker paru-paru. BPH yang
telah diterapi juga menunjukkan berbagai efek samping yang cukup merugikan bagi
penderita.
Komplikasi
Perdarahan kecil
Infeksi saluran kemih
Inkontinen (ngompol) dapat terjadi d sementara
Disfungsi ereksi juga bisa terjadi
Retrograd ejakulasi
Struktur uretra
19