Sken. 2 Kelompok 4 Mb Ela
-
Upload
anonymous-ny5p9x -
Category
Documents
-
view
38 -
download
6
description
Transcript of Sken. 2 Kelompok 4 Mb Ela
SISTEM LIMBIK
Limbik berarti batas atau pinggir. Istilah dari sistem limbic digunakan untuk menamakan sekelompok struktur yan
terletak di area perbatasan cortex serebri dan hipotalamus
Sistem limbikum terdiri dari berbagai struktur yang terdapat di dalam otak yang berfungsi untuk mengatur segala
pola dan tingkah laku. Output berupa tingkah laku tergantung pada eksitasi atau inhbisi dari area-area tersebut. Sistem
limbikum ini meliputi lobus limbikus( uncus, hippocampus, gyrus parahipocampus, fasia dentate, gyrus cinguli, dan gyrus
subcallosus) dan nuclei yang bersangkutan seperti nukei yang terletak pada sistem limbik yang salah satu contohnya adalah
nuclei suraoptikus.
Sistem limbcum bersma-sama dengan hypothalamus, merupakan struktur saraf utama yang terlibat dalam
pengendalian reaksi-rekasi emosional, termasuk reaki-reaksi seperti marah, takut, tingkah laku seksual dan makan, motivasi
dan pengaturan neuroendokrin.
Anatomi fungsional dari sistem limbic
gambar diatas menunjukkan struktur-struktur yang menyususn dari sistem limbic dan terlihat hipotalamus berada
di tengah-tengah dari semua truktur tersebut. Disekeliling area subkortikal dari limbic, terdapat korteks limbic yang terdiri
atas sebuah cincin korteks serebri yang terdiri atas corteks orbitifrontal, gyrus subcallosal, gyrus cyngulata, gyrus para
hippocampus dan uncus. Sedangkan struktur –struktur yang terdpat di area subkortikal itu sendiri ada septum, area
paraolfaktoria, epitalamus, nuclei anterior thalamus, bagian ganglia basalis, hipokampus dan amygdala.
Berbagai fungsi perilaku yang bisa di cetuskan oleh sistem libik, dimana stimulusnya dijalarkan melalui nuclei
retikular di batang otak dan nuklei asosiasinya. Jalur komunikasi yang sangat penting antara sistem limbic dan batang otak
adalah berkas otak depan bagian medial, yang menyebar dari regio septal dan orbitofrontal kortikal ke bawah melaui bagian
tengah hipotalamus ke formatio retikuaris batang otak
2.3.2. Hipotalamus
Gambar 58-5 menggambarkan struktur anatomi sistem limbik, dibagian tengah-tengah sistem ini terletak
hipotalamus yang sangat kecil, yang bila dipandang dari segi fisiologis, merupakan salah satu elemen pusat sistem limbik.
Struktur subkortikal lain dari sistem limbik, yang meliputi septum, area paraolfaktoria, epitalamus, nuklei anterior talamus,
bagian ganglia basalis, hipokampus dan amigdala.
Di sekeliling area subkortikal limbik, terdapat korteks limbik, yang terdiri atas sebuah cincin korteks serebri pada
setiap belahan otak (1) yang dimulai dari area orbitofrontalis pada permukaan ventral lobus frontalis, (2) menyebar ke atas
dalam gyrus subkalosal, (3) kemudian melewati ujung atas korpus kalosum ke bagian medial hemisferium serebri dalam
gyrus singulata, dan akhirnya berjalan di belakang korpus kalosum dan ke bawah menuju permukaan ventromedial lobus
temporalis ke gyrus parahipokampal dan unkus.
Hipotalamus, Daerah Pengatur Utama untuk Sistem Limbik
Hipotalamus meskipun mempunyai ukuran sangat kecil hanya beberapa sentimeter kubik, mempunyai jaras
komunikasi dua arah yang berhubungan dengan semua tingkat system limbik. Sebaliknya, hipotalamus dan struktur-struktur
yang berkaitan dengannya mengirimkan sinyal-sinyal keluaran dalam tiga arah:
1. Kebelakang dan kebawah menuju batang otak terutama ke area retikular mesensefalon, pons dan medulla, dan dari
area tersebut ke saraf perifer system saraf otonom.
2. Keatas menuju sebagian besar area yang lebih tinggi didiensefalon dan serebrum, khususnya bagian anterior
thalamus dan bagian limbik korteks serebri.
3. Ke infundibulum hipotalamus untuk mengatur sebagian dari fungsi sekretorik pada bagian posterior dan anterior
kelenjar hipofisis.
Jadi hipotalamus, mewakili kurang dari 1 persen massa otak, namun merupakan bagian paling penting dari jaras
pengaturan sistem limbik. Bagian ini mengatur sebagian besar fungsi vegetatif dan fungsi endokrin tubuhseperti halnya
banyak aspek prilaku emosional.
Pengaturan Fungsi Vegetative Dan Fungsi Endokrin Hipotalamus
Pengaturan kardiovaskular
Pengaturan suhu tubuh
Pengaturan cairan tubuh
Pengaturan kontraktilitas uterus dan pengeluaran air susu oleh payudara
Pengaturan gastrointestinal dan hasrat makan
Pengaturan hipotalamik terhadap sekresi hormone endokrin oleh kelenjar hipofisis anterior
Fungsi Perilaku dari Hipotalamus dan System Limbik Yang Berkaitan
Efek yang disebabkan oleh perangsangan
Selain fungsi vegetatife dan fungsi endokrin hipotalamus, perangsangan atau adanya lesi pada hipotalamus
seringkali member efek yang menyeluruh pada perilaku emosional seekor heweh perangsangan dan manusia.
Pada hewan, beberapa efek perilaku akibat perangsangan adalah:
1. Perangsangan pada hipotalamus lateral tidak hanya mengakibatkan timbulnya rasa haus dan nafsu
makan, tetapi kadangkala menimbulkan rasa marah yang sangat hebat dan keinginan untuk berkelahi.
2. Perangsangan pada nucleus ventromedial dan area di sekelilingnya terutama mengakibatkan efek yang
berlawanan dengan efek disebabkan oleh perangsangan pada hipotalamus lateral yakni, menimbulkan
rasa kenyang, menurunnya nafsu makan, dan hewan menjadi tenang.
3. Perangsangan pada zona tipis dari nuclei paraventrikular, yang terletak sangat berdekatan dengan
ventrikel ketiga, biasanya menimbulkan rasa takut dan reaksi terhukum.
4. Dorongan seksual dapat timbul bila ada rangsangan pada beberapa area hipotalamus besar bagian
anterior dan posterior hipotalamus.
Efek yang disebebkan oleh lesi hipotalamik
Pada umumnya, lesi pada hipotalamus akan menimbulkan efek yang berlawanan dengan yang ditimbulkan
oleh perangsangan. Contoh:
1. Lesi bilateral pada hipotalamus lateral akan mengurangi hasrat minum dan nafsu makan ha
hampir sampai hilang sama sekali, sehingga sering menimbulkan mati kelaparan. Lesi ini
menimbulkan sikap pasif yang ekstrem pada hewan, disertai dengan hilangnya sebagian besar
dorongan bertindak.
Lesi bilateral pada area ventromedial hipotalamus menimbulkan efek yang terutama berlawanan dengan yang
disebabkan oleh lesi hipotalamus lateral, menimbulkan hasrat minum dan nafsu makan yang berlebihan, disertai
keadaan hiperaktif dan seringkali menjadi sangat buas disertai keinginan menyerang walaupun hanya mendapat
provokasi ringan.
2.3.3 Hipokampus
Hipokampus merupakan bagian korteks serebri yang memanjang, melipat ke dalam untuk membentuk lebih
banyak bagian dalam ventrikel lateralis. Salah satu ujung hipokampus berbatasan dengan nuclei amigdaloid, serta sepanjang
perbatasan lateralnya bersatu dengan girus parahipokampal yang merupakan korteks serebri pada permukaan luar
ventromedial lobus temporalis. Hipokampus beserta sruktur lobus temporalis dan parietalis yang berdekatan dengannnya,
bersama-sama disebut formasio hipokampal, mempunyai banyak sekali hubungan, tetapi kebanyakan tidak langsung dengan
sebagian besar korteks serebri seperti halnya dengan stuktur-struktur basalis system limbik (amigdala, hipotalamus, septum,
dan korpus mamilaris).
Hampir setiap jenis pengalaman sensorik menyebabkan aktivasi sedikinya pada beberapa bagian dari hipokampus,
dan hipokampus kemudian menyebarkan sinyal-sinyal keluar menuju thalamus anterior, hipotalamus, dan bagian system
limbik lain, terutama melalui forniks, yaitu jaras penghubung utama. Seperti halnya pada struktur-struktur system limbik
lainnya, perangsangan pada berbagai area dalam hipokampus hampir selalu dapat mengakibatkan salah satu dari berbagai
pola perilaku seperti, kepuasan, rasa marah, ketidakpedulian, atau dorongan seks yang berlebihan.
Gambaran lain dari hipokampus adalah bahwa hipokampus dapat terangsang secara berlebihan. Pada kondisi
fungsional normal, hipokampi dapat memperpanjang sinyal-sinyal yang keluar. Mungkin satu alasan yang menyebabkan
hipereksitabilitas hipokampi ini adalah karena hipokampi memiliki berbagai tipe korteks dari setiap bagian serebrum, dan
hanya mengandug tiga lapisan sel saraf di beberapa area tersebut, jadi tidak seperti bagian korteks serebrum lainnya yang
mengandung enam lapisan sel saraf.
Hipokampus berperan dalam proses pembelajaran. Hipokapus memberikan sinyal bahwa masukan neuron tertentu
bersifat penting, sehingga kemungkinan besar informasi tersebut akan disimpan sebagai ingatan. Jadi, seseorang dengan
cepat menjadi terbiasa terhadap stimulus yang sama namun, ia dengan tekun mempelajari setiap pengalaman sensorik yang
dapat menimbulkan rasa senang dan rasa sakit. Telah diduga pula bahwa hipokampus menyebabkan timbulnya dorongan
untuk mengubah ingatan jangka pendek menjadi ingatan jangka panjang, artinya tampaknya membuat pikiran berulang-
ulang melatih informasi yang baru sampai menjadi ingatan yang disimpan permanen. Apapun mekanismenya tanpa
hipokampus tidak akan timbul konsolidasi ingatan jangkan panjang dari jenis verbal atau jenis simbolik.
1.3.4 Amigdala
Amigdala
Amigdala berasal dari bahasa latin amygdalae (bahasa Yunani αμυγδαλή, amygdalē, almond, 'amandel') adalah
sekelompok saraf yang berbentuk kacang almond. Pada otak vertebrata terletak pada bagian medial temporal lobe, secara
anatomi amigdala dianggap sebagai bagian dari basal ganglia. Amigdala dipercayai merupakan bagian otak yang berperan
dalam melakukan pengolahan dan ingatan terhadap reaksi emosi. Oleh karenanya amigdala juga merupakan bagian dari
sistem limbik yang dipelajari pada ilmu neurosains kognitif.
Anatomy
Terdiri dari Struktur :
Amygdaloid Nuclear Complex
Corticomedial Nuclear Group
Anterior Amygdaloid Area
Cortical Amygdaloid Nucleus
(Periamygdaloid Cortex)
Medial Amygdaloid Nucleus
Lateral Olfactory Nucleus
(Lateral Olfactory Gyrus)
Basolateral Nuclear Group
Lateral Nucleus
Basal Nucleus
Accessory Basal Nucleus
Central Nucleus
Connections
Corticomedial Nuclear Group
Olfactory Pathway
via Lateral Olfactory Stria
Basolateral Nuclear Group
from Sensory Association Area
Central Nucleus
from brain stem visceral
afferent nuclei
Stria Terminalis
to bed nucleus of stria terminalis
hypothalamus, epithalamus
amygdaloid body
Ventral Amygdalofugal Pathway
to septal nuclei, hypothalamus
thalamus (MD) and
midbrain limbic area
fungsi pengaturan hipotalamus ( daerah pengatur utama sistem limbik ) dan hubungannya dengan sistem
tubuh:
Pengaturan kardiovaskular
Perangsangan berbagai area dalam hipotalamus dapat menimbulkan efek neurogenik pada system
kardiovaskuler yang telah dikenal, meliputi teknan arteri, peningkatan frekuensi denyut jantung. Pada umumnya
perangsangan hipotalamus bagian posterior dan lateral meningkatkan tekanan arteri dan frekuensi denyut
jantung, sedangkan perangsangan pada area preoptik sering menimbulkan efek yang berlawanan, sehingga
menyebabkan penurunan frekuensi denyut jantung dan tekanan arteri. Efek ini terutama dijalarkan melalui pusat
pengatur kardiovaskular tertentu di regio reticular dari pons dan medulla. Di bagian Medulla Oblongata terdapat
pusat pengaturan kardiovaskular melalui Cardioaccelator center yang berfungsi untuk meningkatkan denyut
jantung dan tekanan darah melalui system saraf simpatis. Selain itu terdapat juga cardioinhibitori center yang
berfungsi berlawanan dengan cardioaccelator center melalui pengaturan pada system saraf parasimpatis.
Pengaturan suhu tubuh
Bagian anterior hipotalamus, khususnya area preoptik berhubungan dengan pengaturan suhu tubuh.
Peningkatan suhu darah yang mengalir melewati area ini meningkatkan aktivitas neuron-neuron peka suhu,
sementara penurunan suhu akan menurunkan aktivitasnya. Sebaliknya, neuron-neuron ini mengatur mekanisme
yang dipakai untuk meningkatkan atau menurunkan suhu tubuh. Sistem pengatur suhu tubuh menggunakan tiga
mekanisme untuk meningkatkan suhu tubuh yaitu vasokontsriksi pembuluh darah kulit di seluruh tubuh , pilo
ereksi , dan peningkatan termogenesis ( pembentukan panas ). Untuk menurunkan suhu tubuh juga sistem
pengatur suhu tubuh menggunakan 3 mekanisme yaitu vasodilatasi pembuluh darah kulit , berkeringat , dan
penurunan termogenesis.
Pengaturan cairan tubuh
Hipotalamus mengatur cairan tubuh melalui dua cara:
1. Dengan mencetuskan sensasi haus. Dibagian lateral terdapat area yang disebut pusat rasa haus . bila
elektrolit cairan yang terdapat dipusat atau didaerah yang berkaitan dengan hipotalamus menjadi
sangat pekat, pada hewan akan berkembang hasrat untuk minim air.
2. Mengatur ekskresi air ke dalam urin. Penagturan eksresi air oleh ginjal terutama dilakukan oleh nuclei
supraoptikus. Bila cairan tubuh menjadi sangat pekat, neuron-neuron dalam area ini menjadi
terangsang. Serabut-serabut saraf yang berasal dari neuron-neuron ini diproyeksikan kebawah melalui
infundibulum hipotalamus kekelenjar hipofisis posterior, tempat ujung-ujung saraf menyekresikan
hormone antidiuretik (vasopresin). Selanjutnya diabsorbsi kedalam darah dan diangkut keginjal tempat
hormone tersebut bekerja pada akuaduktus koligentes ginjal guna menimbulkan peningkatan
reabsorpsi air.
Pengaturan kontraktilitas uterus dan pengeluaran air susu oleh payudara
Perangsangan nucleus paraventrikular menyebabkna sel-sel neuronnya menyekresi hormone oksitosin.
Selanjutnya hormone ini menyebabkan peningkatan kontraktilitas uterus serta kontraksi sek-sel mioepitel
mengelilingi alveoli payudara. Yang menyebabkan alveoli mengosongkan air susu melallui putting susu.
Pada akhir masa kehamilan akan dis sekresikan banyak sekali oksitosin, dan sekresi ini membantu
memulai kontraksi persalinan untuk mengeluarkan bayi. Kemudian , kapanpun bayi mengisap payudara
ibunya,sinyal refleks dari putting susu ke hipotalamus posterior juga akan menyebabkan pelepasan oksitosin ,
dan oksitosin ini sekarang menjalankan fungsi yang penting dalam membuat duktulus payudar berkontraksi ,
sehingga mengeluarkan air susu melalui putting susu sehingga bayi dapat member makannya sendiri.
HUBUNGAN SISTEM LIMBIK DENGAN SISTEM SARAF OTONOM
PENGARUH SISTEM SARAF SIMPATIS PADA SISTEM LIMBIK
Sistem saraf otonom terutama diaktifkan oleh pusat-pusat yang terletak di medula spinalis, batang otak dan
hipotalamus. Juga, bagian korteks serebri, khususnya korteks limbik. Sistem saraf otonom pengontrolan dan regulasinya
diluar kesadaran, misalnya denyut jantung, kontraksi otot halus, peningkatan aktivitas mental ,dsb.
Berikut adalah skema penyebaran serat saraf simpatis ke area-area tubuh yang dipersarafinya.
pada pelepsan impuls saraf simpatis, dikenal suatu fenomena yang disebut pelepasan impuls masal(mass discharge) yang terjadi pada keadaan tertentu. Peristiwa ini sering muncul pada saat perangsangan hipotalamus yang diaktivasi oleh timbulnya rasa takut atau cemas atau bila menglami nyeri yang berat. akibat yang ditimbulkan kan menyebar ke seluruh tubuh, disebut sebagai respon stress atau tanda bahaya.
Bila terjadi pelepasan impuuls secara masal, maka keadaan ini akan meningkatakan kemampuan tubuh untuk melakukan aktivitas otot yang besar. Diantaranya:
1. Peningkatan tekanan arteri
2. Peningkatan aliran darah untuk mengaktifkan otot-otot bersamaan dengan penurunan aliran darah ke organ-organ
3. Peningkatan kecepatan metabolism sel di seluruh tubuh
4. Peningkatan konsentrasi glukosa darah
5. Peningkatan proses glikolisis dihati dan otot
6. Peningkatan aktivitas mental
7. Peningkatan koagulsi darah(guyton,1997)
Seringkali keadaan stress fisik ataupun mental menggiatkan aktivitas saraf simpatis, maka keadaan ini dianggap sebagai tujuan dari sisitem simpatik untuk menediaakan aktivitas tambahan tubuh pada saat stress, keadaan ini sering disebut respon stress( gyton, 1997). Salah sat contoh dari peristiwwa ini adalh pada saat terjadinya keadaan marah yng ditimbulkan oleh adanya perangsangan di hipotalamus, dimana sinyal-sinyalnya dijalarkan ke bawah melalui formtioretikulris otak dan masuk ke medulla spinalis untuk menyebabkan pelepasan impuls yang massif dan keadaan-keadaan yang disebutkan diatas bisa terjadi sebagaihasil dari aktivitas ini. Keadaan ini sering disebut sebagai “reaksi tanda bahaya”
Berdasarkan pada kasus yang terjadi pada scenario, berikut sedikt diterangkan eknisme dari kejadian yang dialami oleh pelaku di scenario.
1. jantung berdebar-debar
Dalam sekenario pelaku mengalami jantung yang berdebar ketika terbangun dari tidur namun tidak
ditemukan kelainan pada organ. Kasus dalam sekenario, emosi meransang persarafan simpatis sehingga
menyebabkan peningkatan tekanan arteri yang berdampak pada kuatnya kontraksi dari jantung memompa darah .
2. Susah Tidur
Tidur dapat diakibatkan oleh kelelahan sel saraf yang diakibatkan berkurangnya sumber nutrisi dari sel
saraf tersebut. Namun dalam keadaan seseorang yang mengalami emosi atau stress; hypothlamus meransang CRH
untuk mereleaskan ACTH, kemudian dihasilkan kortisoll yang meransang glikolisis sehingga merombak glikogen
menjadi glukosa yang digunakan sebagai sumber nutrisi sel syaraf. Keadaan seseorang yang sedang emosi atau
stress akan susah untuk tertidur dapat pula diakibatkan oleh peransangan saraf simpatis dan parasimpatis. Susah
tidur juga disebabkan oleh re-uptake serotonin yang meningkat dan kemampuan transmitter inhibisi yang meurun.
Bila pusat tidur diaktifkan,nuklei pengaktif retikular di mesensefalon di pons bagian atas terbebs dari
inhibisi,yag memungkinkan nuklei pengaktivasi retikuler ini akan aktif secara spontan. Keadaan ini selanjutnya
akan meransang korteks serebri dan sistem saraf perifer, yang keduanya kemudian mengirimkan banyak sinyal
umpan balik positif kembali ke nuklei retikuler yang sama agar tetap aktif. Sehingga timbul keadaan siaga saat
tidur atau timbul rasa tidur yang tidak nyenyak.
Pengaruh Sistem Parasimpatis Terhadap Sistem Limbik
Kebalikan dengan system saraf simpatis, system saraf parasimpatis mencetuskan respons sistemik apapun tetapi justru menimbulkan efeknya secara individual pada area yang terbatas, seperti tercermin pada kenyataan bahwa neuron keduanya terletak di dekat organ target.Selain itu asetilkolin yang dilepaskan sebagai neurotransmitter pada ujung saraf parsimpatis, cepat terurai oleh kolinesterase, dan dengan demikian efeknya relative singkat.
Bagian Kranial Pada Sistem Saraf Parasimpatis
Persarafan parsimpatis kepala.Badan sel neuron preganglionik aksonnya terletak pada berbgai nucleus di batang otak. Dan aksonnya terdapat di nervus kranialis III< VII, IX, dan X.Sistem persarafan parasimpatis mempengaruhi system limbik pada miosis dan kontraksi muskulus siliaris(akomodasi), lakrimasi dan salivai, berpengaruh juga dalam proses terjadinya brakikardi (denyut jantung yang lemah).Vasokontriksi arteri koroner, dan gerak peristaltis.
Bagian Sakral Parasimpatis
Terutama pada organ pelvis dan genitalia.Membawa impuls dari nervus splankhnici dan pleksus hipogastricus inferior dan superior.Sistem ini menimbulkan ereksi penis,(alat genitalia pria).Sebagai respon prilaku seksual.
FAKTOR YANG DAPAT MEMPENGARUHI KERJA SISTEM SARAF PUSAT
Faktor Internal yang Mempengaruhi Kerja Sistem Saraf Pusat
Otak manusia, adalah organ yang unik dan dasyat, tempat diaturnya proses berfikir, berbahasa, kesadaran, emosi dan kepribadian, secara garis besar, otak terbagi dalam 3 bagian besar, yaitu neocortex atau cortex cerebri, sistem limbik dan batang otak, yang berkerja secara simbiosis. Bila neocortex berfungsi untuk berfikir, berhitung, memori, bahasa, maka sistem limbik berfugsi dalam mengatur emosi dan memori emosional, dan batang otak mengatur fungsi vegetasi tubuh antara lain denyut jantung, aliran darah, kemampuan gerak atau motorik, Ketiganya bekerja bersama saling mendukung dalam waktu yang bersamaan, tapi juga dapat bekerja secara terpisah. Otak manusia mengatur dan mengkordinir, gerakan, perilaku dan fungsi tubuh, homeostasis seperti tekanan darah, detak jantung, suhu tubuh, keseimbangan cairan, keseimbangan hormonal, mengatur emosi, ingatan, aktivitas motorik dan lain-lain. Otak terbentuk dari dua jenis sel: yaitu glia dan neuron. Glia berfungsi untuk menunjang dan melindungi neuron, sedangkan neuron membawa informasi dalam bentuk pulsa listrik yang di kenal sebagai potensial aksi. Mereka berkomunikasi dengan neuron yang lain dan keseluruh tubuh dengan mengirimkan berbagai macam bahan kimia yang disebut neurotransmitter. Neurotransmitter ini dikirimkan pada celah yang di kenal sebagai sinapsis. Neurotransmiter paling mempengaruhi sikap, emosi, dan perilaku seseorang yang ada antara lain Asetil kolin, dopamin, serotonin, epinefrin, norepinefrin. Fungsi masing masing neurotransmiter dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Neurotransmitter Pada Sistem Saraf Pusat
Neurotransmiter Lokasi/Fungsi Implikasinya pada penyakit Jiwa
Kolinergik:
Asetil kolin Sistem saraf otonom simpatis dan
parasimpatis, terminal saraf
presinapsis parasimpatik, terminal
postsinapsis
Sistem saraf pusat : korteks
serebral, hipokampus, struktur
limbik, basal ganglia
Fungsi : tidur, bangun persepsi
nyeri, pergerakan memori
Meningkatkan derajat depresi.
Menurunkan derajat penyakit
alzeimer, korea
hutington, penyakit parkinson.
Monoamin:
1. Norepinefrin Sistem saraf otonom terminal
saraf post
sinapsis simpatis
Sistem saraf pusat: talamus,
sistem limbik,
hipokampus, serebelum, korteks
serebri
Fungsi pernafasan, pikiran,
persepsi, daya
penggerak, fungsi kardiovaskuler,
Menurunkan
derajat depresi
Meningkatkan
derajat mania,
keadaan kecemasan,
skizofrenia.
tidur dan
bangun
2. Dopamin Frontal korteks, sistem limbik,
basal ganglia,
talamus, hipofisis posterior,
medula spinalis
Fungsi: pergerakan dan
koordinasi, emosional,
penilaian, pelepasan prolaktin
Menurunkan
derajat penyakit
parkinson dan
depresi
Meningkatkan
derajat mania dan
skizofrenia
3. Serotonin Hipotalamus, talamus, sistem
limbik, korteks
serebral, serebelum, medula
spinalis
Fungsi : tidur, bangun, libido,
nafsu makan,
perasaan, agresi persepsi nyeri,
koordinasi dan
penilaian
Menurunkan
derajat depresi
Meningkatkan
derajat kecemasan
4. Histamin Hipotalamus Menurunkan
derajat depresi
Asam amino
1. GABA (Gamma
Amino Butyric
Acid)
Hipotalamus, hipocampus,
korteks, serebelum, basal ganglia,
medula spinalis, retina.
Fungsi: kemunduran aktivitas
tubuh
Menurunkan
derajat korea
huntington, gangguan ansietas,
skizofrenia, dan berbagai jenis
epilepsy.
2. Glisin Medula spinalis, batang otak
Fungsi: menghambat motor
neuron berulang
Derajat toksik/keracunan
“glycine encephalopaty”
3. Glutamat dan aspartat Sel-sel piramid/kerucut dari
korteks, serebelum
dan sistem sensori aferen primer,
hipocampus,
talamus, hipotalamus, medula
spinalis.
Fungsi: menilai informasi sensori,
mengatur berbagai motor dan
reflek spinal
Menurunkan
tingkat derajat yang
berhubungan dengan gerakan
motor spastik
Neuropeptida
1. Endorfin dan enkefalin Hipotalamus , talamus, struktur Modulasi aktivitas
limbik dan
batang otak, enkedalin juga
ditemukan pada
traktus gastrointestinal
Fungsi modulasi (mengatur) nyeri
dan
mengurangi peristaltik (enkefalin)
dopamin oleh opiod
peptida dapat menumpukkan
berbagai ikatan terhadap gejala
skizofrenia
2. Substansi P Hipotalamus struktur limbik otak
tengah, batang otak, talamus,
basal ganglia, dan medula
spinalis, juga ditemukan pada
traktus gastrointestinal dan
kelenjar saliva.
Fungsi: pengaturan nyeri
Menurunkan derajat korea
hutington
3. Somatostatin Korteks serebral, hipokampus,
talamus, basal ganglia, batang
otak, medula spinalis.
Fungsi: menghambat pelepasan
norepinefrin,
merangsang pelepasan serotonin,
dopamin dan
asetil kolin
Menurunkan
derajat penyakit
alzeimer
Meningkatkan
derajat korea hutington
Fungsi Dopamin sebagai neururotransmiter kerja cepat disekresikan oleh neuronneuron yang berasal dari substansia nigra, neuron-neuron ini terutama berakhir pada region striata ganglia basalis. Pengaruh dopamin biasanya sebagai inhibisi. Dopamin bersifat inhibisi pada beberapa area tapi juga eksitasi pada beberapa area. Sistem norepinefrin yang bersifat eksitasi menyebar ke setiap area otak, sementara serotonin dan dopamin terutama ke regio ganglia basalis dan sistem serotonin ke struktur garis tengah (midline).
Serotonin disekresikan oleh nukleus yang berasal dari rafe medial batang otak dan berproyeksi disebagian besar daerah otak, khususnya yang menuju radiks dorsalis medula spinalis dan menuju hipotalamus. Serotonin bekerja sebagai bahan penghambat jaras rasa sakit dalam medula spinalis, dan kerjanya di daerah sistem syaraf yang lebih tinggi diduga untuk membantu pengaturan kehendak seseorang, bahkan mungkin juga menyebabkan tidur.
Serotonin berasal dari dekarboksilasi triptofan, merupakan vasokontriksi kuat dan perangsang kontraksi otak polos. Produksi serotonin sangat meningkat pada karsinoid ganas penyakit yang ditandai sel-sel tumor penghasil serotonin yang tersebar luas didalam jaringan argentafin rongga abdomen.
Sistem respons fisiologik pada stress akut dan kronik, terdapat respon fight and flight dimana berperan hormon epinefrin, norepinefrin dan dopamin, respon terhadap ancaman meliputi penyesuaian perpaduan banyak proses kompleks dalam organ-organ vital seperti otak, sistem kardiovaskular, otot, hati dan terlihat sedikit pada organ kulit, gastrointestinal dan jaringan limfoid.
Sistem norepinefrn dan sistem serotonin normalnya menimbulkan dorongan bagi sistem limbik untuk meningkatkan perasaan seseorang terhadap rasa nyaman, menciptakan rasa bahagia, rasa puas, nafsu makan yang baik, dorongan seksual yang sesuai, dan keseimbangan psikomotor, tapi bila terlalu banyak akan menyebabkan serangan mania. Yang mendukung konsep ini adalah kenyataan bahwa pusat-pusat reward dan punishment di otak pada hipotalamus dan daerah sekitarnya menerima sejumlah besar ujung-ujung saraf dari sistem norepinefrin dan serotonin.
Pada pasien penyakit jiwa seperti skizofrenia terdapat berbagai keadaan yang diyakini disebabkan oleh salah satu atau lebih dari tiga kemungkinan berikut (1) terjadi hambatan terhadap sinyal-sinyal saraf di berbagai area pada lobus prefrontalis atau disfungsi pada pengolahan sinyal-sinyal; (2) perangsangan yang berlebihan terhadap sekelompok neuron yang mensekresi dopamin dipusat-pusat perilaku otak, termasuk di lobus frontalis, dan atau; (3) abnormalitas fungsi dari bagian-bagian penting pada pusat-pusat sistem pengatur tingkah laku limbik di sekeliling hipokampus otak.
Dopamin telah diduga kemungkinan penyebab skizofrenia secara tidak langsung karena banyak pasien parkison yang mengalami gejala skizofrenia ketika diobati dengan obat yang disebut L-DOPA. Obat ini melepaskan dopamin dalam otak, yang sangat bermanfaat dalam mengobati parkinson, tetapi dalam waktu bersaman obat ini menekan berbagai bagian lobus prefrontalis dan area yang berkaitan dengan lainnya. Telah diduga bahwa pada skizofrenia terjadi kelebihan dopamin yang disekresikan oleh sekelompok neuron yang mensekresikan dopamin yang badan selnya terletak tegmentum ventral dari mesensefalon, disebelah medial dan anterior dari sistem limbik, khususnya hipokampus, amigdala, nukleus kaudatus anterior dan sebagian lobus frefrontalis ini semua pusat-pusat pengatur tingkah laku yang sangat kuat. Suatu alasan yang lebih meyakinkan untuk mempercayai skizofrenia mungkin disebabkan produksi dopamin yang berlebihan ialah bahwa obat-obat yang bersifat efektif mengobati skizofrenia seperti klorpromazin, haloperidol, dan tiotiksen semuanya menurunkan sekresi dopamin pada ujung-ujung syaraf dopaminergik atau menurunkan efek dopamin pada neuron yang selanjutnya.
Faktor Eksternal Yang Mempengaruhi Kerja Sistem Saraf Pusat
Stresor dapat menimbulkan beberapa keadaan yang dapat mempengaruhi kerja system saraf pusat, yaitu frustasi, konflik,
tekanan atau krisis.
Frustasi timbul bila ada aral melintas (stressor) antara kita dan tujuan kita. ada frustasi yang timbul karena stressor dari luar,
seperti bencna alam, kecelakaan, kematian orang tercinta, norma-norma, adat-istiadat, peperangan, keguncanagan ekonomi,
diskriminasi rasial atau agama, persaingan yang berlebihan, perubahan yang terlalu cepat, pengangguran dan ketidakpastian
sosial. Kecelakaan dan penyakit dapat menimbulkan frustasi dan dapat melemahkan daya tahan stress.
Ada frustasi yang timbul karena stressor dari dalam misalnya, cacat badaniah atau kegagalan dalam usaha dan moral
sehingga penilaian diri sendiri menjadi sangat tidak enak merupakan frustasi yang berhubungan dengan kebutuhan akan
harga diri.
Konflik terjadi bila kita tidak dapat memilih antara dua atau lebih mcam kebutuhan atau tujuan. Memilih yang satu berarti
tidak tercapainya yang lain. Contoh lain adalah konflik yang terjadi bila kita harus memilih dari beberapa hal yang
sebenarnya tidak kita inginkan.
Tekanan juga dapat menimbulkan masalah penyesuaian. Tekanan sehari-hari biarpun kecil, tetapi bila bertumpuk-tumpuk
dan berlangsung lama (stressor jangka panjang), dapat menimbulkan stress yang hebat. Tekanan, sperti juga frustasi, dapat
berasal dari dalam atau pun luar individu.
Tekanan dari dalam berasal dari cita-cita atau norma-norma kita yang gantungkan terlalu tinggi dan kita mengerjakannya
tanpa ampun, sehingga kita terus menerus berada di bawh tekanan. Tidak jarang suatu keadaan stress karena frustasi, konflik
dan tekanan sekaligus.
Krisis adalah keadaan karena stressor mendadak dan besar yang menimbulkan stress pada seorang individu atau pun suatu
kelompok.
Dahulu dikira bahwa krisis selalu tidak baik untuk kesehatan jiwa. Sekarang ini ternyata tidak demikian. Setelah mengalami
krisis, maka mungkin individu atau kelompok menjadi terganggu atau lebih mudah terganggu bila stress lagi, dan matang
atau lebih kuat menghadapi stress di hri kemudian. Yang terakhir ini adalah penting, karena mengandung unsur pencegahan.
Gangguan Psikiatrik
Stress Dan Respon Biologis
Menurut Rippetoe-Kilgore, Stress adalah kondisi yang dihasilkan ketika seseorang berinteraksi dengan lingkungannya yang kemudian merasakan suatu pertentangan, apakah itu riil ataupun tidak, antara tuntutan situasi dan sumber daya system biologis, psikologis dan sosial, dalam terminologi medis, stress akan mengganggu system homeostasis tubuh yang berakibat terhadap gejala fisik dan psikologis.
Baik secara mental, fisiologi tubuh, anatomi, atau fisik, ”Stress is the condition that results when person-environment transactions lead the individual to perceive a discrepancy, whether real or not, between the demands of a situation and the resources of the person's biological, psychological or social systems. In medical terms, stress is the disruption of homeostasis through physical or psychological stimuli. Stressful stimuli can be mental, physiological, anatomical or physical .
Richard Lazarus pada tahun 1974 yang membagi stress ke dalam 2 bentuk yaitu eustress dan distress.( Lazarus RS , 1993:1) stress yang berpengaruh positif adalah eustress sedangkan distress adalah stress yang bersifat negatif yang menyebabkan gangguan fungsional maupun organ tubuh.
Menurut Maramis bila kita tidak dapat mengatasinya stress dengan baik, maka akan muncul gangguan badan atau gangguan jiwa. Sumber stress psikologik adalah masalah penyesuaian atau keadaan stress yang dapat bersumber pada frustasi, konflik, tekanan atau krisis. Dalam stress ada yang disebut daya tahan stress atau disebut juga nilai ambang frustasi (stress/frustation tolerance, ”frustratic drempel), yang pada setiap orang berbeda-beda tergantung somato-psiko-sosial orang tersebut. (Maramis, 1980:65)
Frustasi timbul bila ada aral melintang antara kita dan maksud (tujuan) kita. Konflik terjadi bila kita tidak dapat memilih antara atau dua lebih macam kebutuhan atau tujuan. Tekanan juga dapat menimbulkan masalah penyesuaian, biarpun kecil, bila bertumpuk-tumpuk dapat menjadi stress yang hebat, tekanan seperti juga frustasi boleh berasal dari dalam maupun dari luar. Krisis adalah keadaan karena stresor mendadak dan besar yang menimbulkan stres pada individu atau kelompok. (Maramis, 1980:67-68).
Frustasi digunakan psikolog untuk mengetahui keadaan yang timbul apabila ada halangan dalam usaha untuk memenuhi keinginan, kebutuhan tujuan, harapan atau tindakan tertentu. Frustasi sendiri adalah keadaan dimana satu kebutuhan tidak bisa dipenuhi, tujuan tidak bisa tercapai. Frustasi ini juga bisa menimbulkan situasi positif atau yang destruktif (negatif). Reaksi frustasi dengan demikian sifatnya bisa negatif bisa positif.
Gangguan Afektif : Depresi dan Mania
Depresi adalah reaksi normal terhadap kehilangan yang menyedihkan seperti kehilangan orang yang dikasihi, kehilangan harga diri, kehilangan milik pribadi, atau kehilangan kesehatan. Akan tetapi, ada orang yang kecenderungannya kea rah depresi melebihi proporsi. Orang ini berulang kali terperosok ke dalam keputusan dan kehilangan kapasitasnya untuk mengalami kebahagiaan (kehilangan yang disebut anhedonia), sering kali untuk alasan yang tidak jelas dan depresi mereka yang begitu ekstremnya sehingga nyaris mustahil bagi mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup esensial dalam kehidupan sehari-hari untuk mempertahankan pekerjaan, untuk memepertahankan kontak social, untuk makan, atau bahkan untuk mempertahankan tingkat hygiene pribadi yang wajar. Orang seperti inilah yang dikatakan mengalami depresi klinis.
Depresi sering dibagi menjadi dua kategori. Depresi yang dipicu oleh pengalaman negative (misalnya, kematian seorang teman, kehilangan pekerjaan) disebut depresi reaktif. Depresi tanpa penyebab yang jelas disebut depresi endogen.
Tipe lain gangguan afektif (gangguan emosi psikotik) adalah mania, yang dalam banyak hal berlawanan dengan depresi. Mania adalah gangguan afektif yang ditandai oleh rasa percaya diri yang berlebihan, impulsivitas, distraksibilitas, dan energy yang tinggi.
Banyak pasien depresif yang mengalami periode mania. Mereka yang mengalaminya dikatakan mengalami gangguan afektif bipolar (manic depresi). Mereka yang depresif dan tidak mengalami periode mania dikatakan mengalami gangguan afektif unipolar.
Teori mengenai depresi yang menonjol adalah teori monoamine yang menyatakan bahwa depresi berhubungan dengan berkurangnya aktivitas di sinapsis-sinapsis serotonergik dan noradrenergik.
Gangguan Kecemasan
Kecemasan, ketakutan kronis yang menetap tanpa adanya ancaman langsung adalah sebuah correlate lazim untuk stres. Kecemasan bersifat adaptif bila ia memotivasi perilaku coping yang efektif, tetapi bila menjadi sedemikian parah hingga mendisrupsi fungsi normal, ia disebut gangguan kecemasan. Semua gangguan kecemasan dikaitkan dengan perasaan cemas (ketakutan, kekhawatiran, despondensi/ murung, patah semangat dan dengan reaksi stress psikologis, misalnya tachycardia (detak jantung cepat), hipertensi (tekanan darah tinggi), mual, sulit bernapas, gangguan tidur, dan kadar glukokortikoid yang tinggi.
Ada lima golongan utama gangguan kecemasan,
Generalized anxiety disorder (gangguan kecemasan tergeneralisasi) ditandai oleh respon stress dan perasaan cemas ekstrem yang terjadi tanpa adanya stimulus pencetus yang jelas.
Phobic anxiety disorder (gangguan kecemasan fobik) mirip dengan gangguan kecemasan tergeneralisasi kecuali bahwa ia dipicu oleh paparan objek tertentu (misalnya, binatang, laba-laba) atau situasi tertentu (kerumunan orang, kegelapan)
Panic disorder (gangguan panic) ditandai oleh serangan-serangan ketakutan ekstrem dengan onset cepat, dan gejala-gejala berat stress (misalnya, tercekiki, palpitasi jantung, sesak napas). Gangguan ini sring menjadi komponen gangguan kecemasan tergeneralisasi dan gangguan kecemasan fobik, tetapi juga dapat terjai sebagai gangguan terpisah.
Obsessive-compulsive disorder ( gangguan obsesif-kompulsif) ditandai oleh pikiran (obsesi) dan impuls (kompulsi) yang sering muncul, tidak terkontrol, dan menimbulkan kecemasan. Merespons pikiran dan impuls itu misalnya, dengan mencuci tangan berulang kali secara kompulsif adalah cara untuk meredakan kecemasan yang terkait dengannya.
Posstraumatic stress disorder ( gangguan sters pasca-trauma) adalah pola distress psikologis yang persisten menyusul paparan sters ekstrem, seperti peperangan atau menjadi korban serangan seksual.
TANDA DAN GEJALA PENYAKIT PSIKIATRIK YANG BERKAITAN DENGAN EMOSI
Psikiatri dipenuhi oleh penelitian fenomena mental. Dokter psikiatrik harus belajar untuk menguasai observasi yang teliti, penjelasan yang mengungkapkan dan dan belajar keterampilan yang termasuk belajar bahasa baru. Bagian bahasa di dalam psikiatri termasuk pengenalan dan definisi tanda dan gejala perilaku emosional. Tanda ( sign) adalah temuan objektif yang diobservasi oleh dokter . gejala (symptom) adalah pengalaman subjektif yang digambarkan oleh pasien (sebagai contoh, mood yang tertekan dan berkurangnya tenaga)
Suatu sindrom adalah kelompok tanda dan gejala yang terjadi bersama-sama sebagai suatu kondisi yang dapat dikenali yang mungkin kurang spesifik disbandingkan gangguan atau penyakit yang jelas. Dalam kenyataannya, sebagian besar kondisi psikiatrik adalah sindrom. Garis besar yang diberikan berikut ini memebrikan suatu daftar tentang tanda dan gejala yang berkaitan dengan emosi dengan definisi atau gambaran yang tepat.
Emosi : suatu kompleks keadaan perasaan dengan komponen psikis, somatik, dan perilaku yang berhubungan dengan afek dan mood.
I. Efek : Ekspresi emosi yang terlihat, mungkin tidak konsisten dengan emosi yang dikatakan pasien Afek yang sesuai Afek yang tidak sesuai Afek yang tumpul Afek yang terbatas
Afek yang datar Afek yang labil
II. Mood : suatu emosi yang meresap dan dipertahankan, yang dialami secara subjektif dilaporkan pasien, dan dapat dilihat ornag lain. Contohnya : depresi, elasi, kemarahan.
Mood disforik Mood eutimik Mood yang meluap-luap Mood yang iritabel Pergeseran mood Mood yang meninggi Euforia Kegembiraan yang luar biasa Depresi Anhedonia Duka cita atau berkabung Aleksitimia
III. Emosi yang lain Kecemasan Kecemasan yang mengambang bebas Ketakutan Agitasi Ketegangan Panik Apati Ambivalensi Rasa malu Rasa bersalah
IV. Gangguan psikologis yang berhubungan dengan mood : tanda disfungsi somatic (biasanya otonomik) pada seseorang, paling seing berhubungan dengan depresi (disebut juga tanda vegetatif)
Anoreksia : hilangnya atau menurunnya nafsu makan Hiperfagia :meningkatnya nafsu makan dan asupan makanan Insomnia : hilangnya atau menurunnya kemampuan untuk tidur
- Awal : kesulitan jatuh tertidur- Pertengahan : kesulitan tidur sepanjang malam tanpa terbangun dan kesulitan tidur kembali- Terminal : terbangun pada dini hari
Hipersomnia : tidur yang berlebihan Variasi diurnal : mood yang secara teratur terburuk pada pagi hari, segera setelah terbangun, dan
membaik dengan semakin siangnya hari. Penurunan libido : penurunan minat, dorongan, dan daya seksual (peningkatan libido sering
disertai keadaan manik)
Konstipasi : ketidakmampuan atau kesulitan defekasi
PENGOBATAN GANGUAN PSIKOLOGI NON-FARAMAKO dan FARMAKO
Pengobatan Gangguan Psikologis Non-Farmakologis
Psikoterapi
Psikoterapi ialah suatu cara pengobatan terhadap masalah emosional seorang pasien yang dilakukan oleh seorang yang
terlatih dalam hubungan professional secara sukarela dengan maksud hendak menghilangkan, mengubah, atau menghambat
gejala-gejala yang ada, mengoreksi perilaku yang terganggu dan mengembangkan pertumbuhan kepribadian secara positif.
Pembagian psikoterapi
Cara-cara psikoterapi dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu psikoterapi supportif dan psikoterapi genetic-
dinamik.
Psikoterapi wawasan ( genetic-dinamik )
Dibagi menjadi 2 yakni :
1. Psikoterapi reedukatif
Tujuannya untuk mencapai pengertian tentang konflik-konflik yang letaknya lebih banyak dialam sadar, dengan
usaha berusaha untuk menyesuaikan diri kembali, memodifikasi tujuan dengan cara : (1) terapi hubungan antar
manusia, (2) terapi sikap, (3) terapi wawancara, (4) analisis dan sintesis yang distributif, ( 5) konseling terapeutik,
(6) terapi case work, (7) terapi somatic
2. Psikoterapi rekonstruktif
Bertujuan untuk mencapai pengertian tentang konflik yang letaknya dialam tak sadar, dengan usaha mendapatkan
perubahan yang luas daripada struktur kepribadian dan perluasan struktur kepribadian dengan pengembangan
potensi penyesuaian diri yang baru.
Psikoterapi suportif ( supresif atau non spesifik )
Tujuan psikoterapi jenis ini ialah :
1. Menguatkan daya tahan mental yang ada.
2. Mengembangkan mekanisme yang baru dan yang lebih baik untuk mempertahankan control diri.
3. Mengembalikan keseimbangan adaptif.
Cara psikoterapi suportif antara lain sebagai berikut :
1. Ventilasi atau psiko –katarsis
Psikoterapi dengan membiarkan pasien mengeluarkan keluh kesah sesuai keinginan pasien. Sesudahnya pasien lega dan
kecemasannya ( tentang penyakitnya ) berkurang, karena ia lalu dapat melihat masalahnya dalam proporsi yang sebenarnya.
Hal ini dibantu oleh dokter dengan sikap yang penuh pengertian (empati ) dan dengan anjuran .
2. Persuasi atau bujukan
Dilakukan dengan memberi penerangan yang masuk akal tentang timbulnya gejala-gejala serta baik-buruknya dari penangan
yang diberikan. Kritik diri sendiri oleh pasien penting untuk dilakukan. Dengan demikian maka impuls-impuls tertentu
dibangkitkan, diubah atau diperkuat dan impuls-impuls yang lain dihilangkan atau dikurangi, serta pasien dibebaskan dari
impuls-impuls yang sangat mengganggu. Pasien yakin gejala yang dialami secara perlahan menghilang.
3. Sugesti
Penanaman secara halus dan tidak langsung tentang pemikiran yang membangkitkan kepercayaan pada pasien bahwa gejala
yang dialami akan hilang. Dokter harus memiliki sikap yang meyakinkan dan otoritas professional serta menunjukkan
empati.
4. Penjaminan kembali (reassurance )
Dilakukan melalui komentar yang halus atau dengan pertanyaan yang hati-hati, bahwa kondisi pasien masih adekuat dan
cukup memadai. Dapat juga diberi secara tegas berdasarkan kenyataan atau dengan menekankan pada apa yang telah dicapai
oleh pasien.
5. Bimbingan dan penyuluhan
Memberi nasihat-nasihat yang praktis dan khusus (spesifik) yang berhubungan dengan masalah kesehatan khususnya jiwa
pasien agar pasien lebih sanggup mengatasinya.
6. Terapi kerja
Memberikan kesibukan pada pasien ataupun berupa latihan kerja tertentu agar pasien terampil dalam hal tertentu yang
berguna untuk mencari nafkahnya kelajk.
7. Konseling
Diberikan dalam bentuk wawancara untuk membantu pasien mengerti dirinya sendiri lebih baik, agar pasien dapat
mengatasi masalah lingkungannya sehingga pasien dapat menyesuaikan diri.
8. Hipoterapi dan narkoterapi
Secara intravena disuntikkan suatu hipnotikum
9. Kerja kasus social
Secara tradisional didefinisikan sebagai suatu proses bantuan oleh orang yang sudah terlatih kepada pasien yang memerlukan
satu atau lebih pelayanan sosial khusus.
10. Psikoterapi kelompok.
Berlaku untuk pasien yang segan terhadap psikoterapi individual karena takut, tidak percaya therapist, bersaing keras
melawan figur orang tua, tidak atau kurang berpengalaman dengan saudara-saudara atau bertentangan dengan saudara-
saudara, kurang berpartisipasi dalam lingkungan, mempunyai pengalaman keluarga yang rusak, sukar menyesuaikan diri
dengan kelompok, dan mempunyai intelegensi yang rendah.
11. Terapi perilaku
Bertujuan untuk menghilangkan masalah perilaku khusus secepat-cepatnya dengan mengawasi perilaku belajar si pasien.
Penatalaksanaan Farmakologis Gangguan Psikologis
Psikotropik adalah obat yang mempengaruhi fungsi prilaku, emosi, dan pikiran yang biasa digunakan pada ilmu psikiatri atau ilmu kedokteran jiwa. Sedangkan psikofarmakologi adalah ilmu yang mempelajari kimiawi, mekanisme kerja serta farmako klinik dari psikotropik. Berdasarkan penggunaan klinik psikotropik dapat dibedakan menjadi 4 golongan yaitu :
1. Antipsikosis bermanfaat untuk terapi psikosis akut maupun kronis, suatu gangguan jiwa yang berat.2. Antiansietas terutama berguna untuk pengobatan simtomatik penyakit psikoneurosis ; neurosis merupakan
keluhan subyektif tanpa gangguan somatik yang nyata dengan fungsi mental-kognitif tidak terganggu. Selain itu juga berguna untuk terapi tambahan penyakit somatis dengan ciri ansietas (perasaan cemas) dan keteganggan mental.antiansietas dosis tinggi dan jangka panjang dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikis.
3. Antidepresi adalah obat untuk mengatasi atau mencegah depresi mental. Depresi didefinisikan sebagai gangguan mental dengan penurunan mood,kehilangan minat atau perasaan senang, adanya perasaan bersalah atau rendah diri, gangguan tudur atau penurunan selera makan, sulit konsentrasi atau kelemahan fisik. Gangguan ini dapat menjadi kronik atau kambuh sesuai aktifitas pasien.
4. Antimania atau mood stabilizer adalah yang kerjanya terutama mencegah naik turunya pada pasien gangguan bipolar (sidrom manik-depresi).
Penggolongan psokotropik
I. ANTIPSIKOSISA. Antipsikosis tipikal golongan fenotiazin :
Klorpomazin, flufenazin, perfenazin, tioridazin trifluperazinB. Antipsikosis tipikal golonggan lain:
Klorprotiksen, droperidol, haloperidol, loksapin, molindon, tioktiksenC. Antipsikosis atipikal :
Klozapin, olanzapin, risperidon, quetiapin, sulprid, ziprasidon, aripriprazo, zotepin, amilsulpirid
II. ANTIANSIETASA. Golongan benzodiazepin :
Diazepam, alprazolam, klordiazepoksid, klonazepam, klorazepat, lorazepamB. Golonggan lain :
Buspiron, zolpidem
III. ANTIDEPRESIA. Golongan trisiklik :
Imipramin, amitriptilinB. Golonggan heterosiklik :
Amoksapin, maprotilin,trazodon, bupropion, venlafaksin, mitazapin, nefazodonC. Golonggan serotonin Reuptake Inhibitors (SSRIs) :
Fluoksetin, paroksetin, setralin, fluvoksamin, sitalopramD. Penghambat MAO :
Isokarboksazid, fenelzinE. Golonggan serotonin norepinephrin reuptake inhibitor (SNRI) : Venlafaksin
IV. ANTIMANIA (mood stabilizer)A. LitiumB. Antimania lain : karbamazepin, asam valproat
TItit tangkap kerja obat yang mempengaruhi sistem saraf pusat (anti depresan)
Psikotropik
Psikotropik adalah obat yang mempengaruhi fungsi prilaku,emosi dan jiwayang biasa digunakan dalambidang psikiatri atau ilmu kedokteran jiwa.berdasarkan penggunaan kliniknya psiotropik dapat dibedakan menjadi 4 golongan yaitu (1) antipsikosis(major transquilizer neuroleptik)(2) antiansietas (minor transquilizer neuroleptik) (3) Antidepresi (4) antimania (mood stabilizer )
1. Antipsikosis Antipsikosis bermanfaat pada terapi psikosis akut maupun kronik suatu ganguan jiwa yang berat.ciri terpenting dari obat psikosis adalah 1. Berefek antipsikosis yang berguna mengatasi
agresivitas,hiperaktivitas dan labilitas emosional pada pasien psikosis. 2. Dosis besar tidak menyebabkan koma dalam maupun anastesia 3 dapat menyebabkan kgejalaekstrapiramidal yang reversible dan irreversible .antipsikosis dapat dibagi 3 yaitu 1.1 antipsikosis tipikal golongan fenotiazin
klorpromazin,flufenazin,perfenazin ,tirodiazin triflupeazin A. FARMAKODINAMIK Efek farmakologi klorpromazin dan antipsikosis lainya meliputi efek pada sususnan saraf pusat ,sistim otonom dan sistim endokrin.efek ini terjadi karena antipsikosis menghambat berbagai reseptor diantaranyya dopamine ,reseptor a-adrenergik ,muskarinik ,histamine dan serotonin. Klorpomazin misalnya selain memiliki afinitas terhadap reseptor dopamin,juga memiliki afinitas tinggi terhadap reseptor a-adrenergik.B. FARMAKOKINETIK Kebanyakan antipsikosis diabsorpsi sempurna ,sebagian diantaranya mengalami metabolisme lintas pertama.bioavabilitas kloropromazin dan tioridazin berkisar antara 25-35% sedangkan haloperidol mencapai 65% kebanyakan antipsikosis bersifat larut dalam lemak dan terikat kuat dengan protein plasma. EFEK SAMPING Batas keamanannya cukup lebar sehingga obat ini cukup aman. Efek samping umumnya merupakan perluasan efek farmakodinamiknya.pada sistem saraf otonom biasanya terjadi ganguan penglihatan, mulut kering ,sulit miksi ,dan konstipasi hal ini disebabkan karena hambatan pada reseptor muskariniknya sedangkan impotensi dan ganguan ejakulasi disebabkan karena hambatan reseptor adrenergic.klo pada sistem saraf pusat biasannya terjadi sindrom Parkinson karena adanya hambatan pada reseptor dopamin.
2. Antipsiosis Atipikal Dsbut antipsikosis atipikal karena obat ini hampir tidak menimbulkan efek ekstrapiramidal dan kadar prolaktin serum pada manusia tidak ditingkatkan contoh obatnya Golongan Benzodiazepin Klozapin merupakan antipsikotik atipikal pertama dengan potensi lemah. Dibbandingkan dengan psikotropik yang lain Klozapin menunjjukkan efek dopaminergik lemah tetapi dapat mempengaruhi fungsi saraf dopamin. Klozapin efektif untuk mengontrol gejala-gejala psikosis dan skizofenia baik yang positive maupun yang negative.efek yang bermanfaat terlihat dalam waktu 2 minggu diikuti perbaikan bertahap pada minggu-minggu berikutnya klozapin menunjukkkan efek dopaminergik lemah tetapi dapat mempengaruhi fungsi saraf dopamin pada sistem mesolimbik-mesokortikal otak yang berhubugan dengan fungsi emosional dan mental yanglebih tinggi yang berbeda dari daerah nigrostrial (daerah gerak) dan tuberoinfundibular (daerah Neuroendokrin) Efek samping Agranulositosis merupakan efek samping yang ditimbulkan pada pengobatan dengan klozapin. FARMAKOKINETIKKlozapin diabsorpsi secara cepat dan sempurna pada pemberian obat per oral kadarpuncak plasma tercapai pada kira-kira 1,6 jam setelah pemberian obat SEDIAAN Klozapin tersedia dalam bentuk tablet 25mg dan 100mg
Tidur
Tidur didefinisikan sebagi suatu keadaan bawah sadar saat orang tersebut dapat dibangunkan dengan pemeberian
ransang sensorik atau dengan rangsang lainnya.
Tipe Tidur
Setiap malam, seseorang mengalami dua tipe tidur yang saling bergantian satu sama lain. Sebagian masa tidur
terdiri atas gelombang lambat yang bervariasi, yakni tidur yang nyenyak/dalam dan tenang yang dialami seseorang pada
jam-jam pertama tidur sesudah terjaga selama beberapa jam sebelumnya. Dan tidur REM yang timbul secara berepisode dan
meliputi sekitar 25% dari seluruh masa tidur orang dewasa. Tidur ini tidak begitu tenang, dan berhubungan dengan mimpi
yang hidup.
1. Tidur gelombang lambat
Pada tipe ini gelombang otak sangat kuat dan frekuensinya sangat rendah. Tahap tidur ini begitu tenang dan
dapat dihubungkan dengan penurunan tonus pembuluh darah perifer dan fungsi-funsi vegetatif tubuh lain.
Contohnya, tekanan darah, frekuensi pernapasan, dan kecepatan metabolisme basal akan berkurang 10-30%.
Pada tidur ini sering dikatakan tidur tanpa mimpi, namun sebenarnya dapat timbul mimpi bahkan kadang-kadang
mimpi buruk. Namun mimpi pada tidur gelombang lambat tidak dapat diingat karena tidak terjadi konsolidasi
mimpi dalam ingatan. Dan perbedaanya dengan tidur REM yaitu bahwa mimpi pada tidur REM seringkali
melibatkan aktivitas otot tubuh.
Tipe NREM dibagi dalam 4 stadium yaitu:1. Tidur stadium Satu.
Fase ini merupakan antara fase terjaga dan fase awal tidur. Fase ini didapatkan kelopak mata tertutup, tonus otot berkurang dan tampak gerakanbola mata kekanan dan kekiri. Fase ini hanya berlangsung 3-5 menit danmudah sekali dibangunkan. Gambaran EEG biasanya terdiri dari gelombangcampuran alfa, betha dan kadang gelombang theta dengan amplitudo yangrendah. Tidak didapatkan adanya gelombang sleep spindle dan kompleks K
2. Tidur stadium dua
Pada fase ini didapatkan bola mata berhenti bergerak, tonus otot masihberkurang, tidur lebih dalam dari pada fase pertama. Gambaran EEG terdiri dari gelombang theta simetris. Terlihat adanya gelombang sleep spindle, gelombang verteks dan komplek K
3. Tidur stadium tiga
Fase ini tidur lebih dalam dari fase sebelumnya. Gambaran EEG terdapat lebihbanyak gelombang delta simetris antara 25%-50% serta tampak gelombangslee[ spindle.
4. Tidur stadium empat
Merupakan tidur yang dalam serta sukar dibangunkan. Gambaran EEG didominasi oleh gelombang delta sampai 50% tampak gelombang sleep spindle.Fase tidur NREM, ini biasanya berlangsung antara 70 menit sampai 100
menit, setelah itu akan masuk ke fase REM. Pada waktu REM jam pertama prosesnyaberlangsung lebih cepat dan menjadi lebih insten dan panjang saat menjelang pagi atau bangun. Pola tidur REM ditandai adanya gerakan bola mata yang cepat, tonus otot yangsangat rendah, apabila dibangunkan hampir semua organ akan dapat menceritakanmimpinya, denyut nadi bertambah dan pada laki-laki terjadi eraksi penis, tonus otot menunjukkan relaksasi yang dalam.
Pola tidur REM berubah sepanjang kehidupan seseorang seperti periode neonatal bahwa tidur REM mewakili 50% dari waktu total tidur. Periode neonatal inipada EEG-nya masuk ke fase REM tanpa melalui stadium 1 sampai 4. Pada usia 4bulan pola berubah sehingga persentasi total tidur REM berkurang sampai 40% hal ini sesuai dengan kematangan sel-sel otak, kemudian akan masuk keperiode awall tidur yang didahului oleh fase NREM kemudian fase REM pada dewasa muda dengandistribusi fase tidur sebagai berikut:
- NREM (75%) yaitu stadium 1: 5%; stadium 2 : 45%; stadium 3 : 12%;stadium 4 : 13%
- REM; 25 %.
2. Tidur REM (Rapid Eye Movement) / tidur paradoksikal, tidur desinkronisasi
Tidur REM berlansung 5-30 menit biasanya muncul rata-rata setiap 90 menit. Namun bila orang sangat
mengantuk, setiap tidur REM berlangsung singkat dan bahkan mungkin tak ada. Sebaliknya,sewaktu orang
menjadi semakin lebih nyenyak sepanjang malamnya, durasi tidur REM juga semakin lama.
Hal-hal yang penting dalam tidur REM :
a. Biasanya disertai mimpi aktif dan pergerakan otot tubuh yang aktif.
b. Seseorang lebih sulit dibangunkan oleh rangsangan sensorik selama tidur gelombang lambat, namun orang
dapat terbangun secara spontan dipagi hari sewaktu tidur REM.
c. Tonus otot di tubuh sangat berkurang, menunjukkan adanya hambatan yang kuat pada area pengaturan otot di
spinal.
d. Frekuensi denyut jantung dan pernapasan irregular, merupakan keadaan sifat tidur dengan mimpi.
e. Walaupun ada hambatan di otot-otot perifer, namun masih timbul pergerakan otot yang tidak teratur, keadaan
ini khususnya mencangkup pergerakan mata yang cepat.
f. Pada tidur ini, otak menjadi sangat aktif, dan metabolisme di seluruh otak meningkat sebanyak 20%. Pada
elektroensefalogram terlihat pola gelombang otak yang serupa dengan yang terjadi selama keadaan siaga.
Namun seseorang dapat tertidur meskipun aktivitas otaknya meningkat.
Ringkasnya tidur REM merupakan tipe tidur saat otak benar-benar dalam keadaan aktif. Namun aktifitasnya
tidak disalurkan kearah otak yang sesuai agar orang itu siaga penuh terhadap keadaan sekelilingnya, sehingga
orang tersebut benar-benar tidur.
Teori Dasar tidur
1. Proses Penghambatan Akif Diduga Sebagai Penyebab Tidur
Teori lama menyatakan bahwa area eksitasi batang otak (system aktivasi reticular), mengalami kelelahan
sehingga menjadi inaktif. Keadaan ini disebut teori pasif dari tidur. Percobaan penting, telah mengubah pandangan
menjadi teori yang lebih baru bahwa tidur disebabkan oleh proses penghambatan aktif. Hal ini terbukti bahwa
pemotongan batang otak setinggi regio midpontil menghasilkan otak dengan korteks yang tak pernah tertidur.
Dengan kata lain, ada beberapa pusat yang terletak dibawah ketinggian midpontil yang diperlukan untuk
menyebabkan tidur dengan cara menghambat bagian-bagian otak lainnya.
Perangsangan pada beberapa daerah spesifik otak dapat menimbulkan keadaan tidur :
A. Nuklei rafe yang terletak diseparuh bagian bawah pons dan medulla. Nuclei ini merupakan suatu lembaran
tipis neuon khusus yang terletak pada garis tengah. Serabut sarafnya menyebar di formatio retikularis batang
otak, ke atas menuju thalamus, hipotalamus, sebagian besar sitem limbic, dan neokorteks serebri. Selain itu
kebawah menuju medulla spinalis, di radiks posterior tempat terjadinya penghambatan sinyal yang masuk
termasuk nyeri. Ujung-ujung serabut saraf dari neuron rafe menyekresikan serotonin, yaitu zat transmitter
yang dihubungkan dengan tidur.
B. Area di nucleus traktus solitaries juga dapa menimbulkan tidur.
C. Perangsangan pada beberapa regio diensefalon, meliputi bagian rostral hipotalamus teutama area
suprakiasma, dan area yang dijumpai nuclei difus thalamus.
2. Kemungkinan penyebab tidur REM
Obat yang kerjanya menyerupai asetilkolin akan meningkatkan tidur REM. Oleh karena itu, muncul dugaan
bahwa neuron-neuron besar pada formatio retikularis batang otak bagian atas yang menyekresikan asetilkolin
mungkin, melalui serabut eferennya yang panjang, mengaktifkan sebagian besar daerah otak. Keadaan ini dapat
menetebabkan aktivitas yang berlebihan pada daerah tertentu di otak, namun sinyal ini tidak disalurkan ke daerah
otak yang sesuai untuk menimbulkan keadaan terjaga yang disadari, yang merupakan sifat keadaan siaga.
3. Siklus antara keadaan tidur dan keadaan siaga
Bila pusat tidur tidak diaktifkan, maka nuclei pengaktivasi reticular di mesensefalon dan pons bagian atas
akan terbebas dari inhibisi, sehingga nuclei pengaktivasi reticular menjadi aktif secara spontan. Selanjutnya
merangsang korteks serebri dan system saraf perifer, yang keduanya mengirimkan banyak sinyal umpan balik
positif kembali ke nuclei reticular yang sama. Sehingga akan timbul keadaan siaga, dan ada kecenderungan untuk
mempertahankan keadaan ini akibat aktivitas umpan balik positif.
Kemudian, sesudah otak aktif selama berjam-jam, neuron dalam system aktivasi menjadi letih dan siklus
umpan balik positif di antara nuclei reticular mesensefalon dan korteks akan memudar dan pengaruh perangsang
tidur akan mengambil alih, sehingga timbul peralihan dari keadaan siaga menjadi keadaan tidur.
Organ dan Hormon yang Berperan Dalam Tidur
1. Peranan Neurotransmiter Dalam Keadaan Tidur
Keadaan bangun atau tidur sangat dipengaruhi oleh sistem ARAS ( Ascending Retikularis activity sistem).
Bila aktivitas ARAS ini meningkat orang tersebut dalam keadaan tidur. aktifitas ARAS ini sangat dipengaruhi oleh
aktifitas neurotransmiter seperti sistem serotonergik, adrenergik, kholonergik, dan sistem hormon.
A. Sistem serotonergik
Hasil serotonergik sangat dipengaruhi oleh hasil metabolisme asam amino trypthopan. Apabila jumlah
trypthopan bertambah, maka jumlah serotonin yang terbentuk juga akan meningkat dan menyebabkan keadaan
ngantuk atau tertidur. Bila serotonin dari trypthopan terhambat pembentukannya, maka orang mengalami kesulitan
tidur.
Lokasi terbanyak sistem serotonergik terletak pada nukleus raphe dorsalis di batang otak, dan terdapat
hubungan aktifitas serotonin di nukleus raphe dorsalis dengan tidur REM.
B. Sistem adrenergik
Neuron-neuron yang terbanyak mengandung norepineprin terletak di badan nukleus cereleus di batang otak.
Kerusakan sel neuron pada lokus cereleus mempengaruhi penurunan atau hilangnya tidur REM.
Obat-obatan yang mempengaruhi peningkatan aktifitas neuron noradrenergik akan menyebabkan penurunan
yang jelas pada tidur REM dan peningkatan keadaan jaga.
C. Sistem kholinergik
Stimulasi jalur kholinergik ini, mengakibatkan aktifitas gambaran EEG (elektroensefalogram) seperti dalam
keadaan jaga. Gangguan aktifitas kholinergik sentral yang berhubungan dengan perubahan tidur ini terlihat pada
orang depresi, sehingga terjadi pemendekan latensi tidur REM. Pada obat antikolinergik yang menghambat
pengeluaran kholinergik dari lokus cereleus maka tampak gangguan pada fase awal dan penurunan REM.
D. Sistem hormon
Pengaruh hormon terhadap siklus tidur dipengaruhi oleh beberapa hormon seperti ACTH, GH, LH, TSH.
Hormon-hormon ini masing-masing disekresi secara teratur oleh kelenjar pituitary anterior melalui hipotalamus
pathway. Sistem ini secara teratur mempengaruhi pengeluaran neurotransmiter norepinefrin, dopamin, serotonin,
yang bertugas mengatur mekanisme tidur dan bangun
GANGGUAN TIDUR
Banyak gangguan tidur yang termasuk salah satu diantara dua kategori komplementer : insomnia dan hipersomnia . Insomnia termasuk semua gangguan menginisiasi dan mempertahankan tidur, sementara hipersomnia termasuk gangguan-gangguan tidur atau mengantuk yang berlebihan. Golongan utama gangguan tidur termasuk semua gangguan yang terkait secara spesifik dengan disfungsi tidur REM.
Insomnia
Banyak kasus insomnia yang bersifat iatrogenic (dibuat oleh dokter) ini sebagian besar karena pil-pil tidur (benzodiazepin) yang biasanya diresepkan oleh dokter, merupakan penyebab utama insomnia. Salah satu penanganan paliing efektif untuk insomnia adalah sleep restriction therapy (terapi pembatasan tidur). Pertama banyaknya waktu yang diperbolehkan untuk dihabiskan di tempat tdiur oleh penderita insomnia dikurangi secara substansial. Setelah itu, setelah satu periode pembatasan tidur, banyaknya waktu yang dihabiskan di tempat tidur secara gradual ditambah sedikit demi sedikit, selama latensi tidur masih dalam kisaran normal. Bahkan, penderita insomnia parah pun seringkali mendapatkan manfaat dari penanganan ini.
Sebagian kasus insomnia memiliki penyebab medis yang spesifik; sleep appnea (apnea tidur) adalah salah satunya. Pasien dengan apnea tidur berhenti bernapas banyak sekali setiap malam. Setiap berhenti bernapas pasien pasti terbangun, mulai bernapas lagi, dan kembali tidur. Apnea tidur biasanya menyebabkan pasien merasa tidurnya buruk. Dan oleh sebab itu sering didiagnosis insomnia.
Hipersomnia
Narkolepsi adalah gangguan hipersomnia yang paling luas diteliti. Ia terjadi pada satu diantara 2000 individu dan memiliki dua gejala yang menpnjol. Pertama, penderita narkolepsi mengalami ngantuk berat di siang hari dan episode-episode tidur pendek di siang hari (10-15 menit berulang-ulang). Penderita narkolepsi biasanya hanya tidur satu jam lebih lama dibandingkan kebanyakan orang. Kebanyakan orang mengantuk ketika di pantai, di depan televise, atau di gedung kuliah besar, kaku dengan penerangan yang redup. Tetapi penderita narkolepsi tertidur di tengah percakapan, ketika makan, ketika melakukan scuba diving atau bahkan ketika bercinta.
Gejala kedua adalah katapleksi. Katapleksi ditandai oleh hilangnya tegangan otot secara ulang slama dalam keadaan bangun, yang seingkali dipicu oleh pengalaman emosional. Dalam bentuk ringan, hal itu sekedar memaksa pasien untuk duduk selama beberapa detik sampai gejala itu berlalu. Dalam bentuk ekstrem, pasien jatuh terbanting ke tanah seperti orang tertembak dan berbaring di sana selama satu atau dua menit, dalam keadaan sadar sepenuhnya.
Selain kedua gejala menonjol di atas penderita narkolepsi sering mengalami kedua gejala lain : sleep
paralysis dan pypnagogic hallucinations. Sleep paralysis adalah ketidakmampuan untuk bergerak (lumpuh) tepat
ketika orang tertidur atau terbangun. Hypnagogic hallucination adalah pengalaman seperti mimpi selama dalam
keadaan bangun.