Sistem koloid

23
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sistem koloid merupakan suatu bentuk campuran dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1 - 100 nm), sehingga terkena efek Tyndall. Bersifat homogen berarti partikel terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang dikenakan kepadanya; sehingga tidak terjadi pengendapan, misalnya. Sifat homogen ini juga dimiliki oleh larutan, namun tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi). Koloid mudah dijumpai di mana-mana: susu, agar-agar, tinta, sampo, serta awan merupakan contoh-contoh koloid yang dpat dijumpai sehari-hari. Sitoplasma dalam sel juga 1

Transcript of Sistem koloid

Page 1: Sistem koloid

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Sistem koloid merupakan suatu bentuk campuran dua atau lebih zat yang

bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1 -

100 nm), sehingga terkena efek Tyndall. Bersifat homogen berarti partikel terdispersi

tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang dikenakan kepadanya;

sehingga tidak terjadi pengendapan, misalnya. Sifat homogen ini juga dimiliki oleh

larutan, namun tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi).

Koloid mudah dijumpai di mana-mana: susu, agar-agar, tinta, sampo, serta

awan merupakan contoh-contoh koloid yang dpat dijumpai sehari-hari. Sitoplasma

dalam sel juga merupakan sistem koloid. Kimia koloid menjadi kajian tersendiri dalam

kimia industri karena kepentingannya.

2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan system koloid?

2. Jelaskan macam-macam system koloid?

3. Bagaimana sifat-sifat koloid?

4. Bagaimana proses pembuatan sistem koloid?

1

Page 2: Sistem koloid

5. Apa saja komponen system koloid, bentuk partikel dan kegunaannya dalam

kehidupan sehari-hari?

3. Tujuan

1. Agar pembaca dapat mengetahui system koloid.

2. Agar pembaca mengetahui macam-macam system koloid.

3. Agar pembaca mengetahui sifat-sifat koloid.

4. Agar pembaca mengetahui proses pembuatan sistem koloid.

5. Agar pembaca mengetahui komponen sistem koloid, bentuk partikel dan

kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.

4. Mamfaat

1. Pembaca dapat mengetahui system koloid.

2. Pembaca mengetahui macam-macam system koloid.

3. Pembaca mengetahui sifat-sifat koloid.

4. Pembaca mengetahui proses pembuatan sistem koloid.

5. Pembaca mengetahui komponen sistem koloid, bentuk partikel dan

kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.

2

Page 3: Sistem koloid

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Koloid

Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau

lebih di mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang

dipecah) tersebar secara merata di dalam zat lain (medium pendispersi/ pemecah).

Ukuran partikel koloid berkisar antara 1-100 nm. Ukuran yang dimaksud dapat berupa

diameter, panjang, lebar, maupun tebal dari suatu partikel. Contoh lain dari sistem

koloid adalah adalah tinta, yang terdiri dari serbuk-serbuk warna (padat) dengan cairan

(air). Selain tinta, masih terdapat banyak sistem koloid yang lain, seperti mayones,

hairspray, jelly, dll.

Keadaan koloid atau sistem koloid atau suspensi koloid atau larutan koloid atau

suatu koloid adalah suatu campuran berfasa dua yaitu fasa terdispersi dan fasa

pendispersi dengan ukuran partikel terdispersi berkisar antara 10-7 sampai dengan 10-

4 cm. Besaran partikel yang terdispersi, tidak menjelaskan keadaan partikel tersebut.

Partikel dapat terdiri atas atom, molekul kecil atau molekul yang sangat besar. Koloid

emas terdiri atas partikel-partikel dengan bebagai ukuran, yang masing-masing

mengandung jutaan atom emas atau lebih. Koloid belerang terdiri atas partikel-partikel

yang mengandung sekitar seribu molekul S8. Suatu contoh molekul yang sangat besar

3

Page 4: Sistem koloid

(disebut juga molekul makro) ialah haemoglobin. Berat molekul dari molekul ini

66800 s.m.a dan mempunyai diameter sekitar 6 x 10-7.

2. Jenis-Jenis Koloid

Sistem koloid tersusun dari fase terdispersi yang tersebar merata dalam

medium pendispersi. Fase terdispersi dan medium pendispersi dapat berupa zat padat,

cair, dan gas. Berdasarkan fase terdispersinya, sistem koloid dapat dikelompokkan

menjadi 3, yaitu:

a. Sol (fase terdispersi padat)

- Sol padat adalah sol dalam medium pendispersi pada

- Contoh: paduan logam, gelas warna, intan hitam

- Sol cair adalah sol dalam medium pendispersi cair

- Contoh: cat, tinta, tepung dalam air, tanah liat

- Sol gas adalah sol dalam medium pendispersi gas

- Contoh: debu di udara, asap pembakaran

b. Emulsi (fase terdispersi cair)

- Emulsi padat adalah emulsi dalam medium pendispersi padat

Contoh: Jelly, keju, mentega, nasi

- Emulsi cair adalah emulsi dalam medium pendispersi cair

Contoh: susu, mayones, krim tangan

4

Page 5: Sistem koloid

- Emulsi gas adalah emulsi dalam medium pendispersi gas

Contoh: hairspray dan obat nyamuk

c. Buih (fase terdispersi gas)

- Buih padat adalah buih dalam medium pendispersi padat.

Contoh: Batu apung, marshmallow, karet busa, Styrofoam

- Buih cair adalah buih dalam medium pendispersi cair

Contoh: putih telur yang dikocok, busa sabun

Untuk pengelompokan buih, jika fase terdispersi dan medium

pendispersi sama- sama berupa gas, campurannya tergolong larutan

3. Sifat-Sifat Koloid

a. Efek Tyndall

Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh

partikel-partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang

5

Page 6: Sistem koloid

cukup besar. Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893),

seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall.

Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar.

Pada saat larutan sejati (gambar kiri) disinari dengan cahaya, maka larutan

tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid

(gambar kanan), cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-

partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat

menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-

partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan

sangat sulit diamati.

b. Gerak Brown

Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa

bergerak lurus tapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika kita amati

koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa partikel-

partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini

dinamakan gerak Brown. Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak.

Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas, atau

hanya bervibrasi di tempat seperti pada zat padat. Untuk koloid dengan

medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-partikel akan

menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan

tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil,

maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat

suatu resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel

sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak Brown. Semakin kecil ukuran partikel

6

Page 7: Sistem koloid

koloid, semakin cepat gerak Brown terjadi. Demikian pula, semakin besar

ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak Brown yang terjadi. Hal ini

menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak

ditemukan dalam zat padat (suspensi). Gerak Brown juga dipengaruhi oleh

suhu. Semakin tinggi suhu system koloid, maka semakin besar energi kinetic

yang dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak

Brown dari partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula

sebaliknya, semakin rendah suhu system koloid, maka gerak Brown semakin

lambat.

c. Absorpsi

Absorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa

lain pada permukaan partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan

partikel. (Catatan : Absorpsi harus dibedakan dengan absorpsi yang artinya

penyerapan yang terjadi di dalam suatu partikel). Contoh : (i) Koloid Fe(OH)3

bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+. (ii) Koloid As2S3

bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2.

d. Muatan koloid

Dikenal dua macam koloid, yaitu koloid bermuatan positif dan koloid

bermuatan negatif.

e. Koagulasi koloid

Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk

endapan. Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi

membentuk koloid. Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan,

7

Page 8: Sistem koloid

pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit,

pencampuran koloid yang berbeda muatan.

f. Koloid pelindung

Koloid pelindung ialah koloid yang mempunyai sifat dapat melindungi

koloid lain dari proses koagulasi.

g. Dialisis

Dialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara

ini disebut proses dialisis.

h. Elektroforesis

Elektroferesis ialah peristiwa pemisahan partikel koloid yang

bermuatan dengan menggunakan arus listrik.

4. Pembuatan Sistem Koloid

Reaksi dekomposisi rangkap

Misalnya:

Sol As2S3 dibuat dengan gaya mengalirkan H2S dengan perlahan-lahan

melalui larutan As2O3 dingin sampai terbentuk sol As2S3 yang berwarna kuning

terang;

As2O3 (aq) + 3H2S(g) à As2O3 (koloid) + 3H2O(l)

(Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2-)

Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 encer dan larutan HCl

encer;

AgNO3 (ag) + HCl(aq) à AgCl (koloid) + HNO3 (aq)

8

Page 9: Sistem koloid

Pemanasan nitrat

Jika dipanaskan, kebanyakan nitrat cenderung mengalami dekomposisi

membentuk oksida logam, nitrogen dioksida berupa asap coklat, dan oksigen.

Sebagai contoh, nitrat Golongan 2 yang sederhana seperti magnesium nitrat

mengalami dekomposisi dengan reaksi sebagai berikut :

Pada Golongan 1, ithium nitrat mengalami proses dekomposisi yang sama -

menghasilkan lithium oksida, nitrogen dioksida dan oksigen.Akan tetapi, nitrat dari

unsur selain lithium dalam Golongan 1 tidak terdekomposisi sempurna (minimal tidak

terdekomposisi pada suhu Bunsen) - menghasilkan logam nitrit dan oksigen, tapi tidak

menghasilkan nitrogen oksida.Semua nitrat dari natrium sampai cesium

terdekomposisi menurut reaksi di atas, satu-satunya yang membedakan adalah panas

yang harus dialami agar reaksi bisa terjadi. Semakin ke bawah golongan, dekomposisi

akan semakin sulit, dan dibutuhkan suhu yang lebih tinggi.

Pemanasan karbonat

Jika dipanaskan, kebanyakan karbonat cenderung mengalami dekomposisi

membentuk oksida logam dan karbon dioksida.Sebagai contoh, karbonat Golongan 2

sederhana seperti kalsium karbonat terdekomposisi sebagai berikut :

Pada Golongan 1, lithium karbonat mengalami proses dekomposisi yang sama

menghasilkan lithium oksida dan karbon dioksida.

Karbonat dari unsur-unsur selain lithium pada Golongan 1 tidak

terdekomposisi pada suhu Bunsen, walaupun pada suhu yang lebih tinggi mereka akan

terdekomposisi. Suhu dekomposisi lagi-lagi meningkat semakin ke bawah Golongan.

9

Page 10: Sistem koloid

5. Kegunaan Koloid

Sistem koloid banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari, terutama dalam

kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu

dapat digunakan untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara

homogen dan bersifat stabil untuk produksi dalam skala besar.

Berikut ini adalah tabel aplikasi koloid:

Jenis industri Contoh aplikasiIndustri makanan Keju, mentega, susu, saus saladIndustri kosmetika dan perawatan tubuh

Krim, pasta gigi, sabun

Industri cat CatIndustri kebutuhan rumah tangga Sabun, deterjenIndustri pertanian Peptisida dan insektisidaIndustri farmasi Minyak ikan, pensilin untuk suntikan

Berikut ini adalah penjelasan mengenai aplikasi koloid :

Pemutihan Gula

Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan. Dengan melarutkan gula ke

dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae atau

karbon. Partikel koloidakan mengadsorpsi zat warna tersebut. Partikel-partikel koloid

tersebut mengadsorpsi zat warna dari gula tebu sehingga gula dapat berwarna putih.

Penggumpalan Darah

Darah mengandung sejumlah koloid protein yang bermuatan negatif. Jika

terjadi luka, maka luka tersebut dapat diobati dengan pensil stiptik atau tawas yang

mengandung ion-ion Al3+ dan Fe3+. Ion-ion tersebut membantu agar partikel koloid

di protein bersifat netral sehingga proses penggumpalan darah dapat lebih mudah

dilakukan.

10

Page 11: Sistem koloid

Penjernihan Air

Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid

tanah liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena

itu, untuk menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah

agar partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara

menambahkan tawas (Al2SO4)3.Ion Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan

terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui

reaksi:

Al3+ + 3H2O à Al(OH)3 + 3H+

Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel

koloid tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut

kemudian mengendap bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh gravitasi.

Berikut ini adalah skema proses penjernihan air secara lengkap.

11

Page 12: Sistem koloid

BAB III

PENUTUP

1. Kesipulan

1. Partikel koloid dapat menghamburkan cahaya sehingga berkas cahaya yang

melalui sistem koloid. Dapat diamati dari samping sifat partikel koloid ini

disebut efek Tyndall.

2. Jika diamati dengan mikroskop ultra ternyata partikel koloid senantiasa

bergerak dengan gerak patah-patah yang disebut gerak Brown. Gerak Brown

terjadi karena tumbukan tak simetris antara molekul medium dengan partikel

koloid.

3. Koloid dapat mengadsorpsi ion atau zat lainpada permukaannya, dan oleh

karena luas permukaannya yang relatif besar, maka koloid mempunyai daya

adsorpsi yang besar.

4. Adsorpsi ion-ion oleh partikel koloid membuat partikel koloid menjadi

bermuatan listrik. Muatan koloid menyebabkan gaya tolak-menolak di antara

partikel koloid, sehingga menjadi stabil (tidak mengalami sedimentasi).

5. Muatan partikel koloid dapat ditunjukkan dengan elektroforesis, yaitu

pergerakan partikel koloid dalam medan listrik.

6. Penggumpalan partikel koloid disebut koagulasi. Koagulasi dapat terjadi

karena berbagai hal, misalnya pada penambahan elektrolit. Penambahan

elekrolit akan menetralkan muatan koloid, sehingga faktor yang

menstabilkannya hilang.

12

Page 13: Sistem koloid

7. Koloid yang medium dispersinya berupa cairan dibedakan atas koloid liofil dan

koloid liofob. Koloid liofil mempunyai interaksi yang kuat dengan

mediumnya; sebaliknya, pada koloid liofob interaksinya tersebut tidak ada

8. Koloid dapat dibuat dengan cara dispersi atau kondensasi. Pada cara dispersi,

bahan kasar dihaluskan kemudian didispersikan ke dalam medium dispersinya.

Pada cara kondensasi, koloid dibuat dari larutan di mana atom atau molekul

mengalami agregasi (pengelompokan), sehingga menjadi partikel koloid.

9. Asbut adalah suatu bentuk pencemaran yang merupakan sistem koloid.

13

Page 15: Sistem koloid

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang...........................................................................................1

2. Rumusan Masalah.....................................................................................1

3. Tujuan........................................................................................................2

4. Mamfaat.....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian Koloid......................................................................................3

2. Jenis-jenis Koloid......................................................................................4

a. Sol........................................................................................................4

b. Emulsi..................................................................................................4

c. Buid.....................................................................................................5

3. Sifat-sifat Koloid.......................................................................................5

a. Efek Tyndall........................................................................................5

b. Gerak Brown......................................................................................6

c. Absorpsi...............................................................................................7

d. Muatan Koloid.....................................................................................7

e. Koagulasi Koloid.................................................................................7

f. Koloid Pelindung.................................................................................8

g. Dialisis.................................................................................................8

h. Elektroforesis.......................................................................................8

4. Pembuatan Sitem Koloid...........................................................................8

5. Kegunaan Koloid.......................................................................................10

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan ...............................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

15ii