skenario 2
-
Upload
novita-elmy-mufida -
Category
Documents
-
view
17 -
download
0
Transcript of skenario 2
Kata Pengantar
Puji syukur kami sampakan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan berkat-Nya sehingga laporan Tutorial dengan skenario berjudul
“Badan Kuat Berkat Komunikasi Adekuat” ini bisa terselesaikan dengan baik.
Secara keseluruhan, kami melaporkan hasil yang kami peroleh pada
pembahasan learning objectives, setelah Self-learning yang dilakukan oleh masing-
masing anggota kelompok.
Kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan serta dukungan, hingga terselesaikannya laporan ini, terutama pada tutor kami,
dr. Rika Hastuti. Kami dari kelompok dua, menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik serta
saran yang membangun, demi penyempurnaan laporan-laporan kami selanjutnya.
Mataram, 6 November 2010
Penyusun
1
Daftar Isi
Kata Pengantar …………………………………………………………………. 1
Daftar Isi…………………………………………………………… …………… 2
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang…………………………………………………. 3
1.2 Skenario…………………………………………..……………. 3
1.3 Mind Mapper…………………………………………………… 4
1.4 Rumusan LO……………………………………………………. 4
BAB II Pembahasan
2.1 Pembahasan LO………………………………………………… 5
BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan…………………………………………………….. 28
Daftar Pustaka……………………………………………………........................ 29
2
BAB I
Pendahuluan
1.1 LATAR BELAKANG
Sel merupakan salah satu pokok bahasan dalam mata kuliah biologi kedokteran
yang diberikan sebagai dasar dalam mempelajari ilmu - ilmu lain di bidang kedokteran.
Sel sangat penting untuk dipahami mengingat pengetahuan tentang sel sangat berguna
sebagai landasan dalam mempelajari ilmu kedokteran lainnya. Selain itu, sel mempunyai
kaitan yang erat dengan ilmu-ilmu lain dalam lingkup biologi kedokteran. Oleh karena itu
sebagai mahasiswa kedokteran kita perlu mempelajari dan mengkaji lebih lanjut tentang
sel itu sendiri
Sel sebagai unit fungsional terkecil dari mahluk hidup memiliki banyak
kemampuan seperti, mampu berkomunikasi untuk mentranspor sinyal dengan tujuan
untuk mendapatkan respon dan bermetabolisme untuk mendapatkan energi yang
digunakan sebagai tenaga pemicu respon. Komunikasi sel sendiri terdiri dari komunikasi
antar sel dan komunikasi intra sel yang memiliki komponen, mekanisme, dan fungsinya
masing – masing. Komunikasi sel juga terkait dengan metabolisme, enzim – enzim, dan
homeostasis dari suatu sel. Oleh karena itu, komunikasi sel merupakan suatu bahasan
yang kompleks yang perlu kita pelajari dan kaji lebih lanjut untuk mendapatkan
pemahaman tentang konsep sel secara menyeluruh untuk dapat diaplikasikan dan
dikembangkan di kemudian hari sebagai suatu ilmu yang bermanfaat bagi nusa dan
bangsa.
1.2 SKENARIO 1
“Badan Kuat Berkat Komunikasi Adekuat”
3
martono adalah atlet lari maraton yang tangguh, dia sangat rajin berlatih. Suatu
saat, latihan yang dijalani oleh Martono lebih berat dari biasanya, dia berlari selama
hampir 4 jam. Bagi tubuh Martono yang terlatih hal itu tidak masalah karena penyediaan
tenaga untuk ototnya senantiasa tersedia. Hormon kortisol dihasilkan oleh tubuhnya
untuk merangsang jalur metabolisme glukoneogenesis yang melibatkan enzim tertentu di
ginjal untuk menyediakanglukosa. Pesan lain berupa cairan yang banyak keluar lewat
keringat akan direspon dengan mengeluarkan hormone ADH dan aldosteron yang berefek
pada ginjal berupa peningkatan reabsorbsi air dan garam. Demikianlah pengaturan tubuh
kita yang membutuhkan koordinasi dan komunikasi yang rapi antar sel – sel didalamnya.
1.3 MIND MAPPING
1.4 LEARNING OBJECTIVE
1.4.1. Mekanisme Glikonelosis dan glikogenesis
1.4.2. Katabolisme dan Anabolisme
1.4.3. Mekanisme pertukaran Zat
4
Sel Metabolisme SelKomunikasi Sel
Katabolisme AnabolismeJenis-jenis Mekanisme
Pertukaran Zat
Hormon Enzim
1.4.4. Mekanisme komunikasi Sel
1.4.5. Mekanisme kerja enzim
1.4.6. Jenis Kanal
BAB II
Pembahasan
2.1 PEMBAHASAN L.O
2.1.1 Mekanisme Glikonelosis dan glikogenesis
Glikogenolisis
Skema :Glikogen glokosa-1-fosfat Glukosa-6-fosfat
Keterangan :
Pada saat pemecahan glikogen menjadi glukosa-1-fosfat dibutuhkan bantuan enzim
fosforilase
Glikogenolisis proses pemecahan glikogen menjadi glukosa dengan bantuan enzim fosforilase, di mana enzim ini nantinya akan di aktifkan oleh dua jenis hormon yaitu hormon glukagon dan hormon epinefrin.Cara pengaktifan enzim fosforilase oleh hormon :Hormon epinefrinImpuls saraf Medula adrenal Epinefrin Mengaktifkan enzim fosforilase
Penjelasan :
Impuls saraf merangsang medula adrenal untuk mensekresikan epinefrin di mana
epinefrin ini nantinya akan berperan dalam mengaktifkan enzim fosforilase proses ini
dapat berlangsung dalam sel hati dan sel otot
Hormon glukagon
Sel α pankreas Glukagon Mengaktifkan enzim fosforilase
Penjelasan :
Sel α pankreas mensekresi hormon glukagon setelah itu hormon glukagon mulai
mengaktifkan enzim fosforilase, biasanya proses ini terjadi di dalam sel hati dan tidak
terdapat dalam sel otot
Glikogenesis
5
Skema :Glukosa-6-fosfat Glukosa-1-fosfat Uridin difosfat glukosa Glikogen
Glikogenesis proses pembentukan glikogen, dimana nantinya hasil glikogen yang di hasilkan nantinya akan di simpan di dalam ginjal dan sell otot
2.1.2 Katabolisme dan Anabolisme
Metabolisme adalah suatu proses kimiawi dan enzimatis yang merupakan salah
satu hasil respon dari komunikasi sel. Metabolisme ini dibagi menjadi dua , yaitu
anabolisme dan katabolisme.
1. Anabolisme, merupakan proses pembentukan molekul kompleks dari
molekul-molekul sederhana. Reaksinya endergonik, yang dibantu oleh enzim
sebagai biokatalisatornya. Contoh proses anabolisme ini adalah sintesis
protein.
2. Katabolisme, merupakan proses pemecahan molekul kompleks menjadi
molekul yang lebih sederhana. Reaksinya bersifat eksergonik dan dibantu oleh
enzim juga. Contoh proses ini adalah Respirasi seluler.
Katabolisme
Ini merupakan jalur katabolisme yang memecah senyawa kompleks menjadi
senyawa sederhana. Adapaun prosesnya:
1. Glikolisis
Glikolisis adalah jalur metabolisme yang mengubah glukosa, C6H12O6, menjadi asam
piruvat. Energi bebas dilepaskan dalam proses ini digunakan untuk membentuk
senyawa energi tinggi, ATP (adenosin trifosfat) dan NADH (dikurangi nikotinamid
adenin dinukleotida). Terjadi di hampir semua organisme, baik aerobik dan
anaerobik.
6
2. Dekarboksilasi Asam Piruvat
a. Reaksi antara ( Dekarboksilasi oksidatif )
Reaksi antara terjadi di sitoplasma. Asam piruvat diubah menjadi asetil koenzim A
yang mempunyai dua atom C
2 asam piruvat + 2 koA 2 asetil koA+ CO + 4 H
7
Asetil koA merupakan persimpangan jalan untuk berbagai biosintesa dan pembakaran
bahan - bahan lain
Proses reaksi antar dapat dilihat pada bagan di bawah ini :
3. Siklus Kreb
Glikolisis melepaskan kurang dari seperempat energi kimia yang tersimpan dalam
glukosa;sebagian besar energi tetap tertumpuk di dalam kedua molekul piruvat.Jika
8
ada oksigen molekular ,piruvat memasuki mitokndria(dalam sel eukariot),ketika
enzim-enzim dari siklus krebs menyediakan oksidasi glukosa.
Saat memasuki mitokondria melalui transpor aktif,piruvat pertama-tama diubah
menjadi senyawa yang bernama koenzim A,atau Asetil KoA(acetyl CoA).Langkah
ini,persambungan antara glikolisis dan siklus krebs,diselesaikan oleh suatu kompleks
multienzim yang mengkatalisis tiga reaksi:(1)Gugus karboksil(-COO-)piruvat,yang
telah dioksidasi sepenuhnyas sehingga hanya memiliki sedikit energi
kimia,disingkirkan dan dilepaskan sebagai CO2.(Inilah langkah pertama yang
dilepaskan CO2 selama respirasi.)(2)Fragmen berkarbon dua yang tersisa
dioksidasi,membentuk senyawa yang dinamai asetat(bentuk terionisasi dari asam
asetat).Suatu enzim mentransfer elektron-elektron yang terekstraksi ke
NAD+,menyimpan energi dalam bentuk NADH.(3)Terakhir koenzim A(KoA),suatu
senyawa pengandung-sulfur yang berasal dari vitamin B,dilekatkan ke asetat oleh
suatu ikatan tak stabil yang membuat gugus asetil(asetat yang melekat)menjadi
sasngat reaktif.Karena sifat kimia gugus KoA,produk penyiapan kimiawi ini,asetil
KoA,memiliki energi potensial yang tinggi;dengan kata lain,reaksi asetil KoA untuk
mengahsilkan produk-produk yang berenergi lenbih rendah sangatlah
eksergonik.Molekul tersebut kini siap memasukkan gugus asetilnya ke dalam siklus
Krebs untuk dioksidasi lebih lanjut.
Siklus Krebs disebut juga asam trikarboksilat atau siklus asam sitrat,sebagai
penghormatan terhadap Hans Krebs,ilmuwan Jerman-Inggris yang mendeskripsikan
sebagian jalur metabolik ini pada tahun 1930-an.Siklus ini berfungsi sebagai tungku
metabolik yang mengoksidasi bahan bakar organik yang berasal dari piruvat.Pada
gambar meranagkum pemasukan dan keluaran ketika piruvat diuraikan menjadi tiga
molekul CO2 termasuk moleku CO2 yang dilepaskan selama pengubahan piruvat
menjadi Asetil KoA.Siklus ini menghasilkan 1 ATP per putaran melalui fosforilasi
tingkat substrat,namun sebagian besar energi kimia ditransfer ke NAD+ dan suatu
pembawa elektron terkait,koenzim FAD (Flavin Adenin dinoklueotida,yang berasal
dari riboflavin,salah satu jenis viatamin B),yang dalam reaksi redoks.Koenzim
tereduksi,NADH dan FADH2,mengulang-alikkan muatannya yang berupa elektron
berenergi tinggi ke rantai transpor elektron.
9
Siklus ini memiliki delapan langkah,yang masing-masing dikatalisis oleh suatu
enzim spesifik.Bahwa pada setiap putaran siklus krebs,dua karbon masuk kedalam
bentuk gugus asetil yang relatif tereduksi,sedangkan dua karbon yang berbeda
meninggalkan siklus dalam bentuk molekul CO2 yang teroksidasi sepenuhnya.Gugus
asetil pada asetil KoA bergabung ke dalam siklus dengan cara berkombinasi dengan
senyawa oksaloasetat,membentuk sitrat.Ketujuh langkah berikutnya menguraikan
sitrat kembali menjadi oksaloasetat.pembentukan kembali(regenerasi) oksaloasetat
inilah yang membuat proses ini menjadi suatu siklus.
Untuk setiap gugus asetil yang memasuki siklus,3 NAD+ direduksi menjadi
NADH.Kemuaidan terdapat langkah dimana elektron ditransfer ke FAD yang
menerima 2 elektron dan 2 proton untuk menjadi FADH2.Pada banyak sel jaringan
hewan,dihasilkan juga molekul guanosin triphosphat(GTP) melalui fosforilasi
tingkat substrat.GTP adalah molekul yang serupa dengan ATP dalam hal struktur
dan fungsi selularnya.GTP ini dapat digunakan untuk membuat molekul ATP atau
secara langsung memberikan tenaga bagi kerja dalam sel.Pada sel
tumbuhan,bakteri,dan jaringan hewan,terbentuk suatu molekul ATP yang secara
langsung melalui fosforilasi tingkat substrat.
Sebagian besar ATP yang diproduksi oleh respirasi dihasilkan dari fosforilasi
oksidatif,ketika NADH dan FADH2 yang diproduksi olehs siklus krebs meneruskan
elektron-elektron yang yang diekstraksi dari makanan ke rantai transpor
elektron.Dalam proses tersebut,NADH dan FADH2 menyuplai energi yang
dibutuhkan untuk fosforilasi ADP menjadi ATP.
10
4. Transfer elektron
a. Transfer Elektron dan Fosforilasi Oksidatif. Rantai transfer elektron
merupakan kumpulan molekul yang tertanam dalam membran dalam
mitokondria. Sebagian komponen rantai ini berupa protein. Dimana dalam
protein ini terdapat sebuah komponen non protein yang sangat berperan
penting untuk fungsi katalitik enzim tertentu yang bernama gugus
prostetik. Selama trasport elektron ini, gugus postetik akan berganti-ganti
antara keadaan tereduksi bila menerima elektron dan teroksidasi bila
menyumbangkan elektron.
11
Gambar sistem tranpor elektron
Jadi setiap dua molekul NADH, satu molekul O2 direduksi menjadi dua
molekul air. Sumber elektron lain untuk transpor elektron ini adalah FADH2.
FADH2 menambahkan elektron pada rantai dengan tingkat energi yang lebih
rendah dari NADH.
Rantai transport elektron tidak secara langsung membuat ATP. Semua itu
dilakukan dalam sebuah proses yang bernama kemiosmosis. Kemiosmosis adalah
suatu istilah yang digunakan untuk menyebutkan hubungan atau reaksi-reaksi
kimiawi dan transpor melintasi suatu membran. Dalam membran dalam
mitokondria terdapat enzim yaitu ATP sintase. Cara kerja ATP sintase ini
menggunakan energi dari perbedaan gradien konsentrasi H+ pada sisi yang
berlawanan dari membran dalam mitokondria untuk membuat ATP. Jadi setelah
semua tahapan respirasi seluler sudah selesai, total semua ATP yang dihasilkan
adalah maksimum 36 ATP. Untuk setiap molekul NADH yang menstransfer
sepasang elektron dari makanan ke transpor elektron menghasilkan maksimum 3
ATP, dan FADH2 maksimum hasilkan 2 ATP.
12
Secara singkat , proses tahapan respirasi seluler ini dapat disimpulkan dalam
skema sederhana seperti di bawah ini.
ANABOLISME
Anabolisme adalah proses penyusunan senyawa sederhana menjadi senyawa yang
lebih kompleks. Anabolisme merupakan reaksi endergonik, artinya merupakan reaksi
yang membutuhkan energi didalam melakukan penyusunan suatu senyawa. Contoh reaksi
anabolisme di dalam tubuh manusia adalah sintesis protein. Proses sintesis protein
berawal dari dibentuknya mRNA melalui transkripsi DNA sebagai pembawa informasi
genetik yang akan dibawa ke ribosom. Di lain pihak, tRNA mengikat asam amino yang
juga dibawa menuju ribosom. Di ribosom, terjadi penerjemahan yang dilakukan oleh
rRNA terhadap informasi genetik dan asam amino yang dibawa oleh tRNA tadi diurutkan
sesuai dengan informasi yang diperoleh sehingga tercipta protein spesifik yang
dikehendaki. Proses tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
DNA transkripsi mRNA
13
rRNA Ribosom tRNA (tempat sintesis protein)(membawa asam amino)
(dilakukan penerjemahan informasi genetik pada mRNA dan mengurutkan asam amino yang
dibawa oleh tRNA sesuai informasi)
Terbentuknya protein spesifik
Perbandingan Katabolisme dengan Anabolisme.
Katabolisme Anabolisme
Eksergonik (melepas energi) Endergonik (membutuhkan energi)
Memecah senyawa kompleks menjadi
senyawa sederhana
Menyusun senyawa sederhana menjadi
senyawa kompleks
2.1.3 Mekanisme pertukaran zat
o KOMUNIKASI SEL
Macam komunikasi dapat dalam jarak dekat dan jarak jauh.
Komunikasi jarak dekat disampaikan berupa difusi lewat cairan interseluler :
a. Neurohormon
b. neurotransmitter
c. mediator kimia lokal
d. faktor tumbuh
komunikasi jarak jauh disampaikan oleh saraf dan darah. Pada jaringan saraf selain sinyal
diantarkan berupa potensial aksi, pada synapsis yang sempit sinyal diantarkan berupa
difusi neurotransmiter.
a. potensial aksi (arus listrik)
b. hormon
Neurohormon
14
Neurohormon digetahkan oleh sel saraf khusus dalam hipotalamus. Berfungsi untuk
mendorong hipofisa menggetahkan hormon. Semua neurohormon adalah golongan
peptida.
Terdiri dari :
1. CRF (corticotropin releasing factor) menstimulasi penggetahan ACTH
(adrenocorticotropin)
2. GHRH (growth hormon releasing factor) untuk menstimulasi penggetahan GH
(growth hormon) atau somatotropin.
3. TRH (thyrotropin releasing hormon) untuk mendorong penggetahan tirotropin
atau TSH
4. LHRH (luteinizing hormone releasing hormone) untuk mendorong penggetahan
LH
5. GnRH (gonadotropin releasing hormone) untuk mendorong penggetahan
gonadotropin (FSH dan LH)
6. Somatostatin untuk menghambat penggetahan somatotropin.
Neurotransmitter
Neurotransmitter digetahkan sel saraf ke celah synapsis, dan diterima oleh sel post
synapsis atau effector. Molekulnya terdiri dari golongan asam amino atau derivatnya, ada
juga peptida. Yang tergolong neurotransmitter adalah:
Glisin, GABA (gamma aminobutyric acid), asetilkholin (Ach), katekolamin (dopamin,
adrenalin atau epinefrin, noradrenalin), serotonin, histamin dan enkefalin.
Mediator kimia lokal digetahkan oleh sel yang bersifat parakrin untuk mendorong
aktifitas sel berdekatan. Dihasilkan oleh sel jaringan setempa, terutama endotel, neuron,
sel endokrin dan sel mast. Ada juga sel yang responsif terhadap produknya sendiri, sel
demikian disebut autokrin. Mediator lokal ada berupa derivat asam lemak, ada peptida,
ada pula protein. Semua berumur pendek, cepat terurai. Contoh : prostaglandin,
prostasiklin, endotelin, dan gastrin.
15
Hormon dihasilkan oleh sel kelenjar endokrin. Ada berupa derivat asam amin (tiroksin,
adrenalin) ada juga protein (prolaktin, ACTH) TSH, GH (somatotropin), LH, FSH,
oksitosin, vasopresin (ADH), insulin, glukagon, dan para hormon ada pula steroid
(estrogen, progesteron, testosteron, kortikosteron, dan aldosteron)
Faktor tumbuh dihasilkan oleh sel tertentu untuk mendorong pertumbuhan atau mitosis
sel berdekatan. Pada umumnya dari golongan polipeptida atau protein.
Contoh :
EGF (untuk epidermis),
FGF (oleh endotel untuk fibroblast),
EDF (oleh sel mast untuk eosinofil),
PDGF (oleh trombosit untuk pembuluh darah).
IGF-1 atau somatomedin C (oleh hepatosit, mirip kerja insulin),
limfokin (oleh sel T dan makrofaga untuk sel limfoid),
eritropoietin (oleh jaringan retikulosit untuk eritrosit),
NGF (oleh saraf untuk saraf),
bradikinin (untuk otot polos pembuluh darah) dan
angiotensin (oleh protein plasma darah yang disintesa dalam hepatosit, untuk mendorong
penggetahan aldosteron dari korteks adrenal).
Reseptor
Ligand atau sinyal kimia diterima oleh reseptor, yaitu protein biomembran. Diperkirakan
500 – 100.000 jumlah reseptor pada plasmalema. Jenis reseptor sesuaI dengan jenis
jaringan. Jika reseptor tidak ada maka bahan untuk memberi sinyalnya tidak dapat diikat
dan tidak mampu mendorong aktivitas sel. Setiap jenis reseptor disandi oleh gen sendiri2.
Jika gennya bermutasi dapat menyebabkan produksi reseptor pada plasmalema atau
membran organel tidak ada. Setiap sel atau ligand mempunyai reseptor khusus.
Reseptor bekerja pada dua pihak :
1. sebagai terusan (channel) ion, jika sudah menerima ligan terusan itu
membuka sehingga ion ditranspor masuk sel
16
2. sebagai pendorong terjadinya perubahan konformasi protein pada
plasmalema, sehingga terbentuk messenger sekunder yang akan
meneruskan pesan ke dalam sel.
Contoh reseptor :
Sebagai terusan ion adalah reseptor untuk aselkholin (jenis reseptor nikotin), GABA,
glisin, glutamat (reseptor NMDA)
Sebagai pendorong pembentukan mmesenger kedua adalah reseptor untuk insulin, faktor
tumbuh, steroid, tiroksin, GH.
Kelarutan sinyal
Keempat sinyal kimia menurut kelarutan dalam lemak dapat dibagi atas dua kelompok:
1. larut dalam lemak (hidrofobik) : hormon steroid dan hormon tiroid, jika sinyal
kimia hidrofobik, untuk lewat plasmalema tidak perlu ada reseptor, cukup dalam
sitoplasma
2. larut dalam air (hidrofilik), perlu ada reseptor : hormon lainnya, neurohormon,
neurotransmitter, mediator lokal
Efek sinyal listrik bergantung kepada macam dan letak jaringan. Neuron di pusat saraf
akan mendapat kesan tentang keadaan luar, sedangkan jika jaringan itu effektor, yaitu
kelenjar dan otot, menimbulkan respon berupa sekresi atau kontraksi.
Efek langsung dan tak langsung
Menurut jenisnya sinyal kimia memberikan efek dua pihak :
1) langsung ditranspor ke dalam sel dan mempengaruhi DNA inti untuk berekspresi.
golkongan hormon steroid
2) mengaktifkan messenger sekunder, yang akan meneruskan poesan ke dalam sel.
Karena itu efek sinyal itu adalah tak langsung. Ligand bertindak sebagai
messenger primer.
17
Bentuk respon
Respon sinyal kimia bergantung kepada macam jaringan dan alat yang menerima.
Hormon adrenalin di dalam otot rangka dan hati mendorong glycogenolysis pada otot
jantung membuat denyutnya meningkat, sedangkan pada jaringan lemak mengurai lemak
menjadi asam lemak dan ditranspor ke luar sel.
Penyampaian pesan oleh sinyal kimia ke dalam sel
Sinyal hidrofobik, dalam hal ini steroid, berdifusi bebas lewat plasmalema ke dalam
sitoplasma. Disana ada reseptornya berupa protein juga, lalu lewat pori inti masuk ke
dalam nukleoplasma, dan berikatan dengan kromatin. Gen tertentu dalam kromatin itupun
berespon melakukan transkripsi atau replikasi.
Sinyal hidrofilik perlu berkaitan dengan reseptornya pada plasmalema. Pesan dari sinyal
mengalami internalisasi (masuk ke dalam sel) dapat 2 cara :
1. mendorong terbentuknya messenger sekunder, sedangkan ligan tidak ikut masuk,
2. kompleks reseptor-ligand diendocytosis.
Ada 4 macam lintasan sinyal yang membuat messenger sekunder di dalam sel :
1. adenilat siklase= enzim ini adalah protein plasmalema. Jika reseptor menerima
ligand maka terjadi perikatan reseptor itu dengan enzim ini, diperantarai oleh
protein G. Dengan perikatan itu enzim ini jadi aktif mengkatalisa perombakan
ATP menjadi cAMP . cAMP atau aliran ion tadi dapat membuat perubahan pada
perilaku sel dan mereka disebut messenger sekunder atau mediator intraseluler.
Mediator intraseluler ini akan merangsang metabolisme sel lewat aktivitas protein
kinase. Lintasan sinyal ini berlaku begi reseptor untuk : tirotropin (TSH),
adrenalin (reseptor alpha dan beta), glikagon, LH, paratormon, vasopresin,
histamin, prostaglandin, adenosin, somatostatin,dan asetilkolin.
2. tirosin kinase =enzim ini bekerja untuk reseptor beberapa faktor tumbuh, seperti
EGF, FGF dan PDGF, juga insulin dan IGFpI. Seperti halnya adenilat siklase,
enzim inipun berada pada plasmalema. Enzim ini mengkatalisa fosforilase residu
18
tirosin pada reseptor, dan ini dapat menimbulkan terbentuknya messenger
sekunder dalam sitoplasma.
3. fosfoinositida = merupakan reseptor bagi ligand untuk bradikinin, bombesin,
alpha-trombin (mendorong sintesa DNA dan mitosis), glukagon, glutamat,
asetilkolin, noradrenalin, dan histamin. Enzim fosfolipase C atau fosfodiesterase
pada plasmalema mendorong penguraian fosfolipida membran itu menjadi dua
cabang lintasan : terbentuk inositol trifosfat (InsP3) dan terbentuknya
diasilgliserol. Seperti halnya lintasan cAMP, pengaktifan enzim fosfolipase itu
diperantarai oleh protein G. InsP3 mendorong pelepasan ion Ca+2 dari organel
simpanannya (RE dan mitokondria) untuk melepaskan ion itu ke sitosol. Ion akan
bertindak sebagai messenger sekunder. Diasilgliserol dapat langsung bertindak
sebagai messenger kedua, dan ini mengaktifkan protein kinase C yang bekerja
melakukan foasforilasi protein dalam sitoplasma.
4. Ca+2 = merupakan ligand yang akan menimbulkan efek sekresi, transportasi, dan
kontraksi. Seperti pada neuron, otot, dan kelenjar eksokrin serta endokrin.
dalam sel ion ini disimpan dalam RE dan mitokondria atau berikatan dengan
fosfat atau suatu protein. Dalam sitosol ion bebas ini berkadar jauh lebih rendah
daripada dalam cairan interseluler atau dalam organel simpanan tadi. Karena
terbentuk kemiringan konsentrasi ion Ca yang curam antara sitosol dengan cairan
interseluler dan lumen organel simpanan. Dijaga tetap demikian oleh adanya
pompa Ca+2 ATPase pada membran sel dan organel. Jika datang sinyal maka
terusan Ca+2 pada membran membuka, dan ion ini mengalir masuk sitosol.
Dengan meningkatnya konsentrasi ion ini dalam sitosol menimbulkan efek
beragam: menggetahkan (sekresi), pengerutan (kontraksi).
Proteinkinase
Salah satu respon segera pada sel terhadap sinyal kimia adalah fosforilasi protein.
Dengan fosforilasi ini maka konformasi protein berubah. Jika protein tsb sbg enzim
akan menjadi terbuka atau tertutup, atau dari nonakif menjadi aktif atau sebaliknya.
Jika protein itu sebagai reseptor, terusan ion atau protein struktur dengan
fosforilasipun akan mengubah sifatnya. Fosfosilasi dikatalisa oleh enzim protein
19
kinase. Ini berlangsung setelah mendapat pesan sinyal dari messenger kedua, yaitu
cAMP. Protein ini akan dikembalikan kepada keadaan sebelum sinyal diterima oleh
katalisa enzim defosforilasi. Contohnya adrenalin sebagai ligan pada sel otot. Setelah
reseptor beta menerima adrenalin menyebabkan adenilatsiklase bekerja mendorong
seuntai reaksi dalam sel otot, lewat pembentukan cAMP. Mengaktifkan protein kinase
dan bekerja menonaktifkan glycogenesis dan mengaktifkan glycolysis.
Potensial aksi
Seperti halnya sel umumnya, sel saraf dan otot memiliki polarisasi muatan listrik.
Sebelah luar plasmalema bermuatan listrik +, sebelah dalam -. Hal ini tercipta kr
konsentrasi Na+ lebih tinggi diluar daripada di dalam sel, dan konsentrasi Ao- (anion
organik) dalam sitosol lebih tinggi daripada konsentrasi Cl- disebelah luar. Sel saraf
dan sel otot oleh stimilus dapat melakukan transpor ion lewat plasmalema secara
bergantian dengan membuka-menutupnya voltage-gate Na+ channel pada membran
itu. Oleh membuka-menutup channel itu terjadilah depolarisasi-repolarisasi
membran,sehingga tercipta potensial aksi yaitu perambatan impuls rangsangan berupa
arus listrik. Karena channel Na+ membuka maka ion ini banyak ditranspor ke dalam
sel. Terjadilah depolarisasi. Segera pula ion itu ditranspor ke luar, karena sifat sel
untuk menurunkan konsentrasi Na + yang harus lebih rendah daripada diluar sel.
Karena Na+ keluar terjadi repolarisai artinya plasmalema terpolarisasi kembali
sebelah luar bermuatan pos sebelah dalam bermuatan –
Rambatan potensial aksi pada Synapsis
A. pada sel pre-synapsis (akson)
1. voltage-gate Na+ channel membuka menutup, menyebabkan terjadinya potensial
aksi sampai keujung akson
2. voltage-gate Ca+ channel membuka, terbentuknya vesikula sekresi disalurkan ke
ujung akson oleh neurofilamen.
3. terjadi eksositosis neurotransmitter dari vesikula ke celah synapsis
20
B. pada celah synapsis:
4. neurotransmitter mengalir kereseptor ligand (ligand berupa neurotransmitter)
yang ada pada membran sel post-synapsis, disalurkan oleh mikrofilamen-
mikrotubul yang banyak terkandung pada celah synapsis itu.
C. Sel post-synapsis
5. ligand-gated channel membuka, menyebabkan neurotransmitter masuk membran
sel post-synapsis
6. voltage-gated Na+ channel membuka
7. terjadi potensial aksi kembali
8. pada sel otot voltage-gated Ca+ channel semua membran membuka. Pada
sarkolema ion itu masuk sel, pada mitokondria ion itu keluar dari simpanannya di
dalam lumen organel itu. Ion Ca+ itupun banyak masuk sitosol, sehingga terjadi
kontraksi.
Loncatan Rambatan
Saraf tepi memiliki selaput mielin, (1 mm) ada gentingan yang disebut nodus Ranvier.
Pada nodus ini selaput mielin tak ada. Pada selaput mielin tak terjadi rambatan potensial
aksi, hanya ada gentingan. Kr itu arus listrik meloncat dari satu nodus ke nodus berikut.
Satu nodus memiliki panjang 0,5 um dan mengandung ribuan voltagegated Na channel.
Oleh loncatan rambatan ini maka impuls dirambatkan berlipatganda lebih cepat daripada
lewat sel saraf yang tdk bernodus.
Penyampaian sinyal secara endositosis
Sinyal kimia yang berikatan dengan reseptor pada plasmalema ada yang masuk ke dalam
sel secara endositosis, masuk ke dalam lisosom, diurai lalu bahan kimia aktif itu masuk
kedalam sitoplasma. Kompleks reseptor ligand itu masuk ke dalam fagosom, bergabung
dengan lisosom I, lalu dalam lisosom II mengalami penguraian. Hasil penguraian
berdifusi ke sitosol, lalu menimbulkan respon. Ligand yang diendositosis ini tergolong
beberapa jenis hormon insulin (dll) dan faktor tumbuh.
2.1.4 Mekanisme kerja enzim
Lockn and Key
21
Dalam cara kerja enzim yang ini, enzim dimisalkan sebagai gembok karena memiliki
sebuah bagian kecil yang dapat berikatan dengan substrat. Bagian tersebut disebut sisi
aktif. Substrat dimisalkan sebagai kunci karena dapat berikatan secara pas dengan sisi
aktif enzim (gembok). Proses lock and key dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Induced Fit
Pada model ini, sisi aktif enzim dapat berubah bentuk sesuai dengan bentuk substrat.
Cara kerja enzim yang berupa induced fit dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
2.1.5 Pada dasarnya suatu bahan dapat masuk kedalam sel maupun keluar dari dalam sel
dengan menggunakan suatu proses tertentu. Proses –proses yang terjadi dalam hal
ini ada 4 macam proses utama yaitu :
Difusi
Difusi merupakan suatu proses lewatnya bahan-bahan
tertentu lewat suatu membrane sebagai akibat konsentrasi
yang berbeda.
22
Apabila membrane plasma ini bersifat permeable penuh
maka semua bahan dalam larutan berkadar tinggi akan lewat
masuk kedalam larutan yang berkadar rendah. Akan tetapi,
karena sifat membrane plasma ini semipermiable maka
hanya bahan-bahan tertentu saja yang dapat melewatinya.
Difusi melewati membrane plasma pada umumnya bersifat
khas karena membutuhkan bantuan enzim tertentu sehingga
disebut “ enzyme controlled permeable”.
Osmosis
Osmosis lewatnya zat pelarut melalui membrane sebagai
akibat perbedaan tekanan osmosis. Pelarut akan melewati
suatu membrane dari larutan yang berkadar rendah kedalam
larutan yang berkadar tinggi sehingga terjadi suatu
keseimbangan. Biasanya terjadi dalam transportasi air dari
sel kedalam rongga antar sel dan dari sel yang satu ke dalam
sel yang lain seperti yang terjadi pada sel-sel tumbuhan.
Transportasi aktif
Transportasi aktif adalah suatu mekanisme tertentu untuk
memasukkan bahan-bahan yang sukar melewati membrane
plasma dan membutuhkan energy berupa ATP selama
prosesnya berlangsung.
Suatu penelitian yang dilakukan pada Escherichia coli
menunjukkan adanya suatu protein yang disebut “lactose
carier” dalam membrane plasma yang dengan cara mgikat
laktosa yang ada diluar sel mampu memasukkan laktosa
laktosa kedalam selnya sehingga dalam selnya dijumpai
laktosa yang mempunyai konsentrasi lebih dari 500 kali
konsentrasi lebih dari 500kali konsentrasi laktosa diluar sel.
23
Kebanyakan sel tubuh manusia menggunakan mekanisme ini
dalam memasukkan bahan-bahan yang diperlukan ke dalam
sel dan didalam membrane plasma terdapat molekul protein
yang bertindak sebagai “karier” untuk mengikat dan
membawa bahan-bahan tertentu ke dalam sel.
Ada beberapa tahapan dalam proses transportasi aktif yang
meliputi :
Tahap 1
Pengikatan penetrate oleh karier
Tahap 2
Tahap translokasi dimana ikatan penetrate dan karier
berpindah ttempat/ memutar sehingga penetrate mudah
dilepaskan ke dalam sel
Tahap 3
Pelepasan penetrate oleh karier
Pada proses transportasi aktif ini dibutuhkan energy yang
dapat dilihat pada proses “sodium pomp” yang juga
merupakan salah satu proses transportasi aktif yang
membutuhkan energy yang didapat dari ATP.
Dalam sodium pomp ini selain dibutuhkan energy juga
dibutuhkan dua buah karier yang berbeda, yaitu berfungsi
mengikat ion K. daya mengikat kedua karier ini ternyata
tergantung pula dari kadar ion-ion yang ada di luar sel
ataupun dalam sel.
Bila kadar ion Na diluar sel cukup tinggi maka daya mengikat
dari karier dalam mengikat ion K akan mengurang sehingga
ion K yang masuk ke dalam sel juga mengurang dan dengan
demikian keseimbangan elektrolit diluar sel akan tetap
terjamin,
24
Sebaliknyabila kadar ion K dalam sel tinggi maka kemampuan
mengikat karier terhadap ion Na juga mengurang sehingga
ion Na yang keluar dari sel juga menurun dan dengan
demikian keseimbangan elektrolit dalam sel terpelihara.
Mekanisme transportasi aktif dari molekul glukosa teryata
tidak jauh berbeda dengan mekanisme sodium pomp
sehingga terdapat keseimbangan konsentrasi glukosa dalam
sel.
Endositosis
Endositosis merupakan proses pemasukan suatu bahan dari
luar sel ke dalam seldengan cara melingkupi bahan tersebut
dengan membrane plasma. Cara transportasi ini berbeda
dengan cara-cara lain diatas dan pada dasarnya ada dua
macam yaitu :
Fagositosis untuk benda padat
Pinositosis untuk benda cair
Fagositosis (Phagein = makan)
Proses ini banyak dijumpai pada sel protozoa sebagai salah
satu usaha untuk mendapatkan makanan sedangkan sel-sel
metazoan lebih ditunjukkan untuk pertahanan diri terhadap
benda asing seperti misalnya fagositosis terhadap
bakteri,debu,dan benda-benda asing yang dianggap berbahaya.
Kemampuan untuk melakukan fagositosis pada tubuh manusia
sangat berkembang dalam sel leukosit bergranula dan sel-sel
yang termasuk dalam sel makrofag atau system retikulo-
endotel. Sel-sel termasuk dala golongan ini diantaranya ialah
histiosit yang terdapat dalam jaringan ikat, sel-sel retikuler
dalam hematopoetik, sel-sel endotel dalam kapiler/ sinusoid
dalam jaringan hati, kelenjar adrenal,hipofisis, dan lain-lain.
25
Pinositosis (Pinein = minum)
Pada [proses ini akan dimasukkan dalam sel termsuk zat-zat
yang larut didalamnya. Pinositosis yang dilakukan oleh
amoeba pada larutan yang mengandung protein telah diamati
oleh mast dan doyle pada tahun 1934 dan pengamatan pada
sel lain dilakukan oeh lewis pada sel yang dikultur.
Pada pengamatan pinositosis yang terjadi dalam tubuh amoeba
ternyata bahwa proses ini dapat terjadi bila dalam larutan
terdapat bahan-bahan yang dibutuhkan terutama protein,asam
amino,protein, atau ion-ion tertentu.
2.1.6 Jenis kanal
Gerbang pada kanal protein merupakan suatu cara untuk mengatur permeabilitas ion pada
kanal tersebut. Gerbang ini diyakini mempunyai perluasan struktur mirip gerbang pada
molekul protein transport , yang dapat menutupi pembukaan kanal atau dapat ditarik dari
kanal yang terbuka dengan cara merubah bentuk molekul protein itu sendiri.
Pembukaan dan penutupan gerbang diatur dengan cara :
1. Gerbang Voltase
Perubahan bentuk molekul atau ikatan kimia pada gerbang timbul sebagai respons
terhadap potensial listrik yang melintasi membrane sel. Contohnya , pada saat
terdapat muatan negatif pada bagian dalam membrane sel, gerbang natrium di bagian
luar akan tetap menutup rapat. Sebaliknya, bila bagian dalam membrane sel
kehilangan muatan negatifnya, gernbang ini akan terbuka secara tiba-tiba sehingga
memungkinkan sejumlah ion natrium mengalir masuk melalui poro-pori natrium.
Keadaan ini merupakan mekanisme dasar timbulnya potensial aksi pada saraf yang
menghantarkan sinyal saraf.
2. Gerbang Kimiawi (ligand)
Pengikatan suatu zat kimia (ligand) dengan protein kanal menyebabkan perubahn
bentuk atau perubahan ikatan kimia pada molekul protein sehingga gerbang dapat
membuka atau menutup. Salah satu contohnya adalah efek asetilkolin terhadap kanal
26
yang disebut kanal asetilkolin. Asetilkolin akan membuka gerbang kanal berukuran
0,65 nanometer yang bermuatan negatif sehingga memungkinkan molekul yang tidak
bermuatan atau ion bermuatan positif yang berdiameter lebih kecil untuk lewat.
Gerbang ini sangat penting untuk penghantaran sinyal saraf dari satu sel saraf ke sel
saraf lainnya atau dari sel saraf ke sel otot untuk menimbulkan kontraksi otot.
BAB III
Kesimpulan
3.1 KESIMPULAN
Di sini terdapat suatu peristiwa dimana sebelum metabolisme itu berlangsung,
terlebih dahulu terjadi komunikasi sel yang membawa sinyal dari otak atau sel
endokrin melalui hormon kemudian akan disampaikan ke sel target. Setelah itu
27
barulah metabolisme sel dapat terjadi. Tapi dalam urutan peristiwa ini, hampa dan
akan lama jika tidak ada yang mengkatalisisnya. Nah itulah perlunya enzim. Enzim
akan aktif jika ia diperlukan untuk mengkatalisis komunikasi sel, sehingga
metabolisme sel dapat dengan cepat dilakukan, sehingga hasilnya bisa digunakan
sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Daftar Pustaka
Guyton & Hall (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. edisi 22. EGC. Jakarta.
Zulfa, A dan Juwono (2003). Biologi Sel. EGC. Jakarta.
Junqueira, Luiz dan Carneiro (2007). Histologi Dasar. edisi 10. EGC. Jakarta.
28
Campbell, Reece, dan Mitchell (2002). Biologi jilid 1. edisi 5. Erlangga. Jakarta.
Murray, Granner, Mayes, & Rodwell (2003). Biokimia Harper. Edisi 27. EGC. Jakarta.
29