Sistem Pembayaran Pensiunan pada Nasabah PT. Bank …€¦ · dan SAP yang diterapkan oleh PT...
Transcript of Sistem Pembayaran Pensiunan pada Nasabah PT. Bank …€¦ · dan SAP yang diterapkan oleh PT...
1
PENDAHULUAN
Perusahaan pengelola dana pensiun merupakan perusahaan yang menarik
iuran setiap waktu yang ditentukan kepada karyawan untuk diberikan kembali
pada suatu waktu yang telah ditentukan. Maksudnya adalah perusahaan dana
pensiun tersebut mengelola uang yang telah disetorkan oleh karyawan calon
penerima pensiun dalam beberapa waktu sampai saat yang telah ditentukan oleh
kedua belah pihak antara pengelola dan pemberi kerja sesuai dengan perjanjian
untuk dibayarkan kepada karyawan penerima yang berhak atas dana pensiun.
Perjanjian tersebut adalah besarnya dana pensiun yang dibayarkan dan kapan
saatnya pengelola dapat memberikan dana pensiun.
Faktor yang menyebabkan karyawan memasuki masa pensiun adalah
kematian, keluar dari pekerjaan, cacat, dan pensiun normal. Pembayaran
pensiunan untuk faktor pensiun normal ketentuannya sudah ditetapkan perusahaan
pemberi kerja yang biasanya berpatok pada usia maksimal bekerja pada
perusahaan tersebut. Tidak semua perusahaan memiliki patokan yang sama
Ada dua jenis Dana Pensiun, yaitu Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK)
dan Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK). DPPK didirikan oleh orang atau
badan dengan peserta yang terbatas pada karyawannya sendiri. DPPK sendiri
dibagi menjadi dua, yaitu Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) dan Program
Pensiun Iuran Pasti (PPIP). DPPK dengan PPMP, pajak manfaat pensiun
dibayarkan kepada peserta sedangkan DPPK pada PPIP dikenakan pajak pada saat
dana dibelikan anuitas. DPLK menentukan sendiri jenis investasi yang akan di
2
ambil dan menarik hasil iurannya sendiri. Pajak DPLK dikenakan pada saya dana
dibelikan anuitas. (Edytus Adisu, 2008)
Jumlah Dana Pensiun Pemberi Kerja di Indonesia mencapai 250 dana
pensiun, untuk Dana Pensiun Lembaga Keuangan mencapai 26 dana pensiun.
Sejak tahun 2004 hingga tahun 2010 terjadi penurunan jumlah dana pensiun
seperti pada tabel berikut ini.
Tabel 1
PERKEMBANGAN JUMLAH DANA PENSIUN
NO JENIS DANA PENSIUN 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010*
1 DPPK
PPMP 262 250 235 226 216 213 209
PPIP 32 36 37 36 39 42 41
JUMLAH 294 286 272 262 255 255 250
2 DPLK
PPIP 27 26 25 26 26 26 26
JUMLAH SELURUHNYA
(1+2) 321 312 297 288 281 281 276
Sumber : Biro Dana Pensiun Bapepam dan Lembaga Keuangan, Departemen Keuangan, posisi per
5 Februari 2010
Lembaga dana pensiun negara adalah PT. TASPEN, yang mengelola
pensiun pegawai negri sipil dan PT. ASABRI, yang mengatur dana pensiun
pegawai negri militer. Oleh karena itu pihak swasta, diberi izin untuk
menyelenggarakan lembaga dana pensiun.
Bank Tabungan Pensiunan Nasional yang disingkat BTPN, merupakan
salah satu Badan Usaha Milik Negara yang salah satu kegiatannya adalah
membayarkan pensiunan bagi nasabahnya terutama bagi usia yang sudah tidak
3
produktif lagi. BTPN juga melayani bagi nasabah yang melakukan simpanan dan
pinjaman, tetapi kegiatan utamanya tetap pelayanan dana pensiun. BTPN perlu
membangun sistem yang baik agar uang pensiun tidak pindah ke lembaga
penyalur dana pensiun lain, sehingga BTPN mengatasi keuangan.
Pada tahun 1958, awalnya BTPN didirikan di Bandung, Jawa Barat, untuk
pensiunan militer yang diberi nama Bank Pegawai Pensiunan Militer (Bapemil).
Pada tahun 1960, bank meningkatkan izin dari bank tabungan ke bank komersial
dari tahun 1986, merubah nama menjadi bank Tabungan Pensiunan Nasional
sampai sekarang. (BTPN Laporan Tahunan 2005)
Jumlah jaringan kantor BTPN terdapat di 234 kota di Indonesia untuk
melayani sekitar 550.000 nasabah pensiunan. Terdiri dari 1 kantor pusat, 1 kantor
cabang khusus, 61 kantor cabang, 672 kantor cabang pembantu, 226 kantor kas,
24 office chanelling, 12 Pelayanan Kas : Kas Mobil, 52 Pelayanan Kas : Peyment
Point. Jaringan distribusi seperti kantor cabang pembantu dan kantor kas
seluruhnya mencapai 1.048 termasuk diantaranya kantor BTPN Mitra Usaha
Rakyat. (BTPN Laporan Tahunan 2010)
Bisnis model pensiun BTPN adalah jasa pembayaran Tunjangan Hari Tua
(THT) dan pembayaran pensiun bulanan melalui pola kerja sama dengan mitra
usaha strategis, utamanya TASPEN, dan Dana Pensiunan antara lain Dana
Pensiun Pertamina, Dana Pensiun Telkom dan Dana Pensiun Perhutani. Selain
jasa pembayaran pensiun, BTPN juga menyediakan produk pinjaman kepada
nasabah pensiunan dengan pemotongan cicilan bulanan langsung dari pembayaran
pensiun bulanan.
4
BTPN menjalin hubungan dengan PT. TASPEN dalam pembayaran
pensiunan. Tujuannya untuk memperluas kegiatan usahanya dengan tidak hanya
memberikan pinjaman dan pemotongan cicilan pinjaman, tetapi juga
melaksanakan “Tri Program Taspen”, yaitu Pembayaran Tabungan Hari Tua,
pembayaran Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan Pembayaran Uang Pensiun. (BTPN
laporan tahunan 2008)
Dari hasil penelusuran penulis ditemukan penelitian mengenai sistem
pembayaran pensiunan dengan judul Peranan Sistem Informasi Akuntansi
Terhadap Pembayaran Dana Pensiun. Studi Kasus pada PT. Taspen (Persero)
Cabang Bogor. Dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa sistem informasi
akuntansi sangat berperan dalam mengelola aktivitas perusahaan khususnya
pembayaran dana pensiun. Dengan menggunakan sistem System Application
Programme (SAP) dan Joint Application Development (JAD) yang dirancang
sendiri memudahkan karyawan dalam melakukan aktivitas perusahaan. Sistem
JAD yang bersifat online dapat memudahkan melakukan transaksi langsung untuk
meng-update kebutuhan peserta yang dilayani oleh bagian pelayanan. Sistem JAD
dan SAP yang diterapkan oleh PT Taspen (Persero) Cabang Bogor sudah cukup
baik. Berdasarkan kesimpulan tersebut, penulis menyarankan agar PT Taspen
(Persero) tetap mempertahankan dan meningkatkan Sistem Informasi Akuntansi
pembayaran dana pensiun agar aktivitas perusahaan lebih efektif dan efisien.
Hampir sama dengan penelitian yang akan dilakukan penulis, sistem pada
bank BTPN telah ada, namun apakah dengan sistem tersebut sudah baik atau
masih terdapat kekurangan yang dapat diperbaiki untuk meningkatkan jumlah
5
nasabah. Yang berbeda adalah objek penelitiannya, penulis akan melakukan
penelitian pada BTPN, Rina Christy mahasiswa STIE Kesatuan melakukan
penelitian pada PT. Taspen tahun 2007.
Target market utama BTPN adalah para pensiunan baik sebagai deposan
atau penabung maupun debitur. Pengendalian internal sangat diperlukan dalam
sistem dan prosedur pembayaran dana pensiun agar menjadi semakin baik.
Ukuran untuk menjadi semakin baik perlu diperkirakan, oleh sebab itu penulis
ingin meneliti lebih lanjut mengenai sistem pembayaran dana pensiun yang dapat
menentukan peningkatan dan perkembangan yang baik dari suatu perusahaan.
Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas masalah penelitian adalah
Bagaimana sistem pembayaran pensiunan yang dilakukan oleh PT. Bank
Tabungan Pensiunan Nasional Cabang Salatiga kepada nasabahnya dan apakah
masalah yang pernah terjadi beserta jalan keluarnya dalam kaitannya dengan
pembayaran pensiunan yang dihadapi oleh PT. Bank Tabungan Pensiunan
Nasional Cabang Salatiga.
Persoalan Penelitian
Adapun persoalan penelitian adalah :
1. Bagaimana sistem pembayaran pensiunan yang dilakukan oleh PT. Bank
Tabungan Pensiunan Nasional Cabang Salatiga kepada nasabahnya?
6
2. Apakah masalah yang pernah terjadi beserta jalan keluarnya dalam
kaitannya dengan pembayaran pensiunan yang dihadapi oleh PT. Bank
Tabungan Pensiunan Nasional Cabang Salatiga.
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui sistem yang digunakan dalam pembayaran pensiunan
yang dilakukan oleh PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Cabang
Salatiga kepada nasabahnya.
2. Untuk mengidentifikasi masalah yang pernah terjadi beserta jalan
keluarnya dalam kaitannya dengan pembayaran pensiunan yang dihadapi
oleh PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Cabang Salatiga.
Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis, untuk mengetahui penerapan dari ilmu yang telah diperoleh
secara teoritis bagi perusahaan secara nyata khususnya mengenai dana
pensiun, dan juga memenuhi syarat untuk menyelesaikan pendidikan di
Universitas Kristen Satya Wacana.
2. Bagi perusahaan, sebagai sumbangan pemikiran berupa saran-saran bagi
pimpinan maupun orang-orang yang membutuhkan dalam hal dana
pensiunan.
7
KAJIAN PUSTAKA
Pada bab II dijelaskan mengenai kajian pustaka yang didasari dari
perumusan masalah dan persoalan penelitian. Aspek teoritis yang akan di bahas
meliputi definisi dari konsep-konsep yang menjelaskan teori serta melandasi
konsep tersebut. Penjelasan yang diberikan bertujuan untuk menghindari
kesalahpahaman pengertian dari konsep yang diamati.
Sistem Pembayaran Pensiunan
Kumorotomo (1998:8), secara sederhana suatu sistem dapat diartikan
sebagai suatu kumpulan dari unsur, komponen, atau variabel-variabel yang
terorganisasi, saling berinteraksi, saling tergantung satu sama lain dan terpadu.
Menurut James O’brien (2006:9) sistem adalah sekelompok komponen yang
saling berhubungan, bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama dengan
menerima input (masukan) serta menghasilkan output (keluaran) dalam proses
tranformasi yang teratur.
Sistem pembayaran adalah sistem yang mencakup seperangkat aturan,
lembaga, dan mekanisme yang digunakan untuk melaksanakan pemindahan dana
guna memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi. (UU
tentang bank Indonesia pasal 1, angka 6)
8
Gambar 1. Alur Sistem Pembayaran Pensiunan
Pemberi kerja memiliki dua jenis pegawai atau karyawan yaitu peserta
aktif dan peserta pasif. Pensiunan itu sendiri peserta pasif yang nantinya calon
nasabah BTPN, jika calon nasabah BTPN telah ditetapkan oleh kantornya atau
tempat pemberi kerja bahwa seseorang tersebut sudah bisa menerima pensiunan,
maka kantor nasabah atau pemberi kerja akan mengeluarkan surat keputusan
beserta data-data yang diperlukan kepada Dana Pensiun dimana surat keputusan
itu akan diserahkan kepada BTPN beserta data-data yang diperlukan sebagai bukti
bahwa calon nasabah tersebut akan menjadi nasabah yang sah di BTPN jika telah
memenuhi persyaratan. Dana Pensiun mentransfer sejumlah uang kepada BTPN,
dan uang tersebut yang akan di pindah buku kepada rekening tiap-tiap nasabah.
Pihak BTPN akan membayarkan pensiunan kepada nasabah sesuai dengan
ketetapan yang ada.
Dana Pensiun tidak membayar pensiunannya langsung karena keterbatasan
jangkauan nasabah, maka BTPN yang akan mengambil keuntungan dari
permasalahan yang ada sekaligus nasabah dapat mengambil kredit yang hanya
Kantor Nasabah
(pemberi kerja) Dana Pensiun BTPN
Rekening
Nasabah
Peserta
pasif
(pensiunan)
Peserta
aktif
aktif
9
khusus untuk nasabah pensiunan BTPN. Hal inilah yang menarik nasabah untuk
mengambil pensiunan dari BTPN.
Syarat- syarat tentang informasi yang baik diuraikan oleh Parker dalam
Kumorotomo (1999:11). Berikut ini adalah syarat-syarat yang dimaksud:
1. Ketersediaan (availability)
Sudah barang tentu atau syarat yang mendasar bagi suatu informasi
adalah tersedianya informasi itu sendiri.. informasi harus dapat diperoleh
(accessible) bagi orang yang hendak memanfaatkannya.
2. Mudah dipahami (comprehensibility)
Informasi harus mudah dipahmi oleh pembuat keputusan, baik itu
menyangkut pekerjaan rutin maupun keputusan-keputusan yang bersifat
strategis. Informasi yang rumit dan berbelit-belit hanya akan membuat kurang
efektifnya keputusan manajemen.
3. Relevan
Dalam konteks organisasi, informasi yanhg diperlukan adalah yang
benar-benar relevan dengan permasalahan, misi dan tujuan organisasi.
4. Bermanfaat
Sebagai konsekuensi dari syarat relevansi, informasi juga harus
bermanfaat bagi organisasi. Karena itu informasi juga harus dapat tersaji
kedalam bentuk-bentuk yang memungkinkan pemanfaatan oleh organisasi
yang bersangkutan.
10
5. Tepat waktu
Informasi harus tersedia tepat pada waktunya. Syarat ini terutama
sangat penting pada suatu organisasi yang membutuhkan informasi ketika
manajer hendak membuat keputusan-keputusan yang krusial.
6. Keandalan (reliability)
Informasi harus diperoleh dari sumber-sumber yang dapat di andalkan
kebenarannya. Pengolah data atau pemberi informasi harus menjamin tingkat
kepercayaan yang tinggi atas informasi yang disajikan.
7. Akurat
Syarat ini mengharuskan bahwa informasi bersih dari kesalahan dan
kekeliruan. Ini juga berarti bahwa informasi harus jelas dan secara akurat
mencerminkan makna yang terkandung dari data pendukungnya.
8. Konsisten
Informasi tidak boleh mengandung kontradiksi didalam penyajiannya
karena konsistensi merupakan syarat penting bagi dasar pengambilan
keputusan.
Menurut O’brien (2006:5), sistem informasi dapat merupakan kombinasi
dari orang-orang, perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software),
jaringan komunikasi, dan sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah, dan
menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi. Orang bergantung pada sistem
informasi untuk berkomunikasi antara satu sama lain dengan menggunakan
berbagai jenis alat fisik (hardware), perintah dan prosedur pemrosesan informasi
11
(software), saluran komunikasi (jaringan), dan data yang disimpan (sumber daya
data) sejak permulaan peradaban.
Menurut Shannon dan Weaver dalam DeLonedan McLean (2003),
Kualitas suatu sistem informasi mengukur kesuksesan secara teknik. Kualitas
sistem dapat diukur melalui beberapa indikator sebagai berikut.
1. Ease of use (Kemudahan Penggunaan)
Suatu sistem informasi dapat dikatakan berkualitas jika sistem tersebut
dirancang untuk memenuhi kepuasan pengguna melalui kemudahan dalam
menggunakan sistem informasi tersebut. Saat seseorang menggunakan sistem,
ia hanya memerlukan sedikit waktu untuk mempelajari sistem tersebut karena
sistem tersebut sederhana, tidak rumit atau mudah dipahami. Pengguna sistem
informasi mempercayai bahwa sistem informasi yang lebih fleksibel, mudah
dipahami dan mudah pengoperasiannya sebagai karakteristik kemudahan
penggunaan.
2. Response Time (Kecepatan Akses)
Kecepatan akses merupakan salah satu indikator kualitas sistem informasi.
Jika akses sistem informasi memiliki kecepatan yang optimal maka layak
dikatakan bahwa sistem informasi yang diterapkan memiliki kualitas yang baik.
Kecepatan akses akan meningkatkan kepuasan pengguna dalam menggunakan
sistem informasi.
3. Reliability (Keandalan Sistem)
Sistem informasi yang berkualitas adalah sistem informasi yang dapat
diandalkan. Jika sistem tersebut dapat diandalkan maka sistem informasi
tersebut layak digunakan. Keandalan sistem informasi dalam konteks ini
12
adalah ketahanan sistem informasi dari kerusakan dan kesalahan. Keandalan
sistem informasi ini juga dapat dilihat dari sistem informasi yang melayani
kebutuhan pengguna tanpa adanya masalah yang dapat mengganggu kenyamanan
pengguna dalam menggunakan sistem informasi.
4. Flexibility (fleksibilitas)
Fleksibilitas suatu sistem informasi menunjukkan bahwa sistem
informasi yang diterapkan tersebut memiliki kualitas yang baik. Fleksibilitas
yang dimaksud adalah kemampuan sistem informasi dalam melakukan
perubahan-perubahan kaitannya dengan memenuhi kebutuhan pengguna.
Pengguna akan merasa lebih puas menggunakan suatu sistem informasi jika
sistem tersebut fleksibel dalam memenuhi kebutuhan pengguna.
5. Security (keamanan)
Suatu sistem informasi dapat dikatakan baik jika keamanan sistem
tersebut dapat diandalkan. Keamanan sistem ini dapat dilihat melalui data
pengguna yang aman disimpan oleh suatu sistem informasi. Jika data
pengguna dapat disimpan secara aman maka akan memperkecil kesempatan
pihak lain untuk menyalahgunakan data pengguna sistem informasi.
Dokumentasi transaksi yang harus dilakukan: ( PT Bank Tabungan
Pensiunan Nasional, 2007)
1. Mengisi formulir pembukaan rekening;
2. Apabila nasabah tidak dapat hadir maka FO mendatangi nasabah tersebut;
3. Apabila dikarenakan berbagai sebab blanko formulir tidak dapat digunakan
maka dapat diganti surat permohonan penempatan dana yg dibuat oleh pejabat
13
yang berwenang harus tercantum lengkap mengenai: nama nasabah, tanggal
permohonan, dan jumlah dana;
4. Surat permohonan dapat diterima dahulu melalui facsimile;
5. Sebagai bukti penempatan, aslinya dapat diambil oleh FO;
6. Nasabah akan dihubungi oleh FO yg bersangkutan.
Untuk dapat menerima uang pensiun, nasabah pensiunan wajib membuka
rekening tabungan. Ada pun langkah-langkah dalam pembukaan nomor rekening
adalah sebagai berikut: ( PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional, 2007)
1. Nasabah pensiunan wajib membuka rekening tabungan pada Kantor Cabang
PT Bank BTPN dan nasabah pensiunan menerima Buku Tabungan.
2. Untuk penerima pensiun harus membuka rekening khusus yang dibuktikan
dengan buku Tabungan Pensiun atas nama penerima pensiun sendiri dan tidak
menggunakan nama lain serta tidak berupa rekening bersama (joint account).
3. Pembayaran Tunjangan Hari Tua (THT), THT Multiguna, dan Pensiun yang
dilaksanakan melalui rekening pada Kantor Cabang PT bank BTPN harus atas
permintaan peserta/penerima pensiun sendiri.
4. Untuk persyaratan pembayaran melalui rekening, penerima pensiun yang
bersangkutan wajib mengisi Surat Pernyataan Pembayaran Pensiun Melalui
Rekening (SP3R) setelah memenuhi persyaratan lain yang berlaku.
Bagi bank dan Perusahaan Asuransi Jiwa, dana pensiun dapat
menciptakan sumber dana baru yang bersifat jangka panjang, meningkatkan
14
pendapatan melalui pengelolaan dana pensiun, dapat mengurangi ketidakefektifan
dalam pengaturan likuiditas, sarana dan prasarana yang lain, khususnya
penggunaan teknologi komputerisasi, dan membantu pemerintah dalam
penghimpunan dana untuk pembiayaan pembangunan. Inilah yang dilakukan oleh
BTPN, mencari nasabah sebanyak-banyaknya agar sumber dana baru yang
bersifat jangka panjang tersebut tidak lari ke pihak lain sehingga memperoleh
pendapatan melalui pengelolaan dana pensiun tersebut.
METODE PENELITIAN
Satuan Pengamatan dan Satuan Analisis
Satuan pengamatan adalah suatu tempat sumber data dan informasi yang
dapat diperoleh. Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai satuan pengamatan
adalah manajer keuangan, kepala bagian cabang Salatiga, karyawan bagian
pemberian dana pensiun, dan nasabah penerima dana pensiun.
Dalam penelitian ini yang merupakan satuan analisis adalah PT. Bank
Tabungan Pensiunan Nasional Cabang Salatiga.
Pengukuran Konsep
Melihat sebagaimana hambatan yang ada dalam sistem pembayaran
pensiunan apakah berpengaruh terhadap jumlah nasabah dan juga berkurang atau
bertambahnya aktivitas operasi perusahaan dalam beberapa tahun berturut-turut.
Dapat diukur dengan selisih dari aktivitas operasi tahun ini dibandingkan dengan
15
aktivitas operasi tahun lalu, atau bahkan dua tahun sebelumnya. Jika simpanan
tabungan bertambah dalam tiap tahun, menunjukan bahwa hambatan tidak begitu
berarti, namun jika sebaliknya berarti harus dilakukan pembetulan sistem agar
jumlah nasabah dan simpanan tabungan pada perusahaan juga bertambah.
Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua jenis, yaitu:
1. Wawancara
Wawancara digunakan apabila peneliti ingin malakukan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga
apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
mendalam dan wawancara akan dilakukan terhadap pimpinan perusahaan,
baik untuk mencaritahu mengenai sistem yang berjalan.
Gambar 2. Alur Pengambilan Uang Pensiun
2. Input data Pengurus
Teller
Credit Accept
1. Mengisi formulir
3. Membayar uang pensiun
16
Dari bagan alir tersebut dapat dijelaskan bahwa Nasabah datang ke
bagian Credit Accept untuk mengisi formulir dengan data-data diri,
formulir tersebut adalah slip pembukaan rekening tabungan serta
melampirkan fotocopy KTP dan juga fotocopy SK pensiun. Bagian Credit
Accept menginput data ke komputer serta menyiapkan slip setoran. Bagian
teller mendapat slip setoran dan buku rekening tabungan dari bagian Credit
Accept, kemudian bagian teller membayarkan uang pensiunan sejumlah
yang telah di tetapkan.
Dari bagan tersebut, menjelaskan bahwa penulis akan melakukan
wawancara dengan responden yang berhubungan langsung dengan proses
pembayaran pensiun.
2. Studi kepustakaan
Studi kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan berdasarkan informasi yang diperoleh melalui buku-buku yang
berhubungan dengan permasalahan yang di bahas dalam penelitian ini.
Studi kepustakaan dilakukan untuk mencari data pendukung penelitian.
Teknik Analisis dan Langkah-langkah Analisis
Teknik analisa yang digunakan adalah teknik analisa kualitatif deskriptif,
karena masalah ini tidak membuktikan suatu hipotesa tetapi memberi gambaran
dengan mengumpulkan data, keterangan dan informasi yang relevan mengenai
sistem pembayaran dana pensiun di bank BTPN.
Langkah-langkah analisis yang dilakukan penelitian ini adalah:
17
1. Menganalisis dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pembayaran
pensiunan.
2. Menganalisis penerapan sistem pembayaran pensiunan di bank BTPN.
3. Menganalisis kelemahan-kelemahan sistem pembayaran pensiunan di
bank BTPN.
4. Menentukan alternatif masukan yang diperlukan untuk mengatasi
kelemahan-kelemahan sistem pembayaran pensiunan pada bank BTPN
Salatiga.
PEMBAHASAN
Objek penelitian penulis adalah PT. BANK TABUNGAN PENSIUNAN
NASIONAL cabang Salatiga Jalan Jenderal Sukowati no. 64 Salatiga.
Sejarah Singkat Perusahaan
Bank BTPN terlahir dari pemikiran tujuh orang dalam suatu perkumpulan
pegawai pensiunan militer pada tahun 1958 di Bandung. Ketujuh serangkai
tersebut kemudian mendirikan Perkumpulan Bank Pegawai Pensiunan Militer
(selanjutnya disebut “BAPEMIL”) dengan status usaha sebagai perkumpulan yang
menerima simpanan dan memberikan pinjaman kepada para anggotanya.
BAPEMIL memiliki tujuan yang mulia yakni membantu meringankan beban
ekonomi para pensiun, baik Angkatan Bersenjata Republik Indonesia maupun
sipil.
18
Berkat kepercayaan yang tinggi dari masyarakat maupun mitra usaha, pada
tahun 1985 para anggota perkumpulan BAPEMIL membentuk PT Bank Tabungan
Pensiunan Nasional dengan ijin usaha sebagai Bank Tabungan dalam rangka
memenuhi ketentuan Undang-undang nomor 14 Tahun 1967 tentang pokok-pokok
Perbankan untuk melanjutkan kegiatan usaha BAPEMIL.
Sebagai Bank Swasta Nasional yang semula memiliki status sebagai Bank
Tabungan kemudian berganti menjadi Bank Umum pada tanggal 22 Maret 1993,
bank BTPN memiliki aktivitas pelayanan operasional kepada Nasabah, baik
Simpanan maupun pinjaman. Namun aktivitas utama Bank BTPN adalah tetap
mengkhususkan kepada pelayanan bagi para pensiunan dan pegawai aktif, karena
target market Bank BTPN adalah para pensiunan. Dalam rangka memperluas
kegiatan usahanya, Bank BTPN bekerjasama dengan PT Taspen, sehingga Bank
BTPN tidak saja dapat memberikan pinjaman dan pemotongan cicilan pinjaman,
tetapi juga dapat melaksanakan “Tri Program Taspen”, yaitu Pembayaran
Tabungan hari Tua, Pembayaran jamsostek dan Pembayaran Uang Pensiun.
(Laporan Tahunan 2005)
Jabatan dan Tugasnya dalam Sistem Pembayaran Pensiunan pada Bank
tabungan Pensiunan Nasional
1. Branch Manager
Merupakan penanggung jawab semua kegiatan keuangan dan
perbankan pada kantornya, dan juga menandatangani berkas nasabah yang
telah disetujui.
19
2. Credit Accept
Memastikan dan melakukan pemeriksaan data nasabah. Menerima dan
melakukan pemeriksaan dokumen. Melakukan input data nasabah ke
komputer serta mencetak hasil penginputan. Menyiapkan buku tabungan bagi
nasabah.
3. Teller
Bertugas di bagian depan sebuah bank yang pekerjaannya melayani
transaksi keuangan nasabah seperti setor tunai, pengambilan tunai, print out,
ataupun transaksi keuangan lainnya. Sering pula disebut ujung tombak dari
sebuah bank karena berhadapan langsung dengan nasabah.
Dokumen yang digunakan beserta penjelasannya dalam Pembayaran
Pensiunan di Bank Tabungan Pensiunan Nasional
1. Surat Keputusan Pensiun
Dokumen ini merupakan surat keputusan pemberhentian kerja secara
hormat untuk pegawai.
2. Surat Pernyataan Pembayaran Pensiun Melalui Rekening
Dokumen ini merupakan pernyataan nasabah bahwa pembayaran
pensiunan dilakukan melalui BTPN cabang Salatiga.
3. Foto Copy Kartu Identitas Pensiun
Dokumen ini berupa Kartu Identitas Diri berupa KTP atau Passport
yang sesuai dengan aslinya. Untuk WNA harus disertai dengan KIMS.
20
4. Foto Berwarna
Foto berwarna digunakan berukuran 3x4 cm. Pas foto digunakan
sebagai visualisasi wajah nasabah. Foto ini diserahkan sebagai kelengkapan
berkas saat malakukan pembukaan rekening tabungan.
5. Formulir aplikasi pembukaan rekening tabungan
Jika nasabah belum memiliki nomor rekening di BTPN, maka
disarankan untuk membuka rekening baru di BTPN. Formulir ini berisi data
diri nasabah seperti nama, alamat, tempat tanggal lahir, nama ibu, nomor kartu
identitas, dan tanda tangan.
6. Buku tabungan
Setelah nasabah mengisi formulir pembukaan rekening baru, nasabah
akan diberikan buku tabungan yang berisi nama, tanda tangan, serta nomor
rekening. Dokumen ini dipegang oleh nasabah berfungsi sebagai informasi
saldo, penarikan, penyetoran dan pemindahbukuan serta sebagai pembebanan
yang dilakukan oleh pihak bank pada suatu tanggal tertentu.
7. Kartu Contoh Tanda Tangan
Kartu yang ditandatangai oleh nasabah pada saat membuka rekening
tabungan. Dokumen ini digunakan untuk scanning pada buku tabungan.
Selanjutnya digunakan untuk mencocokan tanda tangan nasabah pada buku
tabungan serta slip penarikan. Duplikat kartu disimpan di kantor BTPN
cabang Salatiga.
21
8. Slip penarikan tabungan
Dokumen untuk menarik sejumlah uang dari rekening tabungan
nasabah. Di dalam slip ini dituliskan nama, nomor rekening, jumlah uang yang
akan ditarik dan tanda tangan nasabah. Sebagai bukti penarikan tabungan
nasabah.
Diskripsi Sistem Pembayaran Pensiun
Jadwal kerja karyawan di Bank BTPN Salatiga adalah pukul 08.00 –
17.00, sedangkan pada bagian kas 08.30 – 14.30, terdapat jam istirahat pukul
12.00 – 13.00, sehingga total jam kerja karyawan staf adalah delapan jam per hari.
Tetapi pada awal bulan, jadwal kerja karyawan BTPN bukan dimulai pukul 08.00
melainkan pukul 05.00 pada tanggal satu, pukul 06.00 pada tanggal dua, pukul
07.00 pada tanggal tiga, dan pada tanggal empat dan seterusnya dimulai pukul
08.00. Disesuaikan juga sesuai dengan hari kerja, bila tanggal satu merupakan hari
sabtu atau minggu ataupun hari libur nasional, maka jam kerja lebih awal dimulai
pada hari kerja yaitu senin sampai jumat, dilakukan tiga hari berturut-turut. Hal itu
dilakukan mengingat banyaknya nasabah BTPN yang menarik tunai uang pensiun
pada awal bulan.
Penerima pensiunan di bank BTPN berasal dari PT. Taspen, PT. Telkom,
PT. Perhutani, PT. Asabri. Mulai tanggal satu para nasabah pensiunan dapat
mengambil dana pensiun. Nasabah wajib mengambil dana pensiun sendiri, kecuali
nasabah berhalangan dengan bukti yang kuat. Nasabah dapat menunjuk seseorang
22
yang membawa surat kuasa bermaterai 6000 rupiah beserta stempel dari lurah
setempat. Lurah setempat dan penerima kuasa bertandatangan dalam surat kuasa.
Bukti tersebut merupakan syarat yang sudah ditetapkan BTPN jika pengambilan
dana pensiun diwakilkan oleh penerima kuasa. Surat kuasa hanya berlaku tiga
bulan, pada bulan keempat nasabah harus hadir sendiri. Namun jika nasabah
benar-benar tidak dapat hadir maka petugas BTPN akan melakukan investigasi
dengan mendatangi rumah nasabah.
Kebijakan Penerimaan dan Identifikasi
Dalam penerimaan calon nasabah, bank BTPN memiliki kebijakan
penerimaan dan identifikasi. Penerimaan dan identifikasi calon nasabah mencakup
hal-hal berikut:
1) Permintaan informasi mengenai calon nasabah, antara lain:
a. Identitas calon nasabah;
b. Maksud dan tujuan hubungan usaha yang akan dilakukan oleh calon
nasabah dengan bank;
c. Informasi lain yang memungkinkan bank agar dapat mengetahui profil
calon nasabah;
d. Identitas pihak lain, dalam hal calon nasabah bertindak untuk dan atas
nama pihak lain.
2) Permintaan bukti-bukti identitas dan dokumen pendukung informasi dari calon
nasabah.
23
3) Meneliti atas kebenaran bukti-bukti identitas dan dokumen pendukung
informasi dari calon nasabah.
4) Pertemuan dengan calon nasabah dilakukan sekurang-kurangnya pada saat
pembukaan rekening.
5) Apabila dipandang perlu, dapat dilakukan wawancara dengan calon nasabah
untuk memperoleh keyakinan atas kebenaran informasi, bukti-bukti identitas
dan dokumen pendukung calon nasabah.
6) Menolak untuk membuka rekening dan atau menolak melaksanakan transaksi
dengan calon nasabah yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Tidak memenuhi ketentuan dan persyaratan sebagaimana diatur dalam
angka 1 sampai dengan 5 tersebut diatas;
b. Diketahui menggunakan identitas dan atau memberikan informasi yang
tidak benar; atau
c. Berbentuk shell banks atau dengan bank yang mengijinkan rekeninganya
digunakan oleh shell banks. Kebijakan dan prosedur penerimaan nasabah
berlaku pula bagi nasabah yang tidak memiliki rekening di bank (walk-in
customer) dalam hal transaksi yang dilakukan melebihi seratus juta rupiah
atau nilai yang setara dengan itu.
7) Pemeliharaan profil nasabah yang mencakup informasi mengenai:
a. Identitas nasabah;
b. Pekerjaan atau bidang usaha;
c. Jumlah penghasilan;
d. Rekening yang dimiliki;
24
e. Aktifitas transaksi normal;
f. Sumber dana;
g. Tujuan pembukaan rekening (tujuan penggunaannya).
8) Penatausahaan dokumen yang berkaitan dengan identitas nasabah, dalam
jangka waktu sekurang-kurangnya lima tahun sejak nasabah menutup
rekening.
9) Menolak melaksanakan transaksi, dalam hal nasabah:
a. Memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam angka 6 a tersebut di
atas;
b. Menggunakan rekening bank tidak sesuai dengan tujuan pembukaan
rekening. Sebagai contoh adalah penggunaan rekening tabungan sebagai
sarana bagi perbuatan melanggar hukum.
10) Kantor Cabang menyampaikan laporan transaksi keuangan mencurigakan dan
transaksi keuangan tunai kepada kantor pusat (divisi kepatuhan) dengan sifat
rahasia dan tidak diberitahukan kepada nasabah yang bersangkutan.
Prosedur Sistem Pembayaran Pensiun
Secara umum sistem pembayaran pensiun dalam prosedurnya dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Prosedur Penerimaan Calon Nasabah Pensiunan
Calon nasabah yang sudah memiliki SK Pensiun di urus ke PT.
Taspen, DP. Telkom, DP. Perhutani, PT. Asabri untuk melakukan pendaftaran
ke rekening mana uang pensiun akan di transfer. SK Pensiun PT. Taspen
25
diperoleh dari BKN (Badan Kepegawaian Negara). Jika calon nasabah
pensiunan memilih BTPN sebagai tempat pengambilan pensiunan maka calon
nasabah pensiunan selanjutnya akan mengurus tabungan di BTPN. Calon
nasabah diminta untuk mengisi SP3R (Surat Pernyataan Pembayaran Pensiun
Melalui Rekening). Calon nasabah akan diberikan penjelasan mengenai
syarat-syarat pembukaan tabungan di BTPN.
Syarat-syarat pembukaan tabungan:
Dilakukan perorangan
Menyerahkan fotocopy Kartu Identitas Diri (KTP/Passport) yang sesuai
dengan aslinya. Untuk WNA harus disertai dengan KIMS.
Menyerahkan foto berwarna 3x4 terbaru.
Menyerahkan SK Pensiun.
Mengisi specimen Kartu Contoh Tanda Tangan (KCTT) 2 rangkap.
Tanda tangan pada KCTT harus sesuai dengan Kartu Identitas Diri.
Mengisi dan menyetujui Aplikasi Pembukaan Tabungan serta
menandatangani di atas materai Rp 6000.
Nasabah wajib menyetorkan dana kepada bank sejumlah setoran awal
minimal sebesar Rp 50.000.
Calon nasabah pensiunan harus datang sendiri dan tidak boleh
diwakilkan. Calon nasabah mengambil nomor antrian dari satpam. Sambil
menunggu giliran nomor antrian, calon nasabah bisa duduk pada kursi yang
telah disediakan. Selanjutnya, calon nasabah datang ke bagian Credit Accept
26
untuk membuka rekening tabungan di BTPN Salatiga. Rekening tabungan
bagi para pensiunan diberi nama rekening tabungan citra pensiun.
Calon nasabah menyerahkan fotocopy Kartu Identitas Diri
(KTP/Passport) dan foto berwarna 3x4 ke bagian Credit Accept. Calon
nasabah juga wajib membawa Kartu Identitas Diri (KTP/Passport) asli dan SK
pensiun. Bagian Credit Accept meminta calon nasabah untuk mengisi formulir
aplikasi pembukaan tabungan. Data calon nasabah yang tertuang dalam
formulir aplikasi pembukaan tabungan citra harus sesuai dengan keadaan
sebenarnya. Apabila calon nasabah kesulitan dalam mengisi formulir aplikasi
pembukaan tabungan, akan di bantu oleh bagian Credit Accept tersebut.
Selanjutkan, bagian Credit Accept meminta calon nasabah menandatangani
formulir aplikasi pembukaan tabungan disertai materai Rp 6000. Jika tidak
membawa materai, calon nasabah bisa membeli materai di BTPN Salatiga dan
disediakan oleh bagian Credit Accept.
Bagian Credit Accept meminta calon nasabah untuk menandatangani
KCTT 2 (dua) rangkap. Bila kotak yang disediakan pada KCTT ada yang
tidak digunakan oleh nasabah, bagian Credit Accept mengingatkan nasabah
untuk menggaris silang pada kotak tersebut. Kolom pada KCTT yang tidak
dibubuhi tanda tangan harus dicoret. Hal ini dimaksudkan agar ruangan
tersebut tidak diisi oleh pihak yang tidak berhak. Batasan wewenang masing-
masing penandatanganan harus dicantumkan pada kartu ini. Apabila hal
tersebut tidak memungkinkan (karena ruangan diatas kartu tidak mencukupi
dan sebagainya) syarat-syarat dan ketentuan batasan wewenang dan
27
sebagainya itu dapat dicatat diatas suatu catatan yang ditempelkan pada kartu
contoh tanda tangan dimaksud. Apabila salah satu atau beberapa contoh tanda
tangan dibatalkan, maka contoh tanda tangan tersebut yang tertera pada KCTT
harus dicap “BATAL” , tanda tangan yang dibatalkan tersebut harus dicoret
sebagai tanda pembatalannya dan diparaf oleh Pejabat Bank.
Apabila persyaratan sudah lengkap, bagian Credit Accept memeriksa
kembali dokumen-dokumen tersebut. Selanjutnya melakukan input data
nasabah ke komputer. Mencetak hasil penginputan dan memeriksa kembali
apakah hasil penginputan tersebut sudah benar. Bagian Credit Accept ini akan
menyiapkan buku tabungan dan menempelkan spectolite diatas kolom tanda
tangan pada buku tabungan. Kemudian menyerahkan ke teller untuk
melakukan pencetakan nama, alamat, dan nomor tabungan pada buku
tabungan. Setelah dokumen tercetak, maka dokumen diserahkan kepada
manager bank untuk diperiksa dan disetujui. Setelah disetujui, bagian Credit
Accept meminta nasabah melakukan setoran awal sesuai ketentuan minimal
setoran awal dan menyerahkan salah satu KCTT kepada Teller. Selanjutnya
memperbanyak KCTT dengan cara memfotocopy dan distribusikan copy
KCTT ke Capem dan Kantor Kas.
KCTT nasabah harus disimpan di dalam card deck dibawah tanggung
jawab Head Teller dan/atau karyawan yang berwenang melakukan verifikasi.
Card deck yang berisikan KCTT harus dikunci setiap akhir hari kerja.
Sedangkan kuncinya disimpan dibawah tanggung jawab Head Teller dan/atau
pejabat yang ditunjuk untuk itu.
28
2. Prosedur Penerimaan Daftar Gaji Nasabah Pensiunan
Setiap tanggal 25, bagian unit kerja Tabungan Uang Pensiun BTPN
Salatiga menerima Daftar Pembayaran Pensiun (Dapem) Induk. Daftar
Pembayaran Pensiun (Dapem) Induk dikirimkan oleh BTPN pusat melalui
email. Unit Tabungan Pensiun BTPN Salatiga akan melakukan upload data
pensiun ke Rekening Tabungan Uang Pensiun dibantu oleh Unit EDP
(Electronic Data Processing) ke sistem komputer online di kantor pusat.
Sebagai back up, upload juga dilakukan ke sistem komputer lama (non
online). Sistem komputer online berkerja sama dengan EDP dan melihat data
komputer lama (non online) tersebut untuk dicocokan jumlah rupiah, jumlah
rekening dengan Daftar Pembayaran Pensiun (Dapem) Induk. Unit kerja
tabungan uang pensiun melakukan posting dibantu oleh unit kerja EDP
dengan jurnal Rekening Antar Kantor (debit) pada Rekening Tabungan Uang
Pensiun (kredit). Setelah cocok, bagian unit kerja Tabungan Uang Pensiun
meminta otorisasi atau persetujuan dari kepala bagian BTPN Salatiga. Bukti
persetujuan berupa tanda tangan diadministrasikan atau disimpan. Setelah
disetujui oleh kabag, bagian unit kerja Tabungan Uang Pensiun melapor pada
BTPN pusat disertai bukti persetujuan. BTPN Pusat mendistribusikan uang
tunai ke BTPN Salatiga sesuai dengan jumlah uang yang tercantum pada
daftar pembayaran pensiun per masing-masing cabang atau KCP dengan
jurnal Kas (debit) pada RAK Capem masing-masing (kredit).
Pada akhir bulan tanggal 30 atau 31 (sesuai kalender hari kerja), unit
kerja Administrasi Kredit pensiun melakukan pemotongan kewajiban debitur
29
pensiun melalui rekening tabungan pensiun secara otomatis yaitu melalui
sistem komputer. Pemotongan kewajiban hanya dilakukan jika nasabah
pensiunan memiliki pinjaman di BTPN. Jadi, jika nasabah mengambil uang ke
teller dengan ketentuan seperti contoh.
Sebagai ilustrasi, seorang nasabah pensiunan memiliki saldo
tabungan pada bulan Juli sebesar Rp 200.000 dan menerima uang pensiunan
sebesar Rp 1.300.000 pada bulan Agustus. Nasabah pensiunan ini memiliki
kewajiban angsuran perbulan sebesar Rp 50.000. Di sisi lain BTPN
menetapkan bahwa tabungan minimal berisi Rp 50.000 dengan potongan
administrasi bulanan sebesar Rp 10.000. Maka, maksimum penarikan yang
dilakukan oleh nasabah pensiunan tersebut seperti berikut ini:
Maksimum Penarikan = Saldo Tabungan – Angsuran – Minimal Tabungan –
Potongan Administrasi Bulanan
= Rp 1.500.000 – Rp 500.000 – Rp 0 – Rp 500
= Rp 1.499.500
Jadi, maksimum penarikan uang tabungan yang boleh diambil nasabah melalui
teller adalah sebesar Rp 1.499.500.
3. Prosedur Pembayaran Dana Pensiun ke Nasabah
Nasabah mengisi slip penarikan tabungan. Nasabah mengisi kolom
tanggal, jumlah rupiah yang akan ditarik, nama, nomor rekening dan tanda
tangan. Nasabah pensiun menyiapkan buku tabungan berikut karip (kartu
identitas pensiun) dan slip penarikan yang telah diisi. Nasabah menuju teller
30
dengan sistem antri. Teller memeriksa kelengkapan pengisian slip penarikan
tabungan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan slip penarikan
tabungan adalah :
Tanggal adalah tanggal transaksi.
Uang sejumlah rupiah: diisi jumlah uang yang akan ditarik, dengan huruf
(terbilang).
Nama & Nomor Rekening harus sesuai.
Tanda tangan Penabung pada halaman muka harus diverifikasi.
Tanda tangan penerima (pada halaman punggung) harus sama sesuai
dengan tanda tangan penabung.
Melakukan validasi computer pada slip penarikan tersebut.
Mencetak buku tabungan.
Setelah memeriksa slip penarikan tabungan, teller melakukan proses
pembayaran dengan menerima, memeriksa dan mecocokan buku tabungan
uang pensiun dan karip dari nasabah pensiun. Apabila telah lengkap dan
benar, teller melakukan posting kedalam sistem komputer sesuai dengan menu
yang ada pada user manual. Teller mencocokan data yang ada pada komputer
dengan data tabungan uang pensiun dan karip yang bersangkutan. Setelah
cocok, teller melakukan pembayaran tabungan uang pensiun yang
bersangkutan dan cetak buku tabungan uang pensiun. Berdasarkan slip
penarikan, teller menyiapkan uang tunai sesuai dengan jumlah yang harus
dibayarkan. Teller menghitung uang secara terperinci sebelum diserahkan
31
kepada nasabah yang bersangkutan. Menyerahkan uang bersama – sama
dengan slip penarikan kepada nasabah. Teller juga meminta nasabah
menghitung uang dan menandatangani slip penarikan sebagai tanda terima.
Menyerahkan slip penarikan , buku tabungan pensiun dan karip kepada
Nasabah. Apabila dalam pelayanan pembayaran uang pensiun, persediaan
uang dalam Box Teller telah sangat minim dan masih banyak penerima
pensiun yang belum terbayar saat itu maka Teller dapat meminta tambahan
uang tunai dari Head Teller dan atau antar Teller dengan
menggunakan/mengisi Formulir Teller Exchange untuk transaksi tersebut.
Teller melakukan posting kedalam sistem komputer sesuai menu komputer.
Mencatat pada Daftar Mutasi Kas pada kolom “penerimaan tunai dari Vault“
dengan jurnal Rekening Tabungan Nasabah (debit) pada Kas (kredit).
Kerjasama Peserta Pensiunan BTPN
Penerima pensiunan di BTPN hanya berasal dari PT. Taspen, PT. Telkom,
PT. Perhutani, PT. Asabri. Peserta pensiunan terbanyak dari PT. Taspen.
Berdasarkan data bulan Maret 2009, jumlah pensiunan yang dibayar melalui
BTPN sekitar 345.127 orang dengan jumlah dana yang dibayarkan sebesar Rp
416,5 miliar setiap bulan. Dalam satu tahun mencapai sekitar Rp 40.412,06 miliar.
Sedangkan jumlah seluruh pensiunan PT. Taspen pada tahun 2009 sebanyak
2.172.945 orang. Sekitar 16% peserta pensiunan dari PT. Taspen mempercayakan
BTPN sebagai tempat pembayaran pensiunan.
32
Pada tahun 2011, pembayaran pensiunan PT. Taspen mencapai Rp
52.371,47 miliar setiap tahunnya. Jumlah peserta aktif pada tahun 2011 mencapai
2.291.201 orang.
Dalam Perjanjian Kerjasama (PKS) antara BTPN dengan Dana Pensiun
Perhutani pada tanggal 27 Januari 2009, bank BTPN dikenakan jasa/fee sebesar
2,5% dari sejumlah dana yang disalurkan. Dana yang disalurkan rata-rata Rp
82.500.000,- per bulan. Sedangkan nilai manfaat pensiun yang dibayarkan
sebesar Rp 3,8 miliar per bulan.
Kekurangan pada Sistem Pembayaran Pensiunan PT. Bank Tabungan
Pensiunan Nasional Cabang Salatiga serta Jalan Keluarnya
Masalah yang pernah terjadi pada bank BTPN sebelum Desember 2009
adalah BTPN belum melakukan transaksi secara online. Nasabah harus
mengambil uang pensiunannya sesuai dengan BTPN dimana nasabah terdaftar.
Hal ini menjadi masalah tersendiri bagi nasabah karena dianggap tidak praktis.
Ibu Tien, wanita pensiunan dari SMAN 1 Salatiga bagian tata usaha ini
mengeluh karena tiga tahun yang lalu tidak dapat mengambil uang dari bank
BTPN selain di Salatiga. Padahal beliau sering pergi ke luar kota dalam waktu
yang cukup lama. Hal ini juga di ungkapkan oleh Pak Gianto yang dahulu bekerja
sebagai kepala sekolah SDN Tegalrejo 7 demikian, “Dulu itu saya harus datang
ke Salatiga kalau mau ambil uang di BTPN. Padahal saya sedang berada di rumah
anak saya di Purworejo. Tetapi sekarang sudah bisa ambil di BTPN Purworejo.”
33
Nasabah di BTPN bukan orang-orang yang berusia muda lagi, sehingga
penurunan fungsi anggota tubuh terjadi pada nasabah. Hal inilah yang
menghambat kelancaran dalam bertransaksi seperti ketika tanda tangan, nasabah
diharuskan tanda tangan sesuai dengan buku tabungan. Jika kurang cocok bagian
teller akan meminta nasabah untuk mengulang.
Saat melakukan penelitian, penulis melihat tiga nasabah pensiunan yang
kesulitan mengisi dan menandatangani slip penarikan. Bahkan satu diantaranya
diantarkan oleh anaknya karena sudah mulai kesulitan berjalan. Satu nasabah lain
yang bersedia di wawancarai oleh penulis adalah Bapak Suprihadi. Pria ini berusia
73 tahun dan sebelumnya bekerja sebagai guru di SDN Bringin 1. Beliau sudah
menjadi nasabah BTPN sejak tahun 2005 pun mengalami hal demikian. Beliau
sudah mengalami kesulitan dalam menulis dan melihat sehingga butuh waktu
yang cukup lama untuk mengisi slip penarikan.
Pada tanggal 1 setiap bulannya, para nasabah sudah bisa mengambil uang
pensiunannya pada jam 5 pagi. Telah disediakan makanan seperti kue dan juga teh
panas. Para nasabah bisa menikmati sajian yang disediakan BTPN sambil
menunggu giliran penarikan uang tabungan. Nasabah yang datang pun tidak
sedikit. Para nasabah rela antri sejak pagi hari karena semakin siang, akan
semakin ramai. Seperti penuturan Ibu Warno sebagai pensiunan guru, “Saya
berjalan dari rumah jam 4 pagi karena di jalan belum banyak kendaraan, jadi
mudah untuk menyeberang jalan. Kalau semakin siang juga semakin ramai tidak
dapat tempat duduk.” Ruangan BTPN yang kurang luas membuat para nasabah
berdesakan menunggu giliran pengambilan uang pensiunan. Para nasabah
34
menunggu sambil berdiri bahkan berada di luar ruang tunggu yang telah
disediakan BTPN.
Dari permasalahan yang pernah ada di BTPN mengenai ketidakpraktisan
dalam pengambilan uang pensiun, maka BTPN telah melakukan jalan keluar yaitu
sistem dibuat online. Permasalahan sulitnya nasabah dalam menuliskan
tandatangan, penulis menyarankan supaya BTPN menggunakan alat sidik jari
untuk mempermudah dan mempercepat proses pembayaran pensiunan serta
meminimalkan kemungkinan pemalsuan data. Jika dalam pengisian slip
penarikan, pegawai di BTPN akan menawarkan bantuan. Saat ada nasabah yang
kesulitan dalam pengisian slip penarikan akan dibantu dan diberi penjelasan.
Mengenai kurang luasnya ruangan dan kurangnya tempat duduk, alangkah
baiknya jika pada awal bulan yaitu tanggal 1 sampai tanggal 5 BTPN
menyediakan kursi tambahan. Kursi tambahan bisa diletakan di teras atau halaman
BTPN. Sebagai penutup untuk menghindari panasnya matahari, BTPN bisa
menambahkan tenda di halaman.
35
KESIMPULAN
Kesimpulan
Bank Tabungan Pensiunan Nasional hanya malayani PNS dari PT. Taspen,
ABRI dan Polri untuk PT. Asabri, dan dua pegawai BUMN yaitu PT. Telkom dan
PT. Perhutani. Peserta pensiunan terbanyak dari PT. Taspen dengan jumlah dana
yang dibayarkan sebesar Rp 416,5 miliar setiap bulan.
Pembayaran Pensiunan di BTPN cabang Salatiga sudah melakukan
komunikasi dengan BTPN Pusat. Komunikasi dilakukan secara online. Nasabah
BTPN Salatiga tidak perlu mengurus pensiunan ke BTPN Pusat ataupun ke Dana
Pensiun dengan jarak yang lebih jauh. Jadi sistem pembayaran pensiunan di
BTPN sudah bagus.
BTPN Pusat memberikan daftar gaji pensiunan kepada BTPN cabang
Salatiga melalui email. BTPN cabang Salatiga menerima daftar melalui Unit
Tabungan Pensiun serta melakukan upload data ke sistem komputer online pusat.
Unit Tabungan Pensiun juga melakukan posting pada rekening tabungan
pensiunan.
Dalam prosedur pembayaran pensiunan, BTPN terlebih dahulu melakukan
penerimaan calon nasabah pensiun. Calon nasabah pensiun harus memenuhi
syarat administratif maupun non administratif. Calon nasabah yang telah
memenuhi syarat tersebut berhak menjadi nasabah BTPN. Nasabah BTPN
mendapat nomor rekening serta buku tabungan untuk proses penarikan uang
36
pensiun setiap bulannya. Nasabah akan dilayani oleh bagian teller dalam
penarikan uang pensiun.
Permasalahan yang pernah terjadi:
1. Sebelum Desember 2009, BTPN belum melakukan transaksi secara online.
Nasabah harus mengambil uang pensiunannya sesuai dengan BTPN dimana
nasabah terdaftar. Hal ini menjadi masalah tersendiri bagi nasabah karena
dianggap tidak praktis. Tetapi, BTPN telah melakukan jalan keluar yaitu
sistem dibuat online.
2. Nasabah di BTPN bukan orang-orang yang berusia muda lagi, sehingga
penurunan fungsi anggota tubuh terjadi pada nasabah. Hal inilah yang
menghambat kelancaran dalam bertransaksi seperti ketika tanda tangan,
nasabah diharuskan tanda tangan sesuai dengan buku tabungan. Jika kurang
cocok bagian teller akan meminta nasabah untuk mengulang.
3. Pada tanggal 1 setiap bulannya, para nasabah sudah bisa mengambil uang
pensiunannya pada jam 5 pagi. Telah disediakan makanan seperti kue dan juga
teh panas. Para nasabah bisa menikmati sajian yang disediakan BTPN sambil
menunggu giliran penarikan uang tabungan. Nasabah yang datang pun tidak
sedikit. Para nasabah rela antri sejak pagi hari karena semakin siang, akan
semakin ramai. Ruangan BTPN yang kurang luas membuat para nasabah
berdesakan menunggu giliran pengambilan uang pensiunan. Para nasabah
menunggu sambil berdiri bahkan berada di luar ruang tunggu yang telah
disediakan BTPN.
37
Impikasi Terapan
1. Permasalahan sulitnya nasabah dalam menuliskan tandatangan, penulis
menyarankan supaya BTPN menggunakan alat sidik jari untuk mempermudah
dan mempercepat proses pembayaran pensiunan serta meminimalkan
kemungkinan pemalsuan data.
2. Mengenai kurang luasnya ruangan dan kurangnya tempat duduk, alangkah
baiknya jika pada awal bulan yaitu tanggal 1 sampai tanggal 5 BTPN
menyediakan kursi tambahan. Kursi tambahan bisa diletakan di teras atau
halaman BTPN. Sebagai penutup untuk menghindari panasnya matahari,
BTPN bisa menambahkan tenda di halaman.
38
DAFTAR PUSTAKA
Apriyanto, Tri Setiyo, 2010, Tinjauan Atas Analisis Pencatatan Pemberian Kredit
Pensiun Pada PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Kantor Cabang
Bandung. Unikom, Bandung.
Bodnar, George, H & William S. Hopwood, 2003, Sistem Informasi Akuntansi,
Penerbit: Salemba Empat, Jakarta.
BTPN Laporan Tahunan 2005, Penerbit: PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional
Tbk, Jakarta.
BTPN Laporan Tahunan 2008, Penerbit: PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional
Tbk, Jakarta.
BTPN Laporan Tahunan 2010, Penerbit: PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional
Tbk, Jakarta.
DeLone,W., and McLean E.R. “The DeLone and McLean Model of Information
System Success: A Ten Year Update.” Journal of MIS (19,:4), 2003.
Kumorotomo, Wahyudi, 1999, Etika Administrasi Negara, PT. Raja Grafindo
Persada : Jakarta.
Kumorotomo, Wahyudi,1998, Sistem Informasi Manajemen, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Mulyadi, 2001. Bank dan Lembaga Keuangan 1. Universitas Gunadarma
O’Brien, James. 2006. Pengantar Sistem Informasi, Prespektif Bisnis dan
Manajerial. Dewi Fitriasari dan Deny A. Kwary, Penerjamah ; Palupi
39
Wuriarti, editor. Jakarta. Salemba Empat. Terjamahan dari Introduction
to Information System 12th
ed.
Perjanjian Kerjasama Antara Dana Pensiun Perhutani dengan PT Bank
Tabungan Pensiunan Nasional Tbk, 2009, Penerbit: PT Bank Tabungan
Pensiunan Nasional Tbk, Jakarta.
Petunjuk Pelaksanaan Pembayaran Tabungan Hari Tua, Tabungan Hari Tua
Multiguna, dam Pensiun Melalui Rekening, 2007, Penerbit: PT Bank
Tabungan Pensiunan Nasional Tbk, Jakarta.
Standard Operating Procedures Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah Bank
BTPN, 2007, Penerbit: PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk,
Jakarta.
Standard Operating Procedures, 2005, Penerbit: PT Bank Tabungan Pensiunan
Nasional Tbk, Jakarta.
Statistik Perbankan Indonesia Vol. 6 No. 7, 2008, Bank Indonesia, Jakarta.
Sudjono, Imam, 1999, Dana Pensiun Lembaga Keuangan, Penerbit: PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Sugiyono, 2005, Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABET.