Sistem Remunerasi
-
Upload
dedy-tesna-amijaya -
Category
Documents
-
view
9 -
download
1
description
Transcript of Sistem Remunerasi
SISTEM REMUNERASI
Pasal 1.
Ketentuan Umum
1. Rumah Sakit adalah RSUD Kabupaten Konawe sebagai rumah sakit
daerah PPK-BLUD Berkedudukan di Kota Unaaha Kabupaten Konawe
propinsi Sulawesi Tenggara
2. Bupati adalah Bupati Konawe Propinsi Sulawesi Tenggara
3. Badan Pengawas Rumah Sakit adalah Badan Pengawas pada RSUD
Kabupaten Konawe
4. Direktur adalah direktur pada RSUD Kabupaten Konawe
5. Staf adalah pejabat struktural Esselon III b dan Esselon IV a pada
RSUD Kabupaten Konawe .
6. Dokter adalah dokter spesialis, dokter umum, dokter gigi yang
merupakan karyawan tetap atau dokter yang sudah di SK kan
Direktur RSUD Kabupaten Konawe, kecuali dokter tamu (dokter
Paruh Waktu).
7. Dokter tamu (dokter Paruh Waktu) adalah dokter spesialis yang
bukan karyawan RSUD Kabupaten Konawe, tetapi diperkenankan
merawat atau melakukan tindakan di RSUD Kabupaten Konawe
8. Karyawan adalah karyawan RSUD Kabupaten Konawe yang
berstatus karyawan Rumah Sakit PPK-BLUD
9. Sistem Remunerasi adalah sistem yang mengatur pengupahan
karyawan yang diberlakukan di lingkungan RSUD Kabupaten
Konawe
10. POS remunerasi adalah pos penerima distribusi jasa
pelayanan sebagai sumber dana insentif karyawan pada sistem
remunerasi
11. Gaji adalah upah dasar yang bersumber dari pemerintah bagi
pegawai negeri sipil.
12. Insentif adalah tambahan pendapatan bagi seluruh karyawan
rumah sakit yang dananya bersumber dari Pos Remunerasi rumah
sakit
13. Honorarium adalah upah yang dananya bersumber dari biaya
operasional rumah sakit
14. Merit adalah tambahan pendapatan bagi seluruh karyawan
yang dananya bersumber dari sisa hasil usaha dan atau dari biaya
operasional rumah sakit.
Pasal 2.
Azas
Sistem remunerasi berazaskan tiga hal yaitu :
1. Proporsionalitas yang diukur dengan besarnya beban aset yang
dikelola dan besaran pendapatan
2. Kesetaraan yang memperhatikan industri pelayanan sejenis
3. Kepatutan yang melihat kemampuan rumah sakit dalam
memberikan upah kepada karyawan
Pasal 3.
Hak dan Kewajiban
1. Manajemen Rumah Sakit berkewajiban menyediakan alokasi dana
untuk gaji karyawan RSUD Kabupaten Konawe yang dianggarkan
melalui Rencana Bisnis Anggaran pada anggaran PPK BLUD.
2. Setiap karyawan tetap (PNS) rumah sakit berhak mendapat upah
dasar atau gaji
3. Setiap karyawan yang menghasilkan jasa pelayanan, berkewajiban
memberikan kontribusi ke POS Remunerasi yang besaran
persentasenya ditentukan dalam sistem remunerasi.
4. Setiap karyawan yang memangku jabatan pada pusat pendapatan
atau revenue center berkewajiban untuk menyusun rencana bisnis
atau Business plan yang dilengkapi dengan sistem akuntabilitas.
5. Yang tergolong kepada kelompok pusat pendapatan atau revenue
center, sebagaimana tercantum pada ayat 4 Pasal 3 diatas adalah :
Instalasi Gawat Darurat
Instalasi Rawat Jalan
Instalasi Rawat Inap
ICU/Ruang Perawatan Khusus
Instalasi Bedah Sentral
Instalasi Farmasi
Instalasi Radiologi
Instalasi Laboratorium
Instalasi Gizi
nstalasi Pemulasaraan Jenazah
Instalasi Pelayanan DarahInstalasi Rehabilitasi Medik (Fisiotherapi)
Diklat Pengembangan SDM
Ambulance
Instalasi/Unit lain yang menghasilkan jasa
6. Setiap karyawan yang memangku jabatan struktural atau pada cost center atau pada pusat pengeluaran berkewajiban menyusun rencana aksi strategis atau Strategic Action Plan yang dilengkapi dengan sistem akuntabilitas 7. Karyawan yang dimaksud pada ayat 6 Pasal 3 diatas adalah : a. Direktur b. Ketua Komite Medik c. Ketua Komite Keperawatan d. Ketua Komite Etik dan Hukum e. Ketua Komite Mutu f. Kepala Satuan Pemeriksaan Intern g. Kepala Tata Usaha atau Kepala Bidang h. Kepala Sub bidang atau Kepala Seksi dan Kepala ruangan i. Satuan Kerja atau Panitia dengan SK Direktur
7.Dokter spesialis, dokter umum dan dokter gigi berkewajiban memberikan pelayanan yang optimal sesuai standar pelayanan minimal dan produktif 8. Setiap karyawan berhak mendapatkan gaji, insentif, honor atau merit, berlandaskan proporsionalitas, kesetaraan dan kepatutan yang besarannya diatur dalam sistem remunerasi
Pasal 4.
Pengertian Remunerasi
1. Sistem Remunerasi adalah sistem pembagian atau distribusi upah
yang meliputi insentif, honor, merit atau bonus
2. Seluruh karyawan PNS rumah sakit berhak menerima gaji sesuai
dengan ketentuan Pemerintah
3. Insentif adalah jasa pelayanan yang tercantum didalam komponen
tarif rumah sakit
4. Insentif adalah penghargaan dari manajemen RSUD Kabupaten
Konawe atas dasar kinerja karyawan.
5. Pengaturan pembagian atau distribusi insentif berdasarkan sistem
indexing, yang tercantum dalam sistem remunerasi
6. Seluruh karyawan dapat menerima insentif sesuai dengan
kinerjanya dan berdasarkan total index perorangan yang dimiliki
Pasal 5
Sumber Pembiayaan
1. Gaji pegawai Rumah Sakit BLU bersumber pada Pemerintah
2. Sumber biaya sebagaimana tercantum dalam pasal 5 ayat 1, dari
pemerintah adalah untuk pegawai BLU pegawai negeri sipil (PNS).
3. Insentif pegawai Rumah Sakit BLU bersumber pada komponen jasa
pelayanan dan atau keuntungan lain Rumah Sakit.
4. Keuntungan apotik termasuk bagian keuntungan lain sebagaimana
tercantum dalam pasa 5 ayat 3 adalah sebesar maksimal 20% dan
masuk ke pos remunerasi
5. merit/bonus bersumber kepada keuntungan rumah sakit dan atau
biaya operasional rumah sakit.
6. Tunjangan bersumber kepada pemerintah dan atau biaya
operasional rumah sakit sesuai dengan peraturan dan perundang-
undangan yang berlaku.
Pasal 6.
Gaji
1. Seluruh karyawan tetap (PNS) rumah sakit berhak menerima gaji
sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku
2. Besaran gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) berdasar kepada peraturan
dan perundang undangan yang berlaku.
3. Tunjangan Direktur, Pejabat Struktural dan Dewan pengawas yang
terdiri dari Ketua, sekretaris dan anggota, besarannya ditentukan
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
10 Tahun 2006.
Pasal 7.
JASA PELAYANAN
1. Jasa pelayanan yang tercantum dalam tarif rumah sakit terdiri dari
jasa pelayanan/jasa operator/jasa lainnya.
2. Jasa Pelayanan terdiri dan jasa dokter, jasa keperawatan, jasa
kefarmasian, jasa paramedis non keperawatan dan jasa pelaksana
teknis rumah sakit
3. Jasa Pelayanan yang tercantum didalam komponen tarif bukanlah
insentif
4. Jasa Pelayanan terdiri dan Jasa Pelayanan Standar dan Non Standar.
5. Jasa pelayanan standar adalah jasa pelayanan pada kelas rawatan
kelas III
6. Jasa Pelayanan Non Standar terdiri dari pelayanan kelas II, kelas I
dan VIP
7. Pelayanan Non Standar adalah pelayanan terhadap pasien yang
dirawat di kelas rawat inap kelas II, kelas I, dan VIP serta tidak
memilih dokter.
8. Besaran jasa pelayanan dalam komponen tarif rumah sakit adalah
besaran Jasa yang telah diatur dalam Peraturan Daerah (PERDA)
9. Selanjutnya jasa medis, jasa keperawatan, jasa kefarmasian, jasa
paramedis non keperawatan dan jasa tenaga teknis yang tercantum
didalam tarif RS, disebut sebagai Insentif setelah diatur sistem
distribusinya dalam sistem remunerasi
10. Insentif dokter adalah pendapatan individu yang dihasilkan
akibat pelayanan dokter dan bagian dari jasa pelayanan rumah sakit
yang tercantum dalam komponen tarif rumah sakit dan bersifat
inidividu, meliputi dokter umum, dokter spesialis dan dokter gigi.
11. Insentif keperawatan adalah pendapatan kelompok yang
dihasilkan akibat pelayanan keperawatan merupakan bagian dari
jasa pelayanan rumah sakit yang tercantum dalam komponen tarif
rumah sakit dan bersifat kelompok. Meliputi pendapatan perawat
umum, perawat anestesi dan bidan.
12. Insentif kefarmasian adalah pendapatan kelompok farmasi
yang dihasilkan akibat pelayanan kefarmasian yang merupakan
bagian dari jasa pelayanan rumah sakit yang tercantum dalam
komponen tarif penjualan obat dan bahan habis pakai Rumah Sakit,
bersifat kelompok. Meliputi Apoteker, Asisten apoteker dan
pelaksana farmasi.
13. Insentif paramedis non keperawatan adalah pendapatan
kelompok yang dihasilkan akibat pelayanan non keperawatan yang
merupakan bagian dari jasa pelayanan rumah sakit yang tercantum
dalam komponen tarif rumah sakit. Meliputi jasa penata rontgent,
analis laboratorium, fisiotherapis, asisten apoteker/pelaksana
farmasi, penata gizi.
14. Insentif pelaksana teknis adalah pendapatan kelompok yang
dihasilkan akibat dan pelayanan tenaga pelaksana teknis non dokter
dan non paramedis yang merupakan bagian dan jasa pelayanan
rumah sakit dan tercantum dalam komponen tarif rumah sakit.
Meliputi sopir ambulance, pelaksana kamar jenazah.
15. Insentif terdiri dari Insentif langsung dari persentase jasa yang
dihasilkan dan sisanya merupakan kontribusi kedalam POS
Remunerasi yang selanjutnya didistribusikan keseluruh karyawan
yang selanjutnya disebut sebagai insentif tidak langsung.
Pasal 8.
Proporsi Distribusi Jasa Dalam Tarif RS
1. Proporsi Jasa pelayanan dalam komponen tarif rumah sakit berdasarkan ketentuan sebagai berikut: a. Proporsi jasa Pemeriksaan dokter dan perawat di Poliklinik Proporsi Insentif dokter di poliklinik adalah 80% dari total jasa Dokter Poliklinik, 20% adalah jasa pelayanan kelompok keperawatan poliklinik b. Proporsi jasa Tindakan dokter dan perawat di poliklinik Proporsi jasa dokter pada tindakan medis di poliklinik adalah 90% dari total jasa tindakan dokter, 10% adalah jasa pelayanan kelompok keperawatan di poliklinik c. Proporsi Jasa Visite dokter dan perawat pada ruangan perawatan Proporsi jasa dokter pada visite ruangan perawatan adalah 90% dari total jasa dokter yang tercantum dalam tarif, 10% adalah jasa pelayanan kelompok Perawat ruangan perawatan. d. Proporsi jasa pemeriksaan diagnostik antara dokter dan perawat Proporsi jasa dokter dalam pemeriksaan diagnostik adalah 90% dari jasa dokter, 10% adalah jasa keperawatan dan tenaga setara. e. Jasa Operasi/Pembedahan
Jasa Operator adalah dari jasa pelayanan tindakan operasi sebesar 45% dari tariff operasi, dokter anestesi 15 % dari tarif pelayanan Operasi, perawat bedah 12,5% dari tarif operasi, Penata Anestesi 10% dari tariff operasi dan 17,5% dari tariff operasi untuk Operasional RS . f. Dokter spesialis pendamping operasi Dokter spesialis pendamping dalam operasi mendapat jasa yang besarannya 5% dari tarif Operasi yang diambil dari operasional rumah sakit diluar biaya tindakannya.
2. Proporsi Pelayanan Penunjang Medik a. Jasa pelayanan pada instalasi Radiologi. Proporsi jasa pelayanan dokter radiologi adalah 60% dari total jasa dokter radiologi, 40% adalah jasa pelayanan kelompok penata radiologi. b. Jasa Pelayanan pada Laboratorium Klinik Proporsi dokter laboratorium Klinik adalah 30% dari total jasa dokter Laboratorium Klinik, 70% adalah jasa pelayanan kelompok analis laboratorium klinik. c. Jasa Pelayanan Pada Rehabilitasi Medik Proporsi jasa pelayanan dokter Rehabilitasi Medik adalah 30% dari total jasa dokter Rehabilitasi Medik, 70% adalah jasa fisioterapis dan karyawan lainnya pada kelompok tersebut. d. Jasa Pelayanan Farmasi Ditetapkan 20% dari omset penjualan apotik, Proporsi Apoteker adalah 45% dari total jasa pelayanan farmasi, 55% adalah jasa pelayanan asisten apoteker serta kelompok karyawan di lingkungan instalasi farmasi e. Jasa Pelayanan Gizi Proporsi jasa pelayanan ahli gizi adalah 50% dari total jasa ahli konsultasi gizi, 50% adalah jasa pelayanan kelompok karyawan gizi. f. Jasa Pelayanan Forensik Proporsi jasa Pelayanan dokter forensik adalah 80% dari total jasa dokter forensik yang tercantum dalam tarif rumah sakit, 20% adalah jasa Pelayanan tenaga lain pada lingkungan forensik.
Pasal 9.
Insentif Direksi
1. Insentif direktur 5% dari total jasa pelayanan rumah sakit 2. Insentif staf (pejabat Esselon III b dan Esselon IV a) 5% dari total jasa pelayanan rumah sakit
Pasal 10
Insentif Langsung Pelayanan
1. Insentif Langsung Pelayanan adalah insentif yang timbul dari pelayanan langsung terhadap pasien yang datang ke rumah sakit dan tidak memilih dokter dan berlaku untuk semua kelas perawatan. Jasa pelayanan yang timbul akibat pelayanan merupakan jasa pelayanan langsung. 2. Setiap penghasil jasa pelayanan berhak mendapatkan insentif langsung dari jasa pelayanan yang dihasilkannya, sisanya masuk kedalam POS remunerasi rumah sakit dengan pembagian menurut pola indexing. b. Dokter berhak mendapat insentif langsung dengan porsi 70% dari jasa pelayanan dokter yang tercantum dalam komponen tarif rumah sakit dan menjadi penghasilan individu dokter yang bersangkutan, 20% sisanya masuk kedalam POS Remunerasi, 10% insentif direksi . c. Kelompok non dokter berhak mendapat insentif langsung kelompok sebesar 50% dari jasa pelayanan yang tercantum dalam komponen tarif rumah sakit, termasuk di dalamnya tenaga fungsional lain yang terlibat atau berkontribusi langsung dalam unit kerja yang bersangkutan dengan distribusi berdasarkan indeks yang telah ditetapkan dalam sistem remunerasi 40% sisanya masuk ke dalam POS Remunerasi. 10% insentif direksi.
Pasal 11.
INSENTIF TIDAK LANGSUNG
1. Dana dalam POS Remunerasi merupakan kontribusi dari setiap
penghasil jasa yang berada pada revenue center rumah sakit, dari
komponen jasa dan keuntungan apotik rumah sakit
2. Distribusi berdasarkan scoring yang ditentukan dengan perhitungan
indexing yang ditetapkan dalam sistem remunerasi
3. Seluruh karyawan dapat menerima insentif tidak langsung sesuai
dengan besaran total score individu karyawan yang bersangkutan
dengan rumus INSENTIF = ( Score individu : Total Score RS) X Total
Dana POS Remunerasi.
4. Insentif tidak langsung dikaitkan dengan sistem akuntabilitas kinerja
karyawan.
5. Jika karyawan mencapai kinerja 100% sesuai dengan
target/standard maka karyawan yang bersangkutan mendapat
insentif 100% sesuai dengan nilai total index perorangan.
6. Jika karyawan hanya memiliki kinerja 80% maka insentif karyawan
yang bersangkutan adalah 80% dikali insentif yang seharusnya
diterima
Pasal 12.
MERIT/ BONUS, TUNJANGAN
1. Merit/ Bonus adalah penghargaan dari rumah sakit atau pemilik
rumah sakit atas dasar prestasi kinerja karyawan.
2. Dana Merit/ Bonus berasal dari sisa hasil usaha rumah sakit atau
berasal dari penghargaan Pemerintah yang ditentukan oleh Direktur
3. Merit/ Bonus bisa dalam bentuk Tunjangan Hari Raya, Bonus atau
penghargaan lain dalam bentuk reward
4. Reward dapat diberikan kepada karyawan yang berprestasi
5. Tunjangan berdasarkan ketentuan yang berlaku di lingkungan
pemerintah daerah.
Pasal 13.
DISTRIBUSI INSENTIF
1. Falsafah dasar insentif adalah motivasi kerja berdasarkan fee for
performance.
2. Insentif langsung maupun tidak langsung dibayarkan pada bulan
berikutnya paling lambat pada setiap tanggal 10, setelah pelayanan
dalam bulan berjalan selesai.
3. Score individu dihitung oleh atasan yang bersangkutan dan
perhitungan total score individu yang menjadi score rumah sakit
ditetapkan oleh Kepala Pendidikan Dan Pelatihan Pengembangan
SDM
4. Besaran Insentif langsung maupun tidak langsung bagi setiap
karyawan bisa berbeda setiap bulan bergantung kepada besar
kecilnya POS Remunerasi dan kinerja yang bersangkutan
5. Yang berwenang membayarkan insentif adalah bendahara rumah
sakit
6. Score individu bisa berubah setiap bulan bergantung kepada
perubahan basic index, perubahan pendidikan, perubahan posisi/
jabatan dan kinerja.
7. Insentif langsung hanya berlaku kepada karyawan yang
menghasilkan jasa.
8. Karyawan bukan penghasil jasa hanya mendapat insentif tidak
langsung.
Pasal 14.
INDEXING
1. Indexing adalah teknik untuk rnenentukan besaran score individu karyawan sesuai dengan beban kerjanya 2. Indexing berdasarkan a. Basic index atau index dasar untuk penghargaan sebagai insentif dasar bagi seluruh karyawan yang standarnya sama dengan 20 (dua puluh) nilai index, bagi karyawan baru Rumah Sakit basic index diberikan setelah 3 (tiga) bulan bertugas aktif di RS.
b. Kualifikasi/capacity index adalah untuk memberikan penghargaan nilai kualifikasi/capacity berdasarkan pendidikan karyawan atau keterampilan yang bersertifikat dengan ketentuan sebagai berikut:
SD = 1
SMP = 2
SMA/SMU = 3
Dl = 4
D3 = 5
S l / D4 = 6
Dokter Umum/Dokter Gigi/ Apoteker/ NERS = 7
S 2 / Dokter Spesialis = 8
S3 / Subspesialis = 9
Konsulen / Guru Besar (Profesor) = 10
Tingkat pendidikan atau keterampilan yang tidak sesuai dengan posisi kerja karyawan tidak diakui dalam sistem ini. Misal: seorang sarjana keperawatan bekerja sebagai kepala Tata Usaha maka kesarjanaannya tidak berlaku. Kursus/ pelatihan bersertifikat (minimal 24 jam)sesuai dengan posisi kerja karyawan, diberi penghargaan dengan tambahan nilai 1 (satu) dan hanya berlaku 1 (satu) tahun atau sesuai dengan masa berlaku sertifikat.
c. Risk Index adalah nilai untuk resiko yang diterima karyawan akibat pekerjaannya. Nilai resiko terbagi menjadi 4 grade yaitu - Resiko grade I dengan nilai index 1 adalah kemungkinan terjadi resiko kerja yang bersifat fisik apabila karyawan yang bersangkutan bekerja sesuai protap dan standar (SOP). - Resiko grade II dengan nilai index 2 adalah kemungkinan terjadi resiko kerja yang bersifat kimiawi apabila karyawan yang bersangkutan bekerja sesuai protap dan standar (SOP). - Resiko grade III dengan nilai index 4 adalah kemungkinan terjadi resiko kerja yang bersifat radiasi walaupun karyawan yang bersangkutan bekerja sesuai protap dan standar (SOP). - Resiko grade IV dengan nilai index 6 kemungkinan terjadi resiko kerja yang bersifat infeksius walaupun karyawan yang bersangkutan bekerja sesuai protap. Masing-masing bagian mempunyai pengelompokkan / daftar dari jenis pekerjaan sesuai dengan gradenya.
d. Emergency index adalah penilaian terhadap beban emergency yang harus disegerakan. Tingkat Emergency menunjukkan kesiapsedia atau keharusan selalu ada dan tanggap yang Terdiri dari 4 (empat) grade yaitu grade I dengan nilai 1 (60% - 70%), grade II dengan nilai index 2 (71% – 80%),dan grade III dengan nilai index 4 (81% - 90%) dan grade IV dengan nilai index 6 ((91% - 100%). Misalnya :
Karyawan shift malam > 8 X : grade IV Karyawan shif malam minimal 8x : grade III Karyawan shif malam minimal 5x : grade II Karyawan shif malam minimal 2x : grade I Atau Karyawan shift sore > 15x : grade IV Karyawan shift sore minimal 15x : grade III Karyawan shift sore minimal 10x : grade II Karyawan shift sore minimal 5x : grade I Atau Seorang karyawan yang bekerja di suatu bagian yang berkaitan langsung dengan pasien yang selama bulan berjalan dipanggil di luar jam dinas Lebih dari 8X : grade IV Minimal 8x : grade III Minimal 5x : grade II Minimal 2x : grade I
e. Position index adalah untuk menilai beban jabatan yang disandang karyawan yang bersangkutan. Dengan ketentuan kelompok jabatan sebagai berikut :
No Kelompok Jabatan Index
1 Kepala ruangan, Kepala Sub
bagian, kepala seksi,
koordinator, ketua panitia
2
2 Kepala Instalasi, kepala
Bidang,anggota Dewan
Pengawas
4
3 Ketua Komite Medik, Ketua
Komite Keperawatan, Ketua
Komite Etik dan Hukum,
Ketua Komite Mutu Ketua
SPI, Ketua Dewan Pengawas
6
f. Performance index untuk mengukur hasil / pencapaian kerja dari karyawan. Kinerja dikaitkan dengan sistem akuntabilitas kinerja (sistem manajemen kinerja/ PMS). Nilai index kinerja adalah dua kali basic index Penilaian index kinerja berdasarkan : Penilaian pejabat di rumah sakit adalah terhadap pencapaian target/standar yang telah ditentukan dalam rencana kinerja individu. g. Setelah dilakukan indexing maka dilakukan Rating yaitu : 1. Basic Index = Rate 1
2. Kualifikasi index = Rate 3 3. Risk Index = Rate 3 4. Emergency Index = Rate 3 5. Position Index = Rate 3 6. Performance index = Rate 4
h. Score adalah nilai individu yang merupakan pengkalian dari index terhadap rating atau bobot (rating)
i. Total score individu adalah penjumlahan dari score basic, kualifikasi/ capacity, Risk, Emergency, Position dan Performance.
j. Total score individu seluruh karyawan dijumlahkan menjadi Total Score RS
Pasal 15.
Format Indexing
N
o
Objek Inde
x
Ratin
g
Scor
e
1 Basic Index
Index Dasar sebagai dasar insentif
Tenaga baru dihitung setelah 3
(tiga)bulan aktif bekerja
20 1 20
2Kualifikasi/ Capacity Index
SD
SMP
SMA/SMU
D1
D3
S1 / D4
Dokter Umum/ Dokter Gigi/ Apoteker/Ners
1
2
3
4
3
S2 / Dokter Spesialis
S3 / Dokter Subspesialis
Profesor / Konsulen
5
6
7
8
9
10
3 Risk Index
a. Grade I
b. Grade II
c. Grade III
d. Grade IV
1
2
4
6
3
4 Emergency Index
a. Grade I
b. Grade II
c. Grade III
d. Grade IV
1
2
4
6
3
5 Position Index
a. Staf
b. Kepala ruangan, Kasie, Ketua Panitia
c. Kepala Instalasi, Kabid
d. Direktur, Ketua Komite Medik, Badan
Pengawas
1
2
4
6
3
6 Performance Index
Pejabat berdasarkan capaian indikator,
Standard dan target dalam Business
Plan atau SAP
Tenaga teknis berdasarkan penilaian
kinerja sesuai Sistem Manajemen
Kinerja
2 x
Basic
Index
4
TOTAL SCORE INDIVIDU
Pasal 16.
KRITERIA PENILAIAN KINERJA
1. Karyawan yang memegang jabatan atau memangku jabatan pada
pusat pendapatan atau Revenue Center diwajibkan menyusun
rencana Bisnis atau Business plan unit, yang dilengkapi sistem
akuntabilitas
2. Penilaian kinerja pejabat revenue center sebagaimana yang
tercantum dalam nomor 1 diatas berdasarkan indikator kinerja,
target dan atau standard yang telah tercantum dalam Rencana
bisnis
3. Kepala Instalasi dan Kepala Departemen yang menduduki jabatan
pada pusat pengeluaran atau struktural atau cost center diwajibkan
menyusun Rencana Aksi Strategis atau Strategic Action Plan, yang
dilengkapi sistem akuntabilitas.
4. Penilaian kinerja pejabat pada cost center sebagaimana tercantum
dalam nomor 3 diatas, berdasarkan indikator kinerja, standar dan
atau target yang telah tercantum dalam Strategic Action plan
5. Penilaian karyawan yang tidak memangku jabatan tertentu atau
tenaga teknis fungsional penilaian dilakukan oleh atasan yang
bersangkutan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam sistem
manajemen kinerja (PMS)
Pasal 17
Lain lain
1. Besaran jasa pelayanan dokter/dokter gigi. Keperawatan. Tindakan,
operator dan tenaga teknis ditetapkan dalam peraturan tarif rumah
sakit.
2. Keuntungan apotik ditetapkan 25% dari harga pembelian, dengan
pembagian 20% masuk ke pendapatan rumah sakit, 37,5% jasa
pelayanan apotik, 20% masuk Pos remunerasi, 10% Direksi dan
12,5% untuk tenaga medis (penulis resep).
Pasal 18
Sanksi
1. Karyawan rumah sakit yang memangku jabatan berkinerja buruk
selama 6 (enam) bulan berturut-turut, dapat diberhentikan dari
jabatannya.
2. Karyawan rumah sakit yang berkinerja buruk selama 3 (tiga) bulan
berturut-turut dipertimbangkan untuk diberhentikan sebagai
karyawan RS, sesuai dengan ketentuan dan ketetapan yang berlaku
dilingkungan rumah sakit dan Pemerintah Daerah.
3. Setiap karyawan yang tidak melaksanakan tugasnya tanpa alasan
selama 6 (enam) hari kerja, maka secara otomatis tidak
mendapatkan jasa tersebut.
4. Jika pada nomor 3 diatas karyawan tersebut digantikan oleh
karyawan yang setara, maka jasa medik adalah hak karyawan
pengganti, atau insentif langsung adalah hak dari karyawan
pengganti.
Pasal 19
Penutup
1. Perubahan sistem harus berdasarkan komitmen pegawai BLU.
2. Sistem remunerasi merupakan acuan yang ditetapkan berdasarkan
keputusan Bupati Konawe berdasarkan ajuan dari Direktur Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Konawe.