Sk 034291

107
i FAKTOR MOBILITAS SISWA SLTA DARI KABUPATEN BOYOLALI DAN KABUPATEN SEMARANG KE KOTA SALATIGA (StudiKasusSiswaPelakuMobilitasUlangAlikpadaSMA Negeri 1 Salatiga Kelas X dan XI Tahun Ajaran 2006/2007) PANDU ADI WINATA SK 03. 4291 JURUSAN : STATISTIKA PEMINATAN : SOSIAL KEPENDUDUKAN SEKOLAH TINGGI ILMU STATISTIK JAKARTA 2007 This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Transcript of Sk 034291

Page 1: Sk 034291

i

FAKTOR MOBILITAS SISWA SLTA DARI KABUPATEN

BOYOLALI DAN KABUPATEN SEMARANG

KE KOTA SALATIGA

(Studi Kasus Siswa Pelaku Mobilitas Ulang Alik pada SMA

Negeri 1 Salatiga Kelas X dan XI Tahun Ajaran 2006/2007)

PANDU ADI WINATA

SK 03. 4291

JURUSAN : STATISTIKA

PEMINATAN : SOSIAL KEPENDUDUKAN

SEKOLAH TINGGI ILMU STATISTIK

JAKARTA

2007

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 2: Sk 034291

ii

FAKTOR MOBILITAS SISWA SLTA DARI KABUPATEN

BOYOLALI DAN KABUPATEN SEMARANG

KE KOTA SALATIGA

(Studi Kasus Siswa Pelaku Mobilitas Ulan g Alik pada SMA

Negeri 1 Salatiga Kelas X dan XI Tahun Ajaran 2006/2007 )

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Sains Terapan pada Sekolah Tinggi Ilmu Statistik

Oleh:

PANDU ADI WINATA

SK 03. 4291

SEKOLAH TINGGI ILMU STATISTIK

JAKARTA

2007

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 3: Sk 034291

iii

FAKTOR MOBILITAS SISWA SLTA DARI KABUPATEN

BOYOLALI DAN KABUPATEN SEMARANG

KE KOTA SALATIGA

(Studi Kasus Siswa Pelaku Mobilitas Ulang Alik pada SMA

Negeri 1 Salatiga Kelas X dan XI Tahun Ajaran 2006/2007 )

Oleh:

PANDU ADI WINATA

SK 03 4291

Mengetahui/Menyetujui,

Ketua Jurusan Statistika Pembimbing

Ir. Ekaria, M.Si. Hardius Usman, M.Si. NIP 340010878 NIP 340012052

Tim Penguji Ujian Negara

Penguji I Penguji II

Sri Budianti, M.S. Ir. Agus Purwoto, M.Si. NIP 340000714 NIP 340010894

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 4: Sk 034291

iv

PRAKATA

Segala puji hanyalah milik Allah SWT yang segala sesuatu ada

pada kuasa-NYA, tiada daya upaya kecuali pertolonganNYA, dan hanya atas

rahmat, kehendak, dan karuniaNYA penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Faktor Mobilitas Siswa SLTA dari Kabupaten Boyolali dan Kabupaten

Semarang ke Kota Salatiga (Studi Kasus Siswa Pelaku Mobilitas Ulang Alik pada

SMA Negeri 1 Salatiga Kelas X dan XI Tahun Ajaran 2006/2007)”.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan banyak pihak. Untuk

itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak DR. Satwiko Darmesto, selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu Statistik,

2. Bapak Hardius Usman, M.Si., selaku dosen pembimbing atas kesediaan

dan kesabarannya dalam memberikan bimbingan kepada penulis,

3. Ayah dan ibu tercinta, dek Irma dan keluarga besar di Ambarawa dan

Probolinggo atas semangat dan doa yang selalu mengiringi penulis,

4. Ibu Sri Budianti, M.S. dan Bapak Ir. Agus Purwoto, M.Si. selaku tim

penguji,

5. Bapak Kepala Sekolah, guru, adik-adik SMA Negeri 1 Salatiga serta

Kepala dan staf BPS Kota Salatiga,

6. Septa Noor Pradhani beserta keluarga besar, atas semangat dan doa yang

diberikan kepada penulis,

7. Teman-teman angkatan 45, KARISMA, dan PERKASSA, serta semua

pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini.

8. Teman-teman alumni SMU N 1 Salatiga, dan fakultas Kimia UNDIP

2003, jaga ukhuwah kita.

Penulis menyadari tidak ada sesuatu yang sempurna. Oleh karena itu,

saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan

penulisan skripsi ini.

Akhirnya, semoga skripsi ini bermanfaat bagi banyak pihak.

Jakarta, September 2007

Pandu Adi Winata

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 5: Sk 034291

v

ABSTRAK PANDU ADI WINATA, “Faktor Mobilitas Siswa SLTA dari Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Semarang Ke Kota Salatiga (Studi Kasus Siswa Pelaku Mobilitas Ulang Alik pada SMA Negeri 1 Salatiga Kelas X dan XI Tahun Ajaran 2006/2007)”. Dibimbing oleh HARDIUS USMAN. Mobilitas penduduk adalah hak azasi setiap individu, dan ini sesuai dengan Undang-Undang (UU) Hak Azasi Manusia Nomor 39 Tahun 1999 bahwa setiap Warga Negara Indonesia (WNI) berhak untuk secara bebas bergerak, berpindah dan bertempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sejumlah penduduk terdorong untuk berpindah karena perbedaan peluang antara satu tempat dengan tempat lainnya dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan. Salah satu kebutuhan itu adalah kebutuhan akan pendidikan di mana pendidikan merupakan upaya peningkatan mutu modal manusia.

Kota Salatiga adalah sebuah kota yang terletak di propinsi Jawa Tengah yang wilayahnya dibatasi sepenuhnya oleh Kabupaten Semarang. Beberapa sekolah di Kota Salatiga banyak diminati baik oleh siswa dari Kota Salatiga sendiri maupun dari luar Kota Salatiga.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Salatiga menunjukkan bahwa pada tahun ajaran 2004/2005, persentase siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) lebih banyak daripada siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di mana persentase siswa SLTP sebesar 25 persen, namun di tingkat SLTA, persentase siswa lebih banyak, yaitu

sebesar 35 persen. Persentase siswa SLTA yang lebih besar dari SLTP salah satunya disebabkan adanya mobilitas ulang alik siswa dari luar Kota Salatiga yang bersekolah di Kota Salatiga.

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan karakteristik siswa SMA N 1 Salatiga dan mengetahui faktor utama alasan siswa SMA N 1 Salatiga yang tinggal di luar Kota Salatiga melakukan mobilitas ulang alik ke Kota Salatiga.

Objek penelitian ini adalah siswa kelas X dan XI SMA N 1 Salatiga yang melakukan mobilitas ulang alik. Penentuan minimum sampel menggunakan teorema Slovin dan dipilih dengan sistematik linier.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, analisis komponen utama dan analisis faktor.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa yang melakukan mobilitas ulang alik adalah siswa perempuan dan secara keseluruhan, siswa pelaku mobilitas ulang alik sebagian besar berasal dari Kabupaten Semarang. Analisis faktor yang dilakukan terhadap tujuh peubah menunjukkan bahwa faktor daerah tujuan merupakan faktor utama yang menjadi alasan bagi siswa dari luar Kota Salatiga untuk bersekolah di Kota Salatiga.

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 6: Sk 034291

1

DAFTAR ISI

PRAKATA ......................................................................................................... i

ABSTRAK ......................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL............................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1. Latar belakang .......................................................................... 1

1.2. Identifikasi dan Batasan Masalah ............................................. 8

1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................... 9

1.4. Sistematika Penulisan ............................................................... 10

BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................... 12

2.1. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 12

2.1.1. Mobilitas Penduduk ........................................................ 12

2.1.2. Migrasi ........................................................................... 17

2.2. Kajian Teori .............................................................................. 20

2.2.1. Faktor Daerah Asal dan Daerah Tujuan ......................... 20

2.2.2. Keluarga ......................................................................... 22

2.2.3. Teman ............................................................................. 23

2.2.4. Daya Tarik Kota ............................................................. 24

2.2.5. Dorongan Internal .......................................................... 24

2.2.6. Harapan Mendapat Sesuatu Yang Lebih Baik ............... 25

2.3. Kerangka Pikir........................................................................... 27

BAB III METODOLOGI ............................................................................... 29

3.1. Metode Pengumpulan Data ...................................................... 29

3.1.1. Sumber Data................................................................... 29

3.1.2. Populasi dan Target Populasi ......................................... 29

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 7: Sk 034291

2

3.1.3. Sampel............................................................................ 30

3.1.4. Waktu Pengumpulan Data ............................................. 31

3.1.5. Instrumen Penelitian....................................................... 31

3.1.6. Uji Validitas .................................................................. 33

3.1.7. Uji Reabilitas ................................................................. 37

3.2. Metode Analisis ........................................................................ 39

3.2.1. Analisis Deskriptif ......................................................... 39

3.2.2. Analisis Komponen Utama ............................................ 39

3.2.3. Analisis Faktor ............................................................... 44

3.2.4. Penerapan Analisis Komponen Utama dan Analisis

Faktor ............................................................................ 47

3.2.5. Penamaan Faktor ........................................................... 50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 51

4.1. Gambaran Umum Kota Salatiga ............................................... 51

4.2. Gambaran Umum SMA Negeri 1 Salatiga................................ 55

4.3. Karakteristik dan Deskripsi Siswa Pelaku Mobilitas

Ulang Alik................................................................................. 60

4.3.1. Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin................................ 60

4.3.2. Asal SLTP ..................................................................... 62

4.3.3. Lama Perjalanan............................................................. 63

4.3.4. Kendaraan yang Digunakan ........................................... 65

4.3.5. Siswa Pelaku Mobilitas Ulang Alik Menurut Kendaraan

yang Digunakan dan Lama Perjalanan........................... 66

4.3.6. Keterpaksaan dan Asal Keinginan Bersekolah di Kota

Salatiga........................................................................... 67

4.3.7. Siswa Pelaku Mobilitas Ulang Alik Menurut Kendaraan

yang Digunakan dan Keterlambatan dalam Dua Minggu

Terakhir ........................................................................... 68

4.3.8. Siswa Pelaku Mobilitas Ulang Alik Menurut Lama

Perjalanan dan Keterlambatan dalam Dua Minggu

Terakhir .......................................................................... 68

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 8: Sk 034291

3

4.4. Analisis Alasan Melakukan Mobilitas Ulang Alik ke

Salatiga..................................................................................... 71

4.4.1. Uji Kaiser-Myer Olkin (KMO) dan Bartlett .................. 71

4.4.2. Keluaran Matriks Anti-Image......................................... 72

4.4.3. Keluaran Komunalitas (communalities)......................... 72

4.4.4. Keluaran Total Varians yang Diterangkan (Total

Variance Explained)........................................................ 73

4.5. Penentuan Faktor Alasan Melakukan Mobilitas Ulang Alik ke

Kota Salatiga ............................................................................ 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 79

5.1. Kesimpulan ............................................................................... 79

5.2. Saran ......................................................................................... 80

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 81

LAMPIRAN ....................................................................................................... 84

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ 98

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 9: Sk 034291

4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mobilitas penduduk merupakan hak azasi setiap individu, dan ini sesuai

dengan Undang-Undang (UU) Hak Azasi Manusia Nomor 39 Tahun 1999 bahwa

setiap Warga Negara Indonesia (WNI) berhak untuk secara bebas bergerak,

berpindah dan bertempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Sejumlah penduduk terdorong untuk berpindah karena perbedaan

peluang antara satu tempat dengan tempat lainnya dalam memenuhi kebutuhan

dan keinginan. Salah satu kebutuhan itu adalah kebutuhan akan pendidikan, di

mana pendidikan merupakan upaya peningkatan mutu modal manusia. Ada

hubungan antara mobilitas penduduk dengan mutu modal manusia, yaitu bahwa

salah satu alasan bagi penduduk untuk melakukan mobilitas adalah meneruskan

pendidikan guna meningkatkan mutu modal manusia. Dengan mutu modal

manusia yang baik, mengindikasikan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang

baik.

Pada era globalisasi saat ini keberhasilan suatu bangsa di ajang

internasional lebih ditentukan oleh keunggulan kompetitif yang dalam hal ini

ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang dibangun melalui pendidikan

yang baik. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dalam rangka

mengembangkan pendidikan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Semua itu

berangkat dari kesadaran akan pentingnya pendidikan baik bagi pemerintah

maupun masyarakat.

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 10: Sk 034291

5

Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar

pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap

tuntutan perubahan zaman. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, mengembangkan potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia dikelola oleh pemerintah dan

masyarakat. Di mana sekolah yang dikelola oleh pemerintah dikenal dengan

sekolah negeri, sedangkan yang dikelola oleh masyarakat dikenal sebagai sekolah

swasta, yang biasanya bernaung di bawah suatu yayasan atau organisasi sosial

tertentu baik yayasan yang bersifat umum maupun keagamaan.

Kota Salatiga adalah sebuah kota yang terletak di propinsi Jawa Tengah.

Wilayahnya dibatasi sepenuhnya oleh Kabupaten Semarang. Beberapa sekolah di

Kota Salatiga banyak diminati baik oleh siswa dari Kota Salatiga sendiri maupun

dari luar Kota Salatiga. Menurut Hasbullah (2006), sebuah sekolah dianggap

mempunyai daya tarik, daya saing dan daya tahan, paling tidak mempunyai

syarat-syarat sebagai berikut:

1. Sekolah tersebut proses pembelajarannya bermutu dan hasilnya juga

bermutu. Bermutu dalam bidang akademik dan bermutu dalam

pembimbingan spiritualnya.

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 11: Sk 034291

6

2. Sekolah tersebut biayanya sebanding dengan mutu yang diperlihatkan.

Biasanya orang tua yang sadar akan mutu pendidikan, menganggap biaya

merupakan persoalan nomor dua. Dalam dunia bisnis ada istilah bahwa

bisnis yang bermutu itu mahal, dan yang tidak bermutu itu murah.

Pandangan ini juga berlaku dalam dunia pendidikan, bahwa untuk

menjadikan sekolah bermutu membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

3. Sekolah tersebut mempunyai etos kerja yang tinggi, dalam arti komunitas

pendidikan tersebut telah mempunyai kebiasaaan untuk bekerja keras,

mandiri, tertib, disiplin, penuh tanggung jawab, objektif, dan konsisten.

Nilai-nilai budaya ini menjadi sikap dan milik seluruh anggota komunitas

pendidikan pada unit sekolah itu.

4. Sekolah tersebut dari segi keamanan secara fisik dan psikologis terjamin,

dalam arti kompleks sekolah tersebut menanamkan sikap ramah

lingkungan untuk hidup tertib, indah, rapi, aman, nyaman, dan menjadikan

seseorang betah berada di sekolah.

5. Sekolah tersebut di dalamnya terpelihara budaya dialog dan komunikasi,

serta terpelihara pendidikan religiusitasnya, moral dan akhlaknya.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Salatiga menunjukkan bahwa

persentase siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) pada tahun ajaran

2004/2005 lebih banyak daripada siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

(SLTP) di mana persentase siswa SLTP sebesar 25 persen, namun di tingkat

SLTA persentase siswa sebesar 35 persen. Persentase siswa SLTA yang lebih

besar dari SLTP salah satu disebabkan adanya mobilitas siswa SLTA dari luar

Kota Salatiga yang bersekolah di Kota Salatiga. Khusus untuk persentase siswa

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 12: Sk 034291

7

SLTASLTPSD

Tingkat Sekolah

40.0%

30.0%

20.0%

10.0%

0.0%

Pe

rse

nta

se

35.0%

25.0%

40.0%

SD memang paling banyak dikarenakan intervalnya yang lebih panjang dari SLTP

dan SLTA. Di mana interval SD adalah enam tahun sedangkan SLTP dan SLTA

masing-masing hanya tiga tahun.

Gambar 1. Persentase siswa menurut tingkat sekolah di Kota Salatiga tahun ajaran 2004/2005

Sumber : BPS Kota Salatiga

Adanya mobilitas ulang alik oleh siswa dari luar Kota Salatiga diperkuat

pula dengan data dari BPS Propinsi Jawa Tengah mengenai jumlah penduduk usia

sekolah tahun ajaran 2004/2005. Jumlah penduduk usia 13-15 tahun dan jumlah

penduduk usia 16-18 tahun di Kota Salatiga hampir sama. Jika tidak ada

penambahan siswa dari luar Kota Salatiga, secara logika jumlah penduduk usia

16-18 tahun harus lebih banyak dari jumlah penduduk usia 13-15 tahun.

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 13: Sk 034291

8

Tabel 1. Penduduk usia sekolah di Kabupaten Boyolali, Kabupaten Semarang, dan Kota Salatiga tahun ajaran 2004/2005

Kabupaten/Kota 7-12 Tahun 13-15 Tahun 16-18 Tahun 19-24 Tahun Total

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Kab. Boyolali 102.796 48.312 55.062 95.858 302.028

Kab. Semarang 99.139 52.910 41.844 91.333 285.406

Kota Salatiga 16.218 9.036 9.018 20.844 55.116

Sumber: BPS Propinsi Jawa Tengah

Kejadian-kejadian seperti commuting, travelling, maupun perpindahan di

dalam propinsi dapat dikategorikan sebagai mobilitas penduduk. Pada hakekatnya,

mobilitas penduduk merupakan refleksi perbedaan pertumbuhan dan

ketidakmerataan pembangunan antara daerah satu dengan daerah lain. Orang-

orang dari daerah yang fasilitas pembangunannya kurang, biasanya akan bergerak

menuju ke daerah yang mempunyai fasilitas pembangunan yang lebih baik.

Mobilitas penduduk ke Kota Salatiga salah satunya ditunjukkan dengan

adanya mobilitas ulang alik oleh siswa SLTA dari luar Kota Salatiga yang

bersekolah di Kota Salatiga. Mereka berasal dari kabupaten-kabupaten yang

berada di sekitar Kota Salatiga, seperti Kabupaten Semarang dan Kabupaten

Boyolali. Di daerah asal siswa yang melakukan mobilitas ulang alik ini, sudah ada

fasilitas-fasilitas pendidikan mulai dari SD sampai SLTA baik negeri maupun

swasta. Akan tetapi masih banyak juga siswa dari kabupaten yang bersekolah di

Kota Salatiga.

Tabel 2. Jumlah SLTA, siswa SLTA, rasio siswa:SLTA, guru dan rasio murid guru di Kabupaten Boyolali, Kabupaten Semarang, dan Kota Salatiga tahun ajaran 2004/2005

Rasio Kabupaten/Kota SLTA Siswa SLTA Siswa SLTA :

SLTA

Guru Rasio

Siswa:Guru

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Kab. Boyolali 62 23.114 373 1805 13 Kab. Semarang 44 15.841 360 1138 14 Kota Salatiga 22 12.670 576 865 15

Sumber: BPS Propinsi Jawa Tengah

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 14: Sk 034291

9

Dari data tersebut mengindikasikan bahwa beban tiap SLTA di Kota

Salatiga dalam menampung siswa lebih besar daripada SLTA di Kabupaten

Boyolali dan Kabupaten Semarang. Di mana rata-rata setiap SLTA di Kota

Salatiga menampung 576 siswa, sedangkan setiap SLTA di Kabupaten Boyolali

dan Kabupaten Semarang rata-rata menampung siswa masing-masing 373 siswa

dan 360 siswa. Selain itu rasio siswa guru di Kabupaten Boyolali maupun

Kabupaten Semarang lebih kecil daripada Kota Salatiga. Hal ini berarti masih

cukup banyak kesempatan bagi siswa SLTA di Kabupaten Boyolali maupun

Kabupaten Semarang untuk menimba ilmu di daerahnya masing-masing tanpa

perlu jauh-jauh bersekolah di daerah lain.

Dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah, di mana sejumlah kewenangan telah diserahkan oleh Pemerintah Pusat

kepada Pemerintah Daerah, memungkinkan daerah untuk melakukan kreasi,

inovasi, dan improvisasi dalam upaya membangun daerahnya, termasuk dalam

bidang pendidikan. Menurut Hasbullah (2006), kabupaten dan kota sebagai basis

pengelolaan pendidikan dalam era otonomi daerah menerima beberapa

konsekuensi, yaitu:

1. Pelimpahan kewenangan administrasi pendidikan yang lebih besar yang

diberikan kepada kabupaten dan kota untuk melaksanakan kegiatan

pembangunan sesuai dengan potensi dan kebutuhan daerahnya.

2. Pelimpahan perubahan kelembagaan untuk memenuhi kebutuhan dalam

meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja di daerah.

3. Pelimpahan menyangkut perubahan dan pemberdayaan SDM yang

menekankan pada profesionalisme.

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 15: Sk 034291

10

4. Pelimpahan perubahan penanganan anggaran pembangunan yang dikelola

langsung dari pusat ke kabupaten dan kota.

Menurut Hasbullah (2006), dengan konsekuensi-konsekuensi tersebut,

semakin memperluas ruang gerak daerah dalam membangun pendidikannya

secara mandiri. Dengan demikian dalam era otonomi daerah, sekolah mendapat

kesempatan untuk menentukan sendiri kebijakan dalam mengelola sekolah.

Berbagai kebijakan yang dapat dilakukan oleh sekolah di antaranya:

1. Menentukan sendiri guru-guru yang akan direkrut oleh sekolah.

2. Menentukan sendiri biaya-biaya pendidikan yang harus ditanggung orang

tua siswa.

3. Menentukan sendiri metodologi pembelajaran dan kurikulum pendidikan

yang akan dipakai.

4. Menentukan sendiri kriteria dan jumlah calon siswa yang akan diterima.

Dengan kebijakan-kebijakan di atas, siswa dapat menjadi pihak yang

kurang diuntungkan. Terlebih lagi jika kebijakan mengenai kriteria dan jumlah

calon siswa yang diterima ditentukan oleh sekolah, maka hal yang dikhawatirkan

oleh siswa dari luar daerah adalah adanya pembatasan jumlah tertentu bagi siswa

yang berasal dari luar daerah untuk diterima di suatu sekolah. Dengan demikian

akan terjadi “benturan” kepentingan antara sekolah dan siswa khususnya dari luar

daerah.

Melihat fenomena ini, penulis tertarik untuk meneliti mobilitas yang

dilakukan siswa SLTA dari Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Semarang ke

Kota Salatiga dengan melakukan studi kasus terhadap siswa Sekolah Menengah

Atas Negeri (SMA N) 1 Salatiga yang melakukan mobilitas ulang alik.

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 16: Sk 034291

11

1.2 Identifikasi dan Batasan Masalah

Setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya.

Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya

melalui proses pembelajaran dan/atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh

masyarakat. Untuk mencapai hal tersebut tidak jarang sebagian masyarakat

melakukan mobilitas. Mereka ada yang melakukan perjalanan jauh melewati

batas wilayah administratif tingkat II untuk mendapatkan pendidikan yang mereka

inginkan.

Sebagai daerah yang berstatus kota, Salatiga memiliki daya tarik tersendiri

dibandingkan dengan daerah sekitarnya yang berstatus Kabupaten. Pusat

perbelanjaan, perguruan tinggi serta fasilitas perkotaan lainnya dibangun di Kota

Salatiga. Hal tersebut dapat menarik penduduk dari luar daerah untuk melakukan

mobilitas ke wilayah Kota Salatiga.

Mobilitas ini lambat laun dalam kuantitas besar akan mengakibatkan

berbagai masalah. Di antaranya, kesempatan siswa yang tinggal di Kota Salatiga

untuk bersekolah di Kota Salatiga bisa menjadi berkurang akibat banyaknya siswa

luar Kota Salatiga yang bersekolah di Kota Salatiga. Dari sisi kualitas, dapat

mengakibatkan tingkat kompetitif atau persaingan di daerah asal menjadi

berkurang, di antaranya karena jumlah peminat sedikit dan banyaknya siswa

berprestasi dari kabupaten yang bersekolah di Kota Salatiga.

Masalah lain adalah penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di

Kota Salatiga lebih banyak bersifat klasikal-massal, yaitu berorientasi kepada

kuantitas untuk dapat melayani sebanyak-banyaknya jumlah siswa. Kelemahan

yang tampak dari penyelenggaraan pendidikan seperti ini adalah terabainya

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 17: Sk 034291

12

kualitas pendidikan yang tercermin pada usaha untuk meningkatkan kualitas

peserta didik. Padahal sebagaimana hakekat pendidikan adalah memungkinkan

peserta didik untuk mengembangkan potensi dan bakatnya secara optimal.

Dalam penelitian ini dibatasi masalah pokok yang akan dijadikan bahan

penelitian skripsi ini, yaitu ingin mendapatkan faktor utama yang dapat

menjelaskan alasan siswa SMA N 1 Salatiga dari luar Kota Salatiga untuk

melakukan mobilitas ulang alik dari daerah asal ke Kota Salatiga. Selain itu

penulis ingin menggambarkan karakteristik siswa SMA N 1 Salatiga yang

melakukan mobilitas ulang alik.

Populasi survei dibatasi hanya pada siswa SMA N 1 Salatiga tahun ajaran

2006/2007 kelas X dan XI di mana target populasi adalah siswa SMA N 1

Salatiga tahun ajaran 2006/2007 kelas X dan XI yang melakukan mobilitas ulang

alik dari daerah asal ke Kota Salatiga. Alasan penulis memilih SMA N 1 Salatiga

karena siswa di sekolah tersebut banyak yang melakukan mobilitas ulang alik dari

luar Kota Salatiga, sehingga lebih efisien dari segi waktu, tenaga dan biaya dalam

memperoleh sampel yang mencukupi.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan seperti yang diuraikan sebelumnya, maka

peneliti bertujuan untuk:

1. Mengetahui karakteristik siswa SMA N 1 Salatiga yang melakukan

mobilitas ulang alik dari daerah asal.

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 18: Sk 034291

13

2. Mengetahui faktor utama yang dapat menjelaskan alasan siswa SMA N 1

Salatiga dari luar Kota Salatiga untuk melakukan mobilitas ke Kota

Salatiga, utamanya yang melakukan mobilitas ulang alik.

1.4 Sistematika Penulisan

Secara garis besar skripsi ini terdiri dari lima bagian, yaitu:

BAB I : Pendahuluan

Bab ini menguraikan latar belakang yang mendasari penulisan,

identifikasi dan batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta

sistematika penulisan.

BAB II : Landasan Teori

Bab ini membahas tinjauan pustaka, kajian teori, kerangka pikir, dan

definisi operasional peubah.

BAB III : Metodologi Penelitian

Bab ini membahas metode pengumpulan data dan metode analisis yang

digunakan untuk mengetahui faktor utama alasan siswa SMA N 1

Salatiga yang tinggal di luar Salatiga melakukan mobilitas ulang alik ke

Kota Salatiga dengan menggunakan peubah-peubah yang telah

ditentukan.

BAB IV : Hasil dan Pembahasan

Bab ini berisi uraian hasil penelitian dan pembahasan yang sesuai

dengan tujuan penulisan.

BAB V : Kesimpulan dan Saran

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 19: Sk 034291

14

Bab ini berisi kesimpulan akhir dari pembahasan dan analisis bab

sebelumnya serta saran-saran berdasarkan hasil penelitian

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 20: Sk 034291

15

Mobilitas Penduduk (MP)

MP Horisontal (Perubahan Geografis)

MP Vertikal(Perubahan Status)

MP Non Permanen(sirkuler)

MP Permanen(migrasi)

Ulang Alik(commuting)

Nginap/mondok

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Mobilitas Penduduk

Mobilitas penduduk dapat dibedakan antara mobilitas penduduk vertikal

dan mobilitas penduduk horisontal. Mobilitas penduduk vertikal sering disebut

dengan perubahan status, dan salah satu contohnya adalah perubahan status

pekerjaan, misalnya seseorang yang mula-mula bekerja di sektor pertanian

kemudian bekerja di sektor non pertanian. Menurut Mantra (2000), skema bentuk-

bentuk mobilitas penduduk dapat disajikan pada gambar berikut:

Gambar 2. Skema bentuk-bentuk mobilitas penduduk

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 21: Sk 034291

16

Mobilitas horisontal, atau sering pula disebut dengan mobilitas penduduk

geografis, adalah gerak (movement) penduduk yang melintasi batas suatu wilayah

menuju ke wilayah yang lain dalam periode waktu tertentu (Mantra, 2003).

Penggunan batas wilayah dan waktu untuk indikator mobilitas penduduk

horisontal ini mengikuti paradigma ilmu geografi yang mendasari konsepnya atas

wilayah dan waktu (space and time concept). Batas wilayah yang umum

digunakan adalah batas wilayah administrasi, misalnya propinsi, kabupaten,

kecamatan, kelurahan, pedukuhan atau dusun (Mantra, 2003).

Mantra (2000) membedakan bentuk mobilitas menjadi dua, yaitu mobilitas

permanen (migrasi) dan mobilitas non permanen (mobilitas sirkuler). Mobilitas

permanen adalah perpindahan penduduk dari suatu wilayah ke wilayah lain

dengan maksud menetap di daerah tujuan. Sedangkan mobilitas non permanen

(mobilitas sirkuler) adalah gerak penduduk dari suatu tempat ke tempat lain

dengan tidak ada niat untuk menetap di tempat tujuan.

Mantra (2000), juga menyatakan bahwa setiap individu mempunyai

kebutuhan yang perlu dipenuhi. Kebutuhan tersebut dapat berupa kebutuhan

ekonomi, sosial, politik, psikologi maupun pendidikan. Apabila kebutuhan

tersebut tidak dapat terpenuhi, terjadilah stres. Tinggi rendahnya stres yang

dialami oleh individu berbanding terbalik dengan proporsi pemenuhan kebutuhan.

Ada dua akibat dari stres di atas, jika stres seseorang tidak terlalu besar (masih

dalam batas toleransi), orang tersebut tidak akan pindah. Dia tetap tinggal di

daerah asal dan menyesuaikan kebutuhan dengan keadaan lingkungan yang ada.

Apabila stres yang dialami seseorang di luar batas toleransinya, orang tersebut

mulai memikirkan untuk pindah ke daerah lain di tempat kebutuhannya dapat

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 22: Sk 034291

17

terpenuhi. Atau dengan ungkapan lain, seseorang akan pindah dari daerah yang

mempunyai nilai kefaedahan wilayah (place utility) lebih rendah ke daerah yang

mempunyai nilai kefaedahan lebih tinggi di mana kebutuhannya dapat dipenuhi.

Memperhatikan hal-hal tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa

proses mobilitas itu terjadi apabila:

1. Seseorang mengalami tekanan (stress), baik ekonomi, sosial maupun

psikologi di tempat ia berada. Tiap-tiap individu mempunyai kebutuhan

yang berbeda-beda, sehingga suatu wilayah oleh seseorang dinyatakan

sebagai wilayah yang dapat memenuhi kebutuhannya, sedangkan orang

lain mengatakan tidak.

2. Terjadi perbedaan nilai kefaedahan wilayah antara tempat yang satu

dengan tempat yang lain. Apabila tempat yang satu dengan tempat yang

lain tidak ada perbedaan nilai kefaedahan wilayah, tidak akan terjadi

mobilitas penduduk.

Menurut Mantra (2000), hubungan antara kebutuhan dan pola mobilitas

penduduk dapat disajikan dalam gambar berikut:

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 23: Sk 034291

18

Gambar 3. Hubungan antara kebutuhan dan pola mobilitas penduduk

Mutu Modal Manusia

Migrasi penduduk dapat dipandang sebagai dampak dan upaya untuk

meningkatkan mutu modal manusia (Ananta, 1993). Istilah mutu modal manusia

memfokuskan perhatian pada pengolahan sumber daya manusia, yang merupakan

suatu investasi. Modal manusia tidak dapat diukur, maka digunakan mutu untuk

Kebutuhan (needs) dan aspirasi

Terpenuhi Tidak Terpenuhi (stress)

Tidak pindah

Dalam batas toleransi

Di luar batas toleransi

Tidak pindah Pindah

Mobilitas non permanen

Menginap /mondok

Komuter (ulang alik)

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 24: Sk 034291

19

dapat mengukurnya, bukan jumlah modal manusia. Menurut Ananta (1985) ada

dua variabel penentu mutu modal manusia yaitu variabel antara dan variabel

lainnnya. Variabel antara secara langsung menentukan modal manusia, sedang

variabel lainnya adalah suatu variabel pada mutu modal manusia melalui variabel

antara. Variabel antara dibagi menjadi tiga komponen, yaitu pendidikan,

kesehatan dan keamanan.

Sumber daya manusia yang sudah mengalami pengolahan lebih lanjut

disebut dengan modal manusia. SDM perlu dibina, dibimbing, dididik, dilatih dan

dikembangkan secara optimal sehingga berdaya guna dan berhasil untuk mencapai

suatu tujuan. Pembangunan SDM pada dasarnya merupakan pembangunan

manusia sebagai subjek (human capital), objek (human resources), dan penikmat

pembangunan. Kualitas penduduk antara lain tercermin dari tingkat kesejahteraan

penduduk, tingkat pendidikan, produktivitas, dan akhlak mulia. Sementara itu

menurut Hasbullah (2006), dimensi pembangunan SDM dapat dilihat dari tiga

aspek utama yaitu kuantitas, kualitas, dan mobilitas penduduk.

Peningkatan kualitas SDM salah satu disebabkan oleh berbagai perubahan

demografis. Penurunan jumlah kelahiran akan memberikan peluang yang lebih

besar kepada rumah tangga untuk mengalokasikan pendapatannya ke sektor

pendidikan. Penurunan fertilitas memberi peluang yang lebih besar kepada rumah

tangga untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Jika tuntutan peningkatan kualitas

hidup ini tidak dapat dipenuhi oleh sarana dan prasarana di tempat asal, penduduk

cenderung berpindah ke tempat lain yang memungkinkan mereka untuk

melakukan upaya peningkatan kualitas hidup.

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 25: Sk 034291

20

2.1.2 Migrasi

Migrasi merupakan bagian dari mobilitas. Menurut Mantra (2000), migrasi

diukur berdasarkan konsep ruang dan waktu seperti yang digunakan dalam sensus

dan survei penduduk oleh BPS. Seseorang dapat disebut sebagai migran apabila

orang tersebut melintasi batas wilayah administratif seperti propinsi, kabupaten

dan sebagainya, dan bertempat tinggal di tempat tujuan minimal enam bulan. Hal

ini sesuai dengan konsep dan definisi yang digunakan oleh BPS.

Menurut definisi yang dibuat oleh BPS dalam Survei Penduduk Antar

Sensus (SUPAS) 1995 dan Sensus penduduk (SP) 2000, migrasi adalah

berpindahnya penduduk dari tempat ke tempat lain melewati batas wilayah

tertentu yang dilalui dalam perpindahan tersebut. Perpindahan yang melampaui

batas desa/kelurahan saja disebut sebagai migrasi antar desa/kelurahan.

Perpindahan yang melampaui batas kecamatan disebut migrasi antar kecamatan,

perpindahan yang melampaui batas kabupaten/kota disebut perpindahan antar

kabupaten/kota, dan yang melampaui batas propinsi disebut migrasi antar

propinsi.

Ada beberapa pendapat lain yang mengemukakan tentang pengertian dari migrasi:

1. Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari

suatu tempat ke tempat lain melewati batas administratif (migrasi internal)

atau batas politik/negara (migrasi internasional). Dengan kata lain, migrasi

diartikan sebagai perpindahan yang relatif permanen dari suatu daerah

(negara) ke daerah (negara) lain (Singowidjojo, 2002).

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 26: Sk 034291

21

2. Dari sisi sosiologi dan anthropologi: tidak hanya waktu dan wilayah yang

menjadi pertimbangan, tetapi juga perubahan pada kehidupan sosial dan

harus merupakan keputusan individu (Lewis, 1982 dalam Mantra, 2000).

3. Migrasi internasional adalah perpindahan penduduk dari suatu negara ke

negara lain. Migrasi internasional merupakan jenis migrasi yang memuat

dimensi ruang (http://www.datastatistik- indonesia.com).

4. Migrasi internal adalah perpindahan penduduk yang terjadi dalam satu

negara, misalnya antar propinsi, antar kota/kabupaten, migrasi dari

wilayah perdesaan ke wilayah perkotaan atau satuan administratif lainnya

yang lebih rendah daripada tingkat kabupaten/kota, seperti kecamatan dan

kelurahan/desa. Migrasi internal juga merupakan jenis migrasi yang

memuat dimensi ruang ( http://www.datastastistik- indonesia.com).

Migrasi Non Permanen

Migrasi penduduk sirkuler atau mobilitas penduduk non permanen adalah

gerak penduduk dari suatu wilayah menuju ke wilayah lain dengan tidak ada

niatan menetap di daerah tujuan. Apabila seseorang menuju ke daerah lain dan

sejak semula tidak ada niatan untuk menetap di daerah tujuan, orang tersebut

digolongkan sebagai pelaku migrasi non permanen walaupun bertempat tinggal di

daerah tujuan dalam jangka waktu yang lama (Steele, 1983 dalam Mantra, 2000).

Karena migran sirkuler adalah orang yang berpindah tempat tetapi tidak

bermaksud menetap di tempat tujuan, maka migran sirkuler biasanya adalah orang

yang masih mempunyai keluarga atau ikatan dengan tempat asalnya seperti

tukang becak, kuli bangunan, dan pengusaha warung tegal, yang sehari-harinya

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 27: Sk 034291

22

mencari nafkah di kota dan pulang ke kampungnya setiap bulan atau beberapa

bulan sekali ( http://www.datastastistik- indonesia.com).

Migrasi/Mobilitas Ulang Alik

Gerak penduduk yang non permanen (sirkulasi, circulation) dapat dibagi

menjadi dua yaitu ulang alik (commuting), dan menginap atau mondok di daerah

tujuan. Migrasi atau mobilitas ulang alik adalah gerak penduduk dari daerah asal

menuju ke daerah tujuan dalam batas waktu tertentu dan kembali ke daerah asal

pada hari itu juga (Mantra, 2000).

Pada umumnya penduduk yang melakukan mobilitas ingin kembali ke

daerah asal secepatnya sehingga jika dibandingkan frekuensi penduduk yang

melakukan mobilitas ulang alik, menginap/mondok, dan migrasi. Frekuensi

mobilitas penduduk ulang alik paling besar, kemudian disusul oleh

menginap/mondok dan migrasi.

Migran ulang alik (commuter) adalah orang yang pergi meninggalkan

tempat tinggalnya secara teratur (misal setiap hari), pergi ke tempat lain untuk

bekerja, berdagang, bersekolah, atau untuk kegiatan-kegiatan lainnya, dan pulang

ke tempat asalnya secara teratur pula (misal pada sore atau malam hari). Migran

ulang alik biasanya menyebabkan jumlah penduduk di tempat tujuan lebih banyak

pada waktu tertentu, misalnya pada siang hari ( http://www.datastastistik-

indonesia.com).

Secara operasional, macam-macam bentuk mobilitas penduduk diukur

berdasarkan konsep ruang dan waktu. Misalnya, mobilitas penduduk ulang alik

konsep waktunya diukur dengan enam jam atau lebih meninggalkan daerah asal

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 28: Sk 034291

23

dan kembali pada hari yang sama. Menginap/mondok diukur dari lamanya

meninggalkan daerah asal lebih dari satu hari, tetapi kurang dari enam bulan.

Sedangkan mobilitas permanen diukur dari lamanya meninggalkan daerah asal

selama enam bulan atau lebih. Kecuali orang yang sejak semula berniat menetap

di daerah tujuan (Mantra, 2000).

Berdasarkan berbagai definisi migrasi di atas, mobilitas yang dilakukan

siswa SMA N 1 Salatiga yang tinggal di luar Kota Salatiga adalah bentuk migrasi

atau mobilitas ulang alik, karena perpindahan itu melewati batas wilayah

administrasi tingkat II dari tempat tinggalnya dan kembali lagi ke tempat

tinggalnya pada hari itu juga.

2.2 Kajian Teori

Berdasarkan surveinya di Jawa Barat dikemukakan bahwa meneruskan

pendidikan, mencari pengalaman serta mengikuti orang lain merupakan faktor-

faktor determinan dalam bermigrasi (Hugo, 1978 dalam Mantra, 2003). Temuan

ini kurang lebih sama dengan yang dikemukakan oleh Suharso (1976) dalam

Mantra (2003). Lebih lanjut dapat pula diteliti faktor-faktor alasan seseorang

meneruskan pendidikan dengan melakukan mobilitas ulang alik ke suatu tempat

tertentu, yang dalam hal ini adalah Kota Salatiga.

2.2.1 Faktor Daerah Asal dan Daerah Tujuan

Faktor-faktor konstektual atau kemasyarakatan perlu diperhitungkan

dalam niat bermigrasi, seperti karakteristik daerah tujuan, ikatan kekeluargaan,

lingkungan masyarakat, dan lingkungan kebudayaan di daerah tujuan.

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 29: Sk 034291

24

Penghalang antara

Tempat/ daerah asal Tempat/ daerah tujuan

- + - + 0 – 0 + + - 0 - - 0 – 0 + + - -+ + 0 - + - 0 – - + - + 0 – 0 + + - 0 - - 0 – 0 + + - -+ + 0 - + - 0 -

- + - + 0 – 0 + + - 0 - - 0 – 0 + + - -+ + 0 - + - 0 – - + - + 0 – 0 + + - 0 - - 0 – 0 + + - -+ + 0 - + - 0 -

Senada dengan hal tersebut, faktor- faktor yang mempengaruhi orang

mengambil keputusan untuk bermigrasi dan faktor- faktor migrasi menurut Lee

(1976) dapat disingkat menjadi empat hal sebagai berikut:

1. Faktor-faktor yang terdapat di daerah asal

2. Faktor-faktor yang terdapat di tempat tujuan

3. Rintangan-rintangan yang menghambat

4. Faktor-faktor pribadi

Gambar 4. Faktor tempat/daerah asal dan tempat/daerah tujuan serta penghalang antara dalam migrasi

Keterangan:

+ = faktor pendorong

- = faktor penarik

0 = faktor yang netral

Ada tiga hal secara skematis terlihat pada gambar 4 di atas bahwa dalam

setiap daerah tentu ada faktor yang mempengaruhi orang untuk berpindah tempat

serta ada pula faktor lain yang tidak menyenangkan hingga mereka terpaksa

meninggalkan daerah asalnya. Faktor- faktor itu terlihat dalam gambar sebagai

tanda positif (+) dan negatif (-). Faktor lain yang ditunjukan dengan tanda 0

adalah faktor-faktor yang pada dasarnya tidak ada pengaruhnya sama sekali.

Beberapa faktor + dan - itu mempengaruhi kebanyakan orang dengan cara yang

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 30: Sk 034291

25

hampir sama. Misalnya, hampir setiap orang tertarik pada suatu lingkungan yang

aman dan nyaman, tetapi tidak menyukai lingkungan yang tidak aman dan tidak

nyaman.

Faktor negatif di daerah asal dapat dapat mendorong seseorang untuk

bermigrasi, sebaliknya faktor- faktor yang positif di daerah tujuan merupakan

penarik orang-orang untuk datang. Positif atau negatif suatu keadaan tergantung

faktor pribadi orang yang memandang. Faktor penghalang antara adalah faktor

yang terletak di daerah asal dan daerah tujuan yang menghalangi seseorang untuk

melakukan migrasi. Faktor- faktor di daerah asal dan daerah tujuan dapat tercermin

pada lingkungan di daerah asal dan lingkungan di Kota Salatiga.

Penelitian yang dilakukan Tritjahjo (1996), menunjukkan bahwa

penyediaan sarana dan prasarana pendidikan di Salatiga merupakan

kekuatan sentripetal yang menarik penduduk Desa Sukoharjo (Kecamatan

Pabelan, Kabupaten Semarang) untuk melakukan mobilitas ke Kota Salatiga

khususnya mereka yang masih sekolah di SLTA.

2.2.2 Keluarga

Menurut Elspeth Young (1994), adanya kerabat dan saudara yang sudah

terlebih dahulu pindah di tempat tujuan akan mendorong seseorang untuk

melakukan migrasi. Dengan adanya kerabat yang berada di tempat tujuan, akan

meyakinkan seseorang yang hendak bermigrasi ke tempat di mana kerabat atau

saudaranya berada, karena diharapkan kerabat atau saudara akan memberikan

perlindungan di tempat tujuan dan bantuan informasi mengenai tempat tujuan.

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 31: Sk 034291

26

Dalam suatu studi di Iran, ditemukan bahwa kesempatan ekonomi dan

pendapatan yang tinggi bukanlah motif yang terpenting bagi migran, melainkan

nilai budaya, agama, dan adanya keluarga di tempat tujuan (Chemere, 1978).

Dorongan dari keluarga untuk bersekolah di Kota Salatiga hingga

menyebabkan siswa melakukan migrasi ulang alik juga patut diperhitungkan.

Umumnya ketika siswa baru lulus SLTP, orang tua dan anggota keluarga lainnya

turut memberikan pendapat mengenai tempat yang akan dipilih untuk melanjutkan

sekolah ke tingkat yang lebih tinggi.

2.2.3 Teman

Kenyataan menunjukkan bahwa pengambilan keputusan seseorang untuk

melanjutkan sekolah di suatu tempat dipengaruhi juga oleh teman. Teman tidak

sebatas pada teman sewaktu SMP tetapi juga teman bermain, dan teman yang

sudah terlebih dahulu bersekolah di Salatiga.

Kontribusi dari migran terdahulu di kota sangat besar dalam membantu

migran baru yang berasal dari desa atau daerah yang sama dengan mereka,

terutama pada tahap awal dari mekanisme penyesuaian diri di daerah tujuan.

Migran terdahulu ini bisa seorang anggota keluarga atau teman.

Informasi mengenai daerah tujuan dari migran yang sudah melakukan

migrasi merupakan faktor penentu yang cukup penting bagi seseorang untuk

pindah, sebab hal ini paling tidak akan memperjelas dan mempertegas daerah

mana yang akan dituju (Mabogunje, 1970, dalam Mantra, 2003).

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 32: Sk 034291

27

2.2.4 Daya Tarik Kota

Migration Intentions Model mencakup tiga faktor yang mempengaruhi

migrasi. Salah satu dari tiga faktor itu adalah latar belakang struktural.

Karakteristik kota, apakah metropolitan, kota besar, kota besar, kota sedang,

masing-masing mempunyai daya tarik sendiri terhadap para migran dari luar kota

(Simmons, 1986).

Berkaitan dengan teori migrasi yang dikemukakan oleh Lee (1976)

mengenai faktor penarik migrasi. Faktor penarik merupakan faktor-faktor yang

dipengaruhi oleh keadaan di daerah tujuan, di antaranya adalah aktifitas yang

beragam di kota besar seperti banyaknya tempat hiburan dan kebebasan

melakukan aktifitas gaya hidup.

Salatiga adalah sebuah daerah yang berstatus kota yang wilayah

geografisnya dikelilingi oleh daerah yang berstatus sebagai kabupaten. Daya tarik

kota dengan beragam fasilitas perkotaan, cenderung lebih tinggi daripada

kabupaten.

2.2.5 Dorongan Internal

Lee (1976) menekankan bahwa faktor-faktor pribadi adalah faktor

terpenting di antara ketiga faktor lainnya yang mempengaruhi migrasi seperti

faktor- faktor di daerah asal, faktor- faktor di daerah tujuan, dan rintangan yang

menghambat. Kepekaan pribadi, kecerdasan, kesadaran tentang kondisi di tempat

lain mempengaruhi evaluasinya tentang keadaan di tempat asal.

Model Place Utility menerangkan bahwa individu merupakan makhluk

rasional yang mampu memilih yang terbaik di antara alternatif-alternatif yang ada

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 33: Sk 034291

28

(Wolpert, 1965). Individu mampu membandingkan tempat tinggal yang ada

dengan yang diharapkan berdasarkan pertimbangan untung rugi. Faktor individu

sangat penting, karena dialah yang menilai positif dan negatifnya suatu daerah, dia

pula yang memutuskan apakah akan pindah dari daerah asalnya atau tidak. Kalau

pindah, daerah mana yang akan dituju.

2.2.6 Harapan Mendapat Sesuatu Yang Lebih Baik

Dalam Value Expectancy Model oleh De Jong (1881), niat bermigrasi

dipengaruhi oleh berbagai jenis nilai dan harapan yang akan didapatkan di tempat

tujuan seperti kekayaan, status, kemandirian, dan moralitas yang lebih baik.

Seorang migran ketika memutuskan untuk bermigrasi tentunya berharap apa yang

dia dapatkan di tempat tujuan akan lebih baik dari yang ia dapatkan jika dia tidak

bermigrasi.

Mendapatkan lingkungan yang lebih baik, seperti iklim, perumahan,

sekolah dan fasilitas lainnya merupakan salah satu faktor penarik dalam

bermigrasi (Lee, 1976). Adanya kesempatan untuk mendapatkan pendidikan

yang lebih baik juga merupakan faktor penarik migrasi (http://www.datastatistik-

indonesia.com).

Definisi Operasional

Berdasarkan teori-teori yang mendukung alasan melakukan migrasi ulang

alik ke suatu tempat, maka peubah-peubah dalam penelitian ini didefinisikan

sebagai berikut:

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 34: Sk 034291

29

1. Lingkungan daerah asal yaitu meliputi lingkungan kemasyarakatan,

kualitas pendidikan, tingkat kompetitif, suasana belajar di daerah asal

siswa-siswa yang melakukan mobilitas ulang-alik. Daerah asal yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah Kabupaten Semarang dan Kabupaten

Boyolali.

2. Lingkungan Kota Salatiga yaitu meliputi lingkungan kebudayaan,

masyarakat, kondisi keamanan, serta keadaan pendidikan di Kota Salatiga.

Dalam penelitian ini lebih ditekankan pada lingkungan pendidikan di Kota

Salatiga.

3. Keluarga yaitu meliputi meliputi adanya dorongan keluarga untuk

memilih bersekolah di Kota Salatiga, adanya kerabat/keluarga yang

tinggal di Salatiga, adanya keluarga/kerabat yang sudah berhasil dalam

karir setelah bersekolah di Salatiga, serta adanya keluarga/kerabat yang

juga bersekolah di Kota Salatiga.

4. Teman yaitu meliputi adanya teman yang tinggal di Kota Salatiga, adanya

teman-teman sewaktu SLTP yang juga ingin bersekolah di Salatiga dan

adanya rekomendasi dari teman untuk memilih bersekolah di Kota

Salatiga.

5. Daya tarik kota yaitu meliputi kemudahan transportasi dan adanya

fasilitas-fasilitas perkotaan seperti pusat perbelanjaan, bioskop, dan

restoran.

6. Dorongan internal yaitu meliputi minat atau kemauan dari diri sendiri dan

merasa ada tantangan untuk bersekolah di Kota Salatiga

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 35: Sk 034291

30

· Lingkungan daerah asal · Lingkungan Kota Salatiga · Keluarga · Teman · Daya tarik kota · Dorongan internal · Harapan mendapat sesuatu yang

lebih baik

7. Harapan mendapatkan sesuatu yang lebih baik yaitu meliputi harapan

siswa yang melakukan mobilitas ulang alik untuk mendapatkan

pendidikan yang kualitasnya lebih baik, harapan untuk memperluas

pergaulan serta memperoleh teman yang banyak.

Dari tujuh peubah yang digunakan, akan dibentuk peubah baru yang

memiliki dimensi yang lebih kecil, atau yang disebut dengan faktor.

2.3 Kerangka Pikir

Gambar 5. Kerangka pikir

Siswa yang tinggal di luar Kota Salatiga tetapi bersekolah di Kota Salatiga

dengan melakukan mobilitas ulang alik, disebut migran ulang alik. Mereka

melakukan mobilitas ulang alik ke Kota Salatiga untuk meneruskan pendidikan

guna meningkatkan mutu modal manusia. Petanyaan dalam menelaah masalah

ini adalah: “Faktor- faktor utama apa yang dapat menjelaskan alasan siswa

melakukan mobilitas ulang alik ke Kota Salatiga?”. Sehubungan dengan

pertanyaan ini maka berdasarkan teori-teori migrasi, disusun peubah-peubah yang

sekiranya dapat menjelaskan alasan siswa untuk melakukan mobilitas ulang alik

ke Kota Salatiga. Peubah-peubah tersebut adalah:

1. Lingkungan daerah asal

Faktor utama alasan melakukan mobilitas ulang alik ke Kota Salatiga

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 36: Sk 034291

31

2. Lingkungan Kota Salatiga

3. Keluarga

4. Teman

5. Daya tarik kota

6. Dorongan internal

7. Harapan mendapat sesuatu yang lebih baik

Peubah-peubah tersebut masih belum dapat menjelaskan faktor utama apa

yang dapat menjelaskan alasan siswa SLTA dari luar Kota Salatiga melakukan

mobilitas ulang alik ke Kota Salatiga. Maka melalui analisis komponen utama

yang akan dilanjutkan dengan analisis faktor, dari tujuh peubah tersebut akan

diperoleh faktor utama yang dapat menjelaskan alasan siswa SLTA dari luar Kota

Salatiga melakukan mobilitas ulang alik ke Kota Salatiga.

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 37: Sk 034291

32

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan di SMA N 1 Salatiga dengan menggunakan

metode penelitian survei. Metode penelitian survei adalah metode penelitian yang

mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat

pengumpulan data yang pokok (Singarimbun, 1995). Metode penelitian survei

dilakukan untuk mengumpulkan data primer faktor utama alasan siswa melakukan

mobilitas ulang alik ke Kota Salatiga.

3.1.1 Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data primer. Data primer yang dikumpulkan

dalam penelitian ini diperoleh dengan melakukan metode penelitian survei yaitu

melalui penelitian pendahuluan (uji coba kuesioner) dan penelitian sebenarnya.

3.1.2 Populasi dan Target Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X dan XI SMA N 1

Salatiga. Sementara itu target populasi adalah siswa kelas X dan XI SMA N 1

Salatiga yang melakukan mobilitas ulang alik. Penelitian ini tidak mencakup kelas

XII karena sedang melakukan persiapan menghadapi UAN. Untuk mendapatkan

target populasi, dilakukan listing terlebih dahulu. Berdasarkan hasil listing, dari

795 siswa kelas X dan XI, ada 308 siswa dari luar Kota Salatiga yang melakukan

mobilitas ulang alik yang tersebar ke 21 kelas yaitu 10 kelas pada jenjang kelas X

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 38: Sk 034291

33

dan 11 kelas pada jenjang kelas XI. Dari populasi yang berjumlah 308 siswa

tersebut diambil sampel untuk dijadikan unit analisis penelitian ini.

3.1.3 Sampel

Dari 308 siswa yang melakukan mobilitas ulang alik tersebut diambil

sampel untuk dijadikan unit analisis penelitian ini. Karena ukuran populasi

diketahui maka dalam penentuan minimum sampel dapat digunakan teorema

Slovin (Umar, 2002) dengan rumus sebagai berikut:

21 Ne

Nn

+= (1)

di mana :

n = jumlah sampel

N = total populasi

e = kelonggaran ketidaktelitian terhadap standar deviasi yang dapat

ditolerir (pada penelitian ini digunakan sebesar 10%).

Berdasarkan rumus di atas, diperoleh jumlah minimum sampel sebesar 76

siswa. Pada penelitian ini digunakan sampel sebesar 100 siswa. Teknik

pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah penarikan

sampel secara sistematik linier (liniear systematic sampling). Penarikan sampel

secara sitematik linier akan mempermudah penarikan sampel, karena dengan

hanya menggunakan satu angka random, maka angka random berikutnya akan

mengikuti intervalnya (Purwanto, 2003). Interval sampel didapat dengan rumus

berikut:

n

NI = (2)

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 39: Sk 034291

34

di mana:

N = jumlah populasi

n = jumlah sampel

Penarikan sampel dilakukan dengan cara sistematik linier. Langkah-

langkah penarikan sampel secara sistematik linier adalah sebagai berikut:

1. Hitung interval sesuai rumus di atas. Berdasarkan perhitungan, diperoleh

interval sebesar 3,08.

2. Tentukan satu angka random yang lebih kecil atau sama dengan interval.

Angka random ini disebut R1. Angka random berikutnya adalah:

R2 = R1 + I

R3 = R2 + I = R1 +2I, dan seterusnya

Rn=R1 +(n-1)I

3.1.4 Waktu Pengumpulan Data

Secara keseluruhan pengumpulan data dilakukan awal bulan Februari

hingga pertengahan bulan April 2007. Lamanya waktu pengumpulan data

terutama selain karena harus dilakukan listing dan uji coba kuesioner, juga

dikarenakan peneliti harus menyesuaikan jadwal pelajaran Bimbingan dan

Konseling. Ketika ada jadwal pelajaran Bimbingan dan Konseling, peneliti

melakukan pengambilan data terhadap siswa yang telah terpilih sebagai sampel.

3.1.5 Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap

fenomena sosial maupun alam. Untuk itu harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 40: Sk 034291

35

dalam penelitian biasa dinamakan instrumen penelitian. Jadi, instrumen penelitian

pada dasarnya adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam

maupun sosial yang diamati, yang secara spesifik disebut variabel penelitian

(Sugiyono, 1994). Pada penelitian ini digunakan instrumen penelitian yang berupa

kuesioner yang diberikan kepada siswa yang terpilih sebagai sampel.

Kuesioner yang juga sering dikenal sebagai angket, pada dasarnya

merupakan sebuah daftar pernyataan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur

(responden), dengan demikian dapat diketahui tentang keadaan atau data diri,

pengalaman, pengetahuan sikap atau pendapatnya dan lain- lain (Arikunto, 2002).

Isi kuesioner ini secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 3. Salah satu metode

pengukuran yang digunakan pada kuesioner tersebut adalah dengan menggunakan

skala Likert. Skala Likert adalah salah satu cara yang paling sering digunakan

dalam menentukan skor. Seluruh pernyataan adalah pernyataan yang bernilai

positif. Pemberian skor skala pada masing-masing pernyataan dilakukan sebagai

berikut:

· Untuk jawaban sangat setuju (SS) diberi skor 5

· Untuk jawaban setuju (S) diberi skor 4

· Untuk jawaban cukup setuju (CS) diberi skor 3

· Untuk jawaban tidak setuju (TS) diberi skor 2

· Untuk jawaban sangat tidak setuju (STS) diberi skor 1

Penyusunan butir-butir pernyataan menggunakan referensi penelitian yang

hampir serupa dengan penelitian ini dan juga berdasarkan teori- teori migrasi.

Selain pengukuran dengan menggunakan skala Likert di atas, dalam kuesioner

tersebut juga ditambahkan beberapa pertanyaan yang sangat berguna untuk

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 41: Sk 034291

36

melakukan analisis deskriptif. Kuesioner yang diberikan pada siswa dalam

penelitian ini berupa daftar pernyataan yang tercakup dalam tiga blok sebagai

berikut:

1. Blok I berisi pertanyaan tentang identitas responden.

2. Blok II berisi pertanyaan tentang keterangan responden.

3. Blok III berisi pernyataan tentang peubah-peubah yang menjadikan alasan

siswa yang tinggal di luar Kota Salatiga melakukan mobilitas ulang alik ke

Kota Salatiga yang terdiri atas 27 pernyataan. Dalam kuesioner ini

digunakan tujuh peubah.

3.1.6 Uji Validitas

Dalam proses penelitian, salah satu hal penting yang perlu dilakukan

dalam menghimpun pendapat melalui daftar pertanyaan berupa angket atau

kuesioner, adalah uji instrumen atau alat ukur. Ada dua syarat penting yang

berlaku pada sebuah angket, yaitu validitas dan reliabilitas. Pengujian validitas

dan reliabilitas adalah proses menguji butir-butir pernyataan yang ada dalam

sebuah angket, apakah isi dari butir-butir pernyataan tersebut valid dan reliabel.

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data

dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Sedangkan instrumen

yang reliabel berarti instrumen tersebut bila digunakan beberapa kali untuk

mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Jadi, instrumen

yang valid dan reliabel merupakan syarat utama untuk mendapatkan hasil

penelitian yang valid dan reliabel. Namun yang perlu dipahami menurut Sugiyono

(1994) bahwa tidak otomatis dengan menggunakan instrumen yang telah diuji

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 42: Sk 034291

37

validitas dan reliabilitasnya, hasil data penelitian menjadi valid dan reliabel. Hal

ini masih dipengaruhi oleh kondisi objek yang diteliti, dan kemampuan orang

yang menggunakan instrumen. Oleh karena itu, peneliti harus mampu

mengendalikan objek yang diteliti dan meningkatkan kemampuan dalam

menggunakan instrumen untuk mengukur variabel yang diteliti.

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauhmana

ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.

Nurgiyantoro (2000) menyatakan validitas (validity, kesahihan) berkaitan dengan

permasalahan “apakah instrumen yang dimaksudkan untuk mengukur sesuatu itu

memang dapat mengukur secara tepat sesuatu yang akan diukur tersebut”. Secara

singkat dapat dikatakan bahwa validitas alat penelitian mempersoalkan apakah

alat itu dapat mengukur apa yang akan diukur.

Ada sejumlah cara untuk mempertimbangkan kadar validitas sebuah

instrumen. Salah satunya adalah validitas yang pertimbangannya lewat analisis

rasional yaitu validitas isi dan validitas konstruk.

Validitas isi (content validity) adalah validitas yang mempertanyakan

bagaimana kesesuaian antara instrumen dengan tujuan dan deskripsi bahan yang

diajarkan atau deskripsi masalah yang akan diteliti. Di sisi lain, validitas konstruk

(construc validity), mempertanyakan apakah butir-butir pernyataan dalam

instrumen itu telah sesuai dengan konsep keilmuan yang bersangkutan. Uji

validitas konstruk dewasa ini juga sering dilakukan lewat program komputer

yaitu dengan menggunakan analisis faktor.

Karena instrumen yang digunakan dalam penelitian ini disusun oleh

peneliti, maka dilakukan pula uji validitas dan reliabilitas, dengan asumsi bahwa

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 43: Sk 034291

38

instrumen yang telah melalui proses tersebut akan menghasilkan data yang

dipercaya kebenarannya. Untuk uji validitas dan reliabilitas dalam penelitian

digunakan bantuan perangkat SPSS versi 13.

Adapun langkah- langkah dalam pengujian validitas adalah sebagai berikut:

1. Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur.

2. Melakukan uji coba skala pengukur tersebut pada sejumlah responden.

Sangat disarankan agar jumlah responden untuk uji coba minimal 30

orang, dengan jumlah ini maka distribusi skor akan lebih mendekati

kurva normal. Dalam penelitian ini n untuk uji coba kuesioner = 30.

3. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban.

4. Menghitung korelasi antara skor masing-masing pernyataan dengan skor

total dengan menggunakan rumus teknik korelasi product moment, yang

rumusnya adalah sebagai berikut:

( )( )

( )( ) ( )( )2222 YYnXXn

YXXYnrxy

å-åå-å

åå-å= (3)

dimana:

xyr = korelasi product moment Pearson

n = jumlah sampel

X = skor butir pernyataan tiap responden

Y = skor total butir pernyataan tiap responden

5. Dasar pengambilan keputusan adalah

· Bila nilai r > rtabel dengan derajat bebas (n-2) , maka butir tersebut

valid dan dapat dimasukkan ke dalam kuesioner. Butir yang

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 44: Sk 034291

39

signifikan/valid berarti bahwa pernyataan-pernyataan tersebut

memiliki validitas isi yang baik atau dalam bahasa statistik berarti

terdapat konsistensi internal dalam pernyataan-pernyataan tersebut.

· Bila nilai r < rtabel dengan derajat bebas (n-2), maka item tersebut tidak

valid dan tidak dapat dimasukkan ke dalam kuesioner. Bila nilai r

negatif maka berarti pernyataan tersebut bertentangan dengan

pernyataan lainnya, artinya pernyataan tersebut tidak konsisten dengan

pernyataan lainnya (Singarimbun,1995).

Dalam kaitannya dengan masalah komputasi koefisien korelasi antara butir

pernyataan dengan skor total tes, sedikitnya jumlah butir pernyataan akan

mengakibatkan terjadi overestimasi terhadap korelasi yang sebenarnya.

Overestimasi ini disebabkan terlalu besarnya kontribusi masing-masing buitr

pernyataan dalam ikut menentukan skor tes (Azwar, 2003). Akibatnya akan terjadi

spurious overlap, (Guilford, 1956 dalam Azwar, 2003), yaitu terjadinya

overestimasi terhadap korelasi antara butir pernyataan yang bersangkutan dengan

skor total tes.

Semakin sedikit butir pernyataan yang ada dalam tes, akan semakin besar

overlap yang terjadi. Bila jumlah butir pernyataan dalam tes lebih dari 30, maka

umumnya efek spurious overlap tidak begitu besar dan karenanya dapat

diabaikan. Sedangkan jika jumlah butir pernyataan dalam dalam tes kurang dari 30

maka efek spurious overlap perlu diperhitungkan. Untuk itu agar diperoleh

informasi yang lebih akurat mengenai korelasi antara butir pernyataan dengan skor

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 45: Sk 034291

40

total tes diperlukan suatu rumusan koreksi terhadap efek spurious overlap (Azwar,

2003). Formula koreksi terhadap efek spurious overlap adalah:

( )xiixix

ixxy

ixi

ssrss

ssrr

222)(

-+

-=- (4)

Di mana:

=- )( ixir Koefisien korelasi butir pernyataan dengan skor total setelah

dikoreksi dari efek spurious overlap.

xyr = Koefisien korelasi skor butir pernyataan dengan skor total sebelum

dikoreksi

is =

2

n

n

xx

i

iåå

÷÷

ø

ö

çç

è

æ-

Deviasi standar skor suatu butir pernyataan

xs =

2

n

n

YYå

å÷÷

ø

ö

çç

è

æ-

Deviasi standar skor total tes

3.1.7 Uji Reliabilitas

Reabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang mempunyai

asal kata rely dan ability. Pengukuran yang memiliki realibilitas yang tinggi

disebut sebagai pengukuran yang reliabel (reliable). Walaupun realibilitas

mempunyai berbagai nama lain seperti keterpercayaan, keandalan, keajegan,

kestabilan, konsistensi, dan sebagainya, namun ide pokok yang terkandung dalam

konsep reabilitas adalah sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya.

Menurut Singarimbun (1995) reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh

mana suatu alat pengukur (kuesioner) dapat dipercaya atau dapat diandalkan.

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 46: Sk 034291

41

Artinya, suatu alat pengukur jika dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang

sama dan hasil pengukuran yamg diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur

tersebut dapat dikatakan reliable.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk menghitung indeks

reliabilitas adalah metode konsistensi internal. Indeks reliabilitas dapat

ditunjukkan melalui besarnya nilai Cronbach Alpha (α ).

Formulasi untuk menghitung α adalah sebagai berikut:

÷÷ø

öççè

æ å-

-=

2

2

11 s

sa i

k

k (5)

di mana:

r = koefisien reabilitas yang dicari

k =jumlah butir pernyataan (soal)

2

is =

2

n

n

xx

i

iåå

÷÷

ø

ö

çç

è

æ-

= varians butir pernyataan ke- i

å ix = jumlah skor jawaban responden untuk butir pernyataan ke- i

2s =

2

n

n

YYå

å÷÷

ø

ö

çç

è

æ-

varians total skor tes

Menurut Arikunto (1993), koefisien korelasi reliabilitas ditentukan

berdasarkan kriteria sebagai berikut:

· Antara 0,800 sampai dengan 1,000 = sangat tinggi

· Antara 0,600 sampai dengan 0,800 = tinggi

· Antara 0,400 sampai dengan 0,600 = cukup tinggi

· Antara 0,200 sampai dengan 0,400 = rendah.

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 47: Sk 034291

42

3.2 Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

deskriptif untuk mengetahui karakteristik siswa terutama dalam melakukan

mobilitas ulang alik, analisis komponen utama dan analisis faktor untuk

mengetahui faktor utama alasan siswa SMA N 1 Salatiga yang tinggal di luar

Kota Salatiga melakukan mobilitas ulang alik ke Kota Salatiga.

Pengolahan data pada penulisan ini menggunakan program aplikasi

statistik Social Package for Social Science (SPSS) version 13.

3.2.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah analisis statistik yang memaparkan data hasil

pengamatan tanpa diadakan pengujian hipotesis. Analisis ini bertujuan untuk

menggambarkan karakteristik dari siswa pelaku mobilitas ulang alik, serta

menggambarkan keadaan umum Kota Salatiga dan SMA N 1 Salatiga. Analisis

deskriptif adalah metode analisis sederhana yang bertujuan untuk mempermudah

penafsiran dan penjelasan dengan analisis tabel, grafik atau diagram. Analisis

deskriptif ini digunakan sebagai pendukung untuk menambah dan mempertajam

analisis yang dilakukan, membantu memahami masalah yang diteliti serta

memberikan gambaran umum tentang suatu fenomena yang terjadi.

3.2.2 Analisis Komponen Utama

Analisis Komponen Utama (AKU) adalah suatu teknik penyusutan data

(data reduction) di mana tujuannya adalah untuk mengurangi banyaknya dimensi

peubah yang saling berkorelasi menjadi peubah-peubah baru yang tidak

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 48: Sk 034291

43

berkorelasi dengan mempertahankan sebanyak mungkin keragaman dalam

himpunan data tersebut. Semua peubah dari AKU merupakan peubah bebas.

Langkah awal untuk melakukan analisis statistika dengan analisis

komponen utama adalah melakukan pengujian terhadap matriks korelasi.

Pengujian Hipotesis Matriks Korelasi

Matriks Korelasi

Misalkan matriksnya adalah: pxpR =

úúúúúú

û

ù

êêêêêê

ë

é

1

1

1

1

321

33231

22321

11312

L

MMMM

L

L

L

ppp

p

p

p

rrr

rrr

rrr

rrr

Semua diagonal utama = 1 dan di luar diagonal utama ¹ 1, (0 1££ xixjr ). Korelasi

( xixjr ) diperoleh dengan rumus:

( ) ( )å åå å

ååå--

-=

2222 xjxjnxixin

xjxixixjnrxixj (6)

Uji Bartlett

Uji ini digunakan untuk melihat apakah matriks korelasi bukan

merupakan matriks identitas. Langkah- langkahnya adalah:

Hipotesis :

0H : Matriks korelasi merupakan matriks identitas

1H : Matriks korelasi bukan merupakan matriks identitas.

Statistik uji:

( ) ( )R

pn ln

6

5212

úû

ùêë

é +---=c (7)

Di mana: n = jumlah observasi

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 49: Sk 034291

44

p = jumlah peubah

R = determinan dari matriks korelasi

Keputusan :

Uji Bartlett akan menolak 0H jika, 2/)1(,22

-> ppobs acc

Jika perhitungan menggunakan program SPSS, 0H akan ditolak apabila

angka signifikansi <a yang telah ditentukan. Jika matriks korelasi bukan

merupakan matriks identitas, maka penyusutan dimensi terhadap peubah ganda

tersebut bermakna untuk dilakukan analisis dengan Komponen Utama.

Misalkan vektor peubah acak asal X’= ( )pXXXXX ,......,,,, 4321 . Dengan

matriks matriks korelasi dapat diturunkan akar ciri-akar cirinya di mana

0....21 ³³³³ plll dan vektor ciri-vektor cirinya yaitu peee ,......,, 21 .

úúúúú

û

ù

êêêêê

ë

é

=

ip

i

i

i

e

e

e

eM

2

1

, i=1,2,..p

Melalui matriks korelasi, nilai akar ciri (eigen values) sebanyak jumlah peubah (p

peubah) diperoleh dengan perhitungan:

0=- IR l

l = akar ciri

I = matrik identitas

Dari nilai akar ciri, dapat diperoleh vektor ciri (eigen vector) yang diperoleh dari

persamaan ciri:

0)( =- ijeIR l

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 50: Sk 034291

45

Vektor ciri tersebut merupakan koefisien dari kombinasi linier atau disebut juga

sebagai koefisien dari persamaan komponen utama

Kombinasi linier dari peubah asal adalah:

XeXeXeXeY pp 112211111 ... =+++=

XeXeXeXeY pp 222221122 ... =+++=

XeXeXeXeY pp 332231133 ... =+++=

..

..

XeXeXeXeY ppppppp =+++= ...2211

dengan varians masing-masing

iiYVar l=)( (8)

di mana: i = 1, 2,... , p

il = akar ciri dari komponen utama ke-i

Jumlah seluruh akar ciri adalah

å=

p

ii

1

l plll +++= ...21 ; di mana plll ³³³ ....21

Penyusutan dimensi dari peubah asal dilakukan dengan mengambil

sejumlah kecil komponen yang mampu menerangkan bagian terbesar keragaman

data. Jika jumlah komponen yang diambil sebanyak m komponen, m<p, maka

persentase keragaman yang dapat diterangkan oleh masing-masing komponen

adalah:

pip

i ,...,2,1;...21

=+++ lll

l (9)

Dan persentase keragaman kumulatif yang diterangkan oleh m komponen adalah:

%100

1

21 ´+++

å»

m

ii

m

l

lll L

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 51: Sk 034291

46

Bila banyaknya komponen utama yang terbentuk sama dengan jumlah peubah

asli maka total keragaman yang dapat diterangkan adalah 1. Kriteria penetapan

banyak KU dapat dilihat dari:

1. Kriteria persentase keragaman kumulatif dari komponen utama

Keragaman total KU = =å=

)(1

p

iiYVar plll +++ ...21 å

=

=p

ii

1

l (10)

Menurut Morison (1990), banyak komponen utama yang sudah memadai

apabila komponen utama tersebut mempunyai persentase keragaman kumulatif

tidak kurang dari 75% keragaman data. Jhonson & Wischern (1992)

mengisyaratkan komponen utama dengan persentase kumulatif 80-90, dapat

menggambarkan data asalnya. Sedangkan menurut Supranto (2004) ekstraksi

faktor dihentikan kalau kumulatif persentase varians sudah mencapai paling

sedikit 60 atau 75 persen dari seluruh varians peubah asli.

2. Kriteria Akar Ciri

Pemilihan Komponen utama berdasarkan pendekatan akar ciri yang

nilainya >1

Peubah baru yang disebut dengan komponen utama mempunyai ciri:

· Tertata berdasarkan pentingnya dan mempunyai ragam sebesar akar ciri

ke-i yang berurut dari yang terbesar ke yang terkecil. Ragam suatu peubah

merupakan sifat yang penting yang digunakan dalam analisis, makin besar

ragam suatu komponen utama maka makin penting komponen utama

tersebut dalam menerangkan keragaman data. Dari beberapa peubah baru

tersebut terurut keragamannya, diharapkan peubah baru pertama akan

dapat menjelaskan dengan baik keragaman yang ada dalam data asal.

· Antar komponen utama tidak saling berkorelasi.

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 52: Sk 034291

47

3. Berdasarkan pengalaman atau penelitian sebelumnya

Jumlah faktor yang diekstrak tergantung dari peneliti berdasarkan teori,

hipotesis maupun penelitian yang sudah ada.

3.2.3 Analisis Faktor Analisis faktor merupakan kelanjutan dari analisis komponen utama. Dari

sejumlah komponen utama yang terpilih oleh AKU, akan dijadikan dasar untuk

analisis faktor. Analisis ini untuk mendapatkan faktor dominan dalam

menjelaskan suatu masalah, yang pada dasarnya bertujuan untuk mendapatkan

sejumlah kecil faktor dominan yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

1. Mampu menerangkan semaksimal mungkin keragaman data.

2. Faktor-faktor tersebut saling bebas.

3. Tiap-tiap faktor dapat diinterpretasikan.

Adapun perbedaannya dengan analisis komponen utama adalah:

1. Pada analisis komponen utama, tujuan utama adalah untuk memilih

sejumlah peubah baru (yang disebut komponen utama) yang menjelaskan

total variasi dalam set data sebesar-besarnya.

2. Pada analisis faktor, tujuan utama adalah memilih faktor-faktor yang

dapat menjelaskan keterkaitan (interrelationship) antar peubah asli.

Kegunaan Analisis Faktor antara lain:

1. Untuk meneliti keterkaitan peubah-peubah dalam suatu set data.

2. Menyederhanakan deskripsi dari suatu set data (peubah) yang banyak dan

saling berkorelasi menjadi set data lain yang ringkas tanpa ada korelasi.

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 53: Sk 034291

48

Sebelum melakukan analisis faktor, perlu dilakukan uji Kaiser-myer

Olkin (KMO). Uji KMO digunakan untuk mengetahui apakah data tersebut dapat

dianalisis lebih lanjut atau tidak dengan analisis faktor. Rumusan uji KMO

adalah:

KMO = ;22

2

å ååå

åå

¹ ¹

¹

+ij ij

iji

iji

ijij

i

ar

r

i=1,2,…..p ; j=1,2,….,p (11)

Di mana: ijr = koefisien korelasi sederhana antara peubah i dan j

ija = koefisien korelasi parsial antara peubah i dan j

Penilaian uji KMO dari matriks antar peubah adalah sebagai berikut:

a. 0,9 < KMO £ 1,00, data sangat baik untuk analisis faktor

b. 0,8 < KMO £ 0,9, data baik untuk analisis faktor

c. 0,7 < KMO £ 0,8, data agak baik untuk analisis faktor

d. 0,6 < KMO £ 0,7, data lebih dari cukup untuk analisis faktor

e. 0,5 < KMO £ 0,6, data cukup untuk analisis faktor

f. KMO £ 0,5, data tidak layak untuk analisis faktor

Model analisis faktor:

1121111111 ... em ++++=- mm FlFlFlX

2222212122 ... em ++++=- mm FlFlFlX

…..

mmpmpppp FlFlFlX em ++++=- ...2211

Atau dalam notasi matrik:

1111 pxmxpxmpxpx FLX em +=-

Di mana:

X = vektor variabel asal

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 54: Sk 034291

49

=jF faktor umum ; j = 1,2,… .,m ; m<p

ie = faktor spesifik ; 1,2,… …, p

ijL = koefisien faktor pembobot = loading factor

m = rata-rata peubah

Model (X-m) = LF + e adalah linier dalam faktor bersama. Bagian dari Var (Xi)

yang dapat diterangkan oleh m faktor bersama disebut komunalitas (communality) ke-i. Sedangkan bagian dari Var (Xi) karena faktor spesifik disebut varian spesifik ke-i.

Var(Xi) = iimiii lll ys ++++= 22

21

2 ... = iih y+2 (12)

Di mana : ih 2 = communality ke-i dan iy = varian spesifik ke- i.

Koefisien dari komponen utama yang diperoleh biasanya masih sulit untuk

diinterpretasikan. Oleh karena itu perlu dilakukan rotasi terhadap matrik loading L

atau faktor pembobot untuk meningkatkan daya interpretasi. Rotasi yang

dilakukan adalah rotasi varimax. Hal ini dilakukan dengan cara merotasi matrik

loading L yang menghasilkan matrik loading baru L*, yaitu:

L* pxm =L pxm .T mxm

Di mana T adalah matrik transformasi yang dipilih sehingga TT’=T’T=1.

Dari perumusan di atas terlihat jelas bahwa rotasi merupakan suatu upaya

untuk menghasilkan matrik loading baru baru yang lebih mudah untuk

diinterpretasikan dengan cara mengalikan matrik loading awal dengan suatu

matrik transformasi yang bersifat orthogonal.

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 55: Sk 034291

50

Rotasi varimax merupakan rotasi yang membuat jumlah varians loading

faktor dalam masing-masing faktor akan menjadi maksimum. Metode rotasi ini

adalah memaksimalkan faktor pembobot dan mengakibatkan korelasi peubah-

peubah dengan suatu komponen utama kurang lebih mendekati 1, dan dengan

komponen yang lain mendekati nol, sehingga mudah diinterpretasikan.

3.2.4 Penerapan Analisis Komponen Utama dan Analisis Faktor

Dalam penelitian ini ada tujuh peubah awal yang masih saling

berkorelasi, yang kemudian akan direduksi dimensinya menjadi peubah baru

yang tidak saling berkorelasi dan disebut dengan faktor atau komponen

utama (principal component). Peubah awal tersebut antara lain:

1x = Lingkungan Daerah Asal

2x = Lingkungan Kota Salatiga

3x = Keluarga

4x = Teman

5x = Daya Tarik Kota

6x = Dorongan Internal

7x = Harapan Mendapat Sesuatu Yang Lebih Baik

Untuk membentuk peubah awal menjadi faktor atau kompon en utama,

maka harus dilakukan analisis komponen utama dan analisis f aktor. Langkah

awal analisis itu adalah denghan membuat ma trik korelasi (R). Namun

sebelumnya, korelasi dari tiap-tiap peubah ( xixjr ) disajikan sebagai berikut:

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 56: Sk 034291

51

xi x j

x1

x2

x3

x4

x5

x6

x7

x1 1 r12 r13 r14 r15 r16 r17

x2 r12 1 r23 r24 r25 r26 r27

x3 r13 r23 1 r34 r35 r36 r37

x4 r14 r24 r34 1 r45 r46 r47

x5 r15 r25 r35 r45 1 r56 r57

x6 r16 r26 r36 r46 r56 1 r67

x7 r17 r27 r37 r47 r57 r67 1

Nilai korelasi ( xixjr ) dapat dihitung dengan rumus:

( ) ( )å åå åå åå

--

-=

2222 xjxjnxixin

xjxixixjnrxixj , sehingga dapat diperoleh matriks

korelasi:

úúúúúúúúú

û

ù

êêêêêêêêê

ë

é

=

1

1

1

1

1

1

1

675747372717

675646362616

575645362515

474645352414

373635342313

272625242312

171615141312

rrrrrr

rrrrrr

rrrrrr

rrrrrr

rrrrrr

rrrrrr

rrrrrr

R pxp

Matriks korelasi ini harus merupakan matriks yang bukan identitas, oleh

karenanya harus diuji terlebih dahulu dengan menggunakan Uji Bartlett. Jika

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 57: Sk 034291

52

matriksnya terbukti bukan merupakan matriks identitas maka analisis selanjutnya

dapat dilakukan.

Untuk menentukan banyaknya komponen utama yang terbentuk, peneliti

menggunakan kriteria akar ciri yang lebih besar atau sama dengan satu ( 1³l ).

Melalui matriks korelasi akan diperoleh nilai akar ciri sebanyak jumlah peubah (p

peubah), dengan perhitungan:

0=- IR l , di mana R = matriks korelasi

I = matriks identitas.

Masing-masing akar ciri mempunyai vektor ciri ( ije ) sebanyak p akar ciri

yang diperoleh dengan perhitungan:

0)( =- ijeIR l , di mana R = matriks korelasi

I = matriks identitas

Dari p akar ciri yang diperoleh, akan didapat 1³l sebanyak k, yang

berarti terbentuk k komponen utama ( kY ):

pp xexexeY 12121111 ... +++=

pp xexexeY 22221212 ... +++=

. . . . . . . . . . . . pkpkkk xexexeY +++= ...2211

Setelah terbentuk komponen utama, akan dihitung KMO untuk mengetahui

apakah analisis faktor layak digunakan.

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 58: Sk 034291

53

3.2.5 Penamaan Faktor

Penamaan faktor didasarkan pada peubah-peubah yang mendominasi

tersebut. Syarat penamaan bersifat subyektif, bahkan ada juga faktor yang tidak

diberi nama karena peubah-peubah yang dominan pada faktor tidak memiliki ciri

yang khas.

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 59: Sk 034291

54

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kota Salatiga

Kota Salatiga terletak di tengah-tengah wilayah Kabupaten Semarang,

Jawa Tengah. Kota Salatiga beriklim tropis dan berhawa sejuk. Secara geografis

berada di daerah kaki Gunung Merbabu dan gunung-gunung kecil antara lain

Gajah Mungkur, Telomoyo dan Payung Rong sehingga tidak mengherankan jika

sekitar 65 persen relief Kota Salatiga merupakan daerah bergelombang. Kota

Salatiga dibatasi beberapa kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten

Semarang. Batas-batas tersebut adalah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara :

- Kecamatan Pabelan: Desa Pabelan dan Desa Pejaten.

- Kecamatan Tuntang : Desa Kesongo dan Desa Watu Agung.

b. Sebelah Timur :

- Kecamatan Pabelan : Desa Ujung-ujung, Desa Sukoharjo dan Desa

Glawan.

- Kecamatan Tengaran : Desa Bener, Desa Tegal Waton dan Desa

Nyamat.

c. Sebelah Selatan :

- Kecamatan Getasan : Desa Sumogawe, Desa Samirono dan Desa Jetak.

- Kecamatan Tengaran : Desa Patemon dan Desa Karang Duren.

d. Sebelah Barat :

- Kecamatan Tuntang : Desa Candirejo, Desa Jombor, Desa Sraten dan

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 60: Sk 034291

55

Desa Gedongan.

- Kecamatan Getasan : Desa Polobogo.

Secara administratif Kota Salatiga terbagi menjadi empat kecamatan yaitu

Argomulyo, Tingkir, Sidorejo dan Sidomukti. Dari empat kecamatan itu terbagi

dalam 22 kelurahan. Luas wilayah Kota Salatiga pada tahun 2005 sebesar 56.781

km². Luas yang ada terdiri dari 8.036 km² (14,15 persen) lahan sawah dan 46.788

km² (82,40 persen) bukan lahan sawah, sisanya merupakan lahan lainnya.

Menurut penggunaannya, sebagian besar lahan sawah digunakan sebagai lahan

sawah berpengairan teknis (46,54 persen).

Tahun 2005, jumlah penduduk Kota Salatiga sebesar 176.090 jiwa. Jumlah

penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk laki- laki. Hal

ini ditunjukkan oleh rasio jenis kelamin (rasio jumlah penduduk laki- laki terhadap

jumlah penduduk perempuan) sebesar 93,88 persen. Penduduk Kota Salatiga

belum menyebar secara merata di seluruh wilayah Kota Salatiga. Umumnya,

penduduk lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan pedesaan. Secara rata-

rata, kepadatan penduduk Kota Salatiga tercatat sebesar 2.578 jiwa setiap

kilometer persegi. Tahun 2005, rata-rata penduduk per rumah tangga di Kota

Salatiga tercatat sebesar 4,61 jiwa.

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 61: Sk 034291

56

SLTASLTPSD

Tingkat Sekolah

70

60

50

40

30

20

10

0

Pe

rse

nta

se

17.99%15.83%

66.19%

Gambar 6. Persentase jumlah sekolah menurut tingkat sekolah di Kota Salatiga tahun 2005

Sumber: BPS Kota Salatiga

Suatu penyelenggaraan pendidikan membutuhkan sarana dan prasana

sekolah baik yang disediakan oleh swasta maupun pemerintah. Jumlah SLTA baik

negeri maupun swasta di Kota Salatiga pada tahun 2005 berjumlah 25 sekolah.

Dari hasil pengolahan di atas, persentase SD merupakan yang terbanyak di Kota

Salatiga yaitu sebesar 66,19 persen, di tingkat SLTP paling sedikit yaitu 15,83

persen, akan tetapi di tingkat SLTA lebih besar dari SLTP yaitu sebesar 17,99

persen. Keadaan ini wajar karena dengan masuknya siswa SLTA dari Kabupaten

di sekitar Kota Salatiga, tentunya akan menambah jumlah murid dan

membutuhkan sarana tempat belajar yang lebih banyak.

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 62: Sk 034291

57

40.0%

25.0%

35.0%

SLTA

SLTP

SDTingkat Sekolah

Gambar 7. Persentase guru menurut tingkat sekolah di Kota Salatiga tahun 2005

Sumber: BPS Kota Salatiga

Guru atau pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas

merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil

pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan

penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

Dari hasil pengolahan mengenai persentase guru menurut tingkat sekolah

di Kota Salatiga tahun 2005, terlihat bahwa persentase guru yang terbanyak

adalah di tingkat SLTA sementara guru di tingkat SLTP hanya 25 persen, paling

sedikit dibandingkan dengan persentase guru di tingkat SD dan SLTA yang

masing-masing mempunyai persentase 35 persen dan 40 persen. Banyaknya guru

di tingkat SLTA ini, disesuaikan jumlah murid dan jumlah SLTA yang memang

lebih banyak dibandingkan SLTP agar kegiatan belajar mengajar menjadi lancar.

Selain itu proses kegiatan belajar mengajar pada tingkat SLTA membutuhkan

guru yang lebih spesifik untuk suatu mata pelajaran, di mana seorang guru

biasanya hanya mengajar satu mata pelajaran tertentu, sehingga membutuhkan

jumlah guru yang lebih banyak. Hal ini berbeda dengan apa yang terjadi di tingkat

SD, di mana seorang guru dapat mengajar beberapa mata pelajaran.

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 63: Sk 034291

58

4.2 Gambaran Umum SMA Negeri 1 Salatiga

SMA N 1 Salatiga didirikan pada tanggal 1 agustus 1954 dengan lokasi

semula bertempat di Jl. Diponegoro no 39 Salatiga. Namun seiring dengan

perubahan waktu maka SMA N 1 Salatiga dipindahkan ke Jl. Kemiri no 1

Salatiga. Lokasi SMA N 1 Salatiga memang cukup strategis. Bertempat di

kawasan pintu kota dekat dengan jalan utama Semarang-Solo, sehingga

memudahkan sarana transportasi bagi siapa saja yang ingin mengunjungi SMA N

1 Salatiga. Selain itu SMA N 1 Salatiga diminati oleh siswa di luar Kota Salatiga

yang umumnya berasal dari Kabupaten Semarang dan Kabupaten Boyolali.

SMA N 1 Salatiga ditunjuk oleh Dirjen Dikmenum sebagai Sekolah

piloting untuk pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) bersama 40

sekolah di seluruh Indonesia, dan sekarang ditunjuk lagi sebagai sekolah rintisan

Sekolah Nasional Berstandar Internasional (SNBI) bersama 10 Sekolah di Jawa

Tengah. Ini merupakan suatu prestasi besar besar sekaligus amanat yang

dilaksanakan sebaik-baiknya guna mewujudkan visi dan misi SMA N 1 Salatiga

serta tujuan bangsa yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

SMA N 1 Salatiga dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang

pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).

Berikut adalah fasilitas yang tersedia di SMA N 1 Salatiga:

1. 30 ruang kelas

Tiap ruang kelas memiliki daya tampung untuk 40 siswa dilengkapi

dengan white board dan lemari yang berisi dengan perlengkapan

penunjang KBM.

2. Enam ruang lab Ilmu Pengetahuan alam (IPA)

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 64: Sk 034291

59

Masing-masing mata pelajaran (mapel) IPA memiliki 2 lab

· Lab Fisika.

Lab fisika selain dilengkapi dengan bahan dan peralalatan praktikum fisika

(Mekanika, Gelombang, Optik, Listrik Magnet) juga dilengkapi dengan

fasilitas TV, VCD player dan CD pembelajaran dari Departemen

Pendidikan Nasional

· Lab Kimia

Lab Kimia selain dilengkapi bahan dan peralatan penunjang praktikum

kimia, juga dilengkapi dengan media pembelajaran elektronik berupa CD

pembelajaran. Adapun praktikum yang dapat dilaksanakan di lab Kimia

SMA N 1 Salatiga adalah sebagai berikut:

1. Untuk kelas X

a. Perubahan materi

b. Pemisahan campuran

c. Uji larutan elektrolit

2. Untuk kelas XI

a. Kalorimeter

b. Membuat larutan

c. Faktor- faktor yang mempengaruhi laju reaksi

3. Untuk kelas XII

a. Penurunan titik beku

b. Titrasi yodiometri

c. Elektrolisis

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 65: Sk 034291

60

· Lab Biologi

Lab Biologi SMA N 1 Salatiga menempati dua ruang, selain itu lab biologi

dilengkapi dengan peralatan dan bahan penunjang praktek biologi seperti

manakin organ tubuh dan tengkorak, mikroskop, dan peralatan peraga

lainnya.

· Dua ruang lab Bahasa

Menempati gedung berlantai dua. Satu ruangan merupakan ruang lab

bahasa dengan fasilitas TV, VCD player, CD pembelajaran, dan

perlengkapan lab bahasa. Satu ruang lagi dilengkapi dengan 40 unit

komputer yang terjaring dengan sebuah unit komputer server.

· Tiga ruang multimedia

Perlengkapan standar ruang multimedia di SMA N 1 Salatiga adalah OHP,

white board, TV, VCD player, komputer yang terhubung dengan internet

dan LCD proyektor. Ruang multimedia ini digunakan untuk pembelajaran

dan pelatihan siswa dalam rangka persiapan untuk mengikuti lomba- lomba

karya siswa yang membutuhkan ketrampilan presentasi.

· Empat Ruang Lab Komputer

Satu Ruang lab Komputer dasar dengan 40 unit komputer Pentium III

dengan ruang ber AC.

Satu Ruang lab Komputer Internet dengan 20 unit komputer Pentium IV

dengan ruang ber AC.

Satu Ruang lab Komputer IPA dengan 20 unit komputer.

Satu Ruang lab Komputer pelatihan dengan 9 unit komputer Pentium IV.

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 66: Sk 034291

61

· Perputakaan

Perpustakaan SMA N 1 Salatiga dilengkapi dengan lebih dari 5000

eksemplar koleksi buku sastra, filosofi, pengetahuan alam, pengetahuan

sosial, agama dan ensiklopedia serta ditunjang dengan berlangganan

majalah serta beberapa surat kabar lokal. Ruang perpustakaan juga

dilengkapi dengan TV dan VCD player serta CD bahan ajar serta 1 unit

komputer yang terhubung dengan internet.

· Kantin

SMA N 1 Salatiga dilengkapi dengan 4 kantin untuk menunjang

kebutuhan siswa dan guru selama proses KBM berlangsung.

· Koperasi

Koperasi SMA N 1 Salatiga selain melayani kebutuhan siswa, dan guru

juga melayani kebutuhan masyarakat di sekitar SMA N 1 Salatiga.

Koperasi SMA N 1 Salatiga bergerak dalam bidang konsumsi (kebutuhan

siswa dan umum) dan simpan pinjam (untuk guru dan karyawan).

Koperasi memiliki dua kios yaitu satu kios berada di dalam lingkungan

sekolah (untuk melayani kebutuhan siswa dan guru) dan satu kios lagi

berada di bagian depan SMA N 1 Salatiga.

· Masjid

Masjid SMA N 1 Salatiga dikelola oleh siswa di bawah tanggung jawab

guru agama. Selain digunakan untuk ibadah sering juga digunakan untuk

pusat kegiatan siswa yang berkaitan dengan keagamaan. Masjid SMA N 1

Salatiga juga dilengkapi mini perpustakaan.

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 67: Sk 034291

62

· Ruang Ibadah

Ruangan ini digunakan untuk guru dan siswa Kristiani untuk beribadah.

· Lapangan Olah Raga

· Lapangan Basket

· Ruang Serba Guna

Ruangan dengan daya tampung 400 orang ini sering digunakan untuk

ruang olahraga indoor, pentas seni dan rapat orangtua /wali siswa dengan

pihak sekolah dan komite.

· Kamar Kecil

Terdapat 20 unit kamar kecil untuk siswa dan 5 unit untuk guru dan

karyawan. Jumlah ini memang cukup banyak namun ini merupakan hal

yang relatif karena mengingat jumlah karyawan, guru dan siswa lebih dari

1.000 orang.

· Tempat Parkir

SMA N 1 Salatiga memiliki tiga lokasi parkir di lingkungan sekolah. Dua

lokasi untuk parkir siswa, dan satu lokasi untuk kendaraan guru karyawan

serta tamu yang berkunjung.

· Mobil Sekolah

SMA N 1 Salatiga juga memiliki satu unit mobil operasional sekolah yang

digunakan untuk keperluan guru, karyawan dan siswa.

· Motor Sekolah

Selain mobil, SMA N 1 Salatiga juga memiliki motor operasional yang

digunakan untuk mobilitas para guru maupun karyawan.

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 68: Sk 034291

63

Mulai tahun ajaran 2006/2007 SMA N 1 Salatiga menambah beberapa

ekstrakurikuler wajib dalam menunjang kegiatan siswa sepulang sekolah,

diantaranya adalah, ekstrakurikuler perakitan komputer dan pelatihan internet.

Ekstrakurikuluer perakitan komputer diwajibkan pada siswa yang berada di kelas

XI. Tujuan dari ekstrakurikuler ini adalah meningkatkan pemahaman siswa dalam

bidang Teknologi Informasi (TI), mengingat pada suatu pelajaran mereka sudah

dikenalkan dengan program-program TI. Maka untuk menunjang pengetahuan

mereka akan komputer, diadakan ekstrakurikuler perakitan komputer dengan

harapan siswa mampu merakit komputer, memahami kerusakan yang sering

terjadi pada komputer baik perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak

(software).

Untuk semester pertama siswa dilatih merakit dan meng-install dengan

panduan guru pembimbing, kemudian hasil pelatihan itu mereka lanjutkan di

semester kedua dengan mengadakan satu unit komputer untuk kelas kemudian

digunakan untuk model pelatihan sekaligus penilaian. Pengadaan satu unit

komputer ini dilakukan dengan cara swadaya siswa sehingga melibatkan siswa

untuk bertanggung jawab dalam pengelolaan dan penggunaan komputer tersebut

hingga mereka lulus dari SMA N 1 Salatiga.

4.3 Karakteristik dan Deskripsi Siswa Pelaku Mobilitas Ulang Alik 4.3.1 Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin Siswa SMA Negeri 1 Salatiga kelas X dan XI yang diteliti sebagai

responden berjumlah 100 siswa, terdiri dari siswa yang berasal dari Kabupaten

Semarang dan Kabupaten Boyolali.

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 69: Sk 034291

64

Tabel 3. Persentase siswa pelaku mobilitas ulang alik menurut tempat tinggal dan jenis kelamin

Jenis Kelamin

Tempat Tinggal Laki-laki Perempuan Total

(1) (2) (3) (4)

Kab. Semarang 31 (31%) 59 (59%) 90 (90%)

Kab. Boyolali 4 (4%) 6 (6%) 10 (10%)

Total 35 (35%) 65 (65%) 100 (100%)

Dari hasil pengolahan dapat diketahui bahwa persentase siswa

berdasarkan jenis kelamin adalah 35 persen laki- laki dan 65 persen perempuan.

Ini berarti sebagian besar responden adalah perempuan. Penduduk laki- laki secara

relatif memang lebih banyak melakukan perpindahan daripada penduduk

perempuan. Namun demikian, proporsi migran wanita mulai meningkat. Sebuah

penelitian di Amerika Latin (Todaro, 1983 dalam Syafiuddin, 1985),

menunjukkan bahwa dewasa ini perempuan merupakan mayoritas dalam arus

migrasi.

Daerah asal siswa dilihat dari kabupaten tempat tinggal yang bersangkutan

terdiri dari Kabupaten Semarang dan Kabupaten Boyolali. Dari hasil pengolahan

terlihat bahwa sebagian besar siswa berasal dari Kabupaten Semarang yaitu

sebesar 90 persen, jauh di atas Kabupaten Boyolali yang hanya 10 persen. Hal ini

sesuai dengan the seven laws of population mobility (Ravenstein,1885 dalam

Manacika, 2001) yang menyatakan bahwa banyak migran berpindah ke jarak yang

dekat. Dari segi jarak, Kabupaten Semarang lebih dekat daripada Kabupaten

Boyolali, karena secara geografis Kota Salatiga dikelilingi sepenuhnya oleh

wilayah Kabupaten Semarang. Dengan demikian arus migrasi dari Kabupaten

Semarang ke Kota Salatiga bisa terjadi dari segala arah.

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 70: Sk 034291

65

4.3.2 Asal SLTP

Beberapa siswa yang melakukan mobilitas ulang alik ternyata sudah

melakukannya semenjak di tingkat sekolah sebelumnya yaitu ketika bersekolah di

SLTP.

Tabel 4. Jumlah siswa pelaku mobilitas ulang alik menurut asal SLTP dan tempat tinggal.

Tempat Tinggal Asal SLTP

Kabupaten Boyolali Kabupaten Semarang Total

(1) (2) (3) (4)

Kabupaten Boyolali 8 11 19

Kabupaten Semarang 1 56 57

Kota Salatiga 1 22 23

Lainnya 0 1 1

Total 10 90 100

Dari hasil pengolahan di atas menunjukkan bahwa dari 90 siswa yang

tinggal di Kabupaten Semarang, 22 orang di antaranya telah melakukan mobilitas

ulang alik ke Kota Salatiga sejak bersekolah di tingkat SLTP. Sementara itu

siswa yang tinggal di Kabupaten Boyolali dan telah melakukan mobilitas ulang

alik ke Kota Salatiga sejak SLTP hanya satu orang. Akan tetapi ternyata ada juga

siswa dari Kabupaten Semarang yang sejak dari SLTP sudah melakukan mobilitas

ulang alik ke Kabupaten Boyolali.

Tabel 5. Jumlah siswa asal Kabupaten Semarang yang melakukan mobilitas ulang alik ke Kabupaten Boyolali sejak SLTP menurut kecamatan

Hal ini terjadi karena Kabupaten Semarang juga berbatasan langsung

dengan Kabupaten Boyolali sehingga beberapa siswa SLTP yang tinggal di

Asal Kecamatan

Tengaran Kaliwungu Total

(1) (2) (3)

9 2 11

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 71: Sk 034291

66

kecamatan yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Boyolali ada yang

melakukan mobilitas ulang alik ke Kabupaten Boyolali. Hal tersebut ditunjukkan

pada hasil pengolahan yang ada pada tabel 7 yang memperlihatkan bahwa dari 11

siswa yang melakukan mobilitas ulang alik ke Kabupaten Boyolali sejak SLTP,

semua siswa berasal dari Kecamatan yang berbatasan langsung dengan Kabupaten

Boyolali, yaitu Kecamatan Tengaran dan Kaliwungu.

Tabel 6. Jumlah siswa asal Kabupaten Semarang yang melakukan mobilitas ulang alik ke Kota Salatiga sejak SLTP menurut kecamatan

Asal Kecamatan

Getasan Pabelan Tuntang Tengaran Lainnya Total

(2) (3) (6) (7) (8) (9)

1 5 5 4 7 22

Hasil pengolahan yang ditunjukkan tabel 8, menunjukkan bahwa dari 22

siswa yang melakukan mobilitas ulang alik dari Kabupaten Semarang ke Kota

Salatiga sejak SLTP, 15 di antaranya tinggal di Kecamatan yang berbatasan

langsung dengan wilayah Kota Salatiga, seperti Kecamatan Getasan, Pabelan,

Tuntang dan Tengaran, sementara hanya 7 siswa saja yang tinggal di Kecamatan

yang tidak berbatasan langsung dengan wilayah Kota Salatiga. Hal ini

menunjukkan bahwa semenjak SLTP, sebagian besar siswa sudah melakukan

mobilitas ulang alik meskipun pada jarak yang relatif dekat.

4.3.3 Lama Perjalanan Lama perjalanan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap siswa.

Apalagi bagi siswa SMA N 1 Salatiga yang terikat dengan waktu, di mana jam

pelajaran dimulai sejak pukul 07.00 pagi. Lama perjalanan yang dialami siswa

sangat bervariasi tergantung jauh dekatnya daerah asal dengan daerah yang dituju

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 72: Sk 034291

67

dan fasilitas transportasi untuk menuju ke daerah tujuan migran. Lamanya

perjalanan juga dapat mengindikasikan jarak yang ditempuh, artinya semakin

lama waktu perjalanan, biasanya semakin jauh pula jarak yang ditempuh

meskipun tidak semuanya demikian karena hal tersebut bergantung pada hal-hal

lain seperti kelancaran transportasi.

Dari hasil pengolahan terlihat bahwa sebanyak 58 persen siswa menempuh

perjalanan kurang dari atau sama dengan setengah jam. Dan hanya ada satu persen

saja yang melakukan perjalanan selama dua jam.

2 jam1 jam0,75 jam<=0,5 jam

Lama Perjalanan

60

50

40

30

20

10

0

Pe

rse

nta

se

1.0%

18.0%23.0%

58.0%

Gambar 8. Persentase lama perjalanan siswa pelaku mobilitas ulang alik

Semakin lama waktu perjalanan yang ditempuh, semakin sedikit jumlah

migran. Hal ini menunjukkan bahwa siswa cenderung berpindah tempat ke jarak

yang terdekat sesuai dengan the seven laws of population mobility oleh

Ravenstein (1885) dalam LDFEUI (2000) yang menyatakan bahwa migran

berpindah ke jarak yang terdekat.

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 73: Sk 034291

68

Tabel 7. Jumlah siswa pelaku mobilitas ulang alik menurut keaktifan di organisasi sekolah dan lama perjalanan

Lama Perjalanan Keaktifan di Organisasi <=0,5 jam 0,75 jam 1 jam 2 jam Total

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Aktif 24 11 7 1 43 (43%)

Tidak aktif 34 12 11 0 57 (57%)

Total 58 (58%) 23 (23%) 18 (18%) 1 (1%) 100

Mengikuti organisasi sekolah dapat menjadi wadah penyaluran bakat dan

minat, selain itu dapat mempererat rasa kebersamaan di antara siswa. Namun bagi

siswa pelaku mobilitas ulang alik, harus didukung dengan kesiapan mental

maupun fisik Karena sebagai siswa pelaku mobilitas ulang alik, harus

mempertimbangkan jarak antara rumah ke sekolah serta waktu perjalanan dari

rumah ke sekolah. Dengan aktif di organisasi, akan menyita waktu dan tenaga

yang tidak sedikit, apalagi banyak kegiatan organisasi dilaksanakan setelah pulang

sekolah. Dilihat dari segi keaktifan di organisasi sekolah, berdasarkan hasil

pengolahan terlihat bahwa sebagian besar yaitu sebanyak 57 persen siswa, tidak

pernah/sedang aktif di organisasi sekolah. Dari 43 responden yang aktif di

organisasi sekolah, sebagian besar menempuh perjalanan ulang alik selama £

setengah jam yaitu sebanyak 24 orang.

4.3.4 Kendaraan yang Digunakan Kendaraan merupakan faktor yang turut berpengaruh pada lama perjalanan

yang ditempuh. Dari hasil pengolahan terlihat bahwa 86 persen siswa

menggunakan kendaraaan umum untuk melakukan mobilitas ulang alik,

sedangkan 14 persen siswa menggunakan kendaraan pribadi. Kendaraan pribadi

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 74: Sk 034291

69

yang digunakan biasanya adalah sepeda motor. Sementara untuk kendaraan umum

biasanya dengan menggunakan bus jurusan Solo-Semarang.

14.0%

86.0%

Kendaraan Pribadi

Kendaraan Umum

Kendaraan YangDigunakan

Gambar 9. Persentase siswa pelaku mobilitas ulang alik menurut kendaraan yang digunakan

4.3.5 Siswa Pelaku Mobilitas Ulang Alik Menurut Kendaraan yang

Digunakan dan Lama Perjalanan

Berdasarkan tabel persentase siswa menurut kendaraan yang digunakan

dan lama perjalanan, terlihat bahwa dari 86 siswa yang menggunakan kendaraan

umum, 53,49 persen di antaranya melakukan perjalanan dalam waktu £ setengah

jam.

Tabel 8. Persentase siswa pelaku mobilitas ulang alik menurut kendaraan yang digunakan dan lama perjalanan

Lama Perjalanan Kendaraan Yang Digunakan <=0,5 jam 0,75 jam 1 jam 2 jam Total

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Kendaraan Umum

46 (53,49%)

21 (24,41%) 18 (20,9%) 1 (1,2%)

86 (100%)

Kendaraan Pribadi

12 (85,71%) 2 (14,29%) 0 (0%) 0 (0%)

14 (100%)

Persentase ini lebih kecil ketika dibandingkan dengan waktu perjalanan

yang ditempuh oleh responden yang menggunakan kendaraan pribadi. Di mana

85,71 persen responden yang menggunakan kendaraan pribadi, menempuh

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 75: Sk 034291

70

perjalanan dalam waktu £ setengah jam. Keadaan ini wajar karena dengan

menggunakan kendaraan pribadi, waktu yang dibutuhkan selama perjalanan lebih

sedikit. Bahkan berdasarkan tabel 10, tidak ada siswa yang menggunakan

kendaraan pribadi dengan menempuh waktu satu jam dan dua jam. Dapat

dikatakan bahwa menggunakan kendaraan pribadi lebih efisien dari segi waktu

sehingga dapat memperkecil peluang untuk terlambat masuk sekolah.

4.3.6 Keterpaksaan dan Asal Keinginan Bersekolah di Kota Salatiga.

Setiap keputusan yang telah diambil harus dijalankan dengan baik.

Bersekolah di tempat yang cukup jauh dari tempat tinggal bukanlah suatu hal

yang mudah. Perlu adanya kesadaran dari diri sendiri maupun dorongan orang tua

agar siswa tetap bersemangat belajar.

Tabel 9. Jumlah siswa pelaku mobilitas ulang alik menurut keterpaksaan dan asal keinginan untuk sekolah di Kota Salatiga.

Terpaksa Bersekolah di Salatiga

Asal Keinginan Bersekolah di

Salatiga Ya Tidak

Total

(1) (2) (3) (4)

Diri Sendiri 0 51 51 (51%)

Orang Tua 2 15 17 (17%) Diri Sendiri dan Orang Tua

1 28 29 (29%)

Lainnya 1 2 3 (3%)

Total 4 (4%) 96 (96%) 100 (100%)

Adanya keterpaksaan untuk bersekolah di suatu tempat tertentu dapat

mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan seperti menurunnya prestasi belajar,

atau munculnya dorongan untuk membolos sekolah. Dari tabel di atas terlihat

bahwa ternyata 96 persen responden tidak merasa ada paksaan untuk mengenyam

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 76: Sk 034291

71

pendidikan di Salatiga. Keinginan bersekolah di Kota Salatiga sebagian besar

berasal dari sendiri.

4.3.7 Siswa Pelaku Mobilitas Ulang Alik Menurut Kendaraan yang

Digunakan dan Keterlambatan dalam Dua Minggu Terakhir Siswa yang menggunakan kendaraan pribadi akan lebih leluasa dalam hal

perjalanan dibandingkan dengan yang menggunakan kendaraan umum. Bahkan

dengan jarak tempuh yang sama, perjalanan siswa yang menggunakan kendaraan

umum akan lebih lama daripada siswa yang menggunakan kendaraan pribadi.

Sehingga peluang siswa yang menggunakan kendaraan pribadi untuk terlambat

masuk sekolah akan lebih kecil daripada siswa yang menggunakan kendaraan

umum.

Tabel 10. Jumlah siswa pelaku mobilitas ulang alik menurut kendaraan yang digunakan dan keterlambatan dalam dua minggu terakhir.

Pernah Terlambat Dalam Dua Minggu Terakhir Kendaraan Yang

Digunakan Ya Tidak Total

(1) (2) (3) (4)

Kendaraan Umum 25 61 86

Kendaraan Pribadi 2 12 14

Total 27 73 100

Dari hasil pengolahan terlihat bahwa dari 86 siswa yang menggunakan

kendaraan umum, 25 diantaranya pernah terlambat dalam dua minggu terakhir,

sementara dari 14 siswa yang menggunakan kendaraan pribadi, hanya ada dua

orang siswa yang pernah terlambat dalam dua minggu terakhir.

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 77: Sk 034291

72

4.3.8 Siswa Pelaku Mobilitas Ulang Alik Menurut Lama Perjalanan dan Keterlambatan dalam Dua Minggu Terakhir

Dari hasil pengolahan terlihat bahwa hampir setengah dari total 27 siswa

yang pernah terlambat dalam dua minggu terakhir, melakukan perjalanan dari

tempat tinggalnya selama setengah jam yaitu sebanyak 13 siswa. Hanya enam

orang saja yang pernah terlambat dari 18 siswa yang melakukan perjalanan selama

satu jam. Di antara siswa yang melakukan perjalanan selama satu jam dan dua

jam, tidak ada seorangpun yang pernah terlambat dalam dua minggu terakhir, hal

ini menunjukkan adanya disiplin yang cukup baik dari siswa tersebut.

Tabel 11. Jumlah siswa pelaku mobilitas ulang alik menurut lama perjalanan dan keterlambatan dalam dua minggu terakhir

Pernah Terlambat Dalam Dua Minggu Terakhir Total

Lama Perjalanan ya Tidak

(1) (2) (3) (4)

<=5 jam 13 45 58

0,75 jam 8 15 23

1 jam 6 12 18

2 jam 0 1 1

Total 27 73 100

Bemacam-macam alasan mengapa siswa yang melakukan mobilitas ulang

alik ini terlambat masuk sekolah. Dari gambar 10 terlihat bahwa 44,44 persen

siswa yang pernah terlambat dalam dua minggu terakhir mempunyai alasan bahwa

keterlambatan itu karena masalah transportasi.

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 78: Sk 034291

73

7.41% 3.7%

25.93%

62.96%

Pers

en

tase

70.0%

60.0%

50.0%

40.0%

30.0%

20.0%

10.0%

Jumlah Keterlambatan Dalam Dua MingguTerakhir

4 kali3 kali2 kali

0.0%

1 kali

14.81%

44.44%40.74%

Per

sen

tase

50.0%

40.0%

30.0%

20.0%

10.0%

Alasan Terlambat

LainnyaTransportasiSusah

0.0%

BangunKesiangan

Gambar 10. Persentase alasan keterlambatan siswa pelaku mobilitas ulang alik

Di samping masalah transportasi, ada juga 40,74 persen siswa yang pernah

terlambat dalam dua minggu terakhir beralasan bahwa keterlambatan itu

dikarenakan bangun kesiangan dan 14,81 persen siswa yang pernah terlambat

dalam dua minggu terakhir mengatakan alasan lainnya. Alasan lainnya di

antaranya adalah karena banyak tugas yang belum dikerjakan, sehingga mereka

terpaksa mengerjakan terlebih dahulu di rumah menjelang berangkat sekolah.

Gambar 11. Persentase siswa pelaku mobilitas ulang alik menurut banyaknya keterlambatan dalam dua minggu terakhir

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 79: Sk 034291

74

Sementara itu berdasarkan gambar 11 mengenai banyaknya keterlambatan

dalam dua minggu terakhir, terlihat bahwa sebagian besar siswa yang pernah

terlambat, hanya mengalami satu kali terlambat dalam dua minggu terakhir

dengan persentase sebesar 62,96 persen. Persentase siswa yang terlambat terus

menurun sampai pada jumlah keterlambatan sebanyak empat kali, di mana

persentase siswa yang terlambat sebanyak empat kali dalam dua minggu terakhir

hanya 3,7 persen.

4.4 Analisis Alasan Melakukan Mobilitas Ulang Alik ke Salatiga

Analisis komponen utama dan analisis faktor merupakan suatu rangkaian

analisis di mana analisis faktor merupakan kelanjutan dari analisis komponen

utama.

4.4.1 Uji Kaiser-Myer Olkin (KMO) dan Bartlett Analisis komponen utama dapat dilanjutkan ke analisis faktor jika ukuran

kecukupan sampel terpenuhi. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 12.

Tabel 12. Uji KMO dan Bartlett

Dari lampiran output SPSS diketahui bahwa nilai KMO adalah sebesar

0,594. Dengan demikian data cukup baik untuk dianalisis menggunakan analisis

faktor. Dengan Bartlett’s Test of Sphericity Approx Chi-Square sebesar 143,112

pada derajat bebas 21 dan tingkat signifikansi 0,000. Taraf signifikansi jauh di

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. ,594

Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square

143,112

Df 21

Sig. ,000

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 80: Sk 034291

75

bawah alpha 0,05 (eror yang dijelaskan sebesar 5 persen), maka hipotesis bahwa

variabel tidak saling berkorelasi ditolak, berarti peubah-peubah yang digunakan

memang berkorelasi, serta matrik korelasi bukan merupakan matrik identitas. Hal

ini menunjukkan bahwa peubah-peubah sudah cukup untuk dilakukan analisis

faktor.

4.4.2 Keluaran Matriks Anti-Image Langkah selanjutnya dalam analisis komponen utama adalah melihat

matriks Anti-image yang dipakai untuk melihat peubah mana saja yang

dikeluarkan karena tidak dapat diprediksi dan tidak dapat dianalisis lebih lanjut.

Pada diagonal utama terdapat nilai Measure of Adequacy Sampling (MSA).

Peubah yang memiliki MSA di bawah 0,5 tidak akan dianalisis lebih lanjut.

Tabel 13. Nilai MSA peubah

Peubah Nilai MSA

(1) (2)

Lingkungan Daerah Asal 0,684

Lingkungan Kota Salatiga 0,600

Keluarga 0,596

Teman 0,577

Daya Tarik Kota 0,529

Dorongan Internal 0,631 Harapan Mendapat Sesuatu Yang Lebih Baik 0,618

Dari keluaran Matriks Anti-Image, ternyata semua peubah memiliki nilai

MSA ³ 0,5 sehingga analisis komponen utama dapat dilanjutkan dengan

melibatkan semua peubah tersebut.

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 81: Sk 034291

76

4.4.3 Keluaran Komunalitas (communalities) Untuk melihat seberapa besar keragaman data variabel awal yang dapat

dijelaskan oleh komponen utama yang terbentuk, digunakan komunalitas

(communalities).

Tabel 14. Komunalitas Peubah Komunalitas

(1) (2)

Lingkungan Daerah Asal 0,559

Lingkungan Kota Salatiga 0,814

Keluarga 0,762

Teman 0,746

Daya Tarik Kota 0,779

Dorongan Internal 0,522 Harapan Mendapat Sesuatu Yang Lebih Baik 0,664

Dari hasil keluaran komunalitas, peubah dorongan internal menunjukkan

nilai komunalitas terkecil, yaitu sebesar 0,522, artinya sekitar 52,2 persen varians

dari peubah dorongan internal yang dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk,

sedang 47,8 persen varians dari peubah dorongan internal dijelaskan oleh faktor-

faktor lainnya yang belum tercakup dalam penelitian ini.

Sementara nilai komunalitas terbesar ditunjukkan oleh peubah lingkungan

Kota Salatiga yaitu sebesar 0,814, artinya sekitar 81,4 persen varians dari peubah

keluarga yang dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk sementara 18,6 persen

lainnya dijelaskan oleh komponen lain. Semakin besar nilai dari komunalitas

maka semakin baik analisis komponen utama karena semakin besar karakteristik

variable asal yang dapat diwakili oleh komponen utama yang terbentuk.

Keseluruhan nilai komunalitas peubah di atas 0,5. Berarti peubah-peubah yang

digunakan dalam penelitian ini memiliki hubungan yang relatif kuat dengan

komponen utama yang terbentuk.

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 82: Sk 034291

77

4.4.4 Keluaran Total Varians yang Diterangkan (Total Variance Explained)

Dari tujuh peubah yang digunakan, akan dibentuk komponen utama atau

faktor. Untuk mengetahui banyak faktor yang terbentuk dapat dilihat dari tabel

Total Variance Explained (lampiran). Dari tabel tersebut dapat dilihat akar ciri

yang dihasilkan oleh setiap komponen utama yang terbentuk. Dalam penelitian ini

pembentukan faktor didasarkan pada nilai akar ciri (eigen value) yang lebih besar

dari 1. Maka dengan melihat akar ciri yang menunjukkan peran setiap komponen

terhadap total keragaman/varians, diperoleh tiga komponen utama yang

mempunyai akar ciri lebih dari 1. Ketiga komponen mampu menerangkan

keragaman total sebesar 69,905 persen.

Tabel 15. Total varians yang diterangkan (total variance explained) Sebelum Rotasi Sesudah Rotasi

Komponen Eigen Value Varians Kumulatif Varians Kumulatif

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 2,404 34,346 34,346 24,986 24,987

2 1,262 18,029 52,375 23,335 47,321

3 1.180 16,852 69,227 21,906 69,227

Komponen pertama dapat menerangkan keseluruhan keragaman peubah

sebesar 34,346 persen, komponen kedua sebesar 18,029 persen dan komponen

ketiga sebasar 16,852 persen. Sehingga dengan tiga komponen utama yang

terbentuk dapat menerangkan keragaman peubah asli sebesar 69,227 persen.

Persentase kumulatif keragaman yang hanya sebesar 69,227 persen

mengindikasikan bahwa masih terdapat beberapa faktor lain yang belum tercakup

dalam penelitian ini. Setelah dilakukan rotasi, proporsi keragaman data yang

dijelaskan oleh tiap komponen menjadi lebih merata. Komponen utama yang

pertama mampu menerangkan keragaman data sebesar 34,346 persen menurut

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 83: Sk 034291

78

metode ekstraksi dengan analisis komponen utama (sebelum rotasi), dan dengan

analisis faktor (setelah rotasi), keragaman data awal dapat dijelaskan sebesar

24,987 persen.

Komponen utama kedua menerangkan keragaman data awal dengan

proporsi sebesar 18,029 persen (sebelum rotasi), sementara sesudah rotasi

komponen kedua mampu menerangkan keragaman data awal dengan proporsi

sebesar 23,335 persen.

Komponen utama ketiga mampu menerangkan keragaman data sebesar

16,852 persen menurut metode ekstraksi dengan analisis komponen utama

(sebelum rotasi), dan dengan analisis faktor (setelah rotasi), keragaman data awal

dapat dijelaskan sebesar 21,906 persen. Dengan makin meratanya proporsi

keragaman data setelah dilakukan rotasi menunjukkan bahwa keseragaman data

awal yang dijelaskan oleh masing-masing komponen utama menjadi maksimal.

4.5 Penentuan Faktor Alasan Melakukan Mobilitas Ulang Alik ke Kota Salatiga

Setelah terbentuk komponen utama, maka dapat dilihat hubungan antara

peubah awal dengan masing-masing komponen utama. Dari Keluaran matriks

komponen terlihat bahwa peubah-peubah terdistribusi ke dalam tiga faktor yang

terbentuk (lampiran). Angka-angka pada keluaran tersebut adalah faktor

pembobot (loading factor), yang menunjukkan besar korelasi antara peubah asal

dengan faktor satu atau faktor dua. Kadang besar korelasi suatu peubah dengan

faktor hampir sama atau tidak jauh berbeda terhadap faktor lain. Untuk itu perlu

dilakukan proses rotasi atas faktor yang terbentuk, sehingga dapat memperjelas

kedekatan suatu peubah asal yang dominan terhadap suatu faktor. Metode yang

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 84: Sk 034291

79

biasa digunakan dalam melakukakan rotasi adalah rotasi varimax. Dengan

menggunakan rotasi varimax membuat korelasi peubah hanya dominan terhadap

salah satu faktor.

Pengelompokkan peubah ke dalam suatu faktor dilakukan dengan cara

melihat nilai loading factor, kemudian dicari nilai yang paling besar (dalam hal ini

nilai positif maupun negatif diabaikan), dan nilai loading factor terbesar itulah

yang menjadi acuan pengelompokkannya. Nilai-nilai loading factor selengkapnya

dapat dilihat pada lampiran 5 pada bagian rotated component matrix.

Tabel 16. Faktor-faktor yang terbentuk berdasarkan total keragaman, akar ciri, dan peubah-peubah yang membentuk faktor

Komponen/Faktor

Total Keragaman

(%) Kumulatif

Keragaman Akar Ciri

Peubah-peubah yang Membentuk

Faktor Loading Factor

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Lingkungan Kota Salatiga

0,829 1 34,346 34,346 2,386

Daya Tarik Kota 0,882

Keluarga 0,845 2 18,029 52,375 1,335

Teman 0,848

Lingkungan Daerah Asal

0,693

Dorongan Internal 0,587 3 16,852 69,227 1,173

Harapan Mendapat Sesuatu Yang Lebih Bak

0,794

Dari tabel di atas, telah dikelompokkan masing-masing peubah menurut

faktor. Faktor satu menjelaskan keragaman data awal sebesar 34,346 persen dan

mempunyai korelasi yang kuat dengan dua peubah yaitu Lingkungan Kota

Salatiga, dan daya tarik kota. Dari kedua peubah tersebut, yang cocok untuk

penamaan faktor pertama adalah faktor penarik, karena memuat peubah-peubah

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 85: Sk 034291

80

yang dapat menarik minat siswa untuk melakukan mobilitas ulang alik dari daerah

asal ke Kota Salatiga.

Untuk faktor kedua, menjelaskan keragaman data awal sebesar 18,029

persen dan mempunyai korelasi yang erat dengan dua peubah yaitu keluarga dan

teman. Penamaan yang cocok untuk faktor dua adalah faktor keluarga dan teman.

Seperti telah diketahui, keluarga dan teman inilah yang memberikan informasi

mengenai daerah tujuan serta memberikan bantuan dalam menyesuaikan diri di

daerah tujuan.

Kemudian faktor ketiga memuat peubah lingkungan daerah asal, dorongan

internal serta harapan untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik. Faktor ketiga

ini mampu menjelaskan keragaman data awal sebesar 16,852 persen. Penamaan

yang cocok untuk faktor ini adalah faktor dorongan internal, karena memuat

peubah-peubah yang dapat mendorong siswa untuk melakukan mobilitas ulang

alik. Lingkungan daerah asal juga menjadi pendorong siswa untuk melakukan

mobilitas ulang alik ke Kota Salatiga apalagi jika lingkungan daerah asal tersebut

kondisinya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh siswa, khususnya dari

segi pendidikan. Untuk itu demi mereka rela melakukan mobilitas ulang alik ke

Kota Salatiga demi mengharapkan memperoleh sesuatu yang lebih baik.

Dari ketiga faktor yang terbentuk, sebenarnya faktor yang paling utama

dalam menjelaskan alasan siswa melakukan mobilitas ulang alik adalah faktor 1

yaitu faktor daerah tujuan. Hal ini ditunjukkan dari total keragaman dari faktor 1

yang lebih besar dari faktor 2 maupun faktor 3.

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 86: Sk 034291

81

Tabel 17. Matrik transformasi komponen (component transformation matrix)

Pada tabel di atas, angka pada diagonal utama, yaitu diagonal antara

komponen satu dengan komponen satu, diagonal antara komponen dua dan

komponen dua, serta diagonal antara komponen tiga dan komponen tiga

menunjukkan angka di atas 0,5. Hal ini membuktikan bahwa ketiga faktor yang

terbentuk sudah tepat karena mempunyai korelasi yang erat.

komponen 1 2 3

1 ,670 ,515 ,535

2 -,496 ,846 -,194

3 -,553 -,135 ,822

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 87: Sk 034291

82

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan baik dengan analisis deskriptif maupun

dengan analisis komponen utama dan analisis faktor, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Sebagian besar siswa pelaku mobilitas ulang alik adalah perempuan

dengan domisili sebagian besar dari Kabupaten Semarang. Kendaraan

umum adalah sarana tranportasi yang banyak digunakan untuk melakukan

mobilitas ulang alik.

2. Beberapa siswa SMA N 1 Salatiga sudah melakukan mobilitas ulang alik

ke Kota Salatiga sejak bersekolah di SLTP.

3. Waktu yang paling lama dilakukan siswa untuk melakukan mobilitas

ulang alik adalah dua jam, namun itu hanya sebagian kecil saja. Sebagian

besar melakukan perjalanan selama £ setengah jam.

4. Meskipun siswa melakukan mobilitas ulang alik dengan menempuh

perjalanan yang cukup lama, namun sebagian besar dari mereka tidak

merasa terpaksa untuk sekolah di Kota Salatiga. Bahkan hampir setengah

dari jumlah responden yaitu sebesar 43 persen pernah atau sedang aktif

dalam organisasi sekolah.

5. Berdasarkan hasil analisis komponen utama dan analisis faktor, faktor

utama alasan siswa untuk melakukan mobilitas ulang alik ke Kota Salatiga

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 88: Sk 034291

83

adalah faktor daerah tujuan. Faktor ini terdiri dari 2 peubah yaitu

lingkungan Kota Salatiga dan daya Tarik kota.

5.2 Saran

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat diajukan saran-saran sebagai

berikut:

1. Perlunya dilakukan peningkatan pembangunan pendidikan di Kabupaten

sekitar Kota Salatiga khususnya tingkat SLTA, baik dari sisi kuantitas

maupun kualitas agar siswa SLTA lebih tertarik untuk bersekolah di

daerah asalnya sehingga arus mobilitas ke Kota Salatiga dapat dikurangi.

2. Dalam usaha meningkatkan pembangunan pendidikan, ada baiknya

pemerintah kabupaten mengadakan survei sendiri untuk meneliti lebih

dalam faktor-faktor daerah tujuan yang menarik minat siswa dari

kabupaten untuk bersekolah di Kota Salatiga, sehingga nantinya dapat

membantu dalam penentuan kebijakan program pembangunan di

kabupaten.

3. Penelitian ini dilakukan pada satu sekolah, untuk itu dalam penelitian

selanjutnya dapat dilakukan penelitian terhadap lebih dari satu sekolah,

sehingga nantinya dapat dilakukan generalisasi terhadap faktor utama

alasan siswa SLTA dari luar Kota Salatiga melakukan mobilitas ulang alik

ke Kota Salatiga.

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 89: Sk 034291

84

DAFTAR PUSTAKA

Ananta A. 1993. Ciri Demografi Kualitas Penduduk dan Pembangunan Ekonomi. Jakarta: Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Ananta A, Hatmaji SH. 1985. Mutu Modal Manusia. Jakarta: Lembaga Demografi

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Ananta A. 1988. Peningkatan Mutu Modal Manusia Penduduk Indonesia: Suatu

Analisis Kebijakan. Jakarta: Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Ariadi. 2002. Analisis Migrasi Komuter Dari Bogor, Tangerang dan Bekasi ke DKI

Jakarta Tahun 2001 [Skripsi]. Jakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Statistik. Arikunto S. 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

Rineka Cipta. Azwar S. 2003. Reabilitas Dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Badan Pusat Statistik. 2005. Jawa Tengah Dalam Angka: BPS Propinsi Jawa

Tengah. . 2005. Salatiga Dalam Angka: BPS Kota Salatiga. Danny T. 1996. Tekanan Ekonomi dan Mobilitas Pedesaan [Laporan Penelitian].

Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana. Daryanto. 1996. Kependudukan. Bandung: Tarsito. Ekaria. 2004. Analisis Multivariate (Multivariate Analysis). Jakarta: Sekolah

Tinggi Ilmu Statistik dan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan. Hasbullah. 2006. Otonomi Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Johnson RA and Wichern DW. 2002. Applied Multivariate Statistical Analysis,

Fifth edition. Prentice_hall.Inc.

Lee ES. 1976. Suatu Teori Migrasi. Yogyakarta: Pusat Penelitian dan Studi Kependudukan Universitas Gajah Mada.

Manacika IK. 2001. Diktat Mata Kuliah: Fertilitas dan Mortalitas serta Migrasi

dan Urbanisasi. Jakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Statistik. Mantra IB. 2000. Demografi Umum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 90: Sk 034291

85

. 2003. Demografi Umum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Morrison, Donald F. 1978. Multivariate Statistical Method, Second Edition.

McGraw-Hill.Inc. Munir R. 2000. Migrasi dalam Dasar-Dasar Demografi. Lembaga Demografi

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Nasir M. 1999. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indah.

Morrison, Donald F. 1978. Multivariate Statistical Methods Second Edition. Tokyo: Mc. Graw-Hill.

Nasution ME, Hardius U. 2007. Proses Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Lembaga

Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Nurgiyantoro, Burhan, Gunawan M. 2004. Statistik Terapan untuk Penelitian Ilmu-

Ilmu Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Purwanto J. 2003. Dasar-dasar Metode Penarikan Sampel. Jakarta: Sekolah

Tinggi Ilmu Statistik. Santoso S. 2002. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. PT Elex Media

Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta. _______. 2003. Buku Latihan SPSS Satistik Multivariat. Jakarta: PT Elex Media

Komputindo Kelompok Gramedia. Sekolah Tinggi Ilmu Statistik. 2005. Pedoman Penyusunan Skripsi Jurusan

Statistik Sekolah Tinggi Ilmu Statistik. Jakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Statistik. Simamora B. 2005. Analisis Multivariat Pemasaran. Jakarta: PT Gramedia. Singarimbun M, Sofyan E. 1995. Metode Penelitian Survei. Cetakan Kedua.

Jakarta: LP3ES.

Sofiana A. 2003. Analisis Faktor Alasan Mahasiswa STIS Dalam Memilih Daerah Penempatan (Studi Kasus Mahasiswa STIS Angkatan 42 Asal Pulau Jawa dan Bali) [Skripsi]. Jakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Statistik.

Sudjarwo. 2004. Buku Pintar Kependudukan. Jakarta: PT Grasindo. Sugiyono. 1999. Statistik untuk Penelitian. Cetakan Kedua. Bandung: CV.

Alfabeta. _______. 1999. Metode Penelitian Bisnis. Bandung. CV. Alfabeta.

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 91: Sk 034291

86

Supranto J. 2004. Analisis Multivariat (Arti & Interpretasi). Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Syafiuddin LO, dkk. 1985. Migrasi dan Ketenagakerjaan: diseminarkan dalam

rangka seminar “Migrasi dan Pembangunan”. Jakarta: Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Todaro MP. 1991. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga (Terjemahan) edisi

ketiga. Jakarta: Erlangga. Undang Undang RI. 2007. Undang Undang RI no 39 Tahun 1999 Tentang HAM.

Jakarta: CV. Karya Gemilang. Umar H. 2002. Metode Riset Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Widada NHT. 2003. Karakteristik Pelaku Mobilitas Ulang Alik Pekerja Bebas

Sektor Non Pertanian Di Desa Bokoharjo [Skripsi]. Jakarta Sekolah Tinggi Ilmu Statistik.

Wirawan, Mantra IB. 1988. Migran Sirkuler serta Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Penduduk Mengadakan Mobilitas (Studi Kasus Kota Sidoarjo) [Tesis]. Yogyakarta: Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada.

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 92: Sk 034291

87

LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta Propinsi Jawa Tengah

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 93: Sk 034291

88

Lampiran 2. Kuesioner Listing

S E K O L A H T I N G G I I L M U S T A T I S T I K Jl. O tto I s kand ardin at a N o. 64 C, Jakart a – 13330

Telep on : (021) 8197577, 8508812, 8191437, F aks: 8197577 e-m ail: s tis @ jak a rta .w as an tar a.n et .id

Kuesioner listing Khusus diisi oleh siswa yang bertempat tinggal di luar Kota Salatiga. Kelas:

No. Nama Tempat tinggal Commuter atau Kos

Terima Kasih

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 94: Sk 034291

89

Lampiran 3. Kuesioner Penelitian

S E K O L A H T I N G G I I L M U S T A T I S T I K

Jl. O tto I s kand ardin at a N o. 64 C, Jakart a – 13330 Telep on : (021) 8197577, 8508812, 8191437, F aks: 8197577

e-m ail: s tis @ jak a rta .w as an tar a.n et .id

SURVEI FAKTOR MOBILITAS ULANG ALIK SISWA SLTA DARI

KABUPATEN BOYOLALI DAN KABUPATEN SEMARANG KE KOTA SALATIGA

(Studi kasus Pada Siswa SMA Negeri 1 Salatiga Kelas X dan XI Tahun Ajaran 2006/2007)

PETUNJUK PENGISIAN SECARA UMUM

1. Bacalah dengan teliti setiap pernyataan yang terdapat di dalam kuesioner/angket ini

2. Kuesioner/angket ini untuk tujuan penelitian , dan bukan suatu test, oleh karena itu tidak ada jawaban yang salah maupun yang benar

3. Jawablah sesuai dengan keadaan sebenarnya yang terjadi di sekitar kamu.

4. Jawablah dengan sejujurnya karena hasil dari kuesioner/angket in i tidak akan mempengaruhi prestasi belajar kamu.

5. Petunjuk pengisian BLOK I dan BLOK II

a. Isilah kotak kosong dengan nomor sesuai jawaban kamu. b. Isilah titik-titik sesuai dengan keadaan yang ada.

6. Petunjuk pengisian BLOK III ™ Kategori jawaban yang digunakan pada BLOK III adalah sebagai berikut:

SS (sangat setuju), jika maksud butir pernyataaan tersebut selalu/hampir selalu sesuai dengan kenyataan pada diri anda S (setuju), jika maksud butir pernyataaan tersebut sesuai dengan kenyataan pada diri anda CS (cukup setuju) jika maksud butir pernyataaan tersebut kadang sesuai dengan kenyataan pada diri anda TS (tidak setuju), jika maksud butir pernyataaan tersebut tidak sesuai dengan kenyataan pada diri anda STS (sangat tidak setuju), jika maksud butir pernyataaan tersebut selalu/hampir selalu tidak sesuai dengan kenyataan pada diri anda ™ Berilah tanda checklist ( ) di kotak jawaban yang sudah

disediakan yang sesuai dengan nomor soal

-SELAMAT BEKERJA-

RAHASIA K U E S I O N E R NO. RESPONDEN:

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 95: Sk 034291

90

Blok I. Identitas Responden

1. Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan

2. Asal SMP : ...................................

3. Commuter atau Kos?, (Bagi yang tidak bersekolah di SLTP di daerah asal)

1. Commuter 2. Kos

4. Tempat Tinggal Sekarang : Kecamatan................... Kabupaten....................

Blok II. Keterangan Responden

1. Apakah anda pernah/sedang aktif dalam organisasi di sekolah ini?

1. Ya 2. Tidak

2. Bersekolah di Salatiga keinginan dari: 1. Diri sendiri 2. Orang Tua 4. Lainnya

3 Jika jawaban di atas selain 1, apakah anda merasa terpaksa bersekolah di Salatiga?

1. Ya 2. Tidak

4. Berapa lama perjalanan menuju Sekolah?

.............. jam

5. Alat transportasi yang paling sering digunakan menuju sekolah?

1. Kendaraan umum 2. Kendaraan Pribadi 3. Lainnya

6. Apakah anda sering terlambat menuju ke sekolah?

1. Ya 2. Tidak

7. Alasan apa yang paling sering

menyebabkan anda terlambat? 1. Bangun Kesiangan 2. Transportasi susah 3. Lainnya, sebutkan…..

8. Berapa kali anda terlambat dalam dua minggu terakhir? .............. kali

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 96: Sk 034291

91

Blok III. Berikan pendapat anda mengenai pernyataan berikut, sehubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi bersekolah di Salatiga

Pernyataan SS S CS TS STS

1 Lingkungan Daerah Asal

1.1 Kualitas pendidikan, khususnya SLTA di daerah asal masih lebih rendah dibandingkan dengan SMA ini.

1.2 Tingkat kompetitif di SLTA-SLTA daerah saya masih kurang dibandingkan dengan di Salatiga.

1.3 Suasana belajar yang kurang mendukung di SLTA daerah saya dapat menjadi pertimbangan saya dalam memilih SMA ini.

2 Lingkungan Kota Salatiga

2.1 Lingkungan kemasyarakatan di Salatiga merupakan faktor penarik untuk memilih Salatiga sebagai tempat bersekolah.

2.2 Lingkungan kebudayaan di Salatiga dapat menjadi pertimbangan dalam memilih Salatiga sebagai tempat bersekolah.

2.3 Kondisi keamanan daerah menjadi pertimbangan dalam memilih Salatiga sebagai tempat bersekolah

2.4 Lingkungan pendidikan yang bagus dan kondusif di Salatiga merupakan pertimbangan saya untuk bersekolah di Salatiga.

2.5 Salatiga layak disebut sebagai kota Pendidikan.

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 97: Sk 034291

92

3 Keluarga

3.2 Adanya kerabat atau keluarga yang tinggal di Salatiga dapat menjadi faktor yang mendorong bersekolah di Salatiga

3.3 Adanya keluarga yang sudah berhasil dalam karir setelah bersekolah di Salatiga dapat menjadi pendorong dalam memilih Salatiga sebagai tempat bersekolah

3.4 Adanya keluarga atau kerabat yang juga bersekolah di Salatiga dapat menjadi merupakan faktor pendorong anda untuk bersekolah di Salatiga

4 Teman

4.1 Adanya teman yang tinggal di daerah Salatiga dapat menjadi alasan dalam memilih Salatiga sebagai tempat bersekolah.

4.2 Pemilihan Salatiga sebagai tempat bersekolah dipengaruhi oleh teman-teman di SMP yang juga ingin bersekolah di Salatiga

4.3 Adanya rekomendasi teman untuk bersekolah di Salatiga bisa menjadi pertimbangan anda untuk memilih Salatiga sebagai tempat bersekolah

5 Daya Tarik Kota

5.1 Adanya fasilitas-fasilitas kota di Salatiga menjadi faktor yang mendorong saya untuk bersekolah di Salatiga

5.2 Saya tertarik dengan suasana kota Salatiga

5.3 Mudahnya mendapatkan sarana transportasi di Salatiga merupakan pertimbangan dalam memilih Salatiga .

5.4 Adanya sarana atau pusat perbelanjaan di daerah Salatiga merupakan pertimbangan saya bersekolah di Salatiga.

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 98: Sk 034291

93

TERIMA KASIH

6 Dorongan Internal

6.1 Keputusan dalam memilih untuk bersekolah di Salatiga berasal dari minat atau kemauan diri sendiri.

6.2 Bersekolah di tempat yang cukup jauh dari rumah merupakan tantangan bagi saya.

6.3 Sejak awal bersekolah di SMP, saya sudah memiliki rencana untuk bersekolah di Salatiga.

7 Harapan Mendapat Sesuatu Yang Lebih Baik

7.1

Saya bersekolah di Salatiga berharap mendapatkan kualitas pendidikan yang lebih baik

7.2 Saya berharap apa yang saya dapatkan di Salatiga lebih baik daripada jika saya bersekolah di daerah saya sendiri.

7.3

Dengan bersekolah di Salatiga saya berharap dapat memperluas pergaulan

7.2 Dengan bersekolah di Salatiga saya berharap dapat memperoleh teman yang banyak.

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 99: Sk 034291

94

Lampiran 4. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Butir Pernyataan 1. Validitas butir pernyataan dari peubah Lingkungan Daerah Asal

Item-Total Statistics

Scale Mean

if Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected Item-Total

Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted r tabel Status

VAR00001 11,4667 4,809 0,628 0,532 0,361 Valid

VAR00002 11,3667 5,551 0,629 0,565 0,361 Valid

VAR00003 11,6333 4,171 0,575 0,564 0,361 Valid

VAR00004 11,4333 6,530 0,184 0,797 0,361 Tidak Valid Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

,694 4

Validitas dan reabilitas setelah penghilangan butir pertanyaaan yang tidak valid:

Scale Mean

if Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-Total

Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted r tabel Status

VAR00001 7,6000 3,421 0,586 0,780 0,361 Valid

VAR00002 7,5000 3,638 0,760 0,657 0,361 Valid

VAR00003 7,7667 2,530 0,655 0,745 0,361 Valid

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

,797 3

Dari uji validitas yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa 3 butir pernyataan

lingkungan daerah asal dapat dikatakan valid. Hal ini terlihat dari nilai corrected

item total correlation yang lebih besar dari nilai r (korelasi) tabel untuk tingkat

signifikansi 5%, yaitu lebih besar dari 0,361. Berdasarkan hasil uji reliabilitas

yang telah dilakukan, maka diperoleh nilai Cronbach Alpha sebesar 0,797 yang

menunjukkan koefisien reliabilitasnya tinggi sehingga dapat disimpulkan bahwa

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 100: Sk 034291

95

butir-butir pernyataan tersebut reliabel untuk digunakan dalam penelitian

selanjutnya.

2. Validitas butir pernyataan dari peubah Lingkungan Kota Salatiga

Item-Total Statistics

Scale Mean

if Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-Total

Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted r tabel Status

VAR00005 14,2000 5,959 0,476 0,647 0,361 Valid

VAR00006 14,3000 5,872 0,599 0,603 0,361 Valid

VAR00007 14,5667 5,771 0,490 0,641 0,361 Valid

VAR00008 13,8333 6,489 0,369 0,689 0,361 Valid

VAR00009 13,9000 5,817 0,393 0,688 0,361 Valid

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

,703 5

3. Validitas butir pernyataan dari peubah Keluarga

Item-Total Statistics

Scale Mean

if Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-Total

Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted r tabel Status

VAR00010 8,8667 6,740 0,311 0,758 0,361 Tidak Valid

VAR00011 9,9667 5,826 0,512 0,640 0,361 Valid

VAR00012 9,0667 4,961 0,713 0,504 0,361 Valid

VAR00013 9,3000 6,217 0,488 0,656 0,361 Valid Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

,712 4

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 101: Sk 034291

96

Validitas dan reabilitas setelah penghilangan butir pertanyaaan yang tidak valid:

Item-Total Statistics

Scale Mean

if Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-Total

Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted r tabel Status

VAR00011 6,4333 3,220 0,616 0,643 0,361 Valid

VAR00012 5,5333 3,154 0,616 0,643 0,361 Valid

VAR00013 5,7667 3,702 0,535 0,733 0,361 Valid

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

,758 3

Dari uji validitas yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa 3 butir pernyataan

keluarga dapat dikatakan valid. Hal ini terlihat dari nilai corrected item total

correlation yang lebih besar dari nilai r (korelasi) tabel untuk tingkat signifikansi

5%, yaitu lebih besar dari 0,361. Berdasarkan hasil uji reliabilitas yang telah

dilakukan, maka diperoleh nilai Cronbach Alpha sebesar 0,758 yang

menunjukkan koefisien reliabilitasnya tinggi sehingga dapat disimpulkan bahwa

butir-butir pernyataan tersebut reliabel untuk digunakan dalam penelitian

selanjutnya.

4. Validitas butir pernyataan dari peubah Teman

Item-Total Statistics

Scale Mean

if Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-Total

Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted r tabel Status

VAR00014 6,1333 3,706 0,421 0,834 0,361 Valid

VAR00015 5,8333 2,489 0,665 0,565 0,361 Valid

VAR00016 5,5667 3,289 0,699 0,556 0,361 Valid

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 102: Sk 034291

97

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

,750 3

5. Validitas butir pernyataan dari peubah Daya Tarik Kota

Item-Total Statistics

Scale Mean

if Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-Total

Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted r tabel Status

VAR00017 10,0333 6,792 0,367 0,780 0,361 Valid

VAR00018 10,7333 4,547 0,742 0,585 0,361 Valid

VAR00019 10,9667 4,861 0,543 0,695 0,361 Valid

VAR00020 11,0667 3,789 0,621 0,665 0,361 Valid Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

,751 4

6. Validitas butir pernyataan dari peubah Dorongan Internal

Item-Total Statistics

Scale Mean

if Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-Total

Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted r tabel Status

VAR00021 7,7000 3,045 0,699 0,568 0,361 Valid

VAR00022 8,0667 4,133 0,530 0,771 0,361 Valid

VAR00023 8,2333 2,185 0,650 0,669 0,361 Valid Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

,762 3

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 103: Sk 034291

98

7. Validitas butir pernyataan peubah Harapan Mendapat Sesuatu Yang Lebih Baik

Item-Total Statistics

Scale Mean

if Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-Total

Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted r tabel Status

VAR00024 13,4000 2,800 0,617 0,757 0,361 Valid

VAR00025 13,3333 2,782 0,627 0,752 0,361 Valid

VAR00026 13,4333 2,806 0,703 0,720 0,361 Valid

VAR00027 13,4333 2,806 0,548 0,794 0,361 Valid Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

,805 4

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 104: Sk 034291

99

KMO and Bartlett's Test

,594

143,112

21

,000

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of SamplingAdequacy.

Approx. Chi-Square

df

Sig.

Bartlett's Test ofSphericity

Communalities

1,000 ,559

1,000 ,814

1,000 ,762

1,000 ,746

1,000 ,779

1,000 ,522

1,000 ,664

Lingkungan Daerah Asal

Lingkungan Kota Salatiga

Keluarga

Teman

Daya Tarik Kota

Dorongan Internal

Haparan MendapatkanSesuatu Yang Lebih Baik

Initial Extraction

Extraction Method: Principal Component Analysis.

Anti-image Matrices

,889 -,063 -,022 -,065 ,077 -,011 -,184

-,063 ,447 -,121 -,059 -,315 -,185 -,025

-,022 -,121 ,668 -,318 ,022 -,058 ,118

-,065 -,059 -,318 ,700 ,060 ,075 -,128

,077 -,315 ,022 ,060 ,575 ,080 -,050

-,011 -,185 -,058 ,075 ,080 ,733 -,233

-,184 -,025 ,118 -,128 -,050 -,233 ,767

,684a -,100 -,029 -,083 ,108 -,013 -,223

-,100 ,600a -,221 -,105 -,621 -,324 -,043

-,029 -,221 ,596a -,466 ,036 -,083 ,165

-,083 -,105 -,466 ,577a ,095 ,105 -,174

,108 -,621 ,036 ,095 ,529a ,123 -,076

-,013 -,324 -,083 ,105 ,123 ,631a -,311

-,223 -,043 ,165 -,174 -,076 -,311 ,618a

Lingkungan Daerah Asal

Lingkungan Kota Salatiga

Keluarga

Teman

Daya Tarik Kota

Dorongan Internal

Haparan MendapatkanSesuatu Yang Lebih Baik

Lingkungan Daerah Asal

Lingkungan Kota Salatiga

Keluarga

Teman

Daya Tarik Kota

Dorongan Internal

Haparan MendapatkanSesuatu Yang Lebih Baik

Anti-image Covariance

Anti-image Correlation

LingkunganDaerah Asal

LingkunganKota Salatiga Keluarga Teman

Daya TarikKota

DoronganInternal

HaparanMendapatkanSesuatu Yang

Lebih Baik

Measures of Sampling Adequacy(MSA)a.

Lampiran 5. Hasil Output Analisis Komponen Utama dan Analisis Faktor

Factor Analysis

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 105: Sk 034291

100

Total Variance Explained

2,404 34,346 34,346 2,404 34,346 34,346 1,749 24,986 24,986

1,262 18,029 52,375 1,262 18,029 52,375 1,563 22,335 47,321

1,180 16,852 69,227 1,180 16,852 69,227 1,533 21,906 69,227

,786 11,225 80,452

,659 9,420 89,872

,422 6,027 95,898

,287 4,102 100,000

Component1

2

3

4

5

6

7

Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative %

Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings Rotation Sums of Squared Loadings

Extraction Method: Principal Component Analysis.

Component Matrixa

,381 ,138 ,628

,817 -,221 -,312

,572 ,611 -,248

,525 ,685 ,017

,589 -,423 -,503

,599 -,318 ,249

,531 -,267 ,558

Lingkungan Daerah Asal

Lingkungan Kota Salatiga

Keluarga

Teman

Daya Tarik Kota

Dorongan Internal

Haparan MendapatkanSesuatu Yang Lebih Baik

1 2 3

Component

Extraction Method: Principal Component Analysis.

3 components extracted.a.

Rotated Component Matrixa

-,161 ,228 ,693

,829 ,276 ,224

,217 ,845 -,017

,003 ,848 ,162

,882 ,014 -,016

,421 ,006 ,587

,180 -,028 ,794

Lingkungan Daerah Asal

Lingkungan Kota Salatiga

Keluarga

Teman

Daya Tarik Kota

Dorongan Internal

Haparan MendapatkanSesuatu Yang Lebih Baik

1 2 3

Component

Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.

Rotation converged in 5 iterations.a.

Component Transformation Matrix

,670 ,515 ,535

-,496 ,846 -,194

-,553 -,135 ,822

Component1

2

3

1 2 3

Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 106: Sk 034291

101

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur pada tanggal

27 Maret 1985 dari pasangan Budi Sucahyo dan Sulastri dengan nama Pandu

Adi Winata dan merupakan anak pertama dari dua bersaudara.

Pada tahun 1997 penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada SD Negeri

Sudirman Ambarawa, Jawa Tengah, kemudian tahun 2000 menyelesaikan

pendidikan menengah pertama di SLTP Negeri 2 Ambarawa. Pada tahun 2003,

penulis lulus dari SMU Negeri 1 Salatiga dan pada tahun yang sama mendapat

kesempatan mengikuti pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Statistik Jakarta.

Akhirnya pada tahun keempat atau tahun 2007, penulis menyelesaikan

pendidikan program DIV di Sekolah Tinggi Ilmu Statistik Jakarta.

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 107: Sk 034291

102

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com