Sistem Endokrin Pada Ikan
-
Upload
melinda-oktafiani -
Category
Documents
-
view
1.782 -
download
35
description
Transcript of Sistem Endokrin Pada Ikan
SISTEM ENDOKRIN PADA IKAN
Kelenjar endokrin ialah suatu kelenjar yang tidak memiliki saluran pelepasan untuk
mengalirkan hasil getahnya (segrete) keluar dari kelenjar (Zairin, 2002). Oleh karena itu
kelenjar endokrin biasa juga disebut kelenjar buntu. Getah yang dihasilkan oleh kelenjar ini
disebut hormon, dan hormon ini langsung masuk ke dalam peredaran darah atau limf, atau
cairan badan dan diedarkan ke seluruh tubuh dan akan mempengaruhi organ-organ sasaran pada
organisme. Kelenjar endokrin ikan mencakup suatu sistem yang mirip dengan vertebrae yang
lebih tinggi tingkatannya. Namun, ikan memiliki beberapa jaringan endokrin yang tidak
didapatkan pada vertebrata yang lebih tinggi, misalnya Badan Stanius yang memiliki fungsi
sebagai kelenjar endokrin yang membantu dalam proses osmoregulasi.
Sistem endokrin merupakan sistem yang mencakup aktivitas beberapa kelenjar yang mengatur
dan mengendalikan aktivitas struktur tubuh, baik sel, jaringan, maupun organ. Sistem endokrin
terdiri dari sekelompok organ (kadang disebut sebagai kelenjar sekresi internal), yang fungsi
utamanya adalah menghasilkan dan melepaskan hormon-hormon secara langsung ke dalam
aliran darah. Hormon berperan sebagai pembawa pesan untuk mengkoordinasikan kegiatan
berbagai organ tubuh.
Kerja hormon menyerupai kerja saraf, yaitu mengontrol dan mengatur keseimbangan kerja
organ-organ di dalam tubuh. Namun, kontrol kerja saraf lebih cepat dibanding dengan kontrol
endokrin. Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar yang berasal dari ektodermal adalah protein,
peptida, atau derivat dari asam-asam amino, dan hormon yang dihasilkan oleh kelenjar yang
berasal dari mesodermal (gonad, korteks ardenal) berupa steroid. Kerja system endokrin lebih
lambat dibandingkan dengan system syaraf, sebab untuk mecapai sel target hormon harus
mengikuti aliran system transportasi. Sel target memiliki receptor sebagai alat khusus untuk
mengenali impuls / rangsang. Ikatan antara receptor dengan hormon di dalam atau di luar sel
target, menyebabkan terjadinya respons pada sel target.
Sistem endokrin mempunyai lima fungsi umum, yaitu :
Membedakan sistem saraf dan sistem reproduktif pada janin yang sedang berkembang
Menstimulasi urutan perkembangan
Mengkoordinasi sistem reproduktif
Memelihara lingkungan internal optimal
Melakukan respons korektif dan adaptif ketika terjadi situasi darurat
Dalam banyak hal, organisasi fungsional dari sistem saraf paralel dengan sistem endokrin.
Refleks endokrin dipicu oleh: 1) stimulus humoral (perubahan komposisi cairan ekstraselular,
2) stimulus hormonal dan 3) stimulus neural. Pada banyak kasus refleks endokrin dikontrol
oleh mekanisme umpan balik negatif dimana stimulus memicu produksi hormon yang secara
langsung atau tidak langsung memberikan pengaruh mengurangi intensitas stimulus. Refleks
endokrin yang lebih kompleks melibatkan 1 atau lebih tahapan dengan 2 atau lebih hormon
(Martini and Judi, 2009).
Dua kelenjar endokrin yang utama adalah hipotalamus dan hipofise. Aktivitas endokrin
dikontrol secara langsung dan tak langsung oleh hipotalamus, yang menghubungkan sistem
persarafan dengan sistem endokrin. Dalam berespons terhadap input dari area lain dalam otak
dan dari hormon dalam dalam darah, neuron dalam hipotalamus mensekresi beberapa hormon
realising dan inhibiting. Hormon ini bekerja pada sel-sel spesifik dalam kelenjar pituitary yang
mengatur pembentukan dan sekresi hormon hipofise. Hipofisa yang dikenal dengan nama
“Master Gland”, merupakan kelenjar endokrin yang mempunyai kemampuan untuk
mempengaruhi kelenjar-kelenjar endokrin yang lain dengan perantaraan hormon-hormon yang
dihasilkannya.
Menurut Martini dan Judi (2009), hipotalamus merupakan pusat pengaturan endokrin pada
tingkat yang paling tinggi yang mengintegrasikan aktivitas sistem saraf dengan endokrin
melalui 3 cara yaitu:
Mensekresikan hormon pengatur, yaitu hormon khusus yang mengatur sel-sel endokrin
di kelenjar pituitari. Hormon pengatur hipotalamus mengatur aktivitas sekretoris di
adenohipofisis yang selanjutnya mengatur aktivitas sel-sel kelenjar di kelenjar tiroid,
korteks adrenal dan organ reproduksi. Termasuk disini adalah hormon: Gonadotropin
Releasing Hormon (GnRH), Gonadotropin Inhibiting Hormone (GnIH), Thyrotropin
Releasing Hormone (TRH), Prolactin Releasing Hormon (PRH), Prolactin Inhibiting
Hormone (PIH), Corticotropin Releasing hormone (CRH), Growth hormone Releasing
hormone (GH-RH), Growth Hormone Inhibiting Hormone (GH-IH).
Hipotalamus bekerja sebagai organ endokrin dengan mensintesis hormon yang di
transportasikan sepanjang akson di infundibulum kemudian dilepaskan ke dalam
sirkulasi di neurohipofisis. Termasuk disini adalah ADH dan oksitosin.
Hipotalamus mengandung pusat otonom yang secara langsung mengontrol saraf sel-sel
endokrin di medula adrenalis. Apabila saraf simpatis diaktifkan maka medulla adrenalis
melepaskan hormon ke sirkulasi darah.
Kelenjar endokrin pada ikan menurut Lagler et al. (1962) terdapat beberapa organ antara lain
adalah pituitari, pineal, thymus, jaringan ginjal, jaringan kromaffin, interregnal tissue,
corpuscles of stannus, thyroid, ultibranchial, pancreatic islets, intestinal tissue, intestitial tissue
of gonads danurohypophysis.
Namun, yang akakn dijelaskan di sini hanya beberapa kelenjar endokrin pada ikan, antara lain
pituitari, tiroid, ginjal, gonad, pankreas dan urophisis
1. Pituitari
Kelenjar pituitari atau hipofisa terletak pada lekukan tulang di dasar otak (sela tursika), terdiri
atas dua bagian utama, yakni adenohipofisa dan neurohipofisa, adeno hipofisa terdiri atas pars
distalis dan pars intermedia, sedangkan, neurohipofisa hanya terdiri atas pars nervosa yang
berfungsi mensekresikan ocytoxin, arginin vasotocin dan isotocin. Pars distalis merupakan
bagian utama adenohipofisa yang menghasilkan sel-sel pesekresi hormon prolaktin, hormon
adrenocorticotropic (ACTH), hormon pelepas tiroid (Thyroid Stimulating Hormone), hormon
pertumbuhan (STH-Somatotropin), dan gonadotropin serta pars intermedia mensekresi hormon
pelepas melanosit (Melanocyte Stimulating Hormone), yang mana, pelepasan hormonnya diatur
oleh faktor-faktor yang berasal dari hipotalamus.
2. Tiroid
Kelenjar tiroid mempunyai karakteristik yakni unit dasar histologisnya adalah sel tunggal yang
dikelilingi folikel dan jaringan yang dibentuknya memiliki kemampuan mengubah iodine dan
inkorporasi menjadi hormon tiroid. Pada ikan, folikel tersebar di sekitar ventral aorta dan
percabangannya ke insang.
Tirotrofin pituitari merupakan faktor utama yang mengontrol fungsi tiroid dibawah kondisi
normal, fungsi tiroid adalah membuat, menyimpan dan mengeluarkan sekresi yang terutama
berhubungan dengan pengaturan laju metabolisme. Sintesis dan pengeluaran horomon tiroid
secara otomatis diatur untuk memenuhi tuntutan kadar hormon dalam darah lewat mekanisme
feedback hipotalamik. Bila kadar hormon tiroid yang beredar dalam darah tinggi makan akan
menekan output TSH pituitari, sedangkan kadar rendah menaikkannya.
Hormon tiroid yang penting adalah tetraiodotironin (T4) dan triiodotironin (T3). Hormon ini
penting dalam pertumbuhan, metamorfosis dan reprooduksi. Secara spesifik tiroksin menambah
produksi energi dan konsumsi oksigen pada jaringan yang normal, mempunyai pengaruh
anabolik dan katabolik terhadap protein, meningkatkan proses oksidasi dalam tubuh,
mempercepat laju penyerapan monosakarida dari saluran pencernaan, meningkatkan
glikogenolisis hati, dan diduga mengontrol pelepasan somatotropin, kortikotropin dan
gonadotropin dari hipofisis (Fujaya, 2004).
3. Pankreas
Pankreas adalah suatu kelenjar yang terdiri atas jaringan eksokrin dan endokrin. Komponen
eksokrin mensekresikan getah pankreas yang dicurahkan ke dalam duodenum lewat saluran
pankreas, sedangkan komponen endokrin membebaskan hormonnya secara langsung kedalam
sirkulasi darah. Pada semua vertebrata, terdapat tiga sel-sel pulau yang memliki fungsi
independen: sel-sel A, menghasilkan glukagon; sel-sel B, menghasilkan insulin; dan sel-sel D
belum diketahui secara jelas hormon yang dihasilkannya, namun beberapa peneliti
mengemukakan bahwa hormon tersebut identik dengan somatostatin dan secara khusus
berfungsi sebagai penghambat pertumbuhan (Fujaya, 2004).
4. Gonad
Gonad merupakan kelenjar endokrin yang dipengaruhi oleh gonadotropin hormon (GtH) yang
disekresikan kelenjar pituitari. Meskipun gonadotropin tidak secara langsung mempengaruhi
perkembangan telur atau seperma ikan, namun mempengaruhi sekresi estrogen oleh sel folikel
telur dan androgen oleh jaringan testis. Estrogen yang umum didapatkan dalam cairan ovarium
teleostei adalah estradiol -17β yang merupan derivat dari 17αhydroxyprogesterone, sedangkan
androgen yang umum disintesis adalah testosteron.
Organ target estrogen adalah sel-sel hati. Pada hati, estradiol berperan membawa pesan agar
vitelogenin segera disintesis. Vitelogenin adalah bahan baku kuning telur yang di sekresi sel-sel
hati dan dibawa ke gonad oleh darah. Sedangkan 17αhydroxyprogesterone terutama berperan
pada akhir pematangan gonad untuk merangsang ovulasi (Bond, 1979).
5. Ginjal
Ginjal merupakan salah satu organ yang memiliki sel-sel endokrin, antara lain jaringan
interrenal, sel-sel kromaffin, juxtaglomerulus, dan korpuskel stanius. Fungsi kelenjar ini
dikontrol oleh pituitari melalui ACTH.
6. Kelenjar Ultimobranchial
Pada teleostei, kelenjar ultimobranchial terletak pada septum pemisah antara rongga abdomen
dan sinus venosus, tampak sebagai pita berwarna putih pada septum. Kelenjar ini serupa dengan
paratiroid pada bertebrata tingkat tinggi, tetapi tidak berupa folikel, malainkan menyebar pada
septum.
Kalsitonin merupakan hormon yang disekresikan oleh kelenjar ultimobranchial. Hormon ini
berperanan menurunkan kadar kalsium darah. Beberapa kajian juga menunjukkan bahwa
kalsitonin dapat melakukan peranan dalam membuat ikan mampu menyesuaikan diri terhadap
lingkungan hidromineral yang berubah-ubah.
7. Urofisis
Urofisis, nama lain the caudal neurosekretori sistem, merupakan neurosekretori yang terletak
pada bagian belakang spinal cord. Urofisis didapatkan pada setiap spesies ikan, namun fungsi
hormon yang dihasilkannya masih menimbulkan kontrofersi, walaupun secara umu, sekresi
urofisis berhubungan dengan fungsi osmoregulasi, dimana pengaruh terbesarnya adalah pada
ginjal.
Ada empat jenis hormon yang diidentifikasi dari urofisis, yakni urotensin I, II, III dan IV. Pada
ikan, urotensin I belum diketahui efeknya secara pasti, namun pada bertebrata darat, berperanan
dalam penurunan tekanan darah. Urotensin II berperan dalam kontradiksi otot licin, misalnya
otot rektum dan kandung kemih Urotensis III menstimulasi peningkatan penyerapan NA+ oleh
insang dan pelepasan NA+ oleh ginjal. Urotensin IV diduga adalah arginine vasotocin, tetapi
hanya teridentifikasi pada rainbow trout Jepang. Pada ikan karper, urofisis memproduksi
sejumlah besar acetilcholine.
DAFTAR PUSTAKA
Bond, C. E. 1979. Biology of Fishes. W. B. Saunders. Philadelphia.
Fujaya, Yushita. 2004. Fisiologi Ikan. Rineka Cipta. Jakarta.
Lagler, K.F., J.E. Bardach and R.R. Miller 1962. Ichtyology. The University of Michigan, Ann
Arbor. Michigan.
Martini, F.H. and Judi, L. N. 2009. Fundamental of Anatomy and Physiology. Pearson
International. USA.
Zairin, Muhammad. 2002. Sex Raversal : Memproduksi Benih Ikan Jantan atau Betina. Penebar
Swadaya. Bogor.