Sistem Dispersi
-
Upload
yosafat-mustikoarto -
Category
Documents
-
view
445 -
download
42
description
Transcript of Sistem Dispersi
MAKALAH FISIKA FARMASI
SISTEM DISPERSI
Disusun Oleh:Septiarni P.12090757 B
PROGRAM STUDI D-III FARMASIFAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDISURAKARTA
2012
SISTEM DISPERSI
A. Dispersi
Pengamatan Garam Gula
Bentuk Fisik
Warna
Bentuk
Tekstur
Putih (++++)
Butiran kristal
Kasar (++++)
Putih kecokelatan
Butiran kristal
Kasar (+++)
Dalam air tanpa diaduk
Warna
Kejenuhan
Homogenisasi
Putih bening
-
-
Kuning bening
++
-
Dalam air diaduk
Warna
Kejenuhan
Homogenisasi
Putih bening
-
+++
Kuning bening (+)
+++
+
Sistem dispersi adalah sistem dimana suatu zat tersebar merata (fase
terdispersi) di dalam zat lain (fase pendispersi atau medium). Atau dispersi
pangan adalah sistem pangan yang terdiri dari satu atau lebih fase terdispersi
atau fase diskontinyu dalam suatu fase kontinyu. Larutan adalah keadaan
dimana zat terlarut (molekul, atom, ion) terdispersi secara homogen dalam zat
pelarut. Larutan bersifat stabil dan tak dapat disaring. Diameter partikel zat
terlarut lebih kecil dari 10-7 cm. Contoh : larutan gula, larutan garam. Dalam
larutan dikenal juga kelarutan (solubility) yaitu jumlah maksimum zat yang
dapat larut dalam sejumlah tertentu pelarut/larutan pada suhu tertentu. Jadi
jika suatu zat dilarutkan pada suatu pelarut/ larutan dan ternyata telah
melewati batas kelarutan larutan tersebut maka sebagian zat akan terlarut dan
sebagian lagi akan mengendap
Pada praktikum, gula dan garam dilarutkan dalam air, diamati
karakteristiknya. setelah ditambah air dan setelah mengalami pengadukan.
Dari hasil pengamatan, ternyata setelah gula diaduk dalam air, gula dapat
terlarut sempurna dan tidak terlihat beda fase demikian juga dengan garam.
Hal ini menandakan bahwa gula dan garam dalam air adalah sebuah larutan.
Bentuk partikel bahan sangat mempengaruhi sifat kelarutan, semakin keras
dan tebal partikelnya maka akan semakin lama larut dalam air.
1. Dispersi Kasar
Perlakuan Hasil Pengamatan
Sifat fisik sebelum diaduk Warna: putih cokelat
Bentuk: serbuk bergumpal
Tekstur: halus
Ditambahkan air dan diaduk Larutan keruh, ada endapan kasar
Didiamkan 5’ Larutan jernih, sagu mengendap
seluruhnya
Dispersi kasar berukuran > 0.5ηm dalam suatu fase kontinyu.
Dispersi kasar bersifat heterogen, tidak kontinu, sehingga merupakan
system dua fase. Dispersi kasar dapat dipisahkan dengan penyaringan.
Tepung kanji/sagu memiliki ukuran partikel yang kecil dengan tekstur
halus dan berwarna putih. Ketika tepung kanji dicampur dengan air dan
dilakukan pengadukan, kanji dan air dapat larut dengan cepat dan
larutannya berwarna putih keruh. Ini merupakan larutan tidak sempurna.
Yang terbentuk hanyalah suatu dispersi koloid kanji dengan air. Dalam
dispersi ini partikel dalam air bentuknya tidak terlalu besar sehingga tidak
mengendap dan tidak terlalu kecil untuk membentuk larutan. Setelah
larutan didiamkan selama 5 menit, sebagian tepung kanji mengendap,
larutan menjadi agak bening. Kemudian setelah diaduk lagi kenji menjadi
larut kembali. Berdasarkan percobaan, dapat diketahui bahwa dispersi
kasar adalah sistem dispersi yang memiliki homogenitas tidak kontinyu.
Antara fase terdispersi dan fase pendispersi dapat terpisah pada
jangka waktu tertentu.
2. Sol
Sampel : susu skim
Perlakuan Hasil Pengamatan
Sifat fisik sebelum
ditambahkan air
Warna: putih
Tekstur: halus (+++)
Bentuk: bubuk halus
Ditambahkan air hangat Homogenisasi: ++++
Perbandingan homogenitas Gula : garam : dispersi kasar : sol
+ : +++ : + : ++++
Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair
disebut sol. Contoh sol : putih telur, air lumpur, tinta, cat dan lain-lain.
Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat padat disebut
sol padat. Contoh sol padat : perunggu, kuningan, permata (gem).
Dalampraktikum kali ini sampel yang digunakan adalah susu skim. Susu
skim merupakan sistem dispersi misel kasein (protein agregat) dalam
serum pada susu. Susu skim adalah bagian susu yang rendah lemak karena
bagian susu yang kaya akan lemak (krim) telah diambil sebagian atau
seluruhnya. Susu skim mengandung semua komponen zat makanan dari
susu, kecuali lemak dan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak.Susu
skim memiliki butiran-butiran yang besar dibandingkan dengan susu
bubuk full cream, warnanya agak kuning dan teksturnya kasar. Ketika susu
skim dimasukkan ke dalam air hangat, susu dapat terhomogenisasi dengan
sempurna dan warnanya putih kekuningan. Ketidakstabilan suspensi (sol)
dipengaruhi oleh perubahan ukuran partikel dan perubahan penyusunan
partikel-partikel terdispersi. Sedangkan bila dibandingkan
denganpembentukan larutan gula dan garam, pembentukan sol pada susu
skim memerlukan waktu yang lebih singkat dengan pemberian gaya luar
yang sama, yaitu dengan pengadukan. Hal ini berkaitan dengan sifat
partikel susu skim yang mudah larut dalam air
3. Emulsi
Perlakuan Hasil Pengamatn
+ Aquades sebelum
dikocok
Tidak homogen
(permukaan berwarna kuning, dasar larutan
bening +)
+ Aquades setelah
dikocok
Homogen sebagian
(permukaan kuning keruh, dasar putih keruh)
+ Kuning telur setelah
dikocok
Homogen tidak ada batas
(permukaan kuning keruh, dasar kuning pekat)
4. Busa dan Busa Padat
Perlakuan Stuktur Busa
Putih telur dikocok dengan garpu Lembek
Putih telur dikocok dengan pengocok telur Agak keras
Pengamatan arumanis Lengket
Busa padat merupakan sistem dispersi fase ganda dengan fase
terdispersi gas dan fase kontinunya padat. Pengamatan terhadap
pembentukan busa padat dilakukan dengan sampel arumanis. Arumanis
berbentuk serat agak kasar dan berbentuk padatan, tetapi bila dibiarkan
dalam waktu yang lama di udara terbuka akan menggumpal karena
arumanis mengandung gula. Pada saat diamati menggunakan lup, terlihat
kristal-kristal gula halus dan benang-benang halus arumanis yang
menyerupai serat-serat kasar
B. Emulsi dan Pengemulsi
Stuktur Mikroskopis dari Emulsi
Sampel Struktur Mikroskopis
Air Susu
Mentega
Emulsi adalah suatu dispersi atau suspensi suatu cairan dalam cairan
yang lain, yang molekul-molekul kedua cairan tersebut tidak saling berbaur
tetapi saling antagonistik (Winarno, 1982). Sistem koloid dari zat cair yang
terdispersi dalam zat cair lain disebut emulsi. Sedangkan sistem koloid dari
zat cair yang terdispersi dalam zat padat disebut emulsi padat dan sistem
koloid dari zat cair yang terdispersi dalam gas disebut emulsi gas. Syarat
terjadinya emulsi yaitu kedua zat cair tidak saling melarutkan. Emulsi
digolongkan ke dalam 2 bagian yaitu emulsi minyak dalam air dan emulsi air
dalam minyak.. Contoh emulsi minyak dalam air : santan, susu, lateks.
Contoh emulsi air dalam minyak : mayonnaise, minyak ikan, minyak bumi.
Contoh emulsi padat : jelly, mutiara, opal. Pada praktikum pengujian
dilakukan dengan mencampur minyak dengan air dan diaduk. Hasilnya terjadi
pemisahan dua fraksi dengan terbentuknya 2 lapisan, dimana butiran-butiran
minyak terdapat di atas permukaan air. Setelah ditambah kuning telur,
minyak dan air dapat bersatu dan menjadi larutan sempurna. Hal ini karena
adanya penambahan kuning telur sebagai emulsifier alami dengan kerjanya
yang mempunyai aktivitas menurunkan tegangan permukaan antar 2 fase
yang berbeda kepolaran dan berbeda berat jenis, dalam hal ini air bersifat
polar dan minyak bersifat non-polar. Karena aktivitas emulsifier inilah, kedua
zat dapat bersatu dengan baik
Terdapat dua jenis emulsi yaitu emulsi water in oil (w/o) dan emulsi
oil in water. Emulsi w/o yaitu suatu sistem emulsi dimana butiran-butiran air
tersebar dalam minyak contohnya Margarine, sedangkan emulsi o/w yaitu
suatu sistem emulsi dimana butiran-butiran lemak tersebar dalam air,
contohnya Susu. Kedua emulsi tersebut memiliki struktur pembentuk yang
berbeda. Margarin memiliki struktur mikroskopis berupa bulatan-bulatan
berukuran besar dengan bentuk yang tidak beraturan yang tersebar di
tengahnya.. Sedangkan susu memiliki bulatan-bulatan yang berukuran lebih
kecil dibandingkan dengan margarine. Bulatan-bulatan kecil yang terlihat
pada mikroskop saat pengamatan adalah gelembung-gelembung udara
1. Menentukan Jenis Emulsi
Sampel Struktur Mikroskopis W preparat
Air Susu
Mentega
Identifikasi jenis emulsi dapat dilakukan dengan berbagai cara,
seperti cara konduksi, pewarnaan, pengenceran, dan cara flouresensi. Pada
praktikum kali ini, jenis emulsi ditentukan dengan cara pewarnaan.
Pewarna yang digunakan adalah Methylen Blue dan sudan III. Cara ini
didasarkan pada kemampuan suatu warna untuk larut dalam suatu fase
kontinyu. Sampel yang digunakan adalah air susu dan margarin. Hasilnya,
fase kontinyu pada air susu larut dalam pewarna methylen
blue.Penampakan pada mikroskop berupa gelembung-gelembung yang
dikelilingi cairan biru. Berarti, air susu merupakan jenis emulsi minyak
dalam air (o/w) dimana butiran-butiran lemaknya tersebar dalam air.
Sedangkan pada margarin dan mentega, masing-masing bagian yang
ditetesi sudan III fase kontinyunya akan terlarut dan berubah warna.
Penampakan pada mikroskop berupa gelembung-gelembung biru yang
dikelilingi lapang pandang warna kuning. Berarti, margarin merupakan
jenis emulsi air dalam minyak (w/o) dimana butiran-butiran airnya
tersebar dalam minyak
2. Kestabilan Emulsi
Perlakuan Waktu Pemisahan
+ Air 41 detik
+ Kuning telur 4 menit
Kestabilan dari emulsi dapat dilihat dengan terbentuknya larutan
yang sempurna antara dua zat yang berbeda kepolarannya. Percobaan
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana efektivitas penggunaan emulsi
yang dapat mempertahankan sifat emulsinya paling lama. Sampel yang
digunakan pada percobaan ini adalah minyak sayur, dengan zat yang
ditambahkan yaitu air dan CMC (Carboxy Methyl Cellulose). Berdasarkan
hasil pengamatan, campuran air dan minyak merupakan campuran yang
paling cepat memisah masing-masing fraksinya, yaitu selama 25 detik. Hal
ini disebabkan karena tidak ada daya emulsifier yang bekerja pada
campuran tersebut. Sedangkan pada campuran minyak dan CMC,
campuran dianggap paling lama tingkat kestabilannya daripada campuran
air dan minyak. Karena CMC memang biasa digunakan sebagai pemantap
dalam sistem dispersi pangan, CMC juga dapat meningkatkan viskositas
sistem emulsi. Peningkatan viskositas tersebut disebabkan oleh gugus
karboksil yang terdapat pada molekul CMC bersifat dapat mengikat air
sehingga meningkatkan viskositas pada fase cair
3. Pengaruh Pemanasan terhadap Emulsi
Sampel Awal Setelah Pemanasan
Margarin Homogen Tidak homogen
Mentega Homogen Homogen
Emulsi merupakan suatu system dispersi dimana fase pendispersi
maupun fase terdispersinya adalah zat cair yang tidak saling berbaur.
Mentega dan margarin adalah system emulsi w/o berbebentuk padat
karena sebagai fase pendispersinya adalah lemak dan fase terdispersinya
adalah air. Pada percobaan mengenai pengaruh pemanasan terhadap
emulsi digunakan margarin sebagai sampel. Dari bahan ini diambil 10
gram dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian tabung reaksi
yang berisi sampel tersebut dipanaskan. Dari hasil pengamatan, setelah
margarin dipanaskan warna dari margarin tersebut berubah, dimana warna
untuk margarin bagian atas menjadi Kuning cerah +++++. Selain itu,
terjadi juga kekeruhan pada margarin. Perubahan ini terjadi karena
rusaknya komponen-komponen dari emulsi tersebut. Terjadinya
penguapan air dan perubahan pada lemak oleh pemanasan yang dilakukan
menyebabkan sampel berubah warna dan terjadi kekeruhan.
4. Stabilitas Relatif Zat Pengemulsi
Perlakuan Waktu Pemisahan
+ Garam 5 detik
+ Kuning telur 2 menit
+ Merica 10 detik
+ Detergen 2 menit
Pada suatu emulsi biasanya terdapat tiga bagian utama, yaitu
bagian yang tidak terdispersi yang terdiri dari butir-butir yang biasanya
terdiri dari lemak, bagian kedua disebut media pendispersi yang
jugadikenal sebagaic o n tin u o u s phase, yang biasanya terdiri dari air
dan bagian ketiga adalah emulsifier yang berfungsi menjaga agar butir-
butir minyak tadi tetap tersuspensi di dalam air (Winarno, 1997).
Dari keempat sampel yang digunakan yang lebih cepat memisah
adalah garam dan yang paling lama waktu pemisahannya adalah kuning
telur. Hal ini disebabkan karena kuning telur merupakan emulsifier alami
yang bersifat kuat karena kandungan lesitinnya yang terdapat dalam
bentuk kompleks sebagai lesitin protein, bahan kimia pengemulsi
utamanya adalah lesitin fosfolipid. Sedangkan garam bukanlah emulsifier
sehingga waktu untuk memisahnya pun sangatlah cepat dan merica
memiliki minyak atsiri yang dapat berfungsi sebagai emulsifier.
Detergent merupakan ester dari asam lemak dan alkali dan
termasuk ke dalam golongan sabun yang termasuk dalam emulsifier
buatan yang terdiri dari garam natrium dengan asam lemak yang dapat
menurunkan tegangan permukaan air dan meningkatkan daya pembersih
air dengan jalan mengemulsi lemak yang ada
KESIMPULAN
Larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat, larutan
gula merupakan larutan sejati dengan fase tunggal karena setelah pengadukan,
larutan akan membentuk sistem satu fase
Dispersi kasar adalah salah satu sistem dispersi yang memiliki fase terdispersi
dengan diameter partikel lebih besar dari 100 nm
Sol adalah sistem dispersi yang memiliki fase terdispersi berupa padatan dan
fase kontinyu berupa cairan
Identifikasi jenis emulsi dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti cara
konduksi, pewarnaan, pengenceran, dan cara flouresensi
CMC memerlukan waktu yang lama untuk memisahan air dan minyak. Hal ini
disebabkan karena CMC merupakan zat penstabil
Berdasarkan data hasil pengamatan didapat waktu pemisahan paling lama
dimiliki merica diikuti oleh deterjen, kuning telur, dan garam.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Systemof Coloid My Chemistry Assignment. Didapatkan dari
situs http://drveggielabandresearch.blogspot.com. (Diakses pada
tanggal 16 Desember 2008).
Anonim. 2008.E m u ls i.h ttp :// m s .w ik ip e d i a .o r g /w ik i /E m u ls i.
(Diakses pada tanggal 16 Desember 2008)
Anonim. 2008. Mentega atau Margarin, Apa Bedanya?.h ttp ://w w w .w r m -
indonesia.org (Diakses pada tanggal 16 Desember 2008)
Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Penerbit. PT Gramedia Pustaka
Utama : Jakarta.