Sisi gelap Stanley Ann Dunham; The Dearest Obama Mother's

6
Sisi Gelap Stanley Ann Dunham (Dunham Soetoro); Ibu Presiden Barrack Obama Stanley Ann Dunham yang selama ini kita kenal sebagai salah satu antropolog yang bekerja pada kantor perwakilan U.S. Agency for International Development (USAID) di Indonesia, yang juga kita kenal sebagai Ibu dari Presiden AS Barrack Obama, ternyata memiliki sisi gelap dibalik aktifitasnya di Indonesia. Dalam pekerjaannya sebagai antropolog dan peneliti pada USAID di Indonesia, Stanley Ann Dunham bersama dengan suaminya Lolo Soetoro, ikut membantu mengumpulkan dan mengidentifikasi 5000 anggota kunci Partai Komunis Indonesia (PKI) yang menjadi target pembunuhan oleh Angkatan Darat Indonesia saat itu. Daftar 5000 anggota PKI tersebut kemudian disebut sebagai DzThe Shooting Listdz oleh CIA. Dalam perkembangan berikutnya, daftar 5000 anggota PKI tersebut digunakan oleh CIA untuk mengidentifikasi kelompok maupun tokoh-tokoh penting baik yang ada di permukaan maupun di kedalaman yang menjadi simpatisan Sukarno. Tentu saja proses identifikasi ini dilakukan dengan menggunakan agen-agen tertutup CIA, termasuk Ann Dunham. Hasil identifikasi ini yang kemudian dijadikan salah satu data utnuk menjalankan drama penggulingan Sukarno dan pemberangusan PKI, dimana Lolo

Transcript of Sisi gelap Stanley Ann Dunham; The Dearest Obama Mother's

Page 1: Sisi gelap Stanley Ann Dunham; The Dearest Obama Mother's

Sisi Gelap Stanley Ann Dunham (Dunham Soetoro);

Ibu Presiden Barrack Obama

Stanley Ann Dunham yang selama ini kita kenal sebagai salah satu antropolog

yang bekerja pada kantor perwakilan U.S. Agency for International Development (USAID)

di Indonesia, yang juga kita kenal sebagai Ibu dari Presiden AS Barrack Obama, ternyata

memiliki sisi gelap dibalik aktifitasnya di Indonesia. Dalam pekerjaannya sebagai

antropolog dan peneliti pada USAID di Indonesia, Stanley Ann Dunham bersama dengan

suaminya Lolo Soetoro, ikut membantu mengumpulkan dan mengidentifikasi 5000

anggota kunci Partai Komunis Indonesia (PKI) yang menjadi target pembunuhan oleh

Angkatan Darat Indonesia saat itu. Daftar 5000 anggota PKI tersebut kemudian disebut

sebagai The Shooting List oleh CIA. Dalam perkembangan berikutnya, daftar 5000 anggota PKI tersebut digunakan

oleh CIA untuk mengidentifikasi kelompok maupun tokoh-tokoh penting baik yang ada

di permukaan maupun di kedalaman yang menjadi simpatisan Sukarno. Tentu saja

proses identifikasi ini dilakukan dengan menggunakan agen-agen tertutup CIA,

termasuk Ann Dunham. Hasil identifikasi ini yang kemudian dijadikan salah satu data

utnuk menjalankan drama penggulingan Sukarno dan pemberangusan PKI, dimana Lolo

Page 2: Sisi gelap Stanley Ann Dunham; The Dearest Obama Mother's

Soetoro juga ikut ambil bagian dalam skenario tersebut, yang menyebabkan

terbunuhnya 250.000-1 juta masyarakat Indonesia.

Peranan CIA dalam proses genosida tersebut ditemukan dalam artikel tahun 1990

yang ditulis oleh Ralph McGehee, seorang veteran CIA yang menjadi agen International

Communism Branch of the Counterintelligence Staff. Artikel tersebut muncul pada akhir

tahun 1990an dan dimuat pada Covert Action Information Bulletin.

Lolo Soetoro, suami dari Stanley Ann Dunham, merupakan salah satu Kolonel

Angkatan Darat Indonesia, dan bekerja untuk CIA dalam proses penempatan Jendral

Soeharto menjadi Presiden RI, setelah kembali dari Hawaii ke Indonesia pada tahun

1965. Pada saat di Hawaii tersebutlah Lolo Soetoro menikah dengan Ann Dunham. Lolo

Soetoro berpartisipasi dalam proses transisi kekuasaan di Indonesia sebagai agen CIA

mulai dari tahun 1965-1970. Pada bulan Oktober 1967, Ann Dunham bersama anaknya

Barrack Obama berangkat ke Indonesia untuk bergabung bersama suaminya Lolo

Soetoro, dimana pada saat itu operasi anti-PKI dan anti-Sukarno CIA masih berlangsung.

Di Indonesia, Dunham Soetoro memulai karirnya dengan bekerja pada USAID dan

Lembaga Persahabatan Indonesia-Amerika (LIA). Pada tahun 1972, Dunham Soetoro

kembali ke Hawaii dan melanjutkan pekerjaan CIAnya di Indonesia dalam cover baru,

yaitu sebagai agen pada dua lembaga, Asia Foundation dan East-West Center pada

Universitas Hawaii. Pada tahun 1975, Dunham Soetoro kembali ke Indonesia untuk

melaksanakan penelitian dan pekerjaan antropologi. Tahun 1975 merupakan tahun

kunci bagi Indonesia, karena pada tahun tersebut Timor Timur memperoleh

kemerdekaannya dari Portugal. Pada tahun yang sama, CIA dan Suharto sebagai

Presiden Indonesia saat itu merencanakan invasi dan pendudukan ke Timor Timur setelah mendapatkan lampu hijau dari Sekretaris Negara AS, Henry Kissinger, yang saat ini menjadi penasehat kebijakan luar negeri Presiden Barrack Obama.

Pada tanggal 7 Desember 2010, WMR secara rinci menunjukan keterkaitan dan

hubungan antara pekerjaan antropologi Dunham Soetoro dengan operasi CIA:

CIA files contain a 1967 letter to the editor of the Daily Emerald from three anthropology

professors at the University of Oregon supporting a decision of the American Anthropological

Association (AAA) condemning the "intelligence meddling" of the CIA and Defense Department in

anthropological field work. 1967 was the same year that Ann Dunham was performing such

anthropological "field work" for USAID, a front for the CIA, in Java, Indonesia. The AAA's Professor

Ralph Beals [from UCLA] report stated that the Pentagon and CIA "repeatedly interfered with

anthropological work abroad, and have clearly jeopardized our chances, as anthropologists, to do

meaningful foreign research."

Page 3: Sisi gelap Stanley Ann Dunham; The Dearest Obama Mother's

And in what is the clearest evidence yet that Ann Dunham was working for the CIA in Indonesia

and elsewhere, the Beals Report stated: "several anthropologists, especially younger ones who had

difficulty in securing research funds, were approached by 'obscure' foundations or were offered

support from such organizations only to discover later that they were expected to provide

intelligence information to the CIA." The report added, "agents of the CIA have posed as

anthropologists, much to the detriment of the anthropological research programs."

In Ann Dunham/Soetoro's case, her foundation "sugar daddy" was the Ford Foundation and

USAID. Her boss at Ford was none other than Peter Geithner, the father of President Obama's

current Treasury Secretary, Tim Geithner.

Ford Foundation, yang menjadi lembaga sponsor bagi aktifitas intelejen Dunham

Soetoro di Indonesia, telah melakukan rekruitmen terhadap para petinggi militer

Indonesia sejak tahun 1954. Keterlibatan CIA dalam dinamika politik di Indonesia

dimulai ketika Ford Foundation memulai Modern Indonesia Project, sebuah program

tertutup CIA yang berjalan pada masa pemerintahan Sukarno. Program tersebut

melibatkan beberapa lembaga pendidikan seperti Cornell University, University of

Bberkeley, dan MIT, sebuah operasi intelejen dengan menggunakan cover akademik

dimana Dunham Soetoro pada tahun-tahun berikutnya terlibat didalamnya. Ford

Foundation, sejak masa pemerintahan Sukarno, juga menyediakan beasiswa pendidikan

bagi para pejabat militer dan ekonom yang nantinya akan menjadi pejabat pada masa

pemerintahan Soeharto.

Setelah Orde Baru Suharto berjalan, para agen CIA di Indonesia ditempatkan pada

posisi-posisi puncak industri dan perusahaan tambang, minyak, dan timber. Dalam hal

ini, Lolo Soetoro ditempatkan untuk bekerja pada perusahaan minyak Exxon.

Aktifitas Dunham Soetoro di USAID yang menjadi cover aktifitas intelejennya

untuk CIA, berlanjut dari tahun 1975 hingga akhir tahun 1980. Setelah itu Dunham

Soetoro bekerja pada beberapa bidang pekerjaan, termasuk menjadi salah satu tenaga

ahli pada Bappenas, ILO, the Ministry of Industry Provincial Development Program

(PDPI), dan yang paling signifikan adalah bekerja pada salah satu perusahaan cover CIA,

Dvevelopment Alternatives, Inc. (DAI), Maryland, Amerika Serikat.

Sama halnya dengan Business International Corporation (BIC), tempat yang

mempekerjakan Barrack Obama setalah dia lulus dari Columbia University pada tahun

1983, DAI sebagai perusahaan yang mempekerjakan Dunham Soetoro dari tahun 1978-

1980, telah menjadi perusahaan atau tempat dimana CIA menjalankan operasi0operasi

intelejennya. Ketika Dunham Soetoro bekerja di DAI, Barrack Obama sedang masuk ke

dalam kampus rekruitmen CIA, Occidental College di Los Angeles. Sedangkan ketika

Page 4: Sisi gelap Stanley Ann Dunham; The Dearest Obama Mother's

Barrack Obama bekerja di BIC, Dunham Soetoro menjalani aktifitas CIA sebagai

pelaksana program untuk wanita dan karyawan padakantor perwakilan Ford

Foundation Asia Tenggara di Jakarta dari tahun 1981-1984, pekerjaan yang membawa

Dunham Soetoro masuk ke negara lain seperti Filipina, Thailand, dan Malaysia. Dalam

melaksanakan aktifitas intelejennya di negara-negara Asia Tenggara tersebut, Dunham

Soetoro menggunakan kedok sebagai pelaksana proyek keuangan mikro dari Ford

Foundation.

Salah satu mitra kerja Dunham Soetoro di Indonesia pada masa-masa

dijalankannya operasi transisi kekuasaan dari orde lama menuju orde baru, serta

operasi awal pemberangusan PKI di Indonesia adalah Robert J. Martens. Martens

merupakan anggota bidang politik pada Kedutaan Besar AS di Jakarta sejak tahun 1963.

Martens yang sebelumnya menjalankan operasi CIA di Naples, Vienna, Slaxburg,

Oberammergau, dan Moskow, merupakan agen operasi tertinggi CIA di Jakarta. Martens juga berperan dalam menyelesaikan shooting list CIA terhadap PKI. Beberapa jejaring CIA Dunham Soetoro di Jakarta yang lain adalah Bernardo Hugh Tovar, Joseph Lazarsky,

dan Edward Masters. Tovar yang berkebangsaan Kolumbia, sebelumnya ditugaskan di

Kuala Lumpur dan Manila.

Edward Masters, sebelumnya ditempatkan di Frankfurt, Karachi, dan Madras,

kemudian ditugaskan di Jakarta untuk membantu operasi penggulingan Sukarno.

Sedangkan Dunham Soetoro mulai diterjunkan ke wilayah-wilayah pedesaan di Pulau

Jawa untuk melaksanakan riset antropologi sejak CIA mengidentifikasi bahwa

masyarakat pedesaan, termasuk para anggota Gerwani dan SOBSI, merupakan

pendukung utama PKI dan Sukarno.

Dari tahun 1989-1990, reporter Kathy Kadane melaksanakan serangkaian

wawancara mendalam dengan para mantan anggota CIA yang terlibat dalam operasi

kudeta pemerintahan Sukarno dan pemberangusan PKI tahun 1965. Dalam wawancara

tersebut, Martens menyatakan peranan dari shooting list CIA bagi militer Suharto; dimana Lolo Soetoro dan Dunham Soetoro memiliki keterlibatan besar dalam

penyusunan daftar tersebut; dalam pembunuhan dan pembantaian sistematis terhadap

para anggota PKI. Dalam wawancara tersebut Martens menyatakan: Itu (the shooting

list, pen.) merupakan bantuan yang sangat besar bagi militer Indonesia...mereka

mungkin membunuh banyak orang pada saat itu dan saya sendiri mungkin mendapati

Page 5: Sisi gelap Stanley Ann Dunham; The Dearest Obama Mother's

tangan saya berlumuran darah, tetapi hal tersebut tidak sepenuhnya buruk. Masa itu

adalah masa ketika kamu harus menyerang dengan keras di saat-saat yang kritis.

Dalam usaha untuk menyampaikan nama-nama tersangka anggota PKI dari

wilayah pedesaan, seperti di daerah-daerah dimana Dunham Soetoro bertugas, CIA

menyediakan radio komunikasi Collins KWM-2 bagi para agen CIA dan anggota militer

Indonesia di lapangan. Alat komunikasi radio tersebut diakuisisi dari Gudang Angkatan

Udara AS di Pangkalan Militer AS di Filipina dan di bawa ke Jakarta dengan pesawat

transportasi Angkatan Udara AS C-130. Di sisi lain stasiun penyadapan milik National

Security Agency (NSA) Asia Tenggara juga mencatat komunikasi radio dari tentara

Indonesia dan agen lapangan CIA seperti Dunham Soetoro di lapangan. hal tersebut

untuk memastikan bahwa seluruh tersangka anggota PKI teridentifikasi telah dibunuh

dengan cara mencocokan laporan dari agen-agen lapangan dengan kompilasi data hasil

penyadapan NSA terhadap komunikasi komersial dan komunikasi milik pemerintah di

Indonesia.

Pada tanggal 11 Maret 1966, ketika Lolo Soetoro sedang menjalankan tugasnya

membantu Suharto mengidentifikasi dan menangkap para anggota PKI untuk dihukum

mati, Kedutaan Besar AS di Jakarta mengirimkan airgram A-654 ke Washington.

Airgram tersebut disusun oleh Marten dan ditandatangani oleh Master. Dalam airgram

tersebut dinyatakan bahwa penting untuk mengumpulkan dan menyusun daftar baru anggota PKI karena informasi tentang para pejabat PKI sangat terpecah dan berserakan, akan tetapi tambahan informasi penting telah diterima dan bisa dijadikan data awal untuk membuat daftar baru . Dalam airgram tersebut juga dilampirkan daftar 80 orang pemimpin PKI dan status terakhirnya.

Daftar pembunuhan dan pembantaian yang dilakukan oleh militer Indonesia dan

CIA tersebut tidak berakhir pada operasi pemberangusan PKI saja, tapi terus berlanjut

pada operasi-operasi berdarah lainnya di Papua Barat, Timor Timur, dan Aceh, sepanjang Dunham Soetoro melaksanakan pekerjaan berdarahnya di Indonesia.

Jangan sesekali melupakan sejarah Jasmerah

Soekarno

Original Written by:

Wayne Madsen

Page 6: Sisi gelap Stanley Ann Dunham; The Dearest Obama Mother's

Translate and Edited by:

Bagus Setiawan

http://www.thesecrettruth.com/obama.htm