Situs Gunung Padang

11
 Sebelum bercerita tentang Gunung Padang, ibawah ini tulisan Pak Awang tentang situs Megalith Gunung Padang . Tulisan ini yang menjadi pegangan sewaktu PP-IAGI (Pengurus Pusat Ikatan Ahli Geologi Indonesia) meninjau Gunung Padang. Sedikit tentang Kebudayaan Megalitikum Megalitikum (mega besar, litos batu: batu besar) adalah suatu kebudayaan yang terutama menghasilkan bangunan  bangunan dari batu batu besar (Sukmono, 1973, 1990). Batu batu ini biasanya tidak dikerjakan halus halus, hanya diratakan secara kasar untuk mendapatkan bentuk yang diperlukan. Kebudayaan megalitikum berakar pada zaman Neolitikum, tetapi terutama  berkembang pada zaman Logam. Hal ini diketahui berdasarkan penemuan pada  banyak hasil kebudayaan megalitikum (misalnya kubur batu) ditemukan juga banyak  perhiasan dan peralatan dari perunggu atau besi. Periode kebudayaan megalitikum relatif, berbeda beda dari satu wilayah negara ke negara lain. Ada yang dimulai sekitar 4000 SM (sebelum Masehi), ada yang bahkan masih berlangsung sampai abad modern bahkan sampai sekarang seperti di beberapa tempat di Indonesia (Nias, Sumba, Flores, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara). Hasil  hasil terpenting kebudayaan megalitikum adalah:  menhir: tiang/tugu batu sebagai tanda peringatan dan melambangkan arwah nenek moyang,  dolmen: meja batu tempat sesaji atau sebagai atap kuburan,  sarkofagus/keranda/waruga: peti batu untuk mayat,  kubur batu/pandusa: kuburan dengan dinding dinding batu (bukan bentuk  peti batu),  punden berundak : bangunan pemujaan yang disusun bertingkat tingkat, dan  arca: patung melambangkan nenek moyang Situs Megalitikum Gunung Padang “Gunung Padang” adalah nama  yang diberikan kepada sebuah situs (tempat  peninggalan kebudayaan purbakala) berupa bangunan punden berundak sehingga menyerupai sebuah bukit/gunung. Situs Gunung Padang terletak di sebuah kawasan di antara Cianjur bagian utara dan Cianjur bagian selatan, sekitar 25 km sebelah selatan baratdaya kota Cianjur. Berdasarkan pengukuran GPS, lokasi situs ini berada  pada koordinat 06°59,522LS dan 107°03,363 BT pada ketinggian 894 m dpl di

description

situs gn.pdang

Transcript of Situs Gunung Padang

  • 5/28/2018 Situs Gunung Padang

    1/11

    Sebelum bercerita tentang Gunung Padang, ibawah ini tulisan Pak Awang

    tentang situs Megalith Gunung Padang . Tulisan ini yang menjadi pegangan sewaktu

    PP-IAGI (Pengurus Pusat Ikatan Ahli Geologi Indonesia) meninjau Gunung Padang.

    Sedikit tentang Kebudayaan Megalitikum

    Megalitikum (megabesar, litosbatu: batu besar) adalah suatu kebudayaan

    yang terutama menghasilkan bangunanbangunan dari batubatu besar (Sukmono,

    1973, 1990). Batubatu ini biasanya tidak dikerjakan halushalus, hanya diratakan

    secara kasar untuk mendapatkan bentuk yang diperlukan.

    Kebudayaan megalitikum berakar pada zaman Neolitikum, tetapi terutama

    berkembang pada zaman Logam. Hal ini diketahui berdasarkan penemuan pada

    banyak hasil kebudayaan megalitikum (misalnya kubur batu) ditemukan juga banyakperhiasan dan peralatan dari perunggu atau besi. Periode kebudayaan megalitikum

    relatif, berbedabeda dari satu wilayah negara ke negara lain. Ada yang dimulai

    sekitar 4000 SM (sebelum Masehi), ada yang bahkan masih berlangsung sampai

    abad modern bahkan sampai sekarang seperti di beberapa tempat di Indonesia (Nias,

    Sumba, Flores, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara).

    Hasilhasil terpenting kebudayaan megalitikum adalah: menhir: tiang/tugu batu sebagai tanda peringatan dan melambangkan arwah

    nenek moyang,

    dolmen: meja batu tempat sesaji atau sebagai atap kuburan, sarkofagus/keranda/waruga: peti batu untuk mayat, kubur batu/pandusa: kuburan dengan dindingdinding batu (bukan bentuk

    peti batu),

    punden berundak: bangunan pemujaan yang disusun bertingkattingkat, dan arca: patung melambangkan nenek moyang

    Situs Megalitikum Gunung Padang

    Gunung Padang adalah namayang diberikan kepada sebuah situs (tempat

    peninggalan kebudayaan purbakala) berupa bangunan punden berundak sehingga

    menyerupai sebuah bukit/gunung. Situs Gunung Padang terletak di sebuah kawasan

    di antara Cianjur bagian utara dan Cianjur bagian selatan, sekitar 25 km sebelah

    selatan baratdaya kota Cianjur. Berdasarkan pengukuran GPS, lokasi situs ini berada

    pada koordinat 0659,522 LS dan 10703,363 BT pada ketinggian 894 m dpl di

  • 5/28/2018 Situs Gunung Padang

    2/11

    dasar situs. Lokasi dapat ditempuh menggunakan kendaraan bus kecil (tidak dapat

    sampai lokasi, 3 km sebelum lokasi harus berhenti), mobil jeep dan sejenisnya

    (bukan sedan) sampai lokasi, atau motor sampai lokasi.

    Kondisi jalan bervariasi dari buruk sampai bagus dengan dominan sedang.

    Dari kota Cianjur, lokasi dapat ditempuh menuju Sukabumi, kemudian berbelok ke

    arah jalan menuju Warungkondang dan Kancana sampai ke Lampegan. Sebelum

    sampai Lampegan, yang merupakan stasiun peninggalan Belanda, ada jalan berbelok

    menuju situs Gunung Padang. Papan petunjuk jalan lokasi situs cukup membantu.

    Perjalanan ke arah situs berada di kawasan perkebunan teh. Secara administratif,

    situs ini termasuk ke dalam Desa Karyamukti, Kecamatan Cempaka, Kabupaten

    Cianjur, Jawa Barat. Situs ini ada dalam pengelolaan Balai Pelestarian PeninggalanPurbakala Serang.

    Situs Gunung Padang merupakan Punden Berundak yang tidak simetris,

    berbeda dengan punden berundak simetris seperti Borrobudur, juga berbeda dengan

    punden berundak simetris lainnya yang ditemukan di Jawa Barat seperti situs Lebak

    Sibedug di Banten Selatan. Sebuah punden berundak tidak simetris menunjukkan

    bahwa pembangunan punden ini mementingkan satu arah saja ke mana bagunan ini

    menghadap.

    Situs Gunung Padang terdiri atas lima teras (tingkatan). Dasar situs terdapat

    di 0659,522 LS , 10703,363 BT lokasi ketinggian 894 m dpl (di atas permukaan

    laut), data setiap teras adalah sebagai berikut:

    1. teras pertama berada di lokasi 0659,617 LS dan 10703,367 BT padaketinggian 983 m dpl, arah teras menghadap ke mataangin utara baratlaut

    (azimut 335 UT),

    2. teras kedua berada di lokasi 0659,631 LS dan 10703,373 BT padaketinggian 985 m dpl, arah teras menghadap ke mataangin utara baratlaut

    (azimut 337 UT),

    3. teras ketiga berada di lokasi 0659,652 LS dan 10703,381 BT padaketinggian 986 m dpl, arah teras menghadap ke mataangin utara baratlaut

    (azimut 335 UT),

  • 5/28/2018 Situs Gunung Padang

    3/11

    4. teras keempat berada di lokasi 0659,658 LS dan 10703,380 BT padaketinggian 987,5 m dpl, arah teras menghadap ke mataangin utarabaratlaut

    (azimut 330 UT).

    5. teras kelima berada di lokasi 0659,666 LS dan 10703,383 BT padaketinggian 989 m dpl, arah teras menghadap ke mataangin utarabaratlaut

    (azimut 345 UT).

    Berdasarkan data di atas, tinggi punden berundak situs Gunung Padang

    adalah 95 meter dengan arah utama teras menuju utara baratlaut dengan ratarata

    orientasi (azimut 336,40 UT). Memperhatikan titik lokasi menurut garis lintang

    pada setiap teras, dapat dilihat bahwa dari teras 1 ke teras 5 membujur dari utara ke

    selatan dengan beda tinggi 6 m dari teras 1 ke teras 5.Bahan bangunan pembuat situs adalah batubatu besar andesit, andesit

    basaltik, dan basal berbentuk tiangtiang dengan panjang dominan sekitar satu meter

    berdiameter dominan 20 cm. Tiangtiang batuan ini mempunyai sisisisi membentuk

    segibanyak dengan bentuk dominan membentuk tiang batu empat sisi (tetragon) atau

    lima sisi (pentagon). Setiap teras mempunyai polapola bangunan batu yang

    berbedabeda yang ditujukan untuk berbagai fungsi. Teras pertama merupakan teras

    terluas dengan jumlah batuan paling banyak, teras kedua berkurang jumlah batunya,

    teras ke3 sampai ke5 merupakan terasteras yang jumlah batuannya tidak banyak.

    Luas area ini secara keseluruhan dilaporkan sekitar tiga hektare (30.000 m2)dengan

    luas total lima teras 3132 m2 sehingga di beberapa publikasi internet dinyatakan

    sebagai situs megalitikum terluas di Asia Tenggara.

    Ke sebelah utara baratlaut Gunung Padang terdapat Gunung Gede (2950 m

    dpl) pada jarak sekitar 25 km, di sebelah tenggara Gunung Gede terdapat

    puncakpuncak lain yang membentuk kelurusan sekitar 330340 UT ke arah situs

    Gunung Padang, yaitu Gunung Kancana (1233 m dpl) dan Pasir (bukit) Pogor (999

    m dpl).

    Secara teknis, situs Gunung Padang pertama kali dilaporkan keberadaannya

    oleh peneliti kepurbakalaan zaman Belanda: N.J. Krom, seorang ahli kepurbakaan

    Hindu di Nusantara.

    Laporan pertama tentang Gunung Padang muncul dalam laporan tahunan

    Dinas Purbakala Hindia Belanda tahun 1914 (Rapporten van den Oudheidkundigen

  • 5/28/2018 Situs Gunung Padang

    4/11

    Dienst in NederlandschIndie). N.J. Krom tidak melakukan penelitian mendalam

    atasnya, hanya menyebutkan bahwa situs ini diperkirakannya sebagai sebuah

    kuburan purbakala. Situs ini kemudian dilaporkan kembali keberadaannya pada

    tahun 1979 oleh penduduk setempat kepada penilik kebudayaan dari pemerintah

    daerah. Sejak itu, situs ini telah diteliti cukup mendalam meskipun masih

    menyisakan berbagai kontroversi. Para ahli purbakala atau yang meminati

    kepurbakalaan telah melakukan berbagai penelitian atas situs ini. Sebagian besar

    hasil penelitiannya tidak bisa diakses dengan mudah oleh umum, hanya tersimpan

    sebagai publikasi ilmiah profesional. Beberapa lembaga yang pernah melakukan

    penelitian di sini adalah: Direktorat Sejarah dan Purbakala, Pusat Penelitian dan

    Pengembangan Arkeologi Nasional, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat,Balai Arkeologi Bandung dan sebuah lembaga swasta Bandung Fe Institute.

    Masyarakat umum baik dari dalam maupun luar negeri telah mengunjungi

    situs ini. Beberapa catatan kunjungannya bisa ditemukan di beberapa situs internet,

    baik dalam bentuk kisah perjalanan maupun tulisantulisan yang lebih serius.

    Keakurasian tulisantulisan di internet itu bervariasi dari yang meragukan sampai

    yang cukup berbobot ilmiah.

    Pak Awang melakuka kunjungan lapangan setahun sebelumnya (Sabtu 19

    Februari 2011). Pak Awang melakukan kunjungan ini bersama-sama dengan Truedee

    Publishing. Pak Awang mengikuti kunjungan sehari ke situs Gunung Padang pada

    Sabtu 19 februari 2011. Kunjungan ini melibatkan berbagai ahli sebagai interpreter

    (penafsir) dan diikuti oleh masyarakat umum serta beberapa badan Pemerintah. Total

    peserta adalah 60 orang menggunakan berbagai kendaraan (bus kecil, jeep dan

    sejenisnya, motor).

    Para interpreter terdiri atas:

    Budi Brahmantyo: ahli geologi ITB, menjelaskan situs ini secara geologi Lutfi Yondri: ahli arkeologi Balai Arkeologi, menjelaskan situs ini secara

    arkeologi

    Lucky Hendrawan: ahli etnolinguistik dari sebuah sekolah seni di Bandung,menjelaskan situs ini secara kebudayaan Sunda kuno

  • 5/28/2018 Situs Gunung Padang

    5/11

    Kunjungan berjalan dengan lancar dalam cuaca yang cerah dengan suasana

    diskusi yang membangun dan menambah wawasan setiap peserta termasuk para

    interpreter.

    Rombongan berangkat dari kantor Dinas Pariwisata dan Budaya Cianjur

    pukul 10.40 WIB, tiba di lokasi stasiun Lampegan (konon merupakan pembahasaaan

    Sunda dari katakata berbahasa Belanda lamp gaanlampu menyala, karena di

    dalam terowongan gelap, maka masinis kereta akan berteriak lamp gaanagar

    petugas menyalakan lampu) pukul 12.05 WIB, mengunjungi terowongan Lampegan

    yang dibangun pada 18791882 dan direnovasi pada tahun 2000, dan tiba di situs

    Gunung Padang pada pukul 13.04 WIB. Rombongan meninggalkan situs pada pukul

    16.30 WIB.Setelah semua peserta menaiki anak tangga batuan andesit sebanyak hampir

    400 anak tangga setinggi 95 meter dengan kecuraman yang cukup terjal (sekitar 40)

    yang menantang dada dan kaki, tibalah di teras satu situs Gunung Padang. Yang

    pertama terlihat adalah betapa banyaknya tiangtiang batu andesit basaltik dan basal

    hasil peretakan meniang (columnar jointing) yang disusun sedemikian rupa di atas

    teras tersebut. Pemandangan ke atas menuju terasteras berikutnya juga dihiasi oleh

    batubatuan ini, meskipun tak sebanyak di teras satu. Ribuan batuan ini disusun

    sedemikian rupa untuk berbagai fungsi: ada tangga ke teras yang diapit

    menhirmenhir, ada tiga bilah batu yang seperti bekas belahan dan ditahan batu lain

    di bawahnya agar tak langsung mengenai tanah seperti diperuntukkan sebagai alat

    musik, ada tiangtiang batu yang disusun menyerupai kursi, ada beberapa gundukan

    batubatu ibarat sebuah altar, dan masih banyak yang lain.

    Situs megalitik Gunung Padang bisa jadi merupakan tempat upacara

    penyembahan yang dilengkapi dengan alatalat musik terbuat dari batu. Situs

    Gunung Padang juga pernah diteliti sebagai situs pertama di Indonesia yang

    menjadikan batuan megalitik sebagai alat musik. Dahlan dan Situngkir (2008) dari

    Bandung. Fe Institute pernah meneliti bilahbilah batu yang bisa mengeluarkan nada

    dentingan tinggi ketika dipukul oleh batu lain. Pengukuran frekuensi nada dan

    perhitungan matematika yang dilakukan mereka menemukan bahwa bilahbilah batu

    yang diperuntukkan sebagai alat musik ini dapat mengeluarkan nada dengan

    frekuensi di antara 26005200 kHz yang selaras dengan nada f, g, d, a (

  • 5/28/2018 Situs Gunung Padang

    6/11

    menunjukkan tiga oktaf). Penulis dan seorang rekan geologist mencoba

    memukulmukul tiga bilah batu yang telah dipetakan oleh Dahlan dan Situngkir

    (2008) sebagai batu musik, dan memang ketiga bilah batu ini mengeluarkan nada

    dengan dentingan (pitch) yang tinggi. Bilahbilah batu ini memang diperuntukkan

    sebagai alat musik, terbukti bahwa mereka ditahan di atas tanah dan bagian bawah

    batuannya dibuat lumpang untuk menambah ruangan gema.

    Kontroversi Situs Gunung Padang

    Dalam beberapa publikasi yang terutama beredar di internet, terdapat

    beberapa kontroversi yang signifikan atas situs ini, terutama tentang : (1) bahan

    bangunan pembuat situs apakah hasil alam atau manusia, dan (2) umur situs ini

    apakah prasejarah (sekitar 1500 SM) atau sejarah (abad ke15 saat Kerajaan

    SundaPajajaran).

    Kontroversi pertamabisa diyakini bahwa bahan bangunan pembuat situs ini

    adalah hasil alam. Para interpreter meyakini bahwa batubatu pembuat situs berasal

    dari pembekuan magma andesit basaltik dan lava basaltik yang mendingin di

    permukaan membentuk struktur kekarkekar (retakan batuan) tiang (columnar

    jointing). Peta geologi Lembar Cianjur (Sudjatmiko, 1972, 2003) atau peta geologi

    Lembar Sindangbarang mengkonfirmasi hal ini.

    Gunung Padang secara geologi merupakan salah satu perbukitan kompleks

    aliran lava andesitik dan lava basaltik yang membentuk punggunganpunggungan tak

    beraturan dan puncakpuncak yang kadangkadang curam. Batuan lava ini berumur

    Pliosen (52 juta tahun yang lalu). Ketika magma dari bawah permukaan Bumi

    sebagai produk letusan gunungapi purba ini mencapai permukaan dan dikenal

    dengan nama lava, terjadi pendinginan serentak. Salah satu bentuk pendinginan

    serentak ini adalah pembentukan tiangtiang batuan lava andesit dan basal saat

    pendinginan terjadi dalam skala kecil dan terinci di seluruh badan lava. Arah

    tiangtiang ini akan tegak lurus terhadap arah aliran lava. Diperkirakan bahwa

    Gunung Padang pada 52 juta tahun yang lalu (beberapa publikasi menyatakannya

    2,1 juta tahun) merupakan sebuah punggungan atau bukit lava yang dibangun oleh

    lava andesit basaltik dan lava basal yang telah mengalami pendinginan membentuk

    tiangtiang batuan. Struktur tiang ini akan mengalami retakretak membentuk

    tiangtiang batu dengan panjang dan diameter tiang batu bervariasi dan setiap tiang

  • 5/28/2018 Situs Gunung Padang

    7/11

    dapat menunjukkan sisisisi yang bervariasi dari 312 sisi, tetapi yang terbanyak

    adalah 46 sisi sebagai akibat proses pendinginan skala kecil. Tiang batu andesit dan

    basal di Gunung Padang dominan bersisi empat (tetragon) atau lima (pentagon).

    Diperkirakan bahwa saat dibangun, para manusia pembangun situs ini telah

    menemukan bukit lava dengan banyak tiangtiang batu andesit dan basal yang

    sebagian tersingkap dan runtuhannya memenuhi dasar bukit dan sekitarnya, atau

    sebagian digali dari dalam bukit dalam proses membuatnya menjadi bentuk

    berundakundak. Puncak bukit dipapas, papasannya dijadikan pengisi bagian

    lerengnya agar tidak terlalu curam (seperti proses cut & fill dalam teknik sipil).

    Dapat diyakini bahwa batubatu penyusun situs megalitik ini bukan hasil pemahatan

    yang dilakukan manusia para pembangun situs ini.

    Kontroversi keduaadalah masalah umur pembangunan situs Gunung

    Padang. Masalah ini kiranya lebih sulit dipecahkan daripada masalah pertama. Para

    ahli arkeologi berdasarkan bentuk situs megalitikum ini dan kesebandingan regional

    menganggap umur situs ini adalah sekitar 1500 SM, dibangun oleh manusiamanusia

    pendahulu penduduk Sunda di Jawa Barat. Tradisitradisi megalitikum di seluruh

    dunia, terutama yang banyak ditemukan di Inggris berupa stone circles yaitu

    bangunanbangunan megalitikum yang ditujukan untuk menyembah Dewa Matahari,

    didirikan pada 40001000 SM. Pendapat lain adalah ditemukannya ukiran berupa

    senjata tradisional Sunda berupa kujang dan tapak harimau pada dua buah batu di

    situs Gunung Padang membuat orang berpikir bahwa Prabu Siliwangi, raja Sunda

    pada abad ke15 merupakan pembangun situs ini.

    Laporan perjalanan seorang pelancong Sunda, Bujangga Manik, seorang

    pangeran dari Kerajaan Sunda pada abad ke15, laporannya ditulis dalam bentuk

    sajak, ditulis di daun palem, dan kini tersimpan di Museum Bodleian, Oxford,

    Inggris kiranya bisa menjadi acuan solusi kontroversi umur situs Gunung Padang.

    Diperkirakan laporan tersebut selesai ditulis pada tahun 1511. Dalam beberapa

    penggalan sajaknya, di antaranya sang bujangga menulis sebagai berikut :

    Eta huluna Ci Sokan nimu lemah kabuyutan/ na lemah nalingga manik/ teherna dek

    sri maliput/ sermangun nalingga payung/ nyanghareup ka Bahu Mitra/ ku ngaing

    geus dibabakan/ dibalay diundakundak/ dibalay sakulilingna/ ti handap ku mungkal

  • 5/28/2018 Situs Gunung Padang

    8/11

    datar/ sermangun ku mungkal bener/ ti luhur ku batu putih / diawuran manik asra/

    carenang heuleutheuleutna/wangun tujuh guna aing / padanan deung pakayuan.

    Bahasa Sunda kuno di atas mirip penggambarannya dengan kondisi punden

    berundak situs Gunung Padang yang juga kebetulan terletak tidak jauh dari hulu

    Sungai Cisokan. Sebagai sesama bangsawan dari Kerajaan Sunda tidaklah mungkin

    kalau Bujangga Manik tidak mengenal pembangun situs ini kalau memang Prabu

    Siliwangi.

    Situs Gunung Padang diperkirakan memang situs prasejarah yang juga pernah

    dikunjungi oleh beberapa bangsawan Kerajaan Sunda pada abad ke15 dan

    menorehkan lambangnya pada batubatu yang ada di situs itu berupa senjata kujang

    dan tapak harimau Siliwangi.Kebudayaan megalitik di Indonesia dominan berkembang pada masa

    Kebudayaan Dongson pada zaman Logam (500 SM) (Sukmono, 1973, 1990). Hal

    ini dibuktikan dengan ditemukannya banyak perhiasan dan peralatan dari perunggu

    pada artefakartefak megalitik seperti kubur batu. Kesulitan penentuan umur situs

    Gunung Padang adalah karena tidak/belum ditemukannya artefakartefak berupa

    manikmanik atau peralatan terbuat dari perunggu. Penulis melakukan pengamatan

    apakah ada peralatan dari logam digunakan untuk membuat situs ini. Pada

    bilahbilah batu yang dijadikan alat musik, kelihatannya ada jejak penggunaan logam

    dalam pembuatan guratan dan lumpang pada bilah batu. Bila ini benar, maka umur

    situs ini bisa juga sekitar 500 SM. Atau bahwa situs ini dibangun secara berkala

    dalam rentang umur yang panjang bisa saja terjadi, misalnya dari tahun 1500500

    SM.

    Harmoni Posisi Bumi dan Langit

    Pengamatan di lapangan; pengukuran posisi, ketinggian dan azimut setiap

    teras; pengolahan data posisi situs menggunakan program astronomi; memperhatikan

    semua keterangan para interpreter serta diskusidiskusi dengan para peserta; dan

    mempelajari semua bahan tulisan yang bisa diakses, membawa penulis kepada

    sebuah kesimpulan yang pada intinya bahwa situs megalitikum Gunung Padang

    adalah sebuah situs megalitikum prasejarah yang dibangun untuk keperluan

    penyembahan dan dibangun pada posisi yang telah memperhatikan geomantik

    (polapola alam/Bumi/mata angin berperan secara harmoni terhadap suatu bangunan)

  • 5/28/2018 Situs Gunung Padang

    9/11

    dan astromantik (polapola bintang dan planet berperan secara harmoni terhadap

    suatu bangunan), seperti juga situssitus megalitik prasejarah/sejarah lainnya di

    seluruh dunia (Piramida, Stonehenge, Long Meg Stone Rigg, Castle Rigg, Loanhead

    of Daviot, Machu Picchu, dan sebagainya).

    Situs megalitikum Gunung Padang telah dibangun dalam harmoni geologi

    sebab ia dibangun memanfaatkan sebuah bukit punggungan/puncak lava andesit

    basaltik dan lava basaltik berumur Pliosen (2,1 juta tahun) yang terbuat dari

    tiangtiang batuan andesit dan basal yang telah terlepas secara alami karena retakan

    oleh pendinginan lava (kekar tiang, columnar jointing). Batubatu tiang ini kemudian

    ditambang oleh manusia pada zaman itu untuk membangun punden berundakundak

    dalam proses cut & fill memanfaatkan semua batuan berbentuk kolom/tiang yang

    telah ada secara alami.

    Situs megalitikum Gunung Padang telah dibangun dalam harmoni geomantik

    untuk tujuan religiositas berupa penyembahan Sang Hyang atau sang penguasa alam

    saat itu yang oleh manusia pada masa itu diyakini bermukim di puncak Gunung

    Gede. Gunung dalam kosmologi agama purba Jawa adalah personifikasi pemberi dan

    pengambil. Ia pemberi kesuburan tanah yang menunmbuhkan tanaman untuk

    dimakan, tetapi ia juga adalah sang pengambil yang letusannya bisa membinasakan

    siapa saja. Maka gunung harus disembah agar ia tak marah dan selalu memberi

    sebagai pembawa berkah. Bahwa situs ini dipakai untuk tempat penyembahan

    dengan orientasi sang penguasa di Gunung Gede dibuktikan oleh kelima teras situs

    ini dari yang paling rendah (teras 1) sampai yang paling tinggi (teras 5) selalu

    diarahkan ke Gunung Gede yang posisinya berada pada arah azimut ratarata 336,40

    UT. Di teras 2 terdapat dua menhir dan satu dolmen kecil yang kelihatannya

    dipakai untuk duduk, dan itu tepat mengarah ke puncak Gunung Gede. Arah azimut

    ratarata ini pun membentuk kelurusan dengan semua bukit/gunung yang ada di

    sekitar Gunung Padang yaitu : Pasir Pogor, Gunung Kancana, Gunung Gede,

    Gunung Pangrango.

    Situs Gunung Padang pun secara geologi berada pada area yang secara

    kegempaan cukup aktif, yaitu tidak jauh dari sebuah patahan besar di kerak Bumi

    yaitu Patahan/Sesar Cimandiri. Sesar Cimandiri adalah sesar besar yang memanjang

    dari Teluk Pelabuhanratu sampai sekitar Padalarang. Bila ada pengaktifan gaya

  • 5/28/2018 Situs Gunung Padang

    10/11

    geologi di sekitar Teluk Pelabuhanratu atau Jawa Barat Selatan, maka sesar ini sering

    menjadi media penerus gaya goncangan gempa. Beberapa menhir yang terguling dan

    patah di area situs ini diperkirakan sebagai efek gempa. Pembangunan situs ini juga,

    terutama di teras 1 telah cukup memperhatikan masalah kelabilan area ini dengan

    cara menyusun tiangtiang batu secara mendatar dan saling tumpukmenumpuk

    untuk penguatan. Dalam hubungannya dengan penyembahan, situs ini pun dapat

    dibangun untuk maksud agar manusia dijauhkan dari bencana gempa atau gunungapi

    yang memang sumbersumbernya tidak jauh dari Gunung Padang.

    Tidak seperti banyak banyak situs megalitikum lainnya (seperti Piramida,

    Stonehenge, Machu Picchu) yang dibangun untuk menyembah atau mengindahkan

    (dewa) Matahari, situs Gunung Padang dibangun untuk diorientasikan seluruhnyakepada Gunung Gede. Ini nampak dari pola bangunan punden berundaknya yang

    asimetris, tidak dibangun simetris ke semua sisi seperti Candi Borrobudur, tetapi

    hanya ke satu sisi, yaitu Gunung Gede. Dengan demikian, Gunung Gede menempati

    posisi geomantik yang sangat kuat bagi situs GunungPadang.

    Secara astonomis, situs Gunung Padang pun mempunyai harmoni dalam

    naungan bintangbintang di langit. Analisis astronomi menggunakan program

    planetarium menunjukkan bahwa posisi situs ini pada sekitar 2000 tahun yang lalu

    atau pada masa prasejarah berada tepat di bawah bagian tengah lintasan padat

    bintang di langit berupa jalur Galaksi Bima Sakti. Dan, lokasi situs Gunung Padang

    pun di sisi atas dan bawah kakilangitnya masingmasing dikawal oleh dua rasi yang

    merupakan penguasa dunia bawah (Bumi) yaitu rasi serpens (ular) dan dunia atas

    (Langit) yaitu rasi aquila (elang). Secara kosmologis, para pembangun situs ini telah

    memperhatikan tatalangit di atasnya. Bila situs ini benar dibangun pada masa

    prasejarah, pembangunannya adalah ras Austronesia yang merupakan

    pendatangpendatang pertama di Indonesia. Mereka melintasi Nusantara dari tanah

    asalnya dengan cara berlayar, dan penguasaan ilmu perbintangan/falak adalah salah

    satu hal mutlak dalam pelayaran antarpulau. Mungkin juga bahwa situs ini digunakan

    untuk menjadi tempat pengamatan bintang pada masa lalu.

    Demikian, situs Gunung Padang, situs prasejarah megalitik yang menurut

    beberapa publikasi merupakan situs megalitik terbesar di Asia Tenggara, terletak di

  • 5/28/2018 Situs Gunung Padang

    11/11

    Kabupaten Cianjur, ternyata sarat makna yang melibatkan faktor geologi, arkeologi,

    religiositas, dan astronomi yang dibangun dalam harmoni bumi dan langit.

    Sumber:

    http://rovicky.wordpress.com/2012/06/02/piramida-piramida-di-dunia-punden-

    berundak-megalitik-gunung-padang-2/

    http://rovicky.wordpress.com/2012/06/02/piramida-piramida-di-dunia-punden-berundak-megalitik-gunung-padang-2/http://rovicky.wordpress.com/2012/06/02/piramida-piramida-di-dunia-punden-berundak-megalitik-gunung-padang-2/http://rovicky.wordpress.com/2012/06/02/piramida-piramida-di-dunia-punden-berundak-megalitik-gunung-padang-2/http://rovicky.wordpress.com/2012/06/02/piramida-piramida-di-dunia-punden-berundak-megalitik-gunung-padang-2/http://rovicky.wordpress.com/2012/06/02/piramida-piramida-di-dunia-punden-berundak-megalitik-gunung-padang-2/