sirih merah

26

Transcript of sirih merah

1

A. JUDUL Uji Aktivitas dan Identifikasi Senyawa Bioaktif Herba Daun Sirih Merah (Piper crocatum) sebagai Antikanker. B. LATAR BELAKANG MASALAH Tahun 2015 kanker diprediksi akan menjadi pembunuh nomor satu di dunia. Kematian yang diakibatkan oleh penyakit ini akan melebihi kematian yang disebabkan AIDS, malaria, dan TBC. WHO memperkirakan 27 juta orang akan mengidap kanker pada 2030 dan kematian akibat kanker akan mencapai angka 17 juta kasus. Kanker merupakan salah satu penyakit yang ditimbulkan dari pola hidup yang kurang sehat dan teratur seperti kebiasaan merokok dan konsumsi lemak berlebih, virus yang dapat menyebabkan kanker, dan diperparah dengan peningkatan pencemaran lingkungan akibat industrialisasi yang menghasilkan senyawa-senyawa bersifat karsinogen (Mutschler, 1986). Siswandono (1983) menyebutkan sampai saat ini masih sedikit sekali obat antikanker yang bekerja secara selektif untuk pengobatan jenis kanker tertentu. Angka kematian yang tinggi akibat besarnya jumlah penderita kanker mendorong adanya upaya pencegahan dan pengobatan yang lebih tepat. Penelitian tentang berbagai obat yang berpotensi sebagai antikanker mulai dari hasil isolasi bahan alam sampai dengan obat hasil sintesis perlu dilakukan. Sukardiman (2004) menyatakan cara lain yang dipilih sebagian penderita penyakit kanker adalah dengan memanfaatkan bahan alam yaitu dengan menggunakan tanaman obat. Hal ini disebabkan adanya keinginan masyarakat sendiri untuk kembali menggunakan bahan dari alam (back to nature). Salah satu tumbuhan yang dipercaya berkhasiat sebagai antikanker adalah sirih merah (Piper crocatum). Sirih merah adalah tanaman hias dari famili Piperaceae, yang tumbuh merambat dan sosoknya mirip tanaman lada. Tanaman ini mudah tumbuh dan mudah untuk dikembangbiakkan. Secara empiris sirih merah dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit seperti kanker rahim, kanker payudara, TBC, diabetes melitus, hepatitis, batu ginjal, menurunkan kolesterol, mencegah stroke, asam urat, hipertensi, radang liver, radang prostat, radang mata,

2

ambeien, keputihan, maag, obat eksim, obat sakit gigi, sariawan, penyakit kelamin kelelahan, bau badan, nyeri sendi dan memperhalus kulit serta bersifat antiseptik (Syariefa, 2006). Ekstrak air daun sirih merah dengan dosis 20 gram per kilogram berat badan mampu menurunkan kadar glukosa darah tikus sebesar 34,3%. Ekstrak etanol daun sirih merah mempunyai aktivitas antiinflamasi yang signifikan pada tikus putih jantan galur Wistar (Syariefa, 2006). Daun sirih merah berwarna merah keperakan dan mengkilap, kemungkinan khasiatnya terletak pada senyawa kimia yang terkandung dalam warna merah daunnya, antara lain flavonoid, alkoloid, polevenolad, tanin, dan minyak asiri. Senyawa flavonoid dan polifenolat bersifat sebagai antioksidan, antikanker, antiseptik, dan anti-inflamasi sedangkan senyawa alkaloid bersifat antineoplastik yang juga ampuh menghambat pertumbuhan sel-sel kanker. Penggunaan daun sirih merah sebagai obat kanker yaitu dengan cara merebus dua gelas air bersama satu lembar daun sirih merah sampai tinggal satu gelas lalu air rebusan ini dibagi tiga dan diminum 3 kali sehari sebelum makan dan diulangi rutin (Syariefa, 2006). Penelitian terhadap senyawa yang berpotensi sebagai antikanker dari daun sirih merah belum banyak dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk screening senyawa bioaktif dari daun sirih merah yang berpotensi sebagai antikanker. Uji antikanker ini dilakukan dengan metode BSLT (Brine Shrimp Lethality Test) yaitu salah satu metode untuk menguji bahan-bahan yang bersifat sitotoksik dengan uji toksisitas terhadap larva udang Artemia salina Leach. Hasil uji toksisitas dengan metode ini telah terbukti memiliki korelasi dengan daya sitotoksis senyawa anti kanker. Sampel daun sirih merah diekstraksi dengan metanol, kemudian dipartisi menggunakan n-heksana lalu etil asetat. Fraksi yang bersifat paling toksik terhadap Artemia salina Leach kemudian diidentifikasi kandungan senyawa bioaktifnya menggunakan uji warna, UV-Vis, FT-IR dan GC-MS. C. PERUMUSAN MASALAH1. Bagaimana aktivitas herba daun sirih merah terhadap larva udang A. salina

Leach?

3

2. Senyawa bioaktif apakah yang terkandung dalam fraksi herba daun sirih

merah dengan toksisitas tertinggi terhadap larva udang A. salina Leach? D. TUJUAN Penulisan Karya Tulis Mahasiswa ini bertujuan untuk :1. Mengetahui aktivitas herba daun sirih merah terhadap larva udang A. salina

Leach.2. Mengidentifikasi senyawa bioaktif yang terkandung dalam fraksi herba

daun sirih merah dengan toksisitas tertinggi terhadap larva udang A. salina Leach. E. LUARAN YANG DIHARAPKAN Target luaran yang ingin dicapai dari program kegiatan PKM ini adalah hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi berupa artikel ilmiah mengenai kandungan senyawa bioaktif dalam daun sirih merah yang mempunyai aktivitas antikanker serta untuk memperkaya pengetahuan mengenai tanaman obat yang ada di Indonesia. F. KEGUNAAN 1. Mengembangkan minat Mahasiswa peserta PKMP agar kritis dalam melihat permasalahan-permasalahan yang lagi hangat di masyarakat berkaitan dengan bidang keahliannya. 2. Mengetahui manfaat daun sirih merah sebagai antikanker untuk memperkaya pengetahuan mengenai tanaman obat yang ada di Indonesia. G. TINJAUAN PUSTAKA 1. DAUN SIRIH MERAH

Tanaman sirih merah (Piper crocatum) menyukai tempat teduh, matahari 6075%, tumbuh subur dan bagus di daerah pegunungan. Tinggi tanaman ini mencapai 10 m, tergantung pertumbuhan dan tempat merambatnya. Daun tunggal berbentuk seperti jantung hati , bertangkai, yang tumbuh berselang-seling dari batangnya,

4

penampakan daun berwarna merah keperakan dan mengkilap, permukaan daun licin, bagian tepi rata dan pertulangannya menyirip. Yang membedakan dengan sirih hijau adalah selain daunnya berwarna merah keperakan, bila daunnya disobek maka akan berlendir serta aromanya lebih wangi (Duryatmo, 2006). Daun yang akan dipanen harus cukup tua, bersih dan warnanya mengkilap karena pada saat itu kadar bahan aktifnya sudah tinggi. Daun sirih merah mengandung senyawa fitokimia yakni flavonoid, alkoloid, polevenolad, tanin, dan minyak atsiri. Gambar 1. berikut adalah tanaman sirih merah beserta taksonominya (Hasim, 2009) : Kingdom Divisio Sub divisio Class Sub class Ordo Genus : Plantae : Spermatophyta : Magnoliophyta : Magnoliopsida : Magnoliidae : Piperales : Piper Gambar 1. Tanaman sirih merah KANKER

Spesies: Piper crocatum 2.

Kanker merupakan salah satu penyakit yang paling ditakuti masyarakat. Menurut organisasi kesehatan dunia setiap tahun jumlah penderita kanker di dunia bertambah 6,25 juta orang. Diperkirakan dalam 10 tahun mendatang 9 juta orang akan meninggal setiap tahun akibat kanker. Dua pertiga dari penderita kanker di dunia berada di negara-negara yang sedang berkembang. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, diperkirakan setiap tahunnya memiliki seratus penderita kanker yang baru dari setiap seratus ribu penduduk. Kanker atau neoplasma ganas terjadi karena timbul dan berkembang biaknya sel-sel secara tidak terkendali sehingga sel-sel ini tumbuh terus merusak bentuk dan fungsi organ tempat tumbuhnya (Sjamsuhidajat, 1997). Sel kanker tumbuh dengan cepat, sehingga sel kanker pada umumnya cepat menjadi besar. Sel kanker menyusup ke jaringan sehat sekitarnya, sehingga dapat digambarkan seperti kepiting dengan kaki-kakinya mencengkram alat tubuh yang terkena. Di samping

5

itu, sel kanker dapat menyebar (metastis) ke bagian alat tubuh lainnya yang jauh dari tempat asalnya melalui pembuluh darah dan pembuluh getah bening sehingga tumbuh kanker baru di tempat lain. Penyebaran sel kanker ke jaringan sehat pada alat tubuh lainnya dapat merusak alat tubuh tersebut sehingga fungsi alat tersebut menjadi terganggu (Lubis dan Hasnida, 2009). Tanda keganasan kanker adalah pertumbuhan yang menyusup, merusak dan membentuk metastis (Mutschler, 1991). Walaupun dalam bidang diagnosis dan terapi selalu dicapai kemajuan, namun kemungkinan untuk sembuh dari penyakit ini jarang melampaui 20%. Berbagai usaha untuk menanggulangi kanker telah dan masih terus dilakukan, diantaranya dengan melakukan pencarian senyawa bioaktif sebagai obat antikanker melalui isolasi senyawa hasil alam dan juga mengidentifikasi senyawa tersebut agar diperoleh senyawa baru yang mempunyai aktivitas lebih tinggi. 3. atau kimia. EKSTRAKSI Ekstraksi dan isolasi adalah proses pemisahan yang dilakukan secara fisika Secara umum, proses ekstraksi terjadi karena adanya pelepasan senyawa dari serbuk simplisia secara difusi. Prinsip dasar dari ekstraksi yaitu adanya distribusi zat terlarut di antara dua pelarut yang tak saling bercampur. Peristiwa ini melibatkan perpindahan zat terlarut dari dua pelarut tidak saling campur dan dikenal dengan ekstraksi cair-cair. Zat terlarut yang diekstraksi umumnya tidak larut atau sedikit larut dalam suatu pelarut, tapi mudah larut dalam pelarut yang lain (Sudjadi, 1988). 4. UJI ANTIKANKER Suatu sampel dapat digunakan sebagai obat antikanker jika telah melalui serangkaian uji toksisitas baik secara in vitro maupun in vivo. Sistem uji toksisitas ini merupakan uji kuantitatif dan kualitatif dengan cara menetapkan kematian sel. Dasar percobaan adalah sistem penetapan aktivitas biologi yang memberikan kurva dosis respon yang seharusnya menunjukkan hubungan lurus dengan jumlah sel. Toksisitas merupakan syarat aktivitas antikanker (Meyer, 1982). Uji toksisitas umumnya menggunakan hewan percobaan. Hubungan antara respon pada sistem biologis dan jumlah sampel uji yang diberikan ditunjukkan

6

sebagai hubungan dosis respon, bila kematian merupakan responnya maka dosis yang menimbulkan kematian pada 50% populasi pada spesies yang sama dalam waktu yang spesifik dan kondisi percobaan yang sesuai diistilahkan sebagai median lethal dose (LD50) dan bila dinyatakan sebagai konsentrasi maka diistilahkan sebagai median lethal concentration (LC50) (Cassarett and Doul, 1975). Salah satu metode untuk menguji bahan-bahan yang bersifat toksik adalah dengan uji toksisitas terhadap larva udang dari Artemia salina Leach (Brine Shrimp Lethality Test). Metode ini merupakan salah satu metode yang banyak digunakan untuk pencarian senyawa antikanker baru yang berasal dari tanaman. Metode ini sering digunakan untuk praskrining terhadap senyawa aktif yang terkandung di dalam ekstrak tanaman karena murah, cepat, mudah (tidak perlu kondisi aseptis) dan dapat dipercaya (Meyer, 1982). Uji larva udang juga digunakan untuk praskrining terhadap senyawa-senyawa yang diduga berkhasiat sebagai antitumor, dengan kata lain uji ini mempunyai korelasi yang positif dengan potensinya sebagai antikanker (Sukardiman, 2004). Hasil uji toksisitas ini dapat diketahui dari jumlah kematian larva udang A. salina Leach, karena pengaruh ekstrak atau senyawa bahan alam tumbuhan tertentu dari dosis yang telah ditentukan. Metode ini dilakukan dengan menentukan besarnya harga LC50 selama 24 jam. Data tersebut dianalisis dengan komputer, menggunakan Probit Analysis untuk menentukan harga LC50. Nilai LC50 menunjukkan konsentrasi yang menyebabkan kematian 50% pada hewan uji. Semakin kecil nilai LC50 berarti toksisitasnya semakin besar. Jika nilai LC50 yang diperoleh kurang dari 1000 ppm maka senyawa uji bersifat toksik (Meyer, 1982). H. METODE PELAKSANAAN 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Organik Jurusan MIPA Fakultas Sains dan Teknik Universitas Jenderal Sudirman selama 4 bulan. 2. Bahan dan Alat 2.1 Bahan

7

Bahan-bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah daun sirih merah, aquades, n-heksana, etil asetat, metanol, pereaksi semprot H2SO4 10%, HCl 0,1 N, FeCl3 1% (dalam etanol), NaOH 10%, dan etanol 95%, pereaksi Dragendorff, pereaksi Maeyer, eter, asetat anhidrida, H2SO4 pekat, serbuk Mg, HCl pekat, tween 80, telur Artemia salina L., ragi, air laut. 2.2 Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas, alatalat gelas, blender, rotary evaporator Buchii, timbangan digital, corong Buchner dan pompa vakum, kertas saring, perangkat alat penetasan telur Artemia salina Leach, filler, pipet ukur, vial, aluminium foil, waterbath, mikropipet, spektrofotometer UV-Vis, FT-IR, dan GC-MS. 3. Prosedur Penelitian 3.1 Ekstraksi Sampel daun sirih merah segar yang telah dibersihkan dari kotoran yang menempel, dikeringkan di tempat terbuka kemudian dihaluskan. Serbuk kering daun sirih merah yang diperoleh dimaserasi dengan metanol selama 24 jam. Perlakuan tersebut diulang sebanyak 4 kali, ekstrak metanol selanjutnya dipekatkan dengan rotavapor hingga diperoleh ekstrak pekat metanol (F-I) dan ditimbang untuk menentukan rendemennya. Sebagian ekstrak pekat metanol dipartisi dengan ekstraksi cair-cair menggunakan n-heksana dihasilkan fraksi nheksana (F-II) dan residu. Residu kemudian dipartisi lagi dengan etil asetat dan dihasilkan fraksi etil asetat (F-III) dan fraksi residu (F-IV). 3.2 Uji toksisitas metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) (Mc.Laughlin and Lingling, 1998) Tahap pertama yang dilakukan adalah mengembangbiakan larva A. salina Leach yang akan digunakan. Air laut dimasukkan dalam wadah kecil yang sudah dibagi menjadi dua bagian ruangan dengan menggunakan sekat jaring. Sedikit telur udang A. salina Leach dimasukkan dalam salah satu ruang, kemudian ruangan ini ditutup sedangkan sisi lain dibiarkan terbuka dan diberi lampu untuk menarik udang yang telah menetas melalui lubang sekat, sehingga anak udang dapat terpisahkan dari bagian telur dan udang yang tidak sehat.

8

Telur udang akan menetas menjadi udang-udang kecil yang disebut nauplii setelah dua hari, dan siap digunakan untuk melakukan pengujian. Hasil ekstraksi daun sirih merah tersebut masing-masing diambil sebanyak 50 mg dan dilarutkan dalam 5 mL air laut, ekstrak yang akan diuji ditambahkan 2 tetes pereaksi tween 80 untuk membantu melarutkan dengan sempurna dalam air laut, sehingga diperoleh larutan induk 10000 ppm. Larutan induk dari tiap ekstrak diambil dengan volume tertentu menggunakan mikropipet dan diencerkan menjadi beberapa larutan uji dengan konsentrasi akhir ekstrak 1000, 500, 250, dan 125 ppm. Masing-masing larutan uji dilakukan secara triplo (3x) dan dibuat vial kontrol yang berisi sama seperti vial uji namun tanpa sampel. Diagram pengenceran ekstrak daun Sirih merah dapat dilihat pada Gambar 2. 1000 ppm 0,5 mL 0,5 mL 0,5 mL 500 ppm 0,25 mL 0,25 mL 0,25 mL Sampel uji 50 mg / 5 mL pelarut (10000 ppm) 250 ppm 0,125 mL 0,125 mL 0,125 mL 0,125 mL 125 ppm 0,0625 mL 0,0625 mL 0,0625 mL diencerkan menjadi 5 mL

3.3 3.4

9

Gambar 2. Diagram pengenceran ekstrak daun sirih merah

Masing-masing vial diisi 10 ekor larva udang dengan air laut secukupnya, diberi 2 tetes ragi (3 mg/mL air laut) sebagai nutrisi kemudian diberi sampel uji dengan volume tertentu dan diencerkan dengan air laut hingga 5 mL. Tabung uji dan kontrol diinkubasi dalam keadaan terbuka dan mendapat cahaya selama 24 jam. Jumlah larva udang yang masih hidup untuk tiap-tiap konsentrasi dihitung dan dicatat untuk menentukan persentase kematian udang dan menghitung nilai LC50. Bila dalam larutan kontrol terdapat larva udang yang mati, maka jumlah larva udang yang mati dalam larutan kontrol dikurangi jumlah larva udang yang mati dalam larutan uji. Persentase kematian larva udang dihitung dengan rumus sebagai berikut :

3.3 Uji Fitokimia (Ardian, 2002) a. Uji Alkaloid Sampel ekstrak dilarutkan dalam 2 mL asam klorida 2% (b/v), dipanaskan 5 menit dan disaring. Filtrat yang diperoleh ditambah 2-3 tetes pereaksi Maeyer dan Dragendorff. Adanya senyawa alkaloid ditunjukkan dengan terbentuknya endapan putih dengan pereaksi Maeyer dan endapan jingga dengan pereaksi Dragendorff. b. Uji Triterpenoid dan Steroid (Uji Lieberman Burchard) Sampel ekstrak dilarutkan dalam 5 mL eter dan diuapkan, residu yang diperoleh ditambah 2 tetes asetat anhidrida, lalu perlahan-lahan

10

ditambah asam sulfat pekat. Uji positif ditandai dengan terbentuknya warna ungu untuk triterpenoid dan hijau atau biru untuk steroid. c. Uji Flavonoid (Uji Shinoda) Sampel ekstrak dilarutkan dalam 2 mL metanol, ditambah dengan serbuk Mg dan 4-5 tetes asam klorida pekat. Terbentuknya warna merah atau jingga menunjukkan adanya senyawa aglikon flavonoid.

d. Uji Saponin Sampel ekstrak dilarutkan dalam akuades pada tabung reaksi, dikocok selama 15 menit. Jika terbentuk busa mantap setinggi 1 cm dan tetap stabil selama 15 menit menunjukkan adanya senyawa saponin. e. Uji Tanin Sampel ekstrak dilarutkan dalam 10 mL akuades, dipanaskan 5 menit dan disaring. Filtrat yang diperoleh ditambah dengan FeCl3 1% (b/v), jika terbentuk warna biru tua atau hijau kehitaman menunjukkan adanya senyawa tanin. 3.4 Identifikasi Senyawa Bioaktif Fraksi aktif yang diperoleh diidentifikasi kandungan senyawa bioaktifnya dengan metode spektrofotometri UV-vis untuk mengetahui serapan panjang gelombang maksimum dari gugus kromofor isolat pada panjang gelombang 200-400 nm (Firmansyah, 2007), spektrometri Infra Merah (IR) untuk mengetahui gugus fungsi yang terkandung, dan GC-MS untuk mengetahui komponen-komponen kimia berdasarkan fragmentasi dan berat molekulnya. I. JADWAL KEGIATAN No Kegiatan 1 2 Bulan ke3 4 5

11

1 2 3 4

Persiapan a. Pencarian bahan b. Persiapan alat Analisis Pendahuluan Penelitian Laboratorium Analisis Data dan Pembuatan Laporan

J.

RANCANGAN BIAYA No 1. Spesifikasi Bahan Habis Pakai a. Daun Sirih merah b. n-heksana c. Etil Asetat d. Metanol e. Asam Sulfat Pekat f.Akuades g.tween 80 h.telur A.salina Leach i.ragi j. Serbuk Mg k.FeCl3 l. Pereaksi Dragendorf m. Pereaksi Maeyer n. Eter o. Asetat anhidrida p. Asam Klorida pekat Peralatan Penunjang PKM a. Sewa lab. dan alat-alat lab. b. Kertas saring whatman c. Label d. Tissue e. Alat penetasan telur f. Aluminium Foil g. lup h. Ayakan Jumlah Satuan 5 Liter 5 Liter 5 Liter 5 ml 10 Liter 25 ml 1 set 1 bungkus 5 Gram 5 Gram 5 ml 5 ml 10 ml 5 ml 10 ml 2 lab 4 lembar 3 bungkus 10 roll 1 set 1 roll 1 buah 2 buah Harga Satuan (Rp. .,00) 150.000 625.000 600.000 580.000 7.500 2.000 10.000 500.000 4.000 5.000 2.500 12.500 10.000 2.000 2.500 2.800 Jumlah 100.000 25.000 2.000 2.000 500.000 15.000 50.000 10.000 Harga Satuan (Rp. .,00) 150.000 625.000 600.000 580.000 37.500 20.000 250.000 500.000 4.000 25.000 12.500 62.500 50.000 20.000 12.500 28.000 2.977.000 200.000 100.000 6.000 20.000 500.000 15.000 50.000 20.000

2.

12

i. Wrapping j. Buku k. Sabun Cuci l. penggilingan sampel m. Analisis GC-MS n. Analisis UV-vis o. Analisis FT-IR 3. 4. Perjalanan Perjalanan Lain-Lain a. Draft Laporan kemajuan b. Draft Proposal c. Draft laporan akhir d. Dokumentasi e. Koreksi dan Poster f. Literatur

2 roll 2 buah 1 bungkus 1 sampel 1 sampel 1 sampel 3 orang 3 buah 5 buah 5 buah 1 roll

17.500 12.500 10.000 20.000 300.000 50.000 100.000 Jumlah 400.000 Jumlah 25.000 30.000 35.000 100.000

35.000 25.000 10.000 20.000 300.000 50.000 100.000 1.451.000 1.200.000 1.200.000 75.000 150.000 175.000 100.000 450.000 422.000 1.372.000 7.000.000

Jumlah Jumlah Total Biaya

13

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penyediaan Sampel Daun sirih merah (Priper crocatum) dipetik dari tanaman sirih merah di daerah Tanjung,Purwokerto Selatan dipilih yang berwarna hijau dan tanpa jamur, dicuci dengan air dan dipotong kecil-kecil, kemudian dikeringkan. Pengeringan dilakukan untuk mengurangi kandungan air di dalamnya. Sampel daun jati yang telah kering kemudian dibuat serbuk agar ukuran partikelnya menjadi lebih kecil sehingga dapat memperluas kontak dan meningkatkan daya interaksinya dengan pelarut. Proses penghalusan sampel menjadi serbuk menyebabkan kerusakan pada dinding sel sehingga memudahkan senyawa-senyawa yang terkandung dalam sampel larut dalam pelarut selama proses ekstraksi. Hal ini mengakibatkan jumlah ekstrak yang diperoleh lebih optimum. B. Ekstraksi Dan Fraksinasi Ekstraksi daun sirih merah dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut metanol,kemudian ekstrak hasil maserasi dipekatkan dan dipartisi dengan pelarut n-heksan dan etil asetat. Maserasi memiliki keuntungan mudah dilakukan dan dapat dilakukan dengan alat yang sederhana namun metode ini memiliki kerugian yaitu memerlukan waktu perendaman yang lama. Fraksinasi atau pemisahan

14

komponen-komponen kimia dalam daun sirih merah dilakukan berdasarkan kelarutannya dalam pelarut maserasi, sesuai dengan prinsip like dissolves like, senyawa polar akan larut dalam pelarut polar dan sebaliknya, selain itu juga dilihat dari nilai dielektrikum masing-masing pelarut. Sebanyak 200 gram serbuk kering daun sirih merah direndam menggunakan pelarut metanol sebanyak 1000 mL (perbandingan 1:5) selama 2x24 jam. Campuran kemudian disaring menggunakan corong buchner dengan pompa vakum. Filtrat yang diperoleh dipekatkan dengan rotary evaporator sehingga diperoleh fraksi metanol (F1). Ektrak pekat tersebut dipartisi dengan n-heksan dan etil asetat sehingga diperoleh fraksi n-heksan (F2), fraksi etil asetat (F3) dan fraksi residu (F4). Hasil ekstraksi daun sirih merah dapat dilihat pada Tabel 1. Saat perendaman, sampel tumbuhan mengakibatkan pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan di dalam dan di luar sel, sehingga menyebabkan pelarut menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung senyawa aktif. Senyawa aktif akan larut dalam pelarut di luar sel dan larutan terpekat akan berdifusi keluar sel. Proses ini akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan senyawa aktif di dalam dan di luar sel. Tabel 1. Hasil ekstraksi daun sirih merah (200 g) pada berbagai pelarut Ekstrak Metanol n-heksan Etil asetat Residu Warna Hijau kehitaman Hijau Bening Coklat Bening Coklat Bening Berat (g) 23,7 0,36 4,26 31,21 Rendemen (% b/b) 17,46% 1,03% 12,19% 89,37%

C. Penapisan Fitokima Uji fitokimia merupakan uji metabolit sekunder yang dilakukan untuk mengetahui golongan suatu senyawa dengan menggunakan pereaksi warna tertentu. Hasil uji fitokimia masing-masing ekstrak dapat dilihat pada Tabel 2.

15

Tabel 2. Uji Metabolit Sekunder dengan Pereaksi Warna Fraksi Ekstrak Etil asetat Flavo noid + Terpe noid + Polife nol + Saponin + Alkaloid Dragendorf Meyer + +

Menurut Harborne (1987), warna jingga yang terbentuk disebabkan karena terjadinya reduksi senyawa flavonoid oleh Mg dan HCl pekat. Adanya senyawa tanin dapat dideteksi dengan menambahkan larutan FeCl3 1% (b/v). Menurut Harbone (1987) hasil positif adanya senyawa tannin ditunjukkan dengan terbentuknya kompleks hijau kehitaman dan biru tua. Uji fitokimia senyawa saponin dapat dilakukan dengan penambahan air dan pengocokan. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya busa setinggi 1 cm dan tetap stabil selama lebih dari 15 menit. Terbentuknya busa disebabkan adanya glikosida yang mempunyai kemampuan membentuk buih dalam air yang terhidrolisis menjadi glukosa (Rusdi, 1988 dalam Merliana dkk., 2005). Uji metabolit sekunder senyawa alkaloid dilakukan dengan menambahkan pereaksi Dragendorf dan Meyer. Menurut Channel (1998), uji menunjukkan hasil positif apabila terbentuk endapan jingga dengan pereaksi Dragendorf dan endapan putih dengan pereaksi Meyer. Uji senyawa terpenoid dilakukan menggunakan pereaksi Lieberman-Burchard. Menurut Channel (1998), hasil yang positif ditandai dengan terbentuknya warna ungu dan berwarna hijau bila positif steroid. D. UJI TOKSISITAS Uji toksisitas metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) (Mc.Laughlin and Lingling, 1998) Tahap pertama yang dilakukan adalah mengembangbiakan larva A. salina Leach yang akan digunakan. Air laut dimasukkan dalam wadah kecil yang sudah dibagi menjadi dua bagian ruangan dengan menggunakan sekat jaring. Sedikit telur udang A. salina Leach dimasukkan dalam salah satu ruang, kemudian ruangan ini ditutup sedangkan sisi lain dibiarkan terbuka dan diberi

16

lampu untuk menarik udang yang telah menetas melalui lubang sekat, sehingga anak udang dapat terpisahkan dari bagian telur dan udang yang tidak sehat. Telur udang akan menetas menjadi udang-udang kecil yang disebut nauplii setelah dua hari, dan siap digunakan untuk melakukan pengujian. Hasil ekstraksi daun sirih merah tersebut masing-masing diambil sebanyak 50 mg dan dilarutkan dalam 5 mL air laut, ekstrak yang akan diuji ditambahkan 2 tetes pereaksi tween 80 untuk membantu melarutkan dengan sempurna dalam air laut, sehingga diperoleh larutan induk 10000 ppm. Larutan induk dari tiap ekstrak diambil dengan volume tertentu menggunakan mikropipet dan diencerkan menjadi beberapa larutan uji dengan konsentrasi akhir ekstrak 1000, 500, 250, dan 125 ppm. Masing-masing larutan uji dilakukan secara triplo (3x) dan dibuat vial kontrol yang berisi sama seperti vial uji namun tanpa sampel. Masing-masing vial diisi 10 ekor larva udang dengan air laut secukupnya, diberi 2 tetes ragi (3 mg/mL air laut) sebagai nutrisi kemudian diberi sampel uji dengan volume tertentu dan diencerkan dengan air laut hingga 5 mL. Tabung uji dan kontrol diinkubasi dalam keadaan terbuka dan mendapat cahaya selama 24 jam. Jumlah larva udang yang masih hidup untuk tiap-tiap konsentrasi dihitung dan dicatat untuk menentukan persentase kematian udang dan menghitung nilai LC50. Bila dalam larutan kontrol terdapat larva udang yang mati, maka jumlah larva udang yang mati dalam larutan kontrol dikurangi jumlah larva udang yang mati dalam larutan uji. Persentase kematian larva udang dihitung dengan rumus

Data hasil uji BSLT tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak yang diuji, maka persentase kematian larva udang A. salina Leach semakin tinggi, sedangkan dalam kontrol tidak ditemukan larva yang mati. Hal ini disebabkan dalam vial kontrol tidak terdapat ekstrak sampel yang bersifat toksik. Menurut Carballo (2002), kematian larva udang A. salina Leach

17

disebabkan oleh komponen-komponen bioaktif dari ekstrak sampel, bukan disebabkan kelaparan sehingga dilakukan pembandingan antara perlakuan dan kontrol. Menurut Meyer et al. (1982), rata-rata kematian atau mortilitas meningkat seiring meningkatnya konsentrasi tiap sampel dan hampir semua komponen bioktif bersifat toksik pada dosis tinggi. Berdasarkan data primer yang diperoleh, digunakan untuk menentukan nilai LC50 dengan menghitung log konsentrasi ekstrak yang dibandingkan dengan nilai probit dari tabel probit (Lampiran 2). Grafik yang diperoleh antara log konsentrasi dan probit serta penentuan nilai LC50 untuk masing-masing ekstrak daun sirih merah dapat dilihat pada Lampiran 5, 6, dan 7. Berikut ini tabel persamaan regresi beserta nilai r dan nilai LC50 ekstrak daun Piper crocatum Tabel 2. Persamaan regresi beserta nilai r dan nilai LC50 ekstrak daun sirih merah Ekstrak n-Heksana Etil Asetat Metanol Residu Persamaan garis y = 1,195x + 3,215 y = 2,292x + 1,760 y = 1,610x + 1,991 y = 1,446x + 2,506 Nilai r 0,993 0,99 0,966 0,973 LC50 (ppm) 31,11 25,88 73,79 52,96

Berdasarkan nilai LC50 yang diperoleh, ekstrak n-heksana, etil asetat, residu dan metanol daun piper crocatum bersifat toksik terhadap larva udang A. salina Leach, dan yang paling toksik adalah ekstrak etil asetat. Ekstrak sampel bersifat toksik apabila memiliki nilai LC50 kurang dari 1000 ppm, dan semakin kecil nilai LC50 maka sampel semakin bersifat toksik (Meyer et al., 1982). Ekstrak etil asetat daun piper crocatum dengan toksisitas tertinggi selanjutnya diuji senyawa metabolit sekunder dengan pereaksi warna E. Identifikasi Senyawa Bioaktif Dalam Ekstrak Metanol Daun Jati Dengan FT-IR Identifikasi senyawa menggunakan spektrofotometer FTIR (Fourier Transform Infrared) dilakukan untuk mengidentifikasi gugus fungsi yang terdapat dalam ekstrak metanol daun jati. Gugus fungsi yang ada ditentukan berdasarkan ikatan dari tiap atom yang menyerap radiasi IR pada frekuensi tertentu (Lenny, 2006). Spektrum FTIR ekstrak metanol daun jati disajikan pada Gambar berikut

18

Gambar menunjukkan Spektrum FTIR ekstrak etil asetat daun sirih merah Berdasarkan hasil analisis spektrum FTIR di atas menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat daun sirih merah mempunyai gugus hidroksil, karbonil, aromatik alkena, ester, dan metilen. Puncak-puncak serapan FTIR ditampilkan pada tabel berikut : Tabel puncak-puncak serapan FTIR ekstrak metanol daun jati Gugus Karakteristik Gugus hidroksil Gugus metilen (CH2-) Gugus karbonil Aromatik alkena Gugus ester Gugus alkyl Jenis Vibrasi Vibrasi ulur -OH Vibrasi ulur C-H alifatik Vibrasi ulur C=O Vibrasi ulur C=C C-O ester Vibrasi tekuk CH3 Bilangan Gelombang (cm-1) Ekstrak Etil Referensi Asetat 3425,58 3500-3200a 2931,80 2940-2920b 2839,22 2860-2850b 1697,36 1820-1660a 1589,34 1475, 1600b 1126,43 1000-1300a 1381,03 1400-1360b

Keterangan: a Sastrohamidjojo, 1992 ; b Lambert, et. al., 1998

19

Hasil identifikasi menggunakan spektrofotometer FT-IR tersebut diduga bahwa ektrak etil asetat mengandung senyawa dari golongan flavonoid. Hal tersebut terlihat dengan terdapatnya gugus-gugus seperti aromatik alkena, hidroksi, dan gugus karbonil yang merupakan gugus khas yang dimiliki oleh kerangka dasar senyawa flavonoid. F. IDENTIFIKASI SENYAWA BIOAKTIF DALAM EKSTRAK ETIL ASETAT DENGAN SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS Penentuan spektra secara spektroskopi UV-vis dimaksudkan untuk menentukan panjang gelombang maksimum dari ekstrak metanol daun jati. Spektrum UV-vis ekstrak metanol daun jati disajikan pada gambar berikut :

Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup Ketua dan Anggota Pelaksana 1. KETUA PELAKSANA KEGIATAN Nama lengkap NIM Prodi./Fak./Universitas Agama KARYA ILMIAH -. Hasil analisis spektrum UV-vis menunjukkan bahwa serapan maksimum ekstrak etil asetat daun sirih merah mempunyai kemiripan dengan serapan maksimum spektrum UV-vis flavonoid jenis flavon. Adanya lebih dari satu panjang gelombang maksimum pada sampel menunjukkan bahwa sampel tersebut : Satria Panca Lelana : H1A007032 : Kimia / Fak.Sains dan Teknik / Universitas Jenderal Soedirman : Islam

Tempat/Tanggal Lahir : Purwokerto, 18 Mei 1989

20

mengandung senyawa yang mempunyai rantai panjang terkonjugasi (Noerdin, 1986). Puncak-puncak serapan UV-vis ekstrak etil asetat ditampilkan pada tabel :

Puncak-Puncak Serapan UV-Vis Ekstrak etil asetat daun sirih merah Pita Pita I Pita II Pita III absorbansi 0,387 0,315 0,746 Ekstrak Etil Asetat 500 531 666

Intensitas serapan flavon dan struktur dari flavon disajikan pada gambar berikut :

Gambar menunjukkan Struktur Flavon dan Intensitas Serapan Flavon Flavonoid mempunyai struktur dengan sistem aromatik dan terkonjugasi sehingga memperlihatkan absorbansi kuat pada daerah ultra violet (UV) dan sinar tampak (visibel). Berdasarkan pada kerangka molekul komponen flavonoid, maka data spektroskopi UV-vis untuk sebagian besar flavonoid mempunyai dua buah daerah absorbansi maksimum karena ada dua derah panjang gelombang maksimum (max). Pertama, terletak pada daerah panjang gelombang antara 230 dan 295 nm yang dinamakan pita II merupakan absorbansi dari sistem cincin A pada bagian benzoil dan pita I pada daerah panjang gelombang antara 300 dan 560 merupakan absorbansi dari sistem cincin B dalam bagian sinamoil. Senyawa flavon mempunyai struktur sinamoil yang mengandung sistem konjugasi lebih banyak daripada struktur benzoil maka intensitas pita I akan lebih besar daripada intensitas pita II

21

(Markham, 1988). Struktur sistem cincin A (benzoil), flavon, sistem cincin B (sinamoil) disajikan pada gambar berikut :

PERTEMUAN ILMIAH

22

1. Seminar Hasil Penelitian Dosen Semi Sintetis Senyawa 2,4dinitrofenilhidrazon Kalanon dari Senyawa Kalanon dan Uji Aktivitas Terhadap Sel Leukimia L1210 . 2. Seminar hasil Penelitian Dosen Karakteristik Adsorpsi Tembaga (II) Pada Humin Dalam Medium Air Tawar . 3. Seminar Nasional Kimia 2009 Potensi Kimia sebagai Alternatif Solusi dalam Mengatasi Krisis Energi Nasional. KEORGANISASIAN -

Purwokerto, 2 September 2010 Ketua

Satria Panca Lelana H1A007032 2. ANGGOTA PELAKSANA KEGIATAN Nama lengkap NIM Prodi./Fak./Universitas Agama KARYA ILMIAH Pemanfaatan Serbuk Gergaji Pohon Petai sebagai Antioksidan Alami Program Kreativitas Mahasiswa DIKTI 2009 PERTEMUAN ILMIAH : Nur Asiyah Jamil : H1A008005 : Kimia / Fak.Sains dan Teknik / Universitas Jenderal Soedirman : Islam

Tempat/Tanggal Lahir : Tegal, 4 Juli 1990

23

1. Seminar Hasil Penelitian Dosen Semi Sintetis Senyawa 2,4dinitrofenilhidrazon Kalanon dari Senyawa Kalanon dan Uji Aktivitas Terhadap Sel Leukimia L1210 . 2. Seminar Nasional Kimia 2009 Potensi Kimia sebagai Alternatif Solusi dalam Mengatasi Krisis Energi Nasional. KEORGANISASIAN 1. 2. Staf Bidang Kesekretariatan Himpunan Mahasiswa Kimia Sekertaris Umum Himpunan Mahasiswa Kimia Universitas Universitas Jenderal Soedirman 2009 Jenderal Soedirman 2010

Purwokerto, 2 September 2010

Anggota I

Nur Asiyah Jamil H1A008005 3. ANGGOTA PELAKSANA KEGIATAN Nama lengkap NIM Prodi./Fak./Universitas Agama KARYA ILMIAH 1. Potensi Ubi Ganyong (Canna edulis Ker) Sebagai Sumber Bioetanol. PKMP DIKTI 2008, lolos PIMNAS XXII 2009. : Ade Januardi : H1A006013 : Kimia / Fak.Sains dan Teknik / Universitas Jenderal Soedirman : Islam

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 11 Januari 1988

24

2. Fraksinasi dan Uji Aktivitas Senyawa Bioaktif yang berpotensi sebagai Antidiabetes dari Daun Jati (Tectona grandis). PKMP DIKTI 2009. PERTEMUAN ILMIAH 1. Seminar Nasional Kimia 2009 Potensi Kimia sebagai Alternatif Solusi dalam Mengatasi Krisis Energi Nasional. 2. Seminar Nasional Kimia 2008 Himpunan Mahasiswa Kimia Universitas Negeri Yogyakarta Peran Ilmu Kimia Dalam Diversifikasi Pangan Untuk Meningkatkan Mutu Pangan Nasional. Yogyakarta 2008. KEORGANISASIAN 1. Pengurus HIMAKIM (Himpunan Mahasiswa Kimia) MIPA UNSOED Periode 2007 sebagai koordinator divisi usaha dana.

Purwokerto, 2 September 2010 Anggota II

Ade Januardi H1A006013 Lampiran 2. NAMA DAN BIODATA DOSEN PENDAMPING Nama lengkap dan gelar Golongan / pangkat dan NIP Jabatan Fungsional Jabatan Struktural Fakultas / Program Studi Perguruan Tinggi Bidang Keahlian Waktu untuk Kegiatan PKM PENGALAMAN PENELITIAN : Moch. Chasani, S.Si., M.Si. : III d / Penata / 19700730 199802 1 001 : Lektor :: Sains dan Teknik / Kimia : Universitas Jenderal Soedirman : Kimia Organik : 8 jam/minggu

25

1. Isolasi dan identifikasi senyawa antidiabetes dari ekstrak etil asetat daun kaca piring secara in vivo menggunakan metode toleransi glukosa. Riset Strategi Nasional 2010. 2. Isolasi dan Skrining Senyawa yang Berpotensi Antikanker dalam Kulit Batang Kamboja dengan Metode Uji BSLT. DIPA II UNSOED 2009. 3. Sintesis Senyawa Turunan Kalanon melalui modifikasi guus ikatan rangkap C7-8 dengan menggunakan Pendekatan QSAR dan Uji Aktivitasnya Terhadap Sel Leukemia L1210. Hibah Bersaing 2008. 4. Sintesis Senyawa Turunan Kalanon melalui modifikasi gugus karbonil C11 dengan menggunakan Pendekatan QSAR dan Uji Aktivitasnya Terhadap Sel Leukemia L1210. Program Insentif Ristek 2008. 5. Sintesis Senyawa Turunan Kalanon melalui modifikasi gugus karbonil C11 dengan menggunakan Pendekatan QSAR dan Uji Aktivitasnya Terhadap Sel Leukemia L1210. Program Insentif Ristek 2007. 6. Studi Perbandingan Penggunaan Metanol dan Etanol pada Reaksi Tranesterifikasi Minyak Buah Ketapang sebagai Bahan Bakar Biodesel. DIPA MIPA 2006.

PENULISAN ARTIKEL ILMIAH 1. Sintesis Senyawa Etilendiamin Kalanon dan Uji aktivitas antileukemia terhadap Sel Leukemia L1210. Molekul Unsoed Vol. 03 No. 01 2009. 2. Studi Perbandingan Penggunaan Metanol dan Etanol pada Reaksi Tranesterifikasi Minyak Buah Ketapang sebagai Bahan Bakar Biodesel. Majalah Inovasi Unsoed Vol. 02 No. 03 2008. 3. Semisynthesized of Novel Calanone Epoxide from Calanone as Lead Compound. Proseding pada Seminar Timmerman Medicinal Chemistry. LIPI. Jakarta Vol. 01 No. 09 2007 PEROLEHAN HKI

26

Senyawa Turunan Kalanon Sebagai Bahan Obat Kanker Leukemia. Paten produk. 2009. Dalam proses pengusulan.

Purwokerto, 2 September 2010 Dosen Pendamping

Moch. Chasani, S.Si., M.Si. NIP. 19700730 199802 1 001