Sirkulasi & Saraf Pada Perkemiham

6
Nama : Agustina Modok NPM : 140669542 Topik : Anatomi fisiologi sistem perkemihan Sub Topik : Peredaran darah/sirkulasi sistem perkemihan serta persyarafan sistem perkemihan Peredaran darah/sirkulasi sistem perkemihan Menurut Lewis (2014), aliran darah ke ginjal menyuplai kira-kira 1200 ml/menit, atau sekitar 20-25 % dari cardiac output. Darah menuju ginjal melalui arteri renalis, yang berasal dari aorta dan masuk ke ginjal melalui hilus. Arteri renalis membentuk cabang-cabang yang lebih kecil, yang masing-masing membentuk arteriol aferen. Arteriole aferen terbagi menjadi jaringan kapiler, glomerulus, yang memiliki hingga 50 kapiler. Setelah proses filtrasi di glomerulus, darah akan meninggalkan glomerulus dan mengalir ke dalam arteriola eferen, kemudian masuk ke dalam susunan kapiler kedua, yaitu kapiler peritubulus yang mengitari tubulus. Pada nefron jukstamedularis kapiler peritulus panjang yang turun ke medula disebut vasa rekta. Akhirnya kapiler renalis bergabung membentuk venula dan vena kecil yang membawa darah keluar dari ginjal menuju vena renalis (Silverthorn, 2013). Sedangkan menurut Black dan Hawks (2014), ginjal menerima 20-25 % dari curah jantung dalam keadaan istirahat, dengan rata-rata lebih dari 1 liter darah arteri tiap menit. Cabang arteri renalis dari aorta abdominal setinggi lumbal kedua, memasuki ginjal dan secara progresif bercabang ke arteri

description

ekstensi 2014 klp A_dea

Transcript of Sirkulasi & Saraf Pada Perkemiham

Page 1: Sirkulasi & Saraf Pada Perkemiham

Nama : Agustina Modok

NPM : 140669542

Topik : Anatomi fisiologi sistem perkemihan

Sub Topik : Peredaran darah/sirkulasi sistem perkemihan serta persyarafan

sistem perkemihan

Peredaran darah/sirkulasi sistem perkemihan

Menurut Lewis (2014), aliran darah ke ginjal menyuplai kira-kira 1200 ml/menit, atau

sekitar 20-25 % dari cardiac output. Darah menuju ginjal melalui arteri renalis, yang berasal

dari aorta dan masuk ke ginjal melalui hilus. Arteri renalis membentuk cabang-cabang yang

lebih kecil, yang masing-masing membentuk arteriol aferen. Arteriole aferen terbagi menjadi

jaringan kapiler, glomerulus, yang memiliki hingga 50 kapiler.

Setelah proses filtrasi di glomerulus, darah akan meninggalkan glomerulus dan

mengalir ke dalam arteriola eferen, kemudian masuk ke dalam susunan kapiler kedua, yaitu

kapiler peritubulus yang mengitari tubulus. Pada nefron jukstamedularis kapiler peritulus

panjang yang turun ke medula disebut vasa rekta. Akhirnya kapiler renalis bergabung

membentuk venula dan vena kecil yang membawa darah keluar dari ginjal menuju vena

renalis (Silverthorn, 2013).

Sedangkan menurut Black dan Hawks (2014), ginjal menerima 20-25 % dari curah

jantung dalam keadaan istirahat, dengan rata-rata lebih dari 1 liter darah arteri tiap menit.

Cabang arteri renalis dari aorta abdominal setinggi lumbal kedua, memasuki ginjal dan secara

progresif bercabang ke arteri lobaris, arteri interlobaris, arteri arkuata, serta arteri

interllobularis.

Darah mengalir dari arteri interlobularis melalui arteriola aferen, kaplier glomerulus,

arteriole eferen, dan kapiler peritubulus. Beberapa kapiler peritubulus membawa sejumlah

kecil (kurang lebih 5 % dari aliran darah renal) ke medula renalis di vasa rekta (pembuluh

darah yang panjang dan lurus) sebelum memasuki drainase vena. Darah meninggalkan ginal

dalam sistem vena yang berkorespondensi dengan sistem arteri : vena interlobularis, vena

arkuata, vena interlobularis dan vena renalis kemudian, sirkulasi ginjal masuk ke vena cava

inferior.

O’Callaghan (2006) juga menjelaskan bahwa pembuluh darah dan ureter berhubungan

dengan ginjal pada hilus ginjal. Arteri renalis berasal dari aorta dan biasanya terbagi menjadi

tiga cabang. Dua cabang berjalan di depan ureter dan satu di belakangnya. Lima atau enam

Page 2: Sirkulasi & Saraf Pada Perkemiham

vena kecil menyatu membentuk vena renalis yang meninggalkan ginjal di depan cabang di

depan cabang anterior arteri renalis dan masuk ke vena kava inferior.

Gambar 1 : Anatomi ginjal

Sumber : Despopoulos dan Silbernagl (2003)

Gambar 2 : Komponen vaskular ginjal

Sumber : Sherwood (2010)

Page 3: Sirkulasi & Saraf Pada Perkemiham

Persyarafan sistem perkemihan

Menurut Wein (2002), persyarafan pada sistem perkemihan meliputi :

1. Persarafan pada ginjal

Saraf preganglionik simpatis berasal dari toraks kedelapan melalui segmen

tulang belakang lumbar pertama dan kemudian berjalan ke celiac dan ganglia

aorticorenal. Dari sini, serat pasca ganglionik menuju ke ginjal melalui pleksus

otonom di sekitar arteri ginjal. Serat parasimpatis yang berasal dari saraf vagus dan

bersama dengan dengan serat simpatis ke pleksus otonom sepanjang arteri ginjal.

Fungsi utama dari persarafan otonom vasomotor ginjal, adalah sistem saraf simpatis

yang berperan dalam vasokonstriksi dan sistem saraf parasimpatis yang berperan

dalam vasodilatasi.

2. Persarafan pada ureter

Peran utama dari saraf otonom yang berjalan menuju ureter belum diketahui

dengan jelas. Pada dasarnya, peristaltik ureter yang normal tidak memerlukan

masukan dari saraf otonom, melainkan berasal dan disebarkan dari pacemaker otot

polos intrinsik yang terletak di kaliks minor dari sistem pengumpul ginjal. Sistem

saraf otonom dapat mengerahkan beberapa efek modulasi pada proses ini, tetapi peran

yang tepat belum teridentifikasi dengan jelas. Ureter menerima input simpatik

preganglionik dari toraks sepuluh melalui segmen tulang belakang lumbar kedua.

Serat postganglionik muncul dari beberapa ganglion aorticorenal, superior, dan

inferior pleksus hipogastrik otonom. Input parasimpatis diterima dari sacral kedua

sampai sacral keempat tulang belakang.

3. Persarafan pada kandung kemih

Serat aferen otonom keluar dari bagian anterior dari pleksus panggul (pleksus

vesikalis) melewatkan ligamen lateral dan posterior untuk mensarafi kandung kemih

Dinding kandung kemih kaya akan saraf parasimpatis kolinergik dan badan sel

postganglionik yang berlimpah. Sistem saraf simpatis pada kandung kemih telah

diketahui sebagai detrusor relaksasi tapi mungkin tidak memiliki fungsi yang

signifikan. Sebuah sistem saraf noradrenergic terpisah, yaitu komponen

noncholinergic dari sistem saraf otonom berpartisipasi dalam mengaktifkan detrusor,

meskipun neurotransmitternya belum diidentifikasi. Leher kandung kemih laki-laki

menerima sistem saraf simpatis yang berlimpah dan mengekspresikan reseptor α1-

adrenergik. Leher kandung kemih pada perempuan memiliki sistem sarafan

Page 4: Sirkulasi & Saraf Pada Perkemiham

adrenergik yang sedikit. Sintesis oksida nitrat yang mengandung neuron telah

diidentifikasi dalam detrusor, terutama di leher kandung kemih, di mana dapat

memfasilitasi relaksasi selama berkemih.

DAFTAR PUSTAKA

Black, J. M, Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah : Manajemen klinis untuk

hasil yang diharapkan. (Joko Mulyanto et al : Penerjemah). Ed 8. Jakarta : Salemba

Medika

Despopoulos, A., Silbernagl, S. (2003). Color atlas of physiology. New York : Thieme

Lewis, S. L., Dirksen, S. R., Heitkemper, M. M., Bucher, L. (2014). Medical surgical nursing

: assessment and management of clinical problem. St. Louis, Missouri : Elsevier Mosby

O’Callaghan, C. A. (2009). At a glance sistem ginjal. (dr. Elizabeth Yasmine : Penerjemah).

Jakarta : Erlangga

Sherwood, L. (2010). Human physiology: From cells to systems. 7th Ed. Canada : Cengage

Learning

Silverthorn, D.U. (2013). Human physiology: an integrated approach. San Francisco :

Pearson education

Wein, A J.., Kavoussi, L. R. (2002). Campbell-Walsh urology. 9th Ed. Vol. 1. St. Louis,

Missouri : Elsevier Mosby