sk 3 b 10

42
WRAP UP BLOK MUSKULOSKELETAL SKENARIO 3 “NYERI DIPANGGUL KARENA JATUH” KELOMPOK B10 Ketua Kelompok: Melati Ganeza 1102014153 Sekretaris: ShalmaDestianyGanar 1102014246 Anggota : Muhammad RayiWicaksono 1102014170 Rafa” Assidiq 1102014218 Tiara MeutiaPutri 1102012295 Muhammad Rifai Suparta 1102014171 Santi Noor Apriliana 1102014273 WindaAfdilla J 1102014280

description

kedokteran

Transcript of sk 3 b 10

Page 1: sk 3 b 10

WRAP UP

BLOK MUSKULOSKELETAL

SKENARIO 3

“NYERI DIPANGGUL KARENA JATUH”

KELOMPOK B10

Ketua Kelompok: Melati Ganeza 1102014153

Sekretaris: ShalmaDestianyGanar 1102014246

Anggota : Muhammad RayiWicaksono 1102014170

Rafa” Assidiq 1102014218

Tiara MeutiaPutri 1102012295

Muhammad Rifai Suparta 1102014171

Santi Noor Apriliana 1102014273

WindaAfdilla J 1102014280

ZulhaAnnisaIchwan 1102014295

FAKULTAS KEDOKTERAN

2014/2015

Page 2: sk 3 b 10

Hipotesis

Wanita usia lanjut merupakan salah satu faktor resiko terjadinya fraktur, Fraktur adalah

2

Page 3: sk 3 b 10

SKENARIO 3

NYERI DIPANGGUL KARENA JATUH

Seorang perempuan berusia 60 tahun datang ke UGD Rumah Sakit dengan keluhan nyeri panggul kanannya setelah jatuh di kamar mandi. Sejak terjatuh tidak mampu berdiri karena rasa nyeri yang sangat pada panggul kanannya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sakit berat, merintih kesakitan, compos mentis. Tekanan darah 140/90 mmHg, denyut nadi 104x/menit, frekwensi napas 24x/menit. Terdapat hematom pada art. coxae dextra, posisi tungkai atas kanan sedikit flexi, abduksi, dan exorotasi. Ditemukan krepitasi tulang dan nyeri tekan juga pemendekan extremitas. Gerakan terbatas karena nyeri. Neurovaskular distal baik. Pada pemeriksaan radiologis didapatkan fraktur femoris tertutup. Dokter menyarankan untuk dilakukan operasi

3

Page 4: sk 3 b 10

Kata Sulit

1) Compos mentis : Kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab pertanyaan di sekelilingnya.

2) Hematom : Pengumpalan setempat ekstravasasi darah biasanya membeku didalam organ/jaringan akibat pecahnya pembuluh

darah kapiler.

3) Krepitasi : Bunyi yang terdengar akibat pergeseran dari ujung patahan tulang.

4) Neurovaskular : Elemen saraf dan vaskular yang mengontrol kapiler pembuluh darah

5) Fraktur femoris tertutup: Fraktur yang tidak keluar dari jaringan luar dan tidak berinteraksi langsung dengan lingkungan luar.

6) Fraktur : Terputusnya kontimitasi dari tulang, lempeng epiphysis atau tulang rawan sendi

7) Eksorotasi : Gerakan medial-anterior-lateral.

4

Page 5: sk 3 b 10

Pertanyaan :

1) Apa yang menyebabkan nyeri pada pinggul kanan?

2) Mengapa tekanan darah meningkat?

3) Sebutkan dan jelaskan jenis fraktur?

4) Mengapa terjadi pemendekan ekstremitas?

5) Bagaimana penangganan pertama pada skenario?

6) Apa yang menyebabkan hematom pada pasien?

7) Mengapa denyut nadi meningkat?

8) Apa hubungan antara usia dengan fraktur?

9) Bagaimana cara pemeriksaan neurovaskular?

10) Kenapa fraktur harus dioperasi?

11) Apa saja pemeriksaan yang harus dilakukan?

5

Page 6: sk 3 b 10

Jawaban :

1) Rusaknya jaringan sekitarnya. Leukosit mengeluarkan pirogen endogen salah satunya adalah prostaglandin.

2) Histamin, bradikinin, leukotrin menyebabkan vasodilatasi kapiler pembuluh darah.

3) Fratur terbuka : Tulang keluar atau adanya interaksi dengan lingkungan jaringan luar.

Fraktur tertutup : Tulang tidak keluar, adanya hematom.

4) Terjadi impaksi (tumpang tindih frakmen tulang) dan ada spasme otot (kejang otot).

5) Balut dan/atau bidai (sebelumnya ada pemeriksaan Look, Feel, Movement), kompres dan diberi obat antinyeri (analgesik).

6) Ada trauma, penekanan pembuluh darah lalu pecah dan menyebabkan intravaskular keluar dari jaringan sekitar.

7) Dipengaruhi oleh tekanan darah.

8) Semakin tua, densitas tulang semakin menurun dan IL-1 meningkat (yang merangsang osteoklast).

9) Palpasi dorsalis pedis/angiograf, CRT (Capillary Refill Time).

10) Dapat dibiarkan namun penyembuhannya membutuhkan waktu lama. Bila ingin posisi kembali dengan baik dan cepat harus dilakukan operasi namun, tidak semua fraktur harus dioperasi tergantung letak fraktur dan usia.

11) Rongen, MRI, CT-scan, X-ray.

6

Page 7: sk 3 b 10

SASARAN BELAJAR

LI 1.Menjelaskan dan Memahami Articulatio Coxae dan Femur

LO 1.1 Makroskopis Articulatio Coxae dan Femur

LO 1.2 Mikroskopis Articulatio Coxae dan Femur

LO 1.3 Kinesiologi Articulatio Coxae dan Femur

LI 2. Menjelaskan dan Memahami Fraktur Tulang

LO 2.1 Definisi Fraktur Tulang

LO 2.2 Kalsifikasi Fraktur Tulang

LI 3. Menjelaskan dan Memahami Fraktur Collum Femur

LO 3.1 Definisi Fraktur Collum Femur

LO 3.2 Etiologi Fraktur Collum Femur

LO 3.3 Klasifikasi Fraktur Collum Femur

LO 3.4 Patofisiologi Fraktur Collum Femur

LO 3.5 Manifestasi Klinis Fraktur Collum Femur

LO 3.6 Diagnosis Fraktur Collum Femur

LO 3.7 Diagnosis Banding Fraktur Collum Femur

LO 3.8 Pemeriksaan Penunjang Fraktur Collum Femur

LO 3.9 Penatalaksanaan Fraktur Collum Femur

LO 3.10 Komplikasi Fraktur Collum Femur

LO 3.11 Pencegahan Fraktur Collum Femur

7

Page 8: sk 3 b 10

LI 1.Menjelaskan dan Memahami Articulatio Coxae dan Femur

LO 1.1 Makroskopis Articulatio Coxae dan Femur

Articulatio coxae berada diantara caput femoris dan acetabulum.Jenis sendinya berupa Enarthrosis Spheroidea. Penguat dari sendi tersebut adalah tulang rawan pada facies lunata. Articulatio ini dibungkus oleh capsula articularis yang terdiri dari jaringan ikat fibrosa. Ia berjalan dari pinggir acetabulum menyebar ke latero-inferior mengelilingi collum femoris dan akhirnya melekat pada linea intertrochanterica bagian depan dan pertengahan bagian posterior collum femoris (11 jari diatas crista intertrhrocanterica). Bagian lateral dan distal colum femoris adalah di luar capsula articularis. Ligamen- ligamen pada sendi ini ialah:

1) Ligamentum iliofemorale yang berfungsi mempertahankan art. Coxae tetap ekstensi, menghambat rotasi femur, mencegah batang badan berputar ke belakang pada waktu berdiri sehingga mengurangi kebutuhan kontraksi otot untuk mempertahankan posisi tegak.

2) Ligamentum ischiofemorale yang berfungsi mencegah rotasi interna.3) Ligamentum pubofemorale berfungsi mencegah abduksi, ekstensi, dan rotasi

externa. Selain itu diperkuat juga oleh Ligamentum transversum acetabuli dan Ligamentum capitisfemoris. Bagian bolong disebut zona orbicularis.

Gerakan pada pinggul sangatlah luas, terdiri dari fleksi, ekstensi, adduksi, abduksi, sirkumdiksi, dan rotasi. Panjang leher femur dan tubuh tulang tersebut memiliki efek besar dalam mengubah sudut gerakan fleksi, ekstensi, adduksi, dan abduksi sebagian ke dalam gerakan berputar di sendi. Jadi ketika paha melakukan fleksi maupun ekstensi, kepala femur, berputar di dalam acetabulum hanya dengan sedikit meluncur ke sana kemari. Kemiringan dari leher femur juga mempengaruhi gerakan adduksi dan abduksi. Sedangkan rotasi pada paha terjadi karena adanya gerakan meluncur / gliding dari kepala femur terhadap acetabulum.

8

Page 9: sk 3 b 10

Pada femur atau tulang paha terdiri dari bagian kepala dan leher pada bagian proksimal dan dua condylus pada bagian distal. Kepala tulang paha akan membentuk sendi pada pinggul. Bagian proksimal lainnya yaitu trochanter major dan trochanter minor menjadi tempat perlekatan otot.Pada bagian proksimal posterior terdapat tuberositas glutea yakni permukaan kasar tempat melekatnya otot gluteus maximus.Di dekatnya terdapat bagian linea aspera, tempat melekatnya otot biceps femoris. Salah satu fungsi penting kepala tulang paha adalah tempat produksi sel darah merah pada sumsum tulangnya. Pada ujung distal tulang paha terdapat condylus yang akan membuat sendi condylar bersama lutut.Terdapat dua condylus yakni condylus medialis dan condylus lateralis. Di antara kedua condylus terdapat jeda yang disebut fossa intercondylaris.

9

Page 10: sk 3 b 10

Vaskularisasi:

1. Pembuluh darah yang melewati colum femoris bersama dengan retinacula kapsularis dan memasuki caput melalui foramina besar pada basis caput. Pembuluh darah ini berasal dari cabang a. sirkumfleksa femoralis melalu anastomiss dengan a cruciate dan a trochanterica. Pada orang dewasa ini merupakan sumber pasokan darah terpenting.

2. Pembuluh darah dalam lig teres yang memasuki caput melaluli foramina kecil pada fovea. Pembuluh ini berasal dari cabang a. obturatoria.

3. Melalui diafisis dari pembuluh darah femoralis nutrisia.

LO 1.2 Mikroskopis Articulatio Coxae dan Femur

Tulang adalah jaringan yang tersusun oleh sel dan didominasi oleh matrix kolagen ekstraselular (type I collagen) yang disebut osteoid. Osteoid ini termineralisasi oleh deposit kalsium hydroxyapatite, sehingga tulang menjadi kaku dan kuat.  Secara histologis tulang dibedakan menjadi 2 komponen utama. Kedua jenis ini memiliki komponen yang sama, tetapi tulang primer mempunyai serabut-serabut kolagen yang tersusun secara acak, sedang tulang sekunder tersusun secara teratur.

10

Page 11: sk 3 b 10

1. Tulang muda atau tulang primer 

Dalam pembentukan tulang atau juga dalam proses penyembuhan kerusakan tulang, maka tulang yang tumbuh tersebut bersifat muda atau tulang primer yang bersifat sementara karena nantinya akan diganti dengan tulang sekunder 

2. Tulang dewasa atau tulang sekunder 

Jenis ini biasa terdapat pada kerangka orang dewasa. Dikenal juga sebagai lamellar bone karena jaringan tulang sekunder terdiri dari ikatan paralel kolagen yang tersusun dalam lembaran-lembaran lamella. Ciri khasnya : serabut-serabut kolagen yang tersusun dalam lamellae (lapisan) setebal 3-7μm yang sejajar satu sama lain dan melingkari konsentris saluran di tengah yang dinamakan Canalis Haversi. Dalam Canalis Haversi ini berjalan pembuluh darah, serabut saraf dan diisi oleh jaringan pengikat longgar.Keseluruhan struktur konsentris ini dinamai Systema Havers atau osteon. Sel-sel tulang yang dinamakan osteosit berada di antara lamellae atau kadang-kadang di dalam lamella.Di dalam setiap lamella, serabut-serabut kolagen berjalan sejajar secara spiral meliliti sumbu osteon, tetapi serabut-serabut kolagen yang berada dalam lamellae di dekatnya arahnya menyilang.Di antara masing-masing osteon seringkali terdapat substansi amorf yang merupakan bahan perekat. 

Susunan lamellae dalam diaphysis mempunyai pola sebagai berikut: 

* Tersusun konsentris membentuk osteon. 

* Lamellae yang tidak tersusun konsentris membentuk systema interstitialis. 

* Lamellae yang malingkari pada permukaan luar membentuk lamellae circumferentialis externa. 

* Lamellae yang melingkari pada permukaan dalam membentuk lamellae circumferentialis interna. 

Gambar C. Histologi tulang

11

Page 12: sk 3 b 10

PERIOSTEUM Bagian luar tulang diselubungi oleh jaringan pengikat pada fibrosa yang mengandung sedikit sel. Pembuluh darah yang terdapat di bagian periosteum luar akan bercabang-cabang dan menembus ke bagian dalam periosteum yang selanjutnya samapai ke dalam Canalis Volkmanni. Bagian dalam periosteum ini disebut pula lapisan osteogenik karena memiliki potensi membentuk tulang. Oleh karena itu lapisan osteogenik sangat penting dalam proses penyembuhan tulang. Periosteum dapat melekat pada jaringan tulang karena :

* pembuluh-pembuluh darah yang masuk ke dalam tulang. 

* terdapat serabut Sharpey ( serat kolagen ) yang masuk ke dalam tulang. 

* terdapat serabut elastis yang tidak sebanyak serabut Sharpey.

KOMPONEN JARINGAN TULANG 

Sepertinya halnya jaringan pengikat pada umumnya, jaringan tulang juga terdiri atas unsur-unsur: sel, substansi dasar, dan komponen fibriler. Dalam jaringan tulang yang sedang tumbuh, dibedakan atas 4 macam sel : 

1. Osteoblas 

Berguna untuk pembentukan matriks tulang. Selnya berbentuk kuboid atau silindris pendek, dengan inti terdapat pada bagian puncak sel. Sitoplasma tampak basofil karena banyak mengandung ribonukleoprotein yang menandakan aktif mensintesis protein.

2.Osteosit 

Merupakan komponen sel utama dalam jaringan tulang. Pada sediaan gosok terlihat bahwa bentuk osteosit yang gepeng mempunyai tonjolan-tonjolan yang bercabang-cabang.Bentuk ini dapat diduga dari bentuk lacuna yang ditempati oleh osteosit bersama tonjolan-tonjolannya dalam canaliculi.Osteosit yang terlepas dari lacunanya akan mempunyai kemampuan menjadi sel osteoprogenitor yang pada gilirannya tentu saja dapat berubah menjadi osteosit lagi atau osteoklas. 

3. Osteoklas

Selmultinukleat raksasa dengan ukuran berkisar antara 20 μm-100μm dengan inti sampai mencapai 50 buah. Pada proses persiapan dekalsifikasi, osteoklas menyusut dan memisahkan diri dari permukaan tulang. Resorpsi osteoklatik berperan pada proses remodeling tulang sebagai respon dari pertumbuhan atau perubahan tekanan mekanikal pada tulang. Osteoklas juga berpartisipasi pada pemeliharaan homeostasis darah jangka panjang. 

4.Osteoprogenitor Sel tulang jenis ini bersifat osteogenik, karena itu dinamakan sel osteogenik. Sel-sel tersebut

12

Page 13: sk 3 b 10

berada pada permukaan jaringan tulang pada periosteum bagian dalam dan juga endosteum. Selama pertumbuhan tulang, sel-sel ini akan membelah diri dan mnghasilkan sel osteoblas yang kemudian akan akan membentuk tulang. Sebaliknya pada permukaan dalam dari jaringan tulang tempat terjadinya pengikisan jaringan tulang, sel-sel osteogenik menghasilkan osteoklas. Sel – sel osteogenik selain dapat memberikan osteoblas juga berdiferensiasi menjadi khondroblas yang selanjutnya menjadi sel cartilago. Kejadian ini, misalnya, dapat diamati pada proses penyembuhan patah tulang.

Gambar D. Histologi tulang

LO 1.3 Kinesiologi Articulatio Coxae dan Femur

Articulatio coxae

Tulang : antara caput femoris dan acetabulumJenis sendi : enarthrosis spheroideaPenguat sendi : terdapat tulang rawan pada facies lunataCapsula articularis: membentang dari lingkar acetabulum ke linea intertrochanterica

dan crista intertrochanterica.

Gerak sendi :

1.Fleksi : M. Iliopsoas, M. Pectineus, M. Rectus femoris, M. Adductor longus, M. Adductor brevis, M. Adductor magnus pars anterior tensor fascia lata

2.Ekstens : M. Gluteus maximus, M. Semitendinosus, M. Semimembranosus, M. Biceps femoris caput longum, M. Adductor magnus pars posterior

3.Abduksi : M. Gluteus medius, M. Gluteus minimus, M. Piriformis, M. Sartorius, M. Tensor fascia lata

4.Adduksi : M. Adductor magnus, M. Adductor longus, M. Adductor brevis, M. Gracilis, M. Pectineus, M. Obturator externus, M. Quadratus femoris

5.Rotasi medialis : M. Gluteus medius, M. Gluteus minimus, M. Tensor fascia lata, M. Adductor magnus pars posterior

13

Page 14: sk 3 b 10

6.Rotasi lateralis : M. Piriformis, M. Obturator internus, Mm. Gamelli, M. Obturator externus, M. Quadratus femoris, M. Gluteus maximus dan Mm. Adductores.

Otot-otot dorsal paha

Otot (Persarafan) Origo Insertio FungsiM. biceps femoris

Caput longum: n. ischiadicus, bagian tibial (plexus sacralis)

Caput breve: n. ischiadicus, bagian fibula (plexus sacralis)

Caput longum: bersendi ganda

Caput breve: bersendi tunggal

Caput longum: tuber ischiadicus (bersatu dengan m. semitendinosus)

Caput breve: labium laterale dari linea aspera (1/3 bagian tengah)

Caput fibulae (memisahkan lig. Collateral fibulare), menyebar ke dalam fascia cruris

Sendi panggul: ekstensi. Adduksi, rotasi lateralSendi lutut: fleksi, rotasi lateral

M. semitendinosus (n. ischiadicus, bagian tibial- plexus sacralis)

Tuber ischiadicus (bersatu dengan caput longum musculi bicipitis femoris)

Tuberositas tibiae (permukaan media)

Sendi panggul: ekstensi, rotasi medial, adduksiSendi lutut: fleksi, rotasi medial

M. semimembranosus (n. ischiadicus, bagian tibial- plexus sacralis)

Tuber ischiadicus Proximal ujung tibia (sebelah bawah condylus medialis), kapsul belakang sendi lutut, lig. Popliteum obliquum, fascia m. popliteus. Insertion bercabang 3 dari m. semimembranosus.

Sendi panggul: ekstensi, adduksi, rotasi medialSendi lutut: fleksi, rotasi media

Articulatio ini dibungkus oleh capusula articularis yang terdiri dari jaringan ikat fibrosa. Capsula articularis ini berjalan dari pinggir acetabulum Os. Coxae menyebar ke latero-inferior mengelilingi colum femoris untuk melekat pada linea trochanterica bagian depan dan meliputi pertengahan bagian posterior colum femoris kira kira sebesar jari diatas crista intertrochanterica. Oleh karena itu bagian lateral dan distal belakang colum femoris adalah diluar capsula articularis. Sehubungan dengan itu fraktur colum femoris dapat extracapsular (diluar scapula) dan dapat pula intracapsular (diantara scapula).

LI 2. Menjelaskan dan Memahami Fraktur Tulang

14

Page 15: sk 3 b 10

LO 2.1 Definisi Fraktur Tulang

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jarongan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa.

LO 2.2 Klasifikasi Fraktur Tulang

Penampikan fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk alasan yang praktis , dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu:A. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan).

1. Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi.

2. Fraktur Terbuka (Open/Compound),  bila terdapat hubungan antara hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit.

Fraktur terbuka terbagi atas tiga derajat (menurut R. Gustillo), yaitu : Derajat I :

- luka < 1 cm- kerusakan jaringan lunak sedikit, tak ada tanda lunak remuk- fraktur sederhana, transversal, oblik atau kominutif ringan- kontaminasi minimal

Derajat II :- laserasi > 1 cm- kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/avulsi- fraktur kominutif sedang- kontaminasi sedang

Derajat III :- Terjadi keusakan jaringan lunak yang luas, meliputi struktur kulit, otot, dan neurovaskular serta kontaminasi derajat tinggi. Fraktur derajat ini terbagi atas:a. Jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat, meskipun terdapat laserasi luas/flap/avulsi; atau fraktur segmental/sangat kominutif yang disebabkan oleh trauma berenergi tinggi tanpa melihat besanya ukuran lukab. Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur tulangyang terpapar atau kontamnasi masifc. Luka pada pembulu arteri/saraf perifer yang harus diperbaiki tanpa melihat kerusakan jaringan lunak.

B. Berdasarkan komplit atau ketidak komplitan fraktur.1. Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua

korteks tulang seperti terlihat pada foto.2. Fraktru Inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang seperti:

Hair Line Fraktur (patah retidak rambut) Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korteks dengan kompresi

tulang spongiosa di bawahnya.

15

Page 16: sk 3 b 10

Green Stick Fraktur, mengenai satu korteks dengan angulasi korteks lainnya yang terjadi pada tulang panjang.

C. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma.1. Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan akibat

trauma angulasi atau langsung.2. Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu tulang

dan meruakan akibat trauma angulasijuga.3. Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan

trauma rotasi.4. Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong

tulang ke arah permukaan lain.5. Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada

insersinya pada tulang.

D. Berdasarkan jumlah garis patah.1. Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.2. Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan.3. Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang

sama.

16

Page 17: sk 3 b 10

E. Berdasarkan pergeseran fragmen tulang.1. Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap ttetapi kedua fragmen tidak

bergeser dan periosteum masih utuh.2. Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga disebut lokasi

fragmen, terbagi atas:a. Dislokasi ad longitudinam cum contractionum (pergeseran searah  sumbu dan

overlapping).b. Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut). c. Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauh).

F. Berdasarkan posisi frakurSebatang tulang terbagi menjadi tiga bagian : 1/3 proksimal 1/3 medial 1/3 distal

G. Fraktur Kelelahan: fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang.H. Fraktur Patologis: fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang.

LO 3.4. Memahami dan Menjelaskan Diagnosis Fraktur

1. Anamnesis

Keluhan utama berupa:

a. Trauma, waktu terjadinya trauma, cara terjadinya trauma, lokasi trauma.b. Nyeri, lokasi nyeri, sifat nyeri, intensitas nyeri, referred pain.c. Kekakuan sendid. Pembangkakane. Deformitasf. Ketidakstabilan sendig. Kelemahan ototh. Gangguan sensibilitasi. Hilangnya fungsij. Jalan pincang

17

Page 18: sk 3 b 10

2. Pemeriksaan fisika. Inspeksi (look) Kulit, meliputi warna kulit, tanda peradangan dan tekstur kulit Jaringan lunak, pembuluh darah, saraf, otot, tendo, ligamen, jaringanlemak, fasia,

kelenjar limfe. Tulang dan sendi Sinus dan jaringan parut

b. Palpasi (feel) Suhu kulit, denyutan arteri Jaringan lunak, mengetahui adanya spasme otot, atrofi otot Nyeri tekan, Tulang, perhatikan bentuk, permukaan, ketebalan, penonjolan dari tulang Pengukuran anggota gerak Penilaian deformitas

c. Pergerakan (move) Evaluasi gerakan sendi secara aktif dan pasif, apakah gerakanmenimbulkan sakit dan

disertai krepitasi Stabilitas sendi ROM, abduksi, adduksi, ekstensi, fleksi, rotasi eksterna, rotasi interna, pronasi,

supinasi, fleksi lateral, dorsofleksi, plantar fleksi, inversi,eversi.

3. Penunjang Dilakukan pemeriksaan rontgen, apabila fraktur pada tulang panjang dilakukan posisi AP dan lateral. Fraktur tulang navicular posisi AP, lateral,dan oblique.

LI 3. Menjelaskan dan Memahami Fraktur Collum Femur

LO 3.1 Definisi Fraktur Collum Femur

Fraktur colum femur adalah fraktur yang terjadi pada colum tulang femur. Rusaknya kontinuitas tulang pangkal yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, trauma tidak langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang/osteoporosis.

LO 3.2 Etiologi Fraktur Collum Femur

a. Trauma langsung : benturan pada tulang mengakibatkan fraktur ditempat tersebut, misalnya penderita jatuh dengan posisi miring dimana daerah trochanter mayor langsung terbentur dengan benda keras.

b. Trauma tidak langsung : tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari area benturan, misalnya disebabkan oleh gerakan eksorotasi yang mendadak dari tungkai bawah.Karena kepala femur terikat kuat dengan ligamen didalam asetabulum oleh ligamen iliofemoral dan kapsul sendi,mengakibatkan fraktur di daerah kolum femur.

18

Page 19: sk 3 b 10

c. Fraktur patologis : fraktur yang disebabkan trauma yamg minimal atau tanpa trauma. Contoh fraktur patologis: Osteoporosis, infeksi tulang dan tumor tulang. Fraktur kolum femur sering tejadi pada wanita yang disebabkan oleh kerapuhan tulangakibat kombinasi proses penuaan dan osteoporosis pasca menopause. Fraktur dapat berupa fraktur subkapital, transervikal dan basal, yang kesemuannya terletak didalam simpai sendi panggul atau intrakapsular, fraktur intertrochanter dan sub trochanter terletak ekstra kapsuler.

d. Adanya tekanan varus atau valgus

LO 3.3 Klasifikasi Fraktur Collum Femur

Klasifikasi fraktur kolum femur berdasarkan:

Lokasi anatomi,dibagi menjadi: Fraktur intrakapsular, fraktur ini terjadi di kapsul sendi pinggul

a. Fraktur kapital : fraktur pada kaput femurb. Fraktur subkapital : fraktur yang terletak di bawah kaput femurc. Fraktur transervikal : fraktur pada kolum femur

Fraktur ekstrakapsular, fraktur yang terjadi di luar kapsul sendi pinggula. Fraktur sepanjang trokanter mayor dan minorb. Fraktur intertrokanterc. Fraktur subtrokanter

Fraktur kolum femur termasuk fraktur intrakapsular yang terjadi pada bagian proksimal femur, yang termasuk kolum femur adalah mulai dari bagian distal permukaan kaput femoris sampai dengan bagian proksimal dari intertrokanter.

Pada pemeriksaan fisik, fraktur kolum femur dengan pergeseran akan menyebabkan deformitas yaitu terjadi pemendekan serta rotasi eksternal sedangkan pada fraktur tanpa pergeseran deformitas tidak jelas terlihat. Tanpa memperhatikan jumlah pergeseran fraktur yang terjadi, kebanyakan pasien akan mengeluhkan nyeri bila mendapat pembebanan, nyeri tekan di inguinal dan nyeri bila pinggul digerakkan.

Standar pemeriksaan radiologi untuk fraktur kolum femur adalah rontgen pinggul dan pelvis anteroposterior dan cross-table lateral. Klasifikasi fraktur kolum femur menurut Garden’s adalah sebagai berikut :a. Grade I : Fraktur inkomplit ( abduksi dan terimpaksi)b. Grade II : Fraktur lengkap tanpa pergeseranc. Grade III : Fraktur lengkap dengan pergeseran sebagian (varusmalaligment)d. Grade IV : Fraktur dengan pergeseran seluruh fragmen tanpa ada bagiansegmen yang bersinggungan

19

Page 20: sk 3 b 10

Klasifikasi Pauwel’s untuk fraktur kolum femur juga sering digunakan.Klasifikasi ini berdasarkan atas sudut yang dibentuk oleh garis fraktur dan bidanghorizontal pada posisi tegak.a. Tipe I : garis fraktur membentuk sudut 30° dengan bidang horizontalpada posisi tegakb. Tipe II : garis fraktur membentuk sudut 30-50° dengan bidang horizontal padaposisi tegakc. Tipe III: garis fraktur membentuk sudut >50° dengan bidang horizontalpada posisi tegak

LO 3.4 Patofisiologi Fraktur Collum Femur

Ketika sebuah tekanan mengenai tulang dan kekuatan tersebut  tidak dapat diabsorbsi oleh tulang, tendon dan otot maka terjadi fraktur. Pada saat tulang fraktur periosteum dan pembuluh darah di kortex, sumsum tulang dan jaringan lunak sekitar menjadi rusak.Perdarahan terjadi dari ujung yang rusak dan dari jaringan lunak sekitar (otot).Kemudian hematom terbentuk dalam medullary canal, antara ujung daerah fraktur dan dibawah periosteum.Jaringan tulang dengan segera mendekatkan kepada daerah tulang yang mati. Jaringan nekrotik ini menstimulasi respon imflmasiditandai dengan vaso dilatasi, eksudasi plasma, lekositosis dan infiltrasi dari sel darah putih kemudian mengakibatkan penekanan saraf dan otot yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman, nyeri

20

Page 21: sk 3 b 10

pada seseorang dan juga terjadinya spasme otot yang dapat menimbulkan kontraktur sehingga akan menimbulkan gangguan mobilitas fisik dan gangguan integritas pada kulit.

LO 3.4 Patofisiologi Fraktur Collum Femur

Ketika sebuah tekanan mengenai tulang dan kekuatan tersebut  tidak dapat diabsorbsi oleh tulang, tendon dan otot maka terjadi fraktur. Pada saat tulang fraktur periosteum dan pembuluh darah di kortex, sumsum tulang dan jaringan lunak sekitar menjadi rusak.Perdarahan terjadi dari ujung yang rusak dan dari jaringan lunak sekitar (otot).Kemudian hematom terbentuk dalam medullary canal, antara ujung daerah fraktur dan dibawah periosteum.Jaringan tulang dengan segera mendekatkan kepada daerah tulang yang mati. Jaringan nekrotik ini menstimulasi respon imflmasiditandai dengan vaso dilatasi, eksudasi plasma, lekositosis dan infiltrasi dari sel darah putih kemudian mengakibatkan penekanan saraf dan otot yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman, nyeri pada seseorang dan juga terjadinya spasme otot yang dapat menimbulkan kontraktur sehingga akan menimbulkan gangguan mobilitas fisik dan gangguan integritas pada kulit.

21

Page 22: sk 3 b 10

LO 3.5 Manifestasi Klinis Fraktur Collum Femur

a. Tampak pembengkakan di femurPembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma danperdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam ataubeberapa hari setelah cedera

b. Nyeri tekan dan sakit ketika digerakkanNyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi.Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancanguntuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.

c. DeformitasDeformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada eksremitas.Deformitas dapatdi ketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melekatnya obat.

d. KrepitasiKrepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan lainnya.

e. Fungsileosa (gangguan fungsi)f. Spasme ototg. Tanda dan gejala lain:

1)       Kehilangan sensori2)       Mobilitas yang abnormal3)       Hypovolemik shock

LO 3.6 Diagnosis Fraktur Collum Femur

1. Anamnesis Data biografi, Riwayat kesehatan masa lalu, Riwayat kesehatan sekarang, Riwayat kesehatan keluarga, Riwayat psikososial (interaksi dengan keluarga), Pola kebersihan sehari- hari, Aktifitas, Sirkulasi darah, Neurosensori (kebas, kesemuran, tegang), Rasa Nyeri/ kenyamanan

2. Pemeriksaan Fisik

Inspeksi : Pembengkakan, memar dan deformitas (penonjolan yang abnormal, angulasi, rotasi, pemendekan) mungkin terlihat jelas, tetapi hal yang penting adalah apakah kulit itu utuh; kalau kulit robek dan luka memiliki hubungan dengan fraktur, cedera terbuka. Pemeriksaan gerak persendian secara aktif termasuk dalam pemeriksaan rutin patah tulang.

22

Page 23: sk 3 b 10

Raba : Terdapat nyeri tekan setempat, tetapi perlu juga memeriksa bagian distal dari fraktur untuk merasakan nadi dan untuk menguji sensasi. Cedera pembuluh darah adalah keadaan darurat yang memerlukan pembedahan

Gerak : Aktif atau pasif. Krepitus dan gerakan abnormal dapat ditemukan, tetapi lebih penting untuk menanyakan apakah pasien dapat menggerakan sendi- sendi dibagian distal cedera.

LO 3.7 Diagnosis Banding Fraktur Collum Femur

a. Osteitis PubisPeradangan dari simfisis pubis - sendi dari dua tulang panggul besar di bagian

depan panggul.

b. SlippedCapital Femoral EpiphysisPatah tulang yang melewati fisis (plat tembat tumbuh pada tulang), yang

menyebabkan selipan terjadi diatas epifisis.

23

Page 24: sk 3 b 10

c. Snapping Hip SyndromeKondisi medis yang ditandai oleh sensasi gertakan terasa saat pinggul yang

tertekuk dan diperpanjang. Hal ini dapat disertai oleh gertakan terdengar atau muncul kebisingan dan rasa sakit atau ketidaknyamanan.Dinamakan demikian karena suara retak yang berbeda yang berasal dari seluruh daerah pinggul ketika sendi melewati dari yang tertekuk untuk menjadi diperpanjang. Secara medis dikenal sebagai iliopsoas tendinitis, mereka sering terkena adalah atlet, seperti angkat besi, pesenam, pelari dan penari balet, yang secara rutin menerapkan kekuatan yang berlebihan atau melakukan gerakan sulit yang melibatkan sendi panggul.

LO 3.8 Pemeriksaan Penunjang Fraktur Collum Femur

Pemeriksaan Penunjang :

1. Pemeriksaan radiologis (rontgen), pada daerah yang dicurigai fraktur, harus mengikuti aturan role of two, yang terdiri dari :

Mencakup dua gambaran yaitu anteroposterior (AP) dan lateral. Memuat dua sendi antara fraktur yaitu bagian proximal dan distal. Memuat dua extremitas (terutama pada anak-anak) baik yang cidera maupun yang tidak

terkena cedera (untuk membandingkan dengan yang normal) Dilakukan dua kali, yaitu sebelum tindakan dan sesudah tindakan.

Foto RontgenPada proyeksi AP kadang tidak jelas ditemukan adanya fraktur pada kasus yang

impacted, untuk ini diperlukan pemerikasaan tambahan proyeksi axial. Pergeseran dinilai melalui bentuk bayangan tulang yang abnormal dan tingkat ketidakcocokan garis trabekular pada kaput femoris dan ujung leher femur. Penilaian ini penting karena fraktur yang terimpaksi atau tidak bergeser (stadium I dan II Garden ) dapat membaik setelah fiksasi internal, sementara fraktur yang bergeser sering mengalami non union dan nekrosis avaskular.

Radiografi foto polos secara tradisional telah digunakan sebagai langkah pertama dalam pemeriksaan pada fraktur tulang pinggul. Tujuan utama dari film x-ray untuk menyingkirkan setiap patah tulang yang jelas dan untuk menentukan lokasi dan luasnya fraktur. Adanya

24

Page 25: sk 3 b 10

pembentukan tulang periosteal, sclerosis, kalus, atau garis fraktur dapat menunjukkan tegangan fraktur.Radiografi mungkin menunjukkan garis fraktur pada bagian leher femur, yang merupakan lokasi untuk jenis fraktur.Fraktur harus dibedakan dari patah tulang kompresi, yang menurut Devas dan Fullerton dan Snowdy, biasanya terletak pada bagian inferior leher femoralis. Jika tidak terlihat di film x-ray standar, bone scan atau Magnetic Resonance Imaging (MRI) harus dilakukan.

Bone ScanningBone scanning dapat membantu menentukan adanya fraktur, tumor, atau infeksi.Bone

scan adalah indikator yang paling sensitif dari trauma tulang, tetapi mereka memiliki kekhususan yang sedikit. Shin dkk. melaporkan bahwa bone scanning memiliki prediksi nilai positif 68%.

Bone scanning dibatasi oleh resolusi spasial relatif dari anatomi pinggul. Di masa lalu, bone scanning dianggap dapat diandalkan sebelum 48-72 jam setelah patah tulang, tetapi sebuah penelitian yang dilakukan oleh Hold dkk menemukan sensitivitas 93%, terlepas dari saat cedera.

Magnetic Resonance Imaging (MRI)MRI telah terbukti akurat dalam penilaian fraktur dan andal dilakukan dalam waktu 24

jam dari cedera, namun pemeriksaan ini mahal. Dengan MRI, fraktur biasanya muncul sebagai garis fraktur di korteks dikelilingi oleh zona edema intens dalam rongga meduler. Dalam sebuah studi oleh Quinn dan McCarthy, temuan pada MRI 100% sensitif pada pasien dengan hasil foto rontgen yang kurang terlihat.MRI dapat menunjukkan hasil yang 100% sensitif, spesifik dan akurat dalam mengidentifikasi fraktur collum femur.

2. Pemeriksaan laboratorium, meliputi:

Darah rutin, Faktor pembekuan darah, Golongan darah (terutama jika akan dilakukan tindakan operasi), Urinalisa, Kreatinin (trauma otot dapat meningkatkan beban kreatinin untuk kliren ginjal).

3. Pemeriksaan arteriografi

Dilakukan jika dicurigai telah terjadi kerusakan vaskuler akibat fraktur tersebut.

LO 3.9 Penatalaksanaan Fraktur Collum Femur

25

Page 26: sk 3 b 10

Penatalaksanaan fraktur adalah sebagai berikut: 

Penatalaksanaan umum 1. Fraktur biasanya menyertai trauma, penting terhadap pemeriksaan airway,breathing and

sirculation 2. Bila tak ada masalah lagi, lakukan anamnesa, dan pemeriksaan secara terperinci 3. Waktu terjadinya kecelakaan penting ditanyaakan untuk mengetahui berapa lama sampai

di RS, mengingat golden period (1-6 jam)4. Bila > 6 jam, komplikasi infeksi semakin >, anamnesis dan pemeriksaan fisik secara

singkat, lengkap.5. Lakukan foto radiologi, pemesangan bidai untuk menurunkan rasa sakit, dan

memepermudah proses pembutan foto.

Penatalaksaan Kedaruratan

1. Segera setelah cedera, bila dicurigai adanya fraktur, penting untuk mengimobilisasi bagian tubuh segera sebelum dipindahkan.

2. Bila pasien cedera harus dipindahkan dari keadaan sebelum dapat dilakukan pembidaian, ekstermitas harus dijaga angulasi, gerakan fragmen fraktur dapat menyebakan nyeri, kerusakan jaringan lunak dan perdarahan lanjut.

3. Peredaran di distal cedera harus dikaji untuk menentukan kecukupan nutrisi. 4. Pada fraktur terbuka, tutup dengan kasa steril untuk mencegah infeksi yang terjadi. 5. Pada bagian gawat darurat, pasien dievaluasi dengan lengkap. Pada sisi cedera ,

ekstermitas sebisa mungkin dijaga jangan sampai digerakkan untuk mencegah kerusakaan lebih lanjut

Penatalaksanaan lanjut

Ada beberapa prinsip dasar yang harus dipertimbangkan pada saat menangani fraktur :

1) RekognisiPengenalan riwayat kecelakaan, patah atau tidak, menentukan perkiraan yang patah, kebutuhan pemeriksaan yang spesifik, kelainan bentuk tulang dan ketidakstabilan, tindakan apa yang harus cepat dilakukan misalnya pemasangan bidai.

2) ReduksiUsaha dan tindakan untuk memanipulasi fragmen tulang yang patah sedapat mungkin kembali seperti letak asalnya.Cara penanganan secara reduksi :a. Pemasangan gips

Untuk mempertahankan posisi fragmen tulang yang fraktur.

26

Page 27: sk 3 b 10

b. Reduksi tertutup (closed reduction external fixation)Menggunakan gips sebagai fiksasi eksternal untuk memper-tahankan posisi tulang dengan alat-alat : skrup, plate, pen, kawat, paku yang dipasang di sisi maupun di dalam tulang. Alat ini diangkut kembali setelah 1-12 bulan dengan pembedahan.

3) DebridemenUntuk mempertahankan/memperbaiki keadaan jaringan lunak sekitar fraktur pada keadaan luka sangat parah dan tidak beraturan.

4) RehabilitasiMemulihkan kembali fragmen-fragmen tulang yang patah untuk mengembalikan fungsi normal.

5) Perlu dilakukan mobilisasiKemandirian bertahap.

Proses penyembuhan tulang sebagai berikut:1. Tahap Inflamasi. 

Tahap inflamasi berlangsung beberapa hari dan hilang dengan berkurangnya pembengkakan dan nyeri.Terjadi perdarahan dalam jaringan yang cidera dan pembentukan hematoma di tempat patah tulang.Ujung fragmen tulang mengalami devitalisasi karena terputusnya pasokan darah. Tempat cidera kemudian akan diinvasi oleh magrofag (sel darah putih besar), yang akan membersihkan daerah tersebut. Terjadi inflamasi, pembengkakan dan nyeri.

2. Tahap Proliferasi Sel. Kira-kira 5 hari hematom akan mengalami organisasi, terbentuk benang-benang fibrin dalam jendalan darah, membentuk jaringan untuk revaskularisasi, dan invasi fibroblast dan osteoblast. Fibroblast dan osteoklast (berkembang dari osteosit, sel endotel, dan sel periosteum) akan menghasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai matriks kolagen pada patahan tulang. Terbentuk jaringan ikat fibrus dan tulang rawan (osteoid).Dari periosteum, tampak pertumbuhan melingkar.Kalus tulang rawan tersebut dirangsang oleh gerakan mikro minimal pada tempat patah tulang. Tetapi gerakan yang berlebihan akan merusak sruktur kalus. Tulang yang sedang aktif tumbuh menunjukkan potensial elektronegatif.

3. Tahap Pembentukan Kalus

Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai sisi lain sampai celah  sudah terhubungkan. Fragmen patahan tulang digabungkan dengan jaringan fibrus, tulang rawan, dan tulang serat matur.Bentuk kalus dan volume dibutuhkan untuk menghubungkan defek

27

Page 28: sk 3 b 10

secara langsung berhubungan dengan jumlah kerusakan dan pergeseran tulang.Perlu waktu tiga sampai empat minggu agar fragmen tulang tergabung dalam tulang rawan atau jaringan fibrus.Secara klinis fargmen tulang tidak bisa lagi digerakkan.

4. Tahap Osifikasi

Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam dua sampai tiga minggu  patah tulang, melalui proses penulangan endokondral. Patah tulang panjang orang dewasa normal, penulangan memerlukan waktu tiga sampai empat bulan.Mineral terus menerus ditimbun sampai tulang benar-benar telah bersatu dengan keras.Permukaan kalus tetap bersifat elektronegatif.

5. Tahap Menjadi Tulang Dewasa (Remodeling)

Tahap akhir perbaikan patah tulang meliputi pengambilan jaringan mati dan reorganisasi tulang baru ke susunan struktural sebelumnya. Remodeling memerlukan waktu berbulan-bulan sampai bertahun – tahun tergantung beratnya modifikasi tulang yang dibutuhkan, fungsi tulang, dan pada kasus yang melibatkan tulang kompak dan kanselus – stres fungsional pada tulang. Tulang kanselus mengalami penyembuhan dan remodeling lebih cepat

daripada tulang kortikal kompak, khususnya pada titik kontak langsung.Selama pertumbuhan memanjang tulang, maka daerah metafisis mengalami remodeling (pembentukan) dan pada saat yang bersamaan epifisis menjauhi batang tulang secara progresif. Remodeling tulang terjadi sebagai hasil proses antara deposisi dan resorpsi osteoblastik tulang secara bersamaan. Proses remodeling tulang berlangsung sepanjang hidup, dimana pada anak-anak dalam masa pertumbuhan terjadi keseimbangan (balance) yang positif, sedangkan pada orang dewasa terjadi keseimbangan yang negative. Remodeling juga terjadi setelah penyembuhan suatu fraktur.

LO 3.10 Komplikasi Fraktur Collum Femur

Komplikasi segerea terjadi pada saat terjadinya fraktur tulang; komplikasi dini terjadi dalam beberapa hari setelah kejadian; dan komplikasi lambat terjadi lama setelah patah tulang.Ketiganya dibagi lagi masing-masing menjadi komplikasi local dan umum.

28

Page 29: sk 3 b 10

1. Komplikasi segera Terjadi saat terjadinya fraktur tulanga. Lokal

a) Kulit dan otot: berbagai vulnus (abrasi, laserasi, sayatan, dll), kontusio, avulse

b) Vascular: terputus, kontusio, perdarahanc) Organ dalam: jantung, paru-paru, hepar, limpa (pada fraktur kosta),

buli-buli (pada fraktur pelvis)d) Neurologis : otak, medulla spinalis, kerusakan saraf perifer

b. Umum Trauma multiple, syok

2. Komplikasi dinia. Lokal

Nekrosis kulit otot, sindrom kompartmen, thrombosis, infeksi sendi, osteomyelitis

b. Umum ARDS, emboli paru, tetanus

3. Kompllikasi lamaa. Lokal

a) Gannguan pada proses penyembuhan tulang :1) Union

Penyambungan tulang tidak sempurna2) Non-union

Sama sekali tidak menyambung3) Delayedunion

Perlambatan penyambungan tulang(www.slideshare.net)

b) Sendi: ankilosis, penyakit degenerative sendi pascatrauma, miositis osifikan, distrofi refleks, kerusakan saraf

b. Umum a) Batu ginjal (akibat imobilisasi lama di tempat tidur dan hiperkalsemia)b) Neurosis pascatrauma

Kompikasi Umum :a. Syok : Syok hipovolemik atau traumatik akibat pendarahan (baik

kehilangan darah eksterna maupun yang tidak kelihatan) dan kehilangan cairan eksternal kejaringan yang rusak.

b. Sindrom emboli lemak : Pada saat terjadi fraktur globula lemak dapat masuk kedalam pembuluh darah karena tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler atau karena katekolamin yang dilepaskan oleh reaksi stres pasien akan memobilisasi asam lemak dan memudahkan terjadinya globula lemak dalam aliran darah.

c. Sindrom kompartemen : merupakan masalah yang terjadi saat perfusi jaringan dalam otot kurang dari yang dibutuhkan untuk kehidupan jaringan. Ini bisa disebabkan karena penurunan ukuran kompartemen otot karena

29

Page 30: sk 3 b 10

fasia yang membungkus otot terlalu ketat, penggunaan gips atau balutan yang menjerat ataupun peningkatan isi kompartemen otot karena edema atau perdarahan sehubungan dengan berbagai masalah (misal : iskemi, cidera remuk).

d. Thrombosis vena : pembekuan darah di dalam pembuluh darah vena terutama pada tungkai bawah terjadi akibat aliran darah menjadi lambat atau terjadinya statis aliran darah, sedangkan kelainan endotel pembuluh darah jarang merupakan faktor penyebab. Trombus vena sebagian besar terdiri dari fibrin dan eritrosit dan hanya mengandung sedikit masa trombosit. Pada umumnya menyerupai reaksi bekuan darah dalam tabung.

e. Emboli paru : penyumbatan arteri pulmonalis (arteri paru-paru) oleh suatu embolus, yang terjadi secara tiba-tiba. Suatu emboli bisa merupakan gumpalan darah (trombus), tetapi bisa juga berupa lemak, cairan ketuban, sumsum tulang, pecahan tumor atau gelembung udara, yang akan mengikuti aliran darah sampai akhirnya menyumbat pembuluh darah. Biasanya arteri yang tidak tersumbat dapat memberikan darah dalam jumlah yang memadai ke jaringan paru-paru yang terkena sehingga kematian jaringan bisa dihindari. Tetapi bila yang tersumbat adalah pembuluh yang sangat besar atau orang tersebut memiliki kelainan paru-paru sebelumnya, maka jumlah darah mungkin tidak mencukupi untuk mencegah kematian paru-paru. Kebanyakan kasus disebabkan oleh bekuan darah dari vena, terutama vena di tungkai atau panggul. Penyebab yang lebih jarang adalah gelembung udara, lemak, cairan ketuban atau gumpalan parasit maupun sel tumor.

f. Nekrosis avaskuler : terjadi pada 30% penderita dengan fraktur yang disertai pergeseran dan 10% pada fraktur yang tanpa pergeseran. Jika lokalisasi fraktur lebih ke proksimal, maka kemungkinan untuk terjadi nekrosis avaskuler menjadi lebih besar.

Komplikasi Lokal : Jika komplikasi yang terjadi sebelum satu minggu pasca trauma disebut komplikasi dini, jika komplikasi terjadi setelah satu minggu pasca trauma disebut komplikasi lanjut. Ada beberapa komplikasi yang terjadi yaitu :

Infeksi, terutama pada kasus fraktur terbuka. Osteomielitis yaitu infeksi yang berlanjut hingga tulang. Atropi otot karena imobilisasi sampai osteoporosis. Delayed union yaitu penyambungan tulang yang lama. Non union yaitu tidak terjadinya penyambungan pada tulang yang fraktur. Malunion yaitu keadaan dimana fraktur sembuh pada saatnya, tetapi terdapat deformitas

yang terbentuk angulasi, varus atau valgus, rotasi, kependekan atau union secara menyilang misalnya pada fraktur radius dan ulna.

30

Page 31: sk 3 b 10

Artritis supuratif, yaitu kerusakan kartilago sendi. Dekubitus, karena penekanan jaringan lunak oleh gips. Lepuh di kulit karena elevasi kulit superfisial akibat edema. Terganggunya gerakan aktif otot karena terputusnya serabut otot, Sindroma kompartemen karena pemasangan gips yang terlalu ketat sehingga

mengganggu aliran darah

LO 3.11 Prognosis

Pada umumnya fraktur femur lebih besar/sering diderita oleh perempuan dewasa/tua. Dapat disebabkan karenan kecelakaan pada kendaraan bermotor, benturan keras, jatuh dari ketinggian. Kemudian fraktur (femur) biasanya juga dialami oleh kaum gerontik karena faktor patologik.

Daftar Pustaka

Faiz, O. (2004). At A Glance Series Anatomy. Jakarta: Erlangga.

Mithcell, R. N. (2008). Buku Saku Dasar Patologis Penyakit. Jakarta: EGC.

Patel, P. R. (2006). Lecture Notes Radiologi. Jakarta: EMS.

Sjamsuhidajat R dan de Jong, Wim (Editor).2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta: EGC

Syamsir, HM. 2011. Kinesiologi Gerak Tubuh Manusia. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi Bagian Anatomi.

Tambayong, J. (2000). Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

http://medicastore.com.htm

31