Sistem Penanganan Bencana Di Indonesia

download Sistem Penanganan Bencana Di Indonesia

of 13

Transcript of Sistem Penanganan Bencana Di Indonesia

  • 7/26/2019 Sistem Penanganan Bencana Di Indonesia

    1/13

    PRINSIP UMUM MANAJEMEN PENANGGULANGAN BENCANA

    Terdapat banyak definisi manajemen penanggulangan bencana yang dapat menjadi

    acuan bagi pemahaman komprehensif tentang manajemen penanggulangan

    bencana . Dalam paparan tentang mi tigasi ben cana, Pr ib ad i dan Mera ti (1 99!

    mendefinisikan manajemen penanggulangan bencana sebagai pengelolaanbe rbaga i upaya dan tin dakan yang di lakukan untuk pencegahan bencana,

    penj in akan atau mi tig asi, pen ye lamatan, rehabi litasi dan rek onstru ks i, ba ik

    sebelum, pada saat, maupun setelah kejadian bencana. Tindakan"tindakan

    ter sebut pa da umumnya meliputi kegia tan" ke giatan pere nca naa n,

    pengorgan is as ian , pe laks an aan , pengarahan, pemantauan, e#aluasi dan

    pengendalian yang dap at teraktu alisasi da la m ben tuk kebi jakan atau kepu tu san

    administratif maupun akti#itas"akti#itas yang bersifat operasional. $pabila

    pe maha man ter se bu t dipaduka n dengan pe rspekt if administr asi publ ik, maka

    manajemen penanggulangan bencana secara singkat dapat dimaknai sebagai

    upaya penanggulangan bencana yang terlembaga berdasarkan kerangka kebijakan

    yang ada dan diarahkan untuk mencegah dan meminimalkan kerugian sertameningkatkan kapasitas masyarakat untuk menghadapi peristi%a bencana.

    &ehubungan dengan bencana merupakan objek dari upaya manajemen

    penanggu langan bencana, maka up aya pen ingka tan ef ek ti#i tas dari manajemen

    ini tentulah tidak bisa lepas dari kebutuhan pendefinisian bencana secara tepat.

    'encana terkadang secara umum diidentikkan dengan sebuah kejadian atau

    pe ris ti%a yang tidak ter duga dan selalu ter jadi kar ena fak to r al am. Def inisi in i

    acapkali menggiring kita terhadap pencarian solusi manajemen penanggulangan

    bencana yang ber sif at me la%an alam atau setidakn ya melemahkan baha ya alam

    yang dipahami sebagai penyebab bencana dengan fokus pada penerapan berbagai

    langkah yang bersifat teknis (urjanto dan ibo%o, )**+!. $nggapan tersebut

    merupakan pandangan bencana yang kon#ensional yang dipandang meragukan.

    al ini dipandang demikian karena pada kenyataannya, tingginya berbagai upaya

    atau rekayasa teknis yang diarahkan untuk melemahkan bahaya alam tersebut

    ternyata tidak secara otomatis terbukti dapat memberikan pengaruh positif

    terhadap terselamatkannya manusia dari kerugian bencana yang menjadi orientasi

    dari manajemen penanggulangan bencana (-igler, 19/09!.

    ika demikian, lalu apa yang dimaksud dengan bencana2 Para pengkaji bencana dalam kubu

    strukturalis telah mendefinisikan bencana sebagai gangguan serius terhadap

    be rfungs inya su atu masyaraka t, yang menyebabkan ke ru gian"ker ug ian besarterhadap l ingkungan, material dan manusia, dan kejadian tersebut telah

    melampaui daya tahan atau kemampuan yang dimiliki oleh komunitas yang

    tertimpa bencana ('laikie. et.al, 19903 4ent, 1990/1)3 T%igg, )**1/)!. Dalam pandangan

    kelompok ini, diyakini bah%a bencana bukanlah peristi%a yang terjadi secara

    tiba"tiba dan lepas dari kehidupan normal manusia. 'encana dapat terjadi sebagai

    akibat dari pola kehidupan normal manusia. &ifat atau penyebab bencana tidak

    semata"mata dilihat sebagai sesuatu yang sifatnya alamiah atau disebabkan oleh

    siklus alam, melainkan bencana terjadi karena suatu resiko ( risk ! yang tidak

    tertangani oleh manusia dalam segala dimensi sosial kelembagaannya. $lamsebenarnya bukanlah penyebab bencana, alam hanya merupakan pemicu

  • 7/26/2019 Sistem Penanganan Bencana Di Indonesia

    2/13

    ( trigger ! yang dapat menghantarkan pad a sebuah kondisi bencana. $lam sebagai

    pe micu hanya akan dap at meng ak ib atkan ben can a manaka la sudah terdap at

    sebuah akar penyebab yang rentan atau kondisi #ulnerability dalam suatu sistem

    ekologis yang sifatnya kompleks.

    'erdasarkan pada pemahaman bah%a penyebab utama bencana adalah

    kerentanan, maka upaya manajemen penanggulangan bencana hendaknya selalu

    be ranjak da ri tel aah, penil aian serta ident ifik asi ker en tanan yang ada da la m

    masyarakat agar dapat diciptakan desain strategi yang tepat untuk mengurangi

    dampak negatif dari bencana. &ecara umum eijmans ()**1! menyatakan bah%a

    terdapat tiga penjelasan tentang sebab kerentanan yakni/

    1. $lam sebagai penyebab kerentanan. 4etika dipahami bah%a kerentanan terjadi karena

    faktor alam, maka berbagai kebijakan dan langkah operasional dalam manajemen

    penanggulangan bencana akan diarahkan pada pencarian dan pengadaan fasilitas teknologi

    yang akan meningkatkan kapasitas manusia atau komunitas untuk bertahan dari ancaman

    bahaya.

    ).'iaya sebagai penyebab kerantanan. Dalam pemahaman ini upaya manajemen

    penanggulangan bencana akan berisikan pencarian solusi ekonomi dan financial untuk

    mengurangi kerentanan.

    5.&truktur sosial sebagai penyebab kerentanan. Dalam pandangan ini, maka manajemen

    penanggulangan bencana akan mengarah pada pencarian solusi politik. $sumsinya adalah

    bah%a kerentanan akan terkurangi jika manajemen penanggulangan bencana dapat mengubah

    proses ataupun kondisi politik yang menempatkan suatu komunitas dalam kondisi yang

    rentan.

    4et iga penyebab ini t idaklah bers ifat e6clusi#e . 7leh karena i tu upaya

    manajemen penanggulangan bencana dapat diarahkan pada berbagai pilihan

    solusi atau kombinasi pilihan solusi untuk mengatasi penyebab kerentanan suatu

    komunitas. Dengan kata lain , pada prinsipnya upaya mit igasi, persiapan,

    penyelamatan, rehabi litas i dan rekons truksi, ba ik sebe lu m, pada saat, maupun

    setelah kejadian bencana haruslah terfokus pada upaya untuk mengurangi

    kerentanan atau meningkatkan kapasitas objek bencana. 8ndi#idu, kelompoksosial, ataupun lembaga berada dalam kategori objek bencana tersebut.

    Prinsip tersebut sejalan dengan paradigma -omprehensi#e ulnerability

    Management (-M! yang merupakan paradigma kontemporer manajemen

    penanggu langan bencan a (Mc.:nt ire.et .al ,) **)! . Da lam parad igma ini sebuah

    sistem manajemen penanggulangan bencana perlu dibangun atas dasar prinsip"

    pr ins ip sebaga i ber iku t/

    1.'encana dapat terjadi karena banyak faktor pemicu ( triggering agents ! yang merentankan

    komunitas. ;aktor pemicu tersebut bukan semata"mata alam ( natural !. 7leh karena ituupaya manajemen penanggulangan bencana harus bersifat komprehensif untuk mengatasi

  • 7/26/2019 Sistem Penanganan Bencana Di Indonesia

    3/13

    berbagai penyebab kerentanan yang menghambat kapasitas komunitas untuk menghadapi

    bahaya.

    ).Manajemen penanggulangan bencana memuat empat area fungsional yakni mitigasi,

    kesiapan, response dan reco#ery.

    5.

  • 7/26/2019 Sistem Penanganan Bencana Di Indonesia

    4/13

    pada sebuah kolaborasi aktif yang melibatkan semua pihak, baik itu pemerintah, s%asta, ?&M

    dan juga masyarakat. (&obirin, dkk., )**+!. 4elemahan manajemen penanggulangan bencana

    8ndonesia saat ini bukan hanya terjadi karena kelemahan dari sektor pemerintah semata,

    namun merupakan kelemahan seluruh sektor dalam menyikapi bencana beserta seluruh

    potensinya. 7leh karena itu manajemen penanggulangan bencana yang melibatkan seluruhstakeholder dalam pola yang kolaboratif sangatlah dibutuhkan karena dalam tingkatan

    tertentu dapat diharapkan untuk menjadi media pembelajaran sosial berkenaan dengan

    bencana.

    'erkaca pada prinsip"prinsip umum yang dipaparkan di atas tentulah hal itu dapat

    menggerakkan kita untuk melakukan perbaikan sistem manajemen penanggulangan bencana

    di 8ndonesia. Dalam rangka itu re#ie% terhadap praktik dan perkembangan manajemen

    penanggulangan bencana di 8ndonesia mutlak untuk dilakukan agar dapat teridentifikasi

    secara baik akar penyebab kelemahan manajemen penanggulangan bencana yang ada saat ini,

    sehingga arah perbaikan dapat terpola dengan jelas.

    PERKEMBANGAN DAN KONDISI MANAJEMEN PENANGGULANGAN

    BENCANA DI INDONESIA

    4esadaran tentang perlunya manajemen penanggulangan bencana sebenarnya sudah lama

    berkembang di kalangan pembuat kebijakan 8ndonesia dan juga masyarakat. 4esadaran di

    kalangan pemerintah secara singkat dapat dilihat dari perkembangan kebijakan yang telah

    diformulasikan, pembentukan kerangka kelembagaan serta berbagai akti#itas operasional

    yang nyata dalam penanggulangan bencana. &edangkan tumbuhnya kesadaran akan

    penanggulangan bencana pada masyarakat dapat diyakini dari berbagai praktik tradisionalyang seringkali diidentikan dengan ciri khas kebiasaan suatu komunitas untuk menghadapi

    bencana. &ebagai contoh adalah kecenderungan prilaku masyarakat di 4ecamatan 'esikama,

    4abupaten 'elu, @TT, yang berusaha beradaptasi dengan ancaman banjir yang selalu siap

    melanda mereka. Dalam kondisi kera%anan semacam ini, masyarakat 'esikama telah

    mengembangkan konstruksi rumah panggung yang tahan terhadap banjir (?assa, )**5!.

    Praktik lainnya adalah kebiasaan untuk berlari ke %ilayah perbukitan pada masyarakat

    &imeuleu manakala mereka melihat air laut surut. Praktik ini disebut oleh masyarakat

    setempat sebagai smoong . Tindakan ini sebenarnya merupakan tindakan antisipasi terhadap

    bahaya tsunami yang mengancam masyarakat di %ilayah pantai. -ontoh"contoh tersebut

    sebenarnya sudah berkembang sejak jaman masyarakat tradisional. @amun demikian praktik

    ini dalam perkembangannya tidak dikuatkan oleh pemerintah, bahkan praktik"praktik ini

    kemudian justru termatikan oleh upaya penanggulangan bencana modern yang coba

    diinternalisasikan oleh pemerintah dan juga oleh proses pembangunan.&ebagai contoh, upaya

    modernisasi atribut"atribut fisik masyarakat dengan pengenalan dan kampanye rumah tembok

    yang dipandang memiliki nilai estetika yang lebih tinggi dan lebih sehat di beberapa tempat

    telah membuat konstruksi rumah panggung tidak lagi menjadi pilihan. 4ondisi ini di

    beberapa %ilayah ternyata terbukti justru merentankan masyarakat karena konstruksi rumah

    modern ternyata tidak cocok dengan kondisi lingkungan yang ra%an bencana. &elain itu

    proses pembangunan yang sarat dengan tindakan pengadaan fasilitas"fasilitas fisik yangacapkali tidak bersifat primer bagi masyarakat dalam intensitas tertentu justru malah

  • 7/26/2019 Sistem Penanganan Bencana Di Indonesia

    5/13

    mengakibatkan kerentanan masyarakat maupun lingkungan. &ebagai contoh proyek

    pembangunan mal"mal atau fasilitas publik tertiary lainnya di %ilayah yang seharusnya

    menjadi %ilayah konser#asi. Dengan demikian tidaklah heran apabila terjadi bencana, maka

    kerugian dan korban selalu banyak dan upaya pemulihan selalu sulit dilakukan. 4ondisi ini

    senada dengan yang dituturkan oleh eijmans dalam konsepnya Ade#elopmentaggression B. Dalam kondisi praktik penanggulangan bencana tradisional yang sudah semakin

    menghilang, maka tumpuan selanjutnya terletak pada sistem manajemen penanggulangan

    bencana yang diciptakan dan ditumbuhkembangkan oleh pemerintah.

    PROFIL KERANGKA KEBIJAKAN MANAJEMEN PENANGGULANGAN

    BENCANA DI INDONESIA DAN KELEMAHANNYA

    &elama ini untuk merespon ancaman bencana, pemerintah telah melakukan beberapa langkah

    kebijakan yang berupaya untuk menyediakan sistem manajemen penanggulangan bencana

    yang efektif di 8ndonesia. al ini sudah dilakukan secara formal sejak tahun 19 hingga saat

    ini. Penelusuran terhadap berbagai dokumen kebijakan menunjukkan bah%a dalam rangka

    penanggulangan bencana telah dilakukan langkah kebijakan berupa/

    1.Pengesahan dan pemberlakuan

  • 7/26/2019 Sistem Penanganan Bencana Di Indonesia

    6/13

    d!Penyusunan standar prosedur tanggap darurat terhadap berbagi jenis bencana.

    0. $danya ketentuan".ketentuan teknis di tingkat 'akornas P'P yang me%ajibkan setiap

    departemen terkait untuk menyediakan sistem informasi penanganan bencana sektoral.

    ?angkah"langkah kebijakan yang telah ditempuh pemerintah tersebut di atas apabiladihadapkan pada dengan realitas tuntutan kebutuhan manajemen penanggulangan yang ada di

    8ndonesia masih memperlihatkan serangkaian kelemahan. 4elemahan

    pertama , kebijakan yang ada masih memperlihatkan paradigma penanggulangan bencana

    yang bersifat sektoral dan parsial dan menyulitkan berbagai pihak untuk menggerakan

    dukungan terhadap terciptanya pola akti#itas penanggulangan bencana yang terpadu.

    4elemahan ini terkait dengan belum adanya

  • 7/26/2019 Sistem Penanganan Bencana Di Indonesia

    7/13

    Pelaksanaan tugas tersebut diselenggarakan melalui pelaksanaan fungsi/

    a!Perumusan dan penetapan kebijakan nasional di bidang penanganan bencana dan

    kedaruratan3

    b!4oordinasi kegiatan dan anggaran lintas sektor serta fungsi dalam pelaksanaan tugas dibidang penanganan bencana dan kedaruratan3

    c!Pemberian pedoman dan arahan terhadap usaha penanganan bencana dan kedaruratan3

    d!Pemberian dukungan, bantuan dan pelayanan di bidang sosial, kesehatan, sarana dan

    prasarana, informasi dan komunikasi, transportasi dan keamanan serta dukungan lain terkait

    dengan masalah bencana dan kedaruratan.

    ).7rganisasi 'akornas P' dirancang dalam struktur hierarkhis dari tingkat pusatEnasional

    hingga tingkat lokal kotaEkabupaten sebagai berikut/

    a!Pada le#el nasional kegiatan manajemen penanggulangan bencana dikelola dan juga

    dikoordinasikan oleh 'akornas P' yang dibantu oleh ?akhar 'akornas P'P sebagai satuan

    yang memiliki fungsi untuk memberikan dukungan teknis dan administrasi kepada 'akornas

    P'. &ekretariat 'akornas P' sendiri memiliki &ekretariat

  • 7/26/2019 Sistem Penanganan Bencana Di Indonesia

    8/13

    'agan 1. &truktur 7rganisasi 'akornas P'P (&umber/ 'akornas P'P!

    5.Pembiayaan akti#itasEkegiatan manajemen penanggulangan bencana yang dijalankan oleh

    'akornas P' dan ?akhar 'akornas P' dibebankan kepada $P'@. $dapun pembiayaan untuk

    kegiatan teknis operasional DepartemenE8nstansi terkait dalam rangka pelaksanaan

    penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi dibebankan kepada anggaran

    departemen dan instansi masing"masing. &edangkan pembiayaan administrasi pembinaan dan

    operasional &atkorlak P' dan &atlak P' dibebankan kepada $P'D masing"masing

    propinsiEkotaEkabupaten.

    0.Prinsip manajemen penanggulangan bencana di 8ndonesia pada dasarnya bukanlah

    manajemen penanggulangan bencana yang bersifat kuratif atau reaktif semata, melainkan

    manajemen penanggulangan bencana yang mendasarkan pada tujuan untuk mencegah

    bencana, meminimalkan resiko atau kerugian yang timbul akibat bencana serta memulihkan

    kondisi korban dan %ilayah yang terkena bencana. Dengan demikian manajemen

    penanggulangan bencana ini juga mencakup berbagai akti#itasEkegiatan yang bersifat

    pre#entif selain kuratif.

  • 7/26/2019 Sistem Penanganan Bencana Di Indonesia

    9/13

    organisasi di tingkat daerah hanya berfungsi sebagai satuan pelaksana dari berbagai rumusan

    strategis yang telah diatur oleh 'akornas P' E Pusat. al ini sangat paradoks dengan upaya

    penanggulangan bencana yang sebenarnya bertumpu di tingkat daerah atau local. 'encana

    selalu terjadi di daerah, untuk itu akti#itas nyata penanggulangan bencana seharusnya terjadi

    di daerah.

  • 7/26/2019 Sistem Penanganan Bencana Di Indonesia

    10/13

    pemahaman dan praktik tersebut kian luntur dan dianggap bukan hal yang penting untuk

    menjadi prioritas. alaupun pemahaman akan manajemen penanggulangan bencana sudah

    ada meski pada tingkatan yang terbatas, namun pemahaman tersebut nampaknya lebih

    didominasi pada pemahaman manajemen penanggulangan bencana yang bersifat

    kon#ensional. (Mc:ntire.et.al., )**)!. Dalam manajemen penanggulangan bencanakon#ensional, praktik pengelolaan bencana lebih memposisikan masyarakat sebagai objek

    yang pemahamannya beserta keterlibatannya di dalam pengelolaan bencana bukan

    merupakan sebuah keharusan. Manajemen penanggulangan bencana model inipun lebih

    menempatkan pemerintah sebagai aktor utama yang berperan dalam manajemen

    penanggulangan bencana. Dengan pemahaman demikian maka %ajar jika masyarakat

    menjadi a%am akan apa yang dimaksud dengan bahaya, bencana, faktor penyebab, dampak

    dalam skala yang luas hingga pada cara pencegahan dan penanggulangan yang benar dan

    tepat. &elama ini pemahaman tersebut hanya terbentuk berdasarkan self"perception, yang

    belum tentu kondusif untuk manajemen penanggulangan bencana secara kolektif. 4ondisi ini

    tentulah memba%a dampak pada lemahnya daya dukung bagi kegiatan manajemen

    penanggulangan bencana yang dilakukan.

    Penyebab eksternal yang kedua adalah perkembangan situasi politik berkenaan dengan

    pemberlakuan otonomi daerah di 8ndonesia. Pergeseran sistem pemerintah ini ternyata

    memiliki pengaruh juga terhadap semakin lemahnya kinerja manajemen penanggulangan

    bencana di 8ndonesia. &ebuah pola manajemen penanggulangan bencana pada dasarnya

    bukanlah merupakan pola manajemen penanggulangan bencana yang mudah dipilah"pilah

    atas dasar =ona ke%ilayahan secara administratif. al ini dimaknai demikian karena keunikan

    kondisi bencana sendiri. &ebuah bencana dapat terjadi karena sebab yang beraneka yang

    dapat berasal dari dinamika sistem internal sebuah %ilayah administratif ataupun dinamika

    %ilayah eksternal. 'encana dapat terjadi karena kondisi atau dampak dari kegiatan

    pengelolaan yang dilakukan di %ilayah lain atau di luar kontrol administratif suatu %ilayah.

    Dengan kata lain dapat dikatakan bah%a sebuah bencana bisa terjadi karena pengaruh

    eksternalitas yang bersifat negatif. Demikian pula sebuah peristi%a bencana dapat

    memberikan dampak negatif yang melampaui batas %ilayah administratif yang ada. Dengan

    pemahaman ini, maka koordinasi hori=ontal antar %ilayah menjadi hal yang urgent untuk

    dilakukan dalam rangka manajemen penanggulangan bencana. @amun demikian kebutuhan

    koordinasi hori=ontal ini sulit dilakukan secara efektif di era otonomi daerah. &etiap

    pemerintah kotaEkabupaten saat ini cenderung lebih memfokuskan orientasi perencanaan

    pembangunan %ilayah mereka dengan asumsi diskresi yang begitu luas. 4ebebasan

    perencanaan dan pengelolaan menjadi %arna dalam pengelolaan %ilayah di tingkat

    kotaEkabupaten di era ini. 4ondisi ini diperparah dengan berkembangnya ambisi peningkatan

    P$D dalam besaran yang luar biasa di setiap daerah. 7leh karena itu pola manajemen

    penanggulangan bencana yang integratif menemui kendala dalam konteks pergeseran sistem

    pemerintahan ini. ?emahnya kebijakan yang mengatur tentang koordinasi antar %ilayah ini

    juga semakin mempersulit kondisi manajemen penanggulangan bencana di 8ndonesia.

    REKOMENDASI PERBAIKAN

  • 7/26/2019 Sistem Penanganan Bencana Di Indonesia

    11/13

    'erdasarkan beberapa kelemahan yang telah teridentifikasi di atas, maka dalam rangka

    perbaikan manajemen penanggungan bencana di 8ndonesia terdapat beberapa rekomendasi

    penguatan kebijakan dan kelembagaan sebagai berikut/

    1.Penguatan 4ebijakan, melalui beberapa aksi nyata sebagai berikut/

    a!Pengesahan

  • 7/26/2019 Sistem Penanganan Bencana Di Indonesia

    12/13

    e!Penetapan aspek kapasitas pengendalian terhadap penanggulangan bencana sebagai salah

    satu aspek dalam rangka penilaian kinerja kepala daerah. 4apasitas pengendalian

    penanggulangan bencana ini dapat diukur dari turunnya indeks risiko bencana daerah. al ini

    perlu dilakukan karena acapkali upaya mitigasi bencana tidak dilaksanakan di lapangan

    karena kepala daerah tidak memandang akti#itas mitigasi bencana sebagai akti#itas yangakan mendongkrak popularitas citra ataupun kinerja kepemimpinannya.

    f!Penetapan kebijakan teknis atau guidelines untuk penanganan bencana di 8ndonesia.

    ).Pembenahan organisasi yang dapat dilakukan dengan dua cara minimal yakni/

    a!Perubahan nomenklatur &atkorlak dan &atlak menjadi 'adan 4oordinasi Propinsi P' dan

    'adan 4oordinasi 4abupatenE4ota P', berikut dengan pengaturan tentang ke%enangan yang

    mereka miliki.

    b!Pembentukan ?embaga Pemerintah @on Departemen (?P@D! yang bertugas sebagaipelaksana akti#itas sektoral penanggulangan bencana sebagai unsur pelaksana dari 'akornas

    P'. Dengan demikian tugas koordinasi tetap dijalankan oleh 'akornas P' sedangkan tugas

    pelaksanaan seluruh akti#itas pelaksanaan penanggulangan bencana ditangani oleh ?P@D.

    ?P@D ini akan memiliki kekuatan yang relati#e besar dibandingkan deputi"deputi dalam

    'akornas P' seperti yang ada saat ini, selain itu akti#itas nyata dari penanggulangan bencana

    baik itu akti#itas mitigasi, persiapan, rehabilitasi maupun rekonstruksi akan terlaksana secara

    continue. al yang sama juga dilakukan di le#el daerah.

  • 7/26/2019 Sistem Penanganan Bencana Di Indonesia

    13/13

    D$;T$C P9 tentang 'adan 4oordinasi @asional Penanggulangan 'encana

    $lam.

    4eppres C8 @o.05 Tahun 199* tentang 'adan 4oordinasi @asional Penanggulangan 'encana

    $lam.

    4eppres C8 @o. ) Tahun 199) tentang 'adan 4oordinasi @asional Penanggulangan 'encana.

    4eppres C8 @o. 1* Tahun 1999 tentang 'adan 4oordinasi @asional Penanggulangan

    'encana.

    4eppres C8 @o. 5 Tahun )**1 tentang 'adan 4oordinasi @asional Penanggulangan 'encana

    dan Penanganan Pengungsi.

    4eppres @o. 111 Tahun )**1 tentang Perubahan $tas 4eppres @o. 5 Tahun )**1 tentang

    'adan 4oordinasi @asional Penanggulangan 'encana dan Penanganan Pengungsi