sistem sirkulasi

44
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem sirkulasi adalah sistem transpor yang mangantarkan oksigen dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju jaringan, serta mengembalikan karbondioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju ginjal. Sistem sirkulasi terdiri atas beberapa komponen yaitu jantung, pembuluh darah, dan darah. Sistem sirkulasi juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh, dan mendistribusi hormone serta berbagai zat tersebut, dipompakan oleh jantung melalui suatu sistem pembuluh darah tertutup. Terdapat dua mekanisme sirkulasi darah, yaitu sirkulasi sistemik dan sirkulasi pulmonal. Sistem sirkulasi dikendalikan oleh berbagai sistem pengaturan yang secara umum berfungsi mempertahankan aliran darah kapiler yang adekuat bila, memungkinkan ke 1

description

sistem sirkulasi dan anemia

Transcript of sistem sirkulasi

Page 1: sistem sirkulasi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem sirkulasi adalah sistem transpor yang mangantarkan oksigen dan berbagai

zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju jaringan, serta

mengembalikan karbondioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju ginjal.

Sistem sirkulasi terdiri atas beberapa komponen yaitu jantung, pembuluh darah,

dan darah.

Sistem sirkulasi juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh, dan mendistribusi

hormone serta berbagai zat tersebut, dipompakan oleh jantung melalui suatu sistem

pembuluh darah tertutup. Terdapat dua mekanisme sirkulasi darah, yaitu sirkulasi

sistemik dan sirkulasi pulmonal.

Sistem sirkulasi dikendalikan oleh berbagai sistem pengaturan yang secara umum

berfungsi mempertahankan aliran darah kapiler yang adekuat bila, memungkinkan ke

seluruh organ tubuh, tetapi khususnya ke jantung dan otak. Makalah ini akan

membahas mengenai anatomi fisiologi dari sistem sirkulasi dan gangguan pada

sistem sirkulasi yaitu Anemia.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Dapat memahami tentang sistem sirkulasi pada manusia beserta salah satu

gangguannya yaitu anemia.

2. Tujuan Khusus

1

Page 2: sistem sirkulasi

a. Memahami mengenai anatomi sistem sirkulasi

b. Memahami mengenai fisiologi sistem sirkulasi

c. Memahami mengenai salah satu gangguan yang terjadi pada sistem

sirkulasi seperti anemia mulai dari pengertian, penyebab, klasifikasi,

patofisiologi, pemeriksaan diagnortik, intervensi medis dan intervensi

keperawatan.

2

Page 3: sistem sirkulasi

BAB II

ISI

A. Anatomi Sistem Sirkulasi

Sistem sirkulasi adalah sistem transpor yang mangantarkan oksigen dan berbagai

zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju jaringan, serta

mengembalikan karbondioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju ginjal.

(Ganong, William F : 2001)

Sistem sirkulasi terdiri atas beberapa komponen yaitu jantung, pembuluh darah,

dan darah.

1. Jantung

Gambar 2.1Anatomi Jantung

3

Page 4: sistem sirkulasi

Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga dan dengan

basisnya di atas dan puncaknya di bawah. Letak jantung di dalam rongga dada

sebelah depan (kavum mediastinum anterior), sebelah kiri bawah dari

pertengahan rongga dada, di atas diafragma, dan pangkalnya terdapat di belakang

kiri antara kosta V dan VI dua jari di bawah papilla mamae. Ukurannya lebih

kurang sebesar gengaman tangan kanan dan beratnya kira-kira 250-300 gram.

(Syaifudin : 2006)

Jantung terbagi oleh sekat menjadi dua belah, yaitu kiri dan kanan. Setiap

belahan kemudian dibagi lagi dalam dua ruang, yang atas disebut atrium dan yang

bawah ventrikel. Di setiap sisi ada hubungan antara atrium dan ventrikel melalui

lubang atrio-ventrikuler dan setiap lubang terdapat katup, yang kanan bernama

katup trikuspidalis dan yang kiri katup mitral. (Pearce, Evelyn C : 2000)

Pembuluh darah yang tersambung dengan jantung vena membawa darah dari

paru-parukava superior dan inferior yang menuangkan darahnya ke dalam atrium

kanan. Lubang dari vena kava inferior dijaga oleh katup semilunar eustakhius.

Arteri pulmonalis membawa darah keluar dari ventrikel kanan. Empat vena

pulmonalis membawa darah dari paru-paru ke atrium kiri. Aorta membawa darah

keluar dari ventrikel kiri. Lubang dari aorta dan dari arteri pulmonaris dijaga oleh

katup semilunar. Katup antara ventrikel kiri dan aorta disebut katip aortic, yang

menghindarkan darah mengalir kembali dari aorta ke ventrikel kiri. Katup antara

ventrikel kanan dan arteri pulmonalis disebut katup pulmonaris yang

4

Page 5: sistem sirkulasi

menghindarkan darah mengalir kembali ke dalam ventrikel kanan. (Pearce,

Evelyn C : 2000)

Lapisan jantung terdiri dari tiga lapis, yaitu endokardium atau pembungkus

luar, miokardium atau lapisan otot tengah dan pericardium atau batas dalam.

2. Pembuluh Darah

Gambar 2.2Anatomi Pembuluh Darah

Pembuluh darah merupakan system saluran tertutup yang membawa darah

dari jantung ke jaringan dan kembali ke jantung (Ganong, William F : 2001)

a. Arteri

Arteri merupakan pembuluh darah yang keluar dari jantung yang

membawa darah ke seluruh bagian dan alat tubuh. Pembuluh darah arteri

yang paling besar keluar dari ventrikel sinistra disebut aorta. Arteri

5

Page 6: sistem sirkulasi

mempunyai dinding yang kuat dan tebal tetapi sifatnya elastis. Arteri yang

paling besar dalam tubuh yaitu aorta dan arteri pulmonalis, diameternya

kira-kira 1-3 cm. arteri ini mempunyai cabang-cabang ke seluruh tubuh

yang disebut arteriola yang akhirnya akan menjadi pembuluh darah

rambut (kapiler). (Syaifudin : 2006)

b. Vena

Vena merupakan pembuluh darah yang membawa darah dari bagian/alat-

alat tubuh masuk ke dalam jantung. Tentang bentuk dan susunan yang

menguasai vena sama dengan pada arteri. Katup-katup pada vena

kebanyakan terdiri dua kelompok yang gunanya untuk mencegah darah

agar tidak kembali lagi. Vena-vena yang ukurannya besar di antaranya

vena kava dan vena pulmonalis. Vena juga mempunyai cabang yang lebih

kecil yang disebut venolus yang selanjutnya menjadi kapiler. (Syaifudin :

2006)

Tabel 2.1

Perbedaan Pembuluh Darah Vena dan Arteri

Vena Arteri

1. Membawa darah kotor kecuali

vena pulmonalis

2. Mempunyai dinding yang tipis

3. Jaringannya kurang elastis

4. Mempunyai katup-katup

sepanjang jalan yang mengarah

1. Membawa darah bersih kecuali

arteri pulmonalis

2. Mempunyai dinding yang tebal

3. Mempunyai jaringan yang

elastis

4. Katup hanya pada permulaan

6

Page 7: sistem sirkulasi

ke jantung

5. Tidak menunjukkan adanya

tempat mendengar denyut

jantung

keluar dari jantung

5. Menunjukkan adanya tempat

untuk mendengarkan denyut

nadi

c. Kapiler

Kapiler merupakan pembuluh darah yang sangat halus. Diameternya kira-

kira 0,008 mm. Pembuluh darah kapiler pada umumnya meliputi sel-sel

jaringan. Oleh karenanya secara langsung berhubungan dengan sel.

Karena dindingnya sangat tipis maka plasma dan zat makanan mudah

merembes ke cairan antar-sel. Kapiler berfungsi sebagai :

1) Alat penghubung antara pembuluh darah arteri dan vena

2) Tempat terjadinya pertukaran zat-zat antara darah dan cairan jaringan

3) Mengambil hasil-hasil dari kelenjar

4) Menyerap zat makanan yang terdapat di usus

5) Menyaring darah yang terdapat di ginjal

(Syaifudin : 2006)

7

Page 8: sistem sirkulasi

3. Darah

Gambar 2.3 Darah dan Pembuluhnya

Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh darah

yang warnanya merah. Komponen cair darah disebut plasma, 91-92% terdiri

dari air sebagai medium transport dan 7-9% terdiri dari zat padat. Zat padat

tersebut adalah protein-protein seperti albumin, globulin, dan fibrinogen,

unsur anorganik berupa natrium, kalsium, kalium, fosfor, besi dan yodium.

Unsur organic berupa zat-zat nitrogen non protein, urea, asam urat, xantin,

kreatinin, asam amino, lemak netral, fosfolipid, kolesterol, glukosa, dan

berbagai enzim seperti amylase, protease dan lipase.

8

Page 9: sistem sirkulasi

Gambar 2.4Sel-sel darah

Darah terdiri dari dua bagian yaitu :

a. Sel-sel darah

1) Eritrosit (sel darah merah)

Bentuknya seperti cakram/bikonkaf dan tidak mempunyai inti.

Ukuran diameter kira-kira 7,7 unit (0,007 mm), tidak dapat bergerak.

Warnanya kuning kemerah-merahan, karena di dalamnya mengandung

suatu zat yang disebut hemoglobin (Hb) warna ini akan bertambah

9

Page 10: sistem sirkulasi

merah jika di dalamnya banyak mengandung oksigen.. Kadar 1 Hb

inilah yang dijadikan patokan dalain menentukan penyakit Anemia.

Eritrosit berusia sekitar 120 hari. Sel yang telah tua dihancurkan di

Limpa. Hemoglobin dirombak kemudian dijadikan pigmen Bilirubin

(pigmen empedu). Eritrosit di dalam tubuh dibuat di sumsum tulang

merah, limpa dan hati, Eritrosit berusia sekitar 120 hari. Sel yang telah

tua dihancurkan di Limpa . Hemoglobin dirombak kemudian dijadikan

pigmen Bilirubin (pigmen empedu).

Jumlah normal pada orang dewasa kira-kira 11,5-15 gram dalam 100

cc darah. Normal Hb wanita 11,5 mg% dan Hb laki-laki 13,0 mg%.

Pembentukan sritrosit yaitu eritropoesis terjadi di sumsum tulang.

Pada produksi eritrosit diperlukan beesi, vitamin B12, asam folat,

piridoksin (B6), kobal, asam amino dan tembaga.

2) Leukosit (sel darah putih)

Bentuk leukosit jika di bawah mikroskop terlihat bentuknya yang

dapat berubah-ubah dan dapat bergerak dengan perantaraan kaki palsu

(pseudopodia), mempunyai bermacam-macam inti sel, warnanya

bening, banyaknya dalam 1 mm3 darah kira-kira 6000-9000.

Leukosit dibagi menjadi 5 tipe dalam 2 kategori, yaitu :

a. Agranulosit

Memiliki granula kecil di dalam protoplasmanya, terbagi menjadi :

10

Page 11: sistem sirkulasi

(1) Neutrofil : granula yang tidak berwarna mempunyai inti sel

yang terangkai, kadang seperti terpisah-pisah, protoplasmanya

banyak berbintik-bintik halus/granula, serta banyaknya 60-

70%. Sel pertahanan pada invasi bakteri.

(2) Eosinofil : granula berwarna merah dengan perwarnaan asam,

ukuranya hampir sama dengan neutrofil, tetapi granula dalam

sitoplasmanya lebih besar, banyaknya kira-kira 2-4%.

(3) Basofil : granula berwarna biru dengan pewarnaan basa, sel ini

lebih kecil daripada eosinofil, tetapi mempunyai inti yang

bentuknya teratur, banyaknya kira-kira 0,5% di sumsum

merah.

b. Granulosit

Granulosit terdiri atas :

(1) Limfosit

Memiliki nucleus besar bulat, ukuran bervariasi darin7 sampai

dengan 15 mikron. Banyaknya 20-25% dan fungsinya

membunuh dan memakan bakteri yang masuk ke dalam

jaringan tubuh. Limfosit ada 2 macam yaitu limfosit T dan

limfosit B.

(2) Monosit

Ukurannya lebih besar dari limfosit, warnanya biru sedikit abu-

abu, serta mempunyai bintik-bintik sedikit kemerahan.

11

Page 12: sistem sirkulasi

Fungsinya sebagai fagosit. Jumlahnya 34% dari total

komponen yang ada di sel darah putih.

Bentuknya besar

3) Trombosit (sel pembeku darah)

Berbetuk cakram bulat, oval, bikonveks, tidak berinti dan hidupnya

sekitar 10 hari. Jumlahnya antara 150.000-400.000/milliliter.

Trombosit berperan penting dalam pembentukan bekuan darah.

b. Plasma darah

Plasma adalah bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah, warnanya

bening kekuning-kuningan. Hampir 90% dari plasma darah terdiri atas air.

Zat-zat yang terkandung dalam plasma darah adalah sebagai berikut :

1) Fibrinogen yang berguna dalam peristiwa pembukuan darah

2) Garam mineral (kalsium, kalium, natrium)

3) Protein darah (albumin, globulin)

4) Zat makanan (asam amino, glukosa, lemak, mineral dan vitamin)

5) Hormon

6) Antibodi

12

Page 13: sistem sirkulasi

B. Fisiologi Sistem Sirkulasi

Gambar 2.5

13

Page 14: sistem sirkulasi

Diagram sirkulasi

Jantung adalah organ utam sirkulasi darah. Terdapat dua sirkulasi dalam tubuh

manusia, yaitu :

1. Sirkulasi darah besar/ sistemik

Darah meninggalkan ventrikel kiri jantung melalui aorta, yaitu arteri terbesar

dalam tubuh. Aorta ini bercabang menjadi arteri lebih kecil yang mengantarkan

darah ke berbagai bagian tubuh. Arteri-arteri ini bercabng dan beranting lebih

kecil lagi hingga sampai pada arteriola. Arteri-arteri ini mempunyai dinding yang

sangat berotot yang menyempitkan salurannya dan menahan aliran darah.

Fungsinya adalah mempertahankan tekanan darah arteri dan mengatur aliran

darah dalam kapiler. Dinding kapiler sangat tipis sehingga dapat berlangsung

pertukaran zat antara plasma dan jaringan intertisil. Kemudian kapiler-kapiler ini

bergabung dan membentuk pembuluh lebih besar yang disebut venula, yang

kemudian bersatu menjadi vena, untuk mengantarkan darah kembali ke jantung.

Semua vena bersatu dan bersatu lagi hingga terbentuk dua batang vena yaitu vena

kava superior yang mengumpulkan darah dari badan dan anggota gerak bawah.

Dan vena kava superior yang mengumpulkan darah dari kepala dan anggota gerak

atas. Kedua pembuluh darah ini menuangkan isinya ke dalam atrium kanan

jantung.

2. Sirkulasi darah kecil / pulmonal

14

Page 15: sistem sirkulasi

Darah dari vena tadi kemudian masuk ke dalam ventrikel kanan yang

berkontraksi dan memompanya ke dalam arteri pulmonalis. Arteri ini bercabang

dua untuk mengantarkan darahnya ke paru-paru kanan dan kiri. Di dalam paru-

paru setiap arteri membelah menjadi arteriola dan akhirnya menjadi kapiler

fulmonal yang mengintari alveoli di dalam jaringan paru-paru untuk memungut

oksigen dan melepaskan karbon dioksida.

Kemudian kapiler pulmonal bergabung menjadi vena dan darah dikembalikan

ke jantung dan oleh empat vena pulmonalis. Dan darahnya dituang ke dalam

atrium kiri. Ventrikel ini berkontrasi dan darah dipompa masuk ke dalam aorta.

Maka kini mulai lagi peredaran besar.

C. Anemia

1. Pengertian

Anemia adalah suatu kondisi dimana kadar Hb dan/atau hitung eritrosit lebih

rendah dari harga normal. Dikatakan sebagai anemia bila Hb < 14 g/dl dan Ht <

41 % pada pria atau Hb < 12 g/dl dan Ht <37 % pada wanita (Arif Mansjoer,dkk.

2001)

Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah hemoglobin dalam

1mm3 darah atau berkurangnya volume sel yang dipadatkan (packed red cells

volume) dalam 100 ml darah (Ngastiyah, 1997)

15

Page 16: sistem sirkulasi

Anemia merupakan keadaan di mana masa eritosit dan/atau masa hemoglobin

yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi

jaringan tubuh.

Gambar 2. 6Perbedaan Eritrosit Normal dan Anemia

2. Kriteria Anemia

Menurut WHO tahun1968, dinyatakan sebagai anemia bila terdapat nilai

dengan kriteria sebagai berikut :

Laki-laki dewasa Hb < 13 gr/dl

Perempuan dewasa tidak hamil Hb < 12 gr/dl

Perempuan hamil Hb < 11 gr/dl

Anak usia 6-14 tahun Hb < 12 gr/dl

Anak usia 6 bulan-6 tahun Hb < 11 gr/dl

16

Page 17: sistem sirkulasi

Untuk kriteria anemia di klinik, rumah sakit, atau praktik klinik pada

umumnya dinyatakan anemia bila terdapat nilai sebagai berikut :

Hb < 10 gr/dl

Hematokrit < 30%

Eritrost < 2,8 juta/mm3

3. Derajat Anemia

Derajat anemia ditentukan oleh kadar Hb. Klasifikasi derajat anemia yang

umum dipakai adalah sebagai berikut :

Ringan sekali Hb 10 gr/dl – 13 gr/dl

Ringan Hb 8 gr/dl – 9,9 gr/dl

Sedang Hb 6 gr/dl – 7,9 gr/dl

Berat Hb < 6 gr/dl

4. Etiologi

Menurut Arif Mansjoer tahun 2001, bahwa penyebab anemia antara lain :

a. Perdarahan

b. Penyakit kronik, seperti gagal ginjal, abses paru, bronkiektasis, empiema,

dll.

c. Kelainan darah

d. Ketidaksanggupan sum-sum tulang membentuk sel-sel darah.

17

Page 18: sistem sirkulasi

e. Kekurangan gizi seperti : zat besi, vitamin B12, dan asam folat. (Barbara C.

Long, 1996 )

5. Patofisiologi

Masalah keperawatan yang timbul

18

Terluka/perdarahan

Penyakit/ulkus peptikum(penyakit

kronik

Kebiasaan makan tak seimbang

Perdarahan sedikit demi sedikit dan terus menerus

- Kekurangan zat besi

- Kekurangan B12

- Penurunan produksi eritrosit

- Pembuatan sel darah merah tidak sempurna

- Sel darah merah tidak matang

Hb menurun

Anemia Kekurangan jumlah Hb

Malnutrisi

Penurunan absorbsi

Lemah, malaise umum

Kulit pucat, membrane

mukosa kering

Mual, muntah, BB

menurun

Nyeri abdomen, peristaltic meningkat

Resti infeksi

Gangguan aktivitas

Gangguan perfusi

jaringan

Perubahan nutrisi

Diare

Hemofilia /kelainan herediter

Tidak ada mekanisme pembekuan darah bila ada luka

Page 19: sistem sirkulasi

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau

kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum tulang

dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor, atau akibat

penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan

atau hemolisis. Lisis sel darah merah terjadi dalam sel fagositik atau dalam

system retikulo endoteal, terutama dalam hati dan limfa. Sebagai hasil sampingan

dari proses tersebut, bilirubin yang terbentuk dalam fagosit akan memasuki aliran

darah. Apanila sel darh merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, maka

hemoglobin akanmuncul dalam plasma. Apabila konsentrasi plasmanya melebiohi

kapasitas hemoglobin plasma, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal

dan ke dalam urine.

6. Tanda dan Gejala

Gejala anemia sangat bervariasi, tetapi pada umumnya dapat dibagi menjadi

tiga golongan besar, yaitu sebagai berikut :

a. Gejala umum anemia

Gejala umum anemia atau sindrom anemia adalah gejala yang timbul pada

semua jenis anemia pada kadar hemoglobin yang sudah menurun

sedemikian rupa di bawah titik tertentu. Gejala tersebut antara lain :

19

Page 20: sistem sirkulasi

1) Sistem kardiovaskuler : lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak

nafas saat beraktivitas, angina pektoris dan gagal jantung.

2) Sistem saraf : sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata

berkunang-kunang, kelemahan otot, iritabilitas, lesu, serta perasaan

dingin pada ekstermitas.

3) Sistem urogenital : gangguan haid dan libido menurun.

4) Epitel : warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun,

serta rambut tipis dan halus.

b. Gejala khas masing-masing anemia

1) Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis,

angularis

2) Anemia defisiensi asam folat: lidah merah (buffy tongue)

3) Anemia hemolitik: ikterus dan hepatosplenomegali

4) Anemia aplastik: perdarahan kulit atau mukosa dan tanda-tanda infeksi

7. Klasifikasi Anemia

Berdasarkan penyebabnya anemia dibagi menjadi :

a. Anemia karena perdarahan

Orang dewasa mempunyai volume darah sebanyak 600 ml yang beredar

ke seluruh tubuhnya. Seorang dewasa yang kehilangan darah sebanyak 500 ml

dapat tidak mengalami akibat yang serius. Akan tetapi, kehilangan darah

sebanyak 1000 ml atau lebih mempunyai akibat yang serius. Tanda-tanda

20

Page 21: sistem sirkulasi

yang timbul adalah tanda-tanda hipovolemi dan hipoksia, seperti hipotensi,

takikardi, kulit pucat, basah dan dingin, lemah, dan tingkat kesadaran

menurun.

Manajemen medis yang dilakukan secepatnya dicari penyebab dan

mengambil tindakan yang tepat. Di samping itu, pasien juga perlu transfuse

darah dan zat besi (fero sulvat). Transfuse dengan whole blood diperlukan

untuk menangani hilangnya darah akut, seperti perdarahan yang banyak.

Untuk anemia yang lain, dianjurkan transfuse dengan packed red cells karena

volume darah pasien cukup, dan apabila diberi whole blood cells dapat

mengakibatkan kelebihan beban sirkulasi dan edema paru.

Manajemen keperawatan untuk pasien yang kehilangan darah akut sama

dengan syok hipovolemik. Tanda vital dan tanda-tanda reaksi terhadap

transfuse darah harus dipantau dan dicatat. Pasien juga mengalami hipoksia

dan merasa lelah sehingga kegiatannya harus dibatasi.

b. Produksi eritrosit terganggu : Anemia aplastik

Anemia aplastik adalah anemia yang disebabkan karena kurangnya atau

terganggunya produksi eritrosit. Sekalipun etiologinya belum diketahui, tetapi

ada beberapa factor yang dikaitkan dengan kegagalan sumsum tulang untuk

menghasilkan eritrosit. Faktor-faktor ini adalah:

1) Obat-obat antineoplastik (kemoterapi)

2) Radiasi

21

Page 22: sistem sirkulasi

3) Obat-obat tertentu (kloramfenikol, sulfonamide, butazolidin). Obat

antikonvulsan (menzantoin)

Anemia aplastik dikarakteristikan dengan kegagalan sumsum tulang

menghasilkan sel-sel darah, termasuk eritrosit (anemia), leukosit (leucopenia)

dan trombosit (trombositopenia).

Tanda-tanda anemia aplastik timbul perlahan seperti kulit dan selaput

lender pucat, cepat lelah, palpitasi, dispnea waktu melakukan kegiatan, dan

perdarahan pada kulit, hidung, gusi, rectum, vagina akibat trombositopenia.

Pemeriksaan penentu adalah aspirasi sumsum tulang belakang.

Pengobatan segera adfalah menyingkirkan factor penyebab. Dahulu

pengobatannya menggunakan terapi steroid an androgen untuk menstimulus

hematopoesis., tetapi berefek toksik. Sekarang yang lebih efektif adalah

transplantasi sumsum tulang belakang.

Tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu mencegah infeksi seperti

perhatikan teknik isolasi, personal hygien harus baik, pertahankan kebersihan

lingkungan pasien, petugas yang merawat pasien hatus mencuci tangan

dengan benar; mencegah perdarahan seperti periksa urine dan feses untuk

darah, pakai sikat gigi yang lembut, tekan pungsi vena selama 5 menit dan

pungsi arteri selama 10 menit; mencegah kelelahan dan penyuluhan kesehatan

mengenai cara menghindari infeksi, mencegah trauma dan perdarahan.

c. Meningkatnya kerusakan eritrosit :

1) Anemia hemolitik

22

Page 23: sistem sirkulasi

Merupakan anemia yang disebabkan oleh proses hemolisis, yaitu

pemecahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya. Proses

hemolisis akan menimbulkan gejala berikut ini:

Penurunan kadar hemoglobin yang akan mengakibatkan anemia.

Peningkatan hasil pemecahan eritrosit dalam tubuh seperti

hemolisis di ekstravaskuler yang menyebabkan pemecahan

eritrosit yang akan menghasilkan bilirubin inderek terkonjugasi

yang dibuang melalui empedu sehingga meningkatnya

sterkobilinogen dalam feses dan urobilinogen dalam urine.

Hemolisis di intravaskuler menyebabkan lepasnya hemoglobin

bebas ke dalam plasma. Hemoglobin bebas akan keluar melalui

urine sehingga terjadi hemoglobinuria.

Intervensi medisnya adalah simtomasis, dilakukan transfuse darah

whole blood atau packed red cells untuk mengganti eritrosit yang

rusak dan memperbaiki suplai oksigen.

2) Anemia sel sabit

Letak gangguan anemia sel sabit adalah pada bgaian globin dari

hemoglobin, satu asam amino diganti dengan asam glutamate.

Penggantian dari asam amino ini sangat menggangu molekul Hb

dengan akibat terbentuknya Hb S . Hb s ini mengubah bentuk eritrosit

menjadi bentuk celurit (sabit). Eritrosit yang berbentuk celurit ini

dapat membuat darah menjadi lebih pekat. Kepekatan darah membuat

23

Page 24: sistem sirkulasi

waktu beredar di dalam tubuh menjadi lebih lama akibatnya jaringan

dapat mengalami hipoksia. Eritrosit berbentuk celurit ini juga

menyubat pembuluh-pembuluh darah yang halus. Karena hipoksia,

jaringan-jaringan dapat mengalami iskemia dan infark pada organ

yang terkena. Tanda dan gejala yang terjadi pada anemia sel sabit

adalah nyeri hebat akibat sumbatan vascular, demam, pembesaran

jantung, disritmia, gagal jantung, infeksi bakteri berulang dan

splenomegali.

Intervensi medisnya adalah simtomasis, dilakukan transfuse darah

whole blood atau packed red cells untuk mengganti eritrosit yang

rusak, mengurangi Hb S dan memperbaiki suplai oksigen.

Intervensi keperawatannya adalah meningkatkan rasa nyaman dan

oksigenasi, memperbaiki hidrasi, mencegah infeksi, memperbaiki

perfusi jaringan dan memperbaiki toleransi terhadap aktivitas.

d. Defisiensi nutrisi :

1) Anemia defisiensi zat besi

Zat besi adalah bagian besar dari molekul hemoglobin (Hb).

Kurangnya zat besi akan mengakibatkan produksi eritrosit dengan

sedikit Hb. Defisiensi zat besi yang berat dapat menimbulkan tanda-

tanda, seperti:

Koilorika yaitu kuku menjadi rapuh, bergaris-garis vertical dan

cekung mirip sendok.

24

Page 25: sistem sirkulasi

Paila lidah mengalami atrofi, lidah tampak licin dan kemerahan

Pada sudut mulut sering timbul luka-luka yang kemerahan dan

sakit (stomatitits angularis)

Disfagia

Anemia defisiensi zat besi dapat disebabkan oleh rendahnya

masukan besi, gangguan absorbs serta kehilangan besi akibat

perdarahan menahun.

Intervensi medis yang dilakukan berupa pemberian preparat besi

untuk mengganti kekurangan besi dalam tubuh secara per oral dengan

terapi fero sulfat, obat ini dapat menimbulkan iritasi pada lambung,

obat ini juga perlu diminum dengan vitamin C atau jus jeruk untuk

meningkatkan absorbsinya. Besi secara parenteral dengan iron dextran

complex dan iron citic acid complex secara IM dalam atau IV.

2) Anemia megaloblastik

Penyebab anemia megaloblastik adalah kekurangan vitamin B12 dan

asam folat yang mengakibatkan terganggunya sintesis DNA dan

pematangan yang tidak normal dari eritrosit. Ada obat tertentu seperti

kemoterapi dan antikonvulsan yang dapa mengganggu metabolisme

DNA dan mengakibatkan anemia megaloblastik.

Defisiensi vitamin B12 bisa disebabkan karena:

Asupan kurang: pada vegetarian

Malabsorbsi: kelainan lambung dan usus

25

Page 26: sistem sirkulasi

Defisiensi asam folat bias disebabkan karena :

Asupan kurang pada orang tua, fakir miskin dan anoreksia

nervosa

Malabsorbsi karena penyakit usus

Kebutuhan meningkat akibat hamil, laktasi dan keadaan patologis

seperti anemia hemolitik.

Gejala klinis yang biasa muncul pada anemia megaloblastik yaitu

ikterus ringan, glositis dengan lidah berwarna merah seperti daging,

gejala neuropati seperti mati rasa, terbakar pada jari dan gangguan

serebrasi.

Terapi yang biasa dilakukan untuk mengatasi defisiensi B12

dengan diberi vitamin B12 100-1000 Ug IM sehati selama dua minggu

selanjutnya 100-1000 Ug IM setiap bulan. Untuk mengatasi defisiensi

asam folat diberi asam folat 1-5 mg/hari per oral selama empat bulan

asal tidak terdapat ganggguan absorbsi.

8. Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan laboratorium hematologis

1) Tes penyaring: tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus

anemia. Pemeriksaan ini meliputi :

Kadar hemoglobin

Indeks eritrosit (MCV, MCH dan MCHC)

Apusan darah tepi

26

Page 27: sistem sirkulasi

2) Pemeriksaan rutin merupakan pemeriksaan untuk mengetahui kelainan

pada system leukosit dan trombosit. Pemeriksaannya meliputi laju

endap darah (LED), hitung diferensial dan hitung retikulosit.

3) Pemeriksaan atas indikasi khusus: pemeriksaan ini akan dikerjakan

jika telah mempunyai dugaan diagnosis awal sehingga fungsinya

adalah untuk mengonfirmasi dugaan diagnosis tersebut. Pemeriksaan

ini meliputi :

Anemia defisiensi besi : serum iron, saturasi transferin dan feritin

serum

Anemia megaloblastik: asam folat darah, vitamin B12

Anemia hemolitik: hitung retikulosit, dan elektroforesis Hb

b. Pemeriksaan laboratorium nonhematologis

Pemeriksaan laboratorium nonhematologis meliputi :

Faal ginjal

Faal endokrin

Asam urat

Faal hati

Biakan kuman

c. Pemeriksaan penunjang lain

Pada beberapa kasus anemia diperlukan pemeriksaan penunjang sebagai

berikut :

Biopsi kelenjar yang dilanjutkan dengan pemeriksaan histopalogi

27

Page 28: sistem sirkulasi

Radiologi: torak, bone survey, USG, atau limfangiografi

Pemeriksaan sitogenik

Pemeriksaan biologi molekuler (PCR = polymerase chain reaction,

FISH = fluorescence in situ hybridization)

BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Sistem sirkulasi adalah sistem transpor yang mangantarkan oksigen dan berbagai

zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju jaringan, serta

mengembalikan karbondioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju ginjal.

28

Page 29: sistem sirkulasi

Sistem sirkulasi terdiri atas beberapa komponen yaitu jantung, pembuluh darah, dan

darah.

Salah satu gangguan dari system sirkulasi yaitu anemia. Anemia merupakan

keadaan di mana masa eritosit dan/atau masa hemoglobin yang beredar tidak

memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh.

Anemia dikelompokan menjadi beebrapa bagian yaitu, anemia karena

perdarahan, produksi eritrosit terganggu : anemia aplastik, meningkatnya kerusakan

eritrosit : anemia hemolitik dan anemia sel sabit serta defisiensi nutrisi: anemia

defisiensi besi dan anemia megaloblastik.

DAFTAR PUSTAKA

Handayani, Wiwik. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan

Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.

Baradero, Mary, dkk. 2008. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan

Kardiovaskular. Jakarta: EGC

29

Page 30: sistem sirkulasi

Pearce, Evelyn. 2000. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT.

Gramedia

Mehta, Atul. 2006. At A Glance Hematologi. Jakarta: Yudistira

30