Analisis Indeks Keandalan Pembangkit Listrik Tenaga Hibrid ...
SIMULASI PEMBANGKIT LISTRIK HIBRID SEBAGAI POWER …
Transcript of SIMULASI PEMBANGKIT LISTRIK HIBRID SEBAGAI POWER …
SIMULASI PEMBANGKIT LISTRIK HIBRID SEBAGAI POWER
SUPPLY PADA PULAU LAE-LAE SULAWESI SELATAN
TUGAS AKHIR
Sebagai salah satu syarat untuk
mencapai Gelar Sarjana Teknik dari
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin
Oleh:
ADNAN SABIH ZN. ARIE RANGGA PUTRA
D411 06 023 D411 06 045
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2011
NIP. 19640427 198910 1 002
SIMULASI PEMBANGKIT LISTRIK HIBRID SEBAGAI POWER SUPPLY
PADA PULAU LAE-LAE SULAWESI SELATAN
OLEH
ADNAN SABIH D411 06 023
ZN. ARIE RANGGA PUTRA D411 06 045
Tugas Akhir Ini Telah Diterima dan Disahkan Sebagai Salah Satu Syarat
Guna Mencapai Gelar Sarjana
Dalam Bidang
Teknik Tenaga Listrik
Jurusan Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Disahkan Oleh
Pembimbing I
Pembimbing II
Ir. Tajuddin Waris, MT
NIP. 1965042 4119203 1 003
Ir. Hj.Zaenab Muslimin, MT
NIP. 1966020119920 2 002
Diketahui Oleh
Ketua Jurusan Teknik Elektro
Dr.Ir.Zahir Zainuddin,MSc
ABSTRAK
Indonesia adalah negara yang memiliki sumber daya energi yang
berlimpah dan beragam baik yang bersumber dari fosil seperti minyak bumi,
batubara dan gas bumi. Ataupun sumber energi alternatif dan terbarukan lainnya
seperti tenaga surya, tenaga angin, tenaga air, geothermal, biomasa dan lain-lain.
Meskipun potensi sumber energi yang dimiliki berlimpah, Indonesia sampai saat
ini tetap belum bisa memenuhi kebutuhan energi dalam negerinya sendiri.
Diversifikasi energi (bauran sumber energi) merupakan suatu konsep /
strategi yang dapat dipergunakan sebagai alat (tools) untuk mencapai
pembangunan energi dan ekonomi yang berkelanjutan. Kebijakan perpaduan
energi (energy hybrid ) menekankan bahwa Indonesia tidak boleh hanya
tergantung pada sumber energi berbasis fosil, namun harus juga mengembangkan
penggunaan energi terbarukan. Kebijakan energi di Indonesia perlu
dikembangkan dengan memperjelas strategi, sasaran penggunaan, jumlah
pemanfaatan dan pengelolaan energi nasional, dengan mempertimbangkan potensi
energi, permintaan energi, infrastruktur energi serta faktor lainnya seperti harga
energi, teknologi, pajak, investasi dan sebagainya.
Pada penelitian ini penulis ingin mensimulasikan konfigurasi pembangkit
yang paling optimum yang dapat diterapkan di daerah penelitian dalam hal ini
Pulau Lae-Lae Makassar Sulawesi Selatan
Keyword: Energi hybrid , Simulai, konfigurasi, Optimum
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Rabbil Alamin segala Puji syukur kehadirat Allah SWT,
atas segala berkah dan rahmat-Nya sehingga tugas Akhir ini dapat diselesaikan
sebagai persyaratan untuk mendapatkan gelar kesarjanaan
Dalam penulisan tugas akhir ini penulis banyak mendapat bimbingan dan
dorongan serta bantuan dari beberapa pihak melalaui kesempatan ini saya
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Ir. Tadjuddin Waris,MT selaku Pembimbing 1 atas segala saran,
bimbingan dan nasehat selama penelitian berlangsung dan selama
penyusunan tugas akhir ini
2. Ibu Ir. Zaenab Muslimin, MT selaku Pembimbing 2 atas segala saran,
kritik, bimbingan dan nasehat selama pengerjaan tugas akhir ini
3. Bapak Dr. Ir. Zahir Zainuddin, MSc, selaku ketua jurusan Elektro Fakultas
Teknik Universitas Hasanuddin
4. Bapak Ir Indra Jaya, MT selaku ketua sub jurusan Teknik Energi Listrik
Jurusan Elektro Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
5. Bapak Ibu dosen lainnya yang tidak sedikit telah memberikan ilmunya
selama penulis menuntut ilmu di jurusan Elektro
6. Orang tua dan Saudara-Saudara Serta Segenap keluarga kami tercinta yang
senantiasa mendoakan dan memberikan dorongan kepada penulis
7. Seluruh Staf Elektro maupun Fakultas yang telah banyak membantu kami
selama melalui proses perkuliahan
8. Saudara-Saudara kami semua yang telah memberikan bantuan, semangat
dan dukungannya selama ini dalam menyelesaikan tugas akhir, semoga
mendapatkan berkah dan senantiasa diliputi rahmat dari Allah Subhanahu
Wa Ta’la.
Penulis sadar masih banyak kekeliruan, kesalahan dalam penyusunan
tugas akhir ini baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja oleh karena
itu penulis sangat mengharapkan kritk, saran dan masukan yang membangun
semata-mata untuk lebih menyempurnakan tugas akhir ini.
Makassar, Juli 2011
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………...…………………………………………………..I
LEMBAR PENGESAHAN…………………………...………………………...II
ABSTRAK……………………………………………...………………………III
KATA PENGANTAR…………………………………...…………………………IV
DAFTAR ISI……………………………………………………………..…….VI
DAFTAR GAMBAR…….……………………………..………………….…..XI
DAFTAR TABEL……………………………………..…………...…...……XVII
BAB I PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG MASALAH……………………………………………… 1
1.2 RUMUSAN MASALAH……………………………………………………….. 3
I.3 TUJUAN PENELITIAN………………………………………………………... 3
I.4 BATASAN MASALAH………………………………………………………... 3
I.5 METODE PENELITIAN……………………………………………………….. 3
I.6 SISTEMATIKA PENULISAN…………………………………………………... 4
BAB II TEORI DASAR
II.1 SUMBER-SUMBER ENERGI TERBARUKAN………………………………….. 5
II.2 SEJARAH PENGGUNAAN TENAGA ANGIN………………………………….. 5
II.2.1. PERKEMBANGAN ENERGI ANGIN DI DUNIA………………………………7
II.2.2. KECEPATAN ANGIN DAN DISTRIBUSI ENERGI……………………………8
II.2.3. HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN DAN TENAGA PADA ANGIN…………9
II.2.4. DAYA LISTRIK YANG DIHASILKAN OLEH PLTANGIN………………….10
II.2.5. DAERAH SAPUAN ROTOR……………………………………………….12
II.2.6. MASSA JENIS UDARA…………………………………………………...13
II.2.7 POLA ANGIN GLOBAL……………………………………………………14
II.2.8. DISTRIBUSI KECEPATAN ANGIN………………………………………...16
II.2.9. MODUS DAN KECEPATAN RATA-RATA ANGIN…………………………17
II.2.10. PENGARUH KETINGGIAN……………………………………………….18
II.2.11. MEMPREDIKSI KECEPATAN ANGIN……………………………………..19
II.2.12. SISTIM TENAGA LISTRIK TENAGA ANGIN…………………………….20
II.3. SEL SURYA………………………………………………………………...23
II.3.1. SEL FOTO VOLTAIC……………………………………………………...23
II.3.2. TEORI SEL SURYA……………………………………………………….24
II.3.3. KARAKTERISTIK SEL FOTOVOLTAIK…………………………………….26
II.4. PENYIMPANAN ENERGI…………………………………………………...28
II.4.1. PERKEMBANGAN PENYIMPANAN ENERGI………………………………29
II.4.2. KONSTRUKSI INTERNAL SEL ELEKTROKIMIA……………………………30
II.5. PERALATAN ELEKTRONIKA DAYA…………………………………………31
II.5.1. AC TO DC RECTIFIER…………………………………………………..32
II.5.2. INVERTER DC KE AC……………………………………………………33
II.6. HIBRID SISTEM……………………………………………………………35
II.6.1. HIBRID SISTEM DENGAN DISEL………………………………………….35
II.6.2. PEMBAGIAN BEBAN…………………………………………………..…36
BAB III SIMULASI SISTEM HIBRID DENGAN MENGGUNAKAN
HOMER
III.1 PENGERTIAN HIBRID SISTEM……………………………………………..39
III.2 PRINSIP DASAR SISTEM HYBRID…………………………………………..41
III.3 MANFAAT SISTEM HYBRID DI MASYARAKAT……………………………42
III.4 ANALISA KEUNGGULAN PEMBANGKITAN HIBRID……………….……….44
III.5 EFEKTIFITAS BIAYA SISTEM HYBRID…………………………………….47
III.6 JENIS-JENIS SISTEM HIBRID………………………………………………49
III.6.1 SISTIM HYBRID KONFIGURASI SERI…………………………………….50
III.6.2 SWITCHED CONFIGURATION……………………………………………52
III.6.3 KONFIGURASI PARALEL………………………………………………...54
III.7 SISTEM HIBRID DC COUPLING……………………………………………55
III.8 ANALISA SISTEM HIBRID KONFIGURASI PARALEL……………………….56
III.9 PENGGUNAAN PERANGKAT LUNAK HOMER UNTUK SIMULASI SISTEM…..58
III.10 ASUMSI DAN PEMODELAN INPUT………………………………………..61
III.11 JENIS-JENIS VARIABEL INPUT DALAM HOMER…………………………62
III.11.1 DATA SUMBER DAYA ALAM…………………………………………...62
III.11.2 HARGA BAHAN BAKAR………………………………………………...63
III.11.3 VARIABEL-VARIABEL EKONOMI……………………………………….64
III.12 BATASAN-BATASAN SIMULASI………………………………………….64
III.13 VARIABEL-VARIABEL PERALATAN………………………………………65
III.13.1 PANEL SEL SURYA…………………………………………………….65
III.13.2 TURBIN ANGIN………………………………………………………...66
III.13.3 BATERAI………………………………………………………………68
III.13.4 KONVERTER……………………………………………………………68
III.13.5 GENERATOR DIESEL…………………………………………………...69
III.14 ANALISA HASIL SIMULASI HOMER……………………………………71
III.15 PENENTUAN AMBANG BATAS BEBAN…………………………………...71
III.16 ANALISA HASIL EKONOMI PROGRAM HOMER………………………….72
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 CIRI GEOGRAFIS INDONESIA………………………………………………75
IV.2 KEADAAN GEOGAFIS PULAU LAE-LAE……………………………………77
IV.3 KONDISI KELISTRIKAN PULAU LAE-LAE…………………………………78
IV.4 DATA KARATERISTIK ANGIN DAN INDEKS RADIASI MATAHARI…………82
IV.5 KOMPONEN KOMPONEN PEMBANGKIT LISTRIK YANG DIGUNAKAN……...86
IV.5.1 GENERATOR DIESEL…………………………………………………….86
IV.5.2 SOLAR PANEL (PV)……………………………………………………..88
IV.5.3 TURBIN ANGIN………………………………………………………….90
IV.5.4 BATREAI………………………………………………………………...93
IV.5.5 INVERTER……………………………………………………………….96
IV.6 SIMULASI SISTEM DENGAN MENGGUNAKAN HOMER……………………98
IV.7. SIMULASI SISTEM 1………………………………………………………98
IV.7.1 UNTUK BEBAN 1889 KWH/HARI DAN MINIMUM ENERGI TERBARUKAN
SEBESAR 60%...............................................................................................101
IV.7.2 UNTUK BEBAN 1889 KWH/HARI DAN MINIMUM ENERGI TERBARUKAN
SEBESAR 70%...............................................................................................103
IV.7.3 UNTUK BEBAN 1889 KWH/HARI DAN MINIMUM ENERGI TERBARUKAN
SEBESAR 80%...............................................................................................106
IV.7.4 UNTUK BEBAN 1889 KWH/HARI DAN MINIMUM ENERGI TERBARUKAN
SEBESAR 90%...............................................................................................109
IV.7.5 SIMULASI DENGAN BEBAN 2.007 MW/HARI…………………………112
IV.7.6 SIMULASI DENGAN BEBAN 1,889 MW/HARI DENGAN HARGA
DIESEL $1……………………………………………………………………...112
IV.8 ANALISA HASIL SIMULASI 1…………………………………………….113
IV.9 SIMULASI SISTEM 2……………………………………………………...116
IV.9.1 UNTUK BEBAN 1889 KWH/HARI DAN MINIMUM ENERGI TERBARUKAN
SEBESAR 60%..............................................................................................119
IV.9.2 UNTUK BEBAN 1889 KWH/HARI DAN MINIMUM ENERGI TERBARUKAN
SEBESAR 70%..............................................................................................122
IV.9.3 UNTUK BEBAN 1889 KWH/HARI DAN MINIMUM ENERGI TERBARUKAN
SEBESAR 80%...............................................................................................125
IV.9.4 UNTUK BEBAN 1889 KWH/HARI DAN MINIMUM ENERGI TERBARUKAN
SEBESAR 90%............................................................................................... 128
IV.9.5 SIMULASI UNTUK BEBAN 2.007 MW/HARI……………………………131
IV.9.6 SIMULASI UNTUK BEBAN 1,889 MW/HARI DAN HARGA DIESEL $1…131
IV.9.7 HASIL SIMULASI DENGAN JUMLAH BEBAN 2,007 MW/HARI
DAN HARGA DIESEL$1………………..................…………………………...132
IV.10 ANALISA HASIL SIMULASI 2…………………………………………...132
IV.11 ANALISA PERBANDINGAN KEDUA SIMULASI…………………………..136
IV.11.1 PERBANDINGAN NILAI NET PRESENT COST…………………………136
IV.11.2 PERBANDINGAN BIAYA OPERASI…………………………………….137
IV.11.3 PERBANDINGAN DAYA OUTPUT PV………………………………….138
IV.11.4 PERBANDINGAN NILAI BIAYA PEMBANGKITAN……………………..138
IV.12 ANALISA EMISI PADA SISTEM HIBRID…………………………………139
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 SIMPULAN………………………………………………………………..142
V.2 SARAN……………………………………………………………………143
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 2.1 GRAFIK PENURUNAN BIAYA PRODUKSI LISTRIK PER KWH……….6
GAMBAR 2.2 GAMBAR JENIS-JENIS TURBIN ANGIN………………...…………..9
GAMBAR 2.3 GRAFIK PENGARUH KETINGGIAN PERMUKAAN TANAH
TERHADAP KECEPATAN ANGIN………………..………………………………..19
GAMBAR 2.4 CONTOH SISTEM PV STANDART…………………………………23
GAMBAR 2.5 KONSTRUKSI DASAR SEL FOTOVOLTAIC…………...…………….25
GAMBAR 2.6 KARAKTERISTIK MODUL FOTOVOLTAIK KETIKA ADA
CAHAYA DAN TIDAK ADA CAHAYA……………………………………..………26
GAMBAR 2.7 CONTOH-CONTOH PEMASANGAN SOLAR PANEL………………..27
GAMBAR 2.8 PENAMPANG DASAR BATERAI………………………….………..30
GAMBAR 2.9 DIAGRAM AC/DC CONTROL RECTRIFIER 3 FASA………….…….32
GAMBAR 2.10 DIAGRAM DC/AC INVERTER 3 FASA………………….……….33
GAMBAR 2.11 CONTOH HIBRID SYSTEM ANGIN DAN DISEL……………………35
GAMBAR 2.12 SKEMA BUS BEBAN PADA SISTEM HIBRID…………………….37
GAMBAR 3.1 CONTOH KURVA BEBAN…………………………………………41
GAMBAR 3.2 TREN PENINGKATAN HARGA MINYAK DUNIA…………………46
GAMBAR 3.3 PERBANDINGAN BIAYA TOTAL DARI PEMBANGKIT HIBRID DAN
DIESEL PADA SITUS TANZANIA………………………………………………...48
GAMBAR 3.4 PERBANDINGAN BIAYA TOTAL DARI PEMBANGKIT HIBRID
DAN DIESEL PADA SITUS DI INDIA………………….………..…………………48
GAMBAR 3.5 GRAFIK PERBANDINGAN BIAYA PENGEMBANGAN JARINGAN
ANTARA SISTIM HIBRID DAN LISTRIK KONVENSIONAL…………………………49
GAMBAR 3.6 SKEMA SISTIM HYBRID KONFIGURASI SERI………………………50
GAMBAR 3.7 SKEMA SOSTEM HIBRID KONFIGURASI SWITCHED……………...53
GAMBAR 3.8 SISTEM HIBRID DC COUPLING…………………………………..55
GAMBAR 3.9 SISTEM HIBRID AC COUPLING…………………………………..56
GAMBAR 3.10 TAMPILAN ANTARAMUKA STANDATR HOMER……………….56
GAMBAR 3.11 TAMPILAN ANTARAMUKA INPUT KOMPONEN HOMER……….61
GAMBAR 3.12 TAMPILAN ANTARAMUKA INPUT DATA BAHAN BAKAR
HOMER………………………………………………………………………..63
GAMBAR 3.13 TAMPILAN ANTARAMUKA INPUT PV DATA HOMER…………66
GAMBAR 3.14 TAMPILAN ANTARAMUKA INPUT DATA TURBIN
ANGIN HOMER………………………………………………………………..67
GAMBAR 3.15 TAMPILAN ANTARAMUKA INPUT DATA BATERAI HOMER…..68
GAMBAR 3.16 TAMPILAN ANTARAMUKA INPUT KONVERTER
DATA HOMER………………………………………………………………...69
GAMBAR 3.17 TAMPILAN ANTARAMUKA INPUT DATA
GENERATOR HOMER…………………………………………………………71
GAMBAR 3.18 TAMPILAN ANTARAMUKA SIMULASI EKONOMI HOMER…….72
GAMBAR 4.1 PULAU LAE-LAE…………………………………………………77
GAMBAR 4.2 TAMPILAN INPUT BEBAN PULAU LAE-LAE………………...…...79
GAMBAR 4.3 KURVA BEBAN PULAU LAE-LAE………………………………...81
GAMBAR 4.4 TAMPILAN INPUT BEBAN PULAU LAE LAE....................................81
GAMBAR 4.5 GRAFIK INDEK MATAHARI………………………………………83
GAMBAR 4.6 TAMPILAN SOLAR DATA INPUT………………………………….83
GAMBAR 4.7 GRAFIK KECEPATAN ANGIN……………………………………..84
GAMBAR 4.8 INPUT DATA ANGIN……………………………………………...85
GAMBAR 4.9 SKEMA SISTEM HIBRID YANG DISIMULASIKAN…………………86
GAMBAR 4.10 PEMBANGKIT DIESEL YANG ADA DI PULAU LAE-LAE……….….87
GAMBAR 4.11 GENERATOR INPUT PADA HOMER……………………………...87
GAMBAR 4.12 PANEL PV………………………………………………………89
GAMBAR 4.13 TAMPILAN MENU PV PADA SISTIM LAE-LAE…………………..90
GAMBAR 4.14 VERTICAL AXIS WIND TURBINE 250 KW……………………...91
GAMBAR 4.15 CONTOH PENGGUNAAN TURBIN ANGIN………………………..91
GAMBAR 4.16 KURVA KARATERISTIK TURBIN ANGIN………………………..92
GAMBAR 4.17 TAMPILAN MENU TURBIN ANGIN YANG DIPAKAI
PADA SIMULASI………………………………………………………………..93
GAMBAR 4.18 BATRAI TROJAN L16P………………………………..………..94
GAMBAR 4.19 GRAFIK PERFORMANCE TROJAN L16P…………………..……94
GAMBAR 4.20 BATERAI DETAIL YANG DIGUNAKAN DALAM SIMULASI……..95
GAMBAR 4.21 TAMPILAN MENU BATERAI YANG DIGUNAKAN
DI SIMULASI PULAU LAE-LAE………….......………………….……………….96
GAMBAR 4.22 TAMPILAN INVERTER YANG DIGUNAKAN
PADASIMULASI…………………………………………………………………97
GAMBAR 4.23 TAMPILAN MENU INVERTER PADA SIMULASI……………...…..97
GAMBAR 4.24 HASIL SIMULASI HOMER…………………………………….…98
GAMBAR 4.25 HASIL SIMULASI EKONOMIS HOMER………………….………..99
GAMBAR 4.26 KONFIGURASI PEMBANGKITAN PERBULAN…………………...100
GAMBAR 4.27 HASIL SIMULASI HOMER………………………………………101
GAMBAR 4.28 HASIL EKONOMIS HOMER…………………………………….102
GAMBAR 4.29 KONFIGURASI PEMBANGKITAN PERBULAN…………………...103
GAMBAR 4.30 HASIL SIMULASI HOMER……….……………………………..103
GAMBAR 4.31 HASIL EKONOMIS HOMER……………………………...……..104
GAMBAR 4.32 KONFIGURASI PEMBANGKITAN PERBULAN………….………..105
GAMBAR 4.33 HASIL SIMULASI HOMER……………………………………...106
GAMBAR 4.34 HASIL EKONOMIS HOMER………………….………………….107
GAMBAR 4.35 KONFIGURASI PEMBANGKITAN PERBULAN…………………...108
GAMBAR 4.36 HASIL SIMULASI HOMER………………………………………109
GAMBAR 4.37 HASIL EKONOMIS HOMER…………………………….……….110
GAMBAR 4.38 KONFIGURASI PEMBANGKITAN PERBULAN……………….…..111
GAMBAR 4.39 GRAFIK KARATERISTIK BIAYA OPERASI……………………..113
GAMBAR 4.40 GRAFIK HUBUNGAN KENAIKAN ENERGI TERBARUKAN
TERHADAP PRODUKSI DAYA PV DAN TURBIN ANGIN……………...…………114
GAMBAR 4.41 HUBUNGAN KENAIKAN PERSENTASE ENERGI TERBARUKAN
DENGAN BIAYA PRODUKSI DAN BIAYA BAHAN BAKAR………………………115
GAMBAR 4.42 HASIL SIMULASI HOMER………………………………………116
GAMBAR 4.43 TAMPILAN HASIL EKONOMIS HOMER………………………...117
GAMBAR 4.44 KONFIGURASI PEMBANGKITAN PERBULAN…………………...118
GAMBAR 4.45 HASIL SIMULASI HOMER……………………………………...119
GAMBAR 4.46 TAMPILAN HASIL EKONOMIS HOMER………………….……..120
GAMBAR 4.47 KONFIGURASI PEMBANGKITAN PERBULAN…………….……..121
GAMBAR 4.48 HASIL SIMULASI HOMER……………………………….……..122
GAMBAR 4.49 TAMPILAN HASIL EKONOMIS HOMER…………………….…..123
GAMBAR 4.50 KONFIGURASI PEMBANGKITAN PERBULAN………….………..124
GAMBAR 4.51 HASIL SIMULASI HOMER…………………………...…………125
GAMBAR 4.52 TAMPILAN HASIL EKONOMIS HOMER………………………...126
GAMBAR 4.53 KONFIGURASI PEMBANGKITAN PERBULAN……….…………..127
GAMBAR 4.54 HASIL SIMULASI HOMER……………………………………...128
GAMBAR 4.55 TAMPILAN HASIL EKONOMIS HOMER………………………...129
GAMBAR 4.56 KONFIGURASI PEMBANGKITAN PERBULAN……………...……130
GAMBAR 4.57 GRAFIK KARATERISTIK BIAYA OPERASI……………………...132
GAMBAR 4.58 GRAFIK KONFIGURASI OPTIMUM PEMBANGKIT………………133
GAMBAR 4.59 GRAFIK HUBUNGAN KENAIKAN ENERGI TERBARUKAN
TERHADAP PRODUKSI DAYA PV DAN TURBIN ANGIN………………………...134
GAMBAR 4.60 HUBUBGAN BIAYA OPERASI DAN BIAYA BAHAN BAKAR
DAN PERSENTASE ENERGI TERBARUKAN……………....……………………..135
GAMBAR 4.61 PERBANDINGAN NPC SIMULASI 1 DAN SIMULASI 2………….136
GAMBAR 4.62 GRAFIK PERBANDINGAN BIAYA OPERASI…………………….137
GAMBAR 4.63 PERBANDINGAN DAYA OUTPUT PV SIMULASI 1
DAN SIMULASI 2………………………………………………………………138
GAMBAR 4.64 PERBANDINGAN BIAYA PEMBANGKITAN……………………..139
GAMBAR 4.65 GRAFIK PERBANDINGAN NILAI EMISI SIMULASI 1
DAN SIMULASI 2……………………………………………………………...141
DAFTAR TABEL
TABEL III.1 PERKEMBANGAN DAYA ENERGI LISTRIK
DI NEGARA-NEGARA BESAR DUNIA………………………………………………8
TABEL IV.1 BEBAN LISTRIK DI PULAU LAE LAE………………………………..79
TABEL IV.2 PERKIRAAN BEBAN PULAU LAE-LAE…………………………….79
TABEL IV.3 DATA INDEKS RADIASI MATAHARI DAN KECEPATAN
ANGIN PER BULAN……………………………………………………………..82
TABEL IV.4 KARATERISTIK BEBAN TURBIN ANGIN…………………………...92
TABEL IV.5 HASIL SIMULASI TEROPTIMUM UNTUK
BEBAN 2.007 MW/HARI………………………………………………………112
TABEL IV.6 HASIL SIMULASI OPTIMUM UNTUK HARGA
DIESEL SEBESAR $1…………………………………………………………..112
TABEL IV.7 HASIL SIMULASI TEROPTIMUM UNTUK
BEBAN 2,007 MW/HARI………………………………………………………131
TABEL IV.8 HASIL SIMULASI UNTUK HARGA DIESEL SEBESAR $1
DENGAN BEBAN 1,889 MW/HARI……………………………………………132
TABEL HASIL SIMULASI UNTUK HARGA DIESEL SEBESAR $1
DENGAN BEBAN 2,007 MW/HARI……………………………………………132
BAB 1
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Energi mempunyai peranan penting dalam pencapaian tujuan sosial,
ekonomi, dan lingkungan untuk pembangunan berkelanjutan, serta merupakan
pendukung bagi kegiatan ekonomi nasional. Penggunaan energi di Indonesia
meningkat pesat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan pertambahan
penduduk. Sedangkan, akses ke energi yang andal dan terjangkau merupakan
pra-syarat utama untuk meningkatkan standar hidup masyarakat.
Untuk memenuhi kebutuhan energi yang terus meningkat tersebut,
dikembangkan berbagai energi alternatif, di antaranya energi terbarukan. Potensi
energi terbarukan, seperti: biomassa, biogas, panas bumi, energi surya, energi air,
energi angin dan energi samudera, sampai saat ini belum banyak dimanfaatkan,
padahal potensi energi terbarukan di Indonesia sangatlah besar.
Energi surya merupakan salah satu energi yang sedang giat
dikembangkan saat ini oleh Pemerintah Indonesia. Sebagai negara tropis,
Indonesia mempunyai potensi energi surya yang cukup besar. Berdasarkan data
penyinaran matahari yang dihimpun dari 18 lokasi di Indonesia, radiasi surya di
Indonesia dapat diklasifikasikan berturut-turut sebagai berikut: untuk kawasan
barat dan timur Indonesia dengan distribusi penyinaran di Kawasan Barat
Indonesia (KBI) sekitar 4,5 kWh/ m2 /hari dengan variasi bulanan sekitar 10%;
dan di Kawasan Timur Indonesia (KTI) sekitar 5,1 kWh/ m2 /hari dengan variasi
1
bulanan sekitar 9%. Dengan demikian, potesi angin rata-rata Indonesia sekitar
4,8 kWh/m2 /hari dengan variasi bulanan sekitar 9%.
Untuk memanfaatkan potensi energi surya tersebut, ada 2 (dua) macam
teknologi yang sudah diterapkan, yaitu teknologi energi surya termal dan energi
surya fotovoltaik. Energi surya termal pada umumnya digunakan untuk memasak
(kompor surya), mengeringkan hasil pertanian (perkebunan, perikanan,
kehutanan, tanaman pangan) dan memanaskan air. Energi surya fotovoltaik
digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik, pompa air, televisi,
telekomunikasi, dan lemari pendingin di Puskesmas dengan kapasitas total ± 6
MW.
Pulau Lae-Lae adalah pulau terdekat dengan kota Makassar dengan jarak
sekitar 2 Km dari bibir pantai Makassar dengan penduduk sekitar 400 KK
pastinya memerlukan energi listrik yang tidak sedikit, akan tetapi karena
merupakan sebuah pulau kecil maka tidak mendapatkan pasokan listrik dari PLN
Maka untuk memenuhi kebutuhan listrik tersebut maka sebagian besar
penduduk menggunakan tenaga diesel untuk membangkitkan tenaga listrik,
karena memakai tenaga diesel maka biaya yang diperlukan juga semakin besar
maka penggunaan listrik tidak maksimal
Maka untuk mengatasi hal itu diperlukan sistim pembangkitan yang
lebih baik dan lebih ekonomis serta menggunakan energy terbarukan
2
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana mensimulasikan suatu sistim pembangkitan hibrid yang lebih
ekonomis yang bisa memasok kebutuhan daya di pulau tersebut
2. Bagaimana menghitung biaya produksi, biaya pembuatan dari sitim
tersebut
3. Jenis dan konfigurasi pembangkit yang dipakai
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mendapatkan konfigurasi dan jenis pembangkit yang cocok dipakai di
pulau tersebut serta aspek biayanya
2. Menganalisis hasil simulasi tersebut berdasarkan dari aspek sensifitas
yang digunakan
1.4 Batasan Masalah
1. Hanya merancang pengunaan beban harian rata-rata
2. Perancangan dibatasi pada poses pembangkitan daya listrik tidak termasuk
sistim distribusi maupun instalasi
3. Variabel Sensifitas yang digunakan adalah jumlah beban, harga diesel, dan
persentase energi terbarukan
1.5 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam pembahasan tugas akhir ini adalah:
1. Metode Observasi
Suatu cara pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung
terhadap alat dan proses yang dijadikan objek permasalahan.
2. Metode Pengambilan Data
1. Metode deskriptif yaitu pengambilan data secara langsung .
3
2. Metode diskusi yaitu mengadakan diskusi dengan pihak praktisi.
3. Metode Analisa Data
Yaitu perhitungan yang terkait dengan tujuan penelitian berdasarkan data
yang diperoleh dilakukan perhitungan .
4. Metode Studi Literatur dan Studi Pustaka
Yaitu mengadakan studi dari buku, internet dan sumber bahan pustaka atau
informasi lainnya yang terkait dengan materi yang penulis bahas dalam
tulisan ini
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan tugas akhir ini terbagi dalam lima bab dengan
harapan maksud dan tujuan dari penulisan ini dapat terangkum seluruhnya.
Pembagian bab tersebut adalah sebagai berikut :
Bab I Merupakan pendahuluan, yang berisi latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penulisan, batasan masalah, metode penulisan
dan sistematika penulisan.
Bab II Landasan teori, mencakup teori-teori yang berkaitan dengan
operasi ekonomis pembangkit tenaga listrik.
Bab III Berisikan teori pendukung dan metode analisis.
Bab IV Merupakan pemaparan data yang diperoleh serta pembahasan
penerapan metode perhitungan .
Bab V Merupakan penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
4
BAB II
TEORI DASAR
II.1 Sumber-Sumber Energi Terbarukan
Dewasa ini penggunaan sumber-sumber energi terbarukan sangat giat
ditingkatkan dalam rangka memperoleh energi yang lebih bersih, hal ini sejalan
dengan kesadaran manusia yang lebih tinggi mengenai pentingnya kelestarian
lingkungan oleh karena salah satu kelebihan energi terbarukan adalah lebih ramah
lingkungan karena nyaris tidak memiliki dampak emisi baik secara langsung maupun
tidak langsung terhadap lingkungan contoh energi terbarukan yang banyak
dikembangkan antara lain energi angin, energi surya, panas bumi, biomassa dll.
II.2 Sejarah Penggunaan Tenaga Angin
Penggunaan tenaga angin pertama kali digunakan untuk berlayar di
sungai nil 5000 tahun yang lalu. Di eropa penggunaannya dimulai untuk
menggiling gandum dan memompa air pada abad tahun 1700 . Kincir angin
pertama yang digunakan untuk membangkitkan energi listrik ada di daerah
pedesaan Amerika pada tahun 1890 [1] dan dewasa ini penggunanaan energi
angin bersaing dengan jenis energi lainnya untuk mensuplay energi ramah
lingkungan di berbagai belahan dunia.
Besar daya listrik yang dibangkitkan oleh satu unit pembangkit angin
dapat mencapai 300 kW dan sedang dilakukan penelitian berbagai negara
untuk membuat PLTAngin dengan daya sebesar 0,5 MW- 1 MW
5
Pengembangan desain turbin dan sistem pembangkitan telah
mengakibatkan penurunan biaya listrik per KWH menggunakan tenaga angin
yaitu dari 0,35 $ per KWH pada tahun 1980 menjadi 0,05 $ pada tahun 1997
pada harga tersebut energi angin menjadi salah satu energi murah yang ada.
[1]
Gambar 2.1 Grafik penurunan biaya produksi listrik per KWh [1]
Salah satu faktor yang membuat tenaga angin berkembang dengan pesat antara
lain
1. Perkembangan serat karbon yang kuat yang dapat dibuat menjadi bilah
baling-baling yang lebih murah
2. Penurunan harga-harga peralatan-peralatan tenaga listrik
6
3. Perkembangan efisiensi sistim tenaga listrik yang semakin lama semakin baik
4. Nilai ekonomi dari sistim tenaga dan peralatan listrik yang semakin besar
II.2.1. Perkembangan Energi Angin di Dunia
Perkembangan pengembangan energi angin di dunia telah menjadi
salah satu jenis energi yang paling menjanjikan dewasa ini. Bahkan
banyak negara di dunia menjadikan pengunaaan energi angin menjadi
program pemerintahnya.
Bahkan badan energi internasional (IEA) yang didanai oleh 14 negara
bersama-sama melakukan penelitian bersama dan pertukaran informasi dibidang
energi angin. dimulai pada tahun 1995 telah lebih dari 25000 sistim tenaga angin
telah dipasang di negara-negara anggota IEA sebesar 3500 MW energi listrik dan
secara kumulatif menghasilkan energi listrik sebesar 6 juta KWH tiap tahunnya
dan terus berkembang setiap tahunnya
7
Tabel 2.1 Tabel perkembangan daya energi listrik di negara-negara
besar dunia [1]
II.2.2. Kecepatan angin dan distribusi energi.
Turbin angin berfugsi pada dasarnya mengubah energi kinetik dari angin
melalui dua atau lebih bilahnya yang digandengkan dengan generator listrik.
Turbin tersebut biasanya dipasang di sebuah dudukan menara dengan tujuan
memaksimalkan energi yang didapatkan dan biasanya dipasang ditempat yang
disebut dengan padang angin. Dimana ditempat tersebut paling memiliki aliran
angin yang konstan sepanjang tahun.
Secara garis besar terdapat 2 jenis rancangan turbin yaitu turbin sudut
horizontal dan turbin sudut vertikal akan tetapi yang lebih berkembang pesat
adalah turbin sudut horizontal
8
Gambar 2.2 Jenis-Jenis Turbin Angin [1]
II.2.3. Hubungan Antara Kecepatan Dan Tenaga Pada Angin
Energi kinetik pada massa tertentu (m) yang bergerak pada kecepatan (v) pada
satuan SI adalah
Ek = ½ · m ·V2 Joules (2.1)
Sedangkan pada angin hubungannya menjadi
Ek = ½ ·(massa udara yang mengalir perdetik) · V2
Jika : P = energi mekanik udara yang mengalir
ρ = masa jenis udara (kg/m3)
A = luas penampang bilah kincir angin (m2)
V = kecepatan angin (m/s)
Dan bila jumlah massa udara yang bergerak adalah ρVA maka daya yang
dibangkitkan adalah
P= ½ (ρVA)·V2= ½ρAV
3 watt (2.2)
9
Dua lokasi yang potensial dapat dibandingkan dengan menggunakan nilai dari
jumlah daya (watt) permeter persegi area yang tersapu oleh bilah kincir angin.
II.2.4 Daya Listrik Yang Dihasilkan Oleh PLTAngin
Daya yang dikonversi oleh bilah rotor kincir pembangkit akan berbeda
pada tiap-tiap tingkat kecepatan angin yang melewatinya atau secara rumus dapat
ditulis sebagai brikut:
Po = ½ jumlah aliran massa perdetik · {V2-V0
2} (2.2)
Dimana :
P0 = Daya yang dibangkitkan oleh rotor (daya yang dibangkitkan oleh
turbin)
V = Kecepatan angin awal ketika memasuki rotor
V0= Kecepatan angin Akhir ketika keluar dari rotor
Karena perbedaan kecepatan angin ketika memasuki rotor pembangkit
dan keluar dari pembangkit yang dapat diabaikan maka maka rumus jumlah
aliran massa dapat diubah menjadi
Jumlah aliran massa udara perdetik = ρ·A· (2.3)
Sedangkan jumlah daya dari rotor yang diubah menjadi energi listrik di
generator adalah
(2.4)
10
Bila disederhanakan akan menjadi
(2.5)
Jumlah daya yang diekstraksi oleh bilah kincir biasanya dinyatakan dengan
menggunakan kecepatan awal dari angin atau secara rumus ditulis
(2.6)
Dimana Cp biasa disebut juga sebagai konstanta tenaga dari rotor atau rotor
efisiensi dan sangat bergantung pada nilai kecepatan angin ketika memasuki bilah
kincir dan ketika keluar dari bilah kincir.
Secara teori nilai maksimum dari Cp tersebut adalah 0,59 akan tetapi secara
praktek nilainya sangat bergantung pada jenis generator dan jenis bilah kincirnya.
Sebagai contoh nilai Cp maksimal yang dapat dicapai adalah dibawah 0,5 untuk
kincir 2 bilah berkecepatan tinggi sedangkan untuk kincir yang memiliki jumlah
bilah yang banyak serta kecepatan rendah maka nilai Cp yang biasanya didapat
berkisar antara 0,2 sd 0,4. Sehingga di dapat kesimpulan daya maksimum yang
dapat dibangkitkan oleh sebuah kincir angin adalah
11
(2.7)
Atau secara simpelnya dapat ditulis menjadi
(2.8)
II.2.5 Daerah Sapuan Rotor
Dari persamaan daya output diatas maka jumlah output yang akan
dihasilkan akan mempunyai hubungan yang linear dengan daerah sapuan dari
rotor kincir angin. Dimana untuk kincir sudut horizontal luas sapuan rotor dapat
dirumuskan sebagai berikut
(2.9)
Dimana D = diameter dari rotor
Menurut penelitian jenis rotor yang paling efektif untuk kincir angin
ialah jenis 2 bilah kincir [1]. Penggunaan lebih banyak bilah kincir dapat
mengakibatkan massa bilah yang lebih besar dan pada akhirnya dapat
mempengaruhi kecepatan putar.
12
II.2.6. Massa Jenis Udara
Tenaga dari angin mempunyai hubungan yang linear dengan kerapatan
udara ketika mengenai bilah kincir. Nilai dari massa jenis tersebut sangat
bergantung dari tekanan udara, suhu udara dimana secara rumus dapat dituliskan
sebagai brikut
(2.10)
Dimana p = tekanan udara
T = Suhu Udara
R = Konstanta gas
Massa jenis udara di permukaan laut dimana tekanan udara sama dengan
1 atm dan suhu 60 F sama dengan 1.225 kg/m3. Berdasarkan rumus diatas maka
dapat diketahui besar massa jenis udara berbeda-beda disetiap tempat dan
dipengaruhi pula oleh ketinggian tepat tersebut hal ini disebabkan karena
ketinggian akan mempengaruhi suhu maupun tekanan udara. Kombinasi dari
hubungan tersebut akan berlaku sampai dengan ketingian 6000 meter diatas
permukaan laut secara rumus dapat ditunjukkan sebagai brikut
(2.11)
13
Dimana Hm adalah ketinggian
Persamaat diatas juga dapat disederhanakan menjadi
(2.12)
Massa jenis udara dapat berubah secara signifikan pada daerah yang
memiliki ketinggian yang besar contohnya pada daerah yang ketinggiannya 2000
meter massa jenis udara sebesar 0,986 kg/m3 20 persen lebih rendah daripada
massa jenis udara di permukaan laut.
Sedangangkan perubahan suhu pada perubahan ketinggian dapat
dihitung menggunakan persamaan brikut ini
(2.13)
II.2.7 Pola angin global
Pola angin global disebabkan oleh pemanasan yang tidak merata serta
proses perputaran bumi. Prosesnya ialah ketika Udara hangat yang naik di sekitar
ekuator akan meninggalkan ruang hampa dibawahnya yang akan diisi oleh udara
yang lebih dingin proses tersebutlah yang mengakibatkan terjadinya dua pola
aliran pokok angin di dunia yaitu Angin antara khatulistiwa dan sekitar 300
lintang utara dan lintang selatan bergerak dari timur ke barat. Ini disebut angin
perdagangan karena digunakan oleh kapal yang berlayar untuk perdagangan.
14
Terdapat pula angin kecil di dekat khatulistiwa yang bergerak
keatas dan tidak bergerak ke barat.
Di banyak negara di mana sistem cuaca datang dari berasal dari
belahan barat, kecepatan angin di barat pada umumnya lebih tinggi
daripada di timur. Dua komponen dari angin yaitu kecepatan dan arah
digunakan secara umum dalam menggambarkan dan memprakirakan
cuaca.
Kecepatan dapat diukur dengan alat yang disebut anemometer yang
terdiri beberapa jenis. Yang paling umum memiliki tiga atau empat
cangkir melekat pada poros yang berputar. Angin memutar cangkir dan
poros. Kecepatan sudut dari perputaran poros di konversi menjadi
kecepatan linear angin. Di Amerika, kecepatan angin menggunakan satuan
mil per jam atau di mil laut per jam (knots). Sedang di negara lain
menggunakan km/jam maupun m/s.
Arah angin diukur dengan suatu alat yang disebut bendera angin .
dimana arah angin dapat diketahui dengan melihat kemana arah bendera
tersebut berputar. Arah angin sering ditunjukkan dalam hal skala 3600
melingkar. Pada skala tersebut, 0° menunjukkan utara, 90° menunjukkan
timur, 180° menunjukkan selatan, dan 270° menunjukkan arah barat
Sebuah sensor optik yang dikembangkan di Institut Teknologi
Georgia akan segera mengganti anemometer konvensional dan
meningkatkan akurasi pengukuran. anemometer mekanik hanya dapat
15
mendapatkan bacaan data di satu lokasi di mana ia ditempatkan. Sedang
untuk mengukur kecepatan angin ditempat yang luas dapat menggunakan
Sebuah array kompleks anemometer tradisional untuk memonitor
kecepatan angin di wilayah yang besar seperti di sebuah ladang angin.
Dengan sensor optik baru maka anemometer mampu mengukur kecepatan
rata-rata dan arah untuk jauh dan lebih akurat daripada anemometer
mekanis.
II.2.8 Distribusi Kecepatan Angin
Kecepatan angin adalah data yang paling penting yang dibutuhkan
untuk menilai potensi calon tempat yang akan kita gunakan sebagai
tempat pembangkit listrik tenaga angin. Angin tidak pernah stabil di suatu
tempat manapun. Hal ini dipengaruhi oleh sistem cuaca, medan tanah
lokal, dan ketinggian di atas permukaan tanah dan kecepatan angin
bervariasi pada setiap menit, jam, hari, musim, dan tahun. Oleh karena itu,
kecepatan rata-rata tahunan harus di dapatkan dari rata-rata data diatas 10
tahun atau lebih. menggunakan rata-rata jangka panjang meningkatkan
kepercayaan dalam menilai potensi energi yang akan di dapat dari sebuah
lokasi tertentu.
Namun, pengukuran jangka panjang yang mahal, dan proyek yang
kadang-kadang tidak bisa menunggu selama itu sehingga membuat proses
pengambilan data jangka panjang tersebut jarang bisa diwujudkan. Dalam
situasi seperti itu data yang didapatkan bisa menggunakan data jangka
16
pendek katakanlah satu tahun data tersebut dibandingkan dengan data
lokasi pembangkit terdekat yang memiliki data jangka panjang untuk
memprediksi kecepatan angin jangka panjang tahunan di tempat yang
sedang dipertimbangkan. Metode ini biasa disebut teknik “measure,
correlate and predict (mcp)”
Karena angin didorong oleh matahari dan musim, pola angin
umumnya terulang selama periode satu tahun. tempat angin biasanya
digambarkan oleh kecepatan data rata-rata selama bulan kalender.
Kadang-kadang, data bulanan tersebut dikumpulkan selama satu tahun
untuk penyederhanaan dalam pelaporan “data angin” keseluruhan dari
berbagai lokasi. Variasi kecepatan angin selama periode dapat
digambarkan dengan fungsi distribusi probabilitas.
II.2.9 Modus dan Kecepatan Rata-Rata Angin
Modus kecepatan didefinisikan sebagai kecepatan angin bertiup hampir
sepanjang waktu. Atau dapat disebut juga kecepatan yang paling banyak terjadi
di daerah tersebut. Sedangkan yang dimaksud kecepatan rata-rata dalam
menghitung data angin ialah rata-rata kecepatan selama periode tertentu yang
didefinisikan sebagai luas total di bawah kurva ketinggian dan kecepatan angin
yang terintegrasi dari v = 0 sampai ∞ dibagi dengan jumlah jam pada periode
(8760 jika jangka waktu satu tahun). Kecepatan rata-rata tahunan sehingga
kecepatan rata-rata yang terukur dapat dirumuskan sebagai berikut
(2.13)
17
II.2.10. Pengaruh ketinggian
Pergeseran angin di permukaan tanah menyebabkan kecepatan
angin meningkat sesuai dengan ketinggian suatu tempat sesuai dengan
rumus:
V (2.14)
Dimana :V1 adalah kecepatan angin yang terukur di ketinggian h1
V2 adalah kecepatan angin yang ingin di ketahui pada ketinggian h2
α adalah koefisien gesek permukaan dari daratan
Dimana nilai Koefisien gesek rendah untuk medan mulus dan
tinggi untuk yang kasar. Akan tetapi pengaruh ketinggian tidak terjadi
secara linear menrut suatu penilitian di meksiko pengaruhnya baru hanya
sampai ketinggian 450 meter diatas permukaan laut setelah itu kecepatan
angin menurun.
Secara grafik pengaruh ketinggian terhadap kecepatan angin dapat Dilihat
pada tabel berikut ini.
Gambar 2.3 Grafik pengaruh ketinggian permukaan tanah terhadap
kecepatan angin [1]
II.2.11. Memprediksi kecepatan angin
Energi angin yang tersedia tergantung pada kecepatan angin, yang
merupakan variabel yang acak. Dimana Untuk operator pembangkit dapat
mengakibatkan kesulitan dalam sistem penjadwalan dan pengiriman
energi sehingga jadwal ketersediaan tenaga angin tidak diketahui
sebelumnya terutama energi angin tersebut berada pada suatu sistim
interkoneksi bersama dengan pembangkit-pembangkit lainnya.
Namun, jika kecepatan angin dapat diperkirakan sampai beberapa
jam sebelumnya maka dapat menghasilkan jadwal efisien untuk generator
angin tersebut.
Untuk mengatasi hal tersebut Alexiadis et Al2 telah mengusulkan
suatu teknik baru untuk peramalan kecepatan angin dan output daya
18
19
hingga beberapa jam di muka. Teknik ini didasarkan pada penggabungan
data di pembangkit terdekat (jika ada) dan jaringan sistim angin buatan.
Teknik yang diusulkan dapat secara signifikan meningkatkan
akurasi peramalan dibandingkan dengan peramalan sebelumnya. Metode
yang diusulkan baru dikalibrasi di lokasi yang berbeda selama periode 1
tahun.
II.2.12. Sistim Tenaga Listrik Tenaga Angin
Komponen-komponen sistim tenaga angin
1. menara.
2. turbin angin dengan dua atau tiga pisau.
3. mekanisme pengatur arah baling (seperti baling-baling ekor.)
4. gigi mekanik.
5. generator listrik.
6. sensor kecepatan dan kontrol.
Sedangkan pada sistim yang lebih modern terdapat
1. peralatan elektronik daya.
2. kontrol elektronik, biasanya dilengkapi komputer.
3. baterai untuk meningkatkan keandalan beban dalam sistim yang terisolasi
4. saluran transmisi menghubungkan jaringan ke jala-jala.
Karena momen besar inersia, maka muncul masalah dalam
pengoperasian antara lain masalah starting awal, kontrol kecepatan selama
menghasilkan daya operasi, dan menghentikan turbin bila diperlukan.
20
The eddy current atau jenis rem lainnya digunakan untuk
menghentikan turbin bila diperlukan untuk contohnya pada keadaan
darurat atau untuk pemeliharaan rutin.
Untuk pembangkit tenaga listrik angin yang terdiri dari lebih dari
banyak unit sebaiknya menggunakan unit kontrol sendiri untuk
operasional dan keamanan operasi.
1. Menara
Menara adalah struktur yang menopang segala komponen pembangkit
listrik tenaga angin seperti generator, bilah baling-baling, alat-alat kontrol
dan lain-lain
Tinggi menara pada awalnya berkisar pada 20 sampai 50 meter. Tinggi
menara pada kapasitas daya menengah dan besar sebaiknya sedikit lebih
tinggi dari diameter bilah sedangkan pada pembangkit berdaya kecil
biasanya tingginya sekitar beberapa kali dari panjang diameter bilah rotor
ketinggian dari menara dimaksudkan untuk mendapatkan angin yang
cukup kuat untuk memutar bilah baling-baling.
Kontruksi dasar dari menara dapat berupa tabung dan berbentuk jeruji (kisi-
kisi)
Isu utama dalam desain menara adalah dinamika struktural. dimana
getaran menara dan siklus pergerakan menara yang dihasilkan karena
berfluktuasinya kecepatan angin yang mesti dihindari oleh para pendesain. Hal
ini memerlukan perhitungan yang seksama terhadap semua frekuensi resonansi
menara, frekuensi fluktuasi angin.
21
2. Bilah turbin
Bilah turbin dapat terbuat dari kayu yang mempunyai kepadatan
tinggi atau seratkaca maupun epoxy komposit. Turbin angin modern
memiliki dua atau tiga bilah.
Tegangan mekanik yang tetap karena adanya gaya sentrifugal dan
faktor kelelahan dan getaran terus menerus pada bilah baling-baling
menjadikan bagian baling adalah bagian rentan dalam sistem. Maka dari
itu desain baling-baling yang baik diperlukan untuk menghindari
kegagalan atau kerusakan dini pisau. Maka dari itu sangat penting untuk
selalu menjaga kecepatan bilah agar selalu berada pada batas aman.
Hal ini bukan hanya untuk mengankan bilah tapi juga
mengamankan generator dari panas berlebih dan kelebihan daya.
3. Pengatur Arah
Pada umumnya pengontrol arah pada baling-baling kecil ialah
sebuah sayap kecil yang terletak di belakang bilah baling-baling utama.
Fungsi utamanya ialah mengarahkan baling-baling sesuai dengan arah
datangnya angin. Akan tetapi pada unit pembangkit yang besar metode
tersebut tidak dapat digunakan. Dan biasanya digunakan peralatan
mekanik (motor) untuk melakukannya atas perintah operator kontrol
21
II.3. Sel surya
II.3.1. Sel foto voltaik
Secara umum dapat di katakan bahwa sel foto voltaik adalah suatu
alat yang dapat mengubah secara langsung energi matahari menjadi energi
listrik. Mekanisme kerja sel foto voltaik di dasarkan atas suatu fenomena
yang di kenal sebagai efek foto voltaik yang di definisikan sebagai
terbangkitnya suatu potensial listrik apabila terjadi ionisasi oleh radiasi di
dekat suatu build in potensial barier bahan semikonduktor
Gambar 2.4 Contoh Sistem PV Standart [1]
Pemanfaatan sel foto voltaik atau solar cell akan selalu
memberikan energi listrik selama masih terdapat cahaya matahari.
Dikatakan demikian karena energi matahari mempunyai beberapa faktor
pendukung seperti ketersediaannya yang mudah di dapat apalagi di
Negara Indonesia yang terletak di garis khatulistiwa yang kaya akan
siraman cahaya matahari, faktor yang lain seperti bebas pencemaran atau
23
polusi udara dan air yang di akibatkan oleh pembakaran bahan
hidrokarbon, walaupun prospek foto voltaik ini cukup cerah tetapi perlu di
perhatikan bahwa bahwa untuk lingkungan yang taraf hujannya tinggi
daya kerjanya akan menurun.
II.3.2 Teori Sel Surya
Sel surya adalah kristal atau bubuk silikon yang dapat mengubah
energi cahaya matahari menjadi energi listrik berupa listrik arus searah.
Energi yang sampai dipermukaan bumi ini adalah dalam bentuk paket-
paket gelombang elektromagnetik yang disebut photon. Tumbuhan photon
pada bahan akan menghasilkan proses penyerapan oleh bahan dan
menimbulkan kenaikan temperatur. Sebuah sel foto voltaik atau sel surya
dibentuk oleh semi konduktor silikon atau bahan lainnya dimana setiap
keping silikon dibuat dengan cara pembentukan sambungan bahan tipe p
dan bahan tipe n yang sangat tipis dan kelihatannya tidak tembus cahaya
tetapi sesungguhnya cahaya matahari mampu menembus sampai pada
sampai lapisan batas antara bahan tipe n dan tipe p. Bila di sinari maka
batas lapisan ini akan dapat di tembus dan terbentuklah lubang elektron.
Medan listrik yang terdapat pada batas lapisan akan menghalangi lubang
dan electron untuk berekombinasi kembali,dengan rangkaian tertutup
maka aksi foto voltaik pada sel surya akan membuat aru smengalir.
Konstruksi dasar sel fotovoltaik pada gambar di bawah ini.
24
Gambar 2.5 Konstruksi dasar sel foto votoltaic [1]
Pada permukaan bagian depan di berikan lapisan anti refleksi atau
anti reflective coating untuk mengurangi hilangnya sinar yang telah di
terima oleh solar sel. Pada modul sel surya terbagi menjad dua bagian di
mana setiap sel surya mampu menghasilkan tegangan 0,5 – 0,7 volt yang
terhubung secara seri di berikan by pass diode untuk melindungi dari
penyinaran yang tidak merata dan juga blocking diode untuk mencegah
arus listrik mengalir dari baterai kembali ke modul sel surya. Diode
dengan tipe silikon mempunyai kerugian tegangan 0,7 volt sedangkan tipe
germanium mempunyai kerugian 0,3 volt sehingga dioda yang di gunakan
oleh pabrik adalah dioda germanium.
25
II.3.3 Karakteristik sel fotovoltaik
Ada beberapa karaktersistik sel foto voltaik yang perlu di ketahui,
karena hal ini penting nantinya dalam proses perencanaan dan pembuatan
alat catu daya listrik tegangan surya. Karakteristik yang dimaksud antara
lain.
Gambar 2.6 Karakteristik modul fotovoltaik ketika ada cahaya dan tidak
ada cahaya [1]
Karakteristrik listrik pada sel fotovoltaik umumnya di wakili
oleh kurva tegangan dan arus ((i-v). gambar di atas menunjukan
karakteristik i-v dalam dua kondisi yaitu ketika matahari cerah dan ketika
matahari tidak bersinar. Pada kuadran pertama, bagian kiri atas kurva
tegangan nol yang disebut arus pendek rangkaian, ini adalah saat kita akan
mengukur tegangan terminal keluaran yang terhubung singkat (tegangan
nol). Bagian bawah kanan kurva saat arus adalah nol ini di sebut tegangan
open sitkuit, ini adalah tegangan yang di ukur ketika terminal output
terbuka. Pada daerah teduh, bagian kiri kurva sel bekerja seperti sumber
26
arus konstan, menghasilkan tegangan agar sesuai dengan resistansi
bebannya. Di daerah teduh, bagian kanan kurva, arus turun dengan cepat
dan dengan kenaikan tegangan yang kecil. Di daerah ini, sel bekerja
seperti sumber tegangan konstan dengan resistansi internal. Daerah di
antara dua daerah teduh, kurva mempunyai titik lutut.
Gambar 2.7 Contoh-Contoh Pemasangan Solar Panel [1]
27
II.4 Penyimpanan Energi
Energi Listrik lebih banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari karena
merupakan bentuk yang sangat fleksibel karena yang dapat dikonversi secara
efisien menjadi bentuk lain. Sebagai contoh, dapat dikonversi ke dalam bentuk
energi mekanis dengan efisiensi mendekati 100 persen atau menjadi panas
dengan efisiensi 100 persen.
Energi panas, di sisi lain, tidak dapat dikonversi menjadi listrik dengan
efisiensi tinggi, karena merupakan bentuk energi yang berasal dari dalam atom.
Untuk alasan ini, secara keseluruhan konversi termal untuk listrik, maka efisiensi
pembangkit listrik tenaga panas fosil hanya berkisar di bawah 40 persen.
Kelemahan listrik adalah bahwa ia tidak dapat dengan mudah
disimpan pada skala yang besar. Hampir semua energi listrik yang
digunakan saat ini adalah energi listrik yang dihasilkan pada saat itu juga
oleh pembangkit listrik.
Ini tidak menimbulkan kesulitan dalam pembangkit listrik
konvensional, di mana konsumsi bahan bakar yang bervariasi dan
disesuaikan dengan perubahan beban.
Sedang pada fotovoltaik dan angin merupakan sumber tenaga yang
bersifat tidak tetap sehingga tidak dapat memenuhi permintaan beban
setiap saat, 24 jam sehari, 365 hari dalam setahun.
Oleh karena itu mekanisme Penyimpanan energi merupakan
sesuatu yang mutlak diperlukan pada sistem tenaga listrik terbarukan,
28
khususnya pada sistim yang berdiri sendiri. Hal ini dapat secara signifikan
meningkatkan ketersediaan pasokan daya yang merupakan sebuah kunci
persyaratan yang penting untuk sistem tenaga listrik.
II.4.1. Perkembangan Penyimpanan Energi
Untuk saat sekarang dan masa depan teknologi penyimpanan yang
dapat dianggap sesuai untuk sistem tenaga listrik photovoltaik dan angin
yang tidak terhubung dengan jala-jala antara lain
• elektrokimia baterai.
• superkonduktor lilitan.
Baterai menyimpan energi dalam bentuk elektrokimia, dan adalah yang
paling banyak digunakan perangkat untuk penyimpanan energi dalam berbagai
aplikasi. Dan memiliki efisiensi konversi satu arah dari 85 sampai 90 persen.
Terdapat 2 jenis baterai yang sering digunakan
1. baterai primer ialah baterai yang mengubah energi kimia ke dalam
energi listrik. Reaksi elektrokimia pada baterai primer adalah
nonreversible dengan kata lain baterai setelah dipakai dibuang.
2. Jenis baterai yang kedua disebut baterai sekunder, yang juga dikenal
sebagai baterai isi ulang. Reaksi elektrokimia pada baterai sekunder
adalah reversibel. Setelah dipakai maka dapat diisi ulang dengan
menyuntikkan arus searah dari sumber eksternal. Jenis baterai
mengkonversi kimia energi menjadi energi listrik dalam keadaan
melepas daya. Dalam keadaan mengisi tenaga proses yang terjadi
29
adalah mengubah energi listrik menjadi energi kimia. Dalam kedua
keadaan tersebut sebagian kecil energi dikonversi menjadi panas, yang
hilang kelingkunagan sekitarnya. dengan efisiensi konversi adalah
antara 70 dan 80 persen.
II.4.2. Konstruksi internal sel elektrokimia
Sturuktur khas sel elektrokimia dapat ditunjukkan dalam Gambar
2.8 dibawah ini. Dimana digambarkan baterai memiliki pelat elektroda
positif dan negatif dengan isolasi pemisah dan elektrolit kimia di antara
keduanya dan elektrodanya tersambung ke dua terminal eksternal dipasang
di casing.
Gambar 2.8 Penampang dasar baterai [1]
Baterai terbuat dari sel-sel elektrokimia yang terdiri banyak unit biasanya
terhubung dalam kombinasi seri-paralel untuk mendapatkan operasi yang
30
diinginkan tegangan dan arus. Semakin tinggi tegangan baterai, semakin tinggi
jumlah sel yang diperlukan seri. Peringkat baterai dinyatakan dalam bentuk
tegangan rata-rata selama pemakaian dan kapasitas Ah yang dapat memberikan
sebelum turun tegangan di bawah batas maksimum yang ditentukan.
Setidaknya ada enam baterai sel isi ulang utama yang tersedia saat ini. Antara
lain:
1. lead-acid (Pb-acid).
2. nickel-cadmium (NiCd).
3. nickel-metal hydride (NiMH).
4. lithium-ion (Li-ion).
5. lithium-polymer (Li-poly).
6. zinc-air.
II.5. Peralatan elektronika daya
Peralatan-peralatan yang umum dipakai dalam pembangkit-pembangkit
hibrid antara lain
1. konverter AC ke DC.
2. konverter DC ke AC.
3. pengontrol tegangan.
4. pengontrol frekuensi.
5. konverter DC ke DC.
31
II.5.1 AC to DC Rectifier
Rangkaian penyearah control 3 fasa dapat dilihat pada gambar Gambar dibawah
ini.
Gambar 2.9 diagram AC/DC control rectrifier 3 fasa [2]
Komponen yang umumnya digunakan dalam penyearah adalah
thyristor. Dengan tegangan DC output rata-rata sirkuit ini diberikan
dengan mengikuti persaman:
(2.15)
Dimana VL= tegangan arus Arus bolak-balik yang masuk sebelum ke rangkaian
penyearah.
α = sudut penyalaan trigger
Sudut picu di ukur dari zero crossing pada paruh positif dari
gelombang tegangan AC. Persamaan diatas menunjukkan bahwa tegangan
32
keluaran DC yang dikontrol dengan memvariasi sudut picu α, yang pada
gilirannya mengontrol proses konduksi dari saklar.
Dalam operasi steady state, keseimbangan daya harus
dipertahankan pada kedua sisi AC dan DC. Artinya, daya pada sisi AC
harus sama dengan jumlah daya beban DC dan kerugian di sirkuit
penyearah. Dimana daya pada sisi AC dapat dicari menggunakan rumus
(2.16)
dimana cos φ adalah faktor daya pada sisi AC. Dengan konverter
daya yang dirancang dengan baik maka akan didapatkan faktor daya pada
sisi AC kira-kira sama dengan yang beban.
II.5.2 Inverter DC ke AC
Rangkaian elektronika daya digunakan untuk mengubah DC ke AC
dikenal sebagai inverter. Walaupun istilah "converter" ini sering
digunakan untuk baik rectifier atau inverter. Input DC untuk inverter
dapat dari salah satu sumber-sumber berikut:
1. DC output dari sistem daya angin berkecepatan variabel.
2. DC output dari modul fotovoltaik daya.
3. DC output dari baterai yang digunakan dalam sistem daya
angin atau sel surya.
33
Gambar 2.10 Diagram DC/AC inverter 3 fasa [2]
Gambar diatas menunjukkan diagram DC ke inverter tiga-fasa AC
sirkuit. Sumber arus DC diaktifkan berturut-turut dalam sehingga menjadi
arus sinusoidal 60 Hz untuk menyuplai beban untuk daya tiga fase.
Untuk Frekuensi dasar (60 atau 50 Hz) tegangan fase ke netral adalah sebagai
berikut:
(2.17)
Tidak seperti BJT, MOSFET, dan IGBT pada thyristor sekali
diaktifkan(konduksi) maka perlu dimatikan (Komutasi) untuk menghentikan
konduksi.
Jika thyristor digunakan sebagai perangkat switching maka kita harus
membuat suatu rangkaian komutasi tambahan untuk melakukan fungsi ini.
Rangkaian komutasi adalah bagian penting dari rangkaian inverter. Sedangkan
jenis-jenis komutasi dapat dibagi 2 yaitu komutasi paksa dan komutasi alami.
II.6 Hibrid Sistem
II.6.1 Hibrid sistem dengan disel
Kepastian pemenuhan beban di setiap saat akan sangat terbantu
dengan sistem hibrid yang menggunakan lebih dari satu sumber listrik.
Kebanyakan sistim hibrid menggunakan generator diesel dengan pv atau
angin, karena diesel memberikan tenaga yang lebih dapat diprediksi dan
dapat disesuaikan dengan permintaan. Dalam beberapa sistim hibrid,
baterai juga banyak digunakan selain generator diesel. Baterai dapat
memenuhi fluktuasi kebutuhan beban setiap hari, dan generator diesel
menangani fluktuasi jangka panjang. Misalnya generator diesel dapat
digunakan dalam kondisi cuaca yang buruk seperti mendung yang terus
menerus ataupun keadaan yang tidak berangin dalam jangka waktu harian
ataupun mingguan.
Gambar 2.11 Skema Contoh hibrid system angin dan disel [1]
35
Gambar diatas adalah layout skematik dari suatu sistim hibrid yang terdiri
dari unit angin,diesel dan baterai. The power connection and control unit
(CCU) atau biasa disaebut kontrol unit ialah pusat untuk membuat
sambungan terorganisir dari hampir suemua komponen sistem. Dalam
sebuah kontrol unit biasanya terdapat komponen-komponen berikut:
1. Charge baterai dan pengatur daya baterai
2. Transfer switch dan pemutus arus.
3. Meter aliran daya
4. Modus controller
II.6.2 Pembagian beban
Sejak angin, PV, baterai, dan solar (atau sel bahan bakar) dalam
berbagai kombinasi, beroperasi secara paralel, pembagian beban antara unit-
unit tersebut adalah salah satu aspek kunci dari desain sistem hibrid.
Sebagai contoh, dalam angin dan diesel sistem hibrid sifat listrik dari dua
sistem harus sesuai sehingga pada proses pembagian beban dapat sebanding
dengan kapasitas normal masing-masing unit.
Untuk menentukan pembagian beban, dua sistem yang pertama
dikurangi menjadi masing-masing model sirkuit yang setara thevenin, di
mana masing-masing sistem diwakili oleh tegangan internal dan impedansi
seri.
36
Gambar 2.12 Skema Bus Sistem Hibrid
Dimana karakteristik terminal dari kedua generator tersebut dapat dilihat pada
persamaan dibawah ini
(2.18)
Dimana angka 1 dan 2 menggambarkan penamaan unit pembangkit masing-
masing.
E0 = tegangan yang dibangkitkan generator
Z0 = impedansi sendiri seri unit pembangkit
E = tegangan terminal tiap-tiap unit pembangkit
Jika dua generator yang terhubung bersama-sama dalam 1 bus , mereka
tegangan terminal E1 dan E2 harus sama dengan tegangan Vbus. Selain itu, jumlah
arus beban I1 dan I2 harus sama dengan beban total IL sesuai dengan persamaan
E1 = E2 = Vbus
I1+I2=IL (2.19)
37
Kondisi ini diterapkan bersama dengan karakteristik internal mesin Eo dan
Z, sehingga akan menentukan pembagian beban I1 dan I2. Pembebanan
pada generator masing ditentukan secara aljabar dengan memecahkan dua
persamaan simultan untuk dua variabel yang tidak diketahui yaitu I1 dan I2.
Strategi load sharing dapat bervariasi tergantung pada prioritas
beban dan biaya listrik dari sumber alternatif. Dalam sistem angin-diesel,
misalnya, listrik diesel umumnya lebih mahal daripada angin (~ 25 versus
5 sen per kWh). Oleh karena itu, semua beban prioritas-1 (penting) yang
dipenuhi terlebih dahulu oleh angin sampai batas maksimum dan
kemudian oleh diesel. Jika daya angin yang tersedia lebih dari kebutuhan
beban prioritas-1, pemakaian daya tersebut dapat disalurkan ke beban jenis
prioritas-2 dan diesel tidak berjalan.pada saat daya angin turun maka
beban prioritas 2 berhenti disuplay oleh angin untuk memastikan daya
untuk beban yang lebih penting dapat dipenuhi jika tenaga angin turun
lebih lanjut sehingga tidak dapat memasok beban prioritas 1, maka mau
tidak mau diesel digunakan.
38
BAB III
SIMULASI SISTEM HIBRID DENGAN MENGGUNAKAN HOMER
III.1 Pengertian Hibrid Sistem
Sistem listrik terisolasi (Off grid) terutama yang termasuk energi
terbarukan dapat memenuhi kebutuhan energi secara langsung dan dapat
menghindari kebutuhan untuk infrastruktur distribusi yang panjang.
Sebuah kombinasi sistem energi yang berbeda namun saling
melengkapi baik sesama jenis pembangkitan energi terbarukan ataupun
kombinasinya (sumber energi terbarukan dengan cadangan dari
pembangkit yang tidak terbarukan seperti Liquefied Petroleum Gas (LPG)
/ diesel / genset bensin), dikenal sebagai sistem tenaga hibrida ("sistem
hibrid").
Sistem Hibrid “menangkap” fitur terbaik dari setiap sumber daya
energi sehingga dapat memberikan "grid berkualitas" listrik, dengan
rentang daya antara 1 kilowatt (kW) untuk beberapa ratus kilowatt.
Mereka dapat dikembangkan sebagai desain terpadu yang baru dalam
sistem distribusi listrik kecil (mini-grid) dan juga dapat dipasang pada
sistem tenaga berbasis diesel.
Sistem Hibrid dapat menyediakan layanan istrik yang stabil di
tingkat masyarakat, seperti listrik desa, juga menawarkan kemungkinan
untuk ditingkatkan melalui koneksi jaringan di masa depan. Selanjutnya,
39
karena memiliki tingkat efisiensi yang tinggi , kehandalan dan kinerja
jangka panjang, sistem ini juga dapat juga digunakan sebagai solusi
cadangan yang efektif ke jaringan publik apabila terjadi kasus pemadaman
atau sisitm jala-jala mengalami ganguan, dan untuk solusi energi
profesional, seperti stasiun telekomunikasi atau kamar darurat di rumah
sakit.
Sebuah sistem hibrid pada umumnya menggabungkan dua atau
lebih sumber energi dari teknologi energi terbarukan, seperti panel foto
voltaik, angin atau turbin air kecil, dan dari teknologi konvensional,
biasanya diesel atau genset LPG (walaupun genset memakai biomassa
juga merupakan pilihan layak, jika memungkinkan). Selain itu, termasuk
elektronika daya dan baterai penyimpanan listrik.
Sistem hibrid dapat dirancang mengikuti konfigurasi yang berbeda
untuk secara efektif menggunakan sumber energi terbarukan yang tersedia
secara lokal dan untuk melayani aplikasi daya untuk semua jenis beban
(baik yang membutuhkan listrik DC atau AC).
Teknologi hibrid ini dapat diklasifikasikan sesuai dengan tegangan
yang digandeng contohnya dengan menggunakan DC, AC atau
dikombinasikan (DC dan AC) pada jalur bus.
40
Gambar 3.1 Gambar simulasi jumlah beban pada suatu wilayah
terisolasi [4]
Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa pada Sistem Hibrid dengan
menjalankan genset cadangan dengan konsumsi bahan bakar minimal
karena genset dibawa ke sistem hanya untuk membantu dalam periode
beban tinggi atau ketersediaan daya terbarukan yang rendah. Hal ini
menghasilkan penurunan yang besar dalam konsumsi bahan bakar
dibandingkan dengan sistem genset saja.
III.2 Prinsip Dasar Sistem hibrid
Setiap kombinasi dari teknologi energi terbarukan dengan
cadangan tenaga bersumber dengan LPG, bensin atau diesel genset
dimungkinkan.
Cara untuk menentukan solusi teknologi yang paling tepat untuk
sistem hibrid selalu membutuhkan studi kelayakan didasarkan pada
pengumpulan data lapangan untuk setiap situs tertentu dan analisis biaya
siklus teknis, ekonomi, keuangan, dan pertimbangan sosiokultural semua
41
harus disertakan dalam proses pengambilan keputusan untuk memastikan
pilihan yang tepat teknologi dan skema operasional dan kepemilikan.
Lokasi, sumber daya evaluasi dan analisis beban adalah salah satu kriteria
dasar yang harus dipertimbangkan untuk merancang solusi daya yang
optimal. Kombinasi dari langkah-langkah efisiensi energi dengan
menggunakan energi terbarukan tidak hanya akan mengurangi konsumsi
listrik dan permintaan puncak, sehingga meningkatkan pelayanan listrik,
tetapi juga mengurangi produksi energi konvensional dan emisi rumah
kaca dari pembakaran bahan bakar fosil
Setelah konfigurasi sistem yang paling tepat telah dipilih, pilihan
yang harus juga dilakukan dengan hati-hati adalah pemilihan komponen
harus dilakukan dengan mengingat faktor-faktor antara lain sebagai brikut:
kualitas (kehandalan), hasil daya yang didapatkan , kebutuhan
pemeliharaan rutin, setelah ketersediaan layanan purna jual, biaya
pelayanan, garansi, ketersediaan suku cadang dan harga.
III.3 Manfaat Sistem Hibrid Di Masyarakat
Penggunaan listrik tidak harus berhenti dalam pengiriman daya namun
harus mengarah juga untuk pembangunan berkelanjutan dan merangsang
pertumbuhan pasar. Oleh karena itu, solusi teknologi yang disediakan bagi
suatu masyarakat harus memungkinkan pengembangan "penggunaan energi
produktif" tenaga listrik.
42
Menurut definisi, sebuah "penggunaan yang produktif" melibatkan
penerapan energi / listrik untuk menghasilkan pendapatan atau nilai. Biasanya
istilah produktif menggunakan listrik hanya terkait dengan kegiatan yang
menghasilkan pendapatan langsung (contohnya untuk keperluan pertanian,
industri dan komersial) tapi sebenarnya adalah bahwa menggunakan listrik
produktif sudah ada dengan contoh sederhana menyediakan listrik. Akses ke
listrik secara otomatis akan menghasilkan surplus dalam ekonomi dalam
negeri (menabung uang yang biasanya dihabiskan untuk membeli lilin mahal,
minyak tanah atau baterai sekali pakai) dan juga akan mendorong
pengembangan usaha mikro (membuat keranjang kerajinan, menjahit, dll)
Peningkatan kegiatan pendidikan , peningkatan pelayanan kesehatan atau
fasilitasi teknologi informasi dan komunikasi, juga memainkan peran yang
sangat penting dalam pengembangan ekonomi masyarakat pedesaan. Manusia
yang terdidik dan sehat akan memiliki potensi besar untuk menghasilkan
pendapatan.
Selain itu, penggunaan listrik dapat juga digunakan untuk untuk
memperpanjang total jumlah jam produktif yang tersedia (di luar jam siang
hari), untuk memungkinkan akses ke informasi (untuk membuat keputusan
bisnis), untuk meningkatkan harapan hidup atau untuk mengembangkan
tingkat melek huruf yang lebih tinggi, juga harus dianggap sebagai
penggunaan energi yang produktif . Bersama dengan kemungkinan
mendirikan hotel, restoran, bengkel, toko ritel atau pusat komunikasi,
pengiriman listrik tentu akan memberikan kontribusi pada pembangunan
berkelanjutan masyarakat pedesaan.
III.4 Analisa Keunggulan Pembangkitan Hibrid
Untuk daerah atau komunitas tertentu, biaya pasokan listrik alternatif
akan berbeda dan bervariasi tergantung pada kondisi daerah yang spesifik,
seperti ukuran beban dan cara distribusi, ketersediaan sumber daya terbarukan,
harga bahan bakar dan jaringan transportasi.
Kombinasi dari peningkatan teknologi dan skala ekonomi telah
mendorong menurunkan biaya dari teknologi energi terbarukan. Tidak seperti
sumber energi yang paling konvensional, biaya produksi listrik dari sumber
energi terbarukan akan mengalami penurunan yang signifikan di masa depan,
mengingat kondisi yang diperlukan di masa depan.
Namun, meskipun kecendrungan pengguanaan sumber energi
terbarukan semakin meningkat, banyak yang masih dianggap sebagai opsi
biaya tinggi. Salah satu alasannya adalah dalam sistem energi konvensional
masih terdapat banyak kelebihan-kelebihan seperti kerangka kebijakan yang
menguntungkan dan keunggulan dari kemudahan pembiayaan publik,
sehingga mengesankan sistim konvensional menjadi lebih efisien dan lebih
mudah, meskipun meninggalkan fakta bahwa biaya operasi yang sangat
mahal.
44
Selain daripada itu sistem energi terbarukan jarang menikmati subsidi
langsung atau tidak langsung karena manfaat lingkungan mereka.
Namun, teknologi energi terbarukan sudah menjadi pilihan metode
termurah elektrifikasi di pedesaan, bahkan tanpa menginternalisasi biaya
lingkungan yang biasanya terdapat pada pembangkit-pembangkit
konvensional. Biaya modal awal yang tinggi dapat diimbangi dengan biaya
operasi rendah dan biaya pemeliharaan yang relatif rendah. Serta dapat pula
menghemat biaya penunjang produksi seperti biaya pengangkutan BBM
(biaya pengiriman bahan bakar pada dareah-daerah terpencil bisa melebihi
harga BBM grosir).
Hal lain yang mesti diperhatikan juga ialah Faktor krisis minyak yang
berakar pada perkembangan harga minyak mentah yang berakibat berimbas
harga BBM pada tingkat nasional. Kenaikan harga minyak yang drastis naik
dan penipisan sumber daya ini dari segi kuantitas menyebabkan terhambatnya
perkembangan ekonomi di seluruh dunia.
45
Gambar 3.2 Grafik Kecendrungaan = Peningkatan Harga Minyak Dunia [4]
Sistem Hibrid yamg menggunakan sumber energi terbarukan maka
akan bersifat independen dari fluktuasi harga minyak. Bahkan jika sistem ini
menggunakan LPG / genset diesel sebagai cadangan, masih energi terbarukan
akan memasok, setidaknya, antara 60 dan 90% dari energi, dan hanya
membebani genset sesedikit 10% dari jumlah kebutuhan energi.
Kunci variabel utama dalam menentukan biaya dalam peningkatan
jaringan listrik yang terdiri dari ukuran tegangan tinggi dan tegangan
menengah , gardu, dan jaringan tegangan rendah distribusi adalah ukuran
beban yang akan dipasok daya, jarak beban dari ada saluran transmisi yang
telah ada, dan jenis medan yang akan dilalui. Belum lagi daerah yang akan
dipasok jauh dari pembangkit dan hanya terdiri dari jumlah beban yang sedikit
mengakibatkan perusahaan penyedia layanan listrik dalam hal ini PLN akan
merasa berat untuk memasok listrik daerah-daerah tersebut maka untuk
45
46
kondisi tersebut mau tidak mau penggunakan sistim hibrid akan sangat
berguna.
Kelebihan lain mengunakan sisitm hibrid untuk daerah-daerah
terpencil adalah listrik dengan sistem hibrida berdasarkan energi terbarukan
menyediakan dalam hal ini alternatif yang lebih murah dan kurang polusi.
Peningkatan keandalan sistem ini, kerugian yang signifikan daya transmisi,
keterlibatan konsumen (melalui skema operasi yang memadai) dan
penggunaan optimal dari sumber daya yang ada pada daerah tersebut
III.5 Efektifitas Biaya Sistem Hibrid
Sejumlah penelitian dan simulasi telah dilakukan untuk menunjukkan
biaya komparatif sistem energi terbarukan serta daya saing mereka terhadap
pilihan energi konvensional, termasuk sistem tenaga berbasis diesel dan
jumlah invenstasi untuk memperluas jaringan, seperti yang ditunjukkan di
bawah ini:
47
Gambar 3.3 Grafik Perbandingan Biaya Total Dari Pembangkit Hibrid dan
Diesel pada situs Tanzania [4]
Gambar 3.4 Grafik Perbandingan Biaya Total Dari Pembangkit Hibrid dan
Diesel [4]
48
Sedang untuk biaya pengembangan jaringan
Gambar 3.5 Grafik Perbandingan Biaya pengembangan Jaringan antara
sistim hibrid dan listrik konvensional [4]
Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa untuk pengembangan
Jaringan listrik untuk sistem yang terhubung dengan jala-jala biayanya
berbanding lurus dengan jarak sedangkan untuk sistim yang menggunakan
sumber energi terbarukan dalam hal ini PV maka biayanya akan tetap pada
setiap kenaikan jarak hal ini disebabkan karena biasanya sistem energi
terbarukan menggunakan sistem yang terisolasi sehingga tidak bergantung
pada jarak
III.6 Jenis-Jenis Sistem Hibrid.
Pembangkit – pembangkit yang termasuk suatu sistem hibrid dapat
dikelompokkan berdasarkan dari konfigurasi dari komponen-komponen
penyusunnya antara lain:
49
III.6.1. Sistim Hibrid konfigurasi Seri.
Dalam serial sistem hibrid konvensional ditunjukkan pada dibawah
semua pembangkit listrik memasok daya listrik DC ke baterai. Oleh
karena itu masing-masing komponen harus dilengkapi dengan inverter
individu dan dalam kasus ini contohnya generator diesel dan turbin angin
diengkapi oleh dengan sebuah penyearah
Gambar 3.6 skema sistim hibrid konfigurasi seri [2]
Untuk memastikan keandalan operasi sistem energi hibrid seri
kedua komponen generator diesel dan inverter harus mempunyai kekuatan
untuk memenuhi beban puncak. Hal ini menghasilkan ciri sistem operasi
yang khas di mana sebagian besar energi yang dihasilkan dilewatkan
melalui bank baterai, sehingga mengakibatkan peningkatan siklus dari
baterai bank dan mengurangi efisiensi sistem. Daya AC disalurkan pada
beban dengan cara diubah terlebih dahulu dari DC ke AC diatur oleh
inverter. Daya yang dihasilkan oleh generator diesel pertama kali
50
disearahkan terlebih dahulu dan selanjutnya dikonversikan kembali ke AC
sebelum dipasok ke beban, yang pada akhirnya mengalami kerugian
konversi yang signifikan
Permintaan beban yang sebenarnya menentukan jumlah daya listrik
yang disampaikan oleh array PV, generator angin, bank baterai, ataupun
generator diesel. Pengisi daya matahari dan angin mencegah pengisian
daya yang berlebihan bank baterai. pada generator PV ketika daya PV
melebihi permintaan beban dan baterai terisi penuh. Ini mungkin maka
metode MPPT (Maximum Power Point Tracking) dapat dipakai, meskipun
mendapatkan energi adalah sesuatu yang jarang terjadi untuk sebuah
sistem yang terancang dengan baik . Sistem ini dapat dioperasikan secara
manual atau mode otomatis dengan penambahan sensor tegangan baterai
dan start / stop kontrol generator drive.
Keuntungan system hibrid konfigurasi seri anatara lain:
1. Generator dapat dibebani optimal untuk sementara memasok
beban dan pengisian baterai, sampai daya baterai sebesar 70-
80% tercapai.
2. Tidak ada switching listrik AC antara sumber energi yang
berbeda yang dibutuhkan, yang menyederhanakan antarmuka
keluaran listrik.
51
3. Daya disediakan untuk menyuplai beban tidak terganggu ketika
generator diesel dinyalakan
Kelemahan konfigurasi ini:
1. Inverter tidak dapat beroperasi secara paralel dengan generator
yang digerakkan mesin, sehingga inverter ini harus disiapkan
untuk memasok beban puncak sistem.
2. Bank baterai sering mengalami pengisian berulang-ulang, yang
akan berakibat masa pakai baterai lebih pendek.
3. Memerlukan sebuah baterai bank besar untuk membatasi
depth-of-discharge (DOD).
4. Efisiensi sistem secara keseluruhan adalah rendah, karena
diesel tidak dapat mencatu daya langsung ke beban.
5. Apabila terjadi kegagalan Inverter maka akan berakibat
hilangnya daya ke beban, kecuali beban dapat diberikan
langsung dari generator diesel untuk keperluan darurat.
III.6.1 Switched Configuration
Meskipun keterbatasan operasional, konfigurasi beralih tetap
menjadi salah satu instalasi yang paling umum di beberapa negara
berkembang. Hal ini memungkinkan pengoperasian generator yang
digerakkan mesin (diesel) atau inverter sebagai sumber AC. Generator
52
diesel dan pembangkit terbarukan dapat mengisi baterai bank. Keuntungan
utama dibandingkan dengan sistem seri adalah bahwa beban dapat
disuplay langsung oleh generator, yang pada akhirnya dapat menghasilkan
efisiensi konversi yang lebih tinggi secara keseluruhan.
Biasanya, pembangkit listrik tenaga diesel akan melebihi
permintaan beban, dengan demikian kelebihan energi yang digunakan
untuk mengisi ulang baterai bank. Selama periode kebutuhan listrik yang
rendah generator diesel dimatikan dan beban disuplai dari array PV
bersama-sama dengan energi yang tersimpan. Switched sistem energi
hibrid dapat dioperasikan dalam mode manual, meskipun meningkatnya
kompleksitas sistem memang sangat dianjurkan untuk menyertakan
sebuah pengontrol otomatis, yang dapat diimplementasikan dengan
penambahan tegangan baterai sensor dan start / stop kontrol generator
Gambar 3.7 Skema Sistem Hibrid Konfigurasi Switched [2]
53
Kelebihan
1. Inverter dapat menghasilkan gelombang sinus, dimodifikasi persegi,
atau persegi gelombang, tergantung pada aplikasi yang diinginkan.
2. Generator diesel dapat mensuplai beban secara langsung, sehingga
meningkatkan efisiensi sistem dan mengurangi konsumsi bahan bakar.
Kekurangan
1. Daya untuk disuplai terganggu sejenak ketika sumber daya AC
ditransfer.
2. Generator diesel dan inverter biasanya dirancang untuk memasok
beban puncak, dan apabila beban yang dipasok bukan beban puncak
maka akan mengurangi efisiensi operasi mereka di bagian beban.
III.6.2 Konfigurasi Paralel
Sistem hibrid paralel dapat lebih lanjut diklasifikasikan sebagai DC
dan AC kopling. Dalam kedua skema, inverter bi-directional digunakan
untuk menghubungkan antara baterai dan sumber AC (biasanya output
dari generator diesel). Inverter bi-directional dapat mengisi baterai bank
(operasi rectifier) ketika kelebihan energi tersedia dari generator diesel
atau dengan sumber-sumber terbarukan, serta bertindak sebagai konverter
DC-AC (operasi inverter). Inverter bi-directional juga dapat memberikan
"pengaman beban berlebih" sebagai bagian dari strategi pengendalian
ketika mesin diesel kelebihan beban.
54
III.7 Sistem Hibrid DC Coupling
Gambar 3.8 Skema Sistem Hibrid DC Coupling [4]
Komponen listrik pembangkit semua terhubung ke saluran bus DC
dari mana baterai juga diisi. Untuk menghasilkan komponen AC
memerlukan AC / DC converter. Baterai dikontrol dan dilindungi dari
pengisian berlebih dan pengosongan dengan pengontrol charging , maka
pasokan listrik ke beban dalam menanggapi permintaan mengunakan arus
DC. Beban AC dapat secara optional dipasok oleh inverter.
55
Gambar 3.9 Sistem Hibrid AC Coupling [4]
Semua komponen pembangkit listrik tersambung ke saluran bus
AC. Setiap komponen hasil pembangkitan AC dapat langsung
dihubungkan ke jalur bus AC (**) atau mungkin memerlukan AC / AC
converter untuk memungkinkan AC kopling yang lebih stabil (*). Dalam
kedua pilihan, master bidirectional inverter yang mengendalikan pasokan
energi untuk beban AC dan pengisian baterai. beban DC dapat secara
optional dapat dipasok oleh baterai.
III.8 Analisa Sistem Hibrid Konfigurasi Paralel
Paralel sistem energi hibrida dicirikan oleh dua perbaikan yang
signifikan atas seri dan konfigurasi switched sistem. Perpaduan antara
Inverter ditambah dengan kapasitas generator diesel dengan limitnya
masing-masing komponen akan beban maksimum yang bisa disediakan
meningkat . Biasanya, hal ini akan mengakibatkan dua kali lipat dari
56
kapasitas sistem. Kemampuan untuk sinkronisasi inverter dengan
generator diesel memungkinkan fleksibilitas yang lebih besar untuk
mengoptimalkan pengoperasian sistem. selanjutnya sistem harus diatur
dengan kapasitas puncak dari generator yang terus dikurangi agar
efisiaensi mesin dapat terus ditingkatkan.
Dengan menggunakan perangkat elektronika daya yang sama
untuk kedua operasi inverter dan rectifier, jumlah komponen sistem
diminimalkan. Selain itu, sistem kabel dan biaya instalasi dikurangi
melalui integrasi semua perangkat daya AC dalam satu unit kekuasaan
pusat. Konsep sistem yang sangat terintegrasi memiliki keunggulan
dibandingkan pendekatan yang lebih modular untuk merancang sistem,
tetapi dapat mencegah upgrade sistem yang nyaman ketika beban
meningkat.
Konfigurasi paralel menawarkan sejumlah keunggulan
dibandingkan dengan konfigurasi sistem lainnya. Hal itu ini hanya dapat
dipenuhi jika operasi interaktif masing-masing komponen dikontrol oleh
sistem manajemen energi hibrid yang “cerdas”. Untuk generasi sekarang
sistem kontrol sistem hibrid paralel yang memiliki berbagai kompleksitas
dan kecanggihan, tapi komponen-komponen kontrol tersebut tidak
mengoptimalkan kinerja sistem yang lengkap secara keseluruhan.
Biasanya, baik generator diesel dan inverter diatur untuk untuk memasok
beban puncak. Akibatnya sebagian besar sistem energi hibrid paralel tidak
57
memanfaatkan kemampuan operasi paralel mereka, serta operasi
sinkronisasi dari sumber daya energi yang beragam yang beragam.
Kelebihan
1. Beban sistem dapat dipenuhi secara optimal.
2. Efisiensi generator diesel dapat dimaksimalkan.
3. Perawatan diesel generator dapat diminimalkan.
4. Dapat menurunkan kapasitas generator diesel, bank baterai,
inverter, dan sumber daya terbarukan , tetapi juga dapat memenuhi
beban puncak.
Kekurangan
1. Kontrol otomatis sangat penting untuk keandalan operasi sistem.
2. Inverter harus inverter gelombang sinus besar dengan kemampuan
untuk melakukan sinkronisasi dengan sumber AC sekunder.
3. Sistem operasi kurang transparan kepada pengguna sistem yang
kurang terlatih.
III.9 Penggunaan Perangkat lunak Homer untuk simulasi sistem
Perangkat lunak Homer, adalah produk dari NREL untuk
mengoptimasi suatu model sistim tenaga yang bisa mengevaluasi berbagai
pilihan peralatan atas berbagai kendala dan kepekaan untuk
58
mengoptimalkan sistem tenaga listrik kecil. Fleksibilitas Homer
membuatnya bermanfaat dalam evaluasi masalah desain dalam
perencanaan dan pengambilan keputusan awal fase proyek elektrifikasi
pedesaan.
Dari perangkat lunak pemodelan energi yang tersedia, kemampuan
Homer memberikan pilihan terbaik untuk pemodelan dan menyelidiki
skenario tersebut. Program ini pertama menjalankan simulasi per jam dari
semua konfigurasi yang mungkin dari jenis sistem. Kecepatan pemrosesan
simulasi ini memungkinkan untuk evaluasi ribuan kombinasi. Simulasi per
jam juga menyediakan akurasi meningkat selama model statistik yang
biasanya mengevaluasi kinerja bulanan rata-rata sistem. Homer juga
model efisiensi beban sebagian dari generator diesel. Ini lebih akurat
mensimulasikan efisiensi yang lebih rendah dari generator saat tidak
beroperasi pada kapasitas penuh.
59
Gambar 3.10 Tampilan Antaramuka Standatr HOMER
Setelah menjalankan simulasi, Homer dapat menyediakan macam
simulasi dalam rangka peningkatan net present (atau siklus hidup) biaya.
Biaya ini adalah nilai biaya awal, penggantian komponen, operasi,
pemeliharaan, dan biaya bahan bakar. Homer juga dapat membuat daftar
konfigurasi sistem yang optimal, yang didefinisikan dari faktor biaya biaya
yang paling efisien , untuk setiap jenis sistem. Analisis sensitivitas Homer
kemudian mengulangi optimasi menggunakan faktor yang ditetapkan
pengguna, seperti harga BBM, jumlah beban, kebutuhan keandalan, dan
kualitas sumber daya yang bervariasi.
60
Homer akan menganalisa semua kemungkinan kombinasi untuk
melayani beban yang ada dan akan mengelompokkan yang paling efisien
untu setiap jenis pembangkit.
III.10 Asumsi dan Pemodelan Input
Homer dapat melakukan analisis sensitivitas dengan menerima
beberapa nilai untuk sebuah variabel input tertentu seperti beban rata-rata.
Dengan skala nilai rata-rata kWh / hari. Analisis ini menentukan
bagaimana perubahan variabel input mempengaruhi kinerja sistem dan
peringkat relatif dari suatu sistem yang berbeda.
Gambar 3.11 Tampilan Antaramuka Input Komponen HOMER
61
Dengan melakukan analisis sensitivitas terhadap berbagai macam
ukuran beban HOMER juga dapat mensimulasikan berbagai jenis beban
dari sebuah rumah tunggal hingga sebuah komunitas besar. Walaupun
skala ini mungkin mewakili beban total keseluruhan sebuah desa yang
lebih besar, dalam kenyataannya profil beban tidak akan selalu tetap
bentuk yang sama. Maka dari itu pada umumnya digunakan variasi beban
rumah individu yang cenderung akan mewakili dari profil secara
keseluruhan. Akan tetapi pada siang hari beban-beban tertentu seperti
usaha mikro, sekolah, dan klinik akan kemungkinan besar akan mengubah
bentuk profil. Untuk kesederhanaan analisa, profil beban tidak diubah
sebagai beban meningkat, melainkan tetap konstan dalam bentuk dan skala
ukuran. Analisis lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui pengaruh
perubahan bentuk beban.
III.11 Jenis-Jenis Variabel Input Dalam Homer
III.11.1. Data sumber daya Alam
Dalam suatu sistem hibrid yang menggunakan sumber energi
terbarukan maka data-data yang berkaitan dengan sumber daya tersebut
contohnya data angin, indeks radiasi matahari, debit air dll
Data tersebut bisa didapatkan di situs-situs internet tertentu atau
dapat diambil di lembaga lain seperti BMKG, maupun dengan mengambil
langsung data di lapangan dimana data yang diiput adalah data indeks rata-
rata perbulan dalam 1 tahun.
62
Data-data tersebut berguna untuk menentukan besaran daya yang
bisa dibangkitkan dari jenis-jenis pembangkit tersebut.
III.11.2 Harga bahan bakar
Pada sisitem hibrid tertentu yang menggunakan diesel dalam
pengoperasiannya maka harga bahan bakar juga harus dimasukkan karena
tentunya akan bebrbeda-beda pada setiap negara. Data bahan bakar ini
sangat berkaitan dengan perhitungan ekonomi nantinya
Gambar 3.12 Tampilan Antaramuka Input Data Bahan Bakar
program HOMER
Pada Program homer penggunaan bahan bakar juga dapat dibatasi
sesuai dengan kebijakan yang diinginkan oleh si pembuat kebijakan.
63
Dengan pembatasan penggunaan bahan bakar maka diharapkan
biaya operasi dapat lebih ditekan.
III.11.3 Variabel-variabel ekonomi
Yang dimaksud variabel ekonomi disini adalah tingkat suku bunga
daerah tersebut. Jumlah biaya operasi, biaya operasi dan pemeriharaan dan
lain-lain. Data tersebut dipergunakan untuk menganalisa variabel ekonomi
dari setiap kombinasi pembangkit-pembangkit dalam sistim hibrid.
III.12 Batasan-Batasan Simulasi
Kinerja ekonomi dari suatu sistem energi terbarukan dapat
ditingkatkan jika sebagian kecil dari beban tahunan diperbolehkan untuk
tidak terlayani. Misalnya, array surya dan bank baterai yang tidak harus
memenuhi suatu beban besar pada saat-saat tertentu. Hal ini terutama
berlaku untuk kasus-kasus ekstrim seperti beban puncak yang terjadi
setelah beberapa hari mendung. Apabila bisa terdapat saat dimana sistem
dapat dimatikan untuk jangka waktu yang singkat, atau jika beban yang
tidak perlu bisa dilepas saat bank baterai hampir habis, biaya modal yang
signifikan dapat disimpan. Homer dapat menstimulasikan skenario ini
dengan mengunakan kendala kekurangan kapasitas maksimum tahunan.
Set ke 0% secara default (maka sistem harus memenuhi semua beban
sepanjang waktu) analisis sensitivitas terhadap variabel ini menunjukkan
bahwa jenis sistem yang optimal mungkin berubah jika sejumlah kecil dari
64
beban tahunan (1/2% untuk 5%) diperbolehkan untuk pergi belum
terlayani.
III.13 Variabel-variabel peralatan
III.13.a Panel Sel Surya
Variabel- variabel yang diinput pada komponen panel fotovoltaik
ialah biaya modal dan penggantian. Dimana biaya ini termasuk biaya
pengiriman, tarif, instalasi, dan keuntungan dari penyedia jasa. Beberapa
pemeliharaan biasanya diperlukan pada baterai dalam sistem PV, tapi
sangat sedikit yang diperlukan untuk panel sendiri. Faktor efisiensi sebesar
90% diaplikasikan pada produksi listrik dari panel masing-masing. Faktor
efisiensi ini mengurangi produksi PV sebesar 10% untuk perkiraan efek
variasi suhu dan debu pada panel. Panel dimodelkan sebagai tetap dan
selatan miring pada sudut yang sama dengan lintang situs.
65
Gambar 3.13 Gambar Tampilan Antaramuka Input PV Data HOMER
III.13.2 Turbin Angin
Untuk sistem yang menggunakan turbin angin pada salah satu
pembangkitnya maka data dari turbin angin adalah salah satu data yang
harus pengguna masukkan. Seperti halnya panel PV pada dafault telah
menydiakan jenis-jenis turbin angin dengan merek tertentu.
66
3.14 Gambar Tampilan Antaramuka Input Data Turbin
Angin program HOMER
3.15
Apabila jenis turbin yang digunakan tidak didapat maka jenis
turbin tersebut bisa dibuat dengan menggunakan memasukkan data
kecepatan angin dan jumlah daya listrik yang dibangkitkan turbin tersebut
pada kecepatan angin tersebut. Selain itu perlu juga dimasukkan jumlah
biaya-biaya yang diperlukan sebagai data untuk menganalisa faktor
ekonominya
67
III.13.3 Baterai
Sistem homer secara default telah menyediakan berbagai jenis
baterai dari berbagai macam merek yang biasa digunakan sebagai alat
penyimpanan energi pada sistim hibrid.
Selain itu pengguna juga dapat memasukkan tipe baterai yang lain
dengan cara menginput karateristik dari baterai tersebut.
Gambar 3.15 Tampilan Antaramuka Input Data Baterai HOMER
68
III.13.4 Konverter
Efisiensi inverter dan penyearah yang diasumsikan 90% dan 85%
untuk semua ukuran dipertimbangkan. Homer mensimulasikan setiap
sistem dengan daya yang di swicth antara inverter dan generator.
Perangkat ini tidak diizinkan untuk beroperasi secara paralel. Dalam
sistem yang sederhana, daya tidak bisa datang dari kedua komponen
generator dan baterai pada saat yang sama.
Untuk komponen inverter data yang darus di input adalah kapasitas
inverter, biaya modal dan biaya penggantian komponen.
Gambar 3.16 Tampilan Antaramuka Input Konverter Data program
HOMER
69
III.13.5 Generator Diesel
Tersedia jangkauan yang luas dari sebuah generator diesel.
Sehingga berbagai produsen dan distributor memberikan informasi yang
berbeda yang dapat sulit untuk membandingkan. Efisiensi beban parsial
merupakan parameter penting yang Homer butuhkan ketika
mensimulasikan komponen ini. Dimana generator tidak diizinkan untuk
beroperasi pada kapasitas kurang dari 30%. Sedang untuk biaya operasi
dan pemeliharaan untuk generator mengunakan satuan per jam operasi.
Gambar 3.17 Tampilan Antaramuka Input Data Generator HOMER
Homer menentukan jumlah waktu generator harus digunakan
dalam setahun dan menghitung total biaya operasional dari masa operasi
tersebut. Biaya yang digunakan untuk penelitian ini adalah sangat
konservatif dan mungkin lebih tinggi dalam kenyataan. Hanya satu
70
generator diizinkan per sistem dan generator yang harus cukup besar untuk
memenuhi beban puncak. Homer dianggap dua jenis strategi kontrol.
dalam strategi pemenuhan beban berikut, yang pertama generator hanya
menyediakan listrik yang dibutuhkan untuk memenuhi beban pada saat itu.
Dan strategi siklus pengisian yaitu setelah generator beroperasi, generator
menghasilkan daya seoptimum mungkin untuk mengisi baterai selain
untuk memenuhi beban.
III.14 Analisa Hasil Simulasi HOMER
Setelah mendapatkan hasil dari simulasi maka program homer akan
dapat memunculkan berbagai macam tabulasi hasil antara lain hasil biaya
keseluruhan, aliran dana, detail dari semua pembangkit yang digunakan
baik perkomponen maupun secara keseluruhan sistem, maupun analisa
emisi gas buang yang dihasilkan konsumen maupun dari sistem secara
keseluruhan
III.15 Penentuan Ambang Batas Beban
Program Homer akan mensimulasikan jumlah daya yang dipasok oleh
jenis-jenis pembangkit dalam sebuah sistim hibrid sehingga didapatkan kombinasi
terefisien berdasarkan biaya cost of energy atau jumlah biaya yang diperlukan
untuk menghasilkan 1 Kwh energi lisrtik[11]. Homer juga dapat menentukan
kombinasi efektif tersebut dengan mengubah-ubah variabel kunci dari satu atau
lebih pembangkit untuk mengantisapai perbuhan variabel-variabel tersebut di
proyek yang sebenarnya.
71
III.16 Analisa hasil ekonomi Program HOMER
Dalam simulasi suatu sistem hibrid oleh program HOMER analisis
utama yang akan menentukan suatu kombinasi pembangkit hibrid yang
paling baik untuk suatu lokasi situs.biaya-biaya yang mempengaruhi nilai
suatu situs (net present cost) sistem hibrid antara lain biaya modal [11].
Biaya penggantian komponen apabila sistem tersebut akan diganti karena
masa pakai yang telah habis. Biaya operasi dan pemeliharaan, biaya bahan
bakar, dan jumlah biaya yang dapat dipakai ulang ketika suatu unit diganti
dengan unit yang baru.
Gambar 3.18 Tampilan Antaramuka Simulasi Ekonomi HOMER
72
Hasil-Hasil Analisa Ekonomi yang ditampilkan di program homer
antara lain
1. Net Present Cost adalah nilai sekarang dari semua biaya
instalasi dan operasi sistem selama masa pakai sistem
tersebut, dikurangi nilai sekarang dari seluruh pendapatan
apabila kelebihan daya dijual ke jala-jala atau sisa nilai
komponen pada saat masa pakai sistem telah habis
2. Initial Capital = jumlah biaya instalasi total suatu
komponen pada awal proyek
3. Operating Cost (biaya operasi) = adalah jumlah dari biaya
operasi tahunan dan pemeliharaan (O & M), biaya bahan
bakar total, dan biaya penggantian tahunan dikurangi nilai
sisa tahunan
4. Cost Of Energy : ialah total nilai sistem dibagi dengan
jumlah daya yang dihasilkan dari semua komponen
pembangkit
5. Replacement Cost : Biaya Penggantian komponen ketika
masa paka komponen itu telah habis
6. O $ M cost : biaya operasi dan perawatan suatu komponen
dalam 1 tahun (diluar bahan bakar untuk generator diesel)
73
7. Salvage : Nilai yang tersisa pada suatu sistem yang masih
ada pada saat masa pakai sistem tersebut telah habis
8. Fuel Cost : biaya bahan bakar yang digunakan suatu
komponen sistem (contohnya biaya diesel ataupun MFO)
Banyak hal yang mementukan apakah suatu sistim tersebut
ekonomis atau tidak. Terutama yang menggunakan energi terbarukan
maka hal yang paling berpengaruh adalah jumlah sumber daya alam yang
terdapat pada situs tersebut. Maka untuk memperoleh kombinasi ekonomi
yang terbaik maka setiap perancangan suatu sistem pembangkit harus
betul betul memperhatikandaerah yang akan dibangun. Agar bisa
menentukan jenis pembangkit apa yang paling cocok
Dengan program Homer kita juga dapat mengetahui diaram aliran
biaya suatu sistim hibrid tidak hanya untuk satu jenis kombinasi tetapi
untuk semua jenis kombinasi yang tersedia
Alasan penulis menggunakan program Homer untuk melakukan
simulasi ini dibandigkan dengan program simulasi lain antara lain ialah
kemudahan dalam penggunaan dan adanya database komponen komponen
seperti turbin angin maupun baterai sehingga dapat memudahkan
pengguna disamping itu program HOMER menyediakan jenis-jenis
pembangkitan yang lebih banyak
74
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Ciri geografis Indonesia
Letak geografis adalah letak suatu daerah atau wilayah yang berada di
permukaan bumi. Berdasarkan letak geografisnya, kepulauan Indonesia di
antara Benua Asia dan Benua Australia, serta di antara Samudera Hindia dan
Samudera Pasifik. Indonesia merupakan Negara terbesar di asia tenggara
merupakan negara kepulauan dimana kurang lebih 65 % terdiri atas perairan
dan 35% daratan. Daratan Indonesia terdiri atas 17.508 pulau yang terdiri dari
pulau pulau besar dan gugusan pulau pulau kecil yang luas seluruhnya kurang
lebih 2.028.087 km2. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang di lalui
oleh garis katulistiwa, sehingga mempunyai intensitas cahaya matahari yang
cukup memadai. Indonesia terletak di 6oLU – 11
oLS dan 95
oBT – 141
oBT,
berdasarkan letak astronomisnya Indonesia dilalui oleh garis equator atau
garis khatulistiwa yang terletak pada garis lintang 0o. Indonesia terletak
diantara Benua Asia dan Benua Australia, serta diantara Samudera Hindia dan
Samudera Pasifik. Indonesia dilalui oleh dua jalur pegunungan yaitu
Pegunungan Mediterania di sebelah barat dan Pegunungan Sirkum Pasifik di
sebelah timur atau Ring of Fire. Indonesia memiliki lebih dari 400 gunung
berapi dan 130 di antaranya termasuk gunung berapi aktif, dimana sebagian
dari gunung berapi terletak di dasar laut dan tidak terlihat dari permukaan laut.
Bagian utara berbatasan dengan Negara Malaysia, Singapura, Filipina, Laut
Cina Selatan, bagian selatan berbatan dengan Negara Australia, Samudra
75
Hindia, bagian timur berbatan dengan Samudra pasifik Bagian barat
berbatasan dengan Samudra Hindia. [10]
Sebagian ahli membagi Indonesia atas tiga wilayah geografis utama yakni:
- Kepulauan Sunda Besar meliputi pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan,
Sulawesi.
- Kepulauan Sunda Kecil meliputi Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa
Tenggara Timur.
- Kepulauan Maluku dan Irian.
Berdasarkan GBHN tahun 1993, Indonesia dibagi menjadi 2 kawasan
pembangunan, yaitu :
- Kawasan Barat Indonesia, terdiri dari Jawa, Sumatera, Kalimantan, Bali.
- Kawasan Timur Indonesia, terdiri dari Sulawesi, Maluku, Irian Jaya,
NTB dan NTT.
Indonesia mempunyai iklim tropik basah yang dipengaruhi oleh angin
monsun barat dan monsun timur. Dari bulan November hingga Mei, angin
bertiup dari arah Utara Barat Laut membawa banyak uap air dan hujan
dikawasan Indonesia. Dari Juni hingga Oktober angin bertiup dari Selatan
Tenggara kering, membawa sedikit uap air. Suhu udara di daratan rendah
Indonesia berkisar antara 23 derajat sampai 28 derajat celsius sepanjang
tahun.
Ada 2 musim di Indonesia, yaitu musim hujan dan musim kemarau.
Pada beberapa tempat dikenal musim pancaroba, yaitu musim diantara
perubahan kedua musin tersebut.
Setiap 3 sampai 5 tahun sekali sering terjadi El-Nino yaitu gejala
penyimpangan cuaca yang menyebabkan musim kering yang panjang dan
musim hujan yang singkat. Setelah El Nino biasanya diikuti oleh La Nina
yang berakibat musim hujan yang lebat dan lebih panjang dari biasanya.
76
Negara Indonesia adalah negara yang sedang berkembang, olehnya
itu perkembangan di segala bidang sangat di perlukan di negara ini
termasuk dalam hal ini adalah pengembangan sistem ketenaga listrikan
dan pemanfaatan sumber energi terbarukan serta pemanfaatan sumber
daya alam yang terdapat di Indonesia. Dalam mengembangkan sistem
ketenaga listrikan dapat di lakukan dengan melakukan penggabungan
beberapa sumber tenaga listrik yang memungkinkan untuk di gabungkan
baik dengan menggunakan sumber energi terbarukan seperti matahari dan
angin maupun dengan menggunakan sumber daya alam yang ada di
Indonesia, seperti minyak bumi dan diesel.
IV.2 Keadaan geogafis pulau Lae-Lae
Lae-Lae adalah sebuah pulau di Provinsi Sulawesi Selatan,
Indonesia. Pulau dengan luas 0,04 km² ini dihuni oleh 400 keluarga atau
sekitar 2.000 jiwa. Jarak pulau ini dari Makassar sekitar 1,5 km.
Dengan mata pencaharian penduduk sebagian besar adalah
nelayan. Secara administatif Lae-Lae merupakan sebuah kelurahan yaitu
Kelurahan Lae-Lae
Gambar 4.1 Pulau Lae-Lae [5]
77
IV.3 Kondisi Kelistrikan Pulau Lae-Lae
Pulau Lae lae adalah pulau kecil dengan kepadatan penduduk yang
cukup padat. Daya listrik di pulau Lae lae di suplai oleh dua buah mesin
diesel dengan dengan merek DEUTS yang mempunyai kapasitas 100 KW
dan merek PERKINS dengan kapasitas 65 KW. Untuk saat ini
pembangkitan listik pulau Lae-Lae menggunakan diesel dengan generator
DEUTS beropersi selama enam jam dan mesin diesel tipe PERKINS
beroperasi selama lima jam. Distribusi daya listrik di pulau Lae lae hanya
terjadi selama enam jam yaitu pada pukul 18.00 sampai 00.00. karena
permasalahan mahalnya harga bahan bakar.
Penyaluran daya listrik di pulau Lae lae dari dua buah mesin diesel
langsung ke konsumen tanpa melalui transformator dan sekitar 60 %
warga yang sumber daya listriknya di peroleh melalui jala jala dan yang
lain memperoleh sumber daya listriknya melalui konsumen yang lain
dengan masing masing rumah mendapatkan daya maksimum 900 Watt
Beban puncak dari penyaluran daya listrik di pulau Lae lae adalah
terjadi pada pukul 18.00 sampai 22.00 dengan nilai beban tertinggi terjadi
pada pukul 19.00 sampai 20.00 yaitu 118,582 KW
78
Tabel 4.1 Beban listrik di pulau Lae lae
Mengingat data beban di pulau Lae-Lae hanya tersedia selama 6
jam maka untuk keperluan simulasi ini penulis memutuskan untuk
memperkirakan jumlah beban Pulau Lae-Lae untuk 24 dengan berdasarkan
karateristik beban sulsel
Dalam grafik dapat digambarkan sebagai berikut
Gambar 4.2 Kurva beban Pulau Lae-Lae Saat ini
JAM BEBAN
OPERASI (KW)
18.00-19.00 115.512
19.00-20.00 118.582
20.00-21.00 109.113
21.00-22.00 104.493
22.00-23.00 63.264
23.00-24.00 66.641
79
Perkiraan beban Pulau Lae-Lae berdasarkan Karateristik beban Sul-sel
adalah sebagai berikut
Tabel 4.2 Perkiraan Beban Pulau Lae-Lae
Jam Beban (Kw) Jam Beban(Kw)
00.00-01.00
01.00-02.00
02.00-03.00
03.00-04.00
04.00-05.00
05.00-06.00
06.00-07.00
07.00-08.00
08.00-09.00
09.00-10.00
10.00-11.00
11.00-12.00
62,242
62,722
64,924
66,289
65,958
58,708
49,581
61,597
72,505
78,657
77,324
71,652
12.00-13.00
13.00-14.00
14.00-15-00
15.00-16.00
16.00-17.00
17.00-18.00
18.00-19.00
19.00-20.00
20.00-21.00
21.00-22.00
22.00-23.00
23.00-24.00
67,531
80,075
82,528
89,157
94,353
106,081
115,512
118,582
109,113
104,493
63,264
66,641
80
Dalam grafik dapat digambarkan sebagai berikut
Gambar 4.3 Kurva Beban Pulau Lae-Lae yang Akan Disimulasikan
Data tersebut dimasukkan kedalam program homer
Gambar 4.4 Tampilan Input Beban Pulau Lae-Lae
81
Dalam karateristik beban diatas juga didapat bebrapa variabel acak yang
dapat disesuaikan antara lain variabel acak hari per hari dan variabel acak waktu
ke waktu. Untuk perhitungan beban dibagi menjadi 2 jenis yaitu baseline Load
yaitu beban real yang diambil dari data lapangan dan scaled Load yaitu jumlah
beban hasil beban awal ditambah hasil perhitungan dari variabel acak yang
diberikan
IV.4 Data Karateristik Angin dan Indeks Radiasi Matahari
Karena pada simulasi ini penulis menggunakan pembangkit surya dan
pembangkit listrik tenaga angin. Maka diperlukan data dari kecepatan angin dan
datan indeks radiasi matahari sebagai dasar untuk menentukan daya yang dapat
di bangkitkan oleh kedua jenis pembangkit tersebut.
Dari hasil studi literatur maka data yang didapat adalah sebagai
berikut tabel kecepatan angin dan radiasi matahari
Tabel 4.2 Data Indeks Radiasi Matahari dan kecepatan Angin Per
Bulan [6]
82
Data tersebut dalam grafik dapat digambarkan sebagai berikut
Gambar 4.5 Grafik indeks Radiasi Matahari
Data – data tersebut apabila dimasukkan ke input program Homer akan
menghasilkan tampilan sebagai berikut
Gambar 4.6 Tampilan Solar Data Input
83
Dari data tersebut dapat di peroleh kesimpulan yaitu untuk data kecepatan
angin rata-rata di lokasi adalah sebesar 3.86 m/s dengan nilai tertinggi sebesar 5,2
m/s pada bulan Agustus dan yang terendah sebesar 2,6 m/s yang terjadi pada
bulan November data ini di ambil dengan menggunakan anemometer setinggi 10
meter.
Disamping data indeks radiasi yang diambil dari studi literatur data lain
yang ada ialah data indeks kecerahan yaitu indeks kecerahan dari atmosfer yang
akan mempengaruhi jumlah radiasi matahari yang mengenai Permukaan bumi
nilai dari indeks kecerahan berkisar dari 0 sampai 1 dimana nilainya akan semakin
besar ketika langit cerah dan akan semakin rendah bila langit mendung (tidak
cerah) biasanya berkisar antara 0,25 sampai dengan 0,75.
Variabel lain yang bisa disesuaikan adalah nilai rata-rata indeks radiasi
matahari nilai skala rata-ratanya yang dapat diubah sesuai dengan kebutuhan
sensifitas simulasi.
Sedangkan untuk nilai kecepatan angin pada Pulau Lae-Lae dapat dilihat
pada grafik dibawah ini
Gambar 4.7 Grafik Kecepatan Angin Pulau Lae-Lae
84
Gambar 4.8 Tampilan Data Kecepatan Angin
Sedangkan untuk data indeks matahari rata-rata indeks radiasi matahari
adalah 5.88 KWh/m2/hari dengan indeks matahri terbesar berada pada bulan
September yaitu sebesar 7.050 KWh/m2/hari dan nilai terendah terjadi pada bulan
Januari dengan indeks 4,570 KWh/m2/hari.
Parameter lain lain yang ada antara lain ketinggian site diatas permukaan
laut serta ketinggian Anemometer dari data yang didapatkan. Serta data lain yang
juga mesti diperhatikan adalah pengaruh ketinggian terhadap kecepatan angin.
85
IV.5 Komponen Komponen Pembangkit Listrik yang digunakan
Dalam perancangan dan simulasi pembangkit kali ini penulis
menggunakan 3 jenis mesin pembangkit Yaitu pembangkit PLTAngin, PLTS dan
pembangkit diesel yang telah ada di lapangan. Serta komponen komponen
penunjang lainnya seperti Baterai sebagai alat penyimpanan energi serta inverter
sebagai media transformasi energi listrik dari pembangkit terbarukan dengan
beban yang akan disuplay sesuai gambar berikut ini
Gambar 4.9 Contoh komponen-komponen yang ada pada suatu
sistem hibrid
IV.5.1. Generator Diesel
Dalam simulasi ini kami menggunakan generator diesel sebanyak 2 unit
dengan merek Perkins dan Deutz dengan kapasitas masing masing pembangkit
sebesar 65 Kw dan 100 Kw
86
Gambar 4.10 pembangkit diesel yang ada di pulau Lae-Lae.
Generator tersebut menggunakan bahan bakar diesel yang dipasok dari
Makassar. Oleh karena sudah terdapat generator diesel di pulau maka untuk
mengefisiensikan biaya penulis menggunakan kedua generator ini dalam simulasi
Komponen biaya yang dapat dihemat oleh keadaan diatas ialah nilai modal
awal untuk penyediaan awal sistem.
Sedang tampilan antarmuka generator disel Pulau Lae-Lae di Program
Homer adalah sebagai berikut
Gambar 4.11 Tampilan Generator Input Simulasi
87
Pada pengaturan lebih lanjut pada program Homer dapat pula
disimulasikan keadaan dimana generator diesel dapat dipaksa untuk Force Off
maupun keadaan Force ON yaitu generator diesel dipaksakan menyala ataupun
dimatikan pada waktu-waktu tertentu dimana kira-kira kelangsungan dari sumber
harus tetap dijaga maupun keadaan dimana generator diesel dimatikan karena
jumlah daya yang melimpah sehingga bisa menghemat biaya bahan bakar.
Fungsi dari adanya generator pada suatu sistem hibrid adalah sebagai
cadangan berputar pada suatu sistem sehingga keandalan dari sistem tersebut bisa
lebih terjaga.
Dalam simulasi ini penulis menggunakan 3 keadaan untuk simulasi yang
pertama adalah keadaan force off yaitu keadaan dimana diesel dimatikan, force on
yaitu keadaan dimana diesel selalu dalam keadaan hidup dan keadaan optmized
yaitu keadaan dimana diesel dinyalakan sesuai dengan kebutuhan optimasi sistem.
Sedangkan untuk pemilihan waktu penjadwalan diesel dapat ditentukan
sendiri dengan memperhitungkan karateristik beban di masing masing lokasi agar
pasokan daya bisa tetap terjaga.
IV.5.2 Solar Panel (PV)
Jenis yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah solar panel
produksi BP Solar dengan kapasitas 230 watt per panel dengan dimensi 1,6 m x 1
meter dan harga berkisar $700 per panel ( spesifikasi data terlampir)
88
Gambar 4.12 Contoh Tampilan Panel PV [7]
Pada pengaturan yang lebih lanjut pada program Homer juga disediakan
pilihan traking sistem seperti tanpa sistem traking, dengan dengan traking yang
disesuaikan tiap hari, minggu atau tiap bulan atau penyesuaian terus menerus.
Sistem Traking yang digunakan dapat berupa sistem traking manual maupun
sistem traking otomatis, dengan menggunakan sistem traking manual maka tidak
akan mengubah variabel biaya.
Dewasa ini banyak pilihan sistem traking yang bisa digunakan antara lain
sistem traking sumbu horizontal (Horizontal Axis), Sumbu vertical (vertical
Axis), ataupun sistem 2 sumbu.
Pada simulasi ini penulis menggunakan simulasi sumbu horizontal karena
dianggap paling cocok dengan keadaan lokasi yang akan digunakan.
89
Untuk tampilan Karateristik PV Pulau Lae-Lae pada program
HOMER adalah sebagai berikut
Gambar 4.13 Tampilan Menu PV Pada Sistem Lae-Lae
IV.5.3. Turbin Angin
Turbin angin yang digunakan disini menggunakan turbin angin jenis
sumbu vertikal alasan mengapa di pilih jenis ini adalah karena keterbatasan lahan
di pulau Lae-Lae sehingga apabila menggunakan turbin konvensional akan
memerlukan luas wilayah yang sangat besar untuk pengaplikasiannya selain itu
dengan dimensi yang kecil maka jarak antar pembangkit bisa lebih dekat dengan
harga yaitu $ 639.000 per unit Kapasitas pembangkit yang digunakan adalah 250
Kw
90
Gambar 4.14 Vertical Axis Wind Turbine 250 KW [8]
Turbin angin jenis ini akhir-akhir ini semakin banyak digunakan di dunia
karena kefleksebilitas yang baik sehingga bisa digunakan untuk berbagai
keperluan
Gambar 4.15 Contoh Penggunaan Turbin Angin [8]
91
Pada simulasi ini penulis menggunakan turbin angin produksi dari
perusahaan Ges Meglev (data terlampir) dengan karateristik sebagai berikut
Tabel 4.3 Karateristik Turbin Angin [8]
Atau secara grafik seperti gambar dibawah ini
Gambar 4.16 Kurva Karateristik Output Generato Angin [8]
92
Menengingat kecepatan angin di pulau Lae-Lae yang relatif rendah maka
penulis memutuskan untuk menggunakan turbin angin dengan kapasitas yang
relatif besar karena apbila menggunakan turbin angin dengan kapasitas yang kecil
maka akan menggunakan jumlah turbin angin yang sangat besar maka dari segi
unit jumlah akan semakin besar dan tidak efektif dari segi biaya
Dengan tampilan pada program Homer adalah sebagai berikut
Gambar 4.17 Tampilan Menu Turbin Angin yang dipakai Pada Simulasi
IV.5.4 Baterei
Baterai yang digunakan dalam simulasi ini adalah baterai jenis
deep-cycle batteries dengan Merek Trojan dengan tipe L16P dengan
tegangan nominal 6 volt dengan 9 unit baterai per string sehingga
tegangan Bus Dc menjadi 54 V dengan harga perunit $ 375 baterai ini
93
termasuk jenis Flooded/wet lead-acid battery dengan dimensi 295 mm x
178mm x424 mm dengan berat berkisar 52 kg
Jenis baterai ini merupakan jenis baterai yang khusus dirancang untuk
sistem hibrid.
Gambar 4.18 Baterai Trojan L16P [9]
Gambar 4.19 Grafik Performance Trojan L16P [9]
94
Baterai diatas dalam program homer merupakan baterai yang sudah
ada di dalam database HOMER sehingga telah membpunyai data
karateristik yang mendetail.
Data-data tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini
Gambar 4.20 Gambar Baterai Detail Yang Digunakan Dalam Simulasi
Dari detail baterai di atas dapat diketahui nilai dan grafik arus
pengisian dari tipe baterai tersebut disamping itu juga terdapat kurva
lifetime dimana dapat diketahui daya tahan suatu baterai berdasarkan nilai
Deep Of Discharge pada saat pengujian.
95
Gambar 4.21 Tampilan Menu Baterai Yang Digunakan di Simulasi Pulau
Lae-Lae
IV.5.5 Inverter
Inverter yang digunakan pada simulasi ini mengguankan Inverter merek
Xantrex dengan tipe XW6048-120/240-60 dengan daya Output nominal sebsar 6
Kw dengan harga perunit $ 3750 Inverter ini mempunyai nilai efisiensi sebesar
90%
Inverter ini mempunyai spesifikasi selain untuk menyuplai beban dapat
juga digunakan untuk mengisi baterai dalam waktu yang bersamaan dengan
demikian diharapkan efisiensi bisa lebih besar.
96
Gambar 4.22 inverter Xentrex tipe XW6048-120/240-60 [7]
Tampilan data inverter yang digunakan pada simulasi adalah sebagai berikut
Gambar 4.23 Tampilan Jendela Komponen Inverter
97
IV.6 Simulasi Sistem Dengan Menggunakan Homer
Pada simulasi ini penulis mensimulasikan sistem hibrid yang
paling optimal dengan mempertimbangkan beberapa pilihan konfigurasi
sensifisitas seperti keadaan pembangkit dan pilihan pilihan kondisi antara
lain jumlah minimum energi terbarukan, kenaikan beban, ada tidaknya
sitem traking, dan simulasi force on dan force off pembangkit
Setalah melakuakan perhitungan dengan menggunakan program
Homer untuk beban sama dengan beban sekarang dan minimum energi
terbarukan (minimum renewable fraction) sebesar 50% , 60%, 70%, 80%
dan 90 % dan menggunakan sistem traking Horizontal Axis dan diberikan
penjadwalan pada generator Perkins didapatkan hasil sebagai berikut
IV.7. Simulasi Sistem 1
Dari hasil diatas di dapatkan kombinasi paling optimal adalah
PLTAngin, Diesel, Baterai serta inverter
Gambar 4.24 hasil Simulasi Homer
98
Dengan konfigurasi
Turbin Angin : 1 unit
PV : 110 Kw
Generator diesel : 2 unit 65 Kw dan 100 Kw
Baterai: 72 unit
Konverter : 126 Kw
Dengan analisa ekonomis sebagai berikut
Gambar 4.25 Hasil Simulasi Ekonomis Program Homer
Dengan komponen biaya keseluruhan sistem adalah
Net Present Cost adalah : $ 3,131,660
Biaya pembangkitan : $ 0.376 per KWh
99
Biaya Operasi pertahun sebesar : $ 166,362
Analisa kelistrikan sistem
Distribusi Pembangkitan daya sebagai berikut
PV : 204,867 KWh /tahun atau sebesar 25 %
Turbin Angin : 255,402 KWh /tahun atau sebesar 32 %
Generator Perkins 229,073 KWh/Tahun atau sebesar 28 %
Generator Deutz : 116,929 KWh/Tahun atau sebesar 15 %
Dengan Pembangkitan konfigurasi pembangkitan perbulan sebesar
Gambar 4.26 Konfigurasi Pembangkitan Perbulan
100
IV.7.1 Untuk beban 1889 KWh/Hari dan minimum energi terbarukan
sebesar 60%
Gambar4.27 Hasil Simulasi Homer
Dengan konfigurasi
Turbin Angin : 1 unit
PV : 130 Kw
Generator diesel : 2 unit 65 Kw dan 100 Kw
Baterai: 72 unit
Konverter : 138 Kw
Dengan analisa ekonomis sebagai berikut
101
Gambar 4.28 Tampilan Hasil Ekonomis Aplikasi Homer
Dengan komponen biaya keseluruhan sistem adalah
Net Present Cost adalah : $ 3,148,025
Biaya pembangkitan : $ 0.378 per kWh
Biaya Operasi pertahun sebesar : $ 162,059
Analisa kelistrikan sistem
Distribusi Pembangkitan daya sebagai berikut
PV : 242,116 KWh /tahun atau sebesar 29 %
Turbin Angin : 255,402 KWh /tahun atau sebesar 31 %
Generator Perkins : 217,510 KWh/Tahun atau sebesar 26 %
Generator Deutz : 113,900 KWh/Tahun atau sebesar 14 %
102
Gambar 4.29 Konfigurasi Pembangkitan Perbulan
IV.7.2 Untuk beban 1889 KWh/Hari dan minimum energi terbarukan
sebesar 70%
Gambar 4.30 Hasil Simulasi Homer
103
Dari hasil diatas di dapatkan kombinasi paling Optimal adalah PV,
PLTAngin, Diesel, Baterai serta inverter
Dengan konfigurasi
Turbin Angin : 2 unit
PV : 90 Kw
Generator diesel : 2 unit 65 Kw dan 100 Kw
Baterai: 72 unit
Konverter : 144 Kw
Dengan analisa ekonomis sebagai berikut
Gambar 4.31 Tampilan Hasil Ekonomis Program Homer
104
Dengan komponen biaya keseluruhan sistem adalah
Net Present Cost adalah : $ 4,055,694
Biaya pembangkitan : $ 0.487 per KWh
Biaya Operasi pertahun sebesar : $ 194,052
Analisa kelistrikan sistem
Distribusi Pembangkitan daya sebagai berikut
PV : 167,618 KWh /tahun atau sebesar 17 %
Turbin Angin : 510,803 KWh /tahun atau sebesar 53 %
Generator Perkins : 198,721 KWh/Tahun atau sebesar 21 %
Generator Deutz : 82,714 KWh/Tahun atau sebesar 9 %
Gambar 4.32 Konfigurasi Pembangkitan Perbulan
105
IV.7.3 Untuk beban 1889 KWh/Hari dan minimum energi terbarukan
sebesar 80%
Gambar 4.33 Hasil Simulasi ProgramHOMER
Dari hasil diatas di dapatkan kombinasi paling Optimal adalah
PLTAngin, Diesel, PV Baterai serta inverter
Dengan konfigurasi
Turbin Angin : 3 unit
Generator diesel : 2 unit 65 Kw dan 100 Kw
Baterai: 72 unit
Inverter : 150 KW
PV : 90 KW
106
Dengan analisa ekonomis sebagai berikut
Gambar 4.34 Hasil Simulasi Ekonomi Homer
Dengan komponen biaya keseluruhan sistem adalah
Net Present Cost adalah : $ 5,091,706
Biaya pembangkitan : $ 0.611 per KWh
Biaya Operasi pertahun sebesar : $ 226,591
107
Analisa kelistrikan sistem
Distribusi Pembangkitan daya sebagai berikut
PV : 167,618 KWh/Tahun atau sebesar 14 %
Turbin Angin : 766,203 KWh /tahun atau sebesar 66 %
Generator Perkins : 170,877 KWh/Tahun atau sebesar 15 %
Generator Deutz : 61,578 KWh/Tahun atau sebesar 5 %
Dengan Pembangkitan konfigurasi pembangkitan perbulan sebesar
Gambar 4.35 Konfigurasi Pembangitan Bulanan
108
IV.7.4 Untuk beban 1889 KWh/Hari dan minimum energi terbarukan
sebesar 90%
Gambar 4.36 Hasil Simulasi Program Homer
Dari hasil diatas di dapatkan kombinasi paling Optimal adalah PLTAngin,
Diesel, PV Baterai serta inverter
Dengan konfigurasi
Turbin Angin : 5 unit
PV : 100 Kw
Generator diesel : 2 unit 65 Kw dan 100 Kw
Baterai: 126 unit
Inverter : 156 KW
PV : 100 KW
109
Dengan analisa ekonomis sebagai berikut
Gambar 4.37 Hasil Simulasi Ekonomi Homer
Dengan komponen biaya keseluruhan sistem adalah
Net Present Cost adalah : $ 7,324,612
Biaya pembangkitan : $ 0.879 per KWh
Biaya Operasi pertahun sebesar : $ 301,097
110
Analisa kelistrikan sistem
Distribusi Pembangkitan daya sebagai berikut
PV : 186,243 KWh/Tahun atau sebesar 11 %
Turbin Angin : 1,277,003 KWh /tahun atau sebesar 79 %
Generator Perkins : 122,010 KWh/Tahun atau sebesar 8 %
Generator Deutz : 40,564 KWh/Tahun atau sebesar 2 %
Dengan Pembangkitan konfigurasi pembangkitan perbulan sebesar
Gambar 4.38 Konfigurasi Pembangkitan Daya Perbulan
111
IV.7.5 Simulasi Dengan Beban 2.007 MW/Hari
Penulis juga mensimulasikan untuk kenaikan beban 10 persen dari
beban total keseluruhan dan mendapatkan hasil sebagai berikut.
Tabel IV.5 Hasil Simulasi Teroptimum Untuk Beban 2.007 Mw/Hari
IV.7.6. Simulasi dengan Beban 1,889 Mw/Hari dengan harga diesel $1
Sedang untuk Harga BBM sebesar $1 didapatkan hasil optimum
Sebagai Berikut
Tabel IV.6 Hasil Simulasi Optimum Untuk Harga Diesel Sebesar $1
112
IV.8 Analisa Hasil Simulasi 1
Secara grafik hubungan kenaikan beban, jumlah biaya operasi dan
jumlah persentase energi terbarukan dapat dilihat pada grafik berikut
Gambar 4.39 Grafik Karateristik Biaya Operasi
Dari grafik diatas dapat di ketahui bahwa untuk persentase energi
terbarukan sebesar 50%-60% pada beban pertama biaya operasi maupun
biaya pembangkitan energi relatif tidak mengalami kenaikan yang
signifikan untuk setiap kenaikan persentase energi terbarukan yaitu
sebesar $ 162,059 untuk biaya operasi pertahun dan $0.482 untuk biaya
pembangkitan energi Per KWH namun ketika persentase energi terbarukan
113
dinaikkan menjadi 70% atau 80% terjadi kenaikan menjadi signifikan
yaitu menjadi $194,052 dan $226,591 pertahun dan $0.487 dan $0.611
per KWh dan ketika persensentase energi terbarukan kembali dinaikkan
menjadi 90% nilai biaya operasi dan biaya pembangkitan energi naik
menjadi $ 301,097 untuk biaya operasi pertahun dan $ 0.879 per KWH
untuk baya pembangkitan energi
Sedangkan untuk melihat pengaruh kenaikan persentase energi
terbarukan terhadap jumlah daya yang dihasilkan oleh PV dan Turbin
Angin dapat dilihat di grafik dibawah ini
Gambar 4.40 Grafik Hubungan Kenaikan Energi Terbarukan Terhadap
Produksi daya PV dan turbin Angin
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa untuk turbin angin daya
output untuk persentase energi terbarukan sebesar 50% sampai 60%
menghasilkan energi yang sama yaitu sebesar 255,402 KWh/Tahun untuk
kenaikan persentase 60%-80 % maka daya turbin angin akan naik secara
114
linear hingga persentase energi terbarukan 80% yaitu sebesar 766,203
KWh/Tahun dan untuk persentase energi terbarukan 90% output data
menjadi 1,277,003 KWh/Tahun.
Sedangkan untuk PV untuk persentase 50% sampai dengan 90%
jumlah daya Output relatif sama berkisar 200,000 KWh/Tahun, dimana
ciri yang dapat dilihat ialahv terjadi penurunan kapasitas pada persentase
60%-70%.
Sementara itu hubungan antara biaya operasi dan biaya bahan
bakar untuk setiap kenaikan persentase energi terbarukan dapat dilihat
pada tabel berikut ini
Gambar 4.41 Hubungan kenaikan Persentase Energi Terbarukan dengan
biaya Produksi dan biaya Bahan Bakar
115
Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa untuk setiap persentase energi
terbarukan maka biaya bahan bakar akan turun dari sebesar $95,958 per tahun
pada persentase 50% hingga mencapai $78,428 pada persentase 70% dan
$45,138 pada persentase 90% dari hasil tersebut maka dapat diketahui bahwa
ketika persentase energi terbarukan dinaikkan maka penggunaan energi
terbarukan juga akan naik
IV.9 Simulasi Sistem 2
Dan Untuk sistem yang tidak menggunakan sistem traking untuk
sistem pembangkitan PV dan tidak menerapkan penjadwalan pada
generatornya maka akan mendapatkan hasil simulasi sebagai berikut (Beban
1889 KWh/hari dan Harga diesel $ 0,55)
Gambar 4.42 hasil Simulasi Homer
Dengan konfigurasi
Turbin Angin : 1 unit
Generator diesel : 2 unit 65 Kw dan 100 Kw
Baterai: 81 unit
Konverter : 126 Kw
PV : 110 Kw
116
Dengan analisa ekonomis sebagai berikut
Gambar 4.43 Tampilan Hasil Ekonomis Homer
Dengan komponen biaya keseluruhan sistem adalah
Net Present Cost adalah : $ 3,195,630
Biaya pembangkitan : $ 0.383 per KWh
Biaya Operasi pertahun sebesar : $ 171,376
Analisa kelistrikan sistem
Distribusi Pembangkitan daya sebagai berikut
PV: 190,310 Kwh/Tahun atau sebesar 24 %
Turbin Angin : 255,402KWh /tahun atau sebesar 32 %
Generator Perkins : 236,543 KWh/Tahun atau sebesar 29 %
117
Generator Deutz : 93,399 KWh/Tahun atau sebesar 9 %
Dengan konfigurasi pembangkitan perbulan sebesar
Gambar 4.44 Konfigurasi Pembangkitan Perbulan
118
IV.9.1 Untuk beban 1889 KWh/Hari dan minimum energi terbarukan
sebesar 60%
Gambar 4.45 hasil Simulasi Program Homer
Dengan konfigurasi
Turbin Angin : 1 unit
PV : 150
Generator diesel : 2 unit 65 Kw dan 100 Kw
Baterai: 72 unit
Konverter : 126 Kw
119
Dengan analisa ekonomis sebagai berikut
Gambar 4.46 Tampilan Hasil Ekonomis Homer
Dengan komponen biaya keseluruhan sistem adalah
Net Present Cost adalah : $ 3,235,689
Biaya pembangkitan : $ 0.388 per KWh
Biaya Operasi pertahun sebesar : $ 164,897
120
Analisa kelistrikan sistem
Distribusi Pembangkitan daya sebagai berikut
PV : 259,514 Kwh/tahun atau sebesar 30 %
Turbin Angin : 255,402 KWh /tahun atau sebesar 30 %
Generator Perkins : 217,908 KWh/Tahun atau sebesar 25 %
Generator Deutz : 122,822 KWh/Tahun atau sebesar 14 %
Dengan konfigurasi pebulan sebesar
Gambar 4.47 Konfigurasi Pembangkitan Perbulan
121
IV.9.2. Untuk beban 1889 KWh/Hari dan minimum energi terbarukan
sebesar 70%
Gambar 4.47 Hasil Simulasi Program Homer
Dengan konfigurasi
Turbin Angin : 2 unit
PV : 100 Kw
Generator diesel : 2 unit 65 Kw dan 100 Kw
Baterai: 72 unit
Konverter : 144 Kw
122
Dengan analisa ekonomis sebagai berikut
Gambar 4.49 Tampilan Hasil Ekonomis Homer
Dengan komponen biaya keseluruhan sistem adalah
Net Present Cost adalah : $ 4,118,729
Biaya pembangkitan : $ 0.494 per KWh
Biaya Operasi pertahun sebesar : $ 196,749
123
Analisa kelistrikan sistem
Distribusi Pembangkitan daya sebagai berikut
PV : 173,010 Kwh/Tahun atau berkisar 18%
Turbin Angin : 510,803 KWh /tahun atau sebesar 52 %
Generator Perkins : 222,616 KWh/Tahun atau sebesar 21 %
Generator Deutz : 93,399 KWh/Tahun atau sebesar 9 %
Gambar 4.50 Konfigurasi Pembangkitan Perbulan
124
IV.9.3 Untuk beban 1889 KWh/Hari dan minimum energi terbarukan
sebesar 80%
Gambar 4.50 Hasil Simulasi Program HOMER
Dengan konfigurasi
Turbin Angin : 3 unit
PV : 100 KW
Generator diesel : 2 unit 65 Kw dan 100 Kw
Baterai: 153 unit
Konverter : 156 Kw
125
Dengan analisa ekonomis sebagai berikut
Gambar 4.52 Tampilan Hasil Simulasi Ekonomis Program Homer
Dengan komponen biaya keseluruhan sistem adalah
Net Present Cost adalah : $ 5,166,979
Biaya pembangkitan : $ 0.620 per KWh
Biaya Operasi pertahun sebesar : $ 227,477
Analisa kelistrikan sistem
Distribusi Pembangkitan daya sebagai berikut
PV : 173,010 KWh /tahun atau sebesar 15 %
Turbin Angin : 766,203 KWh /tahun atau sebesar 65 %
Generator Perkins : 166,366 KWh/Tahun atau sebesar 14 %
126
Generator Deutz : 68,352 KWh/Tahun atau sebesar 6 %
Dengan konfigurasi pembangkitan perbulan sebagai brikut
Gambar 4.52 Konfigurasi Pembangkitan Perbulan
127
IV.9.4 Untuk beban 1889 KWh/Hari dan minimum energi terbarukan
sebesar 90%
Gambar 4.54 Hasil Simulasi Program HOMER
Dengan konfigurasi
Turbin Angin : 5 unit
PV : 100 Kw
Generator diesel : 1 unit 100 Kw
Baterai: 198 unit
Konverter : 162 Kw
128
Dengan analisa ekonomis sebagai berikut
Gambar 4.55 Tampilan Hasil Simulasi Ekonomis Homer
Dengan komponen biaya keseluruhan sistem adalah
Net Present Cost adalah : $ 7,446,463
Biaya pembangkitan : $ 0.894 per KWh
Biaya Operasi pertahun sebesar : $ 310,124
129
Analisa kelistrikan sistem
Distribusi Pembangkitan daya sebagai berikut
PV : 173,010 KWh /tahun atau sebesar 11 %
Turbin Angin : 1,277,003 KWh /tahun atau sebesar 79 %
Generator Deutz : 160,708 KWh/Tahun atau sebesar 10 %
Gambar 4.56 Tampilan Hasil Konfigurasi pembangkitan perbulan
130
Penulis juga mensimulasikan untuk kenaikan beban 10 persen dari
beban total keseluruhan dan mendaptkan hasil sebagai berikut
IV.9.5 Simulasi Untuk Beban 2.007 Mw/Hari
Tabel IV.7 Hasil Simulasi Teroptimum Untuk Beban 2,007 Mw/Hari
IV.9.6. Simulasi Untuk Beban 1,889 Mw/Hari dan Harga Diesel $1
Sedang untuk Harga BBM sebesar $1 didapatkan Hasil Optimum Sebagai
Berikut
Tabel IV.8 Hasil Simulasi Untuk Harga Diesel Sebesar $1 dengan
Beban 1,889 MW/Hari
131
IV.9.7 Hasil Simulasi Dengan Jumlah Beban 2,007 MW/Hari dan Harga
Diesel $1
Untuk kenaikan beban 10% dengan harga Diesel $1 perliter didapatkan hasil
simulasi sebagai berikut
Tabel IV.9 Hasil Simulasi Untuk Harga Diesel Sebesar $1 dengan Beban
2,007 MW/Hari
IV.10 Analisa Hasil Simulasi 2
Secara grafik hubungan kenaikan beban, jumlah biaya operasi dan
jumlah persentase energi terbarukan dapat dilihat pada grafik berikut
Gambar 4.57 Grafik Karateristik Biaya Operasi
132
Dari grafik diatas dapat kita ketahui bahwa pada komponen biaya
operasi untuk persentase energi terbarukan sebesar 50%-60% terjadi
penurunan biaya dari $ 171,376 pertahun di persentase 50% menjadi
164,897 di 60% sementara untuk biaya pembangkitan relatif tetap pada
kisaran $0.388 per KWh selanjutnya untuk persentase 60%-80%
kenaikannya bersifat linear baik untuk biaya operasi maupun biaya
pembangkitan hingga mencapai persentase 80% dengan nilai berturut $
227,477 pertahun untuk biaya operasi dan $0.620 untuk biaya
pembangkitan.
Untuk grafik yang menunjukkan konfigurasi pembangkit yang
cocok untuk untuk setiap kenaikan persentase energi terbarukan dapat
dilihat pada grafik dibawah ini
Gambar 4.57 Grafik Konfigurasi Pembangkit Teroptimum
133
Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa konfigurasi yang paling
ekonomis ialah PV, PLTAngin, Generator Deutz dan Generator Perkins
untuk semua persentase energi terbarukan untuk beban sebesar 1,889
Mwh/hari akan tetapi untuk kenaikan beban sebesar 2,007 dan pada
persentase energi terbarukan 90% konfigurasi berubah dengan hanya
menggunakan 1 generator diesel
Untuk melihat pengaruh kenaikan persentase energi terbarukan
terhadap jumlah daya yang dihasilkan oleh PV dan turbin angin dapat
dilihat di grafik dibawah ini
Gambar 4.59 Grafik Hubungan Kenaikan Energi Terbarukan Terhadap
Produksi daya PV dan turbin Angin
Dari grafik diatas dapat kita ketahui bahwa daya output PV relatif tidak
mengalami kenaikan yang signifikan untuk setiap kenaikan persentase energi
terbarukan dari 50% hingga 90% yang berada di sekitar 200.000 Kwh per
tahun sedang untuk produksi output dari PLTAngin untuk persentase 50%
sampai 60% tetap yaitu pada nilai 255,402 Kwh/Tahun dan naik untuk
134
persentase selanjutnya hingga pada persentase energi terbarukan 90% menjadi
1,277,003 Kwh/tahun
Sementara itu hubungan antara biaya operasi dan biaya bahan bakar
untuk setiap kenaikan persentase energi terbarukan dapat dilihat pada tabel
berikut ini
Gambar 4.60 Grafik Hububgan Biaya Operasi Dan Biaya Bahan Bakar dan
Persentase Energi Terbarukan
Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa nilai biaya bahan bakar akan
mengalami penurunan untuk setiap kenaikan persentase energi terbarukan mulai
dari $100.000 pertahun untuk persentase energi terbarukan 50% menjadi
dibawah $50.000 untuk persentase energi terbarukan 90% dari hasil diatas dapat
ditarik kesimpulan bahwa untuk setiap kenaikan persentase energi terbarukan
akan mengakibatkan berkurangnya biaya bahan bakar
135
IV.11 Analisa Perbandingan Kedua Simulasi
Untuk mengetahui konfigurasi yang paling optimum dari sistem
hibrid yang telah dibahas sebelumnya maka penulis melakukan
perbandingan antara hasil simulasi 1 dan hasil simulasi 2.
IV.11.1 Perbandingan Nilai Net Present Cost
Pada program Homer ini variabel yang digunakan untuk
mengetahui suatu sitem optimal atau tidak adalah nilai dari variabel net
present cost maka perbandingan nilai NPC simulasi 1 dan simulasi 2 dapat
dilihat pada garfik dibawah ini
Gambar 4.61 Perbandingan NPC Simulasi 1 Dan Simulasi 2
Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa untuk variabel nilai NPC tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua simulasi namun dapat diketahui
bahwa nilai NPC simulasi 1 mempunyai nilai lebih kecil dari nilai NPC simulasi 2
dengan perbedaan yang relatif kecil.
136
IV.11.2 Perbandingan Biaya Operasi
Untuk variabel biaya operasi perbandingan simulasi 1 dan simulasi
2 dapat dilihat pada grafik dibawah ini
Gambar 4.62 Grafik Perbandingan Biaya Operasi
Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa biaya operasi simulasi 1
dan simulasi 2 tidak mempunyai perbedaan yang signifikan baik dari bentuk
dan nilainya untuk setiap kenaikan persentase energi terbarukan disamping itu
ciri lain yang bisa dilihat adalah terjadi penurunan nilai pada persentase energi
terbarukan sebesar 60% sebelum kemudian kembali naik pada persentase
energi terbarukan selanjutnya.
137
IV.11.3 Perbandingan Daya Output PV
Untuk mengetahui perbedaan output PV simulasi 1 dan
simulasi 2 dimana pada simulasi 1 penulis menggunakan sistem
traking pada komponen PV didapatkan perbandingan seperti grafik
dibawah ini
Gambar 4.63 Grafik Perbandingan Output PV Simulasi 1 dan Simulasi 2
Dari data diatas dapat diketahui bahwa nilai output PV simulasi 1 lebih
tinggi untuk persentase energi terbarukan sebesar 50% akan tetapi untuk
persentase energi terbarukan selanjutnya hasil simulasi 2 lebih tinggi dari
simulasi 1 selanjutnya untuk persentase energi terbarukan 90 % nilai simulasi 1
kembali lebih tinggi daripada nilai simulasi 2 sedang untuk simulasi 2 nilai
output daya antara 70%-90% tetap pada nilai 173,010 Kwh/Tahun
IV.11.4 Perbandingan Nilai Biaya Pembangkitan
Untuk variabel Biaya pembangkitan perbandingan hasil simulasi 1
dan simnulasi 2 dapat dilihat pada grafik dibawah ini
138
Gambar 4.64 Grafik Perbandingan Biaya Pembangkitan Simulasi
Dari grafik diatas didapat kesimpulan bahwa untuk variabel biaya
pembangkitan relatif sama untuk simulasi 1 dan simulasi 2 dimana mempunyai
ciri sebagai brikut untuk persentase energi terbarukan 50%-60% nilainya
berkisar $ 0.38 per Kwh kemudian naik secara linear sampai ke persentase 80%
dengan nilai sekitar $ 0,62 per kwh sebelum akhirnya pada persentase energi
terbarukan 90% bernilai berkisar di $0,9 per Kwh.
IV.12 Analisa Emisi Pada Sistem Hibrid
Walaupun sistem hibrid ini tergolong sistem yang ramah
lingkungan akan tetapi karena digunakannya 2 buah generator pada sistem ini
maka akan tetap menimbulkan emisi bahan bakar yang bergantung pada waktu
operasi dari kedua generator tersebut.
Pada Program Homer ini terdapat beberapa emisi yang dapat
disimulasikan yaitu
1. Karbon dioksida (CO2) = Gas utama hasil pembakaran yang menjadi
salah satu pemicu efek rumah kaca.
139
2. Karbon monoksida (CO)= Gas beracun yang merupakan hasil dari
proses pembakaran yang tidak sempurna dari bahan bakar karbon
akibat yang bisa ditimbulkan antara lain mencegah peredaran oksigen
dalam darah maupun organ tubuh, pusing, sakit kepala, pandangan
yang tidak jelas, dan menggangu kemampuan belajar terutama pada
anak-anak.
3. Unburned Hydrocarbons (UHC) = hasil dari pembakaran hidrokarbon
yang tidak sempurna mengandung zat-zat seperti formaldehyde dan
alkali, dan bersifat sangat mudah bereaksi dengan atmosfir.
4. Particulate Matter (PM) = gabungan dari asap,uap dan debu yang
dapat mengakibatkan gangguan pernafasan dan kabut pada udara.
5. Sulfur Dioxide (SO2) = Gas yang bersifat korosif hasil dari
pembakaran bahan bakar yang mengandung sulful contohnya
(batubara, minyak dan diesel) dapat mengakibatkan gangguan
pernafasan hujan asam dan kabut asap pada udara.
6. Nitrogen Oxides (NOx)= terdiri dari berbagai macam senyawa seperti
Nitrogen Dioksida (NO2) dan Nitrogen dioksida (NO) merupakan hasil
dari bahan bakar yang dibakar pada suhu tinggi, dapat menyebabkan
Gangguan Penafasan,kabut asap dan hujan asam.
Dari semua bahan-bahan tersebut kanbon dioksida (CO2)
mempunyai komposisi yang terbesar dari emisi yang dihasilkan yaitu
140
sekitar 99,5% dimana hasil dari setiap simulasi dapat dilihat pada grafik
dibawah ini
Untuk simulasi pertama dimana terdapat penjadwalan pembangkit
diesel dan sistem PV yang diberi sistem traking di dapatkan hasil sebagai
berikut
Gambar 4.65 Grafik Perbandingan Nilai Emisi Simulasi 1 dan Simulasi 2
Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa emisi dari simulasi 2 lebih
tinggi dari simulasi 1 untuk setiap kenaikan persentase energi terbarukan
salah satu ciri yang bisa dilihat ialah nilai emisi pada persentase energi
terbarukan 80% jumlah emisi simulasi satu dan simulasi 2 sama besar
sebelum kembali seperti keadaan awal dimana tingkat emisi simulasi 2
lebih tinggi dari simulasi 1 pada persentase 90%.
141
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Dengan melihat teori yang ada dan membandingkan dengan hasil
simulasi
bahwa dapat disimpulkan bahwa
1. Konfigurasi pembangkit yang paling ekonomis digunakan pada pulau Lae-
Lae ialah mengunakan konfigurasi PV, PLTAngin, Generator Perkins,
Generator Deutz, Inverter dan Baterai. Dengan kapasitas masing-masing
pembangkit sebagai berikut:
PV : 110 Kw
PLTAngin : 1 Unit
Generator Perkins : 65 Kw
Generator Deutz : 100 Kw
Konverter : 126 Kw
Baterai : 72 Unit
Konfigurasi tersebut mempunyai komponen biaya sebagai Brikut
Nilai Net Present Cost Sebesar : $ 3,131,660
Nilai Capital Cost : $ 1,121,033
Biaya Operasi : $ 166,362 141
Biaya Pembangkitan Energi : $0.376 PerKwh
142
Biaya Bahan Bakar : $ 95,958 per tahun
2. Faktor sensivitas yang digunakan pada konfigurasi tersebut yaitu jumlah
beban1,889 Mw/hari. harga diesel $0.55 per liter, dan persentasi energi
terbarukan minimum 57 %
Disamping sensivitas diatas sistem tersebut menggunakan metode
penjadwalan pembangkit diesel pada bulan-bulan tertentu dan menggunakan
sistem traking pada PV Hasil paling ekonomis diatas didapatkan dengan
menggunakan sistem traking vertical axis dan penjadwalan pembangkit pada
bulan Maret, April, November, Desember (force On) dan bulan agustus
(force off)
V.2 Saran
1. Masyarakat bisa dihimbau untuk menghemat jumlah pemakaian listriknya
untuk lebih menghemat biaya yang akan dikeluarkan.
2. Untuk lebih memaksimalkan hasil simulasi yang telah dihasilkan maka
diharapkan partisipasi masyarakat untuk turut menjaga dan merawat
instalasi listrik.
3. Untuk keamanan konsumen yang ingin mendapatkan listrik agar mengambil
listrik dari jaringan PLN dan tidak mengambil langsung dari instalasi
rumah warga.
4. Perlu diupayakan pembangkit listrik tenaga angin yang lebih murah yang
mampu memberikan output yang lebih besar untuk angin yang relatif
kecil seperti pada lokasi simulasi.
143
DAFTAR PUSTAKA
[1] Patel, Mukund. R.Ph.D., P.E,1999, Wind and solar power systems, CRC press,
New York.
[2] Hopkins. DC, 1999, Power Electronics Handbook second edition, A. Press,
New York.
[3] Khalig, Alireza, 2010, Solar, Wind, and Ocean Energy Conversion Systems,
CRC Press, Boca Raton FL.
[4] Ambiental, Trama Tecno S.L,2009, Hybrid power systems based on renewable
energies: a suitable and cost-competitive solution for rural electrification, Design
ACG, Brussels.
[5] Luque, Antonio, 2003, Handbook of Photovoltaic Science and Engineering,
john Wiley & Sons Ltd, west sussex UK
[6] Sorensen,bent, 2007, renewable energy,conversion,transmission and
stroage,library.un,brussel.
[7] http://googlemaps.com (2011)
[8] http://eosweb.larc.nasa.gov (2011)
[9] http://www.affordable-solar.com (2011)
[10] http://masteringreen.com (2011)
[11] http://trojan-batteray.com (2011)
[12] http://wikipedia.com
[13]http://homerenergy.com
144