SISTEM PENILAIAN PENDIDIKAN VOKASI Emy Budiastuti ABSTRAK

12
Seminar Nasional 2014 “Prospek Pendidikan Vokasi dan Industri Kreatif Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN” Jurusan PTBB FT UNY, 9Nopember 2014 2 SISTEM PENILAIAN PENDIDIKAN VOKASI Emy Budiastuti Pendidikan Teknik Boga dan Busana FT UNY ABSTRAK Penilaian merupakan kegiatan yang harus dilakukan dalam setiap pembelajaran. Tanpa ada penilaian, mustahil kemampuan dan keterampilan peserta didik bisa diketahui. Mengingat penilaian mempunyai peran yang sangat penting dalam pembelajaran, maka penilaian wajib dilaksanakan bagi pendidik atau dosen. Dengan penilaian, kemampuan dan keterampilan peserta didik akan dapat diketahui. Dalam pendidikan vokasi, proses dan hasil pembelajaran lebih cenderung dalam bentuk kompetensi. Kompetensi adalah atribut individu peserta didik, sehingga asesmen berbasis kompetensi bersifat individual.Sistem penilaian untuk mengukur kompetensi mahasiswa adalah performance based assessment atau authentic assessment yang dilakukan secara menyeluruh, mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang dilakukan secara simultan. Melalui penilaian otentik diharapkan dapat merangsang peserta didik untuk mengembangkan keterampilan atau kompetensi yang relevan dengan dunia kerja Kata Kunci: Sistem Penilaian, Pendidikan Vokasi PENDAHULUAN Masalah utama pendidikan adalah kenyataan bahwa ada kesenjangan antara pembelajaran di sekolah dengan dunia nyata dan antara tugas-tugas penilaian dengan apa yang terjadi dalam dunia kerja. Masalahnya adalah bahwa standar sekolah tidak selaras dengan harapan dari dunia kerja. Pentingnya penilaian dilakukan dalam setiap pembelajaran adalah untuk menjamin terciptanya pendidikan yang berkualitas. Penilaian yang dilakukan dalam pembelajaran termasuk pendidikan vokasi, secara nyata mencakup semua hasil belajar peserta didik, yaitu kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Ketiga aspek tersebut merupakan satu kesatuan pembelajaran yang tidak terpisahkan, yang harus dilakukan secara

Transcript of SISTEM PENILAIAN PENDIDIKAN VOKASI Emy Budiastuti ABSTRAK

Page 1: SISTEM PENILAIAN PENDIDIKAN VOKASI Emy Budiastuti ABSTRAK

Seminar Nasional 2014 “Prospek Pendidikan Vokasi dan Industri Kreatif Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN”

Jurusan PTBB FT UNY, 9Nopember 2014 2

SISTEM PENILAIAN PENDIDIKAN VOKASI

Emy Budiastuti

Pendidikan Teknik Boga dan Busana FT UNY

ABSTRAK

Penilaian merupakan kegiatan yang harus dilakukan dalam

setiap pembelajaran. Tanpa ada penilaian, mustahil kemampuan dan

keterampilan peserta didik bisa diketahui. Mengingat penilaian

mempunyai peran yang sangat penting dalam pembelajaran, maka

penilaian wajib dilaksanakan bagi pendidik atau dosen. Dengan

penilaian, kemampuan dan keterampilan peserta didik akan dapat

diketahui. Dalam pendidikan vokasi, proses dan hasil pembelajaran

lebih cenderung dalam bentuk kompetensi. Kompetensi adalah

atribut individu peserta didik, sehingga asesmen berbasis kompetensi

bersifat individual.Sistem penilaian untuk mengukur kompetensi

mahasiswa adalah performance based assessment atau authentic

assessment yang dilakukan secara menyeluruh, mencakup aspek

kognitif, afektif, dan psikomotor yang dilakukan secara simultan.

Melalui penilaian otentik diharapkan dapat merangsang peserta didik

untuk mengembangkan keterampilan atau kompetensi yang relevan

dengan dunia kerja

Kata Kunci: Sistem Penilaian, Pendidikan Vokasi

PENDAHULUAN

Masalah utama pendidikan adalah kenyataan bahwa ada

kesenjangan antara pembelajaran di sekolah dengan dunia nyata dan

antara tugas-tugas penilaian dengan apa yang terjadi dalam dunia

kerja. Masalahnya adalah bahwa standar sekolah tidak selaras

dengan harapan dari dunia kerja. Pentingnya penilaian dilakukan

dalam setiap pembelajaran adalah untuk menjamin terciptanya

pendidikan yang berkualitas. Penilaian yang dilakukan dalam

pembelajaran termasuk pendidikan vokasi, secara nyata mencakup

semua hasil belajar peserta didik, yaitu kemampuan kognitif, afektif

dan psikomotorik. Ketiga aspek tersebut merupakan satu kesatuan

pembelajaran yang tidak terpisahkan, yang harus dilakukan secara

Page 2: SISTEM PENILAIAN PENDIDIKAN VOKASI Emy Budiastuti ABSTRAK

Seminar Nasional 2014 “Prospek Pendidikan Vokasi dan Industri Kreatif Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN”

Jurusan PTBB FT UNY, 9Nopember 2014 3

utuh, walaupun karakteristik untuk masing-masing aspek tersebut

berbeda.

Pendidikan vokasi merupakan pendidikan yang mengarahkan

untuk mengembangkan keahlian, sesuai dengan bidang pekerjaan

tertentu yang harapannya dapat menciptakan lapangan kerja.

Sesuai tujuan pembelajaran pada pendidikan vokasi, lebih

menekankan pembelajaran keterampilan (skill) sesuai dengan

tuntutan dunia industri atau dunia kerja. Dalam pendidikan vokasi,

keterampilan atau keahlian lebih dikenal dengan kompetensi atau

kinerja. Untuk mengetahui kompetensi peserta didik diperlukan

penilaian. Sistem penilaian hasil belajar yang digunakan adalah

model penilaian yang berbasis kompetensi atau dikenal sebagai

Performance Based Assesment atau sering disebut Authentic

Assessment. Penilaian otentik merupakan penilaian yang menyeluruh

mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik.

Pelaksanaan penilaian ke tiga aspek tersebut secara simultan sesuai

dengan prosedur dan sifat materi. Dalam pelaksanaannya, penilaian

otentik dalam pendidikan vokasi dapat dilakukan melalui tugas-tugas

yang membentuk kompetensi peserta didik. Oleh karena itu

instrumen yang digunakan harus mampu secara nyata menjaring

data dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

Pembelajaran pendidikan vokasi merupakan pembelajaran yang

sarat dengan keterampilan psikomotorik. Aspek psikomotorik atau

keterampilan dapat diketahui dengan cara peserta didik diminta

untuk mendemonstrasikan kemampuan dan keterampilannya.

Keterampilan yang dilakukan secara nyata oleh peserta didik dapat

diukur dengan cara penilaian unjuk kerja, proses dan produk,

portofolio yang secara explicit. Penilaian yang dikenal adalah

penilaian otentik.

Penerapan penilaian otentik menuntut aspek-aspek yang secara

nyata dapat mengukur ketrampilan, yaitu dengan menggunakan

lembar soal, lembar observasi, rubrik, prosedur penilaian, teknik

pensekoran, dan cara pelaporan. Sistem penilaian demikian dilakukan

untuk dapat mengetahui dan menentukan profil peserta didik,

sehingga mendapatkan pengakuan di dunia kerja.

Page 3: SISTEM PENILAIAN PENDIDIKAN VOKASI Emy Budiastuti ABSTRAK

Seminar Nasional 2014 “Prospek Pendidikan Vokasi dan Industri Kreatif Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN”

Jurusan PTBB FT UNY, 9Nopember 2014 4

PEMBAHASAN

Penilaian autentik telah menjadi semakin populer, karena

persepsi telah berkembang bahwa ada kebutuhan untuk pendekatan

yang lebih holistik untuk mengevaluasi siswa. Penilaian autentik

memungkinkan siswa untuk membangun respon. Penilaian autentik

menangkap pemahaman yang mendalam, pemecahan masalah

keterampilan (skill), keterampilan sosial, dan sikap yang digunakan

dalam dunia nyata, atau simulasi situasi dunia nyata. Penilaian

otentik menentukan tugas-tugas yang bermakna dan menarik, dalam

konteks yang kaya, di mana peserta didik menerapkan pengetahuan

dan keterampilan, dan melakukan tugas dalam situasi baru. Tugas

otentik membantu siswa berlatih untuk berfikir kompleks dan

profesional. Misalnya, untuk menilai kemampuan menulis surat siswa

otentik, guru menugaskan kepada peserta didik untuk menulis surat

kepada teman atau saudara. Tugas ini disertai dengan rubrik yang

telah disepakati peserta didik dan guru. Hal penting adalah bahwa

peserta didik memahami dengan jelas kriteria penilaian sebelum

mereka menilai tugas.

Setiap jenis penilaian tergantung pada tujuannya. Penilaian

otentik, menurut Wiggins (1990) dirancang untuk:

1.make students successful learners with acquired knowledge

2.provide students with a full range of skills (e.g.,research,

writing, revising, oral skills, debating, and other critical

thinking skills) 3.demonstrate whether the student can

generate full and valid answers in relation to the task or

challenge at hand 4.provide reliability by offering suitable and

standardized criteria for scoring such tasks and challenges

5.give students the chance to „rehearse‟ critical thinking in

achieving success in their future adult and professional lives.

Sesuai dengan karakteristik pembelajaran vokasi yaitu

pembelajaran berbasis kompetensi sehingga jenis penilaiannya yang

banyak diterapkan adalah penilaian otentik . Penilaian otentik

(Authentic Assessment) adalah pengukuran yang bermakna secara

signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap,

keterampilam, dan pengetahuan. Penilaian otentik mendorong

peserta didik untuk melakukan observasi, menalar, mencoba,

membangun jejaring, dan lain-lain. Dalam melakukan penilaian

Page 4: SISTEM PENILAIAN PENDIDIKAN VOKASI Emy Budiastuti ABSTRAK

Seminar Nasional 2014 “Prospek Pendidikan Vokasi dan Industri Kreatif Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN”

Jurusan PTBB FT UNY, 9Nopember 2014 5

otentik, tahapan yang perlu dilakukan pendidik adalah:

mengkonstruksi, mengorganisasi, analisis, sintesis, menafsirkan,

menjelaskan, evaluasi, mencipta.

Adapun tugas-tugas yang membentuk kompetensi peserta didik

dapat berupa:

1. Tes tertulis dan lisan, bisa berupa penugasan yang terintegrasi

dalam keterampilan

2. Penilaian diri

Menurut Andrade dan Du (2007: 160), penilaian diri adalah

proses penilaian formatif di mana siswa merenungkan dan

mengevaluasi kualitas pekerjaan mereka, menilai sejauh mana

mereka menyatakan tujuan eksplisit atau kriteria, mengidentifikasi

kekuatan dan kelemahan mereka dalam bekerja.

3. Penilaian teman sejawat (peer assessment)

Penilaian antar teman atau teman sebaya (peer assessment)

merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik

untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan temannya dalam

berbagai hal

4. jurnal

Catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berkaitan

dengan sikap dan perilaku yang berisi informasi hasil pengamatan

tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik

5. Proyek

Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu

tugas yang harus diselesaikan dalam waktu tertentu.

6. Portofolio

Penilaian portofolio merupakan model evaluasi yang otentik.

Penilaian portofolio pada dasarnya adalah menilai karya-karya

individu untuk suatu tugas tertentu. Semua tugas yang dikerjakan

peserta didik dikumpulkan dan di akhir suatu unit program

pembelajaran (Djemari Mardapi, 2004:16)

5. Penilaian unjuk kerja)

Berk (1986:x) menyatakan bahwa asesmen unjuk kerja adalah

proses mengumpulkan data dengan cara pengamatan yang

sistematik untuk membuat keputusan tentang individu.

Penggunaan penilaian kinerja atau unjuk kerja adalah untuk

menilai kompetensi yang bertujuan untuk mengembangkan

Page 5: SISTEM PENILAIAN PENDIDIKAN VOKASI Emy Budiastuti ABSTRAK

Seminar Nasional 2014 “Prospek Pendidikan Vokasi dan Industri Kreatif Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN”

Jurusan PTBB FT UNY, 9Nopember 2014 6

potensi peserta didik. Tujuannya adalah untuk membentuk

rencana pengembangan profesional dan mencapai sinergi antara

tujuan pengajaran dan kemampuan peserta didik.

Pengembangan Instrumen

Sebelum melakukan suatu penilaian, diperlukan pengembangan

instrumen. Untuk mengembangkan instrumen, misalnya instrumen

unjuk kerja, guru tidak hanya menilai karakteristik individu, tetapi

berusaha untuk menemukan keterkaitan antara tujuan pengajaran,

kemampuan peserta didik, dan kebutuhan dunia usaha (Yorkovich,

2008: 1-2).

Brenan (2006:394), yang menyatakan bahwa dalam kontek

penilaian kinerja atau penilaian otentik, diperlukan pengembangan

rubrik yang digunakan sebagai dasar pengukuran. Dengan adanya

rubrik maka skala respon dan perbedaan antara tingkat skor

sama di set item. Desain rubrik penilaian membutuhkan spesifikasi

dari kritera untuk menilai kualitas kinerja dan pilihan prosedur

penilaian. Selanjutnya menurut Johnson (2009: 119) rubrik analitik

lebih rinci dan mengandung pernyataan yang mengindikasikan bagian

atau aspek yang diukur.

Dalam implementasi penilaian otentik diperlukan rater yang

mempunyai komitmen tinggi dalam melakukan penilaian agar

penilaian yang dilakukan bisa secara konsisten untuk

menggambarkan kemampuan dan keterampilan peserta didik.

Menurut Bresciani (2009: 2-3), untuk mencapai tingkat kehandalan

antar-rater yang tinggi perlu merancang dan menerapkan rubrik.

Rubrik disusun untuk menghindari subjektivitas penilai dan untuk

memperoleh tingkat kehandalan antar-rater. Menurut John Mueller

(2014:1), rubrik adalah skala skor yang digunakan untuk menilai

kinerja siswa tentang tugas tertentu. Rubrik berguna untuk

mencocokkan kinerja siswa terhadap seperangkat kriteria untuk

menentukan sejauh mana kinerja siswa memenuhi kriteria untuk

tugas tersebut. Untuk mengukur kinerja siswa terhadap tugas

tertentu ditentukan dengan kriteria, rubrik, atau skala penilaian,

biasanya dibuat berisi kriteria penting untuk tugas dan tingkat yang

tepat dari kinerja untuk setiap kriteria. Seorang pengajar tidak

menggunakan format penilaian, maka penilaiannya akan mengada-

Page 6: SISTEM PENILAIAN PENDIDIKAN VOKASI Emy Budiastuti ABSTRAK

Seminar Nasional 2014 “Prospek Pendidikan Vokasi dan Industri Kreatif Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN”

Jurusan PTBB FT UNY, 9Nopember 2014 7

ngada, menerka-nerka, sehingga dia tidak bisa memberikan penilaian

yang objektif kepada pekerjaan siswa (Emy Budiastuti, 2012:8).

Pelaksanaan Penilaian

Penilaian dalam pendidikan vokasi dapat dilakukan melalui

tugas-tugas yang membentuk kompetensi peserta didik.Sistem

penilaian hasil belajar menganut penilaian acuan norma dan penilaian

acuan patokan.. Penilaian acuan norma merupakan pengukuran yang

mendudukkan individu pada kelompoknya, membandingkan

penguasaan individu terhadap rata-rata penguasaan kelompok.

Sedangkan penilaian acuan patokan merupakan pengukuran

keberhasilan belajar didasarkan atas penafsiran tingkah laku

(performance) yang didasarkan atas kriteria atau standar khusus,

artinya derajad penguasaan yang ada didasarkan pada tingkat

tertentu yang harus dicapai. Sistem penilaian untuk bidang

keterampilan lebih mengacu pada penilaian acuan patokan. Ciri

utama yang menandai pemakaian penilaian acuan patokan adalah

penafsiran skor dari alat pengukuran yang dapat menghasilkan

deskripsi tentang kemampuan atau pengetahuan yang dimilki oleh

peserta didik. Penafsiran hasil tes selalu dibandingkan dengan

standar atau criteria yang ditetapkan terlebih dahulu (Djemari

Mardapi, 2004: 13).

Berdasar karakteristik pendidikan vokasi yang menekankan

pada pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan dunia industri,

maka penilaian yang diterapkan mengacu pada penilaian berbasis

kompetensi. Penilaian berbasis kompetensi mengukur keterampilan

nyata mahasiswa berdasar kategori kompeten dan tidak kompeten.

Ciri-ciri tersebut menegaskan bahwa pelaksanaan penilaian berbasis

kompetensi penekanannya pada tujuan dan keterbukaan serta suatu

penilaian yang mengacu pada kriteria.

Sebelum melakukan penilaian, seorang guru harus membuat

perencanaan pembelajaran sesuai dengan dengan kebutuhan

mahasiswa ang ada di kurikulum secara jelas. Apabila perencanaan

telah tersusun dengan baik dan lengkap, selanjutnya guru

melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah

tersusun. Agar pembelajaran berjalan dengan optimal, pendidik

(dosen) sebaiknya menerapkan berbagai metode dan media

pembelajaran agar materi yang disampaikan guru bisa diterima

Page 7: SISTEM PENILAIAN PENDIDIKAN VOKASI Emy Budiastuti ABSTRAK

Seminar Nasional 2014 “Prospek Pendidikan Vokasi dan Industri Kreatif Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN”

Jurusan PTBB FT UNY, 9Nopember 2014 8

mahasiswa dengan jelas. Apakah materi yang diberikan dosen sudah

terserap dengan baik oleh mahasiswa perlu dilakukan penilian.

Berdasar hasil penilaian, seorang dosen akan dapat mengetahui

kekurangan atau kelemahan serta hambatan yang dialami

mahasiswa. Hasil penilaian bisa digunakan sebagai tindak lanjut yang

harus dilakukan dosen dan mahasiswa. pembelajaran sesuai dengan

kebutuhan berdasar kurikulum Pembelajaran pendidikan vokasi lebih

menekankan pada keterampilan sesuai bidangnya. Langkah penilaian

yang dilakukan pada pendidikan vokasi yang mengacu pada

penilaian otentik mencakup rencana pembelajaran, pelaksanaan

pembelajaran, penilaian, dan umpan balik.

Hubungan antara tujuan belajar, kegiatan mengajar, proses

pembelajaran dan prosedur penilaian dapat digambarkan dalam

bentuk tetrahedron seperti pada gambar1. Seperti dalam sistem

antar

hubungan, keempat komponen berada dalam keseimbangan.

Artinya,

penyesuaian satu komponen memerlukan penyesuaian simpatik dari

tiga lainnya. Penyesuaian simpatik menyiratkan keselarasan alasan

yang mendasari asumsi masing-masing komponen.

Learning goals

Learning and

achievement

Teaching

processes

Assessment

Procedures

Gambar 1. The teaching, learning, assessment domain

(Cumming, 1999:4)

Berdasarkan penilaian yang harus dilakukan pada pendidikan

vokasi banyak perangkat penilaian yang perlu disiapkan, maka dosen

perlu mengembangkan perangkat penilaian berdasar pada jenis tugas

yang dikerjakan mahasiswa. Perangkat penilaian yang telah

Page 8: SISTEM PENILAIAN PENDIDIKAN VOKASI Emy Budiastuti ABSTRAK

Seminar Nasional 2014 “Prospek Pendidikan Vokasi dan Industri Kreatif Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN”

Jurusan PTBB FT UNY, 9Nopember 2014 9

tersusun ( lembar soal, lembar penilaian, rubrik, pensekoran,

prosedur penilaian) tidak bisa berdiri sendiri, namun saling berkaitan

untuk digunakan secara simultan. Berikut terdapat beberapa contoh

instrumen penilaian yang dapat digunakan untuk mengukur

kemampuan dan keterampilan mahasiswa.

1. Contoh: format lembar penilaian sikap menjahit

Nama mahasiswa :

NIM :

No Aspek yang diamati Hasil Observasi Ket

4

Sangat

tinggi

3

Tinggi

2

Rendah

1

Sangat

rendah

1.

2.

3.

4.

5.

Tanggung jawab

Disiplin

Ketelitian

Kerjasama

dsb

Adapun cara pensekorannya adalah:

No Skor siswa Kategori sikap

1. X ≥ + 1.SBx Sangat positif/sangat tinggi

2. X + 1.SBx > x ≥ Tinggi/positif

3. X > x ≥ - 1.SBx Negatif/rendah

4. X < - 1.SBx Sangat negative/rendah

(Djemari Mardapi, 2012:162)

Contoh lembar penilaian praktek menjahit celana anak

Nama Mahasiswa : ……………………………………….

NIM : ……………………………………….

No

Jenis Kegiatan

Bobot

Pencapaian

Kompetensi

Skor

Keter

angan

Penca

paian

Kom

peten

si

Tidak

kompeten

Kompeten

1 2 3 4

Page 9: SISTEM PENILAIAN PENDIDIKAN VOKASI Emy Budiastuti ABSTRAK

Seminar Nasional 2014 “Prospek Pendidikan Vokasi dan Industri Kreatif Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN”

Jurusan PTBB FT UNY, 9Nopember 2014 10

A. Persiapan: (10)

1. a. Menyiapkan alat jahit

b. Menyiapkan bagian-bagian

busana yang akan dijahit

5

5

v

v

3,75

5,00

Skor 8,75

B

.

Proses Menjahit (55)

1. Mengoperasikan mesin jahit 10

2. Menerapkan teknik menjahit

bagian-bagian busana:

a. Saku samping

b. Saku dalam (bag. belakang)

c. Golbi

d. Ban pinggang

e. Lipit

f. Pesak

g. Setikan

5

5

10

5

5

5

5

3. Keselamatan kerja 5

C

.

Hasil menjahit (35)

1. Pressing

15

2. Kerapian

15

3. Kebersihan

5

Jumlah bobot 100 Total skor

Keterangan skala penilaian total:

Kompeten :jika kriteria penilaian sangat baik (memperoleh nilai ≥ 86)

:jika criteria penilaian baik (memperoleh nilai 70 ≤ skor < 86)

Tidak kompeten :jika criteria penilaian kurang baik (memperoleh nilai 56 ≤ skor

<70)

:jika criteria penilaian tidak baik (memperoleh nilai < 56)

Contoh rubrik: menjahit celana anak laki-laki

No Komponen

Penilaian

Kompetensi

Pencapaia

n

kompetens

i

Deskripsi kompetensi Keputusan

Page 10: SISTEM PENILAIAN PENDIDIKAN VOKASI Emy Budiastuti ABSTRAK

Seminar Nasional 2014 “Prospek Pendidikan Vokasi dan Industri Kreatif Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN”

Jurusan PTBB FT UNY, 9Nopember 2014 11

A. PERSIAPAN

1. Menyiapkan

alat jahit

a. Mesin jahit

b. Gunting kain

c. Mitlin

d. Sekoci

e. Sepul

f. Pendedel

g. Kapur jahit

h. Rader

i. Jarum pentul

Sangat baik

(4)

Peralatan disiapkan dengan

lengkap, diuji coba sebelum

digunakan (siap untuk

digunakan), dalam kondisi bersih

Kompeten

Baik

(3)

Peralatan disiapkan dengan

lengkap, diuji coba sebelum

digunakan (siap untuk digunakan),

tidak dalam kondisi bersih

Kompeten

Kurang

baik

(2)

Peralatan disiapkan dengan

lengkap, peralatan tidak diuji coba

sebelum digunakan (tidak siap

untuk digunakan), tidak dalam

kondisi bersih

Tidak

kompeten

Tidak baik

(1)

Peralatan tidak lengkap, tidak diuji

coba sebelum digunakan (tidak

siap digunakan), tidak dalam

kondisi bersih

Tidak

kompeten

SIMPULAN

Peran sistem penilaian adalah sebagai acuan prinsip-prinsip, metode

pengujian, dan aturan-aturan pelaksanaan penilaian/pengujian yang

dibutuhkan agar proses penilaian/pengujian dapat dijamin

berdasarkan standar kompetensi, dilaksanakan secara adil, valid, dan

konsisten. Penilaian penting untuk dilakukan pengajar (dosen). Agar

seorang dosen dapat mengetahui mahasiswanya kompeten atau tidak

kompeten di bidangnya (misal: busana, boga dan kecantikan), maka

diperlukan pengukuran. Untuk dapat melakukan pengukuran

diperlukan adanya perangkat yang mendukung, diantaranya: soal,

lembar penilaian lengkap dengan skala dan bobot, prosedur

penilaian, kriteria penilaian, pensekoran, dan pelaporan).

REFERENSI

Andrade, H. & Du, Y. (2007). Student responses to criteria-

referenced self-Assessment. Assessment and Evaluation in

Higher Education, 32 (2), 159-181

Page 11: SISTEM PENILAIAN PENDIDIKAN VOKASI Emy Budiastuti ABSTRAK

Seminar Nasional 2014 “Prospek Pendidikan Vokasi dan Industri Kreatif Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN”

Jurusan PTBB FT UNY, 9Nopember 2014 12

Berk, R.A. (1986). Performance assessment. Baltimore: The John

Hopkins University Press

Brennan, R,L. (2006). Educational measurement. Westport: Praeger

Bresciani, M.J, et al. (2009). Examining design and inter-rater

reliability of a rubric measuring research quality across multiple

disciplines. Practical Assessment, Research & Evaluation, Vol.

14, No 12

Cumming, .J.J & Maxell, G.S. 1999. Contextualising Authentic

Assessment. Journal. Practical Assessment, Research &

Evaluation, Vol. 14, No 12 6(2), 177-194.

Djemari Mardapi. 2012).Pengukuran penilaian dan evaluasi

pendidikan.Yogakarta: Nuha Medika

_________________. (2004). Pengembangan system penilaian

berbasis kompetensi. Makalah. Surabaya: HEPI

Emy Budiastuti. (2012). Pengembangan sistem penilaian uji

kompetensi menjahit busana pada enjang pendidikan SMK .

Disertasi.Yogyakarta: PPS UNY

Gulikers, J. T. M., Bastiaens, Th. J., & Kirschner, P. A. (2006). Authe

nticassessment, studentand teacher perceptions: the practical valu

e of the five dimensional-framework. Journal of

Vocational Education and Training, 58, 337-357

Johnson, R.L., Penny, J.A., & Gordon, B. (2009). Assessing

performance: designing, scoring, and validating performance

task. London: The Guilford Pres

Jon Mueller. 2014. Rubrics ( Authentic Assessment Toolbox). North

Central College, Naperville.

http://assess.pages.tcnj.edu/files/2011/06/DevelopingRubrics.p

df. Diunduh pada Sabtu 1 Npember 2014, pukul 19.35

Page 12: SISTEM PENILAIAN PENDIDIKAN VOKASI Emy Budiastuti ABSTRAK

Seminar Nasional 2014 “Prospek Pendidikan Vokasi dan Industri Kreatif Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN”

Jurusan PTBB FT UNY, 9Nopember 2014 13

Mueller, J. (2006). Authentic Assessment.North Central

College.Diakses dari:

http://jonatan.muller.faculty.noctrl.edu/toolbox/whatisist.htm

Torulf Palm. (2008).Performance Assessment and Authentic Assessment

A Conceptual Analysis of the Literature.Practical Assessment, Researc

h & Evaluation, Vol 13, N 4, April2008

Yorkovich, S. A, Waddell, G.S, & Gerwig, R.K. (2008). Competency-

based assessment systems: Encouragement toward a more

holistic approach. Diambil dari:

http://spiritoforganization.com/documents/Waddell_Competenc

yBasedAssessment.pdf pada tanggal 5 Oktober 2014