Sinergisitas antar lembaga dalam meningkatkan kerukunan umat beragama

30
Oleh: Badan Kesbangpol dan Linmas Provinsi Jawa Tengah

description

Sinergisitas antar lembaga dalam meningkatkan kerukunan umat beragama. Oleh: Badan Kesbangpol dan Linmas Provinsi Jawa Tengah. BIODATA NARASUMBER. NAMA: Dra . ATIEK SURNIATI, S. Msi N I P: 196111151986032010. PANGKAT/GOLONGAN: PEMBINA / IV a. - PowerPoint PPT Presentation

Transcript of Sinergisitas antar lembaga dalam meningkatkan kerukunan umat beragama

Page 1: Sinergisitas antar lembaga dalam meningkatkan kerukunan umat beragama

Oleh: Badan Kesbangpol dan Linmas

Provinsi Jawa Tengah

Page 2: Sinergisitas antar lembaga dalam meningkatkan kerukunan umat beragama

NAMA : Dra. ATIEK SURNIATI, S. Msi

N I P : 196111151986032010.

PANGKAT/GOLONGAN : PEMBINA / IV a.

TEMPAT/TGL.LAHIR : SEMARANG, 15 NOPEMBER 1961.

ALAMAT : Jl. PANGGUNG MAS TIMUR NO. 74. A

TANAH MAS SEMARANG

NO TELP/HP : ( 024 ) 3549300/081 325 713 375

PENDIDIKAN : PASCA SARJANA – MAGISTER ADMINIS-

TRASI PUBLIK UNIVERSITAS DIPONEGORO.

INSTANSI : BADAN KESBANGPOL DAN LINMAS PROV.

JATENG

ALAMAT KANTOR : JL. A. YANI MO. 160 SEMARANG

NO TELP KANTOR : ( 024 ) 8314355.

NPWP : 25.285.135.7-504.000.

Page 3: Sinergisitas antar lembaga dalam meningkatkan kerukunan umat beragama

Indonesia adalah negara yang majemuk, baik dari segi etnis, bahasa, budaya maupun agama.

Potensi toleransi yang sangat tinggi, jika dilihat dari realitas sosial kehidupan masyarakat

Ancaman radikalisme dan intoleransi yang makin eskalatif pasca-reformasi

Page 4: Sinergisitas antar lembaga dalam meningkatkan kerukunan umat beragama

A. Pluralitas masyarakat sesungguhnya bukan sumber konflik, sebab setiap agama mengajarkan kedamaian, keharmonisan dan keselarasan

B. Konflik yang kadang terjadi :- konflik antar umat beragama- konflik internal umat beragama- konflik diluar keagamaan

Page 5: Sinergisitas antar lembaga dalam meningkatkan kerukunan umat beragama

Meningkatnya pemahaman wawasan kebangsaan dan pemantapan Pancasila sebagai landasan hidup

Kondisi sosial politik yang mantap Menghindari eksklusifisme agama Mewujudkan dan menjaga toleransi beragama

dengan mempertinggi rasa saling menghormati antar umat beragama sejalan dengan konsep universal kemanusiaan

Tidak mengikutkan peran agama dalam kancah politik

Page 6: Sinergisitas antar lembaga dalam meningkatkan kerukunan umat beragama

Jaminan Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

Page 7: Sinergisitas antar lembaga dalam meningkatkan kerukunan umat beragama
Page 8: Sinergisitas antar lembaga dalam meningkatkan kerukunan umat beragama

Pasal 18 Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia (Universal Declaration of Human Rights) memberikan landasan hak bahwa setiap orang berhak atas kebebasan berpikir, berhati nurani dan beragama.

Page 9: Sinergisitas antar lembaga dalam meningkatkan kerukunan umat beragama

Pasal 18 Konvenan Internasional Hak Sipil dan Politik. Pasal tersebut terdiri dari 4 pokok; pertama, setiap orang berhak atas kebebasan berpikir, keyakinan dan beragama yang mencakup kebebasan untuk menetapkan agama atau kepercayaan atas pilihannya sendiri, dan kebebasan, baik secara sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain, baik di tempat umum atau tertutup, untuk menjalankan agama dan kepercayaannya dalam kegiatan ibadah, pentaatan, pengamalan, dan pengajaran. Kedua, tidak seorang pun dapat dipaksa sehingga terganggu kebebasannya untuk menganut atau menetapkan agama atau kepercayaannya sesuai dengan pilihannya. Ketiga, kebebasan menjalankan dan menentukan agama atau kepercayaan seseorang hanya dapat dibatasi oleh ketentuan berdasarkan hukum, dan yang diperlukan untuk melindungi keamanan, ketertiban, kesehatan, atau moral masyarakat, atau hak-hak dan kebebasan mendasar orang lain. Keempat, negara pihak berjanji untuk menghormati kebebasan orang tua dan apabila diakui, wali hukum yang sah, untuk memastikan bahwa pendidikan agama dan moral bagi anak-anak mereka sesuai dengan keyakinan mereka sendiri.[3]

Page 10: Sinergisitas antar lembaga dalam meningkatkan kerukunan umat beragama

Dalam ICCPR, juga memberikan landasan prinsip-prinsip non diskriminasi dalam pelaksanaan hak-hak yang diatur dalam Kovenan, yakni setiap negara menghormati dan menjamin hak-hak bagi semua orang tanpa pembedaan apapun seperti ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, politik atau pendapat lain, asal-usul kebangsaan atau sosial, kekayaan, kelahiran atau status lainnya.Semua orang berkedudukan sama di hadapan hukum dan berhak atas perlindungan hukum yang sama tanpa diskriminasi apapun, hukum harus melarang diskriminasi apapun, dan menjamin perlindungan yang sama dan efektif bagi semua orang terhadap diskriminasi atas dasar apapun seperti ras, warna, jenis kelamin, bahasa, agama, politik atau pendapat lain, asal-usul kebangsaan atau sosial, kekayaan, kelahiran atau status lain.Terhadap kelompok minoritas, di negara-negara yang memiliki kelompok minoritas berdasarkan suku bangsa, agama atau bahasa, orang-orang yang tergolong dalam kelompok minoritas tersebut tidak boleh diingkari haknya dalam masyarakat, bersama-sama anggota kelompoknya yang lain, untuk menikmati budaya mereka sendiri, untuk menjalankan dan mengamalkan agamanya sendiri, atau menggunakan bahasa mereka sendiri”.

Page 11: Sinergisitas antar lembaga dalam meningkatkan kerukunan umat beragama

Deklarasi Penghapusan Segala Bentuk Intoleransi dan Diskriminasi berdasarkan Agama atau Keyakinan

Deklarasi ini menjelaskan prinsip-prinsip tentang nondiskriminasi, persamaan di muka hukum dan hak atas kebebasan kebasan berfikir, berhati nurani, beragama dan berkeyakinan. Termasuk dalam deklarasi ini adalah semua negara wajib mencegah dan menghapus diskriminasi berdasarkan alasan-alasan agama atau kepercayaan, melakukan semua tindakan untuk membuat atau mencabut perundang-undangan untuk melarang diskriminasi apapun dan mengambil semua tindakan yang tepat untuk memerangi intoleransi berdasarkan alasan-alasan agama atau kepercayaan

Page 12: Sinergisitas antar lembaga dalam meningkatkan kerukunan umat beragama
Page 13: Sinergisitas antar lembaga dalam meningkatkan kerukunan umat beragama

JAMINAN NEGARA BAGI TIAP – TIAP PENDUDUK UNTUK MEMELUK AGAMA DAN UNTUK BERIBADAT MENURUT AGAMA DAN KEPERCAYAANNYA ITU

hak beragama adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun

setiap orang bebas memilih agama dan beribadat menurut agamanya

Jaminan kemerdekaan tiap-tiap penduduk utk memeluk agama dan beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya

ISLAM, KATHOLIK, PROTESTAN, HINDHU, BUDHA, KONG HU CHU

Page 14: Sinergisitas antar lembaga dalam meningkatkan kerukunan umat beragama

Pasal 4 :

Hak beragama, adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun dan oleh siapapun. Setiap orang bebas memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu, dan  Negara menjamin kemerdekaan setiap orang memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu

Ratifikasi Kovenan berimplikasi bahwa negara harus melindungi kebebasan beragama atau berkeyakinan, tanpa diskriminasi, termasuk kepada hak-hak minoritas, dan mewajibkan kepada negara untuk melakukan segala upaya perlindungan baik jaminan hukum atau kebijakan yang sesuai dengan Kovenan, setiap negara pihak dalam Kovenan ini berjanji untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan, sesuai dengan proses konstitusinya dan dengan ketentuan-ketentuan dalam Kovenan ini, untuk menetapkan ketentuan perundang-undangan atau kebijakan lain yang diperlukan untuk memberlakukan hak-hak yang diakui dalam Kovenan.

Page 15: Sinergisitas antar lembaga dalam meningkatkan kerukunan umat beragama

Roger F. Soltau : PEMERINTAH NEGARA ADALAH ALAT ATAU WEWENANG YANG MENGATUR ATAU MENGENDALIKAN PERSOALAN BERSAMA ATAS NAMA MASYARAKAT

melindungi setiap usaha penduduk melaksanakan ajaran agama dan ibadat pemeluk-pemeluknya, sepanjang tdk bertentangan dgn peraturan per-uu-an, tdk menyalahgunakan atau menodai agama, serta tdk mengganggu ketenteraman & ketertiban umum

memberikan bimbingan dan pelayanan agar setiap penduduk dlm melaksanakan ajaran agamanya dapat berlangsung dgn rukun, lancar, dan tertib

peningkatan kualitas pelayanan dan pemahaman agama, kehidupan beragama, serta peningkatan kerukunan intern dan antar umat beragama

kerukunan umat beragama merupakan bagian penting dari kerukunan nasional

KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH DALAM RANGKA MELAKSANAKAN TUGAS DAN WEWENANGNYA MEMPUNYAI KEWAJIBAN MEMELIHARA KETENTERAMAN DAN KETERTIBAN

MASYARAKAT

Page 16: Sinergisitas antar lembaga dalam meningkatkan kerukunan umat beragama
Page 17: Sinergisitas antar lembaga dalam meningkatkan kerukunan umat beragama

1. Pasal 10 ayat (3) huruf f: salah satu urusan yang tidak diotonomikan/masih tetap menjadi urusan Pemerintahan adalah “Urusan Agama”.

Yang dimaksud dengan urusan agama, misalnya: Menetapkan hari libur keagamaan yang berlaku secara nasional; Memberikan pengakuan terhadap keberadaan suatu agama; Menetapkan kebijakan dalam penyelenggaraan kehidupan keagamaan dsb;

dan Bagian tertentu urusan pemerintah lainnya yang berskala nasional, tidak

diserahkan kepada daerah.

Khusus di bidang keagamaan sebagian kegiatannya dapat ditugaskan oleh Pemerintah kepada Daerah sebagai upaya meningkatkan keikutsertaan Daerah dalam menumbuh kembangkan kehidupan beragama”.

Page 18: Sinergisitas antar lembaga dalam meningkatkan kerukunan umat beragama

•Pasal 26 ayat (1) dan Pasal 27 ayat (1), bahwa kewenangan pemerintah daerah dalam menjaga kerukunan di provinsi dan kabupaten/kota melekat pada kepala daerah dan wakil kepala daerah yang berkewajiban menjaga kerukunan umat beragama yang merupakan bagian dari kerukunan nasional;•Pasal 22 huruf a, bahwa “dalam menyelenggarakan otonomi, daerah mempunyai kewajiban melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan kerukunan nasional, serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia”; •Pasal 13 huruf c dan Pasal 14 huruf c, bahwa urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota diantaranya meliputi: “Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat”.

Page 19: Sinergisitas antar lembaga dalam meningkatkan kerukunan umat beragama

1. Penyusunan PBM No. 9 dan No. 8 Tahun 2006 telah sejalan dengan amanat Pasal 29 ayat (2) UUD 1945 dan tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Hak Asasi Manusia sebagaimana diatur dalam UU No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, UU No. 11 Tahun 2005 Tentang Pengesahan International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights (ICESCR) dan UU No. 12 Tahun 2005 Tentang Pengesahan International Covenant on Civil and Political Rights (ICCPR);

19

Page 20: Sinergisitas antar lembaga dalam meningkatkan kerukunan umat beragama

2. Keberadaan PBM No. 9 dan No. 8 Tahun 2006, sebagaimana ketentuan dalam Pasal 7 ayat (4) UU No. 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, tetap diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat. Hal ini berkaitan dengan adanya kekosongan hukum yang mengatur tentang kehidupan beragama;

20

Page 21: Sinergisitas antar lembaga dalam meningkatkan kerukunan umat beragama

3. Ketentuan yang mengatur pendirian rumah ibadat menurut PBM No. 9 dan No. 8 Tahun 2006, merupakan pelaksanaan dari salah satu fungsi Pemerintah yaitu fungsi regulasi/pengaturan. Muatan PBM tersebut tidak berisi pengaturan tentang pelaksanaan substansi ajaran agama atau pelaksanaan ibadat dari suatu agama, PBM hanya mengatur mekanisme yang harus ditempuh dalam proses pendirian rumah ibadat. Dengan demikian, pembuatan pengaturan oleh Pemerintah tersebut tidak bisa diartikan sebagai bentuk “pembatasan” atau “penghambatan” pendirian rumah ibadat;

21

Page 22: Sinergisitas antar lembaga dalam meningkatkan kerukunan umat beragama

22

1.1. PBM NO. 9 DAN NO. 8 TAHUN 2006 HANYA DIIDENTIKKAN PBM NO. 9 DAN NO. 8 TAHUN 2006 HANYA DIIDENTIKKAN (DIPERSEPSIKAN) OLEH PUBLIK SEAKAN-AKAN SEBAGAI PENGATURAN (DIPERSEPSIKAN) OLEH PUBLIK SEAKAN-AKAN SEBAGAI PENGATURAN TTG RUMAH IBADAT;TTG RUMAH IBADAT;

2.2. AMANAT PBM YANG BELUM OPTIMAL DILAKSANAKAN OLEH AMANAT PBM YANG BELUM OPTIMAL DILAKSANAKAN OLEH PEMERINTAH DAERAH TERKAIT DENGAN:PEMERINTAH DAERAH TERKAIT DENGAN:

A.A. PEMBUATAN PERGUB YANG MENGATUR LEBIH LANJUT TTG FKUB DAN PEMBUATAN PERGUB YANG MENGATUR LEBIH LANJUT TTG FKUB DAN DEWAN PENASIHAT FKUB.DEWAN PENASIHAT FKUB.

B.B. PELAKSANAAN PELAPORAN KEPADA PEMERINTAH OLEH GUBERNUR, PELAKSANAAN PELAPORAN KEPADA PEMERINTAH OLEH GUBERNUR, BUPATI DAN WALIKOTA TTG PELAKSANAAN PEMELIHARAAN BUPATI DAN WALIKOTA TTG PELAKSANAAN PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA, PEMBERDAYAAN FKUB, DAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA, PEMBERDAYAAN FKUB, DAN PENGATURAN PENDIRIAN RUMAH IBADAT.PENGATURAN PENDIRIAN RUMAH IBADAT.

3.3. BELUM OPTIMALNYA PERAN PENGURUS DEWAN PENASEHAT FKUB BELUM OPTIMALNYA PERAN PENGURUS DEWAN PENASEHAT FKUB DALAM PEMBERDAYAAN FKUB;DALAM PEMBERDAYAAN FKUB;

4.4. BELUM OPTIMALNYA PELAKSANAAN TUGAS-TUGAS FKUB;BELUM OPTIMALNYA PELAKSANAAN TUGAS-TUGAS FKUB;5.5. PENGATURAN PENDIRIAN RUMAH IBADAT BELUM SECARA PENGATURAN PENDIRIAN RUMAH IBADAT BELUM SECARA

KOMPREHENSIF DAPAT MENJAWAB PERMASALAHAN DILAPANGAN.KOMPREHENSIF DAPAT MENJAWAB PERMASALAHAN DILAPANGAN.

Page 23: Sinergisitas antar lembaga dalam meningkatkan kerukunan umat beragama

FAKTOR-FAKTOR KEAGAMAAN YANG DAPAT MEMICU KONFLIK

1. Pendirian Rumah Ibadat, apabila dalam pendiriannya tidak memperhatikan situasi , kondisi dan suasana kebatinan dan budaya lokal umat beragama, baik secara sosial maupun budaya masyarakat setempat

2. Penyiaran Agama, adanya pemaksaan kehendak oleh sekelompok masyarakat.

3. Perkawinan Beda Agama, mengakibatkan hubungan tidak harmonis, menyangkut hukum perkawinan, waris, dan akidah.

4. Perayaan Hari Besar Agama, apabila perayaan dilaksanakan tanpa mempertimbangkan situasi, kondisi, dan lokasi masyarakat sekitar.

5. Penodaan Agama, bersifat melecehkan dan menodai doktrin suatu agama.

Page 24: Sinergisitas antar lembaga dalam meningkatkan kerukunan umat beragama

PENYEBAB UMAT BERAGAMA TIDAK RUKUN

1. Belum sepenuhnya mematuhi peraturan terkait yang ada.

2. Ego sentris/sektoral.

3. Ada perasaan benci, sentimen agama.

4. Belum ikhlas dan sungguh-sungguh mematuhi terhadap ajaran agamanya .

5. Salah faham, fanatisme sempit.

6. Wawasan kurang luas.

7. Doktrinasi internal agama.

8. Kurang tersosialisasinya peraturan PBM No. 9 dan No. 8 Tahun 2006 dan lainnya.

9. Tidak paham UU No. 32 Tahun 24 terkait kewajiban daerah dan KDH

10.Adanya politisasi agama dan kepentingan pribadi.

Page 25: Sinergisitas antar lembaga dalam meningkatkan kerukunan umat beragama

25

1. Memperkuat landasan/dasar-dasar (aturan/etika bersama) tentang kerukunan internal dan antar umat beragama, serta mendorong agar pemahaman keagamaan senantiasa selaras dengan pemahaman dan wawasan kebangsaan Indonesia. Menjadikan Pancasila dan UUD 1945 sebagai elan pemersatu di antara berbagai kelompok agama, politik, adat, dan masyarakat sipil lainnya

2. Menciptakan suasana kehidupan beragama yang kondusif dalam rangka memantapkan pendalaman dan penghayatan agama serta pengamalan agama yang mendukung bagi pembinaan kerukunan hidup intern dan antar umat beragama. dalam bingkai NKRI.

3. Menumbuhkan toleransi dan multikulturalisme. Antara lain: co-existence, awarness, mutual learning, understanding, respect, dan value and celebration.

4. Mendorong lahirnya kebijakan publik dalam rangka membangun kerukunan dan kebebasan beragama.

5. Mendorong kelompok masyarakat sipil yang secara konsisten membangun harmoni dan kebersamaan

UPAYA-UPAYA MENDORONG KERUKUNAN NASIONAL

Page 26: Sinergisitas antar lembaga dalam meningkatkan kerukunan umat beragama

TOLERANSI INTOLERANSI

Hidup berdampingan secara damai dan kesamaan hak (co-existence)

Penolakan atas status dan akses yang sama terhadap kelompok lain

(restriction)

Keterbukaan perihal pentingnya pada kelompok lain (awarness)

Pandangan yang menganggap kelompok lain lebih rendah (de-

humanization)

Pengenalan terhadap kelompok lain sembari melakukan dialog

(mutual learning)

Pengabaian hak-hak sipil, politik, dan ekonomi (opression)

Pemahaman atas kelompok lain (understanding)

Penyerangan dan melakukan pembunuhan (act of agression)

Penghormatan, pengakuan dan memberikan konstribusi pada

kelompok lain (respect)

Pengorganisasian pembunuhan massal (mass-violence)

Penghargaan pada persamaan dan perbedaan, serta merayakan

kemajemukan (value and celebration)

Pembasmian atas dasar identitas (genocide)

Page 27: Sinergisitas antar lembaga dalam meningkatkan kerukunan umat beragama

Rekonstruksi sejarah keagamaan yang dapat menginspirasi toleransi

Rekonstruki tafsir keagamaan yang toleran sebagai anti-tesa terhadap tafsir keagamaan keagamaan yang toleran

Rekonstruksi sikap keagamaan yang membangun harmoni dan gotong royong di tengah kebhinekaan

Rekonstruksi paham keagamaan yang mengedepankan dimensi kemanusiaan

Page 28: Sinergisitas antar lembaga dalam meningkatkan kerukunan umat beragama

28

1. Tertatanya sistem dan manajemen kelembagaan (organisasi FKUB) yang dapat memberikan pelayanan fungsional secara maksimal.

2. Terbinanya suasana yang kondusif yang didukung oleh koordinasi & kerjasama yang harmonis antar semua pihak terkait dalam pembinaan dan pemeliharaan KUB.

3. Tercipta suasana kehidupan keagamaan yang kondusif bagi upaya pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran agama serta tumbuhnya saling pengertian, partisipasi dan kerjasama umat beragama, yang mendukung bagi pembinaan dan pemeliharaan KUB.

4. Terciptanya suasana yang kondusif bagi FKUB dalam memberdayakan diri dalam melaksanakan tugas, fungsi dan tanggung jawab guna memelihara KUB.

5. Terbinanya suasana kondusif dalam pendirian rumah ibadat sesuai semangat PBM No. 9 dan No. 8 Tahun 2006, dengan saling memahami, saling pengertian dan partisipasi semua pihak guna memelihara KUB

6. Memetakan akar penyebab persoalan dari pihak-pihak yang secara langsung dan tidak langsung terlibat dalam persoalan tempat ibadat.

7. Melakukan dialog antar para tokoh agama dan unsur yang terlibat dalam persoalan tempat ibadat.8. Mengupayakan kompromi dan kesepakatan antar pihak2 yang terlibat dalam persoalan tempat tempat

ibadat serta mencari solusi dalam penyelesaian permasalahan Rumah Ibadat.

Page 29: Sinergisitas antar lembaga dalam meningkatkan kerukunan umat beragama

29

1.1. MENINGKATKAN PEMAHAMAN PROSEDUR PENDIRIAN RUMAH IBADAT MENINGKATKAN PEMAHAMAN PROSEDUR PENDIRIAN RUMAH IBADAT SESUAI PBM NO. 9 DAN NO. 8 TAHUN 2006 KEPADA APARAT PEMERINTAH SESUAI PBM NO. 9 DAN NO. 8 TAHUN 2006 KEPADA APARAT PEMERINTAH DAERAH SAMPAI KE KEPALA DESA/LURAH, PIHAK KEAMANAN, PENGURUS DAERAH SAMPAI KE KEPALA DESA/LURAH, PIHAK KEAMANAN, PENGURUS FKUB DAN MASYARAKAT LUAS TERMASUK PANITIA PEMBANGUNAN RUMAH FKUB DAN MASYARAKAT LUAS TERMASUK PANITIA PEMBANGUNAN RUMAH IBADAT.IBADAT.

2.2. MELAKUKAN SOSIALISASI SECARA TERUS-MENERUS PBM NO. 9 DAN NO. 8 MELAKUKAN SOSIALISASI SECARA TERUS-MENERUS PBM NO. 9 DAN NO. 8 TAHUN 2006 KEPADA SELURUH APARAT TERKAIT TERMASUK KEPADA TAHUN 2006 KEPADA SELURUH APARAT TERKAIT TERMASUK KEPADA CAMAT, LURAH/KEPALA DESA DAN MASYARAKAT LUAS.CAMAT, LURAH/KEPALA DESA DAN MASYARAKAT LUAS.

3.3. MENINGKATKAN KOORDINASI DENGAN KEMENTERIAN AGAMA , POLRI DAN MENINGKATKAN KOORDINASI DENGAN KEMENTERIAN AGAMA , POLRI DAN PEMERINTAH DAERAH.PEMERINTAH DAERAH.

4.4. MENDORONG PERAN DEWAN PENASEHAT FKUB UNTUK PEMBERDAYAAN MENDORONG PERAN DEWAN PENASEHAT FKUB UNTUK PEMBERDAYAAN FKUB.FKUB.

5.5. MENDORONG PEMERINTAH DAERAH UNTUK AKTIF DAN CEPAT MERESPON MENDORONG PEMERINTAH DAERAH UNTUK AKTIF DAN CEPAT MERESPON SETIAP MUNCULNYA PERSOALAN AKIBAT PENDIRIAN RUMAH IBADAT.SETIAP MUNCULNYA PERSOALAN AKIBAT PENDIRIAN RUMAH IBADAT.

6.6. MENGAWAL PROSES PEMBAHASAN RUU KERUKUNAN YANG MENJADI MENGAWAL PROSES PEMBAHASAN RUU KERUKUNAN YANG MENJADI INISIATIF DPR, AGAR SUBSTANI PENGATURANNYA SEJALAN DENGAN ISI INISIATIF DPR, AGAR SUBSTANI PENGATURANNYA SEJALAN DENGAN ISI PBM.PBM.

Page 30: Sinergisitas antar lembaga dalam meningkatkan kerukunan umat beragama

Menjaga kerukunan antar umat beragama menjadi tugas masyarakat, pemerintah daerah dan pemerintah

Kerukunan antar umat beragama adalah kebutuhan dari masyarakat bukan kepentingan semata dari pemerintah, sehingga inisiatif pembangunan kerukunan harus melekat didalam masyarakat

Pemerintah menjadi fasilitator dalam rangka menyelenggarakan dan mendorong terwujudnya kerukunan antar umat beragama