SKENARIO 3

29
SKENARIO 3 KELOMOK 5

description

ppt

Transcript of SKENARIO 3

Page 1: SKENARIO 3

SKENARIO 3

KELOMOK 5

Page 2: SKENARIO 3

Skenario • Seorang laki-laki berusia 46 tahun dibawa oleh keluarganya ke IGD RS

karena mengalami sesak nafas. Sesak dialami sejak 3 hari yang lalu, makin lama makin memberat. Sesak dirasakan sepanjang hari dan makin memberat saat malam hari. Selain sesak pasien juga mengeluhkan batuk berdahak sejak 1 bulan yang lalu, namun batuk disertai dengan dahak berwarna hijau kekuningan serta demam mulai dikeluhkan 3 hari yang lalu. Diketahui bahwa pasien memiliki riwayat sesak berulang sejak 4 tahun terakhir, dalam 1 tahun ia berobat ke RS karena sesaknya kumat sebanyak 2-3 kali. Pada pemeriksaan fisik di IGD didapatkan pasien tampak sangat sesak dan dalam posisi duduk membungkuk pada tempat pemeriksaan. kesadaran composmentis (E4V5M6), tekanan darah 140/90 mmHg, frekuensi denyut nadi 96 kali/menit, frekuensi pernafasan 28 kali/menit, suhu = 38,50C. Pasien tampak gelisah, bibir tampak cyanosis, pemeriksaan fisik thorax didapatkan gerakan dinding dada simetris, hipertrofi m. sternocleudomastoideus, ronki pada basal hemithoraks dextra, wheziing diseluruh lapang paru. Pemeriksaan spirometri didapatkan : VEP1/KVP= 74%.

Page 3: SKENARIO 3

Mind Mapping

Page 4: SKENARIO 3

LO

1. Perbedaan Asma dengan COPD ?2. Klasifikasi Asma dan COPD ?3. Tatalaksana Asma dan COPD ?4. Interprestasi dari hasil Spirometri ?

Page 5: SKENARIO 3

Perbedaan Asma dengan COPD

• Asma merupakan penyakit pernapasan yang di tandai dengan radang kronik saluran pernapasan akibat hiperresponsivitas jalan napas yang sifatnya reversible dengan / tanpa pengobatan dan gejala yang timbul bersifat episodik.

Page 6: SKENARIO 3

• COPD merupakan reaksi radang kronik dari saluran pernapasan di karenakan akibat dari terpajan zat kimia, biasanya berupa gas industri, polusi udara, dan yang paling terbesar adalah asap rokok.

• COPD tdk bersifat reversible.• Sifat radangnya berlangsung progresif

( semakin lama semakin memberat )

Page 7: SKENARIO 3

ASMA COPD

Usia timbulnya gejala < 25 tahun Usia timbulnya gejala > 45 tahun

Batuk biasanya terjadi pada malam hari, kering, terutama saat eksaserbasi

Batuk terjadi pada pagi hari dan setiap hari serta banyak dahak

Sesak sangat berat pada malam hari, dan hilang timbul terutama saat eksaserbasi

Sesak terjadi tidak ada hubungannya dengan waktu terjadinya, semakin lama sesak akan semakin berat, di tambah dengan aktivitas akan semakin memperberat sesak napas

Timbul karena adanya riwayat alergi seperti gatal di hidung, bersin, hidung mampet karena terkena debu / udara dingin.Pada makanan biasanya akan kemerahan dan gatal - gatal

Dapat timbul karena adanya polusi udara, menghirup zat buang dari industri serta yang paling terbesar adalah rokok dan asap rokok

Page 8: SKENARIO 3

ASMA COPD

Terdapat riwayat keluarga yang memiliki keadaan umum yang serupa.

Pada keluarga tidak khas ditemukan keadaan umum yang serupa

Mediator InflamasiCD4 + T-LimpositEosinofil

Mediator InflamasiCD4 + T-LimpositMakrofag Neutrofil

Page 9: SKENARIO 3
Page 10: SKENARIO 3

Klasifikasi Asma Intermittent•gejala muncul kurang dari 1 kali dalam seminggu.•eksaserbasi hanya sebentar.•nocturnal symptoms tidak lebih dari 2 kali dalam satu bulan•FEV1 atau PEF ≥ 80% prediksi• Variabilitas PEF atau FEV1 < 20%Mild persistent•Gejala muncul lebih dari 1 kali dalam seminggu, tetapi kurang dari 1 kali perhari•eksaserbasi dapat mengganggu aktifitas dan tidur•nocturnal symptoms lebih dari dua kali sebulan•FEV1 atau PEF ≥ 80% prediksi•Variabilitas PEF atau FEV1 < 20-30%Moderate persistent•gejala muncul setiap hari•eksaserbasi mengganggu aktifitas dan tidur•nocturnal symptoms lebih dari satu kali dalam seminggu•FEV1 atau PEF 60-80% prediksi•Variabilitas PEF atau FEV1 >30%

Page 11: SKENARIO 3

Severe persistent•gejala muncul setiap hari•eksaserbasi lebih sering•nocturnal symptoms sering•aktifitas fisik terbatas•FEV1 atau PEF ≤60% prediksi•Variabilitas PEF atau FEV1 >30%

Page 12: SKENARIO 3

Klasifikasi COPD

• Klasifikasi Penyakit Gejala Spirometri

Ringan •Tidak ada gejala waktu istirahat atau bila eksersais•Tidak ada gejala waktu istirahat tetapi gejala ringan pada latihan sedang (mis : berjalan cepat, naik tangga)•Tidak ada gejala waktu istirahat tetapi mulai terasa pada latihan / kerja ringan (mis : berpakaian)

VEP > 80% prediksiVEP/KVP < 75%

Sedang •Gejala ringan pada istirahat

VEP 30 - 80%prediksi VEP/KVP <75%

Page 13: SKENARIO 3

Klasifikasi Penyakit Gejala Spirometri

Berat •Gejala sedang pada waktu istirahat•Gejala berat pada saat istirahat•Tanda-tanda korpulmonal

VEP1<30% prediksiVEP1/KVP < 75%

Page 14: SKENARIO 3

Tatalaksana COPD

Pemberian obat-obatan1. Bronkodilator2. Anti InflamasiPilihan utama bentuk metilprednisolon atau prednison. Untuk penggunaan jangka panjang pada COPD stabil hanya bila uji steroid positif. Pada eksaserbasi dapat digunakan dalam bentuk oral atau sistemik.

Page 15: SKENARIO 3

3. Antibiotik• Tidak dianjurkan penggunaan jangka panjang untuk

pencegahan eksaserbasi. Pilihan antibiotik pada eksaserbasi disesuaikan dengan pola kuman setempat.

• Hanya diberikan bila terdapat infeksi. Antibiotik yang digunakan :

• - Lini I : amoksisilin, makrolid • - Lini II : amoksisilin dan asam klavulanat• sefalosporin • kuinolon • makrolid baru

Page 16: SKENARIO 3

4. Mukolitik5. Antitusif

Page 17: SKENARIO 3
Page 18: SKENARIO 3

TATA LAKSANA ASMA

• Medikasi Controller 1. Glukokortikoid• Inhaler Glukokortikoid merupakan pengobatan yang paling

efektif untuk anti-inflamasi pada pasien asma yang persisten. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa Glukokortikoid ini dapat menurunkan gejala asma, meningkatkan kualitas hidup, meningkatkan fungsi paru, mengontrol aliran udara saat inflamasi, serta menurunkan mortalitas asma.

• Efek samping dari penggunaan glukokortikoid inhalasi ini adalah kandidiasis orofaringeal, dan kadang—kadang batuk.

Page 19: SKENARIO 3

2. Leukotrien• Dari beberapa studi yang telah dilakukan ahli,

didapatkan bahwa leukotrien mempunyai efek bronkodilator, menurunkan gejala batuk pada asma, serta menurunkan eksaserbasi asma.

• Leukotrien digunakan sebagai obat tambahan dari glukokortikoid dan di rekomendasikan untuk pasien asma berat. Tetapi dalam penelitian tersebut juga disebutkan bahwa kerja leukotrien tidak se-efektif β2 agonist.

Page 20: SKENARIO 3

3. LABA• Long-acting bronchodilator β2 agonist seperti

formoterol dan salmeterol tidak boleh digunakan sebagai monoterapi untuk pasien asma. Obat-obatan tersebut lebih efektif kerjanya apabila di kombinasi dengan glukokortikoid.

• Efek samping – terapi dengan menggunakan Long-acting bronchodilator β2 agonist bisa menyebabkan stimulasi kardiovaskular, tremor musculoskeletal, dan hipokalemia.

Page 21: SKENARIO 3

3. Teofilin• Teofilin merupakan bronkodilator apabila digunakan dalam

dosis kecil. Efek samping dari penggunaannya dalam dosis yang besar (>10mg/kgBB) akan sangat tidak berguna. Mual dan muntah merupakan efek yang paling sering dari penggunaannya.

4. Sodium Cromoglicate• Efikasi dari penggunaan Sodium Cromoglycate dilaporkan

berguna untuk meredakan bronkospasme. Namun, efeknya lemah jika dibandingkan dengan glukokortikoid inhaler.

• Efek samping – biasanya batuk saat inhalasi dan sakkit tenggorokan.

Page 22: SKENARIO 3

Glukokortikoid Sistemik• Terapi jangka panjang glukokortikoid

digunakan pada asma yang berat serta tidak terkontrol dan berguna untuk yang beresiko.

Page 23: SKENARIO 3

Medikasi Reliever

Rapid-acting inhaled β2 agonist• Obat ini digunakan sebagai pilihan saat terjadi

bronkospasme pada serangan eksaserbasi asma akut. Rapid-acting inhaled β2 agonist hanya digunakan saat dibutuhkan dan dalam dosis yang rendah (tidak berlebihan). Obat nya meliputi : salbutamol, terbutaline, fenoterol, reproterol, dan pirbuterol.

Antikolinergik• Termasuk di antaranya ipratoprium bromide dan

oxitoprium bromide. Ipratoprium bromide inhalan kerjanya tidak se-efektif Rapid-acting inhaled β2 agonist.

Page 24: SKENARIO 3

Short-acting β2 agonist oral• Biasanya obat ini digunakan pada pasien asma

yang tidak bisa di terapi secara inhalasi.

Page 25: SKENARIO 3

SPIROMETRI

Spirometri paling sering digunakan untuk menilai fungsi paru.

Page 26: SKENARIO 3

INDIKASI PEMERIKSAANINDIKASI PEMERIKSAAN

Setiap keluhan sesak Penderita asma stabil Penderita PPOK stabil Evaluasi penderita asma tiap tahun dan penderita PPOK tiap 6 bulan

Page 27: SKENARIO 3

INDIKASI PEMERIKSAANINDIKASI PEMERIKSAAN

Penderita yang akan dianestesi umum Pemeriksaan berkala pekerja yang terpajan zat Pemeriksaan berkala pada perokok

Page 28: SKENARIO 3

TUJUAN PEMERIKSAAN SPIROMETRITUJUAN PEMERIKSAAN SPIROMETRI

Menilai status faal paru (normal, restriksi, obstruksi, campuran)

Menilai manfaat pengobatan Memantau perjalanan penyakit Menentukan prognosis Menentukan toleransi tindakan bedah

Page 29: SKENARIO 3

OBSTRUKSIOBSTRUKSI VEP1 < 80% nilai prediksi

VEP1 / KVP < 75%

Obstruksi ringan 75% > VEP1/KVP < 50%

Obstruksi sedang 50% > VEP1 / KVP > 30%

Obstruksi berat VEP1 / KVP < 30%