Sinopsis Rencana Penelitian

3
SINOPSIS RENCANA PENELITIAN FAKTOR RESIKO STUNTING PADA BALITA DI KOTA BOGOR Oleh : Andra Vidyarini Indonesia adalah negara berkembang yang memiliki berbagai masalah yang kompleks. Salah satu masalah yang mendapat perhatian adalah masalah gizi, yaitu gizi kurang atau malnutrisi. Malnutrisi merupakan dampak dari berbagai faktor yang dihasilkan oleh lingkungan sosial ekonomi yang tidak menguntungkan seperti kesulitan mendapatkan makanan, pengangguran yang menyebabkan pendapatan yang tidak tetap sebagi pencari nafkah, keterbatasan akses terhadap pendidikan dan pelayanan kesehatan atau penyakit yang disebabkan kondisi lingkungan yang tidak bersih. Salah satu masalah malnutrisi yang mendapat perhatian serius dari pemerintah adalah stunting. Stunting merupakan kondisi kronis yang menggambarkan terhambatnya pertumbuhan karena malnutrisi jangka panjang. Stunting menurut WHO Child Growth Standart didasarkan pada indeks panjang badan dibanding umur (PB/U) atau tinggi badan dibanding umur (TB/U) dengan batas (z-score) kurang dari -2 SD (WHO, 2010). Menurut WHO (2012), stunting terjadi pada sekitar 165 juta anak usia dibawah 5 tahun dengan prevalensi 27% di Asia dan 36% di Afrika. Banyak faktor yang mempengaruhi stunting, diantaranya adalah panjang badan lahir, status ekonomi keluarga, tingkat pendidikan dan tinggi badan orang tua. Panjang badan lahir pendek bisa disebabkan oleh faktor genetik dan kurangnya konsumsi makanan bergizi pada masa kehamilan. Penelitian yang dilakukan di Mesir menunjukkan bahwa anak yang dilahirkan oleh ibu yang memiliki tinggi badan kurang dar 150 cm lebih beresiko stunting. Di Indonesia, sebuah penelitian di Semarang menunjukkan bahwa tinggi badan Ibu dan ayah yang pendek merupakan faktor risiko stunting pada anak usia 12-36 bulan. Selain panjang badan lahir dan tinggi badan orang tua, status ekonomi keluarga dan pendidikan orang tua juga merupakan faktor risiko kejadian stunting pada balita. Status ekonomi keluarga akan mempengaruhi kemampuan pemenuhan gizi keluarga maupun kemampuan mendapatkan layanan kesehatan. Tingkat pendidikan orang tua akan berpengaruh terhadap pengetahuan orang tua terkait

description

sinopsis rencana penelitian untuk pendaftaran pascasarjana IPB

Transcript of Sinopsis Rencana Penelitian

Page 1: Sinopsis Rencana Penelitian

SINOPSIS RENCANA PENELITIAN

FAKTOR RESIKO STUNTING PADA BALITA DI KOTA BOGOR

Oleh : Andra Vidyarini

Indonesia adalah negara berkembang yang memiliki berbagai masalah

yang kompleks. Salah satu masalah yang mendapat perhatian adalah masalah

gizi, yaitu gizi kurang atau malnutrisi. Malnutrisi merupakan dampak dari

berbagai faktor yang dihasilkan oleh lingkungan sosial ekonomi yang tidak

menguntungkan seperti kesulitan mendapatkan makanan, pengangguran yang

menyebabkan pendapatan yang tidak tetap sebagi pencari nafkah, keterbatasan

akses terhadap pendidikan dan pelayanan kesehatan atau penyakit yang

disebabkan kondisi lingkungan yang tidak bersih. Salah satu masalah malnutrisi

yang mendapat perhatian serius dari pemerintah adalah stunting.

Stunting merupakan kondisi kronis yang menggambarkan terhambatnya

pertumbuhan karena malnutrisi jangka panjang. Stunting menurut WHO Child

Growth Standart didasarkan pada indeks panjang badan dibanding umur (PB/U)

atau tinggi badan dibanding umur (TB/U) dengan batas (z-score) kurang dari -2

SD (WHO, 2010). Menurut WHO (2012), stunting terjadi pada sekitar 165 juta

anak usia dibawah 5 tahun dengan prevalensi 27% di Asia dan 36% di Afrika.

Banyak faktor yang mempengaruhi stunting, diantaranya adalah panjang

badan lahir, status ekonomi keluarga, tingkat pendidikan dan tinggi badan orang

tua. Panjang badan lahir pendek bisa disebabkan oleh faktor genetik dan

kurangnya konsumsi makanan bergizi pada masa kehamilan. Penelitian yang

dilakukan di Mesir menunjukkan bahwa anak yang dilahirkan oleh ibu yang

memiliki tinggi badan kurang dar 150 cm lebih beresiko stunting. Di Indonesia,

sebuah penelitian di Semarang menunjukkan bahwa tinggi badan Ibu dan ayah

yang pendek merupakan faktor risiko stunting pada anak usia 12-36 bulan.

Selain panjang badan lahir dan tinggi badan orang tua, status ekonomi keluarga

dan pendidikan orang tua juga merupakan faktor risiko kejadian stunting pada

balita.

Status ekonomi keluarga akan mempengaruhi kemampuan pemenuhan

gizi keluarga maupun kemampuan mendapatkan layanan kesehatan. Tingkat

pendidikan orang tua akan berpengaruh terhadap pengetahuan orang tua terkait

Page 2: Sinopsis Rencana Penelitian

gizi dan pola pengasuhan anak, dimana pola asuh yang tidak tepat akan

meningkatkan risiko kejadian stunting.

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013,

prevalensi pendek secara nasional adalah 37,2 persen (terdiri dari 18,0 persen

sangat pendek dan 19,2 persen pendek). Prevalensi stunting di Jawa Barat pada

tahun 2013 meningkat dibandingkan tahun 2010, yaitu 35,3%. Balita yang

mengalami stunting memiliki risiko terjadinya penurunan kemampuan intelektual,

produktivitas, dan peningkatan risiko penyakit degeneratif di masa mendatang.

Stunting dapat meningkatkan risiko obesitas, karena orang dengan tubuh pendek

berat badan idealnya juga rendah. Stunting pada masa balita perlu mendapat

perhatian khusus termasuk pada anak hingga usia 3 tahun karena rentang usia

ini anak mengalami perkembangan yang pesat dalam kemampuan kognitif dan

motorik.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang paling

beresiko menyebabkan stunting pada anak balita di Kota Bogor. Hal ini

dikarenakan pada usia balita merupakan periode emas pada anak. Metode

penelitian akan menggunakan desain penelitian cross sectional study. Populasi

sampel adalah seluruh balita di Kota Bogor. Pemilihan sample akan yang akan

dipilih dengan secara purposive dengan kriteria ekslusi. Adapun kriteria inklusi

subjek yang akan digunakan adalah anak usia balita (6 – 59 bulan), tinggal

bersama ibu kandung, tinggal di dalam area penelitian, tercatat di posyandu,

serta ibu bersedia dijadikan responden. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat

membantu orang tua khususnya dan pemerintah secara umum dapat memilih

cara dan kebijakan yang tepat untuk mengurangi resiko stunting di Indonesia.

Page 3: Sinopsis Rencana Penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Anugraheni, H. S. Faktor Risiko Kejadian Stunting pada Anak Usia 12-36 Bulan di Kecamatan Pati, Kabupaten Pati. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang; 2012.

[Kemkes] Kementrian Kesehatan. 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Buku 1 Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Provinsi Jawa Barat Tahun 2013. Jakarta. Balitbangkes

Candra A, Puruhita N, Susanto JC. Risk Factors of Stunting among 1-2 Years Old Children in Semarang City. Media Medika Indonesia 2011; 45: 206-212.

Chaudhury RH. Determinants of dietary intake and dietary adequacy for pre-school children in Bangladesh. Bangladesh Institute of Development Studies.

Fernald LC, Neufeld LM. Overweight With Concurrent Stunting In Very Young Children From Rural Mexico: Prevalence And Associated Factors. European Journal of Clinical Nutrition 2007; 61: 623–632.

[WHO] World Health Organization. 2012. UNICEF-WHO-The World Bank joint child malnutrition estimates. Genewa: World Health Organization. 2012.

[WHO] World Health Organization. 2010. Nutrition landscape information system (NLIS) country prfile indicators: intrepretation guide. Geneva: World Health Organization; 2010.

Yunitasari L. Perbedaan Intellegence Quotient (IQ) Antara Anak Stunting dan Tidak Stunting Umur 7-12 tahun di Sekolah Dasar (Studi pada Siswa SD Negeri Buara 04 Kecamatan Ketanggungan Kabupaten Brebes). Jurnal Kesehatan Masyarakat 2012; Volume 1 Nomor 2 Halaman 586-595.

Zottarelli LK, Sunil TS, Rajaram S. Influence of Parental and Socioeconomics Factors on Stunting in Children Under 5 Years in Egypt. Eastern Mediterranean Health Journal. 2007.