Skenario "Role Playing" Penyandang Cacat

11
Skenario Drama Pemecahan Masalah pada Anak Penyandang Cacat Down Syndrom. Keterangan Pemeran o Doni Aprianto S : Pekerja Sosial. o Budiman Dakhi : Pak Budi Ayah dari Mega (significant other). o Helent Shentia R : Bi Ijah pembantu dirumah Pak Budi (significant other). o Mega S Usman : Penyandang Cacat (down syndrom). Narasi Mega, bocah berumur 6 tahun ini menderita cacat down syndrom sejak lahir. Ibunya meninggal saat Mega menginjak umur ke 3 tahun akibat penyakit paru-paru yang dideritanya. Sedangkan Pak Budi, ayahnya Mega merupakan seorang pengusaha yang sangat sibuk. Saat ini Mega tinggal bersama Bi Ijah, seorang pekerja rumah tangga yang bekerja dirumah Pak Budi. Sebelumnya Pak Budi telah beberapa kali menyewa babysister untuk merawat Mega, akan tetapi karena alasan kesulitan berkomunikasi dan super aktifnya anak tersebut membuat para babysitternya tidak betah dan mengundurkan diri. Hingga kini, kondisi rumah yang sepi inilah yang membuat Mega sering berteriak-teriak dan cukup menggangu masyarakat sekitar. Suatu pagi, diruang tengah terlihat Pak Budi sedang sibuk memainkan gadgetnya untuk menyelesaikan urusan kantor. Sedangkan dari kejauhan terlihat Mega yang sedang asyik bermain boneka dan

description

Role Playing ini ditampilkan pada saat mata kuliah komrel 04/12/2013. Alhamdulillah, kelompok kami menjadi penampil terbaik :)

Transcript of Skenario "Role Playing" Penyandang Cacat

Skenario Drama

Pemecahan Masalah pada Anak Penyandang Cacat Down Syndrom.

Keterangan Pemeran

o Doni Aprianto S : Pekerja Sosial.

o Budiman Dakhi : Pak Budi Ayah dari Mega (significant other).

o Helent Shentia R : Bi Ijah pembantu dirumah Pak Budi (significant other).

o Mega S Usman : Penyandang Cacat (down syndrom).

Narasi

Mega, bocah berumur 6 tahun ini menderita cacat down syndrom sejak lahir. Ibunya

meninggal saat Mega menginjak umur ke 3 tahun akibat penyakit paru-paru yang

dideritanya. Sedangkan Pak Budi, ayahnya Mega merupakan seorang pengusaha yang

sangat sibuk. Saat ini Mega tinggal bersama Bi Ijah, seorang pekerja rumah tangga yang

bekerja dirumah Pak Budi. Sebelumnya Pak Budi telah beberapa kali menyewa

babysister untuk merawat Mega, akan tetapi karena alasan kesulitan berkomunikasi dan

super aktifnya anak tersebut membuat para babysitternya tidak betah dan

mengundurkan diri. Hingga kini, kondisi rumah yang sepi inilah yang membuat Mega

sering berteriak-teriak dan cukup menggangu masyarakat sekitar.

Suatu pagi, diruang tengah terlihat Pak Budi sedang sibuk memainkan gadgetnya

untuk menyelesaikan urusan kantor. Sedangkan dari kejauhan terlihat Mega yang

sedang asyik bermain boneka dan berlarian kesana kemari sambil berteriak-teriak hingga

menggangu waktu kerja sang Ayah.

Pak Budi : “Mega berhenti”!! “Tolong jangan berlarian didepan

ayah! Lihat ayah sedang sibuk menyelesaikan tugas kantor”.

Mega :“Lalalallala....lallalalala....”(masih berlarian kesana kemari sambil

membawa boneka).

Mega tetap meneruskan aktifitasnya tanpa sediktpun mendengarkan perintah ayahnya

untuk berhenti berlarian didepannya. Melihat kondisi seperti itu Pak Budi terlihat kesal

karena puterinya telah mengganggu menyelesaikan tugas kantornya.

Pak Budi :(Menggeleng-gelengkan kepala, kemudian memasukan kedalam tas

kertas-kertas yang ada diatas mejanya). “Hmhmm dasar penggangu”!!.

Mega : (Tertawa). “Hehehehe. Hehehehe” (sambil berlari-larian)..

Tanpa berpikir panjang, Pak Budi langsung meninggalkan rumah sambil membawa tas

dan gadgetnya.

Sambil mengendarai mobil, tiba-tiba Pak Budi melihat ada papan praktek pekerjaan

sosial yang berada di Jalan Ir.H.Juanda No. 367 Bandung. Dari sanalah akhirnya Pak

Budi mencoba menghubungi klinik praktek tersebut.

Pak Budi :(Mengeluarkan telepon gengam dari sakunya). “Selamat Siang. Apa

benar ini klinik praktek pekerjaan sosial yang berada dijalan

Ir.H.Juanda No.367?”.

Doni :“Siang juga, iya benar. Mohon maaf sebelumnya saya berbicara

dengan siapa?”

Pak Budi : “Saya Budi”.

Doni :“Saya dengan Doni salah satu pekerja sosial yang berpraktek disini.

Pak Budi, ada yang bisa kami bantu? Apa bapak memiliki keluhan?

Pak Budi :“Gini Pak, anak saya menderita down syndrom sejak lahir, sekarang

sudah berumur 6 tahun. Anak saya mengalami kesulitan

berkomunikasi dengan orang lain sampai-sampai anak saya tidak

memiliki teman. Apa bapak bisa membantu untuk mengatasinya?”

Doni :“Baik Pak, kami akan coba melakukan pendekatan-pendekatan ke

anak bapak. Oiya kapan kira-kira kami bisa bertemu anak Bapak?

Pak Budi :“Kalau bisa secepatnya Pak, saya prihatin dengan kondisi anak saya

yang sepeti itu. Bagaimana kalau besok, apa Bapak bisa kerumah

saya?”

Doni :”Baiklah nanti akan kami sesuaikan dengan jadwal. Bisa alamat

lengkapnya Pak?”

Pak Budi :“Rumah saya di Jl. Padasuka No 28 sebelum saung Udjo.

Sebelumnya saya ucapakan terimakasih banyak, Pak Doni berkenan

mau membantu saya”

Doni :”Iya sama-sama Pak, semoga kami bisa membantu”.

Pak Budi :”Baiklah, kalau begitu sampai berjumpa besok, Siang Pak”.

Doni :“Iya iyaa pak selamat siang”.. (Sambil mengakhiri percakapan

ditelepon gengamnya).

Kesokan harinya, pekerja sosial menepati janjinya untuk berkunjung ke rumah Pak Budi

untuk menemui Pak Budi dan anaknya. Ketika sampai dirumah, pekerja sosial sempat

berpapasan dengan Pak Budi yang hendak masuk kedalam mobilnya.

Doni :“Permisi...Selamat Pagi Pak, apa benar ini rumah Pak Budi?”.

Pak Budi :“Siang. Iya benar kebetulan saya yang bernama Budi, mohon maaf

bapak dengan siapa ya?”.

Doni :“Pekenalkan saya Doni, pekerja sosial dari klinik yang bapak telepon

kemarin pagi”.

Pak Budi :“Oh, Dek Doni. Silahkan duduk”. (Sambil mempersilahkan duduk di

teras depan). “Duh tapi mohon maaf sekali ya Dek, Bapak tidak bisa

berlama-lama kebetulan barusan ditelepon ada meeting mendadak

dikantor. Meganyaa ada didalam, silahkan adek masuk saja. Bapak

percayakan semuanya kepada Dek Doni. Saya pamit dahulu ya Dek.

Bi Ijah, ini tamunya tolong didampingi dulu ya”.

Karena ada meeting mendadak dikantornya, akhirnya Pak Budi langsung bergegas

menuju mobilnya untuk segera berangkat kekantornya. Bi Ijah yang pada saat itu

posisinya ada didapur tidak mendengar perintah yang dikatakan oleh Pak Budi.

Sedangkan, pekerja sosialpun mencoba melangkahkan kakinya untuk masuk kedalam

rumah Pak Budi. Sampai diruang tamu, tiba-tiba pekerja sosial menjumpai mega yang

sedang tertawa sendiri sambil menonton film kartun kesukaannya. Pekerja sosial

mencoba mendekati Mega dan mengajaknya berkomunikasi.

Doni :”Hallo adik cantik, siapa namanya?”

Tiba-tiba Mega langsung memandang aneh wajah pekerja sosial, dan mengakhiri untuk

menonton film kartun kesukaannya. Ketika itu, Mega langsung berlari menuju kamar dan

mengunci rapat-rapat pintunya.

Pekerja sosial mengira bahwa Mega takut dengan kehadirannya. Maklum saja, bahwa ini

merupakan pertemuan pertamanya dengan Mega. Kemudian, pekerja sosial berjalan

sambil melihat-lihat ruangan rumah tersebut, terlihat olehnya rumahnya penuh dengan

pintu-pintu yang tertutup dan diatas meja terdapat tumpukan kunci. Bagaimana ini

menunjukan bahwa akses mega untuk keluar dari rumah itu sulit. Sehari-hari Mega

menghabiskan waktunya didalam rumah.

Saat pekerja sosial sedang melihat-lihat kondisi dalam rumah, ia menjumpai seorang

perempuan sedang membesihkan rumah.

Doni :”Permisi Bi, lagi apa?”.

Bi Ijah :”Ini saya lagi beres-beres rumah”. Babysitter baru ya Mas?”

Doni :”Bukan Bi, sebelumnya perkenalkan, saya Doni pekerja sosial dari

klinik peksos Dago 367”.

Bi Ijah :”Iya kemarin bapak juga cerita kalau hari ini mau ada tamu buat

ngurusin Neng Mega”.

Doni :”Hehe iya Bi, oiya Bi apa saya boleh tanya-tanya soal Mega?”

Bi Ijah :”Silahkan saja”.

Doni :”Mega itu umurnya berapa Bi?”

Bi Ijah :”Neng Mega umurnya udah 6 tahun Mas.”

Doni : “Apa Mega tidak sekolah?”

Bi Ijah :”Pernah sih waktu itu dia masuk PG, tapi yaa gitu Mas, Neng

Meganya buat masalah terus. Si Bapak kewalahan ngurusin Neng

Mega. Ya akhirnya Neng Mega diberhentikan dari sekolahnya”.

Doni :”Kalau boleh tau hobbynya Mega apa Bi? Mega Kalau main sama

siapa?”.

Bi Ijah :”Hmhm dia mah suka banget sama nonton film kartun. Tapi kasian dia

tidak punya temen, main yaa sendiri saja. Ya saya mah nggak sempet

Dek temenin dia main, soalnya rumah sebesar ini pekerjaannya saya

kerjakan sendiri Mas”.

Doni :”Ini kenapa ya Bi, saya lihat-lihat rumah ini pintunya ketutup semua?”

Bi Ijah :”Oh, itu.. Itu saran si Bapak untuk menutup semua pintu agar Neng

Mega tidak bisa keluar dan mengurungnya dirumah dengan alasan

orang-orang tidak mengetahuinya karena si Bapak malu memiliki anak

yang cacat kaya Neng Mega”.

Doni :“Apa Pak Budi sering berada dirumah Bi?”.

Bi Ijah :”Yaah, si Bapak mah jarang ada dirumah. Seminggu paling 2x dia

pulang kerumah. Soalnya Bapak sering keluar kota untuk urusan

perusahaan gitu Mas. Si Bibi hanya berdua saja sama Neng Mega

dirumah yang sebesar ini”.

Doni :”Hmhm kalo gitu saya pamit pulang dulu ya Bi. Terimakasih banyak

udah mau berbagi cerita mengenai Mega. Besok saya akan kesini

lagi. Mudah-mudahan Meganya bisa diajak berkomunikasi dan mau

menemui saya”.

Bi Ijah :”Iya sama-sama Dek”.

Doni : (sambil berjalan keluar rumah). “Permisi ya Bi”.

Bi Ijah : “Iya silahkan. Hati-hati dijalan Dek”.

Pekerja sosialpun meninggalkan rumah Pak Budi, dan bermaksud besok akan datang

kembali untuk menemui Mega. Setelah hari ini melakukan assessment terhadap Mega,

pekerja sosialpun mulai menyusun rencana-rencana untuk esok hari.

Keesokan harinya pekerja sosial datang kembali kerumah Pak Budi. Kebetulan didepan

rumah Pak Budi terlihat beberapa anak-anak seumuran Mega sedang asyik bermain

lompat tali. Pekerja sosialpun mendekati anak-anak tersebut.

Helent :”Hompipa alaihim gambreng!!.. Yeee Nisa jaga Nisa jaga”.

Doni :“Hallo adik-adik, lagi pada ngapain nih? Kakak ikutan yaa?”.

Helent :”Kami lagi main lompat tali, iya boleh kak! Tapiiiiii,kakak siapa yaa?”.

Doni :”Nama kakak Kak Doni, hayoo ini namanya siapa? Ini siapa? Kalo

yang ini siapa? (sambil menunjuk satu-satu anak-anak tersebut)

“Aku Helent, Aku Nisa, Aku Lia, Aku Tari”.

Doni :“Kalian semua lucu sekali, hehe...kakak mau tanya ayoo disini siapa

yang kenal dengan Mega?

Helent :”Mega yang gila itukan kak? Yang rumahnya itu? (sambil menunjuk

rumah mega)”.

Doni :”Eeeh tidak boleh gitu, Mega itu tidaka gila cuma dia dikasih

kelebihan sama Tuhan jadi dia sedikit berbeda dari kita, kalian harus

berteman sama Mega dia kan sama-sama ciptaan Tuhan kaya kita,

jadi kalian harus berteman sama Mega kalau tidak dosa loh”.

Helent :”Oh gitu yak Kak”.

Doni :”Iya Dek, sekarang siapa yang mau ikut kakak bermain ke rumah

Mega? Agar kita bisa main lompat talinya sama-sama?”

Helent : “Aku ikut Kak”. “Nisa juga”. “Tari juga”. “Lia juga ikutan kak”.

Doni :”Waah asyik semuanya mau ikut, tapi kita ijin dulu yuk ke orang tua

adik-adik kalau kita mau main di rumah Mega”.

Setelah mendapat ijin dari orang tua, dan menyampaikan maksudnya untuk membawa

anak-anak tersebut bermain di rumah mega mereka berjalan bersama-sama menuju

rumah Mega. Sesampainya di depan rumah, terlihat Bi Ijah yang sedang memotong

rumput halaman depan, pekerja sosial memberitahu kepada Bi Ijah, bahwa ia membawa

teman-teman Mega untuk bermain bersama-sama dengannya. Kemudian, Bi Ijah

mempersilahkan masuk, mereka disambut baik oleh Bi Ijah.

Pekerja sosial langsung membuat permainan yang dibantu oleh Helent, Lia, Nisa dan

Tari. Anak-anak tampak antusias mengikuti perintah dari Kak Doni. Permainan dimulai,

mereka terlihat senang dan gembira. Nampaknya, permainan tersebut terdengar hingga

kedalam rumah, hal itu membuat Mega penasaran hingga ia mengintip situasi diluar dari

balik jendela ruang tamu. Bi Ijah dan pekerja sosial nampaknya mengetahui hal tersebut,

lantas pekerja sosial berinisiatif mengajak Mega untuk keluar rumah bermain bersama

teman-temannya.

Doni :(Berjalan menuju Mega). “Eehh Mega, hayuu ikutan main sama

teman-temannya. Tuh lihat mereka lagi main lompat tali. Ayo kita main

sama-sama”.

Mega :(Menggeleng-gelengkan kepalanya, sambil memegang boneka).

Doni :“Ayo sini tidak usah malu-malu, ini ada Helent dan teman-teman yang

lain juga”.

Pekerja sosial meminta Helent dan teman-temannya memanggil Mega.

Helent : “Iya Mega ayo sini, kita main sama-sama”.

Mega :(Mengganggukan kepalanya, dan berjalan mendekati teman-

temanya).

Akhirnya, Mega mau keluar rumah dan ikut bermain bersama teman-temannya. Walau

belum banyak komunikasi yang dilakukan oleh Mega terhadap teman-temannya

setidaknya sekarang Mega sudah mau untuk keluar rumah menemui teman-temanya dan

teman-teman bermainnya pun sudah bisa menerima Mega.

Di hari selanjutnya, pekerja sosial menghubungi Pak Budi untuk memberitahu

perkembangan yang telah dicapai oleh anaknya. Sebelumnya pekerja sosial ingin

menemui Pak Budi dirumahnya. Akan tetapi, karena kesibukan yang dialami oleh Pak

Budi dan beliau memutuskan pertemuan dilakukan di kantornya. Siang itu pekerja sosial

langsung datang ke ruangan Pak Budi.

Doni :”Permisi..Selamat Siang Pak”.

Pak Budi :”Siang, iya silahkan masuk Dek”.

Doni :”Gini pak, kehadiran saya disini mau memberitahu perkembangan

Mega. Kemarin saya melakukan pendekatan-pendekatan bersama

teman-temannya Mega dirumah, alhamdulillah Mega sekarang sudah

mau untuk bermain bersama teman-temannya”.

Pak Budi :”Apa benar Dek? Saya sangat senang sekali mendengar kabar ini”.

Doni :”Iya benar Pak, kedatangan saya kesini juga ingin meminta

kerjasamanya dari Bapak, sebagaimana Bapak merupakan orang

memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan Mega”.

Pak Budi :”Iya, Bapak sadar selama ini Bapak memang jarang sekali

memberikan perhatian kepada Mega, seakan semua terlupakan

begitu saja karena kesibukan Bapak dikantor”.

Doni :”Tidak perlu disesali pak. Hanya saja disini saya sangat

mengharapkan perhatian dan komunikasi yang baik dari Bapak untuk

Mega. Oh iya Pak, disini saya juga membawa panduan terapi untuk

Mega. Silahkan bapak bisa pilih jenis terapi seperti apa yang

sekiranya pas untuk Mega”.

Pak Budi :”Oh iya iya, nanti saya pertimbangkan. Sebelumnya saya ucapkan

terimakasih banya ya Dek, sudah berkenan membantu saya dan

keluarga”.

Doni :”Iya sama-sama pak, nanti saya mohon ijin mengunjungi Mega untuk

melihat perkembangannya”.

Pak Budi :“Silahkan saja Dek, pintu rumah selalu terbuka untuk Adek”.

Doni :”Wah terima kasih Pak, kalau begitu saya mohon pamit ya Pak.

Mohon maaf telah menggangu waktunya Bapak”

Pak Budi :“Iya tidak apa-apa Dek”.

Hampir 12 bulan Mega melakukan terapi yang disarankan oleh pekerja sosial. Sang ayah

selalu sabar dan setia mendampingi Mega setiap kali Mega melakukan terapi. Akhirnya,

kesabaran ini berbuah manis, kehidupan keluarga Pak Budi sekarang berubah. Mega

sekarang sudah bisa diajak berkomunikasi dengan orang-orang disekelilingnya. Tak

hanya itu, Bi Ijah juga ikut memberikan perhatian lebih kepada Mega atas saran dari

pekerja sosial. Hubungan yang harmonis juga terjalin oleh ayah dan dan anak. Sekarang

Mega tumbuh seperti anak-anak pada umumnya meski dengan keterbatasan yang ia

miliki.