Sinopsis_Iktisar Putusan MK

732
IKHTISAR PUTUSAN PERKARA PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN UMUM MAHKAMAH KONSTITUSI 2008-2009 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi Jalan Medan Merdeka Barat No. 6 Jakarta Pusat 10110

Transcript of Sinopsis_Iktisar Putusan MK

Page 1: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

IKHTISAR PUTUSAN PERKARA PERSELISIHAN HASIL

PEMILIHAN UMUMMAHKAMAH KONSTITUSI

2008-2009

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

Sekretariat Jenderal dan KepaniteraanMahkamah Konstitusi

Jalan Medan Merdeka Barat No. 6 Jakarta Pusat 10110

Hal i.indd 1 9/24/10 10:26:12 AM

Page 2: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

Hal i.indd 2 9/24/10 10:26:12 AM

Page 3: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

iii

Ikhtisar Putusan Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Mahkamah Konstitusi

2008-2009

Penerbit:Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan

Mahkamah KonstitusiJalan Medan Merdeka Barat No. 6 Jakarta Pusat 10110

www.mahkamahkonstitusi.go.idemail: [email protected]

TIDAK DIPERJUALBELIKAN

Hal i.indd 3 9/24/10 10:26:12 AM

Page 4: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

iv

Ikhtisar Putusan Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan UmumMahkamah Konstitusi

2008-2009

Jakarta: Sekretariat Jenderal dan KepaniteraanMahkamah Konstitusi

Cetakan Pertama, Agustus 2010xxii, 710 halaman, 14.7 x 22.5 cm

ISBN: 978-602-8308-28-1

Hak cipta dilindungi oleh Undang-UndangAll right reserved

Penerbit:Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan

Mahkamah KonstitusiJalan Medan Merdeka Barat No. 6 Jakarta Pusat 10110

www.mahkamahkonstitusi.go.idemail: [email protected]

Hal i.indd 4 9/24/10 10:26:12 AM

Page 5: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

v

TIM PENYUSUN

Narasumber:Prof. Dr. Moh. Mahfud MD.,S.H.Prof. Dr. Achmad Sodiki, S.H.

Prof. Dr. Maria Farida Indrati, S.H.,M.H.Dr. Harjono, S.H.,MCL.

Dr. H.M. Akil Mochtar, S.H.,M.H.Dr. H.M. Arsyad Sanusi, S.H.,M.Hum.

Dr. Muhammad Alim, S.H.,M.Hum.Drs. Ahmad Fadlil Sumadi, S.H.,M.Hum.

Hamdan Zoelva, S.H.,M.H.

Pengarah:Janedjri M. Gaffar

Zainal Arifin Hoesein

Penanggung Jawab:Kasianur Sidauruk

Noor Sidharta

Koordinator (Editor):Muhidin

Triyono Edy Budhiarto

Ketua:Syahrudin

Wakil Ketua (Penulis):Dewi Nurul Savitri

Sekretaris:Wiryanto

Tim Perumus Naskah dan Penulis: Andriani W. Novitasari Rita Mardian Wibowo Yunita Ramadhani Winda Wijayanti Ida Ria Tambunan Cholidin Nasir Sunardi Alfius Ngatrin Makhfud

Hal i.indd 5 9/24/10 10:26:12 AM

Page 6: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

vi

Edy Purwanto Ina Zuchriyah Fadzlun Budi SN Abdul Ghofar Ery Satria Pamungkas Rizki Amalia A.A. Dian Onita Hani Adhani Supriyanto Syukri Asy’ari Saiful Anwar Wiwik Budi Wasito Luthfi Widagdo Edyono Irfan Nur Rachman Nallom Kurniawan Pan Mohammad Faiz A. Edi Subianto Qurrata Ayuni

Data dan Dokumentasi:

Makhmudah Agusniwan Etra Romi Sundara Widi Atmoko Ria Indriyani Alifah Rahmawati

Desain dan Tata Letak:Teguh Birawa Putra

Nur Budiman

Keuangan:Kurniasih Panti RahayuDonny Hazny Mourad

Hal i.indd 6 9/24/10 10:26:12 AM

Page 7: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

vii

DARI PENERBIT

Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi menerbitkan buku Ikhtisar Putusan Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum 2008-2009 dalam rangka memberikan informasi mengenai putusan dari pelaksanaan wewenang Mahkamah Konstitusi dalam memeriksa, mengadili, dan memutus perkara perselisihan hasil Pemilihan Umum, khususnya pada kurun waktu 2008 sampai dengan 2009.

Penerbitan buku ini diharapkan dapat mendorong peningkatan pengetahuan dan pemahaman berbagai kalangan masyarakat terhadap putusan-putusan Mahkamah Konstitusi, khususnya pada perkara-perkara perselisihan hasil Pemilihan Umum. Terbitnya buku ini merupakan salah satu upaya untuk memberikan informasi kepada publik mengenai putusan-putusan Mahkamah Konstitusi melalui bentuk yang lebih mudah dan lebih cepat dipahami. Hal ini dikarenakan ikhtisar yang dihimpun dalam buku ini merupakan bentuk ringkas dari putusan Mahkamah Konstitusi dengan tetap memperhatikan poin-poin pokok yang menyusun putusan tersebut.

Penerbitan buku ini mendapat dukungan sepenuhnya dari berbagai pihak. Untuk itu kami menyampaikan terima kasih kepada Bapak Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi serta Bapak/Ibu Hakim Konstitusi lainnya yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan buku ini. Seiring dengan itu, kami menyampaikan terima kasih juga kepada Tim Penyusun yang telah bekerja dengan cermat sampai dengan diterbitkannya buku ini.

Akhirnya, kami berharap semoga buku ini bermanfaat seiring dengan ucapan permohonan maaf apabila masih terdapat kekurangan di dalamnya.

Jakarta, 28 Juni 2010Sekretaris Jenderal

Mahkamah Konstitusi,

Janedjri M. Gaffar

Hal i.indd 7 9/24/10 10:26:12 AM

Page 8: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

Hal i.indd 8 9/24/10 10:26:12 AM

Page 9: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

ix

------

SAMBUTANKETUA MAHKAMAH KONSTITUSI

Sebagai lembaga negara pengawal konstitusi, Mahkamah Konstitusi memiliki fungsi untuk mengawal demokrasi. Hal ini sebagaimana tercantum pada Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 yang memberikan kewenangan kepada Mahkamah Konstitusi untuk memutus perselisihan hasil pemilihan umum. Meskipun demokrasi mencakup banyak aspek lain di luar Pemilu akan tetapi dalam praktiknya Pemilu acapkali diidentikkan dengan demokrasi itu sendiri. Pemilu menjadi indikator bagi suatu negara untuk dapat dikatakan sebagai negara yang demokratis. Dengan demikian, kewenangan Mahkamah Konstitusi memutus perselisihan hasil pemilihan umum merupakan upaya untuk menjamin agar Pemilu berlangsung demokratis dalam arti selalu dilandasi oleh nilai konstitusi dan demokrasi.

Pada mulanya, Mahkamah Konstitusi memiliki kewenangan untuk memutus perselisihan hasil pemilihan umum legislatif dan pemilihan umum presiden dan wakil wakil presiden. Namun, pada perkembangannya Mahkamah Konstitusi juga berwenang memutus perselisihan hasil penghitungan suara dalam pemilihan umum kepala daerah dan wakil daerah yang sebelumnya menjadi kompetensi Mahkamah Agung. Sehingga praktis semua perkara perselisihan hasil pemilihan umum menjadi kewenangan Mahkamah Konstitusi.

Pada 2008, Mahkamah Konstitusi telah menangani 27 perkara perselisihan hasil pemilihan umum kepala daerah. Sedangkan pada 2009, Mahkamah Konstitusi menangani 69 perkara perselisihan hasil pemilihan umum legislatif, 2 perkara perselisihan hasil pemilihan umum presiden dan wakil presiden, dan 3 perkara perselisihan hasil pemilihan umum kepala daerah. Sebagaimana ditentukan dalam UUD 1945, putusan Mahkamah Konstitusi pada perkara perselisihan hasil pemilihan umum bersifat final dan mengikat.

Selama menjalankan kewenangan mengawal demokrasi dalam Pemilu, Mahkamah Konstitusi bertekad untuk menjadi lembaga peradilan yang modern dan terpercaya, transparan dan akuntabel. Tekad tersebut dilandasi oleh keinginan Mahkamah Konstitusi untuk mewujudkan akses masyarakat untuk mendapatkan keadilan dengan membuka seluas-luasnya akses publik kepada Mahkamah Konstitusi.

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

Hal i.indd 9 9/24/10 10:26:12 AM

Page 10: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

x

Sebagai bagian integral dari tekad tersebut Mahkamah Konstitusi senantiasa mengupayakan agar publik dapat memperoleh dan memahami informasi apapun tentang Mahkamah Konstitusi termasuk putusan-putusannya dengan bentuk dan cara yang mudah. Atas dasar tersebut maka Mahkamah Konstitusi menerbitkan buku Ikhtisar Putusan Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum 2008-2009.

Saya menyambut baik diterbitkannya buku ikhtisar putusan yang telah disusun dengan sangat sistematis ini sebab akan membantu memudahkan masyarakat untuk mengetahui informasi dan memahami putusan Mahkamah Konstitusi secara lebih cepat. Uraian komprehensif yang panjang lebar dalam putusan Mahkamah Konstitusi akan dapat lebih mudah dan lebih cepat dengan membaca ikhtisarnya yang merupakan ‘sari pati’ dari putusan tersebut. Dengan membaca buku ini diharapkan masyarakat dapat mengetahui dan memahami putusan Mahkamah Konstitusi secara lebih mudah dan lebih cepat dalam perkara-perkara perselisihan hasil pemilihan umum pada kurun waktu 2008 sampai dengan 2009.

Saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada seluruh Tim Penyusun Buku yang telah bekerja keras memfokuskan tenaga dan fikiran untuk menyusun buku ini. Semoga buku ini dapat memberikan manfaat bagi kalangan masyarakat yang berkepentingan dengan informasi, pengetahuan dan wawasan yang disajikan dalam buku ini, baik untuk kepentingan kegiatan penyelenggaraan negara maupun untuk kepentingan ilmiah akademis. Mudah-mudahan, Amin ya Robbal Alamin.

Jakarta, 28 Juni 2010Mahkamah Konstitusi

K e t u a,

Prof. Dr. Moh. Mahfud MD

Hal i.indd 10 9/24/10 10:26:13 AM

Page 11: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

xi

DAFTAR ISI

Dari Penerbit .............................................................................................................. viiSambutan Ketua Mahkamah Konstitusi .................................................................... ixDaftar Isi .................................................................................................................... xiIkhtisarPutusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara PerselisihanHasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009 1Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan UmumKepala Daerah Tahun 2008-2009 3

Putusan Nomor 25/PHPU.D-VI/2008 tentang Keberatan terhadap Hasil Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Lampung Utara..................................................................................... 5

Putusan Nomor 28/PHPU.D-VI/2008 tentang Keberatan terhadap Hasil Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Donggala................................................................................. 11

Putusan Nomor 29/PHPU.D-VI/2008 tentang Keberatan terhadap Hasil Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Ogan Komering Ilir.................................................................. 15

Putusan Nomor 30/PHPU.D-VI/2008 tentang Keberatan terhadap Hasil Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Cirebon.................................................................................... 23

Putusan Nomor 31/PHPU.D-VI/2008 tentang Keberatan terhadap Hasil Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Gorontalo Utara....................................................................... 29

Putusan Nomor 33/PHPU.D-VI/2008 tentang Keberatan terhadap Hasil Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Luwu........................................................................................ 33

Hal i.indd 11 9/24/10 10:26:13 AM

Page 12: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

xii

Putusan Nomor 34/PHPU.D-VI/2008 tentang Keberatan terhadap Hasil Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Wajo........................................................................................ 37

Putusan Nomor 35/PHPU.D-VI/2008 tentang Keberatan terhadap Hasil Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Polewali Mandar...................................................................... 43

Putusan Nomor 36/PHPU.D-VI/2008 tentang Keberatan terhadap Hasil Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kota Makassar........................................................................................... 49

Putusan Nomor 37/PHPU.D-VI/2008 tentang Keberatan terhadap Hasil Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Biak Numfor............................................................................. 55

Putusan Nomor 38/PHPU.D-VI/2008 tentang Keberatan terhadap Hasil Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Jeneponto............................................................................... 61

Putusan Nomor 39/PHPU.D-VI/2008 tentang Keberatan terhadap Hasil Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Kepulauan Talaud.................................................................... 65

Putusan Nomor 40/PHPU.D-VI/2008 tentang Keberatan terhadap Hasil Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Pinrang.................................................................................... 77

Putusan Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 tentang Keberatan terhadap Hasil Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi Jawa Timur................................................................................... 81

Ketetapan Nomor 41/PHPU.D-VI/2008tentang Keberatan atas Keputusan Komisi Pemilihan Umum Provinsi Jawa Timur Nomor 01 Tahun 2009 bertanggal 30 Januari 2009 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 (Pelaksanaan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008).................................................................................................................. 87

Putusan Nomor 43/PHPU.D-VI/2008 tentang Keberatan terhadap Hasil Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Pinrang.................................................................................... 91

Hal i.indd 12 9/24/10 10:26:13 AM

Page 13: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

xiii

Putusan Nomor 44/PHPU.D-VI/2008 tentang Keberatan terhadap Hasil Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan............................................................. 97

Ketetapan Nomor 44/PHPU.D-VI/2008 tentang Keberatan atas Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Timor Tengah Selatan Nomor 05/KPU-TTS/2009 tentang Penetapan Paket Pemenang pada Penghitungan Ulang 17 Kecamatan dan Pemilihan Ulang 2 Kecamatan bertanggal 30 Januari 2009 (Pelaksanaan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 44/PHPU.D-VI/2008............................................................................................... 111

Putusan Nomor 45/PHPU.D-VI/2008 tentang Keberatan terhadap Hasil Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Kupang.................................................................................... 115

Putusan Nomor 49/PHPU.D-VI/2008 tentang Keberatan terhadap Hasil Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Tapanuli Utara......................................................................... 121

Ketetapan Nomor 49/PHPU.D-VI/2008tentang Keberatan Atas Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Tapanuli Utara Nomor 09 Tahun 2009 tentang Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Tapanuli Utara 2008-2009 (Pelaksanaan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 49/PHPU.D-VI/2008)................................................................................................... 137

Putusan Nomor 55/PHPU.D-VI/2008 tentang Keberatan terhadap Hasil Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Padang Lawas........................................................................ 141

Putusan Nomor 57/PHPU.D-VI/2008 tentang Keberatan terhadap Hasil Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Bengkulu Selatan.................................................................... 147

Putusan Nomor 60/PHPU.D-VI/2008 tentang Keberatan terhadap Hasil Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Dairi......................................................................................... 159

Putusan Nomor 61/PHPU.D-VI/2008 tentang Keberatan terhadap Hasil Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Kerinci..................................................................................... 169

Hal i.indd 13 9/24/10 10:26:13 AM

Page 14: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

xiv

Putusan Nomor 62/PHPU.D-VI/2008 tentang Keberatan terhadap Hasil Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Belu......................................................................................... 177

Putusan Nomor 63/PHPU.D-VI/2008 tentang Keberatan terhadap Hasil Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Kubu Raya.............................................................................. 191

Putusan Nomor 64/PHPU.D-VI/2008 tentang Keberatan terhadap Hasil Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Sanggau.................................................................................. 201

Putusan Nomor 65/PHPU.D-VI/2008 tentang Keberatan terhadap Hasil Pemilu Walikota dan Wakil Walikota Subulussalam......................................................................................................... 211

Putusan Nomor 66/PHPU.D-VI/2008 tentang Keberatan terhadap Hasil Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Langkat................................................................................... 219

Putusan Nomor 134/PHPU.D-VII/2009tentang Keberatan terhadap Hasil Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Nabire...................................................................................... 225

Putusan Nomor 139/PHPU.D-VII/2009tentang Keberatan terhadap Hasil Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Tana Tidung............................................................................. 229

Putusan Nomor 148/PHPU.D-VII/2009tentang Keberatan terhadap Hasil Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Tana Tidung (Putaran Kedua)................................................. 231

Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR,DPRD Provinsi,Dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009.................................. 235

Putusan Nomor 28-65-70-82-84-89/PHPU.C-VII/2009tentang Keberatan terhadap Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPRD Kabupaten Nias Selatan Tahun 2009 .................................................................... 237

Putusan Nomor 74-80-94-59-67/PHPU.C-VII/2009tentang Penafsiran dan Penerapan Atas Pasal 205 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 Dalam Penghitungan Pengalokasian Sisa Kursi Tahap III ................ 245

Hal i.indd 14 9/24/10 10:26:13 AM

Page 15: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

xv

Putusan Nomor 28/PHPU.C-VII/2009tentang Keberatan Partai Kasih Demokrasi Indonesia terhadap Hasil Pemilu Anggota DPR, Anggota DPRD Provinsi, dan Anggota DPRD Kabupaten..... 251

Putusan Nomor 32/PHPU.C-VII/2009tentang Keberatan Partai Pemuda Indonesia terhadap Hasil Pemilu Anggota DPR, Anggota DPRD Provinsi, dan Anggota DPRD Kabupaten/Kota........................... 263

Putusan Nomor 40/PHPU.C-VII/2009tentang Keberatan Partai Nasional Benteng Kerakyatan Indonesia terhadap Hasil Pemilu Anggota DPRD Provinsi dan Anggota DPRD Kabupaten/Kota.................. 269

Putusan Nomor 41/PHPU.C-VII/2009tentang Keberatan Partai Merdeka terhadap Hasil Pemilu Anggota DPRD Provinsi dan Anggota DPRD Kabupaten/Kota..................................................................... 277

Putusan Nomor 45/PHPU.C-VII/2009tentang Keberatan Partai Matahari Bangsa terhadap Hasil Pemilu Anggota DPR, Anggota DPRD Provinsi, dan Anggota DPRD Kabupaten/Kota............................. 281

Putusan Nomor 49/PHPU.C-VII/2009tentang Keberatan Partai Penegak Demokrasi Indonesia terhadap Hasil Pemilu Anggota DPRD Provinsi dan Anggota DPRD Kabupaten ..................................... 285

Putusan Nomor 50/PHPU.C-VII/2009tentang Keberatan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan terhadap Hasil Pemilu Anggota DPR, Anggota DPRD Provinsi, dan Anggota DPRD Kabupaten/Kota..... 289

Putusan Nomor 51/PHPU.C-VII/2009tentang Keberatan Partai Indonesia Sejahtera terhadap Penetapan Hasil Pemilu Anggota DPRD Provinsi dan Anggota DPRD Kabupaten ..................................... 299

Putusan Nomor 54/PHPU.C-VII/2009tentang Keberatan Partai Peduli Rakyat Nasional terhadap Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Calon Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota ....................................................................................................................... 305

Putusan Nomor 57/PHPU.C-VII/2009tentang Keberatan Partai Patriot terhadap Penetapan Hasil Pemilu Anggota DPRD Provinsi dan Anggota DPRD Kabupaten................................................................. 313

Hal i.indd 15 9/24/10 10:26:13 AM

Page 16: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

xvi

Putusan Nomor 58/PHPU.C-VII/2009tentang Keberatan Partai Kebangkitan Nasional Ulama terhadap Penetapan Hasil Pemilu Anggota DPRD Provinsi dan Anggota DPRD Kabupaten........................... 319

Putusan Nomor 59/PHPU.C-VII/2009tentang Keberatan Partai Gerakan Indonesia Raya terhadap Penetapan Hasil Pemilu Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota...................... 325

Putusan Nomor 60/PHPU.C-VII/2009tentang Keberatan Partai Karya Peduli Bangsa terhadap Penetapan Hasil Pemilu Anggota DPRD Provinsi dan Anggota DPRD Kabupaten/Kota.............................. 341

Putusan Nomor 61/PHPU.C-VII/2009tentang Keberatan Partai Nasional Indonesia-Marhenisme terhadap Penetapan Hasil Pemilu Anggota DPRD Provinsi dan Anggota DPRD Kabupaten/Kota......... 357

Putusan Nomor 63/PHPU.C-VII/2009tentang Keberatan Partai Keadilan Sejahtera terhadap Penetapan Hasil Pemilu Anggota DPR, Anggota DPRD Provinsi, dan Anggota DPRD Kabupaten/Kota..... 361

Putusan Nomor 64/PHPU.C-VII/2009tentang Keberatan Partai Demokrasi Kebangsaan terhadap Penetapan Hasil Pemilu Anggota DPRD Provinsi dan Anggota DPRD Kabupaten/Kota.................. 377

Putusan Nomor 65/PHPU.C-VII/2009tentang Keberatan Partai Pengusaha Dan Pekerja Indonesia terhadap Penetapan Hasil Pemilu Anggota DPRD Kabupaten................................................................ 385

Putusan Nomor 66/PHPU.C-VII/2009tentang Keberatan Partai Pelopor terhadap Hasil Pemilu Anggota DPR dan DPRD Kabupaten/Kota...................................................................................................... 391

Putusan Nomor 67/PHPU.C-VII/2009tentang Keberatan Partai Kebangkitan Bangsa terhadap Hasil Pemilu Anggota DPR, Anggota DPRD Provinsi, dan Anggota DPRD Kabupaten/Kota.................... 395

Putusan Nomor 68/PHPU.C-VII/2009tentang Keberatan Partai Damai Sejahtera terhadap Penetapan Hasil Pemilu Calon Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota........................... 419

Putusan Nomor 70/PHPU.C-VII/2009tentang Keberatan Partai Perjuangan Indonesia Baru terhadap Penetapan Hasil Pemilu Anggota DPRD Provinsi dan Anggota DPRD Kabupaten........................... 425

Hal i.indd 16 9/24/10 10:26:13 AM

Page 17: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

xvii

Putusan Nomor 71/PHPU.C-VII/2009tentang Keberatan Partai Karya Perjuangan terhadap Penetapan Hasil Pemilu Anggota DPRD Kabupaten/Kota............................................................................ 431

Putusan Nomor 72/PHPU.C-VII/2009tentang Keberatan Partai Serikat Indonesia terhadap Penetapan Hasil Pemilu Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota.................................. 439

Putusan Nomor 73/PHPU.C-VII/2009tentang Keberatan Partai Persatuan Daerah terhadap Penetapan Hasil Pemilu Anggota DPRD Provinsi dan Anggota DPRD Kabupaten/Kota.............................. 443

Putusan Nomor 74/PHPU.C-VII/2009tentang Keberatan Partai Amanat Nasional terhadap Penetapan Hasil Pemilu Anggota DPR, Anggota DPRD Provinsi, dan Anggota DPRD Kabupaten/Kota..... 449

Putusan Nomor 75/PHPU.C-VII/2009tentang Keberatan Partai Kedaulatan terhadap Penetapan Hasil Pemilu Anggota DPRD Provinsi dan Anggota DPRD Kabupaten/Kota............................................ 469

Putusan Nomor 77/PHPU.C-VII/2009tentang Keberatan Partai Daulat Atjeh terhadap Penetapan Hasil Pemilu Anggota DPRD Kabupaten/Kota........................................................................................... 475

Putusan Nomor 78/PHPU.C-VII/2009tentang Keberatan Partai Bersatu Atjeh terhadap Penetapan Hasil Pemilu Anggota DPRD Kabupaten/Kota............................................................................ 479

Putusan Nomor 79/PHPU.C-VII/2009tentang Keberatan Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia terhadap Penetapan Hasil Pemilu Anggota DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten.............................................................................................................. 483

Putusan Nomor 80/PHPU.C-VII/2009tentang Keberatan Partai Persatuan Pembangunan terhadap Penetapan Hasil Pemilu Anggota DPR, Anggota DPRD Provinsi, dan Anggota DPRD Kabupaten/Kota....................................................................................................................... 491

Putusan Nomor 82/PHPU.C-VII/2009tentang Keberatan Partai Republika Nusantara terhadap Penetapan Hasil Pemilu Anggota DPRD Provinsi dan Anggota DPRD Kabupaten/Kota.............................. 505

Hal i.indd 17 9/24/10 10:26:13 AM

Page 18: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

xviii

Putusan Nomor 83/PHPU.C-VII/2009tentang Keberatan Partai Barisan Nasional terhadap Penetapan Hasil Pemilu Anggota DPRD Provinsi dan Anggota DPRD Kabupaten ..................................... 511

Putusan Nomor 84/PHPU.C-VII/2009tentang Keberatan Partai Hati Nurani Rakyat terhadap Penetapan Hasil Pemilu Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota................................. 517

Putusan Nomor 85/PHPU.C-VII/2009tentang Keberatan Partai Politik Aceh terhadap Penetapan Hasil Pemilu Anggota DPRD Kabupaten/Kota........................................................................................... 533

Putusan Nomor 86/PHPU.C-VII/2009tentang Keberatan Partai Bulan Bintang terhadap Penetapan Hasil Pemilu Anggota DPR, Anggota DPRD Provinsi, dan Anggota DPRD Kabupaten............................ 537

Putusan Nomor 87/PHPU.C-VII/2009tentang Keberatan Partai Suara Independen Rakyat Aceh terhadap Penetapan Hasil Pemilu Anggota DPRD Provinsi dan Anggota DPRD Kabupaten/Kota......... 547

Putusan Nomor 88/PHPU.C-VII/2009tentang Keberatan Partai Buruh terhadap Penetapan Hasil Pemilu Anggota DPRD Provinsi dan Anggota DPRD Kabupaten/Kota...................................................... 551

Putusan Nomor 89/PHPU.C-VII/2009tentang Keberatan Partai Demokrat terhadap Penetapan Hasil Pemilu Anggota DPR, Anggota DPRD Provinsi, dan Anggota DPRD Kabupaten/Kota.................... 559

Putusan Nomor 90/PHPU.C-VII/2009tentang Keberatan Partai Demokrasi Pembaruan terhadap Penetapan Hasil Pemilu Anggota DPRD Kabupaten/Kota................................................................ 575

Putusan Nomor 91/PHPU.C-VII/2009tentang Keberatan Partai Keadilan Dan Persatuan Indonesia terhadap Penetapan Hasil Pemilu Anggota DPRD Provinsi dan Anggota DPRD Kabupaten/Kota......... 579

Putusan Nomor 94/PHPU.C-VII/2009tentang Keberatan Partai Golongan Karya terhadap Penetapan Hasil Pemilu Anggota DPR, Anggota DPRD Provinsi, dan Anggota DPRD Kabupaten/Kota..... 585

Putusan Nomor 95/PHPU.C-VII/2009tentang Keberatan Partai Bintang Reformasi terhadap Penetapan Hasil Pemilu Anggota DPR, Anggota DPRD Provinsi, dan Anggota DPRD Kabupaten/Kota..... 607

Hal i.indd 18 9/24/10 10:26:13 AM

Page 19: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

xix

Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan UmumAnggota DPD Provinsi Tahun 2009 ....................................................................

615

Putusan Nomor 29/PHPU.A-VII/2009tentang Keberatan Calon Anggota DPD Sulawesi Tenggara terhadap Penetapan Hasil Pemilu Anggota DPD Provinsi Sulawesi Tenggara........................................ 617

Putusan Nomor 30/PHPU.A-VII/2009tentang Keberatan Calon Anggota DPD Papua Barat terhadap Penetapan Hasil Pemilu Anggota DPD Provinsi Papua Barat .......................................................... 621

Putusan Nomor 31/PHPU.A-VII/2009tentang Keberatan Calon Anggota DPD Sumatera Utara terhadap Penetapan Hasil Pemilu Anggota DPD Provinsi Sumatera Utara .................... 625

Putusan Nomor 33/PHPU.A-VII/2009tentang Keberatan Calon Anggota DPD NAD terhadap Penetapan Hasil Pemilu Anggota DPD Provinsi NAD .................................................................................. 627

Putusan Nomor 34/PHPU.A-VII/2009tentang Keberatan Calon Anggota DPD Provinsi Lampung terhadap Penetapan Hasil Pemilu Anggota DPD Provinsi Lampung....................................................... 631

Putusan Nomor 35/PHPU.A-VII/2009tentang Keberatan Calon Anggota DPD Provinsi Lampung terhadap Penetapan Hasil Pemilu Anggota DPD Provinsi Lampung....................................................... 635

Putusan Nomor 36/PHPU.A-VII/2009tentang Keberatan Calon Anggota DPD Provinsi Kepulauan Riau terhadap Penetapan Hasil Pemilu Anggota DPD Provinsi Kepulauan Riau.......................... 639

Putusan Nomor 37/PHPU.A-VII/2009tentang Keberatan Calon Anggota DPD Provinsi Sumatera Utara terhadap Penetapan Hasil Pemilu Anggota DPD Provinsi Sumatera Utara Terpilih.............. 641

Putusan Nomor 38/PHPU.A-VII/2009tentang Keberatan Calon Anggota DPD Provinsi Kepulauan Riau terhadap Penetapan Hasil Pemilu Anggota DPD Provinsi Kepulauan Riau.......................... 645

Putusan Nomor 39/PHPU.A-VII/2009tentang Keberatan Calon Anggota DPD Provinsi Kepulauan Riau terhadap Penetapan Hasil Pemilu Anggota DPD Provinsi Kepulauan Riau.......................... 647

Hal i.indd 19 9/24/10 10:26:13 AM

Page 20: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

xx

Putusan Nomor 42/PHPU.A-VII/2009tentang Keberatan Calon Anggota DPD Provinsi Sulawesi Tengah terhadap Penetapan Hasil Pemilu Anggota DPD Provinsi Sulawesi Tengah......................... 649

Putusan Nomor 43/PHPU.A-VII/2009tentang Keberatan Calon Anggota DPD Provinsi Gorontalo terhadap Penetapan Hasil Pemilu Anggota DPD Provinsi Gorontalo...................................................... 653

Putusan Nomor 44/PHPU.A-VII/2009tentang Keberatan Calon Anggota DPD Provinsi Gorontalo terhadap Penetapan Hasil Pemilu Anggota DPD Provinsi Gorontalo...................................................... 655

Putusan Nomor 46/PHPU.A-VII/2009tentang Keberatan Calon Anggota DPD Provinsi Sulawesi Tengah terhadap Penetapan Hasil Pemilu Anggota DPD Provinsi Sulawesi Tengah......................... 659

Putusan Nomor 47-81/PHPU.A-VII/2009tentang Keberatan Calon Anggota DPD Provinsi Papua terhadap Penetapan Hasil Pemilu Anggota DPD Provinsi Papua.................................................................... 663

Putusan Nomor 48/PHPU.A-VII/2009tentang Keberatan Calon Anggota DPD Provinsi Jambi terhadap Penetapan Hasil Pemilu Anggota DPD Provinsi Jambi...................................................................... 667

Putusan Nomor 52/PHPU.A-VII/2009tentang Keberatan Calon Anggota DPD Sulawesi Tenggara terhadap Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPD Provinsi Sulawesi Tenggara Terpilih...... 671

Putusan Nomor 53/PHPU.A-VII/2009tentang Keberatan Calon Anggota DPD Provinsi Sulawesi Barat terhadap Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPD Provinsi Sulawesi Barat Terpilih.................................................................................................................... 673

Putusan Nomor 55/PHPU.A-VII/2009tentang Keberatan Calon Anggota DPD Banten terhadap Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPD Provinsi Banten Terpilih..................................... 677

Putusan Nomor 56/PHPU.A-VII/2009tentang Keberatan Calon Anggota DPD Sumatera Utara terhadap Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPD Provinsi Sumatera Utara.......................... 681

Hal i.indd 20 9/24/10 10:26:13 AM

Page 21: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

xxi

Putusan Nomor 62/PHPU.A-VII/2009tentang Keberatan Calon Anggota DPD Provinsi Jawa Tengah terhadap Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPD Provinsi Jawa Tengah Terpilih... 685

Putusan Nomor 69/PHPU.A-VII/2009tentang Keberatan Calon Anggota DPD Provinsi Maluku terhadap Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPD Provinsi Maluku Terpilih..................... 687

Putusan Nomor 76/PHPU.A-VII/2009tentang Keberatan Calon Anggota DPD Kepulauan Riau terhadap Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPD Provinsi Kepulauan Riau Terpilih.......... 691

Putusan Nomor 92/PHPU.A-VII/2009tentang Keberatan Calon Anggota DPD Provinsi Papua terhadap Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPD Provinsi Papua.................... 695

Putusan Nomor 96/PHPU.A-VII/2009tentang Keberatan Calon Anggota DPD Provinsi Jawa Timur terhadap Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPD Provinsi Jawa Timur.............................. 697

Putusan Nomor 97/PHPU.A-VII/2009tentang Keberatan Calon Anggota DPD Provinsi Riau terhadap Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPD Provinsi Riau......................................... 701

Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Presiden Tahun 2009 ............. 705

Putusan Nomor 108-109/PHPU.B-VII/2009tentang Keberatan terhadap Hasil Pemilu Presiden Dan Wakil PresidenTahun 2009............................................................................................................. 707

Hal i.indd 21 9/24/10 10:26:13 AM

Page 22: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

xxii

Hal i.indd 22 9/24/10 10:26:13 AM

Page 23: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

Ikhtisar Putusan Mahkamah KonstitusiDalam Perkara Perselisihan

Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

001-002.indd 1 9/23/10 8:31:09 PM

Page 24: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

001-002.indd 2 9/23/10 8:31:09 PM

Page 25: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan UmumKepala Daerah Tahun 2008-2009

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

003-234.indd 3 9/24/10 10:38:16 AM

Page 26: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

003-234.indd 4 9/24/10 10:38:16 AM

Page 27: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

5Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 25/PHPU.D-VI/2008

TENTANGKEBERATAN TERHADAP HASIL PEMILU KEPALA DAERAH DAN

WAKIL KEPALA DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA

Pemohon : Hj.Bachtiar Basri,S.H.,M.M. dan Slamet Haryadi,S.H.,M.Hum.Termohon : Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Lampung Utara.Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil

Kepala Daerah.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Penetapan Penghitungan Suara Hasil

Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Kabupaten Lampung Utara.

Amar Putusan : Menyatakan permohonan Pemohon tidak dapat diterima.Tanggal Putusan : Rabu, 24 September 2008.Ikhtisar Putusan :

Pemohon Hj. Bachtiar Basri,S.H.,M.M. dan Slamet Haryadi, S.H., M.Hum adalah Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Peserta Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Lampung Utara berdasarkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Lampung Utara.

Adapun yang menjadi permasalahan utama dari permohonan ini adalah mengenai keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Lampung Utara Nomor 31/SK/KPU-KAB.LU/2008 tanggal 14 September 2008 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Rekapitulasi Penghitungan Suara Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Lampung Utara.

Terkait dengan kewenangan Mahkamah, sesuai dengan Ketentuan Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945), Pasal 10 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK), dan Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman (UU 4/2004), salah satu kewenangan Mahkamah

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

003-234.indd 5 9/24/10 10:38:16 AM

Page 28: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

6 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Konstitusi ialah memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum (Pemilu), yang dalam hal ini adalah Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD serta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden [vide Pasal 22E ayat (2) UUD 1945].

Oleh karena permohonan Pemohon adalah mengenai keberatan terhadap Penetapan Penghitungan Suara Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Lampung Utara yang ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Lampung Utara, maka berdasarkan kewenangan Mahkamah sebagaimana tercantum dalam ketentuan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 dan Pasal 10 ayat (1) UU MK, permohonan Pemohon tidak termasuk kewenangan absolut Mahkamah untuk memeriksa, mengadili, dan memutusnya. Kemudian berdasarkan Pasal 106 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah juncto Pasal 94 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, keberatan terhadap Penetapan Penghitungan Suara Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah merupakan kewenangan Mahkamah Agung, yang tata caranya diatur dalam Peraturan Mahmakah Agung Nomor 2 Tahun 2005 tentang Tata Cara Pengajuan Upaya Hukum Keberatan terhadap Penetapan Hasil Pilkada dan Pilwakada dari KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum telah menetapkan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah merupakan rezim hukum Pemilihan Umum.

Sehubungan dengan pengalihan sengketa penghitungan suara, Pasal 236C Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, menentukan “Penanganan sengketa hasil penghitungan suara pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah oleh Mahkamah Agung dialihkan kepada Mahkamah Konstitusi paling lama 18 (delapan belas) bulan sejak Undang-Undang ini diundangkan”.

Ketentuan Pasal 236C UU 12/2008 mengandung dua permasalahan hukum. Berkenaan dengan hal itu, Mahkamah Konstitusi berpendapat sebagai berikut.1. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara

Pemilihan Umum, pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah termasuk dalam rezim hukum Pemilihan Umum. Sebagai konsekuensinya, perselisihan hasil Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah secara hukum menjadi menjadi kewenangan Mahkamah Konstitusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24C UUD 1945, Pasal 10 ayat (1) UU MK, dan Pasal 12 ayat (1) huruf d UU 4/2004. Hal tersebut diatur lebih lanjut dalam Pasal 236C UU 12/2008. Dengan demikian, perselisihan hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah secara hukum merupakan kewenangan Mahkamah Konstitusi.

2. Dengan adanya frasa “dialihkan kepada Mahkamah Konstitusi paling lama 18 (delapan belas) bulan sejak Undang-Undang ini diundangkan”, Mahkamah harus menjawab apakah diperlukan suatu tindakan hukum untuk pengalihan kewenangan

003-234.indd 6 9/24/10 10:38:16 AM

Page 29: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

7Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

dimaksud sebelum berakhirnya tenggang waktu 18 (delapan belas) bulan. Menurut Mahkamah, frasa “paling lama” dimaksudkan bahwa peralihan tersebut dapat dilakukan sebelum berakhirnya tenggat yang ditetapkan, tetapi apabila peralihan tersebut dilakukan sebelum berakhirnya tenggat yang ditetapkan, perlu ada suatu tindakan hukum pengalihan penanganan perselisihan hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dari Mahkamah Agung ke Mahkamah Konstitusi secara nyata. Konsekuensi yuridisnya jika tidak ada tindakan hukum pengalihan, maka pengalihan kewenangan tersebut, menurut Mahkamah, terjadi dengan sendirinya (demi hukum) setelah habis tenggat 18 (delapan belas) bulan sebagaimana diatur dalam Pasal 236C UU 12/2008. Oleh karena tindakan hukum yang demikian hingga saat ini belum ada, maka kewenangan tersebut belum secara efektif beralih ke Mahkamah.

3. Apabila Mahkamah menerima perkara sengketa pemilihan Kepala Daerah tanpa ada tindakan hukum pengalihan kompetensi sebelum habisnya tenggat yang ditetapkan oleh UU 12/2008 dapat mengakibatkan terjadinya dualisme pemeriksaan dan berpotensi menimbulkan tumpang tindih, ketidakpastian, dan ne bis in idem.

4. Dengan demikian permohonan Pemohon dalam perkara a quo masih bersifat prematur, sehingga substansi permohonan belum dapat diperiksa, diadili, dan diputus oleh Mahkamah.Berdasarkan pandangan dan penilaian hukum di atas, Mahkamah dalam amar

putusannya menyatakan permohonan Pemohon tidak dapat diterima.

Pendapat Berbeda:

Terhadap putusan Mahkamah tersebut di atas, seorang Hakim Konstitusi, mempunyai pendapat berbeda (dissenting opinion), yang intinya adalah sebagai berikut.

− Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum, pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah termasuk dalam rezim Pemilihan Umum. Oleh karena itu, konsekuensi perselisihan hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah secara hukum menjadi kewenangan Mahkamah Konstitusi sebagamana dimaksud dalam Pasal 24C UUD 1945 dan Pasal 10 ayat (1) huruf d UU MK junctis Pasal 12 ayat (1) huruf d UU Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman dan Pasal 236C UU Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

− Permohonan Pemohon adalah mengenai keberatan terhadap Penetapan Penghitungan Suara Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Lampung Utara. Oleh karena itu, ruang lingkup kewenangan dari penyelesaian sengketa hasil penghitungan suara Pemilihan Kepala daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah kewenangan sepenuhnya dari Mahkamah Konstitusi.

003-234.indd 7 9/24/10 10:38:16 AM

Page 30: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

8 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

− Kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk memeriksa, mengadili, dan memutus perkara a quo didasarkan atas kewenangan sebagaimana diatur Pasal 236C UU Nomor 12 Tahun 2008 yang pada intinya ketentuan ini mengatur mengenai pengalihan penanganan sengketa hasil penghitungan suara kepala daerah dan wakil kepala daerah dari Mahkamah Agung kepada Mahkamah Konstitusi paling lama 18 (delapan belas) bulan. Kewenangan tersebut bersifat pasti dan imperatif sehingga dapat dijalankan, yang secara apriori harus ditaati, dan dalam keadaan konkrit tidak dapat dikesampingkan begitu saja karena ia berisi suruhan dan larangan.

− Pasal 236C UU Nomor 12 Tahun 2008, dapat langsung berlaku tanpa harus menuggu adanya tindakan hukum pengalihan dari Mahkamah Agung ke Mahkamah Konstitusi. Secara fakta tindakan pengalihan demikian tidaklah diperlukan karena Mahkamah Konstitusi sudah memiliki kewenangan absolut sebagaimana diatur dalam Pasal 236C UU Nomor 12 Tahun 2008 dan pelaksanaan kewenangan itu terjadi pada saat adanya permohonan, yang selanjutnya permohonan a quo diperiksa oleh Mahkamah Konstitusi. Jika kewenangan Mahkamah Konstitusi tesebut harus menunggu adanya tindakan hukum pengalihan dari Mahkamah Agung ke Mahkamah Konstitusi, maka sesungguhnya Mahkamah Konstitusi telah menunda pelaksanaan kewenangan yang diberikan oleh UU Nomor 12 Tahun 2008 khususnya Pasal 236C yang secara de facto dan de jure telah mulai berlaku sejak tanggal diundangkan, yaitu 28 April 2008.

− Ketentuan waktu paling lama 18 (delapan belas) bulan yang tercantum dalam Pasal 236C UU Nomor 12 Tahun 2008 adalah sebuah tenggat waktu transisional yang tidak menghalangi Mahkamah Konstitusi dan Mahkamah Agung untuk memeriksa, mengadili, dan memutus penanganan sengketa hasil penghitungan suara Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Jika penanganan sengketa hasil penghitungan suara Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah harus menunggu adanya tindakan hukum pengalihan dari Mahkamah Agung ke Mahkamah Konstitusi, serta terlampauinya waktu paling lama 18 (delapan belas) bulan, maka perintah Undang-Undang dengan tenggat waktu paling lama 18 (delapan belas) bulan tidak mempunyai makna apapun. Frasa “dialihkan” dalam Pasal 236C tersebut merupakan syarat administratif, sedangkan frasa “undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan” sebagaimana dimaksud dalam Pasal II UU Nomor 12 Tahun 2008 merupakan norma konkrit yang harus dipatuhi. Jika dalam pelaksanaannya kedua ketentuan tersebut saling berbenturan, maka syarat administratif harus dikesampingkan.

− Dengan diajukannya permohonan a quo ke Mahkamah Konstitusi merupakan pilihan hukum, serta hak dari Pemohon sebagai pencari keadilan yang tidak dapat dikurangi hanya dikarenakan adanya keharusan tindakan hukum pengalihan dari Mahkamah Agung ke Mahkamah Konstitusi. Salah satu alasan dari penbentuk Undang-Undang, dialihkannya kewenangan penanganan sengketa hasil penghitungan suara pemilihan

003-234.indd 8 9/24/10 10:38:16 AM

Page 31: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

9Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

kepala daerah dan wakil kepala daerah ke Mahkamah Konstitusi adalah agar tercapainya peradilan sederhana dan cepat, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 5 ayat (2) UU Nomr 4 Tahun 2004, yang berbunyi “Pengadilan membantu mencari keadilan dan berusaha mengatasi segala hambatan dan rintangan untuk dapat tercapainya peradilan yang sederhana, cepat, dan biaya ringan”.

− Penolakan Mahkamah Konstitusi untuk memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan a quo adalah tidak sejalan dengan Pasal 16 ayat (1) UU Nomor 4 Tahun 2004, yang berbunyi “Pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak atau kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya”.Dengan demikian penanganan perselisihan hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan

Wakil Kepala Daerah dengan sendirinya (demi hukum) menjadi kewenangan Mahkamah Konstitusi. Apabila antara kepastian hukum dan keadilan terjadi benturan, maka untuk kepentingan yang lebih luas haruslah didahulukan keadilan. Berdasarkan uraian di atas, Mahkamah Kontitusi berwenang mengadili permohonan a quo.

003-234.indd 9 9/24/10 10:38:16 AM

Page 32: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

003-234.indd 10 9/24/10 10:38:16 AM

Page 33: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

11Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 28/PHPU.D-VI/2008

TENTANGKEBERATAN TERHADAP HASIL PEMILU KEPALA DAERAH DAN

WAKIL KEPALA DAERAH KABUPATEN DONGGALA

Pemohon : Drs. Kasman Lassa, S.H; Ahmad Ariefianto, S.E; Abubakar Aljufrie, S.E.; dan Taufik M. Burhan, S.Pd., M.Si.

Termohon : Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Donggala.Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil

Kepala Daerah.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan KPU Nomor 278/168/KPU-

KWK/2008 bertanggal 28 Oktober 2008 perihal Penetapan Pemenang Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Donggala Tahun 2009-2014.

Amar Putusan : - Menyatakan permohonan Pemohon sepanjang terhadap ikut Termohon (Panwaslu Kabupaten Donggala) tidak dapat diterima.

- Menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya.Tanggal Putusan : Senin, 24 November 2008.Ikhtisar Putusan :

Pemohon Drs. Kasman Lassa, S.H. dan Ahmad Ariefianto, S.E. adalah Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Donggala dengan Nomor Urut 6. Sedangkan, Pemohon Abubakar Aljufrie, S.E. dan Taufik M. Burhan, S.Pd., M.Si. adalah Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Donggala dengan Nomor Urut 5.

Pemohon mengajukan keberatan terhadap Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Pemilukada) Kabupaten Donggala yang ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Donggala dengan Keputusan KPU Nomor 278/168/KPU-KWK/2008 bertanggal 28 Oktober 2008.

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

003-234.indd 11 9/24/10 10:38:16 AM

Page 34: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

12 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Mengenai kewenangan Mahkamah Konstitusi, Mahkamah berpendapat bahwa berdasarkan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 dan Pasal 10 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi jis Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, salah satu kewenangan konstitusional Mahkamah Konstitusi (MK) adalah memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.

Pasal 236C Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 menetapkan bahwa penanganan sengketa hasil penghitungan suara pemilihan kepala daerah oleh Mahkamah Agung dialihkan kepada Mahkamah Konstitusi paling lama 18 (delapan belas) bulan sejak undang-undang ini diundangkan. Kemudian pada 29 Oktober 2008, Ketua MA dan Ketua MK menandatangani Berita Acara Pengalihan Wewenang Mengadili, sebagai pelaksanaan Pasal 236C undang-undang di atas.

Mahkamah memiliki wewenang untuk memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan Pemohon karena permohonan adalah sengketa hasil penghitungan suara Pemilu Kepala Daerah (Pemilukada).

Mengenai kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, Mahkamah mendasarkan penilaian pada ketentuan Pasal 106 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, serta Pasal 3 dan Pasal 4 Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Beracara dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah (PMK Nomor 15 Tahun 2008). Berdasarkan ketentuan tersebut, MK menilai Pemohon memiliki kedudukan hukum karena:a. Pemohon adalah Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah;b. Permohonan diajukan terhadap penetapan hasil penghitungan suara Pemilukada

yang mempengaruhi penentuan pasangan calon yang dapat mengikuti putaran kedua Pemilukada atau terpilihnya pasangan calon sebagai Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah;

c. sesuai Keputusan KPU Kabupaten Donggala, Pemohon Drs. Kasman Lassa, S.H. dan Ahmad Ariefianto, S.E. adalah Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Donggala Tahun 2008 dengan Nomor Urut 6.Mengenai tenggang waktu pengajuan Permohonan, Pasal 5 PMK Nomor 15 Tahun

2008 menentukan bahwa permohonan hanya dapat diajukan dalam jangka waktu paling lambat 3 hari kerja setelah Termohon menetapkan hasil penghitungan suara Pemilukada di daerah yang bersangkutan. Adapun Keputusan KPU No. 278/168/KPU-KWK/2008 ditetapkan 28 Oktober 2008, sementara permohonan Pemohon diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Donggala pada 30 Oktober 2008 (kemudian dilimpahkan dan didaftarkan ke MK pada 6 November 2008), sehingga permohonan Pemohon masih memenuhi tenggat.

003-234.indd 12 9/24/10 10:38:16 AM

Page 35: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

13Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

Pada dasarnya Pemohon mempermasalahkan Keputusan KPU Nomor 278/168/KPU-KWK/2008 karena Pemilukada yang mendasari penyusunan keputusan tersebut tidak dilaksanakan sesuai peraturan perundangan. Pemohon mendalilkan bahwa pelaksanaan Pemilukada seharusnya tidak meliputi (penduduk) Kabupaten Sigi karena kabupaten tersebut merupakan kabupaten pemekaran dari Kabupaten Donggala (vide Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Sigi di Provinsi Sulawesi Tengah, disahkan 21 Juli 2008). Sehingga Kabupaten Sigi tidak dapat diikutsertakan dalam Pemilukada Kabupaten Donggala.

Pemohon mendalilkan bahwa keikutsertaan penduduk di 15 kecamatan pada wilayah Kabupaten Sigi dalam pelaksanaan Pemilukada Kabupaten Donggala, telah merugikan Pemohon. Berdasarkan alasan-alasan di atas, Pemohon mengajukan permohonan agar MK menjatuhkan putusan sebagai berikut.a. Membatalkan Keputusan KPU Kabupaten Donggala No. 278/168/KPU-KWK/2008,

tanggal 28 Oktober 2008 tentang Penetapan Pemenang Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Donggala Tahun 2009-2014.

b. Membatalkan seluruh proses Pemilukada Kabupaten Donggala karena penggunaan landasan hukum yang salah oleh Termohon.

c. Memerintahkan kepada Termohon untuk melaksanakan penghitungan kembali hasil penghitungan suara Pemilukada dengan tidak memasukkan/mengikutsertakan masyarakat di 15 (lima belas) kecamatan Kabupaten Sigi sebagai pemilih.

d. Memerintahkan kepada Termohon untuk melaksanakan Pemilukada lanjutan sesuai ketentuan yang berlaku.Pemohon mengajukan Ahli Prof. Dr. Harun Alrasid, S.H. yang pada intinya

menerangkan bahwa dengan terjadinya pemekaran maka pemerintahan yang baru harus mampu melaksanakan Pemilu untuk memilih wakilnya dan tidak tunduk pada kabupaten semula.

Termohon membantah dalil Pemohon dengan alasan bahwa Pemohon tidak dapat menunjukkan secara jelas mengenai kesalahan penghitungan suara yang telah ditetapkan oleh Termohon dan penghitungan suara yang benar menurut Pemohon. Kabupaten Sigi yang telah dibentuk belum mempunyai batas wilayah yang pasti, implikasi hukumnya adalah pada tidak pastinya pula penduduk yang termasuk dalam cakupan wilayah Kabupaten Sigi. Jika ketentuan tersebut belum dilaksanakan maka sudah barang tentu tidak dapat mengakibatkan warga/masyarakat yang ada di wilayah cakupan Kabupaten Sigi yang berasal dari sebagian wilayah Kabupaten Donggala akan kehilangan hak ”kependudukannya” karena seluruh warga masyarakat yang berdiam di wilayah cakupan Kabupaten Sigi yang berasal dari sebagian wilayah Kabupaten Donggala masih tetap berstatus ”penduduk” Kabupaten Donggala.

Ikut Termohon, yaitu Panitia Pengawas Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Panwaslu) Kabupaten Donggala menyatakan bahwa menurut PMK Nomor 15

003-234.indd 13 9/24/10 10:38:16 AM

Page 36: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

14 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Tahun 2008, pihak yang dapat menjadi Termohon adalah penyelenggara pemilihan umum. Oleh karena itu, Panwaslu Kabupaten Donggala memohon agar segala permohonan yang berkaitan dengan Panwaslu tidak dapat diterima.

Terhadap permohonan Pemohon yang mengikutsertakan Panwaslu Kabupaten Donggala sebagai Ikut Termohon, Mahkamah berpendapat bahwa permohonan demikian harus dikesampingkan dan tidak dapat diterima.

Mengenai keikutsertaan pemilih dari Kabupaten Pemekaran dalam Pemilukada Kabupaten Donggala, Mahkamah berpendapat hal tersebut tidak melanggar hukum. Selain itu, Pemohon serta Pasangan Calon Kepala dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Donggala lain telah mengikuti seluruh tahapan Pemilukada, yang melibatkan pemilih dari kabupaten pemekaran, dan tidak pernah mengajukan keberatan.

Pendapat Mahkamah didasarkan pada Pasal 20 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2008 yang menyatakan ”Sebelum Pemerintah Kabupaten Sigi menetapkan peraturan daerah dan peraturan Bupati sebagai pelaksanaan undang-undang ini, semua peraturan daerah dan peraturan Bupati Donggala sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang ini tetap berlaku dan dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Sigi”.

Terhadap dalil Pemohon yang menyatakan bahwa jika penduduk kabupaten pemekaran tidak mengikuti Pemilukada, maka Pemohon akan menempati peringkat kedua dalam perolehan suara. Mahkamah berpendapat andai benar, quod non, penduduk kabupaten pemekaran tidak diikutsertakan dalam Pemilukada Kabupaten Donggala, dan dihitung perolehan suara Pemohon di Kabupaten Donggala di luar suara pemilih dari Kabupaten pemekaran, ternyata perolehan suara versi Pemohon yang menempatkan dirinya sendiri di peringkat kedua sama sekali tidak didukung oleh alat bukti yang diperlukan untuk itu. Oleh karena itu, tidak terdapat alasan untuk menetapkan perolehan suara versi Pemohon sebagai penghitungan suara yang benar.

Mahkamah juga berpendapat meskipun Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2008 telah diundangkan pada tanggal 21 Juli 2008, kabupaten baru belum efektif keberadaannya selama pemerintahan di kabupaten pemekaran belum dibentuk dengan pengangkatan pejabat Bupati Kepala Daerah. Keikutsertaan pemilih dari kabupaten pemekaran dalam Pemilukada Kabupaten Donggala sebagaimana ditentukan oleh KPU Provinsi Sulawesi Tengah, sah untuk dihitung sebagai suara dalam Pemilukada Kabupaten Donggala. Selain itu, Pemohon tidak dapat membuktikan perolehan suaranya dengan alat bukti yang sah.

Mahkamah dalam amar putusannya menyatakan permohonan Pemohon sepanjang terhadap Ikut Termohon (Panwaslu Kabupaten Donggala) tidak dapat diterima; dan menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya.

003-234.indd 14 9/24/10 10:38:16 AM

Page 37: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

15Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

IKHTISAR PUTUSAN PERKARA NOMOR 29/PHPU.D-VI/2008

TENTANGKEBERATAN TERHADAP HASIL PEMILU KEPALA DAERAH DANWAKIL KEPALA DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR

Pemohon : 1. Iskandar, S.E. (Calon Bupati Ogan Komering Ilir); 2. Kukuh Pudiyarto (Calon Wakil Bupati Ogan Komering Ilir).Termohon : Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Ogan Komering Ilir.Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala

Daerah.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten

Ogan Komering Ilir Nomor 39B/KEP/KPU-OKI/X/2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Hasil Pemilihan Umum Bupati/Wakil Bupati OKI Tahun 2008.

Amar Putusan : Dalam Eksepsi: Menyatakan eksepsi Termohon ditolak. Dalam Pokok Perkara: Menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya. Tanggal Putusan : Senin, 24 November 2008.Ikhtisar Putusan :

Pemohon perkara nomor 29/PHPU.D-VI/2008 bernama Iskandar, S.E. dan Kukuh Pudiyarto adalah Pasangan Calon Bupati/Wakil Bupati Ogan Komering Ilir (OKI).

Adapun permasalahan utama permohonan Pemohon adalah keberatan terhadap Rekapitulasi Hasil Penghitungan suara Pemilihan Bupati/Wakil Bupati Ogan Komering Ilir (KPU Kabupaten OKI) Nomor 39B/KEP/KPU-OKI/X/2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Hasil Pemilihan Umum Bupati/Wakil Bupati OKI Tahun 2008. Karena Pemohon hanya ditetapkan memperoleh suara sejumlah 160.395, yang berada di peringkat kedua di bawah pasangan calon Ir. Ishak Mekki, M.M., dan H. Engga Dewata Zainal, S.Sos, dengan sejumlah 190.425 suara.

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

003-234.indd 15 9/24/10 10:38:16 AM

Page 38: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

16 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Berkaitan dengan permohonan di atas, sebelum memasuki substansi atau pokok perkara, Mahkamah Konstitusi (Mahkamah) terlebih dahulu mempertimbangkan hal-hal berikut. Pertama, kewenangan Mahkamah memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan Pemohon. Kedua, kedudukan hukum (legal standing) Pemohon untuk mengajukan permohonan.

Kewenangan Mahkamah berdasarkan ketentuan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 dan Pasal 10 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) jis Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, salah satu kewenangan konstitusional Mahkamah adalah memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.

Semula, berdasarkan ketentuan Pasal 106 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah bahwa keberatan berkenaan dengan hasil penghitungan suara yang mempengaruhi terpilihnya pasangan calon diajukan ke Mahkamah Agung. Kewenangan Mahkamah Agung dicantumkan kembali dalam Pasal 94 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum menentukan bahwa Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah pemilihan umum untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Pasal 236C Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, menyatakan ”Penanganan sengketa hasil penghitungan suara pemilihan kepala daerah oleh Mahkamah Agung dialihkan kepada Mahkamah Konstitusi paling lama 18 (delapan belas) bulan sejak undang-undang ini diundangkan”. Untuk melaksanakan ketentuan itu, pada 29 Oktober 2008, Ketua Mahkamah Agung dan Ketua Mahkamah Konstitusi bersama-sama telah menandatangani Berita Acara Pengalihan Wewenang Mengadili sengketa hasil penghitungan suara pemilihan kepala daerah.

Oleh karena permohonan Pemohon adalah sengketa hasil penghitungan suara Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada), yakni Pemilukada Kabupaten OKI sesuai dengan Keputusan KPU Kabupaten OKI Nomor 39B/KEP/KPU-OKI/X/2008 tanggal 30 Oktober 2008, maka Mahkamah berwenang untuk memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan Pemohon.

Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal standing), karena permohonan sesuai dengan ketentuan Pasal 3, Pasal 4, dan Pasal 5 Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 15 Tahun 2008 (PMK 15/2008) yang menentukan hal-hal sebagai berikut:a. Pemohon adalah Pasangan Calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah;

003-234.indd 16 9/24/10 10:38:16 AM

Page 39: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

17Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

b. permohonan hanya dapat diajukan terhadap penetapan hasil penghitungan suara Pemilukada yang mempengaruhi penentuan pasangan calon yang dapat mengikuti putaran kedua Pemilukada atau terpilihnya pasangan calon sebagai Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah;

c. permohonan hanya dapat diajukan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah Termohon menetapkan hasil penghitungan suara Pemilukada di daerah yang bersangkutan.Terkait dengan permasalahan utama permohonan, Pemohon mendalilkan hasil

penghitungan KPU Kabupaten OKI tidak benar karena adanya pelanggaran berupa money politic, keterlibatan oknum PNS, dan intimidasi. Pelanggaran tersebut mengakibatkan pasangan calon Bupati OKI Periode 2008-2013, yaitu Ir. Ishak Mekki, M.M. dan H. Engga Dewata Zainal, S.Sos. memperoleh suara terbanyak dari Pemohon.

Terhadap dalil Pemohon, Termohon memberikan bantahan yang intinya sebagai berikut.1. Permohonan Pemohon bukan menyangkut keberatan tentang hasil penghitungan

suara yang dapat mempengaruhi terpilihnya pasangan calon Bupati/Wakil Bupati OKI Periode 2008-2013, melainkan tentang proses tahapan-tahapan Pemilukada.

2. Dasar penghitungan suara Pemohon untuk pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati, antara lain: Ir. H. Iskandar Maliki, M.M. dan Drs. H. Iskandar Aidi, M.M. adalah berjumlah 37.600 suara, Iskandar, S.E. dan Kukuh Pudiyarto adalah berjumlah 155.233 suara, Hendri Faisal Damhari, S.E. dan Rahma Dewi H.A. Kalung, S.E. adalah berjumlah 4.796 suara, Ir. H. Ishak Mekki, M.M. dan H. Engga Dewata Zainal, S.Sos adalah berjumlah 86.879 suara. Dengan demikian, total suara sah menurut penghitungan Pemohon adalah 284.508 suara.Pihak Terkait yakni Ir. H. Ishak Mekki, M.M. dan H. Engga Dewata Zainal, S.Sos

memberikan keterangan yang pada intinya Pemohon tidak menguraikan secara jelas dalil mengenai ”Kesalahan hasil penghitungan suara yang ditetapkan oleh Termohon” dalam Pasal 6 ayat (2) huruf b angka 1 PMK 15/2008, melainkan mempermasalahkan adanya pelanggaran-pelanggaran tahapan Pemilukada yang jelas merupakan kewenangan Panwas (Panitia Pengawas) Pemilukada Kabupaten OKI untuk memeriksa dan menyelesaikannya, sehingga materi keberatan yang diajukan oleh Pemohon, bukan merupakan materi perselisihan hasil penghitungan suara yang ditetapkan oleh Termohon, sehingga dalil-dalil keberatan yang diajukan oleh Pemohon tidak beralasan dan tidak memenuhi syarat dalam Pasal 4 dan Pasal 6 PMK 15/2008, serta tidak berada dalam lingkup kewenangan Mahkamah. Dengan demikian, Berita Acara dan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara serta Penetapan Pasangan Calon Terpilih untuk Pemilukada Bupati dan Wakil Bupati OKI sesuai dengan Keputusan Termohon Nomor 39B/KEP/KPU-OKl/XI/2008 telah sah secara hukum.

Pihak Terkait juga menerangkan bahwa pada saat Termohon melakukan Rekapitulasi Penghitungan Suara Pemilihan Bupati/Wakil Bupati Kabupaten OKI pada tanggal

003-234.indd 17 9/24/10 10:38:16 AM

Page 40: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

18 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

30 Oktober 2008 dihadiri oleh saksi Pemohon yang menyaksikan jalannya proses penghitungan suara, dan saksi Pemohon dapat menerima hasil penghitungan suara yang dilakukan oleh Termohon karena tidak mengajukan keberatan terhadap hasil penghitungan suara akhir yang dilakukan oleh Termohon. Di samping itu, Termohon selaku penyelenggara Pemilukada Bupati dan Wakil Bupati Ogan Komering Ilir Tahun 2008 telah berusaha secara maksimal untuk menciptakan penyelenggaraan Pemilukada yang mandiri, profesional, demokratis, Langsung, Umum, Bebas, Rahasia (Luber), Jujur, dan Adil (Jurdil) sesuai ketentuan hukum yang berlaku.

Dalam pertimbangan hukumnya, Mahkamah berpendapat bahwa alat-alat bukti surat yang diajukan oleh Pemohon tidak ada yang menunjukkan kebenaran dalil Pemohon, karena:a. Bukti P-1 berupa fotokopi Berita Acara Rapat Pleno KPU Nomor 141B/BA/KPU-

OKI/IX/2008 tentang Pengundian Nomor Urut Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Ogan Komering Ilir Periode 2009-2013 bertanggal 06 September 2008 hanya menunjukkan bahwa Pemohon adalah Pasangan Calon Peserta Pemilukada Kabupaten OKI;

b. Bukti P-2 sampai dengan Bukti P-14 berupa fotokopi Laporan Pelanggaran/Sengketa Pemilu Nomor 51/Panwaslu Kab.OKI/X/2008 tanggal 21 Oktober 2008, fotokopi Surat Tanda Penerimaan Barang Bukti No.Pol.SP.Sita/274/X/2008/Reskrim tanggal 20 Oktober 2008, fotokopi Berita Acara Penyerahan tanggal 17 Oktober 2008, fotokopi Laporan Pelanggaran/Sengketa Pemilu Nomor 008/Panwaslu Kecamatan Mesuji Raya/X/2008 tanggal 23 Oktober 2008, fotokopi Laporan Pelanggaran/Sengketa Pemilu No.50/Panwaslu Kab.OKI/X/2008 tanggal 21 Oktober 2008, fotokopi Berita Acara Penyerahan tanggal 20 Oktober 2008, fotokopi Laporan masyarakat secara tertulis kepada Panwaslu, fotokopi Tanda Bukti Lapor No.Pol.TBL/B-456/X/2008/SPK tanggal 24 Oktober 2008, fotokopi Laporan Pelanggaran/Sengketa Pemilu tanggal 27 Oktober 2008, fotokopi Pelanggaran/Sengketa Pemilu Nomor 58/Panwaslu Kababupaten OKI/X/2008 tanggal 25 Oktober 2008, fotokopi Laporan Pelanggaran/Sengketa Pemilu Nomor 009/Panwaslu Kecamatan Kota Kayuagung/X/2008 tanggal 23 Oktober 2008, fotokopi Surat Tanda Penerimaan Laporan Pengaduan No.Pol.LP/B-1/1076/X/2008/RES OKI tanggal 26 Oktober 2008, dan fotokopi Laporan tanggal 27 Oktober 2008 hanya menunjukkan adanya Laporan Pelanggaran Pemilukada ke Panwaslu dan tanda terima bukti lapor dari kepolisian yang tidak ada tindak lanjutnya ke pengadilan;

c. Bukti P-15 berupa fotokopi Berita Acara Pemungutan Suara Di TPS VIII Sungai Sibur Kecamatan Sungai Menang Kabupaten Ogan Komering Ilir hanya menunjukkan bukti hasil penghitungan suara di suatu TPS yang justru saksi dari Pemohon ikut menandatangani dan tanpa keberatan;

d. Bukti P-16 sampai dengan P-52 berupa bukti fotokopi Surat Pemberitahuan Waktu Dan Tempat Pemungutan Suara di TPS 01 Desa SKP Kecamatan Pedamaran

003-234.indd 18 9/24/10 10:38:16 AM

Page 41: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

19Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

tanggal 20 Oktober 2008 atas nama Pemilih Wahyu Ningsih, fotokopi Surat Pemberitahuan Waktu Dan Tempat Pemungutan Suara di TPS 01 Desa SKP Kecamatan Pedamaran tanggal 20 Oktober 2008 atas nama Pemilih Ulin Nuha, fotokopi Surat Pemberitahuan Waktu Dan Tempat Pemungutan Suara di TPS 01 Desa SKP Kecamatan Pedamaran tanggal 20 Oktober 2008 atas nama Pemilih Lupil Hakim, fotokopi Surat Pemberitahuan Waktu Dan Tempat Pemungutan Suara di TPS 01 Desa SKP Kecamatan Pedamaran tanggal 20 Oktober 2008 atas nama Pemilih Wiswan, fotokopi Surat Pemberitahuan Waktu Dan Tempat Pemungutan Suara di TPS 01 Desa SKP Kecamatan Pedamaran tanggal 20 Oktober 2008 atas nama Pemilih Riono, fotokopi Surat Pemberitahuan Waktu Dan Tempat Pemungutan Suara di TPS 01 Desa SKP Kecamatan Pedamaran tanggal 20 Oktober 2008 atas nama Pemilih Siti Nurhasanah, fotokopi Surat Pemberitahuan Waktu Dan Tempat Pemungutan Suara di TPS 01 Desa SKP Kecamatan Pedamaran tanggal 20 Oktober 2008 atas nama Pemilih Nanik, fotokopi Surat Pemberitahuan Waktu Dan Tempat Pemungutan Suara di TPS 01 Desa SKP Kecamatan Pedamaran tanggal 20 Oktober 2008 atas nama Pemilih Wahidi, fotokopi Surat Pemberitahuan Waktu Dan Tempat Pemungutan Suara di TPS 01 Desa SKP Kecamatan Pedamaran tanggal 20 Oktober 2008 atas nama Pemilih Marto, fotokopi Surat Pemberitahuan Waktu Dan Tempat Pemungutan Suara di TPS 01 Desa SKP Kecamatan Pedamaran tanggal 20 Oktober 2008 atas nama Pemilih Supardi, fotokopi Surat Pemberitahuan Waktu Dan Tempat Pemungutan Suara di TPS 01 Desa SKP Kecamatan Pedamaran tanggal 20 Oktober 2008 atas nama Pemilih Siti Patonah, fotokopi Surat Pemberitahuan Waktu Dan Tempat Pemungutan Suara di TPS 01 Desa SKP Kecamatan Pedamaran tanggal 20 Oktober 2008 atas nama Pemilih Ristina, fotokopi Surat Pemberitahuan Waktu Dan Tempat Pemungutan Suara di TPS 01 Desa SKP Kecamatan Pedamaran tanggal 20 Oktober 2008 atas nama Pemilih Heryani, fotokopi Surat Pemberitahuan Waktu Dan Tempat Pemungutan Suara di TPS 01 Desa SKP Kecamatan Pedamaran tanggal 20 Oktober 2008 atas nama Pemilih Sueyanto, fotokopi Surat Pemberitahuan Waktu Dan Tempat Pemungutan Suara di TPS 01 Desa SKP Kecamatan Pedamaran tanggal 20 Oktober 2008 atas nama Pemilih Mudayin, fotokopi Surat Pemberitahuan Waktu Dan Tempat Pemungutan Suara di TPS 01 Desa SKP Kecamatan Pedamaran tanggal 20 Oktober 2008 atas nama Pemilih Siti, fotokopi Surat Pemberitahuan Waktu Dan Tempat Pemungutan Suara di TPS 01 Desa SKP Kecamatan Pedamaran tanggal 20 Oktober 2008 atas nama Pemilih Sunari, fotokopi Surat Pemberitahuan Waktu Dan Tempat Pemungutan Suara di TPS 01 Desa SKP Kecamatan Pedamaran tanggal 20 Oktober 2008 atas nama Pemilih Sunarsih, fotokopi Surat Pemberitahuan Waktu Dan Tempat Pemungutan Suara di TPS 01 Desa SKP Kecamatan Pedamaran tanggal 20 Oktober 2008 atas nama Pemilih Suyoto, fotokopi Surat Pemberitahuan Waktu Dan Tempat Pemungutan Suara di TPS 01 Desa SKP Kecamatan Pedamaran tanggal 20 Oktober 2008 atas nama Pemilih Saropah, fotokopi Surat Pemberitahuan Waktu Dan Tempat Pemungutan

003-234.indd 19 9/24/10 10:38:16 AM

Page 42: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

20 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Suara di TPS 01 Desa SKP Kecamatan Pedamaran tanggal 20 Oktober 2008 atas nama Pemilih Listari, fotokopi Surat Pemberitahuan Waktu Dan Tempat Pemungutan Suara di TPS 01 Desa SKP Kecamatan Pedamaran tanggal 20 Oktober 2008 atas nama Pemilih Dewi, fotokopi Surat Pemberitahuan Waktu Dan Tempat Pemungutan Suara di TPS 01 Desa SKP Kecamatan Pedamaran tanggal 20 Oktober 2008 atas nama Pemilih Hasim Ansori, fotokopi Surat Pemberitahuan Waktu Dan Tempat Pemungutan Suara di TPS 01 Desa SKP Kecamatan Pedamaran tanggal 20 Oktober 2008 atas nama Pemilih Samin, fotokopi Surat Pemberitahuan Waktu Dan Tempat Pemungutan Suara di TPS 01 Desa SKP Kecamatan Pedamaran tanggal 20 Oktober 2008 atas nama Pemilih Yarmuji, fotokopi Surat Pemberitahuan Waktu Dan Tempat Pemungutan Suara di TPS 01 Desa SKP Kecamatan Pedamaran tanggal 20 Oktober 2008 atas nama Pemilih Makpiroh, fotokopi Surat Pemberitahuan Waktu Dan Tempat Pemungutan Suara di TPS 01 Desa SKP Kecamatan Pedamaran tanggal 20 Oktober 2008 atas nama Pemilih Abd. Rahman, fotokopi Surat Pemberitahuan Waktu Dan Tempat Pemungutan Suara di TPS 01 Desa SKP Kecamatan Pedamaran tanggal 20 Oktober 2008 atas nama Pemilih Jamal, fotokopi Surat Pemberitahuan Waktu Dan Tempat Pemungutan Suara di TPS 01 Desa SKP Kecamatan Pedamaran tanggal 20 Oktober 2008 atas nama Pemilih Samsul, fotokopi Surat Pemberitahuan Waktu Dan Tempat Pemungutan Suara di TPS 01 Desa SKP Kecamatan Pedamaran tanggal 20 Oktober 2008 atas nama Pemilih Tutut Nurmayano, fotokopi Surat Pemberitahuan Waktu Dan Tempat Pemungutan Suara di TPS 01 Desa SKP Kecamatan Pedamaran tanggal 20 Oktober 2008 atas nama Pemilih Wasiyati, fotokopi Surat Pemberitahuan Waktu Dan Tempat Pemungutan Suara di TPS 01 Desa SKP Kecamatan Pedamaran tanggal 20 Oktober 2008 atas nama Pemilih Yeyen, fotokopi Surat Pemberitahuan Waktu Dan Tempat Pemungutan Suara di TPS 01 Desa SKP Kecamatan Pedamaran tanggal 20 Oktober 2008 atas nama Pemilih Suyanto, fotokopi Surat Pemberitahuan Waktu Dan Tempat Pemungutan Suara di TPS 01 Desa SKP Kecamatan Pedamaran tanggal 20 Oktober 2008 atas nama Pemilih Winarsih, fotokopi Surat Pemberitahuan Waktu Dan Tempat Pemungutan Suara di TPS 01 Desa SKP Kecamatan Pedamaran tanggal 20 Oktober 2008 atas nama Pemilih Imatul Isrokah, fotokopi Surat Pemberitahuan Waktu Dan Tempat Pemungutan Suara di TPS 01 Desa SKP Kecamatan Pedamaran tanggal 20 Oktober 2008 atas nama Pemilih Makpiroh, fotokopi Surat Pemberitahuan Waktu Dan Tempat Pemungutan Suara di TPS 01 Desa SKP Kecamatan Pedamaran tanggal 20 Oktober 2008 atas nama Pemilih Turaji, dan fotokopi Surat Pemberitahuan Waktu Dan Tempat Pemungutan Suara di TPS 01 Desa SKP Kecamatan Pedamaran tanggal 20 Oktober 2008 atas nama Pemilih Joko, bahwa ada sejumlah pemilih yang mempunyai surat panggilan untuk memilih tetapi tidak dapat menggunakan hak pilihnya [32 (tiga puluh dua) orang] yang seandainya pun dapat menggunakan hak pilihnya jumlahnya tidak signifikan dan juga belum tentu suaranya untuk Pemohon;

003-234.indd 20 9/24/10 10:38:16 AM

Page 43: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

21Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

e. Bukti P-53 berupa fotokopi Keputusan KPU Kabupaten Ogan Komering Ilir Nomor 39B/KEP/KPU-OKI/X/2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Hasil Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Ogan Komering Ilir Tahun 2008 bertanggal 30 Oktober 2008 hanya menunjukkan hasil penghitungan suara oleh KPU Kabupaten OKI, yaitu penetapan calon terpilih;

f. Bukti P-54 berupa foto Keputusan KPU Kabupaten Ogan Komering Ilir Nomor 20/KEP/KPU-OKI/VI/2008 tentang Perubahan Atas Keputusan KPU Kabupaten Ogan Komering Ilir Nomor 07/KEP/KPU-OKI/IV/2008 tentang Tahapan Program dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Ogan Komering Ilir tanggal 12 Juni 2008 hanya menunjukkan terjadinya perubahan tahapan Pemilukada di Kabupaten OKI;

g. Bukti P-55 berupa fotokopi Berita Acara Rekapitulasi Hasil Pemungutan Suara Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Ogan Komering Ilir Tahun 2008 Di Tingkat Kabupaten/Kota Oleh KPUD Kabupaten/Kota tanggal 30 Oktober 2008 hanya menunjukkan hasil rekapitulasi penghitungan suara oleh Termohon;

h. Bukti P-56 hanya menunjukkan berita acara rekapitulasi hasil penghitungan suara Pemilukada oleh KPU Kabupaten OKI;

i. Bukti P-57 sampai dengan P-63 berupa fotokopi Surat Pernyataan dari Ahmad Yusun tanggal 23 Oktober 2008, fotokopi Surat Pernyataan dari Ahmad Imam Syahroni tanggal 23 Oktober 2008, fotokopi Surat Pernyataan dari Ahmad Sujono tanggal 23 Oktober 2008, fotokopi Surat Pernyataan dari Ahmad Sugito tanggal 23 Oktober 2008, fotokopi Surat Pernyataan dari Samingan tanggal 23 Oktober 2008, fotokopi Surat Pernyataan dari Edy Johan tanggal 23 Oktober 2008, dan fotokopi Surat Pernyataan dari Sumarno tanggal 23 Oktober 2008 hanya berupa surat pernyataan dari anggota Tim Sukses Pemohon yang menerangkan bahwa ada berbagai kecurangan dalam pelaksanaan Pemilukada di Kabupaten OKI;

j. Bukti P-64 berupa 3 (tiga) buah rekaman dalam bentuk compact disc yang menunjukkan berbagai peristiwa terjadinya kecurangan dan penyimpangan dalam Pemilukada di Kabupaten OKI.Adapun saksi-saksi yang diajukan oleh Pemohon menunjukkan bahwa saksi bukanlah

saksi yang melihat, mendengar, dan mengalami sendiri proses penghitungan suara di setiap jenjang dari TPS, PPS, PPK, sampai KPU Kabupaten OKI, karena kesaksiannya hanya terkait dengan berbagai dugaan adanya pelanggaran dalam tahapan-tahapan Pemilukada di Kabupaten OKI. Oleh karena itu, kesaksiannya tidak dapat membuktikan adanya kesalahan penghitungan suara oleh Termohon.

Hasil penghitungan suara yang benar menurut versi Pemohon yang sangat berbeda dengan hasil penghitungan suara versi Termohon justru menunjukkan adanya keanehan, yaitu hilangnya 97.981 suara sah yang tidak jelas dan tidak sesuai dengan data dari KPU Kabupaten OKI.

003-234.indd 21 9/24/10 10:38:16 AM

Page 44: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

22 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Berdasarkan seluruh pertimbangan fakta dan hukum di atas, Mahkamah berkesimpulan bahwa eksepsi Termohon tidak beralasan dan permohonan keberatan Pemohon terhadap hasil penghitungan suara Pemilukada Kabupaten Ogan Komering Ilir yang ditetapkan oleh Termohon tidak terbukti beralasan, sehingga permohonan Pemohon ditolak.

Dengan demikian, Mahkamah menjatuhkan amar putusan sebagai berikut.Dalam Eksepsi:menyatakan eksepsi Termohon ditolak.Dalam Pokok Perkara: menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya.

003-234.indd 22 9/24/10 10:38:16 AM

Page 45: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

23Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 30/PHPU.D-VI/2008

TENTANGKEBERATAN TERHADAP HASIL PEMILU KEPALA DAERAH DAN

WAKIL KEPALA DAERAH KABUPATEN CIREBON

Pemohon : 1. Dr. H. Djakaria Machmud, S.E., S.H., M.Si. (Calon Bupati Cirebon);

2. PRA. Arief Natadiningrat, S.E. (Calon Wakil Bupati Cirebon).

Termohon : Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Cirebon.Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil

Kepala Daerah.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten

Cirebon Nomor 29 Tahun 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Terpilih pada Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Cirebon Tahun 2008 tanggal 1 November 2008.

Amar Putusan : Dalam Eksepsi: Menyatakan eksepsi Termohon tidak dapat diterima. Dalam Pokok Perkara: Menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya.Tanggal Putusan : Senin, 24 November 2008.Ikhtisar Putusan:

Pemohon Dr. H. Djakaria Machmud, S.E., S.H., M.Si. dan PRA. Arief Natadiningrat, S.E. adalah Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Cirebon Tahun 2009 (Periode 2008-2013) yang terdaftar di Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Cirebon berdasarkan Surat Keputusan KPU Kabupaten Cirebon Nomor 24 Tahun 2008 tanggal 24 September 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon dan Nomor Urut Peserta Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Cirebon pada Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Cirebon Tahun 2008.

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

003-234.indd 23 9/24/10 10:38:17 AM

Page 46: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

24 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Pemohon berkeberatan terhadap Keputusan Termohon (dalam hal ini Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Cirebon) Nomor 29 Tahun 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Terpilih pada Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Cirebon Tahun 2008 tanggal 1 November 2008.

Terkait dengan kewenangan Mahkamah, berdasarkan ketentuan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 dan Pasal 10 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) jis Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, salah satu kewenangan konstitusional Mahkamah adalah memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.

Pasal 236C Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 menyatakan, “Penanganan sengketa hasil penghitungan suara pemilihan kepala daerah oleh Mahkamah Agung dialihkan kepada Mahkamah Konstitusi paling lama 18 (delapan belas) bulan sejak undang-undang ini diundangkan.” Untuk melaksanakan ketentuan itu, Ketua Mahkamah Agung dan Ketua Mahkamah Konstitusi telah menandatangani Berita Acara Pengalihan Wewenang Mengadili pada 29 Oktober 2008. Dengan demikian, Mahkamah Konstitusi berwenang untuk memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan Pemohon.

Terkait dengan kedudukan hukum (Legal Standing) Pemohon, Mahkamah berpijak pada Pasal 106 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang menentukan bahwa keberatan terhadap hasil pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah hanya dapat diajukan oleh pasangan calon kepada Mahkamah Agung dalam waktu paling lambat 3 (tiga) hari setelah penetapan hasil pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah. Ketentuan pasal itu sudah diubah dengan Pasal 236C Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008, sehingga penanganan sengketa hasil penghitungan suara pemilihan kepala daerah dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi. Pemohon adalah pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Cirebon periode 2008-2013 dengan Nomor Urut 3 sebagaimana Keputusan Termohon Nomor 24 Tahun 2008 tertanggal 24 September 2008. Dengan berpijak pada pertimbangan di atas, Mahkamah menilai bahwa Pemohon memiliki kedudukan hukum untuk mengajukan permohonan dimaksud.

Terkait dengan tenggang waktu pengajuan permohonan, Termohon telah menetapkan hasil penghitungan suara pemilu kepala daerah Kabupaten Cirebon dengan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Cirebon Nomor 29 Tahun 2008 tertanggal 2 November 2008, sedangkan permohonan keberatan atas hasil penetapan penghitungan suara oleh Termohon telah diajukan kepada Mahkamah pada tanggal 5 November 2008 pukul 16.00 WIB. Dengan demikian, permohonan Pemohon telah diajukan dalam tenggat dan tata cara yang ditentukan Undang-Undang. Oleh karena itu, permohonan beralasan hukum untuk diterima.

003-234.indd 24 9/24/10 10:38:17 AM

Page 47: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

25Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

Selanjutnya Mahkamah memberikan penilaian hukum terhadap pokok permohonan, yang meliputi eksepsi dan pokok perkara.

Terhadap Eksepsi Termohon bahwa permohonan telah lewat waktu pengajuan permohonan, Mahkamah berpendapat bahwa tenggang waktu pengajuan permohonan memenuhi syarat hukum sebagaimana ditentukan dalam Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Beracara dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah (PMK 15/2008), yaitu 3 (tiga) hari kerja sejak penetapan Termohon tanggal 2 November 2008. Adapun permohonan dimaksud diajukan pada 5 November 2008 dan dicatat dalam Buku Registrasi Perkara Konstitusi pada 6 November 2008.

Terhadap Eksepsi Termohon, yaitu Mahkamah tidak berwenang mengadili permohonan; permohonan tidak jelas substansinya; kurangnya pihak dalam perkara karena Panitia Pengawas (Panwas) Pemilu Kepala Daerah tidak dilibatkan sebagai pihak dalam perkara ini; Mahkamah berpendapat bahwa substansi permohonan berkaitan dengan materi pokok permohonan. Oleh karenanya, Mahkamah menilai keseluruhan eksepsi Termohon harus dikesampingkan dan dinyatakan tidak dapat diterima.

Terkait dengan pokok perkara, Mahkamah menemukan fakta-fakta sebagai berikut.• Tidak ada para saksi yang memberikan kesaksian tentang adanya jumlah angka-

angka yang keliru dalam penghitungan suara mulai dari penghitungan suara di setiap Tempat Pemungutan Suara (TPS) sampai dengan hasil rekapitulasi yang dilakukan oleh Termohon.

• Bukti-bukti yang diajukan oleh Pemohon, pada dasarnya menjelaskan tentang pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan dalam proses pelaksanaan Pemilu kepala daerah dan dari fakta hukum tersebut tidak menunjukkan adanya kekeliruan dalam penghitungan akhir jumlah suara atau pun menunjukkan pada jumlah yang benar menurut Pemohon. Substansi bukti-bukti yang diajukan bersifat penegasan adanya asumsi-asumsi pelanggaran administratif dan pelanggaran pidana murni, seperti penganiayaan dan pemaksaan selama proses Pemilu kepala daerah yang notabene bukanlah bukti-bukti surat yang menunjukkan adanya penghitungan yang tidak akurat atau keliru secara faktual dalam jumlah perolehan suara dari para pasangan calon masing-masing.

• Sepanjang bukti-bukti surat dan keterangan para saksi Pemohon tidak terdapat bukti-bukti perolehan suara yang menguatkan dalil dengan alasan-alasan hukum untuk melumpuhkan sangkalan dan dalil-dalil Termohon.Mahkamah berpendapat asal-muasal sengketa penghitungan suara adalah karena

keberatan-keberatan dan pengaduan-pengaduan yang diajukan pendukung Pemohon tidak ditanggapi sebagaimana mestinya dalam tahap Pemilu Kepala Daerah Kabupaten Cirebon sebagaimana kesaksian para saksi Pemohon yang disampaikan di muka persidangan.

003-234.indd 25 9/24/10 10:38:17 AM

Page 48: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

26 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Terkait dengan tindak kekerasan, seperti terjadinya penikaman terhadap Koordinator Saksi Pemohon di Kecamatan Suranenggala, pemukulan terhadap Koordinator Tim Pasangan Pemohon di Kecamatan Ciwaringin, dan tindakan intimidasi sehingga banyak sekali pendukung dan calon pemilih Pasangan Nomor Urut 3, in casu, Pemohon yang akhirnya tidak datang ke tempat-tempat pemungutan suara, adalah juga bukan wewenang Mahkamah untuk menilainya, karena kalau terjadi tindak kekerasan atau intimidasi, Pemohon dapat melaporkannya kepada Panwas atau pihak Kepolisian. Namun Pemohon tidak dapat membuktikan adanya tindak kekerasan dan intimidasi dengan bukti-bukti yang cukup.

Terhadap dalil Pemohon yang menyatakan telah terjadi praktik pemberian uang dan/atau barang yang dapat dinilai dengan uang (money politic) kepada para calon pemilih dengan maksud mempengaruhi pilihannya dengan skala yang sangat luas sebagaimana juga disampaikan oleh saksi dalam persidangan, Mahkamah tidak menemukan bukti-bukti yang cukup, lagipula hal tersebut merupakan wewenang Panwaslu, sehingga dalil dan keterangan saksi tersebut harus dikesampingkan.

Terhadap dalil Pemohon yang menyatakan telah terjadi pencoblosan yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) di beberapa TPS tidak dapat diterima, karena ternyata berdasarkan keterangan Saksi Khusen yang menyatakan bahwa di Desa Pasindangan, Kecamatan Gunungjati, Kabupaten Cirebon ada pemberian surat suara kepada orang yang bukan penduduk setempat, tetapi orang tersebut tidak mau menggunakan hak pilihnya, sehingga dalil Pemohon tersebut harus ditolak.

Sepanjang dalil Pemohon mengenai terjadinya kesalahan penghitungan suara, penggembosan, intimidasi, tindak kekerasan, politik uang (money politic), pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya, dan adanya orang-orang yang tidak berhak melakukan pencoblosan ternyata mencoblos pada pemungutan suara tanggal 26 Oktober 2008, dalil-dalil Pemohon tidak terdapat bukti-bukti yang cukup meyakinkan sebagaimana yang ditentukan Undang-Undang, terutama karena ketiadaan saksi-saksi Pemohon sebagai peserta Pemilukada yang menyaksikan penyelenggaraan penghitungan suara di setiap Tempat Pemungutan Suara (TPS).

Ketiadaan saksi-saksi dan catatan-catatan, baik pada Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS), Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK), mapun pada Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Cirebon untuk segera menyampaikan keberatan atas adanya kesalahan penghitungan atau kecurangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 103, Pasal 104, dan Pasal 105 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, serta Pasal 90, Pasal 91, dan Pasal 92 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Pemerintahan Daerah memberi makna bahwa Pemohon tidak berhasil membuktikan dalil-dalil keberatannya.

003-234.indd 26 9/24/10 10:38:17 AM

Page 49: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

27Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

Seandainya pun ada kecurangan, penggembosan, tindak kekerasan, kesalahan administrasi, intimidasi, dan politik uang (money politic) yang dilakukan pihak-pihak tertentu termasuk sesama pasangan calon bupati dan wakil bupati lain, maupun oleh pihak penyelenggara Pemilukada di Kabupaten Cirebon, Pemohon dapat melaporkan kepada Panwaslu Kabupaten Cirebon sesuai kewenangan Panwaslu kabupaten/kota sebagaimana diatur dalam Pasal 78 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum, sedangkan pelanggaran yang berunsur pidana diteruskan kepada Kepolisian dan yang bersifat administratif diteruskan kepada Termohon.

Berdasarkan pertimbangan di atas, Mahkamah menilai Pemohon tidak dapat membuktikan dalil-dalil dan alasan-alasan hukumnya, sehingga permohonan Pemohon harus ditolak.

Mahkamah berkesimpulan bahwa meskipun terdapat pemilih yang tidak mendapat undangan atau kartu pemilih di Kabupaten Cirebon pada Pemilukada Kabupaten Cirebon pada tanggal 27 Oktober 2008, namun tidak serta merta dapat dianggap sebagai suara yang akan memilih Pemohon. Di samping itu, dalil mengenai adanya penggembosan sebanyak 114.230 suara yang menjadi hak Pemohon tidak dapat dibuktikan. Karena dalil-dalil Pemohon tidak dapat dibuktikan secara sah dan meyakinkan, maka Mahkamah memutuskan bahwa permohonan Pemohon ditolak untuk seluruhnya.

Atas dasar pertimbangan dan kesimpulan di atas, Mahkamah menjatuhkan putusan yang amarnya sebagai berikut.Dalam eksepsi:menyatakan eksepsi Termohon tidak dapat diterima.Dalam pokok perkara:menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya.

003-234.indd 27 9/24/10 10:38:17 AM

Page 50: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

28 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

003-234.indd 28 9/24/10 10:38:17 AM

Page 51: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

29Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

IKHTISAR PUTUSAN PERKARA NOMOR 31/PHPU.D-VI/2008

TENTANGKEBERATAN TERHADAP HASIL PEMILU KEPALA DAERAH DAN

WAKIL KEPALA DAERAH KABUPATEN GORONTALO UTARA

Pemohon : 1. Thariq Modanggu, S.Ag. M.Pdi (Calon Bupati Gorontalo Utara);

2. Djafar Ismail (Calon Wakil Bupati Gorontalo Utara).Termohon : Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Gorontalo Utara.Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil

Kepala Daerah.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten

Gorontalo Utara Nomor 37 Tahun 2008 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Gorontalo Utara Tahun 2008 dan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Gorontalo Utara Nomor 38 Tahun 2008 tanggal 2 November 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Hasil Pemilihan Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Gorontalo Utara Tahun 2008.

Amar Putusan : Dalam Eksepsi: Menyatakan eksepsi Termohon dan Pihak Terkait tidak dapat

diterima. Dalam Pokok Perkara: Menyatakan permohonan Pemohon ditolak. Tanggal Putusan : Selasa, 25 November 2008.Ikhtisar Putusan :

Pemohon Thariq Modanggu, S.Ag. M.Pdi dan Djafar Ismail adalah Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah peserta Pemilu Kepala Daerah (Pemilukada)

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

003-234.indd 29 9/24/10 10:38:17 AM

Page 52: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

30 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Kabupaten Gorontalo Utara Tahun 2008 yang terdaftar di KPU Kabupaten Gorontalo Utara berdasarkan Surat Keputusan KPU Kabupaten Gorontalo Utara Nomor 28 Tahun 2008 tanggal 20 September 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Gorontalo Utara dan Keputusan Nomor 29 Tahun 2008 tanggal 20 September 2008 tentang Penetapan Nomor Urut Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Gorontalo Utara periode 2008-2013.

KPU Kabupaten Gorontalo Utara menetapkan bahwa Pemohon yakni Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Gorontalo Utara sesuai dengan Keputusan KPU Nomor 29 Tahun 2008 tanggal 20 September 2008, dengan Nomor Urut 5. Di samping itu, Termohon (KPU Kabupaten Gorontalo Utara) menetapkan bahwa Pemohon memperoleh 23.047 suara dengan peringkat kedua di bawah Pasangan Calon Drs. Hj. Rusli Habibie dan Hj. Indra Yasin, S.H., M.H. yang memperoleh 23.108 suara.

Pemohon berkeberatan terhadap Keputusan KPU Kabupaten Gorontalo Utara Nomor 37 Tahun 2008 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Gorontalo Utara dan Keputusan KPU Kabupaten Gorontalo Utara Nomor 38 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Tahun 2008, yang menetapkan bahwa Pemohon memperoleh 23.047 suara dengan peringkat kedua di bawah Pasangan Calon Drs. Hj. Rusli Habibie dan Hj. Indra Yasin, S.H., M.H. yang memperoleh 23.108 suara.

Terkait dengan kewenangan Mahkamah, berdasarkan ketentuan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 dan Pasal 10 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi junctis Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, salah satu kewenangan konstitusional Mahkamah adalah memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.

Semula, berdasarkan ketentuan Pasal 106 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah bahwa keberatan berkenaan dengan hasil penghitungan suara yang mempengaruhi terpilihnya pasangan calon diajukan ke Mahkamah Agung. Kewenangan Mahkamah Agung tersebut, dicantumkan lagi dalam Pasal 94 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

Dalam Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum ditentukan bahwa, ”Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah pemilihan umum untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945”. Selanjutnya, Pasal 236C Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, menetapkan bahwa ”Penanganan sengketa hasil

003-234.indd 30 9/24/10 10:38:17 AM

Page 53: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

31Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

penghitungan suara pemilihan kepala daerah oleh Mahkamah Agung dialihkan kepada Mahkamah Konstitusi paling lama 18 (delapan belas) bulan sejak undang-undang ini diundangkan”.

Pada tanggal 29 Oktober 2008, Ketua Mahkamah Agung dan Ketua Mahkamah Konstitusi bersama-sama telah menandatangani Berita Acara Pengalihan Wewenang Mengadili, sebagai pelaksanaan Pasal 236C Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008.

Permohonan Pemohon adalah sengketa hasil penghitungan suara Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, maka Mahkamah berwenang untuk memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan Pemohon.

Terkait dengan tenggang waktu pengajuan permohonan, para Pemohon mengajukan permohonan ke Mahkamah sesuai dengan Akta Penerimaan Berkas Permohonan Nomor 64/PAN.MK/IX/2008 tanggal 5 November 2008, sehingga permohonan diajukan masih dalam tenggang waktu sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 106 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (UU 32/2004).

Terhadap eksepsi Termohon, Mahkamah berpendapat bahwa permohonan Pemohon tidak kabur, dan tidak salah alamat oleh karena hakikat permohonan Pemohon adalah hasil akhir penghitungan suara yang menurut Pemohon dilakukan dengan melanggar peraturan perundang-undangan dalam proses sebelum penghitungan suara. Oleh karena itu, eksepsi Termohon harus dikesampingkan.

Pemohon mendalilkan bahwa banyak warga yang tidak memenuhi syarat sebagai pemilih, namun yang Pemohon dapat buktikan pada TPS-TPS tertentu dengan jumlah suara 63 orang pemilih yang tidak memenuhi syarat dan oleh karena itu suaranya tidak sah, yakni pemilih yang tidak terdaftar sebagai pemilih namun tetap dapat memilih, pemilih yang belum cukup umur untuk memilih, pemilih yang menggunakan surat undangan memilih orang lain namun suara mereka tetap dihitung sah oleh Termohon yang sangat merugikan Pemohon. Atas dalil Pemohon, Termohon menyangkal keseluruhannya, sehingga pembuktian dibebankan kepada para Pemohon.

Selanjutnya, terhadap keterangan 11 (sebelas) orang saksi dari Pemohon, Mahkamah berpendapat:• Saksi Amir Haduli, H. Pion Taliki, Hitler Datau, Djuni Safii, Soni H. Patamani, Hardi

Rohmala, dan Nune Djakaria yang keterangannya mengenai pilihan para pemilih hanya didasarkan atas keterangan orang lain tidak konsisten satu sama lain, sehingga kesaksian demikian harus dikesampingkan;

• Saksi Rian S. Pakaya, Hendrik Gilinggo, Anton Tuna, dan Arsif Latif adalah saksi yang melaksanakan hak pilih secara tidak sah.Dari bukti-bukti surat dan saksi-saksi yang diperiksa dalam persidangan, Mahkamah

tidak yakin karena keterangan saksi-saksi dari Pemohon satu sama lain tidak konsisten dan tidak jujur karena mengakui menerima uang, tetapi tidak memilih pemberi uang.

003-234.indd 31 9/24/10 10:38:17 AM

Page 54: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

32 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Perolehan suara Pasangan Calon Nomor Urut 1, menurut keterangan saksi Rian S. Pakaya harus dikurang 1 (satu) suara; 1 (satu) suara menurut saksi Hendrik Gilingo; 1 (satu) suara menurut saksi Anton Tuna; 1 (satu) suara menurut saksi Arsit Latif, sehingga perolehan suara Pasangan Calon Nomor Urut 1 adalah 23.108 - 4 suara = 23.104 suara. Oleh karena itu, Keputusan Termohon Nomor 37 Tahun 2008 tentang Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Gorontalo Utara Tahun 2008 bertanggal 2 November 2008, harus diperbaiki sepanjang mengenai angka perolehan suara Pasangan Calon Nomor Urut 1, yang semula 23.108 suara menjadi 23.104 suara.

Sesuai dengan pertimbangan di atas, perolehan suara Pasangan Calon Nomor Urut 1 yang berjumlah 23.104 suara masih lebih banyak dari perolehan suara Pasangan Calon Nomor Urut 5 (Pemohon) yang memperoleh sebanyak 23.047 suara, tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Keputusan Termohon Nomor 38 Tahun 2008 tentang Penetapan dan Pengumuman Pasangan Calon Terpilih pada Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Gorontalo Utara Tahun 2008, tanggal 2 November 2008.

Berdasarkan seluruh pertimbangan fakta dan hukum di atas, Mahkamah berkesimpulan bahwa terdapat suara yang tidak sah yang harus dikurangkan oleh Termohon terhadap perolehan suara Pasangan Calon Nomor Urut 1, pengurangan suara tidak secara signifikan mempengaruhi terpilihnya Pasangan Calon Nomor Urut 1, permohonan keberatan Pemohon terhadap hasil penghitungan suara Pemilukada Kabupaten Gorontalo Utara yang ditetapkan Termohon tidak terbukti dan tidak beralasan, sehingga Mahkamah memutuskan permohonan Pemohon ditolak.

003-234.indd 32 9/24/10 10:38:17 AM

Page 55: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

33Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

IKHTISAR PUTUSAN PERKARA NOMOR 33/PHPU.D-VI/2008

TENTANGKEBERATAN TERHADAP HASIL PEMILU KEPALA DAERAH DAN

WAKIL KEPALA DAERAH KABUPATEN LUWU

Pemohon : 1. Drs. H. Basmin Mattayang, MPd (Calon Bupati Kabupaten Luwu); 2. Ir. H. Buhari Kahar Muzakkar, MM (Calon Wakil Bupati

Kabupaten Luwu).Termohon : Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Luwu.Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil

Kepala Daerah.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum

Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Luwu (Pemilukada Kabupaten Luwu) yang ditetapkan berdasarkan Penetapan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Luwu (KPU Kabupaten Luwu) Nomor 46/P.KWK-LW/XI/2008 bertanggal 4 November 2008.

Amar Putusan : Dalam Eksepsi: Menyatakan eksepsi Termohon dan Pihak Terkait tidak dapat diterima. Dalam Pokok Perkara: Menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya. Tanggal Putusan : Rabu, 26 November 2008.Ikhtisar Putusan :

Pemohon Drs. H. Basmin Mattayang, M.Pd. dan Ir. H. Buhari Kahar Muzakkar, M.M. adalah Pasangan Calon Kepala Daerah pada Pemilu Kepala Daerah (Pemilukada) Kabupaten Luwu Provinsi Sulawesi Selatan, berdasarkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Luwu Nomor 35/P.KWK-LW/XI/2008 tentang Penetapan Nomor Urut Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Luwu Tahun 2008 bertanggal 6 Agustus 2008 dengan Nomor Urut 1.

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

003-234.indd 33 9/24/10 10:38:17 AM

Page 56: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

34 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Pemohon berkeberatan terhadap Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Luwu (Pemilukada Kabupaten Luwu) yang ditetapkan berdasarkan Penetapan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Luwu (KPU Kabupaten Luwu) Nomor 46/P.KWK-LW/XI/2008 bertanggal 4 November 2008.

Pemohon mendalilkan bahwa terdapat kesalahan pada hasil penghitungan suara yang dilakukan oleh Termohon dalam Pemilukada Kabupaten Luwu yakni pelanggaran yang mempengaruhi perolehan suara Pasangan Calon Terpilih, bahwa Termohon dalam menyusun Daftar Pemilih Tetap (DPT) untuk Pemilukada Kabupaten Luwu tidak menggunakan data kependudukan yang berasal dari Badan Pusat Statistik tetapi dari DPT berdasarkan pendataan Termohon sendiri sehingga validitas datanya sangat meragukan dan untuk TPS 2 Desa Barangmamase, TPS Desa Seriti, dan TPS 4 Desa Pattedong tidak dilakukan pengumuman hasil penghitungan suara untuk masing-masing pasangan calon, serta terdapat selisih 32.354 suara yang tidak sah.

Selanjutnya, Pemohon mendalilkan tentang adanya kesalahan penghitungan suara antara lain:a. penghitungan suara yang tidak sah sebanyak 32.354 suara harus dikurangkan dari

suara perolehan Pasangan Calon Nomor Urut 2 sehingga perolehan suara sah yang benar untuk Pasangan Calon Nomor Urut 2 adalah 50.704 suara atau sebesar 35,46%, sedangkan jumlah perolehan suara Pemohon adalah sebesar 57.977 suara atau 40,54%, yang merupakan suara yang sesuai dengan hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) yang dilakukan pada tanggal 7-14 September 2008;

b. menurut penghitungan Pemohon, masing masing calon yakni (1) Drs. Basmin Mattayang, M.Pd. dan Ir. Buhari Kahar Muzakkar, M.M. memperoleh sejumlah 57.977 suara; (2) Ir. Andi Muzakkar KM dan Syukur Bijak memperoleh sejumlah 50.704 suara; (3) H. Amir Kaso, S.E., M.M., S.H ,M.Si, M.H. dan Drs. Syamsul Sabbea memperoleh sejumlah 15.396 suara; (4) Ir. H. Rischal A. Pasombo, M.S. dan Dr. Ir. Sahardi Mulia, M.S. memperoleh sejumlah 18.923 suara.Terkait dengan kewenanganan Mahkamah, berdasarkan Pasal 24C UUD 1945 dan

Pasal 10 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) junctis Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, Mahkamah berwenang untuk memeriksa, mengadili dan memutus permohonan dimaksud.

Pasal 106 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (UU 32/2004) menentukan bahwa keberatan berkenaan dengan hasil penghitungan suara yang mempengaruhi terpilihnya pasangan calon diajukan ke Mahkamah Agung.

Pasal 236C Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (UU 12/2008) menentukan bahwa penanganan sengketa hasil penghitungan suara pemilihan kepala daerah oleh Mahkamah Agung dialihkan kepada Mahkamah Konstitusi paling lama 18

003-234.indd 34 9/24/10 10:38:17 AM

Page 57: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

35Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

(delapan belas) bulan sejak UU 12/2008 diundangkan. Selanjutnya, dengan adanya Berita Acara Pengalihan Wewenang Mengadili dari Mahkamah Agung kepada Mahkamah Konstitusi pada 29 Oktober 2008 maka penanganan sengketa hasil penghitungan suara pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah oleh Mahkamah Agung dialihkan kepada Mahkamah Konstitusi.

Pasal 1 ayat (4) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum menentukan bahwa Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah pemilihan umum untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Oleh karena permohonan Pemohon adalah sengketa hasil penghitungan suara Pemilukada Kabupaten Luwu sesuai dengan Keputusan KPU Kabupaten Luwu Nomor 46/P.KWK-LW/XI/2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Peserta Pemilihan Bupati Dan Wakil Bupati Luwu Tahun 2008 bertanggal 4 November 2008, maka Mahkamah berwenang untuk memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan Pemohon.

Terkait dengan kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, bahwa Pasal 106 ayat (1) UU 32/2004, Pasal 3, Pasal 4, dan Pasal 5 Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah (PMK 15/2008), menentukan hal-hal sebagai berikut: a. Pemohon adalah Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah; b. permohonan hanya dapat diajukan terhadap Penetapan Hasil Penghitungan Suara

Pemilukada yang mempengaruhi penentuan Pasangan Calon yang dapat mengikuti putaran kedua Pemilukada atau terpilihnya Pasangan Calon sebagai kepala daerah dan wakil kepala daerah;

c. permohonan hanya dapat diajukan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari setelah Termohon menetapkan hasil penghitungan suara Pemilukada di daerah yang bersangkutan. Pemohon sebagai Pasangan Calon Kepala Daerah pada Pemilukada Kabupaten

Luwu dirugikan hak-hak konstitusionalnya oleh Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Luwu Nomor 46/P.KWK-LW/XI/2008 bertanggal 4 November 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Peserta Pemilu Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Luwu Tahun 2008.

Terkait dengan tenggang waktu pengajuan permohonan, bahwa Termohon menerbitkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Luwu Nomor 46/P.KWK-LW/XI/2008 bertanggal 4 November 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Peserta Pemilu Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Luwu Tahun 2008. Sementara itu, Pemohon mengajukan keberatan atas Surat Keputusan Termohon dengan permohonan yang diterima di Kepaniteraan Mahkamah pada tanggal 7 November 2008, sehingga berdasarkan ketentuan Pasal 5 ayat (1) PMK 15/2008, permohonan Pemohon masih memenuhi tenggang waktu yang ditentukan.

003-234.indd 35 9/24/10 10:38:17 AM

Page 58: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

36 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Mahkamah berpendapat bahwa objek sengketa mengenai pelanggaran yang mempengaruhi perolehan suara Pasangan Calon Terpilih bukan menjadi objek sengketa yang menjadi wewenang Mahkamah, melainkan menjadi tugas instansi lain untuk menyelesaikannya dan oleh karena itu dikesampingkan, sekalipun tidak menutup kemungkinan jika fakta tentang pelanggaran demikian telah diselesaikan sebagaimana mestinya oleh instansi yang berwenang akan mempengaruhi hasil akhir penghitungan suara.

Selanjutnya, Mahkamah berpendapat bahwa dalam permohonan Pemohon meskipun angka-angka yang didalilkan Pemohon diperoleh dari sumber resmi, tetapi satu dengan lainnya tidak selalu sama dengan jumlah yang disebutkan oleh Pemohon dengan DPT yang dikeluarkan oleh Termohon. Misalnya, pada Desa Baramamase memang benar Berita Acara-nya tidak diisi dengan baik sebagaimana mestinya. Dengan demikian, angka-angka yang disebutkan oleh Pemohon diragukan kebenarannya.

Terhadap selisih 32.354 suara yang oleh Pemohon harus dikurangkan untuk suara yang diperoleh oleh calon kedua sehingga calon kedua memperoleh 83.058 suara menjadi 50.704 suara atau 40,54%, harus dibuktikan dengan alat bukti yang sah oleh Pemohon. Serta, selisih jumlah suara yang sah dan tidak sah dikurangi DPT sebesar 32.354 suara, akan tetapi selisih suara tersebut tidak menunjukkan perolehan suara bagi masing-masing calon, meskipun seandainya ternyata selisih itu benar.

Terhadap selisih 32.354 suara itu dibebankan (dikurangkan) untuk suara Pasangan Calon Nomor 2 saja dan bukan kepada seluruh calon, tanpa mengemukakan alasannya dan bukti-bukti yang mendukungnya, padahal kelebihan (selisih) suara itu kemungkinan jatuh pula pada calon selain Pasangan Calon Nomor 2, termasuk jatuh pada Pemohon. Selanjutnya, seandainya benar ada selisih 32.354 suara, jumlah tersebut terdiri dari suara yang tidak terdapat dalam DPT, juga suara yang namanya ada dalam DPT, namun dianggap tidak sah karena berbagai alasan, misalnya surat suara yang rusak. Hal tersebut telah dibantah oleh Termohon dengan mengajukan saksi Andi Baso Ilyas yang mengatakan bahwa DPT itu telah dimuat dalam compact disc (CD) dan tidak ada perubahan dalam CD tersebut.

Atas dasar fakta hukum di atas, Mahkamah menilai permohonan Pemohon tidak beralasan hukum, oleh karena itu permohonan Pemohon harus ditolak.

Berdasarkan seluruh pertimbangan fakta dan hukum di atas, Mahkamah berkesimpulan bahwa eksepsi Termohon tidak beralasan; keberatan Pemohon terhadap hasil penghitungan suara Pemilukada Kabupaten Luwu tidak terbukti.

Selanjutnya, Mahkamah dalam amar putusannya menyatakan sebagai berikut.

Dalam Eksepsi:menyatakan eksepsi Termohon dan Pihak Terkait tidak dapat diterima.

Dalam Pokok Perkara:menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya.

003-234.indd 36 9/24/10 10:38:17 AM

Page 59: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

37Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 34/PHPU.D-VI/2008

TENTANGKEBERATAN TERHADAP HASIL PEMILU KEPALA DAERAH DAN

WAKIL KEPALA DAERAH KABUPATEN WAJO SULAWESI SELATAN

Pemohon : 1. H. A. Asmidin (Calon Bupati Wajo); 2. Drs. H. Mohammad Ridwan, M.Pd. (Calon Wakil Bupati

Wajo).Termohon : Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan.Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil

Kepala Daerah.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum

Kabupaten Wajo Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 159/P.KWK-WO/XI/2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Hasil Pemilihan Umum Bupati/Wakil Bupati Wajo Tahun 2008 tanggal 4 November 2008.

Amar Putusan : Dalam Eksepsi: Menyatakan eksepsi Termohon tidak dapat diterima. Dalam Pokok Perkara: Menyatakan menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya. Tanggal Putusan : Rabu, 26 November 2008.Ikhtisar Putusan :

Pemohon H. A. Asmidin dan Drs. H. Mohammad Ridwan, M.Pd. adalah Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan Peserta Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan Tahun 2008 yang terdaftar pada Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan (Termohon) dengan Nomor Urut 1.

Termohon telah melaksanakan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan periode 2008-2013 pada hari Rabu tanggal 29 Oktober 2008.

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

003-234.indd 37 9/24/10 10:38:17 AM

Page 60: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

38 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Pemohon mengajukan keberatan terhadap Surat Keputusan KPU Nomor 159/P.KWK–WO/XI/2008, tertanggal 4 November 2008, tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Hasil Pemilihan Umum Bupati/Wakil Bupati Wajo Tahun 2008.

Pemohon mendalilkan bahwa KPU Kabupaten Wajo telah mengumumkan hasil penghitungan suara Pemilu Kepala Daerah (Pemilukada) Kabupaten Wajo pada tanggal 4 November 2008 berdasarkan Berita Acara Rapat Pleno Nomor 158/P.KWK-WO/XI/2008 sebagai berikut: 1. Pasangan H.A. Asmidin dan Drs. H. Muhammad Ridwan, M.Pd. memperoleh 70.232

suara; 2. Pasangan H. Andi Yaksan Hamzah, M.S. dan Drs. Andi Syafaruddin memperoleh

29.802 suara; 3. H. Andi Asriadi Mayang, S.H.,M.H. dan H. Andi Ansyari Mangkona, S.E. memperoleh

25.544 suara; 4. Drs. H.Andi Burhanuddin Unru, MM. dan Amran Mahmud, S.Sos.,M.Si. memperoleh

73.789 suara. Sehingga jumlah seluruh suara sah adalah 199.367 suara. Pemohon mendalilkan

bahwa hasil penghitungan KPU Kabupaten Wajo tersebut tidak benar, yang benar adalah penghitungan suara menurut Pemohon, yaitu jumlah suara sah sejumlah 201.020 suara.

Terkait dengan kewenangan Mahkamah, bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945, Pasal 10 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK), dan Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, salah satu kewenangan konstitusional Mahkamah adalah memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.

Semula, berdasarkan ketentuan Pasal 106 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (UU 32/2004) jo. Pasal 94 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah bahwa keberatan berkenaan dengan hasil penghitungan suara yang mempengaruhi terpilihnya pasangan calon diajukan ke Mahkamah Agung.

Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum menentukan bahwa, ’’Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah pemilihan umum untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945”. Selanjutnya, Pasal 236C Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (UU 12/2008) menetapkan bahwa, ”Penanganan sengketa hasil penghitungan suara pemilihan kepala daerah oleh Mahkamah Agung dialihkan kepada Mahkamah Konstitusi paling lama 18 (delapan belas) bulan sejak undang-undang ini diundangkan”.

003-234.indd 38 9/24/10 10:38:17 AM

Page 61: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

39Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

Pada tanggal 29 Oktober 2008 Ketua Mahkamah Agung dan Ketua Mahkamah Konstitusi bersama-sama telah menandatangani Berita Acara Pengalihan Wewenang Mengadili, sebagai pelaksanaan Pasal 236C UU 12/2008. Oleh karena permohonan Pemohon adalah sengketa hasil penghitungan suara Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Wajo Provinsi Sulawesi Selatan, maka Mahkamah berwenang untuk memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan Pemohon.

Terkait dengan kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, berdasarkan Pasal 106 ayat (1) UU 32/2004 juncto Pasal 236C UU 12/2008, bahwa hanya pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah yang dapat mengajukan keberatan terhadap Penetapan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Pemohon adalah Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Wajo, Provinsi Sulawesi Selatan Nomor Urut 1, sesuai Surat Keputusan KPU Nomor 159/P.KWK-WO/ XI/2008 tanggal 4 November 2008, maka para Pemohon mempunyai kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan.

Terkait dengan tenggang waktu pengajuan permohonan, bahwa Termohon menerbitkan Surat Keputusan KPU Nomor 159/P.KWK–WO/XI/2008, tertanggal 4 November 2008, tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Hasil Pemilihan Umum Bupati/Wakil Bupati Wajo Tahun 2008. Pemohon mengajukan keberatan atas Surat Keputusan Termohon dengan permohonan yang diterima di Kepaniteraan Mahkamah pada tanggal 7 November 2008, maka berdasarkan ketentuan Pasal 5 ayat (1) Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah (PMK 15/2008), bahwa permohonan Pemohon masih memenuhi tenggat 3 (tiga) hari kerja setelah Termohon menetapkan hasil Pemilukada pada hari Selasa tanggal 4 November 2008, maka permohonan diajukan masih dalam tenggang waktu yang ditentukan.

Termohon mengajukan eksepsi yang menyatakan bahwa permohonan Pemohon keliru objeknya (error in objectum), karena yang dipermasalahkan oleh Pemohon adalah Berita Acara Rapat Pleno Nomor 159/P.KWK-WO/XI/2008 yang dibuat oleh KPU Kabupaten Wajo bertanggal 4 November 2008 dengan agenda Penetapan Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Terpilih pada Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Wajo Tahun 2008 yang hasilnya adalah Drs. H. Andi Burhanuddin Unru, M.M. sebagai Bupati dan Amran Mahmud, S. Sos., M.Si. sebagai Wakil Bupati. Padahal seharusnya yang menjadi objek permohonan adalah Berita Acara Rapat Pleno Nomor 158/P.KWK-WO/XI/2008 bertanggal 4 November 2008 dengan agenda Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Tingkat KPU Kabupaten Wajo pada Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Wajo Tahun 2008 beserta lampirannya yang memuat angka-angka perolehan suara para calon yang ditetapkan oleh Termohon.

Terhadap eksepsi Termohon, Mahkamah berpendapat bahwa dalil eksepsi Termohon tidak sepenuhnya benar, sebab Pemohon juga mengajukan bukti Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilu Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Wajo Tahun 2008

003-234.indd 39 9/24/10 10:38:17 AM

Page 62: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

40 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

yang merupakan Lampiran Berita Acara Rapat Pleno Nomor 158/P.KWK-W0/XI/2008 bertanggal 4 November 2008 yang ditetapkan oleh Termohon yang justru merupakan substansi objek permohonan sebagaimana dimaksud Pasal 106 UU 32/2004 junctis Pasal 94 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 dan Pasal 4 PMK Nomor 15 Tahun 2008. Dengan demikian, Mahkamah berpendapat bahwa eksepsi Termohon tidak beralasan sehingga harus dikesampingkan.

Terhadap eksepsi Termohon yang menyatakan bahwa permohonan Pemohon kabur karena Pemohon mendalilkan adanya suara tidak sah sebanyak 1.653 suara sebagai suara yang akan memilih Pemohon padahal belum tentu, Mahkamah berpendapat bahwa eksepsi Termohon sudah menyangkut pokok permohonan, oleh karena itu pengajuannya dalam eksepsi terlalu dini sehingga harus dikesampingkan.

Terhadap eksepsi Termohon tentang pelanggaran dalam tahapan penyelenggaraan pemilihan yang telah ditentukan institusi yang berwenang menanganinya, Mahkamah berpendapat meskipun hal tersebut oleh Termohon dianggap bukan wewenang Mahkamah, akan tetapi Mahkamah menilai eksepsi tersebut telah memasuki pokok permohonan sehingga harus pula dikesampingkan.

Mahkamah berpendapat bahwa dari bukti-bukti surat yang diajukan oleh Pemohon tidak satu pun bukti yang sah dan meyakinkan yang menunjukkan adanya kesalahan penghitungan suara oleh Termohon dan membenarkan hasil penghitungan suara menurut versi Pemohon. Apabila dibandingkan bukti-bukti dari Pemohon dan Termohon, ternyata sama persis angka-angka perolehan suara para calon, sehingga tidak terbukti adanya penggelembungan suara.

Terhadap dalil Pemohon yang menyatakan jumlah suara tidak sah di 14 kecamatan sebagian adalah suara yang memilih Pemohon, Mahkamah berpendapat bahwa dalil Pemohon tidak dapat dibuktikan secara hukum berdasarkan bukti-bukti surat dan saksi yang diajukan Pemohon, sehingga harus ditolak.

Dalam persidangan terungkap bahwa para saksi Panitia Pengawas Pemilukada, baik di tingkat kabupaten maupun kecamatan, dan saksi dari pemantau Pemilukada Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat, kesemuanya menerangkan bahwa tidak terjadi pelanggaran Pemilukada di Kabupaten Wajo yang berpengaruh terhadap hasil penghitungan suara yang ditetapkan oleh Termohon. Selanjutnya, tidak semua saksi yang diajukan oleh Pemohon adalah saksi resmi pasangan calon yang menyaksikan penghitungan suara Pemilukada di Kabupaten Wajo dan hanya menerangkan telah terjadi berbagai penyimpangan dan kecurangan dalam berbagai tahapan Pemilukada yang seharusnya menjadi wewenang Panitia Pengawas Pemilukada untuk menanganinya.

Dengan demikian, terlepas dari kemungkinan benar tidaknya indikasi berbagai penyimpangan dalam proses pelaksanaan Pemilukada di Kabupaten Wajo, Mahkamah berpendapat bahwa tidak cukup alasan hukum dan bukti untuk mengabulkan permohonan Pemohon agar dilakukan penghitungan suara ulang dalam Pemilukada di Kabupaten Wajo.

003-234.indd 40 9/24/10 10:38:17 AM

Page 63: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

41Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

Berdasarkan seluruh pertimbangan fakta dan hukum di atas, Mahkamah berkesimpulan bahwa eksepsi Termohon tidak tepat menurut hukum; keberatan Pemohon terhadap hasil penghitungan suara Pemilukada yang ditetapkan oleh Termohon tidak terbukti.

Mahkamah dalam amar putusannya menyatakan sebagai berikut.Dalam Eksepsi:menyatakan eksepsi Termohon tidak dapat diterima, Dalam Pokok Perkara:menyatakan menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya.

003-234.indd 41 9/24/10 10:38:17 AM

Page 64: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

42 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

003-234.indd 42 9/24/10 10:38:17 AM

Page 65: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

43Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 35/PHPU.D-VI/2008

TENTANGKEBERATAN TERHADAP HASIL PEMILU KEPALA DAERAH DAN

WAKIL KEPALA DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR

Pemohon : 1. Ir. Aladin S.Mengga ; 2. Ir.H.A Amin Manggabarani.Termohon : Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Polewali Mandar.Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil

Kepala Daerah.Pokok Perkara : Keberatan Terhadap Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan

Suara Bupati dan Wakil Bupati Polewali Mandar Tahun 2008 dan Keputusan KPU Kabupaten Polewali Mandar tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Hasil Pemilu Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2008.

Amar Putusan : Dalam Eksepsi: Menyatakan eksepsi Termohon tidak dapat diterima. Dalam Pokok Perkara: Menyatakan permohonan Pemohon ditolak.Tanggal Putusan : Kamis, 27 November 2008.Ikhtisar Putusan :

Pemohon Ir. Aladain S.Mengga dan Ir.H.A Amin Manggarabani adalah Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Polewali Mandar Periode 2008-2013 yang terdaftar pada Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Polewali Mandar dengan Nomor Urut 5.

Pemohon berkeberatan terhadap Pengesahan Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Polewali Mandar (selanjutnya disebut Pemilukada Kabupaten Polewali Mandar) yang ditetapkan berdasarkan Penetapan KPUD Kabupaten Polewali Mandar Nomor 22/Kpts.KPU/PM/XI/2008 bertanggal 5 November 2008.

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

003-234.indd 43 9/24/10 10:38:17 AM

Page 66: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

44 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Terkait dengan kewenangan Mahkamah, berdasarkan Pasal 24C UUD 1945 dan Pasal 10 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK), selanjutnya junctis Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, di samping itu pula Pasal 106 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (UU 32/2004), salah satu kewenangan konstitusional Mahkamah adalah memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.

Pasal 236C Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (UU 12/2008)menetapkan bahwa penanganan sengketa hasil penghitungan suara pemilihan kepala daerah oleh Mahkamah Agung dialihkan kepada Mahkamah Konstitusi paling lama 18 (delapan belas) bulan sejak undang-undang ini diundangkan. Kemudian pada 29 Oktober 2008, Ketua Mahkamah Agung dan Ketua Mahkamah Konstitusi menandatangani Berita Acara Pengalihan Wewenang Mengadili, sebagai pelaksanaan Pasal 236C UU 12/ 2008.

Permohonan Pemohon adalah mengenai sengketa hasil penghitungan suara Pemilukada dan Penetapan Calon Terpilih Pemilukada Kabupaten Polewali Mandar, maka Mahkamah berwenang untuk memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan a quo.

Terkait dengan kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, Mahkamah mendasarkan penilaian pada ketentuan Pasal 106 ayat (1) UU 32/2004, serta Pasal 3 dan Pasal 4 Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Beracara dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah (PMK 15/2008). Berdasarkan ketentuan tersebut, Mahkamah menilai Pemohon memiliki kedudukan hukum karena:a. Pemohon adalah Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Daerah Kabupaten

Polewali Mandar, yang ditetapkan Termohon dengan Nomor Urut 5;b. Pemohon mengajukan keberatan terhadap Keputusan KPU Kabupaten Polewali

Mandar Nomor 22/Kpts.KPU/PM/XI/2008 tentang Pengesahan Hasil Penghitungan Suara Pada Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dan Penetapan Calon Terpilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2008 bertanggal 5 November 2008.Termohon menerbitkan Keputusan KPU Kabupaten Polewali Mandar Nomor 22/Kpts.

KPU/PM/XI/2008 tentang Pengesahan Hasil Penghitungan Suara Pada Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dan Penetapan Calon Terpilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2008 bertanggal 5 November 2008 dan Pemohon telah mengajukan keberatan atas Surat Keputusan Termohon tersebut dengan permohonan yang diterima di Kepaniteraan Mahkamah pada tanggal 7 November 2008 pukul 15.30 WIB dengan Akta Penerimaan Berkas Permohonan Nomor 72/PAN.MK/XI/2008, maka berdasarkan ketentuan Pasal 5 ayat (1) PMK 15/2008, permohonan Pemohon masih memenuhi tenggang waktu yang ditentukan.

003-234.indd 44 9/24/10 10:38:17 AM

Page 67: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

45Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

Dalam pokok permohonannya, Pemohon mendalilkan sebagai berikut:a. KPU Kabupaten Polewali Mandar telah mengumumkan hasil penghitungan suara

Pemilukada sejumlah 186.732 suara;b. penghitungan KPU Kabupaten Polewali Mandar tersebut tidak benar, karena adanya

kekeliruan proses rekapitulasi penghitungan dan penjumlahan serta akumulasi suara di tingkat TPS, PPK, dan KPU Polewali Manadar, sehingga terdapat penggelembungan sejumlah 3.326 suara bagi Pasangan Calon Nomor Urut 4, yaitu H.Muhammad Ali Baal Masdar, M.si dan H. Nadjamuddin Ibrahim, S.Mi.,M.M;

c. ditemukan adanya fakta telah terjadi penggelembungan suara yang menguntungkan Pasangan Calon Nomor Urut 4 (H.Muhammad Ali Baal Masdar, M.Si dan

H. Nadjamuddin Ibrahim, S.Mi.,M.M) sebanyak 3.326 suara. Selain itu, saksi Pemohon tidak menandatangani proses rekapitulasi yang dilakukan oleh Termohon pada tanggal 4 November 2008. Oleh karena itu, perolehan suara Pasangan Calon Nomor Urut 4 sebanyak 78.191 suara harus dikurangi 3.326 suara, sehingga perolehan suara Pasangan Calon Nomor Urut 4 menjadi 74.865 suara;

d. terdapat kelalaian dan unsur kesengajaan dari penyelenggara Pemilukada, yakni PPS yang tidak menyampaikan Formulir C-6 sejumlah 20.162 lembar kepada pemilih yang menjadi dukungan Pemohon. Oleh karena itu, seharusnya perolehan suara Pemohon adalah perolehan suara Pemohon menurut Termohon sebanyak 59.167 suara yang ditambah 20.162 suara yang merupakan suara dari pendukung Pemohon yang tidak mendapat kartu Model C-6, sehingga Pemohon seharusnya memperoleh 79.329 suara (59.167 suara ditambah 20.162 suara).Terhadap dalil permohonan Pemohon, Termohon menyatakan sebagai berikut:

Dalam Eksepsi:• permohonan Pemohon tidak termasuk kewenangan Mahkamah;• objek sengketa (objectum litis) adalah berkenaan dengan penetapan penghitungan

suara yang ditetapkan oleh KPU.Dalam Pokok Perkara:• rekapitulasi penghitungan suara yang dilakukan oleh Termohon sudah benar, data

yang tertuang di dalamnya diperoleh dari hasil rekapitulasi di PPK yang didasarkan pada penghitungan suara di semua TPS se-Kabupaten Polewali Mandar. Rincian angka-angka yang didalilkan oleh Pemohon adalah tidak benar, karena rekapitulasi penghitungan suara di KPU dihadiri oleh para saksi Pasangan Calon, termasuk saksi Pasangan Calon Nomor Urut 5 atau Pemohon, sedangkan mengenai adanya selisih kertas suara dengan DPT di tingkat TPS, PPK, dan KPU kabupaten/kota, hal tersebut diakibatkan adanya kertas suara yang dicetak melebihi dari jumlah pemilih tetap sebagaimana diatur dalam Pasal 87 UU Nomor 32 Tahun 2004 juncto UU Nomor 12 Tahun 2008;

003-234.indd 45 9/24/10 10:38:17 AM

Page 68: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

46 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

• sangat tidak berdasar dalil Pemohon yang menyatakan “Termohon tidak memperhatikan hak suara dari warga masyarakat pendukung Pemohon, karena pendukung Pemohon tidak mendapatkan kartu panggilan Model-C sehingga mengakibatkan Pemohon tidak mendapatkan suara dari pendukung Pemohon”. Untuk mengantisipasi adanya warga yang tidak mendapat kartu panggilan Model-C, Termohon telah mengeluarkan surat edaran yang pada pokoknya menyatakan bahwa bagi yang tidak mendapatkan kartu pemilih atau tidak mendapat surat panggilan ke TPS, dapat memberikan suaranya di TPS dimana yang bersangkutan mendaftar, sepanjang yang bersangkutan terdaftar dalam DPT, dengan cara menunjukkan kartu identitas diri;

• sangat tidak beralasan dalil Pemohon mengenai jumlah perolehan suara Pemohon yang didasarkan pada rumus “Jumlah suara yang sah yang diperoleh Pemohon dalam Pemilukada ditambah dengan jumlah suara yang tidak memilih yang terdaftar dalam DPT”, sehingga suara Pemohon menjadi 59.167 suara ditambah 20.162 suara menjadi 79.329 suara yang melebihi jumlah perolehan suara Pasangan Calon Nomor Urut 4 (H.Muhammad Ali Baal Masdar dan H.Nadjamuddin Ibrahim). Adanya sejumlah pemilih yang terdaftar di DPT, tetapi tidak menggunakan hak pilihnya, bukan hanya dikarenakan tidak adanya surat panggilan, namun dapat pula disebabkan faktor lain, diantaranya pemilih memang tidak mau menggunakan hak pilihnya;

• metode penghitungan Pemohon yang menghasilkan sejumlah 3.326 suara tidak dapat dipertanggungjawabkan, karena tidak bersumber dari suatu penghitungan suara yang resmi, sehingga validitas data yang dibuat Pemohon dapat dengan mudah direkayasa dan dibuat sesuai dengan selera dan versi Pemohon.Terhadap eksepsi Termohon, Mahkamah berpendapat bahwa eksepsi Termohon tidak

benar, karena objek sengkata (objectum litis) permohonan Pemohon adalah Keputusan KPU Kabupaten Polewali Mandar Nomor 22/Kpts.KPU/PM/XI/2008 tentang Pengesahan Hasil Penghitungan Suara Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dan Penetapan Calon Terpilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Mandar Tahun 2008 bertanggal 5 November 2008. Oleh karena itu, Eksepsi Termohon mengenai kewenangan Mahkamah untuk memeriksa, mengadili, dan memutus perselisihan Pemilukada harus dinyatakan tidak dapat diterima.

Terhadap eksepsi Termohon yang mempersoalkan objek sengketa mengenai penetapan penghitungan suara yang dikeluarkan oleh KPU bukan merupakan kewenangan Mahkamah, hal ini harus dikesampingkan karena Mahkamah menilai dalil Pemohon tentang terjadinya berbagai pelanggaran yang berupa penggelembungan suara dalam Pemilukada Kabupaten Polewali tidak dapat dibuktikan oleh Pemohon. Di samping itu, seluruh keterangan-keterangan enam orang saksi a quo yang diajukan oleh Pemohon tidak dapat membuktikan adanya kekeliruan di dalam proses Pemilukada Kabupaten Polewali Mandar, serta keterangan masing-masing saksi tersebut tidak berkaitan satu

003-234.indd 46 9/24/10 10:38:18 AM

Page 69: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

47Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

dengan yang lain sehingga keterangan-keterangan yang demikian tidak mendapat penilaian hukum.

Berdasarkan seluruh penilaian fakta dan hukum di atas, Mahkamah menyimpulkan:1. Eksepsi Termohon tidak tepat menurut hukum;2. Permohonan keberatan Pemohon terhadap Penetapan KPU Kabupaten Polewali

Mandar Tahun 2008 Nomor 22/Kpts.KPU/PM/XI/2008 bertanggal 5 November 2008 tidak terbukti menurut hukum;

3. Penetapan KPU Kabupaten Polewali Mandar Nomor 22/Kpts.KPU/PM/XI/2008 bertanggal 5 November 2008 adalah sah menurut hukum.Atas dasar pertimbangan tersebut, Mahkamah dalam amar putusannya menyatakan

sebagai berikut:• Eksepsi Termohon tidak dapat diterima;• Permohonan Pemohon ditolak.

003-234.indd 47 9/24/10 10:38:18 AM

Page 70: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

48 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

003-234.indd 48 9/24/10 10:38:18 AM

Page 71: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

49Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

IKHTISAR PUTUSAN PERKARA NOMOR 36/PHPU.D-VI/2008

TENTANGKEBERATAN TERHADAP HASIL PEMILU KEPALA DAERAH DAN

WAKIL KEPALA DAERAH KOTA MAKASSAR

Pemohon : 1. Drs. H. M. Ilham Alim Bachrie, M.B.A.; 2. Herman Handoko; 3. Firmansyah Mappasawang; 4. Kasma F. Amin; 5. Ir. H. Ridwan

Syahputra Musa Gani; 6. Irwan A. Paturusi; 7. H. Andi Idris Manggabarani, S.E.; 8. Ir. H. Muh. Adil Patu, M. Pd.

Termohon : Komisi Pemilihan Umum Kota Makassar.Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil

Kepala Daerah.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan

Wakil Kepala Daerah (Pemilukada) Kota Makassar berdasarkan Berita Acara Penetapan Calon Terpilih Walikota dan Wakil Walikota Makassar Periode 2009-2014 Nomor 270/62/P.KWK-MKS/2008 bertanggal 4 November 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Makassar Periode 2009-2014 juncto Berita Acara Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Walikota dan Wakil Walikota oleh Komisi Pemilihan Umum Kota Makassar.

Amar Putusan : Dalam Eksepsi: Menyatakan eksepsi Termohon tidak dapat diterima. Dalam Pokok Perkara: Menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya. Tanggal Putusan : Kamis, 27 November 2008.Ikhtisar Putusan :

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

003-234.indd 49 9/24/10 10:38:18 AM

Page 72: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

50 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Pemohon Drs. H. M. Ilham Alim Bachrie, M.B.A., Herman Handoko, Firmansyah Mappasawang, Kasma F. Amin, Ir. H. Ridwan Syahputra Musa Gani, Irwan A. Paturusi, H. Andi Idris Manggabarani, S.E., Ir. H. Muh. Adil Patu, M. Pd. adalah pasangan-pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan Periode 2009-2014.

Termohon telah menyelenggarakan tahap pemungutan suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan pada hari Sabtu tanggal 29 Oktober 2008, serta menetapkan masing-masing Pemohon sebagai Pasangan Calon Nomor Urut 2, Nomor Urut 4, Nomor Urut 5, dan Nomor Urut 7.

Pemohon berkeberatan terhadap Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Pemilukada) Kota Makassar berdasarkan Berita Acara Penetapan Calon Terpilih Walikota dan Wakil Walikota Makassar Periode 2009-2014 Nomor 270/62/P.KWK-MKS/2008 bertanggal 4 November 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Makassar Periode 2009-2014 juncto Berita Acara Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Walikota dan Wakil Walikota oleh Komisi Pemilihan Umum Kota Makassar.

Menurut Pemohon, hasil penghitungan suara yang dilakukan oleh Termohon adalah hasil penghitungan suara yang didasarkan pada data atau fakta terjadinya kesalahan dalam pelaksanaan Pemilukada Kota Makassar, sehingga Pasangan Calon tertentu di beberapa TPS memperoleh suara terbanyak.

Terkait dengan kewenangan Mahkamah, berdasarkan ketentuan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945, dan Pasal 10 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) junctis Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, salah satu kewenangan konstitusional Mahkamah adalah memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.

Semula, berdasarkan ketentuan Pasal 106 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa keberatan berkenaan dengan hasil penghitungan suara yang mempengaruhi terpilihnya pasangan calon diajukan ke Mahkamah Agung. Kewenangan Mahkamah Agung tersebut, dicantumkan lagi dalam Pasal 94 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

Dalam Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum ditentukan bahwa “Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah pemilihan umum untuk memilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah secara langsung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”.

Pasal 236C Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (UU 12/2008)

003-234.indd 50 9/24/10 10:38:18 AM

Page 73: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

51Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

menetapkan bahwa, “Penanganan sengketa hasil penghitungan suara pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah oleh Mahkamah Agung dialihkan kepada Mahkamah Konstitusi paling lama 18 (delapan belas) bulan sejak Undang-Undang ini diundangkan”.

Pada tanggal 29 Oktober 2008, Ketua Mahkamah Agung dan Ketua Mahkamah Konstitusi bersama-sama telah menandatangani Berita Acara Pengalihan Wewenang Mengadili, sebagai pelaksanaan Pasal 236C UU 12/2008.

Oleh karena permohonan Pemohon adalah sengketa hasil penghitungan suara Pemilukada, yaitu Pemilukada Kota Makassar sesuai dengan Berita Acara Rekapitulasi Penghitungan Suara Pemilihan Umum dan Penetapan Calon Terpilih Walikota dan Wakil Walikota Makassar Periode 2009- 2014 bertanggal 4 November 2008, maka Mahkamah berwenang untuk memeriksa, mengadili dan memutus permohonan Pemohon.

Terkait dengan kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, bahwa Pasal 106 ayat (1) UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 3, dan Pasal 4 Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah (PMK 15/2008) menentukan hal-hal, antara lain: a. Pemohon adalah Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah; b. permohonan hanya dapat diajukan terhadap penetapan hasil penghitungan suara

Pemilukada yang mempengaruhi penentuan pasangan calon yang dapat mengikuti putaran kedua Pemilukada atau terpilihnya pasangan calon sebagai Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.Terkait dengan kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, Mahkamah

mempertimbangkan berdasarkan ketentuan Pasal 106 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 3, dan Pasal 4 PMK 15/2008 sebagai berikut: - Pemohon adalah Pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Kota Makassar,

yang oleh Termohon, telah ditetapkan pada Nomor Urut 2, Nomor Urut 4, Nomor Urut 5 dan Nomor Urut 7;

- permohonan Pemohon adalah keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kota Makassar Nomor 270/62/P.KWK-MKS/Tahun 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Terpilih Pemilihan Umum Walikota dan Wakil Walikota Makassar Periode 2009-2014 tanggal 4 November 2008;

- Keberatan dimaksud disebabkan karena Pemohon hanya ditetapkan memperoleh suara sebesar 102.241 suara untuk Pasangan Calon Nomor Urut 2, 11.885 suara untuk Pasangan Calon Nomor Urut 4, 13.509 suara untuk Pasangan Calon Nomor Urut 5, 4.107 suara dan untuk Pasangan Calon Nomor Urut 7 yang berada di bawah Pasangan Calon Nomor Urut 1, dengan suara sebanyak 370.912 suara.

003-234.indd 51 9/24/10 10:38:18 AM

Page 74: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

52 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Berita Acara Penghitungan Suara dan Penetapan Calon Terpilih Walikota dan Wakil Walikota Kota Makassar 2009-2014 yang dilakukan oleh Termohon ditetapkan pada tanggal 4 November 2008 dengan Nomor 270/62/P.KWK-MKS/ 2008, sedangkan permohonan keberatan terhadap penetapan Termohon tersebut telah diajukan pada tanggal 7 November 2008 dan diregistrasi di Kepaniteraan Mahkamah pada tanggal 10 November 2008.

Pasal 5 PMK 15/2008 menentukan bahwa, “Permohonan hanya dapat diajukan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah Termohon menetapkan hasil penghitungan suara Pemilukada di daerah yang bersangkutan”, sehingga oleh karenanya pengajuan permohonan Pemohon masih dalam tenggang waktu yang ditentukan.

Berdasarkan penilaian fakta dan hukum di atas, Mahkamah berpendapat bahwa Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan Pemohon sebagaimana persyaratan yang ditentukan dalam Pasal 106 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, Pasal 3 dan Pasal 4 PMK 15/2008, dan permohonan Pemohon juga masih dalam tenggang waktu sebagaimana ditentukan dalam Pasal 5 PMK 15/2008.

Dalam Provisi, Pemohon memohon putusan sela lebih dahulu sebelum dijatuhkan putusan akhir yang isinya menetapkan serta memerintahkan Termohon in casu Komisi Pemilihan Umum Kota Makassar untuk menghentikan sementara tahapan proses Pemilukada Kota Makassar Tahun 2009-2014.

Terhadap tuntutan Provisi Pemohon, sekalipun Termohon dalam jawabannya tidak memberikan sanggahan, Mahkamah berpendapat bahwa tuntutan provisi tersebut tidaklah tepat menurut hukum karena suatu tuntutan provisi sifatnya urgen, mendesak, atau segera (hoogdringend), sedangkan Pemilukada memerlukan suatu mekanisme tahapan-tahapan pasti sehingga sangatlah sulit provisi diterapkan dalam permohonan keberatan terhadap hasil Pemilukada. Selain itu, UU MK dan PMK 15/2008 tidak mengenal adanya tuntutan provisi, kecuali dalam perkara sengketa kewenangan lembaga negara. Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, Mahkamah berpendapat bahwa tuntutan provisi Pemohon harus dikesampingkan.

Terhadap eksepsi Termohon tentang kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, Mahkamah berpendapat bahwa eksepsi Termohon tidak tepat menurut hukum karena perbaikan maupun penambahan Pemohon Pasangan Calon, semula Pemohon terdapat tiga pasangan calon kemudian menjadi empat pasangan calon dalam substansi permohonan atau objek hukum yang sama, tidaklah melanggar hukum acara Mahkamah yang berlaku, karena hak-hak dan kepentingan-kepentingan hukum Termohon tidak hilang untuk menjawab permohonan Pemohon. Di samping itu, penambahan subjek hukum yang dilakukan dengan tidak mengurangi, mengubah, atau menambah substansi petitum dapat dibenarkan sebelum ada jawaban hukum dari Termohon. Dengan demikian, Mahkamah berpendapat bahwa eksepsi Termohon harus dikesampingkan.

003-234.indd 52 9/24/10 10:38:18 AM

Page 75: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

53Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

Terhadap eksepsi Termohon tentang kompetensi Mahkamah, permohonan obscuur libel, dan petitum permohonan yang melebihi ruang lingkup wewenang perselisihan hasil Pemilukada, Mahkamah berpendapat bahwa eksepsi-eksepsi Termohon justru berkaitan dengan pokok perkara (bodem geschil), karenanya eksepsi Termohon harus dikesampingkan.

Terhadap eksepsi Termohon yang menyatakan bahwa pengajuan permohonan melewati tenggang waktu yang ditentukan, Mahkamah memberikan penilaian bahwa penetapan/pengumuman Termohon dilakukan pada tanggal 4 November 2008, sedangkan permohonan diajukan pada tanggal 7 November 2008 sesuai dengan Akta Penerimaan Berkas Permohonan Nomor 74/PAN.MK/XI/2008 bertanggal 7 November 2008, yang berarti masih dalam tenggang waktu 3 (tiga) hari kerja setelah tanggal penetapan/pengumuman hasil Pemilukada. Tenggat pengajuan permohonan keberatan maupun perbaikannya dihitung sejak tanggal pengajuannya (7 November 2008), meskipun registrasi dilakukan pada tanggal 10 November 2008. Berdasarkan penilaian tersebut, maka eksepsi Termohon harus dikesampingkan.

Pemohon keberatan terhadap Hasil Penghitungan Suara Pemilukada Kota Makassar yang ditetapkan oleh Termohon pada tanggal 4 November 2008, yang menetapkan Pasangan Calon Nomor Urut 2, H. Andi Idris Manggabarani,S.E. dan Ir. H. A. M. Adil Patu, M.Pd. memperoleh 102.241 suara, Pasangan Calon Nomor Urut 4 Ir. H. Ridwan Syahputra Musa Gani dan Irwan A. Paturusi memperoleh 11.885 suara, Pasangan Calon Nomor Urut 5 Firmansyah Mappasawang dan Kasma F. Amin memperoleh 13.509 suara, H. Ilham Alim Bachrie dan Herman Handoko memperoleh 4.107 suara, sedangkan Ir. H. Ilham Arief Sirajuddin, M.M. dan Drs. H. Supomo Guntur, M.M. memperoleh 370.912 suara. Menurut Pemohon, hasil penghitungan suara yang dilakukan oleh Termohon adalah hasil penghitungan suara yang didasarkan pada data atau fakta terjadinya kesalahan dalam pelaksanaan Pemilukada Kota Makassar, sehingga Pasangan Calon tertentu di beberapa TPS memperoleh suara terbanyak.

Menurut Pemohon, Pasangan Calon tertentu yang memperoleh suara terbanyak di beberapa TPS dikarenakan pelanggaran dan kecurangan yang dilakukan Termohon selama tahapan pelaksanaan Pemilukada Kota Makassar sebagaimana diuraikan di atas. Menurut Mahkamah, Pemohon tidak dapat menunjukkan adanya pelanggaran dan kecurangan dalam pencoblosan atau pada penghitungan suara di beberapa TPS di 14 wilayah kecamatan di Kota Makassar. Artinya, Pemohon tidak dapat memberikan rincian yang tepat di TPS -TPS mana pada 14 kecamatan dan berapa penghitungan suara yang dipandang keliru, begitu juga dari ke-empat Pasangan Calon yang menjadi Pemohon, tidak terurai secara jelas dan rinci terjadinya pengurangan suara atas perolehan suara masing-masing Pasangan Calon, begitu pula dengan rincian kecurangannya.

Terhadap dalil Pemohon tentang terjadinya berbagai pelanggaran dalam Pemilukada Kota Makassar, sampel surat suara yang dicetak tidak sesuai dengan spesifikasi, ternyata dibantah oleh Termohon bahwa surat suara yang salah cetak telah dimusnahkan pada

003-234.indd 53 9/24/10 10:38:18 AM

Page 76: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

54 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

tanggal 28 Oktober 2008. Bukti tentang nama-nama Kartu Panggilan Memilih yang tercecer ternyata hanya memuat daftar ditemukannya Surat Pemberitahuan Waktu dan Tempat Pemungutan Suara di Jalan Bonto Duri RT 7/RW 13 Kelurahan Parang Tambung Kecamatan Tamalate dan selebihnya adalah 33 orang tidak dapat Kartu Pemilih dan Surat Pemberitahuan Waktu dan Tempat Pemungutan Suara, sementara lima surat panggilan yang bermasalah tidak ada relevansinya dengan hasil penghitungan suara, karena hanya berkenaan dengan tidak tercantumnya tiga nama dalam DPT, satu nama yang telah meninggal tetapi mendapat Kartu Pemilih, dan satu nama yang menurut pelapor seharusnya tidak masuk dalam DPT. Begitu juga dengan bukti berupa dua laporan yang diajukan oleh dua orang, yaitu Kaharudin dan Liza yang melaporkan adanya dugaan pelanggaran dalam upaya menggunakan hak pilih orang lain, adanya oknum yang memberikan Kartu Pemilih untuk digunakan oleh beberapa orang untuk memilih salah satu Pasangan Calon dan dugaan pelanggaran nama yang tidak masuk dalam DPT.

Termohon mengajukan bukti-bukti dan setelah dicocokkan dengan aslinya yakni Berita Acara Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara di Tingkat PPK yang di dalamnya terlampir Pernyataan Keberatan Saksi dan Kejadian Khusus Yang Berhubungan Dengan Rekapitulasi Penghitungan Suara (Model DA2-KWK) setelah dicocokkan dengan aslinya dan diteliti dengan saksama ternyata semuanya nihil tanpa ada keberatan dari saksi Pasangan Calon, yang diperkuat dengan keterangan saksi Termohon Muchtar Jaya dan Andi Megawati pada persidangan hari Kamis tanggal 20 November 2008.

Menurut Mahkamah, bukti-bukti yang diajukan Pemohon maupun keterangan 6 saksi yang diajukan Pemohon tidak cukup meyakinkan karena tidak berpengaruh secara signifikan terhadap hasil penghitungan suara.

Setelah menilai seluruh fakta dan hukum di atas, Mahkamah berkesimpulan bahwa bukti-bukti surat dan keterangan saksi-saksi yang diajukan oleh Pemohon tidak cukup untuk membuktikan adanya kekeliruan dan kesalahan dalam penghitungan jumlah suara masing-masing Pasangan Calon hasil pemungutan suara dalam Pemilukada Kota Makassar. Oleh karena, Pemohon tidak dapat membuktikan dalil-dalil dan alasan-alasan permohonannya, maka Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilukada Kota Makassar Tahun 2008 Nomor 270/138/P.KWK-MKS/XI/2008 adalah sah menurut hukum.

Berdasarkan penilaian seluruh fakta dan hukum tersebut, Mahkamah dalam amar putusannya menyatakan sebagai berikut.Dalam Eksepsi:menyatakan eksepsi Termohon tidak dapat diterima.Dalam Pokok Perkara:menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya.

003-234.indd 54 9/24/10 10:38:18 AM

Page 77: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

55Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 37/PHPU.D-VI/2008

TENTANGKEBERATAN TERHADAP HASIL PEMILU KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH KABUPATEN BIAK NUMFOR

Pemohon : 1. Reyneilda M. Kaisiepo, S.Si., M.Th; 2. Max Richard Funmawi Krey, A.Md., TS.Termohon : Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Biak Numfor.Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil

Kepala Daerah.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum

Bupati/Wakil Bupati Kabupaten Biak Numfor yang ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Biak Numfor sesuai dengan Keputusan KPU Kabupaten Biak Numfor Nomor 22 Tahun 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Hasil Rekapitulasi Penghitungan Suara dalam Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Biak Numfor Tahun 2008 bertanggal 5 November 2008.

Amar Putusan : Dalam Eksepsi: Menyatakan eksepsi Termohon tidak dapat diterima. Dalam Pokok Perkara: Menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya.Tanggal Putusan : Rabu, 26 November 2008.Ikhtisar Putusan :

Pemohon adalah Pasangan Calon Bupati/Wakil Bupati Biak Numfor sesuai dengan Keputusan KPU Kabupaten Biak Numfor Nomor 21 Tahun 2008 tanggal 5 November 2008, dengan Nomor Urut 3.

Pemohon berkeberatan terhadap Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Bupati/Wakil Bupati Kabupaten Biak Numfor yang ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Biak Numfor sesuai dengan Keputusan KPU Kabupaten Biak Numfor

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

003-234.indd 55 9/24/10 10:38:18 AM

Page 78: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

56 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Nomor 22 Tahun 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Hasil Rekapitulasi Penghitungan Suara dalam Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Biak Numfor Tahun 2008 bertanggal 5 November 2008.

Terkait dengan kewenangan Mahkamah Konstitusi, Mahkamah berpendapat bahwa berdasarkan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 dan Pasal 10 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) jis Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, salah satu kewenangan konstitusional Mahkamah adalah memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.

Pasal 236C Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 menetapkan bahwa penanganan sengketa hasil penghitungan suara pemilihan kepala daerah oleh Mahkamah Agung (MA) dialihkan kepada Mahkamah Konstitusi (MK) paling lama 18 (delapan belas) bulan sejak undang-undang ini diundangkan. Kemudian pada 29 Oktober 2008, Ketua MA dan Ketua MK menandatangani Berita Acara Pengalihan Wewenang Mengadili, sebagai pelaksanaan Pasal 236C Undang-Undang di atas.

Oleh karena permohonan Pemohon adalah sengketa hasil penghitungan suara Pemilukada, yaitu Pemilukada Kabupaten Biak Numfor, maka Mahkamah berwenang untuk memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan a quo.

Terkait dengan kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, Mahkamah mendasarkan penilaian pada ketentuan Pasal 106 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, serta Pasal 3 dan Pasal 4 Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah (selanjutnya disebut PMK No. 15 Tahun 2008). Berdasarkan ketentuan tersebut, Mahkamah menilai Pemohon memiliki kedudukan hukum karena:a. Pemohon adalah Pasangan Calon Bupati/Wakil Bupati Biak Numfor sesuai dengan

Keputusan KPU Kabupaten Biak Numfor Nomor 21 Tahun 2008 tanggal 5 November 2008, dengan Nomor Urut 3;

b. permohonan Pemohon adalah mengenai keberatan terhadap Keputusan KPU Kabupaten Biak Numfor Nomor 22 Tahun 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Hasil Rekapitulasi Penghitungan Suara dalam Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Biak Numfor Tahun 2008 bertanggal 5 November 2008.Termohon menerbitkan Keputusan KPU Kabupaten Biak Numfor Nomor 22 Tahun

2008 pada 5 November 2008. Sementara Pemohon mengajukan keberatan atas Surat Keputusan Termohon tersebut ke Kepaniteraan Mahkamah pada 7 November 2008 pukul 19.40 WIB. Dengan demikian, berdasarkan ketentuan Pasal 5 ayat (1) PMK Nomor 15 Tahun 2008, permohonan Pemohon masih memenuhi tenggat waktu yang ditentukan.

Pasangan Calon Maryen-Alimuddin ditetapkan sebagai Bupati dan Wakil Bupati terpilih berdasarkan Keputusan KPU Kabupaten Biak Numfor Nomor 22 Tahun 2008 setelah memperoleh suara terbanyak dengan jumlah 18.031 suara (34,34%). Sementara

003-234.indd 56 9/24/10 10:38:18 AM

Page 79: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

57Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

itu, pasangan Reyneilda M. Kaisiepo, S.Si., M.Th., dan Max R.F. Krey, A.Md., TS., berada pada peringkat kedua perolehan suara terbanyak dengan total suara 14.623 (27,85%);

Menurut Pemohon terdapat kesalahan dalam penghitungan suara yang telah dilakukan oleh KPU Kabupaten Biak Numfor berkaitan dengan jumlah pemilih yang dibuat oleh KPU Kabupaten Biak Numfor. Dalam Keputusan KPU Kabupaten Biak Numfor Nomor 31 Tahun 2008 tentang Jumlah Pemilih Tetap dan Badan Penyelenggara 19 distrik se-Kabupaten Biak Numfor untuk Pemilukada Kabupaten Biak Numfor Tahun 2008 bertanggal 3 September 2008, jumlah Pemilih Tetap adalah 73.605, sedangkan dalam DPT yang terdaftar di KPU Biak Numfor berdasarkan Keputusan Ketua KPU Kabupaten Biak Numfor Nomor 31 Tahun 2008 tentang Jumlah Pemilih Tetap dan Badan Penyelenggara 19 distrik se-Kabupaten Biak Numfor untuk Pemilu Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Biak Numfor Tahun 2008 bertanggal 13 Oktober 2008 adalah 74.316. Sehingga terdapat selisih suara sejumlah 74.316-73.605 = 711.

Berdasarkan kedua surat tersebut, baik pada Keputusan Ketua KPU Kabupaten Biak Numfor Nomor 31 Tahun 2008 maupun Keputusan Ketua KPU Kabupaten Biak Numfor No. 31 Tahun 2008, terlihat ada 9 distrik dari 19 distrik yang tidak disebutkan jumlah penduduknya tetapi dapat disebutkan jumlah pemilihnya. Sembilan distrik yang tidak dijelaskan jumlah penduduknya adalah Distrik Swandiwe, Distrik Andei, Distrik Yawosi, Distrik Bondifuar, Distrik Oridek, Distrik Aimando, Distrik Poiru, Distrik Bruyadori, Distrik Orkeri.

Pemohon juga menyatakan terjadi penggelembungan jumlah pemilih di 2 (dua) distrik, yakni Distrik Biak Kota dan Distrik Samofa, sebesar 12.280 pemilih.

Pemohon mengajukan alat bukti tulis dan 2 orang saksi resmi peserta Pemilukada. Saksi Abner Rukan Bukopioper dan Saksi Rollis Rays Marselino Ronsumbre memberi keterangan bahwa pemilihan di TPS 1 Desa Swapodibo terlaksana dengan baik. Saksi juga menandatangani hasil penghitungan di dalam Berita Acara.

Termohon dalam eksepsinya menyatakan bahwa kuasa hukum Pemohon tidak mempunyai legalitas sebagai penerima kuasa, karena statusnya bukan advokat; objek perselisihan Pemilukada dan petitum permohonan tidak jelas dan kabur (obscuur libel); serta permohonan Pemohon tidak memenuhi syarat formal sebagaimana diwajibkan oleh ketentuan hukum.

Terhadap eksepsi Termohon tersebut, Mahkamah menyatakan bahwa berdasarkan bukti Surat Kuasa yang diajukan oleh Pemohon menunjukkan bahwa kuasa hukum Pemohon adalah advokat dan konsultan hukum dari kantor Firman Silalahi & Partners Law Office dan sebagian kuasa hukum telah dilengkapi dengan fotokopi identitas sebagai advokat. Lagi pula untuk beracara di Mahkamah tidak ada keharusan bahwa kuasa hukum harus berstatus advokat. Sementara Eksepsi yang diajukan erat berkaitan dengan pokok permohonan yang merupakan kewenangan Mahkamah, sehingga eksepsi dikesampingkan.

003-234.indd 57 9/24/10 10:38:18 AM

Page 80: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

58 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Terhadap dalil Pemohon yang menyatakan terdapat kesalahan dalam penghitungan suara yang dilakukan oleh Termohon berkaitan dengan jumlah pemilih, Termohon menyatakan hal tersebut tidak termasuk substansi permohonan sebagaimana yang diamanatkan dalam ketentuan Pasal 94 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Karena perselisihan mengenai jumlah pemilih adalah hal yang berbeda dengan perselisihan terkait dengan hasil penghitungan suara. Selain itu Termohon juga menyatakan bahwa dalil telah terjadi penggelembungan jumlah pemilih di 2 distrik sebesar 12.280 pemilih merupakan kurangnya pemahaman Pemohon terhadap substansi permohonan keberatan dalam Pemilukada.

Pemohon juga menyatakan bahwa saat penetapan DPT oleh Termohon, terkait jumlah pemilih sebesar 74.316 yang terdapat di 251 TPS, 188 PPS, dan 19 PPD/PPK di Kabupaten Biak Numfor, tidak ada keberatan atau protes dari Pemohon dan masyarakat Biak.

Terhadap dalil Pemohon, Pihak Terkait Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Biak Numfor Terpilih memberikan keterangan tertulis yang pada pokoknya menyatakan bahwa materi gugatan Pemohon bukan Sengketa tentang Kesalahan Hasil Penghitungan Suara yang ditetapkan oleh Termohon sebagaimana yang dimaksudkan dalam Pasal 4 PMK Nomor 15 Tahun 2008 juncto Pasal 75 UU MK.

Selain itu, menurut Termohon, secara keseluruhan materi gugatan Pemohon adalah menyangkut tentang jumlah pemilih tetap yang ditetapkan oleh KPU, sehingga jelas bukan merupakan objek perselisihan Pemilukada sebagaimana dimaksud dalam PMK Nomor 15 Tahun 2008. Termohon juga menyatakan bahwa permohonan Pemohon kabur (obscuur libel), karena tidak menyebutkan keputusan akhir yang mana yang ditetapkan oleh Termohon (KPU Kabupaten Biak Numfor) secara utuh.

Saksi Alfius Rumbrafuk, yaitu Ketua Panwaslu Kabupaten Biak Numfor, menerangkan bahwa Pemilukada Kabupaten Biak Numfor terlaksana dengan baik. Panitia Pengawas tidak pernah menerima pengaduan atau keberatan dari pihak manapun.

Pemohon menyatakan keberatan terhadap hasil penghitungan suara Pemilukada Kabupaten Biak Numfor yang ditetapkan oleh Termohon pada 5 November 2008, yang menetapkan Pemohon memperoleh 14.623 suara; sedangkan Pihak Terkait, yakni Pasangan Nomor Urut 2, Yusuf Melianus Maryen, S.Sos., M.M. dan Drs. Alimuddin Sabe memperoleh 18.031 suara. Menurut Pemohon, seharusnya perolehan suara Pasangan Calon Nomor Urut 2 harus dikurangi sebesar 12.280 suara, maka jumlahnya hanya 5.751 suara. Sedangkan perolehan suara Pemohon tetap 14.623 suara. Sehingga seharusnya yang menjadi pemenang Pemilukada Kabupaten Biak Numfor adalah Pemohon, bukan Pihak Terkait. Suara 12.280 harus dikurangkan terhadap perolehan suara Pasangan Calon Nomor 2 karena jumlah pemilih Distrik Biak Kota hanya 15.378 orang, bukan 22.709 orang (versi Termohon); jumlah pemilih Distrik Samofa hanya 12.599 orang, bukan 17.548 orang (versi Termohon) [Bukti P-5].

003-234.indd 58 9/24/10 10:38:18 AM

Page 81: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

59Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

Menurut Mahkamah, Bukti P-5 tidak ada legalitas berupa tanda tangan dan stempel institusi yang mengeluarkan, serta dikeluarkan pada Maret 2008. Sementara data pemilih dari Termohon dikeluarkan pada September 2008, sehingga tidak cukup sebagai alat bukti yang sah. Seandainya pun benar isi Bukti P-5 dimaksud, selisih angka jumlah pemilih sebanyak 12.599 orang tidak dapat serta merta dikurangkan kepada hasil suara Pasangan Nomor Urut 2, melainkan pengurangan terhadap hasil perolehan suara harus meliputi semua pasangan calon dan hal itu pun hanya dapat diterapkan pada Distrik Biak Kota dan Distrik Samofa, bukan untuk seluruh Kabupaten Biak Numfor. Dengan demikian, dalil Pemohon tidak beralasan.

Mahkamah menilai dalil Pemohon tentang terjadinya berbagai pelanggaran dalam Pemilukada Kabupaten Biak Numfor, sebagaimana ditunjukkan dalam Bukti P-6, Bukti P-7, dan Bukti P-8, bukti-bukti yang diajukan Pemohon belum cukup mendukung dalil. Lagi pula, andaikata benar adanya pelanggaran-pelanggaran dimaksud, hal tersebut tidak berpengaruh secara signifikan terhadap hasil penghitungan suara Pemilukada Kabupaten Biak Numfor.

Mahkamah juga menilai kesaksian dua orang saksi Pemohon, yaitu Abner Rukan Bukopioper dan Rollis Rays Marselino Ronsumbre tidak mempunyai pengaruh terhadap keseluruhan hasil penghitungan suara Pemilukada Kabupaten Biak Numfor yang telah ditetapkan oleh Termohon.

Atas dasar pertimbangan tersebut, Mahkamah dalam amar putusannya menyatakan sebagai berikut.Dalam Eksepsi:menyatakan eksepsi Termohon tidak dapat diterima.Dalam Pokok Perkara:menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya.

003-234.indd 59 9/24/10 10:38:18 AM

Page 82: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

60 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

003-234.indd 60 9/24/10 10:38:18 AM

Page 83: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

61Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 38/PHPU.D-VI/2008

TENTANGKEBERATAN TERHADAP HASIL PEMILU KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH KABUPATEN JENEPONTO

Pemohon : H. Sjamsuddin Zainal, S.E., M.P dan Djahini, S.H.Termohon : Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Jeneponto.Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil

Kepala Daerah.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Berita Acara Penetapan Calon Terpilih Bupati

dan Wakil Bupati Jeneponto Periode 2008-2013 Nomor 77/P.KWK-JP/XI/2008, tertanggal 6 November 2008 oleh KPU Kabupaten Jeneponto juncto Berita Acara Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Jeneponto Tahun 2008 oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Jeneponto.

Amar Putusan : Menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya.Tanggal Putusan : Senin, 24 November 2008.Ikhtisar Putusan :

Pemohon H. Sjamsuddin Zainal, S.E., M.P. dan Djahini, S.H. adalah Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kepala Daerah Kabupaten Jeneponto, yang oleh Termohon, telah ditetapkan sebagai Pasangan Calon Nomor Urut 6.

Pemohon berkeberatan terhadap Berita Acara Penetapan Calon Terpilih Bupati dan Wakil Bupati Jeneponto Periode 2008-2013 Nomor 77/P.KWK-JP/XI/2008, tanggal 6 November 2008 juncto Berita Acara Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Jeneponto Tahun 2008 yang ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Jeneponto.

Terkait dengan kewenangan Mahkamah Konstitusi, Mahkamah berpendapat bahwa berdasarkan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 dan Pasal 10 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi jis Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

003-234.indd 61 9/24/10 10:38:18 AM

Page 84: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

62 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (UU 12/2008), salah satu kewenangan konstitusional Mahkamah adalah memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.

Pasal 236C Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 menetapkan bahwa penanganan sengketa hasil penghitungan suara pemilihan kepala daerah oleh Mahkamah Agung dialihkan kepada Mahkamah Konstitusi (MK) paling lama 18 (delapan belas) bulan sejak undang-undang ini diundangkan. Kemudian pada 29 Oktober 2008, Ketua MA dan Ketua MK menandatangani Berita Acara Pengalihan Wewenang Mengadili, sebagai pelaksanaan Pasal 236C UU 12/2008.

Oleh karena permohonan Pemohon adalah sengketa hasil penghitungan suara Pemilu Kepala Daerah (Pemilukada), yaitu Pemilukada Kabupaten Jeneponto sesuai dengan Berita Acara Rekapitulasi Penghitungan Suara Pemilihan Umum dan Penetapan Calon Terpilih Bupati dan Wakil Bupati Jeneponto Periode 2008-2013 bertanggal 4 November 2008, maka Mahkamah berwenang untuk memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan a quo.

Terkait dengan kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, Mahkamah mendasarkan penilaian pada ketentuan Pasal 106 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, serta Pasal 3 dan Pasal 4 Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah (PMK Nomor 15 Tahun 2008). Berdasarkan ketentuan tersebut, Mahkamah menilai Pemohon memiliki kedudukan hukum karena:a. Pemohon adalah Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kepala Daerah Kabupaten

Jeneponto, yang oleh Termohon, telah ditetapkan pada Nomor Urut 6;b. permohonan yang diajukan Pemohon adalah keberatan terhadap Keputusan Komisi

Pemilihan Umum Kabupaten Jeneponto Nomor 77/P.KWK-JP/XI/2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Jeneponto Tahun 2008 bertanggal 6 November 2008;

c. Berita Acara Penghitungan Suara dan Penetapan Calon Terpilih Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Jeneponto 2008-2013 yang dilakukan oleh Termohon ditetapkan pada tanggal 6 November 2008 dengan Nomor 77/P-KWK-JP/XI/2008, sedangkan permohonan keberatan diajukan pada tanggal 10 November 2008 dan didaftarkan di Kepaniteraan Mahkamah pada tanggal 10 November 2008;

d. Pasal 5 PMK Nomor 15 Tahun 2008 menentukan, “Permohonan hanya dapat diajukan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah Termohon menetapkan hasil penghitungan suara Pemilukada di daerah yang bersangkutan”, sehingga oleh karenanya pengajuan permohonan Pemohon masih dalam tenggang waktu yang ditentukan.

003-234.indd 62 9/24/10 10:38:18 AM

Page 85: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

63Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

Pada dasarnya Pemohon mengajukan keberatan karena Pemohon secara keliru telah ditetapkan oleh Termohon hanya memperoleh 66.189 suara, dan berada pada peringkat 2 di bawah Pasangan Calon Radjamilo dan Burhanuddin Baso Tika (Pasangan Calon Nomor Urut 5) yang memperoleh 100.434 suara.

Pemohon mendalilkan perolehan suara Pemohon yang benar seharusnya adalah 101.469 suara, sehingga seharusnya Pemohon yang ditetapkan sebagai Pasangan Calon Terpilih Bupati/Wakil Bupati Kabupaten Jeneponto.

Pemohon menyatakan kekeliruan Termohon terjadi karena penghitungan dilakukan berdasarkan data atau fakta yang bersumber dari penggelembungan suara Pasangan Calon Radjamilo dan Burhanuddin Baso Tika pada beberapa Tempat Pemungutan Suara (TPS) sebagai akibat kelalaian sistematis yang dilakukan oleh Termohon.

Penggelembungan suara Pasangan Calon Nomor Urut 5 sebanyak 680 suara terjadi di beberapa TPS, khususnya di Kecamatan Bontoramba dan Kecamatan Binamu. Penggelembungan terjadi karena, antara lain, orang meninggal masih terdaftar dalam DPT; pemilih dimobilisasi oleh Kepala Desa untuk memilih di TPS dusun lain yang jaraknya jauh; pemilih tidak diberi tinta pada jari setelah pencoblosan; terdapat pemilih yang terdaftar dalam DPT tetapi tidak mendapat undangan untuk memilih, sedangkan undangan diberikan kepada orang lain yang tidak terdaftar dalam DPT; di TPS 5 Desa Batu Jala jumlah pemilih hanya sebanyak 331 orang yang menggunakan hak pilih, akan tetapi surat suara yang terpakai berjumlah 334; di Dusun Bungung Kanona, Kelurahan Tolo Barat, total surat suara termasuk cadangan sejumlah 268, yang terpakai sejumlah 189, dan tidak terpakai sejumlah 90, sehingga terdapat penggelembungan sejumlah 12 suara.

Pemohon juga menyatakan terdapat 35.280 pemilih yang tersebar di beberapa TPS tidak memperoleh undangan dan/atau kartu pemilih sehingga tidak dapat menggunakan hak pilihnya. Hal ini dianggap oleh Pemohon menimbulkan kerugian nyata karena menyebabkan Pemohon kehilangan kurang lebih 35.280 suara dari para pendukungnya. Pemohon mengajukan bukti tertulis dan 6 orang saksi yang telah didengar keterangannya di persidangan.

Terhadap permohonan tersebut, Termohon menyatakan bahwa rekapitulasi penghitungan suara yang dilakukan oleh Termohon adalah benar karena data-data diperoleh dari hasil rekapitulasi perolehan suara yang benar di tingkat PPK. Hasil rekapitulasi di tingkat PPK diperoleh dari penghitungan suara yang benar pada seluruh TPS di Kabupaten Jeneponto.

Termohon menyatakan bahwa klaim Pemohon sebagai pemilik suara dari 35.280 Pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya pada Pemilukada Kabupaten Jeneponto adalah penghitungan yang ”sesat” dan tidak dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Sementara dalil Pemohon tentang penggelembungan 680 suara di beberapa TPS adalah dalil-dalil yang tidak didukung berita acara resmi hasil penghitungan suara secara berjenjang dari TPS, PPK, dan KPU Kabupaten. Termohon mengajukan bukti tertulis dan 3 orang saksi yang telah didengar keterangannya di persidangan.

003-234.indd 63 9/24/10 10:38:18 AM

Page 86: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

64 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Terhadap fakta-fakta yang terungkap di persidangan, Mahkamah berpendapat bahwa bukti-bukti tertulis Pemohon (P-17 sampai dengan P-21) telah menunjukkan adanya pemilih yang tidak mendapatkan undangan atau kartu pemilih, meskipun tidak dapat dipastikan apakah nama-nama yang tercantum dalam daftar pernyataan dimaksud juga termuat dalam DPT, karena pernyataan dimaksud dalam Bukti P-17 sampai dengan Bukti P-21 tidak memuat fakta yang demikian. Bukti tersebut oleh Mahkamah hanya dipandang sebagai petunjuk.

Mahkamah menyatakan bahwa dalil Pemohon mengenai penggelembungan suara sebanyak 680 dan harusnya dihitung menjadi perolehan suara Pasangan Calon Nomor Urut 5 sama sekali tidak didukung bukti-bukti yang sah. Demikian juga dalil mengenai terjadinya penggembosan perolehan suara Pemohon sebanyak 35.280, tidak didukung oleh bukti yang sah.

Menurut Mahkamah, meskipun saksi-saksi yang diajukan Pemohon telah memberi bukti yang sah tentang adanya pemilih yang tidak memperoleh undangan atau kartu pemilih, akan tetapi angka yang ditunjukkan tidak dengan sendirinya dapat dihitung sebagai perolehan suara bagi Pemohon. Seandainya pun demikian, quod non, tidak cukup signifikan untuk mengubah kedudukan Pasangan Calon Nomor Urut 5 sehingga menjadi Pasangan Calon terpilih.

Berdasarkan penilaian fakta dan hukum tersebut di atas, Mahkamah dalam amar putusannya menyatakan menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya.

003-234.indd 64 9/24/10 10:38:18 AM

Page 87: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

65Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

IKHTISAR PUTUSAN PERKARA NOMOR 39/PHPU.D-VI/2008

TENTANGKEBERATAN TERHADAP HASIL PEMILU KEPALA DAERAH DAN

WAKIL KEPALA DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD

Pemohon : Dr. Ramon Amiman (Calon Bupati Kabupaten Kepulauan Talaud dengan Nomor Urut 2);

Drs. Martin L. Maabuat (Calon Wakil Bupati Kabupaten Kepulauan Talaud dengan Nomor Urut 2).

Termohon : Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Kepulauan Talaud.Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil

Kepala Daerah.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum

Bupati/Wakil Bupati Kabupaten Kepulauan Talaud yang ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Kepulauan Talaud sesuai dengan Keputusan KPU Kabupaten Kepulauan Talaud Nomor 37 Tahun 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Hasil Rekapitulasi Penghitungan Suara dalam Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Kepulauan Talaud Tahun 2008.

Amar Putusan : Dalam Eksepsi: Menyatakan eksepsi Termohon tidak dapat diterima. Dalam Pokok Perkara: Menolak permohonan untuk seluruhnya. Tanggal Putusan : Senin, 1 Desember 2008.Ikhtisar Putusan :

Pemohon Dr. Ramon Amiman dan Drs. Martin L. Maabuat adalah Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Kepulauan Talaud Tahun 2008, Peserta Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Kepulauan Talaud dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Kepulauan Talaud (Termohon) dengan Nomor Urut 2.

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

003-234.indd 65 9/24/10 10:38:18 AM

Page 88: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

66 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Termohon selaku Penyelenggara Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Kepulauan Talaud diberikan kewenangan khusus oleh Undang-Undang untuk menyelenggarakan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Kepulauan Talaud pada tanggal 27 Oktober 2008. Pada tanggal 3 November 2008, Termohon telah melaksanakan Pleno Rekapitulasi Penghitungan Suara dengan hasil penghitungan suara yang dapat mempengaruhi terpilihnya Pasangan Calon dr. Elly Engelbert Lasut sebagai Kepala Daerah dan Drs. Constantine Ganggali sebagai Wakil Kepala Daerah Kabupaten Kepulauan Talaud untuk periode 2008 – 2013.

Pemohon berkeberatan terhadap Keputusan KPU Kabupaten Kepulauan Talaud Nomor 37 Tahun 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Hasil Rekapitulasi Penghitungan Suara dalam Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Kepulauan Talaud Tahun 2008, bertanggal 3 November 2008. Keberatan dimaksud disebabkan Pemohon hanya ditetapkan memperoleh suara sejumlah 15.458 suara, yang berada di peringkat kedua di bawah Pasangan Calon Dr. Elly Engelbert Lasut dan Drs. Constantine Ganggali, dengan suara sejumlah 31.907 suara.

Terkait dengan kewenangan Mahkamah, berdasarkan ketentuan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 dan Pasal 10 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) junctis Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, salah satu kewenangan konstitusional Mahkamah adalah memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.

Semula Pasal 106 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menentukan bahwa keberatan berkenaan dengan hasil penghitungan suara yang mempengaruhi terpilihnya Pasangan Calon diajukan ke Mahkamah Agung. Kewenangan Mahkamah Agung tersebut, dicantumkan lagi dalam Pasal 94 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

Selanjutnya, Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum, menyatakan ”Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah pemilihan umum untuk memilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah secara langsung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”.

Pasal 236C Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, (UU 12/2008) menetapkan, ”Penanganan sengketa hasil penghitungan suara pemilihan kepala daerah oleh Mahkamah Agung dialihkan kepada Mahkamah Konstitusi paling lama 18 (delapan belas) bulan sejak undang-undang ini diundangkan”.

Pada tanggal 29 Oktober 2008, Ketua Mahkamah Agung dan Ketua Mahkamah Konstitusi bersama-sama telah menandatangani Berita Acara Pengalihan Wewenang Mengadili, sebagai pelaksanaan Pasal 236C UU 12/2008.

003-234.indd 66 9/24/10 10:38:18 AM

Page 89: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

67Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

Oleh karena permohonan Pemohon adalah sengketa hasil penghitungan suara Pemilukada, yakni Pemilukada Kabupaten Kepulauan Talaud sesuai dengan Keputusan KPU Kabupaten Kepulauan Talaud Nomor 37 Tahun 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Hasil Rekapitulasi Penghitungan Suara dalam Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Kepulauan Talaud Tahun 2008 bertanggal 3 November 2008, maka Mahkamah berwenang untuk memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan Pemohon.

Terkait dengan kedudukan hukum (Legal Standing) Pemohon, Pasal 3 dan Pasal 4 Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 15 Tahun 2008 (PMK Nomor 15 Tahun 2008) menentukan hal-hal, sebagai berikut:a. Pemohon adalah Pasangan Calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah; b. permohonan hanya dapat diajukan terhadap penetapan hasil penghitungan suara

Pemilukada yang mempengaruhi penentuan Pasangan Calon yang dapat mengikuti putaran kedua Pemilukada atau terpilihnya Pasangan Calon sebagai Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah.Terkait dengan kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, Mahkamah

mempertimbangkan berdasarkan ketentuan Pasal 3 dan Pasal 4 PMK Nomor 15 Tahun 2008 yakni Pemohon adalah Pasangan Calon Bupati/Wakil Bupati berdasarkan Penetapan Nomor Urut Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Kepulauan Talaud Tahun 2008, dengan Nomor Urut 2. Adapun permohonannya adalah mengenai keberatan terhadap Keputusan KPU Kabupaten Kepulauan Talaud Nomor 37 Tahun 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Hasil Rekapitulasi Penghitungan Suara dalam Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Kepulauan Talaud Tahun 2008, bertanggal 3 November 2008. Keberatan dimaksud disebabkan Pemohon hanya ditetapkan memperoleh suara sejumlah 15.458 suara, yang berada di peringkat kedua di bawah Pasangan Calon dr. Elly Engelbert Lasut dan Drs. Constantine Ganggali, dengan suara sejumlah 31.907 suara. Berdasarkan penilaian fakta dan hukum tersebut, Mahkamah berpendapat Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan.

Terkait dengan tenggang waktu pengajuan permohonan, Termohon menerbitkan Keputusan KPU Kabupaten Kepulauan Talaud Nomor 37 Tahun 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Hasil Rekapitulasi Penghitungan Suara dalam Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Kepulauan Talaud Tahun 2008 bertanggal 3 November 2008 dan Pemohon telah mengajukan keberatan atas Surat Keputusan Termohon tersebut dengan permohonan yang diterima di Kepaniteraan Mahkamah pada tanggal 10 November 2008 pukul 16.00 WIB dengan Akta Penerimaan Berkas Permohonan Nomor 81/PAN.MK/XI/2008, dengan terlebih dahulu di daftar di Pengadilan Negeri Tahuna sesuai SKUM tanggal 5 November 2008 yang kemudian berkas permohonan tersebut, oleh Pengadilan Tinggi Manado melalui Suratnya Nomor W.19.U/261/HT.04.10/XI/2008 tanggal 10 November 2008 dilimpahkan ke Mahkamah Konstitusi, yang diterima pada

003-234.indd 67 9/24/10 10:38:18 AM

Page 90: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

68 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

hari dan tanggal yang sama. Oleh karenanya berdasarkan ketentuan Pasal 5 ayat (1) PMK Nomor 15 Tahun 2008, permohonan Pemohon masih memenuhi tenggang waktu yang ditentukan.

Dalam pokok permohonannya, Pemohon mendalilkan, sebagai berikut. 1. Pada tanggal 3 November 2008, Termohon telah melaksanakan Pleno Rekapitulasi

Penghitungan Suara dengan hasil penghitungan suara yang dapat mempengaruhi terpilihnya Pasangan Calon dr. Elly Engelbert Lasut sebagai Kepala Daerah dan Drs. Constantine Ganggali sebagai Wakil Kepala Daerah Kabupaten Kepulauan Talaud untuk periode 2008 – 2013.

2. Hasil Pleno Rekapitulasi KPU Kabupaten Kepulauan Talaud tanggal 3 November 2008 adalah: untuk Pasangan Calon dr. Elly Engelbert Lasut sebagai Kepala Daerah dan

Drs. Constantine Ganggali dengan jumlah 31.907 suara; untuk Pasangan Calon Dr. Ramon Amiman dan Drs. Martin L. Maabuat dengan

jumlah 15.458 suara. Dengan demikian telah terdapat selisih suara sejumlah 16.449 antara Pemohon

dengan Pasangan Calon Nomor 4 yaitu dr. Elly Engelbert Lasut dengan Drs. Constantine Ganggali.

3. Pemohon menolak dengan tegas hasil Pleno Rekapitulasi Penghitungan Suara yang telah dilakukan oleh Termohon karena yang menjadi dasar dari penghitungan suara tersebut penuh dengan data-data fiktif, rekayasa dan tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4. Penyebab terjadinya selisih suara sejumlah 16.449 dan/atau penggelembungan suara tersebut diakibatkan oleh: a. pemilih yang telah masuk dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) tetapi tidak diberikan

hak untuk memilih, antara lain, di Desa Sawang Kecamatan Melonguane dan di Melonguane;

b. pemilih yang tidak terdaftar dalam DPT namun diberikan hak untuk memilih, antara lain, di Kecamatan Melonguane Induk Desa Mala di TPS Rumah Sakit, termasuk pemberian fasilitas kepada mahasiswa kurang lebih 900 (sembilan ratus) orang pulang ke Kepulauan Talaud dengan menggunakan kapal Ferry tanpa dipungut biaya;

c. adanya pembagian beras kurang lebih lima kilogram per pemilih dan uang Rp 50.000,- (lima puluh ribu rupiah) bagi yang memegang kartu atas nama Pasangan Calon dr. Elly Engelbert Lasut dan Drs. Constantine Ganggali dan hal tersebut terjadi hampir di seluruh desa dan kelurahan se-Kabupaten Kepulauan Talaud;

d. di Desa Dallum Kecamatan Salibabu orang yang cacat mental masing-masing bernama Deny Arramana dan Ril Arramatta diberikan hak untuk memilih;

e. anak-anak di bawah umur diberikan hak untuk memilih, yaitu di Desa Sambuara Induk TPS 1 ada tiga orang dan di Desa Maririt ada satu orang anak;

003-234.indd 68 9/24/10 10:38:19 AM

Page 91: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

69Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

f. orang yang telah meninggal dunia masuk dalam Daftar Pemilih Tetap tetapi ada orang lain yang mencoblos atas nama orang yang telah meninggal tersebut dan suaranya masuk pada Pasangan Calon dr. Elly Engelbert Lasut dan Drs. Constantine Ganggali, yaitu terjadi di Desa Moronge Selatan;

g. adanya pemilih ganda yakni pemilih yang memilih atas namanya sendiri dan atas nama orang lain. Hal ini terjadi di Desa Batumbalango atas nama Alden Laloma;

h. adanya janji yang diberikan kepada tiap-tiap desa yang apabila mencapai 100% suara dimenangkan oleh Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati, dr. Elly Engelbert Lasut dan Drs. Constantine Ganggali, akan mendapatkan uang sebesar Rp. 25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah) sampai dengan Rp. 30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah);

i. pada saat pelaksanaan pendataan pemilih baik Pemilih Tetap maupun Pemilih Tambahan tidak dilaksanakan dengan baik dan tidak akurat, sehingga ada warga masyarakat Talaud yang mempunyai hak untuk memilih akan tetapi tidak dapat menggunakan haknya untuk memilih karena tidak terdaftar seperti di Kelurahan Melonguane Kecamatan Melonguane;

j. berdasarkan informasi yang didapat, pada hari pelaksanaan pemilihan Bupati dan Wakil Bupati didapat informasi terdapat beberapa desa yang masyarakatnya tidak memilih diakibatkan karena: adanya para pemilih yang tidak dipanggil pada saat pemilihan; adanya para pemilih yang tidak didaftar ulang ataupun yang tidak

mendapatkan kartu pemilih; adanya para pemilih yang pagi hari pada saat sebelum waktu pemilihan

telah diberikan beras oleh pendukung Pasangan Calon Bupati dr. Elly Engelbert Lasut dan Calon Wakil Bupati Drs. Constantine Ganggali (Pasangan Calon Nomor Urut 4);

k. pembagian beras dan uang diketahui oleh Panitia Pengawas Kecamatan namun tidak dihentikan. Apalagi sudah dapat diketahui bahwa laporan-laporan tersebut sesungguhnya telah diterima oleh KPUD.

5. Terjadinya perbedaan suara yang cukup signifikan yang semata-mata terjadi karena adanya pelanggaran terhadap ketentuan undang-undang sebagaimana yang diatur dalam Pasal 64 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2005 sebagai Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 yang telah dilakukan oleh Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati dr. Elly Engelbert Lasut dan Drs. Constantine Ganggali bersama dengan tim suksesnya seperti halnya dengan pemberian Sembako berupa beras sebanyak kurang lebih 5 Kg serta uang sebesar Rp 50.000,- (lima puluh ribu rupiah) untuk setiap pemilih yang memegang kartu tanda Pasangan Calon Nomor Urut 4 dr. Elly Engelbert Lasut dan Drs. Constantine

003-234.indd 69 9/24/10 10:38:19 AM

Page 92: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

70 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Ganggali. Hal mana telah dilakukannya baik sebelum masa kampanye, pada masa kampanye, masa tenang dan sampai pada saat pencoblosan.

6. Hal-hal yang terkait dengan pelanggaran Pemilukada termasuk kecurangan yang dilakukan oleh Pasangan Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati dr. Elly Engelbert Lasut dan Drs. Constantine Ganggali sebagaimana terurai pada dalil-dalil di atas, kesemuanya telah dilaporkan dan diajukan keberatan kepada pihak Panwaslu oleh Pemohon pada tanggal 29 Oktober 2008, akan tetapi semuanya itu tidak ditindaklanjuti sebagai pelanggaran Pemilukada.Termohon dalam eksepsi menyatakan bahwa permohonan Pemohon telah melewati

tenggat tiga hari sebagaimana ditentukan dalam Pasal 106 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah juncto Pasal 94 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah juncto Pasal 5 ayat (1) PMK Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah. Termohon menerbitkan Penetapan Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Kepulauan Talaud pada tanggal 3 November 2008, sedangkan Pemohon mengajukan keberatan hasil penghitungan suara Pemilukada di Mahkamah tanggal 12 November 2008 dengan Nomor Registrasi 39/PHPU.D-VI/2008.

Terhadap eksepsi Termohon, Mahkamah berpendapat bahwa permohonan Pemohon didaftar di Pengadilan Negeri Tahuna, sesuai dengan kuitansi Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM) pada tanggal 5 November 2008, kemudian permohonan dimaksud oleh Pengadilan Tinggi Manado dilimpahkan ke Mahkamah sesuai surat Nomor W.19.U/261/ HT.04.10/XI/2008, dengan lampiran satu berkas perihal pengiriman berkas permohonan perkara Pemilukada Talaud tanggal 10 November 2008 yang ditujukan kepada Ketua Mahkamah Konstitusi di Jakarta dan diterima di Kepaniteraan Mahkamah pada tanggal 10 November 2008 dengan Nomor 81/PAN.MK/XI/2008 pukul 16.00 WIB.

Permohonan Pemohon diajukan ke Mahkamah dalam keadaan transisi, karena kewenangan untuk memeriksa, mengadili, dan memutus sengketa hasil penghitungan suara Pemilukada, sebelumnya merupakan kewenangan Mahkamah Agung sebagaimana diatur dalam Pasal 106 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, namun setelah diundangkannya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, kewenangan dimaksud beralih menjadi kewenangan Mahkamah Konstitusi (vide Pasal 236C UU 12/2008) yang secara efektif mulai berlaku tanggal 1 November 2008, yaitu setelah ditandatanganinya Berita Acara Pengalihan Wewenang Mengadili oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi pada tanggal 29 Oktober 2008.

Pasal 236C Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberikan batas

003-234.indd 70 9/24/10 10:38:19 AM

Page 93: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

71Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

waktu pengalihan kewenangan dari Mahkamah Agung kepada Mahkamah Konstitusi paling lama 18 (delapan belas) bulan sejak undang-undang tersebut diundangkan tanggal 28 April 2008. Pasal tersebut mengandung makna bahwa selama tenggat dimaksud belum terlampaui dan Mahkamah Agung tidak menyerahkan kewenangan tersebut kepada Mahkamah Konstitusi, maka sengketa hasil Pemilukada masih menjadi kewenangan Mahkamah Agung (vide Putusan Nomor 25/PHPU.D-VI/2008 tanggal 24 September 2008).

Pemohon mengajukan keberatan sengketa hasil penghitungan suara yang ditetapkan oleh Termohon ke Pengadilan Tinggi Manado melalui Pengadilan Negeri Tahuna dengan permohonan bertanggal 5 November 2008. Oleh karena kewenangan mengadili sengketa hasil penghitungan suara Pemilukada oleh Mahkamah Agung dialihkan kepada Mahkamah Konstitusi pada tanggal 29 Oktober 2008, dan kewenangan dimaksud mulai efektif beralih di Mahkamah Konstitusi pada tanggal 1 November 2008, maka Pengadilan Tinggi Manado pada tanggal 10 November 2008 melimpahkan berkas permohonan Pemilukada Kabupaten Kepulauan Talaud yang diajukan oleh Pemohon kepada Mahkamah Konstitusi.

Pemohon mendaftarkan sengketa pembatalan Penetapan Hasil Penghitungan Suara Pemilukada ke Mahkamah paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah Termohon menetapkan Hasil Penghitungan Suara Pemilukada. Tenggat 3 (tiga) hari kerja tersebut dihitung pada saat permohonan diterima di Kepaniteraan Mahkamah, bukan dihitung pada saat permohonan diregistrasi sebagaimana yang didalilkan oleh Termohon. Oleh karena permohonan Pemohon merupakan perkara pelimpahan dari Pengadilan Tinggi Manado, maka tenggat 3 (tiga) hari kerja dihitung pada saat permohonan didaftar di pengadilan yang bersangkutan, untuk permohonan tersebut didaftar di Pengadilan Negeri Tahuna pada tanggal 5 November 2008 berdasarkan bukti pembayaran panjar biaya perkara.

Termohon mengeluarkan Penetapan Hasil Penghitungan Suara Pemlikukada Kabupaten Kepulauan Talaud pada tanggal 3 November [vide Pasal 106 ayat (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah], sehingga apabila permohonan keberatan tersebut diajukan oleh Pemohon di Pengadilan Negeri Tahuna tanggal 5 November 2008, maka permohonan demikian masih dalam tenggat sebagaimana ditentukan oleh Pasal 106 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah juncto Pasal 94 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah juncto Pasal 5 ayat (1) PMK Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah. Oleh karena permohonan Pemohon masih dalam tenggat yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan, maka eksepsi Termohon mengenai tenggat pengajuan permohonan tidak tepat dan karena itu harus dinyatakan tidak dapat diterima.

Pemohon dalam permohonannya bertanggal 4 November 2008 pada pokoknya mendalilkan sebagai berikut.

003-234.indd 71 9/24/10 10:38:19 AM

Page 94: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

72 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

a. Pemohon menolak dengan tegas Rapat Pleno Rekapitulasi Penghitungan Suara yang dilakukan oleh Termohon, karena penghitungan suara tersebut didasarkan pada data fiktif, rekayasa, dan tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Rekapitulasi Penghitungan Suara oleh Termohon telah menghasilkan perolehan suara sebagai berikut: Pasangan Calon dr. Elly Engelbert Lasut dan Drs. Constantine Ganggali

memperoleh 31.907 suara; Pasangan Calon Dr. Ramon Amiman dan Drs. Martin L. Maabuat memperoleh

15.458 suara; Pasangan Calon Ir. Petrus J. Tuwongkesong, M.M., dan Irene Bernetje Riuang,

S.Sos memperoleh 3.151 suara; Pasangan Calon Jim Jacob Bee dan Herman Tatareda memperoleh 1.258

suara; Pasangan Calon Drs. Frits T. Tumimbang dan Hendrikus Sumapode, S.H.

memperoleh 1.126 suara; Pasangan Calon Tamanihe Pontolumiu, S.E., M.M. dan John Essing, S.H,

memperoleh 368 suara. Berdasarkan Rekapitulasi Penghitungan Suara Termohon tersebut, Pemohon

memperoleh 15.458 suara berada di peringkat kedua dari Pasangan Calon dr. Elly Engelbert Lasut dan Drs. Constantine Ganggali yang memperoleh 31.907 suara yang berada pada peringkat pertama, sehingga selisih perolehan suara antara Pemohon dan Pasangan Calon Terpilih (dr. Elly Engelbert Lasut dan Drs. Constantine Ganggali) adalah 16.449 suara. b. Menurut Pemohon, selisih 16.499 suara terjadi karena adanya penggelembungan

suara yang diakibatkan oleh: 1. pemilih yang terdaftar di DPT tidak diberikan kartu undangan memilih, yaitu

di Desa Sawangan, Kecamatan Melonguane dan TPS Rumah Sakit di Desa Mala, Kecamatan Melonguane Induk;

2. memberikan biaya perjalanan kepada mahasiswa untuk pulang kampung sebanyak kurang lebih 900 mahasiswa;

3. memberikan beras kurang lebih lima kilogram dan uang sebesar Rp. 50.000,- per pemilih yang memegang kartu pemilih atas nama Pasangan Calon dr. Elly Engelbert Lasut dan Drs. Constantine Ganggali;

4. pada saat pendataan pemilih tetap dan pemilih tambahan tidak dilakukan secara akurat, sehingga warga masyarakat yang mempunyai hak pilih tidak dapat menggunakan hak pilihnya;

5. terdapat pemilih yang cacat mental bernama Denny Arramana dan Ril Arramatta yang semestinya tidak berhak untuk memilih;

003-234.indd 72 9/24/10 10:38:19 AM

Page 95: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

73Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

6. terdapat pemilih yang tidak terdaftar dalam DPT, tetapi dapat mencoblos; 7. terdapat pemilih yang masih di bawah umur yang semestinya tidak berhak

untuk memilih; 8. terdapat orang meninggal yang masuk dalam DPT yang hak pilihnya

dipergunakan oleh orang lain; 9. terdapat pemilih ganda yang memilih atas namanya sendiri dan orang lain.

c. Pelanggaran-pelanggaran dimaksud oleh Pemohon telah dilaporkan kepada Panwaslu, namun tidak ditindaklanjuti sebagai pelanggaran Pemilukada guna diproses sebagaimana dimaksud dalam Pasal 108 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005.Berdasarkan fakta tersebut di atas, Pemohon mohon kepada Mahkamah untuk

membatalkan Penetapan Termohon tanggal 3 November 2008, khusus untuk Pasangan Calon Terpilih (dr. Elly Engelbert Lasut dan Drs. Constantine Ganggali) yang memperoleh 31.907 suara, karena perolehan suara Pasangan Calon Terpilih dilakukan dengan cara mempengaruhi pemilih. Pemohon memohon juga agar Mahkamah menghukum Termohon untuk menetapkan Pemohon sebagai Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Kepulauan Talaud Periode 2009 – 2014.

Terhadap dalil-dali Pemohon, Mahkamah berpendapat bahwa Pemohon tidak secara tegas menyebutkan mengenai Penetapan Termohon yang menjadi objek sengketa. Sekalipun Pemohon pada persidangan tanggal 17 November 2008 telah diberikan kesempatan untuk memperbaiki permohonannya, namun Pemohon tidak menggunakan haknya dimaksud.

Yang menjadi objek perselisihan Pemilukada adalah mengenai hasil penghitungan suara yang ditetapkan oleh Termohon, bukan sengketa pelanggaran administratif dan pelanggaran pidana sebagaimana juga didalilkan oleh Termohon. Pasal 106 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (UU 32/2004) juncto Pasal 236C Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (UU 12/2008) dan Pasal 94 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah (PP 6/2005), dan Pasal 4 Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah (PMK 15/2008) pada pokoknya menyatakan bahwa sengketa Pemilukada adalah sengketa mengenai hasil penghitungan suara yang ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum.

Pemohon dalam permohonan lebih menekankan mengenai pelanggaran-pelanggaran yang terjadi sebelum dan pada saat pencobloson. Pembentuk undang-undang telah menentukan tenggat 14 hari untuk menyelesaikan sengketa hasil penghitungan suara Pemilukada [vide Pasal 106 ayat (4) UU 32/2004 dan Pasal 13 ayat (1) PMK 15/2008]. Penentuan tenggat tersebut, pada dasarnya sengketa Pemilukada hanya berkaitan dengan perselisihan hasil perolehan suara. Jika semua penyelesaian pelanggaran Pemilukada

003-234.indd 73 9/24/10 10:38:19 AM

Page 96: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

74 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

harus diselesaikan oleh Mahkamah, maka harus diberikan tenggang waktu yang cukup untuk membuktikan adanya pelanggaran dimaksud.

Mahkamah berpendapat bahwa Pemohon menyatakan, “Pemilih tidak terdaftar dalam DPT, tetapi diberikan hak untuk memilih.” Dalil Pemohon tersebut berbeda dan bertentangan dengan saksi yang dihadirkan oleh Pemohon, Zeth Laira, yang menerangkan, “Terdapat sekitar 70 pemilih, tidak dapat menggunakan hak pilihnya karena tidak terdaftar dalam DPT”. Keterangan saksi demikian kontradiksi dengan dalil Pemohon, lagi pula dalil tersebut tidak didukung dengan alat bukti surat berupa kartu undangan memilih yang dikeluarkan oleh KPPS.

Pemohon menyatakan bahwa “Pemilih yang tidak terdaftar dalam DPT, tetapi diberikan hak untuk memilih di TPS yang berada di rumah sakit”. Dalil Pemohon tersebut dikuatkan oleh keterangan saksi Pemohon, Apolos Maradesa, yang menerangkan, “Saksi menemukan enam orang, salah satunya, Yati Pulu, Anggota Perwakilan Manado, yang tidak mempunyai kartu undangan, tetapi dapat mencoblos”. Namun keterangan saksi Pemohon tersebut dibantah oleh Saksi Termohon, Heppy Maarit, yang menerangkan bahwa TPS di Rumah Sakit Desa Mala, Kecamatan Molongoane merupakan TPS khusus yang diperuntukkan untuk dokter, perawat, pasien, keluarga pasien, dan KPPS, sehingga tidak benar ada enam pemilih yang berada di luar rumah sakit menggunakan hak pilihnya di TPS rumah sakit tersebut. Sekalipun dalil Pemohon telah didukung oleh keterangan saksi dari Pemohon, Apolos Maradesa, namun keterangan saksi tersebut diragukan kebenarannya, seharusnya Pemohon untuk mendukung dalilnya menghadirkan saksi yang mengalami sendiri in casu pemilih yang telah mencoblos di TPS Rumah Sakit Desa Mala, Kecamatan Molongoane sebagaimana yang didalilkan oleh Pemohon.

Pemohon juga mendalikan bahwa 900 mahasiswa diberikan fasilitas pulang ke Kepulauan Talaud naik kapal Ferry tanpa dipungut biaya, sehingga bertentangan dengan keterangan saksi dari Pemohon, Felik Amiman, yang menerangkan bahwa Pasangan Calon Nomor Urut 4 mendatangkan dua orang dari Bitung melalui kapal dan beberapa orang dari daerah lain, saksi sama sekali tidak menerangkan mengenai 900 mahasiswa yang dibiayai oleh Pasangan Calon Nomor Urut 4 sebagaimana yang didalilkan oleh Pemohon. Jikapun benar Pasangan Calon Nomor Urut 4 memberikan biaya pulang kepada 900 mahasiswa, maka tidaklah dapat dipastikan dan dibuktikan kebenarannya bahwa mahasiswa tersebut memilih Pasangan Calon Nomor Urut 4. Dalil Pemohon tersebut masih bersifat asumsi, karena tidak didukung dengan alat bukti lain yang cukup untuk membuktikan dalilnya.

Pemohon mendalilkan bahwa Pasangan Calon Nomor Urut 4 membagikan kupon kepada masyarakat Kabupaten Talaud yang berisi beras bantuan dari Bulog seberat lima kilogram, dan uang sebanyak Rp 50.000 per pemilih. Dalil Pemohon tersebut dikuatkan oleh keterangan saksi Pemohon, Welkinton Tito Totoda, yang menerangkan bahwa sebelum Pemilukada berlangsung banyak pelanggaran yang dilakukan oleh Pasangan Calon Nomor Urut 4, seperti pembagian beras dan pemberian beasiswa

003-234.indd 74 9/24/10 10:38:19 AM

Page 97: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

75Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

kepada anak-anak sekolah. Namun, keterangan saksi Pemohon tersebut berbeda dengan keterangan saksi Termohon, George Aunsi, yang memberikan keterangan sebaliknya, yaitu bahwa saksi sebagai Ketua Panwas telah menerima 11 pelanggaran administratif dan empat pelanggaran pidana. Pelanggaran pidana tersebut mengenai money politic, antara lain, berupa pemberian Sembako dan pembagian kupon uang sebanyak Rp 500.000,- kepada pemilih yang dilakukan satu hari sebelum pencoblosan (H -1) oleh Tim Sukses Pasangan Calon Nomor Urut 2 RAMA (Pemohon). Sekalipun Pemohon untuk mendukung dalilnya tersebut telah mengajukan saksi dan bukti berupa beras lima kilogram, namun tidak berarti bahwa dalil Pemohon tersebut benar, karena saksi dari Termohon telah memberikan keterangan sebaliknya yang justru pelanggaran pidana money politic tersebut dilakukan oleh Tim Sukses Pemohon.

Pemohon mendalilkan terdapat pemilih yang cacat mental bernama Deny Arramana, dan Riel Arramana yang terjadi di Desa Dallung Kecamatan Salibabu diberi hak untuk memilih. Dalil Pemohon tersebut telah dibantah oleh saksi Termohon bernama Frans Salle, yang menerangkan bahwa Denny Arramana dan Riel Arramana tidak cacat mental, namun orang tersebut cacat tubuh. Menurut Mahkamah, hal demikian telah sesuai dengan Pasal 89 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005.

Pemohon mendalilkan terdapat pemilih anak di bawah umur yang diberikan hak untuk memilih. Dalil Pemohon tersebut telah dikuatkan oleh keterangan saksi Pemohon, Yustinus Karel Awalo, yang menerangkan bahwa di TPS Desa Sambuara ditemukan adanya pemilih di bawah umur yang berusia 15 tahun. Keterangan saksi Pemohon tersebut telah dibantah oleh saksi Termohon, Ferry Tumbal, yang menerangkan bahwa memang benar ada dua orang pemilih yang masih di bawah umur, namun kedua orang tersebut telah menikah. Untuk dapat menentukan apakah seseorang sudah berhak untuk memilih atau tidak, hal tersebut tidak semata-mata ditentukan oleh umur, melainkan harus juga memperhatikan apakah orang tersebut sudah menikah atau belum. Sekalipun pemilih belum berusia 17 tahun, namun apabila yang bersangkutan telah menikah, hal tersebut telah sesuai dan tidak bertentangan dengan Pasal 19 angka 3 huruf b Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005.

Pemohon yang mendalilkan adanya orang yang telah meninggal masuk dalam DPT, tetapi pencoblosan atas nama orang yang meninggal tersebut dilakukan oleh orang lain. Keterangan Pemohon juga telah dibantah oleh saksi Termohon, Herman Bansaga, yang menerangkan bahwa memang benar dari daftar DPT di TPS 1 Desa Maruange, Kecamatan Maruange ada orang yang telah meninggal sebanyak empat orang sebelum hari pencoblosan, tetapi keempat orang tersebut tidak diberi surat panggilan untuk memilih dan untuk itu dibuatkan berita acaranya.

Pemohon mendalilkan mengenai adanya pemilih ganda yang memilih atas dirinya sendiri dan atas nama orang lain yang telah dikuatkan oleh saksi Pemohon, Marthin Ontorael, yang menerangkan bahwa saksi mendapatkan kartu ganda, yaitu satu kartu

003-234.indd 75 9/24/10 10:38:19 AM

Page 98: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

76 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

diterima seminggu sebelum pencoblosan dan satu kartu lainnya diterima dua minggu setelah datang dari Manado. Pembagian kartu ganda tersebut juga dialami oleh tetangga saksi, dan sepengetahuan saksi, lima teman saksi juga mendapatkan kartu ganda, namun kartu ganda milik saksi, hanya digunakan untuk mencoblos satu kali. Dalil Pemohon tersebut telah dibantah sendiri oleh saksi Pemohon yang menerangkan hanya menggunakan sekali hak pilihnya, sedangkan kartu yang dibagikan kepada tetangga dan lima teman saksi, saksi Pemohon tidak mengetahui secara pasti apakah kartu dimaksud digunakan yang bersangkutan atau tidak.

Setelah Mahkamah menilai bukti-bukti yang diajukan oleh Pemohon, keterangan saksi, bukti surat, serta fakta-fakta hukum yang terungkap di persidangan, ternyata Pemohon tidak berhasil membuktikan dalil permohonannya. Dengan demikian, berdasarkan seluruh pertimbangan fakta dan hukum di atas, Mahkamah memutuskan bahwa eksepsi Termohon tidak beralasan, permohonan keberatan Pemohon tidak terbukti, dan Keputusan Termohon Nomor 37 Tahun 2008 bertanggal 3 November 2008 tentang Penetapan Calon Bupati dan Wakil Bupati dalam Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Kepulauan Talaud Tahun 2008 adalah sah menurut hukum.

Berdasarkan fakta dan hukum di atas, Mahkamah menjatuhkan amar putusan sebagai berikut: Dalam Eksepsi:menyatakan eksepsi Termohon tidak dapat diterima;Dalam Pokok Perkara:menolak permohonan untuk seluruhnya.

003-234.indd 76 9/24/10 10:38:19 AM

Page 99: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

77Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 40/PHPU.D-VI/2008

TENTANGKEBERATAN TERHADAP HASIL PEMILU KEPALA DAERAH DAN

WAKIL KEPALA DAERAH KABUPATEN PINRANG

Pemohon : 1. Drs. H.M. Ali Usman, M.Si (Calon Bupati Pinrang); 2. A. Fahrun Paturusi, S.E. (Calon Wakil Bupati Pinrang).Termohon : Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Pinrang.Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil

Kepala Daerah.Pokok Perkara : Keberatan terhadap hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan

Wakil Kepala Daerah Kabupaten Pinrang yang ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Pinrang sesuai Keputusan KPU Nomor 55 Tahun 2008 tanggal 3 November 2008.

Amar Putusan : Dalam Eksepsi: Menyatakan eksepsi Termohon dikabulkan. Dalam Pokok Perkara: Menyatakan permohonan Pemohon tidak dapat diterima. Tanggal Putusan : Kamis, 20 November 2008.Ikhtisar Putusan :

Pemohon Drs. H.M. Ali Usman, M. Si dan A. Fahrun Paturusi, S.E. adalah Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Peserta Pemilihan Umum (Pemilu) Kabupaten Pinrang berdasarkan Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Pinrang Nomor 43 Tahun 2008, tertanggal 18 Agustus 2008 tentang Penetapan Nomor Urut Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pinrang Periode 2009-2014. KPU (selaku Termohon) menetapkan Pemohon sebagai Pasangan Calon Nomor Urut 7.

Pemohon berkeberatan terhadap hasil Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Pinrang, yang ditetapkan dengan Keputusan KPU Nomor 55 Tahun 208 tanggal 3 November 2008.

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

003-234.indd 77 9/24/10 10:38:19 AM

Page 100: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

78 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Terkait dengan kewenangan Mahkamah, berdasarkan ketentuan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 dan Pasal 10 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) jis Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, dan Pasal 236C Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, serta Berita Acara Pengalihan Wewenang Mengadili tanggal 29 Oktober 2008 dari Mahkamah Agung kepada Mahkamah Konstitusi, salah satu kewenangan Mahkamah ialah memutus perselisihan hasil pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Pemilukada). Oleh karena permohonan yang diajukan Pemohon adalah sengketa hasil penghitungan suara Pemilukada, yakni Pemilukada Kabupaten Pinrang, maka Mahkamah berwenang untuk memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan Pemohon.

Terkait dengan kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, Pasal 3, Pasal 4, dan Pasal 5 Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah (PMK Nomor 15 Tahun 2008) menentukan hal-hal sebagai berikut:a. Pemohon adalah Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah; b. permohonan hanya dapat diajukan terhadap penetapan hasil penghitungan suara

Pemilukada yang mempengaruhi penentuan pasangan calon yang dapat mengikuti putaran kedua Pemilukada atau terpilihnya pasangan calon sebagai Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah;

c. Permohonan hanya dapat diajukan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah Termohon menetapkan hasil penghitungan suara Pemilukada di daerah yang bersangkutan.Terkait dengan kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, Mahkamah

mempertimbangkan dengan berpijak pada Pasal 3, Pasal 4, dan Pasal 5 PMK Nomor 15 Tahun 2008. Ditinjau dari pengajuan permohonan, permohonan Pemohon diterima di Kepaniteraan Mahkamah pada 13 November 2008. Posita permohonan Pemohon menyatakan bahwa penetapan KPU Kabupaten Pinrang bertanggal 7 November 2008. Akan tetapi, alat bukti yang diajukan Pemohon adalah berupa lampiran penetapan yang ditandatangani tanggal 7 November 2008, sebagai lampiran penetapan KPU Kabupaten Pinrang bertanggal 3 November 2008.

Padahal dari alat bukti yang diajukan Termohon (KPU Kabupaten Pinrang), telah ternyata bahwa penetapan KPUD dimaksud adalah bertanggal 3 November 2008. Dalam persidangan tanggal 19 November 2008, alat bukti itu diakui kebenarannya oleh Pemohon.

Pasal 106 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah juncto Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, serta Pasal 5 ayat (1) PMK Nomor 15 Tahun 2008 menentukan bahwa permohonan pembatalan

003-234.indd 78 9/24/10 10:38:19 AM

Page 101: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

79Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

penetapan hasil penghitungan suara Pemilu Kepala Daerah diajukan ke Mahkamah paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah Termohon menetapkan hasil penghitungan suara Pemilukada di daerah yang bersangkutan. Atas dasar ketentuan tersebut, maka permohonan Pemohon telah melewati tenggat waktu yang ditentukan.

Berdasarkan penilaian dan fakta hukum di atas, Mahkamah berpendapat bahwa meskipun Pemohon merupakan pasangan calon dalam Pemilu Kepala Daerah, namun permohonan yang diajukan telah melewati tenggang waktu yang ditentukan. Oleh karena itu, permohonan Pemohon tidak dapat diterima.

Mahkamah dalam amar putusannya menyatakan sebagai berikut.Dalam Eksepsi:menyatakan eksepsi Termohon dikabulkan.Dalam Pokok Perkara:menyatakan permohonan Pemohon tidak dapat diterima.

003-234.indd 79 9/24/10 10:38:19 AM

Page 102: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

80 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

003-234.indd 80 9/24/10 10:38:19 AM

Page 103: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

81Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 41/PHPU.D-VI/2008

TENTANGKEBERATAN TERHADAP HASIL PEMILU KEPALA DAERAH

DAN WAKIL KEPALA DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR

Pemohon : Hj. Khofifah Indar Parawansa dan Mudjiono.Termohon : Komisi Pemilihan Umum Provinsi Jawa Timur.Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil

Kepala Daerah.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara

Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi Jawa Timur 2008 Putaran II berdasarkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Provinsi Jawa Timur Nomor 30 Tahun 2008 tentang Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi Jawa Timur 2008 Putaran II bertanggal 11 November 2008.

Amar Putusan : Mengabulkan permohonan Pemohon untuk sebagian.Tanggal Putusan : Selasa, 2 Desember 2008.Ikhtisar Putusan :

Pemohon Hj. Khofifah Indar Parawansa dan Mudjiono adalah Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi Jawa Timur putaran II.

Pemohon mengajukan keberatan terhadap Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi Jawa Timur 2008 Putaran II berdasarkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Provinsi Jawa Timur Nomor 30 Tahun 2008 tentang Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi Jawa Timur 2008 Putaran II bertanggal 11 November 2008. Keberatan tersebut dikarenakan Pemohon (disebut pasangan Kaji) hanya ditetapkan memperoleh sejumlah 7.669.721 suara, sedangkan Pasangan Calon Nomor Urut 5, yakni Drs. H. Soekarno, S.H.,M.Hum. dan Drs. H. Syaifullah Yusuf (disebut pasangan Karsa) memperoleh sejumlah 7.729.994 suara.

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

003-234.indd 81 9/24/10 10:38:19 AM

Page 104: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

82 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Terkait dengan kewenangan Mahkamah Konstitusi, Mahkamah berpendapat bahwa berdasarkan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 junctis Pasal 10 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi, Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, salah satu kewenangan konstitusional Mahkamah adalah memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.

Pasal 236C Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 menentukan bahwa penanganan sengketa hasil penghitungan suara pemilihan kepala daerah oleh Mahkamah Agung dialihkan kepada Mahkamah Konstitusi paling lama 18 (delapan belas) bulan sejak undang-undang ini diundangkan. Kemudian pada 29 Oktober 2008, Ketua Mahkamah Agung dan Ketua Mahkamah Konstitusi menandatangani Berita Acara Pengalihan Wewenang Mengadili, sebagai pelaksanaan Pasal 236C Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008.

Karena permohonan Pemohon adalah sengketa hasil penghitungan suara Pemilukada Provinsi Jawa Timur, maka Mahkamah berwenang untuk memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan a quo.

Terkait dengan kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, Mahkamah mendasarkan penilaian pada ketentuan Pasal 106 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, serta Pasal 3 dan Pasal 4 Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah (PMK No. 15 Tahun 2008). Berdasarkan ketentuan tersebut, Mahkamah menilai Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal standing) karena:a. Pemohon adalah Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi

Jawa Timur, yang oleh Termohon, yakni Komisi Pemilihan Umum Provinsi Jawa Timur, telah ditetapkan sebagai Nomor Urut 1;

b. permohonan yang diajukan Pemohon adalah keberatan terhadap Keputusan KPU Provinsi Jawa Timur Nomor 30 Tahun 2008 sebagaimana disebutkan di atas;

c. menurut Pemohon hasil rekapitulasi penghitungan suara yang dilakukan oleh Termohon dengan hasil sebagaimana disebut di atas terjadi karena penghitungan dilakukan berdasarkan kekeliruan dan pelanggaran yang dilakukan oleh Termohon.Berdasarkan hal-hal di atas, Mahkamah berpendapat bahwa Pemohon telah

memenuhi syarat kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan dimaksud.

Keputusan KPU Provinsi Jawa Timur Nomor 30 Tahun 2008 ditetapkan pada 11 November 2008, sedangkan permohonan keberatan terhadap penetapan Termohon oleh Pemohon diajukan ke Mahkamah pada 14 November 2008 berdasarkan Akta Penerimaan Berkas Permohonan Nomor 85/PAN.MK/XI/2008 yang kemudian diregistrasi pada 14 November 2008 dengan Nomor 41/PHPU.D-VI/2008. Dengan demikian pengajuan Permohonan Pemohon memenuhi tenggang waktu yang ditentukan Pasal 5 ayat (1)

003-234.indd 82 9/24/10 10:38:19 AM

Page 105: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

83Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

PMK 15 Tahun 2008, yaitu diajukan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah Termohon menetapkan hasil penghitungan suara Pemilukada.

Pada dasarnya Pemohon mengajukan keberatan karena Pemohon secara keliru telah ditetapkan oleh Termohon hanya memperoleh sejumlah 7.669.721 suara, sedangkan Pasangan Calon Nomor Urut 5 memperoleh sejumlah 7.729.944 suara.

Kekeliruan tersebut disebabkan adanya kesalahan dan kekeliruan, antara lain disebabkan Pemohon tidak diberi Formulir C-1 oleh KPU Provinsi Jawa Timur; dan hasil rekapitulasi penghitungan suara yang dilakukan Termohon adalah salah karena memuat kesalahan penghitungan suara di 26 kabupaten/kota.

Pemohon mendalilkan bahwa seharusnya hasil penghitungan yang benar adalah: (a) Pasangan Nomor Urut 1 (Hj. Khofifah Indar Parawansa dan Mudjiono) memeroleh 7. 654.742 suara; dan (b) Pasangan Nomor Urut 5 (Dr. H. Soekarwo M. Hum dan Drs. H. Saifullah Yusuf) memeroleh sejumlah 7.632. 281 suara.

Termohon menyampaikan bantahan terhadap dalil Pemohon, yang pada intinya menyatakan bahwa permohonan yang diajukan Pemohon tidak memenuhi syarat sebagaimana ditentukan PMK Nomor 15 Tahun 2008, karena tidak menunjukkan dengan jelas dan terperinci kesalahan hasil penghitungan. Serta hal-hal yang terkait dengan kecurangan atau pelanggaran sebagaimana didalilkan, bukan merupakan objek perselisihan di Mahkamah, sehingga Mahkamah tidak berwenang untuk memeriksa dan mengadili permohonan a quo.

Pihak Terkait, yaitu Pasangan Calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah Terpilih, juga telah membantah permohonan Pemohon. Pada pokoknya Pihak Terkait mendalilkan bahwa permohonan yang diajukan Pemohon kabur dan tidak jelas (obscuur libel). Serta, objek perselisihan yang diajukan oleh Pemohon sama sekali bukan merupakan objek perselisihan yang dapat diajukan sebagai dasar mengajukan permohonan keberatan kepada Mahkamah sebagaimana ditentukan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Termohon dan Pihak Terkait juga mengajukan eksepsi yang berisi (i) perbaikan permohonan yang diajukan pada 17 November 2008 merupakan permohonan baru dan bukan perbaikan karena berbeda dengan permohonan yang didaftarkan pada 14 November 2008, dan karenanya telah melampaui tenggang waktu yang ditentukan dalam PMK No. 15 Tahun 2008; (ii) permohonan kabur (obscuur libel) dan tidak sesuai antara posita dan petitum; (iii) substansi permohonan keberatan Pemohon bukan merupakan objek perselisihan yang menjadi wewenang Mahkamah.

Terhadap eksepsi tersebut, Mahkamah menilai permohonan Pemohon diajukan masih dalam tenggang waktu yang ditentukan. Mahkamah menolak eksepsi bahwa perbaikan permohonan tanggal 17 November 2008 dipandang sebagai perkara baru, karena perbaikan permohonan merupakan hak Pemohon yang diatur dalam Pasal 39 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi. Sepanjang Termohon belum memberikan jawaban maka perbaikan Permohonan dimungkinkan.

003-234.indd 83 9/24/10 10:38:19 AM

Page 106: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

84 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Berkenaan dengan bukti-bukti surat dan keterangan-keterangan saksi yang diajukan oleh Pemohon, Mahkamah menilai bahwa bukti-bukti dan keterangan-keterangan dimaksud tidak terbantahkan kebenarannya oleh keterangan saksi-saksi Termohon mengenai pelanggaran-pelanggaran berikut.• Bukti yang merupakan kontrak program bertanggal Surabaya, 15 Juni 2008 adalah

merupakan perjanjian antara Dr. H. Sukarwo, S.H.,M.Hum. sebagai calon Gubernur Jawa Timur dengan Moch. Moezamil, S.Sos., Sekjen Asosiasi Kepala Desa Jawa Timur. Dalam kontrak tersebut, calon Gubernur akan memberi bantuan kepada Pemerintah Desa mulai dari Rp. 50.000.000,- sampai dengan Rp. 150.000.000,- berdasarkan jumlah pemilih yang memilih Pasangan Karsa. Calon Gubernur Sukarwo juga menjanjikan bantuan pemberdayaan desa, dana stimulan, dan pengembangan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), serta alokasi dana pada pos Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) untuk peningkatan kesejahteraan Kepala Desa dan Perangkat Desa dalam bentuk Tunjangan Pendapatan Aparat Pemerintah Desa (TPAPD), meskipun kontrak program tersebut dibuat bertanggal 15 Juni 2008, implikasinya tetap berlangsung pada Pemilukada Provinsi Jawa Timur Putaran II;

• Bukti surat-surat pernyataan dari 23 Kepala Desa di Kecamatan Klampis untuk siap mendukung dan memenangkan pasangan Karsa dalam Pemilu Kepala Daerah Provinsi Jawa Timur putaran II. Selain itu terdapat pula pernyataan tentang kecurangan yang terjadi karena anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) melakukan sendiri pencoblosan terhadap surat-surat suara yang tidak terpakai.Mahkamah menilai bahwa dalam Pemilu Kepala Daerah Provinsi Jawa Timur

Putaran II telah terjadi pelanggaran secara sistematis, terstruktur, dan masif yang mempengaruhi hasil akhir perolehan suara bagi masing-masing pasangan calon. Hal ini dapat menjelaskan hubungan kausal yang terjadi dengan tidak netralnya aparat desa dan penyelenggara Pemilu Kepala Daerah.

Seluruh penyimpangan yang terjadi dalam proses dan tahapan Pemilu Kepala Daerah akan sangat berpengaruh secara mendasar pada hasil akhir. Mahkamah tidak membiarkan hal itu apabila bukti-bukti yang dihadapkan memenuhi syarat keabsahan undang-undang. Hal ini tidak dimaksudkan untuk mengambil alih kewenangan memutus pelanggaran dan penyimpangan dalam proses Pemilukada, melainkan menilai dan mempertimbangkan implikasi yang timbul dalam perolehan suara yang dihitung dalam Rekapitulasi Penghitungan Suara yang dilakukan oleh KPU.

Mahkamah menilai pengalihan kewenangan untuk mengadili dan memutus perselisihan hasil perolehan suara dalam Pemilu Kepala Daerah dari Mahkamah Agung kepada Mahkamah Konstitusi, berdasarkan Pasal 236C Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008, tidak dapat dipandang hanya sebagai pengalihan kewenangan institusional atau kelembagaan belaka, akan tetapi pengalihan itu memiliki implikasi yang luas berkenaan dengan fungsi dan tugas dari Mahkamah sebagai peradilan konstitusi untuk menjaga

003-234.indd 84 9/24/10 10:38:19 AM

Page 107: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

85Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

konstitusi. Dengan pemindahan kewenangan tersebut, maka implikasinya akan memberi sifat dan karakter berbeda dalam penyelesaian yang dilakukan Mahkamah. Dalam arti, ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang berlaku akan dilihat dan diartikan dalam kerangka prinsip-prinsip dan spirit yang terkandung dalam UUD 1945, sehingga memberi keleluasaan untuk menilai bobot pelanggaran dan penyimpangan yang terjadi dalam keseluruhan tahapan proses Pemilu Kepala Daerah dan kaitannya dengan perolehan hasil suara bagi para pasangan calon.

Mahkamah tidak boleh membiarkan aturan-aturan keadilan prosedural (procedural justice) memasung dan mengesampingkan keadilan substantif (substantive justice), karena fakta-fakta hukum yang ada merupakan pelanggaran konstitusi, khususnya Pasal 18 ayat (4) UUD 1945 yang mengharuskan Pemilihan Kepala Daerah dilakukan secara demokratis, dan tidak melanggar asas-asas pemilihan umum yang bersifat langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 22E ayat (1) UUD 1945.

Satu prinsip hukum dan keadilan yang dianut secara universal menyatakan bahwa “tidak seorang pun boleh diuntungkan oleh penyimpangan dan pelanggaran yang dilakukannya sendiri dan tidak seorang pun boleh dirugikan oleh penyimpangan dan pelanggaran yang dilakukan oleh orang lain” (nullus/nemo commodum capere potest de injuria sua propria). Dengan demikian, tidak satu pun Pasangan Calon pemilihan umum yang boleh diuntungkan dalam perolehan suara akibat terjadinya pelanggaran konstitusi dan prinsip keadilan dalam penyelenggaraan pemilihan umum.

Dalam memutus perselisihan hasil Pemilukada, Mahkamah tidak hanya menghitung kembali hasil penghitungan suara yang sebenarnya dari pemungutan suara tetapi juga harus menggali keadilan dengan menilai dan mengadili hasil penghitungan yang diperselisihkan, sebab kalau hanya menghitung dalam arti teknis-matematis sebenarnya bisa dilakukan penghitungan kembali oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) sendiri di bawah pengawasan Panwaslu dan/atau aparat kepolisian, atau cukup oleh pengadilan biasa. Oleh sebab itu, meskipun menurut undang-undang, yang dapat diadili oleh Mahkamah adalah hasil penghitungan suara, namun pelanggaran-pelanggaran yang menyebabkan terjadinya hasil penghitungan suara yang dipersengketakan harus pula dinilai untuk menegakkan keadilan.

Larangan bagi Mahkamah untuk menangani kasus pelanggaran dan tindak pidana dalam Pemilu Kepala Daerah harus diartikan bahwa Mahkamah tidak boleh melakukan fungsi peradilan pidana atau peradilan administrasi. Namun Mahkamah tetap boleh mempermasalahkan dan mengadili setiap pelanggaran yang berakibat pada hasil penghitungan suara.

Mahkamah menilai pelanggaran Pemilu Kepala Daerah Provinsi Jawa Timur bersifat sistematis, terstruktur, dan masif yang dilakukan menjelang, selama, dan sesudah pencoblosan. Dengan demikian, jika putusan Mahkamah hanya menghitung ulang hasil perhitungan yang ditetapkan oleh KPU Provinsi Jawa Timur, Mahkamah berpendapat tidak akan banyak gunanya karena hasil penghitungan yang ada hampir pasti sama dengan

003-234.indd 85 9/24/10 10:38:19 AM

Page 108: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

86 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

komposisi hasil pencoblosan di kertas suara. Lagipula, hasil penghitungan yang ada sekarang di daerah tertentu dapat dilihat sebagai penghitungan hasil pelanggaran.

Pada kabupaten tertentu terjadi pelanggaran Pemilu Kepala Daerah sehingga diperlukan upaya perbaikan melalui Putusan Mahkamah Konstitusi. Yakni pembatalan hasil pemungutan suara di wilayah-wilayah tertentu dan mengeluarkannya dari hasil penghitungan total. Oleh sebab itu harus dilakukan pemungutan suara ulang untuk daerah tertentu dan melakukan penghitungan suara ulang di daerah tertentu lainnya.

Mahkamah menilai pada Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Sampang perlu dilakukan pemungutan suara ulang karena pada kabupaten tersebut terjadi pelanggaran Pemilu Kepala Daerah yang paling sistematis, terstruktur, dan masif. Yakni terjadinya penggelembungan suara untuk pasangan Karsa dengan pencoblosan sendiri yang dilakukan oleh KPPS. Sedangkan pada Kabupaten Pamekasan perlu dilakukan penghitungan suara ulang karena pelanggaran yang terjadi di daerah ini adalah tidak merinci perolehan suara per Tempat Pemungutan Suara (TPS) sehingga melanggar prosedur peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan penilaian Mahkamah di atas, amar putusan Mahkamah menyatakan sebagai berikut.Dalam Eksepsi: menyatakan eksepsi Termohon tidak dapat diterima.Dalam Pokok Perkara: o mengabulkan permohonan Pemohon untuk sebagian;o membatalkan dan menyatakan tidak mengikat secara hukum Keputusan Komisi

Pemilihan Umum Provinsi Jawa Timur Nomor 30 Tahun 2008 tentang Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2008 Putaran II bertanggal 11 November 2008 sepanjang mengenai hasil rekapitulasi penghitungan suara di Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, dan Kabupaten Pamekasan;

o memerintahkan kepada Komisi Pemilihan Umum Provinsi Jawa Timur untuk melaksanakan:1. pemungutan suara ulang Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

Provinsi Jawa Timur Putaran II di Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Sampang dalam waktu paling lambat 60 hari sejak Putusan Mahkamah diucapkan (yakni tanggal 2 Desember 2008);

2. penghitungan suara ulang Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi Jawa Timur Putaran II di Kabupaten Pamekasan dengan menghitung kembali secara berjenjang surat suara yang sudah dicoblos dalam waktu paling lambat 30 hari sejak Putusan Mahkamah diucapkan (yakni tanggal 2 Desember 2008).

o menolak permohonan Pemon untuk selebihnya.

003-234.indd 86 9/24/10 10:38:19 AM

Page 109: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

87Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

IKHTISAR KETETAPANPERKARA NOMOR 41/PHPU.D-VI/2008

TENTANG KEBERATAN ATAS

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 01 TAHUN 2009 BERTANGGAL 30 JANUARI 2009 TENTANG

PENETAPAN REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKL KEPALA DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR

TAHUN 2009 (PELAKSANAAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 41/PHPU.D-VI/2008)

Pemohon : Hj. Khofifah Indar Parawansa dan Mudjiono.Termohon : Komisi Pemilihan Umum Provinsi Jawa Timur.Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil

Kepala Daerah.Pokok Perkara : Keberatan atas Keputusan Komisi Pemilihan Umum Provinsi Jawa

Timur Nomor 01 Tahun 2009 bertanggal 30 Januari 2009 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 (Pelaksanaan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008).

Amar Ketetapan : 1. Menyatakan permohonan Pemohon tidak dapat diregistrasi dalam Buku Registrasi Perkara Konstitusi;

2. Menyatakan sah Keputusan Komisi Pemilihan Umum Provinsi Jawa Timur Nomor 01 Tahun 2009 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 (Pelaksanaan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008) bertanggal 30 Januari 2009 dan Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum Provinsi Jawa Timur Nomor 02 Tahun 2009 tentang Penetapan Pasangan Calon

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

003-234.indd 87 9/24/10 10:38:19 AM

Page 110: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

88 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Terpilih dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 bertanggal 31 Januari 2009;

3. Memerintahkan Panitera Mahkamah Konstitusi untuk menerbitkan Akta Pernyataan Tidak Diregistrasi.

Tanggal Ketetapan : Selasa, 3 Februari 2009.Ikhtisar Ketetapan :

Pemohon Hj. Khofifah Indar Parawansa dan Mudjiono berkeberatan atas Keputusan Komisi Pemilihan Umum Provinsi Jawa Timur Nomor 01 Tahun 2009 bertanggal 30 Januari 2009 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 (Pelaksanaan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008). Permohonan diajukan oleh Pemohon pada tanggal 2 Februari 2009 di Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi.

Pemohon telah mengajukan permohonan mengenai sengketa hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2008 Putaran II, yang terdaftar di Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi dengan registrasi Nomor 41/PHPU.D-VI/ 2008 pada tanggal 14 November 2008.

Terhadap permohonan Pemohon tersebut, Mahkamah Konstitusi telah memutus dengan Putusan Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 bertanggal 2 Desember 2008 yang amarnya sebagai berikut: Dalam Eksepsi: - Menyatakan Eksepsi Termohon tidak dapat diterima. Dalam Pokok Perkara: - Mengabulkan Permohonan Pemohon untuk sebagian;- Membatalkan dan menyatakan tidak mengikat secara hukum Keputusan Komisi

Pemilihan Umum Provinsi Jawa Timur Nomor 30 Tahun 2008 tentang Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2008 Putaran II bertanggal 11 November 2008 sepanjang mengenai Hasil Rekapitulasi Penghitungan Suara di Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, dan Kabupaten Pamekasan;

- Memerintahkan kepada Komisi Pemilihan Umum Provinsi Jawa Timur untuk melaksanakan: 1. Pemungutan suara ulang Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala

Daerah Provinsi Jawa Timur Putaran II di Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Sampang dalam waktu paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak Putusan ini diucapkan;

2. Penghitungan suara ulang Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi Jawa Timur Putaran II di Kabupaten Pamekasan dengan menghitung kembali secara berjenjang surat suara yang sudah dicoblos dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak Putusan ini diucapkan;

- Menolak permohonan Pemohon untuk selebihnya.

003-234.indd 88 9/24/10 10:38:19 AM

Page 111: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

89Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 bertanggal 2 Desember 2008 telah dilaksanakan oleh Komisi Pemilihan Umum Provinsi Jawa Timur (Termohon) yang hasilnya kemudian dituangkan dalam Surat Keputusan Nomor 01 Tahun 2009 bertanggal 30 Januari 2009 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 dan Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum Provinsi Jawa Timur Nomor 02 Tahun 2009 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 bertanggal 31 Januari 2009.

Terhadap Surat Keputusan Nomor 01 Tahun 2009 tanggal 30 Januari 2009 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009, Pemohon mengajukan permohonan baru kepada Mahkamah Konstitusi, yang diterima di Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi pada tanggal 2 Februari 2009.

Rapat Permusyawaratan Hakim pada 3 Februari 2009 berpendapat bahwa: 1) Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 bertanggal 2 Desember

2008 merupakan putusan yang bersifat final dan mengikat menurut undang-undang;

2) Termohon telah melaksanakan Putusan Mahkamah dengan hasil sebagaimana dituangkan dalam Surat Keputusan Nomor 01 Tahun 2009 bertanggal 30 Januari 2009 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 dan Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum Provinsi Jawa Timur Nomor 02 Tahun 2009 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 bertanggal 31 Januari 2009;

3) persoalan-persoalan hukum yang muncul sebagaimana dikemukakan dalam permohonan Pemohon bertanggal 2 Februari 2009 merupakan pelanggaran administratif dan pidana yang menjadi ranah penegakan hukum oleh aparat yang berwenang di luar Mahkamah Konstitusi;

4) Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum Provinsi Jawa Timur Nomor 01 Tahun 2009 bertanggal 30 Januari 2009 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 merupakan pelaksanaan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 bertanggal 2 Desember 2008 dan adalah bagian dari proses Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi Jawa Timur Putaran II, oleh karena itu permohonan Pemohon bertanggal 2 Februari 2009 tidak termasuk kategori permohonan baru, sehingga permohonan tersebut tidak dapat diregistrasi sebagai permohonan baru.

003-234.indd 89 9/24/10 10:38:20 AM

Page 112: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

90 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Dengan demikian dalam perkara ini, Mahkamah menetapkan hal-hal sebagai berikut:1. Menyatakan permohonan Pemohon tidak dapat diregistrasi dalam Buku Registrasi

Perkara Konstitusi;2. Menyatakan sah Keputusan Komisi Pemilihan Umum Provinsi Jawa Timur Nomor 01

Tahun 2009 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 (Pelaksanaan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008) bertanggal 30 Januari 2009 dan Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum Provinsi Jawa Timur Nomor 02 Tahun 2009 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 bertanggal 31 Januari 2009;

3. Memerintahkan Panitera Mahkamah Konstitusi untuk menerbitkan Akta Pernyataan Tidak Diregistrasi.

003-234.indd 90 9/24/10 10:38:20 AM

Page 113: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

91Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

IKHTISAR PUTUSAN PERKARA NOMOR 43/PHPU.D-VI/2008

TENTANGKEBERATAN TERHADAP HASIL PEMILU KEPALA DAERAH DAN

WAKIL KEPALA DAERAH KABUPATEN PINRANG

Pemohon : 1. H. Samsudin Mandja, S.H. (Calon Bupati Pinrang); 2. H.A. Renreng Palloloi (Calon Wakil Bupati Pinrang).Termohon : Komisi Pemilihan Umum Kabupaten PinrangJenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil

Kepala Daerah.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara

Pemilihan Umum Bupati/Wakil Bupati Ogan Komering Ilir Tahun 2008.

Amar Putusan : Dalam Eksepsi: Mengabulkan eksepsi Termohon. Dalam Pokok Perkara: Menyatakan permohonan Pemohon tidak dapat diterima. Tanggal Putusan : Selasa, 2 Desember 2008.Ikhtisar Putusan :

Pemohon adalah Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Pinrang Tahun 2008, yang ditetapkan oleh Termohon yakni Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Pinrang dengan Nomor Urut 4, yang bernama H. Samsudin Mandja, S.H. dan H.A. Renreng Palloloi.

Pemohon berkeberatan terhadap Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Bupati/Wakil Bupati Kabupaten Pinrang yang ditetapkan oleh Termohon sesuai dengan Keputusan KPU Kabupaten Pinrang Nomor 55 Tahun 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pemenang Pertama dan Pemenang Kedua Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Pinrang Tahun 2008 bertanggal 3 November 2008. Keberatan

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

003-234.indd 91 9/24/10 10:38:20 AM

Page 114: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

92 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

dimaksud dikarenakan Keputusan Termohon mengandung banyak rekayasa pemuatan angka-angka yang seolah-olah disengaja benar, sehingga Pemohon memperoleh 25.372 suara yang berada pada peringkat ketiga di bawah Pasangan Calon H.A. Aslam Patonangi, S.H., M.Si dan Drs. H.A. Kaharuddin Machmud yang memperoleh 49.826 suara.

Terkait dengan kewenangan Mahkamah, berdasarkan pada Pasal 10 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK), Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, salah satu kewenangan konstitusional Mahkamah adalah memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.

Semula kewenangan Mahkamah berdasarkan ketentuan Pasal 106 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah bahwa keberatan berkenaan dengan hasil penghitungan suara yang mempengaruhi terpilihnya pasangan calon diajukan ke Mahkamah Agung. Kewenangan Mahkamah Agung tersebut, dicantumkan lagi dalam Pasal 94 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

Selanjutnya, kewenangan Mahkamah didasarkan pada Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum, yang menentukan bahwa Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah pemilihan umum untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pasal 236C Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, menentukan bahwa Penanganan sengketa hasil penghitungan suara Pemilukada oleh Mahkamah Agung dialihkan kepada Mahkamah paling lama 18 (delapan belas) bulan sejak Ungang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 diundangkan. Pada tanggal 29 Oktober 2008, Ketua Mahkamah Agung dan Ketua Mahkamah Konstitusi bersama-sama telah menandatangani Berita Acara Pengalihan Wewenang Mengadili, sebagai pelaksanaan Pasal 236C Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008.

Oleh karena permohonan Pemohon adalah sengketa hasil penghitungan suara Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Pinrang Provinsi Sulawesi Selatan, maka Mahkamah berwenang untuk memeriksa, mengadili, dan memutus perkara tersebut.

Terkait dengan kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, Mahkamah mempertimbangkan berdasarkan ketentuan Pasal 106 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 3 dan Pasal 4 Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah (PMK 15/2008) bahwa Pemohon adalah Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kepala Daerah Kabupaten Pinrang, yang ditetapkan

003-234.indd 92 9/24/10 10:38:20 AM

Page 115: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

93Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

oleh Termohon dengan Nomor Urut 4, serta mengajukan keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Pinrang Nomor 55 Tahun 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pemenang Pertama dan Pemenang Kedua Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Pinrang Tahun 2008 bertanggal 3 November 2008. Berdasarkan penilaian fakta dan hukum tersebut, Mahkamah berpendapat Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan.

Permasalahan utama permohonan Pemohon yakni keberatan atas Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Pinrang Nomor 55 Tahun 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pemenang Pertama dan Pemenang Kedua Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Pinrang Tahun 2008 bertanggal 3 November 2008. Dalam hal ini, Pemohon dalam permohonannya menyatakan bahwa Pemohon telah mendaftarkan gugatan Perdata di Pengadilan Negeri Pinrang berkaitan dengan Pemilukada tanggal 6 November 2008 sebagaimana telah diperkuat dengan surat keterangan dari Kepaniteraan Pengadilan Negeri Pinrang bertanggal 14 November 2008 dan telah dikirim ke Mahkamah.

Selanjutnya, terdaftarnya perkara tersebut sebagai perselisihan Pemilukada masih dalam tenggang waktu yang ditetapkan.

Pelimpahan tersebut adalah bukti administrasi pendaftaran perkara pada tanggal 6 November 2008, sedangkan substansi (materi) perkara berbeda, yaitu gugatan di Pengadilan Negeri Pinrang berkaitan dengan money politic, pelanggaran-pelanggaran masa kampanye, intimidasi, dan ketidakmampuan Panwas Pemilukada melaksanakan tugas dan wewenangnya selaku Panitia Pengawas, sedangkan permohonan keberatan di Mahkamah berkenaan dengan penetapan rekapitulasi hasil penghitungan suara dalam Pemilukada yang diperselisihkan antara Pemohon dan Termohon.

Termohon dalam eksepsinya menyatakan pada pokoknya sebagai berikut: 1. penetapan Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pemenang Pertama dan

Pemenang Kedua Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Pinrang Tahun 2008 ditetapkan tanggal 3 November 2008, sedangkan permohonan Pemohon diregistrasi pada hari Selasa tanggal 18 November 2008, dengan demikian pengajuan permohonan keberatan dalam perkara telah melewati waktu yang ditetapkan oleh PMK 15/2008;

2. keberatan mengenai penghitungan suara yang diajukan oleh Pemohon di Mahkamah merupakan permohonan baru dan bukan merupakan kelanjutan permohonan yang diajukan ke Pengadilan Negeri Pinrang, oleh karena itu perkara tersebut tidak dapat dianggap sebagai limpahan perkara dari Pengadilan Negeri Pinrang, sehingga permohonan harus dinyatakan tidak dapat diterima.Dalam perkara tersebut, sebelum mempertimbangkan substansi atau pokok

permohonan, Mahkamah terlebih dahulu menilai tentang eksepsi Termohon. Mengenai eksepsi tentang tenggat, bahwa terhadap alasan Pemohon tersebut, Mahkamah perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut.

003-234.indd 93 9/24/10 10:38:20 AM

Page 116: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

94 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

1. Apakah benar perkara Gugatan Perdata yang diajukan oleh Pemohon di Pengadilan Negeri Pinrang Nomor Registrasi 19/Pdt.G/2008/P.N.Pinrang merupakan sengketa Pemilukada yang posita dan petitumnya menjadi wewenang Mahkamah, untuk memeriksa, mengadili, dan memutus perkara setelah kewenangan mengadili sengketa Pemilukada dialihkan dari Mahkamah Agung ke Mahkamah Konstitusi.

2. Apakah benar perkara yang diajukan kepada Mahkamah oleh Pemohon sebagai perkara baru, sehingga masih memenuhi tenggang waktu untuk diperiksa, diadili, dan diputus oleh Mahkamah.Terhadap dua permasalahan hukum di atas, Mahkamah menilai sebagai berikut.Benar Gugatan Pemohon didaftarkan di Pengadilan Negeri Pinrang dengan Nomor

Registrasi 19/Pdt.G/2008/P.N.Pinrang pada tanggal 6 November 2008, sedangkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Pinrang Nomor 55 Tahun 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pemenang Pertama dan Pemenang Kedua Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Pinrang Tahun 2008 ditetapkan pada 3 November 2008. Dengan demikian, permohonan sengketa Pemilukada masih dalam tenggang waktu yang ditentukan. Sementara permohonan sengketa Pemilukada telah diajukan ke Mahkamah pada tanggal 13 November 2008, Pengadilan Negeri Pinrang sudah menetapkan sidang pertama yang diselenggarakan pada tanggal 25 November 2008 sesuai relas panggilan Pengadilan Negeri Pinrang bertanggal 12 November 2008.

Petitum permohonan Pemohon pada pokoknya menyatakan: (i) agar KPU Kabupaten Pinrang (Tergugat 1) tidak menetapkan Pasangan Calon yang memperoleh suara terbanyak satu dan dua sampai putusan perkara tersebut memperoleh kekuatan hukum tetap; (ii) agar KPU Kabupaten Pinrang (Tergugat 1) melaksanakan Pemilukada Ulang; (iii) memerintahkan Panwas (Tergugat 2) untuk melaporkan semua orang, baik masyarakat umum maupun Pegawai Negeri Sipil yang terlibat dalam pidana Pemilukada Pinrang kepada yang berwajib; dan (iv) menghukum para Tergugat (KPU Kabupaten Pinrang dan Panwas) membayar biaya perkara secara tanggung renteng.

Selanjutnya, Mahkamah menyatakan bahwa ditinjau dari segi materi permohonan Pemohon, hal tersebut bukan menjadi objek perselisihan Pemilukada, sehingga bukan merupakan wewenang Mahkamah untuk memeriksa, mengadili, dan memutus perkara tersebut apabila dilimpahkan kepada Mahkamah. Dengan demikian, Mahkamah tidak dapat menerima pelimpahan permohonan untuk diperiksa, diadili, dan diputus.

Pemohon dalam persidangan tanggal 25 November 2008 telah mengakui bahwa perkara yang diajukan dan diregistrasi di Mahkamah merupakan perkara baru (Perkara Nomor 43/PHPU.D-VI/2008) yang berbeda dengan perkara yang diajukan oleh Pemohon di Pengadilan Negeri Pinrang dengan Nomor Registrasi 19/Pdt.G/2008/PN.Pinrang, sedangkan Perkara Nomor 43/PHPU.D-VI/2008 diajukan di Mahkamah oleh Pemohon pada tanggal 13 November 2008 dan diregistrasi pada tanggal 18 November 2008. Berdasarkan fakta serta pengakuan Pemohon di atas, pengajuan permohonan kepada Mahkamah seharusnya dilakukan paling lambat tanggal 6 November 2008, sehingga

003-234.indd 94 9/24/10 10:38:20 AM

Page 117: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

95Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

pengajuan perkara Pemohon tanggal 18 November 2008 telah melewati tenggang waktu yang diperkenankan oleh Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan PMK 15/2008.

Berdasarkan seluruh penilaian atas fakta dan hukum tersebut di atas, Mahkamah berkesimpulan sebagai berikut. Pertama, perkara tersebut merupakan perkara baru, bukan kelanjutan perkara yang diajukan di Pengadilan Negeri Pinrang. Kedua, pengajuan ke Mahkamah telah melewati tenggat yang ditentukan peraturan perundang-undangan. Ketiga, eksepsi Termohon tentang lewatnya waktu pengajuan permohonan Pemohon beralasan untuk dikabulkan, maka pokok perkara irrelevant untuk dipertimbangkan.

Oleh karenanya, Mahkamah memutuskan bahwa dalam eksepsi menyatakan mengabulkan eksepsi Termohon. Adapun dalam Pokok Perkara, Mahkamah menyatakan permohonan Pemohon tidak dapat diterima.

003-234.indd 95 9/24/10 10:38:20 AM

Page 118: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

96 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

003-234.indd 96 9/24/10 10:38:20 AM

Page 119: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

97Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

IKHTISAR PUTUSAN PERKARA NOMOR 44/PHPU.D-VI/2008

TENTANGKEBERATAN TERHADAP HASIL PEMILU KEPALA DAERAH

DAN WAKIL KEPALA DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

Pemohon : 1. Drs. Daniel A. Banunaek, M.A. (Calon Bupati Kabupaten Timor Tengah Selatan);

2. Drs. Alexander Nakamnanu (Calon Wakil Bupati Kabupaten Timor Tengah Selatan).

Termohon : Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Timor Tengah Selatan.Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil

Kepala Daerah.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten

Timor Tengah Selatan Nomor 46 Tahun 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan.

Amar Putusan : Dalam Eksepsi: Menyatakan eksepsi Termohon tidak dapat diterima. Dalam Pokok Perkara: Mengabulkan permohonan Pemohon untuk sebagian.Tanggal Putusan : Kamis, 11 Desember 2008.Ikhtisar Putusan :

Pemohon Drs. Daniel A. Banunaek, M.A. dan Drs. Alexander Nakamnanu adalah Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Timor Tengah Selatan Periode 2008-2013 berdasarkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Timor Tengah Selatan (Termohon) Nomor 39 Tahun 2008 tentang Pengundian Nomor Urut Pasangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan Tahun 2008. Dalam pengundian tersebut, Pemohon ditetapkan dengan Nomor Urut 1.

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

003-234.indd 97 9/24/10 10:38:20 AM

Page 120: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

98 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Pemohon berkeberatan terhadap Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Pemilukada) Kabupaten Timor Tengah Selatan berdasarkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Timor Tengah Selatan Nomor 46 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan Tahun 2008 bertanggal 30 Oktober 2008. Keberatan tersebut disebabkan Pemohon telah ditetapkan hanya memperoleh sejumlah 65.500 suara, sedangkan Pasangan Calon Nomor Urut 5 yakni Ir. Paulus Viktor Roland Mella, M.Si. dan Drs. Benny Litelnoni, S.H., M.Si memperoleh sejumlah 66.871 suara.

Selain itu, Pemohon juga berkeberatan atas Penetapan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Timor Tengah Selatan Nomor 143/KPU-TTS/X/2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan Tahun 2008 bertanggal 30 Oktober 2008. Karena hasil penghitungan yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Timor Tengah Selatan (Termohon) telah salah atau setidak-tidaknya telah terdapat kekeliruan dalam melakukan rekapitulasi hasil penghitungan suara.

Pemohon mendalilkan bahwa terdapat kesalahan dan kekeliruan yang terjadi disebabkan beberapa hal, antara lain: 1. adanya penggelembungan jumlah surat suara yang diterima di TPS sesuai DA1-

KWK pada saat berlangsungnya pemungutan suara; 2. adanya penggelembungan jumlah Data Pemilih di TPS (Model DA1-KWK) pada

saat berlangsungnya pemungutan suara; 3. adanya pengurangan suara sah berdasarkan DA1-KWK; 4. saksi-saksi Pemohon dari seluruh TPS yang berjumlah 730 hanya mendapat

dan menandatangani 204 Berita Acara dan Sertifikat Hasil Penghitungan Suara, sehingga saksi Pemohon tidak menandatangani 526 Berita Acara dan Sertifikat Hasil Penghitungan Suara walaupun saksi Pemohon telah meminta sebagai hak saksi Pemohon. Selanjutnya, Pemohon mendalilkan bahwa hasil penghitungan suara yang benar

adalah: Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Timor Tengah Selatan dengan

Nomor Urut 1, Drs. Daniel A. Banunaek, M.A. dan Drs. Alexander Nakamnanu, memperoleh sejumlah 65.500 suara;

Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Timor Tengah Selatan dengan Nomor Urut 5, Ir. Paulus Viktor Roland Mella, M. Si dan Drs. Benny Litelnoni, S.H., M.Si, memperoleh sejumlah 65.384 suara.Terkait dengan kewenangan Mahkamah, berdasarkan ketentuan Pasal 24C ayat

(1) UUD 1945 dan Pasal 10 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) junctis Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang

003-234.indd 98 9/24/10 10:38:20 AM

Page 121: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

99Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, salah satu kewenangan konstitusional Mahkamah adalah memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.

Semula, berdasarkan ketentuan Pasal 106 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (UU 32/2004), keberatan berkenaan dengan hasil penghitungan suara yang mempengaruhi terpilihnya pasangan calon diajukan ke Mahkamah Agung. Kewenangan Mahkamah Agung tersebut, dicantumkan lagi dalam Pasal 94 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

Dalam Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum ditentukan, “Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah pemilihan umum untuk memilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah secara langsung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”.

Pasal 236C Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, menentukan bahwa, “Penanganan sengketa hasil penghitungan suara pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah oleh Mahkamah Agung dialihkan kepada Mahkamah Konstitusi paling lama 18 (delapan belas) bulan sejak Undang-Undang ini diundangkan”. Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 236C tersebut, pada tanggal 29 Oktober 2008, Ketua Mahkamah Agung dan Ketua Mahkamah Konstitusi menandatangani Berita Acara Pengalihan Wewenang Mengadili sengketa hasil penghitungan suara pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

Oleh karena permohonan Pemohon adalah sengketa hasil penghitungan suara Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada), yaitu Pemilukada Kabupaten Timor Tengah Selatan dengan Berita Acara Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan bertanggal 30 Oktober 2008, maka Mahkamah berwenang untuk memeriksa, mengadili dan memutus permohonan Pemohon.

Terkait dengan kedudukan hukum (legal standing), Pemohon mendalilkan sebagai berikut: - Pemohon adalah Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Timor Tengah

Selatan; - permohonan yang diajukan Pemohon adalah keberatan terhadap hasil penghitungan

suara Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan (Termohon);

- Pemohon berpendapat telah terjadi kekeliruan dan pelanggaran dalam hasil rekapitulasi penghitungan suara yang dilakukan Termohon. Hal ini disebabkan karena Termohon tidak dapat menjaga netralitasnya, yakni salah satu anggota KPU

003-234.indd 99 9/24/10 10:38:20 AM

Page 122: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

100 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Kabupaten Timor Tengah Selatan adalah istri salah satu pasangan calon. Adapun sebab-sebab lainnya adalah adanya penggelembungan jumlah surat-surat suara, adanya pengelembungan jumlah data pemilih di Tempat Pemungutan Suara (TPS), dan adanya pengurangan suara sah. Oleh karena dalil Pemohon sesuai dengan ketentuan Pasal 106 ayat (1) UU

32/2004, Pasal 3 dan Pasal 4 Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 15 Tahun 2008 (PMK 15/2008) tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah, maka Pemohon telah memenuhi syarat kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan dimaksud.

Terkait dengan tenggang waktu pengajuan permohonan, Pasal 5 PMK 15/2008 menentukan bahwa “Permohonan hanya dapat diajukan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah Termohon menetapkan hasil penghitungan suara Pemilukada di daerah yang bersangkutan”. Adapun Berita Acara Nomor 143/KPU-TTS/X/2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan Tahun 2008 ditetapkan pada 30 Oktober 2008, sedangkan permohonan keberatan terhadap penetapan Termohon oleh Pemohon diajukan ke Pengadilan Negeri SoE pada tanggal 3 November 2008. Selanjutnya, Ketua Pengadilan Tnggi SoE mengirimkan berkas perkara Pemilukada Kabupaten Timor Tengah Selatan dengan surat Nomor W.26.U/1277/H1.01.10/X/2008 tanggal 17 November 2008. Berkas perkara itu diterima di Kepaniteraan Mahkamah pada hari Jumat 21 November 2008 dan diregistrasi pada tanggal 24 November 2008 dengan Nomor 44/PHPU.D-VI/2008. Atas dasar fakta itu, permohonan Pemohon masih dalam tenggang waktu yang ditentukan.

Terhadap dalil Pemohon, Termohon memberikan keterangan yang berkenaan dengan eksepsi dan pokok perkara.

Berkenaan dengan eksepsi, Termohon menerangkan sebagai berikut:1. Pengajuan keberatan yang diajukan Pemohon melewati tenggat waktu yang

ditentukan Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2) PMK 15/2008. Oleh karena itu, keberatan Pemohon tidak memenuhi syarat dan harus dinyatakan tidak dapat diterima;

2. Pemohon tidak mengajukan keberatan terhadap Keputusan KPU Kabupaten Timor Tengah Selatan Nomor 46 Tahun 2008 bertanggal 30 Oktober 2008 yang menetapkan Ir. Paulus Viktor Roland Mella, M.Si. dan Drs. Benny Litelnoni, S.H., M.Si sebagai Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih Kabupaten Timor Tengah Selatan Tahun 2008. Oleh karena itu, keberatan dari Pemohon harus dinyatakan tidak dapat diterima;

3. Permohonan keberatan penghitungan suara hasil Pemilukada Kabupaten Timor Tengah Selatan yang diajukan Pemohon ke Pengadilan Tinggi Kupang wajib diputus oleh Pengadilan Tinggi Kupang, dengan amar putusan menyatakan tidak dapat diterima sejak tanggal 2 November 2008 karena keweangan mengadili telah menjadi kewenangan Mahkamah;

003-234.indd 100 9/24/10 10:38:20 AM

Page 123: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

101Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

4. Pemohon tidak menguraikan secara tegas hal-hal yang dimaksud Pasal 6 ayat (2) dan Pasal 5 PMK 15/2008, sehingga keberatan tersebut sepantasnya dinyatakan tidak dapat diterima;

5. Keberatan Pemohon yang menyatakan bahwa salah satu anggota KPU Kabupaten Timor Tengah Selatan adalah istri Pasangan Calon Nomor Urut 5 bukan merupakan objek sengketa dalam perselisihan hasil Pemilukada. Karena itu sepatutnya permohonan dinyatakan tidak dapat diterima. Berkenaan dengan pokok perkara, Termohon pada intinya menerangkan bahwa

Keputusan Termohon Nomor 46 Tahun 2008 bertanggal 30 Oktober 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Timor Tengah Selatan Terpilih Tahun 2008 yang menetapkan Ir. Paulus Viktor Roland Mella, M.Si. dan Drs. Benny Litelnoni, S.H., M.Si adalah sah menurut hukum. Selain itu, dalil Pemohon bahwa Termohon telah menggelembungkan jumlah surat suara adalah tidak benar.

Dalam pertimbangan hukum putusannya, Mahkamah mengemukakan pendapat yang pada intinya diuraikan di bawah ini.

Menyangkut eksepsi tentang tenggang waktu pengajuan permohonan, Mahkamah menilai bahwa permohonan keberatan Pemohon diajukan dalam tenggang waktu yang ditentukan. Adapun alasan Termohon tentang pengajuan keberatan kepada Pengadilan Tinggi Kupang melalui Pengadilan Negeri SoE tetap sah menurut hukum karena pengalihan wewenang mengadili dari Mahkamah Agung ke Mahkamah Konstitusi berlaku efektif sejak tanggal 1 November 2008, sedangkan pengajuan keberatan Pemohon kepada Pengadilan Tinggi Kupang diajukan Pemohon pada tanggal 3 November 2008 yang merupakan hari kerja pertama bulan November 2008, sehingga tindakan hukum pada masa transisi tersebut tetap dapat dibenarkan oleh hukum, karena segera setelah itu Ketua Pengadilan Tinggi Kupang mengirimkan berkas perkara ke Mahkamah Konstitusi melalui surat Nomor W.26.U/127/H1.01/10/XI/2008 bertanggal 17 November 2008 perihal pengiriman berkas perkara Pemilukada Kabupaten Timor Tengah Selatan. Berdasarkan pertimbangan tersebut, eksepsi Termohon sepanjang berkaitan dengan tenggang waktu pengajuan permohonan harus dikesampingkan.

Ketiadaan Putusan Pengadilan Tinggi Kupang yang seharusnya menjatuhkan putusan bahwa perkara tersebut tidak dapat diterima sejak tanggal 1 November 2008, adalah tidak relevan untuk dipertimbangkan oleh Mahkamah. Karena secara yuridis pengajuan permohonan sudah dilakukan menurut peraturan yang ditentukan sehingga harus dinilai sah menurut hukum dan Mahkamah tidak berwenang menilai tugas dan fungsi badan-badan peradilan lain.

Dalam persidangan, Mahkamah menemukan fakta hukum, baik yang diakui para pihak maupun yang menjadi perselisihan hukum para pihak, sebagai berikut.1. Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Timor Tengah Selatan Nomor 39

Tahun 2008 tentang Pengundian Nomor Urut Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala

003-234.indd 101 9/24/10 10:38:20 AM

Page 124: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

102 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan Tahun 2008 bertanggal 20 September 2008.

2. Rekapitulasi Jumlah Pemilih Terdaftar Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan Tahun 2008 oleh Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Timor Tengah Selatan.

3. Penggergajian Kotak Suara di Kecamatan Amanuban Selatan. Selain fakta hukum atau hal-hal yang diakui para pihak, dalam persidangan juga

terdapat fakta hukum atau hal-hal yang menjadi perselisihan hukum para pihak sebagai berikut.1. Tidak diberikannya Model C1-KWK pada 526 TPS dari 730 TPS yang tersebar di

32 kecamatan di Kabupaten Timor Tengah Selatan.2. Adanya penggelembungan data pemilih dari TPS.3. Adanya penggelembungan jumlah surat suara.

Menurut Pemohon tidak diberikannya Model C1-KWK pada 526 TPS dari 730 TPS yang tersebar di 32 kecamatan di Kabupaten Timor Tengah Selatan menyebabkan saksi Pemohon hanya mendapat dan menandatangani 204 Berita Acara dan Sertifikat Hasil Penghitungan Suara dari 730 Berita Acara dan Sertifikat Hasil Penghitungan Suara yang tersebar di 32 kecamatan, sebagaimana keterangan delapan saksi Pemohon, yaitu Louisa Nitbani Fanggidae, Yoksan D.K. Banu, Susi Apriani E. Nitbani, Charles Adolf Kause, S.T., Maxentius S. Kause, S. E., Johanes Banunaek, S. H., dan Gustav Nubuasa, S. Pt., yang diberikan dalam persidangan.

Termohon membantah dalil Pemohon, dengan menyatakan bahwa Termohon telah memberitahukan tentang kehadiran, hak dan kewajiban saksi, serta penegasan tentang surat suara yang dinyatakan sah melalui surat Nomor 168/KPU-TTS/X/2008 bertanggal 8 Oktober 2008. Jika para saksi Pemohon tidak mendapat Berita Acara dan Sertifikat Hasil Penghitungan Suara (Model C-KWK dan Lampiran Model C1-KWK), hal ini disebabkan karena para saksi Pemohon tidak hadir atau tidak mengikuti kegiatan pemungutan suara sampai dengan selesai di sebagian besar TPS, dan ketidakhadiran para saksi Pemohon atau Pasangan Calon adalah bukan merupakan kesalahan Termohon.

Menurut Pemohon, terjadi penggelembungan data pemilih dari TPS (Model DA1-KWK) dengan mengemukakan data jumlah pemilih yang menggunakan hak pilih sebanyak 221.712; tidak mengggunakan hak pilih 28.751; dan pemilih dari TPS lain sebanyak 232, sehingga berjumlah 252.783 yang berarti terdapat selisih 1.487 dari jumlah surat suara yang harus diedarkan ke seluruh TPS (vide lampiran permohonan Pemohon yang diterima Kepaniteraan Mahkamah pada tanggal 1 Desember 2008).

Pemohon juga mendalilkan ada penggelembungan jumlah surat suara yang diterima di TPS sesuai DA1-KWK pada Pemilukada, dengan alasan jumlah surat suara yang harus diedarkan ke seluruh TPS sebanyak 257.578 lembar yang diperoleh dari jumlah DPT yang ditetapkan Termohon pada tanggal 14 September 2008 sebanyak 251.296 lembar yang ditambah 2,5 % (dua setengah perseratus), sehingga dari penjumlahan

003-234.indd 102 9/24/10 10:38:20 AM

Page 125: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

103Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

surat suara rusak 326 lembar; surat suara tidak terpakai 38.510 lembar; surat suara sah 218.596 lembar; dan surat suara tidak sah 5.119 lembar menjadi 262.551 lembar yang berarti terdapat selisih 4.973 lembar dari 257.578 lembar (vide lampiran permohonan Pemohon yang diterima Kepaniteraan Mahkamah pada tanggal 1 Desember 2008).

Termohon menerangkan bahwa: (1) rumus untuk mencari penggelembungan data pemilih dan penggunaan surat suara adalah versi Pemohon yang dibuat tanpa suatu dasar hukum yang jelas; (2) Pemohon bukanlah penyelenggara Pemilukada Kabupaten Timor Tengah Selatan; (3) oleh karena rumus tersebut tidak berdasar hukum yang jelas maka hasil penghitungan suara menurut Pemohon menjadi tidak valid dan tidak benar; dan (4) rumus tersebut dibuat untuk mempengaruhi hasil penghitungan suara yang dilakukan Termohon (vide butir 4 eksepsi/jawaban Termohon).

Mahkamah memberikan pendapat dan penilaian hukum dalam menjawab esensi pokok permasalahan hukum Pemohon tentang apakah Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilukada Kabupaten Timor Tengah Selatan mengandung keabsahan dan/atau cacat yuridis, sebagai berikut.

Tidak diberikannya Model C1-KWK pada 526 TPS dari 730 TPS yang tersebar di 32 kecamatan di Kabupaten Timor Tengah Selatan, dikaitkan dengan bantahan Termohon yang menyatakan bahwa penyelenggaraan Pemilukada Kabupaten Timor Tengah Selatan telah dilaksanakan dengan tetap berpedoman pada asas mandiri, jujur, adil, kepastian hukum, tertib penyelenggara pemilihan umum, kepentingan umum, keterbukaan, proporsionalitas, profesionalitas, akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas, serta didukung keterangan tujuh saksi Termohon. Menurut Mahkamah, ketentuan tentang pemberian Formulir Model C1-KWK kepada saksi-saksi Pasangan Calon diatur secara tidak konsisten dalam berbagai peraturan perundang-undangan yaitu Pasal 96 ayat (10) UU 32/2004; Pasal 84 ayat (6) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah; Pasal 46 ayat (1) Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 09 Tahun 2007 tentang Pedoman Tata Cara Pelaksanaan Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

Dari seluruh ketentuan di atas, Mahkamah berpendapat, KPPS wajib memberikan Formulir Model C1-KWK kepada masing-masing saksi Pasangan Calon. Jika tidak demikian, maka hal tersebut berimplikasi dan dapat menjadi penyebab timbulnya penyimpangan dalam proses penghitungan suara. Implikasi hukum tersebut sangat mempengaruhi Hasil Rekapitulasi Suara di tingkat berikutnya secara berjenjang, dan kelalaian memenuhi kewajiban memberikan Formulir Model C1-KWK kepada saksi Pasangan Calon dapat berakibat tidak sahnya hasil rekapitulasi penghitungan suara yang dilakukan oleh penyelenggara Pemilukada.

Terlepas dari pendirian Mahkamah tersebut di atas, berdasarkan fakta hukum yang terungkap di persidangan berupa keterangan saksi-saksi Pemohon, yaitu: Louisa

003-234.indd 103 9/24/10 10:38:20 AM

Page 126: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

104 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Nitbani Fanggidae, Yoksan D.K. Banu, Susi Apriani E. Nitbani, Charles Adolf Kause, S.T., Maxentius S. Kause, S.E., Johanes Banunaek, S.H., dan Gustav Nubuasa, S.Pt. yang menyatakan tidak mendapatkan Formulir Model C1-KWK, begitu juga dengan saksi dari Pasangan Calon lain selain Pasangan Calon Nomor Urut 5. Para saksi sudah meminta kepada KPPS, tetapi tidak diberi. Bantahan Termohon yang dinilai sangat normatif tidak dapat meniadakan adanya pelanggaran asas-asas pemilihan umum yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil sebagaimana termaktub dalam Pasal 22E ayat (1) UUD 1945.

Adanya penggelembungan data pemilih dari TPS dan adanya penggelembungan jumlah surat suara, Mahkamah akan memberikan satu penilaian hukum terhadap kedua hal tersebut, karena keduanya saling terkait satu dengan yang lain, begitu juga terkait dengan rumus penghitungan data pemilih dan penghitungan surat suara.

Dari bukti-bukti ditemukan fakta-fakta berupa perubahan, yakni penambahan dan pengurangan jumlah surat suara pada sejumlah kecamatan sebagai berikut.1. Pada Kecamatan Mollo Selatan jumlah surat suara yang terpakai dalam Model

DB1-KWK merupakan jumlah total suara sah dalam Formulir Model DA1-KWK yang masing-masing tertulis 7.654 (vide Lampiran 1 Model DB1-KWK).

2. Pada Kecamatan Mollo Utara, jumlah surat suara yang terpakai setelah dihitung dengan saksama seharusnya berjumlah 11.788 lembar, tetapi tertulis dalam Rekapitulasi Jumlah Pemilih, TPS, dan Surat Suara tertulis 11.773 (Lampiran 1 Model DB1-KWK).

3. Pada Kecamatan Mollo Barat jumlah surat suara yang terpakai dalam Model DB1-KWK tertulis 4.077, setelah dihitung dengan saksama seharusnya berjumlah 4.082.

4. Pada Kecamatan Mollo Tengah, dalam Model DB1-KWK, jumlah surat suara terpakai tertulis 3.694, setelah dihitung dengan saksama hanya berjumlah 3.684.

5. Pada Kecamatan Tobu, jumlah surat suara yang terpakai, tertulis dalam DB1-KWK merupakan jumlah suara sah dalam DA1-KWK yang masing-masing tertulis 5.131.

6. Pada Kecamatan Nunbena, dalam Model DB1-KWK, jumlah surat suara terpakai tertulis 3.086, setelah dihitung dengan saksama hanya berjumlah 3.081.

7. Pada Kecamatan Kota SoE, formulir/model yang digunakan tidak menggunakan formulir/model standar KPU Kabupaten/Kota dan tidak melampirkan Lampiran 2 Model DA1-KWK huruf B, serta jumlah surat suara yang terpakai dalam Model DB1-KWK tertulis 18.536, setelah dihitung dengan saksama hanya berjumlah 18.447.

8. Pada Kecamatan Amanuban Barat, dalam Model DB1-KWK jumlah surat suara yang terpakai tertulis 1.230, setelah dihitung dengan saksama seharusnya berjumlah 10.230.

003-234.indd 104 9/24/10 10:38:20 AM

Page 127: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

105Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

9. Pada Kecamatan Batu Putih, jumlah akhir total suara sah tidak termuat dalam Lampiran 2 Model DA1-KWK, dan jumlah surat suara yang terpakai tertulis 6.127, setelah dihitung dengan saksama seharusnya berjumlah 6.137.

10. Pada Kecamatan Amanuban Selatan, jumlah akhir total suara sah tidak termuat dalam Lampiran 2 Model DA1-KWK, dan jumlah surat suara yang terpakai dalam Model DB1-KWK tertulis 1.170, setelah dihitung dengan saksama seharusnya berjumlah 11.820.

11. Pada Kecamatan Koalin, jumlah surat suara yang terpakai dalam DB1-KWK tertulis 9.485, setelah dihitung dengan saksama seharusnya berjumlah 9.501.

12. Pada Kecamatan Kolbanu, jumlah akhir total suara sah tidak termuat dalam Lampiran 2 Model DA1-KWK, kemudian jumlah suara tidak sah tertulis 241, setelah dihitung dengan saksama seharusnya berjumlah 237, demikian juga jumlah surat suara yang terpakai dalam Model DB1-KWK tertulis 9.835, setelah dihitung dengan saksama seharusnya berjumlah 10.025.

13. Pada Kecamatan Kuanfatu, formulir yang digunakan tidak menggunakan formulir standar KPU, dan jumlah surat suara yang terpakai dalam Model DB1-KWK tertulis 9.392, setelah dihitung dengan saksama hanya berjumlah 9.329.

14. Pada Kecamatan Amanatun Selatan, tidak ada jumlah akhir total suara sah dalam Model DA1-KWK, dan jumlah surat suara yang terpakai dalam Model DB1-KWK tertulis 9.140, setelah dihitung dengan saksama hanya berjumlah 9.136.

15. Pada Kecamatan Noebana, formulir tidak lengkap dan tidak tergambar jumlah awal maupun jumlah akhir, serta tidak memuat surat suara tidak sah, tetapi dalam Model DB1-KWK jumlah surat suara yang terpakai tertulis 2.584.

16. Pada Kecamatan Toianas, jumlah surat suara yang terpakai dalam Model DB1-KWK tertulis 6.094, setelah dihitung dengan saksama seharusnya berjumlah 6.121.

17. Pada Kecamatan Amanuban Tengah, jumlah surat suara yang terpakai dalam Model DB1-KWK tertulis 7.702, setelah dihitung dengan saksama seharusnya berjumlah 7.938.

18. Pada Kecamatan Amanuban Timur, jumlah surat suara yang terpakai dalam Model DB1-KWK tertulis 8.246, setelah dihitung dengan saksama hanya berjumlah 8.227.

19. Pada Kecamatan Amanatun Utara, jumlah surat suara yang terpakai dalam Model DB1-KWK tertulis 8.366, setelah dihitung dengan saksama seharusnya berjumlah 8.542.Di samping fakta-fakta hukum di atas, Mahkamah juga menemukan fakta hukum

berupa kesalahan penghitungan suara yang dilakukan Termohon berdasarkan bukti-bukti mengenai jumlah suara sah yang diperoleh masing-masing Pasangan, sebagai berikut.

003-234.indd 105 9/24/10 10:38:20 AM

Page 128: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

106 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

1. Hasil penghitungan suara yang diperoleh masing-masing Pasangan Calon menurut Termohon adalah: a. Pasangan Calon Nomor Urut 1 memperoleh sejumlah 65.500 suara; b. Pasangan Calon Nomor Urut 2 memperoleh sejumlah 37.898 suara; c. Pasangan Calon Nomor Urut 3 memperoleh sejumlah 38.488 suara; d. Pasangan Calon Nomor Urut 4 memperoleh sejumlah 9.432 suara; dan e. Pasangan Calon Nomor Urut 5 memperoleh sejumlah 66.871 suara.

2. Hasil penghitungan suara yang dilakukan Termohon tersebut terdapat kesalahan penghitungan suara masing-masing berdasarkan Lampiran 1 DA1-KWK pada Kecamatan Kolbano berdasarkan bukti tertulis 2.406 untuk Pasangan Calon Nomor Urut 1 dan di Kecamatan Mollo Barat dalam bukti tertulis 406 dan dalam bukti tersebut juga terjadi kesalahan dalam penjumlahan, tertulis 4.003, setelah diteliti dengan saksama seharusnya berjumlah 4.008 suara. Kemudian, berdasarkan bukti setelah diteliti dengan saksama dan dicocokkan dengan aslinya ternyata hitungan Pemohon yang benar, sehingga di Kecamatan Kolbano Pemohon memperoleh sejumlah 2.409 suara dan di Kecamatan Mollo Barat Pemohon memperoleh sejumlah 401 suara.

3. Hasil penghitungan suara yang diperoleh masing-masing Pasangan Calon menurut Model DA-KWK, menurut Mahkamah adalah: a. Pasangan Calon Nomor Urut 1 memperoleh sejumlah 65.498 suara; b. Pasangan Calon Nomor Urut 2 memperoleh sejumlah 37.898 suara; c. Pasangan Calon Nomor Urut 3 memperoleh sejumlah 38.488 suara; d. Pasangan Calon Nomor Urut 4 memperoleh sejumlah 9.432 suara; dan e. Pasangan Calon Nomor Urut 5 memperoleh sejumlah 66.871 suara. Dengan demikian, suara sah yang diperoleh semua Pasangan Calon adalah sejumlah 218.187 suara.

4. Dalam bukti perolehan suara Pemohon tertulis 2.198 suara, sedangkan dalam bukti suara sah Pemohon tertulis 2.918 suara, setelah diteliti dengan saksama dan dihitung, perolehan suara Pemohon adalah 2.178 suara.

5. Bukti dalam Model DA1-KWK suara sah Pemohon tertulis 2.409 suara sedangkan dalam Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Tingkat KPUD (Lampiran 2 Model DB1-KWK) tertulis 2.406 suara, setelah dihitung dengan saksama jumlah yang benar adalah 2.409 suara.

6. Pada Kecamatan Mollo Barat suara sah Pemohon berdasarkan DA1-KWK tertulis 401 suara, sedangkan dalam Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Tingkat KPUD (Lampiran 2 Model DB1-KWK) tertulis 406 suara.Mahkamah juga menemukan bukti tertulis, baik yang diajukan oleh Termohon maupun

oleh Pemohon, telah menjadi bukti yang sempurna tentang pelanggaran-pelanggaran

003-234.indd 106 9/24/10 10:38:20 AM

Page 129: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

107Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

yang terjadi pada 19 kecamatan atas ketentuan peraturan perundang-undangan dalam Pemilukada Kabupaten Timor Tengah Selatan. Pelanggaran tersebut, menurut Mahkamah, merupakan pelanggaran yang serius dan signifikan yang mempengaruhi hasil akhir perolehan suara bagi masing-masing pasangan calon.

Terdapat perbedaan jumlah angka suara rusak antara Lampiran 2 Model DA1-KWK dan Catatan Pelaksanaan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilukada (Model DA1-KWK). Atas perbedaan ini, Termohon menjawab bahwa hal itu terjadi karena kesalahan pemindahan data. Begitu juga Termohon dalam persidangan tanggal 3 Desember 2008 tidak dapat menunjukkan bukti jumlah sisa surat suara yang rusak.

Terhadap dugaan terjadinya pelanggaran-pelanggaran dimaksud, Pemohon telah melaporkan kepada Panwaslu Kabupaten Timor Tengah Selatan dengan mengirim surat Nomor 37/TIMPILKADA/GK/TTS/X/2008 bertanggal 27 Oktober 2008 perihal Laporan Penyimpangan Penyelenggaraan Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Timor Tengah Selatan. Terhadap surat tersebut, Panwaslu menindaklanjuti dengan mengirimkan surat kepada Termohon dengan surat Nomor Panwaslu 270/Kab.TTS/03/29/X/2008 bertanggal 28 Oktober 2008. Surat Panwaslu tersebut disikapi Termohon dengan mengadakan Rapat Pleno pada tanggal 29 Oktober 2008 yang pada pokoknya menetapkan bahwa 231 saksi Pasangan Calon Nomor Urut 1 mendapat Formulir Model C1-KWK dan Lampiran C1-KWK, sedangkan terhadap 520 TPS yang tidak mendapat formulir Model C1-KWK dan Lampiran C1-KWK, Termohon tidak dapat menindaklanjutinya karena tidak disertai bukti-bukti hukum yang jelas. Mahkamah berpendapat bahwa telah terjadi pelanggaran hukum dalam penyelenggaraan Pemilukada yang dilakukan oleh Termohon.

Mahkamah juga perlu memberi penilaian hukum terhadap dalil Pemohon yang menyatakan bahwa keberadaan Ir. Rambu Atanua Mella di Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Timor Tengah Selatan diragukan netralitasnya, karena yang bersangkutan adalah istri dari salah satu Pasangan Calon yakni Ir. Paulus Viktor Roland Mella, M.Si yang merupakan Pasangan Calon Nomor Urut 5. Menurut Termohon, keberatan tersebut tidak termasuk objek sengketa dalam perkara. Mahkamah berpendapat, Pemohon tidak dapat menunjukkan bukti-bukti tentang ketidaknetralan yang bersangkutan yang dapat mempengaruhi kemandirian Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Timor Tengah Selatan dan terlebih lagi Ir. Rambu Atanua Mella telah menunjukkan itikad baiknya dengan mengajukan surat permohonan bebas tugas kepada Ketua Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Timor Tengah Selatan, dengan demikian keberatan Pemohon harus dikesampingkan.

Dari fakta hukum di atas, ternyata Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilukada di Kabupaten Timor Tengah Selatan didasarkan pada data yang satu sama lain tidak menunjukkan akurasi dan validitas yang sangat berpengaruh terhadap perolehan suara akhir dari masing-masing Pasangan Calon, sehingga Mahkamah berkeyakinan bahwa angka-angka perolehan suara masing-masing Pasangan Calon pasti tidak akurat dan tidak valid.

003-234.indd 107 9/24/10 10:38:20 AM

Page 130: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

108 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Dalam memutus perselisihan hasil Pemilukada, Mahkamah tidak hanya menghitung kembali hasil penghitungan suara yang sebenarnya dari pemungutan suara, tetapi juga harus menggali untuk menemukan fakta hukum dan keadilan dengan menilai dan mengadili hasil penghitungan yang diperselisihkan, sebab kalau hanya menghitung dalam arti teknis matematis sebenarnya bisa dilakukan penghitungan kembali oleh KPU Provinsi/ Kabupaten/Kota sendiri di bawah pengawasan Panwaslu dan/atau aparat kepolisian. Oleh sebab itu, Mahkamah memahami bahwa meskipun menurut undang-undang yang dapat diadili oleh Mahkamah adalah hasil penghitungan suara, namun pelanggaran-pelanggaran yang menyebabkan terjadinya hasil penghitungan suara yang kemudian dipersengketakan itu harus pula dinilai untuk menegakkan hukum dan keadilan.

Berdasarkan fakta hukum di persidangan, pada beberapa kecamatan tertentu nyata-nyata terjadi pelanggaran serius, signifikan, dan tidak bertanggung jawab dengan cara mengubah, yakni dengan menambah dan mengurangi angka-angka perolehan suara Pasangan Calon tertentu yang mempengaruhi hasil akhir perolehan suara Pasangan Calon yang lain. Terhadap selisih jumlah surat suara yang diubah, Mahkamah tidak dapat memprediksi jumlah suara yang diubah tersebut diperuntukkan untuk Pasangan Calon yang mana, sehingga diperlukan upaya perbaikan melalui putusan Mahkamah, yakni penghitungan suara ulang hasil penghitungan suara di kecamatan-kecamatan yang akan ditentukan di bawah dan mengeluarkannya dari hasil penghitungan total. Jikalau Mahkamah memutus hasil penghitungan suara di kecamatan-kecamatan tertentu tersebut (tidak diikutkan) dari penghitungan akhir, akibatnya akan terjadi ketidakadilan, karena hal itu berarti suara rakyat dari kecamatan-kecamatan tersebut sebagai bagian dari pemegang kedaulatan berakibat terbuang/hilang. Oleh sebab itu, demi tegaknya demokrasi yang berkeadilan dan berdasar hukum, Mahkamah berpendapat, pada beberapa kecamatan tertentu harus dilakukan pemungutan suara ulang dan pada beberapa kecamatan tertentu lainnya harus dilakukan penghitungan suara ulang.

Dari beberapa kecamatan yang harus dilaksanakan pemungutan suara ulang dan/atau penghitungan suara ulang, Mahkamah berpendapat bahwa pemungutan suara ulang pada dua kecamatan, yaitu Kecamatan Amanuban Barat dan Kecamatan Amanuban Selatan karena telah terjadi pelanggaran-pelanggaran serius yang signifikan dan tidak bertanggung jawab sebagaimana diterangkan oleh saksi-saksi tentang adanya usaha untuk membongkar kotak suara tetapi tidak berhasil, dan adanya permintaan untuk membuka kotak suara guna melakukan penghitungan untuk rekapitulasi di tingkat PPK, tetapi kotak tidak dibuka meskipun hasil rekapitulasi tetap dibacakan. Hal demikian menyebabkan Mahkamah yakin atas ketidakbenaran hasil rekapitulasi tersebut karena penghitungan tersebut tidak didukung oleh data. Lagipula, terdapat perbedaan perolehan suara yang tajam antara penghitungan yang dilakukan oleh Termohon (DA1-KWK dan/atau DB1-KWK) dan penghitungan yang dilakukan oleh Mahkamah, yang telah menambah keyakinan pada Mahkamah tentang keharusan dilakukannya pemungutan suara ulang karena telah terjadi pelanggaran yang bersifat terstruktur.

003-234.indd 108 9/24/10 10:38:20 AM

Page 131: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

109Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

Perintah untuk melakukan pemungutan suara ulang dan penghitungan suara ulang, harus juga mempertimbangkan tingkat kesulitan dan jangka waktu yang berkenaan dengan tahapan Pemilihan Umum Legislatif dan Presiden pada tahun 2009. Dengan memperhitungkan agenda kegiatan nasional yang demikian, Mahkamah akan memerintahkan pemungutan suara ulang dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dengan memperhatikan kemampuan KPU Kabupaten Timor Tengah Selatan dan seluruh aparat penyelenggara Pemilukada untuk melaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil, serta jauh dari kemungkinan terjadinya pelanggaran yang merugikan proses demokratisasi di Indonesia.

Walaupun menurut Pasal 233 ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, penyelenggaraan Pemilukada harus selesai pada akhir tahun 2008, namun Mahkamah menegaskan, pemungutan suara ulang dan/atau penghitungan suara ulang bukanlah merupakan Pemilukada baru melainkan kelanjutan Pemilukada yang telah diselenggarakan sebelumnya, sehingga pelaksanaan pemungutan suara ulang dan/atau penghitungan suara ulang pada awal tahun 2009 tidak dapat dinilai bertentangan dengan ketentuan undang-undang tersebut, terlebih lagi hal ini merupakan perintah yang tercantum dalam amar putusan Mahkamah.

Berdasarkan seluruh penilaian atas fakta dan hukum di atas, Mahkamah berkesimpulan bahwa eksepsi Termohon tidak tepat menurut hukum. Sekalipun posita dan petitum Pemohon tidak konsisten, bahkan tidak mengajukan tuntutan subsidair (ex aequo et bono), namun secara formal dan materiil terbukti terjadi pelanggaran-pelanggaran serius, signifikan, dan terstruktur yang bertentangan dengan konstitusi dan ketentuan peraturan perundang-undangan lain yang berpengaruh terhadap perolehan suara Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Timur Tengah Selatan.

Selanjutnya, Mahkamah menilai bahwa pelanggaran-pelanggaran serius, signifikan, dan terstruktur terbukti secara sah dan meyakinkan, karenanya Keputusan Termohon tentang Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilukada Kabupaten Timor Tengah Selatan harus dinyatakan batal dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang mengenai hasil pemungutan suara pada: 1.Kecamatan Mollo Selatan; 2.Kecamatan Mollo Utara; 3.Kecamatan Mollo Barat; 4.Kecamatan Mollo Tengah; 5.Kecamatan Tobu; 6.Kecamatan Nunbena; 7.Kecamatan Kota SoE; 8.Kecamatan Amanuban Barat; 9.Kecamatan Batu Putih; 10.Kecamatan Amanuban Selatan; 11.Kecamatan Koalin; 12.Kecamatan Kolbanu; 13.Kecamatan Kuanfatu; 14.Kecamatan Amanatun Selatan; 15.Kecamatan Neobana; 16.Kecamatan Toianas; 17.Kecamatan Amanuban Tengah; 18.Kecamatan Amanuban Timur; dan 19.Kecamatan Amanatun Utara.

Berpijak pada pertimbangan hukumnya, Mahkamah menjatuhkan amar putusan sebagai berikut.

003-234.indd 109 9/24/10 10:38:20 AM

Page 132: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

110 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Dalam Eksepsi: • Menyatakan eksepsi Termohon tidak dapat diterima. Dalam Pokok Perkara: Mengabulkan permohonan Pemohon untuk sebagian; Membatalkan dan menyatakan tidak mengikat secara hukum Keputusan Komisi

Pemilihan Umum Kabupaten Timor Tengah Selatan Nomor 46 Tahun 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan Tahun 2008 sepanjang mengenai hasil rekapitulasi penghitungan suara pada: 1. Kecamatan Mollo Selatan; 2. Kecamatan Mollo Utara; 3. Kecamatan Mollo Barat; 4. Kecamatan Mollo Tengah; 5. Kecamatan Tobu; 6. Kecamatan Nunbena; 7. Kecamatan Kota SoE; 8. Kecamatan Amanuban Barat; 9. Kecamatan Batu Putih; 10. Kecamatan Amanuban Selatan; 11. Kecamatan Koalin; 12. Kecamatan Kolbanu; 13. Kecamatan Kuanfatu; 14. Kecamatan Amanatun Selatan; 15. Kecamatan Neobana; 16. Kecamatan Toianas; 17. Kecamatan Amanuban Tengah; 18. Kecamatan Amanuban Timur; dan; 19. Kecamatan Amanatun Utara;

Memerintahkan kepada Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Timor Tengah Selatan untuk melaksanakan pemungutan suara ulang Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan bagi kelima Pasangan Calon pada: 1. Kecamatan Amanuban Barat; dan; 2. Kecamatan Amanuban Selatan, dalam waktu paling lama 45 (empat puluh lima) hari terhitung sejak putusan ini diucapkan;

Memerintahkan kepada Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Timor Tengah Selatan untuk melaksanakan penghitungan suara ulang Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan bagi kelima Pasangan Calon pada: 1. Kecamatan Mollo Selatan; 2. Kecamatan Mollo Utara; 3. Kecamatan Mollo Barat; 4. Kecamatan Mollo Tengah; 5. Kecamatan Tobu; 6. Kecamatan Nunbena; 7. Kecamatan Kota SoE; 8. Kecamatan Batu Putih; 9. Kecamatan Koalin; 10. Kecamatan Kolbanu; 11. Kecamatan Kuanfatu; 12. Kecamatan Amanatun Selatan; 13. Kecamatan Neobana; 14. Kecamatan Toianas; 15. Kecamatan Amanuban Tengah; 16. Kecamatan Amanuban Timur; dan; 17. Kecamatan Amanatun Utara, dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak putusan ini diucapkan;

Menolak permohonan Pemohon untuk selain dan selebihnya.

003-234.indd 110 9/24/10 10:38:20 AM

Page 133: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

111Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

IKHTISAR KETETAPANPERKARA NOMOR 44/PHPU.D-VI/2008

TENTANG KEBERATAN ATAS KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TIMOR

TENGAH SELATAN NOMOR 05/KPU-TTS/2009 TENTANG PENETAPAN PAKET PEMENANG PADA PENGHITUNGAN ULANG 17 KECAMATAN DAN PEMILIHAN

ULANG 2 KECAMATAN BERTANGGAL 30 JANUARI 2009(PELAKSANAAN PUTUSAN MAHKAMAH KOSTITUSI NOMOR 44/PHPU.D-VI/2008)

Pemohon : 1. Drs, Daniel A. Banunaek, M.A.; 2. Drs. Alexander Nakamnanu; 3. Ir. Johanes Oematan, M.Si.; 4. Drs. Pieter R. Lobo, M.Si.; 5. Drs. Godlief E. Tobe; 6. Drs. Junus E. Tahun;

7. Drs. Carolus Nubatonis.Termohon : Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Timor Tengah Selatan.Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil

Kepala Daerah.Pokok Perkara : Keberatan atas Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten

Timor Tengah Selatan Nomor 05/KPU-TTS/2009 bertanggal 30 Januari 2009 tentang Penetapan Paket Pemenang pada Penghitungan Ulang 17 Kecamatan dan Pemilihan Ulang 2 Kecamatan (Pelaksanaan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 44/PHPU.D-VI/2008).

Amar Ketetapan : Menyatakan permohonan Pemohon tidak dapat diregistrasi dalam Buku Registrasi Perkara Konstitusi.

Tanggal Ketetapan : Rabu, 4 Februari 2009.Ikhtisar Ketetapan :

Pemohon Drs. Daniel A. Banunaek, M.A., Drs. Alexander Nakamnanu, Ir. Johanes Oematan, M.Si., Drs. Pieter R. Lobo, M.Si., Drs. Godlief E. Tobe, Drs. Junus E. dan Drs. Carolus Nubatonis mengajukan permohonan keberatan atas Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Timor Tengah Selatan Nomor 05/KPU-TTS/2009 bertanggal 30 Januari 2009 tentang Penetapan Paket Pemenang pada Penghitungan Ulang 17 Kecamatan dan

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

003-234.indd 111 9/24/10 10:38:21 AM

Page 134: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

112 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Pemilihan Ulang 2 Kecamatan (Pelaksanaan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 44/PHPU.D-VI/2008). Permohonan diajukan oleh Pemohon pada tanggal 2 Februari 2009 di Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi.

Pemohon telah mengajukan permohonan mengenai sengketa hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan, yang terdaftar di Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi dengan registrasi Nomor 44/PHPU.D-VI/2008 pada tanggal 21 November 2008.

Terhadap permohonan Pemohon tersebut, Mahkamah Konstitusi telah memutus dengan Putusan Nomor 44/PHPU.D-VI/2008 bertanggal 11 Desember 2008 yang amarnya sebagai berikut.Dalam Eksepsi: Menyatakan eksepsi Termohon tidak dapat diterima. Dalam Pokok Perkara: Mengabulkan permohonan Pemohon untuk sebagian; Membatalkan dan menyatakan tidak mengikat secara hukum Keputusan Komisi

Pemilihan Umum Kabupaten Timor Tengah Selatan Nomor 46 Tahun 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan Tahun 2008 sepanjang mengenai hasil rekapitulasi penghitungan suara pada: 1. Kecamatan Mollo Selatan; 2. Kecamatan Mollo Utara; 3. Kecamatan Mollo Barat; 4. Kecamatan Mollo Tengah; 5. Kecamatan Tobu; 6. Kecamatan Nunbena; 7. Kecamatan Kota SoE; 8. Kecamatan Amanuban Barat; 9. Kecamatan Batu Putih; 10. Kecamatan Amanuban Selatan; 11. Kecamatan Koalin; 12. Kecamatan Kolbanu; 13. Kecamatan Kuanfatu; 14. Kecamatan Amanatun Selatan; 15. Kecamatan Neobana; 16. Kecamatan Toianas; 17. Kecamatan Amanuban Tengah; 18. Kecamatan Amanuban Timur; dan; 19. Kecamatan Amanatun Utara;

Memerintahkan kepada Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Timor Tengah Selatan untuk melaksanakan pemungutan suara ulang Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan bagi kelima Pasangan Calon pada: 1. Kecamatan Amanuban Barat; dan; 2. Kecamatan Amanuban Selatan, dalam waktu paling lama 45 (empat puluh lima) hari terhitung sejak putusan ini diucapkan;

Memerintahkan kepada Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Timor Tengah Selatan untuk melaksanakan penghitungan suara ulang Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan bagi kelima Pasangan Calon pada: 1. Kecamatan Mollo Selatan; 2. Kecamatan Mollo Utara; 3. Kecamatan Mollo Barat; 4. Kecamatan Mollo Tengah; 5. Kecamatan Tobu; 6. Kecamatan Nunbena; 7. Kecamatan Kota SoE; 8. Kecamatan Batu

003-234.indd 112 9/24/10 10:38:21 AM

Page 135: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

113Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

Putih; 9. Kecamatan Koalin; 10. Kecamatan Kolbanu; 11. Kecamatan Kuanfatu; 12. Kecamatan Amanatun Selatan; 13. Kecamatan Neobana; 14. Kecamatan Toianas; 15. Kecamatan Amanuban Tengah; 16. Kecamatan Amanuban Timur; dan; 17. Kecamatan Amanatun Utara, dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak putusan ini diucapkan.

Menolak permohonan Pemohon untuk selain dan selebihnya. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 44/PHPU.D-VI/2008 telah dilaksanakan oleh

Komisi Pemilihan Umum Provinsi Kabupaten Timor Tengah Selatan (Termohon) yang hasilnya kemudian dituangkan dalam Berita Acara Nomor 05/KPU-TTS/I/2009 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan Tahun 2008 dan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Timor Tengah Selatan Nomor 06 Tahun 2009 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan Tahun 2008, yang keduanya bertanggal 30 Januari 2009.

Terhadap Surat Keputusan Nomor 01 Tahun 2009 tanggal 30 Januari 2009 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009, Pemohon mengajukan permohonan baru kepada Mahkamah Konstitusi, yang diterima di Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi pada tanggal 2 Februari 2009.

Rapat Permusyawaratan Hakim pada tanggal 4 Februari 2009 berpendapat bahwa: 1. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 44/PHPU.D-VI/2008 bertanggal 11 Desember

2008 merupakan putusan yang bersifat final dan mengikat menurut undang-undang;

2. Termohon telah melaksanakan Putusan Mahkamah dengan hasil sebagaimana dituangkan dalam Berita Acara Nomor 05/KPU-TTS/I/2009 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan Tahun 2008 dan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Timor Tengah Selatan Nomor 06 Tahun 2009 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan Tahun 2008, yang keduanya bertanggal 30 Januari 2009;

3. Persoalan-persoalan hukum yang muncul sebagaimana dikemukakan dalam permohonan Pemohon bertanggal 2 Februari 2009 merupakan pelanggaran administratif dan pidana yang menjadi ranah penegakan hukum oleh aparat yang berwenang di luar Mahkamah Konstitusi;

4. Berita Acara Nomor 05/KPU-TTS/I/2009 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan Tahun 2008

003-234.indd 113 9/24/10 10:38:21 AM

Page 136: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

114 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

dan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Timor Tengah Selatan Nomor 06 Tahun 2009 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan Tahun 2008, yang keduanya bertanggal 30 Januari 2009 tidak termasuk kategori permohonan baru, sehingga permohonan tersebut tidak dapat diregistrasi sebagai permohonan baru. Dengan demikian dalam perkara ini, Mahkamah menetapkan hal-hal sebagai

berikut:1. Menyatakan permohonan Pemohon tidak dapat diregistrasi dalam Buku Registrasi

Perkara Konstitusi;2. Menyatakan sah Berita Acara Nomor 05/KPU-TTS/I/2009 tentang Penetapan

Pasangan Calon Terpilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan Tahun 2008 dan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Timor Tengah Selatan Nomor 06 Tahun 2009 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan Tahun 2008, yang keduanya bertanggal 30 Januari 2009;

3. Memerintahkan Panitera Mahkamah Konstitusi untuk menerbitkan Akta Pernyataan Tidak Diregistrasi.

003-234.indd 114 9/24/10 10:38:21 AM

Page 137: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

115Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

IKHTISAR PUTUSAN PERKARA NOMOR 45/PHPU.D-VI/2008

TENTANGKEBERATAN TERHADAP HASIL PEMILU KEPALA DAERAH

DAN WAKIL KEPALA DAERAH KABUPATEN KUPANG

Pemohon : 1. Herson Tanuab, S.H., (Calon Bupati Kabupaten Kupang); 2. Ir. Vivo Henu Ballo (Calon Wakil Bupati Kabupaten Kupang).Termohon : Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Kupang.Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil

Kepala Daerah.Pokok Perkara : Keberatan atas Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten

Kupang Nomor 29/PB Tahun 2008 tanggal 4 November 2008 tentang Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Kupang dan Penetapan Pasangan Calon Terpilih yang memperoleh suara terbanyak yang boleh ikut Pemilukada Putaran II.

Amar Putusan : Dalam Provisi: Menyatakan Tuntutan Provisi Pemohon tidak dapat diterima. Dalam Eksepsi: Menyatakan eksepsi Termohon tidak dapat diterima. Dalam Pokok Permohonan: Menyatakan permohonan Pemohon ditolak untuk seluruhnya. Tanggal Putusan : Rabu, 10 Desember 2008.Ikhtisar Putusan :

Pemohon Herson Tanuab, S.H. dan Ir. Vivo Henu Ballo adalah Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Kupang. Pemohon terdaftar sebagai Peserta Pemiliham Umun Kepala Daerah (Pemilukada) Kabupaten Kupang berdasarkan Surat Keputusan KPU Kabupaten Kupang Nomor 29/PB Tahun 2008 tanggal 21 September 2008.

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

003-234.indd 115 9/24/10 10:38:21 AM

Page 138: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

116 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Pemohon berkeberatan terhadap Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Kupang yang ditetapkan dengan Keputusan KPU Kabupaten Kupang bertanggal 4 November 2008 yang diajukan ke Pengadilan Negeri Kupang pada tanggal 7 November 2008. Kemudian, Pengadilan Tinggi Kupang mengalihkan permohonan Pemohon ke Mahkamah Konstitusi, yang diterima pada tanggal 21 November 2008 dan diregistrasi pada tanggal 24 November 2008.

Pemohon mendalilkan bahwa hasil penghitungan Termohon yakni KPU Kabupaten Kupang telah keliru, dengan menetapkan Pasangan Calon Nomor Urut 3 menjadi pemenang kedua dengan perolehan 27.976 suara, sedangkan Pemohon sebagai pemenang ketiga ditetapkan memperoleh 27.556 suara. Penghitungan suara tersebut keliru karena seharusnya yang menjadi pemenang kedua adalah Pemohon dengan memperoleh 29.248 suara.

Pemohon memohon agar sebelum memberikan putusan akhir, Mahkamah terlebih dahulu mengeluarkan putusan Provisi yang memerintahkan agar Pemilukada putaran kedua ditangguhkan karena Termohon telah melakukan kesalahan dalam penghitungan suara dan memerintahkan Termohon untuk melakukan penghitungan ulang di setiap Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) di 29 kecamatan atau di PPK dimana terjadi kesalahan penghitungan.

Terkait dengan kewenangan Mahkamah, berdasarkan ketentuan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 dan Pasal 10 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi junctis Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, salah satu kewenangan konstitusional Mahkamah adalah memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.

Sebelumnya, Pasal 106 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (UU Pemda) menentukan bahwa keberatan mengenai hasil penghitungan suara yang mempengaruhi terpilihnya Pasangan Calon diajukan ke Mahkamah Agung atau menjadi kewenangan Mahkamah Agung. Kewenangan tersebut kemudian dicantumkan lagi dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum menentukan bahwa Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah pemilihan umum untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Selanjutnya, Pasal 236C Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menentukan bahwa penanganan sengketa hasil penghitungan suara pemilihan kepala daerah oleh Mahkamah Agung dialihkan kepada Mahkamah Konstitusi paling lama 18 bulan sejak undang-undang ini diundangkan.

003-234.indd 116 9/24/10 10:38:21 AM

Page 139: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

117Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 236C Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008, pada 29 Oktober 2008, Ketua Mahkamah Agung dan Ketua Mahkamah Konstitusi telah menandatangani Berita Acara Pengalihan Wewenang Mengadili sengketa hasil penghitungan penghitungan suara pemilihan kepala daerah.

Oleh karena permohonan Pemohon adalah sengketa hasil penghitungan suara Pemilukada, yakni Pemilukada Kabupaten Kupang maka Mahkamah berwenang untuk memeriksa, mengadili dan memutus permohonan Pemohon.

Terkait dengan kedudukan hukum (legal standing), Pemohon adalah Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kupang yang mengajukan keberatan terhadap Keputusan KPU Kabupaten Kupang Nomor 29/PB Tahun 2008 tanggal 4 November 2008 tentang Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Kupang dan Penetapan Pasangan Calon terpilih yang memperoleh suara terbanyak yang boleh ikut Pemilukada Putaran II. Pemohon mendalilkan semestinya Pemohon ditetapkan sebagai Pemenang Kedua dan ikut dalam Pemilukada Putaran II karena Pemohon memperoleh 29.248 suara, bukan 27.556 suara. Fakta dan dalil Pemohon tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 106 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, serta Pasal 3 dan Pasal 4 Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah (PMK 15/2008) yang menentukan bahwa: a. Pemohon adalah Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah; b. Permohonan hanya dapat diajukan terhadap Penetapan Hasil Penghitungan Suara Pemilukada yang mempengaruhi penentuan Pasangan Calon yang dapat mengikuti putaran kedua Pemilukada atau terpilihnya Pasangan Calon sebagai Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Atas dasar itu, Mahkamah berpendapat bahwa Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan dimaksud.

Terkait dengan permasalahan utama permohonan, KPU Kabupaten Kupang memberikan keterangan yang pada intinya adalah sebagai berikut. • Dalam eksepsi, Termohon berpendapat bahwa permohonan Pemohon telah melewati

tenggang waktu yang ditentukan Pasal 5 PMK 15/2008. Selain itu, permohonan Pemohon sangat kabur dan tidak jelas karena tidak tidak merinci kesalahan hasil penghitungan suara yang dilakukan Termohon.

• Dalam pokok perkara, Termohon memberikan penjelasan bahwa:1. Keputusan hasil rekapitulasi suara yang dilakukan Termohon sudah benar

sesuai dengan prosedur yang berlaku;2. Pemohon menggunakan data yang tidak benar dalam menghitung jumlah

suara yang semestinya diperoleh. Dalam konteks ini, sesungguhnya Pemohon memperoleh 27.556 suara yang diperoleh pada 582 Tempat Pemungutan Suara (TPS) berdasarkan sertifikat hasil penghitungan suara untuk pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah;

3. Keberatan Pemohon atas 1.692 suara yang dianggap suara Pemohon yang hilang adalah tidak jelas.

003-234.indd 117 9/24/10 10:38:21 AM

Page 140: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

118 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Dalam pertimbangan hukum putusannya, Mahkamah berpendapat bahwa tidak terdapat hal-hal yang mendesak atau urgen untuk dikeluarkannya putusan provisi sebagaimana yang dimohonkan dalam petitum permohonan Pemohon, lagipula sengketa hasil penghitungan suara Pemilukada merupakan perkara yang prosesnya relatif cepat yang harus diputus paling lama 14 hari kerja sejak permohonan diregister dalam Buku Registrasi Perkara Konstitusi (BRPK), maka permohonan provisi Pemohon harus dikesampingkan.

Terkait dengan eksepsi Termohon, Mahkamah berpendapat bahwa Penetapan KPU Kabupaten Kupang tentang Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilukada Kabupaten Kupang ditetapkan pada tanggal 4 November 2008. Terhadap penetapan itu, Pemohon telah mengajukan keberatan karena Hasil Penghitungan Suara yang dilakukan Termohon dianggap salah atau tidak benar, permohonan Pemohon diajukan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Kupang pada tanggal 7 November 2008 dan dilimpahkan ke Mahkamah oleh Pengadilan Tinggi Kupang pada tanggal 17 November 2008.

Meskipun berkas diterima di Mahkamah pada tanggal 21 November 2008 dan diregister pada tanggal 24 November 2008, akan tetapi karena Pemohon telah mengajukan permohonannya ke Pengadilan Negeri Kupang pada tanggal 7 November 2008, maka berdasarkan ketentuan Pasal 106 ayat (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pengajuan permohonan tersebut masih dalam tenggang waktu yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan termasuk PMK 15/2008. Alasan lainnya adalah adanya masa transisi yang diperlukan dalam peralihan kewenangan dari Mahkamah Agung ke Mahkamah Konstitusi, sehingga tanggal penerimaan keberatan di Pengadilan Negeri Kupang adalah tanggal yang digunakan sebagai dasar untuk menentukan tenggat yang ditentukan dalam undang-undang dan PMK 15/2008.

Oleh karena permohonan Pemohon diajukan masih dalam tenggang waktu sebagaimana yang diatur dan ditentukan dalam undang-undang dan PMK 15/2008, maka eksepsi Termohon dinilai tidak beralasan dan harus dikesampingkan.

Eksepsi tentang permohonan kabur (obscuur libel) adalah tidak tepat menurut hukum karena substansi eksepsi tersebut berkaitan erat dengan pokok permohonan, sehingga eksepsi tersebut juga harus dikesampingkan.

Terkait dengan pokok permohonan, Mahkamah berpendapat sebagai berikut.• Adanya sejumlah 1.692 suara yang didalilkan menjadi hak suara Pemohon tidak

didukung oleh bukti surat dan saksi yang meyakinkan. Data yang diajukan saksi Pemohon tidak berasal dari sumber yang kompeten dan belum merupakan hasil penghitungan yang final yang masih dapat berubah, baik karena adanya kesalahan penjumlahan maupun karena alasan-alasan lain.

• Pembagian sembako yang dilakukan oleh salah satu pasangan calon tidak dapat ditindaklanjuti dengan alasan bahwa pelanggaran yang disampaikan telah lewat batas waktu dan tidak lengkap.

003-234.indd 118 9/24/10 10:38:21 AM

Page 141: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

119Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

• Berdasarkan fakta hukum yang terungkap di persidangan berupa keterangan saksi-saksi Pemohon, ternyata hanya seorang saksi dari Pemohon yang menjadi saksi di Kecamatan Amfoang Utara yang menerangkan bahwa saksi tidak diberi Formulir C1-KWK, yang sekaligus menjadi pemantau di Kecamatan Amfoang Barat Laut. Di pihak lain, Termohon menerangkan bahwa semua saksi Pasangan Calon, termasuk saksi Pemohon, telah menandatangani Formulir C1-KWK tanpa ada keberatan. Untuk mendukung keterangan tersebut, Termohon mengajukan bukti, yaitu surat mandat dan penugasan saksi Pemohon di TPS-TPS yang bersangkutan. Dengan demikian, dalil Pemohon tidak terbukti secara sah dan meyakinkan, karenanya permohonan Pemohon harus ditolak. Berdasarkan penilaian atas fakta dan hukum di atas, Mahkamah berkesimpulan

bahwa tuntutan provisi Pemohon tidak tepat menurut hukum, eksepsi Termohon tidak tepat menurut hukum, permohonan Pemohon tidak terbukti secara sah dan meyakinkan.

Dalam amar putusannya, Mahkamah memutuskan: dalam Provisi menyatakan bahwa tuntutan provisi Pemohon tidak dapat diterima; dalam eksepsi menyatakan bahwa eksepsi Termohon tidak dapat diterima. Adapun dalam pokok permohonan menyatakan bahwa permohonan Pemohon ditolak untuk seluruhnya.

003-234.indd 119 9/24/10 10:38:21 AM

Page 142: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

120 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

003-234.indd 120 9/24/10 10:38:21 AM

Page 143: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

121Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

IKHTISAR PUTUSAN PERKARA NOMOR 49/PHPU.D-VI/2008

TENTANGKEBERATAN TERHADAP HASIL PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH

DAN WAKIL KEPALA DAERAH KABUPATEN TAPANULI UTARA

Pemohon : Ir. Roy Mangontang Sinaga, Ir. Djudjung Pangondian Hutauruk, Samsul Sianturi, Drs. Frans A. Sihombing, M.M.

Termohon : Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Tapanuli Utara.Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil

Kepala Daerah.Pokok Perkara : Keberatan terhadap hasil penghitungan suara Pemilihan Umum

Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Tapanuli Utara Nomor 25 Tahun 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Tapanuli Utara Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008.

Amar Putusan : Dalam Eksepsi: Menyatakan eksepsi Termohon tidak dapat diterima; Dalam Pokok Perkara: Mengabulkan permohonan Pemohon untuk sebagian.Tanggal Putusan : Selasa, 16 Desember 2008.Ikhtisar Putusan :

Pemohon Ir. Roy Mangontang Sinaga dan Ir. Djudjung Pangondian Hutauruk adalah Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Tapanuli Utara dengan Nomor Urut 2. Sedangkan Pemohon bernama Samsul Sianturi dan Drs. Frans A. Sihombing, M.M. adalah Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Tapanuli Utara dengan Nomor Urut 3.

Pemohon berkeberatan terhadap keputusan Termohon yakni Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Tapanuli Utara Nomor 25 Tahun 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Tapanuli Utara Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008 tanggal 23 November 2008.

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

003-234.indd 121 9/24/10 10:38:21 AM

Page 144: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

122 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Terkait dengan kewenangan Mahkamah, berdasarkan ketentuan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 dan Pasal 10 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) junctis Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, salah satu kewenangan konstitusional Mahkamah adalah memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.

Semula, berdasarkan ketentuan Pasal 106 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (UU 32/2004), keberatan berkenaan dengan hasil penghitungan suara yang mempengaruhi terpilihnya pasangan calon diajukan ke Mahkamah Agung. Kewenangan Mahkamah Agung dicantumkan kembali dalam Pasal 94 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Selanjutnya, Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum yang menentukan bahwa ”Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah pemilihan umum untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”.

Pasal 236C Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menentukan bahwa, ”Penanganan sengketa hasil penghitungan suara pemilihan kepala daerah oleh Mahkamah Agung dialihkan kepada Mahkamah Konstitusi paling lama 18 (delapan belas) bulan sejak undang-undang ini diundangkan”. Oleh karena itu, pada 29 Oktober 2008, Ketua Mahkamah Agung dan Ketua Mahkamah Konstitusi menandatangani Berita Acara Pengalihan Wewenang Mengadili, sebagai pelaksanaan Pasal 236C Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008.

Permohonan Pemohon adalah sengketa hasil penghitungan suara Pemilukada, yaitu Pemilukada Kabupaten Tapanuli Utara sesuai dengan Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Tapanuli Utara Nomor 25 Tahun 2008 bertanggal 23 November 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Tapanuli Utara Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008, maka Mahkamah berwenang untuk memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan Pemohon.

Terkait dengan kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, Mahkamah mempertimbangkan berdasarkan ketentuan Pasal 106 ayat (1) UU Nomor 32/2004 dan Pasal 3 dan Pasal 4 Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah (PMK 15/2008) sebagai berikut.- Pemohon adalah Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Tapanuli

Utara, yang masing-masing oleh Termohon ditetapkan sebagai Pasangan Calon Nomor Urut 2 dan Nomor Urut 3.

003-234.indd 122 9/24/10 10:38:21 AM

Page 145: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

123Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

- Permohonan yang diajukan Pemohon adalah keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Tapanuli Utara Nomor 25 Tahun 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Tapanuli Utara Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008 bertanggal 23 November 2008. Keberatan dimaksud disebabkan Pemohon Ir. Roy Mangontang Sinaga dan Ir. Djudjung Pangondian Hutauruk secara keliru telah ditetapkan hanya memperoleh suara sejumlah 20.300 suara, yang berada pada peringkat ke-4 dan Pemohon Samsul Sianturi dan Drs. Frans A. Sihombing, M.M., yang berada pada peringkat ke-2 memperoleh 31.800 suara di bawah Pasangan Calon Torang Lumban Tobing dan Bangkit Parulian Silaban, S.E., yang memperoleh sejumlah 46.645 suara.Dengan demikian, Mahkamah berpendapat bahwa Pemohon telah memenuhi syarat

kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan.Terkait dengan tenggang waktu pengajuan permohonan bahwa Penetapan Pasangan

Calon Terpilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Tapanuli Utara Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008 yang dilakukan oleh Termohon ditetapkan melalui Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Tapanuli Utara Nomor 25 Tahun 2008 bertanggal 23 November 2008, sedangkan permohonan keberatan terhadap penetapan Termohon tersebut telah diajukan di Kepaniteraan Mahkamah yang diterima di Kepaniteraan Mahkamah pada hari Rabu, 26 November 2008 berdasarkan Akta Penerimaan Berkas Permohonan Nomor 95/PAN.MK/XI/2008 yang kemudian diregistrasi pada tanggal 27 November 2008 dengan Nomor 49/PHPU.D-VI/2008.

Pasal 5 PMK 15/2008 menentukan bahwa, “Permohonan hanya dapat diajukan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah Termohon menetapkan hasil penghitungan suara Pemilukada di daerah yang bersangkutan”, sehingga pengajuan permohonan Pemohon masih dalam tenggang waktu yang ditentukan.

Berdasarkan penilaian fakta dan hukum di atas, Mahkamah berpendapat bahwa Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan sebagaimana persyaratan yang ditentukan dalam Pasal 106 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, Pasal 3 dan Pasal 4 PMK 15/2008, dan permohonan Pemohon masih dalam tenggang waktu sebagaimana ditentukan dalam Pasal 5 PMK 15/2008.

Permasalahan utama permohonan Pemohon adalah keberatan terhadap hasil penghitungan suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Tapanuli Utara yang ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Tapanuli Utara Nomor 25 Tahun 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Tapanuli Utara Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008, bertanggal 23 November 2008.

Pemohon mendalilkan bahwa hasil rekapitulasi penghitungan suara yang dilakukan oleh Termohon terdapat kesalahan atau kekeliruan karena terjadinya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan Termohon berupa:

003-234.indd 123 9/24/10 10:38:21 AM

Page 146: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

124 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

(1) ditemukannya Nomor Induk Kependudukan (NIK) ganda sejumlah 26.091; (2) adanya 6.000 wajib pilih tidak mendapat kartu pemilih; (3) adanya 2.700 kartu suara yang dikuasai oleh Tim Sukses Pasangan Calon Nomor

Urut 1; (4) adanya pengerahan 300 orang pemilih yang bukan berasal dari daerah pemilihan

yang bersangkutan yang dilakukan oleh Fernando Simanjuntak Tim Sukses Pasangan Calon Nomor Urut 1;

(5) adanya pencoblosan yang dilakukan oleh beberapa orang yang tidak dikenal yang diantar dengan empat mobil merk Toyota Kijang (36 orang menurut Saksi Pemohon Januari Hutauruk, 61 orang menurut Saksi Pemohon Hotma Hutauruk) di TPS 3 Desa Hutauruk Hasundutan, Kecamatan Sipoholon yang melakukan pencoblosan dengan tanpa dipanggil yang langsung masuk ke bilik suara secara bergantian sebanyak 10 orang sekali dan mencoblos untuk Pasangan Calon Nomor Urut 1.Di samping itu, Pemohon mendalilkan bahwa hasil perolehan suara yang benar

untuk Ir. Roy Mangontang Sinaga dan Ir. Djudjung Pangondian Hutauruk adalah sejumlah 20.300 suara dan untuk Pemohon Samsul Sianturi dan Drs. Frans A. Sihombing, M.M. adalah sejumlah 31.800 suara, sedangkan perolehan suara untuk Pasangan Calon Terpilih Torang Lumban Tobing dan Bangkit Parulian Silaban adalah hanya sebesar 20.554 suara. Dengan demikian, seharusnya Pemohon Samsul Sianturi dan Drs. Frans A. Sihombing yang ditetapkan sebagai Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Terpilih Kabupaten Tapanuli Utara. Oleh karena itu, Pemohon meminta agar Mahkamah membatalkan penghitungan suara yang dilakukan oleh Termohon.

Termohon dalam keputusannya menetapkan hasil penghitungan dengan rekapitulasi sebagai berikut: Torang Lumban Tobing dan Bangkit Parulian Silaban, S.E. (Pasangan Nomor Urut

1) jumlah suara 46.645; Ir. Roy Mangotang Sinaga dan Ir. Djudjung Pangondian Hutauruk (Pasangan Nomor

Urut 2) jumlah suara 20.300; Samsul Sianturi dan Drs. Frans Anthony Sihombing, M.M. (Pasangan Nomor Urut

3) jumlah suara 31.800; Ir. Sanggam Hutapea, M.M dan Ir. Londut Silitonga (Pasangan Nomor Urut 4)

jumlah suara 20.465; Drs. Wastin Siregar dan Ir. N. Soaloon Silitonga (Pasangan Nomor Urut 5) jumlah

suara 5.067; Ir. Edward Sihombing dan Drs. Alpha Simanjuntak, M.Pd (Pasangan Nomor Urut

6) jumlah suara 12.387. Terhadap permohonan Pemohon, Termohon memberikan keterangan yang pada

pokoknya membantah dalil-dalil Pemohon sebagai berikut:

003-234.indd 124 9/24/10 10:38:21 AM

Page 147: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

125Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

1. keberatan Pemohon tidak lebih daripada pelanggaran terhadap proses Pemilukada, sehingga merupakan tugas dan wewenang Panwaslu Kabupaten Tapanuli Utara untuk menyelesaikan dan/atau menindaklanjutinya kepada instansi yang berwenang;

2. permohonan kepada Mahkamah telah melewati tenggang waktu yang ditentukan; 3. Pemohon tidak menguraikan dengan jelas kesalahan penghitungan yang dilakukan

oleh Termohon yang mempengaruhi perolehan suara Pemohon sebagai alasan diajukannya permohonan kepada Mahkamah;

4. Penetapan Hasil Penghitungan Suara Pemilukada Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2008 dilakukan oleh Termohon berdasarkan hasil Rapat Pleno Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Tapanuli Utara sebagaimana tertuang dalam Berita Acara Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2008 tertanggal 2 November 2008 sehingga tindakan Termohon yang menerbitkan Surat Keputusan Nomor 25 Tahun 2008 adalah merupakan perbuatan hukum sehingga Surat Keputusan tersebut adalah sah dan memiliki kekuatan hukum. Pihak Terkait yakni Pasangan Calon Nomor Urut 4 Ir. Sanggam Hutapea, M.M. dan

Ir. Londut Silitonga menerangkan bahwa beberapa hari sebelum pelaksanaan pemungutan suara Pihak Terkait memperoleh data dari KPU dan terdapat kejanggalan berupa:(1) pada DPT satu NIK digunakan beberapa orang sampai akhirnya melebihi 3.000

orang calon pemilih; (2) ada beberapa nama sama terdapat di beberapa TPS; (3) pada tanggal 24 Oktober dan 25 Oktober 2008 ratusan masyarakat datang mengadu

ke Pihak Terkait di Kecamatan Tarutung karena tidak masuk dalam DPT padahal mereka pada pemilihan Gubernur Provinsi Sumatera Utara yang baru berlangsung beberapa bulan sebelumnya masuk dalam DPT. Pihak Terkait bersama dengan Pasangan Calon Nomor Urut 6 menemui Ketua KPU Kabupaten Tapanuli Utara, Jan Pieter Lumban Toruan, S.H., untuk melaporkan kejanggalan dimaksud, dan meminta dua hal yaitu: supaya pemungutan suara ditunda dan dilakukan pemutakhiran DPT terlebih dahulu, namun tidak mendapat tanggapan secara baik.Terhadap eksepsi Termohon, Mahkamah memberikan pertimbangan berikut.Menyangkut eksepsi tenggang waktu pengajuan permohonan, Termohon beralasan

bahwa perbaikan permohonan tanggal 2 Desember 2008 dipandang sebagai perkara baru, karena telah mengubah seluruh posita dan petitum sehingga harus ditolak; Mahkamah berpendapat perbaikan permohonan merupakan hak Pemohon yang diatur dalam Pasal 39 UU MK dan Pasal 8 ayat (2) huruf a PMK 15/2008, yang memberi kesempatan untuk mengadakan perbaikan yang dipandang perlu. Sepanjang Termohon belum memberikan jawaban, maka perbaikan permohonan dimungkinkan. Dengan demikian eksepsi Termohon harus dikesampingkan.

003-234.indd 125 9/24/10 10:38:21 AM

Page 148: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

126 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Menyangkut eksepsi tentang permohonan Pemohon daluwarsa, menurut Mahkamah, Keputusan Termohon Nomor 24A tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2008 di Tingkat Kabupaten oleh Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Tapanuli Utara ditetapkan pada tanggal 2 November 2008, merupakan Berita Acara Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilukada Kabupaten Tapanuli Utara di Tingkat Kabupaten oleh KPU Kabupaten Tapanuli Utara. Keputusan Termohon tersebut belum ditetapkan dan diumumkan oleh Termohon sebagaimana ditentukan dalam Pasal 21 ayat (1) huruf l Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 4 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan Tata Kerja Komisi Pemilihan Umum Provinsi, Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, Panitia Pemilihan Kecamatan, Panitia Pemungutan Suara, dan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, yang menentukan bahwa tugas dan wewenang KPU Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah menerbitkan keputusan KPU Kabupaten/Kota untuk mengesahkan hasil Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten/Kota dan mengumumkannya. Hal tersebut diakui pula oleh Termohon dalam Surat Nomor 2026/KPU-TU/XI/2008 bertanggal 5 November 2008 yang ditujukan kepada Ketua DPRD Kabupaten Tapanuli Utara perihal Pemberitahuan, yang pada akhir paragraf pertama menyatakan, “Penetapan Pemenang Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2008 kami umumkan setelah adanya putusan Pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum yang tetap (inkracht)”. Dengan demikian, eksepsi Termohon tersebut harus dikesampingkan.

Menyangkut eksepsi permohonan Pemohon obscuur libel, Mahkamah berpendapat, sesuai ketentuan Pasal 3 ayat (1) PMK 15/2008 yang berbunyi, “Para pihak yang mempunyai kepentingan langsung dalam perselisihan hasil pemilukada adalah: a. Pasangan Calon sebagai Pemohon; b. KPU/KIP provinsi atau KPU/KIP kabupaten/kota sebagai Termohon”.

Berdasarkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 21 Tahun 2008 bertanggal 28 Agustus 2008 tentang Penetapan Nomor Urut Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Peserta Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2008, kedua Pemohon dimaksud adalah Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Tapanuli Utara masing-masing dengan Nomor Urut 2 dan Nomor Urut 3. Oleh karena itu, eksepsi Termohon harus dikesampingkan.

Menyangkut pokok permohonan, Mahkamah memberikan beberapa pertimbangan sebagai berikut.

Tentang apakah Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Tapanuli Utara Nomor 25 Tahun 2008 bertanggal 23 November 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi

003-234.indd 126 9/24/10 10:38:21 AM

Page 149: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

127Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

Sumatera Utara Tahun 2008 bertanggal 23 November 2008 sah ataukah cacat secara yuridis, Mahkamah memberikan pendapat dan penilaian hukum berikut ini.

Fakta hukum menunjukkan adanya Nomor Induk Kependudukan (NIK) ganda pada 14 kecamatan dari 15 kecamatan Kabupaten Tapanuli Utara sejumlah 26.091, sedangkan terhadap fakta hukum tersebut, Termohon tidak dapat memberikan bukti sebaliknya (tegen bewijs), terlebih lagi, dalam jawabannya terkait dengan NIK ganda tersebut, Termohon menyatakan bahwa NIK ganda tidak ada relevansinya dengan rekapitulasi penghitungan suara yang dilakukan oleh Termohon. Dengan demikian, di satu sisi Termohon secara materiil mengakui adanya pelanggaran tersebut tetapi di sisi lain Termohon menyatakan pelanggaran tersebut bukan wewenang Mahkamah untuk menyelesaikan dan menindaklanjutinya, melainkan wewenang dari lembaga penyelenggara Pemilu yakni KPU Kabupaten Tapanuli Utara dan Panwaslu Kabupaten Tapanuli Utara.

Fakta hukum tentang adanya NIK ganda tersebut telah bertentangan dengan Surat KPU Kabupaten Tapanuli Utara Nomor Istimewa bertanggal 21 November 2008 perihal Proses Pilkada Kabupaten Tapanuli Utara, bahwa KPU Kabupaten Tapanuli Utara sudah melakukan pemutakhiran data pemilihan dalam bentuk DPT yang disahkan pada 25 Juli 2008 berjumlah 181.120. Dalam proses tahapan tersebut, KPU Kabupaten Tapanuli Utara menyerahkan soft copy DPT yang telah disahkan tersebut kepada Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara, dalam hal ini Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, untuk pengisian Nomor Induk Kependudukan. Hal ini diakui pula oleh keterangan saksi dari Pihak Terkait Pasangan Calon Terpilih, yaitu saksi Kondar Sormin yang membenarkan adanya penyerahan soft copy DPT tersebut dari KPU kepada yang bersangkutan dengan maksud pengisian NIK kepada nama-nama yang terdapat dalam DPT yang belum mempunyai NIK. Hal tersebut juga diakui oleh Ketua Panwaslu Kabupaten Tapanuli Utara, Borisman Panggabean, S.T.

Terhadap soft copy DPT yang telah diisi NIK oleh Kantor Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Tapanuli Utara tersebut, diserahkan kembali kepada KPU Kabupaten Tapanuli Utara dalam bentuk soft copy, dan oleh KPU Kabupaten Tapanuli Utara (Romauli Sihombing, S.I.P., Tunggul Simorangkir, S.H., M.Hum., dan Ir. Lambas T.H. Hutasoit) diduga ada perusakan data, baik penambahan, pengurangan, penggandaan, maupun penghapusan. Kemudian, meskipun sudah diduga adanya perusakan data, tetapi Termohon tanpa melakukan pengecekan kembali tetap mencetak kartu pemilih melalui Sekretaris KPU Kabupaten Tapanuli Utara.

Terhadap fakta adanya NIK ganda tersebut, juga diterangkan oleh saksi dari Pemohon, yaitu Sofian Simanjuntak, terdapat NIK ganda, NIK Kembar, NIK bermasalah, dan NIK-NIK penduduk dari luar kecamatan, serta NIK yang paling banyak bermasalah adalah di Kecamatan Siborong-borong. Keterangan Sofian Simanjuntak tersebut, bersesuaian pula dengan keterangan saksi Samuel BP Hutauruk, M.A dan Drs. Paruntungan Lumban Tobing yang menerangkan bahwa setelah diteliti, terdapat 1.000 nama pemilih ganda

003-234.indd 127 9/24/10 10:38:21 AM

Page 150: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

128 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

yang tertera dalam DPT. Mahkamah berpendapat, adanya NIK ganda tersebut telah terbukti secara sah dan meyakinkan.

Adanya NIK ganda sejumlah 26.091, yang didalilkan oleh Pemohon, hanya dikurangkan terhadap perolehan suara Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Tapanuli Utara Terpilih (Pasangan Calon Nomor Urut 1), menurut Mahkamah, pengurangan tersebut tidaklah adil karena pengurangan tersebut juga harus diberlakukan kepada seluruh pasangan calon.

Berdasarkan fakta hukum berupa keterangan saksi-saksi dan bukti-bukti tertulis yang telah diuraikan di atas, telah terjadi pelanggaran yang serius terhadap asas pemilihan umum yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil, serta pelanggaran hukum terhadap mekanisme dan tahapan penyelenggaraan Pemilukada sebagaimana diatur dalam Pasal 22E ayat (1) UUD 1945, Pasal 56 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 2 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum, dan Pasal 2 Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pedoman Tata Cara Pelaksanaan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah oleh Panitia Pemilihan Kecamatan, Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, dan Komisi Pemilihan Umum Provinsi.

Terkait dengan adanya 6.000 orang yang berhak memilih tetapi tidak mendapat kartu pemilih dalam Pemilukada Kabupaten Tapanuli Utara, yang pada saat Pemilukada Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara mendapatkan kartu pemilih, menurut Mahkamah, hal tersebut adalah tindakan yang melanggar asas-asas penyelenggaraan Pemilukada sebagaimana yang diatur dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum dan Pasal 2 Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2008, yang dilakukan oleh Termohon. Namun, hal tersebut tidaklah serta merta 6.000 orang yang berhak memilih tersebut dianggap memberikan suaranya kepada Pemohon.

Mengenai tertangkap tangannya 2.700 Surat Pemberitahuan Waktu dan Tempat Pemungutan Suara dan/atau kartu pemilih yang dikuasai oleh Tim Sukses Pasangan Calon Nomor Urut 1 dengan cara membagi-bagikan Surat Pemberitahuan agar memilih Pasangan Calon Nomor Urut 1, sebagaimana diterangkan oleh keterangan saksi dari Pemohon, yaitu Robinhot Sianturi dan Manaek Sihombing. Kedua saksi tersebut menerangkan bahwa telah ditemukan 2.714 lembar kartu pemilih yang dibawa oleh Ketua PPS Pasar Kelurahan Kecamatan Siborong-borong, Hotma Lumban Tobing. Hal tersebut telah dilaporkan kepada Panwaslu Kecamatan dan Panwaslu Kabupaten yang dituangkan dalam Berita Acara, dan Berita Acaranya juga diberikan kepada Anggota KPU Kabupaten Tapanuli Utara, Ir. Lambas T.H. Hutasoit, yang saat itu berada di Kecamatan Siborong-borong, tetapi keberatan tersebut tidak ditindaklanjuti oleh Panwaslu,

003-234.indd 128 9/24/10 10:38:21 AM

Page 151: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

129Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

sebagaimana juga diakui oleh Anggota Panwaslu Kabupaten Tapanuli Utara, Mantel Siringoringo, S.H. Meskipun keterangan saksi tersebut dibantah oleh saksi Hotma Lumban Tobing, namun Mahkamah menilai bahwa fakta tersebut telah terbukti secara sah dan meyakinkan.

Terkait dengan dalil Pemohon mengenai terjadinya pengerahan 300 orang pemilih yang bukan berasal dari daerah pemilihan yang bersangkutan yang dilakukan oleh saksi Fernando Simanjuntak, Ketua DPRD Kabupaten Tapanuli Utara, dalil tersebut diperkuat oleh keterangan saksi dari Pemohon, yaitu Januari Hutauruk dan Hotma Hutauruk yang menerangkan bahwa saksi melihat ada empat mobil merk Toyota Kijang yang mengantar beberapa pemilih yang tidak terdaftar di TPS 3 Desa Hutauruk Hasundutan, Kecamatan Sipoholon untuk mencoblos Pasangan Calon Nomor Urut 1, dan saksi telah menyatakan keberatan yang dimuat dalam Berita Acara. Namun, keterangan saksi Pemohon tersebut dibantah oleh saksi Fernando Simanjuntak, Ketua DPRD Kabupaten Tapanuli Utara, yang menerangkan bahwa saksi tidak pernah melakukan intervensi dan intimidasi dalam Pemilukada dan keterangan tersebut adalah tidak benar dan fitnah. Menurut Mahkamah, keterangan saksi Pemohon tidak terbantahkan oleh keterangan saksi Fernando Simanjuntak.

Adanya pengerahan massa dalam Pemilukada Kabupaten Tapanuli Utara khususnya di TPS 3 Desa Hutauruk Hasundutan, Kecamatan Sipoholon untuk memenangkan salah satu pasangan calon merupakan pelanggaran yang tidak dapat ditolerir, terlebih lagi hal tersebut dilakukan oleh Ketua DPRD Kabupaten Tapanuli Utara yang seharusnya bersikap netral.

Adanya laporan saksi Januari Hutauruk kepada Panwas mengenai intimidasi yang dilakukan oleh Fernando Simanjuntak, Ketua DPRD Kabupaten Tapanuli Utara, dihubungkan dengan bukti petunjuk berupa foto tentang pelaksanaan kegiatan kampanye adanya keterlibatan Pegawai Negeri Sipil, dalam hal ini Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tapanuli Utara, Dra. Mariani Simorangkir M.Pd., yang telah meyakinkan Mahkamah tentang ketidaknetralan aparatur pemerintah dalam Pemilukada Kabupaten Tapanuli Utara.

Di samping fakta-fakta yang menjadi perselisihan hukum di atas, Mahkamah juga menemukan fakta-fakta berupa ketidakhadiran tiga orang dari lima anggota KPU Kabupaten Tapanuli Utara dalam Rapat Pleno Penetapan Hasil Pemilukada. Meskipun ketidakhadiran tiga orang anggota KPU tersebut tidak mengurangi keabsahan hasil Pemilukada Kabupaten Tapanuli Utara sebagaimana ketentuan Pasal 38 ayat (1) dan ayat (3) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum, namun ketidakhadiran tiga orang anggota KPU Kabupaten Tapanuli Utara menunjukkan penolakan terhadap proses dan hasil Pemilukada Kabupaten Tapanuli Utara karena terjadinya pelanggaran mekanisme dan prosedur penyelenggaraan Pemilukada di Kabupaten Tapanuli Utara yang justru disetujui oleh dua anggota KPU Kabupaten Tapanuli Utara lainnya.

003-234.indd 129 9/24/10 10:38:21 AM

Page 152: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

130 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Ketidakhadiran tiga orang anggota KPU Kabupaten Tapanuli Utara, yang oleh Termohon dipandang sebagai pembangkangan terhadap Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007, Mahkamah menilai, hal tersebut bukan sebagai pembangkangan terhadap undang-undang, melainkan penolakan tiga orang anggota KPU Kabupaten Tapanuli Utara terhadap proses dan hasil Pemilukada Kabupaten Tapanuli Utara yang melanggar peraturan perundang-undangan. Terlebih lagi, sikap tersebut ditunjukkan ketiga orang anggota KPU Kabupaten Tapanuli Utara tersebut dengan mengirim dua surat kepada Komisi Pemilihan Umum, yaitu Nomor Istimewa 1 perihal Proses Pilkada Tapanuli Utara bertanggal 21 November 2004 dan Nomor Istimewa 2 perihal Proses Pilkada Tapanuli Utara bertanggal 24 November 2004.

Ketidakhadiran tiga orang anggota KPU Kabupaten Tapanuli Utara dihubungkan dengan surat DPRD Kabupaten Tapanuli Utara Nomor 170/1395/DPRD-TU/2008 bertanggal 30 Oktober 2008 perihal pemberitahuan kepada Gubernur Sumatera Utara yang meminta agar penghitungan suara hasil Pemilukada di-vakum-kan sampai ada putusan pengadilan karena adanya dugaan pelanggaran dalam tahapan Pemilukada dan Surat Panwaslu Kabupaten Tapanuli Utara Nomor 226/PANWASLU PILKADA/TAPUT/X/2008 bertanggal 31 Oktober 2008 yang ditujukan kepada Termohon tentang pemberitahuan adanya berbagai laporan atas dugaan terjadinya berbagai pelanggaran yang meminta agar penghitungan suara di-vakum-kan sampai adanya putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap. Fakta hukum ini semakin meyakinkan Mahkamah atas terjadinya pelanggaran-pelanggaran dalam tahapan Pemilukada. Dengan tidak adanya bukti yang cukup meyakinkan yang merupakan kontra bukti terhadap bukti lainnya, Mahkamah berpendapat bahwa Termohon telah melanggar sumpah/janji sebagaimana termaktub dalam Pasal 28 ayat (2) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007.

Terhadap adanya dugaan pemberian uang (money politic) dengan bukti amplop berisi uang sejumlah Rp. 20.000,- dengan pecahan Rp 5.000,- yang tidak dibantah oleh Termohon dan adanya pencoblosan yang dilakukan oleh beberapa orang yang tidak dikenal yang diantar dengan empat mobil merk Toyota Kijang (sejumlah 36 orang menurut Januari Hutauruk, 61 orang menurut Hotma Hutauruk) di TPS 3 Desa Hutauruk Hasundutan, Kecamatan Sipoholon yang melakukan pencoblosan secara bersama-sama yang dipanggil langsung masuk ke bilik suara, 10 orang sekali masuk. Mahkamah berpendapat bahwa hal itu jelas merupakan pelanggaran dalam Pemilukada.

Dalam memutus perselisihan hasil Pemilukada, Mahkamah tidak hanya menghitung kembali hasil penghitungan suara yang sebenarnya dari pemungutan suara, tetapi juga harus menggali untuk menemukan fakta hukum dan keadilan dengan menilai dan mengadili hasil penghitungan yang diperselisihkan, sebab kalau hanya menghitung dalam arti teknis matematis sebenarnya dapat dilakukan penghitungan kembali oleh KPU Provinsi/ Kabupaten/Kota sendiri di bawah pengawasan Panwaslu dan/atau aparat kepolisian. Oleh sebab itu, Mahkamah memahami bahwa meskipun menurut undang-undang yang dapat diadili oleh Mahkamah adalah hasil penghitungan suara, namun pelanggaran-

003-234.indd 130 9/24/10 10:38:21 AM

Page 153: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

131Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

pelanggaran yang menyebabkan terjadinya hasil penghitungan suara yang kemudian dipersengketakan itu harus pula dinilai untuk menegakkan hukum dan keadilan.

Setelah Mahkamah mencermati bukti-bukti surat, baik yang diajukan oleh Pemohon maupun Termohon terdapat fakta-fakta sebagai berikut.- Surat Termohon Nomor 999/KPU-TU/X/08 bertanggal 31 Oktober 2008 yang

ditujukan kepada lima Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Tapanuli Utara perihal Jawaban atas Permohonan Pengumuman Hasil Pilkada Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2008, yang intinya “menyetujui” untuk tidak langsung menetapkan Bupati dan Wakil Bupati Terpilih setelah Termohon selesai membuat berita acara dan rekapitulasi.

- Surat Termohon Nomor 2026/KPU-TU/XI/2008 bertanggal 5 November 2008 yang ditujukan kepada Ketua DPRD Kabupaten Tapanuli Utara perihal Pemberitahuan, yang intinya, Penetapan Pemenang Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2008 akan diumumkan setelah adanya putusan Pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum yang tetap (inkracht van gewijsde).

- Surat Termohon Nomor 2029/KPU-TU/XI/2008 bertanggal 10 November 2008 yang ditujukan kepada Ketua Pengadilan Negeri Tarutung perihal Mohon Penjelasan, yang intinya, antara lain, menanyakan tentang ada/tidaknya gugatan sengketa Hasil Perhitungan Suara Pemilihan Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Tapanuli Utara.

- Surat Ketua Pengadilan Negeri Tarutung Nomor W2.U6.2360/ UM/XI/2008 bertanggal 10 November 2008 yang ditujukan kepada Ketua Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Tapanuli Utara perihal Penjelasan, yang menyatakan bahwa terdapat gugatan yang diajukan oleh Samsul Sianturi salah satu Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Tapanuli Utara kepada Menteri Dalam Negeri, akan tetapi gugatan tersebut adalah gugatan perbuatan melawan hukum bukan gugatan Sengketa Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah kabupaten Tapanuli Utara.

- Surat Termohon Nomor 2061/KPU-TU/XI/2008 bertanggal 20 November 2008 yang ditujukan kepada Ketua DPRD Kabupaten Tapanuli Utara perihal Pemberitahuan, yang pada intinya, antara lain, adanya gugatan yang diajukan ke Pengadilan Negeri Tarutung merupakan gugatan perbuatan melawan hukum, maka KPU Kabupaten Tapanuli Utara akan melanjutkan tahapan Pemilukada Kabupaten Tapanuli Utara dengan melaksanakan Rapat Pleno untuk menetapkan Pasangan Calon Terpilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Tapanuli Utara.Sesuai Pasal 100 ayat (1) UU 32/2004 juncto Pasal 87 ayat (1) Peraturan

Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, dan Pasal 17 ayat (1) Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2007 tentang Pedoman Tata Cara Pelaksanaan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara dalam Pemilihan Umum Kepala

003-234.indd 131 9/24/10 10:38:21 AM

Page 154: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

132 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Daerah dan Wakil Kepala Daerah oleh Panitia Pemilihan Kecamatan, Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, dan Komisi Pemilihan Umum Provinsi, antara lain: - Pasal 100 ayat (1) UU 32/2004 menentukan bahwa dalam hal pemilihan kepala

daerah dan wakil kepala daerah kabupaten/kota, berita acara dan rekapitulasi hasil penghitungan suara selanjutnya diputuskan dalam pleno KPU kabupaten/kota untuk menetapkan pasangan calon terpilih;

- Pasal 87 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 menentukan bahwa dalam hal pemilihan Bupati/Wakil Bupati dan Walikota/Wakil Walikota, setelah membuat berita acara dan rekapitulasi hasil penghitungan suara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (5), selambat-lambatnya 1 (satu) hari diputuskan dalam pleno KPUD kabupaten/kota untuk menetapkan pasangan calon terpilih;

- Pasal 17 ayat (1) Peraturan KPU Nomor 10 Tahun 2007 menentukan bahwa dalam hal Pemilu Bupati/Wakil Bupati dan Walikota/Wakil Walikota, setelah membuat berita acara dan rekapitulasi hasil penghitungan suara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2), selambat-lambatnya 1 (satu) hari diputuskan dalam rapat pleno KPU Kabupaten/Kota untuk menetapkan pasangan calon terpilih.” Berdasarkan keseluruhan fakta dan hukum di atas, Mahkamah berpendapat bahwa

tindakan Termohon berdasarkan bukti-bukti telah menunjukkan ketidakkonsistenan Termohon, dan terjadinya pelanggaran terhadap berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku, tidak hanya menimbulkan ketidakpastian hukum melainkan juga berpotensi menimbulkan berbagai konflik yang bukan hanya bersifat administratif, tetapi juga dapat menimbulkan konflik horizontal masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara. Fakta-fakta hukum tersebut juga mengabaikan dan mencederai prinsip-prinsip dan asas-asas penyelenggara Pemilukada, yaitu mandiri, jujur, adil, kepastian hukum, tertib penyelenggara Pemilu, kepentingan umum, keterbukaan, proporsional, profesionalitas, akuntabilitas, efisien, dan efektivitas (vide Pasal 2 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 juncto Pasal 2 Peraturan KPU Nomor 10 Tahun 2007).

Di samping itu, tindakan Termohon telah melampaui tugas dan kewenangannya, sebagaimana terbukti dari surat-surat Termohon. Menurut hukum, tindakan tersebut baru dapat dilakukan oleh Termohon setelah Termohon menetapkan Pasangan Calon Terpilih, padahal penetapan Calon Terpilih sebagai kewajiban Termohon belum dilaksanakan.

Selain pelanggaran-pelanggaran di atas, Mahkamah juga melakukan penghitungan secara saksama terhadap Model DA1-KWK dan menemukan kesalahan penghitungan yang dilakukan oleh Termohon, sebagai berikut: - Kecamatan Garoga untuk Pasangan Calon Nomor Urut 5, dalam Lampiran 2 DB1-

KWK tertulis 272, setelah dihitung dengan saksama hanya berjumlah 269; - Kecamatan Adian Koting untuk Pasangan Calon Nomor Urut 4, dalam Lampiran

2 DB1-KWK tertulis 1.461, setelah dihitung dengan saksama hanya berjumlah 1.353;

003-234.indd 132 9/24/10 10:38:22 AM

Page 155: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

133Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

- Kecamatan Tarutung untuk Pasangan Calon Nomor Urut 4, dalam Lampiran 2 DB1-KWK tertulis 6.093, setelah dihitung dengan saksama hanya berjumlah 6.090;

- Kecamatan Siatas Barita untuk Pasangan Calon Nomor Urut 4, dalam Lampiran 2 DB1-KWK tertulis 1.819, setelah dihitung dengan saksama hanya berjumlah 1.801;

- Kecamatan Pahae Jae dalam Formulir Lampiran 2 Model DA1-KWK hanya pada lembaran 1 saja yang tertulis jumlah per TPS, tetapi dalam lembar berikutnya tidak tertulis jumlah per TPS, melainkan langsung jumlahnya dipindahkan ke Jumlah Akhir di dalam Lampiran. Tindakan Termohon adalah manipulatif, penuh intimidasi, tidak jujur, dan sewenang-

wenang, yang langsung maupun tidak langsung telah mempengaruhi hasil Pemilukada di Kabupaten Tapanuli Utara.

Berdasarkan fakta hukum di persidangan, pada beberapa kecamatan tertentu, nyata-nyata terjadi pelanggaran serius dan signifikan yang mempengaruhi perolehan suara berupa.1. Membiarkan NIK ganda tanpa melakukan pemutakhiran data sebagaimana ditentukan

dalam Pasal 10 ayat (3) huruf f Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum.

2. Membiarkan pembagian 2.714 Surat Pemberitahuan Waktu dan Tempat Pemungutan Suara atau surat undangan memilih (Model C6-KWK); membiarkan terjadinya pemberian uang (money politic).

3. Membiarkan adanya pencoblosan yang dilakukan oleh beberapa orang yang tidak dikenal yang diantar dengan empat mobil merk Toyota Kijang (36 orang menurut Januari Hutauruk, 61 orang menurut Hotma Hutauruk) di TPS 3 Desa Hutauruk Hasundutan, Kecamatan Sipoholon yang melakukan pencoblosan dengan tanpa dipanggil langsung masuk ke bilik suara secara bergantian, 10 orang sekali masuk.

4. Tidak melaksanakan kewajiban menetapkan Pasangan Calon Terpilih sehari setelah rekapitulasi penghitungan perolehan suara dilakukan oleh Termohon, walaupun Termohon beralasan bahwa perkara yang diajukan ke Pengadilan Negeri Tarutung tentang perbuatan melanggar hukum belum mendapat putusan pengadilan yang memperoleh kekuatan hukum tetap; dan

5. Tidak melakukan tindakan atas terjadinya pengerahan 300 orang pemilih yang bukan berasal dari daerah pemilihan yang bersangkutan. Berdasarkan rangkaian fakta hukum, Mahkamah menilai, rangkaian fakta hukum

telah menjadi bukti yang sempurna tentang terjadinya pelanggaran-pelanggaran ketentuan Pemilukada pada 14 kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara. Pelanggaran tersebut merupakan pelanggaran serius dan signifikan yang mempengaruhi hasil akhir perolehan suara bagi masing-masing pasangan calon. Oleh karenanya, diperlukan upaya

003-234.indd 133 9/24/10 10:38:22 AM

Page 156: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

134 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

perbaikan melalui putusan Mahkamah, yakni pemungutan suara ulang di 14 kecamatan dari 15 kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara yang akan ditentukan di bawah dan mengeluarkannya dari hasil penghitungan total. Jikalau Mahkamah memutus hasil penghitungan suara di kecamatan-kecamatan tertentu tersebut (tidak diikutkan) dari penghitungan akhir, akibatnya akan terjadi ketidakadilan, karena hal itu berarti suara rakyat dari kecamatan-kecamatan tersebut sebagai bagian dari pemegang kedaulatan berakibat terbuang/hilang. Dengan demikian, Mahkamah berpendapat bahwa demi tegaknya demokrasi yang berkeadilan dan berdasar hukum, maka pada 14 kecamatan karena telah terjadi pelanggaran-pelanggaran serius dan signifikan yang mempengaruhi perolehan suara Pasangan Calon.

Perintah untuk melakukan pemungutan suara ulang harus juga mempertimbangkan tingkat kesulitan dan jangka waktu yang berkenaan dengan tahapan Pemilihan Umum Legislatif dan Presiden pada tahun 2009. Dengan memperhitungkan agenda kegiatan nasional yang demikian, Mahkamah akan memerintahkan pemungutan suara ulang dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dengan memperhatikan kemampuan KPU Kabupaten Tapanuli Utara dan seluruh aparat penyelenggara Pemilukada untuk melaksanakannya secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil, serta jauh dari kemungkinan terjadinya pelanggaran yang merugikan proses demokratisasi di Indonesia.

Walaupun menurut Pasal 233 ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, penyelenggaraan Pemilukada harus selesai pada akhir tahun 2008, namun Mahkamah menegaskan, pemungutan suara ulang bukan merupakan Pemilukada baru melainkan kelanjutan Pemilukada yang telah diselenggarakan sebelumnya, sehingga pelaksanaan pemungutan suara ulang pada awal tahun 2009 tidak dapat dinilai bertentangan dengan ketentuan undang-undang, terlebih lagi hal ini merupakan perintah yang tercantum dalam amar putusan Mahkamah.

Berdasarkan seluruh penilaian fakta dan hukum di atas, Mahkamah dalam amar putusannya, menyatakan sebagai berikut.Dalam Eksepsi: - Menyatakan Eksepsi Termohon tidak dapat diterima;Dalam Pokok Perkara: - Mengabulkan permohonan Pemohon untuk sebagian; - Membatalkan dan menyatakan tidak mengikat secara hukum Keputusan Komisi

Pemilihan Umum Kabupaten Tapanuli Utara Nomor 25 Tahun 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Tapanuli Utara dan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2008 bertanggal 23 November 2008, sepanjang mengenai hasil rekapitulasi penghitungan suara pada: 1) Kecamatan Pahae Julu, 2) Kecamatan Garoga, 3) Kecamatan Pagaran, 4) Kecamatan Siborong-borong, 5) Kecamatan Simangumban, 6) Kecamatan

003-234.indd 134 9/24/10 10:38:22 AM

Page 157: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

135Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

Parmonangan, 7) Kecamatan Pahae Jae, 8) Kecamatan Pangaribuan, 9) Kecamatan Sipahutar, 10) Kecamatan Sipoholon, 11) Kecamatan Adian Koting, 12) Kecamatan Siatas Barita, 13) Kecamatan Purba Tua, dan 14) Kecamatan Tarutung;

- Memerintahkan kepada Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Tapanuli Utara untuk melaksanakan pemungutan suara ulang Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Tapanuli Utara bagi keenam Pasangan Calon pada: 1. Kecamatan Pahae Julu; 2. Kecamatan Garoga; 3. Kecamatan Pagaran; 4. Kecamatan Siborong-borong; 5. Kecamatan Simangumban; 6. Kecamatan Parmonangan; 7. Kecamatan Pahae Jae; 8. Kecamatan Pangaribuan; 9. Kecamatan Sipahutar; 10. Kecamatan Sipoholon; 11. Kecamatan Adian Koting; 12. Kecamatan Siatas Barita; 13. Kecamatan Purba Tua, dan 14. Kecamatan Tarutung

dalam waktu paling lama 60 (enam puluh) hari terhitung sejak putusan ini diucapkan;

- Menolak permohonan Pemohon untuk selain dan selebihnya.

003-234.indd 135 9/24/10 10:38:22 AM

Page 158: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

136 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

003-234.indd 136 9/24/10 10:38:22 AM

Page 159: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

137Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

IKHTISAR KETETAPANPERKARA NOMOR 49/PHPU.D-VI/2008

TENTANG KEBERATAN ATAS KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM

KABUPATEN TAPANULI UTARA NOMOR 09 TAHUN 2009 TENTANG REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN

WAKIL KEPALA DAERAH KABUPATEN TAPANULI UTARA 2008-2009(PELAKSANAAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI

NOMOR 49/PHPU.D-VI/2008)

Pemohon : Samsul Sianturi dan Drs. Frans Sihombing, M.M.Termohon : Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Tapanuli Utara.Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil

Kepala Daerah.Pokok Perkara : Keberatan atas Keputusan Komisi Pemilihan Umum Daerah

Kabupaten Tapanuli Utara Nomor 09 Tahun 2009 bertanggal 17 Februari 2009 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2008-2009 di Tingkat Kabupaten (Pelaksanaan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 49/PHPU.D-VI/2008).

Amar Ketetapan : Menyatakan permohonan Pemohon tidak dapat diregistrasi dalam Buku Registrasi Perkara Konstitusi.

Tanggal Ketetapan : Senin, 23 Februari 2009.Ikhtisar Ketetapan :

Pemohon Samsul Sianturi dan Drs. Frans Sihombing, M.M. mengajukan permohonan keberatan atas Keputusan Komisi Pemilihan Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Utara Nomor 09 Tahun 2009 bertanggal 17 Februari 2009 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2008-2009 di Tingkat Kabupaten (Pelaksanaan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 49/PHPU.D-VI/2008).

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

003-234.indd 137 9/24/10 10:38:22 AM

Page 160: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

138 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Pemohon mengajukan permohonan mengenai sengketa hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Tapanuli Utara, yang terdaftar di Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi pada tanggal 27 November 2008 dengan registrasi Nomor 49/PHPU.D-VI/2008.

Terhadap permohonan Pemohon tersebut, Mahkamah Konstitusi telah memutus dengan Putusan Nomor 49/PHPU.D-VI/2008 bertanggal 16 Desember 2008 yang amarnya sebagai berikut.Dalam Eksepsi: - Menyatakan eksepsi Termohon tidak dapat diterima. Dalam Pokok Perkara: - Mengabulkan permohonan Pemohon untuk sebagian; - Membatalkan dan menyatakan tidak mengikat secara hukum Keputusan Komisi

Pemilihan Umum Kabupaten Tapanuli Utara Nomor 25 Tahun 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Tapanuli Utara dan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2008 bertanggal 23 November 2008, sepanjang mengenai hasil rekapitulasi penghitungan suara pada: 1) Kecamatan Pahae Julu, 2) Kecamatan Garoga, 3) Kecamatan Pagaran, 4) Kecamatan Siborong-borong, 5) Kecamatan Simangumban, 6) Kecamatan Parmonangan, 7) Kecamatan Pahae Jae, 8) Kecamatan Pangaribuan, 9) Kecamatan Sipahutar, 10) Kecamatan Sipoholon, 11) Kecamatan Adian Koting, 12) Kecamatan Siatas Barita, 13) Kecamatan Purba Tua, dan 14) Kecamatan Tarutung;

- Memerintahkan kepada Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Tapanuli Utara untuk melaksanakan pemungutan suara ulang Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Tapanuli Utara bagi keenam Pasangan Calon pada: 1. Kecamatan Pahae Julu; 2. Kecamatan Garoga; 3. Kecamatan Pagaran; 4. Kecamatan Siborong-borong; 5. Kecamatan Simangumban; 6. Kecamatan Parmonangan; 7. Kecamatan Pahae Jae; 8. Kecamatan Pangaribuan; 9. Kecamatan Sipahutar; 10. Kecamatan Sipoholon; 11. Kecamatan Adian Koting; 12. Kecamatan Siatas Barita; 13. Kecamatan Purba Tua, dan, 14. Kecamatan Tarutung, dalam waktu paling lama 60 (enam puluh) hari terhitung sejak putusan ini diucapkan;

- Menolak permohonan Pemohon untuk selain dan selebihnya. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 49/PHPU.D-VI/2008 bertanggal 16 Desember

2008 telah dilaksanakan oleh Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Tapanuli Utara (Termohon) yang hasilnya kemudian dituangkan dalam Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Utara Nomor 09 Tahun 2009 bertanggal 17 Februari 2009 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2008-2009

003-234.indd 138 9/24/10 10:38:22 AM

Page 161: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

139Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

di Tingkat Kabupaten dan Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Utara Nomor 10 Tahun 2009 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Tapanuli Utara Periode Tahun 2009-2014 bertanggal 17 Februari 2009.

Terhadap Surat Keputusan Nomor 09 Tahun 2009 tanggal 17 Februari 2009 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2008-2009 di Tingkat Kabupaten, Pemohon mengajukan permohonan baru kepada Mahkamah Konstitusi, yang diterima di Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi pada tanggal 20 Februari 2009.

Rapat Permusyawaratan Hakim pada tanggal 23 Februari 2009 berpendapat bahwa: 1. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 49/PHPU.D-VI/2008 bertanggal 16 Desember

2008 merupakan putusan yang bersifat final dan mengikat menurut undang-undang;

2. Termohon telah melaksanakan Putusan Mahkamah dengan hasil sebagaimana dituangkan dalam Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Utara Nomor 09 Tahun 2009 bertanggal 17 Februari 2009 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2008-2009 di Tingkat Kabupaten dan Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Utara Nomor 10 Tahun 2009 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Tapanuli Utara Periode Tahun 2009-2014 bertanggal 17 Februari 2009;

3. persoalan-persoalan hukum yang muncul sebagaimana dikemukakan dalam permohonan Pemohon bertanggal 17 Februari 2009 merupakan pelanggaran administratif dan pidana yang menjadi ranah penegakan hukum oleh aparat yang berwenang di luar Mahkamah Konstitusi;

4. Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Utara Nomor 09 Tahun 2009 bertanggal 17 Februari 2009 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2008-2009 di Tingkat Kabupaten merupakan pelaksanaan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 49/PHPU.D-VI/2008 bertanggal 16 Desember 2008 dan adalah bagian dari proses Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Tapanuli Utara. Oleh karena itu permohonan Pemohon bertanggal 20 Februari 2009 tidak termasuk kategori permohonan baru, sehingga permohonan tersebut tidak dapat diregistrasi sebagai permohonan baru.

Dalam perkara ini, Mahkamah menetapkan hal-hal sebagai berikut:• Menyatakan permohonan Pemohon tidak dapat diregistrasi dalam Buku Registrasi

Perkara Konstitusi;

003-234.indd 139 9/24/10 10:38:22 AM

Page 162: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

140 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

• Menyatakan sah Keputusan Komisi Pemilihan Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Utara Nomor 09 Tahun 2009 bertanggal 17 Februari 2009 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2008-2009 di Tingkat Kabupaten (Pelaksanaan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 49/PHPU.D-VI/2008);

• Memerintahkan Panitera Mahkamah Konstitusi untuk menerbitkan Akta Pernyataan Tidak Diregistrasi.

003-234.indd 140 9/24/10 10:38:22 AM

Page 163: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

141Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

IKHTISAR PUTUSAN PERKARA NOMOR 55/PHPU.D-VI/2008

TENTANGKEBERATAN TERHADAP HASIL PEMILU KEPALA DAERAH DAN

WAKIL KEPALA DAERAH KABUPATEN PADANG LAWAS

Pemohon : 1. Drs. H. Rahmat Pardamean Hasibuan (Calon Bupati Kabupaten Padang Lawas);

2. Drs. H. Aminusin M. Harahap, Amk (Calon Wakil Bupati Kabupaten Padang Lawas).

Termohon : Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Tapanuli Selatan.Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil

Kepala Daerah.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten

Tapanuli Selatan Nomor 084 Tahun 2008 tanggal 5 Desember 2008 tentang Penetapan Hasil Rekapitulasi Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Padang Lawas Putaran II (Kedua) Tahun 2008.

Amar Putusan : Menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya. Tanggal Putusan : Rabu, 7 Januari 2009.Ikhtisar Putusan :

Pemohon Drs. H. Rahmat Pardamean Hasibuan dan Drs. H. Aminusin M. Harahap, Amk adalah Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Padang Lawas, yang oleh Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Tapanuli Selatan (Termohon) ditetapkan sebagai Pasangan Calon Nomor Urut 2 sebagaimana Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Tapanuli Selatan Nomor 60 Tahun 2008 bertanggal 24 Oktober 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Untuk Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Padang Lawas Putaran Kedua Tahun 2008.

Permasalahan utama permohonan Pemohon adalah keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Tapanuli Selatan Nomor 084 Tahun 2008 bertanggal

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

003-234.indd 141 9/24/10 10:38:22 AM

Page 164: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

142 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

5 Desember 2008 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Padang Lawas Putaran Kedua Tahun 2008 yang menetapkan Pemohon memperoleh 44.469 suara di bawah perolehan suara Pasangan Calon Nomor Urut 7 yang memperoleh 51.411 suara.

Pemohon mendalilkan bahwa hasil penghitungan yang dilakukan oleh Termohon telah salah atau setidak-tidaknya telah terdapat kekeliruan dalam melakukan rekapitulasi hasil penghitungan suara, dengan alasan sebagai berikut. 1. Tidak memberikan Model C-KWK kepada saksi-saksi, sebab dari 428 Tempat

Pemungutan Suara (TPS) yang ada dalam Pemilukada Kabupaten Padang Lawas, banyak sekali saksi mandat dari Pemohon yang tidak menerima Model C-KWK yang merupakan hak Pemohon.

2. Adanya perbedaan Daftar Pemilih Tetap (DPT) dalam Pemilukada Putaran I dengan DPT Pemilukada Putaran II, padahal sesuai Keputusan Termohon, DPT Pemilukada Putaran I dipergunakan tanpa perubahan untuk DPT Pemilukada Putaran II.

3. Adanya kecurangan berupa catatan atau pengisian Model C1-KWK dan DA1-KWK secara salah, pada beberapa tempat pemilihan.

4. Adanya warga masyarakat yang tidak mendapat “Surat Pemberitahuan Tempat dan Waktu Pemungutan Suara” untuk memilih pada hari pemilihan walaupun sudah terdaftar sebagai pemilih dalam DPT.

5. Adanya pemilih terdaftar dalam DPT yang memilih dua kali. 6. Adanya warga yang masih di bawah umur dan belum menikah yang ikut

memilih. 7. Adanya pemberian barang atau uang kepada pemilih dengan janji harus memilih

Pasangan Calon Nomor Urut 7 atas nama Basyrah Lubis, S.H. dan H. Ali Sutan Harahap.

8. Adanya intimidasi oleh Tim Sukses Pasangan Calon Nomor Urut 7 kepada warga masyarakat supaya memilih Pasangan Calon Nomor Urut 7 atas nama Basyrah Lubis, S.H. dan H. Ali Sutan Harahap.

9. Adanya orang yang tidak terdaftar sebagai pemilih tetap sehingga tidak mendapat undangan untuk memilih, namun dapat melakukan pencoblosan, dengan menggunakan nama pemilih lain.Selain hal-hal yang berkaitan dengan perolehan suara, Pemohon juga mengemukakan

bahwa Basyrah Lubis, S.H. (Pasangan Calon Terpilih) pernah diadili dalam perkara pidana pemalsuan surat yang diancam dengan pidana penjara enam tahun, yang diputus atau dinyatakan bersalah dengan Putusan Pengadilan Negeri Padangsidempuan Nomor 171/Pid.B/2007/PN.Psp.

Kewenangan Mahkamah berdasarkan ketentuan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 dan Pasal 10 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) juncto Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun

003-234.indd 142 9/24/10 10:38:22 AM

Page 165: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

143Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, salah satu kewenangan konstitusional Mahkamah adalah memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.

Semula, berdasarkan ketentuan Pasal 106 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (UU 32/2004), keberatan berkenaan dengan hasil penghitungan suara yang mempengaruhi terpilihnya pasangan calon diajukan ke Mahkamah Agung. Kewenangan Mahkamah Agung tersebut, dicantumkan lagi dalam Pasal 94 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum menentukan bahwa Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah pemilihan umum untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Pasal 236C Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (UU 12/2008) menetapkan bahwa penanganan sengketa hasil penghitungan suara pemilihan kepala daerah oleh Mahkamah Agung dialihkan kepada Mahkamah Konstitusi paling lama 18 (delapan belas) bulan sejak undang-undang ini diundangkan. Oleh karena itu, pada 29 Oktober 2008, Ketua Mahkamah Agung dan Ketua Mahkamah Konstitusi bersama-sama telah menandatangani Berita Acara Pengalihan Wewenang Mengadili.

Oleh karena permohonan Pemohon adalah sengketa hasil penghitungan suara Pemilukada, yaitu Pemilukada Kabupaten Padang Lawas sesuai dengan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Tapanuli Selatan Nomor 084 Tahun 2008 tanggal 5 Desember 2008 tentang Penetapan Hasil Rekapitulasi Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Padang Lawas Putaran II Tahun 2008, maka Mahkamah berwenang untuk memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan Pemohon.

Kedudukan Hukum (legal standing) Pemohon ditentukan dalam Pasal 106 ayat (1) UU 32/2004, Pasal 3 dan Pasal 4 Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah (PMK 15/2008) menentukan hal-hal, antara lain, sebagai berikut: a. Pemohon adalah Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah; b. Permohonan hanya dapat diajukan terhadap penetapan hasil penghitungan suara

Pemilukada yang mempengaruhi penentuan Pasangan Calon yang dapat mengikuti putaran kedua Pemilukada atau terpilihnya Pasangan Calon sebagai Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Permohonan yang diajukan Pemohon adalah keberatan terhadap Keputusan Komisi

Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan Nomor 084 Tahun 2008 tanggal 5 Desember 2008 tentang Penetapan Hasil Rekapitulasi Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

003-234.indd 143 9/24/10 10:38:22 AM

Page 166: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

144 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Kabupaten Padang Lawas Putaran II Tahun 2008. Keberatan dimaksud disebabkan Pemohon secara keliru telah ditetapkan hanya memperoleh suara sejumlah 44.469 suara, yang berada pada peringkat kedua di bawah Pasangan Calon Nomor Urut 7 Basyrah Lubis, SH., dan H. Ali Sutan Harahap (STO) berada pada peringkat kesatu yang memperoleh 51.411 suara. Oleh karena itu, Mahkamah berpendapat bahwa Pemohon telah memenuhi syarat kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan.

Menyangkut tenggang waktu pengajuan permohonan bahwa Penetapan Pasangan Calon Terpilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Padang Lawas, Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008 yang dilakukan oleh Termohon ditetapkan melalui Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Tapanuli Selatan Nomor 084 Tahun 2008 bertanggal 5 Desember 2008, sedangkan permohonan keberatan diajukan ke Mahkamah pada tanggal 11 Desember 2008 berdasarkan Akta Penerimaan Berkas Permohonan Nomor 116/PAN.MK/XII/2008, yang kemudian diregistrasi pada tanggal 12 Desember 2008 dengan Nomor 55/PHPU.D-VI/2008.

Dalam permohonan Pemohon, KPU Kabupaten Tapanuli Selatan menetapkan perolehan suara masing-masing Pasangan Calon pada hari Jum’at, tanggal 5 Desember 2008.

Tiga hari kerja setelah Termohon menetapkan perolehan suara masing-masing Pasangan Calon adalah Selasa, 9 Desember 2008, Rabu, 10 Desember 2008, dan Kamis, 11 Desember 2008, sehingga sesuai dengan ketentuan Pasal 5 PMK 15/2008 yang menentukan bahwa permohonan hanya dapat diajukan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah Termohon menetapkan hasil penghitungan suara Pemilukada di daerah yang bersangkutan, maka pengajuan permohonan Pemohon masih dalam tenggang waktu yang ditentukan.

Karena Mahkamah berwenang untuk mengadili permohonan Pemohon dan Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan, serta permohonan Pemohon juga masih dalam tenggang waktu, maka Mahkamah akan mempertimbangkan pokok permohonan.

Setelah memeriksa dengan saksama uraian permohonan dan dalil-dalil yang dikemukakan Pemohon, bukti-bukti surat Pemohon, keterangan saksi-saksi Pemohon, Jawaban Termohon, bukti-bukti surat Termohon, keterangan saksi-saksi Termohon, serta bukti-bukti surat dan keterangan saksi-saksi Pihak Terkait Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Terpilih Kabupaten Padang Lawas, Mahkamah berpendapat sebagai berikut.1. Termohon tidak memberikan Formulir C-KWK kepada saksi-saksi termasuk saksi-

saksi Pemohon, isi formulir tersebut tetap sah kecuali dapat dibuktikan sebaliknya, dan hal tersebut tidak secara signifikan menyebabkan Pasangan Calon Nomor Urut 2 (Pemohon) memperoleh jumlah suara melebihi perolehan suara Pasangan Calon Terpilih.

003-234.indd 144 9/24/10 10:38:22 AM

Page 167: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

145Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

2. Terdapat pengurangan jumlah pemilih sebanyak 41 orang, bahwa pengurangan jumlah pemilih tersebut sesuai dengan keterangan Termohon dan ketentuan Pasal 78 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang menetapkan bahwa jumlah pemilih di setiap TPS paling banyak 600 (enam ratus) orang, sehingga jika 41 orang tersebut dipindahkan ke TPS lain, menurut Mahkamah, hal tersebut tidaklah salah. Seandainya pun pemindahan tersebut salah, tetapi tidak signifikan untuk mempengaruhi terpilihnya pasangan calon sebagai kepala daerah dan wakil kepala daerah. Selain itu, tidak serta merta 41 orang tersebut dianggap memberikan suaranya kepada Pemohon.

3. Tidak adanya dukungan bukti yang cukup bahwa Termohon melakukan kecurangan dengan membuat catatan atau mengisi Model C1-KWK dan Model DA1-KWK secara salah, hal ini telah dibantah pula oleh Termohon dan didukung oleh keterangan saksi dari Pemohon, Fitri Linawati, yang menerangkan bahwa kesalahan tersebut merupakan kesalahan administrasi yang bukan merupakan kecurangan. Dengan demikian, dalil Pemohon tidak cukup beralasan.

4. Menurut peraturan, warga masyarakat dapat memilih di TPS tempat mereka terdaftar dalam DPT. Selain itu, jumlah warga masyarakat yang tidak memilih tersebut, tidak secara signifikan mempengaruhi perolehan suara kedua Pasangan Calon, dan tidak serta merta dianggap memilih Pemohon. Oleh karena itu, dalil Pemohon tidak beralasan.

5. Pemilih yang memilih dua kali, jumlahnya tidak signifikan mempengaruhi perolehan suara kedua Pasangan Calon, lagi pula tidak diketahui memilih pasangan calon yang mana. Dengan demikian, dalil Pemohon tidak beralasan.

6. Adanya warga yang belum cukup umur dan belum menikah yang ikut memilih, Mahkamah berpendapat bahwa hal tersebut merupakan wewenang Panwaslu untuk menindak lanjutinya. Selain itu, jumlah pemilih yang belum cukup umur tidak mempengaruhi perolehan suara masing-masing Pasangan Calon, sehingga harus dikesampingkan.

7. Adanya pemberian barang atau uang kepada pemilih dengan janji harus memilih Pasangan Calon Nomor Urut 7 (Pasangan Calon Terpilih), Mahkamah berpendapat bahwa seharusnya perbuatan tersebut dilaporkan kepada Panwaslu karena merupakan tindak pidana, dan Panwaslu akan meneruskannya kepada penyidik untuk penyidikan yang berakhir dengan putusan pengadilan dalam lingkungan peradilan umum. Lagi pula, seandainya pun benar, perbuatan tersebut juga tidak cukup signifikan untuk mengubah pasangan calon yang terpilih.

8. Adanya intimidasi yang dilakukan oleh Tim Sukses Pasangan Calon Nomor Urut 7 kepada warga masyarakat agar memilih Pasangan Calon Nomor Urut 7 (Pasangan Calon Terpilih), Mahkamah berpendapat bahwa perbuatan tersebut merupakan

003-234.indd 145 9/24/10 10:38:22 AM

Page 168: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

146 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

kewenangan Panwaslu untuk menindaklanjuti dan meneruskannya kepada penyidik dan selanjutnya diproses sampai ke pengadilan.

9. Adanya orang-orang yang tidak terdaftar sebagai pemilih tetap dalam DPT sehingga tidak mendapat undangan memilih, namun dapat melakukan pemilihan dengan menggunakan nama pemilih lain, Mahkamah berpendapat bahwa hal tersebut merupakan kewenangan Panwaslu untuk menindaklanjuti dan meneruskannya kepada penyidik dan selanjutnya diproses sampai ke pengadilan. Seandainya pun suara pemilih yang tidak berhak tersebut dihitung dan diberikan kepada Pemohon, tetapi tidak akan mengubah hasil perolehan suara secara signifikan.Berdasarkan bukti-bukti yang terungkap di muka persidangan, Mahkamah menilai

meskipun terbukti adanya pelanggaran-pelanggaran terhadap tata cara Pemilukada Kabupaten Padang Lawas, pelanggaran tersebut tidak bersifat masif, terstruktur, dan terencana. Dari pelanggaran-pelanggaran yang didalilkan Pemohon, ternyata menurut Mahkamah, penghitungan jumlah suara yang tidak sah yang telah diperhitungkan pada perolehan suara Calon Terpilih, yang tidak seharusnya diperhitungkan hanyalah berjumlah 3.327 suara.

Meskipun seandainya perolehan suara Pasangan Calon Terpilih yang berjumlah 51.411 suara dikurangi 3.327 jumlah suara yang menurut pemohon diperoleh Pasangan Calon Terpilih secara tidak sah sebagaimana diuraikan dalam permohonan Pemohon yang dihitung oleh Mahkamah berjumlah 3.327 suara, sehingga hanya berjumlah 48.084 suara, dan sebaliknya, seandainya suara tidak sah tersebut ditambahkan pada perolehan suara pemohon, yakni 44.469 suara ditambah 3.327 suara, maka pemohon baru memperoleh 47.796 suara, sehingga perolehan suara Pemohon masih tetap berada di bawah jumlah perolehan suara Pasangan Calon Nomor Urut 7 (Pasangan Calon Terpilih).

Mengenai adanya putusan pidana yang dijatuhkan oleh pengadilan terhadap Pihak Terkait (Basyrah Lubis, S.H.), yakni Putusan Nomor 171/Pid.B/2007/PN.Psp, menurut Mahkamah, putusan tersebut belum memperoleh kekuatan hukum tetap sebagaimana catatan Panitera/Sekretaris Pengadilan Negeri Padang Sidempuan, sehingga belum dapat dijadikan sebagai bukti pelanggaran salah satu syarat yang ditentukan oleh Pasal 58 huruf f UU 12/2008. Jikalau pun putusan pidana dimaksud telah memperoleh kekuatan hukum tetap, maka sesuai Pasal 30 ayat (2) UU 32/2004, merupakan wewenang Presiden untuk memberhentikan yang bersangkutan dari jabatannya.

Berdasarkan penilaian fakta dan hukum di atas, Mahkamah berkesimpulan: - meskipun memang terjadi pelanggaran dalam penyelenggaraan Pemilukada

Kabupaten Padang Lawas, tetapi pelanggaran tersebut tidak bersifat masif, terstruktur, dan terencana, sehingga tidak mempengaruhi perolehan suara terhadap Pasangan Calon Terpilih;

- dalil-dalil Pemohon tidak terbukti secara sah dan meyakinkan.Dengan demikian, Mahkamah menjatuhkan amar putusan yakni menolak permohonan

Pemohon untuk seluruhnya.

003-234.indd 146 9/24/10 10:38:22 AM

Page 169: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

147Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

IKHTISAR PUTUSAN PERKARA NOMOR 57/PHPU.D-VI/2008

TENTANGKEBERATAN TERHADAP HASIL PEMILU KEPALA DAERAH DAN

WAKIL KEPALA DAERAH KABUPATEN BENGKULU SELATAN

Pemohon : 1. H. Reskan Effendi (Calon Bupati Kabupaten Bengkulu Selatan); 2. Dr. drh. Rohidin Mersyah, MMA (Calon Wakil Bupati Bengkulu

Selatan).Termohon : Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bengkulu Selatan.Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil

Kepala Daerah.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten

Bengkulu Selatan Nomor 59 Tahun 2008 tertanggal 10 Desember 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih Kabupaten Bengkulu Selatan dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Pemilukada) Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun 2008 Putaran II.

Amar Putusan : Dalam Eksepsi: Menyatakan eksepsi Termohon dan eksepsi Pihak Terkait tidak

dapat diterima. Dalam Pokok Perkara: - Mengabulkan permohonan Pemohon untuk sebagian; - Menyatakan batal demi hukum (void ab initio) Pemilukada

Kabupaten Bengkulu Selatan untuk periode 2008-2013; - Memerintahkan kepada Komisi Pemilihan Umum Kabupaten

Bengkulu Selatan untuk menyelenggarakan Pemungutan Suara Ulang yang diikuti oleh seluruh pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah kecuali Pasangan Calon Nomor Urut 7 (H. Dirwan Mahmud dan H. Hartawan, S.H.) selambat-lambatnya satu tahun sejak putusan ini diucapkan;

- Menolak permohonan Pemohon untuk selain dan selebihnya.

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

003-234.indd 147 9/24/10 10:38:22 AM

Page 170: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

148 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Tanggal Putusan : Kamis, 8 Januari 2009.Ikhtisar Putusan :

Pemohon H. Reskan Effendi dan Dr. drh. Rohidin Mersyah, MMA adalah Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Bengkulu Selatan, Provinsi Bengkulu Tahun 2009-2014 berdasarkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bengkulu Selatan (Termohon) Nomor 30 Tahun 2008 tanggal 15 Agustus 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun 2008.

Pemohon berkeberatan terhadap Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Pemilukada) Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bengkulu Selatan Nomor 59 Tahun 2008 bertanggal 10 Desember 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih Kabupaten Bengkulu Selatan dalam Pemilukada Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun 2008 Putaran II, yang menyebabkan Pemohon ditetapkan hanya memperoleh sejumlah 36.566 suara, sedang Pihak Terkait memperoleh sejumlah 39.069 suara.

Pemohon mendalilkan bahwa Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara yang dilakukan oleh Termohon terdapat kesalahan-kesalahan dan pelanggaran-pelanggaran selama tahapan pelaksanaan Pemilukada melalui cara-cara yang tidak jujur, tidak adil dan penuh dengan praktik kecurangan yang bersifat masif, terstruktur, dan terencana yang dilakukan dengan cara: • Termohon secara sengaja dan melawan hukum telah membiarkan seorang Calon

Kepala Daerah Kabupaten Bengkulu Selatan atas nama H. Dirwan Mahmud yang pernah menjalani hukuman penjara sekitar tujuh tahun di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Cipinang, Jakarta Timur (LP Klas I Cipinang, Jakarta Timur);

• membiarkan adanya warga yang mempunyai hak pilih tetapi tidak terdaftar dalam DPS maupun DPT;

• adanya pemilih yang tidak mendapat kartu undangan;• membiarkan adanya warga yang menggunakan hak pilihnya lebih dari satu kali; • membiarkan adanya praktik pemberian barang/uang (money politic) atau janji tertentu

kepada pemilih agar memilih Pasangan Calon Nomor Urut 7; • membiarkan adanya intimidasi kepada warga agar memilih Pasangan Calon Nomor

Urut 7; • membiarkan adanya penggunaan hak pilih oleh orang yang tidak berhak.

Terkait dengan kewenangan Mahkamah berdasarkan ketentuan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 dan Pasal 10 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) junctis Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun

003-234.indd 148 9/24/10 10:38:22 AM

Page 171: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

149Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (UU 12/2008), salah satu kewenangan konstitusional Mahkamah adalah memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.

Semula, berdasarkan ketentuan Pasal 106 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (UU 32/2004), keberatan berkenaan dengan hasil penghitungan suara yang mempengaruhi terpilihnya pasangan calon diajukan ke Mahkamah Agung. Kewenangan Mahkamah Agung tersebut, dicantumkan lagi dalam Pasal 94 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum menentukan bahwa Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah pemilihan umum untuk memilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah secara langsung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Pasal 236C UU 12/2008 menetapkan bahwa penanganan sengketa hasil penghitungan suara pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah oleh Mahkamah Agung dialihkan kepada Mahkamah Konstitusi paling lama 18 (delapan belas) bulan sejak Undang-Undang ini diundangkan. Oleh karena itu, pada 29 Oktober 2008, Ketua Mahkamah Agung dan Ketua Mahkamah Konstitusi bersama-sama telah menandatangani Berita Acara Pengalihan Wewenang Mengadili.

Oleh karena permohonan Pemohon adalah sengketa hasil penghitungan suara Pemilukada, yaitu Pemilukada Kabupaten Bengkulu Selatan dengan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bengkulu Selatan Nomor 59 Tahun 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih Kabupaten Bengkulu Selatan dalam Pemilukada Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun 2008 Putaran II, maka Mahkamah berwenang untuk memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan Pemohon.

Terkait dengan kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, bahwa Pasal 106 ayat (1) UU 32/2004, Pasal 3 dan Pasal 4 Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah (PMK 15/2008) menentukan hal-hal, antara lain, sebagai berikut: a. Pemohon adalah Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah; b. permohonan hanya dapat diajukan terhadap penetapan hasil penghitungan suara

Pemilukada yang mempengaruhi penentuan pasangan calon yang dapat mengikuti putaran kedua Pemilukada atau terpilihnya pasangan calon sebagai Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Pemohon sebagai Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Bengkulu

Selatan yang mengajukan permohonan keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bengkulu Selatan Nomor 59 Tahun 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih Kabupaten Bengkulu Selatan

003-234.indd 149 9/24/10 10:38:22 AM

Page 172: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

150 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

dalam Pemilukada Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun 2008 Putaran II. Dengan demikian, Mahkamah berpendapat bahwa Pemohon telah memenuhi syarat kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan.

Terkait dengan tenggang waktu pengajuan permohonan, bahwa Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bengkulu Selatan Nomor 59 Tahun 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih Kabupaten Bengkulu Selatan dalam Pemilukada Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun 2008 Putaran II ditetapkan pada tanggal 10 Desember 2008, sedangkan permohonan keberatan terhadap penetapan Termohon oleh Pemohon diajukan kepada Mahkamah pada tanggal 15 Desember 2008 sebagaimana Akta Penerimaan Berkas Permohonan Nomor 120/PAN.MK/XII/2008 tanggal 15 Desember 2008, yang kemudian diregistrasi pada tanggal 16 Desember 2008 dengan Nomor Perkara 57/PHPU.D-VI/2008.

Pasal 5 PMK 15/2008 menentukan bahwa permohonan hanya dapat diajukan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah Termohon menetapkan hasil penghitungan suara Pemilukada di daerah yang bersangkutan, sehingga pengajuan permohonan Pemohon masih dalam tenggang waktu yang ditentukan, sebab tanggal 13 Desember 2008 dan tanggal 14 Desember 2008 adalah hari Sabtu dan Minggu yang merupakan hari libur dan bukan hari kerja.

Berdasarkan penilaian fakta dan hukum di atas, Mahkamah berpendapat bahwa Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan dan permohonan Pemohon masih dalam tenggang waktu. Oleh karena itu, Mahkamah berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan Pemohon.

Termohon dalam eksepsi menyatakan bahwa permohonan Pemohon tidak memenuhi syarat formil karena tidak dilengkapi dengan identitas yang lengkap dan jelas, serta tidak menguraikan dengan jelas kesalahan penghitungan suara yang dilakukan oleh Termohon sehingga mengakibatkan dan mempengaruhi suara yang diperoleh Pemohon. Sedangkan, dalam pokok perkara menyatakan bahwa Termohon telah menyelenggarakan Pemilukada Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun 2008 dengan berpijak pada peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dalam melaksanakan penjaringan bakal calon, Termohon telah melakukan verifikasi bakal calon sehingga penetapan bakal calon yang lulus telah sesuai prosedur dan persyaratan sebagaimana diatur dalam UU 32/2004 juncto UU 12/2008 Pasal 58 huruf a hingga huruf g. Setelah penetapan bakal calon yang memenuhi syarat, Termohon juga melakukan verifikasi persyaratan administrasi dan faktual serta dukungan sebagaimana diatur dalam Pasal 60 UU 32/2004. Selain itu, Termohon telah memberikan tenggang 14 hari untuk masa sanggah bagi masyarakat terhadap persyaratan pasangan calon, dan dalam masa tenggang 14 hari tersebut tidak ada tanggapan, informasi, keberatan, masukan maupun sanggahan dari masyarakat dalam hal persyaratan calon seperti yang menjadi alasan bahwa H. Dirwan Mahmud, S.H. pernah menjalani hukuman Penjara tujuh tahun di LP Klas I Cipinang, dan telah melakukan verifikasi berdasarkan Surat Keterangan Ketua Pengadilan Negeri Manna, Surat Keterangan Catatan Kriminal dari Polres Bengkulu Selatan dan hingga 14 hari

003-234.indd 150 9/24/10 10:38:22 AM

Page 173: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

151Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

masa tenggat, Termohon tidak pernah menerima masukan, dikuatkan kembali bahwa H. Dirwan Mahmud, S.H. adalah anggota DPRD Kabupaten Bengkulu Selatan selama dua periode yaitu, masa bakti 1999 sampai dengan 2004 dan masa bakti 2004 sampai dengan 2009 sekaligus menjabat sebagai Ketua DPRD Kabupaten Bengkulu Selatan.

Temohon telah mengajukan bukti surat atau tulisan dan 8 orang saksi dan seorang ahli. Dalam keterangannya, Ahli Termohon yakni Prof. H.A.S. Natabaya, S.H., L.L.M yang mempersoalkan kewenangan Mahkamah dalam perselisihan hukum dalam perkara ini, dengan alasan bahwa masalah pelanggaran proses Pemilukada menjadi wewenang peradilan lain, yakni Peradilan Tata Usaha Negara.

Selanjutnya terhadap Eksepsi Pihak Terkait dalam keterangan tertulis yang intinya berkenaan dengan enam hal, yaitu: 1) permohonan Pemohon salah objek (error in objecto); 2) permohonan Pemohon tidak jelas dan kabur (obscuur libel); 3) permohonan Pemohon tidak berdasar, tidak memenuhi formalitas, maupun kualitas

pengajuan permohonan; 4) permohonan Pemohon tidak berdasar, tidak memenuhi formalitas pengajuan

keberatan; 5) mengenai kewenangan mengadili; 6) keberatan Pemohon bukan merupakan objek perselisihan Pemilukada.

Terhadap Eksepsi Termohon, Mahkamah berpendapat bahwa permohonan Pemohon telah memenuhi minimal syarat formil sebagaimana ditentukan Pasal 29, Pasal 30, dan Pasal 31 UU MK juncto Pasal 6 PMK 15/2008. Oleh karenanya, Eksepsi Termohon tersebut tidak cukup beralasan.

Terhadap Eksepsi Pihak Terkait, Mahkamah berpendapat mengenai objek perselisihan, yang merupakan tindak lanjut dari hasil penghitungan suara yang dilakukan oleh Termohon. Hal tersebut tidak dibantah oleh Termohon selaku lembaga yang menerbitkan keputusan Termohon. Dengan demikian, objek sengketa yang diajukan oleh Pemohon telah sesuai dengan ketentuan Pasal 4 huruf b PMK 15/2008 yang berbunyi, ”Objek perselisihan Pemilukada adalah hasil penghitungan suara yang ditetapkan oleh Termohon yang mempengaruhi:

a....; atau b. terpilihnya Pasangan Calon sebagai kepala daerah dan wakil kepala daerah.” Oleh karena itu, Eksepsi Pihak Terkait tidak cukup beralasan dan harus

dikesampingkan.Menurut Termohon, dalil Pemohon tersebut tidak jelas, tidak cermat, tidak rinci, dan

tidak lengkap. Di samping itu, dalil Pemohon merupakan ranah pidana Pemilukada yang merupakan wewenang Panwaslu Kabupaten Bengkulu Selatan. Selain itu, Panwaslu Kabupaten Bengkulu Selatan telah melakukan penelitian dan penetapan Pleno atas laporan-laporan yang di antaranya dihentikan karena tidak cukup bukti dan ada yang ditindaklanjuti ke pihak penyidik (vide jawaban Termohon).

003-234.indd 151 9/24/10 10:38:22 AM

Page 174: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

152 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Pihak Terkait menyatakan bahwa selaku Pasangan Calon maupun H. Dirwan Mahmud, S.H. telah sepenuhnya mengetahui dan menundukkan diri serta mendasarkan proses pencalonan dimaksud pada ketentuan Pasal 60 dan Pasal 66 UU 32/2004, dimana Pihak Terkait telah diteliti dan telah pula memenuhi semua syarat dan ketentuan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Selain itu, menurut Pihak Terkait, H. Dirwan Mahmud sampai saat ini tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara lima tahun atau lebih dari pengadilan negeri yang wilayah hukumnya meliputi tempat tinggal calon.

Keterangan Termohon didukung oleh Pihak Terkait yang menyatakan bahwa dalil Pemohon dibuat tanpa dasar dan cenderung manipulatif, bahkan sama sekali tidak ada relevansinya dengan objek perselisihan hasil Pemilukada dan tidak dapat dijadikan alasan pembenar (vide Keterangan Pihak Terkait).

Dalam persidangan terungkap pula fakta berdasarkan bukti-bukti surat dan keterangan tertulis saksi-saksi yang diajukan oleh Pemohon, yakni M. Zayadi, Hasnul Arifin, Asranudin Bais, Achmad Busri, Tomy Arifin, Haryanto alias Yan Bin Sulaiman. Serta bukti surat yang dikirim Kepala Lembaga Pemasyarakatan Klas I Cipinang Nomor W7.Ea.PK.01.01.02-Reg 809 bertanggal 6 Januari 2009 dengan didukung pernyataan dari Chaerudin, Yusuf Mawarjoko, Sutrisno, Wilson Silalahi, Abdul Hadi, dan Surani yang kesemuanya menerangkan bahwa Dirwan Mahmud alias Roy Irawan bin Mahmud Amran yakni Pihak Terkait pernah menjalani hukuman penjara di LP Klas I Cipinang Jakarta Timur.

Dari perselisihan hukum para pihak di atas, yang akan menjadi penilaian hukum Mahkamah adalah tentang apakah Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bengkulu Selatan dan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilukada Kabupaten Bengkulu Selatan mengandung keabsahan dan/atau cacat yuridis.

Termohon secara sengaja dan melawan hukum membiarkan seorang Calon Kepala Daerah yang pernah menjalani pidana penjara sekitar tujuh tahun di LP Klas I Cipinang, Jakarta Timur menjadi Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Bengkulu Selatan. Menurut Mahkamah, ketentuan persyaratan untuk memangku suatu jabatan publik diatur pada berbagai peraturan perundang-undangan yang semuanya, mempersyaratkan tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau lebih.

Setiap jabatan publik atau jabatan dalam pemerintahan dalam arti luas, baik yang pengisiannya dilakukan melalui pemilihan, maupun melalui cara lain menuntut syarat kepercayaan masyarakat karena jabatan publik adalah jabatan kepercayaan. Oleh karena itu, setiap calon pejabat publik harus memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu sehingga nantinya didapatkan pejabat yang benar-benar bersih, berwibawa, jujur, dan mempunyai

003-234.indd 152 9/24/10 10:38:22 AM

Page 175: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

153Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

integritas moral yang tinggi. Persyaratan demikian, kecuali yang ditentukan sendiri dalam UUD 1945, adalah kewenangan pembentuk undang-undang untuk menentukannya sesuai dengan kebutuhan yang menjadi tuntutan bagi jabatan publik yang bersangkutan serta dengan memperhatikan ketentuan Pasal 28J ayat (2) UUD 1945.

Terhadap jabatan publik yang pengisiannya dilakukan dengan cara pemilihan oleh rakyat, tidaklah dapat sepenuhnya diserahkan kepada rakyat tanpa persyaratan sama sekali dan semata-mata atas dasar alasan bahwa rakyat yang akan memikul sendiri risiko pilihannya. Jabatan demikian haruslah dipangku oleh orang yang mempunyai kualitas dan integritas tinggi. Pencalonan seseorang untuk mengisi suatu jabatan publik dengan tanpa membeda-bedakan orang sebagaimana dimaksud oleh Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 tidaklah berarti bahwa negara tidak boleh mengatur atau menentukan persyaratannya, sepanjang pengaturan dan/atau persyaratan itu merupakan tuntutan objektif yang dibutuhkan oleh suatu jabatan atau aktivitas pemerintahan tertentu dan sepanjang pengaturan dan/atau persyaratan tersebut tidak bersifat diskriminatif dalam pengertian membeda-bedakan orang atas dasar agama, ras, suku, bahasa, jenis kelamin, keyakinan politik, atau status sosial tertentu lainnya. Pengaturan dan/atau penentuan persyaratan demikian adalah sebagai mekanisme yang wajar yang akan memungkinkan pemilihan itu berlangsung secara cermat dan menghasilkan pilihan pemimpin yang terpercaya.

Mahkamah berpendapat, Pasangan Calon Nomor Urut 7 khususnya H. Dirwan Mahmud, telah menyembunyikan perbuatan pidana yang pernah dilakukannya, disebabkan H. Dirwan Mahmud mengetahui bahwa untuk menjadi kepala daerah harus memenuhi syarat-syarat sebagaimana ditentukan dalam Pasal 58 huruf f UU 32/2004. Selaku peserta Pemilukada Kabupaten Bengkulu Selatan, H. Dirwan Mahmud, S.H., secara sengaja dan dengan niat menutupi perbuatan pidana yang dilakukannya. Hal tersebut jelas melanggar asas-asas Pemilu yang termaktub dalam Pasal 22E ayat (1) UUD 1945 juncto Pasal 56 ayat (1) UU 32/2004.

Mahkamah tidak sependapat dengan Ahli Prof. H.A.S. Natabaya, S.H., L.L.M yang mempersoalkan kewenangan Mahkamah dalam perselisihan hukum dalam perkara ini, dengan alasan bahwa masalah pelanggaran proses Pemilukada menjadi wewenang peradilan lain. Ahli hanya mempersoalkan kewenangan tetapi tidak menjawab atau membuktikan sebaliknya bahwa Pihak Terkait, H. Dirwan Mahmud, pernah menjalani pidana yang karenanya tidak memenuhi syarat sejak awal untuk menjadi pasangan calon kepala daerah dalam perkara ini.

Mengenai kewenangan Mahkamah, sudah beberapa kali Mahkamah memutuskan bahwa berdasarkan konstitusi dan UU MK yang menempatkan Mahkamah sebagai pengawal konstitusi, Mahkamah berwenang memutus perkara pelanggaran atas prinsip-prinsip Pemilu dan Pemilukada yang diatur dalam UUD 1945 dan UU 32/2004. Sebagai pengawal konstitusi, maka acuan utama penegakan hukum di Mahkamah adalah tegaknya prinsip kehidupan bernegara berdasarkan Undang-Undang Dasar. Selain itu, Mahkamah

003-234.indd 153 9/24/10 10:38:23 AM

Page 176: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

154 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

juga pernah memutuskan bahwa dalam mengawal konstitusi, Mahkamah tidak dapat membiarkan dirinya dipasung oleh keadilan prosedural (procedural justice) semata-mata, melainkan juga keadilan substansial. Salah satu landasan penting dari sikap ini adalah ketentuan Pasal 45 ayat (1) UU MK yang menyatakan bahwa Mahkamah memutus perkara berdasarkan UUD 1945 sesuai dengan alat bukti dan keyakinan hakim. Makna keyakinan hakim adalah keyakinan hakim berdasarkan alat bukti [vide, Penjelasan Pasal 45 ayat (1) UU MK].

Selanjutnya, Mahkamah berpendapat bahwa proses hukum yang tersedia telah dilangkahi dengan sengaja sehingga Pihak Terkait menjadi lolos tanpa penyelesaian terlebih dahulu atas masalah-masalah hukum yang telah dilaporkan. Dengan diabaikannya laporan-laporan tersebut, maka baik Termohon, Panwaslu Kabupaten Bengkulu Selatan, maupun Pihak Terkait sudah melangkahi proses hukum yang tersedia sehingga dengan selesainya Pemilukada Putaran II tidak ada lagi proses hukum yang dapat ditempuh untuk menilai kebenaran dan keadilannya maka apakah hal semacam itu dapat dibenarkan dan diterima dan/atau apakah mahkamah akan membiarkan atau menjustifikasi pelanggaran-pelanggaran yang sangat serius dan mencederai konstitusi dan demokrasi. Mahkamah menilai bahwa proses tersebut telah berlangsung dengan cacat hukum sejak awal.

Menjadi pertanyaan yang harus dijawab oleh Mahkamah, apakah pelanggaran yang sudah terbukti secara sempurna demikian, termasuk ruang lingkup sengketa Pemilukada yang menjadi kewenangan Mahkamah berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang diatur dalam UU 32/2004 sebagaimana diubah terakhir dengan UU 12/2008. Apakah Mahkamah mempunyai wewenang untuk sampai pada pemecahan masalah bahwa Pihak Terkait yang sudah dianggap terbukti melanggar persyaratan eligibility untuk menjadi calon, akan dirinci sebagai berikut.1. Pelanggaran syarat yang dilakukan merupakan jenis pelanggaran berat, yaitu tindak

pidana pembunuhan (berencana). 2. Kewenangan seleksi calon berdasarkan syarat-syarat yang ditentukan menjadi

kewenangan Komisi Pemilihan Umum/Panitia Pengawas Pemilihan Umum. 3. Telah terjadi kelalaian atau kesengajaan bahwa persyaratan demikian diabaikan

sehingga Pihak Terkait lolos, yang seharusnya sejak awal tidak memenuhi syarat dan karenanya sejak awal tindakan-tindakan hukum yang berhubungan dengan Pemilukada batal demi hukum (void ab initio).

4. Pihak Terkait dengan itikad buruk menyembunyikan keadaannya dengan menggunakan nama lain dari nama sebenarnya pada waktu statusnya sebagai narapidana.

5. Perolehan angka pemilih terjadi melalui misrepresentation, sehingga seandainya diberitahukan dengan sebenarnya, maka kemungkinan pemilih tidak memilih Calon Terpilih.Terhadap keseluruhan rangkaian kesalahan yang terjadi, Mahkamah dihadapkan,

apakah dibenarkan hal tersebut untuk tidak diuji dengan seluruh norma hukum positif yang berlaku.

003-234.indd 154 9/24/10 10:38:23 AM

Page 177: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

155Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

Meskipun secara legal formal Mahkamah tidak berwenang, akan tetapi sebagai pengawal konstitusi, jika Mahkamah dihadapkan pada dua tingkatan aturan satu sama lain, yaitu undang-undang dan Undang-Undang Dasar, maka sesuai dengan peran, fungsi, dan kedudukan Mahkamah harus memilih konstitusi dan mengesampingkan norma undang-undang, sehingga wilayah Mahkamah adalah untuk menjaga jangan sampai ada ketentuan konstitusi yang dilanggar, ketika semua lembaga dan pemangku kewenangan membiarkan keadaan menuju tidak tercapainya konsolidasi demokrasi yang sedang berjalan. Dalam hal kelalaian yang terjadi menjadi sesuatu yang sungguh tidak dapat ditolerir (intolerable condition) sehingga perlu menggunakan kewenangan Mahkamah sebagai pengawal konstitusi, maka kewenangan Mahkamah berdasarkan prinsip proporsionalitas, wajib meluruskan keadaan sehingga Pemilukada serasi dengan keseluruhan asas-asas demokrasi dalam konstitusi.

Menurut UUD 1945 peradilan harus menganut secara seimbang asas keadilan, asas kepastian hukum, dan asas manfaat sehingga Mahkamah tidak dapat dipasung hanya oleh bunyi undang-undang melainkan juga harus menggali rasa keadilan dengan tetap berpedoman pada makna substantif undang-undang itu sendiri. Untuk menggali rasa keadilan ini, maka Mahkamah memiliki beberapa alternatif yang harus dipilih untuk memutus perkara, antara lain:1. Mahkamah dapat menyatakan Pemilukada Kabupaten Bengkulu Selatan batal demi

hukum sejak semula (void ab initio); 2. Mahkamah dapat menyatakan Keputusan KPU Kabupaten Bengkulu Selatan tentang

Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara dan Penetapan Calon Terpilih batal, sekaligus menyatakan Calon yang berhak adalah Pemohon;

3. Mahkamah dapat menyatakan Keputusan KPU Kabupaten Bengkulu Selatan tentang Hasil Penghitungan Suara Putaran II batal, dan menyatakan Termohon tidak berhak ikut ke Putaran II, sehingga hasil yang dihitung adalah pemungutan suara Putaran I di luar keikutsertaan Pihak Terkait;

4. Mahkamah dapat menyatakan bahwa Pemilukada Kabupaten Bengkulu Selatan cacat yuridis, maka harus dilakukan pemungutan suara ulang untuk seluruh Kabupaten Bengkulu Selatan. Semua pilihan tersebut memiliki kelemahan dan risiko, akan tetapi Mahkamah

harus memilih untuk berpegang pada moralitas konstitusi dalam UUD 1945 untuk menghindari sinisme akibat ketidakjelasan arah demokrasi dengan rangkaian kelalaian atau kesengajaan yang ada di hadapan Mahkamah.

Perumusan kewenangan dan pelaksanaan kewenangan dalam melaksanakan demokrasi, harus dikawal dengan sanksi yang cukup efektif untuk mencegah terjadinya kemunduran dalam tahap demokratisasi untuk dapat sampai pada tahap akhir transisi politik di Indonesia secara adil, damai, jujur, dan bersih. Melalui aplikasi asas proporsionalitas, maka kelalaian yang menimbulkan kondisi yang tidak lagi dapat ditolerir tersebut dapat dievaluasi dan dinilai oleh Mahkamah serta diputus dengan alternatif yang sesuai dengan tugas dan fungsi Mahkamah.

003-234.indd 155 9/24/10 10:38:23 AM

Page 178: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

156 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Fakta hukum pelanggaran administratif (Pasal 58 huruf f UU 32/2004) oleh H. Dirwan Mahmud, S.H., telah mengakibatkan Pemilukada Kabupaten Bengkulu Selatan cacat yuridis. Oleh karena itu, Mahkamah berpendapat, agar tercipta keadilan berdasarkan konstitusi dalam Pemilukada Kabupaten Bengkulu Selatan, maka harus dilakukan pemungutan suara ulang untuk seluruh Kabupaten Bengkulu Selatan yang dinilai lebih adil.

Mahkamah menyatakan bahwa benar Pihak Terkait sudah pernah menjadi anggota dan memimpin DPRD tetapi tidak pernah dipersoalkan latarbelakangnya, sehingga Mahkamah berpendapat bahwa fakta tersebut tidak dapat disamakan dengan perkara ini, sebab menurut Undang-Undang tentang Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah pada saat itu memang tidak mensyaratkan harus tidak pernah menjalani hukuman pidana tertentu sehingga boleh saja yang bersangkutan menjadi anggota dan/atau pimpinan DPRD (vide Pasal 60 huruf i Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003), tetapi untuk menjadi Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah sudah jelas-jelas mensyaratkan harus tidak pernah menjalani hukuman pidana tertentu (vide Pasal 58 huruf f UU 32/2004).

Perintah untuk melakukan pemungutan suara ulang, harus mempertimbangkan tingkat kesulitan dan jangka waktu yang berkenaan dengan tahapan Pemilihan Umum Legislatif dan Presiden pada Tahun 2009. Dengan memperhitungkan agenda kegiatan nasional yang demikian, Mahkamah akan memerintahkan pemungutan suara ulang dalam waktu yang cukup dengan memperhatikan kemampuan KPU Kabupaten Bengkulu Selatan dan seluruh aparat penyelenggara Pemilukada untuk melaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil, serta jauh dari kemungkinan terjadinya pelanggaran yang merugikan proses demokratisasi di Indonesia.

Terlepas dari pertimbangan-pertimbangan hukum tersebut di atas, Mahkamah tidak menutup mata terhadap pendapat dan pandangan hukum bahwa tujuan hukum (pidana) adalah memanusiakan manusia, dalam arti orang yang telah menjalani hukuman pidana diberi hak yang sama. Demikian juga, tujuan pemasyarakatan merupakan proses untuk mengembalikan kedudukan mantan narapidana sebagai anggota masyarakat biasa. Orang yang telah menjalani hukuman pidana diberi hak yang sama untuk menduduki jabatan publik, karena hak-hak individual tidak boleh dirampas dengan sewenang-wenang oleh siapa pun termasuk oleh negara melalui hukum negara (hukum positif), sehingga seseorang yang ”cacat” menurut pandangan masyarakat karena melakukan tindak pidana tidak lagi mempunyai harapan masa depan untuk menjadi insan kamil (manusia yang sempurna). Namun demikian, pandangan tersebut menjadi ranah pembentuk undang-undang (legislatif) untuk mengakomodasi melalui berbagai perubahan peraturan perundang-undangan.

Walaupun menurut Pasal 233 ayat (2) dan ayat (3) UU 12/2008 bahwa penyelenggaraan Pemilukada harus selesai pada akhir tahun 2008, namun Mahkamah menegaskan, pemungutan suara ulang bukanlah merupakan Pemilukada baru melainkan

003-234.indd 156 9/24/10 10:38:23 AM

Page 179: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

157Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

kelanjutan Pemilukada yang telah diselenggarakan sebelumnya, sehingga pelaksanaan pemungutan suara ulang sesudah tahun 2008 tidak dapat dinilai bertentangan dengan ketentuan undang-undang tersebut.

Terhadap dalil Pemohon selebihnya, menurut Mahkamah tidak didukung oleh bukti-bukti maupun saksi yang cukup kuat dan meyakinkan. Lagi pula, andaikata benar adanya pelanggaran-pelanggaran dimaksud, namun hal tersebut tidak berpengaruh secara signifikan terhadap hasil penghitungan suara Pemilukada Kabupaten Bengkulu Selatan.

Berdasarkan seluruh penilaian atas fakta dan hukum di atas, Mahkamah dalam amar putusannya menyatakan sebagai berikut.Dalam Eksepsi: • Menyatakan Eksepsi Termohon dan Eksepsi Pihak Terkait tidak dapat diterima. Dalam Pokok Perkara: • Mengabulkan permohonan Pemohon untuk sebagian; • Menyatakan batal demi hukum (void ab initio) Pemilukada Kabupaten Bengkulu

Selatan untuk periode 2008-2013; • Memerintahkan kepada Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bengkulu Selatan untuk

menyelenggarakan Pemungutan Suara Ulang yang diikuti oleh seluruh pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah kecuali Pasangan Calon Nomor Urut 7 (H. Dirwan Mahmud dan H. Hartawan, S.H.) selambat-lambatnya satu tahun sejak putusan ini diucapkan;

• Menolak permohonan Pemohon untuk selain dan selebihnya. Pendapat Berbeda : Seorang Hakim Konstitusi mengemukakan dissenting opinion (pendapat berbeda)

sebagai berikut.Pasal 58 huruf f UU 32/2004 berbunyi: ”Tidak pernah dijatuhi hukuman pidana

penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih”.

Asas praduga tidak bersalah yaitu seseorang tidak dapat dikatakan bersalah kecuali atas putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Atas dasar pembuktian itulah, maka pencalonan seseorang sebagai Kepala Daerah dapat dibatalkan karena yang bersangkutan tidak memenuhi syarat.

Meskipun demikian, apakah pengetahuan tentang kebenaran fakta (knowledge) hanya cukup relevan dan tepat untuk diterapkannya Pasal 58 huruf f UU 32/2004 tanpa mempertimbangkan hal-hal lain yang bukan semata-mata memenuhi unsur-unsur dalam Pasal 58 huruf f UU 32/2004.

Hak-hak individual tidak boleh dirampas dengan sewenang-wenang oleh siapapun termasuk oleh negara melalui hukum negara (hukum positif), sehingga seseorang

003-234.indd 157 9/24/10 10:38:23 AM

Page 180: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

158 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

yang ”cacat” menurut pandangan masyarakat, karena melakukan tindak pidana, tidak lagi mempunyai harapan masa depan untuk menjadi insan kamil (manusia yang sempurna).

Hukum mempunyai dua orientasi, yaitu masa lalu dan masa yang akan datang. Dengan demikian, masa lalu terpidana yang gelap harus memungkinkan dia mempunyai masa depan yang terang, karena masa depan yang terang, yang cerah, dan yang membahagiakan adalah hak setiap manusia.

Dari sudut pandang demikian maka penafsiran Pasal 58 huruf f tidak seyogianya ditafsirkan secara letterlijk, sehingga dengan penafsiran secara demikian orang dapat ”cacat” seumur hidup dan tidak mungkin ada kesempatan menduduki jabatan publik seperti Kepala Daerah.

Jika seorang terpidana setelah menjalani penjara/pemasyarakatan masih tidak dapat disamakan dengan yang tidak pernah dipenjara, maka hal itu merupakan pernyataan yang terang-terangan, langsung atau tidak langsung, sekaligus merupakan pengakuan bahwa proses pemasyarakatan selama ini, yang dilakukan oleh negara tidak berhasil mengembalikan kedudukan mantan narapidana sebagai anggota masyarakat yang normal, sekaligus tidak berhasil menciptakan legal equality and legal opportunity before the law.

Dengan menafsirkan Pasal 58 huruf f UU 32/2004, bahwa oleh karena selama lebih dari 15 tahun mantan terpidana telah menunjukkan prestasi dan pengabdiannya kepada negara tanpa cacat, maka Pasal 58 huruf f tidak layak diterapkan pada perkara ini. Masa 15 tahun cukup sebagai proses rehabilitasi nama baiknya, sehingga layak memenuhi syarat menduduki jabatan kepala daerah, karena seorang Kepala Daerah yang berhasil bukan semata-mata digantungkan kepada persyaratan bukan seorang mantan napi, tetapi juga pada kualitas, integritas, serta kemampuannya sebagai seorang leader untuk menggerakkan masyarakat menuju pada kemakmuran daerah.

Putusan yang melihat masa depan berarti putusan yang memfasilitasi kehidupan manusia untuk memungkinkan menjadi manusia yang lebih baik bukan sebaliknya menjeratnya dalam pasal yang tidak memberikan harapan bagi kemanusiaan, yang merupakan cermin Sila Pancasila, yaitu Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.

Tugas dan wewenang pembentuk undang-undang suatu saat adalah menghapus atau setidak-tidaknya merumuskan kembali ketentuan Pasal 58 huruf f UU 32/2004 agar pengenaan pasal tersebut dalam batas-batas yang lebih edukatif sehingga para mantan narapidana kembali meraih persamaan dan kesempatan di hadapan hukum (legal equality and legal opportunity before the law).

Dengan demikian, Pasal 58 huruf f UU 32/2004 seyogianya ditinjau kembali kegunaannya atau ditafsirkan secara sedemikian rupa yang mencerminkan kearifan (wisdom) untuk memberikan masa depan narapidana yang lebih cerah dan manusiawi.

003-234.indd 158 9/24/10 10:38:23 AM

Page 181: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

159Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 60/PHPU.D-VI/2008

TENTANGKEBERATAN TERHADAP HASIL PEMILU KEPALA DAERAH DAN

WAKIL KEPALA DAERAH KABUPATEN DAIRI

Pemohon : 1. Drs. Parlemen Sinaga, M.M. (Calon Bupati Kabupaten Dairi); 2. Dr. Budiman Simanjuntak, M.Kes. (Calon Wakil Bupati

Kabupaten Dairi).Termohon : Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Dairi.Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil

Kepala Daerah.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum

Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Dairi Provinsi Sumatera Utara (Pemilukada Kabupaten Dairi) yang ditetapkan berdasarkan Penetapan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Dairi (KPU Kabupaten Dairi) Nomor 37 Tahun 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah pada Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Dairi Tahun 2008 Putaran Kedua, bertanggal 13 Desember 2008.

Amar Putusan : Dalam Eksepsi: Menyatakan eksepsi Termohon tidak dapat diterima. Dalam Pokok Permohonan: - Menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya; - Menyatakan sah Keputusan Komisi Pemilihan Umum

Kabupaten Dairi Nomor 37 Tahun 2008 bertanggal 13 Desember 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Dairi Tahun 2008 Putaran Kedua.

Tanggal Putusan : Senin, 12 Januari 2009.

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

003-234.indd 159 9/24/10 10:38:23 AM

Page 182: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

160 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Ikhtisar Putusan : Pemohon Drs. Parlemen Sinaga, M.M. dan Dr. Budiman Simanjuntak, M.Kes. adalah

Pasangan Calon Kepala Daerah pada Pemilukada Kabupaten Dairi Provinsi Sumatera Utara, berdasarkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Daerah Kabupaten Dairi Nomor 24 Tahun 2008 tentang Penetapan Nomor Urut Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Peserta Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Dairi Tahun 2008, bertanggal 28 Agustus 2008 dengan Nomor Urut 4.

Pemohon berkeberatan terhadap Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Dairi Provinsi Sumatera Utara (Pemilukada Kabupaten Dairi) yang ditetapkan berdasarkan Penetapan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Dairi (KPU Kabupaten Dairi) Nomor 37 Tahun 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah pada Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Dairi Tahun 2008 Putaran Kedua, bertanggal 13 Desember 2008.

Pemohon mendalilkan bahwa KPU Kabupaten Dairi (Termohon) telah melakukan pelanggaran sebagai berikut. 1. Tentang Nomor Induk Kependudukan (NIK), adanya NIK ganda, NIK rekayasa,

pemilih tanpa nama, pemilih belum cukup umur, pemilih yang sudah meninggal suaranya dipakai orang lain, pencoblosan oleh orang-orang yang tidak dikenal, penambahan data pemilih, surat suara yang sama, serta pencoblosan lebih dari satu kali.

2. Adanya money politics (terhadap 739 orang ditambah 264 orang yang masing-masing memperoleh uang sebanyak Rp 20.000,-).

3. Adanya percepatan penyelenggaraan Pemilukada, tindakan penganiayaan, dan aksi massa.Inti pokok permohonan Pemohon adalah menyatakan batal dan tidak mempunyai

kekuatan hukum mengikat Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Dairi Nomor 37 Tahun 2008 tanggal 13 November 2008 (tertulis) yang seharusnya 13 Desember 2008 sehingga hasil rekapitulasi penghitungan suara yang ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Dairi Nomor 37 Tahun 2008 tanggal 13 Desember 2008.

Terkait dengan kewenangan Mahkamah, Pasal 24C UUD 1945 dan Pasal 10 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) junctis Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, menyatakan bahwa Mahkamah berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus sengketa Pemilu.

Pasal 236C Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (UU 12/2008) menentukan bahwa penanganan sengketa hasil penghitungan suara pemilihan kepala

003-234.indd 160 9/24/10 10:38:23 AM

Page 183: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

161Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

daerah oleh Mahkamah Agung dialihkan kepada Mahkamah Konstitusi paling lama 18 (delapan belas) bulan sejak undang-undang ini diundangkan.

Pasal 1 ayat (4) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum menentukan bahwa Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah pemilihan umum untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Pasal 4 Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah (PMK 15/2008) menentukan bahwa objek perselisihan Pemilukada adalah hasil penghitungan suara yang ditetapkan oleh Termohon yang: a. mempengaruhi Pasangan Calon yang dapat mengikuti putaran kedua Pemilukada;

ataub. terpilihnya Pasangan Calon sebagai kepala daerah dan wakil kepada daerah.

Berita Acara Pengalihan Wewenang Mengadili dari Mahkamah Agung kepada Mahkamah Konstitusi tanggal 29 Oktober 2008 yang pada prinsipnya penanganan sengketa hasil penghitungan suara Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah oleh Mahkamah Agung dialihkan kepada Mahkamah Konstitusi.

Oleh karena permohonan Pemohon adalah sengketa hasil penghitungan suara Pemilukada Kabupaten Dairi sesuai dengan Keputusan KPU Kabupaten Dairi Nomor 37 Tahun 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah pada Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Dairi Tahun 2008 Putaran Kedua, maka Mahkamah berwenang untuk memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan Pemohon.

Terkait dengan kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, bahwa Pasal 106 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (UU 32/2004), Pasal 3, Pasal 4, dan Pasal 5 PMK 15/2008 menentukan hal-hal sebagai berikut: a. Pemohon adalah Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah; b. permohonan hanya dapat diajukan terhadap penetapan hasil penghitungan suara

Pemilukada yang mempengaruhi penentuan Pasangan Calon yang dapat mengikuti putaran kedua Pemilukada atau terpilihnya Pasangan Calon sebagai Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah;

c. permohonan hanya dapat diajukan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari setelah Termohon menetapkan hasil penghitungan suara Pemilukada di daerah yang bersangkutan. Pemohon sebagai Pasangan Calon Kepala Daerah yang dirugikan hak-hak

konstitusionalnya oleh Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Dairi Nomor 37 Tahun 2008, karena adanya penghitungan suara yang salah dalam Keputusan Termohon.

003-234.indd 161 9/24/10 10:38:23 AM

Page 184: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

162 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Terhadap permohonan Pemohon, Termohon dalam jawabannya mengajukan eksepsi, yang pada pokoknya. Pertama, mengenai kompetensi Mahkamah yakni Mahkamah tidak berwenang memeriksa permohonan Pemohon bahwa materi yang menjadi dasar permohonan Pemohon bukan menyangkut Perselisihan Hasil Penghitungan Suara berdasarkan Pasal 106 UU 32/2004 juncto UU 12/2008 dan Pasal 94 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 juncto Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2005, serta Pasal 4 PMK 15/2008. Kedua, permohonan Pemohon kabur dan tidak jelas (obscuur libel). Ketiga, petitum tidak didukung posita.

Adapun alasan-alasan hukum Termohon yang menyatakan permohonan Pemohon adalah kabur dan tidak jelas adalah: a. seluruh posita tidak jelas dan menjadi ganda materinya; b. inti permohonan yang mempermasalahkan syarat pendidikan Nomor Urut 2 yaitu

KRA Johny Sitohang Adinagoro dan Irwansyah Pasi, S.H.; c. tentang NIK, nama ganda, NIK rekayasa, dan money politics;d. Termohon dalam jawabannya mengemukakan inti pokok permohonan adalah

menyatakan pencalonan Bupati Nomor Urut 2 adalah cacat hukum, dalam subsidair menyatakan hasil penghitungan suara adalah tidak benar dan batal Keputusan Termohon Nomor 37 Tahun 2008 bertanggal 13 Desember 2008, serta tuntutan lebih subsidair lagi memerintahkan Termohon mengulang pemilihan di 15 kecamatan;

e. dalam posita permohonan Pemohon tidak ada bukti putusan pengadilan yang inkracht van gewijsde tentang ijazah Calon Nomor Urut 2, tidak benar dan cacat hukum;

f. dalam posita permohonan Pemohon tidak ada bukti tentang penghitungan suara yang tidak benar sebagaimana dalil Pemohon. Para saksi Pemohon memberikan kesaksian mengenai perselisihan hukum tentang

waktu pelaksanaan Pemilukada yang dimajukan oleh Termohon tanpa memberitahukan kepada Pemohon yang semula seharusnya diselenggarakan pada tanggal 22 Desember 2008 sesuai dengan kesepakatan dan pengumuman Termohon, namun kemudian dimajukan menjadi tanggal 9 Desember 2008.

Mahkamah menemukan fakta hukum baik fakta hukum yang diakui maupun fakta hukum yang menjadi inti pokok perselisihan hukum antara Pemohon dan Termohon.

Mengenai perselisihan hukum tentang waktu pelaksanaan Pemilukada yang dimajukan oleh Termohon tanpa memberitahukan kepada Pemohon, Mahkamah berpendapat, hal tersebut bukanlah merupakan suatu hal yang prinsipil yang dapat menyebabkan pelaksanaan Pemilukada tidak sah, karena hari dan tanggal pelaksanaan Pemilukada telah dikoordinasikan/dirapatkan dengan KPU Provinsi. Fakta hukum menunjukkan bahwa hari pemungutan suara berlangsung pada hari yang ditentukan oleh Termohon.

Fakta hukum yang diakui antara Pemohon dan Termohon telah menjadi hukum, karenanya hal tersebut tidak perlu dibuktikan serta tidak perlu lagi diberi penilaian hukum, sedangkan adapun fakta hukum yang menjadi perselisihan antara Pemohon

003-234.indd 162 9/24/10 10:38:23 AM

Page 185: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

163Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

dan Termohon, serta Pihak Terkait yang harus mendapatkan penilaian hukum adalah sebagai berikut. 1. Tentang persyaratan administratif (pendidikan), yaitu ijazah Pasangan Calon KRA

Johny Sitohang Adinagoro. 2. Tentang NIK ganda, nama ganda, pemilih tanpa NIK (24.968 orang), NIK rekayasa

(6.298 orang), pemilih di bawah umur (14 orang), pemilih yang sudah meninggal, money politics (sebesar Rp 20.000,- masing-masing untuk 739 orang ditambah 264 orang), tindakan penganiayaan, warga yang bersikap tidak menerima Pilkada (821 orang), pencoblosan oleh orang-orang yang tidak dikenal, penambahan data pemilih, intimidasi serta penyuapan, surat suara yang sama (50 lembar), dan pencoblosan lebih dari satu kali. Pihak Terkait yakni Johny Sitohang Adinagoro dalam Kesimpulannya mengemukakan,

persyaratan hukum tentang ijazah, baik pada pencalonan anggota DPRD, Wakil Ketua DPRD, Wakil Bupati, maupun pada pencalonan Bupati Kabupaten Dairi, Surat Keterangan Pengganti Ijazah semuanya telah melalui proses atau tahapan dan telah diklarifikasi oleh masing-masing badan terkait ke sekolah di mana Surat Keterangan Ijazah tersebut diperoleh (vide Kesimpulan Pihak Terkait).

Sepanjang eksepsi tentang kompetensi atau kewenangan mengadili, Mahkamah berpendapat bahwa kewenangan Mahkamah dalam mengadili permohonan Pemohon tidak semata-mata atau tidak terbatas pada objectum litis-nya, yaitu tentang perselisihan hasil penghitungan suara, melainkan juga mengadili proses terjadinya penghitungan suara yang mempengaruhi hasil perolehan suara demi penegakan hukum dan keadilan serta perlindungan hak asasi manusia dan dalam mengemban misi Mahkamah selaku Pengawal Konstitusi, serta Pengemban Demokrasi.

Sepanjang eksepsi tentang obscuur libel, Mahkamah berpendapat bahwa materi-materi eksepsi yang menjadi pelanggaran-pelanggaran atau kecurangan-kecurangan tersebut tidak tepat menurut hukum dan hal tersebut berkaitan dengan materi pokok permohonan. Sedangkan eksepsi tentang petitum tidak didukung posita, Mahkamah juga berpendapat bahwa materi eksepsi ini tidak tepat menurut hukum dan juga berkaitan dengan struktur, bentuk, dan sistem atau pola suatu permohonan. Lagi pula, materinya berkenaan dengan materi pokok permohonan.

Selain itu, Mahkamah juga berpendapat bahwa bentuk dan struktur atau pola suatu permohonan keberatan adalah menjadi penilaian Mahkamah untuk mengidentifikasi nilai hukum suatu permohonan.

Terhadap pokok permohonan, sepanjang perselisihan hukum tentang pelanggaran administratif, Mahkamah berpendapat bahwa alasan-alasan hukum Pemohon tentang pemberian keterangan palsu persyaratan pendidikan Pasangan Calon Nomor Urut 2 (Saudara Johny Sitohang Adinagoro) tidak cocok dan tidak sesuai dengan Pasal 8 ayat (2) huruf d dengan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2008 (Peraturan KPU 15/2008), harus ada Surat Keterangan Pengganti dan dilegalisasi oleh

003-234.indd 163 9/24/10 10:38:23 AM

Page 186: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

164 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

sekolah yang bersangkutan dan oleh Dinas Pendidikan Nasional diperkuat dengan surat Panwaslu bertanggal 10 November 2008. Mahkamah berpendapat bahwa hasil klarifikasi persyaratan hukum untuk Calon Bupati dan Wakil Bupati didasarkan pada Pasal 58 huruf c UU 32/2004 sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU 12/2008 juncto UU 12/2008 dan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 serta Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2005.

Syarat pendidikan seorang Calon Bupati dan Wakil Bupati tidak hanya dibuktikan dengan ijazah, melainkan juga dapat menggunakan Surat Tanda Tamat Belajar (STTB), bahkan dalam praktik sehari-hari juga termasuk ijazah Paket C. Syarat pendidikan juga dapat melampirkan Surat Keterangan Pengganti Ijazah dari sekolah yang bersangkutan (vide Peraturan KPU 15/2008).

Dari fakta hukum terbukti pendidikan Pihak Terkait (Bakal Calon Terpilih) adalah Sekolah Dasar (SD) berdasarkan Surat Keterangan Nomor 104/SD-YYP/II/2004, Sekolah Menengah Pertama (SMP) berdasarkan Surat Keterangan Nomor 385/A.47/SMP-YPP/1984, serta untuk pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) berdasarkan Surat Keterangan yang dihargai sama dengan Surat Tanda Tamat Belajar (STTB).

Berdasarkan pandangan dan penilaian hukum di atas, Mahkamah berpendapat, syarat pendidikan yakni ijazah Pihak Terkait (Calon Terpilih Bupati dan Wakil Bupati) adalah sah menurut hukum, karenanya Pemohon tidak dapat membuktikan ketidakabsahan ijazah pendidikan Pihak Terkait.

Jawaban dalam Kesimpulan Pihak Terkait telah menambah keyakinan Mahkamah, syarat pendidikan/ijazah Saudara Johny Sitohang Adinagoro (Calon Nomor Urut 2) adalah benar dan sah karenanya tahapan prosedur persyaratan calon yang dilakukan oleh KPU Kabupaten Dairi telah memenuhi mekanisme dan tata cara menurut ketentuan perundang-undangan.

Sepanjang mengenai Nomor Induk Kependudukan (NIK), yakni adanya NIK ganda, NIK rekayasa, pemilih tanpa nama, pemilih belum cukup umur, pemilih yang sudah meninggal suaranya dipakai orang lain, pencoblosan oleh orang-orang yang tidak dikenal, penambahan data pemilih, surat suara yang sama, serta pencoblosan lebih dari satu kali, Mahkamah berpendapat.- NIK adalah produk yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten Dairi yakni Kepala

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana.- Fakta hukum menunjukkan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana

dijabat oleh Drs. Parlemen Sinaga, M.M. (Pemohon).- NIK bukanlah syarat satu-satunya untuk penentuan calon pemilih.- Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, NIK adalah nomor identitas penduduk yang bersifat unik atau khas, tunggal, dan melekat pada seseorang yang terdaftar sebagai penduduk Indonesia, sedangkan pengaturan

003-234.indd 164 9/24/10 10:38:23 AM

Page 187: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

165Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

NIK meliputi Penetapan Digit NIK, Penerbitan NIK, dan Pencantuman NIK (vide Pasal 1 dan Pasal 36 Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2007).

- NIK sebanyak 24.968 dan NIK rekayasa sebanyak 6.298 diperkuat dengan keterangan saksi Pemohon yang menyatakan bahwa data NIK adalah hasil perbandingan saksi yang dibuat oleh saksi sendiri dengan data dari KPU Kabupaten Dairi.

- Menurut hukum, pencantuman NIK pada DPT bukanlah tugas dan wewenang Termohon, melainkan tugas dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana.

- Seharusnya dalam Pemilukada Termohon yakni KPU Kabupaten Dairi dalam menentukan calon pemilih tidak berdasarkan NIK melainkan ditentukan dan disesuaikan dengan syarat-syarat hukum sebagaimana ditentukan dalam Pasal 68, Pasal 69, dan Pasal 70 UU 32/2004 yakni: • Pasal 68 yang mengatur bahwa warga negara Republik Indonesia yang pada

hari pemungutan suara pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau sudah/pernah kawin mempunyai hak memilih.

• Pasal 69 ayat (1) yang mengatur bahwa untuk dapat menggunakan hak memilih, warga negara Republik Indonesia harus terdaftar sebagai pemilih.Pasal 69 ayat (2) yang mengatur bahwa untuk dapat didaftar sebagai pemilih, warga negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi syarat: a. nyata-nyata tidak sedang terganggu jiwa/ingatannya; b. tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.Pasal 69 ayat (3) menentukan bahwa seorang warga negara Republik Indonesia yang telah terdaftar dalam daftar pemilih ternyata tidak lagi memenuhi syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dapat menggunakan hak memilihnya.

• Pasal 70 ayat (1) mengatur bahwa Daftar pemilih pada saat pelaksanaan pemilihan umum terakhir di daerah digunakan sebagai daftar pemilih untuk pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah.

• Pasal 70 ayat (2) mengatur bahwa Daftar pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah dengan daftar pemilih tambahan yang telah memenuhi persyaratan sebagai pemilih ditetapkan sebagai daftar pemilih sementara.

Selain itu, dalam Pasal 16 ayat (1) undang-undang tersebut menyatakan bahwa untuk dapat menggunakan hak memilih dalam pemilihan, warga negara Republik Indonesia harus terdaftar sebagai pemilih. Pasal 16 ayat (2) undang-undang tersebut menyatakan bahwa Pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi syarat bukti c, berdomisili di daerah pemilihan sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sebelum disahkannya daftar pemilih sementara yang dibuktikan dengan KTP. Lebih lanjut, pada Penjelasan

003-234.indd 165 9/24/10 10:38:23 AM

Page 188: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

166 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Pasal 16 ayat (2) huruf c undang-undang tersebut mengatur bahwa dalam hal seseorang belum memiliki KTP dapat menggunakan tanda identitas kependudukan dan/atau Surat Keterangan Bukti Domisili yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang.

Berdasarkan pandangan dan penilaian hukum di atas, Mahkamah berpendapat, keberatan Pemohon tentang adanya berbagai pelanggaran NIK sebagaimana disebutkan di atas tidak tepat dan tidak berdasar hukum, karena persyaratan pemilih untuk melakukan pemilihan pada masing-masing TPS tidak berdasarkan NIK seseorang. NIK bukanlah merupakan syarat hukum pemilih dalam menentukan sah atau tidak sahnya seseorang sebagai pemilih dalam Pemilukada dan tidak harus selalu sama dengan jumlah pemilih yang terdaftar karena dalam administrasi kependudukan di seluruh Indonesia belum semuanya tertata dan masih ada sebagian penduduk belum memiliki NIK. Selain itu, data yang dikemukakan oleh Pemohon bukanlah data resmi melainkan merupakan hasil pengolahan yang dibuat sendiri oleh Pemohon, karenanya kebenaran dalil dan alasan Pemohon tidak terbukti secara sah dan menyakinkan.

Rujukan penentuan DPT dalam pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Dairi Putaran Kedua didasarkan pada DPT putaran pertama dan DPT Pemilihan Gubernur Sumatera Utara.

Sepanjang pelanggaran-pelanggaran lain, misalnya, tentang pemilih tanpa nama, pemilih yang belum cukup umur, penambahan data pemilih, pencoblosan lebih dari satu kali sebagaimana dijelaskan tentang butir-butir pelanggaran, Mahkamah berpendapat bahwa dari kedua versi dan alasan hukum Pemohon dan Termohon, dan juga bukti-bukti lain yang diajukan Termohon, terbukti bahwa secara umum dapat dikatakan tidak ada permasalahan yang terjadi pada 650 TPS. Dari fakta hukum pun, terlihat bahwa di TPS-TPS, Formulir C1-KWK se-Kabupaten Dairi, dan para saksi dari Pemohon pada umumnya ikut menandatangani berita acara rekapitulasi penghitungan suara. Sekalipun di beberapa TPS memang ada saksi Pemohon yang tidak menandatangani, tetapi mereka tidak mengajukan keberatan atas hasil rekapitulasi di TPS. Dengan demikian, hal tersebut tidaklah merupakan faktor yang dapat mempengaruhi keabsahan hasil penghitungan suara yang berlangsung pada masing-masing TPS.

Begitu pula, dalil Pemohon tentang adanya 14 orang pemilih yang belum cukup umur di TPS II Desa Tanjung Beringin, Kecamatan Sumbul, ternyata saksi Pemohon turut menandatangani Formulir C1-KWK.

Sepanjang dalil Pemohon mengenai adanya tiga orang yang telah meninggal dunia ikut memilih, ternyata fakta hukum membuktikan bahwa pemilih Lauri Sianturi ternyata masih hidup dan memilih.

Sepanjang dalil Pemohon tentang adanya money politics dan penganiayaan, hal tersebut merupakan ranah Panwaslu untuk menanganinya, lagipula money politics tersebut juga tidak dapat dipastikan kepada pasangan calon yang mana suara diberikan. Dalam kaitan ini, adanya sangkaan money politics terhadap 1.003 orang tidak mempengaruhi secara signifikan perolehan suara Pasangan Calon Terpilih.

003-234.indd 166 9/24/10 10:38:23 AM

Page 189: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

167Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

Sepanjang perselisihan hukum tentang waktu pelaksanaan Pemilukada yang dimajukan oleh Termohon tanpa memberitahukan kepada Pemohon, Mahkamah berpendapat bahwa dalil Pemohon serta alasan-alasan hukum yang dikuatkan oleh keterangan para saksi Pemohon tidak tepat dan tidak terbukti menurut hukum. Termohon dapat mengajukan bukti sebaliknya dan dapat mematahkan dalil-dalil dan alasan-alasan hukum Pemohon.

Mahkamah berpendapat bahwa aksi massa dan surat pernyataan Forum Pemantau Pemilukada Kabupaten Dairi (FP3D) bertanggal 30 Desember 2008 yang berisi tentang KPU Kabupaten Dairi dimana Calon Bupati Johny Sitohang Adinagoro sarat masalah, KPU Kabupaten Dairi tidak bekerja secara profesional dan proporsional, bertentangan dengan Peraturan KPU Nomor 15 Tahun 2008 tidak dapat menjadi bukti menurut hukum untuk membatalkan Pemilukada Kabupaten Dairi.

Berdasarkan seluruh penilaian atas fakta dan hukum di atas, Mahkamah dalam putusannya, menyatakan sebagai berikut. Dalam Eksepsi: • Menyatakan Eksepsi Termohon tidak dapat diterima. Dalam Pokok Permohonan: Menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya; Menyatakan sah Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Dairi Nomor 37

Tahun 2008 bertanggal 13 Desember 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Dairi Tahun 2008 Putaran Kedua.

003-234.indd 167 9/24/10 10:38:23 AM

Page 190: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

168 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

003-234.indd 168 9/24/10 10:38:23 AM

Page 191: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

169Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 61/PHPU.D-VI/2008

TENTANGKEBERATAN TERHADAP HASIL PEMILU KEPALA DAERAH DAN

WAKIL KEPALA DAERAH KABUPATEN KERINCI

Pemohon : Ir.H. Ami Taher dan Dianda Putra, S.STP., M.Si.Termohon : Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Kerinci.Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum

Kabupaten Kerinci Nomor 109 Tahun 2008 tanggal 15 Desember 2008 tentang Penetapan hasil Rekapitulasi Penghitungan Suara Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Kerinci Tahun 2008 Putaran Kedua dan Penetapan Calon Terpilih Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Kerinci Tahun 2008.

Amar Putusan : Dalam Eksepsi: Menyatakan eksepsi Termohon tidak dapat diterima. Dalam Pokok Perkara: - Menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya; - Menyatakan sah Keputusan KPU Kabupaten Kerinci Nomor 109

Tahun 2008 tentang Penetapan Hasil Rekapitulasi Perhitungan Suara Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Kerinci Tahun 2008 Putaran Kedua dan Penetapan Calon Terpilih Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Kerinci Tahun 2008 bertanggal 15 Desember 2008.

Tanggal Putusan : Rabu, 14 Januari 2009.Ikhtisar Putusan :

Pemohon Ir.H.Ami Taher dan Dianda Putra, S.STP.,M.Si adalah Pasangan Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati Peserta Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

003-234.indd 169 9/24/10 10:38:23 AM

Page 192: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

170 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Kepala Daerah berdasarkan Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Kerinci Nomor 92 Tahun 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kerinci Peserta Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Kerinci-Provinsi Jambi pada Putaran Kedua tertanggal 21 Oktober 2008.

Pemohon berkeberatan terhadap Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (selanjutnya disebut Pemilukada Kabupaten Kerinci) yang ditetapkan berdasarkan Penetapan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Kerinci (selanjutnya disebut KPU Kabupaten Kerinci) Nomor 109 Tahun 2008 bertanggal 15 Desember 2008 tentang Penetapan Hasil Rekapitulasi Penghitungan Suara Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Kerinci Tahun 2008 Putaran Kedua dan Penetapan Calon Terpilih Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Kerinci Tahun 2008.

Terkait dengan kewenangan Mahkamah, berdasarkan Pasal 24C UUD 1945 dan Pasal 10 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) junctis Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, disamping itu pula Pasal 106 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (UU 32/2004), Mahkamah berwenang untuk memeriksa, mengadili, dan memutus perkara Pemilu.

Pasal 236C Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menyatakan “Penanganan sengketa hasil penghitungan suara Pemilihan Kepala Daerah oleh Mahkamah Agung dialihkan kepada Mahkamah Konstitusi paling lama 18 (delapan belas) bulan sejak Undang-Undang ini diundangkan”.

Pasal 1 ayat (4) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum menyatakan “Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah Pemilihan Umum untuk memilih Kepala Daerah dan wakil Kepala Daerah secara langsung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945”.

Pasal 4 Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah menentukan objek perselisihan Pemilukada adalah hasil penghitungan suara yang ditetapkan oleh Termohon, yang:a) mempengaruhi Pasangan Calon yang dapat mengikuti putaran kedua

Pemilukada;b) terpilihnya Pasangan Calon sebagai Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

Berita Acara Pengalihan Wewenang Mengadili dari Mahkamah Agung ke Mahkamah Konstitusi yang pada prinsipnya penanganan sengketa hasil penghitungan suara Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah oleh Mahkamah Agung dialihkan kepada Mahkamah Konstitusi.

003-234.indd 170 9/24/10 10:38:23 AM

Page 193: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

171Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

Terkait dengan kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, berdasarkan Pasal 106 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,Pasal 3, Pasal 4, dan Pasal 5 Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah (PMK 15/2008), menentukan sebagai berikut:a. Pemohon adalah Pasangan Calon Kepala dan Wakil Kepala Daerah;b. Permohonan hanya dapat diajukan terhadap hasil penghitungan suara Pemilukada

yang mempengaruhi penentuan Pasangan Calon yang dapat mengikuti putaran kedua Pemilukada atau terpilihnya Pasangan Calon sebagai Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah;

c. Permohonan hanya dapat diajukan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari setelah Pemohon menetapkan hasil penghitungan suara Pemilukada di daerah yang bersangkutan.Terkait dengan tenggang waktu pengajuan permohonan, bahwa Keputusan Komisi

Pemilihan Umum Kabupaten Kerinci Nomor 109 Tahun 2008 ditetapkan pada tanggal 15 Desember 2008, sedangkan permohonan keberatan terhadap Ketetapan Termohon oleh Pemohon diajukan kepada Mahkamah pada tanggal 18 Desember 2008 sebagaimana Akta Penerimaan Berkas Permohonan Nomor 129/PAN.MK/XII/2008 bertanggal 18 Desember 2008, yang kemudian diregistrasi pada tanggal 19 Desember 2008 dengan Nomor Perkara 61/PHPU.D-VI/2008, maka berdasarkan Pasal 5 PMK 15/2008 yang menentukan, “Permohonan hanya dapat diajukan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah Termohon menetapkan hasil penghitungan suara Pemilukada di daerah yang bersangkutan”, pengajuan permohonan Pemohon masih dalam tenggang waktu yang ditentukan.

Dalam pokok permohonannya, Pemohon mendalilkan agar Mahkamah menyatakan tidak sah dan batal demi hukum Keputusan Komisi pemilihan Umum Kabupaten Kerinci Nomor 109 Tahun 2008 bertanggal 15 Desember 2008, atau setidak-tidaknya menyatakan tidak sah dan batal demi hukum semua hasil penghitungan suara di seluruh Kecamatan Kabupaten Kerinci, karena proses pelaksanaan Pemilukada Putaran II Kabupaten Kerinci terdapat banyak kejanggalan dan kecurangan yang dilakukan secara sistematis, terstruktur, dan masif di berbagai daerah di Kabupaten Kerinci.

Adapun alasan-alasan hukum pada pokok permohonan adalah sebagai berikut.1. Pemohon (Pasangan Calon Nomor Urut 1) memperoleh 80.554 suara, sedangkan

Pasangan Calon Nomor Urut 6 (H.Murasman, S.Pd., M.M dan Drs. H. Moh.Rahman M.M) memperoleh 96.768 suara.

2. Terjadi pelanggaran di beberapa Kecamatan, antara lain Kecamatan Danau Kerinci, Kecamatan Siluak, Kecamatan Gunung Kerinci, Kecamatan Kayu Aro, Kecamatan Gunung Tuguh.

3. Pelanggaran-pelanggaran yang berupa intimidasi, teror, pemaksaan, dan bujuk rayu yang dilakukan secara sistematis, terstruktur, dan masif, sehingga masyarakat takut

003-234.indd 171 9/24/10 10:38:23 AM

Page 194: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

172 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

datang ke TPS. Ada juga ancaman oleh aparat desa dan intimidasi terhadap Tim Sukses.

4. Warga di daerah pemilihan Kecamatan Kayu Aro tidak memilih karena teror dan intimidasi.

5. Pelanggaran-pelanggaran terjadi sebelum, pada saat pelaksanaan, maupun sesudah Pemilukada.

6. Terjadi pelanggaran penggunaan Kartu Pemilik dan Undangan milik orang lain.7. Pelanggaran-pelanggaran seperti di Dusun Harapan Desa Air Teluh, Kecamatan

Kumun Dubai8. Pelanggaran-pelanggaran money politic di Kecamatan Gunung Tujuh.9. Pelanggaran lainnya.10. Pelanggaran dalam fakta lain di berbagai kecamatan seperti pemegang hak milik

tidak menggunakan haknya, dan dihilangkan hak pilihnya.Termohon membantah seluruh dalil dan alasan hukum Pemohon dengan

mengemukakan alasan-alasan hukum sebagai berikut.Dalam eksepsi, permohonan Pemohon bersifat obscuur libel [vide Pasal 75 UU MK

juncto Pasal 6 ayat (2) huruf b angka 1, angka 2, dan angka 3 PMK 15/2008] karena dalam permohonan, Pemohon tidak jelas menguraikan.1. Kesalahan hasil penghitungan suara yang ditetapkan oleh Termohon.2. Permintaan/petitum yang disampaikan oleh Pemohon tidak jelas dan tidak tegas,

karena Pemohon hanya meminta Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi menyatakan tidak sah dan batal demi hukum semua hasil penghitungan suara di kecamatan-kecamatan se-Kabupaten Kerinci, sehingga sangat beralasan jika permohonan keberatan yang diajukan Pemohon ditolak atau tidak dapat diterima.

3. Tidak memuat permintaan/petitum untuk menetapkan hasil penghitungan yang benar menurut Pemohon.Dalam eksepsi dan pokok perkara, Termohon juga menyatakan sebagai berikut.

1. Dalam Eksepsi Sepanjang eksepsi Pemohon mengenai kewenangan Mahkamah dan dalam hal ini

Mahkamah berpendapat bahwa eksepsi a quo adalah tidak tepat menurut hukum. Karena berbagai Putusan Mahkamah, telah ditegaskan bahwa Mahkamah tidak hanya mencari dan menemukan kebenaran formil tetapi juga kebenaran substansial, sehingga proses Pemilukada yang mempengaruhi hasil penghitungan (akhir) juga menjadi wewenang Mahkamah.

2. Dalam Pokok Perkara Pada pokoknya permohonan Pemohon mengenai Pokok Perkara dapat dibagi

menjadi dua bagian:

003-234.indd 172 9/24/10 10:38:23 AM

Page 195: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

173Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

a. mengenai terjadinya serangkaian pelanggaran, intimidasi, teror pemaksaan, bujuk rayu, dan money politic yang dilakukan secara sistematis, terstruktur, dan massif terhadap pemilih di berbagai tempat;

b. mengenai kesalahan hasil perhitungan suara yang terjadi di semua wilayah Kabupaten Kerinci, terutama di Kecamatan Danau Kerinci, Kecamatan Kayu Aro, dan Kecamatan Gunung Tujuh.

Oleh karena bagian pertama merupakan serangkaian peristiwa yang dapat mempengaruhi terjadinya hasil penghitungan akhir suara yang didapat oleh Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kerinci, maka akan dipertimbangkan lebih dahulu hal-hal sebagai berikut.

Berbagai pelanggaran tersebut berupa.a. Intimidasi pada Tim Sukses Pemohon Kecamatan Kayu Aro dan Siulak Hal ini dikuatkan oleh Saksi Pemohon yang bernama Suwito Prasojo yang pada

tanggal 9 Desember 2008 saat melakukan pembekalan di Desa Kayu Aro didatangi oleh orang-orang yang bergerombol di tempat sekitar pembekalan. Saksi Gianto, S.E. dan Saipul Adrizal, diancam akan dikucilkan secara adat jika tidak memilih Murasman (Calon Bupati Terpilih). Saksi Sumingan dari Sungai Tanduk juga diintimidasi karena adiknya mendatangkan Ami Taher (Pemohon).

b. Orang yang tidak berhak memilih Menurut Saksi Sardi dirinya melihat sebuah truk yang berisi 20 orang yang tidak

diketahui identitasnya mendatangi kepala desa untuk mendapatkan surat undangan memilih, karena kepala dusun tidak dapat membagikannya dengan alasan rumah mereka saling berjauhan. Demikian juga, Saksi Mohammad Amir melihat anak-anak di bawah umur dan murid Sekolah Menengah Pertama, semuanya berjumlah 15 orang tanpa undangan mencoblos dua kali. Terhadap hal tersebut, ada yang memprotes secara lisan.

c. Penyalahgunaan wewenang Saksi Nopial menerangkan bahwa saksi mengetahui, setelah selesai shalat Idul

Adha, Kepala Desa Sungai Pegeh menginstruksikan agar masyarakat Desa Sungai Pegeh mencoblos Pasangan Calon Nomor Urut 6. Sekitar 10 orang pemilih, setelah mencoblos, tidak mau diberi tinta di jarinya dengan alasan kotor.

d. Saksi-saksi lain, pada umumnya, menguatkan terjadinya intimidasi, penyalahgunaan wewenang serta adanya kecurangan berupa pemberian hak memilih kepada orang yang belum berhak memilih. Didasarkan atas dalil adanya pelanggaran Pemilukada tersebut, Termohon telah

membantahnya dengan mengajukan saksi-saksi yang pada pokoknya menyatakan bahwa Pemilukada Kabupaten Kerinci berjalan dengan tertib, aman, dan lancar.

Terhadap pelanggaran-pelanggaran yang didalilkan oleh Pemohon yang bersifat administratif maupun pelanggaran pidana dalam proses Pemilukada Kabupaten Kerinci,

003-234.indd 173 9/24/10 10:38:23 AM

Page 196: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

174 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Mahkamah berpendapat hal-hal tersebut seharusnya diselesaikan oleh Panwaslu dan lembaga terkait lainnya, namun pada umumnya pelanggaran-pelanggaran tersebut oleh Pemohon tidak dilaporkan secara resmi sesuai dengan prosedur. Dengan demikian, pelanggaran-pelanggaran tidak dapat dibuktikan menurut hukum.

Sepanjang perselisihan tentang pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya berjumlah 17.513 orang, Mahkamah berpendapat, tidak serta merta hak suaranya diperuntukkan bagi Pemohon, karena seandainya pun jika mereka menggunakan hak pilihnya, tidak dapat dipastikan memilih Pemohon.

Selisih perolehan suara antara Pasangan Calon Nomor Urut 1 atas nama Ir. H. Ami Taher dan Dianda Putra, S. STP, M.Si (80.559 suara) dan Pasangan Calon Nomor Urut 6 atas nama H. Murasman, S. Pd., M.M. dan H. Moh. Rahman, M.M. (96.768 suara) adalah 16.209 suara.

Menurut Pemohon pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya (karena tidak mendapat undangan/hak pilih) adalah pendukung setia dan pasti akan memilih Pemohon, menurut Mahkamah, hal itu tidak diterima karena hanya berdasarkan asumsi Pemohon saja.

Oleh karena selisih suara yang diperoleh Pasangan Calon Nomor Urut 1 dan Pasangan Calon Nomor Urut 6 sebanyak16.209 suara, seandainya pun dikurangi dengan jumlah suara karena pelanggaran-pelanggaran, juga tidak dapat mempengaruhi jumlah perolehan suara Pemohon dan Pihak Terkait.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan dan pendapat Mahkamah di atas dalam rangkaian satu sama lain, maka permohonan Pemohon tidak cukup beralasan menurut hukum.

Berdasarkan penilaian fakta dan hukum tersebut di atas, Mahkamah berkesimpulan:1. Eksepsi Termohon tidak tepat dan tidak beralasan menurut hukum;2. Pelanggaran-pelanggaran, baik administratif, pidana, maupun pelanggaran-

pelanggaran lainnya yang didalilkan oleh Pemohon tidak terbukti dan tidak beralasan menurut hukum;

3. Hasil penghitungan suara yang didalilkan oleh Pemohon tidak terbukti menurut hukum, sehingga hasil rekapitulasi penghitungan suara yang ditetapkan oleh Termohon adalah sah menurut hukum.Dalam amar putusannya, Mahkamah Konstitusi menyatakan sebagai berikut.

Dalam Eksepsi:• Menyatakan eksepsi Pemohon tidak dapat diterima.Dalam Pokok Perkara:• Menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya;

003-234.indd 174 9/24/10 10:38:24 AM

Page 197: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

175Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

• Menyatakan sah Keputusan KPU Kabupaten Kerinci Nomor 109 Tahun 2008 tentang Penetapan Hasil Rekapitulasi Penghitungan Suara Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Kerinci Tahun 2008 Putaran Kedua dan Penetapan Calon Terpilih Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Kerinci Tahun 2008 bertanggal 15 Desember 2008.

003-234.indd 175 9/24/10 10:38:24 AM

Page 198: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

176 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

003-234.indd 176 9/24/10 10:38:24 AM

Page 199: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

177Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

IKHTISAR PUTUSAN PERKARA NOMOR 62/PHPU.D-VI/2008

TENTANGKEBERATAN TERHADAP HASIL PEMILU KEPALA DAERAH DAN

WAKIL KEPALA DAERAH KABUPATEN BELU

Pemohon : Drg. Gregorius Mau Bili F., DDPH. (Calon Bupati Kabupaten Belu); Drs. Berchmans Mau Bria, M.Sc. (Calon Wakil Bupati Belu).Termohon : Komisi Pemilihan Umum.Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil

Kepala Daerah.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Berita Acara Nomor 10/BA/KPU/BL/XII/2008

bertanggal 18 Desember 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Belu Tahun 2008 Putaran II.

Amar Putusan : Dalam Eksepsi: Menyatakan eksepsi Termohon tidak dapat diterima. Dalam Pokok Perkara: - Menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya; - Menyatakan sah Berita Acara Nomor 10/BA/KPU/BL/ XII/2008,

tanggal 18 Desember 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Belu Tahun 2008 Putaran II.

Tanggal Putusan : Kamis, 15 Januari 2009.Ikhtisar Putusan :

Pemohon Drg. Gregorius Mau Bili F., DDPH. dan Drs. Berchmans Mau Bria, M.Sc. adalah Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Belu, yang oleh Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Belu (Termohon) ditetapkan pada Nomor Urut 1 berdasarkan Berita Acara Rapat Pleno Komisi Pemiilihan Umum Kabupaten Belu Nomor 07/BA/X/2008 bertanggal 30 Oktober 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

003-234.indd 177 9/24/10 10:38:24 AM

Page 200: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

178 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Peserta Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Belu Putaran II Tahun 2008 dan dinyatakan berhak untuk maju ke Pemilihan Kepala Daerah Putaran Kedua bersama Pasangan Calon Nomor Urut 4 atas nama Pasangan Drs. Joachim Lopez dan Taolin Ludovikus, B.A.

Pemohon berkeberatan terhadap Berita Acara Nomor 10/BA/KPU/BL/XII/2008 bertanggal 18 Desember 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Belu Tahun 2008 Putaran II.

Pemohon mendalilkan bahwa hasil penghitungan suara yang dilakukan oleh Termohon secara keliru telah menetapkan Pemohon hanya memperoleh sejumlah 76.695 suara, sedangkan Pasangan Calon Nomor Urut 4 memperoleh sejumlah 84.061 suara. Hal tersebut terjadi karena Pemilukada Kabupaten Belu Putaran II dilaksanakan tidak demokratis, tidak Luber dan Jurdil, terjadinya pelanggaran yang dilakukan pendukung JALIN (Pasangan Calon Nomor Urut 4), yakni penggunaan kekerasan dan kecurangan secara sistematis, penggelembungan suara yang diterima di TPS, penggelembungan jumlah data pemilih di TPS, dan pengurangan suara Pemohon.

Terkait dengan kewenangan Mahkamah, berdasarkan ketentuan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 dan Pasal 10 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK), Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (UU 12/2008), salah satu kewenangan konstitusional Mahkamah adalah memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.

Semula, berdasarkan ketentuan Pasal 106 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (UU 32/2004), keberatan berkenaan dengan hasil penghitungan suara yang mempengaruhi terpilihnya pasangan calon diajukan ke Mahkamah Agung. Kewenangan Mahkamah Agung tersebut, dicantumkan lagi dalam Pasal 94 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (PP 6/2005).

Dalam Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum menentukan bahwa Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah pemilihan umum untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Pasal 236C UU 12/2008 menetapkan bahwa penanganan sengketa hasil penghitungan suara pemilihan kepala daerah oleh Mahkamah Agung dialihkan kepada Mahkamah Konstitusi paling lama 18 (delapan belas) bulan sejak UU 12/2008 diundangkan. Dengan demikian, pada 29 Oktober 2008, Ketua Mahkamah Agung dan Ketua Mahkamah Konstitusi bersama-sama telah menandatangani Berita Acara Pengalihan Wewenang Mengadili.

003-234.indd 178 9/24/10 10:38:24 AM

Page 201: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

179Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

Oleh karena permohonan Pemohon adalah sengketa hasil penghitungan suara Pemilukada, yaitu Pemilukada Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur sesuai dengan Berita Acara Nomor 10/BA/KPU/BL/XII/2008 tanggal 18 Desember 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Belu Tahun 2008 Putaran II, maka Mahkamah berwenang untuk memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan Pemohon.

Terkait dengan kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, bahwa Pasal 106 ayat (1) UU 32/2004, Pasal 3 dan Pasal 4 Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah (PMK 15/2008) menentukan hal-hal sebagai berikut: a. Pemohon adalah Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah; b. Permohonan hanya dapat diajukan terhadap penetapan hasil penghitungan suara

Pemilukada yang mempengaruhi penentuan Pasangan Calon yang dapat mengikuti Putaran II Pemilukada atau terpilihnya Pasangan Calon sebagai kepala daerah dan wakil kepala daerah.Pemohon adalah Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

Kabupaten Belu yang mengajukan keberatan terhadap Berita Acara Nomor 10/BA/KPU/BL/XII/2008 bertanggal 18 Desember 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Belu Tahun 2008 Putaran II berupa hasil penghitungan suara yang dilakukan oleh Termohon. Dengan demikian, Mahkamah berpendapat bahwa Pemohon telah memenuhi syarat kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan.

Terkait dengan tenggang waktu pengajuan Permohonan, bahwa Berita Acara Nomor 10/BA/KPU/BL/XII/2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Belu Tahun 2008 Putaran II ditetapkan pada tanggal tanggal 18 Desember 2008, sedangkan permohonan keberatan terhadap penetapan Termohon oleh Pemohon diajukan ke Mahkamah pada tanggal 22 Desember 2008 berdasarkan Akta Penerimaan Berkas Permohonan Nomor 131/PAN.MK/XII/2008 yang kemudian diregistrasi pada tanggal 23 Desember 2008 dengan Nomor 62/PHPU.D-VI/2008.

Pasal 5 ayat (1) PMK 15/2008 menentukan bahwa permohonan hanya dapat diajukan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah Termohon menetapkan hasil penghitungan suara Pemilukada di daerah yang bersangkutan. Berita Acara KPU dalam permohonan ditetapkan pada hari Kamis tanggal 18 Desember 2008, kemudian permohonan oleh Pemohon didaftarkan di Kepaniteraan Mahkamah pada hari Senin tanggal 22 Desember 2008, sedangkan tanggal 20 dan 21 Desember 2008 adalah hari libur. Dengan demikian, pengajuan permohonan oleh Pemohon masih dalam tenggang waktu yang ditentukan.

Di dalam persidangan, Pemohon mengemukakan telah menemukan adanya pelanggaran dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten

003-234.indd 179 9/24/10 10:38:24 AM

Page 202: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

180 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Belu Tahun 2008 Putaran II di seluruh wilayah Kabupaten Belu, yang mengakibatkan salahnya hasil penghitungan suara oleh Termohon, sebagai berikut. 1. Pelanggaran di Kecamatan Lo Kufeu Telah terjadi penyerangan, pengeroyokan dan intimidasi terhadap seluruh saksi

Pemohon. Hal ini bertentangan dengan Pasal 96 ayat (10) UU Nomor 32 Tahun 2004 jis. Pasal 84 ayat (6) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 dan Pasal 46 ayat (1) Peraturan KPU Nomor 9 Tahun 2007, maka sepatutnya pemilihan suara di Kecamatan Lo Kufeu dibatalkan, sehingga perolehan suara Pasangan JALIN (Pasangan Calon Nomor Urut 4) di Kecamatan Lo Kufeu yang besarnya 4.343 suara sepatutnya ditolak/batal demi hukum. Dengan demikian, perolehan suara untuk Pasangan JALIN (Pasangan Calon Nomor Urut 4) seharusnya 84.061 - 4.343 = 79.718 suara.

2. Pelanggaran di Kecamatan Atambua Barat Terdapat 302 orang warga yang dikenal sebagai pendukung dan simpatisan

Pemohon tidak diberi surat undangan pencoblosan, kemudian sesudah diminta, hanya sehari sebelum hari pelaksanaan Pemilukada. Dengan demikian, Pemohon telah kehilangan 302 suara di kecamatan ini, sehingga seharusnya perolehan suara Pemohon ditambah dengan 302 suara tersebut, yaitu 76.695 + 302 = 76.997 suara.

3. Pelanggaran di Kecamatan Tasifeto Barata. Desa Naekasa Pengiriman kotak suara dari ibukota kecamatan tidak dikawal oleh aparat

keamanan yang berwenang, dan terdapat bukti adanya 412 pendukung Pemohon yang memiliki hak pilih namun tidak diberi kartu tanda pemilih Pemilukada Kabupaten Belu Putaran II. Dengan demikian, seharusnya perolehan suara Pemohon adalah 76.997 + 412 = 77.409 suara.

b. Desa Tukuneno PPS dengan inisiatif sepihak telah menggandakan melalui mesin fotokopi

atas formulir C6-KWK, dan terdapat pula bukti bahwa terdapat 8 orang yang mencoblos dua kali, sehingga dengan demikian seharusnya perolehan suara Pasangan JALIN (Pasangan Calon Nomor Urut 4) adalah 79.718 - 8 = 79.710 suara.

c. Desa Nusikun Terdapat 28 orang pendukung Pemohon yang tidak diberi Kartu Tanda Pemilih

Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Belu Putaran II, padahal mereka memiliki hak pilih, sehingga suara Pemohon harus ditambah 28 suara. Dengan demikian, suara Pemohon adalah 77.409 + 28 = 77.437 suara.

d. Desa Naitimu Terdapat 119 orang pendukung Pemohon yang tidak diberi Kartu Tanda Pemilih

Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Belu Putaran II, padahal mereka memiliki

003-234.indd 180 9/24/10 10:38:24 AM

Page 203: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

181Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

hak pilih, sehingga suara Pemohon harus ditambah 119 suara. Dengan demikian, suara Pemohon adalah 77.437 + 119 = 77.556 suara.

4. Pelanggaran di Kecamatan Sasitamean Di seluruh Kecamatan Sasitamean terdapat 125 pemilih ganda dan dikenal sebagai

pendukung JALIN (Pasangan Calon Nomor Urut 4), maka perolehan suara JALIN (Pasangan Calon Nomor Urut 4) harus dikurangi 125 suara. Dengan demikian, penghitungannya adalah 79.710 – 125 = 79.585 suara.

5. Pelanggaran di Desa Fohoeka, Kecamatan Nanaet Dubesi Terdapat banyak anak di bawah umur yang diberi surat suara dan adanya orang

yang tidak memiliki hak suara yang diperkenankan untuk memilih, yang menunjukkan adanya upaya sistematis Termohon untuk menggelembungkan suara, yang tercatat paling tidak minimal sebanyak 15 suara, maka seharusnya perolehan suara Pasangan JALIN (Pasangan Calon Nomor Urut 4) adalah 79.585 – 15 = 79.570 suara.

6. Pelanggaran di Kecamatan Kukuluk Mesak a. Desa Kabuna Terdapat 75 orang pendukung Pemohon yang tidak diberi Kartu Tanda Pemilih

Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Belu Putaran II, padahal mereka memiliki hak pilih, sehingga suara Pemohon harus ditambah 75 suara. Dengan demikian, suara Pemohon adalah 77.556 + 75 = 77.631 suara.

b. Desa Dualaus Terdapat 41 orang pendukung Pemohon yang tidak diberi Kartu Tanda Pemilih

Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Belu Putaran II, padahal mereka memiliki hak pilih, sehingga suara Pemohon harus ditambah 41 suara. Dengan demikian, suara Pemohon adalah 77.631 + 41 = 77.672 suara.

c. Desa Fatuketi Terdapat 68 orang pendukung Pemohon yang tidak diberi Kartu Tanda Pemilih

Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Belu Putaran II, padahal mereka memiliki hak pilih, sehingga suara Pemohon harus ditambah 68 suara. Dengan demikian, suara Pemohon adalah 77.672 + 68 = 77.710 suara.

7. Pelanggaran di Kecamatan Malaka Tengah a. Desa Kamanasa Terdapat 80 orang pendukung Pemohon yang memiliki hak pilih namun tidak

diberi Formulir C6-KWK, sehingga suara Pemohon harus ditambah 80. Dengan demikian, suara Pemohon adalah 77.710 + 80 = 77.790 suara.

b. Desa Harekakae Terdapat 35 orang pendukung Pemohon yang memiliki hak pilih, namun tidak

diberi Formulir C6-KWK, sehingga suara Pemohon harus ditambah 35. Dengan demikian, suara Pemohon adalah 77.790 + 35 = 77.825 suara.

003-234.indd 181 9/24/10 10:38:24 AM

Page 204: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

182 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

c. Desa Kletek Terdapat 18 anak yang tidak memiliki hak pilih dan tidak terdaftar dalam DPT

yang diperbolehkan mencoblos Pasangan JALIN (Pasangan Calon Nomor Urut 4), maka suara JALIN harus dikurangi 18 suara. Dengan demikian, perhitungan riilnya adalah 79.570 - 18 = 79.552 suara.

8. Pelanggaran di Kecamatan Tasifeto Timur a. Desa Manleten Terdapat 36 orang pendukung Pemohon yang memiliki hak pilih namun tidak

diberi Kartu Model C6-KWK, sehingga suara Pemohon harus ditambah 36. Dengan demikian, suara Pemohon adalah 77.825 + 71 = 77.896 suara.

b. Desa Slawan Terdapat 30 orang pendukung Pemohon yang memiliki hak pilih namun tidak

diberi formulir C6-KWK, sehingga suara Pemohon harus ditambah 30. Dengan demikian, suara Pemohon adalah 77.896 + 30 = 77.926 suara.

c. Desa Aitaman Terdapat 25 orang pendukung Pemohon yang memiliki hak pilih namun tidak

diberi formulir C6-KWK, sehingga suara Pemohon harus ditambah 25. Dengan demikian, suara Pemohon adalah 77.926 + 25 = 77.951 suara.

9. Pelanggaran di Kelurahan Fatubenao, Kecamatan Kota Atambua Terdapat 122 orang pendukung Pemohon yang memiliki hak pilih namun tidak

diberi formulir C6-KWK, sehingga suara Pemohon harus ditambah 122. Dengan demikian, suara Pemohon adalah 77.951 + 122 = 78.073 suara.

10. Pelanggaran di Kecamatan Kobalima a. Desa Rainawe Terdapat 68 orang pendukung Pemohon yang memiliki hak pilih namun tidak

diberi formulir C6-KWK, sehingga suara Pemohon harus ditambah 68. Dengan demikian, suara Pemohon adalah 78.073 + 68 = 78.141 suara.

b. Desa Lakekeun Terdapat 20 orang pendukung Pemohon yang tidak diberi Kartu Tanda Pemilihan

Kepala Daerah Kabupaten Belu Putaran II, padahal memiliki hak pilih, sehingga suara Pemohon harus ditambah 20 suara. Dengan demikian, suara Pemohon adalah 78.141 + 20 = 78.161 suara.

11. Pelanggaran di Kelurahan Umanen, Kecamatan Kota Barat Terdapat tujuh orang pendukung Pemohon yang tidak diberi Kartu Tanda Pemilih

Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Belu Putaran II, padahal mereka memiliki hak pilih, sehingga suara Pemohon harus ditambah tujuh suara. Dengan demikian, suara Pemohon adalah 78.161 + 7 = 78.168 suara.

003-234.indd 182 9/24/10 10:38:24 AM

Page 205: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

183Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

12. Pelanggaran di Kecamatan Raimanuk a. Di seluruh Kecamatan Raimanuk terdapat 128 pemilih ganda dan dikenal

sebagai pendukung JALIN (Pasangan Calon Nomor Urut 4), sehingga suara JALIN harus dikurangi 128 (Pasangan Calon Nomor Urut 4). Dengan demikian, penghitungannya adalah 79.552 – 128 = 79.424 suara.

b. Desa Teun Terdapat 98 orang pendukung Pemohon yang tidak diberi Kartu Tanda Pemilih

Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Belu Putaran II, padahal mereka memiliki hak pilih, sehingga suara Pemohon harus ditambah 98 suara. Dengan demikian, suara Pemohon adalah 78.168 + 98 = 78.266 suara.

13. Pelanggaran di Kelurahan Fatukbot, Kecamatan Atambua Selatan Terdapat 45 orang pendukung Pemohon yang tidak diberi Kartu Tanda Pemilih

Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Belu Putaran II, padahal mereka memiliki hak pilih, sehingga suara Pemohon harus ditambah 45 suara. Dengan demikian, suara Pemohon adalah 78.266 + 45 = 78.311 suara.

14. Pelanggaran di Kecamatan Rinhat a. Desa Naiusu Terdapat 20 orang pendukung Pemohon yang tidak diberi Kartu Tanda Pemilih

Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Belu Putaran II, padahal mereka memiliki hak pilih, sehingga suara Pemohon harus ditambah 20 suara. Dengan demikian, suara Pemohon adalah 78.311 + 20 = 78.311 suara.

b. Desa Naet Terdapat 51 orang pendukung Pemohon yang tidak diberi Kartu Tanda Pemilih

Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Belu Putaran II, padahal mereka memiliki hak pilih, sehingga suara Pemohon harus ditambah 51 suara. Dengan demikian, suara Pemohon adalah 78.311 + 51 = 78.382 suara.

c. Desa Nabutaek Terdapat 15 orang pendukung Pemohon yang tidak diberi Kartu Tanda Pemilih

Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Belu Putaran II, padahal mereka memiliki hak pilih, sehingga suara Pemohon harus ditambah 15 suara. Dengan demikian, suara Pemohon adalah 78.382 + 15 = 78.397 suara.

15. Pelanggaran di Kecamatan Wewiku a. Desa Webriatama Terjadi pembagian “beras politik”, dimana pada tanggal 12 Desember 2008,

63 warga diberi beras sebagai imbalan memilih Pasangan JALIN (Pasangan Calon Nomor Urut 4) sebagaimana yang telah dijanjikan.

b. Desa Badarai Pada tanggal 5 Desember 2008, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan

Kabupaten Belu dengan menggunakan mobil dinas telah memberikan satu unit

003-234.indd 183 9/24/10 10:38:24 AM

Page 206: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

184 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

motor air dengan pesan agar memilih Pasangan JALIN (Pasangan Calon Nomor Urut 4), dimana hal ini merupakan pelanggaran Pasal 84 ayat (5) UU 10/2008.

16. Pelanggaran di Kecamatan Malaka Timur Di seluruh Kecamatan Malaka Timur terdapat 97 pemilih ganda dan dikenal sebagai

pendukung JALIN (Pasangan Calon Nomor Urut 4), sehingga suara Pasangan JALIN (Pasangan Calon Nomor Urut 4) harus dikurangi 97, dengan demikian perhitungannya adalah 79.424 – 97 = 79.327 suara.

17. Pelanggaran Pemilih Ganda Terdapat bukti adanya pemilih ganda di tingkat kabupaten dan kecamatan-kecamatan,

sebanyak 707 pemilih dan mereka dikenal sebagai pendukung JALIN (Pasangan Calon Nomor Urut 4), sehingga suara Pasangan JALIN (Pasangan Calon Nomor Urut 4) harus dikurangi 707 suara. Dengan demikian, perhitungannya adalah 79.327 – 707 = 78.620 suara.

18. Pelanggaran Penduduk yang Dihilangkan Hak Pilihnya Terdapat 1.647 pendukung Pemohon yang tidak didaftar padahal mereka memiliki

hak pilih, sehingga suara Pemohon harus ditambah 1.647 suara. Dengan demikian, perhitungannya adalah 78.397 + 1.647 = 80.044 suara.Untuk mendukung dalil permohonannya, Pemohon telah mengajukan bukti surat

atau tulisan yang disahkan di persidangan, serta lima orang saksi yang telah didengar dan memberikan keterangan di bawah sumpah dalam persidangan Mahkamah, yang selengkapnya termuat dalam bagian Duduk Perkara di atas, pada pokoknya menerangkan sebagai berikut: 1. Saksi Hendricus CH. Atapala menyatakan bahwa ada penambahan DPT, yaitu

karena ada perbedaan DPT pada Putaran I dan Putaran II. Saksi mendapat laporan dari saksi Paket Gemar (Pasangan Calon Nomor Urut 1) yang berada di TPS 3 bahwa di TPS 3 ada pemilih ganda sebanyak lima orang;

2. Saksi Adrianus Mau Metak menyatakan bahwa Saksi yang di bawah umur bersama-sama temannya mencoblos dua kali di TPS II Desa Tunamelai Pasangan Calon Nomor Urut 4 di dalam bilik suara. Saksi sebenarnya mengetahui bahwa Saksi belum boleh mencoblos;

3. Saksi Yanti Evering Tiwu menyatakan bahwa ada pemilih di bawah umur;4. Saksi Edmundus Kabosu Halek menyatakan bahwa Pemilukada di Kabupaten Belu

terdapat kecurangan-kecurangan, antara lain, ada empat pemilih, yaitu Maria S. Olin, Yuvenalisasi, Martamurti, dan Theresia Yuninelan tidak terdaftar di DPT tetapi ikut mencoblos. Kecurangan berikutnya adalah mengenai pemilih di bawah umur, adanya penandatangan berita acara rekapitulasi kosong, dimana hasil perolehan suara dari masing-masing pasangan calon belum dimasukkan dalam rekapitulasi tersebut.

5. Saksi Firgilius KV. Fernandez menyatakan bahwa ada intimidasi dan teror.

003-234.indd 184 9/24/10 10:38:24 AM

Page 207: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

185Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

Untuk mendukung dalil bantahannya, Termohon telah mengajukan bukti surat atau tulisan yang disahkan dalam persidangan, dan mengajukan dua orang saksi, yang pada pokoknya tidak terdapat laporan mengenai adanya pelanggaran dalam Pemilukada Kabupaten Belu Putaran II Tahun 2008.

Menanggapi permohonan Pemohon, maka Termohon mengajukan eksepsi Termohon, yang pada intinya berkenaan dengan tiga hal, yaitu.1. Objek permohonan kabur atau tidak jelas. 2. Alasan/dasar keberatan Pemohon hanya merupakan asumsi Pemohon, khususnya

mengenai penambahan dan pengurangan suara yang dibuat berdasarkan penafsiran versi Pemohon.

3. Pelanggaran-pelanggaran yang diuraikan Pemohon adalah menyangkut pelanggaran-pelanggaran yang bersifat pidana.Pendapat Mahkamah terhadap eksepsi Termohon mengenai objek permohonan

Pemohon kabur atau tidak jelas, bahwa menurut Pasal 1 angka 8 juncto Pasal 4 PMK 15/2008, objek permohonan adalah keberatan terhadap penetapan hasil perolehan suara yang ditetapkan oleh Termohon. Objek sengketa adalah Berita Acara Rapat Pleno Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Belu Nomor 10/BA/KPU/BL/XII/2008 bertanggal 18 Desember 2008 tentang Penetapan Calon Terpilih Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Belu Tahun 2008 Putaran II, bukan Berita Acara Rapat Pleno Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Belu Nomor 10/01/Kpu/01/XII/2008 bertanggal 18 Desember 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Belu Tahun 2008 yang diterbitkan oleh Termohon. Dengan demikian, objek sengketa permohonan memenuhi ketentuan Pasal 1 angka 8 juncto Pasal 4 PMK 15/2008, sehingga menurut Mahkamah, eksepsi Termohon tersebut tidak cukup beralasan.

Terhadap eksepsi Termohon mengenai alasan/dasar keberatan Pemohon mengenai penambahan dan pengurangan suara serta adanya pelanggaran yang bersifat pidana, menurut Mahkamah berkaitan erat dengan pokok permohonan yang merupakan kewenangan Mahkamah untuk menilainya, sehingga eksepsi tersebut harus dikesampingkan.

Oleh karena eksepsi Termohon dikesampingkan, maka Mahkamah memberikan pendapat tentang pokok permohonan Pemohon sebagai berikut.

Adanya Pemilukada Kabupaten Belu Putaran II yang dilaksanakan tidak demokratis, Luber dan Jurdil, Mahkamah berpendapat, hal tersebut tidak tepat menurut hukum, karena berdasarkan fakta yang terungkap di persidangan, Pemohon tidak dapat membuktikan dalilnya, sehingga dalil tersebut harus dikesampingkan.

Terjadinya kesalahan yang disengaja oleh Termohon atau sejumlah “pembiaran” pelanggaran, baik penggunaan kekerasan maupun kecurangan secara sistematis, penggelembungan suara di TPS, penggelembungan jumlah data pemilih di TPS, dan pengurangan suara Pemohon, Mahkamah berpendapat, bahwa pelanggaran tersebut

003-234.indd 185 9/24/10 10:38:24 AM

Page 208: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

186 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

seharusnya dilaporkan kepada Panwas, dan Panwas akan melanjutkan kepada penyidik untuk ditindaklanjuti. Hal tersebut tidak didukung oleh bukti yang sah dan meyakinkan. Lagi pula, dalil Pemohon itu dibantah keterangan Saksi Termohon, AKBP Sugeng Kurniaji, Kapolres Kabupaten Belu, sebagai penanggung jawab keamanan Pemilukada Kabupaten Belu, yang menyatakan bahwa pelanggaran pidana dimaksud termasuk pidana biasa (umum) dan kasus tersebut masih dalam proses pencarian tersangka. Serta, diperkuat oleh surat Panitia Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu) Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Belu Nomor 30/PANWASLU BELU/XII/2008 bertanggal 24 Desember 2008 yang ditujukan kepada Termohon perihal Pengiriman Hasil Kajian Laporan Pelanggaran Pemilu, yang pada intinya telah mengkaji, memeriksa, dan menyimpulkan semua laporan dari Pemohon, yaitu: 1. Pelanggaran yang terjadi bukan merupakan pelanggaran Pemilu; 2. Pelanggaran-pelanggaran yang terjadi tidak ditindaklanjuti karena tidak jelas atau

tidak cukup bukti atau merupakan pelanggaran pidana yang telah ditindaklanjuti oleh Kepolisian;

3. Pelanggaran-pelanggaran tersebut dikesampingkan karena tidak dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Dengan demikian dalil Pemohon tersebut harus dikesampingkan. Adanya pelanggaran dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala

Daerah Kabupaten Belu Tahun 2008 Putaran II di seluruh wilayah Kabupaten Belu, yang mengakibatkan salahnya hasil penghitungan suara oleh Termohon, namun yang disebutkan hanya beberapa diantaranya, demi mempermudah pembuktian di persidangan, menurut Mahkamah, justru menunjukkan ketidakkonsistenan Pemohon, di satu sisi Pemohon mendalilkan kesalahan di seluruh Kabupaten Belu, namun di sisi lain data yang disajikan hanya kesalahan di 16 kecamatan dan 26 desa/kelurahan, yaitu: 1. Kecamatan Io Kufeu;2. Kecamatan Atambua Barat;3. Kecamatan Tasifeto Barat, yakni Desa Naekasa, Desa Tukuneno, Desa Nusikun,

dan Desa Naitimu;4. Kecamatan Sasitamean;5. Kecamatan Nanaet Dubesi, Desa Fohoeka;6. Kecamatan Kukuluk Mesak, yakni Desa Kabuna, Desa Dualaus, dan Desa

Fatuketi;7. Kecamatan Malaka Tengah, yakni Desa Kamanasa, Desa Harekakae, dan Desa

Kletek;8. Kecamatan Tasifeto Timur, yakni Desa Manleten, Desa Slawan, Desa Aitaman;9. Kecamatan Kota Atambua, Kelurahan Fatubenao;10. Kecamatan Kobalima, yakni Desa Rainawe dan Desa Lakekeun;

003-234.indd 186 9/24/10 10:38:24 AM

Page 209: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

187Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

11. Kecamatan Kota Barat, Kelurahan Umanen;12. Kecamatan Raimanuk, Desa Teun;13. Kecamatan Atambua Selatan, Kelurahan Fatukbot;14. Kecamatan Rinhat, yakni Desa Naiusu, Desa Naet, dan Desa Nabutaek;15. Kecamatan Wewiku, yakni Desa Webriatama dan Desa Badarai;16. Kecamatan Malaka Timur.

Ketidakkonsistenan permohonan tersebut menunjukkan bahwa Pemohon tidak dapat membuktikan adanya kesalahan di seluruh Kabupaten Belu, bahkan juga pada 16 kecamatan yang didalilkan telah terjadi pelanggaran, tidak dapat dibuktikan. Selain tidak terbukti, permohonan Pemohon juga kabur (obscuur), sehingga permohonan Pemohon harus dikesampingkan.

Terjadi penyerangan, pengeroyokan, dan intimidasi terhadap seluruh saksi Pemohon, menurut Mahkamah, hal tersebut tidak terdapat kaitan langsung dengan pembatalan perolehan suara Pasangan JALIN (Pasangan Calon Terpilih) sejumlah 4.343 suara, terlebih lagi dalil tersebut tidak didukung dengan bukti-bukti yang cukup kuat dan menyakinkan. Penyerangan, pengeroyokan, dan intimidasi terhadap seluruh saksi Pemohon merupakan ranah Panwas untuk menindaklanjutinya. Dengan demikian, dalil Pemohon tersebut harus dikesampingkan.

Terdapat 302 orang warga di Kecamatan Atambua Barat sebagai pendukung dan simpatisan Pemohon tidak diberi surat undangan pencoblosan, sehingga 302 orang tersebut harus ditambahkan kepada suara Pemohon, Mahkamah berpendapat, hal tersebut tidak didukung oleh bukti-bukti yang cukup kuat, 302 orang tersebut juga tidak serta merta dianggap memberikan suaranya kepada Pemohon. Jika pun klaim Pemohon tersebut dibenarkan, menurut Mahkamah, hal itu bertentangan dengan asas-asas Pemilu yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil, sebagaimana termaktub dalam Pasal 22E ayat (1) UUD 1945.

Di Desa Kabuna, Kecamatan Kakuluk Mesak terdapat 75 orang pendukung Pemohon yang tidak diberi Kartu Tanda Pemilih, padahal mereka memiliki hak pilih, menurut Mahkamah, berdasarkan bukti-bukti yang diajukan oleh Pemohon, tidak satupun yang mendukung hal dimaksud. Sebaliknya Termohon membantah dalil Pemohon tersebut, karena ternyata saksi Pemohon dan Termohon menandatangani Berita Acara Model DA-KWK beserta lampirannya. Lagi pula, seandainya pun benar dalil Pemohon tersebut, tidak dapat serta merta dari 75 orang di Desa Kabuna, 41 orang di Desa Dualaus, dan 68 orang di Desa Fatuketi Kecamatan Kakuluk Mesak dianggap memberikan suaranya kepada Pemohon. Oleh sebab itu, dalil Pemohon tersebut harus dikesampingkan.

Di Desa Kamanasa terdapat 80 orang dan di Desa Harekakae terdapat 35 orang pendukung Pemohon yang memiliki hak pilih namun tidak diberi Formulir C6-KWK, menurut Mahkamah, tidak diberi Formulir C6-KWK, tidak dapat serta merta ditambahkan kepada suara Pemohon. Justru terjadi ketidakadilan, jika hal tersebut dilakukan, karena

003-234.indd 187 9/24/10 10:38:24 AM

Page 210: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

188 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

belum diketahui dari 80 orang di Desa Kamanasa dan 35 orang di Desa Harekakae memberikan suaranya kepada Pasangan Calon yang mana. Oleh karena itu, dalil tersebut harus dikesampingkan.

Di Desa Kletek terdapat 18 anak yang tidak memiliki hak pilih dan tidak terdaftar dalam DPT yang diperbolehkan mencoblos Pasangan JALIN (Pasangan Calon Nomor Urut 4), yang didukung oleh saksi Pemohon Yanti Evering Tiwu, menurut Mahkamah hal tersebut tidak didukung oleh bukti-bukti yang sah, karena saksi Pemohon Yanti Evering Tiwu tidak melihat sendiri adanya 18 anak di bawah umur yang mencoblos di TPS 1 Desa Oweka. Dengan demikian, dalil Pemohon tersebut harus dikesampingkan.

Terdapat orang yang memiliki hak pilih namun tidak diberi Formulir C6-KWK, Mahkamah mengacu pada pertimbangan di atas, yaitu bahwa hal tersebut tidak terbukti dan seandainyapun terbukti maka tidak serta merta dapat ditambahkan pada perolehan suara untuk Pemohon. Oleh karenanya, dalil Pemohon tersebut juga harus dikesampingkan.

Di Kecamatan Raimanuk terdapat 128 pemilih ganda dan dikenal sebagai pendukung JALIN (Pasangan Calon Terpilih), sehingga suara JALIN (Pasangan Calon Terpilih) harus dikurangi 128, Mahkamah berpendapat, hal tersebut merupakan kewenangan Panwas untuk menindaklanjutinya. Pemilih ganda sejumlah 128 tersebut juga tidak diketahui akan memberikan suaranya kepada siapa, sehingga tidak adil jika 128 pemilih ganda tersebut hanya dikurangkan dari Pasangan JALIN (Pasangan Calon Terpilih). Selain itu, Pemohon tidak memberikan bukti-bukti yang cukup untuk mendukung dalil tersebut. Sebaliknya, Termohon dalam Model DA2-KWK baik saksi Pemohon maupun saksi Pasangan JALIN (Pasangan Calon Terpilih), menyatakan tidak ada keberatan, sehingga dalil Pemohon tersebut harus dikesampingkan.

Di Desa Webriatama terjadi pembagian “beras politk”, di mana pada tanggal 12 Desember 2008 terdapat 63 warga diberi beras sebagai imbalan memilih Pasangan JALIN (Pasangan Calon Terpilih), menurut Mahkamah hal tersebut tidak didukung oleh bukti-bukti yang cukup. Dalil Pemohon tersebut telah dibantah oleh Termohon sesuai bukti Model A KWK-3 tentang Kajian Laporan Nomor 19/PANWASLU-BELU/XII/2008 bertanggal 24 Desember 2008, yang menerangkan bahwa pembagian beras tersebut tidak berkait dengan Pasangan JALIN, sehingga tidak dapat dikategorikan sebagai pelanggaran Pemilu. Dengan demikian, dalil tersebut tidak cukup beralasan.

Terdapat 1.647 pendukung Pemohon di luar kecamatan-kecamatan yang tidak terdaftar padahal mereka memiliki hak pilih, menurut Mahkamah, hal tersebut tidak didukung oleh bukti yang kuat dan meyakinkan. Lagi pula, seandainyapun dalil tersebut benar, tidak serta merta 1.647 orang dimaksud dianggap memberikan suara kepada Pemohon. Oleh karenanya dalil tersebut harus dikesampingkan.

Terhadap keterangan saksi Adrianus pemilih di bawah umur, yang memberikan keterangan telah ikut mencoblos di TPS II Desa Tunai Melai, Mahkamah berpendapat,

003-234.indd 188 9/24/10 10:38:24 AM

Page 211: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

189Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

meskipun terbukti, namun hal tersebut tidak signifikan mempengaruhi perolehan suara pasangan calon;

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, Mahkamah menilai, Pemohon tidak dapat membuktikan dalil-dalil dan alasan-alasan hukum permohonannya.

Berdasarkan penilaian fakta dan hukum di atas, Mahkamah dalam amar putusannya menyatakan sebagai berikut.Dalam Eksepsi: • Menyatakan eksepsi Termohon tidak dapat diterima. Dalam Pokok Perkara: • Menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya; • Menyatakan sah Berita Acara Nomor 10/BA/KPU/BL/XII/2008, tanggal 18 Desember

2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Belu Tahun 2008 Putaran II.

003-234.indd 189 9/24/10 10:38:24 AM

Page 212: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

190 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

003-234.indd 190 9/24/10 10:38:24 AM

Page 213: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

191Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

IKHTISAR PUTUSAN PERKARA NOMOR 63/PHPU.D-VI/2008

TENTANGKEBERATAN TERHADAP HASIL PEMILU KEPALA DAERAH DAN

WAKIL KEPALA DAERAH KABUPATEN KUBU RAYA

Pemohon : 1. Sujiwo (Calon Bupati Kabupaten Kubu Raya); 2. Raja Sapta Oktohari (Calon Wakil Bupati Kabupaten Kubu Raya).Termohon : Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Kubu Raya.Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil

Kepala Daerah.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Berita Acara Komisi Pemilihan Umum

Kabupaten Kubu Raya Nomor 38/BA/KPU/KKR/XII/2008 bertanggal 19 Desember 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kubu Raya sebagai Pasangan Calon Terpilih pada Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Kubu Raya Tahun 2008 Putaran Kedua.

Amar Putusan : Dalam Eksepsi: Menyatakan eksepsi Termohon tidak dapat diterima. Dalam Pokok Perkara: - Menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya. - Menyatakan sah Berita Acara Komisi Pemilihan Umum

Kabupaten Kubu Raya Nomor 37/BA/KPU/KKR/XII/2008 dan Nomor 38/BA/KPU/KKR/XII/2008 yang keduanya bertanggal 19 Desember 2008.

Tanggal Putusan : Senin, 19 Januari 2009.Ikhtisar Putusan :

Pemohon Sujiwo dan Raja Sapta Oktohari adalah Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Kubu Raya Putaran Kedua, yang oleh Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Kubu Raya (Termohon) ditetapkan sebagai Pasangan Calon Nomor Urut 7

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

003-234.indd 191 9/24/10 10:38:24 AM

Page 214: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

192 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

sebagaimana Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Kubu Raya Nomor 42 Tahun 2008 bertanggal 31 Oktober 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kubu Raya sebagai Peserta Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Kubu Raya Tahun 2008 Putaran Kedua.

Pemohon berkeberatan terhadap Berita Acara Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Kubu Raya Nomor 38/BA/KPU/KKR/XII/2008 bertanggal 19 Desember 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kubu Raya sebagai Pasangan Calon Terpilih pada Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Kubu Raya Tahun 2008 Putaran Kedua, yang menyebabkan Pemohon secara keliru telah ditetapkan oleh Termohon hanya memperoleh suara sejumlah 90.338 suara, yang berada di bawah Pasangan Calon Terpilih Muda Mahendrawan, S.H. dan Drs. Andreas Muhrotien, M.Si yang memperoleh sejumlah 124.738 suara.

Pemohon mendalilkan bahwa hasil penghitungan yang dilakukan oleh Termohon telah salah atau terdapat kekeliruan karena adanya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan Termohon berupa: 1) adanya pencoblosan sisa surat suara; 2) adanya suara yang terhitung melebihi Daftar Pemilih Tetap (DPT); 3) adanya pemilih yang tidak sah di TPS-TPS; 4) Petugas KPPS tidak memberikan Berita Acara Catatan Pelaksanaan Pemungutan

Suara dan Penghitungan Suara; 5) adanya intimidasi untuk tidak mencoblos; 6) undangan memilih hanya dibagikan kepada pendukung Pasangan Calon Nomor

Urut 8; dan 7) adanya pelanggaran pidana yang dilakukan Tim Kampanye Pasangan Calon Nomor

Urut 8.Terkait dengan kewenangan Mahkamah, bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 24C

ayat (1) UUD 1945 dan Pasal 10 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) junctis Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (UU 12/2008), salah satu kewenangan konstitusional Mahkamah adalah memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.

Semula, berdasarkan ketentuan Pasal 106 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (UU 32/2004), keberatan berkenaan dengan hasil penghitungan suara yang mempengaruhi terpilihnya Pasangan Calon diajukan ke Mahkamah Agung. Kewenangan Mahkamah Agung tersebut, dicantumkan lagi dalam Pasal 94 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

003-234.indd 192 9/24/10 10:38:24 AM

Page 215: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

193Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

Dalam Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum menentukan bahwa Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah pemilihan umum untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Pasal 236C UU 12/2008 menetapkan bahwa penanganan sengketa hasil penghitungan suara pemilihan kepala daerah oleh Mahkamah Agung dialihkan kepada Mahkamah Konstitusi paling lama 18 (delapan belas) bulan sejak UU 12/2008 diundangkan. Oleh karena itu, pada 29 Oktober 2008, Ketua Mahkamah Agung dan Ketua Mahkamah Konstitusi bersama-sama telah menandatangani Berita Acara Pengalihan Wewenang Mengadili.

Permohonan Pemohon adalah sengketa hasil penghitungan suara sesuai dengan Berita Acara Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Kubu Raya Nomor 38/BA/KPU/KKR/XII/2008 bertanggal 19 Desember 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kubu Raya sebagai Pasangan Calon Terpilih pada Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Kubu Raya Tahun 2008 Putaran Kedua, maka Mahkamah berwenang untuk memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan Pemohon.

Terkait dengan kedudukan hukum (legal standing) Pemohon bahwa Pasal 106 ayat (1) UU 32/2004, Pasal 3 dan Pasal 4 PMK 15/2008 menentukan hal-hal sebagai berikut: a. Pemohon adalah Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah; b. Permohonan hanya dapat diajukan terhadap penetapan hasil penghitungan suara

Pemilukada yang mempengaruhi penentuan Pasangan Calon yang dapat mengikuti putaran kedua Pemilukada atau terpilihnya Pasangan Calon sebagai Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.Pemohon sebagai Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Kubu Raya

Putaran Kedua mengajukan permohonan mengenai keberatan terhadap Berita Acara Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Kubu Raya Nomor 38/BA/KPU/KKR/XII/2008. Berdasarkan hal-hal tersebut, Mahkamah berpendapat bahwa Pemohon telah memenuhi syarat kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan.

Terkait dengan tenggang waktu pengajuan permohonan, bahwa penetapan Pasangan Calon Terpilih Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Kubu Raya Tahun 2008 Putaran Kedua yang dilakukan oleh Termohon ditetapkan melalui Berita Acara Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Kubu Raya Nomor 38/BA/KPU/KKR/XII/2008 bertanggal 19 Desember 2008, sedangkan permohonan keberatan terhadap penetapan Termohon tersebut telah diajukan di Kepaniteraan Mahkamah yang diterima di Kepaniteraan Mahkamah pada hari Rabu, 24 Desember 2008 berdasarkan Akta Penerimaan Berkas Permohonan Nomor 133/PAN.MK/XII/2008 yang kemudian diregistrasi pada tanggal 30 Desember 2008 dengan Nomor 63/PHPU.D-VI/2008.

003-234.indd 193 9/24/10 10:38:24 AM

Page 216: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

194 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Pasal 5 PMK 15/2008 menentukan bahwa permohonan hanya dapat diajukan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah Termohon menetapkan hasil penghitungan suara Pemilukada di daerah yang bersangkutan, sehingga pengajuan permohonan Pemohon masih dalam tenggang waktu yang ditentukan.

Berdasarkan penilaian fakta dan hukum di atas, Mahkamah berpendapat bahwa Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan.

Pemohon mengajukan bukti surat atau tulisan dan 12 orang saksi yang telah didengar keterangannya di dalam persidangan, yaitu Dedy Kristian menerangkan bahwa di TPS 1 Desa Seruat 1, Kecamatan Teluk Pa’Kedai, pelaksanaan pemungutan suara dilaksanakan di balai desa. Setelah pemilihan berlangsung kurang lebih 1 jam terdapat protes dari warga desa merasa keberatan karena balai desa dijadikan tempat pemungutan suara, oleh karena itu tempat pemungutan suara dipindahkan ke rumah seorang warga yang bernama Hamid Nyilik sampai pemilihan selesai. Kemudian, Agus Siswanto, Hendra Saputra, dan M. Bustami menerangkan bahwa saksi tidak diberikan Formulir C1-KWK walaupun telah meminta dan protes kepada ketua KPPS, namun tidak diberikan dengan alasan Formulir C1-KWK hanya tinggal satu dan saksi menandatangani Formulir C1-KWK. Saksi Toni dan Abd. Rahman M. Yasin menerangkan bahwa saksi tidak diberikan Formulir C1-KWK dan tidak meminta, tetapi saksi menandatangani Formulir C1-KW. Saksi Iskandar Dolek melihat dan menangkap satu orang pemilih menggunakan nama orang lain, namun Saksi tidak melapor kepada Panwas. Saksi Pian Susandi menerangkan bahwa Pilkada Kabupaten Kubu Raya pada Putaran Kedua banyak pemilih yang berusia lanjut tidak mendapat undangan untuk memilih. Selanjutnya, Saksi Liu Shein Tet menerangkan bahwa Saksi tidak diberikan undangan untuk memilih dan Saksi Lim Aliong menerangkan bahwa Saksi pada Pemilukada Kubu Raya putaran pertama mendapat kartu undangan untuk memilih, tetapi pada putaran kedua tidak memilih karena tidak mendapat kartu undangan.

Termohon dalam eksepsinya yang intinya menyatakan sebagai berikut: 1) Permohonan Pemohon tidak jelas dan kabur (obscuur libels); 2) Permohonan Pemohon salah objek (error in objecto); 3) Keberatan Pemohon bukan merupakan objek perselisihan Pemilukada; 4) Permohonan Pemohon tidak berdasar dan tidak memenuhi formalitas pengajuan

keberatan.

Menyangkut Pokok Perkara, Termohon menanggapi dalil Pemohon sebagai berikut:- seharusnya objek perkara adalah Berita Acara Rapat Pleno Komisi Pemilihan

Umum Kabupaten Kubu Raya dengan Nomor 37/BA/KPU/KKR/XII/2008 tanggal 19 Desember 2008 tentang Penetapan Hasil Rekapitulasi Penghitungan Suara Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Kubu Raya Tahun 2008 Putaran Kedua,

003-234.indd 194 9/24/10 10:38:24 AM

Page 217: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

195Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

dan dibuat dalam turunan Keputusan KPU Kabupaten Kubu Raya Nomor 46 Tahun 2008 tentang Penetapan Hasil Rekapitulasi Penghitungan suara Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Kubu Raya Tahun 2008 Putaran Kedua;

- dalam Pemilukada Kubu Raya Putaran Pertama yang dilaksanakan pada 25 Oktober 2008 dengan delapan Pasangan Calon Peserta Pemilukada dan Putaran Kedua yang dilaksanakan pada 15 Desember 2008;

- selama proses penghitungan suara tidak ada permasalahan dan tidak ada keberatan baik dari saksi masing-masing calon termasuk saksi Pemohon sendiri ataupun keberatan dari masyarakat Kabupaten Kubu Raya terhadap pelaksanaan Pemilukada Kubu Raya Tahap Pertama maupun Tahap Kedua;

- Pemohon keliru dan tidak beralasan menyatakan Termohon dalam menetapkan Pasangan Calon Nomor Urut 8, Muda Mahendrawan dan Andreas Muhrotien, sebagai Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Kubu Raya Terpilih adalah tidak sah dan melawan hukum juga sangat merugikan Pemohon.Termohon telah mengajukan bukti surat dan 9 orang saksi yang telah memberikan

keterangannya di persidangan yakni Saksi Ratmu menerangkan bahwa Pemungutan Suara di TPS 28 Desa Kuala Dua, Kecamatan Sungai Raya Pemungutan suara di TPS 28 berjalan aman, dan selama pemungutan dan penghitungan suara tidak ada protes/keberatan dan semua saksi pasangan calon menandatangani berita acara. Sedangkan Saksi Hardiansyah menerangkan bahwa pemungutan suara dilakukan di balai desa disebabkan pada hari pemungutan suara tersebut Desa Seruat 1 terjadi banjir, dan setelah berlangsung kurang lebih satu jam terdapat protes dari warga masyarakat dan atas kesepakatan bersama tempat pemungutan suara dipindahkan ke rumah Hamid Nyilik. Kemudian, atas kesepakatan bersama anggota KPPS membawa surat suara yang akan diserahkan kepada orang sakit dan pergi ke rumah orang sakit tersebut untuk dilakukan pencoblosan surat suara kemudian surat suara yang telah dicoblos dibawa kembali. Anggota KPPS tidak membawa saksi Pasangan Calon dan kotak suara karena hujan.

Pihak Terkait Pasangan Calon Bupati Terpilih Muda Mahendrawan telah menyampaikan keterangan tertulis dalam persidangan, yang pada pokoknya menolak permohonan keberatan yang diajukan oleh Pemohon atau setidak-tidaknya menyatakan tidak dapat diterima dan menyatakan Berita Acara Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Kubu Raya Nomor 38/BA/KPU/KKR/XII/2008 bertanggal 19 Desember 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kubu Raya sebagai Pasangan Calon Terpilih pada Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Kubu Raya Tahun 2008 Putaran Kedua adalah sah.

Terhadap eksepsi Termohon, bahwa Permohonan Pemohon salah objek (error in objecto), Mahkamah berpendapat bahwa Berita Acara Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Kubu Raya Nomor 38/BA/KPU/KKR/XII/2008 bertanggal 19 Desember 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kubu Raya sebagai Pasangan

003-234.indd 195 9/24/10 10:38:24 AM

Page 218: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

196 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Calon Terpilih pada Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Kubu Raya Tahun 2008 Putaran Kedua, yang merupakan tindak lanjut dari Berita Acara Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Kubu Raya Nomor 37/BA/KPU/KKR/XII/2008 bertanggal 19 Desember 2008 tentang Penetapan Hasil Rekapitulasi Penghitungan Suara Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Kubu Raya Tahun 2008 Putaran Kedua, merupakan satu rangkaian atau satu kesatuan yang tidak terpisahkan sebagai hasil Pemilukada. Dengan demikian, objek sengketa yang diajukan oleh Pemohon telah sesuai dengan ketentuan Pasal 4 huruf b PMK 15/2008 menetapkan bahwa objek perselisihan Pemilukada adalah hasil penghitungan suara yang ditetapkan oleh Termohon yang mempengaruhi: a.....; atau b. terpilihnya Pasangan Calon sebagai kepala daerah dan wakil kepala daerah. Oleh karena itu, eksepsi Termohon tersebut tidak cukup beralasan dan harus dikesampingkan.

Terhadap eksepsi Termohon, antara lain permohonan Pemohon tidak jelas dan kabur (obscuur libels), keberatan Pemohon bukan merupakan objek perselisihan Pemilukada, dan permohonan Pemohon tidak berdasar dan tidak memenuhi formalitas pengajuan keberatan adalah sangat erat dan berkaitan dengan pokok permohonan yang memerlukan pembuktian lebih lanjut. Oleh karena itu, akan dipertimbangkan bersama dengan pokok perkara, sehingga eksepsi tersebut juga harus dikesampingkan.

Dari fakta hukum, baik keterangan Pemohon, keterangan saksi Pemohon, bukti-bukti surat Pemohon, keterangan Termohon, saksi Termohon, bukti-bukti surat Termohon, serta keterangan Pihak Terkait dan Kesimpulan para pihak, Mahkamah menemukan fakta hukum, baik yang diakui para pihak maupun yang menjadi perselisihan hukum para pihak, yaitu: 1. Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Kubu Raya Nomor 28 Tahun 2008

tentang Penetapan Nomor Urut Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kubu Raya sebagai Peserta Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Kubu Raya Tahun 2008 bertanggal 28 Agustus 2008;

2. Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Kubu Raya Nomor 42 Tahun 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kubu Raya sebagai Peserta Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Kubu Raya Tahun 2008 Putaran Kedua bertanggal 31 Oktober 2008 yang memutuskan Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati atas nama Sujiwo, S.E. dan Raja Sapta Oktohari dan Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati atas nama Muda Mahendrawan, S.H. dan Drs. Andreas Muhrotien, M.Si.;

3. Pelaksanaan Pemilukada Putaran Kedua pada tanggal 15 Desember 2008.Oleh karena itu, dalam pokok perkara, Mahkamah berpendapat sebagai berikut.

1a. Mengenai pencoblosan sisa surat suara pada TPS 1 Desa Seruat 1, Kecamatan Teluk Pa’ Kedai yang dilakukan oleh Ketua KPU dan anggota KPPS, ternyata sesuai dengan keterangan Dedy Kristian yang hanya menerangkan pemindahan TPS dari balai desa ke rumah Hamid Nyilik, keterangan tersebut sesuai pula keterangan saksi Hardiansyah (Ketua KPPS, TPS 1 Desa Seruat 1),

003-234.indd 196 9/24/10 10:38:24 AM

Page 219: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

197Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

sedangkan mengenai pencoblosan 13 surat suara untuk orang sakit tidak didukung oleh bukti-bukti yang menguatkan keterangan tersebut. Di pihak lain, saksi Hardiansyah yang dibenarkan oleh saksi Dedy Kristian menerangkan bahwa keberadaan Idris Maheru, Ketua Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Kubu Raya, di TPS 1 Desa Seruat 1 adalah dalam rangka melaksanakan hak pilihnya, karena yang bersangkutan bertempat tinggal di Desa Seruat 1. Dengan demikian, menurut Mahkamah, hal tersebut tidak beralasan menurut hukum dan harus dikesampingkan.

1b. Mengenai pencoblosan sisa surat suara di depan umum oleh Muid di TPS 4 Desa Kampung Baru, sama sekali tidak didukung alat bukti yang sah dan tidak terbukti di persidangan. Oleh karenanya, hal tersebut tidak beralasan menurut hukum dan harus dikesampingkan.

2. Mengenai surat suara yang melebihi Daftar Pemilih Tetap (DPT) di TPS 21 Desa Teluk Kapuas, Kecamatan Sungai Raya, hal tersebut sama sekali tidak dapat dibuktikan dan tidak didukung bukti yang sah. Oleh karenanya, hal tersebut tidak terbukti dan tidak beralasan menurut hukum sehingga harus dikesampingkan.

3. Terhadap pernyataan bahwa Reni Pariani, adalah bukan penduduk Desa Kuala Dua, melainkan penduduk Siantan, Kota Pontianak, melakukan pemilihan di TPS 28 Desa Kuala Dua, menurut saksi Iskandar Dolek, saksi menangkap satu pemilih yang menggunakan nama orang lain dengan menanyakan KTP atau identitas lainnya. Namun, keterangan Iskandar Dolek dibantah oleh keterangan saksi Ratmu yang menerangkan tidak ada permasalahan pada TPS 28 Desa Kuala Dua, serta sama sekali tidak ada protes dari saksi Pemohon maupun saksi lainnya bahkan saksi Pemohon ikut menandatangani Berita Acara Model C-KWK, demikian pula, tidak ada bukti lainnya yang menguatkan dalil permohonan Pemohon. Semestinya, jika benar ada pemilih yang tidak sah, seharusnya saksi Pemohon melakukan protes dan menuangkannya dalam Pernyataan Keberatan dan Kejadian Khusus (Model C3-KWK). Oleh sebab itu, hal tersebut hanya uraian semata tetapi tidak dapat dibuktikan di persidangan dan karenanya tidak beralasan serta harus dikesampingkan.

4. Adanya Petugas KPPS sengaja tidak memberikan Formulir C-KWK, saksi-saksi Agus Siswanto, Toni, Abd. Rahman M. Yasin, Hendra Saputra, dan M. Bustami menerangkan benar tidak diberikan Model C-KWK, tetapi tidak melakukan protes yang dituangkan dalam Model C3-KWK, dan para saksi mengakui telah menandatangani Berita Acara (Model C-KWK). Menurut Mahkamah, tanpa memberikan Model C-KWK kepada saksi-saksi, isi formulir tersebut tetap sah, kecuali dapat dibuktikan sebaliknya. Oleh karenanya, hal tersebut tidak cukup beralasan dan harus dikesampingkan.

5. Adanya intimidasi kepada 150 pemilih lanjut usia, manipulasi kartu pemilih, serta adanya pelanggaran pidana oleh Tim Kampanye Pasangan Calon Nomor Urut 8,

003-234.indd 197 9/24/10 10:38:24 AM

Page 220: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

198 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Mahkamah berpendapat, hal itu selain tidak terbukti di persidangan dan jika pun benar terjadi adalah merupakan kewenangan Panwaslu untuk menindaklanjuti dan meneruskannya kepada penyidik untuk selanjutnya diproses ke pengadilan. Oleh karenanya, dalil Pemohon tidak terbukti serta tidak beralasan dan oleh sebab itu harus dikesampingkan.

6. Mengenai pembagian kartu pemilih dan undangan memilih hanya diberikan kepada pemilih yang akan memilih Pasangan Calon Nomor Urut 8, saksi-saksi, yaitu: Pian Susandi, Liu Shien Tet, dan Lim Aliong menerangkan bahwa benar mereka tidak mendapat surat undangan untuk memilih pada Putaran Kedua. Mahkamah berpendapat, dalam hal masyarakat tidak mendapat undangan memilih tetapi terdaftar dalam DPT, warga masyarakat yang bersangkutan secara proaktif mendatangi TPS, dengan memperlihatkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau tanda pengenal lainnya, sebab menurut peraturan perundangan-undangan yang berlaku, mereka dapat memilih di TPS tempat mereka terdaftar dalam DPT. Oleh karenanya, hal tersebut tidak beralasan dan harus dikesampingkan.Selanjutnya dalam perkara bahwa telah terjadi kesepakatan 13 surat suara untuk

pemilih yang sakit diantarkan ke rumah masing-masing oleh anggota KPPS, sedangkan saksi-saksi dari kedua pasangan calon tidak mengajukan keberatan. Menurut Mahkamah, seandainya pun 13 pemilih yang sakit tersebut memilih Pemohon, namun 13 suara tersebut tidak secara signifikan mengubah perolehan suara Pemohon. Karena, perolehan suara Pemohon yang hanya 90.338 + 13 suara, maka perolehan suara Pemohon menjadi 90.351 suara, sedangkan perolehan suara Pihak Terkait (Pasangan Calon Terpilih Nomor Urut 8) adalah 124.738 yang jika dikurangi 13 suara, maka perolehan suara Pihak Terkait (Pasangan Calon Terpilih Nomor Urut 8) adalah 124.725 suara, jauh melampaui perolehan suara Pemohon, dan oleh karena hal tersebut tidak secara signifikan menyebabkan perolehan suara Pemohon melebihi perolehan suara Pasangan Calon Terpilih, maka dalil Pemohon harus dikesampingkan.

Dengan demikian, perolehan suara sah Pemohon adalah 90.351 suara, dan Pasangan Calon Terpilih Nomor Urut 8 adalah 124.725 suara, sedangkan pelanggaran-pelanggaran lainnya yang terjadi tidak signifikan untuk mengubah perolehan suara berdasarkan Berita Acara Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Kubu Raya Nomor 38/BA/KPU/KKR/XII/2008 bertanggal 19 Desember 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kubu Raya Sebagai Pasangan Calon Terpilih pada Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Kubu Raya Tahun 2008 Putaran Kedua, sehingga menurut Mahkamah permohonan Pemohon harus ditolak.

Mahkamah berpendapat bahwa dalil Pemohon selebihnya tidak perlu dipertimbangkan lebih lanjut karena tidak didukung oleh bukti-bukti yang cukup kuat dan meyakinkan.

Berdasarkan seluruh penilaian atas fakta dan hukum, Mahkamah dalam amar putusannya, menyatakan sebagai berikut.

003-234.indd 198 9/24/10 10:38:25 AM

Page 221: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

199Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

Dalam Eksepsi: • Menyatakan eksepsi Termohon tidak dapat diterima. Dalam Pokok Perkara: • Menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya. • Menyatakan sah Berita Acara Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Kubu Raya Nomor

37/BA/KPU/KKR/XII/2008 dan Nomor 38/BA/KPU/KKR/XII/2008 yang keduanya bertanggal 19 Desember 2008.

003-234.indd 199 9/24/10 10:38:25 AM

Page 222: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

003-234.indd 200 9/24/10 10:38:25 AM

Page 223: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

201Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 64/PHPU.D-VI/2008

TENTANGKEBERATAN TERHADAP HASIL PEMILU KEPALA DAERAH DAN

WAKIL KEPALA DAERAH KABUPATEN SANGGAU

Pemohon : Yansen Akun Effendy, S.H.,M.Si.,M.H dan Drs. Abdullah.Termohon : Komisi Pemilihan Umum Kabupaten SanggauJenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah.Pokok Perkara : Permohonan Pembatalan Penetapan Nomor 36 Tahun 2008

Tanggal 22 Desember 2008 dari Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sanggau Tentang Penetapan Hasil Rekapitulasi Perhitungan Suara Pemilukada Kabupaten Sanggau Tahun 2008.

Amar Putusan : Dalam Eksepsi: Menyatakan eksepsi Termohon dan Pihak Terkait tidak dapat

diterima. Dalam Pokok Perkara: - Menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya; - Menyatakan sah Keputusan Komisi Pemilihan Umum

Kabupaten Sanggau Nomor 36 Tahun 2008 bertanggal 23 Desember 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Bupati dan Wakil Bupati Sanggau Tahun 2008.

Tanggal Putusan : Selasa, 20 Januari 2009.Ikhtisar Putusan :

Pemohon Yansen Akun Effendy, S.H.,M.Si., M.H. dan Drs. Abdullah adalah Pasangan Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati Peserta Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Sanggau Periode Tahun 2008-2013 berdasarkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sanggau Nomor 24 Tahun 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Sanggau Tahun 2008 tanggal 6 Agustus 2008.

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

003-234.indd 201 9/24/10 10:38:25 AM

Page 224: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

202 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Pemohon berkeberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sanggau Nomor 36 Tahun 2008 bertanggal 23 Desember 2008 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Sanggau Putaran II Tahun 2008 yang menetapkan Pemohon memperoleh 104.899 suara di bawah perolehan suara Pasangan Calon Nomor Urut 6 yang memperoleh 109.942 suara.

Terkait dengan kewenangan Mahkamah, berdasarkan ketentuan Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) dan Pasal 10 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) juncto Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, salah satu kewenangan konstitusional Mahkamah adalah memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.

Berdasarkan ketentuan Pasal 106 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, keberatan berkenaan dengan hasil penghitungan suara yang mempengaruhi terpilihnya Pasangan Calon diajukan ke Mahkamah Agung. Kewenangan Mahkamah Agung tersebut, dicantumkan lagi dalam Pasal 94 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

Dalam Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum, ditentukan, “Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah pemilihan umum untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dalam Pasal 236C menetapkan, “Penanganan sengketa hasil penghitungan suara pemilihan kepala daerah oleh Mahkamah Agung dialihkan kepada Mahkamah Konstitusi paling lama 18 (delapan belas) bulan sejak undang-undang ini diberlakukan”.

Pada tanggal 29 Oktober 2008, Ketua Mahkamah Agung dan Ketua Mahkamah Konstitusi bersama-sama telah menandatangani Berita Acara Pengalihan Wewenang Mengadili, sebagai pelaksanaan Pasal 236C Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 di atas.

Oleh karena permohonan Pemohon adalah sengketa hasil penghitungan suara Pemilukada, yaitu Pemilikada Kabupaten Sanggau sesuai dengan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sanggau Nomor 36 Tahun 2008 bertanggal 23 Desember 2008 tentang Penetapan Hasil Rekapitulasi Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Sanggau Putaran II Tahun 2008, maka Mahkamah berwenang untuk memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan a quo.

003-234.indd 202 9/24/10 10:38:25 AM

Page 225: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

203Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

Berdasarkan Pasal 106 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 3 dan Pasal 4 Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah (PMK 15/2008) menentukan hal-hal, antara lain, sebagai berikut.a. Pemohon adalah Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah;b. Pemohon hanya dapat diajukan terhadap penetapan hasil penghitungan suara

Pemilukada yang mempengaruhi penentuan Pasangan Calon yang dapat mengikuti putaran kedua Pemilukada atau terpilihnya Pasangan Calon sebagai Kepala Daerah dan Wakil Kepala daerah.Terkait dengan kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, Mahkamah

mempertimbangkan berdasarkan ketentuan Pasal 106 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 3 dan Pasal 4 PMK 15/2008 seperti sebagaimana dimaksud dalam paragraf sebagai berikut.− Pemohon adalah Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Sanggau,

yang oleh Termohon ditetapkan sebagai Pasangan Calon Nomor Urut 2 sebagaimana Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sanggau Nomor 25 Tahun 2008 bertanggal 9 Agustus 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Untuk Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Sanggau Putaran II Tahun 2008.

− Permohonan yang diajukan Pemohon adalah keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Sanggau Nomor 36 Tahun 2008 bertanggal 23 Desember 2008 tentang Penetapan Hasil Rekapitulasi Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Sanggau Putaran II Tahun 2008. Keberatan dimaksud disebabkan oleh Pemohon secara keliru telah ditetapkan hanya memperoleh suara sejumlah 104.899 suara, yang berada pada tingkat kedua di bawah Pasangan Calon Nomor Urut 6 yang berada pada peringkat kesatu dengan memperoleh 109.942 suara.

− Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, Mahkamah berpendapat bahwa Pemohon telah memenuhi syarat kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan a quo.Terkait dengan tenggang waktu pengajuan permohonan, Penetapan Pasangan

Calon Terpilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2008 yang dilakukan oleh Termohon ditetapkan melalui Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 36 Tahun 2008 bertanggal 23 Desember 2008, sedangkan permohonan keberatan diajukan ke Mahkamah pada tanggal 24 Desember 2008 berdasarkan Akta Penerimaan Berkas Permohonan Nomor 135/PAN.MK/XII/2008, yang kemudian diregistrasi pada tanggal 30 Desember 2008 dengan Nomor 64/PHPU.D-VI/2008.

Pada tiga hari kerja setelah Termohon menetapkan perolehan suara masing-masing Pasangan Calon adalah Selasa, 23 Desember 2008, sehingga sesuai dengan

003-234.indd 203 9/24/10 10:38:25 AM

Page 226: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

204 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

ketentuan Pasal 5 PMK 15/2008 yang menentukan, “Permohonan hanya dapat diajukan dalan jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah Termohon menetapkan hasil penghitungan suara Pemilukada di daerah yang bersangkutan”, maka pengajuan permohonan Pemohon masih dalam tenggang waktu yang ditentukan.

Karena Mahkamah berwenang untuk mengadili permohonan a quo dan Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan a quo sebagaimana persyaratan yang ditentukan dalam Pasal 4 PMK 15/2008, serta permohonan Pemohon juga masih dalam tenggang waktu sebagaimana ditentukan dalam Pasal 15 PMK 15/2008, maka Mahkamah mempertimbangkan pokok permohonan.

Adapun pokok permohonan Pemohon pada pokoknya mendalilkan sebagaimana permasalahan utama di atas, yang dikarenakan adanya beberapa kekeliruan, yakni sebagai berikut:1. Penggelembungan suara pada lembaran Model DB-KWK yaitu jumlah pemilih

terdaftar 283.037 orang, sedangkan Termohon pada lembaran Model AG-KWK berikut lampirannya Model AS-KWK berjumlah 282.811 orang, berarti terjadi selisih 226 suara;

2. Warga yang memiliki hak pilih tetapi tidak mendapat surat undangan pemilih, yaitu Model C6-KWK sebanyak 87 orang di TPS 6 Kel.Ilir, Kec.Kapuas 753 orang, Kec.Mukok 404 orang, Kec. Meliau 542 orang, Kec. Parindu 437 orang, Kec Bonti 368 orang, Kec.Jangkan 297 orang, Kec.Kembayan 252 orang, Kec.Beduai 144 orang, Kec.Sekayam 524 orang, Kec.Entikong 208 orang, Kec. Noyan 123 orang, Kec.Tayan Hulu 483 orang, Kec. Balai 230 orang, Kec. Tayan Hilir 427 orang, dan Kec.Toba 221 orang. Total jumlah suara sebanyak 5.413 tidak memperoleh surat undangan;

3. TPS yang menutup pumungan suara pada pukul 12.00 sebelum waktunya, yaitu: TPS 39 Dusun Tanjung Periuk, Kecamatan Kembayan sebanyak 8 orang;

4. 10 orang tidak terdaftar , tetapi diperbolehkan memilih di TPS 5 Kelurahan tanjung Kapuas;5. Kepala keluarga mewakili anggota keluarganya untuk menggunakan hak pilihnya

sebanyak 17 orang;6. Ketua KPPS dan anggota PPS memilih/mencoblos untuk 149 pemilih, terjadi di

TPS 1 dan TPS 3;7. Penambahan surat suara “siluman” sebanyak 6 lembar di TPS 16 Kelurahan Ilir.

Jumlah surat suara seharusnya sebanyak 262 lembar, setelah dibuka menjadi 268 suara dan jumlah warga yang menggunakan hak pilihnya sebanyak 188, namun pada penghitungan suara bertambah 189 suara;

8. Perbedaan jumlah pemilih dengan jumlah surat suara yang terpakai.Yakni jumlah pemilih 170 orang, sedangkan jumlah surat suara yang terpakai 386 lembar, suara sah sebanyak 376 lembar dan surat suara tidak sah sebanyak 10 lembar. Dengan demikian terdapat perbedaan jumlah pemilih dengan surat suara yang terpakai sebanyak 276 lembar;

003-234.indd 204 9/24/10 10:38:25 AM

Page 227: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

205Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

9. Para saksi Pasangan Calon Pemohon di berbagai TPS 01 sampai dengan 17 tidak menerima salinan Berita Acara Model C-KWK, C1-KWK;

10. Surat suara dua versi, terkesan tidak ada pengawasan sejak pengadaan dan pencetakan, termasuk aparat keamanan untuk pengawalan pendistribusian surat suara ke setiap TPS.Di samping itu, Termohon dalam jawabannya pada pokoknya menolak seluruh

dalil-dalil Pemohon dengan alasan-alasan hukum sebagai berikut:1. Mahkamah tidak berwenang memeriksa dan mengadili perkara a quo karena Pemohon

tidak secara jelas dan rinci menyebutkan berapa jumlah selisih penghitungan suara yang dilakukan Termohon yang mempengaruhi terpilihnya Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Sanggau;

2. Permohonan Pemohon tidak memenuhi syarat materiil karena tidak menyebutkan secara jelas dan rinci di TPS mana atau kecamatan mana terjadi kesalahan penghitungan suara dan Pemohon tidak menyebut penghitungan suara yang benar menurut Pemohon, baik dalam posita maupun petitum;

3. Dalil-dalil permohonan Pemohon bertentangan dengan Pasal 1 angka 8 dan Pasal 6 ayat (2) huruf b angka 1 PMK Nomor 15 Tahun 2008 yang berbunyi “Permohonan adalah pengajuan keberatan terhadap penetapan hasil penghitungan suara Pemilukada”;

4. Keberatan Pemohon bukanlah mengenai selisih penghitungan suara, tetapi keberatannya bersifat asumsi terhadap pelanggaran-pelanggaran sebagaimana disebut pada posita 5.1 sampai dengan butir 5.9 dan posita 6 permohonan;

5. Posita Pemohon butir 5.1 sampai dengan 5.9 adalah tidak benar karena:a. Termohon sudah menyerahkan surat undangan pemilih kepada seluruh pemilih

yang terdaftar pada Pemilukada Kabuaten Sanggau Putaran ke II;b. Pelaksanaan pemungutan suara pada TPS sudah sesuai dengan jadwal waktu

yang ditentukan;c. Tidak ada pemilih yang menggunakan hak pilihnya dengan menggunakan KTP,

akan tetapi semuanya menggunakan kartu pemilih;d. Tidak ada kepala keluarga yang mewakili anggota keluarganya yang memilih

di TPS 1 dan TPS 3 Kelurahan Ilir dan tidak ada Ketua KPPS dan Anggota KPPS yang mencoblos kartu suara atas nama orang lain;

e. Tidak ada surat suara “siluman” di TPS 16 Kelurahan Ilir;f. Penggunaan surat suara dan penghitungan suara pada TPS 3 sudah sesuai;g. Lampiran Berita Acara (Model C-KWK) sudah diberikan kepada semua saksi

yang hadir;h. Keberatan-keberatan dari saksi Pasangan Calon telah dimuat dalam Formulir

Model DA2-KWK.

003-234.indd 205 9/24/10 10:38:25 AM

Page 228: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

206 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

6. Dalil Pemohon dalam butir 5, butir 6, butir 8, dan butir 9 tidak menyebutkan secara jelas dan rinci mengenai selisih suara yang benar dalam Formulir Model DA2-KWK.Pihak Terkait, yaitu Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Daerah Terpilih

juga telah menyangkal permohonan Pemohon yang pada pokoknya menerangkan hal-hal berikut:1. Permohonan Pemohon kabur dan tidak jelas (obscuur libel) karena tidak jelas

menguraikan secara rinci kesalahan hasil penghitungan suara yang dilakukan oleh Pemohon tidak memenuhi syarat formal yang ditentukan oleh undang-undang, karenanya permohonan Pemohon harus ditolak;

2. Dalil-dalil yang dikemukakan Pemohon adalah bentuk pelanggaran yang sifatnya administratif karenanya bukan objek sengketa dalam Pemilikada;

3. Dalil Pemohon bukan merupakan kewenangan Mahkamah karena kewenangan Mahkamah hanya berkaitan dengan hasil penghitungan suara tidak berkaitan dengan pelanggaran atau penyimpangan selama proses Pemilukada;

4. Posita Pemohon tidak jelas karena hanya menyebutkan nomor TPS saja tanpa menjelaskan di mana letak TPS tersebut;

5. Selama proses pelaksanaan Pemilukada, Pemohon tidak pernah mengajukan keberatan ataupun laporan kepada Panwaslu Kabupaten Sanggau;

6. Posita Pemohon adalah tidak benar dan mengada-ada, karena semua proses pada saat dilakukannya pencoblosan pada TPS-TPS telah sesuai dengan peraturan dan ketentuan pelaksanaan pemungutan suara.Atas fakta hukum di atas, Mahkamah berpendapat sebagai berikut.

1. Terhadap posita permohonan Pemohon yang telah mendalilkan terjadinya kesalahan dan pelanggaran-pelanggaran yang berimplikasi dan menjadi penyebab timbulnya penyimpangan dalam proses penghitungan suara sehingga mempengaruhi hasil rekapitulasi suara, namun, petitum permohonan secara altenatif meminta agar Mahkamah menyatakan tidak sah atau batal rekapitulasi hasil penghitungan suara Pemilukada Kabupaten Sanggau Putaran II dan tidak mengikat secara hukum Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sanggau Nomor 36 Tahun 2008 bertanggal 23 Desember 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Bupati dan Wakil Bupati Sanggau dan memerintahkan Termohon untuk melaksanakan pemungutan suara ulang di seluruh wilayah Kabupaten Sanggau dalam waktu 45 hari.

2. Sepanjang kesalahan atau kekeliruan dalam Rekapitulasi Penghitungan Suara Pemilukada Kabupaten Sanggau Putaran II, yang mengakibatkan perolehan suara Pemohon sesungguhnya lebih besar daripada yang dihitung oleh Termohon, secara berturut-turut Mahkamah akan memberikan pendapat dan penilaian hukumnya atas perselisihan hukum antara Pemohon dan Termohon sebagai berikut:

003-234.indd 206 9/24/10 10:38:25 AM

Page 229: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

207Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

a. Terjadinya perbedaan jumlah suara pada Model DB1-KWK tertulis yang 283.037 dengan yang tertulis pada Model AG-KWK berikut lampirannya Model AS-KWK yang tertulis 282.811, yang berarti terdapat selisih suara sebanyak 226 suara, Pemohon tidak dapat membuktikan di TPS mana dan kecamatan mana penggelembungan itu terjadi. Oleh karena itu, 226 suara juga tidak dapat dipastikan untuk Pasangan Calon Nomor Urut berapa suara diberikan;

b. Adanya warga negara yang memiliki hak pilih tetapi tidak mendapat surat undangan memilih sebanyak 87 orang di TPS 6 Kelurahan Ilir, Kecamatan Kapuas. Menurut Mahkamah, hal tersebut adalah pelanggaran yang dilakukan oleh Penyelenggara Pemilukada in casu Ketua dan Anggota KPPS TPS 6, Kelurahan Ilir Kota. Namun, berdasarkan peraturan yang berlaku, pemilih yang tidak mendapat surat undangan tetap dapat menggunakan hak pilihnya dengan menunjukkan KTP kepada petugas KPPS sepanjang namanya tercantum dalam DPT TPS yang bersangkutan. Terhadap pelanggaran dimaksud, Panwaslu Kabupaten Sanggau akan meminta kepada KPU Kabupaten Sanggau agar Ketua dan Anggota KPPS TPS 6 Kelurahan Ilir Kota tidak diikutsertakan dalam Pemilihan Umum Legislatif dan Pemilihan Umum Presiden (vide bukti P-25). Sementara itu, terhadap permasalahan yang sama di Kecamatan Kapuas 753 orang, Kecamatan Mukok 404 orang, Kecamatan Meliau 542 orang, Kecamatan Parindu 437 orang, Kecamatan Bonti 368 orang, Kecamatan Jangkang 297 orang, Kecamatan Kembayan 252 orang, Kecamatan Beduai 144 orang, Kecamatan Sekayam 524 orang, Kecamatan Entikong 208 orang, Kecamatan Noyan 123 orang, Kecamatan Tayan Hulu 483 orang, Kecamatan Balai 230 orang, Kecamatan Tayan Hilir 427 orang, dan Kecamatan Toba 221 orang, sama sekali tidak didukung oleh bukti-bukti yang cukup sah dan meyakinkan guna mendukung dalil-dalilnya, karenanya dalil Pemohon dikesampingkan;

c. Di TPS 39 Dusun Tanjung Periuk, Desa Tanjung Merpati, Kecamatan Kembayan, seseorang pemilih tidak dapat menggunakan hak pilihnya karena ditolak KPPS. Alasan penolakan tersebut karena yang bersangkutan baru menggunakan hak pilihnya sekitar pukul 12.00 WIB. Menurut Mahkamah, pelanggaran yang dilakukan Termohon tersebut tidak signifikan dan tidak mempengaruhi hasil perolehan suara yang diperoleh Pemohon, sebagaimana bukti Termohon (Bukti T-9) yang diajukan Termohon bahwa di Desa Tanjung Merpati Pemohon memperoleh1.113 suara sedangkan Pihak Terkait memperoleh 1.110 suara;

d. Adanya 10 orang tidak terdaftar dalam PDT tetapi diperbolehkan memilih di TPS 5 Kelurahan Tanjung Kapuas tetapi diperbolehkan memilih di TPS 5 Kelurahan Tanjung Kapuas. Menurut Mahkamah dalil Pemohon tersebut tidak di dukung dengan bukti-bukti yang cukup, sehingga harus dikesampingkan;

e. Di TPS 1 dan TPS 3, ada kepala keluarganya untuk menggunakan hak pilihnya sebanyak 17 orang , di samping itu di TPS 1 dan TPS 3 ada 9 orang yang tidak ikut memilih namun surat suaranya dicoblos oleh Ketua KPPS dan

003-234.indd 207 9/24/10 10:38:25 AM

Page 230: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

208 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

anggota KPPS. Menurut Mahkamah, dalil Pemohon tersebut tidak jelas dan kabur karena tidak menyebutkan nama desa/kelurahan dan kecamatan TPS yang bersangkutan, karenanya dalil tersebut dikesampingkan;

f. Terhadap penambahan satu surat suara di TPS 16 yang ternyata berdasarkan bukti P-25 yang diajukan Pemohon permasalahan di TPS 16 hanyalah berupa pelanggaran satu surat suara yang tidak ditandatangani oleh KPPS dan telah diselesaikan dengan persetujuan saksi kedua Pasangan Calon. Surat suara yang tidak ditandatangani tersebut dinyatakan batal dan tidak dihitung. Dengan demikian, dalil Pemohon dikesampingkan;

g. Terdapat perbedaan jumlah pemilih dengan jumlah surat suara terpakai sebanyak 276. Dalil Pemohon a quo tidak didukung oleh bukti-bukti yang cukup dan tidak jelas. Di samping itu, Pemohon juga tidak menyebutkan secara jelas TPS, desa, kelurahan, serta kecamatan tempat TPS yang bersangkutan, karenanya harus dikesampingkan.

3. Dari alat bukti tulis yang diajukan oleh Pemohon dan saksi-saksi, ternyata Pemohon tidak berhasil membuktikan kesalahan yang sah menurut hukum. Meskipun terdapat bukti permulaan, akan tetapi tidak cukup untuk menjadi bukti sempurna yang dapat mendukung dalil Pemohon dengan dalil-dalil sebagai berikut: a. Di TPS 4 Desa Semangat, Kecamatan Entikong, Saksi Pasangan Calon Nomor

Urut 2 tidak menerima Salinan Berita Acara (Model C-KWK) dan Catatan Pelaksanaan Pemungutan Suara dan Penghitungan Suara (Model C1-KWK). Menurut Mahkamah, meskipun tidak diberikannya Model C-KWK dan Model C1-KWK dapat dinilai sebagai pelanggaran yang dilakukan oleh Termohon, akan tetapi tidak serta merta mempengaruhi perolehan suara Pihak Terkait atau yang menguntungkan Pihak Terkait, kecuali ada bukti lain yang mendukung untuk dibatalkan. Selain itu, sesuai dengan Bukti T-12 yang diajukan Termohon, perolehan suara Pemohon justru jauh di atas Pihak Terkait, yakni 907 suara untuk Pemohon dan 222 suara untuk Pihak Terkait (vide Bukti P-8 dan Bukti T-12);

b. Di TPS 5 Kelurahan Tanjung Kapuas, Kecamatan Kapuas, ada dua pemilih yang tidak terdaftar dalam DPT Pemilukada Putaran II, namun terdaftar dalam DPT Pemilukada Putaran I, diizinkan memilih oleh KPPS. Berdasarkan Bukti P-25 yang diajukan oleh Pemohon, pelanggaran administrasi tersebut telah ditindaklanjuti oleh Panwaslu Kabupaten Sanggau sesuai kewenangannya, Panwaslu meminta kepada KPU Kabupaten Sanggau menjatuhkan sanksi kepada Ketua dan Anggota KPPS TPS-5 Kelurahan Tanjung Kapuas agar tidak diaktifkan lagi dalam Pemilu Legeslatif dan Pemilu Presiden. Dengan demikian, mekanisme hukum yang tersedia telah dijalankan sebagaimana mestinya oleh Penyelenggara Pemilukada dalam menyelesaikan pelanggaran di Kelurahan Tanjung Kapuas, Kecamatan Kapuas;

003-234.indd 208 9/24/10 10:38:25 AM

Page 231: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

209Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

c. Di TPS 75 Desa Tunggal Bhakti, Kecamatan Kembayan, ada ancaman kekerasan oleh simpatisan Pihak Terkait kepada Suradi. Berdasarkan BuktiT-9 yang diajukan Termohon, ternyata ancaman kekerasan tersebut tidak mempengaruhi perolehan suara Pihak Terkait, terbukti perolehan suara Pemohon hanya selisih 48 suara (Pihak Terkait memperoleh 476 suara, sedangkan Pemohon memperoleh 428 suara) dan ancaman kekerasan tersebut adalah tindak pidana murni yang merupakan kewenangan Kepolisian(vide Bukti T-9 dan Bukti P-25);

d. Di TPS 5 Dusun Meliau Hilir, Desa Meliau Hilir, Kecamatan Meliau, ada pelanggaran, yaitu dua orang yang memiliki hak pilih pada Pemilukada Putaran Pertama mendapat kartu undangan memilih, tetapi pada Pemilukada Putaran Kedua tidak mendapat kartu undangan untuk memilih. Akan tetapi, berdasarkan Bukti P-20, Pemohon tidak menguraikan apakah kedua orang yang disebut dalam surat penyataan Hadi Agus tersebut terdaftar dalam DPT atau tidak, atau jika terdaftar dalam DPT apakah kedua orang dimaksud telah menunjukkan KTP kepada petugas KPPS ketika akan menggunakan hak pilihnya;

e. Di Desa Sebongkup yang oleh Pemohon didalilkan adanya intimidasi yang dilakukan oleh Sutarno, Kepala Dusun Sebongkup, yang menyatakan meminta masyarakat Sebongkup untuk seratus persen memilih Pasangan Calon Setiman. Meskipun ucapan kepala dusun dimaksud dapat dinilai ketidaknetralan aparatur desa, tetapi Pemohon tidak dapat membuktikan dengan cara bagaimana upaya memenangkan Pasangan Calon Setiman dan seberapa luas pengaruh ucapan Kepala Dusun Sebongkup terhadap perolehan suara masing-masing Pasangan Calon (vide Bukti P-22);

f. Di TPS 3 Desa Penyeladi Hilir, Kecamatan Kapuas, ada seorang warga yang memakai kaos bergambar Pihak Terkait. Mahkamah berpendapat bahwa seorang pemilih yang memakai kaos bergambar Pasangan Calon Pihak Terkait tidaklah dapat menjadi dasar untuk menilai keabsahan dan adanya penambahan suara bagi Pihak Terkait, karena hal itu merupakan pelanggaran kecil yang notabene dilakukan bukan oleh penyelenggara Pemilukada, sehingga dalil Pemohon harus dikesampingkan.

4. Dari Bukti P-8 sampai dengan Bukti P-20 sampai dengan Bukti P-24 yang semuanya hanya berupa surat-surat pernyataan ditambah keterangan saksi-saksi Pemohon yang relevan dalam penambahan perolehan suara untuk Pemohon dikuatkan dengan bukti-bukti surat P-25 dan P-26, maka saksi, yaitu Susanto, Herman, Fransiskus, Supriyono, Tarsan Suryadi, dan Cipta, meskipun menunjukkan adanya pelanggaran-pelanggaran sebagaimana tersebut di atas, namun pelanggaran dimaksud tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perolehan suara Pemohon dan berdasarkan Bukti P-25 sampai dengan Bukti P-27 yang diajukan oleh Pemohon, Panwaslu Kabupaten Sanggau telah menindaklanjuti pelanggaran dimaksud sesuai dengan tingkat pelanggaran dan mekanisme hukum yang berlaku.

003-234.indd 209 9/24/10 10:38:25 AM

Page 232: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

210 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Berdasarkan penilaian fakta dan hukum di atas, Mahkamah menilai permohonan Pemohon tidak beralasan, sehingga Mahkamah dalam amar putusannya menyatakan sebagai berikut.Dalam Eksepsi:• Menyatakan eksepsi Termohon dan Pihak Terkait tidak dapat diterima.Dalam Pokok Perkara:• Menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya;• Menyatakan sah Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sanggau Nomor

36 Tahun 2008 bertanggal 23 Desember 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Bupati dan Wakil Bupati Sanggau Tahun 2008.

003-234.indd 210 9/24/10 10:38:25 AM

Page 233: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

211Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 65/PHPU.D-VI/2008

TENTANGKEBERATAN TERHADAP HASIL PEMILU WALIKOTA

DAN WAKIL WALIKOTA SUBULUSSALAM

Pemohon : H. Asmauddin, S.E. (Calon Walikota Subulussalam); Drs. Salmaza (Calon Wakil Walikota Subulussalam).Termohon : Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kota Subulussalam.Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Putaran

Kedua Pemilukada Walikota dan Wakil Walikota Subulussalam Provinsi Aceh periode 2008-2013, yang ditetapkan oleh Komisi Independen Pemilihan Kota (KIP) Subulussalam bertanggal 18 Desember 2008 dan Keputusan Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kota Subulussalam Nomor 35 Tahun 2008 bertanggal 23 Desember 2008.

Amar Putusan : Dalam Eksepsi: - Menyatakan eksepsi Termohon dan Pihak Terkait tidak dapat

diterima. Dalam Pokok Permohonan: - Menyatakan menolak permohonan Pemohon untuk

seluruhnya; - Menyatakan sah Keputusan Komisi Independen Pemilihan

(KIP) Kota Subulussalam Nomor 35 Tahun 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Walikota/Wakil Walikota Terpilih pada Pemilukada Kota Subulussalam Tahun 2008, bertanggal 23 Desember 2008.

Tanggal Putusan : Selasa, 20 Januari 2009.

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

003-234.indd 211 9/24/10 10:38:25 AM

Page 234: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

212 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Ikhtisar Putusan : Pemohon H. Asmauddin, S.E. dan Drs. Salmaza adalah Pasangan Calon Walikota

dan Wakil Walikota Subulussalam Putaran Pertama, yang telah ditetapkan oleh Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kota Subulussalam (Termohon) dengan Nomor Urut 5 berdasarkan Surat Keputusan KIP Kota Subulussalam Nomor 17 Tahun 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Subulussalam yang memenuhi syarat sebagai Peserta Pemilukada Walikota dan Wakil Walikota Subulussalam Tahun 2008 bertanggal 15 September 2008.

Permasalahan utama permohonan Pemohon adalah keberatan terhadap Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Putaran Kedua Pemilukada Walikota dan Wakil Walikota Subulussalam Provinsi Aceh periode 2008-2013, yang ditetapkan oleh Komisi Independen Pemilihan Kota (KIP) Subulussalam bertanggal 18 Desember 2008 dan Keputusan Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kota Subulussalam Nomor 35 Tahun 2008 bertanggal 23 Desember 2008, yang menetapkan penghitungan secara keliru pada Pasangan Calon Nomor Urut 1 karena terjadi penggelembungan perolehan suara Pasangan Calon Nomor Urut 1 (Pasangan Calon Terpilih) yang disertai dengan pelanggaran-pelanggaran lainnya.

Pemohon mendalilkan bahwa terdapat kekeliruan oleh Termohon dalam menetapkan perolehan suara Pasangan Calon Nomor Urut 1 sejumlah 14.922 suara, sedangkan Pemohon hanya memperoleh 14.729 suara, yang hasilnya ditolak oleh Pemohon karena Termohon melakukan penggelembungan 873 suara Pemilih dari jumlah pemilih dalam DPT Putaran Pertama sebesar 36.682 menjadi 37.555 pemilih dalam DPT Putaran Kedua, yakni dengan cara mencatat 305 orang pemilih baru di lima kecamatan dengan nama orang yang sama, alamat yang sama ataupun berbeda dan tanggal lahir berbeda, mencatat pemilih yang belum cukup umur dengan memalsukan usia, memasukkan nama orang yang bukan penduduk Kota Subulussalam, memperkenankan memilih orang yang bukan penduduk Kota Subulussalam dan tidak terdaftar dalam DPT, pencoblosan beberapa kali di beberapa TPS oleh orang yang bukan penduduk Kota Subulussalam, kotak suara yang tidak bersegel yang dapat menimbulkan manipulasi, penyalahgunaan wewenang dalam pemilihan Anggota KIP yang tidak netral/berpihak kepada salah satu Pasangan Calon, Rapat Pleno tertutup tentang Penetapan Pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota tanpa mengundang Saksi Pasangan Calon, Rapat Rekapitulasi Penghitungan Suara dilakukan terburu-buru dengan menyimpang dari jadwal yang sudah ditetapkan, dan tidak adanya respon atas surat keberatan Pemohon bertanggal 16 Desember 2008.

Dengan demikian, seharusnya Termohon mengurangi perolehan suara Pasangan Calon Nomor Urut 1 menjadi 14.922 suara dikurangi 873 suara, menjadi 14.049 suara, setidak-tidaknya dikurangi 305 suara menjadi 14.617 suara sehingga seharusnya KIP menetapkan Pemohon sebagai Pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Terpilih dalam Pemilukada Putaran Kedua.

003-234.indd 212 9/24/10 10:38:25 AM

Page 235: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

213Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

Terkait dengan kewenangan Mahkamah, bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 dan Pasal 10 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) junctis Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (UU 12/2008), salah satu kewenangan konstitusional Mahkamah adalah memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.

Berdasarkan ketentuan Pasal 106 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (UU Pemda) bahwa keberatan mengenai hasil penghitungan suara yang mempengaruhi terpilihnya Pasangan Calon diajukan ke Mahkamah Agung atau menjadi kewenangan Mahkamah Agung. Kewenangan tersebut kemudian dicantumkan lagi dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum menentukan bahwa Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah pemilihan umum untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Pasal 236C UU 12/2008 menetapkan bahwa penanganan sengketa hasil penghitungan suara pemilihan kepala daerah oleh Mahkamah Agung dialihkan kepada Mahkamah Konstitusi paling lama 18 (delapan belas bulan) sejak UU 12/2008 diundangkan. Oleh karena itu, pada 29 Oktober 2008 Ketua Mahkamah Agung dan Ketua Mahkamah Konstitusi bersama-sama telah menandatangani Berita Acara Pengalihan Wewenang Mengadili.

Oleh karena permohonan Pemohon adalah sengketa hasil penghitungan suara Pemilukada, yakni Pemilukada Kota Subulussalam sesuai Keputusan KIP Kota Subulussalam tanggal 4 Desember 2008, maka Mahkamah berwenang untuk memeriksa, mengadili dan memutus permohonan Pemohon.

Terkait dengan kedudukan hukum (legal standing) Pemohon berdasarkan pada Pasal 106 ayat (1) UU Pemda, Pasal 3 dan Pasal 4 PMK 15/2008 yang menentukan antara lain: a. Pemohon adalah Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah; b. Permohonan hanya dapat diajukan terhadap Penetapan Hasil Penghitungan Suara

Pemilukada yang mempengaruhi penentuan Pasangan Calon yang dapat mengikuti putaran kedua Pemilukada atau terpilihnya Pasangan Calon sebagai Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Pemohon sebagai Pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Subulussalam

Putaran Pertama keberatan terhadap Keputusan Komisi Independen Pemilu (KIP) Kota Subulussalam Nomor 35 Tahun 2008 tanggal 23 Desember 2008 tentang Penetapan

003-234.indd 213 9/24/10 10:38:25 AM

Page 236: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

214 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Pasangan Calon Walikota/Wakil Walikota Terpilih dan Berita Acara Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Walikota dan Wakil Walikota Subulussalam tanggal 18 Desember 2008, yang menetapkan perolehan suara secara keliru dikarenakan adanya penggelembungan suara Pasangan Calon Nomor Urut 1 yang disertai pelanggaran lain.

Dengan demikian, berdasarkan penilaian fakta dan hukum di atas, Mahkamah berpendapat Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan.

Terkait dengan tenggang waktu pengajuan permohonan, bahwa Keputusan Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kota Subulussalam Nomor 35 Tahun 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Walikota/Wakil Walikota Terpilih pada Pemilukada Kota Subulussalam Tahun 2008, ditetapkan pada tanggal 23 Desember 2008, sedangkan permohonan keberatan terhadap Keputusan Termohon diajukan kepada Mahkamah pada tanggal 24 Desember 2008 sebagaimana tercatat dalam Akta Penerimaan Berkas Permohonan Nomor 137/PAN.MK/MK/2008 yang kemudian diregistrasi pada tanggal 30 Desember 2008 dengan Nomor 65/PHPU.D-VI/2008. Berdasarkan Pasal 5 PMK 15/2008 menentukan bahwa permohonan hanya dapat diajukan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah Termohon menetapkan hasil penghitungan suara Pemilukada di daerah yang bersangkutan, maka pengajuan permohonan Pemohon masih dalam tenggang waktu yang ditentukan.

Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal standing) dan permohonan diajukan masih dalam tenggang waktu yang ditentukan, maka Mahkamah berwenang memeriksa, mengadili dan memutus permohonan Pemohon.

Terhadap dalil Pemohon, Termohon mengajukan jawaban menyangkut eksepsi dan substansi, yakni dalam eksepsi menyatakan bahwa antara posita dengan petitum Pemohon tidak memiliki korelasi satu sama lain, dan Pasal 74 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh sebagai lex specialis masih berlaku sehingga sengketa menjadi kewenangan Mahkamah Agung dan bukan kewenangan Mahkamah Konstitusi. Sedangkan dalam pokok perkara menyatakan bahwa dalil Pemohon mengenai terjadinya penambahan jumlah pemilih dalam Daftar Pemilih Tetap, adanya pemilih ganda, manipulasi suara, penyalahgunaan kekuasaan, adanya Rapat Pleno Penetapan Pasangan Calon Walikota/Wakil Walikota Terpilih secara tertutup tanpa mengundang saksi, money politic, keberpihakan Termohon dan yang lainnya adalah tidak benar dan tidak berdasar.

Pihak Terkait yaitu Pasangan Calon Terpilih dalam eksepsinya menyatakan bahwa permohonan Pemohon tidak berkenaan dengan objek perselisihan Pemilukada tetapi berkenaan dengan dugaan-dugaan pelanggaran tahapan penyelenggaraan, baik yang bersifat administrasi maupun pidana, dan karenanya bukan merupakan kewenangan Mahkamah, serta permohonan Pemohon kabur (obscuur libel), karena posita tidak jelas dan berdasar hukum, serta tidak ada korelasinya dengan sengketa Pemilukada, dan tidak ada korelasi antara posita dan petitum. Sedangkan dalam pokok perkara menyatakan

003-234.indd 214 9/24/10 10:38:25 AM

Page 237: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

215Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

bahwa dalil Pemohon tidak benar dan tidak berdasar. Pihak Terkait tidak mengajukan bukti-bukti, baik berupa bukti surat maupun saksi.

Terhadap eksepsi Termohon dan Pihak Terkait mengenai sengketa hasil penghitungan suara, Mahkamah berpendapat bahwa meskipun Pasal 106 ayat (2) UU Pemda dan Pasal 4 PMK 15/2008 menentukan objek perselisihan yang menjadi kewenangan Mahkamah adalah hasil penghitungan suara yang mempengaruhi terpilihnya Pasangan Calon dalam Pemilukada, akan tetapi telah menjadi pendapat Mahkamah, antara lain, sebagaimana termuat dalam Putusan Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 tentang Pemilukada Gubernur/Wakil Gubernur Jawa Timur dan Putusan Nomor 49/PHPU.D-VI/2008 tentang Pemilukada Kabupaten Tapanuli Utara yang menyatakan bahwa proses Pemilukada yang ternyata melanggar asas-asas pemilihan umum sebagaimana termaktub dalam UUD 1945 yang dapat mempengaruhi hasil penghitungan perolehan suara peserta Pemilu, tunduk pada yurisdiksi Mahkamah. Mahkamah tidak hanya mempertimbangkan aturan-aturan formal dengan mengabaikan keadilan secara substantif, sehingga pelanggaran administratif dan pidana yang tidak diselesaikan pada tahap sebelum penetapan Pasangan Calon dilakukan, dan pelanggaran tersebut secara proporsional dan mendasar melanggar prinsip langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil, Mahkamah akan menilai sepanjang relevan dengan perolehan suara masing-masing Pasangan Calon. Oleh karena itu, eksepsi Termohon dan Pihak Terkait harus dikesampingkan.

Terhadap eksepsi Termohon tentang kewenangan Mahkamah, Mahkamah berpendapat sebagai berikut: • Pasal 18B ayat (1) UUD 1945 menentukan bahwa negara mengakui dan menghormati

satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus dan yang bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang. Ketentuan tersebut memberi tempat terhadap keberadaan daerah tertentu yang memiliki otonomi yang khusus atau istimewa karena faktor sejarah dan sosial politik, sehingga sebagai penjabarannya lahir Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh. Akan tetapi, keistimewaan tersebut tetap ditempatkan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan satu hukum nasional dengan perangkat kelembagaan yang ditentukan dalam UUD 1945. Pasal 74 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh disebut sebagai lex specialis adalah tidak tepat, karena meskipun Pemerintahan Aceh mengenal dan memuat hal-hal khusus yang bersifat istimewa, tetapi ketentuan tersebut bukan merupakan salah satu sifat keistimewaan. Substansi pasal tersebut tidak berbeda dengan Pasal 106 UU Pemda sebelum diubah;

• Meskipun perubahan kewenangan yang ditentukan dalam Pasal 236C UU 12/2008 tidak menyinggung sama sekali Pasal 74 ayat (2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006, maka berdasarkan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007, Mahkamah Konstitusi mempunyai kewenangan untuk memeriksa, mengadili dan memutus perkara-perkara sengketa perselisihan hasil Pemilukada, sehingga oleh karenanya eksepsi Termohon harus dikesampingkan.

003-234.indd 215 9/24/10 10:38:25 AM

Page 238: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

216 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Mahkamah berpendapat, bahwa penambahan jumlah pemilih dari DPT Putaran I ke DPT Putaran II, tidak serta merta merupakan pelanggaran atas ketentuan perundang-undangan yang berlaku dalam penyelenggaraan Pemilukada, baik yang ditentukan dalam UU Pemda sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU 10/2008, maupun dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, yang mengatur penyelenggaraan Pemilukada di Provinsi Aceh. Pasal 70 sampai dengan Pasal 74 UU Pemda mengatur tentang penambahan pemilih tambahan yang telah memenuhi syarat sebagai pemilih. Khusus untuk Provinsi Aceh, justru hal demikian diwajibkan dalam Pasal 32 ayat (2) Qanun Provinsi Aceh Nomor 2 Tahun 2004, yang dilakukan pemutakhiran data oleh KIP dan menjadikan Daftar Pemilih Tetap (DPT) Putaran I sebagai Daftar Pemilih Sementara (DPS). Dengan tambahan atau pengurangan yang dilakukan, maka akan ditetapkan Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang baru dalam melaksanakan pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Putaran II. Dan tidak ada alasan untuk menilai penambahan atau pengurangan pemilih dari DPT Putaran I untuk pemutakhiran data pemilih bagi DPT Putaran II melanggar ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Terlebih lagi, dengan kedudukan Pemohon sebagai Pelaksana Tugas Walikota dan Kepala Dinas Kependudukan Kota Subulussalam, yang menjadi sumber data dalam penyusunan Daftar Pemilih Sementara (DPS), akses terhadap DPT untuk mencegah kesalahan yang mungkin terjadi dalam pemutakhiran data pemilih dalam Pemilukada Putaran II, yang relatif lebih besar dibanding peserta Pemilukada lain. Kesempatan dalam memberikan masukan ketika DPS diumumkan adalah untuk mendapat tanggapan agar terhindar dari kesalahan baik disengaja maupun tidak. Sementara itu, baik dalam permohonan, maupun dalam bantahan dan keterangan saksi-saksi tidak pernah menjadi permasalahan bahwa DPT yang dipergunakan tidak melalui prosedur yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh karenanya, menurut Mahkamah, tidak terdapat alasan hukum yang cukup untuk mempersoalkan penambahan jumlah pemilih dalam DPT Putaran II, sehingga harus dikesampingkan.

Terhadap adanya penggelembungan jumlah pemilih sebanyak 305 pemilih baru dengan menggunakan nama, tanggal lahir, alamat, dan TPS yang sama maupun berbeda, sebagaimana didasarkan pada bukti dan beberapa orang saksi, Mahkamah memberikan penilaian terhadap format dokumen DPT yang diajukan dari satu TPS berbeda dengan yang lain yang menyangkut status, status perkawinan, NIK, umur/usia, alamat/tempat tinggal (termasuk RT/RW), maka: (i) sebagai dokumen yang dikeluarkan oleh KIP Kota Subulussalam seharusnya formatnya sama; (ii) hampir seluruh dokumen tersebut tidak memiliki kepala surat; (iii) dokumen tidak ditandatangani oleh pihak yang namanya tertera pada bagian akhir dari setiap dokumen; dan (iv) halaman tidak berurutan, sehingga ada indikasi terdapat bagian-bagian halaman yang sengaja tidak diikutkan. Dengan demikian, Mahkamah berpendapat bahwa hal tersebut harus dikesampingkan.

Selain itu, adanya penggelembungan suara sebanyak 305 pemilih di lima kecamatan, yaitu Kecamatan Longkib, Kecamatan Rundeng, Kecamatan Sultan Daulat, Kecamatan Penanggalan, dan Kecamatan Simpang Kiri yang disebabkan oleh adanya pencoblosan

003-234.indd 216 9/24/10 10:38:25 AM

Page 239: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

217Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

di beberapa TPS menggunakan nama lain dengan memperoleh imbalan berupa sejumlah uang, ada orang yang tidak terdaftar namun dapat memilih, ada yang memilih di TPS lain dengan menggunakan nama lain, adanya nama ganda dalam DPT hanya mendapatkan satu kartu undangan untuk memilih, orang sakit yang mendapat kartu undangan untuk memilih tidak diantar oleh Panitia sedangkan satu orang sakit yang lain diantar oleh Panitia, pemilih di bawah umur yang ikut memilih, kartu undangan pemilih atas nama orang lain, terdapat nomor pemilih yang tidak dipanggil dan tidak disesuaikan dengan DPT bahwa selisih suara tidak pernah dipertanyakan kepada Ketua KPPS, dan pembagian mie instan dengan menyarankan memilih Pasangan Calon Nomor Urut 1. Berdasarkan keseluruhan fakta hukum tersebut, Mahkamah berpendapat, memang terdapat pelanggaran-pelanggaran administratif dan pelanggaran yang bersifat pidana, akan tetapi jumlah suara yang didapat dari hasil pelanggaran tersebut yang dipandang sebagai perolehan yang tidak sah oleh Pasangan Calon Nomor Urut 1, tidak terbukti secara sah dan meyakinkan atas keseluruhan jumlah penggelembungan suara. Terhadap pelanggaran-pelanggaran yang bersifat pidana, hal tersebut merupakan ranah Panwaslu untuk menindaklanjutinya.

Terhadap adanya kotak suara yang tidak bersegel, tidak ada isinya, dan tidak ada rekapitulasi hasil penghitungan ketika dikirim dari kecamatan ke Kantor KIP, menurut Mahkamah, hal tersebut membuktikan terjadi pelanggaran terhadap ketentuan perundang-undangan tentang penyelenggaraan Pemilukada. Namun, Pemohon tidak dapat membuktikan adanya korelasi hal tersebut dengan hasil penghitungan suara. Terlebih lagi, para saksi Pasangan Calon tidak menyampaikan keberatan yang diajukan terhadap hasil penghitungan suara tersebut. Sebaliknya, saksi Termohon Emir Hamdi yang merupakan Anggota Panwaslu Kota Subulussalam menerangkan, benar ada surat dari Pemohon yang meminta agar diadakan pengecekan terhadap pelanggaran-pelanggaran yang dilaporkan. Setelah diklarifikasi, terbukti ada kasus Pemilukada yang telah diproses oleh Kepolisian.

Terhadap adanya penyalahgunaan kewenangan oleh Calon Walikota Nomor Urut 1 ketika menjabat sebagai Ketua Komisi A DPRD Kota Subulussalam pada seleksi calon anggota KIP yang telah memilih anggota KIP yang berpihak kepadanya (tidak netral), menurut Mahkamah, hal tersebut merupakan persoalan yang harus dibuktikan dalam proses pidana. Lagi pula, kewenangan menyeleksi anggota KIP bukanlah merupakan kewenangan yang bersifat individual, melainkan merupakan kewenangan yang bersifat kolektif, sehingga hal tersebut harus dikesampingkan.

Terhadap adanya jadwal Rapat Penghitungan Suara yang dipercepat dari jadwal yang ditentukan semula, serta adanya Rapat Pleno tentang Penetapan Pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota secara tertutup tanpa mengundang saksi Pasangan Calon, menurut Mahkamah, Rapat Penghitungan Suara telah diberitahukan secara resmi dan dihadiri oleh masing-masing Pasangan Calon, serta penghitungan suara dilakukan secara terbuka bagi umum dan hasilnya diumumkan pula secara terbuka, sedangkan Rapat Pleno tentang Penetapan Pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota adalah

003-234.indd 217 9/24/10 10:38:25 AM

Page 240: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

218 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

kewenangan KIP sebagai tindak lanjut dari Rapat Pleno Terbuka tentang Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara, karenanya hal tersebut tidak cukup beralasan dan harus pula dikesampingkan.

Berdasarkan penilaian fakta dan hukum di atas, Mahkamah menjatuhkan putusan yang amarnya sebagai berikut. Dalam Eksepsi: • Menyatakan eksepsi Termohon dan Pihak Terkait tidak dapat diterima. Dalam Pokok Permohonan: • Menyatakan menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya; • Menyatakan sah Keputusan Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kota Subulussalam

Nomor 35 Tahun 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Walikota/Wakil Walikota Terpilih pada Pilkada Kota Subulussalam Tahun 2008, bertanggal 23 Desember 2008.

003-234.indd 218 9/24/10 10:38:25 AM

Page 241: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

219Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 66/PHPU.D-VI/2008

TENTANGKEBERATAN TERHADAP HASIL PEMILU KEPALA DAERAH DAN

WAKIL KEPALA DAERAH KABUPATEN LANGKAT

Pemohon : Drs.H.Asrin Naim dan Drs. H. Legimun.S.,Mpd.Termohon : Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Langkat.Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Penetapan Hasil Penghitungan Suara

Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Langkat.

Amar Putusan : Menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya. Menyatakan sah Keputusan KPU Kabupaten Langkat Nomor 30

Tahun 2008 bertanggal 24 Desember 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih pada Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Langkat Tahun 2008.

Tanggal Putusan : Rabu, 21 Januari 2009.Ikhtisar Putusan :

Pemohon Drs.H.Asrin Naim dan Drs. H.Legimun.S.,Mpd adalah Pasangan Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati Peserta Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara berdasarkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Langkat (selanjutnya disebut KPU Kabupaten Langkat) Nomor 14 Tahun 2008 bertanggal 28 Agustus 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Langkat juncto Keputusan Penetapan Nomor Urut Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Langkat Tahun 2008 telah ditetapkan sebagai Pasangan Calon dengan Nomor Urut 4.

Pemohon berkeberatan terhadap Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Langkat, berdasarkan Keputusan KPU Kabupaten Langkat

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

003-234.indd 219 9/24/10 10:38:25 AM

Page 242: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

220 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Nomor 29 Tahun 2008 bertanggal 24 Desember 2008 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Langkat Putaran II Tahun 2008 Tingkat Kabupaten oleh KPU Kabupaten Langkat dan Keputusan KPU Kabupaten Langkat Nomor 30 Tahun 2008 bertanggal 24 Desember 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih pada Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Langkat Tahun 2008.

Terkait dengan kewenangan Mahkamah, berdasarkan ketentuan Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) dan Pasal 10 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) juncto Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, salah satu kewenangan konstitusional Mahkamah adalah memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.

Berdasarkan ketentuan Pasal 106 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, keberatan berkenaan dengan hasil penghitungan suara yang mempengaruhi terpilihnya Pasangan Calon diajukan ke Mahkamah Agung. Kewenangan Mahkamah Agung tersebut, dicantumkan lagi dalam Pasal 94 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

Dalam Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum ditentukan, “Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah pemilihan umum untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dalam Pasal 236C menetapkan, “Penanganan sengketa hasil penghitungan suara pemilihan kepala daerah oleh Mahkamah Agung dialihkan kepada Mahkamah Konstitusi paling lama 18 (delapan belas) bulan sejak undang-undang ini diberlakukan”.

Pada tanggal 29 Oktober 2008, Ketua Mahkamah Agung dan Ketua Mahkamah Konstitusi bersama-sama telah menandatangani Berita Acara Pengalihan Wewenang Mengadili, sebagai pelaksanaan Pasal 236C Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 di atas.

Oleh karena permohonan Pemohon adalah sengketa hasil penghitungan suara Pemilukada Kabupaten Langkat dengan Keputusan KPU Kabupaten Langkat Nomor 29 Tahun 2008 dan Keputusan KPU Kabupaten Langkat Nomor 30 Tahun 2008, maka Mahkamah berwenang untuk memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan a quo.

Terkait dengan kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, Mahkamah mempertimbangkan pada ketentuan Pasal 106 ayat (1) UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 3 dan Pasal 4 PMK 15/2008 bahwa Pemohon

003-234.indd 220 9/24/10 10:38:26 AM

Page 243: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

221Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

adalah Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Langkat berdasarkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Langkat Nomor 14 Tahun 2008 bertanggal 28 Agustus 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Langkat. Dalam hal ini Pemohon mengajukan keberatan terhadap Keputusan KPU Kabupaten Langkat Nomor 29 Tahun 2008 bertanggal 24 Desember 2008 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Langkat Putaran II Tahun 2008 Tingkat Kabupaten oleh KPU Kabupaten Langkat dan Keputusan KPU Kabupaten Langkat Nomor 30 Tahun 2008 bertanggal 24 Desember 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih pada Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Langkat Tahun 2008. Adapun yang dimaksud disebabkan Pemohon telah ditetapkan hanya memperoleh 170.463 suara, sedang Pihak Terkait memperoleh 239.102 suara. Berpijak pada hal tesebut, maka Pemohon telah memenuhi syarat kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan a quo.

Terkait dengan tenggat waktu pengajuan permohonan, bahwa Keputusan KPU Kabupaten Langkat Nomor 30 Tahun 2008 ditetapkan pada hari Rabu, 24 Desember 2008 yang selanjutnya Pemohon mengajukan Keputusan Termohon ke Mahkamah pada tanggal 30 Desember 2008 berdasarkan Akta Penerimaan Berkas Permohonan Nomor 139/PAN.MK/XII/2008 yang kemudian diregistrasi pada tanggal 31 Desember 2008. Namun mengingat pada:− hari Kamis, 25 Desember 2008 adalah Hari Raya Natal yang merupakan libur nasional;− hari Sabtu, 27 Desember 2008 dan hari Ahad, 28 Desember 2008 adalah adalah libur;− hari Senin, 29 Desember 2008 adalah Hari Raya Tahun Baru Hijriyah (1 Muharram

1430 H) adalah juga hari libur nasional.Dengan mempertimbangkan Pasal 5 PMK 15/2008 menentukan “Permohonan hanya

dapat diajukan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah Termohon menetapkan hasil penghitungan suara Pemilukada di daerah yang bersangkutan”, sehingga oleh karenanya pengajuan permohonan Pemohon masih dalam tenggang waktu yang ditentukan.

Berdasarkan penilaian fakta dan hukum di atas, maka Mahkamah berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan a quo dan Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal standing), serta permohonan yang diajukan masih dalam tenggang waktu yang ditentukan.

Pemohon dalam permohonannya mendalilkan sebagai berikut:1. Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara yang dilakukan Termohon tidak sesuai

dengan ketentuan yang berlaku;2. tidak dimuatnya surat suara yang tidak terpakai di dalam Lampiran 2 Model DB1-

KWK dalam Berita Acara Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara;3. Termohon telah mengabaikan hak-hak suara yang semestinya diperoleh

Pemohon;

003-234.indd 221 9/24/10 10:38:26 AM

Page 244: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

222 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

4. Pemilih baru yang terdaftar dalam DPT tanpa memiliki KTP maupun NIK;5. Daftar Pemilih Tetap Pemilukada Kabupaten Langkat Putaran II Tahun 2008;6. Adanya keberpihakan dan tidak dalam posisi netral yang telah merugikan

Pemohon;7. Keterlambatan Pendaftaran 60 Pemilih di Kecamatan Binjai dalam DPT Putaran

II;8. Adanya Pemilih yang tidak berhak memilih;9. Perolehan Suara Pasangan Calon;10. Pelaksanaan Pemilukada Putaran II penuh dengan kecurangan.

Terhadap hal-hal yang menjadi perselisihan hukum di atas, Mahkamah memberikan pertimbangan dan penilaian sebagai berikut.1. Sepanjang dalil Pemohon yang menyatakan rekapitulasi hasil penghitungan suara

yang dibuat Termohon tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku tentang tidak dimuatnya surat suara yang tidak terpakai dalam Lampiran 2 DB-KWK, Mahkamah berpendapat bahwa sekalipun surat suara yang tidak tercantum tidak terpakai telah tercantum dalam Lampiran 1 DB1-KWK yang merupakan satu kesatuan dengan Lampiran 2 DB1- KWK. Hal tersebut tidak mengurangi keabsahan hasil rekapitulasi penghitungan suara. Oleh karenanya dalil Pemohon tidak beralasan.

2. Sepanjang dalil Pemohon tentang pengurangan 18.502 pemilih (menurut Termohon 18.049 pemilih) dari DPT Putaran I ke DPT Putaran II yang dibuktikan dengan alat bukti dengan alat Bukti P-6 berupa DPT yang dikeluarkan oleh Termohon dalam bentuk compact disc yang menurut Pemohon diserahkan oleh KPU kepada peserta Pemilukada, menurut Mahkamah, dalil tersebut berdasarkan Bukti P-6 dan Bukti P-11 berupa penyerahan compact disc oleh anggota PPK Kecamatan Binjai pada tanggal 18 Desemeber 2008, hal mana yang sama sekali tidak dibantah oleh Termohon baik dengan alat bukti maupun dengan keterangannya dalam persidangan. Sesuai dengan Bukti P-9 dihubungkan dengan Bukti P-12 berupa Surat Edaran KPU Langkat Nomor 270-804/KPU-LKT/2008 bertanggal 19 Desember 2008 yang sesuai dengan Bukti T-11 berupa Rekapitulasi Jumlah Pemilih Putaran II yang dikeluarkan oleh KPU Kabupaten Langkat bertanggal 19 Desember 2008 telah terbukti bahwa prosedur pemutakhiran daftar pemilih dari DPT Putaran I tidak dilakukan dalam tenggang waktu yang cukup dan mekanisme yang ditentukan oleh Pasal 70 sampai dengan Pasal 74 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sehingga tidak ada lagi kesempatan untuk melakukan sanggahan, masukan, dan koreksi. Terlebih lagi, dikaitkan dengan Bukti T-36 sampai dengan Bukti T-52 berupa Data Rekapitulasi Validasi DPT pada Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Langkat Tahun 2008 di Wilayah Kecamatan se-Kabupaten Langkat rata-rata bertanggal 7 Januari 2009 sampai dengan 10 Januari 2009, yang seluruhnya sesudah pelaksanaan Pemilukada Putaran II yang dilangsungkan tanggal 20 Desember 2008, telah melanggar Pasal 70 ayat (1) UU Nomor 32 Tahun 2004

003-234.indd 222 9/24/10 10:38:26 AM

Page 245: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

223Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

yang berbunyi “Daftar pemilih pada saat pelaksanaan pemilihan umum terakhir di daerah digunakan sebagai daftar pemilih untuk pemilihan kapala daerah dan wakil kepala daerah “ juncto Pasal 74 ayat (2) UU Nomor 32 Tahun 2004 yang berbunyi “Daftar pemilih sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diumumkan oleh PPS untuk mendapat tanggapan masyarakat”.Meskipun dalil tersebut terbukti, akan tetapi seandainyapun jumlah 18.502 pemilih yang hilang tersebut dimasukkan menjadi perolehan suara. Oleh karenanya, dalil tersebut harus dikesampingkan.

3. Terkait dengan dalil Pemohon bahwa Termohon menambahkan 69.934 pemilih dalam pemilih Putaran II, setelah mencermati alat Bukti P-6, Bukti P-7, dan Bukti P-8 yang diajukan Pemohon, dalam hal ini Mahkamah menemukan fakta hukum yang berupa ketidaksesuaian data, dan hilangnya data pemilih antara data pemilih pada DPT Pemilukada Putaran I dan data pemilih pada DPT Pemilukada Putaran II. Meskipun dengan fakta tersebut diatas pemilih tidak memiliki KTP dan NIK dengan menggunakan Bukti P-7 sebagai alat bukti, akan tetapi setelah memeriksa secara saksama dari alat bukti tersebut, Mahkamah berpendapat bahwa dalil tersebut tidak terbukti secara sah dan menyakinkan, sehingga oleh karenanya harus dikesampingkan. Seandainyapun dalil Pemohon tersebut benar-quod non- tidak dapat dipastikan kepada siapa pemilih tersebut memberikan suaranya.

4. Sepanjang dalil Pemohon bahwa Termohon tidak menempuh prosedur penetapan DPT Putaran II sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan hukum di atas, dalam kaitannya satu dengan lain, Mahkamah menilai dalil-dalil permohonan Pemohon tidak terbukti secara sah dan menyakinkan, sehingga oleh karenanya harus dikesampingkan.Berdasarkan seluruh penilaian atas fakta dan hukum sebagaimana diurakan di

atas, Mahkamah berkesimpulan sebagai berikut:1. Termohon telah melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan

tentang penetapan Daftar Pemilih Tetap (DPT) Putaran II berupa pengurangan 18.502 pemilih (menurut Termohon 18.049 pemilih)dalam DPT Putaran II, namun angka tersebut tidak signifikan untuk mengubah peringkat perolehan suara.

2. Dalil Pemohon tentang penambahan jumlah pemilih sebanyak 69.934, serta dalil-dalil Pemohon lainnya tidak terbukti secara sah dan menyakinkan.Mahkamah dalam amar putusannya menyatakan sebagai berikut:

• menyatakan menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya;• menyatakan sah Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Langkat Nomor 30

Tahun 2008 bertanggal 24 Desember tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih pada Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Langkat 2008.

003-234.indd 223 9/24/10 10:38:26 AM

Page 246: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

224 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

003-234.indd 224 9/24/10 10:38:26 AM

Page 247: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

225Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 134/PHPU.D-VII/2009

TENTANGKEBERATAN TERHADAP HASIL PEMILU KEPALA DAERAH DAN

WAKIL KEPALA DAERAH KABUPATEN NABIRE

Pemohon : 1. Ir. Helly Weror, M.Si., 2. Otniel Aronggear, SKm.Termohon : Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Nabire.Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemiliihan Umum Kepala Daerah dan Wakil

Kepala Daerah.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Penetapan Penghitungan Suara Hasil

Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Nabire.

Amar Putusan : Dalam eksepsi: Menyatakan menolak eksepsi Termohon. Dalam pokok permohonan: Menyatakan menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya.Tanggal Putusan : Selasa, 3 November 2009.Ikhtisar Putusan :

Pemohon Ir. Helly Werror, M,Si. dan Otniel Aronggear, S.Km. keduanya adalah Calon Bupati dan Wakil Bupati Nomor Urut 9 yang mengikuti pemilihan Bupati Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Nabire pada tanggal 30 September 2009 berdasarkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Nabire.

Adapun yang menjadi permasalahan utama dari permohonan ini adalah mengenai keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Nabire Nomor 270/143/KPU/2009 tanggal 9 Oktober 2009 tentang Hasil Rekapitulasi Penghitungan Suara Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Tahun 2009.

Berdasarkan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945, Pasal 10 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK), dan Pasal 12 ayat (1)

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

003-234.indd 225 9/24/10 10:38:26 AM

Page 248: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

226 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, salah satu kewenangan Mahkamah adalah memeriksa, mengadili, dan memutus perselisihan hasil pemilihan umum. Kewenangan Mahkamah untuk mengadili perselisihan hasil Pemilu Kepala Daerah tercantum dalam Pasal 236C Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Dengan ditandatanganinya Berita Acara Pengalihan Wewenang Mengadili dari Mahkamah Agung ke Mahkamah Konstitusi tanggal 29 Oktober 2009, Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili perkara perselisihan hasil Pemilu Kepala Daerah yang berlaku efektif sejak 1 November 2008.

Menyangkut kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, Pasal 106 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (UU 32/2004) dan Pasal 3 ayat (1) huruf a Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah (PMK 15/2008) menentukan bahwa Pemohon adalah pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah peserta Pemilu Kepala Daerah.

Menyangkut tenggang waktu pengajuan permohonan, Pasal 106 ayat (1) UU 32/2004 dan Pasal 5 ayat (1) PMK 15/2008 menentukan bahwa tenggang waktu pengajuan permohonan pembatalan penetapan hasil penghitungan suara Pemilu Kepala Daerah ke Mahkamah paling lambat 3 hari kerja setelah Termohon menetapkan hasil penghitungan suara Pemilu Kepala Daerah di daerah yang bersangkutan. Hasil penghitungan suara Pemilu Kepala Daerah Kabupaten Nabire ditetapkan pada hari Kamis tanggal 8 Oktober 2009, sedangkan permohonan Pemohon diterima di Kepaniteraan Mahkamah pada 13 Oktober 2009 berdasarkan Akta Penerimaan Berkas Permohonan Nomor 289/PAN.MK/2009. Karena hari Sabtu dan Minggu tanggal 10 dan 11 Oktober 2009 adalah hari libur, maka permohonan Pemohon masih dalam tenggang waktu yang ditentukan.

Berkenaan dengan permohonan Pemohon, Termohon (KPU Kabupaten Nabire) mengajukan eksepsi dengan alasan permohonan Pemohon kabur (obscuur libel) karena objek permohonan tidak memenuhi syarat formal yaitu menguraikan secara jelas kesalahan penghitungan suara yang dilakukan Termohon. Terhadap eksepsi tersebut, Mahkamah berpendapat eksepsi Termohon bersifat prematur karena persidangan sudah memasuki pembuktian yang menyangkut pokok permohonan.

Objek permohonan Pemohon adalah keberatan terhadap Keputusan KPU Nabire Nomor 270/2009 bertanggal 9 Oktober 2009. Akan tetapi berdasarkan bukti-bukti yang diajukan oleh Termohon, Pihak Terkait I, dan Pihak Terkait II yang terungkap di persidangan, ternyata Keputusan KPU Nabire Nomor 270/2009 bertanggal 9 Oktober 2009 tersebut tidak pernah ada dan diragukan otentisitasnya. Berdasarkan bukti yang diajukan oleh Pihak Terkait I dan diperkuat oleh saksi Pihak Terkait I, yakni Baharuddin, surat bernomor 270/2009 tanggal 9 Oktober 2009 hanyalah surat pemberitahuan resmi dari KPU Kabupaten Nabire Nomor 07/2009 bertanggal 8 Oktober 2009 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Bupati dan Wakil

003-234.indd 226 9/24/10 10:38:26 AM

Page 249: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

227Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

Bupati Kabupaten Nabire Tahun 2009. Lagi pula, dari penelitian atas bukti surat P-1 (bukti Pemohon) yang berupa Keputusan KPU Kabupaten Nabire Nomor 270/143/KPU/2009 bertanggal 9 Oktober 2009, menunjukkan bahwa cara pemberian kode surat dan pembubuhan tanggal surat tidak sesuai dengan yang dipakai oleh KPU Kabupaten Nabire, sehingga dapat disimpulkan bahwa surat tersebut palsu atau setidak-tidaknya tidak pernah ada. Dengan demikian Pemohon telah melakukan “error in objecto” dalam permohonannya.

Mahkamah juga berpendapat, bahwa Pemohon dalam permohonannya tidak mendalilkan adanya kesalahan dalam penghitungan suara yang dilakukan oleh Termohon dan mengajukan klaim tentang hasil penghitungan suara yang benar dalam petitum sebagaimana yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan.

Meskipun dalam permohonan Pemohon terdapat error in objecto, akan tetapi Mahkamah memandang perlu untuk menilai dalil-dalil pokok permohonan.

Dalil Pemohon yang diperkuat oleh Pihak Terkait I yang menyatakan Termohon melakukan pelanggaran atas PP 6/2005 yakni adanya pencalonan ganda oleh partai-partai politik dalam pengusulan nama pasangan calon, selain terbantahkan oleh bukti-bukti yang diajukan Termohon dan Pihak Terkait II, juga tidak lagi relevan untuk dipertimbangkan karena berdasarkan Keputusan KPU Kabupaten Nabire Nomor 11 Tahun 2008 tanggal 15 November 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Peserta Pemilu Kabupaten Nabire telah dilakukan dan diterima oleh semua pasangan calon.

Dalil Pemohon yang didukung oleh Pihak Terkait I serta keterangan saksi-saksi yang diajukan oleh Pemohon yang menyatakan terjadinya berbagai pelanggaran dan tidak adanya pemungutan suara di Distrik Uwapa dan Distrik Siriwo, selain pembuktiannya tidak menyakinkan, juga tidak dapat menunjukkan adanya pelanggaran Pemilu yang bersifat sistematik, terstruktur, dan masif yang dapat mengakibatkan pemungutan suara di kedua distrik tersebut diulang.

Berpijak pada pendapat di atas, Mahkamah menilai semua dalil Pemohon dan Pihak Terkait I tidak beralasan. Terlepas dari terjadinya error in objecto permohonan Pemohon, serta tidak beralasannya dalil-dalil lainnya, baik dari Pemohon maupun Pihak Terkait I, Mahkamah perlu mengingatkan KPU, khususnya KPU Kabupaten Nabire, hal-hal sebagai berikut.1. Pelaksanaan Pemilu Kepala Daerah di Kabupaten Nabire dalam bulan September

2009 setelah lebih dari satu tahun terputus pelaksanaan tahapan-tahapannya yang dimulai dari pertengahan tahun 2008 sebagai akibat berlangsungnya Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden (April sampai dengan Agustus 2009) terlalu tergesa-gesa yang menyebabkan Pemilu Kepala Daerah kurang berlangsung sebagaimana mestinya.

2. Terjadinya dualisme Panitia Pengawas Pemilu Kepala Daerah, yakni antara yang dibentuk oleh Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dan dibentuk oleh DPRD

003-234.indd 227 9/24/10 10:38:26 AM

Page 250: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

228 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Kabupaten Nabire menyebabkan pengawasan Pemilu Kepala Daerah tidak berjalan efektif, sehingga berbagai pelanggaran Pemilu Kepala Daerah tidak tertangani dengan baik.Atas dasar pendapat di atas, Mahkamah menjatuhkan amar putusan sebagai

berikut.Dalam Eksepsi:Menyatakan menolak eksepsi Termohon.Dalam Pokok Perkara:Menyatakan menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya.

003-234.indd 228 9/24/10 10:38:26 AM

Page 251: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

229Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 139/PHPU.D-VII/2009

TENTANGKEBERATAN TERHADAP HASIL PEMILU KEPALA DAERAH DAN

WAKIL KEPALA DAERAH KABUPATEN TANA TIDUNG

Pemohon : Ir. Abdul Rauf, MAP; Drs. Ardiansyah, MAP.Termohon : Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Tana Tidung.Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil

Kepala Daerah.Pokok Perkara : Keberatan atas penetapan hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah

dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Tana Tidung Tahun 2009.Amar Putusan : Dalam Eksepsi: Mengabulkan eksepsi Termohon. Dalam pokok permohonan: Menyatakan permohonan Pemohon tidak dapat diterima. Tanggal Putusan : Selasa, 3 November 2009.Ikhtisar Putusan :

Pemohon Ir. Abdul Rauf, MAP dan Drs. Ardiansyah, MAP adalah Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Tana Tidung Nomor Urut 7. Pemohon keberatan atas Penetapan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Tana Tidung Tahun 2009.

Berdasarkan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945, Pasal 10 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UUMK), dan Pasal 24 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, Mahkamah berwenang untuk memeriksa, mengadili, dan memutus perselisihan hasil Pemilihan Umum (Pemilu). Berpijak pada Pasal 236C Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Mahkamah berwenang untuk mengadili perkara perselisihan hasil Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Kewenangan Mahkamah ini

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

003-234.indd 229 9/24/10 10:38:26 AM

Page 252: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

230 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

mulai berlaku efektif sejak 1 November 2008 dengan ditandatanganinya Berita Acara Pengalihan Wewenang Mengadili dari Mahkamah Agung ke Mahkamah Konstitusi.

Menyangkut kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, Pasal 106 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (UU 32/2004) dan Pasal 3 ayat (1) huruf a Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah (PMK 15/2008) menentukan bahwa Pemohon adalah Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Berdasarkan Berita Acara Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Tana Tidung Nomor 44.2 Tahun 2009 tentang Penentuan Nomor Urut Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Tana Tidung, Pemohon adalah salah satu Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Peserta Pemilu Kepala Daerah Kabupaten Tana Tidung Tahun 2009 dengan Nomor Urut 7. Dengan demikian, Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan.

Menyangkut tenggang waktu pengajuan permohonan, Pasal 106 ayat (1) UU 32/2004 dan Pasal 5 ayat (1) PMK 15/2008 menentukan bahwa tenggang waktu untuk mengajukan permohonan pembatalan Penetapan Hasil Penghitungan Suara Pemilu Kepala Daerah ke Mahkamah paling lambat 3 hari kerja setelah Termohon menetapkan Hasil Penghitungan Suara Pemilu Kepala Daerah di daerah yang bersangkutan. Hasil penghitungan suara Pemilu Kepala Daerah Kabupaten Tana Tidung ditetapkan pada tanggal 18 Oktober 2009 berdasarkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Tana Tidung Nomor 58.2 Tahun 2009 tentang Penetapan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Tana Tidung Tahun 2009. Dengan demikian, batas waktu pengajuan permohonan ke Mahkamah adalah 21 Oktober 2009.

Termohon mengajukan eksepsi dengan alasan permohonan Pemohon diajukan melampaui tenggang waktu yang ditentukan. Pada kenyataannya, permohonan Pemohon diterima di Kepaniteraan Mahkamah pada tanggal 22 Oktober 2009 pukul 17.15 WIB berdasarkan Akta Penerimaan Berkas Pemohonan Nomor 299/PAN.MK/2009. Dengan demikian, pengajuan permohonan Pemohon melampaui tenggang waktu yang ditentukan.

Meskipun Mahkamah memiliki kewenangan untuk memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan dan Pemohon pun memiliki kedudukan hukum (legal standing), Mahkamah berpendapat bahwa permohonan Pemohon tidak dapat diterima. Pendapat Mahkamah ini sesuai dengan ketentuan Pasal 13 ayat (3) huruf a PMK 15/2008.

Berdasarkan penilaian dan fakta hukum di atas, Mahkamah menjatuhkan amar putusan sebagai berikut.Dalam Eksepsi:mengabulkan eksepsi Termohon.Dalam Pokok Permohonan:menyatakan permohonan Pemohon tidak dapat diterima.

003-234.indd 230 9/24/10 10:38:26 AM

Page 253: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

231Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 148/PHPU.D–VII/2009

TENTANGKEBERATAN TERHADAP HASIL PEMILU KEPALA DAERAH DAN

WAKIL KEPALA DAERAH KABUPATEN TANA TIDUNG

Pemohon : Ir. Djaja Putra, M.M. (Calon Bupati Tana Tidung); Hendrik (Calon Wakil Bupati Tana Tidung).Termohon : Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Tana Tidung. Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil

Kepala Daerah. Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten

Tana Tidung Nomor 71.2 Tahun 2009 tanggal 29 November 2009 tentang Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Tana Tidung Tahun 2009 Putaran II.

Amar Putusan : Menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya.Tanggal Putusan : Rabu, 23 Desember 2009.Ikhtisar Putusan :

Pemohon Ir. Djaja Putra, M.M. dan Hendrik adalah Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Tana Tidung. Mereka mengajukan permohonan keberatan atas Penetapan Hasil Pemilihan Umum (Pemilu) Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Tana Tidung Tahun 2009 Putaran Kedua yang ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Tana Tidung (Termohon).

Berdasarkan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945, Pasal 10 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK), dan Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, salah satu kewenangan Mahkamah Konstitusi adalah memeriksa, mengadili, dan memutus perselisihan hasil pemilihan umum.

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

003-234.indd 231 9/24/10 10:38:26 AM

Page 254: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

232 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum, Pemilu termasuk pula Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Adapun wewenang mengadili perselisihan hasil Pemilu Kepala Daerah (Pemilukada) dialihkan dari Mahkamah Agung (MA) ke Mahkamah Konstitusi (MK) berdasarkan Pasal 236C Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (UU 12/2008). Kewenangan MK itu berlaku efektif sejak 1 November 2008 dengan ditandatanganinya Berita Acara Pengalihan Wewenang Mengadili dari MA ke MK tanggal 29 Oktober 2008. Dengan demikian, MK berwenang untuk memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan Pemohon.

Menyangkut kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, Pasal 106 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (UU 32/2004) dan Pasal 3 ayat (1) huruf a Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah (PMK 15/2008) menentukan bahwa Pemohon dalam perselisihan hasil Pemilukada adalah pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah peserta Pemilukada. Berdasarkan Berita Acara Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Tana Tidung Nomor 58.2 Tahun 2009 tentang Penetapan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Tana Tidung Tahun 2009 tanggal 18 Oktober 2009, Pemohon adalah salah satu Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah peserta Pemilukada Kabupaten Tana Tidung Tahun 2009 putaran kedua dengan Nomor Urut 6. Oleh karena itu, Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan.

Menyangkut tenggang waktu pengajuan permohonan, Pasal 106 ayat (1) UU 32/2004 dan Pasal 5 ayat (1) PMK 15/2008 menentukan bahwa tenggang waktu untuk mengajukan permohonan pembatalan penetapan hasil penghitungan suara Pemilukada ke Mahkamah Konstitusi paling lama 3 hari kerja setelah Termohon menetapkan hasil penghitungan suara Pemilukada di daerah yang bersangkutan. Hasil penghitungan suara Pemilukada Kabupaten Tana Tidung Tahun 2009 Putaran Kedua ditetapkan Termohon pada hari Minggu tanggal 29 November 2009, sehingga batas waktu pengajuan permohonan ke Mahkamah adalah tanggal 2 Desember 2009.

Pemohonan Pemohon diterima di Kepaniteraan Mahkamah pada tanggal 2 Desember 2009 berdasarkan Akta Penerimaan Berkas Pemohonan Nomor 317/PAN.MK/2009, sehingga permohonan Pemohon masih dalam tenggang waktu yang ditentukan.

Dalam pokok permohonannya, Pemohon mendalilkan bahwa Keputusan Komisi Pemilihan Umum Tana Tidung Nomor 71.2 tanggal 29 November 2009 tentang Penetapan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Tana Tidung Tahun 2009 Putaran Kedua, yang menetapkan Pemohon memperoleh sebanyak 3.966 suara dan Pasangan Calon Bupati Nomor Urut 8 atas nama Drs. Undunsyah, M.Si. dan Markus sebanyak 4.333 suara adalah tidak benar. Pemohon berpendapat, Pemohon seharusnya

003-234.indd 232 9/24/10 10:38:26 AM

Page 255: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

233Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2008-2009

memperoleh 4.102 suara, sedangkan Pasangan Calon Bupati Nomor Urut memperoleh 3.968 suara.

Pemohon beralasan bahwa telah terjadi pelanggaran proses Pemilukada sebagai berikut.1. Adanya DPT Ganda di Kecamatan Tana Liat, Kecamatan Sesayap, dan Kecamatan

Sesayap Ilir.2. Adanya penambahan/penggelembungan suara di Kecamatan Tana Liat, Desa Tana

Merah, Kecamatan Sesayap Ilir, Desa Bebatu, Desa Sesayap, dan Desa Sepala Gulung, serta Kecamatan Sesayap, Desa Tidung Pala dan Desa Tidung Pala Timur.Mahkamah berpendapat pelanggaran proses penyelenggaraan Pemilukada di

Kabupaten Tana Tidung lebih bersifat personal dan sporadis, sehingga belum dapat dikatakan bersifat sistematik, terstruktur, dan masif. Berkenaan dengan hal itu, Mahkamah menilai dalil-dalil Pemohon sebagai berikut.1. Terhadap dalil Pemohon yang menyatakan adanya DPT ganda, Mahkamah

berpendapat bahwa Pemohon tidak dapat menguraikan secara rinci di TPS mana saja yang terdapat daftar pemilih ganda. Hal ini dikuatkan dengan fakta yang terungkap di persidangan bahwa adanya DPT ganda hanyalah asumsi saksi Pemohon Anjar Wantara saja. Dengan demikian dalil Pemohon hanya asumsi dan tidak beralasan.

2. Terhadap dalil Pemohon yang menyatakan adanya penambahan/penggelembungan suara, Mahkamah berpendapat bahwa Pemohon tidak menjelaskan secara rinci jumlah suara yang digelembungkan. Berdasarkan bukti-bukti yang diajukan Termohon dan keterangan saksi Pemohon yang terungkap di persidangan, ternyata tidak terdapat pelanggaran dan keberatan yang diajukan oleh saksi resmi dari masing-masing Pasangan Calon Bupati Pemilu Kepala Daerah Kabupaten Tana Tidung. Oleh karena itu, dalil Pemohon tidak beralasan. Selanjutnya, Mahkamah menilai bahwa permintaan Pemohon untuk menghentikan

proses lanjutan dari Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Tana Tidung Nomor 72.2 Tahun 2009 tanggal 29 November 2009 tentang Penetapan Calon Terpilih Pemilihan Umum Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Tana Tidung Tahun 2009-2014 tidak berkaitan langsung dan tidak memiliki hubungan sebab akibat (causal verband) dengan sengketa hasil Pemilukada Kabupaten Tana Tidung yang menjadi kewenangan Mahkamah, sehingga harus dikesampingkan.

Berdasarkan fakta hukum dan pendapat Mahkamah di atas, Mahkamah menyatakan menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya.

003-234.indd 233 9/24/10 10:38:26 AM

Page 256: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

234 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

003-234.indd 234 9/24/10 10:38:26 AM

Page 257: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan UmumAnggota DPR, DPRD Provinsi, danDPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

235-614.indd 235 9/24/10 11:09:22 AM

Page 258: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

236 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

235-614.indd 236 9/24/10 11:09:22 AM

Page 259: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

237Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 28-65-70-82-84-89/PHPU.C-VII/2009

TENTANGKEBERATAN TERHADAP PENETAPAN HASIL PEMILIHAN UMUM ANGGOTA

DPRD KABUPATEN NIAS SELATAN TAHUN 2009

Pemohon : 1. Pemohon I adalah Partai Kasih Demokrasi Indonesia (Perkara 28/PHPU.C-VII/2009);

2. Pemohon II adalah Partai Pengusaha dan Pekerja Indonesia (Perkara 65/PHPU.C-VII/2009);

3. Pemohon III adalah Partai Perjuangan Indonesia Baru (Perkara 70/PHPU.C-VII/2009);

4. Pemohon IV adalah Partai Republika Nusantara (Perkara 82/PHPU.C-VII/2009);

5. Pemohon V adalah Partai Hati Nurani Rakyat (Perkara 84/PHPU.C-VII/2009);

6. Pemohon VI adalah Partai Demokrat (Perkara 89/PHPU.C-VII/2009).

Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan

DPRPokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor

255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota Secara Nasional Dalam Pemilihan Umum tahun 2009 Di Kabupaten Nias Selatan.

Amar Putusan : Putusan Sela (I): • MemerintahkanKomisiPemilihanUmumuntukmelaksanakan

pemungutan suara ulang di Kabupaten Nias Selatan paling lambat 90 hari hari sejak putusan ini diucapkan;

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

235-614.indd 237 9/24/10 11:09:22 AM

Page 260: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

238 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

• MemerintahkankepadaKomisiPemilihanUmumKabupatenNisa Selatan untuk melaporkan penetapan hasil pemungutan suara ulang tersebut kepada Mahkamah Konstitusi paling lambat dalam tenggat yang ditetapkan dalam amar putusan ini;

• Menenetapkan dan menugaskan Hakim Konstitusi untukmenghadiri penyelenggaraan pemungutan suara ulang.

Putusan Akhir (II): Mengabulkan permohonan Pemohon untuk sebagian.Tanggal Putusan : Putusan Sela (I) : Selasa, 9 Juni 2009; Putusan Akhir (II): Selasa, 1 September 2009.Ikhtisar Putusan :

Para Pemohon adalah Partai Kasih Demokrasi Indonesia, Partai Pengusaha dan Pekerja Indonesia, Partai Perjuangan Indonesia Baru, Partai Republika Nusantara, Partai Hati Nurani Rakyat, dan Partai Demokrat telah mengajukan perselisihan hasil pemilihan umum anggota DPR, DPD, dan DPRD untuk Kabupaten Nias Selatan.

Terkait dengan kewenangan Mahkamah, menurut Mahkamah permohonan Pemohon adalah sengketa penetapan hasil pemilihan umum yang dilakukan secara nasional oleh KPU yang mempengaruhi perolehan kursi partai politik peserta pemilihan umum sehingga berdasarkan ketentuan Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi juncto Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, sehingga Mahkamah Konstitusi berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan a quo.

Menyangkut tenggang waktu pengajuan permohonan, masing-masing Pemohon mengajukan sebagai berikut:▪ Pemohon I mengajukan pada hari Sabtu tanggal 9 Mei 2009 pukul 23.54 WIB;▪ Pemohon II mengajukan pada hari Selasa tanggal 19 Mei 2009;▪ Pemohon III mengajukan pada hari Selasa tanggal 12 Mei 2009 pukul 21.42 WIB;▪ Pemohon IV mengajukan pada hari Rabu tanggal 20 Mei 2009;▪ Pemohon V mengajukan pada hari Jum’at 22 Mei 2009;▪ Pemohon VI mengajukan pada hari Selasa tanggal 12 Mei 2009 pada pukul 21.41

WIB.Berdasarkan ketentuan Pasal 74 ayat (3) UU MK juncto Pasal 6 ayat (1) PMK Nomor

16 Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan

235-614.indd 238 9/24/10 11:09:22 AM

Page 261: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

239Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

Rakyat Daerah yang menentukan “Permohonan pembatalan penetapan perolehan suara hasil Pemilu secara nasional oleh Komisi Pemilihan Umum hanya dapat diajukan oleh para peserta Pemilu dalam jangka waktu paling lambat 3x24 (tiga kali dua puluh empat) jam sejak KPU mengumumkan penetapan perolehan hasil Pemilu secara nasional”, sehingga pengajuan permohonan Pemohon I, Pemohon II, Pemohon III, Pemohon IV, Pemohon V dan Pemohon VI masih dalam tenggang waktu yang ditentukan.

Adapun mengenai pokok permasalahan yang diajukan oleh Pemohon I, Pemohon II, Pemohon III, Pemohon IV, Pemohon V dan Pemohon VI, pada pokoknya mengemukakan alasan-alasan sebagai berikut.1. Pemohon I (PKDI) Mendalilkan di Dapil Sumatera Utara 7 untuk DPRD Provinsi Sumut terdapat

pengurangan suara di Kecamatan Gomo sejumlah 3.438 suara, pengurangan suara di Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan sebesar 5.493 suara, pengurangan suara dan penggelembungan suara Partai Pelopor dan Partai Golongan Karya pada Kecamatan Lolomatua sebesar 1.787 suara, serta pengurangan suara di Dapil 2 Nias Selatan untuk DPRD Kabupaten Nias Selatan sebanyak 2.457 suara.

2. Pemohon II (PPPI) Mendalilkan terkait dengan perolehan suara Calon Anggota DPRD Kabupaten Nias

Selatan di Dapil 4 terjadi penggelembungan suara terhadap perolehan suara Partai Pelopor sebanyak 382 suara, sehingga Pemohon tidak mendapatkan kursi pada hasil perurutan perolehan kursi.

3. Pemohon III (Partai PIB) Mendalilkan berdasarkan Rapat Pleno KPU Provinsi Sumatera Utara pada tanggal

30 April 2009 pada Model C DC DPRD Provinsi perolehan suara Partai PIB dengan total suara sebanyak 18.905 suara, sedangkan berdasarkan penghitungan Pemohon adalah sebesar 27.853 suara. Dalam hal ini adanya penggelembungan pada Partai Hanura sejumlah 16.779 suara. Atas kesalahan hasil penghitungan suara tersebut seharusnya Partai PIB mendapatkan 1 kursi di tingkat Provinsi Sumatera Utara.

4. Pemohon IV (Partai RepublikaN) Mendalilkan pada pokoknya terkait dengan perolehan suara calon Anggota DPRD

Kabupaten Nias Selatan di Dapil 1, yaitu telah terjadi kesalahan penghitungan suara oleh Turut Termohon sebanyak 2907 suara.

5. Pemohon V (Partai Hanura) Pada pokoknya mendalilkan telah terjadi penghilangan suara Pemohon di Dapil 3

Kabupaten Nias Selatan yakni yang seharusnya Partai Hanura mendapatkan 1.798 suara, namun oleh Turut Termohon dinyatakan hanya mendapatkan suara 1.298 suara. Dengan demikian, Partai Hanura telah kehilangan suara sebanyak 500 suara. Di samping itu, di Kabupaten Nias Selatan Dapil 4 telah kehilangan suara sebanyak 1.300 suara.

235-614.indd 239 9/24/10 11:09:22 AM

Page 262: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

240 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

6. Pemohon VI (Partai Demokrat) Pada pokoknya mendalilkan bahwa perolehan suara Partai Demokrat menurut KPU

di Dapil 1-3 Nias Selatan sebesar 15.931 suara, seharusnya menurut Pemohon 31.037 suara. Fakta ini terjadi karena adanya pengurangan suara Partai Demokrat di Kecamatan Teluk Dalam dan Kecamatan Lahusa.Atas pokok permasalahan tersebut di atas, Mahkamah mencermati seluruh isi

permohonan para Pemohon berhubungan dengan wilayah yang dipersoalkan, yaitu Kabupaten Nias Selatan Dapil 1. Dapil 2, Dapil 3, dan Dapil 4 untuk pemilihan anggota DPRD Kabupaten Nias Selatan dan Dapil 7 Sumatera Utara untuk pemilihan anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara.

Sehubungan untuk menemukan fakta tentang dugaan pelanggaran-pelanggaran atau penyimpangan-penyimpangan dalam proses penyelenggaraan Pemilu di Kabupaten Nias Selatan, Mahkamah telah memeriksa dan mencermati substansi permohonan dan bukti-bukti beserta seluruh saks-saksi yang diajukan oleh para Pemohon, dan juga keterangan serta bukti lawan (tegen bewijs) yang diajukan oleh Termohon dan Turut Termohon. Dalam hal ini Mahkamah menemukan fakta hukum yang relevan dengan permohonan para Pemohon sebagai berikut.1. Proses penyelenggaraan Pemilu secara berjenjang dari tingkat KPPS, PPK, pleno

kabupaten dan pleno provinsi terjadi penggelembungan suara dan pengurangan atau penghilangan suara, dan tidak dilakukan pleno rekapitulasi baik pada tingkat KPS maupun PPK. Seluruh surat suara langsung diangkut ke Kabupaten Nias Selatan.

2. Proses rekapitulasi penghitungan suara ulang di Kota Medan didahului rekomendasi Panwaslu Kabupaten Nias Selatan kepada KPU Kabupaten Nias Selatan sesuai surat Nomor 425/Panwaslu-NS/IV/2009, bertanggal 25 April 2009.

3. Selain surat Panwaslu di atas juga terdapat surat Panwaslu Nomor 326 Panwaslu-SU/V/2009 bertanggal 1 Mei 2009 tentang penghitungan suara ulang untuk seluruh TPS di Kabupaten Nias Selatan sebelum rekapitulasi nasional oleh KPU.

4. KPU Kabupaten Nias Selatan mengakui dalam suratnya Nomor 270/645/KPU-NS/2009 bertanggal 5 Mei 2009 tentang adanya dugaan kecurangan dalam penyelenggaraan Pemilu sehingga melanggar prinsip-prinsip Pemilu dengan alasan terdapat penghitungan suara di PPK yang belum direkapitulasi. Selain itu terdapat pula penggelembungan suara di PPS dan PPK, serta tidak diserahkannya hasil rekapitulasi kepada para saksi partai politik, dan terdapat rekapitulasi Formulir C1 yang diganti oleh PPK.

5. Terdapat surat KPU ke KPUD Sumatera Utara perihal rekapitulasi suara ulang untuk 6 (enam) kecamatan, yaitu Kecamatan Lahusa, Teluk dalam, Amandaya, Lolowau, dan Lolomatua dengan pengesahan rekapitulasi ulang dilaksanakan apabila terdapat Formulir C1 atau C2 dengan mengirim hasilnya ke KPU Pusat, paling lambat 9 Mei 2009 pukul 11.00 WIB.

235-614.indd 240 9/24/10 11:09:22 AM

Page 263: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

241Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

6. Surat-surat suara dimasukkan ke dalam karung atau goni untuk diangkut ke bandara Kota Medan dengan pengamanan dari pihak Polres Kabupaten Nias Selatan.

7. Bahwa benar masih terdapat surat suara sebanyak 21 kotak suara yang tidak terbawa ke Medan dan sampai saat ini masih berada di KPU Kabupaten Nias Selatan di bawah Polres Kabupaten Nias Selatan.

8. Para saksi partai politik tidak diizinkan masuk untuk mengikuti dan menyaksikan proses rekapitulasi penghitungan suara ulang di Kecamatan Gomo Kabupaten Nias Selatan.Berdasarkan fakta hukum yang ditemukan di atas, Mahkamah berpendapat

bahwa:1. Penyelenggaraan Pemilu di Kabupaten Nias Selatan tidak dilaksanakan sesuai

prosedur dan prinsip-prinsip Pemilu yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil;

2. Mahkamah menilai bahwa masih ada 21 kotak suara yang belum terbawa ke Medan dan belum dihitung serta 21 kotak suara tersebut masih berada di KPU Nias Selatan;

3. dari pandangan hukum di atas, sesuai Pasal 219 ayat (2) huruf a UU 10/2008, penyelenggaraan Pemilu yang tidak sesuai dengan syarat-syarat hukum sebagaimana disebutkan di atas, menurut hukum harus dilakukan pemungutan suara ulang untuk seluruh Kabupaten Nias Selatan.Dari rangkaian pertimbangan-pertimbangan hukum di atas dalam kaitannya satu

dengan lain, maka dalil-dalil para Pemohon terbukti adanya penyimpangan-penyimpangan dalam penyelenggaraan pemilihan umum di Kabupaten Nias Selatan. Oleh karena itu Mahkamah berpendapat bahwa berdasarkan fakta hukum di atas, telah terdapat keadaan-keadaan di mana pemungutan suara dan penghitungan suara telah dilakukan tidak menurut tata cara yang ditetapkan dalam Pasal 29 ayat (2) UU 10/2008.

Dengan terbuktinya penyimpangan-penyimpangan dalam penyelenggaraan Pemilu di Kabupaten Nias Selatan secara berjenjang dan telah didapatkan fakta secara nyata terdapat pelanggaran yang masif dan terstruktur, maka Mahkamah memandang perlu untuk memerintahkan pemungutan suara ulang dan penghitungan suara ulang.

Berdasarkan penilaian fakta dan hukum tersebut di atas, demi keadilan dan kepentingan pemeriksaan, Mahkamah akan menetapkan putusan sela yang amarnya sebagaimana tercantum dalam diktum putusan ini. Dengan putusan sela yang amarnya memerintahkan untuk melaksanakan penghitungan suara ulang, maka selama kurun waktu sejak pengucapan putusan sampai dengan dilaporkannya pelaksanaan putusan sela, tidak dihitung sebagai bagian dari 30 (tiga puluh) hari kerja yang merupakan tenggang waktu yang diberikan oleh Undang-Undang kepada Mahkamah untuk menetapkan putusan yangbersifatfinal.Sisa jumlahhariuntukmembuatputusanfinaldalamperkaraa quo dihitung sejak diucapkannya putusan ini sampai dengan dilaporkannya secara resmi putusan Mahkamah dalam perkara a quo.

235-614.indd 241 9/24/10 11:09:22 AM

Page 264: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

242 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Dengan demikian, dalam amar putusan sela Mahkamah menyatakan:Dalam EksepsiMenyatakan eksepsi Termohon dan Turut Termohon tidak dapat diterima.Dalam Pokok Perkara▪ Memerintahkan Komisi Pemilihan Umum untuk melaksanakan pemungutan suara

ulang di Kabupaten Nias Selatan paling lambat 90 hari kerja sejak putusan ini diucapkan;

▪ Memerintahkan kepada Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Nias Selatan untuk melaporkan penetapan hasil pemungutan suara ulang tersebut kepada Mahkamah Konstitusi paling lambat dalam tenggang waktu yang ditetapkan dalam amar putusan ini;

▪ Menangguhkan berlakunya Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara Nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 sepanjang menyangkut hasil perolehan suara partai politik di Kabupaten Nias Selatan, Provinsi Sumatera Utara;

▪ Menetapkan dan menugaskan Hakim Konstitusi untuk menghadiri penyelenggaraan pemungutan suara ulang;

▪ Menangguhkan berlakunya Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara Nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 sepanjang menyangkut hasil perolehan suara partai politik di Kabupaten Nias Selatan, Provinsi Sumatera Utara.Sehubungan dengan pelaksanaan Putusan Sela Mahkamah Nomor 28-65-70-82-84-

89/PHPU.C-VII/2009, Komisi Pemilihan Umum telah melaksanakan pemungutan suara ulang dan melaporkan hasil pelaksanaan Putusan Mahkamah Konstitusi, dengan hasil sebagai berikut.1. Kabupaten Nias Selatan Dapil Sumatera Utara II Partai Kasih Demokrasi Indonesia memperoleh 1.995 suara, Partai Pengusaha

dan Pekerja Indonesia memperoleh 1.022 suara, Partai Perjuangan Indonesia Baru memperoleh 2.254 suara, Partai Republika Nusantara memperoleh 1.368 suara, Partai Hati Nurani Rakyat memperoleh 8.905 suara, dan Partai Demokrat memperoleh 18.205 suara.

2. Kabupaten Nias Selatan Dapil Sumatera Utara 7 Partai Kasih Demokrasi Indonesia memperoleh 10.198 suara, Partai Perngusaha

dan Pekerja Indonesia memperoleh 1.027 suara, Partai Perjuangan Indonesia Baru memperoleh 11.887 suara, Partai Republika Nusantara memperoleh 5.564

235-614.indd 242 9/24/10 11:09:22 AM

Page 265: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

243Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

suara, Partai Hati Nurani Rakyat memperoleh 12.199 suara, dan Partai Demokrat memperoleh 9.458 suara.

3. Kabupaten Nias Selatan Partai Kasih Demokrasi Indonesia memperoleh 4.502 suara, Partai Pengusaha

dan Pekerja Indonesia memperoleh 2.199 suara, Partai Perjuangan Indonesia Baru memperoleh 5.280 suara, Partai Republika Nusantara memperoleh 2.175 suara, Partai Hati Nurani Rakyat memperoleh 6.350 suara, dan Partai Demokrat memperoleh 20.299 suara.Dengan demikian, Mahkamah menetapkan perolehan suara yang benar untuk Partai

Kasih Demokrasi Indonesia, Partai Pengusaha dan Pekerja Indonesia, Partai Perjuangan Indonesia Baru, Partai Republika Nusantara, Partai Hati Nurani Rakyat, dan Partai Demokrat sebagaimana termuat dalam amar putusan adalah sebagai berikut.1. Kabupaten Nias Selatan Dapil Sumatera Utara II Partai Kasih Demokrasi Indonesia memperoleh 1.995 suara, Partai Pengusaha

dan Pekerja Indonesia memperoleh 1.022 suara, Partai Perjuangan Indonesia Baru memperoleh 2.254 suara, Partai Republika Nusantara memperoleh 1.368 suara, Partai Hati Nurani Rakyat memperoleh 8.905 suara, dan Partai Demokrat memperoleh 18.205 suara.

2. Kabupaten Nias Selatan Dapil Sumatera Utara 7 Partai Kasih Demokrasi Indonesia memperoleh 10.198 suara, Partai Pengusaha

dan Pekerja Indonesia memperoleh 1.027 suara, Partai Perjuangan Indonesia Baru memperoleh 11.887 suara, Partai Republika Nusantara memperoleh 5.564 suara, Partai Hati Nurani Rakyat memperoleh 12.199 suara, dan Partai Demokrat memperoleh 9.458 suara.

3. Kabupaten Nias Selatan Partai Kasih Demokrasi Indonesia memperoleh 4.502 suara, Partai Pengusaha

dan Pekerja Indonesia memperoleh 2.199 suara, Partai Perjuangan Indonesia Baru memperoleh 5.280 suara, Partai Republika Nusantara memperoleh 2.175 suara, Partai Hati Nurani Rakyat memperoleh 6.350 suara, dan Partai Demokrat memperoleh 20.299 suara.Perolehan suara yang benar dalam Pemilihan Umum Calon Anggota Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Nias Selatan yaitu untuk 1). Partai Kasih Demokrasi Indonesia adalah di Dapil 1 sebanyak 2.108 suara, Dapil 2 sebanyak 658 suara, Dapil 3 sebanyak 1269 suara, Dapil 4 sebanyak 467 suara, DPRD kabupaten 4.502 suara; 2). Partai Pengusaha dan Pekerja Indonesia adalah di Dapil 1 sebanyak 487 suara, Dapil 2 sebanyak 38 suara, Dapil 3 sebanyak 92 suara, Dapil 4 sebanyak 1.582 suara, DPRD kabupaten 2.199 suara; 3). Partai Perjuangan Indonesia Baru adalah di Dapil 1 sebanyak 2.304 suara, Dapil 2 sebanyak 1.910 suara, Dapil 3 sebanyak 1.050 suara, Dapil 4 sebanyak 16 suara, DPRD kabupaten 5.280 suara; 4). Partai Republika Nusantara

235-614.indd 243 9/24/10 11:09:22 AM

Page 266: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

244 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

adalah di Dapil 1 sebanyak 1.004 suara, Dapil 2 sebanyak 45 suara, Dapil 3 sebanyak 75 suara, Dapil 4 sebanyak 1.051 suara, DPRD kabupaten 2.175 suara; 5). Partai Hati Nurani Rakyat adalah di Dapil 1 sebanyak 3.430 suara, Dapil 2 sebanyak 211 suara, Dapil 3 sebanyak 1.074 suara, Dapil 4 sebanyak 1.635 suara, DPRD kabupaten 6.350 suara; 6). Partai Demokrat adalah di Dapil 1 sebanyak 6.237 suara, Dapil 2 sebanyak 8.349 suara, Dapil 3 sebanyak 1.371 suara, Dapil 4 sebanyak 4.342 suara, DPRD kabupaten 20.299 suara.

Mahkamah memerintahkan Komisi Pemilihan Umum dan Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara, serta Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Nias Selatan untuk melaksanakan putusan ini.

235-614.indd 244 9/24/10 11:09:22 AM

Page 267: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

245Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 74-80-94-59-67/PHPU.C-VII/2009

TENTANGPENAFSIRAN DAN PENERAPAN ATAS

PASAL 205 UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2008DALAM PENGHITUNGAN PENGALOKASIAN SISA KURSI TAHAP III

Pemohon : 1. Pemohon I adalah DPP Partai Amanat Nasional (Perkara Nomor 74/PHPU.C-VII/2009);

2. Pemohon II adalah DPP Partai Persatuan Pembangunan (Perkara Nomor 80/PHPU.C-VII/2009);

3. Pemohon III adalah DPP Partai Golongan Karya (Perkara Nomor 94/PHPU.C-VII/2009);

4. Pemohon IV adalah DPP Partai Gerakan Indonesia Raya (Perkara Nomor 59/PHPU.C-VII/2009);

5. Pemohon V adalah DPP Partai Kebangkitan Bangsa (Perkara 67/PHPU.C-VII/2009).

Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan

DPRD.Pokok Perkara : Pembatalan Keputusan KPU Nomor 259/Kpts/KPU/TAHUN

2009 tentang Penetapan Perolehan Kursi Partai Politik Peserta Pemilihan Anggota DPR dalam Pemilu Tahun 2009 dan Keputusan Nomor 286/Kpts/KPU/Tahun 2009 tentang Penetapan Calon Terpilih DPR secara Nasional Dalam Pemilu Tahun 2009 yang berkaitan dengan penerapan Pasal 205 ayat (5), ayat (6), dan ayat (7) UU Nomor 10 Tahun 2008.

Amar Putusan : Mengabulkan permohonan Pemohon untuk sebagian.Tanggal Putusan : Kamis, 11 Juni 2009.

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

235-614.indd 245 9/24/10 11:09:22 AM

Page 268: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

246 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Ikhtisar Putusan : Para Pemohon adalah gabungan dari beberapa partai politik yang terdiri atas

DPP Partai Amanat Nasional, DPP Partai Persatuan Pembangunan, DPP Partai Golongan Karya, DPP Partai Gerakan Indonesia Raya, dan DPP Partai Kebangkitan Bagsa mengajukan keberatan atas Pembatalan Keputusan KPU Nomor 259/Kpts/KPU/TAHUN 2009 tentang Penetapan Perolehan Kursi Partai Politik Peserta Pemilihan Anggota DPR dalam Pemilu Tahun 2009 dan Keputusan Nomor 286/Kpts/KPU/Tahun 2009 tentang Penetapan Calon Terpilih DPR secara Nasional Dalam Pemilu Tahun 2009 yang berkaitan dengan penerapan Pasal 205 ayat (5), ayat (6), dan ayat (7) UU Nomor 10 Tahun 2008.

Terkait dengan kewenangan Mahkamah, menurut Mahkamah permohonan Pemohon adalah sengketa penetapan hasil pemilihan umum yang dilakukan secara nasional oleh KPU yang mempengaruhi perolehan kursi partai politik peserta pemilihan umum sehingga berdasarkan ketentuan Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi juncto Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, sehingga Mahkamah Konstitusi berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan a quo.

Mengenai kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, menurut Mahkamah, Pemohon mempunyai kedudukan hukum untuk mengajukan permohonan a quo, karena Pemohon adalah Parpol peserta pemilihan umum Nomor Urut 5 berdasarkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 149/SK/KPU/TAHUN 2008 tanggal 9 Juli 2008 tentang Penetapan dan Pengundian Nomor Urut Partai Politik Peserta Pemilihan Umum Tahun 2009.

Tenggang waktu pengajuan permohonan, masing-masing adalah sebagai berikut:▪ Pemohon I mengajukan permohonan kepada Mahkamah sesuai Akta Penerimaan

Berkas Permohonan Nomor 167/PAN.MK/2009 tanggal 12 Mei 2009 pukul 20.41 WIB;

▪ Pemohon II mengajukan permohonan kepada Mahkamah sesuai Akta Penerimaan Berkas Permohonan Nomor 179/PAN.MK/2009 tanggal 12 Mei 2009 pukul 22.40 WIB;

▪ Pemohon III mengajukan permohonan kepada Mahkamah sesuai Akta Penerimaan Berkas Permohonan Nomor 207/PAN.MK/2009 tanggal 12 Mei 2009 pukul 19.39 WIB;

▪ Pemohon IV mengajukan permohonan kepada Mahkamah sesuai Akta Penerimaan Berkas Permohonan Nomor 99/PAN.MK/2009 tanggal 12 Mei 2009 pukul 22.00 WIB;

▪ Pemohon V mengajukan permohonan kepada Mahkamah sesuai Akta Penerimaan Berkas Permohonan Nomor 155/PAN.MK/2009 tanggal 12 Mei 2009 pukul 21.26 WIB;

235-614.indd 246 9/24/10 11:09:22 AM

Page 269: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

247Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

Sehingga permohonan para Pemohon masih dalam tenggang waktu sebagaimana ketentuan Pasal 74 ayat (3) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi, Pasal 6 ayat (1) Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD karena diajukan masih dalam jangka waktu paling lambat 3 x 24 jam sejak KPU mengumumkan penetapan perolehan suara hasil Pemilu secara nasional.

Para Pemohon menilai dirugikan oleh penerapan Pasal 205 ayat (5), ayat (6), dan ayat (7) UU 10/2008 karena:1. KPU dalam penerapan penghitungan untuk pengalokasian sisa kursi tahap III guna

menetapkan BPP yang baru menjumlahkan sisa suara sah tidak dari seluruh daerah pemilihan provinsi tetapi hanya dari daerah pemilihan yang masih mempunyai kursi saja;

2. KPU setelah penghitungan tahap I tidak secara otomatis memberikan kursi kepada calon legislatif yang mempunyai suara terbanyak di provinsi;

3. KPU tidak membagikan kursi berdasarkan ranking sisa suara setelah penghitungan suara tahap I padahal masih terdapat sisa kursi yang belum dialokasikan;

4. KPU tidak memberikan kursi secara otomatis kepada calon legislatif yang mempunyai suara lebih banyak dari 50% BPP;

5. KPU tidak konsisten dalam menerapkan kebijakan, pada tahap pertama, penentuan berdasarkan suara terbanyak, tahap kedua juga menggunakan suara terbanyak, tetapi dalam penghitungan tahap ketiga yang suara sisa sah dari seluruh partai di Dapil yang masih ada kursinya ditarik ke Provinsi, Termohon tidak menggunakan suara terbanyak dalam penentuan caleg terpilih.Mahkamah berpendapat bahwa untuk penentuan perolehan kursi dalam penghitungan

suara tahap III di tingkat provinsi adalah sisa suara dari semua daerah pemilihan di provinsi yang bersangkutan. Pendapat tersebut didasarkan pada bunyi kalimat maupun latarbelakangdanfilosofiPasal205UU10/2008.Selaindarikalimat(tafsirgrammatik)dan latar belakang (original intent dan historiknya) sudah jelas bahwa yang harus dihitung adalah sisa suara dari semua Dapil di seluruh provinsi, akan menjadi tidak logis undang-undang yang mengatur seperti itu dapat diartikan hanya untuk Dapil-dapil yang mempunyai sisa kursi. Alasannya, kalau ternyata Dapil yang punya sisa kursi hanya satu Dapil maka Pasal 205 tidak dapat digunakan sebab akibatnya akan sama saja apakah sisa suaranya ditarik ke provinsi atau tidak; padahal Pasal 205 itu berlaku untuk semua provinsi yang mempunyai sisa suara yang belum menghabiskan kursi di semua Dapil. Jadi Mahkamah berpendapat tidak ada tafsir lain atas ketentuan Pasal 205 kecuali bahwa penarikan sisa suara untuk penghitungan tahap III di tingkat provinsi harus meliputi semua Dapil yang ada di provinsi yang bersangkutan.

Cara penerapan yang benar Pasal 205 ayat (5), ayat (6), dan ayat (7) UU 10/2008 menurut Mahkamah tahapannya adalah sebagai berikut:

235-614.indd 247 9/24/10 11:09:22 AM

Page 270: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

248 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

1. Tahap III masih terdapat sisa kursi yang belum teralokasikan di daerah pemilihan provinsi yang bersangkutan;

2. Apabila provinsi hanya terdiri atas suatu daerah pemilihan, sisa kursi langsung dialokasikan kepada partai politik sesuai dengan urutan perolehan sisa suara terbanyak;

3. Seluruh sisa suara sah partai politik yaitu suara yang belum diperhitungkan dalam tahap I dan tahap II dari seluruh daerah pemilihan provinsi dijumlahkan untuk dibagi dengan jumlah sisa kursi dari seluruh daerah pemilihan provinsi yang belum teralokasikan untuk mendapatkan angka BPP yang baru;

4. Partai politik yang mempunyai sisa suara dari seluruh daerah pemilihan provinsi yang belum diperhitungkan dalam tahap I dan tahap II yang jumlahnya lebih besar atau sama dengan BPP yang baru mempunyai hak untuk mendapatkan sisa kursi yang belum terbagi;

5. Kursi hasil perhitungan tahap III harus dialokasikan kepada daerah pemilihan yang masih mempunyai sisa kursi;

6. Calon anggota DPR yang berhak atas kursi adalah calon yang mendapatkan suara terbanyak dalam daerah pemilihan yang masih mempunyai sisa kursi, yang dicalonkan oleh partai politik yang berhak atas sisa kursi;

7. Apabila sisa kursi yang belum terbagi dalam provinsi hanya satu kursi maka partai politik yang mempunyai sisa suara terbanyak dalam provinsi tersebut berhak untuk mendapatkan sisa kursi tersebut;

8. Apabila setelah penetapan BPP baru tahap III ternyata tidak terdapat partai politik yang mempunyai sisa suara lebih atau sama dengan BPP baru maka sisa kursi dibagikan menurut urutan sisa suara yang terbanyak dalam provinsi.Cara penerapan Pasal 205 ayat (5), ayat (6), dan ayat (7) UU 10/2008 di atas

adalah bersifat erga omnes yang berlaku tidak hanya kepada para Pemohon tetapi harus diterapkan untuk semua penghitungan tahap III tentang penetapan perolehan sisa kursi Dewan Perwakilan Rakyat bagi partai pollitik peserta pemilihan umum Tahun 2009, di semua provinsi yang harus melakukan penghitungan tahap III.

Oleh karena telah terjadi perbedaan penafsiran antara para Pemohon dengan KPU dalam penerapan Pasal 205 ayat (5), ayat (6), dan ayat (7) UU 10/2008, di samping itu penafsiran yang dilakukan oleh KPU telah merugikan para Pemohon karena mempengaruhi perolehan kursi para Pemohon sebagai peserta Pemilu, maka cara penerapan pasal a quo di atas sebagaimana yang telah diuraikan oleh Mahkamah adalah cara yang benar.

Dengan demikian, Mahkamah dalam amar putusan menyatakan:• MengabulkanpermohonanparaPemohonuntuksebagian,khususnyapembatalan

Keputusan KPU Nomor 259/Kpts/KPU/TAHUN 2009 tentang Penetapan Perolehan Kursi Partai Politik Peserta Pemilihan Anggota DPR dalam Pemilu Tahun 2009 dan Keputusan Nomor 286/Kpts/KPU/Tahun 2009 tentang Penetapan Calon Terpilih

235-614.indd 248 9/24/10 11:09:22 AM

Page 271: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

249Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

DPR secara Nasional Dalam Pemilu Tahun 2009 yang berkaitan dengan penerapan Pasal 205 ayat (5), ayat (6), dan ayat (7) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Perwakilan Rakyat, Perwakilan Rakyat Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;

• MenyatakanpenerapanPasal205ayat(5),ayat(6),danayat(7)Undang-UndangNomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah oleh Komisi Pemilihan Umum yang tertuang dalam Keputusan Nomor 259/Kpts/KPU/TAHUN 2009 tentang Penetapan Perolehan Kursi Partai Politik Peserta Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dalam Pemilu Tahun 2009 adalah keliru dan tidak tepat menurut hukum;

• MenetapkanpenerapanPasal 205 ayat (5), ayat (6), dan ayat (7) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang benar adalah sebagai berikut:1. Tahap III masih terdapat sisa kursi yang belum teralokasikan di daerah pemilihan

provinsi yang bersangkutan;2. Apabila provinsi hanya terdiri atas suatu daerah pemilihan, sisa kursi langsung

dialokasikan kepada partai politik sesuai dengan urutan perolehan sisa suara terbanyak;

3. Seluruh sisa suara sah partai politik yaitu suara yang belum diperhitungkan dalam tahap I dan tahap II dari seluruh daerah pemilihan provinsi dijumlahkan untuk dibagi dengan jumlah sisa kursi dari seluruh daerah pemilihan provinsi yang belum teralokasikan untuk mendapatkan angka BPP yang baru;

4. Partai politik yang mempunyai sisa suara dari seluruh daerah pemilihan provinsi yang belum diperhitungkan dalam tahap I dan tahap II yang jumlahnya lebih besar atau sama dengan BPP yang baru mempunyai hak untuk mendapatkan sisa kursi yang belum terbagi;

5. Kursi hasil perhitungan tahap III harus dialokasikan kepada daerah pemilihan yang masih mempunyai sisa kursi;

6. Calon anggota DPR yang berhak atas kursi adalah calon yang mendapatkan suara terbanyak dalam daerah pemilihan yang masih mempunyai sisa kursi, yang dicalonkan oleh partai politik yang berhak atas sisa kursi;

7. Apabila sisa kursi yang belum terbagi dalam provinsi hanya satu kursi maka partai politik yang mempunyai sisa suara terbanyak dalam provinsi tersebut berhak untuk mendapatkan sisa kursi tersebut;

8. Apabila setelah penetapan BPP baru tahap III ternyata tidak terdapat partai politik yang mempunyai sisa suara lebih atau sama dengan BPP baru maka sisa kursi dibagikan menurut urutan sisa suara yang terbanyak dalam provinsi;

235-614.indd 249 9/24/10 11:09:22 AM

Page 272: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

250 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

• Memerintahkan kepada Komisi Pemilihan Umum untuk menerapkan Pasal 205ayat (5), ayat (6), dan ayat (7) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang benar sebagaimana ditetapkan oleh Mahkamah dalam Putusan ini.

• MenolakpermohonanparaPemohonuntuk selebihnya.

235-614.indd 250 9/24/10 11:09:22 AM

Page 273: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

251Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 28/PHPU.C-VII/2009

TENTANGKEBERATAN PARTAI KASIH DEMOKRASI INDONESIA TERHADAP HASIL PEMILU ANGGOTA DPR, ANGGOTA DPRD PROVINSI, DAN

ANGGOTA DPRD KABUPATEN

Pemohon : 1. Stefanus Roy Rening; 2. Maria Anna S.Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan

DPRD.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor

255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei Tahun 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 di Daerah Pemilihan (Dapil) Tana Toraja 7, Dapil Sumatera Utara 7, Dapil Luwu Utara 3, Dapil Biak 2, Dapil Papua 4, Dapil Yahukimo, Dapil Dairi 1, Dapil Jayawijaya 4, dan Dapil Nias Selatan 2.

Amar Putusan : Putusan Sela (I) : Memerintahkan Komisi Pemilihan Umum untuk melaksanakan

pemungutan suara ulang di Kabupaten Nias Selatan. Putusan (II) : Dalam Eksepsi: Menyatakan eksepsi Termohon tidak dapat diterima; Dalam Pokok Perkara: - Mengabulkan permohonan Pemohon untuk Daerah Pemilihan

Tana Toraja 7 untuk sebagian;

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

235-614.indd 251 9/24/10 11:09:22 AM

Page 274: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

252 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

- Menyatakan permohonan Pemohon untuk Daerah Pemilihan Biak Numfor 2, Daerah Pemilihan Dairi 1, Daerah Pemilihan Jayawijaya 4, Daerah Pemilihan Luwu Utara 3, dan Daerah Pemilihan Papua 4 ditolak untuk seluruhnya.

Putusan Akhir (III): - Menetapkan perolehan suara yang benar untuk partai politik

peserta Pemilihan Umum Calon Anggota Dewan Perwakilan Rakyat pada Kabupaten Nias Selatan;

- Menetapkan perolehan suara yang benar untuk partai politik peserta Pemilihan Umum Calon Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi;

- Menetapkan perolehan suara yang benar untuk partai politik peserta Pemilihan Umum Calon Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Nias Selatan.

Tanggal Putusan : Putusan Sela (I) : Selasa, 9 Juni 2009. Putusan (II) : Rabu, 17 Juni 2009. Putusan Akhir (III) : Selasa, 1 September 2009.Ikhtisar Putusan :

Pemohon bernama Stefanus Roy Rening dan Maria Anna S. adalah Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Partai Kasih Demokrasi Indonesia (PKDI), yang bertindak untuk dan atas nama Partai Kasih Demokrasi Indonesia (PKDI), yakni Partai Politik Peserta Pemilihan Umum Tahun 2009 yang terdaftar di Komisi Pemilihan Umum (KPU) berdasarkan Keputusan KPU Nomor 149/SK/KPU/Tahun 2008 bertanggal 16 Agustus 2008 tentang Penetapan dan Pengundian Nomor Urut Partai Politik Peserta Pemilihan Umum Tahun 2009.

Yang menjadi permasalahan utama permohonan Pemohon adalah perselisihan terhadap Penetapan Hasil Pemilihan Umum yang dilakukan secara nasional oleh Komisi Pemilihan Umum (Termohon) berdasarkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 (selanjutnya disebut Keputusan KPU 255/2009). Pemohon berkeberatan terhadap hasil Pemilu di Dapil Tana Toraja 7, Dapil Sumatera Utara 7, Dapil Luwu Utara 3, Dapil Biak 2, Dapil Papua 4, Dapil Yahukimo, Dapil Dairi 1, Dapil Jayawijaya 4, dan Dapil Nias Selatan 2.

Menyangkut kewenangan Mahkamah, Pasal 24C ayat (1) UUD 1945, Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) juncto Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman menyatakan bahwa salah satu kewenangan konstitusional Mahkamah adalah memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.

235-614.indd 252 9/24/10 11:09:22 AM

Page 275: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

253Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

Oleh karena permohonan Pemohon adalah sengketa penetapan hasil pemilihan umum yang dilakukan secara nasional oleh KPU yang mempengaruhi perolehan kursi partai politik peserta pemilihan umum, maka Mahkamah berwenang memeriksa, mengadili dan memutus permohonan Pemohon.

Berkaitan dengan kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, Pasal 74 ayat (1) dan ayat (2) UU MK juncto Pasal 258 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (UU 10/2008), serta Pasal 5 huruf a dan huruf b Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (PMK 16/2009) menentukan hal-hal sebagai berikut:1. Pemohon adalah partai politik peserta Pemilu;2. permohonan hanya dapat diajukan terhadap perselisihan Penetapan Hasil Pemilihan

Umum yang dilakukan secara nasional oleh Komisi Pemilihan Umum yang mempengaruhi:a. terpenuhinya ambang batas perolehan suara 2,5% (dua koma lima perseratus)

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 202 ayat (1) UU 10/2008;b. perolehan kursi partai politik peserta Pemilu dan kursi calon anggota DPR,

DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota dari partai politik di suatu daerah pemilihan.

Terkait dengan kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, Mahkamah mempertimbangkan berdasarkan ketentuan Pasal 74 ayat (1) dan ayat (2) UU MK, dan Pasal 5 huruf a dan b PMK 16/2009 sebagai berikut:- Pemohon adalah Partai Politik Peserta Pemilu berdasarkan Keputusan Komisi

Pemilihan Umum Nomor 149/SK/KPU/Tahun 2008 bertanggal 16 Agustus 2008 tentang Penetapan dan Pengundian Nomor Urut Partai Politik Peserta Pemilihan Umum Tahun 2009;

- permohonan yang diajukan Pemohon adalah perselisihan Penetapan Hasil Pemilihan Umum yang dilakukan secara nasional oleh KPU berdasarkan Keputusan KPU 255/2009;

- menurut Pemohon hasil rekapitulasi penghitungan suara yang dilakukan oleh Termohon terjadi karena kesalahan dan/atau kekeliruan yang menguntungkan partai politik tertentu di Daerah Pemilihan (Dapil). Oleh karena itu, Pemohon meminta agar Mahkamah membatalkan penghitungan suara yang dilakukan oleh Termohon;

- berdasarkan hal-hal tersebut, Mahkamah berpendapat bahwa Pemohon telah memenuhi syarat kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan tersebut.

235-614.indd 253 9/24/10 11:09:23 AM

Page 276: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

254 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Menyangkut tenggang waktu pengajuan permohonan bahwa Keputusan KPU 255/2009 diumumkan pada tanggal 9 Mei 2009 pukul 23.50 WIB, sedangkan permohonan perselisihan hasil pemilihan umum diajukan ke Mahkamah pada hari Sabtu tanggal 9 Mei 2009 pukul 23.54 WIB.

Pasal 74 ayat (3) UU MK juncto Pasal 259 ayat (2) UU 10/2008, dan Pasal 6 ayat (1) PMK 16/2009 menentukan bahwa permohonan hanya dapat diajukan dalam jangka waktu paling lambat 3 X 24 (tiga kali dua puluh empat) jam sejak KPU mengumumkan penetapan hasil pemilihan umum secara nasional. Dengan demikian, pengajuan permohonan Pemohon masih dalam tenggang waktu yang ditentukan.

Dalam pokok permohonannya, Pemohon mendalilkan keberatan terhadap hasil Pemilu sebagai berikut. 1. Dapil Tana Toraja 7 untuk DPRD Kabupaten Tana Toraja

Pemohon mendalilkan telah terjadi penggelembungan suara pada Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) sebesar 20 suara atas nama Caleg Hermina Pasolang dan dugaan tindak pidana penggelembungan suara tersebut, menurut Pemohon, Kepolisian Resort Tana Toraja telah melakukan penahanan terhadap Benyamin Kupang dan Nico Rengan Pati, masing-masing selaku Ketua dan anggota PPK Awan Rante Karua (Bukti P-4, Bukti P-5 dan Bukti P-6).Terhadap dalil Pemohon tersebut, Termohon menyampaikan jawaban tertulis yang pada pokoknya menyatakan bahwa Bukti P-4, Bukti P-5, dan Bukti P-6 yang diajukan oleh Pemohon, bukan merupakan bukti yang sah karena belum ada putusan Pengadilan yang berkekuatan hukum tetap yang menyatakan Benyamin Kupang dan Nico Rengan Pati terbukti melakukan tindak pidana Pemilu. Oleh karenanya, dalil Pemohon tersebut masih terlalu sumir dan harus ditolak.Berdasarkan dalil-dalil Pemohon dan bantahan Termohon, Mahkamah menemukan isu hukum yang harus mendapat pandangan dan penilaian hukum dari Mahkamah berupa perselisihan perolehan suara Pemohon yaitu apakah benar di TPS II Lembang Londong Biang Kecamatan Awan Rante Karua Daerah Pemilihan Tana Toraja 7 telah terjadi penggelembungan 20 suara atas nama Caleg Hermina Pasolang dari PKPI sehingga mengakibatkan Pemohon tidak mendapatkan kursi di DPRD Kabupaten Tana Toraja.Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Mahkamah melakukan penilaian dan membanding alat bukti yang relevan dengan perkara yang diajukan oleh Pemohon dan Termohon. Untuk bukti tertulis Model C1 dan lampiran Model C1 Pemohon yang diberi tanda P-3 dan Model C1 dan lampiran Model C1 Termohon yang diberi tanda T-1, Mahkamah menilai bahwa pada bukti Pemohon Lampiran Model C1, PKPI hanya mendapat 2 suara untuk Caleg Alex Halatas Patabang. Sementara pada bukti Lampiran Model C1 Termohon, PKPI mendapat 22 suara dengan perincian: 2 suara diperoleh Caleg Nomor Urut 2 (Alex Halatas Patabang), dan 20 suara diperoleh Caleg nomor urut 1 (Hermina Pasolang).

235-614.indd 254 9/24/10 11:09:23 AM

Page 277: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

255Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

Selanjutnya, karena terdapat perbedaan perolehan suara yang cukup signifikan,maka Mahkamah kemudian lebih mencermati secara mendalam untuk memeriksa Bukti P-3 dan Bukti T-1 yakni pada bukti Model C1 milik Pemohon, jumlah suara sah tertulis 241 suara, namun setelah Mahkamah melakukan penjumlahan ulang perolehan suara setiap partai politik yang terdapat pada Lampiran Model C1, ternyata jumlah suara sah adalah sebesar 238 suara, sehingga diketahui terjadi selisih3suaraantarayangtertulispadaSertifikatHasilPenghitunganSuara(ModelC1) dengan Rincian Perolehan Suara Sah dan Suara Tidak Sah (Lampiran Model C1). Selain tertulis jumlah suara sah, pada Model C1 juga tertulis suara tidak sah yaitu sebesar 3 suara.Selanjutnya Mahkamah menjumlahkan jumlah suara sah hasil penghitungan Mahkamah pada perolehan suara partai politik sebesar 238 suara dengan jumlah suara tidak sah sebesar 3 suara, dan hasilnya sebesar 241 suara. Dengan demikian, seharusnya surat suara yang digunakan jumlahnya 241 surat suara, namun pada Model C1 tertulis surat suara yang terpakai adalah sebesar 244 suara, sehingga diketahui surat suara yang digunakan kelebihan 3 surat suara.Terhadap bukti Model C1 milik Termohon, Mahkamah melakukan penelitian sebagaimana yang dilakukan pada bukti milik Pemohon, ternyata terdapat ketidaksesuaian antara jumlah suara sah yang tercantum pada Model C1 dengan Lampiran Model C1. Pada Model C1, suara sah tertulis 390 suara, namun setelah Mahkamah melakukan penjumlahan perolehan suara pada setiap partai politik pada Lampiran C1, diketahui jumlah suara sah sebesar 393 suara. Dengan demikian terjadi kelebihan 3 suara dari surat suara yang digunakan.Selanjutnya Mahkamah menjumlahkan jumlah suara sah hasil penghitungan suara sah yang diperoleh oleh masing-masing partai politik yaitu sebesar 393 suara pada Lampiran C1 dengan jumlah suara tidak sah yang tertulis pada Model C1 yaitu sebesar 4 suara, dan diketahui jumlah suara sah dan tidak sah sebesar 397 suara. Sedangkan jumlah surat suara yang digunakan sebagaimana yang tertulis pada Model C1 sebesar 394 sehingga terjadi kelebihan 3 suara dari surat suara yang digunakan.Terhadap fakta hukum di atas, Mahkamah menilai bahwa bukti Model C1 dan lampiran Model C1 Pemohon lebih akurat daripada bukti Model C1 dan lampiran Model C1 Termohon. Karena menurut Mahkamah, pada Bukti C1 dan lampiran Model C1 Pemohon memang terjadi perbedaan antara surat suara yang digunakan dengan total suara sah dan tidak sah. Akan tetapi perbedaan itu, Mahkamah dapat memakluminya, dan hal tersebut dimungkinkan akibat kelalaian dalam melakukan penghitungan suara sehingga ada tiga suara yang tidak dihitung. Karena, jika Pemohon beritikad tidak baik (te kwader trouw), Pemohon mempunyai kesempatan untuk menambah 3 suara lagi agar sesuai dengan surat suara yang dipakai, namun hal tersebut tidak dilakukan Pemohon.

235-614.indd 255 9/24/10 11:09:23 AM

Page 278: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

256 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Fakta hukum tersebut berbeda dengan bukti Model C1 dan Lampiran Model C1 Termohon, di mana telah terjadi kelebihan 3 suara dari surat suara yang digunakan. Terhadap fakta hukum ini, Mahkamah menilai adanya unsur kelalaian atau kealpaan dalam menghitung suara sangat kecil sekali mengingat jumlah suara sah dan suara tidak sah lebih banyak daripada surat suara yang dipakai. Mahkamah juga menemukan tidak ada satu pun tanda tangan pada Model C1 dan Lampiran Model C1 milik Termohon, serta terdapat banyak coretan-coretan perubahan perolehan suara partai politik pada Lampiran Model C1, termasuk pada “penebalan” penulisan angka 20 perolehan Caleg PKPI (Hermina Pasolang). Selain bukti-bukti tertulis di atas juga keterangan saksi Martin Mika, petugas TPS 2 To’tallang Kecamatan Awan Rante Karua, yang menegaskan bahwa pada TPS 2 To’tallang PKPI hanya mendapatkan 2 suara atas nama Caleg Alex Alatas Patabang, sedangkan Caleg Hermin Pasolang tidak dapat suara.Dengan adanya fakta hukum sebagaimana yang terungkap di atas, Mahkamah berkeyakinan telah terjadi penggelembungan 20 suara untuk PKPI khususnya pada Caleg Hermin Pasolangan. Karenanya, Mahkamah berpendapat bahwa di Dapil Tana Toraja 7, PKPI memperoleh 1.832 suara dan PKDI memperoleh 1.838 suara sebagaimana yang didalilkan oleh Pemohon yang mempengaruhi perolehan suara partai politik. Berdasarkan pandangan dan penilaian hukum di atas, dalil Pemohon terbukti dan beralasan hukum.

2. Dapil Biak 2 untuk DPRD Kabupaten Biak Pemohon mendalilkan suaranya telah dikurangi sebesar 32 suara yang didasarkan pada data rekapitulasi tingkat KPPS yaitu suara Pemohon sebesar 438 suara, namun pada saat pengumuman penetapan rekapitulasi suara oleh Turut Termohon KPU Biak Numfor, suara Pemohon menjadi 406 suara.Selain mendalilkan telah terjadi pengurangan suara, Pemohon juga mendalilkan telah terjadi penggelembungan suara sebesar 51 suara untuk PNI Marhaenisme yang didasarkan pada Berita Acara KPPS (Model C) perolehan suara PNI Marhaenisme sebesar 199 suara, namun pada saat dilakukan rekapitulasi pada tingkat PPD berubah menjadi 250 suara. Akibat penghilangan suaranya dan pengelembungan tersebut Pemohon kehilangan satu kursi di DPRD Kabupaten Biak Numfor.Berdasarkan dalil-dalil Pemohon, bantahan Termohon, dan bukti tertulis Turut Termohon KPU Biak Numfor, Mahkamah menilai permohonan Pemohon tidak berdasar dan tidak beralasan hukum karena tidak jelas disebutkan di daerah mana suara Pemohon dikurangi dan di daerah mana atau di TPS, PPD/PPK mana terjadi penggelembungan suara untuk PNI Marhaenisme. Dengan demikian, dalil-dalil Pemohon harus dikesampingkan.

3. Dapil Dairi 1 untuk DPRD Kabupaten DairiPemohon mendalilkan telah terjadi penggelembungan suara di Daerah Pemilihan Dairi 1, yaitu:

235-614.indd 256 9/24/10 11:09:23 AM

Page 279: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

257Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

1. 25 suara terhadap suara Partai Hati Nurani Rakyat di TPS 23 Dapil 1 Desa Sidikalang Kecamatan Sidikalang;

2. 5 suara terhadap suara Partai Barisan Nasional di TPS I, II, III, dan IV Desa Kalang, Kecamatan Sidikalang;

3. 12 suara terhadap suara Partai Barisan Nasional di TPS I, II, III, dan IV Desa Berampu, Kecamatan Berampu.

Setelah dilakukan pengecekan terhadap bukti tertulis Pemohon (Bukti P-9) dengan bukti Termohon (Bukti T-12 dan Bukti T-13) untuk TPS II, TPS III, dan TPS IV ternyata perolehan hasil suaranya sama, yakni Partai Barnas untuk TPS II tidak memperoleh suara, TPS III memperoleh 3 suara, dan untuk TPS IV memperoleh 1 suara. Sedangkan untuk TPS I, setelah dilakukan perbandingan bukti Pemohon (Bukti P-9) dengan bukti Termohon (Bukti T-11) diketahui bahwa bukti Pemohon (Bukti P-9) menunjukkan Partai Barnas pada TPS I tidak mendapatkan suara, sementara pada bukti Termohon (Bukti T-11) Partai Barnas mendapat 12 suara.Mahkamah kemudian mencermati secara mendalam terhadap bukti Pemohon (Bukti P-9) dan bukti Termohon (Bukti T-11). Pada bukti Pemohon (Bukti P-9), total suara sah yang tertulis dalamSertifikat Hasil Penghitungan Suara di TPS I (Model C1)berjumlah 203 suara, tetapi setelah Mahkamah melakukan penghitungan seluruh perolehan suara partai pada Rincian Perolehan Suara Sah dan Suara Tidak Sah (Lampiran Model C1) tersebut ternyata jumlah total suara hanya sebesar 151 suara.Selanjutnya, Mahkamah melakukan pengecekan lebih mendalam terhadap bukti Termohon (Bukti T-11) dan ternyata diketahui bahwa jumlah suara sah yang tertulis dalamSertifikatHasilPenghitunganSuaradiTPSI(ModelC1)berjumlah203suara,selanjutnya Mahkamah melakukan penghitungan satu per satu seluruh perolehan suara partai pada Rincian Perolehan Suara Sah dan Suara Tidak Sah (Lampiran Model C1) tersebut dan hasilnya sama yaitu 203 suara.Berdasarkan penelitian secara mendalam di atas, Mahkamah berpendapat bahwa bukti surat Pemohon tidak akurat karena antara Model C1 dengan Lampiran Model C1 terdapat perbedaan jumlah suara yang seharusnya jumlah perolehan suara tersebut sama.Selain mengajukan bukti tertulis, Pemohon juga menghadirkan tiga orang saksi di persidangan tanggal 22 Mei 2009, yaitu Bempa Nababan (Ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Dairi), Damaskus Silalahi (pengurus dari Partai Demokrat DPC Partai Demokrat Kabupuaten Dairi) dan Joshua Sianturi (Ketua DPC PDS Kabupaten Dairi). Ketiga saksi pada pokoknya menerangkan bahwa di TPS I Desa Berampu, sesuai Model C1 yang mereka miliki, Partai Barnas tidak mendapat suara. Saksi Joshua Sianturi pernah menunjukkan Model C1 milik partainya kepada pengurus PKDI dan isinya sama yakni Partai Barnas tidak mendapatkan suara pada TPS 1 Desa Berampu.

235-614.indd 257 9/24/10 11:09:23 AM

Page 280: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

258 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Setelah dilakukan pengecekan oleh Mahkamah, ternyata Bukti C1 TPS I Desa Berampu milik Pemohon (Bukti P-9) yang menurut saksi isinya sama dengan yang mereka miliki, ternyata dinilai oleh Mahkamah tidak akurat karena terjadi perbedaan antara total suara sebagaimana yang tertulis dalamSertifikat Hasil PenghitunganSuara di TPS 1 (Model C1) dengan Rincian Perolehan Suara Sah dan Suara Tidak Sah (Lampiran Model C1). Oleh karenanya, kesaksian ketiga saksi tersebut harus dikesampingkan.Berdasarkan fakta hukum di atas, Mahkamah berpendapat bahwa tidak terbukti adanya penggelembungan suara untuk Partai Barnas. Oleh karena tidak ada penggelembungan suara untuk Partai Barnas pada TPS I, TPS II, TPS III, dan TPS IV Desa Berampu, maka pada empat TPS tersebut Partai Barnas tetap memperoleh 16 suara (sesuai dalil Termohon), sehingga Partai Barnas yang semula mendapat 1.630 suara dikurangi 5 suara (sebagaimana Kesimpulan Akhir Turut Termohon) menjadi 1.625 suara dan PKDI tetap mendapat suara 1.617 suara. Karenanya dalil-dalil Pemohon harus dikesampingkan.

4. Dapil Jayawijaya 4 untuk DPRD Kabupaten Jayawijaya Pemohon mendalilkan kehilangan sebesar 276 suara pada Dapil Jayawijaya 4 khususnya Caleg Pemohon Nomor Urut 1 atas nama Donatus Yusuk. Selain itu, Pemohon mendalilkan bahwa pada Berita Acara perolehan suara dari TPS-TPS suara Donatus Yusuk sebanyak 1.358 suara, namun berdasarkan rekapitulasi PPD Asologaima suara Donatus Yusuk hanya 1.082 suara.Setelah Mahkamah memeriksa bukti tertulis Pemohon, Mahkamah menilai bukti Pemohon tersebut tidak akurat untuk dijadikan sebagai alat bukti dengan alasan: 1) Bukti P-1 adalah pernyataan keberatan saksi atas rekapitulasi yang dilakukan oleh PPD Asologaima, sehingga tidak dapat menjadi dasar bagi Mahkamah untuk menentukan perolehan suara sah yang benar; 2) Bukti P-2 yang merupakan rekapan hasil perolehan suara legislatif 2009 di Distrik Asologaima adalah catatan Pemohon sendiri, bukan format resmi yang dikeluarkan oleh KPU sehingga Mahkamah menilai bukti tersebut tidak valid dan akurat. Dengan demikian dalil-dalil Pemohon harus dikesampingkan.

5. Dapil Luwu Utara 3 untuk DPRD Kabupaten Luwu Utara Dalil Pemohon menyangkut kesalahan cetak surat suara oleh Termohon pada Caleg Nomor Urut 3 Pemohon di Dapil Luwu Utara 3. Dalam hal ini, seharusnya nama yang tertulis pada surat suara adalah Irwan Jaya Papayungan, S.T., tetapi tercantum Harun Linggi.Akibat kesalahan cetak ini, Pemohon mendalikan sangat dirugikan meskipun Termohon telah memberikan suara sah yang diperoleh Caleg Nomor Urut 3 atas nama Harun Linggi kepada Irwan Jaya Papayungan. Pemohon menilai tetap dirugikan karena Irwan Jaya Papayungan sudah melakukan kampanye untuk dirinya kepada

235-614.indd 258 9/24/10 11:09:23 AM

Page 281: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

259Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

para calon pemilih, akan tetapi pada saat calon pemilihnya akan memilih ternyata namanya tidak ada dalam surat suara.Terhadap dalil Pemohon tersebut, Termohon menyatakan Mahkamah tidak berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan karena perkara tersebut bukan objectum litis Perselisihan Hasil Pemilihan Umum sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 16 Tahun 2009, karena tidak menyangkut hasil penghitungan suara. Selain itu, Termohon juga menyatakan bahwa tidak ada jaminan kalau tidak terjadi kesalahan dalam penulisan nama, suara Caleg Nomor Urut 3 Pemohon akan bertambah. Setelah melakukan pemeriksaan semua alat bukti yang diajukan, Mahkamah berpendapat bahwa permohonan tersebut adalah pelanggaran administratif Pemilu, bukan merupakan perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum sebagaimana yang dimaksud Pasal 75 UU Nomor 24 Tahun 2003 juncto Pasal 258 UU Nomor 10 Tahun 2008 juncto Pasal 5 Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 16 Tahun 2009. Dengan demikian, dalil-dalil Pemohon harus dikesampingkan.

6. Dapil Papua 4 untuk DPRD Provinsi PapuaPemohon mendalilkan telah kehilangan sebanyak 10.490 suara yang tersebar di tiga calon legislatif Pemohon, yaitu Hironimus Hilapok kehilangan sebanyak 1.715 suara, Adolof A. Kosay sebanyak 3.200 suara, dan Albert Elopere sebanyak 5.557 suara. Akibat kesalahan penetapan yang dilakukan Termohon yakni Turut Termohon VI KPU Papua, Pemohon tidak memperoleh kursi di DPRD Provinsi Papua.Setelah Mahkamah melakukan pengecekan terhadap alat bukti tertulis yang diajukan oleh Pemohon dan relevan dengan perkara tersebut, Mahkamah menilai sebagian besar bukanlah bukti resmi yang dikeluarkan oleh KPU melainkan catatan yang dibuat sendiri oleh saksi Pemohon (vide Bukti P-5a, Bukti P-6, dan Bukti P-7) sehingga bukti-bukti tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan validitas dan akurasinya. Oleh karena bukti-bukti tertulis tidak dapat dipertanggungjawabkan validitas dan akurasinya, maka kesaksian ketiga saksi yang diajukan oleh Pemohon juga harus dikesampingkan.Sekiranya alat bukti tersebut dinyatakan valid dan akurat, namun setelah Mahkamah melakukan pengecekan lebih lanjut diketahui bahwa bukti tertulis yang diajukan tidak memenuhi klaim suara yang dimohonkan oleh Pemohon dengan perincian sebagai berikut.1. Kehilangan suara Pemohon pada Caleg Hironimus Hilapok 1.715 suara, ternyata

menurut alat bukti yang diajukan hanya sebesar 736 suara (Bukti P-5a dan Bukti P-5b).

2. Kehilangan suara Pemohon pada Caleg Adolof A. Kosay sebanyak 3.200 suara, ternyata menurut alat bukti yang diajukan hanya sebesar 1.500 suara (Bukti P-6).

235-614.indd 259 9/24/10 11:09:23 AM

Page 282: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

260 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

3. Kehilangan suara Pemohon pada Caleg Albert Elopere sebanyak 5.557 suara, ternyata menurut alat bukti yang diajukan 5.756 suara (Bukti P-7).

Dari ketiga Caleg tersebut, Pemohon hanya mampu mengajukan alat bukti sebesar 7.992 suara dari 10.490 suara yang didalilkan. Dengan demikian, dalil-dalil Pemohon harus dikesampingkan.

7. Dapil Yahukimo untuk DPRD Kabupaten YahukimoPemohon telah mencabut permohonan untuk Dapil Yahukimo dalam persidangan tanggal 1 Juni 2009. Permohonan pencabutan ini juga diajukan secara tertulis ke Kepaniteraan Mahkamah pada tanggal 3 Juni 2009. Dengan demikian, Mahkamah tidak mempertimbangkan lebih lanjut permohonan Pemohon di Dapil Yahukimo.

8. Dapil Sumatera Utara 7 untuk DPRD Provinsi Sumatera UtaraPemohon mendalilkan bahwa Termohon telah mengurangi perolehan suaranya di Dapil 2 Kabupaten Nias Selatan yakni di Kecamatan Gomo-Amandraya, Kecamatan Lolowau, Kecamatan Lolomatua, dan Kecamatan Teluk, khususnya suara Caleg Pemohon bernama Denisman Bu’ulolo. Di samping itu, terjadi pula penggelembungan suara Partai Pelopor dan Partai Golkar di Kecamatan Lolowoiui yang secara signifikan mempengaruhi suara Pemohon sehingga tidak mendapat kursi DPRDProvinsi Sumatera Utara.Terhadap permohonan untuk Dapil Sumatera Utara 7, Mahkamah telah menjatuhkan Putusan Sela Nomor 28-65-70-82-84-89/PHPU.C-VII/2009 yang diucapkan pada sidang pleno terbuka untuk umum pada tanggal 9 Juni 2009, sehingga permohonan untuk Dapil Sumatera Utara 7 akan diputuskan lebih lanjut setelah dilaksanakannya putusan sela tersebut.

9. Dapil Nias Selatan 2 untuk DPRD Kabupaten Nias SelatanPemohon keberatan terhadap penetapan perolehan suara di Kecamatan Gomo dan Kecamatan Amandraya karena suara Pemohon berkurang sebanyak 2.221 suara pada tingkat PPK. Akibatnya Pemohon kehilangan 1 kursi DPRD Kabupaten Nias Selatan. Terhadap permohonan untuk Dapil Nias Selatan 2, Mahkamah telah menjatuhkan Putusan Sela Nomor 28-65-70-82-84-89/PHPU.C-VII/2009 yang diucapkan pada sidang pleno terbuka untuk umum pada tanggal 9 Juni 2009. Dengan demikian, permohonan untuk Dapil Nias Selatan 2 akan diputus lebih lanjut setelah dilaksanakannya Putusan Sela tersebut.Berpijak pada pendapat di atas, dalam amar putusan tertanggal 17 Juni 2009,

Mahkamah memutus sebagai berikut.Dalam Eksepsi: • menyatakaneksepsiTermohon tidakdapat diterima.

235-614.indd 260 9/24/10 11:09:23 AM

Page 283: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

261Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

Dalam Pokok Perkara:1. Mengabulkan permohonan Pemohon untuk Daerah Pemilihan Tana Toraja 7 untuk

sebagian;• MenyatakanbatalKeputusanKPUNomor255/Kpts/KPU/TAHUN2009tentang

Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara Nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 sepanjang mengenai perolehan suara Partai Kasih Demokrasi Indonesia (PKDI) di Daerah Pemilihan Tana Toraja 7;

• Menyatakan perolehan suara yang benar Partai Keadilan dan PersatuanIndonesia (PKPI) sebanyak 1.832 suara dan Partai Kasih Demokrasi Indonesia (PKDI) sebanyak 1.838 suara di Daerah Pemilihan Tana Toraja 7;

• MemerintahkanKPUuntukmelaksanakanputusan ini;• Menolakpermohonanuntuk selain dan selebihnya;

2. Menyatakan permohonan Pemohon untuk Daerah Pemilihan Biak Numfor 2, Daerah Pemilihan Dairi 1, Daerah Pemilihan Jayawijaya 4, Daerah Pemilihan Luwu Utara 3, dan Daerah Pemilihan Papua 4 ditolak untuk seluruhnya.Termohon telah melaksanakan Putusan Sela Nomor 28-65-70-82-84-89/PHPU.C-

VII/2009 dengan melakukan pemungutan suara ulang pada tanggal 22 Juli 2009. Hal ini termuat dalam Surat Komisi Pemilihan Umum Nomor 1383/KPU/VIII/2009 bertanggal 25 Agustus 2009 perihal Laporan Hasil Pelaksanaan Putusan Mahkamah Konstitusi atas Perselisihan Hasil Pemilihan Umum, dan Surat Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara Nomor 270-3573/KPU-54 bertanggal 1 Agustus 2009 perihal Penyampaian Hasil Pemungutan Suara Ulang DPR RI, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten Nias Selatan.

Sehubungan dengan pelaksanaan putusan sela tersebut, Mahkamah menetapkan perolehan suara Partai Kasih Demokrasi Indonesia (PKDI) adalah sebagai berikut.• HasilperolehansuaraDPRRIpadaKabupatenNiasSelatanDapilSumateraUtara

II sebesar 1.995 suara.• HasilperolehansuaraDPRDProvinsipadaKabupatenNiasSelatanDapilSumatera

Utara 7 sebesar 10.198 suara.• Hasil perolehan suara DPRD Kabupaten pada Kabupaten Nias Selatan di Dapil

1 sebesar 2.108 suara, Dapil 2 sebesar 658 suara, Dapil 3 sebesar 1.269 suara, dan Dapil 4 sebesar 467 suara, sehingga seluruhnya berjumlah 4.502 suara.Penetapan perolehan suara Partai Kasih Demokrasi Indonesia tersebut ditetapkan

oleh Mahkamah dalam Putusan Akhir Nomor 28-65-70-82-84-89/PHPU.C-VII/2009 pada tanggal 1 September 2009. Dengan adanya penetapan perolehan suara tersebut, Mahkamah Konstitusi memerintahkan KPU Provinsi Sumatera Utara dan KPU Kabupaten Nias Selatan untuk melaksanakan Putusan Mahkamah Konstitusi ini.

235-614.indd 261 9/24/10 11:09:23 AM

Page 284: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

262 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

235-614.indd 262 9/24/10 11:09:23 AM

Page 285: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

263Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 32/PHPU.C-VII/2009

TENTANG KEBERATAN PARTAI PEMUDA INDONESIA TERHADAP HASIL PEMILU

ANGGOTA DPR, ANGGOTA DPRD PROVINSI DANANGGOTA DPRD KABUPATEN/KOTA

Pemohon : 1. Hasanuddin Yusuf; 2. Niko Silitonga.Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan

DPRD.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor

255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara Nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 untuk Daerah Pemilihan Kabupaten Minahasa Selatan III, Daerah Pemilihan Kabupaten Cirebon II, dan Daerah Pemilihan Kabupaten Tapanuli Utara I.

Amar Putusan : Dalam Eksepsi: Mengabulkan eksepsi Termohon dan Turut Termohon II Kabupaten

Cirebon. Dalam Pokok Perkara: - Permohonan untuk Dapil 2 Kabupaten Cirebon 2 tidak dapat

diterima; - Menolak permohonan Pemohon untuk Dapil Minahasa Selatan

3 dan Dapil Tapanuli Utara 1.Tanggal Putusan : Jumat,12 Juni 2009.

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

235-614.indd 263 9/24/10 11:09:23 AM

Page 286: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

264 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Ikhtisar Putusan : Pemohon adalah Ketua Umum dan Sekretaris Dewan Pimpinan Pusat Partai Pemuda

Indonesia (PPI) yang bertindak untuk dan atas nama PPI peserta Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD Tahun 2009.

Terkait dengan kewenangan Mahkamah, menurut Mahkamah permohonan Pemohon adalah sengketa penetapan hasil pemilihan umum yang dilakukan secara nasional oleh KPU yang mempengaruhi perolehan kursi partai politik peserta pemilihan umum sehingga berdasarkan ketentuan Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi juncto Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, sehingga Mahkamah Konstitusi berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan a quo;

Terkait dengan kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, menurut Mahkamah, Pemohon mempunyai kedudukan hukum untuk mengajukan permohonan a quo, karena Pemohon adalah Parpol peserta pemilihan umum Nomor Urut 14 berdasarkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 149/SK/KPU/TAHUN 2008 tanggal 9 Juli 2008 tentang Penetapan dan Pengundian Nomor Urut Partai Politik Peserta Pemilihan Umum Tahun 2009.

Terkait dengan tenggang waktu pengajuan permohonan, menurut Mahkamah, permohonan Pemohon diajukan ke Mahkamah tanggal 12 Mei 2009 jam 22.00 WIB, yang diregistrasi pada tanggal 13 Mei 2009 jam 23.05 WIB dengan Nomor 32/PHPU.C-VII/2009 sedangkan Termohon (KPU) menetapkan hasil pemilihan umum Tahun 2009 secara nasional dengan Keputusan Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN 2009 tanggal 9 Mei 2009, jam 23.50 WIB, sehingga permohonan Pemohon masih dalam tenggang waktu sebagaimana ketentuan Pasal 74 ayat (3) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi, Pasal 6 ayat (1) Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD karena diajukan masih dalam jangka waktu paling lambat 3 x 24 jam sejak KPU mengumumkan penetapan perolehan suara hasil Pemilu secara nasional.

Pemohon pada pokoknya mempersoalkan perselisihan hasil Pemilu di 3 (tiga) daerah pemilihan (Dapil) yaitu.1. Dapil 3 Kabupaten Minahasa Selatan Pemohon mengajukan keberatan atas penetapan Termohon dan Turut Termohon

I mengenai perolehan suara PPI di Kecamatan Sinonsayang yang menurut versi Termohon sebanyak 1.117 suara (Bukti T.T.2/Model DA-1 tertulis 1.097, sedangkan dalam Bukti T.T.1/Model DB-1 tertulis 1.117 suara; terjadi penambahan suara untuk Caleg Nomor Urut 2 atas nama Angelin Kalangi, SE, sebesar 10 suara dan Caleg Nomor Urut 3 atas nama Aldo H Lintang, sebesar 10 suara, sehingga total bertambah 20 suara). Menurut Pemohon seharusnya 1.171 suara (Bukti P-1/Model

235-614.indd 264 9/24/10 11:09:23 AM

Page 287: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

265Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

DA-B Pemohon tertulis 1.171 suara, tetapi seharusnya tertulis 1.172 suara. Suara dari Caleg PPI Nomor Urut 2 atas nama Angelin Kalangi, SE, di TPS III Desa Tiniawangko sebesar 1 suara tidak ikut terjumlahkan dalam Model DA-B tersebut). Di Kecamatan Amurang dari yang seharusnya menurut versi Pemohon berjumlah 99 suara (Bukti P-3/Model DA-1) namun menurut Turut Termohon I hanya 68 suara (Bukti T.T.3/Model DA-1, PPI memperoleh 70 suara dan berdasarkan Bukti T.T.1/Model DB-1, PPI memperoleh 68 suara karena selisih 2 suara antara Bukti T.T.2/Model DA-1 dan T.T.1/Model DB-1 ini diketahui dari berkurangnya suara untuk Caleg PPI Nomor Urut 1 atas nama Abdul Saman Katili, ST, yang di Formulir DA-1 tertera memperoleh 8 suara, namun dalam Formulir DB-1 tertera 6 suara), sehingga PPI di Dapil 3 Minahasa Selatan seharusnya memperoleh 1.373 suara (berdasarkan Bukti P-1/Model DA-B, PPI di Dapil 3 Kabupaten Minahasa Selatan memperoleh total 1.374 suara) namun oleh KPU hanya ditetapkan memperoleh 1.288 suara (Bukti T.T-1).

Dari pemeriksaan pembuktian didapatkan suatu perbandingan Bukti P-1 dari Pemohon dalam Model DA-B perolehan suara PPI di Kecamatan Sinonsayang tertulis 1.172 suara, sedangkan menurut Bukti T.T-2/Model DA-1 Pemohon hanya memperoleh 1.097 suara dan Bukti T.T-1/Model DB-1 Pemohon memperoleh 1.117 suara.

Selanjutnya, untuk Kecamatan Amurang Bukti P-3 dari Pemohon tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, selain karena tintanya yang ditebalkan juga Model DA-1 tersebut tidak ditandatangani oleh PPK, sehingga yang harus diterima sebagai bukti yang sah menurut hukum adalah Bukti T.T-3/Model DA-1 versi Turut Termohon I, karenanya perolehan suara PPI adalah 70 suara.

Dengan demikian, Mahkamah berpendapat bahwa suara PPI di Dapil 3 Minahasa Selatan yang benar adalah: Kecamatan Sinonsayang 1097 suara + Kecamatan Amurang 70 suara + Kecamatan Amurang Barat 48 suara + Kecamatan Tenga 55 suara = 1.270 suara, bukan 1.288 suara menurut versi Turut Termohon I dan bukan 1.373 suara menurut versi Pemohon, oleh karena itu permohonan Pemohon tidak beralasan hukum sehingga Permohonan Pemohon harus ditolak.

2. Dapil 2 Kabupaten Cirebon Pemohon mendalilkan memperoleh ± 7.324 suara, sedangkan Turut Temohon II

dalam rekapitulasi suara di tingkat kabupaten menyatakan bahwa perolehan suara Pemohon hanya 4. 324 suara, dalam hal ini telah terjadi selisih suara ± 3.010 suara. Untuk itu, Termohon dan Turut Termohon II mengajukan eksepsi yang menyatakan permohonan Pemohon tidak jelas dan kabur (obscuur libel) karena uraiannya tidak menjelaskan secara rinci dari TPS dan PPK mana suara Pemohon menyusut/berkurang sehingga rekapitulasi suara Pemohon di Dapil 2 Cirebon menyusut sebesar ± 3.010 suara.

Terhadap eksepsi Termohon dan Turut Termohon II di atas, Mahkamah setelah memeriksa dan menilai permohonan Pemohon, ternyata permohonan tersebut tidak

235-614.indd 265 9/24/10 11:09:23 AM

Page 288: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

266 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

cukup jelas dan tegas karena angka yang disebutkan dalam permohonan Pemohon tidak pasti dengan menuliskan kalimat lebih-kurang (±) dan tidak menjelaskan secara rinci di mana terdapat penambahan dan pengurangan serta pengalihan suaranya ke partai lain yang mana, padahal berdasarkan Pasal 75 UU MK, permohonan wajib menguraikan dengan jelas tentang kesalahan hasil penghitungan suara yang diumumkan oleh Komisi Pemilihan Umum dan hasil penghitungan yang benar menurut Pemohon dan permintaan untuk membatalkan hasil penghitungan suara yang diumumkan oleh Komisi Pemilihan Umum dan menetapkan hasil penghitungan suara yang benar menurut Pemohon.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, Mahkamah berpendapat permohonan Pemohon harus dinyatakan tidak dapat diterima.

3. Dapil 1 Kabupaten Tapanuli UtaraPemohon mengajukan dalil permohonan atas keberatan penetapan Termohon dan Turut Termohon III mengenai perolehan suara Pemohon di Kecamatan Tarutung dan Kecamatan Pahae Jae. Menurut versi Turut Termohon III di Kecamatan Tarutung, Pemohon memperoleh 258 suara, sedangkan menurut versi Pemohon adalah 268 suara. Kemudian di Kecamatan Pahae Jae, menurut versi Turut Termohon III memperoleh 205 suara, sedangkan menurut Pemohon adalah 208 suara, sehingga secara keseluruhan di Dapil I Kabupaten Tapanuli Utara suara Pemohon versi Turut Termohon III berjumlah 1.313 suara, sedangkan menurut versi Pemohon berjumlah 1.326 suara.Berdasarkan Bukti P.2 dan Bukti T.T.2 yang berupa Lampiran Model DB-1 hasil revisi tanggal 30 April 2009, perolehan suara PPI di Kecamatan Tarutung sebesar 258 suara. Berdasarkan Bukti P.3 berupa Lampiran Model DB-1 tanggal 23 April 2009, perolehan PPI tercetak sebesar 258 suara, namun dalam lampiran bukti tersebut terdapat penulisan angka dengan tulisan tangan yang berjumlah 272 suara untuk PPI di Kecamatan Tarutung. Selanjutnya, Bukti P.2 terdapat tandatangan dari Saksi PPI, namun dalam Bukti T.T.2 tidak terdapat tanda tangan dari saksi PPI. Dalam kesaksiannya, Saksi Lusiana Siregar (Saksi PPI di penghitungan tingkat KPU Kabupaten Tapanuli Utara) mengatakan menandatangani berita acara revisi tersebut (vide Risalah tanggal 25 Mei 2009). Selanjutnya, mengenai klaim yang seharusnya Pemohon di Desa Pardomuan Nainggolan, Kecamatan Pahae Jae, memperoleh 13 suara yaitu 11 suara untuk Caleg Nomor Urut 1 atas nama Rukanti Siregar dan 2 suara untuk Partai, namun berdasarkan Lampiran Model DA-1 (Bukti P-4 dan T.T.6) tertulis Pemohon memperoleh 10 suara. Menurut versi Pemohon, perolehan suara di Dapil 1 Kabupaten Tapanuli Utara berjumlah 1.326 suara sehingga selisih 13 suara dengan perolehan suara menurut versi Turut Termohon III.Dengan demikian, dari hasil pemeriksaan di persidangan dari dua versi perolehan suara tersebut di atas, Mahkamah menilai bahwa perolehan suara menurut versi

235-614.indd 266 9/24/10 11:09:23 AM

Page 289: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

267Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

Termohon dan Turut Termohon III adalah yang benar, sehingga permohonan Pemohon tidak terbukti menurut hukum dan harus dinyatakan ditolak.Berdasarkan seluruh penilaian fakta hukum di atas, Mahkamah dalam amar putusan

menyatakan.Dalam Eksepsi:Mengabulkan eksepsi Termohon dan Turut Termohon II Kabupaten Cirebon.Dalam Pokok Perkara:▪ Permohonan untuk Dapil 2 Kabupaten Cirebon 2 tidak dapat diterima;▪ Menolak permohonan Pemohon untuk Dapil Minahasa Selatan 3 dan Dapil Tapanuli

Utara 1.

235-614.indd 267 9/24/10 11:09:23 AM

Page 290: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

268 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

235-614.indd 268 9/24/10 11:09:23 AM

Page 291: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

269Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 40/PHPU.C–VII/2009

TENTANGKEBERATAN PARTAI NASIONAL BENTENG KERAKYATAN INDONESIA

TERHADAP HASIL PEMILUANGGOTA DPRD PROVINSI DAN ANGGOTA DPRD KABUPATEN/KOTA

Pemohon : 1. Erros Djarot; 2. Zulfan Lindan.Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan

DPRD.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum

Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 di 11 daerah pemilihan (Dapil), yakni Jembrana 4, Kalimantan Barat 5, Lampung 2, Siak 4, Riau, Sintang 1, Muna1, Mataram 3, Tanah Karo 1, Luwu 3, Ninia 2, dan Tulang Bawang 2.

Amar Putusan : - Menyatakan permohonan Pemohon sepanjang mengenai Dapil 4 Kabupaten Jembrana, Bali dan Dapil 5 Kabupaten Landak, Kalimantan Barat tidak dapat diterima;

- Menyatakan menolak seluruh permohonan Pemohon untuk selain dan selebihnya.

Tanggal Putusan : Jumat, 19 Juni 2009.Ikhtisar Putusan :

Pemohon Erros Djarot dan Zulfan Lindan adalah Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Partai Nasional Benteng Kerakyatan Indonesia (PNBKI). Pemohon keberatan terhadap perolehan suara PNBKI yang ditetapkan oleh Termohon,

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

235-614.indd 269 9/24/10 11:09:23 AM

Page 292: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

270 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

yakni Komisi Pemilihan Umum (KPU) dalam Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 (Keputusan KPU 255/2009), di 11 daerah pemilihan (Dapil), yakni Jembrana 4, Kalimantan Barat 5, Lampung 2, Siak 4, Riau, Sintang 1, Muna1, Mataram 3, Tanah Karo 1, Luwu 3, Ninia 2, dan Tulang Bawang 2.

Mengenai kewenangan Mahkamah, Pasal 24C ayat (1) UUD 1945, Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) juncto Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman menentukan bahwa salah satu kewenangan konstitusional Mahkamah adalah memutus perselisihan tentang hasil Pemilu. Karena permohonan Pemohon adalah sengketa penetapan hasil Pemilu yang dilakukan secara nasional oleh KPU, maka Mahkamah berwenang untuk memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan tersebut.

Mengenai kedudukan hukum (legal standing), Pasal 74 ayat (1) huruf c UU MK dan Pasal 3 ayat (1) huruf b Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (PMK 16/2009) menentukan bahwa salah satu Pemohon dalam perselisihan hasil Pemilu adalah partai politik peserta Pemilu. Pemohon, yakni Partai Nasional Benteng Kerakyatan Indonesia adalah partai politik peserta Pemilu Tahun 2009 Nomor Urut 26 oleh karena itu, Pemohon memenuhi syarat kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan perselisihan hasil Pemilu.

Mengenai tenggang waktu pengajuan permohonan, Pasal 74 ayat (3) UU MK juncto Pasal 259 ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang diatur lebih lanjut dalam Pasal 6 ayat (1) PMK 16/2009, menentukan bahwa permohonan pembatalan penetapan perolehan suara hasil Pemilu secara nasional oleh KPU hanya dapat diajukan oleh peserta Pemilu dalam jangka waktu paling lambat 3 x 24 (tiga kali dua puluh empat) jam sejak KPU mengumumkan penetapan perolehan suara hasil Pemilu secara nasional. Keputusan KPU 255/2009 diumumkan pada 9 Mei 2009, pukul 23.50 WIB, sedangkan Pemohon mengajukan permohonannya pada 11 Mei 2009 pukul 16.50 WIB. Oleh karena itu, pengajuan permohonan tersebut masih dalam tenggang waktu yang ditentukan.

Berkenaan dengan dalil permohonan yang meliputi 11 Dapil, Mahkamah berpendapat sebagai berikut.1. Dapil Jembrana 4, Bali Pemohon mendalilkan terdapat surat suara yang tertukar di Dapil 4 Kabupaten

Jembrana Bali, sehingga ada Caleg yang dirugikan dan yang diuntungkan. Oleh karena itu Pemohon memohon untuk dilakukan pemungutan suara ulang.

235-614.indd 270 9/24/10 11:09:23 AM

Page 293: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

271Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

Terhadap dalil tersebut di atas, Mahkamah mempertimbangkan bahwa tertukarnya surat suara tidak akan merugikan partai politik peserta Pemilu, oleh karena semua surat suara memuat tanda gambar, nomor urut, dan nama masing-masing partai politik peserta Pemilu. Untuk itu, keberatan tentang tertukarnya surat suara hanya diajukan oleh Pemohon sehingga tidak cukup alasan untuk diadakan pemungutan suara ulang, oleh karena itu permohonan Pemohon tidak dapat diterima.

2. Dapil Landak 5, Kalimantan Barat Pemohon mendalilkan suaranya hilang sebanyak 1.516 di tiga kecamatan yang

ada di Dapil 5 Kabupaten Landak. Terhadap dalil permohonan tersebut, Mahkamah berpendapat bahwa permohonan

Pemohon yang hanya mendalilkan suaranya hilang 1.516 di tiga kecamatan dalam Dapil 5 Kabupaten Landak, tanpa merinci lebih lanjut TPS dan PPK tempat terjadinya kehilangan perolehan suara tersebut, dan hanya bersifat umum, sehingga tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 75 huruf a UU MK yaitu bahwa Pemohon harus menguraikan dengan jelas kesalahan penghitungan suara yang diumumkan oleh KPU (Termohon) dan hasil penghitungan yang benar menurut Pemohon. Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, Mahkamah menilai permohonan Pemohon tidak jelas dan oleh karena itu harus dinyatakan tidak dapat diterima.

3. Dapil Lampung 2 Pemohon mendalilkan kehilangan sebanyak 885 suara, di Kecamatan Way Lima,

Kabupaten Pesaweran yang tersebar di 16 desa dengan 79 TPS. Terhadap bukti–bukti surat bertanda Bukti P-1 sampai dengan Bukti P-79 berupa

Model C-1 dari 79 TPS se-kecamatan Way Lima yang diajukan oleh Pemohon, Mahkamah menilai bukti–bukti tersebut tidak sah, oleh karena sebagian besar tidak di tandatangani oleh KPPS dan saksi-saksi, sebagian di-tipp-ex lalu ditulis ulang, dan ada yang diubah angkanya. Sebaliknya bukti–bukti surat bertanda TT.1 sampai dengan TT.7 semuanya ditandatangani secara lengkap oleh anggota KPPS, sebagian besar saksi-saksi partai politik, tidak ada coretan, tidak ada penulisan ulang, tidak ada penebalan tulisan dan tidak ada yang ditipp-ex, bahwa saksi Sarda Ilyas dan Zamzani Yasin yang diajukan oleh Pemohon keduanya adalah saksi yang berkepentingan dengan permohonan a quo, lagi pula saksi Zamzani Yasin hanya mendengar dari orang lain bahwa ada pengurangan suara Pemohon di Kecamatan Way Lima, sehingga Mahkamah menilai kesaksian para saksi tersebut tidak cukup meyakinkan untuk membuktikan kebenaran dalil–dalil Pemohon. Berdasarkan pertimbangan tersebut Mahkamah berpendapat permohonan Pemohon tidak beralasan, sehingga permohonan Pemohon harus ditolak.

4. Dapil Siak 4, Riau Pemohon mendalilkan kehilangan suaranya sebanyak 98 suara di Kecamatan

Tualang, di dua desa yaitu, di Kelurahan Perawang sebanyak 67 suara dan di Desa Tualang sebanyak 31 suara.

235-614.indd 271 9/24/10 11:09:23 AM

Page 294: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

272 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Terhadap bukti-bukti surat yang diajukan oleh Pemohon, Mahkamah menilai bahwa perolehan suara Pemohon yang tertera di dalam Bukti P-141 dan Bukti TT-7 adalah yang benar, karena merupakan bukti resmi dari kedua belah pihak, yang ditandatangani oleh semua Anggota PPK dan beberapa saksi partai politik, dan perolehan suara Pemohon sama jumlahnya. Adapun Bukti P-145 dinilai tidak sah karena merupakan bukti yang dibuat sendiri oleh Pemohon, tidak ditandatangani oleh PPK dan saksi dan jumlah perolehan suaranya tidak sama dengan bukti resmi seperti Bukti P-141 dan Bukti TT-7; bahwa perolehan suara Pemohon di Kelurahan Perawang sebanyak 985 suara dan di Desa Tualang sebanyak 83 suara, tertulis di dalam Formulir Model DA-1 DPRD Kabupaten/Kota yang dijadikan bukti oleh Pemohon (Bukti P-141) sesuai dengan bukti tertulis Formulir Lampiran Model DA-1 DPRD Kabupaten/Kota yang diajukan oleh Termohon (Bukti TT.7). Saksi Tavip Nasution yang diajukan oleh Pemohon dinilai Mahkamah tidak dapat bersikap netral oleh karena selain saksi tersebut adalah dari pengurus DPD Partai Pemohon, saksi juga adalah Caleg DPRD Kabupaten Siak dari Pemohon, yang mempunyai kepentingan dengan permohonan a quo. Selain itu saksi hanya menerangkan bahwa perolehan suara Pemohon sejumlah 1.298 suara tanpa memberikan perincian sumber perolehan suara tersebut, bahwa Saksi Mujiarto yang menerangkan bahwa Pemohon memperoleh 1.052 suara di Kelurahan Perawang sama dengan dalil Pemohon yang tertera di dalam Bukti P-145 yang seperti dipertimbangkan di atas adalah bukti yang dibuat sendiri oleh Pemohon, sehingga keterangan saksi tersebut tidak meyakinkan karenanya harus dikesampingkan, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut, Mahkamah berpendapat permohonan Pemohon tidak terbukti, sehingga permohonan Pemohon harus ditolak.

5. Dapil Sintang 1, Kalimantan Barat Pemohon mendalilkan suaranya hilang di TPS 603, TPS 604, TPS 605, dan di TPS

606 Desa Emparu Baru, Kecamatan Dedai sebanyak 437 suara karena seharusnya Pemohon memperoleh 880 suara, namun yang tertulis dalam Formulir C-1 hanya 443 suara.

Untuk membuktikan dalilnya Pemohon mengajukan Bukti P-1 sampai dengan Bukti P-4 yang di dalamnya tertera perolehan suara Pemohon di TPS 603 sebanyak 206 suara, TPS 604 sebanyak 219 suara, TPS 605 sebanyak 389 suara, dan di TPS 606 sebanyak 66 suara, sehingga berjumlah 880 suara. Terhadap bukti–bukti Pemohon tersebut, Mahkamah menilai tidak sah oleh karena tanpa tanda tangan KPPS, saksi-saksi, dan ada beberapa angka yang ditebalkan, dan Turut Termohon V telah mengajukan Bukti TT.7 sampai dengan Bukti TT.10 yang memuat perolehan suara Pemohon di TPS 603 sebanyak 174 suara, di TPS 604 sebanyak 177 suara, TPS 605 sebanyak 17 suara, dan di TPS 606 sebanyak 75 suara, sehingga berjumlah 443 suara. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, Mahkamah berpendapat bahwa Pemohon tidak dapat membuktikan dalilnya, oleh karenanya permohonan Pemohon harus ditolak.

235-614.indd 272 9/24/10 11:09:23 AM

Page 295: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

273Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

6. Dapil Muna 1, Sulawesi Tenggara Pemohon mendalilkan ada penggelembungan suara Partai Golkar sebanyak 324

suara di Dapil Muna 1, Kabupaten Muna. Terhadap bukti-bukti yang diajukan oleh Pemohon, Mahkamah menilai bahwa

Bukti P-4, P-5, P-9, dan P-10 tidak ditandatangani oleh PPK, Bukti P-6 hanya ditandatangani oleh seorang Anggota PPK dan saksi Partai Golkar, Bukti P-11 sama sekali tanpa tanda tangan PPK dan saksi-saksi, Bukti P-7 hanya ditandatangani oleh PPK tanpa tanda tangan saksi-saksi, tidak sah. Selain itu jumlah perolehan suara Partai Golkar yang diklaim Pemohon sebanyak 13.895 suara ternyata dari bukti-bukti yang diajukan oleh Pemohon lebih banyak yakni 13.992 suara. Berdasarkan pertimbangan di atas, Mahkamah berpendapat bahwa Pemohon tidak dapat membuktikan dalilnya, oleh karenanya permohonan Pemohon harus ditolak.

7. Dapil Mataram 3, Nusa Tenggara Barat Pemohon mendalilkan kehilangan sebanyak 68 suara di tingkat PPK Kecamatan

Ampenan dan Kecamatan Sekarbela, Dapil 3 Mataram, Nusa Tenggara Barat. Terhadap bukti-bukti yang diajukan Pemohon yang berkaitan dengan perolehan

suara, yaitu Bukti P-3 sampai dengan Bukti P-13 berupa Model DA-1 dan Model DA-B, Mahkamah menilai tidak sah, oleh karena Bukti P-3, Bukti P-4, dan Bukti P-7 bukan formulir resmi yang dikeluarkan oleh KPU melainkan formulir yang dibuat sendiri oleh Pemohon. Berdasarkan pertimbangan tersebut, Mahkamah berpendapat bahwa Pemohon tidak dapat membuktikan dalilnya, oleh karenanya permohonan Pemohon harus ditolak.

8. Dapil Tanah Karo 1, Sumatera Utara Pemohon mendalilkan telah kehilangan 435 suara di Dapil 1 Tanah Karo. Untuk

membuktikan dalil permohonannya, Pemohon mengajukan Bukti P-1 sampai dengan Bukti P-6 berupa Model C-1.

Terhadap bukti–bukti yang diajukan oleh Pemohon, Mahkamah menilai Bukti P-1 yang hanya ditandatangani oleh seorang Anggota KPPS dan beberapa orang saksi, Bukti P-2 yang hanya ditandatangani oleh seorang Anggota KPPS tanpa tanda tangan saksi-saksi, Bukti P-4 yang hanya ditandatangani oleh seorang Anggota KPPS dan beberapa saksi, Bukti P-5 yang hanya ditandatangani oleh dua orang Anggota KPPS dan beberapa orang saksi, Bukti P-3 yang meskipun ditandatangani oleh empat orang Anggota KPPS tetapi tanda tangannya berbeda dengan tanda tangan Anggota KPPS yang tertera dalam Bukti TT.5, sehingga tidak dapat dilniai sebagai bukti yang sah. Berdasarkan pertimbangan di atas, Mahkamah berpendapat bahwa Pemohon tidak dapat membuktikan dalilnya, oleh karenanya permohonan Pemohon harus ditolak.

235-614.indd 273 9/24/10 11:09:23 AM

Page 296: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

274 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

9. Dapil Luwu 3, Sulawesi Selatan Pemohon mendalilkan kehilangan 104 suara di Dapil 3 Kabupaten Luwu Sulawesi

Selatan pada tingkat PPK di empat kecamatan. Di samping itu, Pemohon juga mendalilkan bahwa telah terjadi penggelembungan suara untuk PPRN sebanyak 12 suara.

Terhadap bukti-bukti yang diajukan oleh Pemohon, Mahkamah menilai bahwa Bukti P-6, Bukti P-12 dan Bukti P-22 tanpa ditandatangani oleh saksi-saksi, Bukti P-7 dan Bukti P-19 hanya ditandatangani oleh seorang Anggota KPPS, Bukti P-8 dan Bukti P-27 tidak ditandatangani oleh seluruh Anggota KPPS, Bukti P-15 dan Bukti P-19 hanya ditandatangani oleh seorang Anggota KPPS, tanpa tanda tangan saksi-saksi, tidak dapat dijadikan bukti yang sah. Dengan tidak sahnya bukti-bukti tersebut maka jumlah perolehan suara baik bagi Pemohon maupun PPRN menjadi tidak jelas, sehingga Pemohon tidak dapat membuktikan dalil-dalilnya. Berdasarkan pertimbangan tersebut, Mahkamah berpendapat bahwa Pemohon tidak dapat membuktikan dalilnya, oleh karenanya permohonan Pemohon harus ditolak.

10. Dapil Ninia 2, Yahukimo, Papua Pemohon mendalilkan telah kehilangan perolehan suara di Dapil 2 (Ninia) Yahukimo

untuk DPRD Kabupaten Yahukimo sebanyak 3.100 suara yang terjadi di 20 distrik di Dapil 2 (Ninia) Kabupaten Yahukimo.Menyangkut cara pemilihan dengan aklamasi yang dilakukan di Dapil Ninia 2, Papua, Mahkamah dalam Putusan Nomor 47-81/PHPU.A-VII/2009 tanggal 9 Juni 2009 menyatakan “Pelaksanaan pemilihan umum di Kabupaten Yahukimo umumnya tidak dilaksanakan dengan pencontrengan pada surat suara. Penentuan suara hanya dilakukan dengan “kesepakatan warga” atau “aklamasi”, akan tetapi Mahkamah berpendapat pemilihan umum dengan “kesepakatan warga” atau “aklamasi” tersebut merupakan model pemilihan yang sesuai dengan budaya dan adat setempat yang harus dipahami dan dihormati”; berdasarkan pertimbangan tersebut, Mahkamah berpendapat cara pemilihan dengan kesepakatan warga atau aklamasi tetap sah dan Pemohon dalam petitumnya juga tidak mempersoalkan keabsahannya, melainkan hanya meminta perolehan suaranya sebanyak 3.100 suara ditetapkan sebagai perolehan suara yang benar menurut Pemohon. Bukti P-1 sampai dengan Bukti P-15 yang diajukan oleh Pemohon dinilai oleh Mahkamah tidak membuktikan adanya perolehan suara Pemohon sebanyak 3.100 suara. Berdasarkan pertimbangan tersebut, Mahkamah berpendapat bahwa Pemohon tidak dapat membuktikan dalilnya, oleh karenanya permohonan Pemohon harus ditolak.

11. Dapil Tulang Bawang 2, Lampung Pemohon mendalilkan ada selisih penghitungan suara Pemohon dengan Partai

Demokrasi Kebangsaan, Partai Persatuan Nahdathul Ummah Indonesia, Partai Bintang Reformasi dan Partai Pemuda Indonesia di Dapil 2 Tulang Bawang, Provinsi Lampung pada Tingkat PPK, yaitu, di Kecamatan Banjar Agung, sehingga Pemohon

235-614.indd 274 9/24/10 11:09:23 AM

Page 297: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

275Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

kehilangan sebanyak 620 suara karena Termohon menetapkan perolehan suara Pemohon sebanyak 104 suara padahal seharusnya Pemohon memperoleh 724 suara.

Untuk membuktikan dalil-dalilnya Pemohon mengajukan Bukti P-1 sampai dengan Bukti P-75. Terhadap bukti-bukti Pemohon tersebut, Mahkamah menilai bahwa Bukti P-2, P-3, P-4, P-5, P-22, P-63, P-65, P-66, P-67, P-68, P-69, dan Bukti P-70 bukan merupakan bukti resmi yang dikeluarkan oleh KPU; Bukti P-16, Bukti P-19, dan Bukti P-23 tidak ditandatangani oleh semua Anggota KPPS; Bukti P-20, Bukti P-27, Bukti P-34 dan Bukti P-36 tidak ditandatangani oleh saksi-saksi partai politik, sehingga tidak dapat dijadikan sebagai bukti yang sah. Dengan tidak sahnya bukti-bukti tersebut maka jumlah perolehan suara baik bagi Pemohon maupun Partai Demokrasi Kebangsaan, Partai Persatuan Nahdathul Ummah Indonesia, Partai Bintang Reformasi dan Partai Pemuda Indonesia menjadi tidak jelas, sehingga Pemohon tidak dapat membuktikan dalil-dalilnya. Berdasarkan pertimbangan di atas, Mahkamah berpendapat bahwa Pemohon tidak dapat membuktikan dalilnya, oleh karenanya permohonan Pemohon harus ditolak.Berdasarkan penilaian fakta hukum di atas, Mahkamah dalam amar putusan

menyatakan sebagai berikut.▪ Permohonan Pemohon sepanjang mengenai Dapil Jembrana 4, Bali dan Dapil

Landak 5, Kalimantan Barat tidak dapat diterima.▪ Menolak seluruh permohonan Pemohon untuk selain dan selebihnya.

235-614.indd 275 9/24/10 11:09:23 AM

Page 298: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

276 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

235-614.indd 276 9/24/10 11:09:23 AM

Page 299: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

277Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 41/PHPU.C–VII/2009

TENTANGKEBERATAN PARTAI MERDEKA TERHADAP HASIL PEMILU

ANGGOTA DPRD PROVINSI DAN ANGGOTA DPRD KABUPATEN/KOTA

Pemohon : 1. Dr. Rosmawi Hasan, M.M; 2. Ir. Muslich Z. Asikin, M.B.A.Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan

DPRD.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor

255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009, di Dapil 3 Kabupaten Empat Lawang dan Dapil 4 Kabupaten Sintang.

Amar Putusan : Dalam Eksepsi: Menyatakan eksepsi Termohon dan Turut Termohon tidak dapat

diterima. Dalam Pokok Permohonan: Menyatakan permohonan Pemohon ditolak untuk seluruhnya.Tanggal Putusan : Jumat, 12 Juni 2009.Ikhtisar Putusan :

Pemohon adalah partai politik peserta Pemilu Nomor Urut 41 sesuai dengan Keputusan KPU Nomor 208/SK/KPU/Tahun 2008 tentang Perubahan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 149/SK/KPU/Tahun 2008 tentang Penetapan dan Pengundian Nomor Urut Partai Politik Peserta Pemilihan Umum Tahun 2009 bertanggal 16 Agustus 2008.

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

235-614.indd 277 9/24/10 11:09:23 AM

Page 300: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

278 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Pemohon berkeberatan terhadap Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD tahun 2009 secara nasional untuk perolehan suara dan kursi anggota DPRD Dapil 3 Kabupaten Empat Lawang dan perolehan suara dan kursi anggota DPRD Dapil 4 Kabupaten Sintang.

Terkait dengan kewenangan Mahkamah, menurut Mahkamah permohonan Pemohon adalah sengketa penetapan hasil pemilihan umum yang dilakukan secara nasional oleh KPU yang mempengaruhi perolehan kursi partai politik peserta pemilihan umum. Berdasarkan ketentuan Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi juncto Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, maka Mahkamah Konstitusi berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan a quo.

Terkait dengan kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, menurut Mahkamah, Pemohon mempunyai kedudukan hukum untuk mengajukan permohonan a quo, karena Pemohon adalah Parpol peserta pemilihan umum Nomor Urut 41 berdasarkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 149/SK/KPU/TAHUN 2008 tanggal 9 Juli 2008 tentang Penetapan dan Pengundian Nomor Urut Partai Politik Peserta Pemilihan Umum Tahun 2009.

Terkait dengan tenggang waktu pengajuan permohonan, menurut Mahkamah, permohonan Pemohon diajukan ke Mahkamah bertanggal 11 Mei 2009,yang diterima di Kepaniteraan Mahkamah pada tanggal 12 Mei 2009 dan diregistrasi pada tanggal 13 Mei 2009 jam 15.45 WIB dengan Nomor 41/PHPU.C-VII/2009 sedangkanTermohon (KPU) menetapkan hasil pemilihan umum Tahun 2009 secara nasional dengan Keputusan Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN 2009 tanggal 9 Mei 2009, jam 23.50 WIB, sehingga permohonan Pemohon masih dalam tenggang waktu sebagaimana ketentuan Pasal 74 ayat (3) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi, Pasal 6 ayat (1) Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD karena diajukan masih dalam jangka waktu paling lambat 3 x 24 jam sejak KPU mengumumkan penetapan perolehan suara hasil Pemilu secara nasional.

Dalam pokok permohonannya, Pemohon mendalilkan sebagai berikut.1. Dapil Empat Lawang 3 Pemohon mendalilkan bahwa penambahan perolehan suara PDK di Kecamatan

Muara Pinang Kabupaten Empat Lawang sejumlah 587 suara yakni bertambah dari 706 suara menjadi 1.293 suara yang merupakan hasil pengurangan perolehan suara Partai Gerindra sebanyak 423 suara, yakni pengurangan dari 469 suara menjadi 46 suara (dengan menghilangkan angka satuan 9 dari yang tertulis 469 suara menjadi 46), ditambah pengurangan perolehan suara PMB sebanyak 138

235-614.indd 278 9/24/10 11:09:24 AM

Page 301: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

279Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

suara (berkurang dari yang tertulis 149 suara menjadi 11 suara), ditambah 26 suara yang belum diketahui sumbernya.

Mahkamah berpendapat, bukti tertulis yang diajukan Pemohon tersebut tidak meyakinkan dan telah terbantahkan oleh bukti tertulis yang diajukan oleh Turut Termohon I yang merupakan dokumen asli KPU. Terdapat perbedaan yang nyata pada bukti surat yang berkait erat dengan pokok permohonan, yaitu Bukti P-1 berupa Berita Acara dan salinan pengumuman hasil Rapat Pleno PPK di Muara Pinang yang dilampiri dua hal, yaitu pertama Model DA dan Lampiran Model DA-1 Kecamatan Muara Pinang yang terdapat tulisan tangan “persi PPK” dan kedua Model DA dan Lampiran Model DA-1 Kecamatan Muara Pinang tetapi tidak diketahui versi siapa, dibandingkan dengan Bukti TT-2 berupa Model DA dan Lampiran Model DA-1 Kecamatan Muara Pinang.

Terkait dalil yang menyatakan bahwa pengurangan perolehan suara Partai Gerindra sebanyak 423 suara yakni berkurang dari 469 suara menjadi 46 suara (angka satuan 9 dari tertulis 469 dihilangkan menjadi 46), padahal Bukti P-1 dari Pemohon yang dilampirkan Model DA dan Lampiran Model DA-1 Kecamatan Muara Pinang yang terdapat tulisan tangan “persi PPK” menyebutkan bahwa perolehan suara Gerindra adalah 448, sedangkan Bukti T.T-2 dari Turut Termohon I berupa Model DA dan Lampiran Model DA-1 Kecamatan Muara Pinang memang menyebutkan sejumlah 46 suara, walaupun terdapat Bukti P-1 dari Pemohon yang dilampirkan Model DA dan Lampiran Model DA-1 Kecamatan Muara Pinang yang tidak diketahui versi siapa menyebutkan sejumlah 469 suara.

Selain itu, terkait dengan dalil Pemohon bahwa pengurangan perolehan suara PMB sejumlah 138 suara (berkurang dari 149 menjadi 11 suara), dalam Bukti P-1 dari Pemohon berupa Berita Acara dan salinan pengumuman hasil Rapat Pleno PPK di Muara Pinang (yang dilampiri Model DA dan Lampiran Model DA-1 Kecamatan Muara Pinang yang terdapat tulisan tangan “persi PPK”) dalam kolom perolehan suara PMB tidak tertulis apapun, padahal di dalam kolom perolehan suara perdesa terdapat angka-angka yang dapat dijumlahkan. Ternyata terlampir dalam bukti Pemohon tersebut Model DA dan Lampiran Model DA-1 Kecamatan Muara Pinang yang tidak diketahui versi siapa menyebutkan perolehan suara PMB sejumlah 149, sedangkan Bukti T.T-2 berupa Model DA dan Lampiran Model DA-1 Kecamatan Muara Pinang benar menyebutkan sejumlah 11 suara.

Terhadap dalil Pemohon bahwa penambahan perolehan suara PDK di Kecamatan Muara Pinang sebanyak 587 suara yakni bertambah dari 706 suara menjadi 1.293 suara, dalam Bukti P-1 berupa Berita Acara dan salinan pengumuman hasil Rapat Pleno PPK di Muara Pinang (yang dilampiri Model DA dan Lampiran Model DA-1 Kecamatan Muara Pinang yang terdapat tulisan tangan “persi PPK”) dalam kolom perolehan suara PDK, tertulis 706. Ternyata terlampir pula Berita Acara dan salinan pengumuman hasil Rapat Pleno PPK di Muara Pinang (Model DA dan Lampiran

235-614.indd 279 9/24/10 11:09:24 AM

Page 302: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

280 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Model DA-1 Kecamatan Muara Pinang yang tidak diketahui versi siapa) menyebutkan bahwa perolehan suara PDK sejumlah 419 suara, sedangkan Bukti TT-2 dari Turut Termohon I berupa Model DA dan Lampiran Model DA-1 Kecamatan Muara Pinang memang menyebutkan sejumlah 1.293 suara.

Berdasarkan bukti-bukti tulisan tersebut, Mahkamah menilai, bukti yang diajukan Pemohon tidak konsisten dengan dalil permohonannya, sehingga harus dinyatakan tidak beralasan hukum.

Mahkamah berkesimpulan bahwa Pemohon tidak berhasil membuktikan dalil permohonannya, sehingga permohonan Pemohon harus ditolak.

2. Dapil Sintang 4 Pemohon mendalilkan bahwa dalam penghitungan dan rekapitulasi perolehan

suara di tingkat KPU Kabupaten Sintang terdapat kesalahan yang disebabkan Turut Termohon II menggunakan data rekapitulasi hasil penghitungan suara dari PPK Kayan Hilir hasil Rapat Pleno PPK tanggal 19 April 2009 yang mengandung sejumlah kejanggalan.

Terhadap dalil Pemohon tersebut di atas, Turut Termohon II membantah dengan mengajukan Bukti T.T-6 berupa Berita Acara Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara Partai Politik Peserta Pemilu dan Perolehan Suara Calon Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota Tingkat Panitia Pemilihan Kecamatan Tahun 2009 di Kecamatan Kayan Hilir bertanggal 19 April 2009 yang menunjukkan adanya Rapat Pleno PPK. Berita Acara tersebut ditandatangani oleh Ketua PPK dan tiga orang anggota PPK, serta sembilan saksi-saksi dari partai politik peserta Pemilu, termasuk saksi Damkos Septianus dari Partai Demokrat.

Pemohon juga mengajukan Berita Acara Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara Partai Politik Peserta Pemilu dan Perolehan Suara Calon Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota Tingkat Panitia Pemilihan Kecamatan Tahun 2009 di Kecamatan Kayan Hilir bertanggal 19 April 2009, akan tetapi tidak lengkap karena tidak disertai halaman 2 yang berisi tanda tangan PPK dan saksi-saksi dari partai politik peserta Pemilu.

Berdasarkan pertimbangan fakta dan hukum, Mahkamah menilai, Pemohon tidak berhasil membuktikan kesalahan dan kekeliruan dalam penghitungan suara pemilihan umum calon anggota DPRD Tahun 2009 di Kabupaten Empat Lawang dan Kabupaten Sintang sebagaimana didalilkan. Oleh karenanya, Mahkamah berpendapat, permohonan Pemohon tidak beralasan hukum dan harus ditolak.Dengan demikian, dalam amar putusan Mahkamah menyatakan sebagai berikut.

Dalam Eksepsi:• EksepsiTermohondanTurutTermohon tidakdapat diterima.Dalam Pokok Permohonan:• PermohonanPemohonditolak untuk seluruhnya.

235-614.indd 280 9/24/10 11:09:24 AM

Page 303: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

281Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 45/PHPU.C–VII/2009

TENTANGKEBERATAN PARTAI MATAHARI BANGSA TERHADAP

HASIL PEMILU ANGGOTA DPR, ANGGOTA DPRD PROVINSI, DAN ANGGOTA DPRD KABUPATEN/KOTA

Pemohon : 1. ImamAddaruqutni; 2.AhmadRofiq.Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan

DPRD.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum

Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 di 2 daerah pemilihan (Dapil) yakni Dapil 3 Kabupaten Rote Ndao dan Dapil 3 Kabupaten Lombok Tengah.

Amar Putusan : Dalam Eksepsi: Menyatakan eksepsi Termohon dan Turut Termohon tidak dapat

diterima. Dalam Pokok Permohonan: Menyatakan permohonan Pemohon ditolak untuk seluruhnya.Tanggal Putusan : Jumat,12 Juni 2009.Ikhtisar Putusan :

Pemohon adalah Partai Matahari Bangsa (PMB) yang diwakili pengurusnya Imam Addaruqutni danAhmad Rofiq sebagai Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal DewanPimpinan Pusat PMB.

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

235-614.indd 281 9/24/10 11:09:24 AM

Page 304: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

282 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Pemohon berkeberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman hasil pemilihan umum anggota DPR, DPD, dan DPRD Tahun 2009 secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 di 2 daerah pemilihan (Dapil) yakni Dapil Rote Ndao 3 dan Dapil Lombok Tengah 3.

Menyangkut kewenangan Mahkamah, berdasarkan ketentuan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945, Pasal 10 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) juncto Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, salah satu kewenangan konstitusional Mahkamah adalah memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum. Oleh karena permohonan perkara ini adalah perselisihan terhadap Penetapan Hasil Pemilihan Umum yang dilakukan secara nasional oleh KPU berdasarkan Keputusan KPU 255/2009, maka Mahkamah berwenang untuk memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan.

Menyangkut kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, Mahkamah berdasarkan Pasal 74 UU MK dan Pasal 3 Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, bahwa Pemohon adalah partai politik peserta Pemilu Nomor Urut 18 sesuai dengan Keputusan KPU Nomor 208/SK/KPU/Tahun 2008 tentang Perubahan Keputusan KPU Nomor 149/SK/KPU/Tahun 2008 tentang Penetapan dan Pengundian Nomor Urut Partai Politik Peserta Pemilihan Umum Tahun 2009 bertanggal 16 Agustus 2008, sehingga Pemohon memenuhi syarat kedudukan hukum (legal standing).

Keputusan KPU 255/2009 diumumkan pada tanggal 9 Mei 2009 pukul 23.50 WIB, sedangkan Pemohon telah mengajukan permohonan dengan surat permohonannya bertanggal 12 Mei 2009 yang diterima di Kepaniteraan Mahkamah pada hari Selasa tanggal 12 Mei 2009 pukul 13.06 WIB, dan diregistrasi pada tanggal 13 Mei 2009 pukul 16.50 WIB, sehingga berdasarkan Pasal 74 ayat (3) UU MK dan Pasal 6 ayat (1) PMK 16/2009 pengajuan permohonan masih dalam tenggang waktu yang ditentukan.

Mahkamah berpendapat sehubungan dengan jawaban Termohon dan Turut Termohon menyangkut eksepsi yang pada pokoknya menyatakan bahwa permohonan kabur (obscuur libel), maka terhadap eksepsi tersebut, Mahkamah menilai, hal itu sudah termasuk dalam materi pokok permohonan yang akan dipertimbangkan bersama-sama dengan pokok permohonan.1. Dapil Rote Ndao 3 Pemohon mendalilkan bahwa perolehan suara Partai Kedaulatan bertambah 10

suara, sehingga suara Partai Kedaulatan seharusnya berjumlah 712 suara, berbeda dengan versi KPU yang menetapkan Partai Kedaulatan memperoleh sejumlah 722 suara yang menurut Pemohon, penambahan tersebut di antaranya terjadi di TPS 3 Desa Daimana sejumlah 4 suara dan TPS 1 Desa Serubeba sejumlah 5 suara.

Mahkamah menilai, penambahan tersebut tidak terbukti sebagaimana telah terungkap dalam persidangan bahwa alat bukti tertulis berupa Formulir Model C-1 di dua TPS

235-614.indd 282 9/24/10 11:09:24 AM

Page 305: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

283Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

yang diajukan Pemohon terbantahkan oleh alat bukti Turut Termohon I berupa Formulir Model C-1 dan Model C-2 Plano asli yang disandingkan di hadapan Panel Hakim. Jika dibandingkan angka-angka dan tanda tangan saksinya, Formulir Model C-1 yang diajukan Pemohon berbeda dengan Formulir Model C-1 dan Model C-2 asli yang ditunjukkan Turut Termohon I dalam persidangan. Dari dua bukti surat tersebut, Mahkamah menilai yang sah adalah bukti surat Turut Termohon I. Dengan demikian, alat bukti tertulis Pemohon tidak sah menurut hukum.

Terhadap dalil Pemohon bahwa telah terjadi penambahan satu suara untuk Partai Kedaulatan di Desa Matasio, hal tersebut ternyata telah dibenarkan Turut Termohon I dalam persidangan tanggal 27 Mei 2009.

Mahkamah berpendapat Pemohon tidak berhasil membuktikan dalil permohonannya, sehingga permohonan Pemohon harus ditolak.

2. Dapil Lombok Tengah 3 Mahkamah juga menilai bahwa di antara saksi-saksi yang diajukan Pemohon,

hanya Saksi Hamzanwadi yang terkait dengan pokok permohonan, dimana dalam persidangan tanggal 2 Juni 2009, menerangkan telah mengajukan keberatan yang dalam Rapat Pleno Kabupaten Lombok Tengah tentang adanya selisih 240 suara di Kecamatan Pujut dan 30 suara di Kecamatan Praya Timur yang apabila dijumlahkan menjadi 270 suara.

Akan tetapi, keterangan tersebut dibantah oleh KPU Kabupaten Lombok Tengah dalam persidangan yang sama dengan menyatakan, Saksi sebenarnya mengajukan keberatan di Kecamatan Pujut dan Kecamatan Praya Timur yang bila dijumlah berselisih 240 suara, bukan 270 suara. KPU Kabupaten Lombok Tengah mengungkapkan, setelah itu Saksi kemudian mengajukan keberatan tertulis yang menyatakan bahwa ada selisih 240 suara di Kecamatan Pujut dan 30 suara di Kecamatan Praya Timur yang apabila dijumlahkan menjadi 270 suara. Lebih lanjut, KPU Kabupaten Lombok Tengah menyatakan bahwa hal tersebut telah dibahas dalam Rapat Pleno KPU Kabupaten Lombok Tengah dan juga dibahas bersama Panwas dan diketahui bahwa keberatan tersebut sebenarnya ditujukan ke Kecamatan Praya Timur, bukan di Kecamatan Pujut yang dipermasalahkan Pemohon.Dengan demikian, Mahkamah menilai dalil-dalil permohonan Pemohon tidak terbukti

secara sah dan meyakinkan, sehingga oleh karenanya permohonan Pemohon harus ditolak.

Berdasarkan pendapat di atas, Mahkamah menjatuhkan putusan dengan amar sebagai berikut.Dalam Eksepsi: Menyatakan eksepsi Termohon dan Turut Termohon tidak dapat diterima. Dalam Pokok Permohonan: Menyatakan permohonan Pemohon ditolak untuk seluruhnya.

235-614.indd 283 9/24/10 11:09:24 AM

Page 306: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

284 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

235-614.indd 284 9/24/10 11:09:24 AM

Page 307: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

285Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 49/PHPU.C-VII/2009

TENTANGKEBERATAN PARTAI PENEGAK DEMOKRASI INDONESIA (PPDI)

TERHADAP HASIL PEMILU ANGGOTA DPRD PROVINSI DANANGGOTA DPRD KABUPATEN

Pemohon : 1. Dedi Sjahrir Panigoro; 2. Joseph William Lea WeaJenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan

DPRD.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU)

Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota secara Nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009, tentang Penetapan Hasil Penghitungan Suara DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009-2012 untuk Daerah Pemilhan 3 Kabupaten Musi Banyuasin dan Daerah Pemilihan 2 Kabupaten Musi Rawas.

Amar Putusan : Mengabulkan permohonan Pemohon untuk sebagian.Tanggal Putusan : Jumat, 12 Juni 2009.Ikhtisar Putusan :

Pemohon Dedi Sjahrir Panigoro dan Joseph William Lea Wea adalah Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal bertindak untuk dan atas nama Partai Penegak Demokrasi Indonesia (PPDI). Pemohon adalah Partai Politik Peserta Pemilihan Umum Tahun 2009 dengan Nomor Urut 19.

Pemohon keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

235-614.indd 285 9/24/10 11:09:24 AM

Page 308: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

286 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota secara Nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009, yang diumumkan secara nasional pada 9 Mei 2009 pukul 23.50 WIB tentang Penetapan Hasil Penghitungan Suara DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009-2012 untuk daerah pemilhan (Dapil) Musi Banyuasin 3 dan Dapil Musi Rawas 2.

Berdasarkan ketentuan Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945), Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) juncto Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, salah satu kewenangan konstitusional Mahkamah adalah memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum, sehingga Mahkamah berwenang memeriksa perkara perselisihan hasil Pemilu DPRD Kabupaten ini.

Terkait dengan tenggang waktu, permohonan Pemohon diajukan ke Mahkamah pada 12 Mei 2009, pukul 19.30 WIB, berdasarkan Akta Penerimaan Berkas Permohonan Nomor 95/PAN.MK/2009 yang kemudian diregistrasi pada tanggal 13 Mei 2009, pukul 17.43 WIB dengan Nomor 49/PHPU.C-VII/2009, sehingga berdasarkan Pasal 74 ayat (3) UU MK, Pasal 6 ayat (1) Peraturan MK Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, maka pengajuan permohonan Pemohon masih dalam tenggang waktu yang ditentukan.

Dalam pokok permohonannya, Pemohon mendalilkan sebagai berikut.1. Dapil III Kabupaten Musi Banyuasin Pemohon mendalilkan untuk Pemilu anggota DPRD Kabupaten Musi Banyuasin,

terjadi penggelembungan suara bagi Caleg bernama Maimanah dari Partai Perjuangan Indonesia Baru (PPIB) di 5 TPS Desa Simpang Sari Kecamatan Babat Toman sejumlah 45 suara dan pengurangan 10 suara bagi Caleg Juarsah di Desa Rantau Panjang.

Terhadap dalil permohonan tersebut di atas, setelah dilakukan pemeriksaan diperoleh fakta-fakta yang terungkap di persidangan baik dari bukti tertulis maupun dari saksi-saksi, Mahkamah menilai alat-alat bukti berupa P-1 sampai dengan P-21 telah besesuaian dengan keterangan saksi-saksi Pemohon di persidangan sehingga Mahkamah memperoleh keyakinan bahwa dalil Pemohon tentang terjadinya penggelembungan suara bagi Caleg Maimanah dari PPIB di 5 TPS Desa Simpang Sari Kecamatan babat Toman sejumlah 45 suara dan pengurangan 10 suara bagi Caleg Juarsah di Desa Rantau Panjang telah terbukti, sedangkan di pihak lain Pihak Termohon/Turut Termohon dan Pihak Terkait tidak dapat mengajukan bukti sebaliknya.

Dengan demikian, Mahkamah berpendapat permohonan Pemohon cukup beralasan dan terbukti secara sah menurut hukum.

235-614.indd 286 9/24/10 11:09:24 AM

Page 309: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

287Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

2. Dapil 2 Kabupaten Musi Rawas Pemohon mendalilkan terjadinya penggelembungan suara di Kecamatan Karang Jaya

terhadap Partai Amanat Nasional (PAN) sebanyak 400 suara dan Partai Barisan Nasional (Barnas) sebanyak 126 suara yang dilakukan dengan membagi-bagikan sisa surat suara sebesar 526 dan penggelembungan suara di Kecamatan Muara Rupit yang dilakukan dengan membagi-bagikan sisa surat suara sebesar 5.821.

Terhadap pokok permohonan yang mempersoalkan Dapil Musi Rawas 2, masalah pokok yang dipertimbangkan oleh Mahkamah adalah penggelembungan suara di Kecamatan Karang Jaya terhadap PAN 400 suara Partai Barnas 126 suara yang dilakukan dengan membagi-bagikan sisa surat suara sebesar 526; penggelembungan suara di Kecamatan Muara Rupit yang dilakukan dengan membagi-bagikan sisa surat suara sebesar 5.821.

Mahkamah memperoleh fakta-fakta hukum, yaitu benar terjadi kelebihan surat suara yang tidak terpakai di Kecamatan Karang Jaya sebesar 526 sebagaimana terlihat dari Bukti P-3 berupa Formulir Model DB-1 DPRD Kabupaten/Kota. Akan tetapi dari alat-alat bukti yang diajukan, baik surat maupun saksi tidak dapat ditunjukkan terjadinya penggelembungan suara PAN maupun Barnas sebagaimana didalilkan, apalagi saksi Pemohon bernama Samiri menerangkan bahwa penggelembungan tersebut sama sekali tidak terjadi pada dirinya dan saksi tidak mengetahui adanya penggelembungan suara pada PAN dan Barnas.Berdasarkan fakta-fakta persidangan tersebut, Mahkamah menilai alat-alat bukti surat

berupa P-1 sampai dengan P-5 dan saksi-saksi yang tidak bersesuaian satu dengan yang lain, tidak dapat dijadikan sebagai bukti yang sah untuk mendukung dalill-dalil permohonan. Oleh karena itu Mahkamah berpendapat permohonan Pemohon tidak cukup beralasan dan tidak terbukti secara sah menurut hukum.

Berdasarkan pertimbangan di atas, Mahkamah menjatuhkan putusan dengan amar sebagai berikut.Dalam Eksepsi:• menolakeksepsiTermohon.Dalam Pokok Permohonan:• menyatakanmengabulkan permohonan untuk sebagian.Membatalkan Keputusan

Komisi Pemilihan Umum Nomor 255/Kpts/TAHUN 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah secara Nasional dalam Pemilihan Umum tanggal 9 Mei 2009 sepanjang menyangkut perolehan suara Partai Penegak Demokrasi Indonesia (PPDI) di Daerah Pemilihan Musi Banyuasin 3 DPRD Kabupaten Musi Banyuasin;

• MenyatakanperolehansuarayangbenarbagiPartaiPenegakDemokrasiIndonesiauntuk Daerah Pemilhan Musi Banyuasin 3 sebesar 1.272 suara dan Mahkamah Konstitusi memerintahkan Komisi Pemilihan Umum untuk melaksanakan putusan ini.

• MenolakpermohonanPemohonuntukDaerahPemilihanKabupatenMusiRawas2.

235-614.indd 287 9/24/10 11:09:24 AM

Page 310: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

288 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

235-614.indd 288 9/24/10 11:09:24 AM

Page 311: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

289Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 50/PHPU.C-VII/2009

TENTANGKEBERATAN PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN TERHADAP

HASIL PEMILU ANGGOTA DPR, ANGGOTA DPRD PROVINSI, DAN ANGGOTA DPRD KABUPATEN/KOTA

Pemohon : 1. Megawati Soekarnoputri; 2. Pramono Anung.Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor

255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei Tahun 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 di 12 daerah pemilihan (Dapil).

Amar Putusan : Putusan (I): Dalam Eksepsi: Menolak eksepsi Termohon, Turut Termohon, dan Pihak Terkait. Dalam Pokok Perkara: A. Sebelum menjatuhkan Putusan Akhir: Memerintahkan kepada KPU Kota Batam untuk melakukan

penghitungan ulang perolehan suara partai-partai peserta Pemilu Tahun 2009 untuk DPR RI di Kelurahan Sagulung Kota, Kelurahan Sungai Langkai, Kelurahan Tembesi, Kecamatan Sagulung, dan Kelurahan Tiban Indah, Kecamatan Sekupang, Kota Batam Provinsi Kepulauan Riau dalam waktu selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari sejak pengucapan putusan ini.

B. Mengabulkan permohonan Pemohon untuk sebagian.

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

235-614.indd 289 9/24/10 11:09:24 AM

Page 312: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

290 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Putusan pelaksanaan Putusan Sela (II): Menetapkan perolehan suara yang benar untuk partai politik

peserta Pemilihan Umum Calon Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) di Kelurahan Sagulung Kota, Kelurahan Sungai Langkai, Kelurahan Tembesi, Kecamatan Sagulung, dan Kelurahan Tiban Indah, Kecamatan Sekupang, Kota Batam, Daerah Pemilihan Kepulauan Riau, Provinsi Kepulauan Riau.

Tanggal Putusan : Putusan (I) : Jumat, 19 Juni 2009. Putusan pelaksanaan Putusan Sela (II) : Selasa, 1 September 2009Ikhtisar Putusan :

Pemohon Hj. Megawati Soekarnoputri dan Pramono Anung adalah Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Pemohon keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 (selanjutnya disebut Keputusan KPU 255/2009). Keberatan Pemohon terhadap hasil Pemilu meliputi Dapil Kepulauan Riau, Dapil Jawa Tengah II, Dapil Bangka Belitung II, Dapil Kerinci 2 Kabupaten Kerinci, Dapil Semarang 3 Kabupaten Semarang, Dapil Blora 4 Kabupaten Blora, Dapil Ponorogo 6 Kabupaten Ponorogo, Dapil Samosir 3 Kabupaten Samosir, Dapil Banjar 1 Kabupaten Banjar, Dapil Barito Timur 1 dan Barito Timur 2 Kabupaten Barito Timur, Dapil Makassar 3 Kota Makassar, dan Dapil Musi Rawas 3 Kabupaten Musi Rawas.

Menyangkut kewenangan Mahkamah, Pasal 24C ayat (1) UUD 1945, Pasal 10 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) juncto Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman menyatakan bahwa salah satu kewenangan Mahkamah adalah memutus perselisihan hasil pemilihan umum.

Oleh karena permohonan Pemohon adalah keberatan atas penghitungan suara hasil Pemilu Anggota DPR dan DPRD yang ditetapkan secara nasional oleh KPU berdasarkan Keputusan KPU 255/2009, maka Mahkamah berwenang memeriksa, mengadili dan memutus permohonan Pemohon.

Berkaitan dengan kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, Pasal 74 ayat (1) dan ayat (2) UU MK juncto Pasal 258 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (UU 10/2008), serta Pasal 5 huruf a dan huruf b Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan

235-614.indd 290 9/24/10 11:09:24 AM

Page 313: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

291Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (PMK 16/2009) menentukan hal-hal sebagai berikut.1. Pemohon adalah partai politik peserta Pemilu.2. Permohonan hanya dapat diajukan terhadap perselisihan Penetapan Hasil

Pemilihan Umum yang dilakukan secara nasional oleh Komisi Pemilihan Umum yang mempengaruhi:a. terpenuhinya ambang batas perolehan suara 2,5% (dua koma lima perseratus)

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 202 ayat (1) UU 10/2008;b. perolehan kursi partai politik peserta Pemilu dan kursi calon anggota DPR,

DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota dari partai politik di suatu daerah pemilihan.

Terkait dengan kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, Mahkamah mempertimbangkan berdasarkan ketentuan Pasal 74 ayat (1) dan ayat (2) UU MK, dan Pasal 5 huruf a dan huruf b PMK 16/2009 sebagai berikut:- Pemohon adalah Partai Politik Peserta Pemilu berdasarkan Keputusan Komisi

Pemilihan Umum Nomor 149/SK/KPU/Tahun 2008 bertanggal 16 Agustus 2008 tentang Penetapan dan Pengundian Nomor Urut Partai Politik Peserta Pemilihan Umum Tahun 2009;

- permohonan yang diajukan Pemohon adalah perselisihan Penetapan Hasil Pemilu yang dilakukan secara nasional oleh KPU (Termohon) berdasarkan Keputusan KPU 255/2009;

- Pemohon berpendapat hasil rekapitulasi penghitungan suara yang dilakukan Termohon terjadi kesalahan/keliru yang menguntungkan partai politik tertentu di Dapil yang dipermasalahkan Pemohon. Oleh karena itu, Pemohon meminta Mahkamah membatalkan penghitungan suara yang dilakukan oleh Termohon;

- berdasarkan hal-hal tersebut di atas, Mahkamah menilai Pemohon memenuhi syarat kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan.Menyangkut tenggang waktu pengajuan permohonan, Keputusan KPU 255/2009

diumumkan pada tanggal 9 Mei 2009 pukul 23.50 WIB, sedangkan permohonan perselisihan hasil Pemilu diajukan ke Mahkamah pada hari Senin tanggal 11 Mei 2009 pukul 22.50 WIB berdasarkan Akta Penerimaan Berkas Permohonan Nomor 69/PAN.MK/V/2009.

Pasal 74 ayat (3) UU MK juncto Pasal 259 ayat (2) UU 10/2008, dan Pasal 6 ayat (1) PMK 16/2009 menentukan bahwa permohonan hanya dapat diajukan dalam jangka waktu paling lambat 3 X 24 (tiga kali dua puluh empat) jam sejak KPU mengumumkan penetapan hasil Pemilu secara nasional. Dengan demikian, pengajuan permohonan Pemohon masih dalam tenggang waktu yang ditentukan.

Termohon, para Turut Termohon, dan Pihak Terkait mengajukan eksepsi dengan alasan permohonan kabur (obscuur libel). Mahkamah berpendapat eksepsi tersebut tidak

235-614.indd 291 9/24/10 11:09:24 AM

Page 314: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

292 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

beralasan hukum karena sudah memasuki ranah materi permohonan. Oleh karenanya, eksepsi tersebut harus dikesampingkan.

Dalam pokok permohonannya, Pemohon mendalilkan keberatan terhadap hasil Pemilu sebagai berikut. 1. Dapil Kepulauan Riau Pemohon mendalilkan terjadinya penggelembungan suara yang menguntungkan PKS

dan merugikan Pemohon, berupa penambahan suara bagi PKS hingga mencapai 3.658 suara dan mengurangi perolehan suara Pemohon sebanyak 27 suara. PKS seharusnya tidak memperoleh kursi karena perolehan suara PKS adalah 69.747 suara. Padahal seharusnya 69.747 suara dikurangi 3.658 atau hanya 66.089 suara. Apabila dibandingkan dengan suara Pemohon yang 66.126 suara ditambah 27 suara yang hilang, maka peorlehan suara Pemohon menjadi 66.153 suara sehingga Pemohon berhak mendapatkan 1 kursi di Dapil Kepulauan Riau.

Mahkamah berpendapat bukti-bukti diragukan autentisitasnya antara dalil Pemohon, bukti Pemohon dan bukti Pihak Terkait, karenanya Mahkamah memandang perlu dilakukan penghitungan suara ulang di Kelurahan Tembesi, Kecamatan Sagulung dalam waktu yang akan ditentukan dalam amar putusan.

2. Dapil Jawa Tengah II Pemohon mendalilkan semestinya memperoleh 20 suara, akan tetapi tidak tercatat

dalam rekapitulasi TPS 4 Desa Tamansari dan seterusnya secara berjenjang sehingga mempengaruhi perolehan suara Pemohon di Dapil Jawa Tengah II.

Mahkamah menilai Pemohon berhasil membuktikan adanya kehilangan 20 suara, sebaliknya Turut Termohon tidak dapat mengajukan bukti lawan untuk membantah dalil-dalil Pemohon. Oleh karena itu, Mahkamah berpendapat permohonan Pemohon beralasan hukum.

3. Dapil Ponorogo 6 Pemohon mendalilkan kehilangan 18 suara di TPS 9 Desa Kunti, Kecamatan

Sampung. Mahkamah berpendapat Turut Termohon tidak mampu menunjukkan bukti lawan yang

dapat mematahkan dalil-dalil Pemohon yang kehilangan 18 suara di TPS 9 Desa Kunti, Kecamatan Sampung. Hal mana dapat diketahui dari tidak dimajukannya bukti berupa Berita Acara Pemungutan Suara dan Penghitungan Suara di TPS 9 Desa Kunti, Kecamatan Sampung oleh Turut Termohon. Bahkan Turut Termohon secara tersirat tidak menafikan kesalahan penghitungan suara yang telah terjadi denganmengemukakan alasan hukum bahwa keberatan dilakukan setelah lewat waktu, saksi di TPS tidak mengajukan keberatan, Formulir DA tidak ada keberatan dan semua saksi yang hadir di PPK membubuhkan tanda tangan, jawaban-jawaban terkait, hanyalah formalitas yang tidak dapat menentukan kebenaran materiil yang diajukan oleh Pemohon.

235-614.indd 292 9/24/10 11:09:24 AM

Page 315: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

293Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

4. Dapil Barito Timur 1 dan Barito Timur 2 Pemohon mendalilkan adanya ketidaksesuaian jumlah suara sah dan suara tidak

sah antara DPR dan DPRD Provinsi dengan jumlah suara sah dan suara tidak sah DPRD Kabupaten dengan selisih 1.777 suara. Apabila penggelembungan dan/atau kenaikan suara tersebut terjadi di Barito Timur 2 sebanyak 700 suara maka Pemohon berpotensi tidak akan mendapatkan kursi kesembilan atau kursi terakhir.

Mahkamah menilai, memang terjadi perbedaan pada jumlah suara sah dan suara tidak sah antara yang tercantum dalam Model DB- DPR, Model DB-DPRD Provinsi dan jumlah suara sah dan suara tidak sah dalam Model DB-1 DPRD Kabupaten/Kota, tetapi Turut Termohon mengakui adanya kesalahan tersebut dan telah melakukan perbaikan sesuai dengan mekanisme yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan dan ternyata tidak berpengaruh pada perolehan suara parpol di seluruh Kabupaten Barito Timur. Pemohon tidak dapat membuktikan dimana terjadi penggelembungan suara karena hanya mengasumsikan “apabila terjadi penggelembungan” dan “apabila tidak terjadi penggelembungan” bahkan lebih jauh pemohon mengasumsikan apabila terjadi penggelembungan sebanyak 700 suara di Dapil Barito Timur 2. Mahkamah berpendapat, dalil-dalil Pemohon tidak berdasar dan tidak beralasan hukum karenanya harus dikesampingkan.

5. Dapil Semarang 3 Pemohon mendalilkan perolehan suaranya di Desa Sepakung Kecamatan Banyubiru

hilang 40 suara. Pemohon juga kehilangan 31 suara di Desa Kenteng dan Desa Candi Kecamatan Bandungan.

Mahkamah berpendapat sebagai berikut:a. menyangkut dalil Pemohon di Desa Sepakung Kecamatan Banyubiru, Mahkamah

berpendapat bukti Pemohon tidak valid dan tidak meyakinkan sehingga dalil Pemohon harus dikesampingkan;

b. menyangkut dalil Pemohon di Desa Candi Kecamatan Bandungan, Mahkamah berpendapat dalil Pemohon berdasar dan beralasan hukum sehingga harus diterima.

6. Dapil Blora 4 Pemohon mendalilkan kehilangan 26 suara di Kecamatan Banjarejo, sehingga

kehilangan 1 kursi DPRD Kabupaten Blora. Mahkamah memperoleh fakta terdapat perbedaan formil antara dokumen Pemohon

dan Turut Termohon. Berdasarkan bukti Pemohon, Mahkamah menemukan berbagai coretan dan penggantian yang tidak sewajarnya baik menyangkut data angka maupun pihak-pihak yang berwenang membubuhkan tanda tangan. Sebaliknya pada bukti Pemohon, Mahkamah menemukan data angka-angka dan pembubuhan tanda tangan dari pihak-pihak yang berwenang yang cukup konsisten akurasinya. Mahkamah menilai bukti Turut Termohon lebih akurat, sedangkan bukti Pemohon tidak meyakinkan

235-614.indd 293 9/24/10 11:09:24 AM

Page 316: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

294 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Mahkamah. Oleh karenanya, Mahkamah berpendapat dalil Pemohon tidak beralasan sehingga harus dikesampingkan.

7. Dapil Banjar 1 Pemohon mendalilkan perolehan suara PNBKI menggelembung 349 suara di

Kecamatan Martapura Barat. Selain itu, perolehan suara Partai Gerindra juga menggelembung 100 suara di Kecamatan Martapura. Mahkamah berpendapat Pemohon tidak dapat menunjukkan di TPS mana terjadi pengurangan suara. Bukti Pemohon yang hanya menunjuk surat keterangan yang dibuat anggota PPK Kecamatan Martapura Kota bernama Saswidji tidak didukung dengan bukti-bukti lain yang cukup. Oleh karenanya, Mahkamah menilai dalil Pemohon tidak berdasar sehingga harus dikesampingkan.

8. Dapil Kerinci 2 Pemohon mendalilkan semestinya perolehan suaranya adalah 1.404 suara, dan

bukan 1.383 suara di Dapil Kerinci 2, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Mahkamah meragukan autentisitas bukti Pemohon, yakni Berita Acara Pemungutan

Suara, karena tidak ditemukan data yang menggambarkan pelaksanaan pemungutan danpenghitungansuara.BuktiPemohonberupaSertifikatHasilPenghitunganSuarajuga tidak menunjukkan dimana penghitungan suara dilakukan karena tidak tertulis nama TPS, nama desa/kelurahan, nama kecamatan, dan nama kabupaten/kota. Begitu juga tidak tergambar data pemilih dan penggunaan hak pilih, data penggunaan surat suara DPRD Kabupaten/Kota dan tidak tergambar data suara sah dan suara tidak sah. Pengisian data ini menjadi sangat penting karena untuk menilai sejauh mana validitas perolehan suara Parpol dan suara calon anggota DPRD Kabupaten/Kota dan sejauhmana pertanggungjawaban dari surat suara yang diterima oleh KPPS yang bersangkutan. Karena validitas bukti Pemohon diragukan, maka Mahkamah menilai dalil Pemohon tidak beralasan hukum sehingga harus dikesampingkan.

9. Dapil Samosir 3 Pemohon mendalilkan kehilangan 700 suara karena pada waktu rekapitulasi

penghitungan suara tingkat Kabupaten Samosir suara Pemohon hanya tercatat sebanyak 191 suara, padahal seharusnya 891 suara yang masih harus ditambah dengan 6 suara yang hilang di Buntu Mauli sehingga berjumlah 897 suara.

Mahkamah menilai bukti Pemohon diragukan validitasnya. Oleh karenanya, Mahkamah menilai dalil Pemohon tidak beralasan hukum sehingga harus dikesampingkan.

10. Dapil Musi Rawas 3 Pemohon mendalilkan kehilangan 1.770 suara di Kecamatan Megang Sakti dan

Kecamatan Muara Lakitan. Sebaliknya, perolehan suara Partai Bulan Bintang menggelembung 670 suara, sedangkan perolehan suara Partai Demokrat menggelembung 887 suara.

Mahkamah menemukan perbedaan yang sangat mencolok antara bukti Pemohon dan bukti Turut Termohon. Pada bukti Turut Termohon berupa Model C-1 tidak

235-614.indd 294 9/24/10 11:09:24 AM

Page 317: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

295Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

tertulis jumlah surat suara yang diterima, surat suara sesuai DPT, jumlah surat suara yang digunakan, jumlah surat suara cadangan yang digunakan, jumlah surat suara yang digunakan oleh Pemilih TPS lain dan jumlah surat suara yang tidak terpakai. Sebaliknya bukti Pemohon berupa Model C-1 merupakan bukti asli (tinta basah) yang ditandatangani oleh seluruh Anggota KPPS TPS 2 Desa/Kelurahan Prabumulih II yang menggambarkan secara jelas data pemilih dan penggunaan hak pilih, data penggunaan surat suara, serta data suara sah/tidak sah. Mahkamah menilai Pemohon dapat membuktikan dalil-dalilnya, sehingga dalil Pemohon beralasan hukum.

11. Dapil Bangka Belitung 2 Pemohon mendalilkan kehilangan 617 suara di Kecamatan Sungai Liat Kota

Batam. Mahkamah berpendapat bukti Pemohon tidak mendukung dalil Pemohon. Bahkan

Turut Termohon secara sungguh-sungguh membuktikan bantahannya dengan mengajukan bukti berupa Berita Acara Pemungutan Suara dan Penghitungan Suara dari seluruh TPS yang ada di Kecamatan Sungai Liat. Sementara Pemohon tidak mampu menunjukkan di TPS mana saja Pemohon kehilangan suaranya dan kepada partai politik mana 617 suara tersebut beralih. Dengan demikian, dalil-dalil Pemohon tidak cukup beralasan dan karenanya harus dikesampingkan.

12. Dapil Makassar 3 Pemohon mendalilkan semestinya memperoleh 282 suara di Kelurahan Batua

Kecamatan Manggala. Namun setelah rekapitulasi tingkat PPK Manggala, perolehan suara Pemohon menjadi 269 suara atau hilang 13 suara. Setelah mencermati bukti-bukti, Mahkamah berpendapat bukti Pemohon berupa Rekapitulasi Lampiran Model C-1 DPRD Kabupaten/Kota Penghitungan Hasil Perolehan Suara Parpol dan Calon Anggota DPD di Kelurahan Batua yang dihitung dari tiap TPS, total perolehan suara Pemohon sebanyak 282 suara. Bukti Turut Termohon pun juga menunjukkan hal yang sama. Oleh karenanya, Mahkamah menilai dalil Pemohon beralasan.Berpijak pada pendapatnya, Mahkamah menjatuhkan amar putusan sebagai

berikut.Dalam Eksepsi:Menolak eksepsi Termohon, Turut Termohon, dan Pihak Terkait.Dalam Pokok Perkara:A. Sebelum menjatuhkan Putusan Akhir:

○ Memerintahkan kepada KPU Kota Batam untuk melakukan penghitunganulang perolehan suara partai-partai peserta Pemilu Tahun 2009 untuk DPR RI di Kelurahan Sagulung Kota, Kelurahan Sungai Langkai, Kelurahan Tembesi, Kecamatan Sagulung, dan Kelurahan Tiban Indah, Kecamatan Sekupang, Kota Batam Provinsi Kepulauan Riau dalam waktu selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari sejak pengucapan putusan;

235-614.indd 295 9/24/10 11:09:24 AM

Page 318: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

296 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

○ Memerintahkan kepada Komisi Pemilihan Umum untuk melaporkan hasilpenghitungan suara ulang di Kelurahan Sagulung Kota, Kelurahan Sungai Langkai, Kelurahan Tembesi, Kecamatan Sagulung, dan Kelurahan Tiban Indah, Kecamatan Sekupang, Kota Batam Provinsi Kepulauan Riau dalam tenggat waktu yang disebutkan di atas;

○ MenangguhkanberlakunyaKeputusanKPUNomor255/Kpts/KPU/TAHUN2009,tentang penetapan dan pengumuman hasil pemilihan umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilu Tahun 2009 sepanjang mengenai perolehan suara partai-partai peserta Pemilu Tahun 2009 di Kelurahan Sagulung Kota, Kelurahan Sungai Langkai, Kelurahan Tembesi, Kecamatan Sagulung, dan Kelurahan Tiban Indah, Kecamatan Sekupang, Kota Batam Provinsi Kepulauan Riau;

B. Mengabulkan permohonan Pemohon untuk sebagian;1. Menyatakan dalil-dalil Pemohon sepanjang:

- di Kelurahan Tiban Indah, Kecamatan Sekupang, Kota Batam Provinsi Kepulauan Riau;

- di Dapil Jawa Tengah 2;- di Dapil Ponorogo 6, Kabupaten Ponorogo Provinsi Jawa Timur;- di TPS 1 Desa Kenteng dan TPS 9 Desa Candi, Kecamatan Bandungan,

Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah;- di Dapil Kerinci 2, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi;- di Dapil Musi Rawas 3, Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumatera Selatan;- di Dapil Makassar 3, Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan;

adalah berdasar dan beralasan hukum.2. Menyatakan batal Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN 2009 tentang

Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilu Tahun 2009, sepanjang menyangkut daerah pemilihan Kepulauan Riau; Daerah Pemilihan Jawa Tengah II; Daerah Pemilihan Ponorogo 6, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur; Daerah Pemilihan Semarang 3; Daerah Pemilihan Kerinci 2, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi; Daerah Pemilihan Musi Rawas 3, Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumatera Selatan, dan Daerah Pemilihan Makasar 3, Kota Makasar, Provinsi Sulawesi Selatan;

3. Menyatakan penghitungan suara yang benar menurut Mahkamah untuk:- Daerah Pemilihan Riau, khususnya di Kelurahan Tiban Indah, Kecamatan

Sekupang, Kota Batam, Kepulauan Riau, Partai Keadilan Sejahtera

235-614.indd 296 9/24/10 11:09:24 AM

Page 319: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

297Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

sebanyak 730 suara; Partai Golkar sebanyak 840 suara; Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan sebanyak 225 suara;

- Daerah Pemilihan Jawa Tengah II, TPS 4 Desa Taman Sari PDI Perjuangan mendapat sebanyak 20 suara, Kecamatan Mranggen sebanyak 6.903 suara, Kabupaten Demak sebanyak 52.833 suara, Daerah Pemilihan Jawa Tengah II sebanyak 143.609 suara;

- Daerah Pemilihan Ponorogo 6, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur PDI Perjuangan sebanyak 13.611 suara;

- Daerah Pemilihan Semarang 3, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah, khususnya TPS 1 Desa Kenteng, Kecamatan Bandungan PDI Perjuangan mendapat sebanyak 53 suara;

- Daerah Pemilihan Kerinci 2, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan sebanyak 1.404 suara dan Partai Bulan Bintang sebanyak 1.402 suara;

- Daerah Pemilihan Musi Rawas 3, Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumatera Selatan, khususnya Kecamatan Muara Lakitan, untuk Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan sebanyak 5.673 suara dan Partai Bulan Bintang sebanyak 686 suara;

- Daerah Pemilihan Makassar 3, Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan, khususnya di Kecamatan Manggala PDI Perjuangan sebanyak 282 suara;

4. Memerintahkan Komisi Pemilihan Umum dan Komisi Pemilihan Umum Provinsi Kepulauan Riau, Komisi Pemilihan Umum Demak, Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Ponorogo, Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Semarang, Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Kerinci, Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Musi Rawas dan Komisi Pemilihan Umum Kota Makassar untuk melaksanakan putusan ini;

5. Menolak untuk selain dan selebihnya.C. Menolak permohonan Pemohon untuk keseluruhannya terhadap:

○ TPS1,TPS2,TPS9DesaBatuMerah,KecamatanBatuAmpar,TPS9,TPS10, TPS 20 dan TPS 38 Kelurahan Tembesi, Kecamatan Sagulung, TPS 17 Kelurahan Tanjung Piayu, Kelurahan Mangsang, Kecamatan Sungai Beduk, TPS 1 dan TPS 3 Kelurahan Tanjung Riau, Kelurahan Sungai Harapan, Kecamatan Sekupang, Kecamatan Belakang Padang, Kelurahan Kibing, Kelurahan Bukit Tempayan, Kecamatan Batu Aji, Kelurahan Kabil dan Kecamatan Nongsa;

○ di Dapil Barito Timur 1 dan Barito Timur 2 Kabupaten Barito Timur, ProvinsiKalimantan Tengah;

○ diDesaSepakungKecamatanBanyubiru,KabupatenSemarang,ProvinsiJawaTengah;

235-614.indd 297 9/24/10 11:09:24 AM

Page 320: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

298 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

○ DapilBlora4,KabupatenBlora,Provinsi JawaTengah;○ Dapil 1Banjar,KabupatenBanjar,ProvinsiKalimantanSelatan;○ diDesa/KelurahanDusunBaru,Desa/KelurahanGedang,Desa/KelurahanAur

Duri, Desa/Kelurahan Sungai Ning, Desa/Kelurahan Koto Tinggi, Kecamatan Sungai Penuh, Kebupaten Kerinci, Provinsi Jambi;

○ DapilSamosir 3,KabupatenSamosir,ProvinsiSumateraUtara;○ DapilBangkaBelitung2,ProvinsiBangkaBelitung.Komisi Pemilihan Umum Kota Batam telah melaksanakan penghitungan ulang

perolehan suara partai politik peserta Pemilu Tahun 2009 untuk DPR RI tanggal 30 Juli sampai dengan 2 Agustus 2009 di Kelurahan Sagulung Kota, Kelurahan Sungai Langkai, Kelurahan Tembesi, Kecamatan Sagulung, dan Kelurahan Tiban Indah, Kecamatan Sekupang, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau. Hal ini termuat dalam Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kota Batam Nomor 38/SK.KPU-BTM/VIII/2009 bertanggal 3 Agustus 2009 dan Surat Komisi Pemilihan Umum Nomor 1383/KPU/VIII/2009 bertanggal 25 Agustus 2009 perihal Laporan Hasil Pelaksanaan Putusan Mahkamah Konstitusi atas Perselisihan Hasil Pemilihan Umum.

Berdasarkan hasil penghitungan suara ulang tersebut, Mahkamah menetapkan perolehan suara yang benar untuk Pemohon, yakni Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan adalah sebagai berikut:○ hasilperolehansuaradiKelurahanSagulungKota,KecamatanSagulungadalah735suara;○ hasilperolehansuaradiKelurahanSungaiLangkai,KecamatanSagulungadalah490suara;○ hasilperolehansuaradiKelurahanTembesi,KecamatanSagulungadalah495suara;○ hasilperolehansuaradiKelurahanTibanIndah,KecamatanSekupangadalah727suara.

Penetapan perolehan suara Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan tersebut ditetapkan oleh Mahkamah dalam Putusan Akhir Nomor 50/PHPU.C-VII/2009 pada tanggal 1 September 2009. Dengan adanya penetapan perolehan suara tersebut, Mahkamah Konstitusi memerintahkan KPU dan KPU Kota Batam untuk melaksanakan Putusan Mahkamah Konstitusi ini.

235-614.indd 298 9/24/10 11:09:24 AM

Page 321: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

299Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 51/PHPU.C–VII/2009

TENTANGKEBERATAN PARTAI INDONESIA SEJAHTERA

TERHADAP PENETAPAN HASIL PEMILUANGGOTA DPRD PROVINSI DAN ANGGOTA DPRD KABUPATEN

Pemohon : 1. Budiyanto Darmastono; 2. Marnixon RC Willa.Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan

DPRD.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum

Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 di 7 daerah pemilihan (Dapil), yakni Dapil 1 Maluku Utara, Dapil 3 Sintang, Dapil Ogan Komering Ulu, Dapil 4 Padang Pariaman, Dapil 2 Halmahera Utara, Dapil 1 Lebong, dan Serdang Bedagai 3.

Amar Putusan : Menyatakan menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya.Tanggal Putusan : Rabu, 17 Juni 2009.Ikhtisar Putusan :

Pemohon Budiyanto Darmastono dan Marnixon RC Willa, adalah Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Partai Indonesia Sejahtera (PIS). Pemohon keberatan terhadap perolehan suara PIS yang ditetapkan oleh Termohon, yakni Komisi Pemilihan Umum (KPU), dalam Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 (Keputusan KPU 255/2009), di 7 daerah pemilihan (Dapil), yakni Dapil Maluku Utara 1,

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

235-614.indd 299 9/24/10 11:09:24 AM

Page 322: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

300 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Dapil Sintang 3, Dapil Ogan Komering Ulu, Dapil Padang Pariaman 4, Dapil Halmahera Utara 2, Dapil Lebong 1, dan Dapil Serdang Bedagai 3.

Terkait dengan kewenangan Mahkamah, Pasal 24C ayat (1) UUD 1945, Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) juncto Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman menentukan bahwa salah satu kewenangan konstitusional Mahkamah adalah memutus perselisihan tentang hasil Pemilu. Karena permohonan Pemohon adalah sengketa penetapan hasil Pemilu yang dilakukan secara nasional oleh KPU, maka Mahkamah berwenang untuk memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan tersebut.

Terkait dengan kedudukan hukum (legal standing), Pasal 74 ayat (1) huruf c UU MK dan Pasal 3 ayat (1) huruf b Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (PMK 16/2009) menentukan bahwa salah satu Pemohon dalam perselisihan hasil Pemilu adalah partai politik peserta Pemilu. Pemohon, yakni Partai Indonesia Sejahtera, adalah partai politik peserta Pemilu Tahun 2009 Nomor Urut 33. Oleh karena itu, Pemohon memenuhi syarat kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan perselisihan hasil Pemilu.

Terkait dengan tenggang waktu pengajuan permohonan, Pasal 74 ayat (3) UU MK juncto Pasal 259 ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang diatur lebih lanjut dalam Pasal 6 ayat (1) PMK 16/2009, menentukan bahwa permohonan pembatalan penetapan perolehan suara hasil Pemilu secara nasional oleh KPU hanya dapat diajukan oleh peserta Pemilu dalam jangka waktu paling lambat 3 x 24 (tiga kali dua puluh empat) pukul sejak KPU mengumumkan penetapan perolehan suara hasil Pemilu secara nasional.

Keputusan KPU 255/2009 diumumkan pada 9 April 2009, pukul 23.50 WIB, sedangkan Pemohon mengajukan permohonannya pada tanggal 12 Mei 2009 pukul 20.52 WIB. Oleh karena itu, pengajuan permohonan tersebut masih dalam tenggang waktu yang ditentukan.

Pemohon mendalilkan bahwa Termohon salah menetapkan perolehan suara Pemohon di 7 daerah pemilihan (Dapil) sebagai berikut.1. Dapil Maluku Utara 1 Pemohon mendalilkan telah terjadi penggelembungan suara untuk Partai Demokrat

di tingkat Kabupaten Halmahera Barat. Mahkamah menilai hasil rekapitulasi Model DA-A tingkat PPK di Kecamatan Loloda,

Partai Demokrat memperoleh 520 suara tetapi ternyata di dalam hasil rekapitulasi Model DB-1 tingkat Kabupaten Halmahera Barat, suara Partai Demokrat melonjak menjadi 2.302 suara, sehingga terjadi selisih atau penggelembungan sebanyak

235-614.indd 300 9/24/10 11:09:24 AM

Page 323: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

301Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

1.782 suara. Juga terjadi kesalahan penghitungan suara Partai Demokrat di tingkat PPK Kecamatan Jailolo Selatan yaitu, jumlah suara Partai Demokrat di dalam Rekapitulasi Model DA-1 tertera 908 suara yang seharusnya hanya 516 suara, tetapi hasil rekapitulasi Model DB-1 tingkat kabupaten tetap menggunakan rekapitulasi Model DA-1 yang salah, yaitu 908 suara dalam rekapitulasi PPK Kecamatan Jailolo Selatan.

Berdasarkan penilaian di atas, Mahkamah menilai bahwa klaim yang diajukan oleh Pemohon tidak terbukti, maka permohonan Pemohon harus ditolak.

2. Dapil Sintang 3, Kalimantan Barat Pemohon memperoleh suara sah nasional untuk Dapil Sintang 3, Provinsi Kalimantan

Barat sebanyak 1.464 suara. Seharusnya berdasarkan temuan dan bukti-bukti yang dimiliki Pemohon di Dapil Sintang 3, Provinsi Kalimantan Barat, Pemohon mendapatkan 1.632 suara, Dapil Sintang 3 Provinsi Kalimantan Barat terdiri dari dua kecamatan yakni Kecamatan Sepauk dan Kecamatan Tempunak, Pemohon berdasarkan bukti yang ada memperoleh suara di Kecamatan Sepauk sebanyak 930 suara bukan 762 suara.

Berdasarkan bukti-bukti yang tertulis, baik yang diajukan oleh Pemohon maupun oleh Turut Termohon, Mahkamah menilai bahwa Pemohon tidak berhasil membuktikan dalil-dalilnya sehingga permohonan Pemohon harus ditolak.

3. Dapil Ogan Komering Ulu (OKU Induk) Pemohon mendalilkan adanya penggelembungan suara pada Partai Karya Perjuangan

dari 1.470 menjadi 1.614 di Kabupaten Ogan Komering Ulu. Atas dalil permohonan tersebut, dijelaskan bahwa perolehan suara Partai Karya

Perjuangan di Dapil 3 Ogan Komering Ulu di TPS VIII Desa Pakuon yang berjumlah 1.614 suara telah sah secara hukum, karena penghitungannya telah disaksikan oleh saksi dari Partai Karya Perjuangan, Partai Demokrasi Kebangsaan (PDK), Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Demokrat (PD), Partai Patriot (PP), dan dari partai Pemohon.

Berdasarkan bukti-bukti tertulis yang diajukan oleh para pihak, Mahkamah menilai bahwa Pemohon tidak dapat membuktikan dalilnya tentang adanya penggelembungan surat suara di TPS VIII Gedung Pakuon, dan oleh karena itu permohonan Pemohon ditolak.

4. Dapil Padang Pariaman 4, Sumatera Barat Pemohon keberatan terhadap perolehan suara Pemohon di Kabupaten Padang

Pariaman Dapil 4 sejumlah 689 suara karena menurut Pemohon suaranya hilang di TPS 3 Desa Kasang Tengah, TPS 12 Desa Pasar Usang 1, TPS 17 Desa Pasar Usang 1, dan TPS 18 Pasar Usang 1, yang keseluruhannya sejumlah 52 suara. Atas kejadian tersebut Pemohon sudah melaporkan ke Panwascam Kecamatan Batang Anai, namun oleh Panwascam tidak ditanggapi,sehingga Pemohon memohon agar

235-614.indd 301 9/24/10 11:09:24 AM

Page 324: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

302 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Mahkamah memerintahkan penghitungan ulang Formulir Model C-1 dan Model C-2 di seluruh TPS Kecamatan Batang Anai.

5. Dapil 2 Kabupaten Halmahera Utara Pemohon keberatan atas pengesahan perolehan suara secara nasional Partai

Pelopor dan Partai Peduli Rakyat Nasional (PPRN) di Dapil 2 Kabupaten Halmahera Utara dengan alasan, pada waktu saksi Pemohon menerima Rekapitulasi Model DB-1 dari KPU Kabupaten Halmahera Utara, saksi Pemohon melakukan protes atas hasil rekapitulasi Model DB-1 karena Partai Pelopor dan Partai Peduli Rakyat Nasional (PPRN) ada selisih perolehan suara (penggelembungan), vide Bukti P-54 dengan perincian sebagai berikut, Partai Pelopor bertambah perolehan suaranya di Kecamatan Tobelo Timur tertulis 627 suara (Model DB-1), yang seharusnya hanya 394 suara (Model DA-1); di KecamatanTobelo Tengah tertulis 169 suara (Model DB-1), yang seharusnya hanya 138 suara (Model DA-B); di KecamatanTobelo Barat tertulis 42 suara (Model DB-1),yang seharusnya hanya 33 suara (Model DA-1), penggelembungan sebanyak 273 suara tersebut di atas harus dikurangkan dari perolehan suara Partai Pelopor yang tertulis sejumlah 1.334 suara, sehingga sisa 1.061 suara, bahwa Partai Peduli Rakyat Nasional (PPRN) bertambah perolehan suaranya di Kecamatan Tobelo Timur tertulis 61 suara (Model DB-1), yang seharusnya hanya 58 suara (Model DA-1); di Kecamatan Tobelo Tengah tertulis 234 suara (Model DB-1), yang seharusnya hanya 193 suara (Model DA-B), sehingga terjadi pertambahan perolehan suara PPRN sebanyak 43 suara (seharusnya 44 suara yaitu selisih 61 – 58 = 3 ditambah selisih 234 – 193 = 41 = 44 suara).

6. Dapil Lebong 1, Bengkulu Menurut Pemohon perolehan suaranya di tiga kecamatan adalah sebagai berikut,

di Kecamatan Lebong Tengah sebanyak 436 suara, di Kecamatan Lebong Selatan sebanyak 231 suara dan di Kecamatan Rimbo Pengadang sebanyak 58 suara, sehingga jumlah perolehan suara Pemohon di 3 kecamatan tersebut adalah sebanyak 725 suara, bukan 684 suara yang diumumkan oleh Termohon.

7. Dapil Serdang Bedagai 3, Sumatera Utara Perolehan suara Pemohon dalam Rekapitulasi Model DB-1 Dapil 3 yang terdiri

dari 3 kecamatan yaitu, Kecamatan Sei Rampah, Kecamatan Sei Banban, dan Kecamatan Tanjung Beringin sebanyak 668 suara, sedangkan menurut versi Pemohon di Kecamatan Sei Rampah memperoleh 836 suara. Dari Tiga kecamatan tersebut di dalam Rekapitulasi Model DB-1 untuk Kecamatan Sei Rampah disebutkan 56 suara, di Kecamatan Tanjung Beringin memperoleh 630 suara, dan di Kecamatan Sei Banban memperoleh 635 suara, sehingga berjumlah 2.473 suara (seharusnya berjumlah 1.527 suara).Berkenaan dengan dalil permohonan yang meliputi 7 Dapil tersebut, Mahkamah

berpendapat sebagai berikut.

235-614.indd 302 9/24/10 11:09:25 AM

Page 325: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

303Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

1. Dapil Maluku Utara 1 Terhadap dalil Pemohon, Termohon mengajukan jawaban bahwa permohonan

Pemohon tidak jelas (kabur), karena Pemohon tidak memberikan uraian yang jelas mengenai partai politik yang dikurangi dan partai politik yang ditambah suaranya. Terhadap jawaban tersebut yang tidak secara tegas menyebutkan sebagai eksepsi, namun materinya sudah merupakan eksepsi, Mahkamah berpendapat, bahwa hal tersebut sudah menyangkut pokok permohonan, sehingga pengajuannya terlalu dini dan karena itu harus dikesampingkan.

Terhadap dalil Pemohon, Turut Termohon menjelaskan bahwa telah ada kesalahan entri data, dan kesalahan tersebut telah diperbaiki dengan membuat Berita Acara Nomor270/82/KPU-HALBAR/V/2009tentangPembetulanBeritaAcaradanSertifikatRekapitulasi Penghitungan Hasil Perolehan Suara Partai Politik dan Calon Anggota DPRD Provinsi di Kabupaten Halmahera Barat dalam Pemilu Tahun 2009, dengan koreksi atau perbaikan yang telah dibuatkan berita acaranya tersebut, di Kecamatan Loloda Partai Demokrat tetap memperoleh sebanyak 520 suara, dan setelah ada perbaikan Partai Demokrat di Kecamatan Jailolo Selatan, memperoleh 800 suara, bukan 908 suara, sedangkan PDK memperoleh 143 suara. Perbaikan tersebut dituangkan dalam dalam Formulir Model DB-1.

Berdasarkan bukti-bukti surat dari Turut Termohon, ternyata perolehan suara Pemohon di Kecamatan Loloda sebanyak 520 suara dan di Kecamatan Jailolo Selatan sebanyak 800 suara, sehingga klaim yang diajukan oleh Pemohon tidak terbukti, maka permohonan Pemohon harus ditolak.

2. Dapil Sintang 3, Kalimantan Barat Dari bukti-bukti tertulis yang diajukan Pemohon dan Turut Termohon, Mahkamah

menilai ternyata Pemohon tidak berhasil membuktikan dalil-dalilnya sehingga permohonan Pemohon harus ditolak.

3. Dapil Ogan Komering Ulu (OKU Induk) Termohon telah menjelaskan bahwa Pemohon sama sekali tidak mendalilkan

bahwa kasus-kasus tersebut merugikan Pemohon yang mengakibatkan Pemohon tidak memperoleh kursi di DPRD Kabupaten OKU, sedangkan Turut Termohon menjelaskan bahwa penggelembungan kertas suara tidak benar, bahwa perolehan suara Partai Karya Perjuangan di Dapil Ogan Komering Ulu di TPS VIII Desa Pakuon yang berjumlah 1.614 suara telah sah secara hukum, karena penghitungannya telah disaksikan oleh saksi dari Partai Karya Perjuangan, PDK, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Demokrat (PD), Partai Patriot (PP), dan dari partai Pemohon.

Berdasarkan bukti-bukti tertulis yang diajukan oleh para pihak, Mahkamah menilai bahwa Pemohon tidak dapat membuktikan dalilnya tentang adanya penggelembungan surat suara di TPS VIII Gedung Pakuon, dan oleh karena itu permohonan Pemohon ditolak.

235-614.indd 303 9/24/10 11:09:25 AM

Page 326: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

304 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

4. Dapil Padang Pariaman 4, Sumatera Barat Turut Termohon telah menyatakan bahwa adanya kesalahan penghitungan di TPS

3 Desa Kasang Tengah, Kecamatan Batang Anai, yang seharusnya Pemohon memperoleh 27 suara, namun yang tertulis hanya 24 suara, bahwa kesalahan tersebut telah diperbaiki oleh Turut Termohon, sehingga perolehan suara Pemohon yang semula tertulis 24 suara diubah menjadi 27 suara. Meskipun Pemohon masih memegang hasil rekapitulasi penghitungan yang belum diperbaiki yang didalamnya perolehan suara Pemohon tertulis 24 suara tetapi berdasarkan bukti Turut Termohon (Formulir EB 1/DPRD Kabupaten/Kota) ternyata telah dilakukan perubahan dan perolehan suara Pemohon sudah tercatat 27 suara.

Berdasarkan pertimbangan tersebut dalil Pemohon tidak terbukti sehingga permohonan Pemohon harus ditolak.

5. Dapil Halmahera Utara 2 Turut Termohon telah menjelaskan bahwa di Kecamatan Tobelo Timur terdiri dari

13 TPS, Kecamatan Tobelo Tengah terdiri dari 21 TPS. Dari 34 TPS tersebut Pemohon hanya menghitung perolehan suara di 18 TPS, sehingga total perolehan suara Partai Pelopor dan PPRN tidak sesuai dengan dalil Pemohon, PPK Tobelo Barat terdiri dari 9 TPS dari 6 desa, tidak benar sesuai dugaan Pemohon bahwa Partai Pelopor terjadi penggelembungan suara, sebab dari 9 TPS masing masing TPS memperoleh suara sebagai berikut, TPS 1 = 9 suara, TPS 2 = 2 suara, TPS 3 = 3 suara, TPS 5 = 23 suara dan TPS 6 = 5 suara, sehingga jumlah 42 suara sesuai dengan berita acara PPK Tobelo Tengah.

Berdasarkan bukti-bukti tertulis yang diajukan, Pemohon tidak dapat membuktikan adanya penggelembungan suara untuk Partai Pelopor dan PPRN, oleh karenanya permohonan Pemohon harus ditolak.

6. Dapil Lebong 1, Bengkulu Pemohon tidak dapat mengajukan bukti-bukti yang dapat dinilai keabsahannya oleh

Mahkamah sehingga permohonan Pemohon harus dinyatakan ditolak.7. Dapil Serdang Bedagai 3, Sumatera Utara Selain dalil Pemohon tidak akurat, kebenarannya terbantahkan oleh bukti tertulis

Turut Termohon, oleh karena itu permohonan Pemohon tidak beralasan dan harus ditolak.Berdasarkan fakta hukum di atas, Mahkamah dalam Amar Putusannya menyatakan

menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya.

235-614.indd 304 9/24/10 11:09:25 AM

Page 327: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

305Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 54/PHPU.C-VII/2009

TENTANG KEBERATAN PARTAI PEDULI RAKYAT NASIONAL TERHADAP PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN UMUM CALON ANGGOTA DPR, DPRD PROVINSI DAN DPRD

KABUPATEN/KOTA

Pemohon : 1. Amelia A. Yani ; 2. Dr. Yansen Sitorus, M. Kes.Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan

DPRD.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor

255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara Nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 untuk Dapil Kota Bandar Lampung V, Dapil Kabupaten Banyuasin I, Dapil Kota Cirebon I, Dapil Kabupaten Karo I, Dapil Kabupaten Karo II, Dapil Kabupaten Hulu Sungai Tengah III, Dapil Kabupaten Ngada I, Dapil Kota Tebing Tinggi II, Dapil Kabupaten Mamuju III, Dapil Kota Batam II.

Amar Putusan : Mengabulkan sebagian permohonan dan menolak untuk selebihnya.

Tanggal Putusan : Kamis,18 Juni 2009.Ikhtisar Putusan :

Pemohon adalah Ketua Umum dan Sekretaris Dewan Pimpinan Pusat Partai Peduli Rakyat Nasional (PPRN) yang bertindak untuk dan atas nama PPRN peserta Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD Tahun 2009.

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

235-614.indd 305 9/24/10 11:09:25 AM

Page 328: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

306 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Terkait dengan kewenangan Mahkamah, Pasal 24C ayat (1) UUD 1945, Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) juncto Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman menentukan bahwa salah satu kewenangan konstitusional Mahkamah adalah memutus perselisihan tentang hasil Pemilu. Karena permohonan Pemohon adalah sengketa penetapan hasil Pemilu yang dilakukan secara nasional oleh KPU, maka Mahkamah berwenang untuk memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan tersebut.

Terkait dengan kedudukan hukum (legal standing), Pasal 74 ayat (1) huruf c UU MK dan Pasal 3 ayat (1) huruf b Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (PMK 16/2009) menentukan bahwa salah satu Pemohon dalam perselisihan hasil Pemilu adalah partai politik peserta Pemilu. Pemohon, yakni Partai Peduli Rakyat Nasional, adalah partai politik peserta Pemilu Tahun 2009 Nomor Urut 14. Oleh karena itu, Pemohon memenuhi syarat kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan perselisihan hasil Pemilu.

Terkait dengan tenggang waktu pengajuan permohonan, Pasal 74 ayat (3) UU MK juncto Pasal 259 ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang diatur lebih lanjut dalam Pasal 6 ayat (1) PMK 16/2009, menentukan bahwa permohonan pembatalan penetapan perolehan suara hasil Pemilu secara nasional oleh KPU hanya dapat diajukan oleh peserta Pemilu dalam jangka waktu paling lambat 3 x 24 (tiga kali dua puluh empat) jam sejak KPU mengumumkan penetapan perolehan suara hasil Pemilu secara nasional.

Pemohon berkeberatan dengan ketetapan Termohon di 10 daerah pemilihan (Dapil) yaitu.1. Dapil Kota Bandar Lampung V Pemohon mengklaim memperoleh 3.126 suara dan berhak memperoleh 1 kursi

menggeser Partai Politik Nomor Urut 5, Partai Gerakan Indonesia Raya (Partai Gerindra), yang menurut Pemohon hanya memperoleh 3.045 suara. Menurut Turut Termohon I, Partai Gerindra memperoleh 3.144 suara, yang menurut Pemohon sebagai akibat adanya kesalahan penghitungan suara di tingkat PPK Tanjung Karang Pusat, yang seharusnya Partai Gerindra memperoleh 1.553 suara, tetapi tertulis 1.652 suara. Pemohon mengklaim telah terjadi penggelembungan suara Partai Gerindra sebesar 99 suara di Kecamatan Tanjung Karang Pusat.

Berdasarkan Bukti P-4.1 dan Bukti T.T.1 berupa Model Lampiran DB-1, diketahui bahwa perolehan suara Pemohon dan Partai Gerindra di Dapil 5 Kota Bandar Lampung yaitu perolehan suara PPRN di Kecamatan Tanjung Karang Barat 466 suara, di Kecamatan Tanjung Karang Pusat 1.681 suara, di Kecamatan Kemiling 979

235-614.indd 306 9/24/10 11:09:25 AM

Page 329: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

307Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

suara, total keseluruhan 3.126 suara, sedangkan Gerindra di Kecamatan Tanjung Karang Barat 710 suara, di Kecamatan Tanjung Karang Pusat 1.652 suara, di Kecamatan Kemiling 782 suara, total keseluruhan 3.144 suara.

Mahkamah menilai bahwa bukti-bukti Pemohon (Bukti P-2) adalah bukti otentik yang sah karena menyertakan tanda tangan dari KPPS dan para saksi partai politik serta tidak terdapat penebalan angka ataupun pencoretan angka. Sebaliknya, dalam bukti yang diajukan Turut Termohon I yang berdasarkan perbandingan TPS yang sama, tidak tercantum tanda tangan KPPS dan saksi-saksi partai politik serta terdapat pencoretan angka, penambahan angka, serta penebalan angka dengan tinta, sehingga menurut Mahkamah bukti Pemohon lebih meyakinkan kebenarannya secara hukum.

Menurut Mahkamah, suara Pemohon yang benar di Dapil 5 Kota Bandar Lampung adalah Kecamatan Tanjung Karang Barat 466 suara + Kecamatan Tanjung Karang Pusat 1.680 suara + Kecamatan Kemiling 979 suara = 3.125 suara, bukan 3.126 suara sebagaimana yang didalilkan oleh Pemohon dan Turut Termohon I. Untuk suara Partai Gerindra di Dapil 5 Kota Bandar Lampung adalah Kecamatan Tanjung Karang Barat 710 suara + Kecamatan Tanjung Karang Pusat 1.541 suara + Kecamatan Kemiling 782 suara = 3.033 suara, bukan 3.045 suara sebagaimana versi Pemohon, dan bukan 3.144 suara sesuai versi Turut Termohon I.

Dengan demikian, klaim Pemohon yang menyatakan perolehan suaranya (3.125 suara) lebih banyak daripada perolehan suara Partai Gerindra (3.033 suara) terbukti cukup beralasan secara hukum sehingga permohonan Pemohon harus dikabulkan.

2. Dapil Kabupaten Banyuasin I Pemohon mendalilkan bahwa Partai Gerindra hanya memperoleh 2.994 suara

bukan 3.017 suara sebagaimana penetapan Termohon dan Turut Termohon II, sehingga terdapat penambahan 23 suara, yang berarti perolehan suara Pemohon (3.009 suara) lebih banyak daripada perolehan suara Partai Gerindra, seharusnya Pemohon yang berhak memperoleh 1 kursi di DPRD Kabupaten Banyuasin.

Berdasarkan bukti surat Pemohon (Bukti P-1 sampai dengan Bukti P-47), ternyata di Desa Tanjung Lago jumlah perolehan suara Partai Gerindra hanya 24 suara, bukan 29 suara seperti yang didalilkan Pemohon, di Desa Banyuasin perolehan suara Partai Gerindra sebesar 65 suara sama dengan yang didalilkan Pemohon, di Desa Mulia Sari perolehan suara Partai Gerindra 24 suara yang menurut Pemohon ditambah menjadi 28 suara, dan di Desa Kualo Putian Partai Gerindra memperoleh 7 suara yang menurut Pemohon digelembungkan menjadi 9 suara.

Mahkamah berpendapat bahwa perolehan Partai Gerindra di Desa Tanjung Lago yang didalilkan Pemohon berjumlah 29 suara ternyata hanya 24 suara dan itu pun ada bukti-bukti yang tidak sah, yakni Bukti P-3, Bukti P-9, Bukti P-11, Bukti P-12, yang ditebalkan tulisannya. Perolehan suara Partai Gerindra di Desa Bangun Sari

235-614.indd 307 9/24/10 11:09:25 AM

Page 330: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

308 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

yang oleh Pemohon didalilkan berjumlah 65 suara, sebagaimana yang tertera dalam Bukti P-17, P-19, P-21, P-23, P-25, P-27, dan Bukti P-29, tetapi Bukti P-25 dan Bukti P-27 tidak dapat dibenarkan, oleh karena pada Bukti P-25 semula tertulis angka 1 kemudian diubah menjadi angka 7. Di Desa Mulia Sari perolehan suara Partai Gerindra yang menurut Pemohon berjumlah 24 suara, diubah menjadi 28 suara, yang didasarkan pada Bukti P-31 yang dibuat oleh Panwas Kecamatan, tidak dapat dinilai sebagai bukti yang sah karena dibuat oleh instansi yang tidak berwenang. Di Desa Kualo Putian, perolehan suara Partai Gerindra yang menurut Pemohon berjumlah 7 suara, digelembungkan menjadi 9 suara, akan tetapi dalam bukti-bukti yang diajukan Pemohon, yaitu Bukti P-34 sampai dengan Bukti P-47, perolehan suara Gerindra bukan hanya 7 suara sebagaimana yang didalilkan Pemohon, melainkan 32 suara.

Berdasarkan pertimbangan di atas, Mahkamah menilai Pemohon tidak berhasil membuktikan dalilnya, sehingga permohonan Pemohon harus ditolak.

3. Dapil Kota Cirebon I Pemohon keberatan atas penetapan Termohon dan Turut Termohon III di Dapil 1

Kota Cirebon yang menetapkan perolehan suara Pemohon sebesar 1.740 suara, sedangkan berdasarkan klaim Pemohon sebesar 1.741 suara, jadi terdapat selisih 1 suara. Selain itu, Pemohon juga mengklaim perolehan suara Partai Gerindra sebesar 1.736 suara, namun berdasarkan versi Turut Termohon III, Partai Gerindra tertulis sebesar 1.743 suara, sehingga Pemohon mengklaim telah terjadi penggelembungan suara sebesar 7 suara.

Dalam Bukti P-3.1.b Pemohon memperoleh 7 suara, namun dalam Bukti T.T-1 tertulis Pemohon memperoleh 6 suara. Berdasarkan perbandingan alat bukti tersebut, Turut Termohon salah karena mencoret angka 7 menjadi angka 6 tanpa alasan yang sah. Dengan demikian, perolehan suara Pemohon yang semula tercatat 1.740 suara, seharusnya menjadi 1.741 suara.

Mahkamah menilai meskipun perolehan suara Pemohon bertambah 1 suara, sehingga menjadi 1.741 suara, tetapi tetap tidak melebihi perolehan suara dari Partai Gerindra sebanyak 1.743 suara, oleh karenanya Mahkamah menyimpulkan bahwa Pemohon tidak berhasil membuktikan dalil permohonannya dan oleh karena itu permohonan Pemohon harus ditolak.

4. Dapil Kabupaten Karo I Pemohon keberatan atas penetapan Termohon dan Turut Termohon IV di Dapil 1

Kabupaten Karo yang menetapkan perolehan suara Pemohon adalah 1.238 suara, sedangkan menurut Pemohon seharusnya memperoleh 1.260 suara, sehingga terdapat selisih sebanyak 22 suara. Kekurangan suara tersebut terjadi di TPS I sampai dengan TPS V Desa Samura, Kecamatan Kabanjahe, yang menurut Pemohon seharusnya berjumlah 53 suara, tetapi yang ditetapkan oleh Turut Termohon IV hanya 31 suara.

235-614.indd 308 9/24/10 11:09:25 AM

Page 331: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

309Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

Menurut Mahkamah, Pemohon tidak berhasil membuktikan dalil permohonannya dan oleh karena itu permohonan Pemohon harus ditolak.

5. Dapil Kabupaten Karo II Pemohon keberatan atas penetapan Termohon dan Turut Termohon IV di Dapil

2 Kabupaten Karo yang menetapkan perolehan suara Pemohon sebanyak 1.276 suara, menurut Pemohon seharusnya 1.288 suara, sehingga terjadi selisih 12 suara. Hal itu terjadi di TPS I sampai dengan TPS IV Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, yang menurut Pemohon berjumlah 28 suara dengan rincian: di TPS I = 12 suara, di TPS II = 2 suara, di TPS III = 2 suara, dan di TPS IV = 12 suara, yang oleh Turut Termohon IV ditetapkan hanya 16 suara.

Berdasarkan Bukti P-6 sampai dengan Bukti P-9 berupa Model C-1, jumlah perolehan suara Pemohon pada 4 TPS tersebut 28 suara, akan tetapi Bukti P-9 yang di dalamnya tertulis Pemohon memperoleh 12 suara adalah bukti yang tidak sah karena perolehan suara Caleg Pemohon Nomor Urut 6 atas nama Angkasa Surbakti, S.H., yang tertulis 10 suara demikian pula jumlahnya yang tertulis 12 suara kelihatan dengan nyata angkanya berbeda dengan angka 2 yang diperoleh partai dan jumlah 2 yang tertulis di bawahnya, sehingga Bukti P-9 tersebut tidak dapat dinilai sebagai bukti yang sah. Meskipun dengan bukti tersebut permohonan Pemohon sudah harus ditolak, akan tetapi Mahkamah merasa perlu menilai bukti yang diajukan Turut Termohon IV.

Menurut Mahkamah, Pemohon tidak berhasil membuktikan dalil permohonannya dan oleh karena itu permohonan Pemohon harus ditolak.

6. Dapil Kabupaten Hulu Sungai Tengah III Pemohon keberatan atas penetapan Termohon dan Turut Termohon V di Dapil 3

Kabupaten Hulu Sungai Tengah yang menetapkan suara Pemohon sejumlah 1.603 suara, berbeda dengan klaim Pemohon yang berjumlah 1.623 suara. Terjadi selisih suara sebanyak 20 suara yang terjadi di TPS I sampai dengan TPS IV Desa Samhurang, Kecamatan Labuan Amas Utara, yang menurut Pemohon berjumlah 119 suara dengan rincian: di TPS I = 10 suara (Bukti P-2), di TPS II = 69 suara (Bukti P-3), di TPS III = 30 suara (Bukti P-4), dan di TPS IV = 10 suara (Bukti P-5), yang oleh Turut Termohon V ditetapkan hanya 99 suara.

Dari bukti-bukti surat yang diajukan Pemohon di atas yang semuanya merupakan Model C-1, setelah diteliti oleh Mahkamah, benar perolehan suara yang didalilkan Pemohon bahwa pada TPS I sampai dengan TPS IV Desa Samhurang, Kecamatan Labuan Amas Utara, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Pemohon memperoleh 119 suara. Sebaliknya, dari pihak Turut Termohon V sesuai Bukti T.T.6 (Model DA-1) perolehan suara Pemohon hanya 99 suara dan yang berbeda adalah pada TPS III yang menurut Pemohon berjumlah 30 suara, sedangkan menurut bukti Turut Termohon V hanya 10 suara. Mahkamah dalam menilai bukti-bukti kedua belah pihak tersebut, berkesimpulan bahwa pembuktian Pemohon lebih terperinci dan

235-614.indd 309 9/24/10 11:09:25 AM

Page 332: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

310 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

akurat, sedangkan pembuktian Turut Termohon V yang hanya berupa Model DA-1 kurang terperinci karena hanya Model DA-1 tanpa disertai Model C-1.

Turut Termohon V dalam persidangan, sampai lima kali mengakui perolehan suara Pemohon sebagaimana yang didalilkan oleh Pemohon.

Mahkamah menilai, Pemohon telah berhasil membuktikan dalil-dalilnya, sehingga permohonan Pemohon harus dikabulkan.

7. Dapil Kabupaten Ngada I Pemohon keberatan atas penetapan Termohon dan Turut Termohon VI yang

menetapkan suara Pemohon di Dapil 1 Kabupaten Ngada berjumlah 599 suara dan suara Partai Politik Nomor Urut 7 Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (selanjutnya disebut PKPI) berjumlah 603 suara, padahal menurut Pemohon seharusnya PKPI memperoleh 597 suara. Selisih suara PKPI sebanyak 6 suara tersebut terjadi di PPK Kecamatan Bajawa yang menurut Pemohon, di TPS I Desa Beja, Kecamatan Bajawa, PKPI seharusnya memperoleh 1 suara namun ditulis 3 suara dan di TPS IV Desa Beja, Kecamatan Bajawa yang menurut Pemohon, PKPI memperoleh 0 suara, ditulis memperoleh 4 suara.

Menurut Mahkamah, Pemohon tidak berhasil membuktikan dalil permohonannya dan oleh karena itu permohonan Pemohon harus ditolak.

8. Dapil Kota Tebing Tinggi II Pemohon keberatan atas penetapan Termohon dan Turut Termohon VII yang

menetapkan perolehan suara Pemohon di Dapil 2 Kota Tebing Tinggi sejumlah 1.170 suara, berbeda dengan klaim Pemohon berjumlah 1.179 suara. Pemohon juga mendalilkan Partai Politik Nomor Urut 21 Partai Republika Nusantara (Partai Republikan) seharusnya memperoleh 1.174 suara, bukan 1.180 suara sebagaimana ditetapkan Turut Termohon VII.

Klaim Pemohon bahwa Pemohon kehilangan 2 suara di Kelurahan Bulian, Pemohon sama sekali tidak mengajukan bukti.

Pemohon juga mengklaim tentang adanya penggelembungan suara Partai Republikan sebanyak 29 suara yang terjadi di Kelurahan Durian sebanyak 6 suara dan di Kelurahan Teluk Karang sebanyak 23 suara. Untuk membuktikan klaim di Kelurahan Durian, Pemohon mengajukan Bukti P-3/Model C-1 dan untuk di Kelurahan Teluk Karang Pemohon mengajukan Bukti P-7/Model C-1. Sebaliknya, Termohon untuk Kelurahan Durian mengajukan Bukti T.3 dan untuk Kelurahan Teluk Karang mengajukan Bukti T.4.

Mahkamah menilai bukti-bukti Pemohon (Bukti P-3) tidak sah oleh karena tidak ditandatangani oleh KPPS dan saksi-saksi. Sebaliknya, bukti-bukti Termohon (T-3) ditandatangani oleh KPPS juga oleh saksi-saksi. Mengenai Bukti P-7 yang di dalamnya Partai Republikan memperoleh 23 suara sama dengan Bukti T-4 sehingga klaim Pemohon bahwa Partai Republikan mendapat 0 suara, tidak terbukti.

235-614.indd 310 9/24/10 11:09:25 AM

Page 333: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

311Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

Menurut Mahkamah, Pemohon tidak berhasil membuktikan dalil permohonannya dan oleh karena itu permohonan Pemohon harus ditolak.

9. Dapil Kabupaten Mamuju III Pemohon pada persidangan tanggal 26 Mei 2009 telah menyatakan menarik atau

mencabut permohonannya yang diperkuat dengan surat Nomor 119/DPP-PPRN/Adv/V/2009 bertanggal 25 Mei 2009. Oleh karena Pemohon telah mencabut permohonannya, maka permohonan Pemohon sepanjang Dapil a quo tidak perlu dipertimbangkan lebih lanjut.

10. Dapil Kota Batam II Pemohon keberatan atas penetapan Termohon dan Turut Termohon VIII mengenai

perolehan suara Pemohon di tingkat rekapitulasi KPU Kota Batam khususnya di Dapil 2 Kota Batam, yaitu Pemohon mengklaim memperoleh 1.448 suara, sedangkan menurut versi Turut Termohon VIII hanya memperoleh 1.443 suara sehingga kurang 5 suara;

Menurut Mahkamah, permohonan Pemohon tidak tepat karena telah mencampuradukkan pengertian Dapil 2 Kota Batam dengan Kecamatan Batam Kota, sehingga permohonan Pemohon kabur dan karenanya tidak dapat diterima.Berdasarkan seluruh penilaian atas fakta hukum sebagaimana diuraikan di atas,

Mahkamah menjatuhkan putusan dengan amar sebagai berikut.• Menyatakan permohonan Pemohon untuk Dapil Kota Batam II tidak dapat

diterima. • MengabulkanpermohonanPemohonuntukDapilKotaBandarLampungVdengan

menyatakan bahwa jumlah suara yang benar untuk PPRN ialah 3.125 suara dan Dapil Kabupaten Hulu Sungai Tengah III adalah 1.623 suara.

• MenolakpermohonanPemohonuntuk selebihnya.

235-614.indd 311 9/24/10 11:09:25 AM

Page 334: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

312 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

235-614.indd 312 9/24/10 11:09:25 AM

Page 335: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

313Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 57/PHPU.C–VII/2009

TENTANGKEBERATAN PARTAI PATRIOT TERHADAP PENETAPAN HASIL PEMILU

ANGGOTA DPRD PROVINSI DAN ANGGOTA DPRD KABUPATEN

Pemohon : Japto S. Soerjosoemarno, S.H. dan H. Sulistyanto.Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD. Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum

Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 di 9 daerah pemilihan (Dapil), yakni Nias 1, Tapanuli Selatan 2, Deli Serdang 3, Seram Bagian Timur 2, Samosir 2, Yahukimo 2, Yahukimo 1, Yahukimo 3, dan Papua 2.

Amar Putusan : Dalam Eksepsi: Menolak Eksepsi Termohon. Dalam Pokok Permohonan: 1. Menyatakan permohonan Pemohon untuk Dapil Yahukimo 1

tidak dapat diterima; 2. Menyatakan menolak permohonan Pemohon untuk

selebihnya.Tanggal Putusan : Kamis, 18 Juni 2009.Ikhtisar Putusan :

Pemohon Japto S. Soerjosoemarno, S.H. dan H. Sulistyanto adalah Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Partai Patriot. Pemohon keberatan terhadap perolehan suara Partai Patriot yang ditetapkan oleh Termohon, yakni Komisi Pemilihan Umum (KPU), dalam Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi,

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

235-614.indd 313 9/24/10 11:09:25 AM

Page 336: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

314 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota (Keputusan KPU 255/2009) untuk 9 daerah pemilihan (Dapil), yakni Nias 1, Tapanuli Selatan 2, Deli Serdang 3, Seram Bagian Timur 2, Samosir 2, Yahukimo 2, Yahukimo 1, Yahukimo 3, dan Papua 2.

Menyangkut kewenangan Mahkamah, Pasal 24C ayat (1) UUD 1945, Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) juncto Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman menentukan bahwa salah satu kewenangan konstitusional Mahkamah adalah memutus perselisihan tentang hasil Pemilu. Karena permohonan Pemohon adalah sengketa penetapan hasil Pemilu yang dilakukan secara nasional oleh KPU, maka Mahkamah berwenang untuk memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan tersebut.

Menyangkut kedudukan hukum (legal standing), Pasal 74 ayat (1) huruf c UU MK dan Pasal 3 ayat (1) huruf b Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (PMK 16/2009) menentukan bahwa salah satu Pemohon dalam perselisihan hasil Pemilu adalah partai politik peserta Pemilu. Pemohon, yakni Partai Patriot, adalah partai politik peserta Pemilu tahun 2009 Nomor Urut 30. Oleh karena itu, Pemohon memenuhi syarat kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan perselisihan hasil Pemilu.

Menyangkut tenggang waktu pengajuan permohonan, Pasal 74 ayat (3) UU MK juncto Pasal 259 ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang diatur lebih lanjut dalam Pasal 6 ayat (1) PMK 16/2009, menentukan bahwa permohonan pembatalan penetapan perolehan suara hasil Pemilu secara nasional oleh KPU hanya dapat diajukan oleh peserta Pemilu dalam jangka waktu paling lambat 3 x 24 (tiga kali dua puluh empat) jam sejak KPU mengumumkan penetapan perolehan suara hasil Pemilu secara nasional.

Termohon menyampaikan bahwa permohonan yang meliputi 9 Dapil tersebut diajukan pada tanggal 14 Mei 2009 pukul 15.54 WIB. Dengan demikian, pengajuan permohonan Pemohon melewati tenggang waktu yang ditentukan oleh Pasal 259 ayat (2) UU 10/2008 yang diatur lebih lanjut oleh Pasal 6 ayat (1) PMK 16/2009.

Keputusan KPU 255/2009 diumumkan pada 9 Mei 2009, pukul 23.50 WIB, sedangkan Pemohon mengajukan permohonannya pada 12 Mei 2009 pukul 20.55 WIB. Oleh karena itu, Mahkamah berpendapat bahwa pengajuan permohonan tersebut masih dalam tenggang waktu yang ditentukan sehingga Mahkamah menolak Eksepsi Termohon.

Pemohon mendalilkan bahwa Termohon salah menetapkan perolehan suara Pemohon di 9 Dapil berikut.1. Dapil Nias 1 DPRD Kabupaten Nias. Pemohon ditetapkan memperoleh 64 suara dalam Model DB-1. Padahal Pemohon

memperoleh 261 suara dalam Model DA-1, sehingga Pemohon kehilangan 147 suara.

235-614.indd 314 9/24/10 11:09:25 AM

Page 337: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

315Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

Mahkamah mencermati dalam bukti berupa Model DA-1 yang diajukan oleh Pemohon dan Turut Termohon I (yakni KPU Kabupaten Nias), Pemohon memperoleh 211 suara. Sedangkan dalam bukti berupa Model DB-1 yang diajukan oleh Pemohon dan Turut Termohon I, Pemohon hanya memperoleh 64 suara. Akan tetapi, dalam bukti yang diajukan Turut Termohon I berupa Berita Acara Pleno KPU Kabupaten Nias Nomor 270/117/KPU.K-N/2009 bertanggal 23 April 2009 tentang Pelaksanaan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara Partai Politik dan Calon DPRD Kabupaten Nias Daerah Pemilihan Nias 1 Tahun 2009 tingkat Kabupaten Nias oleh PPK Gunung Sitoli Selatan, dijelaskan bahwa perolehan suara partai politik maupun Caleg berpedoman pada Formulir C1 dan Lampirannya. Berita acara tersebut ditandatangani oleh saksi Partai Patriot bernama Febertus Halawa. Oleh karena Formulir C1 yang diajukan Pemohon hanya sebagian dan tidak meliputi seluruh TPS yang ada di Kecamatan Gunungsitoli Selatan maka Mahkamah menilai Pemohon tidak berhasil membuktikan dalil permohonannya, sehingga Mahkamah menolak permohon Pemohon di Dapil Nias 1 DPRD Kabupaten Nias.

2. Dapil Tapanuli Selatan 2 DPRD Kabupaten Tapanuli Selatan. Pemohon mendalilkan terjadi penggelembungan suara Partai Damai Sejahtera (PDS)

di 2 TPS Desa Tindoan Laut. Semula, perolehan suara PDS sebesar 134 suara, namun suara PDS bertambah menjadi 261 suara. Dengan demikian, perolehan suara PDS menggelembung sebesar 127 suara. Adapun perolehan suara Pemohon di 2 TPS Desa Tindoan Laut semestinya sebesar 95 suara, dan bukan 12 suara sehingga Pemohon kehilangan 83 suara.

Mahkamah menilai bukti yang diajukan Pemohon tidak sah karena bukti yang diajukan Pemohon berupa Lampiran Model C-1 hanya ditandatangani oleh 4 anggota KPPS, sedangkan bukti yang diajukan Turut Termohon II ditandatangani oleh 5 anggota KPPS. Lagipula, bukti yang diajukan Pemohon tidak ditandatangani oleh saksi-saksi, sedangkan bukti yang diajukan oleh Turut Termohon II ditandatangani oleh beberapa orang saksi. Oleh karena itu, Mahkamah menilai Pemohon tidak berhasil membuktikan dalil permohonannya, sehingga Mahkamah menolak permohonan Pemohon di Dapil Tapanuli Selatan 2 DPRD Kabupaten Tapanuli Selatan.

3. Dapil Deli Serdang 3 DPRD Kabupaten Deli Serdang. Pemohon mendalilkan bahwa dalam Model DA-1, Panitia Pemilihan Kecamatan

(PPK) Patumbak merekapitulasi perolehan suara Pemohon sebesar 601 suara yang meliputi 54 TPS. Padahal perolehan suara Pemohon semestinya 2.989 suara sehingga Pemohon kehilangan 2.388 suara. Dengan demikian, perolehan suara Pemohon di Dapil Deli Serdang 3 adalah 4.733 suara, dan bukan 2.345 suara.

Mahkamah mencermati dalam bukti yang diajukan oleh Pemohon, Turut Termohon III (KPU Kabupaten Deli Serdang), dan Pihak Terkait Partai Bintang Reformasi berupa Model DA-1, Pemohon memperoleh 2.071 suara di Kecamatan Patumbak. DarihasilverifikasibuktiModelCyangdiajukanPemohon,ternyatasuaraPemohonyang hilang sebesar 2.344 suara, dan bukan 2.388 suara seperti yang didalilkan Pemohon. Dengan demikian, perolehan suara Pemohon di Dapil Deli Serdang 3 adalah 2.345 + 2.344 = 4.689 suara. Perolehan suara ini masih di bawah perolehan

235-614.indd 315 9/24/10 11:09:25 AM

Page 338: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

316 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

suara Pihak Terkait Partai Bintang Reformasi sebesar 4.720 suara. Atas dasar itu, Mahkamah menilai Pemohon tidak berhasil membuktikan dalil permohonannya sehingga Mahkamah menolak permohonan Pemohon di Dapil Deli Serdang 3 DPRD Kabupaten Deli Serdang.

4. Dapil Seram Bagian Timur 2 DPRD Kabupaten Seram Bagian Timur. Pemohon mendalilkan terdapat 3 TPS yang tidak dimasukkan dalam rekapitulasi

perolehan suara di Dapil Seram Bagian Timur 2. Akibatnya, Pemohon kehilangan 103 suara, yakni di TPS Tanah Baru I sebanyak 36 suara, di TPS Tanah Baru II sebanyak 25 suara, dan di TPS Lahema sebanyak 42 suara. Dengan demikian, perolehan suara Pemohon semestinya 904 suara, dan bukan 801 suara. Pemohon juga telah mengajukan keberatan karena tidak dimasukkannya penghitungan suara 3 TPS di Dapil Seram Bagian Timur 2.

Dari bukti yang diajukan Pemohon, Mahkamah menemukan fakta bahwa Pemohon memperoleh 801 suara. Perolehan suara ini sama dengan bukti Turut Termohon IV (KPU Kabupaten Seram Bagian Timur) berupa Model DB-1 yang menunjukkan bahwa Pemohon memperoleh 801 suara. Terkait dengan adanya keberatan yang diajukan oleh Caleg Pemohon Nomor Urut 1 bernama Amirudin Kilwouw, maka dilakukan penghitungan ulang di TPS Tanah Baru I, TPS Tanah Baru II, dan TPS Lahema. Fakta adanya penghitungan ulang ini diperkuat dengan penjelasan saksi dari Partai Keadilan Sejahtera bernama Hasan Rumata. Klaim Pemohon bahwa 3 TPS, yakni TPS Tanah Baru I, TPS Tanah Baru II, dan TPS Lahema tidak dimasukkan dalam rekapitulasi perolehan suara di Dapil Seram Bagian Timur 2 tidak terbukti. Berdasarkan bukti dan kesaksian tersebut, Mahkamah menilai Pemohon tidak berhasil membuktikan dalil permohonannya sehingga Mahkamah menolak permohonan Pemohon di Dapil Seram Bagian Timur 2 DPRD Kabupaten Seram Bagian Timur.

5. Dapil Samosir 2 DPRD Kabupaten Samosir. Pemohon mendalilkan bahwa dalam Model DA-1, PDIP sebenarnya memperoleh

23 suara, dan bukan 25 suara sehingga terjadi penggelembungan 2 suara. Adapun perolehan suara Caleg PDIP Nomor Urut 3 atas nama Joelastu Simbolon sebenarnya 4 suara, dan bukan 5 suara sehingga terjadi penggelembungan 1 suara. Total penggelembungan suara PDIP sebesar 3 suara. Dengan demikian, perolehan suara PDIP seharusnya 828 suara, dan bukan 831 suara.

Mahkamah menilai bukti yang diajukan Pemohon berupa Lampiran Model DA-1 DPRD Kabupaten/Kota bukan merupakan bukti yang sah karena Pemohon tidak mengajukan bukti berupa Model DA yang mencantumkan tanda tangan para anggota Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK), sehingga Mahkamah menolak permohonan Pemohon di Dapil Samosir 2 DPRD Kabupaten Samosir.

6. Dapil Yahukimo 2 DPRD Kabupaten Yahukimo. Pemohon mendalilkan kehilangan suara di 5 distrik, yakni Distrik Holuwon, Distrik

Langda, Distrik Soloikma, Distrik Sumo, dan Distrik Seradala. Jumlah seluruh suara Pemohon yang hilang di lima distrik tersebut adalah 8.118 suara yang berpindah

235-614.indd 316 9/24/10 11:09:25 AM

Page 339: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

317Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

ke Partai Golkar. Oleh karena itu, Pemohon semestinya memperoleh 18.711 suara, dan bukan 12.459 suara.

Mahkamah menilai bukti-bukti yang diajukan Pemohon berupa surat-surat pernyataan tidak memenuhi syarat alat bukti tertulis yang ditentukan oleh Pasal 11 ayat (1) PMK 16/2009, karena bukti-bukti yang diajukan Pemohon tersebut bukan dokumen remi yang dikeluarkan oleh KPU. Selain itu, keterangan saksi Pemohon bernama Budi Bahabol tidak dapat dinilai sebagai keterangan yang objektif karena ia adalah Caleg Pemohon yang memiliki kepentingan dalam permohonan. Atas dasar itu, Mahkamah menilai Pemohon tidak berhasil membuktikan dalil permohonannya sehingga Mahkamah menolak permohonan Pemohon di Dapil Yahukimo 2 DPRD Kabupaten Yahukimo.

7. Dapil Yahukimo 1 DPRD Kabupaten Yahukimo. Pemohon mendalilkan kehilangan suara di 7 distrik, yakni Distrik Ukha, Distrik

Mugi, Distrik Werima, Distrik Pasema, Distrik Hogio, Distrik Amuma, dan Distrik Wusama. Pemohon kehilangan 8.118 suara yang berpindah ke Partai Golkar, sehingga semestinya Pemohon memperoleh 11.210 suara, dan bukan 2.987 suara. Mahkamah menilai dalil Pemohon tersebut kabur (obscuur libel) karena apabila dijumlahkan, yakni 2.987 + 8.118 = 11.105 suara, dan bukan 11.210 suara. Oleh karena itu, permohonan Pemohon dinyatakan tidak dapat diterima.

8. Dapil Yahukimo 3 DPRD Kabupaten Yahukimo. Pemohon mendalilkan kehilangan suara di 8 distrik, yakni Distrik Anggruk, Distrik

Pronggoli, Distrik Ubahak, Distrik Yahuliambut, Distrik Endomen, Distrik Kona, Distrik Ubalihi, dan Distrik Hereapini. Suara Pemohon yang hilang di delapan distrik tersebut sejumlah 4.499 suara yang berpindah ke Partai Golkar. Oleh karena itu, Pemohon semestinya memperoleh 5.749 suara, dan bukan 1.250 suara.

Mahkamah menilai bukti-bukti yang diajukan Pemohon berupa surat-surat pernyataan tidak memenuhi syarat alat bukti tertulis yang ditentukan oleh Pasal 11 ayat (1) PMK 16/2009, karena bukti-bukti yang diajukan Pemohon tersebut bukan dokumen resmi yang dikeluarkan oleh KPU. Selain itu, keterangan saksi Pemohon bernama Yance Bahabol tidak dapat dinilai sebagai keterangan yang objektif karena ia adalah Caleg Pemohon yang memiliki kepentingan dalam permohonan. Atas dasar itu, Mahkamah menilai Pemohon tidak berhasil membuktikan dalil permohonannya sehingga Mahkamah menolak permohonan Pemohon di Dapil Yahukimo 3 DPRD Kabupaten Yahukimo

9. Dapil Papua II DPRD Provinsi Papua. Pemohon mendalilkan semestinya memperoleh 17.872 suara, dan bukan 5.872 suara.

Hal ini karena perolehan suara Pemohon sebesar 12.000 suara tidak dimasukkan dalam Berita Acara Distrik Model DA-1. Kehilangan suara Pemohon sebanyak 12.000 suara tersebut meliputi 5 distrik, yakni Distrik Sumo, Distrik Yogosem, Distrik Kurima, Distrik Mugi, dan Distrik Ubalihi yang berada di Kabupaten Yahukimo.

Mahkamah menilai bukti-bukti yang diajukan Pemohon berupa surat-surat pernyataan tidak memenuhi syarat alat bukti tertulis yang ditentukan oleh Pasal 11 ayat (1) PMK

235-614.indd 317 9/24/10 11:09:25 AM

Page 340: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

318 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

16/2009, karena bukti-bukti yang diajukan Pemohon tersebut bukan dokumen resmi yang dikeluarkan oleh KPU. Selain itu, keterangan saksi Pemohon bernama Didimus Yahuli tidak dapat dinilai sebagai keterangan yang objektif karena ia adalah Caleg Pemohon. Atas dasar itu, Mahkamah menilai Pemohon tidak berhasil membuktikan dalil permohonannya sehingga Mahkamah menolak permohonan Pemohon di Dapil Papua II DPRD Provinsi Papua.Berdasarkan pendapat di atas, Mahkamah menjatuhkan amar putusan sebagai

berikut.Dalam Eksepsi:Menolak Eksepsi Termohon.Dalam Pokok Permohonan:1. Menyatakan permohonan Pemohon untuk Dapil Yahukimo 1 tidak dapat diterima;2. Menyatakan menolak permohonan Pemohon untuk selebihnya.

235-614.indd 318 9/24/10 11:09:25 AM

Page 341: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

319Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSAN PERKARA NOMOR 58/PHPU.C-VII/2009

TENTANGKEBERATAN PARTAI KEBANGKITAN NASIONAL ULAMA TERHADAP PENETAPAN

HASIL PEMILU ANGGOTA DPRD PROVINSI DAN DPRD KABUPATEN

Pemohon : 1. Drs. H. Choirul Anam; 2. H. Idham Cholied.Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Calon Anggota DPR, DPD,

dan DPRD.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun

2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilu Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota secara Nasional dalam Pemilu Tahun 2009 bertanggal 9 Mei 2009.

Amar putusan : Mengabulkan permohonan Pemohon untuk sebagian.Tanggal Putusan : 17 Juni 2009.Ikhtisar Putusan :

Pemohon adalah Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal Partai Politik, bertindak untuk dan atas nama Partai Kebangkitan Nasional Ulama. Pemohon keberatan atas penetapan perolehan suara hasil Pemilu secara nasional oleh KPU Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilu Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Secara Nasional Dalam Pemilu 2009 bertanggal 9 Mei 2009, sepanjang perolehan suaranya di 8 daerah pemilihan (Dapil), yakni Dapil Jawa Timur XI, Dapil Lumajang 1, Dapil Lumajang 5, Dapil Kediri 1, Dapil Bojonegoro II, Dapil 3 Kabupaten Mamasa, Dapil 4 Maluku Kabupaten Seram Bagian Timur, dan Dapil 4 Provinsi Maluku (Kabupaten Seram Bagian Timur).

Terkait dengan kewenangan Mahkamah, Pasal 24C ayat (1) UUD 1945, Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) juncto Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman menentukan bahwa salah satu kewenangan konstitusional

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

235-614.indd 319 9/24/10 11:09:25 AM

Page 342: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

320 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Mahkamah adalah memutus perselisihan tentang hasil Pemilu. Karena permohonan Pemohon adalah sengketa penetapan hasil Pemilu yang dilakukan secara nasional oleh KPU, maka Mahkamah berwenang untuk memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan tersebut.

Terkait dengan kedudukan hukum (legal standing), Pasal 74 ayat (1) huruf c UU MK dan Pasal 3 ayat (1) huruf b Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (PMK 16/2009) menentukan bahwa salah satu Pemohon dalam perselisihan hasil Pemilu adalah partai politik peserta Pemilu. Pemohon, yakni Partai Kebangkitan Nasional Ulama, adalah partai politik peserta Pemilu Tahun 2009 Nomor Urut 34. Oleh karena itu, Pemohon memenuhi syarat kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan perselisihan hasil Pemilu.

Terkait dengan tenggang waktu pengajuan permohonan, Pasal 74 ayat (3) UU MK juncto Pasal 259 ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang diatur lebih lanjut dalam Pasal 6 ayat (1) PMK 16/2009, menentukan bahwa permohonan pembatalan penetapan perolehan suara hasil Pemilu secara nasional oleh KPU hanya dapat diajukan oleh peserta Pemilu dalam jangka waktu paling lambat 3 x 24 (tiga kali dua puluh empat) jam sejak KPU mengumumkan penetapan perolehan suara hasil Pemilu secara nasional.1. Dapil Jawa Timur XI Pemohon mendalilkan untuk Dapil Jawa Timur XI, khususnya Kabupaten Sampang

mengemukan telah terjadi kecurangan dan pelanggaran Pemilu, suara Caleg Nomor Urut 6 atas nama Drs. Rasyaf Manaf dan penghilangan suara Nomor Urut 1 atas nama H. Imam Buchori Cholil.

Terhadap dalil permohonan tersebut Mahkamah menilai bahwa alat bukti yang diajukan oleh Pemohon tidak lengkap dan diragukan validitasnya apabila dibandingkan dengan bukti-bukti yang diajukan oleh Turut Termohon. Menurut Mahkamah Permohonan Pemohon untuk Dapil XI Jawa Timur tidak beralasan.

2. Dapil Lumajang 1 Pemohon mendalilkan telah terjadi kesalahan rekapitulasi hasil penghitungan suara

pada Formulir DA-1 dan Formulir C-1 Caleg Pemohon Nomor Urur 2 atas nama Lukman Hakim yang terjadi di TPS 1 Desa Blukon.

Terhadap dalil permohonan tersebut, Mahkamah mempertimbangkan dengan didasarkan pada Bukti P-1 (Model C1 DPRD Kabupaten/Kota) dan Bukti TT-3A (Model C1 DPRD Kabupaten/Kota) Caleg Pemohon Nomor Urut 2 atas nama A. Lukman Hakim di Desa Blukon memperoleh sebagai berikut: TPS 1 = 73 suara, TPS 2 = 126 suara,TPS 3 = 79 suara, TPS 4 = 45 suara, TPS 5 = 37 suara. Sehingga seluruhnya berjumlah 360 suara. Berdasarkan Bukti P-2/Model DA-1,

235-614.indd 320 9/24/10 11:09:25 AM

Page 343: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

321Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

Caleg A. Lukman Hakim hanya memperoleh 287 suara di Desa Blukon, sehingga perolehan suaranya berkurang sebanyak 73 suara, karena perolehan suara Caleg tersebut di TPS 1 sebanyak 73 suara tidak dihitung dalam Model DA-1. Berdasarkan Bukti P-3/Model DB dan Bukti TT-1A/Model DB, Caleg Pemohon Nomor Urut 2 atas nama A. Lukman Hakim memperoleh 796 suara. Setelah perolehan suara Pemohon di TPS 1 Desa Blukon sebanyak 73 suara dimasukkan ke dalam penghitungan, Caleg Pemohon Nomor Urut 2 tersebut seharusnya memperoleh 796 + 73 = 869 suara.

Kesimpulan Mahkamah di atas bersesuaian dengan Bukti P-4 berupa kesaksian Ketua PPS Desa Blukon Nomor 10/PPS.BLK/IV/2009, ditandatangani oleh Ketua KPPS 1 sampai dengan Ketua KPPS 5 serta Ketua PPS dan anggota PPS, yang ditujukan kepada Ketua PPK Lumajang perihal kesaksian perolehan suara Pemilu di Model C-1 atas nama A. Lukman Hakim SE Caleg Nomor Urut 2 dari PKNU di Desa Blukon dan diperkuat dengan surat keterangan Panwaslu (Bukti P-5) Nomor 72/PANWASLU/IV/2008 yang menerangkan bahwa dokumen dari Ketua KPPS yang telah diserahkan oleh Caleg Pemohon Nomor Urut 2 atas nama A. Lukman Hakim adalah benar bahwa di TPS 1 Desa Blukon memperoleh 73 suara. Berdasarkan itu, Mahkamah berkesimpulan dalil Pemohon terbukti secara sah dan meyakinkan untuk Dapil Lumajang 1, sehingga permohonan harus dikabulkan.

3. Dapil Lumajang 5 Pemohon mendalilkan telah terdapat perbedaan jumlah suara caleg Pemohon Nomor

Urut 2 atas nama Karimah, S.Ag. dalam Formulir Model DA-1 tertulis 1.148 suara dan Formulir C-1 tertulis 1.215. Selain itu di Kecamatan Pasrujambe hanya tertulis 1.107 suara, padahal seharusnya 1.121 suara. Dalil Pemohon yang mengklaim memperoleh suara 1.215 suara, tidak terbukti, karena dari Desa Wonocepoko Ayu = 3 suara, Desa Sarikemuning=387 suara dan Desa Purworejo= 298 suara sehingga berjumlah 688 suara.

Dari semua bukti dan kesaksian yang telah diajukan ke persidangan, Mahkamah menilai Pemohon tidak berhasil secara sah dan meyakinkan untuk membuktikan dalil-dalilnya dan oleh karena itu permohonan harus ditolak.

4. Dapil Kediri 1 Pemohon mendalilkan adanya perbedaan perolehan suara yang tertera pada Bukti

DA-1 pada sembilan Desa, yaitu Desa Doko, Desa Sukorejo, Desa Jongbiru, Desa Kepuh Rejo, Desa Pagu, Desa Tengger Kidul, Desa Mukuh, Desa Sukoharjo dan Deasa Padangan dengan hasil perolehan suara sebanyak 1.603 suara.

Terhadap permohonan tersebut di atas, setelah dilakukan pemeriksaan alat-alat bukti baik yang diajukan oleh Pemohon maupun Turut Termohon, Mahkamah menilai bahwa bukti yang diajukan oleh Pemohon tidak sah, sedangkan bukti Turut Termohon merupakan bukti resmi dan lengkap.

235-614.indd 321 9/24/10 11:09:25 AM

Page 344: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

322 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Dengan demikian, berdasarkan pertimbangan tersebut Mahkamah berpendapat bahwa permohonan Pemohon tidak beralasan sehingga harus ditolak.

5. Dapil Bojonegoro 2 Pemohon mendalilkan bahwa perolehan suara PNBK sebagaimana yang terdapat

dalam Formulir Model DA-1 sebanyak 6.106 suara padahal seharusnya sebanyak 6.001 suara. Dan telah terjadi pengelembungan suara PNBK dalam Formulir DA-1.

Terhadap dalil tersebut di atas, dalam persidangan pembuktian diperoleh hasil bahwa penambahan (penggelembungan) suara PNBKI terjadi di TPS 1 Desa Wotan. Dalam Formulir Model C-1 yang diajukan oleh Pemohon (Bukti P-7), PNBKI tidak memperoleh suara pada TPS 1, sedangkan Formulir Model C-1 yang diajukan oleh Turut Termohon (Bukti TT.1) PNBKI memperoleh 3 suara. Bukti Model C-1 yang diajukan oleh Pemohon dan yang diajukan oleh Turut Termohon tidak ditandatangani oleh KPPS maupun saksi partai politik sehingga tidak dapat dinilai sebagai alat bukti yang sah. Dalil Pemohon disangkal kebenarannya oleh Termohon dan Turut Termohon, sehingga beban pembuktian diletakkan pada Pemohon. Oleh karena bukti-bukti yang diajukan oleh Pemohon tidak dinilai sebagai alat bukti yang sah maka Pemohon tidak dapat membuktikan dalilnya.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, Mahkamah berpendapat bahwa bukti-bukti yang diajukan oleh Pemohon tidak dapat dinilai sebagai alat bukti yang sah dalam membuktikan dalilnya. Dengan demikian, Mahkamah berpendapat bahwa Pemohon tidak berhasil membuktikan dalil-dalilnya, oleh karena itu permohonan harus ditolak.

6. Dapil 3 Kabupaten Mamasa Pemohon mengklaim memperoleh 565 suara di Kecamatan Mambi. Ketika dilakukan

penghitungan/rekapitulasi di KPU Kabupaten Mamasa, peroleha suara turun menjadi 449 suara, sehingga Pemohon kehilangan suara 115 suara.

Mahkamah berpendapat klaim yang diajukan oleh Pemohon tidak benar dan oleh karena itu dalil pemohon tidak beralasan, sehingga harus ditolak.

7. Dapil Maluku Kabupaten Seram bagian Timur Pemohon mengklaim perolehan suara 462 di Kecamatan Pulau Gorom dan 401

suara di Kecamatan Wakate jumlahnya 863 tidak benar karena menurut Pemohon di Kecamatan Pulau Gorom memperoleh 462 dan di Kecamatan Wakate 425 suara sehingga di kedua kecamatan tersebut perolehan suara pemohon berjumlah 887 suara.

Terhadap dalil permohonan tersebut, Mahkamah menilai bahwa bukti tertulis Pemohon (Bukti P-1 Model DB DPRD-Kab/kota) tertulis perolehan suara dan di Kecamatan Wakate 401 suara, sehingga berjumlah 863 suara. Klaim Pemohon bahwa di Kecamatan Wakate sebanyak 425 suara tidak terbukti.

235-614.indd 322 9/24/10 11:09:25 AM

Page 345: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

323Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

8. Dapil 4 Provinsi Maluku Pemohon mengklaim perolehan suara Pemohon untuk DPRD Provinsi, masing-

masing di Kecamatan Wakate 258 suara, Kecamatan Seram Timur 609 suara, Kecamatan Werinama 54 suara, Kecamatan Bula 71 suara dan Kecamatan Tututk Tolu 7 suara, keseluruhannya berjumlah 3.473 suara.

Atas dalil permohonan tersebut, Mahkamah dengan melihat klaim Pemohon bahwa perolehan suaranya di Kecamatan Pulau Gorom sebanyak 2.474 suara untuk calon DPRD Provinsi Kabupaten Seram Bagian Timur, padahal perolehan suara Pemohon hanya 462 suara. Oleh karena itu klaim Pemohon tersebut tidak konsisten, maka menurut Mahkamah klaim Pemohon tidak terbukti. Pemohon tidak berhasil membuktikan dalilnya, sehingga permohonan Pemohon harus ditolak.Berdasarkan fakta hukum di atas, Mahkamah dalam Amar Putusannya menyatakan :

• MengabulkanpermohonanPemohonuntuk sebagian;• MahkamahmenyatakanpenghitunganperolehansuaraPemohondiDapilLumajang

1 Kecamatan Lumajang Desa Blukon yang benar adalah 360 suara, sehingga secara keseluruhan perolehan suara Pemohon yang benar di Dapil Lumajang 1 adalah 1.947 suara. Selanjutnya Mahkamah membatalkan Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilu Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota Secara Nasional Dalam Pemilu 2009 sepanjang mengenai perolehan suara Pemohon di Dapil Lumajang 1 Kabupaten Lumajang dan menolak permohonan Pemohon untuk selebihnya.

235-614.indd 323 9/24/10 11:09:25 AM

Page 346: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

324 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

235-614.indd 324 9/24/10 11:09:25 AM

Page 347: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

325Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 59/PHPU.C-VII/2009

TENTANGKEBERATAN PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA TERHADAP

PENETAPAN HASIL PEMILUANGGOTA DPR, DPRD PROVINSI DAN DPRD KABUPATEN/KOTA

Pemohon : 1. Prof. Dr. Ir. Suhardi, M.Sc; 2. Ahmad Muzani. Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU). Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan

DPRD.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum

Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009, untuk Anggota DPR dari Dapil DKI Jakarta II, Dapil Sumatera Barat I, Dapil Kalimantan Barat, Dapil Jawa Barat IV dan untuk Anggota DPRD Provinsi dari Dapil Jambi I, Dapil Sulawesi Selatan I, Dapil Nusa Tenggara Barat II, Dapil Sumatera Selatan VII, dan untuk Anggota DPRD Kabupaten/Kota dari Dapil Bekasi 3, Dapil Banjar 1, Dapil Kota Baru 2, Dapil Manggarai Barat 3, Dapil Depok 4, Dapil Pesawaran 4, Dapil Deli Serdang 2, Dapil Tapanuli Tengah, Dapil Bogor 5, Dapil Pagar Alam 2, Dapil Tidore Kepulauan 3, dan Dapil Bandung 2.

Amar Putusan : Dalam Eksepsi: - Mengabulkan Eksepsi Termohon untuk sebagian; - Menolak Eksepsi Termohon dan Turut Termohon untuk

selebihnya;

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

235-614.indd 325 9/24/10 11:09:25 AM

Page 348: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

326 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Dalam Pokok Permohonan: - Mengabulkan permohonan Pemohon untuk sebagian sepanjang

mengenai Daerah Pemilihan Pesawaran 4; - Menyatakan batal Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor

255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tentang Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota secara Nasional Pemilihan Umum Tahun 2009 sepanjang menyangkut Daerah Pemilihan Pesawaran 4;

- Menyatakan perolehan suara yang benar untuk Partai Sarikat Indonesia di Daerah Pemilihan Pesawaran 4, Kecamatan Punduh Pidada sebanyak 1.974 suara;

- Memerintahkan Komisi Pemilihan Umum untuk melaksanakan putusan ini;

- Menyatakan permohonan Pemohon tidak dapat diterima untuk sebagian sepanjang mengenai Daerah Pemilihan Sumatera Selatan 7;

- Menolak permohonan Pemohon untuk selebihnya.Tanggal Putusan : Kamis, 22 Juni 2009.Ikhtisar Putusan :

Pemohon Dr. Ir. Suhardi, M.Sc. dan Ahmad Muzani, adalah Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Partai Gerakan Indonesia Raya (Partai Gerindra) yang bertindak untuk dan atas nama Partai Gerindra Peserta Pemilihan Umum Anggota DPR RI, DPD, dan DPRD Tahun 2009 dengan Nomor Urut 5.

Pemohon berkeberatan terhadap sejumlah hasil penghitungan suara yang dikeluarkan oleh KPU berdasarkan Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD dalam Pemilihan Umum Tahun 2009, yaitu untuk Anggota DPR dari Dapil DKI Jakarta II, Dapil Sumatera Barat I, Dapil Kalimantan Barat, Dapil Jawa Barat IV dan untuk Anggota DPRD Provinsi dari Dapil Jambi I, Dapil Sulawesi Selatan I, Dapil Nusa Tenggara Barat II, Dapil Sumatera Selatan VII, dan untuk Anggota DPRD Kabupaten/Kota dari Dapil Bekasi 3, Dapil Banjar 1, Dapil Kota Baru 2, Dapil Manggarai Barat 3, Dapil Depok 4, Dapil Pesawaran 4, Dapil Deli Serdang 2, Dapil Tapanuli Tengah, Dapil Bogor 5, Dapil Pagar Alam 2, Dapil Tidore Kepulauan 3, dan Dapil Bandung 2.

Terkait dengan kewenangan Mahkamah, menurut Mahkamah permohonan Pemohon adalah sengketa penetapan hasil pemilihan umum yang dilakukan secara nasional oleh KPU yang mempengaruhi perolehan kursi partai politik peserta pemilihan umum sehingga berdasarkan ketentuan Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi juncto Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan

235-614.indd 326 9/24/10 11:09:26 AM

Page 349: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

327Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

Kehakiman, sehingga Mahkamah Konstitusi berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan a quo.

Terkait dengan kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, menurut Mahkamah, Pemohon mempunyai kedudukan hukum untuk mengajukan permohonan a quo, karena Pemohon adalah Parpol peserta pemilihan umum Nomor Urut 5 berdasarkan Keputusan KPU Nomor 149/SK/KPU/TAHUN 2008 tanggal 9 Juli 2008 tentang Penetapan dan Pengundian Nomor Urut Partai Politik Peserta Pemilihan Umum Tahun 2009.

Terkait dengan tenggang waktu pengajuan permohonan, menurut Mahkamah, permohonan Pemohon diajukan ke Mahkamah tanggal 12 Mei 2009 jam 22.00 WIB, yang diregistrasi pada tanggal 13 Mei 2009 jam 23.05 WIB dengan Nomor 59/PHPU.C-VII/2009 sedangkanTermohon (KPU) menetapkan hasil pemilihan umum Tahun 2009 secara nasional dengan Keputusan Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN 2009 tanggal 09 Mei 2009, jam 23.50 WIB, sehingga permohonan Pemohon masih dalam tenggang waktu sebagaimana ketentuan Pasal 74 ayat (3) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi, Pasal 6 ayat (1) Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD karena diajukan masih dalam jangka waktu paling lambat 3 x 24 jam sejak KPU mengumumkan penetapan perolehan suara hasil Pemilu secara nasional.

Terhadap eksepsi Termohon untuk Dapil Sumbar I, Kalimantan Barat, Jabar IV, Banjar 1, Bogor 5, Pagar Alam 2, dan Tidore 3, dan Turut Termohon IV (KPU Provinsi Kalimantan Barat) sepanjang mengenai permohonan Pemohon kabur (obscuur libel), Mahkamah berpendapat bahwa eksepsi a quo sudah masuk ranah materi pokok permohonan, karenanya eksepsi a quo harus dikesampingkan; dan eksepsi Termohon untuk Dapil DKI Jakarta II, Dapil Bandung 2, Turut Termohon IX (KPU Kabupaten Bekasi), Turut Termohon XII (KPU Kabupaten Manggarai Barat) sepanjang mengenai permohonan Pemohon tentang objectum litis, Mahkamah berpendapat permohonan Pemohon kabur (obscuur libel), eksepsi a quo tidak tepat secara hukum karena penggelembungan suara dan pengurangan suara yang dapat mempengaruhi perolehan suara merupakan kewenangan Mahkamah; serta eksepsi Termohon untuk Dapil Tapanuli Tengah 3, Mahkamah berpendapat sama dengan eksepsi Termohon, sehingga eksepsi a quo dikabulkan.

Terkait dengan Pokok Permohonan, Mahkamah Konstitusi dalam pertimbangan hukum putusannya berpendapat sebagai berikut.1. Dapil DKI Jakarta II (DPR-RI) Pemohon mendalilkan adanya penggelembungan perolehan suara di PPP sebanyak

12.895 suara dan penyusutan suara di Partai Golkar sebanyak 12.887 suara, sehingga menghilangkan penghitungan kursi Tahap Ketiga, (Bukti Model DD-1 DPR dan print out data KPU mengenai perolehan suara yang diperoleh secara elektronik, Bukti P-1 s.d. Bukti P-28).

235-614.indd 327 9/24/10 11:09:26 AM

Page 350: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

328 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Menurut Termohon, permohonan Pemohon tidak dapat dikualifikasikan sebagaiperselisihan hasil pemilihan umum dan Pihak Terkait Partai Golkar menerangkan bahwa permohonan Pemohon tidak didukung oleh fakta dan data yang jelas sumbernya.

Mahkamah berpendapat bahwa terhadap bukti Pemohon, Model DD-1 DPR (Bukti P-1) adalah tidak sah dan tidak meyakinkan karena tidak ditandatangani KPU Provinsi dan saksi-saksi. Bukti print out data KPU mengenai perolehan suara di beberapa negara secara elektronik (Bukti P-2 s.d. Bukti P-28), tidak dapat dinilai sebagai bukti yang sah dan meyakinkan untuk membuktikan adanya penggelembungan perolehan suara pada PPP dan pengurangan suara di Partai Golkar karena bukan dokumen resmi yang dikeluarkan oleh Termohon. Permasalahan Pemohon tidak memenuhi syarat untuk dipenuhinya Putusan Mahkamah Nomor 74-78-94-59-67/PHPU.C-VII/2009 tanggal 11 Juni 2009 terkait dengan penentuan perolehan kursi sisa DPR-RI Tahap Ketiga sebagaimana dimaksud Pasal 205 ayat (5), ayat (6), ayat (7), dan ayat (8) UU 10/2008. Dalil permohonan Pemohon tidak beralasan dan tidak terbukti sehingga harus ditolak.

2. Dapil Sumatera Barat I (DPR-RI) Pemohon mendalilkan adanya pengurangan perolehan suara Pemohon sebanyak

53.320 dan penggelembungan perolehan suara Partai Demokrat sebanyak 10.270, seharusnya Pemohon memperoleh 63.790 suara (Bukti Model C di beberapa TPS Kecamatan Bayang dan Kecamatan X Koto Singkarak). Di Kecamatan Bayang Pemohon kehilangan 52.000 suara, jika suara Pemohon yang hilang 52 suara di satu TPS, seharusnya jumlah suara yang hilang dikalikan 1000 TPS. Di Kecamatan X Koto Singkarak, Pemohon kehilangan 1.400 suara, jika suara Pemohon yang hilang 14 suara di satu TPS, seharusnya jumlah suara yang hilang dikalikan 100 TPS.

Menurut Termohon, permohonan Pemohon hanya berdasarkan asumsi-asumsi saja bukan berdasarkan data yang otentik dan akurat dan Turut Termohon II (KPU Provinsi Sumatera Barat) yang diwakili oleh KPU Kota Solok menyatakan bahwa data yang dipergunakan Pemohon tidak akurat dan rekapitulasi penghitungan suara yang dilakukan pada sidang terbuka untuk umum.

Mahkamah berpendapat bahwa terhadap bukti Pemohon berupa Model C DPR-RI dan Model DA DPR-RI (Bukti P-1 s.d. Bukti P-16.2) dan Turut Termohon (Bukti T.T-1 s.d. Bukti T.T-24), ternyata bukti-bukti Turut Termohon lebih lengkap, sah, dan meyakinkan karena terdapat tanda tangan penyelenggara Pemilu dan saksi-saksi partai politik. Selain itu, dalil Pemohon mengenai pengurangan suaranya dan penggelembungan suara di partai lain hanya didasarkan pada asumsi-asumsi tanpa disertai alat bukti yang sah dan meyakinkan. Dalil permohonan Pemohon tidak beralasan hukum dan tidak terbukti sehingga harus ditolak.

235-614.indd 328 9/24/10 11:09:26 AM

Page 351: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

329Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

3. Dapil Jawa Barat IV (DPR-RI) Pemohon mendalilkan adanya kecurangan di Desa Bojongaling, Kecamatan BT.

Gadung dan Desa Cibodas, Kecamatan Pelabuhan Ratu, yakni pengurangan suara Pemohon sebanyak 10 suara dan penggelembungan suara terhadap PKPB sebanyak 1 suara, PKB sebanyak 163 suara, PPP sebanyak 1 suara, dan PDI-P sebanyak 2 suara, (Bukti Model C TPS 1 sampai dengan TPS 14 Bojong Galing, Bukti P-10 s.d. Bukti P-24).

Menurut Termohon, permohonan Pemohon kabur karena tidak menyebutkan secara rinci di TPS mana saja terdapat penyusutan suara Pemohon dan penggelembungan suara partai lain dan Turut Termohon III (KPU Provinsi Jawa Barat) menyatakan menolak permohonan Pemohon.

Mahkamah berpendapat bahwa terhadap bukti Pemohon dan Turut Termohon, berkaitan dengan penggelembungan suara PKPB, PKB, PPP, dan PDI-P serta pengurangan suara Pemohon di Desa Cibodas, ternyata Pemohon tidak mengajukan bukti Model C-1 TPS-TPS di desa tersebut. Model C-1 di 17 TPS di Desa Cibodas yang diajukan Turut Termohon III (Bukti T.T-06) merupakan bukti yang sah dan meyakinkan karena perolehan suara Pemohon dan partai-partai lainnya sama dengan perolehan suara yang direkap dalam Model DA-A DPR (Bukti T.T-04) dan Model DA-B (Bukti T.T-05) sehingga dalil Pemohon tidak terbukti. Terkait dengan penggelembungan dan pengurangan suara di Desa Bojonggaling, Model C-1 versi Turut Termohon (Bukti T.T-10) lebih meyakinkan dan sah karena ditandatangani KPPS dan saksi-saksi sedangkan Model C-1 versi Pemohon (Bukti P-10 s.d. Bukti P-24) lampirannya bukan merupakan formulir resmi yang dikeluarkan oleh penyelenggara Pemilu seperti tidak adanya kolom untuk tanda tangan KPPS dan saksi-saksi. Dalil permohonan Pemohon tidak terbukti sehingga harus ditolak.

4. Dapil Kalimantan Barat (DPR-RI) Pemohon mendalilkan terdapat pengurangan suaranya sebanyak 53.320 suara

dan penggelembungan perolehan suara Partai Demokrat sebanyak 10.270 suara, seharusnya Pemohon memperoleh 63790 suara (Model C-6 TPS di Kecamatan Nanga Pinoh). Pemohon kehilangan suaranya di Kecamatan Nanga Pinoh sebanyak 110 suara sehingga seharusnya dikalikan 1000 TPS.

Menurut Termohon, permohonan Pemohon hanya berdasarkan asumi-asumsi saja bukan berdasarkan data yang otentik dan akurat dan Turut Termohon IV (KPU Provinsi Kalimantan Barat) menerangkan bahwa permohonan Pemohon adalah kabur dan error in objecto karena tidak menyertakan KPU Provinsi Kalimantan Barat serta dalil Pemohon hanya didasarkan pada asumsi semata.

Mahkamah berpendapat bahwa Pemohon hanya mengasumsikan suara yang digelembungkan untuk Pemohon tanpa disertai alat bukti yang sah dan meyakinkan. Dalil permohonan Pemohon tidak beralasan hukum sehingga harus ditolak.

235-614.indd 329 9/24/10 11:09:26 AM

Page 352: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

330 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

5. Dapil Jambi 1 (DPRD Provinsi) Pemohon mendalilkan adanya kesalahan penghitungan suara yang dilakukan KPU

Kota Jambi terhadap Pemohon dan penggelembungan perolehan suara PPP di Kota Jambi. Di Kecamatan Telanai Pura, PPP memperoleh 1.254 suara tetapi di KPU Kota Jambi menjadi 1.284 suara, sehingga terjadi selisih 30 suara (Model C di 3 TPS,. Bukti P-1 s.d. Bukti P-3), yang menyebabkan perolehan suara PPP di tingkat Kota Jambi menjadi 7.711 suara sedangkan menurut Pemohon sebenarnya 7.692 suara.

Menurut Turut Termohon V (KPU Provinsi Jambi), bahwa selisih 30 suara yang diklaim Pemohon terjadi karena adanya kekeliruan PPK dalam merekapitulasi hasil perolehan suara PPP sebagaimana berita acara PPK Telanaipura tanggal 22 April 2009. Kemudian ada perbaikan sesuai dengan berita acara tanggal 23 April yang menyatakan total suara PPP di Kecamatan Telanaipura sebanyak 1.284 suara bukan 1.254 suara (bukti Model DC, DB, dan DA DPRD Provinsi untuk Kecamatan Telainapura, Bukti TT-1 s.d. Bukti TT-3) dan diperkuat dengan surat pernyataan klarifikasi yang ditandatangani oleh Ketua PPK Telanaipura, serta diperkuat puladengan keterangan dari saksi Syaiful Adri (Ketua PPK Telanaipura), bahwa terjadi kekeliruan dalam pengisian formulir rekapitulasi penghitungan suara di Kelurahan Teluk Kenali, Pematang Sulur, Telanaipura dan Buluran Kenali. Akibatnya ada penambahan, di Kelurahan Teluk Kenali di TPS 5 sebanyak 10 suara, di Kelurahan Pematang Sulur sebanyak 5 suara, Kelurahan Buluran Kenali sebanyak 5 suara, dan di Kelurahan Telanaipura sebanyak 5 suara, sehingga terjadi penambahan 30 suara untuk PPP, setelah pleno menjadi 1.284 suara yang sebelumnya 1.254 suara; dan keterangan saksi Abdul Kadir (saksi mandat dari PPP di PPK Telanaipura) yang menerangkan bahwa adanya penurunan perolehan suara PPP dari 1.284 menjadi 1.254, saksi melakukan protes kepada Ketua PPK untuk di-cross check dan protesnya diterima.

Mahkamah berpendapat bahwa terhadap bukti Pemohon berupa rincinan perolehan suara di Kecamatan Telanaipura (Bukti P-3) dan Turut Termohon V (Bukti TT-5), ternyata PPK Kecamatan Telanaipura telah salah memasukkan perolehan suara PPP di Kelurahan Telanaipura, Teluk Kanali, Pematang Sulur, dan Buluran Kanali sehingga pengkoreksian yang telah dilakukan Turut Termohon dibenarkan. Dalil permohonan Pemohon tidak beralasan hukum dan tidak terbukti sehingga harus ditolak.

6. Dapil Sulawesi Selatan I (DPRD Provinsi) Pemohon mendalilkan terdapat pengurangan suaranya sebanyak 102 suara di

Kelurahan Paccerakang, Kecamatan Bringinkanaya, akibatnya perolehan suara Pemohon di Kecamatan Bringinkanaya hanya 1.423 suara, seharusnya 1.525 suara. Di Kecamatan Bontoala terdapat penggelembungan suara Partai Hanura dan PDIP-P, dimana KPU menetapkan perolehan suara Partai Hanura sebanyak

235-614.indd 330 9/24/10 11:09:26 AM

Page 353: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

331Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

802 suara, menurut Pemohon sebanyak 787 suara dan PDI-P sebanyak 749 suara, menurut Pemohon sebanyak 709 suara.

Menurut Termohon, sampai saat ini Pemohon belum dapat menunjukkan bukti lawan yang dapat mengalahkan kekuatan akte otentik dari dokumen-dokumen yang dikeluarkan oleh KPU provinsi, kabupaten/kota.

Mahkamah berpendapat bahwa Pemohon tidak dapat membuktikan penggelembungan suara di Kecamatan Bontoala karena tidak mengajukan bukti sedangkan pengurangan suara Pemohon di Desa Paccekarang sebanyak 102 suara [bukti Pemohon berupa Model C-1 di TPS 1 (Bukti P-1), TPS 2 (Bukti P-2), TPS 4 s.d. TPS 52 (Bukti P-3 s.d. Bukti P-51), TPS 54 s.d. TPS 70 (Bukti P-52 s.d. Bukti P-68), dan TPS 73 (Bukti P-69)], kalaupun terbukti -quod non- maka pengurangan suaranya hanya sebanyak 89 suara dan tidak mempengaruhi perolehan kursi. Dalil permohonan Pemohon tidak beralasan hukum dan tidak terbukti sehingga harus ditolak.

7. Dapil Nusa Tenggara Barat 2 (DPRD Provinsi) Pemohon mendalilkan terdapat kesalahan penghitungan suara berupa

penggelembungan perolehan suara Partai Pengusaha dan Pekerja Indonesia (PPPI) di tingkat Kabupaten Lombok Barat, yaitu di dalam Model DB-1 tertulis 10.731 suara sedangkan menurut Pemohon berdasarkan Model DA-1 PPK Kecamatan Lembar sebenarnya hanya 2.081 suara.

Menurut Turut Termohon VII (KPU Provinsi Nusa Tenggara Barat), perolehan suara sah PPPI sebanyak 10.731 suara diperoleh dari penjumlahan perolehan suara di 15 kecamatan di Kabupaten Lombok Barat sebagaimana tercantum dalam Lampiran Model DB-1 DPRD Provinsi yang telah ditandatangani saksi-saksi Parpol peserta Pemilu termasuk saksi Pemohon. Perolehan suara hasil rekapitulasi di PPK Kecamatan Lembar untuk PPPI sebanyak 2.433 suara (Lampiran Model DA-1 DPRD Provinsi). Khusus di Desa Sekotong Timur berdasarkan Lampiran Model DA-B DPRD Provinsi yang didasarkan pada Lampiran Model C-1 dan Model C-2 DPRD Provinsi di 15 TPS, PPPI memperoleh 1.749 suara hasil rekapitulasi ulang pada rapat pleno PPK Kecamatan Lembar tanggal 15 April 2009 karena adanya keberatan saksi PPPI bernama Dahman yang merasa masih ada perolehan suara PPPI yang belum direkap dalam Model DA-B dan Lampiran DA-1 di PPK Kecamatan Lembar. Namun, pada tanggal 21 April 2009 PPK Kecamatan Lembar membacakan hasil rekapitulasi perolehan partai dan Caleg DPRD Provinsi NTB dalam rapat pleno KPU Kabupaten Lombok Barat yang berdasarkan Lampiran Model DA-1 yang telah dilakukan pengecekan ulang dimana PPPI memperoleh 2.433 suara, bukan 2.081 suara.

Pihak Terkait PPPI mendukung Turut Termohon VII, bahwa pada hari Sabtu tanggal 2 Mei 2009 KPU Provinsi NTB telah melakukan pleno menetapkan hasil perolehan suara Dapil NTB 2 Kabupaten Lombok Barat yaitu PPPI memperoleh 10.731 suara yang dihadiri Ketua dan Anggota KPU Provinsi NTB, Panwaslu Provinsi NTB dan

235-614.indd 331 9/24/10 11:09:26 AM

Page 354: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

332 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

dihadiri saksi dari semua partai peserta Pemilu, tidak ada keberatan ataupun bantahan dari semua saksi.

Mahkamah berpendapat bahwa terhadap bukti Pemohon (Bukti P-20, Bukti P-22) dan Turut Termohon VII (Bukti T.T-2, Bukti T.T-3), ternyata perolehan suara PPPI di Kecamatan Lembar tidak ada perbedaan yakni 2.433 suara. Perolehan suara PPPI di Desa Sekotong Timur sebagaimana bukti Pemohon (Bukti P-20 dan Bukti P-24) dan bukti Turut Termohon VII tertulis 1.749 suara (Bukti P-38 = Bukti T.T-3, Bukti T.T-4 s.d. Bukti T.T-18). Dalil permohonan Pemohon tidak terbukti sehingga harus ditolak.

8. Dapil Sumatera Selatan 7 (DPRD Provinsi) Pemohon mendalilkan terdapat penggelembungan suara untuk Partai Hanura

sebanyak 1600 suara di Kecamatan BTS Ulu, 1009 suara di Kecamatan Selangit, 561 suara di Kecamatan Sukakarya dan untuk PPPI digelembungkan 989 suara berdasarkan Lampiran Model DB-1 DPR Provinsi Kabupaten Musi Rawas dengan rekapitulasi penghitungan suara di PPK. Sementara itu, perolehan suara Pemohon dikurangi sebanyak 565 suara yang dilakukan dengan cara menggelembungkan terhadap beberapa partai secara acak oleh PPK.

Menurut Turut Termohon VIII, Pemohon dalam petitumnya telah keliru, tidak tellti dan tidak cermat, yang meminta Mahkamah membatalkan Keputusan KPU Provinsi Nusa Tenggara Barat untuk Dapil NTB 2, sedangkan yang seharusnya adalah Dapil Sumatera Selatan 7, hal ini membuktikan bahwa permohonan Pemohon kabur dan salah subjek.

Mahkamah berpendapat bahwa dalil Pemohon tidak didukung dengan alat bukti karena ternyata Pemohon tidak mengajukan alat bukti apapun di Dapil Sumatera Selatan 7. Posita permohonan Pemohon mendalilkan adanya penggelembungan suara Partai Hanura dan PPPI di Dapil Sumatera Selatan 7 tetapi di dalam petitumnya, Pemohon meminta Mahkamah membatalkan Penetapan KPU Provinsi NTB tentang Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD Tahun 2009 secara nasional untuk Dapil NTB 2. Permohonan Pemohon kabur (obscuur libel) karena apa yang didalilkan dalam positanya tidak sesuai dengan apa yang diminta dalam petitumnya sebagaimana dimaksud Pasal 75 UU MK dan Pasal 6 ayat (4) huruf b dan ayat (5) PMK 16/2009. Dalil permohonan Pemohon harus dikesampingkan dan dinyatakan tidak dapat diterima.

9. Dapil Bekasi 3 (DPRD Kabupaten/Kota) Pemohon mendalilkan terdapat perbedaan pada Model C-1, Model DA-B, dan

Model DA-1 untuk perolehan suara di beberapa TPS di Kecamatan Tambun Selatan yang menyebabkan perolehan suara Pemohon berkurang 40 suara. Untuk seluruh perolehan suara di Dapil Bekasi 3, Pemohon telah kehilangan sebanyak 1.036 suara dan penggelembungan suara untuk PKB sebanyak 292 suara, sehingga perolehan suara Pemohon yang seharusnya 7.735 suara ditetapkan KPU hanya

235-614.indd 332 9/24/10 11:09:26 AM

Page 355: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

333Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

6.699 suara sedangkan PKB ditetapkan 7.962 suara yang seharusnya 7.962 suara [bukti Model DA-1 (Bukti P-1) Kecamatan Tambun Selatan dan Model C-1 di 21 TPS di Kecamatan Tambun Selatan (Bukti P-12.1 s.d. Bukti P-12.15)] serta diperkuat dengan keterangan saksi Teguh Slamet Raharjo di PPK Kecamatan Tambun yang menerangkan bahwa penggembosan suara Pemohon khususnya di Desa Mekar Sari yang berdasarkan Model C-1 adalah 1.130 suara tetapi waktu pleno menjadi 222 suara.

Menurut Turut Termohon IX (KPU Kabupaten Bekasi), karena terdapat perbedaan jumlah suara pada sertifikat hasil penghitungan suara dari TPS dengan sertifikathasil penghitungan suara yang diterima PPK Tambun Selatan (Bukti T.T-3), sehingga untuk rekapitulasi PPK Tambun Selatan memakai Model C-2 untuk perolehan suara DPRD Kabupaten Bekasi, (Bukti T.T-4).

Mahkamah berpendapat bahwa bukti Pemohon (Bukti P-12 s.d. Bukti P-32) tidak cukup mendukung dalil adanya pengurangan suara Pemohon demikian juga dengan bukti-bukti mengenai dalil penggelembungan suara untuk partai-partai lain (Bukti P-12.1 s.d. Bukti P-12.15) tidak cukup kuat untuk mendukung dalil Pemohon. Dalil permohonan Pemohon tidak terbukti sehingga harus ditolak.

10. Dapil Banjar 1 (DPRD Kabupaten/Kota) Pemohon mendalilkan terdapat penggelembungan suara terhadap PPP sebanyak 18

suara dan PNBKI sebanyak 349 suara yang dilakukan dengan menaikkan suara sah (bukti Model DB-DPRD Kabupaten/Kota, Bukti P-1) serta diperkuat dengan kesaksian Ahmad Hudari (Saksi Pemohon di KPU Kabupaten Banjar) yang menerangkan bahwa perolehan suara PNBKI yang dibacakan tidak sama dengan yang diterima di PPK Martapura, di DA-1 tercatat 523 suara sedangkan KPU Kabupaten Banjar mencatat 872 suara dan diperkuat dengan keterangan saksi Abdul Khalik (Saksi Pemohon di PPK Martapura) terkait perolehan suara PNBKI di PPK Martapura Barat.

Termohon menyatakan menolak permohonan Pemohon karena tidak menjelaskan di TPS mana saja yang diasumsikan oleh Pemohon telah terjadinya penggelembungan perolehan suara dan Turut Termohon X (KPU Kabupaten Banjar) menyatakan bahwa keberatan Pemohon adalah tidak jelas sumbernya dan tidak berdasar karena hanya merupakan indikasi-indikasi yang tidak bersumber dari data yang valid.

Mahkamah berpendapat bahwa terhadap bukti-bukti tertulis dan saksi-saksi Pemohon, terkait perolehan suara PNBKI di Kecamatan Martapura, kedua bukti tersebut tidak sama, saksi menerangkan bahwa perolehan suara PNBKI di Kecamatan Martapura Barat sebanyak 872 suara tetapi dari bukti yang diajukan berupa Model DB DPRD Kabupatan/Kota (Bukti P-1) perolehan suara PNBKI sebanyak 822 suara, sehingga Mahkamah meragukan kesaksiannya, sedangkan berkaitan bukti-bukti tertulis Pemohon sendiri berupa Model DB DPRD Kabupaten/Kota (Bukti P-1) tidak menunjukkan bahwa perolehan PNBKI sebanyak 872 suara tetapi 822

235-614.indd 333 9/24/10 11:09:26 AM

Page 356: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

334 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

suara sehingga bukti tersebut tidak sah dan tidak meyakinkan. Dalil permohonan Pemohon tidak terbukti sehingga harus ditolak.

11. Dapil Kotabaru 2 (DPRD Kabupaten/Kota) Pemohon mendalilkan terdapat perbedaan hasil penghitungan suara pada Model DB-1

di KPU Kabupaten Kotabaru dimana Pemohon memperoleh 89 suara, sementara pada Model DA-1 di PPK Hampang, Pemohon memperoleh 104 suara, sehingga Pemohon kehilangan 15 suara.

Menurut Turut Termohon XI (KPU Kabupaten Kotabaru), perbedaan hasil penghitungan suara berdasarkan DA-B rekapitulasi Lampiran Model C-1 DPRD Kabupaten/Kota penghitungan hasil perolehan suara partai dan Calon Anggota DPRD Kabupaten/Kota dari setiap TPS (Bukti T.T-1) dan Model DA-1 (Bukti TT-2 dan Bukti TT-3), perolehan suara Pemohon di Kecamatan Hampang sebanyak 96 suara di tingkat PPK menjadi 89 suara sehingga terjadi pengurangan sebanyak 7 suara.

Mahkamah berpendapat bahwa terhadap bukti Pemohon (Bukti P-1) dan Turut Termohon XI (Bukti TT-2), bukti Pemohon berupa Model DA DPRD Kabupaten/Kota pada lampiran di setiap halamannya tidak ada tanda tangan anggota PPK dan saksi-saksi serta tidak distempel sehingga tidak sah dan tidak meyakinkan. Dalil permohonan Pemohon tidak terbukti sehingga harus ditolak.

12. Dapil Manggarai Barat 3 (DPRD Kabupaten/Kota) Pemohon mendalilkan perolehan suara Caleg tidak diakomodir dalam penghitungan

suara oleh KPU di beberapa kecamatan sehingga Pemohon kehilangan sebanyak 271 suara, seharusnya memperoleh sebanyak 1.059 suara bukan 788 suara [bukti Lampiran Model C-1 beberapa TPS di Lembor, Kecamatan Welak pada Model C-1 di 15 TPS di Lembor, Kecamatan Welak (Bukti P-5 s.d. Bukti P-16) dan Model DA-1 Kecamatan Welak (Bukti P-16).

Turut Termohon XII (KPU Kabupaten Manggarai Barat) menerangkan telah meminta PPK Welak memperbaiki rekapitulasi PPK Welak karena jumlah suara sah jauh lebih besar dari jumlah pemilih dan belum ditandatangani saksi Parpol hasilnya telah ditetapkan Turut Termohon. Belum direkapnya Caleg Pemohon Nomor Urut 3 adalah tidak benar, yang benar adalah kesalahan pengentrian data pada Lampiran Model DB-1 di tingkat KPU Kabupetan Manggarai Barat yang tidak mempengaruhi jumlah akhir perolehan suara Parpol dan calon dan telah dibuat berita acara perubahan, tidak benar klaim Pemohon memperoleh suara 1.059 yang benar 788 suara.

Mahkamah berpendapat bahwa terhadap bukti Pemohon (Bukti P-5 s.d. Bukti P-15) dan Turut Termohon (Bukti T.T-1.2 s.d. Bukti T.T-1.12), ternyata bukti Termohon lebih sah dan meyakinkan karena ditandatangani KPPS dan saksi-saksi serta jumlah suara sah sama dengan jumlah perolehan seluruh Parpol, dan pengurangan suara yang didalilkan Pemohon tidak terbukti. Dalil permohonan Pemohon tidak terbukti sehingga harus ditolak.

235-614.indd 334 9/24/10 11:09:26 AM

Page 357: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

335Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

13. Dapil Depok 4 (DPRD Kabupaten/Kota) Pemohon mendalilkan terdapat penggelembungan perolehan suara PPP sebanyak

124 suara dan pengurangan suara Pemohon sebanyak 31 suara (Bukti P-1 sampai dengan Bukti P-14 berupa Model C-1 di beberapa TPS di wilayah Kecamatan Pancoran Mas dan Bukti P-15 berupa Model DA-1 Kecamatan Pancoran Mas), yang dikuatkan dengan keterangan saksi Pemohon di PPK, Sumardi Ratu Jaya.

Menurut Turut Termohon XIII (KPU Kota Depok), Pemohon telah mencantumkan jumlah suara tidak sah (Bukti TT-1 berupa Model DB-1 DPRD Kabupaten/Kota). PPK Pancoran Mas tidak pernah menganulir secara sepihak perolehan suara Pemohon dan PPP, kalaupun terjadi penganuliran dilakukan secara terbuka di hadapan saksi- saksi Parpol Peserta Pemilu termasuk saksi Pemohon.

Mahkamah berpendapat bahwa terhadap bukti Pemohon, ternyata dalil Pemohon tidak didukung dengan bukti yang lengkap dan akurat, bukti berupa Model C-1 di beberapa TPS tidak membuktikan perolehan klaim suaranya, sedangkan bukti Turut Termohon XIII berupa Model DB-1 dan Model DA-1 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan di antara keduanya. Dalil permohonan Pemohon tidak terbukti sehingga harus ditolak.

14. Dapil Pesawaran 4 (DPRD Kabupaten/Kota) Pemohon mendalilkan terdapat penggelembungan perolehan suara Partai Sarikat

Indonesia (PSI) sebanyak 209 suara di Desa Maja, Desa Sukajaya Punduh serta Desa Penyandingan Kecamatan Punduh Pidada, yang didasarkan pada sertifikathasil penghitungan suara di TPS (Model C-1) dengan hasil rekapitulasi perolehan suara pleno ke-2 pada Kecamatan Punduh Pidada yang kemudian diklaim menjadi suaranya.

Menurut Termohon, Pemohon belum dapat menunjukkan bukti lawan yang dapat mengalahkan kekuatan akta otentik dari dokumen-dokumen yang dikeluarkan oleh KPU provinsi, kabupaten/kota dan Turut Termohon XIV (KPU Kabupaten Pesawaran) menerangkan bahwa ketika dilakukan rekapitulasi Dapil Pesawaran 4, saksi-saksi Parpol mengajukan keberatan dengan alasan telah terjadi penggelembungan suara yang dilakukan oleh partai politik lain. Namun Turut Termohon XIV tidak melakukan pengecekan ulang terhadap Formulir Model C-1 yang di dalam kotak suara PPK Kecamatan Punduh Pidada, serta Pihak Terkait PSI menerangkan pada pokoknya sama dengan Turut Termohon XIV.

Mahkamah berpendapat bahwa terhadap bukti Pemohon (Bukti P-1 s.d. Bukti P-4) dan Turut Termohon XIV (Bukti T.T-1) berupa Model C di Desa Maja, Desa Penyandingan, Desa Sukajaya, dan Desa Punduh Pedada Kecamatan Punduh Pidada, bukti yang sah dan meyakinkan adalah bukti yang diajukan Pemohon karena bukti yang diajukan Turut Termohon XIV pada setiap perolehan PSI terlihat banyak coretan, dengan demikian bukti Pemohon dinilai sah dan meyakinkan sehingga dalil Pemohon mengenai penggelembungan perolehan suara PSI sebanyak 209 suara

235-614.indd 335 9/24/10 11:09:26 AM

Page 358: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

336 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

terbukti sah dan meyakinkan. Dalil permohonan Pemohon beralasan hukum dan terbukti sehingga harus dikabulkan.

15. Dapil Deli Serdang 2 (DPRD Kabupaten/Kota) Pemohon mendalilkan terdapat pengurangan suara Pemohon sebanyak 103 di

Kecamatan Percut Sei Tuan, sehingga perolehan suara Pemohon di Kabupaten Deli Serdang hanya 3.684 suara padahal seharusnya sebanyak 3.751 suara yang disebabkan adanya penggelembungan perolehan suara PBR sebanyak 182 suara (Bukti Model C-1 TPS- TPS Kecamatan Percut Sei Tuan, Bukti P-1 s.d. Bukti P-161 dan Bukti P-163 s.d. Bukti P-227, Bukti P-242 s.d. Bukti P-314) diperkuat dengan keterangan saksi Pemohon Syamsir Rahman di PPK yang menerangkan keberatan hasil rekapitulasi PPK yang dilaksanakan tidak di PPK tetapi di KPU dan saksi Muhammad Jauhari Nasution (saksi PBR di PPK) yang menerangkan adanya perubahan perolehan suara PBR, ketika di PPK sebanyak 3.580 tetapi di KPU menjadi 3.762 suara.

Menurut Turut Termohon XV (KPU Kabupaten Deli Serdang), dalil Pemohon tidak didasarkan pada fakta-fakta yang sebenarnya berdasarkan Model DB dan Model DA serta Model C TPS-TPS di Kecamatan Percut Sei Tuan (Bukti T.T-1 s.d. Bukti T.T-9) dan Pihak Terkait PBR menyatakan menolak permohonan Pemohon, yang didukung dengan bukti berupa Model C TPS-TPS di Kecamatan Percut Sei Tuan (Bukti P.T-1 s.d. Bukti P.T-361).

Mahkamah berpendapat bahwa terhadap bukti Pemohon (Bukti P-1 s.d. Bukti P-161 dan Bukti P-163 s.d. Bukti P-227, Bukti P-242 s.d. Bukti P-314), Turut Termohon XV (Bukti T.T-1 s.d. Bukti T.T-9), dan Pihak Terkait PBR (Bukti P.T-1 s.d. Bukti P.T-361), bukti-bukti Turut Termohon XV dan Pihak Terkait PBR adalah sama dan lengkap sehingga lebih sah dan lebih meyakinkan untuk menggambarkan perolehan suara Pemohon tidak dikurangi dan Pihak Terkait PBR digelembungkan di beberapa Desa di Kecamatan Percut Sein Tuan. Dalil permohonan Pemohon tidak terbukti sehingga harus ditolak.

16. Dapil Tapanuli Tengah 1 (DPRD Kabupaten/Kota) Pemohon mendalilkan bahwa KPU Kabupaten Tapanuli Tengah telah melakukan

penggelembungan perolehan suara Partai Pemuda Indonesia (PPI) karena adanya perbedaan perolehan suara PPI di Kecamatan Pandan 620 suara dan di tingkat kabupaten menjadi 724 suara, di Kecamatan Tukka 273 suara dan di tingkat kabupaten menjadi 292 suara, di Kecamatan Sarudik 162 suara dan di tingkat kabupaten menjadi 216 suara, sehingga terjadi penggelembungan 177 suara, sehingga perolehan suara PPI di Dapil 1 sebanyak 1.232, menurut Pemohon sesuai dengan penghitungan di tingkat PPK sebanyak 1.055 suara (Bukti P-1) dan diperkuat dengan keterangan saksi Hasmi Arif Simatupang (Caleg Pemohon) yang menerangkan perolehan suara PPI di Kecamatan Tukka sebanyak 292 suara sedangkan pada rekapitulasi PPK sebanyak 273 suara.

235-614.indd 336 9/24/10 11:09:26 AM

Page 359: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

337Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

Menurut Turut Termohon XVI, adanya koreksi terhadap perolehan suara Pemohon dikurangi 220 dan PPI sebanyak 166 suara karena ditemukannya bukti-bukti autentik penggelembungan perolehan suara Pemohon di beberapa TPS (Bukti T.T-2, Bukti T.T-3.1, Bukti T.T-3.2, Bukti T.T-3.3, Bukti T.T-3.4, dan Bukti T.T-3.5) dan adanya kesalahan penjumlahan yang dilakukan oleh KPPS (Model C-1), PPS dan PPK dalam Model DA.

Mahkamah berpendapat bahwa terhadap bukti Pemohon (Bukti P-1 s.d. Bukti P-6) berupa Model DB-1 dan DA-1 di Kecamatan Sorkam, Kecamatan Tapian Nauli, Kecamatan Pasaribu Tobing, Kecamatan Kolang, dan Kecamatan Sitahus merupakan bukti-bukti yang diajukan Pemohon untuk Dapil Tapanuli Tengah 3, sementara dalam pertimbangan Mahkamah disebutkan bahwa pada persidangan tanggal 28 Mei 2009, Majelis Hakim telah menetapkan untuk tidak memeriksa Dapil Tapanuli Tangah 3 karena merupakan penambahan Dapil yang merupakan permohonan baru sehingga melewati tenggang waktu pengajuan permohonan. Dengan demikian permohonan untuk Dapil Tapanuli Tengah 3 tidak dapat diterima sedangkan untuk Dapil Tapanuli Tengah 1 tidak didukung dengan bukti-bukti untuk Dapil Tapanuli Tengah 1. Dalil permohonan Pemohon tidak terbukti sehingga permohonan Pemohon harus ditolak.

17. Dapil Bogor 5 (DPRD Kabupaten/Kota) Pemohon mendalilkan terdapat penggelembungan suara PDI-P sebanyak 118 suara

yang dilakukan PPK Kecamatan Tenjo mengenai hasil rekapitulasi hasil penghitungan suara di Desa Babakan, Desa Cilaku, dan Desa Batok (Bukti P-1 s.d. Bukti P-55) berupa Model C TPS-TPS di ketiga desa tersebut.

Menurut Termohon, permohonan Pemohon kabur karena tidak menjelaskan di TPS mana terjadinya penggelembungan untuk PDI-P dan Turut Termohon XVII (KPU Kabupaten Bogor) menerangkan bahwa dalam pelaksanaan rekapitulasi di tingkat KPU Provinsi Jawa Barat, Panwaslu Provinsi Jawa Barat mengajukan laporan keberatan terhadap hasil rekapitulasi penghitungan perolehan suara partai politik peserta Pemilu dan perolehan suara calon DPRD Kabupaten Bogor khususnya di Dapil 5. Atas laporan tersebut, KPU Kabupaten Bogor diperintahkan untuk membuka kembali Formulir C-1 Desa Cilaku, Desa Cibatok dan Desa Babakan Kecamatan Tenjo di hadapan rapat pleno KPU Provinsi Jawa Barat.

Mahkamah berpendapat bahwa terhadap bukti Pemohon berupa Model C (Bukti P-1 s.d. Bukti P-55), justru menunjukkan bahwa perolehan suara PDI-P di TPS-TPS Desa Cibatok, Desa Cilaku, dan Desa Babakan ada yang belum terekapitulasi dalam rekapitulasi sertifikat Model C-1 DPRD Kabupaten/Kota hasil penghitungan suara dari setiap TPS Desa Cibatok, Desa Cilaku, dan Desa Babakan (Bukti T.T-12 s.d. Bukti T.T-14). Pemohon dalam permohonannya tidak konsisten mendalilkan penggelembungan perolehan suara PDI-P apakah 118 atau 122 suara. Dalil permohonan Pemohon tidak beralasan hukum dan tidak terbukti sehingga permohonan Pemohon harus ditolak.

235-614.indd 337 9/24/10 11:09:26 AM

Page 360: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

338 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

18. Dapil Pagar Alam 2 (DPRD Kabupaten/Kota) Pemohon mendalilkan adanya pengurangan suara Pemohon di Dapil Pagar Alam

2, menurut KPU, perolehan suara Pemohon di Dapil 2 sebanyak 852 suara karena adanya kecurangan di dalam penghitungan suara yang diserahkan KPPS kepada PPK dilakukan penghitungan ulang atas persetujuan partai peserta Pemilu yang hasilnya perolehan suara Pemohon menjadi 895 suara. Pemohon berpendapat, walaupun sudah dilaksanakan penghitungan ulang namun masih ada kecurangan karena perolehan suaranya seharusnya 962 suara (Bukti P-1 s.d. Bukti P-50.20) dan diperkuat dengan keterangan saksi Alfian Budiarsyah (saksi mandat PartaiGerindra di PPK Pagar Alam) dan Nopran Marjani (Sekjen DPD Partai Gerindra Sumatera Selatan) yang menerangkan terdapat perbedaan antara Formulir Model C-1 dari Parpol dan Model C-1 di KPPS dan rekapitulasi di PPK berbeda dengan Model C-1 di 117 TPS.

Menurut Termohon, permohonan Pemohon hanya didasarkan pada asumsi, tanpa dapat menyebutkan secara rinci di TPS atau PPK mana terjadinya kesalahan penghitungan suara dan Turut Termohon XVIII (KPU Kota Pagar Alam) menerangkan bahwa atas hasil rekapitulasi yang dilakukan PPK Kecamatan Pagar Alam karena banyak keberatan dan adanya rekomendasi, maka KPU Kota Pagar Alam memerintahkan untuk melaksanakan penghitungan ulang dengan membuka Model C-2 di setiap kotak suara di Dapil Pagar Alam 2, yang salah satu hasilnya adalah perolehan suara Pemohon sebanyak 852 suara dan hasil rekapitulasi dari PPK tidak ada saksi partai politik yang keberatan, saksi Partai Demokrat dan saksi Pemohon tidak hadir. Akhirnya hasil rekapitulasi PPK se-Kecamatan Pagar Alam disahkan dan semua saksi partai politik menyetujuinya (Bukti T.T-1 s.d. Bukti T.T-7).

Mahkamah berpendapat bahwa terhadap bukti Pemohon berupa Model C-1 TPS-TPS di Kecamatan Pagar Alam tidak sah dan tidak meyakinkan karena banyak yang tidak ditandatangani oleh KPPS dan saksi-saksi. Sedangkan apabila mencermati Bukti P-14 dan Bukti T.T-4 maka ada kesamaan data yang menunjukkan perolehan suara Pemohon sebanyak 852 suara dan terdapat tanda tangan saksi dari Partai Gerindra. Dalil permohonan Pemohon tidak terbukti dan tidak beralasan, sehingga permohonan Pemohon harus ditolak.

19. Dapil Bandung 2 (DPRD Kabupaten/Kota) Pemohon mendalilkan adanya politik uang (money politics) yang dilakukan oleh

Caleg Nomor Urut 1 Partai Amanat Nasional (PAN) atas nama Ahmad Madjid Qudratullah sehingga atas tindakannya tersebut memperoleh sebanyak 6.147 suara dan memperoleh kursi.

Terhadap dalil Pemohon, Pemohon hanya mendasarkan dalilnya atas berita di harian umum dan surat pernyataan dari para penerima uang (Bukti P-2 s.d. Bukti P-4).

Mahkamah berpendapat bahwa terhadap dalil dan bukti Pemohon, ternyata calon anggota DPRD Kabupaten Bandung dari PAN Nomor Urut 1 atas nama Ahmad Madjid

235-614.indd 338 9/24/10 11:09:26 AM

Page 361: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

339Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

Qudratullah memperoleh suara sebanyak 6.147 telah sesuai dengan Keputusan KPU Kabupaten Bandung dan sebaliknya bukti-bukti yang diajukan Pemohon sangat diragukan validitasnya dan tidak meyakinkan. Dalil permohonan Pemohon tidak terbukti dan tidak beralasan, sehingga permohonan Pemohon harus ditolak.

20. Dapil Tidore 3 (DPRD Kabupaten/Kota) Pemohon berkeberatan terhadap Keputusan KPU Nomor 255/2009, yang menetapkan

perolehan suara Pemohon sebanyak 7.692 dan PAN sebanyak 24.081 suara karena rekapitulasi di tingkat kecamatan menetapkan perolehan suara Pemohon sebanyak 1.005 suara dan PAN sebanyak 1.043 suara, menurut Pemohon seharusnya perolehan suaranya sebanyak 1.005 suara dan PAN sebanyak 1.003 suara (Bukti Model C-1 Kabupaten/Kota) yang dikeluarkan oleh PPK Kecamatan Oba. Terdapat selisih perolehan suara PAN sebanyak 40 suara (Bukti Model C-1 di 5 desa di Kecamatan Oba, Bukti P-5 = Bukti P-14, Bukti P-6 = Bukti P-17, Bukti P-8 = Bukti P-12, Bukti P-9 = Bukti P-11, dan Bukti P-10 = Bukti P-19) dan Model DA-1 Kecamatan Oba (Bukti P-4) dan diperkuat dengan keterangan saksi Abdullah Samaun yang menerangkan bahwa penggelembungan suara di 5 TPS di antaranya TPS 7 Desa Tului, Caleg PAN Nomor Urut 2 atas nama Kodrat Haji Ishak memperoleh 6 suara diubah menjadi 7 suara, di TPS 8 Desa Tului memperoleh 50 suara diubah menjadi 51 suara, di TPS 9 Desa Woda tidak mendapat suara sama sekali tetapi pada Model DA-1 ditulis memperoleh 10 suara, di TPS 14 Desa Kosa memperoleh 1 suara diubah menjadi 20 suara, di TPS 23 Trans Koli memperoleh 1 suara diubah menjadi 12 suara. Pada saat pleno PPK Kecamatan Oba, suara Caleg PAN Nomor Urut 2 atas nama Kodrat Haji Ishak memperoleh 200 suara. Jumlah total perolehan suara partai sebanyak 259 suara ini diperoleh suara yang sebenarnya. Namun, ketika Pleno KPU Berita Acara Model DA-1 sudah mengalami perubahan angka dari 200 suara menjadi 243 suara, sehingga total perolehan suara PAN menjadi 299 suara.

Turut Termohon XX (KPU Kota Tidore Kepulauan) mempertanyakan validitas data yang dipergunakan Pemohon.Mahkamah berpendapat bahwa terhadap bukti Pemohon berupa Model C-1 yang

diajukan hanya di 1 TPS pada setiap desa (Desa Tului, Desa Tului Talangdri, Desa Woda, Desa Kosa, dan Desa Trans Koli) meskipun perolehan suara PAN sesuai dengan yang disampaikan saksi Pemohon, tetapi tidak didukung dengan bukti lainnya yang dapat membuktikan perolehan suara Caleg PAN Nomor Urut 2 atas nama Kodrat Haji Ishak di 5 desa mengalami kenaikan di tingkat kecamatan karena bukti Pemohon berupa Model DA-1 (Bukti P-4) tidak menggambarkan perolehan suara per-TPS tetapi per-desa. Dalil permohonan Pemohon tidak didukung dengan bukti yang kuat dan meyakinkan, sehingga permohonan harus ditolak.

Berdasarkan fakta hukum tersebut di atas, Mahkamah Konstitusi menjatuhkan putusan dengan amarnya sebagai berikut.

235-614.indd 339 9/24/10 11:09:26 AM

Page 362: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

340 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

• MengabulkanpermohonanPemohonuntuksebagiansepanjangmengenaiDaerahPemilihan Pesawaran 4 dan menyatakan batal Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tentang Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota secara Nasional Pemilihan Umum Tahun 2009 sepanjang menyangkut Daerah Pemilihan Pesawaran 4.

• MenyatakanperolehansuarayangbenaruntukPartaiSarikatIndonesiadiDaerahPemilihan Pesawaran 4, Kecamatan Punduh Pidada sebanyak 1.974 suara.

• MemerintahkanKPUuntukmelaksanakanputusan ini.• MenyatakanpermohonanPemohontidakdapatditerimauntuksebagiansepanjang

mengenai Daerah Pemilihan Sumatera Selatan 7.• MenolakpermohonanPemohonuntuk selebihnya.

235-614.indd 340 9/24/10 11:09:26 AM

Page 363: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

341Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 60/PHPU.C-VII/2009

TENTANGKEBERATAN PARTAI KARYA PEDULI BANGSA TERHADAP

PENETAPAN HASIL PEMILU ANGGOTA DPRD PROVINSI DANANGGOTA DPRD KABUPATEN/KOTA

Pemohon : 1. H. R. Hartono; 2. Hartarto.Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Calon Anggota DPR, DPD,

dan DPRD Tahun 2009.Pokok Perkara : Keberatan Terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor

255/Kpts/KPU/TAHUN 2009 tentang Ketetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota Secara Nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 untuk daerah pemilihan (Dapil) Jambi 1, Provinsi Jambi; Dapil Tapanuli Selatan 3, Kabupaten Tapanuli Selatan Provinsi Sumatera Utara; Dapil Langkat 2, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara; Dapil Karo 2, Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara; Dapil Pesisir Selatan 5, Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat; Dapil Pelalawan 1, 2, dan 3, Kota Pelalawan Provinsi Riau; Dapil Ogan Komering Ilir 5, Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan; Dapil Empat Lawang 2, Kabupaten Empat Lawang Provinsi Sumatera Selatan; Dapil Lampung Tengah 5, Kabupaten Lampung Tengah Provinsi Lampung; Dapil Lampung Barat 1, Kabupaten/Kota Lampung Barat Provinsi Lampung; Dapil Kota Bengkulu 1, Kota Bengkulu Provinsi Sumatera Utara; Dapil Way Kanan 2, Kabupaten/Kota Provinsi Lampung; Dapil Boyolali 4, Kabupaten Boyolali Provinsi Jawa Tengah; Dapil Batang 4, Kabupaten Batang Provinsi Jawa Tengah; Dapil Batang 5,

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

235-614.indd 341 9/24/10 11:09:26 AM

Page 364: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

342 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Kabupaten Batang Provinsi Jawa Tengah; Dapil Probolinggo 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan 7, Kabupaten Probolinggo Provinsi Jawa Timur; Kota Mataram 2, Kota Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat; Dapil Minahasa 3, Kabupaten Minahasa Provinsi Sumatera Utara; Dapil Kota Manado 5, Kota Manado Provinsi Sulawesi Utara; Dapil Parigi Moutong 3, Kabupaten Parigi Moutong Provinsi Sulawesi Tengah; Dapil Maros 1, Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi Selatan; Dapil Luwu Utara 4, Kabupaten Luwu Utara Provinsi Sulawesi Selatan.

Amar Putusan : Putusan Sela Dalam Eksepsi Menyatakan eksepsi Turut Termohon tidak dapat diterima. Dalam Pokok Permohonan Mengabulkan permohonan Pemohon untuk sebagian. Putusan Akhir Menetapkan suara yang benar untuk pemilihan umum untuk Calon

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat di 5 Kecamatan Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Utara.

Tanggal Putusan : Putusan Sela : Senin, 15 Juni 2009 Putusan Akhir : Selasa, 1 September 2009Ikhtisar Putusan :

Pemohon H. R. Hartono dan Hartarto adalah Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal Partai Karya Peduli Bangsa bertindak untuk dan atas nama Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB) berdasarkan Keputusan KPU Nomor 149/SK/KPU/TAHUN 2008 tentang Penetapan dan Pengundian Nomor Urut Partai Politik Peserta Pemilihan Umum Tahun 2009, maka Pemohon adalah partai politik Peserta Pemilu Tahun 2009 dengan Nomor Urut 2.

Pemohon berkeberatan terhadap Penetapan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara Nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009, yang diumumkan secara nasional pada hari Rabu tanggal 09 Mei 2009 pukul 23.50 WIB tentang Penetapan Hasil Penghitungan Suara DPRD Kab./Kota Tahun 2009-2012

Mengenai kewenangan Mahkamah, berdasarkan ketentuan Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 10 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) juncto Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, salah satu kewenangan konstitusional Mahkamah adalah memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum. Oleh karena permohonan Pemohon adalah sengketa penetapan hasil pemilihan umum yang

235-614.indd 342 9/24/10 11:09:26 AM

Page 365: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

343Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

dilakukan secara nasional oleh Komisi Pemilihan Umum yang mempengaruhi perolehan kursi partai politik peserta Pemilu di suatu daerah pemilihan, maka Mahkamah berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan a quo.

Terkait dengan kedudukan hukum, Pemohon adalah partai politik peserta Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD, tahun 2009, sehingga Pemohon mempunyai kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan a quo.

Adapun yang menjadi pokok permohonan Pemohon adalah kesalahan KPU dalam menetapkan perolehan suara Pemohon (PKPB) di 30 daerah pemilihan, yakni sebagai berikut.1. Daerah Pemilihan Jambi 1 (DPRD Provinsi) Pemohon mendalilkan pada Dapil Jambi 1 telah terjadi kehilangan suara Pemohon

dan penggelembungan suara Partai Gerindra dan Partai Persatuan Pembangunan sejumlah 343 suara. Atas permasalahan tersebut, Mahkamah melakukan pemeriksaan secara cermat bukti Formulir C-1 yang diajukan oleh Pemohon dan Termohon, telah ternyata bagi Mahkamah bahwa selisih penghitungan bagi Pemohon karena Formulir C-1 yang dijadikan penghitungan oleh Pemohon justru telah mengalami perubahan yang dapat diverifikasi dari jumlah suara sah yang dicatat dalam bukti Pemohonsendiri dengan perolehan suara seluruh partai yang dihitung oleh Mahkamah, sehingga oleh karenanya bukti-bukti yang diajukan oleh Pemohon tidak dapat dijadikan dasar penghitungan suara untuk mendukung dalil permohonan tentang dikuranginya suara Pemohon. Di pihak lain selisih perolehan suara Pemohon yang jika terbukti akan menempatkan Pemohon dalam urutan perolehan suara yang lebih tinggi dari Partai Gerindra dengan ditemukannya ketidakbenaran pengurangan suara Pemohon, maka seandainya pun benar terjadinya penggelembungan suara Partai Gerindra yang harus dikurangkan maka hal demikian tidak akan mengubah urutan perolehan suara sehingga oleh karenanya tidak perlu dipertimbangkan lebih jauh.

Dengan demikian Mahkamah berpendapat permohonan Pemohon tidak terbukti secara sah.

2. Daerah Pemilihan Tapanuli Selatan 3 (DPRD Kabupaten) Pemohon mendalilkan pada Dapil Tapanuli Selatan 3 terjadi kehilangan suara

Pemohon sejumlah 78 di Kecamatan Sayur Matinggi, dan Batang Angkola dan penggelembungan suara Partai Persatuan Daerah (PPD) sejumlah 37 suara, di Kecamatan Sayur Matinggi, dan Batang Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan.

Berdasarkan pembuktian di persidangan didapatkan bahwa perolehan suara Pemohon di 8 desa, yaitu Desa Securai Utara, Desa Brandan Timur, Desa Bukit Kubu, Desa Bukit Selamet, Desa Bukit Mas, Desa Brandan Barat, Desa Pintu Air, dan Desa Pulau Sembilan, menurut Pemohon sejumlah 217 suara, sedangkan menurut Turut Termohon 150 suara. Angka-angka yang disebutkan oleh Pemohon ternyata tidak benar, di samping itu formalitas keabsahan alat bukti milik Pemohon tidak memenuhi syarat sehingga tidak dapat dijadikan alat bukti yang sah. Dengan

235-614.indd 343 9/24/10 11:09:26 AM

Page 366: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

344 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

demikian Mahkamah menilai bahwa bukti-bukti yang diajukan oleh Pemohon tidaklah menunjukkan validitasnya sehingga tidak mengandung nilai bukti yang menguatkan dalil-dalil Pemohon. Oleh karena itu permohonan Pemohon tidak beralasan.

Mahkamah menilai oleh karena sudah tidak adanya pengaruh perolehan suara yang signifikan bagi Pemohon, maka bukti-bukti dan keterangan saksi tersebuttidak dipertimbangkan lebih lanjut, sehingga tanpa mempertimbangkan dalil-dalil selebihnya harus dikesampingkan karena tidak beralasan.

3. Daerah Pemilihan Langkat 2 (DPRD Kabupaten) Pemohon mendalilkan pada Dapil Langkat 2 terjadi pengurangan suara Pemohon

sejumlah 61 suara yang terjadi di Kecamatan Babalan, Besitang dan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat.

Berdasarkan pembuktian dalam persidangan, Mahkamah mencermati secara saksama ternyata tidak benar, di samping itu formalitas keabsahan alat bukti milik Pemohon tidak memenuhi syarat sehingga tidak dapat sebagai alat bukti yang sah. Oleh karena dari bukti-bukti Pemohon tidak dapat menunjukkan validitasnya sehingga tidak mengandung nilai bukti yang menguatkan dalil-dalil Pemohon. Dengan demikian permohonan Pemohon tidak beralasan.

4. Daerah Pemilihan Karo 2 (DPRD Kabupaten) Pemohon mendalilkan pada Dapil Karo 2 kehilangan suara Pemohon sejumlah

74 suara yang terjadi di Kecamatan Namanteran, Merdeka, Simpang Empat dan Brastagi Kabupaten Karo.

Terhadap permasalahan tersebut di atas, Termohon dan Turut Termohon tidak memberikan keterangan maupun bukti-bukti untuk membantah dalil permohonan Pemohon sehingga Mahkamah menilai dan memberikan pendapat hanya berdasarkan alat-alat bukti yang diajukan oleh Pemohon, dan Mahkamah memperoleh fakta-fakta yaitu Formulir Lampiran Model C-1 dari 3 TPS Desa Kuta Rakyat Kecamatan Namanteran ternyata benar Pemohon memperoleh 51 suara (Bukti P-6 sampai P-8); Formulir Model C-1 di 4 TPS Cinta Rakyat Kecamatan Merdeka ternyata bahwa Pemohon memperoleh 136 suara (Bukti P-6 s.d. Bukti P-8); Formulir C-1 di 3 TPS Desa Berastepu Kecamatan Simpang Empat Pemohon memperoleh 42 suara; Formulir C-1 di 4 TPS Desa Surbagti Kecamatan Simpang Empat Pemohon memperoleh 3 suara; Formulir C-1 di 10 TPS Desa Sempajaya Kecamatan Brastagi Pemohon memperoleh 90 suara; Formulir C-1 di 10 TPS Desa Rumah Brastagi Kecamatan Brastagi Pemohon memperoleh 89 suara; Formulir C-1 di 6 TPS Desa Raya Kecamatan Brastagi Pemohon memperoleh 25 suara sedangkan dalam Model DA-1 (P-4) perolehan Pemohon dicatat hanya 16 suara; Formulir Lampiran Model C-1 dari 10 TPS Desa Gundaling Kecamatan Brastagi ternyata benar Pemohon memperoleh 28 suara (bukti P-49 sampai P-58).

Mahkamah berpendapat bahwa dalil Pemohon tentang kehilangan suara yang terjadi dilokasi-lokasi yang disebutkan oleh Pemohon, terbukti secara sah dan menyakinkan,

235-614.indd 344 9/24/10 11:09:26 AM

Page 367: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

345Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

sehingga oleh karenanya suara yang hilang tersebut harus ditambahkan kepada suara perolehan Pemohon sebagai penghitungan yang benar.

5. Daerah Pemilihan Pesisir Selatan 5 (DPRD Kabupaten) Pemohon mendalilkan pada Dapil Pesisir Selatan 5 terjadi penambahan suara

Partai Golkar sejumlah 27 suara yang terjadi di Kelurahan Inderapura Kecamatan Pancung Soal Kabupaten Pesisir Selatan.

Berdasarkan hasil pembuktian di persidangan terungkap bahwa dari Formulir Model DA-B yang diajukan oleh Pemohon (Bukti P-10) dan Turut Termohon (Bukti TT-4) serta Pihak Terkait (Bukti PT-10), setelah dicermati Mahkamah menemukan seluruh Model DA-B mencantumkan perolehan Partai Golkar di TPS 5 Desa Indrapura Utara Kecamatan Pancung Soal berjumlah 34 suara, dengan angka-angka yang telah ditebalkan yang menunjukkan adanya perubahan, dan penjumlahan kesamping yang dicoret dan di tip-ex dan angka jumlah yang baru dimuat di luar kolom, serta diperkuat pula oleh keterangan saksi Yuliadi. Hal tersebut telah diajukan oleh Panwaslu Kabupaten Pesisir Selatan kepada Kapolres Pesisir Selatan, dan berkasnya telah diajukan kepada Kejaksaan Negeri Pesisir Selatan.

Dengan demikian dalil permohonan Pemohon tentang penggelembungan perolehan suara Golkar sejumlah 27 suara di TPS 5 Desa Indrapura Kecamatan Pancung Soal, Kabupatan Pesisir Selatan telah terbukti secara sah dan meyakinkan sehingga oleh karenanya perolehan suara Partai Golkar di Dapil Pesisir Selatan 5 Kabupaten Pesisir Selatan harus dikurangi sejumlah 27 suara.

6. Daerah Pemilihan Pelalawan, 1, 2, dan 3 (DPRD Kabupaten) Pemohon mendalilkan pada Dapil Pelalawan 1, 2 dan 3 terjadi pelanggaran

penyelenggaraan Pemilu yakni tidak diberikannya Formulir C dan Formulir C-1 kepada peserta partai politik, pelanggaran mana mengakibatkan ketidaksesuaian antara data yang dibuat oleh para saksi di tingkat TPS yang disahkan oleh Ketua TPS dengan hasil rekapitulasi PPK dan KPU.

Berdasarkan penilaian terhadap alat-alat bukti surat maupun saksi dari kedua belah pihak, Mahkamah berpendapat memang benar terdapat keadaan dimana banyak saksi partai politik yang tidak memperoleh Formulir C-1 hasil penghitungan suara di TPS, akan tetapi kelambatan pengajuan keberatan tentang hal tersebut kepada Panwaslu sehingga melewati tenggang waktu, sebagaimana diterangkan oleh Panwaslu dan tidak adanya bukti-bukti formal diajukannya keberatan terhadap hasil penghitungan suara ditingkat PPK dan tingkat Kabupaten serta adanya pernyataan dari saksi partai lain yang justru memperoleh Formulir C-1 tersebut. Ketiadaan Formulir C-1 tersebut seharusnya telah diselesaikan di tingkat Panwaslu dan KPU Kabupaten Pelalawan. Mahkamah juga berpendapat bahwa meskipun pemilihan umum yang telah dilangsungkan di Dapil 1, Dapil 2 dan Dapil 3 tidak sempurna akan tetapi permasalahan yang diajukan oleh Pemohon, walaupun dapat mempengaruhi perolehan suara peserta Pemilu bukan merupakan kewenangan Mahkamah. Dengan

235-614.indd 345 9/24/10 11:09:26 AM

Page 368: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

346 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

demikian Mahkamah berpendapat permohonan Pemohon tidak cukup beralasan sehingga harus dikesampingkan.

7. Daerah Pemilihan Ogan Komering Ilir 5 (DPRD Kabupaten) Pemohon mendalilkan pada Dapil Ogan Komering Ilir terjadi kehilangan suara

Pemohon sejumlah 1.160 suara di Desa Sungai Ceper Kecamatan Sungai Menang Kabupaten Ogan Komering Ilir.

Bahwa dari fakta-fakta yang ditemukan, terlepas dari cacat-cacat yang terdapat dalam Bukti TT-2 s.d. Bukti TT-12, Mahkamah menilai bahwa jumlah suara sah sejumlah 3.073, yang jauh lebih besar dari jumlah daftar pemilih di 8 TPS yang dipermasalahkan Pemohon sejumlah 2.200 suara, sehingga selisihnya sejumlah 873 telah menunjukkan ketidakbenaran permohonan Pemohon sehingga tanpa mempertimbangkan bukti-bukti lain lebih lanjut berupa surat dan keterangan saksi lainnya Mahkamah berkesimpulan permohonan Pemohon tidak beralasan dan dikesampingkan.

8. Daerah Pemilihan Empat Lawang 2 (DPRD Kabupaten) Pemohon Mendalilkan pada Dapil Empat Lawang 2 terjadi kekurangan suara

Pemohon sehingga Pemohon merasa dirugikan. Suara milik Pemohon adalah 1387 suara seperti yang termuat dalam Formulir DA-B, padahal menurut Formulir C-1 adalah sebesar 1381 suara, sehingga dengan demikian akan memperoleh satu kursi karena suara Pemohon di atas suara Partai Bulan Bintang yang berjumlah 1307 suara.

Terhadap dalil permohonan tersebut di atas, setelah memeriksa keabsahan 3 bukti surat yaitu bukti Model DA-B DPRD Kabupaten/Kota Tanjung Baru, Muara Karang, dan Nanjungan dan keterangan saksi Pemohon Elman, Rusman Heri, Muspa, Suhardi, Zamhari dan Yuspik, Mahkamah berpendapat bahwa bukti-bukti Pemohon tersebut dianggap tidak valid menurut hukum, sehingga Mahkamah tidak perlu mempertimbangkan alat bukti surat lainnya dan kesaksian Termohon tersebut. Dengan demikian Mahkamah berpendapat bahwa permohonan Pemohon tidak dapat diterima karena tidak cukup beralasan.

9. Daerah Pemilihan Lampung Tengah 5 (DPRD Kabupaten) Pemohon mendalilkan mengenai perolehan kursi Partai Karya Peduli Bangsa

di satu Dapil untuk DPRD Kabupaten Lampung Tengah Dapil V, yaitu karena penggelembungan suara PBR di Kecamatan Terbanggi Besar, Kecamatan Terusan Nunyai, dan Kecamatan Seputih Agung di Kabupaten Lampung Tengah yang menurut KPU sebesar 4.856 suara sedangkan menurut Pemohon sebesar 4.720 suara.

Dari pembuktian di persidangan diketahui bahwa dari keseluruhan alat bukti surat sudah diperbandingkan, Mahkamah berpendapat tidak terjadi penambahan atau penggelembungan suara PBR. Meskipun saksi-saksi Pemohon menerangkan adanya penambahan suara bagi PBR ketika perolehan dari TPS direkapitulasikan di DA-1, dan surat-surat pernyataan untuk mendukung hal yang demikian, akan

235-614.indd 346 9/24/10 11:09:26 AM

Page 369: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

347Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

tetapi uraian tentang penambahan suara yang dimaksud sejumlah yang diuraikan dan di tempat-tempat yang disebutkan Pemohon tidak dapat dibuktikan secara sah dan menyakinkan oleh Pemohon dengan alat-alat bukti yang diajukan oleh Turut Termohon. Dengan demikian permohonan Pemohon tidak cukup beralasan sehingga harus dikesampingkan.

10. Daerah Pemilihan Lampung Barat 1 (DPRD Kabupaten) Pemohon mendalilkan pada Dapil Lampung Barat 1 terjadi penggelembungan suara

PBR sejumlah 194 suara di Kecamatan Ngambur Kabupaten Lampung Barat. Dari keseluruhan alat bukti surat yang sudah diperbandingkan, Mahkamah

berpendapat tidak terjadi penambahan atau penggelembungan suara PBR. Meskipun saksi-saksi Pemohon menerangkan adanya penambahan suara bagi PBR ketika perolehan dari TPS direkapitulasikan di DA-1, dan surat-surat pernyataan yang mendukung hal demikian, akan tetapi uraian tentang penambahan suara dimaksud sejumlah yang diuraikan dan ditempat-tempat yang disebutkan Pemohon tidak dapat dibuktikan secara sah dan meyakinkan oleh Pemohon dengan alat-alat bukti yang telah diajukan terutama Formulir C-1, Formulir DA dalam perbandingan bukti yang diajukan oleh Turut Termohon. Dengan demikian permohonan Pemohon tidak cukup beralasan sehingga harus dikesampingkan.

11. Daerah Pemilihan Kota Bengkulu 1 (DPRD Kota) Pemohon mendalilkan pada Dapil Kota Bengkulu 1 terjadi kehilangan suara Pemohon

sejumlah 47 suara, penggelembungan suara PPIB sejumlah 111 suara dan PDS sejumlah 25 suara, di Kota Bengkulu.

Terhadap pokok permasalahan tersebut, dari dalil Pemohon terbukti jikalau didasarkan pada Formulir C-1 yang diajukan oleh Pemohon (Bukti P1 s.d. Bukti P-161), terjadi penggelembungan terhadap PPIB dan PDS, akan tetapi setelah mempelajari secara teliti Formulir yang diajukan oleh Pemohon untuk kecamatan yang didalilkan, Mahkamah menemukan bahwa alat bukti tersebut tidak dapat diterima sebagai bukti yang sempurna oleh karena terjadinya perbedaan antara jumlah suara sah yang dicatat dalam berita acara dengan jumlah suara seluruh partai politik yang disebutkan meskipun perbedaan tersebut tidak terjadi untuk seluruh Form yang diajukan oleh Pemohon. Dengan demikian Mahkamah berpendapat Pemohon tidak berhasil membuktikan dalil permohonannya secara sah dan meyakinkan sehingga oleh karenanya permohonan Pemohon harus dikesampingkan.

12. Daerah Pemilihan Way Kanan 2 (DPRD Kabupaten) Pemohon mendalilkan pada Dapil Way Kanan 2 terjadi kehilangan suara Pemohon

sejumlah 9 suara, penggelembungan suara PBB sejumlah 13 suara di Kabupaten Way Kanan.

Setelah dilakukan pemeriksaan secara saksama, diperoleh bukti-bukti yang diajukan oleh Pemohon adalah tidak sah menurut hukum sehingga tidak dapat dipergunakan sebagai alat bukti yang mempunyai pembuktian yang sempurna.

235-614.indd 347 9/24/10 11:09:26 AM

Page 370: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

348 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Setelah meneliti bukti-bukti Pemohon, keterangan Pemohon, keterangan Termohon, dan saksi-saksi telah terbukti Pemohon tidak dapat membuktikan dalil-dalilnya. Dengan demikian, Mahkamah berpendapat bahwa permohonan harus dikesampingkan.

13. Daerah Pemilihan Kabupaten Boyolali 4 (DPRD Kabupaten) Pemohon mendalilkan terdapat beberapa penyimpangan dan pelanggaran Pemilihan

Umum Tahun 2009 di Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali sehingga merugikan Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB) padahal semua temuan penyimpangan dan pelanggaran, antara lain menyangkut pelanggaran administrasi dan tindak pidana karena adanya surat-surat suara yang berada di luar kotak suara yang sudah tercontreng, dan tertukarnya surat suara dari Dapil 5 ke Dapil 4 sebanyak 38, sudah terpakai 10 surat suara dan yang belum terpakai 28 surat suara.

Mahkamah menilai bahwa meskipun penyimpangan dan pelanggaran yang terjadi pada saat berlangsungnya pemungutan dan penghitungan suara di TPS-TPS di Kecamatan Nogosari terbukti sebagaimana juga diakui oleh penyelenggara Pemilu sebagai kekeliruan, akan tetapi memperhatikan persetujuan saksi-saksi atas kertas suara yang tertukar dan yang telah tercontreng tersebut yang diterima sebagai perolehan partai politik sesuai dengan Surat Edaran KPU Nomor 676/4/2008 menurut Mahkamah kekeliruan yang terjadi sudah diselesaikan oleh penyelenggara Pemilu sehingga oleh karena dampak yang terbatas dari peristiwa tersebut jelas terlihat, tidak terdapat alasan yang cukup bahwa hal demikian mempengaruhi perolehan suara Pemohon di TPS yang bersangkutan yang dapat dijadikan alasan untuk melakukan pemungutan suara ulang.

Mahkamah berpendapat permohonan Pemohon tidak cukup beralasan sehingga oleh karenanya harus dikesampingkan.

14. Daerah Pemilihan Batang 4 (DPRD Kabupaten) Pemohon mendalilkan pada Dapil Batang 4 Kabupaten Batang terjadi kehilangan

suara Pemohon sejumlah 103 suara, dan penggelembungan perolehan Golkar sejumlah 136 suara, di Kabupaten Batang.

Berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan, Mahkamah berkesimpulan bahwa Partai Golkar benar bertambah suaranya secara tidak sah, akan tetapi yang dapat dibuktikan Pemohon hanya sebanyak 64 suara dan Pemohon berkurang suaranya yang dapat dibuktikan hanya sejumlah 55 suara, sehingga jikalau kehilangan dan penambahan tersebut diluruskan dalam perolehan suara masing-masing Partai Golkar dan Pemohon, maka suara yang benar bagi partai Golkar adalah 3.380 -64 = 3.316 sedangkan suara yang benar bagi Pemohon 3.156 + 55 = 3.211. Dengan demikian Partai Golkar masih tetap berada pada urutan perolehan yang lebih besar. Sehingga dengan demikian permohonan Pemohon tidak cukup beralasan dan oleh karenanya harus dikesampingkan.

235-614.indd 348 9/24/10 11:09:26 AM

Page 371: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

349Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

15. Daerah Pemilihan Batang 5 (DPRD Kabupaten) Pemohon mendalilkan pada Dapil Batang 5 terjadi kehilangan suara Pemohon

sejumlah 58 suara, dan penggelembungan suara Gerindra sejumlah 15 suara, di Kabupaten Batang.

Berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan, Mahkamah menghitung bahwa klaim Pemohon kehilangan 58 tidak benar, yang benar hanya kehilangan 2 suara sehingga perolehan suara Pemohon yang benar adalah 3.430 + 2 = 3.432. Sedangkan penggelembungan perolehan Partai Gerindra sebesar 15 suara tidak benar, yang benar penggelembungan yang terjadi hanya sejumlah 4 suara, sehingga perolehan suara Partai Gerindra yang benar adalah 3.489 - 4 = 3.485. Mahkamah berpendapat meskipun terbukti adanya pengurangan suara Pemohon sebesar 2 suara dan penambahan suara Partai Gerindra sebesar 4 suara, hal demikian tidak mengubah urutan perolehan suara karena setelah Partai Gerindra dikurangi 4 suara dan partai Pemohon ditambah 2 suara, perolehan suara Partai Gerindra sebesar 3.485 masih lebih besar dari perolehan Pemohon sebesar 3.432. Dengan demikian Mahkamah berpendapat permohonan Pemohon harus dikesampingkan.

16. Daerah Pemilihan Kabupaten Probolinggo 1 s.d 7 Pemohon mendalilkan telah terjadinya pelanggaran Pemilihan Umum pada saat

berlangsungnya rekapitulasi perolehan suara pemilihan umum pada tanggal 20 April 2009 di Kabupaten Probolinggo.

Berdasarkan yang dilaporkan oleh Pemohon lewat Panwaslu kepada KPU tidak dibantah oleh Turut Termohon akan tetapi memperhatikan kronologi penyelesaian yang dilaporkan tersebut, Mahkamah berpendapat bahwa hal itu telah dapat diselesaikan. Bukti P-4, Bukti P-6, dan Bukti P-7 yang telah diajukan oleh Pemohon ternyata tidak sesuai dengan dalil Pemohon sehingga dengan demikian tidak ada alasan yang cukup bahwa hal demikian mempengaruhi perubahan suara seperti yang didalilkan oleh Pemohon apalagi Pemohon tidak menunjukkan pada rekapan di tingkat TPS sampai dengan tingkatan kecamatan dan kabupaten telah terjadi penggelembungan suara, sehingga tidakdapat diverifikasi kebenarannya.

Dengan demikian Mahkamah berpendapat permohonan Pemohon tidak cukup beralasan sehingga oleh karenanya harus dikesampingkan.

17. Daerah Pemilihan Kota Mataram 2 (DPRD Kota) Pemohon mendalilkan pada Dapil Mataram 2 terjadi kehilangan suara Pemohon

sejumlah 3 suara, dan penggelembungan suara PNBKI sejumlah 2 suara, di Kota Mataram.

Meskipun alat bukti Pemohon berupa Model DA-1 dan Model DB-1 tidak mengikutsertakanberitaacarayangdapatdigunakanuntukmemverifikasikebenaranpenghitungan perolehan suara Pemohon dan PNBKI dibandingkan dengan daftar pemilih tetap, surat suara, pemilih yang menggunakan haknya untuk memperoleh

235-614.indd 349 9/24/10 11:09:26 AM

Page 372: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

350 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

kepastian dimaksud, hal tersebut juga ditemukan pada bukti Turut Termohon (TT-4), akan tetapi jika seluruh bukti surat dari Pemohon dirangkaikan dengan keterangan saksi-saksi dibawah sumpah, Mahkamah berpendapat bahwa dalil permohonan Pemohon tentang kehilangan suara Pemohon dan penambahan suara partai PNBKI di Kelurahan Mayure Kecamatan Cakranegara terbukti secara sah, sementara itu Turut Termohon tidak berhasil untuk membuktikan sebaliknya. Dengan demikian Mahkamah berpendapat bahwa permohonan Pemohon terbukti secara sah.

18. Daerah Pemilihan Minahasa 3 (DPRD Kabupaten) Pemohon mendalilkan bahwa perolehan kursi Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB)

di satu Dapil untuk DPRD Kabupaten Minahasa Dapil Minahasa 3 sebanyak satu kursi karena adanya penggelembungan suara Partai Pelopor di 5 kecamatan yaitu Kecamatan Kakas, Kecamatan Lembean Timur, Kecamatan Eris, Kecamatan Remboken, dan Kecamatan Kombi di Kabupaten Minahasa sebesar 166 suara.

Adapun bukti-bukti yang diajukan sesuai dengan yang dimaksud oleh Pemohon terutama tentang jumlah angka yang tertera pada bukti-bukti tersebut baik yang bersumber pada Model C-1 maupun yang bersumber pada Model DA-1. Akan tetapi setelah dicocokkan dengan bukti yang diajukan oleh Turut Termohon (TT-33, TT-34, TT-24, TT-4, TT-35, TT-1, TT-2, TT-3, dan TT-4) ternyata berbeda satu dengan yang lain. Hal ini menyebabkan kesulitan Mahkamah untuk menilai mana bukti yang benar.

Setelah mempertimbangkan berbagai aspek permasalahan penggelembungan suara Partai Pelopor baik yang dikemukakan oleh Pemohon, Turut Termohon, saksi Pemohon, saksi Turut Termohon, dan penilaian terhadap bukti-bukti yang diajukan, Mahkamah mempertimbangkan untuk diadakannya penghitungan suara ulang terhadap 2 TPS (TPS 01 dan TPS 2) di Desa Kalawiran, Kecamatan Kakas; 3 TPS (TPS 01, 2 dan 3) di Desa Karor, Kecamatan Lembean Timur; 5 TPS (TPS 01, 2, 3, 4 dan 5) di Desa Kapataran, Kecamatan Lembean Timur; 4 TPS (TPS 01, 2, 3, dan 4) di Desa Eris, Kecamatan Eris; 2 TPS (TPS 01 dan 2) di Desa Pulutan, Kecamatan Romboken; 4 TPS (TPS 01, 2, 3, dan 4) di Desa Leleko, Kecamatan Remboken; dan 4 TPS (TPS 01, 2, 3, dan 4) di Desa Kolongan, Kecamatan Kombi.

19. Daerah Pemilihan Kota Manado 5 (DPRD Kota) Pemohon mendalilkan pada Dapil Kota Manado 5 terjadi penggelembungan suara

PKS sejumlah 376 suara, di Kecamatan Tuminting dan Bunaken Kabupaten Manado.

Berdasarkan bukti-bukti Pihak Terkait berupa Model C-1 (PT-3 sampai PT-18) meliputi 16 TPS yang dipermasalahkan oleh Pemohon menunjukkan bahwa perolehan PKS di 16 TPS Kelurahan Mahawu Kecamatan Tuminting sebanyak 692 suara yang kemudian di dalam Formulir DA-1 tertulis 696 (PT-2) sehingga bertambah 4 suara.

235-614.indd 350 9/24/10 11:09:27 AM

Page 373: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

351Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

Mengenai penggelembungan suara PKS di Kecamatan Tuminting dan Bunaken yang didalilkan oleh Pemohon sebesar 376 suara dan terjadi di 16 TPS di Kelurahan Mahawu, tidak dapat dibuktikan oleh Pemohon secara sah dan meyakinkan. Seandainya pun klaim adanya penggelembungan suara PKS di Kecamatan Tuminting terbukti hanya sebesar 4 suara sebagaimana telah diutarakan di atas, ditambah dengan keterangan saksi Pemohon tenang kehilangan 30 suara di Kelurahan Tongkeina Kecamatan Bunaken, maka perolehan suara PKS tetap lebih tinggi peringkatnya dibandingkan dengan perolehan suara Pemohon. Mahkamah berpendapat penggelembungan suara PKS di Kecamatan Tuminting dan Bunaken tidak signifikan, untuk mempengaruhi perolehan kursi sehinggaoleh karenanya permohonan Pemohon tidak beralasan dan oleh karenanya harus dikesampingkan.

20. Daerah Pemilihan Parigi Moutong 3 (DPRD Kabupaten) Pemohon mendalilkan pada Dapil Parigi Moutong 3, terjadi kehilangan sejumlah

631 suara Pemohon, dan penggelembungan suara Partai Pelopor sejumlah 408 suara, di Kabupaten Parigi Moutong.

Bahwa dari fakta-fakta yang ditemukan oleh Mahkamah, meskipun Turut Termohon hanya mengakui kehilangan suara Pemohon sebesar 203 suara, dan tidak menyebut tentang penggelembungan suara Partai Pelopor sebesar 420 suara, sebagaimana telah dihitung oleh Mahkamah, dan dirangkaikan dengan keterangan Saksi Pemohon, Haryanto dan Safrizal Pangeran, yang menerangkan di bawah sumpah bahwa Pleno PPK secara terbuka yang dihadiri oleh saksi-saksi partai tidak pernah dilakukan, maka meskipun terdapat sedikit perbedaan angka antara keterangan saksi dan bukti-bukti tertulis dari Pemohon, Mahkamah berpendapat Pemohon dapat membuktikan permohonannya secara sah.

21. Daerah Pemilihan Maros 1 (DPRD Kabupaten) Pemohon mendalilkan pada Dapil Maros 1 terjadi penggelembungan suara Partai

Demokrasi Pembaruan (PDP) sejumlah 2 suara, di Desa Borbellayya, Kecamatan Turikale, Kabupaten Maros, karena adanya perbedaan suara antara Model DA-B (Lampiran Model C-1) dengan rekap saksi Pemohon, di mana PDP hanya memperoleh 2 suara atas nama Caleg DPRD PDP Nomor Urut 4 sesuai dengan Lampiran Model C-1 Kab/Kota, tetapi dalam Model DA-A DPRD Kab/Kota rekapitulasi Lampiran Model C-1, PDP memperoleh 4 suara di mana 2 suara tercatat atas nama Caleg Nomor Urut 7 yang seharusnya tidak memperoleh suara.

Berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh, Bukti P-13 yang menunjukkan fakta bahwa terdapat perbedaan 2 suara dalam perolehan suara sah seluruh partai di TPS 02 Kelurahan Borbellayya, Kecamatan Turikale, dan dirangkaikan dengan keterangan saksi yang diajukan Pemohon di bawah sumpah, meskipun bantahan Turut Termohon dan Pihak Terkait didukung oleh dua saksi akan tetapi karena tidak diajukannya FormModel C-1 yangmerupakan sertifikat hasil penghitungan suara yang dapat

235-614.indd 351 9/24/10 11:09:27 AM

Page 374: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

352 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

dijadikan alat untuk menguji keabsahan bukti-bukti yang diajukan para pihak, maka Mahkamah berpendapat permohonan Pemohon terbukti secara sah.

22. Daerah Pemilihan Luwu Utara 4 (DPRD Kabupaten)Pemohon memohon untuk dilakukannya pemungutan suara ulang di Kabupaten Luwu Utara Kecamatam Seko Daerah Pemilihan Luwu Utara 4 yaitu Kecamatan Baibunta, Sabbang, Limbong dan Seko, dengan alasan Pemohon adalah sebagai berikut:▪ di TPS 2 yang digunakan adalah satu ruang kelas yang tidak diberi

batasan;▪ kelompokpenyelenggarapemungutansuarapadaTPS2DesaMarantehanya

membagikan satu jenis surat suara kepada pemilih;▪ KPPS TPS 1, dan TPS 2, Desa Marante, TPS 2, TPS 3, dan TPS 4 Desa

Taloto KPPS bersama pihak keamanan (Hansip) masuk dalam ruang bilik pemungutan suara dan mengarahkan pemilih mencontreng salah satu calon legislatif dari partai tertentu.

▪ suratsuaratidakdiperlihatkankepadasaksiyanghadirmelainkanhanyakepadaanggota KPPS melakukan perubahan rekapitulasi suara di luar wilayah hukum Kecamatan Seko.

Atas pokok permasalahan tersebut di atas, Pemohon mendalilkan permohonan dilakukannya pemungutan suara ulang di Kabupaten Luwu Utara Kecamatam Seko Daerah Pemilihan Luwu Utara 4 yaitu Kecamatan Baibunta, Sabbang, Limbong dan Seko. Berdasarkan Pasal 33 huruf g UU Nomor 10 Tahun 2008 menyatakan rekapitulasi hasil penghitungan suara PPK KPU Kabupaten/Kota, KPU Provinsi dapat diulang apabila terjadi keadaan yaitu rekapitulasi hasil penghitungan suara dilakukan di tempat lain di luar tempat dan waktu yang telah ditentukan, karena PPK Kecamatan Seko terlambat menerima formulir sertifikat dari KPU sehingga di sisi di luar tempat yang ditentukan.Akan tetapi laporan awal ke KPU sama yang ada di formulir sertifikat yang diisi diluar tempat yang telah ditentukan tersebut, sehingga anggota Gakkumdu Kabupaten Luwu Utara tidak menemukan adanya tindak pidana pemilu sesuai Pasal 299 ayat (1) dan ayat (2) UU Nomor 10 Tahun 2008.Atas dasar fakta yang ada bahwa sertifikathasil penghitungan suara tidak hilang melainkan hanya diisi di luar tempat yang sudah ditentukan di Kecamatan Seko hanya masuk dalam kategori pelanggaran administrasi Pemilu sesuai Pasal 223 huruf g UU Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilu (Bukti P-24). Dalam reaksinya Koalasi Partai dan Caleg DP Luwu Utara menganggap, antara lain, bahwa KPU Kabupaten Luwu Utara dan Panwaslu Kabupaten Luwu Utara serta instansi yang terkait tidak serius menangani setiap pengaduan dan pelanggaran tahapan pelaksanaan Pemilu di Kabupaten Luwu Utara.

Berdasarkan penilaian tersebut di atas Mahkamah berpendapat bahwa pokok permasalahan adalah proses pemilihan umum yang diwarnai dengan pelanggaran Pemilu dan oleh Pemohon telah dilaporkan kepada instansi yang berwajib namun

235-614.indd 352 9/24/10 11:09:27 AM

Page 375: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

353Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

dalam pemeriksaan oleh Sentra Gakkumdu Polres Luwu Utara tanggal 29 April 2009 dianggap sebagai pelanggaran administrasi yang telah diselesaikan oleh instansi yang terkait. Dengan demikian permohonan Pemohon harus dikesampingkan.

Berdasarkan seluruh penilaian atas fakta dan hukum sebagaimana diuraikan di atas, dalam amar putusan Mahkamah menyatakan.Dalam Eksepsi:Menyatakan eksepsi Turut Termohon tidak dapat diterima.Dalam Pokok Permohonan:A. Sebelum Menjatuhkan Putusan Akhir

• Memerintahkan Komisi Pemilihan Umum dan Komisi Pemilihan UmumKabupaten Minahasa untuk melakukan penghitungan ulang perolehan suara Partai-Partai peserta Pemilihan Umum Tahun 2009 di 2 TPS (TPS 1 dan 2) di Desa Kalawiran, Kecamatan Kakas; 3 TPS (TPS 1, 2 dan 3) di Desa Karor, Kecamatan Lembean Timur; 5 TPS (TPS 1, 2, 3, 4 dan 5) di Desa Kapataran, Kecamatan Lembean Timur; 4 TPS (TPS 1, 2, 3, dan 4) di Desa Eris, Kecamatan Eris; 2 TPS (TPS 1 dan 2) di Desa Pulutan, Kecamatan Romboken; 4 TPS (TPS 1, 2, 3, dan 4) di Desa Leleko, Kecamatan Remboken; dan 4 TPS (TPS 1, 2, 3, dan 4) di Desa Kolongan, Kecamatan Kombi dalam waktu selambat-lambatnya 60 hari sejak pengumuman putusan ini.

• MemerintahkankepadaKomisiPemilihanUmumdanKomisiPemilihanUmumKabupaten Minahasa untuk melaporkan hasil penghitungan suara ulang di 2 TPS (TPS 1 dan 2) di Desa Kalawiran, Kecamatan Kakas; 3 TPS (TPS 1, 2 dan 3) di Desa Karor, Kecamatan Lembean Timur; 5 TPS (TPS 1, 2, 3, 4 dan 5) di Desa Kapataran, Kecamatan Lembean Timur; 4 TPS (TPS 1, 2, 3, dan 4) di Desa Eris, Kecamatan Eris; 2 TPS (TPS 1 dan 2) di Desa Pulutan, Kecamatan Romboken; 4 TPS (TPS 1, 2, 3, dan 4) di Desa Leleko, Kecamatan Remboken; dan 4 TPS (TPS 1, 2, 3, dan 4) di Desa Kolongan, Kecamatan Kombi dalam tenggat waktu yang disebutkan di atas.

• Menyatakan berlakunya Keputusan KPUNomor 255/Kpts/KPU/TAHUN 2009tentang Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara Nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 sepanjang mengenai perolehan suara Partai-Partai Peserta Pemilu Tahun 2009 untuk Daerah Pemilihan Minahasa 3 Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Utara, ditangguhkan.

B. Mengabulkan permohonan Pemohon untuk sebagian:▪ Menyatakandalil-dalil Pemohon sepanjang:

○ diDaerahPemilihanKaro2;○ diDaerahPemilihanPesisirSelatan5;

235-614.indd 353 9/24/10 11:09:27 AM

Page 376: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

354 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

○ diDaerahPemilihanKotaMataram2;○ diDaerahPemilihanParigiMoutong3;○ diDaerahPemilihanMaros1.

adalah berdasar dan beralasan hukum. ▪ MenyatakanbatalKeputusanKPUNomor255/Kpts/KPU/TAHUN2009tentang

Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara Nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 sepanjang menyangkut Daerah Pemilihan Karo 2, Daerah Pemilihan Pesisir Selatan 5, Daerah Pemilihan Kota Mataram 2, Daerah Pemilihan Parigi Moutong 3 dan Daerah Pemilihan Maros 1.

▪ MenyatakanPenghitungan suara yangbenarmenurutMahkamahuntuk:- Daerah Pemilihan Karo 2, Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara Partai

Karya Peduli Bangsa (PKPB) sebanyak 1.217 + 74 = 1.291 suara;- Daerah Pemilihan Pesisir Selatan 5, Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi

Sumatera Barat Partai Golongan Karya (Golkar) sebanyak 6.809 – 27 = 6.782 suara;

- Daerah Pemilihan Kota Mataram 2, Kota Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat, Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB) sebanyak 1.647 + 3 = 1.650 dan Partai Nasional Banteng Kemerdekaan Indonesia (PNBKI) sebanyak 1.650 – 2 = 1.648 suara;

- Daerah Pemilihan Parigi Moutong 3, Kabupaten Parigi Moutong Provinsi Sulawesi Tengah, Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB) sebesar 1.273 + 203 = 1.476 suara dan Partai Pelopor sebanyak 1.819 – 420 = 1.399 suara;

- Daerah Pemilihan Maros 1, Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi Selatan Partai Demokrasi Pembaruan (PDP) sebanyak 1.942 – 2 = 1.940 suara.

▪ MemerintahkanKomisiPemilihanUmumdanKomisiPemilihanUmumKabupatenKaro, Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Minahasa, Kota Mataram, Kabupaten Parigi Moutong dan Kabupaten Maros untuk melaksanakan putusan ini.

C. Menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya terhadap:▪ DaerahPemilihan Jambi 1Provinsi Jambi;▪ DaerahPemilihanTapanuliSelatan3;▪ DaerahPemilihanLangkat 2KabupatenLangkat;▪ Daerah Pemilihan Pelalawan 1, Daerah Pemilihan Pelalawan 2, dan Daerah

Pemilihan 3 Kabupaten Pelalawan; ▪ DaerahPemilihanOganKomering Ilir 5KabupatenOganKomering Ilir;

235-614.indd 354 9/24/10 11:09:27 AM

Page 377: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

355Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

▪ DaerahPemilihanEmpat Lawang2KabupatenEmpat Lawang;▪ DaerahPemilihanLampungTengah5KabupatenLampungTengah;▪ DaerahPemilihanLampungBarat 1KabupatenLampungBarat;▪ DaerahPemilihanKotaBengkulu1KotaBengkulu;▪ DaerahPemilihanWayKanan2KabupatenWayKanan;▪ DaerahPemilihanBoyolali 4KabupatenBoyolali;▪ DaerahPemilihanBatang4KabupatenBatang;▪ DaerahPemilihanBatang5KabupatenBatang;▪ Daerah Pemilihan Probolinggo 1, Daerah Pemilihan Probolinggo 2, Daerah

Pemilihan Probolinggo 3, Daerah Pemilihan Probolinggo 4, Daerah Pemilihan Probolinggo 5, Daerah Pemilihan Probolinggo 6, Daerah Pemilihan Probolinggo 7, Kabupaten Probolinggo;

▪ DaerahPemilihanKotaManado5,KotaManado;▪ DaerahPemilihanLuwuUtara4KabupatenLuwu.Pada Putusan Akhir

• Menetapkanperolehansuarayangbenaruntukpartaipolitikpesertapemilihan umum anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Tahun 2009 di 2 TPS (TPS 1 dan TPS 2) di Desa Kalawiran, Kecamatan Kakas; 3 TPS (TPS 1, TPS 2, dan TPS 3) di Desa Karor, Kecamatan Lembean Timur; 5 TPS (TPS 1, TPS 2, TPS 3, TPS 4, dan TPS 5) di Desa Kapataran, Kecamatan Lembean Timur; 4 TPS (TPS 1, TPS 2, TPS 3, dan TPS 4) di Desa Eris, Kecamatan Eris; 2 TPS (TPS 1 dan TPS 2) di Desa Pulutan, Kecamatan Remboken; 4 TPS (TPS 1, TPS 2, TPS 3, dan TPS 4) di Desa Leleko, Kecamatan Remboken; dan 4 TPS (TPS 1, TPS 2, TPS 3, dan TPS 4) di Desa Kolongan, Kecamatan Kombi, Daerah Pemilihan Minahasa 3, Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Utara adalah sebagai berikut:○ TPS 1 dan TPS 2 Desa Kalawiran, Kecamatan Kakas;○ Hasil penghitungan ulang untuk Partai Karya Peduli Bangsa sejumlah 25 dan

Partai Pelopor sejumlah 23;○ TPS 1, TPS 2, dan TPS 3, di Desa Karor, Kecamatan Lembean Timur;○ Hasil penghitungan ulang untuk Partai Karya Peduli Bangsa sejumlah 26 dan

Partai Pelopor sejumlah 250;○ TPS 1, TPS 2, TPS 3, TPS 4 dan TPS 5 di Desa Kapataran, Kecamatan

Lembean Timur :○ Hasil penghitungan ulang untuk Partai Karya Peduli Bangsa sejumlah 4 dan

Partai Pelopor sejumlah 65;○ TPS 1, TPS 2, TPS 3, dan TPS 4 di Desa Eris, Kecamatan Eris:

235-614.indd 355 9/24/10 11:09:27 AM

Page 378: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

356 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

○ Hasil penghitungan ulang untuk Partai Karya Peduli Bangsa sejumlah 1 dan Partai Pelopor sejumlah 2;

○ TPS 1 dan TPS 2 di Desa Pulutan, Kecamatan Remboken; ○ Hasil penghitungan ulang untuk Partai Karya Peduli Bangsa sejumlah 31 dan

Partai Pelopor sejumlah 12;○ TPS 1, TPS 2, TPS 3 dan TPS 4 di Desa Leleko, Kecamatan Remboken; ○ Hasil penghitungan ulang untuk Partai Karya Peduli Bangsa sejumlah 8 dan

Partai Pelopor sejumlah 15;○ TPS 1, TPS 2, TPS 3 dan TPS 4 di Desa Kolongan, Kecamatan Kombi; ○ Hasil penghitungan ulang untuk Partai Karya Peduli Bangsa sejumlah 3 dan

Partai Pelopor sejumlah 30 .• Memerintahkan Komisi Pemilihan Umum dan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten

Minahasa untuk melaksanakan putusan ini.

235-614.indd 356 9/24/10 11:09:27 AM

Page 379: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

357Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 61/PHPU.C-VII/2009

TENTANG KEBERATAN PARTAI NASIONAL INDONESIA MARHAENISME TERHADAP

PENETAPAN HASIL PEMILU ANGGOTA DPRD PROVINSI DAN ANGGOTA DPRD KABUPATEN/KOTA

Pemohon : 1. Sukmawati Soekarnoputri; 2. Drs. Soenarko.Termohon : Komisi Pemilihan Umum.Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor

255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 di 5 daerah pemilihan (Dapil) yakni Dapil Kepulauan Riau 4, Dapil Rokan Hilir 5, Dapil Way Kanan 5, Dapil Jayapura Utara 2, dan Dapil Barito Timur 2.

Amar Putusan : Menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya.Tanggal Putusan : Rabu, 17 Juni 2009.Ikhtisar Putusan :

Pemohon (Sukmawati Soekarnoputri dan Drs. Soenarko) adalah Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal Partai Nasional Indonesia Marhaenisme, yang bertindak untuk dan atas nama Partai Nasional Indonesia Marhaenisme sebagai Peserta Pemilihan Umum (Pemilu) Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Tahun 2009 dengan Nomor Urut 15.

Terkait dengan kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, menurut Mahkamah, Pemohon mempunyai kedudukan hukum untuk mengajukan permohonan a quo, karena Pemohon adalah Parpol peserta pemilihan umum Nomor Urut 8 berdasarkan Keputusan KPU Nomor 149/SK/KPU/TAHUN 2008 tanggal 9 Juli 2008 tentang Penetapan dan Pengundian Nomor Urut Partai Politik Peserta Pemilihan Umum Tahun 2009.

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

235-614.indd 357 9/24/10 11:09:27 AM

Page 380: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

358 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Mengenai kewenangan Mahkamah, berdasarkan ketentuan Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi juncto Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman bahwa salah satu kewenangan konstitusional Mahkamah adalah memutus perselisihan tentang hasil Pemilu. Oleh karena permohonan Pemohon adalah sengketa penetapan hasil Pemilu yang dilakukan secara nasional oleh KPU yang mempengaruhi perolehan kursi partai politik peserta Pemilu, maka Mahkamah berwenang memeriksa, mengadili dan memutus permohonan Pemohon.

Terkait dengan tenggang waktu pengajuan permohonan, Keputusan KPU 255/2009 diumumkan pada tanggal 9 Mei 2009 pukul 23.50 WIB, sedangkan permohonan Pemohon diajukan ke Mahkamah pada hari Selasa tanggal 12 Mei 2009 pukul 20.10 WIB berdasarkan Akta Penerimaan Berkas Permohonan Nomor 143/PAN.MK/V/2009 yang kemudian diregistrasi pada hari Rabu tanggal 13 Mei 2009 pukul 23.30 WIB dengan Nomor 61/PHPU.C-VII/2009. Selain itu berdasarkan Pasal 74 ayat (3) UU MK juncto Pasal 259 ayat (2) UU 10/2008, dan Pasal 6 ayat (1) PMK 16/2009 menentukan, permohonan hanya dapat diajukan dalam jangka waktu paling lambat 3 X 24 (tiga kali dua puluh empat) jam sejak KPU mengumumkan penetapan hasil Pemilu secara nasional, sehingga pengajuan permohonan Pemohon masih dalam tenggang waktu yang ditentukan. Berdasarkan penilaian fakta hukum di atas, Mahkamah berpendapat bahwa permohonan Pemohon memenuhi persyaratan dan masih dalam tenggang waktu sebagaimana ditentukan dalam Pasal 74 ayat (3) UU MK dan Pasal 6 ayat (1) PMK 16/2009

Pemohon berkeberatan terhadap penetapan hasil Pemilu yang dilakukan secara nasional oleh KPU (Termohon) berdasarkan Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 bertanggal 9 Mei 2009 (Keputusan KPU 255/2009), untuk daerah pemilihan (Dapil) sebagai berikut.

Berkenaan dengan dalil permohonan Pemohon tersebut dan setelah membandingkan bukti surat Pemohon dan Turut Termohon serta keterangan saksi-saksi, Mahkamah berpendapat sebagai berikut.1. Dapil Kepulauan Riau 4 (Kota Batam) Pemohon mendalilkan perolehan suara Partai Nasional Indonesia Marhaenisme/PNI

Marhaenisme (Pemohon) yang ditetapkan oleh Termohon dalam Pemilu Anggota DPRD Provinsi untuk Dapil Kepulauan Riau 4 (Kota Batam) sebesar 5.894 suara sedangkan menurut Pemohon sebesar 5.908 suara. Sementara itu, di sisi lain, menurut Termohon, perolehan suara Partai Perjuangan Indonesia Baru/PPIB (Pihak Terkait I) adalah sebesar 5.940 suara sedangkan menurut Pemohon sebesar 5.855 suara.

235-614.indd 358 9/24/10 11:09:27 AM

Page 381: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

359Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

Dengan didasarkan pada bukti-bukti Pemohon yang diajukan di persidangan, Mahkamah berpendapat bahwa surat-surat bukti tersebut tidak sah karena tidak terpenuhinya kualifikasi sebagai alat bukti.

Dengan demikian, Mahkamah menilai bahwa Pemohon tidak berhasil membuktikan dalil-dalilnya, maka permohonan harus ditolak.

2. Dapil Rokan Hilir 5 Pemohon mendalilkan telah terjadi penambahan suara untuk Partai Bintang Reformasi

(PBR) sebanyak 18 suara yang didasarkan pada Bukti P-3 sampai dengan Bukti P-5.

Dalam pembuktian diperoleh hasil bahwa terjadinya penambahan 18 suara pada ketiga TPS tersebut dan dalil itu memang sesuai dengan Bukti P-3 sampai dengan Bukti P-5 perolehan suara PBR berjumlah 5 suara sedangkan pada bukti Turut Termohon II tertulis perolehan suara pada ketiga TPS tersebut berjumlah 23 suara (Bukti TT-1 sampai dengan Bukti TT-3). Akan tetapi, sesuai jawaban Turut Termohon II bahwa di TPS-TPS tersebut terdapat banyak kekeliruan dan kesalahan penjumlahan suara sehingga atas kesepakatan saksi-saksi partai politik, melalui persetujuan KPU Kabupaten Rokan Hilir dan Panwaslu Kecamatan, kemudian dilakukan pembukaan kotak suara dari TPS-TPS tersebut dan dilakukan penghitungan ulang yang hasilnya disepakati tanpa keberatan.

Mahkamah menilai bahwa dalil Pemohon tidak terbukti sehingga harus ditolak.3. Dapil Way Kanan 3 Pemohon mendalilkan terdapat penambahan suara untuk Pihak Terkait II (PNBKI)

sebanyak 4 suara di TPS 3 Desa Bhakti Negara Kecamatan Pakuan ratu yang didasarkan pada Bukti P-14 dan Bukti P-15 Model C-1 DPRD kabupaten/Kota.

Turut Termohon III (KPU Kabupaten Way Kanan) menerangkan bahwa tidak ada perbedaan perolehan suara di tingkat kecamatan dengan kabupaten yang didasarkan bukti tertulis dan dikuatkan dengan saksi Raden Mas Akhlad yang pada pokoknya menerangkan bahwa di TPS 3 Desa Bhakti Negara, Pihak Terkait III (PNBKI) memperoleh 8 suara (Partai 4 suara dan Caleg 4 suara) sedangkan Pemohon tidak mendapatkan suara.

Berdasarkan bukti Model DA-B yang diajukan Pemohon, Mahkamah menilai bukti tersebut tidak sah dan tidak meyakinkan oleh karena selain tidak ditandatangani oleh Anggota PPK dan saksi-saksi juga tulisan jumlah angkanya telah diubah dan jumlah yang tertulis 8 berbeda dengan perolehan suara partai sebanyak 4 suara ditambah perolehan Caleg Nomor Urut 1 atas nama Sofyan tertulis 4 suara dan Caleg Nomor Urut 2 atas nama Siti Musyarofah tertulis 4 suara, sehingga seharusnya berjumlah 12 suara bukan 8 suara.

Berdasarkan pertimbangan di atas, Mahkamah menilai bahwa dalil Pemohon tidak terbukti sehingga harus ditolak.

235-614.indd 359 9/24/10 11:09:27 AM

Page 382: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

360 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

4. Dapil Kota Jayapura 2 Pemohon mendalilkan adanya penggelembungan perolehan suara untuk Pihak terkait

III (PBR) sebanyak 330 suara dan Pihak Terkait IV PDI-P) sebanyak 74 suara. Terhadap dalil Pemohon yang menyatakan bahwa ada penggelembungan perolehan

suara untuk Pihak Terkait III (PBR) sebanyak 330 suara dan Pihak Terkait IV (PDI-P) sebanyak 74 suara, Turut Termohon IV (KPU Kota Jayapura) mengemukakan bahwa karena ada keberatan dari partai politik PAN, PDI-P dan PBR terhadap hasil rekapitulasi di tingkat kecamatan yang belum memasukkan perolehan suara di Kelurahan Lmbi dan Kampung Kayu Batu dan setelah mendapatkan rekomendasi dari Panwaslu Kota Jayapura, maka Turut Termohon IV memerintahkan kepada PPD Dapil Kota Jayapura 2 untuk melakukan penghitungan kembali hasil perolehan ketiga partai politik tersebut.

Mahkamah menilai bahwa dalil Pemohon tidak terbukti sehingga harus ditolak.5. Dapil Barito Timur 2 Pemohon mendalilkan bahwa terdapat kesalahan Turut Termohon V (KPU Kabupaten

Barito Timur) yang memasukkan perolehan suara Pemohon ke perolehan suara Partai Pekerja dan Pengusaha Indonesia (PPPI) sebanyak 207 suara. Turut Termohon V menyatakan bahwa dalil Pemohon tidak berdasar dan tidak beralasan, karena tidak terdapat pengurangan jumlah suara Pemohon atas nama Caleg R. Muliani (Nomor Urut 1) yang dialihkan ke PPPI.

Mahkamah menilai bahwa dari bukti-bukti yang diajukan Pemohon, ternyata perolehan suara yang tertera hanyalah perolehan suara Pemohon sebanyak 106 suara tanpa ada data perolehan suara PPPI. Berdasarkan bukti perolehan suara PPPI hanya berjumlah 135 suara sehingga dalil Pemohon yang menyatakan ada peralihan suara Pemohon dari Caleg Nomor Urut 1 atas nama R. Muliani sebanyak 207 suara, yang oleh Pemohon didalilkan berdasarkan bukti Surat Pernyataan/Pengakuan yang dibuat oleh Binaria H. Ngurun dan R. Muliani, ternyata tidak logis karena seandainya ada peralihan suara Pemohon sebanyak 207 suara tentulah perolehan suara PPPI tidak hanya 135 suara, tetapi minimal 207 suara. Selain itu, Bukti P-7 yang merupakan Surat Pernyataan/Pengakuan yang dibuat oleh Binaria H. Ngurun dan R. Muliani adalah akte di bawah tangan dan pada lampirannya PPPI yang sebenarnya Nomor Urut 3 tertulis di Nomor Urut 15 sehingga tidak dapat dinilai sebagai bukti yang sah. Berdasarkan seluruh penilaian fakta hukum di atas, Mahkamah dalam amar

putusannya menyatakan.Dalam Eksepsi: Eksepsi Termohon tidak dapat diterima.Dalam Pokok Perkara: Menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya.

235-614.indd 360 9/24/10 11:09:27 AM

Page 383: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

361Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 63/PHPU.C-VII/2009

TENTANGKEBERATAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA TERHADAP PENETAPAN HASIL

PEMILU ANGGOTA DPR, ANGGOTA DPRD PROVINSI, DAN ANGGOTA DPRD KABUPATEN/KOTA

Pemohon : 1. Tifatul Sembiring; 2. Muhammad Anis Matta.Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi

dan Anggota DPRD Kabupaten/Kota. Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum

Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daera, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara Nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 untuk Daerah Pemilihan Kabupaten Banyuwangi 1, Kabupaten Humbang Hasundutan 1, Kabupaten Rokan Hilir 2, Kabupaten Tulang Bawang 6, Pohuwato 1, Kabupaten Pidie 2; Kabupaten Luwu 2; Kabupaten Luwu 4; Kabupaten Luwu utara 1; Kota Bogor 2.

Amar Putusan : Mengabulkan permohonan Pemohon sebagian dan menolak permohonan untuk selebihnya.

Tanggal Putusan : Selasa, 23 Juni 2009Ikhtisar Putusan :

Pemohon Tifatul Sembiring dan Muhammad Anis Matta adalah Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal Partai Keadilan Sejahtera bertindak untuk dan atas nama Partai Keadilan Sejahtera berdasarkan Keputusan KPU Nomor 149/SK/KPU/TAHUN 2008 tentang Penetapan dan Pengundian Nomor Urut Partai Politik Peserta Pemilihan Umum Tahun 2009, maka Pemohon adalah partai politik Peserta Pemilu Tahun 2009.

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

235-614.indd 361 9/24/10 11:09:27 AM

Page 384: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

362 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Terkait dengan kewenangan Mahkamah, menurut Mahkamah permohonan Pemohon adalah sengketa penetapan hasil pemilihan umum yang dilakukan secara nasional oleh KPU yang mempengaruhi perolehan kursi partai politik peserta pemilihan umum sehingga berdasarkan ketentuan Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi juncto Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, sehingga Mahkamah Konstitusi berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan a quo.

Terkait dengan kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, menurut Mahkamah, Pemohon mempunyai kedudukan hukum untuk mengajukan permohonan a quo, karena Pemohon adalah Parpol peserta pemilihan umum Nomor Urut 8 berdasarkan Keputusan KPU Nomor 149/SK/KPU/TAHUN 2008 tanggal 9 Juli 2008 tentang Penetapan dan Pengundian Nomor Urut Partai Politik Peserta Pemilihan Umum Tahun 2009.

Terkait dengan tenggang waktu pengajuan permohonan, menurut Mahkamah, permohonan Pemohon diajukan ke Mahkamah tanggal 12 Mei 2009 jam 22.00 WIB, yang diregistrasi pada tanggal 13 Mei 2009 jam 23.05 WIB dengan Nomor 59/PHPU.C-VII/2009 sedangkanTermohon (KPU) menetapkan hasil pemilihan umum Tahun 2009 secara nasional dengan Keputusan Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN 2009 tanggal 09 Mei 2009, jam 23.50 WIB, sehingga permohonan Pemohon masih dalam tenggang waktu sebagaimana ketentuan Pasal 74 ayat (3) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi, Pasal 6 ayat (1) Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD karena diajukan masih dalam jangka waktu paling lambat 3 x 24 jam sejak KPU mengumumkan penetapan perolehan suara hasil Pemilu secara nasional.

Pemohon mengajukan permohonan di 25 Dapil sebagai berikut.1. Dapil DKI Jakarta 2 Pemohon mendalilkan perolehan suara luar negeri Partai Golkar sebanyak 55.954

suara dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sebanyak 21. 754 suara adalah keliru, karena yang benar adalah untuk Partai Golkar adalah 67. 051 dan PPP memperoleh 8.241 suara.

Terhadap dalil permohonan tersebut Mahkamah mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut.• Berdasarkan Bukti surat P-3.1 sampai dengan Bukti P-3.59 yang diperoleh

Pemohon dengan mengunduh di internet bukanlah bukti yang sah, karena angka-angka yang tertulis di dalamnya bukan merupakan angka yang berasal dari formulir yang sah yang ditandatangani oleh penyelenggara dan saksi-saksi.

• Mengenai saksi-saksi Pemohon yakni Ade Suherman yang menurutketerangannya mendapat data adanya perbedaan perolehan suara dari temannya

235-614.indd 362 9/24/10 11:09:27 AM

Page 385: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

363Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

yakni berupa formulir yang tidak ditandatangani, tidak dapat menjadi bukti yang sah karena formulir tersebut selain hanya diperoleh dari temannya, terutama karena formulir tersebut tidak ditandatangani.

• Berdasarkandatainformasiyangtidaksahtersebutkemudiansaksimengajukankeberatan dengan mengisi formulir keberatan.

Dari fakta dan hukum tersebut di atas, Mahkamah berpendapat bahwa Pemohon tidak berhasil membuktikan dalilnya, sehingga harus ditolak.

2. Dapil Papua Pemohon mendalilkan perolehan suara yang ditetapkan Termohon sejumlah 40.241

suara adalah keliru karena Termohon belum memasukkan suara Pemohon yang berasal dari tiga kabupaten, yaitu: Kabupaten Paniai, Kabupaten Lanny Jaya, dan Kabupaten Yahukimo.

Atas dalil permohonan tersebut diatas, Mahkamah berpendapat sebagai berikut.• BerdasarkanBuktiP-2terkaitdenganKabupatenPaniai,DistrikHomeyo,tidak

utuh dan lengkap, hanya mengajukan Lampiran Model DA-1 DPR.• BuktiP-3danP-4yangmasing-masingterkaitdenganKabupatenLannyJaya,

Distrik Kuyawage dan Distrik Gamelia, bukan merupakan formulir resmi yang diterbitkan oleh KPU, dan hanya ditandatangani oleh Ketua PPD, Sekretaris PPD, dan Anggota PPD, tanpa ditandatangani oleh saksi-saksi resmi partai politik peserta Pemilu, sehingga tidak dinilai sebagai bukti yang sah.

• Bukti P-5, P-6, P-7, dan P-8 yangmasing-masing terkait dengan KabupatenYahukimo, Distrik Korupun, Distrik Puldama, Distrik Nalca, dan Distrik Kono, keempat bukti tersebut bukan merupakan formulir resmi yang diterbitkan oleh KPU, dan hanya ditandatangani oleh Ketua PPD, Sekretaris PPD, dan Anggota PPD, tanpa ditandatangani oleh saksi-saksi resmi partai politik peserta Pemilu, sehingga tidak dinilai sebagai bukti yang sah.

• SaksiyangdiajukanolehPemohon terkaitdenganperolehansuaraPemohondi Papua tidak meyakinkan sebab hanya merupakan penegasan klise dari dalil-dalil Pemohon, sehingga terkesan didikte sebelumnya.

Dari fakta dan hukum tersebut di atas, Mahkamah menilai, Pemohon tidak berhasil membuktikan dalil-dalilnya, sehingga permohonan Pemohon harus ditolak.

2. Dapil Papua 4 Pemohon mendalilkan perolehan suara DPRD Provinsi Dapil Papua 4 yang ditetapkan

Termohon sejumlah 2.106 adalah keliru, yang benar adalah 4.104 suara. Terhadap dalil permohonan tersebut di atas, Mahkamah berpendapat sebagai

berikut• BuktiP-1(formulirModelDCDPRDProvinsidanLampiranModelDC-1DPRD

Provinsi) meskipun ditandatangani lengkap oleh Ketua dan Anggota KPU

235-614.indd 363 9/24/10 11:09:27 AM

Page 386: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

364 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Provinsi Papua serta beberapa saksi resmi partai politik, tetapi bukti tersebut tidak bernomor dan tidak bertanggal sehingga tidak dapat dinilai sebagai bukti yang sah.

• BuktiP-2danBuktiP-3yangmasing-masingterkaitdenganKabupatenLannyJaya, Distrik Kuyuwage dan Distrik Gamelia, kedua bukti tersebut bukan merupakan formulir resmi yang diterbitkan oleh KPU, dan hanya ditandatangani oleh Ketua PPD, Sekretaris PPD, dan Anggota PPD, tanpa ditandatangani oleh saksi-saksi resmi partai politik peserta Pemilu, sehingga tidak dapat dinilai sebagai bukti yang sah.

• SaksiyangdiajukanolehPemohon terkaitdenganperolehansuaraPemohondi Dapil Kabupaten Lanny Jaya, Distrik Kuyuwage dan Distrik Gamelia hanya merupakan pengulangan dari dalil-dalil Pemohon, terkesan saksi yang telah didikte sebelumnya, sehingga kesaksiannya tidak meyakinkan.

Berdasarkan pertimbangan di atas, Mahkamah berkesimpulan, bahwa permohonan Pemohon tidak didukung oleh bukti yang sah dan meyakinkan, sehingga dalil Pemohon tersebut tidak beralasan hukum, oleh karena itu harus ditolak.

4. Dapil Papua V Pemohon mendalilkan perolehan suara untuk DPRD Provinsi Dapil V Papua yang

ditetapkan Termohon sejumlah 8.618 suara adalah keliru dan yang benar adalah 14.618 suara.

Dari bukti-bukti tertulis dan keterangan yang terungkap dipersidangan didapati fakta-fakta sebagai berikut.a. Bukti P-1 berupa Model DC/DC-1 DPRD Provinsi yang ditandatangani oleh

Ketua dan Anggota KPU Provinsi serta beberapa saksi partai politik, perolehan suara Pemohon tertulis 0 (nol).

b. Dalam Bukti P-2 berupa Model DA/DA-1 DPRD Provinsi hanya ditandatangani oleh “Ketua” dan 1 (satu) orang Anggota, tetapi di Lampiran Model DA-1 DPRD Provinsi hanya ditandatangani oleh “Ketua”, dan kedua tanda tangan “Ketua” tersebut berbeda antara yang satu dengan lainnya, yakni:- dalam Formulir Model DA-1 DPRD Provinsi Daftar Pemilih Tetap (DPT)

dan yang menggunakan hak pilihnya pada jumlah akhir tertulis laki-laki sejumlah 3.766 dan untuk perempuan 3.734, sehingga total jumlah menjadi 7.500, sedangkan pada kolom sebelumnya tidak terperinci jumlah laki dan perempuan di setiap desa;

- dalam Formulir Lampiran Model DA-1 DPRD Provinsi terdapat paraf saksi Pemohon (Nomor 8), sedangkan pada Formulir Model DA DPRD Provinsi tidak terdapat tanda tangan atau paraf dari semua saksi partai politik, termasuk saksi Pemohon;

235-614.indd 364 9/24/10 11:09:27 AM

Page 387: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

365Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

- dalam Bukti P-3 berupa KTP dari Alberd Wamuni, S.Sos., terlihat dengan jelas tanda tangan Alberd Wamuni, S.Sos., di dalam KTP tersebut berbeda dengan yang termuat dalam Formulir Model DA DPRD Provinsi halaman 2 dan Formulir Model DA-1 DPRD Provinsi.

Sebaliknya dari penilaian bukti-bukti Pemohon, Turut Termohon mengajukan:- Formulir Model DB DPRD Provinsi (Bukti TT-1) yang ditandatangani lengkap

oleh Ketua, Anggota, dan dua orang saksi partai politik, begitu pula dalam Formulir Lampiran Model DB-1 DPRD Provinsi (Bukti TT-2), yang ditandatangani lengkap oleh Ketua dan Anggota, suara Pemohon untuk Kabupaten Paniai adalah sama 0 (nol);

- bahwa dalam Formulir DB-2 (Bukti TT-3), terdapat dua orang saksi partai politik yang menuliskan keberatan terkait dengan rekapitulasi di KPU Kabupaten Paniai, yaitu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Partai Peduli Rakyat Nasional, sedangkan saksi Pemohon tidak mengajukan keberatan.

Berdasarkan fakta hukum tersebut di atas, Mahkamah menilai dalil Pemohon tidak didukung oleh bukti yang sah dan meyakinkan, sehingga permohonan Pemohon harus ditolak.

5. Dapil Kepulauan Riau 4 Pemohon pada persidangan tanggal 3 Juni 2009 telah menyatakan menarik atau

mencabut permohonannya, oleh karena Pemohon telah mencabut permohonannya, maka permohonan Pemohon sepanjang Dapil a quo tidak perlu dipertimbangkan lebih lanjut.

6. Dapil Nanggroe Aceh Darussalam 4 Pemohon mendalilkan perolehan suara Pemohon di Kabupaten Bener Meriah

yang oleh Termohon ditetapkan sebanyak 3.975 adalah keliru, karena sebenarnya perolehan suara Pemohon hanya 2.656 suara.

Pasal 75 huruf a UU MK berbunyi “Dalam permohonan yang diajukan, Pemohon wajib menguraikan dengan jelas tentang kesalahan hasil penghitungan suara yang diumumkan oleh Komisi Pemilihan Umum dan hasil penghitungan yang benar menurut Pemohon”. Mahkamah menilai permohonan Pemohon tidak memenuhi ketentuan di atas, oleh karena Pemohon hanya mengemukakan kesalahan prosedur yang oleh Pemohon didalilkan dilakukan oleh Termohon, yaitu rekapitulasi dilakukan secara tertutup, atau tanpa diketahui oleh saksi dari Pemohon maupun dari saksi partai lain, atau tidak melakukan rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara, tidak mengumumkan rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara, tidak menyerahkan beritaacaradansertifikathasilpenghitunganperolehansuarakepadasaksiPemohon,beritaacaradansertifikathasilpenghitunganperolehansuaratidakditandatanganioleh satu saksi pun, sehingga permohonan Pemohon menyangkut hal yang tidak menjadi kewenangan Mahkamah dan oleh karena itu permohonan Pemohon harus dinyatakan tidak dapat diterima.

235-614.indd 365 9/24/10 11:09:27 AM

Page 388: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

366 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

7. Dapil Nanggroe Aceh Darussalam 7 Pemohon mendalilkan perolehan suara Pemohon di Kabupaten Aceh Tenggara yang

oleh Termohon ditetapkan sebanyak 3.331 adalah keliru, karena yang sebenarnya perolehan suara pemohon sebanyak 3.431 suara. Untuk membuktikan dalilnya Pemohon mengajukan Bukti P-1 sampai dengan Bukti P-31.

Atas permohonan dan bukti Pemohon, menurut penilaian Mahkamah tidak dapat dijadikan sebagai bukti yang sah, oleh karena Bukti P-4.4, P-4.11, P-4.13, P-4.17, P-5.2, P-5.6, P-6.7, P-6.18, P-7.2, P-7.7, P-8.3, P-8.5, P-9.21, P-9.23, P-10.2, dan P-10.3 sama sekali tidak ditandatangani oleh seluruh KPPS dan seluruh saksi partai politik. Selain itu, Bukti P-4.8 tanda tangan dari seluruh KPPS mirip satu sama lain.

Dengan demikian dari pertimbangan di atas, Mahkamah menilai Pemohon tidak berhasil membuktikan dalilnya, sehingga permohonan Pemohon harus ditolak.

8. Dapil Kabupaten Mamuju 4 Pemohon mendalilkan adanya penggelembungan suara untuk Partai Hanura, PKPB,

PPPI, Partai Gerindra, PKPI, PKS, PAN, Partai Kedaulatan, PPI, PDK, Partai Demokrat, dan Partai Buruh. Di lain pihak terjadi pengurangan perolehan suara pada Partai Barnas, PPIB, PPD, PKB, PDP, PBB, PDI-P, PBR, PKDI, PIS, dan PKNU.

Terhadap eksepsi Termohon, Mahkamah menilai tidak beralasan oleh karena kesalahan penghitungan suara tidak semata-mata harus dibuktikan dengan terjadinya tindak pidana melainkan juga karena sebab lain misalnya, kekeliruan dalam menuliskan angka perolehan suara, oleh karena itu eksepsi Termohon harus dikesampingkan.

Terlepas dari eksepsi tersebut, Mahkamah menilai permohonan Pemohon tidak jelas oleh karena tidak memerinci di TPS mana atau di desa mana penambahan perolehan suara partai politik-partai politik yang bertambah perolehan suaranya dan di TPS atau di desa mana pengurangan perolehan suara partai politik-partai politik yang didalilkan berkurang perolehan suaranya.

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka permohonan Pemohon harus dinyatakan tidak dapat diterima.

9. Dapil Kepulauan Selayar 1-6 Pemohon mendalilkan akibat dari surat Turut Termohon XI, Pemohon tidak

memperoleh hasil rekapitulasi penghitungan suara di Dapil Kepulauan Selayar 1-6. Mahkamah berpendapat bahwa petitum Pemohon yang memohon penghitungan

suara ulang tidak didukung oleh bukti-bukti yang diajukan karena bukti-bukti tersebut sama sekali tidak menyebutkan kesalahan perolehan angka sehingga permohonan Pemohon tidak beralasan, karenanya harus dinyatakan ditolak.

10. Dapil Bengkayang 3 Pemohon mendalilkan adanya penggelembungan suara pada PDS sebanyak 50

suara di tujuh TPS Desa Bange.

235-614.indd 366 9/24/10 11:09:27 AM

Page 389: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

367Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

Berdasarkan hasil pembuktian di persidangan Mahkamah berpendapat memang telah terbukti perolehan suara PDS bertambah sebanyak 2 suara di TPS 3 Desa Bange dan bertambah sebanyak 48 suara di TPS 6, Desa Bange, sedangkan suara Pemohon berkurang 6 suara di TPS 2 Desa Sampean.

Berdasarkan seluruh penilaian dan fakta hukum di atas, Mahkamah menilai permohonan Pemohon terbukti dan beralasan hukum, oleh karena itu harus dikabulkan.

11. Dapil Pasaman Barat 2 Pemohon mendalilkan bahwa di Dapil Kabupaten Pasaman Barat 2 saksi-saksi

partai politik termasuk saksi Pemohon tidak mendapatkan rekapitulasi penghitungan suara di semua TPS se Kecamatan Kinali sehingga saksi Parpol peserta Pemilu di Kecamatan Kinali tidak mempunyai data yang sah sebagai data pembanding mengenai perolehan suara tiap partai.

Termohon mengajukan eksepsi yang pada pokoknya terkait dua hal, yaitu:a. permohonan Pemohon kabur (obscuur libel).b. permohonan Pemohon salah objek (error in objecto).

Terhadap eksepsi Termohon bahwa permohonan kabur (obscuur libel), Mahkamah berpendapat, setelah Mahkamah membaca dengan saksama permohonan Pemohon, ternyata tidak cukup jelas dan tegas berapa perolehan suara yang benar menurut Pemohon, karena Pemohon hanya menyebutkan perolehan suara yang ditetapkan oleh Termohon sejumlah 1.455 adalah keliru, namun tidak menjelaskan secara rinci di TPS mana atau di desa mana atau Kecamatan mana terdapat kesalahan yang didalilkan, padahal, berdasarkan Pasal 75 UU MK, “Pemohon wajib menguraikan dengan jelas tentang kesalahan hasil penghitungan suara yang diumumkan oleh Komisi Pemilihan Umum dan hasil penghitungan yang benar menurut Pemohon dan permintaan untuk membatalkan hasil penghitungan suara yang diumumkan oleh Komisi Pemilihan Umum dan menetapkan hasil penghitungan suara yang benar menurut Pemohon”.

Mahkamah menilai eksepsi Termohon harus dikabulkan, oleh karenanya permohonan Pemohon harus dinyatakan tidak dapat diterima.

12. Dapil Tulungagung 1 Pemohon mendalilkan adanya pengurangan sebanyak 64 suara di tiga kecamatan

pada Dapil Tulungagung 1. Mahkamah menilai bukti-bukti Pemohon tersebut tidak dapat dijadikan sebagai bukti

yang sah, oleh karena Bukti P-3.b.10, P-3b.12, P-3.D3, P-3.D.5, P-3.F.2, P-3.F.4, P-3.H.3, P-3.Y.7, P-3.Z5, sama sekali tidak ditandatangani oleh seluruh KPPS dan seluruh saksi partai politik. Selain itu, Bukti P-3.CC.8, P-3.CC.9, P-3.DD.10 tanda tangan dari seluruh KPPS mirip satu sama lain, sehingga kebenarannya meragukan.

235-614.indd 367 9/24/10 11:09:27 AM

Page 390: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

368 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Berdasarkan pertimbangan di atas, Mahkamah menilai Pemohon tidak berhasil membuktikan dalilnya, sehingga permohonan Pemohon harus ditolak.

13. Dapil Tulungagung 2 Pemohon mendalilkan adanya pengurangan suara sebanyak 72 suara di tiga

kecamatan pada Dapil Tulungagung 2. Terhadap dalil Pemohon yang di dukung oleh Bukti P-1 sampai dengan P-3. Bukti

P-3b sampai dengan P-3m berupa Model C1. Mahkamah menilai, Bukti P-3.b, P-3.c, P-3.d, P-3.f, P-3.g, P-3.i, dan P-3.l tidak dapat dijadikan sebagai bukti yang sah, oleh karena pada Bukti P-3.b terdapat tanda tangan yang berbeda antara yang tertera dalam Formulir Model C DPRD Kabupaten/Kota dan yang tertera Formulir Model C1 DPRD Kabupaten/Kota. Bukti P-3.c, dan Bukti P-3.f Formulir Model C tidak diajukan, yang diajukan hanya Formulir Model C1. Bukti P-3.g dalam Formulir Model C ditandatangani oleh semua KPPS tetapi di dalam Formulir Model C1 seluruh KPPS tidak tanda tangan. Bukti P-3.i Formulir Model C seluruh KPPS dan saksi-saksi tidak tanda tangan tetapi dalam Formulir Model C1 ada tanda tangan saksi Pemohon tanpa tanda tangan yang lain; Dalam Bukti P-3.l Ketua KPPS tidak bertanda tangan dalam Formulir Model C tetapi di dalam Formulir Model C1 ada tanda tangannya. Dalam Bukti P-3.l Anggota KPPS ketiga di dalam Formulir Model C tidak bertanda tangan tetapi di dalam Formulir Model C1 bertanda tangan.

Berdasarkan pertimbangan di atas, Mahkamah menilai Pemohon tidak berhasil membuktikan dalilnya, sehingga permohonan Pemohon harus ditolak.

14. Dapil Jombang 6 Pemohon mendalilkan adanya selisih suara sebanyak 369 suara dan adanya

penggelembungan suara pada PKPB sebanyak 16 suara. Terhadap dalil Pemohon yang di dukung Bukti P-1, P-2a, P-2b, P-3a s.d P-3d, dan

P-4, dan tiga orang saksi yaitu Hanan Mahbub, Yuswanto, dan Ngudi; Mahkamah menilai, Bukti P-3a.01, P-3a.02, P-3b.01, P-3b.03, P-3c.01, P-3d.01, P-3d.02 tidak dapat dijadikan bukti yang sah, oleh karena tanda tangan KPPS yang tertera di dalam Model C sangat berbeda dengan tanda tangan KPPS dalam Model C1.

Adapun Bukti P-4 hanyalah laporan keberatan dari saksi Pemohon yang tidak bersangkut paut dengan angka perolehan suara.

Berdasarkan pertimbangan di atas, Mahkamah menilai Pemohon tidak berhasil membuktikan dalilnya, sehingga permohonan Pemohon harus ditolak.

15. Dapil Banyuwangi 1 Pemohon mendalilkan adanya pengurangan suara pada PKS sebanyak 10 suara

dan adanya penambahan suara pada Partai Hanura sebanyak 6 suara. Mahkamah menilai bukti Pemohon Model DA-A dan DA-B, Model DB dan DB-1

serta 3 orang saksi yakni Herry Setyawan, Ahmad Sayyidi, dan Faisol Azis tidak dapat dijadikan sebagai bukti yang sah oleh karena Bukti P-2a/Model DA-1 DPRD

235-614.indd 368 9/24/10 11:09:27 AM

Page 391: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

369Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

Kabupaten/Kota sama sekali tidak ditandatangani oleh PPK dan saksi-saksi partai politik, Bukti P-3c.05 dan Bukti P-3c.07 berupa Formulir Model C ditandatangani oleh semua KPPS dan beberapa saksi, tetapi Formulir Model C-1 hanya ditandatangani oleh Anggota KPPS Nomor 5, Bukti P-3a.02 dan Bukti P-3a.03 pada Model C KPPS dan saksi-saksi bertandatangan, tetapi dalam Model C-1 KPPS tidak bertandatangan, hanya beberapa saksi. Selain itu, terdapat banyak coretan dan perubahan angka tanpa paraf, Bukti P-3b.04 dan Bukti P-3b.09 berupa Formulir C semua KPPS tandatangan, tetapi pada Formulir Model C-1 semua KPPS tidak tandatangan, hanya beberapa saksi dan ada penebalan penulisan angka, Bukti P-2c dan P-2d (Bukti Tambahan) berupa Model DA-A dan Model DA-B baik PPK maupun saksi-saksi semua tidak tanda tangan. Adapun Bukti P-4, P-5, dan P-6 hanya merupakan surat pernyataan, isinya tidak menyebutkan perolehan suara.

Mahkamah menilai Pemohon tidak berhasil membuktikan dalilnya, sehingga permohonan Pemohon harus ditolak.

16. Dapil Humbang Hasundutan 1 Pemohon mendalilkan adanya penambahan suara pada Partai Hanura sebanyak

20 suara yang terjadi di Kelurahan Pasar Doloksanggul. Terhadap dalil Pemohon yang di dukung oleh Bukti P-1 sampai dengan Bukti P-11,

di mana dalam Bukti P-2d/Model DA-B di TPS ... (tidak tertulis) di Kelurahan Pasar Doloksanggul tercatat Partai Hanura memperoleh 43 suara. Meskipun Bukti P-2d tersebut tidak ditandatangani oleh seluruh anggota PPK dan saksi partai politik, akan tetapi dalam Bukti T.T-3/Model DA-B di TPS 3 Kelurahan Pasar Doloksanggul Partai Hanura tercatat memperoleh 43 suara dan Bukti T.T-3 tersebut ditandatangani oleh empat orang anggota PPK dan beberapa orang saksi.

Dalam Bukti P-2f/Model DA-B di TPS 1 Desa Sampean Partai Hanura memperoleh 21 suara. Meskipun Bukti P-2f tersebut tidak ditandatangani oleh seluruh anggota PPK dan saksi partai politik, akan tetapi dalam Bukti T.T-4/Model DA-B di TPS 1 Desa Sampean Partai Hanura tercatat memperoleh 21 suara dan Bukti T.T-4 tersebut ditandatangani oleh empat orang anggota PPK dan beberapa orang saksi partai politik.

Perolehan suara Partai Hanura sebagaimana yang dipertimbangkan di atas, itu sejalan dengan jawaban Turut Termohon pada alinea terakhir jawabannya yang menerangkan bahwa di Kelurahan Pasar Doloksanggul Partai Hanura hanya memperoleh 33 suara dan bukan 43 suara dan di Desa Sampean Partai Hanura memperoleh 11 suara dan bukan 21 suara. Dalam jawaban Turut Termohon tersebut dinyatakan juga bahwa perolehan suara Partai Hanura di Kecamatan Doloksanggul berjumlah 1.638 suara.

Berdasarkan pertimbangan di atas, Mahkamah menilai bahwa Pemohon berhasil membuktikan dalil permohonannya sehingga permohonan Pemohon harus dikabulkan.

235-614.indd 369 9/24/10 11:09:27 AM

Page 392: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

370 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

17. Dapil Rokan Hilir 2 Pemohon mendalilkan perolehan 2.223 suara di Dapil Rokan Hilir 2 adalah keliru

karena Pemohon hanya memperoleh 2.180 suara. Begitu pula PDI-P hanya memperoleh 2.163 suara dan bukan 2.227 suara.

Terhadap dalil Pemohon yang di dukung oleh Bukti P-1 sampai dengan Bukti P-4 dan Bukti P-3i.1 sampai dengan Bukti P-3i.9, serta tiga orang saksi yaitu Arwin, Abdul Abidin, dan Bambang Susanto. Menurut Penilaian Mahkamah, bukti Pemohon tidak dapat dijadikan alat bukti yang sah karena:a Bukti P-3a.5 (Model C/C-1): Model C ditandatangani oleh 6 KPPS sedangkan

dalam Model C-1 hanya ditandatangani oleh 5 anggota KPPS, tandatangan anggota KPPS dalam Model C dan Model C-1 berbeda, ada perubahan angka tanpa paraf, dalam kolom jumlah tidak diisi dan tidak ditulis dengan huruf;

b Bukti P-3a.9 (Model C/C-1): Model C ditandatangani oleh 7 anggota KPPS, Model C-1 sama sekali tidak ditandatangani oleh anggota KPPS, dalam kolom perolehan suara Pemohon, ada perubahan angka perolehan suara Caleg Pemohon Nomor Urut 3 atas nama Muzardin yang semula tertulis 10 menjadi 40, dalam kolom jumlah semula tertulis 18 diubah menjadi 48, dan jumlah yang ditulis dengan huruf ditebalkan;

c Bukti P-3b.4 (Model C/C-1): Model C ditandatangani oleh 7 anggota KPPS, Model C-1 hanya ditandatangani 6 anggota KPPS, ada coretan serta penebalan tulisan angka;

d Bukti P-3b.8 (Model C/C-1): Model C dan Model C-1 tidak ditandatangani oleh semua anggota KPPS, ada angka yang di-tipp-ex kemudian ditulis angka baru;

e Bukti P-3b.12 (Model C-1): Model C tidak diajukan hanya Model C-1, dalam Model C-1 tanda tangan semua anggota KPPS yang satu mirip dengan yang lain, perolehan suara Caleg Pemohon Nomor Urut 1 atas nama Syafri semula ditulis 2 diubah menjadi 1, Caleg Pemohon Nomor Urut 3 atas nama Muzardin semula tertulis 2 diubah menjadi 32, dalam kolom jumlah (A+B) yang semula tertulis 4 diubah menjadi 33.

Berdasarkan pertimbangan di atas, Mahkamah menilai Pemohon tidak berhasil membuktikan dalilnya, sehingga permohonan Pemohon harus ditolak.

18. Dapil Tulang Bawang 6 Pemohon mendalilkan bahwa Turut Termohon telah melakukan kesalahan prosedur

di dalam melakukan rekapitulasi penghitungan suara dengan hanya membacakan total perolehan suara partai politik dan total perolehan suara caleg saja.

Terhadap dalil Pemohon, Mahkamah dalam menilai permohonan Pemohon mendasarkan ketentuan Pasal 75 huruf a UU MK, yang berbunyi, “Dalam permohonan yang diajukan, Pemohon wajib menguraikan dengan jelas tentang kesalahan hasil penghitungan suara yang diumumkan oleh Komisi Pemilihan Umum dan hasil penghitungan yang benar menurut Pemohon”.

235-614.indd 370 9/24/10 11:09:27 AM

Page 393: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

371Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

Mahkamah berkesimpulan bahwa permohonan Pemohon tidak memenuhi ketentuan di atas, oleh karena Pemohon hanya mengemukakan kesalahan prosedur yang oleh Pemohon didalilkan dilakukan oleh Turut Termohon XVIII, yaitu hanya membacakan total perolehan suara Partai Politik dan total perolehan suara Caleg saja, tanpa membacakan rincian masing-masing perolehan suara Partai Politik dan rincian suara masing-masing Caleg, sehingga permohonan Pemohon tidak jelas atau kabur, dan oleh karena itu permohonan Pemohon harus dinyatakan tidak dapat diterima.

19. Dapil Pohuwato 1 Pemohon mendalilkan adanya pengurangan suara pada PKS dan adanya

penambahan suara pada PDI-P. Terhadap dalil Pemohon yang di dukung oleh bukti-bukti tertulis yang selengkapnya

tertera di dalam Duduk Perkara, ternyata Bukti Model DA-1 tidak semua disertai Model DA dan tidak semua Bukti Model C-1 disertai dengan Model C, dan Mahkamah menilai bukti-bukti tersebut tidak dapat dijadikan sebagai bukti yang sah oleh karena:a Bukti P-2/Model DA-1 di Kecamatan Popayato tidak disertai Model DA, angka-

angkanya tidak jelas karena merupakan fotokopi dari bekas yang di-tipp ex; b Bukti P-2.1/Model DA di Kecamatan Popayato Timur meskipun disertai Model

DA, tetapi tanda tangan PPK yang tertera di Model DA tidak sama dengan tanda tangan yang tertera dalam Model DA-1, ada coretan dan tipp ex;

c Bukti P-3.8/Model C-1 di TPS 4 Desa/Kelurahan Milanggodaa tidak disertai Model C, tidak ada tanda tangan anggota KPPS dan saksi-saksi partai politik, bukan formulir resmi yang dibuat oleh KPU karena di kolom nama partai ditulis tangan yang seharusnya dicetak, nama partai yang ditulis tangan tersebut disingkat yang dalam formulir resmi ditulis lengkap, terdapat tipp-ex di kolom partai Pemohon, Caleg Pemohon Nomor Urut 2 atas nama Darleks Onte ditulis angka 7 di bekas tipp ex;

d Bukti P-3.13/Model C-1 di Kecamatan Wanggarasi tidak disertai Model C, di kolom tanda tangan KPPS Nomor Urut 1 sampai dengan Nomor Urut 7 dibubuhkan tanda tangan yang mirip antara satu dengan yang lain untuk semua halaman.

Terhadap saksi-saksi yang diajukan Pemohon, meskipun ada menyebutkan perolehan angka Pemohon, tetapi karena bukti-bukti tertulis Pemohon dinyatakan tidak sah, maka keterangan para saksi tidak cukup meyakinkan untuk membuktikan dalil Pemohon.

Berdasarkan pertimbangan di atas, Mahkamah menilai Pemohon tidak berhasil membuktikan dalilnya, sehingga permohonan Pemohon harus ditolak.

20. Dapil Pidie 2 Pemohon mendalilkan adanya pengurangan suara di PKS sejumlah 36 suara dan

adanya penambahan suara untuk PAN sejumlah 40 suara, serta PBR sejumlah 100 suara.

235-614.indd 371 9/24/10 11:09:27 AM

Page 394: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

372 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Terhadap dalil Pemohon yang di dukung oleh bukti-bukti tertulis, Mahkamah menilai bukti-bukti tersebut tidak dapat dijadikan sebagai bukti yang sah oleh karena:- Bukti P-3a/Model C-1, tidak disertakan dengan Model C, tanda tangan para

Anggota KPPS antara satu dengan yang lain mirip, tetapi antara lembaran satu dan lembaran lainnya bentuk tanda tangannya berbeda, terdapat coretan dan penebalan angka;

- Bukti P-3d/Model C tidak disertai Model C-1, kolom partai politik ditulis dengan tulisan tangan, nama partai politik ada yang disingkat dan ada yang ditulis lengkap, dan terdapat banyak coretan;

- Bukti P-3Y/Model C – C1, Model C tidak lengkap hanya halaman satu tidak ada halaman tanda tangan KPPS dan saksi-saksi partai politik;

- Bukti P-3Z/Model C-1, tidak disertakan Model C, pada kolom tanda tangan KPPS kosong walaupun ada tanda tangan beberapa saksi partai politik, ada penebalan angka di atas bekas tipp-ex;

- Bukti P-3ag/Model C-1, tidak disertakan Model C, dari halaman pertama hingga halaman terakhir tidak ada tanda tangan baik KPPS maupun saksi-saksi partai politik;

- Bukti P-3al/Model C-1, tidak disertakan Model C, tanpa tanda tangan KPPS, ada penggantian angka.

Berdasarkan pertimbangan di atas, Mahkamah menilai Pemohon tidak berhasil membuktikan dalilnya, sehingga permohonan Pemohon harus ditolak.

21. Dapil Luwu 2 Pemohon mendalilkan telah terjadi pelanggaran dalam rekapitulasi hasil penghitungan

perolehan suara di Dapil Luwu 2. Terhadap dalil Pemohon, Pemohon mengajukan sembilan bukti, yaitu Bukti P-1

sampai dengan Bukti P-9. Mahkamah memberikan penilaian bahwa:- Bukti P-1 berupa Surat Pemohon kepada Ketua Panwaslu Kabupaten Luwu

perihal Pelaporan Pelanggaran Pemilu Nomor 026/K/AS.17.PKS/III/1430 tanggal 26 April 2009;

- Bukti P-2 berupa Surat Ketua Pengawas Pemilihan Umum Kabupaten Luwu, Nomor 268/Panwaslu Kab. Luwu/IV/2009, perihal penerusan kasus tanggal 29 April 2009 dan Kajian Laporan Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kabupaten Luwu Nomor : 22/Panwaslu LW/IV/2009;

- Bukti P-3 berupa Surat Ketua Panitia Pengawas Pemilihan Umum, Nomor 270/Panwaslu Kab Luwu/V/2009, perihal Penerusan Kasus tertanggal 1 Mei 2009 beserta lampirannya;

- Bukti P-4 berupa Surat Ketua Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Luwu Nomor 113/KPU.LW/V/2009, perihal Tindak Lanjut Surat tertanggal 01 Mei 2009

235-614.indd 372 9/24/10 11:09:27 AM

Page 395: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

373Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

- Bukti P-5 berupa Laporan Tindak Pidana Pemilu Aliansi Partai Politik, di Kecamatan Bastem,

yang semuanya tidak berisi tentang keterangan perolehan suara, tidak relevan dengan pembuktian permohonan Pemohon;- Bukti P-7/Model DA dan DA-1 ditandatangani oleh satu orang anggota PPK

yang bernama Andarias Gerson tetapi tanda tangannya berbeda antara yang tertera di dalam Model DA dan Model DA-1, ada perubahan dan pencoretan angka, dan ada penebalan angka;

- Bukti P-8/Model C-1 tidak disertai Model C dan pada seluruh kolom tanda tangan KPPS dan saksi-saksi partai politik tidak ada tanda tangan;

- Bukti P-9/Model C-1 tidak disertai Model C, pada kolom tanda tangan anggota KPPS, tanda tangan yang satu dengan yang lain pada halaman yang berbeda nampak jelas adanya perbedaan, ada penebalan angka, ada pencoretan angka.

Berdasarkan fakta hukum di atas, Mahkamah berpendapat bukti-bukti Pemohon tidak cukup meyakinkan untuk melakukan penghitungan suara ulang oleh karena tidak tergambar perolehan suara Pemohon yang pasti. Dengan demikian, Mahkamah menilai Pemohon tidak berhasil membuktikan dalilnya, sehingga permohonan Pemohon harus ditolak.

22. Dapil Luwu 4 Pemohon mendalilkan adanya kesalahan rekapitulasi perolehan suara yang dilakukan

oleh PPK Kecamatan Walenrang Timur Dapil Luwu 4. Terhadap dalil Pemohon, Pemohon mengajukan bukti-bukti surat yang berhubungan

dengan perolehan suara Pemohon di TPS III Desa Kendekan, Kecamatan Walenrang Timur, Pemohon mengajukan Bukti P-3/Model C-1. Dalam bukti tersebut Pemohon memperoleh suara untuk Partai 1 suara, untuk Caleg Pemohon Nomor Urut 6 atas nama Hasrawati, S.Pdi, 6 suara, dan untuk Caleg Pemohon Nomor Urut 12 atas nama Akhmad Surahman, S.Ag, 15 suara, yang berarti jumlah perolehan suara Pemohon adalah 22 suara, tetapi dalam kolom jumlah (A+B) hanya tertulis 12 suara. Dari jumlah yang berbeda tersebut, Mahkamah melihat yang sebenarnya terjadi adalah bahwa Partai Pemohon memperoleh 1 suara, Caleg Hasrawati memperoleh 6 suara, dan Caleg Akhmad Surahman memperoleh 5 suara yang berjumlah 12 suara, sedangkan perolehan suara Caleg Akhmad Surahman yang tertulis 15 suara adalah karena ditambah angka 1 di depan angka 5. Seandainya, quod non perolehan suara Caleg Akhmad Surahman yang dalam Bukti P-3 tertulis 15 ditambah dengan 10 suara, maka perolehan suara Akhmad Surahman sendiri menjadi 25 suara melampaui jumlah 22 suara yang diklaim oleh Pemohon.

Berdasarkan pertimbangan di atas, tanpa menilai bukti lainnya, Mahkamah menilai bahwa Pemohon telah mengubah perolehan suara untuk kepentingannya padahal kelihatan sekali ketidakbenarannya.

235-614.indd 373 9/24/10 11:09:28 AM

Page 396: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

374 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Berdasarkan seluruh pertimbangan di atas, Mahkamah menilai Pemohon tidak berhasil membuktikan dalilnya, sehingga permohonan Pemohon harus ditolak.

23. Dapil Luwu Utara 1 Pemohon mendalilkan bahwa jumlah surat suara tidak sah di Kecamatan Bone-

Bone yang oleh Turut Termohon XIX ditetapkan sebanyak 484 surat suara adalah keliru karena yang sebenarnya adalah sebanyak 9673 surat suara.

Terhadap dalil Pemohon, Pemohon telah mengajukan bukti-bukti surat dan Mahkamah menilainya sebagai berikut:a. Bukti P-10/Model C dan C-1, di TPS 04 Desa Patoloan, Kecamatan Bone-

Bone, dalam Model C ditandatangani oleh enam anggota KPPS, sedangkan dalam Model C-1 tanpa tanda tangan KPPS dan saksi-saksi partai politik, ada perubahan angka;

b. Bukti P-12/Model C-1 di TPS Kurlemahabang, Desa Patoloan, Kecamatan Bone-Bone, tidak disertai Model C, seluruh lampiran tidak ada tanda tangan baik KPPS maupun saksi-saksi partai politik, ada pencoretan, penebalan, dan perubahan angka-angka;

c. Bukti P-16/Model C-1 di TPS 2 Kelurahan Bone-Bone, Kecamatan Bone-Bone, tidak disertai Model C, seluruh lampiran tidak ada tanda tangan baik KPPS maupun saksi-saksi partai politik, ada perubahan dan penebalan angka-angka, ada tipp-ex;

d. Bukti P-67/Model C dan C-1 di TPS 02 Desa Sidomukti, Kecamatan Bone-Bone, dalam Model C tidak lengkap dan hanya ditandatangani oleh satu orang anggota KPPS, lampiran C-1 tidak ditandatangani baik KPPS maupun saksi partai politik, ada pencoretan angka;

e. Bukti P-94/Model C dan C-1 di TPS 3 Banyusari, Desa Muktisari, Kecamatan Bone-Bone, di Model C ditandatangani oleh empat orang anggota KPPS, di dalam Model C-1 hanya ditandatangani satu orang anggota KPPS, ada yang di-tipp-ex dan ada penebalan angka;

Berdasarkan pertimbangan di atas, Mahkamah menilai Pemohon tidak berhasil membuktikan dalilnya, sehingga permohonan Pemohon harus ditolak.

24. Daerah Pemilihan Bogor 2 Pemohon mendalilkan perolehan suara yang ditetapkan oleh Turut Termohon XX

sejumlah 12.163 adalah keliru, karena terdapat kesalahan penghitungan dan terdapat selisih perolehan suara yang mempengaruhi perolehan kursi Pemohon.

Terhadap dalil Pemohon, Pemohon mengajukan bukti-bukti surat dan Mahkamah menilainya sebagai berikut:a. Bukti P-11.2/Model C dan C-1 di TPS 10 Desa Cimahpar, Kecamatan Bogor

Utara, dalam Bukti C ada tanda tangan tiga orang anggota KPPS, tetapi dalam Model C-1 hanya pada halaman 1 dan halaman 2 ada tanda tangan KPPS, sedangkan pada halaman lainnya tidak ada, ada angka yang diganti;

235-614.indd 374 9/24/10 11:09:28 AM

Page 397: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

375Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

b. Bukti P-11.4/Model C dan C-1 di TPS 17 Desa Cimahpar, Kecamatan Bogor Utara, dalam Bukti C ditandatangani oleh seluruh anggota KPPS dan beberapa saksi partai politik, tetapi dalam Lampiran Model C-1 tidak ada tanda tangan KPPS dan saksi Parpol, ada penggantian angka;

c. Bukti P-11.11/Model C dan C-1 di TPS 05 Desa Tegal Gundil, Kecamatan Bogor Utara, dalam Model C ditandatangani oleh seluruh anggota KPPS, tapi dalam Lampiran Model C-1 tidak ada tanda tangan KPPS hanya ada dua saksi Parpol yang tanda tangan, ada penebalan dan penggantian angka;

d. Bukti P-13.14/Model C dan C-1 di TPS 23 Desa Tegal Gundil, Kecamatan Bogor Utara, dalam Model C ditandatangani oleh semua anggota KPPS, tetapi dalam Lampiran C-1 hanya ditandatangani oleh satu orang anggota KPPS, ada penggantian dan penebalan angka;

e. Bukti P-13.39/Model C dan C-1 di TPS 19 Desa Bantar Jati, Kecamatan Bogor Utara, dalam Model C ditandatangani oleh seluruh KPPS tanpa ditandatangani saksi Parpol, tapi dalam lampiran Model C-1 tanpa tanda tangan baik anggota KPPS maupun saksi Parpol.

Berdasarkan pertimbangan di atas, Mahkamah menilai Pemohon tidak berhasil membuktikan dalilnya, sehingga permohonan Pemohon harus ditolak.

25. Dapil Kota Batam 2 dan Kota Batam 3 Pemohon pada persidangan tanggal 3 Juni 2009 telah menyatakan menarik atau

mencabut permohonannya; oleh karena itu, permohonan Pemohon sepanjang Dapil a quo tidak perlu dipertimbangkan lebih lanjut;Berdasarkan seluruh penilaian atas fakta hukum di atas, dalam Amar Putusan

Mahkamah menyatakan.Dalam Eksepsi:

Menyatakan eksepsi Termohon untuk Dapil 2 Pasaman Barat dikabulkan, lalu eksepsi Termohon Dapil Papua, Dapil Papua V, Dapil Mamuju 4, Dapil Bengkayang 3, Dapil Tulungagung 1, dan Dapil Banyuwangi 1, tidak dapat diterima.

Dalam Pokok Perkara:Menyatakan permohonan Pemohon Dapil NAD IV, Mamuju 4, Pasaman Barat 2

dan Tulang Bawang 6 tidak dapat diterima, mengabulkan permohonan Pemohon untuk Dapil Bengkayang 3 dan Dapil Humbang Hasundutan 1. MK juga menyatakan perolehan suara Pemohon yang benar untuk Dapil Bengkayang 3 adalah 1.221 suara dan Dapil Humbang Hasundutan 1 adalah 1.645 suara, sedangkan Partai Hati Nurani Rakyat adalah 1.638 suara. MK memerintahkan KPU dan KPU Kabupaten Bengkayang, serta KPU Kabupaten Humbang Hasundutan untuk melaksanakan putusan ini. MK menolak permohonan Pemohon untuk selain dan selebihnya.

235-614.indd 375 9/24/10 11:09:28 AM

Page 398: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

376 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

235-614.indd 376 9/24/10 11:09:28 AM

Page 399: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

377Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 64/PHPU.C–VII/2009

TENTANGKEBERATAN PARTAI DEMOKRASI KEBANGSAAN TERHADAP PENETAPAN HASIL PEMILU ANGGOTA DPRD PROVINSI DAN ANGGOTA DPRD KABUPATEN/KOTA

Pemohon : 1. Prof. M. Ryaas Rasyid, M.A., Ph.D ; 2. Rapiudin Hamarung.Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan

DPRD.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum

Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 di 11 daerah pemilihan (Dapil), yakni Anggota DPRD Provinsi Jambi 2; Anggota DPRD Provinsi Papua 4; Anggota DPRD Provinsi Papua 5; Anggota DPRD Provinsi Papua 6; Anggota DPRD Kabupaten Mamuju Utara 1; Anggota DPRD Kabupaten Ngada 2; Anggota DPRD Kabupaten Ngada 5; Anggota DPRD Kabupaten Lampung Selatan 6; Anggota DPRD Kabupaten Tulang Bawang 2; Anggota DPRD KabupatenMuaro Jambi 3; Anggota DPRD Kota Samarinda 2.

Amar Putusan : Dalam Eksepsi: - Mengabulkan eksepsi Termohon tentang error in objecto untuk

Daerah Pemilihan Mamuju Utara 2 Kabupaten Mamuju Utara, Provinsi Sulawesi Barat;

- Menyatakan eksepsi Termohon untuk selebihnya tidak dapat diterima;

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

235-614.indd 377 9/24/10 11:09:28 AM

Page 400: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

378 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Dalam Pokok Perkara: Menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya.Tanggal Putusan : Selasa, 16 Juni 2009Ikhtisar Putusan :

Pemohon Prof. M. Ryaas Rasyid, M.A., Ph.D dan Rapiudin Hamarung adalah Presiden Partai dan Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Kebangsaan. Pemohon keberatan terhadap perolehan suara Partai Demokrasi Kebangsaan yang ditetapkan oleh Termohon, yakni Komisi Pemilihan Umum (KPU), dalam Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009.

Terkait dengan kewenangan Mahkamah, Pasal 24C ayat (1) UUD 1945, Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) juncto Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman menentukan bahwa salah satu kewenangan konstitusional Mahkamah adalah memutus perselisihan tentang hasil Pemilu, karena permohonan Pemohon adalah sengketa penetapan hasil Pemilu yang dilakukan secara nasional oleh KPU, maka Mahkamah berwenang untuk memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan tersebut.

Terkait dengan kedudukan hukum (legal standing), Pasal 74 ayat (1) huruf c UU MK dan Pasal 3 ayat (1) huruf b Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (PMK 16/2009) menentukan bahwa salah satu Pemohon dalam perselisihan hasil Pemilu adalah partai politik peserta Pemilu. Pemohon, yakni Partai Demokrasi Kebangsaan (PDK), adalah partai politik peserta Pemilu Tahun 2009 Nomor Urut 20. Oleh karena itu, Pemohon memenuhi syarat kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan perselisihan hasil Pemilu.

Terkait dengan tenggang waktu pengajuan permohonan, Pasal 74 ayat (3) UU MK juncto Pasal 259 ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang diatur lebih lanjut dalam Pasal 6 ayat (1) PMK 16/2009, menentukan bahwa permohonan pembatalan penetapan perolehan suara hasil Pemilu secara nasional oleh KPU hanya dapat diajukan oleh peserta Pemilu dalam jangka waktu paling lambat 3 x 24 (tiga kali dua puluh empat) jam sejak KPU mengumumkan penetapan perolehan suara hasil Pemilu secara nasional.

Keputusan KPU 255/2009 diumumkan pada 9 Mei 2009, pukul 23.50 WIB, sedangkan Pemohon mengajukan permohonannya pada 12 Mei 2009 pukul 22.10 WIB. Oleh karena itu, pengajuan permohonan tersebut masih dalam tenggang waktu yang ditentukan.

235-614.indd 378 9/24/10 11:09:28 AM

Page 401: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

379Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

Pemohon mendalilkan bahwa Termohon salah menetapkan perolehan suara Pemohon di 11 (sebelas) daerah pemilihan (Dapil) sebagai berikut.1. Dapil Jambi 1 (DPRD Provinsi) Pemohon telah kehilangan suara di tingkat PPK dan KPU Kabupaten Muaro Jambi

dari jumlah keseluruhan suara PDK di 8 kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi adalah 1.975 suara.

Terhadap dalil tersebut di atas, Mahkamah berpendapat bahwa telah terjadi inkonsistensi antara dalil permohonan Pemohon yang diajukan dan kesimpulannya. Selain itu dalil-dalil permohonan tidak didukung oleh bukti-bukti yang cukup, karena bukti-bukti tersebut tidak sah dan tidak meyakinkan. Dengan demikian, Mahkamah menilai permohonan harus ditolak.

2. Dapil Papua 4 (DPRD Provinsi) Pemohon telah kehilangan suara, yaitu suara Caleg PDK Anton F. Kogoya berkurang

menjadi 6.782 suara. Menurut Pemohon, hasil rekapitulasi penghitungan suara yang dilakukan oleh Termohon dengan hasil sebagaimana disebut terjadi karena tidak dimasukkannya penghitungan di Distrik Kuyawage sebanyak 7.200 suara dan jumlah perolehan suara di Distrik Makki, Kabupaten Lanijaya sebesar 10.645 suara dalam rekapitulasi Provinsi Papua. Adanya kecurangan yang terjadi ini membuat suara Pemohon yang seharusnya berjumlah 24.629 suara menjadi berkurang.

Terhadap dalil Pemohon, Mahkamah berpendapat bahwa bukti surat Pemohon tidak dapat diterima karena otentisitasnya tidak meyakinkan Mahkamah. Selain validitas bukti-bukti surat, Pemohon juga menunjukkan bahwa perolehan jumlah suara partai politik (PDK) ditambah suara Caleg (17.845 suara+ 6.782 suara) = 24.627 suara, hal ini berbeda dengan dalil Pemohon yang menyatakan pada 2 distrik a quo seharusnya sejumlah 24.629 suara. Sekalipun dalam Bukti P-1 Formulir DC sama dengan Bukti T.T-1.

Mahkamah juga menilai bahwa Model C-1 merupakan rujukan untuk menentukan jumlah suara yang terdiri dari jumlah suara seluruh partai, DPT, dan ditandatangani Ketua dan Anggota KPPS serta saksi partai peserta Pemilu, sehingga dalil Pemohon tidak berdasar dan beralasan hukum karenanya harus dikesampingkan.

3. Dapil Papua 5 (DPRD Provinsi) Pemohon mendalilkan telah terjadi pengurangan suara sah PDK di 3 Distrik secara

kumulatif sejumlah 18.929 suara. Terhadap dalil tersebut, Mahkamah menilai bahwa bukti surat Pemohon berupa bukti

Model C-1 yang merupakan rekapitulasi data internal partai (Lampiran P-5.b) bukanlah merupakan bukti yang sah. Sedangkan bukti-bukti lainnya dapat terbantahkan oleh bukti-bukti yang diajukan oleh Turut Termohon yang merupakan dokumen asli KPU, karena bukti-bukti yang diajukan oleh Pemohon tersebut sebagian tidak lengkap dan sebagian hanya coretan tangan dari rekapitulasi yang dilakukan oleh KPU, sehingga Mahkamah tidak dapat meyakini bukti tersebut.

235-614.indd 379 9/24/10 11:09:28 AM

Page 402: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

380 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Terhadap 2 orang saksi yang diajukan oleh Pemohon yang dalam persidangan mengaku sebagai pemilih yang menyaksikan proses penghitungan suara, Mahkamah menilai keterangan saksi tersebut dikesampingkan karena mereka bukanlah saksi yang memperoleh mandat dari Pemohon untuk menyaksikan proses penghitungan, sehingga dalil Pemohon tidak berdasar dan beralasan hukum karenanya harus dikesampingkan.

4. Dapil Papua 6 (DPRD Provinsi) Pemohon mendalilkan terjadinya pengurangan suara sah PDK di Kabupaten Yapen

Waropen sebesar 6.427 suara. Terhadap dalil permohonan tersebut, Mahkamah berpendapat bahwa Pemohon

tidak melampirkan Model C-1 dan berdasarkan bukti Model DC-1 DPRD Provinsi (Bukti P-1) PDK memperoleh 2.360 suara, yaitu jumlah suara tersebut sama dengan jumlah suara dalam bukti Model DC-1 KPU (Bukti T.T-1). Terhadap bukti perubahan data hasil pleno PPD Distrik Yapen Selatan atas nama Regina Ani Mandibodibo yang memperoleh 4.608 suara (Bukti P-2). Mahkamah meragukan validitas bukti a quo, dikarenakan tidak terdapatnya tanggal pembuatan surat perubahan tersebut, sedangkan dalam bukti Berita Acara DC DPRD Provinsi (Bukti T.T-2) tidak terdapat keberatan yang diajukan oleh saksi partai politik manapun, sehingga dalil Pemohon tidak berdasar dan beralasan hukum karenanya harus dikesampingkan.

5. Dapil Mamuju Utara 1 (DPRD Kabupaten) Pemohon mendalilkan bahwa terjadi kesalahan penghitungan suara PDK di TPS

1 Desa Towoni (kehilangan 3 suara), TPS 3 Desa Kasano (kehilangan 6 suara) dan TPS 4 Desa Kasano (kehilangan 1 suara), sehingga suara PDK dari 800 versi KPU seharusnya menjadi 812 suara di Kabupaten Mamuju Utara.

Mahkamah berpendapat bahwa terdapat inkonsistensi dalil yang dimohonkan dan keterangan saksi Pemohon juga menyatakan bahwa Pemohon kehilangan 5 suara. Bukti P-6 menunjukkan perolehan PDK sebesar 3 suara dan dalam Bukti T.T-3 PDK tidak memperoleh suara. Selain itu terdapat perbedaan yang mencolok antara Bukti P-6 dan Bukti T.T-3, seperti tanda tangan saksi partai politik, perbedaan nama-nama calon anggota legislatif PDK pada Bukti P-5 juga berbeda dengan nama dalam Bukti TT-3. Hal tersebut dikarenakan Bukti P-6 yang diajukan Pemohon adalah untuk Pemilihan Umum anggota DPR sedangkan Bukti TT-3 yang diajukan Turut Termohon adalah untuk Pemilihan Umum anggota DPRD Kabupaten Mamuju Utara sesuai dengan pokok permohonan. Dengan demikian, dalil yang diajukan Pemohon harus dikesampingkan.

6. Dapil Ngada 2 (DPRD Kabupaten) Pemohon mendalilkan terdapat selisih jumlah suara sah di Desa Tiwu Riwu yaitu

penambahan sebanyak 3 suara, terjadi penambahan jumlah suara sah di Desa Dariwali sebanyak 2 suara, terdapat selisih 3 suara sah di Desa Watumanu, di Desa Nenowea terjadi penambahan suara terhadap Partai Golongan Karya sebanyak

235-614.indd 380 9/24/10 11:09:28 AM

Page 403: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

381Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

2 suara dan penambahan suara untuk Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan sebanyak 14 suara, di Kecamatan Jerebuu PPDI berkurang sebanyak 37 suara.

Mahkamah berpendapat bahwa terdapat kekeliruan yang dilakukan oleh penyelenggaraPemilihanUmum,tetapitidakadasignifikansinyadenganperubahanperingkat perolehan suara Pemohon, dengan demikian permohonan tersebut harus ditolak.

7. Dapil Ngada 5 (DPRD Kabupaten) Pemohon mendalilkan terjadi pengurangan suara PDK di Desa Taen Terong dan

Desa Nangamese, sehingga Pemohon kehilangan 1 suara yaitu penambahan suara yang terjadi pada PPRN yang didalilkan Pemohon sebagai suaranya, sehingga PDK seharusnya memperoleh 710 suara.

Mahkamah menilai bahwa dalil Pemohon terbantahkan oleh Bukti T.T-1 yang diajukan Turut Termohon yang merupakan dokumen asli KPU. Bukti P-2 tersebut diragukan keabsahannya karena terdapat perbedaan tanda tangan KPPS berdasarkan berita acara dengan tanda tangan KPPS yang ada pada setiap halaman Lampiran Model C-1. Selain itu dengan adanya penambahan PPRN sebagaimana yang didalilkan oleh Pemohon ternyata jumlah suara sah dalam Bukti P-2 justru berkurang 1 suara (255 suara versi Turut Termohon, 254 suara versi Pemohon). Sedangkan terhadap dalil Pemohon yang menyatakan adanya pengurangan 1 suara Pemohon di TPS 3 Punsu Timur Desa Nangamese, dapat terbantahkan oleh Bukti T.T-2. Bukti P-7 tersebut diragukan keabsahannya karena terdapat perbedaan tanda tangan KPPS berdasarkan berita acara dengan tanda tangan KPPS yang ada pada setiap halaman Lampiran Model C-1. Selain itu dalam perincian perolehan suara, hanya tertera angka dan tidak tertulis dengan huruf. Hal tersebut berlaku untuk semua partai, padahal seharusnya selain tertera angka juga harus tertera dengan huruf, sehingga dalil Pemohon tidak beralasan hukum dan harus ditolak.

8. Dapil Lampung Selatan 6 (DPRD Kabupaten) Pemohon mendalilkan terjadinya pengurangan suara PDK di TPS 6 dan TPS 8

Desa Tanjung Sari, Kecamatan Natar yang tidak diberitahukan jumlahnya tetapi hanya berupa dugaan terjadinya penggelembungan oleh PKB di TPS 6 sebanyak 37 suara, dan di TPS 8 sebanyak 7 suara, saksi dari Turut Termohon yang bernama M. Abdul Latif menyatakan bahwa memang benar telah terjadi perbedaan jumlah pemilih yang hadir, jumlah suara sah dan suara tidak sah. Namun, atas kesalahan tersebut PPK telah memperbaikinya dalam daftar hadir, dan jumlah pemilih yang hadir telah sesuai dengan jumlah suara sah dan jumlah suara tidak sah.

Mahkamah menilai, indikasi tersebut tidak menunjukkan selisih surat suara tersebut quod non, akan berpengaruh pada perolehan suara Pemohon, sedangkan mengenai dalil adanya penggelembungan suara PKB, Mahkamah menilai dalil Pemohon tersebut tidak didukung oleh bukti surat yang diajukan karena hasil rekapitulasi dalam bukti surat (P-1 dan P-2) sama dengan Bukti T.T-1, dengan kata lain tidak

235-614.indd 381 9/24/10 11:09:28 AM

Page 404: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

382 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

terjadi penambahan suara PKB seperti yang didalilkan oleh Pemohon, karena dalil Pemohon tidak beralasan hukum sehingga harus ditolak.

9. Dapil Tulang Bawang 2 (DPRD Kabupaten) Pemohon mendalilkan terjadinya pengurangan suara PDK di PPK Banjar Agung

sebesar 622 suara dan penggelembungan jumlah suara partai tertentu berdasarkan penghitungan Pemohon dari penjumlahan 72 TPS.

Mahkamah berpendapat telah terdapat perbedaan antara bukti Pemohon dan Turut Termohon tersebut yaitu di Desa Tunggal Warga TPS 1 s.d. TPS 8; Desa Kahuripan TPS 1, TPS 2, dan TPS 5; Desa Bawang Sakti Jaya TPS 3 dan; Desa Mekar Indah Jaya TPS 2 dan TPS 3; Desa Panca Mulia TPS 1; Desa Banjar Agung TPS 2, TPS 6, TPS 7, TPS 8; Desa Dwi Warga Tunggal Jaya TPS 1 s.d. TPS 17; dan Desa Cempaka Jaya TPS 1. Selain terhadap rekapitulasi hasil, perbedaan yang sangat jelas terlihat pada tulisan tangan dan tanda tangan KPPS dan saksi partai politik di setiap Formulir Model C-1. Mahkamah tidak meyakini bukti yang diajukan oleh Pemohon karena terdapat inkonsistensi tanda tangan KPPS dan saksi Partai politik dalam bukti Pemohon. Selain itu, tertera banyak coretan/perbaikan yang tidak diberi paraf dan hasil rekapitulasi yang sebagian besar hanya berupa angka dan tidak ditulis dengan huruf, oleh karenanya dalil Pemohon tidak beralasan hukum dan harus ditolak.

10. Dapil Muaro Jambi 3 (DPRD Kabupaten) Pemohon mendalilkan terjadinya pengurangan suara PDK di TPS 3 Desa Sembubuk

sejumlah 53 suara, seharusnya Pemohon memperoleh 69 suara tetapi suara Pemohon menurut KPU sebanyak 16 suara.

Mahkamah menilai setelah melakukan perbandingan antara bukti-bukti tersebut ternyata terdapat inkonsistensi yaitu perbedaan tanda tangan KPPS dan saksi partai politik di setiap Formulir Model C-1 dan Lampiran Model C-1 pada satiap halamannya, hal tersebut juga dikuatkan oleh keterangan Hamdi Ahmad selaku Ketua PPK, Zalwisna sebagai anggota KPPS, Hamdi, Ismail dan Basri selaku ketua PPS yang seluruhnya menyatakan bahwa PDK memperoleh 16 suara di TPS 3 Desa Sembubuk, oleh karenanya dalil Pemohon tidak beralasan hukum maka harus ditolak.

11. Dapil Samarinda 2 (DPRD Kota) Pemohon mendalilkan terjadi penggelembungan suara sah di 207 TPS Kota

Samarinda Seberang yang awalnya tercatat 34.293 suara dan di PPK berubah menjadi 43.011 suara sehingga terjadi penambahan suara sah sebesar 8.718 suara, PDK memperoleh 2.489 suara.

Mahkamah berpendapat bahwa bukti surat yang diajukan Pemohon yang terkait dengan permohonan berupa Formulir Model C-1 bukanlah bukti yang sah menurut hukum karena hanya merupakan rekapitulasi yang disusun sendiri oleh Pemohon, sehingga tidak meyakinkan Mahkamah. Demikian juga saksi yang diajukan oleh

235-614.indd 382 9/24/10 11:09:28 AM

Page 405: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

383Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

Pemohon tidak memberikan keterangan yang terkait pokok permohonan, sehingga permohonan harus ditolak.Berdasarkan pendapat di atas, Mahkamah menjatuhkan putusan dengan amar

sebagai berikut:Dalam Eksepsi:1. Mengabulkan eksepsi Termohon tentang error in objecto untuk Daerah Pemilihan

Mamuju Utara 2 Kabupaten Mamuju Utara, Provinsi Sulawesi Barat;2. Menyatakan eksepsi Termohon untuk selebihnya tidak dapat diterimaDalam Pokok Permohonan:Menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya.

235-614.indd 383 9/24/10 11:09:28 AM

Page 406: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

384 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

235-614.indd 384 9/24/10 11:09:28 AM

Page 407: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

385Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 65/PHPU.C-VII/2009

TENTANGKEBERATAN PARTAI PENGUSAHA DAN PEKERJA INDONESIA

TERHADAP PENETAPAN HASIL PEMILU ANGGOTA DPRD KABUPATEN

Pemohon : 1. Daniel Hutapea; 2. H. Rudy Prayitno.Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor

255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei Tahun 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 di daerah pemilihan (Dapil) Lombok Tengah 5, Dapil Karo 1, Dapil Fak-fak 1, Dapil Aceh Selatan 3, Dapil Serdang Bedagai 3, Dapil Lebong 2, dan Dapil Nias Selatan 4.

Amar Putusan : Putusan Sela (I): Memerintahkan Komisi Pemilihan Umum untuk melaksanakan

pemungutan suara ulang di Kabupaten Nias Selatan. Putusan (II): Dalam Eksepsi: Menyatakan Eksepsi Termohon tidak dapat diterima; Dalam Pokok Perkara: Menyatakan permohonan Pemohon ditolak untuk seluruhnya. Putusan Akhir (III): - Menetapkan perolehan suara yang benar untuk partai politik

peserta Pemilihan Umum Calon Anggota Dewan Perwakilan Rakyat pada Kabupaten Nias Selatan;

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

235-614.indd 385 9/24/10 11:09:28 AM

Page 408: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

386 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

- Menetapkan perolehan suara yang benar untuk partai politik peserta Pemilihan Umum Calon Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi;

- Menetapkan perolehan suara yang benar untuk partai politik peserta Pemilihan Umum Calon Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Nias Selatan.

Tanggal Putusan : Putusan Sela (I) : Selasa, 9 Juni 2009. Putusan (II) : Sabtu, 13 Juni 2009. Putusan Akhir (III) : Selasa, 1 September 2009.Ikhtisar Putusan :

Pemohon Daniel Hutapea dan H. Rudy Prayitno masing-masing adalah Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Partai Pengusaha dan Pekerja Indonesia. Mereka keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 (Keputusan KPU 255/2009) di daerah pemilihan (Dapil) Lombok Tengah 5, Dapil Karo 1, Dapil Fak-fak 1, Dapil Aceh Selatan 3, Dapil Serdang Bedagai 2, Dapil Lebong 2, dan Dapil Nias Selatan 4.

Berdasarkan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 dan Pasal 10 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) juncto Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, salah satu kewenangan Mahkamah adalah memutus perselisihan hasil Pemilihan Umum (Pemilu). Oleh karena permohonan Pemohon adalah mengenai keberatan atas penghitungan suara hasil Pemilu Anggota DPR dan Anggota DPRD yang ditetapkan secara nasional oleh KPU dalam Keputusan KPU 255/2009, maka Mahkamah berwenang untuk memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan Pemohon.

Menyangkut kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, Pasal 74 ayat (1) dan ayat (2) UU MK juncto Pasal 258 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (UU 10/2008) dan Pasal 3 ayat (1) Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (PMK 16/2009) menentukan hal-hal sebagai berikut:a. Pemohon adalah partai politik peserta Pemilu;b. permohonan hanya dapat diajukan terhadap perselisihan Penetapan Hasil Pemilihan

Umum yang dilakukan secara nasional oleh Komisi Pemilihan Umum yang mempengaruhi:

235-614.indd 386 9/24/10 11:09:28 AM

Page 409: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

387Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

1) terpenuhinya ambang batas perolehan suara 2,5% sebagaimana dimaksud dalam Pasal 202 ayat (1) UU 10/2008;

2) perolehan kursi partai politik peserta Pemilu dan kursi Calon Anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota dari partai politik di suatu daerah pemilihan.

Berkenaan dengan ketentuan di atas menyangkut legal standing, Pemohon adalah partai politik peserta Pemilu berdasarkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 149/SK/KPU Tahun 2008 tanggal 9 Juli 2008 tentang Penetapan dan Pengundian Nomor Urut Partai Politik Peserta Pemilihan Umum Tahun 2009. Di samping itu, permohonan yang diajukan adalah perselisihan Penetapan Hasil Pemilu yang dilakukan secara nasional oleh KPU berdasarkan Keputusan KPU 255/2009. Dengan demikian, Pemohon telah memenuhi syarat kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan.

Mengenai tenggang waktu pengajuan permohonan, Pasal 74 ayat (3) UU MK juncto Pasal 259 ayat (2) UU 10/2008, dan Pasal 6 ayat (1) PMK 16/2009 menentukan bahwa permohonan hanya dapat diajukan dalam jangka waktu paling lambat 3 x 24 (tiga kali dua puluh empat) jam sejak KPU mengumumkan penetapan hasil Pemilu secara nasional.

Keputusan KPU 255/2009 diumumkan pada tanggal 9 Mei 2009 pukul 23.50 WIB, sedangkan permohonan diajukan oleh Pemohon pada tanggal 11 Mei 2009 pukul 22.05 WIB berdasarkan Akta Penerimaan Berkas Permohonan Nomor 151/PAN.MK/V/2009. Dengan demikian, pengajuan permohonan Pemohon masih dalam tenggang waktu yang ditentukan.

Dalam pokok permohonannya, Pemohon mendalilkan sebagai berikut.1. Dapil Lombok Tengah 5 untuk DPRD Kabupaten Lombok Tengah Terjadi penggelembungan suara Partai Bintang Reformasi di 8 desa di Kecamatan

Jonggat yang mengakibatkan hilangnya perolehan kursi Pemohon pada DPRD Kabupaten Lombok Tengah.

Mahkamah berpendapat bahwa dalil Pemohon mengenai adanya penggelembungan suara PBR di 8 desa a quo, Pemohon tidak dapat menunjukkan Model C-1 yang lengkap, sehingga Mahkamah tidak dapat melakukan verifikasi rekapitulasiatas penggelembungan 173 suara yang didalilkan Pemohon dan juga tidak jelas pada TPS-TPS mana terjadi penggelembungan suara tersebut. Selanjutnya dari keterangan dua saksi Pemohon tidak dapat menunjukkan secara jelas dan pasti jumlah penggelembungan suara untuk PBR, saksi hanya berkeberatan terhadap hasil Pleno Kecamatan. Mahkamah menilai dalil-dalil Pemohon tidak terbukti dan tidak beralasan sehingga harus dikesampingkan.

2. Dapil Karo 1 untuk DPRD Kabupaten Karo Pemohon mendalilkan telah terjadi pelanggaran administratif, yaitu tidak ada Berita

Acara C pada kotak suara di beberapa TPS pada Dapil Karo 1, yang diyakini Pemohon telah terjadi kecurangan sehingga merugikan perolehan suara Pemohon.

235-614.indd 387 9/24/10 11:09:28 AM

Page 410: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

388 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Mahkamah menilai Pemohon tidak dapat membuktikan penghilangan suara yang signifikan terjadi terhadap suara Pemohon, dan juga adanya keterangan daripihak Termohon menunjukkan bahwa proses rekapitulasi telah dilakukan dengan menggunakan Formulir Model C-2, sehingga tidak adanya Formulir C-1 tidak menghalangi proses rekapitulasi.

3. Dapil Fak-fak 1 untuk DPRD Kabupaten Fak-fak Terjadi penghilangan suara Pemohon di Dapil Fak-fak 1 sebesar 554 suara. Selain

itu, terjadi pula pelanggaran administratif yaitu data Model C-1 tercatat kosong dan tidak ditandatangani KPPS dan para saksi.

4. Dapil Aceh Selatan 3 untuk DPRD Kabupaten Aceh Selatan Terjadi penghilangan suara Pemohon di Dapil Aceh Selatan 3 sebesar 8 suara

yang terjadi akibat pelanggaran administratif. Terhadap permasalahan penghitungan suara di Aceh Selatan, Mahkamah berpendapat

bahwa setelah dibandingkan bukti Pemohon dan bukti Termohon yang berupa Formulir Berita Acara C-1 dan DA, tidak ditemukan kesalahan penghitungan yang didalilkan Pemohon, selain itu data pembanding yang digunakan Pemohon dalam dalilnya tidak jelas sumbernya, sehingga Pemohon tidak dapat membuktikan dalilnya.

5. Dapil Serdang Bedagai 3 untuk DPRD Kabupaten Serdang Bedagai Terjadi perbedaan jumlah suara sah dari TPS, PPK sampai dengan tingkat

Kabupaten. Selain itu terjadi pula penggelembungan suara Partai Golkar dan Partai Demokrat.

6. Dapil Lebong 2 untuk DPRD Kabupaten Lebong Terjadi penggelembungan suara di Dapil Lebong 2 dengan jumlah yang tidak

ditunjukkan oleh Pemohon yang diakibatkan adanya sengketa wilayah pada 17 TPS di Kecamatan Padang Bano.

Terhadap permasalahan di Kabupaten Lebong, Mahkamah berpendapat bahwa Pemohon tidak memiliki data dan tidak dapat menunjukkan angka penggelembungan yang didalilkan, dan alasan pemekaran wilayah tidak dapat dijadikan dasar yang meyakinkan adanya penggelembungan suara terhadap partai lain, karena tidak terbukti surat suara tersebut dihitung juga pada daerah pemilihan lain. Selain itu pelaksanaan Pemilu di Kabupaten Lebong telah memiliki dasar hukum pengaturannya.

7. Dapil Nias Selatan 4 untuk DPRD Kabupaten Nias Selatan Terjadi penggelembungan suara di Dapil Nias Selatan 4 terhadap perolehan suara

Partai Pelopor sebanyak 382 suara. Terhadap permasalahan di Kabupaten Nias Selatan, Mahkamah mengeluarkan

Putusan Sela Nomor 28-65-70-82-84-89/PHPU.C-VII/2009 bertanggal 9 Juni 2009 yang pada amarnya memerintahkan Komisi Pemilihan Umum untuk melaksanakan pemungutan suara ulang di Kabupaten Nias Selatan paling lambat 90 hari terhitung

235-614.indd 388 9/24/10 11:09:28 AM

Page 411: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

389Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

sejak putusan ini diucapkan, dan memerintahkan kepada Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Nias Selatan untuk melaporkan penetapan hasil pemungutan suara ulang tersebut kepada Mahkamah Konstitusi. Termohon telah melaksanakan Putusan Sela Nomor 28-65-70-82-84-89/PHPU.C-

VII/2009 dengan melakukan pemungutan suara ulang pada tanggal 22 Juli 2009. Hal ini termuat dalam Surat Komisi Pemilihan Umum Nomor 1383/KPU/VIII/2009 bertanggal 25 Agustus 2009 perihal Laporan Hasil Pelaksanaan Putusan Mahkamah Konstitusi atas Perselisihan Hasil Pemilihan Umum, dan Surat Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara Nomor 270-3573/KPU-54 bertanggal 1 Agustus 2009 perihal Penyampaian Hasil Pemungutan Suara Ulang DPR RI, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten Nias Selatan.

Sehubungan dengan pelaksanaan putusan sela tersebut, Mahkamah menetapkan perolehan suara Partai Pengusaha dan Pekerja Indonesia adalah sebagai berikut.• HasilperolehansuaraDPRRIpadaKabupatenNiasSelatanDapilSumateraUtara

II sebesar 1.022 suara.• HasilperolehansuaraDPRDProvinsipadaKabupatenNiasSelatanDapilSumatera

Utara 7 sebesar 847 suara.• Hasil perolehan suara DPRD Kabupaten pada Kabupaten Nias Selatan di Dapil

1 sebesar 487 suara, Dapil 2 sebesar 38 suara, Dapil 3 sebesar 92 suara, dan Dapil 4 sebesar 1.582 suara, sehingga seluruhnya berjumlah 2.199 suara.Penetapan perolehan suara Partai Pengusaha dan Pekerja Indonesia tersebut

ditetapkan oleh Mahkamah dalam Putusan Akhir Nomor 28-65-70-82-84-89/PHPU.C-VII/2009 pada tanggal 1 September 2009. Dengan adanya penetapan perolehan suara tersebut, Mahkamah Konstitusi memerintahkan KPU Provinsi Sumatera Utara dan KPU Kabupaten Nias Selatan untuk melaksanakan Putusan Mahkamah Konstitusi ini.

235-614.indd 389 9/24/10 11:09:28 AM

Page 412: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

390 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

235-614.indd 390 9/24/10 11:09:28 AM

Page 413: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

391Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSAN PERKARA NOMOR 66/PHPU.C-VII/2009

TENTANGKEBERATAN PARTAI PELOPOR TERHADAP HASIL PEMILU ANGGOTA DPR

DAN DPRD KABUPATEN/KOTA

Pemohon : 1. Eko Suryo Santjoyo,BBA, S.H; 2. Ir.Ristiyanto.Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan

Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilu Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota secara Nasional dalam Pemilu Tahun 2009 bertanggal 9 Mei 2009 di Daerah Pemilihan Kabupaten Tulang Bawang 6; Kabupaten Ogan Hilir 1; Banyu Asin 5; Kota Padang Sidempuan; Kabupaten Sanggau 2; Karang anyar 4.

Amar Putusan : Dalam Eksepsi: Menolak eksepsi Termohon. Dalam Pokok Perkara: Menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya.Tanggal Putusan : Jum’at, 19 Juni 2009Ikhtisar Putusan :

Pemohon adalah Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal DPP Partai Pelopor yaitu partai politik peserta pemilihan umum Nomor Urut 22, berdasarkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 149/SK/KPU/Tahun 2008 tentang Penetapan dan Pengundian Nomor Urut Partai Politik Peserta Pemilihan Umum Tahun 2009 sebagaimana diubah dengan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 208/SK/KPU/Tahun 2008 tentang

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

235-614.indd 391 9/24/10 11:09:28 AM

Page 414: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

392 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Penetapan dan Pengundian Nomor Urut Partai Politik Peserta Pemilihan Umum Tahun 2009 tanggal 16 Agustus 2008.

Terkait dengan kewenangan Mahkamah, Pasal 24C ayat (1) UUD 1945, Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) juncto Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman menentukan bahwa salah satu kewenangan konstitusional Mahkamah adalah memutus perselisihan tentang hasil Pemilu. Karena permohonan Pemohon adalah sengketa penetapan hasil Pemilu yang dilakukan secara nasional oleh KPU, maka Mahkamah berwenang untuk memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan tersebut.

Terkait dengan kedudukan hukum (legal standing), Pasal 74 ayat (1) huruf c UU MK dan Pasal 3 ayat (1) huruf b Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (PMK 16/2009) menentukan bahwa salah satu Pemohon dalam perselisihan hasil Pemilu adalah partai politik peserta Pemilu. Pemohon, yakni Partai Pelopor, adalah partai politik peserta Pemilu Tahun 2009 Nomor Urut 22. Oleh karena itu, Pemohon memenuhi syarat kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan perselisihan hasil Pemilu.

Terkait dengan tenggang waktu pengajuan permohonan, Pasal 74 ayat (3) UU MK juncto Pasal 259 ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang diatur lebih lanjut dalam Pasal 6 ayat (1) PMK 16/2009, menentukan bahwa permohonan pembatalan penetapan perolehan suara hasil Pemilu secara nasional oleh KPU hanya dapat diajukan oleh peserta Pemilu dalam jangka waktu paling lambat 3 x 24 (tiga kali dua puluh empat) jam sejak KPU mengumumkan penetapan perolehan suara hasil Pemilu secara nasional.

Sebagaimana dalam dalil permohonan, Pemohon dirugikan karena kehilangan suara di enam daerah pemilihan (Dapil), yakni.1. Dapil Kabupaten Tulang Bawang 6 (Lampung) Pemohon mengklaim perolehan suara yang benar untuk Dapil Tulang Bawang VI

sesuai dengan rekapitulasi hasil suara di Dapil VI tingkat kabupaten seharusnya 5.481 suara, bukan 3.932 suara dan seharusnya mendapatkan 2 kursi, bukan 1 kursi. Mahkamah menilai Pemohon tidak berhasil membuktikan dalil-dalilnya, sehingga permohonan harus dinyatakan ditolak.

2. Dapil Ogan Ilir 1 (Sumatera Selatan) Pemohon mendalilkan memperoleh 1.914 suara dan bukan 1.844 suara di Dapil

Ogan Ilir I- Sumatera Selatan.

235-614.indd 392 9/24/10 11:09:28 AM

Page 415: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

393Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

Mahkamah menilai bahwa dalil Pemohon yang menyebutkan memperoleh 1.914 suara, bukan 1.844 kemudian mendalilkan pula kehilangan 1.841 suara, tetapi dalam Petitumnya memohon ditetapkan memperoleh 1.840 suara dan bukan 1.844. Mahkamah menilai ini merupakan permohonan yang rancu dan kabur. Dengan demikian permohonan Pemohon harus dinyatakan tidak dapat diterima. Maka pokok permohonan tidak perlu dipertimbangkan.

3. Dapil Banyu Asin 5 (Sumatera Selatan) Dapil Banyu Asin V seharusnya 2.708 suara, bukan 2.592 suara dan memperoleh

1 kursi. Mahkamah berpendapat bahwa permohonan Pemohon sudah cukup jelas, sehingga

eksepsi Turut Termohon III harus dikesampingkan. Mahkamah menilai Pemohon tidak berhasil membuktikan dalil-dalilnya, sehingga permohonan Pemohon harus ditolak.

4. Dapil Kota Padang Sidempuan 3 (Sumatera Utara) Dapil Padang Sidempuan III seharusnya 1.340 suara, bukan 1.268 suara, dan

memperoleh 1 kursi. Dapil Sanggau II seharusnya 2.206 suara, bukan 1.622 suara, dan memperoleh 1 kursi.

Mahkamah menilai Pemohon tidak berhasil membuktikan dalinya, sehingga permohonan Pemohon harus dinyatakan ditolak.

5. Dapil Kabupaten Sanggau 2 (Kalimantan Barat) Pemohon memperoleh suara untuk Dapil 2 sebanyak 2.296 suara bukan 1.622

suara sehingga Pemohon kehilangan sebanyak 674 suara. Pemohon mengajukan empat bukti yaitu P-5, P-5a, P-5b dan P-5c.

Terhadap bukti tersebut, Mahkamah menilai tidak dapat dijadikan sebagai bukti yang sah karena tidak ditandatangani oleh KPPS dan Saksi-saksi. Mahkamh menilai Pemohon tidak berhasil membuktikan dalilnya sehingga permohonan Pemohon harus dinyatakan ditolak.

6. Dapil Kabupaten Karang Anyar 4 (Jawa Tengah). Pemohon mendalilkan di Dapil Karang Anyar IV seharusnya memperoleh 4.152

suara, bukan 3.562 suara, dan memperoleh 1 kursi. Untuk membuktikan dalil-dalilnya, Pemohon mengajukan bukti-bukti tertulis yang diberi tanda P-1 sampai dengan P-6b.Terhadap bukti-bukti yang diajukan oleh Pemohon, Mahkamah menilai tidak dapat

dijadikan sebagai alat bukti yang sah karena bukti tersebut bukanlah bukti resmi yang dikeluarkan oleh KPU, melainkan data yang dibuat oleh Panwaslu Kabupaten Karang Anyar yang dalam hal ini tidak berwenang memberikan data perolehan suara peserta Pemilu. Dengan demikian, atas penilaian tersebut, Mahkamah berpendapat Pemohon tidak berhasil membuktikan dalil permohonannya, oleh karena itu permohonan Pemohon harus ditolak.

235-614.indd 393 9/24/10 11:09:28 AM

Page 416: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

394 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Berdasarkan seluruh penilaian atas fakta hukum diatas, Mahkamah dalam Amar Putusan menyatakan.Dalam Eksepsi :Menolak eksepsi Termohon.Dalam Pokok Perkara :Menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya.

235-614.indd 394 9/24/10 11:09:28 AM

Page 417: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

395Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 67/PHPU.C-VII/2009

TENTANG KEBERATAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA TERHADAP HASIL PEMILU

ANGGOTA DPR, ANGGOTA DPRD PROVINSI, DAN ANGGOTA DPRD KABUPATEN/KOTA.

Pemohon : 1. Drs. H. A. Muhaimin Iskandar, M. Si.; 2. Ir. H. Mohammad Lukman Edi, M. Si.

Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi,

dan DPRD.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor

255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 di Dapil Bengkulu, Dapil Lampung I, Dapil Jawa Tengah II, Dapil Jawa Barat IX, Dapil Jawa Timur II, Dapil Jawa Timur IX, Dapil Jawa Timur XI, Dapil Papua, dan Dapil Sulawesi Tengah; Calon Anggota DPRD Provinsi yakni Dapil Sulawesi Utara II, Dapil DKI Jakarta IV, Dapil DKI Jakarta V, Dapil Nusa Tenggara VI; serta Calon Anggota DPRD Kabupaten/Kota pada Dapil Deli Serdang 3, Dapil Deli Serdang 4, Dapil Kota Jambi 5, Dapil Seluma 5, Dapil Kota Palembang 1, Dapil Pesawaran 3, Dapil Kota Malang 1, Dapil Sidoardjo 3, Dapil Kubu Raya 4, Dapil Sidenreng Rappang (Sidrap) 3, Dapil Wakatobi 1, Dapil Tobasa 3, Dapil Blitar 3, Dapil Jepara 4, dan Dapil Langkat 2.

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

235-614.indd 395 9/24/10 11:09:28 AM

Page 418: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

396 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Amar Putusan : Dalam Eksepsi: Menyatakan eksepsi Termohon, Turut Termohon, dan Pihak Terkait

dikabulkan sebagian; Dalam Pokok Permohonan: - Menyatakan permohonan Pemohon untuk Dapil Lampung I

(DPR-RI), Dapil Jawa Timur IX (DPR-RI), Dapil Jawa Timur XI (DPR-RI), Dapil Papua (DPR-RI), Dapil Sulawesi Tengah (DPR-RI), Dapil DKI Jakarta IV (DPRD Provinsi), Dapil Deli Serdang III (DPRD Kabupaten), Dapil Blitar III (DPRD Kabupaten), Dapil Jepara IV (DPRD Kabupaten) tidak dapat diterima;

- Menyatakan batal Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota Secara Nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 sepanjang mengenai perolehan suara Pemohon, Partai Damai Sejahtera, dan Partai Karya Perduli Bangsa di Daerah Pemilihan Kabupaten Langkat II untuk pemilihan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Langkat;

- Menyatakan bahwa perolehan suara yang benar di Daerah Pemilihan Kabupaten Langkat II Pemilihan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Langkat untuk Partai Damai Sejahtera sejumlah 3.154 suara, Partai Karya Perduli Bangsa sejumlah 3.177 suara, dan Pemohon sejumlah 3.182 suara;

- Menyatakan menolak permohonan untuk selain dan selebihnya.

Tanggal Putusan : Senin, 22 Juni 2009.Ikhtisar Putusan :

Pemohon Drs. H. A. Muhaimin Iskandar, M. Si. dan Ir. H. Mohammad Lukman Edi, M.Si.adalahKetuaUmumDewanTanfidzdanSekretarisJenderalDewanTanfidzPartaiKebangkitan Bangsa (PKB), yang merupakan Partai Politik Peserta Pemilu 2009 dengan Nomor Urut 13. Pemohon mengajukan permohonan keberatan atas hasil Pemilu yang ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (Termohon) yang meliputi 26 Dapil.

Terkait dengan kewenangan Mahkamah, Pasal 24C ayat (1) UUD 1945, Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU

235-614.indd 396 9/24/10 11:09:28 AM

Page 419: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

397Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

MK) juncto Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman menentukan bahwa salah satu kewenangan konstitusional Mahkamah adalah memutus perselisihan tentang hasil Pemilu. Karena permohonan Pemohon adalah sengketa penetapan hasil Pemilu yang dilakukan secara nasional oleh KPU, maka Mahkamah berwenang untuk memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan tersebut.

Terkait dengan kedudukan hukum (legal standing), Pasal 74 ayat (1) huruf c UU MK dan Pasal 3 ayat (1) huruf b Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (PMK 16/2009) menentukan bahwa salah satu Pemohon dalam perselisihan hasil Pemilu adalah partai politik peserta Pemilu. Pemohon, yakni Partai Kebangkitan Bangsa, adalah partai politik peserta Pemilu Tahun 2009 Nomor Urut 13. Oleh karena itu, Pemohon memenuhi syarat kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan perselisihan hasil Pemilu.

Terkait dengan tenggang waktu pengajuan permohonan, Pasal 74 ayat (3) UU MK juncto Pasal 259 ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang diatur lebih lanjut dalam Pasal 6 ayat (1) PMK 16/2009, menentukan bahwa permohonan pembatalan penetapan perolehan suara hasil Pemilu secara nasional oleh KPU hanya dapat diajukan oleh peserta Pemilu dalam jangka waktu paling lambat 3 x 24 (tiga kali dua puluh empat) jam sejak KPU mengumumkan penetapan perolehan suara hasil Pemilu secara nasional.

Dalam permohonannya, Pemohon menyampaikan dalil-dalilnya sebagai berikut.1. Dapil Bengkulu (DPR RI) Pemohon berkeberatan atas penepatan perolehan suara oleh Termohon sebanyak

23.106 suara, karena menurut Pemohon seharusnya yang benar adalah sebanyak 73.291 suara, sehingga perolehan suara Pemohon berkurang 50.185 suara yang berakibat Pemohon tidak memperoleh kursi DPR RI dari Dapil Bengkulu. Menurut Pemohon, kekeliruan itu terjadi dalam rekapitulasi penghitungan suara di KPU Provinsi Bengkulu, dari yang seharusnya Pemohon memperoleh 73. 291 suara hanya ditulis 25.407 suara, di KPU Kabupaten Seluma yang seharusnya memperoleh sebanyak 42.209 suara hanya ditulis 5.132 suara, sehingga kurang 37.077 suara, dan di KPU Kabupaten Kaur dari yang seharusnya berjumlah 15.640 suara hanya ditulis 4.833 suara sehingga kurang 10.807 suara.

Terhadap klaim Pemohon tersebut, Termohon dalam jawabannya menyatakan bahwa kehilangan suara sebanyak yang diklaim Pemohon tidak masuk akal, karena apabila dijumlahkan dengan perolehan suara peserta Pemilu lainnya, maka akan melebihi jumlah Daftar Pemilih Tetap (101.611 pemilih) yang ada di Kabupaten Seluma, sementara Pemohon tidak mendalilkan adanya penggelembungan suara partai

235-614.indd 397 9/24/10 11:09:28 AM

Page 420: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

398 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

lain. Menurut Termohon, klaim perolehan suara Pemohon sebanyak 73.291 suara di Kabupaten Kaur adalah tidak benar karena merupakan penggelembungan yang dilakukan oleh Rosdi Baharwan (Kasubag Umum KPU Kabupaten Kaur) yang telah diputus bersalah oleh Pengadilan Negeri Bintuhan pada tanggal 3 Juni 2009, maka penghitungan suara diambil alih oleh KPU pusat dan perolehan suara Pemohon yang benar hanyalah 23.106 suara.

Pemohon mengajukan Bukti P-1 berupa Permohonan Suara Sah dan Tidak Sah Antar Tingkat Legislatif se-Provinsi Bengkulu yang menyebutkan suara sah untuk anggota DPR Kabupaten Seluma adalah 80.551 suara, yang sama dengan Bukti T-5 berupa Model DD DPR yang menyebutkan suara sah untuk anggota DPR Kabupaten Seluma adalah 80.551 suara, padahal suara sah partai politik peserta Pemilu yang memenuhi parliamentary threshold, yaitu suara Partai Golongan Karya sejumlah 6.752 suara, Partai Hanura sejumlah 3.228 suara, Partai Gerindra sejumlah 2.974 suara, Partai Keadilan Sejahtera sejumlah 6.100 suara, Partai Amanat Nasional sejumlah 7.151 suara, Partai Persatuan Pembangunan sejumlah 1.371 suara, Partai Demokrat sejumlah 12.478 suara, PDI Perjuangan 3.286 suara, jika dijumlahkan menjadi 43.340 suara. Apabila perolehan tersebut dijumlahkan dengan klaim Pemohon sejumlah 42.209 suara, maka hasilnya adalah 85.549 suara, sehingga hasilnya melebihi suara sah (80.551 suara), padahal penjumlahan tersebut belum memasukkan partai-partai yang tidak memenuhi parliamentary threshold. Dengan demikian, Mahkamah menilai bahwa dalil Pemohon tersebut tidak berdasar.

Pemohon mengajukan Bukti P-1 berupa Permohonan Suara Sah dan Tidak Sah Antar Tingkat Legislatif se-Provinsi Bengkulu yang di dalamnya menyebutkan suara sah pemilih di Kabupaten Kaur untuk pemilihan anggota DPR sejumlah 67.403 suara yang berbeda dengan Bukti T-5 berupa Model DD DPR yang menyebutkan suara sah untuk anggota DPR Kabupaten Kaur adalah 61.124 suara, sedangkan suara sah partai politik peserta Pemilu yang memenuhi parliamentary threshold, yaitu suara Partai Hanura sejumlah 1.818 suara, Partai Gerindra sejumlah 445 suara, Partai Keadilan Suara sejumlah 7.931 suara, Partai Amanat Nasional sejumlah 18.284 suara, Partai Golongan Karya sejumlah 1.305 suara, Partai Persatuan Pembangunan sejumlah 140 suara, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan sejumlah 740 suara, Partai Demokrat sejumlah 27.798 suara totalnya adalah 58.461 suara. Apabila perolehan tersebut dijumlahkan dengan klaim Pemohon sejumlah 15.640 suara, maka hasilnya adalah 74.101, sehingga hasilnya melebihi suara sah versi Pemohon (67.403 suara), apalagi suara sah versi Termohon (61.124 suara), padahal penjumlahan tersebut belum memasukkan partai-partai yang tidak memenuhi parliamentary threshold. Dengan demikian, Mahkamah menilai bahwa dalil Pemohon tersebut tidak berdasar.

Untuk menguatkan dalilnya, Pemohon mengajukan bukti-bukti tertulis (P-1 s.d. P-16). Terhadap keterangan saksi-saksi yang diajukan Pemohon, yaitu Didik Ariyanto (Saksi Pemohon di Rapat Pleno KPU Kabupaten Kaur) dan Jusnadi (Saksi Pemohon di

235-614.indd 398 9/24/10 11:09:28 AM

Page 421: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

399Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

Rapat Pleno PPK Padang Guci Hulu), Mahkamah menilai, keterangan tersebut dikesampingkan, karena hanya berupa penegasan dalil-dalil Pemohon atas perolehan suara Pemohon yang telah dinilai tidak berdasar.

Dengan demikian, dalil-dalil permohonan yang diajukan tidak berdasar hukum dan tidak terbukti, sehingga permohonan harus ditolak.

2. Dapil Lampung I (DPR RI) Pemohon berkeberatan atas penepatan perolehan suara oleh Termohon sebanyak

72.696 suara terhadap Partai Gerindra, padahal seharusnya hanya 62.564 suara, sedangkan perolehan suara Pemohon antara versi Termohon dan Pemohon sama, yaitu 64.961 suara. Penggelembungan suara Partai Gerindra tersebut terjadi di Kabupaten Lampung Barat sebanyak 10.132 suara. Sebagai akibat penggelembungan suara tersebut, Pemohon tidak memperoleh kursi DPR RI Dapil Lampung 1.

Untuk menguatkan dalilnya, Pemohon mengajukan bukti-bukti tertulis (P-1 s.d. P-17) dan dua orang saksi yakni Anas Nasikin (Saksi mandat Pemohon di pleno KPU Provinsi Lampung) dan Hidir Ibrahim (Saksi mandat Pemohon di pleno KPU Provinsi Lampung).

Sehingga dalil Pemohon tidak benar, karenanya harus ditolak atau dikesampingkan. Berdasarkan permohonan yang telah diperbaiki pada tanggal 23 Mei 2009 halaman

9, Pemohon mendalilkan, penggelembungan Partai Gerindra terjadi di Kabupaten Lampung Barat menjadi 5.083 suara, akan tetapi penjumlahan perincian suara yang dituliskan Pemohon adalah 5.038 suara. Selain itu, rincian perolehan suara tersebut, khususnya mengenai perolehan suara Caleg Nomor Urut 4 atas nama Aris Munandar sejumlah 374 suara, tidak konsisten dengan Bukti P-1 berupa Berita Acara Nomor 270/150/KPU-LPG/V/2009 tentang Perbaikan Rincian Perolehan Suara partai Politik dan Calon Anggota DPR dan Suara Tidak Sah di KPU Provinsi (Lampiran Model DC-1 DPR) yang didalamnya tertera perolehan suara Caleg Nomor Urut 4 atas nama Aris Munandar sejumlah 370 suara. Dengan demikian, permohonan Pemohon tersebut kabur (obscuur), sehingga permohonan harus dinyatakan tidak dapat diterima.

3. Dapil Jawa Tengah II (DPR RI) Pemohon mendalilkan tentang keberatannya atas penetapan perolehan suara DPR

RI oleh Termohon untuk Dapil Jawa Tengah II yang meliputi Kabupaten Demak, Kabupaten Kudus, dan Kabupaten Jepara, karena telah terjadi penggelembungan/penambahan perolehan suara untuk Partai Amanat Nasional (PAN) dari 86.154 suara menurut versi Pemohon menjadi 89.229 suara menurut versi KPU dan penggembosan/pengurangan perolehan suara untuk Pemohon dari 86.716 suara menjadi 85.823 suara. Menurut Pemohon, terjadi kekeliruan karena ada penambahan suara untuk PAN untuk tiga kabupaten, yaitu Demak, Kudus, dan Jepara sejumlah 3.075 suara. Sementara perolehan suara Pemohon berkurang di tiga kabupaten tersebut.

235-614.indd 399 9/24/10 11:09:29 AM

Page 422: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

400 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Untuk mendukung dalil-dalilnya, Pemohon mengajukan bukti-bukti tertulis (P-1 s.d. P-1056) dan dua orang saksi, yaitu Mulyadi (Saksi Pemohon di rapat PPK Ulahan) dan Kusyono (Saksi Pemohon di PPK Gepok) yang intinya menguatkan dalil-dalil Pemohon terhadap perolehan suara Pemohon di kecamatan masing-masing.

Terhadap permohonan tersebut, Termohon menjawab bahwa penetapan Termohon mengenai perolehan suara di Dapil Jawa Tengah 2 sudah benar sesuai formulir Model DC-1 Provinsi Jawa Tengah.

Turut Termohon KPU Kabupaten Demak dalam jawabannya menyatakan bahwa permohonan masih kabur karena tidak menguraikan secara rinci dan jelas pada TPS mana yang dianggap terjadi penggelembungan suara PAN dan pada TPS mana yang terjadi pengurangan suara Pemohon, mengingat bukti yang diajukan oleh Pemohon adalah Formulir C1. Selain itu, Pemohon dalam permohonannya hanya menyebutkan terjadinya penggelembungan suara PAN dan pengurangan suara Pemohon di masing-masing desa. Dengan demikian yang seharusnya diajukan apabila sesuai dengan permohonan adalah Formulir DA-B, bukan Formulir C1.

Mahkamah menilai, walaupun Pemohon tidak menentukan TPS yang bermasalah, tetapi Pemohon menentukan desa-desa yang diduga bermasalah disertai bukti-bukti Formulir C1-nya, sehingga dapat diperiksa dengan rinci. Akan tetapi, setelah memperhatikan bukti-bukti tertulis Pemohon berupa Formulir C1 tersebut, ternyata Formulir C1 yang diajukan kurang dan tidak lengkap bila dibandingkan dengan Formulir C1 yang diajukan Turut Termohon, sehingga pemeriksaan bukti tersebut tidak dapat dilakukan. Selain itu, Mahkamah juga menemukan fakta bahwa klaim selisih jumlah suara yang didalilkan Pemohon, di antaranya, berdasarkan bukti-bukti yang kurang tersebut. Demikian juga dengan keterangan dua orang saksi yang secara parsial hanya menguatkan dalil permohonan di kecamatan masing-masing, Mahkamah menilai, keterangan tersebut terbantahkan oleh bukti-bukti tertulis yang diajukan Turut Termohon. Dengan demikian, dalil-dalil Pemohon tidak beralasan hukum, sehingga permohonan harus ditolak.

4. Dapil Jawa Barat IX (DPR RI) Pemohon mendalilkan bahwa berdasarkan prinsip suara terbanyak dalam penentuan

calon terpilih anggota DPR sebagaimana Putusan Mahkamah Nomor 22-24/PUU-VI/2008 bertanggal 22 Desember 2008, seharusnya Termohon menetapkan A. Helmy Faishal Zaini Caleg DPR RI dari PKB (Pemohon) sebagai Caleg terpilih DPR RI untuk Dapil Jawa Barat IX yang perolehan suaranya sebanyak 35.004 suara lebih besar dari pada suara Caleg PKB untuk DPR dari Dapil Jawa Barat III atas nama Otong Abdurrahman yang hanya memperoleh 7.133 suara.

Pemohon juga mendalilkan bahwa, kuota kursi DPR untuk Dapil Jawa Barat IX sudah terbagi habis, sedangkan di Dapil Jawa Barat III sisa kursi jatuh ke Pemohon dan diraih oleh Caleg Pemohon atas nama Otong Abdurrahman yang suaranya terbanyak di antara Caleg Pemohon di Dapil Jawa Barat III tersebut.

235-614.indd 400 9/24/10 11:09:29 AM

Page 423: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

401Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

Dengan merujuk ketentuan Pasal 205 ayat (7), Pasal 206 dan Pasal 208 UU 10/2008, penetapan perolehan kursi partai politik peserta Pemilu dialokasikan bagi Dapil yang masih memiliki sisa kursi.

Sebagaimana didalilkan oleh Pemohon, kuota kursi DPR untuk Dapil Jawa Barat IX sudah terbagi habis, sedangkan di Dapil Jawa Barat III sisa kursi jatuh ke Pemohon dan diraih oleh Caleg Pemohon atas nama Otong Abdurrahman yang suaranya terbanyak di antara Caleg Pemohon di Dapil Jawa Barat III tersebut. Pemohon telah salah dalam memahami makna “penentuan calon terpilih berdasarkan suara terbanyak” yang harus tetap terkait dengan Dapil yang bersangkutan, bukan lintas Dapil sebagaimana dipahami oleh Pemohon (vide Pertimbangan Hukum Mahkamah dalam Putusan Nomor 74-80-94-59-67/PHPU.C-VII/2009 bertanggal 11 Juni 2009).

Berdasarkan pertimbangan hukum di atas, permohonan Pemohon tidak beralasan hukum, sehingga harus ditolak.

5. Dapil Jawa Timur II (DPR RI) Pemohon mendalilkan keberatannya atas Keputusan KPU 255/2009 juncto Keputusan

Komisi Pemilihan Umum Nomor 259/Kpts/KPU/Tahun 2009 tentang Penetapan perolehan Kursi Partai Politik Peserta Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 (Keputusan KPU 259/2009), khususnya yang terkait dengan pembagian sisa kursi DPR RI tahap ketiga yang tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 205 ayat (5), ayat (6), dan ayat (7) UU 10/2008 dan Peraturan KPU Nomor 15 Tahun 2009 yang merugikan Pemohon, sehingga Pemohon tidak memperoleh kursi DPR RI melalui penghitungan tahap ketiga.

Terhadap dalil Pemohon, Termohon mengajukan eksepsi yang pada pokoknya menyatakan bahwa materi permohonan bukan objek perselisihan hasil pemilihan umum (PHPU) dan Mahkamah tidak berwenang memeriksa dan mengadili perkara tersebut.

Terhadap dalil Pemohon dan jawaban dalam eksepsi dari Termohon, Mahkamah dalam amar Putusan Nomor 74-80-94-59-67/PHPU.C-VII/2009 tanggal 11 Juni 2009, antara lain, menyatakan membatalkan Keputusan KPU Nomor 259/2009 dan menyatakan pula bahwa penerapan Pasal 205 ayat (5), ayat (6) dan ayat (7) oleh KPU adalah salah dan tidak tepat menurut hukum.

Oleh karena Mahkamah telah memutus hal tersebut melalui Putusan Nomor 74-80-94-59-67/PHPU.C-VII/2009 sebagaimana disebutkan dalam huruf c, maka Mahkamah tidak akan menilai dan memutus lagi masalah tersebut. Mahkamah hanya akan menegaskan kembali bahwa dalam putusan terdahulu sejauh menyangkut Pasal 205 UU 10/2008, Mahkamah telah menetapkan dua hal, yaitu Pertama, sisa suara yang ditarik ke provinsi untuk penghitungan tahap III adalah sisa suara dari semua Dapil di provinsi yang bersangkutan dan bukan hanya dari Dapil-Dapil yang memiliki sisa kursi untuk diangkat pada penghitungan tahap III; Kedua, Calon anggota legislatif

235-614.indd 401 9/24/10 11:09:29 AM

Page 424: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

402 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

yang berhak menjadi anggota DPR dari hasil penghitungan tahap III tersebut adalah calon anggota legislatif dari Dapil-Dapil yang memiliki sisa kursi untuk diangkat dalam penghitungan tahap III.

Dengan merujuk Putusan Mahkamah di atas, Mahkamah menilai bahwa dalil-dalil Pemohon beralasan, permohonan telah dikabulkan berdasarkan Putusan Nomor 74-80-94-59-67/PHPU.C-VII/2009 bertanggal 11 Juni 2009.

6. Dapil Jawa Timur IX (DPR RI) Pemohon pada pokoknya mengajukan keberatan atas penetapan perolehan suara

hasil Pemilu yang dilakukan oleh Termohon tentang perolehan suara Pemohon atas nama Caleg Jakfar Shodiq, karena terjadi penggelembungan perolehan suara Caleg Pemohon lainnya atas nama Mabrur, Ana Muawanah, Arif, dan Samsul Huda, sehingga Caleg Jakfar Shodiq tidak berhasil meraih tiket kursi DPR RI.

Permohonan Pemohon telah dijawab oleh Termohon dan Turut Termohon KPU Kabupaten Tuban yang dalam eksepsi menyatakan permohonan tersebut bukan objek perkara perselisihan hasil pemilihan umum dan dalam pokok permohonan menolak dalil-dalil Pemohon. Namun, dalam proses pemeriksaan persidangan, Pemohon tidak pernah lagi berusaha untuk melakukan pembuktian atas permohonan. Oleh karenanya pertimbangan tersebut, permohonan dinyatakan tidak dapat diterima.

7. Dapil Jawa Timur XI (DPR RI) Pemohon pada pokoknya mendalilkan keberatannya atas penetapan Termohon

mengenai penghitungan suara hasil Pemilu di Dapil Jawa Timur XI, karena rekapitulasinya didasarkan atas data yang tidak akurat dan bias sebagai akibat berbagai kecurangan secara sistematis, terstruktur dan masif, khususnya terjadi di Kabupaten Sampang, mulai dari tingkat PPS sampai PPK. Oleh karena itu, Pemohon minta kepada Mahkamah untuk memerintahkan Termohon melakukan penghitungan suara ulang di Kabupaten Sampang dengan menghitung kembali surat suara yang ada dalam kotak suara per TPS dalam waktu paling lambat 30 hari sejak Putusan diucapkan.

KPU Kabupaten Sampang sebagai Turut Termohon menyampaikan tanggapan bahwa apa yang dikemukakan oleh Pemohon hanya bersifat asumtif belaka dan tidak sesuai dengan fakta, karena banyak surat pernyataan dari saksi-saksi Parpol Peserta Pemilu, panitia Pengawas lapangan, Pengawas Kecamatan, dan Panwaslu Kabupaten Sampang yang menyatakan bahwa Pemilu Legislatif di Kabupaten Sampang berjalan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Untuk mendukung dalil-dalilnya Pemohon mengajukan bukti surat (Bukti P-1 s.d. Bukti P-40) dan bukti VCD Rekaman (Bukti P-41) dan dua orang saksi yang bernama Hamdudin dan Muhammad Tamam yang intinya membenarkan terjadinya kecurangan dalam Pemilu di Kabupaten Sampang, sedangkan Turut Termohon (KPU Kabupaten Sampang) menyampaikan Bukti TT-1 s.d. Bukti TT-3.

235-614.indd 402 9/24/10 11:09:29 AM

Page 425: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

403Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

Untuk menyangkal dalil-dalil Pemohon, Pihak Terkait Partai Persatuan Pembangunan (PPP) mengajukan bukti-bukti surat yang diberi tanda Bukti TK-1 s.d. Bukti TK-27.

Berdasarkan atas pertimbangan tersebut di atas, menurut Mahkamah permohonan Pemohon kabur (obscuur libel) dan bukan merupakan objectum litis Perselisihan Hasil Pemilu (PHPU) sebagaimana dimaksud UU MK juncto UU 10/2008 dan PMK 16/2009, sehingga permohonan Pemohon tidak dapat diterima.

8. Dapil Papua (DPR RI) Pemohon pada pokoknya mendalilkan bahwa perolehan suara Pemohon dalam

Pemilu Anggota DPR RI di Dapil Papua adalah 198.105 suara, bukan 87.313 suara sebagaimana yang ditetapkan oleh Turut Termohon (KPU Papua) dan juga bukan 88.628 suara sebagaimana ditetapkan oleh Termohon (KPU).

Pemohon pada pokoknya mendalilkan bahwa perolehan suara Pemohon dalam Pemilu Anggota DPR RI di Dapil Papua adalah 198.105 suara, bukan 87.313 suara sebagaimana yang ditetapkan oleh Turut Termohon (KPU Papua) dan juga bukan 88.628 suara sebagaimana ditetapkan oleh Termohon (KPU).

Termohon menyatakan bahwa tidak mungkin Pemohon dapat membuktikan adanya pengurangan suara yang begitu besar yakni sebanyak 109.477 suara.

Terhadap dalil-dalil permohonan Pemohon tersebut, Mahkamah menilai bahwa dalil-dalil Pemohon tersebut terlalu umum dan bersifat asumtif belaka, karena Pemohon tidak menjelaskan dan merinci di mana dan bagaimana pengurangan perolehan suara Pemohon tersebut terjadi, serta tidak didukung oleh bukti-bukti.

Berdasarkan pertimbangan hukum di atas, menurut Mahkamah permohonan Pemohon tidak jelas, sehingga tidak memenuhi ketentuan Pasal 75 UU MK dan karenanya permohonan tidak dapat diterima. Oleh karena permohonan tidak dapat diterima, maka pokok permohonan tidak perlu dipertimbangkan.

9. Dapil Sulawesi Tengah (DPR RI) Pemohon pada pokoknya mendalilkan, telah terjadi berbagai pelanggaran Pemilu

yang diselenggarakan oleh Termohon, khususnya di Kabupaten Banggai dan Kabupaten Banggai Kepulauan, seperti manipulasi dan rekayasa dalam rekapitulasi penghitungan suara secara sistematis dan dramatis, sehingga ada penggelembungan perolehan suara untuk beberapa partai tertentu dan penggembosan perolehan suara untuk partai yang lain termasuk Pemohon yang perolehan suaranya digembosi dari 73.831 suara menjadi 28.831 suara atau dikurangi sebanyak 65.000 suara. Oleh karena itu, Pemohon meminta Mahkamah untuk memerintahkan Termohon melakukan penghitungan suara ulang di KPU Sulawesi Tengah.

Termohon dalam jawabannya menyampaikan eksepsi yang pada pokoknya menyatakan bahwa permohonan Pemohon bukan objek PHPU sehingga bukan kewenangan Mahkamah untuk mengadilinya, sedangkan dalam pokok perkara Termohon minta agar permohonan ditolak karena tidak beralasan.

235-614.indd 403 9/24/10 11:09:29 AM

Page 426: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

404 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Terhadap dalil Pemohon dan jawaban Termohon tersebut, Mahkamah setelah meneliti dengan saksama permohonan Pemohon, berkesimpulan bahwa dalil-dalil tersebut hanya berkenaan dengan asumsi Pemohon tentang terjadinya pelanggaran-pelanggaran yang memang bukan ranah wewenang Mahkamah untuk menyelesaikannya. Selain itu, Pemohon juga tidak menyampaikan bukti-bukti tentang adanya penggelembungan dan penggembosan perolehan suara partai politik peserta Pemilu, sehingga permohonan kabur (obscuur). Dengan demikian, Mahkamah sependapat dengan eksepsi Termohon bahwa permohonan Pemohon kabur, sehingga harus dinyatakan tidak dapat diterima.

10. Dapil Sulawesi Utara II (DPRD Provinsi) Pemohon pada pokoknya berkeberatan atas penetapan perolehan suara hasil

Pemilu oleh Termohon di Dapil Sulawesi Utara II yang meliputi Kabupaten Minahasa, Kabupaten Minahasa Utara, dan Kota Tomohon, karena perolehan suara Pemohon telah dikurangi dari yang seharusnya menurut versi Pemohon sebanyak 9.799 suara menjadi hanya 9.749 suara menurut versi Termohon KPU, sehingga terkurangi 50 suara, sedangkan untuk Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) suaranya naik sebanyak 80 suara dari yang seharusnya hanya 9.760 suara menjadi 9.840 suara. Menurut Pemohon, penggelembungan suara PKPI sebanyak 80 suara terjadi di PPK Kecamatan Talawaan Kabupaten Minahasa Utara, yakni 77 suara (dari 577 suara menjadi 654 suara) di Desa Talawaan dan 3 suara di Desa Kolongan (dari 204 suara menjadi 207 suara). Sementara itu, pengurangan suara Pemohon sebanyak 50 suara terjadi dalam penghitungan suara di KPU Provinsi Sulawesi Utara yang menetapkan perolehan suara Pemohon di Kabupaten Minahasa hanya 6.800 suara, padahal seharusnya 6.850 suara.

Dalil Pemohon tersebut dikuatkan oleh Saksi Heru Sutrisno yang pada pokoknya mendukung dalil permohonan.

Turut Termohon KPU Sulawesi Utara dalam jawabannya menyatakan, menolak dalil-dalil Pemohon, karena tidak sesuai dengan fakta hukum yang sebenarnya dan selain itu permohonan Pemohon kabur dan mengada-ada sebab tidak menguraikan secara jelas perolehan suara pada tiap-tiap TPS. Berdasarkan bukti-bukti resmi yang dimiliki Turut Termohon, perolehan suara PKPI di Desa Talawaan sebanyak 654 suara untuk 6 TPS (TPS I: 102 suara; TPS II: 105 suara; TPS III: 72 suara, TPS IV 116 suara; TPS V: 91 suara; TPS VI: 168 suara), sedangkan perolehan suara Pemohon hanya 4 suara, yakni 3 suara di TPS I dan 1 suara TPS V (Bukti TT-3). Untuk Desa Kolongan, perolehan suara PKPI sebanyak 204 suara, yakni di TPS I sebanyak 140 suara, TPS II sebanyak 55 suara, dan TPS III suara sebanyak 9 suara, sedangkan perolehan suara PKB hanya 3 suara dari TPS I (Bukti TT-4). Kemudian berdasarkan penghitungan kembali dari Model C-2 Plano sebagai akibat adanya keberatan Saksi PKPI, ternyata perolehan suara PKPI yang benar adalah 207 suara yang disetujui oleh semua saksi partai politik yang hadir, termasuk saksi dari Pemohon (Bukti TT-5).

235-614.indd 404 9/24/10 11:09:29 AM

Page 427: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

405Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

Mahkamah setelah membandingkan bukti-bukti surat yang diajukan oleh kedua belah pihak, yaitu Bukti P-1 s.d. Bukti P- 3 dan Bukti TT-3 s.d. Bukti TT.5 menilai bahwa bukti-bukti yang diajukan oleh Turut Termohon lebih rinci dan lebih lengkap karena didukung oleh penghitungan di TPS melalui Model C1 pada desa-desa yang perolehan suaranya dipersengketakan, sedangkan Pemohon hanya menyajikan bukti berupa Formulir C-1 di TPS I, TPS II, dan TPS III Desa Talawaan yang hasil penghitungan suaranya untuk PKPI dan Pemohon tidak berbeda dengan Bukti TT-3 s.d. Bukti TT.5, sedangkan keterangan Saksi Heru Sutrisno telah terbantahkan oleh bukti-bukti dari Turut Termohon tersebut.

Berdasarkan penilaian atas bukti-bukti yang diajukan oleh kedua belah pihak tersebut, Mahkamah berpendapat bahwa permohonan Pemohon tidak beralasan, sehingga permohonan harus ditolak.

11. Dapil DKI Jakarta IV (DPRD Provinsi) Permohonan Pemohon bertanggal 12 Mei 2009 berisi permohonan untuk Dapil DKI

Jakarta III, kemudian dalam perbaikan permohonan bertanggal 23 Mei 2009 diganti dengan permohonan untuk Dapil DKI Jakarta IV. Selain itu, dalam permohonannya Pemohon juga tidak menyinggung bahwa yang dipersoalkan adalah perolehan suara di Jakarta Selatan (Dapil DKI Jakarta IV), walaupun bukti-bukti yang diajukan adalah kecamatan-kecamatan di Jakarta Selatan.

Permohonan Pemohon bertanggal 12 Mei 2009 berisi permohonan untuk Dapil DKI Jakarta III, kemudian dalam perbaikan permohonan bertanggal 23 Mei 2009 diganti dengan permohonan untuk Dapil DKI Jakarta IV. Selain itu, dalam permohonannya Pemohon juga tidak menyinggung bahwa yang dipersoalkan adalah perolehan suara di Jakarta Selatan (Dapil DKI Jakarta IV), walaupun bukti-bukti yang diajukan adalah kecamatan-kecamatan di Jakarta Selatan.

Penggantian Dapil dalam perbaikan permohonan menurut ketentuan Mahkamah tidak diperkenankan karena akan menimbulkan ketidakpastian bagi para pihak dan juga ditolak oleh Termohon dan Pihak Terkait PPP.

Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, menurut Mahkamah, permohonan Pemohon kabur (obscuur libel), sehingga tidak dapat diterima dan karenanya lebih lanjut pokok permohonan tidak perlu dipertimbangkan.

12. Dapil DKI Jakarta V (DPRD Provinsi) Pemohon pada pokoknya mendalilkan bahwa perolehan suaranya di Dapil DKI

Jakarta V mengalami penggembosan perolehan suara sebanyak 260 suara dari yang seharusnya 17.977 suara (versi Pemohon) menjadi hanya 17.717 suara (versi KPU), sedangkan Partai Hanura mengalami penggelembungan suara sebanyak 433 suara dari yang seharusnya hanya 17.819 suara (versi Pemohon) menjadi 18.252 suara (versi KPU), sehingga Pemohon tidak memperoleh kursi. Menurut Pemohon, penggelembungan perolehan suara Partai Hanura dan penggembosan perolehan

235-614.indd 405 9/24/10 11:09:29 AM

Page 428: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

406 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

suara PKB terjadi di PPK-PPK Kecamatan: Cengkareng, Grogol Petamburan, Taman Sari, Kembangan, Kali Deres, Palmerah, Tambora, dan Kebon Jeruk.

Turut Termohon KPU DKI Jakarta memberikan jawaban yang menyangkal dalil-dalil Pemohon, karena Pemohon tidak menjelaskan secara rinci dalam permohonannya di TPS mana pada kecamatan-kecamatan tersebut terjadi penggelembungan perolehan suara Partai Hanura dan penggembosan perolehan suara PKB.

Dari bukti-bukti surat yang diajukan oleh Pemohon (Bukti P-1 s.d. Bukti P-32), ternyata Pemohon tidak mengajukan bukti berupa formulir C-1 untuk semua TPS dari kecamatan-kecamatan yang diduga ada penggelembungan perolehan suara Partai Hanura dan penggembosan perolehan suara PKB, melainkan hanya beberapa sampel TPS, sehingga bukti-bukti surat, yaitu Bukti P-1 s.d. Bukti P-32 tidak mampu membuktikan kebenaran dalil-dalil atau klaim Pemohon. Selain itu, saksi-saksi yang diajukan oleh Pemohon, yaitu Lutfi Hermansyah dan Drs. Syaefudin jugamenerangkan yang pada pokoknya sama dengan dalil-dalil atau klaim Pemohon, namun tanpa disertai bukti-bukti pendukung.

Menurut Mahkamah, meskipun Turut Termohon tidak menyampaikan bukti-bukti tandingan, namun dari bukti-bukti yang diajukan oleh Pemohon, dapat disimpulkan bahwa bukti-bukti Pemohon tidak cukup lengkap untuk membuktikan dalil-dalil Pemohon.

Pihak Terkait Partai Hanura memberikan keterangan tertulis yang pada pokoknya mendukung keterangan Turut Termohon;

Berdasarkan pertimbangan atas fakta hukum di atas, Mahkamah berpendapat bahwa permohonan Pemohon tidak terbukti beralasan, sehingga permohonan Pemohon harus ditolak.

13. Dapil Nusa Tengara Barat VI (DPRD Provinsi) Pemohon mendalillkan keberatannya atas penetapan Termohon dari yang seharusnya

13.126 suara menjadi hanya 12.307 suara (versi KPU), sehingga terjadi pengurangan suara sebanyak 819 suara. Pengurangan suara Pemohon tersebut terjadi di 11 TPS di Desa Rato, 8 TPS di Desa Rasa Bou, 6 TPS di Desa Sai, 5 TPS di Desa Punti, 5 TPS di Desa Doridungga, 3 TPS di Desa Mpili, 4 TPS di Desa Oo, 6 TPS di Desa Rupe, 6 TPS di Desa Laju, 4 TPS di Desa Mawo Rada, 3 TPS di Desa Kangga, 5 TPS di Desa Sakuru, 4 TPS di Desa Lanta, dan 4 TPS di Desa Lanta Barat.

Turut Termohon KPU Nusa Tenggara Barat menolak dalil-dalil Pemohon tersebut dan menegaskan bahwa perolehan suara Pemohon adalah 12.307 suara.

Untuk membuktikan dalil-dalilnya, Pemohon mengajukan bukti surat, yaitu Bukti P-1 s.d. Bukti P-34 dan mengajukan dua orang saksi, yaitu Sahrul dan Alimin yang intinya ingin menguatkan dalil-dalil permohonan Pemohon, sedangkan Termohon mengajukan Bukti TT-1 s.d. Bukti TT-102.

235-614.indd 406 9/24/10 11:09:29 AM

Page 429: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

407Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

Menurut Mahkamah, terdapat inkonsistensi dalil Pemohon dan keterangan saksi, serta bukti tulisannya. Di Desa Rato, yang diklaim selisih perolehan suaranya terbanyak dari desa-desa lainnya, berdasarkan dalil permohonan terdapat selisih 197 suara dengan perolehan versi Termohon 85 suara, sedangkan perolehan versi Pemohon seharusnya 282 suara. Akan tetapi, menurut Saksi Sahrul, selisih hanya 6 suara, yaitu versi Termohon 85 suara, versi Pemohon 91 suara, padahal dalam Bukti P-18 untuk TPS 5 Desa Rato saja, suara Pemohon tertulis sejumlah 2.222 suara, padahal suara sah di TPS tersebut hanya 277 suara, sedangkan di TPS 10 Desa Rato, bukti Pemohon sangat tidak meyakinkan karena tidak ada tanda tangan KPPS dan saksi partai politik. Hal tersebut juga berlaku untuk bukti-bukti tertulis berupa Formulir C1 lainnya. Dengan demikian, Mahkamah menilai bahwa dalil permohonan dan bukti-bukti surat dan saksi yang diajukan tidak konsisten. Selain itu, bukti surat yang diajukan tidak dapat meyakinkan, sehingga permohonan harus ditolak.

14. Dapil Deli Serdang 3 (DPRD Kabupaten) Pemohon mendalilkan permohonan keberatan atas penghitungan perolehan suara

keliru, karena telah terjadi pengurangan perolehan suara Pemohon sejumlah 2.676 suara di PPK Tanjung Morawa dengan rincian, di Desa Tanjung Morawa B suara Pemohon seharusnya mendapat 1.465 suara (28 TPS).

Pemohon yang mendalilkan permohonan keberatan atas penghitungan perolehan suara keliru, karena telah terjadi pengurangan perolehan suara Pemohon sejumlah 2.676 suara di PPK Tanjung Morawa dengan rincian, di Desa Tanjung Morawa B suara Pemohon seharusnya mendapat 1.465 suara (28 TPS), sedangkan menurut Termohon, suara Pemohon di 28 TPS tersebut adalah 40 suara sehingga terdapat selisih 1.425 suara, sedangkan di Desa Wonosari, suara Pemohon seharusnya 1.274 suara (15 TPS), sedangkan menurut Termohon suara Pemohon di 15 TPS tersebut adalah 23 suara.

Terhadap permohonan tersebut, Turut Termohon KPU Deli Serdang dalam jawabannya menyatakan, menolak seluruh dalil-dalil Pemohon dan menyampaikan bukti-bukti tandingan berupa Formulir C1 TPS-TPS yang dipermasalahkan.

Terhadap perbandingan bukti-bukti yang diajukan Pemohon berupa Formulir C1, dengan bukti-bukti Turut Termohon berupa Formulir C1, Mahkamah menilai, benar terdapat selisih angka-angka, akan tetapi bukti-bukti dari Turut Termohon lebih dapat dipertanggungjawabkan secara hukum, karena tidak ada penebalan dalam tulisan. Selain itu, dalam Formulir C1 yang diajukan oleh Pemohon, tanda tangan KPPS dan saksi partai politik berbeda setiap halamannya, sehingga tidak meyakinkan. Dengan demikian, permohonan Pemohon tidak berdasarkan bukti-bukti yang cukup, sehingga harus ditolak.

15. Dapil Deli Serdang 4 (DPRD Kabupaten) Pemohon pada pokoknya mendalilkan terjadi penggembosan suara pemohon

sebanyak 1.664 suara dari yang seharusnya sebanyak 3.886 suara (versi Pemohon)

235-614.indd 407 9/24/10 11:09:29 AM

Page 430: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

408 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

menjadi hanya 2.200 suara (versi KPU). Kekeliruan penghitungan suara tersebut terjadi di Kecamatan Beringin yang meliputi, Desa Beringin 100 suara, Desa Pasar Lima Kebon Kelapa 328 suara, Desa Sidodi 432 suara, dan Desa Karang Anyar 404 suara dengan total 1.264 suara.

Terhadap permohonan tersebut, Turut Termohon KPU Deli Serdang dalam jawabannya menyatakan, menolak seluruh dalil-dalil Pemohon dan menyampaikan bukti-bukti tandingan berupa Formulir C1 TPS-TPS yang dipermasalahkan.

Pemohon tidak mengajukan bukti-bukti yang cukup untuk menguatkan dalil-dalilnya, tidak ada Formulir C1 maupun Model DA yang dijadikan bukti untuk menguatkan dalil tersebut, padahal Turut Termohon mengajukan bukti lengkap untuk membantah dalil-dalil tersebut, khususnya Formulir C1 seluruh TPS yang dipermasalahkan. Dengan demikian, Mahkamah menilai, dalil-dalil permohonan tersebut tidak terbukti, sehingga permohonan harus ditolak.

16. Dapil Kota Jambi 5 (DPRD Kota) Pemohon menarik kembali permohonan berdasarkan perbaikan permohonan yang

diterima di Kepaniteraan Mahkamah pada tanggal 23 Mei 2009 pukul 13.47 WIB. Dengan demikian, permohonan tersebut tidak akan dipertimbangkan.

Pemohon menarik kembali permohonan berdasarkan perbaikan permohonan yang diterima di Kepaniteraan Mahkamah pada tanggal 23 Mei 2009 pukul 13.47 WIB. Dengan demikian, permohonan tersebut tidak akan dipertimbangkan.

17. Dapil Seluma V (DPRD Kabupaten) Pemohon mendalilkan adanya kekeliruan penghitungan perolehan suara Partai

Pelopor dan Pemohon (PKB) yang dilakukan oleh Termohon dan Turut Termohon (PPK Seluma Selatan dan KPUD Kabupaten Seluma), yang mengakibatkan bertambahnya perolehan suara Partai Pelopor sejumlah 66 suara dari seharusnya adalah 1.006 suara menjadi 1.072 suara dan berkurangnya perolehan suara Pemohon sejumlah 16 suara dari seharusnya adalah 1.065 suara menjadi 1.049 suara.

Untuk mendukung dalil-dalilnya, Pemohon mengajukan bukti-bukti tulisan dan saksi-saksi, yaitu Armansyah (Saksi Pemohon di rapat PPK Seluma Selatan) dan Wahirdam (Saksi Pemohon di rekapitulasi TPS 2 Tangga Batu) yang intinya mendukung dalil permohonan.

Dalil-dalil Pemohon tersebut tidak didukung bukti-bukti yang cukup dan meyakinkan, karena bukti-bukti berupa Formulir C1 yang diajukan (Bukti P-10 s.d. Bukti P-35) terdapat perbedaan tanda tangan KPPS dan saksi partai politik pada setiap halamannya. Dengan demikian Mahkamah harus mengesampingkan bukti-bukti surat tersebut, sedangkan terhadap keterangan saksi dan bukti-bukti tulisan lainnya berupa Model DA1, Mahkamah menilai, telah terbantahkan oleh bukti-bukti tulisan Turut Termohon, di antaranya Model DA dan DA-1 yang merupakan akta otentik resmi KPU. Dengan demikian, dalil-dalil permohonan tidak terbukti dan permohonan harus ditolak.

235-614.indd 408 9/24/10 11:09:29 AM

Page 431: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

409Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

18. Dapil Kota Palembang I (DPRD Kota) Pemohon mendalilkan telah dirugikan berupa berkurangnya perolehan suara Pemohon

yang cukup signifikan sejumlah 2.150 suara dari yang seharusnya adalah 5.506suara menjadi 3.356 suara dan mengakibatkan hilangnya hak Pemohon atas 1 (satu) Kursi DPRD Kota Palembang dari Dapil Kota Palembang I.

Kekeliruan yang dilakukan oleh Termohon dan Turut Termohon, menurut Pemohon, karena pada tanggal 27 April 2009 Turut Termohon memutuskan untuk melakukan penghitungan ulang pada tanggal 28-29 April 2009 dengan hasil Pemohon memperoleh suara sejumlah 3.356 suara, padahal sebelum dilakukan penghitungan suara ulang Pemohon mendapatkan 5.506 suara, sehingga mengakibatkan berkurangnya perolehan suara Pemohon sejumlah 2.150 suara.

Untuk mendukung dalil-dalilnya, Pemohon mengajukan bukti-bukti surat dan saksi, yaitu Akbar Ikhramsyah (saksi Pemohon di pleno PPK Sukarame) dan M. Sueb, S.Ag (saksi Pemohon di KPU Kota Palembang) yang menerangkan mendukung dalil-dalil permohonan, khususnya mengenai perolehan suara.

Mahkamah menilai, dalil Pemohon benar bahwa dengan penghitungan suara ulang tersebut, suara Pemohon menjadi berkurang 2.150 (vide Bukti P-1 s.d. Bukti P-6). Akan tetapi, penghitungan suara ulang dapat dibenarkan sesuai dengan rekomendasi Panwaslu Kota Palembang berdasarkan surat Nomor 424/Panwaslu-Plg/IV/2009 untuk menghitung ulang hasil suara DPRD Kota Palembang karena ada keberatan dari saksi Partai Demokrat (Bukti TT-4). Pelaksanaan penghitungan ulang tersebut pun telah nyata berdasarkan Berita Acara Rapat Nomor 060/52/IV/KPU/2009 bertanggal 27 April 2009 yang ditandatangani seluruh komisoner KPU Kota Palembang dan hasilnya ditetapkan berdasarkan Berita Acara Rapat Pleno Nomor 060/49/IV/KPU/2009 bertanggal 29 April 2009 yang ditandatangani seluruh komisoner KPU Kota Palembang dan dihadiri oleh 13 saksi partai politik (Bukti TT-6). Selain itu, Turut Termohon mengajukan bukti-bukti Formulir C1 yang mendukung hasil penghitungan ulang tersebut. Dengan demikian, dalil-dalil permohonan telah terbantahkan, sehingga permohonan harus dinyatakan ditolak.

19. Dapil Pesawaran 3 (DPRD Kabupaten) Pemohon mendalilkan bahwa telah terjadi kekeliruan penghitungan perolehan suara

yangsignifikanberupapenambahanperolehansuaraPartaiGerindrasejumlah622suara yaitu dari yang seharusnya 1.799 suara menjadi 2.421 suara yang mengakibatkan Pemohon kehilangan 1 kursi DPRD Kabupaten Pesawaran dari Dapil Pesawaran III karena perolehan suaranya sejumlah 2.145 suara dan menduduki rangking ke 9.

Untuk menguatkan dalilnya, Pemohon mengajukan bukti-bukti surat, yaitu Bukti P-1 s.d. Bukti P-37 dan saksi Medi Wijaya (saksi Pemohon di pleno PPK Way Lima) dan Febi Arisma (saksi Pemohon di pleno KPU Kabupaten Pesawaran) yang intinya menguatkan dalil-dalil Pemohon dan saksi mengajukan keberatan di rapat pleno atas adanya kesalahan penghitungan perolehan suara Partai Gerindra.

235-614.indd 409 9/24/10 11:09:29 AM

Page 432: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

410 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Terhadap permohonan tersebut, Turut Termohon menjawab bahwa telah melakukan penghitungan ulang atas keberatan saksi Pemohon. Setelah melakukan pengecekan, pemeriksaan data, dan penghitungan ulang yang disaksikan Panwaslu, hasilnya ternyata sama dengan hasil rekapitulasi yang dilakukan PPK Way Lima yang tertuang dalam Model DA-1 DPRD kabupaten/kota.

Atas bukti-bukti surat yang diajukan oleh Pemohon berupa Formulir C1 (Bukti P-1 s.d. Bukti P-4 dan Bukti P-10 s.d. Bukti P-37) yang diperbandingkan dengan bukti-bukti yang diajukan oleh Termohon (Bukti TT-1), Mahkamah tidak meyakini bukti-bukti yang diajukan Pemohon tersebut, karena tidak tertera penulisan hasil dengan huruf sebagaimana yang telah ditentukan, padahal bukti-bukti yang diajukan Termohon tertera penulisan hasil dengan huruf. Selain itu, terdapat kerancuan penulisan antara huruf dan angka pada bukti-bukti surat Pemohon, karena ada ketidakkonsistenan menulis dengan huruf atau dengan angka. Apalagi, tanda tangan KPPS dan saksi partai politik juga tidak konsisten di setiap halamannya. Sedangkan terhadap keterangan saksi, Mahkamah menilai, hal tersebut telah terbantahkan oleh bukti-bukti tulisan yang disampaikan Turut Termohon. Dengan demikian, dalil-dalil yang diajukan Pemohon tidak beralasan hukum, sehingga permohonan harus ditolak.

20. Dapil Kota Malang I (DPRD Kota) Pemohon berdalil bahwa Termohon dan Turut Termohon telah keliru menghitung

jumlah Perolehan Suara dan kursi DPRD Kota Malang seluruh Partai Politik di Dapil Kota Malang I, dalam bentuk penambahan jumlah perolehan suara sah seluruh partai politik yang mengakibatkan tingginya jumlah Bilangan Pembagi Pemilih (BPP) untuk kursi DPRD Kota Malang Dapil I, sehingga menyebabkan Pemohon dirugikan dan telah kehilangan hak atas satu kursi DPRD Kota Malang dari Dapil I. Perhitungan suara sah menurut Pemohon adalah 76.028 suara yang didapatkan berdasarkan data dari Model C1 di 35 TPS di Kecamatan Kedungkandang.

Untuk mendukung dalil-dalilnya, Pemohon mengajukan bukti-bukti tulisan dan keterangan saksi Muhammad Wahid (Saksi Pemohon di pleno PPK Kedung Kandang) dan Mulyono (saksi Pemohon di pleno KPU Kota Malang) yang keterangannya pada intinya keduanya mengajukan keberatan atas selisih perolehan suara.

KPU Kota Malang (Turut Termohon) menyatakan bahwa memang terjadi revisi atas Berita Acara Model DA yang dikeluarkan PPK yang tertera jumlah suara sah 76.800, setelah direvisi menjadi 76.601 (Model DB 1 KPU Kota Malang) sehingga berselisih 199 suara. Menurut Turut Termohon, selisih muncul karena partai yang tidak memiliki Caleg di Dapil 1 suaranya dimasukkan suara tidak sah.

Walau demikian Turut Termohon telah melakukan pengecekan ulang, dan menemukan kelebihan total suara di Dapil Kota Malang 1 sejumlah 164 suara sah dan kekurangannya 52 suara untuk seluruh partai, sehingga total suara sah yang semestinya 76.489 menjadi 76.617 atau ada pengurangan 112 suara. Dengan demikian, walaupun ada pengurangan suara sah, maka yang terjadi tidak

235-614.indd 410 9/24/10 11:09:29 AM

Page 433: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

411Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

mempengaruhi perolehan kursi di Daerah Pemilihan 1 Kota Malang. Hal tersebut karena suara Partai Amanat Nasional (PAN) hanya berkurang 2 menjadi 3394 suara dan suara Pemohon berkurang 22 suara menjadi 11.858 suara. Suara sah 76.601 dikurangi 122 suara menjadi 76.489 dibagi 9 kursi, maka Bilangan Pembagi Pemilih (BPP) adalah 8.499. Maka suara sisa Pemohon setelah dikurangi BPP tahap I = 3.359, sementara suara PAN 3.394. Dengan demikian, suara PAN lebih besar dari suara sisa Pemohon di Dapil Kota Malang 1.

Terhadap hal tersebut, karena Pemohon tidak menunjukkan TPS-TPS yang bermasalah dan hanya menyebutkan dalam permohonannya tentang adanya 35 TPS yang bermasalah, sedangkan bukti-bukti Formulir C1 yang diajukan hanya untuk 24 TPS (Bukti P-6 s.d. Bukti P-26) dan keterangan saksi-saksi hanya terkait dengan selisih perolehan suara yang telah dijawab Turut Termohon tersebut, maka dalil-dalil permohonan tidak terbukti. Akan tetapi, Turut Termohon mengakui telah terjadi kekeliruan, sehingga Mahkamah kemudian akan mempertimbangkan lebih lanjutsignifikasiperubahanperingkatperolehansuaraberdasarkandatakekeliruandalam jawaban Turut Termohon. Ternyata, berbeda dengan jawaban Turut Termohon yang menyatakan suara Pemohon harus dikurangi 22, Mahkamah menilai, seharusnya suara Pemohon dikurangi 24, (karena ada penambahan suara Pemohon di TPS 43 Kota Lama sejumlah 2 suara dan penambahan suara Pemohon di TPS 18 Bu Ring sejumlah 22 suara), sehingga menjadi 11.856 suara yang setelah dikurangi BPP 8.499, maka tersisa 3.357 suara, lebih sedikit dari perolehan suara PAN, yaitu 3.394, sehingga yang mendapat kursi sisa adalah PAN. Dengan demikian, hasilnya tidaksignifikanuntukmengubahperingkatperolehansuara,sehinggapermohonanharus ditolak.

21. Dapil Sidoarjo 3 (DPRD Kabupaten) Pemohon mendalilkan keberatannya atas penetapan perolehan suara hasil Pemilu

oleh Termohon terhadap Caleg Pemohon atas nama Drs. H. Mochamad Musauwimin dari Dapil Kabupaten Sidoarjo 3 yang meliputi tiga kecamatan, yaitu Sukodono, Tulangan, dan Wonoayu. Keberatan Pemohon khususnya mengenai perolehan suara Pemohon di PPK Sukodono yang oleh Termohon/Turut Termohon, dalam hal ini PPK Sukodono, ditetapkan sebanyak 21.343 suara untuk Pemohon PKB dan Caleg Pemohon atas nama Drs. H. Mochamad Musauwimin sebanyak 179 suara, padahal seharusnya menurut Pemohon untuk PKB sebanyak 22.843 suara dan untuk Caleg Pemohon sebanyak 1.500 suara. Sebagai akibat kesalahan Termohon/Turut Termohon tersebut, Pemohon tidak mendapatkan kursi DPRD Kabupaten Sidoarjo pada penghitungan tahap ketiga.

Terhadap dalil Pemohon, KPU Kabupaten Sidoarjo menyampaikan tanggapan yang pada intinya menolak dalil-dalil Pemohon, selain karena permohonannya yang tidak memenuhi syarat prosedural permohonan PHPU, juga data mengenai klaim perolehan suara yang didalilkan tidak valid, tidak akurat, dan kabur.

235-614.indd 411 9/24/10 11:09:29 AM

Page 434: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

412 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Untuk mendukung dalil-dalilnya, Pemohon mengajukan bukti surat berupa Bukti P-1 s.d. Bukti P-4, sedangkan Turut Termohon mengajukan Bukti T-1 s.d. Bukti T-63 dan seorang saksi yang bernama Moch. Ansori yang justru adalah Saksi Mandat PKB (Pemohon) di PPK Sukodono.

Terhadap dalil-dalil para pihak beserta bukti-bukti yang diajukannya, Mahkamah menilai, bukti-bukti surat yang diajukan oleh Pemohon tidak lengkap dan tidak ditandatangani oleh PPK dan saksi-saksi, sedangkan bukti-bukti surat yang diajukan oleh Turut Termohon lengkap dan merupakan bukti resmi KPU. Tambahan pula dari Bukti T-62 ternyata Saksi Mandat PKB (Pemohon) yang bernama M. Ansori juga ikut menandatangani Berita Acara Model DA DPRD Kabupaten/Kota beserta Lampirannya berupa Model DA-1, bahkan dalam kesaksiannya di bawah sumpah, M. Ansori juga membenarkan hasil rekapitulasi penghitungan suara di PPK Sukodono.

Berdasarkan pertimbangan hukum di atas, Mahkamah menilai dalil-dalil Pemohon tidak terbukti beralasan, sehingga permohonan harus ditolak.

22. Dapil Kubu Raya IV (DPRD Kabupaten) Pemohon mendalilkan terjadi pengurangan suara 10 suara, dari yang seharusnya

1.080 menjadi 1.070 suara, sedangkan perolehan suara Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) bertambah 9 suara dari 1.066 menjadi 1.075 suara. Penggelembungan PKPI dan pengurangan suara Pemohon terjadi di Kecamatan Teluk Pakedai. Untuk mendukung dalilnya, Pemohon mengajukan bukti-bukti tulisan dan saksi Heriyanto dan Mulyadi Tawik yang memberikan keterangan pada intinya menguatkan dalil-dalil permohonan.

Untuk mendukung dalilnya, Pemohon mengajukan bukti-bukti tulisan dan saksi Heriyanto dan Mulyadi Tawik yang memberikan keterangan pada intinya menguatkan dalil-dalil permohonan.

Turut Termohon dalam jawabannya menyatakan menolak dalil-dalil Pemohon, karena Pemohon mendasarkan pada asumsi-asumsi semata.

Terhadap permohonan tersebut, Mahkamah menilai, adanya penambahan 9 suara PKPI di Kecamatan Teluk Pakedai sebagaimana yang didalilkan oleh Pemohon tidak terbukti karena bukti surat yang diajukan berupa Model DA (Bukti P-15) adalah bukti yang disusun sendiri oleh Pemohon, sehingga terbantahkan oleh bukti yang diajukan oleh Turut Termohon, yaitu Model DA asli (Bukti TT-5).

Mahkamah menilai, adanya pengurangan suara Pemohon sejumlah 10 suara di Kecamatan Teluk Pakedai sebagaimana yang didalilkan oleh Pemohon tidak terbukti karena bukti surat yang diajukan berupa Model DA (Bukti P-15) adalah bukti yang disusun sendiri oleh Pemohon, sehingga terbantahkan oleh bukti yang diajukan oleh Turut Termohon, yaitu Model DA asli (Bukti TT-5).

Terhadap keterangan saksi-saksi Pemohon, Mahkamah menilai, juga telah terbantahkan oleh bukti-bukti tulisan Turut Termohon.

235-614.indd 412 9/24/10 11:09:29 AM

Page 435: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

413Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

Dengan demikian, dalil permohonan Pemohon tidak berdasarkan bukti yang kuat, sehingga permohonan ditolak.

23. Dapil Sidenreng Rappang III (DPRD Kabupaten) Pemohon mendalilkan, terdapat kekeliruan penghitungan perolehan yang dilakukan

Termohon dan Turut Termohon yang menetapkan 1.807 suara, padahal seharusnya 2.117 suara yang berasal dari kesalahan penghitungan di Kecamatan Kulo berdasarkan rekapitulasi PPK yang menetapkan jumlah perolehan suara Pemohon adalah 505 suara, tetapi diubah KPU Kabupaten menjadi 195 suara.

Untuk mendukung dalil-dalilnya, Pemohon mengajukan bukti-bukti surat dan saksi Sofyan, S.E yang keterangannya ingin mendukung dalil Pemohon. Ternyata, berdasarkan keterangan saksi Sofyan, S.E. (saksi Pemohon di rapat Pleno KPU Kabupaten Sidenreng Rappang), pengubahan KPU Kabupaten tersebut karena ada keberatan dari Partai Amanat Nasional, sehingga dilakukan penghitungan kembali yang memunculkan angka untuk Pemohon sejumlah 195 suara. Sedangkan untuk membantah dalil-dalil Pemohon, maka Turut Termohon mengajukan bukti-bukti surat yakni Bukti TT-1 s.d. Bukti TT-7.

Setelah menilai bukti Pemohon yang terkait dengan pokok permohonan, yaitu Model DA-1 DPRD (Bukti P-2) dan dibandingkan dengan bukti yang diajukan oleh Termohon berupa Model DA-1 DPRD, Mahkamah menilai, bukti yang diajukan oleh Pemohon tidak meyakinkan, karena pada perolehan suara Pemohon di Kecamatan Kulo pada desa-desa yang dipermasalahkan, terdapat bekas tip-ex yang sangat kentara, kemudian ditulis ulang dengan angka-angka versi Pemohon. Hal yang sama terjadi pada penunjukan suara sah di Kecamatan Kulo.

Terhadap keterangan-keterangan yang diajukan saksi Pemohon yang intinya ingin mendukung dalil permohonan, Mahkamah menilai telah terbantahkan oleh bukti-bukti surat Turut Termohon (Bukti TT-1 s.d. Bukti TT-7). Dengan demikian, dalil permohonan tidak terbukti, sehingga permohonan harus ditolak.

24. Dapil Wakatobi I (DPRD Kabupaten) Menurut Pemohon, penghitungan perolehan suara yang dilakukan oleh Termohon dan

KPU Kabupaten Wakatobi (Turut Termohon) adalah keliru dan telah mengakibatkan kerugian berupa berkurangnya suara yang seharusnya diperoleh Pemohon sejumlah 2 suara dan mengakibatkan Pemohon menempati peringkat ke-10 dengan perolehan suara sejumlah 762 suara, seharusnya sejumlah 764 suara dengan peringkat ke-8 dan berhak atas satu kursi terakhir untuk DPRD Kabupaten Wakatobi dari Dapil Wakatobi I yang seluruhnya berjumlah 12 Kursi. Pemohon berdalil, kekeliruan penghitungan dilakukan oleh Termohon dan Turut Termohon, yaitu terdapat pengurangan jumlah perolehan suara Pemohon pada tingkatan PPK Wangi-wangi sejumlah 2 suara sebagaimana termuat dalam Lampiran Model DB-1 Kabupaten/Kota dari KPU Kabupaten Wakatobi berdasarkan Rapat Pleno Wakatobi tanggal 8

235-614.indd 413 9/24/10 11:09:29 AM

Page 436: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

414 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Mei 2009 dan penambahan suara Partai Penegak Demokrasi Indonesia (PPDI) di PPK Wangi-Wangi Selatan sebanyak 3 suara.

Menurut Pemohon, PPDI memang mengajukan keberatan saat Rapat Pleno PPK Wangi Wangi Selatan bahwa PPDI berkurang perolehan suaranya sejumlah 1 suara di Desa Numana Kecamatan Wangi-Wangi Selatan, ternyata malah dikabulkan oleh Turut Termohon sebanyak 3 suara yang akhirnya merugikan Pemohon karena telah kehilangan satu kursi terakhir untuk DPRD Kabupaten Wakatobi dari Dapil 1.

Mahkamah menilai, adanya selisih suara sebagaimana yang didalilkan Pemohon telahdiverifikasiolehTermohon(jawabanTurutTermohon)dandibuktikanolehBeritaAcara Pembukaan Model C2 DPRD Kabupaten oleh KPU Kabupaten Wakatobi dan Panwas Kabupaten Wakatobi (Bukti TT-119) dengan hasil Partai Kebangkitan Bangsa memperoleh 762 suara, Partai Penegak Demokrasi Indonesia memperoleh 764 suara, dan Partai Persatuan Pembangunan memperoleh 753 suara, sedangkan bukti-bukti surat yang diajukan Pemohon berupa Model C 2 (Bukti P-29 s.d. Bukti P-86 dan Bukti P-97 s.d. Bukti P-126) bukanlah dalam format standar yang telah ditentukan, sehingga tidak mempunyai nilai pembuktian dan Mahkamah tidak meyakininya, sedangkan Turut Termohon mengajukan Bukti TT-1 s.d. Bukti TT-118 berupa Model C1 untuk membantah dalil permohonan. Oleh karenanya permohonan Pemohon harus ditolak.

25. Dapil Toba Samosir 3 (DPRD Kabupaten) Pemohon mendalilkan hasil penghitungan perolehan suara yang dilakukan oleh

Termohon dan Turut Termohon keliru dan telah mengakibatkan kerugian berupa berkurangnya suara yang seharusnya diperoleh Pemohon, yaitu sejumlah 61 Suara dan mengakibatkan Pemohon menempati peringkat ke-9 dengan perolehan sejumlah 1.303 suara dari yang seharusnya sejumlah 1.364 suara dengan peringkat ke-7 dan berhak atas 1 (satu) kursi untuk DPRD Kabupaten Langkat dari Dapil Toba Samosir III. Kekeliruan penghitungan terjadi pada Rekapitulasi Sertifikat ModelDA-1 DPRD Kabupaten Toba Samosir (Tobasa) Dapil III yang diterbitkan PPK Pintu Pohan Meranti pada kolom Desa Meranti Utara TPS II, dimana tertera perolehan suara Pemohon adalah 6 suara, namun yang benar adalah 67 suara sehingga perolehan berdasarkan Formulir Model C1 TPS II Desa Meranti Beringin suara Pemohon adalah 61 suara + 1.303 suara = 1.364 suara.

Pemohon mendalilkan hasil penghitungan perolehan suara yang dilakukan oleh Termohon dan Turut Termohon keliru dan telah mengakibatkan kerugian berupa berkurangnya suara yang seharusnya diperoleh Pemohon. Kekeliruan penghitungan terjadi pada Rekapitulasi Sertifikat Model DA-1 DPRD Kabupaten Toba Samosir(Tobasa) Dapil III yang diterbitkan PPK Pintu Pohan Meranti pada kolom Desa Meranti Utara TPS II, dimana tertera perolehan suara Pemohon adalah 6 suara, namun yang benar adalah 67 suara sehingga perolehan berdasarkan Formulir Model C1 TPS II Desa Meranti Beringin suara Pemohon adalah 61 suara + 1.303 suara

235-614.indd 414 9/24/10 11:09:29 AM

Page 437: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

415Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

= 1.364 suara. Untuk mendukung dalil-dalilnya, Pemohon mengajukan bukti-bukti surat, salah satunya, Bukti P-6 berupa Model C TPS II Desa Meranti Utara.

Menurut Turut Termohon, jika Pemohon berasumsi perolehan suaranya di TPS II Desa Meranti Utara adalah 67 suara, maka akan terjadi ketidakkonsistenan dalam jumlah suara sah dan tidak sah pada TPS II Desa Meranti Utara tersebut. Di mana jumlah DPT pada TPS II Desa meranti Utara adalah sebanyak 377 orang dan pemilih yang menggunakan hak suara pada TPS tersebut adalah sebanyak 242 orang dan yang tidak menggunakan hak pilih sebanyak 135 orang. Dan 242 pemilih yang menggunakan suaranya maka diperoleh hasil suara sah 232 dan suara tidak sah 10, sementara untuk perolehan suara Pemohon sebanyak 6 suara. Dengan dalil Pemohon yang menyatakan kehilangan 61 suara, maka akan menyebabkan bertambahnya jumlah suara sah di TPS II Desa Meranti Utara menjadi 232 + 61 = 293 suara dan ini sudah tidak sesuai dengan data pemilih yang hadir serta data penggunaan surat suara sebagaimana terdapat di Formulir C - 1 . Untuk mendukung jawabannya, Turut Termohon mengajukan bukti-bukti surat, salah satunya, Bukti TT-2 berupa Model C TPS II Desa Meranti Utara.

Terhadap hal-hal tersebut, Mahkamah menilai, terdapat perbedaan angka-angka antara Bukti P-6 berupa Model C TPS II Desa Meranti Utara dan Bukti TT-2 berupa Model C TPS II Desa Meranti Utara, yaitu perolehan suara Pemohon (versi Bukti P-6 sejumlah 67 suara, versi Bukti TT-2 sejumlah 6 suara), perolehan suara Partai Matahari Bangsa (versi Bukti P-6 sejumlah 39 suara, versi Bukti TT-2 sejumlah 49 suara), dan perolehan suara Partai Damai Sejahtera (versi Bukti P-6 sejumlah 0 suara, versi Bukti TT-2 sejumlah 30 suara), serta penjumlahan suara sah (versi Bukti P-6 sejumlah 233 suara, versi Bukti TT-2 sejumlah 232 suara). Terkait dengan itu, perolehan suara dalam Bukti TT-2 berupa Model C TPS II Desa Meranti Utara sama dengan Bukti TT-1 berupa Model C2 TPS II Desa Meranti Utara.

Mahkamah menilai, terdapat inkonsistensi dalam Model C TPS II Desa Meranti Utara versi Bukti P-6, karena data surat sah tertera 232 suara, padahal total penjumlahan suara sah sejumlah 233. Selain itu, tidak terdapat cap basah Model C TPS II Desa Meranti Utara versi Bukti P-6 dan tanda tangan KPPS dan saksi partai politik berbeda di setiap halamannya. Dengan demikian, bukti tersebut tidak beralasan hukum, sehingga permohonan harus ditolak.

26. Dapil Blitar 3 (DPRD Kabupaten) Pemohon mendalilkan, Termohon dan Turut Termohon (KPU Kabupaten Blitar)

telah melakukan kekeliruan dalam menghitung jumlah perolehan suara milik Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) di Dapil Blitar 3 untuk DPRD Kabupaten Blitar, yang menyebabkan Pemohon kehilangan hak atas 1 (satu) kursi di DPRD Blitar III dari Dapil Blitar III. Perolehan Kursi PDIP yang sebenarnya adalah 35.711 (versi KPU 38.475) dan bila dihitung dengan Bilangan Pembagi Pemilih (11.348) hanya mendapat 3 kursi dengan sisa suara 2.510, sedangkan Pemohon dengan

235-614.indd 415 9/24/10 11:09:29 AM

Page 438: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

416 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

suara 15.301 mendapatkan 2 kursi (1 kursi diperoleh pada tahapan pertama, masih tersisa suara sejumlah 4.234 suara sehingga memperoleh 1 kursi lagi dalam tahapan kedua).

Pemohon juga mendalilkan kesalahan penghitungan Termohon dan Turut Termohon atas perolehan suara PDIP untuk DPRD Kabupaten Blitar dari Dapil Blitar 3 berdasarkan perbedaan yang mencolok antara data di Formulir C1 dan Formulir DA.

Pemohon mendalilkan, Termohon dan Turut Termohon (KPU Kabupaten Blitar) telah melakukan kekeliruan dalam menghitung jumlah perolehan suara milik Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) di Dapil Blitar 3 untuk DPRD Kabupaten Blitar, menyebabkan Pemohon kehilangan hak atas 1 (satu) kursi di DPRD Blitar III dari Dapil Blitar III. Perolehan Kursi PDIP yang sebenarnya adalah 35.711 (versi KPU 38.475) bila dihitung dengan Bilangan Pembagi Pemilih (11.348) hanya mendapat 3 kursi dengan sisa suara 2.510, sedangkan Pemohon dengan suara 15.301 mendapat 2 kursi (1 kursi diperoleh pada tahapan pertama, masih tersisa suara sejumlah 4.234 suara sehingga memperoleh 1 kursi lagi dalam tahapan kedua).

Untuk mendukung dalilnya, maka Pemohon mengajukan dua orang saksi yakni Darul Azis, S.I.P (Saksi Pemohon di pleno KPU Kabupaten Blitar) dan Maryana (Saksi PKB pleno di PPK Kecamatan Gandusari Blitar).

Di samping itu, Pemohon mendalilkan bahwa, kesalahan penghitungan Pemohon dan Turut Termohon atas perolehan suara PDIP untuk DPRD Kabupaten Blitar dari Dapil Blitar 3 berdasarkan perbedaan yang mencolok antara data di Formulir C1 dan Formulir DA. Akan tetapi, Pemohon tidak menentukan wilayah desa-desa dan TPS-TPS yang dipermasalahkan. Dengan demikian, Mahkamah menilai permohonan kabur (obscuur), sehingga permohonan harus dinyatakan tidak dapat diterima.

27. Dapil Jepara 4 (DPRD Kabupaten) Pemohon mendalilkan bahwa Termohon dan Turut Termohon telah melakukan

kekeliruan dalam menghitung jumlah perolehan suara Pemohon dan Partai Hati Nurani Rakyat di Dapil Jepara 4 untuk DPRD Kabupaten Jepara, yaitu adanya penambahan suara Partai Hati Nurani Rakyat sebanyak 86 suara dan telah terjadi pengurangan suara Pemohon sebanyak 136 suara.

Dalam persidangan, Pemohon mengajukan dua orang saksi yakni M. Fahrudin (Saksi PKB untuk pleno PPK Kecamatan Mayong Jepara) bahwa saksi tidak mengajukan keberatan. Namun, setelah pulang dari rapat pleno, ternyata ada selisih suara PKB. Serta, saksi Arief Rahman (Saksi PKB untuk pleno KPU Kabupaten Jepara).

Pemohon mendalilkan bahwa Termohon dan Turut Termohon telah melakukan kekeliruan dalam menghitung jumlah perolehan suara Pemohon dan Partai Hati Nurani Rakyat di Dapil Jepara 4 untuk DPRD Kabupaten Jepara, yaitu adanya penambahan suara Partai Hati Nurani Rakyat sebanyak 86 suara dan telah terjadi pengurangan suara Pemohon sebanyak 136 suara. Akan tetapi, Pemohon tidak menentukan wilayah desa-desa dan TPS-TPS yang dipermasalahkan. Dengan

235-614.indd 416 9/24/10 11:09:29 AM

Page 439: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

417Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

demikian, Mahkamah menilai permohonan kabur (obscuur), sehingga permohonan harus dinyatakan tidak dapat diterima.

28. Dapil Langkat 2 (DPRD Kabupaten) Pemohon mendalilkan, hasil penghitungan perolehan suara yang dilakukan oleh

Termohon dan Turut Termohon adalah keliru. Menurut Pemohon, perolehan suara Partai Damai Sejahtera (PDS) seharusnya adalah 3.154 suara, bukan 3.258 suara (versi KPU), sehingga terdapat penambahan jumlah perolehan suara PDS sejumlah 104 suara. Perolehan suara Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB) seharusnya adalah 3.177 suara, bukan 3.277 suara (versi KPU), sehingga terdapat penambahan jumlah perolehan suara PKPB sejumlah 50 suara. Selain itu, perolehan suara Pemohon seharusnya adalah 3.182 suara, bukan 3.158 suara (versi KPU), sehingga terdapat pengurangan jumlah perolehan suara Pemohon sejumlah 24 suara

Dalam jawabannya Termohon dan Turut Termohon, serta Pihak Terkait dalam keterangannya, mengajukan eksepsi yang pada pokoknya menyatakan bahwa:

(i) permohonan Pemohon tidak termasuk objek perselisihan hasil Pemilu; (ii) permohonan kabur (obscuur libel).

Terhadap keberatan sepanjang mengenai permohonan Pemohon, yang oleh Termohon dan Turut Termohon, serta Pihak Terkait, didalilkan tidak termasuk objek perselisihan hasil Pemilu dan kabur (obscuur libel), Mahkamah menilai, eksepsi tersebut sudah termasuk dalam materi pokok permohonan yang akan dipertimbangkan bersama-sama dengan pokok permohonan dalam setiap Dapil yang dimohonkan.

Untuk menguatkan dalilnya, Pemohon mengajukan bukti-bukti surat Bukti P-1 s.d. Bukti P-190, serta mengajukan saksi Agus Suryanda (Saksi Pemohon di pleno PPK Besitang) dan Rumani (Saksi Pemohon di pleno PPK Berandan Barat) yang intinya menguatkan dalil-dalil permohonan.

Terhadap hal tersebut, ternyata Turut Termohon tidak menyampaikan jawaban atau bukti tandingan, sedangkan Termohon hanya menyampaikan jawaban umum yang ditujukan untuk semua Dapil, yaitu bahwa penetapan Perolehan suara Partai Politik sudah dilakukan sesuai ketentuan dibuatkan berita acara dan ditanda-tangani para saksi partai politik yang hadir (vide Jawaban Termohon).

Terhadap hal tersebut, Mahkamah menilai, dalil dan bukti-bukti yang diajukan oleh Pemohon tidak dibantah oleh Termohon dan Turut Termohon. Dengan demikian, permohonan harus dikabulkan.Berpijak pada pendapatnya, Mahkamah menjatuhkan amar putusan sebagai

berikut. Dalam Eksepsi:Menyatakan eksepsi Termohon, Turut Termohon, dan Pihak Terkait dikabulkan sebagian.

235-614.indd 417 9/24/10 11:09:29 AM

Page 440: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

418 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Dalam Pokok Permohonan: 1. Menyatakan permohonan Pemohon untuk Dapil Lampung I (DPR RI), Dapil Jawa

Timur IX (DPR RI), Dapil Jawa Timur XI (DPR RI), Dapil Papua (DPR RI), Dapil Sulawesi Tengah (DPR RI), Dapil DKI Jakarta IV (DPRD Provinsi), Dapil Deli Serdang 3 (DPRD Kabupaten), Dapil Blitar 3 (DPRD Kabupaten), Dapil Jepara 4 (DPRD Kabupaten) tidak dapat diterima;

2. Menyatakan batal Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota Secara Nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 sepanjang mengenai perolehan suara Pemohon, Partai Damai Sejahtera, dan Partai Karya Peduli Bangsa di Daerah Pemilihan Kabupaten Langkat 2 untuk pemilihan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Langkat;

3. Menyatakan bahwa perolehan suara yang benar di Daerah Pemilihan Kabupaten Langkat 2 pemilihan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Langkat untuk Partai Damai Sejahtera sejumlah 3.154 suara, Partai Karya Peduli Bangsa sejumlah 3.177 suara, dan Pemohon sejumlah 3.182 suara;

4. Memerintahkan Komisi Pemilihan Umum untuk melaksanakan putusan ini;5. Menyatakan menolak permohonan Pemohon untuk selain dan selebihnya.

235-614.indd 418 9/24/10 11:09:29 AM

Page 441: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

419Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 68/PHPU.C-VII/2009

TENTANGKEBERATAN PARTAI DAMAI SEJAHTERA TERHADAP PENETAPAN HASIL

PEMILIHAN UMUM CALON ANGGOTA DPR, DPRD PROVINSI,DPRD KABUPATEN/KOTA

Pemohon : 1. dr. Ruyandi Hutasoit; 2. Ir. Ferry B. Regar.Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) Anggota DPR, DPD

dan DPRD.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN

2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD Tahun 2009 Secara Nasional.

Amar Putusan : Dalam Eksepsi Menolak eksepsi Termohon dan Turut Termohon. Dalam Pokok Perkara - Mengabulkan permohonan Pemohon untuk sebagian; - Menyatakan dalil-dalil Pemohon sepanjang: 1. Dapil Provinsi Kalimantan Timur 2; 2. Dapil Kota Bekasi 4; 3. Dapil Kabupaten Kepuluan Talaud 1. Berdasar dan beralasan hukum; - Menyatakan batal Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/

TAHUN 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

235-614.indd 419 9/24/10 11:09:29 AM

Page 442: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

420 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Kota Secara Nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 sepanjang menyangkut daerah pemilihan Provinsi Kalimantan Timur 2, Kota Bekasi 4, Kabupaten Kepulauan Talaud 1;

- Menyatakan penghitungan suara yang benar untuk: 1. Maria Margaretha Rini Puspa Dapil Provinsi kalimantan

Timur 2, Kecamatan Panajam sebanyak 266 (dua ratus enam puluh enam) suara,

2. Kota Bekasi 4 Partai Damai Sejahtera memperoleh suara sebanyak 6107 suara, sedangkan suara Partai Persatuan Pembangunan 6.060 (enam ribu enam puluh) suara;

3. Kabupaten Kepulaun Talaud 1 suara sah 23.999 (dua puluh tiga ribu sembilan ratus sembilan puluh sembilan) suara;

- Memerintahkan Komisi Pemilihan Umum dan Komisi Pemilihan Umum Provinsi Kalimantan Timur, Komisi Pemilihan Umum Kota Bekasi dan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Kepulauan Talaud untuk melaksanakan putusan ini;

- Menolak untuk selain dan selebihnya; - Menolak permohonan Pemohon untuk keseluruhannya

terhadap: 1. Dapil Kota Pekan Baru 1 Provinsi Riau; 2. Kabupaten Landak 1; 3. Kabupaten Dairi 2; 4. Kabupaten Luwu 2.Tanggal Putusan : Rabu, 17 Juni 2009Ikhtisar Putusan :

Pemohon keberatan terhadap keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN 2009 bertanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota Secara Nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 yang meliputi.1. Daerah Pemilihan Provinsi Kalimantan Timur 2 Pemohon menyatakan hasil rekapitulasi yang telah dilakukan oleh KPU Provinsi

Kalimantan Timur, Partai Damai Sejahtera (PDS) mengalami pengurangan 70 suara dari pemilih sah Calon Legislatif atas nama Maria Margaretha Rini Puspa di 3 TPS, yaitu TPS 2, TPS 5 dan TPS 8 Desa Gersik, Kecamatan Penajam dan Penajam Paser Utara dari jumlah suara sebanyak 122 suara ditulis 52 suara. Mahkamah berpendapat bahwa suara Caleg PDS Maria Margaretha Rini Puspa

235-614.indd 420 9/24/10 11:09:29 AM

Page 443: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

421Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

berdasarkan bukti Model C-1 (P-2) sama dengan bukti Model C-1 Turut Termohon (TTI-4) mendapatkan suara sebanyak 122 suara, akan tetapi berdasarkan formulir DA-1 bukti P-3 sama dengan bukti Turut Termohon TTI-3 ditulis 52 suara, sehingga suara Calon Legislatif Maria Margaretha menjadi berkurang 70 suara. seharusnya di Kecamatan Panajam suara Maria Margaretha Rini Puspa sebanyak 196 + 70 = 266 suara bukan 196. Berdasarkan fakta hukum tersebut Mahkamah menilai bahwa dalil-dalil Pemohon berdasar dan beralasan hukum terbukti menurut hukum.

2. Daerah Pemilihan Kota Pekan Baru 1 Riau Pemohon menyatakan bahwa Turut Termohon KPU Provinsi Riau telah melakukan

penggelembungan suara untuk Partai Persatuan Pembangunan di 6 kecamatan yaitu Kecamatan Senapelan sebanyak 14 suara, Marpoyan Damai sebanyak 2 suara, Payung Sekaki sebanyak 230 suara, Suka Jadi sebanyak 212 suara, Tenayan Raya sebanyak 316 suara Rumbai Pesisir sebanyak 148 suara sehingga total keseluruhan penggelembungan suara Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sebanyak 922 suara. Pemohon juga mendalilkan bahwa telah terjadi pengurangan suara Pemohon sebanyak 240 suara. Untuk menguatkan dalilnya Pemohon mengajukan Bukti P-1 yaitu berupa kumpulan Formulir C-1.

Mahkamah berpendapat bahwa penggelembungan suara yang dilakukan oleh Turut Termohon KPU Provinsi Riau untuk Partai Persatuan Pembangunan maupun pengurangan suara Pemohon, tidak didukung oleh bukti-bukti yang meyakinkan sehingga dalil Pemohon tidak berdasar dan beralasan hukum.

3. Daerah Pemilihan Kota Bekasi 4 Pemohon menyatakan bahwa terjadi pengurangan suara Pemohon di Kecamatan

Jati Asih sebanyak 22 suara yakni di TPS Nomor 20 Kelurahan Jatiluhur, TPS 52 Kelurahan Jati Mekar, TPS 62 Kelurahan Jati Mekar, TPS 64 Kelurahan Jati Mekar, TPS 6 Kelurahan Jati Rasa. Selain pengurangan suara, Pemohon juga menyatakan bahwa telah terjadi penggelembungan suara yang dilakukan oleh Turut Termohon KPU Kota Bekasi untuk Partai Persatuan Pembangunan di Kecamatan Jati Asih sebanyak 112 suara meliputi, TPS 7 Kelurahan Jati Asih, TPS 23 Kelurahan Jati Asih, TPS 55 Kelurahan Jati Asih, TPS 40 Kelurahan Jatiluhur, TPS 14 Kelurahan Jati Mekar, TPS 79 Kelurahan Jati Mekar, dan pada TPS 8 Kelurahan Jati Rasa. Sehingga menurut Pemohon seharusnya untuk Dapil Kota Bekasi 4 Pemohon memperoleh suara sebanyak 6.107 suara bukan 6.085 suara. sedangkan untuk Partai Persatuan Pembangunan (PPP) memperoleh suara sebanyak 6.121 suara. Untuk menguatkan dalilnya Pemohon mengajukan bukti tulis P-1 sampai dengan P-13.

Terhadap dalil Pemohon yang menyatakan bahwa terjadi pengurangan suara sebanyak 22 suara Mahkamah berpendapat bahwa terdapat kesamaan antara bukti surat Model C-1 Pemohon dan Turut Termohon (P-1, P-2, P-4, P-12 dan TTIII-3) dan Turut Termohon (KPU Kota Bekasi) mengakui telah terjadi pengurangan suara.

235-614.indd 421 9/24/10 11:09:29 AM

Page 444: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

422 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Mengenai dalil Pemohon yang menyatakan bahwa telah terjadi penggelembungan suara yang dilakukan oleh Turut Termohon KPU Kota Bekasi untuk Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Mahkamah setelah mencermati bukti Pemohon maupun Turut Termohon, terjadi penggelembungan suara untuk PPP sebanyak 61 suara yakni di 5 TPS yakni TPS 7, 23 dan 55 Jatiasih, TPS 40 Jatiluhur, TPS 79 Jatimekar dan TPS 8 Jatirasa bukan 112 suara. Sehingga, dengan demikian suara Pemohon untuk Daerah Pemilihan Kota Bekasi 4 yang semula 6.085 suara menjadi 6.085 suara + 22 suara = 6.107 suara. Untuk suara Partai Persatuan Pembangunan (PPP) 6.121 suara – 61 suara = 6.060 suara. Berdasarkan fakta hukum tersebut, Mahkamah menilai dalil Pemohon terbukti menurut hukum.

4. Daerah Pemilihan Kabupaten Dairi 2 Pemohon mendalilkan terjadi penggelembungan suara untuk Partai Demokrasi

Kebangsaan (PDK) yang dilakukan oleh PPK Siempat Nempu sebanyak 18 suara + 1 suara contreng dua kali menjadi 19 suara. Untuk menguatkan dalilnya, Pemohon mengajukan bukti surat P-1 sampai dengan P-4.

Mahkamah berpendapat bahwa setelah meneliti bukti Formulir C-1 Pemohon (P-2) terdapat perbedaan suara sah partai politik di TPS 2 desa Sosor Lontung (150 suara) dengan jumlah total perolehan suara partai politik (167) sehingga terdapat perbedaan 17 suara. Sedangkan pada bukti Turut Termohon suara sah partai politik sama dengan jumlah total perolehan suara partai politik 183 suara. Dengan demikian dalil Pemohon dikesampingkan karena tidak dapat meyakinkan Mahkamah tentang adanya penggelembungan suara di TPS 2 Desa Sosor Lontung.

5. Daerah Pemilihan Kabupaten Landak 1 Pemohon mendalilkan terjadinya penggelembungan suara Partai Nasional Banteng

Kemerdekaan Indonesia (PNBKI) sebanyak 81 suara di Kecamatan Jelimpo yaitu di Desa Jelimpo, Desa Kayuara, Desa Kersik Belantian daan Kecamatan Ngabang di Desa Tebedak. Untuk menguatkan dalil-dalilnya, Pemohon mengajukan bukti surat P-1 sampai dengan P-7 dan 3 orang Saksi.

Mahkamah berpendapat bahwa bukti surat Pemohon Formulir C1 bukan merupakan bukti surat yang standar validitasnya sehingga tidak meyakinkan untuk diterima keabsahan dan kebenarannya dikarenakan merupakan rekapitulasi data internal partai. Dalil Pemohon tidak berdasar dan beralasan hukum sehingga harus dikesampingkan.

6. Daerah Pemilihan Kabupaten Kepulauan Talaud 1 Pemohon mendalilkan bahwa terjadi kesalahan penulisan data hasil penghitungan

suara oleh KPU Kabupaten Kepuluan Talaud atas salinan penetapan hasil penghitungan suara PPK Dapil 1 Kecamatan Melonguane untuk Caleg Nomor Urut 1 (Swelleng Adam) dari Partai Pengusaha dan Pekerja Indonesia (Nomor Urut Partai 3) memperoleh 215 suara. Namun oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah tercatat hanya 15 suara. Karena kesalahan tersebut, angka BPP telah ditetapkan 23.799 seharusnya 23.999 suara. Menurut Pemohon sisa 1 kursi seharusnya menjadi

235-614.indd 422 9/24/10 11:09:29 AM

Page 445: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

423Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

hak Pemohon karena mempunyai sisa suara terbanyak, yaitu 1.039 suara. Untuk menguatkan dalilnya bukti surat P-1 sampai dengan P-2 dan 2 orang Saksi.

Mahkamah berpendapat bahwa di dalam bukti Pemohon P-1 (Lampiran Model DA-1 DPRD Provinsi) yang bestempel basah (original) dan diperkuat dengan Formulir C-1, untuk Caleg PPPI Nomor Urut 1 atas nama Swelleng Adam adalah 215 suara, akan tetapi pada saat data ditransfer ke C-2 Plano tertulis 15 suara (vide Bukti TTVI-2). Sedangkan Turut Termohon VI terkait dengan bukti P-1 dan bukti Formulir C-1 tidak mengajukan tegen bewijs dengan tidak adanya bukti lawan (Turut Termohon VI) sebagai pembanding atas bukti Pemohon di atas maka dalil dan alasan hukum Pemohon terbukti adanya pengurangan suara Pemohon sebesar 200 suara.

7. Daerah Pemilihan Luwu 2 Pemohon mendalilkan bahwa berdasarkan catatan Saksi pada tanggal 14 April

2008 di Kecamatan Bastem Pemohon memperoleh suara sebanyak 1.186 suara. Namun dalam Berita Acara dan Rekapitulasi PPK Kecamatan Bastem Pemohon hanya memperoleh 1.137 suara, sehingga mengalami pengurangan 49 suara yang terjadi di Desa Uraso, Desa Dampan, dan Desa Lange dan menurut Pemohon terjadi penggelembungan suara yang dilakukan oleh Turut Termohon untuk Partai Bintang Reformasi (PBR) sebanyak 330 suara yang meliputi Desa Kanna Utara, Desa Barana dan Desa Buntu Batu. Untuk memperkuat dalilnya Pemohon mengajukan buktii surat P-1 sampai dengan P-9 dan 2 orang saksi.

Terhadap dalil Pemohon yang menyatakan bahwa telah terjadi pengurangan suara Pemohon sebanyak 49 suara Mahkamah berpendapat bahwa bukti Pemohon tidak dapat diterima sebagai bukti surat karena formulir yang dipakai yaitu bukti hasil rekap Pemohon sendiri karenanya dalil Pemohon a quo harus dikesampingkan.

Terhadap dalil Pemohon yang menyatakan bahwa terdapat penggelembungan suara Partai Bintang Reformasi sebanyak 330 suara Mahkamah berpendapat bahwa dalil tersebut, tidak didukung oleh bukti yang cukup sedangkan Turut Termohon VII mengajukan bukti Formulir C-1 lebih meyakinkan dan lengkap sehingga dalil Pemohon harus dikesampingkan.Berpijak pada pendapat diatas, Mahkamah menjatuhkan amar putusan sebagai

berikut.Dalam Eksepsi:Menolak eksepsi Termohon dan Turut Termohon.Dalam Pokok Perkara:- Mengabulkan permohonan Pemohon untuk sebagian.- Menyatakan dalil-dalil Pemohon sepanjang Dapil Provinsi Kalimantan Timur 2, Dapil

Kota Bekasi 4, dan Dapil Kabupaten Kepulauan Talaud 1 berdasar dan beralasan hukum.

235-614.indd 423 9/24/10 11:09:30 AM

Page 446: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

424 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

- Menyatakan batal Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota Secara Nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 sepanjang menyangkut daerah pemilihan Provinsi Kalimantan Timur 2, Kota Bekasi 4, Kabupaten Kepulauan Talaud 1.

- Menyatakan penghitungan suara yang benar untuk:1. Maria Margaretha Rini Puspa Dapil Provinsi Kalimantan Timur 2, Kecamatan

Panajam sebanyak 266 (dua ratus enam puluh enam) suara;2. Kota Bekasi 4 Partai Damai Sejahtera memperoleh suara sebanyak 6.107

suara, sedangkan suara Partai Persatuan Pembangunan 6.060 (enam ribu enam puluh) suara;

3. Kabupaten Kepulauan Talaud 1 suara sah 23.999 (dua puluh tiga ribu sembilan ratus sembilan puluh sembilan) suara;

- Memerintahkan Komisi Pemilihan Umum dan Komisi Pemilihan Umum Provinsi Kalimantan Timur, Komisi Pemilihan Umum Kota Bekasi dan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Kepulauan Talaud untuk melaksanakan putusan ini.

- Menolak untuk selain dan selebihnya.- Menolak Permohonan Pemohon untuk keseluruhannya terhadap Dapil Kota Pekan

Baru 1 Provinsi Riau, Dapil Kabupaten Landak 1, Dapil Kabupaten Dairi 2, dan Dapil Kabupaten Luwu 2.

235-614.indd 424 9/24/10 11:09:30 AM

Page 447: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

425Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 70/PHPU.C-VII/2009

TENTANGKEBERATAN PARTAI PERJUANGAN INDONESIA BARU TERHADAP

PENETAPAN HASIL PEMILU ANGGOTA DPRD PROVINSI DAN ANGGOTA DPRD KABUPATEN

Pemohon : 1. Dr. Kartini Sjahrir ; 2. Alex Messakh.Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan

DPRD.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum

Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 di Daerah Pemilihan (Dapil) Tulang Bawang 4, Dapil Kepulauan Aru 3, Dapil Sumatera Utara 7, dan Dapil Nias Selatan 3.

Amar Putusan : Putusan Sela (I): Memerintahkan Komisi Pemilihan Umum untuk melaksanakan

pemungutan suara ulang di Kabupaten Nias Selatan. Putusan (II): Dalam Eksepsi Menyatakan Eksepsi Termohon tidak dapat diterima. Dalam Pokok Perkara - Menyatakan permohonan Pemohon untuk Daerah Pemilihan

Kepulauan Aru 3 ditolak; - Mengabulkan permohonan Pemohon untuk Daerah Pemilihan

Tulang Bawang 4 untuk sebagian.

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

235-614.indd 425 9/24/10 11:09:30 AM

Page 448: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

426 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Putusan Akhir (III): - Menetapkan perolehan suara yang benar untuk partai politik

peserta Pemilihan Umum Calon Anggota Dewan Perwakilan Rakyat pada Kabupaten Nias Selatan;

- Menetapkan perolehan suara yang benar untuk partai politik peserta Pemilihan Umum Calon Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi;

- Menetapkan perolehan suara yang benar untuk partai politik peserta Pemilihan Umum Calon Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Nias Selatan.

Tanggal Putusan : Putusan Sela (I) : Selasa, 9 Juni 2009. Putusan (II) : Selasa, 16 Juni 2009. Putusan Akhir (III) : Selasa, 1 September 2009.Ikhtisar Putusan :

Pemohon Dr. Kartini Sjahrir dan Alex Messakh adalah Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal Partai Perjuangan Indonesia Baru (PPIB) peserta Pemilu anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota Tahun 2009 dengan Nomor Urut 10, yang bertindak untuk dan atas nama Partai Perjuangan Indonesia Baru (PPIB).

Pemohon keberatan terhadap Penetapan Hasil Pemilihan Umum yang dilakukan secara nasional oleh Komisi Pemilihan Umum (Termohon) berdasarkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 (Keputusan KPU 255/2009) di Dapil Tulang Bawang 4, Dapil Sumatera Utara 7, Dapil Nias Selatan 3, dan Dapil Kepulauan Aru 3.

Menyangkut kewenangan Mahkamah, Pasal 24C ayat (1) UUD 1945, Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) juncto Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman menyatakan bahwa salah satu kewenangan konstitusional Mahkamah adalah memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.

Oleh karena permohonan Pemohon adalah sengketa penetapan hasil pemilihan umum yang dilakukan secara nasional oleh KPU yang mempengaruhi perolehan kursi partai politik peserta pemilihan umum, maka Mahkamah berwenang memeriksa, mengadili dan memutus permohonan Pemohon.

Berkaitan dengan kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, berdasarkan Pasal 74 ayat (1) dan ayat (2) UU MK junctis Pasal 258 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat,

235-614.indd 426 9/24/10 11:09:30 AM

Page 449: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

427Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (UU 10/2008), serta Pasal 5 huruf a dan huruf b Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (PMK 16/2009), Mahkamah mempertimbangkan sebagai berikut.- Pemohon adalah Partai Politik Peserta Pemilu berdasarkan Keputusan Komisi

Pemilihan Umum Nomor 149/SK/KPU/Tahun 2008 bertanggal 16 Agustus 2008 tentang Penetapan dan Pengundian Nomor Urut Partai Politik Peserta Pemilihan Umum Tahun 2009.

- Permohonan yang diajukan Pemohon adalah perselisihan Penetapan Hasil Pemilihan Umum yang dilakukan secara nasional oleh KPU berdasarkan Keputusan KPU 255/2009;

- Menurut Pemohon hasil rekapitulasi penghitungan suara yang dilakukan oleh Termohon terjadi karena kesalahan dan/atau kekeliruan yang menguntungkan partai politik tertentu di Daerah Pemilihan (Dapil). Oleh karena itu, Pemohon meminta agar Mahkamah membatalkan penghitungan suara yang dilakukan oleh Termohon;

- Berdasarkan hal-hal tersebut, Mahkamah berpendapat bahwa Pemohon telah memenuhi syarat kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan tersebut.Menyangkut tenggang waktu pengajuan permohonan bahwa Keputusan KPU

255/2009 diumumkan pada tanggal 9 Mei 2009 pukul 23.50 WIB, sedangkan permohonan perselisihan hasil pemilihan umum diajukan ke Mahkamah pada hari Selasa tanggal 12 Mei 2009 pukul 21.42 WIB berdasarkan Akta Penerimaan Berkas Permohonan Nomor 160/PAN.MK/V/2009. Akan tetapi, Termohon mengajukan eksepsi bahwa pengajuan permohonan telah melewati tenggang waktu (kadaluarsa).

Pasal 74 ayat (3) UU MK juncto Pasal 259 ayat (2) UU 10/2008, dan Pasal 6 ayat (1) PMK 16/2009 menentukan bahwa permohonan hanya dapat diajukan dalam jangka waktu paling lambat 3 X 24 (tiga kali dua puluh empat) jam sejak KPU mengumumkan penetapan hasil pemilihan umum secara nasional. Oleh karena itu, pengajuan permohonan Pemohon masih dalam tenggang waktu yang ditentukan. Dengan demikian, Mahkamah menilai eksepsi Termohon tidak beralasan sehingga harus dikesampingkan.

Dalam pokok permohonannya, Pemohon mendalilkan keberatan terhadap hasil Pemilu sebagai berikut. I. Dapil Tulang Bawang 4 untuk DPRD Kabupaten Tulang Bawang Pemohon mendalilkan telah kehilangan 168 suara. Selain itu, pada saat rekapitulasi

pada tingkat KPU Kabupaten Tulang Bawang terjadi perubahan suara Pemohon yang semula sebesar 4.121 suara menjadi 3.953 suara berdasarkan rekapitulasi Model C1 tingkat KPPS dan Model DA-1 tingkat PPK. Setelah dilakukan penelusuran oleh Pemohon, diketahui bahwa pada PPK Tulang Bawang Tengah suara Pemohon dikurangi dari yang seharusnya 3.750 suara menjadi 3.582 suara. Pemohon juga

235-614.indd 427 9/24/10 11:09:30 AM

Page 450: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

428 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

mendalilkan telah terjadi penggelembungan suara PKPB yang semula sebesar 2.766 suara menjadi 2.934 suara berdasarkan rekapitulasi Model C1 tingkat KPPS dan Model DA-1 tingkat PPK Tulang Bawang Tengah, sehingga total perolehan suara PKPB di Dapil Tulang Bawang 4 yang semula 3.970 suara menjadi 4.138 suara. Pemohon menyampaikan keberatan melalui Panwaslu Kabupaten Tulang Bawang pada tanggal 24 April 2009 dan kemudian mengajukan permohonan kepada KPU di Jakarta untuk dilakukan rekapitulasi suara ulang berdasar DA-1 tingkat PPK. Permohonan tersebut dikabulkan dan Termohon melakukan rekapitulasi ulang pada tanggal 8-9 Mei 2009 di kantor KPU Jakarta (Bukti P.3.2). Berdasarkan rekapitulasi ulang tersebut, PPIB memperoleh 4.121 suara dan PKPB memperoleh 3.970 suara, akan tetapi dalam kenyataannya yang memperoleh kursi adalah PKPB, bukan Pemohon.

Mahkamah berpendapat sepanjang dalil Pemohon yang menyatakan telah dilakukan rekapitulasi ulang di KPU pada tanggal 8-9 Mei 2009, ternyata alat bukti yang diajukan oleh Pemohon (Bukti P.3.2) kurang akurat karena format yang digunakan bukan format resmi yang keluarkan oleh KPU. Selain itu, bukti tersebut juga tidak menggunakan kop surat dan stempel surat resmi, serta tidak ada tanda tangan dari Ketua maupun anggota KPU, dan hanya ditandatangani oleh Ketua KPU Provinsi Lampung, Edwin Hanibal, S.H., serta beberapa saksi partai politik. Oleh karenanya, Mahkamah menilai bukti tersebut tidak valid dan harus dikesampingkan. Terkait dengan dalil Pemohon yang menyatakan bahwa telah terjadi pengurangan suara Pemohon dan penggelembungan suara pada PPKB di PPK Tulang Bawang Tengah pada saat rekapitulasi di KPU Tulang Bawang, Mahkamah berpendapat bahwa setelah Mahkamah mencermati bukti tertulis yang diajukan baik oleh Pemohon maupun Turut Termohon, terutama Model C1 di semua TPS pada PPK Kecamatan Tulang Bawang Tengah, yaitu 17 TPS di Desa Panarangan, 5 TPS di Desa Bandar Dewa, 4 TPS di Desa Menggalamas, 14 TPS di Desa Penumangan, 6 TPS di Desa Penumangan Baru, 17 TPS di Desa P. Jaya, 15 TPS di Desa Tirta Kencana, 16 TPS di Desa Pulung Kencana, 15 TPS di Desa Mulya Kencana, 17 TPS di Desa Chandra Kencana, 6 TPS di Desa Wonokerto, 16 TPS di Desa Mulya Asri, dan 11 TPS di Desa Tunas Asri, Mahkamah berpendapat bahwa hanya ada 3 TPS yang memperkuat dalil Termohon yaitu TPS III Desa Bandar Dewa, TPS XII Desa Tirta Kencana, dan TPS V Desa Wonokerto. Sementara untuk selebihnya bukti Pemohon lebih akurat. Mahkamah kemudian menjumlah ulang dengan menggunakan Model C1 yang dinilai oleh Mahkamah lebih akurat yaitu semua Model C1 bukti Pemohon dan tiga Model C1 bukti Turut Termohon dan hasilnya perolehan suara yang benar di PPK Kecamatan Tulang Bawang Tengah untuk PPIB sebesar 3.748 suara dan PKPB sebesar 2.755 suara. Setelah diketahui jumlah suara yang benar di PPK Kecamatan Tulang Bawang Tengah, Mahkamah selanjutnya menjumlahkan perolehan suara tersebut dengan suara sah yang diperoleh oleh PPIB dan PKPB di tiga kecamatan lainnya yaitu Kecamatan Pagar Dewa, Tumijajar, dan Tulang

235-614.indd 428 9/24/10 11:09:30 AM

Page 451: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

429Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

Bawang Udik. Hasilnya, untuk Dapil Tulang Bawang 4, PPIB memperoleh 4.119 suara dan PKPB memperoleh 3.959 suara. Dengan demikian, Pemohon berhak memperoleh satu kursi di DPRD Kabupaten Tulang Bawang, sedangkan PKPB tidak berhak atas satu kursi tersebut.

II. Dapil Kepulauan Aru 3 untuk DPRD Kabupaten Kepulauan Aru Pemohon mendalilkan terjadi penggelembungan suara Partai Golkar sebesar 42

suara, sedangkan suara Pemohon berkurang 2 suara. Hal ini didasari data Model C1 rekapitulasi pada tingkat KPPS, dimana Pemohon mendapat 410 suara. Namun setelah dilakukan rekapitulasi suara di tingkat KPU Kabupaten Kepulauan Aru, suara Pemohon berkurang menjadi 408 suara.

Mahkamah menilai bukti tertulis yang diajukan hanya mampu menunjukkan bahwa Pemohon memperoleh 409 suara, sementara Pemohon menyatakan memperoleh 410 suara, sehingga masih terdapat selisih 1 suara. Sedangkan yang terkait dengan dalil penggelembungan suara terhadap Partai Golkar, sesuai dengan alat bukti yang diajukan, Pemohon hanya mampu menunjukkan penggelembungan 21 suara, padahal pemohon mendalilkan telah terjadi penggelembungan 42 suara. Dengan demikian, dalil Pemohon harus dikesampingkan.

III. Dapil Sumatera Utara 7 untuk DPRD Provinsi Sumatera Utara Pemohon mendalilkan semestinya memperoleh 27.852 suara. Namun berdasarkan

Rapat Pleno KPU Provinsi Sumatera Utara tanggal 30 April 2009 pada Model DC DPRD Provinsi, PPIB hanya memperoleh 18.905 suara. Untuk permohonan Dapil Sumatera Utara 7 ini, Mahkamah telah menjatuhkan Putusan Sela Nomor 28-65-70-82-84-89/PHPU.C-VII/2009 yang diucapkan pada sidang pleno terbuka untuk umum pada tanggal 9 Juni 2009. Oleh karena itu, permohonan di Dapil ini akan diputus lebih lanjut setelah dilaksanakannya Putusan Sela tersebut.

IV. Dapil Nias Selatan 3 untuk DPRD Kabupaten Nias Selatan KPU Kabupaten Nias Selatan belum dapat menetapkan hasil rekapitulasi

penghitungan suara di KPU Kabupaten Nias Selatan sehingga anggota legislatif terpilih belum dapat ditetapkan.Berdasarkan penilaian dan fakta hukum di atas, Mahkamah menjatuhkan amar

putusan sebagai berikut.Dalam Eksepsi:Menyatakan Eksepsi Termohon tidak dapat diterima.Dalam Pokok Perkara:1. Menyatakan permohonan Pemohon untuk Daerah Pemilihan Kepulauan Aru 3

ditolak;2. Mengabulkan permohonan Pemohon untuk Daerah Pemilihan Tulang Bawang 4

untuk sebagian;

235-614.indd 429 9/24/10 11:09:30 AM

Page 452: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

430 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

3. Menyatakan batal Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN 2009 tentang Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara Nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 sepanjang mengenai perolehan suara Partai Perjuangan Indonesia Baru (PPIB) di Daerah Pemilihan Kabupaten Tulang Bawang 4;

4. Menyatakan perolehan suara Partai Perjuangan Indonesia Baru (PPIB) di Daerah Pemilihan Kabupaten Tulang Bawang 4 yang benar berjumlah 4.119 suara;

5. Memerintahkan KPU untuk melaksanakan putusan ini;6. Menolak Permohonan untuk selain dan selebihnya.

Termohon telah melaksanakan Putusan Sela Nomor 28-65-70-82-84-89/PHPU.C-VII/2009 dengan melakukan pemungutan suara ulang pada tanggal 22 Juli 2009. Hal ini termuat dalam Surat Komisi Pemilihan Umum Nomor 1383/KPU/VIII/2009 bertanggal 25 Agustus 2009 perihal Laporan Hasil Pelaksanaan Putusan Mahkamah Konstitusi atas Perselisihan Hasil Pemilihan Umum, dan Surat Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara Nomor 270-3573/KPU-54 bertanggal 1 Agustus 2009 perihal Penyampaian Hasil Pemungutan Suara Ulang DPR RI, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten Nias Selatan.

Sehubungan dengan pelaksanaan putusan sela tersebut, Mahkamah menetapkan perolehan suara Partai Perjuangan Indonesia Baru (PPIB) adalah sebagai berikut.• HasilperolehansuaraDPRRIpadaKabupatenNiasSelatanDapilSumateraUtara

II sebesar 2.254 suara.• HasilperolehansuaraDPRDProvinsipadaKabupatenNiasSelatanDapilSumatera

Utara 7 sebesar 11.887 suara.• HasilperolehansuaraDPRDKabupatenpadaKabupatenNiasSelatandiDapil1

sebesar 2.304 suara, Dapil 2 sebesar 1.910 suara, Dapil 3 sebesar 1.050 suara, dan Dapil 4 sebesar 16 suara, sehingga seluruhnya berjumlah 5.280 suara.Penetapan perolehan suara Partai Perjuangan Indonesia Baru tersebut ditetapkan

oleh Mahkamah dalam Putusan Akhir Nomor 28-65-70-82-84-89/PHPU.C-VII/2009 pada tanggal 1 September 2009. Dengan adanya penetapan perolehan suara tersebut, Mahkamah Konstitusi memerintahkan KPU Provinsi Sumatera Utara dan KPU Kabupaten Nias Selatan untuk melaksanakan Putusan Mahkamah Konstitusi ini.

235-614.indd 430 9/24/10 11:09:30 AM

Page 453: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

431Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 71/PHPU.C-VII/2009

TENTANGKEBERATAN PARTAI KARYA PERJUANGAN TERHADAP PENETAPAN HASIL

PEMILU ANGGOTA DPRD KABUPATEN/KOTA

Pemohon : 1. H. Muhammad Yasin, S.H; 2. Jackson A. Kumaat.Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan

DPRD. Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum

Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009, di 5 daerah pemilihan (Dapil), yakni Dapil Nias 1, Dapil Buleleng 6, Dapil Banggai 1, Dapil Tanjung Pinang 1, Dapil Sangihe 3.

Amar Putusan : Menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya.Tanggal Putusan : Sabtu, 13 Juni 2009.Ikhtisar Putusan :

Pemohon adalah Partai Karya Perjuangan (PKP) yang diwakili pengurusnya H. Muhammad Yasin, S.H. dan Jackson A. Kumaat, sebagai Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Nasional Partai Karya Perjuangan (PKP).

Pemohon berkeberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Nomor 255/Kpts/KPU/2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/ Kota secara Nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 yang diumumkan pada hari Sabtu tanggal 9 Mei 2009, pukul 24.00 WIB, di 5 daerah pemilihan (Dapil), yakni Dapil Nias 1, Dapil Buleleng 6, Dapil Banggai 1, Dapil Tanjung Pinang 1, Dapil Sangihe 3.

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

235-614.indd 431 9/24/10 11:09:30 AM

Page 454: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

432 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Mahkamah berdasarkan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 dan Pasal 10 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi juncto Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, salah satu kewenangan Mahkamah adalah memutus tentang perselisihan hasil Pemilihan Umum, oleh karena objectum litis permohonan Pemohon adalah mengenai keberatan atas penghitungan suara Hasil Pemilu Anggota DPR dan DPRD yang ditetapkan secara nasional oleh KPU berdasarkan Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009, Mahkamah berwenang untuk memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan a quo.

Terkait dengan kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, Mahkamah mempertimbangkan berdasarkan ketentuan Pasal 74 ayat (1) dan ayat (2) UU MK, dan Pasal 3 ayat (1) huruf b, Pasal 5 huruf a dan huruf b PMK 16/2009 bahwa Pemohon adalah Partai Politik Peserta Pemilu berdasarkan Keputusan KPU Nomor 149 Tahun 2009 tanggal 9 Juli 2009 tentang Penetapan Partai Politik sebagai Peserta Pemilihan Umum Tahun 2009 dan permohonan Pemohon adalah perselisihan Penetapan Hasil Pemilu yang dilakukan secara nasional oleh KPU berdasarkan Keputusan Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009, sehingga Pemohon memiliki kedudukan hukum untuk mengajukan permohonan.

Terkait dengan batas waktu pengajuan permohonan, Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 diumumkan pada tanggal 9 Mei 2009 jam 23:50 WIB, sedangkan permohonan Pemohon diajukan ke Mahkamah pada hari Senin tanggal 11 Mei 2009 pukul 22.54 WIB berdasarkan Akta Penerimaan Berkas Permohonan Nomor 76/PAN.MK/V/2009 yang kemudian diregistrasi pada hari Kamis tanggal 14 Mei 2009 pukul 13.00 WIB dengan Nomor 71/PHPU.C-VII/2009, sehingga berdasarkan Pasal 74 ayat (3) UU MK juncto Pasal 259 ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008, dan Pasal 6 ayat (1) PMK 16/2009, pengajuan permohonan Pemohon masih dalam tenggang waktu yang ditentukan.

Menurut Pemohon telah terjadi kesalahan penghitungan hasil rekapitulasi penghitungan suara dan penggelembungan suara untuk suara pemilihan anggota DPRD Kabupaten/Kota di beberapa Dapil sebagai berikut.1. Dapil Nias 1 (DPRD Kabupaten) Telah terjadi kesalahan penghitungan jumlah suara di Panitia Pemilihan Kecamatan

(PPK) Gunung Sitoli, khususnya di Desa Bawedosolo, Onozikho dan Pasar Gunung Sitoli, yang menyebabkan Pemohon kehilangan 31 suara dan tidak mendapatkan kursi yang terakhir di Dapil tersebut.

Mahkamah menemukan fakta hukum yang diakui dan menjadi perselisihan tentang penghitungan suara pada tingkat TPS di Dapil Nias 1 yang terdapat di 3 desa, yaitu Desa Bawodesolo, Desa Onozikho, dan Desa Pasar Gunung Sitoli.

Menurut Pemohon terdapat pengurangan sebanyak 31 suara yang didasarkan pada bukti P-1 s.d. Bukti P-10 Model C-1 DPRD Kabupaten/Kota di TPS yang berada di

235-614.indd 432 9/24/10 11:09:30 AM

Page 455: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

433Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

tiga desa tersebut dan dikuatkan dengan saksi Hadirat Gea yang pada pokoknya menerangkan telah terjadi protes terhadap rekap di tingkat PPK Kecamatan Gunung Sitoli terkait suara Partai Golkar yang berjumlah 997 suara, tetapi hal tersebut berbeda pada saat pleno KPU Kabupaten Nias yang jumlahnya menjadi 1.074 suara. Saksi dari Partai Karya Perjuangan dan saksi DPD Sumatera Utara melakukan walk out pada saat pleno rekapitulasi penghitungan suara di KPU Kabupaten Nias, karena tidak ada respon dari KPU Kabupaten Nias.

Turut Termohon I telah melampirkan bukti surat TT-I s.d. TT-V berupa Model DB-1 DPRD Kab/Kota, Berita Acara Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara di Kecamatan Gunung Sitoli, Berita Acara Pemungutan Suara dan Penghitungan suara di beberapa TPS di Desa Bawodesolo, Onozikho dan Pasar Gunung Sitoli.

Atas dasar fakta hukum di atas, maka seluruh penghitungan suara baik menurut Pemohon maupun Turut Termohon I terdapat persamaan jumlah suara, kecuali beda penulisan angka antara “II” (tulisan angka satu-satu dalam turus) yang menurut Pemohon bernilai 11 (sebelas), sedangkan pada dokumen Turut Termohon I ditulis dengan angka arab “2” (dua) di TPS 5 Desa Bawodesolo. Mahkamah berpendapat angka “II” versi Pemohon dan angka “2” versi Turut Termohon I pada TPS 5 Bawodesolo yang benar adalah angka 2 arab yang bernilai 2 suara, sesuai dengan total jumlah seluruh suara sah calon anggota DPRD Kabupaten/Kota a quo. Hal tersebut diperkuat dengan Bukti TT-I.3 tentang Berita Acara Pemungutan dan Penghitungan Suara pada TPS 5 di Desa Bawodesolo, Kecamatan Gunung Sitoli.

Terhadap alat bukti yang dijukan Penggugat dan Turut Tergugat, Mahkamah menilai sebagai berikut.

Jumlah DPT di TPS 5 Desa Bawodesolo antara bukti Pemohon dan bukti Turut Termohon I sama yaitu 375 suara, dengan total jumlah seluruh suara sah calon anggota DPRD Kabupaten/Kota berjumlah 248 suara menurut Turut Termohon I dan 266 suara menurut Pemohon, namun jumlah surat suara sah Pemohon adalah berjumlah 257 suara, sedangkan jumlah surat suara sah Turut Termohon I berjumlah 248 suara, sehingga terdapat selisih suara sah pada bukti Pemohon sebesar 9 suara. Hal tersebut menunjukkan bahwa bukti Pemohon tidak akurat.

Jumlah DPT di TPS 1 Desa Onozikho antara bukti Pemohon dan bukti Turut Termohon I adalah sama yaitu 253, dengan total jumlah seluruh suara sah calon anggota DPRD Kabupaten/Kota berjumlah 177 suara menurut Turut Termohon I dan 186 suara menurut Pemohon, namun jumlah surat suara sah Pemohon adalah berjumlah 207 suara, sedangkan Turut Termohon I surat suara sah berjumlah 177 suara, sehingga terdapat selisih suara sah pada bukti Pemohon sebesar 21 suara. Hal tersebut menunjukkan bahwa bukti Pemohon tidak akurat.

Jumlah DPT di TPS 4 Desa Pasar Gunung Sitoli antara bukti Pemohon dan bukti Turut Termohon I adalah sama yaitu 270, dengan total jumlah seluruh suara sah calon anggota DPRD Kab/Kota berjumlah 182 suara menurut Pemohon dan Turut

235-614.indd 433 9/24/10 11:09:30 AM

Page 456: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

434 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Termohon I, namun jumlah surat suara sah Pemohon adalah 178 suara, sedangkan jumlah surat suara sah Turut Termohon I adalah 182 suara, sehingga terdapat selisih suara sah pada bukti Pemohon sebesar 4 suara. Hal tersebut menunjukkan bahwa bukti Pemohon tidak akurat.

Berdasarkan pandangan fakta hukum di atas, maka dalil-dalil Pemohon tidak terbukti menurut hukum, karenanya harus dikesampingkan.

2. Dapil Buleleng 6 (DPRD Kabupaten) Telah terjadi kesalahan penghitungan suara karena tertukarnya surat suara/ditukarkan

surat suara dari Dapil Buleleng 2 dengan Dapil Buleleng 6 khususnya di beberapa TPS di Kecamatan Grogak, Kabupaten Buleleng.

Menurut Mahkamah, tertukarnya surat suara dari Dapil Buleleng 2 ke Dapil Buleleng 6 didasarkan pada Bukti P-10 dan Bukti P-11 yaitu pernyataan keberatan saksi yang isinya adalah keberatan terhadap tertukarnya suara Pemohon, sedangkan dari Bukti P-12 surat Panwaslu Kabupaten Buleleng perihal rekomendasi pemungutan suara ulang dari Panwaslu yang ditujukan kepada KPU Kabupaten Buleleng yang tidak direspon oleh KPU Kabupaten Buleleng. Selanjutnya Panwaslu Provinsi Bali kembali mengajukan rekomendasi kepada KPU Provinsi Bali untuk melakukan pemungutan suara ulang (Bukti P-14) dan itupun tidak ditanggapi oleh Turut Termohon II.

Hal ini diperkuat dengan keterangan saksi Pemohon yaitu, I Nyoman Witre, Antonius Sanjaya, dan I Ketut Wiratmaja yang kesemuanya pada pokoknya membenarkan telah terjadi tertukarnya surat suara dari Dapil Buleleng 2 ke Dapil Buleleng 6. Sebaliknya, Turut Termohon II menyatakan tidak terdapatnya selisih hasil penghitungan suara di Dapil Buleleng 6.

Mahkamah berpendapat bahwa sekalipun terbukti tertukarnya surat suara dari Dapil 2 ke Dapil 6, namun keabsahan perolehan suara dari dua Dapil tersebut tidak terdapat perselisihan atas hasil jumlah perolehan suara yang signifikan. Alasannya klaimPemohon tentang peningkatan perolehan suaranya sehingga melebihi 2.779 suara apabila dilakukan pemungutan suara ulang hanyalah asumsi. Apalagi penggantian surat suara telah dilakukan oleh petugas KPU, sehingga kemudian pemungutan suara dapat dilanjutkan atas kesepakatan bersama dari para saksi. Oleh karena itu, dalil Pemohon tidak beralasan hukum.

3. Dapil Tanjungpinang 1 (DPRD Kota) Telah terjadi kesalahan penghitungan rekap KPU Kota Tanjungpinang, sehingga

mengakibatkan suara Partai lain (PKPB) lebih besar dari hasil rekap PPK Tanjungpinang Barat dan Tanjungpinang Kota. Di Dapil tersebut, Pemohon memperoleh suara sebayak 1.003 suara. Pemohon berpendapat bahwa hasil penghitungan suara tersebut terdapat kesalahan, sehingga mengakibatkan Pemohon tidak mendapatkan perolehan kursi.

Menurut Pemohon pada Dapil Tanjungpinang 1 terjadi penggelembungan suara Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB) berjumlah 112 suara di Kecamatan Tanjungpinang Barat. Perolehan suara PKPB di Kota Tanjungpinang seharusnya berjumlah 1.001

235-614.indd 434 9/24/10 11:09:30 AM

Page 457: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

435Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

suara (vide Bukti P-1 dan Bukti P-2), sedangkan Turut Termohon III mengajukan bukti surat TT-III.1 s.d. TT-III.9 yang dikuatkan dengan saksi masing-masing Ermanto dan Rusnadi yang menerangkan bahwa jumlah suara PKPB untuk Kota Tanjungpinang adalah tetap berjumlah 1.113 suara.

Menurut Pemohon terjadi pula penggelembungan suara di Kecamatan Tanjungpinang Barat sebanyak 876 suara untuk PKPB dan di Tanjungpinang Kota sebanyak 125 suara untuk PKPB. Turut Termohon III menyatakan bahwa memang benar terjadi kesalahan dalam penghitungan angka pada kolom rekapitulasi penghitungan suara di tingkat TPS, akan tetapi telah diperbaiki oleh Turut Termohon sebelum penghitungan akhir disahkan.

Menurut Mahkamah, ternyata kesalahan menempatkan suara Pemohon telah diperbaiki seketika serta disetujui dan disepakati bersama oleh PPS Kelurahan Tanjungpinang Barat, PPK Tanjungpinang Barat dan Panwaslu Kecamatan Tanjungpinang Barat (vide Bukti TT-III.6).

Berdasarkan penilaian fakta hukum di atas, Mahkamah berpendapat bahwa dalil-dalil Pemohon tidak terbukti menurut hukum, karena:- penggelembungan surat suara untuk PKPB berjumlah 112 suara di Kecamatan

Tanjungpinang Barat karena hanya tertulis sebesar 876 suara, padahal seharusnya 988 suara; sedangkan di Kecamatan Tanjungpinang Kota suara Pemohon tetap sebesar 125 suara, sehingga total suara Pemohon seharusnya menjadi 1.001 suara. Padahal pada Bukti TT-III.5 yang diajukan oleh Turut Termohon III, perolehan suara Pemohon di Kecamatan Tanjungpinang Barat sebesar 990 suara dan Tanjungpinang Kota sebesar 125 suara, sehingga total suara PKPB untuk Kota Tanjungpinang menjadi 1.115 suara, bukan 1.113 suara. Dengan demikian, jumlah perolehan suara PKPB justru menjadi lebih besar daripada jumlah suara yang dihitung oleh Pemohon;

- kesalahan penghitungan suara karena kesalahan menempatkan angka pada kolom suara telah diperbaiki seketika itu juga, serta telah disetujui dan disepakati bersama oleh Panwaslu dan PPK Kecamatan Tanjungpinang Barat.

Dari 100 TPS (Bukti T.T-III.1 s.d. Bukti T.T-III.4) ternyata diperoleh suara versi Turut Termohon III yaitu 1.113 suara (versi KPU awal), selanjutnya setelah Mahkamah mencermati bukti surat T.T-III.1 s.d. T.T-III.5 ternyata jumlah suara PKPB sebesar 1.115 suara.

Atas dasar penilaian hukum di atas, maka dalil-dalil Pemohon untuk Dapil Kota Tanjungpinang tidak terbukti menurut hukum, oleh karenanya harus dikesampingkan.

4. Dapil Kabupaten Banggai 1 (DPRD Kabupaten) Telah terjadi kesalahan penghitungan suara yang mengakibatkan perolehan suara

Pemohon tidak ada/hilang untuk Dapil Banggai 1 (Kecamatan Luwuk, Luwuk Timur, Masama, Lamala, Balantak) Kabupaten Banggai, khususnya di TPS 1, Desa Boyou

235-614.indd 435 9/24/10 11:09:30 AM

Page 458: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

436 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Kecamatan Luwuk, Kabupaten Banggai, dengan modus membuat Model C-1 baru, dengan angka pengurangan dari 277 suara menjadi 65 suara.

Pemohon mendalilkan adanya selisih penghitungan suara suara di Dapil Banggai 1 sebesar 212 suara di TPS 1 dan TPS 2, Desa Boyou dengan bukti-bukti surat bertanda P-1 s.d. P-5. Menurut Pemohon perolehan suara Pemohon di TPS 1 Desa Boyou adalah sebesar 268 suara, sedangkan menurut KPU sebesar 56 suara.

Berdasarkan fakta hukum di atas, bukti surat Formulir Model C-1 (versi Pemohon) dari Pemohon dibandingkan dengan Formulir Model C-1 (versi KPU) dari Pemohon, suara untuk PKP yaitu 268 suara dan versi KPU sebesar 56 suara.

Mahkamah berpendapat bahwa jumlah suara DPT di TPS 1 Desa Boyou terdapat selisih jumlah suara sah versi Pemohon sebesar 625 suara, sedangkan versi KPU jumlah suara sah di TPS 1 hanya 237 suara. Ini berarti terjadi pembesaran jumlah DPT yang berlebihan sebesar 319 suara pada Formulir Model C-1 versi Pemohon. Adanya total jumlah seluruh suara sah calon anggota DPRD Kabupaten/Kota versi Pemohon berjumlah 625 suara ternyata telah melebihi batas maksimal jumlah DPT pada setiap TPS.

Berdasarkan fakta hukum di atas, Mahkamah menilai bahwa dalil-dalil Pemohon tidak terbukti menurut hukum karenanya harus dikesampingkan.

5. Dapil Sangihe 3 (DPRD Kabupaten) Telah terjadi kecurangan dalam penghitungan suara, baik di tingkat KPPS, PPK

maupun KPUD dan telah terjadi penggelembungan suara yang dilakukan pihak penyelengara Pemilu di Dapil 3, yang terdiri dari Kecamatan Tahuna, Kecamatan Tahuna Timur, Kecamatan Tahuna Barat dan Kecamatan Kendahe yang mengakibatkan suara Partai Karya Perjuangan dikurangi, sehingga mengakibatkan suara Partai Karya Perjuangan menjadi lebih kecil dari jumlah perolehan suara 1200, ternyata telah dikurangi sekitar 600 suara, sehingga suara yang dimiliki Partai Karya Perjuangan hanya 572 suara.

Termohon dalam jawabannya mengajukan eksepsi tentang permohonan yang daluwarsa (lewat waktu) dan permohonan yang obscuur libel (kabur).

Terkait dengan eksepsi tentang daluwarsa (lewat waktu), Mahkamah berpendapat bahwa eksepsi a quo tidak tepat dan tidak berdasar hukum karena tercatat pada Mahkamah, permohonan diajukan pada hari Senin, tanggal 11 Mei 2009, pukul 22.54 WIB, sesuai Akta Penerimaan Berkas Permohonan Nomor 76/PAN.MK/V/2009 yang kemudian diregistrasi pada hari Kamis tanggal 14 Mei 2009, pukul 13.00 WIB, dengan Nomor 71/PHPU.C-VII/2009, sedangkan tenggang waktu pengajuan permohonan di Mahkamah ditutup tepat pada tanggal 12 Mei 2009 pukul 23.50 WIB. Dengan demikian, tanggal registrasi (14 Mei 2009) tidak dapat dijadikan rujukan untuk menentukan adanya daluwarsa (lewat waktu), melainkan tanggal pengajuan dan penerimaan permohonan di Kepaniteraan Mahkamah.

235-614.indd 436 9/24/10 11:09:30 AM

Page 459: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

437Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

Terkait dengan eksepsi tentang permohonan obscuur libel (kabur), Mahkamah berpendapat bahwa eksepsi a quo tidak tepat menurut hukum. Dengan demikian, eksepsi a quo ditolak karena eksepsi tersebut sudah masuk ranah materi pokok permohonan, di samping itu Mahkamah mencermati posita dan petitum Pemohon telah tepat menurut hukum karenanya eksepsi a quo harus dikesampingkan.

Pemohon mendalilkan terjadi penggelembungan suara sebesar 628 suara yang dilakukan oleh Turut Termohon V pada Kecamatan Tahuna, Kecamatan Tahuna Timur, Kecamatan Tahuna Barat, dan Kecamatan Kendahe yang didasarkan pada Bukti P-1 yang diajukan oleh Pemohon. Akan tetapi sebaliknya, Turut Termohon tidak mengajukan bukti surat maupun saksi.

Mahkamah berpendapat bahwa terjadinya penggelembungan suara di 4 kecamatan tersebut, ternyata Pemohon tidak dapat membuktikan secara sah berapa jumlah penggelembungan suara tersebut karena hanya menggunakan bukti surat DB-1 yang sama sekali tidak menunjukkan adanya bukti penggelembungan suara. Sementara itu, Pemohon juga tidak dapat menjelaskan dan membuktikan TPS-TPS mana yang terjadi penggelembungan suara tersebut.Atas dasar fakta hukum di atas, Mahkamah menilai Pemohon tidak dapat membuktikan

dalil-dalil permohonannya, sehingga permohonan Pemohon harus dikesampingkan.Berdasarkan pendapat di atas, Mahkamah menjatuhkan putusan dengan amar

sebagai berikut.Dalam Eksepsi: Menyatakan Eksepsi Termohon tidak dapat diterima. Dalam Pokok Perkara: Menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya.

235-614.indd 437 9/24/10 11:09:30 AM

Page 460: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

438 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

235-614.indd 438 9/24/10 11:09:30 AM

Page 461: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

439Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA 72/PHPU.C-VII/2009

TENTANGKEBERATAN PARTAI SERIKAT INDONESIA TERHADAP PENETAPAN HASIL

PEMILU ANGGOTA ANGGOTA DPR, DPRD PROVINSI DAN DPRD KABUPATEN/KOTA

Pemohon : 1. Rahardjo Tjakradiningrat ; 2. Nazir Muchamad.Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan

DPRD.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor

255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara Nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 untuk Daerah Pemilihan Malang 1, Dapil Jayawijaya 4, dan Dapil Maluku Tengah.

Amar Putusan : Menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya.Tanggal Putusan : Sabtu, 13 Juni 2009 Ikhtisar Putusan :

Pemohon adalah Ketua Umum dan Sekretaris Dewan Pimpinan Pusat Partai Sarikat Indonesia (PSI) yang bertindak untuk dan atas nama PSI peserta Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD Tahun 2009.

Pemohon berkeberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara Nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 untuk Daerah Pemilihan Malang 1, Dapil Jayawijaya 4, dan Dapil Maluku Tengah.

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

235-614.indd 439 9/24/10 11:09:30 AM

Page 462: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

440 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Mahkamah berdasarkan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 dan Pasal 10 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi juncto Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, salah satu kewenangan Mahkamah adalah memutus tentang perselisihan hasil Pemilihan Umum, oleh karena objectum litis permohonan Pemohon adalah mengenai keberatan atas penghitungan suara Hasil Pemilu Anggota DPR dan DPRD yang ditetapkan secara nasional oleh KPU berdasarkan Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009, Mahkamah berwenang untuk memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan a quo.

Terkait dengan kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, Mahkamah mempertimbangkan berdasarkan ketentuan Pasal 74 ayat (1) dan ayat (2) UU MK, dan Pasal 3 ayat (1) huruf b, Pasal 5 huruf a dan huruf b PMK 16/2009 bahwa Pemohon adalah Partai Politik Peserta Pemilu berdasarkan Keputusan KPU Nomor 149 Tahun 2009 tanggal 9 Juli 2009 tentang Penetapan Partai Politik sebagai Peserta Pemilihan Umum Tahun 2009 dan permohonan Pemohon adalah perselisihan Penetapan Hasil Pemilu yang dilakukan secara nasional oleh KPU berdasarkan Keputusan Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009, sehingga Pemohon memiliki kedudukan hukum untuk mengajukan permohonan.

Terkait dengan batas waktu pengajuan permohonan, Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 diumumkan pada tanggal 9 Mei 2009 jam 23:50 WIB, sedangkan permohonan Pemohon diajukan ke Mahkamah pada hari Senin tanggal 11 Mei 2009 pukul 22.54 WIB berdasarkan Akta Penerimaan Berkas Permohonan Nomor 76/PAN.MK/V/2009 yang kemudian diregistrasi pada hari Kamis tanggal 14 Mei 2009 pukul 13.00 WIB dengan Nomor 71/PHPU.C-VII/2009, sehingga berdasarkan Pasal 74 ayat (3) UU MK juncto Pasal 259 ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008, dan Pasal 6 ayat (1) PMK 16/2009, pengajuan permohonan Pemohon masih dalam tenggang waktu yang ditentukan.

Pemohon berkeberatan dengan ketetapan Termohon di beberapa Daerah Pemilihan yaitu.1. Dapil Malang 1 Pemohon mempersoalkan perolehan suara dari Dapil Malang 1, Kota Malang, Provinsi

Jawa Timur, sebagaimana termuat dalam perbaikan permohonan Pemohon, tetapi karena untuk Dapil Malang 1 ternyata tidak termasuk dalam permohonan awal Pemohon dan baru diajukan pada tanggal 29 Mei 2009 yang berarti telah melewati tenggang waktu yang ditentukan oleh Mahkamah, sehingga keberatan terhadap Pemohon sepanjang menyangkut Dapil 1 Kota Malang tidak dapat dipertimbangkan.

2. Daerah Pemilihan Jayawijaya 1 Pemohon mendalilkan hanya ditetapkan memperoleh 1.055 suara, seharusnya 1.771

suara, karena perolehan suara Pemohon dari Desa Wesaput, Kecamatan Wamena sebanyak 662 suara tidak dimasukkan dalam rekapitulasi di tingkat KPU Kabupaten

235-614.indd 440 9/24/10 11:09:30 AM

Page 463: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

441Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

Jayawijaya. Menurut Mahkamah, pada Dapil Jayawijaya 1, Kabupaten Jayawijaya, Pemohon ditetapkan memperoleh 1.055 suara, tetapi menurut Pemohon, Turut Termohon I tidak memasukkan perolehan suara Pemohon dari Desa Wesaput, Kecamatan Wamena sebanyak 662 suara. Menurut Pemohon, jumlah tersebut menjadi 1.646 suara padahal apabila dijumlahkan (1.055 suara + 662 suara), seharusnya menjadi 1.717 suara. Pemohon mendalilkan bahwa jumlah 1.646 suara tersebut berasal dari perolehan 1.055 suara Pemohon yang ditambah 591 suara menurut Turut Termohon. Dengan adanya dua versi penghitungan suara tersebut, Pemohon tidak dapat memastikan berapa sebenarnya suara Pemohon yang tidak dimasukkan dari Desa Wesaput, Kecamatan Wamena, apakah 662 suara ataukah 591 suara. Terlepas dari perolehan suara Pemohon di TPS 1, TPS 2, TPS 3, dan TPS 4 Desa/Kelurahan Wesaput, Kecamatan Wamena yang memang kalau dijumlah terkumpul perolehan suara sebanyak 662 suara tetapi Pemohon justru mendalilkan bahwa suara Pemohon di Dapil Jayawijaya 1 adalah 1.646 suara yang diperoleh dari 1.055 suara ditambah 591 suara. Dengan demikian, dalil Pemohon tidak jelas/kabur dan tidak beralasan.

Pemohon juga mendalilkan di Dapil Jayawijaya 4, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua, total perolehan suara Pemohon di tingkat PPD sebanyak 2.294 suara, sedangkan Turut Termohon menetapkan Pemohon hanya memperoleh 1.799 suara atau kehilangan 494 suara, tetapi Pemohon mendalilkan kehilangan 213 suara. Dengan demikiian, dalil Pemohon tidak jelas/kabur dan sama sekali tidak didukung dengan bukti-bukti yang cukup, oleh karenanya tidak beralasan hukum. Ketidakjelasan posita Pemohon semakin nyata ketika mendalilkan bahwa di Dapil 1 (Wamena dan Kelurahan Wamena Kota) Pemohon hanya ditetapkan memperoleh 1.306 suara sehingga hanya mendapat 2 kursi seharusnya 2.163 suara atau seharusnya mendapat 3 kursi.

3. Daerah Pemilihan Maluku Tengah Pemohon yang menyatakan terjadi penggelembungan suara di Kabupaten Maluku

Tengah yang dapat dilihat dari perbedaan data pemilih dalam DPT tidak sesuai dengan hasil perolehan suara lebih banyak dari pada jumlah pemilih dalam DPT.

Terhadap dalil tersebut, Mahkamah berpendapat bahwa dengan merujuk Pasal 74 ayat (2) UU MK sehingga Mahkamah tidak berwenang mengadili pelanggaran administratif yang berkaitan dengan permasalahan DPT, kecuali pelanggaran-pelanggaran tersebut bersifat terencana, terstruktur dan masif yang mencederai prinsip-prinsip Pemilu dan mencederai kedaulatan rakyat yang dijunjung tinggi dalam konstitusi.Berdasarkan pendapat di atas, Mahkamah dalam amar putusannya menyatakan

menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya.

235-614.indd 441 9/24/10 11:09:30 AM

Page 464: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

442 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

235-614.indd 442 9/24/10 11:09:30 AM

Page 465: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

443Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 73/PHPU.C-VII/2009

TENTANGKEBERATAN PARTAI PERSATUAN DAERAH TERHADAP

PENETAPAN HASIL PEMILU ANGGOTA DPRD PROVINSI DAN ANGGOTA DPRD KABUPATEN/KOTA

Pemohon : 1. DR. Oesman Sapta ; 2. R.M.H.Heroe Syswanto N. S.Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan

DPRD.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum

Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 di daerah pemilihan (Dapil) Kepulauan Mentawai 1, Kepulauan Mentawai 2, dan Kepulauan Mentawai 3; Dapil Tapanuli Selatan 2, Dapil Papua 4, Dapil Aceh Utara 6, Dapil Sumba Barat 2, Dapil Sulawesi Utara 4, Dapil Toba Samosir 1, Dapil Kapuas 1, Kapuas 2, Kapuas 3, dan Kapuas 4, Dapil Konawe Utara, dan Dapil Kerinci 4.

Amar Putusan : Mengabulkan permohonan Pemohon untuk sebagian.Tanggal Putusan : Selasa, 16 Juni 2009.Ikhtisar Putusan :

Pemohon adalah Dr.Oesman Sapta dan R.M.H.Heroe Syswanto N.S selaku Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal bertindak untuk dan atas nama Partai Persatuan Daerah (PPD) berdasarkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Nomor 149/SK/KPU/TAHUN 2008 tentang Penetapan dan Pengundian Nomor Urut Partai Politik Peserta Pemilihan Umum Tahun 2009, maka Pemohon adalah partai politik Peserta Pemilu Tahun 2009 dengan Nomor Urut 12.

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

235-614.indd 443 9/24/10 11:09:30 AM

Page 466: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

444 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Pemohon berkeberatan terhadap Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara Nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009, yang diumumkan secara nasional pada hari Rabu tanggal 9 Mei 2009 pukul 11.52 WIB tentang Penetapan Hasil Penghitungan Suara DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009-2012 untuk daerah pemilihan (Dapil) Kepulauan Mentawai 1, Kepulauan Mentawai 2, dan Kepulauan Mentawai 3; Dapil Tapanuli Selatan 2, Dapil Papua 4, Dapil Aceh Utara 6, Dapil Sumba Barat 2, Dapil Sulawesi Utara 4, Dapil Toba Samosir 1, Dapil Kapuas 1, Kapuas 2, Kapuas 3, dan Kapuas 4, Dapil Konawe Utara, dan Dapil Kerinci 4.

Berdasarkan ketentuan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945, Pasal 10 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) juncto Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, salah satu kewenangan konstitusional Mahkamah adalah memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum. Oleh karena permohonan Pemohon adalah sengketa penetapan hasil Pemilu yang dilakukan secara nasional oleh KPU yang mempengaruhi perolehan kursi partai politik peserta Pemilu/terpilihnya anggota DPD, maka Mahkamah berwenang memeriksa, mengadili dan memutus permohonan ini.

Terkait dengan kedudukan hukum Pemohon (legal standing), Pemohon adalah partai politik peserta Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD Tahun 2009 dengan Nomor Urut 12. Menurut Pemohon, terdapat suara Pemohon yang hilang di sejumlah daerah pemilihan anggota DPRD Kabupaten/Kota sehingga berpengaruh terhadap perolehan kursi Pemohon. Mahkamah berpendapat bahwa Pemohon telah memenuhi syarat kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan ini.

Terkait dengan batas waktu pengajuan permohonan, Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN 2009 diumumkan pada tanggal 9 Mei 2009, pukul 23.50, sedangkan permohonan Pemohon diajukan ke Mahkamah pada tanggal 12 Mei 2009, pukul 22.00, berdasarkan Akta Penerimaan Berkas Perkara Nomor 165/PAN.MK/2009 yang kemudian diregistrasi pada tanggal 14 Mei 2009 dengan Nomor 73/PHPU.C-VII/2009, sehingga berdasarkan ketentuan Pasal 74 ayat (3) UU MK, Pasal 6 ayat (1) PMK 16/2009, Mahkamah berpendapat bahwa pengajuan permohonan Pemohon masih dalam tenggang waktu yang ditentukan.

Berkenaan dengan dalil permohonan Pemohon, Mahkamah berpendapat sebagai berikut.1. Dapil Mentawai 1, Mentawai 2, dan Mentawai 3 Pemohon mendalilkan tidak ada penghitungan suara untuk PPD dan pembatalan

sebagai peserta Pemilu di ketiga Dapil tersebut. Pemohon mengajukan keberatan karena KPU telah membatalkan suara Pemohon yang dinilai terlambat menyampaikan

235-614.indd 444 9/24/10 11:09:30 AM

Page 467: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

445Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

rekening dana awal KPU, sehingga Pemohon tidak mendapatkan kursi untuk masing-masing Dapil.

Mahkamah berpendapat bahwa pembatalan Pemohon sebagai peserta Pemilu Tahun 2009 dilakukan dengan alasan Pemohon dinilai terlambat menyerahkan dana awal kampanye dari jadwal yang telah ditentukan Termohon. Pembatalan keikutsertaan Pemohon dalam Pemilu 2009 oleh KPU Kabupaten Kepulauan Mentawai dengan Keputusan Nomor 155/KPU-SB/VI/2009 bertanggal 14 April 2009 (Bukti T.T I-1 sampai dengan Bukti T.T I-5) sesuai Keputusan Rapat Pleno dalam Berita Acara Nomor 17/BA/KPU/KKM/IV/2009, dan terdapat 5 Parpol yang tidak menyerahkan laporan dana awal kampanye dan rekening khusus dana kampanye, padahal penyerahan laporan dana awal dan rekening khusus untuk kampanye tersebut merupakan kewajiban Undang-Undang. Di samping itu permohonan Pemohon sebagai peserta Pemilu adalah menyangkut persyaratan administratif pelaksanaan Pemilu sehingga Mahkamah tidak mempunyai wewenang untuk memeriksanya dan pembatalan suara Pemohon merupakan konsekuensi dari pembatalan yang dilakukan oleh Termohon tersebut.

2. Dapil Tapanuli Selatan 2 Pemohon mendalilkan adanya kerugian yang disebabkan oleh penambahan/

penggelembungan suara Partai Damai Sejahtera (PDS) pada rekapitulasi PPK Kecamatan Angkola Barat, khususnya di Desa Tindoan Laut yang meliputi TPS I dan TPS II sejumlah 261 suara.

Mahkamah berpendapat bahwa Pemohon dapat membuktikan secara jelas terjadi penggelembungan suara PDS sebanyak 118 suara di Kelurahan/Desa Tindoan Laut sehingga perolehan suara PDS yang tertulis 261 suara seharusnya menjadi 143 suara, selanjutnya jumlah suara PDS di Kecamatan Angkola Barat pada Model DA-1 yang semula tertulis 546 suara seharusnya menjadi 428 suara, demikian pula pada Model DB-1 perolehan PDS di Kecamatan Angkola Barat yang semula tertulis 640 menjadi 428 suara (bukan 522 sebagaimana didalilkan Pemohon), sehingga total perolehan suara PDS di Dapil Tapanuli Selatan 2 yang semula tertulis 932 suara menjadi 720 suara dengan rincian di Kecamatan Angkola Barat memperoleh 428 suara dan di Angkola Selatan memperoleh 292 suara.

3. Dapil Papua 4 Pemohon mendalilkan adanya perbedaan hasil perolehan antara berita acara

pemungutan suara di TPS-TPS Dapil 4 yang meliputi Kabupaten Tolikara dan Kabupaten Puncak Jaya dengan rekapitulasi Termohon dan Turut Termohon. Menurut Termohon, hasil penetapan Turut Termohon III (KPU Papua) terdapat ketidakcocokan hasil perolehan suara berdasarkan laporan saksi/pemantau Pemilu di KPPS, TPS di Dapil 4 yang meliputi Kabupaten Tolikara dan Kabupaten Puncak Jaya, yang seharusnya perolehan suara Pemohon adalah untuk Kabupaten Tolikara sejumlah 19.064 suara dan untuk Kabupaten Puncak Jaya sejumlah 1872 suara.

235-614.indd 445 9/24/10 11:09:30 AM

Page 468: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

446 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Mahkamah berpendapat bahwa keterangan para saksi Pemohon tidak dapat diterima kebenarannya karena hanya mendasarkan pada laporan dari saksi Parpol dan tanpa bukti-bukti resmi lagi pula Pemohon tidak dapat menunjukkan di TPS-TPS mana Pemohon kehilangan suara a quo, serta didasarkan pada bukti surat Model DB-1 DPR, perolehan suara Pemohon 1.575 suara yang seharusnya total suara untuk kecamatan adalah 1.550 suara (versi Mahkamah).

4. Dapil Aceh Utara 6 Pemohon mendalilkan adanya perbedaan dan penambahan suara yang merugikan

Pemohon di Dapil Aceh Utara 6 yang meliputi 4 kecamatan masing-masing PPK Kecamatan Tanah Jambo Aye, Kecamatan Seunoddon, Kecamatan Baktiya, dan Kecamatan Baktiya Barat. Menurut versi Pemohon perolehan suara pada Model DB-1 DPRD Kabupaten sebesar 1.197 suara, akan tetapi Model DA-1 tertulis 1.876 suara, sehingga terjadi selisih 679 suara.

Mahkamah berpendapat bahwa dengan didasarkan pada Pemohon mengklaim kehilangan suara sebesar 679 pada empat kecamatan a quo; sedangkan saksi Pemohon H. Samsul Bahri, selaku Ketua Panwaslu Kabupaten Aceh Utara menyatakan mengetahui dan membenarkan keterangan yang diberikan Pemohon tersebut. Di samping itu, berdasar fakta hukum di atas, baik Termohon maupun Turut Termohon IV tidak dapat menunjukkan bukti lawan (tegen bewijs) terhadap dalil Pemohon yang telah kehilangan 679 suara.

5. Dapil Sumba Barat 2 Pemohon mendalilkan adanya keikutsertaan Caleg DPRD Sumba Barat atas nama

Salmon Manuhutu yang masih tercatat sebagai CPNS, yang pada penghitungan suara yang dilakukan oleh KPU Kabupaten Sumba Barat memperoleh 67 suara yang menambah Partai Keadilan dan Perjuangan Indonesia (PKPI) sehingga menjadi 424 suara.

Mahkamah berpendapat keberatan Pemohon pada pencalonan Salmon Manuhutu, SP dengan perolehan suara sebanyak 67 suara tidak tepat dan tidak beralasan hukum. Karena Salmon Manuhutu, S.P. bukanlah seorang CPNS, melainkan anggota DPRD Kabupaten Sumba Barat periode 2004-2009 (anggota DPRD PAW). Di samping itu pula, Salmon Manuhutu, SP lebih memilih menjadi anggota DPRD sesuai dengan surat pernyataan yang disampaikan kepada KPU Sumba Barat yang berarti KPUD mengizinkan untuk mengikuti Pemilu Legislatif.

6. Dapil Sulawesi Utara 4 Pemohon mendalilkan adanya ada perbedaan suara sah di KPU Provinsi Sulawesi

Utara yang tadinya 186.809 suara menjadi 188.197 suara sehingga terjadi penambahan sebesar 1.388 suara yang menurut Pemohon, kelebihan suara tersebut ditambahkan pada Partai Pemuda Indonesia.

Mahkamah berpendapat bahwa dari bukti-bukti surat Pemohon terjadi penambahan maupun perbedaan suara ketika direkapitulasi pada Pleno KPU Kabupaten Minahasa

235-614.indd 446 9/24/10 11:09:31 AM

Page 469: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

447Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

Tenggara dan Kabupaten Minahasa Selatan tetapi setelah membandingkan bukti surat Pemohon dan bukti surat Tutut Termohon VI (Bukti T.TVI-2) Model DA-1 DPRD, menurut Mahkamah perolehan suara total 7.928 suara. Hal ini terlihat pada bukti surat P-4, P-6, P-7, dan P-8 Model DA-1 DPRD Provinsi tidak menyebutkan bukti-bukti suara Pemohon. Sehingga suara Pemohon berbeda dengan dalil-dalil yang diajukan sendiri.

7. Dapil Toba Samosir 1 Pemohon mendalilkan adanya penggelembungan suara pada beberapa partai politik

peserta Pemilu pada 14 TPS di Kecamatan Balige dan dalam kesimpulannya Pemohon menyatakan seharusnya mendapatkan 1 kursi di DPRD Provinsi Sumatera Utara.

Mahkamah berpendapat bahwa oleh karena permohonan Pemohon tidak didukung dengan alat bukti surat yang sah, melainkan hanya didasarkan pada rekapitulasi perolehan suara yang dibuat sendiri oleh Pemohon, maka Mahkamah berkesimpulan permohonan Pemohon harus dikesampingkan.

8. Dapil Kapuas 1, Kapuas 2, Kapuas 3, dan Kapuas 4 Pemohon merasa keberatan karena adanya kasus penggelembungan suara

yang terjadi di Dapil Pemohon, yakni di Kabupaten Kapuas. Mengenai adanya penggelembungan suara disebabkan karena adanya perpindahan perolehan suara Caleg lain yang dipindah untuk menambah suara Caleg Parpol dari Partai Matahari Bangsa (PMB).

Mahkamah berpendapat bahwa dalil-dalil Pemohon tidak berkaitan dengan objectum litis dengan permohonan ini. Di samping itu, dalam bukti Pemohon berupa cakram padat (compact disk) di PPK memang ternyata kotak suara kosong pada saat dibuka namun Mahkamah berpendapat bahwa sekalipun bukti cakram padat (compact disk) tersebut benar adanya, namun hal itu belum dapat meyakinkan Mahkamah untuk memutuskan adanya pemilihan pemungutan suara ulang di 4 kecamatan. Lagi pula bukti cakram padat (compact disk) a quo seharusnya menjadi ranah Panwaslu untuk mengawasinya.

9. Dapil Kabupaten Konawe Utara dan Dapil Kerinci 4 Pemohon telah menarik permohonannya masing - masing dalam persidangan

tanggal 20 dan 26 Mei 2008 sebagaimana termuat dalam Berita Acara Persidangan, sehingga tidak perlu dipertimbangkan.

Berdasarkan bukti-bukti dan pertimbangan hukum tersebut, Mahkamah menyatakan perolehan suara yang benar untuk Partai Persatuan Daerah pada Dapil Aceh Utara 6 sebesar 1.876 suara dan Partai Damai Sejahtera pada Dapil Tapanuli Selatan 2 sebesar 720 suara. Menolak permohonan Pemohon untuk keseluruhannya terhadap: Dapil Kepulauan Mentawai 1, Kepulauan Mentawai 2, dan Kepulauan Mentawai 3, Dapil Papua 4 (Kabupaten Tolikara dan Kabupaten Puncak Jaya), Dapil Sumba Barat 2, Dapil Sulawesi Utara 4, dan Dapil Toba Samosir 1.

235-614.indd 447 9/24/10 11:09:31 AM

Page 470: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

448 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Berdasarkan pendapat di atas, Mahkamah menjatuhkan putusan dengan amar sebagai berikut.Dalam Eksepsi:Menyatakan Eksepsi Termohon tidak dapat diterima.Dalam Pokok Perkara:• MengabulkanpermohonanPemohonuntuk sebagian;• Menyatakan batal Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN 2009 tentang

Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara Nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 sepanjang menyangkut Daerah Pemilihan 6 Kabupaten Aceh Utara untuk Partai Persatuan Daerah dan Daerah Pemilihan Kabupaten Tapanuli Selatan 2 untuk Partai Damai Sejahtera;

• Menyatakan perolehan suara yang benar untuk Partai Persatuan Daerah padaDaerah Pemilihan 6 Kabupaten Aceh Utara sebesar 1.876 suara dan Partai Damai Sejahtera pada Daerah Pemilihan Tapanuli Selatan 2 sebesar 720 suara;

• Menolakuntuk selain dan selebihnya;• MenolakpermohonanPemohonuntukkeseluruhannyaterhadap:DaerahPemilihan

1, 2, dan 3 untuk Kabupaten Kepulauan Mentawai; Daerah Pemilihan 4 Provinsi Papua untuk Kabupaten Tolikara dan Kabupaten Puncak Jaya; Daerah Pemilihan 2 Kabupaten Sumba Barat; Daerah Pemilihan 4 Provinsi Sulawesi Utara; Daerah Pemilihan 1 Kabupaten Toba Samosir.

235-614.indd 448 9/24/10 11:09:31 AM

Page 471: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

449Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 74/PHPU.C-VII/2009

TENTANGKEBERATAN PARTAI AMANAT NASIONAL TERHADAP

PENETAPAN HASIL PEMILU ANGGOTA DPR, ANGGOTA DPRD PROVINSI, DAN ANGGOTA DPRD KABUPATEN/KOTA

Pemohon : 1.SutrisnoBachir,S.E; 2.ZulkifliHasan,S.E.,M.M.Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor

255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei Tahun 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 di 51 daerah pemilihan (Dapil).

Amar Putusan : Putusan pelaksanaan Pasal 205 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 (I):

- Mengabulkan permohonan Pemohon untuk sebagian, khususnya pembatalan Keputusan KPU Nomor 259/Kpts/KPU/TAHUN 2009 tentang Penetapan Perolehan Kursi Partai Politik Peserta Pemilihan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dalam Pemilu Tahun 2009 bertanggal 11 Mei 2009 dan Keputusan Nomor 286/Kpts/KPU/Tahun 2009 tentang Penetapan Calon terpilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Secara Nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 bertanggal 24 Mei 2009 yang berkaitan dengan penerapan Pasal 205 ayat (5), ayat (6), dan ayat (7) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

235-614.indd 449 9/24/10 11:09:31 AM

Page 472: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

450 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

- Menyatakan penerapan Pasal 205 ayat (5), ayat (6), dan ayat (7) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah oleh Komisi Pemilihan Umum yang tertuang dalam Keputusan Nomor 259/Kpts/KPU/TAHUN 2009 tentang Penetapan Perolehan Kursi Partai Politik Peserta Pemilihan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dalam Pemilu Tahun 2009 adalah keliru dan tidak tepat menurut hukum.

Putusan (II) Dalam Eksepsi Menolak eksepsi Termohon, para Turut Termohon, dan Pihak Terkait. Dalam Pokok Perkara: Mengabulkan permohonan Pemohon untuk sebagian.Tanggal Putusan : Putusan pelaksanaan Pasal 205 Undang-Undang Nomor 10

Tahun 2008 (I): Kamis, 11 Juni 2009. Putusan (II): Selasa, 23 Juni 2009.Ikhtisar Putusan :

Pemohon bernama Sutrisno Bachir, S.E. dan Zulkifli Hasan, S.E.,M.M adalahKetua Umum dan Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Partai Amanat Nasional. Pemohon keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 (Keputusan KPU 255/2009). Keberatan Pemohon terhadap hasil Pemilu meliputi 51 Dapil sebagai berikut.1. Kategori sengketa kursi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebanyak 12 Dapil.2. Kategori sengketa kursi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi (DPRD provinsi)

sebanyak 10 Dapil.3. Kategori sengketa kursi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota (DPRD

kabupaten/kota) sebanyak 29 Dapil.Menyangkut kewenangan Mahkamah, Pasal 24C ayat (1) UUD 1945, Pasal 10 ayat

(1) huruf d Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) juncto Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman menyatakan bahwa salah satu kewenangan Mahkamah adalah memutus perselisihan hasil pemilihan umum.

235-614.indd 450 9/24/10 11:09:31 AM

Page 473: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

451Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

Oleh karena permohonan Pemohon adalah keberatan atas penghitungan suara hasil Pemilu Anggota DPR dan DPRD yang ditetapkan secara nasional oleh KPU berdasarkan Keputusan KPU 255/2009, maka Mahkamah berwenang memeriksa, mengadili dan memutus permohonan Pemohon.

Berkaitan dengan kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, berdasarkan ketentuan Pasal 74 ayat (1) dan ayat (2) UU MK juncto Pasal 258 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (UU 10/2008), serta Pasal 5 huruf a dan huruf b Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (PMK 16/2009), Mahkamah mempertimbangkan sebagai berikut.- Permohonan yang diajukan Pemohon adalah perselisihan Penetapan Hasil Pemilu

yang dilakukan secara nasional oleh KPU (Termohon) berdasarkan Keputusan KPU 255/2009. Keberatan disebabkan Termohon keliru menafsirkan ketentuan ambang batas perolehan suara (parliamentary threshold) dan tata cara penetapan perolehan kursi. Pemohon ditetapkan hanya memperoleh 40 kursi atau sekitar 7% jumlah suara sah secara nasional dari total 560 kursi DPR. Pemohon merasa dirugikan karena berpotensi kehilangan 7 kursi, dan hanya memperoleh 3 kursi dari hasil penghitungan tahap ketiga.

- Pemohon berpendapat Termohon dan Turut Termohon melakukan kesalahan hasil rekapitulasi penghitungan suara di beberapa daerah pemilihan sehingga merugikan Pemohon dan Caleg dari Partai Amanat Nasional.

- Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, Mahkamah menilai Pemohon memenuhi syarat kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan.Menyangkut tenggang waktu pengajuan permohonan, Keputusan KPU 255/2009

diumumkan pada tanggal 9 Mei 2009 pukul 23.50 WIB, sedangkan permohonan perselisihan hasil Pemilu diajukan ke Mahkamah pada hari Selasa tanggal 12 Mei 2009 pukul 20.41 WIB berdasarkan Akta Penerimaan Berkas Permohonan Nomor 167/PAN.MK/V/2009.

Pasal 74 ayat (3) UU MK juncto Pasal 259 ayat (2) UU 10/2008, dan Pasal 6 ayat (1) PMK 16/2009 menentukan bahwa permohonan hanya dapat diajukan dalam jangka waktu paling lambat 3 X 24 jam sejak KPU mengumumkan penetapan hasil Pemilu secara nasional. Dengan demikian, pengajuan permohonan Pemohon masih dalam tenggang waktu yang ditentukan.

Termohon, Turut Termohon, dan Pihak Terkait (Partai Bintang Reformasi dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan) mengajukan eksepsi dengan alasan sebagai berikut.1. Permohonan Pemohon kabur atau tidak jelas (obscuur libel).

235-614.indd 451 9/24/10 11:09:31 AM

Page 474: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

452 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

2. Permohonan Pemohon salah objek (error in objectum) serta tidak jelas uraiannya.

3. Objek permohonan bukan objek perselisihan hasil Pemilu.Berpijak pada Pasal 259 ayat (1) UU 10/2008, Mahkamah menilai bahwa Pemohon

telah mendalilkan objek perselisihan hasil Pemilu dalam permohonannya. Atas dasar itu, Mahkamah menilai bahwa eksepsi Termohon, Turut Termohon, dan Pihak Terkait tidak beralasan hukum dan harus dikesampingkan.

Termohon juga mengajukan eksepsi lain mengenai anggapan adanya sengketa internal partai politik. Termohon berpendapat permohonan Pemohon untuk beberapa Dapil tidak dapat dijadikan sengketa karena merupakan sengketa internal partai politik yaitu menyangkut hasil Pemilu antar Caleg dalam satu partai politik. Berdasarkan UU MK dan PMK 16/2009, Termohon menilai sengketa internal partai politik berada di luar kewenangan Mahkamah.

Mahkamah berpendapat sengketa internal partai politik adalah sengketa antara calon legislatif (Caleg) dalam satu partai politik yang masing-masing caleg mengajukan perkara ke pengadilan dengan legal standing sendiri-sendiri. Oleh karena perkara ini diajukan oleh Dewan Pimpinan Pusat Partai Amanat Nasional dengan legal standing otonom yang berhadapan dengan KPU sebagai Termohon, maka perkara ini bukan sengketa internal partai politik, melainkan sengketa antara partai politik dan KPU. Dengan demikian , eksepsi Termohon harus dikesampingkan.

Dalam pokok permohonannya, Pemohon mendalilkan keberatan terhadap hasil Pemilu sebagai berikut. 1. Dapil Jakarta 1, Dapil Banten 2, Dapil Kalimantan Selatan 1, Dapil Nusa

Tenggara Timur 1, Dapil Provinsi Riau 2, Dapil Jawa Barat 2, Dapil Jawa Barat 6, dan Dapil Jawa Timur 7 untuk DPR RI

Keberatan Pemohon berkaitan dengan penerapan ketentuan Pasal 205 ayat (5), ayat (6), dan ayat (7) UU 10/2008 yang mengatur penghitungan perolehan kursi tahap ketiga. Keberatan Pemohon ini telah diputus oleh Mahkamah melalui putusan Nomor 74-94-80-59-67/PHPU.C-VII/2009 tanggal 11 Juni 2009. Dalam putusan tersebut, Mahkamah mengabulkan permohonan Pemohon untuk sebagian, khususnya pembatalan Keputusan KPU Nomor 259/Kpts/KPU/TAHUN 2009 tentang Penetapan Perolehan Kursi Partai Politik Peserta Pemilihan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dalam Pemilu Tahun 2009 dan Keputusan KPU Nomor 286/Kpts/KPU/Tahun 2009 tentang Penetapan Calon terpilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Secara Nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 yang berkaitan dengan penerapan Pasal 205 ayat (5), ayat (6), dan ayat (7) UU 10/2008. Mahkamah menyatakan penerapan Pasal 205 ayat (5), ayat (6), dan ayat (7) UU 10/2008 adalah keliru dan tidak tepat menurut hukum. Oleh karena itu, Mahkamah menetapkan dua hal. Pertama, sisa suara yang ditarik ke provinsi untuk penghitungan tahap III adalah sisa suara dari semua Dapil di provinsi yang bersangkutan dan bukan hanya dari

235-614.indd 452 9/24/10 11:09:31 AM

Page 475: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

453Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

Dapil-Dapil yang memiliki sisa kursi untuk diangkat pada penghitungan tahap III. Kedua, Caleg yang berhak menjadi anggota DPR dari hasil penghitungan tahap III tersebut adalah Caleg dari Dapil-Dapil yang memiliki sisa kursi untuk diangkat dalam penghitungan tahap III.

Khusus untuk keberatan Pemohon terhadap hasil Pemilu di Dapil Jawa Timur 7, Mahkamah telah mencabut permohonannya pada persidangan tanggal 22 Mei 2009.

2. Dapil Sumedang 3 untuk DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota Pemohon telah mencabut permohonannya di Dapil Sumedang 3 pada persidangan

tanggal 22 Mei 2009. 3. Dapil Kalimantan Timur untuk DPR Pemohon berpendapat semestinya memperoleh 63.880 suara di Dapil Provinsi

Kalimantan Timur. Namun perolehan suara Pemohon berkurang menjadi 61.705 suara. Di satu sisi, suara Partai Gerindra menggelembung menjadi 64.390 suara. Mahkamah menilai klaim pengurangan suara Pemohon tidak dapat diterima kebenarannya karena dilandasi penghitungan C-1 yang cacat hukum dan tidak dapat diterima kebenarannya. Selain itu, dalil Pemohon mengenai penggelembungan suara Partai Gerindra tidak terbukti menurut hukum. Oleh karena itu, Mahkamah mengesampingkan dalil Pemohon.

4. Dapil Riau 2 untuk DPR RI Pemohon mendalilkan semestinya memperoleh 74.038 suara sehingga kursi ke-5

dari Dapil Riau 2 Provinsi Riau merupakan kursi DPR untuk Pemohon. Pemohon juga mendalilkan terjadinya penggelembungan suara 8 partai di 8 desa pada Kecamatan Seberida Kabupaten Indragiri Hulu. Mahkamah menilai dalil Pemohon tidak terbukti dan tidak memiliki alasan hukum, sehingga harus dikesampingkan.

5. Dapil Bengkulu untuk DPR RI Pemohon mendalilkan bahwa Termohon melakukan kesalahan penghitungan suara

di Dapil Bengkulu yang meliputi 9 kabupaten/kota, yakni Kota Bengkulu, Kabupaten Bengkulu Utara, Kabupaten Rejang Lebong, Kabupaten Kepahiang, Kabupaten Seluma, Kabupaten Muko-muko, Kabupaten Bengkulu Selatan, dan Kabupaten Kaur atas nama Hj. Dewi Coryati, M.Si. Dari pemeriksaan alat bukti, Mahkamah berpendapat sebagai berikut.1. Telah terjadi penghilangan suara Pemohon sebesar 13.918 suara pada 15

kecamatan se-Kabupaten Kaur.2. Berdasarkan bukti C-1 yang disampaikan Pemohon, suara Pemohon yang benar

c.q. Caleg Partai Amanat Nasional (yakni Hj. Dewi Coryati, M.Si.) di Kabupaten Kaur adalah sebesar 20.197 suara. Total perolehan suara Pemohon pada tingkat Provinsi Bengkulu adalah sebesar 34.508 suara, sehingga penetapan Termohon menyangkut rekapitulasi perolehan suara DPR RI di Dapil Bengkulu tidak tepat menurut hukum.

235-614.indd 453 9/24/10 11:09:31 AM

Page 476: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

454 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Berpijak pada penilaian di atas, Mahkamah menilai dalil Pemohon beralasan untuk dikabulkan.

6. Dapil Sulawesi Tengah untuk DPR RI Pemohon mendalilkan terjadi penggelembungan suara partai politik untuk DPR

RI sebesar 137.724 suara di Dapil Sulawesi Tengah, di antaranya Partai Golkar sebesar 38.104 suara dan Partai Demokrat sebesar 26.931 suara.

Mahkamah berpendapat Pemohon tidak dapat menunjukkan secara jelas di TPS-TPS mana saja terjadi penggelembungan suara. Pemohon pun tidak mampu menunjukkan Formulir C-1 seluruh daerah kasus yang didalilkan Pemohon. Di satu sisi, bukti-bukti Formulir C-1 Turut Termohon tidak menunjukkan bukti adanya penggelembungan suara. Oleh karena itu, Mahkamah menilai dalil Pemohon tidak berdasar dan tidak beralasan hukum sehingga harus dikesampingkan.

7. Dapil Sulawesi Selatan 2 untuk DPR RI Pemohon Caleg PAN Nomor Urut 1 bernama Dr. Ir. Hj. Andi Yuliani Paris, M.Sc.

mendalilkan terjadinya penggelembungan suara Caleg PAN Nomor Urut 3 bernama A. Taufan Tiro, S.T. sebanyak 1.044 suara di Kabupaten Bone. Atas dasar itu, Pemohon Caleg PAN Nomor Urut 1 (Dr. Ir. Hj. Andi Yuliani Paris, M.Sc.) berpendapat semestinya memperoleh 37.439 suara mengungguli Caleg PAN Nomor Urut 3 (A. Taufan Tiro, S.T.).

Mahkamah berpendapat dalil Pemohon tidak didukung bukti-bukti surat yang lengkap dan akurat. Lagipula Pemohon tidak menjelaskan di TPS-TPS mana saja terjadi penggelembungan suara. Mahkamah berpendapat dalil Pemohon hanya didasari asumsi semata, sebaliknya pihak lawan (Turut Termohon) memperlihatkan bukti-bukti surat yang lengkap dan akurat. Oleh karena itu, Mahkamah menilai permohonan Pemohon tidak terbukti menurut hukum sehingga harus dikesampingkan.

8. Dapil Jawa Barat 7 untuk DPR RI Pemohon mendalilkan terjadi penggelembungan suara Partai Demokrat sehingga

Partai Demokrat semestinya memperoleh 186.985 suara di Kabupaten Bekasi. Mahkamah berpendapat perolehan suara Partai Demokrat yang sebenarnya adalah 189.820 suara di Kabupaten Bekasi, sehingga klaim Pemohon tidak terbukti. Oleh karena itu, Mahkamah menilai dalil Pemohon harus dikesampingkan.

9. Dapil Aceh 6 untuk DPRD Provinsi Pemohon mendalilkan terjadi penggelembungan suara Partai Demokrasi Indonesia

Perjuangan (PDIP), sehingga PDIP semestinya memperoleh 7.857 suara, dan bukan 8.018 suara.

Mahkamah berpendapat Pemohon tidak dapat membuktikan dalilnya. Jika digunakan bukti rekap desa versi Turut Termohon atau Pihak Terkait, maka selisih suara pun tidak sesuai dengan dalil Pemohon. Oleh karena itu, Mahkamah menilai dalil Pemohon tidak terbukti sehingga harus dikesampingkan.

235-614.indd 454 9/24/10 11:09:31 AM

Page 477: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

455Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

10. Dapil Maluku 6 untuk DPRD Provinsi Pemohon mendalilkan kehilangan 654 suara yang terjadi di 3 kecamatan, yakni

Kecamatan Kei Besar Utara Timur, Kecamatan Kei Kecil, dan Kecamatan Kei Besar.

Mahkamah berpendapat bukti Pemohon diragukan validitasnya. Oleh karena itu, Mahkamah menilai dalil Pemohon tidak beralasan hukum sehingga harus dikesampingkan.

11. Dapil Kalimantan Timur 2 untuk DPRD Provinsi Pemohon mendalilkan terjadi pengurangan suara partai Pemohon sebesar 3 suara

dan penggelembungan suara Partai Damai Sejahtera (PDS) sebesar 60 suara di Kecamatan Sepaku.

Mahkamah berpendapat dalil Pemohon terbukti menurut hukum, sehingga perolehan suara yang benar untuk Pemohon adalah sebesar 9.430 suara, sedangkan perolehan suara PDS sebesar 9.344 suara. Oleh karena itu, Mahkamah menilai permohonan Pemohon beralasan dikabulkan untuk sebagian. Akan tetapi, permohonan Pemohon menyangkut pembatalan perolehan kursi terakhir, yaitu kursi ke-8 DPR RI yang didapat Partai Gerindra di Dapil Provinsi Kalimantan Timur, tidak dapat dilkabulkan karena bukan wewenang Mahkamah untuk menentukan perolehan kursi DPRD Provinsi Kalimantan Timur.

12. Dapil Jawa Barat 10 untuk DPRD Provinsi Pemohon mendalilkan terjadi penggelembungan suara Partai Demokrat di

Kabupaten Kuningan sebesar 1.372 suara, dan di Kabupaten Ciamis sebesar 1.031 suara. Mahkamah berpendapat Pemohon tidak dapat membuktikan adanya penggelembungan suara Partai Demokrat. Oleh karena itu, Mahkamah menilai permohonan Pemohon harus dikesampingkan.

13. Dapil Sulawesi Selatan 6 untuk DPRD Provinsi Pemohon mendalilkan terjadi pengurangan suara Pemohon untuk Caleg Partai

Amanat Nasional (PAN) Nomor Urut 1 bernama H. Andi Jamaluddin Jafar, S.E.,M.M. sebesar 320 suara.

Mahkamah menemukan adanya perubahan suara yang dilakukan secara sepihak oleh Turut Termohon tanpa menghadirkan saksi dari partai, sehingga perbaikan yang dilakukan oleh Turut Termohon diragukan keabsahannya. Oleh karena itu, Mahkamah menilai dalil Pemohon terbukti dan beralasan hukum. Mahkamah menetapkan perolehan suara Caleg Pemohon Nomor Urut 1 bernama H. Andi Jamaluddin Jafar, S.E.,M.M. adalah sebesar 9.661 suara di Dapil 6 DPRD Provinsi Sulawesi Selatan.

14. Dapil Sulawesi Selatan 4 untuk DPRD Provinsi Pemohon mendalilkan terjadi pengurangan suara Caleg Pemohon Nomor Urut 3

bernama Ir. Andi Muhammad Irfan sebanyak 933 suara di Kabupaten Pangkep dan

235-614.indd 455 9/24/10 11:09:31 AM

Page 478: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

456 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

400 suara di Kotamadya Pare-pare, sehingga Pemohon kehilangan satu kursi di DPRD Provinsi Sulawesi Selatan.

Mahkamah berpendapat dalil Pemohon tidak terbukti karena:a. dari bukti Turut Termohon berupa rekapitulasi suara per kecamatan, Pemohon

hanya memperoleh 428 suara di Kabupaten Pangkep. Adapun perolehan suara Pemohon di Kotamadya Pare-pare hanya sebesar 354 suara;

b. Pemohon tidak dapat membuktikan di TPS mana saja terjadi pengurangan suara. Oleh karena itu, Mahkamah menilai bahwa dalil Pemohon harus dikesampingkan.15. Dapil Gorontalo 2 untuk DPRD Provinsi Pemohon mendalilkan semestinya Caleg Pemohon Nomor Urut 5 bernama Conny

Gobel memperoleh 4.243 suara. Caleg Pemohon menyatakan terjadi pengurangan 186 suara di Dapil 2 Provinsi Gorontalo. Setelah mencermati bukti-bukti, Caleg Pemohon kehilangan 86 suara di Desa Huidu dan 14 suara di Desa Mahiyolo, sehingga total kehilangan suara Pemohon adalah 100 suara. Meskipun pengurangan 100 suara Caleg Pemohon terbukti, namun angka perolehan suara Caleg Pemohon adalah 4.157 suara dan bukan 4.243 suara seperti yang didalilkan Pemohon. Oleh karena itu, Mahkamah menilai dalil Pemohon tidak terbukti menurut hukum sehingga harus dikesampingkan.

16. Dapil Sumatera Barat 2 untuk DPRD Provinsi Pemohon mendalilkan bahwa Caleg Pemohon Nomor Urut 2 bernama Drs. Eri Rai

Moncak Sutan semestinya memperoleh 5.926 suara, bukan 5.916 suara. Pemohon juga berpendapat semestinya Caleg PAN Nomor Urut 6 bernama Drs. Apris semestinya memperoleh 5.915 suara, bukan 5.929 suara. Hal ini terjadi karena adanya penggelembungan suara yang merugikan Caleg Pemohon Nomor Urut 2 dalam penjumlahan suara, sehingga ia tidak memperoleh kursi DPRD Provinsi. Setelah mencermati bukti-bukti, Caleg PAN Nomor Urut 6 bernama Drs. Apris terbukti melakukan penggelembungan suara sebesar 4 suara di PPS Kubung dan 10 suara di PPS Lunang Silaut, sehingga total penggelembungan suara adalah 14 suara. Mahkamah berpendapat Caleg Pemohon Nomor Urut 2 terbukti memperoleh 5.917 suara, sedangkan Caleg PAN Nomor Urut 6 memperoleh 5.915 suara. Oleh karena itu, dalil Pemohon terbukti menurut hukum sehingga beralasan untuk dikabulkan. Mahkamah tidak dapat mengabulkan petitum Pemohon mengenai diskualifikasidan sanksi pidana terhadap Caleg PAN Nomor Urut 6 bernama Drs. Apris karena bukan merupakan wewenang Mahkamah.

17. Dapil Sumatera Utara 1 untuk DPRD Provinsi Pemohon mendalilkan perolehan suaranya berkurang di beberapa kecamatan adalah

sebagai berikut:− MedanBaratKelurahanKarangBerombak sebanyak82 suara;− MedanTimurKelurahanGelugurDarat sebanyak22 suara;

235-614.indd 456 9/24/10 11:09:31 AM

Page 479: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

457Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

− MedanTembungKelurahanSidorejoHilir sebanyak69 suara;− MedanDeliKelurahanTanjungMulia sebanyak55 suara;− MedanPerjuanganKelurahanTegalrejo sebanyak44 suara.

Setelah mencermati bukti-bukti berupa Model C DPRD Provinsi, Mahkamah berpendapat dalil Pemohon terbukti terjadi pengurangan untuk Kelurahan Karang Berombak Kecamatan Medan Barat sebanyak 55 suara, Kelurahan Tanjung Mulia Kecamatan Medan Deli sebanyak 49 suara, dan Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Medan Perjuangan sebanyak 48 suara, sehingga total pengurangan suara Pemohon sebanyak 152 suara bukan 272 suara. Oleh karenanya dalil Pemohon beralasan untuk dikabulkan.

18. Dapil Sumatera Selatan 7 untuk DPRD Provinsi Pemohon mendalilkan terjadinya pengurangan suara Caleg Pemohon Nomor Urut

3 bernama Husin Bin Abdullah di Kecamatan Muara Rupit. Semula Pemohon memperoleh 448 suara pada saat rekapitulasi C-1 dan C-2. Namun dalam penghitungan di tingkat PPK, perolehan suara Pemohon menjadi 317 suara sehingga suara Pemohon berkurang 131 suara. Termohon dan Turut Termohon membantah dalil Pemohon, namun tidak dapat menunjukkan bukti lawan. Oleh karena itu, Mahkamah menilai permohonan Pemohon beralasan hukum untuk dikabulkan.

19. Dapil Mamuju 4 Provinsi Sulawesi Barat untuk DPRD Kabupaten Pemohon mendalilkan semestinya memperoleh 1.956 suara dan berhak mendapat 1

kursi Dapil 4 Kabupaten Mamuju. Pemohon juga mendalilkan terjadi penggelembungan suara Partai Kedaulatan dan PDK yang terjadi di 9 desa Kecamatan Budong-budong. Setelah mencermati bukti-bukti, Mahkamah berpendapat sebagai berikut:a. berdasarkan bukti-bukti C-1 Pemohon telah terjadi penggelembungan suara

Partai Kedaulatan dan PDK pada 9 desa di Kecamatan Budong-Budong;b. dari bukti-bukti C-1 Turut Termohon, ditemukan banyak ketidakkonsistenan

angka-angka, coretan-coretan yang mengubah angka dan juga koreksi-koreksi dengan menggunakan tip-ex, sehingga otentitas bukti-bukti C-1 Turut Termohon meragukan sehingga harus dikesampingkan;

c. dari hasil pemeriksaan bukti-bukti dari 9 desa di atas,maka perolehan suara PAN yang didapatkan untuk Kecamatan Budong-Budong adalah 572 suara, Partai Kedaulatan 197 suara, dan PDK sebesar 514 suara;

d. dari hasil di atas, perolehan suara PAN untuk Kabupaten Mamuju Dapil 4 menjadi 1.955 suara, Partai Kedaulatan 1.575 suara, dan PDK sebesar 1.739 suara.

Mahkamah menilai dalil Pemohon beralasan hukum untuk dikabulkan sebagian. Mahkamah tidak dapat mengabulkan petitum Pemohon untuk menetapkan bahwa Pemohon memperoleh 1 kursi ke-8 DPRD Kabupaten Mamuju Dapil 4 atas nama FathahuddinAlGafiqhi karena bukan merupakan wewenang Mahkamah.

235-614.indd 457 9/24/10 11:09:31 AM

Page 480: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

458 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

20. Dapil Indragiri Hulu 1 Provinsi Riau untuk DPRD Kabupaten Pemohon mendalilkan terjadi penggelembungan suara PDK yang semula di TPS

I s.d. TPS VIII sebanyak 51 suara, namun dalam penghitungan di tingkat PPK menjadi 84 suara sehingga terdapat selisih 33 suara.

Mahkamah menilai dalil Pemohon tidak beralasan hukum karena dalam Bukti P-3h Pemohon berupa Formulir C-1, Partai Demokrasi Kebangsaan (PDK) memperoleh 0 (nol) suara. Tetapi dalam Bukti P-3g Pemohon, PDK memperoleh 33 suara. Bukti Turut Termohon juga menunjukkan bahwa PDK memperoleh 33 suara. Oleh karena itu, permohonan Pemohon harus ditolak.

21. Dapil Sumenep 7 Provinsi Jawa Timur untuk DPRD Kabupaten Pemohon mendalilkan semestinya memperoleh 3.869 suara sehingga berhak atas

1 kursi DPRD Kabupaten Sumenep. Mahkamah berpendapat dalil Pemohon tidak terbukti menurut hukum karena:

a. bukti-bukti Pemohon adalah hasil rekapan sendiri tanpa dokumen-dokumen yang lengkap;

b. bukti-bukti Pemohon tidak dapat menunjukkan secara jelas suara yang tidak sah mencapai 7,9%;

c. Pemohon tidak dapat menunjukkan secara jelas dan pasti terjadinya pengurangan suara Pemohon di Kecamatan Arjasa, Kecamatan Kangaya, dan Kecamatan Sapeken;

d. dalil-dalil lain tentang kecurangan, pelanggaran asas-asas Pemilu, seperti tidak menggunakan Model C-1, kotak suara tidak bersegel, tidak terkunci, kesemuanya merupakan pelanggaran-pelanggaran yang berkonotasi pidana dan administratif serta merupakan ranah Panwaslu dan penyidik, bukan wewenang Mahkamah.

Berdasarkan pendapat di atas, Mahkamah menilai dalil Pemohon harus dikesampingkan.

22. Dapil Ogan Komering Ulu 4 Provinsi Sumatera Selatan untuk DPRD Kabupaten

Termohon menetapkan bahwa Pemohon memperoleh 5.245 suara. Sehubungan dengan penetapan tersebut, Pemohon mendalilkan perolehan 1 kursi DPRD Kabupaten Ogan Komering Ulu semestinya diperuntukkan bagi Caleg Pemohon Nomor Urut 1 bernama Heriyandi, S,H.,M.H., bukan untuk Budiharjo, S.E. Pemohon juga mendalilkan bahwa di TPS 5 Kelurahan Batu terjadi pelanggaran oleh anggota KPPS karena melakukan pencontrengan terlebih dahulu.

Mahkamah berpendapat dalil Pemohon tidak terbukti menurut hukum dengan alasan:a. telah dilaksanakan pemungutan suara di TPS 5 Desa Batu Kuning;

235-614.indd 458 9/24/10 11:09:31 AM

Page 481: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

459Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

b. berdasarkan rekapitulasi DB-1 Pemohon memperoleh 5.215 suara, sedangkan versi KPU Pemohon memperoleh 5.215 suara;

c. menyangkut perolehan suara PAN di Desa Batu Kuning, Pemohon tidak mengajukan bukti C-1, sedangkan bantahan KPU yang didasarkan pada bukti Turut Termohon menyatakan perolehan suara untuk Heriyandi sebesar 25 suara dan untuk Muslim sebesar 2 suara.

Oleh karena itu, dalil Pemohon harus dikesampingkan dan Mahkamah menolak pemungutan suara ulang di TPS 5 Kelurahan Batu Kuning, Kecamatan Batu Raja Barat, Kabupaten Ogan Komering Ulu.

23. Dapil Mamasa 3 Provinsi Sulawesi Barat untuk DPRD Kabupaten- Pemohon mendalilkan di TPS 2 Desa Salu Aho, Calon Anggota DPRD Nomor

Urut 1 bertambah 24 suara. Tetapi berdasarkan Model C-1 di TPS 2 Desa Salu Alo terdapat perolehan suara partai politik sebesar 24 suara. Perolehan suara tersebut diragukan outentisitasnya karena terdapat tanda panah yang dimaksudkan bahwa 24 suara tersebut diperuntukkan bagi Calon Anggota DPRD Nomor Urut 1 bernama A. Asdar Wahab. Oleh karena itu, Mahkamah menilai dalil Pemohon tidak beralasan hukum sehingga harus dikesampingkan.

- Pemohon mendalilkan di TPS 2 Desa Leko Sukamaju, Calon Nomor Urut 1 mendapat 1 suara dan Calon Nomor Urut 3 mendapat 4 suara. Namun perolehan suara Calon Nomor Urut 3 dihilangkan yang kemudian diperuntukkan bagi Calon Nomor Urut 1 sehingga perolehan suaranya menjadi 5 suara. Mahkamah mencermati bukti-bukti Pemohon berupa Model C-1 diragukan validitasnya karena terdapat pencoretan pada kolom suara Nasaruddin. Tetapi tidak diketahui berapa sebenarnya jumlah perolehan suara Nasaruddin Gama dan kepada siapa suara tersebut dialihkan. Pemohon pun tidak dapat mengajukan bukti lain untuk memperkuat dalilnya. Oleh karena itu, Mahkamah menilai dalil Pemohon harus dikesampingkan.

- Pemohon mendalilkan Calon Anggota DPRD Nomor Urut 1 memperoleh 0 (nol) suara dan Calon Nomor Urut 4 mendapat 7 suara. Namun perolehan suara Calon Nomor Urut 4 dipindahkan menjadi suara Calon Nomor Urut 1. Dalil Pemohon tersebut telah diberi pendapat hukum oleh Majelis Hakim dalam Putusan Pengadilan Negeri Polewali Nomor 87/Pid.B/2009/PN.Pol sehingga Mahkamah tidak berwenang menilai pendapat hukum dalam putusan tersebut yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Oleh karena itu, Mahkamah menilai dalil Pemohon harus dikesampingkan.

24. Dapil Lampung Tengah 4 Provinsi Lampung untuk DPRD Kabupaten Pemohon mendalilkan terjadi penggelembungan suara Partai Hanura dari 4.279

suara menjadi 4.432 suara. Setelah mencermati bukti-bukti, Mahkamah berpendapat Pemohon tidak dapat membuktikan dalilnya sehingga harus dikesampingkan.

235-614.indd 459 9/24/10 11:09:31 AM

Page 482: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

460 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

25. Dapil Pidie 2 Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam untuk DPRD Kabupaten Pemohon mendalilkan perolehan suara Caleg Partai Bintang Reformasi (PBR)

bernama Khairil Syahrial A.Md. menggelembung sebesar 57 suara di Kecamatan Simpang Tiga, sedangkan suara Pemohon hilang sebesar 17 suara. Mahkamah berpendapat beberapa bukti Pemohon tidak valid, yaitu Bukti P-5 dan Bukti P-9 terdapat perbedaan jumlah suara partai politik dengan jumlah suara yang sah di sertifikat C-1. Sedangkan pada Bukti P-8, jumlah suara sah di sertifikat kosong.Mahkamah pun lebih meyakini validitas bukti Turut Termohon berupa C-2 Plano. Oleh karena itu, Makamah menilai dalil Pemohon tidak terbukti menurut hukum sehingga harus dikesampingkan.

26. Dapil Ogan Ilir 6 Provinsi Sumatera Selatan untuk DPRD Kabupaten Pemohon mendalilkan semestinya memperoleh 14.725 suara, dan bukan 14.528

suara. Dalam konteks ini, Pemohon kehilangan 197 suara di Kecamatan Tanjung Batu dan Kecamatan Lubuk Keliat. Untuk memperkuat dalil-dalilnya, Pemohon mengajukan bukti-bukti dan saksi, sementara Termohon dan Turut Termohon tidak mengajukan bukti-bukti untuk membantah dalil Pemohon. Mahkamah berpendapat Pemohon dapat membuktikan kehilangan suaranya, sehingga permohonan Pemohon beralasan hukum untuk dikabulkan.

27. Dapil Purbalingga 2 Provinsi Jawa Tengah untuk DPRD Kabupaten Pemohon mendalilkan semestinya perolehan suara Caleg PAN Nomor Urut 1

bernama Imam Edi Siswanto, S.Ag. adalah 2.557 suara, dan bukan 2.574 suara sehingga perolehan suaranya menggelembung sebanyak 17 suara. Sedangkan Caleg Pemohon Nomor Urut 2 bernama Suharto memperoleh 2.570 suara, padahal semestinya ia memperoleh 2.568 suara dan memperoleh 1 kursi DPRD Kabupaten Purbalingga. Setelah memeriksa bukti-bukti, Mahkamah berpendapat dalil Pemohon terbukti sehingga permohonan Pemohon beralasan untuk dikabulkan.

28. Dapil Kota Serang 2 Provinsi Banten untuk DPRD Kota Pemohon mendalilkan perolehan suara Caleg Partai Patriot Nomor Urut 1 bernama

Marlan Syafar menggelembung sebanyak 159 suara di Kecamatan Cipocok Jaya sehingga ia memperoleh kursi ke-6 DPRD Kota dengan perolehan suara sebesar 1.939 suara. Berdasarkan bukti C-1 Turut Termohon, Mahkamah menilai tidak terjadi penggelembungan suara Partai Patriot. Oleh karenanya, dalil Pemohon tidak terbukti menurut hukum sehingga harus dikesampingkan.

29. Dapil Kampar 1 Provinsi Riau untuk DPRD Kabupaten Pemohon mendalilkan terjadi penggelembungan suara Partai Bulan Bintang (PBB)

sebanyak 18 suara, sedangkan Pemohon kehilangan 44 suara di Kecamatan Tambang yang meliputi 13 TPS di Desa Taraibangun. Setelah memeriksa bukti-bukti, Mahkamah berpendapat dalil Pemohon terbukti menurut hukum. Perolehan suara Pemohon yang benar adalah 3.189 suara, sedangkan PBB memperoleh 3.179 suara. Dengan demikian, permohonan Pemohon beralasan untuk dikabulkan.

235-614.indd 460 9/24/10 11:09:31 AM

Page 483: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

461Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

30. Dapil Grobogan 1 Provinsi Jawa Tengah untuk DPRD Kabupaten Pemohon mendalilkan semestinya memperoleh 8.990 suara, dan bukan 7.872 suara

sehingga Pemohon kehilangan 1.118 suara di Kecamatan Toroh. Pemohon juga mendalilkan terjadi indikasi pelanggaran prinsip-prinsip Pemilu di Kecamatan Geyer dan Kecamatan Purwodadi. Setelah memeriksa bukti-bukti, Mahkamah berpendapat dalil-dalil Pemohon tidak terbukti menurut hukum dengan alasan:a. berdasarkan Bukti P-2 Pemohon, perolehan suara Pemohon sebesar 7.301

suara, sedangkan rekap KPU sebesar 7.872 suara;b. penghilangan suara Pemohon untuk keseluruhan Dapil hanya didasarkan pada

asumsi semata;c. dalil adanya indikasi pelanggaran prinsip-prinsip Pemilu di Kecamatan Geyer dan

Kecamatan Purwodadi tidak relevan untuk dipertimbangkan karena merupakan ranah dari Panwas Kecamatan atau penyidik, bukan wewenang Mahkamah.

Berdasarkan pendapat di atas, Mahkamah menilai permohonan Pemohon tidak beralasan hukum sehingga harus dikesampingkan.

31. Dapil Bombana 1 Provinsi Sulawesi Tenggara untuk DPRD Kabupaten Pemohon mendalilkan terjadi penggelembungan suara PPIB sebesar 25 suara,

sehingga semestinya perolehan suara PPIB adalah 824 suara, dan bukan 849 suara. Sebaliknya berdasarkan Model DB-1, total suara Pemohon adalah 826 suara sehingga jumlah suara Pemohon adalah 826 + 15 = 841 suara. Berpijak pada fakta hukum, Mahkamah menilai dalil-dalil Pemohon tidak terbukti dengan alasan terdapat perbedaan antara C-1 Pemohon dan C-1 Turut Termohon (Bukti Pemohon P-2 dan P-3 berbeda dengan Bukti Turut Termohon TT-7 dan TT-8), sehingga tidak terdapat penggelembungan suara untuk PPIB. Penilaian ini diperkuat oleh C-2 Plano Turut Termohon. Oleh karena itu, Mahkamah menolak permohonan Pemohon.

32. Dapil Sanggau 1 Provinsi Kalimantan Barat untuk DPRD Kabupaten Pemohon mendalilkan terjadi penggelembungan suara PPKI di Desa Layakomang.

Mahkamah berpendapat dalil Pemohon tidak terbukti karena dari bukti yang diajukan Pemohon dan Turut Termohon tidak terdapat selisih perolehan suara PKPI di Desa Layakomang. Oleh karena itu, dalil Pemohon harus dikesampingkan.

33. Dapil Banjar 2 Provinsi Kalimantan Selatan untuk DPRD Kabupaten Pemohon mendalilkan kehilangan suara di Kecamatan Kertak Hanyar sebanyak

41 suara karena Turut Termohon tidak mencantumkan suara rekap Pemohon di TPS 3 dan TPS 5. Dalam hal ini, semestinya perolehan suara Pemohon di Desa Simpang Empat Kecamatan Kertak Hanyar berdasarkan rekap C-1 adalah 169 suara, namun pada rekap PPK hanya tertulis 128 suara.

Setelah mencermati bukti-bukti, Mahkamah berpendapat sebagai berikut:a. adanya pengakuan dari Ketua PPS yang diperkuat dengan Bukti C-1 Pemohon

yang dibubuhi stempel PPS Simpang Empat, yang menunjukkan bahwa

235-614.indd 461 9/24/10 11:09:31 AM

Page 484: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

462 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

perolehan suara Pemohon di TPS 3 Desa Simpang Empat adalah 38 suara namun tidak dipindahkan dalam rekapitulasi PPK;

b. Turut Termohon tidak memberikan bantahan maupun bukti untuk membantah kehilangan suara Pemohon sebanyak 3 suara di TPS 5 Desa Simpang Empat;

c. setelah mengamati Bukti Turut Termohon berupa C-2 Plano, Mahkamah berpendapat terdapat kontradiksi hasil perolehan suara Pemohon pada C-2 Plano dengan pengakuan Ketua PPS dan Bukti C-1 Pemohon, sehingga outentisitas bukti C-2 Plano Turut Termohon tidak dapat diterima sebagai alat bukti yang sah.

Berdasarkan fakta hukum di atas, Mahkamah menilai dalil Pemohon terbukti, sehingga jumlah perolehan suara Pemohon yang benar adalah 2.713 suara, dan bukan 2.672 suara.

34. Dapil Kerinci 4 Provinsi Jambi untuk DPRD Kabupaten Pemohon mendalilkan Caleg Pemohon Nomor Urut 3 bernama Andarno kehilangan

70 suara, sementara Caleg PAN Nomor Urut 1 bernama H. Liberty mengalami penggelembungan 4 suara.

Setelah memeriksa bukti-bukti, Mahkamah berpendapat sebagai berikut:a. terdapat penghilangan suara Caleg Pemohon Nomor Urut 1 seperti yang

didalilkan. Meskipun terjadi ketidaksesuaian jumlah suara sah pada beberapa TPS dengan jumlah suara sah pada sertifikat, namun Turut Termohon tidakmengajukan Bukti C-2 sebagai perbandingan sehingga perolehan suara Caleg Pemohon Nomor Urut 3 menjadi 1.493 suara;

b. dalil penggelembungan suara Caleg PAN Nomor Urut 1 tidak dapat dibuktikan, sehingga perolehan suaranya tetap 1.496 suara. Hal ini tidak mempengaruhi urutan perolehan suara Pemohon.

Dengan demikian, Mahkamah menetapkan perolehan suara Caleg Pemohon Nomor Urut 3 sebanyak 1.493 suara dan Caleg PAN Nomor Urut 1 sebanyak 1.496 suara.

35. Dapil Cirebon 2 Provinsi Jawa Barat untuk DPRD Kota Pemohon mendalilkan terjadi penghilangan suara Caleg Pemohon Nomor Urut

3 bernama Hj. Any Firmaningsih, S.H sebanyak 9 suara, dan penggelembungan suara Caleg PAN Nomor Urut 1 sebanyak 6 suara. Mahkamah berpendapat penggelembungan dan penghilangan suara ternyata berbeda dengan dalil Pemohon karena tidak mempengaruhi posisi perolehan suara antara Caleg Nomor Urut 1 dan Caleg Nomor Urut 3. Hasil akhir perolehan suara yang benar untuk Caleg Nomor Urut 1 menjadi 1.783 suara dan Caleg Nomor Urut 3 menjadi 1.782 suara. Oleh karena itu, dalil Pemohon tidak terbukti dan harus dikesampingkan.

36. Dapil Semarang 3 Provinsi Jawa Tengah untuk DPRD Kabupaten Pemohon mendalilkan bahwa Caleg Pemohon Nomor Urut 11 bernama Suharwanto

keberatan dengan penetapan KPU Kabupaten Semarang yang menetapkan Caleg PAN Nomor Urut 1 bernama Said Riswanto memperoleh 2.248 suara karena adanya

235-614.indd 462 9/24/10 11:09:31 AM

Page 485: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

463Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

penggelembungan suara di Kecamatan Ambarawa dan Kecamatan Bandungan. Mahkamah berpendapat dalil Pemohon tidak beralasan hukum karena validitas bukti Pemohon (Formulir C-1) tidak seluruhnya sesuai dengan posita Pemohon. Lagipula validitas bukti tersebut kurang akurat, kabur, dan tidak terbaca jika dibandingkan dengan bukti Turut Termohon. Di samping itu, perolehan suara tidak signifikanmengubah perolehan kursi calon. Oleh karena itu, dalil Pemohon tidak beralasan hukum sehingga harus dikesampingkan.

37. Dapil Madiun 5 Provinsi Jawa Timur untuk DPRD Kabupaten Pemohon mendalilkan terjadi penggelembungan suara Partai Demokrasi Indonesia

Perjuangan (PDIP) di 7 desa, yaitu Desa Purworejo Kecamatan Geger sebanyak 93 suara, Desa Jatisati Kecamatan Geger sebanyak 153 suara, Desa Uteran Kecamatan Geger sebanyak 59 suara, Desa Jogodayuh Kecamatan Geger sebanyak 29 suara, Desa Bangunsari Kecamatan Dolopo sebanyak 5 suara, Desa Glonggong Kecamatan Dolopo sebanyak 119 suara, dan Desa Sukorejo Kecamatan Kebonsari sebanyak 21 suara. Total penggelembungan suara PDIP sebanyak 479 suara. Mahkamah menilai terdapat ketidakkonsistenan antara dalil permohonan dengan bukti-bukti yang diajukan Pemohon. Lagipula, bukti yang diajukan Pemohon berupa Formulir C1 diragukan validitasnya, karena sebagian besar data suara sah dan tidak sah padasertifikathasil penghitungansuara tidak terisi, serta tidakdilengkapidengantandatangan KPPS dan saksi-saksi. Sebaliknya Termohon mengajukan bukti yang meyakinkan berupa Formulir C1. Dengan demikian, Mahkamah menilai bukti Termohon adalah benar dan sah, sedangkan bukti Pemohon tidak benar. Oleh karena itu, dalil Pemohon tidak beralasan dan harus dikesampingkan.

38. Dapil Sumedang 2 Provinsi Jawa Barat untuk DPRD Kabupaten Pemohon mendalilkan terjadi penggelembungan suara Partai Demokrasi Indonesia

Perjuangan (PDIP) di Desa Gudang dan Desa Cinanjung yang berada di Kecamatan Tanjungsari sebanyak 19 suara. Mahkamah berpendapat dalil Permohon tidak terbukti menurut hukum karena jumlah keseluruhan suara sah pada Formulir C-1 Pemohon untuk Desa Gudang tidak sesuai dengan jumlah suara sah yang tertera di Formulir C-1 Kab/Kota di TPS 9 Desa Gudang. Kemudian, dari bukti yang disampaikan Pemohon dan Turut Termohon ternyata tidak terdapat selisih perolehan suara PDIP di Desa Cinanjung. Oleh karena itu, dalil Pemohon harus dikesampingkan.

39. Dapil Kapuas 1 Provinsi Kalimantan Tengah untuk DPRD Kabupaten Pemohon mendalilkan terjadi penggelembungan suara Caleg PAN Nomor Urut

1 bernama Ngaidi dan pengurangan suara Caleg PAN Nomor Urut 4 bernama Ahmad Zaidi di Kabupaten Kapuas. Terhadap dalil Pemohon tersebut, Mahkamah berpendapat sebagai berikut:a. adanya penggelembungan suara Caleg PAN Nomor Urut 1 bernama Ngaidi

terbukti menurut hukum sebesar 90 suara. Perolehan suara yang benar untuk Caleg Ngaidi adalah 1.723 – 90 = 1.633 suara;

235-614.indd 463 9/24/10 11:09:31 AM

Page 486: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

464 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

b. adanya pengurangan suara Caleg PAN Nomor Urut 4 bernama Ahmad Zaidi terbukti menurut hukum sebesar 69 suara. Perolehan suara yang benar untuk Ahmad Zaidi adalah 1.630 + 69 = 1.699 suara.

Dengan terbuktinya dalil Pemohon, maka permohonan Pemohon dikabulkan.40. Dapil Tanjung Pinang 2 Provinsi Kepulauan Riau untuk DPRD Kota Pemohon mendalilkan kehilangan suara di Kecamatan Tanjung Pinang, akibatnya

tidak memperoleh kursi DPRD. Setelah mencermati bukti-bukti, Mahkamah berpendapat data C-1 Pemohon tidak menunjang dalil permohonan karena tidak memuat informasi yang lengkap yakni di TPS manja saja suara Pemohon hilang. Oleh karena itu, Mahkamah menilai dalil Pemohon tidak terbukti menurut hukum sehingga harus dikesampingkan.

41. Dapil Bengkalis 2 Provinsi Riau untuk DPRD Kabupaten Pemohon mendalilkan terjadinya penggelembungan suara Caleg Nomor Urut 1

bernama Muhammad Jufri di Desa Selat Panjang Selatan, Desa Banglas Barat, Desa Lukun, dan Desa Banglas di Kecamatan Tebing Tinggi sebesar 67 suara. Mahkamah berpendapat bukti yang diajukan Pemohon tidak jelas sehingga tidak dapat dipastikan berapa jumlah perolehan suara Muhammad Jufri di Kecamatan Tebing Tinggi. Oleh karena itu, dalil Pemohon tidak terbukti menurut hukum sehingga harus dikesampingkan.

42. Dapil Solok 2 Provinsi Sumatera Barat untuk DPRD Kota Pemohon mendalilkan terjadinya penghilangan suara Caleg Pemohon Nomor Urut

8 bernama Hj. Yasmarni sebanyak 9 suara di tingkat PPS Desa KTK, TPS 28 Tanah Garam, TPS 2 dan TPS 10 Desa Enam Suku. Pemohon juga mendalilkan terjadinya penghilangan suara Caleg PAN Nomor Urut 4 bernama Afrijon DT. G Sati sebanyak 12 suara yang terjadi pada TPS 14, 20, 25, 29 Tanah Garam, TPS 4 KTK dan TPS 2 Sinapa Piliang. Mahkamah berpendapat bukti-bukti surat otentik yang diajukan Pemohon tidak lengkap sehingga Mahkamah tidak dapat melakukan verifikasi jumlah suara yang benar. Lagipula, Pemohon tidak dapat membuktikandalil penghilangan dan penggelembungan suara Caleg PAN. Dengan demikian, dalil Pemohon tidak terbukti.

43. Dapil Batubara 4 Provinsi Sumatera Utara untuk DPRD Kabupaten Pemohon mendalilkan adanya kesalahan prosedur pencontrengan, kesalahan

prosedur penghitungan suara (penghitungan ganda), dan penggelembungan suara yang menyebabkan Caleg Pemohon Nomor Urut 9 bernama Chairul Bariah kehilangan suara untuk mendapat kursi ke-9 DPRD Kabupaten. Di samping itu, terjadi pula penggelembungan suara Partai Bintang Reformasi (PBR) di TPS 6, TPS 7, TPS 13, dan TPS 16 Desa Bagan Dalam, serta TPS 10 Desa Bogak. Terhadap dalil Pemohon tersebut, Mahkamah berpendapat sebagai berikut:

235-614.indd 464 9/24/10 11:09:31 AM

Page 487: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

465Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

a. tidak terjadi penggelembungan suara di TPS 6 dan TPS 7 Desa Bagan Dalam;b. di TPS 13 Desa Bagan Dalam dan TPS 10 Desa Bogak, Pemohon tidak

mempersoalkan selisih suara, karenanya irrelevan untuk dinilai. Lagipula, Pemohon tidak mengajukan Bukti Formulir C-1 khusus untuk TPS 10 Desa Bogak;

c. Pihak Terkait PBR mengajukan Bukti Formulir DA-B yang menunjukkan adanya selisih 1 suara antara Turut Termohon dan Pihak Terkait, namun bukti Turut Termohon lebih valid.

Berpijak pada pendapat di atas, Mahkamah menolak seluruh dalil Pemohon. 44. Dapil Jeneponto 1 Provinsi Sulawesi Selatan untuk DPRD Kabupaten Pemohon mendalilkan terjadi penggelembungan suara Caleg Nomor Urut 3 bernama

Syahrir Kana di TPS 3 Desa Biringkasi, TPS 4 Desa Panaikang, TPS 5 Kelurahan Balangberu, TPS 5 Kelurahan Biringkasi, dan TPS 1 Desa Sapanang sebanyak 54 suara. Mahkamah berpendapat dalil Pemohon tersebut tidak terbukti karena Formulir C-1 Pemohon tidak lengkap dan perolehan suara sah tidak sesuai dengan yang tercantum pada halaman awal Formulir Model C-1 DPRD kabupaten/kota, sehingga dalil Pemohon harus dikesampingkan.

45. Dapil Simalungun 3 Provinsi Sumatera Utara untuk DPRD Kabupaten Pemohon mendalilkan bahwa berdasarkan rincian Formulir C-1, total perolehan suara

PKPB di TPS 1, TPS 2, dan TPS 3 Desa Mekar Bahalat adalah 4 suara. Namun pada penghitungan di tingkat PPK Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi, perolehan suara PKPB di ketiga TPS tersebut menggelembung sebesar 114 suara, sehingga perolehan suaranya menjadi 118 suara. Mahkamah berpendapat dalil Pemohon tersebut tidak terbukti karena penggelembungan suara tidak sesuai dengan dalil Pemohon. Oleh karena itu dalil Pemohon harus dikesampingkan.

46. Dapil Bojonegoro 1 s.d. 5 Provinsi Jawa Timur untuk DPRD Kabupaten Pemohon mendalilkan telah terjadi penggelembungan sebesar 3.460 suara pada

Partai Golkar di Dapil Bojonegoro 1, 2, 3, 4, dan 5 pada saat rekapitulasi di KPU Kabupaten Bojonegoro. Dalil tersebut didasarkan pada Model C-1 di 15 kecamatan dari 27 kecamatan di Kabupaten Bojonegoro. Sesuai Model C1 perolehan suara Partai Golkar hanya sebesar 55.222 suara. Namun berdasarkan rekapitulasi Model DB 1 (rekapitulasi tingkat kabupaten) suara Partai Golkar berubah menjadi 59.107 suara yang artinya terjadi penambahan sebesar 3.460 suara sehingga secara keseluruhan Partai Golkar di Kabupaten Bojonegoro memperoleh suara sebesar 91.711 suara, karenanya suara Pemohon lebih kecil. Setelah dilakukan pemeriksaan secara mendalam, Mahkamah berpendapat sebagai berikut:a. bukti yang diajukan Turut Termohon jauh lebih lengkap daripada bukti yang

diajukan Pemohon. Selain lebih lengkap, bukti Turut Termohon akurasi dan validitas datanya lebih dapat dipertanggungjawabkan;

235-614.indd 465 9/24/10 11:09:31 AM

Page 488: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

466 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

b. bukti tertulis yang diajukan Pemohon justru lebih menguatkan dalil Termohon maupun Turut Termohon;

c. terdapat Bukti Model C1 Pemohon (Bukti P-2) yang hanya berisi perolehan suara Pemohon, sementara perolehan suara partai lain tidak ada, misalnya pada TPS VI Desa Drokilo Kecamatan Kedungadem di mana Partai Amanat Nasional (Pemohon) mendapatkan 30 suara yang tersebar pada Caleg Zainu sebesar 12 suara, Hendri Candra Pri Prasetya, sebanyak 5 suara dan, H. Rawan Ridwan sebanyak 13 suara, sementara kolom yang lainnya kosong.

Atas dasar pendapat di atas, Mahkamah menilai dalil-dalil yang diajukan Pemohon tidak berdasar dan hanya sekedar asumsi belaka tanpa dikuatkan dengan alat bukti, sehingga dalil Pemohon harus dikesampingkan.

Berpijak pada fakta hukum dan pendapat di atas, Mahkamah menjatuhkan amar putusan sebagai berikut:Dalam Eksepsi:Menolak eksepsi Termohon, para Turut Termohon, dan Pihak Terkait.Dalam Pokok Perkara:• MengabulkanpermohonanPemohonuntuk sebagian;• Menyatakan dalil-dalil Pemohon sepanjang untuk: 1. Dapil Provinsi Bengkulu; 2.

Dapil Provinsi Sulawesi Selatan 6; 3. Dapil Sumatera Barat 2; 4. Dapil Sumatera Utara 1; 5. Dapil Sumatera Selatan 7; 6. Dapil 4 Mamuju; 7. Dapil 6 Ogan Ilir; 8. Dapil 3 Mamasa; 9. Dapil 2 Pubalingga; 10. Dapil 1 Kampar; 11. Dapil 2 Banjar; 12. Dapil 4 Kerinci; 13. Dapil Kabupaten Kapuas, beralasan hukum;

• MenyatakanbatalSuratKeputusanKPUNomor255/Kpts/KPU/Tahun2009tanggal9 Mei 2009 sepanjang untuk: 1. Dapil Provinsi Bengkulu; 2. Dapil Provinsi Sulawesi Selatan 6; 3. Dapil Sumatera Barat 2; 4. Dapil Sumatera Utara 1; 5. Dapil Sumatera Selatan 7; 6. Dapil 4 Mamuju; 7. Dapil 6 Ogan Ilir; 8. Dapil 3 Mamasa; 9. Dapil 2 Pubalingga; 10. Dapil 1 Kampar; 11. Dapil 2 Banjar; 12. Dapil 4 Kerinci; 13. Dapil Kabupaten Kapuas;

• Menyatakan penghitungan perolehan suara yang benar menurut Mahkamahuntuk:1. Dapil Bengkulu 2, untuk Calon Anggota DPR RI Nomor Urut 2 atas nama

Dewi Coryati, M.Si. sebesar 34.508 suara; sedangkan Calon Anggota DPR RI Nomor Urut 1 atas nama Patrice Rio Capella sebesar 34.167 suara;

2. Dapil Provinsi Sumatera Barat 2, untuk DPRD Provinsi atas nama Drs. Eri Rai Moncak Sutan (Calon Anggota DPRD Provinsi Nomor Urut 2) adalah sebesar 5.917 suara; sedangkan perolehan suara untuk Calon Anggota DPRD Provinsi Nomor Urut 6 Drs. Apris sebesar 5.915 suara;

3. Dapil Provinsi Sumatera Utara 1, untuk DPRD Provinsi atas nama H. Adi Munasip, Drs.,M.M. adalah sebesar 832 suara;

235-614.indd 466 9/24/10 11:09:31 AM

Page 489: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

467Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

4. Dapil Purbalingga 2 Provinsi Jawa Tengah, perolehan suara Calon Anggota DPRD Nomor Urut 1 atas nama Imam Edi Siswanto, S.Ag. sebesar 2.557 suara; sedangkan Calon Anggota DPRD Nomor Urut 2 atas nama Suharto sebesar 2.568 suara;

5. Dapil Sumatera Selatan 7 Provinsi Sumatera Selatan, perolehan suara Calon Anggota DPRD Nomor Urut 3 atas nama Husin bin Abdullah sebesar 16.753 suara, bukan 16.622 suara;

6. Dapil Ogan Ilir, Kabupaten Ogan Ilir, perolehan suara Pemohon sebesar 14.725 suara;

7. Dapil Sulawesi Selatan 6 perolehan suara Calon Anggota DPRD Nomor Urut 1 atas nama H. Andi Jamaluddin Jafar, S.E., M.M. sebesar 9.661 suara; sedangkan Calon Anggota DPRD Nomor Urut 8 atas nama H. Kasmanuri sebesar 9.262 suara;

8. Dapil Mamuju 4, perolehan suara untuk Partai Amanat Nasional sebesar 1.955 suara; Partai Kedaulatan sebesar 1.575 suara, Partai Demokrasi Kebangsaan sebesar 1.739 suara;

9. Dapil Mamasa 3, perolehan suara untuk Calon Anggota DPRD Nomor Urut 2 atas nama Levinus PH. Buntu, S sebesar 834 suara; sedangkan Calon Anggota DPRD Nomor Urut 2 atas nama A. Asdar Wahab sebesar 509 suara, untuk Kecamatan Mambi;

10. Dapil Kampar 1, perolehan suara untuk Partai Amanat Nasional sebesar 3.189 suara; Partai Bulan Bintang sebesar 3.179 suara;

11. Dapil Banjar 2, perolehan suara untuk Partai Amanat Nasional sebesar 2.713 suara;

12. Dapil Kerinci 4, perolehan suara untuk Calon Anggota DPRD Nomor Urut 1 atas nama H. Liberty sebesar 1.496 suara; sedangkan Calon Anggota DPRD Nomor Urut 3 atas nama Andarno sebesar 1.493 suara;

13. Dapil Kapuas 1, perolehan suara untuk Calon Anggota DPRD Nomor Urut 4 atas nama Ahmad Zaidi sebesar 1.699 suara; sedangkan Calon Anggota DPRD Nomor Urut 1 atas nama Ngaidi sebesar 1.633 suara;

• Memerintahkan kepada Komisi Pemilihan Umum dan Komisi Pemilihan UmumProvinsi Bengkulu, Provinsi Sulawesi Selatan, Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Sumatera Selatan, Kabupaten Mamuju, Kabupaten Ogan Ilir, Kabupaten Mamasa, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Kampar, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Banjar, Kabupaten Kerinci, dan Kabupaten Kapuas, untuk melaksanakan putusan ini;

• Menolakpermohonanuntuk selain dan selebihnya;• MenolakpermohonanPemohonuntukkeseluruhannya terhadap:1.DapilProvinsi

Kalimantan Timur; 2. Dapil 2 Riau; 3. Dapil Sulawesi Tengah; 4. Dapil Sulawesi Selatan 2; 5. Dapil 7 Jawa Barat; 6. Dapil 6 Nangroe Aceh Darussalam; 7. Dapil

235-614.indd 467 9/24/10 11:09:31 AM

Page 490: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

468 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

6 Maluku; 8. Dapil 2 Provinsi Kalimantan Timur 2; 9. Dapil Jabar 10; 10. Dapil Sulawesi Selatan 4; 11. Dapil Gorontalo 2; 12. Dapil 7 Sumenep; 13. Dapil Ogan Komering Ulu 4; 14. Dapil Lampung Tengah 4; 15. Dapil Pidie 2; 16. Dapil Indragiri Hulu 1; 17. Dapil Serang 2; 18. Dapil Grobogan 1; 19. Dapil Bombana 1; 20. Dapil Sanggau 1; 21. Dapil Kota Cirebon 2; 22. Dapil Kabupaten Semarang 3; 23. Dapil Madiun 5; 24. Dapil Sumedang 2; 25. Dapil Bengkalis 2; 26. Dapil Tanjung Pinang 2; 27. Dapil Solok 2; 28. Dapil Batu bara 4; 29. Dapil Jeneponto 1; 30. Dapil Simalungun 3; 31. Dapil Bojonegoro 1-5.

235-614.indd 468 9/24/10 11:09:31 AM

Page 491: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

469Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 75/PHPU.C-VII/2009

TENTANGKEBERATAN PARTAI KEDAULATAN TERHADAP PENETAPAN HASIL PEMILU

ANGGOTA DPRD PROVINSI DAN ANGGOTA DPRD KABUPATEN/KOTA

Pemohon : 1.H. Ibrahim Basrah, S.E; 2.Hero Samudra, S.H.,M.H.Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan

DPRD.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor

255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei Tahun 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 di daerah pemilihan (Dapil) Kabupaten Pamekasan 3, Dapil Kabupaten Rokan Hulu 2, Dapil Kota Bau Bau 1, dan Dapil Provinsi Maluku 7.

Amar Putusan : Putusan (I): Dalam Eksepsi: Menyatakan eksepsi Termohon tidak dapat diterima. Dalam Pokok Permohonan: Sebelum menjatuhkan putusan akhir: - Memerintahkan kepada Komisi Pemilihan Umum Kabupaten

Rokan Hulu untuk melaksanakan pemungutan suara ulang Pemilihan Umum Calon Anggota Dewan Perwakilan Rakyat pada Kecamatan Tambusai dan Kecamatan Tambusai Utara Kabupaten Rokan Hulu dalam waktu paling lama 90 hari sejak Putusan ini diucapkan;

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

235-614.indd 469 9/24/10 11:09:31 AM

Page 492: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

470 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

- Memerintahkan kepada Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Rokan Hulu untuk melaporkan hasil pemungutan suara ulang Pemilihan Umum Calon Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Rokan Hulu kepada Mahkamah Konstitusi paling lambat dalam tenggat yang ditetapkan dalam amar Putusan ini;

- Menangguhkan berlakunya Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota Secara Nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 sepanjang menyangkut hasil penghitungan suara Calon Anggota Dewan Perwakilan Rakyat di Kecamatan Tambusai dan Kecamatan Tambusai Utara Kabupaten Rokan Hulu;

- Mengabulkan permohonan Pemohon sepanjang perolehan suara di Kecamatan Selaru suara yang benar untuk Pemohon sebesar 1.991 suara dan menolak selebihnya;

- Menolak permohonan Pemohon untuk Kabupaten Pamekasan dan Kabupaten Bau-Bau.

Putusan pelaksanaan Putusan Sela (II): Menetapkan perolehan suara yang benar untuk partai politik peserta

Pemilihan Umum Calon Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten di Kecamatan Tambusai dan Kecamatan Tambusai Utara, Daerah Pemilihan Rokan Hulu 2, Kabupaten Rokan Hulu.

Tanggal Putusan : Putusan (I): Selasa, 16 Juni 2009. Putusan pelaksanaan Putusan Sela (II): Selasa, 1 September 2009.Ikhtisar Putusan :

Pemohon bernama H. Ibrahim Basrah, S.E. dan Hero Samudra, S.H.,M.H. adalah Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Partai Kedaulatan.

Pemohon keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

235-614.indd 470 9/24/10 11:09:31 AM

Page 493: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

471Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 (Keputusan KPU 255/2009). Keberatan Pemohon terhadap hasil Pemilu meliputi 4 Dapil, yakni Dapil Kabupaten Pamekasan 3, Dapil Kabupaten Rokan Hulu 2, Dapil Kota Bau Bau 1, dan Dapil Provinsi Maluku 7.

Menyangkut kewenangan Mahkamah, Pasal 24C ayat (1) UUD 1945, Pasal 10 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) juncto Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman menyatakan bahwa salah satu kewenangan Mahkamah adalah memutus perselisihan hasil pemilihan umum.

Oleh karena permohonan Pemohon adalah keberatan atas penghitungan suara hasil Pemilu Anggota DPR dan DPRD yang ditetapkan secara nasional oleh KPU berdasarkan Keputusan KPU 255/2009, maka Mahkamah berwenang memeriksa, mengadili dan memutus permohonan Pemohon.

Berkaitan dengan kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, berdasarkan ketentuan Pasal 74 ayat (1) dan ayat (2) UU MK juncto Pasal 258 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (UU 10/2008), serta Pasal 5 huruf a dan huruf b Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (PMK 16/2009) Mahkamah mempertimbangkan sebagai berikut:- Pemohon adalah partai politik peserta Pemilu berdasarkan Keputusan KPU

255/2009;- permohonan yang diajukan Pemohon adalah keberatan terhadap Penetapan Hasil

Pemilu yang dilakukan secara nasional oleh KPU (Termohon) berdasarkan Keputusan KPU 255/2009;

- Pemohon berpendapat bahwa Termohon melakukan kesalahan hasil rekapitulasi penghitungan suara sehingga merugikan Pemohon;

- berdasarkan hal-hal tersebut di atas, Mahkamah menilai Pemohon memenuhi syarat kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan.Menyangkut tenggang waktu pengajuan permohonan, Keputusan KPU 255/2009

diumumkan pada tanggal 9 Mei 2009 pukul 23.50 WIB, sedangkan permohonan Pemohon diajukan ke Mahkamah pada hari Selasa tanggal 12 Mei 2009 pukul 20.41 WIB berdasarkan Akta Penerimaan Berkas Permohonan Nomor 169/PAN.MK/V/2009.

Pasal 74 ayat (3) UU MK juncto Pasal 259 ayat (2) UU 10/2008, dan Pasal 6 ayat (1) PMK 16/2009 menentukan bahwa permohonan hanya dapat diajukan dalam jangka waktu paling lambat 3 X 24 jam sejak KPU mengumumkan penetapan hasil Pemilu secara nasional. Dengan demikian, pengajuan permohonan Pemohon masih dalam tenggang waktu yang ditentukan.

235-614.indd 471 9/24/10 11:09:32 AM

Page 494: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

472 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Termohon, yakni KPU, mengajukan eksepsi dengan alasan permohonan Pemohon kabur (obscuur libel), karena tidak menjelaskan secara rinci asal penghitungan suara yang keliru.

Dalam pokok permohonannya, Pemohon mendalilkan keberatan terhadap hasil Pemilu sebagai berikut. 1. Dapil Kabupaten Pamekasan 3 Pemohon mendalilkan kehilangan 679 suara di Kecamatan Pademawu yang

tersebar di beberapa desa antara lain Desa Budagan, Desa Pademawu Timur, Desa Majungan, Desa Dasuk, Desa Tanjung, Desa Sumedangan, Desa Sentol, Desa Lemper, dan Desa Jarin.

Setelah mencermati bukti-bukti, Mahkamah berpendapat bahwa terdapat ketidakkonsistenan antara dalil Pemohon dengan bukti-bukti yang diajukannya. Di samping itu, bukti yang diajukan Pemohon berupa Formulir C1 diragukan validitasnya, karena sebagian besar tidak dilengkapi dengan tanda tangan KPPS dan saksi-saksi, serta banyaknya coretan pada angka jumlah perolehan suara. Sebaliknya Termohon mengajukan bukti yang meyakinkan berupa Formulir C1 dan Formulir C2 Plano. Dengan demikian, Mahkamah memandang bukti Termohon adalah benar dan sah, sedangkan bukti Pemohon tidak benar dan harus dikesampingkan.

2. Dapil Kabupaten Rokan Hulu 2 Pemohon mendalilkan semestinya memperoleh 2.500 suara di 2 kecamatan, yaitu

di Kecamatan Tambusai dan Kecamatan Tambusai Utara. Hal ini terkait dengan tertukarnya surat suara dari Dapil 3 ke Dapil 2 yang tersebar di beberapa desa antara lain Desa Mahato, Desa Pagar Mayang, Desa Rantau Sakti, Desa Mahato Sakti, Desa Payung Sesaki, Desa Bangun Jaya, Desa Tanjung Medan, Desa Simpang Harapan, dan Desa Mekar Jaya.

Setelah mencermati bukti-bukti, Mahkamah berpendapat dalil Pemohon tidak beralasan karena 2.500 suara tidak serta merta menjadi milik Pemohon sendiri sehingga dalil tersebut tidak beralasan hukum. Perihal tertukarnya surat suara yang didalilkan Pemohon, diperkuat dengan keterangan Saksi H. Forkot dan Saksi Syarif Topan, sehingga hal ini merupakan bukti yang kuat bagi Mahkamah untuk menyatakan dalil Pemohon terbukti dan beralasan hukum.

3. Dapil Kota Bau Bau 1 Pemohon mendalilkan semestinya memperoleh 760 suara di Kecamatan Murhum

dan Kecamatan Betoambari. Mahkamah berpendapat dalil Pemohon hanya didukung bukti berupa surat pernyataan Pemohon dan para saksi.

Mahkamah menilai bukti Pemohon tersebut tidak dapat membuktikan perolehan suara yang valid, karenanya harus dikesampingkan.

235-614.indd 472 9/24/10 11:09:32 AM

Page 495: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

473Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

4. Dapil Provinsi Maluku 7 Pemohon mendalilkan kehilangan 2.275 suara di Kecamatan Selaru, Kecamatan

Nirunmas, dan Kecamatan Tanimbar Selatan. Setelah mencermati bukti-bukti, Mahkamah berpendapat Pemohon hanya dapat

membuktikan pengurangan suara pada Kecamatan Selaru sebesar 1.467 suara tetapi tidak untuk Kecamatan Nirunmas dan Kecamatan Tanimbar Selatan. Hal ini diperkuat dengan keterangan Saksi F. Ch. Sanamesse. Akan tetapi, bukti Turut Termohon juga tidak dapat membantah dalil Pemohon tentang terjadinya pengurangan suara pada Kecamatan Selaru, Kecamatan Tanibar Selatan, dan Kecamatan Nirunmas, sehingga dalil Pemohon beralasan hukum.Berpijak pada pendapatnya, Mahkamah menjatuhkan amar putusan sebagai

berikut.Dalam Eksepsi:• MenyatakaneksepsiTermohon tidakdapat diterima.Dalam Pokok Permohonan: Sebelum menjatuhkan putusan akhir:• Memerintahkan kepada Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Rokan Hulu untuk

melaksanakan pemungutan suara ulang pemilihan umum Calon Anggota Dewan Perwakilan Rakyat pada Kecamatan Tambusai dan Kecamatan Tambusai Utara Kabupaten Rokan Hulu dalam waktu paling lama 90 hari sejak Putusan ini diucapkan;

• Memerintahkan kepada Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Rokan Hulu untukmelaporkan hasil pemungutan suara ulang Pemilihan Umum Calon Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Rokan Hulu kepada Mahkamah Konstitusi paling lambat dalam tenggat yang ditetapkan dalam amar putusan ini;

• Menangguhkan berlakunya Keputusan Komisi Pemilihan UmumNomor 255/Kpts/KPU/TAHUN 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara Nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 sepanjang menyangkut hasil penghitungan suara Calon Anggota Dewan Perwakilan Rakyat di Kecamatan Tambusai dan Kecamatan Tambusai Utara Kabupaten Rokan Hulu;

• MengabulkanpermohonanPemohonsepanjangperolehansuaradiKecamatanSelarusuara yang benar untuk Pemohon sebesar 1.991 suara dan menolak selebihnya;

• Menolak permohonan Pemohon untuk Kabupaten Pamekasan dan KabupatenBau-Bau;

• Memerintahkan kepada KPU dan KPU Kabupaten Rokan Hulu, KPU KabupatenPamekasan, KPU Kabupaten Bau-Bau, dan KPU Kabupaten Maluku Tenggara Barat untuk melaksanakan Putusan ini.

235-614.indd 473 9/24/10 11:09:32 AM

Page 496: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

474 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Turut Termohon, yakni KPU Kabupaten Rokan Hulu, telah melaksanakan pemungutan suara ulang Pemilihan Umum Calon Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten pada Kecamatan Tambusai dan Kecamatan Tambusai Utara Kabupaten Rokan Hulu pada tanggal 16 Juli 2009. Hal ini termuat dalam Surat Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Rokan Hulu Nomor 329/KPU-RH/VII/2009 tanggal 24 Juli 2009 perihal Penyampaian Hasil Penghitungan Suara Pemungutan Suara Ulang.

Berdasarkan hasil pemungutan suara ulang tersebut, Mahkamah menetapkan perolehan suara yang benar untuk Partai Kedaulatan di Kecamatan Tambusai dan Kecamatan Tambusai Utara, Daerah Pemilihan Rokan Hulu 2, Kabupaten Rokan Hulu adalah 876 suara. Mahkamah memerintahkan KPU dan KPU Kabupaten Rokan Hulu untuk melaksanakan putusan Mahkamah. Hal ini tertuang dalam Putusan Mahkamah Nomor 75/PHPU.C-VII/2009 yang ditetapkan pada tanggal 1 September 2009.

235-614.indd 474 9/24/10 11:09:32 AM

Page 497: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

475Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 77/PHPU.C-VII/2009

TENTANG KEBERATAN PARTAI DAULAT ATJEH TERHADAP PENETAPAN HASIL PEMILU

ANGGOTA DPRD KABUPATEN/KOTA

Pemohon : 1.Drs. Tgk. Harmen Nuriqmar; 2. Tgk. Muhibussabri AW.Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Turut Termohon : Komisi Independen Pemilihan Kota Lhokseumawe.Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Calon Anggota DPR, DPD

dan DPRD Tahun 2009.Pokok Perkara : Keberatan Terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor

255/Kpts/KPU/TAHUN 2009 tentang Ketetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota Secara Nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009.

Amar Putusan : Dalam Eksepsi: Menyatakan eksepsi Termohon tidak beralasan. Dalam Pokok Perkara: Menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya.Tanggal Putusan : Senin, 15 Juni 2009.Ikhtisar Putusan :

Pemohon Drs. Tgk. Harmen Nuriqmar dan Tgk. Muhibussabri AW masing-masing adalah Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Partai Daulat Atjeh mengajukan permohonan keberatan atas Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN 2009 sepanjang terkait penetapan suara Partai Daulat Atjeh di Daerah Pemilihan Kota Lhokseumawe 2, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Pemohon mendalilkan adanya kesalahan Termohon dalam menetapkan jumlah perolehan suara Partai Daulat Atjeh pada Daerah Pemilihan Kota Lhokseumawe 2

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

235-614.indd 475 9/24/10 11:09:32 AM

Page 498: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

476 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

yang ditetapkan 1.037 suara, menurut Pemohon seharusnya berjumlah 1.074 suara. Hal ini terjadi karena kesalahan penghitungan suara di Kecamatan Muara Dua, di TPS 4 Desa Meunasah Alue, dan Kecamatan Muara Satu, di TPS 7 Desa Batuphat Timur. Kesalahan ini menurut Pemohon menyebabkan Pemohon kehilangan kursi di Daerah Pemilihan Kota Lhokseumawe 2, kursi terakhir ditetapkan oleh KIP Kota Lhokseumawe menjadi milik Partai Persatuan Pembangunan yang memperoleh 1.048 suara.

Terhadap eksepsi Termohon yang menyatakan bahwa permohonan Pemohon diajukan setelah lewat tenggang waktu yang ditentukan, Mahkamah mempertimbangkan fakta bahwa Keputusan KPU No. 255/Kpts/KPU/TAHUN 2009 diumumkan pada tanggal 9 Mei 2009 pukul 23.50 WIB, sedangkan permohonan perselisihan hasil pemilihan umum oleh Pemohon diajukan ke Mahkamah pada hari Selasa tanggal 12 Mei 2009 pukul 17.50 WIB berdasarkan Akta Penerimaan Berkas Permohonan Nomor 173/PAN.MK/V/2009 yang kemudian diregistrasi pada hari Kamis tanggal 14 Mei 2009 jam 15.20 WIB dengan Nomor 77/PHPU.C-VII/2009. Hal ini telah sesuai dengan Pasal 74 ayat (3) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) juncto Pasal 259 ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (UU Pemilu), dan Pasal 6 ayat (1) PMK Nomor 16 Tahun 2009 menentukan, permohonan hanya dapat diajukan dalam jangka waktu paling lambat 3 X 24 jam sejak Komisi Pemilihan Umum mengumumkan penetapan hasil pemilihan umum secara nasional. Oleh karena itu eksepsi Termohon tidak berasalan dan harus dikesampingkan.

Terhadap eksepsi Termohon yang menyatakan permohonan Pemohon kabur karena tidak jelas menguraikan partai mana yang mendapatkan suara dari hasil pengurangan suara Pemohon menurut Mahkamah hal tersebut sudah memasuki pokok perkara sehingga tidak beralasan dan harus dikesampingkan.

Berkaitan dengan kewenangan Mahkamah untuk memeriksa perkara a quo, Mahkamah mendasarkan pada Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 dan Pasal 10 ayat (1) huruf d UU MK juncto Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, salah satu kewenangan Mahkamah adalah memutus perselisihan hasil Pemilihan Umum. Sedangkan yang menjadi objectum litis permohonan Pemohon adalah mengenai keberatan atas penghitungan suara hasil Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD yang ditetapkan secara nasional oleh KPU berdasarkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor: 255/Kpts/KPU/TAHUN 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota secara Nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009. Oleh karena itu, Mahkamah berwenang untuk memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan a quo.

Menyangkut kedudukan hukum Pemohon dalam mengajukan perkara a quo, berdasarkan Pasal 22E ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 juncto Pasal 74 ayat (1)

235-614.indd 476 9/24/10 11:09:32 AM

Page 499: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

477Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

huruf c UU MK juncto Pasal 7 UU Pemilu menentukan bahwa peserta Pemilihan Umum adalah partai politik sehingga lebih lanjut dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b dan huruf c PMK Nomor 16 Tahun 2009 ditetapkan bahwa yang menjadi pihak dalam perselisihan hasil pemilihan umum anggota DPRD adalah partai politik.

Mahkamah selanjutnya mempertimbangkan ketentuan Pasal 74 ayat (2) UU MK, dan Pasal 5 huruf c PMK Nomor 16 Tahun 2009 yang menyebutkan bahwa permohonan yang diajukan Pemohon adalah perselisihan Penetapan Hasil Pemilihan Umum yang dilakukan secara nasional oleh Komisi Pemilihan Umum yang mempengaruhi perolehan kursi partai politik peserta Pemilu di suatu daerah pemilihan.

Mahkamah juga mempertimbangkan Surat Keputusan KPU Nomor 149/SK/KPU/Tahun 2008 tentang Penetapan dan Pengundian Nomor Urut Partai Politik Peserta Pemilihan Umum Tahun 2009, telah ternyata bahwa Pemohon sebagai partai politik peserta Pemilihan Umum Tahun 2009 Nomor Urut 36, dengan demikian Mahkamah berpendapat Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan a quo.

Terhadap dalil Pemohon yang menyatakan bahwa PDA telah kehilangan 37 suara di Daerah Pemilihan Kota Lhokseumawe 2, yaitu 9 suara di TPS 4 Desa Meunasah Alue Kecamatan Muara Dua, dan 28 suara di TPS 7 Desa Batuphat Timur Kecamatan Muara Satu Mahkamah berpendapat. 1. Di TPS 4 Desa Meunasah Alue Kecamatan Muara Dua Pemohon mendalilkan memperoleh 21 suara di TPS 4 Desa Meunasah Alue,

bukan 12 suara seperti yang ditetapkan oleh KIP Kota Lhokseumawe. Terhadap dalil Pemohon Mahkamah memeriksa Bukti P-6 yang diajukan oleh Pemohon dan membandingkan dengan Bukti TT-01 dan PT-1 yang diajukan oleh Turut Termohon dan Pihak Terkait, kesemuanya berupa Formulir C dan Formulir C-1 TPS 4 Desa Meunasah Alue. Mahkamah menilai bahwa pada Bukti P-6 terdapat pengubahan angka dan ketidaksesuaian antara jumlah suara sah yang tertera pada formulir yaitu 274 suara, dengan jumlah total perolehan suara seluruh partai yaitu 283 suara. Bukti P-6 juga tidak bersesuaian dengan Bukti TT-01 dan Bukti PT-1 di mana keduanya memuat jumlah suara sah PDA 12 suara. Dengan demikian Mahkamah berpendapat Bukti P-6 tidak memiliki kekuatan bukti yang sah.

Pendapat Mahkamah diperkuat dengan kesaksian dari Sabrina, Saksi mandat PPP di TPS 4 Desa Meunasah Alue, Anggota PPS Desa Meunasah Alue Saudara Syarifuddin Abdullah dan Saudara Halimuddin S.E. A.K., Ketua KPPS Desa Meunasah Alue saudara Mahmudin, Ketua PPK Kecamatan Muara Dua saudara Mana’am, Anggota KIP Kota Lhokseumawe saudara Busra, dan Ketua Panwas Kota Lhokseumawe saudara Muhammad yang menyebutkan bahwa perolehan suara PDA di TPS 4 Desa Meunasah Alue adalah 12 suara.

Dengan demikian Mahkamah berpendapat dalil Pemohon tidak terbukti secara meyakinkan.

235-614.indd 477 9/24/10 11:09:32 AM

Page 500: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

478 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

2. Di TPS 7 Desa Batuphat Timur Kecamatan Muara Satu. Pemohon mendalilkan memperoleh 52 suara bukan 24 suara seperti yang ditetapkan

oleh KIP Kota Lhokseumawe. Terhadap dalil Pemohon Mahkamah memeriksa Bukti P-7 yang diajukan oleh Pemohon dan membandingkannya dengan Bukti TT-02 dan PT-4 yang diajukan oleh Turut Termohon dan Pihak Terkait, kesemuanya berupa Formulir C dan Formulir C-1 TPS 4 Desa Batuphat Timur. Mahkamah menilai bahwa Bukti P-7 terdapat pengubahan angka dan ketidaksesuaian antara jumlah suara sah yang tertera pada formulir yaitu 292 suara, dengan jumlah total perolehan suara seluruh partai yaitu 319 suara. Karenanya Mahkamah menilai Bukti P-7 tidak dapat diterima sebagai bukti yang sah

Bukti P-7 juga tidak bersesuaian dengan Bukti TT-02 dan Bukti PT-4. Mahkamah menilai Bukti TT-02 yang memuat perolehan suara PDA sejumlah 33 suara tidak dapat dianggap benar karena disusun dengan membuat Formulir C-1 baru setelah adanya permohonan PDA ke Mahkamah Konstitusi, dan dibuat dengan tidak mendasarkan pada prosedur pengubahan perolehan suara yang diatur dalam Pasal 188 ayat (1) dan ayat (3) dan Pasal 277 ayat (1) UU Pemilu, seandainyapun benar jumlahtersebuttetaptidaksignifikanuntukmempengaruhiperolehankursidiDPRKKota Lhokseumawe.

Terhadap Bukti PT-4 Mahkamah menemukan ketidaksesuaian antara jumlah suara sah yang tercantum dengan jumlah total keseluruhan perolehan suara partai. Namun ketidaksesuaian ini telah diakui di persidangan oleh Ketua PPK Muara Satu, bahwa telah terjadi kesalahan rekap, dan telah diperbaiki pada pleno PPK.Dengan demikian dalil Pemohon mengenai perolehan suara PDA di TPS 4

Desa Meunasah Alue dan TPS 7 Desa Batuphat Timur Kecamatan Muara Satu Kota Lhokseumawe tidak terbukti. Mahkamah menjatuhkan putusan dengan amar.Dalam Eksepsi:Menyatakan eksepsi Termohon tidak beralasan.Dalam Pokok Perkara:Menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya.

235-614.indd 478 9/24/10 11:09:32 AM

Page 501: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

479Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 78/PHPU.C–VII/2009

TENTANGKEBERATAN PARTAI BERSATU ATJEH TERHADAP PENETAPAN HASIL PEMILU

ANGGOTA DPRD KABUPATEN/KOTA

Pemohon : 1. Dr. Ahmad Farhan Hamid, M.S; 2. Irfanusir Rasman, S.Ag.,S.E.

Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan

DPRD. Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum

Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 di daerah pemilihan (Dapil) Kota Lhokseumawe 1.

Amar Putusan : Menyatakan permohonan Pemohon dikabulkan untuk seluruhnya.

Tanggal Putusan : Jumat, 12 Juni 2009.Ikhtisar Putusan :

Pemohon Dr. Ahmad Farhan Hamid, M.S. dan Irfanusir Rasman, S.Ag., S.E. adalah Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal Partai Bersatu Atjeh (PBA), peserta Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD Tahun 2009 yang terdaftar di KPU dengan Nomor 149/SK/KPU/2008 tanggal 9 Juni 2008 tentang Penetapan dan Pengundian Nomor Urut Partai Politik Peserta Pemilu Tahun 2009.

Pemohon mengajukan keberatan terhadap Penetapan Komisi Pemilihan Umum Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD Tahun 2009 secara nasional

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

235-614.indd 479 9/24/10 11:09:32 AM

Page 502: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

480 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

untuk Daerah Pemilihan Kota Lhokseumawe 1 dan memohon kepada Mahkamah Konstitusi untuk memutus Perselisihan Hasil Pemilihan Umum pada Daerah Pemilihan DPR Kota Lhokseumawe 1.

Pemohon berkeberatan atas hasil penghitungan suara Pemilihan Umum Anggota DPRD Tahun 2009 secara nasional untuk Daerah Pemilihan Kota Lhokseumawe 1 yang ditetapkan oleh KPU, dimana Pemohon memperoleh 867 suara dan Partai Daulat Aceh memperoleh 997 suara.

Pemohon berpendapat bahwa terdapat perbedaan atau selisih perolehan suara Pemohon di tingkat TPS dengan di tingkat PPK sebanyak 161 suara dengan perincian 79 suara di Kelurahan Kampung Jawa Lama, dan 82 suara di Desa Hagu Teungoh. Penghitungan suara yang benar menurut Pemohon untuk Dapil Kota Lhokseumawe 1, Pemohon memperoleh 1.028 suara, dengan perincian perolehan suara Pemohon berdasarkan rekap PPK sejumlah 867 suara + 161 suara yang merupakan jumlah suara Pemohon yang hilang.

Mahkamah memiliki kewenangan untuk memutus perselisihan hasil pemilihan umum berdasarkan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 dan Pasal 10 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UUMK), serta Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman (UU Kekuasaan Kehakiman).

Menyangkut kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, Mahkamah berpendapat bahwa berdasarkan Pasal 74 ayat (1) dan ayat (2) UU MK juncto Pasal 3 huruf c Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (PMK 16/2009), maka Pemohon sebagai partai politik lokal mempunyai kepentingan yang dirugikan oleh Penetapan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN 2009 tanggal 9 Mei 2009.

Menyangkut tenggang waktu pengajuan permohonan, Mahkamah berpendapat permohonan Pemohon masih dalam tenggat yang ditentukan oleh undang-undang, karena Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN 2009 diumumkan pada tanggal 9 Mei 2009 pukul 23.50 WIB, sedangkan permohonan Pemohon diajukan dan diterima Kepaniteraan Mahkamah pada hari Selasa tanggal 12 Mei 2009 pukul 17.10 WIB dengan Akta Penerimaan Berkas Permohonan Nomor 175/PAN.MK/2009 dan diregistrasi pada hari Kamis tanggal 14 Mei 2009.

Pemohon mempersoalkan hilangnya suara Pemohon sebanyak 161 suara yang terjadi di Kampung Jawa Lama sebanyak 79 suara dan di Desa Hagu Teungoh sebanyak 82 suara.

Turut Termohon (Komisi Independen Pemilihan Kota Lhokseumawe) dalam jawabannya menyatakan bahwa kesalahan rekapitulasi suara Pemohon telah diperbaiki dimana Pemohon memperoleh 954 suara, sehingga perolehan suara Pemohon masih lebih banyak daripada Partai Daulat Aceh yang memperoleh 997 suara.

235-614.indd 480 9/24/10 11:09:32 AM

Page 503: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

481Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

Untuk mendukung dalilnya, Pemohon mengajukan bukti dan saksi. Turut Termohon juga mengajukan bukti.

Dalam menguji kebenaran bukti-bukti tersebut, Mahkamah menyandingkan bukti Pemohon dengan bukti Turut Termohon. Berdasarkan persandingan bukti-bukti tersebut ditemukan hal-hal sebagai berikut. • BuktiT.T-1TPS02KampungJawaLama,terlihatbanyakcoretan,sedangkanpada

bukti Pemohon (Bukti P-4) untuk TPS yang sama Formulir C-1 tidak ada coretan, di mana termuat angka perolehan suara Pemohon di 13 TPS sejumlah 271 suara, yang oleh Turut Termohon dihitung sebesar 192 suara (Bukti T.T-3). Perolehan suara di 8 TPS Desa Hagu Teungoh menurut Pemohon diperoleh 142 suara (Bukti P-5), dan oleh Turut Termohon dihitung 60 suara (Bukti TT-3 = Bukti P-3).

• TurutTermohonmenerangkan bahwamemang terdapat selisih kekurangan suaraPemohon, sehingga seharusnya 954 suara yang menurut Turut Termohon telah diperbaiki, akan tetapi dalam DA-1 angka perolehan suara Pemohon tidak berubah yaitu 867 suara.

• FormulirC-1versiTurutTermohonmenunjukkanbahwaperolehansuaraPemohondi TPS Kampung Jawa Lama sejumlah 197 suara, sedangkan versi Pemohon menunjukkan perolehan suaranya 271, sehingga terdapat selisih sejumlah 74 suara.Tip-ex dan coretan yang ditemukan pada bukti-bukti Turut Termohon tersebut

menyebabkan terjadinya perubahan angka-angka pada Formulir C-1 di mana perolehan suara Pemohon di TPS 2 Kampung Jawa Lama semula sejumlah 76 suara (Bukti P-04 dicoret/diganti menjadi 2 suara (Bukti T.T-01). Di Hago Teoungoh perolehan Pemohon semula 142 suara (Bukti P-5) dan dalam Model DA-1 ditulis 60 suara (Bukti P-3 = T.T-03), sehingga keseluruhan perubahan hasil penghitungan suara berjumlah 161 suara.

Dalam putusannya, Mahkamah mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya dan membatalkan Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara Nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 dan Keputusan KIP Kota Lhokseumawe tentang penetapan hasil penghitungan suara Partai Bersatu Atjeh di Daerah Pemilihan Kota Lhokseumawe 1. Perolehan suara yang benar bagi Partai Bersatu Atjeh untuk Daerah Pemilihan Kota Lhokseumawe 1 adalah sebesar 1.028 suara. Mahkamah juga memerintahkan Komisi Pemilihan Umum dan Komisi Independen Pemilihan Kota Lhokseumawe untuk melaksanakan Putusan Mahkamah ini.

235-614.indd 481 9/24/10 11:09:32 AM

Page 504: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

482 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

235-614.indd 482 9/24/10 11:09:32 AM

Page 505: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

483Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 79/PHPU.C-VII/2009

TENTANG KEBERATAN PARTAI PERSATUAN NAHDLATUL UMMAH INDONESIA

TERHADAP PENETAPAN HASIL PEMILU ANGGOTA DPRD PROVINSI DAN ANGGOTA DPRD KABUPATEN

Pemohon : 1. Dr. K.H. Yusuf Humaidi, M.A. dan Saeful Rizal MAP; 2. Ir. Andi William Irfan, Msc. dan K.H. Syamsul Wijaya IF.Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum

Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 di 6 daerah pemilihan (Dapil), yakni Dapil Sumatera Selatan 2, Dapil Serang 1, Dapil Majene 1, Dapil Bengkulu Selatan 2, Dapil Bulukumba 3, dan Dapil Dompu 1.

Amar Putusan : Mengabulkan permohonan Pemohon untuk Daerah Pemilihan Majene I.

Tanggal Putusan : Jumat, 12 Juni 2009.Ikhtisar Putusan :

Pemohon bernama 1. Dr. K.H. Yusuf Humaidi, M.A dan Saeful Rizal, MAP; 2. Ir. Andi William Irfan, Msc. dan K.H. Syamsul Wijaya IF, kedua pasangan yang sama-sama mengaku sebagai Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia, yang bertindak untuk dan atas nama Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia sebagai Peserta Pemilihan Umum (Pemilu) Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Tahun 2009 dengan Nomor Urut 42.

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

235-614.indd 483 9/24/10 11:09:32 AM

Page 506: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

484 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Terkait dengan kewenangan Mahkamah, berdasarkan ketentuan Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945), Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) juncto Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman bahwa salah satu kewenangan konstitusional Mahkamah adalah memutus perselisihan tentang hasil Pemilu. Oleh karena permohonan Pemohon adalah sengketa penetapan hasil Pemilu yang dilakukan secara nasional oleh KPU yang mempengaruhi perolehan kursi partai politik peserta Pemilu, maka Mahkamah berwenang memeriksa, mengadili dan memutus permohonan Pemohon.

Terkait dengan kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, berdasarkan Pasal 74 ayat (1) dan ayat (2) UU MK juncto Pasal 258 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (UU 10/2008), dan Pasal 5 huruf a dan huruf b Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (PMK 16/2009), Mahkamah mempertimbangkan bahwa Pemohon adalah Partai Politik Peserta Pemilu berdasarkan Keputusan KPU Nomor 149/SK/KPU/Tahun 2008 tentang Penetapan dan Pengundian Nomor Urut Partai Politik Peserta Pemilu Tahun 2009 bertanggal 16 Agustus 2008. Permohonan yang diajukan Pemohon adalah perselisihan Penetapan Hasil Pemilu yang dilakukan secara nasional oleh KPU berdasarkan Keputusan KPU 255/2009. Menurut Pemohon hasil rekapitulasi penghitungan suara yang dilakukan oleh Termohon terjadi karena kesalahan dan/atau kekeliruan yang menguntungkan partai politik tertentu di Dapil tertentu. Oleh karena itu, Pemohon meminta agar Mahkamah membatalkan penghitungan suara yang dilakukan oleh Termohon.

Berdasarkan hal-hal tersebut, Mahkamah berpendapat bahwa Pemohon telah memenuhi syarat kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan.

Terkait dengan tenggang waktu pengajuan permohonan, Keputusan KPU 255/2009 diumumkan pada tanggal 9 Mei 2009 pukul 23.50 WIB, sedangkan permohonan perselisihan hasil pemilihan umum oleh Pemohon diajukan ke Mahkamah pada hari Senin tanggal 11 Mei 2009 pukul 20.18 WIB berdasarkan Akta Penerimaan Berkas Permohonan Nomor 177/PAN.MK/V/2009 yang kemudian diregistrasi pada hari Kamis tanggal 14 Mei 2009 pukul 15.30 WIB dengan Nomor 79/PHPU.C-VII/2009. Selain itu berdasarkan pada Pasal 74 ayat (3) UU MK juncto Pasal 259 ayat (2) UU 10/2008, dan Pasal 6 ayat (1) PMK 16/2009 menentukan, permohonan hanya dapat diajukan dalam jangka waktu paling lambat 3 X 24 (tiga kali dua puluh empat) jam sejak KPU mengumumkan penetapan hasil Pemilu secara nasional, sehingga pengajuan permohonan Pemohon masih dalam tenggang waktu yang ditentukan.

Berdasarkan penilaian terhadap fakta hukum di atas, Mahkamah berpendapat bahwa permohonan Pemohon memenuhi persyaratan dan masih dalam tenggang

235-614.indd 484 9/24/10 11:09:32 AM

Page 507: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

485Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

waktu sebagaimana ditentukan dalam Pasal 74 ayat (3) UU MK dan Pasal 6 ayat (1) PMK 16/2009.

Pemohon berkeberatan terhadap Penetapan Hasil Pemilu yang dilakukan secara nasional oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU/Termohon) berdasarkan Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 bertanggal 9 Mei 2009 (Keputusan KPU 255/2009) di 6 daerah pemilihan (Dapil) yakni Dapil Sumatera Selatan 2, Dapil Dompu, Dapil Bengkulu Selatan II, Dapil Majene I, Dapil Serang I, Dapil Bulukumba III, sebagai berikut.1. Dapil Sumatera Selatan 2 Pemohon Ir. Andi William Irfan, Msc. dan K.H. Syamsul Wijaya IF yang mengaku

sebagai Ketua Umum dan Sekjen PPNUI mendalilkan bahwa telah dirugikan denganterjadipenggelembunganyangsangatsignifikandiPPKKecamatanRantauBayur Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan yang dilakukan Yan Anton Ferdian, S.H., caleg dari Partai Golkar, H. Muhammad Erwin, ST, Caleg dari Partai Kebangkitan Peduli Bangsa (PKPB), dan Adi Suryadi, S. Si, Caleg dari Partai Bintang Reformasi (PBR) karena ketiganya adalah kerabat dari Bupati Kabupaten Banyuasin yang telah merekayasa penggelembungan suara di PPK Kecamatan Rantau Bayur Kabupaten Banyuasin untuk menggelembungkan suaranya.

Tentang kepengurusan yang sah PPNUI, Mahkamah akan berpedoman pada Keputusan Menteri Hukum dan HAM RI yang telah menyatakan bahwa Pimpinan Partai yang sah berdasarkan Keputusan Menteri Hukum dan HAM Nomor M.HH-75.AH.11.01 TAHUN 2008 dan surat KPU Nomor 2545.1/15/VIII/2008 tanggal 16 Agustus 2008 tentang Penyampaian daftar alamat dan Pengurus DPP Parpol Peserta Pemilu 2009 yang ditandatangani oleh Ketua KPU Prof. Hafiz AnsharyAZ.,MA maka yang diakui sebagai Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal yang sah adalah DR.KH Humaidi.MA dan Saeful Rizal MAP.

Berdasarkan ketentuan Pasal 3 ayat (1) huruf b PMK 16 Tahun 2009 yang berhak mengajukan perselisihan PHPU di Mahkamah Konstitusi adalah Partai Politik peserta Pemilu yang telah memperoleh status badan hukum dari Menteri Hukum dan HAM sertalolosverifikasiadministrasimaupunfaktualsebagaipesertaPemiluTahun2009.Oleh karena itu, meskipun telah dipertimbangkan keabsahan legal standing Pemohon di atas, Mahkamah berpendapat bahwa eksepsi Termohon sepanjang mengenai Dapil Sumatera Selatan II cukup beralasan. Sehingga tanpa mempertimbangkan eksepsi selebihnya Mahkamah berpendapat untuk Dapil Sumatera Selatan 2, pokok perkara tidak perlu dipertimbangkan lagi.

235-614.indd 485 9/24/10 11:09:32 AM

Page 508: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

486 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

2. Dapil Dompu Pemohon mendalilkan bahwa Partai BARNAS, PNI Marhaenisme, Partai Demokrat

dan Partai Merdeka tidak berhak mendapatkan kursi karena tidak menyerahkan pelaporan dana awal kampanye sesuai dengan waktu yang ditentukan oleh KPU Kabupaten Dompu sehingga yang berhak mendapatkan kursi adalah PPNUI, PKPB, Partai Pelopor dan PPD. Pemohon selain mengajukan bukti-bukti tertulis juga menghadirkan saksi ahli Hasyim Azhari,S.H., M.Si., Dosen Hukum Tata Negara UNDIP.

Terlepas dari perbedaan pendapat antara laporan awal dana kampanye dan rekening khusus dana kampanye, Mahkamah berpendapat penerapaan sanksi Pasal 138 berupa pembatalan bagi partai politik yang tidak memenuhi ketentuan Pasal 134 UU Nomor 10/2008 tentang Pemilu adalah merupakan kewajiban KPU sebagai penyelenggara Pemilu. Apabila KPU sebagai penyelenggara Pemilu melalaikan kewajiban sebagaimana perintah Undang-Undang maka sebagai penyelenggara KPU dapat dikenai sanksi sebagaimana diatur dalam Pasal 29 sampai dengan Pasal 30 dan Pasal 31 UU Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum. Mahkamah juga berpendapat bahwa seandainya benar KPU telah melanggar ketentuan tentang laporan dana awal kampanye tersebut sesuai dengan Undang-Undang dan peraturan pelaksanaannya sebagaimana diatur lebih lanjut oleh KPU, maka pemberian suara yang dilakukan oleh para pemilih terhadap partai politik peserta Pemilu yang tidak melaporkan dana awal kampanye kepada KPU yang oleh KPU tidak dijatuhi sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, tidaklah dapat membatalkan atau menyebabkan tidak sah suara yang diberikan, karena rakyat yang telah memberikan suaranya dengan itikad baik adalah dalam rangka melaksanakan hak untuk menentukan wakil-wakilnya yang sah dan dipercaya sebagai wujud pelaksanaan asas kedaulatan rakyat untuk duduk dalam lembaga-lembaga perwakilan.

Dengan alasan demikian maka permohonan Pemohon untuk Dapil Dompu tidak cukup beralasan.

3. Dapil Bengkulu Selatan II Pemohon mendalilkan telah kehilangan 66 suara di Kecamatan Ulu Manna Kabupaten

Bengkulu Selatan II. Sehingga total suara sah untuk PPNUI seharusnya 1.121 dan bukan 1.055 suara. Dengan bertambahnya suara menjadi 1.121 Pemohon berhak atas satu kursi DPR Kabupaten Bengkulu Selatan II yang sebelumnya diperoleh Partai Perjuangan Indonesia Baru dengan 1.084 suara. Pemohon selain mengajukan bukti-bukti tertulis juga menghadirkan saksi-saksi yaitu (1) Kasman Ka’im, saksi Partai Kedaulatan di TPS 2 Kecamatan Ulu Manna; (2) Rahmadan, saksi PKNU di TPS 2 Desa Bandar Agung Kecamatan Ulu Manna; (3) Sukiman, Anggota KPPS di TPS 2 Desa Senaning; (4) Bambang Meiriyanto, saksi PPNUI di KPU Bengkulu Selatan; (5) Isharyan, Anggota KPPS 2 di Desa Merambung Kecamatan Ulu Manna.

235-614.indd 486 9/24/10 11:09:32 AM

Page 509: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

487Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

Meskipun Pemohon mengajukan saksi-saksi yang memberikan keterangan di bawah sumpah untuk mendukung dalil perolehan suara Pemohon, Mahkamah menilai bahwa alat-alat bukti yang diajukan Pemohon tidak konsisten satu sama lain karena cacat-cacat yang terdapat dalam bukti Pemohon tersebut.

Dengan alasan-alasan pertimbangan sebagaimana diuraikan di atas Mahkamah berpendapat permohonan Pemohon tidak beralasan.

4. Dapil Majene I Pemohon mendalilkan bahwa seharusnya perolehan suara Partai Persatuan

Nahdlatul Ummah Indonesia 679 + 46 (suara yang dikurangi) + 147 suara = 872 suara sedangkan perolehan suara Partai Penegak Demokrasi Indonesia seharusnya 574 - 33 (penambahan suara tidak sah) + 280 suara = 821 suara. Dengan demikian menurut penghitungan Pemohon, Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia memperoleh jatah 1 kursi di Dapil Majene I. Pemohon selain mengajukan bukti-bukti tertulis juga menghadirkan seorang saksi yaitu Misbahuddin, saksi dari Partai Demokrasi Kebangsaan untuk TPS 15 Kelurahan Banggae.

Mahkamah berpendapat bahwa bukti Turut Termohon mengalami cacat-cacat yang menunjukkan perubahan-perubahan yang dilakukan tidak sesuai dengan kenyataan dan alat-alat bukti tersebut tidak dapat digunakan untuk mengeyampingkan bukti Pemohon, sehingga Mahkamah berpendapat bahwa dalil Pemohon tentang kehilangan suara sebanyak 46 suara di TPS-TPS yang telah disebutkan beralasan.

Dengan uraian pertimbangan tersebut di atas, maka dalil permohonan Pemohon sepanjang mengenai penggelembungan suara bagi Partai Penegak Demokrasi Indonesia (PPDI) di TPS 15 Kelurahan Banggae, menurut Mahkamah tidak beralasan.

5. Dapil I Kota Serang Pemohon mendalilkan bahwa telah terjadi pengurangan suara Pemohon sebanyak

10 suara untuk total suara Dapil 1 Serang yang mulanya 2.114 dan seharusnya 2.124 suara.

Terjadi penggelembungan sebanyak 160 suara untuk Partai Matahari Bangsa dari suara menurut KPU yakni 2.258 seharusnya menurut Pemohon 2098 suara. Pemohon selain mengajukan bukti-bukti tertulis juga menghadirkan saksi-saksi yaitu (1) Tajuddin, Saksi PPNUI di PPK dan KPU Serang; (2) Ade Juhaeni, Saksi PPNUI tingkat PPK; (3) Askadi Anwar, Caleg dari PBB; (4) Rahmat Fauzi, Saksi TPS 3 Kelurahan Kagungan; (5) Toni Hartono, Saksi PBR di PPK; (6) Ujang, Saksi PPNUI di PPK; (7) Mugi Waluyo, Saksi PPNUI di TPS 37; (8) M. Azis, Saksi PMB di TPS 05 Lopang Baru Kelurahan Lopang; (9) Syahroni, saksi dari Partai Bulan Bintang di TPS 19 Kelurahan Lopang; (10) Nurfadilah, saksi PPNUI di TPS 19 Kelurahan Lopang; (11) ) Ir Didi Sumardi, Operator Komputer pada PPK Kecamatan Serang; (12) Hamami, Saksi PPNUI TPS 32 Kelurahan Sumur Pecung; (13) Nana

235-614.indd 487 9/24/10 11:09:32 AM

Page 510: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

488 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Supriatna, Saksi adalah anggota PPK Kota Serang; (14) Sahruri, Saksi PBB TPS 07 Kelurahan Unyur.

Mahkamah berpendapat bahwa meskipun dalil permohonan Pemohon terbukti untuk 10suaranamunpenambahan10suaratersebuttidaksignifikanuntukmempengaruhiperolehan kursi bagi Pemohon karena masih berada dibawah suara PMB yang memperoleh 2258 suara atau sekalipun sudah dikurangi 23 suara menjadi 2235 suara. Sehingga oleh karenanya permohonan Pemohon tidak cukup beralasan.

6. Dapil Bulukumba III Pemohon mendalilkan bahwa Pemohon seharusnya memperoleh 1.730 suara

tetapi menurut KPU Kabupaten Bulukumba 1.726 suara, sehingga suara Pemohon telah berkurang sebanyak 4 suara. Terjadinya kehilangan 4 suara ini dihasilkan dari kehilangan 2 suara di Kecamatan Ujung Bulu dan kehilangan 1 suara di Kecamatan Bontobahari dan 1 suara di Kecamatan Ujung Loe. Menurut Pemohon dengan perolehan suara sebanyak 1.730 suara, Pemohon berhak mendapatkan satu jatah kursi di Dapil Kabupaten Bulukumba III. Terjadi penggelembungan di Partai Demokrasi Pembaharuan (PDP) sebanyak 42 suara yang menurut KPU adalah 1.734 suara seharusnya menurut Pemohon adalah 1.692 suara. Hal ini disebabkan terjadi penambahan suara tidak sah disejumlah TPS di Kecamatan Ujung Bulu dan Kecamatan Ujung Loe. Pemohon selain mengajukan bukti-bukti tertulis juga menghadirkan saksi-saksi yaitu (1) M. Aghyl, saksi dari Partai Patriot di TPS 9 Bintarore; (2) Moh. Yamin, Ketua PPS Kalumeme dan Pencatat Perolehan Suara di Format C-2 besar pada Penghitungan Ulang TPS 9 Bonto Mangape Keurahan Kalumeme; (3) Andi Rizal, saksi penghitungan ulang suara di Gedung JSN 45 dari Partai PPNUI; (4) Syarifuddin, saksi dari Partai PPRN di TPS 05 Terang-terang; Saksi Faisal, Koordinator Saksi PPNUI di Kecamatan Ujung Bulu.

Mahkamah berpendapat bahwa meskipun kesaksian-kesaksian tertulis dari saksi-saksi Pemohon telah mendukung dalil-dalil Pemohon akan tetapi kesaksian tersebut apabila dirangkaikan dengan bukti-bukti yang diajukan oleh Pemohon maupun Termohon tidak konsisten satu sama lain dan oleh karenanya Mahkamah berpendapat, keterangan tertulis saksi-saksi Pemohon tidak mendukung dalil permohonan baik tentang kehilangan suara Pemohon atau pun tentang penggelembungan suara Partai Demokrasi Pembaruan (PDP). Berdasarkan uraian pertimbangan tersebut di atas Mahkamah berpendapat permohonan Pemohon tidak cukup beralasan.Berdasarkan pertimbangan sebagaimana diuraikan di atas, Mahkamah dalam amar

putusannya menyatakan.Dalam Eksepsi: • MengabulkaneksepsiTermohon sepanjangmengenaiDapilSumateraSelatan II.Dalam Pokok Perkara: • Menyatakan permohonan Pemohon untuk Dapil Sumatera Selatan 2 tidak dapat

diterima;

235-614.indd 488 9/24/10 11:09:32 AM

Page 511: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

489Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

• MengabulkanpermohonanPemohonuntukDapilMajene I;• Menyatakan batal Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN 2009 tentang

Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara Nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 sepanjang mengenai perolehan suara Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia (PPNUI) di Dapil Majene I;

• MenyatakanperolehansuaraPartaiPersatuanNahdlatulUmmahIndonesia(PPNUI)di Dapil Majene I yang benar berjumlah 872 suara.

235-614.indd 489 9/24/10 11:09:32 AM

Page 512: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

490 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

235-614.indd 490 9/24/10 11:09:32 AM

Page 513: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

491Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 80/PHPU.C-VII/2009

TENTANG KEBERATAN PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN TERHADAP

PENETAPAN HASIL PEMILU ANGGOTA DPR, ANGGOTA DPRD PROVINSI, DANANGGOTA DPRD KABUPATEN/KOTA

Pemohon : 1.Drs.SuryadharmaAli ; 2. IrganChairulMahfiz.Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi,

dan DPRD Kabupaten/Kota.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor

255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 di daerah pemilihan (Dapil) Jawa Tengah V, Jawa Tengah, Jawa Timur VIII, Sumatera Utara II, Sumatera Selatan I, Riau II, NAD I, NAD VI, Jambi III, Lampung VII, Maluku V, Maluku Utara II, Maluku Tengah III, Kota Makassar I, Kota Makassar II, Kota Makassar III, Kota Makassar IV, Jepara III, Lhoksumawe II, Serdang Bedagai I, Kota Binjai II, Kota Rejang Lebong II, Kabupaten Kerawang IV, Kota Bandung VI, Kabupaten Tenggamus III, Kabupaten Kapuas I, Kabupaten Kapuas II, Kabupaten Lombok Timur VI, Kabupaten Bangkalan II, Kabupaten Sumenep II, Kabupaten Gorontalo II, Kabupaten Teluk Bintuni III, Kota Batam II, Kabupaten Pekalongan IV, dan Kabupaten Kepulauan Mentawai I.

Amar Putusan : Dalam Eksepsi: Menolak eksepsi Termohon, Turut Termohon, dan Pihak

Terkait.

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

235-614.indd 491 9/24/10 11:09:32 AM

Page 514: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

492 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Dalam Pokok Perkara: Mengabulkan permohonan Pemohon untuk sebagian.Tanggal Putusan : Senin, 22 Juni 2009.Ikhtisar Putusan :

Pemohon bernama Drs. SuryadharmaAli dan Irgan Chairul Mahfiz adalah KetuaUmum dan Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Partai Persatuan Pembangunan. Pemohon keberatan terhadap perolehan suara Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang ditetapkan oleh Termohon, yakni Komisi Pemilihan Umum (KPU), dalam Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota (Keputusan KPU 255/2009).

Berdasarkan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 dan Pasal 10 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) juncto Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, Mahkamah berwenang untuk memeriksa, mengadili, dan memutus perkara perselisihan hasil Pemilu yang diajukan oleh Pemohon.

Menyangkut kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, Pasal 22E ayat (3) UUD 1945 dan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (UU 10/2008) menentukan bahwa peserta Pemilu adalah partai politik. Ketentuan tersebut diatur lebih lanjut dalam Pasal 3 ayat (1) Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (PMK 16/2009). Oleh karena Pemohon adalah partai politik peserta Pemilu tahun 2009 dengan Nomor Urut 24, maka Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan dimaksud.

Menyangkut tenggang waktu pengajuan permohonan, Pasal 74 ayat (3) UUMK dan Pasal 6 ayat (1) PMK 16/2009 menentukan bahwa permohonan pembatalan penetapan perolehan suara hasil Pemilu secara nasional oleh KPU hanya dapat diajukan oleh peserta Pemilu dalam jangka waktu paling lambat 3 x 24 jam sejak KPU mengumumkan penetapan perolehan suara hasil Pemilu secara nasional.Keputusan KPU 255/2009 diumumkan pada 9 Mei 2009, pukul 23.50 WIB, sedangkan Pemohon mengajukan permohonannya pada 12 Mei 2009 pukul 22.40 WIB. Oleh karena itu, pengajuan permohonan tersebut masih dalam tenggang waktu yang ditentukan.

Pemohon keberatan terhadap Keputusan KPU 255/2009 di 35 daerah pemilihan (Dapil) yakni 6 Dapil untuk pemilihan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), 6 Dapil untuk pemilihan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi (DPRD provinsi), dan 23 Dapil untuk pemilihan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota (DPRD kabupaten/kota) sebagai berikut.

235-614.indd 492 9/24/10 11:09:32 AM

Page 515: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

493Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

1. Dapil Jawa Tengah V dan Dapil Jawa Timur VIII (DPR-RI) Pemohon mempersoalkan penerapan Pasal 205 UU 10/2008 menyangkut pembagian

kursi DPR. Persoalan ini telah diputus oleh Mahkamah dalam Putusan Nomor 74-80-94-59-67/

PHPU.C-VII/2009. 2. Dapil Jawa Tengah IX (DPR-RI) Pemohon mendalilkan kehilangan 52 suara di Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK)

Bojong, PPK Jatinegara, dan PPK Bumijawa. Berdasarkan persandingan bukti Pemohon dan Termohon, Mahkamah menemukan

terdapat 45 suara Pemohon yang tidak dimasukkan dalam rekapitulasi di 6 TPS Desa Burniwah, 9 TPS Desa Sumbarang, 7 TPS Desa Penyalaan, 7 TPS Desa Lembasari, 16 TPS Desa Dukuh Benda, dan 10 TPS Desa Jejeg. Atas dasar itu, Mahkamah menilai permohonan Pemohon beralasan.

3. Dapil Sumatera Utara II (DPR-RI) Rekapitulasi di Dapil Sumatera II berkaitan dengan Kabupaten Nias Selatan yang

tercantum dalam Putusan Nomor 28-65-70-82-84-89/PHPU.C-VII/2009. Oleh karena itu, Mahkamah belum dapat memberikan penilaian sampai Mahkamah

menerima hasil pemungutan suara ulang yang dilaksanakan oleh KPU untuk Kabupaten Nias Selatan.

4. Dapil Sumatera Selatan I (DPR-RI) Pemohon mendalilkan kehilangan 800 suara di PPK Kemuning, 3.123 suara di

PPK Banyuasin, 1.841 suara di PPK Muara Telang, 2.500 suara di PPK Muara Padang, 2.878 suara di PPK BTS, dan 1.809 suara di PPK Muara Padang. Total kehilangan suara Pemohon tersebut sebesar 12.951 suara.

Setelah memeriksa bukti-bukti dan keterangan saksi, Mahkamah menilai kehilangan suara Pemohon sebesar 10.417 suara.

5. Dapil Riau II (DPR-RI) Pemohon mendalilkan kehilangan 16.901 suara yang terjadi di Kabupaten Kampar,

Kabupaten Palalawan, Kabupaten Indragiri Hulu, Kabupaten Indragigi Hilir, dan Kabupaten Kuan Sing. Sehingga perolehan suara Pemohon adalah 74.522 suara, bukan 57.621 suara.

Setelah memeriksa bukti Pemohon sendiri dan mendengar jawaban Termohon, ternyata perolehan suara Pemohon memang benar 57.621 suara. Dengan demikian, Mahkamah menilai Pemohon tidak mampu membuktikan dalilnya sehingga permohonan Pemohon dikesampingkan.

6. Dapil NAD I (DPRD Provinsi) Pemohon mendalilkan seharusnya memperoleh 3.125 suara, bukan 2.895 suara.

Setelah memeriksa bukti-bukti, Mahkamah menilai perolehan suara Pemohon yang

235-614.indd 493 9/24/10 11:09:32 AM

Page 516: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

494 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

sebenarnya adalah 2.898 suara. Perolehan suara Pemohon ini tidak signifikanmengubah perolehan kursi partai politik di DPR Aceh Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, sehingga permohonan Pemohon ditolak.

7. Dapil NAD VI (DPRD Provinsi) Pemohon mendalilkan kehilangan 456 suara karena Komisi Independen Pemilihan

(KIP) NAD tidak menggunakan hasil rekapitulasi KIP Kabupaten Aceh Timur yang menetapkan perolehan suara Pemohon sebesar 3.621 suara. Akan tetapi, Pemohon ditetapkan memperoleh 3.156 suara dalam rekapitulasi KIP Provinsi Aceh.

Mahkamah menilai bahwa berdasarkan bukti-bukti dan keterangan Ketua KIP Aceh Timur, Ketua PPK Lhok Seumawe 2, saksi Partai Aceh, serta saksi Manaam dan Abdul Salam, perolehan suara Pemohon adalah 3.621 suara. Perubahan yang dilakukan oleh KIP NAD dengan menggunakan data pembanding dari Panwaslu dan saksi-saksi lainnya tidak didukung data yang valid. Oleh karena itu, Mahkamah berpendapat permohonan Pemohon beralasan dan perolehan suara Pemohon yang benar adalah 3.621 suara.

8. Dapil Jambi III (DPRD Provinsi) Pemohon mendalilkan perolehan suara Caleg Nomor Urut 2 atas nama Kaharudinsyah,

S.Pd., M.Pd. adalah 165 suara. Berdasarkan bukti-bukti, Mahkamah menemukan bahwa Turut Termohon (KPU

Provinsi Jambi) keliru menjumlahkan total perolehan suara. Semestinya total suara di TPS Desa Nomor 12 adalah 28 suara, bukan 18 suara. Atas dasar itu, dalil Pemohon terbukti bahwa penghitungan suara Caleg Nomor Urut 2 atas nama Kaharudinsyah, S.Pd., M.Pd. adalah 165 suara dengan selisih 10 suara. Dengan demikian, Mahkamah menilai dalil Pemohon beralasan.

9. Dapil Lampung VII (DPRD Provinsi) Pemohon mendalilkan Turut Termohon (KPU Tulang Bawang) melakukan kekeliruan

rekapitulasi. Dalam hal ini terjadi kesalahan penulisan pada Formulir DB 1 untuk Partai Hanura yang sebenarnya memperoleh 17.487 suara namun ditulis 19.287 suara. Partai Gerindra sebenarnya memperoleh 14.556 suara namun ditulis 23.656 suara. KPU Tulang Bawang mengakui telah melakukan kesalahan entri data dalam rekapitulasi dengan menuliskan perolehan suara Partai Gerindra sejumlah 23.656 suara dan Partai Hanura sejumlah 19.287 suara.

Mahkamah menilai bahwa Turut Termohon (KPU Tulang Bawang) memang benar melakukan kesalahan. Atas dasar itu, Mahkamah berpendapat permohonan Pemohon beralasan. Karena permohonan Pemohon dikabulkan, Mahkamah berpendapat perolehan suara Partai Gerindra di Kabupaten Tulang Bawang yang benar adalah 14.556 suara, sedangkan perolehan suara Partai Hanura yang benar adalah 17.487 suara.

235-614.indd 494 9/24/10 11:09:32 AM

Page 517: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

495Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

10. Dapil Maluku V (DPRD Provinsi) Pemohon mendalilkan semestinya memperoleh 5.643 suara, bukan 5.097 suara

karena 546 suara Pemohon tidak dimasukkan dalam rekap PPK. Pemohon hanya mengajukan bukti Formulir C dan Formulir C1 untuk Desa Kamal, namun Pemohon tidak mengajukan bukti Formulir C dan Formulir C1 untuk desa-desa lainnya. Oleh karenanya Mahkamah tidak dapat menilai lebih lanjut dalil Pemohon yang berkenaan dengan kehilangan suara di desa maupun kecamatan lainnya. Mahkamah berpendapat bahwa Pemohon tidak dapat membuktikan dalil permohonannya.

11. Dapil Maluku Utara II (DPRD Provinsi) Pemohon mendalilkan kehilangan 116 suara di PPK Tobelo dan PPK Loloda

Kepulauan. Di samping itu, Turut Termohon (KPU Halmahera) melakukan kesalahan penjumlahan suara Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Gerindra.

Berdasarkan bukti dan fakta, Mahkamah menemukan terjadinya pengurangan suara Pemohon di tingkat PPK Kecamatan Tobelo dan Kecamatan Loloda Kepulauan. Atas dasar itu, Mahkamah menilai bahwa dalil Pemohon kehilangan 116 suara di Kecamatan Tobelo dan Kecamatan Loloda Kepulauan adalah benar. Mahkamah menetapkan perolehan suara yang benar untuk Pemohon adalah 3.552 suara, untuk PAN adalah 3.501 suara, dan untuk Partai Gerindra adalah 2.296 suara.

12. Dapil Maluku Tengah III (DPRD Kabupaten/Kota) Pemohon mendalilkan semestinya memperoleh 709 suara, bukan 677 suara.

Kekurangan suara Pemohon sebanyak 32 suara, yakni 19 suara di Kecamatan Leihitu, 2 suara di Desa Negeri Lima, dan 11 suara di Desa Ureng.

Mahkamah menilai Turut Termohon (KPU Kabupaten Maluku Tengah) melakukan kesalahan dalam merekapitulasi perolehan suara Pemohon di Desa Kaihitu. Bukti Pemohon berupa Formulir C dan Formulir C-1 di TPS 8 Desa Kaihitu, perolehan suara Pemohon tertulis 19, namun dalam bukti Turut Termohon tertulis 0 (nol). Mahkamah juga menemukan kejanggalan pada bukti Turut Termohon berupa Formulir C-1 karena tidak sesuai dengan berita acara. Berdasarkan fakta, dalil Pemohon di TPS 8 Desa Kaihitu beralasan sehingga perolehan suara Pemohon yang benar adalah 667 + 19 = 686 suara.

13. Dapil Kota Makassar I (DPRD Kabupaten/Kota) Pemohon mendalilkan telah terjadi penggelembungan suara untuk Caleg Nomor

Urut 5 atas nama Drs. H. Suleman Bin Darri seharusnya memperoleh 511 suara, CalegNomorUrut3atasnama Ir.ZulkifliHIMmemperolah511suara,danCalegNomor Urut 4 atas nama H. Busranuddin, BT, S.E. memperolah 224 suara.

Mahkamah menilai bahwa Pemohon tidak konsisten dalam mendalilkan kehilangan suaranya, dimana menurut petitum permohonan, Caleg Nomor Urut 3 atas nama Ir.ZulkifliHIMyangmemperoleh115suaramintauntukdikurangi4suara,namundalam posita permohonan, Caleg Nomor Urut 3 tersebut memperoleh 115 suara.

235-614.indd 495 9/24/10 11:09:33 AM

Page 518: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

496 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Berdasarkan alasan tersebut, Mahkamah berpendapat Pemohon tidak dapat membuktikan terjadinya kesalahan penghitungan, oleh karenanya permohonan Pemohon harus ditolak.

14. Dapil Kota Makassar II (DPRD Kabupaten/Kota) Pemohon mendalilkan telah terjadi perbedaan perolehan suara Pemohon, dimana

menurut Turut Termohon (KPU Kota Makasar) Pemohon memperoleh 2.919 suara, padahal perolehan suara Pemohon yang benar adalah 3.710 suara, sehingga terjadi selisih sebanyak 791 suara.

Mahkamah menilai bahwa bukti yang diajukan oleh Pemohon tidak lengkap, dimana Pemohon tidak melampirkan Model DA-B, sehingga Mahkamah tidak dapat melakukan penghitungan secara akurat rincian hasil rekapitulasi penghitungan tiap TPS. Selain itu alat bukti Pemohon dan Turut Termohon pada halaman terakhir hilang, sehingga alat bukti demikian harus dikesampingkan. Berdasarkan fakta-fakta di atas, Mahkamah berpendapat permohonan Pemohon tidak beralasan dan harus ditolak.

15. Dapil Kota Makassar III (DPRD Kabupaten/Kota) Pemohon mendalilkan bahwa di Kecamatan Manggala dan Kecamatan Panakukang

memperoleh 2.675 suara dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) memperoleh 2.880 suara.

Mahkamah menilai bahwa setelah mempersandingkan alat bukti yang diajukan oleh Pemohon dan Turut Termohon telah terjadi perbedaan perolehan suara Pemohon, dimana menurut bukti Pemohon di Kecamatan Panakukang memperoleh 29 suara, dan berdasarkan bukti Termohon di kecamatan yang sama, Pemohon memperolah 39 suara. Berdasarkan fakta tersebut, Mahkamah berpendapat bahwa perolehan suara Pemohon justru lebih tinggi yaitu 39 suara, sehingga dalil Pemohon tidak beralasan dan harus dikesampingkan.

16. Dapil Kota Makassar IV (DPRD Kabupaten/Kota) Pemohon mendalilkan bahwa perolehan suaranya sebanyak 103 dari Kelurahan

Pulau Kodingareng dan Kelurahan Barrang Caddi Kecamatan Ujung Tanah tidak dimasukkan dalam rekapitulasi.

Mahkamah menilai bahwa setelah mendengar keterangan satu orang saksi dari Pemohon dan mempersandingkan alat bukti Pemohon dengan Turut Termohon, perolehan suara Pemohon di TPS 01, TPS 02, dan TPS 4 Kecamatan Kodingareng masing-masing memperoleh 20, 26, dan 25 suara, di TPS 01, TPS 05, dan TPS 08 Kecamatan Barang Cadi masing-masing memperoleh 12, 15 dan 16 suara, dan berdasarkan bukti DB-1 serta DA-1 DPRD Kota Makassar, masing-masing Pemohon memperoleh 886 suara. Berdasarkan fakta-fakta hukum tersebut, Mahkamah berpendapat bahwa Pemohon tidak dapat membuktikan dalil permohonannya oleh karena itu, permohonan Pemohon harus dikesampingkan.

235-614.indd 496 9/24/10 11:09:33 AM

Page 519: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

497Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

17. Dapil Kabupaten Jepara III (DPRD Kabupaten/Kota) Pemohon mendalilkan bahwa telah terjadi pengelembungan suara Caleg Nomor Urut

1atasnamaH.AnasHafidzdiDesaRagu,DesaMindahan,DesaBawuKecamatanBatealit, Desa Troso, dan Desa Krasak Kecamatan Pecangaan sebanyak 71 suara. Akibat penggelembungan suara tersebut Caleg Nomor Urut 1 memperoleh 2.287 suara, sedangkan Pemohon memperoleh 2.252 suara.

Mahkamah setelah memeriksa alat-alat bukti Pemohon tersebut, diperoleh fakta bahwa Pemohon tidak berhasil membuktikan dalil permohonannya secara sah dan meyakinkan, sehingga oleh karenanya harus dikesampingkan.

18. Dapil Kota Lhoksumawe II (DPRD Kabupaten/Kota) Pemohon mendalilkan bahwa telah terjadi kesalahan penghitungan suara Pemohon

di rekapitulasi KIP NAD yang mengakibatkan Pemohon kehilangan 34 suara, seharusnya perolehan suara Pemohon yang benar adalah 1.082 suara, dan bukan 1.048 suara sebagaimana rekapitulasi KIP NAD.

Mahkamah setelah meneliti bukti-bukti surat yang diajukan diperoleh fakta hukum bahwa berdasarkan bukti DA-1 DPRD Kecamatan Muara Dua Lhokseumawe, Pemohon hanya memperoleh 20 suara, dan bukti lain berupa P-11 sampai dengan P-29 merupakan formulir yang dibuat oleh Pemohon, sehingga terhadap bukti tersebut tidak dapat diperiksa kebenarannya. Berdasarkan fakta hukum di atas, Mahkamah berpendapat Pemohon tidak dapat membuktikan dalil permohonannya dan harus dikesampingkan.

19. Dapil Kabupaten Serdang Bedagai I (DPRD Kabupaten/Kota) Pemohon mendalilkan bahwa telah terjadi selisih penghitungan suara di PPK

Kecamatan Pegajahan dan Perbaungan antara Caleg Nomor Urut 1 atas nama Nur Alamsyah yang kelebihan 17 suara dan Caleg Nomor Urut 2 atas nama Ibrahim kurang 18 suara. Perolehan suara yang benar menurut Pemohon yakni Caleg Nomor Urut 1 atas nama Nur Alamsyah memperoleh 761 suara, sedangkan Caleg Nomor Urut 2 atas nama Ibrahim memperoleh 766 suara.

Mahkamah setelah memeriksa alat bukti surat dan satu saksi dari Pemohon dengan menyandingkan alat bukti Turut Termohon, diperoleh fakta hukum bahwa angka-angka yang didalilkan oleh Pemohon tidak sama dengan bukti yang diajukan. Berdasarkan fakta hukum tersebut, Mahkamah berpendapat bahwa Pemohon tidak dapat membuktikan dalil-dalil permohonan, oleh karena itu permohonan Pemohon harus ditolak.

20. Dapil Kota Binjai II (DPRD Kabupaten/Kota) Pemohon mendalilkan bahwa telah terjadi penggelembungan suara Partai Gerindra

di Kelurahan Nangka sebanyak 5 suara dan di Kelurahan Jati Karya sebanyak 11 suara serta pengurangan suara Pemohon di Kelurahan Nangka sebanyak 10

235-614.indd 497 9/24/10 11:09:33 AM

Page 520: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

498 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

suara. Perolehan suara yang benar menurut Pemohon adalah Partai Gerindra di Kelurahan Nangka memperoleh 78 suara, di Kelurahan Jati Karya 191 suara, sedangkan suara Pemohon di Kelurahan Nangka 93 suara.

Mahkamah setelah memeriksa alat bukti Pemohon dan 4 orang saksi diperoleh fakta bahwa terdapat ketidaksesuaian antara jumlah suara sah pada Berita Acara dan penjumlahan total suara sah di tiap TPS, ditemukan adanya kekurangan 10 suara Pemohon di Kelurahan Nangka pada kolom penjumlahan, ditemukan pada kolom penjumlahan Bukti C-1 yang diajukan Turut Termohon bahwa Pemohon memperolah 92 suara dan bukan 83 suara sebagaimana yang direkap dalam DA-1 DPRD. Berdasarkan fakta hukum tersebut, Mahkamah berpendapat bahwa Pemohon tidak dapat membuktikan penggelembungan suara Partai Gerindra dan Pemohon hanya mampu membuktikan kehilangan 93 suara di Kelurahan Nangka. Dengan demikian perolehan suara Pemohon di Kelurahan Nangka yang benar menurut Mahkamah adalah 1.410 + 10 = 1.420 suara.

21. Dapil Kota Rejang Lebong II (DPRD Kabupaten/Kota) Pemohon mendalilkan telah terjadi pengurangan suara sebanyak 18 suara, sehingga

penghitungan yang benar menurutnya, Pemohon memperoleh 1.578 suara dan bukan 1.560 suara sebagaimana rekapitulasi Termohon. Pengurangan suara Pemohon terjadi karena kesalahan memasukkan suara milik Caleg Nomor Urut 5 atas nama Faizal Z yang di TPS 2 memperoleh 5 suara dan di TPS 4 memperoleh 13 suara.

Mahkamah setelah memeriksa alat-alat bukti dan saksi, ditemukan fakta bahwa pengadilan negeri Curup telah menyatakan bersalah terhadap Ketua dan dua anggota KPPS yang melakukan tindak pidana Pemilu mengurangi suara Caleg Nomor Urut 5 atas nama Faizal Z sebanyak 18 suara. Berdasarkan fakta hukum tersebut, Mahkamah berpendapat bahwa telah terbukti menurut hukum adanya pengurangan sejumlah 18 suara dari Caleg Nomor Urut 5 atas nama Faizal Z, namun perolehan suara Pemohon tetap 1.560 suara.

22. Dapil Kabupaten Kerawang IV (DPRD Kabupaten/Kota) Pemohon mendalilkan memperoleh 8.412 suara dan bukan memperoleh 8.383 suara

sebagaimana yang ditetapkan oleh Termohon, sehingga terdapat selisih 29 suara. Menurut Pemohon, PKB memperoleh 8.381 dan bukan 8.412 suara sebagaimana yang ditetapkan oleh Termohon.

Mahkamah setelah meneliti alat-alat bukti dan saksi diajukan oleh Pemohon, ditemukan fakta bahwa alat bukti Pemohon tidak memenuhi validitas sebagai alat bukti, sehingga dianggap tidak sah menurut hukum dan tidak dapat dipergunakan untuk memperkuat dalil-dalil Pemohon. Berdasarkan fakta hukum tersebut, Mahkamah berpendapat permohonan Pemohon tidak cukup beralasan, sehingga oleh karenanya harus dikesampingkan.

235-614.indd 498 9/24/10 11:09:33 AM

Page 521: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

499Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

23. Dapil Kota Bandung VI (DPRD Kabupaten/Kota) Pemohon mendalilkan memperoleh 6.256 suara dan bukan 6.198 suara sebagaimana

yang ditetapkan oleh Termohon. Mahkamah setelah meneliti alat bukti Pemohon dengan mempersandingkan alat bukti

Turut Termohon, ditemukan fakta bahwa Pemohon berdasarkan Bukti P-2 memperoleh 865 suara dan bukti TT-2 memperoleh 759 suara, Bukti P-5 memperoleh 909 suara, Bukti TT-2 memperoleh 879 suara, dan Bukti P-3 memperoleh 1.068 suara. Bukti P-3 ini tidak dapat dibandingkan karena Turut Termohon tidak mengajukan alat bukti yang serupa. Berdasarkan fakta hukum tersebut, Mahkamah berpendapat bahwa perolehan suara Pemohon yang benar berdasarkan Bukti P-2 adalah 865 suara, Bukti P-5 adalah 909 suara, dan tidak sebagaimana yang tercantum dalam rekap Turut Termohon, sedangkan untuk Bukti P-3 sesuai dengan penetapan Turut Termohon yaitu memperoleh 1.068 suara. Oleh karena itu, perolehan suara Pemohon yang benar menurut Mahkamah adalah 6.198 + 106 + 30 = 6.334 suara.

24. Dapil Kabupaten Tenggamus III (DPRD Kabupaten/Kota) Pemohon mendalilkan memperoleh 3.262 suara, dan bukan 3.241 suara sebagaimana

yang ditetapkan oleh Termohon. Adapun perolehan suara PKB menurut Pemohon adalah 3.259 suara, dan bukan 3.283 suara.

Mahkamah setelah meneliti alat-alat bukti, dan saksi yang diajukan oleh Pemohon, kemudian menyandingkannya dengan alat bukti yang diajukan oleh Turut Termohon, ditemukan fakta bahwa Pemohon tidak dapat membuktikan penggelembungan suara PKB dan pengurangan 21 suara Pemohon sebagaimana yang didalilkan. Karena berdasarkan Bukti P-4 sampai dengan Bukti P-6, hanya pada daerah Pringsewu Selatan saja yang terjadi perbedaan suara, sedangkan pengurangan 4 suara bagi PKB tidak cukup signifikan bagi Pemohon untuk mendapatkan kursi di daerahPemilihan 3 Tenggamus. Berdasarkan fakta hukum tersebut, Mahkamah berpendapat permohonan Pemohon tidak dapat diterima.

25. Dapil Kabupaten Kapuas I (DPRD Kabupaten/Kota) Pemohon telah mencabut permohonannya untuk Daerah Pemilihan Kabupaten

Kapuas I pada persidangan tanggal 20 Mei 2009.26. Dapil Kabupaten Kapuas II (DPRD Kabupaten/Kota) Pemohon mendalilkan bahwa keberatan terhadap rekapitulasi Termohon yang

menetapkan Caleg Nomor Urut 2 atas nama Ir. Mardiansyah memperoleh 1.139 suara, dan Caleg Nomor Urut 1 atas nama Asrani memperoleh 1.098 suara. Menurut Pemohon telah terjadi rekayasa dalam perolehan suara Caleg Nomor Urut 2 atas nama Ir. Mardiansyah yang telah merubah perolehan suaranya di TPS 8 Desa Sei Jangkit menjadi 40 suara.

Mahkamah setelah meneliti alat-alat bukti Pemohon, keterangan saksi yang kemudian menyandingkan dengan alat bukti Turut Termohon, ditemukan fakta bahwa benar

235-614.indd 499 9/24/10 11:09:33 AM

Page 522: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

500 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

telah terjadi rekayasa perubahan perolehan suara Caleg Nomor Urut 2 atas nama Ir. Mardiansyah. Berdasarkan fakta hukum tersebut, Mahkamah akan menentukan perolehan suara yaitu untuk Pemohon (Caleg Nomor Urut 1 atas nama Asrani) memperoleh 1.098 + 3 = 1.101 suara, sedangkan untuk Caleg Nomor Urut 2 atas nama Ir. Mardiansyah memperoleh 1.139 – 40 = 1.099 suara.

27. Dapil Kabupaten Lombok Timur VI (DPRD Kabupaten/Kota) Pemohon mendalilkan telah terjadi penggelembungan 10 suara oleh PKPB.

Berdasarkan rekapitulasi Termohon, Pemohon memperoleh 3.297 suara, sedangkan PKPB memperoleh 3. 290 suara. Hal ini disebabkan PKB melakukan penggelembungan, sehingga suaranya bertambah menjadi 3.300 suara. Mahkamah setelah memeriksa alat bukti, keterangan saksi yang diajukan oleh Pemohon, kemudian dipersandingkan dengan alat bukti Turut Termohon, ditemukan fakta terbukti telah terjadi penggelembungan 10 suara terhadap PKPB. Dengan demikian, perolehan suara yang benar menurut Mahkamah adalah PKPB memperoleh 3.300 – 10 = 3.290 suara, sedangkan Pemohon memperoleh 3.297 suara.

28. Dapil Kabupaten Bangkalan II (DPRD Kabupaten/Kota) Pemohon mendalilkan Caleg Nomor Urut 1 atas nama Syaifullah, S.Ag. memperoleh

3.446 suara, sehingga berhak mendapatkan 1 kursi di DPRD Kabupaten Bangkalan. Mahkamah berpendapat permasalahan pokok yang menjadi objek gugatan sudah terselesaikan, karena Pemohon (Syaifullah, S.Ag.) telah ditetapkan oleh KPU Kabupaten Bangkalan mendapat kursi di DPRD Kabupaten Bangkalan dan Pemohon telah pula membuat surat pencabutan bertanggal 30 Mei 2009. Berdasarkan fakta hukum tersebut, Mahkamah berpendapat bahwa permohonan Pemohon harus ditolak.

29. Dapil Kabupaten Sumenep V (DPRD Kabupaten/Kota) Pemohon mendalilkan telah terjadi kecurangan yaitu Ketua KPPS di TPS X Desa

Andulang Kecamatan Gapura Kabupaten Sumenep tidak mengesahkan surat suara yang telah dicontreng lebih dari 1 kali dalam 1 kolom. Seharusnya Caleg Nomor Urut 3 atas nama Juhari, S.Ag. memperoleh 35 suara, tetapi oleh KPPS hanya ditetapkan memperoleh 20 suara, sehingga suara Pemohon hilang sebanyak 15 suara. Kemudian telah terjadi penggelembungan 8 suara di PPK Kecamatan Dungkek Desa Romben Guna Kabupaten Sumenep untuk Caleg Nomor Urut 2 atas nama KH. Abdul Basith yang seharusnya memperoleh 25 suara tetapi ditulis menjadi 33 suara. Demikian pula untuk Caleg Nomor Urut 3 atas nama Juhari, S.Ag. yang sebenarnya memperoleh 15 suara ditulis menjadi 16 suara.

Mahkamah setelah menyandingkan alat-alat bukti, keterangan saksi Pemohon dan Turut Termohon, ditemukan fakta bahwa Caleg Nomor Urut 2 di TPS X Desa Andulang Kecamatan Gapura dan TPS Desa Rumbenguna justru suara yang lebih besar yaitu memperoleh 39 suara, sedangkan Caleg Nomor Urut 3 memperoleh 14 suara, dan bukan 15 suara sebagaimana yang didalilkan oleh Pemohon. Berdasarkan fakta-

235-614.indd 500 9/24/10 11:09:33 AM

Page 523: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

501Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

fakta tersebut, Mahkamah berpendapat bahwa Pemohon tidak mampu membuktikan dalil-dalil permohonannya, oleh karenanya harus dikesampingkan.

30. Dapil Kabupaten Gorontalo II (DPRD Kabupaten/Kota) Pemohon mendalilkan bahwa telah terjadi perbedaan penghitungan perolehan

antara Caleg PPP Nomor Urut 1 atas nama Muhazir Abdullah dengan Caleg Nomor Urut 2 pada partai yang sama atas nama Achmad Monoarfa di Kecamatan Kota Selatan dan Kecamatan Kota Timur. Untuk Muhazir Abdullah memperoleh 497 suara, sedangkan Achmad Monoarfa memperoleh 746 suara.

Mahkamah setelah memeriksa alat bukti, keterangan saksi Pemohon dengan menyandingkan alat bukti Turut Termohon, ditemukan fakta Pemohon tidak dapat membuktikan dalil permohonannya mengenai perolehan suaranya di Kota Timur maupun di Kota Selatan, karena Pemohon tidak dapat mengajukan alat-alat bukti untuk keseluruhan desa yang ada di Kecamatan Kota Timur maupun Kecamatan Kota Selatan. Berdasarkan fakta hukum tersebut, Mahkamah berpendapat dalil permohonan Pemohon harus dikesampingkan.

31. Dapil Kabupaten Teluk Bintuni III (DPRD Kabupaten/Kota) Pemohon mendalilkan telah terjadi penggelembungan suara PKB yang seharusnya

memperoleh 112 suara, menjadi 113 suara. Sedangkan suara Pemohon berkurang 6 suara yang seharusnya memperoleh 203, ditulis menjadi 197 suara. Setelah menyandingkan alat-alat bukti Pemohon dengan alat bukti Termohon, Mahkamah berpendapat Pemohon dapat membuktikan selisih suara yang didalilkan. Dengan demikian permohonan Pemohon harus dikabulkan, sehingga penghitungan suara yang benar menurut Mahkamah adalah suara Pemohon di Kecamatan Sumuri berjumlah 203 suara, sedangkan perolehan suara PKB di Kecamatan Kuri berjumlah 112 suara, sehingga total perolehan suara Pemohon (PPP) berjumlah 356 suara dan suara PKB berjumlah 350 suara.

32. Dapil Kota Batam II (DPRD Kabupaten/Kota) Pemohon mendalilkan telah terjadi penggelembungan suara untuk Partai Hanura,

PPRN, Partai Gerindra, PKPI, PAN, PPIB, Partai Golkar, PPP, PDIP dan Partai Demokrat, sehingga mempengaruhi perolehan kursi PPP di Dapil II Kota Batam. Perolehan suara yang benar menurut Pemohon, untuk Partai Hanura 4.354 suara, bukan 4.597 suara, PPRN 2.699 suara, bukan 2.729 suara, Gerindra 2.268 suara, bukan 1.919 suara, PKPI 2.507 suara, bukan 2.843 suara, PAN 3.357 suara, bukan 3.347 suara, PPIB 2.431 suara, bukan 2.916 suara, Golkar 8.848 suara, bukan 10.128 suara, PPP 2.620 suara, 2.798 suara, PDIP 9.008 suara, bukan 9.790 suara, Demokrat 11.320 suara, bukan 12.608 suara. Setelah memeriksa alat-alat bukti yang diajukan oleh Pemohon, Mahkamah berpendapat bahwa Pemohon tidak memberikan bukti-bukti yang valid dan sah menurut hukum dan Pemohon tidak dapat membuktikan dalil permohonannya secara sah dan menyakinkan sehingga permohonan Pemohon dikesampingkan.

235-614.indd 501 9/24/10 11:09:33 AM

Page 524: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

502 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

33. Dapil Kabupaten Pekalongan IV (DPRD Kabupaten/Kota) Pemohon mendalilkan bahwa telah terjadi kekeliruan dalam penjumlahan angka-angka

perolehan suara Pemohon di beberapa TPS dan PPK Kecamatan Karangdadap sebanyak 15.389 suara. Adanya perubahan suara partai politik (PKB, Golkar, dan PPP) berpengaruh pada perubahan jumlah BPP. Setelah menyandingkan alat-alat bukti Pemohon dengan alat bukti Turut Termohon, serta memperhatikan keterangan saksi Pemohon, Mahkamah berpendapat bahwa Pemohon tidak mampu membuktikan angka perolehan yang pasti sebagaimana dalil permohonannya, sehingga permohonan Pemohon harus ditolak.

34. Dapil Kabupaten Kepulauan Mentawai I (DPRD Kabupaten/Kota) Pemohon pada persidangan tanggal 20 Mei 2009 telah mencabut permohonan

untuk Dapil Kabupaten Mentawai I.Berdasarkan pertimbangan fakta dan hukum tersebut di atas, Mahkamah berkesimpulan

bahwa dalil-dalil Pemohon terbukti dan beralasan hukum, yaitu Dapil Jawa Tengah IX, Dapil Sumatera Selatan I, Dapil Provinsi Nangroe Aceh Darusalam 6, Dapil Provinsi Jambi 3, Dapil Provinsi Lampung 7, Dapil Kota Binjai 2, Dapil Kota Bandung 6, Dapil Kabupaten Kapuas 2, Dapil Kabupaten Lombok Timur 6, Dapil Kabupaten Teluk Bintuni 3, Dapil Maluku Tengah 3, dan Dapil Maluku Utara 2.

Berdasarkan pertimbangan fakta hukum diatas, Mahkamah dalam amar putusannya menyatakan sebagai berikut.Dalam Ekspesi:• MenolakeksepsiTermohon,TurutTermohon, danPihakTerkait.Dalam Pokok Perkara:• MengabulkanpermohonanPemohonuntuk sebagian;• Menyatakandalil-dalilPemohonuntukDapilJawaTengahIX,DapilSumateraSelatan

I, Dapil Provinsi Nangroe Aceh Darusalam 6, Dapil Provinsi Jambi 3, Dapil Provinsi Lampung 7, Dapil Kota Binjai 2, Dapil Maluku Tengah 3, Dapil Maluku Utara 2, Dapil Kota Bandung 6, Dapil Kabupaten Kapuas 2, Dapil Kabupaten Lombok Timur 6, dan Dapil Kabupaten Teluk Bintuni 3 adalah berdasar dan beralasan hukum;

• Menyatakan batal Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN 2009 tentangpenetapan dan pengumuman hasil pemilihan umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilu Tahun 2009, sepanjang menyangkut Dapil Jawa Tengah IX; Dapil Sumatera Selatan I; Dapil Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam 6; Dapil Provinsi Jambi 3; Dapil Provinsi Lampung 7; Dapil Kota Binjai 2; Dapil Kota Bandung 6; Dapil Kabupaten Kapuas 2; Dapil Kabupaten Lombok Timur 6; Dapil Kabupaten Teluk Bintuni 3; dan Dapil Maluku Tengah 3, dan Dapil Maluku Utara 2;

235-614.indd 502 9/24/10 11:09:33 AM

Page 525: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

503Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

• Menyatakanpenghitungan suara yangbenarmenurutMahkamahuntuk:− Dapil Jawa Tengah IX untuk Partai Persatuan Pembangunan adalah 77.175

suara.− DapilSumateraSelatan1untukPartaiPersatuanPembangunanadalah78.478

suara.− Dapil Nanggroe Aceh Darussalam 6 untuk Partai Persatuan Pembangunan

adalah 3.621 suara.− Dapil Jambi 3 untuk Calon Legislatif Partai Persatuan Pembangunan Nomor

Urut 2 atas nama Kaharudinsyah, S.Pd., M.Pd. di Kecamatan Mandiangin Kabupaten Sorolangun sejumlah 165 suara.

− Dapil Lampung 7 untuk Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) adalah14.556 suara sedangkan untuk Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) adalah 17.487 suara.

− DapilBinjai 2 untukPartaiPersatuanPembangunanadalah1.420 suara.− Dapil Maluku Utara 2 untuk Partai Persatuan Pembangunan adalah 3.552

suara, Partai Gerakan Indonesia Raya sejumlah 2.296 suara, dan Partai Amanat Nasional sejumlah 3.501 suara.

− Dapil Maluku Tengah 3 untuk Partai Persatuan Pembangunan adalah 686suara.

− DapilBandung6untukPartaiPersatuanPembangunan6.334 suara.− DapilKapuas2untukPartaiPersatuanPembangunanuntukCalegPemohon

Nomor Urut 1 atas nama Asrani sejumlah 1.101 suara, sedangkan untuk Caleg Nomor Urut 2 atas nama Ir. Mardiansyah sejumlah 1.099 suara.

− Dapil Lombok Timur 6 untuk Partai Persatuan Pembangunan adalah 3.297suara sedangkan untuk Partai Karya Peduli Bangsa yang benar adalah 3.290 suara.

− DapilTelukBintuni3untukPartaiPersatuanPembangunanadalah356suaradan untuk Partai Kebangkitan Bangsa adalah 350 suara.

• Memerintahkan Komisi Pemilihan Umum dan Komisi Independen PemilihanProvinsi Nangroe Aceh Darusalam, Komisi Pemilihan Umum Provinsi Jambi, Komisi Pemilihan Umum Provinsi Lampung, Komisi Pemilihan Umum Kota Binjai, Komisi Pemilihan Umum Kota Batam, Komisi Pemilihan Umum Kota Bandung, Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Kapuas, Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Lombok Timur, Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Teluk Bintuni, Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Maluku Tengah dan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Maluku Utara untuk melaksanakan putusan ini.

• Menolak permohonan Pemohon untuk keseluruhannya terhadap Dapil SumateraII, Dapil Provinsi Riau II, Dapil Nangroe Aceh Darusalam 1, Dapil Provinsi Maluku

235-614.indd 503 9/24/10 11:09:33 AM

Page 526: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

504 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

5, Dapil Kota Makasar 1, Dapil Kota Makasar 2, Dapil Kota Makasar 3, Dapil Kota Makasar 4, Dapil Kabupaten Jepara 3, Dapil Kota Lhokseumawe 2, Dapil Kabupaten Serdang Bedagai 1, Dapil Kabupaten Kerawang 4, Dapil Kabupaten Tanggamus 3, Dapil Kabupaten Bangkalan 2, Dapil Kabupaten Sumenep 5, Dapil Kota Gorontalo 2, Dapil Kota Batam 2, Dapil Kabupaten Pekalongan 4, dan Dapil Kabupaten Rejang Lebong 2.

235-614.indd 504 9/24/10 11:09:33 AM

Page 527: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

505Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 82/PHPU.C-VII/2009

TENTANGKEBERATAN PARTAI REPUBLIKA NUSANTARA TERHADAP PENETAPAN HASIL PEMILU ANGGOTA DPRD PROVINSI

DAN ANGGOTA DPRD KABUPATEN/KOTA

Pemohon : 1. Letjen (Purn) Syahrir Ms.,S.E.; 2. Drs. Yus Sudarso, S.H.,M.H.,M.M.

Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan

DPRD.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor

255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei Tahun 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 di daerah pemilihan (Dapil) Halmahera Utara 4, Dapil Maluku I (Kota Ambon), dan Dapil Nias Selatan.

Amar Putusan : Putusan Sela (I): Memerintahkan Komisi Pemilihan Umum untuk melaksanakan

pemungutan suara ulang di Kabupaten Nias Selatan. Putusan (II): Menyatakan permohonan Pemohon ditolak untuk seluruhnya. Putusan Akhir (III): - Menetapkan perolehan suara yang benar untuk partai politik

peserta Pemilihan Umum Calon Anggota Dewan Perwakilan Rakyat pada Kabupaten Nias Selatan;

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

235-614.indd 505 9/24/10 11:09:33 AM

Page 528: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

506 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

- Menetapkan perolehan suara yang benar untuk partai politik peserta Pemilihan Umum Calon Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi;

- Menetapkan perolehan suara yang benar untuk partai politik peserta Pemilihan Umum Calon Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Nias Selatan.

Tanggal Putusan : Putusan Sela (I) : Selasa, 9 Juni 2009. Putusan (II) : Rabu, 17 Juni 2009. Putusan Akhir (III) : Selasa, 1 September 2009.Ikhtisar Putusan :

Pemohon bernama Letjen (Purn) Syahrir Ms.,S.E. dan Drs. Yus Sudarso, S.H.,M.H.,M.M adalah Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal Presidium Partai Republika Nusantara. Pemohon keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 (Keputusan KPU 255/2009) di Dapil Halmahera Utara 4, Dapil Maluku I (Kota Ambon), dan Dapil Nias Selatan.

Menyangkut kewenangan Mahkamah, Pasal 24C ayat (1) UUD 1945, Pasal 10 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) juncto Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman menyatakan bahwa salah satu kewenangan Mahkamah adalah memutus perselisihan hasil pemilihan umum.

Oleh karena permohonan Pemohon adalah keberatan atas penghitungan suara hasil Pemilu Anggota DPR dan DPRD yang ditetapkan secara nasional oleh KPU berdasarkan Keputusan KPU 255/2009, maka Mahkamah berwenang memeriksa, mengadili dan memutus permohonan Pemohon.

Berkaitan dengan kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, berdasarkan ketentuan Pasal 74 ayat (1) dan ayat (2) UU MK juncto Pasal 258 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (UU 10/2008), serta Pasal 3 ayat (1) Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (PMK 16/2009) Mahkamah mempertimbangkan sebagai berikut.- Pemohon adalah Partai Politik Peserta Pemilu berdasarkan Keputusan Komisi Pemilihan

Umum Nomor 149/SK/KPU/Tahun 2008 tanggal 9 Juli 2008 tentang Penetapan dan Pengundian Nomor Urut Partai Politik Peserta Pemilihan Umum Tahun 2009.

235-614.indd 506 9/24/10 11:09:33 AM

Page 529: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

507Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

- Permohonan yang diajukan Pemohon adalah perselisihan Penetapan Hasil Pemilihan Umum yang dilakukan secara nasional oleh KPU berdasarkan Keputusan KPU 255/2009.

- Keberatan Pemohon dikarenakan Termohon (yakni KPU) salah menetapkan perolehan suara Pemohon yakni untuk DPRD Kabupaten di Dapil Halmahera Utara 4 dan DPRD Provinsi Maluku di Dapil Maluku I (Kota Ambon).

- Berdasarkan hal-hal tersebut, Mahkamah berpendapat bahwa Pemohon telah memenuhi syarat kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan tersebut.Menyangkut tenggang waktu pengajuan permohonan bahwa Keputusan KPU

255/2009 diumumkan pada tanggal 9 Mei 2009 pukul 23.50 WIB, sedangkan permohonan perselisihan hasil pemilihan umum diajukan ke Mahkamah pada hari Selasa tanggal 12 Mei 2009 pukul 22.10 WIB. Ketentuan Pasal 74 ayat (3) UU MK juncto Pasal 259 ayat (2) UU 10/2008, dan Pasal 6 ayat (1) PMK 16/2009 menentukan bahwa permohonan hanya dapat diajukan dalam jangka waktu paling lambat 3 X 24 (tiga kali dua puluh empat) jam sejak KPU mengumumkan penetapan hasil pemilihan umum secara nasional. Dengan demikian, pengajuan permohonan Pemohon masih dalam tenggang waktu yang ditentukan.

Dalam pokok permohonannya, Pemohon mendalilkan keberatan terhadap hasil Pemilu sebagai berikut. 1. Dapil Halmahera Utara 4 untuk DPRD Kabupaten Halmahera Pemohon mendalilkan terjadinya salah penghitungan pada tingkat Kecamatan

sehingga terjadi penghilangan suara terhadap Partai Republika Nusantara dari 1.115 suara menjadi 1.025 suara, dan terjadi penambahan suara terhadap Partai Karya Peduli Bangsa dari 1.079 suara menjadi 1.116 suara. Hal ini mengakibatkan Pemohon kehilangan perolehan kursi pada DPRD Kabupaten Halmahera Utara. Pemohon mengklaim dapat membuktikan adanya kesalahan penghitungan pada tingkat kecamatan yang merugikan perolehan suara Partai Republika Nusantara.

Setelah meneliti bukti surat utama Pemohon, Mahkamah menemukan bahwa bukti tersebut bukanlah bukti yang sah menurut hukum karena itu bukti a quo dikualifikasisebagai bukti yang cacat hukum, outentisitasnya tidak dapat diterima, lebih dari itu bukti tersebut bukanlah formulir standar yang digunakan untuk melakukan rekapitulasi di tingkat kabupaten. Selain itu tidak ada kolom tanda tangan dan tidak ada kode formulir di pojok kanan atas seperti layaknya Formulir Lampiran DB-1 DPRD Kabupaten/ Kota yang sepantasnya digunakan sebagai dasar penghitungan di tingkat kabupaten sesuai dengan lampiran Peraturan KPU Nomor 46 Tahun 2008 tentang Pedoman Teknis Pelaksanaan Rekapitulasi Penghitungan hasil Perolehan Suara di Kecamatan, Kabupaten/Kota dan Provinsi serta Tingkat Nasional dalam Pemilihan Umum Anggota Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Derah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota

235-614.indd 507 9/24/10 11:09:33 AM

Page 530: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

508 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Tahun 2009, karena itu Pemohon tidak dapat membuktikan dalilnya dan harus dikesampingkan.

2. Dapil Maluku I (Kota Ambon) untuk DPRD Provinsi Maluku Pemohon mendalilkan telah terjadi penghilangan suara secara bertingkat terhadap

Partai Republika Nusantara, dari rekapitulasi tingkat Kota, tingkat Provinsi hingga rekapitulasi tingkat nasional. Penghilangan suara sebanyak 5.248 suara ini mengakibatkan kerugian pada tingkat perolehan suara Partai Republika Nusantara pada DPRD Provinsi Maluku. Pemohon mengklaim dapat membuktikan adanya pelanggaran-pelanggaran dari Termohon ketika melaksanakan rekapitulasi yang mengakibatkan hilangnya perolehan suara Pemohon.

Mahkamah berpendapat bahwa setelah membandingkan bukti-bukti Pemohon dan bukti-bukti Termohon yang berupa Formulir C-1 dan rekapitulasi DA, ditemukan bahwa terdapat kretidaksesuaian angka-angka pada bukti Pemohon antara berita acara dan Lampiran C-1 dari sebagian besar TPS, dan setelah dibandingkan bukti-bukti Termohon yang juga berupa berita acara dan Lampiran C-1, bukti-bukti Termohon lebih sesuai dan akurat sehingga menunjukkan bukti-bukti Pemohon tidak dapat dianggap menunjukkan angka-angka yang sah, selain itu bukti surat dari Termohon juga menunjukkan bahwa saksi Pemohon dalam beberapa tingkatan rekapitulasi tidak mengajukan keberatan, bahkan menandatangani pernyataan menerima hasil rekapitulasi KPU.Selain mempermasalahkan kedua Dapil di atas, Pemohon juga mempermasalahkan

hasil penghitungan perolehan suara di Kabupaten Nias Selatan yang menurut Pemohon banyak terjadi Kecurangan. Adapun menurut Pemohon, Partai Republika Nusantara pada Dapil 1 seharusnya memperoleh 3.067 suara, namun tertulis 1.050 suara.

Berdasarkan pertimbangan di atas, Mahkamah berpendapat bahwa dalil-dalil Pemohon tidak terbukti menurut hukum. Oleh karena itu, amar putusan Mahkamah menyatakan permohonan Pemohon ditolak untuk seluruhnya.

Terkait dengan permasalahan di Kabupaten Nias Selatan, Mahkamah mengeluarkan Putusan Sela bertanggal 9 Juni 2009 yang pada amarnya memerintahkan Komisi Pemilihan Umum untuk melaksanakan pemungutan suara ulang di Kabupaten Nias Selatan paling lambat 90 hari terhitung sejak putusan ini diucapkan, dan memerintahkan kepada Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Nias Selatan untuk melaporkan penetapan hasil pemungutan suara ulang tersebut kepada Mahkamah Konstitusi.

Termohon telah melaksanakan Putusan Sela Nomor 28-65-70-82-84-89/PHPU.C-VII/2009 dengan melakukan pemungutan suara ulang pada tanggal 22 Juli 2009. Hal ini termuat dalam Surat Komisi Pemilihan Umum Nomor 1383/KPU/VIII/2009 bertanggal 25 Agustus 2009 perihal Laporan Hasil Pelaksanaan Putusan Mahkamah Konstitusi atas Perselisihan Hasil Pemilihan Umum, dan Surat Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara Nomor 270-3573/KPU-54 bertanggal 1 Agustus 2009 perihal

235-614.indd 508 9/24/10 11:09:33 AM

Page 531: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

509Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

Penyampaian Hasil Pemungutan Suara Ulang DPR RI, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten Nias Selatan.

Sehubungan dengan pelaksanaan putusan sela tersebut, Mahkamah menetapkan perolehan suara Partai Republika Nusantara adalah sebagai berikut.• HasilperolehansuaraDPRRIpadaKabupatenNiasSelatanDapilSumateraUtara

II sebesar 1.368 suara.• HasilperolehansuaraDPRDProvinsipadaKabupatenNiasSelatanDapilSumatera

Utara 7 sebesar 5.564 suara.• Hasil perolehan suara DPRD Kabupaten pada Kabupaten Nias Selatan di Dapil

1 sebesar 1.004 suara, Dapil 2 sebesar 45 suara, Dapil 3 sebesar 75 suara, dan Dapil 4 sebesar 1.051 suara, sehingga seluruhnya berjumlah 2.175 suara.Penetapan perolehan suara Partai Republika Nusantara tersebut ditetapkan oleh

Mahkamah dalam Putusan Akhir Nomor 28-65-70-82-84-89/PHPU.C-VII/2009 pada tanggal 1 September 2009. Dengan adanya penetapan perolehan suara tersebut, Mahkamah Konstitusi memerintahkan KPU Provinsi Sumatera Utara dan KPU Kabupaten Nias Selatan untuk melaksanakan Putusan Mahkamah Konstitusi ini.

235-614.indd 509 9/24/10 11:09:33 AM

Page 532: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

510 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

235-614.indd 510 9/24/10 11:09:33 AM

Page 533: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

511Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 83/PHPU.C-VII/2009

TENTANGKEBERATAN PARTAI BARISAN NASIONAL TERHADAP PENETAPAN HASIL

PEMILU ANGGOTA DPRD PROVINSI DAN ANGGOTA DPRD KABUPATEN

Pemohon : 1. Vence Rumangkang; 2. Drs. H. Dadang Garnida M.B.A.Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan

DPRD.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor

255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 di daerah pemilihan (Dapil) Wajo 1, Dapil Mojokerto 3, Dapil Deli Serdang 3, Dapil Bener Meriah 1, Dapil Empat Lawang 4, Dapil Sumatera Selatan 1, Dapil Kepulauan Sula 3, dan Dapil Tanjung Jabung Barat 1, dan Dapil Wakatobi 2.

Amar Putusan : Dalam Eksepsi Menyatakan Eksepsi Termohon dan Turut Termohon tidak dapat

diterima. Dalam Pokok Permohonan Mengabulkan permohonan Pemohon sepanjang mengenai suara

Pemohon di Desa Jamur Ujung, Daerah Pemilihan Kabupaten Bener Meriah 1, Provinsi Naggroe Aceh Darussalam dan suara Pemohon di Daerah Pemilihan Kabupaten Wakatobi 2, Provinsi Sulawesi Tenggara.

Tanggal Putusan : Selasa, 16 Juni 2009.

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

235-614.indd 511 9/24/10 11:09:33 AM

Page 534: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

512 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Ikhtisar Putusan :Pemohon adalah Vence Rumangkang dan Drs. H. Dadang Garnida M.B.A. selaku

Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Partai Barisan Nasional. Pemohon ialah peserta pemilihan umum calon anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Nomor Urut 6.

Pemohon keberatan terhadap Penetapan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN 2009 bertanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota Secara Nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 yang meliputi.1. Dapil Wajo 1, Provinsi Sulawesi Selatan Pemohon mendalilkan bahwa perolehan suara Partai Barisan Nasional di Kecamatan

Tempe seharusnya 443 (sesuai rekapitulasi pertama), bukan 412 (sesuai rekapitulasi kedua) sebagaimana telah ditetapkan oleh KPU Kabupaten Wajo. Sehingga jumlah perolehan suara untuk Partai Barisan Nasional di Dapil Wajo 1 sebanyak 1.037, bukan 2.006.

Turut Termohon menyatakan bahwa Hasil Rekapitulasi Penghitungan Suara Tingkat Kabupaten Wajo sebagaimana dituangkan dalam Formulir Model DB beserta lampirannya (Bukti TT-9) adalah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan harus dinyatakan sah secara hukum.

Pihak Terkait, Partai Keadilan Sejahtera, menyatakan bahwa Permohonan yang diajukan oleh Pemohon adalah keliru dan tidak berdasarkan hukum sama sekali.

Mahkamah berpendapat bahwa bukti yang diajukan Pemohon berupa Formulir C-1 diragukan validitasnya, karena pada Formulir C-1 untuk TPS 3 tidak dilengkapi dengan tanda tangan KPPS dan saksi-saksi, serta Formulir C-1 untuk TPS 4 tidak dilengkapi dengan jumlah perolehan suara. Sebaliknya Termohon mengajukan bukti yang meyakinkan berupa Formulir C-1 yang dilengkapi tanda tangan KPPS dan saksi-saksi, serta menunjukkan jumlah perolehan suara partai maka Mahkamah memandang bukti Turut Termohon adalah benar dan sah, sedangkan bukti Pemohon tidak benar dan harus dikesampingkan.

2. Dapil Mojokerto 3, Provinsi Jawa Timur Pemohon mendalilkan bahwa penggelembungan suara Partai Gerakan Indonesia

Raya, Partai Keadilan Sejahtera, dan Partai Golongan Karya di Kecamatan Gondang dan Jatirejo yang mengakibatkan Pemohon tidak memperoleh kursi di Dapil Mojokerto 3, pelanggaran Pemilu yang dilakukan oleh Sdr. Wiwid Hariyono, Caleg Dapil Mojokerto 3 dari PKS, yaitu kampanye dengan menggunakan fasilitas negara demi kepentingan PKS dengan melakukan Pemotongan Dana Program Keluarga Harapan (PKH) sebesar Rp. 5.000 per Rp. 100.000,-, dan caleg Hj. Sakdiyah yang tidak melengkapi Surat Pengunduran Diri sebagai Kaur Umum Desa Tawar Kecamatan Gondang ketika pendaftaran.

235-614.indd 512 9/24/10 11:09:33 AM

Page 535: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

513Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

Mahkamah berpendapat bahwa sepanjang mengenai dugaan money politic dan perangkat desa yang menjadi caleg, bukan merupakan kewenangan Mahkamah. Selanjutnya mengenai bukti yang diajukan Pemohon berupa Formulir C-1 diragukan validitasnya, karena pada Formulir C-1 sebagian besar tidak ada suara sah seluruh partai politik, jumlah perolehan suara sah seluruh partai politik tidak sama dengan jumlah suara sah calon anggota DPRD Kabupaten/Kota di beberapa TPS, dan di TPS 2 Desa Gondang, Pemohon tidak memberikan bukti Formulir C-1. Sebaliknya, Turut Termohon mengajukan bukti yang meyakinkan berupa Formulir C-1 yang lengkap untuk seluruh TPS di Desa Pohjejer dan Desa Gondang serta menunjukkan jumlah perolehan suara sah seluruh partai politik sama dengan jumlah suara sah calon anggota DPRD Kabupaten/Kota di TPS tersebut maka Mahkamah memandang bukti Turut Termohon adalah benar dan sah, sedangkan bukti Pemohon tidak benar dan harus dikesampingkan.

3. Dapil Deli Serdang 3, Provinsi Sumatera Utara Pemohon mendalilkan bahwa penggelembungan suara Partai Bintang Reformasi

sebanyak 229 suara di Desa Mesjid, Desa Tumpatan Nibung, dan Desa Tanjung Sari yang mengakibatkan Pemohon tidak memperoleh kursi di Dapil Kabupaten Deli Serdang 3.

Termohon dan Turut Termohon membantah dalil Pemohon dengan mengemukakan bukti surat berupa Model C1 DPRD Kabupaten/Kota, Model DA-1, dan Model DA-B.

Mahkamah berpendapat bahwa dalil Pemohon yang menyatakan terdapat penggelembungan suara sebesar 229 untuk PBR tidak terbukti menurut hukum karena ternyata selisih suara antara Model C-1 Pemohon dengan Model C-1 Turut Termohon sebanyak 80 suara. Di samping itu, Mahkamah mencermati bukti surat C-1 Pemohon ada coretan atas suara caleg sehingga otentisitasnya tidak valid menurut hukum, karenanya dalil Pemohon a quo harus dikesampingkan.

4. Dapil Bener Meriah 1, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Pemohon mendalilkan bahwa penggelembungan suara untuk partai Golkar sebanyak

22 suara di tiga desa, yaitu Desa Pante Raya, Desa Jamur Ujung, dan Desa Bener Mulie, serta penggembosan suara untuk Partai Barnas sebanyak 2 suara di Desa Jamur Ujung.

Mahkamah berpendapat bahwa dalil Pemohon terkait dengan penggelembungan suara partai Golkar tidak terbukti menurut hukum karena bukti Formulir C-1 Pemohon tidak lengkap yaitu tidak ada lembar awal sehingga tidak diketahui TPS mana, Desa/Kelurahan mana, serta perolehan suara partai politik tercoret-coret sehingga Mahkamah sukar memastikan perolehan suara masing-masing partai politik di TPS-TPS mana terjadi penggelembungan suara PBR sedangkan suara Pemohon sebanyak 2 suara di TPS 1 Desa Jamur Ujung terbukti secara sah dan

235-614.indd 513 9/24/10 11:09:33 AM

Page 536: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

514 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

meyakinkan, namun tidak mempengaruhi perolehan kursi Anggota DPRD Kabupaten/Kota di Kabupaten Bener Meriah 1, sehingga jumlah perolehan suara Pemohon yang benar di Kabupaten Bener Meriah adalah 772 suara, bukan 770 suara.

5. Dapil Empat Lawang 4, Provinsi Sumatera Selatan Pemohon mendalilkan terjadi penggelembungan suara sebesar 21 suara untuk

PKPI. Mahkamah berpendapat bahwa penggelembungan suara sebesar 21 suara untuk

PKPI tidak terbukti menurut hukum karena kenyataannya terdapat selisih 149 suara untuk PKPI dan bukti surat Pemohon ialah merupakan laporan tertulis internal saksi-saksi Pemohon dan bukan Formulir C-1, selain itu pula bukti-bukti surat dalam lampiran hanyalah berupa surat pernyataan saksi di KPPS. Dengan tidak terbuktinya dalil-dalil Pemohon, permohonan Pemohon a quo harus dikesampingkan.

6. Dapil Sumatera Selatan 1, Provinsi Sumatera Selatan Pemohon keberatan terhadap perubahan lampiran Surat Keputusan KPU Nomor

159/SK/KPU/2008 tentang Penetapan Daerah Pemilihan, Jumlah Penduduk, dan Jumlah Kursi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota Pemilihan Umum 2009 untuk wilayah Provinsi Sumatera Selatan 1 yang meliputi Kota Palembang.

Mahkamah berpendapat bahwa penetapan Daerah Pemilihan, Jumlah Penduduk, dan Jumlah Kursi Anggota DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota bukan kewenangan Mahkamah untuk memutuskan sehingga permohonan Pemohon a quo tidak berdasar dan tidak beralasan hukum karenanya harus dikesampingkan.

7. Dapil Kepulauan Sula 3, Provinsi Maluku Utara Pemohon mendalilkan bahwa terdapat pemilih ganda sebanyak 707 dan pemilih

yang mencontreng lebih dari satu kali sebanyak 334 di Dapil Kabupaten Sula 3 pada 5 desa yaitu Desa Mbono Bua, Mananga, Sir Bulan, Nunca, dan Natang Kuning.

Mahkamah berpendapat bahwa masalah pemilih ganda sebanyak 707 orang dan pencontreng lebih dari satu kali sebanyak 334 orang tidak berdasar dan beralasan hukum selain karena jumlah yang didalilkan Pemohon tidak sesuai dengan jumlah DPT yang diajukan dalam bukti Pemohon, pencontreng lebih dari satu kali adalah masalah-masalah yang termasuk ranah Panwas dan KPU untuk menyelesaikan dan memperbaiki serta untuk memproses sesuai tingkat pelanggarannya, karenanya dalil-dalil Pemohon a quo harus dikesampingkan.

8. Dapil Tanjung Jabung Barat 1, Provinsi Jambi Pemohon mendalilkan bahwa surat suara yang ada titik merah dari percetakan yang

di TPS 9 dan TPS 31 Kelurahan Tungkal Ilir dianggap sebagai surat suara tidak sah sebanyak 182 surat suara yang menurut Pemohon adalah suara Pemohon.

235-614.indd 514 9/24/10 11:09:33 AM

Page 537: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

515Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

Turut Termohon dalam jawabannya menyatakan permohonan Pemohon kadaluarsa.

Mahkamah berpendapat permohonan Pemohon tentang Kabupaten Tanjung Jabung Barat dapat diterima karena diajukan sejak awal namun permohonan terpencar dalam arti tidak menjadi satu-kesatuan dalam permohonan awal melainkan menjadi satu bagian dalam bukti-bukti surat. Terhadap dalil Pemohon yang menyatakan sebanyak 182 surat suara yang dianggap tidak sah (terdapat titik merah) tersebut merupakan suara Pemohon, Mahkamah berpendapat bahwa dalil Pemohon a quo tidak berdasar dantidakberalasanhukumkarenaPemohontidakdapatmembuktikansecaraspesifikberapa jumlah suara Pemohon sebenarnya, karenanya harus dikesampingkan.

9. Dapil Wakatobi 2, Provinsi Sulawesi Tenggara Pemohon mendalilkan bahwa hilangnya suara Pemohon pada tingkat Rekapitulasi

Pleno Kabupaten Wakatobi sebanyak 273 suara. Mahkamah berpendapat dalil Pemohon berdasar dan beralasan hukum karena dari

Model DA-1 DPRD Kecamatan Keledupa Selatan tertulis perolehan suara Pemohon sebanyak 699 suara, sedangkan dalam Model DB-1 DPRD Kabupaten/Kota Wakatobi tercantum 426 suara, selisih 273 suara, karenanya dalil-dalil Pemohon terbukti secara sah dan meyakinkan sehingga perolehan suara Pemohon yang benar 832 suara.Berdasarkan pendapat sebagaimana tersebut di atas, Mahkamah dalam amar

putusan menyatakan.Dalam Eksepsi:Menyatakan Eksepsi Termohon dan Turut Termohon tidak dapat diterima.Dalam Pokok Permohonan:- Mengabulkan permohonan Pemohon sepanjang mengenai suara Pemohon di Desa

Jamur Ujung, Dapil Bener Meriah 1, Provinsi Naggroe Aceh Darussalam dan suara Pemohon di Dapil Wakatobi 2, Provinsi Sulawesi Tenggara.

- Menyatakan batal Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota Secara Nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 sepanjang mengenai perolehan suara Pemohon di Dapil Bener Meriah 1, Provinsi Naggroe Aceh Darussalam dan suara Pemohon di Dapil Wakatobi 2, Provinsi Sulawesi Tenggara.

- Menyatakan bahwa perolehan suara yang benar untuk Pemohon di Dapil Bener Meriah 1, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam sebanyak 772 suara dan di Dapil Wakatobi 2, Provinsi Sulawesi Tenggara sebanyak 832 suara.

- Memerintahkan Komisi Pemilihan Umum untuk melaksanakan putusan ini.

235-614.indd 515 9/24/10 11:09:33 AM

Page 538: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

516 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

- Menolak permohonan Pemohon untuk selain dan selebihnya.- Menyatakan menolak permohonan Pemohon untuk Dapil Wajo 1, Provinsi Sulawesi

Selatan; Dapil Mojokerto 3, Provinsi Jawa Timur; Dapil Deli Serdang 3, Provinsi Sumatera Utara; Dapil Bener Meriah 1, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam sepanjang mengenai penggelembungan suara Partai Golkar; Dapil Empat Lawang 4, Provinsi Sumatera Selatan; Dapil Sumatera Selatan 1, Provinsi Sumatera Selatan; Dapil Kepulauan Sula 3, Provinsi Maluku Utara; dan Dapil Tanjung Jabung Barat 1, Provinsi Jambi.

235-614.indd 516 9/24/10 11:09:33 AM

Page 539: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

517Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 84/PHPU.C-VII/2009

TENTANG KEBERATAN PARTAI HATI NURANI RAKYAT TERHADAP PENETAPAN HASIL

PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPRD PROVINSI, DAN DPRD KABUPATEN/KOTA

Pemohon : 1. H. Wiranto; 2. H. Yus Usman Sumanegara, S.E.,M.M.,M.B.A.Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Calon Anggota DPR, DPD

dan DPRD Tahun 2009.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor

255/Kpts/KPU/TAHUN 2009 tentang Ketetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota Secara Nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 di Daerah Pemilihan Maluku Utara II, Jawa Timur V, Sumatera Barat II, Sumatera Utara XI, Sulawesi Selatan I, Kabupaten Aceh Tenggara I, Kabupaten Batang Hari 3, Kabupaten Tanah Laut 1, Kota Padang 1, Kabupaten Kuningan III, Kabupaten Blitar II, III, dan IV, Kabupaten Banjarmasin Barat II, Kota Kendari 1, Kabupaten Kantingan 1, Kabupaten Lampung Timur 6, Kota Makassar 1, Kabupaten Lubuk Linggau 2, Kabupaten Sumenep 7, Kabupaten Sukabumi 6, Kota Bandar Lampung 2, Kabupaten Banggai Kepulauan, Kota Jayapura, Kota Banjarmasin 2, Kabupaten Muna 2, Provinsi Lampung II, dan Sulawesi Utara 5.

Amar Putusan : Putusan (I) : Dalam Eksepsi Menolak eksepsi Termohon, Turut Termohon, dan Pihak

Terkait.

235-614.indd 517 9/24/10 11:09:33 AM

Page 540: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

518 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Dalam Pokok Permohonan Mengabulkan permohonan Pemohon untuk sebagian. Putusan (II) : Dalam Eksepsi Menolak eksepsi Termohon dan Turut Termohon. Dalam Pokok Permohonan - Memerintahkan kepada KPU dan KPU Kabupaten Tulang

Bawang untuk melakukan penghitungan ulang perolehan suara partai-partai Pemilu Tahun 2009 untuk DPR RI di 26 kecamatan pada Kabupaten Tulang Bawang;

- Menolak permohonan Pemohon untuk Daerah Pemilihan Sulawesi Utara 5.

Putusan Akhir (III): Menetapkan suara yang benar untuk pemilihan umum untuk Calon

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat di 26 Kecamatan Kabupaten Tulang Bawang Provinsi Lampung.

Putusan Pelaksanaan Putusan Sela Kabupaten Nias Selatan (IV):

- Menetapkan perolehan suara yang benar untuk partai politik peserta Pemilihan Umum Calon Anggota Dewan Perwakilan Rakyat pada Kabupaten Nias Selatan;

- Menetapkan perolehan suara yang benar untuk partai politik peserta Pemilihan Umum Calon Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi;

- Menetapkan perolehan suara yang benar untuk partai politik peserta Pemilihan Umum Calon Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Nias Selatan.

Tanggal Putusan : Putusan (I) : Senin, 22 Juni 2009 Putusan (II) : Rabu, 24 Juni 2009 Putusan Akhir (III) : Selasa, 1 September 2009 Putusan Pelaksanaan Putusan Sela Kabupaten Nias Selatan (IV) : Selasa, 1 September 2009Ikhtisar Putusan :

Pemohon adalah Dewan Pimpinan Pusat Partai Hati Nurani Rakyat yang diwakili oleh H.Wiranto dan H. Yus Usman Sumanegara, S.E.,M.M.,M.B.A masing-masing sebagai Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Partai Hati Nurani Rakyat (HANURA) mengajukan permohonan keberatan atas Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/

235-614.indd 518 9/24/10 11:09:33 AM

Page 541: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

519Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

KPU/TAHUN 2009 sepanjang terkait penetapan suara Partai HANURA di beberapa Daerah Pemilihan yang akan diuraikan selanjutnya.

Sebelum memasuki pokok perkara, Mahkamah mempertimbangkan kewenangan Mahkamah dalam memeriksa perkara a quo. Berdasarkan Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 dan Pasal 10 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) juncto Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, salah satu kewenangan Mahkamah adalah memutus tentang Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU). Dalam Pasal 74 ayat (2) UU MK junctis Pasal 258 UU Nomor 10 Tahun 2008 dan Pasal 5 huruf b PMK Nomor 16 Tahun 2009 ditegaskan bahwa salah satu objek PHPU adalah penetapan perolehan suara hasil Pemilu yang telah diumumkan secara nasional oleh KPU yang memengaruhi perolehan kursi partai politik peserta Pemilu di suatu daerah pemilihan.

Mengenai kedudukan hukum (legal standing), Mahkamah menilai Pemohon memilikinya berdasar ketentuan UU MK Pasal 74 ayat (1) dan ayat (2) juncto UU Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilu Pasal 258 ayat (1) dan PMK Nomor 16 Tahun 2009 Pasal 5 huruf b.

Permohonan Pemohon diserahkan kepada Kepaniteraan Mahkamah pada Selasa tanggal 12 Mei 2009 pukul 22.00, sebelum berakhirnya tenggang waktu tanggal 12 Mei 2009 pukul 23.50 WIB. Dengan demikian Mahkamah akan mempertimbangkan lebih lanjut permohonan tersebut.

Pemohon mendalilkan Keputusan KPU a quo adalah salah dan merugikan Pemohon sebagai berikut.1. Dapil Maluku Utara II, Kabupaten Halmahera Barat Provinsi Maluku Utara Pemohon mendalilkan kehilangan suara sebesar 5.538 suara akibat dilakukannya

rekapitulasi ulang yang dilakukan oleh Turut Termohon, karena pada proses rekapitulasi penghitungan pertama Caleg Pemohon memperoleh 16.126 suara sedangkan pada rekapitulasi ulang, Caleg Pemohon hanya memperoleh 10.558 suara.

Turut Termohon dan Pihak Terkait membantah dalil-dalil Pemohon terkait perolehan suara Caleg Pemohon hasil rekapitulasi ulang. Berdasarkan rekapitulasi Turut Termohon dan Pihak Terkait, Caleg Pemohon hanya memperoleh 10.588 suara dengan total perolehan suara Caleg Pemohon beserta Partai sejumlah 12.712 suara dan bukan 16.126 suara.

Dari fakta pemeriksaan di persidangan, bukti-bukti yang disampaikan oleh Pemohon, Turut Termohon dan Pihak Terkait, Mahkamah menilai bahwa bukti-bukti Pemohon lemah dalam mendalilkan permohonannya, sebaliknya bukti-bukti yang diajukan oleh Turut Termohon dan Pihak Terkait lebih valid dan beralasan hukum karena memuat data yang lebih terperinci hingga ke tingkat kecamatan sebagai dasar

235-614.indd 519 9/24/10 11:09:33 AM

Page 542: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

520 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

rekapitulasi di tingkat kabupaten. Berdasar atas fakta dan hukum tersebut di atas, maka permohonan Pemohon harus dinyatakan ditolak.

2. Dapil Jawa Timur V (DPR RI) Pemohon mendalilkan kehilangan suara pada Dapil VI Jawa Timur. Dalam hal ini,

menurut Mahkamah, permohonan Pemohonan kabur (obscuur libel) karena Pemohon mendalilkan kehilangan suara tetapi Pemohon tidak menjelaskan jumlah suara dan tempat asal suara yang diklaim hilang. Di samping itu permohonan serta alat bukti surat Pemohon tidak jelas, karena dimasukkan dalam gabungan alat bukti tertulis di Dapil Blitar 2, 3, dan 4 untuk DPRD Kabupaten/Kota, sehingga Mahkamah tidak dapat menemukan bukti a quo. Dengan demikian, permohonan Pemohon tidak dapat diterima.

3. Dapil Sumatera Barat II Pemohon mendalilkan telah kehilangan suara sejumlah 112 suara di PPS VI, PPS

VII, PPS XIII, dan PPS IX Kecamatan Lunang Silaut Daerah Pemilihan Sumatera Barat II dengan mendasarkan pada bukti Formulir C-1.

Mahkamah memberikan penilaian atas fakta-fakta hukum yang dikemukakan oleh Pemohon dan Turut: − padaPPSVITPS I,Pemohonmengklaimmemperoleh13 suara tetapiTurut

Termohon dapat menunjukkan bukti balik dengan menggunakan formulir asli bahwa perolehan suara Pemohon hanya 9 suara;

− padaPPSXIIITalangsari,Pemohonmengklaimmemperoleh21suaratetapipadabukti C-1 yang diajukan Pemohon terdapat sisipan angka 2 di depan angka 1;

− padabukti-buktiyangdiajukanolehPemohonterdapatbanyakcoretansehinggatidak dapat diterima sebagai bukti yang sah.

Berdasarkan fakta hukum tersebut di atas Mahkamah menilai bahwa bukti-bukti yang diajukan Pemohon lemah dan tidak berdasarkan hukum, oleh karenanya permohonan Pemohon harus ditolak.

4. Dapil Sumatera Utara XI Pemohon mendalilkan adanya pengurangan suara di 2 kecamatan yaitu pada

Kecamatan Binjai Timur sebanyak 694 suara dan Kecamatan Binjai Utara sebanyak 625 suara.

Mahkamah menemukan fakta bahwa telah terjadinya pengurangan suara pada dua kecamatan dengan jumlah 1362 suara dan pengurangan suara a quo didasarkan pada bukti surat Formulir C1 dan Formulir DA-1. Mahkamah menilai bahwa :a. pada bukti Turut Termohon (TT-4) hanya terdapat 99 suara sah dari 215 suara di

TPS-2 Kelurahan Dataran Tinggi, Kecamatan Binjai Timur, Kabupaten Binjai;b. perolehan suara pada 2 kecamatan Binjai Timur dan Kecamatan Binjai Utara

diperoleh suara total 2.681 suara;

235-614.indd 520 9/24/10 11:09:34 AM

Page 543: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

521Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

c. pada butir a diatas ternyata perubahan suara Pemohon hanya sejumlah 779 suara bukan 852 suara. Karena bukti Pemohon Model DA-1 kurang valid.

Berdasarkan penilaian tersebut, Mahkamah tidak dapat menerima dalil-dalil a quo karena bukti-bukti Pemohon kurang valid, sehingga bukti a quo tidak beralasan, karenanya harus dikesampingkan.

5. Dapil Sulawesi Selatan I Pemohon mendalilkan telah terjadi penggelembungan suara untuk Partai Golongan

Karya di Kabupaten Gowa, Kabupaten Takalar dan Kabupaten Jeneponto. Berdasarkan bukti-bukti surat Pemohon Model C1, Model DA-B, nilai data angka perolehan suara Pemohon berjumlah 13.012 suara untuk Kabupaten Gowa, 5.433 suara untuk Kabupaten Takalar, dan 4.206 suara untuk Kabupaten Jeneponto. Sedangkan suara Partai Golkar yang benar berjumlah 65.587 suara untuk Kabupaten Gowa, 32.032 suara untuk Kabupaten Takalar, dan 29.385 suara untuk Kabupaten Jeneponto, sehingga perolehan suara Pemohon yang benar di tiga kabupaten a quo berjumlah 22.661 suara.

Pada saat dilakukan pemeriksaan di persidangan, Turut Termohon tidak hadir di persidangan untuk mengajukan bukti lawan (tegen bewijs). Namun pada saat Mahkamah mengambil sampel untuk menilai bukti-bukti yang diajukan oleh Pemohon, ternyata bukti yang diajukan oleh Pemohon adalah benar. Mahkamah secara mendalam melakukan penghitungan kembali berdasarkan bukti-bukti yang diajukan Pemohon, kemudian menetapkan perolehan suara sesuai dengan hasil penghitungan Mahkamah.

Dari hasil penghitungan Mahkamah terbukti adanya penggelembungan yang dilakukan untuk Partai Golkar sebesar 3.302 suara berdasarkan Formulir C1 dan Model DA-B. Dengan terbuktinya telah terjadinya penggelembungan suara untuk Partai Golkar, maka apa yang didalilkan oleh Pemohon berdasar dan beralasan hukum untuk dikabulkan.

6. Dapil Kabupaten Aceh Tenggara I Pemohon mendalilkan telah kehilangan suara sejumlah 1.105 suara yang akan

berpengaruh pada perolehan kursi DPRD Kabupeten Aceh Tenggara. Setelah mencermati dan meneliti atas fakta-fakta hukum, Mahkamah berpendapat

bahwa perolehan suara Pemohon di Kecamatan Deleng Pokhison yang benar adalah 298 suara, bukan berjumlah 254 suara sebagaimana bukti yang disampaikan Pemohon ataupun klaim yang didalilkan Pemohon sejumlah 778 suara. Sedangkan untuk Kecamatan Lw Bulan, dalil-dalil yang dikemukakan oleh Pemohon tidak terbukti dan tidak berdasar, oleh karenanya harus dikesampingkan.

7. Dapil Batang Hari 3 Pemohon mendalilkan hilangnya 27 suara pada daerah pemilihan Kabupaten Batang

Hari III.

235-614.indd 521 9/24/10 11:09:34 AM

Page 544: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

522 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Termohon, Turut Termohon dan Pihak Terkait Partai Keadilan Sejahtera dalam pemeriksaan persidangan pembuktian menyertakan Formulir C-1 sebagai bukti. Pada bukti Formulir C-1 milik Pemohon dan Turut Termohon memiliki jumlah angka yang sama, namun bukti yang dimiliki Partai Keadilan Sejahtera berbeda dengan Pemohon dan Turut Termohon. Turut Termohon (KPU Batang Hari) dan Panwaslu Batang Hari membenarkan dalil yang diajukan Pemohon dan menjelaskan bahwa kesalahan yang terjadi terletak pada penulisan penjumlahan di tingkat PPK. Kehilangan perolehan suara Pemohon sejumlah 27 suara terdapat di TPS I, II, dan III Karneo.

Mahkamah menemukan fakta hukum bahwa kehilangan suara yang dialami Pemohon sejumlah 27 suara di TPS I, II, dan III Karneo terbukti secara hukum dan diperkuat dengan pengakuan Turut Termohon yang diungkap dalam pemeriksaan persidangan pembuktian serta Kesimpulan Tertulis KPU Batang Hari yang disampaikan ke Mahkamah bertanggal 4 Juni 2009. Oleh karena itu Mahkamah menilai bahwa permohonan Pemohon beralasan dan berdasar, sehingga harus dinyatakan dikabulkan.

8. Dapil Tanah Laut 1 Pemohon mendalilkan adanya penggelembungan 7 suara untuk Partai Bintang

Reformasi. Dalam hal ini Mahkamah memberikan penilaian bahwa tidak terjadi penggelembungan suara untuk Partai Bintang Reformasi sebagaimana dalil yang dikemukakan oleh Pemohon, namun fakta-fakta hukum menunjukkan telah terjadi kesalahan rekapitulasi suara Pemohon pada Formulir DA-B dan Formulir DA-2 yang telah merugikan Pemohon sejumlah 7 suara.

Mahkamah berkesimpulan bahwa meskipun dalil permohonan Pemohon tentang terjadinya penggelembungan suara tidak terbukti, namun fakta hukum menunjukkan telah terjadi kesalahan rekapitulasi yang merugikan Pemohon sejumlah 7 suara, maka Mahkamah harus menyatakan perolehan suara Pemohon yang benar di Desa Angsan adalah sejumlah 239 suara dan di Desa Bumi Jaya sejumlah 68 suara.

9. Dapil Padang 1 Pemohon mendalilkan telah terjadi penambahan pemilih tetap sejumlah 353

suara yang menguntungkan PPP. Mahkamah menilai bahwa Pemohon lemah dalam membuktikan dalil-dalilnya. Sebaliknya Turut Termohon menyampaikan bukti-bukti sanggahan dan memberi keterangan kepada Mahkamah bahwa dalil yang dikemukakan oleh Pemohon adalah tidak benar. Oleh karena itu Mahkamah menyimpulkan permohonan Pemohon harus dinyatakan ditolak.

10. Dapil Kabupaten Kuningan III Pemohon mendalilkan adanya penggelembungan suara Partai Gerindra sejumlah 55

suara di Desa Cihaur, Desa Cigarugak, Desa Cikubangmulya, Desa Ciawigebang, Desa Sukaraja, Desa Ciomas, Desa Cijagamulya, dan pengurangan suara Pemohon sejumlah 7 suara di Desa Sukadana.

235-614.indd 522 9/24/10 11:09:34 AM

Page 545: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

523Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

Mahkamah menilai bahwa bukti-bukti yang diajukan oleh Pemohon terdapat kejanggalan-kejanggalan seperti tidak terdapat tanda tangan dari para saksi atau tanda tangan para saksi tidak lengkap, tidak terdapat tanda tangan PPK atau tanda tangan PPK tidak lengkap, terdapatnya kesalahan penjumlahan dan coretan-coretan, sehingga tidak memberikan keyakinan kepada Mahkamah sebagai penguat dalil-dalil yang diajukan oleh Pemohon. Oleh karena itu, Mahkamah berkesimpulan bahwa bukti-bukti yang diajukan oleh Pemohon lemah dan tidak berdasar sehingga permohonan Pemohon harus dinyatakan ditolak.

11. Dapil Kabupaten Blitar II, III, IV Pemohon mendalilkan terjadinya kehilangan suara di Dapil II Blitar sejumlah

1.175 suara, Dapil III Blitar kehilangan suara sejumlah 2.541 suara, Dapil IV Blitar kehilangan suara sejumlah 3.455 suara.

Mahkamah akan mencermati dan memberikan penilaian atas fakta-fakta hukum yang dikemukakan oleh Pemohon dan Turut Termohon sebagai berikut.♦ KabupatenBlitar II

Pada Kecamatan Sanakulon terdapat pengurangan suara Pemohon yang seharusnya berjumlah 459 namun tertulis 448 suara dan pada Kecamatan Garum yang seharusnya berjumlah 761 namun tertulis 760, sehingga terdapat pengurangan suara Pemohon sejumlah 12 suara.

♦ KabupatenBlitar IIIPada Kabupaten Blitar III, tidak terdapat bukti-bukti yang menunjukkan adanya pengurangan suara Pemohon. Dari bukti-bukti Pemohon, Pihak Terkait dan Turut Termohon tidak terdapat perbedaan dokumen yang menunjukkan perbedaan jumlah suara berbeda yang merugikan sebagaimana didalilkan Pemohon.

♦ KabupatenBlitar IVPada Kabupaten Blitar IV, tidak terdapat bukti-bukti yang menunjukkan adanya pengurangan suara Pemohon.

Mahkamah menilai terdapat pengurangan suara Pemohon sejumlah 12 suara, sehingga berdasarkan bukti dan fakta hukum Mahkamah menetapkan perolehan suara yang benar bagi Pemohon di Kecamatan Sanakulon adalah 459 suara dan di Kecamatan Garum adalah sejumlah 761 suara.

12. Dapil Banjarmasin Barat II Pemohon mendalilkan adanya penggelembungan suara untuk Partai Kebangkitan

Bangsa dan pengurangan suara untuk Partai Hanura. Pemohon mendalilkan telah terjadi penggelembungan suara untuk Partai Kebangkitan Bangsa. Berdasarkan bukti Pemohon, khususnya di Kelurahan Pelambuan Banjarmasin Barat II TPS 50, terdapat kejanggalan pada sertifikat hasil Model C-1 dimana jumlah suratsuara yang tidak terpakai sebanyak 399 suara sedangkan jumlah surat suara yang digunakan sebanyak 255 suara, sementara jumlah pemilih tetap di daerah tersebut berdasarkan bukti Pemohon adalah 255 suara. Selain itu, pada Model C1 Pemohon

235-614.indd 523 9/24/10 11:09:34 AM

Page 546: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

524 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

hanya Partai Hanura saja yang mendapatkan suara sejumlah 4 suara sementara partai lainnya tidak mendapatkan suara sama sekali.

Mahkamah menemukan fakta hukum tentang adanya perbedaan suara bagi beberapa partai lain, dan terdapat adanya inkonsistensi di dalam penghitungan jumlah suara sah dengan jumlah suara senyatanya dari keseluruhan partai politik, sehingga Mahkamah menilai bahwa Pemohon tidak akurat dalam menyampaikan bukti-bukti yang diajukan untuk memperkuat dalil-dalilnya, untuk itu permohonan Pemohon harus dinyatakan ditolak.

13. Dapil Kota Kendari 1 Pemohon mendalilkan adanya penggelembungan 205 suara untuk PAN di Kecamatan

Kendari Barat dan Kecamatan Kadia dengan mendasarkan pada Formulir DA-1 dan Formulir DB-1.

Setelah mencermati fakta-fakta hukum di atas telah terjadi penambahan suara untuk PAN sejumlah 111 suara dan pengurangan suara untuk PAN sejumlah 35 suara, namun Mahkamah menemukan fakta hukum bahwa baik Pemohon maupun Turut Termohon tidak menyampaikan bukti-bukti yang lengkap untuk keseluruhan desa/kelurahan pada kedua kecamatan yang dipermasalahkan. Oleh karena itu, Mahkamah berkesimpulan bahwa bukti-bukti yang diajukan oleh Pemohon lemah dan tidak berdasar sehingga permohonan Pemohon harus dinyatakan ditolak.

14. Dapil Katingan 1 Pemohon mendalilkan telah kehilangan suara dengan mendasarkan pada Formulir

C-1 dan mengambil perbandingan pada Desa Telangkal mulai dari TPS 1 sampai dengan TPS 6. Pemohon mendalilkan telah kehilangan suara sejumlah 147 suara.

Mahkamah menilai bahwa Pemohon tidak menguraikan secara rinci berapa total pengurangan suara yang didalilkan oleh Pemohon, bahkan di dalam perbaikan permohonan yang disampaikan serta dengan bukti tambahan, Pemohon memberikan prediksi/asumsi tentang pengurangan suara yang dialami Pemohon dengan mengalikan jumlah asumsi suara yang hilang sejumlah 24 suara x 62 TPS = 1.488 suara. Oleh karena itu, Mahkamah berkesimpulan berdasarkan fakta dan hukum bahwa permohonan Pemohon tidak tepat menurut hukum, oleh karena itu permohonan Pemohon harus dinyatakan ditolak.

15. Dapil Lampung Timur 6 Pemohon mendalilkan adanya penggelembungan suara untuk Partai Gerindra dan

PKB serta pengurangan suara Pemohon. Mahkamah justru menemukan fakta telah terjadi pengurangan suara untuk Pihak

Terkait PKB sejumlah 1 suara di Kelurahan Labuhan Maringgai yang disebabkan kesalahan penjumlahan dari Formulir C-1 ke Formulir DA-1. Pada Keluarahan Sriminosari terjadi perubahan penjumlahan dari Formulir DA-B ke dalam Formulir

235-614.indd 524 9/24/10 11:09:34 AM

Page 547: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

525Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

DA-1 untuk Pihak Terkait Partai Gerindra yang sebelumnya berjumlah 86 suara menjadi 85 suara. Berdasarkan bukti-bukti Pemohon a quo serta permohonan Pemohon yang tidak menguraikan secara rinci mengenai perihal pengurangan dan penggelembungan suara yang dimohonkan, Mahkamah berkesimpulan bahwa Pemohon tidak bersungguh-sungguh terhadap dalil yang dimohonkannya serta bukti-bukti yang diajukan lemah dan tidak berdasar, oleh karena itu permohonan Pemohon harus dinyatakan ditolak.

16. Dapil Makassar 1 Pemohon mendalilkan adanya penggelembungan suara 223 suara untuk PPP

dan pengurangan suara Pemohon sejumlah 88 suara di Kecamatan Rappocini, Kecamatan Makassar, dan Kecamatan Ujung Pandang dengan mendasarkan pada bukti Formulir DA-B dan membandingkannya dengan Formulir DA-2.

Setelah Mahkamah memeriksa dan menghitung ulang bukti-bukti yang disampaikan oleh Pemohon, ternyata Pemohon tidak dapat membuktikan dalilnya tentang pengurangan sejumlah 88 suara yang merugikan Pemohon, justru sebaliknya bahwa Pemohon berdasarkan bukti yang diajukan sendiri oleh Pemohon diuntungkan sejumlah 218 suara. Mahkamah menilai bahwa Pemohon lemah dalam membuktikan dalil-dalilnya, oleh karena itu Mahkamah berkesimpulan permohonan Pemohon harus dinyatakan ditolak.

17. Dapil Lubuk Linggau 2 Pemohon mendalilkan tidak absahnya rekapitulasi kedua dan ketiga yang dilakukan

oleh KPU Kota Lubuk Linggau. Mahkamah menilai bahwa bukti-bukti yang diajukan oleh Pemohon tidak sah dan

tidak berdasar oleh karena itu permohonan Pemohon harus dinyatakan ditolak.18. Dapil Sumenep 7 Pemohon mendalilkan hilangnya suara Pemohon di tiga desa dan terdapatnya

jumlah suara partai tertentu yang melebihi jumlah suara sah. Mahkamah menilai bahwa Pemohon lemah dalam membuktikan dalil-dalilnya. Oleh

karena itu Mahkamah berkesimpulan permohonan Pemohon harus ditolak.19. Dapil Sukabumi 6 Pemohon mendalilkan hilangnya 82 suara yang akan berpengaruh pada perolehan

kursi DPRD Kabupaten Sukabumi. Mahkamah menemukan fakta hukum bahwa total kehilangan suara Pemohon adalah

sejumlah 49 suara dan bukan 82 suara sebagaimana yang didalilkan Pemohon, sehingga Mahkamah berkesimpulan bahwa meskipun terdapat fakta hukum telah telah terjadi kehilangan suara yang dialami Pemohon sejumlah 49 suara namun tidak cukup signifikan mempengaruhi perolehan suara sebagaimana didalilkanPemohon. Oleh karena itu Mahkamah berkesimpulan permohonan Pemohon harus dinyatakan tidak dapat diterima.

235-614.indd 525 9/24/10 11:09:34 AM

Page 548: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

526 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

20. Dapil Bandar Lampung 2 Pemohon mendalilkan telah terjadi penggelembungan di daerah Lampung Timur,

Lampung Utara, Tulang Bawang, Way Kanan untuk Gerindra, PKB dan PAN. Mahkamah mencermati dalam setiap lampiran bukti C1 yang Pemohon lampirkan

terdapat banyak perbedaan dengan C1 versi Turut Termohon. Perbedaan yang ditemukan Mahkamah meliputi perbedaan tanda tangan KPPS dan saksi partai politik di setiap halaman dan banyaknya TPS dimana anggota KPPS tidak menandatangani berita acara. Selain itu, bukti C1 yang Pemohon lampirkan bukanlah Model Formulir C1 yang menjadi pedoman KPU melainkan hanya data internal yang dibuat sendiri oleh saksi partai. Oleh karena itu Mahkamah berkesimpulan permohonan Pemohon harus dinyatakan ditolak.

21. Dapil Banggai Kepulauan Pemohon mendalilkan penggelembungan suara PAN dan PKDI masing-masing

berjumlah 447 suara dan 188 suara di Kecamatan Bulagi, Kecamatan Bulagi Utara, Kecamatan Bulagi Selatan dan Kecamatan Buko Selatan. Dalam perkara ini, Pihak Terkait PAN dan PKDI tidak menyampaikan bukti sanggahan.

Mahkamah menilai bahwa bukti-bukti yang diajukan oleh Pemohon tidak terdapat tanda tangan dari para saksi dan anggota PPK serta terdapat tulisan tangan yang mengganti kata TPS dengan desa pada Formulir DA-B Pemohon. Sebaliknya Turut Termohon dapat menunjukkan bukti-bukti yang sah menurut hukum untuk membantah dalil-dalil Pemohon. Oleh karena itu, Mahkamah berkesimpulan bahwa bukti-bukti yang diajukan oleh Pemohon lemah dan tidak berdasar sehingga permohonan Pemohon harus dinyatakan ditolak.

22. Dapil Jayapura 1 Pemohon mendalilkan terjadi kehilangan suara sebanyak 118 suara pada penetapan

penghitungan perolehan suara di KPUD. Setelah diteliti secara mendalam oleh Mahkamah ternyata di dalamnya terdapat

inkonsistensi tanda tangan KPPS dan saksi Partai Politik di setiap halamannya dan di TPS 1 Desa Sentani Kota Kecamatan Sentani hanya terdapat 2 tanda tangan KPPS. Selain itu dalam bukti C1 yang dilampirkan oleh Pemohon ternyata belum mencakup seluruh TPS, sehingga Mahkamah tidak dapat menemukan kehilangan suara yang dimohonkan oleh Pemohon. Dengan demikian Mahkamah menilai permohonan harus ditolak.

23. Dapil Banjarmasin 2 Pemohon mendalilkan terjadi pengurangan suara untuk Hanura dan penghitungan

suara yang menguntungkan PKB tanpa menyebutkan jumlah suara Hanura dan lokasi pengurangan suara dimaksud.

Setelah memeriksa dengan seksama bukti-bukti yang diajukan oleh Pemohon, Turut Termohon pada persidangan pembuktian, dan setelah menimbang

235-614.indd 526 9/24/10 11:09:34 AM

Page 549: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

527Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

bahwa penambahan suara yang menguntungkan PKB secara serta merta tidak mempengaruhi suara Hanura. Atas dasar permasalah hukum maka dalil Pemohon tidak berdasar dan beralasan hukum karenanya harus dikesampingkan.

24. Dapil Muna 2 Pemohon mendalilkan kehilangan suara di Kecamatan Tikep, Kecamatan Maginti,

dan Kecamatan Tiworo tanpa menyebutkan suara yang hilang. Mahkamah menilai bahwa dalam bukti surat Pemohon terdapat dokumen yang berbeda

antara bukti surat Pemohon dan Turut Termohon. Demikian pula setelah dilakukan penelitian, Mahkamah menemukan adanya perbedaan stempel dan tanda tangan yang terdapat pada bukti C1, sehingga bukti-bukti Pemohon tersebut tidak berdasar dan tidak beralasan hukum sehingga permohonan harus dikesampingkan.

Mahkamah Konstitusi (MK) dalam Putusan ini menyatakan bahwa putusan dalam perkara ini adalah merupakan kelanjutan dari putusan sebelumnya yaitu Putusan Nomor 84/PHPU.C-VII/2009 yang telah diucapkan pada sidang terbuka untuk umum pada tanggal 22 Juni 2009, karena pada hakekatnya setiap daerah pemilihan yang dipersengketakan perolehan suaranya oleh partai politik adalah merupakan daerah pemilihan yang berdiri sendiri sehingga tidak harus diputus dalam satu putusan.

25. Dapil Lampung II untuk DPR-RI Pemohon mendalilkan telah terjadi penggelembungan suara di Dapil Lampung II

pada dua kabupaten yaitu Kabupaten Tulang Bawang dan Kabupaten Lampung Tengah. Pada Kabupaten Tulang Bawang telah terjadi penggelembungan suara untuk Partai Gerindra sejumlah 23.135 suara, untuk PKB sejumlah 7.271 suara, dan untuk PAN sejumlah 6.069 suara, serta pengurangan untuk Pemohon sejumlah 285 suara, sedangkan di Kabupaten Lampung Tengah terjadi penggelembungan yaitu untuk Partai Gerindra sejumlah 1.462 suara, PKB sejumlah 802 suara, PAN sejumlah 384 suara, dan Pemohon sejumlah 164 suara.

Mahkamah menemukan fakta hukum terjadinya ketidakkonsistenan dalam perolehan suara yang didasarkan atas bukti-bukti Pemohon, Termohon, dan Turut Termohon sepanjang di 26 kecamatan pada Kabupaten Tulang Bawang, yaitu kecamatan-kecamatan: Panca Jaya, Pagar Dewa, Rawa Pitu, Dente Teladas, Penawar Aji, Gedung Aji, Way Kenanga, Gunung Agung, Way Serdang, Lambu Gibang, Gedung Aji Baru, Rawajitu Timur, Mesuji Timur, Simpang Pematang, Banjar Margo, Mesuji, Tanjung Raya, Meraksa Aji, Rawajitu Utara, Gedung Meneng, Gunung Terang, Rawajitu Selatan, Penawar Tama, Tumijajar, Tulang Bawang Udik, dan Tulang Bawang Tengah sehingga perlu dilakukan penghitungan suara ulang.

Dengan demikian, Mahkamah menyimpulkan bahwa terjadi ketidakkonsistenan dalam perolehan suara yang didasarkan atas bukti-bukti Pemohon, Termohon, dan Turut Termohon sepanjang di 26 kecamatan pada Kabupaten Tulang Bawang, yaitu kecamatan-kecamatan: Panca Jaya, Pagar Dewa, Rawa Pitu, Dente Teladas, Penawar Aji, Gedung Aji, Way Kenanga, Gunung Agung, Way Serdang, Lambu

235-614.indd 527 9/24/10 11:09:34 AM

Page 550: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

528 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Gibang, Gedung Aji Baru, Rawajitu Timur, Mesuji Timur, Simpang Pematang, Banjar Margo, Mesuji, Tanjung Raya, Meraksa Aji, Rawajitu Utara, Gedung Meneng, Gunung Terang, Rawajitu Selatan, Penawar Tama, Tumijajar, Tulang Bawang Udik, dan Tulang Bawang Tengah sehingga perlu dilakukan penghitungan ulang yang waktunya ditentukan dalam amar putusan ini.

26. Dapil Sulawesi Utara 5 Pemohon mendalilkan adanya pengurangan suara sebanyak 124 suara di Kecamatan

Bintuna di Kabupaten Bolaang Mongondow. Mahkamah berpendapat bahwa Pemohon tidak dapat mengajukan bukti-bukti yang

cukup untuk menguatkan dalil-dalilnya sehingga dalil-dalil Pemohon tidak berdasar dan tidak beralasan hukum dan karenanya dikesampingkan.

27. Dapil 4 Nias Selatan Pemohon mendalilkan telah terjadi kehilangan suara sejumlah 1.160 suara yang

terjadi di Kecamatan Pulau-Pulau batu dan Kecamatan Hibala. Terhadap peromohonan Pemohon, Mahkamah melakukan pemeriksaan yang terkait

dengan adanya kehilangan suara di Kabupaten Nias Selatan, dan selanjutnya diputus dalam pelaksanaan Putusan Sela Nomor 28-65-70-82-84-89/PHPU.C-VII/2009 yang diputus pada tanggal 9 September 2009.Dengan demikian, dalam Amar Putusan Mahkamah menyatakan:

Pada Putusan (I):- Mengabulkan permohonan Pemohon untuk sebagian

• Menyatakandalil-dalilPemohonsepanjang: Daerah Pemilihan Kabupaten Batang Hari 3; Daerah Pemilihan Kabupaten

Aceh Tenggara 1 sepanjang Kecamatan Deleng Pokhison, Daerah Pemilihan Kabupaten Tanah Laut 1; Daerah Pemilihan Kabupaten Blitar 2 sepanjang Kecamatan Sanankulon; Daerah Pemilihan Sulawasi Selatan 1 sepanjang Kabupaten Gowa, Kabupaten Takalar dan Kabupaten Jeneponto adalah berdasar dan beralasan hukum;

• MenyatakanbatalKeputusanKPUNomor255/Kpts/KPU/TAHUN2009tentangPenetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilu Tahun 2009, sepanjang menyangkut Daerah Pemilihan Kabupaten Batang Hari 3; Daerah Pemilihan Kabupaten Aceh Tenggara 1 sepanjang Kecamatan Deleng Pokhison; Daerah Pemilihan Kabupaten Tanah Laut 1; Daerah Pemilihan Kabupaten Blitar 2 sepanjang Kecamatan Sanankulon; Daerah Pemilihan Sulawesi Selatan 1 sepanjang Kabupaten Gowa, Kabupaten Takalar dan Kabupaten Jeneponto.

235-614.indd 528 9/24/10 11:09:34 AM

Page 551: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

529Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

• MenyatakanpenghitungansuarayangbenarmenurutMahkamahuntuksuaraPemohon pada: - Daerah Pemilihan Kabupaten Batang Hari 3 sepanjang Kecamatan Batin

XXIV adalah sejumlah 177 suara;- Daerah Pemilihan Kabupaten Aceh Tenggara 1 sepanjang Kecamatan

Deleng Pokhison yang benar adalah sejumlah 298 suara;- Daerah Pemilihan Kabupaten Tanah Laut 1 sepanjang di Desa Angsan

Kecamatan adalah sejumlah 239 suara dan di Desa Bumi Jaya sejumlah 68 suara;

- Daerah Pemilihan Kabupaten Blitar 2 sepanjang di Kecamatan Sanakulon adalah 459 suara dan di Kecamatan Garum adalah sejumlah 761 suara;

- Daerah Pemilihan Sulawasi Selatan 1 sepanjang Kabupaten Gowa sejumlah 13.012 suara, Kabupaten Takalar sejumlah 5.443 suara dan Kabupaten Jeneponto sejumlah 4.206 suara.

• Memerintahkan kepada Komisi Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan UmumKabupaten Batanghari, Kabupaten Aceh Tenggara, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Blitar, Kabupaten, Gowa, Kabupaten Takalar, dan Kabupaten Jeneponto untuk melaksanakan Putusan ini;

• MenolakpermohonanPemohonuntuk selaindanselebihnya;• MenolakpermohonanPemohonuntuk keseluruhan terhadap:

- Daerah Pemilihan Maluku Utara 2; Kabupaten Halmahera Barat Provinsi Maluku Utara;

- Daerah Pemilihan Jawa Timur 5; - Daerah Pemilihan Jawa Timur VI; - Daerah Pemilihan Sumatera Barat 2; - Daerah Pemilihan Sumatera Utara 11; - Daerah Pemilihan Kabupaten Aceh Tenggara 1;- Daerah Pemilihan Kota Padang 1; - Daerah Pemilihan Kuningan 3; - Daerah Pemilihan Kabupaten Blitar 3 dan 4; - Daerah Pemilihan Banjarmasin Barat 2;- Daerah Pemilihan Muna 2; - Daerah Pemilihan Katingan 1; - Daerah Pemilihan L ampung Timur 6; - Daerah Pemilihan Makassar 1; - Daerah Pemilihan Lubuk Linggau 2;

235-614.indd 529 9/24/10 11:09:34 AM

Page 552: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

530 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

- Daerah Pemilihan Sumenep 7; - Daerah Pemilihan Sukabumi 6; - Daerah Pemilihan Bandar Lampung 2; - Daerah Pemilihan Banggai Kepulauan; - Daerah Pemilihan Jayapura 1; - Daerah Pemilihan Banjarmasin 2; dan - Daerah Pemilihan Muna 2.

Pada Putusan (II):Dalam Eksepsi:Menolak eksepsi Termohon, para Turut Termohon dan Pihak TerkaitDalam Pokok Perkara:A. Sebelum Menjatuhkan Putusan Akhir

1. Memerintahkan kepada Komisi Pemilihan Umum dan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Tulang Bawang untuk melakukan penghitungan ulang perolehan suara partai-partai peserta Pemilu Tahun 2009 untuk DPR RI di 26 kecamatan pada Kabupaten Tulang Bawang, yaitu kecamatan-kecamatan: Panca Jaya, Pagar Dewa, Rawa Pitu, Dente Teladas, Penawar Aji, Gedung Aji, Way Kenanga, Gunung Agung, Way Serdang, Lambu Gibang, Gedung Aji Baru, Rawajitu Timur, Mesuji Timur, Simpang Pematang, Banjar Margo, Mesuji, Tanjung Raya, Meraksa Aji, Rawajitu Utara, Gedung Meneng, Gunung Terang, Rawajitu Selatan, Penawar Tama, Tumijajar, Tulang Bawang Udik, dan Tulang Bawang Tengah dengan mendasarkan pada Formulir Model C-1 dalam tenggang waktu paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak putusan ini diucapkan;

2. Menangguhkan berlakunya Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN 2009, tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara Nasional dalam Pemilu Tahun 2009 sepanjang mengenai perolehan suara partai-partai peserta Pemilu Tahun 2009 di 26 kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang;

3. Apabila Formulir C1 yang dijadikan dasar penghitungan suara ulang ternyata telah hilang atau tidak lengkap, maka Mahkamah memerintahkan untuk dilakukan pemungutan suara ulang pada TPS-TPS yang Formulir C1-nya hilang atau tidak lengkap di kecamatan-kecamatan yang bersangkutan. Untuk itu tenggang waktu yang diberikan adalah 90 (sembilan puluh) hari sejak putusan ini diucapkan;

4. Waktu 30 hari untuk memutus perkara ini tidak mencakup hari kerja sejak putusan ini diucapkan sampai dengan ditetapkannya hasil pemungutan suara ulang dan/atau penghitungan suara ulang oleh KPU dilaporkan kepada Mahkamah

B. Menolak permohonan Pemohon untuk Daerah Pemilihan Sulawesi Utara 5;

235-614.indd 530 9/24/10 11:09:34 AM

Page 553: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

531Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

Pada Putusan Akhir (III):▪ Menetapkan perolehan suara yang benar untuk partai politik peserta Pemilihan

Umum Calon Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) di 26 kecamatan Kabupaten Tulang Bawang, yaitu kecamatan: Panca Jaya, Pagar Dewa, Rawa Pitu, Dente Teladas, Penawar Aji, Gedung Aji, Way Kenanga, Gunung Agung, Way Serdang, Lambu Gibang, Gedung Aji Baru, Rawajitu Timur, Mesuji Timur, Simpang Pematang, Banjar Margo, Mesuji, Tanjung Raya, Meraksa Aji, Rawajitu Utara, Gedung Meneng, Gunung Terang, Rawajitu Selatan, Penawar Tama, Tumijajar, Tulang Bawang Udik, dan Tulang Bawang Tengah adalah : Partai Hati Nurani Rakyat (HANURA) 15.124 suara, Partai Gerakan Indonesia Raya (GERINDRA) 34.938, Partai Amanat Nasional (PAN) 17.749, dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) 18.093 suara.

▪ MemerintahkanKomisiPemilihanUmumdanKomisiPemilihanUmumKabupatenTulang Bawang untuk melaksanakan putusan ini.

Pada Putusan Nias Selatan (IV):Berdasarkan Putusan Sela Nias Selatan Nomor 28-65-70-82-84-89/PHPU.C-VII/2009,

tanggal 1 September 2010, dalam amar putusan Mahkamah menetapkan perolehan suara yang benar Partai Politik Hati Nurani Rakyat (HANURA) adalah sebagai berikut.▪ UntukPemiluCalonAnggotaDPRpadaKabupatenNiasSelatanDapilSumatera

Utara II adalah sebanyak 8.905 suara.▪ UntukPemiluCalonAnggotaDPRDProvinsi padaKabupatenNiasSelatanDapil

Sumatera Utara 7 adalah sebanyak 12.199 suara.▪ Untuk Pemilu Calon Anggota DPRD Kabupaten Nias Selatan adalah sebanyak

6.360 suara.

235-614.indd 531 9/24/10 11:09:34 AM

Page 554: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

532 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

235-614.indd 532 9/24/10 11:09:34 AM

Page 555: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

533Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

IKHTISAR PUTUSAN PERKARA NOMOR 85/PHPU.C-VII/2009

TENTANGKEBERATAN PARTAI POLITIK ACEH TERHADAP PENETAPAN HASIL PEMILU

ANGGOTA DPRD KABUPATEN/KOTA

Pemohon : 1. Muzakir Manaf ; 2. Muhammad Yahya,S.H.Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Calon Anggota Dewan

Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara Nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009, untuk Pemilu DPRK Kabupaten Nagan Raya.

Amar putusan : Menyatakan permohonan Pemohon dikabulkan untuk seluruhnya;

Tanggal Putusan : 10 Mei 2009.Ikhtisar Putusan :

Pemohon adalah Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Aceh (DPA) Partai Aceh peserta pemilihan umum Nomor Urut 39.

Terkait dengan kewenangan Mahkamah, berdasarkan ketentuan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945, Pasal 10 ayat (1) UU Nomor 24 Tahun 2003 (UU MK) juncto Pasal 12 ayat (1) huruf d UU Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman (UU KK), salah satu kewenangan konstitusional Mahkamah adalah memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.

235-614.indd 533 9/24/10 11:09:34 AM

Page 556: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

534 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Mengenai kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, berdasarkan Pasal 22E ayat (3) UUD 1945 dan Pasal 7 UU 10/2008 ditentukan bahwa peserta Pemilihan Umum adalah partai politik sehingga lebih lanjut dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b dan huruf c Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 16 Tahun 2009 ditetapkan bahwa yang menjadi pihak dalam perselisihan hasil pemilihan umum anggota DPRD adalah partai politik.

Pemohon mengajukan keberatan atas penetapan perolehan suara hasil Pemilu secara nasional oleh KPU Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilu Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilu 2009 bertanggal 9 Mei 2009, sepanjang perolehan suara Partai Aceh di TPS Alue Kambuk yang diberikan pada nama Caleg DPRK Nagan Raya yaitu Maulidar Nomor Urut 10 DP I sebanyak 4 suara tidak dimasukkan dalam Rekapitulasi perolehan Suara Partai Aceh; sehingga Pemohon (Partai Aceh) dirugikan sejumlah 4 suara. Semestinya suara Caleg ditambah suara partai dari TPS Alue Kambuk sebanyak 32 suara. Akan tetapi yang dicantumkan pada rekapitulasi yang dibuat oleh Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) Suka Makmue sebesar 28 suara, dan Partai Aceh juga menemui pengurangan suara di TPS Macah, rekapitulasi penghitungan suara partai politik peserta pemilu yang dibuat oleh Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) Suka Makmue sebesar 7 suara. Semestinya suara partai sebesar 42, tetapi dicantumkan oleh PPK Suka Makmue pada rekapitulasi tersebut sebesar 35 suara. Sehingga terjadi pula kesalahan penjumlahan suara Partai Aceh ditambah suara Caleg semestinya 77 tetapi dicantumkan hanya 70 suara.

Untuk membuktikan perolehan suara Partai Aceh pada TPS I Halaman Meunasah Alue Kambuk, Pemohon mengajukan alat bukti berupa fotokopi berita acara pemungutan suara dan penghitungan suara ditempat pemungutan suara dalam Pemilihan Umum Anggota DPR Kabupaten/Kota Tahun 2009 (Model C) yang dibuat oleh KPPS setempat yang telah dilegalisir oleh PPK Suka Makmue (Bukti P-1); dan untuk membuktikan perolehan suara Partai Aceh pada TPS Poskamling Macah, Pemohon juga mengajukan surat bukti berupa fotokopi berita acara pemungutan suara dan penghitungan suara di tempat pemungutan suara dalam Pemilihan Umum Anggota DPR Kabupaten/Kota Tahun 2009 (Model C) yang dibuat oleh KPPS Poskamling Macah, yang telah dilegalisir oleh PPK Suka Makmue (Bukti P-2).

Selanjutnya dalam membuktikan Suara Caleg Partai Aceh dan Suara Partai Aceh yang dikurangi dan tidak dimasukkan dalam rekapitulasi penghitungan suara oleh PPK Suka Makmue, Pemohon mengajukan pembuktian berupa fotokopi rincian perolehan suara partai politik dan calon Anggota DPRK Kabupaten/Kota dan suara tidak sah di Panitia Pemilihan Kecamatan, yang telah dilegalisir oleh PPK Suka Makmue (Bukti P-3).

Terkait dengan PPK Suka Makmue telah mengakui kekeliruan rekapitulasi suara di TPS Alue Kambuk, dengan suratnya Nomor 023/PPK/2009 tanggal 2 Mei 2009 meminta kepada Turut Termohon untuk memperbaiki rekap perolehan suara Partai Aceh Caleg DPRK (Maulidar) dan surat tersebut oleh Pemohon diajukan sebagai surat bukti tentang

235-614.indd 534 9/24/10 11:09:34 AM

Page 557: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

535Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

pengakuan PPK Suka Makmue (Bukti P-4), selain itu PPK Suka Makmue juga telah mengakui kekeliruan pengetikan jumlah suara Partai Aceh di TPS Gampong Macah, sehingga melalui suratnya Nomor 024/PPK/2009 tanggal 5 Mei 2009 yang ditujukan kepada Turut Termohon meminta perbaikan Rekapitulasi Suara Partai Aceh dari Gampong Macah, surat tersebut oleh Pemohon diajukan sebagi surat bukti tentang pengakuan PPK Suka Makmue (Bukti P-5).

Panwaslu Kabupaten Nagan Raya juga telah meneliti dan melalui suratnya Nomor 149/Panwaslu-NR/V/2009 tanggal 5 Mei 2009 yang ditujukan kepada Turut Termohon telah pula merekomendasi untuk perbaikan rekapitulasi suara tersebut (Bukti P-6) dan setelah Pemohon menemui Turut Termohon meminta diperbaiki rekapitulasi perolehan suara Partai Aceh yang ada pada Turut Termohon, tetapi Turut Termohon mengatakan tidak mungkin lagi dan sebaiknya diselesaikan melalui Mahkamah Konstitusi.

Pada Berita Acara Rekapitulasi hasil penghitungan suara partai politik peserta Pemilu dan Calon Anggota DPRK yang di buat oleh Turut Termohon, Suara Partai keseluruhan dari DP I 630 suara sedangkan pada Caleg Maulidar dari DP I sebesar 193 Suara.

Menurut Pemohon yang seharusnya suara Partai Aceh setelah diperbaiki adalah:a. Suara Partai Aceh sebesar 630 + 7 = 637b. Suara Caleg Maulidar sebesar 193 + 4 = 197

Sedangkan Jumlah keseluruhan suara Partai Aceh di tambah suara seluruh Caleg Partai Aceh 3843 + 7 + 4 = 3854 suara.

Kesimpulan Mahkamah, KIP Nagan Raya dalam keterangan yang disampaikan di persidangan tanggal 22 Mei 2009 pukul 09.00 WIB telah membenarkan seluruh keterangan Pemohon tentang perolehan suara Pemohon maka dalil permohonan Pemohon tersebut terbukti secara sah dan meyakinkan, oleh karenanya perolehan suara yang benar untuk Pemohon adalah 3.843 + 4 (TPS Alue Kambuk) + 7 (TPS Macah) sehingga keseluruhannya berjumlah 3.854 suara.

Berdasarkan pertimbangan atas fakta hukum tersebut Mahkamah dalam amar putusan menyatakan:Dalam Eksepsi :Menolak Eksepsi TermohonDalam Pokok Perkara :▪ MengabulkanpermohonanPemohonuntuk seluruhnya;▪ Menyatakan batal Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tentang

Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara Nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 dan Keputusan KIP Nagan Raya tentang penetapan hasil penghitungan suara untuk Partai Aceh di Kabupaten Nagan Raya;

235-614.indd 535 9/24/10 11:09:34 AM

Page 558: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

536 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

▪ Menyatakan bahwa perolehan suara yang benar bagi Partai Aceh di KabupatenNagan Raya adalah sejumlah 3.854 suara;

▪ Memerintahkan Komisi Pemilihan Umum dan Komisi Independen PemilihanKabupaten Nagan Raya untuk melaksanakan Putusan ini.

235-614.indd 536 9/24/10 11:09:34 AM

Page 559: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

537Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 86/PHPU.C–VII/2009

TENTANGKEBERATAN PARTAI BULAN BINTANG

TERHADAP PENETAPAN HASIL PEMILU ANGGOTA DPR,ANGGOTA DPRD PROVINSI, DAN ANGGOTA DPRD KABUPATEN

Pemohon : 1. H.MS. Kaban, SE.,M.SI ; 2. Drs. H. Sahar L. Hasan.Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan

DPRD.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum

Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 di 12 daerah pemilihan (Dapil) Kota Pariaman 3, Provinsi Kalimantan Selatan 2, Provinsi Jawa Timur 11, Provinsi Sumatera Selatan 2, Kota Depok 1, 2, 3, Kabupaten Belitung Timur 1, Kabupaten Tanah Laut 3, Kabupaten Mojokerti 3, Kabupaten Kapuas 3, Kabupaten Lombok Timur 1, Kabupaten Aceh Utara 5, dan Kabupaten Bener Meriah 2.

Amar Putusan : Putusan (I): Dalam Eksepsi Menyatakan eksepsi Termohon tidak dapat diterima. Dalam Pokok Permohonan - Memerintahkan KPU Kota Pariaman untuk melakukan

penghitungan ulang di Dapil 3 Kota Pariaman dalam waktu 60 hari selambat-lambatnya sejak putusan diucapkan ;

- Menyatakan menolak seluruh permohonan Pemohon.

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

235-614.indd 537 9/24/10 11:09:34 AM

Page 560: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

538 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Putusan Akhir (II): Menetapkan perolehan suara yang benar di Dapil 3 Kota Pariaman

untuk Partai Bulan Bintang adalah 642 suara dan untuk Partai Barisan Nasional adalah 641 suara.

Tanggal Putusan : Putusan (I) : Kamis, 18 Juni 2009 Putusan Akhir (II) : Selasa, 1 September 2009Ikhtisar Putusan :

Pemohon H.MS. Kaban, S.E.,M.SI dan Drs. H. Sahar L. Hasan, adalah Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Partai Bulan Bintang (PBB). Pemohon keberatan terhadap perolehan suara yang ditetapkan oleh Termohon, yakni Komisi Pemilihan Umum (KPU), dalam Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 (Keputusan KPU 255/2009).

Menyangkut kewenangan Mahkamah, berdasarkan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945, Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) juncto Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, menentukan salah satu kewenangan konstitusional Mahkamah adalah memutus perselisihan tentang hasil Pemilu. Permohonan Pemohon adalah sengketa penetapan hasil Pemilu yang dilakukan secara nasional oleh KPU, maka Mahkamah berwenang untuk memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan tersebut.

Menyangkut kedudukan hukum (legal standing), berdasarkan Pasal 74 ayat (1) huruf c UU MK dan Pasal 3 ayat (1) huruf b Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, menentukan bahwa Pemohon adalah partai politik peserta Pemilu, Partai Bulan Bintang dengan Nomor Urut 33. Oleh karena itu, Pemohon memenuhi syarat kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan perselisihan hasil Pemilu.

Menyangkut tenggang waktu pengajuan permohonan, berdasarkan Pasal 74 ayat (3) UU MK juncto Pasal 259 ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang diatur lebih lanjut dalam Pasal 6 ayat (1) Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 16 Tahun 2009, menentukan bahwa permohonan pembatalan penetapan perolehan suara hasil Pemilu secara nasional oleh KPU hanya dapat diajukan oleh peserta Pemilu dalam jangka waktu paling lambat 3 x 24 jam sejak KPU mengumumkan penetapan perolehan suara hasil Pemilu secara nasional.

235-614.indd 538 9/24/10 11:09:34 AM

Page 561: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

539Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

Keputusan KPU 255/2009 yang diumumkan pada 9 Mei 2009, pukul 23.50 WIB, sedangkan Pemohon mengajukan permohonannya pada tanggal 12 Mei 2009 pukul 20.52 WIB. Oleh karena itu, permohonan Pemohon masih dalam tenggang waktu yang ditentukan.

Pemohon mendalilkan bahwa Termohon salah menetapkan perolehan suara Pemohon di 12 daerah pemilihan (Dapil) sebagai berikut.1. Dapil 2 Provinsi Kalimantan Selatan Pemohon mendalilkan bahwa adanya penggelembungan suara PPP dari 40.966

suara menjadi 42.079 suara. Sedangkan Pemohon sekalipun digelembungkan dari 13.087 suara menjadi 13.137 suara, namun tidak mendapat kursi karena sisa suara Pemohon lebih kecil dari PPP.

Mahkamah berpendapat bahwa sebagian bukti-bukti tersebut tidak sah, meragukan kebenaran datanya, dan tidak mendukung dalil Pemohon. Selanjutnya mengenai adanya penambahan suara kepada Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Mahkamah berpendapat bahwa dalam hal ini tidak cukup alasan untuk mengajukan keberatan terhadap PPP karena memang penambahan suara terjadi secara legal atas dasar surat KPU untuk melakukan rekap ulang karena adanya suara Pemilu yang belum direkap dari dua desa di Kelurahan Tertinggal kabupaten Banjar yang dibenarkan oleh Pasal 227 ayat (1) dan ayat (2) UU 10/2008.

Setelah memeriksa dan meneliti dalili-dalil permohonan, Mahkamah menyatakan bahwa eksepsi Termohon dikabulkan dan permohonan dinyatakan tidak dapat diterima.

2. Dapil XI Provinsi Jawa Timur Pemohon mendalilkan keberatan terhadap hasil rekapitulasi yang dilakukan oleh

KPU Kabupaten Sampang, karena di Daerah Pemilihan XI Provinsi Jawa Timur, suara Partai Bulan Bintang sebesar 4.344 suara telah hilang, akibat hilangnya suara tersebut telah merugikan Partai Bulan Bintang khususnya pada calon Legislatif Nomor Urut 1 atas nama K. Abd. Salam Syah. Seharusnya perolehan suara menurut Pemohon yaitu 70.516 (menurut Turut Termohon) + 4.344 (suara hilang) = 74.850 suara, dengan demikian Partai Bulan Bintang Provinsi Jawa Timur berhak mendapat satu kursi.

Terhadap dalil permohonan tersebut, Mahkamah berpendapat bahwa:▪ bukti-bukti yang diajukan oleh Pemohon ternyata tidak memenuhi syarat

sebagai bukti yang sah karena tidak ditandatangani secara resmi oleh pihak yang berwenang, bahkan terdapat bukti Formulir C1 yang kosong yang tidak diisi untuk TPS mana dan desa mana, serta tidak ada tanda tangan KPPS. Dengan demikian, bukti tersebut tidak sah menurut hukum dan harus dikesampingkan.

▪ Mahkamah berpendapat bahwa dalil-dalil Pemohon tidak dapat dibuktikandalam persidangan, sehingga alasan Pemohon harus dikesampingkan.

235-614.indd 539 9/24/10 11:09:34 AM

Page 562: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

540 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

3. Dapil 2 Provinsi Sumatera Selatan Pemohon mendalilkan telah dirugikan karena adanya penggelembungan suara yang

direkap oleh PPK Kecamatan Rantau Bayur Kabupaten Banyuasin. Terhadap dalil tersebut di atas, Mahkamah berpendapat bahwa Pemohon tidak

menjelaskan secara rinci di TPS mana penggelembungan tersebut terjadi dan berapa besar penghitungan di tiap TPS tersebut, sehingga selisih 3.520 suara untuk H. Muhammad Erwin, S.T., 908 suara untuk Ir. Wala Kesuma Hadi, 959 suara untuk Yan Anton Ferdian, dan untuk Adi Suryadi 2.408 suara, serta untuk Marzuki, SE sejumlah 2.320 suara dapat dicek kebenarannya.

Menurut Mahkamah ternyata bahwa bukti-bukti yang diajukan oleh Pemohon tidak ada yang menguatkan dalil-dalil Pemohon bahwa telah terjadi penggelembungan. Tetapi benar telah terjadi penambahan suara yang hampir merata untuk semua partai politik kecuali PKPB dengan adanya rekapitulasi ulang suara Pemilu 2009 di Kecamatan Rantau Bayur yang telah disetujui bersama. Dengan demikian, dalil Pemohon tidak beralasan secara sah dan tidak meyakinkan

4. Kota Depok Pemohon mendalilkan kehilangan suara dari tingkat TPS ke tingkat PPK sampai

tingkat KPU Kota Depok terjadi pengurangan jumlah suara di seluruh Dapil 1 Depok Kecamatan Beji yang menurut Pemohon 6.030 suara dan menurut Termohon 3.846 suara sehingga terdapat selisih sebesar 2.184 suara, dan di Dapil 2 Depok Kecamatan Cimanggis menurut Pemohon mendapat 4.534 suara sedangkan menurut Termohon mendapat 4.574 suara sehingga terdapat selisih sebesar 40 suara. Untuk memperkuat permohonannya, Pemohon mengajukan Bukti P-1 sampai dengan Bukti P-17.

Terhadap dalil permohonan di atas, Mahkamah mempertimbangkan sebagai berikut:▪ Dapil 1KecamatanBejiKotaDepok Mengenai kehilangan suara Pemohon di Dapil 1 Kecamatan Beji, Mahkamah

berpendapat bahwa berdasarkan alat-alat bukti Pemohon, di samping tidak dapat menunjukkan perincian perolehan setiap TPS yang didalilkan untuk dijadikan dasar untuk menguji dasar penghitungan rekapitulasi di tingkat PPK Kecamatan Beji, alat bukti yang diajukan tersebut tidak dapat diterima sebagai bukti yang sempurna dan sah menurut hukum. Oleh karena itu, permohonan Pemohon sepanjang mengenai Dapil 1 Kecamatan Beji Kota Depok harus dikesampingkan.

▪ Dapil 2KecamatanCimanggisKotaDepok Mengenai keberatan terhadap hasil rekapitulasi ulang yang dilakukan di

Kecamatan Cimanggis, berdasarkan dari alat-alat bukti maupun saksi yang diperiksa dalam persidangan, Mahkamah berpendapat bahwa memang benar ada rekapitulasi versi kedua untuk Kecamatan Cimanggis setelah pembukaan

235-614.indd 540 9/24/10 11:09:34 AM

Page 563: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

541Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

kotak suara di enam TPS desa Tugu dengan nama perhitungan perolehan suara mengalami kenaikan bagi seluruh partai politik peserta pemilu yang jauh lebih besar. Akan tetapi Mahkamah mendasarkan pada keterangan seorang saksi Agus Salim yang menyatakan bahwa penghitungan versi kedua untuk TPS di Kelurahan Tugu tidak disaksikan oleh saksi dari PBB karena yang hadir bergantian dan saksi PBB tidak mengajukan keberatan, dan penambahan angka yang terjadi kurang lebih 5.000 bukan hanya meliputi enam TPS di desa Tugu.

Dengan demikian, Mahkamah berpendapat bahwa Pemohon tidak dapat menguraikan secara rinci mengenai perubahan angka-angka partai politik yang bertambah di Kecamatan Cimanggis dan tidak dapat membuktikan dengan alat-alat bukti yang sah perolehan suara yang benar di Dapil Depok 1 Beji, Dapil Depok 2 Cimanggis, serta Dapil Depok 3 Sukmajaya, maka permohonan Pemohon harus dikesampingkan.

5. Dapil 1 Kabupaten Belitung Timur Pemohon mendalilkan terdapat selisih perolehan suara yang terdapat di Formulir

C-1 dengan hasil rekapitulasi PPK Manggar berjumlah 553 suara – 516 suara = 37 suara dan dengan berkurangnya suara PBB yang ditetapkan PPK Manggar tersebut menyebabkan perolehan kursi yang seharusnya didapat oleh PBB berdasarkan selisih sisa suara menjadi diperoleh oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang lebih kecil dari Pemohon, padahal seharusnya PBB mendapatkan satu kursi. Perbedaan penghitungan suara Pemohon tersebut terjadi di Desa Baru dimana Pemohon mengklaim perolehan suara sebanyak 553 suara, yang oleh PPK Kecamatan Manggar dihitung 516 dalam rekapitulasi di tingkat kecamatan.

Terlepas dari fakta-fakta yang ditemukan, Mahkamah berpendapat bahwa bukti-bukti yang diajukan oleh Pemohon dirangkaikan dengan keterangan dua saksi Pemohon sendiri serta dibandingkan dengan bukti Turut Termohon sebagaimana dinyatakan oleh Turut Termohon, saksi PBB sendiri telah menyetujui penghitungan hasil rekapitulasi penghitungan suara di tingkat PPK Manggar tersebut, sehingga oleh karenanya permohonan Pemohon sama sekali tidak beralasan.

6. Dapil 3 Kota Pariaman Pemohon mendalilkan adanya pengurangan sebesar 1 suara yang berasal dari

TPS 10 Kampung Kandang dimana perolehan Pemohon sebanyak 28 suara di TPS tersebut, pada saat proses rekapitulasi di tingkat PPK Kecamatan Pariaman Selatan suara Pemohon atas nama Caleg Teguh Flantino telah dikurangkan dan sebaliknya Partai Barisan Nasional pada TPS yang sama yang memperoleh 72 suara telah ditambahkan menjadi 73 suara.

Terhadap persoalan tersebut di atas, Mahkamah berpendapat bahwa :▪ terlepasdariadanyaklarifikasi yangdisebutkanolehPanwaslu tersebutakan

tetapi dari Bukti P-10B tentang kajian terhadap laporan keberatan yang dilakukan oleh Panwaslu, telah ternyata bagi Mahkamah bahwa kesimpulan dan saran

235-614.indd 541 9/24/10 11:09:34 AM

Page 564: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

542 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

yang dilakukan oleh Zaiyar S.Ag., Bidang Penerimaan Laporan dan Penyelesaian Sengketa Pemilu, agar Panwaslu meneruskan masalah tersebut ke Polres Kota Pariaman, sehingga oleh karenanya Mahkamah berpendapat, keberatan tersebut belum diselesaikan sebagaimana mestinya karena sebagaimana ternyata dari penjelasan atau klarifikasi PPK Kecamatan Pariaman Selatanyang menerangkan bahwa telah dilakukan pembetulan rekapitulasi pada Model C TPS 10 Kampung Kandang dengan membuka kembali C2 Plano dengan persetujuan saksi yang hadir dan ditandatangani oleh Ketua KPPS bernama Agus Lim. Pembetulan yang dimaksud tidak dilakukan dengan suatu prosedur yang benar yang dihadiri oleh pihak yang keberatan dan saksi-saksi lainnya.

▪ tanpamenilaialat-alatbukti selebihnyadandengan tidakmempertimbangkanlebih lanjut tanggapan dan kesimpulan Turut Termohon Mahkamah berpendapat bahwa untuk memperoleh kebenaran tentang perolehan suara Partai Barisan Nasional (BARNAS) dan Partai Bulan Bintang tersebut perlu dilakukan penghitungan ulang dengan membuka kotak suara di TPS 10 Kampung Kandang Kota Pariaman Selatan untuk meneliti surat suara satu per satu.

Dengan memperhatikan kondisi setempat dan jadwal ketatanegaraan, maka Mahkamah memerintahkan pelaksanaan penghitungan ulang tersebut dalam tenggang waktu paling lama 60 hari sejak putusan diucapkan.

7. Dapil 3 Kabupaten Tanah Laut Pemohon mendalilkan di Dapil 3 Kabupaten Tanah Laut terjadi kesalahan

penghitungan perolehan suara Pemohon yang ditetapkan oleh Turut Termohon sebesar 1.672 suara dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sebesar 1.680 suara, dengan mana terjadi kesalahan penghitungan yang meliputi Kecamatan Takisum, Kecamatan Kurao, Kecamatan Kambang Ulang, dan Kecamatan Bati-bati Kabupaten Tanah Laut. Untuk membuktikan dalil permohonannya, Pemohon hanya mengajukan Formulir C1 untuk TPS 1 Desa Kuala Tambang dimana ternyata perolehan suara PKS adalah 2 suara, namun Pemohon tidak mengajukan Formulir C1 untuk TPS Desa Kuala Tambang lainnya dimana didalilkan terjadi penggelembungan bagi PKS.

Mahkamah berpendapat bahwa bukti yang diajukan oleh Pemohon hanyalah Formulir DB sebagai rincian perolehan partai politik tingkat kabupaten/kota, sehingga tidak dapat menggambarkan secara jelas penggelembungan suara bagi PKS di tempat-tempat yang didalikan oleh Pemohon. Berdasarkan atas uraian dan pertimbangan tersebut di atas, Mahkamah berpendapat bahwa Pemohon tidak dapat membuktikan dalil-dalil permohonannya secara sah.

8. Dapil 3 Kabupaten Mojokerto Pemohon mendalilkan adanya suara dari Caleg PKS atas nama Wiwit Haryono,

yang telah mengundurkan diri, namun tetap dihitung dalam penghitungan suara di PKS yang menurut Lampiran DA-1 memperoleh 1.042 suara, sedangkan suara PKS dalam Lampiran DA-1 adalah 1.036 suara, sehingga dalam DB suara PKS berubah

235-614.indd 542 9/24/10 11:09:34 AM

Page 565: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

543Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

menjadi 2.124 suara dan suara Wiwit Haryono dicoret dan dimasukkan ke suara PKS. Pengalihan suara dari Caleg yang telah mengundurkan diri tersebut menurut Pemohon adalah tidak sah karena seharusnya tidak diperhitungkan sebagai suara PKS.

Mahkamah berpendapat bahwa sepanjang tidak ditemukan unsur-unsur yang bersifat tindak pidana dalam keikutsertaan seorang calon legislatif suara partai peserta Pemilu yang kemudian mengundurkan diri, Mahkamah berpendapat tidak ada alasan dari sudut hukum yang berlaku in casu Undang-Undang Pemilu yang dijabarkan kemudian dalam Peraturan KPU maupun dari sudut keadilan (fairness) untuk menyatakan tidak sah pemindahan suara yang diperoleh Caleg yang mengundurkan diri tersebut menjadi perolehan suara partai, sepanjang suara yang diperoleh Caleg tersebut tidak diberikan oleh rakyat pemilih karena ancaman, intimidasi, dan paksaan, maka tidak terdapat alasan yang sah menurut hukum untuk membatalkan suara pemilih tersebut sedemikian rupa sehingga merubah komposisi perwakilan yang diinginkan oleh rakyat berdasarkan pilihan hati nuraninya.

Oleh karena Pemohon tidak dapat menunjukkan dasar hukum bagi kebatalan pergeseran suara calon legislatif partai yang mengundurkan diri menjadi perolehan suara partai, Mahkamah berpendapat, penghitungan suara yang dilakukan oleh Termohon dan Turut Termohon adalah sah menurut hukum, sehingga oleh karenanya permohonan Pemohon tidak beralasan.

9. Dapil 3 Kabupaten Kapuas Pemohon mendalilkan terjadinya penggelembungan di Partai Amanat Nasional (PAN)

yang semula adalah 1.539 suara menjadi 1.712 suara yang terjadi di Kecamatan Pulau Petak dimana PAN mendapat tambahan suara sebanyak 173 suara di Kecamatan Pulau Petak.

Mahkamah berpendapat bahwa dari delapan desa yang diklaim sebagai lokasi penggelembungan suara pada PAN, Pemohon hanya mengajukan bukti Formulir C di sebagian TPS di desa-desa yang disebut oleh Pemohon, sehingga Mahkamah tidak dapat menilai kebenaran dalil tentang penggelembungan suara PAN sebesar 173 suara tersebut. Meskipun Partai PAN tidak masuk dalam proses sebagai Pihak Terkait dan Turut Termohon tidak memberikan bukti-bukti lawan, dari cacat-cacat dan catatan-catatan atas Formulir C dan Formulir C1 beserta lampirannya yang telah diuraikan di atas. Mahkamah menilai, Pemohon tidak dapat membuktikan dalil permohonanya secara sah dan menyakinkan.

10. Dapil 1 Kabupaten Lombok Timur Pemohon mendalilkan adanya penggelembungan suara sah yang dilakukan oleh

Turut Termohon untuk menjadikan BPP menjadi lebih tinggi yang mengakibatkan perolehan kursi Pemohon yang seharusnya 9, hanya mendapatkan 7 kursi di DPRD Lombok Timur.

Mahkamah berpendapat bahwa semua bukti yang diajukan oleh Pemohon merupakan sertifikat dan berita acara di TPS Kabupaten Lombok, namun tanpa uraian yang

235-614.indd 543 9/24/10 11:09:34 AM

Page 566: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

544 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

jelas dan bukti-bukti yang sah tentang klaim Pemohon. Dengan demikian, Mahkamah tidak dapat menetapkan jumlah suara sah yang benar sebagaimana didalilkan oleh Pemohon untuk menjadi dasar penghitungan BPP yang menyebabkan Pemohon berhak atas 9 kursi bukan 7 kursi sebagaimana yang ditetapkan oleh Turut Termohon.

Berdasarkan atas penilaian di atas, Mahkamah berpendapat permohonan pemohon tidak beralasan.

11. Dapil 5 Kabupaten Aceh Utara Pemohon mendalilkan perolehan suara Pemohon di 26 TPS dari total 39 TPS di

Dapil 5 Kabupaten Aceh Utara seharusnya memperoleh 1.980 suara dan bukan 445 suara.

Mahkamah berpendapat bahwa Termohon dan Turut Termohon tidak mengajukan alat-alat bukti surat untuk menyanggah dalil Pemohon, sehingga Mahkamah hanya dapat melakukan penilaian berdasarkan hubungan posita dan petitum permohonan Pemohon dihubungkan dengan alat-alat bukti yang diajukan Pemohon, yang hanya mengandalkan Formulir C dan Formulir C1 di 26 TPS, dari alat bukti mana Mahkamah tidak dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang berapa kehilangan suara Pemohon yang terjadi serta berapa perolehan PBB yang tercantum dalam rekapitulasi penghitungan suara di PPK. Lagi pula, dari alat bukti dan posita permohonan, tidak dijelaskan secara menyeluruh tentang perolehan suara di Kecamatan Langkahan sejumlah 1.991 karena dasar penghitungan yang dilakukan oleh Pemohon juga tidak jelas. Oleh karena dari alat bukti yang diajukan oleh Pemohon tersebut di atas yang hanya dapat menunjukkan perolehan PBB di 26 TPS tersebut, yakni 1.919 suara sedangkan posita dan petitum permohonan menuntut ditetapkannya 1.980 suara, maka Mahkamah berpendapat, Pemohon tidak dapat membuktikan dalil Permohonannya secara sah, sehingga harus dikesampingkan.

12. Dapil 2 Kabupaten Bener Meriah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Pemohon mendalilkan berkurangnya perolehan suara Pemohon sebanyak 144 suara

di Kecamatan Permata, Kabupaten Bener Meriah. Hal ini disebabkan berkurangnya suara Pemohon dalam rekapitulasi penghitungan PKK, dimana tertulis 357 suara, padahal menurut Formulir C2 jumlahnya adalah sebanyak 406 suara. Pengurangan ini terjadi kembali pada rekapitulasi penghitungan di tingkat KIP suara yang tadinya telah dikurangi menjadi 357, kemudian menjadi 262 suara. Akibatnya, Pemohon kehilangan 1 kursi di DPRK Kabupaten Bener Meriah.

Terhadap permasalahan di atas, Mahkamah berpendapat bahwa meskipun dari alat Bukti P-5 (Bukti Pemohon) berupa surat pernyataan dari beberapa saksi partai politik di Kabupaten Bener Meriah diperoleh fakta bahwa saksi-saksi partai politik tidak menerimasalinanberitaacarapenghitungansuaradansertifikatpenghitungansuaraModel C dari KPPS dengan berbagai macam alasan, dan fakta adanya perbedaan-perbedaan angka perolehan suara Pemohon, akan tetapi Mahkamah berpendapat

235-614.indd 544 9/24/10 11:09:34 AM

Page 567: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

545Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

bahwa dalil permohonan Pemohon dan alasan-alasannya tidak didukung oleh bukti-bukti yang cukup, terutama oleh karena keberatan Pemohon terhadap hasil pleno yang dilaksanakan oleh KIP Kabupaten Bener Meriah khususnya menyangkut perolehan Pemohon di Kecamatan Permata disebabkan oleh karena penghitungan suara KIP tidak sesuai dengan saksi-saksi di TPS-TPS di Kecamatan Bener Meriah, padahal data-data dari TPS di Kecamatan Bener Meriah tersebut tidak diuraikan secara rinci dan tidak didukung oleh saksi-saksi Pemohon di depan Mahkamah untuk dapat dinilai. Dengan demikian, Pemohon juga tidak berhasil membuktikan permohonannya dengan alat-alat bukti yang sah menurut hukum, sehingga harus dikesampingkan.Dengan demikian, Mahkamah dalam Amar Putusan memutuskan:

Putusan (I)Dalam Eksepsi:Menyatakan eksepsi Termohon tidak dapat diterima.Dalam Pokok Permohonan:Sebelum Menjatuhkan Putusan Akhir:▪ MemerintahkanKPUKotaPariamanuntukmelakukanpenghitunganulangperolehan

suara partai-partai peserta Pemilihan Umum Tahun 2009 di TPS 10 Kampung Kandang Kecamatan Pariaman Daerah Pemilihan 3 Kota Pariaman dalam waktu selambat-lambatnya 60 hari sejak pengucapan putusan ini;

▪ MemerintahkankepadaKomisiPemilihanUmumKotaPariamanuntukmelaporkanhasil penghitungan suara ulang di TPS 10 Kampung Kandang Kecamatan Pariaman Daerah Pemilihan 3 Kota Pariaman dalam tenggang waktu yang disebutkan di atas;

▪ Menangguhkan berlakunya Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tentang Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara Nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 sepanjang mengenai perolehan suara Partai Barisan Nasional di Daerah Pemilihan 3 Kota Pariaman;

• MenyatakanpermohonanPemohonuntuk:1. Daerah Pemilihan 2 Provinsi Kalimantan Selatan;2. Daerah Pemilihan 11 Provinsi Jawa Timur;3. Daerah Pemilihan 2 Provinsi Sumatera Selatan;4. Daerah Pemilihan 1, 2, 3 Kota Depok;5. Daerah Pemilihan 1 Kabupaten Belitung Timur;6. Daerah Pemilihan 3 Kota Pariaman;7. Daerah Pemilihan 3 Kabupaten Tanah Laut;8. Daerah Pemilihan 3 Kabupaten Mojokerto;

235-614.indd 545 9/24/10 11:09:35 AM

Page 568: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

546 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

9. Daerah Pemilihan 3 Kabupaten Kapuas;10. Daerah Pemilihan 1 Kabupaten Lombok Timur;11. Daerah Pemilihan 5 Kabupaten Aceh Utara;12. Daerah Pemilihan 2 Kabupaten Bener Meriah;

ditolak untuk seluruhnya.Pada Putusan Akhir (II)Mahkamah menyatakan :▪ Menetapkan perolehan suara yang benar untuk Partai Bulan Bintang sejumlah 642

suara dan Partai barisan Nasional sejumlah 641 suara di TPS 10 Desa Kampung Kandang Kecamatan Pariaman Selatan Dapil 3 Kota Pariaman untuk Pemilihan Umum Calon Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD Kota Pariaman) Kecamatan Pariaman Selatan di Daerah Pemilihan 3 Kota Pariaman;

▪ Memerintahkan Komisi Pemilihan Umum dan Komisi Pemilihan Umum Kota Pariaman untuk melaksanakan putusan ini.

235-614.indd 546 9/24/10 11:09:35 AM

Page 569: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

547Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 87/PHPU.C-VII/2009

TENTANGKEBERATAN PARTAI SUARA INDEPENDEN RAKYAT ACEH TERHADAP

PENETAPAN HASIL PEMILU ANGGOTA DPRD PROVINSI DAN ANGGOTA DPRD KABUPATEN/KOTA

Pemohon : 1.MuhammadTaufikAbda; 2. Arhama Dawan Gayo.Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan

DPRD.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor

255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009, sepanjang seluruh Daerah Pemilihan di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Amar Putusan : Dalam Eksepsi Eksepsi Termohon dan Turut Termohon tidak dapat diterima. Dalam Pokok Permohonan Menyatakan permohonan Pemohon tidak dapat diterima.Tanggal Putusan : Selasa, 16 Juni 2009.Ikhtisar Putusan :

PemohonadalahMuhammadTaufikdanArhamaDawanGayoAbdaselakuKetuaUmum dan Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Partai Suara Independen Rakyat Aceh. Pemohon Partai Suara Independen Rakyat Aceh adalah partai politik lokal Nomor Urut 37 yang menjadi peserta pemilihan umum Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) dan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota (DPRK) di Aceh. Pemohon berkeberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

235-614.indd 547 9/24/10 11:09:35 AM

Page 570: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

548 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

9 Mei 2009 karena Termohon secara keliru telah menetapkan perolehan suara Pemohon berdasar pemilihan umum yang diselenggarakan oleh Termohon secara tidak jujur dan adil, yang menyebabkan perolehan suara Pemohon tidak sebagaimana mestinya.

Pemohon mendalilkan bahwa seharusnya memperoleh minimal 1 kursi di DPRA dan 1 kursi untuk setiap DPRK di Nanggroe Aceh Darussalam. Tetapi kenyataannya Pemohon tidak memperoleh kursi sebagaimana didalilkan, karena adanya intimidasi dan ancaman kekerasan yang dilakukan oleh kader-kader Partai Aceh, baik kepada Pemilih maupun kepada Pengurus Partai SIRA, antara lain melalui pembakaran baliho, SMS (short message services), dan selebaran. Intimidasi dan ancaman untuk tidak memilih Pemohon disampaikan dengan konsekuensi akan diusir dari Aceh, dicap sebagai pengkhianat maupun dibunuh.

Terkait dengan kewenangan Mahkamah, Mahkamah menilai bahwa memeriksa dan mengadili permohonan Pemohon adalah kewenangan Mahkamah. Penilaian Mahkamah didasarkan pada ketentuan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945; Pasal 10 ayat (1) huruf d UU Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK); dan Pasal 12 ayat (1) huruf d UU Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman.

Terkait dengan kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, Mahkamah menilai Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan. karena Pemohon adalah partai politik lokal peserta pemilihan umum calon anggota DPRA dan DPRK di Aceh, sehingga memenuhi syarat sebagai Pemohon perselisihan hasil pemilihan umum sebagaimana diatur dalam Pasal 74 ayat (1) dan ayat (2) UU MK juncto Pasal 258 ayat (1) UU Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD serta Pasal 5 huruf c PMK Nomor 16 Tahun 2009.

Terkait dengan tenggang waktu pengajuan permohonan, Mahkamah menilai permohonan Pemohon diajukan dalam tenggat yang diatur dalam Pasal 6 ayat (1)PMK Nomor 16 Tahun 2009.

Termohon dan Turut Termohon dalam eksepsinya pada dasarnya menyatakan bahwa permohonan Pemohon kabur dan tidak menguraikan dengan rinci serta jelas perolehan suara di masing-masing daerah pemilihan; permohonan Pemohon kadaluarsa atau lewat waktu; dan permohonan Pemohon bukan termasuk objek PHPU.

Mahkamah menilai eksepsi Termohon dan Turut Termohon tentang permohonan yang kabur serta tidak jelas, telah memasuki pokok permohonan yang akan dipertimbangkan lebih lanjut dalam pokok perkara. Sedangkan eksepsi mengenai permohonan kadaluarsa/lewat waktu harus dikesampingkan. Demikian pula, eksepsi mengenai permohonan bukan termasuk objek PHPU akan dipertimbangkan bersama-sama dengan pokok permohonan.

Terhadap pokok permohonan Pemohon, dengan memperhatikan Putusan Nomor 41/PHPU.D-VI/2008, Mahkamah menilai bahwa proses pemilihan umum dan prosedur pelaksanaannya dapat mempengaruhi hasil perolehan suara dan perolehan kursi Partai Peserta Pemilu, sehingga sampai pada pendirian bahwa keadilan prosedural tidak dapat

235-614.indd 548 9/24/10 11:09:35 AM

Page 571: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

549Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

mengesampingkan keadilan substantif, terutama ketika terjadi pelanggaran yang sifatnya masif, terstruktur, dan sistematis.

Berdasarkan keterangan Turut Termohon (KIP Provinsi Aceh) maupun lampiran-lampiran Formulir C-1, Formulir DA-1, dan Formulir DB, Pemohon pada umumnya tidak mengajukan keberatan terhadap proses penyelenggaraan pemilihan umum maupun penghitungan perolehan suara di tiap tingkat, sehingga secara formal alasan-alasan yang dipergunakan dalam permohonan Pemohon a quo tidak dapat diajukan di tingkat perselisihan perolehan suara di Mahkamah Konstitusi. Apalagi partai-partai politik baik lokal maupun nasional peserta Pemilu lainnya di Provinsi Aceh tidak satupun yang mengemukakan hal-hal yang disebut oleh Pemohon.

Mahkamah menilai meskipun ancaman kekerasan, intimidasi dan paksaan yang dilakukan oleh salah satu peserta Pemilihan Umum di Aceh, sebagaimana diterangkan oleh saksi-saksi Pemohon tidak dapat diabaikan dan dianggap tidak benar, akan tetapi belum dapat dikategorikan sebagai masif, terstruktur, dan sistematis. Karena meskipun saksi-saksi Pemohon menerangkan bahwa Pemilu dilaksanakan di bawah ancaman dan intimidasi, Pemohon masih memperoleh suara dari Pemilih yang simpati. Di lain pihak, sebagaimana telah dipertimbangkan di atas, keluhan akan intimidasi dan ancaman serupa tidak dikemukakan oleh partai nasional dan partai lokal lainnya yang juga mengajukan perselisihan hasil penghitungan suara di daerah-daerah pemilihan Provinsi Aceh ke hadapan Mahkamah.

Mahkamah menilai kondisi sosial politik di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam masih beradadalamtahaptransisisetelahkonflikyangpanjangmenujukonsolidasidemokrasi,dimana keamanan dan ketertiban ditegakkan berdasarkan hukum yang berlaku. Sehingga, meskipun harus diakui Pemilihan Umum di Aceh, dengan bukti-bukti sah yang diajukan oleh Pemohon, belum sempurna sebagaimana diharapkan untuk dilaksanakan secara jujur dan adil, langsung, umum, bebas dan rahasia berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008, cacat hukum yang ditemukan dan dialami belum dapat dijadikan dasar untuk membatalkan keseluruhan proses pemilihan umum dan hasil-hasilnya.

Berdasarkan pertimbangan hukum tersebut, Mahkamah dalam amar putusannya menyatakan:Dalam Eksepsi :Menyatakan Eksepsi Termohon dan Turut Termohon tidak dapat diterima.Dalam Pokok Permohonan :Menyatakan Permohonan Pemohon tidak dapat diterima.

235-614.indd 549 9/24/10 11:09:35 AM

Page 572: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

550 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

235-614.indd 550 9/24/10 11:09:35 AM

Page 573: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

551Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 88/PHPU.C-VII/2009

TENTANGKEBERATAN PARTAI BURUH TERHADAP PENETAPAN HASIL PEMILUANGGOTA DPRD PROVINSI DAN ANGGOTA DPRD KABUPATEN/KOTA

Pemohon : 1. Dr. Muchtar Pakpahan, S.H., M.A; 2. Sony Pujisasono, S.H., M.H.Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan

DPRD.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum

Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara Nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009, di 10 daerah pemilihan (Dapil), yakni Dapil Konawe 3, Dapil Konawe Utara 3, Dapil Batam 4, Dapil Sumatera Utara 2, Dapil Riau 4, Dapil Paniai 1, Dapil Kendari 3, Dapil Rejang Lebong 1, Dapil Manado 2, dan Dapil Kupang 3.

Amar Putusan : Dalam Eksepsi Menolak Eksepsi Termohon seluruhnya; Dalam Pokok Permohonan Menolak permohonan Pemohon seluruhnya.Tanggal Putusan : Jumat, 19 Juni 2009.Ikhtisar Putusan :

Pemohon adalah Dr. Muchtar Pakpahan, S.H., M.A. dan Sony Pujisasono, S.H., M.H. selaku Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Partai Buruh. Pemohon adalah Partai Politik Peserta Pemilu Nomor Urut 44. Pemohon mengajukan keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

235-614.indd 551 9/24/10 11:09:35 AM

Page 574: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

552 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara Nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009, di 10 daerah pemilihan (Dapil), yakni Dapil Konawe 3, Dapil Konawe Utara 3, Dapil Batam 4, Dapil Sumatera Utara 2, Dapil Riau 4, Dapil Paniai 1, Dapil Kendari 3, Dapil Rejang Lebong 1, Dapil Manado 2, dan Dapil Kupang 3.

Mengenai kewenangan, Mahkamah menyatakan memiliki kewenangan untuk memeriksa dan memutus permohonan Pemohon. Kewenangan ini didasarkan pada UUD 1945 Pasal 24C ayat (1), UU Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) Pasal 10 ayat (1) huruf d, dan UU Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman Pasal 12 ayat (1) huruf d.

Mengenai kedudukan hukum (legal standing), Mahkamah menilai Pemohon memilikinya berdasar ketentuan UU MK Pasal 74 ayat (1) dan ayat (2) juncto UU Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD Pasal 258 ayat (1), dan PMK Nomor 16 Tahun 2009 Pasal 5 huruf b.

Permohonan Pemohon diserahkan kepada Kepaniteraan Mahkamah pada Selasa tanggal 12 Mei 2009 pukul 22.00, sebelum berakhirnya tenggat waktu tanggal 12 Mei 2009 pukul 23.50 WIB. Dengan demikian Mahkamah akan mempertimbangkan lebih lanjut permohonan tersebut.

Pemohon mendalilkan Keputusan KPU a quo adalah salah dan merugikan Pemohon sebagai berikut.1. Dapil Konawe 3 Pemohon mendalilkan rekapitulasi KPU Kabupaten Konawe tanggal 21 April 2009

untuk Daerah Pemilihan Kabupaten Konawe 3, yang meliputi Kecamatan Wawotobi, Meluhu, Konawe, Wonggeduku, Pondidaha dan Amonggedo, menyatakan Pemohon memperoleh 1.354 suara padahal seharusnya Pemohon memperoleh 1.364 suara dan oleh karenanya memperoleh jatah 1 kursi terakhir di Dapil Konawe 3. Pemohon mengajukan Bukti P-1 sampai dengan Bukti P-7 dan 5 orang saksi, yaitu Sujono, Ade Uyun, Sarwono, Hermansyah Pagala, dan Asifah.

Termohon dan Turut Termohon I menyatakan bahwa perolehan suara Pemohon yang benar untuk Kecamatan Meluhu adalah sejumlah 23 suara; Kecamatan Wawotobi sejumlah 718 suara; Kecamatan Konawe sejumlah 226 suara; Kecamatan Pondidaha sejumlah 86 suara; Kecamatan Amonggedo sejumlah 1 suara; Kecamatan Wonggeduku sejumlah 300 suara; sehingga jumlah keseluruhan adalah 1.354 suara. Termohon dan Turut Termohon I juga mengajukan Bukti TT.I-1 sampai dengan Bukti TT.I-19.

Mahkamah menilai bahwa Pemohon tidak mampu membuktikan dalil-dalilnya dan oleh karenanya permohonan Pemohon dikesampingkan.

235-614.indd 552 9/24/10 11:09:35 AM

Page 575: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

553Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

2. Dapil Konawe Utara 3 Pemohon mendalilkan bahwa rekapitulasi suara KPU Kabupaten Konawe Utara

menunjukkan perolehan suara Pemohon di Dapil Konawe Utara 3 adalah 303 suara. Perolehan suara tersebut menempatkan Pemohon pada peringkat ke-5 namun tidak memperoleh kursi karena alokasi kursi hanya 4 kursi.

Menurut Pemohon, seharusnya Pemohon memperoleh kursi kelima karena pada Berita Acara Nomor 634/15 Tahun 2007 tentang Penetapan Perolehan Kursi Partai Politik Dan Penetapan Calon Terpilih Pengisian Keanggotaan DPRD Kabupaten Konawe Utara Hasil Pemilihan Umum 2004, menyebutkan bahwa pembagian alokasi kursi Daerah Pemilihan Kabupaten Konawe Utara 3 adalah sejumlah 5 kursi.

Mahkamah menilai bahwa dalil Pemohon terkait Dapil Konawe Utara 3 bukan merupakan objek perselisihan hasil pemilihan umum, melainkan adalah konsekuensi dari terjadinya perubahan wilayah administrasi pemerintahan yang timbul akibat pembentukan daerah otonom baru (pemekaran wilayah) sebagaimana diatur oleh Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagaimana terakhir diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah. Dengan demikian, tanpa mempertimbangkan alat-alat bukti yang diajukan oleh Pemohon, permohonan Pemohon dikesampingkan.

3. Dapil Batam 4 Pemohon mendalilkan bahwa perolehan suara versi KPU, yang meliputi Kecamatan

Sagulung, Kecamatan Sei Beduk, Kecamatan Bulang, dan Kecamatan Galang, menempatkan Pemohon pada peringkat ke-15 dengan perolehan suara sejumlah 2.173 suara; dan Partai Peduli Rakyat Nasional (PPRN) dengan perolehan sejumlah 2.401 suara menempati peringkat ke-11 (kursi terakhir).

Pemohon mendalilkan kehilangan suara, dan PPRN digelembungkan perolehan suaranya sejumlah 49 suara. Seharusnya Pemohon memperoleh sejumlah 2.396 suara, sedangkan perolehan suara PPRN seharusnya adalah 2.352 suara. Jika perolehan suara Pemohon dan Partai PPRN diperbaiki, Pemohon akan menempati peringkat ke-11 dan memperoleh 1 kursi terakhir. Untuk menguatkan dalil-dalil permohonannya, Pemohon mengajukan Bukti P-1 sampai dengan Bukti P-104 dan 3 orang saksi, yaitu Dadang Mai Asdinata, Mayer Situmeang, dan Huntal Maria Raja Tamba.

Termohon dan Turut Termohon membantah dalil-dalil permohonan Pemohon yang menyatakan kehilangan suara dan terjadinya penggelembungan suara terhadap PPRN di Daerah Pemilihan Kota Batam 4. Turut Termohon mengajukan Bukti TT-3, TT-4, TT-8 sampai dengan TT-12, serta Bukti TT-17 sampai dengan TT-74.

Berdasarkan fakta-fakta hukum yang terungkap dalam persidangan, baik validitas bukti-bukti surat maupun inkonsistensi yang terjadi dalam jumlah kehilangan suara yang diklaim dalam posita, berbeda dengan petitum, dan juga berbeda dengan keterangan saksi di persidangan. Sehingga, meskipun proses dan

235-614.indd 553 9/24/10 11:09:35 AM

Page 576: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

554 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

mekanisme rekapitulasi penghitungan suara tidak disepakati oleh semua peserta in casu Pemohon, Mahkamah berpendapat bahwa Pemohon tidak berhasil untuk membuktikan dalil permohonannya secara sah dan meyakinkan.

4. Dapil Sumatera Utara 2 Pemohon mendalilkan bahwa di Kabupaten Deli Serdang Pemohon kehilangan

suara di 2 kecamatan, yaitu Kecamatan Batang Kuis kehilangan 1.153 suara, dan di Kecamatan Tanjung Morawa kehilangan 10.226 suara, sehingga suara Pemohon akan menjadi 15.452 suara dan berhak atas 1 kursi DPRD Provinsi Sumatera Utara. Untuk menguatkan dalilnya, Pemohon mengajukan Bukti P-1 sampai dengan P-93 yang merupakan Formulir C-1, C, DB-1 di Kecamatan Batang Kuis dan Kecamatan Tanjung Morawa, tetapi tidak mengajukan saksi.

Termohon dan Turut Termohon IV menyatakan bahwa kehilangan suara Pemohon sejumlah 8.822 suara adalah asumsi yang tidak dapat diuji dan dipertanggungjawabkan. Turut Termohon IV juga menyampaikan Bukti TT-1 sampai dengan Bukti TT-15 berupa Formulir C-1, C, dan DB-1 di Kecamatan Batang Kuis dan Kecamatan Tanjung Morawa.

Mahkamah berpendapat bukti-bukti Pemohon dari P-1 sampai dengan P-93 yang dijadikan sebagai dasar dalam permohonan a quo tidak dapat diterima sebagai alat bukti yang sah menurut hukum sehingga permohonan Pemohon dikesampingkan.

5. Dapil Riau 4 Pemohon mendalilkan bahwa di Kota Dumai dan Kabupaten Bengkalis, memiliki

10 kursi DPRD Provinsi Riau dengan BPP 37.780 suara. Penghitungan suara KPU untuk Dapil tersebut menempatkan Pemohon di peringkat ke-11 dengan perolehan 14.406 suara. Sedangkan PBB berada di peringkat ke-10 dengan perolehan suara 14.865 suara. Pemohon mendalilkan kehilangan sejumlah 1.021 suara di Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis. Apabila suara yang hilang tersebut dikembalikan, Pemohon akan menempati urutan ke-10 dan memperoleh kursi di Dapil bersangkutan. Pemohon mengajukan bukti tertulis yang diberi tanda Bukti P-1 sampai dengan Bukti P-4 yang berupa Model DA-1 DPRD Provinsi dan Model DC DPRD Provinsi.

Termohon dan Turut Termohon V (KPU Provinsi Riau) menyatakan bahwa kesalahan tulis rekapitulasi yang dilakukan oleh KPPS pada saat pengisian formulir Model C-1 di TPS dan pembukaan kotak suara di Kecamatan Mandau berdasarkan kesepakatan saksi, Turut Termohon V telah melakukan perbaikan atas kesalahan penjumlahan suara sah dan tidak sah pada tanggal 18 Mei 2009 dalam rapat Pleno yang dihadiri dan ditandatangani oleh saksi Pemohon dan tidak ada keberatan/kejadian khusus dari saksi parpol maupun saksi Pemohon. Turut Termohon mengajukan alat bukti surat TT-1 sampai dengan TT-8, dan dua orang saksi yang bernama Parulian Tampubolon dan Hendri, S.Ag., M.Si.

Pihak Terkait Partai Bulan Bintang (PBB) juga telah membantah dalil Pemohon dan mengajukan satu orang saksi yang menerangkan bahwa meskipun pada awalnya

235-614.indd 554 9/24/10 11:09:35 AM

Page 577: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

555Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

terdapat perbedaan pendapat tetapi pada akhirnya saksi-saksi partai menandatangani hasil rekapitulasi penghitungan suara di Kecamatan Mandau.

Mahkamah menilai alat bukti yang diajukan oleh Pemohon, yaitu Bukti P-1 sampai dengan Bukti P-4 adalah dokumen yang dibuat sendiri oleh Pemohon untuk kepentingan penghitungan Pemohon yang tidak memiliki kekuatan bukti yang sah menurut hukum. Sementara alat bukti Turut Termohon TT-1 yang menyatakan dilakukan perbaikan atas kesalahan penjumlahan suara sah dan tidak sah pada tanggal 18 Mei 2009 dalam rapat pleno dihadiri dan ditandatangani oleh saksi Pemohon, ternyata bersesuaian dengan Bukti P-2. Dengan demikian, Mahkamah menilai permohonan Pemohon tidak beralasan dan tidak terbukti secara sah dan menyakinkan.

6. Dapil Paniai 1 Turut Termohon VI (KPU Kabupaten Paniai) di Daerah Pemilihan Kabupaten Paniai

1 menetapkan perolehan Pemohon sejumlah 1.392 suara. Pemohon mendalilkan kehilangan 1.019 suara, yang jika dijumlahkan dengan perolehan versi KPU Kabupaten Paniai akan membuat Pemohon memiliki 2.411 suara dan karenanya berhak mendapatkan 1 kursi. Pemohon mengajukan Bukti P-1 sampai dengan Bukti P-13, serta 2 orang saksi, yaitu Melianus Adi dan Martinus Mote.

Termohon dan Turut Termohon VI menyatakan bahwa Rapat Pleno KPU Kabupaten Paniai mengenai pembacaan laporan dan penghitungan rekapitulasi suara dari PPK 21 Distrik se-Kabupaten Paniai telah dihadiri oleh saksi-saksi partai politik, pimpinan partai politik dan Muspida Kabupaten Paniai serta unsur masyarakat lainnya. Keberatan yang diajukan partai politik pada Formulir DB-2 diteruskan kepada Panwaslu Kabupaten Paniai. Bahkan, saksi Pemohon yang belum menyampaikan surat mandat kepada Turut Termohon VI, tetap diijinkan mengisi dan menandatangani Berita Acara Persetujuan Hasil Rekapitulasi Perolehan Suara dalam Formulir Model DB-1 dan mengajukan keberatan dalam Formulir DB-2. Turut Termohon mengajukan Bukti TT.VI-1 sampai dengan Bukti TT.VI-3.

Setelah Mahkamah menyandingkan alat bukti kedua pihak dan menemukan fakta bahwa (i) Bukti P-1 sampai dengan P-13 dibuat oleh Pemohon sendiri; (ii) angka-angka perolehan suara yang termuat dalam bukti yang diajukan Pemohon, antara lain Bukti P-3, P-4, P-5, P-7, P-8, P-9, P-11, P-12, dan P-13 tertulis dalam bentuk yang diubah-ubah setelah beberapa diantaranya dihapus untuk diisi kemudian; (iii) klaim sejumlah 2.411 suara di 13 kampung tidak dirinci per TPS; (iv) Turut Termohon menerangkan saksi Pemohon menandatangani berita acara penghitungan suara (Formulir DB), akan tetapi tidak dijumpai tanda tangan saksi Pemohon di alat bukti Turut Termohon, dan sebaliknya terdapat keberatan Pemohon dalam Formulir Model DB-2 DPRD Kabupaten/Kota.

Mahkamah menyimpulkan bantahan Turut Termohon tidak terbukti dari alat-alat bukti yang diajukannya. Namun alat bukti yang diajukan Pemohon merupakan

235-614.indd 555 9/24/10 11:09:35 AM

Page 578: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

556 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

alat bukti yang tidak sah, sehingga meskipun Pemohon mengajukan 2 saksi, akan tetapi saksi tersebut tidak menjelaskan berapa kehilangan suara Pemohon dan di TPS-TPS mana saja. Dengan demikian Mahkamah menilai permohonan harus dikesampingkan.

9. Dapil Kendari 3 Pemohon mendalilkan bahwa perolehan suara Pemohon di Kecamatan Baruga,

Kecamatan Kadia, dan Kecamatan Wua-wua, hilang sejumlah 56 suara dan tidak memperoleh kursi, seharusnya Pemohon memperoleh sejumlah 1.420 suara dan bukan sejumlah 1.364 suara seperti penghitungan KPU. Pemohon juga menyatakan bahwa perolehan Partai Bulan Bintang sejumlah 1.448 suara adalah meliputi penggelembungan sejumlah 39 suara. Seharusnya dengan perolehan suara Pemohon sejumlah 1.420 suara, dan perolehan Partai Bulan Bintang (setelah dikurangi angka penggelembungan 39 suara) sejumlah 1.409 suara, Pemohon berhak atas 1 kursi terakhir di Daerah Pemilihan Kota Kendari 3 menggantikan posisi Partai Bulan Bintang. Pemohon mengajukan Bukti P-1 sampai dengan Bukti P-16 berupa Formulir C, C-1, DA-1, DA-A, DA-B DPRD Kabupaten/Kota dan surat dari Ketua Panwaslu Kota Kendari, serta 4 orang saksi yaitu Landa Makati, La Ode Muh. Dentif Rahim, Muhammad Daulat, dan Martinus.

Termohon dan Turut Termohon menerangkan bahwa proses rekapitulasi di Kecamatan Kadia dihadiri oleh saksi partai politik serta Panwascam Kadia. Di beberapa TPS di Kelurahan Bende yang menjadi lokasi gugatan Pemohon, saksi Pemohon hadir dan mengajukan keberatan. PPK Kecamatan Kadia dan Panwascam melakukan pencocokan data yang dimiliki masing-masing pihak; ternyata data Lampiran C-1 yang dimiliki PPK dan Panwascam tidak berbeda sehingga hasilnya diterima oleh Pemohon. Turut Termohon mengajukan Bukti TT-1 sampai dengan TT-9 berupa Formulir Lampiran Model DA-1 DPRD Kabupaten/Kota TPS 12 Kelurahan Pondambea, Kecamatan Kadia; Formulir Model C Kabupaten/Kota dan Model C-1 Kabupaten/Kota TPS 2, TPS 4, TPS 6, TPS 10, dan TPS 30 Kelurahan Bende, Kecamatan Kadia; Formulir Lampiran Model DA-1 DPRD Kabupaten/Kota TPS 3 Kelurahan Anaiwoi, Kecamatan Kadia; Formulir Model C Kabupaten/Kota dan Model C-1 Kabupaten/Kota TPS 3 dan TPS 10 Kelurahan Kadia, Kecamatan Kadia.

Mahkamah berpendapat terdapat pengurangan suara yang dilakukan oleh Turut Termohon atas perolehan suara Pemohon, akan tetapi jumlah yang didalilkan tidak konsisten dengan alat bukti. Pemohon mendalilkan kehilangan sejumlah 56 suara, sementara saksi-saksi menerangkan kehilangan hanya 38 suara. Seandaipun kehilangan 38 suara Pemohon telah terbukti dan penggelembungan 39 suara bagi PBB juga terbukti -quod non-, maka perolehan suara Pemohon yang ditetapkan KPU ditambah dengan kehilangan 38 suara menjadi 1.402 suara; jumlah tersebut tetap di bawah perolehan PBB sejumlah 1.448 suara dikurangi 39 suara. Dengan demikian permohonan Pemohon harus dikesampingkan.

235-614.indd 556 9/24/10 11:09:35 AM

Page 579: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

557Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

10. Dapil Rejang Lebong 1 Pemohon mendalilkan terdapat perbedaan suara sah dan suara tidak sah versi

KPU Kabupaten Rejang Lebong di rekapitulasi Dapil Rejang Lebong 1, yang meliputi Kecamatan Curup, Kecamatan Curup Tengah, Kecamatan Bermani Ulu Raya, Kecamatan Kecamatan Curup Utara, dan Kecamatan Curup Timur, dengan suara sah dan suara tidak sah yang ada di rekapitulasi PPK. Pemohon menyatakan bahwa hasil rekapitulasi PPK dan KPUD, serta penetapannya tidak dilakukan melalui rapat pleno, oleh karenanya Pemohon meminta penghitungan suara ulang suara di Dapil Rejang Lebong 1. Pemohon mengajukan bukti tertulis yang diberi tanda Bukti P-1 sampai dengan Bukti P-6 berupa Formulir Model DB-1, DA-1, DA-2, DA DPRD Kabupaten/Kota Kecamatan Curup Timur dan Kecamatan Curup Utara, dan tidak mengajukan saksi.

Termohon dan Turut Termohon menerangkan bahwa keberatan dari saksi mengenai perubahan jumlah rekapitulasi suara sah dan suara tidak sah dari PPK saat pleno terbuka KPU Kabupaten Rejang Lebong saat Pleno Terbuka di KPU Kabupaten Rejang Lebong tanggal 16-19 Mei 2009 telah ditindaklanjuti. Turut Termohon mengajukan Bukti TT-1 sampai dengan TT-10 berupa Formulir Model DA, DA-1, DB, DB-1, dan EB DPRD Kabupaten/Kota, surat mandat dan daftar hadir Pleno KPUD Rejang Lebong.

Mahkamah menilai para pihak tidak memperselisihkan jumlah perubahan suara sah yang dijadikan landasan permohonan Pemohon. Pemohon tidak mengajukan bukti-bukti yang dapat menunjukkan terjadinya pelanggaran ketentuan perundang-undangan oleh Turut Termohon ketika terjadi perubahan suara sah. Pemohon juga tidak membantah keterangan Turut Termohon yang menyatakan bahwa perubahan rekapitulasi penghitungan suara sah tersebut terjadi karena adanya kesalahan penghitungan suara sah dan telah diperbaiki atas kesepakatan oleh partai-partai politik peserta Pemilu yang dihadiri oleh Pemohon. Dengan demikian, Mahkamah menilai permohonan Pemohon tidak beralasan sehingga permohonan dikesampingkan.

11. Dapil Manado 2 Pemohon mendalilkan bahwa rekapitulasi KPU Kota Manado untuk Kecamatan

Wenang Wanea menyatakan Pemohon memperoleh 639 suara; dan menempatkan Pemohon di peringkat ke-12 dari 9 kursi. Pemohon mendalilkan seharusnya memperoleh 1.807 suara di Kecamatan Wenang Wanea dan memperoleh 1 kursi. Pemohon mengajukan Bukti P-1 sampai dengan P-9 berupa Formulir C-1 DPRD Kabupaten/Kota Dapil Manado 2, dan mengajukan seorang saksi.

Termohon dan Turut Termohon menyatakan bahwa dalil adanya kesalahan penghitungan di Kelurahan Tingkulu, Wanea, Calaca, dan Bumi Nyiur, tidak benar karena rekapitulasi penghitungan suara tidak dilakukan di tingkat kelurahan; dan penghitungan di PPK Kecamatan Wenang dihadiri oleh saksi Pemohon yang tidak menyatakan keberatan. Turut Termohon mengajukan Bukti T-1 sampai dengan Bukti

235-614.indd 557 9/24/10 11:09:35 AM

Page 580: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

558 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

T-8 berupa Surat KPU Kota Manado, Lampiran Model DB-1, Formulir DA-1 DPRD Provinsi, Model EB-1 DPRD Kabupaten/Kota, EB 3.1 DPRD Kabupaten/Kota, EB 1 Penghitungan suara dan penetapan suara Parpol.

Mahkamah menilai terjadi inkonsistensi antara posita dengan petitum. Pemohon menyatakan seharusnya memperoleh sejumlah 1.807 suara, namun hasil penghitungan Mahkamah dari bukti-bukti Pemohon hanya menunjukkan perolehan sejumlah 1.399 suara. Berdasarkan hal tersebut, Mahkamah berpendapat Pemohon tidak berhasil membuktikan dalil-dalil permohonannya, sehingga permohonan Pemohon dikesampingkan.

12. Dapil Kupang 3 Pemohon mendalilkan bahwa di Kecamatan Alak dan Kecamatan Maulafa, terjadi

pelanggaran, penyimpangan, dan kesalahan dalam pelaksanaan rekapitulasi hasil penghitungan suara untuk Kecamatan Alak, dimana ketika rekapitulasi di tingkat PPK sebagian besar saksi partai politik tidak memegang Model C-1 dan kecurangan telah direkayasa sejak dari TPS. Pemohon menerangkan bahwa total suara sah menurut Panwaslu Maulafa dan PPK Maulafa berbeda, serta terdapat kenaikan total suara sah di Kecamatan Maulafa dari 22.541 suara sah menjadi 26.882 suara sah; dan di Kecamatan Alak dari 21.000 suara sah menjadi sekitar 22.000 suara sah.

Termohon dan Turut Termohon menerangkan bahwa Berita Acara Model C-1 hanya diberikan oleh KPPS kepada saksi partai politik yang hadir, mengikuti proses penghitungan, dan menyerahkan surat mandat. Sementara perbedaan data antara Model C-1 yang dihasilkan oleh KPPS dengan data hasil Pleno di PPK terjadi karena pada saat Pleno PPK dilakukan koreksi terhadap angka-angka yang salah/keliru ditulis oleh KPPS. Koreksi tersebut dilakukan berdasarkan kesepakatan bersama antara PPK, saksi, serta Panwaslu yang hadir pada saat pleno. Berita Acara Pleno PPK juga menunjukkan tidak ada keberatan saksi yang berhubungan dengan perolehan suara sah partai politik maupun Calon Anggota DPRD Kota Kupang. Saksi Pemohon atas nama Anthonius Bere dan Melkianus Asanab, S.H. menandatangani dokumen rekapitulasi di PPK tanpa ada catatan keberatan.

Oleh karena Pemohon tidak mengajukan bukti baik tulisan maupun saksi, Mahkamah menilai Pemohon tidak bersungguh-sungguh dalam permohonannya sehingga permohonan Pemohon dikesampingkan.Terhadap perselisihan hasil pemilihan umum di sepuluh daerah pemilihan tersebut,

Mahkamah dalam amar putusannya menyatakan (dalam eksepsi) menolak eksepsi Termohon seluruhnya; dan (dalam pokok permohonan) menolak permohonan Pemohon seluruhnya.

235-614.indd 558 9/24/10 11:09:35 AM

Page 581: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

559Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 89/PHPU.C-VII/2009

TENTANGKEBERATAN PARTAI DEMOKRAT TERHADAP

PENETAPAN HASIL PEMILU ANGGOTA DPR, ANGGOTA DPRD PROVINSI, DAN ANGGOTA DPRD KABUPATEN/KOTA

Pemohon : 1. Hadi Utomo; 2. H. Marzuki Alie, S.E.,M.M. Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan

DPRD.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor

255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei Tahun 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 di 37 Daerah Pemilihan (Dapil).

Amar Putusan : Putusan khusus untuk Dapil Sumatera Utara II dan Dapil Nias Selatan (I):

Memerintahkan Komisi Pemilihan Umum untuk melaksanakan pemungutan suara ulang di Kabupaten Nias Selatan.

Putusan (II): Dalam Eksepsi: Menyatakan eksepsi Termohon, Turut Termohon, dan Pihak Terkait

dikabulkan sebagian. Dalam Pokok Permohonan: - Menyatakan permohonan Pemohon untuk Dapil Papua (DPR

RI) dan Dapil Sulawesi Tenggara 2 (DPRD Provinsi) tidak dapat diterima;

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

235-614.indd 559 9/24/10 11:09:35 AM

Page 582: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

560 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

- Sebelum menjatuhkan putusan akhir, untuk Dapil Sumatera Utara II (DPRD Provinsi) dan Dapil Nias Selatan 1, 2, 3 (DPRD Kabupaten), Mahkamah merujuk pada Putusan (Sela) Mahkamah Konstitusi Nomor 28-65-70-82-84-89/PHPU.C-VII/2009 bertanggal 9 Juni 2009 yang telah menjatuhkan putusan sela yang amarnya berbunyi:

“Dalam Pokok Perkara” Sebelum menjatuhkan putusan akhir dalam perkara ini; - Memerintahkan Komisi Pemilihan Umum untuk melaksanakan

pemungutan suara ulang di Kabupaten Nias Selatan paling lambat 90 hari terhitung sejak putusan ini diucapkan;

- Memerintahkan kepada Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Nias Selatan untuk melaporkan penetapan hasil pemungutan suara ulang tersebut kepada Mahkamah Konstitusi paling lambat dalam tenggat yang ditetapkan dalam amar putusan ini;

- Menangguhkan berlakunya Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara Nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 sepanjang menyangkut hasil perolehan suara partai politik di Kabupaten Nias Selatan, Provinsi Sumatera Utara.

- Menetapkan dan menugaskan Hakim Konstitusi untuk menghadiri penyelenggaraan pemungutan suara ulang;

- Menyatakan menolak permohonan Pemohon untuk selain dan selebihnya.

Putusan Akhir khusus untuk pelaksanaan putusan sela (III):

- Menetapkan perolehan suara yang benar untuk partai politik peserta Pemilihan Umum Calon Anggota Dewan Perwakilan Rakyat pada Kabupaten Nias Selatan;

- Menetapkan perolehan suara yang benar untuk partai politik peserta Pemilihan Umum Calon Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi;

- Menetapkan perolehan suara yang benar untuk partai politik peserta Pemilihan Umum Calon Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Nias Selatan.

235-614.indd 560 9/24/10 11:09:35 AM

Page 583: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

561Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

Tanggal Putusan : Putusan khusus untuk Dapil Sumatera Utara II dan Dapil Nias Selatan (I) : Selasa, 9 Juni 2009.

Putusan (II) : Selasa, 23 Juni 2009. Putusan Akhir khusus untuk pelaksanaan putusan sela (III) : Selasa, 1 September 2009.Ikhtisar Putusan :

Pemohon Hadi Utomo dan H. Marzuki Alie, S.E., M.M., adalah Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat. Pemohon keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 (Keputusan KPU 255/2009). Keberatan Pemohon terhadap hasil Pemilu meliputi 37 Dapil.

Menyangkut kewenangan Mahkamah, Pasal 24C ayat (1) UUD 1945, Pasal 10 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) juncto Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman menyatakan bahwa salah satu kewenangan Mahkamah adalah memutus perselisihan hasil pemilihan umum.

Oleh karena permohonan Pemohon adalah sengketa penetapan hasil Pemilu yang dilakukan secara nasional oleh KPU (Termohon) yang mempengaruhi perolehan suara partai politik peserta Pemilu, maka Mahkamah berwenang memeriksa, mengadili dan memutus permohonan Pemohon.

Menyangkut kedudukan hukum (legal standing), Pemohon adalah partai politik peserta Pemilu Nomor Urut 31 berdasarkan Keputusan KPU Nomor 149/SK/KPU/Tahun 2008 tentang Penetapan dan Pengundian Nomor Urut Partai Politik Peserta Pemilihan Umum Tahun 2009 sebagaimana diubah dengan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 208/SK/KPU/Tahun 2008 tentang Penetapan dan Pengundian Nomor Urut Partai Politik Peserta Pemilihan Umum Tahun 2009 tanggal 16 Agustus 2008. Oleh karenanya, Pemohon mempunyai kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan.

Menyangkut tenggang waktu pengajuan permohonan, Keputusan KPU 255/2009 diumumkan pada tanggal 9 Mei 2009 pukul 23.50 WIB, sedangkan permohonan Pemohon diajukan ke Mahkamah pada hari Selasa tanggal 12 Mei 2009 pukul 18.30 WIB berdasarkan Akta Penerimaan Berkas Pemohonan Nomor 197/PAN.MK/2009.

Pasal 74 ayat (3) UU MK dan Pasal 6 ayat (1) Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (PMK16/2009) menentukan bahwa permohonan hanya dapat

235-614.indd 561 9/24/10 11:09:35 AM

Page 584: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

562 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

diajukan dalam jangka waktu paling lambat 3 X 24 jam sejak KPU mengumumkan penetapan hasil Pemilu secara nasional. Dengan demikian, pengajuan permohonan Pemohon masih dalam tenggang waktu yang ditentukan.

Termohon, Turut Termohon, dan Pihak Terkait mengajukan eksepsi dengan alasan permohonan Pemohon tidak termasuk objek perselisihan hasil Pemilu. Selain itu, permohonan Pemohon juga dinilai kabur (obscuur libel). Mahkamah menilai eksepsi tersebut sudah termasuk dalam materi pokok permohonan yang akan dipertimbangkan bersama-sama dengan pokok permohonan dalam setiap Dapil yang dimohonkan.

Dalam pokok permohonannya, Pemohon mendalilkan keberatan terhadap hasil Pemilu sebagai berikut.

Perselisihan Hasil Pemilihan Umum DPR RI1. Dapil Sulawesi Tengah Pemohon mendalilkan kehilangan sebanyak 8.264 suara yang terjadi di Kabupaten

Donggala sebanyak 5.239 suara, di Kabupaten Banggai Kepulauan sebanyak 182 suara, dan di Kabupaten Banggai sebanyak 2.843 suara. Setelah mencermati bukti-bukti, Mahkamah berpendapat bukti Pemohon berupa Model DB-1 DPR tidak ditandatangani oleh anggota KPU Kabupaten/Kota dan saksi-saksi partai politik. Selain itu, pada bukti Pemohon berupa Model DB dan Model DB-1 tercatat perolehan suara Pemohon sejumlah 6.257 suara, padahal Pemohon mendalilkan sejumlah 35.578 suara. Oleh karenanya, Mahkamah menilai Pemohon tidak berhasil membuktikan dalil permohonannya sehingga harus ditolak.

2. Dapil Jawa Timur III Pemohon mendalilkan kehilangan sebanyak 10.225 suara, sedangkan perolehan

suara Partai Amanat Nasional menggelembung sebanyak 71.872 suara. Setelah mencermati bukti-bukti, Mahkamah menemukan fakta sebagai berikut:

○ buktiPemohonberupaModelC/C-1diTPSVDesa/KelurahanBanjar,KecamatanLicin, Kabupaten Banyuwangi, tidak ditandatangani oleh anggota KPPS dan saksi partai politik;

○ tanda tangan anggota KPPS pada Formulir C dan Formulir C-1 di TPS 06Desa/Keluruhan Tambong, Kecamatan Kabat, Kabupaten Banyuwangi berbeda satu sama lain. Selain itu, pada formulir tersebut terdapat banyak coretan, angka, ada bekas tipp-ex, dan ada angka yang diganti;

○ buktiPemohonberupaModelCDPR-DPDdiTPS09Desa/KelurahanWonosari,Kecamatan Grujugan, Kabupaten Bondowoso ditandatangani oleh 7 orang anggota KPPS, namun dalam Model C-1 tidak ditandatangani anggota KPPS dan saksi partai politik. Selain itu, pada formulir tersebut terdapat angka yang ditebalkan dan angka yang diganti;

○ bukti Pemohon berupaModel C di TPS III Desa/KelurahanSumber Pandan,Kecamatan Grujugan, Kabupaten Bondowoso ditandatangani oleh 6 anggota

235-614.indd 562 9/24/10 11:09:35 AM

Page 585: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

563Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

KPPS, namun Model C-1 tidak ditandatangani oleh anggota KPPS dan saksi partai politik. Selain itu, pada formulir tersebut terdapat angka yang ditebalkan.

Oleh karenanya, Mahkamah menilai Pemohon tidak berhasil membuktikan dalil permohonannya sehingga harus ditolak.

3. Dapil Bengkulu Pemohon mendalilkan semestinya memperoleh 168.963 suara, dan bukan 148.963

suara. Dengan kata lain, Pemohon kehilangan 20.000 suara di semua TPS pada Kabupaten Kaur.

Mahkamah berpendapat perolehan suara Pemohon dalam bukti-buktinya tidak sesuai dengan dalil permohonannya. Lagipula, bukti Pemohon berupa Model DC-1 DPR tidak dibubuhi cap/stempel. Oleh karenanya, Mahkamah menilai Pemohon tidak berhasil membuktikan dalil permohonannya sehingga harus ditolak.

4. Dapil Sumatera Utara II Pemohon mendalilkan perolehan suaranya sebanyak 209.571 suara lebih banyak

dari jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) sebanyak 198.094 suara yang mengakibatkan peringkat perolehan jumlah suara Pemohon turun menjadi Nomor Urut 4.

Mahkamah telah menjatuhkan Putusan Sela Nomor 28-65-70-82-84-89/PHPU.C-VII/2009 yang diucapkan pada sidang pleno terbuka untuk umum pada tanggal 9 Juni 2009. Dalam amar putusan sela, Mahkamah memerintahkan KPU Kabupaten Nias Selatan untuk melakukan pemungutan suara ulang.

5. Dapil Papua Pemohon mendalilkan kehilangan suara di Distrik Kebo, Distrik Paniai Timur, Distrik

Hitadipa, dan Distrik Mbiandoga, Kabupaten Paniai sebanyak 29.022 suara dan di Distrik Pribadi, Kabupaten Yahukimo sebanyak 25.547 suara. Dengan demikian, jumlah seluruh suara Pemohon yang hilang sebesar 49.850 suara.

Mahkamah berpendapat apabila ditambah dengan kehilangan perolehan suara Pemohon di Kabupaten Yapen sejumlah 29.022 suara, maka jumlahnya adalah 25.547 + 29.022 = 54.569 suara. Hal ini berbeda dengan klaim Pemohon. Oleh karenanya, Mahkamah menilai permohonan Pemohon rancu dan tidak jelas sehingga harus dinyatakan tidak dapat diterima.

Perselisihan Hasil Pemilihan Umum DPRD Provinsi6. Dapil Nusa Tenggara Barat VI Pemohon mendalilkan semestinya memperoleh 4.551 suara, dan bukan 4.454

suara berdasarkan Model DB-1 di Kabupaten Ende. Dalam hal ini, Pemohon telah kehilangan 97 suara.

Mahkamah berpendapat tidak ada bukti yang menunjukkan 97 suara di beberapa TPS belum dimasukkan dalam rekapitulasi. Oleh karenanya, Mahkamah menilai

235-614.indd 563 9/24/10 11:09:35 AM

Page 586: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

564 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Pemohon tidak berhasil membuktikan dalil permohonannya sehingga permohonan Pemohon harus ditolak.

7. Dapil Papua IV Pemohon mendalilkan Termohon menetapkan perolehan suara Pemohon nihil (nol),

padahal Pemohon memperoleh 4.026 suara. Hal ini terjadi karena suara Pemohon di Distrik Kelila diberikan kepada Partai Indonesia Sejahtera dan Partai Amanat Nasional.

Mahkamah menilai Pemohon sama sekali tidak mengajukan bukti tertulis maupun saksi sehingga permohonan Pemohon harus dinyatakan ditolak.

8. Dapil Sulawesi Tenggara II Pemohon mendalilkan memperoleh 24.757 suara di Kabupaten Konawe Utara

berdasarkan Formulir DC/DPRD Provinsi. Mahkamah menilai Pemohon tidak jelas merinci perolehan suaranya, sehingga

permohonan Pemohon harus dinyatakan ditolak. Perselisihan Hasil Pemilihan Umum DPRD Kabupaten/Kota 9. Dapil Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap) 3 Pemohon mendalilkan semestinya memperoleh 787 suara, dan bukan 743 suara,

sehingga kehilangan 44 suara di Kecamatan Pancarijang. Sementara Partai Amanat Nasional semestinya memperoleh 304 suara, dan bukan 473 suara sehingga perolehan suara Partai Amanat Nasional menggelembung sebesar 169 suara. Mahkamah berpendapat bukti Pemohon berupa Model DA-1 tidak ditandatangani oleh PPK dan saksi-saksi parpol. Adapun bukti Pemohon berupa Model DB-1 DPRD Kabupaten/Kota bukan formulir resmi yang dikeluarkan KPU, sehingga bukti-bukti Pemohon tersebut tidak dapat dijadikan sebagai alat bukti yang sah. Oleh karenanya, Mahkamah menilai Pemohon tidak berhasil membuktikan dalil permohonannya sehingga permohonan Pemohon harus ditolak.

10. Dapil Kabupaten Ketapang 3 Pemohon menyatakan, menurut penetapan Termohon, Pemohon memperoleh 2.031

suara, sedangkan Partai Golongan Karya (Golkar) memperoleh 7.382 suara dan Partai Damai Sejahtera memperoleh 2.763 suara. Pemohon berpendapat seharusnya Pemohon memperoleh 2.031 suara, Golkar 7.109 suara, dan PDS 2.964 suara.

Mahkamah berpendapat sebagai berikut:○ tandatangananggotaKPPSpadaFormulirCdanFormulirC-1diTPS2Desa

Senduruhan, Kecamatan Hulu Sungai, Kabupaten Ketapang berbeda satu sama lain. Sementara itu, Formulir C-1 di TPS 1 Desa Batu Lapis, Kecamatan Hulu Sungai, Kabupaten Ketapang tidak ada tangan anggota KPPS;

○ terdapat buktiPemohon yangbukan formulir resmi yangdikeluarkanKPU;○ surat pernyataan tidak dapat dinilai sebagai alat bukti yang sah karena yang

membuat pernyataan tidak hadir sebagai saksi dalam persidangan;

235-614.indd 564 9/24/10 11:09:35 AM

Page 587: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

565Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

○ Saksi Aken yang hanya menerangkan adanya indikasi penggelembungansuara di PPK Kecamatan Hulu Sungai, dinilai tidak cukup meyakinkan untuk membuktikan dalil Pemohon.

Berdasarkan pendapat di atas, Mahkamah menilai Pemohon tidak berhasil membuktikan dalil permohonannya sehingga permohon Pemohon harus ditolak.

11. Dapil Kabupaten Pulang Pisau 2 Pemohon mendalilkan semestinya Partai Demokrasi Pembaharuan (PDP)

memperoleh 839 suara, dan bukan 980 suara. Penambahan suara PDP ini terjadi di Kecamatan Pandibatu sebanyak 141 suara.

Mahkamah berpendapat bukti Pemohon berupa hasil penghitungan suara anggota DPRD Kabupaten/Kota Pulang Pisau yang dikeluarkan oleh petugas PAM TPS 13 (Kepolisian Daerah Kalimantan Tengah, Resor Pulang Pisau Sektor Pandih Batu) tidak dapat dijadikan bukti yang sah karena bukan formulir resmi yang dikeluarkan KPU. Adapun bukti Pemohon berupa Model DA-1 di Kecamatan Pandih Batu tidak lengkap karena tidak disertai dengan Model DA. Oleh karenanya, Mahkamah menlai Pemohon tidak berhasil membuktikan dalil permohonannya sehingga permohonan Pemohon harus ditolak.

12. Dapil Kota Bitung 3 Pemohon mendalilkan semestinya memperoleh 1.414 suara, dan bukan 1.389 suara.

Pengurangan suara Pemohon terjadi di Kelurahan Lirang, Kecamatan Lembe Utara, yakni TPS 1 sebanyak 13 suara dan TPS 2 sebanyak 12 suara.

Mahkamah berpendapat bukti Pemohon berupa Model C-1 tidak meyakinkan. Adapun pada bukti Pemohon berupa Model DB, perolehan suara Pemohon sebesar 407 suara dan hal ini sesuai dengan bukti Turut Termohon berupa Model DA-1. Oleh karenanya, Mahkamah menilai Pemohon tidak berhasil membuktikan dalilnya sehingga permohonan Pemohon harus ditolak.

13. Dapil Kota Manado 1 Pemohon mendalilkan semestinya Partai Barisan Nasional (Barnas) memperoleh

1.316 suara, dan bukan 1.443 suara sehingga perolehan suara Partai Barnas menggelembung 127 suara.

Mahkamah berpendapat tidak ada bukti yang menunjukkan penggelembungan suara Partai Barnas sebesar 127 suara. Lagipula, keterangan Saksi Luri Lukas dan Patrick F. Tumbel yang hanya menerangkan bahwa saksi tidak diberi Formulir Model C-1 dan tidak menandatangani berita acara rekapitulasi, tidak cukup meyakinkan Mahkamah. Oleh karenanya, Mahkamah menilai Pemohon tidak berhasil membuktikan dalilnya sehingga permohonan Pemohon harus ditolak.

14. Dapil Kabupaten Minahasa Utara Pemohon mendalilkan kehilangan 170 suara, karena Caleg Nomor Urut 1 Pemohon

hanya ditetapkan memperoleh 2 suara, padahal seharusnya 152 suara.

235-614.indd 565 9/24/10 11:09:35 AM

Page 588: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

566 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Mahkamah berpendapat bukti Pemohon berupa Model C-1 tidak cukup meyakinkan Mahkamah karena tidak ada tanda tangan anggota KPPS serta ada penebalan, penggantian, dan penghapusan angka dengan tipp-ex. Begitu pula halnya dengan bukti Model DA-B Pemohon. Terlebih lagi, terdapat bukti Turut Termohon (KPU Kabupaten Minahasa Utara) yang memperlihatkan adanya selembar cek dari Lippobank dengan nomor seri MND Nomor 005933-0 tertanggal Manado 31 Mei 2009, yang ditandatangani oleh Olga Lalamentik, isteri dari Berty Wilhelmus Togas Caleg Pemohon Nomor Urut 1 yang diberikan kepada Turut Termohon bernilai Rp. 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah). Oleh karenanya, Mahkamah menilai Pemohon tidak berhasil membuktikan dalilnya sehingga permohonan Pemohon harus ditolak.

15. Dapil Kabupaten Lahat 3 Pemohon mendalilkan ditetapkan memperoleh 1.592 suara, sedangkan Partai

Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) memperoleh 1.600 suara, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) memperoleh 1.618 suara. Seharusnya perolehan suara partai-partai di TPS 2 Desa Singapura yang bermasalah, tidak diperhitungkan, sehingga seharusnya perolehan suara Pemohon 1.588 suara, PKPI 1.525 suara dan PKS 1.576 suara.

Mahkamah menilai bukti-bukti Pemohon tidak cukup meyakinkan Mahkamah sehingga permohonan Pemohon harus ditolak.

16. Dapil Kota Sibolga 2 Pemohon mendalilkan memperoleh 2.472 suara yang dapat memperoleh dua kursi,

tetapi karena ada suara tidak sah sebanyak 142 suara dan yang dihitung secara manual sebanyak 318 suara, sehingga meningkatkan Bilangan Pembagi Pemilih yang merugikan Pemohon.

Mahkamah menilai bukti-bukti Pemohon bukan merupakan formulir resmi yang dikeluarkan KPU. Lagipula keterangan saksi Pemohon tidak cukup meyakinkan Mahkamah. Oleh karenanya, Mahkamah menilai Pemohon tidak berhasil membuktikan dalilnya sehingga permohonan Pemohon harus ditolak.

17. Dapil Kabupaten Samosir 3 Pemohon mendalilkan semestinya perolehan suara Pemohon adalah 895 suara,

dan bukan 891 suara. Sedangkan PNI Marhaenisme semestinya memperoleh 889 suara, dan bukan 892 suara.

Mahkamah berpendapat bukti Pemohon berupa Model C dan Model C-1 bukan merupakan formulir resmi yang dikeluarkan KPU. Lagipula, bukti Pemohon berupa Model DA tidak ditandatangani oleh anggota KPPS, bahkan terdapat coretan dan penebalan angka. Di sisi lain, keterangan saksi pun tidak cukup meyakinkan Mahkamah. Oleh karenanya, Mahkamah menilai Pemohon tidak berhasil membuktikan dalilnya sehingga permohonan Pemohon harus ditolak.

235-614.indd 566 9/24/10 11:09:35 AM

Page 589: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

567Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

18. Dapil Kabupaten Batubara 2 Pemohon mendalilkan semestinya memperoleh 1.717 suara, dan bukan 1.707 suara

di Kecamatan Air Putih. Mahkamah berpendapat bukti-bukti Pemohon baik berupa Model C, Model C-1,

Model DA, dan Model DA-1 bukan formulir resmi yang dikeluarkan KPU. Oleh karenanya, Mahkamah menilai Pemohon tidak berhasil membuktikan dalilnya sehingga permohonan Pemohon harus ditolak.

19. Dapil Kabupaten Sumenep 5 Pemohon mendalilkan kehilangan 144 suara di Kecamatan Batang-Batang

dan Kecamatan Gapura. Sementara perolehan suara Partai Amanat Nasional menggelembung sebesar 267 suara.

Mahkamah berpendapat bukti-bukti Pemohon berupa Model C, Model C-1, Model DA-1, dan Model DB tidak meyakinkan Mahkamah karena tidak ditandatangani oleh para anggota KPPS/PPK dan saksi Parpol. Bahkan dalam formulir tersebut ada perubahan, penebalan, dan penghapusan angka dengan tipp-ex. Lagipula kesaksian Heri sebagai Caleg Pemohon tidak dapat dijamin objektivitasnya karena berkepentingan dengan permohonan. Adapun kesaksian Veros Afif tidakmenerangkan secara rinci penggelembungan suara Partai Amanat Nasional. Oleh karenanya, Mahkamah menilai Pemohon tidak berhasil membuktikan dalilnya sehingga permohonan Pemohon harus ditolak.

20. Dapil Kabupaten Jember 5 Pemohon mendalilkan semestinya memperoleh 4.373 suara, dan bukan 4.290 suara

di Kecamatan Umbul Sari. Mahkamah berpendapat tanda tangan anggota KPPS dalam bukti Pemohon berupa

Model C dan Model C-1 berbeda satu sama lain, bahkan ada angka yang di tipp-ex. Sementara bukti Pemohon berupa Model DA-B tidak ditandatangani oleh anggota PPK. Di samping itu, kesaksian Doni yang hanya menerangkan bahwa banyak saksi parpol tidak diberi Formulir C dan Formulir C-1, dinilai tidak cukup meyakinkan Mahkamah. Oleh karenanya, Mahkamah menilai Pemohon tidak berhasil membuktikan dalilnya sehingga permohonan Pemohon harus ditolak.

21. Dapil Kabupaten Cilacap Pemohon mendalilkan semestinya memperoleh 25.596 suara, dan bukan 23.572

suara. Mahkamah berpendapat sebagai berikut:

○ tandatangananggotaKPPSdalambuktiPemohonberupaModelCdanModelC-1 berbeda satu sama lain;

○ buktiPemohonberupaModelDA-1 tidakdilampiriModelDA;○ bukti Pemohon berupa Model DB-1 tidak ditandatangani oleh anggota KPU

Kabupaten Cilacap.

235-614.indd 567 9/24/10 11:09:35 AM

Page 590: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

568 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Oleh karenanya, Mahkamah menilai Pemohon tidak berhasil membuktikan dalilnya sehingga permohonan Pemohon harus ditolak.

22. Dapil Kabupaten Magelang 5 Pemohon mendalilkan semestinya perolehan suaranya sebesar 5.150 suara, dan

bukan 5.105 suara. Sedangkan perolehan suara Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan semestinya 19.112 suara, dan bukan 19.351 suara.

Mahkamah berpendapat bukti Pemohon berupa Model C dan Model C-1 tidak ditandatangani oleh anggota KPPS dan saksi Parpol. Lagipula kesaksian Dani Darmani yang hanya menerangkan mendapat mandat dari Pemohon untuk mengikuti proses rekapitulasi, dinilai tidak cukup membuktikan dalil Pemohon. Oleh karenanya, Mahkamah menilai Pemohon tidak berhasil membuktikan dalilnya sehingga permohonan Pemohon harus ditolak.

23. Dapil Kota Semarang 3 Pemohon mendalilkan perolehan suaranya semestinya sebesar 36.876 suara, dan

bukan 36.444 suara. Mahkamah berpendapat tanda tangan anggota KPPS dalam bukti Pemohon berupa

Model C dan Model C1 berbeda satu sama lain. Lagipula bukti Pemohon berupa Model DA-B bukan formulir resmi yang dikeluarkan KPU. Terlebih lagi, kesaksian Ayun yang hanya menerangkan rekapitulasi hari ketiga tidak terkontrol, dinilai tidak cukup meyakinkan. Oleh karenanya, Mahkamah menilai Pemohon tidak berhasil membuktikan dalilnya sehingga permohonan Pemohon harus ditolak.

24. Dapil Kota Bekasi 6 Pemohon mendalilkan perolehan suaranya berkurang 3.754 suara di Kecamatan

Bantar Gebang. Sementara perolehan suara Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) bertambah 325 suara.

Setelah mencermati bukti-bukti, tanda tangan anggota KPPS dalam bukti Pemohon berupa Model C dan Model C-1 berbeda satu sama lain. Adapun bukti Pemohon berupa Model DA-B tidak dilampiri dengan Model DA, bahkan terdapat angka yang dihapus dan ditebalkan. Oleh karenanya, Mahkamah menilai Pemohon tidak berhasil membuktikan dalilnya sehingga permohonan Pemohon harus ditolak.

25. Dapil Kabupaten Aceh Utara 4 Pemohon mendalilkan semestinya memperoleh 1.314 suara, dan bukan 1.264

suara. Mahkamah berpendapat tanda tangan anggota KPPS dalam bukti Pemohon berupa

Model C dan Model C-1 berbeda satu sama lain. Adapun bukti Pemohon berupa Model DA-A hanya ditandatangani oleh 2 orang anggota PPK, tetapi Lampiran Model DA-1 tidak ditandatangani anggota PPK dan saksi parpol. Sementara itu, kesaksian Syamsul Bahri yang hanya menerangkan bahwa ada selisih perolehan suara parpol di tiga kecamatan, dinilai tidak meyakinkan. Oleh karenanya, Mahkamah menilai

235-614.indd 568 9/24/10 11:09:36 AM

Page 591: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

569Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

Pemohon tidak berhasil membuktikan dalilnya sehingga permohonan Pemohon harus ditolak.

26. Dapil Kota Subulussalam 1 Pemohon mendalilkan ditetapkan memperoleh 577 suara di Kecamatan Simpang

Kiri padahal seharusnya 657 suara. Sementara itu PAN ditetapkan memperoleh 685 suara padahal hanya 652 suara.

Mahkamah berpendapat tanda tangan anggota KPPS dalam bukti Pemohon berupa Model C dan Model C-1 berbeda satu sama lain, sehingga tidak dapat dijadikan bukti yang sah. Oleh karenanya, Mahkamah menilai Pemohon tidak berhasil membuktikan dalilnya sehingga permohonan Pemohon harus ditolak.

27. Dapil Kabupaten Dompu 2 Pemohon mendalilkan ditetapkan memperoleh 1.006 suara. Partai Merdeka ditetapkan

memperoleh 1.011 suara padahal sebenarnya hanya 989 suara. Mahkamah berpendapat tanda tangan anggota KPPS dalam bukti Pemohon

berupa Model C dan Model C-1 berbeda satu sama lain. Lagipula, bukti Pemohon lainnya berupa keterangan saksi dan Model DA-1 dinilai tidak meyakinkan. Oleh karenanya, Mahkamah menilai Pemohon tidak berhasil membuktikan dalilnya sehingga permohonan Pemohon harus ditolak.

28. Dapil Kabupaten Sumba Barat Daya 1 Pemohon mendalilkan ditetapkan memperoleh 566 suara, padahal seharusnya

1.535 suara di Kecamatan Wewewa Utara dan Kecamatan Laura. Mahkamah berpendapat bukti Pemohon berupa Model C-1 tidak disertai Model C,

bahkan ada coretan, penebalan, dan perubahan angka. Terlebih lagi keterangan saksi yang hanya menerangkan saksi mengikuti rekapitulasi penghitungan suara di PPK kecamatan, tetapi tidak sampai selesai dan tidak diberi oleh PPK mengenai rekapitulasi penghitungan suara, dinilai tidak meyakinkan. Oleh karenanya, Mahkamah menilai Pemohon tidak berhasil membuktikan dalilnya sehingga permohonan Pemohon harus ditolak.

29. Dapil Kabupaten Rote Ndao 1 Pemohon mendalilkan perolehan suaranya berkurang 99 suara di Kecamatan Rote

Barat Laut dan 67 suara di Kecamatan Rote Barat. Mahkamah berpendapat sebagai berikut:

○ tanda tangan anggota KPPS dalam bukti Pemohon berupa Model C dan Model C-1 berbeda satu sama lain. Bahkan dalam formulir tersebut terdapat coretan, penebalan, dan perubahan angka, serta tidak ditandatangani semua saksi parpol;

○ pada bukti Pemohon berupa Model DA-1 terdapat penebalan, perubahan, dan penghapusan angka dengan tipp-ex;

235-614.indd 569 9/24/10 11:09:36 AM

Page 592: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

570 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

○ tidak ada anggota KPPS dan saksi parpol yang menandatangani bukti Pemohon berupa Model DA-B;

○ saksi Martendus Ndao hanya sendirian, yang menerangkan bahwa ia mengikuti rapat pleno tetapi tidak mengikuti sampai selesai.

Mahkamah menilai bukti surat dan saksi Pemohon tidak meyakinkan sehingga permohonan Pemohon harus ditolak.

30. Dapil Kabupaten Rote Ndao 2 Pemohon mendalilkan kehilangan sebanyak 219 suara di Kecamatan Lobalain. Mahkamah berpendapat sebagai berikut:

○ bukti Pemohon berupa Lampiran Model C-1 tidak dilampiri Model C sehingga tidak diketahui di TPS dan desa mana perolehan suara Pemohon. Bahkan anggota KPPS tidak menandatangani formulir tersebut;

○ pada bukti Pemohon berupa Model DA-2 ada penebalan, perubahan dan penghapusan angka dengan tipp-ex;

○ bukti Pemohon berupa Model DA-B tidak ditandatangai anggota KPPS dan saksi parpol;

○ saksi Martendus Ndao hanya sendirian, yang menerangkan bahwa ia mengikuti rapat pleno tetapi tidak mengikuti sampai selesai.

Mahkamah menilai bukti surat dan saksi Pemohon tidak meyakinkan sehingga permohonan Pemohon harus ditolak

31. Dapil Kabupaten Memberamo Tengah 2 dan Dapil Kabupaten Memberamo Tengah 3

Pemohon mendalilkan perolehan suaranya semestinya sebesar 1.653 suara, dan bukan 653 suara. Hilangnya suara Pemohon ini diserahkan kepada PKB. Menurut Mahkamah, Pemohon tidak mengajukan bukti baik berupa surat maupun saksi. Oleh karenanya, tidak ada bukti yang akan dipertimbangkan oleh Mahkamah, akibatnya permohonan Pemohon ditolak.

32. Dapil Kota Batam 3 Pemohon mendalilkan semestinya perolehan suaranya sebesar 8.681 suara, dan

bukan 8.565 suara. Mahkamah berpendapat bukti Pemohon berupa Model C, Model C-1, dan Model

DA-1 tidak sah karena ada yang sama sekali tidak ditandatangani oleh anggota KPPS dan saksi-saksi Parpol, ada yang ditandatangani, akan tetapi tanda tangannya berbeda, ada perubahan dan penebalan angka. Adapun kesaksian Tomi tidak menerangkan jumlah perolehan suara, sedangkan kesaksian Sarita Parinasia tidak dijamin objektivitasnya karena merupakan Caleg Pemohon. Atas dasar pendapatnya, Mahkamah menilai Pemohon tidak berhasil membuktikan dalilnya sehingga permohonan Pemohon harus ditolak.

235-614.indd 570 9/24/10 11:09:36 AM

Page 593: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

571Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

33. Dapil Sulawesi Barat 1 Pemohon mendalilkan kehilangan 908 suara di Kecamatan Tawalian dan 1.061

suara di Kecamatan Acallet. Mahkamah berpendapat tanda tangan anggota KPPS dalam bukti Pemohon berupa

Model C dan Model C-1 berbeda satu sama lain dan ada penebalan angka-angka. Sedangkan bukti-bukti Pemohon lainnya hanya berupa Berita Acara Rapat Koordinasi KPU Provinsi Sulawesi Barat dengan Panwaslu Provinsi Sulawesi Barat yang tidak menyebutkan perolehan suara, serta kliping koran Radar Pemilu yang memuat berita sekitar aktivitas penyelenggaraan Pemilu. Mahkamah menilai bukti Model C dan Model C-1 Pemohon tidak sah, sedangkan bukti-bukti Pemohon lainnya tidak relevan dengan dalil permohonan. Oleh karenanya, Mahkamah menilai Pemohon tidak berhasil membuktikan dalilnya sehingga permohonan Pemohon harus ditolak.

34. Dapil Nias Selatan 1, Nias Selatan 2, dan Nias Selatan 3 Pemohon mendalilkan setelah penghitungan suara ulang ditetapkan memperoleh

19.465 suara, padahal seharusnya 33.590 suara. Mahkamah telah menjatuhkan Putusan Sela Nomor 28-65-70-82-84-89/PHPU.C-

VII/2009 yang diucapkan pada sidang pleno terbuka untuk umum pada tanggal 9 Juni 2009. Dalam amar putusan sela ini, Mahkamah memerintahkan KPU Kabupaten Nias Selatan untuk melakukan pemungutan suara ulang.

35. Dapil Kabupaten Banggai Kepulauan 3 Pemohon mendalilkan semestinya memperoleh 2.543 suara, bukan 1.709 suara. Mahkamah berpendapat bukti Pemohon berupa Model C dan Model DB-1 bukan

merupakan bukti yang sah karena tidak ada tanda tangan KPU dan saksi-saksi Parpol. Lagipula, kesaksian Nurdin yang hanya menerangkan tentang acara rekapitulasi penghitungan perolehan suara yang selalu ditunda; saksi-saksi Parpol yang tidak diberi hasil rekapitulasi; saksi diberi blanko Formulir DB-2 dan disuruh mengisi sendiri, dinilai tidak meyakinkan. Oleh karenanya, Mahkamah menilai Pemohon tidak berhasil membuktikan dalilnya sehingga permohonan Pemohon harus ditolak.

36. Dapil Kabupaten Banggai 2 Pemohon mendalilkan ditetapkan memperoleh 870 suara, sedangkan PKS ditetapkan

memperoleh 425 suara yang seharusnya hanya 106 suara. Mahkamah berpendapat sebagai berikut:

○ bukti Pemohon berupa Model C dan Model DB-1 tidak sah karena tidak ada tanda tangan KPU dan saksi-saksi Parpol;

○ bukti Pemohon berupa surat dari Panwaslu Kabupaten Banggai kepada Ketua KPU Kabupaten Banggai perihal Rekomendasi Pemecatan Ketua PPK Kecamatan Batui, Kabupaten Banggai tidak relevan karena tidak berhubungan dengan masalah perolehan suara Pemohon;

235-614.indd 571 9/24/10 11:09:36 AM

Page 594: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

572 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

○ kesaksian Bobi yang menerangkan rekapitulasi dan penghitungan suara dari PPK Kecamatan Batui ditemukan banyak kejanggalan berupa perubahan angka perolehan suara, tidak menjelaskan berapa perolehan suara masing-masing Parpol dan Calegnya.

Mahkamah menilai bukti surat dan saksi Pemohon tidak meyakinkan Mahkamah, sehingga permohonan Pemohon harus ditolak.Berpijak pada pendapat di atas, dalam amar putusan tertanggal 23 Juni 2009,

Mahkamah memutus sebagai berikut.Dalam Eksepsi:

Menyatakan eksepsi Termohon, Turut Termohon, dan Pihak Terkait dikabulkan sebagian.Dalam Pokok Permohonan: • MenyatakanpermohonanPemohonuntukDapilPapua(DPRRI)danDapilSulawesi

Tenggara 2 (DPRD Provinsi) tidak dapat diterima;• Sebelummenjatuhkanputusanakhir,untukDapilSumateraUtaraII(DPRDProvinsi)

dan Dapil Nias Selatan 1, 2, 3 (DPRD Kabupaten), Mahkamah merujuk pada Putusan (Sela) Mahkamah Konstitusi Nomor 28-65-70-82-84-89/PHPU.C-VII/2009 bertanggal 9 Juni 2009 yang telah menjatuhkan putusan sela yang amarnya berbunyi:

“Dalam Pokok Perkara”Sebelum menjatuhkan putusan akhir dalam perkara ini;▪ Memerintahkan Komisi Pemilihan Umum untuk melaksanakan pemungutan suara

ulang di Kabupaten Nias Selatan paling lambat 90 hari terhitung sejak putusan ini diucapkan;

▪ Memerintahkan kepada Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Nias Selatan untuk melaporkan penetapan hasil pemungutan suara ulang tersebut kepada Mahkamah Konstitusi paling lambat dalam tenggat yang ditetapkan dalam amar putusan ini;

▪ Menangguhkan berlakunya Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara Nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 sepanjang menyangkut hasil perolehan suara partai politik di Kabupaten Nias Selatan, Provinsi Sumatera Utara;

▪ Menetapkan dan menugaskan Hakim Konstitusi untuk menghadiri penyelenggaraan pemungutan suara ulang”;

▪ MenyatakanmenolakpermohonanPemohonuntuk selain dan selebihnya.Termohon telah melaksanakan Putusan Sela Nomor 28-65-70-82-84-89/PHPU.C-

VII/2009 dengan melakukan pemungutan suara ulang pada tanggal 22 Juli 2009. Hal ini termuat dalam Surat Komisi Pemilihan Umum Nomor 1383/KPU/VIII/2009

235-614.indd 572 9/24/10 11:09:36 AM

Page 595: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

573Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

bertanggal 25 Agustus 2009 perihal Laporan Hasil Pelaksanaan Putusan Mahkamah Konstitusi atas Perselisihan Hasil Pemilihan Umum, dan Surat Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara Nomor 270-3573/KPU-54 bertanggal 1 Agustus 2009 perihal Penyampaian Hasil Pemungutan Suara Ulang DPR RI, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten Nias Selatan.

Sehubungan dengan pelaksanaan putusan sela tersebut, Mahkamah menetapkan perolehan suara Partai Demokrat adalah sebagai berikut.• HasilperolehansuaraDPRRIpadaKabupatenNiasSelatanDapilSumateraUtara

II sebesar 18.205 suara.• HasilperolehansuaraDPRDProvinsipadaKabupatenNiasSelatanDapilSumatera

Utara 7 sebesar 9.458 suara.• HasilperolehansuaraDPRDKabupatenpadaKabupatenNiasSelatandiDapil1

sebesar 6.237 suara, Dapil 2 sebesar 8.349 suara, Dapil 3 sebesar 1.371 suara, dan Dapil 4 sebesar 4.342 suara, sehingga seluruhnya berjumlah 20.299 suara.Penetapan perolehan suara Partai Demokrat tersebut ditetapkan oleh Mahkamah

dalam Putusan Akhir Nomor 28-65-70-82-84-89/PHPU.C-VII/2009 pada tanggal 1 September 2009. Dengan adanya penetapan perolehan suara tersebut, Mahkamah Konstitusi memerintahkan KPU Provinsi Sumatera Utara dan KPU Kabupaten Nias Selatan untuk melaksanakan Putusan Mahkamah Konstitusi ini.

235-614.indd 573 9/24/10 11:09:36 AM

Page 596: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

574 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

235-614.indd 574 9/24/10 11:09:36 AM

Page 597: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

575Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 90/PHPU.C-VII/2009

TENTANGKEBERATAN PARTAI DEMOKRASI PEMBARUAN TERHADAP

PENETAPAN HASIL PEMILU ANGGOTA DPRD KABUPATEN/KOTA

Pemohon : 1. H. Roy B. B. Janis, S. H., M. H; 2. H. Didi Supriyanto, S. H.Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan

DPRD.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU)

Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009, di daerah pemilihan (Dapil) Kota Dumai 1, Kota Dumai 2, Kota Ambon 2, Kabupaten Tana Toraja 7, dan Kabupaten Kepulauan Talaud 1.

Amar Putusan : Dalam Eksepsi: Menyatakan eksepsi Termohon tidak dapat diterima. Dalam Pokok Perkara: Menyatakan permohonan Pemohon ditolak untuk seluruhnya.Tanggal Putusan : Rabu, 17 Juni 2009.Ikhtisar Putusan :

Pemohon adalah H. Roy B. B Janis, S.H., M.H. dan H. Didi Supriyanto, S.H. selaku Ketua dan Sekretaris Pelaksana Harian Pimpinan Kolektif Nasional (PLH-PKN) yang bertindak untuk dan atas nama Partai Demokrasi Pembaruan (PDP) Peserta Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tahun 2009 Nomor Urut 16, yang ditetapkan oleh Termohon,

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

235-614.indd 575 9/24/10 11:09:36 AM

Page 598: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

576 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

yakni Komisi Pemilihan Umum (KPU), dalam Keputusan Nomor 149/SK/KPU/TAHUN 2008 tanggal 9 Juli 2008 tentang Penetapan dan Pengundian Nomor Urut Partai Politik Peserta Pemilihan Umum Tahun 2009.

Pemohon berkeberatan terhadap Penetapan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota Secara Nasional Dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 yang diumumkan pada hari Sabtu tanggal 9 Mei 2009.

Berdasarkan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 dan Pasal 10 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) juncto Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, salah satu kewenangan Mahkamah adalah memeriksa, mengadili dan memutus tentang perselisihan hasil Pemilihan Umum yang diajukan oleh Pemohon;

Terkait dengan kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, berdasarkan Pasal 74 ayat (1) dan ayat (2) UU MK, dan Pasal 5 huruf b PMK 16 Nomor 2009 bahwa Pemohon Perselisihan Hasil Pemilu adalah Partai Politik Peserta Pemilu. Oleh karena Pemohon adalah partai politik peserta Pemilu tahun 2009, dan permohonan yang diajukan Pemohon adalah perselisihan hasil pemilihan umum secara nasional yang dilakukan oleh KPU, maka Pemohon memiliki legal standing untuk mengajukan permohonan Pemohon.

Terkait dengan tenggang waktu pengajuan permohonan, Pasal 74 ayat (3) UU MK dan Pasal 6 ayat (1) PMK 16/2009 menentukan bahwa permohonan pembatalan penetapan perolehan suara hasil Pemilu secara nasional oleh KPU hanya dapat diajukan oleh Peserta Pemilu dalam jangka waktu paling lambat 3 x 24 jam sejak KPU menngumumkan penetapan perolehan suara hasil Pemilu secara nasional.

Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 bertanggal 9 Mei 2009 diumumkan pada tanggal 9 Mei 2009, pukul 23.50 WIB, sedangkan permohonan perselisihan hasil pemilihan umum oleh Pemohon diajukan ke Mahkamah pada tanggal 12 Mei 2009 pukul 18.00 WIB, oleh karenanya pengajuan permohonan Pemohon masih dalam tenggang waktu yang ditentukan.

Terhadap Eksepsi Termohon dan Para Turut Termohon bahwa permohonan Pemohon adalah kabur (obscuur) dan tidak diuraikan dengan jelas, Mahkamah berpendapat bahwa hal demikian berkaitan dengan pokok perkara, sehingga akan dipertimbangkan dalam bagian pokok permohonan dan eksepsi harus dikesampingkan.

Terkait dengan pokok permohonan, Pemohon mendalilkan bahwa Pemohon berkeberatan terhadap Keputusan KPU a quo secara nasional yang sangat merugikan Pemohon di 5 (lima) daerah pemilihan (Dapil), yaitu.1. Dapil Kota Dumai 1 Pemohon mendalilkan perolehan suara PDP pada Dapil 1 Kota Dumai di Kecamatan

Dumai Barat seharusnya berjumlah 1.245 suara bukan 1.145 suara seperti penetapan

235-614.indd 576 9/24/10 11:09:36 AM

Page 599: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

577Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

KPU. Dengan perolehan suara tersebut seharusnya Pemohon memperoleh 1 kursi, dan PNBKI seharusnya tidak memperoleh kursi karena seharusnya hanya memperoleh 1.135 suara, bukan 1.235 suara seperti yang ditetapkan KPU. Dengan demikian Pemohon mendalilkan kehilangan 100 suara karena adanya penggelembungan suara PNBK.

Menurut Mahkamah, perolehan suara PDP di TPS-TPS yang didalilkan Pemohon tidak dapat menunjukkan kehilangan suara sebesar 100 suara. Meskipun Panwaslu menjelaskan adanya rekomendasi hitung ulang kepada KPU Kota Dumai tetapi yang direkomendasikan adalah untuk Kecamatan Dumai Timur, dan tidak adanya tanda tangan Saksi Pemohon dalam Berita Acara Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara di Kecamatan Dumai Barat. Mahkamah menilai Pemohon tidak dapat menunjukkan di TPS mana kehilangan suara yang dialami oleh Pemohon dan di TPS mana PNBK memperoleh penambahan suara, sehingga Pemohon tidak berhasil membuktikan dalil-dalil permohonannya secara sah dan meyakinkan.

2. Dapil Kota Dumai 2 Pemohon mendalilkan bahwa perolehan suara PDP pada Dapil 2 Kota Dumai di

Kecamatan Dumai Timur sebesar 1.250 suara, bukan 1.028 suara seperti yang ditetapkan KPU. Sehingga Pemohon dirugikan karena kehilangan 1 kursi di Dapil Kota Dumai 2.

Meskipun ternyata bagi Mahkamah dari keterangan Panwaslu dan Saksi Pemohon Viker Joon Darwis tentang adanya keberatan Pemohon terhadap rekapitulasi penghitungan suara yang dilakukan oleh Turut Termohon dan rekomendasi penghitungan ulang oleh Panwaslu yang tidak dilaksanakan oleh Turut Termohon, akan tetapi dari fakta-fakta yang ditemukan tentang perolehan suara Pemohon yang didalilkan tidak dapat ditunjukkan adanya pengurangan atau penghilangan suara yang terjadi, oleh karenanya tidak terdapat alasan yang cukup untuk melakukan penghitungan ulang sebagaimana dituntut oleh Pemohon. Mahkamah berpendapat Pemohon tidak dapat membuktikan permohonan secara sah dan meyakinkan.

3. Dapil Ambon 2 Pemohon mendalilkan, perolehan suara PDP pada Dapil Kota Ambon 2 di

Kecamatan Nusaniwe sebesar 1.121 suara dan memperoleh 1 kursi, bukan 989 suara sebagaimana ditetapkan KPU.

Mahkamah menyimpulkan tidak ada bukti yang cukup dari Pemohon untuk mendukung dalilnya tentang perolehan suara yang tidak benar, maka persetujuan Pemohon terhadap hasil penghitungan suara yang dilakukan oleh KPU Kota Ambon sebagaimana tercantum dalam Formulir DB DPRD Kabupaten/Kota baik yang ditandatangani saksi partai Pemohon dan yang diajukan oleh Pemohon (Bukti P-4) maupun yang diajukan oleh Termohon (Bukti TT.18) telah nyata, persetujuan mana tidak pernah disangkal kebenarannya oleh Pemohon di depan persidangan.

235-614.indd 577 9/24/10 11:09:36 AM

Page 600: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

578 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Berdasarkan seluruh uraian tersebut di atas, permohonan Pemohon tidak dapat dibuktikan secara sah dan meyakinkan.

4. Dapil Tana Toraja 7 Pemohon mendalilkan, perolehan suara Pemohon pada Dapil Tana Toraja 7

seharusnya memperoleh sejumlah 1.858 suara bukan 1.705 suara. Dengan perolehan suara tersebut seharusnya Pemohon memperoleh 1 kursi.

Hal tersebut hanya didukung dengan Bukti P-1 berupa fotokopi Surat PKK PDP Kabupaten Toraja tentang Sanggahan Penghitungan Suara, yang dinilai Mahkamah tidak relevan untuk dipertimbangkan, Pemohon juga tidak mengajukan saksi. Mahkamah memeriksa bukti Turut Termohon berupa Formulir Model DB DPRD Kabupaten/Kota, Berita Acara Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara Partai Politik Peserta Pemilu dan Perolehan Suara Calon Anggota DPRD Kabupaten/Kota Tingkat Kabupaten Tana Toraja Tahun 2009, di mana tertera suara sah Pemohon berjumlah 1.705 suara, bukan 1.858 suara sebagaimana didalilkan. Dengan demikian telah ternyata bagi Mahkamah Pemohon tidak mampu membuktikan dalil-dalil permohonannya.

5. Dapil Talaud 1 Pemohon mendalilkan, perolehan suara Pemohon pada Daerah Pemilihan Kabupaten

Talaud 1 seharusnya memperoleh suara sejumlah 957 suara, bukan 815 suara. Dengan perolehan suara tersebut seharusnya Pemohon memperoleh 1 kursi. Pemohon mengajukan bukti yang beberapa diantaranya dinilai Mahkamah tidak relevan, ataupun berupa formulir tidak resmi yang karenanya harus dikesampingkan. Dengan demikian Mahkamah menilai Pemohon tidak mampu membuktikan dali-dalil Permohonannya, oleh karenanya menurut Mahkamah dalil permohonan tidak beralasan dan harus dikesampingkan.Berdasarkan pertimbangan dan fakta hukum di atas, Mahkamah berkesimpulan

bahwa dalil-dalil Pemohon tidak cukup beralasan.Mahkamah dalam amar putusannya menyatakan sebagai berikut:

Dalam Eksepsi :Menyatakan eksepsi Termohon tidak dapat diterima.Dalam Pokok Permohonan :Menyatakan Permohonan Pemohon ditolak untuk seluruhnya.

235-614.indd 578 9/24/10 11:09:36 AM

Page 601: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

579Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 91/PHPU.C-VII/2009

TENTANGKEBERATAN PARTAI KEADILAN DAN PERSATUAN INDONESIA TERHADAP

PENETAPAN HASIL PEMILU ANGGOTA DPRD PROVINSI DANDPRD KABUPATEN/KOTA

Pemohon : 1. Prof. Dr. Meutia Hatta Swasono; 2. Semuel Samson.Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan

DPRD.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU)

Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota Secara Nasional Dalam Pemilihan Umum Tahun 2009, di daerah pemilihan (Dapil) Musi Rawas 1 dan 4, Tapanuli Tengah 2, Banggai 1, Subang 1, Bengkulu VII, Minahasa Utara 3, Depok 3, Sumba Timur 1 dan 4, dan Palopo 1.

Amar Putusan : Dalam Eksepsi: - Eksepsi Termohon sepanjang Dapil Kabupaten Sumba Timur

1 sampai dengan 4 dapat diterima. - Menolak eksepsi Termohon untuk selebihnya. Dalam Pokok Permohonan: Menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya.Tanggal Putusan : Rabu, 16 Juni 2009Ikhtisar Putusan :

Pemohon adalah Prof. Dr. Meutia Hatta Swasono dan Semuel Samson selaku Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal, bertindak untuk dan atas nama Partai Keadilan dan

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

235-614.indd 579 9/24/10 11:09:36 AM

Page 602: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

580 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Persatuan Indonesia (PKP Indonesia) Peserta Pemilihan Umum Calon Anggota Dewan Perwakilan Rakyat/Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tahun 2009 dengan Nomor Urut 7.

Pemohon berkeberatan terhadap Penetapan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota Secara Nasional Dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 yang diumumkan pada hari Sabtu tanggal 9 Mei 2009.

Berdasarkan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 dan Pasal 10 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) juncto Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, salah satu kewenangan Mahkamah adalah memutus tentang perselisihan hasil Pemilihan Umum, oleh karena objectum litis permohonan Pemohon adalah mengenai keberatan atas penghitungan suara hasil Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD yang ditetapkan secara nasional oleh KPU berdasarkan Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009, Mahkamah berwenang untuk memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan a quo.

Terkait dengan kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, Pasal 74 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) juncto Pasal 258 ayat (1) UU 10/2008 dan Pasal 5 huruf b Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 16 Tahun 2009 menentukan Pemohon adalah partai politik peserta Pemilu, oleh karena Pemohon adalah Partai Politik Peserta Pemilu berdasarkan Penetapan KPU Nomor 149/SK/KPU/TAHUN 2008 tanggal 9 Juli 2008 tentang Penetapan dan Pengundian Nomor Urut Partai Politik Peserta Pemilihan Umum Tahun 2009 dan permohonan yang diajukan Pemohon adalah perselisihan Penetapan Hasil Pemilihan Umum yang dilakukan secara nasional oleh KPU berdasarkan Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009, berdasarkan hal-hal tersebut, Mahkamah berpendapat bahwa Pemohon telah memenuhi syarat kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan a quo.

Terkait dengan tenggang waktu pengajuan permohonan, Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 diumumkan pada tanggal 9 Mei 2009 pukul 22.50 WIB, sedangkan permohonan perselisihan hasil Pemilu oleh Pemohon diajukan ke Mahkamah pada hari Selasa tanggal 12 Mei 2009 pukul 19.06. Berdasarkan Pasal 74 ayat (3) UU MK juncto Pasal 259 ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (UU 10/2008), dan Pasal 6 ayat (1) PMK 16/2009, maka pengajuan permohonan Pemohon masih dalam tenggang waktu yang ditentukan.

Pemohon berkeberatan terhadap Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 yang sangat merugikan Pemohon di 13 daerah pemilihan (Dapil), yaitu.

235-614.indd 580 9/24/10 11:09:36 AM

Page 603: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

581Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

1. Dapil Musi Rawas 1 Pemohon mendalilkan adanya pengggelembungan suara Partai Bintang Reformasi

yang seharusnya memperoleh 2.705 suara menjadi 2.725 suara. Partai Demokrat yang seharusnya memperoleh 2.234 suara ditetapkan 2.813 suara oleh KPU. Sedangkan perolehan suara Partai Bintang Reformasi di PPK Kecamatan Selangit tercatat 1.165 suara, tetapi di KPU Kabupaten Musi Rawas tercatat 1.185 suara.

Mahkamah berpendapat telah terjadi inkonsistensi penghitungan karena dalam permohonan didalilkan perolehan Partai Bintang Reformasi di Kecamatan Selangit 1.165 suara sedangkan dari Formulir DA dari Pemohon yaitu Bukti P-1.2 tertulis angka 891 suara. Dalam Model DB-1 DPRD Kabupaten perolehan Caleg Partai Bintang Reformasi atas nama Yon Sobri S.S. di Kecamatan Selangit tertulis 1.049, akan tetapi pada cacatan pinggir jumlahnya 1.029 tanpa suatu pengesahan atau paraf (Bukti P-1.1). Dengan demikian, Mahkamah berkesimpulan Pemohon tidak berhasil membuktikan dalil permohonannya secara sah dan meyakinkan.

2. Dapil Musi Rawas 4 Pemohon mendalilkan kehilangan sebesar 2.031 suara yang terjadi di Kecamatan

Muara Beliti, Tuah Negeri, Tiang Pumpung Kepungut, Sukakarya, Jayaloka, BTS Ulu, Muara Kelingi Kabupaten Musi Rawas, khususnya di Kecamatan Tuah Negeri kehilangan 1.171 suara dan di Kecamatan Sukakarya kehilangan 860 suara.

Mahkamah menilai terdapat banyak ketidakjelasan sehingga dalil permohonan Pemohon tentang kehilangan suara tidak dapat dirinci dari alat-alat bukti yang diajukan, sehingga penghitungan di tingkat TPS yang dihimpun dalam rekapitulasi di tingkat PPK tidak dapat dinilai oleh Mahkamah. Mahkamah berkesimpulan bahwa Pemohon tidak berhasil membuktikan permohonannya secara sah dan meyakinkan.

3. Dapil Tapanuli Tengah 2 Pemohon mendalilkan kehilangan kursi karena hasil rekapitulasi KPU Kabupaten

Tapanuli Tengah telah mengalami perubahan untuk Partai Perjuangan Indonesia Baru sejumlah 102 suara, Partai Kedaulatan terjadi pengurangan 82 suara, Partai Nasional Indonesia Marhaenisme terjadi penambahan 185 suara, Partai Demokrat terjadi penambahan 249 suara.

Mahkamah berkesimpulan bahwa permohonan Pemohon tidak jelas dan terjadi perbedaan-perbedaan diantara posita dan petitum terutama karena dari dalil-dalil dan bukti-bukti yang diajukan oleh Pemohon hanya mempersoalkan di Kecamatan Badiri dan tidak menguraikan secara jelas penambahan suara secara jelas di Kecamatan Pinang Sori. Terlebih lagi saksi yang diajukan oleh Pemohon tidak mendukung permohonan secara meyakinkan.

Mahkamah berpendapat bahwa dalil Permohonan Pemohon tentang penambahan dan pengurangan suara di Kecamatan Badiri dan Kecamatan Pinang Sori tidak cukup beralasan.

235-614.indd 581 9/24/10 11:09:36 AM

Page 604: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

582 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

4. Dapil Banggai 1 Pemohon mendalilkan adanya penggelembungan suara bagi Partai Patriot sebesar

88suaradandidiskualifikasinyaPartaiDemokrasiPembaruansebagaipesertaPemilumenyebabkan Pemohon yang memperoleh 1.552 suara seharusnya memperoleh satu kursi pada daerah Kabupaten Banggai.

Mahkamah menilai terdapat inkonsistensi antara petitum dan posita di dalam permohonan Pemohon. Sepanjang mengenai diskualifikasi keikutsertaan PDPsebagai peserta pemilihan umum di Dapil 1 Kabupaten Banggai, meskipun saksi Jufri Andilatola, yang mengaku sebagai Ketua PDP di Kabupaten Banggai menerangkan bahwa PDP tidak menyerahkan laporan dana awal kampanye sehingga perolehan suaranya sebesar 2987 dianggap tidak sah, oleh Mahkamah harus dikesampingkan. Untuk itu Mahkamah merujuk Putusan Nomor 79/PHPU.C-VII/2009 tanggal 15 Juni 2009 tentang perselisihan perolehan suara PPNUI di Kabupaten Dompu, yang telah menyatakan bahwa kelalaian menjatuhkan sanksi atas aturan yang mewajibkan pelaporan dana awal kampanye sebagai peserta Pemilu, tidak dapat dijadikan dasar untuk membatalkan perolehan suara partai politik dalam Pemilu karena rakyat pemilih yang berpedoman pada tidak adanya Keputusan KPU tentang hal tersebut dipandang beritikad baik dan haknya untuk memilih wakil untuk duduk di lembaga perwakilan tidak dapat dibatalkan dengan kelalaian KPU tersebut.

5. Dapil Subang 1 Pemohon mendalilkan telah terjadi kecurangan penghitungan suara yang merugikan

Pemohon, karena terdapat pengurangan suara Pemohon dan terdapat perbedaan antara hasil rekapitulasi KPU Kabupaten Subang dan PPK Cijambe dengan hasil rekapitulasi TPS di Desa Cikadu, Cimenteng dan Cirangkong di tingkat PPK Cijambe.

Mahkamah berpendapat bahwa bukti Pemohon tidak lengkap, jika dibandingkan dengan Bukti Turut Termohon sehingga tidak dapat dijadikan sebagai bukti yang sah menurut hukum untuk membenarkan dalil-dalil Pemohon. Oleh karena bukti Pemohon tidak dapat digunakan sebagai alat bukti yang sah untuk membenarkan dalil-dalil Pemohon. Dengan demikian dalil Pemohon tidak terbukti dan harus dikesampingkan.

6. Dapil Bengkulu VII Pemohon telah menyatakan menarik kembali permohonan perselisihan di daerah

pemilihan tersebut sebagaimana pernyataan yang disampaikan oleh Pemohon dalam persidangan Mahkamah pada hari Jumat tanggal 29 Mei 2009 sehingga oleh karenanya permohonan Pemohon tidak perlu dipertimbangkan lebih lanjut.

7. Dapil Minahasa Utara 3 Pemohon mendalilkan, bahwa Pemohon memperoleh sebanyak 114 suara di Desa

Airmadidi Atas dan desa Airmadidi Bawah. Namun dari bukti yang dihadirkan oleh

235-614.indd 582 9/24/10 11:09:36 AM

Page 605: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

583Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

Pemohon tampak perolehan suara Pemohon sejumlah 66 suara di Desa Airmadidi Atas, sedangkan di Desa Airmadidi Bawah Pemohon memperoleh 39 suara, sehingga seluruhnya berjumlah 105 suara, sehingga dalil Pemohon yang menyatakan PKPI di Desa Airmadidi Bawah dan Desa Airmadidi Atas mendapatkan 114 suara tidak terbukti.

Mahkamah menilai bahwa beberapa bukti yang diajukan Pemohon mengandung cacat dan oleh karenanya tidak mempunyai kekuatan hukum yang sah dan harus dikesampingkan, sehingga meskipun dalil Pemohon mengenai penggelembungan perolehan suara Partai Amanat Nasional untuk Kelurahan Sukur bukan 106 suara, melainkan sejumlah 96 suara, namun seandainyapun terbukti – quod non - penghitungan tersebut tidak mempengaruhi perolehan kursi bagi Pemohon, sehingga dalil Pemohon dinilai tidak cukup beralasan.

8. Dapil Depok 3 Pemohon berpendapat suara yang didapat dan tertulis pada berita acara penghitungan

suara perolehan partai politik dan perolehan suara calon anggota DPRD Kabupaten/Kota tingkat PPS Pemilu 2009 adalah mutlak suara milik Pemohon.

Mahkamah menemukan bahwa dalam penghitungan suara di PPK terjadi penggelembungan-penggelembungan di mana angka-angka di Formulir C-1 setelah di cek di Formulir C-2 angkanya berubah, namun setelah pengecekan dilakukan perbedaan jumlah itu diperbaiki dengan mempersamakan Formulir C-2 dalam berita acara. Dan berdasarkan Bukti TT-2 pada lampiran Model DA DPRD Kab/Kota, saksi Pemohon telah menandatangani berita acara rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara parpol peserta Pemilu dan perolehan suara calon anggota DPRD Kab/Kota tingkat PPK Kecamatan Sukajaya Dapil Depok 3. Dengan demikian, telah ternyata Pemohon tidak mampu membuktikan dalil-dalil permohonannya, oleh karenanya menurut Mahkamah Permohonan Pemohon tidak beralasan.

9. Dapil Sumba Timur 1 - 4 Terhadap eksepsi Turut Termohon mengenai permohonan Pemohon yang obscuur

libel, tidak cermat, tidak teliti, tidak rinci dan tidak jelas, bahkan permohonan Pemohon tidak menyertakan adanya petitum.

Mahkamah berpendapat bahwa eksepsi Turut Termohon beralasan karena terbukti posita permohonan Pemohon tidak memuat uraian yang jelas tentang kesalahan hasil penghitungan suara Pemohon yang dilakukan oleh Termohon/Turut Termohon dan juga tidak menguraikan penghitungan yang benar menurut Pemohon, di samping itu petitum permohonan Pemohon hanya menyatakan keberatan atas penetapan rekapitulasi oleh Turut Termohon tentang hasil penghitungan rekapitulasi suara Pemilihan Umum anggota DPRD Kabupaten Sumba Timur untuk Dapil I, II, III, IV, sementara hasil rekapitulasi yang dilakukan oleh Termohon/Turut Termohon yang diajukan keberatan oleh Pemohon juga tidak tercantum dalam permohonan Pemohon. Dengan demikian permohonan a quo tidak sesuai dengan Pasal 6 ayat (4) Peraturan

235-614.indd 583 9/24/10 11:09:36 AM

Page 606: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

584 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Mahkamah Konsititusi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Oleh karena eksepsi Turut Termohon beralasan, maka Mahkamah tidak mempertimbangkan lebih lanjut pokok permohonan.

10. Dapil Palopo 1 Pemohon mendalilkan telah terjadi kecurangan dan penggelembungan suara yang

dilakukan di tingkat PPK terhadap Partai Golkar yaitu di Kecamatan Bara sejumlah 145 suara, di Kecamatan Wara Barat 17 suara dan Kecamatan Wara Utara 48 suara, di Kecamatan Telu Wanaua 61 suara, dengan total penggelembungan 271 suara. Mahkamah berpendapat bahwa bukti Pemohon merupakan bukti yang tidak sempurna karena hanya melampirkan lembaran di mana Pemohon sebagai peserta Pemilu, sehingga untuk mengukur validitas data dan angka tidak terpenuhi, bukti mana telah terbantahkan secara sempurna oleh bukti Turut Termohon mulai dari TT-2 sampai dengan TT-24 yang berupa Model DA-1 yaitu hasil rekapitulasi tingkat PPK untuk Kecamatan Bara, Kecamatan Wara Barat, Kecamatan Wara Utara, dan Kecamatan Telluwanua, dan Model C, C-1 yaitu hasil penghitungan suara di Tempat Pemungutan Suara untuk 61 TPS dalam wilayah empat kecamatan dimaksud. Mahkamah berpendapat bahwa Pemohon tidak mampu membuktikan dalil permohonannya, oleh karenanya permohonan Pemohon tidak beralasan.

Dengan demikian, Mahkamah berkesimpulan bahwa dalil-dalil Pemohon tidak cukup beralasan.Berdasarkan pertimbangan dan fakta hukum di atas, Mahkamah dalam Amar

Putusan menyatakan :Dalam Eksepsi:- Eksepsi Termohon sepanjang Dapil Kabupaten Sumba Timur 1 sampai dengan 4

dapat diterima.- Menolak eksepsi Termohon untuk selebihnya.Dalam Pokok Permohonan:Menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya.

235-614.indd 584 9/24/10 11:09:36 AM

Page 607: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

585Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 94/PHPU.C-VII/2009

TENTANGKEBERATAN PARTAI GOLONGAN KARYA TERHADAP

PENETAPAN HASIL PEMILU ANGGOTA DPR, ANGGOTA DPRD PROVINSI, DAN ANGGOTA DPRD KABUPATEN/KOTA

Pemohon : 1. Jusuf Kalla; 2. Sumarsono.Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan

DPRD.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor

255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei Tahun 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 di 49 Daerah Pemilihan (Dapil).

Amar Putusan : Putusan pelaksanaan Pasal 205 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 (I):

- Mengabulkan permohonan Pemohon untuk sebagian, khususnya pembatalan Keputusan KPU Nomor 259/Kpts/KPU/TAHUN 2009 tentang Penetapan Perolehan Kursi Partai Politik Peserta Pemilihan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dalam Pemilu Tahun 2009 bertanggal 11 Mei 2009 dan Keputusan Nomor 286/Kpts/KPU/Tahun 2009 tentang Penetapan Calon terpilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Secara Nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 bertanggal 24 Mei 2009 yang berkaitan dengan penerapan Pasal 205 ayat (5), ayat (6), dan ayat (7) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

235-614.indd 585 9/24/10 11:09:36 AM

Page 608: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

586 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;

- Menyatakan penerapan Pasal 205 ayat (5), ayat (6), dan ayat (7) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah oleh Komisi Pemilihan Umum yang tertuang dalam Keputusan Nomor 259/Kpts/KPU/TAHUN 2009 tentang Penetapan Perolehan Kursi Partai Politik Peserta Pemilihan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dalam Pemilu Tahun 2009 adalah keliru dan tidak tepat menurut hukum.

Putusan (II): Dalam Eksepsi: Mengabulkan Eksepsi Termohon dan Turut Termohon sepanjang

Daerah Pemilihan Lampung I dan Sulawesi Tenggara 5. Dalam Pokok Perkara: Mengabulkan permohonan Pemohon untuk sebagian.Tanggal Putusan : Putusan pelaksanaan Pasal 205 Undang-Undang Nomor 10

Tahun 2008 (I) : Kamis, 11 Juni 2009. Putusan (II) : Rabu, 24 Juni 2009.Ikhtisar Putusan :

Pemohon adalah Dewan Pimpinan Pusat Partai Golongan Karya yang diwakili oleh Jusuf Kalla dan Sumarsono masing-masing sebagai Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Partai Golongan Karya mengajukan permohonan keberatan atas Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 (Keputusan KPU 255/2009). Permohonan Pemohon tersebut berkaitan dengan penetapan suara Partai Golongan Karya di 49 Dapil.

Menyangkut kewenangan Mahkamah, Pasal 24C ayat (1) UUD 1945, Pasal 10 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) juncto Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman menyatakan bahwa salah satu kewenangan Mahkamah adalah memutus Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU). Dalam Pasal 74 ayat (2) UU MK junctis Pasal 258 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (UU 10/2008), dan Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota

235-614.indd 586 9/24/10 11:09:36 AM

Page 609: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

587Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dinyatakan bahwa salah satu objek PHPU adalah penetapan perolehan suara hasil Pemilu yang telah diumumkan secara nasional oleh KPU yang memengaruhi perolehan kursi partai politik peserta Pemilu di suatu daerah pemilihan.

Oleh karena Pemohon mengajukan permohonan terkait dengan sengketa penetapan hasil pemilihan umum yang dilakukan secara nasional oleh KPU yang mempengaruhi terpilihnya calon anggota legislatif, maka Mahkamah berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan Pemohon.

Dasar hukum di atas menjadi rujukan Mahkamah untuk menjawab eksepsi Termohon dan Turut Termohon yang mendalilkan bahwa permohonan Pemohon bukanlah objek perselisihan hasil pemilihan umum yang menjadi kewenangan Mahkamah, khususnya terkait dengan perselisihan perolehan suara antarcaleg dari Pemohon. Mahkamah juga merujuk Putusan Nomor 22-24/PUU-VII/2008 yang menetapkan keterpilihan seorang calon legislatif dari partai politik didasarkan pada suara terbanyak. Oleh karena itu, PHPU yang ditentukan oleh KPU bagi calon legislatif dari suatu partai politik peserta pemilihan umum yang sama yang turut mempengaruhi keterpilihan calon anggota legislatif tersebut dalam memperoleh kursi yang diraih parpol, juga merupakan objek PHPU yang menjadi kewenangan Mahkamah sepanjang diajukan oleh Dewan Pimpinan Pusat atau nama sejenisnya dari partai politik peserta Pemilu dengan legal standing yang otonom.

Berkaitan dengan kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, Pasal 22E ayat (4) UUD 1945 dan Pasal 74 ayat (1) huruf c UU MK junctis Pasal 259 ayat (1) UU 10/2008 dan Pasal 3 ayat (1) huruf b PMK 16/2009 menentukan bahwa para pihak yang mempunyai kepentingan langsung dalam PHPU anggota DPR, DPD, dan DPRD adalah partai politik peserta Pemilu. Dalam hal ini, Pemohon adalah Partai Politik Peserta Pemilu dengan Nomor Urut 23 berdasarkan Penetapan Komisi Pemilihan Umum Nomor 149/SK/KPU/TAHUN 2008 bertanggal 9 Juli 2008 tentang Penetapan dan Pengundian Nomor Urut Partai Politik Peserta Pemilihan Umum Tahun 2009. Oleh karena itu, Mahkamah berpendapat bahwa Pemohon telah memenuhi syarat kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan.

Terkait dengan tenggang waktu pengajuan permohonan yang juga menjadi salah satu eksepsi yang diajukan oleh Termohon dan Turut Termohon karena dinilai telah daluwarsa, Mahkamah berpendapat bahwa dasar untuk menentukan waktu daluwarsa bukanlah ditentukan berdasarkan tanggal registrasi suatu permohonan, melainkan dari tanggal diajukannya permohonan Pemohon ke Mahkamah. Sementara itu, permohonan a quo diajukan oleh Pemohon ke Mahkamah pada hari Sabtu tanggal 10 Mei 2009 pukul 19.39 WIB berdasarkan Akta Penerimaan Berkas Permohonan Nomor 208/PAN.MK/V/2009 yang kemudian diregistrasi pada hari Kamis tanggal 14 Mei 2009 jam 19.35 WIB dengan Nomor 94/PHPU.C-VII/2009. Hal ini telah sesuai dengan ketentuan Pasal 74 ayat (3) UU MK junctis Pasal 259 ayat (2) UU 10/2008 dan Pasal 6 ayat (1) PMK 16/2009 yang menentukan bahwa permohonan pembatalan penetapan perolehan suara

235-614.indd 587 9/24/10 11:09:36 AM

Page 610: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

588 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

hasil Pemilu secara nasional oleh KPU hanya dapat diajukan dalam jangka waktu paling lambat 3 x 24 jam sejak KPU mengumumkan penetapan hasil pemilihan umum secara nasional, yaitu pada tanggal 12 Mei 2009 pukul 23.50 WIB. Oleh karena itu, pengajuan permohonan Pemohon masih dalam tenggang waktu yang ditentukan.

Dalam pokok permohonannya, Pemohon mendalilkan keberatan terhadap hasil Pemilu sebagai berikut. Perselisihan Hasil Pemilihan Umum DPR RI1. Dapil Nanggroe Aceh Darussalam II Pemohon mendalilkan semestinya perolehan suara Caleg Marzuki Daud sebesar

19.699 suara, sedangkan Caleg Mahreje Wahab memperoleh 20.540 suara di Dapil NAD II. Dengan demikian, satu kursi DPR yang diraih Partai Golkar semestinya menjadi milik Mahreje Wahab. Pemohon juga mendalilkan terjadinya penggelapan suara dengan ditetapkannya 3 orang tersangka sebagaimana dilaporkan oleh Panwaslu kepada Polres Aceh Timur.

Mahkamah berpendapat dalil Pemohon tidak didukung alat bukti yang memadai, terutama putusan pengadilan menyangkut penggelapan suara. Oleh karena itu, Mahkamah menilai permohonan Pemohon tidak beralasan, sehingga harus dikesampingkan.

2. Dapil Sumatera Utara III (atas nama Caleg Roberto PL. Gaol, M.T.) Pemohon mendalilkan semestinya perolehan suara Caleg Pemohon bernama Roberto

PL. Gaol, M.T. adalah 38.352 suara, bukan 24.601 suara di Dapil Sumatera Utara III, sehingga kursi DPR yang diraih Partai Golkar semestinya menjadi milik Caleg Roberto PL. Gaol, M.T., bukan Caleg Dr. Capt. Anthon Sihombing.

Mahkamah berpendapat seluruh alat bukti yang diajukan Pemohon hanya merupakan lembaran-lembaranbuktisertifikatyang terdiridarihalamanpertamadanhalamanperolehan suara khusus untuk Pemohon saja, sehingga tidak dapat dipastikan apakah lembaran perolehan suara Pemohon sebagai lampiran Model C-1 merupakan bagian yang sah dan tidak terpisahkan dari bukti sertifikat suara halaman pertama. Lagi pula, sebagian alat bukti Pemohon cacat yang menunjukkan tanda-tanda perubahan jenis dan cara penulisan angka-angka, baik pada satu halaman yang sama maupun halaman lain yang berbeda, khususnya penulisan perolehan suara Caleg Roberto PL. Gaol, M.T. Dengan demikan, Mahkamah menilai dalil Pemohon tidak dapat dibuktian secara sah menurut hukum, sehingga harus dikesampingkan.

3. Dapil Sumatera Utara III (atas nama Bachtiar Ravalena Ujung) Pemohon mendalilkan terjadinya kesalahan penghitungan suara yang merugikan

Caleg Pemohon benama Bachtiar Ravalena Ujung di salah satu TPS dengan selisih 6 suara. Dalil Pemohon ini menjadi rujukan sebagai bukti terjadinya kesalahan yang sama di seluruh TPS.

235-614.indd 588 9/24/10 11:09:36 AM

Page 611: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

589Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

Mahkamah berpendapat Pemohon tidak menjelaskan berapa jumlah suara yang diperoleh Pemohon berdasarkan Keputusan KPU dan berapa jumlah suara Pemohon yang hilang. Mahkamah juga berpendapat dalil Pemohon hanyalah asumsi belaka tanpa didukung alat bukti yang memadai. Oleh karena itu, Mahkamah menilai dalil permohonan kabur dan tidak jelas sehingga harus dinyatakan tidak dapat diterima.

4. Dapil Riau I Pemohon mendalilkan terjadinya kesalahan penetapan jumlah suara sah Calon

Anggota DPR untuk sisa kursi berdasarkan Pasal 205 UU 10/2008. Keberatan Pemohon ini telah diputus oleh Mahkamah melalui Putusan Nomor 74-94-

80-59-67/PHPU.C-VII/2009 tanggal 11 Juni 2009. Dalam putusan tersebut, Mahkamah mengabulkan permohonan Pemohon untuk sebagian, khususnya pembatalan Keputusan KPU Nomor 259/Kpts/KPU/TAHUN 2009 tentang Penetapan Perolehan Kursi Partai Politik Peserta Pemilihan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dalam Pemilu Tahun 2009 dan Keputusan KPU Nomor 286/Kpts/KPU/Tahun 2009 tentang Penetapan Calon terpilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Secara Nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 yang berkaitan dengan penerapan Pasal 205 ayat (5), ayat (6), dan ayat (7) UU 10/2008. Mahkamah menyatakan penerapan Pasal 205 ayat (5), ayat (6), dan ayat (7) UU 10/2008 adalah keliru dan tidak tepat menurut hukum. Oleh karena itu, Mahkamah menetapkan dua hal. Pertama, sisa suara yang ditarik ke provinsi untuk penghitungan tahap III adalah sisa suara dari semua Dapil di provinsi yang bersangkutan dan bukan hanya dari Dapil-Dapil yang memiliki sisa kursi untuk diangkat pada penghitungan tahap III. Kedua, Caleg yang berhak menjadi anggota DPR dari hasil penghitungan tahap III tersebut adalah Caleg dari Dapil-Dapil yang memiliki sisa kursi untuk diangkat dalam penghitungan tahap III.

5. Dapil Daerah Istimewa Yogyakarta I Pemohon mendalilkan perolehan suaranya berkurang 12.668 suara di Kabupaten

D.I. Yogyakarta, sehingga Pemohon semestinya memperoleh satu kursi DPR dari sisa suara tahap ketiga.

Mahkamah berpendapat bukti Pemohon tidak lengkap sehingga tidak dapat diverifikasi. Dalil Pemohon juga tidak didukung oleh Formulir C-1 dari masing-masing TPS pada kecamatan yang dipermasalahkan. Mahkamah tidak dapat mempertimbangkan lebih lanjut mengenai penghitungan sisa suara tahap ketiga, karena tidak terbukti adanya kesalahan penghitungan perolehan suara Pemohon. Oleh karena itu, Mahkamah menilai permohonan Pemohon tidak terbukti beralasan sehingga harus dikesampingkan.

6. Dapil Lampung I Pemohon mendalilkan terjadinya kesalahan penghitungan suara oleh KPU (Termohon)

karena Caleg Pemohon Nomor Urut 2 hanya ditetapkan memperoleh 27.871 suara, padahal semestinya lebih dari itu.

235-614.indd 589 9/24/10 11:09:36 AM

Page 612: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

590 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Mahkamah berpendapat bukti-bukti yang diajukan Pemohon hanya berkaitan dengan penghitungan suara di Kabupaten Lampung Barat dan keterangan saksi pun tidak mendasarkan penghitungan suara pada dokumen-dokumen resmi dari penyelenggara Pemilu. Oleh karena itu, Mahkamah menilai permohonan Pemohon tidak jelas, kabur, dan hanya asumsi belaka yang tidak dapat dibuktikan dengan alat bukti yang sah menurut hukum, sehingga permohonan Pemohon tidak dapat diterima.

7. Dapil Jawa Barat I Pemohon mendalilkan bahwa Caleg Pemohon bernama Muhammad Eggi Hamzah

semestinya memperoleh 26.218 suara, dan bukan 22.718 suara, sehingga berhak atas 1 kursi untuk Dapil Jawa Barat I.

Mahkamah berpendapat alat-alat bukti Pemohon hanya dapat membuktikan perolehan suara yang hilang untuk Caleg M. Eggi Hamzah sejumlah 212 suara. Dengan demikian, perolehannya tetap lebih kecil dibandingkan dengan perolehan suara Caleg Nomor Urut 1 yang berjumlah 214 suara di TPS-TPS yang dipermasalahkan Pemohon. Oleh karena itu, Mahkamah menilai Pemohon tidak berhasil membuktikan dalilnya sehingga permohonannya harus dikesampingkan.

8. Dapil Jawa Timur XI Pemohon mendalilkan terjadinya penyimpangan secara sistemik yang dilakukan

oleh KPUD Kabupaten Sampang mulai dari tingkat PPS hingga PPK yang tidak merekapitulasi suara berdasarkan Model C dalam penghitungan suara Model DA, sehingga menyebabkan data perolehan suara menjadi tidak benar. Pemohon juga mendalilkan telah terjadi kesalahan penghitungan di 6 kecamatan pada Kabupaten Sampang, yaitu berupa penambahan 67 suara dan pengurangan 2.019 suara bagi Pemohon.

Mahkamah berpendapat adanya indikasi bahwa di tempat tertentu, seperti di Desa Pelengkian (Kecamatan Kedungdung) dan Desa Beperle (Kecamatan Nebetan), dimana kejadian kertas surat suara untuk anggota DPR RI tidak dibagikan kepada pemilih, tidak dapat dipandang terbukti untuk seluruh daerah di Kabupaten Sampang. Fakta lain juga menunjukkan bahwa dari keterangan Panwaslu diketahui bahwa tidak ada saksi Pemohon yang mengajukan keberatan terhadap hal-hal yang didalilkan Pemohon pada saat berlangsungnya pemungutan suara dan sidang Pleno terbuka rekapitulasi dan penghitungan suara Pemilu Legislatif 2009 tingkat KPU di Kabupaten Sampang. Pemohon pun dipandang tidak dapat membuktikan bahwa hal tersebut terjadi secara meluas meliputi wilayah pemilihan baik di tingkat kecamatan maupun Kabupaten Sampang. Seandainya pun terdapat kehilangan suara Pemohon, hal demikian tidak dapat dijadikan dasar untuk memutuskan dilakukannya penghitungan suara ulang di Kabupaten Sampang sebagaimana diminta oleh Pemohon dalam petitumnya. Oleh karena itu, Mahkamah menilai permohonan Pemohon tidak beralasan sehingga harus dikesampingkan.

235-614.indd 590 9/24/10 11:09:36 AM

Page 613: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

591Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

9. Dapil Sulawesi Selatan III Pemohon mendalilkan adanya kesalahan penghitungan suara oleh Turut Termohon

dalam menetapkan perolehan suara Caleg Pemohon atas nama Caleg Markus Nari Nomor Urut 4 dan Caleg Mariani Akib Baramuli Nomor Urut 6. Pemohon berpendapat suara Mariani Akib Baramuli seharusnya 26.172 suara, sedangkan suara Markus Nari sebesar 25.453 suara. Seharusnya 2 kursi DPR yang diraih oleh Pemohon di Dapil Sulawesi Selatan III salah satunya menjadi hak Mariani Akib Baramuli.

Mahkamah berpendapat alat bukti yang diajukan Pemohon memiliki cacat untuk dapat diterima sebagai alat bukti yang mempunyai kekuatan sah secara hukum karena adanya penulisan angka-angka yang telah mengalami perubahan, baik karena dihapus maupun ditulis ulang dengan penebalan tertentu. Terlebih lagi, ketika dilakukan verifikasi terhadap jumlah DPT, jumlah suara sah, dan jumlah seluruhsuara parpol yang sesungguhnya di TPS yang didalilkan, Mahkamah menemukan adanya inkonsistensi jumlah angka-angka di banyak alat bukti Pemohon. Oleh karena itu, Mahkamah menilai permohonan Pemohon tidak cukup beralasan karena Pemohon tidak dapat membuktikan dalilnya secara sah dan meyakinkan, sehingga harus dikesampingkan.

10. Dapil Maluku Utara I Pemohon menarik kembali permohonannya di Dapil Maluku Utara I yang dinyatakan

dalam persidangan Mahkamah pada hari Selasa tanggal 1 Mei 2009. Dengan demikian permohonan Pemohon tidak perlu dipertimbangkan lebih lanjut.

11. Dapil Papua I Pemohon mendalilkan perolehan suara Caleg Pemohon bernama Demas David

Patty hilang sebesar 6.905 suara. Mahkamah berpendapat bukti-bukti Pemohon tidak mempunyai kekuatan sebagai

alat bukti yang sah menurut hukum. Lagipula, Pemohon melakukan kesalahan penjumlahan selisih perolehan suara Pemohon di Kabupaten Tolikara yang seharusnya sebesar 2.534 suara, bukan 2.542 suara. Seandainya selisih perolehan suara Pemohon di Kabupaten Tolikara tersebut terbukti benar, akan tetapi jumlah suaratersebuttidaksignifikanuntukmempengaruhiperolehankursitambahanyangmemungkinkan Caleg Pemohon bernama Demas David Patty ditetapkan untuk memperoleh kursi tambahan tersebut. Oleh karena itu, Mahkamah menilai dalil Pemohon tidak dapat dibuktikan sehingga harus dikesampingkan.

Perselisihan Hasil Pemilihan Umum DPRD Provinsi/DPRA12. Dapil Nanggroe Aceh Darussalam 3 Pemohon mendalilkan telah terjadi kesalahan penghitungan di TPS 1 dan TPS 2

pada Desa Pulo Ie yang seharusnya tertulis 24 suara di PPK Kecamatan Darul Makmur, namun ternyata hanya ditulis 12 suara. Menurut Pemohon seharusnya yang memperoleh kursi DPRA adalah Caleg Pemohon bernama Mutia Anzib, bukan

235-614.indd 591 9/24/10 11:09:36 AM

Page 614: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

592 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Zuriat Suparjo, sebab perolehan suara Dra. Mutia Anzib seharusnya 2,711 suara, dan bukan 2,699 suara. Sementara itu, perolehan suara Zuriat Suparjo berjumlah 2,701 suara, dan bukan 2,702 suara.

Mahkamah berpendapat perolehan suara Caleg Pemohon bernama Mutia Anzib tidak mengalami pengurangan dan sebaliknya suara Caleg Pemohon bernama Zuriat Suparjo justru bertambah 2 suara. Oleh karena itu, Mahkamah menilai permohonan Pemohon tidak terbukti beralasan sehingga harus dikesampingkan.

13. Dapil Sumatera Utara 6 Pemohon mendalilkan semestinya perolehan suara Pemohon yang meliputi

Kecamatan Hutaraja Tinggi, Kecamatan Angkola Timur, dan Kecamatan Sipirok pada Dapil Sumatera 6 adalah sebesar 3.137 suara, bukan 2.042 suara, sehingga terdapat selisih 1.095 suara. Pemohon juga berpendapat semestinya perolehan suaranya menjadi 79.200 suara.

Mahkamah berpendapat selisih jumlah suara Pemohon yang tidak diperhitungkan dalam rekapitulasi perolehan suara sebesar: 726 suara + 290 suara = 1.016 suara. Dengan demikian, jumlah suara Pemohon yang sebenarnya untuk Dapil Sumatera Utara yaitu: 78.105 suara + 1.016 suara = 79.121 suara. Mahkamah menilai permohonan Pemohon terbukti beralasan sehingga perolehan suara Pemohon yang sebenarnya harus ditetapkan dalam amar putusan.

14. Dapil Riau 7 Pemohon keberatan terhadap perolehan kursi anggota DPRD Provinsi dari Dapil

Riau 7 yang meliputi Indragiri Hulu dan Kuantan Singingi. Menurut Pemohon, Termohon telah salah dan keliru menetapkan perolehan suara Caleg Pemohon bernama Supriati (Nomor Urut 3) yang seharusnya berjumlah 10.000 suara, namun ditulis 11.311 suara. Mahkamah menilai terjadi inkonsistensi antara dalil permohonan dengan seluruh alat bukti Pemohon. Dengan demikian, permohonan Pemohon harus dinyatakan tidak beralasan dan harus dikesampingkan.

15. Dapil Kepulauan Riau 2 atas nama Edwil S.D. Pemohon mendalilkan Turut Termohon telah salah menetapkan perolehan suara

Caleg Pemohon Nomor Urut 4 atas nama Edwil S. Djamoedin berjumlah 807 suara yang seharusnya berjumlah 1.766 suara dan perolehan suara Caleg Pemohon Nomor Urut 3 bernama Sumarni Azis sejumlah 1.673 suara yang seharusnya 1.002 suara. Menurut Pemohon, ditemukan selisih suara keseluruhan Pemohon berjumlah 1.001 suara, dan khusus untuk Caleg Sumarni Azis terdapat penambahan 671 suara, serta Caleg Edwil S. Djamoedin berkurang 959 suara.

Mahkamah berpendapat uraian permohonan hanya menunjukkan kesalahan penghitungan pada beberapa TPS dan bukti-bukti Pemohon yang diajukan hanya berupa Formulir C-1, sehingga Mahkamah menilai Pemohon tidak sungguh-sungguh mengajukan perselisihan hasil perolehan suara dalam Pemilu. Oleh

235-614.indd 592 9/24/10 11:09:37 AM

Page 615: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

593Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

karenanya, Mahkamah mengesampingkan permohonan Pemohon karena tidak cukup beralasan.

16. Dapil Kepulauan Riau 2 atas nama Erwan B. Pemohon keberatan terhadap perolehan suara Caleg Pemohon di Dapil Kepulauan

Riau 2 (Bintan-Lingga), khususnya terhadap Caleg Pemohon bernama Erwan Buntaro (Nomor Urut 2). Pemohon mendalilkan terjadinya kesalahan penghitungan pada PPK Gunung Kijang Bintan berjumlah 15 suara dan PPK Bintan Timur berjumlah 10 suara, sehingga jumlah keseluruhan perolehan suara Erwan Buntaro sejumlah: 2.251 + 25 = 2.276 suara.

Mahkamah menemukan fakta sebagai berikut.a. penempatan angka sejumlah 15 suara tersebut memang seharusnya menjadi

milik Caleg Pemohon Nomor Urut 3 bernama Sumarni Azis. Hal ini diperkuat dengan keterangan 2 orang saksi yakni Saksi Turut Termohon selaku Ketua KPPS dan Saksi Pemohon yang terlibat langsung dalam koreksi penulisan suara;

b. dalil Pemohon yang menyatakan bahwa seharusnya perolehan suara Caleg Erwan Buntaro di TPS 63 Gunung Lengkuas, Bintan Timur, Kabupaten Bintan sejumlah 10 suara, justru terbantahkan dengan bukti Pemohon sendiri yang menunjukkan bahwa perolehan suara Caleg Erwan Buntaro yaitu 0 (nol) suara.

Berdasarkan fakta di atas, Mahkamah menilai permohonan Pemohon tidak beralasan sehingga harus dikesampingkan.

17. Dapil Kepulauan Riau 4 Pemohon keberatan terhadap perolehan suara Caleg Pemohon Nomor Urut 2

bernama H.M. Nur Syafriadi di Kelurahan Kabil, Kota Batam. Menurut Pemohon, terjadinya kesalahan penghitungan suara oleh Turut Termohon mengakibatkan Caleg Pemohon H.M. Nur Syafriadi kehilangan kursi, sehingga jumlah suaranya menjadi lebih rendah dibandingkan dengan Caleg Pemohon Nomor Urut 5 bernama Taba Iskandar. Kesalahan tersebut telah diperbaiki oleh Ketua PPK Nongsa, namun tidak dimasukkan oleh Turut Termohon dalam rekapitulasi perolehan suara Pemohon. Mahkamah berpendapat bukti Pemohon menunjukkan angka perolehan suara yang tidak dimasukkan dalam rekapitulasi penghitungan perolehan suara PPK Nongsa yang turut disetujui oleh Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan Nongsa. Mahkamah menilai Pemohon telah membuktikan secara sah perolehan suara Caleg Pemohon Nomor Urut 2 atas nama H.M. Nur Syafriadi yang belum direkapitulasi sejumlah 27 suara adalah benar, sehingga perolehan suara Caleg Pemohon Nomor Urut 2 bernama H.M. Nur Syafriadi di Kelurahan Kabil, Kecamatan Nongsa adalah berjumlah 86 suara. Oleh karenanya permohonan Pemohon harus dikabulkan.

235-614.indd 593 9/24/10 11:09:37 AM

Page 616: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

594 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

18. Dapil DKI Jakarta 3 Pemohon mendalilkan H. Priya Ramadhani memperoleh 7.879 suara, H. Jamaluddin

Panganro seharusnya memperoleh 4.905 suara, dan bukan 4.170 suara seperti yang ditetapkan Turut Termohon, atau terdapat selisih 733 suara. Sementara itu, H.TaufikAnharmemperoleh4.694 suara.

Mahkamah menemukan fakta-fakta sebagai berikut.a. terdapat inkonsistensi antara jumlah kehilangan suara Pemohon yang didalilkan

dalam permohonan dengan bukti-bukti tulisan yang diajukan, serta keterangan saksi yang disampaikan di dalam persidangan.

b. alat bukti Pemohon memiliki cacat sehingga dipandang tidak mempunyai kekuatan sebagai alat bukti yang sah secara hukum.

c. daribuktiyangadaditemukanjumlahsuaraPemohonyangtidaklagisignifikanuntuk memengaruhi peringkat perolehan suara di antara Caleg Pemohon di Dapil DKI 3, terutama untuk menaikkan peringkat Caleg Pemohon Nomor Urut 2 bernama H. Jamaluddin Panganro.

Mahkamah menilai Pemohon tidak berhasil membuktikan dalil-dalil permohonannya secara sah dan meyakinkan, sehingga permohonan Pemohon tidak cukup beralasan dan oleh karenanya harus dikesampingkan.

19. Dapil Bali 3 Pemohon mendalilkan seharusnya perolehan suara Caleg Pemohon Nomor Urut 1

bernama Drs. Made Suamba Negara, M.Si. sejumlah 7.300 suara, bukan sejumlah 6.041 suara sehingga berhak memperoleh kursi di Dapil Provinsi Bali 3.

Mahkamah menilai bukti Pemohon tidak dapat dinilai keabsahannya sehingga tidak dapat digunakan sebagai alat bukti yang sah menurut hukum. Oleh karenanya, permohonan Pemohon tidak beralasan sehingga harus dikesampingkan.

20. Dapil Kalimantan Timur 1 Pemohon menarik kembali permohonannya di Dapil Kalimantan Timur 1 yang

dinyatakan dalam persidangan Mahkamah pada hari Rabu tanggal 27 Mei 2009. Oleh karena itu, permohonan Pemohon tidak perlu dipertimbangkan lebih lanjut.

21. Dapil Kalimantan Timur 2 Pemohon mendalilkan bahwa Termohon keliru menetapkan perolehan suara Caleg

Pemohon Nomor Urut 7 bernama H. Suwandi di Kabupaten Pasir sejumlah 200 suara, padahal perolehan suara yang benar seharusnya sejumlah 414 suara. Kekeliruan tersebut terjadi di Kecamatan Long Ikis yang berdasarkan versi KPU Kabupaten Pasir, Caleg H. Suwandi memperoleh 26 suara, padahal seharusnya memperoleh 240 suara atau dengan kata lain telah terjadi selisih sebanyak 214 suara.

235-614.indd 594 9/24/10 11:09:37 AM

Page 617: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

595Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

Mahkamah berpendapat bukti Pemohon tidak cukup mendukung dalil Pemohon, namun justru menguatkan bantahan Turut Termohon karena pada bukti Pemohon berupa Formulir DB-1 DPRD Provinsi tertera perolehan suara H. Suwandi di Kecamatan Long Ikis sejumlah 26 suara. Selain itu, terdapat pula satu bukti Pemohon yang bukan merupakan dokumen resmi yang dikeluarkan oleh KPU. Oleh karena itu, Mahkamah menilai permohonan Pemohon tidak beralasan sehingga harus dikesampingkan.

22. Dapil Sulawesi Selatan 6 Pemohon mendalilkan pada Berita Acara Model DC-1 DPRD Provinsi Dapil Sulawesi

Selatan 6 terdapat kesalahan penghitungan karena terjadi penambahan suara untuk Caleg Ir. Yosafat Tandilintin, MPM sejumlah 1.315 suara, serta terjadi pengurangan suara Caleg Dr. Fatmawati Arifin Daud, MPH sejumlah 3.450 suara. Kesalahantersebut terjadi di Kabupaten Sidrap, Kabupaten Pinrang, Kabupaten Enrekang, dan Kabupaten Tana Toraja dimana hasil rekapitulasi pada tingkat kecamatan tidak sesuai dengan rekapitulasi pada tingkat TPS. Berdasarkan dalil tersebut, Pemohon berpendapat seharusnya Caleg Fatmawati Arifin Daud memperolehkursi dengan perolehan suara lebih tinggi sejumlah 177 suara dibanding Caleg Yosafat Tandilintin. Mahkamah menilai bahwa Pemohon tidak dapat menunjukkan adanya kehilangan suara seperti yang didalilkan karena kehilangan suara tersebut tidak dapat dibuktikan oleh bukti-bukti yang diajukan Pemohon. Oleh karenanya, Mahkamah menilai permohonan Pemohon tidak cukup beralasan sehingga harus dikesampingkan.

23. Dapil Sulawesi Tenggara 5 atas nama La Ode Muh. Marsudi Pemohon mendalilkan seharusnya La Ode Muhammad Marsudi di Kecamatan Maginti

memperoleh 565 suara; di Kecamatan Lasalepa seharusnya memperoleh 227 suara; di Kecamatan Sawerigadi seharusnya memperoleh 132 suara; di Kecamatan Bone seharusnya memperoleh 48 suara.

Mahkamah menilai Pemohon tidak mampu membuktikan dalil-dalilnya sehingga permohonan Pemohon harus dikesampingkan.

24. Dapil Sulawesi Tenggara 5 atas nama La Nika Pemohon mendalilkan terdapat selisih perolehan suara antara hasil yang dibaca

pada Pleno KPU Kabupaten Muna yang kemudian dibawa ke KPU Provinsi Sulawesi Tenggara dengan penghitungan di tingkat TPS dan PPK. Di Kecamatan Batalaiworu, Tongkuno, Pasir Putih, Maginti terjadi total selisih sejumlah 178 suara atau 114 suara. Mahkamah menilai permohonan Pemohon tidak memenuhi syarat Pasal 75 UU MK dan Pasal 6 ayat (4) huruf b PMK 16/2009 karena uraian permohonan tidak jelas, sehingga permohonan Pemohon harus dinyatakan tidak dapat diterima.

235-614.indd 595 9/24/10 11:09:37 AM

Page 618: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

596 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

25. Dapil Maluku Utara 5 Pemohon mendalilkan perolehan suara Caleg Pemohon Nomor Urut 4 bernama

Drs. Badaruddin Gailea semestinya 3.084 suara, bukan 2.734 suara. Dengan demikian, kursi ketiga yang diperoleh Pemohon semestinya untuk Caleg Nomor Urut 4 bernama Drs. Badaruddin Gailea, bukan untuk Caleg Nomor Urut 2 bernama Buang Buamonabot yang memperoleh 2.800 suara.

Mahkamah menilai bukti-bukti yang diajukan Pemohon diragukan keabsahan dan validitasnya. Oleh karenanya, permohonan Pemohon tidak cukup beralasan sehingga harus ditolak.

26. Dapil Papua 4 Pemohon mendalilkan semestinya memperoleh 118.556 suara, dan bukan 113.563

suara sehingga Pemohon berhak memperoleh 4 kursi. Mahkamah berpendapat Pemohon tidak memberikan lampiran penghitungan suara yang lengkap menyangkut perolehan suara Pemohon yang sesungguhnya di Kabupaten Jayawijaya. Lagipula terdapat bukti Pemohon yang bukan Formulir resmi yang dikeluarkan oleh penyelenggara Pemilu. Oleh karena itu, Mahkamah menilai Pemohon tidak dapat membuktikan dalil permohonannya sehingga permohonan Pemohon harus dikesampingkan.

Perselisihan Hasil Pemilihan Umum DPRD Kabupaten/Kota 27. Dapil Aceh Utara 1 Pemohon mendalilkan semestinya memperoleh 1.349 suara, dan bukan 1.164 suara

di Dapil Aceh Utara 1, sehingga terdapat selisih 185 suara. Mahkamah berpendapat walaupun Pemohon telah mengajukan bukti berupa Formulir

Model C-1, namun bukti tersebut tidak serta merta dapat menunjukkan adanya pengurangan suara bagi Partai Golkar karena tidak ada data pembanding. Mahkamah juga tidak mungkin melakukan verifikasi kebenaran pernyataan para saksi yangtertuang dalam bukti Pemohon karena saksi tersebut tidak hadir dalam persidangan. Oleh karena itu, Mahkamah menilai Pemohon tidak dapat membuktikan kebenaran permohonannya sehingga permohonan Pemohon harus dikesampingkan.

28. Dapil Aceh Timur 5 Pemohon mendalilkan semestinya memperoleh 1.536 suara, sedangkan PKPI

memperoleh 1.129 suara. Dengan demikian, Pemohon berhak memperoleh 1 kursi menggantikan posisi PKPI. Terkait dengan konteks tersebut, Pemohon juga mendalilkan terjadi penambahan suara untuk PKPI di Kecamatan Rantau Selamat dari 33 suara menjadi 307 suara dan di Kecamatan Birem Bayeun dari 160 suara menjadi 307 suara.

Mahkamah berpendapat bukti Pemohon tidak lengkap, banyak coretan, serta jumlah suara sah yang tertera di dalam lampiran tidak sama dengan jumlah sesungguhnya dari partai-partai. Selain itu, ada pula bukti Pemohon yang hanya berupa lembaran

235-614.indd 596 9/24/10 11:09:37 AM

Page 619: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

597Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

perolehan suara Pihak Terkait tanpa dillengkapi berita acara. Akibatnya, Mahkamah tidakdapatmemverifikasikeabsahanbuktiPemohon.Olehkarena itu,Mahkamahmenilai Pemohon tidak dapat membuktikan dalil-dalilnya karena alat bukti Pemohon tidak memenuhi syarat. Dengan demikian, permohonan Pemohon tidak beralasan sehingga harus dikesampingkan.

29. Dapil Aceh Utara 3 Pemohon mendalilkan semestinya perolehan suaranya bertambah dari 1.115 suara

menjadi 1.150 suara, sedangkan perolehan suara Partai SIRA berkurang dari 1.187 suara menjadi 1.137 suara, sehingga Pemohon dapat menggeser perolehan kursi Partai SIRA.

Mahkamah berpendapat dalil Pemohon banyak yang tidak sesuai dengan alat bukti. Lagipula, banyak dalil Pemohon yang menunjukan ketidaksesuaian antara jumah DPT dan jumlah suara sah. Oleh karena itu, Mahkamah menilai Pemohon tidak dapat membuktikan dalil-dalilnya sehingga harus dikesampingkan.

30. Dapil Tapanuli Tengah 3 Pemohon mendalilkan semestinya perolehan suaranya adalah 3.715 suara sehingga

memperoleh 1 kursi DPRD Kabupaten Tapanuli Tengah atas nama Caleg Nomor Urut 8 bernama Muhammad Thoib Hutagalung.

Mahkamah menemukan fakta bahwa bukti Pemohon tidak ditandatangani oleh Ketua PPK dan tidak ada cap atau stempel PPK, sementara bukti Turut Termohon ditandatangani lengkap dengan cap/stempel. Oleh karenanya, Mahkamah yakin bukti Turut Termohonlah yang benar, sehingga bukti Pemohon diragukan validitasnya dan harus dikesampingkan. Mahkamah menilai Pemohon tidak mampu membuktikan dalil permohonannya, sehingga permohonan Pemohon harus dinyatakan ditolak.

31. Dapil Kuantan Singingi 4 Pemohon mendalilkan sebagai berikut:

a. telah terjadi selisih perolehan jumlah suara sah, jumlah suara tidak sah, dan jumlah pemilih yang tidak sama pada Pleno KPU Kabupaten Singingi pada tanggal 22 April 2009 yang berkenaan dengan hasil rekapitulasi Kecamatan Kuantan Hilir, dimana menurut Pemohon telah terjadi selisih jumlah pemilih sebanyak 1.209 suara. Di sisi lain, dalil Pemohon menyatakan telah terjadinya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh PPK Kecamatan Kuantan Hilir, pemalsuan tanda tangan, penandatanganan dua berita acara Model C oleh satu orang di dua TPS yang berbeda, dan lain-lain hal yang berkenaan dengan tindakan-tindakan pelanggaran baik pidana maupun administratif Pemilu.

b. Pemohon meminta agar dilakukan pembatalan oleh Mahkamah menyangkut perolehan suara Caleg Pemohon Nomor Urut 1 bernama H. Sutrisno, S.P. M.M. dan selanjutnya menetapkan Pemohon qq. Caleg Pemohon Nomor Urut 2 bernama Ir. H. Firdaus, M.P. dengan perolehan suara yang benar.

235-614.indd 597 9/24/10 11:09:37 AM

Page 620: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

598 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Mahkamah berpendapat dalil permohonan Pemohon bukan merupakan objek sengketa Perselisihan Hasil Pemilihan Umum yang menjadi kewenangan Mahkamah sesuai dengan Pasal 75 UU MK dan PMK Nomor 16/2009. Seandainyapun hal-hal yang dinyatakan oleh Pemohon tersebut dianggap benar, maka menjadi ranah kewenangan Panwaslu/Bawaslu. Dengan demikian, Mahkamah menilai permohonan Pemohon harus dinyatakan tidak dapat diterima.

32. Dapil Oku Selatan 1 Pemohon berkeberatan terhadap hasil penghitungan suara Caleg Pemohon Nomor

Urut 2 di Dapil Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan 1, karena adanya kehilangan suara di Kecamatan Buay Sandang Aji sejumlah 4 suara dan di Kecamatan Muara Dua sejumlah 9 suara. Seharusnya di seluruh kecamatan, Caleg Pemohon Nomor Urut 2 memperoleh 933 suara, dan bukan 924 suara.

Mahkamah berpendapat bukti-bukti yang diajukan Pemohon tidak lengkap karena hanya menampilkan halaman yang tertera perolehan suara Pemohon saja tanpa disertai Formulir Model C DPRD kabupaten/kota, sehingga bukti Pemohon tidak sah. Selain itu, fakta menunjukkan perolehan suara Caleg Pemohon Nomor Urut 2 Cek Han KS masih di bawah perolehan suara Caleg Pemohon Nomor Urut 1 bernama Erlina Virgosia sebanyak 2.057 suara dan Caleg Pemohon Nomor Urut 9 bernama Iskandar Abdullah sebanyak 947 suara. Oleh karena itu, Mahkamah menilai Pemohon tidak mampu membuktikan dalil permohonannya sehingga harus ditolak.

33. Dapil Musi Rawas 4 Pemohon mendalilkan semestinya Caleg Pemohon Nomor Urut 1 bernama Rusidi

dengan perolehan suara sebanyak 2.503 suara menduduki peringkat kedua perolehan suara terbanyak, sehingga berhak atas kursi kedua Pemohon.

Mahkamah menilai bukti Pemohon berupa Data Perolehan Suara Partai Golkar dan Caleg DPRD Kabupaten Mura Dapil 4 Kecamatan BTS Ulu yang dibuat oleh Bapilu bukanlah dokumen resmi yang digunakan oleh penyelenggara Pemilu. Terlebih lagi, Formulir C-1 yang diajukan oleh Pemohon hanyalah memuat penghitungan suara Pemohon dan tidak memuat perolehan suara seluruh partai peserta Pemilu, sehingga dapat dipastikan bahwa Lampiran Formulir C-1 bukanlah dokumen yang sah. Selain itu,perolehansuaraPemohonjugatidakdapatdiverifikasidenganmemeriksajumlahpemilih tetap, pemilih yang menggunakan hak pilih, dan jumlah suara sah dari seluruh partai politik peserta Pemilu. Sementara itu, keterangan saksi-saksi yang diajukan tidak memiliki kekuatan bukti untuk mendukung permohonan. Dengan demikian, permohonan Pemohon tidak beralasan sehingga harus dikesampingkan.

34. Dapil Musi Rawas 5 Pemohon mempermasalahkan perolehan suara di Kecamatan Ulu Rawas khusus

mengenai perolehan suara Caleg Pemohon Nomor Urut 5 bernama Erwin Wira

235-614.indd 598 9/24/10 11:09:37 AM

Page 621: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

599Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

Syarif yang hanya memperoleh 34 suara, namun dihitung menjadi 1.071 suara. Mahkamah menemukan fakta hukum sebagai berikut:

a. perolehan suara Caleg Pemohon Nomor Urut 5 sebagaimana tercantum dalam Formulir C-1 yang diajukan Turut Termohon tidak benar. Lagipula dalam formulir tersebut terdapat penebalan dan perubahan angka-angka, sehingga tidak dapat diterima sebagai alat bukti yang sah menurut hukum;

b. Formulir C-1 yang diajukan Pemohon menunjukkan perolehan suara Caleg Pemohon Nomor Urut 5 sebesar 34 suara. Formulir C-1 yang diajukan Pemohon beserta lampirannya dapat diterima sebagai alat bukti yang sah dan dirangkaikan dengan keterangan Ibrahim selaku Anggota Panwascam Ulu Rawas, serta bukti Pemohon berupa surat-surat tentang indikasi penggelembungan suara di Kecamatan Ulu Rawas. Mahkamah berkesimpulan angka-angka perolehan suara yang termuat dalam Formulir C-1 yang diajukan Pemohon adalah benar sesuai dengan kenyataan.

Mahkamah menilai Pemohon dapat membuktikan dalil-dalil permohonannya secara sah dan meyakinkan.

35. Dapil Kota Bitung 1 Pemohon keberatan atas penetapan suara Pemohon oleh Turut Termohon di Kota

Bitung Dapil 1 Kecamatan Girian, Ranowulu, Matuwari sejumlah 31.125 suara, sedangkan menurut Pemohon sejumlah 34.000 suara. Mahkamah berpendapat perolehan suara Pemohon sama dengan bukti Pemohon dan Turut Termohon. Di sisi lain, bukti Pemohon tidak lengkap dan tidak sesuai satu sama lain. Oleh karena itu, Mahkamah menilai Pemohon tidak dapat membuktikan dalil permohonannya sehingga harus dikesampingkan.

36. Dapil Jambi 4 Pemohon mendalilkan perolehan suara Partai Golkar di Dapil Kota Jambi 4 adalah

7.825 suara, bukan 7.802 suara. Pemohon juga mendalilkan terjadi kesalahan penghitungan suara Caleg Pemohon Nomor Urut 4 di TPS 41 sampai dengan TPS 60 di Kelurahan Kenali Besar yang seharusnya 34 suara, namun ditetapkan oleh PPK sebesar 24 suara. Jika perolehan suara dihitung sesuai dengan penghitungan yang benar, maka Partai Golongan Karya seharusnya memperoleh kursi ke-9. Mahkamah berpendapat bukti Pemohon tidak dilengkapi Formulir Model C-1 yang memuat perolehan suara seluruh partai politik peserta Pemilu, sehingga alat bukti tersebut tidak dapat diuji kebenarannya. Selain itu, angka-angka yang disebutkan dalam bukti Pemohon berupa pernyataan keberatan yang diajukan oleh saksi Partai Golkar telah berubah dengan penebalan dan penghapusan, sehingga tidak dapat digunakan sebagai alat bukti yang sah. Dengan demikian, Mahkamah menilai Pemohon tidak berhasil membuktikan dalil permohonannya secara sah dan meyakinkan sehingga harus dikesampingkan.

235-614.indd 599 9/24/10 11:09:37 AM

Page 622: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

600 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

37. Dapil Kota Bekasi 3 Pemohon mempermasalahkan Keputusan Termohon yang menetapkan perolehan

suara Caleg Nomor Urut 1 bernama Hj. Tamimah, S.Ag sejumlah 2.807 suara dan Caleg Nomor Urut 2 bernama H. Suherman, S.H. sejumlah 2.917 suara, sedangkan yang benar menurut Pemohon untuk Caleg Nomor Urut 1 bernama Hj. Tamimah, S.Ag sejumlah 2.889 suara dan Caleg Nomor Urut 2 bernama H. Suherman, S.H sejumlah 2.825 suara.

SetelahMahkamahmelakukanverifikasidanvalidasiterhadapbukti-buktiPemohonmaupun Termohon berupa Formulir C1 dan Formulir DA-B di 22 TPS di Kecamatan Bekasi Utara, maka diperoleh fakta bahwa terdapat penambahan suara sejumlah 76 suara untuk Caleg Pemohon Nomor Urut 2 bernama H. Suherman dan terdapat pengurangan suara sejumlah 64 suara untuk Caleg Pemohon Nomor Urut 1 bernama Hj. Tamimah. Atas dasar itu, Mahkamah menilai permohonan Pemohon terbukti dan beralasan hukum sehingga harus dikabulkan.

38. Dapil Kabupaten Bekasi 3 Pemohon mendalilkan semestinya perolehan suara Caleg Pemohon Nomor Urut 3

bernama Ali Sobari adalah 1.689 suara, dan bukan 1.478 suara. Mahkamah berpendapat angka-angka yang tercantum dalam bukti-bukti Pemohon

tidak konsisten dan berubah-ubah. Lagipula bukti-bukti Pemohon bukan merupakan formulir resmi yang dikeluarkan oleh penyelenggara Pemilu. Oleh karenanya, Mahkamah menilai Pemohon tidak mampu membuktikan dalil-dalilnya sehingga permohonan harus ditolak.

39. Dapil Cilacap 3 Pemohon mendalilkan semestinya yang memperoleh kursi adalah Caleg Pemohon

Nomor Urut 1 bernama Hj. Juliarti, S.Pd., M.Pd., dan bukan Caleg Paijan yang memperoleh 2.339 suara.

Mahkamah berpendapat bukti-bukti surat yang diajukan Pemohon bukan merupakan bukti yang lengkap, sehingga Mahkamah tidak dapat melakukan verifikasi danvaliditasi terhadap angka-angka yang termuat dalam bukti-bukti Pemohon. Oleh karenanya, bukti-bukti tersebut bukan merupakan bukti yang sempurna dan tidak dapat dijadikan bukti dalam perkara ini. Terlebih lagi saksi-saksi Pemohon tidak menerangkan secara jelas jumlah angka dan pada TPS mana terjadinya kehilangan suara Pemohon qq. Caleg Hj. Juliarti, S.Pd., M.Pd. serta indikasi penggelembungan suara terhadap Caleg lainnya. Oleh karenanya, Mahkamah menilai Pemohon tidak mampu membuktikan dalil permohonannya sehingga harus ditolak.

40. Dapil Cilacap 4 Pemohon mendalilkan semestinya perolehan suara Caleg Pemohon Nomor Urut

2 bernama Sudaryanto adalah 3.099 suara, dan bukan 2.873 suara. Mahkamah berpendapat bukti-bukti Pemohon bukan merupakan bukti yang lengkap sehingga tidakdapatdilakukanverifikasidanvaliditasnyaterhadapangka-angkayangtermuat

235-614.indd 600 9/24/10 11:09:37 AM

Page 623: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

601Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

dalam bukti-bukti Pemohon. Oleh karenanya, bukti Pemohon bukan merupakan bukti yang sempurna dan tidak dapat dijadikan bukti yang sah menurut hukum. Mahkamah menilai Pemohon tidak mampu membuktikan dalil permohonannya sehingga harus ditolak.

41. Dapil Cianjur 1 Pemohon mendalilkan perolehan suara Pemohon di Dapil Cianjur 1 adalah 24.749

suara. Pemohon masih memiliki sisa suara sebesar 7.476 suara, dan seharusnya Pemohon mendapat 2 kursi.

Mahkamah berpendapat dalil Pemohon tidak konsisten dengan bukti-bukti yang diajukan. Mahkamah menilai Pemohon tidak mampu membuktikan dalil permohonannya sehingga harus ditolak.

42. Dapil Bangkalan 1 Pemohon mendalilkan semestinya perolehan suara Caleg Pemohon Nomor Urut 4

bernamaDrs. H.AfifMahfudzHadi adalah 1.955 suara, dan bukan 1.836 suara.Mahkamah menemukan fakta terjadinya perubahan angka di 6 TPS Desa Pajagan Kecamatan Bangkalan yaitu pada TPS 3, TPS 8, TPS 15, TPS 24, TPS 26, dan TPS 32, sehingga Mahkamah menilai bukti-bukti tertulis yang diajukan Pemohon ternyata cacat dan tidak dapat diterima keabsahannya. Oleh karenanya, Mahkamah menilai permohonan Pemohon harus dikesampingkan.

43. Dapil Surabaya 5 Pemohon mendalilkan semestinya Caleg yang memperoleh kursi Pemohon adalah

Caleg Herawati Nomor Urut 3 dengan jumlah 2.198 suara, bukan Caleg Agus Sudarsono Nomor Urut 1 dengan jumlah 2.184 suara. Mahkamah menemukan fakta bahwa bukti Pemohon berupa Model C-1 cacat hukum karena adanya penulisan angka-angka yang telah mengalami perubahan dengan cara penebalan yang terlihat secara kasatmata.Terlebih lagi, ketika dilakukan verifikasi terhadap jumlahDPT,jumlah suara sah, dan jumlah seluruh suara Parpol yang sesungguhnya di TPS yang didalilkan, Mahkamah juga menemukan adanya inkonsistensi jumlah angka-angka di banyak alat bukti Pemohon. Oleh karenanya, Mahkamah menilai permohonan Pemohon tidak cukup beralasan sehingga harus dikesampingkan.

44. Dapil Seram Bagian Barat 1 Pemohon mendalilkan semestinya perolehan suara Pemohon adalah 4.022 suara,

dan bukan 3.950 suara. Kesalahan penghitungan perolehan suara Pemohon dikarenakan jumlah suara Pemohon sebanyak 72 suara di Kecamatan Kairatu Kabupaten Seram Bagian Barat tidak dimasukkan dalam rekapitulasi. Selain itu, PPK Kairatu telah menggelembungkan suara terhadap Partai Politik yakni PKPB 6 suara, Gerindra 50 suara, PKS 18 suara, PNI Marhaenisme 4 suara, PMB 2 suara, PDK 22 suara, PRN 14 suara, Pelopor 15 suara, PPP 62 suara, PDIP 17 suara, Demokrat 75 suara, PKNU 36 suara, dan PPD 11 suara, total penggelembungan sejumlah 332 suara.

235-614.indd 601 9/24/10 11:09:37 AM

Page 624: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

602 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Setelah mempersandingkan dan memeriksa bukti-bukti Pemohon dan Turut Termohon, Mahkamah menemukan terdapat 77 suara yang tidak dimasukkan dalam rekapitulasi di Kecamatan Kairatu. Hal ini sesuai dengan keterangan Panwas Kecamatan Kairatu. Atas dasar itu, dalil Pemohon tentang kehilangan sebanyak 72 suara terbukti menurut hukum sehingga permohonan Pemohon beralasan.

45. Dapil Konawe Selatan 2 Pemohon mendalilkan adanya kesalahan penghitungan perolehan suara Caleg

Pemohon Nomor Urut 2 bernama Irham Kalenggo, S.Sos. Dari uraian permohonan, ternyata tidak tampak bagi Mahkamah perolehan suara Caleg Pemohon bernama Samsu SP., serta tidak dirinci TPS-TPS mana saja terjadinya kehilangan dan penggelembungan suara yang didalilkan.

Mahkamah berpendapat dalil penggelembungan suara terhadap Caleg Pemohon bernama Irham Kalenggo tidak dapat ditunjukkan dengan bukti-bukti Pemohon. Dengan demikian, Mahkamah menilai Pemohon tidak dapat membuktikan dalil permohonannya sehingga permohonan Pemohon harus ditolak.

46. Dapil Siak 3 Pemohon keberatan terhadap Keputusan KPU 255/2009 karena adanya penambahan

suara bagi Caleg Pemohon Nomor Urut 1 bernama H. Azwar sebanyak 8 suara dan pengurangan suara bagi Caleg Pemohon Nomor Urut 6 bernama Jumilah sebanyak 65 suara, yang meliputi 3 kecamatan yakni Kecamatan Sungai Mandau, Kecamatan Minas, dan Kecamatan Kandis. Mahkamah berpendapat, ternyata bukti Pemohon berupa Model C-1 hanya meliputi 15 TPS yang terdapat di Kecamatan Kandis, padahal dalil Pemohon meliputi 3 kecamatan. Bukti Pemohon berupa Formulir Model C-1 pun tidak dapat menunjukkan perolehan suara Caleg Jumilah untuk dibandingkan dengan Model DA-A sebagai rekapitulasi di tingkat kecamatan. Terlebih lagi, keterangan saksi-saksi tidak didukung oleh data untuk menyempurnakan kesaksian sebagai bukti yang sah. Oleh karena itu, Mahkamah menilai Pemohon tidak berhasil membuktikan dalil-dalilnya sehingga harus dikesampingkan.

47. Dapil Jayapura Selatan 1 Pemohon mendalilkan walaupun tidak terjadi perubahan perolehan suara Pemohon

secara keseluruhan, namun telah terjadi perubahan perolehan suara bagi para Caleg Pemohon, sehingga mengubah peringkat perolehan suara terbanyak yang berhak untuk mendapatkan 2 kursi Pemohon. Dengan demikian, apabila terjadi perubahan suara di antara Caleg para Pemohon, maka secara otomatis akan terjadi pula perubahan peraih suara terbanyak yang berhak atas 2 kursi Pemohon, yakni Caleg Hj. Jumhariati, S.H. Nomor Urut 3 menjadi peringkat kesatu dan Caleg Trotje Lena Korowa Nomor Urut 10 menjadi peringkat kedua. Mahkamah menemukan fakta-fakta sebagai berikut.

235-614.indd 602 9/24/10 11:09:37 AM

Page 625: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

603Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

a. Bukti Pemohon berupa Lampiran Model DB-1 menunjukkan perolehan suara Pemohon tidak berbeda dengan apa yang dihitung oleh Panitia Pemilihan tingkat Distrik sebagaimana didalilkan Pemohon.

b. Saksi Pemohon Spenyel Awom (anggota Panitia Pemilihan Kecamatan atau Distrik Jayapura Selatan) dan Yeremias Rumanasen (anggota Panitia Pengawas Lapangan di tingkat KPU) menerangkan bahwa penghitungan suara di tingkat PPK atau Distrik atas nama Julius Mambay, Abd. Rahman Bailusy, Hj. Jumhariati, S.H., dan Trotje Lena Korowa, masing-masing Caleg Pemohon dengan Nomor Urut 1, 2, 3, dan 10, telah berubah ketika hasil penghitungan suara di tingkat PPK atau Distrik Jayapura Selatan tersebut direkapitulasikan di tingkat KPU Kota Jayapura, sehingga Caleg atas nama Hj. Jumhariati, S.H. dan Trotje Lena Korowa, yang sebelumnya di tingkat PPK atau Distrik menempati peringkat kesatu dan kedua dalam perolehan suara terbanyak, menjadi berubah menempati peringkat ketiga dan keempat.

c. Hasil kajian atas laporan yang dibuat oleh Panwaslu Kota Jayapura tertanggal 2 Mei 2009 telah menyimpulkan bahwa diduga kuat telah terjadi pelanggaran tindak pidana Pemilu yaitu dengan sengaja menyebabkan suara Pemilih menjadi tidak bernilai atau menyebabkan peserta Pemilu tertentu mendapat tambahan suara atau perolehan suara peserta Pemilu menjadi berkurang.

d. Turut Termohon KPU Kota Jayapura dan Caleg Pemohon Nomor Urut kesatu dan kedua atas nama Julisu Mambay dan Abd. Rahman Bailusy tidak mengajukan bantahan dan tidak mengajukan bukti-bukti lawan atau contra bewijs baik surat maupun saksi terhadap bukti-bukti yang diajukan Pemohon.

Mahkamah menilai dalil permohonan Pemohon beralasan.48. Dapil Kota Bandung 1 Pemohon mendalilkan semestinya perolehan suara Caleg Pemohon Nomor Urut 1

bernama Adi Mulyadi, S.N. adalah 3.051 suara, dan bukan 3.045 suara. Mahkamah berpendapat bukti Pemohon tidak mendukung dalil permohonannya. Di sisi lain, bukti Pemohon dan bukti Turut Termohon berupa Model DA DPRD kabupaten/kota menunjukkan perolehan suara Caleg Nomor Urut 1 Kecamatan Sukajadi adalah 1.011 suara, di Kecamatan Sukasari 385 suara, di Kecamatan Cicendo 1.298 suara, di Kecamatan Andir 341 suara sehingga totalnya adalah 3.035 suara. Berdasarkan fakta tersebut dengan sendirinya dalil Pemohon telah terbantahkan. Oleh karena itu, Mahkamah menilai Pemohon tidak mampu membuktikan dalil permohonannya sehingga harus ditolak.

49. Dapil Buleleng 1 Pemohon mendalilkan semestinya perolehan suara Caleg Pemohon Nomor Urut 1

bernama I Gede Suparman adalah 1.528 suara, dan bukan 1.510 suara, sehingga berhak memperoleh kursi. Kehilangan 18 suara tersebut terjadi di Kecamatan Sawan, Kubutambahan, dan Tejakula.

235-614.indd 603 9/24/10 11:09:37 AM

Page 626: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

604 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Mahkamah berpendapat bukti-bukti Pemohon berupa Model C-1 dan lampirannya sangat terbatas sehingga bukti-bukti tersebut tidak dapat membuktikan dalil permohonan Pemohon. Oleh karenanya, Mahkamah menilai permohonan Pemohon harus dikesampingkan. Berpijak pada pertimbangan hukumnya, Mahkamah menjatuhkan amar putusan

sebagai berikut.Dalam Eksepsi:• MengabulkanEksepsiTermohondanTurutTermohonsepanjangDaerahPemilihan

Lampung I dan Sulawesi Tenggara 5 (dalam permohonan yang diajukan terkait dengan Calon Anggota Legislatif La Nika);

• MenolakEksepsiTermohondanTurutTermohonuntuk selebihnya.Dalam Pokok Perkara:• MengabulkanpermohonanPemohonuntuk sebagian;• Menyatakan dalil-dalil permohonan sepanjang Dapil Sumatera Utara 6, Dapil

Kepulauan Riau 4, Dapil Musi Rawas 5, Dapil Kota Bekasi 3, Dapil Seram Bagian Barat 1, dan Dapil Jayapura Selatan 1 adalah berdasar dan beralasan hukum;

• MenyatakanbatalKeputusanKomisiPemilihanUmumNomor255/Kpts/KPU/TAHUN2009 tentang Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara Nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 sepanjang menyangkut hasil penghitungan perolehan suara Calon Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah di Dapil Sumatera Utara 6, Dapil Kepulauan Riau 4, Dapil Musi Rawas 5, Dapil Kota Bekasi 3, Dapil Seram Bagian Barat 1, dan Dapil Jayapura Selatan 1.

• MenetapkanpenghitunganperolehansuaraPemohonyangbenarmenurutMahkamahuntuk:- Dapil Sumatera Utara 6 adalah 79.121 suara;- Dapil Kepulauan Riau 4 untuk Caleg Pemohon Nomor Urut 2 atas nama H.M.

Nur Syafriadi berjumlah 86 suara di Kelurahan Kabil, Kecamatan Nongsa;- Dapil Musi Rawas 5 untuk Caleg Pemohon Nomor Urut 5 atas nama Erwin

Wira Syarif berjumlah 228 suara di Kecamatan Ulu Rawas;- Dapil Kota Bekasi 3 untuk Caleg Pemohon Nomor Urut 1 atas nama Hj.

Tamimah berjumlah 2.871 suara dan Caleg Pemohon Nomor Urut 2 atas nama H. Suherman berjumlah 2.841 suara;

- Dapil Seram Bagian Barat 1 adalah 4.027 suara;- Dapil Jayapura Selatan 1 untuk Caleg Pemohon Nomor Urut 3 atas nama Hj.

Jumhariati, S.H. berjumlah 929 suara, Caleg Pemohon Nomor Urut 10 atas

235-614.indd 604 9/24/10 11:09:37 AM

Page 627: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

605Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

nama Trotje Lena Korowa berjumlah 625 suara, Caleg Pemohon Nomor Urut 1 atas nama Julius Mambay berjumlah 544 suara, dan Caleg Pemohon Nomor Urut 2 atas nama Abd. Rahman Bailusy berjumlah 516.

• MenyatakanpermohonanPemohontidakdapatditerimasepanjangmengenaiDapilSumatera Utara III (permohonan diajukan terkait Caleg Bachtiar Ravalena Ujung), Dapil Lampung I, Dapil Sulawesi Tenggara 5 (permohonan diajukan terkait dengan Caleg La Nika), dan Dapil Kuantan Singingi 4;

• MenolakpermohonanPemohonuntukDapil selain dan selebihnya.

235-614.indd 605 9/24/10 11:09:37 AM

Page 628: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

606 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

235-614.indd 606 9/24/10 11:09:37 AM

Page 629: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

607Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 95/PHPU.C-VII/2009

TENTANGKEBERATAN PARTAI BINTANG REFORMASI TERHADAP

PENETAPAN HASIL PEMILU ANGGOTA DPR, ANGGOTA DPRD PROVINSI, DAN ANGGOTA DPRD KABUPATEN/KOTA

Pemohon : 1. Bursah Zarnubi, S.E.; 2. H. Rusman H.M. Ali., S.H.Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor

255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei Tahun 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 di 16 Daerah Pemilihan (Dapil).

Amar Putusan : Putusan (I): Dalam Eksepsi: Menyatakan eksepsi Termohon tidak dapat diterima. Dalam Pokok Perkara: Sebelum menjatuhkan Putusan Akhir: - Memerintahkan KPU Kabupaten Musi Rawas untuk melakukan

penghitungan suara ulang perolehan suara partai-partai peserta Pemilihan Umum Tahun 2009 di semua TPS dalam Kecamatan Tiang Pumpung Kepungut Dapil Musi Rawas 4 dalam waktu selambat-lambatnya 60 hari sejak pengucapan putusan ini;

- Mengabulkan permohonan Pemohon untuk Daerah Pemilihan Mandailing Natal 4;

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

235-614.indd 607 9/24/10 11:09:37 AM

Page 630: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

608 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

- Menyatakan batal Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tentang Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara Nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 sepanjang mengenai perolehan suara Partai Demokrat di Daerah Pemilihan Kabupaten Musi Rawas 1;

- Menolak permohonan Pemohon untuk Dapil Aceh 4, Dapil Papua 4, Dapil Riau 2, Dapil Bener Meriah 3, Dapil Tapanuli Tengah 4, Dapil Serdang Bedagai 4, Dapil Subang 4, Dapil Bulukumba 1, Dapil Bantaeng 2, Dapil Singkil Mapanget 4 Kota Manado.

Putusan pelaksanaan Putusan Sela (II): Menetapkan perolehan suara yang benar untuk partai politik peserta

Pemilihan Umum Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota (DPRD Kabupaten) di Kecamatan Tiang Pumpung Kepungut, Daerah Pemilihan Musi Rawas 4, Kabupaten Musi Rawas.

Tanggal Putusan : Putusan (I) : Kamis, 18 Juni 2009. Putusan pelaksanaan Putusan Sela (II) : Selasa, 1 September 2009Ikhtisar Putusan :

Pemohon Bursah Zarnubi, S.E. dan H. Rusman H.M. Ali, S.H. adalah Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Partai Bintang Reformasi (PBR). Pemohon keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 (Keputusan KPU 255/2009). Keberatan Pemohon terhadap hasil Pemilu di 16 daerah pemilihan (Dapil).

Menyangkut kewenangan Mahkamah, Pasal 24C ayat (1) UUD 1945, Pasal 10 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) juncto Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman menyatakan bahwa salah satu kewenangan Mahkamah adalah memutus perselisihan hasil pemilihan umum.

Oleh karena permohonan Pemohon adalah sengketa penetapan hasil Pemilu yang dilakukan secara nasional oleh KPU yang mempengaruhi perolehan kursi partai politik peserta pemilihan umum/terpilihnya Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi/Kabupaten, maka Mahkamah berwenang memeriksa, mengadili dan memutus permohonan Pemohon.

235-614.indd 608 9/24/10 11:09:37 AM

Page 631: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

609Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

Berkaitan dengan kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, Pasal 22E ayat (3) UUD 1945 dan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (UU 10/2008) telah menentukan bahwa peserta Pemilu adalah partai politik. Hal ini diatur lebih lanjut dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b dan huruf c Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (PMK 16/2009).

Menyangkut tenggang waktu pengajuan permohonan, Keputusan KPU 255/2009 diumumkan pada tanggal 9 Mei 2009 pukul 23.50 WIB, sedangkan permohonan perselisihan hasil Pemilu diajukan ke Mahkamah pada hari Selasa tanggal 12 Mei 2009 pukul 17.30 WIB berdasarkan Akta Penerimaan Berkas Permohonan Nomor 209/PAN.MK/V/2009.

Pasal 74 ayat (3) UU MK dan Pasal 6 ayat (1) PMK 16/2009 menentukan bahwa permohonan hanya dapat diajukan dalam jangka waktu paling lambat 3 X 24 jam sejak KPU mengumumkan penetapan hasil Pemilu secara nasional. Dengan demikian, pengajuan permohonan Pemohon masih dalam tenggang waktu yang ditentukan.

Termohon, yakni KPU, mengajukan eksepsi dengan alasan permohonan kabur (obscuur libel). Mahkamah berpendapat eksepsi tersebut tidak beralasan hukum sehingga harus dikesampingkan.

Dalam pokok permohonannya, Pemohon mendalilkan keberatan terhadap hasil Pemilu sebagai berikut. 1. Dapil Aceh 4 untuk DPR Pemohon mendalilkan terjadi penggelembungan suara 7 partai politik, yakni Partai

Aceh (857 suara), Partai Demokrat (462 suara), Partai Persatuan Pembangunan (1.678 suara), Partai Keadilan Sejahtera (1.425 suara), Partai Bintang Reformasi (3.054 suara), Partai Amanat Nasional (4.891 suara), Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (7.366 suara). Jumlah penggelembungan adalah 19.733 suara, sedangkan Partai Golkar dikurangi suaranya sebesar 1.880 suara. Mahkamah menemukan fakta ternyata saksi-saksi Pemohon menandatangani rekapitulasi Formulir C1 sekalipun tidak semua Formulir C1 ditandatangani oleh saksi partai Pemohon, sebagaimana juga saksi partai-partai lain hanya menandatangani sebagian Formulir C1, hal ini membuktikan bahwa tidak seluruh hasil penghitungan suara yang bersumber pada Formulir C1 ditolak oleh Pemohon. Meskipun Pemohon mengajukan 3 orang saksi yang menyatakan PBR menolak pengesahan berita acara penghitungan suara dengan mengajukan protes kepada KIP karena adanya penggelembungan suara di setiap kecamatan, akan tetapi protes tersebut tidak diiringi dengan rekapitulasi yang benar menurut Pemohon yang diambil dari sumber bukti setiap Formulir C1 atau rekapitulasi tingkat kecamatan. Oleh karenanya, Mahkamah menilai dalil Pemohon tidak beralasan sehingga harus dikesampingkan.

235-614.indd 609 9/24/10 11:09:37 AM

Page 632: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

610 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

2. Dapil Banten 4 untuk DPRD Provinsi Pemohon menarik kembali permohonan perselisihan hasil Pemilu di Dapil Banten 4.

Hal ini disampaikan Pemohon dalam persidangan Mahkamah pada hari Senin tanggal 1 Juni 2009. Oleh karenanya, permohonan Pemohon tidak perlu dipertimbangkan lebih lanjut.

3. Dapil Papua 4 untuk DPRD Provinsi Pemohon keberatan terhadap hilangnya suara Pemohon pada Kabupaten Jayawijaya

sejumlah 2.680 suara, Kabupaten Lanny Jaya sejumlah 4.505 suara, dan Kabupaten Mamberamo Tengah sejumlah 4.698 suara.

Mahkamah menemukan fakta bahwa bukti Pemohon berupa rekapitulasi penghitungan perolehan suara anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi tingkat PPK bukanlah formulir resmi yang dikeluarkan KPU, sehingga bukti tersebut tidak sah menurut hukum. Oleh karenanya, Mahkamah menilai Pemohon tidak dapat membuktikan dalilnya sehingga permohonan Pemohon tidak beralasan.

4. Dapil Riau 2 untuk DPRD Provinsi Pemohon mendalilkan semestinya memperoleh 15.904 suara, dan bukan 13.895

suara di Dapil Riau 2 yang meliputi Kabupaten Kampar. Mahkamah berpendapat bukti Pemohon tidak menunjukkan adanya kehilangan suara Pemohon. Justru sebaliknya, bukti Pemohon menunjukkan perolehan suara Pemohon di tingkat Kabupaten Kampar adalah 13.895 suara. Oleh karenanya, Mahkamah menilai dalil Pemohon tidak terbukti dan tidak beralasan.

5. Dapil Aceh Barat Daya 3 untuk DPRD Kabupaten Pemohon menarik kembali permohonan perselisihan hasil Pemilu di Dapil Aceh

Barat Daya 3. Hal ini disampaikan Pemohon dalam persidangan Mahkamah pada hari Senin tanggal 25 Mei 2009. Oleh karenanya, permohonan Pemohon tidak perlu dipertimbangkan lebih lanjut.

6. Dapil Bener Meriah 3 untuk DPRD Kabupaten Pemohon mendalilkan semestinya perolehan suaranya di Dapil Bener Meriah 3 adalah

1.001 suara, dan bukan 996 suara. Pengurangan suara ini terjadi di Kecamatan Pinte Rime Gayo sejumlah 5 suara, dimana Pemohon ditetapkan memperoleh 408 suara, dan bukan 413 suara. Mahkamah berpendapat, ternyata perolehan suara Pemohon di Kecamatan Pintu Rime Gayo adalah 411 suara, bukan 413 suara seperti yang didalilkan Pemohon. Oleh karenanya, Mahkamah menilai Pemohon tidak mampu membuktikan dalilnya sehingga permohonan Pemohon harus dikesampingkan.

7. Dapil Tapanuli Tengah 4 untuk DPRD Kabupaten Pemohon mendalilkan kehilangan 107 suara di Dapil Tapanuli Tengah 4. Mahkamah

berpendapat telah terjadi kesimpangsiuran data dan angka pada bukti Pemohon dan bukti Turut Termohon. Akan tetapi, apabila dalil Pemohon pun benar maka hal itutidakberpengaruhsecarasignifikanterhadapperolehankursiPemohondiDapil

235-614.indd 610 9/24/10 11:09:37 AM

Page 633: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

611Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

Kabupaten Tapanuli Tengah 4 karena perolehan suara Pemohon masih di bawah Partai PNI Marhaenisme dan Partai Demokrat. Oleh karenanya, Mahkamah menilai permohonan Pemohon harus dikesampingkan.

8. Dapil Mandailing Natal 4 untuk DPRD Kabupaten Pemohon mendalilkan perolehan suaranya menggelembung sebesar 1 suara. Akan

tetapi, perolehan suara Partai PKNU menggelembung 85 suara. Penggelembungan suara ini terjadi di Kecamatan Siabu, Kecamatan Naga Juang, Kecamatan Huta Bargot, dan Kecamatan Penyabungan Utara.

Setelah mempersandingkan bukti Pemohon dan bukti Turut Termohon berupa Model C, Model C-1, dan Lampiran C-1 DPRD Kabupaten/Kota untuk TPS 1 sampai dengan TPS 13 Desa Simangambat Kecamatan Siabu, Mahkamah menemukan fakta bahwa perolehan suara PKNU menggelembung 48 suara. Fakta ini sesuai dengan keterangan Saksi Barani Batubara. Oleh karenanya, Mahkamah menilai dalil Pemohon terbukti menurut hukum. Dengan demikian, perolehan suara PKNU harus dikurangi 48 suara, yakni 1.605 - 48 = 1.557 suara.

9. Dapil Serdang Bedagai 4 untuk DPRD Kabupaten Pemohon mendalilkan terjadi penggelembungan suara Partai Demokrat di Kecamatan

Tebing Tinggi 180 suara, di Kecamatan Tebing Syahbandar 47 suara, dan di Kecamatan Dolok Merawan 9 suara. Seluruh penggelembungan suara tersebut sebesar 236 suara.

Setelah mempersandingkan bukti Pemohon dan bukti Turut Termohon berupa Model DA dan Model DA-1, Mahkamah menemukan angka-angka yang tercantum dalam bukti-bukti tersebut adalah sama dan sebangun. Oleh karenanya, dalil Pemohon tidak terbukti sehingga harus dikesampingkan.

10. Dapil Musi Rawas 1 untuk DPRD Kabupaten Pemohon mendalilkan perolehan suara Pemohon berkurang 75 suara di Kecamatan

Sumber Harta. Sementara perolehan suara Partai Demokrat menggelembung sebesar 279 suara di Kecamatan Sumber Harta dan 329 suara di Kecamatan Selangit.

Mahkamah berpendapat bukti Pemohon berupa Model DA dan Lampiran Model DA-1 menunjukkan terjadi penggelembungan suara Partai Demokrat sebesar 266 suara di Kecamatan Sumber Harta. Oleh karenanya, Mahkamah menilai dalil Pemohon terbukti menurut hukum. Dengan demikian perolehan suara Partai Demokrat harus dikurangi 266 suara, yakni 2.813 - 266 = 2.547 suara.

11. Dapil Musi Rawas 4 untuk DPRD Kabupaten Pemohon mendalilkan semestinya perolehan suaranya di Kecamatan Tiang Pumpung

Kepungut adalah 811 suara, dan bukan 54 suara. Mahkamah berpendapat bukti Pemohon dan bukti Turut Termohon berupa Model DA dan Lampiran Model DA-1 banyak terjadi pencoretan dan penghapusan dalam penulisan dan pengisian angka. Di sisi lain, Mahkamah meyakini terjadi ketidaksesuaian hasil rekapitulasi perolehan

235-614.indd 611 9/24/10 11:09:37 AM

Page 634: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

612 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

suara pada PPK Kecamatan Tiang Pumpung Kepungut. Untuk menjamin proses peradilan yang transparan dan memenuhi keadilan bagi para pihak, Mahkamah perlu memerintahkan penghitungan surat suara ulang di semua TPS dalam Kecamatan Tiang Pumpung Kepungut Dapil Musi Rawas 4.

12. Dapil Subang 4 untuk DPRD Kabupaten Pemohon mendalilkan kehilangan 1.839 suara yang terjadi di Kecamatan Ciasem,

Kecamatan Blanakan, dan Kecamatan Patok Beusi. Mahkamah berpendapat bukti Pemohon berupa Formulir C1 terdapat perubahan angka maupun penjumlahan yang tidak benar, sehingga bukti Pemohon tersebut bukan merupakan bukti yang sah. Lagipula, Pemohon pun tidak merinci di TPS mana saja telah terjadi pengurangan suara. Oleh karenanya, Mahkamah menilai dalil Pemohon tidak beralasan.

13. Dapil Bulukumba 1 untuk DPRD Kabupaten Pemohon mendalilkan semestinya perolehan suaranya adalah 1.516 suara, dan

bukan 1.506 suara di Dapil Bulukumba 1. Mahkamah berpendapat Pemohon tidak merinci di TPS mana saja kehilangan

suara Pemohon. Penyajian data yang tidak lengkap mengakibatkan Mahkamah tidak mungkin melakukan penilaian. Oleh karenanya, dalil Pemohon tidak dapat diverifikasi kebenarannya sehinggaharusdikesampingkan.

14. Dapil Bantaeng 2 untuk DPRD Kabupaten Pemohon mendalilkan kehilangan 3 suara di Kecamatan Bissappu, Kecamatan

Sinoa, dan Kecamatan Ulu Ure. Sementara perolehan suara Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menggelembung 23 suara.

Mahkamah berpendapat Pemohon tidak menyajikan data yang rinci di TPS mana saja kehilangan suara Pemohon dan penggelembungan suara PKB, sehingga Mahkamah tidak dapat melakukan verifikasi dan penilaian. Oleh karenanya permohonan Pemohon tidak beralasan.

15. Dapil Jeneponto 4 untuk DPRD Kabupaten Pemohon menarik kembali permohonan perselisihan hasil Pemilu di Dapil

Jeneponto 4. Hal ini disampaikan Pemohon dalam persidangan Mahkamah pada hari Senin tanggal 1 Juni 2009. Oleh karenanya, permohonan Pemohon tidak perlu dipertimbangkan lebih lanjut.

16. Dapil Singkil Mapanget 4 Kota Manado untuk DPRD Kota Pemohon mendalilkan KPU Kabupaten Singkil Mapanget (Turut Termohon) melakukan

kesalahan penghitungan suara, sehingga perolehan suara Pemohon berkurang 223 suara, sementara perolehan suara PDK menggelembung 178 suara.

Mahkamah berpendapat dalil Pemohon tidak dapat diverifikasi kebenarannyakarena Pemohon tidak dapat menjelaskan secara rinci di TPS mana saja terjadi pengurangan dan penggelembungan suara. Oleh karenanya, permohonan Pemohon tidak beralasan dan harus dikesampingkan.

235-614.indd 612 9/24/10 11:09:37 AM

Page 635: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

613Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009

Berpijak pada pendapatnya, Mahkamah menjatuhkan amar putusan sebagai berikut.Dalam Eksepsi:Menyatakan eksepsi Termohon tidak dapat diterima.Dalam Pokok Permohonan:

Sebelum Menjatuhkan Putusan Akhir:○ Memerintahkan KPU Kabupaten Musi Rawas untuk melakukan penghitungan suara

ulang perolehan suara partai-partai peserta Pemilihan Umum Tahun 2009 di semua TPS dalam Kecamatan Tiang Pumpung Kepungut Dapil Musi Rawas 4 dalam waktu selambat-lambatnya 60 hari sejak pengucapan putusan;

○ Memerintahkan kepada KPU Kabupaten Musi Rawas untuk melaporkan hasil penghitungan suara ulang di semua TPS dalam Kecamatan Tiang Pumpung Kepungut Dapil Musi Rawas 4 dalam tenggat yang disebutkan di atas;

○ Menangguhkan berlakunya Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tentang Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara Nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 sepanjang mengenai Partai Bintang Reformasi di Daerah Pemilihan Kabupaten Musi Rawas 4;

○ MengabulkanpermohonanPemohonuntukDaerahPemilihanMandailingNatal 4;○ Menyatakan batal Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tentang

Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara Nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 sepanjang mengenai perolehan suara Partai Kebangkitan Nahdlatul Ulama di Daerah Pemilihan Mandailing Natal 4;

○ MenyatakanbahwaperolehansuarayangbenaruntukPartaiKebangkitanNahdlatulUlama di Kabupaten Mandailing Natal 4 adalah sejumlah 1.605 - 48 = 1.557 suara;

○ MenyatakanbahwaperolehansuarayangbenaruntukPartaiBintangReformasidiDaerah Pemilihan Kabupaten Mandailing Natal 4 adalah sejumlah 1.594 suara;

○ Menyatakan batal Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tentangPenetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara Nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 sepanjang mengenai perolehan suara Partai Demokrat di Daerah Pemilihan Kabupaten Musi Rawas 1;

○ MenyatakanbahwaperolehansuarayangbenaruntukPartaiDemokratdiDaerahPemilihan Kabupaten Musi Rawas 1 adalah sejumlah 2.813 - 266 = 2.547 suara;

235-614.indd 613 9/24/10 11:09:37 AM

Page 636: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

614 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

○ Menyatakan bahwa perolehan suara yang benar untuk Partai Bintang Reformasidi Daerah Pemilihan Kabupaten Musi Rawas 1 adalah sejumlah 2.725 suara;

○ Menolak permohonan Pemohon untuk Dapil Aceh 4, Dapil Papua 4, Dapil Riau2, Dapil Bener Meriah 3, Dapil Tapanuli Tengah 4, Dapil Serdang Bedagai 4, Dapil Subang 4, Bulukumba 1, Dapil Bantaeng 2, Dapil Singkil Mapanget 4 Kota Manado.Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Musi Rawas telah melaksanakan penghitungan

suara ulang pemilihan umum Calon Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah pada Kecamatan Tiang Pumpung Kepungut, Kabupaten Musi Rawas pada tanggal 27 Juli 2009. Hal ini termuat dalam Surat Komisi Pemilihan Umum Nomor 1383/KPU/VIII/2009 tanggal 25 Agustus 2009 perihal Laporan Hasil Pelaksanaan Putusan Mahkamah Konstitusi atas Perselisihan Hasil Pemilihan Umum dan Surat Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Musi Rawas Nomor 270/205/KPU.MURA/VII/2009 tanggal 30 Juli 2009 perihal Laporan Pelaksanaan Penghitungan Ulang Dapil Musi Rawas 4 Kabupaten Musi Rawas.

Berdasarkan hasil penghitungan suara ulang tersebut, Mahkamah menetapkan perolehan suara yang benar untuk Pemohon, yakni Partai Bintang Reformasi, di Kecamatan Tiang Pumpung Kepungut, Daerah Pemilihan Musi Rawas 4, Kabupaten Musi Rawas adalah 58 suara.

Penetapan perolehan suara Partai Bintang Reformasi tersebut ditetapkan oleh Mahkamah dalam Putusan Akhir Nomor 95/PHPU.C-VII/2009 pada tanggal 1 September 2009. Dengan adanya penetapan perolehan suara tersebut, Mahkamah Konstitusi memerintahkan KPU dan KPU Kabupaten Musi Rawas untuk melaksanakan Putusan Mahkamah Konstitusi ini.

235-614.indd 614 9/24/10 11:09:37 AM

Page 637: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan UmumAnggota DPD Provinsi Tahun 2009

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

615-704.indd 615 9/24/10 11:12:27 AM

Page 638: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

616 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

615-704.indd 616 9/24/10 11:12:28 AM

Page 639: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

617Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPD Provinsi Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 29/PHPU.A-VII/2009

TENTANGKEBERATAN CALON ANGGOTA DPD SULAWESI TENGGARA TERHADAP

PENETAPAN HASIL PEMILU ANGGOTA DPD PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Pemohon : Drs. H. Kamaruddin.Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan

DPRD.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU)

Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009, untuk penetapan Anggota DPD terpilih dari Provinsi Sulawesi Tenggara.

Amar Putusan : Dalam Eksepsi: Menyatakan eksepsi Termohon Tidak Dapat Diterima. Dalam Pokok Perkara: Mengabulkan permohonan Pemohon untuk sebagian.Tanggal Putusan : Senin, 8 Juni 2009.Ikhtisar Putusan :

Pemohon adalah calon Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Tahun 2009 yang terdaftar di Komisi Pemilihan Umum (KPU) berdasarkan Keputusan Nomor 393/SK/KPU/TAHUN 2008 tanggal 30 Oktober 2008 tentang Keputusan Daftar Calon Tetap Anggota Dewan Perwakilan Daerah Pemilihan Umum Tahun 2009.

Berdasarkan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 dan Pasal 10 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) juncto Pasal 12

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

615-704.indd 617 9/24/10 11:12:28 AM

Page 640: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

618 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, salah satu kewenangan Mahkamah adalah memutus tentang perselisihan hasil Pemilihan Umum, oleh karena objectum litis permohonan Pemohon adalah mengenai keberatan atas penghitungan suara hasil Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD yang ditetapkan secara nasional oleh KPU berdasarkan Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009, Mahkamah berwenang untuk memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan a quo.

Terkait kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, Mahkamah mempertimbangkan berdasarkan Pasal 74 ayat (1) dan ayat (2) UU MK, dan Pasal 5 huruf d PMK 16/2009, Pemohon adalah perseorangan warga negara Indonesia calon Anggota DPD peserta Pemilu Anggota DPD Tahun 2009, dan permohonan Pemohon adalah perselisihan Penetapan Hasil Pemilihan Umum yang dilakukan secara nasional oleh KPU berdasarkan Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009, oleh karena itu Mahkamah berpendapat Pemohon telah memenuhi syarat kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan ini.

Menyangkut tenggang waktu permohonan, KPU melalui Keputusan Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 diumumkan pada tanggal 9 Mei 2009, pukul 23.50 WIB, sedangkan permohonan perselisihan hasil pemilihan umum oleh Pemohon diajukan ke Mahkamah pada hari Senin, tanggal 11 Mei 2009, pukul 10.35 WIB berdasarkan Akta Penerimaan Berkas Permohonan Nomor 67/PAN.MK/V/2009 yang kemudian diregistrasi pada hari Senin, tanggal 11 Mei 2009, pukul 15.05 WIB dengan Nomor 29/PHPU.A-VII/2009, sehingga berdasar Pasal 74 ayat (3) UU MK juncto Pasal 259 ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 dan Pasal 6 ayat (1) PMK 16/2009, sehingga oleh karenanya pengajuan permohonan Pemohon masih dalam tenggang waktu yang ditentukan.

Pemohon mendalilkan memperoleh 29.385 suara untuk Provinsi Sulawesi Barat. Akan tetapi, oleh Termohon, ditetapkan hanya sejumlah 28.985 suara sehingga terjadi pengurangan suara Pemohon sejumlah 400 suara.

Pada rekapitulasi penghitungan suara di tingkat kecamatan telah terjadi kekeliruan dalam merekapitulasi pada Desa Ujung Tobaku dari dua TPS, Pemohon tercatat hanya memperoleh sebanyak 72 suara, seharusnya tercatat 172 suara, di Desa Katoi tercatat Pemohon hanya memperoleh sebanyak 51 suara, seharusnya sebanyak 351 suara. Kesalahan tersebut mengakibatkan rekapitulasi yang dilakukan oleh KPU Kabupaten Kolaka Utara juga ikut menjadi salah, yaitu dari Kecamatan Katoi Pemohon hanya memperoleh sebanyak 452 suara, padahal seharusnya Pemohon memperoleh sebanyak 852 suara, sehingga jumlah perolehan suara Pemohon hanya sebanyak 12.958 suara. Seharusnya, Pemohon memperoleh suara se-Kabupaten Kolaka Utara sebanyak 13.358 suara. Kesalahan penulisan jumlah suara tersebut diakui oleh Ketua PPK Kecamatan Katoi. Mahkamah tidak dapat membandingkan bukti Pemohon karena tidak ada bukti lawan dari Turut Termohon maupun Pihak Terkait, terhadap permohonan Pemohon.

615-704.indd 618 9/24/10 11:12:28 AM

Page 641: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

619Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPD Provinsi Tahun 2009

Terhadap eksepsi Termohon Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa tidak tepat menurut hukum karenanya harus dikesampingkan dan menetapkan perolehan suara Pemohon yang benar adalah 29.385 suara.

Mahkamah berkesimpulan bahwa dalil-dalil Pemohon cukup beralasan.Berdasarkan pertimbangan dan fakta hukum diatas, Mahkamah dalam amar

putusannya menyatakan sebagai berikut.Dalam Eksepsi:• MenyatakaneksepsiTermohon tidakdapat diterima.Dalam Pokok Perkara:• MenyatakanmengabulkanpermohonanPemohonuntuk sebagian;• Menyatakanmembatalkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Nomor 255/

Kpts/KPU/TAHUN 2009 bertanggal 9 Mei 2009, tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara Nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009, menyangkut jumlah perolehan suara calon Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Provinsi SulawesiTenggaraatasnamaDrs.H.Kamaruddin,NomorUrut23;

• Menyatakan bahwa calon anggota Dewan Perwakilan Daerah Provinsi SulawesiTenggara atas nama Drs. H. Kamaruddin, Nomor Urut 23 berdasarkan bukti-bukti yang sah menurut hukum memperoleh suara sah dalam pemilihan Anggota Dewan PerwakilanDaerahdariProvinsiSulawesiTenggarasejumlah29.385suara;

• MemerintahkanKomisiPemilihanUmum (KPU)untukmelaksanakanPutusan ini;• MenyatakanmenolakpermohonanPemohonuntukselebihnya.

615-704.indd 619 9/24/10 11:12:28 AM

Page 642: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

620 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

615-704.indd 620 9/24/10 11:12:28 AM

Page 643: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

621Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPD Provinsi Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 30/PHPU.A-VII/2009

TENTANGKEBERATAN CALON ANGGOTA DPD PAPUA BARAT TERHADAP

PENETAPAN HASIL PEMILU ANGGOTA DPD PROVINSI PAPUA BARAT

Pemohon : Dr. Ir. H. Abdul Muthalib Killian, M. S.Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan

DPRD.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU)

Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009, untuk penetapan Anggota DPD terpilih dari Provinsi Papua Barat.

Amar Putusan : Dalam Eksepsi: Menolak eksepsi Termohon. Dalam Pokok Permohonan: Menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya.Tanggal Putusan : Jumat, 12 Juni 2009.Ikhtisar Putusan :

Pemohon adalah Calon Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Provinsi Papua Barat Peserta Pemilihan Umum Tahun 2009 yang terdaftar di Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Pemohon berkeberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

615-704.indd 621 9/24/10 11:12:28 AM

Page 644: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

622 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota Secara Nasional Dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 yang diumumkan pada hari Sabtu, tanggal 9 Mei 2009, untuk Provinsi Papua Barat.

Menyangkut kewenangan Mahkamah, berdasarkan Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 dan Pasal 10 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) juncto Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, salah satu kewenangan Mahkamah adalah memutus perselisihan hasil pemilihan umum. Yang menjadi objectum litis permohonan Pemohon adalah mengenai keberatan atas penghitungan suara hasil pemilihan umum anggota DPD yang ditetapkan secara nasional oleh KPU berdasarkan Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009, oleh karena itu Mahkamah berwenang untuk memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan ini.

Terkait kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, Mahkamah mempertimbangkan berdasarkan Pasal 74 ayat (1) dan ayat (2) UU MK, dan Pasal 5 huruf d PMK 16/2009, Pemohon adalah perseorangan warga negara Indonesia calon anggota DPD peserta Pemilu Anggota DPD Tahun 2009, dan permohonan Pemohon adalah perselisihan Penetapan Hasil Pemilihan Umum yang dilakukan secara nasional oleh KPU berdasarkan Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009, oleh karena itu Mahkamah berpendapat Pemohon telah memenuhi syarat kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan ini.

Menyangkut tenggang waktu permohonan, KPU melalui Keputusan Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 diumumkan pada tanggal 9 Mei 2009, pukul 23.50 WIB, sedangkan permohonan perselisihan hasil pemilihan umum oleh Pemohon diajukan ke Mahkamah pada hari Senin, tanggal 11 Mei 2009, pukul 14.59 WIB berdasarkan Akta Penerimaan Berkas Permohonan Nomor 73/PAN.MK/2009 yang kemudian diregistrasi pada hari Senin, tanggal 11 Mei 2009, pukul 21.45 WIB dengan Nomor 30/PHPU.A-VII/2009, sehingga berdasar Pasal 74 ayat (3) UU MK juncto Pasal 259 ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 dan Pasal 6 ayat (1) PMK 16/2009, sehingga oleh karenanya pengajuan permohonan Pemohon masih dalam tenggang waktu yang ditentukan.

Mahkamah berpendapat menyangkut eksepsi Termohon tentang dalil Pemohon yang dipandang kabur dalam pertimbangannya karena tidak merinci bagaimana penggelembungan suara telah dilakukan, hal demikian sudah memasuki substansi perkara, sehingga oleh karenanya tidak beralasan dan harus dikesampingkan.

Terkait pokok permohonan, Pemohon mendalilkan memperoleh suara sejumlah 38.060 suara untuk Provinsi Papua Barat. Akan tetapi, oleh Termohon, ditetapkan sejumlah 38.045 suara sehingga seharusnya Pemohon berada di peringkat 3. Selain itu terjadi penggelembungan suara untuk calon DPD RI Provinsi Papua Barat Nomor Urut 14 bernama Wahidin Ismail yang dilakukan oleh KPU Kabupaten Manokwari di 4

615-704.indd 622 9/24/10 11:12:28 AM

Page 645: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

623Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPD Provinsi Tahun 2009

distrik yaitu Testega, Distrik Sururey, Distrik Neney, dan Distrik Tanah Rubuh, seluruhnya berjumlah 5.548 suara. Dengan demikian perolehan suara peserta Nomor Urut 14 yang ditetapkan berjumlah 39.013 suara, seharusnya menjadi 33.465 suara.

Mahkamah tidak memperoleh keyakinan akan kebenaran bukti-bukti yang diajukan oleh Saksi Pemohon, untuk Distrik Neney, karena pada lajur jumlah perolehan suara dalam tabel Formulir DA-1 tidak sesuai dengan hasil penjumlahan. Berdasarkan Bukti P-12 jumlah perolehan suara adalah 1.971 suara, padahal penjumlahan yang benar adalah 1.674. Sementara alat bukti lain yang diajukan Pemohon juga tidak dapat terbaca secara jelas. Dengan demikian dallil Pemohon tidak terbukti secara sah.

Berdasarkan pertimbangan dan fakta hukum di atas Mahkamah menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya.

Dalam amar putusannya Mahkamah menyatakan sebagai berikut.Dalam Eksepsi:Menolak eksepsi Termohon.Dalam Pokok Permohonan:Menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya.

615-704.indd 623 9/24/10 11:12:28 AM

Page 646: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

624 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

615-704.indd 624 9/24/10 11:12:28 AM

Page 647: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

625Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPD Provinsi Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 31/PHPU.A-VII/2009

TENTANG KEBERATAN CALON ANGGOTA DPD SUMATERA UTARA TERHADAP

PENETAPAN HASIL PEMILU ANGGOTA DPD PROVINSI SUMATERA UTARA

Pemohon : S. Makmur Hasugian, S.H.Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor

255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009, untuk penetapan Anggota DPD Provinsi Sumatera Utara.

Amar Putusan : - MengabulkaneksepsiTermohon; - Menyatakan Mahkamah Konstitusi tidak berwenang memeriksa,

mengadili, dan memutus permohonan a quo; - Menyatakan permohonan Pemohon tidak dapat diterima.Tanggal Putusan : Selasa, 9 Juni 2009.Ikhtisar Putusan :

Pemohon S. Makmur Hasugian, S.H., adalah Calon Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Provinsi Sumatera Utara peserta Pemilihan Umum Calon Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Tahun 2009.

Pemohon mengajukan keberatan dengan alasan-alasan sebagai berikut:- KPU tidak mengumumkan terlebih dahulu daftar nama penduduk di setiap wilayah

secara menyeluruh sehingga banyak yang tidak mempunyai hak memilih dapat memilih dan yang berhak memilih tidak dapat memilih karena tidak terdaftar dalam DPT.

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

615-704.indd 625 9/24/10 11:12:28 AM

Page 648: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

626 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

- terdapat baliho di depan TPS untuk memenangkan calon tertentu dan pemilih diberi kodeuntukmemilih calon tertentu;

- KPU telah memerintahkan agar diadakan penghitungan ulang khususnya di Kabupaten Nias Selatan tetapi kertas suara DPD tidak dihitung ulang sampai diumumkannya hasil Pemilu pada 9 Mei 2009. Dengan demikian pengumuman tersebut batal demi hukum;

- Pemohon menyatakan bahwa seharusnya jumlah anggota DPD Provinisi Sumatera Utara ditambah. Terkait kewenangan Mahkamah Konstitusi berdasarkan ketentuan Pasal 24C ayat (1)

Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) juncto Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman bahwa salah satu kewenangan konstitusional Mahkamah adalah memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum. Frasa ”Perselisihan tentang hasil pemilihan umum” berarti berkaitan dengan hasil penghitungan suara yang diumumkan secara nasional oleh KPU (Temohon) sebagaimana yang diatur dalam Pasal 6 ayat (4) huruf a angka 1 PMK 16/2009, bukan sah dan tidak sahnya pelaksanaan Pemilu sebagaimana yang dimohonkan oleh Pemohon.

Berdasarkan ketentuan-ketentuan di atas, permohonan a quo yang memohon agar Mahkamah menyatakan Pemilu yang dilaksanakan oleh KPU pada 9 April 2009 baik dari segi prosedural maupun pelaksanaannya bertentangan dengan Pembukaan UUD 1945 adalah masalah hukum yang di luar kewenangan Mahkamah untuk mengadilinya. Pendapat Mahkamah sejalan juga dengan eksepsi Termohon yang memohon agar Mahkamah menyatakan tidak berwenang memeriksa, mengadili dan memutus permohonan a quo. Dengan demikian eksepsi Termohon benar, yakni Mahkamah tidak berwenang mengadili permohonan a quo dan oleh karena itu permohonan Pemohon harus dinyatakan tidak dapat diterima sehingga tentang kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, tenggang waktu pengajuan permohonan, begitu pula pokok permohonan tidak perlu dipertimbangkan.

Dalam amar putusannya, Mahkamah memutuskan sebagai berikut:• MengabulkaneksepsiTermohon;• Menyatakan Mahkamah Konstitusi tidak berwenang memeriksa, mengadili dan

memutus permohonan a quo;• MenyatakanpermohonanPemohon tidakdapat diterima.

615-704.indd 626 9/24/10 11:12:28 AM

Page 649: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

627Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPD Provinsi Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 33/PHPU.A-VII/2009

TENTANGKEBERATAN CALON ANGGOTA DPD NANGGROE ACEH DARUSSALAM

TERHADAP PENETAPAN HASIL PEMILU ANGGOTA DPDPROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

Pemohon : Mursyid.Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum

Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009, untuk penetapan Anggota DPD terpilih dari Provinsi Nanggroe Aceh Darusssalam.

Amar Putusan : Dalam Eksepsi: Menolak eksepsi Termohon. Dalam Pokok Perkara: - Menyatakan permohonan Pemohon dikabulkan untuk

seluruhnya; - Menyatakan batal Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/

TAHUN 2009 tentang Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara Nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 dan Keputusan KIP Nanggroe Aceh Darussalam tentang penetapan hasil

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

615-704.indd 627 9/24/10 11:12:28 AM

Page 650: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

628 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

penghitungan suara untuk calon anggota DPD Nanggroe Aceh Darussalam Nomor Urut 20 atas nama Mursyid di Kabupaten BenerMeriah;

- Menyatakan bahwa perolehan suara yang benar bagi calon anggota DPD Nanggroe Aceh Darussalam Nomor Urut 20 atas nama Mursyid di Kabupaten Bener Meriah adalah sebesar 48.022 suara sehingga jumlah suara keseluruhan menjadi 118. 149 suara;

- Memerintahkan Komisi Pemilihan Umum dan Komisi Independen Pemilihan Nanggroe Aceh Darussalam untuk melaksanakan Putusan ini.

Tanggal Putusan : Jumat, 12 Juni 2009.Ikhtisar Putusan :

Pemohon Mursyid adalah Calon Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam peserta Pemilihan Umum Calon Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Tahun 2009.

Terkait dengan kewenangan Mahkamah, berdasarkan ketentuan Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) juncto Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman bahwa salah satu kewenangan konstitusional Mahkamah adalah memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum. Oleh karena permohonan Pemohon adalah sengketa penetapan hasil Pemilu yang dilakukan secara nasional oleh Termohon (KPU) yang mempengaruhi terpilihnya anggota DPD, maka Mahkamah berwenang memeriksa, mengadili dan memutus permohonan Pemohon.

Terkait dengan kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, Pemohon adalah perorangan warga negara Indonesia peserta Pemilu Calon Anggota DPD Daerah Pemilihan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor Urut 20, maka Pemohon mempunyai kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan.

Terkait dengan tenggang waktu pengajuan permohonan, Termohon (KPU) dengan Keputusan KPU 255/2009 tanggal 9 Mei 2009 jam 23.50 WIB telah menetapkan hasil Pemilu secara nasional, sedangkan permohonan Pemohon diajukan ke Mahkamah pada tanggal 12 Mei 2009, jam 16.50 WIB, berdasarkan Akta Penerimaan Berkas Permohonan Nomor 82/PAN.MK/2009 yang kemudian diregistrasi pada tanggal 12 Mei 2009 dengan Nomor 33/PHPU.A-VII/2009, sehingga pengajuan permohonan Pemohon masih dalam tenggang waktu yang ditentukan.

Pemohon merasa dirugikan dengan hasil rekapitulasi suara DPD sebanyak 30.136 suara. KIP Provinsi NAD menetapkan suara Pemohon sebagai calon Anggota DPD Nomor Urut 20 yakni sebesar 88.013 suara dan menempati peringkat 6 DPD NAD.

615-704.indd 628 9/24/10 11:12:28 AM

Page 651: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

629Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPD Provinsi Tahun 2009

Sedangkan Pemohon mendalilkan bahwa suara Pemohon yang benar adalah 118.149 suara dan berhak mendapatkan peringkat 4 DPD NAD.

Terkait dengan eksepsi, Mahkamah berpendapat bahwa eksepsi Termohon sepanjang mengenai tenggang waktu pengajuan permohonan, Mahkamah telah menilai bahwa permohonan Pemohon tersebut diajukan masih dalam tenggang waktu yang ditentukan. Oleh karena itu, menurut Mahkamah eksepsi Termohon harus dikesampingkan. Eksepsi tentang permohonan Pemohon adalah kabur (obscuur libel) merupakan hal-hal yang berkenaan dengan pokok permohonan sehingga oleh karenanya eksepsi Termohon menjadi tidak beralasan.

Mahkamah berpendapat, bahwa penggunaan Pasal 192 ayat (3) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 sebagai dasar KIP Aceh melakukan perubahan terhadap hasil rekapitulasi penghitungan suara KIP Kabupaten Bener Meriah dalam rapat Pleno KIP NAD adalah tidak benar dan tidak relevan serta tidak beralasan hukum dihubungkan dengan penggunaan Pasal 227 ayat (2) UU Nomor 10 Tahun 2008, karena Pasal 192 ayat (3) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 mewajibkan kepada Panwaslu Provinsi menyampaikan laporan atas dugaan adanya pelanggaran, penyimpangan, pelaksanaan rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara partai politik peserta Pemilu dan perolehan suara calon Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota kepada KPU Provinsi quod non DPD NAD. Terhadap laporan tersebut KPU wajib menindaklanjuti laporan tersebut pada hari pelaksanaan rekapitulasi penghitungan perolehan suara partai politik peserta Pemilu dan perolehan suara calon Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota.

Mahkamah juga berpendapat bahwa tindakan KIP Aceh yang telah melakukan perubahan hasil rekapitulasi yang dilakukan oleh KIP Kabupaten Bener Meriah tanpa mengikutsertakan KIP Kabupaten Bener Meriah adalah tindakan yang tidak sah menurut hukum oleh karenanya menurut Mahkamah dalil-dalil permohonan Pemohon beralasan.

Berdasarkan seluruh penilaian atas fakta dan hukum di atas, Mahkamah dalam amar putusannya menyatakan sebagai berikut.Dalam Eksepsi: Menolak eksepsi Termohon.Dalam Pokok Perkara: 1. MenyatakanpermohonanPemohondikabulkanuntuk seluruhnya;2. Menyatakan batal Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN 2009 tentang

Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara Nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 dan Keputusan KIP Nanggroe Aceh Darussalam tentang penetapan hasil penghitungan suara untuk calon anggota DPD Nanggroe Aceh Darussalam NomorUrut 20atasnamaMursyid diKabupatenBenerMeriah;

615-704.indd 629 9/24/10 11:12:28 AM

Page 652: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

630 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

3. Menyatakan bahwa perolehan suara yang benar bagi calon anggota DPD Nanggroe Aceh Darussalam Nomor Urut 20 atas nama Mursyid di Kabupaten Bener Meriah adalah sebesar 48.022 suara sehingga jumlah suara keseluruhan menjadi 118. 149 suara;

4. Memerintahkan Komisi Pemilihan Umum dan Komisi Independen Pemilihan Nanggroe Aceh Darussalam untuk melaksanakan Putusan ini.

615-704.indd 630 9/24/10 11:12:28 AM

Page 653: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

631Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPD Provinsi Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 34/PHPU.A-VII/2009

TENTANG KEBERATAN CALON ANGGOTA DPD PROVINSI LAMPUNG

TERHADAP PENETAPAN HASIL PEMILU ANGGOTA DPD PROVINSI LAMPUNG

Pemohon : Hj. Hariyanti Syafrin, S.H.Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Calon Anggota DPR, DPD

dan DPRD Tahun 2009.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN

2009 tentang Ketetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 untuk Daerah Pemilihan Provinsi Lampung.

Amar Putusan : Dalam Eksepsi: Menolak eksepsi Termohon. Dalam Pokok Perkara: Menyatakan permohonan Pemohon ditolak untuk seluruhnya. Tanggal Putusan : Kamis, 11 Juni 2009.Ikhtisar Putusan :

Pemohon adalah Hj. Hariyanti Syafrin, S.H. calon Anggota DPD untuk Daerah Pemilihan (Dapil) Provinsi Lampung yang mengajukan keberatan terhadap penetapan perolehan suara hasil pemilihan umum secara nasional oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) melalui Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN 2009 bertanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

615-704.indd 631 9/24/10 11:12:28 AM

Page 654: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

632 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Umum Tahun 2009, khususnya terhadap penghitungan perolehan suara sah dan peringkat suara sah calon anggota DPD Pemilu Tahun 2009 di Provinsi Lampung.

Terkait dengan kewenangan Mahkamah, oleh karena permohonan Pemohon adalah termasuk sengketa penetapan hasil pemilihan umum yang dilakukan secara nasional oleh KPU yang mempengaruhi terpilihnya calon anggota DPD, maka Mahkamah berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan a quo.

Terkait dengan kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, karena Pemohon adalah perorangan warga negara Indonesia calon Anggota DPD peserta Pemilu Tahun 2009 dengan Nomor Urut 25, maka Pemohon dinilai oleh Mahkamah mempunyai kedudukan hukum untuk mengajukan permohonan a quo.

Terkait dengan tenggang waktu pengajuan permohonan, Mahkamah menilai bahwa permohonan Pemohon diajukan masih dalam tenggang waktu yang ditentukan karena dimohonkan dalam rentang waktu 3 x 24 jam sejak KPU mengumumkan penetapan perolehan suara hasil Pemilu secara nasional.

Terhadap Eksepsi Termohon yang menyangkut permohonan Pemohon bukan merupakan objek perselisihan hasil pemilihan umum yang menjadi kewenangan Mahkamah Konstitusi; penempatan nomor urut calonAnggota DPD; dan permohonanPemohon kabur (obscuur libel), Mahkamah berpendapat bahwa eksepsi demikian tidak beralasan, karena baik dalam posita maupun petitum, Pemohon telah mendalilkan adanya kesalahan penghitungan perolehan suara yang dilakukan Termohon yang merugikan Pemohon serta dalam petitumnya juga meminta Mahkamah untuk menetapkan hasil perolehan suara Pemohon yang benar.

Pemohon mendalilkan telah terjadi kesalahan penghitungan suara untuk Pemohon pada beberapa kecamatan di Provinsi Lampung dengan jumlah selisih suara sebesar 14.417 suara. Pemohon berkeberatan karena Termohon menggunakan abjad dan nomor urut bagi calon perseorangan Anggota DPD. Akibatnya, muncul nomor keberuntungan (lucky number) bagi calon peserta DPD.

Mahkamah berpendapat Pemohon tidak memiliki cukup bukti untuk menunjukkan terjadinya kesalahan penghitungan perolehan suara seperti yang didalilkan. Alat bukti surat rekapitulasi suara yang diajukan Pemohon ternyata menunjukkan angka yang sama dengan bukti-bukti Turut Termohon yang jumlahnya sesuai dengan yang telah ditetapkan Termohon.

Terkait keberadaan “nomor keberuntungan” (lucky number) adalah sesuatu hal yang tidak dapat diprediksi dan bukan merupakan masalah hukum, melainkan hanyalah faktor keberuntungan terhadap angka tertentu terkait dengan partai-partai peserta Pemilu. Lagipula, masalah tersebut bukanlah merupakan objek perselisihan hasil pemilihan umum yang menjadi kewenangan Mahkamah sebagaimana diatur dalam Pasal 75 UU MK dan Pasal 5 PMK Nomor 16 Tahun 2009.

615-704.indd 632 9/24/10 11:12:28 AM

Page 655: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

633Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPD Provinsi Tahun 2009

Berdasarkan seluruh penilaian atas fakta hukum di atas, Mahkamah menjatuhkan putusan dengan amar sebagai berikut.Dalam Eksepsi:• MenolakeksepsiTermohon.Dalam Pokok Perkara:• MenyatakanpermohonanPemohonditolak untuk seluruhnya.

615-704.indd 633 9/24/10 11:12:28 AM

Page 656: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

634 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

615-704.indd 634 9/24/10 11:12:28 AM

Page 657: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

635Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPD Provinsi Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 35/PHPU.A-VII/2009

TENTANG KEBERATAN CALON ANGGOTA DPD PROVINSI LAMPUNG

TERHADAP PENETAPAN HASIL PEMILU ANGGOTA DPD PROVINSI LAMPUNG

Pemohon : Abdul Wahab.Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Calon Anggota DPR, DPD

dan DPRD Tahun 2009.Pokok Perkara : Keberatan Terhadap Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN

2009 tentang Ketetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 untuk Daerah Pemilihan Provinsi Lampung.

Amar Putusan : Dalam Eksepsi: Menolak eksepsi Termohon. Dalam Pokok Perkara: Menyatakan permohonan Pemohon ditolak untuk seluruhnya. Tanggal Putusan : Kamis, 11 Juni 2009.Ikhtisar Putusan :

Pemohon adalah Abdul Wahab selaku calon Anggota DPD Provinsi Lampung yang mengajukan keberatan terhadap penetapan perolehan suara hasil pemilihan umum secara nasional oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) melalui Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN 2009 bertanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 (Keputusan KPU), khususnya

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

615-704.indd 635 9/24/10 11:12:28 AM

Page 658: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

636 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

terhadap penghitungan perolehan suara sah dan peringkat suara sah calon anggota DPD Pemilu Tahun 2009 di Provinsi Lampung.

Terkait dengan kewenangan Mahkamah, oleh karena permohonan Pemohon adalah termasuk sengketa penetapan hasil pemilihan umum yang dilakukan secara nasional oleh Komisi Pemilihan Umum yang mempengaruhi terpilihnya calon Anggota Dewan Perwakilan Daerah, maka Mahkamah berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan a quo.

Terkait dengan kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, karena Pemohon adalah perorangan warga negara Indonesia calon Anggota DPD peserta Pemilu Tahun 2009 dengan Nomor Urut 3, maka Pemohon dinilai oleh Mahkamah mempunyai kedudukan hukum untuk mengajukan permohonan a quo.

Terkait dengan tenggang waktu pengajuan permohonan, Mahkamah menilai bahwa Pemohon mengajukan permohonan masih dalam tenggang waktu yang ditentukan karena dimohonkan dalam rentang waktu 3 x 24 jam sejak KPU mengumumkan penetapan perolehan suara hasil Pemilu secara nasional.

Terhadap Eksepsi Termohon, mengenai permohonan Pemohon yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan, Mahkamah menilai hal itu bukanlah merupakan objek eksepsi yang harus dipertimbangkan tersendiri melainkan merupakan perselisihan yang harus dipertimbangkan dalam Pokok Perkara, sehingga Mahkamah menolak eksepsi Termohon.

Pemohon keberatan karena Turut Termohon (KPU Provinsi Lampung) yang tidak pernah memberikan surat pemberitahuan secara resmi kepada Pemohon baik tentang DCS maupun DCT Anggota DPD peserta Pemilu untuk Dapil Provinsi Lampung. Urutan peserta dalam DCS yang didasarkan pada abjad tidak sama dengan urutan peserta dalam DCT, yang mengakibatkan suara yang seharusnya memilih Pemohon Abdul Wahab menjadi beralih kepada Ahmad Jajuli. Pemohon juga berkeberatan karena Termohon tidak memberikan fasilitas saksi-saksi bagi Pemohon. Nomor urut calon Anggota DPD pada lembar kertas surat suara untuk Pemilu DPD Tahun 2009 juga dinilai sangat merugikan peserta calon Anggota DPD, karena adanya “nomor keberuntungan” bagi calon peserta DPD.

Mahkamah berpendapat sebagai berikut.1. Berdasarkan UU Nomor 10 Tahun 2008, serta Peraturan KPU penetapan Daftar

Calon Sementara (DCS) dan Daftar Calon Tetap (DCT) merupakan kewenangan Termohon (KPU Pusat) untuk menyusun, menetapkan, dan mengumumkan calon Anggota DPD menurut abjad dan dilengkapi dengan pasfoto diri terbaru.

2. Adanya fakta bahwa nama, nomor urut, dan pasfoto diri calon peserta Anggota DPD yang sangat jelas dalam daftar DCT dan surat suara, maka tidak terdapat alasan yang sah untuk menyatakan adanya kekeliruan dari para pemilih dalam memberikan suaranya kepada Ahmad Jajuli.

615-704.indd 636 9/24/10 11:12:28 AM

Page 659: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

637Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPD Provinsi Tahun 2009

3. Keberadaan saksi-saksi Peserta Pemilu untuk mengawasi pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara tidaklah mungkin pembiayaannya dibebankan kepada negara. Permasalahan tersebut bukanlah kewenangan Mahkamah.

4. Keberadaan “nomor keberuntungan” adalah sesuatu hal yang tidak dapat diprediksi dan bukan merupakan masalah hukum, melainkan hanyalah faktor keberuntungan terhadap angka tertentu terkait dengan partai-partai peserta Pemilu. Masalah tersebut bukanlah merupakan kewenangan Mahkamah.

5. Berdasarkan bukti-bukti yang diajukan, tidak terbukti menurut hukum adanya sejumlah 194.689 suara milik Ahmad Jajuli yang diklaim Pemohon sebagai perolehan suaranya karena adanya kesalahan penempatan calon Anggota DPD Provinsi Lampung dalam DCT.Berdasarkan seluruh pendapat atas fakta hukum di atas, Mahkamah menjatuhkan

putusan dengan amar sebagai berikut.Dalam Eksepsi:• MenolakeksepsiTermohon.Dalam Pokok Perkara:• MenyatakanpermohonanPemohonditolak untuk seluruhnya.

615-704.indd 637 9/24/10 11:12:28 AM

Page 660: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

638 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

615-704.indd 638 9/24/10 11:12:28 AM

Page 661: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

639Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPD Provinsi Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 36/PHPU.A-VII/2009

TENTANGKEBERATAN CALON ANGGOTA DPD PROVINSI KEPULAUAN RIAU

TERHADAP PENETAPAN HASIL PEMILU ANGGOTA DPDPROVINSI KEPULAUAN RIAU

Pemohon : Hendry Frankim.Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan

DPRD.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum

Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009, untuk penetapan Anggota DPD terpilih dari Provinsi Kepulauan Riau.

Amar Putusan : Dalam eksepsi: Menyatakan eksepsi Termohon diterima untuk sebagian. Dalam Pokok Perkara: Menyatakan permohonan Pemohon tidak dapat diterima.Tanggal Putusan : Rabu, 10 Juni 2009.Ikhtisar Putusan :

Pemohon Hendry Frankim adalah perseorangan warga negara Indonesia calon Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Peserta Pemilihan Umum Anggota DPD Tahun 2009. Pemohon mengajukan keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

615-704.indd 639 9/24/10 11:12:28 AM

Page 662: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

640 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009, sepanjang mengenai perolehan suara peserta pemilihan umum Anggota DPD Provinsi Kepulauan Riau Aida Nasution Ismeth, S.E., M.M. sejumlah 129.291 suara dan perolehan suara Atrice Ellen Manambe sejumlah 35.127 suara.

Pemohon mendalilkan bahwa Aida Nasution Ismeth dan Atrice Ellen Manambe seharusnya tidak bisa mengikuti pemilihan umum Anggota DPD Provinsi Kepulauan Riau, karena keduanya tidak secara benar dan sah mendaftarkan diri sebagai peserta pemilihan umum. Pemohon menyatakan dalam Daftar Calon Sementara (DCS) terdapat nama Aida Zulaika Nasution Ismeth dan Actrice Syaron Manambe, tetapi kedua nama tersebut tidak tercantum dalam Daftar Calon Tetap (DCT). Sebaliknya, di dalam DCT terdapat nama Aida Nasution Ismeth, S.E., M.M. dan Atrice Ellen Manambe, tetapi kedua nama tersebut tidak terdapat dalam DCS. Pemohon mengajukan Bukti P-1 sampai dengan Bukti P-20 dan saksi John Asron Purba yang pada pokoknya menerangkan bahwa saksi mengajukan laporan (keberatan) kepada Panwaslu Provinsi Kepulauan Riau dan KPU Provinsi Kepulauan Riau terkait perubahan nama pada DCS dan DCT.

Menurut Mahkamah, berdasarkan UU Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi Pasal 74 dan Pasal 75; serta PMK Nomor 16 Tahun 2009 Pasal 5 danPasal 6, Mahkamah menilai substansi permohonan yang diajukan Pemohon adalah bukan merupakan sengketa perselisihan hasil pemilihan umum yang menjadi wewenang Mahkamah. Karena permohonan a quo bukan merupakan kewenangan Mahkamah, maka eksepsi Termohon sepanjang mengenai permohonan kabur (obscuur libel) dan objectum litis yang bukan menjadi kewenangan Mahkamah adalah beralasan, sementara eksepsi selebihnya dari Termohon dinilai tidak beralasan.

Berdasarkan pertimbangan di atas, Mahkamah dalam amar putusannya menyatakan, sebagai berikut.Dalam Eksepsi:Menyatakan eksepsi Termohon diterima untuk sebagian.Dalam Pokok Perkara:Menyatakan permohonan Pemohon tidak dapat diterima.

615-704.indd 640 9/24/10 11:12:28 AM

Page 663: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

641Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPD Provinsi Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 37/PHPU.A–VII/2009

TENTANGKEBERATAN CALON ANGGOTA DPD PROVINSI SUMATERA UTARA

TERHADAP PENETAPAN HASIL PEMILU ANGGOTA DPD PROVINSI SUMATERA UTARA TERPILIH

Pemohon : Dr. H. Rahmat Shah.Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan

DPRD.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum

Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009, untuk penetapan Anggota DPD terpilih dari Provinsi Sumatera.

Amar Putusan : Putusan Sela (I): Memerintahkan Termohon dan Turut Termohon untuk melakukan

penghitungan perolehan suara Calon Anggota DPD di kecamatan-kecamatan: Gomo, Lahusa, Lolowatu, Lolomatua, Teluk Dalam, dan Amandraya di Kabupaten Nias Selatan Provinsi Sumatera Utara.

Putusan Akhir (II): Menetapkan perolehan suara yang benar untuk Calon Anggota

DPD Provinsi Sumatera Utara.Tanggal Putusan : Putusan Sela (I) : Selasa, 9 Juni 2009. Putusan Akhir (II) : Selasa, 1 September 2009.

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

615-704.indd 641 9/24/10 11:12:29 AM

Page 664: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

642 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Ikhtisar Putusan : Pemohon Dr. H. Rahmat Shah adalah Calon Anggota Dewan Perwakilan Daerah

(DPD) dari Provinsi Sumatera Utara dengan Nomor Urut 24 mengajukan keberatan terhadap keputusan Termohon, yakni Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 (Keputusan KPU 255/2009), untuk DPD Provinsi Sumatera Utara.

Pemohon mendalilkan bahwa Turut Termohon, yakni KPU Provinsi Sumatera Utara, telah menetapkan perolehan suara Pemohon sejumlah 394.100 suara. Akan tetapi, Turut Termohon tidak menyerahkan data lengkap kepada Termohon karena adanya permasalahan di KPU Kabupaten Nias.

Dalam Surat KPU Nomor 801/KPU/V/2009 bertanggal 6 Mei 2009, Termohon memerintahkan Turut Termohon untuk melakukan penghitungan ulang perolehan suara Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Nias Selatan di 6 kecamatan, yakni Kecamatan Gomo, Kecamatan Lahusa, Kecamatan Lolowatu, Kecamatan Lolomatua, Kecamatan Teluk Dalam, dan Kecamatan Amandraya. Berkenaan dengan Surat KPU tersebut, Pemohon menyampaikan keberatan kepada Termohon karena tidak adanya rekapitulasi suara ulang untuk DPD. Termohon pun menerima keberatan Pemohon dan bersedia memenuhi permohonan Pemohon untuk melakukan rekapitulasi suara ulang anggota DPD dari Kabupaten Nias Selatan.

Selanjutnya, Termohon memerintahkan Turut Termohon untuk melakukan penghitungan suara ulang anggota DPD. Namun Turut Termohon tidak dapat melaksanakan tugasnya karena rekapitulasi suara DPD Provinsi Sumatera Utara dari Kabupaten Nias masih terdapat permasalahan, yakni jumlah suara sah dengan suara tidak sah lebih besar daripada jumlah daftar pemilih tetap. Dengan demikian, telah terjadi penggelembungan suara beberapa Calon Anggota DPD di Kabupaten Nias Selatan.

Berkenaan dengan dalil Pemohon di atas, Pemohon meminta agar Termohon melakukan penghitungan suara ulang perolehan suara DPD dari Kabupaten Nias Selatan.

Mahkamah berpendapat telah terjadi pelanggaran yang masif dan terstruktur. Namun Pemohon hanya memohon penghitungan suara ulang maka Mahkamah dapat mengabulkan sebatas dilakukannya penghitungan suara ulang. Oleh karena itu, untuk memenuhi rasa keadilan secara proporsional, Mahkamah menjatuhkan putusan sela pada tanggal 9 Juni 2009 sebelum mengeluarkan putusan akhir.

Dalam amar putusan sela tersebut, Mahkamah memerintahkan Termohon dan Turut Termohon untuk.

615-704.indd 642 9/24/10 11:12:29 AM

Page 665: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

643Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPD Provinsi Tahun 2009

• MelakukanpenghitunganulangperolehansuaracalonanggotaDPDdiKecamatan-kecamatan: Gomo, Lahusa, Lolowatu, Lolomatua, Teluk Dalam, dan Amandraya, Kabupaten Nias Selatan, Provinsi Sumatera Utara selambat-lambatnya 60 hari sejak putusan ini diucapkan.

• MelaporkanhasilpenghitungansuaraulangtersebutkepadaMahkamahKonstitusipaling lambat dalam tenggat yang ditetapkan dalam amar putusan ini.

• Menangguhkan berlakunya Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN2009bertanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota Secara Nasional Dalam Pemilihan Umum Tahun 2009, sepanjang menyangkut hasil perolehan suara calon anggota DPD di kecamatan-kecamatan: Gomo, Lahusa, Lolowatu, Lolomatua, Teluk Dalam, dan Amandraya, Kabupaten Nias Selatan, Provinsi Sumatera Utara.Termohon dan Turut Termohon telah melaksanakan putusan sela di atas pada tanggal

27 sampai dengan 31 Juli 2009 di Kecamatan Gomo, Kecamatan Lahusa, Kecamatan Lolowau, Kecamatan Lolomatua, Kecamatan Teluk Dalam, dan Kecamatan Amandraya. Pelaksanaan penghitungan ulang dilakukan di Kantor KPU Provinsi Sumatera Utara yang termuat dalam Surat Komisi Pemilihan Umum Nomor 1383/KPU/VIII/2009 bertanggal 25 Agustus 2009 perihal Laporan Hasil Pelaksanaan Putusan Mahkamah Konstitusi atas Perselisihan Hasil Pemilihan Umum.

Dari hasil penghitungan ulang suara di atas, Mahkamah menjatuhkan amar putusan akhir pada tanggal 1 September 2009, yaitu menetapkan perolehan suara yang benar untuk Calon Anggota DPD Provinsi Sumatera Utara. Dalam hal ini, Pemohon ditetapkan memperoleh 394.285 suara.

Dalam amar putusan akhir tersebut, Mahkamah memerintahkan Termohon untuk melaksanakan putusan akhir Mahkamah.

615-704.indd 643 9/24/10 11:12:29 AM

Page 666: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

644 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

615-704.indd 644 9/24/10 11:12:29 AM

Page 667: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

645Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPD Provinsi Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 38/PHPU.A-VII/2009

TENTANGKEBERATAN CALON ANGGOTA DPD PROVINSI KEPULAUAN RIAU TERHADAP

PENETAPAN HASIL PEMILU ANGGOTA DPD PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Pemohon : Benny Horas Panjaitan.Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan

DPRD.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum

Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009, untuk penetapan Anggota DPD terpilih dari Provinsi Kepulauan Riau.

Amar Putusan : - Mengabulkan eksepsi Termohon. - Menyatakan Mahkamah Konstitusi tidak berwenang memeriksa,

mengadili dan memutus permohonan a quo. - Menyatakan permohonan Pemohon tidak dapat diterima.Tanggal Putusan : Rabu, 10 Juni 2009.Ikhtisar Putusan :

Pemohon Benny Horas Panjaitan adalah perseorangan warga negara Indonesia calon Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Peserta Pemilihan Umum Anggota DPD Tahun 2009. Pemohon mengajukan keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

615-704.indd 645 9/24/10 11:12:29 AM

Page 668: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

646 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009, sepanjang mengenai perolehan suara peserta pemilihan umum Anggota DPD Provinsi Kepulauan Riau Aida Nasution Ismeth, S.E., M.M. sejumlah 129.291 suara dan perolehan suara Atrice Ellen Manambe sejumlah 35.127 suara.

Menurut Pemohon, Aida Nasution Ismeth dan Atrice Ellen Manambe seharusnya tidak bisa mengikuti pemilihan umum Anggota DPD Provinsi Kepulauan Riau karena keduanya tidak secara benar dan sah mendaftarkan diri sebagai peserta pemilihan umum. Pemohon menyatakan dalam Daftar Calon Sementara (DCS) terdapat nama Aida Zulaika Nasution Ismeth dan Actrice Syaron Manambe, tetapi kedua nama tersebut tidak tercantum dalam Daftar Calon Tetap (DCT). Sebaliknya, di dalam DCT terdapat nama Aida Nasution Ismeth, S.E., M.M. dan Atrice Ellen Manambe, tetapi kedua nama tersebut tidak terdapat dalam DCS. Pemohon mengajukan Bukti P-1 sampai dengan Bukti P-20 dan saksi John Asron Purba yang pada pokoknya menerangkan bahwa saksi mengajukan laporan (keberatan) kepada Panwaslu Provinsi Kepulauan Riau dan KPU Provinsi Kepulauan Riau terkait perubahan nama pada DCS dan DCT.

Menurut Mahkamah, berdasarkan UU Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi Pasal 74 dan Pasal 75, serta PMK Nomor 16 Tahun 2009 Pasal 5 dan Pasal 6, Mahkamah menilai substansi permohonan yang diajukan Pemohon adalah bukan merupakan sengketa perselisihan hasil pemilihan umum yang menjadi wewenang Mahkamah. Karena permohonan a quo bukan merupakan kewenangan Mahkamah, maka eksepsi Termohon sepanjang mengenai permohonan kabur (obscuur libel) dan premature adalah beralasan.

Berdasarkan pertimbangan fakta dan hukum di atas, dalam amar putusannya Mahkamah menyatakan.- Mengabulkan eksepsi Termohon.- Menyatakan Mahkamah Konstitusi tidak berwenang memeriksa, mengadili dan

memutus permohonan a quo.- Menyatakan permohonan Pemohon tidak dapat diterima.

615-704.indd 646 9/24/10 11:12:29 AM

Page 669: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

647Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPD Provinsi Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 39/PHPU.A-VII/2009

TENTANGKEBERATAN CALON ANGGOTA DPD PROVINSI KEPULAUAN RIAU TERHADAP

PENETAPAN HASIL PEMILU ANGGOTA DPD PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Pemohon : Insyah Fauzi.Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan

DPRD.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum

Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009, untuk penetapan Anggota DPD terpilih dari Provinsi Kepulauan Riau.

Amar Putusan : Dalam Eksepsi: Menyatakan eksepsi Termohon diterima. Dalam Pokok Perkara: Menyatakan permohonan Pemohon tidak dapat diterima.Tanggal Putusan : Rabu, 10 Juni 2009.Ikhtisar Putusan :

Pemohon Insyah Fauzi adalah perseorangan warga negara Indonesia calon Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Peserta Pemilihan Umum Anggota DPD Tahun 2009. Pemohon mengajukan keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

615-704.indd 647 9/24/10 11:12:29 AM

Page 670: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

648 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara Nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009, sepanjang mengenai perolehan suara peserta pemilihan umum Anggota Dewan Perwakilan Daerah Provinsi Kepulauan Riau Aida Nasution Ismeth, S.E., M.M. sejumlah 129.291 suara dan perolehan suara Atrice Ellen Manambe sejumlah 35.127 suara.

Menurut Pemohon, Aida Nasution Ismeth dan Atrice Ellen Manambe seharusnya tidak dapat mengikuti pemilihan umum Anggota Dewan Perwakilan Daerah Provinsi Kepulauan Riau karena keduanya tidak secara benar dan sah mendaftarkan diri sebagai peserta pemilihan umum. Pemohon menyatakan dalam Daftar Calon Sementara (DCS) terdapat nama Aida Zulaika Nasution Ismeth dan Actrice Syaron Manambe, tetapi kedua nama tersebut tidak tercantum dalam Daftar Calon Tetap (DCT). Sebaliknya, di dalam DCT terdapat nama Aida Nasution Ismeth, S.E., M.M. dan Atrice Ellen Manambe, tetapi kedua nama tersebut tidak terdapat dalam DCS. Pemohon mengajukan Bukti P-1 sampai dengan Bukti P-20 dan saksi John Asron Purba yang pada pokoknya menerangkan bahwa saksi mengajukan laporan (keberatan) kepada Panwaslu Provinsi Kepulauan Riau dan KPU Provinsi Kepulauan Riau terkait perubahan nama pada DCS dan DCT.

Menurut Mahkamah, berdasarkan UU Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi Pasal 74 ayat (2), serta PMK Nomor 16 Tahun 2009 Pasal 5, Mahkamah menilai eksepsi Termohon mengenai permohonan yang kabur (obscuur libel) dan objectum litis yang bukan menjadi kewenangan Mahkamah adalah beralasan.

Meskipun dalam petitum Pemohon dicantumkan mengenai perolehan suara calon anggota Dewan Perwakilan Daerah atas nama Aida Nasution Ismeth, S.E., M.M. dan Atrice Ellen Manambe, namun Mahkamah menilai permohonan yang diajukan bukan menjadi kewenangan Mahkamah.

Berdasarkan pertimbangan di atas, Mahkamah dalam amar putusannya menyatakan sebagai berikut.Dalam Eksepsi: Menyatakan eksepsi Termohon diterima.Dalam Pokok Perkara: Menyatakan permohonan Pemohon tidak dapat diterima.

615-704.indd 648 9/24/10 11:12:29 AM

Page 671: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

649Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPD Provinsi Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 42/PHPU.A-VII/2009

TENTANG KEBERATAN CALON ANGGOTA DPD PROVINSI SULAWESI TENGAH

TERHADAP PENETAPAN HASIL PEMILIHAN UMUMANGGOTA DPD PROVINSI SULAWESI TENGAH

Pemohon : Silviana Hendriete Pandegirot, Pdt, M.Th., DR.Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan

DPD.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor

255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009, untuk penetapan Anggota DPD terpilih dari Provinsi Sulawesi Tengah.

Amar Putusan : Dalam Eksepsi: Menyatakan eksepsi Termohon tidak dapat diterima. Dalam Pokok Perkara: Menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya.Tanggal Putusan : Kamis, 11 Juni 2009.Ikhtisar Putusan :

Pemohon, DR.Pdt.Silviana Hendriete Pandegirot M.Th., adalah Calon Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Provinsi Sulawesi Tengah peserta Pemilihan Umum Calon Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Tahun 2009.

Pemohon berkeberatan terhadap penetapan perolehan suara hasil Pemilihan Umum secara nasional oleh Termohon berdasarkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

615-704.indd 649 9/24/10 11:12:29 AM

Page 672: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

650 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

255/Kpts/KPU/TAHUN 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilu Tahun 2009.

Terkait kewenangan Mahkamah berdasarkan pada ketentuan Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) juncto Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman bahwa salah satu kewenangan konstitusional Mahkamah adalah memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum. Oleh karena permohonan Pemohon adalah sengketa penetapan hasil Pemilu yang dilakukan secara nasional oleh Termohon (KPU) yang mempengaruhi terpilihnya Anggota DPD, maka Mahkamah berwenang memeriksa, mengadili dan memutus permohonan Pemohon.

Terkait dengan kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, Pemohon adalah perorangan warga negara Indonesia peserta Pemilu Calon Anggota DPD Daerah Pemilihan Provinsi Sulawesi Tengah, maka Pemohon mempunyai kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan.

Terkait dengan tenggang waktu pengajuan permohonan, Termohon (KPU) dengan Keputusan KPU 255/2009 tanggal 9 Mei 2009 jam 23.50 WIB telah menetapkan hasil Pemilu secara nasional, sedangkan permohonan Pemohon diajukan ke Mahkamah pada tanggal 12 Mei 2009, jam 17.00 WIB, berdasarkan Akta Penerimaan Berkas Permohonan Nomor 111/PAN.MK/2009 yang kemudian diregistrasi pada tanggal 13 Mei 2009 dengan Nomor 42/PHPU.A-VII/2009, sehingga pengajuan permohonan Pemohon masih dalam tenggang waktu yang ditentukan, dan eksepsi Termohon terkait tenggang waktu harus dikesampingkan.

Terkait dengan eksepsi tentang permohonan Pemohon adalah kabur (obscuur libel) karena tidak menjelaskan secara rinci mengenai kesalahan dalam penghitungan suara, Mahkamah berpendapat bahwa Pemohon dalam permohonannya telah menjelaskan kesalahan hasil penghitungan suara yang diumumkan oleh KPU dan hasil penghitungan yang benar menurut Pemohon dan permintaan untuk membatalkan hasil penghitungan suara yang diumumkan oleh KPU dan menetapkan hasil penghitungan suara yang benar menurut Pemohon, dengan demikian eksepsi Termohon tidak beralasan dan harus dikesampingkan.

Pada pokoknya Pemohon mendalilkan bahwa perolehan suara Pemohon seharusnya 78.335 suara bukan 75.083 suara sedangkan perolehan suara Calon Anggota DPD Sulawesi Tengah atas nama Sudarto.H., SH sebenarnya 85.744 suara bukan 88.890 suara.

Terhadap dalil Pemohon yang berkaitan dengan penggelembungan perolehan suara untuk peringkat kedua atas nama Sudharto, H., S.H., dan 20 orang peserta Pemilu Calon Anggota DPD Povinsi Sulawesi Tengah lainnya, menurut Mahkamah tidak didukung

615-704.indd 650 9/24/10 11:12:29 AM

Page 673: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

651Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPD Provinsi Tahun 2009

oleh bukti-bukti yang cukup kuat dan meyakinkan, sehingga dalil Pemohon tersebut tidak beralasan. Terhadap dalil Pemohon tentang kehilangan suaranya, tidak ditemukan adanya perbedaan jumlah perolehan suara di ketiga kecamatan yang dipermasalahkan. Mahkamah berpendapat dalil Pemohon tidak beralasan.

Berdasarkan seluruh penilaian atas fakta hukum di atas, Mahkamah dalam amar putusannya menyatakan sebagai berikut.Dalam Eksepsi: Menyatakan eksepsi Termohon tidak dapat diterima.Dalam Pokok Perkara: 1. Menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya.2. Menyatakan Ketetapan Komisi Pemilihan Umum Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN 2009

tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilu Tahun 2009 bertanggal 9 Mei 2009, sepanjang mengenai Hasil Pemilu Anggota DPD Provinsi Sulawesi Tengah, sah menurut hukum.

615-704.indd 651 9/24/10 11:12:29 AM

Page 674: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

652 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

615-704.indd 652 9/24/10 11:12:29 AM

Page 675: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

653Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPD Provinsi Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 43/PHPU.A-VII/2009

TENTANGKEBERATAN CALON ANGGOTA DPD PROVINSI GORONTALO

TERHADAP PENETAPAN HASIL PEMILU ANGGOTA DPD PROVINSI GORONTALO

Pemohon : Lolynda Usman.Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan

DPRD.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum

Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009, untuk penetapan Anggota DPD terpilih dari Provinsi Gorontalo.

Amar Putusan : Menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya.Tanggal Putusan : Senin, tanggal 8 Juni 2009.Ikhtisar Putusan :

Pemohon adalah Lolynda Usman Calon Angota DPD dari Provinsi Gorontalo, yang pada pokoknya berkeberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Nomor 255/Kpts/KPU/2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009, untuk penetapan Anggota DPD terpilih dari Provinsi Gorontalo.

Terkait kewenangan Mahkamah berdasarkan pada ketentuan Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

615-704.indd 653 9/24/10 11:12:29 AM

Page 676: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

654 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) juncto Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman bahwa salah satu kewenangan konstitusional Mahkamah adalah memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum. Oleh karena permohonan Pemohon adalah sengketa penetapan hasil Pemilu yang dilakukan secara nasional oleh Termohon (KPU) yang mempengaruhi terpilihnya anggota DPD, maka Mahkamah berwenang memeriksa, mengadili dan memutus permohonan Pemohon.

Terkait dengan kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, Pemohon adalah perorangan warga negara Indonesia peserta Pemilu Calon Anggota DPD Provinsi Sulawesi Tengah, maka Pemohon mempunyai kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan.

Terkait dengan tenggang waktu pengajuan permohonan, Termohon (KPU) dengan Keputusan KPU 255/2009 tanggal 9 Mei 2009 jam 23.50 WIB telah menetapkan hasil Pemilu secara nasional, sedangkan permohonan Pemohon diajukan ke Mahkamah pada tanggal 12 Mei 2009, jam 21.00 WIB, berdasarkan Akta Penerimaan Berkas Permohonan Nomor 77/PAN.MK/V/2009 yang kemudian diregistrasi pada tanggal 13 Mei 2009 dengan Nomor 43/PHPU.A-VII/2009, sehingga pengajuan permohonan Pemohon masih dalam tenggang waktu yang ditentukan.

Pemohon mendalilkan Rahmiyati Jahja (peringkat 2) telah melibatkan PNS, yaitu terpidana Irfan Angge yang menjabat sebagai Lurah Bolihuangga dan Husein Pakaya yang menjabat sebagai Lurah Hepuhulawa dalam melakukan kampanye calon anggota DPD Rahmiyati Jahja. Budi Doku (peringkat 4) dalam mengajukan persyaratan sebagai calon anggota tetap DPD diduga telah membuat keterangan palsu dalam pengunduran diri yang bersangkutan dari statusnya sebagai PNS. Hana Hasanah Fadel Muhammad (peringkat 1) diduga menggunakan alat peraga kampanye berupa gambar bersama pejabat dengan pakaian dinas atau kebesarannya atau atribut jabatan. Menurut Pemohon, perbuatan pelanggaran dan tindak pidana Pemilu tersebut telah mempengaruhi perolehan suara Pemohon.

Terhadap permasalahan hukum di atas, Mahkamah berpendapat bahwa pelanggaran pidana yang dilakukan oleh Irfan Angge dan Husain R. Pakaya tidak dapat dipertanggungjawabkan pada pihak terkait karena Pemohon tidak dapat menunjukkan secara pasti adanya keterlibatan Pihak Terkait Rahmiyati Jahja dalam perkara a quo, sedangkan pelanggaran-pelanggaran yang bersifat administratif dengan foto stiker atas nama Hana Hasanah Fadel Muhammad berfoto dengan Gubernur Provinsi Gorontalo, telah diperbaiki atas arahan Panwaslu kepada Pihak Terkait.

Berdasarkan pandangan hukum di atas, Mahkamah berpendapat bahwa dalil-dalil Pemohon tidak beralasan hukum, karenanya permohonan Pemohon a quo harus dikesampingkan.

Mahkamah dalam amar putusannya menyatakan menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya.

615-704.indd 654 9/24/10 11:12:29 AM

Page 677: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

655Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPD Provinsi Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 44/PHPU.A-VII/2009

TENTANGKEBERATAN CALON ANGGOTA DPD PROVINSI GORONTALO

TERHADAP PENETAPAN HASIL PEMILU ANGGOTA DPD PROVINSI GORONTALO

Pemohon : Dewi Sartika Hemeto.Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan

DPRD.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum

Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009, untuk penetapan Anggota DPD terpilih dari Provinsi Gorontalo.

Amar Putusan : Menyatakan menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya.Tanggal Putusan : Senin, tanggal 8 Juni 2009.Ikhtisar Putusan :

Pemohon adalah Dewi Sartika Hemeto, Calon Anggota DPD Provinsi Gorontalo. Pemohon berkeberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Nomor 255/Kpts/KPU/2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009, untuk penetapan Anggota DPD terpilih dari Provinsi Gorontalo.

Terkait kewenangan Makamah, berdasarkan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 dan Pasal 10 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

615-704.indd 655 9/24/10 11:12:29 AM

Page 678: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

656 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Konstitusi (UU MK) juncto Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, salah satu kewenangan Mahkamah Konstitusi adalah memutus tentang perselisihan hasil Pemilihan Umum, dan yang menjadi objectum litis permohonan Pemohon adalah mengenai keberatan atas penghitungan suara Hasil Pemilu Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota yang ditetapkan secara nasional oleh KPU berdasarkan Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009, oleh karenanya Mahkamah berwenang untuk memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan a quo.

Menyangkut kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, berdasarkan Pasal 74 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi juncto Pasal 258 ayat (1) UU 10/2008 dan Pasal 3 ayat (1) huruf a, Pasal 5 huruf d Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 16 Tahun 2009, Pemohon memenuhi syarat kedudukan karena Pemohon adalah perorangan warga negara Indonesia calon Anggota DPD peserta Pemilu berdasarkan Keputusan KPU Nomor 393/SK/KPU/Tahun 2009 dan permohonan yang diajukan Pemohon adalah perselisihan Penetapan Hasil Pemilihan Umum yang dilakukan secara nasional oleh KPU berdasarkan Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009.

Mengenai tenggang waktu pengajuan permohonan, Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 diumumkan pada tanggal 9 Mei 2009 jam 23.50 WIB, sedangkan permohonan perselisihan hasil pemilihan umum oleh Pemohon diajukan ke Mahkamah pada hari Selasa tanggal 12 Mei 2009 jam 21.00 WIB berdasarkan Akta Penerimaan Berkas Permohonan Nomor 114/PAN.MK/V/2009 yang kemudian diregistrasi pada hari Rabu tanggal 13 Mei 2009 jam 16.22 WIB dengan Nomor 44/PHPU.A-VII/2009, berdasarkan Pasal 74 ayat (3) UU MK juncto Pasal 259 ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 dan Pasal 6 ayat (1) PMK 16/2009, sehingga pengajuan permohonan Pemohon masih dalam tenggang waktu yang ditentukan.

Pemohon mendalilkan bahwa Rahmiyati Jahja (peringkat 2) terbukti secara hukum telah melibatkan PNS, yaitu terpidana Irfan Angge yang menjabat sebagai Lurah Bolihuangga dan Husein Pakaya yang menjabat sebagai Lurah Hepuhulawa dalam melakukan kampanye calon anggota DPD Rahmiyati Jahja. Budi Doku (peringkat 4) dalam mengajukan persyaratan sebagai calon anggota tetap DPD diduga telah membuat keterangan palsu berupa pengunduran diri dari statusnya sebagai PNS. Hana Hasanah Fadel Muhammad (peringkat 1) diduga telah menggunakan alat peraga kampanye berupa gambar bersama pejabat dengan pakaian dinas atau kebesarannya atau atribut jabatan. Menurut Pemohon, perbuatan pelanggaran dan tindak pidana Pemilu yang diduga telah dilakukan oleh tiga orang peserta Pemilu tersebut telah sangat mempengaruhi perolehan hasil suara Pemohon.

Terhadap dalil tersebut, Mahkamah berpendapat bahwa pelanggaran pidana yang dilakukan oleh Irfan Angge dan Husain R. Pakaya tidak dapat dipertanggungjawabkan pada Pihak Terkait karena Pemohon tidak dapat menunjukkan secara pasti adanya

615-704.indd 656 9/24/10 11:12:29 AM

Page 679: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

657Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPD Provinsi Tahun 2009

keterlibatan Pihak Terkait Rahmiyati Jahja dalam perkara a quo, sedangkan pelanggaran-pelanggaran yang bersifat administratif dengan foto stiker atas nama Hana Hasanah Fadel Muhammad berfoto dengan Gubernur Provinsi Gorontalo, telah diperbaiki atas arahan Panwaslu kepada Pihak Terkait.

Pihak Terkait Dr. Budi Doku telah melakukan pendaftaran calon Anggota DPD Provinsi Gorontalo bertanggal 27 Juni 2008 dan disusul dengan surat pernyataan pengunduran dirinya sebagai pegawai negeri sipil karenanya pendaftaran dan pernyataan pengunduran diri sebagai pegawai negeri sipil sudah sesuai dengan undang-undang dan peraturan KPU.

Mahkamah berpendapat bahwa dalil-dalil Pemohon tidak beralasan hukum, karenanya permohonan Pemohon a quo harus dikesampingkan.

Mahkamah dalam amar putusannya menyatakan menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya.

615-704.indd 657 9/24/10 11:12:29 AM

Page 680: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

658 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

615-704.indd 658 9/24/10 11:12:29 AM

Page 681: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

659Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPD Provinsi Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 46/PHPU.A-VII/2009

TENTANG KEBERATAN CALON ANGGOTA DPD PROVINSI SULAWESI TENGAH

TERHADAP PENETAPAN HASIL PEMILU ANGGOTA DPD PROVINSI SULAWESI TENGAH

Pemohon : Faizal H. Moh. Saing, S.H., M.Kn.Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan

DPRDPokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor

255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009, untuk penetapan Anggota DPD terpilih dari Provinsi Sulawesi Tengah.

Amar Putusan : Dalam Eksepsi: Mengabulkan eksepsi Termohon untuk sebagian. Dalam Pokok Permohonan: Menyatakan permohonan Pemohon tidak dapat diterima.Tanggal Putusan : Kamis, 11 Juni 2009.Ikhtisar Putusan :

Pemohon Faizal H. Moh. Saing, S.H., M.Kn. adalah Calon Anggota Dewan Perwakilan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah peserta Pemilihan Umum (Pemilu) Tahun 2009. Pemohon berkeberatan terhadap penetapan perolehan suara hasil Pemilihan Umum (Pemilu) secara nasional oleh Termohon (Komisi Pemilihan Umum/KPU) berdasarkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN 2009 tentang

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

615-704.indd 659 9/24/10 11:12:29 AM

Page 682: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

660 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilu Tahun 2009.

Berdasarkan ketentuan Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) juncto Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman bahwa salah satu kewenangan konstitusional Mahkamah adalah memutus perselisihan tentang hasil Pemilu.

Terkait dengan kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, berdasarkan pada Pasal 74 ayat (1) dan ayat (2) UU MK juncto Pasal 3 ayat (1) huruf a Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (PMK 16/2009), yang menyatakan bahwa para pihak yang mempunyai kepentingan langsung dalam PHPU Anggota DPR, DPD, dan DPRD adalah perorangan warga negara Indonesia Calon Anggota DPD peserta Pemilu sebagai Pemohon, sedangkan dalam Pasal 5 huruf d menyatakan bahwa objek PHPU adalah penetapan perolehan suara hasil Pemilu yang telah diumumkan secara nasional oleh KPU yang mempengaruhi terpilihnya Calon Anggota DPD. Berdasarkan ketentuan Pasal 74 ayat (1) dan ayat (2) UU MK, Pasal 3 ayat (1) huruf a dan Pasal 5 huruf b PMK 16/2009, serta berdasarkan Keputusan KPU 255/2009 dan Lampiran II.26 Keputusan KPU 255/2009, Pemohon adalah Calon Anggota DPD, Daerah Pemilihan Sulawesi Tengah dengan Nomor Urut 8. Dengan demikian, Pemohon memiliki syarat kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan.

Terkait dengan tenggang waktu pengajuan permohonan, Termohon (KPU) menerbitkan Keputusan KPU 255/2009 tanggal 9 Mei 2009 jam 23.50 WIB, telah menetapkan hasil Pemilu secara nasional. Permohonan Pemohon diajukan ke Mahkamah pada tanggal 12 Mei 2009, jam 20.20 WIB, berdasarkan Akta Penerimaan Berkas Permohonan Nomor 118/PAN.MK/2009 yang kemudian diregistrasi pada tanggal 13 Mei 2009 dengan Nomor 46/PHPU.A-VII/2009, sehingga oleh karenanya pengajuan permohonan Pemohon masih dalam tenggang waktu yang ditentukan oleh Undang-Undang.

Terhadap eksepsi Termohon mengenai tenggang waktu pengajuan permohonan, Mahkamah telah menilai bahwa permohonan Pemohon diajukan masih dalam tenggang waktu yang ditentukan. Oleh karena itu, eksepsi Termohon tersebut tidak beralasan dan harus dikesampingkan.

Pemohon mendalilkan bahwa perolehan Pemohon seharusnya 68.584 suara bukan 68.013 suara. Hal ini terjadi karena adanya pengurangan perolehan suara Pemohon di Desa Ulatan, Desa Bobalo, Desa Eeya Kecamatan Palasa, Kabupaten Parigi Moutong serta pengurangan suara di Kecamatan Balantak dan Kecamatan Masama, Kabupaten Banggai, dan penambahan suara tidak sah dari 3.181 menjadi 4.516 suara pada saat

615-704.indd 660 9/24/10 11:12:29 AM

Page 683: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

661Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPD Provinsi Tahun 2009

Pleno Rekapitulasi KPU Provinsi Sulawesi Tengah dalam Formulir Model DB-1 DPD Kabupaten Banggai Kepulauan.

Terhadap eksepsi tentang permohonan Pemohon kabur (obscuur libel), Mahkamah sependapat dengan eksepsi Termohon bahwa permohonan Pemohon kabur, dengan pertimbangan bahwa berdasarkan Pasal 74 ayat (2) huruf a UU MK juncto Pasal 5 huruf d PMK 16/2009 menentukan bahwa permohonan hanya dapat diajukan terhadap penetapan hasil Pemilu yang dilakukan secara nasional oleh KPU yang mempengaruhi terpilihnya Calon Anggota DPD, padahal suara yang diklaim oleh Pemohon tidak mempengaruhi terpilihnya Pemohon sebagai Calon Anggota DPD Provinsi Sulawesi Tengah. Seandainya-pun dalil Pemohon tentang kehilangan suaranya benar –quod non- maka jumlah kehilangan suara sebesar 635 tidak akan mempengaruhi terpilihnya Pemohon, karena jumlah perolehan suara Pemohon hanya menjadi 68.648 suara sedangkan jumlah perolehan suara Calon Anggota DPD peringkat keempat dari Provinsi Sulawesi Tengah adalah sejumlah 78.303 suara. Pasal 75 huruf a UU MK menentukan Pemohon wajib menguraikan dengan jelas tentang kesalahan hasil penghitungan suara yang diumumkan oleh KPU secara nasional, sedangkan Pemohon tidak menjelaskannya dan hanya berasumsi bahwa penghitungan suara Pemohon di Kabupaten Parigi Moutong adalah sejumlah 68.584 suara.

Berdasarkan fakta hukum di atas, Mahkamah berpendapat bahwa permohonan Pemohon tidak jelas/kabur (obscuur) yang sejalan dengan eksepsi Termohon, karena tidak memenuhi ketentuan Pasal 75 UU MK. Oleh karena permohonan kabur (obscuur libel), maka pokok permohonan tidak perlu dipertimbangkan lebih lanjut.

Selanjutnya, Mahkamah berpendapat bahwa meskipun Mahkamah berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan dan Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal standing), serta permohonan Pemohon diajukan masih dalam tenggang waktu yang ditentukan, akan tetapi karena permohonan kabur dan tidak memenuhi syarat sebagaimana ketentuan Pasal 74 ayat (2) huruf a dan Pasal 75 UU MK, maka pokok permohonan harus dinyatakan tidak dapat diterima.

Berdasarkan seluruh penilaian atas fakta dan hukum di atas, Mahkamah dalam amar putusannya menyatakan.Dalam Eksepsi: Mengabulkan eksepsi Termohon untuk sebagian.Dalam Pokok Permohonan: Menyatakan permohonan Pemohon tidak dapat diterima.

615-704.indd 661 9/24/10 11:12:29 AM

Page 684: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

662 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

615-704.indd 662 9/24/10 11:12:30 AM

Page 685: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

663Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPD Provinsi Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 47-81/PHPU.A-VII/2009

TENTANGKEBERATAN CALON ANGGOTA DPD PROVINSI PAPUA TERHADAP PENETAPAN

HASIL PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPD PROVINSI PAPUA

Pemohon : 1.Pdt.ElionNumberi (PerkaraNomor47/PHPU.A-VII/2009); 2. Hasbi Sueb, S.T (Perkara Nomor 81/PHPU.A-VII/2009).Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan

DPRD.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Penetapan Komisi Pemilihan Umum (KPU)

Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara Nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009, untuk Kabupaten, yakni di daerah pemilihan 1 Yahukimo, Kabupaten Tolikara, Kabupaten Mimika, dan Kabupaten Nabire.

Amar Putusan : Putusan Sela (I): - Memerintahkan kepada KPU Kabupaten Yahukimo untuk

melaksanakan pemungutan suara ulang pemilihan umum Calon Anggota Dewan Perwakilan Daerah dalam waktu paling lama90hari sejakPutusandiucapkan;

- Memerintahkan kepada KPU Kabupaten Yahukimo untuk melaksanakan penghitungan suara ulang dalam waktu paling lambat 60 hari sejak Putusan diucapkan.

Putusan Akhir (II): - Menyatakan mengabulkan permohonan Pemohon I - Menyatakan menolak permohonan Pemohon II.

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

615-704.indd 663 9/24/10 11:12:30 AM

Page 686: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

664 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Tanggal Putusan : PutusanSela (I) :Selasa, 9 Juni 2009 ; Putusan Akhir (II) : Rabu, 30 September 2009.Ikhtisar Putusan :

Para Pemohon yakni Pdt. Elion Numberi (Caleg Nomor Urut 10) dan Hasbi Sueb, S. T (Caleg Nomor Urut 5) adalah perorangan warga negara Indonesia calon Anggota Dewan Perwakilan Daerah dari Provinsi Papua.

Para Pemohon berkeberatan terhadap Penetapan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara Nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009, yang diumumkan secara nasional pada hari Rabu tanggal 9 Mei 2009 pukul 11.52 WIB tentang Penetapan Hasil Penghitungan Suara DPRD Kabupaten/Kota untuk Kabupaten, yakni di daerah pemilihan 1 Yahukimo, Kabupaten Tolikara, Kabupaten Mimika, dan Kabupaten Nabire.

Berdasarkan ketentuan Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 10 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) juncto Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, salah satu kewenangan konstitusional Mahkamah adalah memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.

PemohonImendalilkantelahterjadipenyusunanperolehansuarafiktifdiKabupatenYahukimo Provinsi Papua karena tiga daerah pemilihan untuk Kabupaten Yahukimo hanya satu Dapil saja yang mengadakan proses Pemilu, sedangkan dua Dapil lainnya tidak menyelenggarakan Pemilu.

Pemohon II mendalilkan adanya proses penghitungan suara calon anggota DPD Provinsi Papua di Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Tolikara, Kabupaten Mimika, dan Kabupaten Nabire yang dilaksanakan tidak sesuai dengan UU Nomor 10 Tahun 2008. Hal ini disebabkan karena berdasarkan keterangan saksi Pemohon II, di empat kabupaten tersebut, KPU tidak melakukan penghitungan dan rekapitulasi perolehan suara calon anggota DPD.

Mahkamah menilai fakta hukum yang terdapat pada pokok permohonan adalah sebagai berikut.1. Pemungutan suara di Provinsi Papua tidak dapat dilaksanakan secara serentak

pada tanggal 9 April 2009 karena keterlambatan distribusi logistik dan Pemilu baru dapat dilaksanakan pada tanggal 12 April 2009.

2. Pelaksanaan pemilihan umum di 51 distrik Kabupaten Yahukimo yang tidak dilaksanakan sesuai dengan UU Nomor 10 Tahun 2008 karena dilakukan tidak dengan cara pencontrengan pada surat suara, melainkan dilakukan penentuan suara dengan cara “kesepakatan warga” atau “aklamasi” oleh setiap perwakilan kelompok masyarakat, dan hasilnya tetap dimasukkan ke dalam rekapitulasi hasil

615-704.indd 664 9/24/10 11:12:30 AM

Page 687: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

665Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPD Provinsi Tahun 2009

penghitungan suara yang dilaksanakan pada tanggal 6 Mei 2009 di KPU Provinsi Papua, akan tetapi Mahkamah berpendapat pemilihan umum dengan “kesepakatan warga” atau “ aklamasi” tersebut merupakan model pemilihan yang sesuai dengan budaya dan adat setempat yang harus dipahami dan dihormati.Mahkamah berpendapat bahwa pemilihan umum di Kabupaten Yahukimo tidak

diselenggarakan berdasarkan UU 10/2008 karena tidak dilakukan dengan cara pencontrengan surat suara, melainkan dengan “kesepakatan warga” atau “aklamasi” dan hasilnya tetap dimasukkan ke dalam rekapitulasi hasil penghitungan suara yang dilaksanakan pada tanggal 6 Mei 2009 di KPU Provinsi Papua. Hal tersebut disebabkan dalam penyelenggaraan pemilihan umum dengan cara atau sistem “kesepakatan warga” atau “aklamasi” harus dapat dipahami dan dihargai sebagai nilai budaya yang hidup di kalangan masyarakat Papua yang khas.

Lebih lanjut Mahkamah juga berpendapat, bahwa apabila dilakukan pemaksaan pada pelaksanaan Pemilu yang didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, dikhawatirkan dapat menimbulkan konflik di antara kelompok-kelompokmasyarakat setempat. Untuk itu sebaiknya mereka tidak dilibatkan/dibawa ke sistem persaingan/perpecahan di dalam dan antarkelompok yang dapat mengganggu harmoni yang telah dihayati oleh masyarakat setempat. Penerimaan atas cara yang realistis tersebut tentunya harus dapat dilaksanakan dengan baik oleh penyelenggara atau panitia Pemilu. Akan tetapi dalam kasus a quo, Mahkamah menilai KPU Kabupaten Yahukimo telah melakukan pelanggaran hukum secara terstruktur dan masif.

Berdasarkan penilaian fakta hukum di atas, Mahkamah menyatakan dalam Putusan Sela sebagai berikut:− Memerintahkan kepada Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Yahukimo untuk

melaksanakan pemungutan suara ulang pemilihan umum Calon Anggota Dewan Perwakilan Daerah pada distrik-distrik yang ada di Distrik Ninia, Distrik Holuwon, Distrik Soba, Distrik Kayo, Distrik Hilipuk, Distrik Soboham, Distrik Kwikma, Distrik Kabianggema, Distrik Lolat, Distrik Soloikma, Distrik Duram, Distrik Korupun, Distrik Sela, Distrik Kwelamdua, Distrik Langda, Distrik Bomela, Distrik S’mtamon, Distrik Dekai, Distrik Sumo, Distrik Obio, Distrik Sedara, Distrik Anggruk, Distrik Walma, Distrik Pronggoli, Distrik Panggema, Distrik Ubahak, Distrik Yuhuliambut, Distrik Kosarek, Distrik Nipsan, Distrik Talambo, Distrik Endomen, Distrik Fuldama, Distrik Kona, Distrik Dirwemna, Distrik Nalca, Distrik Ubalihi, dan Distrik Hereapini dalam waktupaling lama90hari sejakPutusandiucapkan;

− Memerintahkan kepada Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Yahukimo untuk melaksanakan penghitungan suara ulang pemilihan umum Calon Anggota Dewan Perwakilan Daerah pada Distrik Kurima, Distrik Tangma, Distrik Yogosem, Distrik Werima, Distrik Pasema, Distrik Samenage, Distrik Silimo, Distrik Hogio, Distrik Amuma, Distrik Musaik, Distrik Suru-Suru dan Distrik Wusama dalam waktu paling lambat 60 hari sejak Putusan diucapkan.

615-704.indd 665 9/24/10 11:12:30 AM

Page 688: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

666 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

− Memerintahkan kepada Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Yahukimo untuk melaporkan penetapan hasil pemungutan suara ulang dan penghitungan suara ulang tersebut kepada Mahkamah Konstitusi paling lambat dalam tenggat yang ditetapkan dalam amar putusan ini.

− Menangguhkan berlakunya Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN 2009 tentang Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, sepanjang menyangkut hasil penghitungan suara calon Anggota Dewan Perwakilan Daerah di Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua.Setelah menerima hasil pelaksanan putusan Mahkamah Konstitusi terkait dengan

pemungutan suara ulang dan penghitungan suara ulang di beberapa distrik di Kabupaten Yahukimo yang disampaikan oleh Termohon (Komisi Pemilihan Umum), Turut Termohon I (Komisi Pemilihan Umum Provinsi Papua), dan Turut Termohon II (Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Yahukimo) sebagaimana termuat dalam Surat Komisi Pemilihan Umum Nomor 1511/KPU/IX/2009 bertanggal 29 September 2009 perihal Laporan Hasil Pelaksanaan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 47-81/PHPU.A-VII/2009, pada Putusan Akhir Mahkamah menyatakan sebagai berikut.• Mengabulkan permohonan Pemohon I.• Menolak permohonan Pemohon II.• Menetapkan perolehan suara yang benar berdasarkan hasil pemungutan suara ulang

dan penghitungan ulang untuk calon anggota Dewan Perwakilan Daerah Provinsi Papua, peserta pemilihan umum Tahun 2009 di Kabupaten Yahukimo adalah sebagai berikut: 1). Albert Melianus Pugu sebanyak 15 suara, 2). Annie Numberi sebanyak 3.268 suara, 3). Billy Wilhelmus Jamlean sebanyak 0 suara. 4). Ferdinanda W.Ibo Yatipay sebanyak 778 suara, 5). Hasbi Suaib, S.T sebanyak 24 suara, 6). Herlina Murib sebanyak 63 suara, 7). Hendrik S.Korwa, SIP sebanyak 0 suara, 8). Marcus Louis Zonggonao, BA sebanyak 15 suara, 9). Paulus Yohanes Sumino sebanyak 130.950 suara, 10). Pdt.Elion Numberi, S.Th sebanyak 58.980 suara, 11). Sitor Simbolon, SH sebanyak 0 suara, 12). Sofia S. Monim, SH sebanyak 0 suara,

13). Tery J.Anpon Asmuruf, SH sebanyak 13 suara, 14). Toni Tesar sebanyak 19.847 suara, 15). Y.T.L Palitin sebanyak 3 suara.

615-704.indd 666 9/24/10 11:12:30 AM

Page 689: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

667Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPD Provinsi Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 48/PHPU.A-VII/2009

TENTANGKEBERATAN CALON ANGGOTA DPD PROVINSI JAMBI TERHADAP

PENETAPAN HASIL PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPD PROVINSI JAMBI

Pemohon : H. Abubakar Jamalia.Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum

Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, `dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009, untuk penetapan Anggota DPD terpilih dari Provinsi Jambi.

Amar Putusan : Menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya.Tanggal Putusan : Selasa, 16 Juni 2009.Ikhtisar Putusan :

Pemohon adalah H. Abubakar Jamalia, calon Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Provinsi Jambi dengan Nomor Urut 2. Pemohon keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 bertanggal 9 Mei 2009 yang diumumkan pada hari Sabtu tanggal 9 Mei 2009 untuk Provinsi Jambi.

Terkait kewenangan Mahkamah berdasarkan pada ketentuan Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

615-704.indd 667 9/24/10 11:12:30 AM

Page 690: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

668 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) juncto Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman bahwa salah satu kewenangan konstitusional Mahkamah adalah memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum. Oleh karena permohonan Pemohon adalah sengketa penetapan hasil Pemilu yang dilakukan secara nasional oleh Termohon (KPU) yang mempengaruhi terpilihnya anggota DPD, maka Mahkamah berwenang memeriksa, mengadili dan memutus permohonan Pemohon.

Terkait dengan kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, Pemohon adalah perorangan warga negara Indonesia peserta Pemilu Calon Anggota DPD Provinsi Jambi, maka Pemohon mempunyai kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan.

Terkait dengan tenggang waktu pengajuan permohonan, Termohon (KPU) dengan Keputusan KPU 255/2009 tanggal 9 Mei 2009 jam 23.50 WIB telah menetapkan hasil Pemilu secara nasional, sedangkan permohonan Pemohon diajukan ke Mahkamah pada tanggal 12 Mei 2009, jam 18.23 WIB, berdasarkan Akta Penerimaan Berkas Permohonan Nomor 87/PAN.MK/2009 yang kemudian diregistrasi pada tanggal 13 Mei 2009 dengan Nomor 48/PHPU.A-VII/2009, sehingga pengajuan permohonan Pemohon masih dalam tenggang waktu yang ditentukan.

Mahkamah mempertimbangkan terhadap Eksepsi Termohon menyangkut permohonan Pemohon prematuer, menurut Mahkamah karena yang menjadi dasar permohonan Pemohon adalah pembongkaran kotak suara yang bermuara terjadinya penggelembungan suara pada pihak tertentu, di mana hal tersebut adalah dikategorikan tindak pidana pembuatan surat palsu atau perbuatan memasukkan keterangan palsu ke dalam akta otentik.

Dalampemeriksaanbukti,Mahkamahtidakmenemukanselisihsuarayangsignifikansebagaimana yang didalilkan oleh Pemohon. Terhadap perbedaan angka perolehan yang diakibatkan oleh terjadinya perubahan penulisan, pencoretan, ataupun penghapusan pada kedua alat bukti surat Pemohon P-12 maupun bukti surat Turut Termohon II T.T-2.12, menurut Mahkamah alasan Pemohon tidak beralasan.

Terhadap dalil Pemohon yang menyatakan ditemukan tulisan dan tinta yang sama pada Formulir Model C-1 DPR-DPD di 4 TPS yaitu, namun Mahkamah tidak menemukan adanya tulisan, tinta dimaksud.Terhadap dalil ditemukannya tulisan jumlah suara yang di tipp-ex pada Formulir Model C-1 di TPS 1 Desa Kembang Paseban, ternyata justru tanda tipp-ex diketemukan pada bukti Pemohon.

Terhadap dalil pembongkaran kotak suara yang dilakukan oleh Mukhlis, S.Ag. anggota KPU Batanghari pada Kecamatan Mersam Kabupaten Batanghari, Mahkamah berpendapat dalil-dalil Pemohon telah terbantahkan dan karenanya harus dikesampingkan.

Menurut Mahkamah, telah ternyata seluruh dalil-dalil permohonan Pemohon tidak terbukti.

615-704.indd 668 9/24/10 11:12:30 AM

Page 691: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

669Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPD Provinsi Tahun 2009

Berdasarkan pendapat di atas, Mahkamah menjatuhkan putusan dengan amar sebagai berikut.Dalam Eksepsi:Menyatakan eksepsi Termohon dan Turut Termohon tidak dapat diterima.Dalam Pokok Perkara:Menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya.

615-704.indd 669 9/24/10 11:12:30 AM

Page 692: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

670 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

615-704.indd 670 9/24/10 11:12:30 AM

Page 693: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

671Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPD Provinsi Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 52/PHPU.A-VII/2009

TENTANGKEBERATAN CALON ANGGOTA DPD SULAWESI TENGGARA TERHADAP

PENETAPAN HASIL PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPDPROVINSI SULAWESI TENGGARA TERPILIH

Pemohon : Safiuddin,S.Pd.,M.Pd.Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan

DPD.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor

255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009, untuk penetapan Anggota DPD terpilih dari Provinsi Sulawesi Tenggara.

Amar Putusan : Menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya.Tanggal Putusan : Senin, 8 Juni 2009.Ikhtisar Putusan :

Pemohon adalah Safiuddin, S.Pd., M.Pd. peserta pemilihan umum calonAnggotaDPD Provinsi Sulawesi Tenggara dengan Nomor Urut 56.

Pemohon mendalilkan bahwa perolehan suara Pemohon di Provinsi Sulawesi Tenggara sebanyak 71.972 suara, bukan 4.412 suara sebagaimana tercantum dalam Penetapan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD Tahun 2009 secara nasional dengan alasan perolehan suara Pemohon di empat kabupaten sebanyak 70.709 suara, masing-masing di Kabupaten Buton sebanyak 15.152 suara,

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

615-704.indd 671 9/24/10 11:12:30 AM

Page 694: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

672 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Kabupaten Wakatobi sebanyak 29.121 suara, Kabupaten Buton Utara sebanyak 14.334 suara, dan Kota Bau-Bau sebanyak 12.102 suara.

Termohon dalam eksepsinya meminta kepada Mahkamah untuk menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya atau menyatakan permohonan Pemohon tidak dapat diterima dengan alasan seluruh dalil Pemohon tidak sah dan tidak berdasar.

Terhadap Eksepsi Termohon dan dalil Pemohon, Mahkamah berpendapat baik posita maupun petitum Pemohon telah rinci dan jelas, sedangkan objectum litis permohonan adalah sesuai ketentuan Undang-Undang dan PMK Nomor 16 Tahun 2009, karenanya Eksepsi Temohon tidak beralasan hukum, karenanya harus dikesampingkan.

Terhadap pokok permohonan, Mahkamah menemukan fakta hukum sebagai berikut:- berdasarkan Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN 2009 bertanggal 9 Mei

2009, Pemohon selaku calon Anggota Dewan Perwakilan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggaramendapatkanperolehan suara4.412 (BuktiP-5);

- Pemohon mendalilkan memperoleh sebesar 71.972 suara yang didasarkan pada Formulir C-1 DPD di Kabupaten Wakatobi sebesar 29.121 suara, Kabupaten Buton sebesar 15.152 suara, Kabupaten Buton Utara sebesar 14.334 suara, Kota Bau-Bau sebesar 12.102 suara, dandi kabupaten/kota lainnya sebesar 1.263 suara;

- berdasarkan fakta bukti-bukti surat pada butir 2 di atas, Pemohon tidak dapat menunjukkan secara jelas di TPS-TPS mana serta perolehan suara di PPK mana Pemohonmemperoleh71.972 suara;

- khusus Bukti P-11 yang diajukan Pemohon berupa Model C-1 DPR-DPD tentang Sertifikat Hasil Penghitungan Suara di TPS Pemilihan UmumAnggota DPR danDPD Tahun 2009, tidak tertulis nama TPS, Desa/Kelurahan, dan Kecamatan, melainkan hanya menunjuk Kabupaten Wakatobi; begitu juga tidak menyebutperolehan suara calon Anggota DPD lainnya, melainkan hanya menyebutkan perolehan suara Pemohon saja sehingga Bukti P-11 tidak valid dan tidak dapat diterima keabsahannya.Mahkamah berpendapat bahwa Pemohon tidak dapat membuktikan dalil

permohonannya, karenanya permohonan Pemohon tidak berdasar hukum sehingga harus dikesampingkan.

Mahkamah dalam amar putusannya menyatakan sebagai berikut.Dalam Eksepsi:Menyatakan eksepsi Termohon tidak dapat diterima.Dalam Pokok Perkara:Menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya.

615-704.indd 672 9/24/10 11:12:30 AM

Page 695: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

673Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPD Provinsi Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 53/PHPU.A–VII/2009

TENTANGKEBERATAN CALON ANGGOTA DPD PROVINSI SULAWESI BARAT TERHADAP

PENETAPAN HASIL PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPDPROVINSI SULAWESI BARAT TERPILIH

Pemohon : Salahuddin SR Sampetoding.Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor

255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009, untuk penetapan Anggota DPD terpilih dari Provinsi Sulawesi Barat.

Amar Putusan : Dalam Eksepsi: Menyatakan Eksepsi Termohon dan Turut Termohon tidak dapat

diterima. Dalam Pokok Permohonan: Menyatakan permohonan Pemohon ditolak untuk seluruhnya.Tanggal Putusan : Kamis, 11 Juni 2009.Ikhtisar Putusan :

Pemohon adalah Salahuddin SR Sampetoding, calon Anggota DPD Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) Nomor Urut 24.

Pemohon berkeberatan terhadap penetapan hasil Pemilu yang dilakukan secara nasional oleh KPU berdasarkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN 2009 tertanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan Hasil Pemilu Anggota

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

615-704.indd 673 9/24/10 11:12:30 AM

Page 696: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

674 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilu 2009 untuk penetapan anggota DPD dari daerah pemilihan (Dapil) Provinsi Sulawesi Barat.

Pemohon mendalilkan dirinya telah kehilangan sebanyak 39.820 suara, karena manipulasi di sejumlah TPS, meskipun tidak disebutkan di TPS mana hal itu terjadi. Menurutnya, seluruh suara yang diperoleh seharusnya 49.917 suara. Sedangkan KPU menetapkan perolehan suara Pemohon sebanyak 10.097 suara. Pemohon mengatakan, jika permohonan ini dikabulkan, Pemohon akan naik ke peringkat 1 dari sebelumnya peringkat 22 dalam perolehan suara calon Anggota DPD Provinsi Sulawesi Barat.

Terkait dengan kewenangan Mahkamah, Pasal 24C ayat (1) UUD 1945, Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) juncto Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman menentukan bahwa salah satu kewenangan konstitusional Mahkamah adalah memutus perselisihan tentang hasil Pemilu. Karena permohonan Pemohon adalah perselisihan terhadap Penetapan Hasil Pemilihan Umum yang dilakukan secara nasional oleh KPU berdasarkan Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN 2009, maka Mahkamah berwenang memeriksa perkara ini.

Terkait dengan kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, Mahkamah mempertimbangkan berdasarkan Pasal 74 ayat (1) dan ayat (2) UU MK, dan Pasal 3 huruf a dan huruf b PMK 16/2009, Pemohon adalah calon Anggota DPD Provinsi Sulawesi Barat, peserta Pemilu Anggota DPD Provinsi Sulawesi Barat dengan Nomor Urut 24. Berdasarkan hal tersebut, Mahkamah berpendapat Pemohon telah memenuhi syarat kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan.

Terkait dengan tenggang waktu pengajuan permohonan, Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN 2009 diumumkan pada tanggal 9 Mei 2009 pukul 23.50 WIB, sedangkan permohonan Pemohon diajukan ke Mahkamah pada tanggal 12 Mei 2009 pukul 22.50 WIB, berdasarkan Akta Penerimaan Berkas Permohonan Nomor 129/PAN.MK/2009 yang kemudian diregistrasi pada tanggal tanggal 13 Mei 2009 pukul 20.20 WIB, sehingga berdasarkan Pasal 74 ayat (3) UU MK juncto Pasal 6 ayat (1) PMK 16/2009, pengajuan permohonan ini masih dalam tenggang waktu yang ditentukan.

Termohon dan Turut Termohon dalam eksepsinya berkaitan dengan: (i) permohonan keberatanPemohondiajukanlewatdaritenggangwaktuyangditentukan;(ii)permohonankabur (obscuur libel).

Terhadap keberatan sepanjang mengenai tenggang waktu pengajuan permohonan Pemohon, Mahkamah berpendapat merujuk pada pertimbangan bahwa permohonan keberatan Pemohon masih dalam tenggang waktu yang ditentukan, sehingga eksepsi Termohon dan Turut Termohon harus dikesampingkan. Mengenai eksepsi tentang permohonan kabur (obscuur libel) yang diajukan oleh Termohon dan Turut Termohon, menurut Mahkamah tidak beralasan hukum karena sudah berkaitan dengan pokok permohonan.

615-704.indd 674 9/24/10 11:12:30 AM

Page 697: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

675Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPD Provinsi Tahun 2009

Terhadap pokok permohonan Pemohon, Mahkamah setelah meneliti dengan saksama bukti-bukti dan keterangan saksi-saksi Pemohon serta jawaban Termohon, menilai bahwa Pemohon dalam persidangan tidak berhasil membuktikan dan meyakinkan adanya kesalahan dan kekeliruan yang cukup dan sah menurut hukum dalam penghitungan suara Pemilu DPD Tahun 2009 di Provinsi Sulawesi Barat.

Alat bukti tulisan yang diajukan terkait dengan pokok permohonan hanyalah Rekapitulasi Hasil Perolehan Suara yang disusun saksi-saksi Pemohon, berupa rekapitulasi yang di bawahnya dibubuhi tanda tangan saksi dan tanpa nama penandatangan. Selain itu, pada bagian “mengetahui KA. TPS/PPS/PPK” terdapat tanda tangan dan tanpa nama penandatangan, walau terdapat stempel yang bertuliskan “kelompok penyelenggara pemungutan suara” (Bukti P-9 sampai dengan Bukti P-11). Sehubungan dengan adanya stempel tersebut, Turut Termohon dalam kesimpulannya menyatakan bahwa stempel KPPS pada seluruh alat bukti tulisan tersebut tidak benar. Menurut Turut Termohon, seluruh KPPS di Kabupaten Mamasa, Kabupaten Polman, Kabupaten Majene, dan Kabupaten Mamuju Utara tidak ada yang memakai stempel, karena selain tidak ada aturannya juga tidak tersedia anggaran untuk pembuatan stempel pada tingkat KPPS. Dengan demikian, bukti-bukti tulisan yang terkait dengan pokok permohonan berupa rekapitulasi yang diajukan Pemohon bukanlah bukti yang sah dan bernilai hukum.

Saksi-saksi yang diajukan Pemohon dalam persidangan, yaitu Andi Muchlis Djubaer, M. Syahrir, Daniel T. Solon, S.S., dan Nasparuddin bukanlah saksi mandat dalam penghitungan suara melainkan merupakan koordinator saksi-saksi mandat dari berbagai kabupaten. Dengan kata lain, keempat saksi tersebut, berdasarkan pengakuan mereka, menerima laporan dari saksi-saksi mandat yang berarti hanya mendengar dari pihak lain, tidak mengalami sendiri, kemudian keempat saksi tersebut menyusun Rekapitulasi Hasil Perolehan Suara versi Pemohon, padahal saksi yang dapat dipertimbangkan oleh Mahkamah terkait dengan pokok permohonan adalah saksi mandat yang telah mengikuti dan menyaksikan rekapitulasi penghitungan suara. Selain itu, terdapat saksi Basri Nawir yang tidak memberikan kesaksian terkait dengan pokok permohonan.

Mahkamah menilai Pemohon tidak berhasil membuktikan dan meyakinkan adanya kesalahan dan kekeliruan yang cukup dan sah menurut hukum dalam penghitungan suara Pemilu DPD Tahun 2009 di Provinsi Sulawesi Barat sebagaimana didalilkan. Oleh karenanya, Mahkamah berpendapat, permohonan Pemohon tidak beralasan hukum.

Berdasarkan pertimbangan di atas Mahkamah dalam amar putusan menyatakan Eksepsi Termohon dan Turut Termohon tidak dapat diterima. Dalam pokok permohonan, Mahkamah menyatakan permohonan Pemohon ditolak untuk seluruhnya dan menyatakan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota Secara Nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 bertanggal 9 Mei 2009 sepanjang hasil pemilihan umum anggota Dewan Perwakilan Daerah Daerah Pemilihan Provinsi Sulawesi Barat adalah sah menurut hukum.

615-704.indd 675 9/24/10 11:12:30 AM

Page 698: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

676 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

615-704.indd 676 9/24/10 11:12:30 AM

Page 699: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

677Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPD Provinsi Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 55/PHPU.A–VII/2009

TENTANGKEBERATAN CALON ANGGOTA DPD BANTEN TERHADAP

PENETAPAN HASIL PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPDPROVINSI BANTEN TERPILIH

Pemohon : Humaedi Hasan.Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan

DPRD.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum

Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009, untuk penetapan Anggota DPD terpilih dari Provinsi Banten.

Amar Putusan : Menyatakan menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya.Tanggal Putusan : Jumat, 12 Juni 2009.Ikhtisar Putusan :

Pemohon Humaedi Hasan, adalah Calon Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dari Provinsi Banten dengan Nomor Urut 31.

Pemohon keberatan terhadap Keputusan Termohon, yakni Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 (Keputusan KPU 255/2009), untuk DPD Provinsi Banten.

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

615-704.indd 677 9/24/10 11:12:30 AM

Page 700: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

678 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Terkait dengan kewenangan Mahkamah, Pasal 24C ayat (1) UUD 1945, Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) juncto Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman menentukan bahwa salah satu kewenangan konstitusional Mahkamah adalah memutus perselisihan tentang hasil Pemilu. Karena permohonan Pemohon adalah sengketa penetapan hasil Pemilu yang dilakukan secara nasional oleh KPU yang mempengaruhi terpilihnya anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dari Provinsi Banten, maka Mahkamah berwenang untuk memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan tersebut.

Terkait dengan kedudukan hukum (legal standing), Pasal 74 ayat (1) UU MK dan Pasal 3 ayat (1) huruf a Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (PMK 16/2009) menentukan bahwa salah satu Pemohon dalam perselisihan hasil Pemilu adalah perseorangan warga negara Indonesia Calon Anggota DPD peserta Pemilu. Pemohon adalah perorangan warga negara Indonesia yang menjadi Calon Anggota DPD daerah pemilihan Provinsi Banten dengan Nomor Urut 31. Dengan demikian, Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan.

Terkait dengan tenggang waktu pengajuan permohonan, Pemohon mengajukan permohonan ke Mahkamah pada tanggal 12 Mei 2009 jam 20.40 WIB. Adapun Termohon mengumumkan Keputusan KPU 255/2009 pada tanggal 9 Mei 2009 jam 23.50 WIB. Pengajuan permohonan Pemohon masih dalam tenggang waktu yang ditentukan oleh Pasal 259 ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yakni 3 x 24 jam sejak KPU mengumumkan penetapan perolehan suara hasil Pemilu secara nasional.

Pemohon keberatan terhadap Keputusan KPU 255/2009 karena menetapkan Pemohon sebagai Calon Anggota DPD Provinsi Banten memperoleh 107.767 suara. Pemohon berpendapat hasil perolehan suara tersebut salah karena pertama, nomor urut peserta Pemilu DPD tertukar. Kedua, adanya pencatatan perolehan suara yang berbeda antara perolehan pencatatan pada Formulir Model C-1 DPD tingkat Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) dan Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK). Karena kesalahan tersebut, perolehan suara Pemohon dirugikan sebanyak 29,08% dari total perolehan suara Pemohon sebanyak 107.767 suara. Atas dasar itu, Pemohon berpendapat semestinya memperoleh 138.501 suara sehingga menempati urutan ketiga dan terpilih sebagai Calon Anggota DPD Provinsi Banten.

Mahkamah menemukan fakta hukum bahwa kehilangan suara yang didalilkan Pemohon adalah sebesar 30.734 suara. Angka ini diperoleh berdasarkan penghitungan perolehan suara menurut versi Pemohon sebesar 138.501 suara dikurangi perolehan suara menurut versi Termohon sebesar 107.767 suara, menjadi sebesar 30.734 suara.

615-704.indd 678 9/24/10 11:12:30 AM

Page 701: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

679Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPD Provinsi Tahun 2009

Angka ini persis sama dengan perolehan suara Calon Anggota DPD Banten Nomor Urut 30 bernama dr. Feri Ferdiansyah.

Mahkamah berpendapat meskipun dr. Feri Ferdiansyah yang memperoleh 30.734 suara telah didiskualifikasi oleh KPU Provinsi Banten, namun tidak berarti perolehansuaranya beralih menjadi perolehan suara Pemohon. Mahkamah juga berpendapat bahwa dalil Pemohon yang menyatakan tertukarnya nomor urut Pemohon menyebabkan kesalahan penjumlahan perolehan suara Pemohon tidaklah beralasan. Hal ini didasari keterangan saksi Turut Termohon 2 (KPU Kabupaten Serang) bernama Daris Swantana dan Sirojudin, S.Pd.,M.Pd, yang menerangkan bahwa ketika rekapitulasi suara oleh PPK, perolehan suara yang ditulis pada surat suara plano tidak hanya nomor urut, tetapi juga nama Calon Anggota DPD.

Selanjutnya Mahkamah berpendapat bahwa surat suara Pemilu Anggota DPD Provinsi Banten selain diberi nomor urut juga ada nama dan gambar/foto masing-masing Calon Anggota DPD, sehingga nomor urut berapa pun yang terletak dalam gambar/foto yang bersangkutan tidak masalah karena para pemilih menentukan pilihannya sesuai dengan nama dan gambar/foto Calon Anggota DPD, bukan pada nomor urut Calon Anggota DPD.

Mahkamah menilai bahwa Pemohon tidak berhasil membuktikan dalil-dalil permohonannya sehingga Mahkamah menjatuhkan amar putusan dengan menyatakan menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya.

615-704.indd 679 9/24/10 11:12:30 AM

Page 702: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

680 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

615-704.indd 680 9/24/10 11:12:30 AM

Page 703: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

681Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPD Provinsi Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 56/PHPU.A-VII/2009

TENTANGKEBERATAN CALON ANGGOTA DPD SUMATERA UTARA TERHADAP

PENETAPAN HASIL PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPDPROVINSI SUMATRA UTARA

Pemohon : H. Yopie S. Batubara.Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan

DPRD.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor

255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009, untuk penetapan Anggota DPD terpilih dari Provinsi Sumatra Utara.

Amar Putusan : Menolak permohonan Pemohon.Tanggal Putusan : Senin, 15 Juni 2009.Ikhtisar Putusan :

Pemohon H. Yopie S. Batubara adalah calon Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) peserta Pemilihan Umum Tahun 2009 dari daerah pemilihan Provinsi Sumatera Utara, dengan nomor urut dalam kartu suara 38.

Pemohon berkeberatan terhadap Penetapan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009, yang diumumkan secara

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

615-704.indd 681 9/24/10 11:12:30 AM

Page 704: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

682 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

nasional pada hari Rabu tanggal 9 Mei 2009 pukul 11.52 WIB tentang Penetapan Hasil Penghitungan Suara Anggota DPD Periode Tahun 2009-2012 untuk Daerah Pemilihan Provinsi Sumatera Utara.

Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 dan Pasal 10 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) juncto Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, salah satu kewenangan konstitusional Mahkamah adalah memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum. Oleh karena permohonan Pemohon adalah sengketa penetapan hasil pemilihan umum yang dilakukan secara nasional oleh KPU yang mempengaruhi terpilihnya calon anggota Dewan Perwakilan Daerah, maka Mahkamah berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan a quo.

Pemohon adalah perorangan warga negara Indonesia calon anggota Dewan Perwakilan Daerah peserta Pemilihan Umum Tahun 2009, sehingga Mahkamah berpendapat Pemohon mempunyai kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan a quo.

Terhadap eksepsi Termohon sepanjang mengenai tenggang waktu pengajuan permohonan, Mahkamah berpendapat eksepsi Termohon sepanjang mengenai tenggang waktu harus dikesampingkan. Menyangkut eksepsi mengenai petitum penggantian antar waktu seluruh jajaran KPU Provinsi Sumatera Utara, Mahkamah dapat menyetujui keberatan Termohon, akan tetapi lebih jauh akan dipertimbangkan dalam pokok perkara, sehingga oleh karenanya eksepsi Termohon selebihnya harus dikesampingkan.

Pemohon mendalilkan keberatan terhadap Penetapan KPU Sumatera Utara Nomor 005-1843/KPU-SU tanggal 20 April 2009 tentang hasil pemilihan umum tahun 2009, yang diumumkan pada tanggal 30 April 2009 pukul 20.00 WIB, khususnya perolehan suara di Kabupaten Nias sejumlah 3.456 suara, karena menurut Pemohon seharusnya sejumlah 7.803 suara. Pemohon juga telah meminta Mahkamah untuk memerintahkan pergantian antar waktu KPU Provinsi Sumatera Utara, KPU Kabupaten/Kota dan PPK/PPS se-Sumatera Utara.

Petitum permohonan sepanjang mengenai pergantian antar waktu seluruh jajaran KPU se-Sumatera Utara, bukanlah merupakan objek perselisihan Pemilu yang menjadi kewenangan Mahkamah. Untuk alat bukti tertulis P-1 sampai dengan P-4 yang diajukan oleh Pemohon tidaklah cukup untuk menguatkan dalil-dalil permohonannya sepanjang mengenai perolehan angka, karena alat-alat bukti tersebut tidak menggambarkan kehilangan suara yang didalilkan, dan juga tidak menjelaskan perolehan suara Pemohon yang oleh Termohon/Turut Termohon dihitung secara tidak benar. Apabila suara Pemohon yang didalilkan hilang sejumlah 4.347 suara, di Kabupaten Nias dapat dibuktikan, jumlah tersebut tetap tidak signifikan untuk merubah peringkat perolehan suara Pemohonyang berada dalam urutan ke 8 dengan perolehan suara 194.655, dengan demikian

615-704.indd 682 9/24/10 11:12:30 AM

Page 705: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

683Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPD Provinsi Tahun 2009

selisih perolehan suara Pemohon dengan calon anggota DPD dalam peringkat keempat sejumlah 119.216 suara.

Mahkamah menjatuhkan amar putusan sebagai berikut.Dalam Eksepsi:Menyatakan eksepsi Termohon diterima untuk sebagian.Dalam Pokok Perkara:- Menyatakan permohonan Pemohon tentang pergantian antar waktu seluruh jajaran

Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara tidak dapat diterima.- Menolak permohonan Pemohon untuk selebihnya.

615-704.indd 683 9/24/10 11:12:31 AM

Page 706: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

684 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

615-704.indd 684 9/24/10 11:12:31 AM

Page 707: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

685Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPD Provinsi Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 62/PHPU.A-VII/2009

TENTANGKEBERATAN CALON ANGGOTA DPD PROVINSI JAWA TENGAH TERHADAP

PENETAPAN HASIL PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPDPROVINSI JAWA TENGAH TERPILIH

Pemohon : H.RM. Pupung Suharis, S.H., M.H.Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan

DPRD.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor

255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009, untuk penetapan Anggota DPD terpilih dari Provinsi Jawa Tengah.

Amar Putusan : Dalam Eksepsi: Mengabulkan Eksepsi Termohon dan Turut Termohon. Dalam Pokok Permohonan: Menyatakan permohonan Pemohon tidak dapat diterima.Tanggal Putusan : Rabu, 10 Juni 2009.Ikhtisar Putusan :

Pemohon adalah peserta Pemilu Calon Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) peserta Pemilu Tahun 2009 untuk Daerah Pemilihan Provinsi Jawa Tengah. Pemohon merasa keberatan terhadap Penetapan Komisi Pemilihan Umum Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, secara

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

615-704.indd 685 9/24/10 11:12:31 AM

Page 708: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

686 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

nasional yang diumumkan pada hari Sabtu tanggal 9 Mei 2009, pukul 23.50 WIB yang hasil penghitungannya adalah 14.448 suara.

Pemohon menganggap bahwa penghitungan suara tersebut tidak sesuai menurut penghitungan Pemohon, jumlah perolehan suara Pemohon adalan 30.061 suara.

Penghitungan suara yang menimbulkan kerugian bagi Pemohon, yaitu di wilayah KabupatenBrebeskhususnyadi3kecamatan,antara lainsebagaiberikut;KecamatanLosari Pemohon mendapat 7.100 suara, sedangkan menurut Rincian Perolehan Suara Partai Politik dan Calon Anggota Dewan Perwakilan Daerah dan Suara Tidak Sah di KPU Kabupaten/Kota Brebes, Daerah Pemilihan Dewan Perwakilan Daerah Jawa Tengah, Pemohon hanya memperoleh 753 suara; Kecamatan Bulukamba Pemohonmendapat 10.600 suara, sedangkan menurut Rincian Perolehan Suara Partai Politik dan Calon Anggota Dewan Perwakilan Daerah dan Suara Tidak Sah di KPU Kabupaten/Kota Brebes, Daerah Pemilihan Dewan Perwakilan Daerah Jawa Tengah, Pemohon hanyamemperoleh4.760suara;KecamatanWanasariPemohonmendapat4.200suara,sedangkan menurut Rincian Perolehan Suara Partai Politik dan Calon Anggota Dewan Perwakilan Daerah dan Suara Tidak Sah di KPU Kabupaten/Kota Brebes, Daerah Pemilihan Dewan Perwakilan Daerah Jawa Tengah, Pemohon hanya memperoleh 774 suara. Sehingga Pemohon kekurangan suara sebanyak 23.774 suara.

Dalam petitumnya Pemohon memohon kepada Mahkamah Konstitusi menjatuhkan putusan permohonan sebagai berikut: a. Membatalkan hasil penghitungan suara yang diumumkanolehTermohon;b.MemerintahkankepadaTermohonuntukmelakukanPemiluKhusus Anggota Dewan Perwakilan Daerah, di Daerah Pemilihan Jawa Tengah.

Mahkamah Konstitusi berpendapat bahwa permohonan Pemohon termasuk kewenangan Mahkamah berdasarkan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 juncto Pasal 10 ayat (1) huruf d juncto Pasal 74 dan Pasal 75 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi.

Terhadap permohonan Pemohon tersebut, Mahkamah Konstitusi menyatakan pendapatnya bahwa Pemohon memiliki kapasitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi, namun dalam perbaikan permohonannya serta bukti-bukti surat yang diajukan oleh Pemohon, tidak berakibat mempengaruhi terpilihnya Pemohon sebagai Calon Anggota Dewan Perwakilan Daerah Provinsi Jawa Tengah dan hanya menduduki peringkat 22.

Mahkamah Konstitusi berdasarkan pertimbangannya tersebut dan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003, menjatuhkan putusan yang amarnya sebagai berikut.Dalam Eksepsi:• Mengabulkan Eksepsi Termohon dan Turut Termohon.Dalam Pokok Permohonan:• MenyatakanpermohonanPemohon tidakdapat diterima.

615-704.indd 686 9/24/10 11:12:31 AM

Page 709: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

687Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPD Provinsi Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 69/PHPU.A-VII/2009

TENTANGKEBERATAN CALON ANGGOTA DPD PROVINSI MALUKU

TERHADAP PENETAPAN HASIL PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPDPROVINSI MALUKU TERPILIH

Pemohon : 1.Drs.NatanielElake,Msi.; 2. Thamrin Ely.Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan

DPRD.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN

2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD Tahun 2009 secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009, untuk penetapan Anggota DPD terpilih dari Provinsi Maluku.

Amar Putusan : Menolak permohonan Pemohon I dan Pemohon II untuk seluruhnya.

Tanggal Putusan : 13 Juni 2009.Ikhtisar Putusan :

Pemohon ialah peserta pemilihan umum calon Anggota DPD Provinsi Maluku Nomor Urut 22 dan Nomor Urut 23.

Pemohon I dan Pemohon II keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN 2009 bertanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009 yang meliputi.

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

615-704.indd 687 9/24/10 11:12:31 AM

Page 710: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

688 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Pemohon I1. Kabupaten Maluku Tengah Pemohon mendalilkan bahwa telah terjadi perpindahan suara (Pemohon I) di

Kabupaten Maluku Tengah kepada Calon Anggota DPD atas nama Drs. Hi. Husein Rahayaan yang terdiri dari 4 kecamatan yakni Kecamatan Seram Utara Barat sebanyak 1.430 suara, di Kecamatan Seram Utara sebanyak 1.265 suara, di Laihitu Barat sebanyak 463 suara dan di Kecamatan Saparua sebanyak 576 suara.

Mahkamah berpendapat karena Pemohon I tidak mengajukan bukti surat, maka Pemohon I secara hukum tidak dapat membuktikan dan karenanya dalil-dalil Pemohon I harus dikesampingkan.

2. Kabupaten Buru Pemohon mendalilkan telah terjadi perpindahan suara (Pemohon I) sebanyak 1.735

suara kepada Calon Anggota DPD atas nama Etha Aisyah Hentihu. Mahkamah berpendapat bukti surat Pemohon (PI-13) formulir rekapitulasi perincian

suara berdasarkan DB-1 DPD menunjukkan perpindahan suara ke Calon Anggota DPD atas nama Etha Aisyah Hentihu sejumlah 568 suara hal itu sama dengan bukti Turut Termohon (TTIII-9) ini berarti klaim perolehan Pemohon sebanyak 1.735 suara tidak didukung oleh bukti-bukti surat, begitu juga dengan saksi-saksi Pemohon tidak dapat menunjukkan secara jelas perolehan suara tersebut, sehingga dalil Pemohon I tidak terbukti terjadi perpindahan suara sebanyak 1.735. Dengan demikian bukti Pemohon I tidak dapat terima sebagai bukti yang valid.

3. Kabupaten Maluku Tenggara Barat Pemohon I mendalilkan telah terjadi perpindahan suara (Pemohon I) kepada Calon

Anggota DPD Nomor Urut 16 atas nama Jacob Jack Ospara sebanyak 4.247 suara di Kabupaten Maluku Tenggara Barat yang terdiri dari Kecamatan Tanimbar Selatan sebanyak 3.562 suara, Kecamatan Tanimbar Utara sebanyak 418 suara dan Kecamatan Selaru sebanyak 267 suara.

Mahkamah berpendapat bahwa Bukti PI-3, Bukti PI-20 dan Bukti PI-21 (Lampiran Model DB-1 DPD) baik sebelum maupun sesudah validasi di KPU Provinsi tidak dapat diterima sebagai bukti surat karena formulir yang dipakai merupakan hasil rekap Pemohon sendiri. Dengan demikian dalil Pemohon a quo harus dikesampingkan.

4. Kabupaten Seram Bagian Barat Pemohon I mendalilkan bahwa telah terjadi perpindahan suara (Pemohon I) sebanyak

11.692 suara kepada calon anggota DPD Jacob Jack Ospara Nomor Urut 16 yang terdiri atas 4 kecamatan masing-masing: Kecamatan Taniwel sebanyak 737 suara, Kecamatan Kairatu sebanyak 6.317 suara, Kecamatan Humual Belakang/Waisala sebanyak 1.621 suara dan Kecamatan Seram Barat sebanyak 3.017 suara.

Mahkamah berpendapat bahwa di antara kedua alat bukti tersebut, terdapat perbedaan jumlah suara, menurut Pemohon I 11.692 suara sedangkan menurut

615-704.indd 688 9/24/10 11:12:31 AM

Page 711: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

689Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPD Provinsi Tahun 2009

Turut Termohon IV 3.935 suara, sehingga ada selisih 7.757 suara. Oleh karena Bukti PI-8 dan Bukti PI-9 merupakan dokumen hasil rekap Pemohon I sendiri yang tidak sesuai dengan dokumen KPU maka bukti yang diajukan Pemohon I harus dikesampingkan karena tidak valid. Pemohon II

Pemohon II mendalilkan bahwa telah terjadi pengurangan suara Pemohon II di Kota Ambon, Kabupaten Maluku Tengah, Kabupaten Buru, dan Kabupaten Seram Bagian Barat sebanyak 30.329 suara.Mahkamah menilai bahwa Pemohon II tidak dapat menunjukkan bukti-bukti surat

yang jelas. Demikian pula, para Saksi Pemohon II tidak dapat menjelaskan di TPS-TPS mana saja dan di PPK mana saja serta kepada calon anggota DPD siapa suara-suara tersebut dipindahkan. Sehingga Termohon dan Turut Termohon menemui kesulitan untuk menjawab secara pasti karena Pemohon II hanya mendalilkan perpindahan suara sejumlah 30.329 tanpa menunjuk TPS, PPK, dan calon anggota DPD yang mendapatkan tambahan suara. Berdasarkan penilaian hukum tersebut, maka dalil-dalil Pemohon II tidak beralasan hukum dan karenanya harus dikesampingkan.

Dalam amar putusannya Mahkamah Konstitusi memutus sebagai berikut.Dalam Eksepsi:• MenyatakaneksepsiTermohon tidakdapat diterima.Dalam Pokok Permohonan:• MenolakpermohonanPemohon I danPemohon II untuk seluruhnya.

615-704.indd 689 9/24/10 11:12:31 AM

Page 712: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

690 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

615-704.indd 690 9/24/10 11:12:31 AM

Page 713: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

691Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPD Provinsi Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 76/PHPU.A-VII/2009

TENTANGKEBERATAN CALON ANGGOTA DPD KEPULAUAN RIAU TERHADAP

PENETAPAN HASIL PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPDPROVINSI KEPULAUAN RIAU TERPILIH

Pemohon : Atrice Ellen Manambe.Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan

DPRD.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum

Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009, sepanjang mengenai perolehan suara Pemohon sejumlah 35.127 suara yang menempatkan Pemohon di peringkat ke-5 (Penetapan Anggota DPD terpilih dari Provinsi Kepulauan Riau).

Amar Putusan : Dalam Eksepsi: Menyatakan Eksepsi Termohon ditolak. Dalam Pokok Perkara: Menyatakan permohonan Pemohon ditolak untuk seluruhnyaTanggal Putusan : Kamis, 11 Juni 2009.Ikhtisar Putusan :

Pemohon Atrice Ellen Manambe adalah perseorangan warga negara Indonesia calon Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Peserta Pemilihan Umum Anggota DPD Tahun 2009. Pemohon mengajukan keberatan terhadap Keputusan KPU Nomor 255/

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

615-704.indd 691 9/24/10 11:12:31 AM

Page 714: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

692 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009, karena telah secara keliru ditetapkan di peringkat ke-5 dengan perolehan suara sejumlah 35.127 suara.

Menurut Pemohon, seharusnya Pemohon memperoleh sejumlah 36.763 suara, sehingga menempati peringkat ke-4 perolehan suara Pemilihan Umum DPD Provinsi KepulauanRiau;danHardiSelamatHoodyangsebelumnyamenempatiperingkatke-4dengan perolehan suara sejumlah 36.636 suara beralih menjadi peringkat ke-5.

Mahkamah menilai bahwa Mahkamah memiliki kewenangan untuk memutus perkara perselisihan hasil pemilihan umum berdasarkan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 dan Pasal 10 ayat (1) UU Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi juncto Pasal 12 ayat (1) huruf d UU Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman.

Terkait dengan kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, Mahkamah dengan mendasarkan pada Pasal 74 ayat (1) dan ayat (2) UU MK juncto Pasal 258 ayat (1) UUNomor10Tahun2008 tentangPemilihanUmumAnggotaDPR,DPD, danDPRD;Pasal 5 huruf d PMK Nomor 16 Tahun 2009, menyatakan bahwa Pemohon memiliki kedudukan hukum untuk mengajukan permohonan dimaksud.

Terkait dengan tenggang waktu pengajuan permohonan, Mahkamah menilai pengajuan permohonan masih dalam tenggang waktu yang ditentukan karena Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 yang dipermasalahkan oleh Pemohon telah diumumkan pada Selasa, 12 Mei 2009, pukul 22.16 WIB; sementara permohonanPemohon diterima Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi pada Kamis, 14 Mei 2009, pukul 14.15 WIB.

Dalam pokok permohonannya, Pemohon mendalilkan kehilangan suara di TPS Kecamatan Sungai Beduk, Kecamatan Sekupang, Kecamatan Nongsa, dan Kecamatan Lubuk Baja.

Dalam eksepsinya, Termohon menyatakan bahwa permohonan Pemohon daluarsa dan permohonan Pemohon kabur (obscuur libel). Sementara dalam Pokok Perkara, Termohon menyatakan bahwa Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 telah dinyatakan sah sesuai dengan prosedur yang ditentukan dan mempunyai kekuatan hukum; dan dokumen Keputusan KPU a quo bersesuaian dengan pengaturan KUH Perdata Pasal 1870 yang mengatur bahwa akta otentik yang hanya dapat dibatalkan oleh bukti lawan berupa akta yang juga otentik.

Turut Termohon (KPU Provinsi Kepulauan Riau) menyampaikan keterangan yang pada pokoknya membantah dalil Pemohon.

Mahkamah menilai bahwa Pemohon tidak berhasil membuktikan dalil-dalil permohonannya, sehingga permohonan Pemohon tidak beralasan.

615-704.indd 692 9/24/10 11:12:31 AM

Page 715: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

693Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPD Provinsi Tahun 2009

Berdasarkan pertimbangan hukumnya, Mahkamah dalam amar putusannya menyatakan.Dalam Eksepsi: • MenyatakanEksepsiTermohonditolak.Dalam Pokok Perkara: • MenyatakanpermohonanPemohonditolak untuk seluruhnya.

615-704.indd 693 9/24/10 11:12:31 AM

Page 716: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

694 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

615-704.indd 694 9/24/10 11:12:31 AM

Page 717: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

695Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPD Provinsi Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 92/PHPU.A-VII/2009

TENTANGKEBERATAN CALON ANGGOTA DPD PROVINSI PAPUA TERHADAP

PENETAPAN HASIL PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPDPROVINSI PAPUA

Pemohon : Ny. Ferdinanada W. Ibo Yatipay.Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan

DPRD.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Penetapan Komisi Pemilihan Umum (KPU)

Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara Nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009, untuk Kabupaten, yakni di daerah pemilihan 1 Yahukimo, Kabupaten Tolikara, Kabupaten Mimika, dan Kabupaten Nabire.

Amar Putusan : Menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya.Tanggal Putusan : Selasa, 9 Juni 2009.Ikhtisar Putusan :

Pemohon adalah perorangan warga negara Indonesia calon Anggota Dewan Perwakilan Daerah dari Provinsi Papua dengan Nomor Urut ke-4.

Pemohon berkeberatan terhadap Penetapan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009, yang diumumkan secara nasional pada hari Rabu tanggal 9 Mei 2009 pukul 11.52 WIB tentang Penetapan Hasil Penghitungan Suara DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009-2012.

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

615-704.indd 695 9/24/10 11:12:31 AM

Page 718: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

696 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Berdasarkan ketentuan Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 10 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) juncto Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, salah satu kewenangan konstitusional Mahkamah adalah memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.

Pemohon mendalilkan bahwa karena Surat Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN 2009 yang diumumkan pada tanggal 9 Mei 2009 tidak mencantumkan peringkat ke-1, sehingga urutan peringkatnya dimulai dengan peringkat ke-2, dan seterusnya, yang menyebabkan peringkat Pemohon yang seharusnya berada pada peringkat ke-4 menjadi peringkat ke-5. Di samping itu Pemohon juga mendalilkan adanya pengurangan suara yang dilakukan oleh KPU Provinsi Papua sebanyak 31.809 suara di Kabupaten Paniai dan Kabupaten Dogiyai.

Mahkamah berpendapat bahwa berdasarkan pada bukti Pemohon (Bukti P-1) telah terbukti KPU secara administratif telah lalai dan kurang cermat dalam menyusun suatu keputusan berikut lampirannya dengan tidak menetapkan angka peringkat suara sah calon peringkat ke-1, sehingga Mahkamah menilai dalil Pemohon beralasan.

Mengenai perolehan suara Pemohon yang dilakukan oleh Turut Termohon KPU Provinsi Papua di Kabupaten Paniai dan Kabupaten Dogiyai, Mahkamah berpendapat bahwa berdasarkan bukti yang diajukan oleh Pemohon yakni Bukti P-3 dan Bukti P-5 tidak dapat dijadikan sebagai dasar adanya pengurangan suara karena nilai Bukti P-3 hanya berdasarkan data penghitungan perolehan suara dari Kepolisian yang bukan merupakan dokumen resmi yang dapat dijadikan sebagai alat bukti yang sah. Demikian pula Bukti P-5 tidak dapat diterima sebagai alat bukti yang sah menurut hukum karena merupakan dokumen surat tanpa tanggal yang diketahui dan ditandatangani oleh PPD.

Lebih lanjut, dari pemeriksaan pembuktian terhadap bukti Pemohon yakni Bukti P-4, Mahkamah berpendapat bahwa nilai bukti a quo tidak dapat diterima sebagai bukti yang sah menurut hukum karena Formulir DB-1 DPD yang diajukan Pemohon tidak sama dengan formulir resmi dari Termohon atau Turut Termohon. Lagi pula data-data perolehan suara yang ada dalam Formulir Bukti P-4 a quo berbeda, bahkan tidak mencantumkan jumlah suara tidak sah karenanya nilai Bukti P-4 a quo harus dikesampingkan. Dengan demikian, permohonan Pemohon tidak terbukti dan tidak beralasan hukum.

Berdasarkan pertimbangan atas fakta hukum di atas, Mahkamah dalam Amar Putusan menyatakan menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya.

615-704.indd 696 9/24/10 11:12:31 AM

Page 719: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

697Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPD Provinsi Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 96/PHPU.A-VII/2009

TENTANG KEBERATAN CALON ANGGOTA DPD PROVINSI JAWA TIMUR TERHADAP

PENETAPAN HASIL PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPDPROVINSI JAWA TIMUR

Pemohon : Abdul Jalil Latuconsina.Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan

DPRD.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor

255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional, untuk penetapan Anggota DPD terpilih dari Provinsi Jawa Timur.

Amar Putusan : Dalam Eksepsi: Menyatakan menolak Eksepsi Termohon dan Turut Termohon. Dalam Pokok Permohonan: Menyatakan menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya.Ikhtisar Putusan :

Pemohon adalah Abdul Jalil Latuconsina Calon Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) peserta Pemilu Tahun 2009 untuk Daerah Pemilihan Provinsi Jawa Timur dengan Nomor Urut 3, yang meliputi Daerah Pemilihan Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Sampang.

Pemohon mengajukan permohonan keberatan terhadap Penetapapan Komisi Pemilihan Umum Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

615-704.indd 697 9/24/10 11:12:31 AM

Page 720: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

698 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, secara nasional yang diumumkan pada hari Sabtu tanggal 9 Mei 2009 pukul 23.50 WIB yang hasil penghitungannya adalah 644.471 suara. Pemohon menganggap bahwa penghitungan suara tersebut tidak sesuai menurut penghitungan Pemohon, jumlah perolehan suara Pemohon adalah 741.763 suara. Penghitungan suara yang menimbulkan kerugian bagi Pemohon, yaitu di wilayah Kabupaten Bangkalan, dan Kabupaten Sampang. Pemohon meminta agar Mahkamah melihat rekapituasi KPU untuk Calon Anggota DPD Nomer 31, Nomor 16 dan Nomor 9 di Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Sampang untuk dibandingkan dengan distribusi suara kedua Calon Anggota DPD itu di Kabupaten/Kota lain di Jawa Timur. Pemohon mendalilkan perolehan suara Calon Anggota DPD Nomor 31, Nomor 16 dan Nomor 9 patut diduga diluar kewajaran. Perolehan 119 ribu suara, dan 135 ribu suara yang mereka peroleh dibandingkan dengan distribusi di daerah lain tidak seimbang, bahwa masalah ini perlu dikesampingkan karena Calon Anggota DPD Nomor 16 dan Nomor 9 tidak masuk dalam 4 besar atau 8 besar perolehan suara DPD maka Pemohon berpendapat bahwahal ini akanmenciderai proses demokrasi; dikarenakanandai saja suara tersebut tidak direkayasa dapat saja terjadi komposisi 4 besar akan berubah hasilnya.

Menurut UU Nomor 10 Tahun 2008 yang dikuatkan oleh Keputusan KPU Nomor 03 Tahun 2009 bahwa peserta Pemilu adalah Partai Politik dan perorangan makna ”Perorangan” adalah calon DPD, sehingga hak sosialisasi Calon Anggota DPD sama dengan hak partai. Pemohon melihat alat peraga sosialisasi Turut Termohon hanya dalam untuk Partai Politik saja, dan sosialisasi ”peserta Pemilu” menjadi kewajiban Turut Termohon (KPU) Provinsi Jawa Timur dalam hal ini tidak dapat menghindar dengan beralasan tidak ada dana, mengingat sosialisasi partai berjalan tetapi sosialisasi Calon Anggota DPD tidak dijalankan.

Menurut Mahkamah, berdasarkan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 juncto Pasal 10 ayat (1) huruf d juncto Pasal 74 dan Pasal 75 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi, Majelis Hakim berpendapat bahwa permohonan Pemohon termasuk kewenangan Mahkamah Konstitusi.

Mengenai klaim perolehan suara yang diajukan oleh Pemohon dan Pihak Terkait Didiek Prasetiyono dan Achmad Heri, sama sekali tidak didukung oleh alat-alat bukti yang sah dan meyakinkan, sehingga harus dinyatakan tidak beralasan secara hukum.

Mengenai dalil Pemohon dan Pihak Terkait Didiek Prasetiyono dan Achmat Heri tentang terjadinya pelanggaran Pemilu secara terstruktur dan masif di Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Sampang, dari keterangan saksi-saksi Joko Edi Abdurrahman danSyafii,Mahkamahberpendapat:a. bahwa hal tersebut menunjukkan bahwa para saksi yang diajukan oleh Pemohon

justru ikut terlibat atau melibatkan diri dalam perbuatan yang tidak terpuji dan melakukan pelanggaran Pemilu, yaitu ikut dalam proses transaksional secara

615-704.indd 698 9/24/10 11:12:31 AM

Page 721: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

699Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPD Provinsi Tahun 2009

individual dengan perseorangan atau oknum penyelenggara Pemilu, yakni jual beli suara yang melanggar prinsip jujur dalam Pemilu yang diamanatkan oleh Pasal 22Eayat (1)UUD1945danUU10/2008;

b. bahwa keterangan para saksi dan alat bukti surat yang diajukan oleh Pemohon sama sekali tidak dapat membuktikan secara sah dan meyakinkan adanya pelanggaran Pemilu yang bersifat terstruktur dan masif oleh Penyelenggara Pemilu, melainkan hanya merupakan dramatisasi pengalaman-pengalaman individual para saksi sebagaimana tersebut dalamuraianpadahuruf a di atas;

c. bahwa meskipun penyelenggaraan Pemilu belum sempurna dan belum memuaskan semua pihak, khususnya Pemilu di Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Sampang, adalah tidak pada tempatnya untuk melakukan stigmatisasi bahwa yang terjadi pada Pemilu dan Pemilukada yang lalu juga terjadi pada Pemilu sekarang, sehingga dengan mudah dan latah menyatakan bahwa penyelenggaraan Pemilu di dua tempat tersebut diwarnai dengan pelanggaran Pemilu yang bersifat terstruktur dan masif sehingga harus dilakukan pemungutan suara ulang.Berdasarkan uraian tersebut di atas dan terlepas dari kenyataan tidak dapat

dibuktikannya kesalahan penghitungan suara oleh Komisi Pemilihan Umum Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, secara nasional yang diumumkan pada hari Sabtu tanggal 9 Mei 2009 pukul 23.50 WIB. Maka semua dalil Pemohon dan Pihak Terkait Didiek Prasetiyono dan Achmad Heri tidak cukup beralasan dan tidak terbukti.

Mahkamah Konstitusi dalam amar putusannya menyatakan.Dalam Eksepsi:• MenyatakanmenolakEksepsiTermohondanTurut termohon.Dalam Pokok Permohonan:• MenyatakanmenolakpermohonanPemohonuntuk seluruhnya;• Menyatakan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN

2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilu 2009 tanggal 9 Mei 2009 sepanjang terkait dengan Hasil Pemilu Anggota DPD Provinsi Jawa Timur sah menurut hukum.

615-704.indd 699 9/24/10 11:12:31 AM

Page 722: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

700 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

615-704.indd 700 9/24/10 11:12:31 AM

Page 723: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

701Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPD Provinsi Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 97/PHPU.A-VII/2009

TENTANGKEBERATAN CALON ANGGOTA DPD PROVINSI RIAU TERHADAP

PENETAPAN HASIL PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPDPROVINSI RIAU

Pemohon : Andry Muslim.Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan

DPRD.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum

Nomor 255/Kpts/KPU/TAHUN 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009, sepanjang perolehan suara calon Anggota DPD Provinsi Riau.

Amar Putusan : Dalam Eksepsi: Menerima Eksepsi Termohon dan Turut Termohon. Dalam Pokok Perkara: Menyatakan permohonan Pemohon tidak dapat diterima.Tanggal Putusan : Kamis, 11 Juni 2009.Ikhtisar Putusan :

Pemohon Andry Muslim adalah perseorangan warga negara Indonesia calon Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Peserta Pemilihan Umum Anggota DPD Tahun 2009. Pemohon mengajukan keberatan terhadap Keputusan KPU Nomor 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tanggal 9 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

615-704.indd 701 9/24/10 11:12:31 AM

Page 724: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2009, sepanjang mengenai perolehan suara peserta pemilihan umum Anggota DPD Provinsi Kepulauan Riau.

Menurut Pemohon, pada hasil rekapitulasi penghitungan suara Anggota DPD Provinsi Riau yang dilakukan oleh KPU, terdapat indikasi penggelembungan suara sejumlah 14.130 suara. Indikasi penggelembungan suara tersebut dilihat dari adanya Formulir Model C-1 yang ditandatangani oleh KPPS, padahal dalam Formulir Model C-1 tersebut tidak ditulisi perolehan suara para calon Anggota DPD peserta Pemilu 2009. Salah satu Formulir Model C-1 yang ditandatangani oleh KPPS namun tidak ditulisi perolehan suara adalah Formulir C-1 dari TPS 65 Kelurahan Tangkerang Tengah, Kota Pekanbaru. Pemohon mengajukan Bukti P-1 sampai dengan Bukti P-6, serta menyerahkan fotokopi sembilan surat dukungan kepada Pemohon untuk mengajukan permohonan ke Mahkamah Konstitusi. Sembilan surat dukungan tersebut ditandatangani oleh Calon Anggota DPD Provinsi Riau atas nama Said Muhammad Ilyas; Wide Wirawaty, S.T.; Ir. MohamadAmin;MarbagaTampubolon; Khairuddin, S.HI.,M.Ag.; Ida BagiawatyRachman, S.H.;H.Haris Jumadi,S.E.,M.M.;GusmiyarRidwan,S.H.; danAmrilPiliang.

Termohon dalam eksepsinya menyatakan bahwa permohonan Pemohon kabur (obscuur libel) dan permohonan Pemohon bukan merupakan objek sengketa perselisihan hasil pemilihan umum. Sementara dalam Pokok Perkara, Termohon menyatakan bahwa Termohon sudah melaksanakan ketentuan yang ada, sehingga sepanjang Pemohon tidak dapat menunjukkan alat bukti resmi yang dikeluarkan oleh KPPS, PPK, KPU Kabupaten/Kota, dan/atau KPU Provinsi maka permohonan Pemohon harus ditolak.

Turut Termohon dalam eksepsinya menyatakan bahwa permohonan Pemohon adalah kabur (obscuur libel). Sedangkan dalam Pokok Permohonan, antara lain Turut Termohon membantah dalil Pemohon mengenai adanya Formulir Model C-1 yang ditandatangani KPPS namun tidak ditulisi perolehan suara anggota DPD Provinsi Riau.

Panitia Pengawas Pemilu Kota Pekanbaru (Ali Junaidi, S.H.) menyatakan bahwa Panwaslu belum mempelajari data yang diajukan sebagai alat bukti Pemohon. Panwaslu juga menyatakan bahwa tidak ada temuan apapun di lapangan terkait keberatan Pemohon.

Mahkamah berpendapat bahwa Eksepsi Termohon beralasan oleh karena Pemohon hanya mendalilkan adanya penggelembungan suara yang terjadi di Kabupaten Pelalawan dan Kota Pekanbaru, Provinsi Riau, dan sama sekali tidak menguraikan secara detail dalam posita dan petitum-nya perolehan suara Pemohon di Provinsi Riau yang secara salah ditetapkan oleh Termohon yang mengakibatkan kerugian pada Pemohon, serta tidak menguraikan jumlah perolehan suara yang benar menurut Pemohon. Oleh karenanya tanpa mempertimbangkan eksepsi selebihnya, Mahkamah berpendapat bahwa permohonan kabur dan tidak memenuhi syarat sebagai permohonan perselisihan hasil pemilihan umum.

615-704.indd 702 9/24/10 11:12:31 AM

Page 725: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

Berdasarkan pertimbangan hukumnya, Mahkamah dalam amar putusannya menyatakan sebagai berikut.Dalam Eksepsi:• MenyatakanmenerimaEksepsiTermohondanTurutTermohon.Dalam Pokok Perkara:• Menyatakanpermohonan Pemohon tidak dapat diterima.

615-704.indd 703 9/24/10 11:12:31 AM

Page 726: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

704 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

615-704.indd 704 9/24/10 11:12:31 AM

Page 727: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan UmumPresiden Tahun 2009

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

705-710.indd 705 9/24/10 11:14:40 AM

Page 728: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

706 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

705-710.indd 706 9/24/10 11:14:40 AM

Page 729: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

707Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Presiden Tahun 2009

IKHTISAR PUTUSANPERKARA NOMOR 108-109/PHPU.B-VII/2009

TENTANG KEBERATAN TERHADAP HASIL PEMILU

PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2009

Pemohon : 1. Perkara 108/PHPU.B-VII/2009 (Pemohon I) H.M. Jusuf Kalla dan H. Wiranto, S.H. 2. Perkara 109/PHPU.B-VII/2009 (Pemohon II) Hj. Diah Permata Megawati Setiawati Soekarnoputri dan H. Prabowo Subianto.Termohon : Komisi Pemilihan Umum (KPU).Jenis Perkara : Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil

Presiden.Pokok Perkara : Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor

365/Kpts/KPU/TAHUN 2009 tentang Penetapan Hasil Rekapitulasi Penghitungan Suara Dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia Tahun 2009

Amar Putusan : Dalam Eksepsi: Menyatakan Eksepsi Termohon dan Pihak Terkait tidak dapat

diterima. Dalam Pokok Perkara: Menolak permohonan Pemohon I dan Pemohon II untuk

seluruhnya.Tanggal Putusan : Rabu, 12 Agustus 2009.Ikhtisar Putusan :

Pemohon I adalah Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Nomor Urut 3 yakni Jusuf Kalla dan Wiranto. Pemohon II adalah Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Nomor Urut 1 yakni Megawati Soekarno Putri dan Prabowo Subianto.

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

705-710.indd 707 9/24/10 11:14:40 AM

Page 730: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

708 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

Pemohon I dan Pemohon II keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum yang menetapkan Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Nomor Urut 2 yakni Susilo Bambang Yudhoyono dan Budiono memperoleh 60,80% suara nasional.

Terkait kewenangan Mahkamah, Mahkamah berpendapat bahwa permohonan Pemohon I dan Pemohon II adalah mengenai keberatan atas Penetapan Hasil Pemilu Presiden dan Wakil Presiden yang diumumkan oleh Komisi Pemilihan Umum pada tanggal 25 Juli 2009 yang tertuang dalam Keputusan KPU Nomor 365/Kpts/KPU/Tahun 2009 bertanggal 25 Juli 2009 tentang Penetapan Hasil Rekapitulasi Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Dalam Pemilihan Umum Tahun 2009, sehingga prima facie merupakan kewenangan Mahkamah untuk memeriksa, mengadili, memutus permohonan a quo.

Mengenai kedudukan hukum (legal standing) para Pemohon, Mahkamah berpendapat bahwa Pemohon I dan Pemohon II memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohon a quo. Mahkamah mendasarkan pada ketentuan Pasal 74 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) dan Pasal 201 ayat (1) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden juncto Pasal 3 ayat (1) huruf a Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 17 tahun 2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden (PMK 17/2009) yang menentukan bahwa Pemohon adalah Calon Presiden dan Wakil Presiden Peserta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Mahkamah juga mendasarkan pada Keputusan KPU Nomor 296/Kpts/KPU/Tahun 2009 tentang Penetapan Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Peserta Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2009 tanggal 29 Mei 2009 dan Keputusan KPU Nomor 297/Kpts/KPU/Tahun 2009 tentang Penetapan Nomor Urut Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Menjadi Peserta Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2009.

Terkait tenggang waktu pengajuan permohonan, Pemohon I mengajukan permohonan pada hari Senin tanggal 27 Juli 2009 pukul 16.46 WIB, sedangkan Pemohon II mengajukan permohonan pada hari Selasa tanggal 28 Juli 2009 pukul 08.48 WIB sehingga permohonan para Pemohon masih berada dalam tenggang waktu yang ditentukan oleh Pasal 74 ayat (3) UU MK dan Pasal 201 ayat (1) UU 42/2008 beserta Penjelasannya juncto Pasal 5 ayat (1) PMK 17/2009 yaitu 3 X 24 jam sejak KPU menetapkan dan mengumumkan Hasil Pemilu Presiden dan Wakil Presiden secara nasional yakni hari Selasa tanggal 28 Juli 2009 pukul 10.22 WIB.

Dalil Pemohon didasari oleh alasan-alasan berikut:1. Komisi Pemilihan Umum lalai dalam menyusun Daftar Pemilih Tetap;2. Komisi Pemilihan Umum sengaja menghilangkan 69.000 Tempat Pemungutan Suara

yang berpotensi menghilangkan 34,5 juta suara pemilih;3. Komisi Pemilihan Umum melibatkan pihak asing yakni International Foundation for

Electoral System (IFES) dalam proses tabulasi nasional Pemilu Presiden;

705-710.indd 708 9/24/10 11:14:41 AM

Page 731: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

709Ikhtisar Putusan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Presiden Tahun 2009

4. adanya kecurangan dan pelanggaran yang bersifat massif, terstruktur, dan sistematis dalam Pemilu Presiden.Terhadap permohonan Pemohon, Termohon (Komisi Pemilihan Umum) dan Pihak

Terkait (Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Nomor Urut 2 yaitu Susilo Bambang Yudhoyono dan Budiono) mengajukan eksepsi sebagai berikut:1. Eksepsi tentang error in objecto, Mahkamah Konstitusi tidak berwenang untuk

memeriksa dan mengadili permohonan Pemohon. Karena permohonan berkaitan dengan hal-hal di luar penetapan suara hasil Pemilu Presiden dan Wakil Presiden tahun 2009;

2. Eksepsi tentang permohonan kabur (obscuur libel), karena permohonan tidak menjelaskan kabupaten/kota yang bermasalah dalam Pemilu;

3. Eksepsi tentang penggantian permohonan karena perbaikan permohonan Pemohon diubah dengan menambah objek sengketa.Terhadap Eksepsi Termohon, Mahkamah Konstitusi berpendapat sebagai berikut:

1. Mahkamah menilai eksepsi Termohon tentang error in objecto tidak beralasan hukum karena Mahkamah tidak hanya mengadili hasil penghitungan suara yang diperselisihkan, tetapi juga melihat pelanggaran-pelanggaran yang menyebabkan terjadinya perbedaan hasil penghitungan suara untuk menegakkan keadilan;

2. Mahkamah menilai eksepsi Termohon tentang obscuur libel tidak beralasan hukum karena Mahkamah Konstitusi tidak menemukan fakta yang menunjukkan bahwa permohonan obscuur libel;

3. Mahkamah menilai eksepsi Termohon tentang penggantian permohonan tidak beralasan hukum karena selama Termohon belum memberikan jawaban maka perbaikan permohonan diperkenankan. Lagi pula, dalam perkara ini dilakukan persidangan untuk pemeriksaan pendahuluan yang memperkenankan dilakukannya perbaikan permohonan.Terhadap dalil permohonan, Mahkamah Konstitusi berpendapat sebagai berikut:

1. Dalil Pemohon yang menyatakan bahwa bantuan IFES merupakan bentuk campur tangan pihak asing dalam penyelenggaraan Pemilu di Indonesia, menurut Mahkamah hanya sebatas dugaan yang tidak didukung oleh bukti-bukti yang meyakinkan. Oleh karena itu, dalil Pemohon tersebut tidak dapat dijadikan alasan bahwa Komisi Pemilihan Umum tidak netral. Dalil dimaksud tidak juga dapat membuktikan bahwa ada campur tangan pihak asing agar memenangkan pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden tertentu;

2. Penghilangan 69.000 Tempat Pemungutan Suara tidak serta merta menguntungkan salah satu Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden sehingga tidak dapat diklaim merugikan Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden lainnya;

3. Data yang digunakan oleh Komisi Pemilihan Umum untuk menentukan perolehan suara adalah daftar pemilih riil, bukan Daftar Pemilih Tetap yang bersumber dari

705-710.indd 709 9/24/10 11:14:41 AM

Page 732: Sinopsis_Iktisar Putusan MK

710 Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Tahun 2008-2009

softcopy. Tindakan Komisi Pemilihan Umum untuk mengubah Daftar Pemilih Tetap meskipun melampaui tenggang waktu yang ditentukan peraturan perundang-undangan namun didasari asas manfaat bagi seluruh pihak termasuk Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden, sehingga tindakan Komisi Pemilihan Umum tersebut memiliki alasan pembenar (rechtvaardigingsgronden);

4. Pemilu Presiden dan Wakil Presiden tahun 2009 ini memang terjadi beberapa kesalahan prosedur yang dilakukan Komisi Pemilihan Umum. Namun kesalahan-kesalahan tersebut bukan merupakan pelanggaran yang terstruktur, sistematis, dan masif. Kesalahan prosedur hanya bersifat teknis administratif yang dilakukan untuk memenuhi tuntutan para kontestan guna memberi manfaat maksimal serta membuka kesempatan bagi warga negara yang belum terdaftar sebagai pemilih dan untuk memaksimalisasi pemanfaatan daftar pemilih dalam Pemilu Presiden. Tidak ditemukan bukti-bukti yang cukup untuk menyatakan bahwa hasil Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2009 adalah cacat hukum dan tidak sah. Oleh karena itu untuk menegakkan keadilan substantif yang mendasari kepastian hukum, Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2009 adalah sah dengan catatan bahwa semua pelanggaran yang terjadi (meskipun tidak terstruktur, sistematis, dan masif) yang belum diproses secara hukum dapat diproses lebih lanjut melalui peradilan umum.Berdasarkan pendapat di atas, Mahkamah Konstitusi dalam amar putusannya

menyatakan sebagai berikut.- Dalam eksepsi Termohon dan Pihak Terkait, Mahkamah Konstitusi memutuskan

bahwa eksepsi Termohon dan Pihak Terkait tidak dapat diterima.- Dalam pokok perkara permohonan, Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa

permohonan Pemohon I dan Pemohon II ditolak untuk seluruhnya.

705-710.indd 710 9/24/10 11:14:41 AM