KLASIFIKASI FOLK DAN DUNHAM

11
KLASIFIKASI FOLK DAN DUNHAMDua dari klasifikasi batuan karbonat yang sering digunakan adalah klasifikasi Folk (!"#$ !%&' danDunha (!%&') Keduanya e bagi klasifikasi batuga *ing berdasarkan kandungan atriksnya)+erbedaan Dan +ersa aan Kalsifikasi Dunha Dan Folk),atuga *ing yang e iliki lebih dari -. allo/he s (butira karbonat yang telah engala i trans*ortasi'diklasifikasikan dengan klasifikasi Folk) ,erdasarkan *ersentase aterial antar butir$ batuga *ing da*at dibedakan lagi en0adi kelo *ok$ yaitu batuga *ing s*arry ( engandung se en s*arry /al/ite beru*a o1aik krist kalsit berukuran kasar' dan batuga *ing ikrokristalin ( engandung kalsit ikrokristalin$ ikrit$ yang ber2arna abu3abu hingga ke/oklatan berukuran ke/il dari " ikron')Klasifikasi Folk lebih /o/ok digunakan *ada deskri*si sayatan (thin se/tion') yang *erlu diingat adalahdala klasifikasi ini$ batuga *ing yang e iliki atriks /uku banyak dina akan i/rites$ sedangkanbatuga *ing yang tidak e iliki atriks dan tersusun atas se en kalsit (s*arry /al/ite' disebut s*arites)Untuk lebih 0elasnya$ kl Folk da*at dilihat *ada ga bar diba2ah ini)0ika dibandingkan antara dua klasifikasi d batuga *ing yang banyak engandung ud disebut i/ritedengan klasifikasi Folk$ dan da*at ter asuk udstone atau 2a/kestone dengan klasifikasi Dunha ),atuan yang e iliki sedikit atriks dina akan s*arite dengan klasifikasi Folk$ dan ter asuk grainstoneata *a/kstone dengan klasifikasi Dunha )4 bry dan Klo5an e odifikasi klasifikasi Dunha dengan e asukkan batuan karbonat berukuran kasar(lihat ga bar di ba2ah') +ada odifikasi ereka$ 2a/kestone yang e iliki ukuran butir lebih dari & ili eter disebut floatstone$ sedangkan grainstone dengan butiran yang kasar disebut rudstone)S*arit *a klasifikasi Folk (!"!' terbentuk bersa aan dengan *roses de*osisi sebagai *engisi *o *ori)S*arit (se en' enurut Dunha (!%&' hadir setelah butiran terneda*kan) ,ila kehadiran s*arit e ilikiselang 2aktu$ aka butiran akan ikut tersolusi sehingga da*a engisi grain) +eristi2a ini disebut *ost earlydiagenesis) Dasar yang di*akai oleh Du untuk enentukan tingkat energi adalah fabrik batuan) ,ilabatuan bertekstur ud su**orteddiinter*retasikan terbentuk *ada energi rendah karena Dunha berangga*an lu * karbonat hanya terbentuk *ada lingkungan berarus tenang) Sebaliknya grain su**ortedha terbentuk *ada lingkungan dengan energi gelo bang kuat sehingga hanya ko *onen butira yangda*at engenda*

description

KLASIFIKASI FOLK DAN DUNHAM batuan karbonat

Transcript of KLASIFIKASI FOLK DAN DUNHAM

KLASIFIKASI FOLK DAN DUNHAMDua dari klasifikasi batuan karbonat yang sering digunakan adalah klasifikasi Folk (1958, 1962) danDunham(1962). Keduanya membagi klasifikasi batugamping berdasarkan kandungan matriksnya.Perbedaan Dan Persamaan Kalsifikasi Dunham Dan Folk.Batugamping yang memiliki lebih dari 10% allochems (butiran karbonat yang telah mengalami transportasi)diklasifikasikan dengan klasifikasi Folk. Berdasarkan persentase material antar butir, batugamping dapatdibedakan lagi menjadi dua kelompok, yaitu batugamping sparry (mengandung semen sparry calcite berupamozaik kristal kalsit berukuran kasar) dan batugamping mikrokristalin (mengandung kalsit mikrokristalin,mikrit, yang berwarna abu-abu hingga kecoklatan berukuran kecil dari 5 mikron).Klasifikasi Folk lebih cocok digunakan pada deskripsi sayatan (thin section). Hal yang perlu diingat adalahdalam klasifikasi ini, batugamping yang memiliki matriks cukup banyak dinamakan micrites, sedangkanbatugamping yang tidak memiliki matriks dan tersusun atas semen kalsit (sparry calcite) disebut sparites.Untuk lebih jelasnya, klasifikasi Folk dapat dilihat pada gambar dibawah ini.jika dibandingkan antara dua klasifikasi diatas, batugamping yang banyak mengandung mud disebut micritedengan klasifikasi Folk, dan dapat termasuk mudstoneatau wackestone dengan klasifikasi Dunham.Batuan yang memiliki sedikit matriks dinamakan sparite dengan klasifikasi Folk, dan termasuk grainstoneatau packstone dengan klasifikasi Dunham.Embry dan Klovan memodifikasi klasifikasi Dunham dengan memasukkan batuan karbonat berukuran kasar(lihat gambar di bawah). Pada modifikasi mereka, wackestone yang memiliki ukuran butir lebih dari 2milimeter disebut floatstone, sedangkan grainstone dengan butiran yang kasar disebut rudstone.Sparit pada klasifikasi Folk (1959) terbentuk bersamaan dengan proses deposisi sebagai pengisi pori-pori.Sparit (semen) menurut Dunham (1962) hadir setelah butiran ternedapkan. Bila kehadiran sparit memilikiselang waktu, maka butiran akan ikut tersolusi sehingga dapat mengisi grain. Peristiwa ini disebut post earlydiagenesis. Dasar yang dipakai oleh Dunham untuk menentukan tingkat energi adalah fabrik batuan. Bilabatuan bertekstur mud supporteddiinterpretasikan terbentuk pada energi rendah karena Dunhamberanggapan lumpur karbonat hanya terbentuk pada lingkungan berarus tenang. Sebaliknya grain supportedhanya terbentuk pada lingkungan dengan energi gelombang kuat sehingga hanya komponen butiran yangdapat mengendap

Klasifikasi folkKlasifikasi Dunham (1962)Klasifikasi ini didasarkan pada tekstur deposisi dari batugamping, karena menurutDunham dalam sayatan tipis, tekstur deposisional merupakan aspek yang tetap. Kriteria dasar dari teksturdeposisi yang diambil Dunham (1962) berbeda dengan Folk (1959).Kriteria Dunham lebih condong pada fabrik batuan, misal mud supported atau grain supported bilaibandingkan dengan komposisi batuan. Variasi kelas-kelas dalam klasifikasi didasarkan pada perbandingankandungan lumpur. Dari perbandingan lumpur tersebut dijumpai 5 klasifikasi Dunham (1962). Nama namatersebut dapat dikombinasikan dengan jenis butiran dan mineraloginya. Batugamping dengan kandunganbeberapa butir (2 mm).b. Calcarenite, yaitu batugamping yang ukuran butirnya sama dengan pasir (1/16 2 mm).c. Calcilutite, yaitu batugamping yang ukuran butirnya lebih kecil dari pasir (/= 4 mikron (4-10 mikron) dan memperlihatkan kenampakan yang jernih dan mozaik dalam asahan tipis, berfungsi sebagai pore filling cement. Sparite analog dengan semen pada clean sandstone. Berdasarkan perbandingan relatif antara allochem, micrite dan sparite serta jenis allochem yang dominan, maka Folk membagi batugamping menjadi 4 famili. Batugamping tipe I dan II disebut sebagai allochemical rock (allochem > 10%), sedangkan batugamping tipe III disebut sebagai orthochemical rock (allochem =/< 10%). Batas ukuran butir yang digunakan oleh Folk untuk membedakan antara butiran (allochem) dan micrite adalah 4 micron (lempung).Batugamping tipe I analog dengan batupasir/konglomerat yang tersortasi bagus dan terbentuk pada high-energy zone, batugamping tipe II analog dengan batupasir lempungan atau konglomerat lempungan dan terbentuk pada low-energy zone, dan batugamping tipe III analog dengan batulempung dan terbentuk pada kondisi tenang (lagoon). Prosedur pemberian nama batuan menurut Folk adalah:1. Jika intraclast > 25% intraclastic rock2. Jika intraclast =/< 25%, lihat prosentase oolite-nya3. Jika oolite >25% oolitic rock4. Jika intraclast =/0,03 2 mm dan ukuran lumpur karbonat 30m dengan lereng 45 - 60. Semakin jauh dari inti terumbu (kearah laut) litologi berubah menjadi packstone, wackstone dan mudstone.

3. Fasies Belakang Terumbu (back reef facies)Fasies ini disebut juga fasies lagoon dan meliputi zona laut dangkal (< 30m)dan tidak berhubungan dengan laut terbuka. Kondisi airnya tenang, sirkulasi air terbatas, dan banyak biota penggali yang hidup di dasar. Litologi berupa packetone, wackestone dan mudstone dan banyak dijumpai struktur jejak dan bioturbasi, baik horizontal maupun vertikal.

c. Porositas dan proses diagenesaTipe porositas utama pada batuan karbonar adalah vuggy (pori-pori yang lebihbesar dari butiran), intergranular (antar butir), intragranular (dalam butiran, contohnya material cangkang atau shell), dan chalky.Diagenesa yang berakibat pada berubahnya porositas dan permeabilitas dapat dikelompokkan atas:- Pelarutan (leaching) yang umumnya akan meningkatkan porositas danpermeabilitas- Dolomitisasi yang akan meningkatkan porositas dengan menciptakan pori yanglebih besar, atau dapat juga malahan akan mengurangi porositas jika terjadipertumbuhan interlocking mosaic dari kristal-kristal dolomit. Dolomitisasisering meningkatkan permeabilitas secara dramatis dikarenakan pembentukanlubang pelarutan (solution vug) dan retakan pasca penimbunan (post-burial)yang lebih besar- Retakan (fracturing) dikarenakan adanya breksiasi, sesar atau kekar yang akanmeningkatkan permeabilitas- Rekritaslisasi oleh neomorphism dari mikrit menjadi ukuran kristal yang lebihbesar yang akan meningkatkan porositas Semen yang akan menurunkan porositas dan permeabilitas

DEFINISIBatuan karbonat adalah batuan dengan kandungan material karbonat lebih dari 50 % yang tersusun atas partikel karbonat klastik yang tersemenkan atau karbonat kristalin hasil presipitasi langsung (Rejers & Hsu, 1986).Bates & Jackson (1987) mendefinisikan batuan karbonat sebagai batuan yang komponen utamanya adalah mineral karbonat dengan berat keseluruhan lebih dari 50 %. Sedangkan batugamping menurut definisi Reijers &Hsu (1986) adalah batuan yang mengandung kalsium karbonat hingga 95 %. Sehingga tidak semua batuan karbonat adalah batugamping. KOMPONEN

PENYUSUN BATUGAMPINGMenurut Tucker (1991), komponen penyusun batugamping dibedakan atas non skeletal grain, skeletal grain, matrix dan semen.

1. Non Skeletal grain, terdiri dari :

a. Ooid dan Pisoid

Ooid adalah butiran karbonat yang berbentuk bulat atau elips yang punya satu atau lebih struktur lamina yang konsentris dan mengelilingi inti. Inti penyusun biasanya partikel karbonat atau butiran kuarsa (Tucker, 1991). Ooid memiliki ukuran butir < 2 mm dan apabila memiliki ukuran > 2 mm maka disebut pisoid.

b. Peloid

Peloid adalah butiran karbonat yang berbentuk bulat, elipsoid atau merincing yang tersusun oleh mikrit dan tanpa struktur internal. Ukuran peloid antara 0,1 0,5 mm. Kebanyakan peloid ini berasala dari kotoran (faecal origin) sehingga disebut pellet (Tucker 1991).

c. Agregat dan Intraklas

Agregat merupakan kumpulan dari beberapa macam butiran karbonat yang tersemenkan bersama-sama oleh semen mikrokristalin atau tergabung akibat material organik. Sedangkan intraklas adalah fragmen dari sedimen yang sudah terlitifikasi atau setengah terlitifikasi yang terjadi akibat pelepasan air lumpur pada daerah pasang surut atau tidal flat (Tucker,1991).

2. Skeletal Grain

Skeletal grain adalah butiran cangkang penyusun batuan karbonat yang terdiri dari seluruh mikrofosil, butiran fosil, maupun pecahan dari fosil-fosil makro. Cangkang ini merupakan allochem yang paling umum dijumpai dalam batugamping (Boggs, 1987). Komponen cangkang pada batugamping juga merupakan penunjuk pada distribusi invertebrata penghasil karbonat sepanjang waktu geologi (Tucker, 1991).

3. Lumpur Karbonat atau Mikrit

Mikrit merupakan matriks yang biasanyaberwarna gelap. Pada batugamping hadir sebagai butir yang sangat halus. Mikrit memiliki ukuran butir kurang dari 4 mikrometer. Pada studi mikroskop elektron menunjukkan bahwa mikrit tidak homogen dan menunjukkan adanya ukuran kasar sampai halus dengan batas antara kristal yang berbentuk planar, melengkung, bergerigi ataupun tidak teratur. Mikrit dapat mengalami alterasi dan dapat tergantikan oleh mozaik mikrospar yang kasar (Tucker, 1991).

4. Semen

Semen terdiri dari material halus yang menjadi pengikat antar butiran dan mengisi rongga pori yang diendapkan setelah fragmen dan matriks. Semen dapat berupa kalsit, silika, oksida besi ataupun sulfat.

KLASIFIKASI BATUAN KARBONAT

1. Klasifikasi Dunham (1962)Klasifikasi ini didasarkan pada tekstur deposisi dari batugamping, karena menurut Dunham dalam sayatan tipis, tekstur deposisional merupakan aspek yang tetap. Kriteria dasar dari tekstur deposisi yang diambil Dunham (1962) berbeda dengan Folk (1959).

Kriteria Dunham lebih condong pada fabrik batuan, misal mud supported atau grain supported bila ibandingkan dengan komposisi batuan. Variasi kelas-kelas dalam klasifikasi didasarkan pada perbandingan kandungan lumpur. Dari perbandingan lumpur tersebut dijumpai 5 klasifikasi Dunham (1962). Nama nama tersebut dapat dikombinasikan dengan jenis butiran dan mineraloginya. Batugamping dengan kandungan beberapa butir ( 20 mikrometer.- Lumpur karbonat / mikrit, berukuran < 20 mikrometer.

Sabtu, 16 Juli 2011Klasifikasi Embry & Klovan (1971)Klasifikasi Embry & Klovan (1971)

Batuan sedimen yang diklasifikasikan oleh Embry & Klovan pada tahun 1971 adalah batuan sedimen karbonat, yaitu batuan sedimen dengan komposisi yang dominan (lebih dari 50%) terdiri dari mineral karbonat, meliputi batugamping dan dolomit. Batuan karbonat adalah batuan denga tekstur yang beraneka ragam, struktur serta fosil. Hal tersebut dapat menginformasikan beberapa hal penting mengenai lingkungan laut purba, kondisi paleoekologi, serta evolusi bentuk dari organisme laut.

Dalam klasifikasi batuan karbonat yang dilakukan oleh Embry & Klovan, tekstur batuan yang terbentuk saat pengendapanlah yang menjadi dasar pengklasifikasian. Namun perlu diketahui bahwa sebelum Embry & Klovan mengklasifikasikan batuan karbonat, Dunham pada tahun 1962 dan Folk pada tahun 1959 dan sebenarnya pengklasifikasian batuan karbonat yang dilakukan oleh Embry & Klovan merupakan pengembangan dari klasifikasi batuan karbonat oleh Dunham (1962). Untuk itu, sebelum membicarakan mengenai Klasifikasi Batuan Karbonat oleh Embry & Klovan, akan terjadi kesalahan jika tidak membicarakan mengenai Klasfikasi Dunham.

Dunham (1962) mengklasifikasikan batuan karbonat berdasarkan pada struktur deposisi dari batugamping. Dasar yang dipakai oleh Dunham dalam menentukan tingkat energi adalah fabrik batuan. Jika batuan memiliki fabrik mud supported dapat diinterpretasikan bahwa batuan ini terbentuk pada energi pengendapan yang relatif kecil karena menurut Dunham, lumpur karbonat hanya terbentuk pada lingkungan yang berarus tenang. Sebaliknya, jika batuaan memiliki fabrik grain supported maka batuan terbentuk pada energi yang cukup tinggi sehingga hanya material-material berukuran besar yang dapat mengendap.

Klasifikasi Dunham ini kemudian dikembangkan oleh Embry & Klovan pada tahun 1971 dengan membagi batugamping menjadi 2 kelompok besar, yaitu autochtonus limestone dan allochtonus limestone berupa batugamping yang komponen-komponen penyusunnya tidak terikat secara organis selama proses deposisi.

Sebenarnya Dunham telah menggunakan allohtonus dan autochtonus sebagai dasar klasifikasi, namun Dunham tidak mengklasifikasikannya secara terperinci. Dunham hanya memakainya sebagai dasar pengklasifikasiannya saja antara batugamping yang tidak terikat (packstone, mudstone, wackestone, grainstone) dan terikat (boundstone). Sedangkan Embry & Klovan membagi lagi boundstone menjadi 3 kelompok, yaitu framestone, bindstone, dan bafflestone, berdasarkan atas komponen utama terumbu yang berfungsi sebagai perangkap sedimen. Selain itu juga ditambahkan nama kelompok batuan yang mengandung komponen berukuran lebih dari 2 mm sebanyak 10%. Nama batuannya adalah rudstone dan floatsone.

Gambar 1 : klasifikasi Embry & Klovan (1971)

Sumber : http://i536.photobucket.com/albums/ff321/capullet/103zoer.jpg

Penggunaan Klasifikasi Embry & Klovan (1971)

Klasifikasi Embry & Klovan (1971) sebenarnya lebih cocok digunakan pada saat pengamatan langsung di lapangan dengan menggunakan lup. Berikut adalah penjelasan penggunaan klasifikasinya :

Perlu diketahui sebelumnya arti atau maksud dari allochtonus dan autochtonus. Allochtonus berarti jika komponen atau material terlihat terikat secara organis tidak selama proses deposisi, sedangkan autochtonus merupakan material-material yang terikat secara organis selama proses deposisi.

a. Allochtonus

Allochtonus berarti jika komponen atau material terlihat terikat secara organis tidak selama proses deposisi. Dan pada batuan mengandung material-material yang berukuran lebih dari 2 mm sebanyak lebih dari 10%, batuan yang bersifat allochtonus oleh Embry & Klovan (1971) dibagi lagi menjadi 2, yaitu :

- Matrix supported

Yaitu jika batuan mengandung material-material yang berukuran lebih dari 2 mm namun masih bersifat matrix supported atau antar butiran fragmen tidak saling bersinggungan. Selanjutnya, nama batuannya adalah Floatsone

Gambar 3 : Floatstone

Sumber : http://www.rc.unesp.br/museudpm/rochas/sedimentares/floatstone.jpg

- Component supported

Yaitu jika batuan mengandung material-material yang berukuran lebih dari 2 mm lebih dari 10% dan bersifat somponent supported atau antar butiran fragmennya saling bersinggungan. Selanjutnya, nama batuannya adalah Rudstone

Gambar 3: Sayatan dari Rudstone

Sumber : http://www.rc.unesp.br/museudpm/rochas/sedimentares/rudstone.jpg

b. Autochtonus

Berbeda dengan allochtonus, Autochtonus merupakan material-material yang terikat secara organis selama proses deposisi. Hal ini lebih dikarenakan adanya aktivitas organisme pada saat proses deposisi sedimen yang mengakibatkan material-material terikat dan terkompaksi menjadi batuan.Berdasarkan sifat pengikat batuan oleh aktivitas organisme dibedakan menjadi 3 macam antara lain :

- By organism that acts as baffle

Oleh Embry & Klovan (1971), batuan ini merupakan batuan yang material-materialnya terikat selama proses deposisi oleh perilaku organisme yang berperan sebagai baffle atau bersifat seperti dinding yang mengikat komponen-komponen batuan yang lain. Nama batuannya adalah Bafflestone. Bafflestone adalah tekstur batuan karbonat yang terdiri dari organisme penyusun yang cara hidupnya menadah sedimen yang jatuh pada organisme tersebut. Tekstur ini dijumpai pada daerah dengan energi sedang, batuan ini biasanya terdiri dari kerangka koral yang sedang dalam posisi tumbuh (branching and growth position of coral) dan diselimuti oleh lumpur karbonat.

- By organism that encrust and bind

Batuan ini merupakan batuan yang material-materialnya terikat selama proses deposisi oleh perilaku organisme yang terjebak dan terjepit selama proses deposisi. Nama batuannya adalah Bindstone.Bindstone adalah organisme yang menyusun batuan karbonat dimana cara hidupnya mengikat sedimen yang terakumulasi pada organisme tersebut. Organisme yang seperti ini biasanya hidup dan berkembang di daerah berenergi sedang tinggi. Batuan ini umumnya terdiri dari kerangka ataupun pecahan-pecahan kerangka organik seperti koral, bryozoa, dll; tetapi telah diikat kembali oleh kerak lapisan-lapisan gamping (encrustion) yang dikeluarkan oleh ganggang merah.

- By organisms that build a rigid framework

Batuan ini merupakan batuan yang material-materialnya terikat selama proses deposisi oleh perilaku organisme yang membentuk kerangka keras atau rigid framework. Oleh Embry & Klovan (1971), nama batuan ini adalah Framestone. Batuan ini tersusun atas organisme-organisme yang hidup pada daerah dengan energi tinggi sehingga tahan terhadap gelombang dan arus. Penyusun batuan ini adalah koral, bryozoa, dan ganggang dalam matriks yang kurang dari 10% atau bahkan tanpa matriks.

Gambar 6: Penampang melintang kompleks terumbu yang menggambarkan perbedaan zona dan batuan penyusun setiap zona menurut Embry & Klovan (1971)