Situs Gunung Padang
-
Upload
oktav-vian -
Category
Documents
-
view
9 -
download
0
description
Transcript of Situs Gunung Padang
-
5/28/2018 Situs Gunung Padang
1/11
Sebelum bercerita tentang Gunung Padang, ibawah ini tulisan Pak Awang
tentang situs Megalith Gunung Padang . Tulisan ini yang menjadi pegangan sewaktu
PP-IAGI (Pengurus Pusat Ikatan Ahli Geologi Indonesia) meninjau Gunung Padang.
Sedikit tentang Kebudayaan Megalitikum
Megalitikum (megabesar, litosbatu: batu besar) adalah suatu kebudayaan
yang terutama menghasilkan bangunanbangunan dari batubatu besar (Sukmono,
1973, 1990). Batubatu ini biasanya tidak dikerjakan halushalus, hanya diratakan
secara kasar untuk mendapatkan bentuk yang diperlukan.
Kebudayaan megalitikum berakar pada zaman Neolitikum, tetapi terutama
berkembang pada zaman Logam. Hal ini diketahui berdasarkan penemuan pada
banyak hasil kebudayaan megalitikum (misalnya kubur batu) ditemukan juga banyakperhiasan dan peralatan dari perunggu atau besi. Periode kebudayaan megalitikum
relatif, berbedabeda dari satu wilayah negara ke negara lain. Ada yang dimulai
sekitar 4000 SM (sebelum Masehi), ada yang bahkan masih berlangsung sampai
abad modern bahkan sampai sekarang seperti di beberapa tempat di Indonesia (Nias,
Sumba, Flores, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara).
Hasilhasil terpenting kebudayaan megalitikum adalah: menhir: tiang/tugu batu sebagai tanda peringatan dan melambangkan arwah
nenek moyang,
dolmen: meja batu tempat sesaji atau sebagai atap kuburan, sarkofagus/keranda/waruga: peti batu untuk mayat, kubur batu/pandusa: kuburan dengan dindingdinding batu (bukan bentuk
peti batu),
punden berundak: bangunan pemujaan yang disusun bertingkattingkat, dan arca: patung melambangkan nenek moyang
Situs Megalitikum Gunung Padang
Gunung Padang adalah namayang diberikan kepada sebuah situs (tempat
peninggalan kebudayaan purbakala) berupa bangunan punden berundak sehingga
menyerupai sebuah bukit/gunung. Situs Gunung Padang terletak di sebuah kawasan
di antara Cianjur bagian utara dan Cianjur bagian selatan, sekitar 25 km sebelah
selatan baratdaya kota Cianjur. Berdasarkan pengukuran GPS, lokasi situs ini berada
pada koordinat 0659,522 LS dan 10703,363 BT pada ketinggian 894 m dpl di
-
5/28/2018 Situs Gunung Padang
2/11
dasar situs. Lokasi dapat ditempuh menggunakan kendaraan bus kecil (tidak dapat
sampai lokasi, 3 km sebelum lokasi harus berhenti), mobil jeep dan sejenisnya
(bukan sedan) sampai lokasi, atau motor sampai lokasi.
Kondisi jalan bervariasi dari buruk sampai bagus dengan dominan sedang.
Dari kota Cianjur, lokasi dapat ditempuh menuju Sukabumi, kemudian berbelok ke
arah jalan menuju Warungkondang dan Kancana sampai ke Lampegan. Sebelum
sampai Lampegan, yang merupakan stasiun peninggalan Belanda, ada jalan berbelok
menuju situs Gunung Padang. Papan petunjuk jalan lokasi situs cukup membantu.
Perjalanan ke arah situs berada di kawasan perkebunan teh. Secara administratif,
situs ini termasuk ke dalam Desa Karyamukti, Kecamatan Cempaka, Kabupaten
Cianjur, Jawa Barat. Situs ini ada dalam pengelolaan Balai Pelestarian PeninggalanPurbakala Serang.
Situs Gunung Padang merupakan Punden Berundak yang tidak simetris,
berbeda dengan punden berundak simetris seperti Borrobudur, juga berbeda dengan
punden berundak simetris lainnya yang ditemukan di Jawa Barat seperti situs Lebak
Sibedug di Banten Selatan. Sebuah punden berundak tidak simetris menunjukkan
bahwa pembangunan punden ini mementingkan satu arah saja ke mana bagunan ini
menghadap.
Situs Gunung Padang terdiri atas lima teras (tingkatan). Dasar situs terdapat
di 0659,522 LS , 10703,363 BT lokasi ketinggian 894 m dpl (di atas permukaan
laut), data setiap teras adalah sebagai berikut:
1. teras pertama berada di lokasi 0659,617 LS dan 10703,367 BT padaketinggian 983 m dpl, arah teras menghadap ke mataangin utara baratlaut
(azimut 335 UT),
2. teras kedua berada di lokasi 0659,631 LS dan 10703,373 BT padaketinggian 985 m dpl, arah teras menghadap ke mataangin utara baratlaut
(azimut 337 UT),
3. teras ketiga berada di lokasi 0659,652 LS dan 10703,381 BT padaketinggian 986 m dpl, arah teras menghadap ke mataangin utara baratlaut
(azimut 335 UT),
-
5/28/2018 Situs Gunung Padang
3/11
4. teras keempat berada di lokasi 0659,658 LS dan 10703,380 BT padaketinggian 987,5 m dpl, arah teras menghadap ke mataangin utarabaratlaut
(azimut 330 UT).
5. teras kelima berada di lokasi 0659,666 LS dan 10703,383 BT padaketinggian 989 m dpl, arah teras menghadap ke mataangin utarabaratlaut
(azimut 345 UT).
Berdasarkan data di atas, tinggi punden berundak situs Gunung Padang
adalah 95 meter dengan arah utama teras menuju utara baratlaut dengan ratarata
orientasi (azimut 336,40 UT). Memperhatikan titik lokasi menurut garis lintang
pada setiap teras, dapat dilihat bahwa dari teras 1 ke teras 5 membujur dari utara ke
selatan dengan beda tinggi 6 m dari teras 1 ke teras 5.Bahan bangunan pembuat situs adalah batubatu besar andesit, andesit
basaltik, dan basal berbentuk tiangtiang dengan panjang dominan sekitar satu meter
berdiameter dominan 20 cm. Tiangtiang batuan ini mempunyai sisisisi membentuk
segibanyak dengan bentuk dominan membentuk tiang batu empat sisi (tetragon) atau
lima sisi (pentagon). Setiap teras mempunyai polapola bangunan batu yang
berbedabeda yang ditujukan untuk berbagai fungsi. Teras pertama merupakan teras
terluas dengan jumlah batuan paling banyak, teras kedua berkurang jumlah batunya,
teras ke3 sampai ke5 merupakan terasteras yang jumlah batuannya tidak banyak.
Luas area ini secara keseluruhan dilaporkan sekitar tiga hektare (30.000 m2)dengan
luas total lima teras 3132 m2 sehingga di beberapa publikasi internet dinyatakan
sebagai situs megalitikum terluas di Asia Tenggara.
Ke sebelah utara baratlaut Gunung Padang terdapat Gunung Gede (2950 m
dpl) pada jarak sekitar 25 km, di sebelah tenggara Gunung Gede terdapat
puncakpuncak lain yang membentuk kelurusan sekitar 330340 UT ke arah situs
Gunung Padang, yaitu Gunung Kancana (1233 m dpl) dan Pasir (bukit) Pogor (999
m dpl).
Secara teknis, situs Gunung Padang pertama kali dilaporkan keberadaannya
oleh peneliti kepurbakalaan zaman Belanda: N.J. Krom, seorang ahli kepurbakaan
Hindu di Nusantara.
Laporan pertama tentang Gunung Padang muncul dalam laporan tahunan
Dinas Purbakala Hindia Belanda tahun 1914 (Rapporten van den Oudheidkundigen
-
5/28/2018 Situs Gunung Padang
4/11
Dienst in NederlandschIndie). N.J. Krom tidak melakukan penelitian mendalam
atasnya, hanya menyebutkan bahwa situs ini diperkirakannya sebagai sebuah
kuburan purbakala. Situs ini kemudian dilaporkan kembali keberadaannya pada
tahun 1979 oleh penduduk setempat kepada penilik kebudayaan dari pemerintah
daerah. Sejak itu, situs ini telah diteliti cukup mendalam meskipun masih
menyisakan berbagai kontroversi. Para ahli purbakala atau yang meminati
kepurbakalaan telah melakukan berbagai penelitian atas situs ini. Sebagian besar
hasil penelitiannya tidak bisa diakses dengan mudah oleh umum, hanya tersimpan
sebagai publikasi ilmiah profesional. Beberapa lembaga yang pernah melakukan
penelitian di sini adalah: Direktorat Sejarah dan Purbakala, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Arkeologi Nasional, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat,Balai Arkeologi Bandung dan sebuah lembaga swasta Bandung Fe Institute.
Masyarakat umum baik dari dalam maupun luar negeri telah mengunjungi
situs ini. Beberapa catatan kunjungannya bisa ditemukan di beberapa situs internet,
baik dalam bentuk kisah perjalanan maupun tulisantulisan yang lebih serius.
Keakurasian tulisantulisan di internet itu bervariasi dari yang meragukan sampai
yang cukup berbobot ilmiah.
Pak Awang melakuka kunjungan lapangan setahun sebelumnya (Sabtu 19
Februari 2011). Pak Awang melakukan kunjungan ini bersama-sama dengan Truedee
Publishing. Pak Awang mengikuti kunjungan sehari ke situs Gunung Padang pada
Sabtu 19 februari 2011. Kunjungan ini melibatkan berbagai ahli sebagai interpreter
(penafsir) dan diikuti oleh masyarakat umum serta beberapa badan Pemerintah. Total
peserta adalah 60 orang menggunakan berbagai kendaraan (bus kecil, jeep dan
sejenisnya, motor).
Para interpreter terdiri atas:
Budi Brahmantyo: ahli geologi ITB, menjelaskan situs ini secara geologi Lutfi Yondri: ahli arkeologi Balai Arkeologi, menjelaskan situs ini secara
arkeologi
Lucky Hendrawan: ahli etnolinguistik dari sebuah sekolah seni di Bandung,menjelaskan situs ini secara kebudayaan Sunda kuno
-
5/28/2018 Situs Gunung Padang
5/11
Kunjungan berjalan dengan lancar dalam cuaca yang cerah dengan suasana
diskusi yang membangun dan menambah wawasan setiap peserta termasuk para
interpreter.
Rombongan berangkat dari kantor Dinas Pariwisata dan Budaya Cianjur
pukul 10.40 WIB, tiba di lokasi stasiun Lampegan (konon merupakan pembahasaaan
Sunda dari katakata berbahasa Belanda lamp gaanlampu menyala, karena di
dalam terowongan gelap, maka masinis kereta akan berteriak lamp gaanagar
petugas menyalakan lampu) pukul 12.05 WIB, mengunjungi terowongan Lampegan
yang dibangun pada 18791882 dan direnovasi pada tahun 2000, dan tiba di situs
Gunung Padang pada pukul 13.04 WIB. Rombongan meninggalkan situs pada pukul
16.30 WIB.Setelah semua peserta menaiki anak tangga batuan andesit sebanyak hampir
400 anak tangga setinggi 95 meter dengan kecuraman yang cukup terjal (sekitar 40)
yang menantang dada dan kaki, tibalah di teras satu situs Gunung Padang. Yang
pertama terlihat adalah betapa banyaknya tiangtiang batu andesit basaltik dan basal
hasil peretakan meniang (columnar jointing) yang disusun sedemikian rupa di atas
teras tersebut. Pemandangan ke atas menuju terasteras berikutnya juga dihiasi oleh
batubatuan ini, meskipun tak sebanyak di teras satu. Ribuan batuan ini disusun
sedemikian rupa untuk berbagai fungsi: ada tangga ke teras yang diapit
menhirmenhir, ada tiga bilah batu yang seperti bekas belahan dan ditahan batu lain
di bawahnya agar tak langsung mengenai tanah seperti diperuntukkan sebagai alat
musik, ada tiangtiang batu yang disusun menyerupai kursi, ada beberapa gundukan
batubatu ibarat sebuah altar, dan masih banyak yang lain.
Situs megalitik Gunung Padang bisa jadi merupakan tempat upacara
penyembahan yang dilengkapi dengan alatalat musik terbuat dari batu. Situs
Gunung Padang juga pernah diteliti sebagai situs pertama di Indonesia yang
menjadikan batuan megalitik sebagai alat musik. Dahlan dan Situngkir (2008) dari
Bandung. Fe Institute pernah meneliti bilahbilah batu yang bisa mengeluarkan nada
dentingan tinggi ketika dipukul oleh batu lain. Pengukuran frekuensi nada dan
perhitungan matematika yang dilakukan mereka menemukan bahwa bilahbilah batu
yang diperuntukkan sebagai alat musik ini dapat mengeluarkan nada dengan
frekuensi di antara 26005200 kHz yang selaras dengan nada f, g, d, a (
-
5/28/2018 Situs Gunung Padang
6/11
menunjukkan tiga oktaf). Penulis dan seorang rekan geologist mencoba
memukulmukul tiga bilah batu yang telah dipetakan oleh Dahlan dan Situngkir
(2008) sebagai batu musik, dan memang ketiga bilah batu ini mengeluarkan nada
dengan dentingan (pitch) yang tinggi. Bilahbilah batu ini memang diperuntukkan
sebagai alat musik, terbukti bahwa mereka ditahan di atas tanah dan bagian bawah
batuannya dibuat lumpang untuk menambah ruangan gema.
Kontroversi Situs Gunung Padang
Dalam beberapa publikasi yang terutama beredar di internet, terdapat
beberapa kontroversi yang signifikan atas situs ini, terutama tentang : (1) bahan
bangunan pembuat situs apakah hasil alam atau manusia, dan (2) umur situs ini
apakah prasejarah (sekitar 1500 SM) atau sejarah (abad ke15 saat Kerajaan
SundaPajajaran).
Kontroversi pertamabisa diyakini bahwa bahan bangunan pembuat situs ini
adalah hasil alam. Para interpreter meyakini bahwa batubatu pembuat situs berasal
dari pembekuan magma andesit basaltik dan lava basaltik yang mendingin di
permukaan membentuk struktur kekarkekar (retakan batuan) tiang (columnar
jointing). Peta geologi Lembar Cianjur (Sudjatmiko, 1972, 2003) atau peta geologi
Lembar Sindangbarang mengkonfirmasi hal ini.
Gunung Padang secara geologi merupakan salah satu perbukitan kompleks
aliran lava andesitik dan lava basaltik yang membentuk punggunganpunggungan tak
beraturan dan puncakpuncak yang kadangkadang curam. Batuan lava ini berumur
Pliosen (52 juta tahun yang lalu). Ketika magma dari bawah permukaan Bumi
sebagai produk letusan gunungapi purba ini mencapai permukaan dan dikenal
dengan nama lava, terjadi pendinginan serentak. Salah satu bentuk pendinginan
serentak ini adalah pembentukan tiangtiang batuan lava andesit dan basal saat
pendinginan terjadi dalam skala kecil dan terinci di seluruh badan lava. Arah
tiangtiang ini akan tegak lurus terhadap arah aliran lava. Diperkirakan bahwa
Gunung Padang pada 52 juta tahun yang lalu (beberapa publikasi menyatakannya
2,1 juta tahun) merupakan sebuah punggungan atau bukit lava yang dibangun oleh
lava andesit basaltik dan lava basal yang telah mengalami pendinginan membentuk
tiangtiang batuan. Struktur tiang ini akan mengalami retakretak membentuk
tiangtiang batu dengan panjang dan diameter tiang batu bervariasi dan setiap tiang
-
5/28/2018 Situs Gunung Padang
7/11
dapat menunjukkan sisisisi yang bervariasi dari 312 sisi, tetapi yang terbanyak
adalah 46 sisi sebagai akibat proses pendinginan skala kecil. Tiang batu andesit dan
basal di Gunung Padang dominan bersisi empat (tetragon) atau lima (pentagon).
Diperkirakan bahwa saat dibangun, para manusia pembangun situs ini telah
menemukan bukit lava dengan banyak tiangtiang batu andesit dan basal yang
sebagian tersingkap dan runtuhannya memenuhi dasar bukit dan sekitarnya, atau
sebagian digali dari dalam bukit dalam proses membuatnya menjadi bentuk
berundakundak. Puncak bukit dipapas, papasannya dijadikan pengisi bagian
lerengnya agar tidak terlalu curam (seperti proses cut & fill dalam teknik sipil).
Dapat diyakini bahwa batubatu penyusun situs megalitik ini bukan hasil pemahatan
yang dilakukan manusia para pembangun situs ini.
Kontroversi keduaadalah masalah umur pembangunan situs Gunung
Padang. Masalah ini kiranya lebih sulit dipecahkan daripada masalah pertama. Para
ahli arkeologi berdasarkan bentuk situs megalitikum ini dan kesebandingan regional
menganggap umur situs ini adalah sekitar 1500 SM, dibangun oleh manusiamanusia
pendahulu penduduk Sunda di Jawa Barat. Tradisitradisi megalitikum di seluruh
dunia, terutama yang banyak ditemukan di Inggris berupa stone circles yaitu
bangunanbangunan megalitikum yang ditujukan untuk menyembah Dewa Matahari,
didirikan pada 40001000 SM. Pendapat lain adalah ditemukannya ukiran berupa
senjata tradisional Sunda berupa kujang dan tapak harimau pada dua buah batu di
situs Gunung Padang membuat orang berpikir bahwa Prabu Siliwangi, raja Sunda
pada abad ke15 merupakan pembangun situs ini.
Laporan perjalanan seorang pelancong Sunda, Bujangga Manik, seorang
pangeran dari Kerajaan Sunda pada abad ke15, laporannya ditulis dalam bentuk
sajak, ditulis di daun palem, dan kini tersimpan di Museum Bodleian, Oxford,
Inggris kiranya bisa menjadi acuan solusi kontroversi umur situs Gunung Padang.
Diperkirakan laporan tersebut selesai ditulis pada tahun 1511. Dalam beberapa
penggalan sajaknya, di antaranya sang bujangga menulis sebagai berikut :
Eta huluna Ci Sokan nimu lemah kabuyutan/ na lemah nalingga manik/ teherna dek
sri maliput/ sermangun nalingga payung/ nyanghareup ka Bahu Mitra/ ku ngaing
geus dibabakan/ dibalay diundakundak/ dibalay sakulilingna/ ti handap ku mungkal
-
5/28/2018 Situs Gunung Padang
8/11
datar/ sermangun ku mungkal bener/ ti luhur ku batu putih / diawuran manik asra/
carenang heuleutheuleutna/wangun tujuh guna aing / padanan deung pakayuan.
Bahasa Sunda kuno di atas mirip penggambarannya dengan kondisi punden
berundak situs Gunung Padang yang juga kebetulan terletak tidak jauh dari hulu
Sungai Cisokan. Sebagai sesama bangsawan dari Kerajaan Sunda tidaklah mungkin
kalau Bujangga Manik tidak mengenal pembangun situs ini kalau memang Prabu
Siliwangi.
Situs Gunung Padang diperkirakan memang situs prasejarah yang juga pernah
dikunjungi oleh beberapa bangsawan Kerajaan Sunda pada abad ke15 dan
menorehkan lambangnya pada batubatu yang ada di situs itu berupa senjata kujang
dan tapak harimau Siliwangi.Kebudayaan megalitik di Indonesia dominan berkembang pada masa
Kebudayaan Dongson pada zaman Logam (500 SM) (Sukmono, 1973, 1990). Hal
ini dibuktikan dengan ditemukannya banyak perhiasan dan peralatan dari perunggu
pada artefakartefak megalitik seperti kubur batu. Kesulitan penentuan umur situs
Gunung Padang adalah karena tidak/belum ditemukannya artefakartefak berupa
manikmanik atau peralatan terbuat dari perunggu. Penulis melakukan pengamatan
apakah ada peralatan dari logam digunakan untuk membuat situs ini. Pada
bilahbilah batu yang dijadikan alat musik, kelihatannya ada jejak penggunaan logam
dalam pembuatan guratan dan lumpang pada bilah batu. Bila ini benar, maka umur
situs ini bisa juga sekitar 500 SM. Atau bahwa situs ini dibangun secara berkala
dalam rentang umur yang panjang bisa saja terjadi, misalnya dari tahun 1500500
SM.
Harmoni Posisi Bumi dan Langit
Pengamatan di lapangan; pengukuran posisi, ketinggian dan azimut setiap
teras; pengolahan data posisi situs menggunakan program astronomi; memperhatikan
semua keterangan para interpreter serta diskusidiskusi dengan para peserta; dan
mempelajari semua bahan tulisan yang bisa diakses, membawa penulis kepada
sebuah kesimpulan yang pada intinya bahwa situs megalitikum Gunung Padang
adalah sebuah situs megalitikum prasejarah yang dibangun untuk keperluan
penyembahan dan dibangun pada posisi yang telah memperhatikan geomantik
(polapola alam/Bumi/mata angin berperan secara harmoni terhadap suatu bangunan)
-
5/28/2018 Situs Gunung Padang
9/11
dan astromantik (polapola bintang dan planet berperan secara harmoni terhadap
suatu bangunan), seperti juga situssitus megalitik prasejarah/sejarah lainnya di
seluruh dunia (Piramida, Stonehenge, Long Meg Stone Rigg, Castle Rigg, Loanhead
of Daviot, Machu Picchu, dan sebagainya).
Situs megalitikum Gunung Padang telah dibangun dalam harmoni geologi
sebab ia dibangun memanfaatkan sebuah bukit punggungan/puncak lava andesit
basaltik dan lava basaltik berumur Pliosen (2,1 juta tahun) yang terbuat dari
tiangtiang batuan andesit dan basal yang telah terlepas secara alami karena retakan
oleh pendinginan lava (kekar tiang, columnar jointing). Batubatu tiang ini kemudian
ditambang oleh manusia pada zaman itu untuk membangun punden berundakundak
dalam proses cut & fill memanfaatkan semua batuan berbentuk kolom/tiang yang
telah ada secara alami.
Situs megalitikum Gunung Padang telah dibangun dalam harmoni geomantik
untuk tujuan religiositas berupa penyembahan Sang Hyang atau sang penguasa alam
saat itu yang oleh manusia pada masa itu diyakini bermukim di puncak Gunung
Gede. Gunung dalam kosmologi agama purba Jawa adalah personifikasi pemberi dan
pengambil. Ia pemberi kesuburan tanah yang menunmbuhkan tanaman untuk
dimakan, tetapi ia juga adalah sang pengambil yang letusannya bisa membinasakan
siapa saja. Maka gunung harus disembah agar ia tak marah dan selalu memberi
sebagai pembawa berkah. Bahwa situs ini dipakai untuk tempat penyembahan
dengan orientasi sang penguasa di Gunung Gede dibuktikan oleh kelima teras situs
ini dari yang paling rendah (teras 1) sampai yang paling tinggi (teras 5) selalu
diarahkan ke Gunung Gede yang posisinya berada pada arah azimut ratarata 336,40
UT. Di teras 2 terdapat dua menhir dan satu dolmen kecil yang kelihatannya
dipakai untuk duduk, dan itu tepat mengarah ke puncak Gunung Gede. Arah azimut
ratarata ini pun membentuk kelurusan dengan semua bukit/gunung yang ada di
sekitar Gunung Padang yaitu : Pasir Pogor, Gunung Kancana, Gunung Gede,
Gunung Pangrango.
Situs Gunung Padang pun secara geologi berada pada area yang secara
kegempaan cukup aktif, yaitu tidak jauh dari sebuah patahan besar di kerak Bumi
yaitu Patahan/Sesar Cimandiri. Sesar Cimandiri adalah sesar besar yang memanjang
dari Teluk Pelabuhanratu sampai sekitar Padalarang. Bila ada pengaktifan gaya
-
5/28/2018 Situs Gunung Padang
10/11
geologi di sekitar Teluk Pelabuhanratu atau Jawa Barat Selatan, maka sesar ini sering
menjadi media penerus gaya goncangan gempa. Beberapa menhir yang terguling dan
patah di area situs ini diperkirakan sebagai efek gempa. Pembangunan situs ini juga,
terutama di teras 1 telah cukup memperhatikan masalah kelabilan area ini dengan
cara menyusun tiangtiang batu secara mendatar dan saling tumpukmenumpuk
untuk penguatan. Dalam hubungannya dengan penyembahan, situs ini pun dapat
dibangun untuk maksud agar manusia dijauhkan dari bencana gempa atau gunungapi
yang memang sumbersumbernya tidak jauh dari Gunung Padang.
Tidak seperti banyak banyak situs megalitikum lainnya (seperti Piramida,
Stonehenge, Machu Picchu) yang dibangun untuk menyembah atau mengindahkan
(dewa) Matahari, situs Gunung Padang dibangun untuk diorientasikan seluruhnyakepada Gunung Gede. Ini nampak dari pola bangunan punden berundaknya yang
asimetris, tidak dibangun simetris ke semua sisi seperti Candi Borrobudur, tetapi
hanya ke satu sisi, yaitu Gunung Gede. Dengan demikian, Gunung Gede menempati
posisi geomantik yang sangat kuat bagi situs GunungPadang.
Secara astonomis, situs Gunung Padang pun mempunyai harmoni dalam
naungan bintangbintang di langit. Analisis astronomi menggunakan program
planetarium menunjukkan bahwa posisi situs ini pada sekitar 2000 tahun yang lalu
atau pada masa prasejarah berada tepat di bawah bagian tengah lintasan padat
bintang di langit berupa jalur Galaksi Bima Sakti. Dan, lokasi situs Gunung Padang
pun di sisi atas dan bawah kakilangitnya masingmasing dikawal oleh dua rasi yang
merupakan penguasa dunia bawah (Bumi) yaitu rasi serpens (ular) dan dunia atas
(Langit) yaitu rasi aquila (elang). Secara kosmologis, para pembangun situs ini telah
memperhatikan tatalangit di atasnya. Bila situs ini benar dibangun pada masa
prasejarah, pembangunannya adalah ras Austronesia yang merupakan
pendatangpendatang pertama di Indonesia. Mereka melintasi Nusantara dari tanah
asalnya dengan cara berlayar, dan penguasaan ilmu perbintangan/falak adalah salah
satu hal mutlak dalam pelayaran antarpulau. Mungkin juga bahwa situs ini digunakan
untuk menjadi tempat pengamatan bintang pada masa lalu.
Demikian, situs Gunung Padang, situs prasejarah megalitik yang menurut
beberapa publikasi merupakan situs megalitik terbesar di Asia Tenggara, terletak di
-
5/28/2018 Situs Gunung Padang
11/11
Kabupaten Cianjur, ternyata sarat makna yang melibatkan faktor geologi, arkeologi,
religiositas, dan astronomi yang dibangun dalam harmoni bumi dan langit.
Sumber:
http://rovicky.wordpress.com/2012/06/02/piramida-piramida-di-dunia-punden-
berundak-megalitik-gunung-padang-2/
http://rovicky.wordpress.com/2012/06/02/piramida-piramida-di-dunia-punden-berundak-megalitik-gunung-padang-2/http://rovicky.wordpress.com/2012/06/02/piramida-piramida-di-dunia-punden-berundak-megalitik-gunung-padang-2/http://rovicky.wordpress.com/2012/06/02/piramida-piramida-di-dunia-punden-berundak-megalitik-gunung-padang-2/http://rovicky.wordpress.com/2012/06/02/piramida-piramida-di-dunia-punden-berundak-megalitik-gunung-padang-2/http://rovicky.wordpress.com/2012/06/02/piramida-piramida-di-dunia-punden-berundak-megalitik-gunung-padang-2/