Sinopsis

9

Click here to load reader

description

hhvhc

Transcript of Sinopsis

Page 1: Sinopsis

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pakan merupakan faktor utama dalam suatu usaha peternakan, ketersedian

bahan baku belakangan ini semankin terbatas disebabkan semakin besarnya

persaingan bahan pakan antar manusia dan sempitnya lahan untuk pengembangan

hijauan yang telah digunakan untuk keperluan pangan manusia dan tempat tinggal.

Upaya mempercepat pertumbuhan ternak ruminansia membutuhkan pakan yang

kualitas dan kuantitasnya baik serta semua faktor yang menunjang pertumbuhan

untuk mencapai tingkat produksi dan keuntungan yang maksimum. Salah satu

masalah yang dihadapi dalam pengembangan peternakan terutama pada musim

kemarau adalah kesulitan untuk mendapatkan pakan baik dari segi kuantitas, kualitas

dan ketersediaannya. Masalah kelangkaan pakan dapat menyebabkan penurunan

produktifitas ternak. Penyediaan pakan berkualitas baik dengan resiko kekurangan

pakan yang minimal salah satunya adalah dengan cara memanfaatkan seoptimal

mungkin lahan pertanian dan perkebunan yang mampu menggantikan sebagian atau

keseluruhan hijauan serta dapat mengurangi ketergantungan terhadap bahan pakan

yang lazim digunakan.

Peningkatan produksi tanaman nenas berpotensi besar untuk menghasilkan

limbah dari nenas setelah dilakukan pengolahan. Pada tahun 2011 produksi tanaman

nenas di Indonesia sebanyak 1. 837. 159 ton dan meningkat pada tahun 2012 menjadi

1. 781.899 ton (BPS, 2011) dan meningkat lagi pada tahun 2013 menjadi 1. 837. 159

ton (BPS, 2013). Banyaknya produksi tanaman nenas maka akan semakin banyak

pula limbah yang dihasilkan dari proses pengolahan limbah nenas tersebut. JumLah

Page 2: Sinopsis

limbah buah nenas mencapai 60 – 80 % dari total produksi buah nenas, proporsi

limbah pengalengan nenas terdiri dari 56 % kulit, 17 % mahkota, 15 % pucuk, 5 %

hati, 2 % hiasan dan 5 % ampas nenas (Murni dkk, 2008). Dari 261,18 ton buah nenas

yang dipanen maka akan menghasilkan 146,26 ton kulit nenas sebagai limbah yang

belum termanfaatkan.

Pengolahan nenas di Indonesia sudah banyak dilakukan diantaranya

pengolahan nenas menjadi keripik nenas, dodol dan lain sebagainya. Hasil dari

pengolahan ini menghasilkan produk sampingan yaitu limbah yang masih memiliki

nilai dan dapat dimanfaatkan, seperti daun atau mahkota nenas, ampas, serta kulit

nenas.

Limbah kulit nenas merupakan limbah dari proses pengupasan (peeling) pada

tahapan produksi keripik nenas dan pembuatan dodol nenas. Limbah nenas

merupakan bagian kulit luar buah dan bagian inti buah yang terbuang pada saat

pengolahan sari buah nenas, komposisi limbah nenas ini mencapai 40%, dimana di

dalamnya terdapat kandungan sisik sebesar 5% (Sianipar dkk, 2006). Limbah kulit

nenas memiliki kandungan protein yang rendah yaitu 3,5% (Ginting dkk, 2005;

Setiyarto 2011) bahwa karakteristik utama pada ampas kulit nenas tinggi serat kasar

(33,25% bahan kering) namun rendah protein (4,5% bahan kering). Limbah kulit

nenas terbuang begitu saja tanpa dimanfaatkan sama sekali, limbah nenas ini masih

bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak sebagaimana yang dilaporkan oleh Sianipar

dkk (2006) bahwa limbah kulit nenas disukai kambing dalam bentuk segar (berumur

2-3 hari), lebih lama dari waktu tersebut tidak disukai.

Page 3: Sinopsis

Limbah nenas memiliki unsur gula yang relatif tinggi (Charray et al.,1992).

Sianipar dkk (2006), memaparkan bahwa kulit nenas memiliki kandungan air yang

tinggi sekitar 75-85% yang menyebabkan kulit nenas mudah rusak (mengalami

dekomposisi). Limbah nenas mengandung enzim bromelin, yang merupakan enzim

protease yang mampu memecah protein menjadi senyawa yang lebih sederhana

sehingga akan lebih mudah diserap dan akhirnya jumLah protein yang disimpan

dalam tubuh akan lebih besar (Putri, 2012). Menurut Mynot et al.,(1997) dan

Chandler et al.,(1998) bromelin bersifat anti diare dan mampu mencegah faktor-

faktor yang menyebabkan diare pada kelinci dan babi. Bromelin secara umum juga

digunakan sebagai anti inflamasi, anti edema, anti trombotik dan fibrinolitik (Maurer,

2001).

Kendala dalam pemanfaatan limbah perkebunan dan pertanian adalah bersifat

volumneous, kualitas yang rendah dengan serat kasar tinggi, protein kasar rendah,

palatabilitas dan daya cerna yang rendah. Untuk meningkatkan kandungan gizi pakan

perlu dilakukan suatu pengolahan. Salah satu teknik pengolahan pakan secara

biologis adalah dengan teknik fermentasi. Fermentasi pada dasarnya memperbanyak

mikroorganisme dan meningkatkan kualitas zat-zat makanan substrat dan juga

menambah aroma menjadi disukai (Winarno dkk, 1980 dalam Junaidi, 2008).

Berdasarkan potensi dan kandungan nutrisi kulit nenas tersebut penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan fermentasi kulit nenas yang

menggunakan probiotik komersial (starbio ®) dibandingkan dengan molases terhadap

komposisi kimia kulit nenas karena perlakuan fermentasi.

Page 4: Sinopsis

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh pemberian starbio®

dan molases terhadap komposisi

kimia kulit nenas fermentasi.

2. Berapa persen penggunaan starbio dan molases sehingga dapat

meningkatkan komposisi kimia kulit nenas fermentasi.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian

starbio® dan molases dengan level yang berbeda pada fermentasi kulit nenas terhadap

pH, kualitas fermentasi, kandungan bahan kering, serat kasar, lemak kasar, protein

kasar, abu dan BETN.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan :

1. Informasi bahwa fermentasi menggunakan starbio® dan molases dengan

level berbeda pada kulit nenas dapat meningkatkan nilai nutrisi kulit

nenas.

2. Pengetahuan bahwa limbah perkebunan kelapa sawit dan pertanian dapat

dijadikan pakan alternatif dan kualitasnya dapat ditingkatkan dengan

memberikan perlakuan.

1.5 Hipotesis

Perlakuan fermentasi pada kulit nenas dengan menambahkan starbio®

dan

molases dengan level yang berbeda atau dalam jumlah yang lebih besar dapat

meningkatkan nilai kualitas kulit nenas lebih tinggi lagi, dengan meningkatnya kadar

Page 5: Sinopsis

bahan kering, kadar protein kasar dan BETN serta turunnya pH, kadar serat kasar dan

lemak kasar yang lebih besar.

Page 6: Sinopsis

II. MATERI DAN METODE

3.1 Materi Penelitian

Penelitian ini menggunakan kulit nenas yang diperoleh dari tempat pembuatan

dodol nenas dari berbagai industry rumah tangga. Starbio®

merupakan salah satu

probiotik untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pakan karena starbio®

merupakan koloni bakteri yang sudah terpilih untuk meningkatkan daya cerna dan

penyerapan zat makanan, molases diperoleh dari sisa pembuatan gula.

3.2 Metode Penelitian

Motede penelitian ini adalah metode eksperimen dengan Rancangan Acak

Lengkap (RAL) dengan tujuh perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan yang diberikan

adalah perlakuan biologis yang menggunakan sumber inokulus berbeda dengan level

berbeda (2%, 4% dan 6% dari berat kering kulit nenas) perlakuan yang diberikan

adalah sebagai berikut :

A. Kulit nenas fermentasi tanpa penambahan inokulum (kontrol)

B. Kulit nenas + starbio®

2% → fermentasi

C. Kulit nenas + starbio®

4% → fermentasi

D. Kulit nenas + starbio®

6% → fermentasi

E. Kulit nenas + molases 2% → fermentasi

F. Kulit nenas + molases 4% → fermentasi

G. Kulit nenas + molases 6% → fermentasi

Semua perlakuan difermentasi selama tiga minggu (21 hari).

Page 7: Sinopsis

3.3 Prosedur Penelitian

1. Persiapan Materi Penelitian

Limbah kulit nenas

Limbah kulit nenas diperoleh dari industry rumah tangga yang

memproduksi keripik dan dodol nenas, kemudian dicacah 3-5 cm dan

ditimbang lalu dikeringanginkan serta dibolak balik sampai keringnya

rata, setelah kering ditimbang kembali untuk melihat berat keirngnya

(BK).

2. Pencampuran Bahan

Pencampuran bahan dilakukan dalam bak plastic dengan mencampurkan

kulit nenas yang telah dikeringanginkan sebanyak 1 kg dan masing-

masing inokulum berdasarkan perlakuan serta aquades sehingga semua

bahan tercampur dengan homogeny.

3. Pembungkusan

Setelah semua bahan tercampur kemudian dimasukkan ke dalam kantong

plastik hitam dan dipadatkan sehingga mencapai keadaan anaerob,

kemudian diikat dan dilapisi dengan plastik ke-2 selanjutnya plastik

tersebut dimasukkan lagi kedalam plastik ke-3, kemudian diikat kembali,

dan difermentasi selama 21 hari.

Page 8: Sinopsis

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2011. Statistik Indonesia. BPS Jakarta

Badan Pusat Statistik. 2013. Statistik Indonesia. BPS Jakarta.

Chandler, D.S. and Mynott, T.L., 1998 Bromelain protects piglets from diarrhoea

caused by oral challenge with K88 positive enterotoxigenic Escherichia coli.

Gut, 42 196–202.

Charray, J., J.M. Humbert and J. Levif. 1992. Manual of Sheep Production in the

Humid Tropics of Africa. CAB International. Wallingford, UK.

Ginting, S.P., R. Krisnan dan A. Tarigan. 2005. Subsitusi Hijauan dengan Limbah

Nenas dalam Pakan Komplit Untuk Kambing. Loka Penelitian Kambing

Potong. Pros. Seminar Nasional teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor,

12-13 September 2005. Puslitbag Peternakan, Bogor. Hnm. 604-610.

Junaidi, A. 2008. analisis kandungan gizi ransum komplit dari limbah perkebunan

kelapa sawit yang difermentasi dengan feses sapi. Skripsi. Fakultas Pertanian

dan Peternakan UIN Suska Riau. Pekanbaru.

Maurer, H.R., 2001 Bromelain: biochemistry, pharmacologyand medical use. Cellular

and Molecular Life Science, 58.1234–1245.

Murni, R., Suparjo., B.L, Akmal., Ginting. 2008. Buku Ajar Teknologi Pemanfaatan

Limbah untuk Pakan. Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Jambi. Jambi.

Mynott, T.L., S. Guandalini.,F. Raimondi., and A. Fasano. 1997. Bromelain prevents

secretion caused by Vibrio cholerae and Escherichia coli enterotoxins in

rabbit ileum in vitro. Gastroenterology, 113 175–184.

Page 9: Sinopsis

Putri, S.K. 2012. Penambahan enzim bromelin untuk meningkatkan pemanfaatan

protein pakan dan pertumbuhan benih nila larasati (oreochromis niloticus var).

Journal Of Aquaculture Management and Technology. (1:1)63-76.

Setiyawati, S. 1993. Pemanfaatan pucuk tebu sebagai bahan pembuatan silase dengan

bahan pengawet tetes, dedak padi, dan kombinasinya dengan urea. Skripsi.

Fakultas Teknologi Pertanian. IPB.

Sianipar, J., R. Krisnan., K. Simanihuruk, dan L. P. Batubara. 2006. Evaluasi Tiga

jenis Limbah Pertanian Sebagai Pakan Kambing Potong. Seminar Nasional

Teknologi Peternakan dan Veteriner. Loka Penelitian Kambing Potong Sungai

Putih.