SKENARIO 3
-
Upload
yori-rachmia-riva -
Category
Documents
-
view
242 -
download
15
description
Transcript of SKENARIO 3
SKENARIO 3
Rahangku
Temi datang ke praktek drg.Poro karena rahangnya tidak bisa ditutup. Dari anamnesa diketahui
keadaan ini terjadi pada saat Temi menguap dan hal ini juga sudah pernah dialaminya 6 bulan yang lalu.
Pada pemeriksaan klinis ditemukan dislokasi TMJ kanan dan kiri Temi. Drg.Poro segera melakukan
reposisi mandibula. Sambil menahan rasa sakit Temi bertanya kepada drg.Poro apa penyebab timbulnya
keadaan ini.
Bagaimana anda membantu drg.Poro menjelaskan keadaan Temi ?
1
1. Terminologi
a. Dislokasi TMJ :
Keluarnya caput sendi dari kapsul sendi
Bersifat unilateral dan bilateral
Pergeseran abnormal
b. TMD :
Suatu syndrom dimana penderita merasakan nyeri pada sendi rahang yang dapat
menimbulkan sakit kepala
Kelainan TMJ karena malfungsi dan otot dan bersifat regeneratif
c. Reposisi Mandibula
Mengembalikan caput sendi ke ruang sendi atau posisi yang benar
2. Identifikasi masalah
a. Apa saja jenis gangguan TMJ ?
b. Apa penyebab dislokasi TMJ ?
c. Apa tanda dan gejala TMD ?
d. Bagaimana penanganan TMD ?
e. Bagaimana cara melakukan reposisi mandibula ?
f. Apa saja pemeriksaan TMJ untuk penegakan diagnosa kasus ?
3. Analisa Masalah
a. Jenis gangguan TMJ
Struktural : gangguan pertumbuhan, infeksi, neoplasma
Fungsional : Penggunaan sendi, buka mulut terlalu lebar
Berhubungan dengan otot
Berhubungan dengan sendi
b. Penyebab dislokasi TMJ
Gangguan ligamen TMJ dan lateral
Kontraksi dan spasme otot sehingga condylus terkunci
Trauma eksterna
Trauma oklusi
Kebiasaan buruk
2
Faktor resiko :
Fosaa mandibularis dangkal
Stress fisik
Inflamasi
Gangguan struktur sendi
c. Tanda dan gejala TMD
1. Nyeri menjalar ke bahu
2. Tinitus
3. Clicking , krepitasi
4. Nyeri otot
5. Vertigo
6. Gerakan ke samping ketika buka rahang
7. Berkurangnya kemampuan membuka rahang
8. Mandibula lebih ke depan
d. Penanganan TMD
1. Konservatif
Terapi fisik : dikompres pada bagian yang sakit, memotong makanan kecil, hindari
mengunyah permen karet
Akut : dengan reposisi
Pasien menyandar ke dinding
Balut ibu jari/jempol
Pake sarung tangan
Jari pada rahang bawah di dekat mandibula ditekan ke arah bawah secara bilateral
pada regio M
Splint
Alat ortho
Obat AINS
Bedah dengan rekonstruksi sendi
Non bedah dengan mengkomunikasikan kepada pasien tentang kebiasaan yang baik
untuk rahang
Self care
3
Perubahan kebiasaan buruk
Pengasahan selektif pada permukaan gigi
Pemijatan
e. Reposisi mandibula
Pasien menyandar ke dinding
Balut ibu jari/jempol
Pake sarung tangan
Jari pada rahang bawah di dekat mandibula ditekan ke arah bawah secara bilateral pada
regio M
f. Pemeriksaan TMJ untuk penegakan diagnosis
1. Palpasi pada TMJ
2. Auskultasi
3. Pemeriksaan subjektif : ada atau tidaknya rasa sakit , dulu pernah sakit atau tidak, bisa buka
tutup mulut atau tidak
4. Pemeriksaan klinis : ada fraktur atau tidak, ada pembengkakan atau tidak, ada perubahan
posisi mandibula atau tidak
5. Pemeriksaan penunjang : dengan rontgen foto, tomografi, ct scan
4. Skema
4Drg.Poro
5. Learning Objective
1. Jenis TMD
a. Etiologi
b. Tanda dan gejala
c. Penalataklasanaan
2. Pemeriksaan dan penegakan diagnosa
Identifikasi LO
5
Temi ( rahang
tidak bisa dibuka
Anamnesa
Terjadi saat menguap dan
pernah terjadi 6 bulan yang
lalu
Pemeriksaan klinis
TMJ dislokasi kanan
dan kiri
diagnosaDislokasi TMJ
Jenis TMD
Tanda dan gejala
etiologi penatalaksanaan Reposisi mandibula
1. Jenis-jenis TMD
Kelainan sendi temporomandibulaKelainan STM dapat dikelompokkan dalam 2 bagian yaitu : gangguan fnsi akibat
adanya kelainan struktural dan dangguan fungsi akibat adanya penyimpangan dalam aktifitas salah satu komponen fungsi sistem mastikasi (disfungsi). Kelainan STM akibat kelainan struktural jarang dijumpai dan terbanyak dijumpai adalah disfungsi.
STM yang diberikan beban berlebihan akan menyebabkan kerusakan pada strukturnya ataun mengganggu hubungan fungsional yang normal antara kondilus, diskus dan eminensia yang akan menimbulkan rasa sakit, kelainan fungsi tubuh, atau kedua-keduanya. Idealnya, semua pergerakan STM harus dipenuhi tanpa rasa sakit dan bunyi pada sendi.kelainan struktural
Kelainan struktural adalah kelainan yang disebabkan oleh perubahan struktur persendiana akibat gangguan pertumbuhan, trauma eksternal, penyakit infeksi atau neoplasma dan umumnya jarang dijumpai.
Gangguan pertumbuhan konginetal berkaitan dengan hal-hal yang terjadi sebelum kelahiran yang menyebabkan kelainan perkembangan yang muncul setelah kelahiran. Umumnya gangguan tersebut terjadi pada kondilus yang menyebabkan kelainan selain pada bentuk wajah yang menimbulkan masalah estetika juga masalah fungsional
Cacat juga dapat terjadi pada permukaan artikular, yang maana cacat ini dapat menyebabkan masalah pada saat sendi berputar yang dapat pula melibatkan permukaan diskus. Cacat dapat disebabkan karena trauma pada rahang bawah, peradangan, dan kelainan struktural. Perubahan di dalam artikular juga dapat terjadi kerena variasi dari tekanan emosional. Oleh karena itu, ketika tekanan emosional meningkat, maka tekanan pada artikular berlebihan, menyebabkan terjadinya perubahan pergerakan.
Tekanan yang berlebihan pada sendi dapat mengakibatkan penipisan pada diskus. Tekanan berlebihan yang terus menrus pada akhirnya menyebabkan perforasi dan keausan sampai terjadi fraktur pada diskus yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan pada permukaan artikular
Kelainan trauma akibat perubahan pada STM dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan, kondilus ataupun keduanya. Konsekuensi yang mungkin terjadi adlah dislokasi, hemartrosisi dan fraktur kondilus. Pasien yang mengalami dislokasi tidak dapat menutup mulut dan terjadi open bite anterior, serta dapat tekanan pada satu atau dua saluran pendengaran.
Kelainan struktural akibat trauma STM juga dapat menyebabkan edema atau hemorage di dalam sendi. Jika trauma belum menyebabkan fraktur mandibula, pada umumnya pasien mengalami pembengkakan pada daerah STM , sakit bila digerakaan dan pergerakan sendi berkurang. Kondisi ini kadang kadang dikenal sebagai radang sendi traumatis.
Kelainan struktural yang dipengaruhi penyakit infeksi akan melibatkan sistem muskuluskeletal yang banyak terdapat pada STM, penyakit-penyakit tersebut antara lain yaitu osteoarthritis dan reumatoid arthritis adalah suatu penyakit peradangan sistemik yang melibatkan sekililing STM
Gangguan FungsionalGangguan fungsional adalah masalah-masalah STM yang timbul akibat fungsi yang
menyimpang kerena adanya kelainan pada posisi dan fungsi gigi-geligi, atau otot-otot kunyah.Suatu keadaan fisiologis atau yang biasa disebut orthofunction yakni batas toleransi
tiap individu saat melakukan pergeseran mandibula saat melakukan pergeseran mmandibula tanpa
6
menimbulakan keluhan otot ditandai dengan adanya keserasian antara morfologi oklusi dan fungsi neuromuskular. Istilah keadaan ini dikenal dengan zona toleransi fisiologik. Apabila ada rangsangan yang menyimpang dari biasanya akibat oklusi gigi yang menimbulkan kontak prematur, respon yang timbul berfariasi akibat biologis yang umumnya merupakan respon adaptif atau periode adaptasi. Disini terjadi perubahan-perubahan adaptif pada jaringan yang terlibat sebagai upaya menerima rangsangan yang menyimpang tersebut contoh dari perubahan adaptif adalah ausnya permukaan oklusal gigi, timbulnya perubahan membran periodontal, resorbsi alveolar setempat. Periode oklusi ini akan jalan terus menerus sampai batas toleransi fisiologis otoy-otot atau jaringan sekitar telah terlampaui. Berapa lama adatasi ini akan berlangsung berbeda antara individu yang satu dengan yang lain, dan dipengaruhi oleh keadaan patologi. Setelah batas psikologis ini terlampaui respon jaringan mengalami perubahann yang bersifat lebih patologis. Keluhan dirasakan pada otot-otot pergerakan mandibula, atau dapat pula pada sendi temporo mandibula.
Jenis-jenis :
a. ArtrosisArtrosi merupakan penyakit kelainan sendi TMJ yang disebabkan oleh kelainan fungsi sehingga
menimbulkan gejala-gejala klinis yang kompleks seperti artralgia, mialgia, dan clicking.
Etiologi
Trauma, yang dapat berupa pukulan pada tulang rahang, perawatan gigi yang lama, menguap terlalu lebar, dan membuka mulut yang terlalu lama pada pencabutan gigi yang sukar
Malunion dari fraktur kondilus. Fraktur kondilus yang dirawat secara konvervatif kadang-kadang dapat menyebabkan gangguan membuka dan menutup mulut
Traumatik oklusi, seperti yang disebabkan oleh gigi crowded, gigi karies, dan tambalan yang overhang
Overclosure, dimensi vertikal yang terlalu kecil disebabkan kehilangan gigi posterior, atau pada pembuatan protesa yang terlalu rendah dimensi vertikalnya dan menyebabkan terjadinya pergeseran ke posterior dari kondilus
Faktor psikogenik dan kebiasaan neuromuskuler seperti bruxism, beberapa penderita suka mengatupkan atau mengigit kuat-kuat bila merasa geram, tanpa sadar berbuat begitu bila sedang asik mengerjakan sesuatu.
Gejala klinis yang dapat timbul yaitu kepekaan tinitus, rasa sakit di telinga, rasa terbakar di
lidah, kerongkongan, dan hidung. Artralgia yaitu rasa sakit pada regio artikulasi yang dapat
timbul atau bertambah pada penekanan di daerah artikulasi sambil membuka dan menutup
mulut. Gejala yang lain yaitu disfungsi mandibula. Pasien tidak dapat membuka mulut
maksimal, hanya dapat membuka lebih kurang 2-3 cm, ini disebabkan karena kekakuan
membuka mulut, untuk menghindari rasa sakit pada TMJ. Pada pasien terjadi mialgia yaitu
kekakuan pada otot pengunyahan, trismus atau spasme otot, dan clicking yaitu suara
gemertak pada TMJ pada waktu membuka dan menutup mulut.
7
b. Rhematoid Artritis Ini merupakan penyakit TMJ yang lebih sering dari disfungsi mandibular. Rhematoid artritis
biasanya timbul pada, masa kanak-kanak yang dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan. Pada
orang dewasaa penyakit ini biasany dijumpai bersifat kronik. Pada keadaan progresif tejadi
bengkak, sakit dan keterbatasan luas pergerakan sendi. Penyakit ini umumnya berasal dari sendi
bagian tubuh yang lain.
Etiologi belum diketahui, faktor predisposisinya yaitu trauma, penyakit yang melemahkan tubuh,
dan penyakit sistemik yang mengakibatkan sistem imun menurun.
Gejala klinis:
Rasa sakit yang sangat pada daerah TMJ Bengkak pada regio periaurikuler Pada gerakan artikulasi, rasa sakit lebih hebat sehingga penderita takut membuka dan
menutup mulut Pada stadium kronis, terjadi keterbatasan untuk membuka mulut Palpasi di regio artikuler dijumpai rasa sakit dan krepitasi, rasa sakit dapat hilang dan
timbul pada eksaserbasi akut
Gambaran rontgen foto, pada stadium awal gambarannya normal, pada stadium lanjut teradapat
radiolusen pada tulang yang dapat meluas sampai perifer. Pada keadaan konis, kondilus tampak
lebih besar karena rongga artikulasi hilang atau berkurang.
Secara patofisiologis, perubahan paling awal dari artritis rhematoid adalah perubahan mengenai
jaringan lunak dimana sel-sel panus menghasilkan enzim-enzim yang dapat meresorpsi prosesus
kondilaris dan os. Temporale dari bagian perifer hingga ke bagian tengah tulang. Manifestasinya
dapat berupa berkurangnya ketinggian ramus sehingga berkembang gigitan terbuka anterior.
Penyakit ini dapat terus berkembang hingga terjadi ankilosis fibrous atau ankilosis osseus.
Perawatan rhematoid artritis disesuaikan dengan tanda dan gejala. Perawatannya sama seperti
perawan pada artrosis.
c. Dislokasi pada TMJ
Dislokasi TMJ dapat terjadi bila kapsul dan ligamen TMJ cukup longgarsehingga kondilus dapat
bergerak ke anteror dari eminensia artikularis sewaktu gerakan membuka dan meluncur, pada saat
itu terjadi kontraksi dan spasme otot terkunci pada keadaan demikian sehingga pasien tidak dapat
menutup mulut.
Klasifikasi dan Etiologi
Terdapat berbagai jenis dislokasi yang dapat terjadi melalui mekanisme traumatik atau
nontraumatik.
8
Jenis dislokasi dibedakan berdasarkan letak condylus relatif terhadap fossa articularis tulang
temporal:
Dislokasi anterior
Pada dislokasi tipe ini terjadi perubahan posisi condylus menjadi anterior terhadap fossa
articularis tulang temporal. Dislokasi anterior biasanya terjadi akibat interupsi pada sekuens
normal kontraksi otot saat mulut tertutup setelah membuka dengan ekstrim. Muskulus masseter
dan temporalis mengangkat mandibula sebelum muskulus pterygoid lateral berelaksasi,
mengakibatkan condylus mandibularis tertarik ke anterior ke tonjolan tulang dan keluar dari fossa
temporalis. Spasme muskulus masseter, temporalis, dan pterygoid menyebabkan trismus dan
menahan condylus tidak dapat kembali ke fossa temporalis. Dislokasi jenis ini dapat unilateral
atau bilateral. Dislokasi tersebut dibedakan menjadi akut, kronik rekuren, atau kronik.
Dislokasi akut terjadi akibat trauma atau reaksi distonik, namun biasanya disebabkan oleh
pembukaan mulut yang berlebihan seperti menguap, anestesi umum, ekstraksi gigi,
muntah, atau kejang. Dislokasi anterior juga dapat terjadi setelah prosedur endoskopik.
Dislokasi kronik akut disebabkan oleh mekanisme yang sama pada pasien dengan faktor
risiko seperti fossa mandibularis yang dangkal (kongenital), kehilangan kapsul sendi
akibat riwayat disloasi sebelumnya, atau sindrom hipermobilitas.
Dislokasi kronik terjadi akibat dislokasi TMJ yang tidak ditangani sehingga condylus
tetap berada dalam posisinya yang salah dalam waktu lama. Biasanya dibutuhkan reduksi
terbuka.
Dislokasi posterior biasanya terjadi akibat trauma fisik langsung pada dagu. Condylus
mandibularis tertekan ke posterior ke arah mastoid. Jejas pada meatus acusticus externum
akibat condylus dapat terjadi pada dislokasi tipe ini.
Dislokasi superior terjadi akibat trauma fisik langsung pada mulut yang sedang berada
dalam posisi terbuka. Sudut mandibula pada posisi ini menjadi predisposisi pergeseran
condylus ke arah superior dan dapat mengakibatkan kelumpuhan nervus fasialis, kontusio
serebri, atau gangguan pendengaran.
Dislokasi lateral biasanya terkait dengan fraktur mandibula. Condylus bergeser ke arah
lateral dan superior serta sering dapat dipalpasi pada permukaan temporal kepala.
Faktor Risiko
Terdapat beberapa faktor risiko dislokasi TMJ, antara lain:
- Fossa mandibularis yang dangkal
- Condylus yang kurang berkembang sempurna
9
- Ligamen TMJ yang longgar
- Penyakit jaringan ikat, misalnya sindrom Marfan, sindrom Ehlers-Danlos
Epidemiologi
Dislokasi mandibular merupakan keluhan yang jarang pada bagian gawat darurat. Sebuah
penelitian melaporkan dislokasi TMJ terjadi sebanyak 37 kasus pada periode 7 tahun, pada
sebuah rumah sakit dengan 100.000 kasus emergensi per tahun. Dislokasi mandibula anterior
merupakan yang paling sering terjadi dan biasanya akibat penyebab nontraumatik.
Pada sebuah penelitian terhadap 96 kasus dislokasi TMJ, didapatkan bahwa dislokasi akut
merupakan yang paling sering terjadi (47,9%), diikuti oleh dislokasi kronik (30,2%), dan
dislokasi kronik rekuren (21,9%). Penyebab dislokasi yang tersering ialah menguap terlalu lebar
(45,8%), diikuti oleh kecelakaan lalu lintas (13,5%). Jenis dislokasi yang paling sering terjadi
adalah dislokasi anterior bilateral (89,6%).
Perawatan dislokasi dilakukan dengan reposisi mandibula. Pada reposisi mandibula pasien duduk
tegak di lantai dan operator berdiri agar kekuatannya maksimal. Jari jempol operator dibalut
handuk. Kemudian jari diletakkan di regio retromolar pad. Dengan kuat rahang ditekan kebawah
lalu kebelakang sehingga kondilus kembali ke posisi semula. Reposisi mansibula dapat dibantu
dengan anestetikum untuk membantu merelaksasikan otot.
d. Ankilosis TMJ
Pada ankilosis TMJ pasein tidak dapat menggerakkan rahangnya karena penyatuan bagian-bagian
artikularis. Penyatuan artikularis ini disebut true ankilosis. Sedangkan false ankilosis terjadi
karena kekakuan otot dan jariang fibrotik yang menutupi daerah diskus artikularis.
Etiologi:
Trauma ketika lahir sehingga menimbulkan kongenital ankilosis
Hemartrosis, terjadi karena fraktur dari basis cranii
Supurative artritis, terjadi karena infeksi di telinga dan mastoid
Rhematoid artirtis
Fraktur kondilus
Gejala klinis:
Sakit pada stadium awal
Tidak dapat membuka dan menutup mulut
Sukar mengunyah atau tidak dapat mengunyah
10
Perawatan untuk ankilosis dapat berupa perawatan konservatif yaitu dengan membuka mulut
secara paksa dengan mouth gag dan latihan otot menggunakan bantalan karet. Perawatan bedah
dapat dilakukan dengan jalan kondilektomi dan artroplasi. Kondilektomi dapat dilakukan pada
ankilosis fibrotik. Pada true ankilosis dilakuakn kondilektomi selanjutnya dilakuakn artroplasti
dimana dibuatkan plat pada caput kondilusnya.
e. Tumor pada TMJ
Tumor yang terjadi padaTMJ yaitu meliputi:
1. Hipertrofi dan osteoma
2. Chondroma kondilus
3. Hemangioma
4. Chondrosarkoma
5. Multiple myeloma
Etiologi Gangguan Temporomandibular
Nyeri yang dirasakan pada persendian ini dapat dikarenakan oleh beberapa faktor seperti,
penggunaan yang berlebihan pada daerah yang bersangkutan, contohnya adalah pada individu
yang mempunyai kebiasaan buruk mengerat gigi (bruxism), sering menguap, mengunyah
cenderung pada satu sisi. Hal ini menyebabkan pemberian beban yang terus menerus pada daerah
persendian. Faktor lain yang terlibat adalah faktor maloklusi gigi terutama pertumbuhan gigi
geraham belakang yang tidak normal dapat menyebabkan desakan yang terus menerus serta
adanya kelainan anatomi rahang dapat berakibat menimbulkan rasa nyeri pada TMJ.
Penggunaan berlebih pada diskus dan ligament-ligamen yang berhubungan dengan TMJ dapat
menyebabkan fleksibilitas pada discus dan ligament tersebut menurun, dan bila tidak
ditanggulangi dan terus berlanjut akan menyebabkan inflamasi yang berakhir pada rupture discus
dan ligament yang akan menimbulkan sensasi nyeri pada individu. Selain terjadinya inflamasi
pada discus, dapat pula terjadi inflamasi dari otot akibat hiperfungsi dari system musculoskeletal
yang akan menimbulkan nyeri juga.
Sensasi nyeri juga dapat timbul oleh karena adanya iskemi lokal yang disebabkan karena
hiperfungsi dari kontraksi otot yang mengakibatkan mikrosirkulasi tidak adekuat. Hal ini akan
menyebabkan nutrisi pada jaringan akan berkurang sehingga menyebabkan iskemik pada jaringan
tersebut yang akan menimbulkan sensasi nyeri.
Persendian pada temperomandibular ini sama seperti persendian di daerah tubuh lainnya, dimana
dapat juga terjadi hal-hal seperti osteoarthritis, rheumatoid arthritis dan jenis-jenis inflamasi
11
lainnya didaerah persendian ini yang akan menimbulkan sensasi nyeri juga. Osteoartritis adalah
kondisi dimana sendi terasa nyeri akibat inflamasi yang diakibatkan gesekan ujung-ujung tulang
penyusun sendi. Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan
kerusakan kartilago sendi. Sedangkan rheumatoid arthritis (RA) merupakan suatu penyakit
autoimun dengan karakteristik sinovitis erosif simetris sebagian besar pasien menunjukkan gejala
penyakit kronik hilang timbul dan apabila tidak diobati dapat menyebabkan kerusakan persendian
dan deformitas sendi progresif yang berakhir pada disabilitas.
1. Kondisi oklusi.Dulu oklusi selalu dianggap sebagai penyebab utama terjadinya TMD, namun akhir-akhir ini banyak diperdebatkan
2. TraumaTrauma dapat dibagi menjadi dua :
Macrotrauma : Trauma besar yang tiba-tiba dan mengakibatkan perubahan struktural, seperti pukulan pada wajah atau kecelakaan.
Microtrauma : Trauma ringan tapi berulang dalam jangka waktu yang lama, seperti bruxism dan clenching. Kedua hal tersebut dapat menyebabkan microtrauma pada jaringan yang terlibat seperti gigi, sendi rahang, atau otot.
3. Stress emosionalKeadaan sistemik yang dapat mempengaruhi fungsi pengunyahan adalah peningkatan stres
emosional. Pusat emosi dari otak mempengaruhi fungsi otot. Hipotalamus, sistem retikula, dan sistem limbic adalah yang paling bertanggung jawab terhadap tingkat emosional individu. Stres sering memiliki peran yang sangat penting pada TMD.
Stres adalah suatu tipe energi. Bila terjadi stres, energi yang timbul akan disalurkan ke seluruh tubuh. Pelepasan secara internal dapat mengakibatkan terjadinya gangguan psikotropik seperti hipertensi, asma, sakit jantung, dan/atau peningkatan tonus otot kepala dan leher. Dapat juga terjadi peningkatan aktivitas otot nonfungsional seperti bruxism atau clenching yang merupakan salah satu etiologi TMD
4. Deep pain input (Aktivitas parafungsional)Aktivitas parafungsional adalah semua aktivitas di luar fungsi normal (seperti mengunyah,
bicara, dan menelan), dan tidak mempunyai tujuan fungsional. Contohnya adalah bruxism, dan kebiasaankebiasaan lain seperti menggigit-gigit kuku, pensil, bibir, mengunyah satu sisi, tongue thrust, dan bertopang dagu. Aktivitas yang paling berat dan sering menimbulkan masalah adalah bruxism, termasuk clenching dan grinding. Beberapa literatur membedakan antara bruxism dan clenching. Bruxism adalah mengerat gigi atau grinding terutama pada malam hari, sedangkan clenching adalah mempertemukan gigi atas dan bawah dengan keras yang dapat dilakukan pada siang ataupun malam hari.
Gejala Gangguan Sendi RahangKelainan-kelainan sakit sendi rahang umumnya terjadi karena aktivitas yang tidak berimbang dari
otot-otot rahang dan/atau spasme otot rahang dan pemakaian berlebihan. Gejala-gejala bertendensi menjadi kronis dan perawatan ditujukan pada eliminasi faktor-faktor yang mempercepatnya. Banyak
12
gejala-gejala mungkin terlihat tidak berhubungan dengan TMJ sendiri. Berikut adalah gejala-gejala yang umum:
a) Sakit Telinga: Kira-kira 50% pasien dengan gangguan sendi rahang merasakan sakit telinga namun tidak ada tanda-tanda infeksi. Sakit telinganya umumnya digambarkan sepertinya berada di muka atau bawah telinga. Seringkali, pasien-pasien dirawat berulangkali untuk penyakit yang dikirakan infeksi telinga, yang seringkali dapat dibedakan dari TMJ oleh suatu yang berhubungan dengan kehilangan pendengaran (hearing loss) atau drainase telinga (yang dapat diharapkan jika memang ada infeksi telinga). Karena sakit telinga terjadi begitu umum, spesialis-spesialis kuping sering diminta bantuannya untuk membuat diagnosis dari gangguan sendi rahang.
b) Kepenuhan Telinga: Kira-kira 30% pasien dengan gangguan sendi rahang menggambarkan telinga-telinga yang teredam (muffled), tersumbat (clogged) atau penuh (full). Mereka dapat merasakan kepenuhan telinga dan sakit sewaktu pesawat terbang berangkat (takeoffs) dan mendarat (landings). Gejala-gejala ini umumnya disebabkan oleh kelainan fungsi dari tabung Eustachian (Eustachian tube), struktur yang bertanggung jawab untuk pengaturan tekanan ditelinga tengah. Diperkirakan pasien dengan gangguan sendi rahang mempunyai aktivitas hiper (spasme) dari otot-otot yang bertanggung jawab untuk pengaturan pembukaan dan penutupan tabung eustachian.
c) Dengung Dalam Telinga (Tinnitus): Untuk penyebab-penyebab yang tidak diketahui, 33% pasien dengan gangguan sendi rahang mengalami suara bising (noise) atau dengung (tinnitus). Dari pasien-pasien itu, separuhnya akan hilang tinnitusnya setelah perawatan TMJnya yang sukses.
d) Bunyi-Bunyi: Bunyi-bunyi kertakan (grinding), klik ( clicking) dan meletus (popping), secara medis diistilahkan crepitus, adalah umum pada pasien-pasien dengan gangguan sendi rahang. Bunyi-bunyi ini dapat atau tidak disertai dengan sakit yang meningkat.
e) Sakit Kepala: Hampir 80% pasien dengan gangguan sendi rahang mengeluh tentang sakit kepala, dan 40% melaporkan sakit muka. Sakitnya seringkal menjadi lebih ketika membuka dan menutup rahang. Paparan kepada udara dingin atau udara AC dapat meningkatkan kontraksi otot dan sakit muka.
f) Pusing: Dari pasien-pasien dengan gangguan sendi rahang, 40% melaporkan pusing yang samar atau ketidakseimbangan (umumnya bukan suatu spinning type vertigo). Penyebab dari tipe pusing ini belum diketahui
g) Penelanan : Kesulitan menelan atau perasaan tidak nyaman ketika menelanh) Rahang Terkunci : Rahang terasa terkunci atau kaku, sehingga sulit membuka atau menutup muluti) Gigi: Gigi-gigi tidak mengalami perlekatan yang sama karena ada sebagian gigi yang mengalami kontak
prematur dan bisa d sebabkan karena maloklusi atau merasa gigitan tidak pas
13
Gambar : Terdapat kasus dimana pasien ini mengalami kelainan TMJ. Pada titik A dan C pasien
mengalami kekakuan otot. Pada point B dan D pasien mengalami kelemahan otot dan stretched
out.
Faktor Risiko Gangguan Temporomandibular
Kelainan TMJ paling sering pada wanita dengan usia berkisar 30-50 tahun. Faktor resiko lain:
Jaw clenching
Teeth grinding (bruxism)
Rheumatoid arthritis
Fibromialgia
Trauma wajah dan rahang
Kelainan congenital pada tulang wajah
2. Pemeriksaan dan penegakkan diagnosa
2.1. Diagnosis TMJ
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang seperti foto roentgen atau MRI
Diagnosis
14
Anamnesis
Anamnesis kronologis dan komprehensif dan pemeriksaan fisik pasien, meliputi anamnesis dan
pemeriksaan gigi, penting untuk mendiagnosis kondisi kondisi spesifik untuk menentukan pemeriksaan
lebih lanjut, jika ada, dan untuk memberikan terapi spesifik.
a. Pasien mungkin memiliki riwayat penggunaan komputer berlebihan (dihubungkan dengan
terjadinya gangguan TMJ)
b. Satu pertiga pasien memiliki riwayat masalah psikiatri
c. Pasien mungkin memiliki riwayat trauma fasial, perawatan gigi yang buruk, dan atau stress
emosional.
d. Pasien dengan gangguan makan kronik menyebabkan prevalensi tinggi gangguan TMJ.
e. Banyak pasien dengan gangguan TMJ juga mengalami nyeri leher dan bahu.
f. Dokter sebaiknya menanyakan tentang ‘clenching’ di siang hari atau malam hari. ‘Clenching’ di
siang hari memiliki asosiasi yang kuat dengan dislokasi TMJ dibandingkan dengan bruksisme
malam hari.
g. Pasien akan mengeluhkan gejala berikut:
Nyeri: nyeri biasanya periaurikuler, dihubungkan dengan mengunyah, dan menyebar ke
kepala tetapi tidak seperti sakit kepala. Mungkin unilateral pada sisi dislokasi TMJ, kecuali
pada rheumatoid arthritis. Nyeri: biasanya sering dideskripsikan sebagai nyeri yang dalam
disertai dengan nyeri tajam yang intermiten seiring dengan gerakan rahang
‘Klik’, ‘pop’ dan ‘snap’: Suara ini biasanya dihubungkan dengan nyeri pada dislokasi TMJ.
“Klik” dengan nyeri pada dislokasi disk anterior disebabkan oleh reduksi mendadak dari pita
posterior ke posisi normal. Klik terisolasi sangat umum pada populasi umum dan bukan
faktor risiko terjadinya kelainan TMJ.
Episode ‘terkunci’ dan pembukaan rahang yang terbatas; ‘Keadaan terkunci’ dapat terbuka
atau tertutup, ‘open lock’ adalah ketidakmampuan untuk menutup mulut dan terlihat saat
dislokasi anterior kondilus mandibular di depan tonjolan artikuler. Jika tidak dikurangi segera
maka sangat menyakitkan. ‘Closed lock’ adalah ketidakmampuan untuk membuka mulut
karena nyeri atau perubahan lokasi sendi.
Nyeri kepala: Nyeri dislokasi tidak seperti nyeri kepala biasa. Dislokasi TMJ mungkin
menjadi pencetus pada pasien untuk mengalami sakit kepala, dan saat berkaitan dengan
dislokasi TMJ akan cenderung untuk menjadi berat secara alamiah. Beberapa pasien mungkin
memiliki riwayat nyeri kepala yang tidak berrespon terhadap pengobatan. Pencetus dari
kelainan TMJ tidak boleh disingkirkan pada pasien tersebut karena diagnosis penting dalam
pengobatan nyeri kepala ini.
15
Pemeriksaan Fisik5
a. Observasi
Postur kepala saat menghadap ke depan (dapat menunjukkan dislokasi kondilus posterior)
Maloklusi rahang, gigi abnormal, dan gigi yang copot
Ketegangan otot atau spasme otot leher ipsilateral
b. Pemeriksaan
Rentang gerakan sendi. Pemeriksa memeriksa pembukaan dan penutupan rahang serta deviasi
lateral bilateral. Rentang normal gerakan untuk pembukaan mulut adalah 5 cm dan gerakan
lateral mandibula adalah 1 cm. Pasien sering mengurangi pembukaan mulut.
Palpasi: Palpasi terbaik TMJ adalah lateral sebagai lekukan tepat di bawah sudut
zigomatikum, 1-2 cm di depan tragus. Aspek posterior sendi dipalpasi melalui kanal auditori
eksternal. Sendi sebaiknya dipalpasi baik pada posisi terbuka maupun tertutup dan baik
lateral maupun posterior. Saat palpasi, pemeriksa sebaiknya merasakan spasme otot,
konsistensi otot atau sendi, dan bunti sendi. Otot yang dipalpasi sebagai bagian dari
pemeriksaan TMJ lengkap yaitu masseter, temporalis, pterygoid medial, pterygoid lateral,
dan sternokleidomastoid. Pada disfungsi dan nyeri miofasial terisolasi, ‘klik’ dan
‘kelembutan’ sendi bisanya tidak ditemukan.
Pemeriksaan pembukaan mulut maksimal kemudian diukur interincisal distance
Pengukuran pergerkan lateral
Gerakan waktu membuka mulut, apakah deviasi yaitu mula-mula pembukaan mulut segaris
dengan midline lalu membelok ke kanan atau kiri lalu kembali ke posisi segaris dengan
midline. Defleksi jika pembukaan mulut mula-mula segairs dengan midline kemudian
membelok ke kanan atau ke kiri hingga pembukaan mulut maksimal
Pemeriksaan otot di sekitar TMj
Pemeriksaan TMJ dengan palpasi dan auskultasi
a. Pemeriksaan dental meliputi:
Mobility gigi
Keadaan perodontal
Kebiasaan mengunyah
Pemeriksaan oklusa
Pemeriksaan relasi sentrik
Pemeriksaan eksentrik oklusal kontak
16
Pemeriksaan intercuspal position
Pemeriksaan karies
1. Inspeksi Untuk melihat adanya kelainan sendi temporomandibular perlu diperhatikan
gigi, sendi rahang dan otot pada wajah serta kepala dan wajah. Apakah pasien menggerakan mulutnya dengan nyaman selama berbicara atau pasien seperti menjaga gerakan dari rahang bawahnya. Terkadang pasien memperlihatkan kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik selama interview seperti bruxism.
2. Palpasi :a. Masticatory muscle examination: Pemeriksaan dengan cara palpasi sisi kanan dan kiri pada
dilakukan pada sendi dan otot pada wajah dan daerah kepala.b. Temporalis muscle, yang terbagi atas 3 segmen yaitu anterior, media, dan posterior.c. Zygomatic arch (arkus zigomatikus).d. Masseter musclee. Digastric musclef. Sternocleidomastoid muscleg. Cervical spineh. Trapezeus muscle, merupakan Muscular trigger point serta menjalarkan nyeri ke dasar
tengkorang dan bagian temporali. Lateral pterygoid musclej. Medial pterygoid musclek. Coronoid processl. Muscular Resistance Testing: Tes ini penting dalam membantu mencari lokasi nyeri dan tes
terbagi atas 5, yaitu : Resistive opening (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri pada ruang inferior m.pterigoideus
lateral) Resistive closing (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri pada m. temporalis, m. masseter,
dan m. pterigoideus medial) Resistive lateral movement (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri pada m. pterigoideus
lateral dan medial yang kontralateral) Resistive protrusion (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri pada m. pterigoideus lateral) Resistive retrusion (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri pada bagian posterior m.
temporalis)3. Pemeriksaan tulang belakang dan cervical : Dornan dkk memperkirakan bahwa
pasien dengan masalah TMJ juga memperlihatkan gejala pada cervikal. Pada kecelakaan kendaraan bermotor kenyataannya menunjukkan kelainan pada cervikal maupun TMJ. Evaluasi pada cervikal dilakukan dengan cara :
o Menyuruh pasien berdiri pada posisi yang relaks, kemudian dokter menilai apakah terdapat asimetris kedua bahu atau deviasi leher
o Menyuruh pasien untuk menghadap kesamping untuk melihat postur leher yang terlalu ke depano Menyuruh pasien untuk memutar (rotasi) kepalanya ke setiap sisi, dimana pasien seharusnya
mampu untuk memutar kepala sekitar 80 derajat ke setiap sisi.
17
o Menyuruh pasien mengangkat kepala ke atas (ekstensi) dan ke bawah (fleksi), normalnya pergerakan ini sekitar 60 derajat
o Menyuruh pasien menekuk kepala kesamping kiri dan kanan, normalnya pergerakan ini 45 derajat4. Auskultasi : Joint sounds
Bunyi sendi TMJ terdiri dari “clicking” dan ‘krepitus’. “Clicking” adalah bunyi singkat yang terjadi pada saat membuka atau menutup mulut, bahkan keduanya. “Krepitus” adalah bersifat difus, yang biasanya berupa suara yang dirasakan menyeluruh pada saat membuka atau menutup mulut bahkan keduanya. “Krepitus” menandakan perubahan dari kontur tulang seperti pada osteoartrosis. “Clicking” dapat terjadi pada awal, pertengahan, dan akhir membuka dan menutup mulut. Bunyi “click” yang terjadi pada akhir membuka mulut menandakan adanya suatu pergeseran yang berat. TMJ ‘clicking’ sulit didengar karena bunyinya halus, maka dapat didengar dengan menggunakan stetoskop.
5. Range of motion: Pemeriksaan pergerakan ”Range of Motion” dilakukan dengan pembukaan mulut secara maksimal, pergerakan dari TMJ normalnya lembut tanpa bunyi atau nyeri. Mandibular range of motion diukur dengan :
a. Maximal interticisal opening (active and passive range of motion)b. Lateral movement
c. Protrusio movemen
Beberapa tes yang dilakukan untuk menetapkan bahwa anda mengalami gangguan TMJ adalah :I. Riwayat kesehatan anda. Seperti berapa lama anda merasakan sakit pada rahang, apakah anda pernah
mengalami cedera di rahang, atau apakah anda pernah mendapatkan perawatan gigi baru-baru ini.II. Mendengarkan pergerakan rahang anda dan merasakan pergerakannya saat membuka atau menutup
mulut.III. Mengamati seberapa besar pergerakan rahang anda.IV. Menguji pengunyahan anda untuk melihat apakah ada sesuatu yang abnormal.V. Memeriksa kondisi tambalan gigi apakah terlalu tinggi, gigi yang miring, gigi yang tanggal sebelum
waktunya dan lain-lain yang bisa menimbulkan gangguan pergerakan rahang.VI. Memeriksa tanda-tanda bruxism pada gigi anda
VII. Menekan-nekan daerah sekitar rahang anda untuk menemukan lokasi ketidaknyamanan.VIII. Menanyakan apakah anda sedang stress atau mengalami anxietas (kecemasan)
Dokter anda juga akan memerintahkan foto rontgen kepala anda untuk mengetahui kondisi yang sebenarnya terjadi di rahang.
Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X
Secara umum, sinar x pada daerah gigi dan mulut dapat dibagi menjadi dua golongan:
a. Sinar X intraoral
Sinar X intraoral merupakan sinar X dental yang paling umum digunakan. Alat ini
memberikan detail dan gambaran kavitas, memeriksa kesehatan akar gigi dan tulang di
18
sekitar gigi, memeriksa status perkembangan gigi dan memantau kesehatan umum dari
tulang dan rahang.
i. Bitewing
Pada pemeriksaan ini pasien menggigit suatu paper tab dan menunjukkan bagian
mahkota pada gigi atas dan gigi bawah bersama
ii. Periapikal
Periapikal menunjukkan satu atau dua gigi yang lengkap mulai dari mahkota hingga akar.
iii. Palatal (disebut juga oklusal)
Sinar x palatal atau oklusal menangkap keseluruhan gigi atas dan bawah pada satu
tembakan sementara film diletakkan pada permukaan gigitan dari gigi.
b. Sinar X ekstraoral
Sinar X ekstraoral menunjukkan gigi, tetapi fokus utamanya adalah rahang dan tengkorak.
Alat yang termasuk golongan ini tidak menyediakan detail yang ditemukan pada sinar X
intraoral sehingga tidak digunakan untuk mendeteksi kavitas atau mengidentifikasi masalah
gigi per gigi. Alat ini digunakan untuk melihat gigi impaksi, memantau tumbuh-kembang
rahang dalam hubungannya dengan gigi-geligi dan mengidentifikasi masalah potensial antara
gigi dan rahang beserta TMJ.
i. Panoramik
Sinar x panoramik membutuhkan suatu alat khusus untuk berotasi mengelilingi kepala.
Sinar x menangkap keseluruhan rahang dan gigi-geligi dalam satu tembakan. Alat ini
digunakan untuk merencanakan terapi bagi implan gigi, memeriksa gigi geraham bungsu,
dan mendeteksi masalah rahang. Panoramik tidak bagus dalam mendeteksi kavitas,
kecuali kerusakannya sangat parah dan dalam.
ii. Tomogram
Tomogram menunjukkan lapisan khusus atau potongan dari mulut sementara yang lain
dibuat buram. Jenis sinar X ini bermanfaat untuk memeriksa struktur yang sulit dilihat
secara jelas, misalnya karena struktur lainnya sangat dengan dengan struktur yang akan
dilihat.
iii. Proyeksi Sefalometri
Menunjukkan keseluruhan sisi kepala. Jenis sinar X ini bermanfaat untuk memeriksa
gigi-geligi dengan hubungan terhadap rahang dan profil individu. Ahli ortodonti
menggunakan jenis sinar X ini untuk mengembangkan rencana terapi ini.
iv. Sialografi
19
Sialografi melibatkan visualisasi kelenjar saliva setelah injeksi pewarnaan. Pewarnaannya
disebut agen kontras radioopak yang diinjeksikan menuju kelenjar saliva sehingga organ
tersebut dapat dilihat melalui film sinar X.
1. Transcranial radiografi : Menggunakan sinar X, untuk dapat menilai kelainan, yang harus diperhatikan antara lain:a. Condyle pada TMJ dan bagian pinggir kortex harus diperhatikanb. Garis kortex dari fossa glenoid dan sendi harus dilihat.c. Struktur condyle mulus, rata, dan bulat, pinggiran kortex rata.d. Persendian tidak terlihat karena bersifat radiolusen.e. Perubahan patologis yang dapat terlihat pada condyle diantaranya flattening, lipping.
2. Panoramik Radiografi : Menggunakan sinar X, dapat digunakan untuk melihat hampir seluruh regio maxilomandibular dan TMJ. Kelemahan dari pemeriksaan ini antara lain :
o Terdapatnya bayangan atau struktur lain pada foto X ray.o Fenomena distorsi, dimana terjadi penyimpangan bentuk yang sebenarnya yang terjadi akibat goyang
saat pengambilan gambar.o Gambar yang kurang tajam. Kelainan yang dapat dilihat antara lain fraktur, dislokasi, osteoatritis,
neoplasma, kelainan pertumbuhan pada TMJ.
2. Computed Tomography
Disebut juga CT-scan. menunjukkan struktur interior tubuh sebagai gambaran tiga dimensi. Jenis
sinar x ini digunakan untuk mengidentifikasi masalah pada tulang wajah, seperti tumor atau
fraktur. CT Scan merupakan pemeriksaan yang akurat untuk melihat kelainan tulang pada TMJ.
3. MRI (Magnetic Ressonance Image)
MRI baik untuk menunjukkan delineasi dari posisi diskus dan jaringan lunak dari TMJ. Perforasi
diskus dan adhesi sendi tidak dapat ditunjukkan oleh MRI
3. Penatalaksanaan
Memutuskan terapi yang tepat
Sampai saat ini masih belum ada panduan yang disetujui untuk mendiagnosis kelainan
temporomandibular, begitu pulat erapi yang terbaik. Kebanyakan ahli setuju, terapi konservatif,
20
non-bedah adalah langkah yang tepat untuk memulai. Pembedahan dan terapi invasive lain,
seperti injeksi dapan menyebabkan masalah dan digunakan sebagai langkar terakhir. Kelainan
TM biasanya sementara dan tidak memburuk. Pada pasien – pasien ini, gejala dapat dikurangi
dengan terapi tunggal yang dapat dilakukan di rumah. Kadang gejala menghilang tanpa dilakukan
terapi sama sekali atau kambuh kembali.
Adapun terapi yang dianjurkan adalah:
Makanan lunak
Dengan memakan makanan yang tidak perlu banyak dikunya, rahang – termasuk sendi
temporomandibular dan otot pengunyahah- mendapatkan kesempatan untuk beristirahat dan
sembuh.
Makanan seperti berikut sebaiknya dihindari:
Makanan besar atau tebal yang perlu membuka mulut dengan lebar
Lengket
Keras, atau renyah
Bila mungkin, makanan dipotong – potong menjadi kecil sehingga mudah dikunyah, makan yang
terbaik adalah makanan yang lunak dan hanya perlu sedikit dikunyah, misalnya:
Yogurt
Soup
Ikan
Pada beberapa orang, gejala menghilang setelah dua atau tiga minggu diet makanan lunak.
Kompres es, latihan dan kompres hangat
Dengan mengompres sisi wajah + akan melemaskan otot – otot yang menyebabkan spasme,
kemudian dilanjutkan dengan latihan peregangan seperti:
Meletakkan ibu jari kiri di bawah gidepan rahang atas
Letakkan Jari telunjuk dan tengah kanan di atas gigi depan rahang bawah
Secara perlahan, tarik rahang dengan menggunakan tangan.
Bila perlu, pasien dapat dianjurkan berkonsultasi kepada terapis fisik. Rutinitas ini kemudian
diakhiri dengan menempelkan handuk hangat atau kain basah ke sisi wajah + 5 menit, latihan ioni
sebaiknya dilakukan beberapa kali dalam sehari.
Obat – Obatan
Obat yang dapat diberikan antara lain:
Nonsteroidal antiinflammatory drugs (NSAIDs), seperti aspirin atau ibuprofen untuk meredakan
nyeri otot dan pembengkakan. Pemberiannya untuk jangka pendek dan berdasarkan basis regular,
bukan pada saat diperlukan selama 2-4 minggu dan kemudian dilakukan tapering off
21
Narkotik diberikan pada pasien dengan nyeri akut berat dan tidak boleh diberikan lebih dari 10-14
hari.
Bila NSAID tidak efektif meredakan nyeri, dapat diberikan dosis rendah antidepresan trisiklik
dengan anti muskarinik. Obat –obatan ini menghambat transmisi nyeri dan mengurangi bruxisme
malam hari. Jenis yang biasa digunakan adalah Amitriptyline and nortriptyline dalam dosis kecil.
Relaxan otot untuk melemaskan otot rahang seperti diazepam, methocarbamol, and
cyclobenzaprine diberikan dalam dosis efektif terendah.
Splint — Splint yang dipakai didesain untuk seluruh gigi dan ditujukan untuk mencegah gigi atas
dan bawah menyatu sehingga menyulitkan pasien mengatupkan rahangnya. Kerja splint adalah
dengan mengambil tekanan sendi dan otot rahang sehingga memberikan kesempatan untuk
beristirahat dan menyembuhkan diri. Pemakaian splint harus sesuai anjuran dokter dan tidak
boleh dipakai terlalu lama karena akan mengubah gigitan. Jenis splint yang dapat dipakai adalah
anterior repositioning splint dan autorepositional splints .Faktor – factor yang mempengaruhi
penyembuhan dengan penggunaan splint diperkirakan adalah perubahan hubungan oklusal,
redistribusi gaya oklusi pada gigitan dan perubahan hubungan structural dan gaya pada TMJ.
Terapi
Terapi Pembedahan
Terapi pembedahan pada tata laksana dislokasi temporomandibular merupakan cara terakhir yang
dipilih setelah terapi non pembedahan lainnya. Terapi pembedahan bersifat ireversibel dan
terkadang menimbulkan rasa sakit bahkan kerusakan rahang. Tujuan utama dari terapi
pembedahan adalah:
Menghilangkan nyeri dan membatasi progresivitas penyakit degeneratif
Memperbaiki range of motion dari rahang
Restorasi oklusi fungsional dan anatomi
Terdapat dua tipe pembedahan pada kelainan temporomandibular:
1. Artosentesis
Artrosentesis meliputi pencucian sendi dengan cairan yang diinjeksikan ke dalam ruang sendi dengan
spuit. Tindakan ini dapat dilakukan dengan anestesi lokal secara intravena.
2. Artroskopi
22
Artroskopi membutuhkan anestesi umum. Ketika pasien sudah dalam kondisi tidak sadar, dokter
bedah akan melakukan insisi kecil pada depan telinga. Setelah itu, dimasukkan alat melalui lubang ini
sehingga bisa terlihat area sekitar temporomandibular.
3. Pembedahan sendi terbuka
Pembedahan ini baru dilakukan jika ada indikasi seperti:
a. Degenerasi sendi temporomandibular
b. Tumor
Sebelum terapi pembedahan dilakukan, terapi dental splint atau terapi non bedah lain dapat dilakukan
agar otot lebih relaksasi.
Ekuilibrasi
Terapi ekuilibrasi oklusi merupakan salah satu terapi yang sering dilakukan oleh dokter gigi untuk
memperbaiki kondisi dislokasi temporomandibular. Ekuilibrasi oklusi dapat meningkatkan stabilitas dan
ortopedik. Hal ini kemudian dapat meningkatkan fungsi mastikasi. Pada ekuilibrasi, dilakukan
penyesuaian sendi rahang, otot rahang dan giig agar ototnya berada dalam keadaan rileks, sendi rahang
stabil, gigi geligi rahang atas dan bawah dapat berkontak.
Langkah-langkah ekuilibrasi:
1. Memposisikan sendi rahang dalam posisi stabil(centric relation position). Otot rahang harus
diistirahatkan saat melakukan manuver ini. Pada umumnya, dokter gigi menggunakan teknik
manipulasi bimanual.
2. Penyesuaian gigi dan melakukan plaster gigi.
Komplikasi
Komplikasi pada TMJ merupakan kondisi sekunder, simptom, atau gangguan lain yang
disebabkan oleh TMJ sindrom.
Komplikasi dari TMJ dapat berupa:
sakit kepala
sakit pada rahang
bunyi “clik-clik” pada rahang.
arthritis
facial pain
Komplikasi pada TMJ merupakan kondisi sekunder, simptom, atau gangguan lain yang
disebabkan oleh TMJ sindrom.
23
Arthritis TMJ
Infectious arthritis, traumatic arthritis, osteoarthritis, RA, dan secondary degenerative arthritis
dapat menyebabkan TMJ.
Infectious arthritis
Infeksi pada TMJ dapat disebabkan dari ekstensi langsung dari infeksi yang berdekatan atau
melalui sistem hematogen. Area ini akan inflamasi dan gerakan dari rahang akan terbatas. X-ray
dapat negatif pada stage awal tetapi lama-kelamaan dapat menggambarkan gambaran destruksi
tulang. Jika dicurigai arthritis supuratif, maka dapat dilakukan aspirasi pada sendi untuk
konfirmasi diagnosis dan untuk mengidentifikasi organisme penyebab. Diagnosis harus cepat
untuk mencegah kerusakan sendi permanent.
Terapi berupa antibiotik, perbaiki status hidrasi, anti nyeri, dan batasi pergerakan sendi. Penicilin
parenteral merupakan obat pilihan utama sampai spesifik bakteri ditemukan. Jika infeksi sudah
teratasi, jaw-opening exercises dapat membantu mencegah scarring dan keterbatasan gerak.
Traumatic arthritis
Jarang. acute injury (contoh: intubasi endotrakeal) dapat menyebabkan arthritis pada TMJ. Dapat
terjadi nyeri, tenderness,dan keterbatasan gerak. Diagnosis berdasarkan anamnesis. Hasil x-ray
negatif, kecuali ketika terjadi intra-articular edema atauhemoragik yang meluas pada ruang
sendi. Terapi berupa NSAIDs, diet makan lunak dan restriksi dari pergerakan sendi.
Osteoarthritis
TMJ dapat terkena, terutama pada usia > 50 tahun. Biasanya pasien mengeluh kaku,grating, dan
mild pain.pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan krepitasi. Sendi yang terkena pada umumnya
bilateral. X-rays dan CT scan dapat menunjukkan flattening and lipping pada condyle. Terapi
berupa simptomatik.
Rheumatoid arthritis
Dapat mengenai TMJ > 17% pada dewasa dan pada anak dengan RA, tetapi biasanya TMJ
merupakan sendi terakhir yang terkena. Nyeri, bengkak, dan keterbatasan gerak merupakan yang
paling serig ditemkan. Pada anak, destruksi condyle mengakibatkan gangguan pertumbuhan
mandibular dan deformitas wajah. Dapat juga terjadi ankilosis. X-rays biasanya negatif pada
stage awal, tetapi lama kelamaan menunjukkan destruksi tulang., yang mengakibatkan anterior
open-bite deformity.
Terapi sama dengan RA pada sendi lain. Pada keadaan akut, dapat diberikan NSAIDs membatasi
gerakan sendi. Night guard atau splint terkadang menbantu. Bedah diperlukan apabila terjadi
ankilosis.
24
Secondary degenerative arthritis
Arthritis tipe ini mengenai usia 20-40 setelah trauma atau dengan persistent myofascial pain
syndrome. Gejala biasanya terbatas saat membuka mulut, unilateral pain, dan krepitus. Diagnosis
berdasarkan x-rays, yang biasanya menunjukkan condylar flattening, lipping, spurring, or
erosion.
Perawatan Ganggguan Sendi Rahang Dukungan utama dari perawatan untuk sakit sendi rahang akut adalah panas dan es, makanan lunak (soft diet) dan obat-obatan anti peradangan ( Suryonegoro H, 2009 ).
1. Jaw Rest (Istirahat Rahang) Sangat menguntungkan jika membiarkan gigi-gigi terpisah sebanyak mungkin. Adalah juga sangat penting mengenali jika kertak gigi (grinding) terjadi dan menggunakan metode-metode untuk mengakhiri aktivitas-aktivitas ini. Pasien dianjurkan untuk menghindari mengunyah permen karet atau makan makanan yang keras, kenyal (chewy) dan garing (crunchy), seperti sayuran mentah, permen-permen atau kacang-kacangan. Makanan-makanan yang memerlukan pembukaan mulut yang lebar, seperti hamburger, tidak dianjurkan ( Suryonegoro H, 2009 ).
2. Terapi Panas dan Dingin Terapi ini membantu mengurangi tegangan dan spasme otot-otot. Bagaimanapun, segera setelah suatu luka pada sendi rahang, perawatan dengan penggunaan dingin adalah yang terbaik. Bungkusan dingin (cold packs) dapat membantu meringankan sakit (Suryonegoro H, 2009 ).
3. Obat-obatan Obat-obatan anti peradangan seperti aspirin, ibuprofen (Advil dan lainnya), naproxen (Aleve dan lainnya), atau steroids dapat membantu mengontrol peradangan. Perelaksasi otot seperti diazepam (Valium), membantu dalam mengurangi spasme-spasme otot ( Suryonegoro H, 2009 ).
4. Terapi Fisik Pembukaan dan penutupan rahang secara pasiv, urut (massage) dan stimulasi listrik membantu mengurangi sakit dan meningkatkan batasan pergerakan dan kekuatan dari rahang ( Suryonegoro H, 2009 ).
5. Managemen stres Kelompok-kelompok penunjang stres, konsultasi psikologi, dan obat-obatan juga dapat membantu mengurangi tegangan otot. Umpanbalikbio (biofeedback) membantu pasien mengenali waktu-waktu dari aktivitas otot yang meningkat dan spasme dan menyediakan metode-metode untuk membantu mengontrol mereka ( Suryonegoro H, 2009 ).
6. Terapi Occlusal Pada umumnya suatu alat acrylic yang dibuat sesuai pesanan dipasang pada gigi-gigi, ditetapkan untuk malam hari namun mungkin diperlukan sepanjang hari. Ia bertindak untuk mengimbangi gigitan dan mengurangi atau mengeliminasi kertakan gigi (grinding) atau bruxism ( Suryonegoro H, 2009 ).
7. Koreksi Kelainan Gigitan
25
Terapi koreksi gigi, seperti orthodontics, mungkin diperlukan untuk mengkoreksi gigitan yang abnormal. Restorasi gigi membantu menciptakan suatu gigitan yang lebih stabil. Penyesuaian dari bridges atau crowns bertindak untuk memastikan kesejajaran yang tepat dari gigi-gigi ( Suryonegoro H, 2009 ).
8. Operasi Operasi diindikasikan pada kasus-kasus dimana terapi medis gagal. Ini dilakukan sebagai jalan terakhir. TMJ arthroscopy, ligament tightening, restrukturisasi rahang (joint restructuring), dan penggantian rahang (joint replacement) dipertimbangkan pada kebanyakan kasus yang berat dari kerusakan rahang atau perburukan rahang (Suryonegoro H, 2009 ).
9. Perawatan Tanpa bedahBeberapa kasus gangguan TMJ akan berakhir dengan perawatan biasa yang bahkan
mungkin tidak membutuhkan kehadiran dokter gigi di samping anda. Di antaranya :a. Mengubah kebiasaan buruk. Dokter gigi anda akan mengingatkan anda untuk lebih
memperhatikan kebiasaan-kebiasaan anda sehari-hari. Misalnya kebiasaan menggemertakkan gigi, bruxism, atau menggigit-gigit sesuatu. Kebiasaan ini harus digantikan dengan kebiasaan baik seperti membiarkan otot mulut dalam kondisi rilex dengan gigi atas dan bawah tidak terlalu rapat, lidah menyentuh langit-langit dan berada tepat di belakang gigi atas anda.
b. Mengurangi kelelahan otot rahang. Dokter gigi anda akan meminta anda tidak membuka mulut terlalu lebar dalam berbagai kesempatan. Contohnya jangan tertawa berlebihan.
c. Peregangan dan pijatan. Dokter gigi akan memberikan latihan bagaimana caranya meregangkan atau memijat otot rahang anda. Sebagai tambahan juga mungkin akan diberikan petunjuk bagaimana posisi kepala, leher, dan bahu yang tepat dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
d. Kompres panas atau dingin. Dengan mengompress kedua sisi wajah anda baik dengan kompres panas atau dingin akan membantu relaksasi otot rahang.
e. Obat anti inflamasi. Untuk mengurangi inflamasi (peradangan) dan rasa sakit, dokter gigi anda mungkin akan menyarankan aspirin atau obat anti inflamasi nonsteroid lainnya, misalkan ibuprofen (Advil, Motrin, dll)
f. Biteplate. Jika TMJ anda mengalami kelainan pada posisi mengunyah, sebuah biteplate (pemandu gigitan) akan diberikan. Biteplate dipasang di gigi untuk menyesuaikan rahang atas dengan rahang bawah. Dengan posisi mengunyah yang benar tentunya akan membantu mengurangi tekanan di struktur sendi.
g. Penggunaan night guard. Alat ini berguna untuk mengatasi kebiasaan bruxism di malam hari.
h. Terapi kognitif. Jika TMJ anda mengalami gangguan karena stress atau anxietas, dokter gigi anda akan menyarankan untuk menemui psikiater untuk mengatasinya.
10. Perawatan lanjutan Jika perawatan non bedah tidak berhasil mengurangi gejala gangguan TMJ, dokter gigi anda akan merekomendasikan perawatan berikut :
a. Perawatan gigi. Dokter gigi anda akan memperbaiki gigitan dengan menyeimbangkan permukaan gigi anda. Caranya bisa dengan mengganti gigi yang hilang atau tanggal, memperbaiki tambalan atau membuat mahkota tiruan baru.
b. Obat kortikosteroid. Untuk sakit dan peradangan pada sendi, obat kortikosteroid akan diinjeksikan ke dalam sendi.
26
c. Arthrocentesis. Prosedur ini dilakukan dengan jalan menyuntikan cairan ke dalam sendi untuk membuang kotoran atau sisa peradangan yang mengganggu rahang.
d. Pembedahan. Jika semua perawatan tidak berhasil juga, dokter gigi akan merujuk anda ke dokter gigi spesialis bedah mulut.
Perawatan Artrosis
1. Terapi konservatifTerdapat beberapa perawatan:
Fisioterapi, perawatan dengan aplikasi panas dengan infra red Kemoterapi, pemberian obat analgetik, obat penenang untuk mengurangi nervous tension, obat relaksi
otot, obat anti inflamasi Latihan membuka dan menutup mulut Rehabilisasi oklusi, seperti memberbaiki tambalan, penyesuaian oklusi dengan orto atau restorasi Olah raga dan istirahat yang cukup untuk mengurangi stress dan merilekskan otot
2. Terapi dengan injeksiAda 2 teknik injeksi yaitu menyuntik pada artikulasio dan menyuntik intramuskular. Obat yang
digunakan dapat berupa hyaluronidase, hidrokortison, sclerosing solution, anestetikum
3. Terapi dengan bedahBila perawatan sebelumnya tidak atau belum berhasil perlu dipikirkan untuk tindakan operasi. Terapi ini
dilakukan apabila terlihat adanya kelainan pada kondilus, midsalnya permukaan yang tidak sesuai dengan
ossa atau kelainan pada bagian artukularis
Menisektomi, pembedahan pada meniskus yang mengalami luka/sobek dan memberi gangguan yang hebat pada TMJ
Kondilektomi, pengambilan sebagian kondilus atau membentuk kondilus kembali sesuai dengan fossa artikularis
27