SKENARIO 3

33
LAPORAN TUTORIAL BLOK 2.2 SKENARIO 3: NASIB ODHA OLEH: KELOMPOK 28 D Ketua : REDHO AGUSTA ( 1010313112) Sekretaris : CANTIKA DINIA ZULDA (1010311012) AYU ANDRIAN PUTRI ( 1010312079 ) Anggota : EMERALDO ( 0910313 ) AFRIA MUTIARA YUNI ( 1010311001) AMELIA AMELINA AZMY (1010313022 ) ENI YULVIA SUSILAYANTI ( 1010312040 ) MEGA GUSTI AYU ( 1010313083 ) RAYSA RAMAYUMI ( 1010311023 ) SITI ARDINA SARI ( 1010313009 ) ZAKI FARHAN ( 1010313039 ) FAKULTAS KEDOKTERAN

Transcript of SKENARIO 3

LAPORAN TUTORIALBLOK 2.2

SKENARIO 3: NASIB ODHA

OLEH:

KELOMPOK 28 D

Ketua : REDHO AGUSTA ( 1010313112)

Sekretaris : CANTIKA DINIA ZULDA (1010311012)

AYU ANDRIAN PUTRI ( 1010312079 )

Anggota : EMERALDO ( 0910313 )

AFRIA MUTIARA YUNI ( 1010311001)

AMELIA AMELINA AZMY (1010313022 )

ENI YULVIA SUSILAYANTI ( 1010312040 )

MEGA GUSTI AYU ( 1010313083 )

RAYSA RAMAYUMI ( 1010311023 )

SITI ARDINA SARI ( 1010313009 )

ZAKI FARHAN ( 1010313039 )

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2011

SKENARIO 3 : NASIB ODHA

Odha seorang pemuda 20 tahun seorang mahasiswa hendak menyumbangkan darahnya

membantu teman yang membutuhkan darah setelah mengalami kecelakaan. oleh karena memiliki

tatoo, maka Odha dikirim ke tim konseling untuk anjuran pemeriksaaan lebih lanjut. Karena Odha

sangat ingin membantu temannya, dia bersedia untuk menjalani pemeriksaan HIV. Dari hasil

screening test didapatkan hasil antibodi HIV positif, HbsAg positif. Odha dinyatakan untuk

sementara belum bisa menjadi donor darah dan untuk memastikan telah terinfeksi HIV, dilakukan

tes konfirmasi dengan Western Blood Test. Odha sangat kecewa dan merasa khawatir tentang

pernyataan tersebut.

Dari anamnesis diketahui bahwa Odha mempunyai riwayat seorang “ IDUS” ( Penasun )

sewaktu SMP dulu. Setelah dinyatakan positif pengidap HIV, maka Odha disarankan untuk kontrol

teratur guna memantau limfosit TCD4, karena virus ini menyerang imunitas seluler tubuh sel

TCD4. Apabila jumlah sel TCD4 menurun, maka Odha akan mendapat terapi antiretrovirus. Dokter

mengatakan infeksi HIV termasuk Blood borne disease. Odha bertanya apakah bisa ditularkan

melalui gigitan nyamuk seperti DBD?

Bagaimana Anda menjelaskan proses terjadinya infeksi oleh HIV serta pencegahannya?

I. TERMINOLOGI

1. HIV : virus yang menyebabkan penyakit AIDS.

2. HbsAg positif : ditemukannya antigen hepatitis B pada tubuh.

3. Screening test : tes untuk mendeteksi secara dini suatu penyakit.

4. Western Blood Test : sebuah metode untuk mendeteksi suatu protein pada sampel jaringan; tes

darah untuk mendeteksi infeksi kronis HIV.

5. TCD4 : limfosit T yang memiliki reseptor CD4+, contohnya T helper.

6. Blood borne disease : penyakit yang penularannya melalui darah.

7. Antiretrovirus: pengobatan untuk perawatan infeksi retrovirus, terutama oleh HIV.

8. IDUS ( Penasun ) : pengguna narkoba suntik.

9. Konseling : pemberian bantuan kepada seorang klien yang mendapatkan suatu masalah.

II. RUMUSAN MASALAH

1. Mengapa Odha dikirim ke tim konseling untuk anjuran pemeriksaan lebih lanjut hanya karena ia

memiliki tatoo?

2. Bagaimana pemeriksaan HIV yang harus dijalani Odha?

3. Bagaimana hasil interpretasi dari HIV positif dan HbsAg positif?

4. Bagaimana hubungan antara hasil interpretasi dari HIV positif dengan HbsAg positif?

5. Mengapa Odha belum bisa menjadi donor darah?

6. Mengapa untuk memastikan terinfeksi HIV perlu dilakukan tes konfirmasi dengan Western

Blood Test padahal dari hasil screening test telah ditemukan antibodi HIV positif?

7. Mengapa Odha sangat kecewa dan merasa khawatir dengan keadaan yang dialaminya tersebut?

8. Bagaimana hubungan riwayat Odha sebagai seorang IDUS dengan keadaannya sekarang?

9. Mengapa virus HIV menyerang sel TCD4?

10. Mengapa harus dilakukan kontrol teratur terhadap Odha?

11. Mengapa bila jumlah sel TCD4 menurun, Odha akan mendapat terapi antiretrovirus?

12. Bagaimana terapi antiretrovirus diberikan?

13. Mengapa infeksi HIV termasuk Blood borne diseae?

14. Bagaiman penularan HIV dan apakah bisa ditularkan melalui gigitan nyamuk?

15. Bagaimana proses terjadinya infeksi virus HIV dan bagaimana pencegahannya?

16. Bagaimana proses terjadinya infeksi virus?

III. ANALISA MASALAH

1. Odha dikirim ke tim konseling untuk anjuran pemeriksaan lebih lanjut karena ia memiliki tatoo.

Pembuatan tatoo pada umumnya menggunakan jarum dan sampai berdarah, dengan keadaan

seperti ini bisa saja jarum yang digunakan untuk membuat tatoo tidak steril sehingga rentan

terhadap HIV.

2. Pemeriksaan HIV yang harus dijalani Odha :

- Pemeriksaan tes darah : pada orang yang terkena HIV terdapat defisiensi sistem imun, karena

HIV menyerang sel TCD4

- TES ELISA : pengambilan dan tes darah, urin dan cairan mulut untuk melihat adanya tes

antibodi terhadap HIV

- jika hasil pemeriksaan tidak pasti dapat dilanjutkan dengan tes PCR yaitu memeriksa

keberadaan HIV dalam darah

- Tes antigen p24 : untuk mengetahui adanya protein HIV

3. Hasil interpretasi dari HIV positif dan HbsAG positif adalah ditemukannya antibodi terhadap

HIV dalam tubuh dan ditemukannya antigen hepatitis B.

HbsAg positif jika :

- dapat ditemukan pada orang yang telah divaksinasi dengan vaksin Hepatitis B

- dalam keadaan tubuh diserang oleh virus Hepatitis B

4. Hubungan antara hasil interpretasi dari HIV positif dengan HbsAg positif:

Ketika seseorang terkena virus HIV maka sistem imunnya akan diserang dan terjadi defisiensi

imun. Keadaan ini menyebabkan penyakit mudah masuk dan mungkin dalam kasus ini virus

Hepatitis B masuk ke dalam tubuh.

HIV memiliki gen p2177 yang dapat menyerang metabolisme pada GTP dan menghentikan

pembentukan asam oksalat pada siklus krebs. Penurunan asam oksalat ini menyebabkan

kerusakan hati dan kerentanan terhadap virus hepatitis B.

5. Odha belum bisa menjadi donor darah karena dari hasil screening test terdapat antibodi HIV

dalam tubuhnya dan ada kemungkinan Odha sedang menderita HIV. Salah satu penularan HIV

adalah melalui darah, jika Odha mendonorkan darah kepada temannya, kemungkinan temannya

bisa tertular.

6. Western blood test dilakukan untuk memastikan lagi kebenaran dari hasil pemeriksaan

sebelumya karena pada pemeriksaan western blood test ini lebih sensitif dan lebih spesifik. Pada

Western blood test yang diperiksa protein spesifik HIV.

7. Odha sangat kecewa dan merasa khawatir dengan keadaan yang dialaminya karena :

- dari segi sosial orang mungkin akan menjauhinya

- Odha merasa kecewa karena ia tidak bisa menyumbangkan darah untuk temannya

- Odha merasa khawatir karena belum ditemukan obat terhadap HIV

8. Hubungan riwayat Odha sebagai seorang IDUS dengan keadaannya sekarang:

Seorang IDUS atau pengguna narkoba dengan jarum suntik rentan terhadap penularan HIV

karena HIV dapat ditularkan melalui darah.

9. Virus HIV menyerang sel TCD4 karena TCD4 merupakan reseptor pada virus HIV. Pada

permukaan CD4 terdapat Gp 120 yang memiliki afinitas tinggi.

10. Odha harus menjalani kontrol teratur untuk mengevaluasi penurunan sel TCD4, di mana kontrol

terhadap TCD4 ini penting agar penyakit tidak berlanjut menjadi AIDS. Pada penderita AIDS

jumlah sel TCD4 < 700 sel /µl sedangkan normalnya jumlah sel TCD4 adalah 800-1000 /µl

11. Terapi antiretrovirus dilakukan untuk memperlambat penyerangan terhadap sel TCD4 yaitu

dengan cara menghambat kerja enzim yang berperan dalam proses replikasi tersebut. Terapi

antiretrovirus hanya memperlambat kerja virus HIV, tidak untuk mematikannya.

Terapi antiretrovirus bertujuan untuk:

- menghentikan progresifitas penyakit HIV dengan menekan viral load

- memulihkan sistem imun dan mengurangi terjadinya infeksi oportunistik

- memperbaiki kualitas hidup

- mengurangi morbiditas dan mortalitas karena infeksi HIV

12. Terapi antiretrovirus diberikan dengan kombinasi tiga atu lebih obat. contoh obat : protease

inhibitor.

13. Infeksi HIV termasuk Blood borne diseae karena menyerang limfosit dan penularannya terjadi

melalui darah.

14. Penularan HIV dapat terjadi melalui:

-hubungan seksual

- jarum atau alat suntik yang tercemar HIV

- transfusi darah

- bayi dari ibu hamil HIV

- air susu ibu yang terkena HIV

Cairan tubuh penular HIV : darah, ASI, sperma, cairan kemaluan wanita dan cairan dubur.

HIV tidak dapat menular melalui gigitan nyamuk.

15. a.Proses terjadinya infeksi virus HIV:

Sel target virus ini terutama sel Lymfosit karenanya mempunyai reseptor untuk virus HIV yang

disebut CD-4. Didalam sel lymfosit virus dapat berkembang dan seperti retrovirus yang lain

dapat tetap hidup lama dalam sel dengan keadaan inaktif. Secara mortologis HIV terdiri atas 2

bagian besar yaitu bagian inti (core) dan bagian selubung (envelope). Bagian inti berbentuk

silindris tersusun atas dua untaian RNA (Ribonucleic acid). enzim reverse transcriptase dan

beberapa jenis protein. Bagian selubung terdiri atas lipid dan glikoprotein (gp 41 dan gp 120).

Gp 120 berhubungan dengan reseptor Lymfosit (T4) yang rentan. Karena bagian luar virus

(lemak) tidak tahan panas, bahan kimia, maka HIV termasuk virus yang sensitif terhadap

pengaruh tetapi relatif resisten terhadap radiasi dan sinar ultraviolet. Virus HIV hidup dalam

darah, saliva, semen, dan mudah mati diluar tubuh. HIV secara selektif menginfeksi sel yang

berperan membentuk zat antibodi pada sistem kekebalan tersebut, yaitu sel lymfosit T4. Setelah

HIV mengikat diri pada molekul CD 4, virus masuk kedalam target dan ia melepas bungkusnya

kemudian dengan enzym reverse transcryptae ia merubah bentuk RNA agar dapat bergabung

dengan DNA sel target. Selanjutnya sel yang berkembang biak akan mengundang bahan genetik

virus.RNA dari HIV mulai membentuk DNA dalam struktur yang belum sempurna, disebut

proviral DNA, yang akan berintegrasi dengan genome sel induk secara laten (lama). Karena

DNA dari HIV bergabung/integrasi dengan genome sel induknya (limfosit T helper) maka setiap

kali sel induk berkembang biak, genom HIV tersebut selalu. ikut memperbanyak diri dan akan

tetap dibawa oleh sel induk ke generasi berikutnya.

b. Pencegahan terhadap infeksi HIV :

1) pencegahan melalui hubungan seksual:

- tidak melakukan hubungan seks dengan berganti-ganti pasangan

- penggunaan kondom

2) pencegahan melalui darah

- transfusi darah dengan yang tidak terinfeksi

- sterilisaasi jarum suntik dan alat-alat yang melukai kulit

-hindari penggunaan narkoba

- sterilisasi peralatan medis yang berhubungan dengan cairan manusia

3) Pencegahan melalui ibu

- Ibu yang telah terinfeksi HIV agar mempertimbangkan kehamilannya

- Ibu yang telah terinfeksi tidak menyusui anaknya

16. Proses infeksi virus:

Virus melekat ke tubuh dan masuk ke tubuh melalui kulit, saluran napas, saluran cerna, saluran

kemih atau konjungtiva. Biasanya virus akan berreplikasi pada tempat masuk primer. Virus ini

ada yang langsung menimbulkan penyakit pada tempat masuknya tanpa menyebar dulu secara

sistemik. Virus ini menyebar secara lokal melewati permukaan epitel tapi tidak menginvasi

jaringan di bawahnya atau ke tempat berdekatan.

Namun ada juga virus yang menyebar secara sistemik setelah replikasi di tempat masuk.

Umumnya menyebar dalam tubuh melalui aliran darah, getah bening dan kadang-kadang terjadi

melalui neuron.

IV. SISTEMATIKA

V.LEARNING OBJECTIVE

1. Klasikasifikasi virus secara umum

2. Klasifikasi virus RNA

3. Klasifikasi virus DNA

4. Vektor yang berperan dalam infeksi virus

5. Patogenesis infeksi virus

6. Respon imun terhadap infeksi virus

7. Pemeriksaan yang terkait dengan infeksi virus

8. Penyakit yang disebakan oleh infeksi virus

9. Pencegahan dan pengobatan infeksi virus

VI. SHARING INFORMATION

1. Klasikasifikasi virus secara umum

Odhadonor darah

pemeriksaan

respon imun

virus DNA

virus

patogenesis dan penularan

infeksi virus

virus RNA

tatoo

pencegahan

penatalaksanaan

western blood test

tes ELISA

HIV (+)

penasun

terapi antiretrovirus

pengobatan

faktor resiko

Komponen-komponen virus

- Capsid

Capsid merupakan protein yang berfungsi sebagai kulit atau lapisan yang menutupi genom

asam nukleat. Capsid ini berperan dalam pelekatan beberapa virus ke sel inang. Setiap

capsid dibentuk oleh subunit protein yang disebut capsomer.

- nucleocapsid

merupakan capsid beserta asam nukleat yang diselubunginya.

- capsomer

adalah unit morfologik yang terlihat dalam mikroskop elektron pada permukaan partikel-

partikel virus ikosahedral.

- Envelope

adalah selaput yang mengandung lemak, protein dan karbohidrat yang mengelilingi partikel

virus.

- spike

adalah penonjolan glikoprotein yang mungkin ada pada envelope virus. Spike ini membantu

pelekatan virion ke reseptor di permukaan sel inang yang rentan.

- Virion

adalah partikel virus lengkap, dapat berupa nucleocapsid atau nucleocapsid beserta envelope.

Sifat-sifat khusus virus :

- Bahan genetik virus terdiri dari RNA atau DNA, tetapi tidak keduanya.

- Struktur virus sangat sederhana yaitu terdiri dari pembungkus yang mengelilingi asam

nukleat

- Virus tidak membelah diri dengan cara pembelahan biner

- Asam nukleat partikel virus yang menginfeksi sel mengambil alih kekuasaan dan

pengawasan sistem enzim sel hospesnya.

- Virus yang menginfeksi sel menggunakan ribosom sel hospes untuk keperluan

metabolismenya.

Stabilitas virus:

- pada umumnya virus sangat labil terhadap pengaruh panas, kecuali virus hepatitis B dan

virus scrapie. Pemaparan virus pada suhu 55-60 derajat celcius selama beberapa menit

menyebabkan denaturasi kapsid dan hilangnya infektivitas virion akibat ketidak

mampuannya melekat pada sel dan gangguan pada proses pelepasan selubung kapsid.

- Umumnya virus sangat rentan terhadap pH rendah kecuali enterovirus. Dengan cara

menambahkan MgCl2 , enterovirus tahan suhu pemanasan 56 derajat celcius selama 1 jam.

- semua virus dapat diinaktifkan oleh radiasi elektromagnetik terutama sinar pengion dan sinar

gelombang pendek.

a. Klasifikasi virus berdasarkan tempat hidup

- virus hewan

virus yang menyerang hewan, contohnya : virus influenza

- virus tumbuhan

virus yang menyerang tumbuhan, contohnya : TMV ( Tobacco mozaik virus )

- virus bakteri

b. Klasifikasi virus berdasarkan selubung virus

- envelope ( virus yang mempunyai selubung )

- non envelope ( virus yang tidak mempunyai selubung )

c. Klasifikasi virus berdasarkan tropisma dan penularan

- virus enterik

Penularan terjadi secara fekal oral. Replikasi terjadi di saluran cerna.,contohnya :enterovirus.

- virus hepatotropik

Infeksi virus menimbulkan gejala utama kelainan fungsi hati. Penularan dapat terjadi dengan

berbagai cara. Contohnya: virus hepatitis dan virus demam kuning.

- virus pernapasan

Penularan terjadi melalui inhalasi bahan tekontaminasi. Replikasi terjadi di saluran

pernapasan. contohnya orthomyxovirus.

- virus tumorigenik

Penularan terjadi melalui cara kontak fisik yang erat, perinjectionum atau dengan cara lain.

Pada suatu saat sel yang terinfeksi dapat mengalami transformasi dan mungkin berubah

menjadi karsinoma.

Contoh : Epstein – Barr virus

- virus neurotropik

Penularan terjadi melalui berbagai cara. Replikasi virus tidak hanya tejadi di jaringan saraf

tetapi manifestasi klinik utama terjadi pada fungsi susunan saraf. Contoh : virus poliomielitis

- virus dermatotropik

Penularan terjadi melalui cara kontak atau cara lain. Manifestasi klinik utam terjadi di

jaringan mukokutan. Contoh : herpes virus

2. Klasifikasi virus RNA

a. Reovirus ( Respiratory Enteric Orphan Virus )

adalah virus yang menginfeksi saluran pencernaan dan pernapasan manusia.

Virus ini mempunyai diameter70-85 nm dan memiliki 2 kulit capsid konsentris, masing-

masing berbentuk ikosahedral. Tidak memiliki envelope. Genomnya untai ganda RNA,

linear, bersegmen ( 10-12 segmen).

Replikasi terjadi di sitoplasma. Reovirus sangat stabil terhadap panas, terhadap pH yang

berubah-ubah dan pelarut lipid, tetapi tidak aktif oleh etanol 70 %.

b. Orthomyxovirus ( virus influenza )

Ada 3 tipe yaitu tipe A,B dan C.

Bentuk pleimorfik, kebanyakan bentuk bulat atau sferis, diameter sekitar 80-120 nm atau

bentuk lain seperti bentuk filamen. Genom RNA rantai tunggal, bersegmen ( 8 molekul ).

Virion dengan kapsid helikal dan berselubung ( memiliki envelope ). Envelope

mengandung 2 tipe spike ( tonjolan ) yaitu : Hemaglutinin virus (HA ) dan Neuraminidase

virus (NA).

Replikasi atau transkripsi terjadi di inti sel inang.

c. Enterovirus

Enterovirus merupakan penghuni sementara saluran cerna manusia. Virus berukuran kecil,

sferis, tidak berselubug dan partikel virus berbentuk simetri ikosahedral. Virion terdiri dari

30% RNA berserat tunggal, bersifat sitopatogenik, stabil dalam pH asam ( pH 3-5 ) selama

1-3 jam. Yang termasuk dalam enterovirus salah satunya adalah poliovirus.

d. Rhinovirus

Rhinovirus adalah virus selesma. Virus ini merupakan virus yang fragil, tumbuh optimal

pada suhu 33 derajat celcius pada saluran pernafasan. Virus berukuran kecil, tidak

berenvelope, dan mengandung rantai tunggal RNA. Virion tidak mengandung lemak,dan

virus ini dapat diinaktifkan pada pH rendah (pH 3-5). Nucleocapsid isometrik.

e. Paramyxovirus

Virion sferis, pleomorfik dan memiliki envelope. Genom RNA untai tunggal, linear, tidak

bersegmen. Envelope mengandung glikoprotein Hemaglutinin (HN) virs adan glioprotein

Fusi (F). Replikasi di sitoplasma. Virus inim menimbulkan penyakit parainfluenza,

penyakit sinsitial pernafasan, gondong dan campak.

f. Togavirus

Togavirus terdiri atas RNA rantai tunggal. Kapsidnya ikosahedral dan nukleokapsid

diselubungi oleh dua lapis lemak yang didapat dari membran plasma sel penjamu.

Togavirus terdiri dari alphavirus, rubivirus, pestivirus dan arterivirus. Dari togavirus hanya

arbovirus dari genus alphavirus dan virus rubela dari rubivirus yang patogen bagi manusia

3. Klasifikasi virus DNA

a. Herpes virus

Virion berbentuk bulat, diameter 120-200 nm dengan capsid

ikosahedral berdiameter 100 nm. DNA untai ganda, linear dan

punya kandungan guanin dan sitosin yang tinggi. Virus ini

mempunyai tegument yaitu zat yang berserat atau massa fibrous

antara nucleocapsid dan enveloope, dengan ketebalan bervariasi dan

sering asimetrik. Envelope, jika dilihat di bawah mikroskop

elektron tampak seperti susunan tiga lapis. Dari envelope keluar

tonjolan-tonjolan yang tersusun atas glikoprotein dengan panjang tonjolan sekitar 8 nm. Virus

ini mempunyai enzim polimerase DNA dan timidin kinase yang penting untuk replikasi virus.

Herpes virus dapat diklasifikasikan dalam 3 kelompok, yaitu:

- α Herpes virus

Anggota kelompok ini mempunyai ciri bersifat sitolitik, menimbulkan kerusakan sel yang

cepat, tumbuh cepat, infeksi mudah menyebar di biakan sel dan dapat menimbulkan infeksi

laten di saraf. Anggota kelompok ini yang menginfeksi manusia adalah HSV-1, HSV-2,

Varisela Zoster Virus.

i. Herpes virus I : menyebar melalui air ludah

ii.Herpes virus II : penyebaran umumnya secara seksual

- β Herpes virus

Anggota kelompok ini mempunyai ciri bersifat sitomegalik ( menyebabkan pembesaran

masif sel yang terinfeksi), tumbuh lambat, inang yang terinfeksi dapat menjadi karier dan

dapat menimbulkan infeksi laten pada kelenjar sekretorik, ginjal, sel limforetikuler dan

jaringan lain. Anggota kelompok ini yang menginfeksi manusia adalah CMV.

- γ Herpes virus

Anggota kelompok ini mempunyai siklus pertumbuhan bervariasi, secara invitro mudah

dikembangbiakan pada sel limfoblastoid, bersifat limfoproliferatif dan infesi pada sel limfosit

dapat bersifat laten. Contoh kelompok ini yang menginfeksi manusia adalah Eipstein-Barr

virus.

b. Papova virus

terdiri dari :

- Human Papilloma virus

- Rabbit polyoma virus

- Simian Vacuolating agents

Struktur virus kecil ( d: 45-55 nm ), memiliki genom DNA untai ganda yang bulat, tidak

memiliki envelope, dan capsid berbentuk simetri ikosahedral. Replikasi di inti sel inang.

c. Adenovirus

Virion denganstruktur kapsid ikosahedral, besarnya 70-80

nm. Genom virus terdiri terdiri dari RNA berserat

rangkap. Virus ini tidak memiliki envelope, tidak terdapat

kandungan lemak dan karbohidrat terdapat di virion

sebagai glikoprotein dalam serabut. Virus ini stabil dalam

pH 5-6 dan dapat disimpan dalam suhu -20 derajat celsius.

d. Poxvirus

Virus berbentuk bata berukuran 300x200x100 nm.

Struktur kompleks, inti asam nukleat terdiri dari DNA

berserat rangkap. Virion memiliki envelope dan

reproduksi di intrasitoplasma. Virion mengandung

lemak 4 %, mengandung berbgai macam enzim.

4. Vektor yang berperan dalam infeksi virus

Vektor merupakan carrier yang menularkan agen infektif dari satu hospes ke hospes lain.

Beberapa vektor dalam infeksi virus, antara lain:

- manusia

- nyamuk

contoh : nyamuk Aedes aegepty yang berperan dalam penularan HIV

- burung/ angsa

yang menjadi vektor pada penyakit flu asiatik ( H2N8), flu spanyol (H1N1), dan flu burung

( H5N1 )

- mamalia peliharaan

contoh : hepatitis yang ditularkan dari kera/monyet, rabies dari anjing/kucing/kera, dan

herpes dari lutung/siamang/monyet.

5. Patogenesis infeksi virus

Tahapan-tahapan yang terjadi pada patogenesis virus adalah masuknya virus ke dalam inang,

replikasi primer virus, penyebaran virus, cedera sel, respon imun inang, pembersihan virus

atau infeksi menetap secara persisten da pelepasan virus.

a. Pemasukan dan replikasi primer

Virus melekat dan memasuki sel dari suatu permukaan tubuh ( dapat melalui kulit, saluran

pernafasan, saluran pencernaan, saluran kemih atau konjungtiva ). Biasanya virus

bereplikasi pada tempat masuk primer.Beberapa virus menimbulkan penyakit pada pintu

masuk dan tidak memerlukan penyebaran sistemik. Virus-virus ini menyebar secara lokal

melewati permukaan epitel tetapi tidak menginvasi jaringan di bawahnya atau ke tempat

berdekatan.

b. Penyebaran virus dan tropisme sel

Setelah replikasi primer di tepat masuknya, virus ini kemudian menyebar ke dalam tubuh

inang. Jalur yang paling umum adalah melalui aliran darah atau getah bening. Adanya virus

di dalam darah disebut viremia. Pada banyak infeksi virus fase viremia berlangsung pendek.

Kadang-kadang terjadi penyebaran melalui sel-sel saraf.

Trofisme sel dan jaringan dari virus tertentu biasanya menunjukkan adanya reseptor khusus

di permukaan sel untuk virus tersebut. Mekanisme kedua yang menunjukkan trofisme

jaringan melibatkan enzim-enzim proteolitik.

Penyebaran virus sebagian ditentukan oleh gen virus yang khusus.

c. Cedera sel dan penyakit klinik

Perusakan sel yang terinfeksi virus pada jaringan sasaran dan perubahan fisiologis yang

ditimbulkan pada inang oleh cedera jaringan sebagian merupakan sebab terjadinya

penyakit. Beberapa efek fisiologi dapat timbul akibat kerusakan nonletal fungsi khusus sel-

sel tertentu seperti hilangnya produksi hormon.

d. Penyembuhan dari infeksi

Inang bisa menjadi mati atau sembuh dari infeksi virus. Mekanisme penyembuhan

melibatkan imunitas humoral atau seluler, interferon, limfokin lain dan mungkin faktor

pertahanan lain dari inang.

e. Pelepasan virus

Stadium akhir dari patogenesis adalah pelepasan virus yang infeksius ke lingkungan. Ini

adalah langkah yang diperlukan untuk tetap menjaga infeksi virus dalam populasi inang.

Pelepasan biasanya terjadi dari permukaan tubuh tempat virus masuk. Pada beberapa

infeksi virus, seperti rabies, manusia mengalami infeksi yang buntu dan fatal dan pelepasan

virus tidak pernah terjadi.

6. Respon imun terhadap infeksi virus

Respon imun humoral maupun respon imun seluler berperan dalam pengendalian infeksi virus.

Infiltrasi sel-sel mononuklear dan limfosit merupakan ciri reaksi terhadap virus yang sederhana.

Protein yang disandikan oleh virus ( biasanya protein capsid ) merupakan sasaran dari respon

imun. Sel yang terinfeksi virus dapat dilisiskan oleh limfosit T sitotoksik yang mengenali

polipeptid-polipeptida virus pada permukaan sel yang terinfeksi. Imunitas humoral melindungi

inang terhadap infeksi ulang oleh virus yang sama. Antibodi netralisasi menahan mulainya

infeksi virus, mungkin pada tahap pelekatan atai pelepasan selubung. Antibodi IgA sekretorik

penting dalam perlindungan terhadap infeksi virus yang melalui saluran pernafasan atau saluran

pencernaan.

Selain imunitas khusus, beberapa mekanisme pertahanan inang nonspesifik dapat ditimbulkan

oleh infeksi virus. Respon “non-imun” yang paling menonjol adalah induksi interferon.

Respon imun inang terhadap infeksi virus dapat menimbulkan pengaruh buruk. Infeksi virus

tidak selalu menyebabkan sel yang terinfeksi mengalami lisis. Respon imunologi inang dalan

situasi seperti ini dapat mengakibatkan perubahan patologi sehingga menyebabkan penyakit

klinik.Salah satu pengaruh buruk dari respon imun tersebut adalah autoantibodi. Bila suat

antigen virus menimbulkan antibodi yang secara kebetulan mengenali suatu determinan

antigenik pada protein sel yang terdapat pada jaringan normal, maka antibodi ini akan

menyerang sel tersebut sehingga terjadi cedera sel.

7. Pemeriksaan yang terkait dengan infeksi virus

a. Metode diagnosa cepat

antibodi monoklonal

Test immunofluorescence

Metode ini sering digunakan untuk mengidentifikasi antigen virus pada spesimen klinik atau

pada kultur sel yang telah diinokulasi dengan spesimen.

- Direct fluorescent antibody method

antigen viral direaksikan dengan antiserum spesifik yang telah digabungkan dengan cat

fluorescent.

- Indirect fluorescent antibody ( IFA ) method

seperti metode langsung tetapi serum spesifiknya belum dilabel dan catnya dilekatkan pada

serum kedua yang dipersiapkan untuk mengikat globulin dari spesies asal serum spesifik

dibuat.

ELISA

Latex agglutination tests

Partikel latex yang telah dibungkus dengan antigen virus akan mengalami aglutinasi bila

dicampurkan dengan antiserum spesifik di atas slide.

Mikroskop cahaya, mikroskop elektron dan mikroskop immunoelektron

Deteksi genom virus

b. Isolasi virus dalam kultur sel

Kultur sel yang telah diinokulasi kemudian diamati untuk mencari adanya efek sitopatik

yang akan muncul dalam 48 jam atau muncul dalam 14 hari.

Beberapa virus, meskipun dapat bereplikasi dalam biakan sel, tidak menunjukkan efek

sitopatik dan hanya dapat dideteksi melalui kemampuan mereka untuk membuat sel resisten

dari superinfeksi yang disebabkan oleh virus kedua. Virus lain yang tidak menunjukkan efek

sitopatik dapat dideteksi dengan metode immunofluorescence atau dari kemampuannya

untuk mengikat sel darah merah. ( hemabsorbsi ).

c. Pemeriksaan serologi

Selain digunakan untuk mendiagnosa adanya infeksi virus, pemeriksaan serologi juga dapat

membantu kita untuk mengetahui apakah infeksi yang terjadi merupakan infeksi primer atau

merupakan suatu reinfeksi atau re-aktivasi dari virus tersebut.

Kriteria untuk mendiagnosa infeksi primer:

- kenaikan titer IgG yang signifikan / antibodi total antara masa akut dengan convalescent.

- adanya IgM

- serokonversi yaitu perubahan dari sebelumnya berstatus antibody negative menjadi antibody

positif

- kenaikan antibodi tunggal

Kriteria untuk mendiagnosa reinfeksi atau re-aktivasi:

Pada umumnya kita akan menemukan titer antibodi meningkat sedangkan IgM tetap rendah.

8. Penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus

a. Penyakit yang disebabkan oleh Paramyxovirus

Infeksi hanya mengenai hidung dan tenggorokan, menyebabkan sindroma batuk pilek yang

tidak berbahaya. Infeksi dapat meluas mengenai laring dan trakea bagian atas menimbulkan

laringotrakeobronkitis. Batuk bersifat khas karena adanya obstruksi pernafasan akibat

pembengkakan laring dan bagian yang terkait infeksi dapat menjalar sampai ke bawah

menyebabkan bronkolitis atau pneumonia.

b. Penyakit yang disebabkan oleh Adenovirus

Adenovirus dapat menimbulkan penyakit : demam faringitis akut, demam

faringokonjungtiva,penyakit pernafasan akut, pneumonia, infeksi mata, penyakit saluran

pencernaan dan lain-lain.

c. Penyakit yang disebabkan oleh virus Varisela-Zoster

Varisela

Gejala awal adalah lesu dan demam, segera diikuti ruam, pretama pada punggung dan

kemudian pada muka, anggota badan dan mukosa pipi serta faring dalam mulut. Dalam 2-4

hari berikutnya muncul vesikel. semua stadium makula, papula, vesikel dan krusta dapat

terlihat pada suatu saat. Demam menetap selama timbulnya lesi baru dan sebanding dengan

luas ruam.

Zoster

Tempat yang paling sering terkena adalah daerah kulit yang dipersarafi V. Th 2- V. L.2, n.

trigeminus terutama cabang n. opthalmicus.

Penyakit dimulai dengan nyeri hebat di daerah kulit atau mukosa, kemudian beberapa hari

berikutnya muncul vesikel di kulit. Ruam menghilang setelah 2 minggu tetapi rasa nyeri dan

baalnya dapat bertahan sampai berbulan-bulan. Punggung, kepala dan leher adalah daerah

yang paling sering terkena.

d. Penyakit yang disebabkan oleh virus herpes simpleks.

Virus herpes simpleks pada manusia dapat menimbulkan berbagai lesi.

i. Lesi setempat pada permukaan kulit atau mukosa

herpes simpleks

erupsi vesikuler pada bibir, mukosa, kuping. Vesikel bersifat nyeri tanpa diikuti demam.

Herpes vebrilis

erupsi vesikuler berkembang menjadi penyakit demam.

Herper kornealis

keratitis, lesi berupa ulkus unilateral pada kornea atau konjungtiva.

Herpes genitalis

lesi vesikuler pada genetalia eksterna

Gingivostomatitis

reaksi inflamasi yang hebat pada mulut,gingiva, tonsil, bibir dan muka yang disertai demam

dan limfadenopati.

ii. Lesi pada sistem saraf pusat

Meningitis aseptik

Ensefalitis

lesi terdapat pada korteks serebral

iii. Eczema herpeticum

Vesikel besar-besar dalam jumlah besar selama 1 minggu atau lebih. Biasanya diikuti

demam dan denudasi yang hebat dari epitel

iv. Herpes yang disseminated

Vesikel timbul dan berkembang pada kulit dalam mulut dan pada mata. Terdapat juga

demam, ikterus dan ensefalitis.

e. Penyakit yang disebabkan oleh virus variola

Virus variola menyebabkan penyakit cacar. Menjelang hari keenam hingga kesembilan, lesi

di dalam mulut cenderung memborok dan menyebarkan virus. Pustula kemudian pecah dan

menyebarkan virus ke dalam lingkungan penderita cacar.

f. Orthomyxovirus ( virus influenza )

Orthomyxovirus menyebabkan penyakit influenza. Dalam waktu yang yang sebentar,

saluran pernafasan bayak yang terinfeksi dan akhirnya mati. Nekrosis sel-sel ini

menghasilkan gejala infeksi respiratori akut dan demam, merasa dingin, nyeri otot, sakit

kepala, anoreksia dan lemah.

g. Penyakit yang disebabkan oleh Rhinovirus

Rhinovirus adalah virus selesma. Gejalanya berupa iritasi saluran nafas bagian atas,

beringus, sakit kepala, batuk ringan, lesu dan menggigil. Hanya sedikit demam dan bahkan

tidak ada. Terdapat kemerahan dan pembengkakan selaput lendir hidung dan nasofaring dan

kemampuan penghiduan berkurang.

9. Pencegahan dan pengobatan infeksi virus

a. Pencegahan

Pencegahan dapat dilakukan dengan meningkatkan daya tahan tubuh. Pencegahan lainnya

yang dilakukan adalah menghindari penularan dengan memakai masker, cuci tangan yang

bersih di air mengalir pakai sabun dan higiena sanitasi lainnya.

Pencegahan lain adalah dengan cara melakukan vaksinasi.Sabagian besar vaksin virus

digunakan dalamm pencegahan penyakit pada manusia.

Vaksin yang efektif adalah vaksin yang memenuhi persyaratan sebagai berikut :

Mampu mengaktifkan Antigen Presenting Cells untuk memulai pemrosesan antigen dan

produsi interleukin.

Mampu mengaktifkan sel T dan sel B.

Menurunkan kepada Th dan sel Tc untuk masing-masing epitop untuk mengatasi variasi

respon imun mengacu pada polimorfisme MHC.

Mempunyai antigen yang persisten.

Defenisi tindakan-tindakan dalam pencegahan infeksi :

1. Asepsis atau teknik aseptik

Asepsis atau teknik aseptik adalah semua usaha yang dilakukan dalam

mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh yang mungkin akan

menyebabkan infeksi. Caranya adalah menghilangkan dan/atau menurunkan

jumlah mikroorganisme pada kulit, jaringan dan benda-benda mati hingga

tingkat aman.

2. Antisepsis

Antisepsis adalah usaha mencegah infeksi dengan cara membunuh atau

menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit atau jaringan tubuh

lainnya.

3. Dekontaminasi

Dekontaminasi adalah tindakan yang dilakukan untuk memastikan bahwa

petugas kesehatan dapat menangani secara aman benda-benda (peralatan

medis, sarung tangan, meja pemeriksaan) yang terkontaminasi darah dan cairan

tubuh. Cara memastikannya adalah segera melakukan dekontaminasi terhadap

benda-benda tersebut setelah terpapar/terkontaminasi darah atau cairan tubuh.

4. Mencuci dan membilas

Mencuci dan membilas adalah tindakan-tindakan yang dilakukan untuk

menghilangkan semua darah, cairan tubuh atau benda asing (debu, kotoran)

dari kulit atau instrumen.

5. Disinfeksi

Disinfeksi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan hampir semua

mikroorganisme penyebab penyakit pada benda-benda mati atau instrumen.

6. Disinfeksi tingkat tinggi (DTT)

Disinfeksi tingkat tinggi (DTT) adalah tindakan yang dilakukan untuk

menghilangkan semua mikroorganisme kecuali endospora bakteri, dengan cara

merebus atau cara kimiawi.

7. Sterilisasi

Sterilisasi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua

mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit), termasuk endospora bakteri

pada benda-benda mati atau instrumen.

Prinsip-prinsip pencegahan infeksi yang efektif berdasarkan :

1. Setiap orang (ibu, bayi baru lahir, penolong persalinan) harus dianggap dapat

menularkan penyakit karena infeksi yang terjadi bersifat asimptomatik (tanpa

gejala).

2. Setiap orang harus dianggap beresiko terkena infeksi.

3. Permukaan tempat pemeriksaan, peralatan dan benda-benda lain yang akan dan

telah bersentuhan dengan kulit tak utuh, selaput mukosa, atau darah harus

dianggap terkontaminasi sehingga setelah selesai digunakan harus dilakukan

proses pencegahan infeksi secara benar.

4. Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan atau benda lainnya telah

diproses dengan benar, harus dianggap telah terkontaminasi.

5. Resiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total tetapi dapat dikurangi hingga

sekecil mungkin dengan menerapkan tindakan-tindakan pencegahan infeksi

yang benar dan konsisten.

Tindakan-tindakan pencegahan infeksi meliputi :

1. Cuci tangan

2. Memakai sarung tangan

3. Memakai perlengkapan pelindung

4. Menggunakan asepsis atau teknik aseptik

5. Memproses alat bekas pakai

6. Menangani peralatan tajam dengan aman

7. Menjaga kebersihan dan kerapian lingkungan serta pembuangan sampah secara

benar.

b. Pengobatan

Beberapa zat antivirus yang telah ditemukan antara lain :

Isatin beta-thiosemikarbason ( IBT )

IBT merupakan zat kimia yang kuat menghambat reproduksi poxvirus dengan cara

menghambat formasi salah satu protein inti sehingga DNA menjadi hancur. Selain poxvirus,

IBT juga menghambat reproduksi adenovirus, sedangkan beberapa zat turunannya dapat

menghambat reproduksi enterovirus tertentu.

2-hidroksibensilbensimidasol ( HBB ) dan Guanidin

HBB dan Guanidin dapat menghambat secara in vitro banyak enterovirus termasuk

poliovirus. Zat ini dapat menghambat proses replikasi RNA berserat tunggal.

Rifampisin

Rifampisin dan turunannya dapat bereaksi dengan polimerase RNA kuman dan

mengakibatkan penghambatan proses transkripsi. Pada konsentrasi sangat tinggi obat ini

dapat menghambat proses reproduksi poxvirus dan adenovirus.

Cytarabine

Cytarabine merupakan suatu analog pirimidin yang dapat menghambat sintesis DNA virus

dan sel dengan cara bergabung dengan DNA dan menghambat DNA polimerase. Tetapi obat

ini tidak memungkinkan mtuk dipakai secara sistemik karena bersifat toksik

Dactinomycin

Dactinomycin dapat menghambat sintesis RNA yang bergantung pada DNA, jadi

menghambat sebagian kecil virus DNA. Dactinomycin juga menghambat reproduksi

beberapa myxovirus.

Asam fosfonoasetat

Asam fosfonoasetat dapat menghambat replikasi virus Herpes simpleks. Zat ini merupakan

penghambat DNA polimerase virus herpes simpleks.

Amantadine dan rimantadine

bekerja menghambat proses awal infeksi atau morfogenesis virus, bergantung pada dosis dan

jenis virus. Amantadine dan rimantadine dapat dipakai untuk profilaksis infeksi virus

influenza A.

Vidarabine

Viadarabine bekerja menghambat sintesis DNA virus dengan dosis jauh lebih rendah

daripada untuk menghambat sintesis DNA sel. Cara kerja molekulernya dicapai melalui:

i.penghambatan DNA polimerase virus

ii. penghambatan ribonukleotida reduktasa

iii.inkorporasi ara-A ke dalam DNA virus sehingga menyebabkan pembentukan rantai

DNA tak lengkap.

Zidovudine

adalah analog pirimidin yang bekerja pada enzim reverse transcriptase. Zidovudine aktif

terhadap anggota retrovirus,.

fosfonoformat

Fosfonoformat mampu menghambat kerja DNA polimerasa virus herpes simpleks,

cytomegalovirus dan hepatitis B. Juga mampu menghambat reverse transcriptase retrovirus.

Interferon

Interferon merupakan zat antivirus yang dikeluarkan oleh sel hospes yang mengalami

preinfeksi. sifat-sifat utama interferon:

i.Interferon merupakan suatu protein yang secara biologi luar biasa aktif. Interferon memiliki

ketahanan terhadap pH yang rendah.. Interferon merupakan protein yang setelah disimpan pada pH

2 selama 48 jam pada suhu 4 derajat celsius dapat melindungi sel terhadap infeksi virus.

ii.Interferon bersifat khas spesies tetapi tidak khas virus.

Jadi interferon yang dikeluarkan oleh sel manusia akan menghambat reproduksi setiap virus di

dalam sel manusia tetapi tidak di dalam sel organisme lainnya.

sel normal biasanya tidak mengandung interferon. Interferon dibentuk setelah sel tersebut

mengalami infeksi virus, bakteri atau rangsang zat kimia tertentu.

iii.Interferon meupakan suatu perangsang yang mengakibatkan sel membentuk protein yang

menghambat reproduksi virus.

iv.Berdasarkan susunan kimia dan keantigenannya, interferon manusia terdiri dari 3 jenis yaitu

interferon leukosit yang dihasilkan oleh leukosit dan limfosit; interferon fibroblas yang dihasilkan

sel fibroblas dan interferon kebal yang dihasilkan oleh limfosit.

VII. KESIMPULAN

Virus adalah organisme yang berukuran kecil. Virus memiliki komponen-komponen seperti

capsid, nucleocapsid, capsomer, envelope, spike dan virion. Virus hanya berepliksi atau

memperbanyak diri hanya di dalam sel hidup sebagai parasit tingkat genetik sehingga disebut

sebagai parasit obligat intrasel. Virus setelah menginfeksi sel, genomnya akan mempengaruhi

kontrol mekanisme sintetik sel hospes dan menimbulkan berbagai penyakit pada manusia.

DAFTAR PUSTAKA

Prasetyo, Afiono Agung. 2005. Dasar-dasar Virologi dan Virologi Klinik. Surakarta : Lembaga

Pengembangan Pendidikan ( LPP ) UNS.

Syahrurachman, Agus. dkk. 2008. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Tangerang : Binarupa

Aksara.