SINTESIS ASETAMINOFEN

20
PROPOSAL PRAKTIKUM SINTESIS SENYAWA ORGANIK SINTESIS ASETAMINOFEN (PARASETAMOL) Oleh: DWI RAHMATUL HASANAH (061810301010) EMIL PRASTIWI (061810301095) MAYA N. (071810301021) KHOIRUL ANWAR (071810301062) SHINTA ANINDYA A. (071810301081) DIDIK PRIBADI (071810301095) ANINTYA AYU (071810301028)

Transcript of SINTESIS ASETAMINOFEN

Page 1: SINTESIS ASETAMINOFEN

PROPOSAL PRAKTIKUM SINTESIS SENYAWA ORGANIK

SINTESIS ASETAMINOFEN (PARASETAMOL)

Oleh:

DWI RAHMATUL HASANAH (061810301010)

EMIL PRASTIWI (061810301095)

MAYA N. (071810301021)

KHOIRUL ANWAR (071810301062)

SHINTA ANINDYA A. (071810301081)

DIDIK PRIBADI (071810301095)

ANINTYA AYU (071810301028)

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS JEMBER

2009

Page 2: SINTESIS ASETAMINOFEN

BAB. 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Modifikasi struktur molekul senyawa yang telah diketahui aktivitas

biologisnya merupakan salah satu strategi dalam pengembangan obat. Modifikasi

tersebut bertujuan untuk mendapatkan senyawa baru yang mempunyai aktivitas

lebih tinggi, masa kerja yang lebih panjang, tingkat kenyamanan yang lebih

tinggi, toksisitas atau efek samping yang lebih rendah, lebih selektif dan lebih

stabil. Selain itu modifikasi struktur molekul juga digunakan untuk mendapatkan

senyawa baru yang bersifat antagonis atau antimetabolit. (Siswandono dan

Soekardjo, 2000).

Parasetamol adalah obat analgesik dan antipiretik yang populer dan

digunakan untuk melegakan sakit kepala, sengal-sengal dan sakit ringan, dan

demam. Senyawa ini dikenal dengan nama lain asetaminofen yang merupakan

senyawa metabolit aktif fenasetin, namun tidak memiliki sifat karsinogenik

(menyebabkan kanker) seperti halnya fenasetin. Digunakan dalam sebagian besar

resep obat analgesik salesma dan flu. Berbeda dengan obat analgesik yang lain

seperti aspirin dan ibuprofen, parasetamol tak memiliki sifat antiradang. Jadi

parasetamol tidak tergolong dalam obat jenis NSAID. Dalam dosis normal,

parasetamol tidak menyakiti permukaan dalam perut atau mengganggu gumpalan

darah, ginjal atau duktus arteriosus pada janin. Dengan banyaknya manfaat dari

parasetamol maka perlu dilakukan sintesis parasetamol yang dapat dijadikan

sebagai obat analgesik

Senyawa ini dapat disintesis dari senyawa asal fenol yang dinitrasikan

menggunakan asam sulfat dan natrium nitrat. Parasetamol dapat pula terbentuk

apabila senyawa 4-aminofenol direaksikan dengan senyawa asetat anhidrat.

1.2 Tujuan

Mempelajari proses asetilasi pada sintesis asetaminofen

Page 3: SINTESIS ASETAMINOFEN

BAB. 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Parasetamol

Parasetamol adalah derivat para amino fenol dan digunakan sebagai obat

pereda demam, sakit kepala dan nyeri yang paling banyak dipergunakan. Senyawa

ini dikenal dengan nama lain asetaminofen, merupakan senyawa metabolit aktif

fenasetin, namun tidak memiliki sifat karsinogenik (menyebabkan kanker) seperti

halnya fenasetin.

Parasetamol memiliki sebuah cincin benzena, tersubstitusi oleh satu gugus

hidroksil dan atom nitrogen dari gugus amida pada posisi para (1,4). Senyawa ini

dapat disintesis dari senyawa asal fenol yang dinitrasikan menggunakan asam

sulfat dan natrium nitrat. Parasetamol dapat pula terbentuk apabila senyawa 4-

aminofenol direaksikan dengan senyawa asetat anhidrat. Parasetamol memiliki

massa jenis 1,263 gr/cm3, massa molar 151,17 gr/mol, titik leleh 168 – 172 0C.

2.2 Natrium Asetat

Natrium asetat atau natrium etanoat adalah garam natrium dari asam

asetat. Senyawa ini merupakan zat kimia berharga terjangkau yang diproduksi

dalam jumlah industri untuk berbagai keperluan.

Natrium asetat memiliki harga terjangkau, dan biasanya dibeli dari pedagang zat-

zat kimia, bukan disintesis di laboratorium. Senyawa ini juga kadang dihasilkan

dalam eksperimen laboratorium, misalnya reaksi asam asetat dengan natrium

karbonat, natrium bikarbonat, atau natrium hidroksida, menghasilkan beberapa

basa yang mengandung natrium.

CH3–COOH + Na+[HCO3]– → CH3–COO– Na+ + H2O + CO2

Reaksi diatas sama dengan reaksi soda kue dan cuka yang terkenal. Secara

teoritis 84 gram natrium bikarbonat bereaksi dengan 750 g cuka 8% menghasilkan

82 g natrium asetat, terlarut dalam air. Dengan mendidihkan air tersebut,

didapatkan larutan pekat natrium asetat, atau kristal natrium asetat.

Page 4: SINTESIS ASETAMINOFEN

2.3 Asam Klorida

Hidrogen klorida (HCl) adalah asam monoprotik, yang berarti bahwa

dapat berdisosiasi melepaskan satu H+ hanya sekali. Dalam larutan asam klorida,

H+ ini bergabung dengan molekul air membentuk ion hidronium, H3O+:

HCl + H2O → H3O+ + Cl−

Ion lain yang terbentuk adalah ion klorida, Cl−. Asam klorida oleh

karenanya dapat digunakan untuk membuat garam klorida, seperti natrium

klorida. Asam klorida adalah asam kuat karena ia berdisosiasi penuh dalam air.

Asam klorida dalam konsentrasi menengah cukup stabil untuk disimpan dan terus

mempertahankan konsentrasinya. Oleh karena alasan inilah, asam klorida

merupakan reagen pengasam yang sangat baik.

2.4 Anhidrat Asetat

anhidrida asam asetat memiliki nama lain: asetat oksida, etanoat anhidrida,

asetat oksida, acetyl eter, acetyl oksida, etanoat anhydrate. Anhidrida asetat tidak

berwarna, berbau seperti asam etanoat. Titik lelehnya -730C, titik didihnya 1390C

dan sedikit larut dalam air. Berat jenis uapnya 3,52 g dan tekanan uapnya 4

mmHg.

2.5 Pembuatan Parasetamol

Asetaminofen atau parasetamol merupakan salah satu pengurang rasa sakit

yang sangat banyak digunakan. Parasetamol dapat dibuat dengan asitilasi p-

aminofenol. Untuk mengoptimalkan reaksinya, p-aminofenol yang larut dalam air

perlu dilarutkan dengan mengubahnya menjadi garam kloridanya sebelum

dilakukan asetilasi. Dalam percobaan ini asetilasi p-aminofenol dilakukan

menggunakan asetat anhidrat.

Page 5: SINTESIS ASETAMINOFEN

BAB. 3 METODOLOGI PERCOBAAN

Page 6: SINTESIS ASETAMINOFEN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat yang Digunakan:

1. labu erlenmeyer 125 ml

2. penangas air

3. termometer

4. batang pengaduk

3.1.2 Bahan yang Dibutuhkan:

1. Asetic anhidrat

2. P-aminofenol

3. HCl pekat

4. Natrium asetat

3.2 Prosedur Kerja

1. Dimasukkan 2,1 g p-aminofenol ke dalam erlenmeyer 125 ml, tambahkan

35 ml air dan 2 ml HCl pekat, aduklah campuran menggunakan pengaduk

magnetik sampai campuran menjadi larutan yang homogen dan

dipanaskan dengan water bath pada suhu 850C. Bila larutan menjadi

berwarna coklat dan kotor, ditambahkan dengan 2 gr norit (karbon) dan

dipanaskan dalam pemanas air pada 850C serta disaring untuk memperoleh

larutan p-aminofenolhidroklorida.

2. Di dalam erlenmeyer yang lain dilarutkan 2,5 g natrium asetat ke dalam 8

ml air, dimasukkan larutan natrium asetat ke dalam larutan p-aminofenol

yang suhunya sudah mencapai 850C dan segera ditambahkan 4,5 ml

anhidrat asetat secara perlahan dan secara terus-menerus diaduk.

Diteruskan pemanasan selama 15 menit.

3. Didinginkan erlenmeyer dalam penangas es sampai terbentuk kristal

(kalau perlu pengaduk digosokkan di dinding erlenmeyer di bawah

permukaan larutannya untuk mempercepat kristalisasi) dan dibiarkan

Page 7: SINTESIS ASETAMINOFEN

pembentukan kristal selama 45-60 menit. Dipisahkan kristal yang

diperoleh dari cairannya dengan cara menuangkan (atau dengan saringan

buchner, kalau perlu) dan dicuci dengan 5 ml air dingin serta dikeringkan

dan ditentukan titik lelehnya

4. Direkristalisasi hasil prosedur 3 dengan melarutkannya dalam sesedikit

mungkin air panas, kemudian didinginkan dalam penangas es dan

dikeringkan sepertio tahap 3. Ditentukan berat yang dihasilkan, titik

lelehnya, dan kelarutannya dalam etanol, metanol, aseton dan etil asetat.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Page 8: SINTESIS ASETAMINOFEN

4.1 Hasil

No Perlakuan Hasil

1.

2.

3.

2,1 gr p-aminofenol + HCl pekat diaduk hingga

homogen dan dipanaskan pada suhu 850C

2 gr norit + pemanasan

disaring

Coklat dan kotor

hitam

coklat

No. Perlakuan Hasil

1.

2.

2,5 gr Natrium Asetat + 5 ml air

Dimasukkan ke dalam larutan p-aminofenol

pada suhu 85 0C + 4,5 ml anhidrat asetat +

pemanasan 15 menit

Didinginkan

Dipisahkan kristal yang diperoleh dari cairan

Bening

Coklat

Terbentuk kristal

Kristal coklat

- Berat yang dihasilkan sebelum rekristalisasi = 0,11 gr

- Berat yang dihasilkan sesudah rekristalisasi = 0,06 gr

- Titik leleh yang dihasilkan sebelum rekristalisasi = 143 0C

- Titik leleh yang dihasilkan sesudah rekristalisasi = 144 0C

Kelarutan Parasetamol

No. Reagen Hasil

1.

2.

3.

4.

Etanol

Metanol

Aseton

Etil asetat

Larut

Larut

Larut

Larut

4.2 Pembahasan

Page 9: SINTESIS ASETAMINOFEN

Parasetamol adalah derivat para amino fenol dan digunakan sebagai obat

pereda demam, sakit kepala dan nyeri yang paling banyak dipergunakan. Senyawa

ini dikenal dengan nama lain asetaminofen, merupakan senyawa metabolit aktif

fenasetin dengan efek antipiretik yang sama dan telah digunakan sejak tahun

1893. efek antipiretik ditimbulkan oleh gugus aminobenzen.

Parasetamol memiliki sebuah cincin benzena, tersubstitusi oleh satu gugus

hidroksil dan atom nitrogen dari gugus amida pada posisi para (1,4). Parasetamol

dapat dibuat dengan asitilasi p-aminofenol. Untuk mengoptimalkan reaksinya, p-

aminofenol yang larut dalam air perlu dilarutkan dengan mengubahnya menjadi

garam kloridanya sebelum dilakukan asetilasi yaitu dengan menambahkan asam

klorida pekat. Kemudian ditambahkan norit jika larutan berwarna coklat dan

kotor. Fungsi penambahan norit yaitu untuk menghilangkan pengotor yang ada

pada larutan namun jika penggunaannya berlebih akan berdampak pada hasil

kristal yang diperoleh, karena norit tersebut akan menyerap zat pembentuk kristal.

Sehingga kristal tidak diperoleh. Kemudian disaring dan dipanaskan. Selanjutnya

dalam percobaan ini dilakukan proses asetilasi p-aminofenol menggunakan

anhidrat asetat. Sebelum ditambahkan dengan asetat anhidrat ditambahkan

terlebih dahulu dengan natrium asetat. Fungsi penambahan natrium asetat adalah

sebagai pelarut untuk reaktan berlebih yaitu anhidrat asetat dan untuk memperoleh

kembali p-aminofenol yang lebih reaktif.

Baru kemudian ditambahkan dengan anhidrat asetat. Fenol dipertahankan agar

tidak terionisasi sehingga NH2 akan lebih reaktif dibanding OH (NH3 lebih

nukleofilik dibanding air tetapi kurang nuklefilik bila dibanding OH -). Reaksi

asetilasi p-aminofenol adalah sebagai berikut:

Page 10: SINTESIS ASETAMINOFEN

Setelah ditambahkan anhidrat asetat dilakukan pemanasan kembali selama

15 menit dan kemudian didinginkan sampai terbentuk kristal. Setelah terbentuk

kristal diukur titik lelehnya. Titik leleh yang didapatkan adalah 143 0C. Kemudian

dilakukan pemurnian parasetamol. Pemurnian parasetamol ini menggunakan

prinsip rekristalisasi. Kristalisasi atau sering disebut rekristalisasi adalah suatu

metode untuk memurnikan padatan-padatan organik yang mempunyai

kecenderungan membentuk kisi-kisi Kristal melalui penggabungan molekul-

molekul yang ukuran, bentuk, dan gaya-gaya ikatannya sama. Atau dengan kata

lain, pemurnian parasetamol didasarkan pada perbedaan daya larut padatan yang

akan dimurnikan dengan pengotornya dalam suatu pelarut tertentu. Prinsip umum

yang berlaku dalam proses kristalisasi adalah jika terjadi penurunan temperatur

maka suatu padatan menjadi kurang larut di dalam suatu pelarut tertentu. Dalam

keadaan ideal hasil kristal yang dikehendaki adalah dapat memisah dari

pengotornya yang tetap larut di dalam pelarutnya. Pada proses rekristalisasi,

langkah awal yang dilakukan adalah melarutkan padatan ke dalam pelarut yang

mendidih, kemudian menyaring larutan dalam keadaan panas dan mendinginkan

larutan panas tersebut untuk proses pembentukan kristal selanjutnya kristal

dipisahkan dari pelarut dengan penyaringan dan mencuci kristal dengan pelarut

baru untuk penyempurnaan pemisahan pengotor. Yang terakhir mengeringkannya.

Setelah proses rekristalisasi, kristal ditimbang. Berat yang dihasilkan sebesar 0,06

gr.

Page 11: SINTESIS ASETAMINOFEN

Perlakuan selanjutnya adalah karakterisasi kristal-kristal parasetamol yang

didapat. Karakterisasi ini dilakukan dengan pengujian tiik leleh. Titik leleh atau

melting point merupakan salah satu parameter yang dapat digunakan untuk

pengukuran hasil rekristalisasi. Titik leleh suatu senyawa murni adalah temperatur

dimana fase cair dan fase padatan senyawa tersebut pada temperatur dimana fase

cair dan fase padatan senyawa tersebut pada tekanan 1 atmosfer berada dalam

keseimbangan. Titik leleh mengukur gaya intermolekuler antar senyawa, makin

tinggi tiitk leleh makin besar gaya intermolekulernya. Beberapa molekul dengan

BM sama, maka molekul yang lebih polar dan struktur molekul yang lebih

simetris akan lebih tinggi titik lelehnya. Angka titik leleh dan kisarannya

tergantung pada kecepatan pemanasan, keakuratan termometer yang digunakan

dan sifat padatan senyawa yang terukur.

Titik leleh padatan parasetamol yang dihasilkan pada percobaan ini adalah

144 oC (417 K). Sedangkan pada literatur titik leleh parasetamol adalah 168-172 0C. Dari data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat penyimpangan

hasil yang diperoleh, jika dilihat dari nilai titik leleh yang diperoleh dapat

disimpulkan bahwa masih terdapat pengotor dalam kristal parasetamol tersebut.

Hal ini juga dibuktikan dengan warna kristal yang diperoleh, seharusnya warna

kristal tersebut berwarna putih namun pada percobaan ini didapatkan kristal

berwarna coklat. Penyimpangan ini dapat terjadi pada saat menambahkan norit,

norit yang kurang dapat menyebabkan kurang maksimalnya norit tersebut dalam

menyerap pengotor, tetapi jika terlalu banyak juga dapat mempengaruhi hasil

kristal yang didapatkan, kesalahan juga dapat terjadi karena pengaruh dari

pemanasan.

Karakterisasi dilakukan juga dengan uji kelarutan padatan parasetamol

dalam etanol, metanol, aseton, dan etil asetat. pada uji kelarutan tersebut kristal

parasetamol dapat larut ke dalam semua pelarut tersebut. Hal ini membuktikan

bahwa kristal yang didapatkan adalah kristal parasetamol akan tetapi hasil yang

diperoleh belum murni.

Page 12: SINTESIS ASETAMINOFEN

BAB 5 PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Sintesis parasetamol dapat dibuat dengan asetilasi p-aminofenol.

2. Dalam sintesis parasetamol digunakan norit sebagai adsorban untuk

menghilangkan pengotor.

3. Titik leleh yang diperoleh sebesar 144 0C sedangkan pada literatur titik

leleh parasetamol sebesar 168-172 0C.

4. Parasetamol dapat larut pada pelarut etanol, metanol, aseton, dan etil

asetat.

5. Parasetamol yang diperoleh belum murni.

5.2 Saran

Penggunaan norit dan pemanasan perlu diperhatikan sehingga dapat

diperoleh kristal parasetamol yang murni.

Page 13: SINTESIS ASETAMINOFEN

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/asamklorida

http://id.wikipedia.org/wiki/Nartium_asetat

http://id.wikipedia.org/wiki/parasetamol

Warren, stuart.1981. Sintesis Organik: Pendekatan Diskoneksi. Yogyakarta:

UGM press

www.apoteker.info/topikkhusus/parasetamol-htm