SINTESIS DAN KARAKTERISASI Li4Ti5O12 DENGAN METODE...
Transcript of SINTESIS DAN KARAKTERISASI Li4Ti5O12 DENGAN METODE...
SINTESIS DAN KARAKTERISASI Li4Ti5O12 DENGAN METODE SOL
GEL SEBAGAI MATERIAL ANODA BATERAI ION LITHIUM
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains
(S.Si)
ILMA NURONIAH
NIM. 11140970000001
PROGRAM STUDI FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1439 H / 2018 M
ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
SINTESIS DAN KARAKTERISASI Li4Ti5O12 DENGAN METODE SOL
GEL SEBAGAI MATERIAL ANODA BATERAI ION LITHIUM
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si)
iii
PENGESAHAN UJIAN
Skripsi yang berjudul “SINTESIS DAN KARAKTERISASI Li4Ti5O12
DENGAN METODE SOL GEL SEBAGAI MATERIAL ANODA BATERAI
ION LITHIUM” yang ditulis oleh Ilma Nuroniah dengan NIM 11140970000001
telah diuji dan dinyatakan lulus dalam sidang Munaqasyah Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 30
Mei 2018. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
sarjana Strata Satu (S1) Program Studi Fisika.
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan karya saya yang dibuat untuk memenuhi salah
satu persyaratan saya memperoleh gelar Sarjana Sains (S.Si) di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 21 Mei 2018
Ilma Nuroniah
v
ABSTRAK
Telah dilakukan sintesis material anoda Li4Ti5O12 dengan menggunakan
metode sol gel. Sintesis dilakukan dengan variasi suhu sintering pada suhu 500oC,
600 oC, 700 oC dan 800 oC. Karakterisasi yang dilakukan meliputi pengujian analisa
termal untuk menentukan suhu optimum untuk sintering, XRD (X-ray Diffraction)
untuk mengetahui pembentukan fasa Li4Ti5O12, Scanning electron microscope
(SEM) untuk menganalisa morfologi yang terbentuk, untuk mengetahui performa
elektrokimia dilakukan pengujian Cyclic voltammetry, charge-discharge dan
Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS). Dari hasil karakterisasi analisa
termal dan XRD, suhu optimum untuk sintesis yaitu pada suhu 800oC dengan
kandungan impuritas yang kecil. Hasil karakterisasi SEM menunjukkan morfologi
sampel tidak homogen, partikel beraggolmerasi dengan ukuran partikel rata-rata
sebesar 3,504 μm. Performa elektrokimia yang dihasilkan mengalami peningkatan
seiring dengan naiknya suhu sinter, meliputi grafik voltammogram, nilai koefisien
difusi, konduktivitas listrik dan kapasitas charge-discharge. Dari semua sampel,
LTO yang disinter pada suhu 800oC menunjukkan performa elektrokimia yang baik
dengan grafik voltammogram yang tajam dan bagus, nilai koefisien difusi ion
lithium sebesar 1,58 × 10−9 cm2s-1, konduktivitas listrik sebesar 0.6282 S/cm dan
kapasitas discharge yang diberikan sebesar 78,07 mAh/g.
Kata kunci: Anoda Li4Ti5O12, Metode Sol gel, Baterai Ion Lithium.
vi
ABSTRACT
The synthesis of anode material Li4Ti5O12 using sol gel method has been
done. The synthesis was done with sintering temperature variation at temperature
500oC, 600 oC, 700 oC and 800 oC. Characterization includes thermal analysis to
determine the optimum temperature for sintering, XRD (X-ray Diffraction) to
determine the formation of Li4Ti5O12 phase, Scanning electron microscope (SEM)
to analyze the morphology that is formed, to know the electrochemical performance
of Cyclic voltammetry, charge-discharge and Electrochemical Impedance
Spectroscopy (EIS). From the characterization of thermal analysis and XRD, the
optimum temperature for synthesis is at a temperature of 800oC with a small
impurities content. The SEM characterization results show a non homogeneous
sample morphology, the agglomerated particles with an average particle size of
3.504 μm. The resulting electrochemical performance increases with increasing
sinter temperature, including the voltammogram graph, the diffusion coefficient
value, the electrical conductivity and the charge-discharge capacity. Of all samples,
the sintered LTO at a temperature of 800°C showed good electrochemical
performance with a sharp and good voltammogram graph, lithium ion diffusion
coefficient value of 1.58 × 10-9 cm2/S, electrical conductivity 0.6282 S/cm, and a
given discharge capacity of 78.07 mAh / g.
Keywords: Anode Li4Ti5O12, Sol Gel Method, Lithium Ion Battery.
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan pengatur
semesta alam, yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, pemilik hari kemudian,
atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan tugas akhir ini tepat pada waktunya. Laporan tugas akhir
ini berjudul “SINTESIS DAN KARAKTERISASI Li4Ti5O12 DENGAN
METODE SOL GEL SEBAGAI MATERIAL ANODA BATERAI ION
LITHIUM”.
Laporan tugas akhir ini tidaklah dapat terwujud tanpa adanya bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati pada
kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada yang
terhormat :
1. Kedua orang tua beserta keluarga besar yang saya cintai, terima kasih karena
tidak pernah lelah mendoakan, memberikan dukungan, memberikan inspirasi
dan menjadi penyemangat bagi penulis.
2. Bapak Slamet Priyono, MT selaku dosen pembimbing lapangan yang selalu
memberikan arahan, mengajarkan penulis dan bantuan selama penelitian.
3. Bapak Edi Sanjaya, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
arahan, serta bantuan selama penulisan laporan tugas akhir.
4. Bapak Dr. Agus Salim, M.Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
viii
5. Bapak Arif Tjahjono, M.Si selaku Ketua Program Studi Fisika Fakultas Sains
dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah memberikan banyak masukan dan saran kepada penulis.
6. Para peneliti, teman-teman dan kakak-kakak tenaga lapangan di
Laboratorium Kelompok Penelitian Baterai Lithium LIPI yang telah banyak
membantu selama proses penelitian.
7. Sahabat seperjuangan: Restya, Reren, Sari, yang selalu memberikan support,
doa, menjadi teman diskusi, dan berbagi dikala senang dan sedih.
8. Kosan squad: Kak Lia, Siti dan Rifa yang telah menjadi pendengar dan teman
diskusi bagi penulis, memberikan support serta doa.
9. Teman-teman Fisika UIN 2014, khususnya Lusti, Ari, Indah, Purnama, Pras,
Millah, Qalisha, Baim, Ojan yang senantiasa memberikan semangat dan
bantuannya kepada penulis.
Penulis telah berusaha agar laporan tugas akhir ini dapat menjadi karya
yang sempurna. Namun demikian, untuk kesempurnaanya penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa yang akan datang.
Diskusi dan kritik serta saran yang membangun dari pembaca dapat disampaikan
melalui alamat surat elektronik penulis, [email protected]. Penulis
berharap semoga Allah SWT memberkahi laporan tugas akhir ini dan laporan tugas
akhir ini bermanfaat bagi pembaca.
Jakarta, 20 Maret 2018
Penulis
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii
PENGESAHAN UJIAN ....................................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iv
ABSTRAK ............................................................................................................. v
ABSTRACT .......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR TABEL............................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah .............................................................................. 4
1.3. Batasan Masalah.................................................................................... 5
1.4. Tujuan Penelitian .................................................................................. 5
1.5. Manfaat Penelitian ................................................................................ 6
1.6. Sistematika Penulisan............................................................................ 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Baterai Ion Lithium ............................................................................... 8
2.2. Anoda Li4Ti5O12 .................................................................................. 10
2.2.1. Tinjauan pustaka terkait penelitian ......................................... 13
x
2.2.2. Bahan Pembentuk Keramik Li4Ti5O12 .................................... 20
2.3. Metode sol gel ..................................................................................... 21
2.3.1. Proses Sol Gel ......................................................................... 23
2.3.2. Kimia Sol Gel ......................................................................... 24
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 27
3.2. Alat dan Bahan Baku .......................................................................... 27
3.2.1. Bahan Baku ............................................................................. 27
3.2.2. Alat .......................................................................................... 28
3.3. Diagram Alir Metode Penelitian ......................................................... 29
3.4. Proses Pembuatan Bahan Uji dan Pengujian ...................................... 32
3.4.1. Proses Pembuatan Slurry......................................................... 32
3.4.2. Proses Pembuatan Lembaran (Coating) .................................. 33
3.4.3. Proses Cutting dan Assemby Coin Cell ................................... 33
3.4.4. Karakterisasi termal menggunakan STA ................................ 34
3.4.5. Analisis Struktur Kristal menggunakan X-Ray Diffraction
(XRD)................................................................................... 35
3.4.6. Scanning morfologi dengan SEM ........................................... 37
3.4.7. Pengujian performa elektrokimia dengan Uji Cyclic Voltametry
(CV) ..................................................................................... 38
3.4.8. Pengujian konduktivitas elektronik dengan Uji EIS ............... 38
3.4.9. Pengujian Kapasitas Baterai dengan Uji Charge-Discharge .. 39
xi
BAB IV PEMBAHASAN
4.1. Hasil dan pembahasan pengujian STA (Simultaneous Thermal
Analysis) ........................................................................................... 40
4.2. Hasil dan pembahasan karakterisasi XRD .......................................... 43
4.3. Hasil dan pembahasan karakterisasi SEM .......................................... 48
4.4. Hasil dan pembahasan pengujian Cyclic Voltammetry ....................... 52
4.5. Hasil dan pembahasan pengujian EIS ................................................. 55
4.6. Hasil dan pembahasan pengujian Charge-Discharge ......................... 58
BAB V KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan ......................................................................................... 62
5.2. Saran .................................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 64
LAMPIRAN ......................................................................................................... 69
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Mekanisme ion Lithium selama proses charge dan discharge ....... 9
Gambar 2.2 Struktur kristal Li4Ti5O12 menunjukkan 3 kisi ion lithium: 8a
tetrahedral (kuning), 16c oktahedral (hijau) dan 16d oktahedral
(biru). Atom titanium dan oksigen ditunjukkan oleh bola kecil
berwarna abu-abu dan bola besar berwana merah . ...................... 13
Gambar 2. 3 Kurva XRD Li4Ti5O12 dengan variasi suhu sintering selama 20 jam,
R= 1: (a) 500oC, (b) 600oC, (c) 700oC dan (d) 800oC. (*) TiO2
Anatase .......................................................................................... 17
Gambar 2. 4 Kurva XRD Li4Ti5O12 pada suhu 800oC dengan variasi waktu (a) 12
jam, (b) 16 jam, (c) 20 jam dan (d) 24 jam. (*) TiO2 Anatase ...... 17
Gambar 2.5 Skema proses sol gel .................................................................... 24
Gambar 3. 1 Diagram Alir Sintesis Material Aktif Li4Ti5O12 ............................ 30
Gambar 3.2 Diagram Alir Pembuatan Baterai .................................................. 31
Gambar 3. 3 Ukuran diameter (a) Anoda LTO, (b) Separator dan (c) Assembling
coin cell ......................................................................................... 34
Gambar 3. 4 Pola difraksi sinar – X oleh bidang kristal [34] ............................ 36
Gambar 3. 5 Interaksi berkas electron dengan sampel. ...................................... 37
Gambar 4. 1 Grafik DTA/TG Li4Ti5O12 ............................................................. 41
Gambar 4. 2 Kurva DTA (hitam) dan Kurva Derivative DTA (Biru) dari prekusor
Li4Ti5O12. ...................................................................................... 42
xiii
Gambar 4. 3 Kurva XRD material Li4Ti5O12 dengan variasi suhu sintering pada
suhu (a) 500oC, (b) 600 oC, (c) 700 oC dan (d) 800 oC dengan waktu
tahan selama 2 jam. ....................................................................... 44
Gambar 4. 4 Struktur kristal dari (a) Li4Ti5O12 (b) TiO2 Anatase dan (c) TiO2
Rutille. Bola berwarna merah merupakan atom oksigen, bola
berwarna biru atom Titanium dan bola berwarna hijau atom Lithium.
....................................................................................................... 47
Gambar 4. 5 Morfologi sampel Li4Ti5O12 hasil karakterisasi menggunakan SEM
dengan pebesaran 10k SE variasi suhu sintering (a) 500oC, (b) 600
oC, (c) 700 oC, (d) 800 oC. ............................................................. 49
Gambar 4. 6 Morfologi sampel Li4Ti5O12 hasil karakterisasi menggunakan SEM
dengan pebesaran 1k SE variasi suhu sintering (a) 500oC, (b) 600 oC,
(c) 700 oC, (d) 800 oC. ................................................................... 50
Gambar 4. 7 Grafik histogram distribusi ukuran partikel material serbuk
Li4Ti5O12 ....................................................................................... 51
Gambar 4. 8 Grafik Cyclic voltammogram Li4Ti5O12 dengan variasi suhu sinter.
....................................................................................................... 53
Gambar 4. 9 Grafik EIS Li4Ti5O12 dengan variasi suhu sinter. .......................... 56
Gambar 4. 10 Grafik Charge-Discharge Li4Ti5O12 dengan variasi suhu sinter. .. 58
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Senyawa yang biasa digunakan sebagai ligan ................................... 25
Tabel 4. 1 Komposisi fasa Li4Ti5O12 dan TiO2 dengan variasi suhu sinter ........ 46
Tabel 4. 2 Parameter kisi Li4Ti5O12 dengan variasi suhu sinter menggunakan
software HIGHSCORE..................................................................... 48
Tabel 4. 3 Parameter kisi Li4Ti5O12 dengan variasi suhu sinter menggunakan
software HIGHSCORE..................................................................... 48
Tabel 4. 4 Diameter rata-rata ukuran partikel material Li4Ti5O12 menggunakan
Image-J ............................................................................................. 52
Tabel 4. 5 Hasil perhitungan koefisien difusi ion Li4Ti5O12 dengan variasi waktu
sinter. ................................................................................................ 54
Tabel 4. 6 Hasil perhitungan konduktifitas Li4Ti5O12 dengan variasi waktu sinter.
57
Tabel 4. 7 Data analisis charge-discharge Li4Ti5O12 dengan variasi suhu sinter.
59
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan teknologi, kebutuhan akan penyimpanan
energi listrik semakin meningkat. Hampir semua teknologi modern seperti
peralatan portable (handphone, laptop, digital camera, dll), aplikasi medis
implan seperti jantung buatan, atau untuk mengatasi pemanasan global (sepeda
listrik, mobil listrik HEV (Hybrid Electric Vehicles), penyimpan tenaga angin
atau tenaga surya) yang sekarang telah dikembangkan oleh berbagai peneliti
membutuhkan penyimpanan energi listrik yang dapat menunjang kebutuhan
teknologi tersebut [1]. Salah satu bentuk penyimpanan energi listrik ini adalah
baterai.
Baterai lithium dikategorikan menjadi dua kelompok yaitu baterai primer
dan baterai sekunder (rechargeable). Pada baterai primer, lithium metal
digunakan sebagai anoda sedangkan material katoda yang telah digunakan
diantaranya mangan dioksida, carbon fluoride (CFx), dan silver vanadium
dioksida (SVO). Baterai sekunder atau biasanya dikenal sebagai baterai
lithium-ion (Lithium-Ion Battery, LIB) bekerja berdasarkan kemampuan
interkalasi ion Li+ yang berpindah secara terus-menerus diantara anoda dan
katoda selama proses charge-discharge berlangsung [2]. Riset dan
perkembangan baterai ion lithium dimulai pada tahun 1980 di Asahi Chemical
dan mulai dikomersilkan pada tahun 1990 oleh Sony Corporation untuk
Kyocera cellular phone dan camcorder. Sejak saat itu pertumbuhan pasar
2
untuk baterai Li-ion ini mencapai $4 miliyar dolar pada tahun 2005. Hal ini
terjadi karena kelebihan yang dimiliki oleh baterai ion lithium, selain dapat
diisi ulang, baterai ini memiliki densitas energi yang tinggi, berat yang ringan,
tidak terdapat memory effect, siklus hidup yang baik, efesiensi energi yang
tinggi dan high-rate capability yang baik menyebabkan banyaknya
penggunaan baterai ini dalam berbagai aplikasi [3].
Material aktif anoda yang saat ini banyak digunakan adalah grafit
sedangkan untuk material katoda yaitu lithium cobalt oksida (LiCoO2)[2].
Grafit sebagai material anoda memiliki kapasitas spesifik penyimpanan energi
yang sangat besar yaitu 372 mAh/g (850 mAh/cm3) secara perhitungan teori
[3,4,5,6]. Meskipun material ini memiliki kapasitas penyimpanan yang besar,
isu mengenai keamanan dari material ini menjadi semakin serius, diantaranya
terjadi dekomposisi organik elektrolit dan terbentuknya dendrit ion lithium
pada permukaan grafit menyebabkan material ini tidak lagi aman untuk
digunakan. Selain itu, anoda grafit mengalami perluasan volume kisi (9-13%)
selama proses interkalasi ion Li+ akibatnya dapat menurunkan kapasitas
penyimpanan secara drastis selama beberapa siklus pada proses charge-
discharge[5,7,8,9]. Kelemahan ini menyebabkan aplikasi grafit menjadi
terbatas pada baterai li-ion selanjutnya, sehingga diperlukan material pengganti
sebagai alternatif penyimpan energi.
Lithium Titanium Oksida (Li4Ti5O12, LTO) merupakan salah satu kandidat
material pengganti anoda grafit yang menjanjikan. Dengan karakteristiknya
sebagai material “zero-strain insertion compound”, dimana LTO ini memiliki
3
struktur spinel yang kuat sehingga selama proses charge-discharge tidak
mengakibatkan terjadinya perubahan volume kisi. Selain itu, Li4Ti5O12
memiliki tegangan kerja yang stabil sebesar 1,55V vs Li+/Li, sehingga tidak
terjadi pertumbuhan dendrit ion lithium selama proses interkalasi [6,7,10,11].
Tentunya ini menunjukkan bahwa Li4Ti5O12 lebih aman digunakan sebagai
material anoda pengganti grafit. Adapun kelebihan lainnya kapasitas
penyimpanan yang cukup tinggi yaitu 175 mAh/g, tidak mengandung bahan
beracun, kesediannya berlimpah dan harganya relatif murah [7,12]. Namun,
Li4Ti5O12 menunjukkan konduktivitas elektronik yang rendah (dalam kisaran
10-8 sampai 10-13 S cm-1) dan koefisien difusi ion lithium yang rendah sekitar
10-8 sampai 10-13 cm2 s-1, menyebabkan material ini memiliki kemampuan
untuk kondisi high rate selama proses charge-discharge yang juga
rendah[7,8,9]. Terdapat beberapa cara untuk memperbaiki kekurangan dari
LTO ini diantaranya dengan melakukan sintesis dengan metode baru,
melakukan doping dengan ion logam atau nonlogam pada site Li, Ti atau O,
coating karbon, dapat juga dengan menggabungkan ketiganya.
Sebelumnya telah banyak dilakukan penelitian mengenai sintesis
Li4Ti5O12 dengan menggunakan metode solid state reaction, metode ini sangat
banyak digunakan karena pengerjaannya yang mudah dan sederhana.
Pencampuran dilakukan secara mekanik, pada kondisi sintesis (seperti lamanya
waktu sintering dan suhu sintering yang tinggi sekitar 800oC – 1100oC)
membutuhkan jarak difusi yang panjang dari reaktan, akibatnya campuran
kurang homogen, morfologi tidak teratur, ukuran partikel besar, distribusi
4
ukuran partikel yang luas dan kontrol stoikiometri yang rendah [6,8,9,13]. Oleh
karena itu, diperlukan metode lain untuk mensintesis material Li4Ti5O12 salah
satunya dengan menggunakan metode sol-gel. Metode ini dapat menurunkan
suhu sintering, memperkecil ukuran partikel, campuran lebih homogen,
morfologi lebih seragam [6,8,9,13]. Dengan memperkecil ukuran partikel
maka akan mengurangi jalur difusi atom Li+ sehingga diharapkan nilai
konduktivitas elektroniknya dan koefisien difusi ion lithiumnya akan
meningkat.
Dalam penelitian ini, akan dilakukan sintesis dan karakterisasi material
anoda Li4Ti5O12 dengan metode sol-gel. Untuk menentukan suhu optimum
pembentukan fasa Li4Ti5O12, selain itu untuk meningkatkan konduktifitas
elektronik dan koefisien difusi ion lithium. Berdasakan uraian di atas,
penelitian ini mengambil topik Sintesis dan Karakterisasi Li4Ti5O12 dengan
Metode Sol Gel sebagai Material Anoda Baterai Ion Lithium.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan, maka permasalahan dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh suhu sinter terhadap pembentukan fasa material
anoda Li4Ti5O12 dengan metode sintesis sol gel?
2. Bagaimana pengaruh suhu sinter terhadap struktur morfologi dan
ukuran partikel serbuk anoda Li4Ti5O12?
5
3. Bagaimana pengaruh suhu sinter terhadap performa elektrokimia
baterai anoda Li4Ti5O12?
1.3. Batasan Masalah
1. Bahan yang digunakan dalam sintesis ini adalah LiOH (sedikit larut dalam
etanol), Titanium (IV) Isopropoxide dan asam sitrat sebagai chelating
agent.
2. Pembahasan struktur hanya meliputi fasa, struktur dan ukuran partikel
sampel.
3. Sintesis dilakukan untuk membentuk material anoda Li4Ti5O12 dengan 4
variasi suhu sintering yaitu pada suhu 500oC, 600oC, 700oC dan 800oC.
4. Sintesis dilakukan dengan menggunakan metode sol gel.
5. Perbandingan LTO : PVDF : Super P = 85 : 10 : 5.
6. Pengujian Charge-Discharge hanya 3 siklus.
7. Pengujian Cyclic Voltametry hanya satu siklus.
1.4. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan suhu optimum sintering dalam
mensintesis perkusor anoda Li4Ti5O12 dengan menggunakan metode sol gel,
menganalisa pengaruh suhu sinter terhadap pembentukan fasa, struktur
morfologi, ukuran partikel material anoda Li4Ti5O12, dan menganalisa
pengaruh suhu sinter terhadap performa elektrokimia baterai Li-ion.
6
1.5. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk mendapatkan material anoda Li4Ti5O12
dengan menggunakan metode sol gel dan analisa pengaruh suhu sinter terhadap
pembentukan fasa, struktur morfologi, ukuran partikel material anoda
Li4Ti5O12, serta performa elektrokimia baterai Li-ion.
1.6. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan skripsi ini, penulis membaginya ke dalam
lima bab diantaranya:
BAB I Pendahuluan
Pada bab ini berisi latar belakang penelitian, perumusan masalah,
batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB II Tinjauan Pustaka
Bab ini membahas tentang dasar teori baterai, anoda Li4Ti5O12, metode
sol gel serta proses-proses yang perlu dipaparkan literaturnya.
BAB III Metodologi Penelitian
Pada bab ini penulis memaparkan sketsa gambaran rencana penelitian
meliputi lokasi penelitian, daftar bahan dan alat yang digunakan serta
prosedur proses sintesa Li4Ti5O12 dengan menggunakan metode sol gel.
Selain itu, penulis memaparkan rangkaian pengujian untuk mempelajari
karakterisasi sampel hasil sintesa.
BAB IV Hasil dan Pembahasan
7
Pada bab ini penulis menjelaskan data-data yang diperoleh dari
pengujian karakterisasi. Data-data tersebut meliputi hasil karakterisasi
DTA/TG, XRD, SEM, CV, CD dan EIS.
BAB V Penutup
Bab ini penulis memberikan kesimpulan dari hasil penelitian serta
menyampaikan saran-saran yang diperlukan untuk penelitian lanjutan.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Baterai Ion Lithium
Baterai ion lithium mulai dikembangkan oleh Asahi Kasei Corporation di
Jepang pada tahun 1980 dan pertama kali dikomersialkan oleh Sony
Corporation pada tahun 1990. Kemudian diikuti oleh A&T Battery
Corporation pada tahun 1992, A&T Battery Corporation merupakan
perusahaan gabungan antara Toshiba Battery dan Asahi Kasei Corporation.
Baterai ion lithium memiliki banyak keunggulan diantaranya dapat diisi ulang,
memiliki densitas energi yang tinggi, berat yang ringan, tidak terdapat memory
effect, siklus hidup yang baik, efesiensi energi yang tinggi dan high-rate
capability yang baik menyebabkan banyaknya penggunaan baterai ini dalam
berbagai aplikasi, terutama untuk peralatan portable seperti handphone, laptop
dll [3].
Baterai Lithium adalah baterai yang tersusun dari sel elektrokimia yang
mampu menyimpan dan menghasilkan konversi dari reaksi kimia tidak spontan
(reduksi oksidasi/redoks) menjadi energi listrik. Baterai Lithium dapat dibuat
sebagai baterai primer ataupun sekunder. Keduanya memiliki fungsi dan
karakter yang berbeda. Sebuah baterai primer memiliki kemampuan pakai satu
kali saja, satu kali discharge, sementara baterai sekunder memiliki kemampuan
charge/discharged berulang-ulang [14].
Anoda, elektrolit dan katoda merupakan 3 komponen penting dalam
konfigurasi suatu sel baterai tunggal dengan 1 komponen penting lainnya yaitu
9
separator sebagai faktor penjamin keamanan baterai [14]. Anoda adalah
elektroda negatif dari sel terkait dengan reaksi kimia oksidatif yang
melepaskan elektron ke dalam sirkuit eksternal. Elektrolit adalah bahan yang
menyediakan ionik murni konduktivitas antara elektroda positif dan negative
dari sel. Katoda adalah elektroda positif dari sel terkait dengan reaksi kimia
reduktif yang memperoleh elektron dari sirkuit eksternal. Sedangkan separator
adalah penghalang antara elektroda positif dan negatif dalam sel untuk
mencegah hubungan arus pendek listrik. Separator tersebut bisa menjadi
elektrolit gel atau plastik film microporous atau bahan inert berpori lainnya
yang diisi dengan elektrolit. Separator harus memiliki sifat permeabel untuk
ion dan kondis inert dalam lingkungan baterai [14,15].
Baterai lithium bekerja berdasarkan fenomena interkalasi, ion Li+
bermigrasi dari katoda ke anoda selama proses charging dan sebaliknya dari
anoda ke katoda selama proses discharging [2]. Mekanisme migrasi ion lithium
ketika proses charge/discharge dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut:
Gambar 2.1 Mekanisme ion Lithium selama proses charge dan
discharge [34].
10
Pada proses charging, material katoda mengalami ionisasi sehingga
menghasilkan ion Li+ kemudian bermigrasi ke dalam elektolit menuju anoda,
sedangkan elektron yang diberikan akan bergerak menuju anoda melalui
rangkaian luar. Sebaliknya pada proses discharging, material anoda akan
terionisasi menghasilkan ion Li+ yang akan bermigrasi kembali ke katoda dan
electron yang dihasilkan akan bergerak menuju katoda melalui rangkaian luar.
Berdasarkan prinsip kerja baterai, material anoda dan katoda harus
memiliki karakteristik (1) sebagai konduktor ionik dan elektronik yang baik,
(2) kehilangan ion lithium tidak menyebabkan perubahan struktur selama
proses interkalasi, (3) material harus memiliki tegangan kerja terhadap lithium,
(4) tidak mengalami perubahan dimensi kisi yang besar pada proses insersi ion
Li, (5) memiliki rentang tegangan kerja yang kompatibel dengan rentang
kestabilan reduksi-oksidasi dari elektrolit yang menyertainya [16].
Kemampuan kapasitas penyimpanan energi baterai lithium tergantung
pada banyaknya ion lithium yang tersimpan dalam struktur elektrodanya dan
berapa banyak yang dapat digerakkan selama proses charge dan discharge,
karena jumlah arus elektron yang tersimpan dan tersalurkan sebanding dengan
jumlah ion lithium yang bergerak [14].
2.2. Anoda Li4Ti5O12
Karbon dalam bentuk grafit adalah yang paling banyak digunakan sebagai
material anoda dalam sel baterai Li-ion. Aktivitas elektrokimia grafit
didasarkan pada interkalasi dan deinterkalasi dari ion Li+ dalam struktur
11
berlapis. Meskipun memiliki rapat energi yang tinggi namun kemampuannya
dibatasi oleh difusi ion Li+ yang lambat dalam elektroda bahan. Penyisipan ion
Li ke dalam grafit terjadi pada tegangan rendah yaitu < 1V vs. Li/Li+, pada
tegangan rendah ini, elektrolit kurang stabil sehingga menyebabkan terjadinya
reduksi elektrolit organik yang mengarah pada pembentukan lapisan elektrolit
padat antarmuka (SEI) selama beberapa siklus pada proses charge-discharge.
Terbentuknya lapisan ini menghambat difusi ion Li pada siklus selanjutnya,
akibatnya menurunkan kinerja dan kapasitas baterai [17]. Selain itu pada
kondisi high rate, elektroda grafit dapat terpolarisasi sehingga menyebabkan
terbentuknya dendrit pada permukaan elektroda yang dapat dengan mudah
menembus separator (pemisah berpori) dan menyebabkan terjadinya hubungan
arus pendek internal, sehingga material ini kurang aman untuk digunakan [6].
Untuk itu, diperlukan material pengganti anoda grafit.
Lithium Titanium Oksida (Li4Ti5O12) atau LTO dikenal sebagai material
“zero strain” pada proses interkalasi dan deinterkalasi ion Li+ hanya terjadi
sedikit penyusutan parameter kisi dari 8.3595 Å menjadi 8.3538 Å
mengakibatkan sedikit perubahan volume sel (sekitar 0,2%) [17]. Karena ion
Li+ memiliki ukuran yang sama sebagai kisi dalam struktur LTO, partikel LTO
tidak mengalami perluasan atau penyusutan secara substansial ketika ion
memasuki atau meninggalkan struktur (perubahan dalam radius ion Ti dengan
reaksi redoks mungkin berkontribusi terhadap perubahan volume yang sedikit).
Hal ini membantu menjaga kestabilan struktur LTO dengan sedikitnya partikel
yang mengalami kelelahan/fatigue selama proses charge-dischage,
12
memastikan baterai memiliki siklus hidup yang lebih panjang. LTO memiliki
tegangan kerja yang lebih tinggi yaitu 1.55 V vs Li/Li+, jauh di atas tegangan
untuk pembentukan lapisan elektrolit padat antarmuka (SEI) dan pertumbuhan
dendrit lithium (pada tegangan ~0,8 V), sehingga menjamin keamanan baterai
ketika digunakan [6]. Selain itu, LTO termasuk ke dalam material yang aman,
karena tidak mengandung racun dan relatif lebih murah, serta memiliki
stabilitas termal yang baik. Sehingga menjadi kandidat yang sangat
menjanjikan untuk menggantikan material anoda yang telah berkembang
sebelumnya. Namun, LTO memiliki konduktivitas elektronik yang rendah
pada rentang ~10-8 sampai ~10-13 S cm-1 dan difusi ion lithium yang juga rendah
pada rentang ~10-8 sampai ~10-13 cm2 s
-1 yang sangat membatasi tingkat kerja
baterai[6]. Untuk mengatasi hal ini dapat dilakukan dengan mengganti metode
sintesis, melakukan doping, optimalisasi morfologi, coating karbon atau
gabungan semuanya.
Struktur dasar dari Li4Ti5O12 dapat dilihat pada gambar 2.2, Li4Ti5O12
memiliki struktur spinel kubik dengan space group Fd3m dan parameter unit
cell a antara 8.352 Å dan 8.370 Å. Struktur spinel ini memiliki 2 kisi yang
berfungsi sebagai tempat tinggal ion-ion penyusunnya yaitu kisi tetrahedral dan
kisi oktahedral. Pada temperatur ruang, kisi 8a tetrahedral dari Li4Ti5O12
ditempati oleh ion Li+, sementara kisi 16d oktahedral secara acak diduduki oleh
1/6 ion Li+ dan 5/6 ion Ti4+. Semua kisi 32e diduduki oleh atom O, yang
membentuk struktur cubic-close packing atau FCC. Setengah kation lainnya
dari kisi oktahedral dalam struktur cubic-close packing (kisi 16c) dan kedua
13
kisi 8b tetrahedral dan 48F kationik kosong dan cocok untuk penyisipan lithium
dan ekstraksi. Namun, seiring dengan meningkatnya suhu Pecharroman et al.
menunjukkan bahwa dengan menggunakan spektroskopi inframerah ion
lithium dalam kisi 8a tetrahedral dapat beralih ke kisi 16c oktahedral [6].
2.2.1. Tinjauan pustaka terkait penelitian
Penelitian mengenai sintesis LTO dengan struktur nano dilakukan oleh
Shen et al pada tahun 2002 [13] bahan baku yang digunakan diantaranya
tetrabutil titanat [Ti(OC4H9)4], lithium asetat (C2H3O2Li) dan pelarut
isopropil-alkohol. Masing-masing bahan dilarutkan dalam pelarut kemudian
kedua bahan dicampur sampai terbentuk larutan homogen, dibiarkan selama
3 jam dan kalsinasi pada temperatur berbeda (400-800oC) selama 4 jam.
Hasil analisa termal dan XRD menunjukkan bahwa serbuk LTO memiliki
Gambar 2.2 Struktur kristal Li4Ti5O12 menunjukkan 3 kisi ion lithium: 8a
tetrahedral (kuning), 16c oktahedral (hijau) dan 16d oktahedral (biru). Atom titanium
dan oksigen ditunjukkan oleh bola kecil berwarna abu-abu dan bola besar berwana
merah [6].
14
struktur spinel dengan parameter kisi a= 8,368 Å, impuritas TiO2 menurun
seiring dengan kenaikan suhu. Hasil analisa TEM diperoleh ukuran rata-rata
partikel LTO 100 nm. Selain itu, performa elektrokimia yang dihasilkan
berdasarkan pengujian Cyclic Voltammetry puncak oksidasi dan reduksi
meningkat seiring dengan kenaikan suhu, yang menandakan bahwa proses
ekstrasi dan insersi ion Li berjalan dengan baik. Kapasitas yang dihasilkan
pada siklus pertama juga sangat besar yakni 272 mAh/g untuk suhu 800oC.
Pada tahun 2005 Hao et al [18] melakukan penelitian sintesis LTO
dengan metode sol gel, bahan baku yang digunakan diantaranya tetrabutil
titatanat [Ti(OC4H9)4], litium karbonat (Li2CO3) dan asam sitrat (C2H2O4)
sebagai chelating agent. Masing-masing bahan dilarutkan dalam alkohol
sehingga terbentuk larutan A (Li2CO3 + Alkohol), larutan B ([Ti(OC4H9)4]
+ alkohol) dan larutan C (C2H2O4+ alkohol), perbandingan massa molar
asam sitrat dengan ion logam, R = 1:2. Setelah itu, larutan A dicampurkan
dengan larutan B sambil terus diaduk sampai terbentuk sol, kemudian
tambahkan larutan C ke dalam larutan AB lalu diaduk selama 5 jam sampai
terbentuk gel transparan. Gel dikeringkan pada suhu 80oC selama 6 jam,
kemudian dipanaskan pada suhu 700oC selama 5 jam untuk dekomposisi
komponen organik. Setelah itu, prekusor dikalsinasi pada suhu 800oC dan
850 oC selama 20 jam (terbentuk LTO A). Selain itu, dibuat prekusor dengan
penambahan Li 8% mol dan perbandingan massa molar asam sitrat dengan
ion metal, R = 1:3. Kemudian dikalsinasi pada suhu 850oC selama 24 jam
(terbentuk LTO B).
15
Hasil karakterisasi menggunakan XRD, serbuk LTO memiliki struktur
spinel face center cubic dengan space group Fd3m, parameter kisi a = 8,364
Å, pada sampel dengan suhu kalsinasi 800 oC selama 20 jam masih terdapat
impuritas TiO2, sedangkan kurva XRD sampel 850 oC selama 24 jam
menunjukkan terbentuknya LTO murni. Hasil karakterisasi FT-IR
menunjukkan bahwa puncak intensitas absorpsi sampel 800 oC lebih rendah
dibandingkan dengan sampel 850 oC. Selain itu terdapat pelebaran puncak
absorpsi pada sampel 800 oC hal ini mengindikasikan bahwa ikatan Ti – O
sangat lemah. Sehingga, hasil ini sesuai dengan hasil XRD bahwa ikatan Ti
– O yang kuat dan kristalinitas yang tinggi terbentuk seiring dengan
kenaikan suhu dan lamanya waktu kalsinasi. Hasil SEM menunjukkan
bahwa LTO B memiliki morfologi yang seragam dengan ukuran rata-rata
partikel sebesar 500 nm dan tidak terjadi aglomerasi.
Dalam metode sol gel berbasis asam sitrat, pengkompleksan ligan
memiliki efek besar terhadap fasa dengan kemurnian tinggi dan oksida
anorganik stoikiometri yang baik sehingga mempengaruhi performa
elektrokimia dari produk. Asam sitrat memiliki peran yang sangat penting,
pertama sebagai zat pengkelat dalam sol gel. Kelompok karboksilat yang
ada dalam asam sitrat membentuk ikatan kimia dengan ion Li dan Ti secara
bersamaan untuk membentul sol yang homogen, sehingga memperoleh
pencampuran molekuler bahan awal dengan stoikiometri yang baik. Kedua,
chelating agent bertindak sebagai bahan bakar organik selama proses
pembentukan transisi serbuk ion metal oksida, dekomposisi kompleks
16
logam pada suhu rendah. Panas yang dihasilkan dalam pembentukan gel,
mempercepat proses nukleasi selesai di awal tahap sol gel, yang mengarah
pada distribusi ukuran sempit serbuk LTO. Ketiga, sebagai zat pelindung
pada saat perlakuan panas melindungi partikel baru yang terbentuk dari
kontak satu sama lain sehingga tidak terjadi aglomerasi. Performa
elektromikia yang dihasilkan, kapasitas discharge pertama sebesar167
mAh/g dan kapasitas charge sebesar 151 mAh/g. Hasil pengujian Cyclic
Voltammetry untuk LTO menunjukkan bahwa tegangan kerja pada rentang
1,5 – 1,7 V (versus Li) terdapat sepasang puncak redoks reversible yang
sesuai dengan proses interkalasi dan de-interkalasi pada oksida spinel LTO.
Hao et al pada tahun 2006 [19] melakukan sintesis material anoda LTO
menggunakan metode sol gel dengan bahan baku lithium karbonat (Li2CO3)
dan tetrabutil titanat [Ti(OC4H9)4], asam oksalat sebagai chelating agent dan
alkohol sebagai pelarut. Dalam penelitian ini dilakukan beberapa variasi
diantaranya komposisi perbandingan massa molar asam oksalat terhadap
titanium R= 0,25; 0,5; 0,75; 1,0; 1,25 dan 1,5, suhu sintering (500,600,700
dan 800 oC) selama 20 jam dan variasi waktu sintering (12 jam, 16 jam, 20
jam dan 24 jam) pada suhu 800oC.
Hasil karakterisasi analisa termal (DTA-TG) dan XRD menunjukkan
bahwa serbuk memiliki struktur spinel kubik dengan space group Fd3m,
impuritas berkurang seiring dengan kenaikan suhu sintering dan lamanya
waktu sintering. LTO murni diperoleh pada suhu sintering 800oC selama 16
jam.
17
Selain itu, dari hasil analisa SEM didapatkan morfologi yang seragam
dengan rata-rata ukuran partikel 200 nm dengan sedikit agglomerasi.
Komposisi chelating agent sangat berpengaruh terhadap morfologi partikel
yang dihasilkan. Performa elektrokimia baterai yang dihasilkan
menunjukkan tegangan kerja yang dihasilkan sesuai dengan penelitian
sebelumnya yakni di 1,5 V dengan kapasitas charge-discharge pada siklus
pertama sebesar 171 mAh/g, setelah 35 siklus kapasitasnya sebesar 150
mAh/g pada kondisi sintering 800oC selama 20 jam dengan massa molar
R=1.
Komposit Li4Ti5O12/graphene telah dibuat melalui metode sol gel oleh
Xiang et al [20] pada tahun 2011. Bahan baku yang digunakan diantaranya
tetrabutil titanate [Ti(OC4H9)4], litium asetat (C2H3O2Li), lembaran
graphene dan etanol sebagai pelarut dengan perbandingan Li:Ti = 4:5.
Gambar 2. 3 Kurva XRD Li4Ti5O12 dengan
variasi suhu sintering selama 20 jam, R= 1:
(a) 500oC, (b) 600oC, (c) 700oC dan (d)
800oC. (*) TiO2 Anatase
Gambar 2. 4 Kurva XRD Li4Ti5O12
pada suhu 800oC dengan variasi waktu
(a) 12 jam, (b) 16 jam, (c) 20 jam dan
(d) 24 jam. (*) TiO2 Anatase
18
Masing – masing bahan dilarutkan dalam etanol, kemudian dicampurkan
dan diaduk sampai terbentuk sol, kemudian dikeringkan pada suhu 120oC
selama 10 jam dan gel yang terbentuk dikalsinasi pada suhu 800oC selama
12 jam yang dialirkan gas nitrogen. Sebagai perbandingan, dibuat LTO
murni tanpa graphene.
Hasil XRD menunjukkan bahwa kedua sampel memiliki kurva yang
mirip dan tidak terdapat impuritas yakni LTO murni dan LTO/graphene
keduanya memiliki fasa tunggal struktur kubik dengan space group Fd3m.
Hasil karakterisasi SEM menunjukkan bahwa LTO murni memiliki ukuran
rata-rata partikel 200-800 nm, sedangkan LTO/graphene memiliki ukuran
rata-rata partikel kurang dari 100 nm. Hal ini menunjukkan bahwa lembaran
graphene dalam proses sol gel membantu menekan agregasi partikel LTO
dibawah temperature tinggi. Performa elektrokimia ditunjukkan oleh
tingginya kapasitas saat charge-discharge yang dimiliki oleh
LTO/graphene, terutama pada saat kondisi kecepatan arus tinggi dan
memiliki performa siklus yang lebih baik diandingkan dengan LTO murni.
Pada saat discharge menuju 0 V, kapasitasnya cukup tinggi dari 430 mAh/g.
Hal ini menunjukkan kapasitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan LTO
murni terutama pada rentang 1,0 – 0 V, hal ini cukup menguntungkan tidak
hanya densitas energy yang tinggi namun menunjukkan karakteristik
keamanan baterai lithium.
Wang et al 2011 [7] melakukan penelitian sintesis LTO dengan metode
sol gel dan pelapisan karbon, bahan baku yang digunakan diantaranya
19
tetrabutil titatanat [Ti(OC4H9)4], litium asetat dehidrat (CH3COOLi·2H2O)
dan asam sitrat (C2H2O4) sebagai sumber karbon. Masing-masing bahan
dilarutkan dalam etanol sehingga terbentuk larutan A (CH3COOLi·2H2O +
etanol), larutan B ([Ti(OC4H9)4] + etanol) dan larutan C (C2H2O4+ etanol),
perbandingan massa molar asam sitrat dengan titanium, R = 1:12, 1:6, 1:4.
Setelah itu, larutan A dicampurkan dengan larutan B sambil terus diaduk
sampai terbentuk larutan kuning transparan, kemudian tambahkan larutan C
ke dalam larutan AB lalu diaduk selama 20 jam sampai terbentuk gel
transparan. Gel dikeringkan pada suhu 100oC selama 10 jam, kemudian
dikalsinasi pada suhu 800oC selama 15 jam.
Hasil XRD menunjukkan bahwa jumlah asam sitrat tidak
mempengaruhi pembentukan fasa dari LTO. Tidak adanya karbon dalam
pola XRD dikaitkan dengan kandungan rendah atau struktur amorfnya.
Selain itu, dengan meningkatkan jumlah asam sitrat pada prekursor,
penurunan intensitas puncak difraksi komposit LTO /C menunjukkan bahwa
karbon dalam komposit mungkin berada di site amorf.
Hasil SEM menunjukkan bahwa semua sampel partikel halus tanpa
seragam dengan ukuran di kisaran 200-700 nm. Beberapa partikel
dikumpulkan ke dalam sub-mikron berukuran partikel. Selain itu,
permukaan partikel LTO tidak halus, karena partikel karbon halus
terdistribusi di permukaan partikel LTO.
20
2.2.2. Bahan Pembentuk Keramik Li4Ti5O12
2.2.2.1. Lithium Hidroksida (LiOH)
Lithium Hidroksida merupakan senyawa anorganik dengan rumus
kimia LiOH, memiliki bentuk berupa serbuk berwarna putih dan
bersifat higroskopis. Senyawa ini memiliki berat molekul 23,947
mol/gr dengan massa jenis 2,54 g/cm3, titik lebur pada suhu 450oC dan
pH sebesar 14. Dekomposisi dengan pemanasan di atas suhu 923,9 oC
dapat menghasilkan gas beracun. Selain itu, senyawa ini bersifat larut
dalam air namun sedikit larut dalam ethanol. Senyawa LiOH bereaksi
keras dengan asam, bersifat korosif terhadap alumunium, seng dan
timah [21].
2.2.2.2. Titanium (IV) Isopropoxide (C12H28O4Ti)
Titanium (IV) Isopropoxide merupakan senyawa alkoksida dengan
bentuk liquid berwarna kuning dengan berat molekul 284,26 g/mol,
densitas 0,97 g/cm3, titik lebur pada suhu 14oC. Senyawa ini
terdekomposisi pada suhu 104oC, larut dalam ethanol, benzene dan
kloroform. Senyawa ini biasanya digunakan sebagai prekusor untuk
preparasi TiO2 [22].
2.2.2.3. Asam Sitrat (C6H8O7)
Asam sitrat adalah senyawa berupa serbuk kristal berwarna putih,
memiliki berat molekul 192,123 g/mol, titik lebur pada suhu 153oC.
21
Senyawa ini bersifat larut dalam air, ethanol, ether dan ethyl acetate.
Namun, tidak larut dalam benzene dan kloroform [23].
2.2.2.4. Ethanol (C2H5OH)
Ethanol adalah senyawa kimia dengan bentuk liquid tidak
berwarna, memiliki berat molekul 46, 0414 g/mol, titik didih 78oC, titik
lebur -114,1oC. Etanol memiliki sifat mudah terbakar dan menguap
[24].
2.3. Metode sol gel
Sol gel merupakan salah satu teknik sintesis kimia yang telah
dikembangkan dan telah diaplikasikan untuk sintesis berbagai bahan secara
luas dengan kontrol morfologi yang lebih baik, tingkat kemurnian yang tinggi,
ukuran partikel yang kecil, dan tidak terjadi pelebaran distribusi partikel
dibandingkan dengan metode solid state [6,8,13,17].
Koloid adalah suatu suspensi yang mana fasa terdispersinya sangat kecil
berukuran ~1-1000 nm dalam suatu medium pendispersi, dimana pengaruh
gaya gravitasi diabaikan dan interaksi antara fasa terdispersi dan medium
pendispersi didominasi oleh gaya yang bekerja pada jarak dekat seperti gaya
van der Waals dan muatan permukaan. Inersia dari fasa terdispersi cukup kecil
sehingga memperlihatkan gerak Brownian atau difusi Brownian yaitu gerak
acak yang disebabkan oleh momentum yang dihasilkan dari tumbukan
antarmolekul dalam medium [25].
22
Beberapa jenis koloid yang dapat digunakan untuk menghasilkan polimer
atau partikel yang selanjutnya dapat menghasilkan material keramik, antara
lain [25]:
Sol adalah sebuah suspensi koloid dari partikel padat dalam cairan.
Aerosol yaitu suspensi koloid dalam gas, jika partikelnya cair disebut fog dan
jika partikelnya padat disebut asap atau smoke.
Emulsion yaitu suspensi koloid dari partikel cair dalam cairan.
Gel terdiri dari jaringan padat berpori tiga dimensi dan mendukung fase
cairan kontinu (gel basah). Di sebagian besar sistem sol-gel untuk sintesis
bahan oksida, gelasi (yaitu pembentukan dari gel) disebabkan karena
pembentukan ikatan kovalen antara partikel sol. Formasi gel bisa reversibel
saat ikatan lainnya dilibatkan, seperti kekuatan van der Waals atau ikatan
hidrogen. Struktur jaringan gel sebagian besar tergantung pada ukuran dan
bentuk partikel sol [26]. Jika jaringan padat yang terbentuk dihasilkan dari
koloid partikel padat, maka gel disebut koloidal, sedangkan jaringan padat
yang terbentuk dihasilkan dari unit kimia sub-koloid maka disebut gel
polimerik.
Istilah “gel” mencakup berbagai kombinasi zat yang diklasifikasikan ke
dalam empat kategori seperti yang dibahas oleh Flory[2]: 1) struktur lamellar
yang teratur; 2) jaringan polimer kovalen; 3) jaringan polimer yang terbentuk
akibat agregasi secara fisik, umumnya tidak teratur; 4) struktur partikel yang
tidak teratur [27].
23
Metode sintesis menggunakan sol gel untuk material berbasis oksida
berbeda-beda bergantung prekusor dan bentuk produk akhir, baik itu berupa
powder, film, aerogel atau serat. Struktur dan sifat fisik gel sangat bergantung
pada beberapa hal diantaranya [28]:
Pemilihan bahan baku material
Laju hidrolisis dan kondensasi
Modifikasi kimiawi dari sistem sol gel
2.3.1. Proses Sol Gel
Dalam proses sol gel, bahan baku pertama tersebar di pelarut dan
hidrolisis dilakukan dalam cara yang terkontrol untuk menghasilkan sol dan
untuk menghasilkan struktur spasial gel tertentu melalui proses aging. Saat
pembentukan gel terjadi reaksi kondensasi, baik alkohol atau air yang
menghasilkan oxygen bridge (jembatan oksigen) untuk mendapatkan metal
oksida. Gel kemudian kering dan menghasilkan produk dengan komposisi
yang diinginkan. Karena proses sol-gel memungkinkan reaktan dicampur
secara homogen pada tingkat molekuler, suhu pembentukan untuk komposit
fase-murni dapat berkurang secara signifikan. Akibatnya, produk memiliki
ukuran partikel ultrafine dan area permukaan yang tinggi [6]. Skema proses
sol gel dapat dilihat pada gambar 2.3 sebagai berikut:
24
2.3.2. Kimia Sol Gel
Kimia sol gel didasarkan pada proses hidrolisis dan kondensasi. Dalam
proses sol gel, prekusor yang digunakan untuk preparasi sebuah koloid
terdiri dari unsur metal atau metalloid yang memiliki ligan organic yang
terikat disekelilingnya. Ligan adalah ion atau molekul yang mengelilingi
logam dalam ion kompleks. Alkoksida adalah prekusor yang banyak
digunakan dalam proses sol gel, karena dapat mengontrol hidrolisis dan
kondensasi. Alkoksi ini merupakan ligan yang dibentuk karena pelepasan
sebuah proton dari gugus hidroksil dalam alkohol, contoh metoksi (⋅ 𝐎𝐂𝐇𝟑)
dan etoksi (⋅ 𝐎𝐂𝟐𝐇𝟓). Alkil adalah ligan yang dibentuk oleh pelepasan
Gambar 2.5 Skema proses sol gel.
25
proton (satu atom hydrogen) dari molekul alkana seperti metil (⋅ 𝐂𝐇𝟑) atau
etil (⋅ 𝐂𝟐𝐇𝟓). Daftar senyawa yang biasanya digunakan sebagai ligan dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2. 1 Senyawa yang biasa digunakan sebagai ligan [25]
Alkyl Alkoxy
Methyl ⋅ 𝑪𝑯𝟑 Methoxy ⋅ 𝑶𝑪𝑯𝟑
Ethyl ⋅ 𝑪𝑯𝟐𝑪𝑯𝟑 Ethoxy ⋅ 𝑶𝑪𝑯𝟐𝑪𝑯𝟑
n-propyl ⋅ 𝑪𝑯𝟐𝑪𝑯𝟐𝑪𝑯𝟑 n-propoxy ⋅ 𝑶𝑪𝑯𝟐𝑪𝑯𝟐𝑪𝑯𝟑
iso-propyl (𝑯𝟑𝑪(⋅ 𝑪)𝑯𝑪𝑯𝟑 iso-propoxy (𝑯𝟑𝑪(⋅ 𝑶)𝑯𝑪𝑯𝟑
n-butyl ⋅ 𝑪𝑯𝟐(𝑪𝑯𝟐)𝟐𝑪𝑯𝟑 n-butoxy ⋅ 𝑶𝑪𝑯𝟐(𝑪𝑯𝟐)𝟐𝑪𝑯𝟑
sec-butyl 𝑯𝟑𝑪(⋅ 𝑪)𝑯𝑪𝑯𝟐𝑪𝑯𝟑 sec-butoxy 𝑯𝟑𝑪(⋅ 𝑶)𝑯𝑪𝑯𝟐𝑪𝑯𝟑
Sec-butyl ⋅ 𝑪𝑯𝟐𝑪𝑯(𝑪𝑯𝟑)𝟐 Sec-butoxy ⋅ 𝑶𝑪𝑯𝟐𝑪𝑯(𝑪𝑯𝟑)𝟐
Tert-butyl ⋅ 𝑪(𝑪𝑯𝟑)𝟑 Tert-butoxy ⋅ 𝑶𝑪(𝑪𝑯𝟑)𝟑
Acetylacetonate 𝑯𝟑𝑪𝑶𝑪(⋅ 𝑶)𝑪𝑯𝟐(⋅ 𝑶)𝑪𝑶𝑪𝑯𝟑
Acetate ⋅ 𝑶𝑶𝑪𝑪𝑯𝟑
Menurut Iler, polimerisasi sol gel terjadi dalam tiga tahap [29]:
Polimerisasi monomer-monomer membentuk partikel
Penumbuhan partikel
Pengikatan partikel membentuk rantai, jaringan yang terbentuk akan
diperpanjang dalam medium cairan, mengental menjadi suatu gel.
Gelation atau gelasi merupakan proses pembentukan gel dari partikel
koloid yang terkondensasi membentuk ikatan jaringan tiga dimensi.
Karakteristik fisik dari jaringan gel sangat bergantung pada ukuran partikel
dan luasnya ikatan sebelum terjadi gelasi. Pada gelasi, viskositas meningkat
tajam, dan benda padat dihasilkan dalam cetakan [27].
26
Proses aging atau disebut juga sebagai syneresis merupakan proses
penyusutan dari jaringan gel. Dalam proses ini terjadi beberapa proses yang
dapat dikategorikan ke dalam 3 proses yaitu polimerisasi, coarsening
(pematangan) dan transformasi fasa. Pada proses pematangan ini, terjadi
reaksi pembentukan jaringan gel yang lebih kaku, kuat, dan menyusut di
dalam larutan. Dalam proses ini mempertahankan objek cast untuk jangka
waktu tertentu, berjam-jam sampai berhari-hari, benar-benar tenggelam
dalam cairan. Selama proses pematangan, polikondensasi berlanjut
bersamaan dengan lokalisasi larutan dan represipitasi jaringan gel, yang
mana meningkatkan ketebalan leher antarpartikel dan porositas menurun.
Kekuatan gel meningkat seiring bertambahnya waktu [27,28].
Proses selanjutnya adalah proses pengeringan gel, selama pengeringan
cairan dikeluarkan dari jaringan pori yang saling terkait. Tekanan kapiler
yang besar dapat berkembang selama pengeringan saat pori-pori tersebut
kecil (<20 nm). Tekanan ini akan menyebabkan gel menjadi retak secara
katastrofis kecuali proses pengeringannya dikendalikan oleh penurunan
energi permukaan cair oleh penambahan surfaktan atau eliminasi pori-pori
yang sangat kecil (metode 1), dengan penguapan kritis, yang menghindari
antarmuka padat-cair (metode 2), atau dengan memperoleh ukuran pori
monodisperse dengan mengendalikan laju hidrolisis dan kondensasi
(metode 3).
27
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Pusat Penelitian Fisika (P2F) Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) kawasan Puspitek Serpong, Tangerang.
Penelitian ini dilakukan dari bulan November 2017 – Mei 2018.
3.2. Alat dan Bahan Baku
3.2.1. Bahan Baku
Dalam penelitian ini, pembuatan material anoda Li4Ti5O12
menggunakan bahan baku Pro Analysis diantaranya serbuk Lithium
Hidroksida (LiOH), Merck Germany; Titanium (IV) Isopropoxide atau
TTIP (C12H28O4Ti), Sigma Aldrich; Asam Sitrat (C6H8O7), Sigma Aldrich
sebagai chelating agent, dan ethanol (C2H5OH), Merck Germany sebagai
pelarut. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode sol gel.
Untuk membuat lembaran elektroda digunakan bahan tambahan selain dari
material aktif Li4Ti5O12 yaitu PVDF, super P dan pelarut DMAC.
Sedangkan untuk pembuatan coin cell bahan yang digunakan diantaranya
litium metal, elektrolit LiPF6, dan satu set coin cell.
28
3.2.2. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya sebagai berikut:
1. Beaker Glass
2. Timbangan digital
3. Spatula
4. Mortar dan pesstle
5. Pipet Tetes
6. Magnetic Stirer
7. Hot Plate
8. Furnace
9. Oven
10. Crucible
11. Doctor Blade
Alat karakterisasi yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya:
1. XRD, Rigaku tipe SmartLab 3 kW
2. SEM, Hitachi SU3500
3. Uji Cyclic Voltammetry, WonAtech WBCS3000, Korea
4. Uji Charge – Discharge sel baterai, WonAtech WBCS3000,
Korea
5. Electrochemical Impedance Spectroscopy
29
3.3. Diagram Alir Metode Penelitian
Proses sintesis material keramik Li4Ti5O12 dilakukan dengan
menggunakan metode sol gel menurut reaksi:
4LiOH + 5C12H28O4Ti + 79O2 → Li4Ti5O12 + 60CO2 + 72H2O
Dalam penelitian ini, proses sintering material Li4Ti5O12 dilakukan pada
variasi suhu yang berbeda yaitu pada suhu 500oC, 600oC, 700oC dan 800oC.
Penentuan suhu tersebut diperoleh dari hasil pengujian analisa termal
(DTA/TG). Adapun diagram alir penelitian ini ditampilkan pada gambar 3.1
dan 3.2:
30
Gambar 3. 1 Diagram Alir Sintesis Material Aktif Li4Ti5O12
Mulai
Larutan A
LiOH + Etanol
250 rpm T= 320C dan t = 1
jam
Perhitungan Stoikiometri dan bahan
ditimbang
Larutan B
C12H28O4Ti + Etanol
250 rpm T= 320C dan t = 1
jam
Larutan A + B (Sol) + Asam sitrat
Gel
Gel dikeringkan, T=80oC dan digerus
Prekusor
Li4Ti5O12
Sintering pada suhu 500,
Co600, 700 dan 800
selama 2 jam
Pengujian
DTA/TG
Digerus dan disaring 200 mesh
Material Aktif
Li4Ti5O12
Uji XRD dan
SEM
31
Gambar 3.2 Diagram Alir Pembuatan Baterai
Disiapkan material aktif Li4Ti5O12
dan bahan tambahan yang
digunakan
Material aktif:
a. LTO 500oC
b. LTO 600oC
c. LTO 700oC
d. LTO 800oC
Pembuatan Slurry:
Material Aktif = 85%
PVDF = 10%
Super P = 5%
Coating
Cutting
Assembly
Baterai Coin cell Uji CV, CD dan
EIS
Selesai
32
3.4. Proses Pembuatan Bahan Uji dan Pengujian
Pada penelitian ini dilakukan sintesis material keramik Li4Ti5O12 dengan
menggunakan metode sol gel, bahan baku yang digunakan diantaranya litium
hidroksida (LiOH), titanium (IV) isopropoxide (C12H28O4Ti), asam sitrat
(C2H2O4) sebagai chelating agent dan etanol sebagai pelarut. Berdasarkan
stoikiometri di atas maka untuk membuat 10 gram serbuk LTO diperlukan
2,0883 gr LiOH, 30,9552 gr Titanium (IV) Isopropoxide dan 200 ml etanol
untuk melarutkan masing-masing bahan (100 ml). Masing-masing bahan
dilarutkan dalam etanol menggunakan magnetic bar pada hot plate dengan
kecepatan stirrer 250 rpm selama 1 jam, sehingga terbentuk larutan A (LiOH +
etanol) dan larutan B (C12H28O4Ti + etanol). Setelah itu, larutan A dicampurkan
dengan larutan B sambil terus diaduk sampai terbentuk sol, kemudian
tambahkan asam sitrat ke dalam larutan AB lalu diaduk selama 3 jam sampai
terbentuk gel. Gel dikeringkan pada suhu 80oC selama 2 hari, kemudian
disintering pada suhu 500oC, 600oC, 700oC dan 800oC selama 2 jam.
3.4.1. Proses Pembuatan Slurry
Pembuatan slurry anoda LTO menggunakan perbandingan komposisi
material aktif (LTO) 85%, PVDF 10% dan super P 5% dari total 1 gram
material aktif. Digunakan pelarut DMAC sebanyak 2 ml agar bahan dapat
tercampur dengan homogen. Pertama, menimbang bahan-ahan yang
diperlukan dan pelarut dipanaskan sambil diaduk menggunakan magnetic
bar di atas hot plate dengan suhu disetting pada 70oC/250 rpm. Kemudian
33
setelah 15 menit, PVDF dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam pelarut
yang telah dipanaskan dan tunnggu 15 menit sampai larutan menjadi
homogen. Setelah itu, ditambahkan super P dan tunggu kembali selama 15
menit. Terakhir, dimasukkan material aktif LTO dan tunggu selama 30
menit sampai larutan mengental dan homogen.
3.4.2. Proses Pembuatan Lembaran (Coating)
Coating merupakan proses pelapisan slurry anoda ke lembaran Cu-foil.
Proses ini dimulai dengan meletakkan Cu-foil ke Automatic Thick Film
Coater, kemudian dinyalakan tombol vakum pada mesin. Cu-foil
dibersihkan dengan menggunakan etanol dan ketebalan celah doctor blade
disetting sebesar 300 μm. Slurry dituangkan di atas permukaan Cu-foil dan
doctor balde digeser dengan kecepatan pendorong disetting pada 6
cm/menit. Setelah proses pelapisan selesai, lembaran hasil coating
dikeringkan pada suhu 60oC dan setelah kering disimpan di dalam oven
bersuhu 50oC.
3.4.3. Proses Cutting dan Assembly Coin Cell
Lembaran anoda yang telah kering kemudian dipotong berbentuk
lingkaran dengan diameter 1,6 cm dan diameter separator sebesar 1,9 cm.
Assembling coin cell dilakukan di dalam glove box agar dalam keadaan
vacum, sehingga tidak terjadi reaksi dengan udara luar. Assembling ini
dilakukan setengah sel menggunakan litium metal dan LTO. Adapun proses
assembling coin cell ini dpat dilihat pada gambar 3.3:
34
3.4.4. Karakterisasi termal menggunakan STA
Karakteristik termal sering digunakan untuk menjelaskan teknik
eksperimen analitik yang menyelidiki perilaku sampel sebagai fungsi
temperature. Kegunaan analisa termal adalah untuk mengkarakterisasi,
secara kuantitatif dan kualitatif sifat berbagai macam material pada range
temperature tertentu. Apabila material dipanaskan dengan laju pemanasan
tetap maka akan terjadi prubahan kimia, seperti oksidasi dan degradasi, atau
perubahan fisika, seperti transisi gelas pada polimer, konversi/inversi pada
keramik dan perubahan fasa pada logam.
Karakterisasi termal ini dilakukan dengan menggunakan metode
pengujian DTA (Differential Thermal Analysis) dan TGA
(Thermogravimetry Analysis). Dari pengujian ini dapat diketahui suhu
sintering dari material anoda Li4Ti5O12, suhu sintering yang dipilih akan
1,6 cm
1,9 cm
(a)
(b)
(c)
Gambar 3. 3 Ukuran diameter (a) Anoda LTO, (b) Separator dan (c) Assembling
coin cell
35
mempengaruhi kualitas struktur kristal yang terbentuk. Alat yang digunakan
yaitu STA (Simultaneous Thermal Analysis), DTA-TGA dilakukan pada
kisaran suhu 30 ˚C sampai 1.000 ˚C dengan laju kenaikan suhu 10 ˚C per
menit.
3.4.5. Analisis Struktur Kristal menggunakan X-Ray Diffraction (XRD)
Difraksi sinar-X merupakan salah satu pengujian tidak merusak (Non
Destructive) yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana fasa yang kita
inginkan terbentuk atau fasa lain yang tidak diharapkan, selain itu dapat
diketahui struktur kristal dan parameter kisi dari sampel.
Puncak difraksi sinar-x dihasilkan oleh interferensi konstruktif dari
sinar-X monokromatik yang tersebar pada sudut tertentu dari setiap
rangkaian bidang kisi dalam sampel. Intensitas puncak ditentukan oleh
distribusi atom dalam kisi. Akibatnya, pola difraksi sinar-X menjadi sidik
jari dari susunan atom periodik yang diberikan bahan. Sinar-X ini dihasilkan
oleh tabung sinar katoda, sinar ini akan difilter untuk menghasilkan radiasi
monokromatik, kemudian sinar tersebut diarahkan ke sampel. Interaksi sinar
dengan sampel menghasilkan interferensi konstruktif (dan sinar terdifraksi)
bila kondisinya memenuhi hukum Bragg:
n𝜆 = 2𝑑𝑠𝑖𝑛𝜃, n= 1,2,3,..
36
dimana n adalah bilangan bulat, λ adalah panjang gelombang sinar-x, d adalah
jarak antarplanar menghasilkan difraksi, dan 𝜃 adalah sudut difraksi.
Hukum ini menghubungkan panjang gelombang radiasi
elektromagnetik dengan sudut difraksi dan jarak kisi dalam sampel kristal.
Sinar-X yang terdifraksi ini kemudian dideteksi, diproses, dan dihitung.
Dengan memindai sampel melalui kisaran sudut 2𝜃, memungkinkan semua
arah difraksi dari kisi harus dicapai karena orientasi bahan acak. Konversi
puncak difraksi untuk jarak d memungkinkan identifikasi senyawa karena
setiap senyawa memiliki jarak d yang unik. Hal ini dicapai dengan
perbandingan jarak d dengan standar pola referensi.
Gambar 3. 4 Pola difraksi sinar – X oleh bidang kristal [35]
37
3.4.6. Scanning morfologi dengan SEM
Pengujian dengan menggunakan alat Scanning Electron Microscope
(SEM) digunakan untuk mengamati morfologi (sifat permukaan) dari
sampel seperti bentuk partikel dan ukuran partikel. Selain itu, pada SEM
yang dilengkapi dengan EDX dapat ditentukan pula komposisi internal dari
partikel. SEM bekerja dengan memanfaatkan hamburan balik electron,
interaksi berkas elektron dengan permukaan sampel dapat dilihat pada
gambar 4.2 sebagai berikut:
Dengan menggunakan SEM diperoleh gambar yang diperbesar dengan
memindai sinar elektron primer yang berasal dari elekton gun (perangkat
yang menghasilkan elektron dan dilengkapi dengan detector yang
digunakan untuk mendeteksi elektron yang dihasilkan, yang mungkin
merupakan elektron sekunder yang dipancarkan oleh sampel atau
memantulkan elektron yang mengalami perubahan arah di dalam sampel.
Gambar 3. 5 Interaksi berkas elektron dengan sampel.
38
SEM dapat melihat tiga dimensi struktur permukaan material dengan
resolusi tinggi.
3.4.7. Pengujian performa elektrokimia dengan Uji Cyclic Voltametry (CV)
Cyclic Voltammetry menjadi pengujian pertama untuk mengetahui
performa elektrokimia dari baterai. Pada tahap ini sel dihubungkan dengan
Battery Cycler yang merupakan gabungan dari alat potentiostatic dan
galvanostatic. Tegangan sel sebagai input, dinaikturunkan secara bergantian
pada rentang 0,75-2,8 Volt dengan kecepatan pindai/ scan rate 0.12 mV/s
dan besarnya arus listrik yang mengalir sebagai output dicatat. Dengan
memindahkan data tegangan dan arus pada setiap waktu yang sama akan
didapatkan cyclic voltammogram. Dari hasil pengujian ini dapat diketahui
reversibilitas proses redoks yang terjadi, sehingga dapat ditentukan
besarnya koefisien difusi ion Li.
3.4.8. Pengujian konduktivitas elektronik dengan Uji EIS
Impedansi adalah suatu ukuran kemampuan sirkuit untuk menahan
aliran arus listrik, fungsinya sama seperti hambatan. Impedansi elektrokimia
biasanya diukur dengan menerapkan potensial AC ke sel elektrokimia dan
kemudian mengukur arus melalui sel. Impedansi elektrokimia diukur
dengan menggunakan sinyal eksitasi kecil. Ini dilakukan agar sel tersebut
memiliki respon pseudo-linear. Dalam linear (atau pseudo-linear), respon
terhadap potensi sinusoidal akan menjadi sinusoid pada frekuensi yang
39
sama tetapi mengalami pergeseran fase. Pengujian EIS ini digunakan untuk
mengamati interaksi elektron maupun ion yang berpindah dari komponen
sel selama reaksi elektrokimia. Sehingga dapat ditentukan besarnya
konduktivitas elektronik dari material Li4Ti5O12.
3.4.9. Pengujian Kapasitas Baterai dengan Uji Charge-Discharge
Uji charge – discharge capacity sel dilakukan untuk menentukan
kapasitas listrik yang dapat dihasilkan sel. Dalam pengujian ini digunakan
alat yang sama (WonAtech WBCS3000, Korea) dengan pengujian CV. Sel
dihubungkan dengan Battery Cycler, kemudian diberi arus dan beban
bergantian sebesar 0.1 dari perkiraan kapasitas sel atau 0.1C. Batas tegangan
bawah dan atas (cut-off), masing-masing 0.75 dan 2.8 Volt. Pada uji ini arus
atau beban dibuat konstan, sementara tegangan dicatat seiring berjalannya
waktu. Data tegangan dan data besar arus dikalikan waktu dapat dipaparkan
dalam grafik tegangan sebagai fungsi charge – discharge capacity. Melalui
grafik ini didapatkan charge – discharge capacity sel.
40
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Hasil dan pembahasan pengujian STA (Simultaneous Thermal Analysis)
Prekusor yang dihasilkan dengan menggunakan metode sol gel selanjutnya
dilakukan pengujian Thermal Analysis untuk menentukan suhu sintering dan
sifat termal. Analisis termal digunakan untuk menjelaskan teknik eksperimen
analitik yang menyelidiki perilaku sampel sebagai fungsi temperatur. Pada
umumnya terdapat banyak metode yang digunakan dalam analisis termal,
namun metode analisis termal yang digunakan dalam penelitian ini yaitu DTA
(Differential Thermal Analysis) dan TG (Thermogravimetry). Kedua pengujian
tersebut dilakukan secara bersamaan (simultan) dengan menggunakan alat
karakterisasi Simultaneous Thermal Analaysis (STA). Hasil karakterisasi
termal prekusor Li4Ti5O12 dengan STA ditunjukkan pada Gambar 1.
Pengurangan massa pada kurva TG pada gambar 4.1 terjadi dalam 3 tahap
yaitu pada rentang suhu 45oC - 241oC, 241oC - 470oC dan 470oC – 800oC.
Penurunan pertama pada rentang suhu 45oC – 241oC terjadi pengurangan
massa yang cukup besar yakni 30.11%. Pada tahap pertama ini terjadi proses
pelepasan uap air H2O, gas CO2, zat-zat volatile dan ethanol yang digunakan
sebagai pelarut ketika sintesis Li4Ti5O12. Selain itu, terjadi pula proses
dekomposisi asam sitrat dan titanium (IV) isopropoxide. Kemudian penurunan
kedua terjadi pengurangan massa sebesar 10.3%, penurunan ini disebabkan
karena proses dekomposisi titanium (IV) isopropoxide yang masih terjadi
41
(pada rentang suhu 241-358oC) dan dekomposisi LiOH (pada rentang suhu
358oC – 470oC). Pengurangan massa pada ruas tersebut juga dikarenakan
proses pembakaran dari asam sitrat yaitu pemecahan bahan-bahan organik
menjadi karbon karena proses pemanasan di atas suhu dekomposisi material
tersebut[30]. Penurunan massa yang ketiga yaitu pada rentang suhu 470oC -
800oC, penurunan massanya tidak terlalu besar yakni sekitar 6.9%. Pada
penurunan ketiga ini, terjadi proses kristalisasi, mulai terbentuk fasa Li4Ti5O12
dan pelepasan zat-zat volatile. Pada penurunan ini fasa yang terbentuk
cenderung stabil.
Pada kurva DTA terdapat puncak dengan bentuk melengkung ke bawah
pada rentang suhu 36oC – 240oC dengan puncak maksimum pada suhu 132oC.
Hal ini menunjukkan adanya reaksi endotermik, dimana reaksi ini terjadi ketika
Gambar 4. 1 Grafik DTA/TG Li4Ti5O12
42
suhu sampel lebih rendah daripada suhu reference. Ketika suhu sampel lebih
rendah, maka sampel akan menyerap panas dari lingkungan. Pada rentang suhu
ini material mulai terhidrasi, dehidrasi menjadi proses pertama dalam
melakukan suatu pemanasan, pada proses ini unsur-unsur organik seperti uap
air dilepaskan dan pelepasan zat-zat volatile seperti gas CO2. Selain itu, terjadi
proses dekomposisi asam sitrat, dalam proses pelepasan sampai dekomposisi
tersebut dibutuhkan energi (entalphi) sebesar 706.69 J/g.
Begitu juga pada rentang suhu 733oC – 969oC terdapat peak endotermik
dengan peak maksimumnya pada suhu 809˚C. Peak endotermik ini merupakan
proses kristalisasi material Li4Ti5O12, fasa Li4Ti5O12 sudah mulai terbentuk.
Besarnya energi yang dibutuhkan untuk proses kristalisasi ini sebesar 293.8
J/g. Pada gambar 4.2 merupakan gambar yang menunjukkan kurva derivatif
dari kurva DTA prekusor Li4Ti5O12.
Gambar 4. 2 Kurva DTA (hitam) dan Kurva Derivative DTA (Biru) dari prekusor Li4Ti5O12.
43
Pada kurva tersebut terdapat 3 puncak, puncak pertama pada suhu 200oC
menunjukkan adanya perubahan fasa bahan baku yang diakibatkan karena
terjadi pelepasan unsur H2O, gas CO2 dan zat-zat volatile dari serbuk prekusor
Li4Ti5O12. Kemudian terdapat puncak kedua pada suhu 400oC, puncak ini
menunjukkan mulai terjadi pembentukan fasa Li4Ti5O12. Sedangkan puncak
ketiga pada suhu 900oC, terjadi perubahan fasa dari fasa Li4Ti5O12 menjadi fasa
berikutnya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Subhan [14],
pada suhu 900oC dan 950oC teramati adanya puncak kecil pada sudut utama
20,19o yang dimiliki oleh fasa Li2Ti3O7.
4.2. Hasil dan pembahasan karakterisasi XRD
Berdasarkan hasil analisa termal serbuk Li4Ti5O12 yang dihasilkan sampel
disintering dengan variasi suhu sinter 500oC, 600oC, 700oC dan 800oC
kemudian dilakukan pengujian XRD untuk mengidentifikasi fasa yang
terbentuk dari masing-masing sampel. Identifikasi ini dilakukan dengan
membandingkan harga sudut 2θ antara sampel yang diuji dengan data referensi
dengan rentang pengukuran pada sudut 10o – 90o. Dari hasil pengujian ini
diperoleh kurva yang menunjukkan besarnya intensitas terhadap sudut 2θ,
kurva XRD material Li4Ti5O12 dengan variasi suhu sinter dapat dilihat pada
gambar 4.2.
Pada gambar 4.2 (a) merupakan pola XRD dari sampel Li4Ti5O12 yang
disintering pada suhu 500oC, setelah dicocokan dengan database (ICSD- 98-
016-0655) terdapat puncak intensitas yang menunjukkan bahwa fasa Li4Ti5O12
44
telah terbentuk namun masih terdapat unsur pengotor dengan presentase yang
cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari puncak intensitas dari kedua fasa yang
terbentuk, puncak intensitas yang menunjukkan fasa pengotor TiO2 lebih tinggi
dibandingkan dengan pucak intensitas Li4Ti5O12.
Pola XRD untuk sampel Li4Ti5O12 yang disintering pada suhu 600oC dapat
dilihat pada gambar 4.3 (b), pola yang terbentuk hampir sama dengan pola
XRD pada sampel 500oC hanya saja intensitas dari puncak fasanya yang
berbeda. Puncak intensitas dari fasa Li4Ti5O12 terlihat lebih tinggi sedangkan
puncak intensitas dari fasa TiO2 mengalami penurunan. Fasa pengotor TiO2
dari kedua sampel ini merupakan fasa metastabil TiO2 anatase.
Gambar 4. 3 Kurva XRD material Li4Ti5O12 dengan variasi suhu sintering pada suhu
(a) 500oC, (b) 600 oC, (c) 700 oC dan (d) 800 oC dengan waktu tahan selama 2 jam.
(d)
(c)
(a)
(b)
45
Gambar 4.3 (c) dan (d) menunjukkan pola XRD untuk sampel 700oC dan
800oC, dari kurva tersebut diperoleh puncak intensitas Li4Ti5O12 yang
terbentuk semakin tinggi dan intensitas impuritasnya semakin berkurang
bahkan sangat kecil. Impuritas yang terdapat pada pola ini adalah fasa TiO2
Rutille pada sudut 2θ= 54,49o, fasa ini merupakan fasa TiO2 yang cukup stabil
pada suhu tinggi [14]. Hao et al [19] dalam penelitiannya memperoleh material
Li4Ti5O12 dengan fasa murni pada suhu sintering 800oC dengan lamanya waktu
sintering selama 20 jam, sehingga impuritas TiO2 dapat dihilangkan dengan
kenaikan temperatur dan lamanya waktu sintering.
Dari gambar 4.3 di atas, secara keseluruhan dapat diketahui bahwa fasa
Li4Ti5O12 sudah terbentuk pada range temperature 500 - 800oC dengan struktur
kristal berbentuk kubik dan space group Fd3m, namun masih terdapat
impuritas TiO2 yang tidak habis bereaksi. Tetapi seiring dengan kenaikan suhu
puncak intensitas yang menunjukkan fasa Li4Ti5O12 semakin bertambah tajam
sedangkan puncak yang menunjukkan fasa impuritas TiO2 menurun. Puncak
yang semakin sempit dan tajam mengindikasikan bahwa ukuran kristal yang
terbentuk dari fasa Li4Ti5O12 semakin tinggi. Hasil analisa menggunakan
software HIGHSCORE PLUS, besarnya komposisi fasa yang terbentuk antara
Litium Titanate dan TiO2 dengan variasi suhu sinter untuk masing-masing
sampel dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut:
46
Tabel 4. 1 Komposisi fasa Li4Ti5O12 dan TiO2 dengan variasi suhu sinter
Sampel Fasa Li4Ti5O12
(%)
Fasa TiO2
Anatase (%)
Fasa TiO2
Rutil (%)
Chi2
(𝝌𝟐)
500oC 60.3 39.7 - 1.2
600oC 66.2 33.8 - 1.3
700oC 83.5 - 16.5 1.3
800oC 93.7 - 6.3 1.2
Dari tabel 4.1, persentase komposisi fasa dari Li4Ti5O12 meningkat seiring
dengan kenaikan suhu sintering, sedangkan fasa TiO2 mengalami penurunan.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu sintering, fasa Li4Ti5O12 yang
terbentuk semakin banyak. Masih terdapatnya impuritas dalam sampel
disebabkan karena waktu penahanan yang masih rendah, Shen et al [13]
berhasil mensintesis LTO dengan fasa murni pada suhu 800oC dengan waktu
sintering selama 4 jam, selain itu Wang et al [8] juga berhasil mensintesis LTO
dengan tingkat kemurnian yang tinggi pada suhu 800oC sealam 15 jam.
Sehingga impuritas dapat dihilangkan, salah satunya dengan menambah waktu
sintering.
Struktur kristal dari masing-masing fasa dapat dilihat pada gambar 4.4,
struktur kristal dari Li4Ti5O12 berbentuk spinnel kubik (gambar 4.4 a) dimana
nilai parameter kisi a, b dan c sama. Bola berwarna hijau menunjukkan atom
Li yang membentuk kisi tetrahedral, atom Ti ditunjukkan oleh bola berwarna
biru dengan bentuk kisi oktahedral dan bola berwarna merah menunjukkan
atom oksigen. Struktur kristal dari TiO2 ditunjukkan oleh gambar 4.4 b dan c,
keduanya memiliki struktur kristal yang sama dengan bentuk tetragonal,
47
namun berbeda space group. Struktur TiO2 anatase (gambar 4.4 b) dengan
space group I41/a m d dan space group struktur TiO2 rutil (gambar 4.4 c)
P42/m n m. Parameter kisi dari struktur tetragonal memiliki panjang kisi a dan
b sama dan panjang kisi c yang berbeda.
(c)
(a)
(b)
Gambar 4. 4 Struktur kristal dari (a) Li4Ti5O12 (b) TiO2 Anatase dan (c) TiO2
Rutille. Bola berwarna merah merupakan atom oksigen, bola berwarna biru atom
Titanium dan bola berwarna hijau atom Lithium [diperoleh dari software VESTA].
48
Hasil analisa menggunakan software HIGHSCORE terhadap parameter
kisi dan volume kisi diperlihatkan pada tabel 4.2. Kenaikan suhu menyebabkan
nilai parameter kisi bertambah dan volume kisi membesar.
Tabel 4. 2 Parameter kisi Li4Ti5O12 dengan variasi suhu sinter menggunakan software
HIGHSCORE.
Sampel (oC) Parameter kisi (Å) Volume kisi (Å3)
500 8.3344 578.93
600 8.3349 579.03
700 8.3568 583.61
800 8.3587 584.00
Nilai parameter kisi di atas mendekati nilai parameter kisi yang dihasilkan
oleh Shen et al [13] (a = 8.368 Å) dan Hao et al [18] (a = 8.364 Å). Hasil analisa
menggunakan software HIGHSCORE diperoleh parameter kisi dari fasa TiO2
yang terdapat pada tabel 4.3.
Tabel 4. 3 Parameter kisi TiO2 dengan variasi suhu sinter menggunakan software
HIGHSCORE.
Sampel
(oC) Fasa TiO2
Parameter kisi Volume
kisi (Å3) a (Å) b (Å) c (Å)
500 Anatase 3.7858 3.7858 9.5092 136.29
600 Anatase 3.7794 3.7794 9.4961 135.64
700 Rutille 4.5910 4.5910 2.9594 62.37
800 Rutille 4.5928 4.5928 2.9595 62.43
4.3. Hasil dan pembahasan karakterisasi SEM
Hasil karakterisasi morfologi sampel dengan menggunakan SEM
(Scanning Electron Microscope) dengan perbesaran 10k dan 1k SE dapat
dilihat pada gambar 4.5 dan 4.6. Secara morfologi, permukaan sampel
49
Li4Ti5O12 pada suhu 500oC dan 600oC memiliki tekstur yang kasar, sedangkan
pada sampel 700oC mulai terbentuk permukaan yang lebih halus dan pada
sampel 800oC tekstur yang terbentuk lebih halus daripada ketiga sampel yang
lain.
Semua sampel terdiri dari partikel-partikel kecil dan besar yang
membentuk agglomerasi dengan bentuk partikel yang beragam seperti bentuk
bulat, persegi panjang, kotak dan tidak beraturan. Tetapi pada sampel 800oC
mulai terbentuk batas-batas butir pada partikel besar, sehingga tampak
terbentuk butiran-butiran partikel yang lebih kecil dan halus. Pada sampel 800
ini juga terdapat partikel-partikel kecil yang memiliki bentuk yang lebih
seragam dan berkumpul membentuk satu material besar (bulk material).
(a) (b)
(c) (d) Gambar 4. 5 Morfologi sampel Li4Ti5O12 hasil karakterisasi menggunakan SEM
dengan pebesaran 10k SE variasi suhu sintering (a) 500oC, (b) 600 oC, (c) 700 oC, (d)
800 oC.
50
Untuk melihat distribusi dari ukuran partikel dapat dilihat pada gambar 4.6
dengan perbesaran 1k SE. Terlihat bahwa bentuk partikel kecil lebih dominan
dibandingkan dengan partikel yang berukuran besar. Namun, partikel-partikel
kecil ini beragglomerasi membentuk satu material besar. Agglomerasi ini
disebabkan karena asam sitrat tidak melapisi semua partikel secara merata,
asam sitrat digunakan sebagai zat pelindung pada saat perlakuan panas
melindungi partikel baru yang terbentuk dari kontak satu sama lain sehingga
tidak terjadi agglomerasi [18].
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 4. 6 Morfologi sampel Li4Ti5O12 hasil karakterisasi menggunakan SEM
dengan pebesaran 1k SE variasi suhu sintering (a) 500oC, (b) 600 oC, (c) 700 oC, (d)
800 oC.
51
Untuk menentukan ukuran partikel dari material serbuk Li4Ti5O12 dalam
pengolahan data digunakan software Image-J dengan menggunakan gambar
yang diperoleh dari hasil pengujian SEM dengan perbesaran 1k SE. Data yang
diambil sebanyak 80 dengan ukuran partikel besar, sedang dan kecil, hasil
pengolahan ditampilkan dalam grafik berupa histogram pada gambar 4.7
sebagai berikut:
Grafik histogram di atas, menunjukkan bahwa partikel memiliki ukuran
dengan orde mikro (μ), pertikel dengan ukuran dibawah 2 μm meningkat
seiring dengan kenaikan suhu sintering. Diameter rata-rata ukuran partikel
untuk masing – masing sampel ditunjukkan pada tabel 4.4 sebagai berikut:
Gambar 4. 7 Grafik histogram distribusi ukuran partikel material serbuk Li4Ti5O12
52
Tabel 4. 4 Diameter rata-rata ukuran partikel material Li4Ti5O12 menggunakan Image-J
Sampel
Diameter
Rata-rata
(μm)
Nilai
Minimum
(μm)
Nilai
Maksimum
(μm)
Standar
Deviasi (μm)
±(𝑛)
500oC 4.525 0.961 15.05 2.405 ± (80)
600oC 5.426 1.161 19.517 3.69 ± (80)
700oC 4.681 0.897 23.232 3.558 ± (80)
800oC 3.504 0.594 16.653 2.56 ± (80)
Dari tabel 4.4, ukuran partikel rata-rata terkecil dimiliki oleh sampel
dengan suhu sintering 800oC sebesar 3.504 μm, sedangkan ukuran partikel
rata-rata terbesar diperoleh pada sampel dengan suhu sintering 600oC sebesar
5.426 μm. Sehingga dapat dibandingkan bahwa semakin tinggi suhu sintering
maka ukuran partikel yang terbentuk semakin kecil. Hal ini terjadi karena
dalam proses sintering terjadi proses densifikasi (pemadatan) partikel, namun
dalam penelitian ini waktu penahanan hanya 2 jam sehingga tidak terjadi
pertumbuhan butir, maka dari itu ketika suhunya semakin tinggi ukuran
partikel yang terbentuk semakin kecil.
4.4. Hasil dan pembahasan pengujian Cyclic Voltammetry
Pada pengujian Cyclic Voltammetry dilakukan pengujian setengah sel
dengan sampel berupa coin cell, dalam pengujian ini Li4Ti5O12 yang berperan
sebagai katoda dipasangkan dengan lithium metal yang berperan sebagai anoda
karena tegangannya lebih rendah dibandingkan dengan Li4Ti5O12. Data hasil
pengujian Cyclic Voltammetry berupa kurva yang menunjukkan hubungan
53
antara tegangan (V) sebagai input dengan output berupa arus (I), kurva hasil
pengujian Cyclic Voltammetry dapat dilihat pada gambar 4.8. Pada kurva
tersebut terdapat puncak dengan arah ke atas yang menunjukkan proses
oksidasi yang disebut sebagai puncak anodik dan puncak dengan arah ke bawah
menunjukkan proses reduksi sebagai puncak katodik. Proses reduksi terjadi
pada saat discharging, ion lithium bergerak dari anoda menuju katoda
sedangkan proses oksidasi terjadi pada saat charging ion lithium bergerak ke
arah yang berlawanan menuju anoda. Proses bergeraknya lithium dari anoda
ke katoda atau sebaliknya dinamakan sebagai proses interkalasi dan de-
interkalasi ion lithium.
Pada Cyclic Voltammogram Li4Ti5O12 dengan suhu sintering 500oC dan
600oC yang ditunjukkan oleh kurva berwarna hijau dan biru, pada keduanya
Gambar 4. 8 Grafik Cyclic voltammogram Li4Ti5O12 dengan variasi suhu sinter.
54
terdapat puncak oksidasi dan reduksi yang lain yaitu pada range tegangan 2,0
– 2,2 V dan 1,5 – 1,75 V, puncak tersebut merupakan puncak reduksi dan
oksidasi dari TiO2. Hal ini sesuai dengan hasil karakterisasi XRD, bahwa
material yang disintesis masih mengandung impuritas yang cukup besar.
Dari kurva 4.8, dapat dilihat bahwa semakin tinggi suhu sintering maka
puncak oksidasi dan reduksi yang terbentuk semakin tinggi, sehingga arus
listrik yang dihasilkan semakin besar. Puncak yang tinggi dan tajam
mengindikasikan bahwa proses interkalasi dan de-interkalasi ion lithium
berlangsung dengan cepat. Dari data tegangan dan arus puncak reaksi redoks
dapat dihitung besarnya koefisien difusi ion Li dengan menggunakan
persamaan Randles-Sevcik [31]:
𝑖𝑝 = 2.659 × 105𝑛3/2𝐴𝐶𝐷1/2𝑣1/2
Dimana n adalah banyaknya elektron per molekul, A luas permukaan
(cm2), C konsentrasi ion Li (mol/cm3), D koefisien difusi ion Li dan v adalah
kecepatan scan (V/s) dan ip adalah arus puncak (A). Hasil perhitungan
koefisien difusi dapat dilihat pada tabel 4.5 sebagai berikut:
Tabel 4. 5 Hasil perhitungan koefisien difusi ion Li4Ti5O12 dengan variasi waktu sinter.
Sampel Vreduksi
(Volt)
VOksidasi
(Volt)
VPolarisasi
(Volt)
Ip
(Oksidasi)
(mA)
P (mW) D (cm2/S)
500oC 1.4579 1.7076 0.2497 0.7721 1.3184 3.30× 10−11
600oC 1.4882 1.7103 0.2221 1.9341 3.3079 2.07× 10−10
700oC 1.3948 1.7268 0.3320 4.2537 7.3453 1.00× 10−9
800oC 1.3859 1.7348 0.3489 5.3444 9.2715 1.58× 10−9
55
Dari tabel 4.5, dapat kita lihat selisih tegangan reduksi dan oksidasi
(tegangan polarisasi) dari masing-masing sampel meningkat seiring dengan
kenaikan suhu sintering, tegangan polarisasi ini menunjukkan jarak antara
puncak reduksi dan oksidasi. Selain itu, koefisien difusi ion Li juga meningkat
seiring dengan kenaikan suhu sintering. Hal ini mengindikasikan bahwa
interkalasi dan de-interkalasi ion lithium berlangsung dengan cepat.
Bersesuaian dengan hasil SEM, ukuran partikel menurun seiring dengan
naiknya shu sintering, ukuran partikel yang semakin kecil akan menghasilkan
perpindahan ion semakin mudah karena jarak panjang difusi yang pendek.
4.5. Hasil dan pembahasan pengujian EIS
Pada hasil pengujian EIS, data yang diperoleh kemudian dibuat grafik
berupa cole-cole plot sehingga tampak seperti pada gambar 4.9. Semua sampel
membentuk pola busur setengah lingkaran (semicircle) yang disebut sebagai
“Nyquist Plot” dan garis lurus yang disebut sebagai impedansi Wargburg. Dari
grafik terlihat bahwa impedansi yang dihasilkan memiliki komponen real dan
imajiner, sumbu X menyatakan komponen impedansi real (Z) dan sumbu Y
sebagai impedansi imajiner (Z’)[32]. Dari kedua impedansi tersebut dapat
dihitung nilai resistansi elektronik (Re) dan resistansi transfer muatan (Rct),
dimana nilai kedua resistansi tersebut akan digunakan untuk menghitung nilai
konduktivitas Li4Ti5O12.
Pada gambar 4.9 pola busur setengah lingkaran yang terbentuk semakin
mengecil seiring dengan kenaikan suhu sinter. Pada pola busur setengah
56
lingkaran, sebelah kiri menunjukkan nilai resistansi elektronik (Re) dan sebelah
kanan menunjukkan nilai resistansi transfer muatan (Rct). Nilai resistansi
elektonik dan nilai resistansi transfer muatan terbesar pada sampel LTO 600oC.
Garis lurus pada kurva EIS menunjukkan nilai koefisien difusi wargburg
dari ion Li. Semakin tegak garis, maka semakin besar nilai koefisien difusi ion
Li. Artinya proses interkalasi dan deinterkalasi ion Li berlangsung semakin
cepat. Dari gambar 4.9, sampel LTO 700oC memiliki garis yang lebih tegak
dibandingkan dengan sampel yang lainnya.
Nilai konduktivitas dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut [32]:
Gambar 4. 9 Grafik EIS Li4Ti5O12 dengan variasi suhu sinter.
57
𝑅 = 𝜌𝑙
𝐴
Dimana R merupakan resistansi (Ω), tebal sampel, 𝑙 (cm), luas permukaan
sampel, A (cm2) dan 𝜌 adalah resistivitas. Data perhitungan konduktivitas
Li4Ti5O12 dapat dilihat pada tabel 4.6 sebagai berikut:
Tabel 4. 6 Hasil perhitungan konduktifitas Li4Ti5O12 dengan variasi waktu sinter.
Sampel Tebal
(cm)
A (cm2) Re (𝛀) Rct (𝛀) 𝝈𝒆(𝑺/𝒄𝒎)
𝝈𝒄𝒕
(S/cm) 𝝈 (𝑺
𝒄𝒎⁄ )
500oC 0.011 0.020096 9.123 33.345 0.0599 0.0164 0.0764
600oC 0.014 0.020096 23.879 60.939 0.0291 0.0114 0.0406
700oC 0.010 0.020096 9.187 42.1 0.0541 0.0118 0.0659
800oC 0.080 0.020096 8.614 23.962 0.4621 0.1661 0.6282
Dari tabel 4.6 di atas, konduktivitas tertinggi diperoleh pada sampel
dengan suhu sintering 800oC. Sedangkan konduktivitas paling rendah
ditunjukkan oleh sampel dengan suhu sintering 600oC. Sehingga, semakin
tinggi suhu sintering maka nilai konduktifitasnya semakin besar. Pada saat
proses sintering, terjadi proses kristalisasi Li4Ti5O12. Pada suhu sintering
500oC, kristalisasi dari Li4Ti5O12 belum optimum dan ketika sampel disinter
pada suhu 800oC kristalisasi yang terjadi telah mencapai kondisi maksimum.
Jika dikaitkan dengan hasil karakterisasi SEM, pada suhu sinter 600 terjadi
agglomerasi partikel yang cukup serius sehingga ukuran partikel dari sampel
ini jauh lebih besar (lihat tabel 4.4), ketika ukuran partikelnya semakin besar
maka jarak difusi ion akan semakin panjang sehingga akan menurunkan nilai
konduktivitas.
58
4.6. Hasil dan pembahasan pengujian Charge-Discharge
Gambar 4.9 menunjukkan kurva hasil pengujian charge – discharge
Li4Ti5O12 dengan variasi temperature sintering, tegangan yang diberikan antara
1 – 2,5 Volt dan beban arus 0,1C. Pada gambar 4.10, sampel LTO pada suhu
500 oC ditunjukkan oleh garis berwarna hijau, sedangkan sampel LTO dengan
suhu sintering 600 oC ditunjukkan dengan garis berwarna merah. Pada kedua
kurva (500 oC dan 600 oC) terlihat adanya bentuk undakan pada ujung kurva,
hal tersebut mengindikasikan bahwa kurva yang terbentuk mengandung fasa
lain selain fasa Li4Ti5O12, hasil ini menguatkan hasil pengujian XRD bahwa
kemunculan bentuk undakan tersebut merupakan milik TiO2. Selain itu,
tegangan kerja pada range 1.6 – 2.0 V.
Gambar 4. 10 Grafik Charge-Discharge Li4Ti5O12 dengan variasi suhu sinter.
59
Pada kurva charge-discharge, garis berwarna biru dan biru kehijauan
merupakan sampel LTO dengan suhu sintering 700 dan 800, pada kedua kurva
ini tegangan yang terbentuk terlihat datar pada range 1.55 V – 1.6 Volt (versus
Li), ini menggambarkan reaksi kimia utama sebagai mekanisme perpindahan
elektron dari reaksi redoks, pada kurva ini tidak terdeteksi adanya impuritas
ditandai dengan tidak adanya bentuk undakan pada ujung kurva, namun
berdasarkan hasil XRD pada semua sampel masih terdapat impuritas, hanya
saja untuk sampel LTO 700 dan 800 kandungan impuritasnya hanya sedikit.
Data analisis charge-discharge Li4Ti5O12 dengan variasi suhu sintering
ditampilkan pada tabel 4.7. Kapasitas tertinggi pada siklus pertama charge –
discharge terdapat pada sampel LTO dengan suhu sintering 500oC sebesar
88.45 mAh/g dan 99.83 mAh/g. Namun, kapasitas yang besar ini merupakan
gabungan antara kapasitas Li4Ti5O12 dan TiO2. Begitu pun, dengan kapasitas
yang dihasilkan pada suhu 600 adalah jumlah total dari kapasitas LTO dan
TiO2.
Tabel 4. 7 Data analisis charge-discharge Li4Ti5O12 dengan variasi suhu sinter.
Sampel Siklus ke- Kapasitas (mAh/g)
Charge Discharge
500 1 88,45 99,83
2 86,13 87,99
3 83,55
600 1 61,49 63,08
2 58,61 57,60
3 54,44
700 1 61,75 61,63
2 61,06 60,47
60
3 60,10
800 1 75,98 78,07
2 75,26 75,94
3 69,80 70,07
Kapasitas baterai pada sampel dengan suhu sintering 700 sedikit lebih
tinggi dari kapasitas pada sampel 600 yaitu sebesar 61.44 mAh/g dan 63.08
mAh/g dengan selisih sebesar 0,34 mAh/g, kapasitas baterai bertambah besar
ketika suhu sintering dinaikkan menjadi 800oC sehingga kapasitas charge yang
diperoleh sebesar 75.98 mAh/g dan discharge sebesar 78.07 mAh/g.
Dari tabel tersebut juga dapat kita lihat bahwa antara siklus pertama
dengan siklus kedua dan ketiga kapasitas baterai yang dihasilkan pada suhu
500 dan 600 terjadi penurunan yang cukup signifikan dengan selisih sekitar ~
2.3 – 2.5 mAh/g, sedangkan pada suhu sinter 700 dan 800 penurunan kapasitas
yang terjadi sangat kecil pada range 0.6 – 0.96 mAh/g. Hal ini menunjukkan
TiO2 Rutill lebih stabil jika dibandingkan dengan TiO2 anatase.
Kapasitas yang dihasilkan masih jauh dari kapasitas baterai secara
perhitungan teori yaitu sebesar 175 mAh/g, karena material Li4Ti5O12 masih
mengandung impuritas TiO2. Adanya impuritas ini, menurunkan nilai
konduktifitas dan koefisien difusi ion Lithium sehingga kapasitas yang
dihasilkan juga masih rendah. Selain itu, ketebalan elektroda menjadi salah
satu faktor yang mempengaruhi kapasitas penyimpanan baterai yang
dihasilkan, dalam penelitian ini elektroda yang dibuat memiliki ketebalan
sebesar 0.03 mm. Tentunya nilai ketebalan ini cukup besar, sehingga dapat
61
menurunkan kapasitas energi yang dihasilkan, berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Slamet dkk [33] bahwa semakin tebal lapisan elektroda maka
nilai hambatan cenderung meningkat maka nilai konduktifitas menurun karena
semakin tebal lapisan akan meningkatkan jarak tempuh elektron dan jarak
difusi ion lithium dalam lembaran anoda semakin panjang. Kemampuan
kapasitas penyimpanan energi baterai lithium tergantung pada banyaknya ion
lithium yang tersimpan dalam struktur elektrodanya dan berapa banyak yang
dapat digerakkan selama proses charge dan discharge, karena jumlah arus
elektron yang tersimpan dan tersalurkan sebanding dengan jumlah ion lithium
yang bergerak [14].
62
BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Suhu optimum untuk sintering material anoda Li4Ti5O12 dengan metode
sol gel yaitu pada suhu 800oC. Pada suhu tersebut kandungan impuritas
TiO2 sangat kecil.
2. Struktur morfologi yang dihasilkan lebih halus seiring dengan kenaikan
suhu sinter, namun partikel masih beragglomerasi dan bentuk partikel
tidak homogen. Ukuran partikel yang dihasilkan semakin kecil dengan
rata-rata diameter partikel sebesar 3.504 μm.
3. Performa elektrokimia yang dihasilkan mengalami peningkatan seiring
dengan naiknya suhu sinter, meliputi grafik voltammogram, nilai koefisien
difusi, konduktivitas listrik dan kapasitas charge-discharge. Dari semua
sampel, LTO yang disinter pada suhu 800oC menunjukkan performa
elektrokimia yang baik dengan grafik voltammogram yang tajam dan
bagus, nilai koefisien difusi ion lithium sebesar 1,58 × 10−9 cm2s-1,
konduktivitas listrik sebesar 0.6282 𝑆/𝑐𝑚 dan kapasitas discharge yang
diberikan sebesar 78,07 mAh/g.
63
5.2. Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian ini yaitu perlu
menggunakan sumber lithium yang mudah larut dalam etanol contohnya litium
asetat, dilakukan proses milling untuk mereduksi ukuran partikel yang
terbentuk dan menambah waktu penahanan saat sintering, sehingga dapat
diperoleh material dengan fasa murni.
64
DAFTAR PUSTAKA
[1] P. G. Bruce, B. Scrosati, and J. Tarascon, “Lithium Batteries Nanomaterials
for Rechargeable Lithium Batteries ** Angewandte,” pp. 2930–2946, 2008.
[2] Y. Wang et al., “Lithium and lithium ion batteries for applications in
microelectronic devices : A review,” J. Power Sources, vol. 286, pp. 330–
345, 2015.
[3] Masaki Yoshio, Ralph J. Brodd, Akiya Kozawa, Lithium-Ion Batteries. New
York: Springer, 2009.
[4] B. Scrosati, “Recent advances in lithium ion battery materials,” Electrochim.
Acta, vol. 45, no. 15–16, pp. 2461–2466, 2000.
[5] X. Yang et al., “Size-Tunable Single-Crystalline Anatase TiO 2 Cubes as
Anode Materials for Lithium Ion Batteries,” J. Phys. Chem. C, vol. 119, no.
8, pp. 3923–3930, 2015.
[6] B. Zhao, R. Ran, M. Liu, and Z. Shao, “A comprehensive review of
Li4Ti5O12-based electrodes for lithium-ion batteries: The latest
advancements and future perspectives,” Mater. Sci. Eng. R Reports, vol. 98,
pp. 1–71, 2015.
[7] J. Wang, X. Liu, H. Yang, and X. Shen, “Characterization and
electrochemical properties of carbon-coated Li4Ti5O12 prepared by a citric
acid sol – gel method,” J. Alloys Compd., vol. 509, no. 3, pp. 712–718, 2011.
[8] C. Zhang, Y. Zhang, J. Wang, D. Wang, D. He, and Y. Xia, “Li 4 Ti 5 O 12
prepared by a modi fi ed citric acid sol e gel method for lithium-ion battery,”
J. Power Sources, vol. 236, pp. 118–125, 2013.
65
[9] Y. Kuo and J. Lin, “Electrochimica Acta One-pot sol-gel synthesis of Li 4
Ti 5 O 12 / C anode materials for high-performance Li-ion batteries,”
Electrochim. Acta, vol. 142, pp. 43–50, 2014.
[10] R. P. Maloney, H. J. Kim, and J. S. Sakamoto, “Lithium titanate aerogel for
advanced lithium-ion batteries,” ACS Appl. Mater. Interfaces, vol. 4, no. 5,
pp. 2318–2321, 2012.
[11] T. F. Yi, L. J. Jiang, J. Shu, C. B. Yue, R. S. Zhu, and H. Bin Qiao, “Recent
development and application of Li4Ti5O12 as anode material of lithium ion
battery,” J. Phys. Chem. Solids, vol. 71, no. 9, pp. 1236–1242, 2010.
[12] A. Mahmoud, J. M. Amarilla, and I. Saadoune, “Effect of thermal treatment
used in the sol-gel synthesis of Li4Ti5O12 spinel on its electrochemical
properties as anode for lithium ion batteries,” Electrochim. Acta, vol. 163,
pp. 213–222, 2015.
[13] C. M. Shen, X. G. Zhang, Y. K. Zhou, and H. L. Li, “Preparation and
characterization of nanocrystalline Li4Ti5O12 by sol–gel method,” Mater.
Chem. Phys., vol. 78, no. 2, pp. 437–441, 2003.
[14] A. Subhan, “Fabrikasi dan Karakteristik Li4Ti5O12 untuk Bahan Anoda
Baterai Litium Keramik,” Tesis, 2011.
[15] M. Winter and R. J. Brodd, “What are batteries, fuel cells, and
supercapacitors?,” Chem. Rev., vol. 104, no. 10, pp. 4245–4269, 2004.
[16] B. Scrosati, Advances in Lithium-Ion Batteries, Walter A. New York:
Kluwer Academic Publishers, 2002.
[17] C. P. Sandhya, B. John, and C. Gouri, “Lithium titanate as anode material
66
for lithium-ion cells: A review,” Ionics (Kiel)., vol. 20, no. 5, pp. 601–620,
2014.
[18] Y. J. Hao, Q. Y. Lai, D. Q. Liu, Z. U. Xu, and X. Y. Ji, “Synthesis by citric
acid sol-gel method and electrochemical properties of Li4Ti5O12 anode
material for lithium-ion battery,” Mater. Chem. Phys., vol. 94, no. 2–3, pp.
382–387, 2005.
[19] Y. J. Hao, Q. Y. Lai, J. Z. Lu, H. L. Wang, Y. D. Chen, and X. Y. Ji,
“Synthesis and characterization of spinel Li4Ti5O12 anode material by oxalic
acid-assisted sol-gel method,” J. Power Sources, vol. 158, no. 2 SPEC. ISS.,
pp. 1358–1364, 2006.
[20] H. Xiang, B. Tian, P. Lian, Z. Li, and H. Wang, “Sol-gel synthesis and
electrochemical performance of Li4Ti5O12/graphene composite anode for
lithium-ion batteries,” J. Alloys Compd., vol. 509, no. 26, pp. 7205–7209,
2011.
[21] B. Rods, “Safety Data Sheet,” no. 4, pp. 3–5, 2010.
[22] Sigma-Aldrich, “Material Safety Data Sheet,” pp. 1–5, 2005.
[23] W. Drive et al., “Safety Data Sheet Citric Acid Section 1: Identification of
the Substance/Mixture and of the Company/Undertaking,” no. 11350, pp. 1–
7, 2008.
[24] M. N. Ethanol and V. E. E. G. E. E. Scientific, “Ethanol , Absolute MSDS
Number : M1004 Effective Date : 8 / 23 / 2004 Chemical Product and
Company Identification Company Identification : Composition , Information
on Ingredients,” Explosion, pp. 6–9, 2004.
67
[25] C. J. S. G. W. Brinker, “Sol-Gel Science: The Physics and Chemistry of Sol-
Gel Processing,” p. 908, 1990.
[26] U. Schubert, “Part One Sol – Gel Chemistry and Methods,” Sol-Gel Handb.
Synth. Charact. Appl., pp. 1–28, 2015.
[27] L. L. Hench and J. K. West, “The Sol-Gel Process,” Chem. Rev., vol. 90, no.
1, pp. 33–72, 1990.
[28] Rodhiayah Djayasinga, “Pembuatan dan karakterisasi Nanokatalis Ni(1-
x)CuxFe2O4 Serta Uji Aktivasi Pada Konversi (CO2+H2),” Tesis, p. 2015.
[29] S. Widodo, “Teknologi Sol Gel Pada Pembuatan Nano Kristalin Metal
Oksida Untuk Aplikasi Sensor Gas,” Semin. Rekayasa Kim. dan Proses, p.
E-20-1 – E-20-8, 2010.
[30] E. S. Endah yuniarti, Joko Triwibowo, “Pengaruh pH , Suhu dan Waktu pada
Sintesis LiFePO4 / C dengan Metode Sol-Gel Sebagai Material Katoda untuk
Baterai Sekunder Lithium,” Berk. MIPA, vol. 23, no. 3, pp. 218–228, 2013.
[31] J. Wang, Analytical Electrochemistry, Second., no. 1. New York: Wiley-
VCH, 2014.
[32] Gamry Instrument, “Basics of Electrochemical Impedance Spectroscopy,”
Appl. Note AC, vol. 286, no. 1, pp. R491-7, 2010.
[33] S. Priyono, M. A. Dhika, K. Sebayang, and A. Subhan, “PEMBUATAN
ANODA Li4Ti5O12 DAN STUDI PENGARUH KETEBALAN
ELEKTRODA TERHADAP PERFORMA ELEKTROKIMIA BATERAI
ION LITHIUM,” J. Sains Mater. Indones., vol. 17, no. 4, pp. 3–9, 2016.
[34] H. Kato, Y. Yamamoto, M. Nagamine, And, and Y. Nishi, “Lithium ion
68
rechargeable batteries,” Conf. Rec. WESCON/’93, no. 852, pp. 210–214,
1993.
[35] M. Suryanarayana, C., Grant Norton, X-Ray Diffraction A practical
Approach, vol. 53. 1998.
69
LAMPIRAN
Lampiran 1
GAMBAR
Bahan yang digunakan
untuk sintesis Proses melarutkan
LiOH + Etanol
(Lar. A)
Proses melarutkan
Titanium (IV)
Isopropoxide +
Etanol (Lar. B)
Proses
mencampurkan A+B
Prekusor gel Li4Ti5O12
Prekusor gel Li4Ti5O12
yang telah dikeringkan
Prekusor Li4Ti5O12 dihaluskan
70
Material aktif Li4Ti5O12 yang
telah disinter. Pembuatan slurry
Lembaran anoda LTO Lembaran yang telah di cutting
Preparasi assembly coin
cell
71
Lampiran 2
Perhitungan Stoikiometri
Perhitungan Massa Bahan Li4Ti5O12
Persamaan Stoikiometri:
4LiOH + 5C12H28O4Ti + 79O2 → Li4Ti5O12 + 60CO2 + 72H2O
Diketahui massa atom relative dari masing-masing unsur adalah:
Ar. Li = 6,941; Ar.C = 12,0107; Ar.Ti = 47,967; Ar.O = 15,9994
Maka besarnya berat molekul masing-masing bahan adalah:
Mr. LiOH = 23,9483 gr/mol
Mr. C12H28O4Ti = 283,993 gr/mol
Mr. Li4Ti5O12 = 59,0918 gr/mol
Menghitung jumlah mol Li4Ti5O12
𝑚𝑜𝑙 𝐿𝑖4𝑇𝑖5𝑂12 =𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
𝑀𝑟=
10 𝑔𝑟𝑎𝑚
459,0918 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙= 0,0218 mol
Perhitungan massa LiOH
Menghitung jumlah mol LiOH
mol LiOH
𝑚𝑜𝑙 𝐿𝑖4𝑇𝑖5𝑂12=
Koef. LiOH
𝐾𝑜𝑒𝑓. 𝐿𝑖4𝑇𝑖5𝑂12
mol LiOH =Koef. LiOH
Koef. Li4Ti5O12× mol Li4Ti5O12
mol LiOH =4
1× 0,0281 gr/mol
mol LiOH = 0,0872 mol
72
Menghitung massa LiOH
Massa LiOH = mol × Mr
= 0,0872 mol × 23,9483 gr
mol
= 2,08829 gram
Perhitungan massa C12H28O4Ti
Menghitung jumlah mol C12H28O4Ti
mol C12H28O4Ti
mol Li4Ti5O12=
Koef. C12H28O4Ti
Koef. Li4Ti5O12
mol C12H28O4Ti =Koef. C12H28O4Ti
Koef. Li4Ti5O12× mol Li4Ti5O12
mol C12H28O4Ti =5
1× 0,0218 gr/mol
mol C12H28O4Ti = 0,109 mol
Menghitung massa C12H28O4Ti
Massa C12H28O4Ti = mol × Mr
= 0,109 mol × 283,993gr
mol
= 30, 9552 gram
Menghitung Volume C12H28O4Ti
𝜌 =𝑚
𝑉
Volume C12H28O4Ti = 30,9552
0,96 gr/cm3
73
Lampiran 3
Data base Highscore
Name and formula
Reference code: 98-016-0655
Compound name: Lithium Titanium Oxide (1.33/1.67/4)
Common name: Lithium Titanium Oxide (1.33/1.67/4)
Chemical formula: Li1.33O4Ti1.67
Crystallographic parameters
Crystal system: Cubic
Space group: F d -3 m
Space group number: 227
a (Å): 8.3520
b (Å): 8.3520
c (Å): 8.3520
Alpha (°): 90.0000
Beta (°): 90.0000
Gamma (°): 90.0000
Calculated density (g/cm^3): 3.49
Volume of cell (10^6 pm^3): 582.60
Z: 8.00
RIR: 3.56
Subfiles and quality
Subfiles: User Inorganic
Quality: User From Structure (=)
Comments
Creation Date: 01/02/2009
Modification Date: 30/12/1899
Original ICSD space group: FD3-MZ. X-ray diffraction from single crystal
Structure type: Al2MgO4. Temperature factors available
74
Temperature in Kelvin: 295
Structure type: Al2MgO4
Recording date: 2/1/2009
ANX formula: AB2X4
Z: 8
Calculated density: 3.49
R value: 0.036
Pearson code: cF56
Wyckoff code: e d a
Structure TIDY: TRANS Origin 1/2 1/2 1/2
Publication title: Single crystal growth and structure refinement of Li4 Ti5 O12
ICSD collection code: 160655
Structure: Al2MgO4
Chemical Name: Lithium Titanium Oxide (1.33/1.67/4)
Second Chemical Formula: Li (Ti1.67 Li0.33) O4
References
Structure: Ohshima, K.;Akimoto, J.;Kijima, N.;Takahashi,
Y.;Kataoka, K., Journal of Physics and Chemistry
of Solids, 69, 1454 - 1456, (2008)
Peak list
No. h k l d [A] 2Theta[deg] I [%]
1 1 1 1 4.82203 18.384 100.0
2 0 2 2 2.95288 30.243 0.8
3 1 1 3 2.51822 35.623 42.2
4 2 2 2 2.41101 37.264 2.6
5 0 0 4 2.08800 43.298 60.9
6 1 3 3 1.91608 47.409 6.1
7 2 2 4 1.70484 53.722 0.1
8 1 1 5 1.60734 57.271 17.7
9 0 4 4 1.47644 62.897 33.2
10 1 3 5 1.41175 66.136 10.8
11 2 4 4 1.39200 67.198 0.1
12 0 2 6 1.32057 71.367 0.0
13 3 3 5 1.27367 74.427 3.6
14 2 2 6 1.25911 75.437 2.4
15 4 4 4 1.20551 79.432 7.3
16 1 5 5 1.16951 82.394 4.3
17 2 4 6 1.11608 87.289 0.2
Structure
75
No. Name Elem. X Y Z Biso sof Wyck.
1 O1 O 0.23740 0.23740 0.23740 0.7264 1.0000 32e
2 TI1 Ti 0.00000 0.00000 0.00000 0.8369 0.8333 16c
3 LI1 Li 0.00000 0.00000 0.00000 0.8369 0.1667 16c
4 LI2 Li 0.37500 0.37500 0.37500 0.7659 1.0000 8b
Stick Pattern
Name and formula
Reference code: 98-000-9854
Mineral name: Anatase
Compound name: Anatase
Common name: Anatase
Chemical formula: O2Ti1
Crystallographic parameters
Crystal system: Tetragonal
76
Space group: I 41/a m d
Space group number: 141
a (Å): 3.7970
b (Å): 3.7970
c (Å): 9.5790
Alpha (°): 90.0000
Beta (°): 90.0000
Gamma (°): 90.0000
Calculated density (g/cm^3): 3.84
Volume of cell (10^6 pm^3): 138.10
Z: 4.00
RIR: 4.99
Subfiles and quality
Subfiles: User Inorganic
User Mineral
Quality: User From Structure (=)
Comments
Creation Date: 01/01/1980
Modification Date: 01/04/2006
Original ICSD space group: I41/AMDS
Stable below 300 K (3rd ref., Tomaszewski), 300-800 K: Pbca. X-ray
diffraction from single crystal
Structure type: TiO2(tI12). Temperature factors available
Temperature in Kelvin: 873
The structure has been assigned a PDF number (experimental powder diffraction
data): 21-1272
The structure has been assigned a PDF number (calculated powder diffraction
data): 01-071-1168
Compound with mineral name: Anatase
Structure type: TiO2(tI12)
Recording date: 1/1/1980
Modification date: 4/1/2006
Mineral origin: Binntal, Wallis, Switzerland
ANX formula: AX2
Z: 4
Calculated density: 3.84
R value: 0.023
Pearson code: tI12
77
Wyckoff code: e a
PDF code: 00-021-1272
Structure TIDY: TRANS Origin 0 3/4 5/8
Structure TIDY: REMARK Transformed from non-centrosymmetric setting.
Publication title: Refinement of the structure of anatase at several temperatures
ICSD collection code: 9854
Structure: TiO2(tI12)
Chemical Name: Titanium Oxide
Second Chemical Formula: Ti O2
References
Structure: Meagher, E.P.;Schwerdtfeger, C.F.;Horn, M.,
Golden Book of Phase Transitions, Wroclaw, 1, 1 -
123, (2002)
Peak list
No. h k l d [A] 2Theta[deg] I [%]
1 0 1 1 3.52981 25.210 100.0
2 0 1 3 2.44378 36.747 6.5
3 0 0 4 2.39475 37.527 19.7
4 1 1 2 2.34200 38.405 7.7
5 0 2 0 1.89850 47.875 26.2
6 0 2 2 1.76490 51.756 0.0
7 0 1 5 1.71042 53.533 16.6
8 1 2 1 1.67200 54.865 16.3
9 1 2 3 1.49924 61.834 2.9
10 0 2 4 1.48771 62.366 12.2
11 1 1 6 1.37223 68.298 5.5
12 2 2 0 1.34244 70.032 5.7
13 0 1 7 1.28737 73.504 0.5
14 1 2 5 1.27075 74.627 8.7
15 0 3 1 1.25476 75.744 2.4
16 0 2 6 1.22189 78.162 0.0
17 0 0 8 1.19738 80.080 0.4
18 0 3 3 1.17660 81.791 0.6
19 2 2 4 1.17100 82.267 4.3
20 1 3 2 1.16468 82.811 1.9
Structure
No. Name Elem. X Y Z Biso sof Wyck.
1 O1 O 0.00000 0.25000 0.16720 1.4800 1.0000 8e
2 TI1 Ti 0.00000 0.25000 0.37500 1.0300 1.0000 4b
78
Stick Pattern
Name and formula
Reference code: 98-005-3601
Mineral name: Rutile
Compound name: Rutile
Common name: Rutile
Chemical formula: O2Ti1
Crystallographic parameters
Crystal system: Tetragonal
Space group: P 42/m n m
Space group number: 136
a (Å): 4.5850
b (Å): 4.5850
c (Å): 2.9590
Alpha (°): 90.0000
Beta (°): 90.0000
79
Gamma (°): 90.0000
Calculated density (g/cm^3): 4.26
Volume of cell (10^6 pm^3): 62.20
Z: 2.00
RIR: 3.66
Subfiles and quality
Subfiles: User Inorganic
User Mineral
Quality: User From Structure (=)
Comments
Creation Date: 01/04/2003
Modification Date: 01/04/2006
Original ICSD space group: P42/MNM
Stable from 800 to 1800 K (2nd ref., Tomaszewski), 300-800 K: Pbca. z(Ti)
corrected from 0.0002 into 0.0000 for symmetry
reasons
Cell of Zi.9 Zr.1 O2: 4.619, 2.991. At least one temperature factor
missing in the paper.. No R value given in the
paper.
Structure type: TiO2(tP6). Structure calculated theoretically
Temperature in Kelvin: 300. Standard deviation missing in cell constants
Pressure in MPa: 100
The structure has been assigned a PDF number (experimental powder diffraction
data): 21-1276
The structure has been assigned a PDF number (calculated powder diffraction
data): 01-071-4513
Compound with mineral name: Rutile
Structure type: TiO2(tP6)
Recording date: 4/1/2003
Modification date: 4/1/2006
ANX formula: AX2
Z: 2
Calculated density: 4.26
Pearson code: tP6
Wyckoff code: f a
PDF code: 00-021-1276
Publication title: Molecular dynamics study of the Ti O2 (rutile) and Ti O2-Zr O2
systems
ICSD collection code: 53601
80
Structure: TiO2(tP6)
Chemical Name: Titanium Oxide
Second Chemical Formula: Ti O2
References
Structure: Kitoh, R.;Fujii, I.;Fukuda, K., Golden Book of
Phase Transitions, Wroclaw, 1, 1 - 123, (2002)
Peak list
No. h k l d [A] 2Theta[deg] I [%]
1 1 1 0 3.24208 27.489 100.0
2 0 1 1 2.48621 36.098 48.2
3 0 2 0 2.29250 39.268 6.8
4 1 1 1 2.18557 41.274 19.0
5 1 2 0 2.05047 44.131 6.1
6 1 2 1 1.68537 54.394 56.1
7 2 2 0 1.62104 56.743 17.2
8 0 0 2 1.47950 62.752 7.9
9 1 3 0 1.44990 64.183 8.4
10 2 2 1 1.42168 65.616 0.5
11 0 3 1 1.35790 69.120 19.3
12 1 1 2 1.34597 69.821 9.7
13 1 3 1 1.30200 72.545 1.3
14 2 3 0 1.27165 74.565 0.2
15 0 2 2 1.24310 76.582 2.1
16 1 2 2 1.19979 79.887 1.1
17 2 3 1 1.16833 82.496 4.4
18 0 4 0 1.14625 84.446 3.1
19 1 4 0 1.11203 87.688 1.0
20 2 2 2 1.09278 89.642 7.1
Structure
No. Name Elem. X Y Z Biso sof Wyck.
1 O1 O 0.30220 0.30220 0.00000 0.5000 1.0000 4f
2 TI1 Ti 0.00000 0.00000 0.00000 0.5000 1.0000 2a
Stick Pattern
81
82
Lampiran 4
Perhitungan Koefisien Difusi Ion Li
Persamaan Randles-Sevcik [30]:
𝑖𝑝 = 2.659 × 105𝑛3/2𝐴𝐶𝐷1/2𝑣1/2
𝐷𝐿𝑖 =𝐼𝑝
2
(2,659 × 105)2(𝑛1,5)2𝐴2𝐶2𝑣
Dimana:
n = banyaknya elektron per molekul (3)
A = luas permukaan (2.0096 cm2)
C = konsentrasi ion Li (0.00437 mol/cm3)
D = koefisien difusi ion Li (cm2/S)
v = kecepatan scan (V/s)
ip = adalah arus puncak (A).
Sampel Ip (A) n A (cm2) C (mol/cm3) v (V/s)
500 0.0007721 3 2.0096 0.00437 0.00012
600 0.0019341 3 2.0096 0.00437 0.00012
700 0.0042537 3 2.0096 0.00437 0.00012
800 0.0053444 3 2.0096 0.00437 0.00012
𝐼𝑝2 (2,659 × 105)(𝑛1,5)2𝐴2𝐶2𝑣 D
5.96138 x 10-7 18100 3.30× 10−11
3.74074 x 10-7 18100 2.07× 10−10
1.8094 x 10-7 18100 1.00× 10−9
2.85626 x 10-7 18100 1.58× 10−9
83
1. LTO 500oC
𝐷𝐿𝑖 =(0.0007721)2
(2,659 × 105)(3)3𝐴2𝐶2𝑣
𝐷𝐿𝑖 =(0.0042357)2
(2,659 × 105)(3)3(2.0096)2(0.00437)2(1.2 × 10−4)
= 3.30 × 10−11 𝑐𝑚2/𝑆
2. LTO 600oC
𝐷𝐿𝑖 =(0.0019431)2
(2,659 × 105)(3)3(2.0096)2(0.00437)2(1.2 × 10−4)
= 2.07× 10−10 𝑐𝑚2/𝑆
3. LTO 700oC
𝐷𝐿𝑖 =(0.0019431)2
(2,659 × 105)(3)3(2.0096)2(0.00437)2(1.2 × 10−4)
= 1.00 x 10−9 𝑐𝑚2/𝑆
4. LTO 800oC
𝐷𝐿𝑖 =(0.0053444)2
(2,659 × 105)(3)3(2.0096)2(0.00437)2(1.2 × 10−4)
= 1.58 x 10−9 𝑐𝑚2/𝑆
84
Lampiran 5
Data Hasil EIS dan Perhitungan Konduktifitas Li4Ti5O12
1. LTO 500oC
CoGambar 1. Grafik Impedansi pada sampel LTO 500
Time F (Hz) Z(Ω) deg(deg) Rs(Ω) X(Ω)
Vmoni
(V) Imoni (A)
14:56:09 20000 10.26 -27.23 9.123 4.6939 0.032 0.003119
14:56:10 15240 11.384 -29.03 9.9541 5.5233 0.035 0.003082
14:56:11 11620 12.703 -30.11 10.99 6.372 0.038 0.003032
14:56:13 8852 14.234 -30.52 12.262 7.2294 0.041 0.00287
14:56:14 6746 15.947 -30.1 13.797 7.9967 0.045 0.002837
14:56:15 5141 17.748 -28.99 15.525 8.6008 0.049 0.002784
14:56:16 3918 19.577 -27.36 17.387 8.997 0.053 0.002722
14:56:17 2986 21.422 -25.44 19.345 9.2025 0.057 0.002654
14:56:18 2275 23.172 -23.31 21.28 9.1702 0.06 0.00259
14:56:19 1734 24.847 -21.07 23.186 8.9332 0.061 0.002437
14:56:21 1321 26.352 -18.84 24.94 8.51 0.065 0.00245
14:56:22 1007 27.732 -16.79 26.549 8.0119 0.068 0.00244
0
10
20
30
40
50
60
0 10 20 30 40 50 60
X(Ħ)
Rs(Ħ)
Cole-Cole Plot
85
14:56:23 767.4 28.96 -14.82 27.996 7.4097 0.07 0.00242
14:56:24 584.8 30.06 -13.02 29.287 6.7739 0.072 0.002396
14:56:25 445.7 31.009 -11.39 30.398 6.1253 0.074 0.002373
14:56:27 339.6 31.788 -9.98 31.307 5.5095 0.075 0.002354
14:56:28 258.8 32.483 -8.79 32.102 4.9618 0.076 0.002333
14:56:29 197.2 33.063 -7.8 32.757 4.4898 0.077 0.002319
14:56:30 150.3 33.605 -7.12 33.345 4.168 0.077 0.002304
14:56:31 114.6 34.071 -6.6 33.845 3.9154 0.078 0.00229
14:56:33 87.3 34.524 -6.33 34.314 3.806 0.076 0.002196
14:56:34 66.53 35.032 -6.21 34.826 3.7897 0.077 0.002206
14:56:35 50.7 35.487 -6.25 35.276 3.8622 0.078 0.002207
14:56:36 38.64 36.026 -6.44 35.799 4.0429 0.079 0.002199
14:56:38 29.44 36.614 -6.76 36.359 4.3094 0.08 0.002186
14:56:39 22.44 37.284 -7.13 36.996 4.6285 0.081 0.002168
14:56:41 17.1 38.08 -7.53 37.751 4.9872 0.082 0.002143
14:56:42 13.03 38.949 -8.11 38.559 5.4929 0.082 0.002111
14:56:44 9.931 39.898 -8.57 39.452 5.9455 0.083 0.00207
14:56:46 7.568 40.975 -9.09 40.461 6.4725 0.083 0.002018
14:56:48 5.767 42.122 -9.63 41.528 7.0488 0.082 0.001951
14:56:50 4.395 43.462 -10.09 42.789 7.6174 0.081 0.001864
14:56:53 3.35 44.874 -10.59 44.11 8.2447 0.076 0.001691
14:56:56 2.553 46.395 -11.08 45.53 8.9154 0.073 0.001568
14:56:09 1.945 48.121 -11.73 47.115 9.7867 0.068 0.001414
14:56:10 1.482 49.921 -12.01 48.828 10.387 0.062 0.001237
14:56:11 1.13 51.51 -12.97 50.197 11.557 0.054 0.001052
14:56:13 0.861 53.478 -13.69 51.96 12.653 0.046 0.000869
14:56:14 0.656 56.344 -14.31 54.596 13.925 0.04 0.000702
86
14:56:15 0.5 57.669 -13.47 56.081 13.437 0.032 0.000557
2. LTO 600oC
CoGambar 2. Grafik Impedansi pada sampel LTO 600
Time F (Hz) Z(Ω) deg(deg) Rs(Ω) X(Ω) Vmoni
(V) Imoni (A)
14:56:02 20000 25.1 -17.75 23.879 7.6459 0.063 2.50E-03
14:56:03 15240 26.7 -18.05 25.383 8.2696 0.066 2.46E-03
14:56:04 11620 28.5 -17.94 27.077 8.7675 0.069 2.41E-03
14:56:05 8852 30.3 -17.55 28.867 9.1284 0.069 2.28E-03
14:56:07 6746 32.1 -16.86 30.698 9.3057 0.072 2.26E-03
14:56:08 5141 33.9 -15.97 32.566 9.3197 0.075 2.23E-03
14:56:09 3918 35.555 -15.09 34.329 9.2533 0.078 0.00219
14:56:10 2986 37.144 -14.18 36.012 9.0984 0.08 0.002156
14:56:11 2275 38.644 -13.37 37.596 8.9361 0.082 0.002122
14:56:13 1734 40.118 -12.6 39.152 8.7501 0.081 0.002015
14:56:14 1321 41.413 -12.09 40.495 8.6727 0.084 0.00204
14:56:15 1007 42.731 -11.65 41.85 8.6321 0.087 0.002042
14:56:16 767.4 44.059 -11.46 43.181 8.7513 0.09 0.002033
14:56:17 584.8 45.493 -11.47 44.585 9.0438 0.092 0.002012
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0 20 40 60 80 100
X(Ħ)
Rs(Ħ)
Cole-Cole Plot
87
14:56:18 445.7 47.021 -11.49 46.079 9.3652 0.094 0.001988
14:56:19 339.6 48.705 -11.54 47.72 9.745 0.095 0.001958
14:56:21 258.8 50.553 -11.57 49.525 10.142 0.097 0.001925
14:56:22 197.2 52.576 -11.39 51.541 10.38 0.099 0.001887
14:56:23 150.3 54.56 -10.95 53.566 10.368 0.101 0.001852
14:56:24 114.6 56.661 -10.46 55.719 10.286 0.103 0.001814
14:56:25 87.3 58.622 -9.72 57.78 9.897 0.101 0.001717
14:56:27 66.53 60.233 -9.05 59.482 9.4767 0.103 0.001708
14:56:28 50.7 61.598 -8.38 60.939 8.9827 0.105 0.001698
14:56:29 38.64 62.92 -7.9 62.322 8.6524 0.106 0.001683
14:56:30 29.44 64.157 -7.54 63.602 8.4181 0.107 0.001667
14:56:31 22.44 65.398 -7.35 64.86 8.3715 0.108 0.001648
14:56:33 17.1 66.63 -7.38 66.077 8.5639 0.109 0.001628
14:56:34 13.03 68.026 -7.39 67.459 8.7558 0.109 0.001603
14:56:35 9.931 69.469 -7.5 68.874 9.0697 0.109 0.001575
14:56:36 7.568 71.013 -7.64 70.383 9.4356 0.11 0.001541
14:56:38 5.767 72.632 -7.79 71.962 9.8415 0.109 0.001501
14:56:39 4.395 74.395 -7.95 73.679 10.294 0.108 0.00145
14:56:41 3.35 76.287 -8.21 75.505 10.893 0.102 0.001338
14:56:42 2.553 78.291 -8.41 77.449 11.455 0.099 0.001269
14:56:44 1.945 80.473 -8.7 79.548 12.167 0.095 0.001176
14:56:46 1.482 82.77 -8.84 81.786 12.72 0.088 0.001063
14:56:48 1.13 85.115 -9.12 84.039 13.49 0.08 0.000934
14:56:50 0.861 87.647 -9.3 86.493 14.172 0.07 0.000796
14:56:53 0.656 90.673 -9.39 89.456 14.801 0.06 0.000661
14:56:56 0.5 92.809 -9.12 91.636 14.706 0.05 0.000536
88
3. LTO 700oC
Cofik Impedansi pada sampel LTO 700Gambar 3. Gra
Time F (Hz) Z(Ω) deg(deg) Rs(Ω) X(Ω) Vmoni
(V) Imoni (A)
14:39:43 20000 11.466 -36.75 9.1874 6.8596 0.036 0.003108
14:39:45 14630 13.513 -37.44 10.729 8.2153 0.041 0.003032
14:39:46 10700 15.886 -36.79 12.723 9.5137 0.047 0.002937
14:39:47 7821 18.492 -34.87 15.172 10.572 0.051 0.002748
14:39:48 5719 21.144 -32.15 17.903 11.25 0.056 0.002669
14:39:49 4182 23.731 -28.92 20.771 11.478 0.061 0.002583
14:39:51 3058 26.042 -25.67 23.471 11.282 0.065 0.002501
14:39:52 2236 28.177 -22.68 25.997 10.866 0.068 0.002428
14:39:53 1635 30.184 -20.03 28.358 10.34 0.069 0.002294
14:39:54 1196 31.908 -17.77 30.385 9.7389 0.073 0.002301
14:39:55 874.6 33.626 -15.89 32.342 9.2051 0.077 0.002283
14:39:57 639.5 35.277 -14.12 34.212 8.6033 0.079 0.002253
14:39:58 467.7 36.806 -12.56 35.925 8.0062 0.082 0.00222
14:39:59 342 38.129 -11.01 37.426 7.2851 0.083 0.002189
14:40:00 250.1 39.301 -9.66 38.744 6.5942 0.085 0.002162
14:40:01 182.9 40.302 -8.48 39.861 5.9424 0.086 0.002136
14:40:02 133.7 41.091 -7.56 40.733 5.4049 0.087 0.002118
14:40:04 97.8 41.833 -7.03 41.518 5.1204 0.084 0.002011
0
100
200
300
400
500
600
0 100 200 300 400 500 600
X(Ħ)
Rs(Ħ)
Cole-Cole Plot
89
14:40:05 71.52 42.394 -6.75 42.1 4.9832 0.086 0.002028
14:40:06 52.3 42.937 -6.87 42.628 5.1345 0.087 0.002032
14:40:07 38.24 43.51 -7.36 43.152 5.5727 0.088 0.002027
14:40:08 27.97 44.189 -8.24 43.733 6.3321 0.089 0.002014
14:40:10 20.45 44.963 -9.53 44.342 7.4457 0.09 0.001994
14:40:11 14.95 46.01 -11.32 45.115 9.0324 0.09 0.001964
14:40:12 10.94 47.398 -13.54 46.08 11.097 0.091 0.00192
14:40:13 7.997 49.173 -16.28 47.201 13.786 0.091 0.001857
14:40:15 5.848 51.584 -19.55 48.609 17.264 0.091 0.001769
14:40:16 4.276 54.84 -23.37 50.343 21.75 0.09 0.001649
14:40:18 3.127 59.18 -27.72 52.388 27.529 0.085 0.001443
14:40:19 2.287 65.062 -32.59 54.819 35.042 0.083 0.001271
14:40:21 1.672 72.951 -37.8 57.642 44.713 0.079 0.001077
14:40:23 1.223 83.764 -42.91 61.351 57.031 0.074 0.000878
14:40:25 0.894 98.622 -48.46 65.396 73.822 0.069 0.000695
14:40:30 0.654 118.35 -53.75 69.987 95.439 0.064 0.000538
14:40:33 0.478 144.24 -59.59 73.005 124.41 0.059 0.000409
14:40:37 0.35 182.91 -63.46 81.714 163.65 0.057 0.000308
14:40:42 0.256 236.46 -69 84.735 220.75 0.055 0.000229
14:40:49 0.187 302.28 -73.23 87.214 289.42 0.052 0.000169
14:40:57 0.137 389.04 -75.42 97.95 376.51 0.049 0.000125
14:41:09 0.1 516.98 -76.06 124.5 501.76 0.044 8.38E-05
90
4. LTO 800oC
CoGambar 4. Grafik Impedansi pada sampel LTO 800
Time F (Hz) Z(Ω) deg(deg) Rs(Ω) X(Ω) Vmoni
(V) Imoni (A)
14:43:46 20000 8.75 -10.14 8.6145 1.5402 0.027 0.002719
14:43:47 15240 9.01 -10.26 8.8693 1.6056 0.028 0.002566
14:43:49 11620 9.25 -10.33 9.1018 1.6594 0.029 0.002545
14:43:50 8852 9.54 -10.62 9.3769 1.7575 0.029 0.002517
14:43:51 6746 9.82 -10.97 9.6366 1.8679 0.03 0.002486
14:43:52 5141 10.1 -11.52 9.9367 2.0262 0.031 0.002448
14:43:53 3918 10.5 -11.93 10.258 2.1681 0.032 0.002406
14:43:55 2986 10.8 -12.55 10.579 2.355 0.033 0.002351
14:43:56 2275 11.3 -13.28 10.949 2.5841 0.034 0.002283
14:43:57 1734 11.7 -13.94 11.355 2.8185 0.034 0.002199
14:43:58 1321 12.195 -14.93 11.784 3.1415 0.036 0.002095
14:43:59 1007 12.745 -15.79 12.264 3.4683 0.038 0.001972
14:44:01 767.4 13.369 -16.85 12.795 3.8759 0.04 0.00183
14:44:02 584.8 14.061 -18 13.372 4.3456 0.042 0.001609
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0 20 40 60 80 100
X(Ħ)
Rs(Ħ)
Cole-Cole Plot
91
14:44:03 445.7 14.911 -19.19 14.083 4.9009 0.044 0.001447
14:44:04 339.6 15.905 -20.21 14.925 5.4953 0.046 0.00127
14:44:05 258.8 17.062 -21.08 15.92 6.1374 0.049 0.001089
14:44:06 197.2 18.385 -21.42 17.115 6.7137 0.052 0.000914
14:44:08 150.3 19.821 -21.37 18.458 7.2229 0.055 0.000752
14:44:09 114.6 21.309 -20.86 19.913 7.5882 0.058 0.000612
14:44:10 87.3 22.751 -20.06 21.37 7.8046 0.058 0.000494
14:44:11 66.53 24.101 -19.19 22.762 7.9224 0.061 0.002719
14:44:12 50.7 25.265 -18.48 23.962 8.0061 0.064 0.002566
14:44:14 38.64 26.382 -18.34 25.042 8.3002 0.066 0.002545
14:44:15 29.44 27.535 -18.59 26.098 8.7781 0.067 0.002517
14:44:16 22.44 28.777 -19.35 27.151 9.5365 0.069 0.002486
14:44:17 17.1 30.29 -20.45 28.381 10.585 0.071 0.002448
14:44:18 13.03 32.101 -21.9 29.784 11.972 0.073 0.002406
14:44:20 9.931 34.265 -23.28 31.474 13.545 0.075 0.002351
14:44:21 7.568 36.862 -24.72 33.483 15.417 0.077 0.002283
14:44:22 5.767 39.841 -26.03 35.799 17.486 0.079 0.002199
14:44:24 4.395 43.341 -27.25 38.531 19.843 0.079 0.002095
14:44:25 3.35 47.331 -28.43 41.625 22.531 0.076 0.001972
14:44:27 2.553 51.961 -29.57 45.191 25.645 0.075 0.00183
14:44:29 1.945 57.162 -30.77 49.114 29.246 0.073 0.001609
14:44:30 1.482 63.651 -31.55 54.24 33.309 0.069 0.001447
14:44:32 1.13 70.54 -32.17 59.71 37.559 0.065 0.00127
14:44:35 0.861 78.977 -32.26 66.787 42.152 0.059 0.001089
14:44:37 0.656 89.361 -32.29 75.546 47.731 0.055 0.000914
14:44:43 0.5 100.88 -30.72 86.724 51.526 0.05 0.000752
92
Nilai konduktivitas dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut [31]:
𝑅 = 𝜌𝑙
𝐴
𝜎 =1
𝜌
Dimana:
R = resistansi (Ω)
𝑙 = tebal sampel (cm)
A = luas permukaan sampel (cm2) dan
𝜌 = resistivitas (Ω. 𝑐𝑚).
𝜎 = konduktifitas (S/cm)
Sampel Tebal
(cm)
A (cm2) Re (𝛀) Rct (𝛀) 𝝈𝒆(𝑺/𝒄𝒎)
𝝈𝒄𝒕
(S/cm) 𝝈 (𝑺
𝒄𝒎⁄ )
500oC 0,011 0.020096 9.123 33.345 0.0599 0.0164 0.0764
600oC 0,014 0.020096 23.879 60.939 0.0291 0.0114 0.0406
700oC 0,010 0.020096 9.187 42.1 0.0541 0.0118 0.0659
800oC 0,080 0.020096 8.614 23.962 0.4621 0.1661 0.6282
1. LTO 500oC
Konduktifitas elektronik:
𝜌𝑒 =𝑅𝑒𝐴
𝑙
𝜌𝑒 = (9.123)(0.020096)
0.011= 16.66 Ω. 𝑐𝑚
𝜎𝑒 =1
16.66= 0.0599 𝑆/𝑐𝑚
Konduktifitas transfer muatan:
𝜌𝑐𝑡 =𝑅𝑐𝑡𝐴
𝑙
93
𝜌𝑐𝑡 = (33.345)(0.020096)
0.011= 60.91 Ω. 𝑐𝑚
𝜎𝑐𝑡 =1
60.91= 0.0164 𝑆/𝑐𝑚
Konduktivitas total:
𝜎 = 𝜎𝑒 + 𝜎𝑐𝑡
𝜎 = 0.0599 + 0.0164 = 0.0764 𝑆/𝑐𝑚
2. LTO 600oC
Konduktifitas elektronik:
𝜌𝑒 =𝑅𝑒𝐴
𝑙
𝜌𝑒 = (33.879)(0.020096)
0.014= 47.86 Ω. 𝑐𝑚
𝜎𝑐𝑡 =1
47.86= 0.0291 𝑆/𝑐𝑚
Konduktifitas transfer muatan:
𝜌𝑐𝑡 =𝑅𝑐𝑡𝐴
𝑙
𝜌𝑐𝑡 = (60.939)(0.020096)
0.014= 87.47 Ω. 𝑐𝑚
𝜎𝑐𝑡 =1
87.47= 0.01143 𝑆/𝑐𝑚
Konduktivitas total:
𝜎 = 𝜎𝑒 + 𝜎𝑐𝑡
𝜎 = 0.0291 + 0.01143 = 0.0406 𝑆/𝑐𝑚
3. LTO 700oC
Konduktifitas elektronik:
𝜌𝑒 =𝑅𝑒𝐴
𝑙
𝜌𝑒 = (9.187)(0.020096)
0.010= 18.46 Ω. 𝑐𝑚
94
𝜎𝑐𝑡 =1
18.46= 0.0541 𝑆/𝑐𝑚
Konduktifitas transfer muatan:
𝜌𝑐𝑡 =𝑅𝑐𝑡𝐴
𝑙
𝜌𝑐𝑡 = (42.1)(0.020096)
0.010= 87.60 Ω. 𝑐𝑚
𝜎𝑐𝑡 =1
87.60= 0.01182 𝑆/𝑐𝑚
Konduktivitas total:
𝜎 = 𝜎𝑒 + 𝜎𝑐𝑡
𝜎 = 0.0541 + 0.01182 = 0.0659 𝑆/𝑐𝑚
4. LTO 800oC
Konduktifitas elektronik:
𝜌𝑒 =𝑅𝑒𝐴
𝑙
𝜌𝑒 = (8.614)(0.020096)
0.080= 2.163 Ω. 𝑐𝑚
𝜎𝑐𝑡 =1
2.163= 0.4621 𝑆/𝑐𝑚
Konduktifitas transfer muatan:
𝜌𝑐𝑡 =𝑅𝑐𝑡𝐴
𝑙
𝜌𝑐𝑡 = (23.962)(0.020096)
0.080= 6.019 Ω. 𝑐𝑚
𝜎𝑐𝑡 =1
6.019= 0.6282 𝑆/𝑐𝑚
Konduktivitas total:
𝜎 = 𝜎𝑒 + 𝜎𝑐𝑡
𝜎 = 0.4621 + 0.1661 = 0.6282 𝑆/𝑐𝑚