SISTEM PENILAIAN PENDIDIKAN VOKASI Emy Budiastuti ABSTRAK
Transcript of SISTEM PENILAIAN PENDIDIKAN VOKASI Emy Budiastuti ABSTRAK
Seminar Nasional 2014 “Prospek Pendidikan Vokasi dan Industri Kreatif Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN”
Jurusan PTBB FT UNY, 9Nopember 2014 2
SISTEM PENILAIAN PENDIDIKAN VOKASI
Emy Budiastuti
Pendidikan Teknik Boga dan Busana FT UNY
ABSTRAK
Penilaian merupakan kegiatan yang harus dilakukan dalam
setiap pembelajaran. Tanpa ada penilaian, mustahil kemampuan dan
keterampilan peserta didik bisa diketahui. Mengingat penilaian
mempunyai peran yang sangat penting dalam pembelajaran, maka
penilaian wajib dilaksanakan bagi pendidik atau dosen. Dengan
penilaian, kemampuan dan keterampilan peserta didik akan dapat
diketahui. Dalam pendidikan vokasi, proses dan hasil pembelajaran
lebih cenderung dalam bentuk kompetensi. Kompetensi adalah
atribut individu peserta didik, sehingga asesmen berbasis kompetensi
bersifat individual.Sistem penilaian untuk mengukur kompetensi
mahasiswa adalah performance based assessment atau authentic
assessment yang dilakukan secara menyeluruh, mencakup aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor yang dilakukan secara simultan.
Melalui penilaian otentik diharapkan dapat merangsang peserta didik
untuk mengembangkan keterampilan atau kompetensi yang relevan
dengan dunia kerja
Kata Kunci: Sistem Penilaian, Pendidikan Vokasi
PENDAHULUAN
Masalah utama pendidikan adalah kenyataan bahwa ada
kesenjangan antara pembelajaran di sekolah dengan dunia nyata dan
antara tugas-tugas penilaian dengan apa yang terjadi dalam dunia
kerja. Masalahnya adalah bahwa standar sekolah tidak selaras
dengan harapan dari dunia kerja. Pentingnya penilaian dilakukan
dalam setiap pembelajaran adalah untuk menjamin terciptanya
pendidikan yang berkualitas. Penilaian yang dilakukan dalam
pembelajaran termasuk pendidikan vokasi, secara nyata mencakup
semua hasil belajar peserta didik, yaitu kemampuan kognitif, afektif
dan psikomotorik. Ketiga aspek tersebut merupakan satu kesatuan
pembelajaran yang tidak terpisahkan, yang harus dilakukan secara
Seminar Nasional 2014 “Prospek Pendidikan Vokasi dan Industri Kreatif Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN”
Jurusan PTBB FT UNY, 9Nopember 2014 3
utuh, walaupun karakteristik untuk masing-masing aspek tersebut
berbeda.
Pendidikan vokasi merupakan pendidikan yang mengarahkan
untuk mengembangkan keahlian, sesuai dengan bidang pekerjaan
tertentu yang harapannya dapat menciptakan lapangan kerja.
Sesuai tujuan pembelajaran pada pendidikan vokasi, lebih
menekankan pembelajaran keterampilan (skill) sesuai dengan
tuntutan dunia industri atau dunia kerja. Dalam pendidikan vokasi,
keterampilan atau keahlian lebih dikenal dengan kompetensi atau
kinerja. Untuk mengetahui kompetensi peserta didik diperlukan
penilaian. Sistem penilaian hasil belajar yang digunakan adalah
model penilaian yang berbasis kompetensi atau dikenal sebagai
Performance Based Assesment atau sering disebut Authentic
Assessment. Penilaian otentik merupakan penilaian yang menyeluruh
mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik.
Pelaksanaan penilaian ke tiga aspek tersebut secara simultan sesuai
dengan prosedur dan sifat materi. Dalam pelaksanaannya, penilaian
otentik dalam pendidikan vokasi dapat dilakukan melalui tugas-tugas
yang membentuk kompetensi peserta didik. Oleh karena itu
instrumen yang digunakan harus mampu secara nyata menjaring
data dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
Pembelajaran pendidikan vokasi merupakan pembelajaran yang
sarat dengan keterampilan psikomotorik. Aspek psikomotorik atau
keterampilan dapat diketahui dengan cara peserta didik diminta
untuk mendemonstrasikan kemampuan dan keterampilannya.
Keterampilan yang dilakukan secara nyata oleh peserta didik dapat
diukur dengan cara penilaian unjuk kerja, proses dan produk,
portofolio yang secara explicit. Penilaian yang dikenal adalah
penilaian otentik.
Penerapan penilaian otentik menuntut aspek-aspek yang secara
nyata dapat mengukur ketrampilan, yaitu dengan menggunakan
lembar soal, lembar observasi, rubrik, prosedur penilaian, teknik
pensekoran, dan cara pelaporan. Sistem penilaian demikian dilakukan
untuk dapat mengetahui dan menentukan profil peserta didik,
sehingga mendapatkan pengakuan di dunia kerja.
Seminar Nasional 2014 “Prospek Pendidikan Vokasi dan Industri Kreatif Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN”
Jurusan PTBB FT UNY, 9Nopember 2014 4
PEMBAHASAN
Penilaian autentik telah menjadi semakin populer, karena
persepsi telah berkembang bahwa ada kebutuhan untuk pendekatan
yang lebih holistik untuk mengevaluasi siswa. Penilaian autentik
memungkinkan siswa untuk membangun respon. Penilaian autentik
menangkap pemahaman yang mendalam, pemecahan masalah
keterampilan (skill), keterampilan sosial, dan sikap yang digunakan
dalam dunia nyata, atau simulasi situasi dunia nyata. Penilaian
otentik menentukan tugas-tugas yang bermakna dan menarik, dalam
konteks yang kaya, di mana peserta didik menerapkan pengetahuan
dan keterampilan, dan melakukan tugas dalam situasi baru. Tugas
otentik membantu siswa berlatih untuk berfikir kompleks dan
profesional. Misalnya, untuk menilai kemampuan menulis surat siswa
otentik, guru menugaskan kepada peserta didik untuk menulis surat
kepada teman atau saudara. Tugas ini disertai dengan rubrik yang
telah disepakati peserta didik dan guru. Hal penting adalah bahwa
peserta didik memahami dengan jelas kriteria penilaian sebelum
mereka menilai tugas.
Setiap jenis penilaian tergantung pada tujuannya. Penilaian
otentik, menurut Wiggins (1990) dirancang untuk:
1.make students successful learners with acquired knowledge
2.provide students with a full range of skills (e.g.,research,
writing, revising, oral skills, debating, and other critical
thinking skills) 3.demonstrate whether the student can
generate full and valid answers in relation to the task or
challenge at hand 4.provide reliability by offering suitable and
standardized criteria for scoring such tasks and challenges
5.give students the chance to „rehearse‟ critical thinking in
achieving success in their future adult and professional lives.
Sesuai dengan karakteristik pembelajaran vokasi yaitu
pembelajaran berbasis kompetensi sehingga jenis penilaiannya yang
banyak diterapkan adalah penilaian otentik . Penilaian otentik
(Authentic Assessment) adalah pengukuran yang bermakna secara
signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap,
keterampilam, dan pengetahuan. Penilaian otentik mendorong
peserta didik untuk melakukan observasi, menalar, mencoba,
membangun jejaring, dan lain-lain. Dalam melakukan penilaian
Seminar Nasional 2014 “Prospek Pendidikan Vokasi dan Industri Kreatif Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN”
Jurusan PTBB FT UNY, 9Nopember 2014 5
otentik, tahapan yang perlu dilakukan pendidik adalah:
mengkonstruksi, mengorganisasi, analisis, sintesis, menafsirkan,
menjelaskan, evaluasi, mencipta.
Adapun tugas-tugas yang membentuk kompetensi peserta didik
dapat berupa:
1. Tes tertulis dan lisan, bisa berupa penugasan yang terintegrasi
dalam keterampilan
2. Penilaian diri
Menurut Andrade dan Du (2007: 160), penilaian diri adalah
proses penilaian formatif di mana siswa merenungkan dan
mengevaluasi kualitas pekerjaan mereka, menilai sejauh mana
mereka menyatakan tujuan eksplisit atau kriteria, mengidentifikasi
kekuatan dan kelemahan mereka dalam bekerja.
3. Penilaian teman sejawat (peer assessment)
Penilaian antar teman atau teman sebaya (peer assessment)
merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik
untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan temannya dalam
berbagai hal
4. jurnal
Catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berkaitan
dengan sikap dan perilaku yang berisi informasi hasil pengamatan
tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik
5. Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu
tugas yang harus diselesaikan dalam waktu tertentu.
6. Portofolio
Penilaian portofolio merupakan model evaluasi yang otentik.
Penilaian portofolio pada dasarnya adalah menilai karya-karya
individu untuk suatu tugas tertentu. Semua tugas yang dikerjakan
peserta didik dikumpulkan dan di akhir suatu unit program
pembelajaran (Djemari Mardapi, 2004:16)
5. Penilaian unjuk kerja)
Berk (1986:x) menyatakan bahwa asesmen unjuk kerja adalah
proses mengumpulkan data dengan cara pengamatan yang
sistematik untuk membuat keputusan tentang individu.
Penggunaan penilaian kinerja atau unjuk kerja adalah untuk
menilai kompetensi yang bertujuan untuk mengembangkan
Seminar Nasional 2014 “Prospek Pendidikan Vokasi dan Industri Kreatif Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN”
Jurusan PTBB FT UNY, 9Nopember 2014 6
potensi peserta didik. Tujuannya adalah untuk membentuk
rencana pengembangan profesional dan mencapai sinergi antara
tujuan pengajaran dan kemampuan peserta didik.
Pengembangan Instrumen
Sebelum melakukan suatu penilaian, diperlukan pengembangan
instrumen. Untuk mengembangkan instrumen, misalnya instrumen
unjuk kerja, guru tidak hanya menilai karakteristik individu, tetapi
berusaha untuk menemukan keterkaitan antara tujuan pengajaran,
kemampuan peserta didik, dan kebutuhan dunia usaha (Yorkovich,
2008: 1-2).
Brenan (2006:394), yang menyatakan bahwa dalam kontek
penilaian kinerja atau penilaian otentik, diperlukan pengembangan
rubrik yang digunakan sebagai dasar pengukuran. Dengan adanya
rubrik maka skala respon dan perbedaan antara tingkat skor
sama di set item. Desain rubrik penilaian membutuhkan spesifikasi
dari kritera untuk menilai kualitas kinerja dan pilihan prosedur
penilaian. Selanjutnya menurut Johnson (2009: 119) rubrik analitik
lebih rinci dan mengandung pernyataan yang mengindikasikan bagian
atau aspek yang diukur.
Dalam implementasi penilaian otentik diperlukan rater yang
mempunyai komitmen tinggi dalam melakukan penilaian agar
penilaian yang dilakukan bisa secara konsisten untuk
menggambarkan kemampuan dan keterampilan peserta didik.
Menurut Bresciani (2009: 2-3), untuk mencapai tingkat kehandalan
antar-rater yang tinggi perlu merancang dan menerapkan rubrik.
Rubrik disusun untuk menghindari subjektivitas penilai dan untuk
memperoleh tingkat kehandalan antar-rater. Menurut John Mueller
(2014:1), rubrik adalah skala skor yang digunakan untuk menilai
kinerja siswa tentang tugas tertentu. Rubrik berguna untuk
mencocokkan kinerja siswa terhadap seperangkat kriteria untuk
menentukan sejauh mana kinerja siswa memenuhi kriteria untuk
tugas tersebut. Untuk mengukur kinerja siswa terhadap tugas
tertentu ditentukan dengan kriteria, rubrik, atau skala penilaian,
biasanya dibuat berisi kriteria penting untuk tugas dan tingkat yang
tepat dari kinerja untuk setiap kriteria. Seorang pengajar tidak
menggunakan format penilaian, maka penilaiannya akan mengada-
Seminar Nasional 2014 “Prospek Pendidikan Vokasi dan Industri Kreatif Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN”
Jurusan PTBB FT UNY, 9Nopember 2014 7
ngada, menerka-nerka, sehingga dia tidak bisa memberikan penilaian
yang objektif kepada pekerjaan siswa (Emy Budiastuti, 2012:8).
Pelaksanaan Penilaian
Penilaian dalam pendidikan vokasi dapat dilakukan melalui
tugas-tugas yang membentuk kompetensi peserta didik.Sistem
penilaian hasil belajar menganut penilaian acuan norma dan penilaian
acuan patokan.. Penilaian acuan norma merupakan pengukuran yang
mendudukkan individu pada kelompoknya, membandingkan
penguasaan individu terhadap rata-rata penguasaan kelompok.
Sedangkan penilaian acuan patokan merupakan pengukuran
keberhasilan belajar didasarkan atas penafsiran tingkah laku
(performance) yang didasarkan atas kriteria atau standar khusus,
artinya derajad penguasaan yang ada didasarkan pada tingkat
tertentu yang harus dicapai. Sistem penilaian untuk bidang
keterampilan lebih mengacu pada penilaian acuan patokan. Ciri
utama yang menandai pemakaian penilaian acuan patokan adalah
penafsiran skor dari alat pengukuran yang dapat menghasilkan
deskripsi tentang kemampuan atau pengetahuan yang dimilki oleh
peserta didik. Penafsiran hasil tes selalu dibandingkan dengan
standar atau criteria yang ditetapkan terlebih dahulu (Djemari
Mardapi, 2004: 13).
Berdasar karakteristik pendidikan vokasi yang menekankan
pada pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan dunia industri,
maka penilaian yang diterapkan mengacu pada penilaian berbasis
kompetensi. Penilaian berbasis kompetensi mengukur keterampilan
nyata mahasiswa berdasar kategori kompeten dan tidak kompeten.
Ciri-ciri tersebut menegaskan bahwa pelaksanaan penilaian berbasis
kompetensi penekanannya pada tujuan dan keterbukaan serta suatu
penilaian yang mengacu pada kriteria.
Sebelum melakukan penilaian, seorang guru harus membuat
perencanaan pembelajaran sesuai dengan dengan kebutuhan
mahasiswa ang ada di kurikulum secara jelas. Apabila perencanaan
telah tersusun dengan baik dan lengkap, selanjutnya guru
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah
tersusun. Agar pembelajaran berjalan dengan optimal, pendidik
(dosen) sebaiknya menerapkan berbagai metode dan media
pembelajaran agar materi yang disampaikan guru bisa diterima
Seminar Nasional 2014 “Prospek Pendidikan Vokasi dan Industri Kreatif Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN”
Jurusan PTBB FT UNY, 9Nopember 2014 8
mahasiswa dengan jelas. Apakah materi yang diberikan dosen sudah
terserap dengan baik oleh mahasiswa perlu dilakukan penilian.
Berdasar hasil penilaian, seorang dosen akan dapat mengetahui
kekurangan atau kelemahan serta hambatan yang dialami
mahasiswa. Hasil penilaian bisa digunakan sebagai tindak lanjut yang
harus dilakukan dosen dan mahasiswa. pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan berdasar kurikulum Pembelajaran pendidikan vokasi lebih
menekankan pada keterampilan sesuai bidangnya. Langkah penilaian
yang dilakukan pada pendidikan vokasi yang mengacu pada
penilaian otentik mencakup rencana pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran, penilaian, dan umpan balik.
Hubungan antara tujuan belajar, kegiatan mengajar, proses
pembelajaran dan prosedur penilaian dapat digambarkan dalam
bentuk tetrahedron seperti pada gambar1. Seperti dalam sistem
antar
hubungan, keempat komponen berada dalam keseimbangan.
Artinya,
penyesuaian satu komponen memerlukan penyesuaian simpatik dari
tiga lainnya. Penyesuaian simpatik menyiratkan keselarasan alasan
yang mendasari asumsi masing-masing komponen.
Learning goals
Learning and
achievement
Teaching
processes
Assessment
Procedures
Gambar 1. The teaching, learning, assessment domain
(Cumming, 1999:4)
Berdasarkan penilaian yang harus dilakukan pada pendidikan
vokasi banyak perangkat penilaian yang perlu disiapkan, maka dosen
perlu mengembangkan perangkat penilaian berdasar pada jenis tugas
yang dikerjakan mahasiswa. Perangkat penilaian yang telah
Seminar Nasional 2014 “Prospek Pendidikan Vokasi dan Industri Kreatif Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN”
Jurusan PTBB FT UNY, 9Nopember 2014 9
tersusun ( lembar soal, lembar penilaian, rubrik, pensekoran,
prosedur penilaian) tidak bisa berdiri sendiri, namun saling berkaitan
untuk digunakan secara simultan. Berikut terdapat beberapa contoh
instrumen penilaian yang dapat digunakan untuk mengukur
kemampuan dan keterampilan mahasiswa.
1. Contoh: format lembar penilaian sikap menjahit
Nama mahasiswa :
NIM :
No Aspek yang diamati Hasil Observasi Ket
4
Sangat
tinggi
3
Tinggi
2
Rendah
1
Sangat
rendah
1.
2.
3.
4.
5.
Tanggung jawab
Disiplin
Ketelitian
Kerjasama
dsb
Adapun cara pensekorannya adalah:
No Skor siswa Kategori sikap
1. X ≥ + 1.SBx Sangat positif/sangat tinggi
2. X + 1.SBx > x ≥ Tinggi/positif
3. X > x ≥ - 1.SBx Negatif/rendah
4. X < - 1.SBx Sangat negative/rendah
(Djemari Mardapi, 2012:162)
Contoh lembar penilaian praktek menjahit celana anak
Nama Mahasiswa : ……………………………………….
NIM : ……………………………………….
No
Jenis Kegiatan
Bobot
Pencapaian
Kompetensi
Skor
Keter
angan
Penca
paian
Kom
peten
si
Tidak
kompeten
Kompeten
1 2 3 4
Seminar Nasional 2014 “Prospek Pendidikan Vokasi dan Industri Kreatif Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN”
Jurusan PTBB FT UNY, 9Nopember 2014 10
A. Persiapan: (10)
1. a. Menyiapkan alat jahit
b. Menyiapkan bagian-bagian
busana yang akan dijahit
5
5
v
v
3,75
5,00
Skor 8,75
B
.
Proses Menjahit (55)
1. Mengoperasikan mesin jahit 10
2. Menerapkan teknik menjahit
bagian-bagian busana:
a. Saku samping
b. Saku dalam (bag. belakang)
c. Golbi
d. Ban pinggang
e. Lipit
f. Pesak
g. Setikan
5
5
10
5
5
5
5
3. Keselamatan kerja 5
C
.
Hasil menjahit (35)
1. Pressing
15
2. Kerapian
15
3. Kebersihan
5
Jumlah bobot 100 Total skor
Keterangan skala penilaian total:
Kompeten :jika kriteria penilaian sangat baik (memperoleh nilai ≥ 86)
:jika criteria penilaian baik (memperoleh nilai 70 ≤ skor < 86)
Tidak kompeten :jika criteria penilaian kurang baik (memperoleh nilai 56 ≤ skor
<70)
:jika criteria penilaian tidak baik (memperoleh nilai < 56)
Contoh rubrik: menjahit celana anak laki-laki
No Komponen
Penilaian
Kompetensi
Pencapaia
n
kompetens
i
Deskripsi kompetensi Keputusan
Seminar Nasional 2014 “Prospek Pendidikan Vokasi dan Industri Kreatif Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN”
Jurusan PTBB FT UNY, 9Nopember 2014 11
A. PERSIAPAN
1. Menyiapkan
alat jahit
a. Mesin jahit
b. Gunting kain
c. Mitlin
d. Sekoci
e. Sepul
f. Pendedel
g. Kapur jahit
h. Rader
i. Jarum pentul
Sangat baik
(4)
Peralatan disiapkan dengan
lengkap, diuji coba sebelum
digunakan (siap untuk
digunakan), dalam kondisi bersih
Kompeten
Baik
(3)
Peralatan disiapkan dengan
lengkap, diuji coba sebelum
digunakan (siap untuk digunakan),
tidak dalam kondisi bersih
Kompeten
Kurang
baik
(2)
Peralatan disiapkan dengan
lengkap, peralatan tidak diuji coba
sebelum digunakan (tidak siap
untuk digunakan), tidak dalam
kondisi bersih
Tidak
kompeten
Tidak baik
(1)
Peralatan tidak lengkap, tidak diuji
coba sebelum digunakan (tidak
siap digunakan), tidak dalam
kondisi bersih
Tidak
kompeten
SIMPULAN
Peran sistem penilaian adalah sebagai acuan prinsip-prinsip, metode
pengujian, dan aturan-aturan pelaksanaan penilaian/pengujian yang
dibutuhkan agar proses penilaian/pengujian dapat dijamin
berdasarkan standar kompetensi, dilaksanakan secara adil, valid, dan
konsisten. Penilaian penting untuk dilakukan pengajar (dosen). Agar
seorang dosen dapat mengetahui mahasiswanya kompeten atau tidak
kompeten di bidangnya (misal: busana, boga dan kecantikan), maka
diperlukan pengukuran. Untuk dapat melakukan pengukuran
diperlukan adanya perangkat yang mendukung, diantaranya: soal,
lembar penilaian lengkap dengan skala dan bobot, prosedur
penilaian, kriteria penilaian, pensekoran, dan pelaporan).
REFERENSI
Andrade, H. & Du, Y. (2007). Student responses to criteria-
referenced self-Assessment. Assessment and Evaluation in
Higher Education, 32 (2), 159-181
Seminar Nasional 2014 “Prospek Pendidikan Vokasi dan Industri Kreatif Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN”
Jurusan PTBB FT UNY, 9Nopember 2014 12
Berk, R.A. (1986). Performance assessment. Baltimore: The John
Hopkins University Press
Brennan, R,L. (2006). Educational measurement. Westport: Praeger
Bresciani, M.J, et al. (2009). Examining design and inter-rater
reliability of a rubric measuring research quality across multiple
disciplines. Practical Assessment, Research & Evaluation, Vol.
14, No 12
Cumming, .J.J & Maxell, G.S. 1999. Contextualising Authentic
Assessment. Journal. Practical Assessment, Research &
Evaluation, Vol. 14, No 12 6(2), 177-194.
Djemari Mardapi. 2012).Pengukuran penilaian dan evaluasi
pendidikan.Yogakarta: Nuha Medika
_________________. (2004). Pengembangan system penilaian
berbasis kompetensi. Makalah. Surabaya: HEPI
Emy Budiastuti. (2012). Pengembangan sistem penilaian uji
kompetensi menjahit busana pada enjang pendidikan SMK .
Disertasi.Yogyakarta: PPS UNY
Gulikers, J. T. M., Bastiaens, Th. J., & Kirschner, P. A. (2006). Authe
nticassessment, studentand teacher perceptions: the practical valu
e of the five dimensional-framework. Journal of
Vocational Education and Training, 58, 337-357
Johnson, R.L., Penny, J.A., & Gordon, B. (2009). Assessing
performance: designing, scoring, and validating performance
task. London: The Guilford Pres
Jon Mueller. 2014. Rubrics ( Authentic Assessment Toolbox). North
Central College, Naperville.
http://assess.pages.tcnj.edu/files/2011/06/DevelopingRubrics.p
df. Diunduh pada Sabtu 1 Npember 2014, pukul 19.35
Seminar Nasional 2014 “Prospek Pendidikan Vokasi dan Industri Kreatif Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN”
Jurusan PTBB FT UNY, 9Nopember 2014 13
Mueller, J. (2006). Authentic Assessment.North Central
College.Diakses dari:
http://jonatan.muller.faculty.noctrl.edu/toolbox/whatisist.htm
Torulf Palm. (2008).Performance Assessment and Authentic Assessment
A Conceptual Analysis of the Literature.Practical Assessment, Researc
h & Evaluation, Vol 13, N 4, April2008
Yorkovich, S. A, Waddell, G.S, & Gerwig, R.K. (2008). Competency-
based assessment systems: Encouragement toward a more
holistic approach. Diambil dari:
http://spiritoforganization.com/documents/Waddell_Competenc
yBasedAssessment.pdf pada tanggal 5 Oktober 2014