SKENARIO 3
-
Upload
nila-khurinin -
Category
Documents
-
view
105 -
download
2
description
Transcript of SKENARIO 3
SKENARIO 3
Restorasi Plastis Komposit
Seorang mahasiswa FKG bernama Rizal (22 tahun) dating ke tempat praktek drg.
Mega mengeluhkan gigi depan atas berlubang. Pasien mengeluhkan malu saat
tersenyum, dan ngilu bila minum minuman dingin. Pasien belum pernah dirawat
oleh dokter gigi, dan belum ada keluhan spontan. Pasien menginginkan untuk
dilakukan penambalan sewarna gigi. Pada pemeriksaan klinis, gigi 21 terdapat
karies media kelas IV Black. Tes vitalitas dengan Electric Pulp Test (EPT)
menunjukkan gigi masih vital, tes perkusi tidal ada keluhan. Diagnosa klinis gigi
21 adalah pulpitis reversible. Oleh drg. Mega disarankan dilakukan penumpatan
dengan tumpatan plastis resin komposit nanofiller, oleh karena sifat dari bahan
tersebut yang cukup kuat, sewarna gigi dan estetis.
STEP 1
IDENTIFIKASI KATA SULIT
1. Electric Pulp Test (EPT)
Suatu alat yang digunakan untuk memeriksa vitalitas gigi dengan
memberikan arus listrik untuk menstimulasi serabut-serabut syaraf gigi. Pada
saat dilakukan test kevitalan menggunakan EPT, gigi yang diperiksa harus
dalam keadaan kering dan tidak ada restorasi logam.
2. Resin komposit nanofiller
Suatu bahan restorasi yang aktivasinya menggunakan visible light yang
dirancang untuk keperluan merestorasi gigi anterior maupun posterior.
Memiliki sifat kekuatan dan ketahanan hasil poles yang sangat baik.
Dikembangkan dengan konsep nanotechnology, yang biasanya digunakan
untuk membentuk suatu produk yang dimensi komponen kritisnya adalah
sekitar 0.1 hingga 100 nanomer.
1
3. Karies media kelas IV Black
Karies media merupakan karies yang sudah mengenai email dan dentin namun
kedalamannya tidak lebih dari setengah dentin. Sedangkan karies kelas IV
adalah karies yang mengenai proksimal dari gigi anterior yang sudah
melibatkan sudut insisal.
4. Restorasi plastis
Teknik preparasi dan restorasi dengan bahan tumpatan komposit yang
dikerjakan 1 kali kunjungan tidak memakai fasilitas laboratorium. Bahan
dapat dibentuk dengan sifat plastis dan menjadi setting di dalam kavitasnya.
Restorasi plastis digunakan apabila sisa jaringan keras gigi masih cukup untuk
mendukung tumpatan.
5. Pulpitis reversible
Keradangan pada pulpa ringan sampai sedang, dimana jika penyebabnya
dihilangkan, inflamasi akan menghilang dan pulpa akan kembali normal.
STEP 2
RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja klasifikasi dari karies Black?
2. Apa diagnosa dari kasus pada skenario?
3. Bagaimana rencana perawatan dengan tumpatan plastis?
4. Apa saja indikasi dan kontraindikasi penggunaan resin komposit?
5. Bagaimana prosedur penumpatan karies kelas IV menggunakan resin
komposit nanofiller?
STEP 3
ANALISIS MASALAH
1. Menurut G.V. Black klasifikasi karies gigi dapat dibagi atas 5, yaitu:
a) Kelas I adalah karies yang mengenai permukaan oklusal gigi posterior.
2
b) Kelas II adalah karies gigi yang sudah mengenai permukaan oklusal dan
bagian aproksimal gigi posterior.
c) Kelas III adalah karies yang mengenai bagian aproksimal gigi anterior.
d) Kelas IV adalah karies yang sudah mengenai bagian aproksimal dan
meluas ke bagian insisal gigi anterior.
e) Kelas V adalah karies yang mengenai bagian servikal gigi anterior dan
posterior.
2. Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan klinis dimana gigi tersebut masih vital,
karies yang diperkirakan sudah mencapai dentin disertai rasa sakit yang
dikeluhkan pasien bukan merupakan rasa sakit yang kontinyu dan tidak ada nyeri
spontan, maka dapat didiagnosa keluhan dari pasien tersebut adalah pulpitis
reversible.
3. Tumpatan plastis
1. setelah bahan dimanipulasi langsung diaplikasikan pada kavitas
- ada 2 jenis : komposit dan GI, restorasi amalgam
Komposit sebagai bahan pengisi dibedakan berdasarkan ukurannya ada 5 macam,
yaitu: konvensional pasi kecil, pasi mikro, hybrid, dan nano filler. Partikel besar
sudah jarang yang digunakan. Sedangkan GI ada 9 klasifikasi berdasarkan
fungsinya. Untuk restorasi menggunakan GI klas 2. Komposit memiliki sifat
estetis namun kurang adhesive sedangkan GI memiliki estetis yang tidak sebagus
komposit, namun lebi adhesive. Sehingga dikembangkan restorasi
sandwich/kompomer. Kelebihan bahan GI dapat mengeluarkan fluoride.
4. Indikasi penggunaan resin komposit:
a) Karies kelas 4 black
b) Lesi interproksimal pada gigi anterior
c) Lesi fasial pada premolar
d) Daerah yang direstorasi tidak punya kontak oklusal yang berat
e) Pasien alergi pada logam
f) Penggunaan untuk pit dan fissure sealant
3
g) Pada gig anterior tergantung pada bahan pengisi
h) Ukuran kavitas kecil dan sedang
Kontraindikasi penggunaan resin komposit:
a) OH buruk
b) Pasien bruxism
c) Daerah yang tidak bias diisolasi
d) Jaringan yang tersisa tidak mendukung restorasi
e) Alergi komposit
f) Kavitas dekat gingival
5. Prosedur penumpatan dengan resin komposit nanofiller:
a) Isolasi daerah kerja
b) Pembersihan dari debris dan karies
c) Preparasi kavitas
d) Pemberian liner/basis
e) Etsa asam
f) Irigasi aquadest steril
g) Aplikasi bahan bonding
h) Ditumpat dengan resin komposit nano filler aplikasi selapis demi
selapis
i) Cek oklusi
j) Polishing
4
STEP 4
MAPPING
5
Karies
Restorasi
Plastis (Kavitas Kecil)
Komposit
Indikasi Kontra Indikasi Prosedur
Polimerisasi
Si st em
Bondi n
g
self etching
total etching
Besar
Par tikel
M atr i x
kom pos
i t
GI Amalgam
Rigid (Kavitas Besar,
STEP 5
LEARNING OBJECTIVE
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan:
1. Indikasi dan kontraindikasi penggunaan resin komposit
2. Klasifikasi resin komposit
3. Prosedur (polimerisasi, sistem bonding, matriks, serta tahapan
penumpatan) dari resin komposit
STEP 7
PEMBAHASAN
1. Indikasi dan Kontraindikasi Komposit
Indikasi
a) Restorasi kavitas kecil dan sedang, contohnya karies pada gigi P atau
M1 kelas 1 Black
b) Daerah operasi dapat diisolasi saat dilakukan prosedur kerja, karena
jika tidak dapat diisolasi maka terjadi kontaminasi pada prosedur
penumpatan komposit dan menimbulkan mikro porositi
c) Daerah yang akan direstorasi tidak memiliki kontak oklusal yang berat,
karena kekuatan komposit yang tidak terlalu besar
d) Dapat memperkuat sisa struktur gigi
e) Untuk gigi anterior, sebagai contoh terdapat fraktur pada insisal gigi,
restorasi tidak akan mengganggu estetik karena memiliki warna yang
sama dengan gigi
f) Sebagai pit dan fissure sealant
g) Pasien yang alergi terhadap logam
Kontraindikasi
a) Oral hygiene pasien buruk
b) Insidensi karies tinggi, karena pada restorasi komposit sering
ditemukan mikro leakage sehingga dapat menjadi tempat bagi bakteri
plak, dan juga komposit tidak dapat melepaskan fluor
c) Daerah operasi yang tidak dapat diisolasi
6
d) Daerah yang akan direstorasi tidak memiliki kontak oklusal yang berat
e) Lesi proksimal yang sulit untuk dilakukan penumpatan
f) Pasien alergi terhadap komposit
g) Jaringan gigi yang tersisa tidak mendukung restorasi
h) Pasien dengan kebiasaan buruk seperti bruxism
2. Klasifikasi resin komposit
Klasifikasi kompisit berdasarkan ukuran partikel
a) Komposit konvensional
Komposit ini disebut juga komposit tradisional atau pasi makro. Istilah ini
karena partikelnya berukuran besar. Pasi yang sering digunakan adalah bubuk
quartz. Partikelnya berukuran 8-12µm dan umumnya muatan pasinya adalah
70-80% beratnya.
Rasio resin terhadap pasi yang tinggi membuat koefisien pemuaian panas
berkurang. Kejelekan klinis yang utama dari resin komposit konvensional
adalah terjadinya permukaan yang kasar disebabkan oleh abrasi pada waktu
penggunaan dimana matriks resin yang lunak terlepas dari partikel keras yang
lebih resisten.
Fraktur dari komposit konvensional tidak sering terjadi, meskipun bahan
ini digunakan untuk tambalan yang menahan tekanan kunyah seperti kelas IV
dan II. Meskipun demikian resistensinya yang rndah terhadap keausan oklusal
merupakan masalah klinis. Komposit konvensional dianggap lebih rendah
daripada komposit jenis yang lain.
b) Partikel kecil
Ukuran partikelnya antara 1-5 µm dengan distribusi yang luas. Distribusi
ukuranpartikel yang luas memberikan muatan pasi yang tinggi dan komposit
berpartikel kecil umumnya mengandung lebih banyak pasi organic (80% berat
dan 70% volume) disbanding komposit konvensional
Dengan bertambahnya kandungan pasi pasi akan terjadi perbaikan pada
hampir semua sifat sifatnya. Permukaan resin menjadi lebih halus karena
penggunaanpasi yang kecil termampatkan disbanding komposit
konvensional.juga resistensinyaterhadap pengunyahan membaik. Pengerutan
pada saat polimerisasi sama atau lebih kecil daripada konvensional.
7
Karena perbaikan kekuatan komposit ii serta kandungan pasinya lebih tinggi,
bahan ini diindikasikan untuk tumpatan pada daerah yang terkena tekanan
besar dan abrasi seperti kelas II dan IV.
c) Pasi mikro
Untuk mengatasi masalah kekasaran permukaan yang terdapat pada resin
komposit konvensional, maka dikembangkan bahan yang menggunakan
pertikel silika koloidal sebagai bahan pengisi anorganiknya. Ukuran
partikelnya 0,02-0,04µm yang berarti 200-300 kali lebih kecil dari rata rata
pertikel quartz komposit konveional. Konsep komposisi pasi mikro adalah
salah satu resin yang diperkuat dengan pasi untuk mendapatkan permukaan
yang halus.
Komposit pasi mikro mempunyai sifat fisik dan mekanis yang lebih
lebih rendah daripada komposit konvensional. Hal ini dikarenakan hampir
50% volume dari bahan tambahan ini terdiri atas resin. Kandungan resin yang
lebih besar disbanding pasi berakibat meingkatnya penarikan air, koefisien
panas, serta menurunnya modulus elastisitasnya.
Untuk sebagian besar tumpatan, menurunnya sifat fisik
tidakmenimbulkan masalah. Tetapi pada daerah yang menahan tekanan
kunyah, seperti tumpatan kelas IV dan II, kecenderungan untuk terjadinya
fraktur adalah besar. Kadang kadang pinggiran tumpatan tampak gupmpil
karena terlepasnya ikatan dari pasi komposit prapolimerisasi. Walaupun
demikian resin pasi mikro digunakan karena kehalusan permukaan tumpatan
merupakan pilihan utama untuk penumpatan estesis pada gigi gigi anterior.
Terutama untuktumpatan dengan beban kunyah kecil.
d) Hybrid
Bahan bahan ini dikembangkan untuk mendapatkan permukaan yang
lebihhalus dibandingkan komposit pasrtikel kecil tetapi dengan tetap
mempertahankan sifat sifat komposit yang lain. Komposit jenis ini
mempunyai permukaan yang lebih halus dan estetis yang kompetitif
disbanding jenis lain untuk anterior.
Komposit ini terdiri atas 2 macam partikel pasi. Pasinya mengandung
silika koloidal dan pertikel halus dari kaca yang mengandung logam berat,
8
total pasinya 75-80% berat total.kaca mempunyai ukuran 0,6- 1µm. silika
koloidal jumlahnya 10-20% berat dari seluruh kandungan pasinya.
Karena permukaan yang halus dan kekuatan baik, komposit ini banyak
digunakanuntuk tambalan gigi depan termasuk kelas IV. Walaupun sifat
mekanis umumnya lebih rendah daripada komposit pertikel kecil ,hybrid juga
sering digunakan untuk tumpatan gigi belakang.
Berdasarkan ukuran partikel, bahan pengisi anorganik resin
komposit juga dibagi menjadi:
a) Megafiller : ukuran partikel lebih besar dari 100 µm.
b) Macrofiller : ukuran partikel 10-100 µm
c) Midifiller : ukuran partikel 1-10 µm
d) Minifiller : ukuran partikel 0,1-1 µm
e) Microfiller : ukuran partikel 0,01-0,1 µm
f) Nanofiller : ukuran partikel ,005-0,01 µm
Nanofiller merupakan bahan restorasi universal yang diaktifasi oleh visible-
light yang dirancang untuk keperluan merestorasi gigi anterior maupun
posterior. Memiliki sifat kekuatan dan ketahanan hasil poles yang sangat baik.
Dikembangkan dengan konsep nanotechnology, yang biasanya digunakan
untuk membentuk suatu produk yang dimensi komponen kritisnya adalah
sekitar 0.1 hingga 100 nanomer. Secara teori, nanotechnology digunakan
untuk membuat suatu produk baru yang lebih ringan, lebih kuat, lebih murah,
dan lebih tepat Salah satu tujuan utama dari teknologi ini adalah menciptakan
nilai
tambah suatu produk. Karena bersifat universal, komposit bisa digunakan
untuk gigi anterior maupun posterior. Indikasi komposit ini cukup luas,
meliputi
restorasi direk gigi anterior maupun posterior,
Klasifikasi Komposit Berdasarkan Viskositas Bahan
a) Komposit Packable :
Digunakan dalam bentuk pasta dengan viskositas yang sangat tinggi.
Direkomendasikan digunakan pada kelas I dan II, serta kelas VI MOD.
9
Menggunakan aktivasi cahaya. Beberapa jenis komposit packable dapat
dipaket dalam bentuk kapsul. Interaksi dari partikel pengisi dan modifikasi
resin menyebabkan bahan restorasi komposit dapat bersifat packable.
Resin komposit packable memiliki ukuran partikel filler yang berkisar
antara 0,7-2 µm dan persentase komposisi atau muatan filler nya berkisar
antara 48-65 % volume. Komposisi filler yang tinggi dapat menyebabkan
kekentalan atau viskositas bahan menjadi meningkat sehingga sulit untuk
mengisi celah kavitas yang kecil.
b) Komposit Flowable :
Dengan menggunakan aktivasi cahaya, komposit dengan viskositas
rendah, direkomendasikan untuk lesi karies sevical (Kelas V, restorasi pada
gigi sulung. Memiliki Modulus Elastisitas yang rendah, sehingga digunakan
pada area servical.
Resin komposit ini memiliki ukuran partikel filler yang berkisar antara
0,04-1 µm dan persentase komposisi atau muatan filler nya berkurang hingga
44-54 %. Komposisi filler inorganik yang rendah dan komposisi resin yang
lebih banyak menyebabkan resin komposit tipe ini memiliki daya alir yang
sangat tinggi dan viskositas atau kekentalannya cukup rendah, sehingga dapat
dengan mudah untuk mengisi atau menutupi celah kavitas yang kecil.
Klasifikasi Resin Komposit Berdasarkan Aktivasi Polimerisasi
a) Visible-light-activated systems
Visible-light-activated systems mengandung dua komponen initiator
sistem, terdiri dari di-ketone dan tertiary amine. Di-ketone yang fotosensitif,
biasanya 0,2-0,7% champhorquinone, menyerap energi radiasi dengan panjang
gelombang 450-475 nm yang dipancarkan dari quartz halogen, laser, plasma
arc dan yang paling baru light emitting diodes . Energi minimum yang
dibutuhkan untuk curing yang adekuat adalah 300 mW/cm2. Dengan intensitas
cahaya 100 mW/cm2 kedalaman curing dan perubahan dari monomer resin
jauh lebih baik menggunakan light emitting diodes daripada dengan
menggunakan halogen dan photon yang dipancarkan oleh light emitting
diodes lebih bisa diserap oleh champhorquinone.
10
Resin komposit sinar memiliki berbagai macam keuntungan seperti sifat
yang baik dalam hal pemakaian, memiliki resistensi yang baik terhadap
keadaan kelas IV, mempunyai daya absorpsi air yang rendah, melekat dengan
mudah pada permukaan gigi, warna yang mudah disesuaikan karena
translusensi cahaya yang rendah, dan mudah dimanipulasi. Proses pengerasan
resin komposit memerlukan alat visible light cure atau sinar tampak.
Keuntungan dari visible light cure adalah proses pengerasan yang cepat,
dalam, dan dapat diandalkan. Dalam waktu 40 detik setiap periode dengan
ketebalan bahan minimal 2,5–3 mm dan maksimal 4,5 mm, dapat dipastikan
bahan akan mengeras, meskipun melalui lapisan enamel bagian labial atau
lingual, stabilitas warna yang dihasilkan sangat sesuai. Bahan tumpatan sinar
menunjukkan warna yang lebih stabil dibandingkan system self-cured atau
pengerasan secara kimiawi, dan proses pengerasan atau polimerisasi yang
terkontrol.
Proses polimerisasi terjadi dalam tiga tahapan yaitu inisiasi dimana
molekul besar terurai karena proses panas menjadi radikal bebas. Proses
pembebasan tersebut menggunakan sinar tampak yang dimulai dengan
panjang gelombang 460–485 nm. Tahap kedua adalah propagasi, pada tahap
ini monomer yang diaktifkan akan saling berikatan sehingga tercapai polimer
dengan jumlah monomer tertentu. Tahap terakhir adalah terminasi dimana
rantai membentuk molekul yang stabil.
b) Chemically activated systems
Resin komposit yang secara umum dalam bentuk pasta base dan catalyst
ataupun dalam bentuk powder-liquid. Salah satu bagian dari base dan catalyst
maupun powder-liquid akan mengandung sebuah initiator, benzoyl peroxide,
dan bagian lainnya tertiary aromatic amine accelerator yang ketika
dicampurkan kedua bagian ini akan memicu polimerisasi dari resin komposit.
c) Sistem lain (Dual-activated)
Dual-activated komposit memiliki dua sistem pemicu polimerisasi yaitu
light-activated dan chemically activated. Light-activation digunakan untuk
memicu polimerisasi dan chemical-activation diandalkan untuk melanjutkan
dan melengkapi reaksi setting dari resin komposit.
11
3. a) Polimerisasi resin komposit
Polimerisasi dapat mempengaruhi teknik insersi, arah pengerutan
polimerisasi, prosedur finishing, kestabilan warna dan jumlah porositas internal
dalam material. Ada dua tipe polimerasi, self cured dan light cured yang
menggunakan cahaya tampak. Self cured membutuhkan 2 komponen, katalis dan
base yang bereaksi sehingga membuat material berpolimerisasi. Dikarenakan
komponen ini bercampur, semakin besar kemungkinan untuk masuknya udara
sehingga semakin besar porositas internal. Selain itu waktu untuk insersi juga
terbatas oleh kecepatan reaksi kimia yang berakibat dari kebutuhan untuk
menambah waktu finishing karena konturing terbatas sebelum setting terjadi.
Warna juga kurang stabil karena penguraian dari polimerisasi yang diinisiasi dari
polimerisasi kimia tertiary amines. Arah shringkage secara general berpusat
(ditengah-tengah massa). Secara teori ini dapat menjaga adaptasi marginal untuk
mencegah mikroleakage.
Light cured memerlukan cahaya. Penggunaan cahaya mungkin
mengakibatkan kerusakan retina meskipun pencegahan sudah dilakukan untuk
mencegah paparan secara langsung. Tetapi light cured penyediakan penambahan
waktu kerja selama insersi dan membutuhkan finishing time lebih sedikit.
Kestabilan warna lebih baik dan internal porositas lebih kecil. Shringkage
sebagian dapat diatasi dengan teknik insersi tambahan. Tapi penempatan lampu
pada daerah yang diinginkan terkadang sulit. Namun dari semuanya komposit
yang paling banyak digunakan ialah tipe light cured.
b) Sistem bonding
Sistem bonding merupakan metode pengaplikasian suatu bahan pada kavitas
gigi untuk membantu perlekatan antara bahan restorasi komposit dengan enamel
dan dentin. Bahan-bahan yang digunakan dalam sistem ini adalah asam fosfor 30-
40% sebagai etsa, bahan primer serta bonding. Asam fosfor berfungsi untuk
menghilangkan smear layer yang menutupi dentin. Bahan asam tersebut juga
sedikit mendemineralisasikan dentin sehingga terbentik resin tag yang nantinya
akan diisi oleh komposit. Primer merupakan monomer yang bersifat hidrofilik
12
berfungsi untuk menyatukan bahan komposit yang bersifat hidrofobik dengan
struktur dentin yang hidrofilik. Salah satu bahan primer adalah HEMA (hidroksi
methyil methacrylate). Bahan yang digunakan sebgai bonding adalah matriks BIS-
GMA tanpa pengisi yang diaktivasi mengunakan sinar. Bahan tersebut merupakan
metriks resin encer sehingga midah mengisi resin tag sehingga membantu
restorasi komposit untuk berikatan dengan dentin.
Berdasarkan tahap aplikasinya, sistem bonding diklasifikasikan menjadi dua:
1. Total etching
Merupakan sistem bonding yang didahului dengan aplikasi bahan etsa untuk
menghilangkan smear layer. Sistem bonding ini dibagi menjadi sub kategori:
Three step total etch
Merupakan tiga tahap sistem bonding dengan aplikasi bahan etsa, primer
dan bonding secara berurutan. Setalah aplikasi bahan etsa, kavitas perlu
dibilas dengan air untuk menghilangkan sisa asam.
Two step total etch
Pada sistem ini menggunakan bahan primer yang telah dilarutkan dengan
bahan bonding, sehingga hanya perlu mlakukan dua tahap aplikasi bahan
bonding.
2. Self etching
Pada sistem ini tidak perlu melakukan etsa dan pembilasan kavitas karena bahan
yang digunakan dapat membuat smear layer permeabel. Sistem bonding ini dibagi
menjadi dua sub kategori:
Two step total etch
Sistem bonding ini menggunakan dua aplikasi bahan pada kavitas, bahan
yang pertama adalah campuran asam dengan primer kemudian di lanjutkan
dengan aplikasi bahan bonding.
Single step self etch
Merupakan sistem bonding dengan menggunakan satu bahan aplikasi yang
terdiri dari campuran bahan etsa, primer dan bonding dalam satu tube.
13
Penggunaan self etching baik untuk kavitas dentin yang dalam, karena
bahan yang digunakan mendemineralisasikan dentin secara bertahap sehingga
mengurangi sensitivitas gigi pasca perawatan. Namun penetrasi pada enamel kecil
sehingga mengrangi retensi dan menambah kemungkinan terjadnya kebocoran
tepi. Untuk kavitas yang pada enamel atau kavitas dengan keterlibatan dentin
yang minimal, total etsa lebih baik digunakan karena dapat membentuk resin tag
pada enamel dengan sempurna sehingga meningkatkan perlekatan restorasi
komposit.
c) Matriks resin komposit
Matriks resin adalah bahan resin plastis yang berguna untuk menyatukan
partikel bahan pengisi. Beberapa jenis matriks yang umum digunakan pada dental
komposit adalah Bis-GMA (bisfenol-a-glycidyl dimethacrylate), TEGDMA
(thiethylene glycol dimethacrylate) dan UDMA (urethane dimethacrylate).
Kegunaan metriks resin ini adalah untuk membentuk hubungan polimer cross-
linked yang kuat pada bahan komposit dan mengontrol konsistensi dari pasta
komposit. Matriks resin memiliki kandungan ikatan ganda karbon reaktif yang
dapat berpolimerisasi bila terdapat radikal bebas dan rantai ester yang bersifat
hidrofobik pada kedua ujungnya. Namun resin komposit dapat menyerap air dan
substansi kimia dari lingkungannya sehingga mengakibatkan berkurangnya
ketahanan resin komposit. Sifat penyerapan air pada matriks resin komposit
dipengaruhi oleh struktur matriks resin komposit itu sendiri. Air dapat
berpenetrasi ke dalam polimer melalui ruangan antar molekul. Banyaknya air
yang dapat diserap bergantung dari kepadatan ikatan silang (cross link) matriks itu
sendiri, semakin padat ikatan silang maka akan semakin sedikit ruang kosong
yang dapat dimasuki oleh air sehingga semakin kecil pula volum air yang dapat
terserap. Hal ini berkaitan pula dengan peregangan matriks karena semakin sedikit
volume air yang dapat terserap maka akan semakin kecil pula peregangan matriks
yang akan terjadi.
14
Gambar rantai Bis-GMA
Gambar rantai TEGDMA
Gambar rantai UDMA
d) Tahapan Restorasi Resin Komposit
1. Tahapan Isolasi
Isolasi daerah kerja merupakan suatu keharusan. Gigi yang dibasahi
saliva dan lidah akan menggangu penglihatan. Gingiva yang berdarah adalah
masalah yang harus diatasi sebelum melakukan preparasi. Beberapa metode
tepat digunakan untuk mengisolasi daerah kerja yaitu saliva ejector, gulungan
kapas atau cotton roll, dan isolator karet atau rubber dam
a. Saliva Ejector
Alat ini mempuyani diameter 4 mm. Digunakan untuk menghisap saliva
yang tertumpuk di dalam mulut.Penggunaan saliva ejector adalah ujungnya
dari diletakkan didasar mulut.Pada posisi ini terkadang membuat pasien
tidak nyaman karena diletakkan terus menerus didasar mulut, di bawah
tekanan negatif yang konstan dapat menarik jaringan lunak dan
menimbulkan lesi jaringan lunak.
15
Gambar1. Saliva ejector
Gambar2. Penggunaan Saliva ejector
b. Gulungan Kapas atau Cotton Roll
Cotton roll yang digunakan di kedokteran gigi memiliki beberpa ukuran
panjang dan besar. Namun yang sering digunakan adalah cotton roll nomor
2 dengan panjang 112
inchi dan diameter 38
inchi. Cotton roll dapat
menyerap saliva cukup efektif sehingga menghasilkan isolasi jangka pendek
pada rongga mulut. Biasanya cotton roll harus sering diganti karena akan
sering terbashi oleh saliva. Penggunaan cotton roll bersama saliva ejector
efektif dalam meminimalkan aliran saliva.
c. Isolator karet atau Rubber Dam
Dari semua metode isolasi daerah kerja tidak ada yang seefektif dari
rubber dam.Lembaran karet ini dengan gigi-gigi yang menonjol melalui
lubang pada lembaran itu memnerikan isolasi yang positif dan jangka
16
panjang pada gigi yang perlu dirawat.Penggunaan dari rubber dam
merupakan keharusan untuk prosedur operatif.Rubber dam terdiridari 2
bagian yaitu isolator karet dan klem.
Gambar3.Rubber Dam
2. Pembersihan Gigi
Gigi dibersihkan denganrubber cups dan pumice yang dicampur dengan air.
Bila ada karang gigi dibersihkan terlebih dahulu.
3. Tahap preparasi
Preparasi kelas I
Untuk preparasi kelas I yang besar dengan komposit, masukkan inverted
cone diamondlewat distal area pit pada permukaan oklusal, posisikan sejajar
dengan sumbu akar dan mahkota. Saat diantisipasi bahwa seluruh panjang
mesiodistal dari sentral groove yang akan dipreparasi, lebih mudah memasukkan
bagian distal terlebih dulu dan kemudian melintasi mesial. Teknik ini
memungkinkan penglihatan yang lebih baik untuk operator selama melakukan
preparasi. Siapkan pulpal floor untuk kedalaman inisiasi awal 1,5 mm, yang
diukur dari sentralgroove (Gb. 5) . Setelah daerah groove sentral dibuang, facial
atau lingual diukur kedalaman, ini akan lebih besar, biasanya sekitar 1,75 mm,
tetapi
ini tergantung pada kecuraman dari kecondongan cuspal (Gb. 6). Biasanya
kedalaman awal ini adalah kira-kira 0,2 mm dalam (internal) di Dej. diamond
17
Isolator Klem
dipindahkan ke mesial (Gb. 7) untuk menyertakan sisa lain, mengikuti groove
sentral, sebaik turun naiknya DEJ (Gb. 8).
Perluasan permukaan bukal dan lingual dan lebar mengikuti karies,
material restorasi lama, atau kesalahan. Mempertahankan kekuatan cuspal dan
marginal ridge sebanyak mungkin. Meskipun ikatan akhir restorasi komposit akan
membantu memulihkan beberapa kekuatan melemah, permukaan yang tidak
dipreparasi, lingual mesial, atau distal struktur gigi, bentuk outline harus sebagai
konservatif mungkin di daerah ini. Perluasan pada cups harus seminimal mungkin.
Perluasan sampai marginal ridge harus menghasilkan kira-kira 1,6 mm ketebalan
gigi sisa struktur (diukur dari perluasan internal ke kontur proksimal) untuk
premolar dan kira-kira 2 mm untuk geraham (Gb. 9). Perluasan terbatas
tergantung oleh dukungan dentin pada marginal ridge email dan cups. Diamond
berjalan sepanjang groove dan menghasikan pulpal floor yang datar dan
mengikuti naik turunnya DEJ. Jika perluasan mengharuskan pengurangn cups, ini
sama kira-kira 1,5 mm kedalaman dipertahankan, biasanya menghasilkan pulpal
floor naik ke oklusal (Gb. 10).
Gambar 5. Diamond is moved mesially to include all faults
18
Gambar 6. Mesiodistal initial pulpal depth preparation follows DEJ. A,
Mesiodistal cross-section of premolar. B, Move cutting instrument mesially. C,
Follow contour of DEJ.
Gambar7-8. Mesiodistal extension. Preserve dentin
support of marginal ridge enamel. A, Molar.. Faciolingual extension.
Maintain initial 1.5-mmpulpal depth up cuspal inclines. B, Premolar.
19
Gambar 9. Groove extension. A, Cross-section through facial and
lingual groove area. B, Extension through cusp ridge at 1.5 mm
initial pulpal depth; facial wall depth is 0.2 mm inside the DEJ. C,
Facial view.
Gambar 10. Beveling a facial groove extension. Coarse diamond creates a 0.5-
mm bevel width at a 45-degree angle. A, Facial view. B, Occlusal view.
Preparasi Kelas II
Preparasi permukaan oklusal menggunakan bur diamond inverted dengan outline form oklusal yang extensive. Bur diamond digerakkan dari central groove ke arah tonjol dengan kedalaman pulpa dipertahankan 1,5 mm. Kemudian dilakukan preparasi proximal box dengan pertimbangan luas lesi karies dan restorasi lama dalam perluasan preparasi proximal box ke arah fasial, lingial, dan gingival.
Ketika preparasi telah diperluas sampai marginal ridge, dimulai pemotongan parit proximal. Tahan bur diamond diatas dentoenamel junction sedalam 0,2mm. Bur diamond diperluas ke arah fasial, lingual, dan gingival untuk mencakup semua lesi karies atau bahan restorasi yang lama. Pemotongan ke arah fasiolingual dilakukan dengan gerakan perlahan mengikuti bentuk dentoenamel
20
junction dengan bentuk agak konveks disebelah luar. Dinding aksial sebaiknya 0,2 mm ke dalam dentoenamel junction dan sedikit konveks ke bagian luar.
Preparasi Kelas III
Gigi fraktur karena trauma dibuat bavel pada seluruh tepi enamel
selebar 2-3 mm dari tepi kavitas dengan diamond fissure bur dengan sudut
450Gigi dengan karies dibersihkan dengan diamond fissure bur atau
excavator, kemudin dibuat bevel seperti diatas.
Tahap pertama adalah memperoleh akses ke dentin yang terkena
karies.Untuk kasus kelas III akses diperoleh dari pembuangan ridge palatal
karena ridge ini tidak didukung oleh dentin yang sehat. Dinding labial sedapat
mungkin dipertahankan mengingat samapai saat ini tak satupun warna bahan
restorasi yang sama persis dengan warna gigi. Akses dari palatal memang
lebih menyusahkan operator namun akses dari labial jarang sekali dilakukan
karena akan menghasilkan estetika yang tidak begitu baik. Akses langsung
bisa dilakukan jika gigi tetangganya tidak ada.
21
Setelah akses tahap selanjutnya adalah pembuatan ragangan kavitas
atau outline form. Ragangan pada kasus ini hanaya dibuat berdasarkan
perluasan kariesnya yang mengenai email dan dentin. Semua email dan dentin
yang sebenarnya tidak terserang kaires tetapi kelihatannya sudah lemah harus
dihilangkan. Perluasan kavitas ini sebagai langkah dari pencegahan atau
extension for prevention.
Untuk kelas III pada tahap resisten yaitu pembuatan bevel tidak perlu
dilakukan karena menghindari jaringan yang terbuang dan menghindari
kontak dengan gigi tetan pada tetangga. Bentuk kavitas biasanya telah
menyediakan retensi yang cukup tanpa membuat alur retensi khusus. Bentuk
retensi pada setiap kasus berbeda tergantung pada besar kavitasnya apakah
kecil atau besar Retensi pada kelas III adalah undercut. Undercut dibuat di
dnding gingival aproksimal dan undercut pendek berupa pit di dinding
insisal. Pada restorasi plastis kommposit proses pengetsaan juga merupakan
suatu retensi mekanis. Setelah preparasi selesai dilakukan tahap selanjutnya
perlu dilakukan pengecekan tepi kavitas agar tidak ada email dan dentin
karies yang tersisa sehingga tidak menyebabkan karies sekunder. Selanjutnya
adalah pembersihan kavitas, semua debris dan sisa preparasi diirigasi dengan
aquadest steril dan kemudian dikeringkan.Terakhir kavitas perlu diperiksa
lagi dari berbagai aspek sebelum dilakukan penumpatan.
22
Preparasi Kelas IV
Adapun Desain Preparasi adalah semua karies dan enamel yang tidak
terdukung dipreparasi dari gigi dan dibuat bevel. Pembuatan bevel pada seluruh
tepi email selebar 2-3 mm dari tepi kapitas dengan diamond fissure bur dengan
sudaut 45 derajat.
23
Preparasi Kelas V
Untuk preparasi kavitas kelas V digunakan bur fiisure kecil untuk preparasi dan
diperluas sampai cavo surface line angel didukung dentin yang utuh. Dinding
preparasi bisa dibuat divergen ke arah oklusaluntuk mendapatkan
margincavosurface yang 90 derajat
Gambar 1. Sebuah kelas V rongga di tengah gigi seri atas kanan.
Gambar 2. Penyusunan rongga ini diprakarsai oleh scribing alur circumferentially
ke kedalaman lesi membusukkan gigi atau tulang menggunakan GW-1 tetapi
karbida.
24
Gambar 3. Lapisan dentin membusukkan gigi atau tulang yang memisahkan diri
dengan sapuan kuas seperti menggunakan GW-330 tetapi karbida.
Gambar 4. Sebuah RA-6 Smartbur digunakan pada 650 rpm untuk menghapus
sisa dentin yang terinfeksi unremineralizable dan menghindari eksposur pulpa
yang tidak perlu.
Gambar 5. Untuk mencapai transisi yang harmonis, halus, dan estetika di
antarmuka marjinal, sebuah cekukan miring dibuat menggunakan Diamond Bur
868-024 berbentuk kasar.
4. Pemberian Liner/ Basis
Basis adalah lapisan tipis yang diletakkan antara dentin dan atau pulpa
dengan restorasi. Perbedaan antara basis dan liner adalah ketebalan dan hal
yang mampu ditahannya. Jika basis dengan ketebalan yang lebih daripada
25
liner mampu menahan tekanan mekanik dari bahan restorasi selain juga
sebagai penahan termal, listrik dan kimiawi.
Pada restorasi resin komposit, perlu diplikasikan basis atau liner karena
sifat dari resin itu sendiri yang iritan terhadap pulpa sehingga perlu adanya
perlindungan sehingga bahan restorasi resin komposit ini tidak secara
langsung mengenai struktur gigi. Bahan basis atau liner yang biasanya
digunakan adalah kalsium hidroksida, terutama karies yang hampir mencapai
pulpa, karena sifatnya yang mampu merangsang pembentukan dentin
sekunder. Kalsium hidroksida (Ca(OH)2) sebagai liner berbentuk suspensi
dalam liquid organik seperti methyl ethyl ketone atau ether alcohol atau dapat
juga dalam larutan encer seperti methyl cellusose yang berfungsi sebagai
bahan pengental.
Liner ini diaplikasikan dalam konsistensi encer yang mengalir sehingga
mudah diaplikasikan ke permukaan dentin. Larutan tersebut menguap
meninggalkan sebuah lapisa tipis yang berfungsi memberikan proteksi pada
pulpa di bawahnya.Selain liner, perlindungan lain dapat berupa basis. Basis
yang dapat digunakan adalah basis dari kalsium hidroksida, semen ionomer
kaca, dan seng fosfat. Sebagai basis, kalsium hidroksida berbentuk pasta yang
terdiri dari basis dan katalis. Basisnya terdiri dari calcium tungstate, tribasic
calcium phosphate, dan zinc oxide dalam glycol salycilate. Katalisnya terdiri
dari calcium hydroxide, zinc oxide, dan zinc stearate dalam ethylene toluene
sulfonamide. Basis kalsium hidroksida yang diaktivasi dengan sinar biasanya
mengandung calcium hydroxide dan barium sulfate yang terdispersi dalam
resin urethane dimethacrylate. Kalsium hidroksida sebagai basis mempunyai
kekuatan tensile dan kompresi yang rendah . dibandingkan dengan basis
dengan kekuatan dan rigiditas yang tinggi. Karena itulah, kalsium hidroksida
tidak diperuntukkan untuk menahan kekuatan mekanik yang besar, biasanya
jika digunakan untuk memberikan tahanan terhadap tekanan mekanik, harus
didukung oleh dentin yang kuat. Untuk memberikan perlindungan terhadap
termis, ketebalan lapisan yang dianjurka tidak lebih dari 0,5 mm. keuntungan
dari penggunaan kalsium hidroksida adalah sifat terapeutiknya yang mampu
merangsang pembentukan dentin sekunder.
26
5. Tahap etsa asam
1) Ulaskan bahan etsa (asam phospat 30%-50%) dalam bentuk gel/cairan
dengan pinset dan gulungan kapas kecil (cutton pellet) pada permukaan
enamel sebatas 2-3 mm dari tepi kavitas (pada bagian bevel).
2) Pengulasan dilakukan selama 30 detik dan jangan sampai mengenai
gusi.
3) Dilakukan pencucian dengan air sebanyak 20 cc, menggunakan syiring.
4) Air ditampung dengan tampon atau cotton roll.
5) Setelah pencucian gigi dikeringkan dengan semprotan udara sehingga
permukaan tampak putih buram.
6. Tahap bonding
Ulaskan bahan bonding menggunakan spon kecil atau kuas / brush kecil
pada permukaan yang telah di etsa .Ditunggu ± 10 detik sambil di semprot
udara ringan di sekitar kavitas (tidak langsung mengenai kavitas) .Kemudian
dilakukan penyinaran selama 20 detik.
Saat ini, pemakaian bahan adhesif pada dentin telah meluas ke seluruh
dunia dan perkembangannya pun bervariasi didasarkan pada tahun
pembuatan, jumlah kemasan dan sistem etsa. Berdasarkan tahun pembuatan,
bahan adhesif dibagi mulai dari generasi I sampai pada generasi VII.
Generasi I dan II mulai diperkenalkan pada tahun 1960-an dan 1970-an
yang tanpa melakukan pengetsaan pada enamel, bahan bonding yang dipakai
berikatan dengan smear layer yang ada. Ikatan bahan adhesif yang dihasilkan
27
sangat lemah (2 MPa-6MPa) dan smear layer yang ada dapat menyebabkan
celah yang dapat terlihat dengan pewarnaan pada tepi restorasi.
Generasi III mulai diperkenalkan pada tahun 1980-an, mulai
diperkenalkan pengetsaan pada dentin dan mulai dipakai bahan primer yang
dibuat untuk dapat mempenetrasi ke dalam tubulus dentin dengan demikian
diharapkan kekuatan ikatan bahan adhesif tersebut menjadi lebih baik.
Generasi III ini dapat meningkatkan ikatan terhadap dentin 12MPa–15MPa
dan dapat menurunkan kemungkinan terjadinya kegagalan batas tepi bahan
adhesif dan dentin (marginal failure). Tetapi seiring waktu tetap terjadi juga
kegagalan tersebut.
Generasi IV mulai diperkenalkan awal tahun 1990-an. Mulai dipakai
bahan yang dapat mempenetrasi baik itu tubulus dentin yang terbuka dengan
pengetsaan maupun yang telah mengalami dekalsifikasi dan juga berikatan
dengan substrat dentin, membentuk lapisan “hybrid”. Fusayama dan
Nakabayashi menyatakan bahwa adanya penetrasi resin akan memberikan
kekuatan ikatan yang lebih tinggi dan juga dapat membentuk lapisan pada
permukaan dentin. Kekuatan ikatan bahan adhesif ini rendah sampai dengan
sedang sampai dengan 20 MPa dan secara signifikan dapat menurunkan
kemungkinan terjadinya celah marginal yang lebih baik daripada sistem
adhesif sebelumnya. Sistem ini memerlukan teknik pemakaian yang sensitif
dan memerlukan keahlian untuk dapat mengontrol pengetsaan pada enamel
dan dentin. Cara pemakaiannya cukup rumit dengan beberapa botol sediaan
bahan dan beberapa langkah-langkah yang harus dilakukan.
Generasi V mulai berkembang pada tahun 1990-an. Pada generasi ini
bahan primer dan bonding telah dikombinasikan dalam satu kemasan. Pada
generasi ini juga mulai diperkenalkan pemakaian bahan adhesif sekali pakai.
28
Generasi VI mulai berkembang pada akhir tahun 1990-an awal tahun 2000,
pada generasi ini mulai dikenal pemakaian “self etching” yang merupakan
suatu terobosan baru pada sistem adhesif.
Pada generasi VI ini tahap pengetsaan tidak lagi memerlukan pembilasan
karena pada generasi ini telah dipakai acidic primer, yaiu bahan etsa dan
primer yang dikombinasikan dalam satu kemasan.
Generasi VII mulai berkembang sekitar tahun 2002, generasi ini juga
dikenal sebagai generasi ”all in one” adhesif, dikatakan demikian karena pada
generasi VII ini bahan etsa, primer dan bonding telah dikombinasikan dalam
satu kemasan saja, sehingga waktu pemakaian bahan adhesif generasi VII ini
menjadi lebih singkat.
Berdasarkan jumlah kemasan atau tempat penyimpanan, bahan adhesif
dibagi menjadi tiga yakni sistem tiga botol, dua botol dan satu botol. Pada
sistem tiga botol, bahan adhesif terdiri dari tiga botol bahan yang terpisah
yakni etsa, primer dan bonding. Sistem ini diperkenalkan pertama kali tahun
1990-an. Sistem ini menghasilkan kekuatan ikatan yang baik dan efektif.
Namun, kekurangan sistem ini adalah banyaknya kemasan yang ada di meja
unit dan waktu pemakaian yang lama dikarenakan sistem ini yang terdiri dari
tiga botol dan tidak praktis.
Sistem bahan adhesif lainnya yakni sistem dua botol yang terdiri dari dua
botol bahan yang terpisah yakni satu botol bahan etsa dan satu botol yang
merupakan gabungan antara primer dan bonding. Saat ini, sistem in
merupakan bahan adhesif yang paling banyak digunakan di praktek dokter
gigi. Hal ini dikarenakan sistem ini lebih simpel dan waktu pemakaiannya
lebih cepat. Disamping itu, ikatan yang dihasilkan cukup kuat.
29
Sistem bahan adhesif terakhir yakni sistem satu botol yang hanya terdiri
satu botol yang merupakan gabungan etsa, primer dan bonding. Sistem ini
merupakan sistem bahan adhesif yang terakhir kali keluar. Kelebihan sistem
ini adalah waktu pemakaian yang lebih cepat dan mudah pengaplikasiannya
dibandingkan dengan sistem bahan adhesif lainnya. Namun, kekurangan
sistem ini adalah kekuatan ikatan yang dihasilkan lebih rendah.
7. Tumpatan Resin Komposit
Cara penumpatan kavitas di servikal gigi serupa dengan penumpatan
kavias oklusal. Walaupun tumpatannya nanti tidak akan menerima tekanan
kunyah oklusal, tekanan kondensasi tetap harus memadai agar alur-alur
retensi terisi dengan baik, sehingga tumpatan dapat bertahan lama.
Pengukiran pada tahap yang dini dapat dilakukan dengan sonde, kalau sudah
terlambat dengan alat Ward atau Hollenbach.
Hendaknya bentuk anatomi permukaan servikal dapat dikembalikan, dan
untuk itu dapat degunakan dengan pengukir dengan bilah cembung misalnya
pengukir Ward atau Hollenbach. Pengukiran dilakukan dengan jalan
mengukir tepi oklusal dan tepi gingival sendiri-sendiri sehingga terbentuknya
permukaan yang cekung dapat dicegah. Tumpatan lebih baik dibuat sedikit
cekung daripada overkontur kea rah gingival sebab hal ini akan menyebabkan
akumulasi plak dan merangsang timbulnya gingivitis.
8. Tahap finishing dan polishing komposit
Salah satu tujuan penting dalam penumpatan adalah mengembalikan
bentuk anatomi gigi yang telah hilang. Hal tersebut dapat dicapai melalui
pembentukan bahan tumpatan melalui contouring dan polishing. Sebelum
melakukan contouring dan polishing maka terlebih dahulu diperlukan
pemasangan matriks. Matriks adalah mould yang tipis, band, atau lempengan yang
digunakan untuk menampung dan membentuk bahan tumpatan dalam tahap
plastisnya, selama insersi, dan pengerasan. Matriks memberikan cetakan bentuk
30
proksimal gigi yang hilang sehingga bahan tumpatan dapat dimanipulasi sesuai
kontur dan dapat berkontak dengan normal dan fungsional.
Matriks band merupakan salah satu jenis matriks yang terbuat dari baja
tahan karat atau lempengan dari bahan polimer yang dikelilingkan pada gigi yang
telah dipreparasi dan ditahan di tempatnya agar diperoleh dinding sementara
untuk menampung penempatan bahan tumpatan, dan memberikan permukaan dan
kontur yang halus ketika restorasi selesai Matriks band dirancang untuk gigi
posterior molar dan premolar dalam berbagai ukuran dan ketebalan. Matriks band
digunakan untuk restorasi kavitas kelas II Black .
Celluloid strip atau mylar strip adalah matriks yang terbuat dari bahan
plastik dan digunakan untuk restorasi kavitas kelas III dan IV Black. Celluloid
strip dapat berbentuk secarik plastik bening lurus dengan lebar 8 mm atau 10 mm
(Gambar 2a) dan berupa dalam bentukan jadi seperti matriks crown former
(Gambar 2d) dan incisal corner (Gambar 2e).
31
Gambar 2a
Gambar 2b Gambar 2c
Finishing meliputi shaping, contouring, dan penghalusan restorasi.
Sedangkan polishing digunakan untuk membuat permukaan restorasi
mengkilat. Finishing dapat dilakukan segera setelah komposit aktivasi sinar
telahmengalami polimerisaasi atau sekitar 3 menit setelah pengerasan awal.
Alat-alat yang biasa digunakan antara lain :
1. Alat untuk shaping : sharp amalgam carvers dan scalpel blades, seperti 12
atau12b atau specific resin carving instrument yang terbuat dari carbide,
anodized aluminium, atau nikel titanium.
2. Alat untuk finishing dan polishing : diamond dan carbide burs, berbagai
tipe dari flexibe disks, abrasive impregnated rubber point dan cups, metal
dan plastic finishing strips, dan pasta polishing.
a. Diamond dan carbide burs
Digunakan untuk menghaluskan ekses-ekses yang besar pada resin
komposit dan dapat digunakan untuk membentuk anatomi pada permukaan
restorasi.
b. Discs
Digunakan untuk menghaluskan permukaan restorasi. Bagian yang abrasive
dari disk dapat mencapai bagian embrasure dan area interproksimal. Disk
terdiri dari beberapa jenis dari yang kasar sampai yang halus yang bisa
digunakan secara berurutan saat melakukan finishing dan polishing.
c. Impregnated rubber points dan cups
Digunakan secara berurutan seperti disk. Untuk jenis yang paling kasar
digunakan untuk mengurangi ekses-ekses yang yang besar sedangkan yang
halus efektif untuk membuat permukaan menjadi halus dan berkilau.
32
Gambar 2e
Keuntungan yang utama dari penggunaan alat ini adalah dapat membuat
permukaan yang terdapat ekses membentuk groove, membentuk bentuk
permukaan yang diinginkan serta membentuk permukaan yang konkaf pada
lingual gigi anterior
d. Finishing stips
Digunakan untuk mengcontur dan memolish permukaan proksimal margin
gingival untuk membuat kontak interproksimal. Tersedia dalam bentuk
metal dan plastik. Untuk metal biasa digunakan untuk mengurangi ekses
yang besar namun dalam menggunakan alat ini kita harus berhati-hati
karena jika tidak dapat memotong enamel, cementum, dan dentin.
Sedangkan plastic strips dapat digunakan untuk finishing dan polishing.
Juga tersedia dalam beberapa jenis dari yang kasar sampai halus yang dapat
digunakan secara berurutan.
Prosedur finishing dan polishing resin komposit:
1. sharp-edge hand instrument digunakan untuk menghilangkan ekses-ekses
di area proksimal, dan margin gingival dan untuk membentuk permukaan
proksimal dari resin komposit.
2. 12b scalpel blade digunakan untuk menghilangkan flash dari resin
komposit pada aspek distal
3. alumunium oxide disk digunakan untuk membentu kontur dan untuk
polishing permukaan proksimal dari restorasi resin komposit.
4. finishing diamond digunakan untuk membentuk anatomi oklusal
5. Impregnated rubber points dengan aluminium oxide digunakan untuk
menghaluskan permukaan oklusal restorasi
6. Aluminum oxide finishing strips untuk conturing atau finishing atau
polishing permukaan proksimal untuk membuat kontak proksimal.
33
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Indikasi dan kontraindikasi dari penggunaan bahan restorasi plastis
berbeda-beda sesuai dengan kebutuhannya. Kontraindikasi penggunaan
komposit adalah untuk pasien yang mengalami hipersalivasi dan dengan
pasien dengan tekanan oklusal yang besar (bruxism).
2. Klasifikasi dari resin komposit dapat dibedakan menurut ukuran partikel,
bahan pengisi anorganik resin komposit, polimerisasi, dan
viskositasbahan.
3. Tahap preparasi, penumpatan, dan pemolesan berbeda-beda tergantung
pada klasifikasi kavitas dan bahan tumpat yang digunakan, pada restorasi
komposit, tahapan yang diakukan antara lain: isolasi daerah kerja,
pembersihan dari debris dan karies, preparasi kavitas , pemberian
liner/basis, etsa asam, irigasi aquadest steril, aplikasi bahan bonding,
penumpatan dengan komposit,cek oklusi, dan polishing .
35
DAFTAR PUSTAKA
Annette Alexandra Susanto , Effects of materials thickness and length of
light exposure on the surface hardness light-cured composite resins, Maj.
Ked. Gigi. (Dent. J.), Vol. 38. No. 1 Januari 2005: 32–35
Roberson,Theodore et al. 2002. Sturdevant’s Art 7 Science of Operative
Dentistry 4 rd Edition. .Mosby, America
Dutra, Luana de Carvalho et al. 2012. Nanofilled Composite Restorations
with Different Adhesives Strategies: Clinical Cases. Department of
Dentistry, Federal University of Santa Catarina Brazil.
King, Nigel M et al. 2004. Conversion of One-Step to Two-Step Self-Etch
Adhesive for Improved Efficacy and Extended Application. Pediatric and
orthodontic, the niversity of Hongkong.
Bailey S.J. & Swift E.J. 1992. Effects of home bleaching products on
composite resin. Quintessence International.
Ferracane, Jack. L. 2006. Hygroscopic and hydrolytic effect in dental
polymer networks.Dental material.
Kenneth J. Anusavice. Phillips. 2004. Buku ajar ilmu konservasi gigi. Ed.
10. Jakarta: EGC.
Lloyd Baum, Ralp W. Phillips, Melvin R. Lund.1997. Buku Ajar ilmu
konservasi gigi. Ed. 3. Jakarta: EGC.
M.F. de A. Silva, R.M. Davies, B. Stewart, W. Devizio, J. Tonholo, J.G.
da Silva Junior, I.A. Pretty. 2006. Effect of whitening gels on the surface
roughness of restorative materials in situ. Dental materials.
36