Undang-Undang Nomor 8 Tahun1999 mengenai Perlindungan Konsumen
SINKRONISASI HORISONTAL TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM...
Transcript of SINKRONISASI HORISONTAL TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
SINKRONISASI HORISONTAL TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM
HAK TERDAKWA ANAK DENGAN ORANG DEWASA DALAM
PROSES PERSIDANGAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR
23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DAN KITAB
UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA
S K R I P S I
Disusun Dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat Guna Memperoleh
Derajat Sarjana Dalam Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum
Universitas Sebelah Maret Surakarta
Oleh :
BINTANG PRIYOMBODO
E 1105006
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Penulisan Hukum (Skripsi)
SINKRONISASI HORISONTAL TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM
HAK TERDAKWA ANAK DENGAN ORANG DEWASA DALAM
PROSES PERSIDANGAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR
23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DAN KITAB
UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA
Disusun Oleh :
BINTANG PRIYOMBODO
NIM : E1105006
Disetujui untuk dipertahankan
Dosen Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Bambang Santoso S.H, MHum Muhammad Rustamaji S.H., M.H. NIP. 196202091989031001 NIP. 198210082005011001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENGESAHAN PENGUJI
Penulisan Hukum ( Skripsi )
SINKRONISASI HORISONTAL TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM
HAK TERDAKWA ANAK DENGAN ORANG DEWASA DALAM
PROSES PERSIDANGAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR
23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DAN KITAB
UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA
Disusun oleh :
BINTANG PRIYOMBODO
E 1105006
Telah diterima dan di sahkan oleh Tim Penguji Penulisan Hukum ( Skripsi )
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada :
Hari : Selasa
Tanggal : 26 Oktober 2010
TIM PENGUJI
1. Kristiyadi S.H.Mhum (……………………) NIP. 195812251986011001
Ketua 2. Muhammad Rustamaji S.H.,M.H (……………………)
NIP.198210082005011001 Sekretaris
3. Bambang Santoso S.H.,M.Hum (……………………) NIP. 196202091989031001
Anggota
MENGETAHUI Dekan
Mohammad Jamin, S.H, M.Hum NIP : 196109301986011001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Nama : Bintang Priyombodo
NIM : E 1105006
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi)
SINKRONISASI HORISONTAL TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM HAK
TERDAKWA ANAK DENGAN ORANG DEWASA DALAM PROSES
PERSIDANGAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN
2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DAN KITAB UNDANG-
UNDANG HUKUM ACARA PIDANA adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal
yang bukan karya saya dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan
ditunjukan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan
saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa
pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari penulisan
hukum (skripsi) ini.
Surakarta, 7 September 2010
yang membuat pernyataan
Bintang Priyombodo
NIM E1105006
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
Wahai manusia…engkau telah datang kedunia ini dalam keadaan menangis
sementara orang-orang menyambutmu dengan senyum kebahagiaan…maka
bekerjakeraslah selama hidupmu, berbuat baiklah, tolonglah sesamamu, dan
mengabdilah sepenuhnya kepada sang Khaliq. Dengan cara seperti ini lah engkau
bisa meninggalkan dunia ini dalam keadaan tersenyum…sementara orang-orang
disekitarmu menangis sedih karena telah ditinggalkan oleh orang yang paling
bermakna dalam kehidupannya.
( Iman Supriyono )
“Never lose your faith, accept your fate and don’t reject your own life”
( Penulis )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Setelah sekian lama aku menimba ilmu, namun hanya kado kecil ini
yang dapat kuhadiahkan dengan segala kerendahan hati dan tulus ikhlas
ingin penulis persembahkan kepada :
1. Allah SWT yang selalu memberikan rahmat,
karunia dan hidayahNya
2. Nabi Muhammad SAW, sebagai suri tauladan
penulis dalam mengarungi hidup ini
3. Kedua Orangtua Ku tercinta Bapak Subagyo
dan Ibu Ana Budiarti
4. Saudara-saudara ku ”Melysa mekar kusuma
S.H, Shinta Dewi Dameria S.H, Pondra
Pradika”
5. Kakek dan Nenek Ku tercinta
6. Seluruh keluarga besarku atas perhatian dan
semangatnya
7. Calon ku ”RR Happy Salahita Mayang Sari”
8. Sahabat-Sahabatku dimanapun berada
9. Teman-teman ku angkatan 2005 dan 2006 FH
UNS
10. Teman-teman ku maen “Farid, okky, nadik, toni,
tino
11. Almamterku,Universitas sebelas Maret
Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRAK BINTANG PRIYOMBODO, E1105006. 2010 “SINKRONISASI HORISONTAL TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM HAK TERDAKWA ANAK DENGAN ORANG DEWASA DALAM PROSES PERSIDANGAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA” Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui. hak terdakwa dalam proses persidangan terhadap tindak pidana pencurian yang dilakukan anak di bawah umur dengan orang dewasa dan mengetahui persamaan dan perbedaan perlindungan hukum hak terdakwa dalam proses persidangan terhadap tindak pidana pencurian yang dilakukan anak dibawah umur dengan orang dewasa.
Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat preskriptif, dengan pendekatan kualitatif yang dimaksudkan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian. Jenis bahan hukum yang digunakan yaitu bahan hukum sekunder. Sumber bahan hukum sekunder yang digunakan mencakup bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Teknik pengumpulan yang digunakan yaitu melalui studi kepustakaan baik berupa buku-buku, dan dokumen, Tehnik analisa yang digunakan penulis adalah tehnik analisa kualitatif yaitu dilakukan dengan cara interaksi, baik antara komponennya maupun dengan proses pengumpulan bahan hukum. Berdasarkan pembahasan dihasilkan 2 (dua) simpulan, pertama: bahwa pelaksanaan hak terdakwa anak dengan hak terdakwa orang dewasa tidak sepenuhnya dipenuhi dalam proses pemeriksaan perkara di pengadilan antara lain. Kedua persamaan perlindungan hukum hak terdakwa anak dengan terdakwa orang dewasa dalam proses persidangan tindak pidana pencurian di Pengadilan Negeri Karanganyar adalah sama-sama tidak melindungi secara penuh hak-hak terdakwa anak dengan orang dewasa berdasarkan Undang-Undang No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak dan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Sama-sama terdapat pelanggaran dalam pemenuhan hak-hak terdakwa anak dengan orang dewasa selama proses persidangan. Sedangkan perbedaan dalam proses persidangan terdakwa anak dengan orang dewasa adalah persidangan anak diperiksa oleh Hakim Tunggal, Jaksa Tunggal dan Bapas yang semuanya tidak memakai seragam namun dalam persidangan orang dewasa diperiksan oleh Hakim Majelis, Jaksa Penuntut Umum dan Penasihat Hukum. Kata kunci : sinkronisasi hukum, hak-hak terdakwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semata alam atas segala rahmat, karunia dan
hidayah-Nya yang telah diberikan kepada Penulis, sehingga Penulis mampu
menyelesaikan tugas penulisan hukum dengan judul SINKRONISASI
HORISONTAL TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM HAK TERDAKWA
ANAK DENGAN ORANG DEWASA DALAM PROSES PERSIDANGAN
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG
PERLINDUNGAN ANAK DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM
ACARA PIDANA
Penulisan hukum ini disusun untuk memenuhi dan melengkapi syarat-
syarat untuk memperoleh derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum di Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam penulisan hukum ini, penulis mengalami banyak hambatan dan
permasalahan baik secara langsung maupun tidak langsung mengenai
penyelesaian penulisan hukum ini. Namun atas bimbingan, bantuan moral maupun
materiil, serta saran dari berbagai pihak yang tidak henti-hentinya memberi
semangat dan selalu mendukung penulis. Sehingga tidak ada salahnya dengan
kerendahan hati dan perasaan yang tulus dari hati yang paling dalam, penulis
memberikan penghargaan berupa ucapan terima kasih atas berbagai bantuan yang
telah banyak membantu Penulis selama melaksanakan studi sampai
terselesaikannya penyusunan penulisan hukum ini, maka pada kesempatan kali ini
Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang kepada :
1. Bapak Moh. Jamin, S.H, M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret yang telah banyak memberikan kemudahan
kepada penulis dalam proses belajar mengajar dan menyelesaikan
penulisan hukum ini.
2. Ibu Erna Dyah Kusumawati, S.H, M.Hum. selaku Pembimbing Akademik
Penulis yang selalu memberi nasehat dan bimbingan selama belajar di
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
3. Bapak Edy Herdyanto, S.H, M.H. selaku Ketua Bagian Hukum Acara.
Yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini dan memberikan
ilmu-ilmu tentang hukum acara pidana..
4. Bapak Bambang Santoso, S.H., M.Hum Selaku Pembimbing Skripsi yang
telah sabar dan tidak lelah memberikan bimbingan, dukungan, nasihat,
motivasi demi kemajuan Penulis.
5. Bapak Muhammad Rustamaji S.H. M.H. selaku pembimbing skripsi II
yang telah memberikan wejangan dalam penulisan hukum ini.
6. Bapak Kristiyadi, S.H, M.Hum. selaku dosen Hukum acara pidana yang
telah memberikan dasar-dasar hukum acara pidana.
7. Bapak Harjono, S.H, M.H selaku ketua program non reguler Fakultas
Hukum Universitas Sebelas Maret.
8. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
atas segala bimbingannya kepada seluruh mahasiswa termasuk Penulis
selama Penulis menempuh studi di Fakultas Hukum Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
9. Seluruh staff dan karyawan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
yang telah banyak membantu segala kepentingan Penulis selama Penulis
menempuh studi di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
10. Kedua Orangtua Ku Bapak Subagyo dan Ibu Ana Budiarti yang telah
memberikan kasih sayang sepanjang masa, jirih payahnya dalam bekerja
untuk dapat memenuhi segala kebutuhan dan menyekolahkan penulis
sampai saat ini. Bapak, Ibu, ku takkan mengecewakanmu dan ku berjanji
takan membahagiakan mu sampai akhir hayat.
11. Kakak-kakakku dan Adikku yang selalu memberikan semangat dan
keceriaan dalam mengarungi hidup ini.
12. Keluarga Besar Penulis yang telah memberikan perhatian dan dukungan
baik moril maupun materiil.
13. Cintaku RR Happy Salahita Mayang Sari yang selalu memberiku motivasi
dalam mengerjakan karya tulis ini.
14. AD 9191 nu yang menemaniku sepanjang perjalanan suka maupun duka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
15. Teman-teman kuliah seperjuanganku Abi, Jeffry, Anung ”jumadi”, Rodhi”
bocil”, Entut, Yadi, Gembong, GRD, Diger, Singgih, Wahyu, Ajib, Galih,
Kino, Topek, yang telah membantu selama kuliah, menyelesaiankan
skripsi dan mengisi hari-hari ku dengan candatawa baik dikampus maupun
diluar kampus dan seluruh teman-teman Angkatan 2005 dan 2006 FH
UNS yang tak dapat ku sebutkan satu persatu yang telah mengisi hari-hari
Penulis selama ini hingga lebih berwarna
16. Teman-teman Topik, yadi, okky, farid, tino, toni, makasih telah membantu
dan telah berbagi bersama dalam suka maupun duka
17. Crew pengaman parkiran FH UNS Pak Wardi, Mas Wahyono, Mas Didit,
Mas Eko dan Mas Bimo yang selalu setia bercanda gurau dengan penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan hukum ini masih jauh dari
kesempurnaan, mengingat kemampuan Penulis yang masih sangat terbatas. Oleh
karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun dalam penulisan
hukum ini dan kedepannya akan Penulis terima dengan senang hati. Semoga
penulisan ini dapat bermanfaat dalam kemajuan hukum di Indonesia dan bagi
semua pihak. Amin.
Surakarta, 5 Oktober 2010
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. iv
HALAMAN MOTTO ............................................................................................ v
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 7
E. Metode Penelitian .......................................................................... 8
F. Sistematika Penulisan Hukum ...................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori ....................................................................... 13
1. Tinjauan Umum Tentang Perbandingan Hukum .............. 13
a. Istilah Definisi Perbandingan Hukum ........................ 13
b. Perbandingan Hukum Sebagai Metode dan Ilmu ....... 16
c. Perbandingan Hukum dan Cabang-Cabangnya ......... 17
2. Tinjauan Umum dan Hak-Hak Terdakwa ........................ 18
3. Tinjauan Umum Tentang Hak Pidana .............................. 20
4. Tinjauan Umum Tentang Anak ........................................ 22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
5. Tinjauan Umum Tentang Hukum dan Acara Pidana ...... 27
a. Pengertian Hukum Acara Pidana ............................... 27
b. Tujuan dan Fungsi Hukum Acara Pidana .................. 28
6. Tinjauan Umum Tentang Sinkronisasi ............................. 33
B. Kerangka Pemikiran ............................................................... 34
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hak terdakwa dalam proses persidangan terhadap tindak pidana
pencurian yang dilakukan oleh anak dibawah umur dengan orang
dewasa berdasarkan undang-undang No 23 Tahun 2002 Tentang
perlindungan anak dan kitab undang-undang hukum acara pidana
(KUHAP) ..................................................................................... 36
B. Persamaan dan perbedaan perlindungan hukum hak terdakwa
dalam proses persidangan berdasarkan Undang-Undang No 23
Tahun 2002 Tentang perlindungan anak dan kitab undang-undang
hukum acara pidana (KUHAP) .................................................... 55
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan ...................................................................................... 64
B. Saran ............................................................................................. 66
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 67
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang
dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya.
Hal tersebut merupakan satu harapan yang ingin diwujudkan di negara ini.
Anak mempunyai hak yang bersifat asasi, sebagaimana yang dimiliki
orang dewasa, hak asasi manusia (HAM) yang termuat dalam Undang-
Undang Dasar 1945 dan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang
Hak-Hak Anak. Dari sisi kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah
masa depan bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa, sehingga setiap
anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang.
Pemberitaan yang menyangkut hak anak tidak segencar
sebagaimana hak orang dewasa atau isu gender, yang menyangkut hak
perempuan. Perlindungan hak anak tidak banyak pihak yang turut
memikirkan dan melakukan langkah-langkah kongkrit. Demikian juga
upaya untuk melindungi hak-hak anak yang dilanggar yang dilakukan
negara, orang dewasa atau bahkan orang tuanya sendiri, tidak begitu
menaruh perhatian akan kepentingan masa depan anak. Padahal anak
merupakan belahan jiwa, gambaran dan cermin masa depan, aset keluarga,
agama, bangsa dan negara. Di berbagai negara dan berbagai tempat di
negeri ini, anak-anak justru mengalami perlakuan yang tidak semestinya,
seperti eksploitasi anak, kekerasan terhadap anak, dijadikan alat pemuas
seks, pekerja anak, diterlantarkan, menjadi anak jalanan dan korban
perang/konflik bersenjata. (Perlindungan Hukum Hak-hak Anak dan
Implementasinya (Absori) 79).
Anak dan generasi muda adalah dua hal yang tidak dapat
dipisahkan, karena anak merupakan bagian dari generasi muda, Selain
anak, di dalam generasi muda ada yang disebut remaja dan dewasa. Apa
yang disebut generasi muda oleh Zaikah Daradjat dalam bukunya Gatot
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Supramo, generasi muda dibatasi sampai seorang anak berumur 25 tahun,
menurut beliau generasi muda terdiri atas masa kanak-kanak umur 0-12
tahun, masa remaja umur 13-20 tahun dan masa dewasa muda umur 21-25
tahun. (Gatot Supramona, 2000:1)
Undang-Undang No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
menjelaskan yang dimaksud dengan anak adalah seseorang yang belum
berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan (Pasal 1
ayat 1). Dalam Undang-Undang ini seorang anak yang masih dalam
kandungan yang belum lahir sekalipun telah disebut sebagai anak sebagai
individu yang mendapat perlindungan hukum.
Pemberian beberapa hak-hak tertentu kepada tersangka dalam
proses penyelesaian perkara pidana merupakan salah satu inovasi dalam
KUHAP sebagai ketentuan hukum acara pidana. Inovasi tersebut dapat
bersumber kepada Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970, yaitu tentang
ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman, yang seperti diketahui,
tidak saja mengandung restorasi terhadap kekuasaan kehakiman yang
bebas, tetapi juga mengandung kerangka umum atau general framework
dari lingkungan peradilan yang ada dengan Mahkamah Agung sebagai
Pengadilan Negara Tertinggi dan asas-asas mengenai Hukum Acara
Pidana (Oemar Seno Adji, 1985: 31).
Hak-hak yang diberikan kepada tersangka/terdakwa dalam proses
penyelesaian perkara pidana telah diatur dalam Undang-Undang No 8
Tahun 1981 Tentang Kitab Undnag-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP), hak-hak tersebut antara lain mendapat pemeriksaan, hak untuk
diberitahukan kesalahannya, hak untuk segara diajukan ke pengadilan, hak
untuk mendapatkan putusan hakim yang seadil-adilnya, hak untuk
mendapat kunjungan keluarga dan lain-lain.
Bila dilihat sejarah hukum acara pidana di Indonesia, dapat
diketahui bahwa hak-hak bagi tersangka/terdakwa itu telah mendapatkan
pengaturannya dalam ketentuan hukum acara pidana yang lama, yaitu HIR
atau yang lazim juga disebut dengan Reglemen Indonesia yang dibarui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
(Rbg). Dalam peraturan ini hak tersebut diatur dalam Pasal 250 dan 254,
yang memberikan hak tersebut pada tersangka yang diancam dengan
pidana mati serta hak tersangka untuk menghubungi pembelanya setelah
berkasnya dilimpahkan ke Pengadilan Negeri.
Dalam praktek perlindungan anak banyak menimbulkan kontra
dengan apa yang terjadi pada tanggal 29 Mei 2009 yang diberitakan oleh
kompas.com tentang penangkapan oleh polisi dari Polres Metro Bandara
Soekarno-Hatta terhadap ke-10 (sepuluh) orang anak yang pada saat itu
telah bermain judi dengan taruhan Rp 1.000,- per anak di kawasan
bandara. Sebagian besar dari mereka adalah pelajar SD negeri Rawa
Rengas dan pekerjaan mereka sehari-hari adalah menjadi penyemir sepatu
di kawasan bandara Soekarno-Hatta. Tentunya, berita tersebut adalah salah
satu dari sekian banyaknya permasalahan yang berisikan lembaran suram
untuk masa depan anak-anak Indonesia yang telah merayakan Hari Anak
Nasional pada tanggal 23 Juli 2009 lalu.
Di lihat dari Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak, definisi anak pada Pasal 1 disebutkan bahwa yang
dimaksud dengan seorang anak adalah seseorang yang belum berusia 18
(delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.
Seperti yang diberitakan, bahwa usia anak-anak tersebut masih berusia 10
sampai dengan 16 tahun, maka hal tersebut menjadi pertanyaan, pantaskah
mereka diberlakukan seperti itu? Tentunya hal itu akan menimbulkan pro
dan kontra dari para pihak dalam menyikapinya. Sementara pihak Komisi
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) sendiri mengirimkan surat kepada
PN Tangerang meminta agar proses persidangan bagi 10 anak yang
didakwa berjudi itu diadakan secara maraton dengan vonis bebas murni.
Sekretaris Jenderal Komnas Anak Arist Merdeka Sirait menyatakan, dasar
dari permintaan itu karena dakwaan terhadap anak-anak tersebut mengada-
ada.
Selain mendesak menghentikan proses persidangan dan
membebaskan anak-anak tersebut dari jeratan hukum, KPAI juga meminta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
agar kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan yang telah menghukum mereka
meminta maaf kepada anak-anak tersebut. Komisi Perlindungan Anak
Indonesia, menyatakan menyesalkan sikap kepolisian, kejaksaan, dan
pengadilan negeri yang telah menghukum anak-anak tersebut.
Perlindungan khusus dan perlakuan khusus anak perlu dilakukan,
termasuk bila seandainya anak tersebut melakukan suatu perbuatan
melanggar peraturan perundang-undangan dengan maksud agar anak
tersebut tidak sampai mengalami tekanan jiwa dan jangan sampai proses
perkara pidana yang mereka alami akan berpengaruh buruk bagi masa
depan dan perkembangan kepribadiannya. Yang dimaksud perlindungan
anak dalam Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan
hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi
secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta
mendapatkan perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi (Pasal 1 butir
ke 2 UU No 23 Th 2002).
Berbeda dengan perlindungan hukum terhadap orang dewasa, hak-
hak terdakwa orang dewasa dengan anak-anak sangatlah berbeda, hak-hak
terdakwa orang dewasa dalam persidangan diatur dalam Undang-Undang
No 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP) sedangkan hak-hak terdakwa anak dalam persidangan diatur
dalam Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
Dalam pelaksanaan persidangan terhadap terdakwa orang dewasa dengan
anak banyak terjadi perbedaan, misalnya dalam hal praktek persidangan,
persidangan dengan terdakwa orang dewasa terbuka untuk umum, namun
untuk terdakwa anak-anak tertutup untuk umum, hal ini untuk menjaga
kondisi jiwa, harkat dan martabat si anak tersebut. Hak-Hak yang dimiliki
terdakwa orang dewasa dengan anak dalam prakteknya juga berbeda.
Misalnya dalam kasus tindak pidana pencurian yang pelakunya orang
dewasa dengan anak di Pengadilan Karanganyar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Berdasarkan uraian diatas penulis berpendapat bahwa hal-hal
tersebut diatas merupakan latar belakang permasalahan yang penulis akan
kemukakan. Oleh karena itu penulis menuangkan sebuah penulisan yang
berbentuk penulisan hukum dengan judul : SINKRONISASI
HORISONTAL TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM HAK
TERDAKWA ANAK DENGAN ORANG DEWASA DALAM PROSES
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002
TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DAN KITAB UNDANG-
UNDANG HUKUM ACARA PIDANA
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dibuat dengan tujuan untuk memecahkan
masalah pokok yang timbul secara jelas dan sistematis. Perumusan
masalah dimaksudkan untuk lebih menegaskan masalah yang akan diteliti,
sehingga dapat ditentukan suatu pemecahan masalah yang tepat dan
mencapai tujuan atau sasaran sesuai yang dikehendaki.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, perumusan
masalah dalam penulisan hukum ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa saja yang menjadi hak terdakwa dalam proses persidangan
Tentang Perlindungan Anak dan Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana berdasarkan Undang-Undang No 23 Tahun 2002 tentang
perlindungan anak dan kitab undang-undang hukum acara pidana
2. Apakah persamaan dan perbedaan perlindungan hukum hak terdakwa
dalam proses persidangan Tentang Perlindungan Anak dan Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana berdasarkan Undang-Undang
No 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak dan kitab undang-
undang hukum acara pidana
C. Tujuan Penelitian
Dalam suatu kegiatan penelitian pasti terdapat tujuan yang jelas.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memberi arah dalam melangkah sesuai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
dengan maksud penelitian. Adapun tujuan yang ingin dicapai Penulis
dalam penelitian ini adalah :
1. Tujuan Obyektif
a) Untuk mengetahui hak-hak terdakwa dalam proses persidangan
terhadap tindak pidana pencurian yang dilakukan oleh anak di
bawah umur dengan orang dewasa berdasarkan Undang-Undang
No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)
b) Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan perlindungan hukum
hak-hak terdakwa dalam proses persidangan terhadap tindak pidana
pencurian yang dilakukan oleh anak di bawah umur dengan orang
dewasa berdasarkan Undang-Undang No 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak dan Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana (KUHAP)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
2. Tujuan Subjektif
a) Memperoleh data dan informasi sebagai bahan utama dalam
menyusun penulisan hukum untuk memenuhi persyaratan yang
diwajibkan dalam meraih gelar kesarjanaan di bidang Ilmu Hukum
pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
b) Menambah, memperluas, mengembangkan pengetahuan dan
pengalaman Penulis serta pemahaman aspek hukum di dalam teori
dan praktek lapangan hukum, khususnya dalam bidang hukum
acara pidana yang sangat berarti bagi penulis.
c) Memberi gambaran dan sumbangan pemikiran bagi ilmu hukum.
D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian tentunya sangat diharapkan adanya manfaat dan
kegunaan yang dapat diambil dalam penelitian tersebut. Adapun manfaat
yang didapat dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
a) Merupakan salah satu sarana bagi Penulis untuk mengumpulkan
data sebagai bahan penyusunan skripsi guna melengkapi
persyaratan untuk mencapai gelar kesarjanaan di bidang ilmu
hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
b) Untuk sedikit memberi sumbangan pengetahuan dan pikiran dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu
hukum pada khususnya.
c) Untuk mendalami teori–teori yang telah Penulis peroleh selama
menjalani kuliah strata satu di Fakultas Hukum Universitas Sebelas
Maret Surakarta serta memberikan landasan untuk penelitian lebih
lanjut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
2. Manfaat Praktis
a) Dengan penulisan hukum ini diharapkan dapat meningkatkan dan
mengembangkan kemampuan Penulis dalam bidang hukum
sebagai bekal untuk masuk ke dalam instansi atau instansi penegak
hukum maupun untuk praktisi hukum yang senantiasa
memperjuangkan hukum di negeri ini agar dapat ditegakkan.
b) Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu dan memberi
masukan serta tambahan pengetahuan bagi pihak–pihak yang
terkait dengan masalah yang diteliti.
E. Metode Penelitian
Penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan
hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna
menjawab isu hukum yang dihadapi (Peter Mahmud Marzuki, 2006:35).
Penelitian hukum dilakukan untuk mencari pemecahan atas isu hukum
yang timbul. Oleh karena itu, penelitian hukum merupakan suatu
penelitian di dalam kerangka know-how di dalam hukum. Hasil yang
dicapai adalah untuk memberikan preskripsi dalam menyelesaikan
masalah yang dihadapi (Peter Mahmud Marzuki, 2006:41).
1. Jenis Penelitian
Berdasarkan judul penelitian dan rumusan masalah, penelitian
yang dilakukan termasuk dalam kategori penelitian hukum normatif
atau penelitian hukum kepustakaan. Penelitian Hukum normatif
memiliki definisi yang sama dengan penelitian doktrinal yaitu
penelitian berdasarkan bahan-bahan hukum yang fokusnya pada
membaca dan mempelajari bahan-bahan hukum primer dan sekunder
(Johny Ibrahim, 2006:44).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
2. Sifat Penelitian
Penelitian hukum ini bersifat preskriptif. Penelitian preskriptif
adalah penelitian yang dimaksud untuk menemukan suatu kebenaran
dan menarik suatu kesimpulan dari isu-isu hukum yang ada untuk
menemukan aturan-aturan yang relevan. Dalam penulisan ini lebih
lanjut akan dikaji tentang hak-hak terdakwa dalam proses persidangan
terhadap tindak pidana pencurian yang dilakukan oleh anak di bawah
umur dengan orang dewasa berdasarkan Undang-Undang No 23 Tahun
2002 Tentang Perlindungan Anak Dan Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana (KUHAP) dalam Proses Persidangan Anak dan Orang
Dewasa.
3. Jenis Bahan Hukum
Jenis bahan hukum yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah bahan hukum sekunder yaitu sejumlah data atau fakta atau
keterangan yang digunakan oleh seseorang yang secara tidak langsung
dan diperoleh melalui bahan-bahan kepustakaan, terdiri dari literatur,
dokumen-dokumen, peraturan perundang-undangan yang berlaku,
laporan, desertasi, teori-teori dan sumber tertulis lainnya yang
berkaitan dan relevan dengan masalah yang diteliti.
4. Sumber Bahan Hukum
Sumber bahan hukum yang digunakan berupa bahan hukum
sekunder adalah:
a) Bahan hukum primer
Bahan hukum primer adalah bahan hukum atau bahan pustaka yang
mempunyai kekuatan mengikat secara yuridis, adapun yang penulis
gunakan adalah
1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)
2) Undang-Undang No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan
Anak
3) Putusan No 63/Pid.B/2010/PN.Kr.Ay
4) Putusan No 227/Pid.B/2009/PN.Kr.Ay
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
b) Bahan hukum sekunder
Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan
hukum primer : yaitu buku-buku ilmiah yang berhubungan dengan
permasalahan yang diteliti, hasil penelitian yang relevan dan buku-
buku penunjang lain.
c) Bahan hukum tertier Bahan hukum tertier yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk yaitu : kamus hukum, artikel internet. (Peter Mahmud, 2005:141)
5. Pendekatan Penelitian
Menurut Johnny Ibrahim, dalam penelitian hukum terdapat
bebarapa pendekatan, yaitu pendekatan perundang-undangan (statue
approach), pendekatan konseptual (concentual approach), pendekatan
analitis (analytical approach), pendekatan perbandingan (comparative
approach), pendekatan historis (historical approach), pendekatan
filsafat (philosophical approach) dan pendekatan kasus (case
approach) (Johnny Ibrahim, 2006:300). Yang dipergunakan dalam
penulisan ini adalah pendekatan perbandingan (comparative approach)
yaitu membandingkan hak-hak terdakwa dalam proses persidangan
terhadap tindak pidana pencurian yang dilakukan oleh anak di bawah
umur dengan orang dewasa berdasarkan Undang-Undang No 23 Tahun
2002 Tentang Perlindungan Anak Dan Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana (KUHAP) dalam Putusan No 63/Pid.B/2010/PN.Kr.Ay
dan No 227/Pid.B/2009/PN.Kr.Ay.
6. Teknik Analisis Bahan Hukum
Dalam penelitian ini, perbandingan hak-hak terdakwa anak dan
orang dewasa akan dianalisis dengan logika deduktif. Dalam hal ini,
sumber penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini dengan
melakukan inventarisasi sekaligus mengkaji dari penelitian studi
kepustakaan, aturan perundang-undangan beserta dokumen-dokumen
yang dapat membantu menafsirkan norma terkait, kemudian sumber
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
penelitian tersebut diolah dan dianalisis untuk menjawab permasalahan
yang diteliti. Tahap akhir adalah menarik kesimpulan dari sumber
penelitian yang diolah, sehingga pada akhirnya dapat diketahui hak-
hak terdakwa serta persamaan dan perbedaan hak-hak terdakwa dalam
proses persidangan terhadap tindak pidana pencurian yang dilakukan
oleh anak di bawah umur dengan orang dewasa berdasarkan Undang-
Undang No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak dan Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).
Menurut Philipus M.Hadjon sebagaimana dikutip oleh Peter
Mahmud metode deduksi sebagaimana silogisme yang diajarkan oleh
Aristoteles penggunaan metode deduksi berpangkal dari pengajuan
premis mayor (pernyataan bersifat umum). Kemudian diajukan premis
minor (bersifat khusus). Dari kedua premis itu kemudian ditarik suatu
kesimpulan atau conclusion (Peter Marzuki, 2006:47). Di dalam logika
silogistik untuk penalaran hukum yang bersifat premis mayor adalah
aturan hukum sedangkan premis minornya adalah fakta hukum.
Sedangkan menurut Johnny Ibrahim, mengutip pendapat Bernand
Arief Shidarta, logika deduktif merupakan suatu teknik untuk menarik
kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi khusus yang bersifat
individual (Johnny Ibrahim, 2008:249).
F. Sistematika Penulisan Hukum
Agar skripsi ini dapat tersusun secara teratur dan berurutan sesuai
apa yang hendak dituju dan dimaksud dengan judul skripsi, maka dalam
sub bab ini Penulis akan membuat sistematika sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
metode penelitian, jadwal penelitian dan sistematika penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini Penulis menguraikan tentang teori-teori yang
melandasi penelitian hukum. Pada bab ini dibahas mengenai
tinjauan tentang perbandingan hukum, tinjauan tentang hak-hak
terdakwa, tinjauan tentang anak, tinjauan tentang orang dewasa,
tinjauan umum tentang Hukum Acara Pidana,
BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai hasil penelitian dan
pembahasan yaitu tentang perbandingan hak-hak terdakwa
antara anak dibawah umur dengan orang dewasa menurut
undang-undang perlindungan anak dengan KUHAP. Sehingga
dapat diketahui persamaan dan perbedaan dari masing-masing
tersebut.
BAB IV : PENUTUP
Bab ini akan berisi mengenai simpulan dan saran terkait dengan
pembahasan permasalahan yang diteliti.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Tinjauan Umum Tentang Perbandingan Hukum
a) Istilah dan Definisi Perbandingan Hukum
Istilah perbandingan hukum, dalam bahasa asing, diterjemahkan:
comparative law (bahasa Inggris), vergleihende rechstlehre (bahasa Belanda),
droit comparé (bahasa Perancis). Istilah ini, dalam pendidikan tinggi hukum
di Amerika Serikat, sering diterjemahkan lain, yaitu sebagai conflict law atau
dialih bahasakan, menjadi hukum perselisihan, yang artinya menjadi lain bagi
pendidikan hukum di Indonesia (Romli Atmasasmita, 2000 : 6).
Istilah yang dipergunakan dalam penulisan hukum ini, adalah
perbandingan hukum (pidana). Istilah ini sudah memasyarakat di kalangan
teoritikus hukum di Indonesia, dan tampaknya sudah sejalan dengan istilah
yang telah dipergunakan untuk hal yang sama di bidang hukum perdata, yaitu
perbandingan hukum perdata. Untuk memperoleh bahan yang lebih lengkap,
maka perlu dikemukakan definisi perbandingan hukum dari beberapa pakar
hukum terkenal.
Romli Atmasasmita dalam bukunya mengutip beberapa pendapat ahli
hukum mengenai istilah perbandingan hukum, antara lain :
1) Rudolf B. Schlesinger mengatakan bahwa, perbandingan hukum
merupakan metoda penyelidikan dengan tujuan untuk memperoleh
pengetahuan yang lebih dalam tentang bahan hukum tertentu.
Perbandingan hukum bukanlah perangkat peraturan dan asas-asas hukum
dan bukan suatu cabang hukum, melainkan merupakan teknik untuk
menghadapi unsur hukum asing dari suatu masalah hukum
13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
2) Winterton mengemukakan, bahwa perbandingan hukum adalah suatu
metoda yaitu perbandingan sistem-sistem hukum dan perbandingan
tersebut menghasilkan data sistem hukum yang dibandingkan
3) Gutteridge menyatakan bahwa perbandingan hukum adalah suatu metoda
yaitu metoda perbandingan yang dapat digunakan dalam semua cabang
hukum. Gutteridge membedakan antara comparative law dan foreign law
(hukum asing), pengertian istilah yang pertama untuk membandingkan
dua sistem hukum atau lebih, sedangkan pengertian istilah yang kedua,
adalah mempelajari hukum asing tanpa secara nyata membandingkannya
dengan sistem hukum yang lain.
4) Perbandingan hukum adalah metoda umum dari suatu perbandingan dan
penelitian perbandingan yang dapat diterapkan dalam bidang hukum. Para
pakar hukum ini adalah : Frederik Pollock, Gutteridge, Rene David, dan
George Winterton
5) Lemaire mengemukakan, perbandingan hukum sebagai cabang ilmu
pengetahuan (yang juga mempergunakan metoda perbandingan)
mempunyai lingkup : (isi dari) kaidah-kaidah hukum, persamaan dan
perbedaannya, sebab-sebabnya dan dasar-dasar kemasyarakatannya
6) Ole Lando mengemukakan antara lain bahwa perbandingan hukum
mencakup : “analysis and comparison of the laws”. Pendapat tersebut
sudah menunjukkan kecenderungan untuk mengakui perbandingan
sebagai cabang ilmu hukum.
7) Hesel Yutena mengemukakan definisi perbandingan hukum sebagai
berikut: Comparative law is simply another name for legal science, or like
other branches of science it has a universal humanistic outlook ; it
contemplates that while the technique nay vary, the problems of justice
are basically the same in time and space throughout the world.(
Perbandingan hukum hanya suatu nama lain untuk ilmu hukum dan
merupakan bagian yang menyatu dari suatu ilmu sosial, atau seperti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
cabang ilmu lainnya perbandingan hukum memiliki wawasan yang
universal, sekalipun caranya berlainan, masalah keadilan pada dasarnya
sama baik menurut waktu dan tempat di seluruh dunia)
8) Orucu mengemukakan suatu definisi perbandingan hukum sebagai
berikut: Comparative law is legal discipline aiming at ascertaining
similarities and differences and finding out relationship between various
legal sistems, their essence and style, looking at comparable legal
institutions and concepts and typing to determine solutions to certain
problems in these sistems with a definite goal in mind, such as law reform,
unification etc. (Perbandingan hukum merupakan suatu disiplin ilmu
hukum yang bertujuan menemukan persamaan dan perbedaan serta
menemukan pula hubungan-hubungan erat antara berbagai sistem-sistem
hukum; melihat perbandingan lembaga-lembaga hukum konsep-konsep
serta mencoba menentukan suatu penyelesaian atas masalah-masalah
tertentu dalam sistem-sistem hukum dimaksud dengan tujuan seperti
pembaharuan hukum, unifikasi hukum dan lain-lain)
9) Definisi lain mengenai kedudukan perbandingan hukum dikemukakan
oleh Zweigert dan Kort yaitu : Comparative law is the comparison of the
spirit and style of different legal sistem or of comparable legal institutions
of the solution of comparable legal problems in different sistem.
(Perbandingan hukum adalah perbandingan dari jiwa dan gaya dari sistem
hukum yang berbeda-beda atau lembaga-lembagahukum yang berbeda-
beda atau penyelesaian masalah hukum yang dapat diperbandingkan
dalam sistem hukum yang berbeda-beda)
10) Romli Atmasasmita yang berpendapat perbandingan hukum adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari secara sistematis hukum (pidana) dari dua
atau lebih sistem hukum dengan mempergunakan metoda perbandingan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
b) Perbandingan Hukum Sebagai Metode dan Ilmu
Perbandingan hukum menunjukkan pembedaan antara perbandingan
hukum sebagai metode dan sebagai ilmu. Ketidakjelasan tersebut biasanya
dijumpai pada perumusan-perumusan yang bersifat luas, seperti yang dapat
ditemui pada ”Black’s Law Dictionary” yang menyatakan bahwa
”comparative jurisprudence” adalah ”The study of the principles of legal
science by the comparison of various systems of law” (Henry Campbell Black:
1968).
Akan tetapi perumusan dari Black tersebut sebenarnya cenderung
untuk mengklasifikasikan perbandingan hukum sebagai metode, karena yang
dimaksudkan dengan ”comparative” adalah ”Proceeding by the method of
comparison; founded on comparison; estimated by comparison”..
Ilmu-ilmu hukum juga bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara
gejala-gejala hukum dengan gejala sosial lainnya. Untuk mencapai tujuannya,
maka dipergunakan metode sosiologis, sejarah dan perbandingan hukum
(L. J. van Apeldoorn: 1966). Penggunaan metode-metode tersebut
dimaksudkan untuk:
1) metode sosiologis : untuk meneliti hubungan antara hukum dengan gejala-
gejala sosial lainnya
2) metode sejarah : untuk meneliti tentang perkembangan hukum,
3) metode perbandingan hukum : untuk membandingkan berbagai tertib
hukum dari macam-macam masyarakat
Ketiga metode tersebut saling berkaitan, dan hanya dapat dibedakan
(tetapi tak dapat dipisah-pisahkan). Metode sosiologis, misalnya, tidak dapat
diterapkan tanpa metode sejarah, oleh karena hubungan antara hukum dengan
gejala-gejala sosial lainnya merupakan hasil dari suatu perkembangan (dari
zaman dahulu). Metode perbandingan hukum juga tidak boleh diabaikan, oleh
karena hukum merupakan gejala dunia. Metode sejarah juga memerlukan
bantuan dari metode sosiologis, oleh karena perlu diteliti faktor-faktor sosial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
yang mempengaruhi perkembangan hukum. Metode perbandingan tidak akan
membatasi diri pada perbandingan yang bersifat deskriptif; juga diperlukan
data tentang berfungsinya atau efektivitas hukum, sehingga diperlukan metode
sosiologis. Juga diperlukan metode sejarah, untuk mengetahui perkembangan
dari hukum yang diperbandingkan. Dengan demikian maka ketiga metode
tersebut saling mengisi dalam mengembangkan penelitian hukum (Soerjono
Soekanto 1989 : 26).
c) Perbandingan Hukum dan Cabang-Cabangnya
Betapa pentingnya perbandingan hukum dan berkembangnya
pengkhususan ini, antara lain terbukti dari kenyataan bahwa kemudian timbul
sub-spesialisasi. Sub-spesialisasi tersebut adalah :
1) Descriptive comparative law,
2) Comparative history of law,
3) Comparative legislation atau comparative jurisprudence (proper).
Descriptive comparative law merupakan suatu studi yang bertujuan
untuk mengumpulkan bahan-bahan tentang sistem hukum berbagai
masyarakat (atau bagian masyarakat). Cara menyajikan perbandingan dapat
didasarkan pada lembaga-lembaga hukum tertentu (bidang tata hukum)
ataupun kaedah-kaedah hukum tertentu yang merupakan bagian dari lembaga
tersebut. Yang sangat ditonjolkan adalah analisa deskriptif yang didasarkan
pada lembaga-lembaga hukum.
Comparative history of law berkaitan erat dengan sejarah, sosiologi
hukum, antropologi hukum dan filsafat hukum dan untuk Comparative
legislation atau comparative jurisprudence (proper) bertitik tolak pada
(Edonard Lambert: 1957): ”... the effort to define the common trunk on which
present national doctrines of law are destined to graft themselves as a result
both of the development of the study of law as a social science and of the
awakening of an international legal consciousness.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Bahan-bahan yang dipergunakan dalam perbandingan hukum dapat
berupa bahan yang langsung didapat dari masyarakat (data primer), maupun
bahan kepustakaan (data sekunder). Bahan-bahan kepustakaan tersebut dapat
berupa bahan hukum primer, sekunder ataupun tertier (dari sudut kekuatan
mengikatnya). Bahan hukum primer, antara lain, mencakup peraturan
perundang-undangan, bahan hukum yang dikodifikasikan (misalnya hukum
adat) yurisprudensi, traktat, dan seterusnya. Bahan-bahan hukum sekunder,
antara lain peraturan perundang-undangan (untuk ”comparative history of
law”), hasil karya para sarjana, hasil penelitian, dan seterusnya. Bahan-bahan
hukum tersier dapat dipergunakan sebagai bahan untuk mencari dan
menjelaskan bahan primer dan sekunder (Soerjono Soekanto 1989 : 54)
2. Tinjauan Umum Tentang Hak-Hak Terdakwa
Istilah tersangka berdasarkan Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, yaitu:“Tersangka adalah seseorang
yang karena perbuatannya atau keadaannya, berdasarkan bukti permulaan patut
diduga sebagai pelaku tindak pidana.” Sedangkan istilah terdakwa berdasarkan
Pasal 1 angka 15 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana, yaitu “Terdakwa adalah seorang tersangka yang dituntut, diperiksa dan
diadili di sidang pengadilan.”
Apabila kita perbandingkan penyebutan istilah tersangka atau terdakwa,
maka dalam ketentuan Wetboek van Strafordering Belanda (Ned. Sv.) kedua
istilah tersebut tidak dibedakan, akan tetapi hanya disebut dalam satu istilah saja
yaitu “verdachte”. Pada ketentuan Pasal 27 ayat (1) Ned. Sv. Istilah tersangka
ditafsirkan secara lebih luas dan lugas yaitu dipandang sebagai orang karena
fakta-fakta atau keadaan-keadaan menunjukkan ia patut diduga bersalah
melakukan suatu tindak pidana. Akan tetapi dalam praktek peradilan perbedaan
kedua istilah tersebut tampaknya bukan merupakan perbedaan principal dan boleh
dikatakan bersifat “semu” karena ternyata diatur dalam bagian yang sama yakni
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Bab VI tentang tersangka dan terdakwa mulai Pasal 50 sampai dengan Pasal 68
KUHAP.
Tersangka mempunyai hak-hak sejak ia mulai diperiksa oleh penyidik,
meskipun seorang tersangka diduga telah melakukan suatu perbuatan yang
cenderung sebagai perbuatan negatif dan bahkan suatu tindak pidana yang
melanggar hukum bukan berarti seorang tersangka dapat dilakukan semena-mena
dan di langgar hak-haknya abik itu hak-hak hukumnya,sehingga hak-hak tesebut
harus dipenuhi oleh penyidik.
Tersangka atau terdakwa diberikan seperangkat hak-hak oleh Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) dari mulai Pasal 50 sampai
dengan Pasal 68, hak-hak tersebut antara lain meliputi :
a) Hak untuk segera diperiksa , diajukan ke pengadilan, dan diadili (Pasal 50
ayat 1, 2, 3 ).
b) Hak untuk mengetahui dengan jelas dan bahasa yang dimengerti olehnya
tentang apa yang disangkakan dan apa yang didakwakan (Pasal 51 butir a dan
b).
c) Hak untuk memberikan keterangan secara bebas kepada penyidik dan hakim
(Pasal 52)
d) Hak untuk mendapat juru bahasa (Pasal 53 ayat 1).
e) Hak untuk dapat mendapat bantuan hukum pada setiap tingkat pemeriksaan
(Pasal 54)
f) Hak untuk mendapat nasehat hukum dari penasehat hukum yang ditunjuk oleh
pejabat yang bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan bagi tersangka
atau terdakwa yang diancam pidana mati dengan biaya cuma-cuma
g) Hak untuk diberitahu kepada keluarganya atau orang lain yang serumah
dengan tersangka atau terdakwa yang ditahan untuk mendapat bantuan hukum
atau jaminan bagi penangguhannya dan hak untuk berhubungan dengan
keluarga dengan maksud yang sama di atas (Pasal 59 dan 60).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
h) Hak tersangka atau terdakwa berhubungan surat-menyurat dengan penasehat
hukumnya (Pasal 62).
i) Hak tersangka atau terdakwa mengajukan saksi atau ahli yang memiliki
keahlian khusus guna memberikan keterangan yang menguntungkan bagi
dirinya (Pasal 65).
j) Hak tersangka atau terdakwa menuntut ganti kerugian. (Pasal 68)
Disamping hak-hak yang disebutkan diatas masih banyak lagi hak-hak
tersangka atau terdakwa yang lain, seperti bidang penahanan, penggeledahan, dan
sebagainya. Sebagai kesimpulan dari yang di sampaikan diatas, ialah bahwa baik
dalam pemeriksaan pendahuluan maupun dalam pemeriksaan sidang pengadilan,
telah berlaku asas akusator (accusatoir). Andi Hamzah mengatakan bahwa asas
akusator telah dianut pada pemeriksaan pendahuluan, ialah adanya jaminan yang
luas terutama dalam hal bantuan hukum, sehingga dari sejak pemeriksaan
dimulai, tersangka sudah dapat meminta bantuan hukum, bahkan pembicaraan
tersangka dan penasehat hukumnya tidak didengar atau disaksikan oleh penyidik
atau penuntut umum, kecuali ialah tersangka didakwa melakukan delik terhadap
keamanan negara (Andi Hamzah, 2000 :67).
3. Tinjauan Tentang Tindak Pidana
Istilah mengenai tindak pidana merupakan terjemahan dari bahasa
Belanda yaitu strafbaarfeit atau delict, namun dalam perkembangan hukum istilah
strafbaarfeit atau delict memiliki banyak definisi yang berbeda-beda, sehingga
untuk memperoleh pendefinisian tentang tindak pidana secara lebih tepat
sangatlah sulit mengingat banyaknya pengertian mengenai tindak pidana itu
sendiri.
Terdapat beberapa pendefinisian tindak pidana oleh para sarjana hukum,
dimana pendefinisian tersebut digolongakan dalam dua kelompok, yaitu
kelompok pertama yang merumuskan tindak pidana sebagai satu kesatuan yang
utuh dan bulat yang lebih dikekenal dengan kelompok yang berpandangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
monistis, sedangkan kelompok yang kedua adalah kelompok dengan aliran
dualistis yang memisahkan antar perbuatan yang dilarang dalam undang-undang
dan diancam pidana disatu pihak dan pertanggungjawaban dilain pihak.
Pengertian mengenai strafbaarfeit menurut sarjana sangatlah banyak,
pengertian tersebut antara lain berasal dari :
a) Simons
Merumuskan pengertian strafbaarfeit sebagai suatu tindakan melanggar hak
yang telah dilakukan dengan sengaja maupun tidak sengaja oleh seseorang
yang dapat dipertanggungjawabkan atas tindakannya dan yang oleh undang-
undang telah dinyatakan sebagai tindakan yang dapat di hukum. (Lamintang,
1997 : 185)
b) Pompe
Menurut hukum positif Pompe mengatakan bahwa strafbaarfeit adalah
perbuatan yang bersifat melawan hukum, dilakukan dengan kesalahan dan
diancam pidana.
c) Moeljanto
Memberikan pengertian yaitu perbuatan pidana sebagai perbuatan yang
diancam dengan pidana, barang siapa yang melanggar larangan tersebut.
(sudarto, 1990 :43)
d) Vos
Merumuskan bahwa strafbaarfeit adalah suatu kelakuan manusia yang
diancam pidana oleh peraturan perundang-undangan. (Adami Chazawi, 2002:
72)
e) Lamintang
Merumuskan tindak pidana itu sebagai suatu tindakan melanggar hak yang
dengan sengaja telah dilakukan oleh orang yang dapat
dipertanggungjawabkan atas tindakanya yang dinyatakan sebagai dapat
dilakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
f) Hezewinkel Suringa
Merumuskan tindak pidana sebagai suatu perilaku manusia yang pada suatu
saat tertentu telah ditolak di dalam suatu pergaulan hidup tertentu dan
dianggap sebagai perilaku yang harus ditiadakan oleh hukum pidana dengan
menggunakan sarana-sarana yang bersifat memaksa terdapat didalamnya
(Lamintang, 1984 :172).
g) Karni
Merumuskan ”delik itu mengandung perbuatan yang mengandung perlawanan
hak, yang dilakukan dengan salah dosa, oleh orang yang sempurna akal
budinya dan kepada siapa perbuatan dipertanggungjawabkan” (Sudarto, 1990
:42).
h) Van Hamel
Mengatakan strafbaarfeit sebagai suatu serangan atau suatu ancaman terhadap
hak-hak orang lain (Lamintang, 1997 :182).
4. Tinjauan Umum Tentang Anak
Anak adalah anugerah Tuhan Yang Maha Esa kepada manusia, anak
merupakan suatu titipan kepada orang yang telah menikah dan berkeluarga,
sehingga anak harus di jaga dan di lindungi oleh orang tua nya hingga anak dapat
melindungi dirinya sendiri dari bahaya yang ada dan juga dapat berpikir secara
sehat untuk menentukan pilihan hidupnya kelak.
Dalam kehidupan bernegara, anak merupakan generasi penerus bangsa
dan merupakan generasi muda yang nantinya sebagai penerus cita-cita bangsa.
Definisi anak sendiri terdapat banyak pengertiannya, pengertian tersebut terdiri
dari beberapa peraturan yang berlaku di Indonesia, diantaranya yaitu :
a) Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak
Dalam Pasal 1 ayat (2) undang-undang ini anak didefinisikan sebagai
seseorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun dan belum
pernah kawin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
b) Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak
Definisi anak adalah orang yang dalam perkara anak nakal telah berumur 8
(delapan) tahun, tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan
belum pernah kawin (Pasal 1 ayat (1) ) Sedangkan dalam Pasal 4 ayat (1)
Undang-undang ini menyebutkan bahwa batasan umur anak nakal yang dapat
diajukan ke sidang anak adalah anak yang sekurang-kurangnya 8 (delapan)
tahun tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah
kawin.
c) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
Dalam Pasal 1 butir 1 undang-undang ini pengertian anak adalah seseorang
yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih
dalam kandungan. Sehingga anak yang belum dilahirkan dan masih di dalam
kandungan ibu menurut undang-undang ini telah mendapatkan suatu
perlindungan hukum. Selain terdapat pengertian anak, dalam undang-undang
ini terdapat pengertian mengenai anak telantar, anak yang menyandang cacat,
anak yang memiliki keunggulan, anak angkat dan anak asuh.
d) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
Dalam undang-undang ini pengertian anak tidak di artikan secara lebih jelas,
namun pengertian dari Pasal 47 ayat (1) dan Pasal 50 ayat (1) yang berisi
mengenai pembatasan usia anak di bawah kekuasaan orang tua atau di bawah
perwalian sebelum mencapai 18 (delapan belas) tahun dapat diartikan bahwa
pengertian anak adalah seseorang yang belum mencapai usia 18 (delapan
belas) tahun.
e) Konvensi PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa)
Dalam Konvensi PBB yang di tanda tangani oleh Pemerintah Republik
Indonesia tanggal 1990 di katakan batasan umur anak adalah di bawah umur
18 (delapan belas) tahun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
f) Menurut KUHP
Seperti halnya dalam undang-undang tentang perkawinan, dalam KUHP
pengertian dari anak tidak dia artikan secara lebih lanjut, namun berdasarkan
Pasal 45 KUHP dapat di simpulkan mengenai pengertian anak yaitu seseorang
yang belum cukup umur, dimana batasan umurnya adalah 16 (enam belas)
tahun.Namun seiring perkembangan zaman, maka ketentuan dari Pasal 45
KUHP ini sudah tidak berlaku lagi dan sebagai gantinya digunakan ketentuan
yang terdapat dalam Pasal 1 ayat (1) UU No 3 tahun 1997 Tentang Pengadilan
Anak.
Dalam Pasal 4-19 Undang-Undang No 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak disebutkan yang menjadi hak-hak anak adalah sebagai
berikut:
Pasal 4
Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi
secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Pasal 5
Setiap anak berhak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status
kewarganegaraan.
Pasal 6
Setiap anak berhak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir, dan berekspresi
sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya, dalam bimbingan orang tua.
Pasal 7
(1) Setiap anak berhak untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan, dan diasuh
oleh orang tuanya sendiri.
(2) Dalam hal karena suatu sebab orang tuanya tidak dapat menjamin tumbuh
kembang anak, atau anak dalam keadaan terlantar maka anak tersebut berhak
diasuh atau diangkat sebagai anak asuh atau anak angkat oleh orang lain
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Pasal 8
Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai
dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial.
Pasal 9
(1) Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka
pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan
bakatnya.
(2) Selain hak anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), khusus bagi anak yang
menyandang cacat juga berhak memperoleh pendidikan luar biasa, sedangkan
bagi anak yang memiliki keunggulan juga berhak mendapatkan pendidikan
khusus.
Pasal 10
Setiap anak berhak menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari,
dan memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya demi
pengembangan dirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan.
Pasal 11
Setiap anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul
dengan anak yang sebaya, bermain, berekreasi, dan berkreasi sesuai dengan
minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri.
Pasal 12
Setiap anak yang menyandang cacat berhak memperoleh rehabilitasi, bantuan
sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial.
Pasal 13
(1) Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain mana
pun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan
dari perlakuan:
a. diskriminasi
b. eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual
c. penelantaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
d. kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan
e. ketidakadilan
f. perlakuan salah lainnya.
(2) Dalam hal orang tua, wali atau pengasuh anak melakukan segala bentuk
perlakuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), maka pelaku dikenakan
pemberatan hukuman.
Pasal 14
Setiap anak berhak untuk diasuh oleh orang tuanya sendiri, kecuali jika ada alasan
dan/atau aturan hukum yang sah menunjukkan bahwa pemisahan itu adalah demi
kepentingan terbaik bagi anak dan merupakan pertimbangan terakhir.
Pasal 15
Setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari :
a. penyalahgunaan dalam kegiatan politik
b. pelibatan dalam sengketa bersenjata
c. pelibatan dalam kerusuhan sosial
d. pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur kekerasan
e. pelibatan dalam peperangan
Pasal 16
(1) Setiap anak berhak memperoleh perlindungan dari sasaran penganiayaan,
penyiksaan, atau penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi
(2) Setiap anak berhak untuk memperoleh kebebasan sesuai dengan hukum.
(3) Penangkapan, penahanan, atau tindak pidana penjara anak hanya dilakukan
apabila sesuai dengan hukum yang berlaku dan hanya dapat dilakukan sebagai
upaya terakhir.
Pasal 17
(1) Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak untuk :
a. mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan penempatannya dipisahkan
dari orang dewasa;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
b. memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya secara efektif dalam
setiap tahapan upaya hukum yang berlaku; dan
c. membela diri dan memperoleh keadilan di depan pengadilan anak yang
objektif dan tidak memihak dalam sidang tertutup untuk umum.
(2) Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku kekerasan seksual atau yang
berhadapan dengan hukum berhak dirahasiakan.
Pasal 18
Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku tindak pidana berhak mendapatkan
bantuan hukum dan bantuan lainnya.
Pasal 19
Setiap anak berkewajiban untuk :
a. menghormati orang tua, wali, dan guru
b. mencintai keluarga, masyarakat, dan menyayangi teman
c. mencintai tanah air, bangsa, dan negara
d. menunaikan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya
e. melaksanakan etika dan akhlak yang mulia
5. Tinjauan Umum Tentang Hukum Acara Pidana
a) Pengertian Hukum Acara Pidana
Hukum acara pidana merupakan peraturan yang melaksanakan hukum
pidana. Hukum acara pidana yang berlaku di Indonesia berdasar pada
peraturan yang terdapat pada Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP), yang berlaku sejak diundangkannya Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1981 Tentang KUHAP. Dengan terciptanya Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana, maka pertama kali di Indonesia diadakan kodifikasi dan
unifikasi yang lengkap dalam artian meliputi seluruh proses pidana dari awal
(mencari kebenaran) sampai pada kasasi di Mahkamah Agung, bahkan sampai
meliputi peninjauan kembali (herziening) (Andi Hamzah, 2002:3).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Yahya Harahap berpendapat bahwa KUHAP sebagai hukum acara
pidana yang berisi ketentuan mengenai proses penyelesaian perkara pidana
sekaligus menjamin hak asasi tersangka atau terdakwa. Hal ini terdapat pada
penjelasan bahwa KUHAP sebagai hukum acara pidana yang berisi ketentuan
tata tertib proses penyelesaian penanganan kasus tindak pidana, sekaligus
telah memberi “legalisasi hak asasi” kepada tersangka atau terdakwa untuk
membela kepentingannya di depan pemeriksaan aparat penegak hukum.
Pengakuan hukum yang tegas akan hak asasi yang melekat pada diri mereka
dari tindakan sewenang-wenang. KUHAP telah mencoba menggariskan tata
tertib hukum yang antara lain akan melepaskan tersangka atau terdakwa
maupun keluarganya dari kesengsaraan putus asa di belantara penegakan
hukum yang tak bertepi, karena sesuai dengan jiwa dan semangat yang
diamanatkannya, tersangka atau terdakwa harus diberlakukan berdasar nilai-
nilai yang manusiawi (M. Yahya Harahap, 2002:4).
Definisi-definisi tersebut di atas dikemukakan oleh para ahli hukum. Hal
ini dikarenakan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana sendiri
tidak memberikan definisi hukum acara pidana secara implisit.
b) Tujuan dan Fungsi Hukum Acara Pidana
1) Tujuan Hukum Acara Pidana
Pemahaman mengenai tujuan KUHAP dapat dilihat dalam
konsideran huruf c KUHAP yang berbunyi:
“Bahwa pembangunan hukum nasional yang sedemikian itu di bidang hukum acara pidana adalah agar masyarakat menghayati hak dan kewajibannya dan untuk meningkatkan pembinaan sikap para pelaksana penegak hukum sesuai dengan fungsi dan wewenang masing-masing, ke arah tegaknya hukum, keadilan dan perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia, ketertiban serta kepastian hukum sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila”.
Dari bunyi konsideran huruf c KUHAP tersebut, maka dapat dapat
dirumuskan beberapa landasan tujuan KUHAP, yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
(a) Peningkatan kesadaran hukum masyarakat, yang lebih dititikberatkan
kepada peningkatan penghayatan akan hak dan kewajiban hukum.
(b) Meningkatkan sikap mental aparat penegak hukum.
(c) Tegaknya hukum dan keadilan
(d) Melindungi harkat dan matabat manusia
(e) Menegakkan ketertiban dan kepastian hukum, arti dan tujuan
kehidupan masyarakat adalah mencari dan mewujudkan ketenteraman
dan ketertiban (Yahya Harahap, 2002:58-79).
Pada dasarnya tujuan dari hukum acara pidana telah dirumuskan
dalam Pedoman Pelaksanaan KUHAP yang dikeluarkan oleh Menteri
Kehakiman, yang bunyinya adalah untuk mencari dan mendapatkan atau
setidak-tidaknya mendekati kebenaran material, ialah kebenaran yang
selengkap-lengkapnya dari suatu perkara pidana dengan menerapkan
ketentuan hukum acara pidana secara jujur dan tepat dengan tujuan untuk
mencari siapakah pelaku yang dapat didakwakan melakukan suatu
pelanggaran hukum, dan selanjutnya meminta pemeriksaan dan putusan
dari pengadilan guna menemukan apakah terbukti bahwa suatu tindak
pidana telah dilakukan dan apakah orang yang didakwa itu dapat
dipersalahkan.Tujuan hukum acara pidana mencari kebenaran itu hanyalah
merupakan tujuan antara. Tujuan akhirnya ialah mencari suatu ketertiban,
ketenteraman, kedamaian, keadilan dan kesejahteraan dalam masyarakat
(Andi Hamzah, 2002:9).
2) Fungsi Hukum Acara Pidana
Menurut Bambang Poernomo (1988:18) tugas dan fungsi pokok
hukum acara pidana dalam pertumbuhannya meliputi empat tugas pokok,
yaitu :
(a) Mencari dan menemukan kebenaran
(b) Mengadakan tindakan penuntutan secara benar dan tepat
(c) Memberikan suatu keputusan hakim
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
(d) Melaksanakan (eksekusi) putusan hakim
Menurut Van Bemmelen, seperti yang dikutip oleh Andi Hamzah,
mengenai fungsi hukum acara pidana, mengemukakan terdapat tiga fungsi
hukum acara pidana yaitu :
(a) Mencari dan menemukan kebenaran
(b) Pemberian keputusan hakim
(c) Pelaksanaan putusan (Andi Hamzah, 2002:9)
c) Asas-Asas Hukum Acara Pidana
Asas-asas Hukum Acara Pidana, diatur dalam Penjelasan KUHAP butir
ke-3 yaitu terdiri dari :
1) Asas persamaan di muka hukum yaitu perlakuan yang sama atas diri setiap
orang di muka hukum dengan tidak mengadakan pembedaan perlakuan
2) Asas perintah tertulis yaitu penangkapan, penahanan, penggeledahan dan
penyitaan harus dilakukan berdasarkan perintah tertulis oleh pejabat yang
diberi wewenang oleh undang-undang dan hanya dalam hal dan dengan
cara yang diatur dengan undang-undang
3) Asas praduga tak bersalah yaitu setiap orang yang disangka, ditangkap,
ditahan, dituntut dan dihadapkan di muka sidang pengadilan, wajib
dianggap tidak bersalah sampai adanya putusan pengadilan yang
menyatakan kesalahannya dan memperoleh kekuatan hukum tetap
4) Asas pemberian ganti rugi dan rehabilitasi atas salah tangkap, salah tahan
dan salah tuntut yaitu kepada seorang yang ditangkap, ditahan, dituntut
ataupun diadili tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang dan atau
karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan wajib
diberi ganti kerugian dan rehabilitasi sejak tingkat penyidikan dan para
pejabat penegak hukum yang dengan sengaja atau karena kelalaiannya
menyebabkan asas hukum tersebut dilanggar, dituntut, dipidana dan atau
dikenakan hukuman administrasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
5) Asas peradilan yang cepat, sederhana dan biaya ringan, bebas, jujur dan
tidak memihak yaitu pengadilan yang harus dilakukan dengan cepat,
sederhana dan biaya ringan serta bebas, jujur dan tidak memihak harus
diterapkan secara konsekuen dalam seluruh tingkat peradilan ;
6) Asas memperoleh bantuan hukum seluas-luasnya yaitu setiap orang yang
tersangkut perkara wajib diberi kesempatan memperoleh bantuan hukum
yang semata-mata diberikan untuk melaksanakan kepentingan pembelaan
atas dirinya
7) Asas wajib diberitahu dakwaan dan dasar hukum dakwaan yaitu kepada
seorang tersangka, sejak saat dilakukan penangkapan dan atau penahanan
selain wajib diberitahu dakwaan atas dasar hukum apa yang didakwakan
kepadanya, juga wajib diberitahu haknya itu termasuk hak untuk
menghubungi dan meminta bantuan penasehat hukum ;
8) Asas hadirnya terdakwa yaitu pengadilan memeriksa perkara pidana
dengan hadirnya terdakwa
9) Asas pemeriksaan pengadilan terbuka untuk umum yaitu sidang
pemeriksaan pengadilan adalah terbuka untuk umum kecuali dalam hal
yang diatur dalam undang-undang
10) Asas pelaksanaan pengawasan putusan yaitu pengawasan pelaksanaan
putusan pengadilan dalam perkara pidana dilakukan oleh ketua pengadilan
negeri yang bersangkutan
11) Tersangka diberi kebebasan memberi dan mendapatkan penasehat hukum,
menunjukkan bahwa KUHAP telah dianut asas akusator, yaitu tersangka
dalam pemeriksaan dipandang sebagai subjek berhadap-hadapan dengan
lain pihak yang memeriksa atau mendakwa yaitu kepolisian atau
kejaksaan sedemikian rupa sehingga kedua pihak mempunyai hak-hak
yang sama nilainya (asas accusatoir) (M.Yahya Harahap, 2002:40)
Sedangkan Andi Hamzah berpendapat bahwa asas-asas penting yang
terdapat dalam hukum acara pidana adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
1) Asas peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan
2) Asas praduga tak bersalah (Presumption of Innocence)
Sebelum ada putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap,
maka setiap orang tersangka/terdakwa wajib dianggap tidak bersalah
3) Asas oportunitas
Penuntut umum tidak wajib menuntut seseorang yang melakukan delik
jika menurut pertimbangannya akan merugikan kepentingan umum
4) Asas pemeriksaan pengadilan terbuka untuk umum
Terdapat pengecualian, yaitu mengenai delik yang berhubungan dengan
rahasia militer atau yang menyangkut ketertiban umum (openbare orde)
5) Asas semua orang diperlakukan sama di depan hakim.
Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak membeda-bedakan
orang
6) Asas peradilan dilakukan oleh hakim karena jabatannya dan tetap
Pengambilan keputusan salah tidaknya terdakwa dilakukan oleh hakim
karena jabatannya dan bersifat tetap. Untuk jabatan tersebut diangkat
hakim-hakim yang tetap oleh kepala negara
7) Asas tersangka/terdakwa berhak mendapat bantuan hukum
8) Asas akusator dan inkisitor (accusatoir dan inquisitoir)
Kebebasan memberi dan mendapatkan nasehat hukum menunjukkan
bahwa dengan KUHP telah dianut asas akusator
9) Asas pemeriksaan hakim yang langsung dan lisan
Pemeriksaan di sidang pengadilan dilakukan oleh hakim secara langsung,
artinya langsung kepada terdakwa dan para saksi (Andi Hamzah, 2002:10-
22)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
6. Tinjauan Umum Tentang Sinkronisasi
a) Pengertian Sinkronisasi
Penyelarasan dan penyelerasian berbagai peraturan perundang-undangan yang
terkait dengan peraturan perundang-undangan yang telah ada dan sedang
disusun yang mengatur suatu bidang tertentu.
b) Maksud dan Tujuan Sinkronisasi
Maksud dari kegiatan sinkronisasi adalah agar subtansi yang diatur dalam
produk perundang-undangan tidak tumpang tindih, saling melengkapi
(suplementer), saling terkait, dan semakin rendah jenis pengaturannya maka
semakin detail dan operasional materi muatannya.
Adapun tujuan dari kegiatan sinkronisasi adalah untuk mewujudkan landasan
pengaturan suatu bidang tersebut secara efisien dan efektif.
c) Ruang Lingkup Sinkronisasi
Sinkronisasi peraturan perundang-undangan dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu:
1. Sinkronisasi vertikal adalah dilakukan dengan melihat apakah suatu
peraturan perundang-undangan yang berlaku pada suatu bidang tertentu
tidak bertentangan antara satu dengan yang lain.
2. Sinkronisasi horisontal adalah dilakukan dengan melihat berbagai
peraturan perundang-undangan yang sederajat yang mengatur bidang yang
sama atau terkait. Sinkronisasi horizontal juga harus dilakukan secara
kronologis, yaitu sesuai dengan urutan waktu yang ditetapkannya
peraturan perundang-undangan yang bersangkutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
B. Kerangka Pemikiran
Gambar 1 : Skematik Kerangka Pemikiran
Keterangan :
Setiap orang yang melakukan tindak pidana pastilah mendapatkan
perlindungan hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Misalnya dalam tindak pidana yang dilakukan oleh orang dewasa
dengan anak, perlindungan hukum yang diterima pastilah berbeda. Hak-hak
yang dimiliki oleh terdakwa orang dewasa dalam persidangan diatur dalam
Undang-Undang No 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana (KUHAP) sedangkan hak-hak terdakwa anak dalam
Perlindungan Hukum
Anak Dibawah Umur Menurut UU No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan
Anak
Orang dewasa Menurut Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana
Hak-Hak Terdakwa
Persamaan Dan Perbedaan
Tindak Pidana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
persidangan diatur dalam Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak. Dalam hal ini bagaimana pelaksanaan hak-hak terdakwa
oleh orang dewasa dengan anak dalam proses persidangan dan apa yang
menjadi persamaan dan perbedaan hak-hak yang dimiliki oleh terdakwa orang
dewasa dengan anak dalam proses persidangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hak Terdakwa dalam Proses Persidangan Terhadap Tindak Pidana
Pencurian yang Dilakukan Oleh Anak di Bawah Umur Dengan Orang
Dewasa Berdasarkan Undang-Undang No 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak dan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP)
1. Hasil Penelitian
Pada hasil penelitian ini, peneliti mengkaji Undang-Undang No 23
Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak sebagai payung hukum dan Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang mengatur tentang hak-
hak terdakwa (orang dewasa), mengenai perlindungan hak-hak anak pada saat
berhadapan dengan hukum, dan disisi lain hak-hak terdakwa (orang dewasa).
Adapun hak-hak anak sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Pasal 4 s.d. 11, 13, 15 dan 16 yaitu
setiap anak berhak, yaitu :
Tabel 1
Hak-hak Anak Menurut Undang-Undang No 23 Tahun 2002
Tentang Perlindungan Anak
NO PASAL BUNYI PASAL
a) b) c)
Pasal 4
Pasal 5
Pasal 6
Mendapat hidup, tumbuh, berkembang dan
berpartisipasi secara wajar sesuai harkat dan
martabat serta mendapat perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi
Atas suatu nama sebagai identitas dari status
kewarganegaraan
Untuk beribadah menurut agamanya, berfikir dan
36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
d) e) f) g) h) i)
Pasal 7 ayat 1, 2
Pasal 8
Pasal 9 ayat (1)
Pasal 10
Pasal 11
Pasal 13 ayat (1)
berekspresi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan
usianya dalam bimbingan orang tuanya
Untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan dan
diasuh orang tuanya sendiri. Jika orang tuanya
tidak dapat menjamin tumbuh kembang anak atau
anak dalam keadaan terlantar. Maka ia berhak
diasuh atau diangkat sebagai anak asuh atau anak
angkat oleh orang lain sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku
Memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan
sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental,
spiritual dan sosial
Memperoleh pendidikan dan pengajaran guna
pengembangan pribadinya dan tingkat
kecerdasannya sesuai minat dan bakatnya
Menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima,
mencari dan memberikan informasi demi
pengembangan dirinya sesuai dengan nilai-nilai
kesusilaan dan kepatutan
Beristirahat dan memanfaatkan waktu luang,
bergaul dengan yang sebaya, bermain , berkreasi
sesuai minat dan bakat tingkat kecerdasan demi
pengembangan dirinya
Selama dalam asuhan orang tua, wali atau pihak
lain yang bertanggung jawab, anak mendapat
perlindungan dari perilaku : diskriminasi,
ekploitasi (ekonomi / seksual), penelantaran,
kekejamanan, kekerasan, penganiayaan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
j) k) l) m) n) o) p)
Pasal 15
Pasal 16 ayat (1,
2)
Pasal 9 ayat (2)
Pasal 9 ayat (2,
12)
Pasal 14
Pasal 16 ayat (3)
Pasal 17 ayat (1)
ketidakadilan dan perilaku salah lainnya
Memperoleh perlindungan dari penyalahgunaan
dalam kegiatan politik, pelibatan dalam sengketa
bersenjata, kerusuhan sosial, peristiwa yang
mengandung unsur kekerasan dan peperangan
Memperoleh perlindungan dari sasaran
penganiayaan, penyiksaan atau penjatuhan
hukuman yang tidak manusiawi, juga memperoleh
kebebasan sesuai dengan hukum
Penyandang cacat : ia juga memperoleh pendidikan
luar biasa, sedangkan yang memiliki keuangan
juga berhak mendapatkan pendidikan khusus
Berhak memperoleh rehabilitasi bantuan sosial dan
pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial
Perkecualian, terhadap pemisahan anak untuk
diasuh oleh orang tuanya, adalah jika ada alasan
dan / atau aturan hak yang sah demi kepentingan
terbaik bagi anak, merupakan pertimbangan terbaik
bagi anak dan yang terakhir
Upaya terakhir (ultimum remedium) berupa
penangkapan, penahanan atau pidana penjara anak
hanya dilakukan apabila sesuai dengan hukum
yang berlaku dan hanya dapat dilakukan sebagai
upaya terakhir
Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak
untuk : mendapatkan perlakuan secara manusiawi
dan penempatannya dipisahkan dari orang dewasa,
memperoleh bantuan hukum atau lainnya secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
q) r) s)
Pasal 17 ayat (2)
Pasal 18
Pasal 64 ayat (2)
efektif dalam setiap tahapan upaya hukum yang
berlaku; dan membela diri dan memperoleh
keadilan di depan pengadilan anak yang obyektif
dan tidak memihak serta dalam sidang tertutup
untuk umum
Berhak dirahasiakan yaitu bagi setiap anak yang
menjadi korban atau pelaku kekerasan seksual
atau yang berhadapan dengan hukum
Berhak mendapatkan bantuan hukum dan lainnya
bagi setiap anak yang menjadi korban atau pelaku
pidana.
Perlindungan khusus bagi anak yang berhadapan
dengan hukum sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dilaksanakan melalui :
a. perlakuan atas anak secara manusiawi sesuai
dengan martabat dan hak-hak anak;
b. penyediaan petugas pendamping khusus anak
sejak dini
c. penyediaan sarana dan prasarana khusus
d. penjatuhan sanksi yang tepat untuk
kepentingan yang terbaik bagi anak
e. pemantauan dan pencatatan terus menerus
terhadap perkembangan anak yang berhadapan
dengan hukum
f. pemberian jaminan untuk mempertahankan
hubungan dengan orang tua atau keluarga
g. perlindungan dari pemberitaan identitas
melalui media massa dan untuk menghindari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
t) u) v) w)
Pasal 7 UU No 3
Tahun 1997
Pasal 8 ayat 1
UU No 3 Tahun
1997
Pasal 8 ayat 3
UU No 3 Tahun
1997
Pasal 11 UU No
3 Tahun 1997
labelisasi.
Anak yang melakukan tindak pidana bersama-sama
dengan orang dewasa diajukan ke Sidang Anak,
sedangkan orang dewasa diajukan ke sidang bagi
orang dewasa
Hakim memeriksa perkara anak dalam sidang
tertutup.
Dalam sidang yang dilakukan secara tertutup
hanya dapat dihadiri oleh anak yang bersangkutan
beserta orang tua, wali, atau orang tua asuh,
Penasihat Hukum, dan Pembimbing
Kemasyarakatan.
Hakim memeriksa dan memutus perkara anak
dalam tingkat pertama sebagai hakim tunggal
Adapun hak-hak terdakwa (orang dewasa) dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) mulai Pasal 50 sampai dengan Pasal
68, hak-hak tersebut antara lain meliputi :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Tabel 2
Hak-hak Terdakwa (orang dewasa)
Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)
NO PASAL BUNYI PASAL
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
Pasal 50 ayat (1)
Pasal 50 ayat (2)
Pasal 50 ayat (3)
Pasal 51 butir a
dan b
Pasal 52
Pasal 53 ayat (1)
Pasal 54
Pasal 56
Pasal 57 ayat (1)
Pasal 58
Hak untuk segera diperiksa, diajukan ke
pengadilan, dan diadili
Tersangka berhak perkaranya segera dimajukan ke
pengadilan oleh penuntut umum
Hak terdakwa segera diadili oleh pengadilan
Hak untuk mengetahui dengan jelas dan bahasa
yang dimengerti olehnya tentang apa yang
disangkakan dan apa yang didakwakan
Hak untuk memberikan keterangan secara bebas
kepada penyidik dan hakim
Hak untuk mendapat juru bahasa
Hak untuk dapat mendapat bantuan hukum pada
setiap tingkat pemeriksaan
Hak untuk mendapat nasehat hukum dari penasehat
hukum yang ditunjuk oleh pejabat yang
bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan bagi
tersangka atau terdakwa yang diancam pidana mati
dengan biaya cuma-cuma
Hak tersangka atau terdakwa yang dikenakan
penahanan berhak menghubungi penasihat
hukumnya
Hak tersangka atau terdakwa yang dikenakan
penahanan berhak menghubungi dan menerima
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
k)
l)
m)
n)
o)
p)
Pasal 59 dan 60
Pasal 61
Pasal 62
Pasal 63
Pasal 64
Pasal 65
kunjungan dokter pribadinya untuk kepentingan
kesehatan baik yang ada hubungannya dengan
proses perkara maupun tidak.
Hak untuk diberitahu kepada keluarganya atau
orang lain yang serumah dengan tersangka atau
terdakwa yang ditahan untuk mendapat bantuan
hukum atau jaminan bagi penangguhannya dan hak
untuk berhubungan dengan keluarga dengan
maksud yang sama di atas
Hak tersangka atau terdakwa secara Iangsung atau
dengan perantaraan penasihat hukumnya
menghubungi dan menerima kunjungan sanak
keluarganya dalam hal yang tidak ada
hubungannya dengan perkara tersangka atau
terdakwa untuk kepentingan pekerjaan atau untuk
kepentingan kekeluarga.
Hak tersangka atau terdakwa berhubungan surat-
menyurat dengan penasehat hukumnya.(Pasal 62)
Hak tersangka atau terdakwa untuk menghubungi
dan menerima kunjungan dari rohaniwan
Hak terdakwa untuk diadili di sidang pengadilan
yang terbuka untuk umum.
Hak tersangka atau terdakwa mengajukan saksi
atau ahli yang memiliki keahlian khusus guna
memberikan keterangan yang menguntungkan bagi
dirinya.
Tersangka atau terdakwa tidak dibebani kewajiban
pembuktian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
q)
r)
s)
Pasal 66
Pasal 67
Pasal 68
Hak terdakwa atau penuntut umum untuk minta
banding terhadap putusan pengadilan tingkat
pertama kecuali terhadap putusan bebas, lepas dari
segala tuntutan hukum yang menyangkut masalah
kurang tepatnya penerapan hukum dan putusan
pengadilan dalam acara cepat
Hak tersangka atau terdakwa menuntut ganti
kerugian.
Adapun dalam 2 (dua) tindak pidana yang menjadi bahan kajian
peneliti, menunjukan dalam proses persidangan hanya terdapat beberapa hak
saja yang terpenuhi, di satu sisi pada poses persidangan anak dan Proses
Persidangan orang dewasa, antara lain :
1. Hak-hak Anak dalam proses persidangan :
a) Hak untuk didampingi oleh penasihat hukum, orang tuanya dan
petugas balai pemasyarakatan (penyediaan petugas pendamping
khusus anak sejak dini).
b) Hak untuk diperiksa oleh Hakim tunggal dalam memeriksa dan
memutus perkara anak dalam tingkat pertama.
c) Hak untuk disidangkan terpisah dengan orang dewasa.
d) Hak untuk disidangkan dalam sidang yang tertutup untuk umum.
e) Hak untuk mengajukan nota keberatan (Replik) oleh terdakwa
terhadap dakwaan jaksa penuntut umum.
f) Hak untuk mengajukan nota pembelaan (pledoi) terhadap tuntutan
jaksa penuntut umum.
g) Hak untuk mendapatkan bantuan dari Balai Pemasyarakatan (BAPAS)
dalam proses penyidikan, penuntutan dam pemeriksaan di Pengadilan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
h) Perlakuan atas anak secara manusiawi sesuai dengan martabat dan
hak-hak anak
i) Mendapatkan penyediaan sarana dan prasarana khusus
j) Penjatuhan sanksi yang tepat untuk kepentingan yang terbaik bagi
anak
k) pemantauan dan pencatatan terus menerus terhadap perkembangan
anak yang berhadapan dengan hukum
l) pemberian jaminan untuk mempertahankan hubungan dengan orang
tua atau keluarga
m) perlindungan dari pemberitaan identitas melalui media massa dan
untuk menghindari labelisasi.
2. Hak-hak Terdakwa Orang Dewasa dalam Proses Persidangan :
a) Hak untuk mengetahui dengan jelas dan bahasa yang dimengerti
olehnya tentang apa yang disangkakan dan apa yang didakwakan
b) Hak untuk mengajukan nota pembelaan (pledoi) terhadap tuntutan
jaksa penuntut umum baik secara lisan maupun tertulis.
c) Hak untuk tidak dibebani pembuktian
d) Hak untuk memberikan keterangan secara bebas
2. Pembahasan
A. Perlindungan Hak-hak Anak dalam Undang-Undang No 23 Tahun 2002
Tentang Perlindungan Anak dalam Proses Persidangan.
Berdasarkan hasil penelitian pada sub bab sebelumnya, peneliti dapat
mengemukakan hak-hak anak ketika berhadapan dengan hukum menurut
Undang-Undang No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Hak-hak
anak tersebut antara lain mencakup hak mendapatkan penegakan hukum
sebagai ultimum remidium, hak perlakuan manusiawi, hak dirahasiakan, hak
mendapatkan sarana dan prasarana khusus, penyediaan petugas pendamping
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
khusus dan hak mendapatkan penjatuhan sanksi yang tepat untuk kepentingan
yang terbaik bagi anak. Sedangkan dalam proses persidangan sang anak hanya
mendapatkan hak yang meliputi diperiksa oleh hakim tunggal, disidangkan
dalam sidang tertutup, sidang dipisahkan dengan orang dewasa, mendapatkan
bantuan dari Balai Pemasyarakatan, perlakuan secara manusiawi,
mendapatkan sarana dan prasarana khusus. Adapun secara rinci dapat dilihat
pada table berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Tabel 3
Perbandingan Hak Anak Dalam Undang-Undang No 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak dan Dalam Proses Persidangan Anak
Hak-Hak Anak Dalam Undang-Undang No 23 Tahun 2002
Tentang Perlindungan Anak
Hak-Hak Anak Dalam Proses Persidangan
a) Upaya terakhir (ultimum remedium) berupa penangkapan, penahanan atau pidana penjara anak hanya dilakukan apabila sesuai dengan hukum yang berlaku dan hanya dapat dilakukan sebagai upaya terakhir
b) Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak untuk : mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan penempatannya dipisahkan dari orang dewasa, memperoleh bantuan hukum atau lainnya secara efektif dalam setiap tahapan upaya hukum yang berlaku; dan membela diri dan memperoleh keadilan di depan pengadilan anak yang obyektif dan tidak memihak serta dalam sidang tertutup untuk umum
c) Berhak dirahasiakan yaitu bagi setiap anak yang menjadi korban atau pelaku kekerasan seksual atau yang berhadapan dengan hukum
a) Tidak didampingi oleh penasihat hukum, namun oleh orang tuanya dan petugas balai pemasyarakatan.
b) Diperiksa oleh Hakim tunggal dalam memeriksa dan memutus perkara anak dalam tingkat pertama
c) Disidangkan terpisah dengan orang dewasa.
d) Disidangkan dalam sidang yang tertutup untuk umum.
e) Mengajukan nota keberatan (Replik) oleh terdakwa terhadap dakwaan jaksa penuntut umum
f) Mengajukan nota pembelaan (pledoi) terhadap tuntutan jaksa penuntut umum
g) Mendapatkan bantuan dari Balai Pemasyarakatan (BAPAS) dalam proses penyidikan, penuntutan dam pemeriksaan di Pengadilan.
h) Perlakuan atas anak secara manusiawi sesuai dengan martabat dan hak-hak anak
i) Mendapatkan penyediaan sarana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
d) Berhak mendapatkan bantuan hukum dan lainnya bagi setiap anak yang menjadi korban atau pelaku pidana.
e) Anak yang melakukan tindak pidana bersama-sama dengan orang dewasa diajukan ke Sidang Anak, sedangkan orang dewasa diajukan ke sidang bagi orang dewasa.
f) Hakim memeriksa perkara anak dalam sidang tertutup.
g) Dalam sidang yang dilakukan secara tertutup hanya dapat dihadiri oleh anak yang bersangkutan beserta orang tua, wali, atau orang tua asuh, Penasihat Hukum, dan Pembimbing Kemasyarakatan.
h) Hakim memeriksa dan memutus perkara anak dalam tingkat pertama sebagai hakim tunggal.
dan prasarana khusus j) Penjatuhan sanksi yang tepat
untuk kepentingan yang terbaik bagi anak
k) pemantauan dan pencatatan terus menerus terhadap perkembangan anak yang berhadapan dengan hukum
l) pemberian jaminan untuk mempertahankan hubungan dengan orang tua atau keluarga
m) perlindungan dari pemberitaan identitas melalui media massa dan untuk menghindari labelisasi.
Dalam surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum, Terdakwa Anak Pada
hari selasa tanggal 23 Maret 2010 sekitar jam 03.00 wib atau setidak-tidaknya
pada suatu waktu pada bulan maret 2010, bertempat di toko SFA
Dk.pandangan RT.01 RW.07 kelurahan jungke kecamatan karanganyar
kabupaten karanganyar atau setidak-tidaknya masih di dalam daerah hukum
pengadilan negeri karanganyar, dengan maksud untuk dimiliki dengan
melawan hukum telah mencoba mengambil barang berupa uang, akan tetapi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
perbuatan tersebut tidak selesai bukan karena kehendak terdakwa, akan tetapi
karena ketahuan penjaga toko, yang dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Terdakwa mempunyai niat akan mengambil uang di toko SFA, dengan
memanjat pagar besi toko SFA terdakwa naik ke lantai 2, kemudian
memanjat lagi ke lantai 3, selanjutnya terdakwa berusaha masuk melalui
jendela dilantai 3, mengingat terdakwa di dalam membuka jendela
menimbulkan suara, membuat penjaga toko SFA langsung naik ke lantai 3
untuk mengejar, melihat terdakwa dikejar kemudian terdakwa turun ke lantai
2 dan bersembunyi dibawah kanopi pada genting, akan tetapi terdakwa
kemudian dapat ditangkap, dan selanjutnya diserahkan kepada Polisi.
Sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 53 ayat ( 1 ) jo .
Pasal 363 ayat ( 1 ) ke -5 KHUP jo. Undang – Undang Nomor 3 tahun 1997
tentang Peradilan Anak. Terdakwa anak terbukti memenuhi unsur-unsur
tindak pidana sebagai berikut :
a) Barang Siapa
b) Mengambil sesuatu barang milik orang lain
c) Untuk dimiliki secara melawan hukum
d) Dilakukan dengan cara memanjat
e) Perbuatan tersebut tidak terlaksana bukan karena kehendaknya
Dalam pertimbangan putusan hakim No 63/pid.b/2010/PN.Kr.Ay yaitu
sebaga berikut :
a) Bahwa dalam diri Terdakwa tidak ditemukan adanya alasan pemaaf dan
pembenar maka Terdakwa harus bertanggung jawab atas tindak pidana
yang dilakukanya.
b) Bahwa karena Terdakwa masih anak-anak maka terdakwa harus dihukum
setimpal dengan rasa keadilan dan kepatutan serta sesuai dengan Undang-
Undang Pengadilan Anak No. 3 tahun 1997
c) Bahwa walaupun Terdakwa pernah melakukan pencurian sekali di toko
SFA sesuai dengan pengakuan Terdakwa maka Hakim memeriksa dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
memutus perkara sesuai dengan surat dakwaan saja dan tidak akan
memutus lebihb dari dakwaan Jaksa Penuntut Umum.
d) Bahwa dengan terbuktinya unsur-unsur tindak pidana yang dilakukan oleh
Terdakwa anak, maka menyatakan terbukti secara sah dan meyakinkan
bersalah melakukan tindak pidana ”percobaan pencurian dalam keadaan
memberatkan” sehingga dihukum dengan pidana penjara selama 2 (dua)
bulan.
Mengenai perbandingan mengenai penerapan hak anak sebagai
individu di bawah umur yang berhadapan dengan hukum dalam Undang-
Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak terhadap proses
persidangan di atas dapat dilihat bahwa tidak semua hak-hak anak dalam
Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak terlaksana
dalam proses persidangan seperti halnya si terdakwa anak tidak didampingi
oleh penasihat hukum, sehingga hak anak sebagai tersangka atau terdakwa
untuk dapat didampingi dalam pada setiap tingkat pemeriksaan tidak
dipenuhi. Pada awal persidangan Hakim Majelis telah menyatakan kepada
terdakwa anak, bahwa tidak menggunakan haknya untuk dapat didampingi
oleh penasihat hukum atau tidak. Terdakwa anak selama proses persidangan
hanya didampingi oleh ibu kandungnya dan petugas BAPAS Surakarta.
Faktor penyebabnya adalah keterbatasan kondisi ekonomi dari si keluarga
anak selaku terdakwa yang tidak memungkinkan untuk dapat menyewa atau
membayar penasihat hukum untuk dapat mendampingi di setiap tingkat
pemeriksaan.
Disisi lain hak-hak anak selaku terdakwa dalam proses persidangan
telah terpenuhi sesuai dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak oleh Hakim majelis yang memeriksa perkara tersebut.
Seperti halnya tentang pelaksanaan sidang tertutup untuk umum, diperiksa
oleh hakim tunggal, didampingi oleh keluarganya pada setiap proses
pemeriksaan, membela diri pada pada persidangan misalnya mengajukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
eksepsi dan nota pembelaan baik secara lisan maupun tertulis dan
mendapatkan bantuan dari Balai Pemasyarakatan (BAPAS).
B. Perlindungan Hak-hak Terdakwa (Orang Dewasa) dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) dalam Proses Persidangan
Hak-Hak Terdakwa (Orang Dewasa)
Dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana (KUHAP)
Hak-Hak Terdakwa (Orang Dewasa)
Dalam Proses Persidangan
a) Hak untuk segera diperiksa,
diajukan ke pengadilan, dan
diadili
b) Hak tersangka segera dimajukan
ke pengadilan oleh penuntut
umum.
c) Hak untuk mengetahui dengan
jelas dan bahasa yang dimengerti
olehnya tentang apa yang
disangkakan dan apa yang
didakwakan
d) Hak untuk memberikan
keterangan secara bebas kepada
penyidik dan hakim
e) Hak untuk mendapat juru bahasa
f) Hak untuk dapat mendapat
bantuan hukum pada setiap
tingkat pemeriksaan
g) Hak untuk mendapat nasehat
hukum dari penasehat hukum
a) Hak untuk mengetahui dengan
jelas dan bahasa yang dimengerti
olehnya tentang apa yang
disangkakan dan apa yang
didakwakan
b) Hak untuk mengajukan nota
pembelaan (pledoi) terhadap
tuntutan jaksa penuntut umum
baik secara lisan maupun tertulis.
c) Hak untuk tidak dibebani
pembuktian
d) Hak untuk memberikan
keterangan secara bebas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
yang ditunjuk oleh pejabat yang
bersangkutan pada semua tingkat
pemeriksaan bagi tersangka atau
terdakwa yang diancam pidana
mati dengan biaya cuma-cuma
h) Hak terdakwa yang dikenakan
penahanan berhak menghubungi
penasihat hukumnya.
i) Hak tersangka atau terdakwa
yang dikenakan penahanan
berhak menghubungi dan
menerima kunjungan dokter
pribadinya untuk kepentingan
kesehatan baik yang ada
hubungannya dengan proses
perkara maupun tidak.
j) Hak untuk diberitahu kepada
keluarganya atau orang lain yang
serumah dengan tersangka atau
terdakwa yang ditahan untuk
mendapat bantuan hukum atau
jaminan bagi penangguhannya
dan hak untuk berhubungan
dengan keluarga
k) Hak tersangka atau terdakwa
secara langsung atau dengan
perantaraan penasihat hukumnya
menghubungi dan menerima
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
kunjungan sanak keluarganya
dalam hal yang tidak ada
hubungannya dengan perkara
tersangka atau terdakwa untuk
kepentingan pekerjaan atau
untuk kepentingan kekeluarga.
l) Hak tersangka atau terdakwa
untuk menghubungi dan
menerima kunjungan dari
rohaniwan. Hak terdakwa untuk
diadili di sidang pengadilan yang
terbuka untuk umum.
m) Hak tersangka atau terdakwa
mengajukan saksi atau ahli yang
memiliki keahlian khusus guna
memberikan keterangan yang
menguntungkan bagi dirinya.
n) Tersangka atau terdakwa tidak
dibebani kewajiban pembuktian.
o) Hak terdakwa atau penuntut
umum untuk minta banding
terhadap putusan pengadilan
tingkat pertama kecuali terhadap
putusan bebas, lepas dari segala
tuntutan hukum yang
menyangkut masalah kurang
tepatnya penerapan hukum dan
putusan pengadilan dalam acara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
cepat.
p) Hak tersangka atau terdakwa
menuntut ganti kerugian.
Perbandingan mengenai penerapan hak-hak terdakwa (orang dewasa)
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) dalam proses
persidangan di atas dapat dilihat bahwa tidak semua hak-hak terdakwa (orang
dewasa) yang ada dalam KUHAP terlaksana.
Hak terdakwa yang tidak dipenuhi antara lain :
a) Hak terdakwa untuk perkaranya segera diajukan, dilimpahkan dan diadili
di pengadilan, namun pada kenyataannya jaksa penuntut umum terlalu
lama dalam melakukan pemeriksaan sehingga pelimpahan perkara ke
Pengadilan tertunda dan harus dilakukan perpanjangan penahanan oleh
pihak Kejaksaan. Dalam putusan jaksa penuntut umum melakukan
perpanjangan penahanan sebelum penahan dilimpahkan ke Pengadilan
Negeri Karanganyar dari tanggal 5 Oktober 2009 sampai dengan 9
November 2009 dan tanggal 10 November 2009 sampai dengan 23
November 2009, hal ini dikarenakan belum siapnya jaksa penuntut umum
untuk melimpahkan perkara tersebut. Pada tanggal 24 November 2009
penahanan dilimpahkan kepada Majelis hakim Pengadilan Negeri
Karanganyar.
b) Hak terdakwa untuk mendapatkan bantuan hukum, dalam proses
persidangan terdakwa tidak menggunakan haknya yaitu menggunakan
bantuan hukum atau penasihat hukum, sehingga dalam setiap tingkat
proses pemeriksaan terdakwa sendiri dan tidak didampingi oleh penasihat
hukum. Namun disisi lain apabila terdakwa diancam hukuman penjara
diatas 5 tahun maka wajib didampingi oleh penasihat hukum, baik dari
terdakwa sendiri atau dari ditunjuk oleh pihak pengadilan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Disisi lain ada sebagian penerapan hak-hak terdakwa (orang dewasa)
dalam proses persidangan telah sesuai dengan Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana (KUHAP), antara lain :
a) Hak tedakwa untuk mengerti tentang apa yang disangkakan dan apa yang
didakwakan.
Sesuai dengan Pasal 51 butir a dan b bahwa terdakwa memiliki hak untuk
mengerti dan paham atas dakwaan tindak pidana oleh Jaksa Penuntut
Umum yang didakwakan kepada terdakwa. Apabila terdakwa tidak
mengerti atas dakwaan yang telah dibacakan oleh Jaksa Penuntut Umum
maka harus dibacakan berulang kali sampai terdakwa mengerti isi
dakwaan yang didakwakan kepada terdakwa tersebut.
b) Hak tersebut telah sesuai dengan Pasal 51 butir a dan b yang berbunyi
”Hak untuk mengetahui dengan jelas dan bahasa yang dimengerti olehnya
tentang apa yang disangkakan dan apa yang didakwakan”.
c) Hak untuk mengajukan nota pembelaan (pledoi) terhadap tuntutan jaksa
penuntut umum baik secara lisan maupun tertulis.
Mengajukan nota pembelaan (pledoi) merupakan bagian dari hak
terdakwa dalam proses persidangan. Seorang terdakwa mempunyai hak
untuk membela diri atas segala tuntutan dari Jaksa Penuntut Umum.
d) Hak untuk tidak dibebani pembuktian
Sesuai dengan Pasal 66 KUHAP, seorang terdakwa tidak boleh dibebani
dengan pembuktian, yang wajib membuktikan adalah Jaksa Penuntut
Umum.
e) Hak untuk memberikan keterangan secara bebas
Sesuai dengan Pasal 52 KUHAP, seorang terdakwa memiliki kebebasan
untuk memberikan keterangan secara bebas dan tanpa paksaan maupun
tekanan dalam setiap tingkat pemeriksaan baik dari penyidikan sampai
dengan proses persidangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
B. Persamaan dan Perbedaan Perlindungan Hukum Hak Terdakwa Dalam
Proses Persidangan Berdasarkan Undang-Undang No 23 Tahun 2002
Tentang Perlindungan Anak Dan Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana (KUHAP) Dalam Proses Persidangan Anak Dengan Orang Dewasa
1. Hasil Penelitian
Pendapat Lemaire dalam bukunya Romli Atmasasmita
mengemukakan, perbandingan hukum sebagai cabang ilmu pengetahuan
(yang juga mempergunakan metoda perbandingan) mempunyai lingkup : (isi
dari) kaidah-kaidah hukum, persamaan dan perbedaannya, sebab-sebabnya
dan dasar-dasar kemasyarakatannya.
Dalam pemenuhan hak-hak terdakwa anak tentulah berbeda dengan
pemenuhan hak-hak terdakwa orang dewasa. Hal ini dilakukan oleh penegak
hukum karena ketika seorang anak melakukan suatu tindak pidana Undang-
Undang Peradilan Anak No. 3 Tahun 1997 Memberikan perlindungan hukum
kepada anak yang melakukan perbuatan pidana, sehingga anak yang
melakukan perbuatan pidana mendapat penanganan secara khusus, sedangkan
peradilan yang dijalani anak tersebut pun diatur dengan mengingat
kekhususan pada anak. Seorang Anak yang menjalani proses peradilan pidana,
mau tidak mau harus berurusan dengan hukum dan sistem peradilan yang
berlaku di negara kita. Namun Anak yang melakukan perbuatan pidana,
karena kekhususannya mendapat perlakuan yang istimewa dari hukum. Proses
Peradilan pada anak juga dilakukan sebagai upaya terakhir apabila, Anak
sudah tidak dapat dibina lagi atau menurut rasa keadilan, perbuatan pidana
anak terlalu berat dan akibat dari perbuatannya terlalu besar.
Sedangkan ketika seseorang atau orang dewasa melakukan suatu
tindak pidana maka secara langsung diproses oleh pihak kepolisian untuk
dilakukan penyidikan terhadap tindak pidana yang dilakukannya dan dianggap
telah cakap hukum serta dapat memnpertanggungjawabkan atas tindak pidana
yang telah dilakukannya. Pemenuhan hak-hak terdakwa berbeda dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
terdakwa anak, karena pengaturan mengenai hak-hak terdakwa orang dewasa
berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).
Pada dasarnya perlindungan dan pengaturan mengenai hak-hak
terdakwa anak dengan terdakwa orang dewasa sangatlah berbeda, hal ini
berdasarkan Undang-Undang yang mengatur mengenai hak-hak terdakwa
anak dengan terdakwa orang dewasa. Sehingga dalam pemenuhan hak-hak
oleh aparat penegak hukun terhadap terdakwa anak dengan terdakwa orang
dewasa sangatlah berbeda, bahkan dalam pelaksanaan proses persidangan pun
juga berbeda.
Adapun hasil penelitian peneliti mengenai studi perbandingan
persamaan dan perbedaan perlindungan hukum hak terdakwa anak dengan
orang dewasa dalam proses persidangan berdasarkan Undang-Undang No 23
Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Dan Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana (KUHAP) Dalam Proses Persidangan Anak Dengan Orang
Dewasa. antara lain :
a) Persamaan
1) Perlindungan hak terdakwa anak dengan orang dewasa dalam Proses
Persidangan sama-sama tidak melindungi secara penuh hak-hak
terdakwa anak dengan orang dewasa berdasarkan Undang-Undang No
23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Dan Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).
2) Sama-sama terdapat pelanggaran dalam pemenuhan hak-hak terdakwa
anak dengan orang dewasa selama proses persidangan.
3) Sama-sama terdapat sebagian hak-hak terdakwa anak dengan orang
dewasa terpenuhi sesuai dengan Undang-Undang No 23 Tahun 2002
Tentang Perlindungan Anak Dan Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana (KUHAP).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
b) Perbedaan
Dalam proses persidangan terdakwa anak dengan orang dewasa tidak
melindungi secara penuh dan terdapat pelanggaran dalam pemenuhan hak-
hak terdakwa anak dengan orang dewasa, antara lain :
1) Hak terdakwa anak :
Dalam proses persidangan perkara terdakwa anak tidak menggunakan
haknya untuk dapat didampingi oleh penasihat hukum, hanya
didampingi oleh ibu kandungnya dan petugas BAPAS Surakarta.
Pemeriksaan dilakukan oleh Hakim tunggal, Jaksa Tunggal dan
BAPAS yang semuanya tidak memakai seragam.
2) Hak terdakwa orang dewasa :
Dalam proses persidangan perkara orang dewasa terdapat pelanggaran
dalam pemenuhan hak-hak terdakwa orang dewasa, antara lain :
(a) Dalam Putusan No 227/pid.b/2009/PN.Kr.Ay Jaksa Penuntut
Umum terlalu lama dalam melakukan pemeriksaan sehingga
pelimpahan perkara ke Pengadilan tertunda dan harus dilakukan
perpanjangan penahanan oleh pihak Kejaksaan, sehingga hak
terdakwa untuk perkaranya segera diajukan, dilimpahkan dan
diadili di pengadilan tidak terpenuhi secara penuh.
(b) Hak terdakwa untuk mendapatkan bantuan hukum, namun dalam
proses persidangan terdakwa tidak menggunakan haknya yaitu
menggunakan bantuan hukum atau penasihat hukum, sehingga
dalam setiap tingkat proses pemeriksaan terdakwa sendiri dan
tidak didampingi oleh penasihat hukum. Namun disisi lain apabila
terdakwa diancam hukuman penjara diatas 5 tahun maka wajib
didampingi oleh penasihat hukum, baik dari terdakwa sendiri atau
dari ditunjuk oleh pihak pengadilan.
Disisi lain juga terdapat pemenuhan sebagian dari hak-hak terdakwa anak
dengan orang dewasa, antara lain :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
(a) Hak tedakwa anak yang terpenuhi
(1) pelaksanaan sidang tertutup untuk umum
(2) diperiksa oleh hakim tunggal
(3) didampingi oleh kelurganya pada setiap proses pemeriksaan,
(4) membela diri pada pada persidangan misalnya mengajukan
eksepsi dan nota pembelaan baik secara lisan maupun tertulis
(5) mendapatkan bantuan dari Balai Pemasyarakatan (BAPAS).
(b) Hak terdakwa orang dewasa yang terpenuhi
(1) Hak untuk mengetahui dengan jelas dan bahasa yang
dimengerti olehnya tentang apa yang disangkakan dan apa
yang didakwakan
(2) Hak untuk mengajukan nota pembelaan (pledoi) terhadap
tuntutan jaksa penuntut umum baik secara lisan maupun
tertulis
(3) Hak untuk tidak dibebani pembuktian
(4) Hak untuk memberikan keterangan secara bebas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
2. Pembahasan
Adapun dalam pembahasan ini, peneliti menguraikan mengenai
implikasi persamaan dan perbedaan kedepan mengenai pelaksanaan hak-hak
terdakwa anak dengan orang dewasa dalam proses pemeriksaan dari tingkat
pertama, khususnya di Pengadilan Negeri Karanganyar. Dalam pelaksanaan
hak-hak terdakwa anak dengan orang dewasa dalam proses pemeriksaan di
Pengadilan haruslah terpenuhi sesuai dengan Undang-Undang No 23 Tahun
2002 Tentang Perlindungan Anak dan Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana (KUHAP). Apabila hak-hak terdakwa anak tidak terpenuhi maka dapat
akan menjadi faktor kriminogen kedepannya terhadap anak ketika anak
tersebut dewasa.
Tujuan utama adanya hak-hak tersangka/terdakwa adalah untuk
mengakui dan menjamin harkat dan martabat manusia (human dignity), baik
selaku individu maupun sebagai anggota masyarakat. Pengakuan dan jaminan
terhadap harkat dan martabat manusia yang direfleksikan sebagai HAM
tersebut, merupakan suatu pengakuan baik bersifat nasional maupun bersifat
universal atau internasional. Secara konstitusional adanya pengakuan bersifat
nasional dapat ditemukan dalam UUD Negara Republik Indonesia tahun
1945, yang secara formal diatur dan ditindaklanjuti dengan berbagai
peraturan perundang-undangan. Sedangkan pengakuan secara universal
terdapat di dalam Mukadimah “Universal Declaration of Human Rights” yang
antara lain menyatakan, “whereas recognation of the inherent dignity and of
the equal and inalienable rights of all members of the human family is the
foundation of freedom, justice and peace in the world”.
HAM sering didefinisikan sebagai hak-hak yang demikian melekat
pada sifat manusia, sehingga tanpa hak-hak tersebut orang tidak mungkin
mempunyai martabat sebagai manusia. Oleh karena itu, hak-hak tersebut
tidak dapat dicabut (inalienable), dan tidak boleh dilanggar (inviolable).
Pengakuan terhadap harkat dan martabat manusia yang selanjutnya disebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
HAM, tidak hanya terbatas dalam arti politik, dan ekonomi saja; melainkan
juga dalam arti hukum pada umumnya, dan kehidupan hukum pidana pada
khususnya, yakni di dalam proses peradilan pidana.
Berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku bagi tersangka/terdakwa
dalam proses peradilan pidana, hak asasi terhadapnya tetap mendapat tempat
dan dijamin oleh hukum. Ketentuan yang mengatur jaminan tersebut adalah
didasarkan pada asas praduga tak bersalah (presumption of innocence). Asas
ini mengandung aspek kemanusiaan yang sangat mendasar, di mana seseorang
harus dianggap tidak bersalah sebelum ada putusan pengadilan yang
berkekuatan tetap mengenai kesalahannya. Jiwa dari asas praduga tak
bersalah secara ekplisit terdapat di dalam “The Universal Declaration of
Human Rights” (Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia) disingkat UDHR.
Di dalam Pasal 11 ayat (1) UDHR ditegaskan, “everyone charged with a
penal offence has the right to be presumed innocent until proved guilty
according to law in a public trial at which he has had all the guarantees
necessary for his defence”.
Ketentuan Pasal 11 ayat (1) UDHR ini merupakan dasar universalitas
asas praduga tak bersalah yang menjiwai ketentuan hukum acara pidana di
berbagai negara. Sebagai penjabaran lebih lanjut dari ketentuan UDHR, asas
praduga tak bersalah dirumuskan pula di dalam Pasal 14 ayat (2) “The
International Covenant on Civil and Political Rights” (ICCPR), yang
menentukan, “everyone charged with a criminal offence shall have the right
to be presumed innocent unitil proved guilty according to law”.
Di Indonesia, asas praduga tak bersalah sebagai suatu “general
principle” dalam proses peradilan pidana, ditemukan perumusannya di dalam
beberapa undang-undang, yaitu di dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun
2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, dan di dalam Undang-undang Nomor
39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Dalam konteks asas asas praduga
tak bersalah, maka seorang yang menjadi tersangka/terdakwa dalam proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
peradilan pidana harus diberikan hak-haknya sebagai bentuk perlindungan dan
jaminan terhadap hak asasi yang dimilikinya. Perlindungan dan jaminan
tersebut secara normatif diformulasikan pula di dalam ketentuan hukum acara
pidana.
Di dalam Undang-undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana (KUHAP), terdapat berbagai ketentuan yang mengatur secara eksplisit
perlindungan dan jaminan terhadap hak-hak tersangka/terdakwa. Di samping
itu, ada pula ketentuan yang hanya menyebutnya secara implisit, di mana di
dalamnya terkandung makna adanya hak-hak tersangka/terdakwa. Terkait
dengan itu, paling tidak terdapat 10 asas yang merupakan wujud perlindungan
hak-hak warga negara dalam proses peradilan pidana, sehingga memenuhi apa
yang disebut “due process of law” dalam KUHAP. Ke sepuluh asas tersebut
yaitu:
a) perlakuan yang sama di muka hukum tanpa diskriminasi apapun
b) praduga tak bersalah
c) pelanggaran atas hak-hak individu warga negara (yaitu dalam hal
penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan) harus didasarkan
pada undang-undang dan dilakukan dengan surat perintah.
d) seorang tersangka berhak diberitahu tentang persangkaan dan pendakwaan
terhadapnya
e) seorang tersangka dan terdakwa berhak mendapat bantuan penasihat
hukum
f) seorang terdakwa berhak hadir di muka pengadilan
g) adanya peradilan yang bebas dan dilakukan dengan cepat serta sederhana
h) peradilan harus terbuka untuk umum
i) tersangka maupun terdakwa berhak memperoleh kompensasi (ganti
kerugian) dan rehabilitasi
j) adanya kewajiban pengadilan untuk mengendalikan pelaksanaan putusan-
putusannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Asas praduga tak bersalah sebagai suatu asas pokok dalam konteks
“due process of law”, selama ini cenderung hanya dikaitkan dengan masalah
pembuktian, terutama sekali dalam penerapan sistem pembalikan beban
pembuktian. Menurut Mardjono Reksodiputro, adalah keliru untuk
membatasi asas ini hanya pada masalah pembuktian, karena asas bahwa “yang
menggugat atau mendakwa harus membuktikan dalil-dalil gugatan atau
dakwaannya” adalah asas yang lain lagi. Sebagai suatu asas yang
dimaksudkan untuk memberikan perlindungan terhadap hak-hak warga negara
dalam proses peradilan pidana, maka di dalam asas praduga tak bersalah
paling sedikit tercakup beberapa hal, yaitu
a) perlindungan terhadap kesewenang-wenangan pejabat negara
b) bahwa pengadilanlah yang berhak menentukan salah tidaknya terdakwa
c) bahwa sidang pengadilan harus terbuka (tidak boleh bersifat rahasia)
d) bahwa tersangka/terdakwa harus diberi jaminan untuk dapat membela diri
sepenuhnya.
Dalam Pasal 18 UU No. 23 tahun 2002 menyebutkan, setiap anak yang
menjadi korban atau pelaku tindak pidana berhak mendapatkan bantuan
hukum dan bantuan lainnya. Dalam bagian penjelasan atas Undang-Undang
No. 23 tahun 2002 tersebut dikatakan, bantuan lainnya dalam ketentuan ini
termasuk bantuan medik, sosial, rehabilitasi, vokasional dan pendidikan.
Upaya perlindungan anak perlu dilaksanakan sedini mungkin, yakni sejak dari
janin dalam kandungan sampai anak berumur 18 tahun. Dalam melakukan
pembinaan, pengembangan dan perlindungan anak, perlu adanya peran
masyarakat, baik melalui lembaga perlindungan anak, lembaga keagamaan,
lembaga swadaya masyarakat, organisasi kemasyarakatan, organisasi sosial,
dunia usaha, media massa dan lembaga pendidikan
Disisi lain apabila hak-hak terdakwa orang dewasa tidak terpenuhi
maka ada perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM) sebagai terdakwa,
seharusnya hak-hak terdakwa tidak boleh dilanggar. Ketika Hak Asasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Manusia (HAM) seorang terdakwa dilanggar maka tujuan hukum bergeser,
pada awalnya hukum bertujuan sebagai menacari keadilan masyarakat dan
kepastian hukum, namun jika Hak Asasi Manusia (HAM) seorang terdakwa
dilanggar dengan hak-haknya dilanggar, maka tujuan hukum yang semula
mencari keadilan dan kepastian hukum tidak terpenuhi maka tujuan hukum
akan bergeser hanya menjadi pembalasan semata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Hak-hak terdakwa anak dengan terdakwa orang dewasa dalam Proses
Pemeriksaan di Pengadilan :
a) Hak anak dalam Proses Persidangan :
1) Hak untuk didampingi oleh penasihat hukum, orang tuanya dan petugas
balai pemasyarakatan (penyediaan petugas pendamping khusus anak sejak
dini)
2) Hak untuk diperiksa oleh Hakim tunggal dalam memeriksa dan memutus
perkara anak dalam tingkat pertama
3) Hak untuk disidangkan terpisah dengan orang dewasa.
4) Hak untuk disidangkan dalam sidang yang tertutup untuk umum.
5) Hak untuk mengajukan nota keberatan (Replik) oleh terdakwa terhadap
dakwaan jaksa penuntut umum
6) Hak untuk mengajukan nota pembelaan (pledoi) terhadap tuntutan jaksa
penuntut umum
7) Hak untuk mendapatkan bantuan dari Balai Pemasyarakatan (BAPAS)
dalam proses penyidikan, penuntutan dam pemeriksaan di Pengadilan.
8) Perlakuan atas anak secara manusiawi sesuai dengan martabat dan hak-
hak anak
9) Mendapatkan penyediaan sarana dan prasarana khusus
10) Penjatuhan sanksi yang tepat untuk kepentingan yang terbaik bagi anak
11) pemantauan dan pencatatan terus menerus terhadap perkembangan anak
yang berhadapan dengan hukum
64
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
12) pemberian jaminan untuk mempertahankan hubungan dengan orang tua
atau keluarga
13) perlindungan dari pemberitaan identitas melalui media massa dan untuk
menghindari labelisasi
b) Hak terdakwa orang dewasa dalam Proses Pemeriksaan di Pengadilan :
1) Hak untuk mengetahui dengan jelas dan bahasa yang dimengerti olehnya
tentang apa yang disangkakan dan apa yang didakwakan
2) Hak untuk mengajukan nota pembelaan (pledoi) terhadap tuntutan jaksa
penuntut umum baik secara lisan maupun tertulis.
3) Hak untuk tidak dibebani pembuktian
4) Hak untuk memberikan keterangan secara bebas
2. Persamaan perlindungan hukum hak terdakwa anak dengan terdakwa orang
dewasa dalam proses persidangan tindak pidana pencurian di Pengadilan Negeri
Karanganyar adalah sama-sama tidak melindungi secara penuh hak-hak terdakwa
anak dengan orang dewasa berdasarkan Undang-Undang No 23 Tahun 2002
Tentang Perlindungan Anak Dan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP). Sama-sama terdapat pelanggaran dalam pemenuhan hak-hak terdakwa
anak dengan orang dewasa selama proses persidangan. Sama-sama terdapat
sebagian hak-hak terdakwa anak dengan orang dewasa terpenuhi sesuai dengan
Undang-Undang No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Dan Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Sedangkan perbedaan dalam
proses persidangan terdakwa anak dengan orang dewasa adalah persidangan anak
diperiksa oleh Hakim Tunggal, Jaksa Tunggal dan Bapas yang semuanya tidak
memakai seragam namun dalam persidangan orang dewasa diperiksan oleh
Hakim Majelis, Jaksa Penuntut Umum dan Penasihat Hukum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
B. Saran 1. Anak merupakan bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya
manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa, yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus, mengupayakan secara optimal hak-hak terdakwa anak yang belum terpenuhi, memerlukan pembinaan dan perlindungan baik secara sosial maupun hukum dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan sosial. Untuk melaksanakan pembinaan dan memberikan perlindungan terhadap anak diperlukan dukungan baik yang menyangkut kelembagaan maupun perangkat hukum yang lebih mantap dan memadai oleh karena itu terhadap anak yang melakukan tindak pidana haruslah diperhatikan mengenai pemenuhan hak-hak anak ketika berhadapan dengan hukum. Sehingga pemenuhan hak-hak anak yang telah diamanatkan oleh Undang-Undang No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak dapat terlaksana dengan baik. Dalam pelaksanaan persidangan terdakwa harus diperlakukan secara manusiawi, didampingi, disediakan sarana dan prasarana khusus, sanksi yang diberikan kepada anak sesuai dengan prinsip kepentingan terbaik anak, hubungan keluarga tetap dipertahankan artinya anak yang berhadapan dengan hukum kalau bisa tidak ditahan/dipenjarakan kalaupun dipenjarakan/ditahan, si anak dimasukkan dalam ruang tahanan khusus anak dan tidak bersama orang dewasa. Disinilah diperlukan standart Operaty Procedure (SOP) bagi aparat penegak hukum yang menangani anak yang berhadapan dengan hukum.
2. Dalam hal pemenuhan hak-hak terdakwa orang dewasa haruslah berdasarkan pada asas praduga tak bersalah, yaitu ketika seorang terdakwa tidak boleh dianggap salah sebelum mendapatkan putusan yang telah in kracht. Sehingga pemenuhan hak-hak terdakwa orang dewasa sesuai dengan Undang-Undang Kitab Hukum Acara Pidana (KUHAP) Indonesia dapat dilaksanakan dengan baik tanpa adanya pro dan kontra. Hal ini untuk menjamin bahwa hukum untuk mencaiptakan keadilan dan tidak memihak siapapun juga. Hal ini akan tercapai jika pemahaman hukum acara senantiasa ditanamkan terhadap aparat penegak hukum dalam forum-forum diskusi ilmiah, seminar maupun panel hukum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Andi Hamzah. 1996. Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta : Sapta Arta Jaya.
. 2000. Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta : Sinar Grafika.
_________.2002. Hukum Acara Pidana Indonesia, Edisi Revisi. Jakarta: Sinar Grafika.
Gatot Supramono, 2000. Hukum Acara Pengadilan Anak. Jakarta. Djambatan
Johnny Ibrahim. 2006. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif. Malang:
Bayumedia Publising.
Lamintang. 1997. Dasar-Dasar untuk mempelajari Hukum Pidana yang Berlaku di Indonesia. Bandung. PT Citra Aditya Bakti
Lexi J Moleong. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rodakarya.
M. Yahya Harahap. 2002. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP.
Jakarta: Sinar Grafika.
Romli Atmasasmita. 2000. Perbandingan Hukum Pidana. Bandung: Mandar Maju.
Peter Mahmud M. 2005. Peneltian Hukum. Jakarta. Kencana Prenada Maedia Group
Perlindungan Hukum Hak-hak Anak dan Implementasiya... Absori, SH.,MHum. Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta
Soerjono Soekanto. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : Universitas Indonesia (UI-Press).
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. 2001. Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat). Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Sudarsono. 1992. Kamus Hukum. Jakarta : PT Rineka Cipta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Undang-Undang
Kitab Undang – Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).
Undang-undang no 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak
Putusan no 63/pid.b/2010/PN.Kr.Ay dan no 227/pid.b/2009/PN.Kr.Ay
Kompas.com tanggal 29 Mei 2009