Sistem Ekonomi Islam & Kegiatan Ekonomi dalam Islam
-
Upload
umar-al-faruq -
Category
Education
-
view
268 -
download
0
Transcript of Sistem Ekonomi Islam & Kegiatan Ekonomi dalam Islam
Pendidikan Agama Islam
Sistem Ekonomi Islam & Kegiatan Ekonomi
dalam Islam
Oleh:
Umar Al Faruq (135974039)
S1 Pendidikan Teknologi Informasi
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Surabaya
2014
BAB III
SISTEM EKONOMI ISLAM
Awal keberadaan ekonomi islam sama dengan keberadaan Islam di bumi ini (1500 tahun yang lalu), karena ekonomi islam merupakan bagian yang tak terpishan dari islam
sebagai sitem hidup. Sistem ekonomi islam berada dengan sistem yang telah diterapkan di berbagai negara seperti kapitalis dan sosialis. Dalam ekonomi islam tidak hanya mementingkan keuntung dunia semata. Ekonomi islam didefinisikan sebagai sebuah studi
tentang pengelolaan harta benda menurut perspektif islam.
Sistem ekonomi islam adalah suau konsep penyelenggaraan kegiatan kehidupan perekonomian baik yang berhubugan dengan produksi, distribusi, ataupun penukaran yang
berlandaskan kepada syariat islam yaitu Al-Qur’an dan Sunah. Sistem ekonomi islam harus terikat dengan syariat islam, sebab srgala aktivitas manusia (termasuk kegiatan ekonomi)
wajib tunduk kepada syariat islam.
A. Konsep Ekonomi Islam
Ekonomi dalam islam merupakan bagian dari mu’amalah yang secara bahasa berasal dari kata ‘amala yu’amilu mu’amalatan yang artinya saling berbuat,saling berusaha,dan
saling beramal.Sedangkan secara istilah ada beberapa definisi yang diberikan oleh para ulama.Diantaranya menurut Quraish Shihab,muamalah adalah interaksi antar manusia yang didalamnya termasukaktifitas ekonomi(Quraish Shihab,2003 : 408).Sedangkan menurut al-
damyati,muamalah adalah aktifitas untuk menghasilkan duniawi menyebabkan keberhasilan ukhrawi (al-Dimyati,tt:2).
B. Prinsip Dasar Ekonomi Islam
Secara umum,yang menjadi prinsip dasar dalam ekonomi islam terungkap dalam
empat prinsip pokok ,yaitu tauhid,keseimbangan,kehendak bebas,dan tangggung jawab.
1. Tauhid
Ketauhidan ini akan menyadarkan manuusia untuk mengakui akan keberadaan dan
kekuasaan Allah SWT yang mengandung konsekwenksi keyakinan bahwa segala
sesuatu bersuber dari Allah SWT dan berakhir pula kepada Allah SWT,Dialah
pemilik mutlak dan tunggal segala sesuatu yang ada.
2. Keseimbangan
Prinsip keseimbangan mengajarkan kepada kita untuk meyakini bahwa segala sesuatu
diciptakan oleh Allah dalam keaadaan seimbang dan serasi(QS.Al-Mulk:3).Prinsip ini
menuntut manusia bukan hanya hidup seimbang,serasi,dan selaras dengan dirinya
sendiri,tetapi juga menuntutnya untuk menciptakan ketiga hal tersebut dalam
masyarakatnya,bukan alam seluruhnya.
3. Kehendak Bebas
Prinsip kehendak bebas ini mengajarkan kita bahwa Allah SWT memiliki kebebasan
mutlak,namun Dia juga menganuugrahkan kepada manusia kebebasan untuk memilih
dua jalan yang ada didepanya,yaitu baik dan buruk.Manusia yang baik di sisi Allah
adalah manusia yang mampu menggunakan kebebasan itu dalam rangkapenerapan
tauhid dan keseimbanagan sebagai mana dijelaskan di atas.Dari sinilah,sehingga bias
dipahami bahwa yang dimaksud kebebasan disini bukanlah kebebasan mutlak,tetapi
kebebasan yang mengarah kan manusia untuk lebih dekat dengan Allah SWT.Dengan
kata lain kebebasan disini adalah kebebasan yang terikat dengan keadilan dan
tanggung jawab.
4. Tanggung Jawab Sebagaimana dijelaskan di atas,bahwa diantara prinsip dasar ekonomi Islam adalah
kehendak bebas.Akan tetapi,kehendak bebas ini dilaksnakan dalam rangka penerapan tauhid dan keseimbangan yang merupakan prinsip dasar ekonomi Islam yang lain.Dari sinilah sehingga lahir prinsip tanggung jawab baik secara individu maupun
kolektif.
C. Tujuan ekonomi islam diantaranya:
meningkatakan ekonomi umat supaya lebih makmur menciptakan ekonomi umat yang adil dan merata mewujudkan perekonomian yang stabil, serasi, damai, bersatu dalam suasana
kekeluargaan mewujudkan peri kehidupan ekonomi yang tidak membuat kerusakan dimuka bumi
mewujudkan perekonomian yang menjamin kemerdekaan dalam hal produksi, dll.
D. Karakteristik Ekonomi Islam
Dalam rangka untuk mengetahui secara jelas perbedaan anatara sistem ekonomi Islam
dan sistem ekonomi yang lain,maka terlebih dahulu harus memahami karakteristik ekonomi
Islam.Sedangkan sumber dari karakteristik ini berasal dari ajaran Islam yang meliputi tiga
azas pokok yang secara asasi dann bersama mengatur teori ekonomi dalam islam,yaitu azas
aqidah,sya’rih,dan akhlak.
Diantar karakteristik ekonomi islam adalah sebagaimana yang dipaparkan oleh
Mustafa Edwin Nasution(2006) yang menunjukkkan pada al-mausu’ah al-Ilmiyah wa al-
Amaliyah al-Islamiyah sebagai berikut:
1. Harta pada hakekatnya adalah kepunyaaan Allah dan manusia hanyalah
khalifah
Karakteristik ini menunjukkan bahwa semua harta yang ada di tangan manusia pada
hakekatnya adalah kepunyaan Allah,karena Dialah yang menciptakanya.Akan
tetapi,Allah memberikan hak kepada manusia untuk memanfaatkanya.
2. Ekonomi terikat dengan aqidah,sya’riah dan akhlak
Hubungan antara ekonomi dengan aqidah dan sya’riah tersebut memungkinkan
aktifitas ekonomi dalam islam merupakan salah satu bentuk ibadah.Sedangkan
diantara bukti hubungan ekonomi dengan akhlak dalam islam adalah seperti larangan
terhadap pemilik dalam penggunaan hartanya yang dapat meniimbulkan kerugian atas
harta orang lain atau kepentingan masyarakat.
3. Keseimbangan antara kerohanian dan kebendaan
Ajaran islam tidak pernah memisahkan antara kehidupan dunia dan akhirat.Setiap
aktifitas manusia didunia akan berdampak pada kehidupan kelak diakhirat.Olleh
karena itu ,aktifitas keduniaan tidak boleh mengorbankan kehidupan akhirat.
4. Keseimbangan antara kepentingan individu dan kepentjingan umum
Kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang untuk mensejahterakan
dirinya,tidak boleh dilakukan dengan mengabaikan dan mengorbankan kepentingan
masyarakat secara umum.Prinsip ini harus tercermin pada setiap kebijkan individu
maupun lembaga,ketika mereka melakukan kegiatan ekonomi.
5. Kebebasan individu dijamin dalam islam
Dalam ekonomi islam,seseorang diberi kebebasan untuk beraktifitas,bbaik seecara
perorangan maupun kolektif untuk mencapai tujuan.Namun kebebasan tersebut tidak
boleh melanggar aturan-aturan yang digariskan oleh Allah.Dengan demikian
kebebasan tersebuat tidak bersifat mutlak.Hal ini jelas berbeda dengan prinsip
kebebasan dalam sistem ekonomi kapitalis maupun sosiaalis.
E. Perbedaan Dasar Sistem ekonomi Islam dan Konvensional
Perbedaan mendasar antara system ekonomi islam dan ekonomi konvensinal bias
dilihat dari berbagai susut pandang,diantaranya adalah menurut Mustafa Edwin(2006):
1. Sumber
Oleh karena sistem dijalankan sesuai aturan-aturan islam,maka sumbernya
berasaskan sumber yang mutlak,yaitu Al-Qur’an dan al-Sunnah yang merupakan
sumber hokum yang utama dalam ajaran Islam
2. Tujuan Kehidupan
Tujuan kehidupan yang diajarkan ekonomi islam adalah al-falah(kebahgiaan)di dunia
dan akhirat.Hal ini berbeda dengan pa yang diajarkan oleh ekonomi sekuler yang
hanya untuk kepuasan dunia saja.
3. Konsep Harta sebagai Wasilah
Di dalam islam,harta bukanlah merupakan tujuan akhir dalam kehidupan,tetapi
merupakan wasilah(perantara)untuk mewujudkan perintah Allah SWT.Pada akhirnya
muncunlah kesadarran dalam diri manusia bahwa apapun yang dilakukan adalah
dalam rangka untuk Allah SWT.
BAB IV
KEGIATAN EKONOMI DALAM ISLAM
A. PEMBERDAYAAN EKONOMI DALAM ISLAM
Secara ideal yakni sesuai dengan ajaran islam sebenarnya,islam pada hakekatnya mengajak umatnya untuk mencapai kemajuan,prestasi,dan kompetisi sehat.Begitu pula pada
masalah ekonomi,perilaku manusia yang bias mengakibatkan ketidakberdayaan dibidang ekonomi sangat bertentangan dengan semangat kerja yang dianjurkn dalam islam.Islam menganjurkan agar manusia memanfaatkan potensi dirinya dan potensi alam.Oleh karena
itu,keberdayaan ekonomi masyarakat merupakan kondisi yang diharapakan,yang mana titik beratnya adalah tercpainya kesejahteraan manusia(QS.Al-Baqarah:21).
B. HARTA BENDA
Dalam ekonomi Islam, harta benda biasa diistilahkan dengan (al-Mal) yang secara
bahasa berarti condong, cenderung dan miring. Manusia cenderung ingin memiliki dan menguasai harta. Sedangkan secara istilah, harta benda adalah Segala sesuatu yang bernilai
dan mesti rusaknya dengan menguasainya.
1. Kedudukan Harta dalam Islam
Dalam al-Qur’an maupun hadits, cukup banyak yang membicarakan tentang harta. Pada bahasan ini hanya dikemukakan sebagaian kecil saja tentang kedudukan harta menurut
al-Qur’an dan Hadis. Di antaranya adalah :
Harta sebagai fitnah
Harta sebagai perhiasan hidup
Harta untuk memenuhi kebutuhan dan kesenangan
2. Fungsi Harta Benda dalam Islam
Fungsi harta bagi kehidupan manusia sangat banyak. Harta bisa menunjang kegiatan
manusia, baik kegiatan yang baik maupun yang buruk. Oleh karena itu, manusia berusaha untuk memiliki dan menguasainya. Orang yang mencuri harta dengan cara yang halal,
biasanya menfungsikan hartanya untuk hal-hal yang bermanfaat. Secara terperinci, suhendi (1997 : 28-30), mengemukakan fungsi harta sesuai dengan
syara’ sebagai berikut :
Untuk kesempurnaan ibadah, baik mahdhah (Individual) maupun ghairu mahdhah (sosial). Contoh, shalat memerlukan kain untuk menutup aurat.
Memelihara dan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, karena kefakiran bisa mendekatkan kepada kekufuran.
Membentuk generasi penerus yang berkualitas, tidak lemah baik di bidang pendidikan maupun ekonomi.
Menyelaraskan kehidupan dunia dan kehidupan akherat yang merupakan perintah Allah SWT.
Bekal mencari dan mengembangkan keilmuan, karena bagaimanapun dalam
mencari ilmu dibutuhkan biaya.
Keharmonisan hidup bernegara dan bermasyarakat, seperti orang kaya yang
membuka lapangan pekerjaan bagi orang yang membutuhkan.
3. Klasifikasi Harta Benda dalam Islam
Ditinjau dari segi ada tidaknya nilai dan perlindungan, harta benda dapat
diklasifikasilkan menjadi harta Mutaqawwim dan ghairu mataqawwim.
Ditinjau dari segi bisa tidaknya dipindahkan dari tempat asalnya, harta benda
diklasifikasikan menjadi harta uqar (tetap/tidak bergerak) dan manqul (harta benda).
Ditinjau dari segi ada tidaknya persamaan dengan harta benda lainnya, harta benda bisa diklasifikasikan menjadi harta benda mitsly (harta benda yang ada
persamaannya) dan qimy (harta benda yang tidak ada persamaannya).
Ditinjau dari segi kepemilikan, harta benda diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu
mamluk (harta benda yang telah dimiliki oleh seseorang), mahjur (harta benda yang tidak boleh dimiliki), dan mubah (harta benda bebas/boleh dimiliki).
Ditinjau dari keberadaan harta benda apakah berada di tangan sendiri atau dalam
tanggungan orang lain, harta benda diklasifikasikan menjadi harta ‘Ain (benda kongkrit) dan Dain (piutang).
Ditinjau dari segi pemakaian, harta benda diklasifikasikan menjadi harta benda istihlaky (sekali pakai) seperti makanan, dan isti’maly (bisa dipakai beberapa
kali) seperti pakaian, kebun, tempat tidur, dan lain-lain.
C. AKAD TRANSAKSI
Secara bahasa akad berasal dari kata al-‘aqdatu(sambungan) dan al-‘ahdu(janji).sedangkan secara istilah adalah segala sesuatu yang dikerjakan oleh
seseorang berdasarkan keinginanya sendiri atau segala sesuatu yang pembentukanya membutuhkan keinginan dua orang.
1. Rukun dan Syarat Akad
Rukun akad adalah sesuatu yang harus ada ketika terjadinya akad transaksi, yaitu
adanya al’aqid (orang yang berakad) contoh penjual dan pembeli, adanya ma’qud ‘alaih (barang atau harga), dan shighat (ijab qabul).
a. Al-‘Aqid (orang yang berakad)
Keberadaan al-Aqid sangat penting karena tidak dapat dikatakan akad jika tidak ada
aqid. Begitu pula tidak akan terjadi ijab qabul bila tidak ada aqid.
b. Ma’qud ‘alaih (barang atau harga)
Ma’qud ‘alaih adalah objek akad atau benda-benda yang dijadikan akad yang bentuknya tampak dan membekas. Barang tersebut dapak berbentuk harta benda seperti
barang dagangan, atau berbentuk suatu kemanfaatan, seperti dalam masalah upah mengupah. Sedangkan syarat Ma’qud ‘alaih adalah :
1. Harus ada ketika akad 2. Berupa barang mutaqawwim (mempunyai nilai)
3. Barang yang diperbolehkan syara’ 4. Dapat diberikan pada waktu akad
5. Diketahui oleh kedua belah pihak yang berakad 6. Ma’qud ‘alaih harus suci c. Ijab Kabul
Shighat /ijab kabul adalah keridlaan yang berasal dari kedua belah pihak yang berakad. Syarat shighat/ijab kabul adalah :
1. Ijab dan kabul harus jelas maksudnya sehingga dipahami oleh pihak yang melangsungkan akad.
2. Antara ijab dan kabul harus sesuai 3. Antara ijab dan kabul harus bersambung dan berada di tempat yang sama jika kedua
pihak hadir, atau berada di tempat yang berbeda tetapi sudah diketahui oleh keduanya.
2. Metode Shighat (IJAB QABUL)
Menurut al-Zuhaili (1989, IV : 94), shighat/ijab kabul dapat dilakukan dengan
menggunakan metode lafadh (ucapan), perbuatan,isyarat dan tulisan.
1) Shighat dengan Lafadh (ucapan)
Shighat dengan ucapan ini tidak disyaratkan harus menggunakan bahasa tertentu, yang penting kedua pihak harus mengerti ucapan masing-masing dan menunjukkan
keridlaannya. 2) Shighat dengan Perbuatan
Shighat dengan perbuatan ini dilakukan cukup dengan perbuatan yang menunjukkan saling meridlai, misalnya penjual memberikan barang dan pembeli memberikan uang.
3) Shighat dengan Tulisan
Diperbolehkan akad dengan tulisan, baik bagi orang yang mampu berbicara ataupun
tidak, dengan syarat tulisan tersebut jelas, tampak dan dapat dipahami oleh kedua pihak.
4) Shighat dengan Isyarat
Shighat dengan isyarat ini dilakukan bagi mereka yang tidak dapat berbicara, boleh menggunakan isyarat, tetapi jika tulisannya bagus, dianjurkan menggunakan tulisan.
D. KERJASAMA DALAM BIDANG EKONOMI
Sebagaimana diajarkan dalam islam, bahwa keberdayaan ekonomi adalah hal yang
penting bagi kehidupan kita untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Oleh karena itu, dalam ekonomi islam juga diajarkan bentuk-bentuk kerjasama dalam bidang ekonomi.
Diantara sekian banyak kerjasama yang diajarkan dalam islam adalah musyarakah/syirkah dan mudharabah/qiradh.
1) Musyarakah / syirkah
Secara bahasa,musyarakah diartikan dengan al-ikhtilath(percampuran),yakni
bercampurnya harta satu dengan harta yang lainya.Sedangka secara istilah,musyarakah dapat didefinisikan:suatu ungkapan tentang adanya akad transaksi antara dua orang atau lebih yang bersekutu pada pokok harta dan keuntungan(al-Zuhaili,1989,IV:793).
2) Mudharabah / qiradh
Secara bahasa mudharabah berasal dari kata dharab yang berarti memukul atau
berjalan.Pengertian memukul disini adalah proses seseorang memukulkan/menggerakkan
kakinya untuk menjalankan usahanya.Sedangkan secara teknis,mudharabah adalah akad
kerja sama usaha antara dua pihak yang mana pihak pertama menyediakan seluruh
modal,sedangkan pihak yang lainya menjadi pengelola.