Sistem Pemanfaatan Air
-
Upload
mega-parlintara -
Category
Documents
-
view
14 -
download
0
description
Transcript of Sistem Pemanfaatan Air
SISTEM PEMANFAATAN AIR BERSIH
Mega Parlintara Kusmirat NPM : 1106003333
Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting dan tidak tergantikan
dalam pemenuhan kebutuhan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Satu orang
setidaknya membutuhkan minimum 2 liter air bersih dan sehat sebagai pemenuhan
fungsi metabolisme tubuhnya. Di samping itu, air juga digunakan untuk pemenuhan
kebutuhan mendasar yang lainnya. Karena begitu penting dan berharganya, setiap
orang mempunyai hak untuk dapat memperoleh air. Namun pada kenyataannya
sebagian besar masyarakat belum mempunyai akses untuk memperoleh air bersih,
khususnya di daerah-daerah yang mengalami kekeringan ataupun daerahnya
mendapatkan keadaan air tercemar.
Indonesia secara alami terletak pada garis khatulistiwa yang beriklim tropis
dan berada pada wilayah yang sangat banyak curah hujannya jika dibandingkan
dengan sebagian dari wilayah Afrika, Cina dan India, kecuali di sebagian wilayah
Indonesia bagian timur. Selain itu banyak daerah yang mengalami krisis air bersih
dikarenakan tercemarnya sumber air seperti sungai.
Walaupun demikian saat ini beberapa wilayah Indonesia tetap mengalami
kelangkaan air bila kemarau panjang terjadi. Disisi lain ketika musim hujan terjadi
kelebihan air yang tidak dapat tertampung dalam badan air yang ada pada sungai,
danau, situ, waduk buatan, sehingga meluap menjadi banjir. Dua kondisi yang sering
bertentangan ini dapat bermanfaat bila ditangani secara terpadu dan bersinergi
(mengingat begitu besarnya potensi sumberdaya air yang terbuang percuma menuju
ke laut lepas).
Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah-
masalah di atas yaitu dengan melakukan upaya konservasi air dengan cara
menampung atau menyimpan air pada saat berlebih untuk digunakan pada saat
dibutuhkan (kemarau) terutama untuk pemenuhan kebutuhan domestik. Teknik
panen air hujan (rain water harvesting) dianggap merupakan salah satu upaya yang
cukup efisien dalam menyediakan air bagi masyarakat di daerah yang mengalami
kekeringan.
Sistem Pemanfaatan Air Hujan (SPAH) sejalan dengan salah satu faktor
baiknya utilitas dalam bangunan khususnya bangunan rumah jika kita ambil contoh
kecilnya yaitu sistem pembuangan air hujan. Oleh karena itu teknik panen hujan
menjadi solusi untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang kurusial seperti
kekeringan, banjir, dan kurangnya pasokan air bersih karena pencemaran sumber
air. Sistem Pemanfaatan Air Hujan (SPAH) terdiri atas sistem Penampungan Air
Hujan (PAH) dan sistem pengolahan air hujan. PAH dilengkapi dengan talang air,
saringan pasir, bak penampung dan Sumur Resapan (Sures). Sumur resapan dapat
digunakan untuk melestarikan air tanah dan mengurangi resiko genangan air hujan
atau banjir yang dilakukan dengan membuat sumur yang menampung dan
meresapkan curahan air hujan. Prinsip dasar PAH adalah mengalirkan air hujan
yang jatuh di permukaan atap melalui talang air untuk ditampung ke dalam tangki
penampung
Gambar di bawah ini adalah disain bak tampungan air hujan
dengan volume 10 ~ 12 m3 . Air hujan yang jatuh di atap rumah kemudian
dengan menggunakan saluran pipa dari atap dialirkan ke dalam bak
penampung awal yang berisi saringan pasir-kerikil. Dari bak penampung
ini, air dialirkan ke bak tampungan, dan kelebihannya akan diresapkan ke
dalam tanah.
Gambar Sistem Pemanfaatan Air Hujan (SPAH) dan Sumur Resapan (SURES
Bangunan Penampung Air Hujan (PAH) adalah solusi yang bisa ditawarkan
untuk menyelesaikan masalah krisis air bersih yang melanda kebanyakan kota besar
di Indonesia. Sebenarnya cara ini bukanlah solusi baru yang pernah ditawarkan
pada waktu sebelumnya. Cara ini banyak digunakan pada daerah pedesaan yang
belum memiliki teknologi mesin pompa air untuk mengambil air tanah dan masih
menggunakan sumur sebagai sumber penyedia air bersih. Pada
dasarnya, PAH menampung air hujan yang turun sehingga air yang terkumpul
ditampung dalam satu wadah. Air yang sudah ditampung ini dikelola sedemikian
rupa sehingga bisa digunakan untuk keperluan mandi, cuci baju, atau air baku
minum oleh kebanyakan masyarakat pedesaan. Wadah penampungan biasanya
terletak tidak jauh dari rumah karena air hujan yang ditampung sebenarnya
merupakan air yang dikumpulkan dari genteng rumah. Dari genteng rumah, air
hujan dialirkan menuju tempat penampungan melalui pipa seperti gambar dibawah
ini.
Namun, sistem PAH memiliki 3 jenis yakni PAH tradisional, PAH Semi
Rasional, dan PAH Rasional. PAH tradisional dibangun secara sederhana dan
murah biaya. PAH jenis ini memiliki volume air yang kecil bahkan tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan air skala rumah tangga dalam setahu. Hal ini karena pada
sistem PAH tradisional talang air tidak dipasang di seluruh atap rumah.
Sementara PAH Semi Rasioanal memiliki volume yang lebih besar
daripada PAH tradisional. PAH Rasional memiliki volume terbesar dibandingkan
Hujan : http://litbang.pu.go.id)
dengan jenis PAH lainnya. PAH jenisini pun memiliki desain yang optimal dalam
menampung volume air.
Sistem PAH Rasional merupakan jenis PAH yang paling cocok untuk
diimplementasikan di daerah perkotaan. PAH bisa menjadi sumber cadangan air
bagi perumahan, perkantoran, industri bahkan perhotelan di saat musim kemarau
melanda dan air PDAM mulai mengalami pengurangan kapasitas akibat
mengeringnya sumber air PDAM. Dengan sistem PAH, air hujan yang turun tidak
akan hilang dan terbuang begitu saja. Bahkan sektor komersil dan industri yang
menggunakan sistem PAH bisa melakukan penghematan biaya operasioanl pump
jet saat musim hujan tiba.
Pada umumnya PAH memiliki 4 bagian utama yakni bak pemasukan air dari
talang, bak akuifer buatan , bak penampungan air, dan bak pengambilan air.
Hujan : http://litbang.pu.go.id)
Pada operasinya, PAH terutama pada bak pemasukan air harus dibersihkan
secara periodik, minimal 1 tahun sekali. Hal ini karena air hujan yang mengandung
kotoran paling banyak pertama kali menuju bak pemasukan air sehingga kotoran
paling banyak terdapat pada bak penampungan air. Untuk bak lainnya, cukup
dibersihakn minimal 10 tahun sekali.
Biaya pembangunan yang tidak mahal dan perawatan yang mudah menjadi
daya tarik tersendiri yang ditawarkan sistem ini untuk mengatasi krisis air bersih di
perkotaan maupun pedesaan terutama di saat musim kemarau berlangsung. Selain
itu, bahan filter seperti ijuk dan pasir juga sangat mudah ditemukan sehingga bukan
merupakan kendala dalam pembuatan PAH. Namun, untuk skala besar,
pembuatanPAH di perkotaan yang padat pemukiman, ketersediaan lahan bebas
menjadi kendala imlpementasi PAH. Namun, pada dasarnya PAH tidak harus selalu
di buat di dasar tanah. PAH juga bisa di buat di atas tanah atau lantai bertingkat.
Untuk pembuatan PAH pada lantai bertingkat, kekuatan pondasi lantai menjadi
factor terpenting yang harus diperhatikan agar tidak terjadi peristiwa amblas karena
beban air PAHmelebihi beban yang mampu ditahan oleh pondasi tingkat.Sterilisasi
media penangkap air hujan yakni atap dan talang, juga merupakan salah faktor
penting dalam menjaga kualitas air hasil PAH. Atap yang digunakan sebaiknya
adalah berupa genteng bukan atap seng..
PAH merupakan salah satu solusi yang bisa ditawarkan untuk mengatasi
ancaman krisis air baku bersih yang semakin lama semakin jelas kenyataannya.
Sistem ini adalah solusi efektif dan sederhana yang bisa dihadirkan mengingat solusi
lainnya seperti teknologi desalinasi air laut yang menelan dana yang sangat besar.
Oleh karena itu, untuk sektor yang memerlukan cdangan air bersih yang memadai,
sistem PAH bisa dicoba sebagai solusi atas permasalahan krisis air baku bersih.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, Manual on Rooftop Rainwater Harvesting Systems in Schools:
Maintenance Schedule, Post storage Procedure and Precautions, Internet.
http://www.kelair.bppt.go.id/sitpapdg/Patek/Spah/spah.html.