Sistem Koloid

download Sistem Koloid

of 16

description

kimia

Transcript of Sistem Koloid

SISTEM KOLOID

SISTEM KOLOIDAlthof Esa K.Berlinda Nur CahyaJhanis CahyoKamila AninditaRegita DiandraTiana Rahmazani

DISPERSI HALUSDispersi halus disebut juga sebagai dispersi molekuler atau larutan sejati. Dispersi halus akan terbentuk bila diameter fasa terdispersi berukuran dibawah 1 nanometer, sistem bersifat homogen dan larutan tampak jernih. Dispersi halus tidak menghasilkan pengendapan sehingga bila kita menyaring fasa terdispersi maka tidak bisa dipisahkan dari medium pendispersinya.Contoh dispersi halus adalah dispersi gula di dalam air, spirtus, larutan NaCl dalam air, larutan cuka, udara (campuran oksigen dan gas-gas lainnya), bensin, dan lain-lain.

DISPERSI KOLOIDDispersi koloid disebut juga larutan koloid. Dispersi koloid akan terjadi jika diameter fasa terdispersi berukuran antara 1 nanometer sampai 100 nanometer. Sifat dispersi koloid terletak diantara suspensi dan larutan. Secara sepintas lalu, dispersi koloid akan tampak seperti larutan homogen. Namun jika diamati di bawah mikroskop ultra maka kita masih bisa membedakan antara fase terdispersi dan medium pendispersi.Sistem ini ditandai dengan kondisi larutan selalu keruh namun tidak terjadi pengendapan sehingga penyaringan fasa terdispersi tidak bisa dilakukan. Contoh dispersi koloid adalah dispersi susu di dalam air, santan, agar-agar yang sudah dimasak, detergen, mentega, selai, dan lain-lain.

DISPERSI KASARDispersi kasar atau suspensi akan terjadi jika diameter fasa terdispersi memiliki ukuran di atas 100 nanometer. Sistem ini mula-mula keruh tetapi dalam beberapa saat segera nampak batas antara fasa terdispersi dengan medium pendispersi karena terjadinya pengendapan. Kita dapat memisahkan fasa terdispersi dari mediumnya dengan cara melakukan penyaringan.Contoh dispersi kasar adalah dispersi pasir di dalam air, air kopi, air sungai, campuran minyak dengan air, campuran tepung gandum dengan air, dan lain-lain.Pengelompokan KoloidSistem Koloid Fase Padat-Cair (Sol)Dengan fase terdispersi berupa zat padat dan medium pendispersi berupa zat cair Bedasarkan hubungan dengan pelarut, Sol di bagi menjadi dua, yaitu;1. Sol Liofil, yaitu sol yang suka menarik medium pendesprisinya. Jika medium pendesprisinya air disebut Hidrofil. (Contohnya agar-agar, pektin(selai), gelatin(jelly), cairan kanji, tinta, cat.)2. Sol Liofob, yaitu sol yang tidak suka menarik medium pendesprisinya. Jika medium pendesprisinya air disebut Hidrofob. (Contohnya air sungai, tinta, cat, gel kalsium asetat dalam alkohol, sol emas, sol Fe(OH)3, sol Al(OH)3, dan sol belerang.)Sistem Koloid Fase Cair-Gas (Aerosol)Dengan fase terdispersi berupa zat cair dan medium pendispersi berupa zat gas.Partikel-partikel zat cair yang terdispersi gas disebut partikular cair.Contoh aerosol, yaitu: kabut, awan, parfum, hairspray, cat semprot, obat nyamuk semprot. Pada produk-produk tersebut digunakan zat pendorong (propellant) berupa senyawa klorofluorokarbon (CFC dan CO2.).

Sistem Koloid Fase Padat-Gas (Aerosol Padat)Dengan fase terdispersi berupa zat padat dan medium pendispersi berupa zat gas. Contohnya asap. Asap adalah partikel padat yang terdispensi didalam medium pendispersi berupa gas (udara). Partikel padat diudara disebut partikulat padat. Istilah aerosol lazim digunakan untuk menyatakan sistem dispersi zat cair dalam medium gas, sehingga tidak perlu disebut aerosol cair, yang ada hanya (aerosol) dan (aerosol padat) sajaContoh aerosol padat, yaitu: Asap, debu dan buangan knalpot..

Sistem Koloid Fase Cair-Cair (Emulsi)

Dengan fase terdispersi berupa zat cair dan medium pendispersi berupa zat cair. Campuran yang terbentuk bukan bersifat larutan melainkan bersifat heterogen. Misalnya, campuran antara air dengan minyak, air yang bersifat polar tidak dapat bercampur dengan minyak yang bersifat nonpolar. Karna itu dibutuhkan penghubung antara keduanya. Zat tersebut harus memiliki guguspolar (gugus yang dapat larut dalam air) dan juga gugus nonpolar (yang tidak dapat larut dalam air) yaitu sabun atau detergen yang disebut EMULGATOR yaitu zat penghubung yang menyebabkan pembentukan emulsi.Contoh emulsi, yaitu: susu, air santan, krim dan lotion. Susu murni merupakan contoh bentuk emulsi alami, yaitu kasein. Dan untuk mengolah susu murni menjadi susu bubuk diperlukan emulgator yangf berupa lesitin. Contoh lainnya adalah krim (Emulsi yang berbentuk cairan kental).

Sistem Koloid Fase Cair-Padat (Emulsi Padat)Dengan fase terdispersi berupa zat cair dan medium pendispersi berupa zat padat. Sebenarnya istilah emulsi hanya digunakan untuk sistem koloid fase cair ke cair, jadi tidak lagi digunakan lagi istilah emulsi cair yang ada hanya (emulsi) dan (emulsi padat)Contoh emulsi padat, yaitu: keju, mentega, dan mutiara

Sistem Koloid Fase Gas-Cair (Busa)Dengan fase terdispersi berupa zat gas dan medium pendispersi berupa zat cair. Kestabilan busa dapat diperoleh dari adanya zat pembuih (surfaktan). Jika sebuah sabun cair di kocok akan timbul busa. Didalam busa sabun terdapat rongga yang terlihat kosong. Busa sabun merupakan fase gas dalam medium cair.Contoh busa, yaitu: buih, krim kocok (whipped cream), busa sabun.. Dan yang dapat menimbulakan busa adalah sabun, detergen, protein dan tanin.

Sistem Koloid Fase Gas-Padat (Busa Padat)Dengan fase terdispersi berupa zat gas dan medium pendispersi berupa zat padat, yang dikenal dengan istilah busa padat, sedangkan sispersi gas dalam medium cair disebut busa dan tidak perlu disebut busa cair.Contoh busa padat, yaitu: karet busa, lava, biskuit dan batu apung. Pada contoh tersebut terdapat rongga atau pori-pori yang dapat di isi oleh udara.Sistem Koloid Fase Padat-Padat (Sol Padat)

Dengan fase terdispersi berupa zat padat dan medium pendispersi berupa zat padat. Lazimnya istilah sol di gunakan untuk menyatakan sistem koloid yang terbentuk dari fase terdispensinya berupa zat padat dan fase pendispersinya berupa zat cair sehinga tidak perlu digunakan istilah sol cair melainkan hanya (sol) dan (sol padat) saja.Contoh sol padat, yaitu: kaca berwarna dan logam campuran (aloi) seperti stainless steel (campuran antara besi, nikel, dan kromium).

Efek TyndalGejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek Tyndall ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893).Pada tahun 1869, Tyndall menemukan bahwa apabila suatu berkas cahaya dilewatkan pada sistem koloid maka berkas cahaya tadi akan tampak. Tetapi apabila berkas cahaya yang sama dilewatkan pada dilewatkan pada larutan sejati, berkas cahaya tadi tidak akan tampak. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall.Di bioskop, jika ada asap mengepul maka cahaya proyektor akan terlihat lebih terang.Di daerah berkabut, sorot lampu mobil terlihat lebih jelasSinar matahari yang masuk melewati celah ke dalam ruangan berdebu, maka partikel debu akan terlihat dengan jelas.

Pembuatan Koloid (DISPERSI)Dengan cara, partikel kasar dipecah menjadi partikel koloid.

Cara dispersi dapat dilakukan secaramekanikloncatan bunga listrik (cara busur Bredig)peptisasiTHANKS